Anda di halaman 1dari 19

ahapan Pelaksanaan

Bab

2 Pekerjaan

Yang dimaksud dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pemetaan


adalah uraian mengenai pelaksanaan kerja yang menyangkut masalah survey dan
pemetaan, dengan maksud untuk dapat memberikan gambaran kepada pemberi tugas
mengenai cara penanganan pekerjaan ini sesuai dengan syarat-syarat yang
ditetapkan.

2.1 Bagan Alur Kegiatan Pengukuran Dan Pemetaan Topografi


Berdasarkan tahapan kegiatan yang sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan,
maka dibuat bagan air kegiatan pengukuran dan pemetaan topografi untuk pekerjaan
penyusunan survey data leger jalan ruas jalan nasional kalimantan barat, disajikan
pada Gambar 2.1.

2.2 Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi : persiapan umum, pengumpulan data sekunder, personil
yang dilibatkan, alat yang akan digunakan dan mobilisasi ke lapangan, adapun
uraiannya diuraikan di bawah ini.

1.1 Persiapan Umum


Pekerjaan persiapan umum meliputi :
- Persiapan surat-surat tugas ;
- Penyiapan personil (Surveyor, Draftman/Operator) ;
- Penyiapan peralatan, baik peralatan lapangan maupun peralatan studio ;
- Menyiapkan semua formulir-formulir pengukuran dan daftar isian yang akan
digunakan ;
- Menyediakan bahan-bahan untuk Bench Mark (BM), Control Point (CP) maupun
patok kayu ;
- Menyiapkan bahan-bahan pembuatan peta dasar teknik maupun peta-peta lainnya
- Menyiapkan tenaga pembantu lokal di lokasi proyek.

2-1
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

PERSIAPAN
- Pengumpulan data sekunder
- Pembuatan rencana kerja
- Persiapan personil dan alat

ORIENTASI LAPANGAN
- Pencarian Base Camp
- Pencarian Tenaga Lokal

PEMBUATAN KERANGKA DASAR


- Pembuatan dan pemasangan BM
- Perubahan jalur survey kalau ada

PENGUKURAN PENGUKURAN PENGUKURAN SITUASI


KERANGKA DASAR KERANGKA DASAR - Profil Melintang (crossection)
HORIZONTAL VERTIKAL - Situasi trase dan Situasi Khusus bangunan

HITUNGAN
CHECK - Koordinat dan elevasi pengikatan
JARINGAN KERANGKA DASAR
- Profil melintang jalani
-

HITUNGAN KERANGKA DASAR

DIGITAL PLOTTING PLOTTING


DESKRIPSI BENCH MARK
(Koordinat Polygon) MANUSKRIP

DIGITASI PETA
(Autocad)

- Peta Situasi Trase Skala 1 : 1.000


- Profil memanjang skala 1 : 100
- Profil Melintang skala 1 : 100

Pembuatan Laporan dan Penyerahan


Hasil Akhir Pekerjaan Pengukuran &
Pemetaan Topografi

Gambar 2.1 Bagan Alur Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Topografi

2-2
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

1.2 Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder meliputi :


- Penyiapan Peta Topografi skala 1 : 25.000 dati JANTOP maupun Peta Digital dari
BAKOSURTANAL
- Data koordinat yang akan dipakai sebagai titik referensi dari GPS.
Titik-titik BM referensi yang digunakan baik untuk koordinat (X, Y) maupun untuk
elevasi (Z) adalah titik referensi yang sudah ada di lokasi pekerjaan.

1.3 Peralatan dan Personil

Peralatan yang akan digunakan beserta Personil yang ditugaskan untuk kegiatan
pengukuran dan pemetaan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Daftar Peralatan Yang Digunakan

No. Nama Alat Satuan Jumlah

A. STUDIO GAMBAR

1 Komputer Set 1

2 Printer Buah 1

3 Meja Gambar Buah 3

4 Kalkulator Buah 4

5 Lettering Set Buah 3

B. SURVEY LAPANGAN

1 Theodolit T2 Set 1
2 Theodolit T0 Set 2
3 Waterpass Set 1
4 Roll Meter (5 m) Buah 2
5 Meetband (50 m) Buah 1

Tabel 2.2 Daftar Personil Yang Terlibat

2-3
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

No Nama Posisi/Jabatan

1 Agus Achmad Sudrajat, ST Ahli Geodesi


2 Ir. Lulu Mulyadi Asisten Geodesi
3 Yusuf Chief Surveyor
4 Rudi Slamet Surveyor 1
5 Ruswandi Surveyor 2
6 Sobur Surveyor 3
7 Dadang Haris Draftman Pengukuran 1
8 Doni R Draftman Pengukuran 2
9 Ayi Mahmud Draftman Pengukuran 3

1.4 Mobilisasi dan Persiapan Base Camp

Mobilisasi team pengukuran dan pemetaan terdiri dari 2 (dua) tahap. Pertama yang
diberangkatkan adalah Ahli Geodesi, Chief Surveyor dan Team persiapan yang
bertugas menyiapkan Kantor lapangan, base camp dan melaksanakan pembuatan BM
dan CP. Personil lain yang merupakan pemberangkatan tahap kedua dilakukan setelah
selesainya kegiatan persiapan lapangan.
Lokasi Base Camp dan Studio PT. INTIDELTA WAHANA dengan alamat sebagai
berikut : JL. Antanila II Jln Antasalam No. 1. Antabaru II Bandung Tlp. 022-7808476
Kecamatan Arcamanik – Kota Bandung.

2.3 Pembuatan Peta Rencana Kerja Pengukuran


Pembuatan peta rencana kerja pengukuran dilakukan di atas peta digital Bakosurtanal
skala 1 : 25.000, meliputi :
- Pembuatan rencana jalur pengukuran polygon dan jalur pengukuran waterpass
sebagai kerangka pemetaan,
- Pembuatan rencana penyebaran dan posisi pemasangan Bench Mark (BM)
Perencanaan posisi titik pengamatan azimuth matahari,
- Pembuatan rencana pengukuran trase sungai yang terikat pada jalur pengukuran
polygon dan waterpass,
- Rencana jalur pengikatan pengukuran terhadap titik Bench Mark (BM) referensi.
Peta Rencana kerja pengukuran disajikan dalam lampiran-1.

2-4
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

2.4 Kegiatan Pengukuran Topografi


2.4.1 Pembuatan dan Pemasangan Bench Mark (BM)

Setelah diketahui jalur pengukuran dan batas kawasan, maka segera dipasang BM
dengan ukuran yang telah ditentukan sesuai spesifikasi teknis.
Titik ini terbuat dari beton dipancang ke dalam tanah dan diperkuat dengan beton cor.
Pada salah satu bagian sisi diberi tanda dan nomor urut.
Ketentuan pemasangan BM berdasarkan Kerangka Acuan Kerja, yaitu :
- Konstruksi BM 20 cm x 20 cm x 95cm ditanam 45 cm sehingga yang timbul 40 cm.
- BM dipasang pada setiap jarak interval 5 km
- , diberi baut dan dicat kuning serta diberi notasi yang berurutan.
- Setiap BM yang dipasang akan difoto, dibuat sket yang jelas, diberi nama Kampung,
nama desa dan dicantumkan harga koordinat x,y,z dan dibuat deskripsinya.
- Konstruksi BM dan CP seperti terlihat pada Gambar 2.2.
- Banyaknya BM yang dipasang adalah 63 buah.
2.4.2 Pengamatan Azimuth Matahari

Pengamatan matahari dilakukan untuk mencari arah utara geografis (azimuth) untuk
perhitungan koordinat. Pengamatan dilakukan pada 1 (satu) titik yaitu : BM BKL.7.
Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah :
- Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-
sudut terukur dalam jaringan poligon.
- Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu
dengan yang lainnya.
- Penentuan sumbu X dan Y untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan
pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal.

Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan cara berikut :


- Alat ukur yang digunakan Theodolite T2
- Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)
- Tempat pengamatan, titik awal (BM.Ls.26)

2-5
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

BENCH MARK (BM) CONTROL POINT (CP)

Gambar 2.2 Konstruksi BM dan CP

2-6
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

Dengan melihat metode pengamatan azimuth astronomis pada Gambar 2.3, Azimuth
Target (T) adalah :
T = M +  atau T = M + ( T - M )
dimana :
T = Azimuth ke target.
M = Azimuth pusat matahari.
(T) = Bacaan jurusan mendatar ke target.
(M) = Bacaan jurusan mendatar ke matahari.
 = Sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke
target.

Matahari
Utara
(Geografi)

M
 T
M

T

P0
(target)
BM1

Gambar 2.3 Pengamatan azimuth matahari.

Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur poligon utama terhadap patok P0
dengan titik pengamatan pada BM.1 sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Metoda pengamatan yang dipakai untuk menentukan azimuth matahari
menggunakan metoda tinggi matahari
b. Apabila pengamatan azimuth menggunakan metoda tinggi matahari maka
pengukuran dilakukan pada posisi tinggi matahari berada antara 20 o sampai 40o.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya refraksi yang terlampau besar dan
tidak menentu.
c. Pengamatan matahari menggunakan alat ukur Theodolith T2 dan prisma Roellofs,
hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pengamatan yang lebih teliti.

2-7
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

d. Ketelitian azimuth matahari tidak boleh melebihi 15” (lima belas detik) yaitu selisih
maksimum dari azimuth matahari rata-rata dengan harga azimuth yang didapat
pada kedudukan

2.4.3 Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

Pengukuran kerangka dasar horisontal selain untuk mengetahui posisi setiap BM yang
terpasang, juga untuk memperoleh data kerangka horisontal sepanjang jalur yang
dilalui.
Cara Pengukuran dan batasan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Volume pekerjaan adalah ± 10 km.
2. Pengukuran kerangka horisontal dilaksanakan dengan poligon terikat sempurna
yang diikatkan pada titik referensi (reference point) yang telah ada di lapangan
atau cara lain yang disetujui oleh DIREKSI.
3. Jarak diukur dengan pita ukur baja (seperti pada Gambar 2.4) dan dikontrol
dengan jarak optis.
4. Pengukuran Sudut Jurusan
Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat
ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan
dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik
poligon. Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar 2.5.
 = Sudut mendatar
AB = Bacaan skala horisontal ke target patok B
AC = Bacaan skala horisontal ke target patok C

d1
d2

A 1

d3

Jarak AB = d1 + d2 + d3 2
B

Gambar 2.4 Pengukuran jarak pada permukaan miring.

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :

2-8
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

a. Pengukuran poligon harus diikatkan ke titik tetap yang telah ada (titik
triangulasi, benchmark yang ada), titik referensi yang digunakan harus
mendapat persetujuan direksi pekerjaan.
b. Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
c. Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 50 meter.
d. Jumlah seri pengukuran sudut 2 seri (B1, B2, LB1, LB2).
e. Selisih sudut antara dua pembacaan  5” (lima detik).
f. Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut.
2 2
fx  fy
KI   1 : 5.000
d
dimana:
fx = jumlah X dan fy = jumlah Y

AB
 B

AC

A
C

Gambar 2.5 Pengukuran sudut antar dua patok.

Perhitungan terhadap data pengukuran kerangka dasar horisontal dilakukan


dalam bentuk spreadsheet sehingga koreksi perhitungan dapat dilakukan dengan
tepat dan merata. Hasil perhitungan tersebut diplot dalam bentuk gambar grafik
poligon pengukuran.
5. Kontrol azimuth ditentukan dengan pengamatan astronomi dengan ketelitian 15".
6. Jumlah titik poligon antar dua titik azimuth maksimum 50 titik. Koreksi sudut
antara dua kontrol azimuth = 15", koreksi setiap titik poligon maksimum 8".
7. Salah penutup koordinat maksimum 1 : 5.000
8. Pembacaan sudut horizontal dilakukan dengan cara biasa dan luar biasa dalam
dua seri.
Jalur pengukuran polygon ditetapkan mengikuti (mendekati) batas trase pengukuran,
membentuk jalur ukuran dan terikat pada titik kontrol (BM Referensi) yang sudah ada.

2-9
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

Jalur pengukuran polygon merupakan jalur ukuran untuk memperapat titik polygon di
sepanjang trase sungai dan diikatkan pada titik referensi yang sudah ada.
Bentuk jaringan polygon dalam lampiran – 1 merupakan polygon terikat sempurna,
sehingga hasil ukuran masing-masing polygon sesuai dengan persyaratan teknis.
Persyaratan teknis bentuk polygon tersebut adalah sebagai berikut :
 Persyaratan sudut
 sudut ukuran = (Az akhir – Az awal) + n.180 ………………… Pers. (1)
n = jumlah titik polygon
 Persyaratan absis
 X ukuran = X akhir – X awal …………….…..………………… Pers. (2)
 Persyaratan ordinat
 Y ukuran = Y akhir – Y awal ………………...…..…………… Pers. (3)

Apabila ketiga persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka perbedaan antara hasil
ukuran dan nilai-nilai defenitif merupakan kesalahan pengukuran dan kesalahan ini
harus dihilangkan atau dieliminir dengan cara memberi koreksi sebesar (-)
kesalahan.
Koreksi = - Kesalahan

Lihat Gambar 2.6 di bawah, titik-titik : A ; B ; P ; Q adalah titik-titik referensi,


gambar tersebut menunjukan jaringan kerangka dasar horizontal (jaringan polygon)
terikat sempurna. Diawali dari titik tetap A (Xa,Ya) dan diakhiri di titik tetap P (Xp,Yp).
Untuk menentukan azimuth awal dan akhir diperlukan titik tetap lain yaitu : titik B
(Xb,Yb) dan titik Q (Xq,Yq) atau pengamatan azimuth matahari di titik A dan P.

AZba

AZPQ
B S4
Xb;Yb S0
S1
d1
P Q
A 1 S2 S3 d4
Xp;Yp Xq;Yq
Xa;Ya
d2 d3
2 3

Gambar 2.6 Jaringan Polygon Terikat Sempurna


Data Polygon :

1. Data definitif sebagai kontrol data ukur polygon adalah :

2 - 10
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

X ba

Azimuth awal AZ ba
def
= A tan
Yba
X pq

Azimuth akhir AZ pq
def
= A tan
Ypq
def def

Absis : X = X ap

= Xp - Xa
def def

Ordinat : Y = Y ap

= Yp - Ya

2. Data ukur polygon adalah sebagai berikut :



1, 2, 3 adalah titik-titik polygon yang akan ditentukan nilai koordinatnya :
Titik 1 : X1, Y1
Titik 2 : X2, Y2
Titik 3 : X3, Y3

Data sudut ukur yaitu :
S0 : sudut ukur di titik A
S1 : sudut ukur di titik 1
S2 : sudut ukur di titik 2
S3 : sudut ukur di titik 3
S4 : sudut ukur di titik P

Data jarak polygon :
d1 : jarak ukur dari titik A ke titik 1
d2 : jarak ukur dari titik 1 ke titik 2
d3 : jarak ukur dari titik 2 ke titik 3
d4 : jarak ukur dari titik 3 ke titik P

Dari data definitif dan data ukur tersebut di atas kemudian dihitung koordinat
titik 1, 2, 3. Untuk memudahkan hitungan dibuat daftar hitungan koordinat
seperti terlihat dalam contoh hitungan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Bab. 3 Proses Pengolahan Data, sub
bab 3.2 mengenai Perhitungan Kerangka Dasar Horizontal.

3. Persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut :



 S ukur = AZ akhir – AZ awal + n.180
S0 + S1 + S2 + S3 + S4 = AZ pq – AZ ba + 5.180

 d sin AZ1-1 = X ap

= d1 sin . AZa-1 + d2 sin . AZ1-2 + d3 sin . AZ2-3 +


d4 sin . AZ3-P

2 - 11
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat


 d cos AZ1-1 = Y ap

= d1 cos . AZa-1 + d2 cos . AZ1-2 + d3 cos . AZ2-3


+ d4 cos . AZ3-P

4. Koreksi hasil ukuran polygon :



Koreksi sudut (Ks) = - kesalahan sudut ukur (ksu)
Ks = - ksu
Ks ini dibagikan kepada seluruh sudut ukur secara merata, kalau tidak
habis dibagi, diberikan kepada sudut yang mempunyai sisi polygon yang
pendek.
Contoh :
ksu
Koreksi setiap sudut adalah : Ks 1 s/d 5 = 
5
dimana : 5 = jumlah sudut ukur

Koreksi arah sumbu X (Kx) = - kesalahan ukur arah sumbu X
Kx = - kxu
Kx ini dibagikan kepada hasil ukuran arah sumbu x sebanding dengan
panjang sisi-sisi polygon.
Distribusi koreksi arah sumbu x adalah sebagai berikut :
kxu
Kx1 =  .d1
d1~ 4
kxu
Kx2 =  .d 2
d1~ 4
kxu
Kx3 =  .d 3
d1~ 4
kxu
Kx4 =  .d 4
d1~ 4
Dimana :  d1~4 = jumlah jarak


Koreksi arah sumbu Y (Ky) = - kesalahan ukur arah sumbu Y
Ky = - kyu
Ky ini dibagikan kepada hasil ukuran arah sumbu y sebanding dengan
panjang sisi-sisi polygon.

Distribusi koreksi arah sumbu y adalah sebagai berikut :


kyu
Ky1 =  .d1
d1~ 4

2 - 12
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

kyu
Ky2 =  .d 2
d1~ 4
kyu
Ky3 =  .d 3
d1~ 4
kyu
Ky4 =  .d 4
d1~ 4
Dimana :  d1~4 = jumlah jarak

5. Hitungan Koordinat :
X1 = Xa + dap1 x sin AZap1 + Kx1 ………………… (pers.1)
Y1= Ya + dap1 x cos AZap1 + Ky1 ……………….. (pers.2)

2.4.4 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Pengukuran kerangka dasar vertikal dilakukan dengan metode waterpass memanjang


dengan jalur pengukuran mengikuti jalur pengukuran polygon utama dan polygon
cabang. Pelaksanaannya sesuai dengan spesifikasi teknis, dengan alat ukur waterpass
otomatis yaitu Wild NAK 2.
Pelaksanaan pengukuran waterpass/levelling dibagi dalam 2 (dua) seksi yang semua
bentuknya adalah terbuka.
Pengukuran kerangka dasar vertikal bertujuan untuk mendapatkan :

Ketinggian/elevasi Bench Mark (BM) dan Control Point (CP)

Ketinggian/elevasi titik-titik polygon yang akan digunakan sebagai titik ikat pada
pengukuran detail situasi trase, profil melintang, situasi khusus dan lain-lainnya.
Sebagai titik awal (referensi) ketinggian/elevasi pengukuran dimulai dari muara sungai
(Sungai Citarum) menuju ke arah hulu sungai.
Spesifikasi teknis pengukuran waterpass adalah sebagai berikut :
1. Volume pekerjaan adalah 332 km
2. Alat ukur yang dipergunakan adalah Nak.2 atau sejenis.
3. Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sampai longgar Sambungan
rambu ukur harus betul
4. Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis
bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur
5. Bidikan rambu harus antara interval 0,5 m dan 2,75 m
6. Jarak bidikan alat ke rambu maksimum 50 m
7. Pengukuran sipat datar harus dilakukan setelah benchmark dipasang

2 - 13
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

8. Pada jalur yang terikat/tertutup, pengukuran dilakukan dengan cara pulang


pergi, sedang pada jalur yang terbuka diukur dengan cara pergi pulang dan stand
ganda (double stand)
9. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
10. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.
11. Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 mm  D , dimana D
= jumlah jarak dalam km
dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilo
meter.

Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1

Bidang Referensi

D
D

Gambar 2.7 Pengukuran waterpass.

a. Toleransi beda tinggi antara stand I dan stand II adalah  2 (dua) mm, atau (hI -
hII)  2 (dua) mm.
b. Data hasil pengukuran waterpass dicatat dengan tinta hitam pada formulir
pengukuran yang sudah disetujui pihak direksi pekerjaan.
c. Sebelum memulai pengukuran terlebih dulu dilakukan pengecekan alat untuk
menentukan kemiringan garis bidik dengan cara sebagai berikut :
( BTb 2  BTm 2)  ( BTb1  BTm1)
Tan  
( Db 2  Dm 2)  ( Db1  Dm1)
h 2  h1

d 2  d1
dimana :
BTb = bacaan benang tengah belakang
BTm = bacaan benang tengah muka

2 - 14
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

Db = jarak antara alat dengan rambu belakang


Dm = jarak antara alat dengan rambu muka
 = kemiringan garis bidik
Koreksi garis bidik
c = - tan 
Dengan adanya kesalahan garis bidik maka dapat dilakukan 2 (dua) hal :
 Alat dikalibrasi/dibetulkan posisi garis bidiknya sampai sekecil mungkin
sehingga tidak perlu dikoreksikan lagi (mendekati 0)
 Hasil ukuran dikoreksi apabila selisih dari jumlah jarak belakang dan jumlah
jarak muka cukup besar.

Gambar 2.8 Pengamatan Garis Bidik

Koreksi h (beda tinggi) akibat kemiringan garis bidik adalah sebagai berikut :
h = (BTb – BTm) + c (Db – Dm) atau
h = h’ + c (Db - Dm)

2 - 15
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

Untuk menghilangkan pengaruh kemiringan garis bidik ini adalah diusahakan jarak
muka dan belakang sama diwaktu pengukuran waterpass dilakukan.

Pengukuran kerangka dasar vertikal dilakukan dengan metoda pengukuran waterpass


memanjang. Kerangka dasar vertikal mengikuti route/jalur kerangka dasar horizontal,
sehingga setiap titik merupakan kerangka dasar horizontal dan vertikal. Distribusi titik-
titik acuan/referensi vertikal pada lokasi pekerjaan cukup memadai sehingga sangat
menguntungkan/memudahkan untuk membuat perencanaan dan pelaksanaan
pengukuran.:).
Jalur pengukuran waterpass mengikuti jalur pengukuran polygon yaitu sebanyak 2
(dua) seksi. Dengan sistem pengukuran tersebut maka hasil ukuran dapat dikontrol
dengan persyaratan sebagai berikut :
Persyaratan : ukuran ha1i ……… = (hab)def

3 h3b
Arah pengukuran
2 h23
hab
h12
1

A ha1

Gambar 2.5 Pengukuran Waterpass Terikat Sempurna

1. A dan B titik referensi acuan :


Elevasi A = definitif = EL. Adef
Elevasi B = definitif = EL. Bdef
hab = definitif = habdef
habdef = EL. Bdef – EL. Adef
2. Data ukuran :
Titik 1, 2, dan 3 adalah titik-titik yang akan ditentukan elevasinya.
ha1, h12, dan h23 = diukur
Persyaratan pengukuran waterpass terikat sempurna :
ukuran ha1 …… = (hab)def

2 - 16
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

ha1 + h12 + h23 + h3b = (hab)def


Apabila ukuran ha1 …… (hab)def, maka selisihnya merupakan kesalahan
pengukuran. Untuk mendapatkan hasil ukuran definitif kesalahan ini harus
dieliminir/dihilangkan.
Cara menghilangkan kesalahan tersebut dengan memberi koreksi (k i) hasil
ukuran sebesar (-) kesalahan (ks), ki = - ks
Kesalahan =  ha1 - hab
= ks

Koreksi = - kesalahan

Koreksi tersebut diberikan kepada setiap slag/seksi pengukuran sebanding


dengan jaraknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran hitungan
Waterpass.
3. Hitungan Elevasi :
Hitungan elevasi titik-titik 1, 2 dan 3 sebagai berikut :
EL. 1 = EL. A + ha1 + ki.1
EL. 2 = EL. 1 + h12 + ki.2
EL. 3 = EL. 2 + h23 + ki.3
4. Pelaksanaan Pengukuran
Pengukuran waterpass/levelling dibagi dalam 2 (dua) section seperti halnya pada
pengukuran polygon.

- Azimuth magnetis.
- Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).
- Sudut zenith atau sudut miring.
- Tinggi alat ukur.

Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut :


 Volume pengukuran adalah 24 km
 Alat yang digunakan adalah Theodolit T0, atau yang sejenisnya
 Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan membuat jalur ray,
dimana setiap ray terikat pada titik-titik poligon sehingga membentuk jalur poligon
dan waterpass terikat sempurna.
 Ketelitian poligon raai untuk sudut 2’  N, dimana N = banyaknya titik sudut,
ketelitian jarak poligon skala 1 : 3.000
 Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan
kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang dibuat. Gundukan tanah, batu-batu

2 - 17
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

besar yang mencolok serta garis pantai diukur dengan baik. Juga bangunan-
bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain telah diambil
posisinya.
 Kerapatan titik detail harus dibuat sesuai skala peta yang diminta dan lengkap
sehingga memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta
 Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan
penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta
 Sudut poligon Raai dibaca 1 (satu) seri
 Ketelitian tinggi poligon raai 10 cm  D (D dalam km)

Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya melalui proses hitungan, diperoleh Jarak
datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui koordinatnya (X,Y,Z).
Untuk menentukan tinggi titik B dari titik A yang telah diketahui koordinat (X,Y,Z),
digunakan rumus sebagai berikut :
TB  TA  ΔH
Untuk menghitung jarak datar (D0)

1 
ΔH   100 Ba  Bb Sin 2 m   TA  Bt
 2 
Do = DO Cos2m
Dd = 100(Ba-Bb)Cos2m
dimana :
TA = Titik tinggi A yang telah diketahui.
TB = Titik tinggi B yang akan ditentukan.
H = Beda tinggi antara titik A dan B.
Ba = Bacaan benang diafragma atas.
Bb = Bacaan benang diafragma bawah.
Bt = Bacaan benang diafragma tengah.
TA = Tinggi alat.
Do = Jarak optis 100Ba-Bb.
m = Sudut miring.
Mengingat banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya kemampuan jarak
yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka diperlukan titik-titik bantu yang
membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya pada
jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan
arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis
diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis.
Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah :

2 - 18
Laporan Pengukuran n Penyusunan survey data leger jalan Ruas jalan Nasional kalimantan Barat

C=g-m
Dimana :
G = Azimuth Geografis
M = Azimuth Magnetis

Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail sangat tergantung pada skala peta yang
dibuat, selain itu untuk keadaan tanah yang mempunyai perbedaan tinggi yang
ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat. Hasil dari pengukuran berupa data ray dari
masing-masing ruas dalam jalur poligon yang menyajikan ketinggian titik-titik tanah
yang dipilih dan posisi bangunan yang dianggap penting.
Hasil perhitungan koordinat titik dalam tiap berdiri alat harus diikatkan pada masing-
masing patoknya sehingga didapatkan posisinya terhadap bidang referensi. Secara
jelas titik-titik ini dapat dilihat pada gambar topografi yang memiliki skala rinci.

2.4.5 Pengukuran Profil Melintang dan Memanjang

Secara umum prinsip pengamatan lapangan sama halnya dengan pengukuran trase,
hanya dibatasi sebagai berikut :
 Pengukuran Penampang Memanjang
Bertujuan untuk mengetahui elevasi titik-titik trase yang akan dipakai dalam
perencanaan. Pengukuran dilakukan dengan metode poligon, dimana pada bagian
yang lurus intervalnya 50 meter dan pada tikungan 25 m atau disesuaikan dengan
keadaan tikungan. Pengukuran dilaksanakan dengan alat ukur standar minimum
yaitu Theodolite T0.
 Pengukuran Penampang Melintang
Bertujuan untuk mengetahui elevasi titik-titik yang memotong / tegak lurus as
sungai, spesifikasi pelaksanaan pekerjaan ini antara lain :
 Alat yang digunakan adalah Theodolit T0, atau yang sejenisnya
 Pengukuran dilakukan tiap 50 m untuk bagian alur jalan lurus, dan dibuat
lebih rapat lagi pada bagian sungai yang berbelok-belok
 Pengukuran pada daerah tikungan dilakukan tiap 25 m untuk bagian alur
jalan yang berbelok , dan dibuat lebih rapat lagi berbelok
 Interval jarak pada setiap cross sesuai dengan kerapatan
 Pengambilan penampang melintang sungai dari batas tepi sungai ke arah kiri
dan kanan sungai diambil sepanjang 50 m

2 - 19

Anda mungkin juga menyukai