Anda di halaman 1dari 46

DOKUMEN USULAN TEKNIS

PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK


LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
BAB 6
PE NDE KATAN & METODOLOGI

6.1 PENDEKATAN UMUM

Untuk melaksanakan pekerjaan “PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN


PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK LERAN (1114 HA), DI
PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN
BOJONEGORO”, perlu ditunjang oleh suatu metodologi dan rencana kerja yang
terinci dan sistimatis.Sesuai pemahaman terhadap metodologi pekerjaan yang tercantum
dalam Kerangka AcuanKerja (KAK), maka dalam penanganan pekerjaan ini secara
garis besar lingkup pekerjaan ini terbagi dalam 5 bagian, yaitu

A. PERSIAPAN

B. INVENTARISASI DAN KOMPILASI DATA

C. ANALISIS DATA

D. PERUMUSAN PERENCANAAN

E. PERUMUSAN KONSEP LAPORAN

6.2 PENDEKATAN OPERASIONAL

Untuk pelaksanaan pekerjaan ini CV. JATI UTAMA akan melibatkan tenaga ahli dari
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan proyek perencanaan ini, dengan didukung
oleh fasilitas penun¬jang berupa peralatan yang memadai dan sistem kerja yang
seefisien mungkin.

VI-1
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

6.2.1 Organisasi Pelaksanaan

Demi tercapainya target pekerjaan yang telah ditentukan, diperlu¬kan suatu organisasi
pelaksanaan, yang akan mengatur tugas dan tanggung jawab, serta jalur-jalur perintah
dan koordinasi dari masing-masing tenaga ahli.

Dengan adanya organisasi yang baik diharapkan akan didapatkan suatu sistem kerja
yang efisien sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat dikerjakan secara tepat waktu
dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan.

Organisasi pelaksana pekerjaan akan dipimpin oleh seorang Pimpi¬nan Tim (Tim
Leader), yang telah berpengalaman dalam menangani proyek sejenis dan akan
membawahi tenaga ahli dan unsur pelaksana pekerjaan lainnya.

Dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan embung, CV. JATI UTAMA akan selalu
berhubungan dengan pihak-pihak maupun berbagai instansi yang terkait.

Koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait akan sangat diperlukan demi kelancaran
pelaksanaan pekerjaan, mulai dari tahap pengumpulan data sampai tahap perencanaan,
terutama yang berkaitan dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah setempat.

6.2.2 Kebutuhan Personil Pekerjaan

Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan. Agar
diperoleh hasil perencanaan yang baik, CV. Jati Utama akan menempatkan tenaga ahli
dari berbagai disiplin ilmu, yang sudah berpengalaman dalam menangani proyek-
proyek yang sejenis. Tenaga Ahli untuk pekerjaan ini terdiri dari :

Tenaga Ahli yang dibutuhkan antara lain :

 Ketua Tim/Ahli Sumber Daya Air

 Asisten Ahli Irigasi

VI-2
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

Tenaga Sub Profesional yang dibutuhkan antara lain :

 Surveyor Data

 Draftman Autocad

 Tenaga lokal pengukuran

Tenaga Penunjang yang dibutuhkan antara lain :

 Office Administrator

 Operator Komputer

 Driver

6.2.3 Peralatan dan Material


Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang
dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, antara lain :

1. Basecamp lapangan untuk personil, lengkap dengan peralatan yang diperlukan,


misalnya peralatan tulis, barang-barang habis pakai, dan sejenisnya.

2. Kumpulan laporan kajian terdahulu.

3. Komputer, printer, plotter (sewa).

4. Kendaraan Operasional (sewa).

5. Peralatan survey dan investigasi (sewa).

6. Konsultan dapat pula menyebutkan dalam usulannya barang-barang dan fasilitas


tambahan yang menurut pendapat konsultan perlu diadakan untuk meningkatkan
efisiensi pelaksanaan.

7. Dsb.

6.3 PENDEKATAN TEKNIS

Pendekatan teknis ini disusun untuk menguraikan secara rinci lingkup pekerjaan yang
akan dilakukan konsultan sesuai tujuan dan sasaran proyek yang tertuang dalam TOR.

Konsultan akan berusaha mencapai hasil yang maksimal dari pekerjaan perencanaan
ini, dengan memahami secara menyeluruh aspek-aspek yang tertuang dalam TOR.
Pemahaman pertama ditujukan pada lokasi proyek dan jadual penyelesaian dengan
jangka waktu pelaksanaan sejak penandatanganan kontrak.

Adapun pekerjaan tersebut dapat dibagi atas 3 bagian utama yaitu: kegiatan
lapangan / survey dan kegiatan kantor dan Kegiatan di Laboratorium .
VI-3
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
1) Kegiatan Lapangan

 Survey dan Pengumpulan Data sekunder seperti : Pengumpulan data


dan informasi, pengumpulan peta situasi dan topografi, data
hidroklimatologi

 Pengukuran dan Pemetaan trase saluran rencana baik trase yang ada
maupun trase rencana, serta Pemetaan untuk tapak bendung rencana
serta geologi permukaan

 Iventarisasi Kondisi Jaringan Irigasi

 Iventarisasi Kondisi Kerusakan bangunan dan saluran

 Sket gambar kerusakan dan foto foto.

2) Kegiatan Kantor

 Analisis data lapangan dari masing-masing kegiatan survei

 Analisa Hidroklimatologi

 Analisa Perimbangan Air (Water balance) termasuk water availibility


dan water requirement

 Analisa Debit banjir rancangan untuk bangunan utama

 Perencanaan saluran dan bangunan pengairan

 Penggambaran rencana detil desain

 Perhitungan Volume dan analisa biaya

 Pembuatan Pelaporan

 Dokumen Studi Kelayakan.

6.3.1 Standar Perencanaan

Norma Standar Pedoman dan Manual yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan
inspeksi Jaringan Irigasi, antara lain:
1. SNI 03-2819-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka dengan
Alat Ukur Arus Tipe Baling-Baling.
2. SNI 03-2820-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
Dengan Pelampung Permukaan.
3. SNI 03 -6455.1-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan
bangunan ukur Parshall Flume.

VI-4
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
4. SNI 03 -6455.2-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan
bangunan ukur ambang v-rata.
5. SNI 03 -6455.3-2000 : Metode pengujian aliran pada saluran terbuka dengan
bangunan ukur empat persegi.
6. SNI 03 -6455.4-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan
ambang tajam segitiga.
7. SNI 03 -6455.5-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan
ambang tajam persegi panjang
8. SNI 03-6381-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan
bangunan ukur Cipoletti.
9. SNI-03-6467.1-2000 : Tata cara pengukuran aliran benda cair pada saluran terbuka
dengan bangunan ukur ambang lebar horizontal dan ujung hulu bulat.
10. SNI 03-6738-2002 : Metode perhitungan debit andal air sungai dengan analisis
lengkung kekerepan.
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) :
11. RSNI T - 03 - 2002 : Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis
12. Penggambaran dan Disain harus mengikuti Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria
Perencanaan Irigasi (KP Irigasi 01-07) dan Persyaratan Teknis (PT 01-04), yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan.
13. Standar lain yang berlaku di lingkungan Kementerian PU dan PR.
14. Serta Norma dan kaidah yang berlaku setempat.

Namun di dalam penerapannya diperlukan fleksibilitas yang disesuaikan dengan


keadaan yang ditemui di lapangan. Konsultan harus mengikuti Petunjuk yang diberikan
oleh pemilik pekerjaan dalam hal ini adalah Dinas PU dan Sumber Daya Air Bidang
Irigasi Propinsi Jawa Timur .

Selama proses perencanaan, konsultan akan selalu mengadakan diskusi dengan pemberi
tugas. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin hasil perencanaan sesuai dengan Kerangka
Acuan Kerja serta terpenuhinya jadual pelaksanaan pekerjaan.

6.3.2 KETENTUAN DAN PERSYARATAN

Undang-Undang No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No.20
tahun 2006 tentang Irigasi, mengamanatkan bahwa kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan
irigasi dibagi-bagi sesuai dengan luasan daerah irigasi, sebagai berikut:

• Daerah Irigasi dengan luasan kurang dari 1.000 ha dan terletak dalam satu
kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota.

VI-5
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
• Daerah Irigasi dengan luasan antara 1.000 s/d 3.000 ha dan daerah irigasi lintas
kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi.

• Daerah Irigasi dengan luasan lebih besar dari 3.000 ha dan daerah irigasi lintas
provinsi dan strategis nasional menjadi kewenangan pemerintah pusat.

Dalam Peraturan Pemerintah No.20 tahun 2006 tentang Irigasi, disebutkan bahwa : Operasi dan
Pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi
atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya, perkumpulan petani pemakai air
dapat berperan serta sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Ketentuan dan persyaratan
lain yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan operasi dan
pemeliharaan bangunan irigasi memuat :

6.3.2.1. Lingkup Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

6.3.2.1.1 Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi, harus meliputi:

• Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, data luas tanam,
dll).

• Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit.

• Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan


Pemberian Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana Pengeringan,
dll.

• Pekerjaan melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan


membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan
pintu).

• Pekerjaan mengatur pintu-pintu air pada bendung berkaitan dengan datangnya


debit banjir sungai.

• Pekerjaan mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan lumpur.

• Koordinasi antar instansi terkait.

• Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Irigasi.

Agar Operasi Jaringan Irigasi dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus
tersedia

data pendukung, antara lain:

• Peta Wilayah Kerja Pengelolaan Irigasi sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab (skala 1 : 25.000 atau disesuaikan), dengan plotting sumber air, waduk,
bendung, saluran induk, dan lahan irigasi.

• Peta Daerah Irigasi (skala 1:10.000 atau disesuaikan), dengan batas daerah

VI-6
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
irigasi dan plotting saluran induk dan sekunder, bangunan air, lahan irigasi serta
pembagian golongan.

• Skema Jaringan Irigasi, yang menggambarkan saluran induk dan sekunder,

bangunan air & bangunan lainnya yang ada disetiap ruas dan panjang saluran,

petak tersier dengan data debit rencana, luas petak, kode golongan yang
masingmasing dilengkapi dengan nomenklatur.

• Skema Rencana Pembagian dan Pemberian Air, yang menggambarkan skema

petak dengan data pembagian dan pemberian air mulai dari petak tersier,
saluran sekunder, saluran induk dan bendung/sumber air.

• Gambar Purna Laksana (as built drawing), untuk saluran maupun bangunan.

• Dokumen & Data lain, berupa :

􀂾 Pedoman pengoperasian bendung, bangunan ukur debit atau bangunan

khusus lainnya.

􀂾 Data seri dari catatan curah hujan.

􀂾 Data debit sungai

􀂾 Data klimatologi

􀂾 Dan data lainnya.

6.3.2.1.2 Kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan jaringan irigasi adalah :

• Pengamanan jaringan irigasi (a.l. mencegah penggembalaan dilingkungan

saluran & bangunan, inspeksi rutin, larangan buang sampah dsb.)

• Pemeliharaan rutin (a.l. membabat rumput, memberi pelumas dsb.)

• Pemeliharaan berkala (a.l. mengecat pintu air setiap 1 – 2 th dsb.)

• Perbaikan darurat (a.l. perbaikan tanggul akibat bencana alam dsb.)

• Perbaikan permanen/penggantian.

Semua hal yang berkaitan dengan ketentuan dan persyaratan kegiatan


pemeliharaan mengacu pada RSNI T - 03 – 2002, tentang Tata Cara
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis.

6.3.2.2. Lembaga Pengelola Irigasi

6.3.2.2.1 Lembaga pengelola irigasi yang terlibat dalam pelaksanaan O&P disuatu
daerah irigasi atau unit sekunder, yaitu :

VI-7
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
• Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Dinas/Sub Dinas yang membawahi
masalah irigasi).

• P3A/Unit P3A, GP3A, IP3A

• Komisi Irigasi Kabupaten/Kota.

• dan pihak lain (misal : air minum, industri dan lain-lain)

6.3.2.2.2 Dalam pelaksanaan O&P tersebut, masing-masing lembaga memiliki tugas


pokok & fungsi yang berbeda atau titik beratnya berbeda.

6.3.2.3. Deskripsi Wilayah

6.3.2.3.1 Kondisi Phisik

Beberapa hal penting yang perlu dijelaskan secara singkat adalah :

- Lokasi (a.l. kab, kec, desa) dan luas areal

- Sumber air dan ketersediaan air irigasi

- Kondisi jaringan irigasi (ditambah peta/skema)

- Status pengelolaan jaringan irigasi

6.3.2.3.2 Kondisi Kelembagaan

Beberapa hal yang perlu dijelaskan secara singkat adalah :

- Nama & luas wilayah kerja GP3A/IP3A

- Status GP3A/IP3A

- Jumlah anggotanya (P3A-Unit)

- Luas wilayah kerja setiap P3A-Unit

- Posisi setiap P3A-Unit dalam peta/skema.

6.3.3 PELAKSANAAN PENGOPERASIAN

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi

teknis pekerjaan operasi dan pemeliharaan bangunan irigasi harus memuat :

5.1 Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi

5.1.1 Tahap perencanaan

1) Perencanaan Penyediaan Air Tahunan .

Dibuat oleh instansi teknis tingkat kabupaten/tingkat provinsi yang membidangi


irigasi berdasarkan data-data antara lain ketersediaan air (debit andalan),
realisasi tanam tahun yang lalu, kondisi hidroklimatologi yang akan dipakai
sebagai dasar penyusunan rencana tata tanam tahunan, mengacu pada SNI 03-
6738-2002 : Metode perhitungan debit andal air sungai dengan analisis

VI-8
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
lengkung kekerepan.

2) Perencanaan Tata Tanam Detail.

Penyusunan rencana tata tanam tahunan dirapatkan dan disusun oleh tiap unit
P3A, mengenai luas tanam, jenis tanaman, perkiraan umur tanaman, waktu
pengolahan tanah, waktu sebar benih dan lain-lain diusulkan ke GP3A terkait
(Formulir Operasi : Usulan Dan Keputusan Luas Tanam Per Juru
Pengairan/Mantri) selambat-lambatnya 3 bulan sebelum musim tanam pada
musim hujan (MT-I).

3) Rapat Komisi Irigasi untuk Menyusun Rencana Tata Tanam. Penyusunan


Rencana Tata Tanam Tahunan berdasarkan kebutuhan tanaman yang
diusulkan dengan menggunakan Formulir Operasi : Kutipan Lampiran
Keputusan Komisi Irigasi Mengenai Rencana Tata Tanam Per Daerah Irigasi
yang berisi rangkuman seluruh areal daerah irigasi. Usulan itu dibahas dalam
rapat komisi irigasi untuk menyusun Rencana Tata Tanam yang dilaksanakan
setiap tahun sekali sebelum MT-I .

4) SK Bupati/Gubernur Mengenai Rencana Tata Tanam . Setelah ada


kesepakatan dalam rapat komisi irigasi maka disusun penetapan melalui SK
Bupati/Gubernur tentang Rencana Tata Tanam (RTT). SK tersebut sebagai
dasar dalam menyusun rencana pembagian dan pemberian air serta waktu
pengeringan dan sebelum MT-I SK ini harus sudah terbit.

5) Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan. Penyusunan rencana


pembagian dan pemberian air (RPA) pada jaringan irigasi primer, sekunder,
dan tersier yang disusun oleh Dinas/Cabang Dinas dan atau Kemantren/IP3A,
berdasarkan SK Bupati/Gubernur tentang RTT selambatlambatnya 1 bulan
sebelum musim tanam pada musim hujan (MT-I) . Semua hal yang berkaitan
dengan tahap perencanaan kegiatan operasi mengacu dan berpedoman pada
Pedoman Operasi Jaringan Irigasi Partisipatif pada Irigasi Air Permukaan,
Team SUBDIT O&P.IRIGASI, Oktober 2006.
5.1.2 Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan SK Bupati/Gubernur tentang Rencana Tata Tanam yang dilengkapi
dengan Rencana Pembagian dan Pemberian Air, maka pelaksanaan kegiatan
operasi dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Laporan Keadaan Air Dan Tanaman. Untuk mengetahui realisasi tanam dan
usulan tanam beserta ketersediaan air di petak-petak tersier dengan
menggunakan Formulir Operasi : Laporan Keadaan Air Dan Tanaman yang diisi
oleh mantri/juru dengan periode 2 mingguan.

VI-9
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
2) Penentuan Rencana Kebutuhan Air Di Pintu Pengambilan/Bendung. Setelah
ditetapkan rencana tata tanam maka disiapkan rencana kebutuhan air di pintu
pengambilan dengan menggunakan Formulir Operasi : Rencana Kebutuhan Air
Di Pintu Pengambilan/Bendung yang diisi oleh ranting/mantri dan diketahui oleh
IP3A dengan periode 2 mingguan.

3) Pencatatan Debit Saluran Untuk mengontrol debit yang dialirkan di ruas-ruas


saluran yang telah ditetapkan dalam skema pembagian dan pemberian air,
petugas/mantri pengairan/juru pengairan melakukan pencatatan debit saluran
dengan menggunakan Formulir Operasi : Pencatatan Debit Saluran.

4) Penetapan Pembagian Air Pada Jaringan Sekunder Dan Primer. Setelah


mengetahui ketersediaan air irigasi di pintu pengambilan, usulan rencana tata
tanam ditetapkan pemberiannya dengan menggunakan Formulir Operasi :
Penetapan Pembagian Air Pada Jaringan Sekunder Dan Primer yang
dilaksanakan oleh ranting/pengamat dengan periode 2 mingguan.

5) Pencatatan Debit Sungai/Bangunan Pengambilan. Untuk mengontrol debit


yang masuk ke pintu pengambilan dan debit limpasan di atas mercu bendung,
petugas penjaga bendung/mantri pengairan/juru bendung melakukan pencatatan
debit dengan menggunakan Formulir Operasi : Pencatatan Debit
Sungai/Bangunan Pengambilan.

6) Perhitungan Faktor K atau Faktor Palawija Relatif (FPR). Faktor K adalah


perbandingan antara debit tersedia di bendung dengan debit yang dibutuhkan
pada periode pembagian dan pemberian air 2 mingguan (awal bulan dan tengah
bulan). Jika persediaan air cukup maka faktor K=1 sedangkan pada persediaan
air kurang maka faktor K<1. Perhitungan faktor K menggunakan Formulir
Operasi : Perhitungan Faktor K dan dihitung oleh Cabang
Dinas/Ranting/Pengamat. Dengan menggunakan rumus :

Pada kondisi air cukup (faktor K=1), pembagian dan pemberian air adalah sama
dengan rencana pembagian dan pemberian air. Pada saat terjadi kekurangan air
(K<1), pembagian dan pemberian air disesuaikan dengan nilai faktor K yang
sudah dihitung.

Didekati dengan prosedur sebagai berikut :

• Formulir Operasi : Rencana Kebutuhan Air Di Jaringan Utama Dan Penetapan


Pemberian Airnya menginformasikan besarnya debit (Q) yang diperlukan dan

VI-10
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
penetapan pemberiannya di tingkat jaringan. Pemberian debit disesuaikan dengan
perhitungan faktor K nya.

• Formulir Operasi : Pencatatan Debit Bangunan Pengambilan/ Pencatatan Debit


Sungai menginformasikan besarnya debit (Q) yang tersedia di bendung atau pada
bangunan pengambilan.

7) Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per Daerah Irigasi. Petugas dinas kabupaten
yang membidangi irigasi setingkat Pengamat/ Cabang/ Dinas/ Ranting/ Korwil
PSDA melaksanakan pencatatan realisasi luas tanam, mengetahui realisasi luas
tanam, dan neraca pembagian airnya per daerah irigasi dengan melakukan
pencatatan per musim tanam selama satu tahun dengan menggunakan Formulir
Operasi : Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per Daerah Irigasi. Formulir ini
menginformasikan antara lain :

• Realisasi tanam per musim tanam (MT-I, MT-II, MT-III).

• Kerusakan tanaman.

• Rencana tanam pada tahun berjalan dan pada tahun mendatang.

• Keadaan air.

• Produksi tanaman .

Pencatatan ini dilaksanakan oleh Cabang Dinas/Ranting/Pengamat setiap satu


tahun sekali setelah MT-III .

8) Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per Kabupaten/Kota. Untuk mengetahui


realisasi luas tanam per daerah irigasi per musim tanam (MT) per kabupaten.
Dengan menggunakan Formulir Operasi : Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per
Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh petugas Dinas Kabupaten yang
membidangi irigasi/sumber daya air. Pencatatan ini dilakukan setiap satu tahun
sekali setelah MT-III. Formulir ini adalah informasi mengenai rencana luas
tanam, realisasi tanam, dan areal terkena musibah. Formulir tersebut harus
dikondisikan dengan kewenangan pengelolaan daerah irigasi yang bersangkutan,
yaitu DI kewenangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota.

9) Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per Provinsi/Per DAS. Merupakan


rekapitulasi dari Formulir Operasi : Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per
Provinsi/Per DAS yang diisi oleh petugas Dinas Provinsi/Balai yang membidangi
irigasi/sumber daya air. Pencatatan ini dilakukan setiap satu tahun sekali setelah
MT-III. Formulir ini adalah informasi mengenai rencana luas tanam, realisasi

VI-11
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
tanam, dan areal terkena musibah. Formulir tersebut harus dikondisikan dengan
kewenangan pengelolaan daerah irigasi yang bersangkutan, yaitu DI kewenangan
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

10) Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi. Pengoperasian bangunan pengatur


ini dilakukan oleh petugas/mantri/juru pengairan untuk mengatur debit air sesuai
dengan kebutuhan yang telah ditetapkan. Semua hal yang berkaitan dengan tahap
kegiatan pelaksanaan operasi mengacu dan berpedoman pada Pedoman Operasi
Jaringan Irigasi Partisipatif pada Irigasi Air

Permukaan, Team SUBDIT O&P.IRIGASI, Oktober 2006.

5.1.3 Tahap monitoring dan evaluasi .

1) Monitoring pelaksanaan operasi.

Tahap monitoring pelaksanaan operasi dilakukan dengan menggunakan daftar


simak Bagan Alir Formulir Operasi. Formulir tersebut harus dikondisikan dengan
kewenangan pengelolaan daerah irigasi yang bersangkutan, yaitu DI kewenangan
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

2) Kalibrasi alat ukur

Jenis alat ukur yang dipakai dalam pembagian air sesuai dengan KP Irigasi ada

6 macam, yaitu :

• Tipe Romijn.

• Tipe Parshal Flume.

• Tipe CHO (Constant Head Orifice).

• Tipe Crump De Gruyter.

• Tipe Cippoletti.

• Tipe Broadcrested Weir/Drempel.

Enam tipe alat ukur diatas sudah memiliki rumus standar tersendiri, asal dipenuhi
syarat hidrolisnya. Besarnya air yang mengalir melewati suatu alat ukur dalam
satuan waktu tertentu tidak selalu sama dengan perhitungan memakai rumus
standar yang berlaku. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain nilai
kekasaran, endapan, umur, dan kekentalan air itu sendiri. Di samping itu,
pengerjaan dan pemasangan alat ukur pada saat pembangunan juga sangat
berpengaruh. Mengingat hal tersebut sebelum dipergunakan, alat ukur harus di
kalibrasi yaitu dengan membandingkan kenyataan besarnya debit yang mengalir
dengan besarnya debit sesuai dengan perhitungan menggunakan rumus umum.

Tata cara kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan tata

VI-12
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
cara kalibrasi, sbb:

• SNI 03 -6455.1-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan


bangunan ukur Parshall Flume.

• SNI 03 -6455.2-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan


bangunan ukur ambang vrata.

• SNI 03 -6455.3-2000 : Metode pengujian aliran pada saluran terbuka dengan


bangunan ukur empat persegi.

• SNI 03 -6455.4-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan


ambang tajam segitiga.

• SNI 03 -6455.5-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan


ambang tajam persegi

panjang.

• SNI 03-6381-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan


bangunan ukur Cipoletti.

• SNI-03-6467.1-2000 : Tata cara pengukuran aliran benda cair pada saluran


terbuka dengan bangunan ukur ambang lebar horizontal dan ujung hulu bulat.
Kalibrasi harus dilakukan setiap ada perubahan/perbaikan dari alat ukur atau
minimal lima tahun sekali.

Apabila terjadi kerusakan alat ukur pada jaringan irigasi teknis maka sambil

menunggu perbaikan, pengukuran debit pada alat ukur yang rusak dapat

dilakukan antara lain sebagai berikut :

• Pengukuran debit dengan alat ukur arus tipe baling-baling atau metode
pelampung yang mengacu pada SNI 03-2819-1992 : Metode Pengukuran Debit
Sungai dan Saluran Terbuka dengan Alat Ukur Arus Tipe Baling- Baling dan SNI
03-2820-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka Dengan
Pelampung Permukaan.

• Dibuat lubang pintu ukur yang proporsional dengan pintu ukur yang masih
berfungsi.

3) Monitoring kinerja daerah irigasi

Kegiatan monitoring kinerja daerah irigasi menggunakan Formulir 1 dan 2 Indeks


Kinerja Jaringan Irigasi. Formulir tersebut harus dikondisikan dengan
kewenangan pengelolaan daerah irigasi yang bersangkutan, yaitu DI kewenangan
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Semua
hal yang berkaitan dengan tahap kegiatan monitoring dan evaluasi mengacu dan

VI-13
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
berpedoman pada Pedoman Operasi Jaringan Irigasi Partisipatif pada Irigasi Air
Permukaan, Team SUBDIT O&P.IRIGASI, Oktober 2006.

5.1.4 Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi

Pengoperasian bangunan pengatur ini dilakukan oleh petugas/mantri/juru


pengairan untuk mengatur debit air sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan.

a) Operasi Bangunan Pengambilan Utama

b) Operasi Bangunan Pembilas

c) Operasi Kantong Lumpur

Semua hal yang berkaitan dengan kegiatan operasi jaringan irigasi mengacu pada
Pedoman

Operasi Jaringan Irigasi Partisipatif pada Irigasi Air Permukaan, Team


SUBDIT

O&P.IRIGASI, Oktober 2006.

VI-14
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

6.3.3 PELAKSANAAN PEMELIHARAAN

Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan Pedoman Prosedur Pemeliharaan


Jaringan Irigasi, meliputi :

1) Pengamanan dan Pencegahan

Pengamanan dan pencegahan adalah usaha dan pengamanan untuk menjaga


kondisi dan atau fungsi bangunan. Kegiatan pengamanan dan pencegahan,
meliputi :

a. Inspeksi rutin minimal satu kali dalam 2 (dua) minggu;

b. Menghalau binatang (kerbau dan lain-lain) supaya tidak masuk ke


dalam saluran;

c. Pada lokasi-lokasi yang penting dan berbahaya harus dipasang tanda-


tanda atau rambu-rambu peringatan.

2) Kegiatan Perawatan

Perawatan adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi


bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan
perawatan, meliputi :

a. Perawatan Rutin

Perawatan rutin adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi


dan fungsi bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau
diganti. Dan dilaksanakan setiap waktu. Perawatan rutin terhadap
bangunan bendung meliputi :

- Pertumbuhan rumput di bangunan yang akan mengganggu


fungsi harus dipotong atau dibersihkan;

- Sampah-sampah atau timbunan pengganggu (ganggang, eceng


gondok plastik, dan lain-lain) yang mengganggu kapasitas debit
saluran harus dibersihkan;

- Lubang-lubang pada tanggul dan longsoran-longsoran kecil pada


tebing saluran jika akan menimbulkan bocoran/mengganggu
aliran harus segera diperbaiki;

- Bagian-bagian yang bekerja pada pintu harus dapat bergerak


bebas, harus dilumasi dengan gemuk dan dibersihkan dari
kotoran;
VI-15
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
- Bagian pintu yang mudah berkarat dan keropos harus di cat.

Kegiatan perawatan rutin dilaksanakan secara swakelola.

b. Perawatan Berkala

Perawatan berkala adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi


dan fungsi bangunan, tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau
diganti. Dan dilaksanakan secara berkala. Perawatan berkala untuk
bangunan bendung dilakukan sebagai berikut :

- Endapan lumpur di sepanjang saluran atau bangunan harus


diangkat dan normalisasi profil saluran setiap tahun pada saat
pengeringan;

- Pintu air atau papan petunjuk operasional dan papan duga setiap
2 (dua) tahun sekali harus di cat kembali;

- Memperbaiki pintu yang macet dan bangunan yang rusak


ringan;

- Tanaman air, pepohonan dan semak-semak liar yang besar-besar


harus dibongkar atau dibersihkan.

Kegiatan perawatan berkala dilaksanakan secara swakelola dan atau


diborongkan.

3) Kegiatan Perbaikan

Perbaikan adalah usaha-usaha untuk mengembalikan kondisi dan fungsi


bangunan. Kegiatan perbaikan, meliputi :

a. Perbaikan Darurat

Perbaikan darurat adalah usaha-usaha perbaikan dengan maksud agar


bangunan dapat segera berfungsi. Perbaikan darurat meliputi kegiatan
perbaikan yang sifatnya rusak dimana kerusakan diakibatkan oleh
bencana alam dan kelalaian manusia; misal : tanggul jebol, pintu air
macet.

b. Perbaikan Permanen

Perbaikan permanen adalah usaha-usaha perbaikan untuk


mengembalikan kondisi dan fungsi bangunan yang sifatnya merupakan
VI-16
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
peningkatan perbaikan darurat maupun memperbaiaki kerusakan
akibat bencana alam atau kelalaian manusia dengan dibuat desain yang
baru sehingga hasil perbaikannya bersifat permanen.

Kegiatan permanen meliputi :

- tanggul longsor cukup berat;

- tanggul bocor cukup berat;

- sayap bangunan patah cukup berat;

- koperan bangunan patah;

- pintu air rusak berat;

- pelindung talud runtuh;

Kegiatan perbaikan dilaksanakan dengan cara diborongkan, sehingga


perlu didukung dengan desain baru.

VI-17
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

4) Kegiatan Penggantian

Penggantian adalah usaha-usaha pemeliharaan untuk mengganti


seluruh/sebagian komponen prasarana fisik, fasilitas dan perlatan bendung
yang secara ekonomis, fungsi dan kondisinya tidak layak dipakai lagi.
Kegiatan penggantian, meliputi :

a. Penggantian pintu-pintu air yang sudah rusak berat;

b. Alat ukur yang tidak berfungsi diganti dengan alat ukur yang baru;

c. Bagian dari peralatan elektrik-mekanis dan lain-lain dalam kurun


waktu tertentu diganti yang baru;

Kegiatan penggantian dilaksanakan dengan cara diborongkan.

5) Petugas

Petugas pemeliharaan merangkap sebagai petugas operasi bendung. Jumlah


personel petugas disesuaikan dengan tingkat urgensi dan besarnya bangunan.
Petugas pemeliharaan diharuskan :

a. Cakap dan terampil dalam pemeliharaan Bangunan Jaringan Irigasi


seperti Bendung, Kantong Lumpur, Pintu pengambilan dll;

b. Memahami fungsi fungsi bangunan jaringan irigasi;

c. Khusus untuk bendung karet, petugas harus :

- Memahami komponen bangunan pada jaringan irigasi beserta


detail instrumen pendukung;

- Menguasai cara kerja peralatan operasi seperti motor, pompa


udara, pemompaan/ pengembangan,dan pengempisan baik
secara otomatis maupun manual;

- Telah mendapatkan pendidikan/pelatihan pemeliharaan bangunan


jaringan irigasi dan mampu melakukan perbaikan ringan atas
kerusakan bangunan jaringan irigasi seperti pintu air dll.

VI-18
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

6.3.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan operasi dan pemeliharaan bendung harus memuat :

1) Pengukuran

Kuantitas untuk pekerjaan operasi dan pemeliharaan harus diukur


berdasarkan biaya langsung personil yang meliputi keterlibatan personil yang
terjun langsung ke lapangan dalam melakukan kegiatan inspeksi, serta
pembelian dan biaya sewa peralatan yang digunakan dalam operasi dan
pemeliharaan.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas pekerjaan operasi dan pemeliharaan yang diukur menurut ketentuan


di atas, akan dibayar menurut satuan pengukuran dengan harga yang
dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata
Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan pembayaran
tersebut.
Nomor Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran
1. Biaya Langsung Personil OB

2. Biaya Sewa Peralatan Sewa-hari

3. Biaya Beli Peralatan Buah

VI-19
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-20
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-21
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-22
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-23
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-24
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-25
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-26
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-27
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-28
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-29
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-30
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-31
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-32
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-33
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-34
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-35
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

VI-36
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
6.4 METODOLOGI
Kegiatan operasi dan pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang kompleks
mengingat infrastruktur yang sudah terbangun akan dijaga kondisi kinerja dari hasil
perencanaan dan pembangunan yang sebelumnya. Terkadang infrastruktur yang
terbangun sudah memiliki umur yang tua dan tidak memiliki catatan (track record)
yang kurang lengkap mulai dari perencanaan sampai selesai pembangunan. Untuk
mencapai kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana Sumber Daya Air yang tepat
sasaran untuk meningkatkan kinerja (efektif) dan biaya yang proporsional (efisien),
maka perlu adanya pendekatan siklus kegiatan operasi dan pemeliharaan. Pendekatan
metode pelaksanaan tersebut dapat digambarkan pada Gambar berikut.

Gambar : Pendekatan Penyelenggaraan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Daya


Air (Dit OP,2014)

6.4.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan memegang peranan yang cukup penting dalam pelaksanaan
pekerjaan ini. Pekerjaan persiapan meliputi persiapan teknis dan administrasi.
Persiapan teknis antara lain terdiri kantor lapangan dan perlengkapannya, mobilisasi
peralatan, mobilisasi personil, rencana kerja, pustaka, serta prasarana sarana
pendukung lainnya. Sedangkan persiapan administrasi antara lain terdiri dokumentasi
dokumen-dokumen, surat mobilisasi personil, surat ijin survei, administrasi keuangan
dan persiapan administrasi lainnya.

VI-37
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

6.4.2 Inventarisasi dan Kompilasi Data


Kegiatan inspeksi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini Jaringan Irigasi secara
menyeluruh. Inspeksi mencakup pemeriksaan visual, serta identifikasi dan pecatatan
masalah. Inspeksi visual adalah inspeksi yang dilakukan secara visual pada obyek
inspeksi yang berada di permukaan tanah dan air, tubuh bendung meliputi permukaan
bendungan, bangunan pelengkap, tebing tumpuan (abutment), peralatan
hidromekanikal, instrumentasi dan lain sebagainya.
Hal-hal yang diperiksa selama inspeksi visual terhadap Jaringan Irigasi adalah retakan,
rembesan, bocoran, basahan, mata air, lubang benam, kejadian erosi buluh, erosi
permukaan, gerusan, abrasi, tumbuhnya tanaman yang berlebihan, kelurusan puncak,
tonjolan atau amblesan lereng atau berem, liang binatang, kemerosotan mutu riprap
maupun bahan pelindung lereng lainnya dan lain sebagainya. Sedangkan untuk
bangunan beton diperiksa terhadap retakan, remukan, pelarutan, bocoran, indikasi
kemerosotan mutu atau reaksi kimia, dan atau kerusakan akibat erosi dan kavitasi,
kekedapan sambungan konstruksi, dan lain sebagainya.
Dalam rangka mendapatkan informasi yang berkesinambungan, pengambilan foto
dilakukan pada titik dan arah yang sama. Dengan demikian perkembangan ataupun
perubahan yang terjadi di suatu tempat dapat dipantau secara berurutan tiap enam
bulan. Namun demikian pengambilan foto juga dilakukan pada lokasi-lokasi lainnya
yang dianggap penting atau adanya kejadian khusus.
Langkah-langkah yang dilakukan terhadap suatu temuan di lapangan pada saat inspeksi
visual adalah S I M P L E yaitu :
a. Sketch : Menggambar / sket yang menerangkan suatu temuan di lapangan.
b. Investigate : Menyelidiki lebih lanjut terhadap suatu temuan di lapangan.
c. Measure : Mengukur dimensi terhadap suatu temuan di lapangan seperti retakan,
longsoran, debit bocoran dan sebagainya.
d. Photograph : Mengambil gambar/foto suatu temuan di lapangan.
e. Locate : Menandai lokasi/tempat suatu temuan di lapangan dikaitkan dengan
obyek-obyek yang mudah dikenali seperti patok geser, piezometer, observation
well dan sebagainya.
f. Engage : Mengikusertakan ahli atau engineer yang berpengalaman dalam
inspeksi visual untuk dijadikan nara sumber dalam konsultasi setiap
permasalahan yang ada.

Dalam rangka menyusun usulan/rekomendasi perlu dilakukan identifikasi dan


pencatatan masalah. Semua informasi, laporan dan catatan yang berkaitan dengan
masalah yang timbul harus dikumpulkan, dipelajari, dan perlu diperiksa atas:
VI-38
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
 Unjuk kerja/performance yang tidak sesuai dengan yang direncanakan
 Terjadinya kerusakan konstruksi
 Penyimpangan yang terkait dengan deformasi, tekanan pori, rembesan
 Timbulnya bahaya dari kondisi geologi
 Tidak berfungsinya peralatan hidromekanikal elektrikal
 Indikasi terjadinya kemerosotan mutu, melemahnya bangunan dan atau fondasi.
 Penyimpangan terhadap NSPM (norma, standar, pedoman, dan manual)
 dan lain sebagainya yang dampaknya berpotensi mengganggu fungsi dan
keamanan bendung.

Tata Laksana pelaksanaan berikut akan menjelaskan tentang pengukuran dan


penggambaran dalam perencanaan Rehabilitasi dan Peningkatan, dalam hal ini tata
laksana perencanaan Rehabilitasi dan Peningkatan akan dibedakan menjadi 3 (tiga)
yaitu:
• Gambar lama tersedia lengkap.
• Gambar lama tidak tersedia (hilang).
• Gambar lama tersedia tetapi tidak lengkap (sebagian hilang).

A. Gambar Lama Tersedia

Sebagai tahap awal perlu di cek kelengkapan gambar seluruh sistim;


diurutkan gambar potongan memanjang dan melintang baik saluran induk
maupun saluran sekunder yang ada, demikian juga gambar-gambar bangunan
mulai bangunan utama sampai dengan bangunan terakhir.

Kemudian dilakukan pencetakan ulang dalam kakir (re-kalkir*) dan kalkir


lama disimpan kembali.

Catatan :

*) Jika hasil re-kalkir gambar lama kualitasnya urang baik (tidak jelas
terbaca) maka perlu digambar ulang. Atau jika gambar lama yang tersedia
berupa cetakan (blue-print) maka perlu digambar ulang.

Diatas kalkir yang baru inilah perencanaan Rehabilitasi dan Peningkatan


dilakukan sehingga perencanaan Rehabilitasi dan Peningkatan bisa dijelaskan
sebagai berikut :

1) Pengukuran situasi 1:5000 / 1:2000; sejauh gambar pengukuran situasi


lama tersedia tidak ada perubahan situasi di lapangan dan setelah
dilakukan inspeksi lapangan ternyata gambar situasi lama masih cocok;
VI-39
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
maka sebaiknya tidak dilakukan pekerjaan pengukuran situasi.
Sehingga pekerjaan pengukuran situasi hanya dilakukan dalam hal :

• Tambahan areal pelayanan.

• Ada perubahan situasi (misalnya sawah berubah menjadi desa).

• Terdapat kesalahan pengukuran.

Jadi pengukuran dilakukan hanya pada bagian yang diperlukan saja


dan gambar pengukuran yang baru sebagai tambahan (komplemen)
gambar lama pada lembar yang sama atau lembar baru.

2) Pengukuran trase saluran pada garis besarnya dengan menggunakan


gambar pengukuran trase yang lama, dilakukan pengukuran kembali
pada daerah yang akan direhabilitasi (misal : galian endapan, timbunan
tanggul, proteksi longsoran atau pasangan lining) dengan
penyederhanaan sebagai berikut :

• Situasi saluran dilakukan dengan pengukuran polygon.

• Potongan memanjang dilakukan pada aligment yang sama


dengan pengukuran yang lama, dengan titik tembak pada setiap
2 potongan melintang yang terdahulu;

• Potongan melintang dilakukan pada setiap 2 potongan melintang


yang terdahulu dengan jarak kiri dana kanan terbatas hanya
pada daerah yang akan diperbaiki.

• Pemasangan BM baru harus dilakukan pengukuran polygon dan


sipat datar. Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian
pengukuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, titik ikat
menggunakan BM lama yang terdekat.

3) Pengukuran situasi site bendung ; pengukuran ini tidak perlu


dilakukan, kecuali kalau dilakukan perubahan total bendung;
pemindahan lokasi bendung baru pada lokasi diluar pengukuran lama
atau pada lokasi di dalam pengukuran lama tetapi ada perubahan
regime sungai. Pengukuran kecil tambahan mungkin perlu dilakukan
kalau ada perbaikan parsial pada bendung, misalnya sayap hilir, endsill
dan lain sebagainya.

4) Pengukuran situasi bangunan; pengukuaran ini hanya dilakukan untuk


bangunan yang akan diperbaiki. Bangunan yang masih dan tidak
diperbaiki perlu diukur elevasinya.

VI-40
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
5) Penggambaran : hasil pengukuran digambar pada kertas re-kalkir
gambar pengukuran lama. Demikian juga gambar perencanaan
dilakukan penggambaran ulang.

B. Gambar Lama Tidak Tersedia

Mengingat gambar lama tidak ditemukan, maka kita kehilangan bahan dasar
untuk perbaikan perencanaan Rehabilitasi dan Peningkatan. Tidak ada jalan
lain kecuali melakukan pengukuran dan penggambaran ulang secara komplit
dan menyeluruh, dengan berpedoman pada sistim jaringan yag telah ada.

C. Gambar Lama Sebagian Hilang

Dalam keadaan ini tentunya dilakukan kombinasi seperti tersebut di atas,


sebagian diukur dan digambar ulang secara penuh, sebagian diukur dan
digambar dengan penyempurnaan.

Data dan informasi yang diperlukan dalam pengoperasian bendung dan bangunan
pelengkapnya, meliputi :
1) peta wilayah kerja pengelolaan air irigasi sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya (skala 1 : 25.000 atau disesuaikan)
2) peta daerah irigasi (skala 1 : 5.000)
3) skema jaringan irigasi
4) skema rencana pembagian dan pemberian air
5) gambar purna konstruksi (as built drawing)
6) dokumen dan data data lain, meliputi :
- manual pengoperasian bendung; bangunan ukur debit
- data seri dari catatan curah hujan
- data debit sungai
- data klimatologi
- data lengkung debit bendung
- data terkait analisa ekonomi
Analisa Ekonomi yang akan dilakukan menyangkut indikator-indikator
antara lain : Benefit/Cost Ratio, Net Benefit (Present Value) dan Economic
Internal Rate of Return (EIRR), berdasarkan beberapa alternatif umur
ekonomis jaringan irigasi dan Interest Rate (bunga) yang berlaku. Untuk
keperluan tersebut, Konsultan harus mengumpul data mengenai jenis

VI-41
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
tanaman, hasil panen dan harga jual, kebutuhan tenaga dan peralatan yang
berlaku di lokasi pekerjaan sekurang-kurangnya 10 tahun.

Secara rinci akan diperlihatkan pada tabel berikut.


Kegiatan Data Dan Informasi Pelaporan
Sekurang-kurangnya Sekurang-kurangnya Sekurang-kurangnya
sebagai berikut; sebagai berikut; sebagai berikut;
1. Mentabulasi data dan 1. Nama bangunan 1. Dituangkan dalam
informasi semua 2. Kode bangunan bentuk laporan berupa
prasarana yang ada, 3. Jenis bangunan tabel dan foto
2. Melakukan pengecekan 4. Bahan bangunan dokumentasi yang
lapangan untuk 5. Tahun pembangunan tersimpan dalam data
memastikan kesesuaian 6. Biaya pembangunan base SIG.
atau melengkapi hasil 7. Sumber dana 2. Hasil kegiatan
tabulasi data dan pembangunan inventarisasi dan
informasi semua 8. Posisi /kordinat pengumpulan data
prasarana yang ada bangunan tersebut akan dipakai
dengan keadaan aktual di 9. Ukuran dimensi untuk,
lapangan, bangunan. - Menyusun program
3. Mengeplot lokasi semua 10.Fasilitas yang ada di operasi dan
prasarana dalam peta bangunan tersebut. pemeliharaan
topografi skala 1: 25,000 11. Kondisi aktual prasarana penahan
berbasis sistem infomas bangunan, terutama hal- sedimen tahunan
geografi (SIG). hal yang jika dibiarkan dan lima tahunan.
4. Menyimpan hasil tabulasi akan mengganggu - Memuthakiran
data dan informasi kinerja bangunan atau program operasi
semua prasarana dalam bahkan menyebabkan dan pemeliharaan
database berbasis sistem keruntuhan bangunan. prasarana tahunan
infomasi geografi (SIG). dan lima tahunan.
- Mengusulkan
anggaran biaya
program operasi
dan pemeliharaan
prasarana tahunan.

Untuk mendapatkan data-data tersebut di atas maka diperlukan survey dan inspeksi
sehingga Konsultan akan lebih memahami operasional dan pemeliharaan maupun
rencana rehabilitasi Bendung yang sesuai dengan kondisi lapangan.

Pengumpulan data lapangan harus sesuai dengan standar teknis yang berlaku:
1. SNI 03-2819-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka dengan
Alat Ukur Arus Tipe Baling-Baling.
2. SNI 03-2820-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
Dengan Pelampung Permukaan.
3. SNI 03 -6455.1-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan
bangunan ukur Parshall Flume.
VI-42
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
4. SNI 03 -6455.2-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan
bangunan ukur ambang v-rata.
5. SNI 03 -6455.3-2000 : Metode pengujian aliran pada saluran terbuka dengan
bangunan ukur empat persegi.
6. SNI 03 -6455.4-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan
ambang tajam segitiga.
7. SNI 03 -6455.5-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan
ambang tajam persegi panjang
8. SNI 03-6381-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan
bangunan ukur Cipoletti.
9. SNI-03-6467.1-2000 : Tata cara pengukuran aliran benda cair pada saluran terbuka
dengan bangunan ukur ambang lebar horizontal dan ujung hulu bulat.
10. SNI 03-6738-2002 : Metode perhitungan debit andal air sungai dengan analisis
lengkung kekerepan.
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) :
11. RSNI T - 03 - 2002 : Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis
12. Penggambaran dan Disain harus mengikuti Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria
Perencanaan Irigasi (KP Irigasi 01-07) dan Persyaratan Teknis (PT 01-04), yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan.
13. Standar lain yang berlaku di lingkungan Kementerian PU dan PR.
14. Serta Norma dan kaidah yang berlaku setempat.

6.4.3 Analisa Data dan Penyusunan Manual OP


Melakukan analisis secara menyuluruh berdasarkan teori-teori, hasil survey disertai
inovasi-inovasi berdasarkan pengalaman yang dimilki dan mengkaji dampak
keuntungan serta kerugian setiap keputusan hasil akhir perencanaan manual operasi
dan pemeliharaab. Sehingga dapat melahirkan suatu konsep operasional dan
pemeliharaan yang paling optimal yang berdampak menyeluruh terhadap ketahanan
fungsi bangunan. Analisa hasil pengumpulan data yang meliputi :
a. Parameter untuk menilai kondisi Bangunan Irigasi
b. Kondisi sarana dan prasarana Bangunan Irigasi
c. Kondisi pengelola termasuk organisasi pengelola Bangunan Irigasi
d. Kondisi ketersediaan air
e. Kondisi penanaman masa tanam dan produktivitas
f. Kondisi kekeringan yang terjadi atau kegagalan panen
g. Kondisi geografis
h. Jenis dan layout database yang dibutuhkan
i. Rekomendasi kegiatan operasi dan pemeliharaa
VI-43
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO

6.4.4 Penyusunan RAB


Tugas-tugas dibawah ini adalah pembuatan desain rinci, perhitungan volume pekerjaan
(BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB), persiapan dokumen tender. Secara rinci
penyusunan RAB dapat dilihat di bawah ini :
1. Lembar perhitungan volume pekerjaan (BOQ) agar dirinci untuk seluruh
usulan paket pekerjaan Rehabilitasi dan Peningkatan dan sesuai denga hasil
diskusi System Planning. Kemudian dibuat daftar rekapitulasi pada masing-
masing rincian tersebut antara volume galian dan timbunan (m3), volume
pasangan batu (m3), luas plesteran (m2) dsb. Prosedur sistematis harus
diikuti untuk mempermudah perhitungan dan pengontrolan volume. Untuk
pekerjaan bangunan air harus disediakan skets yang jelas untuk mutual check
berikutnya.
2. Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk pekerjaan konsruksi harus
didasarkan atas harga dan upah tenaga kerja yang berlaku di lokasi pekerjaan.
Hal ini dapat diperoleh dari daftar PITB (Pusat Informasi Teknik Bangunan-
Dinas PU Cipta Karya) informasi dari Dinas/Cabang Dinas PU Pengairan
dan survey harga /upah nyata di lapangan. Upah tenaga kerja harus mengacu
pada “Upah Minimum Regional” yang dikeluarkan Menteri Tenaga Kerja dan
Gubernur Propinsi. Pembuatan “Analisa Harga Satuan
Pekerjaan”menggunakan format dari Keputusan Menteri PU Nomor
172/KPTS/1993-6 April 1993, dengan referensi SNI dan/atau B.O.W dan PS
(penggunaan alat berat) serta disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
Format RAB mengacu pada Surat Edaran Menteri PU Nomor
06/SE/M/1995-1 Maret 1995, perihal pengelompakkan jenis pekerjaan.
Disamping pembuatan RAB konstruksi untuk Rehabilitasi dan Peningkatan
secara keseluruhan (global), Tim Konsultan juga harus membuat RAB secara
tahapan pelaksaan pekerjaan (stages) dan berdasarkan skala prioritas
(prioritizing) tergantung dari cakupan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Apabila karena kebutuhannya harus dilakukan tahapan > 1.
Tahun anggaran, maka RAB tahap I harus disusun untuk tiap item pekerjaan
dengan prioritas yang mengakibatkan jaringan irigasi tersebut dapat berfungsi
optimal dengan pemilihan skala priorotas pada pekerjaan bangunan/saluran
yang mendukung optimalisasi fungsi tersebut. Sedang tahap II dan
selanjutnya RAB disusun untuk item pekerjaan pendukung penyempurnaan
fungsi jaringan irigasi yang akan dilaksanakan dan dibiayai oleh Pemerintah
Daerah dan atau petani/P3A/Gabungan P3A sendiri.

VI-44
DOKUMEN USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI WADUK
LERAN (1114 HA), DI PIRANG (1347 HA), DI CAWAK (1733 HA) DI KABUPATEN BOJONEGORO
3. Harga/Biaya Konstruksi untuk Rehabilitasi dan Peningkatan hasil
perhitungan RAB selanjutnya akan dibuat suatau analisa ekonomi oleh Tim
Disain Konsultan. Analisa ekonomi akan dilakukan menyangkut indikator-
indikator antara lain : Benefit Cost Ratio, Net Benefit (Present Value) dan
Economic Internal Rate of Return (EIRR), berdasarkan beberapa alternatif
umur ekonomis jaringan irigasi dan interest rate (bunga) yang berlaku. Untuk
keperluan tersebut Konsultan harus mengumpulkan data mengenai jenis
tanaman, hasil panen dan harga jual kebutuhan tenaga dan peralatan yang
berlaku di lokasi pekerjaan sekurang-kurangnya 10 tahun.

VI-45

Anda mungkin juga menyukai