Anda di halaman 1dari 31

Laporan Pendahuluan 2016

Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

BAB IV
METODOLOGI PERENCANAAN

4.1. UMUM
Secara garis besar rencana kerja konsultan dalam penanganan pekerjaan ini didasarkan
ruang lingkup pekerjaan yang tercantum di dalam kerangka acuan kerja.
Agar pelaksanaan pekerjaan ini dapat berjalan dengan baik dan juga selesai tepat waktu,
maka konsultan membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan yang merupakan suatu perkiraan
waktu pelaksanaan dari masing-masing jenis kegiatan.

4.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Lingkup kegiatan pelaksanaan pekerjaan meliputi lima kegiatan pokok sebagai berikut :
Kegiatan I : Pekerjaan Pendahuluan
a. Mobilisasi tenaga ahli/personil
b. Menyiapkan rencana kerja
c. Mengumpulkan data dasar dan studi terdahulu (jika ada)
d. Menyiapkan general plan/konsep
e. Menyiapkan kriteria disain/kajian teknis

Kegiatan II : Pengumpulan data primer.


A. Pengukuran topografi
a. Memasang patok BM dan CP
b. Melakukan pengukuran situasi genangan, site embung, rencana pelimpah, rencana
intake, jalan masuk embung dan fasilitas pendukung lainnya dengan skala yang
ditentukan direksi.
c. Melakukan pengukuran penampang memanjang dan melintang rencana site
embung, pelimpah, intake, jalan masuk dan fasilitas pendukung lainnya dengan
skala yang ditentukan direksi
d. Melakukan pengukuran situasi rencana daerah irigasi dan pengukuran trase saluran
serta pengukuran penampang memanjang dan melintang saluran dan rencana
bangunan irigasi dengan skala yang ditentukan kemudian.
B. Investigasi geologi dan mekanika tanah
a. Melakukan pengeboran inti pada rencana site embung, pelimpah dan rencana intake
dengan total kedalaman 75 m terdiri dari 5 titik pengeboran
b. Melakukan penyelidikan laboratorium mekanika tanah untuk bahan material
timbunan (apabila tubuh embung di desain dengan material timbunan tanah).
C. Survey pendukung lainnya
a. Melakukan survey sosial ekonomi di wilayah studi
b. Melakukan survey lingkungan di wilayah studi
c. Melakukan survey/observasi/pengukuran debit sesaat (jika ada base flow).

Kegiatan III:Pekerjaan Kajian Teknis


a. Melakukan analisis hidrologi
b. Melakukan analisis optimasi keseimbangan air
c. Menyusun system planning
d. Melakukan perencanaan detail terhadap seluruh komponen konstruksi.

IV - 1
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

e. Melakukan perhitungan volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya


f. Melakukan analisis kelayakan ekonomi
g. Menyusun spesifikasi teknik dan metode pelaksanaan konstruksi
h. Menyusun manual operasi dan pemeliharaan.

Kegiatan IV : Pembahasan dan Asistensi


Pembahasan yang harus disiapkan dan diikuti oleh konsultan mencakup:
1. Kickoff Meeting
Konsultan harus mengikuti rapat persiapan pelaksanaan kontrak ( kickoff meeting)
untuk menyampaikan penjelasan teknis, konsep umum, sinkronisasi rencana kerja dan
finalisasi Rencana Mutu Kontrak (RMK). Acara ini menghadirkan direktur dan team
leader yang pelaksanaannya paling lambat 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan
kontrak.
2. Pembahasan Laporan Pendahuluan
Konsultan harus menyerahkan draft Laporan Pendahuluan yang antara lain memuat
konsep dasar/general plan, kriteria desain dan metode pelaksanaan.
3. Pembahasan Laporan Pertengahan
Konsultan harus menyerahkan draft Laporan pertengahan yang memuat antara lain
hasil kajian hidrologi, optimasi, system planning, basic design dan pra analisis ekonomi.
4. Pembahasan Laporan Akhir
Konsultan harus menyerahkan draft Laporan Akhir yang memuat antara lain hasil kajian
hidrolika, kajian struktur, gambar-gambar rencana,rencana anggaran biaya, spesifikasi
teknik, metode pelaksanaan konstruksi dan manual operasi dan pemeliharaan.

Kegiatan V : Penyiapan Laporan


1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Antara
4. Laporan Penunjang
5. Laporan Akhir
6. Executive Summary

IV - 2
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Gambar 4.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan


Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupaten Lombok Tengah

REFERENSI KEGIATAN URAIAN KETERLIBATAN T.A.

1. Doku Mulai - Mobilisasi Personil dan - Mobilisasi Personil dan


men Kontrak Peralatan Peralatan
2. Lapor Surat penugasan personil; Ketua Tim, Ahli SDA, Ahli
an RMK TAHAP PENDAHULUAN (Gambar 7.2) surat ijin survey; cek list Irigasi, Ahli Sosek, Ahli
3. UU Menyiapkan rencana kerja kegiatan; koordinasi Geologi, dan tenaga
No. 11 Tahun 1974 Mobilisasi personil dan peralatan pelaksanaan Pendukung Lainnya
tentangPengairan Pengumpulan data sekunder
4. PP Survey awal lapangan - Pengumpulan Data - Pengumpulan Data
No. 42 Tahun 2008, Menyiapkankriteriadesain Sekunder Sekunder
tentangPengelolaan Studi terdahulu; data-data Ketua Tim, Ahli SDA, Ahli
SDA BPS; Peta RBI; Data Irigasi, Ahli Sosek, Ahli
5. Kodef Hidroklimatologi; Peta Geologi,
ikasisecaranasionaltela Geomorfologi; Peta Lokasi;
hsesuaidengan
"Permen PU - Survey AwalLapangan - Survey AwalLapangan
no.39/PRT/1989 Perbaikan 1.Survey hidrologi: Kondisi debit Ketua Tim, AhliSDA, Ahli
tentangPembagian nyata; lokasi pos Irigasi, Ahli Sosek, Ahli
Wilayah Sungai" hidroklimatologi; Geologi, Petugas K3
6. Hasil Tidak 2.Survey Kondisi DAS : Konstruksi
Asistensi Tata gunalahan di DAS;
Disetujui
3.Survey sosek ekonomi : Data2
kondisi social ekonomi
Ya
masyarakat setempat;

LaporanPendahuluan (Final) - Menyiapkan Kriteria Desain - Menyiapkan Kriteria


Desain
Ketua Tim, AhliSDA, Ahli
A Irigasi, Ahli Sosek, Ahli
Geologi,

IV - 3
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

REFERENSI URAIAN KEGIATAN OUTPUT KETERLIBATAN T.A.

1. Lapor - Penyelidikan Topografi - Penyelidikan Topografi


an RMK A Peta Situasi Genangan; Peta Ketua Tim, Ahli Irigasi,
2. SNI situasi, long & cross rencana as Koordinator Juru Ukur,
PT-02-1989; Standar embung dan pelimpah, Tenaga Lapangan
Pengukuran Topografi identifikasi kepemilikan lahan; Pengukuran, Petugas K3
3. SNI Konstruksi
03-2849-1992; Tata
Cara Pemetaan - Penyelidikan Geologi & - Penyelidikan Geologi &
Geologi Teknik TAHAP PENGUMPULAN DATA TAHAP ANALISIS Mektan Mektan
Lapangan PRIMER Analisis hidrologi dan keseimbangan Peta Geologi Permukaaan; Bor Ketua Tim, Ahli Geologi,
4. Pand Pengukuran topografi (Gambar 7.3.) air (Gambar 7.5) Log; Karakteristik tanah dan Master Bor dan Tenaga
uan Perenc. Investigasi geologi dan mekanika AnalisisHidrolika (Gambar 7.6) batuan; Cor box; Lapangan Pengeboran,
Bendungan Urugan tanah (Gambar 7.4) Menyusun system planning Petugas K3 Konstruksi
DPU; 1999
5. SNI - AnalisisHidrologi - AnalisisHidrologi
03-1724-1989; Tata Analisis data hujan, Hujan Ketua Tim, Ahli SDA, Ahli
Cara Perenc. Rancangan; Debit banjir Irigasi, dan tenaga
Hidrologi&HidrolikaUtk rancangan, Evapotranspirasi; Pendukung Lainnya
Bangunan di Sungai Sedimentasi; Ketersediaan air
6. SNI
03 - 2415 1991; - Optimasi keseimbangan air - Optimas ikeseimbangan
MetodaPerhitungan B Kebutuhan air irigasi; simulasi air
Debit Banjir operasi waduk; Pola tanam dan Ketua Tim, Ahli SDA, Ahli
7. SNI pembagian air Irigasi, dan tenaga
No. 03-1724-1989, Pendukung Lainnya
Tata Cara
PerencanaanUmum, - AnalisisHidrolika - AnalisisHidrolika
AnalisaHidrologidanHid Penelusuran banjir; analisa Ketua Tim, Ahli SDA, Ahli
rolikuntukDesainBangu tampungan; Hidrolika Irigasi, dan tenaga
nan di Sungai bangunan pelimpah; Hidrolika Pendukung Lainnya
8. Hidrol bangunan pengambilan
ogiTeknik, Penerbitan
ITB
Bandung,E.M.Wilson
IV - 4
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

9. Wilso
n,hidrologiTeknik,
Penerbit ITB Badung
10. Soem
arto, 1987,Hidrologi
Teknikpenerbitusahana
sionalsurabaya
REFERENSI URAIAN KEGIATAN OUTPUT KETERLIBATAN T.A.

1. Lapor B - Detail Desain Embung: - Detail Desain Embung:


an RMK Detail pondasi dan tubuh Ketua Tim, AhliSDA, Ahli
2. Pand embung; Detail bangunan Irigasi, Ahli Sosek, Ahli
uanPerenc. TAHAP KAJIAN TEKNIS (Gambar 7.7)
pelimpah dan kolam olak; Geologi, dan tenaga
BendunganUrugan Perencanaan detaildesain embung detail bangunan intake Pendukung Lainnya
DPU; 1999 Analisisstabilitasstruktur
3. Perat Analisis BOQ dan RAB - Analisis stabilitas struktur Analisis stabilitas
uranBeton Indonesia Analisa kelayakan ekonomi Stabilitas lereng embung; struktur
(PBI) Stabilitas bangunan pelimpah; Ketua Tim, Ahli Irigasi, Ahli
4. Kriteri Stabilitas bangunan pelengkap; Geologi dan Tenaga
aPerencanaan Penyusunan spesifikasiteknis Pendukung Lainnya
5. Buku- Penyusunanmetode pelaksanaan konstruksi
bukuliteratur. Penyusunan manual O&P - RAB dan Analisa Ekonomi - RAB dan Analisa Ekonomi
Perhitungan BOQ; Perhitungan Ketua Tim, Ahli Irigasi, dan
RAB; Analisa kelayakan Tenaga Pendukung Lainnya
ekonomi (IRR, BCR, NPV);
Laporan Akhir (Draft)
LaporanPendahuluan (Draft) - Penyusunan Spektek dan - Penyusunan Spektek dan
Metode Pelaksanaan Metode Pelaksanaan
Perbaikan Diskusi Draft Spesifikasi teknis masing- Ketua Tim, Ahli Irigasi, dan
LaporanAkhir masing item pekerjaan Tenaga Pendukung Lainnya
Diskusi Draft konstruksi; Metode
LaporanPendahuluan Tidak
pelaksanaan konstruksi; jadwal
Disetujui pelaksanaan konstruksi;

- Penyusunan OP Embung: - Penyusunan OP Embung:


Ya
Polao perasi embung; Ketua Tim, Ahli Irigasi, dan
LaporanAkhir (final) & IV - 5
Laporan Penunjang

Selesai
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

tindakan2 pemiliharaan Tenaga Pendukung Lainnya


embung dan bangunan
fasilitasnya;

REFERENSI URAIAN KEGIATAN OUTPUT KETERLIBATAN T.A.


- Pelaporan: - Pelaporan
1. Laporan Pendahuluan Ketua Tim, Ahli SDA, Ahli
(Draft) Irigasi, Ahli Sosek, Ahli
2. Laporan Pendahuluan Geologi, dan tenaga
(Final) Pendukung Lainnya
3. Laporan Bulanan
4. Laporan Pertengahan
5. Laporan Akhir (Draft)
6. Laporan Akhir (Final)
7. Executive Summary
8. Laporan Penunjang :
- Laporan Pengukuran dan
Deskripsi BM
- Laporan Geologi dan
Mekanika Tanah
- Laporan Analisis Hidrologi
dan Hidrolika
- Laporan Analisis Struktur
- Laporan RAB dan Analisa
Ekonomi
- Desain Note
- Spesifikasi Teknik
- Metode Pelaksanaan
- Manual O&P
- Cetak Gambar A1
- Cetak Gambar A3

IV - 6
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

4.3. PEKERJAAN PENDAHULUAN


MULAI

Penyusunan Administrasi Proyek

Pengurusan Perijjinan di Lokasi

Mobilisasi Personil dan Peralatan

Kick Off Meeting

Pengumpulan Data Sekunder Survey Pendahuluan


- Studi Terdahulu - Visual Topografi
- Peta Rupa Bumi (RBI) Skala 1:25.000 - Visual Hidrologi : Debit nyata, lokasi pos
- Data Geologi Regional embung hidroklimatologi
- Data Kependudukan dan Demografi dari BPS - Survey Kondisi DTA : Tata Guna Lahan DTA
- Data Hidroklimatologi - Visual Geologi Permukaan
- Data Tata Gun Lahan - Survey Sosek dan Lingkungan

Penyusunan Draft Lap. Pendahuluan

Diskusi Draft
Lap. Pendahuluan

Penyusunan Lap. Pendahuluan (Final)

SELES
AI

Gambar 4.2 Bagan Alir Pekerjaan Pendahuluan

4.3.1. Mobilisasi Personil dan Peralatan


Kegiatan persiapan pada dasarnya adalah kegiatan awal sebelum memulai pekerjaan utana
meliputi:
- Penyiapan tim pelaksana pekerjaan termasuk pembagian tugas dan tanggung jawab
masing-masing anggota tim
- Penyiapan peralatan dan fasilitas serta sarana dan prasarana kerja untuk tim pelaksana
pekerjaan
- Penyiapan dan penyelesaian Surat Perintak Mulai Kerja (SPMK Kontrak) antara penyedia
jasa dengan pengguna jasa
- Penyiapan administrasi antara lain surat tugas, surat pengantar untuk kebutuhan
survey lapangan dan pengumpulan data
- Melakukan koordinasi sepada seluruh anggota tim yang terlibat dalam penyelesaian
pekerjaan

IV - 7
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

- Menyusun rencana mobilisasi personil dan peralatan


- Penyusunan Laporan RMK

4.3.2. Pengumpulan Data


Pengumpunan data yang dimaksud adalah pengumpulan data sekunder yang terdiri dari:
- Pengumpulan data hasil studi terdahulu
- Data topografi meliputi Peta rupa bumi (RBI) skala 1: 25.000
- Data geologi teknik berupa data geologi regional embung
- Data Kependudukan dan demografi dari BPS atau intstansi terkait
- Data tata guna lahan
- Data hidroklimatologi
Dalam kegiatan ini konsultan harus menginventarisasi laporan pekerjaan studi terdahulu
yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan ini. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
dalam hal pengenalan terhadap wilayah proyek dan untuk mendapatkan kesinambungan
program atau rencana konsep dari studi terdahulu yang dilakukan.
Aspek yang dipelajari dalam melalukan studi terdahulu meliputi:
- Rekomendasi studi terdahulu dan relevansinya terhadap pekerjaan yang akan
dilaksanakan
- Pendekatan teknis terhadap permasalahan yang ada
- Rekomendasi pemecahan masalah dan program penanganannya
- Permasalahan actual pada saat ini baik secara fisik maupun terhadap rencana
pengembangan dari instansi terkait dan keterkaitannya terhadap tata ruang serta
kenyataannya di lapangan.

4.3.3. Survey Pendahuluan


Maksud dari survey pendahuluan adalah untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang
ada pada lokasi rencana embung. Pelaksanaan survey pendahuluan meliputi:
- Persiapan survey identifikasi dengan menghubungi instansi terkait sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan
- Identifikasi kondisi fisik dan permasalahan pada lokasi studi
- Aspek social ekonomi dan budaya yaitu gambaran kondisi lingkungan dan demografi
kependudukan, mata pencaharian penduduk, kondisi pertanian dan peternakan, kondisi
sarana dan prasarana SDM yang ada, dll.
- Dokumentasi dan pendataan lapangan dikumpulkan dalam bentuk dokumentasi serta
bukti tertulis.

IV - 8
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

4.4. PEKERJAAN PENGUMPULAN DATA PRIMER


4.4.1. Pekerjaan Survey Topografi

Gambar 4.3 Bagan Alir Pekerjaan Pengukuran Topografi

IV - 9
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat situasi detail terbaru, lengkap dan sesuai
dengan keadaan lapangan sebenarnya berikut trase dan penampang yang diperlukan.
Pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Pengukuran situasi genangan, site embung, rencana pelimpah, rencana intake, rencana
jalan masuk dan fasilitas penunjang dengan skala 1:1000, 1:500 dan 1:100
- Melakukan pengukuran penampang memanjang dan melintang sesuai dengan
keperluan sehingga dapat menggambarkan kondisi lokasi untuk dijadikan bahan
penyusunan detai desain
- Pemasangan patok BM sebanyak 2 buah pada as embung dan pato CP sebanyak 2
buah.
Metode yang digunakan dalam pengukuran adalah:
1. Pengukuran kerangka horizontal dengan system
polygon tertutup
Pengukuran poligon dilakukan dengan mengukur sudut dan jarak beserta azimuth awal
sebagai penentu arah Utara.
2. Pengukuran kerangka vertical dengan waterpass
Rute pengukuran waterpass mengikuti rute pengukuran poligon dengan pembagian
loop seperti pengukuran poligon. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal atau waterpass,
harus diukur dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Kerangka Kontrol Vertikal harus diukur dengan cara loop, dengan menggunakan
alat waterpass Wild Nak-2 atau yang sejenis.
2. Jarak antara tempat berdiri alat dengan rambu tidak boleh lebih besar dari 50
meter.
3. Baud-baud tripod ( statip ) tidak boleh longgar, sambungan rambu harus lurus
betul serta perpindahan skala rambu pada sambungan harus tepat, serta rambu
harus menggunakan nivo rambu.
4. Sepatu rambu digunakan untuk peletakan rambu ukur pada saat pengukuran.
5. Jangkauan bacaan rambu berkisar antara minimal 0500 sampai dengan
maksimal 2750.
6. Data yang dicatat adalah bacaan ketiga benang yaitu benang atas, benang tengah
dan benang bawah.
7. Pengukuran sipat datar dilakukan setelah BM dipasang, serta semua BM eksisiting
dan BM baru terpasang harus dilalui pengukuran waterpass.
8. Slaag per seksi diusahakan genap dan jumlah jarak muka diusahakan sama
dengan jarak belakang.
9. Pada jalur terikat, pengukuran dilakukan pergi-pulang dan pada jalur terbuka
pengukuran dilakukan pergi-pulang dan double stand.
10. Kesalahan beda tinggi yang dicapai harus lebih kecil dari 7 mmD, dimana D
adalah jumlah panjang jalur pengukuran dalam kilometer.
11. Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan sistematis, jika
ada kesalahan cukup dicoret dan ditulis kembali didekatnya, serta tidak
diperbolehkan melakukan koreksi menggunakan tinta koreksi.
12. Pekerjaan hitungan waterpass harus diselesaikan di lapangan, agar bila terjadi
kesalahan dapat segera diketahui dan dilakukan pengukuran kembali hingga
benar.
13. Perataan hitungan waterpass dilakukan dengan perataan metode Bouwditch.
3. Pengukuran detail situasi dengan metode Tachimetry
Pengukuran detail situasi untuk mengetahui kondisi daerah sekitar, seingga dari
gambar yang dihasilkan dapat direncanakan dan dihitung tampungan embung tersebut.

IV - 10
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Detil-detil tersebut diukur dengan menggunakan alat Total Station TC-705 . Jarak dan
beda tinggi masing-masing sisi dan titik detil diukur dengan methode Tachimetry
4. Pengukuran Cross Section
Pengukuran Cross section pada daerah Dam Site dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi tampang permukaan tanah pada posisi tegak lurus terhadap as sungai cross
section, yang diukur denga menggunakan alat Total Station TC-705 Leica.
Pada perencanaan ini pengukuran cross section dilakukan pada lokasi rencana Embung,
pada daerah genangan dan pada daerah trase saluran dengan uraian kriteria sebagai
berikut :
1. Cross section diukur dengan menyesuaikan dengan kondisi lapangan dan kebutuhan
perencanaan.
2. Penampang melintang diukur dengan mengambil detil yang mewakili dan sesuai
dengan skala yang digunakan.
3. Lebar pengukuran cross section diukur 50 meter ke kiri dan 50 meter ke kanan dari
rencana as saluran dan lebar pengukuran cross section untuk daerah genangan
adalah sampai pada elevasi crest Embung.
4. Pada setiap titik cross section dipasang patok kayu ukuran 3 cm x 5 cm x 40 cm dan
di atasnya diberi paku sebagai titik acuan pengukuran.
5. Setiap center line titik cross section dipakai sebagai pengukuran long section.
6. Pengukuran cross section dilakukan dengan menggunakan alat Total Station TC-705
Leica
5. Pengkuran Long Section
Profil memanjang diukur sepanjang as sungai rencana daerah genangan dan lay out
alinemen yang direncanakan, elevasi profil yang diambil adalah elevasi centerline
sungai daerah genangan. Spesifikasi dari pengukuran profil memanjang ini dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Pengukuran profil dilakukan dengan interval 50 meter untuk daerah genangan.
2. Setiap perubahan detil yang memungkinkan untuk digambar berdasarkan skala
diukur untuk penentuan profil memanjang.
3. Setiap center line cross section juga merupakan elevasi pada profile memanjang.
4. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan total Station TC-705 Leica
5. Semua titik berdiri alat harus terikat pada poligon utama.
6. Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan rapi.

IV - 11
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

4.4.2. Pekerjaan Investigasi Geologi

Gambar 4.4 Bagan Alir Pekerjaan Investigasi Geologi dan Mekanika Tanah

IV - 12
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan dalam penyelidikan geologi ini meliputi telaah
kepustakaan, penyelidikan lapangan, pengujian laboratorium, pembuatan peta di studio
serta penyusunan laporan.
1. Pemetaan Geologi Permukaan
Penyelidikan geologi permukaan dilakukan pada lokasi rencana as bendung secara
keseluruhan. Penyelidikan dan pemetaan geologi menggunakan peta dasar hasil
pengukuran situasi dengan skala 1 : 2000, serta peta dasar 1 : 25.000 digunakan untuk
menentukan lokasi test pit bahan timbunan dan material konstruksi lainnya.
2. Penyelidikan Geologi Bawah Permukaan
Penyelidikan geologi bawah permukaan menggunakan metode pengeboran inti dengan
total kedalaman 30.0 m yang terdistribusi dalam 3 titik, masing-masing titik 10.0 m.
Pemboran ini meliputi : corring, uji permeabilitas (Constant Head atau Falling Head)
metode ini digunakam karena dinding lobang bor mudah runtuh, atau packer test jika
dinding lobang bor merupakan batuan yang kompak.
3. Mekanikan Tanah
Pengujian mekanika tanah dilakukan pada laboratorium mekanika tanah Universitas
Mataran, berupa contoh tanah bahan timbunan dan contoh pasir batu, yang diperoleh dari
uji test pit. Standart test laboratorium mengacu atau sesuai dengan standart teknik test
berdasarkan standart Amerika yaitu sebagai berikut:
Physical Test
- Spesific gravity ASTM D.854
- Kadar air ASTM D.2216
- Analisa gradasi ASTM D.422
- Atterberg limit ASTM D.421, D.423 dan D.424
Mechanical Test
- Standart Proktor ASTM D.698/D.1557
- Permeabilitas ASTM D.2434
- Triaxial ASTM D.2850
- Konsolidasi ASTM D.2435
- Swelling ASTM D.3877

IV - 13
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

4.5. TAHAP PERENCANAAN/ANALISIS


4.5.1. Analisis Hidrologi dan Keseimbangan Air

MULAI

Data Hidrologi :
- Data Hujan Harian
- Data Debit
- Data Klimatologi
- Lokasi Stasiun Hujan

Data Curah Hujan

Hujan Rerata Daerah


Metode Poligon Thiesen

Curah Hujan Effektif

Tidak Uji Homogenitas,


Uji Konsistensi Data

Ya

Analisa Distribusi Frekuensi


Metode Log Pearson Tipe III

Ya

Tidak Uji Chi Square & Uji


Smirnov Kolmogorov

- Data Evapotranspirasi
- Luas DAS
- Data Hujan Efektif 15 Harian - Koef. Infiltrasi
Curah Hujan Rancangan
- Hari Hujan 15 harian - Koef. Resesi
Metode Log Pearson Type III
R1th, R2th, R5th, R10th, R25th, R50th, - Kondisi Lahan
R100th, R1000th

Distribusi Hujan Jam-Jaman


Analisa Ketersediaan Air Analisa Kebutuhan Air
Metode Nreca Sederhana Irigasi, Air Baku

Debit Banjir Rancangan


Metode Nakayasu
Q1th, Q2th, Q5th, Q10th, Q25th,
Q50th, Q100th, Q1000th

Analisis Neraca Air

Tinggi Embung
Volume tampungan embung
Studi Optimasi
Luas areal genangan embung

Laporan Hidrologi

SELESA
I
Gambar 4.5 Bagan Alir Pekerjaan Analisis Hidrologi

IV - 14
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Analisis hidrologi merupakan analisis awal dalam mendisain sebuah bangunan air.Tahapan
dalam analisis ini meliputi:
1. Pemeriksaan Konsistensi Data
Salah satu cara yang dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan data hujan adalah
dengan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Metode RAPS merupakan
pengujian konsistensi dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu
pengujian dengan komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar
komulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya (Sri Harto, 1993).
2. Hujan Rerata Daerah
Hujan rerata daerah dihitung menggunakan Metode Poligon Thiesen. Curah hujan
rerata dengan cara ini dihitung dengan persamaan:
A .d A2 .d 2 .... An .d n n
A .d
d 1 1 i i
A i 1 A
dengan :
A : luas areal total (km2),
d : curah hujan rata-rata areal (mm),
d1 , d 2 , d 3 ,....d n : curah hujan di pos 1, 2, 3, ....n (mm),
A1 , A2 , A3 ,.... An : luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3, ....n (km2).
3. Distribusi Frekuensi
Dalam statistik dikenal beberapa jenis distribusi frekuensi dan masing-masing distribusi
memiliki sifat khas sehingga setiap data hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan
sifat statistik masing-masing distribusi tersebut. Metode umum yang digunakan dalam
perencanaan ini adalah Metode Log Pearson Tipe III. Untuk pengujian jenis distribusi
dilakukan dengan Metode Chi Square dan smirnov Kolmogorov.
4. Analisis Hujan Rancangan
Curah hujan rencana diperlukan untuk menentukan besarnya debit banjir rencana
apabila data debit banjir dengan selang waktu pengamatan yang cukup panjang tidak
tersedia. Untuk menentukan besarnya curah hujan rencana ini diperlukan data curah
hujan harian maksimum wilayah. Besarnya curah hujan rencana dihitung dengan
analisis probabilitas frekuensi curah hujan Metode Log Pearson Tipe III.
5. Analisis Banjir Rancangan
Perhitungan debit banjir rancangan menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu sebagai berikut (Soemarto, 1987):
A Ro
Qp =
3,6 ( 0,3 Tp T0,3 )
dengan:
Qp = debit puncak banjir (m3/dtk)
A = luas DAS ( Km2)
Ro = hujan satuan (1 mm)
Tp = selang waktu terakhir sampai puncak banjir (jam)
T0.3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak
sampai menjadi 30 % dari debit puncak (jam)

Aliran dasar sungai = 0.4751 A0.644 D0.943


dengan:
D = kerapatan jaringan kuras (L/A)

IV - 15
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

A = luas DAS (Km2)


L = panjang sungai (Km)
Bagian lengkung naik ( rising limb ) mengikuti persamaan berikut:
2. 4
t
Qa
Tp
dengan:
Qa = limpasan sebelum mencapai puncak (m3/dtk)
Tp = selang waktu terakhir sampai puncak banjir (jam)
Bagian lengkung turun ( decreasing limb ) mengikuti persamaan berikut:
- Qd > 0,3 Qp
t Tp
Qd = Qpx 0.3 T 0.3

- 0,3 Qp > Qd > 0,32 Qp


( t - Tp ) ( 0,5 .T0,3 )

Qd = 1,5 T0,3
Qpx0.3
- 0,32 Qp > Qd
( t - Tp ) ( 0,5 .T0,3 )

Qd = 2 T0,3
Qpx0.3
Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak (Tp)
Tp = Tg + 0,8 Tr
Untuk : L < 15 km tg = 0,21 L0,7
L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 L
tr = 0,5 tg sampai tg (jam)
T0,3 = tg (jam)
Nilai (koefisien limpasan) (Soemarto,1987) :
- Untuk daerah pengaliran biasa =2
- Untuk bagian naik hidrograf lambat dan bagian menurun yang cepat = 1.5
- Untuk bagian naik hidrograf cepat dan bagian menurun yang lambat = 3
i
tr

0,8 tr tg

Q
lengkungnaik lengkung turun

Qp

0,3 Qp
0,32 Qp

Tp T0,3 1,5 T0,3

Gambar 4.6 Hidrograf banjir rancangan Metode Nakayasu

6. Analisis Ketersediaan Air

IV - 16
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Banyak model hidrologi untuk mensimulasikan hujan limpasan yang tujuannya adalah
untuk pengisian atau memperpanjang data debit antara lain model Tank, model Mock,

model SSARR dan model NRECA. Dalam studi ini model hujan limpasan yang diapakai
adalah model NRECA (USA) yang dikembangkan oleh Crowfort, dimana dalam model ini
telah banyak diterapkan oleh Puslitbang Pengairan pada berbagai daerah pengaliran di
Indonesia, selain parameter model relatif sedikit dan mudah dalam pelaksanaannya
serta memberkan hasil yang cukup handal.
Secara umum persamaan dasar dari model ini dirumuskan sebagai berikut :
Q=PE+S
Dimana :
Q = limpasan (mm)
P = hujan rata-rata DAS (mm)
E = Evapotranspirasi actual (mm)
S = perubahan kandungan (simpanan air dalam tanah) (mm)
Persamaan keseimbangan air diatas merupakan dasar dari model NRECA untuk suatu
daerah aliran sungai pada setiap langkah waktu, dimana hujan, actual evapotranspirasi
dan limpasan adalah volume yang masuk kedalam dan keluar pada suatu DAS untuk
setiap langkah waktu tertentu.
Dalam model NRECA terdapat dua tampungan yaitu tampungan kelengasan (moisture
storage) dan tampungan air tanah (groundwater storage). Tampungan kelengasan
ditentukan oleh hujan dan actual evapotranspirasi. Tampungan air tanah ditentukan
oleh kelebihan kelengasan (Excess moisture). Secara skematis diagram dari model
NRECA dapat dilihat pada Gambar 1.
Data masukan yang diperlukan dari model hujan-limpasan NRECA adalah sebagai
berikut :
Hujan rata-rata dari suatu DAS (P)
Evapotranspirasi potensial dari DAS (PET) Jika data yang ada adalah
evapotranspirasi standar (Eto) maka PET = Cf x Eto dimana Cf adalah factor
tanaman.
Kapasitas tampungan kelengasan (NOM) Diperkirakan nilai NOM = 100 + 0,2 *
hujan rata-rata tahunan (mm), dimana nilai C = 0,2 untuk DPS yang hujannya
terjadi terus menerus sepanjang tahun, dan c < 0,2 untuk DAS yang mempunyai
tipe hujan musiman.
Persentase limpasan yang keluar dari DAS di sub surface/infiltrasi (PSUB) Nilai PSUB
berkisar antara 0,1 0,5
Persentase limpasan tampungan air tanah menuju ke sungai (GWF) Nilai PSUB
berkisar antar 0,5 0,9
Nilai awal dari tampungan kelengasan tanah (SMSTOR)
Nilai awal dari tampungan air tanah (GWSTOR)

IV - 17
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Gambar 4.7 Skematisasi Model Nreca

7. Analisis Kebutuhan Air


Dalam penentuan kebutuhan air irigasi untuk tanaman adalah tergantung pada
penentuan pola tanam, yang dibuat dengan beberapa alternatif dimana untuk
mendapatkan debit yang efisien juga diatur pembagian golongan yang sesuai.
Perhitungan air irigasi tiap hektar didasarkan atas faktor-faktor yang bisa
mempengaruhi kebutuhan air tanaman di sawah, faktor tersebut antara lain kriteria
perencanaan :
a. Penyiapan lahan
b. Kebutuhan air tanaman
c. Perkolasi dan infiltrasi
d. Hujan Efektif
e. Efisiensi Irigasi
Untuk perhitungan kebutuhan tanamam akan air maka pelaksanaannya adalah dengan
membuat terlebih dahulu pola tanam dan pelaksanaan perhitungan

adalah dengan sitem tabel, adapun kebutuhan air bersih tanaman dihitung dengan
rumus :
NFR = ET crop + P - Re + WLR
DR = NFR / E
dimana :
NFR = Kebutuhan air bersih lapangan (mm/hari).
NFR = NFR (l/dt/ha).
DR = Kebutuhan air di tempat pengambilan (l/dt/ha)

8. Analisis Sedimentasi
Sedimentasi pada embung terjadi sebagai akibat adanya kegiatan erosi di daerah DAS.
Laju erosi suatu DAS dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
Kondisi geologi meliputi struktur geologi, jenis bahan dan penyebarannya, tingkat
pelapukan batuan, daya tahan batuan terhadap pengaruh cuaca dll.
Kondisi topografi meliputi kondisi perbukitan/pegunungan dan tingkat kemiringan
daerah.

IV - 18
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Kondisi meteorologi yaitu karakteristik hujan meliputi intensitas, frekuensi serta


durasi hujan.
Kondisi penutup permukaan tanah.
Kondisi tata guna lahan
Adapun besarnya dead storage dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DEADt TEt x SL x CA x 1000

dimana:
DEAD t = Volume sedimentasi pada t tahun (m )
TEt =Trap effisiensi pada t tahun, dari grafik Churchill dan setelah
diperhitungkan adanya perusakan hutan ilegal diambil = 1
SL = tingkat sedimentasi
CA = Daerah Aliran Sungai
T = Usia guna embung

9. Analisis Opitimasi Keseimbangan Air


Dalam studi pengoperasian waduk ini adalah melakukan analisa debit yang masuk dan
yang dikeluarkan untuk keperluan air, yaitu untuk memberikan patokan dalam
perhitungan operasional waduk, maka digunakan prinsip :
a. Adanya keseimbangan debit masuk, debit keluar tampungan dan dengan
mempertimbangkan kehilangan-kehilangan debit
b. Memanfaatkan tampungan seefektif mungkin sesuai dengan perencanaan
c. Debit masuk adalah sesuai dengan data yang berhasil dicatat
d. Mempertimbangkan batasan fasilitas operasi dan batasan alam
Kebutuhan air di sini adalah menyangkut kebutuhan untuk irigasi dan kebutuhan untuk
air minum, untuk itu diperlukan adanya perhitungan di awal, yaitu sebelum dicoba
membuat simulasi pengoperasian waduk antara lain data tersebut sebagai berikut :
a. Debit sungai
b. Lengkung kapasitas tampungan waduk
c. Kebutuhan air irigasi di petak sawah
d. Kebutuhan air baku
e. Kebutuhan debir untuk Minihidro
f. Luas rencana areal irigasi
g. Data klimatologi
h. Data sedimentasi dan rembesan

Analisa pendekatan untuk keseimbangan simulasi dari kemampuan air dan kebutuhan
air. Prinsip dasar dari studi optimasi dengan simulasi adalah pengembangan dari
persamaan kontinuitas berupa rumus neraca air di waduk sebagai berikut :
St = St-1 + It Et + Wr + Ot
dimana :
St = Volume air waduk pada waktu t
St-1 = Volume air waduk pada waktu t-1
It = Volume inflow yang masuk ke waduk pada waktu t
Et = Evaporasi yang terjadi waduk pada waktu t
Wr = Kebutuhan air tanaman pada waktu ke t
Ot = Volume outflow yang disuplai dari waduk pada waktu t

IV - 19
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Tahapan selanjutnya adalah kegiatan perencanaan detail desain embung. Kegiatan ini
meliputi analisis hidrolika bangunan pelimpah dan bangunan pengambilan, analisis struktur
tubuh embung dan bangunan pelimpah, perhitungan rab dan analisa ekonomi,
penyusunan manual O&P embung, pembuatan spesifikasi teknik dan metode pelaksanaan.
Bagan alir pelaksanaan detail desain embung dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Hasil Pengukuran Topografi Hasil Investigasi Geologi Hasil Analisa Hidrologi

Perencanaan Detail Desain Embung


Detail Spillway
Detail Kolam Olak
Detail Pondasi dan Tubuh Embung
Detail Bangunan Inlet
Detail Bangunan Outlet

Analisis Struktur
- Struktur Tubuh Embung
Menggunakan Sofware Geo-Slope 2004
- Struktur bangunan Pelimpah
Metode Pias

RAB dan Analisa Ekonomi


Perhitungan BOQ
Perhitungan RAB
Analisa Kelayakan Ekonomi

Penyusunan Spektek dan


Metode Pelaksanaan

Penyusunan Manual O&P

Penyusunan Lap. Akhir

SELESAI

Gambar 4.8 Bagan Alir Pekerjaan Detail Desain Embung

IV - 20
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

4.5.2. Analisa Hidrolika


Analisis hidrolika digunakan untuk menentukan dimensi pelimpah dan tinggi jagaan
(freeboard), sedangkan dimensi struktur akhir ditentukan berdasar optimasi lebar pelimpah
yang dihubungkan dengan biaya timbunan. Bangunan pelimpah umumnya terdiri dari
empat bagian utama yaitu (Soedibyo, 2003) :
1. Saluran Pengarah Aliran
2. Saluran Pengatur Aliran
3. Saluran Peluncur
4. Peredam Energi

W 1/5 H
V H
V 4 m/det

Gambar 4.9 Penampang Memanjang Bangunan Pelimpah

1. Saluran Pengarah Aliran


Bagian ini berfungsi sebagai penuntun dan pengarah aliran agar tetap dalam kondisi
hidrolika yang baik. Pada saluran ini kecepatan masuk air supaya tidak melebihi 4 m/dt,
kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya diambil lebih besar 1/5 x tinggi
rencana limpasan di atas mercu ambang pelimpah.
2. Saluran Pengatur Aliran
a. Tipe bendung pelimpah (over flow weir type)
Bendung pelimpah sebagai salah satu komponen dari saluran pengatur aliran dibuat
untuk lebih meningkatkan pengaturan serta memperbesar debit air yang akan melintasi
pelimpah. Debit yang melalui pelimpah dengan ambang tetap dihitung berdasarkan
rumus (Soedibyo, 2003):
Q = C x L x H3/2
dengan :
Q = debit yang lewat pelimpah (m3/dt),
C = koefisien limpahan,
L = lebar efektif ambang pelimpah (m),
H = tinggi air diatas ambang pelimpah (m)
b. Koefisien Limpahan
Koefisien limpahan pada pelimpah biasanya berkisar antara 2,0 s/d 2,1 yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Sosrodarsono, 1989):
1. Kedalaman air di dalam saluran pengarah aliran
2. Kemiringan lereng udik pelimpah
3. Tinggi air di atas mercu pelimpah
Koefisien limpahan (C) dari tipe standar suatu pelimpah dapat diperoleh dengan rumus
Iwagaki, sebagai berikut :
0 , 99
Hd
Cd = 2,200 - 0,0416
W

IV - 21
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

h
1 2a
Hd
C = 1,60
h
1 a
Hd
dengan :
C = koefisien limpahan,
Cd = koefisien limpahan pada saat h = Hd,
h = tinggi air diatas mercu pelimpah (m),
Hd = tinggi tekanan rencana di atas mercu pelimpah (m),

W = tinggi pelimpah (m)


a = konstanta (diperoleh pada saat h = Hd yang berarti C = Cd).
c. Lebar Efektif Pelimpah
Pada saat terjadinya pelimpahan air melintasi mercu suatu bendung terjadi kontraksi
aliran baik pada kedua dinding samping bendung maupun disekitar pilar-pilar yang
dibangun diatas mercu bendung tersebut, sehingga secara hidrolis lebar efektif suatu
bendung akan lebih kecil dari seluruh panjang bendung yang sebenarnya dan debit air
yang melintasi mercu bendung yang bersangkutan selalu didasarkan pada lebar
efektifnya.Perhitungan lebar efektif bendung dihitung berdasarkan persamaan (KP-02,
1986):
L = L - 2 [n . Kp + Ka] . H
dengan :
L = lebar efektif pelimpah (m),
L = lebar pelimpah yang sesungguhnya (m),
n = jumlah pilar-pilar di atas mercu pelimpah,
Kp = koefisien kontraksi pada pilar,
Ka = koefisien kontraksi pada dinding samping,
H = tinggi muka air diatas mercu pelimpah (m)
d. Profil Penampang Lintang Pelimpah Tipe Ogee
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, US Army Corp. of Engineers
telah mengembangkan persamaan berikut (KP-02, 1986):
n
Y 1 X
*
Hd K Hd
dimana:
Hd = tinggi air rencana di atas mercu (m)
X dan Y = koordinat permukaan hilir mercu
K dan n = parameter
Bentuk profil pelimpah bagian hilir menurut persamaan Harrold :

3 - 4 H1 max

1.85 0.85 1.810 0.810


X = 2.0 hd Y X = 1.939 hd Y

H1 hd 0.282 hd H1 hd 0.214 hd
origin of
coordinates
0.175 hd 0.115 hd
X X

R = 0.2 hd Y R = 0.22 hd Y
R = 0.5 hd R = 0.48 hd
0.57
IV - 22
1
3 - 4 H1 max

1.85 0.85 1.810 0.810


X = 2.0 hd Y X = 1.939 hd Y

Laporan Pendahuluan 2016


H1 hd
Detail Desainorigin
0.282 hd
Embung
of Bunumbang
H1 hd
di Kabupeten
0.214 hd
Lombok Tengah
coordinates
0.175 hd 0.115 hd
X X

R = 0.2 hd Y R = 0.22 hd Y
R = 0.5 hd R = 0.48 hd
0.57

1.836 0.836 1.776 0.776


X = 1.936 hd Y X = 1.873 hd Y

H1 hd 0.237 hd H1 hd
0.119 hd
0.139 hd
X X

R = 0.21 hd Y Y
R = 0.58 hd
0.33

1 R = 0.45 hd

Gambar 4.10 Bentuk-Bentuk Bendung Mercu Ogee

3. Saluran Peluncur
Rencana teknis saluran peluncur didasarkan pada perhitungan hidrolika untuk
memperoleh gambaran kondisi pengaliran melalui saluran tersebut pada debit-debit
tertentu (debit banjir rencana, debit banjir abnormal, dan lain-lain). Bentuk dan dimensi
saluran serta tinggi dindingnya ditentukan berdasarkan kedalaman aliran air yang
melintasi saluran. Berbagai metode perhitungan telah banyak dikembangkan untuk
mendapatkan garis permukaan aliran di dalam saluran peluncur (Soedibyo, 2003).
Metode perhitungan yang didasarkan pada teori Bernoulli, sebagai berikut:
Z2 + d2 + hv2 = Z1 +hv1 + hL
dengan :
z = elevasi dasar saluran pada suatu bidang vertikal (m),
d = kedalaman air pada bidang tersebut (m),
hv = tinggi tekanan kecepatan pada bidang tersebut (m),
hl = kehilangan tinggi tekanan yang terjadi diantara dua buah bidang
vertikal
4. Peredam Energi
Pada saat banjir akan terjadi limpasan dengan kecepatan tinggi, hal ini akan
menimbulkan penggerusan pada bagian hilir/belakang pelimpah sehingga
menyebabkan kerusakan dan terganggunya stabilitas lereng. Untuk itu diperlukan
peredam energi untuk mengubah aliran dari superkritis menjadi subkritis. Tipe peredam
energi secara umum adalah (KP-02, 1986):
1. Tipe loncatan (water jump type)
Biasanya digunakan untuk sungai-sungai yang dangkal dengan kedalaman yang kecil
dibandingkan loncatan hidrolis du ujung hulu peredam energi.
2. Tipe kolam olakan (stilling basin type)
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang olakan
ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang dibedakan oleh
rezim hidraulik aliran dan konstruksinya.

3. Tipe bak pusaran (roller bucket type)


Tipe ini biasanya digunakan pada sungai yang mengangkut material berupa batu besar
dengan dasar yang relatif tahan gerusan. Untuk menghindarkan kerusakan lantai

IV - 23
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang
terbawa akan melanting ke arah hilirnya
4. Tipe vlughter
Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa batuan
besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di atas
mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.

4.5.3. Analisa Struktur


1. Analisa Stabilitas Tubuh Embung
a. Analisis Stabilitas Lereng Embung
Pada umumnya metode yang digunakan untuk analisa stabilitas embung adalah dengan
mengambil suatu bidang longsoran yang dianggap potensial dalam tubuh embung dan
atau pondasinya, kemudian dilakukan perhitungan tegangan-tegangan geser sepanjang
bidang longsoran tersebut yang diperlukan untuk keseimbangan dan gaya-gaya kekuatan
geser yang bekerja pada bidang yang sama.
Prosedur yang dipakai dalam analisa stabilitas adalah sebagai berikut :
a. Ditinjau sebagai masalah berdimensi dua.
b. Diambil permukaan longsoran potensial yang memotong timbunan dan / atau
pondasi. Bentuk dan tempat bidang longsoran dipilih sembarang berdasarkan
judgement sebagai bidang longsoran yang dimungkinkan. Bidang longsoran ini
dapat berbentuk lingkaran, terdiri dari beberapa garis lurus atau lengkung sebarang.
Bagian timbunan bendungan dan pondasi yang terletak diatas permukaan longsoran
disebut massa longsoran yang dicoba (trial).
c. Hitung tegangan-tegangan geser diatas permukaan longsoran potensial yang
diperlukan untuk menahan longsoran.
d. Hitung gaya geser yang ada untuk menahan longsoran.
e. Batas keamanan yang diperoleh adalah merupakan perbandingan antara tegangan
geser yang diperlukan untuk keseimbangan dengan kekuatan geser yang ada.
f. Prosedur inni diulang-ulang untuk permukaan-permukaan longsoran potensial yang
lain hingga diperoleh permukaan kritis yang mempunyai faktor keamanan terkecil.

Metode ini menggunakan prinsip keseimbangan batas dengan anggapan bahwa longsoran
lereng berbentuk lingkaran. Massa urugan yang longsor dibagi menjadi beberapa bagian
kecil oleh bidang longsoran vertikal.

Dengan menjumlah semua momen perlawanan terhadap geser dan momen pelongsoran
pada setiap potongan, maka persamaan umum untuk menentukan faktor keamanan (sf).
Secara skematis diperlihatkan sebagai berikut :

Gambar 4.11 Gaya yang bekerja pada bidang longsor dan segmen
Dengan:
W = berat segmen
S = gaya tangensial yang bekerja pada bidang gelincir

IV - 24
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

P = gaya normal yang bekerja pada bidang gelincir


X = gaya vertikal yang bekerja pada segmen
E = gaya horisontal yang bekerja pada segmen
L = lebar bidang gelincir per segmen
b = lebar segmen
= sudut yang dibentuk oleh garis vertikal dengan garis yang melalui pusat
lingkaran dan pertengahan bidang gelincir per segmen
c = kohesi tanah
= sudut geser dalam
= tekanan air pori
FK = faktor keamanan

Untuk melakukan perhitungan ini lereng dibagi dalam beberapa segmen dan selanjutnya
dilakukan tinjauan terhadap salah satu segmen seperti pada gambar diatas. Gaya yang
menyebabkan kelongsoran adalah berupa momen penggerak segmen sebesar W x X.
Momen penggerak seluruhnya diperoleh dengan menjumlahkan momen dari setiap
segmen.
Jumlah momen penggerak seluruhnya = W.X
= W.Rsin
= R xsin
Faktor keamanan (FK) adalah perbandingan antara kekuatan geser yang ada dengan
kekuatan geser yang diperlukan untuk mempertahankan kemantapan.

Jadi kalau kekuatan geser = S, maka kekuatan geser untuk mempertahankan kemantapan
adalah = S/FK. Jika S = gaya pada dasar segmen, maka :
Dengan mempersamakan momen perlawanan dengan momen penggerak, maka:
R
R W sin sL
FK
Dengan demikian:
sL
FK
W sin
Jika nilai s diganti dengan c + Ptan dimana P = P-, maka:
S = c + (P-u) tan sehingga:
s L ( P u L) tan '
FK
W sin
1
FK c 'L ( P u L) tan '
W sin
Dengan cara Bishop besarnya P diperoleh dengan menggunakan gaya-gaya lain pada arah
vertikal, yaitu:
tan ' c' L
( P u L) sin ( P u L) cos W ( X n X n 1 ) sin u L cos
FK F
Sehingga:
c ' sin
W ( X n X n 1 ) L( u cos )
( P u L) FK
tan '
cos sin
FK
Pada cara Bishop (simplifield) ini, nilai (Xn-Xn+1) dianggap sama dengan nol, sehingga:

IV - 25
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

c' sin
W L( u cos )
( P u L) FK
tan '
cos sin
FK
Pembebanan untuk analisis stabilitas lereng embung mempertimbangkan kondisi berikut:
a. Selesai pembangunan baik untuk lereng hilir maupun udik.
b. Keadaan langgeng (steady seepage) lereng hilir maupun udik.
c. Keadaan lsurut cepat (rapid draw down) lereng udik.

b. Gaya Penahan dan Gaya Penyebab Longsor


Luasan tanah di dalam bidang longsor dibagi menjadi pias-pias, berat tanah tiap pias
tergantung dari lapisan tanah yang ada dalam tiap pias tersebut.
Untuk lapisan tanah diatas garis rembesan berat volume tanah diambilkering,
sedangkan untuk tanah dibawah garis rembesan berat volume tanah
diambilsaturated dan gaya keatas air diperhitungkan setinggi h dari permukaan
garis rembesan terhadap titik berat segmen pada bidang longsor.
Terhadap beban normal (tanpa gempa) :
- Gaya penahan longsor N = R.C.L(W.Cos - Utan )
- Gaya penyebab longsor T = R.W.Sin
Dengan memperhitungkan beban gempa :
- Gaya penahan longsor N = RC.L(W.Cos - e. Cos U)tan )

- Gaya penyebab longsor T = R.W.SineR.W.Sin

Angka keamanan di dapat perbandingan gaya penahan longsor dengan gaya penyebab
longsor :
Terhadap beban normal (tanpa gempa) :
Sf = N = R.C.LW.Cos - U)tan )
T R.W.Sin
Dengan memperhitungkan beban gempa :
Sf = N = R.C.L(W.Cos - e. Cos U)tan )
T R.W.Sin eR.W.Sin
Dengan:
W : berat tanah tiap segmen (ton)
Sf : Angka keamanan
C : Kohesi tanah (ton/m2)
U : w . b . h (ton)
: Sudut geser dalam tanah (o)
b : lebar tiap segmen (m)
h : Tinggi dari garis rembesan terhadap titik berat bidang longsor (m)
R : Jari-jari lingkaran (m)
L : Panjang bidang longsor tiap segmen (m)
e : Koefisien gempa
: Sudut yang dibentuk oleh garis dari pusat lingkaran ke pusat berat bidang
longsor tiap segmen terhadap garis vertikal (o)

c. Stabilitas Terhadap Aliran Filtrasi


Baik tubuh bendungan maupun pondasinya harus mampu menanggulangi gaya- gaya yang
ditimbulkan oleh adana air filtrasi yang mengalir melalui celah-celah antara butiran-butiran

IV - 26
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

tanah pembentuk tubuh bendungan dan pondsi tersebut. Untuk mengetahui kemampuan
daya tahan tubuh bendungan serta pondasinya terhadap gaya-gaya tersebut diatas, maka
perlu dikaji hal-hal sebagai berikut :
- Formasi garis depresi (seepage line formation) dalam tubuh bendungan dengan elevasi
tertentu permukaan air dalam waduk yang direncanakan.
- Kapasitas air filtrasi yang mengalir melalui tubuh dan pondasi bendungan.
- Kemungkinan terjadinya gejala sufosi (piping) yang disebabkan oleh gaya- gaya
dinamis dalam aliran air filtrasi.

Hal-hal seperti tersebut diatas dapat diketahui dengan mendapatkan formasi garis depresi
(seepage line formation) dalam tubuh bendungan dan membuat suatu jaringan trayektori
aliran filtrasi (seepage flow-net) dalam tubuh serta pondasi bendungan.
a. Formasi Garis Depresi
Formasi Garis Depresi pada zone kedap air suatu bendungan dapat diperoleh dengan
metode Casagrande. Apabila angka permeabilitas vertikalnya (kv) berbeda dengan
angka permeabilitas horisontalnya (kh), maka akan terjadi deformasi garis depresi

kv
dengan mengurangi koordinat horisontalnya sebesar kh kali.

Pada gambar dibawah, ujung tumit hilir bendungan dianggap sebagai titik permulaan
koordinat dengan sumbu-sumbu x dan y, maka garis depresi dapat diperoleh dengan
persamaan parabola bentuk dasar sebagai berikut :

Gambar 4.12 Garis depresi pada bendungan homogen


2
y 2 y0
x
2y 0 Atau
y 2 y 0 .x y 0
2
Dan
y0 h 2 d 2 d
Dengan:
h = jarak vertikal antara titik-titik A dan B
d = jarak horisontal antara titik B2 dan A
L1 = jarak horisontal antara titik-titik B dan E
L2 = jarak horisontal antara titik-titik B dan A
A = ujung tumit hilir bendungan
B =titik perpotongan antara permukaan air waduk dan lereng udik bendungan
B1 =titik perpotongan antara parabola bentuk besar garis depresi
B2 = titik yang terletak sejauh 0,3 L1, horisonstal ke arah udik dari titik

b. Pembuatan jaringan trayektori aliran filtrasi (seepege flow-net)


Berbagai metode telah dikembangkan untuk membuat jaringan trayektori aliran filtrasi
pada bendungan urugan dna metode yang paling sesuai dan sederhana adalah

IV - 27
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

metode grafis oleh Forchheimer (Forchheimers diagramatical solution). Cara ini dapat
mencapai hasil yang baik jika dikerjakan oleh tenaga ahli yang cukup berpengalaman.

Didasarkan pada jaringan trayektori aliran filtrasi yang telah tergambar, selanjutnya
dapat dihitung kapasitas air filtrasi dengan ketelitian yang cukup baik dan gambar
tersebut akan cocok dengan kenyataan bila dikerjakan oleh ahli yang cukup
berpengalaman. Contoh jaringan trayektori aliran filtrasi (flow-net) dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 4.13 Contoh jaringan trayektori aliran filtrasi dalam tubuh bendungan

4.5.3.2 ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PELIMPAH


1. Analisa Pembebanan
Analisis stabilitas merupakan perhitungan stabilitas bangunan berdasarkan pada jenis
bahan bangunan serta geologi bangunan tersebut ditempatkan. Stabilitas suatu bangunan
ditentukan oleh kondisi tanah yang menahan beban bangunan tersebut. Kemampuan
tanah dalam memikul bangunan diatasnya tergantung pada sifat, jenis dan pengaruh
terhadap gaya luar.

Analisis stabilitas pelimpah ditentukan oleh gaya-gaya yang bekerja pada bangunan
pelimpah antara lain (KP-02, 1986):
a. Tekanan air
- Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air. Persamaan
yang digunakan sebagai berikut (KP-06, 1986):

Ph 1
2 . w . H 2
dengan :
Ph = tekanan hidrostatik (t/m)
w = berat volume air (t/m3)
H = tinggi air (m)
Titik berat gaya pada 1 H (m)
3

- Tekanan hidrodinamik
Persamaan yang digunakan sebagai berikut (KP-06, 1986):
7
Pd w H 2 Kh
12
dengan :
Pd = tekanan hidrostatik (t/m)
w = berat volume air (t/m3)
H = tinggi air (m)

IV - 28
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Kh = koefisien gempa

Titik berat gaya pada 5


2
(m)
H
b. Tekanan tanah
- Tekanan tanah aktif
Persamaan yang digunakan sebagai berikut (KP-06, 1986):
1
Pa H 2 t Ka
2
dengan:
Pa = Tekanan tanah aktif (t/m)
t = Berat volume tanah (t/m3)
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
H = kedalaman tanah untuk tekanan tanah aktif (m)
Titik berat gaya pada 1
3 H (m)
- Tekanan tanah pasif
Persamaan yang digunakan sebagai berikut (KP-06, 1986):
1 2
Pp H t Kp
2
dengan:
Pa = Tekanan tanah aktif (t/m)
t = Berat volume tanah (t/m3)
Ka = Koefisien tekanan tanah pasif
H = kedalaman tanah untuk tekanan tanah pasif (m)

Titik berat gaya pada 3


1
(m)
H
- Tekanan sedimen/Lumpur
Persamaan yang digunakan sebagai berikut (KP-06, 1986):
1
Ps s w Cs H 2
2
dengan:
Ps = Tekanan sedimen (t/m)
s = Berat volume sedimen (t/m3)
Cs = Koefisien tekanan tanah
H = kedalaman air(m)
Titik berat gaya pada 1
3 H (m)
c. Beban mati
Beban mati adalah berat sendiri dari struktur termasuk material pengisinya. Menurut
Standar nasional Indonesia, berat satuan dari berbagai material diuraikan sebagai
berikut:

4.5.4 Perhitungan BOQ dan RAB


Untuk perhitungan kuantitas pekerjaan adalah dilakukan dengan menghitung setiap item
pekerjaan berdasarkan gambar perencanaan dimana secara umum jenis pekerjaan
tersebut adalah :
a. Pekerjaaan Tanah
Perhitungan volume dilakukan berdasarkan rerata luasan data potongan penampang
desain tanah dengan dikalikan dengan jarak untuk setiap jenis kegiatan ataupun
material jenis material yang digunakan dengan satuan kuantitas, yaitu m 2 ataupun m3.
b. Pekerjaan Bangunan

IV - 29
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Perhitungan volume dilakukan berdasarkan rerata luasan data potongan penampang


desain bangunan yang mewakili bentuk dengan dikalikan jarak untuk setiap jenis
kegiatan ataupun meterial yang digunakan dengan satuan kuantitas, yaitu m 2 ataupun
m3 .
c. Pekerjaan Lainnya
Pekerjaan ini disesuaikan dengan sifatnya yang dihitung dalam bentuk satuan kuantitas,
yaitu m3, m2, buah, set ataupun lainnya.
Perhitungan Rencana Anggaran Biaya dihitung berdasarkan kuantitas dan harga satuan
pekerjaan.Harga satuan pekerjaan dihitung berdsarkan hasil perhitungan suatu analisis
biaya. Untuk menentukan harga satuan upah dan bahan dilakukan suatu survey harga
dilapangan dengan mengambil beberapa sampel.

4.5.5 Analisa Kelayakan Ekonomi


1. Metode Perhitungan Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara Benefit dan Cost pada kondisi nilai present biaya, yang
mana dalam analisis ini dapat digunakan sebagai indikator sejauh mana suatu proyek
menguntungkan secara ekonomi, maupun finansial ditinjau pada berbagai suku bunga.
Langkah yang harus dilakukan untuk perhitungan ini tidak banyak berbeda dengan langkah
untuk perhitungan EIRR.
Secara umum rumus untuk perhitungan nilai Present Value (PV)adalah sebagai berikut:
F
PV
1 i n
dimana:
PV = Nilai sekarang (Present Value)
F = Nilai pada tahun ke n
I = Nilai suku bunga
n = tahun ke 1,2,3,dst
Dalam evaluasi suatu proyek, nilai NPV pada suku bungan pinjaman yang berlaku harus
mempunyai harga > 0. Jika NPV = 0 berarti proyek tersebut mengembalikan persis seperti
nilai investasi. Jika NPV < 0 proyek tersebut dari segi ekonomi maupun finansial tidak layak
untuk dibangun.

2. Metode Perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR)


Untuk pembangunan bendungan dipertimbangkan diperbandingkan adalah Present Value
(PV) dari masing-masing Cash Out Flow dengan discount rate (I) tertentu.

Di dalam analisa financial, Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara PV dari Cash
in Flow (hasil penjualan listrik) sebagai benefit dan PV dari Cash Out Flow (total biaya
investasi dan pemeliharaan bendungan) sebagai cost dan dihitung untuk discount rate (I)
tertentu.

Perhitungan BCR dilakukan dengan rumus sebagai berikut :


n
Bt
(1 I )
t 1
t
BCR n
Ct
(1 I )
t 1
t

dimana :
I = dicount rate
t = index tahun

IV - 30
Laporan Pendahuluan 2016
Detail Desain Embung Bunumbang di Kabupeten Lombok Tengah

Kriteria BCR > 1 maka keterangan itu berarti ada / terdapat keuntungan. Sebaliknya untuk
BCR < 1 dapat dinyatakan bahwa proyek tersebut tidak layak untuk dibangun.

3. Metode Perhitungan Internal Rate Of Return (IRR)


IRR merupakan nilai discount rate I yamh membuat NPV = 0. Didalam analisa investasi ini
ditinjau 2 macam IRR yaitu EIRR dan FIRR.
EIRR = Economic Internal Rate of Return
Merupakan nilai IRR pada analisa ekonomis dengan pengertian unsur-unsurnya (benefit
dan cost) adalah sebagaimana dijelaskan pada metode BCR diatas.
FIRR = Financial Internal Rate of Return
Merupakan nilai IRR pada Analisa Financial dengan unsur-unsur juga sesuai pengertian
metode BCR.
Perhitungan IRR dilakukan dengan unsur-unsur Cash Out Flow dan Cash In Flow setiap
tahunnya. Prosedur trial dan erorr dari perhitungan IRR :
I. Ambil nilai discount rate I yang diduga mendekati nilai IRR, kemudian dihitung nilai
NPV setiap tahun dan cummulative NPV.
II. Nilai I harus dicoba sedemikian rupa sehingga nilai cummulative NPV diakhir umur
proyek sama dengan nol. Pendekatan konvergensi dapat juga dilakukan dengan
syarat salah satu dari kedua perkiraan I mempunyai nilai cummulative NPV yang
mendekati nol dan pendekatan nilai IRR diperoleh berdasarkan rumus :
NPV
IRR I ' (I " I ' )
NPV ' NPV '
dimana :
I = percobaan yang pertama
II = percobaan yang kedua
NPV = nilai cummlative NPV yang pertama
NPV = nilai cummlative NPV yang kedua

4. Analisis Sensitivitas
Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat kepekaan dari hasil analisis ekonomi
dengan mempertimbangkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi dengan hasil proyek
jika terdapat kemungkinan terjadinya perubahan dalam dasar-dasar perehitungan biaya
maupun manfaat proyek, terdapat 4 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis
tingkat kepekaan suatu proyek, yaitu :
a. Terdapatnya biaya naik (Cost Overrun).
b. Adanya perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga secara umum,
misalnya pada penurunan harga dari hasil produksi pertanian.
c. Mundurnya waktu pelaksanaan proyek.
d. Penyimpangan dalam perkiraan hasil.

Untuk maksud tersebut, maka analisis sensitivitas di dalam proyek pembangunan ini
ditinjau dengan berbagai keadaan sebagai berikut :
1. Kondisi Normal (Manfaat dan Biaya Tetap).
2. Kondisi Biaya Naik 10% Manfaat Tetap
3. Kondisi Biaya Naik 10% Manfaat Turun 10%

IV - 31

Anda mungkin juga menyukai