Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH LINGKUNGAN HIDUP

“KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM LINGKUNGAN HIDUP”

Disusun Oleh :

1. SAPITRI
2. PIPIT
3. AMELIANA
4. R RITTIANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah Lingkungan Hidup ini. Makalah ini berisikan tentang penjelasan mengenai
Keanekaragaman Ekosistem Lingkungan Hidup. Harapannya, disamping sebagai
salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah, makalah ini bias menambah wawasan
penulis untuk lebih memahami tentang Lingkungan Hidup.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman, Amin.

Penyusun,

Kelompok IX

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
Kata Pengantar ......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1. Pengertian Ekosistem...................................................................................... 3
2.2. Komponen Ekosistem ..................................................................................... 3
2.3. Tipe-tipe Ekosistem ........................................................................................ 9
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ekosistem ............................................... 13
2.5. Cara Menjaga Keseimbangan Ekosistem ....................................................... 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 18
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 18
3.2. Saran ............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Undang Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan


Hidup, yang dimaksud lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan serta makhluk hidup
lain. Lingkungan hidup merupakan suatu ekosistem yang dari waktu ke waktu terus
berkembang, saling berinteraksi, integrasi, dan interdepensi.
Perkembangan ini menimbulkan perubahan aspek fisik, biologi dan sosial.
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan komponen tak hidup
pada suatu tempat yang berinteraksi membentuk kesatuan yang teratur. Upaya
pengelolaan lingkungan hidup harus berpegang pada azas pelestarian dan konservasi
sumberdaya dengan azas pemanfaatan yang serasi dan seimbang dengan tatanan
lingkungan.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan harus diawali
dengan melakukan penilaian secara menyeluruh terhadap ekosistem sumberdaya
beserta jasa-jasa yang ada didalamnya, menentukan tujuan dan sasaran
pemanfaatannya, kemudian merencanakan dan mengelola segenap kegiatan
pemanfaatannya untuk mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan.
Pemanfaatan sumber daya alam harus secara bijaksana dan menjamin
ketersediaannya secara berkelanjutan dengan tetap memelihara dan meningkatkan
nilai dan keanekaannya. adaptasi manusia terhadap alam merupakan cerminan
adanya aktivitas dan keterkaitan manusia terhadap alam dalam memanfaatkan ruang.
Dengan berkembangnya keinginan, tuntutan kesejahteraan dan teknologi maka
manusia berusaha untuk menguasai alam. Dengan kemajuan teknologi maka ruang
gerak manusia dalam memanfaatkan sumberdayapun semakin bertambah luas.
Berdasarkan proses tersebut maka timbul paradigma baru dalam pengelolaan
lingkungan yaitu pembangunan berkelanjutan.
Agar Pembangunan Berkelanjutan ini terlaksana maka perlu mengetahui
tentang Ekosistem. Hal ini dikarenakan, organisme dalam komunitas berkembang
bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan
beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi
lingkungan fisik untuk keperluan hidup.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah


yang dapat dijadikan bahan pembahasan dalam makalah ini. Berikut adalah rumusan
masalahnya:

1
1. Apa yang dimaksud dengan Ekosistem?
2. Apa saja komponen penyusun Ekosistem?
3. Apa saja tipe-tipe Ekosistem?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi Ekosistem?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui pengertian Ekosistem.
2. Untuk mengetahui komponen penyusun Ekosistem.
3. Untuk mengetahui tipe-tipe Ekosistem.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Ekosistem.

2
BAB II
PEMBAHASAN KUTIPAN

2.1. Pengertian Ekosistem

Di dalam ekosistem, organisme yang ada selalu berinteraksi secara timbal


balik dengan lingkungannya. Interaksi timbal balik ini membentuk suatu sistem yang
kemudian kita kenal sebagai sistem ekologi atau ekosistem. Dengan kata lain
ekosistem merupakan suatu satuan fungsional dasar yang menyangkut proses
interaksi organisme hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (non makhluk hidup).
Sebagai suatu sistem, di dalam suatu ekosistem selalu dijumpai proses interaksi
antara makhluk hidup dengan lingkungannya, antara lain dapat berupa adanya aliran
energi, rantai makanan, siklus biogeokimiawi, perkembangan, dan pengendalian.
Ekosistem juga dapat didefinisikan sebagai suatu satuan lingkungan yang
melibatkan unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk) dan faktor-faktor fisik (iklim,
air, dan tanah) serta kimia (keasaman dan salinitas) yang saling berinteraksi satu
sama lainnya. Gatra yang dapat digunakan sebagai ciri keseutuhan ekosistem adalah
energetika (taraf trofi atau makanan, produsen, konsumen, dan redusen), pendauran
hara (peran pelaksana taraf trofi), dan produktivitas (hasil keseluruhan sistem). Jika
dilihat komponen biotanya, jenis yang dapat hidup dalam ekosistem ditentukan oleh
hubungannya dengan jenis lain yang tinggal dalam ekosistem tersebut. Selain itu
keberadaannya ditentukan juga oleh keseluruhan jenis dan faktor-faktor fisik serta
kimia yang menyusun ekosistem tersebut (Suyud dkk., 2012).
Berbagai konsep ekosistem pada dasarnya sudah mulai dirintis oleh beberapa
pakar ekologi. Pada tahun 1877, Karl Mobius (Jerman) menggunakan istilah
biocoenosis. Kemudian pada tahun 1887, S.A.Forbes (Amerika) menggunakan
istilah mikrokosmos. Di Rusia pada mulanya lebih banyak digunakan istilah
biocoenosis, ataupun geobiocoenosis. Istilah ekosistem mula-mula diperkenalkan
oleh seorang pakar ekologi dari Inggris, A.G.Tansley, pada tahun 1935. Pada
akhirnya istilah ekosistem lebih banyak digunakan dan dapat diterima secara luas
sampai sekarang.

2.2. Komponen Ekosistem

Suatu ekosistem akan mempunyai dua komponen utamanya, yaitu komponen


Abiotik (komponen tak hidup) dan komponen Biotik (komponen hidup). Kedua
komponen ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekosistem, tanpa salah
satu diantaranya ekosistem tidak akan berfungsi (Sri Rahayu, 2018).

a. Komponen Abiotik (Komponen Tak Hidup)

Abiotik atau Komponen Tak Hidup adalah komponen fisik dan kimia yang
merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan
tempat hidup (Wikipedia, 2019).

3
Jika komponen biotik merupakan komponen hidup, maka komponen abiotik
adalah komponen yang tak hidup. Dengan kata lain, komponen abiotik ini
merupakan komponen yang terdiri dari benda-benda yang tidak hidup (bukan
makhluk hidup), namun ada di sekitar kita dan mempengaruhi kelangsungan hidup
para makhluk hidup.
Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya.
Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang
mempengaruhi distribusi organisme, yaitu :
1) Suhu.
Komponen abiotik yang selanjutnya adalah suhu. Suhu merupakan derajat
energi panas yang berasal dari sinar, terutama sinar matahari. Suhu udara
berbeda-beda di setiap ekosistem yang bergantung pada garis lintang dan juga
ketinggian tempat. Suhu di tempat yang mendekati kutub, maka akan semakin
rendah suhunya, dan juga kering. Suhu ini merupakan faktor pembatas bagi
kehidupan dan mempengaruhi keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem.
Makhluk hidup akan dapat bertahan hidup pada suhu sekitar 0° hingga 40°
Celcius. Namun ada juga beberapa makhluk hidup yang bisa hidup di suhu yang
lebih rendah dari itu. Khususnya, makhluk hidup yang tinggal di daerah kutub
bumi. Beberapa makhluk hidup akan melakukan hibernasi apabila bertemu
dengan suhu yang dingin. Itulah kenapa proses biologi dipengaruhi oleh suhu.
Seperti mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur
dalam tubuhnya.

2) Udara
Udara merupakan bagian dari Bumi yang keberadaannya sangat penting, bahkan
bisa dikatakan sebagai elemen yang paling penting. Hal ini karena udara
digunakan untuk bernafas. Tanpa adanya udara, manusia tidak akan bisa hidup.
Tidak hanya manusia saja, bahkan binatang, tumbuhan dan juga organisme
kecil-kecil sekalipun. Udara merupakan sekumpulan gas yang
menyelimuti lapisan atmosfer Bumi. Gas-gas yang menyusun udara tersebut
terdiri dari gas Oksigen atau O2 yakni sebesar 21,9%, gas Nitrogen atau H2O
yakni sebanyak 78,1%, gas Karbondioksida atau CO2 yakni sebanyak 0,03%,
serta gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit. diantara gas-gas tersebut, yang
paling penting untuk menunjang kehidupan di Bumi adalah Oksigen. Hal ini
karena manusia dan binatang hidup dengan menghirup gas Oksigen. Tanpa
adanya gas Oksigen, manusia dan binatang tidak akan bisa bertahan hidup dalam
beberapa jangka waktu tertentu. Sementara pepohonan memerlukan
Karbondioksida untuk berfotosintesis, dan kemudian akan mencetak oksigen.
Hal ini menandakan bahwa posisi udara sangatlah penting bagi kelangsungan
hidup makhluk hidup.

3) Kelembaban Udara
Komponen abiotik dari suatu ekosistem yang selanjutnya adalah kelembaban
udara. Udara merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari manusia, seperti
yang telah disampaikan di atas. Udara ini mempunyai suatu kelembaban yang
mana kelembaban tersebut dapat mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk
hidup. Kelembaban udara ini dapat mempengaruhi berbagai hal, terutama dalam

4
pertumbuhan tanaman. Kelembaban udara ini sangat dipengaruhi oleh berbagai
hal, seperti intensitas, angin, curah hujan serta sinar matahari. Suatu daerah yang
mempunyai tingkat kelembaban berbeda, akan menghasilkan sebuah ekosistem
yang juga memiliki komposisi yang berbeda-beda.

4) Air.
Permukaan bumi sebagian besar ditutupi oleh air. Air dalam planet apabila
dilihat dari luar angkasa memiliki warna biru. Itulah mengapa planet Bumi ini
dominan olah warna biru. Tidak lain karena permukaan planet bumi sebagian
besar diisi oleh air. Volume air di bumi ini mencapai sekitar 1,4 milyar km
kubik. Volume-volume air tersebut berasal dari air laut sebanyak 97%, air tawar
0,75% dan gunung es sekitar 2%. Jadi kita bisa membayangkan betapa luasnya
dan banyaknya air yang ada di samudera. Meskipun air seringkali digunakan dan
dibuang, namun volume air ini akan bersifat tetap karena adanya siklus
hidrologi. Namun meski demikian, kita tidak boleh boros dalam menggunakan
air. Kita harus hemat demi menjaga kelangsungan atau ketersediaan air di Bumi,
karena air dapat menguap. Air mempunyai peranan yang sangat penting, bahkan
menjadi sumber daya yang vital bagi kehidupan di bumi. Air mempunyai
banyak sekali fungsi yang menjunjang kehidupan manusia. selain untuk
memenuhi cairan di dalam tubuh (minum), air juga digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. tanpa adanya air untuk minum, makhluk hidup khususnya manusia
dan binatang tidak akan bisa bertahan hidup. Mungkin manusia masih bisa tahan
apabila tidak makan selama berhari-hari, namun belum tentu bisa bertahan hidup
jika tidak minum selama beberapa hari. dalam dunia tumbuhan, air juga
digunakan untuk menunjang proses fotosintesis, menunjang metabolisme
jaringan, dan lain sebagainya. Maka dari itulah ketersediaan air akan sangat
menunjang bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup baik organisme
autotrof, heterotrof, maupun lain sebagainya.

5) Garam.
Mungkin kita telah sangat mengenal apa itu garam. Garam merupakan bumbu
dapur yang selalu dipakai ketika memasak dan memberikan rasa yang asin.
Garam dibuat dengan menggunakan air laut yang ditampung dalam suatu wadah
dan kemudian dijemur. Air laut itu lama-kelamaan akan mengkristal dan kita
akan mendapatkan bubuk garam yang langsung bisa kita gunakan. Garam
mengandung banyak mineral, khususnya Yodium. Siapa yang menyangka
bahwa salah satu komponen abiotik dari ekosistem adalah garam mineral.
Konsentrasi garam sangat mempengaruhi kesetimbangan air dalam organisme
melalui osmosis. Beberapa organisme terestial akan dapat beradaptasi pada
lingkungan yang memiliki kandungan garam yang tinggi.

6) Cahaya Matahari.
Matahari merupakan pusat tata surya dan sekaligus menjadi bintang yang paling
besar di jagat raya. Matahari dengan sinar dan kehangatannya mampu menyinari
planet-planet yang ada di sekelilingnya. Sinar matahari ini seorah tidak pernah
habis dan selalu menjadi sumber kehangatan bagi kehidupan makhluk hidup,
bahkan menjadi sumber energi di Bumi. Cahaya matahari juga menjadi penentu
terjadinya proses fotosintesi bagi tumbuhan. Cahaya matahari pun dapat diserap

5
oleh air, sehingga pada ekosistem air, fotosintesis pada tumbuhan akan terjadi di
sekitar permukaan yang terjangkau oleh cahaya matahari. Di daerah gurun,
intensitas cahaya matahari begitu besar sehingga hal ini justru akan membuat
binatang dan tumbuh-tumbuhan menjadi sangat tertekan. Dengan demikian,
cahaya matahari menjadi komponen yang sangat mempengaruhi aktivitas dan
juga kondisi dari makhluk hidup.

7) Derajat Keasaman (pH)


Mungkin kita telah sering mendengar mengenai derajat atau tingkat keasaman,
atau yang biasa disebut pH. pH atau derajat keasaman dapat mempengaruhi
kehidupan berbagai macam organisme, khususnya tumbuhan. Tumbuhan akan
dapat hidup dengan baik apabila memiliki pH optimum, yakni sekitar 5,8 hingga
7,2. Nilai pH tanah ini dipengaruhi oleh berbagai hal seperti curah hujan,
aktivitas akar tanaman, penggunaan pupuk, serta penguraian mineral tanah.
Selain berpengaruh pada tumbuhan, pH juga dapat berpengaruh pada manusia
serta binatang.

8) Tanah.
Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi
mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber
makanannya di tanah. Manusia, binatang, serta tumbuhan yang hidup di darat
hampir semuanya menginjak tanah. Daratan memang hamparan tanah yang
besar dan bisa digunakan untuk temat tinggal makhluk hidup. Namun tidak
berarti bahwa seluruh daratan ini terdiri atas tanah. Daratan juga ada yang terdiri
atas perairan, seperti rawa- rawa, danau, sungai dan lainnya. Meski demikian,
tanah merupakan komponen abiotik yang sangat mempengaruhi kehidupan
makhluk hidup. Tanah terbentuk oleh proses destruktif, yakni pelapukan
batuan dan pembusukan senyawa organik. Serta proses sintesis yakni
pembentukan mineral. Tanah mempunyai komponen yang utama yakni mineral,
bahan organik, air dan juga udara. Tumbuhan mengambil air dan juga garam
mineral dari tanah. Sementara manusia dan binatang memanfaatkan tanah
sebagai tempat tinggal. Selain itu, manusia juga memanfaatkan tanah sebagai
lahan pertanian, perkebunan, peternakan, dan lain sebagainya.

Itulah beberapa jenis komponen ekosistem yang merupakan komponen


abiotik. Berbagai komponen abiotik tersebut akan mempengaruhi kehidupan
manusia, binatang dan juga tumbuh-tumbuhan yang ada di Bumi, semuanya
berdampingan dan saling berkaitan satu sama lain.

b. Komponen Biotik (Komponen Hidup)

Komponen Biotik dari suatu ekosistem merupakan bagian dari ekosistem


yang merupakan makhluk hidup. Adapun pengertian dari biotik sendiri adalah
“hidup”. Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem
selain komponen abiotik (tidak bernyawa).

6
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa di suatu komponen lingkungan atau
ekosistem pastilah ada yang namanya makhluk hidup. Ekosistem tidak akan
terbentuk tanpa adanya makhluk hidup. Karena makhluk hiduplah dapat terbentuk
suatu rantai makanan dalam suatu eksosistem. Dengan demikian, kita bisa
memperkirakan betapa pentingnya komponen biotik ini. beberapa contoh dari
komponen biotik antara lain adalah manusia, binatang, tumbuh- tumbuhan dan juga
organisme atau pengurai.
Komponen-komponen biotik suatu eksosistem dapat dibedakan menjadi
beberapa macam. Berdasarkan kemampuannya dalam memperoleh makanan,
komponen biotik digolongkan menjadi tiga tingkatan, yakni organisme autotrof,
heterotrof dan juga pengurai. Adapun penjelasan dari masing-masing tingkatan
adalah sebagai berikut:

1) Organisme Autotrof atau Produsen

Jenis organisme pertama yang merupakan golongan dari komponen biotik


atau komponen hidup adalah organisme autotrof. Organisme autotrof juga dikenal
sebagai produsen. Dikatakan sebagai produsen karena organisme ini dapat membuat
makanannya sendiri, bahkan membuat makanan bagi organisme yang lain juga.
Produsen membuat makanan dengan menyerap senyawa serta zat-zat anorganik yang
kemudian diubah menjadi senyawa organik melalui sebuah proses yang bernama
fotosistensis. Organisme autotrof atau produsen mempunyai ciri- ciri yang
menyebabkan kita mudah untuk mengenalinya. Beberapa ciri dari organisme autotrof
atau produsen antara lain sebagai berikut:
a) Memiliki klorofil di dalam tubuhya
Klorofil merupakan sebutan bagi zat hijau daun, yakni zat yang menyebabkan
daun menjadi berwarna hijau. Klorofil ini hanya dimiliki oleh organisme yang
mempuyai warna hijau. Sehingga organisme yang merupakan tanaman, namun
tidak memiliki klorofil baik di dalam daun maupun di dalam tubuhnya, maka
organisme tersebut tidak bisa dikatakan sebagai produsen karena tidak bisa
membuat makanan sendiri. hal ini karena sesunguhnya klorofil merupakan
persyaratan untuk melakukan fotosintesis.
b) Melakukan proses fotosistesis
Ciri yang kedua adalah organisme tersebut melakukan proses fotosintesis.
Proses fotosintesis sendiri merupakan proses untuk membuat makanan sendiri
pada tumbuhan. Tumbuhan mendapatkan makanannya sendiri melalui proses
fotosintesis yang berlangsung pada siang hari. mengapa di siang hari? karena
proses fotosistesis sendiri dapat berlangsung apabila terdapat cahaya atau sinar
matahari (baca: bagian-bagian matahari). Sehingga jika tidak ada sinar matahari,
mustahil fotosintesis akan dapat berlangsung. Dalam proses fotosintesis ini,
pohon akan menyerap banyak gas karbon untuk kemudian diubah menjadi gas
oksigen atau O2 yang sangat berguna bagi pernafasan makhluk hidup. Maka dari
itulah mengapa ketika kita berada di bawah pohon ketika siang hari, kita akan
merasa sangat sejuk. Hal ini tidak lain karena pada siang hari, organisme autotrof
atau produsen ini mengelauarkan oksigen. Sebaliknya, apabila pada malam hari

7
kita berada di bawah pohon, maka kita akan merasa sesak dan lemas karena kita
berebut oksigen dengan pohon.
Itulah beberapa ciri dari organisme autotrof. Melihat ciri-ciri yang telah
disebutkan, kita dapat mengambil kesimpulan bahwasannya yang merupakan
organisme autotrof adalah tanaman hijau. Dan dalam interaksi antara komponen
biotik serta abiotik, organisme autotrof ini merupakan awal terciptanya
keseimbangan ekosistem. Organisme autotrof juga merupakan pembentuk atau awal
dari sebuah rantai makanan.

2) Organisme Heterotrof (Konsumen)

Mempunyai sifat yang berbeda dengan organisme autotrof, selanjutnya


adalah organisme heterotrof atau yang biasa disebut dengan konsumen. Organisme
heterotrof atau konsumen merupakan organisme yang tidak bisa membuat
makanannya sendiri atau makanan untuk dikonsumsi sendiri. organisme heterotrof
ini memperoleh makanan dari organisme autotrof atau produsen, atau memakan
sesama organisme heterotrof lainnya. Dengan kata lain, organisme heterotrof ini
merupakam organisme yang menggunakan bahan-bahan organik yang berasal dari
organisme lain sebagai sumber energi dan makanannya. Banyak sekali komponen
biotik suatu ekosistem yang merupakan organisme heterotrof ini. Antara lain adalah
manusia dan binatang.
Dilihat dari makanannya, organisme heterotrof ini dibagi menjadi tiga
golongan yang berbeda. Golongan-golongan tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
a) Herbivora
Herbivora merupakan sebutan bagi organisme heterotrof, khususnya binatang
yang makananna berupa tumbuh-tumbuhan atau dedaunan. Ada banyak sekali
hewan atau binatang yang merupakan herbivora yang ada di sekitar kita ini,
contohnya adalah sapi, kambing, kerbau, kuda, dan lain sebagainya
b) Karnivora
Jika herbivora merupakan sebutan bagi pemakan tumbuhan, maka sebutan
bagi organisme pemakan daging adalah karnivora. Karnivora merupakan sebutan
bagi binatang-binatang yang memakan daging. Di sekitar kita juga banyak
binatang-binatang yang memakan daging. Beberapa contohnya adalah kucing,
harimau, anjing, dan lain sebagainya.
c) Omnivora
Jika hibivora adalah pemakan rumput atau tanaman, sementara karnivora
adalah pemakan daging, maka omnivora merupakan organisme yang memakan
dua-duanya, yakni rumput maupun daging. Manusia termasuk ke dalam omnivora
ini. sementara binatang lain yang masuk dalam kategori omnivora ini adalah
monyet.

Itulah beberapa jenis atau golongan dari organisme heterotrof yang dilihat
dari makanan yang dikonsumsinya.

8
3) Pengurai atau Dekomposer

Golongan dari komponen biotik dalam suatu ekosistem selanjutnya adalah


pengurai atau dekomposer. Pengurai atau dekomposer ini merupakan makhluk hidup
atau organisme yang mempunyai tugas untuk menguraikan sisa-sisa makhluk hidup
lainnya yang telah mati. Dengan kata lain, pengurai merupakan organisme yang
merubah bahan-bahan organik dari organisme yang sudah mati menjadi senyawa
anorganik melalui proses dekomposisi. Pengurai atau dekomposer ini juga
menduduki jabatan penting dalam terselenggaranya rantai makanan yang ada di
bumi. Beberapa contoh pengurai atau dekomposer yang sering kita temukan di
lingkungan sekitar kita adalah jamur, bakteri, ganggang, cacing, dan sebagainya.
Beberapa pengurai yang menggunakan sisa bahan organik hasil dekomposisi disebut
sebagai detritivor. Contor organisme detritivot ini adalah kutu kayu. Proses
penguraian atau dekompisisi ternyata mempunyai beberapa tipe. Beberapa tipe dari
proses dekomposisi adalah sebagai berikut:
a) Aerobik, merupakan proses dekomposisi yang menempatkan oksigen sebagai
penerima elektron atau oksidan.
b) Anaerobik, merupakan kebilkan dari aerobik, yakni proses dekomposisi yang
tidak melibatkan oksigen. Bahan organik sebagai penerima elektron atau oksidan.
c) Fermentasi, merupakan dekomposisi anaerobik, namun agak berbeda. Fermentasi
ini merupakan anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai
penerima elektron. Komponen tersebut barada di suatu tempat dan berinteraksi
membentuk suatu kesatuan ekosistem yang sifatnya teratur. Sebagai contoh, pada
suatu ekosistem akuarium terdiri dari ikan sebagai komponen heterotrof, plankton
yang terapung-apung di air berfungsi sebagai pengurai, dan untuk komponen
abiotiknya adalah air, pasir, batu, mineral dan juga oksigen yang terlarut di dalam
air.
Demikianlah tipe-tipe dari proses dekomposisi yang dilakukan oleh pengurai.
Pengurai atau dekomposer ini hidup di tanah. Mereka akan mulai bekerja apabila ada
makhluk hidup yang sudah tidak ada nyawanya lagi. Proses penguraian atau
dekomposisi lebih sering kita dengar dengan nama pembusukan. Hal ini sangat
diperlukan untuk menciptakan daur hidup organisme. Makhluk hidup yang sudah
diuraikan akan kembali menjadi bentuk tanah. Kemudian tanah yang terbentuk
tersebut menjadi tanah yang sangat subur yang mana kita sebut sebagai tanah humus.
Setiap ekosistem bisa jadi mempunyai jenis autotrof, heterotrof yang berbeda-beda.
Hal ini menyesuaikan dengan lingkungan sebagai tempat tinggal makhluk hidup
yang berbeda-beda pula.

2.3. Tipe-Tipe Ekosistem

Secara umun, terdapat 3 tipe ekosistem yaitu ekosistem akuatik, ekosistem


terestrial, dan ekosistem buatan.
a. Ekosistem Air / Akuatik

Ekosistem air atau ekosistem akuatik adalah salah satu ekosistem besar yang
ada di bumi. Ekosistem ini sebagian besar terdiri dari air. Selain itu ekosistem ini

9
juga di pengaruhi oleh cahaya matahari yang masuk, temperatur udara, dan jumlah
sedimen. Jumlah sedimen garam adalah yang paling membedakan antara ekosistem
di dalam ekosistem air. Ekosistem air dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem air
tawar dan ekosistem air laut.
1) Ekosistem Air Tawar

Ekosistem air tawar adalah ekosistem yang memiliki kadar garam yang
rendah. Ekosistem air tawar, dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan keadaan air
dan berdasarkan daerahnya.
Berdasarkan keadaan air, ekosistem air tawar dibedakan menjadi 2 yaitu
perairan tenang dan mengalir. Perairan tenang adalah danau dan rawa. Sedangkan
yang mengalir adalah sungai dan air terjun.
Berdasarkan daerahnya di menjadi 3 yaitu litoral, limnetik, dan profundal.
Litoral adalah sungai dangkal yang mendapatkan banyak sinar matahari. Limnetik
adalah sungai yang berada jauh di dalam sungai, tetapi masih mendapatkan cahaya
matahari. Sedangkan profundal adalah sungai yang berada jauh di dalam hutan, dan
tidak mendapatkan cahaya matahari.

2) Ekosistem Air Laut

Ekosistem air laut adalah ekosistem air yang memiliki kadar garam yang
tinggi. Ekosistem ini berada di laut. Ekosistem ini memiliki pergerakan air yang di
pengaruhi oleh arah angin. Selain itu suhu dalam ekosistem ini bervariasi, tergantung
dari kedalamannnya. Ekosistem air laut dibedakan menjadi 4 yaitu ekosistem laut
dalam, ekosistem terumbu karang, ekosistem estuari, dan ekosistem pantai pasir.
a) Ekosistem laut dalam adalah ekosistem yang berada pada kedalaman lebih dari
2000 m dari permukaan laut. Suhu pada daerah ini diperkirakan sangat dingin
akibat dari tidak masuknya sinar matahari. Makhluk hidup yang tinggal di daerah
ini hanyalah hewan predator serta hewan pemakan bangkai.
b) Ekosistem trumbu karang adalah ekosistem laut dangkal, dimana sinar matahari
masih dapat masuk. Dalam ekosistem ini terumbu karang dan rumput laut dapat
untuk melakukan fotosintesis. Selain itu hewan laut di daerah ini lebih banyak dan
bervariasi.
c) Ekosistem estuari adalah ekosistem tempat bertemunya air tawar dan air laut.
Dalam ekosistem ini, tanaman yang bisa ditemukan adalah jenis tanaman
mangrove. Sedangkan hewan yang bisa ditemukan adalah beberapa jenis kepiting.
d) Ekosistem pantai pasir adalah daerah pantai yang berada di tepi laut. Daerah ini
adalah salah satu daerah hasil proses sedimentasi oleh air laut. Hewan jenis
kepiting dan beberapa jenis kerang dapat ditemukan di daerah ini.

b. Ekosistem Terestrial

Ekosistem daratan adalah ekosistem yang sebagian besar isinya adalah


daratan. Setiap daratan di bumi memiliki ciri khas masing-masing. Setiap ekosistem
daratan di bumi mewakili tempat serta iklim yang dimiliki setiap ekosistem tersebut.
Ekosistem daratan juga bisa disebut sebagai bioma. Bioma adalah daerah yang

10
memiliki sifat, iklim, serta berada pada tingkat geografis yang sama, serta tempat
berkumpulnya berbagai macam makhluk hidup yang membentuk komunitas dan
pada akhirnya menjadi ekosistem. Dalam ekosistem daratan, dibedakan menjadi 8,
yaitu bioma hutan hujan tropis, bioma hutan gugur, bioma padang rumput, bioma
savana, bioma taiga, bioma tundra, bioma gurun, dan bioma karst.

1) Bioma Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan tropis adalah salah satu hutan yang ada di bumi. Hutan hujan
tropis berada pada daerah yang memiliki iklim tropis. Hutan hujan tropis adalah
hutan dengan curah hujan yang tinggi. Curah hujan di hutan hujan tropis bisa
mencapai 200 hingga 225 cm pertahun.
Akibat dari curah hujan yang tinggi, rata-rata suhu di hutan hujan tropis
kurang lebih sekitar 25 derajat celcius. Jenis tanaman yang ada di hutan ini bersifat
heterogen atau memiliki jenis-jenis yang beranekaragam. Jenis-jenis pohon yang ada
di hutan ini berjenis besar dan tinggi. Tinggi rata-rata pohon di hutan hujan tropis
bisa mencapai 20 hingga 40 meter. Cabang di hutan hujan tropis lenar, sehingga
berbentuk seperti tudung. Hewan yang biasa di temukan di hutan hujan tropis adalah
jenis-jenis kera, harimau, jenis-jenis burung, badak ataupun babi.

2) Bioma Hutan Gugur

Hutan gugur adalah salah satu jenis hutan yang ada di bumi. Hutan gugur
berada pada daerah yang memiliki 4 musim atau sub tropis. Berbeda dengan hutan
hujan yang selalu hujan, hutan gugur memiliki intensitas hujan yang lebih merata.
Curah hujan di hutan gugur betkisar antara 75 hingga 100 cm setiap tahun. Karena
berada pada daerah dengan 4 iklim, hutan gugur memiliki kemampuan adaptasi yang
baik terhadap perubahan musim.
Saat suhu udara menjadi dingin, dan air di sekitar hutan mulai membeku,
maka pohon- pohon di hutan gugur akan mengubah warna daunnya menjadi merah,
hal ini akibat dari ketidakmampuan melakukan fotosintesis. Saat iklim menjadi
benar-benar dingin, maka pohon akan menggugurkan daunnya. Sedangkan pada
musim panas, daun pohon akan kembali menghijau dan lebat. Jenis pohon di hutan
ini hanya sedikit. Sekitar 10 hingga 20 jenis pohon saja. Janis pohon di hutan ini
tidak besar dan tidak rindang. Hewan yang bisa ditemukan di hutan ini adalah
beruang, hamster, atau hewan yang berhibernasi selama musim dingin.

3) Bioma Padang Rumput

Padang rumput adalah dataran luas yang ditumbuhi oleh rumput-rumput.


Pada rumput dapat ditemukan di daerah dengan iklim tropis maupun sub tropis.
Curah hujan di padang rumput cenderung rendah. Hanya berkisar antara 25 hingga
50 cm per tahun. Curah hujan yang sedikit dan tidak teratur membuat hanya sedikit
pohon yang mampu hidup di padang rumput.
Rata-rata tanaman yang hidup di padang rumput adalah rumput atau pohon-
pohon yang berjenis pendek. Selain itu, akibat hujan yang tidak merata, membuat
sebagian rumput di padang rumput ada yang sangat subur, ada yang tidak subur.

11
Daerah yang sangat subur, mampu menumbuhkan rumput hingga ketinggian 3 m.
Hewan yang hidup di padang rumput adalah kangguru, singa, jerapah, jaguar, zebra,
atau jenis-jenis ular.

4) Bioma Savana

Sabana adalah daratan yang diisi oleh rumput dan sedikit pohon. Sabana
terletak pada daerah yang beriklim tropis. Sabana memiliki kemiripan dengan
padang rumput. Yang membedakan adalah curah hujan di sabana lebih tinggi dari
padang rumput. Curah hujan yang ada di saban berkisar antara 95 hingga 150 cm per
tahun. Karena curah hujan yang lumayan, maka sabana memiliki beberapa jenis
pohon yang mampu hidup hanya dengan jumlah air yang terbatas. Jenis hewan yang
hidup di sabana antara lain gajah, kuda, macam tutul, singa, atau jenis- jenis hewan
pengerat.

5) Bioma Taiga

Taiga adalah jenis hutan yang hidup di daerah beriklim sub tropis serta
daerah dengan iklim dingin. Karena berada di daerah yang dingin, jenis pohon pada
hutan ini adalah pohon-pohon berjenis daun jarum.
Daun jarum adalah pohon yang daunnya seperti jarum-jarum. Pohon-pohon
yang berada di daerah ini antara lain cemara, alder, dan jenis pohon berdaun harum
lainnya. Jenis pohon di hutan ini rata-rata bersifat homogen. Pohon-pohon di hutan
ini berwarna hujau sepanjang tahun diakibatkan kemampuan mereka pada perubahan
iklim yang ekstrim antara musim dingin dan musim panas. Hewan yang berada di
hutan ini adalah beruang hitam, lynx, atau serigala.

6) Bioma Tundra

Tundra adalah ekosistem di daratan yang berada pada daerah terdingin di


bumi, yaitu antartika dan artik. Musim dingin di daerah tundra sangat panjang, bisa
berlangsung selama 9 bulan. Selain itu selama musim dingin, tidak ada cahaya
matahari yang masuk.
Pada musim panas, cahaya matahari mulai masuk, dan membuat sebagian
tanaman berbunga dan berbuah. Hanya saja karena musim panas yang sangat
pendek, menyababkan tanaman berbunga di daerah tundra memiliki masa hidup
yang singkat. Jenis tanaman yang paling kuat bertahan di daerah tundra adalah jenis
lumut-lumutan. Sedangkan jenis hewan di daerah ini adalah rubah, rusa kutup, atau
bison.

7) Bioma Gurun

Gurun adalah ekosistem yang berkebalikan dengan tundra. Tundra berada di


daerah yang paling dingin, sedangkan gurun berada di daerah bumi dengan
temperatur yang paling panas. Curah hujan di daerah ini sangat sedikit, bahkan
nyaris tidak ada. Sehingga daerah ini adalah dataran tandus berpasir.

12
Curah hujan di daerah ini, kurang dari 25 cm per tahun. Gurun adalam daerah
dengan temperatur udara yang sangat ekstrim. Pada siang hari, suhu di daerah ini
bisa mencapai 60 derajat, dan pada malam hari turun drastis menjadi 0 derajat
celcius. Jenis tanaman yang dapat tumbuh di daerah ini adalah kaktus, yang mampu
menyimpan cadangan air.

8) Bioma Karst

Karst adalah daerah dengan kumpulan batu gamping. Karst berbeda dengan
ekosistem lain, karena mamiliki keunikan tersendiri. Karst adalah daerah yang rentan
terhadap erosi dan tanah longsor. Selain itu, daerah karst adalah daerah yang tidak
subur untuk pertanian. Karst adalah daerah dengan banyak pori-pori kecil.
Akibatnya, karst adalah daerah penyimpan cadangan air.

c. Ekosistem Buatan

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk


memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar,
tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki
keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:
1) bendungan
2) hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
3) agroekosistem berupa sawah tadah hujan
4) sawah irigasi
5) perkebunan sawit
6) ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
7) ekosistem ruang angkasa.

Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang


banyak. Kebutuhan materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki
pengeluaran yang eksesif seperti polusi dan panas.
Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem tertutup yang dapat
memenuhi sendiri kebutuhannya tanpa tergantung input dari luar. Semua ekosistem
dan kehidupan selalu bergantung pada bumi (Wikipedia, 2019).

2.4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ekosistem

Perubahan di ekosistem terpegaruh oleh beberapa faktor sehingga akan


mengganggu kondisi homeostasisnya (merujuk pada ketahanan atau mekanisme
pengaturan lingkungan kesetimbangan dinamis dalam badan organisme yang
konstan). Faktor pengganggu pada keseimbangan ekosistem mencakup faktor alam
serta faktor perilaku manusia, sebagaimana penjelasannya diuraikan berikut ini.

13
a. Faktor Alam

Faktor alam banyak terpengaruh oleh bencana alam yang telah terjadi.
Beberapa bencana yang bisa menjadi pengaruh keseimbangan ekosistem
diantaranya:
1) Gunung meletus
2) Tsunami
3) Gempa
4) Banjir
5) Longsor
6) Pergeseran lempeng tektonik
Beberapa bencana alam ini kemungkinan terjadi karena ulah dari manusia
sendiri, seperti banjir dan juga longsor.

b. Faktor Perilaku Manusia

Perilaku manusia yang tak bertanggungjawab bisa merusak keseimbangan


ekosistem, baik dalam ekosistem alami ataupun ekosistem buatan. Dengan
pertumbuhan penduduk sangat pesat, manusia menjadi semakin banyak
mengeksploitasi alam secara berlebihan guna memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Sejumlah perilaku manusia yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
diantaranya:
1) Penebangan Liar.
Selain berpotensi sebagai penyebab longsor serta banjir, penebangan liar
membuat habitat hewan menjadi rusak.
2) Pencemaran.
Dampaknya dari pencemaran udara adalah menipisnya lapisan ozon sebagai
pelindung Bumi (pemanasan global).
3) Penggunaan pupuk anorganik & pestisida.
Pemakaian pupuk anorganik dan pestisida bisa mengikis kesuburan pada tanah
sehingga tanah menjadi rusak dan membunuh organisme ekosistem sawah.
4) Pembuangan limbah sembarangan.
Semua limbah jika tak diolah dan langsung dibuang maka menimbulkan masalah
lingkungan yang berakibat bagi kesehatan manusia.
Jadi, beberapa masalah lingkungan yang terjadi penyebab dari perilaku
manusia ini harus dikurangi supaya keseimbangan ekosistem tak terganggu. Maka
dari itu, manusia perlu menyadari bahayanya jika tidak melestarikan lingkungan
untuk kehidupannya. Dengan demikian usaha pelestarian lingkungan hidup bisa
mulai dilakukan manusia berawal dari tingkatan diri sendiri serta dalam keluarga.

2.5. Cara Menjaga Keseimbangan Ekosistem

Secara garis besar ekosistem merupakan rumah atau tempat tinggal bagi
mahluk hidup dan didalamnya akan ada beberapa komponan, dan didalam ekosistem
tersebut pula komponennya akan saling berinteraksi satu dengan lainnya. Meskipun

14
saat ini juga banyak ekosistem buatan, tapi juga Saat ini kita hampir memasuki era
dimana beberapa ekosistem yang ada di bumi ini hampir punah atau juga darurat.
tanpa disadari pula, banyak sekali bahaya tidak melestarikan lingkungan sekitar.
Kita pun sekarang juga tengah dihebokan dengan banyaknya binaang buas
yang menyerang warga. Hal ini jelas merupakan sebuah pertanda. Pertanda bahwa
ekosistem merak telah diruk oleh ornag-ornag yang tidak bertanggung jawab dan
cenderung memikirkan kepentingan sendiri dan tentu saja berfikir selayak kapitalis.
Karna, ekosistem itu merupakan rumah yang kita tinggali dan tempat untuk proses
rantai makanan, maka secara otomatis kita haruslah menjaga dan merawat
keseimbangan ekosistem, agar kita tidak merugi dimasa mendatang, dan juga masih
dapat melihat tumbuhan langka bagi generasi mendatang.
Generasi kita dimsa mendatang tentunya akan menuntut kita atas perlakuan
kita terhadap lingkungan saat ini. Agar bumi dengan lingungan didalamnya dapt
menjadi lebih nyaman untuk setiap mahluk hidup yang mendiaminya. Maka, sangat
perlu melakukan cara-cara untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Dalam hal ini
usaha manusialah yang paling berpengaruh untuk menjaga keseimbangan ekosistem
yang ada pada saat ini. Dan beberapa kegiatan Cara Menjaga Keseimbangan
Ekosistem adalah sebagai berikut:
1) Menjadi konsumen yang bijak
Langkah pertama yang harus diambil untuk pelestarian ekosistem laut dan
darat adalah dengan menjadi konsumen yang bijak. Maksud dari menjadi konsumen
yang bijak memang bisa menjadi banyak cabang dan berbagai rupa. Namun, yang
lebih spesifik disini adalah dengan mengurangi batsan untuk mengkonsumsi minyak
dari kelapa sawit atau juga bahan sejenisnya karna sangat berpengaruh untuk
ekosistem di hutan sana. (Baca: ekosistem danau)
Dewasa ini sebenarnya sudah banyak bertebaran produk-produk alternatif
untuk mengganti fungsi dari minyak kelapa sawit itu. Misal saja yang paling banyak
sekarang adalah perihal minyak jagung untuk pengganti memasak. Jagung dirasa
lebih efisien dan efektif untuk membuat minyak dan untuk memasak. Dan tentunya
yang paling penting tidak merusak ekosistem hutan.
2) Melakukan tebang pilih
Penggundulan hutan makin hari makin terasa saja dampaknya. Kita bisa
dengan mudah melihat banyaknya hutan yang ditebangi secara membabi buta bahkan
dalam beberapa ekstrim lebih parah lagi, seperti pembakaran hutan untuk
pembukaan wilayah, dan biasanya memang untuk pabrik dan sejenisnya.
Tanpa disadari memang pohon merupakan kebutuhan mahluk hidup,
terutama binatang. Hal ini tentulah akan merusak habitat dan ekosistem yang jelas
akan terganggu. Untuk mensiasati itu diperlukan adanya tebang pilih dalam
menebang pohon yang ada di hutan. Misal saja pilih pohon yang dirasa sudah tua
dan akan roboh. Bukaan malah menebang asal pohon dan menebang pohon yang
muda juga.
3) Kurangi bahan bakar fosil
Saat ini masih banyak bahan bakar yang besumber dari fosil hewan ataupun
tumbuhan. Contoh kecil saja seperti batu bara dan minyak tanah. Ini jelas tidak bak

15
untuk ekosistem yang ada dan juga jumlahnyapun bisa dibilang terbatas. (Baca:
ekosistem rawa)
Kita tentunya bisa mensiasati ini dengan cara memakai sumber energi
alternatif. Seperti saja sinar matahari atau angin yang dapat mengganti sumber batu
bara. Hal yang lainnya yang dapat kita lakukan masih terkait hal ini adalah dengan
cara membatasi penggunaan kendaraan bermotor dan lebih memilih untuk berjalan
kaik atau naik sepeda ke tempat yang dekat.
4) Berhenti membuang sampah sembarangan
Tanpa disadari ataupun disadari, masih banyak diantara kita yang membuang
sampah sembarangan. Namun, perlu diingat jugabahwa membuang sampah
sembarangan termasuk perbuatan yang keji dan bahkan tidak mencerminkan sifat
yang selayak manusia yang merupakan mahluk paling bermartabat. sampah yang
paling berbahaya salah satunya adalah logam. bahaya logam sangat buruk untuk
kebutuhan mahluk hidup, terutama pada binatang.
Perihal buang sampah sembarangan ini bisa menimbulkan banyak perkara
negatif. Satu diantaranya pastilah merusak ekosistem yang ada dilaut. Ekosistem
yang ada diaut tidak bisa dianggap enteng dan receh. Karna, ekosistem itu masih
merupakan ekosistem yang amat dinuthkan oleh manusia. Jadi alangkah lebih
baiknya jika kita saling mengerti dan membuang sampah pada tempatnya dan
selayaknaya.
5) Menjaga kelestariannya bersama organisasi
Dewasa ini sudah banyak organisasi non pemerintah yang dapat dijadikan
patokan untuk dapat menjaga kelestarian ekosistem. Baik itu yang berada di perairan
maupun yang berada didaratan. Dari banyaknya organisasi ini kita bisa belajar
banyak dari organisasi ini.
Organisasi-organisasi yang sudah besar dan terkenal contohnya seperti WWF
dan Greenpeace, yang kontribusi untuk lingkungannya sudah tidak dapat diragukan
lagi. Selain dua organisasi diatas, juga masih ada lagi organisasi yang baru tumbuh
seperti ivory wars. Organisasi ini juga berkegiatan unutk menayangkan tayangan
mengenai orang-orang yang menjaga serta menangkap pemburu gading gajah yang
berada di Afrika dan daerah lain yang masi banyak terdapat hutan.
6) Memberikan sanksi tegas terhadap oknum-oknum terkait
Dalam upaya menjaga keseimbangan lingkungan dan juga ekosistem yang
lain adalah dengan cara ini. Di perairan maupun daratan, ada saja oknum yang tidak
bertanggung jawab yang berkeinginan memperkaya dirinya sendiri serta bersifat
kapitalis. Pada ekosistem perairan, seperti pada ekosistem danau, atau laut, biasanya
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut akan menggunakan pukat
harimau atau bom peledak untuk menangkap ikan-ikan yang ada di laut.
Atau juga pada ekosistem hutan dan pada daratan kebanyakan, oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut akan melakukan pemalakn liar atau
membakar hutan dengan tujuan pembukaan lahan. Hal semacam ini tentu saja sangat
tidak dianjurkan, karna sangat berpengaruh untuk kelangsungan ekosistem yang ada,
baik itu yang di perairan maupun yang di laut dan banyak membunuh biota laut.

16
Untuk dapat mengatasi itu semua, diperlukan langkah kongkrit dari
pemerintah atau juga instansi terkait. Pemerintah harus membuat peraturan yang
tegas dan memberi sanksi yang berat untuk oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab itu. Pemberian sangksi ini bertujuan agar oknum-oknum tersebut mendapat
pelajaran dan menyesal atas perbuatannya.
Demikianlah Cara Menjaga Keseimbangan Ekosistem yang harus kita
lakukan agar ekosistem yang ada di sekitar kita terus terjaga dan tidak merusak
ekosistem yang ada. Karna, ekosistem yang ada disekitar kita sangat berpengaruh
untuk kehidupan kita di masa kini, maupun di masa mendatang. Jadi, ada baiknya
kita melakukan cara-cara yang ada diatas untuk dapat menjaga kelastarian ekosistem
di sekitar.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan sebeumnya, daat ditarik suatu kesiulan sebagai


berikut:
a. Ekosistem adalah suatu satuan lingkungan yang melibatkan unsur-unsur biotik
(jenis-jenis makhluk) dan faktor-faktor fisik (iklim, air, dan tanah) serta kimia
(keasaman dan salinitas) yang saling berinteraksi satu sama lainnya.
b. Komponen penyusun Ekosistem ada 2 (dua) yaitu : Komponen Abiotik dan
Komponen Biotik. Komponen Abiotik (komponen tak hidup) yaitu komponen
fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya
kehidupan, atau lingkungan tempat hidup; dan Komponen Biotik (komponen
hidup) yaitu suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen
abiotik (tidak bernyawa).
c. Tipe-tipe Ekosistem ada 3 (tiga) yaitu ekosistem akuatik, ekosistem terestrial,
dan ekosistem buatan. Ekosistem air atau ekosistem akuatik adalah salah satu
ekosistem besar yang ada di bumi. Ekosistem ini sebagian besar terdiri dari air;
Ekosistem daratan adalah ekosistem yang sebagian besar isinya adalah daratan’
dan Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ekosistem, yaitu faktor alam serta faktor
perilaku manusia.

3.2. Saran

Ekosistem yang ada disekitar kita sangat berpengaruh untuk kehidupan kita
di masa kini, maupun di masa mendatang. Untuk menjaga kelestarian ekosistem,
manusia perlu menyadari bahayanya jika tidak melestarikan lingkungan untuk
kehidupannya. Dengan demikian usaha pelestarian lingkungan hidup bisa mulai
dilakukan manusia berawal dari tingkatan diri sendiri serta dalam keluarga.
Hal yang bisa dilakukan antara lain adalah tidak merusak alam, kurangi
bahan bakar fosil, melakukan tebang pilih, berhenti membuang sampah
sembarangan, menjaga kelestarian lingkungan, dan lain-lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

_______, 2016. Enam Cara Menjaga Keseimbangan Ekosistem (online)


https://dosenbiologi.com/lingkungan/cara-menjaga-keseimbangan-ekosistem

_______, 2017. Pusat Ilmu Geografi Indonesia. Komponen Ekosistem: Biotik dan
Abiotik (online) https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/komponen-ekosistem

Hasbimutsani, 2019. Keseimbangan Ekosistem : Pengertian, Komponen, Faktor dan


Contohnya Lengkap (online) https://www.biology.co.id/keseimbangan-
ekosistem-dan-contohnya-terlengkap/

Sri Rahayu, 2018. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah Di Lantai Hutan Jayagiri
Lembang Kabupaten Bandung Barat Sebagai Sumber Belajar Biologi (online)
http://repository.unpas.ac.id/35920/5/15.%20BAB%20II.pdf

Suyud Warno Utomo, dkk., (2012). Ekologi. In: Sejarah, Ruang Lingkup Ekologi,
dan Ekosistem. Universitas Terbuka, Jakarta (online)
http://repository.ut.ac.id/4305/1/BIOL4215-M1.pdf

Wikipedia, 2019. Ekosistem (online) https://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem

Anda mungkin juga menyukai