Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN


Untuk memenuhi matakuliah pengetahuan lingkungan

Oleh:
YAYANG CANTIKA GADJA

(2301040072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG 2024
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur kepada tuhan yang maha
esa. karena atas berkat dan tuntunannya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul “ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan “ tugas makalah ini di kerjakan
untuk memenuhi matakuliah pengetahuan lingkungan .

Penulis berterimah kasih kepada bapak/ibu dosen ,dan teman-teman yang sudah
bersama penulis selama mengerjakan tugas ini ,dan tak lupa pula berterimah kasih
kepada referensi referensi yang sudah menjadi acuan penulis dalam menyelesaikan
tugas ini. Namun, dalam penulisan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan
sehingga kami sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun
demi penulisan yang menjadi lebih baik lagi .
Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 4
B.RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................ 5
C. TUJUAN ........................................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
A. PENGERTIAN ............................................................................................................................... 6
1. Komponen Biotik. ..................................................................................................................... 6
2. Komponen Abiotik .................................................................................................................... 7
B. interaksi dalam ekosistem. ............................................................................................................. 7
1. Netralisme .................................................................................................................................. 8
2. Predasi (Pemangsaan)............................................................................................................... 8
3. Kompetisi (Persaingan) ............................................................................................................ 8
4. Amensalisme (Antibiosis) ......................................................................................................... 8
5. Simbiosis .................................................................................................................................... 8
C. Piramida Ekologi.......................................................................................................................... 8
1. Piramida Jumlah ....................................................................................................................... 8
2. Piramida Biomassa ................................................................................................................... 9
3. Piramida Energi ........................................................................................................................ 9
Daur Biogeokimia ............................................................................................................................... 9
1. Daur Karbon ........................................................................................................................... 10
2. Daur Nitrogen .......................................................................................................................... 10
3. Daur Air ................................................................................................................................... 11
4. Daur Fosfor.............................................................................................................................. 12
5. Daur Belerang (Sulfur) ........................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 14
A.KESIMPULAN ............................................................................................................................. 14
B. SARAN ........................................................................................................................................ 14
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
alam dan lingkungan, saat ini telah menjadi topik yang semakin sering dibicarakan
oleh berbagai kalangan, baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun di dunia
internasional. Berbagai diskusi mengenai topik ini pun seringkali diselenggarakan oleh
berbagai pihak, baik lembaga pemerintah, swasta, kelompok masyarakat, maupun istitusi
pendidikan. Terlepas dari kepentingan-kepentingan yang mendasarinya, kegiatan tersebut
tetap patut kita acungi jempol sebab sedikit banyak telah berkontribusi mengampanyekan
gerakan cinta lingkungan hidup. Slogan-slogan yang mendukung gerakan pelestarian
alam dan lingkungan hidup pun semakin populer digunakan, seperti “go green”, “stop
global warming”, “peduli lingkungan” “ramah lingkungan”, dan berbagai istilah yang
menunjukkan kepedulian kita terhadap lingkungan. Berbagai fenomena ini sudah barang
tentu tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang hingga
saat ini, khususnya ilmu lingkungan, serta munculnya rasa kesadaran kita dan seluruh
umat manusia terhadap lingkungan, yang sebelumnya diawali dengan adanya rasa
kekhawatiran pada diri manusia akan hilangnya kemampuan alam untuk menyokong
kebutuhan hidup mereka. (Akhmad Fauzie, 2016)

Ekologi merupakan salah satu cabang dari biologi yang mempelajari hubungan timbal
balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Aplikasi ekologi mendorong
terwujudnya hubungan yang harmoni antar berbagai komponen penyusun ekosistem
termasuk manusia. Prinsip- prinsip ekologi menjadi dasar dikembangkanya sejumlah
model pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang tidak hanya untuk
kepentingan generasi saat ini, tetapi juga menjamin ketersediaan sumberdaya bagi
generasi-generasi selanjutnya. (Bambang Hariyadi, 2014)

Ekologi merupakan bidang ilmu lintas disiplin yang juga terkait dengan bidang ilmu
lainnya di luar biologi seperti sosial dan budaya. Ruang lingkup ekologi mencakup
pembahasan yang mikro seperti berbagai jasad renik yang berperan dalam proses
penguraian sampai pada tingkatan global seperti perubahan iklim.

Lingkungan merupakan sebagian kecil dari alam raya. Makhluk hidup, terutama
manusia, kelangsungan hidupnya sangat tergantung pada semua yang berada di
sekitar dirinya. Untuk memahami lebih mendalam mengenai hubungan makhluk
hidup dan lingkungannya, maka kita perlu mempelajari ilmu ekologi. Mannusia
tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya tumbuhan dan binatang di sekitarnya. Selain itu
manusia memerlukan ruang, waktu, cahaya, air, udara, tanah serta kondisi iklim
tertentu yang dipengaruhi suhu, kelembaban, curah hujan untuk dapat hidup secara
wajar. Kumpulan organisme hidup dan benda mati tersebut yang berada bersama-
sama pada suatu tempat akan saling mempengaruhi satu dengan lainnya,
membentuk suatu kesatuan sistem yang disebut sebagai sistem ekologi (ecological
system) atau ekosistem. istilah ekosistem ini pertama kali dikemukakan oleh Tinsley
(1935). la menyebutkan bahwa ekosistem merupakan sistem hubungan timbal balik
antara komponen biotik (komunitas dan populasi) dengan komponen abiotiknya.
Oleh karena itu ekosistem seringkali disebut sebagai satuan fungsional dasar di
dalam ekologi.
Di dalam Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal I disebutkan bahwa ekosistem adalah
tatanan kesatuan antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi. Dijelaskan pula bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Ruang merupakan tempat bagi
komponen lingkungan hidup melakukan suatu proses. Daya merupakan sesuatu yang
memberikan kemampuan dalam melakukan kerja. Keadaan merupakan suatu kondisi
atau situasi. Kondisi ini ada yang dapat mendukung berlangsungnya interaksi di antara
komponen penyusun ekosistem adapula yang menghambat berlangsungnya interaksi
secara harmonis.

B.RUMUSAN MASALAH
Bagaimana hubungan ekologi dengan lingkungan

C. TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan ekologi dengan lingkungan
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Makhluk hidup tidak dapat hidup tanpa adanya lingkungan. Makhluk hidup selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya
akan membentuk suatu sistem yang disebut dengan ekosistem. Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan saling ketergantungan atau hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya di dalam suatu ekosistem.

Berdasarkan pengertiannya yang menyatakan kalau ekologi adalah ilmu yang


mempelajari tentang hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya, materi ini
pun sangat berkaitan erat dengan ekosistem. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
terdapat istilah yang menjadi cabang ilmu ekologi. Istilah tersebut yaitu ekologi ekosistem
yang berarti analisis apabila dipandang berdasarkan sudut struktural dan fungsional, termasuk
hubungan antara biotik dan abiotik. Sementara itu seperti dilansir dari The Ecological Society
of America, ekologi adalah suatu ilmu yang berupaya mempelajari dan menjelaskan betapa
pentingnya hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya, termasuk manfaat
ekosistem untuk makhluk hidup.

Penerapan ekologi bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh


sederhananya yaitu aktivitas yang dilakukan oleh petani saat menggarap lahan sawahnya.
Pada kasus ini, petani akan menaburkan pupuk kompos dan pupuk lainnya agar tanaman padi
dapat tumbuh dengan baik. Sehingga nantinya padi tersebut akan menghasilkan beras pulen
yang sangat nikmat untuk disantap. Ekosistem adalah suatu sistem di mana terjadi hubungan
(interaksi) saling ketergantungan antara komponen-komponen di dalamnya, baik komponen
biotik maupun komponen abiotik.

1. Komponen Biotik.
Salah satu komponen dalam ekologi adalah komponen biotik. Komponen biotik
terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme (makhluk hidup). Berdasarkan
peranannya, makhluk hidup dibedakan menjadi produsen, konsumen, pengurai, dan detritivor.
a. Produsen
Produsen mencakup semua organisme/makhluk hidup autotrof, yaitu makhluk hidup
yang mampu mengolah zat anorganik menjadi zat organik yang diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya, misalnya tumbuhan hijau.
b. Konsumen
Selain organisme autotrof, ada juga yang disebut sebagai organisme heterotrof.
Organisme heterotrof adalah organisme/makhluk hidup yang tidak dapat menghasilkan
makanan sendiri. Oleh karena itu, organisme heterotrof berperan sebagai konsumen.
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu herbivor
(pemakan tumbuhan), karnivor (pemakan daging), dan omnivor (pemakan tumbuhan dan
daging/hewan).
c. Pengurai.
Pengurai atau dekomposer adalah konsumen yang mampu menguraikan zat organik
dan zat anorganik. Konsumen yang hidup dalam media organik misalnya jamur.
d. Detritivor.
Detritivor adalah konsumen yang memakan bangkai organisme. Organisme yang
termasuk kedalam detritivor adalah cacing tanah, semut, rayap, dan ulat.
2. Komponen Abiotik
Selain komponen biotik, komponen yang terdapat pada ekologi adalah komponen abiotik.
Komponen abiotik adalah lingkungan hidup yang tersusun atas benda-benda tak hidup.
Benda-benda tak hidup sangat menunjang kehidupan komponen biotik di dalamnya.
Komponen abiotik yang baik akan mendukung kehidupan makhluk hidup agar tetap tumbuh
dengan baik.
Adapun yang termasuk ke dalam komponen abiotik dalam ekologi adalah sebagai berikut.
a. Udara
Udara adalah sekumpulan gas pembentuk lapisan atmosfer yang menyelimuti bumi. Udara
berfungsi untuk menunjang kehidupan penghuni ekosistem. Contohnya O2 untuk respirasi
makhluk hidup dan gas CO2 untuk proses fotosintesis tumbuhan.
b. Air
Air mengandung berbagai unsur atau senyawa kimia dalam jumlah yang bervariasi,
contohnya natrium, kalsium, amonium, nitrit, nitrat, dan fosfat. Jumlah unsur yang
terkandung di dalam air bergantung pada kualitas udara dan tanah yang dilalui oleh air.
c. Tanah
Tanah terbentuk dari hasil proses destruktif (pelapukan batuan, pembusukan senyawa
organik) dan sintesis (pembentukan mineral). Di dalam tanah terdapat air dan garam-garam
mineral yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Sedangkan bagi manusia tanah digunakan
untuk lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, perindustrian, dan sarana/kegiatan
transportasi.
d. Sinar Matahari atau Cahaya
Sinar matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan di bumi. Sinar matahari sangat
penting bagi makhluk hidup, salah satunya bagi tumbuhan. Sinar matahari dapat membantu
tumbuhan dalam proses fotosintesis.
e. Topografi
Topografi adalah keadaan muka bumi suatu daerah yang akan memengaruhi distribusi atau
penyebaran makhluk hidup. Topografi meliputi keadaan daratan dan lautan. Keadaan muka
bumi yang berbeda-beda akan menyebabkan organisme yang menghuninya juga berbeda.
Kondisi topografi suatu daerah dapat menyebabkan adanya organisme endemik. Contohnya
komodo yang hanya terdapat di Pulau Komodo.

B. interaksi dalam ekosistem.


Bahan kajian ekologi meliputi hubungan (interaksi) antarorganisme. Interaksi makhluk
hidup terdiri dari interaksi antarspesies yang sama (intraspesies) dan interaksi dengan
spesies lain (interspesies). Hubungan intraspesies terjadi antarindividu dalam suatu
populasi. Hal tersebut disebabkan karena tidak ada satu individu yang dapat hidup sendiri.
Dalam hubungan intraspesies dapat terjadi kompetisi (persaingan) dan predai
(pemangsaan).Selain itu, ekologi juga mengkaji tentang hubungan antara makhluk hidup
dan lingkungannya yang akan membentuk suatu ekosistem yang berbeda. Berikut terdapat
beberapa interaksi antarspesies, yaitu netralisme, kompetisi.
1. Netralisme
Netralisme adalah interaksi antara dua spesies atau lebih yang hidup bersama tanpa terjadi
gangguan. Dalam hal ini tidak ada yang merasa diuntungkan ataupun dirugikan. Contohnya
hubungan antara kambing dengan semut di padang rumput.

2. Predasi (Pemangsaan)
Predasi adalah interaksi antara spesies yang dimangsa dan spesies yang memangsa (predator).
Pada umumnya, tubuh pemangsa (predator) berukuran lebih besar daripada tubuh yang
dimangsa. Contohnya ular yang memangsa tikus.

3. Kompetisi (Persaingan)
Kompetisi adalah interaksi/ hubungan antarspesies yang menyebabkan adanya persaingan.
Persaingan tersebut berupa persaingan untuk mendapatkan makanan, tempat hidup, maupun
pasangan. Contohnya tanaman jagung dan rumput yang sama-sama tumbuh di ladang.

4. Amensalisme (Antibiosis)
Amensalisme adalah interaksi antarspesies yang satu menghambat kerja spesies yang lain.
Contohnya jamur Penicillium yang menghambat pertumbuhan bakteri.

5. Simbiosis
Simbiosis adalah interaksi antarspesies yang berbeda dan hidup pada suatu tempat tertentu.
Simbiosis dibedakan menjadi simbiosis mutualisme, komensalisme, dan parasitisme.
a. Simbiosis Mutualisme
Simbiosis mutualisme adalah interaksi antara dua spesies yang saling
menguntungkan. Contohnya hubungan antara lebah dan tanaman bunga.
b. Simbiosis Komensalisme
Simbiosis komensalisme adalah interaksi antara dua spesies di mana salah satu
spesies merasa diuntungkan, dan yang lain tidak merasa dirugikan. Contohnya
tanaman anggrek dan pohon mangga.
c. Simbiosis Parasitisme
Simbiosis parasitisme adalah interaksi antara dua spesies di mana salah satu spesies
merasa diuntungkan, dan yang lain merasa dirugikan. Contohnya kutu rambut yang
hidup di kepala manusia.

Piramida Ekologi
Piramida ekologi adalah struktur atau tingkatan trofik energi yang menggambarkan hubungan
dalam rantai makanan dalam suatu ekosistem. Piramida ekologi ini berfungsi menunjukkan
perbandingan di antara tingkatan trofik yang satu dengan tingkatan trofik lainnya pada suatu
ekosistem.
Tumbuhan yang berperan sebagai produsen menempati tingkatan trofik pertama. Hewan yang
memakan tumbuhan menempati tingkatan trofik kedua. Selanjutnya karnivora yang secara
langsung memakan herbivora menempati tingkatan trofik ketiga.
Piramida ekologi dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu piramida jumlah, piramida
biomassa, piramida energi.

1. Piramida Jumlah
Piramida jumlah adalah piramida yang menggambarkan jumlah organisme pada tiap
tingkatan trofik. Umumnya organisme yang menduduki trofik pertama adalah organisme
yang jumlahnya paling banyak. Selanjutnya, makin ke atas, jumlahnya akan berkurang
seiring dengan makin meningkatnya tingkatan trofik. Dengan demikian, produsen jumlahnya
paling melimpah.

2. Piramida Biomassa
Piramida biomassa adalah piramida yang menggambarkan ukuran berat atau massa materi
hidup pada setiap tingkatan trofik pada suatu ekosistem dalam kurun waktu tertentu. Setiap
tingkatan trofik, rata-rata berat organisme diukur dalam satuan gram/m2. Umumnya
pengukuran berat organisme dilakukan dengan menggunakan sampel organisme kemudian
menghitung total biomassanya.

3. Piramida Energi
Tipe piramida ekologi yang terakhir adalah piramida energi. Piramida energi adalah piramida
yang menggambarkan proses penurunan energi pada setiap tingkatan trofik. Piramida energi
disusun berdasarkan produktivitas organisme pada setiap tingkatan trofik. Setiap perpindahan
energi dari tiap tingkatan trofik yang lebih kecil ke tingkatan trofik yang lebih besar selalu
terjadi pengurangan.

Dari ketiga tipe piramida ekologi, piramida energi dianggap sebagai model piramida terbaik,
dengan alasan sebagai berikut.
1. Tidak dipengaruhi oleh ukuran organisme dan kecepatan metabolisme organisme
2. Menunjukkan efisiensi ekologi atau produktivitas ekosistem
3. Memberikan gambaran berkaitan dengan sifat fungsional suatu ekosistem
Daur Biogeokimia
Daur biogeokimia adalah daur unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari lingkungan
melalui komponen biotik, abiotik, kemudian kembali lagi ke lingkungan. Proses tersebut
terjadi secara berulang-ulang dan tidak terbatas. Daur biogeokimia terdiri dari daur karbon,
daur nitrogen, daur air, daur fosfor, dan daur belerang.
1. Daur Karbon

Unsur karbon terdapat di atmosfer dalam bentuk senyawa karbon anorganik, yaitu
karbon dioksida (CO2).Daur karbon dimulai dari CO2 yang terkandung di udara dan
larut dalam air akan membentuk persediaan unsure karbon (C) anorganik dan asal
unsur C organik. Tumbuhan akan menyerap unsur karbon dalam bentuk CO2 di udara
sebagai bahan dasar pada proses fotosintesis.
Di dalam proses tersebut, karbon yang terdapat di lingkungan abiotik masuk ke
lingkungan biotik, kemudian akan kembali lagi ke lingkungan abiotik pada proses
respirasi. Unsur karbon dari respirasi berupa CO2 atau dalam bentuk lain sebagai sisa-
sisa metabolisme. Sisa-sisa tanaman yang mati dan bahan organik yang lain akan
diuraikan oleh pengurai dan unsur karbon dilepas ke udara dan air sebagai CO2.
Sebagian bahan organik di dalam tubuh organisme ada yang sulit diuraikan dan ada
yang berubah menjadi batu kapur, arang, dan minyak bumi (bahan bakar fosil).
Pembakaran bahan bakar fosil akan membebaskan CO2 kembali ke udara.
2. Daur Nitrogen
Nitrogen berfungsi sebagai komponen pembentuk protein atau komponen penyususn
asam nukleat (DNA atau RNA). Sumber utama nitrogen adalah N2 di atmosfer.
Namun, sebagian besar organisme baik tumbuhan maupun hewan tidak dapat
memanfaatkan N2 bebas di udara. Beberapa bakteri, ganggang hijau –biru, dan jamur
dapat menggunakan N2 untuk mensintesis bahan yang dapat digunakan oleh
organisme lain dalam jumlah kecil.
Berikut adalah tahapan-tahapan dalam proses daur nitrogen.

a. Tahap Fiksasi Nitrogen


Selalu terjadi pelepasan nitrogen dari tanah atau air kembali ke udara. Hal tersebut dapat
terjadi karena terdapat bakteri yang melakukan proses denitrifikasi yang mengubah amonia
menjadi N2 dan melepaskannya. Kemudian nitrogen di udara (N2) akan berubah menjadi
amonia (NH3).
Bakteri yang berperan dalam tahap fiksasi tersebut adalah Rhizobium yang terdapat pada
bintil akar tanaman kacang-kacangan.

b. Tahap Nitrifikasi
Pada tahap ini, Amonia akan diubah menjadi nitrat (NO3-) oleh bakteri nitrifikasi di dalam
tanah. Sebenarnya, amonia tidak terjadi secara tiba-tiba berubah menjadi nitrat. Namun,
amonia akan diubah menjadi nitrit (NO2-) terlebih dahulu oleh
bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus. Selanjutnya, bakteri Nitrobacter akan mengubah
nitrit (NO2-) menjadi nitrat (NO3-).

c. Tahap Asimilasi
Pada tahap ini nitrogen akan diserap oleh tumbuhan, kemudian akan diasimilasi menjadi
protein dan asam amino.

d. Tahap Amonifikasi
Pada tahap ini, apabila tanaman sudah mati ikatan nitrogen akan pecah dan oleh bakteri
amonia akan diubah menjadi amonia kembali

e. Tahap Denitrifikasi
Pada tahap ini, nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3-) dapat langsung tereduksi menjadi gas
nitrogen (N2).

3. Daur Air
Berikut adalah tahapan-tahapan pada daur air.
a. Saat terkena cahaya matahari, seluruh permukaan bumi yang mengandung air akan
mengalami penguapan (evaporasi), sementara makhluk hidup mengalami transpirasi
(kehilangan air melalui penguapan/evaporasi).
b. Uap air akan naik ke lapisan atmosfer membentuk awan. Awan kemudian berpindah
karena perbedaan suhu udara atau terbawa oleh angin.
c. Saat terpapar udara dingin, awan akan mengalami kondensasi menjadi tetes-tetes air dan
jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi).
d. Air hujan akan masuk ke dalam tanah secara vertikal melalui infiltrasi. Infiltrasi air hujan
pada daerah yang bervegetasi (ditumbuhi tumbuhan) lebih besar bila dibandingkan dengan
daerah yang tidak bervegetasi, karena vegetasi menghasilkan tumpukan dedaunan kering
yang dapat meningkatkan porositas tanah.
e. Setelah terjadi infiltrasi, air akan terus bergerak ke bawah karena adanya pengaruh
gravitasi. Sebagian air tanah diserap oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Air sungai akan
mengalir ke tempat yang lebih rendah, dan akhirnya menuju ke laut yang akan mengalami
penguapan kembali sehingga daur air terjadi secara berulang
Di lautan, laju evaporasi lebih tinggi daripada presipitasi (curah hujan). Sebaliknya, di
daratan laju presipitasi (curah hujan) lebih tinggi daripada evaporasi dan transpirasi.

4. Daur Fosfor

Fosfor berasal dari pelapukan batuan mineral (batuan fosfat) dan penguraian bahan
organik oleh dekomposer. Fosfor diserap oleh tumbuhan dalam bentuk fosfat anorganik
(H2PO4–, HPO42-, dan PO43-). Meskipun jumlah fosfor di alam sangat banyak, tetapi
persediannya untuk tumbuhan sangat terbatas karena sebagian besar terikat secara kimia oleh
unsur lain dan sukar larut di dalam air.
Fosfor dalam tubuh makhluk hidup berfungsi untuk menyimpan dan memindahkan
energi (dalam bentuk ATP), membentuk asam nukleat, dan membantu proses respirasi
maupun asimilasi. Melalui rantai makanan, fosfor dari tumbuhan masuk ke dalam tubuh
hewan.
Bila tumbuhan dan hewan mati, maka fosfat organik dari tubuh organisme tersebut akan
diurai oleh dekomposer menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut dalam air
dapat mengalami pengendapan (sedimentasi) di laut sebagai batu karang atau fosil. Batu
karang maupun fosil dapat terkikis kembali membentuk fosfat anorganik yang terlarut dalam
air atau diambil melalui kegiatan penambangan.

5. Daur Belerang (Sulfur)

Belerang (sulfur) terdapat di atmosfer dalam bentuk sulfur dioksida (SO2) dan bentuk
hidrogen (H2S). Sulfur dioksida (SO2) berasal dari aktivitas vulkanis (misalnya gunung
berapi), pembakaran bahan bakar fosil, asap kendaraan bermotor, dan asap pabrik. Sedangkan
hidrogen (H2S) dilepas dari proses pembusukan bahan organik di dalam tanah dan air yang
dilakukan oleh bakteri dan jamur pengurai.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan saling ketergantungan atau
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya di dalam suatu
ekosistem. Berdasarkan pengertiannya yang menyatakan kalau ekologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya, materi ini
pun sangat berkaitan erat dengan ekosistem, Istilah tersebut yaitu ekologi ekosistem yang
berarti analisis apabila dipandang berdasarkan sudut struktural dan fungsional, termasuk
hubungan antara biotik dan abiotik.

B. SARAN
Untuk memperoleh informasi terkait dengan hubungan ekologi terhadap lingkungannya yaitu
dengan mencari jurnal jurnal yang sesui dengan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Fauzie, P. A. (2016). Pengaruh Konsep Diri, Etika Lingkungan Hidup dan Sikap
Lingkungan Terhadap Perilaku Ekologis-Mangrove dengan Intensi Perilaku Ekologis sebagai
Variabel Mediator. S E M I N A R A S E A N, 37-44.

Bambang Hariyadi, A. H. (2014). PERLUKAH BUKU AJAR EKOLOGI? Jurnal Biologi


Edukasi Edisi 13, 64-70.

Anda mungkin juga menyukai