Anda di halaman 1dari 90

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

BAB E.
PENDEKATAN METODOLOGI DAN
PROGRAM KERJA

E.1 UMUM
Maksud dan Tujuan dari pekerjaan Rencana
Induk Pengembangan Air Bersih adalah
mendata dan memetakan Pengembangan Air Bersih
di Kabupaten Bekasi, serta untuk memperoleh
gambaran terhadap kebutuhan air baku, sarana dan
prasarana air bersih, kelembagaan, rencana
pembiayaan dan rencana perlindungan air baku
untuk jangka panjang.
Sasaran dari kegiatan ini adalah; (1) Identifikasi kebutuhan air bersih (2)
Identifikasi penyediaan air bersih eksisting (3) Identifikasi ketersediaan
air baku (4) Identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan
(5) Rencana pengembangan air bersih baik dengan sistem perpipaan E-1
ataupun non perpipaan (6) Kriteria dan Standar Pelayanan Air Bersih (7)
Pengembangan kelembagaan pengelola air bersih (8) Kerangka program
pengembangan air bersih (9) Rencana Pembiayaan dan Pola Investasi
Strategi perlindungan air baku untuk jangka panjang.

E.2 PENDEKATAN TEKNIS

E.2.1 Pendekatan Terhadap Lingkup Pekerjaan


Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), lingkup pekerjaan
“Rencana Induk Pengembangan Air Bersih” meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :

1) Membuat Rencana Mutu Kontrak (RMK)


Rencana Mutu Kontrak (RMK) harus disetujui dan diserahkan kepada

Dokumen Penawaran Teknis


E-1
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

pihak Direksi Pekerjaan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sesudah


terbitnya Surat Perintah Kerja (SPMK) untuk memperoleh persetujuan
dari pihak Satker. Isi dari Rencana Mutu Kontrak harus mengacu
kepada standar yang ditetapkan oleh Unit Jaminan Mutu Ditjen
Sumber Daya Air. Dokumen RMK ini harus dipakai pada setiap
pembahasan kemajuan pekerjaan.

2) Penyusunan Laporan Pendahuluan


Laporan pendahuluan harus di presentasikan dengan pihak satuan
kerja dengan mengundang pemangku kepentingan (Stake Horders)
baik Provinsi maupun Kabupaten.

3) Pengumpulan dan lndentifikasi Data


Klarifikasi situasi sekarang pada lokasi studi dan identifikasi
permasalahan-permasalahan yang timbul pada sektor pengembangan
air bersih.
Berikut ini Inventarisasi data existing yang akan dikumpulkan dan
dianalisis adalah sebagai berikut :
a. Data Kondisi fisik dasar kawasan pesisir (topografi, hidrologi,
klimatologi, morfologi, dsb).
b. Pemanfaatan Tata Ruang / RTRW.
c. Data Sosio-ekonomi dan budaya masyarakat / Demografi.
d. Sarana dan Prasarana penyediaan air bersih eksisting baik
sistem perpipaan ataupun non perpipaan.
e. Tata Guna Lahan / Land use
f. Sistem Tata air yang ada (Bangunan air, tanggul dan saluran)
g. Peraturan perundangan dan kebijakan tentang SDA (yang
E-2
berkaitan dengann sistem pengembangan air bersih).
h. Hasil studi terdahulu.
4) Analisis terhadap Data Yang diperoleh
Analisis harus mengevaluasi data-data yang diperoleh, adapun
analisis kegiatan dilakukan dengan cara:
 Proyeksi Kebutuhan air bersih
 Analisis Kualitatif, terhadap data yang dikumpulkan
 Analisis Kuantitatif, terhadap data yang dikumpulkan.
5) Identifikasi stakeholder dan mengkaji berbagai kepentingan
stakeholder dalam pengembangan air bersih

Dokumen Penawaran Teknis


E-2
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

6) Evaluasi Studi
Usulan Penyusunan Studi / Rencana Pengembangan Air Bersih
Kabupaten Bekasi harus dievaluasi terhadap faktor-faktor ekonomi,
keuangan, sosial, lingkungan dan teknis.
7) Penyusunan rencana Induk Pengembangan Air Bersih
 Penyusunan Penyusunan rencana induk pengembangan air
bersih, pengembangan kelembagaan pengelola air bersih,
kerangka program, Rencana pendanaan dan pola investasi untuk
pengembangan air bersih.
 Menyusun kerangka pengembangan air bersih jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang yang menjadi pedoman bagi
stakeholder dalam pengembangan air bersih secara
komprehensif.
 Analisa tingkat partisipasi dan peran serta pihak-pihak yang
terkena dampak langsung dan tidak langsung dari
pengembangan air bersih, terutama masyarakat berdasarkan
pengaruh dan kepentingannya dalam pemenuhan kebutuhan air
bersih dengan mengoptimalkan pemanfaatan prasarana
struktural melalui diseminasi dan diskusi sehingga
memungkinkan masyarakat mendapatkan akan air bersih secara
optimal dan komprehensih.
 Menyusun rekomendasi kebijakan dan rencana penanganan
masalah berdasarkan partisipasi dan peran serta masyarakat
dalam pemenuhan akan air bersih.
Tahapan pelaksanaan semua kegiatan tersebut di atas telah kami sajikan
dalam bentuk diagram alir yaitu Bagan Alir Pelaksanaan pekerjaan
“Rencana Induk Pengembangan Air Bersih” disajikan pada Gambar
E.21. E-3

E.2.2 Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan Rencana Pengembangan


Air bersih
Hasil penyusunan pekerjaan Rencana Pengembangan Air bersih akan
sangat dipengaruhi dan tergantung dari data dan informasi yang
dikumpulkan, sehingga metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini adalah metode analisa, evaluasi dan penyusunan usulan
pengembangan berdasarkan data-data dan informasi yang berhasil
dikumpulkan.
Pengumpulan dan verifikasi data yang dilanjutkan dengan analisa dan
evaluasi serta kajian menyeluruh dalam rangka penyusunan pekerjaan ini
akan dilakukan dengan tahap demi tahap sedemikian rupa akan diperoleh

Dokumen Penawaran Teknis


E-3
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

hasil pekerjaan yang optimal dan dapat memenuhi keinginan semua


pihak.
Sesuai pemahaman konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja, maka
perlu dilakukan langkah-langkah pendekatan mengenai teknis pekerjaan
untuk mendapatkan suatu pola pelaksanaan secara detail dan merupakan
satu kesatuan kerja yang utuh dan efektif, sehingga akan diperoleh suatu
hasil kerja yang sesuai dengan syarat-syarat yang diinginkan oleh
Pengguna Jasa.
Dalam upaya agar pelaksanaan pekerjaan “Rencana Induk
Pengembangan Air Bersih”, dapat mencapai sasaran, maka dengan ini
Konsultan menyusun suatu Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan “ Rencana
Induk Pengembangan Air Bersih” disajikan pada Gambar E.1
sebagai berikut.

E-4

Dokumen Penawaran Teknis


E-4
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

1. INPUT 2. PROSES 3. OUTPUT


Proses Implementasi :
Rujukan : Pengumpulan data
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Identifikasi serta
(RKS) pengkajian data-data,
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Identifikasi
permasalahan,
Identifikasi Struktur
Pengembangan Air Hasil Keluaran :
bersih Eksisting
1. Dasar Kebijakan :  Rencana
Studi Hidrologi,
UU No.7/2004 tentang UU SDA, Pengembangan
topografi,
pengganti UU No.11/1974
klimatologi, Air bersih
tentang Pengairan.
morfologi dsb.  Peta-peta
PP tentang Pengelolaan SDA
Studi Penyediaan Air
PPNo.16 tentang Kualitas Air informasi
bersih eksisting
Bersih/Minum.  Data pendukung
Studi Tata Ruang
pengganti UU No.5/1991 tentang
Analisa dan pemodelan untuk pedoman
Sumber daya Air, setiap warga
tata air Pekerjaan
wajib mendapatkan jaminan
Menyusun Peningkatan,
dari pemerintah pada Perencanaan
Rehabiltasi dan O&P
kebutuhan air bersih (Kerangka
Bangunan
UU No.24/1992 tentang Penataan Program).
Perumusan Rencana
Ruang
Penanganan,
UU No.23/1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup Analisa Proyeksi
PP No.77/2001, tentang Kebutuhan air bersih
Pembangunan SDA Penyusunan Laporan dan
2. Referensi Pendukung: Peta Informasi
Buku Pedoman Perencanaan
Pengembangan Air Bersih
Buku Pedoman Perencanaan
Pengembangan Wilayah Daerah

E-5
Gambar 1.1 Rencana Induk Pengembangan Air Bersih.

E.3 METODOLOGI
Sesuai pemahaman konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK),
maka dalam melaksanakan pekerjaan ini perlu ditunjang oleh metodologi
pelaksanaan secara rinci dan sistematis guna memperoleh hasil
pekerjaan yang memenuhi sasaran sesuai dengan syarat-syarat yang
ditetapkan pihak Pengguna Jasa.
Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, maka
Pendekatan dalam penelitian ini bersifat:
 Normatif: menguraikan suatu kondisi yang seharusnya menurut
pedoman ideal serta norma-norma tertentu. Acuan dari

Dokumen Penawaran Teknis


E-5
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

norma/pedoman berupa standarstandar, landasan hukum, serta


batasan-batasan yang dikeluarkan oleh suatu instansi. Dalam
penelitian ini norma/pedoman yang digunakan untuk menilai
kinerja pelayanan air bersih di kabupaten Bekasi adalah adalah
Kepmendagri No. 47/1999.
 Komparatif: membandingkan antara berbagai permasalahan serta
keadaan dilapangan dengan menemukan karakteristik utama
dalam permasalahan kinerja pelayanan air bersih. Dalam penelitian
ini akan dibandingkan antara penilaian menurut norma/pedoman
(Kepmendagri No. 47/1999 dengan penilaian menurut persepsi
masyarakat.
 Deskriptif eksploratif: memberikan gambaran, penjelasan yang
disertai dengan penggalian secara luas tentang pengertian atau
makna keadaan atau kondisi pelayanan air bersih di wilayah Kab.
Bekasi.
Setelah mengenal dan memahami secara teori mengenai pekerjaan
seperti diuraikan pada Bab-D, maka untuk mencapai sasaran pekerjaan
sebagaimana ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka
Metodologi pelaksanaan dari pekerjaan ini akan kami susun
berdasarkan jenis-jenis kegiatan sebagai berikut :
Penjelasan metodologi pelaksanaan yang akan dilakukan dari masing-
masing kegiatan tersebut diatas disampaikan pada uraian berikutnya.

E.3.1 Pekerjaan Persiapan


Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan semua komponen (personil,
peralatan, ruang kerja dan administrasi) yang diperlukan untuk
memperlancar atau mendukung pekerjaan, sehingga pekerjaan ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah disepakati bersama
dengan Direksi Pekerjaan. E-6
Lingkup kegiatan yang akan dilakukan pada tahap persiapan adalah
sebagai berikut :

E.3.1.1 Persiapan Administrasi, Personil, Peralatan dan Data


Awal
a. Persiapan Personil
Penyusunan Tim didasarkan pada persyaratan dalam Kerangka Acuan
Kerja (KAK), yaitu meliputi kualifikasi dan jumlah tenaga.
b. Persiapan Peralatan (Perlengkapan)
Segera setelah diterimanya SPMK dan selesainya pengurusan surat-
surat pengantar dan izin survey, maka Konsultan akan memobilisasi
personil pelaksana dan mempersiapkan peralatan/perlengkapan yang

Dokumen Penawaran Teknis


E-6
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

diperlukan dalam pekerjaan ini. Pengadaan peralatan akan dilakukan


dengan cara menyewa, semua peralatan sebelum digunakan akan
dilakukan pengecekan kondisi/kalibrasi dan kelengkapannya.
Persiapan peralatan/perlengkapan meliputi :
 Komputer, alat ini akan digunakan untuk pengetikan, input dan
pengolahan data.
 Printer, alat ini akan digunakan untuk prin-out data, hasil
hitungan & laporan.
 Plotter, alat ini digunakan untuk print-out peta digital dan
gambar-gambar typical desain.
 Digitizer, alat ini digunakan untuk pembuatan peta-peta digital
berdasarkan peta-peta yang telag ada.
 Camera Digital, alat ini akan di gunakan di lapangan untuk
merekam data-data (foto) aktual kegiatan survey lapangan, foto-
foto kondisi fisik lapangan dan foto-foto kegiatan-kegiatan usaha
tani, sosial dan kemasyarakatan serta fofo-foto kondisi fisik
lingkungan (sarana & prarana umum) yang akan menjadi data
penunjang dalam pekerjaan studi ini.
 GPS, alat ini akan digunakan untuk menentukan koordinat (x, y,
z) titik-titik (lokasi) di lapangan.
 Kendaraan Roda-4 dan Roda-2, alat ini akan digunakan sebagai
alat penunjang operasional kantor dan lapangan.
 Kantor, merupakan fasilitas yang sangat diperlukan untuk tempat
melaksanakan koordinasi dan pelaksanaan pekerjaan pengolahan
data dan penyusunan laporan-laporan.
 Folmulir-folmulir isian (kuesioner), sebagai sarana untuk
melaksanakan wawancara kepada masyarakat/petani penerima E-7
manfaat dan key persons lainnya yang terkait dengan studi ini.
 Peralatan tulis kantor dan lapangan.
c. Persiapan Administrasi
Kegiatan ini akan dilaksanakan segera setelah pihak Konsultan
menerima SPMK, kegiatan ini antara lain meliputi pengurusan Surat
Pengantar/Tugas dari Satuan Kerja Dinas kab Bekasi, Surat Jalan dari
Konsultan untuk melaksanakan survey lapangan dan pencarian data
di tingkat pusat dan daerah serta persiapan perjalanan. Surat
pengantar ini dibuat oleh pihak Pengguna Jasa yang ditujukan kepada
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten serta Instansi Terkait Lainnya di
tingkat Provinsi dan Kabupaten.

Dokumen Penawaran Teknis


E-7
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

d. Pengumpulan Data Awal


Kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh data-data awal yang
diperlukan dalam rangka penyusunan program kerja dan pelaksanaan
survey lapangan. Data yang dikumpulkan meliputi :
 Peta-Peta Informasi Digital Wilayah Kabupaten Bekasi.
 Peta Tata-Guna Lahan, Peta Rupa Bumi, Peta Hutan, Peta
Geologi, dan Peta Hidrologi.
 Laporan Studi-studi yang telah dilakukan terdahulu.
 Laporan-laporan yang berkaitan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten.
 Data Demografi Kabupaten.
 Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten.
 Peta-peta dan skema Tata Air Kawasan.
 Buku-buku referensi, dll.

E.3.1.2 Desk Study dan Penyusunan Program Kerja


a. Desk Study
Studi meja (desk study) akan dilakukan terhadap data sekunder
(data awal) yang telah dikumpulkan. Dalam tahapan ini dipelajari
laporan studi terdahulu dan studi lainnya yang tujuannya adalah
untuk memantapkan penyusunan rencana/program kerja dan metode
pelaksanaan yang akan digunakan untuk menangani pekerjaan ini,
terutama untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
b. Penyusunan Program Kerja
Desk Study akan dilakukan berdasarkan data-data awal yang berhasil
dikumpulkan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui E-8
(mengenalisa) dan memahami sejarah pekerjaan, proses persiapan
pekerjaan dan cakupan pekerjaan yang merupakan tahap awal dalam
rangka penyusunan konsep dan program pelaksanaan (rencana
kerja) untuk menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan dari awal
hingga selesai.
Hal-hal penting yang akan dibahas pada tahapan ini adalah studi
literatur, penyusunan metodologi dan penyusunan rencana kerja
serta pembagian dan pengarahan tugas. Pada kegiatan ini disamping
melakukan kajian terhadap data-data awal, dilakukan juga
penyusunan/pembuatan daftar isian (kuesioner) serta tabel-tabel
isian yang mencakup aspek teknis, sosial, ekonomi dan lingkungan
serta aspek O&P yang akan digunakan pada waktu survey lapangan.

Dokumen Penawaran Teknis


E-8
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Jadi setelah Tim Pelaksana terbentuk dimana data-data awal telah


terkumpul dan studi literatur telah dilaksanakan, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun program kerja dan jadwal pelaksanaan
berdasarkan alokasi waktu yang telah ditentukan, baik global maupun
per-item pekerjaan yang nantinya akan dituangkan dalam Laporan
Pendahuluan.

E.3.2 Identifikasi Kondisi Eksisting Penyediaan Air Bersih


Akibat terjadinya perkembangan penduduk dan pertumbuhan kota
kecamatan berbagai pusat pertumbuhan, maka meningkat pula
kebutuhan air bersih. Di sisi lain ketersediaan sumber daya air secara
keseluruhan tidak bertambah bahkan mempunyai kecenderungan
berkurang kuantitas dankualitasnya. Upaya penyediaan air minum dan
air bersih sangat perlu ditingkatkan pelayanan dan penyediaannya
sehingga dapat memenuhi kriteria dari segi kuantitas, kualitas, dan
kontinuitasnya. Penyediaan air bersih dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti mata air, sumur bor (artesis), waduk/dam, sumur pompa,
sumur gali dan pengolahan dari air sungai.
Untuk mengestimasi berapa jumlah penduduk yang telah memiliki akses
terhadap air bersih didapat dengan membandingkan jumlah kebutuhan
air bersih tiap kabupaten/kota (dalam l/detik) dengan ketersediaan air
baku (dalam l/detik).
Langkah selanjutnya yaitu membandingkan jumlah kebutuhan air bersih
tersebut dengan ketersedian air bersih yang ada (eksisting). Untuk
mengetahui dan mengidentifikasi kondisi eksisting penyediaan air bersih
maka perlu adanya survey identifikasi kelapangan.

E.3.3 Identifikasi Ketersediaan Air Bersih.


Ketersediaan Air yang dapat digunakan sebagai Air Bersih adalah sebagai
berikut: E-9

E.3.4 Air Permukaan


Metode yang paling ideal untuk memperkirakan potensi air permukaan
adalah dengan melakukan kajian berdasarkan data catatan debit sungai
yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung di titik yang ditinjau untuk
durasi pengukuran yang lama (tahunan). Namun kondisi ini sangat sulit
dilaksanakan mengingat luasnya wilayah kajian dan ketersediaan dana
pekerjaan.
Alternatif lain adalah melakukan prediksi kuantitas berdasarkan data
sekunder yang ada, dengan durasi yang lama. Data sekunder yang
dimaksud adalah data klimatologi. Salah satu metode untuk
memperkirakan limpasan (aliran permukaan/ runoff) adalah dengan
menggunakan metode Mock. Agar hasil kajian dengan metode ini dapat

Dokumen Penawaran Teknis


E-9
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

diandalkan, data hasil survei lapangan sangat perlu untuk digunakan


sebagai acuan dalam menentukan “orde” besaran debit yang
diperkirakan.
Pada bagian berikut ini disajikan perhitungan ketersediaan air di sungai
dengan menggunakan metode Mock. Selain data klimatologi, informasi
lain yang diperlukan untuk analisis ini adalah data kondisi fisik lokasi
kajian (Daerah Aliran Sungai), seperti jenis tanah, tumbuhan penutup
permukaan, kondisi topografi, luas DAS, dan lain-lain.
Pengambilan air baku yang paling mudah dilakukan adalah di sungai
karena langsung mendapatkan debit. Debit sungai berasal dari aliran
limpasan hujan (direct run off) dan aliran air tanah (mata air).
Air permukaan adalah air yang mengalir secara berkesinambungan atau
dengan terputus-putus dalam alur sungai atau saluran dari sumbernya
yang tertentu, dimana semua ini merupakan bagian dari sistem sungai
yang menyeluruh. Ilustrasi dari proses terbentuknya aliran permukaan
disajikan pada Gambar E.2.
Yang paling berperan dalam studi penyediaan air baku adalah data
rekaman debit aliran sungai. Rekaman tersebut harus berkesinambungan
dalam periode waktu yang dapat digunakan untuk pelaksanaan proyek
penyediaan air baku. Apabila penyadapan air baku akan dilakukan dari
sungai yang masih alami, maka diperlukan rekaman data dari periode-
periode aliran rendah yang kristis yang cukup panjang, sehingga
keandalan pasok air dapat diketahui.

Rawa
Sungai

E - 10

Muka Air
Tanah

Aliran Air
Tanah

Danau

Gambar 1.1 Ilustrasi Aliran Permukaan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 10
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Jika tidak ada data rekaman debit sungai yang ada di wilayah kajian,
maka untuk mengetahui besarnya potensi air permukaan (air sungai)
akan dilakukan dengan cara simulasi hujan-limpasan sehingga diperoleh
besar-nya debit sintetik.
Hasil penaksiran atau perkiraan debit limpasan (run off) tidak bisa meng-
gantikan dokumentasi data aliran sungai. Namun dalam hal dimana
sangat dibutuhkan tersedianya data tersebut, maka diperlukan adanya
penaksiran atau perkiraan.
Banyak metode untuk menaksir debit limpasan. Akurasi dari masing-
masing metode tersebut bergantung pada keseragaman dan keandalan
data yang tersedia. Salah satu metode tersebut adalah Metode Mock.
Metode Mock adalah suatu metode untuk memperkirakan keberadaan air
berdasarkan konsep water balance. Keberadaan air yang dimaksud di sini
adalah besarnya debit suatu daerah aliran sungai. Data yang digunakan
untuk memperkirakan debit ini berupa data klimatologi dan karakteristik
daerah aliran sungai.
Metode Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock berdasarkan atas daur
hidrologi. Metode Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metode
yang menjelaskan hubungan rainfall-runoff. Metode Mock dikembangkan
untuk menghitung debit bulanan rata-rata. Data-data yang dibutuhkan
dalam perhitungan debit dengan Metode Mock ini adalah data klimatologi,
luas, dan penggunaan lahan dari catchment area.
Pada prinsipnya, Metode Mock memperhitungkan volume air yang masuk,
keluar, dan yang disimpan dalam tanah (soil storage). Volume air yang
masuk adalah hujan.
Air yang keluar adalah infiltrasi, perkolasi, dan yang dominan adalah
akibat evapotranspirasi. Perhitungan evapotranspirasi menggunakan
Metode Penmann. Sementara soil storage adalah volume air yang
E - 11
disimpan dalam pori-pori tanah, hingga kondisi tanah menjadi jenuh.
Secara keseluruhan perhitungan debit dengan Metode Mock ini mengacu
pada water balance, dimana volume air total yang ada di bumi adalah
tetap, hanya sirkulasi, dan distribusinya yang bervariasi.
Proses perhitungan yang dilakukan dalam Metode Mock dijelaskan dalam
Gambar E.3.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 11
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Perhitungan
Perhitungan
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi
Potensial (Metode
Potensial (Metode
Penman)
Penman)
Perhitungan
Perhitungan
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi
Aktual
Aktual
Perhitungan Water
Perhitungan Water
Surplus
Surplus

Perhitungan
Perhitungan
Base Flow
Base Flow
Direct Run Off
Direct Run Off
dan
dan
Strom Run Off
Strom Run Off

Gambar 1.2 Bagan Alir Perhitungan debit metode Mock

E.3.5 Water Balance


Dalam siklus hidrologi, penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke
dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu
perioda tertentu disebut neraca air atau keseimbangan air (water
balance). Hubungan-hubungan ini lebih jelas ditunjukan oleh Gambar
E.4.
Bentuk umum persamaan water balance adalah:
P  Ea  ΔGS  TRO

dimana :

P = presipitasi.
E - 12
Ea = evapotranspirasi.

ΔGS = perubahan groundwater storage.

TRO = total run off.

Water balance merupakan siklus tertutup yang terjadi untuk suatu kurun
waktu pengamatan tahunan tertentu, dimana tidak terjadi perubahan
groundwater storage atau ΔGS = 0. Artinya awal penentuan groundwater
storage adalah berdasarkan bulan terakhir dalam tinjauan kurun waktu
tahunan tersebut. Sehingga persamaan water balance menjadi:
P = Ea + TRO

Beberapa hal yang dijadikan acuan dalam prediksi debit dengan


Metode Mock sehubungan dengan water balance untuk kurun waktu

Dokumen Penawaran Teknis


E - 12
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

tertentu adalah:

a) Dalam satu tahun, perubahan groundwater storage (GS) harus


sama dengan nol.
b) Jumlah total evapotranspirasi dan total run off selama satu
tahun harus sama dengan total presipitasi yang terjadi dalam
tahun itu.
Dengan tetap memperhatikan kondisi-kondisi batas water balance di
atas, maka prediksi debit dengan Metode Mock akan akurat.

Presipitasi
Evaporasi

Air Permukaan
Air Permukaan

Limpasan

Presipitasi
Uap Air Curah Hujan
Uap Air Curah Hujan

Perkolasi

Kelembaban
Kelembaban
Tanah dan Air
Tanah dan Air
Tanah
Tanah
Evaporasi

Presipitasi

Gambar 1.1 Sirkulasi Air

E.3.6 Data Iklim


E - 13
Data iklim yang digunakan dalam Metode Mock adalah presipitasi,
temperatur, penyinaran matahari, kelembaban relatif dan data kecepatan
angin. Secara umum data-data ini digunakan untuk menghitung
evapotransprasi. Dalam Metode Mock, data-data iklim yang dipakai
adalah data bulanan rata-rata, kecuali untuk presipitasi yang digunakan
adalah jumlah data dalam satu bulan.
Notasi dan satuan yang dipakai untuk data iklim ditabelkan pada. Tabel
E.1.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 13
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tabel E.1. Notasi dan Satuan Parameter Iklim

Data Meteorologi Notasi Satuan

Presipitasi P Milimeter (mm)

Temperatur T Derajat Celcius (0C)

Penyinaran Matahari S Persen (%)

Kelembaban Relatif H Persen (%)

Kecepatan Angin W Mile per hari (mile/hr)

E.3.7 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan faktor penting dalam memprediksi debit dari
data curah hujan dan klimatologi dengan Metode Mock. Alasannya adalah
karena evapotranspirasi ini memberikan nilai yang besar untuk terjadinya
debit dari suatu daerah pengaliran sungai. Evapotranspirasi diartikan
sebagai kehilangan air dari lahan dan permukaan air dari suatu daerah
pengaliran sungai akibat kombinasi proses evaporasi dan transpirasi.
Evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual diuraikan di
bawah ini.
a. Evapotranspirasi Potensial
Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang mungkin
terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan. Faktor penting
yang mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah
tersedianya air yang cukup banyak. Jika jumlah air selalu
tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh tanaman
selama proses transpirasi, maka jumlah air yang ditranspirasikan
akan relatif lebih besar dibandingkan apabila tersedia-nya air di
bawah keperluan. Beberapa rumus empiris untuk menghitung
E - 14
evapotranspirasi potensial adalah: rumus empiris dari
Thornthwaite, Blaney-Criddle, Penman dan Turc-Langbein-
Wundt. Dari rumus-rumus empiris di atas, Metode Mock
menggunakan rumus empiris dari Penman. Rumus empiris
Penman memperhitungkan banyak data klimatologi yaitu
temperatur, radiasi matahari, kelembaban, dan kecepatan angin
sehingga hasilnya relatif lebih akurat. Perhitungan evaporasi
potensial Penman didasarkan pada keadaan bahwa agar terjadi
evaporasi diperlukan panas.

Menurut Penman besarnya evapotranspirasi potensial


diformulasikan sebagai berikut:

AH  0,27D
E
A  0,27

Dokumen Penawaran Teknis


E - 14
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

dimana :

H = energy budget,

 
= R 1  r  0.18  0.55S  0.56  0.092 e d  0.10  0.9S

D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi, dan

= 0,35 (ea – ed) (k + 0,01w)

A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata,


dalam mmHg/oF.

B = radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata, dalam


mmH2O/hari.

ea = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada


temperatur rata-rata (mmHg).

Besarnya A, B dan ea tergantung pada temperatur rata-rata. Hubungan


temperatur rata-rata dengan parameter evapotranspirasi ini ditabelkan
pada Tabel E.2.
Tabel E.2. Hubungan Temperatur Rata-rata vs Parameter Evapotranspirasi A, B dan ea

Temperatur
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
(0C)

A
0.304 0.342 0.385 0.432 0.484 0.541 0.603 0.671 0.746 0.828 0.917 1.013
(mmHg/0F)

B
12.60 12.90 13.30 13.70 14.80 14.50 14.90 15.40 15.80 16.20 16.70 17.10
(mmH2O/hari)

ea
8.05 9.21 10.50 12.00 13.60 15.50 17.50 19.80 22.40 25.20 28.30 31.80 E - 15
(mmHg)

Sumber: Sudirman (2002).

R = radiasi matahari, dalam mm/hari.

Besarnya tergantung letak lintang. Besarnya radiasi matahari ini


berubah-ubah menurut bulan, seperti Tabel E.3 berikut ini.

Tabel E.3. Nilai Radiasi Matahari Pada Permukaan Horizontal Luar Atmosfir
(mm/hari)
Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des Tahun

Dokumen Penawaran Teknis


E - 15
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

50 LU 13.7 14.5 15.0 15.0 14.5 14.1 14.2 14.6 14.9 14.6 13.9 13.4 14.39

00 14.5 15.0 15.2 14.7 13.9 13.4 13.5 14.2 14.9 15.0 14.6 14.3 14.45

50 LS 15.2 15.4 15.2 14.3 13.2 12.5 12.7 13.6 14.7 15.2 15.2 15.1 14.33

100 LS 15.8 15.7 15.1 13.8 12.4 11.6 11.9 13.0 14.4 15.3 15.7 15.8 14.21

Sumber: Sudirman (2002).

r = koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara radiasi


elektromag-netik (dalam sembarang rentang nilai
panjang gelombang yang ditentukan) yang dipantulkan
oleh suatu benda dengan jumlah radiasi yang terjadi,
dan dinyatakan dalam persentasi.
radiasi elektromagnetik yang dipantulkan
r x 100%
jumlah radiasi yang terjadi

Koefisien Refleksi sangat berpengaruh pada evapotranspirasi.


Tabel E.4 adalah nilai koefisien refleksi yang digunakan dalam
Metode Mock.

E - 16

Tabel E.4. Koefisien Refleksi, r


Koefisien
No. Permukaan
Refleksi [r]

Dokumen Penawaran Teknis


E - 16
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

1 Rata-rata permukaan bumi 40 %


2 Cairan salju yang jatuh diakhir musim – 40 – 85 %
3 masih segar
Spesies tumbuhan padang pasir dengan 30 – 40 %
4 daun berbulu
Rumput, tinggi dan kering 31 – 33 %
5 Permukaan padang pasir 24 – 28 %
6 Tumbuhan hijau yang membayangi 24 – 27 %
7 seluruh
Tumbuhantanah
muda yang membayangi 15 – 24 %
8 sebagian tanah
Hutan musiman 15 – 20 %
9 Hutan yang menghasilkan buah 10 – 15 %
10 Tanah gundul kering 12 – 16 %
11 Tanah gundul lembab 10 – 12 %
12 Tanah gundul basah 8 – 10 %
13 Pasir, basah – kering 9 – 18 %
14 Air bersih, elevasi matahari 450 5%
15 Air bersih, elevasi matahari 200 14 %
Sumber: Sudirman (2002).

S = rata-rata persentasi penyinaran matahari bulanan, dalam


persen (%).
ed = tekanan uap air sebenarnya (actual vapour pressure),
dalam mmHg.
= ea x h.
h = kelembaban relatif rata-rata bulanan, dalam persen (%).
k = koefisien kekasaran permukaan evaporasi (evaporating
surface).
Untuk permukaan air nilai k = 0,50 dan permukaan
vegetasi nilai k = 1,0.
w = kecepatan angin rata-rata bulanan, dalam mile/hari.
Substitusi persamaan-persamaan di atas menghasilkan: E - 17

A







 
 R 1  r   0,18  0,55S  B  0,5 - 0,092 e d   0,1  0,9S   0,27 0,35 e a  e d   k  0,01w 
E
A  0,27

dalam bentuk lain:

E
A  0,18  0,55S 
R 1  r  
AB 
 0,56  0,092

e 

d 
 0,1  0,9S  
0,27 x 0,35 e 
a
e
d
  k
A  0,27 A  0,27 A  0,27
jika:

A  0,18  0,55S 
F  f(T, S) 
1 A  0,27

Dokumen Penawaran Teknis


E - 17
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

AB 
 0,56  0,092 e 

F  f(T, h)   d 
2 A  0,27

F  f(T, h) 
0,27 x 0,35  ea  ed 
3 A  0,27

maka:

E = F1 x R(1 - r) - F2 x (0,1 + 0,9S) + F3 x (k + 0,01w)

dan jika:

E1 = F1 x R(1 - r)

E2 = F2 x (0,1 + 0,9S)

E3 = F3 x (k + 0,01w)

maka bentuk yang sederhana dari persamaan evapotranspirasi potensial


menurut Penman adalah:

E = E 1 - E2 + E3

Formulasi inilah yang dipakai dalam Metode Mock untuk menghitung


besarnya evapotranspirasi potensial dari data-data klimatologi yang
lengkap (temperatur, lama penyinaran matahari, kelembaban relatif, dan
kecepatan angin). Besarnya evapotrans-pirasi potensial ini dinyata-kan
dalam mm/hari. Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial
dalam 1 bulan maka kalikan dengan jumlah hari dalam bulan itu.

b. Evapotranspirasi Aktual E - 18
Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang
diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan,
maka dalam evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan
atau terbatas. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi
yang terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas.
Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar
yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim
kemarau.
Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbeda-beda.
F.J. Mock mengklasifikasikan menjadi tiga daerah dengan masing-
masing nilai exposed surface ditampilkan pada Tabel E.5.
Tabel E.5. Exposed Surface, m

Dokumen Penawaran Teknis


E - 18
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

No. Exposed Surface (m) Daerah

1 0% Hutan primer, sekunder

2 10 – 40 % Daerah tererosi

3 30 – 50 % Daerah ladang pertanian

Sumber: Sudirman (2002).

Selain exposed surface evapotranspirasi aktual juga dipengaruhi


oleh jumlah hari hujan (n) dalam bulan yang bersangkutan.
Menurut Mock rasio antara selisih evapotranspirasi potensial dan
evapo-transpirasi aktual dengan evapotranspirasi potensial
dipengaruhi oleh exposed surface (m) dan jumlah hari hujan (n),
seperti ditunjukan dalam formulasi sebagai berikut.
ΔE  m 
    18  n 
E P  20 

Sehingga:
m
ΔE  E    18  n  .
P  20 

Dari formulasi diatas dapat dianalisis bahwa evapotranspirasi


potensial akan sama dengan evapotranspirasi aktual (atau ΔE =
0) jika:
a) Evapotranspirasi terjadi pada hutan primer atau hutan
sekunder. Dimana daerah ini memiliki harga exposed surface
(m) sama dengan nol.
b) Banyaknya hari hujan dalam bulan yang diamati pada daerah
itu sama dengan 18 hari. E - 19

Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi potensial


yang memperhitungkan faktor exposed surface dan jumlah hari
hujan dalam bulan yang bersangkutan.
Sehingga evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang
sebenarnya terjadi atau actual evapotranspiration, dihitung
sebagai berikut:
E E  ΔE
actual P

E.3.8 Water Surplus


Water surplus didefinisikan sebagai air hujan (presipitasi) yang telah
mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan tanah (soil storage,
disingkat SS). Water surplus ini berpengaruh langsung pada infiltrasi atau

Dokumen Penawaran Teknis


E - 19
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

perkolasi dan total run off yang merupakan komponen debit. Persamaan
water surplus (disingkat WS) adalah sebagai berikut:
WS = (P – Ea) + SS
Dengan memperhatikan Gambar 4.7, maka water surplus merupakan air
limpasan permukaan ditambah dengan air yang mengalami infiltrasi.
Tampungan kelembaban tanah (soil moisture storage, disingkat SMS)
terdiri dari kapasitas kelembaban tanah (soil moisture capacity, disingkat
SMC), zona infiltrasi, limpasan permukaan tanah dan tampungan tanah
(soil storage, disingkat SS). Besarnya soil moisture capacity (SMC) tiap
daerah tergantung dari tipe tanaman penutup lahan (land covery) dan
tipe tanahnya, seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.7.
Dalam studi yang dilakukan Mock di daerah aliran sungai di Bogor,
ditetapkan besarnya kapasitas kelembaban tanah maksimum adalah 200
mm/bulan. Dalam Metode Mock, tampungan kelembaban tanah dihitung
sebagai berikut:
SMS = ISMS + (P – Ea)
dimana :
ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban tanah
awal), merupakan soil moisture capacity (SMC) bulan
sebelumnya.
P–Ea = presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi.
Asumsi yang dipakai oleh Dr. F.J. Mock adalah air akan memenuhi SMC
terlebih dahulu sebelum water surplus tersedia untuk infiltrasi dan
perkolasi yang lebih dalam atau melimpas langsung (direct run off). Ada
dua keadaan untuk menentukan SMC, yaitu:
a. SMC = 200 mm/bulan, jika P – Ea < 0.
E - 20
Artinya soil moisture storage (tampungan tanah lembab) sudah
mencapai kapasitas maksimumnya atau terlampaui sehingga air
tidak disimpan dalam tanah lembab. Ini berarti soil storage (SS)
sama dengan nol dan besarnya water surplus sama dengan P -
Ea.
b. SMC = SMC bulan sebelumnya + (P – Ea), jika P – Ea < 0.
Untuk keadaan ini, tampungan tanah lembab (soil moisture
storage) belum mencapai kapasitas maksimum, sehingga ada air
yang disimpan dalam tanah lembab. Besarnya air yang disimpan
ini adalah P – Ea. Karena air berusaha untuk mengisi kapasitas
maksimumnya, maka untuk keadaan ini tidak ada water surplus
(WS = 0).
Selanjutnya WS ini akan mengalami infiltrasi dan melimpas di permukaan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 20
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

(run off). Besarnya infiltrasi ini tergantung pada koefisien infiltrasi.



EVAPOTRANSPIRASI
TAMPUNGAN KELEMBABAN
TANAH

Limpasan Permukaan


 Zona Infiltrasi

Kapasitas Kelembaban
Tanah

Gambar 1.1 Water surplus merupakan presipitasi yang telah


mengalami evapotranspirasi atau limpasan yang ditambah
infiltrasi.

Tabel E.6. Nilai Soil Moisture Capacity Untuk Berbagai Tipe Tanaman dan Tipe Tanah
Soil Moisture
Zone Akar
Tipe Tanaman Tipe Tanah Capacity
(dalam m)
(dalam mm)

Pasir Halus 0.50 50

Pasir Halus dan


0.50 75
Loam
Tanaman
E - 21
Berakar Pendek Lanau dan Loam 0.62 125

Lempung dan Loam 0.40 100

Lempung 0.25 75

Pasir Halus 0.75 75

Pasir Halus dan


1.00 150
Loam
Tanaman
Berakar Sedang Lanau dan Loam 1.00 200

Lempung dan Loam 0.80 200

Lempung 0.50 150

Pasir Halus 1.00 100

Dokumen Penawaran Teknis


E - 21
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Soil Moisture
Zone Akar
Tipe Tanaman Tipe Tanah Capacity
(dalam m)
(dalam mm)

Pasir Halus dan


1.00 150
Loam
Tanaman Lanau dan Loam 1.25 250
Berakar Dalam
Lempung dan Loam 1.00 250

Lempung 0.67 200

Pasir Halus 1.50 150

Pasir Halus dan


1.67 250
Loam
Tanaman Palm
Lanau dan Loam 1.50 300

Lempung dan Loam 1.00 250

Lempung 0.67 200

Pasir Halus 2.50 250

Pasir Halus dan


2.00 300
Loam
Mendekati
Hutan Alam Lanau dan Loam 2.00 400

Lempung dan Loam 1.60 400

Lempung 1.17 350


Sumber: Sudirman (2002).

E.3.9 Limpasan Total


Air hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan disimpan dalam E - 22
tanah lembab selanjutnya akan melimpas di permukaan (surface run off)
dan mengalami perkolasi. Berikutnya, menurut Mock besarnya infiltrasi
adalah water surplus (WS) dikalikan dengan koefisien Infiltrasi (if), atau:
Infiltrasi (i) = WS x if
Koefisien infiltrasi ditentukan oleh kondisi porositas dan kemiringan
daerah pengaliran. Lahan yang bersifat poros umumnya memiliki
koefisien yang cenderung besar. Namun jika kemiringan tanahnya terjal
dimana air tidak sempat mengalami infiltrasi dan perkolasi ke dalam
tanah, maka koefisien infiltrasinya bernilai kecil.
Infiltrasi terus terjadi sampai mencapai zona tampungan air tanah
(ground-water storage, disingkat GS). Keadaan perjalanan air di
permukaan tanah dan di dalam tanah diperlihatkan dalam Gambar E.6.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 22
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Gambar 1.1 Perjalanan air hujan sampai terbentuk debit.

Dalam Metode ini, besarnya groundwater storage (GS) dipengaruhi oleh:


a. Infiltrasi (i).
Semakin besar infiltrasi maka groundwater storage semakin
besar pula, dan begitu pula sebaliknya.
b. Konstanta resesi aliran bulanan.
Konstanta resesi aliran bulanan (monthly flow recession constan)
disimbolkan dengan K adalah proporsi dari air tanah bulan lalu
yang masih ada bulan sekarang. Nilai K ini cenderung lebih besar
pada bulan basah.
c. Groundwater storage bulan sebelumnya (GSom).
E - 23
Nilai ini diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan
bahwa water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau
selama rentang waktu menerus tahunan tertentu. Dengan
demikian maka nilai asumsi awal bulan pertama tahun pertama
harus dibuat sama dengan nilai bulan terakhir tahun terakhir.
Dari ketiga faktor di atas, Mock merumuskan sebagai berikut:
GS = { 0,5 x (1 + K) x i } + { K x GSom }
Seperti telah dijelaskan, metode Mock adalah metoda untuk memprediksi
debit yang didasarkan pada water balance. Oleh sebab itu, batasan-
batasan water balance ini harus dipenuhi.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 23
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Salah satunya adalah bahwa perubahan groundwater storage (GS)


selama rentang waktu tahunan tertentu adalah nol, atau (misalnya untuk
1 tahun):
bulan ke 12


i  bulan ke 1
Δ GS  0

Perubahan groundwater storage (ΔGS) adalah selisih antara ground


water storage bulan yang ditinjau dengan groundwater storage bulan
sebelumnya. Perubahan groundwater storage ini penting bagi terben-
tuknya aliran dasar sungai (base flow, disingkat BF). Dalam hal ini base
flow merupakan selisih antara infiltrasi dengan perubahan groundwater
storage, dalam bentuk persamaan:
BF = i -  GS

Jika pada suatu bulan ΔGS bernilai negatif (terjadi karena GS bulan yang
ditinjau lebih kecil dari bulan sebelumnya), maka base flow akan lebih
besar dari nilai Infiltrasinya. Karena water balance merupakan siklus
tertutup dengan perioda tahunan tertentu (misalnya 1 tahun) maka
perubahan groundwater storage (ΔGS) selama 1 tahun adalah nol.
Dari persaman di atas maka dalam 1 tahun jumlah base flow akan sama
dengan jumlah infiltrasi. Selain base flow, komponen debit yang lain
adalah direct run off (limpasan langsung) atau surface run off (limpasan
permukaan). Limpasan permukaan berasal dari water surplus yang telah
mengalami infiltrasi. Jadi direct run off dihitung dengan persamaan:
DRO = WS - i
Setelah base flow dan direct run off komponen pembentuk debit yang
lain adalah storm run off, yaitu limpasan langsung ke sungai yang terjadi
selama hujan deras. Storm run off ini hanya beberapa persen saja dari
hujan. Storm run off hanya dimasukkan ke dalam total run off, bila
presipitasi kurang dari nilai maksimum soil moisture capacity. Menurut E - 24
Mock storm run off dipengaruhi oleh percentage factor, disimbolkan
dengan PF. Percentage factor adalah persen hujan yang menjadi
limpasan. Besarnya PF oleh Mock disarankan 5% - 10%, namun tidak
menutup kemungkinan untuk meningkat secara tidak beraturan hingga
mencapai 37,3%.
Dalam perhitungan debit ini, Mock menetapkan, bahwa:
a. Jika presipitasi (P) > maksimum soil moisture capacity, nilai
storm run off = 0.
b. Jika P < maksimum soil moisture capacity maka storm run off
adalah jumlah curah hujan dalam satu bulan yang
bersangkutan dikali percentage factor, atau:
SRO = P x PF

Dokumen Penawaran Teknis


E - 24
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Dengan demikian maka total run off (TRO) yang merupakan komponen-
komponen pembentuk debit sungai (stream flow) adalah jumlah antara
base flow, direct run off dan storm run off, atau:
TRO = BF + DRO + SRO
Total run off ini dinyatakan dalam mm/bulan. Maka jika TRO ini dikalikan
dengan catchment area (luas daerah tangkapan air) dalam km 2 dengan
suatu angka konversi tertentu akan didapatkan besaran debit dalam
m3/det.
E.3.10 Parameter Mock
Secara umum, parameter-parameter yang akan dijelaskan ini
mempenga-ruhi besarnya evapotranspirasi, Infiltrasi, groundwater
storage dan storm run off.
a. Koefisien refleksi (r), yaitu perbandingan antara jumlah radiasi
matahari yang dipantulkan oleh suatu permukaan dengan jumlah
radiasi yang terjadi, yang dinyatakan dalam persen. Koefisien
refleksi ini berbeda-be-da untuk tiap permukaan bumi. Menurut
Mock, rata-rata permukaan bumi mempunyai harga koefisien
refleksi sebesar 40%. Mock telah meng-klasifikasikan tiap
permukaan bumi dengan nilai koefisien refleksinya masing-masing.
Koefisien refleksi untuk masing-masing permukaan bumi seperti
telah ditabelkan dalam Tabel 6.5.
b. Exposed surface (m), yaitu asumsi proporsi permukaan luar yang
tidak tertutupi tumbuhan hijau pada musim kering dan dinyatakan
dalam persen. Besarnya harga m ini, tergantung daerah yang
diamati. Mock mengklasifikasikan menjadi tiga bagian daerah, yaitu
hutan primer atau sekunder, daerah tererosi dan daerah ladang
pertanian. Besarnya harga exposed surface ini berkisar antara 0%
sampai 50% dan sama untuk tiap bulan. Harga m untuk ketiga
E - 25
klasifikasi daerah ini telah ditabelkan dalam Tabel 6.6 di atas.
c. Koefisien Infiltrasi (if), adalah koefisien yang didasarkan pada
kondisi po-rositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran.
Koefisien Infiltrasi mem-punyai nilai yang besar jika tanah bersifat
porous, sifat bulan kering dan kemiringan lahanya tidak terjal.
Karena dipengaruhi sifat bulan maka if ini bisa berbeda-beda untuk
tiap bulan. Harga minimum koefisien infiltrasi bisa dicapai karena
kondisi lahan yang terjal dan air tidak sempat mengalami infiltrasi.
d. Konstanta resesi aliran (K), yaitu proporsi dari air tanah bulan
lalu yang masih ada bulan sekarang. Pada bulan hujan Nilai K
cenderung lebih besar, ini berarti tiap bulan nilai K ini berbeda-beda.
Harga K suatu bulan relatif lebih besar jika bulan sebelumnya
merupakan bulan basah.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 25
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

e. Percentage factor (PF), merupakan persentase hujan yang


menjadi limpasan. Digunakan dalam perhitunga n storm run off
pada total run off. Storm run off hanya dimasukkan kedalam total
run off, bila P lebih kecil dari nilai maksimum soil moisture capacity.
Besarnya PF oleh Mock disarankan berkisar 5%-10%, namun tidak
menutup kemungkinan untuk meningkat sampai harga 37,3%.
E.3.11 Data Kalibrasi
Kalibrasi terhadap parameter Mock yang digunakan perlu dilakukan agar
hasil perhitungan debit dengan metoda ini dapat mewakili kondisi aktual
seperti di lapangan (dibandingkan dengan debit hasil survei hidrometri).
Dalam perhitungan debit limpasan dengan menggunakan metode Mock
tersebut, akan digunakan data debit hasil survei hidrometri untuk
kalibrasi yang dilakukan pada beberapa sungai di wilayah kajian.
E.3.12 Kuantifikasi Potensi Air Permukaan
a. Ketersediaan Data
Data iklim yang akan digunakan dalam perhitungan simulasi
hujan-limpasan menggunakan metode Mock adalah data iklim
selama minimal 10 tahun yang diperoleh dari stasiun klimatologi
yang terdekat dengan dan dapat dianggap mewakili lokasi kajian.
b. Jumlah Sungai
Langkah kuantifikasi air permukaan adalah melacak DAS dan
meng-hitung luas catchment area pada peta hasil survei
topografi. Penelusuran didasarkan pada muara aliran di
sepanjang garis pantai. Dari sekitar sungai dan alur yang
terdapat di wilayah kajian, tidak semua akan dihitung besar debit
sintetiknya. Dilakukan pemilihan dan pemilahan terhadap sungai-
sungai yang dianggap mempunyai potensi dimanfaat-kan sebagai
sumber air baku, ditinjau dari aspek kuantitasnya. E - 26

c. Titik Perhitungan
Besar ketersediaan air baku di sungai dihitung berdasarkan curah
hujan di DAS (hujan bulanan), luas DAS dan koefisien
pengaliran. Dengan demi-kian ketersediaan air baku adalah
besar debit di suatu titik pengeluaran (outlet) pada suatu waktu
tertentu. Debit yang dihitung adalah debit pada tiap outlet yang
dipilih:
 Di titik yang merupakan lokasi pencatatan debit, yang berfungsi
sebagai kalibrasi perhitungan debit dengan model mock.
 Di titik muara sungai, dimana dapat diketahui besarnya potensi
debit untuk keseluruhan luas DAS.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 26
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Outlet 2

Outlet 1

Gambar 1.1 Titik perhitungan debit Mock dilakukan di beberapa titik


sesuai kebutuhan.

E.3.13 Mata Air


Potensi sumber daya mata air di lokasi studi diinventarisir, dihitung
potensinya dan pemanfaatan mata air.
E.3.14 Danau
Potensi sumber daya Danau di lokasi studi diinventarisir, dihitung
potensinya dan pemanfaatan danau.
E.3.15 Identifikasi Kebutuhan Air Bersih.
Untuk melaksanakan pemanfaatan air secara efisien dan efektif terlebih
dahulu harus diteliti sektor sektor mana yang merupakan urutan prioritas
sesuai dengan kebutuhannya.
E - 27
E.3.16 Kuantitas Air
Jumlah air yang dibutuhkan tiap orang perhari ditentukan oleh beberapa
faktor. Tubuh manusia memerlukan antara 3 – 10 liter air per hari pada
kondisi normal, tergantung cuaca dan aktifitas yang dilakukannya.
Sebagian dari jumlah air ini didapat dari makanan. Faktor- faktor yang
mempengaruhi besarnya jumlah air yang digunakan : Faktor
kebudayaan, status sosial – ekonomi dan standar hidup, kesadaran
terhadap kebersihan, penggunaan untuk hal-hal produktif, biaya yang
dikeluarkan untuk air bersih dan kualitas air. Kebutuhan air penduduk
tergantung dari cuaca, standar hidup, ketersediaan dan metode distribusi
air. Gambaran pemakaian air domestik per kapita dengan berbagai
penggunaannya dapat dilihat pada tabel 1.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 27
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Untuk memperoleh estimasi kebutuhan air dalam suatu wilayah, lebih


mudah untuk mensurvey jumlah rumah tangga daripada harus
melakukan sensus dari rumah ke rumah. Penggunaan air domestik
(rumah tangga) dapat dihitung dengan mengasumsikan rata-rata jumlah
anggota keluarga dalam suatu rumah tangga. Untuk Indonesia rata-rata
jumlah anggota keluarga digunakan 5 orang penduduk dalam satu
keluarga. Adanya sekolah, rumah sakit, hotel, tempat peribadatan dan
fasilitas umum lainnya dalam wilayah yang kita tinjau juga harus dihitung
penggunaan airnya. Dibawah ini dalam tabel 2 merupakan gambaran
penggunaan air untuk fasilitas umum di Indonesia. Berdasarkan
kompomen pengembangan sumber daya air, jenis kebutuhan air dapat
diuraikan sebagai berikut :
E.3.17 Rumah Tangga dan Perkotaan
Diperkirakan rata-rata penggunaan air untuk fasilitas umum sekitar 10%
- 15% dari penggunaan air untuk satu rumah tangga. Estimasi ini hanya
dapat digunakan untuk preliminary design dan merupakan estimasi
secara kasar. Untuk perencanaan lebih lanjut (final design)
perhitungannya harus memakai data yang lebih lengkap dengan
memperhatikan kondisi lokal (Smet Jo, 2002).
Kebutuhan air bersih domestik merupakan jumlah dari kebutuhan air
rumah tangga penduduk, kebutuhan air untuk fasilitas umum, hidrant,
dan kebocoran. Untuk mendapatkan kebutuhan air rumah tangga
penduduk, dipakai perhitungan sebagai berikut :
 Kebutuhan air rumah tangga = 300 liter/rumah tangga/hari
 Diasumsikan dalam satu rumah tangga terdiri dari 5 (lima) anggota,
sehingga kebutuhan air rumah tangga
= 300 / 5 = 60 liter/kapita/hari.
= jml penduduk * 60/liter/kapita/hari E - 28
= debit (l/hari)
 Kebutuhan air untuk fasilitas umum:
= 10% x kebutuhan air rumah tangga
= debit (l/hari)
 Kebutuhan air untuk kebocoran:
= 1,5% x kebutuhan air rumah tangga
= debit (l/hari)
 Kebutuhan air untuk hidran
= 20% x kebutuhan air rumah tangga

Dokumen Penawaran Teknis


E - 28
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

= debit (l/hari)
 Kebutuhan air Total
= Kebutuhan air rumah tangga + fasilitas umum + kebocoran +
hidran
= debit (l/hari)
 Kebutuhan air bersih
= Kebutuhan air Total / (60 x 60 x 24)
= debit (l/detik

Tabel E.7. Pemakaian Air Domestik Untuk Negara-Negara di Asia


Tenggara

E - 29

Tabel E.8. Tipikal Unit Konsumsi Untuk Fasilitas Umum

Dokumen Penawaran Teknis


E - 29
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Besar kebutuhan air bergantung pada jumlah penduduk, pola konsumsi


yang sejalan dengan naiknya tingkat kesejahteraan serta ukuran
besarnya kota. Sebagai pegangan standard Direktorat Air Bersih dan
IWACO, kebutuhan air dibedakan antara kebutuhan air diwilayah
perkotaan dan pedesaan:
 Perkotaan (> 1.0 jt jiwa): domestik + kehilangan = 186 l/org/hr
Non domestik+kehilangan = 64 l/org/hr
E - 30
Total = 250 l/org/hr
 Pedesaaan : domestik + non domestik +kehilangan air= 60
l/org/hr
Nilai ini akan disesuaikan apabila ada standar baru yang sudah berlaku.
E.3.18 Ternak
Berdasarkan standard FIDP (Formulation of Integrated Development
Program) yang dibedakan menjadi sebagai berikut :
- Ternak besar (sapi, kerbau,kuda) 40 l/ekor/hari
- Ternak kecil (kambing) 5 l/ekor/hari
- Ternak kecil (babi) 6 l/ekor/hari
- Unggas 0,60 l/ekor/hari

Dokumen Penawaran Teknis


E - 30
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.3.19 Kebun atau ladang, jika ada diperhitungkan.


Kebutuhan air untuk kebun mengacu pada International Decade For
Water adalah sebagai berikut :
- musim kemarau 35.000 l/ha/hari
- musim hujan 17.000 l/ha/hari
E.3.20 Industri.
Kebutuhan air industri umumnya relatif konstan terhadap musim atau
bulan. Dengan meningkatnya industri, maka terdapat kecenderungan
peningkatan jumlah kebutuhan air industri.
Survey kebutuhan air industri diperlukan untuk menentukan rata rata
penggunaan air pada berbagai jenis industri tertentu. Angka indek ini
kemudian dapat dikaitkan dengan ukuran besarnya industri tersebut
misalnya melalui banyaknya produk yang di hasilkan, atau banyaknya
tenaga kerja.
Untuk industri yang terletak pada suatu kawasan industri, maka dari
Departemen Perindustrian telah diberikan perkiraan kebutuhan air per
hektarnya yaitu sekitar 0.5 sampai 2 liter per detik atau (0.5 -2.0)
L/dt/ha.
E.3.21 Tambak atau Kolam Ikan.
Besarnya kebutuhan air untuk kolam ikan adalah untuk pengaliran atau
pembilasan, menurut FIDP untuk kolam dengan kedalaman 70 cm
dibutuhkan 35 sampai 40 mm/ha/hari, karena air tidak langsung dibuang
maka ditetapkan kebutuhannya adalah sebesar 7 mm/hari/ha.
E.3.22 Listrik Tenaga Air
Listrik tenaga air (LTA) menggunakan air secara non konsumtif. Listrik
dari tenaga air ini dapat berupa run-of-the-river, waduk, tampungan
E - 31
yang dipompa, dan pasang surut. Sedangkan menurut kapasitasnya
dapat dibagi atas:
- Mikrohidro (kecil dari 100 Kw)
- Minihidro (antara 100 Kw dan 1 Mw)
- Kecil (antara 1 Mw dan 15 Mw), dan
- Besar (diatas 15 Mw)
E.3.23 Kebutuhan Irigasi
Faktor yang diperlukan untuk menghitung kebutuhan irigasi ada-lah:
 Evapotranspirasi
 Kebutuhan air di sawah

Dokumen Penawaran Teknis


E - 31
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

a. Evapotranspirasi
Besaran evapotranspirasi tergantung dari kondisi iklim (suhu
udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, lama penyinaran
dan radiasi matahari) seperti terlihat pada perhitungan
berikutnya.
b. Kebutuhan air di sawah dipengaruhi oleh:
- Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PWR)
Faktor penting yang menentukan kebutuhan air untuk
penyiapan lahan padi adalah :
Lamanya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. Biasanya
tergantung dari kondisi sosial budaya masyarakatnya, untuk
pedoman diambil 45 hari, apabila digunakan mesin diperlukan
waktu 30 hari.
- Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Untuk tanah bertekstur berat, tanpa retak-retak kebutuhan
diambil 200 mm ditambah 50 mm setelah transplantasi.
Lahan dibiarkan bera jangka waktu lebih dari 2,5 bulan atau
lebih kebutuhan diambil 300 mm termasuk 50 mm untuk
penggenangan setelah transplantasi.
Untuk lahan bertekstur ringan dengan laju perkolasi tinggi
sebaiknya diambil lebih tinggi dari 250 mm.
Penyiapan lahan untuk tanaman ladang dianjurkan 50 - 100
mm, sedang untuk tanaman tebu 100 - 120 mm.
- Penggunaan konsumtif (ETc)
Penggunaan konsumtif digunakan persamaan sebagai
berikut : E - 32
ETc = kc x ETo
dimana:
Etc = evapotranspirasi tanaman, mm/hari
Kc = koefisien tanaman,
ETo = evapotranspirasi tanaman acuan
Penggunaan konsumtif tanaman ladang, diasumsikan harga -
harga berikut ini :
 Evaporasi harian 5 mm
 Kecepatan angin antara 0 - 5 m/dt
 Kelembaban relatif minimum 70 %

Dokumen Penawaran Teknis


E - 32
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

 Frekwensi irigasi/curah hujan per 7 hari.


- Perkolasi atau Rembesan (P)
Laju perkolasi tergantung sifat tanah. Untuk tanah lempung
berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik,
laju perkolasi diperkirakan 1~3 mm/hari, sedang untuk tanah
yang ringan laju perko-lasi dapat lebih tinggi. Penentuan
perkolasi untuk analisa yang digunakan adalah hasil dari
penelitian, jika ada.
- Pergantian lapisan air (WLR)
Penggantian air dilakukan dua kali, masing 50 mm (3,3
mm/hari selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan
setelah transplantasi.
c. Hujan efektif (Re)
- Kehilangan pada jaringan irigasi
Untuk menentukan besarnya debit penyadapan yang berguna
untuk merencanakan bangunan pengambilan, maka
kebutuhan air irigasi harus ditambah dengan kehilangan pada
jaringan tersier, sekunder dan primer. Kehilangan tersebut
dinyatakan dalam efisiensi, dimana besarnya adalah:
 Jaringan tersier = 80 %
 Jaringan sekunder = 90 %
 Jaringan primer = 90 %
Total efisiensi (e) untuk tanaman padi adalah 65 %
Efisiensi untuk tanaman ladang dianjurkan memakai harga-
harga sebagai berikut :
 Jaringan irigasi utama, awal 0,75 % peningkatan 0.80 % E - 33

 Petak tersier awal 0,65 % peningkatan 0,75 %


 Keseluruhan awal 0,50 % peningkatan 0,60 %
Untuk studi efisiensi untuk tanaman palawija digunakan 50 %.
- Kebutuhan air irigasi
Perhitungan kebutuhan air irigasi termasuk dengan adanya
debit penyadapan per-ha dihitung dengan persamaan :
NFR = PWR + P + WLR – R , DR = NFR/e

Dokumen Penawaran Teknis


E - 33
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.3.24 Studi Hidrologi


Pada bagian ini akan dibahas bagaimana proses analisa hujan, intensitas
hujan serta analisa debit banjir.
Data yang diperlukan untuk keperluan Analisis hidrologi merupakan data
sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dengan cara
memfotocopi dan atau membeli pada Instansi – instansi terkait. Data
data sekunder yang diperlukan antara lain :
 Peta Rupa Bumi skala 1:25.000 yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal
di Bogor tujuannnya adalah untuk mengetahui luas daerah aliran
sungai disamping untuk mengetahui secara umum penggunaan
lahannya.
 Data Hujan dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika
atau Dinas Pertanian dan Puslitbang Sumber Daya Air Departemen
Pekerjaan Umum. Data hujan yang diperlukan adalah data hujan
harian dan data hujan jam-jaman. Data yang diperlukan minimal 10
tahun terakhir. Kegunaan dari data hujan ini adalah untuk
menganalisis debit banjir.
 Data Iklim dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika.
Data yang diperlukan minimal 5 tahun terakhir. Kegunaan data ini
adalah untuk keperluan Analisis Evapotranspirasi serta analisa aliran
rendah.
 Data Debit jika ada di lokasi studi, tujuannya adalah untuk
mengetahui debit sungai, bila data cukup dapat langsung dijadikan
acuan untuk mengetahui debit, namun bila tidak cukup dapat
dijadikan pembanding dengan hasil Analisis curah hujan, Apabila
tidak ada data dapat diambil dari data sungai terdekat tujuannya
adalah untuk melakukan regional Analisis. Data dapat diperoleh dari
instansi yang memasangnya, contoh Pos Duga Muka Air lihat Gambar
E - 34
berikut :

Contoh gambar Pos Hujan dan Pos duga Muka Air


 Pengumpulan data informasi debit

Dokumen Penawaran Teknis


E - 34
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Informasi mengenai banjir dilakukan dengan cara wawancara yang


ditulis dalam lembaran quesioner.
Data data primer dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran dan
pengambilan sampel di lapangan.
1. Pengukuran Aliran Sungai
Tujuan pengukuran aliran adalah untuk mendapatkan gambaran
perilaku fisik sungai termasuk di antaranya adalah besar aliran
(discharge ). Banyak cara melakukan pengukuran aliran sungai,
yaitu:
a. Pengukuran aliran dengan alat ukur arus
Pengukuran aliran dengan alat ukur arus dilakukan dengan
menggunakan alat current meter. Contoh pengukuran aliran
sungai sebagaimana Gambar berikut :

Contoh Pengukuran Aliran Sungai


Yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pengukuran arus harus
diikuti dengan :
 Pendugaan kedalaman alat yang digunakan tergantung dari
E - 35
kedalaman muka air, alat duga air dengan batang duga
digunakan untuk kedalaman air kurang dari 3 meter, untuk
yang lebih dari 3 meter digunakan alat lain yang sesuai.
 Pengukuran jarak dan lebar aliran dapat dilakukan dengan
teodolit apabila di lokasi pengukuran tidak ada jembatan atau
kabel gantung, apabila ada dapat dilakukan dengan pita ukur.
Lokasi pengukuran akan lebih baik apabila dekat dengan pos
duga air. Syarat lokasi pengukuran :
 Palung sungai sedapat mungkin lurus dengan arah arus,
kecepatan sejajar satu dengan yang lainnya.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 35
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

 Dasar sungai sedapat mungkin tidak berubah-ubah, bebas


dari batu besar, tumbuhan air, dan bangunan air yang dapat
menyebabkan jalur kecepatan tidak sejajar dengan yang lain.
 Dasar penampang sungai sedapat mungkin rata supaya pada
waktu menghitung penampang basah hasilnya mendekati
yang sebenarnya.
Hal-hal yang harus dicatat dalam kartu pengukuran antara lain :
 Nama sungai dan lokasi pos duga air
 Tanggal dan nama pengukur
 Jenis alat, nomor alat dan rumus alat
 Waktu mulai melaksanakan pengukuran
 Arah dimulainya pengukuran
 Tinggi muka air pada waktu pengukuran
 Menentukan tinggi aliran nol
 Keterangan lain seperti : cuaca, perkiraan jenis aliran,
material dasar sungai.
Kegiatan pengukuran dimulai dengan tahap sebagai berikut :
 Mengukur pada kedalaman garis vertikal yang akan diukur
kecepatannya kemudian menentukan titik kedalaman
pengukuran (0,2;0,8 atau 0,2;0,6;0,8 atau 0,6 saja)
 Mengukur jarak dari tepi permukaan sungai kesetiap garis
pengukuran vertical, kegiatan berulang untuk setiap
perpindahan jalur vertical, kemudian hasilnya dicatat dalam
kartu pengukuran.
 Mencatat jumlah putaran yang terjadi pada setiap titik E - 36
pengukuran.
 Menghitung kecepatan dari pada setiap titik pengukuran
berdasarkan jumlah putaran yang diperoleh dan selanjutnya
merata-ratakannya.
 Menghitung luas bagian penampang melintang untuk setiap
jalur vertical.
 Menghitung besar aliran untuk setiap bagian jalur penampang
melintang dengan menggunakan rumus Q = VA.
 Kegiatan terus diulang untuk setiap jalur garis vertical pada
penampang melintang.
 Besar aliran untuk seluruh penampang basah adalah jumlah
komulatif seluruh besar aliran bagian dari seluruh vertical.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 36
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Rata-rata kecepatan aliran penampang basah diperoleh


dengan membagi besar aliran seluruh penampang dengan
luas seluruh penampang melintang.
Beberapa cara pengukuran arus :
 Merawas untuk sungai yang tidak dalam
 Dari perahu, dilakukan apabila tidak ada jembatan dan kabel
gantung. Pendugaan kedlaaman air untuk sungai yang lebar
dan dalam digunakan alat duga sonic.
 Dari kabel gantung melintang, apabila kabel gantung sudah
tersedia ditempat
 Dari jembatan, perlu dicek dulu kondisi jembatan,
pengukuran dilakukan pada bagian hilir jembatan.
Besarnya aliran pengukuran ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut:
Q = AV
V = aN + b
dimana :
Q = besar aliran ( m )
A = luas penampang basah ( m2 )
V = Kecepatan aliran ( m/dt )
A = koefisien diameter gerak laju baling-baling
sebenarnya dari alat.
N = jumlah putaran kincir/balingbaling per detik
B = koefisien kecepatan awal
E - 37
b. Pengukuran aliran dengan cara tidak langsung
Pengukuran aliran untuk kondisi banjir, karena :
 Banjir terjadi malam hari, sulit dilakukan.
 Saat banjir tidak bisa diperkirakan kapan tibanya.
 Tidak tersediannya sarana pengukuran banjir
 Membahayakan timpengukur arus dan alat
Ada 2 metode, yaitu :
 Metode Slope Area, persamaan yang digunakan adalah
persamaan Manning, yaitu sebagai berikut :
1
Q A.R 2 / 3 .S 1 / 2
n

Dokumen Penawaran Teknis


E - 37
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

dimana :
Q = besar aliran ( m3/dt )
A = luas penampang basah ( m2 )
R = jari –jari hidrolis, A/O ( m )
O = keliling basah ( m )
S = kemiringan muka air
n = koefisien kekasaran Manning
 Metode IOH, sesuai dengan alur yang mempunyai kemiringan
tajam dan materi dasarnya berbatu-batu.
Q  K .Sf 1 / 2
1/ 2
8
K  A. g .R 
1/ 2
. 
f
dimana :
Q = besar aliran ( m3/dt )
K = konveyence
Sf = friction slope
R = jari –jari hidrolis, A/O ( m )
O = keliling basah ( m )
g = percepatan grafitasi
f = koefisien kekasaran Darcy -Weibach
c. Pengukuran aliran dengan alat pelampung
Apabila tidak memungkinkan diukur dengan alat ukur arus.
E - 38
d. Pengukuran aliran dengan cara volumetrik
Digunakan apabila tidak dapat dilakukan pengukuran dengan alat
ukur arus standar maupun alat ukur pigmy. Pengukuran dapat
dilakukan dengan dua keadaan, yaitu :
 Apabila aliran sungai memusat dalam satu titik sehingga
seluruh aliran dapat dimasukkan dalam tempat ukur.
Pengukuran dilakukan dengan bantuan sekat ukur V-notch.
 Apabila air sungai mengalir pada pelimpah atau bendung kecil
namun tidak terpusat maka pengukuran dilakukan dengan
cara sampel.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 38
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

e. Sekat ukur
Cara ini dilakukan apabila pengukuran aliran tidak dapat
dilakukan, biasanya dilakukan untuk alur-alur sungai yang kecil,
dangkal dan arus lambat.Pengukuran aliran dengan metode ini
dilakukan dengan menggunakan sekat ukur (weir plate). Sekat
ukur yang cocok adalah V-notch 90 0 sekat ini dibuat dari besi.
Untuk mencegah kebocoran dipasang bahan kedap atau bahan
yang dapat menutup kebocoran yang terjadi yang diletakkan
disisi depan dan belakang. Papan ini ditempatkan pada lokasi
yang tidak terpengaruh oleh peristiwa pasang surut air akibat
back water. Persamaan untuk menghitung aliran di atas sekat
ukur berbentuk segitiga, bersisi tajam dan bersudut 90 0 adalah :
Q = C.h3/2
Dimana :
Q = besarnya aliran
h = tinggi statis
C = koefisien besarnya aliran, biasanya nilai C adalah
sebesar 2,47

E - 39

Contoh Gambar Alat ukur Sekat Ukur


f. Cara lain namun tidak dianjurkan misalnya :
 cara zat warna,
 garam,
 isotop, dan lain-lain.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 39
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.3.24.1 Analisis Curah Hujan


Analisis curah hujan rencana mengikuti bagan alir pada Gambar E.2
Berdasarkan bagan alir tersebut di atas maka tahapan Analisis curah
hujan adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data sebagaimana diuraikan pada sub
sebelumnya.
2. Uji Konsistensi Data
Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui penyimpangan atau
kesalahan data yang diketahui dari ketidak konsistenan datanya.
Metode yang digunakan adalah "Double Mass Curve". Dimana
ploting komulatif data curah hujan dari stasiun penakar hujan
dengan komulatif data stasiun curah hujan lainnnya, sehingga
diperoleh hubungan berupa garis lurus.
3. Hujan Titik
Hujan titik merupakan data yang sudah diperbaiki termasuk data
yang hilang untuk Analisis selanjutnya. Pengisian data hilang
dilakukan karena adanya data yang tidak lengkap yang disebabkan
karena tidak tercatatnya data hujan oleh petugas, alat penakar
rusak dan sebab lain. Hal tersebut biasa ditandai dengan kosongnya
data dalam daftar.

1 n Rx
r   ri
x n 1 R
i
dimana :
r x = Curah hujan yang diisi.
E - 40
Rx = Curah hujan rata-rata setahun ditempat pengamatan
yang datanya harus dilengkapi.
Ri = Curah hujan rata-rata setahun di pos hujan
pembandingnya.
ri = Curah hujan dipos hujan pembandingnya.
n = Banyaknya pos hujan pembanding.

Pemeriksanaan hujan abnormal untuk mengetahui data-data yang


abnormal sehingga dalam Analisis selanjutnya tidak diikutkan.
Metode yang digunakan adalah "Iwai Kadoya".

Dokumen Penawaran Teknis


E - 40
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

4. Hujan Rerata
Hujan rerata merupakan wilayah yang dihitung dari hujan titik dari
beberapa stasiun penakar hujan yang berpengaruh terhadap daerah
aliran sungai. Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung
hujan wilayah/daerah adalah metode Thiesen. Cara diperoleh
dengan cara membuat poligon yang memotong tegak lurus pada
tengah-tengah garis hubung dua pos penakar hujan, persamaannya
adalah sebagai berikut :
A n
R   i Ri
AVG 1 A

RAVG = Curah hujan rata-rata ( mm )


Ai = Luas pengaruh stasiun ke i dari 1 sampai n ( km2 )
A = Luas daerah aliran sungai ( km2 )
Ri = Curah hujan pada stasiun ke-I dari 1 sampai n ( mm )
5. Analisis Sebaran Cs dan Ck
Sebelum menentukan metode yang sesuai untuk Analisis hujan
rancangan terlebih dahulu ditentukan besarnya nilai sebaran Cs dan
Ck, lihat bagan alir pada berikutnya.
Persamaan Cs dan Ck adalah sebagai berikut :
 i n 3 

n2   ( Xi  X ) 
Cs   i 1 
( n  1)(n  2)  nS 3 
 
 

 i n 3 

n 3   ( Xi  X ) 
Ck   i 1

( n  1)(n  2)(n  3)  nS 4 
 
  E - 41

dimana :
S = Standar Deviasi
n = Banyaknya data
Xi = Data
i = Urutan data mulai dari yang terbesar

X = Hujan rata-rata
Cs = Koefisien Skew
Ck = Koefisien kurtosis

Dokumen Penawaran Teknis


E - 41
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

MULAI

- Data hujan tiap stasiun


- Luas Chatchmen Area

Uji Konsistensi

Hujan titik
(Point Rainfall)

Hujan rerata daerah


(Area Rainfall)

Analisa Statistik
(Cs dan Ck)

Hujan Rancangan

Uji Kesesuaian
Distribusi Frekwensi

Analisa
Evapotranspirasi

Distribusi
hujan jam-jaman
E - 42

Analisa
Analisa
Ketersediaan
Banjir Rencana
Debit

SELESAI/
ANALISA SELANJUTNYA/
TAHAP PERENCANAAN

Gambar 1.1 Bagan Alir Analisis Curah Hujan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 42
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

MULAI

Siapkan Data Urutan Data dari Kecil


Hujan Maksimum ke Besar

Hitung Parameter Hitung Probabilitas


Ya
Statistik Dasar Seri X tiap varian Xi
dan Seri Y

Cs =0
Pilih kertas proba-
Ck = 3 Ya Sebaran Normal
bilitas yang sesuai
?

Tidak

Cs(ln X) = 0
Sebaran Log Normal 2
Ck (ln Y) = 0 Ya
parameter
?

Tidak

Cs > 0
Hitung Sebaran
1,5Cs^2+3 = Ck Ya Sebaran Pearson III
Teoritik
?

Tidak

Cs(ln X) > 0
1,5(Cs Sebaran Log Pearson Plot Sebaran Teoritik
Ya
lnX)^2+3=Ck(lnX) III dan Empirik
?

Tidak

Cs = 1,14 Uji Kecocokan


Ck = 5,40 Ya Sebaran Gumberl EV1 Sebaran dengan
? Smirnov Kolmogorov

Pilih Sebaran yang E - 43


paling mendekati

Keterangan :
Cs = Koefisien kemiringan Baca Curah Hujan
Ck = Koefisien kurtosis Rencana pada Ya Cocok ?
Seri x data yang asli (Xi .... Xn) Sebaran Teoritik
Seri y data seri logaritma (ln Xi .. ln Xn) Tidak

Ambil Sebaran yang


SELESAI
paling mendekati

Gambar 1.2 Bagan Alir Uji Kesesuaian Distribusi.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 43
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.3.24.2 Pengambilan Contoh Air


Sample air akan diambil sample pada rencana lokasi pengambilan air
baku, untuk diuji kualitas air. Contoh air yang diambil dimasukkan
kedalam botol dan ditutup rapat agar tidak terpengaruh oleh kondisi luar
dan akan diuji di laboratorium untuk mengetahui kondisi fisik , kimia dan
bakteriologi.
Pemilihan sumber air ditentukan atas dasar kecukupan, keandalan dan
kualitas. Kualitas air baku akan menentukan pengolahan yang
dibutuhkan yang berpengaruh pula pada biaya operasional yang pada
gilirannya akan menentukan tarif air.
Jika memungkinkan sumber air baku dengan kualitas terbaik yang
tersedia harus dipilih agar dapat memberikan air ke penduduk dengan
kapasitas yang mencukupi dan berkesinambungan sepanjang tahun.
Pemilihan sumber air dilakukan setelah mempelajari dengan seksama
didasarkan pada perlindungn terhadap sumber air tersebut yang
merupakan hal penting untuk mencegah penyebaran penyakit menular
melalui air.
Tabel E.9. Kualitas dari Sumber Air
Pencemar Baik Sekali Baik Jelek Ditolak
BOD rata-rata (5 hari) 0.75 ~ 1.5 1.5 ~ 2.5 2.5 ~ 1 >1
(mg/l)
Coliform rata-rata MPN per 50 ~ 100 100 ~ 5000 5000 ~ 20000 > 20000
100 ml
pH 6 ~ 8.5 5~8 3.8 ~ 5 < 3.8
8.5 ~ 9 9 ~ 10.3 > 10.3
Chlorida (mg/l) < 50 50 ~ 250 250 ~ 600 > 600
Clorida (mg/l) < 1.5 1.3 ~ 3 >3
E - 44
Sumber : ASCE, 1969

E.3.24.3 Analisa Kualitas Air


Analisa kualitas air ini adalah dengan melakukan pengambilan sampel air
dari sumber air di lokasi yang telah teridentifikasi, kemudian sampel air
tersebut diuji di Laboratorium untuk memperoleh data PH dan bahan
sulfatnya. Dari hasil uji ini akan terlihat kelayakan dari air tersebut.
Parameter-parameter penting yang perlu dipantau guna mengetahui
kualitas sumber air antara lain adalah :
 Jumlah Zat Padat Tersuspensi (TSS)
TSS biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas
terlarut. Bila TSS bertambah maka kesadahan akan naik.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 44
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Selanjutnya, efek TSS ataupun kesadahan terhadap kesehatan


tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.
 Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik
biasanya berasal dari lapukan batuan, sedangkan yang organik
dapat berasal dari lapukan tanaman dan hewan. Buangan industri
terutama industri pertanian, perkebunan dan pertambangan
(rakyat) juga merupakan sumber kekeruhan di Sungai Kapuas dan
Pawan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga
mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat
organik tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah
pula kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang
biak karena adanya zat hara N, P, K yang berasal dari pupuk
tanaman yang ikut air limpasan ke sungai akan menambah
kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba
terlindung oleh zat tersuspensi tersebut.
 Rasa dan Bau
Air yang baik adalah air yang tidak berasa/tawar. Air yang tidak
tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Rasa logam/amis, pahit, asin dan
sebagainya. Efeknya tergantung pula pada penyebab timbulnya rasa
tersebut.
 Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia dan menghambat reaksi-reaksi biokimia dalam
air dan mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak.
 Warna E - 45
Warna dapat disebabkan adanya tannin yang berasal dari zat kayu
misalnya di lokasi-lokasi HPH atau industri-industri kayu olahan dan
asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa dan gambut.
 pH
pH air yang digunakan sebagai peruntukan air minum sebaiknya
netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat, dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah
bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak
netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 45
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

 Mercury (Hg)
Saat ini potensi cemaran air raksa/mercury di SWS Kapuas dan
Pawan diduga sebagian besar dihasilkan oleh kegiatan industri
pertambangan (pertambangan rakyat/PETI), dalam jumlah yang
lebih kecil oleh industri plastik dan berasal obat-obatan pembasmi
hama dari kegiatan pertanian/perkebunan seperti, fungisida,
bakterisida dan lain-lain.
 Arsen
Arsen sudah sejak lama sering digunakan sebagai bahan utama
dalam pembuatan racun tikus yang banyak digunakan di dalam
kegiatan pertanian.
 Zat organik
Zat organik merupakan indikator umum bagi pencemaran. Apabila
zat organik yang dapat dioksidasi (BOD/COD) besar, maka ia
menunjukkan adanya pencemaran. Kondisi sebaliknya terjadi pada
oksigen terlarut (DO).
 Ammonia
Ammonia banyak berasal dari kegiatan domestik dan pertanian.
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi
dengan chlor.
 Kesadahan
Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa bila
air tersebut digunakan sebagai bahan baku air minum komunal
(PDAM). Kesadahan yang tinggi disebabkan sebagian besar oleh
Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum. Masalah yang dapat
timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat tidak E - 46
suka memanfaatkan sumber air tersebut.
 Besi
Di alam didapat sebagai hematite. Di dalam air minum Fe
menimbulkan rasa, warna (kuning), kekeruhan pertumbuhan bakteri
besi dan pengendapan pada dinding pipa bila air tersebut digunakan
sebagai bahan baku air minum komunal (PDAM).
 Cadmium
Kehadiran Cadmium di lokasi-lokasi pertanian/perkebunan diduga
berasal dari pestisida yang digunakan dalam jumlah yang besar
dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 46
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

 Timbal
Timbal atau plumbum (Pb) adalah metal kehitaman, yang banyak
digunakan dalam bahan bakar kendaraan dan industri. Dalam hal ini
terutama adalah kendaraan-kendaraan air dan industri-industri
kayu.
 Chlorida
Chlorida adalah senyawa halogen chlor (Cl). Toksisitasnya
tergantung gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak beracun,
tetapi karbonil chlorida sangat beracun. Kandungan NaCl saat ini
cukup tinggi hingga Sadap Penepat Sungai Kapuas, yang
menunjukkan telah terjadi intrusi air laut yang semakin jauh ke
hulu.
 Nitrat, Nitrit
Nitrat, nitrit banyak dijumpai pada perairan yang melalui tata guna
lahan perkebunan, khususnya perkebunan kelapa sawit yang
memiliki pabrik pengolahan CPO yang limbah organiknya dibuang ke
badan air (tidak menggunakan land application). Nitrat, nitrit
berasal dari dekomposisi organik kompleks menjadi organik yang
lebih sederhana.
 Sulfat
Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastro-intestinal, bila bercampur
dengan magnesium atau natrium. Jumlah MgSO4 yang tidak terlalu
besar sudah dapat menimbulkan diare. Sulfat pada boilers
menimbulkan endapan (hard scales), demikian pula pada heat
exchangers.
 Seng
Potensi cemaran seng (Zn) di SWS Kapuas dan Pawan berasal dari E - 47
industri karet dan industri seng itu sendiri. Toxisitas Zn pada
hakekatnya rendah. Di dalam air minum Zn akan menimbulkan rasa
kesat, dan dapat menimbulkan gejala muntaber. Seng
menyebabkan air menjadi berwarna, dan bila dimasak akan timbul
endapan seperti pasir.
 Detergen
Detergen ada yang bersifat cationic, anionic, maupun nonionic.
Kesemuanya membuat zat lipofilik mudah larut dan menyebar di
perairan.
 Parameter mikrobiologis
Parameter mikrobiologis yang umum digunakan adalah koliform
tinja dan total koliform. Kedua macam parameter ini hanya

Dokumen Penawaran Teknis


E - 47
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

merupakan indikator bagi berbagai mikroba yang dapat berupa


parasit, bakteri patogen dan virus.
 JPT Coli/100 cc air
Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) bakteri Coliform/100 cc air
digunakan sebagai indikator kelompok mikrobiologis. Air yang
mengandung Coliform menunjukkan bahwa air tersebut tercemar
oleh tinja.
 Biota Perairan
Dengan demikian maka kualitas air yang diteliti meliputi kualitas
sifat fisik, kualitas sifat kimia dan biologi. Parameter sifat fisik
meliputi: TSS, kekeruhan, suhu, dan warna. Parameter sifat kimia:
pH, Hg, Ar, BOD, COD, DO, Amonia, kesadahan, Fe, Cd, Pb, Cl,
Nitrat-Nitrit, Sulfat, Zn, dan Deterjen. Sedangkan parameter sifat
biologi meliputi: parameter mikrobiologis, JPT coli dan biota perairan
(plankton, benthos dan nekton). Analisis kualitas air untuk
parameter fisik-kimia, kandungan mikrobiologis akan dianalisis di
laboratorium kualitas air.
Pengukuran parameter fisik-kimia kualitas air dilakukan di lapangan
dan di laboratorium. Pengukuran di lapangan meliputi parameter:
suhu, warna, pH, DO. Alat yang dipakai adalah thermometer, pH-
meter dan DO-meter. Untuk keperluan analisis laboratorium, maka
diambil contoh air pada masing-masing titik pengamatan dengan
menggunakan jerigen ukuran 2,5 liter berwarna gelap. Pada setiap
titik pengamatan diambil 3 contoh air secara komposit, baik
komposit kedalaman maupun komposit lokasi. Satu contoh untuk
analisis BOD, sisa contoh untuk analisis parameter yang lain. Pada
setiap contoh tersebut dilakukan perlakuan pengawetan. Sedangkan
pengambilan contoh biota perairan dilakukan bersamaan dengan
pengambilan contoh kualitas air. Dengan demikian, dapat dilakukan E - 48
analisis dan perbandingan kondisi biota perairan dengan kondisi
kualitas airnya.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 48
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tabel E.10. Standar Baku Mutu


Baku
Parameter Analisis Satuan
No Mutu*
Fisika
1 Bau - -
2 Jumlah zat pada terlarut mg/l 1000
3 Kekeruhan NTU 5
4 Rasa - -
o
5 Temperatur CU 3o
6 Warna TCU 15
7 Daya Hantar Listrik uS/Cm
Kimia Anorganik
1 Besi (Fe mg/l 0.3
2 Fluorida (F) mg/l 1.5
3 Kesadahan (CaCO3) mg/l 500
4 Klorida (Cl) mg/l 250
5 Natrium (Na) mg/l 0.1
6 mangan (Mn) mg/l 200
7 Nitrat (Sebagai NO3) mg/l 50
8 Nitrit (Sebagai NO2) mg/l 3
9 pH 6.5-8.5
10 Sulfat (SO4) mg/l 250
11 Kalium (K) mg/l -
12 karbondioksida (CO2) Agresif mg/l -
13 Keasaman pp (Asiditas) mg/l -
14 Kelindian Mo (Alkalinitas) mg/l -
15 Daya pengikat Chlor mg/l -
Kimia Organik
1 Zat Organik (KMnO4) mg/l -
E - 49
* mengacu pada baku mutu air minum No 907/Menkes/VII/2002

E.3.25 Studi Sosial dan Ekonomi


Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui dan menginventarisasi
kondisi sosek dan demografi di wilayah studi dan mengetahui segala
permasalahannya berkaitan dengan penyusunan pengembangan air
bersih di kab Bekasi.
Data yang diperlukan untuk studi ini berupa data sekunder dan data
primer, data sekunder diperoleh dengan cara mencopy yang bersumber
dari berbagai instansi pemerintahan, sedangkan data primer diperoleh
dengan pengamatan/pencatatan langsung di lapangan. Adapun data-data
tersebut antara lain berupa :

Dokumen Penawaran Teknis


E - 49
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

(1) Data Demografi


a. Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata
pencaharian, pendidikan dan agama.
b. Tingkat kepadatan penduduk.
c. Pertumbuhan penduduk
d. Tenaga kerja
(2) Data Ekonomi
a. Ekonomi rumah tangga (pendapatan, pola nafkah ganda)
b. Ekonomi sumber daya alam
c. Perekonomian lokal dan regional
(3) Data Budaya
a. Kebudayaan (adat istiadat, nilai dan norma budaya).
b. Proses sosial.
c. Pranata sosial/kelembagaan masyarakat dibidang ekonomi.
d. Warisan budaya.
e. Pelapisan sosial berdasarkan pendidikan, ekonomi, pekerjaan dan
kekuasaan.
f. Kekuasaan dan kewenangan.
g. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan.
h. Adaptasi ekologis.
(4) Data Pertahanan/keamanan
Konflik kepentingan pertahanan dan keamanan dengan rencana
pembangunan kegiatan. E - 50
(5) Data Kesehatan Masyarakat
a. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana
pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.
b. Proses dan potensi terjadinya pemajanan.
c. Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit.
d. Karakteristik spesifik penduduk yang beresiko.
e. Sumber daya kesehatan.
f. Kondisi sanitasi lingkungan.
g. Status gizi masyarakat.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 50
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

h. Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses penyebaran


penyakit.
(6) Data Sarana dan Prasarana Umum

E.3.25.1 Kajian Sosial Ekonomi


Analisa sosial ekonomi meliputi terutama perkiraan pertumbuhan
penduduk di dalam wilayah studi, Perkembangan penduduk dihitung
dengan metode yang biasa berlaku, misalnya metode aritmatika atau
metode geometri.
Pekerjaan penduduk berdasarkan program skala prioritas penanganan
untuk 25 tahun kedepan.
Disamping kajian tentang perkembangan penduduk maka diinformasikan
juga tentang perekonomian masyarakat dan perkiraan perkembangannya
dimasa yang akan datang sesuai dengan pekerjaan di atas.
Secara garis besar kajian masalah sosial-ekonomi antara lain
mencakup :
 Menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mencakup
antara lain macam pekerjaan yang ada, baik sektor pertanian
maupun non pertanian, rata-rata pendapatan keluarga dari setiap
pekerjaan tersebut dan rata-rata pengeluaran dari setiap keluarga.
 Jumlah penduduk yang ada di daerah layanan (daerah
pengembangan) dan prediksi perkembangannya.
 Indikator ekonomi, pertanian, demografi dan kondisi sosial.
 Menentukan kebutuhan pemukiman serta sarana dan prasarana
umum.
 Keinginan masyarakat mengenai pengembangan potensi sumber
daya air. E - 51
 Permasalahan sosial yang dominan di masyarakat serta bagaimana
penanggulangannya.
 Memberikan gambaran umum tentang tingkat kesehatan masyarakat
perdesaan dilokasi pekerjaan yang dapat dicerminkan dengan tipikal
dari keadaan rumah di pedesaan yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
 Menggambarkan prasarana dan sarana umum yang telah dibangun
dan kemungkinan akan dibangun dilokasi pekerjaan.

E.3.25.2 Kajian Budaya


Secara garis besar kajian masalah budaya di wilayah studi terutama yang
terkait dengan masalah pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air

Dokumen Penawaran Teknis


E - 51
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

antara lain misalnya :


 Ritual kematian dimana sungai dianggap sebagai jalan roh ke akhirat
 Sungai sebagai pedoman orientasi
 Sungai sebagai media tolak bala
 Tata cara penggunaan sumber air
 Usaha masyarakat dalam mengelola sumber air
 Sungai sebagai sumber daya
 Sungai hubungannya dengan pemukiman
 Sungai sebagai sarana transportasi
 Sejarah masyarakat yang tinggal di daerah Sungai
Disamping kajian tersebut di atas dapat dikembangkan sesuai dengan
kondisi yang ada dalam wilayah studi.
E.3.26 Studi Penataan Ruang

E.3.26.1 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan


Pendekatan yang akan dituangkan dalam 4 (empat) pendekatan pokok
yaitu :
(a) Pendekatan Konsepsional
Pendekatan konsepsional meliputi yaitu :
(i) Pendekatan dari atas ke bawah, yang berupa
penterjemahan lebih lanjut rencana-rencana dan
kebijaksanaan ruang yang ada berupa :
 Pokok- Pokok Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah
Propinsi Jawa barat.
E - 52
 Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan Terpadu.
 Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Bekasi.
 Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan .
 Rencana lainnya yang relevan dengan pekerjaan ini.
(ii) Pendekatan dari bawah, bertolak dari karakteristik
wilayah studi yang pengenalannya diperoleh melalui
pengumpulan data langsung dari wilayah studi.
Karakteristik wilayah studi ini diutamakan pada aspek-
aspek yang berkaitan dengan potensi, permasalahan dan
batasan-batasan bagi pengembangan selanjutnya.
Dengan demikian dalam penganalisaan, penyusunan
alternatif-alternatif rencana dan usulan bentuk rencana

Dokumen Penawaran Teknis


E - 52
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

haruslah dapat merangkum kedua titik tolak utama di


atas. Selain itu perlu juga menjadi masukan untuk
perumusan studi ini dari instansi-instansi sektoral dan
studi-studi yang berkaitan dengan pekerjaan.

(b) Pendekatan Teoritis


Secara garis besar metode pendekatan ini akan menghasilkan
penilaian-penilaian sebagai barikut :
(i) Penentuan fungsi dan peran Sumber Air Bersih.
(ii) Penentuan struktur pemanfaatan lahan, di Wilayah
Sumber Air yang merupakan usaha optimal penetapan
model-model konsep bentuk pemanfaatan lahan.
(iii) Identifikasi jenis dan intensitas excisting pemanfaatan
lahan.
Didalam penilaian-penilaian tersebut digunakan beberapa metode
analisis, baik kuantitatif maupun kualitatif, yang penggunaannya
disesuaikan dengan ketersediaan data dan informasi. Hasil yang
diharapkan dan tujuan studi secara keseluruhan (dalam
penggunaan/pemilihan model-model analisis harus betul-betul
disesuaikan dengan karakteristik daya dukung lingkungan yang
bersangkutan).
(c) Pendekatan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan
Pendekatan teknis pekerjaan ini akan diuraikan sesuai dengan
tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan, yaitu :
(i) Persiapan
Titik berat pekerjaan dalam tahap persiapan ini adalah
melaksanakan survey dan penelitian lapangan, jenis-jenis
E - 53
kegiatan yang akan dilakukan dalam hal ini antara lain :
 Penelaahan terhadap materi yang ada serta rencana-
rencana sektoral, studi-studi dan peraturan-peraturan
pengembangan ruang yang berkaitan dengan identifikasi
air bersih eksisting dan yang baru.
 Penyiapan program kerja lapangan khususnya survey dan
penelitian lapangan
 Pengalokasian tenaga dan job survey dan penelitian
lapangan
 Penyiapan peta-peta dasar dan blok-blok area survey
 Penyiapan blangko-blangko survey/work sheet

Dokumen Penawaran Teknis


E - 53
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

 Penyiapan peralatan survey


 Penyiapan admnistrasi penunjang untuk survey
(ii) Menyusun Quetioner dan Interview
Menyusun questioner untuk wawancara sebagai bagian dari
maksud untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan
para pelaku dalam kawasan yang akan direncanakan, baik
permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi maupun
aspirasi dan persepsinya. Melakukan Interview banyak
dipengaruhi oleh:
 Tingkatan responden (dari segi kemampuan dan peran),
 Pendekatan terhadap responden,
 Suasana dalam melaksanakan interview, dan
 Bentuk quetioner yang di lakukan (tertutup atau terbuka)
atau focused interview / free interview.
(iii) Survey Lapangan dan Instansi
Survey lapangan terdiri dari pengumpulan data/bahan
dokumentasi yang telah di terbitkan dan observasi lapangan
(termasuk interview).
Dalam survey dan penelitian lapangan ini tercakup pengumpulan
data primer maupun data sekunder, secara garis besar meliputi :
 Identifikasi Penyediaan Air Bersih Eksisting.
 Identifikasi Struktur Wilayah, dengan penekanan pada hal-
hal yang berkaitan dengan Penyusunan Rencana Induk.
 Identifikasi fisik (baik fisik dasar maupun fisik buatan
manusia)
E - 54
 Identifikasi sosial (kependudukan), ekonomi
 Identifikasi kondisi lingkungan.
 Identifikasi struktur pemanfaatan lahan, pola umum
pemanfaatan lahan dan orientasi lingkungan harus
menampakkan tingkat hirarkinya.
 Identifikasi Fisik Dasar.
 Identifikasi Penggunaan Lahan,
 Rincian jenis penggunaan ruang/lahan
 Struktur dan kualitas bangunan untuk masing-
masing jenis penggunaan lahan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 54
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

 Kedudukan/peran/estetika bangunan pada


lingkungan yang bersangkutan
 Identifikasi Sarana dan Prasarana,
 Sistem distribusi dan kapasitas sumber air
bersih/minum
 Sistem distribusi saluran dan bangunan pengelola air
bersih
 Sistem pendistribusia air bersih dengan sistem
perpipaan dan non perpipaan
 Identifikasi Sosial Ekonomi
 Identifikasi Sosial Kependudukan, meliputi
 Identifikasi Ekonomi, meliputi
Keseluruhan identifikasi tersebut harus dapat tampak secara jelas
dan baik, serta terekam dalam peta dan dalam penggambaran
serta mudah terbaca sehingga dapat dijadikan landasan bagi
pekerjaan.

E.3.26.2 Kajian dan Metode Analisa


Kajian yang dilakukan meliputi :
(a) Analisa Tata Ruang
Analisis Tata Ruang bertujuan untuk mengidentifikasikan bentuk-
bentuk pemanfaatan ruang, yang mengambarkan ukuran fungsi dan
karakteristik kegiatan masyarakat, serta mengantisipasi perubahan
perkembangan bentuk pemanfaatan lahan. Analisis ini dimaksudkan
untuk melakukan kajian terhadap :
 Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan penggunaan lahan, E - 55
distribusi penggunaan lahan serta interst/kecenderungan swasta
dan masyarakat dalam penguasaan /kepemilikan lahan.
 Bentuk-bentuk pengguasaan, pemanfaatan dan penggunaan
lahan yang dilakukan masyarakat dan swasta, dapat dicermati
dari luas kepemilikan, luas penguasaan dan pengunaan serta
status lahan.
Analisa tata ruang berupa (Indeks Planologi) adalah angka yang
menunjukkan besaran keplanologian suatu kawasan, yang
merupakan penjumlahan nilai variabel planologi dengan rumusan:

Dimana :

Dokumen Penawaran Teknis


E - 55
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

IP = Indek Planologi
V = Nilai Variabel (1-100)
N = Jumlah Variabel
(b) Analisa Kecenderungan Perkembangan Penggunaan Lahan
Perhitungan kecenderungan perkembangan pemanfaatan lahan lebih
diperhitungkan terhadap koefisien spesialisasi dari kegiatan yang
dilaksanakan secara keseluruhan, dengan rumusan matematik sebagai
berikut.
z
D = K Ai
Dimana :
D = Development Ratio
K = Konstanta
Ai = Tingkat Aksesibilitas
Z = Eksponen/Pangkat
Sedangkan untuk menghitung indeks pertumbuhan masing-masing
kegiatan pemanfaatan lahan dengan mengunakan rumus sebagai
berikut :
Gi = Di - Oi
 Di Oi
Dimana :
Gi = Indeks Pertumbuhan.
Di = Development Ratio pada lokasi i
Oi = Indeks Ketersediaan Lahan pada lokasi I
E - 56
(c) Analisa Sosial Kependudukan
Analisa ini juga dimasukkan dalam bagian Sosial Ekonomi, Model
pekerjaansi penduduk, mobilitas penduduk. ekstrapolasi secara grafik
dapat digambarkan dalam bentuk persamaan matemaika :
P t+  = Pt + F ()
Dimana :
P t+  = Jumlah Penduduk pada tahun t + 0
Pt = Jumlah Penduduk pada tahun dasar t
 = Selisih tahun dari tahun dasar t ke tahun dasar t +
0

Dokumen Penawaran Teknis


E - 56
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

f = Fungsi perkembangan penduduk yang


mencerminkan faktor biologi, sosial, ekonomi dan
politik.
Metode Analisis Regresi Linier, dengan rumus matematis :
Pt = a + b (x)
Dimana :
Pt = Jumlah Penduduk pada tahun ( t )
x = Nilai yang diambil dari variable bebas
a, b = Konstanta, dimana
 PX2 -  PX.P N  PX -  X.  P
a = ------------------------ ; b = ----------------------
N  X2 - (  X )2 N  2 - (  X )2
(d) Analisa Pergerakan Penduduk (Makro Analisa)
Pola dan itensitas pergerakan digunakan model analisa grafik Analisa
ini melihat kecenderungan dan tarik penduduk untuk memanfaatkan
lahan, dengan rumusan;

Dimana:
Gi - j= Besaran pergeseran relatif
K = Konstanta grafikasi
Di = Dimensi aktivitas zone I
Dij = Jarak antara I - j
X = Konstanta Jarak
E - 57
E.3.27 Studi dan Evaluasi Bangunan Air Bersih Eksisting

E.3.27.1 Inventarisasi bangunan


Kegiatan Studi dan Evaluasi Bangunan Pengendali Banjir Eksisting diawali
dengan melakukan penelusuran bangunan dan kelengkapannya,
dimaksudkan untuk mengetahaui kondisi fisik dan fungsi bangunan pada
setiap daerah pada saat ini, serta permasalahan-permasalahan yang
terjadi selama beroperasinya saluran dan bangunan. Kondisi fisik saluran
dan bangunan didata jenis kerusakannya seperti longsoran, bocoran,
retakan, endapan, dan erosi dan hasilnya direkam dengan foto digital.
Pengambilan foto akan dilakukan pada seluruh bangunan dan secara
sampling pada ruas-ruas saluran serta saluran-saluran yang kondisinya
rusak ringan/berat.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 57
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan inventarisasi, pihak


pelaksanaan Konsultan akan selalu berkoordinasi dengan pihak Proyek
dan instansi terkait, dan akan melibatkan beberapa staf dari instansi
tersebut yang mengetahui situasi dan kondisi lapangan sehingga
kegiatan ini akan dapat lebih efektif dan efisien. Sebagai panduan
pelaksanaan juga akan menggunakan beberapa peta seperti: peta situasi
Daerah skala 1 : 2000 /1 : 5000.
Hasil dari kegiatan ini mencakup:
a) Kondisi fisik bangunan saat ini.
b) Dimensi bangunan dan kelengkapannya
c) Data-data disertai dengan foto-foto kerusakan
d) Gambar sketsa bangunan, dan
e) Permasalahan-permasalahan, yang akan menjadi bahan dalam
penyusunan rekomendasi tindak lanjut apa yang diperlukan dalam
rangka menjaga agar kondisi dan fungsi bangunan dan
kelengkapannya tersebut tetap baik.
Inventarisasi kondisi fisik bangunan serta sarana penunjangnya saat ini
juga mencakup fungsi dari bangunan dan semua bagian pelengkapnya
serta semua permasalahan yang terjadi selama beroperasinya bangunan
tersebut. Kegiatan ini ditujukan untuk menghimpun data dalam rangka
melakukan evaluasi kemampuan pengaliran air sehingga akan diperoleh
rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan untuk menjaga agar kondisi
dan fungsinya tetap baik.
Inventarisasi bangunan yang ada mencakup:
 Kondsi fisik bangunan dan kelengkapannya saat ini (fungsional dan
operasional)
 Luas layanan E - 58

 Permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan


 Kesesuaian tata letak infrastruktur yang ada
 Dimensi bangunan dan kelengkapannya
 Data-data dan foto-foto kerusakan

E.3.27.2 Evaluasi Bangunan Eksisting


Secara garis besar, evaluasi kinerja system bangunan dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi dan fungsi dari system pada saat ini. Evaluasi
kondisi dan fungsi sistem bangunan akan di lakukan berdasarkan data-
data yang berhasil dikumpulkan berupa data sekunder dan data primer.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 58
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Evaluasi yang akan dilakukan terhadap kondisi dan fungsi saluran dan
bangunan dilakukan dalam dua tahap yaitu:
 Tahap Pertama melakukan evaluasi “tingkat pelayanan” yang
mencakup “indikator kapasitas kemampuan sistem bangunan,”.
Dalam evaluasi ini juga ditinjau perihal pemanfaatan.
 Tahap Kedua melakukan evaluasi keadaan kerusakan bangunan
yang merupakan indikator pemeliharaan meliputi kondisi dan fungsi
dari morfologi sumber air, saluran dan bangunan dan bangunan
pelengkap.
Dalam melakukan evaluasi terhadap tingkat pelayanan kerusakan
bangunan juga akan dilakukan evaluasi terhadap sejarah saluran dan
bangunan dan permasalahan-permasalahan yang ada. Dalam sejarah
saluran dan bangunan akan diuraikan pemanfaatan saluran dan
bangunan yang ada.

Tahap I Kapasitas
Evaluasi Tingkat Kemampuan
Pelayanan Jaringan

Evaluasi
Gabungan
Evaluasi
Sosial
Jaringan sumber
Air Bersih
Tahap II
Evaluasi Kerusakan
Bangunan
Pemeliharaan
a

E - 59
(a) Evaluasi Tahap Pertama “Tingkat Pelayanan”
Evaluasi tingkat pelayanan dengan membuat grafik tingkat pelayanan
masing-masing sistem bangunan dimulai dari tahun pertama. Grafik
tingkat pelayanan saluran dan bangunan yang masih baru dimulai dari
saat saluran dan bangunan yang bersangkutan difungsikan,
sedangkan bagi saluran dan bangunan yang telah direhabilitasi
dimulai saat rehabilitasi saluran dan bangunan bersangkutan
dinyatakan selesai.
 Indikator Kapasitas Kemampuan sistem bangunan Air
Bersih menunjukkan debit kemampuan saluran dan bangunan (Q)
untuk mengalirkan air bersih. Pada awal pengoperasian saluran
dan bangunan Q akan sama dengan debit desain (Qd). Karena
tujuan rehabilitasi saluran dan bangunan adalah untuk

Dokumen Penawaran Teknis


E - 59
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

mengembalikan fungsi saluran dan bangunan ke fungsi semula.


Evaluasi Tahap Kedua “Tingkat Kerusakan Bangunan”
Evaluasi tingkat kerusakan bangunan yang merupakan indikator
pemeliharaan dilakukan terhadap kondisi bangunan air bersih secara
menyeluruh. Semua informasi mengenai kondisi fisik saluran dan
bangunan dijelaskan jenis kerusakan seperti longsoran, bocoran,
retakan, endapan, erosi, dsb. Daftar seluruh bangunan di sepanjang
saluran, bentuk kerusakan, permasalahan dan cara penanggulangan.
Nilai evaluasi keadaan kerusakan dari setiap bangunan dibagi dalam
tiga katagori kondisi kerusakan yaitu:
 Kondisi a (baik, kondisi  80%),
 Kondisi b (rusak ringan, kondisi 50% - 79%), dan
 Kondisi c (rusak berat, kondisi < 50%)
Setelah dievaluasi kondisi kerusakan maka dilakukan evaluasi
menyeluruh dari setiap bangunan dengan katagori A, B dan C.
(b) Evaluasi Menyeluruh Kondisi dan Fungsi bangunan air
bersih
Evaluasi menyeluruh merupakan gabungan dari evaluasi tahap
pertama (tingkat pelayanan) dan evaluasi tahap kedua (kedua
kerusakan bangunan).
 Indikator Kapasitas Kemampuan Saluran dan bangunan (IKJ), nilai
bobot (W) = 25 %
 Indikator Sosial (ISO), nilai bobot (W) = 15%
 Indikator Pemeliharaan (IPE), nilai bobot (W) = 35%

E - 60

Dokumen Penawaran Teknis


E - 60
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tabel E.11. Evaluasi Tata Air untuk Usulan di Rehabilitasi


Nilai
No Indikator Bobot Keterangan
Faktor (F)
(W)
Indikator Kapasitas > 70% 1,0 Baik = 1
Kemampuan = Cukup = 0,8
bangunan air (50-70)% 0,8 Buruk = 0,5
I. 45%
bersih & =
Kelengkapannya < 50% 0,5
(IKJ) =
(70-100)% 1,0
FS
=
Indikator Sosial
II. 20% (50-69)% 0,8
(ISO)
=
< 50% 0,5
=
A  80% = 1
Indikator
III. 35% B (50-79)= 0,8
Pemeliharaan (IPE)
C < 50% = 0,5
Jumlah I – III 100%
Sebagai bahan
Indikator Biaya
VI. pertimbangan
(IB)
saja

Tabel E.12. Prioritas Tata Air untuk Usulan di Rehabilitasi


Indikator Nilai
Nama Sub
No IKJ ISO IPE Gabungan Biaya
Daerah
(NG) *)
1. 1 …… …… …… …… …… E - 61
2. 2 …… …… …… …… ……
3. 3 …… …… …… …… ……
4. 4 …… …… …… …… ……
5. 5 …… …… …… …… ……
*)Tiap daerah Irigasi dihitung nilai gabungan kemudian diranking untuk memilih prioritasnya.
Nilai NG terkecil akan mendapat prioritas pertama untuk direhabilitasi.

E.4 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH


Secara Umum Langkah Strategis Sistem Penyediaan Air Bersih adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan air tahun perencanaan
2. Identifikasi sumber-sumber air yang potensial

Dokumen Penawaran Teknis


E - 61
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

3. Identifikasi system pengolahan dan distribusi air minum


Pembangunan sektor air bersih berhadapan dengan aspek-aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor air bersih
dituntut menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah ekonomi dalam rangka
memandu alokasi sumberdaya air dan mendorong terselenggaranya
sektor usaha selayaknya corporate yang profesional, berperilaku efisien,
dan menghasilkan manfaat bagi sektor ekonomi lainnya. Dalam aspek
sosial, sektor air bersih berhadapan dengan nilai-nilai sosial yang harus
diaspirasikan di dalam pembangunan serta kedudukannya sebagai sektor
publik yang paling mendasar. Muncul kesadaran yang sama yakni
sasaran menyediakan sarana dan air bersih bagi sebanyak-banyaknya
penduduk. Sedangkan dalam aspek lingkungan, sektor air bersih
berhadapan dengan implikasi yang bernuansa sosial dan mempengaruhi
alokasi sumberdaya air. Sinergi antara aspek lingkungan dan sosial dapat
menentukan perilaku pengelolaan sumberdaya air dan permintaan air
bersih. Secara keseluruhan, kebijaksanaan sektor air bersih sejalan
dengan pencapaian manfaat setinggi-tingginya dari pembangunan dan
konservasi sumberdaya air antara lain (United Nations, 1979): (1)
meningkatkan pendapatan regional atau nasional, (2) meredistribusikan
pendapatan di antara wilayah, (3) meredistribusikan pendapatan di
antara berbagai kelompok masyarakat, (4) memperbaiki keadaan
kesehatan masyarakat, dan (5) memperbaiki kualitas lingkungan.
Rumusan strategi pengembangan sektor air bersih dispesifikkan ke dalam
aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Hal tersebut diharapkan akan
menghasilkan dampak positif dalam masing-masing aspek secara
proporsional, berkelanjutan, dan membawa peningkatan kesejahteraan
(social benefit). Rumusan pada dasarnya mendeskripsikan strategi
pengelolaan sumberdaya air dari Le Moigne et al. (1994), yang terdiri
dua kegiatan penting yakni analisis sumberdaya air, yaitu mengkaji
aspek fisik dan faktor-faktor yang mempengaruhi sumberdaya air, dan E - 62
pendefinisian strategi, yaitu proses penetapan bentuk-bentuk
pengelolaan sumberdaya air. Secara garis besar, rumusan strategi
tersebut disajikan dalam Tabel 3.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 62
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tabel E.13. Strategi, Sasaran dan Langkah Operasional


dalam Pengembangan Sektor Air Bersih

E - 63

Dokumen Penawaran Teknis


E - 63
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E - 64

Dokumen Penawaran Teknis


E - 64
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

A. Aspek Sosial
Strategi dalam aspek sosial bertujuan meletakkan landasan kelembagaan
bagi berfungsinya penyelenggaraan pelayanan air bersih seoptimal
mungkin. Strategi dinyatakan dalam dua hal yakni peningkatan tingkat
pelayanan air bersih dan pengembangan kelembagaan sektor bersih.
Strategi pertama dilatar belakangi oleh keadaan bahwa tingkat akses
atau pelayanan air bersih baru mencapai 19 persen rumah tangga
(Susenas, 1999). Sebagian besar penduduk, atau sekitar 50 persen
masih mengandalkan air bersih dari sumur.
Dengan strategi ini diharapkan semakin banyak penduduk mengakses air
yang memenuhi syarat kesehatan dan memperoleh social benefit lain dari
konsumsi air bersih.
Strategi peningkatan tingkat pelayanan penduduk mempunyai dua
sasaran. Pertama, pelayanan hingga 80 persen penduduk wilayah kota
dan 60 persen penduduk kabupaten. Langkah operasional untuk
mencapai sasaran dapat mencakup program-program pembangunan
terintegrasi, misalnya pembangunan perkotaan atau pengentasan
kemiskinan maupun pembangunan sektoral, misalnya pengembangan
wilayah pemukiman dan wilayah industri. Sedangkan program
pembangunan sektoral, sekalipun lebih sering berorientasi jangka
pendek, nampaknya cukup efektif meningkatkan jumlah sambungan air
bersih.
Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya wilayah-wilayah pemukiman
atau industri baru, dimana saluran air bersih menjadi salah satu insentif
yang ditawarkan oleh pengembang. Kedua, sasaran pemanfaatan air
bersih untuk kepentingan sosial secara selektif.
Strategi kedua dalam aspek sosial adalah pengembangan kelembagaan
sektor air bersih. Strategi ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa
kelembagaan sektor air bersih, terkait dengan Pengelola Air maupun E - 65
eksternal dengan pihak lain, belum berjalan optimal menyelenggarakan
pelayanan air bersih. Hal tersebut secara tidak langsung menempatkan
sektor air bersih berjalan sendiri (status quo) dalam pembangunan sektor
air bersih. Implikasinya, upaya-upaya menemukan struktur kelembagaan
baru yang diyakini lebih efektif dan efisien tidak dapat direalisasi, dan
senantiasa dapat melahirkan kebocoran (externality) yang merugikan
salah satu pihak. Dengan strategi ini semua pihak (stakeholder)
diharapkan dapat melihat secara obyektif faktor atau variabel yang
mempengaruhi tingkat akses air bersih dan menemukan rumusan
lembaga pengelolaan sektor air bersih yang lebih efisien dan sustainable.
Strategi pengembangan kelembagaan sektor air bersih mempunyai tiga
sasaran.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 65
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

(1) Pertama, membangun partisipasi masyarakat dalam pembangunan


sektor air bersih. Hubungan antara Pengelola Air sebagai produsen dan
pelanggan sebagai konsumen belum cukup untuk menggali potensi
keuntungan-keuntungan dalam pembangunan sektor air bersih.
Partisipasi masyarakat harusnya menyentuh sisi ilmiah dan akademis
sehingga dapat mengidentifikasi karakteristik air bersih dari segala sudut
pandang, dan melibatkan sektor-sektor yang profesional dibidangnya.
Langkah operasional sasaran pertama ini diprioritaskan kepada
pembentukan jaringan komunikasi antar stakeholder yang terlibat dalam
pembangunan sektor air bersih, terutama dari unsur pemerintah, sektor
swasta, masyarakat konsumen, lembaga swadaya masyarakat dan para
peneliti. Jaringan tidak cukup hanya memfasilitasi pemecahan masalah,
tetapi juga menjalankan komunikasi berkadar ilmiah tinggi yang kaya
insentif bagi penemuan teknologi baru. Jaringan di tingkat internasional
yang menangani sumberdaya air dan termasuk sektor air bersih adalah
Global Water Parnership.
Langkah berikutnya dapat melakukan berbagai kajian sehubungan
perilaku konsumsi air bersih dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Berbagai kaijian (World Bank, 1993; Jordan and Elnagheeb; 1993)
memperlihatkan masyarakat dapat menampilkan tanggapan dan
partisipasinya (willingness to pay) terhadap kemungkinan-kemungkinan
perbaikan pelayanan maupun kualitas air bersih.
(2) Kedua, sasaran mengembangkan kelembagaan ekonomi sektor air
bersih yang efisien dan berkelanjutan. Seperti diketahui, keberadaan
Pengelola air bersih sebagai lembaga ekonomi pelaku air bersih
sepenuhnya terkait dengan pemerintah kota atau kabupaten. Keadaan
seperti ini dalam banyak hal berlawanan dengan economic of scale
maupun efisiensi alokasi sumber-sumber air baku sehingga potensi
benefit tidak terealisasi akibat dari struktur kelembagaan saat ini.
Langkah operasional yang disarankan adalah merumuskan hubungan E - 66
kelembagaan antar Pengelola air bersih, dengan pemerintah dan sektor
swasta yang menjamin efisiensi alokasi air baku dan operasi pelayanan
pelanggan. Selanjutnya dapat ditetapkan pilihan-pilihan pengelolaan
yang paling menguntungkan.
Langkah operasional berikutnya adalah membangun mekanisme
kelembagaan yang mendukung otoritas dan kemandirian Pengelola Air
Bersih terhadap pembinaan berlebihan secara fungsional oleh
Pemda/Pemkab.
(3) Ketiga, mengembangkan kelembagaan hukum sektor air bersih.
Perangkat hukum sektor air bersih tidak harus eksklusif tetapi dapat
melekat dengan aturan hukum lingkungan, pidana atau perdata. Insentif
berupa penghargaan perlu diberikan kepada stakeholder yang berjasa
mengembangkan atau mendukung pembangunan sektor air bersih, dan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 66
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

sebaliknya sangsi diberikan kepada yang melanggar atau kontra-


produktif dengan upaya-upaya peningkatan pelayanan air bersih.
B. Aspek Ekonomi
Strategi dalam aspek ekonomi bertujuan membentuk lembaga ekonomi
sektor air bersih yang sehat dan meningkatkan peran dan dampak sektor
air bersih terhadap perekonomian wilayah. Strategi dinyatakan dalam
dua hal yakni (i) peningkatan kinerja keuangan dan operasional dan (ii)
peningkatan share dan dampak sektor air bersih dalam ekonomi wilayah.
sehingga dapat menghasilkan surplus usaha, dan menempatkannya
sebagai sektor usaha yang dapat menarik investasi, sehingga dapat
mempercepat pencapaian tingkat pelayanan.
Strategi peningkatan kinerja keuangan dan operasional memuat dua
sasaran. 1) Pertama, peningkatan pendapatan. Output yang dihasilkan
oleh sektor air bersih dapat dipisahkan dalam pendapatan air dan bersih.
Kedua, meningkatkan efisiensi dan keuntungan. Langkah operasional
yang mendesak adalah memperbaiki sistem distribusi untuk menekan
kebocoran air tersebut. Investasi dalam kegiatan tersebut mutlak
dilakukan setiap periode untuk memelihara hubungan dengan atau
menambah konsumen. Langkah operasional lainnya adalah investasi
dalam sumberdaya manusia sektor air bersih dan meningkatkan kinerja
mutu dan pelayanan.
Strategi 2) kedua dalam aspek ekonomi adalah peningkatan share dan
dampak sektor air bersih.
Strategi secara keseluruhan memuat dua sasaran. Pertama,
mempertahankan dan meningkatkan share relatif sektor air bersih di atas
0.17 persen. Sasaran ini memuat komitmen kuat di dalam rangka
pembangunan sektor air bersih secara berkesinambungan. Tujuannya
bukan untuk mencapai angka share setinggi-tingginya, tetapi memandu
E - 67
seluruh stakeholder untuk konsisten dan bertahap memperoleh kemajuan
disesuaikan dengan karakteristik pelayanan air bersih wilayah. Langkah
operasional mencapai sasaran tersebut pada dasarnya adalah
meningkatkan permintaan air bersih pada tingkat pertumbuhan yang
signifikan. Hal ini dapat diintegrasikan di dalam pembangunan perkotaan
atau sektoral seperti diuraikan sebelumnya. Permintaan akhir terhadap
sektor air bersih dapat ditingkatkan oleh komponen investasi, khususnya
yang ditanamkan untuk memperoleh economic of scale perusahaan.
Kedua, meningkatkan aktifitas ekonomi wilayah yang terkait dengan
sektor air bersih. Sasaran ini dapat dicapai dengan peningkatan akitifitas
ekonomi dalam kaitan ke belakang, ke depan, dan pembangunan sektor
lain yang relevan. Aktifitas ekonomi dalam kaitan ke belakang meliputi
seluruh sektor yang menyediakan bahan baku dan berperan dalam
produksi air bersih, misalnya mencari sumber-sumber air baku dan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 67
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

pemeliharaan kualitas dan kuantitas air baku. Aktifitas ekonomi dalam


kaitan ke depan meliputi seluruh sektor yang menggunakan air bersih
dan output lain sektor air bersih—khususnya sektor jasa. Salah satu
langkah yang disarankan adalah perbaikan manajemen pemasaran agar
menjadi lebih agresif menjual output air dan non air di dalam sektor air
bersih. Sementara itu langkah operasional yang relevan adalah
peningkatan pembangunan infrastruktur. Menurut Bank Dunia (1993),
infrastruktur listrik sangat signifikan mendorong pengembangan sektor
air bersih. Lebih jauh, kemajuan pembangunan secara umum, atau
dinyatakan dengan peningkatan pendapatan secara signifikan
meningkatkan peluang memilih sumber air bersih.
C. Aspek Lingkungan
Strategi dalam aspek lingkungan bertujuan mendukung terselenggaranya
alokasi air baku dan pelayanan air bersih yang optimal dan memenuhi
kaidah-kaidah konservasi dan daya dukung lingkungan. Strategi
dinyatakan dalam dua hal yakni (i) peningkatan kuantitas dan kualitas air
bersih dan (ii) peningkatan daya dukung lingkungan sumberdaya air.
Strategi pertama dilatar belakangi oleh keadaan bahwa secara umum
tingkat konsumsi air bersih per kapita (rumah tangga) belum memenuhi
standar kuantitas WHO sebesar 150 liter per hari, yakni mencapai 37.1
m3 per orang atau setara dengan 101.64 liter per hari. Demikian pula
ditemukan gejala atau kecenderungan penurunan kuantitas air bersih.
Di sisi lain sebagian besar, atau 50 persen penduduk mengkonsumsi air
bersih dari sumur yang diragukan terjamin kualitasnya. Dengan strategi
ini diharapkan pelayanan air bersih yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan kuantitasnya bagi sebanyak-banyaknya penduduk dapat
segera direalisasikan, dan sekaligus mencerminkan alokasi air baku (air
sumur atau sumber lain) secara terukur dan bertanggungjawab.
Strategi peningkatan kuantitas dan kualitas air bersih memiliki dua
sasaran. Pertama, pengembangan sumber-sumber air baku baru. Secara E - 68
umum kapasitas produksi air bersih berdasarkan sumber-sumber air
baku yang ada tidak akan cukup memenuhi permintaan air bersih pada
masa mendatang.
Kedua, pemeliharaan kualitas air baku. Penggunakan air baku dari sumur
dalam atau mata air relatif tidak bermasalah dalam memelihara kualitas
air, yakni cukup dengan sistem injeksi desinfektan kaporit sejumlah 0.2
hingga 0.4 mg per liter di dalam sistem pengolahan air yang relatif
sederhana. Sedangkan Penggunakan bahan baku air permukaan, oleh
karena keadaannya relatif terbuka terhadap gangguan sifat-sifat kimia,
fisika dan biologi air, memerlukan proses pengolahan yang canggih dan
rumit—meliputi sedimentasi awal, aerator (proses oksidasi), flokulasi,
sedimentasi akhir, dan penyaringan—untuk memperbaiki kualitas air.
Langkah operasional yang perlu segera diberlakukan adalah menerapkan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 68
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

sistem monitoring dini kualitas air. Hal ini relevan karena relatif sering
menghadapi penurunan kualitas air bersih yang tidak terduga pada
musim kemarau. Di sisi lain, perbaikan teknologi pengolahan perlu
diupayakan terus menerus selain alasan efisiensi.
Strategi kedua dalam aspek lingkungan adalah peningkatan daya dukung
lingkungan sumberdaya air. Strategi ini sekalipun tidak di bawah
wewenang sektor air bersih namun menjadi relevan dikemukakan karena
alasan keterkaitan ekologis dan dampak-dampaknya. Sumberdaya air
adalah bagian dari sumberdaya alam dan lingkungan yang harus
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya agar dapat mengalirkan manfaat
sebagai air baku secara optimal dan berkelanjutan. Sejauh ini yang
terkait dalam arti luas dengan pengelolaan air baku meliputi sektor-
sektor kehutanan, pertambangan atau geologi, pekerjaan umum dan
pemerintah daerah. Sektor kehutanan berwenang dalam perlindungan
wilayah hutan serta sumberdaya tanah dan air di dalamnya, Direktorat
Geologi memiliki otoritas dalam eksplorasi air bawah tanah, dan
departemen PU berwenang mengelola air permukaan. Sementara itu,
pengelolaan air permukaan di wilayah DAS Terkait. Sedangkan
pemerintah daerah bergerak menjalankan kebijakan sektoral dan
menerima umpan balik hasil pengelolaan air. Gambaran tersebut
memperlihatkan bahwa mekanisme pengelolaan air baku relatif rumit dan
berpeluang menimbulkan pelanggaran dalam alokasinya. Dengan melihat
keadaan obyektif tersebut, strategi peningkatan daya dukung lingkungan
sumberdaya air diharapkan dapat terkoordinasi sekaligus terfokus untuk
menghasilkan keluaran air baku bagi kepentingan air bersih tanpa
dikendalai penurunan daya dukung lingkungan.
Strategi peningkatan daya dukung lingkungan memiliki dua sasaran.
Pertama, perbaikan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan
sumberdaya air. Langkah operasional terpenting adalah menganalisis
potensi dan panenan aktual air baku pada masing-masing wilayah. E - 69
Sehingga dapat menggunakan hasil-hasil analisis yang terkait dengan
neraca air dari berbagai sumber atau berinisiatif untuk hal tersebut.
Upaya selanjutnya adalah mengkoordinasikan seluruh stakeholder dalam
wadah seperti diuraikan dalam strategi aspek sosial, untuk merumuskan
plihan-pilihan perlindungan sumberdaya hutan, tanah dan air atau
ekosistem yang terkait. Langkah lainnya adalah pendekatan material
balance dengan menerapkan instrumen baku mutu lingkungan
sumberdaya air. Kedua, mengendalikan alokasi air baku. Alokasi air baku
yang tidak terukur dilakukan oleh rumah tangga dan jasa atau industri
dalam bentuk air sumur, mata air, sumur dalam, atau air permukaan.
Langkah operasional untuk sasaran ini adalah melakukan pembinaan dan
penyuluhan lingkungan kepada masyarakat. Langkah berikutnya adalah

Dokumen Penawaran Teknis


E - 69
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

menerapkan mekanisme hukum dengan insentif penghargaan atau sangsi


bagi penyelamat atau pelanggar kaidah-kaidah lingkungan.

E.4.1 Kriteria dan Standar Pelayanan Air Bersih

Kriteria dan Standar Pelayanan Air Bersih adalah sebagai berikut:


A. Landasan Hukum
 UU No. 7 Tahun 2007 tentang Sumber Daya Air;
PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM);
 Kepmen KIMPRASWIL No. 534 Tahun 2001 tentang Pedoman
Penentuan SPAM Bidang Penataan Ruang dan Permukiman, Standar
Nasional Indonesia (SNI) Bidang Kimpraswil;
 Kepmendagri No. 47 Tahun 1994 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
PDAM;
 UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
B. Kebijakan Pembangunan Bidang Air Minum
Khususnya dalam konteks pelayanan bidang permukiman, antara lain :
1). Millenium Development Goals
MDG’s merupakan hasil kesepakatan KTT BUMI di Johanesburg
tahun 2002 yang mana telah disepakati secara umum sasaran
sampai tahun 2015 adalah secara kuantitas meningkatkan
pelayanan sebesar 50% dari jumlah penduduk yang belum memiliki
akses pada pelayanan public, secara kualitas meningkatkan
pelayanan yang lebih berwawasan lingkungan.
2). Standar Pelayanan Minimal (SPM)
E - 70
Pedoman SPM ini berdasarkan Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor
534 tahun 2001 berisi tentang standar pelayanan minimal bagi
pemenuhan kebutuhan masyarakat pada bidang perumahan dan
permukiman yang diantaranya pada air bersih.
3). Kota Ekologis – Kemen LH
Meningkatkan kapasitas penyediaan air bersih melalui jaringan air
pipa (PAM). Pemakaian air pipa lebih terkontrol dalam hal jumlah
dan kebersihan, sedangkan pemakaian air sumur atau air tanah
dangkal mempunyai resiko air terpolusi, dan tidak terkontrol
pengambilan air tanah dalam dengan sumur bor, yang dapat
menurunkan muka air tanah. Begitu juga dengan pemakaian air
sungai secara langsung dapat berbahaya bagi kesehatan akibat
banyaknya polutan didalam air tersebut.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 70
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.5 PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN AIR BERSIH


A. Perencanaan yang Komprehensif
Suatu perencanaan yang komprehensif (comprehensive planning)
terhadap penyediaan air bersih merupakan solusi dari permasalahan
dalam pelayanan air bersih terhadap masyarakat. Perencanaan yang
komprehensif meliputi aspek peran serta masyarakat, aspek teknis,
aspek finansial, aspek kelembagaan dan lingkungan.

Sumber: Small Comm. Water Supplies, IRC Technical Paper Series, 2002)
Gambar 1.1 Perencanaan yang konfrenhensif.

1). Aspek peran serta masyarakat terdiri atas komponen sebagai


berikut :
 Kebutuhan untuk peningkatan penyediaan air bersih
 Persepsi tentang hubungan antara manfaat dan peningkatan
penyediaan air bersih, rasa tanggung jawab dan memiliki
(ownership), kebudayaan, kebiasaan dan kepercayaan yg E - 71
berhubungan dengan air bersih
2). Aspek Teknis antara lain terdiri dari komponen berikut :
 Kebutuhan air saat ini dan masa datang, pengolahan air bersih
 Standar teknis, prosedur O&M, kualitas air
3). Aspek Lingkungan mencakup kualitas dan kuantitas sumber air
baku, dan Perlindungan sumber air baku.
4). Aspek keuangan meliputi : analisis cost – benefit, kemampuan dan
kemauan untuk membayar; serta struktur tarif.
5). Aspek kelembagaan yakni strategi ditingkat nasional dan
kebijakan/landasan hukum.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 71
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

B. Aspek-Aspek Dalam Pengelolaan Air Bersih


Rendahnya peningkatan persentase cakupan pelayanan di Indonesia
sampai saat ini (khususnya sistem perpipaan) harus dipandang sebagai
bentuk kualitas dari aspek-aspek yang melingkupi pengelolaan air bersih
itu sendiri, yang terdiri dari :
1). Aspek teknis
Dari sudut aspek teknis, kendala yang dihadapi antara lain rendahnya
cakupan pelayanan dipengaruhi oleh operasi dan pemeliharaan sarana
prasarana air bersih yang tidak sesuai standard, sumber air baku yang
mulai terbatas, jam operasi yang terbatas, dan tingkat kehilangan air
yang masih tinggi (di atas 30%).
2). Aspek keuangan
Dari sudut aspek keuangan, kendala yang dihadapi antara lain tarif yang
berlaku belum mencapai cost recovery, bahkan untuk mengcover biaya
operasi dan pemeliharaan yang sesuai kebutuhan/standard saja,
mengalami kesulitan.
3). Aspek kelembagaan
Dari aspek kelembagaan, kendala yang dihadapi antara lain rendahnya
kualitas dan kapabilitas manajemen dan SDM pengelola. penduduk
perkotaan yang mendapat pelayanan baru mencapai 39% (Penyediaan
Air Bersih di Indonesia, Dirjen Kodes, dalam Memorandum Nasional
Action Plan, Kimpraswil 2004) sedang untuk penduduk perdesaan baru
mencapai 8%. (Survey Ekonomi Nasional Depkes 2001, dalam
Memorandum Nasional Action Plan, Kimpraswil 2004).
4). Aspek legal dan peran serta masyarakat/swasta
Kendala yang dihadapi pada aspek legal dan peran serta masyarakat
saling berkaitan yaitu masih lemahnya kebijakan yang mampu E - 72
mendukung pengelolaan air bersih yang partisipatif dan
berkesinambungan dan masih banyaknya masyarakat yang mengunakan
air bersih.

E.5.2 Rencana Pengembangan Air Bersih Sistem Perpipaan dan


Non Perpipaan
Sistem penyediaan air di wilayah Kota/desa terbagi atas dua jenis yaitu
penyediaan air bersih non-perpipaan dan penyediaan air bersih sistem
perpipaan.

E.5.2.1 Air bersih non-perpipaan


Penggunaan air bersih non-perpipaan masih sangat dominan bagi
masyarakat. Hal ini didukung oleh tersedianya air baku terutama air

Dokumen Penawaran Teknis


E - 72
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

bawah tanah yang relatif mudah didapat/diperoleh. ditunjukkan bahwa


banyaknya unit sumur gali yang digunakan sebagai sumber pemenuhan
kebutuhan air bersih sehari-hari penduduk.

E.5.2.2 Air bersih perpipaan


1). Sumber air
Penyediaan air bersih sistem perpipaan bagi masyarakat di wilayah Kota
dan desa dapat bersumber dari sumur dalam, sedang sisanya adalah
berupa sumur dangkal, mata air (dan air permukaan/pengolahan.
2). Pekerjaan Instalasi Sistem Perpipaan Air Bersih
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan
sebagai berikut:
 Pedoman Plambing Indonesia.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.
05/MEN/1982.
 Keputusan Menteri P.U. No. 02/KPTS.1985.
 Standar SNI dan SII.
 Rencana Dan Persyaratan-Persyaratan
A. Gambar - Gambar
1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini
merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan sama
mengikatnya.
2. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak
dari peralatan, sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi yang ada dan mempertimbangkan juga
kemudahan service maintenance jika peralatan-peralatan sudah E - 73
dioperasikan.
B. Pelaksanaan Pemasangan
Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran
dan kapasitas peralatan yang akan dipasang. Adapun kriteria pekerjaan
yang harus dilakukan adalah:
 Testing Dan Commissioning
Sebelum Testing dan Commisioning dilaksanakan harus mengajukan
terlebih dahulu program Testing dan Commisioning.
 Instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang
dianggap perlu dan atau yang diminta oleh stakeholder, apakah
keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang diminta.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 73
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

 Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan


untuk mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan.
C. Persyaratan Teknis Umum
1). Semua pekerjaan instalasi sistem perpipaan air bersih tersebut
harus dilaksanakan sesuai dengan uraian teknisnya dan memenuhi
semua persyaratan yang telah ditentukan oleh instansi yang
berwenang, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum setempat
2). Pemasangan instalasi sistem perpipaan air bersih harus sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan semua peraturan
yang berlaku di Indonesia.
3). Kontraktor harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang
ada, agar dapat mengetahui hal yang akan mengganggu /
mempengaruhi pekerjaan lainnya. Dan apabila timbul persoalan,
pemborong wajib mengajukan saran penyelesaiannya paling
lambat 1 minggu sebelum bagian pekerjaan ini diselesaikan.
4). Persyaratan teknis dan gambar-gambar yang menyertainya
dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan tentang segala
pekerjaan, bahan-bahan, peralatan-peralatan yang dibutuhkan
untuk pemasangan, pengujian dan penyetelan (adjusting) dari
seluruh sistem, agar lengkap dan siap untuk bekerja dengan baik.
5). Pemborong harus mempunyai tenaga kerja yang berpengalaman
dalam menangani instalasi sistem perpipaan air bersih beserta
pengadaan peralatan-peralatan yang akan digunakan.
6). Semua pekerjaan instalasi sistem perpipaan air bersih tersebut
harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan spesifikasi
teknisnya, serta memenuhi semua persyaratan yang telah
ditentukan oleh instansi yang berwenang. E - 74
7). Pengadaan dan pemasangan perlengkapan-perlengkapan lainnya
agar sistem bekerja dengan baik, benar, aman walaupun pada
gambar dan spesifikasi tekniknya tidak dicantumkan/disebutkan
secara jelas; misalnya fitting-fitting dan accessoriesnya.
8). Pemborong wajib mengirimkan contoh bahan atau brosur dari alat-
alat tersebut dan menunggu persetujuan pengawas sebelum bahan
atau alat tersebut dipasang.
9). Penawaran peralatan/material harus disertakan dengan brosur
lengkap dan pemilihan ditandai dengan jelas.
10). Sebelum pekerjaan dilaksanakan, pelaksana wajib menunjukan
gambar-gambar rencana (shop drawing) kepada Direksi /
Konsultan Pengawas.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 74
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

11). Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan walaupun tidak


digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini harus
disediakan oleh pelaksana.
D. Persyaratan Teknis Khusus
1). Perpipaan dan Aksesoris
Semua pekerjaan pemipaan harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan seperti di bawah ini:
 Pipa-pipa air harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak ada
hawa busuk yang keluar dari pipa tersebut, tidak ada rongga-rongga
udara, letaknya lurus dan rata.
 Pipa-pipa panjang tak bersambung harus dipakai pada konstruksi
saluran-saluran pipa (sesuai dengan panjang pipa normalisasi),
kecuali jika panjang yang dibutuhkan tidak membutuhkan seluruh
panjang.
 Pipa-pipa harus dipasang sedemikian rupa hingga tidak banyak
dilakukan tekanan-tekanan.
 Sambungan-sambungan harus halus dan di dalamnya tidak
tersumbat apapun. Pemotongan pipa dilakukan dengan alat cutter
khusus pipa untuk menghasilkan pemasangan yang rapi.
 Di tempat-tempat dimana pipa menembus tembok beton /
perkerasan jalan harus dilengkapi dengan pembungkus (sleeve) dari
pipa besi yang mempunyai diameter lebih besar daripada pipa yang
dibungkus / dilindungi.
 Pipa harus bertumpu pada penyangga (support) untuk mencegah
timbulnya getaran; dimana jarak penyangga yang satu dengan yang
lainya disesuaikan agar memudahkan pemasangan dan
pembongkaran serta disesuaikan dengan keadaan di lapangan. E - 75

 Saluran pipa dan sambungan-sambungan harus dibuat dengan


cermat hingga menjamin bahwa air mengalir
denganlancardanmemungkinkanpengontrolan sistemnya.
 Ujung-ujung pipa dan lubang-lubang harus ditutup selama
pemasangan, untuk mencegah kotoran memasuki pipa.
2). Pengujian pekerjaan instalasi seperti diuraikan dalam ayat- ayat
berikut harus dilaksanakan sebelum pekerjaan finishing dimulai :
 Pengujian dalam hal ini berlaku untuk keseluruhan instalasi sistem
perpipaan.
 Pengujian jaringan instalasi :
 Semua pipa-pipa serta saluran-saluran utama harus diuji

Dokumen Penawaran Teknis


E - 75
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

hingga tekanan hidroliknya 7 kg/cm2 atau sekurang-


kurangnya 2 kali tekanan biasa untuk pipa air bersih tanpa
mengalami kebocoran. Air harus dipaksa memasuki saluran-
saluran utama dengan pompa dan dibiarkan mengalir dengan
tekanan yang ditentukan selama (empat) jam tanpa
mengalami perubahan tekanan. Pada prinsipnya pengujian
dilakukan bagian demi bagian dari panjang maksimum 100
m. Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah
tanggung jawab pemborong / kontraktor.
 Tidak boleh menutup bagian pipa atau fittingnya sebelum
disetujui oleh pengawas.
 Pengujian dilakukan dengan menjalankan seluruh sistem atau
peralatan yang dipakai dalam sistem yang dimaksud.
 Pemborong / kontraktor harus membuat berita acara
pengujian.
 Segala cacat yang ada harus diperbaiki oleh pemborong atas
biaya sendiri, sampai disetujui pemberi tugas / pengawas.
Peralatan dan fasilitas untuk pengujian harus disediakan oleh
pelaksana.
3). Agar fitting-fitting tidak bergerak jika diberikan beban tekanan,
maka pipa disekitar fitting harus dipasang bertumpu pada
penyangga dari beton, khususnya pada tempat-tempat belokan
pipa.
4). Penyambungan pipa
 Penyambungan pipa PVC menggunakan system rubber ring joint.
Bagian yang akan disambung harus dibersihkan lebih dahulu dan
dan dipasang / disambung secara benar dan rapi.
 Penyambungan pipa Galvanized bias dilakukan dengan sistem E - 76
pengelasan atau flange sesuai dengan gambar.
5). Desinfektan
 Kontraktor harus melaksanakan pembilasan desinfektan dari seluruh
instalasi air sebelum diserahkan kepada pemberi tugas.
 Desinfektan dilakukan dengan memasukkan larutan chlorine
sekurang-kurangnya 50 mg/ltr ke dalam sistem pipa, dengan cara /
metode yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setelah 24 jam,
sisa chlorine diperiksa kembali untuk kemudian dilakukan
pembilasan sistem pipa dengan air bersih.
 Semua katup dalam sistem pipa yang sedang mengalami proses
desinfektan tersebut harus dibuka dan ditutup beberapa kali selama

Dokumen Penawaran Teknis


E - 76
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

jangka waktu 24 jam tersebut di atas. Selama pelaksanaan instalasi


ini berjalan, kontraktor
6). Jenis dan kualitas bahan
 Pipa-Pipa PVC :
 Menggunakan pipa PVC – RRJ dan produksi atau merk yang
sudah mendapat klasifikasi SNI / SII.
 fitting-fittingnya harus standart, dikeluarkan oleh pabrikan yang
disetujui dan sama dengan yang memproduksi pipa serta harus
disambungkan dengan memakai rubber ring joint sesuai instruksi
pabrikan.
 Valve-valve Untuk instalasi air bersih berlaku ketentuan sebagai
berikut:
 Water valve dengan diameter sampai dengan 2” adalah jenis
screw bronze body.
 Water valve dengan diameter antara 2” - 3” adalah jenis flange
bronze body.
 Water valve dengan diameter lebih besar dari 3” adalah jenis
flange steel body
 Tekanan kerja dari valve-valve harus disesuaikan dengan
fungsinya.
Adapun Langkah yang perlu segera dilaksanakan dalam usaha
meningkatkan pelayanan air bersih bagi penduduk adalah:
1). Mengurangi kebocoran yang terjadi hingga seminimal mungkin,
2). Memperbaiki dan menyempurnakan sistem manajemen pengelolaan
air bersih menjadi lebih profesional,
3). Memperluas jangkauan jaringan pelayanan air bersih, khusus di E - 77
dalam wilayah kota yang padat penduduknya,
4). Memperbaiki dan meningkatkan kualitas air bersih yang diproduksi,
5). Memaksimalkan kapasitas produksi yang masih tersedia
6). Pemerintah Daerah setempat harus mampu menyediakan dana
untuk pengembangan pelayanan air bersih bagi penduduk.

E.6 REKOMENDASI KEBIJAKAN


Pendekatan kebijakan penyediaan air dapat dipisahkan menjadi dua,
yakni sosial (worst first) dan ekonomi (growth point). Pendekatan sosial
atau non ekonomi memfokuskan penyediaan air pada wilayah yang
secara alami kekurangan air akibat pengaruh atau gangguan iklim.
Penyediaan air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 77
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

ternak didasari alasan kemanusiaan dan kesehatan masyarakat


(humanitarian schemes). Di perdesaan, pendekatan ini sangat baik dan
prioritas penyediaannya dianggap lebih penting dibanding kualitas airnya.
Pendekatan ekonomi difokuskan kepada wilayah yang potensinya tinggi
untuk dikembangkan secara ekonomi. Penyediaan air ditujukan untuk
memancing aktifitas ekonomi ke arah pencapaian kualitas hidup yang
tinggi dengan menerapkan fasilitas dan teknologi modern (economic
schemes). Pendekatan ini menuntut investasi yang intensif untuk
menghasilkan kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan.
Pendekatan investasi dalam pembangunan sektor air bersih dipengaruhi
oleh tiga faktor:
(a) karakteristik air baku, yang memperhatikan jenis sumber air,
kuantitas dan kualitas, serta debit andalan;
(b) kebijakan pemerintah, yang memfokuskan kepada penataan ruang,
pertumbuhan ekonomi dan investasi, dan demografi; dan
(c) Teknologi produksi, yang mempertimbangkan efisiensi ekonomi,
distribusi, dan cakupan pelayanan. Faktor-faktor tersebut
merupakan kerangka (kebijakan) baku dalam implementasi
pembangunan sektor air bersih.
Secara ringkas, terdapat tiga hal utama yang menjadi kunci Dialog
Kebijakan ini. Ketiga hal tersebut
adalah:
1. Permasalah umum yangterjadi di wilayah ini;
2. Penyediaan air yang dilakukan oleh komunitas
3. Implikasi kebijakan/input.
Kesimpulan yang dapat diambil dalam policy dialog dirangkum dalam tiga
bagian, yaitu Permasalahan yang dapat dipetik dari demonstration E - 78
project, dan Implikasi Kebijakan. Masing-masing bagian dijabarkan
dalam butir-butir berikut ini:
A. Permasalahan Terkait dengan Air
 Permasalahan mengenai keterbatasan air dan persediaan air;
 Permasalahan mengenai konsevasi dan pengelolaan air secara
umum;
 Konflik terhadap air meningkat, baik secara vertikal dan
horizontal;
 Permasalahan utama; hak dan keadilan terhadap air – MDGs;
 Celah antara tugas negara dan kemampuan pemerintah dalam
penyediaan air dalam kemampuan masyarakat;

Dokumen Penawaran Teknis


E - 78
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

 Alasan yang kuat dalam penyediaan air oleh komunitas.


B. Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Demonstration Project
 Permasalahan umum di dalam program pembangunan masyarakat
adalah keberlanjutan, pemberdayaan, dan replikasi;
 Faktor utama: kesadaran masyarakat, inisiatif masyarakat, dan
keterlibatan – isu mengenai kepemilikan;
 Sumberdaya masyarakat terbatas – ada kebutuhan terhadap agen
intermediari
 Teknik dan metode di dalam program pembangunan masyarakat –
memahami struktur masyarakat merupakan hal yang krusial ,
demikian pula dengan peran pemimpin masyarakat
 Adanya kebutuhan terhadap teknologi yang tepat dan inovatif.
C. Implikasi Kebijakan
 Adanya kebutuhan terhadap kemauan politik yang kuat dan
konsisten untuk meyakinkan terwujudnya air untuk semua dan
MDGs 2015;
 Adanya kebutuhan terhadap perencanaan komprehensif mengenai
pengelolaan air untuk seluruh wilayah – kolaborasi antara
kabupaten dan kota sangat perlu;
 “Intervensi’ pemerintah secara lebih efektif – peraturan yang lebih
baik, monitoring;
 Kuncinya adalah terdapatnya keseimbangan antara “efisiensi” dan
“ keadilan”
 Kebutuhan terhadap strategi inovatif untuk pembiayaan
penyediaan air;
 Advokasi masyarakat dua tingkat: tingkatan akar rumput dan E - 79
tingkat sistem
Para stakeholder yang andil dalam kegiatan ini merupakan pula
pengguna dan pemelihara pelayanan air, sehingga hal ini akan
menentukan keberhasilan kegiatan tersebut.
E.7 MEMBANGUN INFRASTRUKTUR DAN MENGELOLA
PERMINTAAN: SOLUSI JANGKA PANJANG PENYEDIAAN AIR
BERSIH DAN SANITASI
Membangun Infrastruktur dan Mengelola Permintaan: Solusi Jangka
Panjang Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi di Wilayah Kab. Bekasi.
Kesulitan air bersih bukan masalah baru bagi sebagian besar penduduk
Jakarta saat ini. Bagi penduduk yang berlangganan air minum perpipaan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 79
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

(PAM), air menyala tidak setiap waktu. Sementara pengguna non-


perpipaan membeli air bersih atau mengombinasikannya dengan air
sumur. Air sumur masih menjadi sumber yang paling banyak digunakan
oleh sebagian besar penduduk, walaupun air sumur terasa asin akibat
adanya intrusi air laut ke dalam akuifer.
Pertumbuhan penduduk sangat tinggi tidak hanya karena pertumbuhan
alami namun juga migrasi yang sangat besar dari kota dan desa (Firman,
2002). Saat ini, penduduk telah mencapai lebih dari juta jiwa (BPS,
2010) dan akan bertambah banyak jika ditambah dengan penglaju yang
bekerja di Jakarta pada pagi hingga sore hari. Mereka tidak hanya tinggal
di kawasan sekitar Jakarta tetapi beberapa diantaranya tinggal di
Bandung dan Serang. Adanya Jaringan Jalan Tol dari Merak – Bandung –
Cikampek – Bogor telah mendorong mereka untuk tinggal di luar kota.
Tetapi, apakah infrastruktur telah siap melayani mereka, penduduk
maupun penglaju.
Secara Umum, salah satu permasalahan penyediaan air bersih di Jakarta
lebih dikarenakan tidak seimbangnya penyediaan (supply) dan
permintaan (demand). Sejak Kolonioal Belanda, pembangunan
infrastruktur penyediaan air bersih telah mempertimbangkan
pertumbuhan penduduk (Kooy, 2008) dengan menyediakan air baku dari
berbagai macam sumber mata air dan air permukaan di sekitar Jakarta.
Sejak awal, Pemerintah Belanda menyadari bahwa air baku yang ada di
Jakarta tidak cukup untuk memenuhi warganya terutama Warga Belanda
yang butuh air dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik. Berbagai
proyek pembangunan jaringan air bersih maupun sumber air baku
dibangun termasuk membangun jaringan pipa dari mata air Ciburial
hingga instalasi pengolahan air di Pejompongan. Itu semua dilakukan
untuk menyediakan air bersih bagi warga Belanda dan penduduk Jakarta.
Tingginya pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan perluasan
jaringan infrastruktur air bersih apalagi sanitasi perkotaan yang baik. E - 80
Sejak kemerdekaan, pemerintah Indonesia banyak mengandalkan
pinjaman dan hibah luar negeri untuk membangun infrastruktur
penyediaan air bersih dan sanitasi. Namun, pembangunan infrastruktur
secara masif terhenti sejak diterapkan model Kerjasama Pemerintah
Swasta dengan pola konsesi dalam pembangunan infrastruktur di awal
1998. Pembangunan infrastruktur yang secara signifikan meningkatkan
penyediaan air bersih tidak dilakukan seperti penambahan jumlah air
baku karena kendala pengelolaan. Dengan konsep ini, masing-masing
rantai bisnis, seperti penyedia air baku, dikelola oleh institusi bisnis lain.
Dari sisi penyediaan air bersih, tidak adanya penambahan infrastruktur
penyedia air baku dan buruknya kualitas air baku yang diterima dijadikan
alasan perusahaan air untuk menaikkan tarif air dan cenderung
melepaskan tanggungjawab ini ke Pemerintah daerah maupun Pusat.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 80
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Sementara itu, Pemerintah dan masyarakat lupa bahwa permintaan air


bersih dapat dikelola dan dikendalikan dengan berbagai instrumen baik
lunak maupun keras. Instrumen ini dapat diterapkan kepada pelanggan
air dan bersifat mengikat (wajib) sehingga semua langkah menuju
pengelolaan air bersih yang berkelanjutan dapat terwujud dan krisis air
bersih dapat teratasi di masa yang akan datang.
Instrumen tarif air, kebijakan disinsentif pengambilan air tanah dalam,
kebijakan penghematan air, pajak peralatan sanitasi serta yang
terpenting terintegrasinya sistem penyediaan air bersih dengan rencana
penggunaan lahan dalam rencana tata ruang wilayah menjadi satu kunci
yang sangat penting. Saat ini, pemerintah daerah hanya menetapkan
kebijakan tarif air perpipaan bukan non-perpipaan. Sementara itu,
buruknya suplai mendorong pelanggan air cenderung memenuhi
kebutuhannya dengan mengonsumsi air non-perpipaan, terutama
penduduk miskin. Banyak penduduk yang mengombinasikan pemakaian
dengan air sumur dan air isi ulang yang penjualannya semakin
meningkat. Bagi penduduk yang mampu, mereka lebih leluasa memilih
untuk menggunakan sumber perpipaan yang terbaik, sebaliknya
penduduk miskin cenderung menyesuaikan konsumsi air bersih dengan
merubah pola pemakaian dan melakukan penghematan.
Kebijakan penghematan pemakaian air belum menjadi salah satu
kebijakan utama dalam mengatasi krisis air bersih. Faktanya,
penghematan pemakaian air telah dilakukan oleh penduduk miskin yang
membeli air bersih non-perpipaan khususnya yang tinggal di permukiman
ilegal dan kumuh. Karena keterbatasan penghasilan, penduduk miskin
melakukan penghematan dengan sukarela dan dengan cara
konvensional. Ini merupakan potensi yang besar, di satu sisi instrumen
tarif dapat merubah pola konsumsi air dan di lain pihak kebijakan tarif
harus didukung oleh kebijakan penghematan secara luas. Negara
Singapura memberlakukan pajak progresif pada peralatan sanitasi yang E - 81
dipasang, sementara pemerintah menyediakan infrastruktur air bersih
sesuai dengan kebutuhan penduduk. Di sisi ini, terlihat peran
perencanaan penyediaan air bersih sangat serius. Rantai pengelolaan
dalam penyediaan air bersih diperhatikan dengan baik dan dipadukan
dengan kebijakan pengelolaan permintaan.

E.7.1 Rencana Tindak (Action Plan )


Secara garis besar rencana tindak (action plan) mencakup:
kesepakatan para stakeholders atas sasaran yang akan dicapai dan
sasaran yang dicapai. Deskripsi action plan bidang air bersih untuk
perkotaan di atas dibagi dalam tiga tahapan, peningkatan yaitu jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Adapun uraian mengenai
sasaran masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:

Dokumen Penawaran Teknis


E - 81
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

a. Sasaran Jangka Pendek


Komponen sasaran yang ingin dicapai meliputi :
Total tingkat pelayanan (perpipaan dan non perpipaan terlindungi)
mencapai 90% (49% perpipaan dan 41% non perpipaan terlindungi) dari
jumlah penduduk perkotaan. Memberi bantuan teknis, penetapan Norma,
Standard, Pedoman, dan Manual (NSPM) mengenai teknik pembangunan
sistem perpipaan maupun pemanfaatan sumur secara perorangan, yang
disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing. Integrasi proses
mulai dari perencanaan program sampai dengan
pembangunan/implementasi program. Program pengembangan
pelayanan air bersih berdasarkan kondisi dari masing-masing institusi
pengelola :
1). Program peningkatan cakupan pelayanan untuk institusi yang sehat
2). Program penguatan/optimalisasi untuk institusi yang kurang sehat
3). Program penyehatan untuk institusi yang kurang sehat/krisis
b. Sasaran jangka menengah
Komponen sasaran yang ingin dicapai meliputi :
Total tingkat pelayanan (perpipaan dan non perpipaan terlindungi)
mencapai 92% (59% perpipaan dan 33% non perpipaan terlindungi),
memberi bantuan teknis. Penerapan profesionalisme dalam pengelolaan
dan pelayanan, baik dalam kemampuan operasional maupun dalam
menanggapi keluhan konsumen. Untuk dapat mengetahui progress dari
masing-masing daerah terhadap pencapaian MDG, pemerintah pusat juga
perlu menetapkan sistem monitoring. Program pengembangan pelayanan
air bersih berdasarkan kondisi dari masing-masing institusi pengelola :
1). Program peningkatan cakupan pelayanan untuk institusi yang sehat
2). Program penguatan/optimalisasi untuk institusi yang kurang sehat E - 82
(diasumsikan institusi yang tidak sehat/kritis sudah naik kondisinya
ke kurang sehat atau ke kategori sehat).
c. Sasaran jangka panjang
Komponen sasaran yang ingin dicapai meliputi :
Total tingkat pelayanan (perpipaan dan non perpipaan terlindungi)
mencapai 94% (69% perpipaan dan 25% non perpipaan terlindungi)
Memberi bantuan teknis, bantuan teknis yang dimaksud disini dapat
berupa bantuan konsultasi untuk perencanaan, perancangan, DED (Detail
Engineering Design) sistem penyediaan air bersih sesuai dengan kondisi
daerah dan aspirasi masyarakat setempat. Untuk dapat mengetahui
progres dari masing-masing daerah terhadap pencapaian MDG,
pemerintah pusat juga perlu menetapkan sistem monitoring.

Dokumen Penawaran Teknis


E - 82
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Pengembangan usaha/pelayanan dengan mengupayakan pendanaan


dengan kemampuan sendiri/mandiri.
Peningkatan profesionalisme dalam pengelolaan dan pelayanan air bersih
antara lain dengan peningkatan kinerja :
1). Dari aspek teknis : penurunan tingkat kehilangan air sampai 20-25%;
kontinuitas pelayanan 24 jam sehari; kualitas air yang memenuhi
standar.
2). Dari aspek keuangan : rasio pendapatan terhadap biaya operasional
>1 yang berarti tarif telah mampu menutupi biaya marjinal dan mulai
mengarah kepada full cost recovery, peningkatan efisiensi penagihan.

E.7.2 Penyusunan Skala Prioritas


Berdasarkan hasil identifikasi serta evaluasi seperti yang telah dijelaskan
pada sub-bab di atas kemudian disusun rencana penanganan serta skala
prioritas penanganan. Penyusunan skala prioritas penanganan dapat juga
berupa penyusunan rencana penanganan baik jangka pendek, menengah
maupun panjang.
Tingkat kedalaman studi ini tentunya belum cukup memadai secara
langsung dipergunakan sebagai acuan fisik. Oleh sebab itu
direkomendasikan perlu dilakukan kajian studi lebih lanjut/detail desain
guna memperoleh informasi lebih detail, sehingga akan diperoleh hasil
perencanaan yang lebih akurat, sebagai acuan pelaksanaan fisik.

E - 83

Dokumen Penawaran Teknis


E - 83
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.8 PROGRAM KERJA

Mulai

Pekerjaan Persiapan
 Persiapan Administrasi, Personil
dan Peralatan
 Mobilisasi Personil dan Peralatan
 Pengumpulan Data Awal dan Desk
Study

Penyusunan Program Kerja & Draft Lap.


Pendahuluan

Ya Tidak
Diskusi/Present
Diskusi/Present
asi
asi
Ya
Bulan ke-1 Final Laporan Pendahuluan
Bulan ke-1 Final Laporan Pendahuluan

Pekerjaan Survey & Inventarisasi


 Koordinasi & Sosialisasi
 Inventarisasi Data Tata Ruang
 Inventarisasi Data Sosial Ekonomi-Lingkungan
 Inventarisasi Peraturan Perundangan & Stakeholder
 Inventarisasi dan Identifikasi Bangunan Eksisting
 Survey Hidrologi & Hidrometri

Analisis dan Evaluasi Data Penyusunan Laporan Fakta &


Bulan ke-2 E - 84
Bulan ke-2
 Analisa & Evaluasi Data Tata Ruang
 Analisa & Evaluasi Data Sosial Ekonomi
Tidak
 Analisa & Evaluasi Bangunan Eksisting Asistens
 Analisa Data Hidrologi & Hidrometri Asistens
i
 Analisa & Evaluasi Data Lingkungan i

Ya

Final Laporan Fakta & Analisa


Final Laporan Fakta & Analisa

2 1

Dokumen Penawaran Teknis


E - 84
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

2 1

Bulan ke-3
Bulan ke-3 Perumusan dan Penyusunan Rencana
Pengembangan Air Bersih
 Perumusan Kebijakan Terkait dgn Sistem SDA
 Pengembangan Kelembagaan Pengelola air bersih
 Perumusan Usulan Kegiatan Prioritas
 Perumusan Kerangka Program
 Pembuatan Peta-Peta Infomasi

Penyusunan Laporan Akhir Penyusunan Laporan


Sementara Penunjang :
 Peta-Peta Informasi

Tidak Diskusi
Diskusi
Akhir
Akhir

Ya

 Penyusunan Laporan Akhir


 Penyusunan Laporan

Asisten Tidak
Asisten
si
si
Ya
Laporan Akhir
Laporan Akhir
Album Peta
Album Peta E - 85

Bulan ke-4
Bulan ke-4
Keterangan :

Pek.Kantor(Persiapan, Analisis dan Evaluasi,


Selesai Perumusan, Penyusunan Laporan )

Asistensi/Diskusi/Presentasi/PKM

Pek. Lapangan (Survey, Identifikasi & Inventarisasi)

Gambar 1.1 Bagan Alir Pelaksanaan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 85
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

E.9 KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah
1. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Air Bersih selain sebagai
informasi/data mengenai kondisi jaringan air bersih di Kabupaten
Bekasi beserta dengan kelengkapannya.
2. Media untuk dokumentasi pada proyek ini dibuat dalam format
softcopy dan hordcopy. Format yang digunakan dalam dokumentasi
dalam bentuk softcopy adalah menggunakan standar format
Windows Office, Auto Cod, PDF, JPG, SIG Dokumen yang diserahkan
tersebut harus merupakan versi final dari analisa yang telah
dikembangkan/direncanakan melalui tahapan kegiatan.
E.10 LAPORAN
Laporan-laporan harus disusun dalam bahasa Indonesia yang baik dan
benar serta harus memuat/ menguraikan hal-hal sebagai berikut :
(a) Rencana Mutu Kontrak (RMK)
RMK berisi uraian prosedur pelaksanaan pekerjaan yang
penyusunannya mengacu pada standar pembuatan RMK dari
Direktur Jenderal Sumber Daya Air serta harus dikonsultasikan
dan disetujui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). RMK harus
diserahkan selambat-lambatnya 2 minggu setelah tanggal
penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
(b) Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan sekurang-kurangnya berisi :
 Persepsi terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK);
 Rencana penugasan tenaga ahli;
 Rencana pelaksanaan pengumpulan data clan pekerjaan E - 86
lainnya yang berkaitan pekerjaan yang dilakukan;
 Menyampaikan metoda pengumpulan data, metoda analisis
data, dan penyusunan laporan ;
 Dalam hal metoda pengumpulan data, penyedia jasa
diwajibkan untuk dapat menyampaikan usulan model
pengumpulan data sesuai dengan analisis data yang
digunakan, seperti model kuesioner, wawancara maupun
model lainnya sesuai dengan kaidah akademis.
 Pada metoda analisis data, penyedia jasa harus dapat
menyampaikan penggunaan metoda yang digunakan dalam
menyelesaikan pekerjaan ini yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis dengan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 86
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

mempertimbankan kesesuaian judul kajian dengan keluaran


yang diharapkan.
 Dalam laporan pendahuluan ini dilampirkan format isian
pengumpulan data.
 Pengumpulan data awal (data sekunder);
 Laporan ini dibuat untuk dibahas oleh tim teknis dalam tahap
 awal kegiatan, sebagai tindak lanjut untuk kegiatan
selanjutnya.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak SPMK diterbitkan sebanyak 15 (lima belas) buku
laporan.
Laporan pendahuluan harus dibuat Draft Laporan Pendahuluan
terlebih dahulu untuk didiskusikan/diasistensikan dengan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) dan pihak terkait lainnya.

(c) Laporan Fakta dan Analisa


 Laporan ini memuat hasil pengumpulan data primer dan
pengolahan data serta analisis data sesuai dengan metoda
yang telah di sepakati dalam laporan pendahuluan. Dalam
laporan ini juga lampirkan juga bukti seluruh isian
pengumpulan clan analisis data.
 Laporan diserahkan selambat-lambatnya: 90 (sembilan puluh)
hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 15 (lima belas) buku
laporan

(d) Laporan Akhir


Laporan memuat hasil perbaikan laporan fakta clan analisa serta
konsep pengembangan. Penyajian laporan dibuat secara utuh. E - 87
Laporan diserahkan selambat-lambatnya: 120 (seratus duo
puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 20 (dua puluh) buku
laporan.
Selain laporan yang harus diserahkan seperti diuraikan tersebut,
konsultan juga harus menyerahkan CD laporan hasil pekerjaan
sebanyak 10 (sepuluh) buah yang memuat:
• Uraian dengan menggunakan microsoft word.
• Data-data dalam bentuk tabel dengan menggunakan
microsoft excel.

(e) Album Peta


Merupakan peta-peta terkait dengan kegiatan yang diserahkan

Dokumen Penawaran Teknis


E - 87
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

bersamaan dengan laporan akhir sebanyak 3 (tiga) buku.


(f) Laporan maupun gambar-gambar agar diserahkan juga
dalam bentuk CD.
Berikut dibawah ini adalah jadwal penyerahan laporan pada Tabel E.14.

Tabel E.14. Daftar Penggunaan Peralatan

E.11 FASILITAS PENGGUNAAN ALAT YANG DIGUNAKAN


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini tentunya perlu adanya peralatan
pendukung guna terselesaikannya pekerjaan ini. Daftar Fasilitas
pendukung terdapat pada Tabel E.15 sedangkan Jadwal Penggunaan
Fasilitas pendukung tersebut disampaikan dalam Tabel E.16.

E - 88

Dokumen Penawaran Teknis


E - 88
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tabel E.15. Daftar Penggunaan Peralatan

E - 89

Dokumen Penawaran Teknis


E - 89
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN AIR BERSIH

Tabel E.16 Jadwal Penggunaan Peralatan

E - 90

Dokumen Penawaran Teknis


E - 90

Anda mungkin juga menyukai