Anda di halaman 1dari 75

PENDEKATAN DAN

METODOLOGI E
E.1. Apresiasi Konsultan Terhadap Dokumen UKL-UPL Pembangunan
Talud Penahan Ombak Pelabuhan Hiri Kelurahan Sulamadaha

1.1 Pengertian Talud


Secara umum talud adalah dinding dari beton maupun batu kali yang disusun untuk
penahan tanah. Dalam proses pembangunan kosntruksi bangunan maupun gedung,
talud menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan, terutama pada bangunan yang
ada diatas kemiringan tertentu.

1.2 Macam-Macam Jenis Talud


Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, saat ini banyak dikembangkan berbagai macam
jenis talud. Perbedaan yang paling mencolok pada setiap jenis talud adalah bahan
yang digunakan dan juga konstruksinya, berikut beberapa jenis talud antara lain :
1. Penahan Gravitasi
Talud jenis penahan gravitasi yang berupa dinding kokoh. Jenis talud ini
mengandalkan berat dalam proses kerjanya untuk mencapai keseimbangan dan
kestabilan tanah, terutama untuk menjaga tekanan lateral pada tanah padat. Bahan
talud ini biasanya terbuat dari beton bertulang dengan kualitas terbaik.

2. Penahan Kantilever
Ada dinding kantilever yang juga terbuat dari dinding beton yang bertulang dengan
bentuk seperti huruf ’T’. Fungsinya adalah untuk menahan gaya kerja pada

PENAWARAN TEKNIS 1
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
kantilevernya. Prinsip kerjanya adalah dengan daya jepit dasar yang terletak pada
bagian dasar struktur. Sementara itu, strukturnya terdiri dari dinding vertikal, tumit
tapak, dan juga ujung kaki tapak atau hoe.

3. Tipe Turap
Jenis Tipe Turap atau Sheet Pile biasanya digunakan untuk menahan tekanan pada
tanah lateral yang aktif dan untuk membendung air. Material yang digunakan
adalah beton baja. Penggunaannya dapat dilakukan pada konstruksi gedung-
gedung yang tinggi karena keunggulannya yang lebih murah dan tahan terhadap
lingkungan ekstrem.

4. Gabion
Bentuk gadion ini ditopang dengan penahan bronjong dalam arah vertikal dengan
step tertentu yang mirip terasering. Bak penopang ini kemudian akan ditahan
dengan kawat logam yang dianyam dan diisi agregat berupa batu kali.

5. Blok Beton
Mirip seperti gabion, jenis talud ini menggunakan kumpulan blok beton yang padat
ketimbang batu kali. Blok beton ini kemudian disusun secara vertikal dengan
sistem pengunci antar blok. Akan tetapi, pembuatan blok beton harus dilakukan
dengan standar yang tinggi atau mendapatkan talud dengan kualitas terbaik.

6. Contiguous
Merupakan penahan yang terdiri dari bored pile yang sifatnya sementara.
Keunggulannya adalah lebih kedap air, sehingga sangat cocok digunakan untuk
proses pembuatan pondasi.

PENAWARAN TEKNIS 2
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
7. Revetment dan Dinding Kisi
Jenis talud ini pada dasarnya merupakan penahan sederhana untuk melindungi
gerusan air, baik itu pada area di dekat sungai maupun pantai. Biasanya
konstruksinya terbuat dari beton, kayu, maupun bebatuan khusus.

Sementara itu, dinding kisi terbuat dari bahan potongan beton precast, namun bisa
juga dibuat dengan logam maupun kayu. Nantinya, dinding kisi akan ditopang oleh
angkur dan ditanam di dalam tanah sehingga tercipta kestabilan tanah.

1.3 Manfaat, Fungsi, dan Kegunaan Talud


Sebagaimana disebutkan sebelumnya, talud adalah tembok penahan yang fungsi
utamanya untuk menahan lingkungan sekitarnya dari kerusakan. Pada bangunan yang
berada pada kemiringan tertentu, talud dapat berfungsi sebagai penahan atau menjaga
stabilitas lereng. Jika dijabarkan lebih rinci lagi, fungsi dan manfaat talud adalah
sebagai berikut :
 Sebagai penahan gaya tekan dalam mencegah keruntuhan lateral pada tanah seperti
kondisi longsor
 Sebagai penahan lateral air dan bisa membuat bangunan tidak stabil lagi. Dalam
hal ini talud bisan mencegah terjadinya erosi.
 Sebagai pencegah terhadap rembesan air pada muka air tanah agar bangunan tetap
kokoh dan tidak lembab, yang mana bisa menyebabkan penurunan kualitas
ketahanannya.

Selain memiliki manfaat diatas, pemasangan talud juga memiliki kegunaan tersendiri
dalam prakteknya. Pengaplikasian talud secara umum berdasarkan kegunaannya
diantaranya sebagai berikut :
 Sebagai penahan pada saat pembangunan jalan raya maupun rel kereta api dalam
mendapatkan elevasi

PENAWARAN TEKNIS 3
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
 Sebagai pembatas di pinggiran kanal yang memerlukan dinding penahan agar tidak
mudah jebol
 Penahan banjir pada sungai, tujuannya agar air tidak memasuki area konstruksi
yang sedang dikerjakan
 Sebagai tumpuan jembatan dan penahan bangunan dinding untuk menjaga
stabilitas tanah.

1.4 Pemecah Ombak (Breakwater)


Adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan laut dari
gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan antara daerah perairan dari laut
lepas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar
dilaut. Daerah perairan dihubungkan dengan laut oleh mulut pelabuhan dengan lebar
tertentu dimana kapal keluar melalui celah tersebut.

Sebenarnya breakwater atau pemecah ombak dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu pemecah gelombang ”sambung pantai” dan ”lepas pantai”. Tipe pertama banyak
digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk
perlindungan pantai terhadap erosi.

Breakwater atau pemecah ombak lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar
pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun
sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan
energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang
bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.

Entuk/tipe pemecah gelombang berdasarkan tipe bangunannya dapat dibedakan


menjadi tiga:
1. Breakwater Sisi Miring

PENAWARAN TEKNIS 4
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Pada umumnya pemecah gelombang sisi miring dibuat dari tumpukan batuan alam
yang dilindungi oleh lapis pelindung berupa batu besar ataupun beton dengan
bentuk tertentu. Pemecah gelombang ini lebih cocok digunakan pada kondisi tanah
yang lunak dan tidak terlalu dalam.

Breakwater sisi miring bersifat fleksibel karena jika serangan gelombang


kerusakan yang terjadi tidak secara tiba-tiba, meskipun beberapa butiran longsor.
Biasanya butir batu pemecah gelombang sisi miring disusun dalam beberapa lapis,
dengan lapis terluar terdiri dari batu dengan ukuran besar dan semakin ke dalam
ukurannya semakin kecil. Bentuk butiran akan berpengaru terhadap kaitan antara
butir batu yang ditumpuk. Butir batu dengan sisi tajam akan mengait satu sama
lain dengan lebih baik seingga stabil.

Butir batu pelindung ada beberapa macam ada yang berupa batu alam dengan berat
mencapai beberapa ton, batu buatan dari beton yang berbentuk kubus atau bentuk
lainya. Butir pelindung buatan dari beton bisa berupa:
 Tetrapod
 Cube
 Tribar
 Quadripod

PENAWARAN TEKNIS 5
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
 Accropod
 Core-loc
 Dolos

2. Breakwater Sisi Tegak


Breakwater tipe ini biasanya ditempatkan di laut dengan kedalaman lebih dalam
dangan tanah dasar keras. Karena dinding breakwater tegak, maka akan terjadi
gelombang diam atau klapotis yaitu superposisi antara gelombang datang dan
gelombang pantul.

 Blok Beton
Dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun secara vertikal. Masing-masing
blok dikunci dengan beton bertulang yang dicor di tempat setelah blok-blok
tersebut disusun. Puncak pemecah gelombang dibuat diding beton yang dicor
ditempat .Fondasi terbuat dari tumpukan batu yang diberi lapis pelindung dari
blok beton.

PENAWARAN TEKNIS 6
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
 Kaison
Pemecah gelombang ini dibuat di daratan dan kemudian dibawah ke lokasi yang
telah ditentukan dengan ditarik oleh kapal. Pengangkutan ke lokasi dilakukan
pada waktu air tenang. Setelah sampai ke lokasi kaison tersebut ditenggelamkan
ke dasar laut dengan mengisikan air ke dalamnya dan kemudian diisi dengan
pasir. Bagian atasnya kemudian dibuat lantai dan dinding beton. Kaison dibuat
seperti kotak dengan sisi bawah tertutup dan dengan dinding-dinding diafragma
yang membagi

PENAWARAN TEKNIS 7
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
 Sel papan pancang (Sheet pile cells)
Pemecah gelombang ini terdiri dari turap beton dan tiang beton yang dipancang
melalui tanah lunak sampai mencapai tanah keras. Bagian atas dari turap dan
tiang tersebut dibuat blok beton .Pemecah gelombang ini dibuat apabila dasar
laut terdiri dari tanah lunak yang sangat tebal ,sehingga penggantian tanah lunak
dengan pasir menjadi mahal.

3. Breakwater Gabungan
Pada pemecah gelombang gabungan konstruksi dikombinasikan antara pemecah
gelombang sisi Tegak yang dibuat di atas pemecah gelombang sisi miring.
Breakwater campuran dibuat apabila kedalaman air sangat besar dan tanah dasar
tidak mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi tegak. Pada waktu air
surut bangunan berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi miring, sedang pada
waktu air pasang berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi tegak.

PENAWARAN TEKNIS 8
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Secara umum Breakwater pada pelabuhan memiliki beberapa fungsi pokok yaitu:
 Berfungsi sebagai pelindungi kolam perairan pelabuhan yang terletak
dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan
terganggunya aktivitas di perairan pelabuan baik pada saat pasang, badai
maupun peristiwa alam lainya di laut.
 Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang
sebagian energinya akan dipantulkan (Refleksi), sebagian diteruskan
(Transmisi) dan sebagian dihancurkan (Dissipasi) melalui pecahnya gelombang,
kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.
 Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan
diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi,
kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang dan geometrik bangunan
peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).
 Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi
pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang
pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang
bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan
sediment tersebut.
1.5 Inovasi Konsultan
A. Pembuatan RMK (Rencana Mutu Kontrak)
Sehubungan dengan konsultan sudah mempunyai ISO 9001:2000, maka untuk
mengendalikan jalannya pekerjaan konsultan akan membuat RMK (Rencana Mutu
Kontrak). Dokumen RMK ini nantinya akan memuat semua rencana kerja, jadwal
kerja, dan penugasan kerabat kerja. Dokumen pengendali kegiatan ini menjadi
pegangan bagi ketua tim teknis dan manajer proyek untuk memantau kesuaian
jalannya pekerjaan. Lebih jelasnya dokumen ini memuat tentang :
- Kebijakan mutu dan sasaran mutu

PENAWARAN TEKNIS 9
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
- Informasi proyek, memuat nama proyek, pemilik, penyedia jasa, pengawas, lokasi
proyek, sumber dana dan masa pelaksana
- Penjelasan lingkup proyek : memuat persiapan survey lapangan, pengumpulan
data, melakukan tinjauan pustaka, deskripsi, dan gambaran umum wilayah studi.
- Struktur organisasi proyek
- Tugas dan tanggung jawab kerabat kerja
- Metode kerja
- Jadual pelaksanaan, tenaga kerja, dan pelaporan.

B. Pelibatan Tim Pakar


Didalam mekanisme kerja profesional Konsultan selalu dikembangkan 2 (dua)
kelompok kerja :
- Task Force Konsultan, dan
- Experts group for Konsultan, yang beranggotakan tenaga-tenaga ahli yang
berpengalaman dan bejkerja secara full time dan bertanggung jawab atas
terselesaikannya kegiatan ini. Tim ini tersusun atas tenaga ahli yang dipersyaratkan
oleh Kerangka Acuan Kerja.

Sementara Tim Pakar Konsultan merupakan kelompok dinamis yang merupakan


’kekuatan jaringan profesional” Konsulan dalam bekerja sama dengan pakar-pakar
dalam Penyusunan Dokumen UKL-UPL seperti Dosen-dosen Teknik Lingkungan ITB
Bandung dan ITS Surabaya, dsb. Tim pakar ini merupakan kelompok konsultatif
konsultan yang memiliki kepasitas dalam menganalisa secara kritis antara fenomena
lapangan (kasus praktis) dan prinsip ideal pengembangan kawasan (pendekatan
teoritik) khususnya peremajaan kota sehingga di dapat rekomendasi atau gagasan-
gagasan relevan bagi kegiatan ini. Hasil rekomendasi Tim Pakar Konsultan akan
menjadi acuan bagi tim task force Konsultan.

PENAWARAN TEKNIS 10
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Tim pakar konsultan ini beranggotakan akademisi maupun praktisi senior yang
berpengalaman dalam Penyusunan Dokumen UKL UPL Pembangunan Talud Penahan
Ombak, yang akan memberikan masukan sesuai dengan tahapan-tahapan penting
analisa dalam wadah”forum konsultatif konsultan”.

E.2. Umum

Pada bab ini, Konsultan menyusun pendekatan, metodologi dan program kerja
berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan oleh Pemberi Tugas. Secara
spesifik dapat disimpulkan bahwa yang menjadi menjadi acuan dalam pelaksanaan
kegiatan ini diantaranya adalah:
1. Kerangka Acuan Kerja kegiatan Penyusunan Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Talud Penahan Ombak Pelabuhan Hiri Kelurahan
Sulamadaha di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
Ternate beserta Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing).
2. Literatur peraturan perundang-undangan terkait mengenai Penyusunan Dokumen
Lingkungan, Tugas Pokok dan Fungsi lembaga di lingkungan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kota Ternate, Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa,
Penyelenggaraan Pemeritah Daerah dan Otonomi
3. Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup RI.

E.3. Pendekatan
3.1 PENDEKATAN DASAR HUKUM PERATURAN DAN KEBIJAKAN
Peraturan Perundangan
Peraturan dan perundang-undangan yang melandasi pelaksanaan dan/atau kegiatan serta
studi Penyusunan Dokumen UKL-UPL Pembangunan Talud Penahan Ombak
Pelabuhan Hiri Kelurahan Sulamadaha, antara lain :

PENAWARAN TEKNIS 11
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
A. Undang-undang
a. Undang – Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

B. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2o2l Tentang
Penyelenggaraan Bidang Pelayaran.

C. Peraturan Menteri
a. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
b. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2021. Tentang Daftar Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Atau Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
c. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 57 Tahun 2020,
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51
Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut.

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Tinjauan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup terutama bidang pengawasan
lingkungan hidup tentang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan, yang
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Bab V Pasal 8 tentang
Wewenang Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana yang tertera di bawah ini:
1) Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat, serta penganturannya ditentukan oleh Pemerintah;
2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah:

PENAWARAN TEKNIS 12
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
a. Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup;
b. Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup,
dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk rekayasa genetika;
c. Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau subyek
hukum serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber alam,
termasuk rekayasa genetika;
d. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;
e. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

Kebijakan Penyusunan Dokumen Lingkungan


Mengacu pada ketentuan Pasal 6 dan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2012 tentang Izin Lingkungan tentang kewajiban menyusun dokumen lingkungan maka
setiap kegiatan dan atau usaha harus menyusun dokumen lingkungan. Penyusunan
dokumen lingkungan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Berdasarkan Dokumen
Lingkungan Hidup, terdiri atas: a. dokumen Amdal; b. formulir UKL-UPL; dan c. SPPL.

Dan untuk Penyusunan Dokumen UKL-UPL Pembangunan Talud Penahan Ombak


Pelabuhan Hiri Kelurahan Sulamadaha sesuai dengan klasifikasinya wajib menyusun
dokumen UKL-UPL. Sesuai dengan Lampiran III Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2018
tentang Pedoman Penyusunan dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan

PENAWARAN TEKNIS 13
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik,
Formulir UKL-UPL memuat :
1) Identitas pemrakarsa;
2) Rencana usaha dan/atau kegiatan;
3) Dampak lingkungan yang akan terjadi, dan program pengelolaan serta pemantauan
lingkungan;
4) Jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan;
5) Surat pernyataan komitmen pemrakarsa untuk melaksanakan ketentuan yang tercantum
dalam formulir UKL-UPL.
6) Daftar Pustaka; dan
7) Lampiran.

2.2 PENDEKATAN PENENTUAN JENIS DOKUMEN LINGKUNGAN


Dalam melakukan usaha ataupun kegiatan Penyusunan Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Talud Penahan Ombak Pelabuhan Hiri Kelurahan Sulamadaha,
terdapat peraturan perundang- undangan yang harus dipatuhi. Dalam konteks
peraturan lingkungan hidup, terdapat beberapa jenis dokumen yang harus dibuat oleh
pelaku usaha dan/atau kegiatan. Inti tujuan dokumen lingkungan adalah untuk
memberikan perlindungan terhadap lingkungan dari dampak yang ditimbulkan
oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan.

Dokumen Lingkungan adalah dokumen yang berisi informasi dan data mengenai
suatu usaha dan/atau kegiatan serta memuat langkah-langkah pengelolaan dan
pemantauan untuk mencegah pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan. Ada
tiga jenis dokumen Lingkungan yang disesuaikan berdasarkan skala usahanya, meliputi
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), atau
Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL).

PENAWARAN TEKNIS 14
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Pelaksanaan Penyusunan Dokumen UKL-UPL Pembangunan Talud Penahan
Ombak Pelabuhan Hiri Kelurahan Sulamadaha, meliputi serangkaian tahapan
kegiatan yang dilakukan secara berurutan dimulai dengan penapisan tahap pelingkupan,
pengumpulan data, prakiraan serta evaluasi dampak lingkungan. Setiap tinjauan
parameter lingkungan didasarkan atas dampak lingkungan yang mungkin terjadi.
Karangka pikir proses penyusunan Dokumen Lingkungan dapat dilihat pada
diagram alir berikut ini :

Gambar 1. Skema Penapisan Dokumen Lingkungan

2.3 PENDEKATAN TEKNIS


Penyusunan Dokumen UKL-UPL Pembangunan Talud Penahan Ombak
Pelabuhan Hiri Kelurahan Sulamadaha, mengacu kepada lokasi dan batasan
wilayah studi.

Batas Wilayah Studi


Lingkup wilayah studi ditetapkan berdasarkan dampak penting yang akan
ditimbulkan dan sebaran dampak tahap prakonstruksi, konstruksi, dan operasi,
maka wilayah studi meliputi daerah yang dibatasi oleh batas tapak proyek, batas

PENAWARAN TEKNIS 15
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
ekologis, batas sosial dan batas administrasi. Hal tersebut diuraikan sebagai
berikut :
a) Batas Tapak Proyek
Batas tapak proyek adalah ruang dimana suatu rencana kegiatan
Pengerukan Kolam dan Alur Kapal akan diadakan, dengan
mempertimbangkan kegiatan prakonstruksi, konstruksi, dan operasi.

b) Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana
kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara) dimana
proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar.

c) Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma
dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial),
sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat adanya
rencana kegiatan. Batas sosial ini ditentukan dengan memperhitungkan
penduduk dalam wilayah mana saja yang diprakirakan akan terkena
dampak baik dari aspek fisik, ekonomi maupun dari aspek sosial
budayanya, sehingga dengan berdasarkan pertimbangan tersebut dapat
ditentukan batas sosial dari wilayah studi yang akan dikaji. Penentuan
batas sosial ini tetap mengacu/tidak bisa terlepas dari batas administratif
dimana penduduk yang diprakirakan akan terkena dampak itu tinggal.

d) Batas Administratif

PENAWARAN TEKNIS 16
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Batas administrasi adalah ruang dimana kegiatan Penyusunan Dokumen
UKL-UPL Pembangunan Talud Penahan Ombak Pelabuhan Hiri
Kelurahan Sulamadaha dan masyarakat melakukan kegiatan sosial
ekonomi dan sosial budaya atas dasar uraian batas proyek, batas ekologis,
batas sosial.

Dalam rangka Penyusunan Dokumen UKL-UPL Pembangunan Talud Penahan


Ombak Pelabuhan Hiri Kelurahan Sulamadaha diperlukan cara untuk
mengambil data komponen-komponen lingkungan dan menganalisa data-data
yang diperoleh dari komponen tersebut. Data yang diperoleh baik berupa data
primer maupun data sekunder adalah merupakan gambaran kondisi lingkungan
yang ada saat ini disekitar kegiatan di daerah dimana kegiatan tersebut akan
berlangsung. Berdasarkan atas interaksi antara kondisi lingkungan dimana
proyek tersebut akan berlangsung dan komponen-komponen kegiatan dapat
dilakukan prakiraan dampak yang akan terjadi serta cara-cara penanganan
dampak tersebut. Penanganan terhadap dampak yang terjadi dilakukan
melalui pendekatan studi Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Metode yang digunakan Penyusunan Dokumen UKL-UPL Pembangunan


Talud Penahan Ombak Pelabuhan Hiri Kelurahan Sulamadaha ditentukan
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Metode yang akan
digunakan meliputi :
 Metode pengumpulan dan analisa data
 Metode prakiraan dampak
 Metode evaluasi dampak

Pendekatan yang dilakukan dalam studi Penyusunan Dokumen


Lingkungan mengacu pada interaksi pada tiga komponen yaitu rencana kegiatan,

PENAWARAN TEKNIS 17
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
rona lingkungan awal, dan peraturan yang berlaku dipergunakan sebagai
kajian dalam proses pelingkupan untuk menentukan isu pokok yang akan
dikaji dan dibahas dalam studi Penyusunan Dokumen Lingkungan. Isu pokok
yang ditetapkan masih bersifat sementara dan tentunya masih dapat berkembang
setelah pengumpulan data primer dan data pengamatan lapangan secara intensif
selesai dilakukan.
Isu pokok berguna untuk menuntun dan mengarahkan pola kajian dan penelitian,
sehingga studi Penyusunan Dokumen Lingkungan dapat terfokus pada dampak
penting.

Tahap selanjutnya dilakukan pemilihan komponen kegiatan dan


komponen lingkungan yang akan ditelaah, lingkup wilayah studi, serta metode
studi. Berdasarkan keempat komponen tersebut, diharapkan objek dan metode
studi mejadi lebih terarah. Penelitian lapangan dilakukan untuk mendukung kajian
dan analisis lebih cermat. Dari data ini dilakukan identifikasi, prediksi dan
evaluasi dampak, yang berguna untuk mendapatkan masukan dampak-dampak
mana yang perlu dikelola sehingga sasaran akhir berupa rencana pengelolaan dan
pemantauan dampak dapat dicapai. Untuk lebih jelasnya, pendekatan studi
disajikan pada Gambar 2.

PENAWARAN TEKNIS 18
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Gambar 2. Pendekatan Teknis Penyusunan Dokumen Lingkungan

Metode yang digunakan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan Penyusunan


Dokumen UKL-UPL Pembangunan Talud Penahan Ombak Pelabuhan Hiri
Kelurahan Sulamadaha ini meliputi : metode pengumpulan dan analisa data,
metode prakiraan dampak dan metode evaluasi dampak.

E.3. Metodologi
Kegiatan yang harus dilakukan oleh Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan
tersebut di atas adalah :
 Melakukan pengumpulan data mengenai kegiatan/rencana kegiatan yang telah
dan akan dilakukan meliputi tahap pra konstruksi, konstruksi, pasca konstruksi,
operasi dan pemeliharaan.
Tahap Pra Konstruksi
Dalam tahap pra konstruksi ini terdapat beberapa kegiatan, yaitu :
a. Perizinan
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan mengamanatkan setiap usaha
dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Dampak Mengenai
Lingkungan (AMDAL) atau upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan wajib memiliki izin lingkungan. Rencana pembangunan
talud penahan ombak pelabuhan hiri kelurahan sulamadaha wajib
memiliki dokumen upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

PENAWARAN TEKNIS 19
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
b. Pembebasan Lahan
Pembangunan talud penahan ombak dilaksanakan di area pelabuhan
sebagai area yang dipengaruhi oleh pasangan surut air laut dan merupakan
lahan yang dikuasai Negara.

c. Survei dan Investigasi


Survei dan investigasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
pencarian, penyelidikan dan pengumpulan data. Survei yang dilakukan
biasanya berupa survei topografi, geologi, hidrologi, morfologi dan
ekologi. Data yang didapatkan dari kegiatan survei dan investigasi ini
untuk menentukan kelayakan lokasi pembangunan untuk dilakukan
pembangunan bangunan talud penahan ombak. Selain itu data hasil
survei dan investigasi digunakan sebagai pertimbangan dalam
menentukan desain bangunan talud penahan ombak pelabuhan hiri
kelurahan sulamadaha.
d. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan wajib yang menjadi bagian
dari kegiatan penyusunan Dokumen UKL UPL Pembangunan Talud
Penahan Ombak Pelabuhan Hiri Keluarahan Sulamadaha dalam Rangka
Mitigasi Bencana. Kegiatan sosialisai dilakukan kepada masyarakat untuk
memberikan informasi terkait adanya rencana pembangunan talud
penahan ombak pelabuhan hiri kelurahan sulamadaha. Dalam kegiatan
sosialisasi ini sekaligus untuk menjaring informasi mengenai persepsi
masyarakat terkait rencana pembangunan dan untuk memperoleh
persetujuan masyarakat terhadap rencapa pembangunan tersebut.

Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi ada 4 kegiatan didalamnya, yaitu :
a. Rekruitmen Tenaga Kerja

PENAWARAN TEKNIS 20
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Rekruitmen tenaga kerja merupakan kegiatan penting pada tahap
konstruksi.

Tenaga kerja konstruksi digunakan pada saat pelaksanaan pembangunan


fisik, baik itu untuk pematangan lahan serta pekerjaan konstruksi sipil dan
lainnya terhadap bangunan maupun pembuatan sarana/ prasarana
penunjang. Perekrutan tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan
pada tahap konstruksi. Sistem rekrutmen tenaga kerja yang digunakan
adalah wewenang dari perusahaan kontraktor yang melibatkan Kepala
Lurah. Tenaga kerja pada tahap konstruksi melibatkan tenaga lokal
yang berada di sekitar lokasi kegiatan pembangunan sesuai dengan
kualifikasi yang dibutuhkan. Masyarakat setempat dilibatkan pada saat
pemasangan batu talud, setelah itu masyarakat sekitar hanya sebagai
pemantau saja. Jam kerja untuk kegiatan pembangunan talud pengaman
pantai ini, jam 08.00 – 17.00 WITA.

b. Pembangunan Talud Penahan Ombak Pelabuhan


Pekerjaan konstruksi pembangunan talud penahan ombak pelabuhan
adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
konstruksi bangunan talud, pekerjaan beton dan pembuatan wujud
fisik lainnya. Tahapan pekerjaan pembangunan talud penahan ombak
pelabuhan terdiri atas:
a) Pekerjaan persiapan adalah membuat papan nama proyek dan
dipasang pada lokasi pekerjaan, membangun los kerja termasuk
Direksi Keet. Persiapan lokasi dan pematokan termasuk
persiapan akses dan kebebasan dalam pelasanaan pekerjaan
tanpa menghalangi aktifitas masyarakat, persiapan akses jalan
untuk masyarakat jika diperlukan serta pemagaran sementara
untuk sekeliling daerah kerja proyek. Persiapan lokasi juga

PENAWARAN TEKNIS 21
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
dilakukan pengukuran titik duga (peil ± 0,00), pematokan dan
pemasangan papan bouwplank. Patok-patok dibuat cukup kokoh
dari kayu/ balok ukuran 5/7 cm sedangkan papan bouwplank
dibuat dari papan kayu begisting ukuran 2/20 cm pada bagian atas
papan tersebut harus diserut dan waterpass, Jarak patok dengan
galian pada asnya adalah 1,50 m sedangkan jarak dari as ke as
patok maksimal 2,00 m. Pembuatan jalan sementara untuk keluar
masuk ke lokasi pekerjaan dan untuk keluar masuknya kendaraan
pengangkut bahan-bahan, alat-alat ke lokasi pekerjaan dan
menyiapkan saluran penyalur air hujan sementara sehingga air
hujan tidak mengganggu aktifitas pelaksanaan pekerjaan.
b) Pekerjaan Sea Wall
Sea Wall merupakan struktur pantai yang memiliki fungsi
utama untuk mencegah atau mengurangi limpasan air laut
terhadap tanah dan struktur yang berada di belakang daerah
pantai akibat badai dan gelombang. Sea Wall dibangun sejajar
dengan garis pantai sebagai penguat bagian dari profil pantai,
berfungsi sebagai pelindung/ penahan terhadap kekuatan
gelombang. Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan,
pengurugan batu inti dengan berat minimal 50 kg dan susunan
batu selimut dengan berat 500 kg – 1000 kg serta batu tidak boleh
berpori dan berongga dan harus awet. Berikut uraian tahapan
pekerjaan Sea Wall.
 Pekerjaan Galian Pasir, pekerjaan galian pasir dilakukan
untuk menempatkan pondasi batu selimut.
Pekerjaan Urugan Batu Inti Pekerjaan ini mencakup
pengangkutan, penghamparan dan pemadatan untuk
pembuatan timbunan bagian dalam batu selimut sebagai
filter layer. Urugan batu inti menggunakan material batu yang

PENAWARAN TEKNIS 22
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
berkualitas baik dan tidak mengandung bahan organis, dan
dipadatkan lapis demi lapis setiap maksimum 50 cm
sampai mencapai ketinggian yang diinginkan. Material
urugan dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat.
 Pekerjaan Penyusunan Batu Selimut
Pekerjaan ini mencakup pengangkutan, penyusunan batu
selimut sesuai kemiringan dan garis untuk pembuatan
pengaman gelombang (rubble mound). Susunan batu
selimut menggunakan material batu yang berkualitas baik
dan tidak mengandung bahan organis, dan disusun dengan
kemiringan saling tumpang tindih dan mengikat lapis demi
lapis.
c) Pekerjaan Beton
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan beton pada bangunan
dan pagar, penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan
untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering. Mutu beton
yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
adalah Canstein K-225 dan Beton Rabat mutu beton K-175. Bahan
yang digunakan adalah semen, air, pasir, dan batu pecah.
 Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah jenis
semen Portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis
IA, IIA, IIIA dan IV.
 Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau
pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang
merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau
organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi
ketentuan dalam AASHTO T26.
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas

PENAWARAN TEKNIS 23
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
dari bahan- bahan organis, lumpur dan sebagainya dan harus
memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan
dalam PBI 1971.
 Batu Pecah dengan gradasi agregat kasar atau berukuran 2/3,
terdiri dari partikel yang keras, bersih, kuat, yang diperoleh
dari hasil olahan pemecahan batu (rock).

Pekerjaan beton meliputi juga pencampuran dan penakaran,


pelaksanaan pengecoran, pekerjaan akhir, perbaikan atas
pekerjaan beton yang tidak memenuhi, dan pengujian kuat tekan.
 Pencampuran dan Penakaran, meliputi rancangan campuran,
campuran percobaan, ketentuan sifat-sifat campuran,
penyesuaian campuran, penakaran agregat, dan kegiatan
pencampuran. Beton dicampur dalam mesin yang dijalankan
secara mekanis sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan. Pencampur dilengkapi dengan
tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk
mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
dalam setiap penakaran. Alat pencampur diisi dengan agregat
dan semen yang telah ditakar, dan selanjutnya alat
pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan. Waktu
pencampuran diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan
dimasukkan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung
seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin
berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk
mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik
untuk tiap penambahan 0,5 m3.
 Pelaksanaan Pengecoran, meliputi penyiapan tempat kerja,

PENAWARAN TEKNIS 24
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
acuan, kegiatan pengecoran, sambungan konstruksi
(construction joint), dan konsolidasi. Acuan yang dibuat
dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan
yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
Beton dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari
segregasi partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus
dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat
dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran
yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran. Pengecoran dilakukan pada kecepatan
sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor
masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton
yang baru. Sambungan konstruksi dibuat tegak lurus terhadap
sumbu memanjang dan diletakkan pada titik dengan gaya
geser minimum. Bilamana sambungan vertikal diperlukan,
baja tulangan harus menerus melewati sambungan
sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
Pada tahap konsolidasi, beton dipadatkan dengan penggetar
mekanis dari dalam atau dari luar. Alat penggetar mekanis
dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan
boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan
getaran yang merata. Alat penggetar mekanis yang
digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating (berdenyut)
dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000
putaran per menit apabila digunakan pada beton yang
mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah
penggetaran tidak kurang dari 45 cm.

PENAWARAN TEKNIS 25
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
 Pekerjaan Akhir, meliputi pembongkaran acuan, permukaan
pekerjaan, dan perawatan beton. Acuan tidak boleh dibongkar
dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur
yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton.
Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok,
gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga
pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85% dari
kekuatan rancangan beton telah dicapai. Untuk memungkinkan
pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan
ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan
permukaan vertikal yang terekspos dibongkar dalam waktu
paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari
30 jam, tergantung pada keadaan cuaca. Permukaan beton
dikerjakan setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat
kawat atau logam yang telah digunakan untuk memegang
cetakan, dan cetakan yang melewati badan beton, dibuang atau
dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan
beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan dibersihkan. Setelah
pengecoran, beton dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton
harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperature yang relatif
tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi
yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai
mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat
menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini dibuat
jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan

PENAWARAN TEKNIS 26
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
perawat atau lembaran bahan penyerap air dibebani atau diikat
ke bawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari
aliran udara. Pembebanan yang berlebihan tidak boleh
diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah
beton dicor. Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai
sifat kekuatan awal yang tinggi atau beton yang dibuat
dengan semen biasa yang ditambah bahan tambah (aditif),
dibasahi sampai kekuatannya mencapai 70 % dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 hari.
 Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang Tidak Memenuhi,
meliputi perubahan proporsi campuran beton untuk sisa
pekerjaan yang belum dikerjakan; tambahan perawatan pada
bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal; perkuatan
atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian
pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi ketentuan.
 Pengujian Kuat Tekan, melaksanakan tidak kurang dari
satu pengujian kuat tekan untuk setiap 60 meter kubik
beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari satu
pengujian untuk setiap mutu beton dan untuk setiap jenis
komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari
pengecoran. Setiap pengujian harus minimum mencakup
empat benda uji, yang pertama harus diuji pembebanan
kuat tekan sesudah 3 hari, yang kedua sesudah 7 hari, yang
ketiga sesudah 14 hari dan yang keempat sesudah 28 hari.
Pengujian tambahan diperlukan untuk menentukan mutu
bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir.
Pengujian tambahan tersebut meliputi pengujian yang tidak
merusak menggunakan "sclerometer", pengujian pembebanan
struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan, pengambilan

PENAWARAN TEKNIS 27
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
dan pengujian benda uji inti (core) beton.

c. Penimbunan Area Pantai Pelabuhan


Pekerjaan ini mencakup, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan dari material atau bahan yang disetetujui untuk
pembuatan timbunan leveling lantai, termasuk timbunan dibawah
rabat membentuk dimensi timbunan sesuai garis, kelandaian dan
elevasi lantai hall. Urugan tanah peninggian lantai menggunakan
material biasa dan dipadatkan lapis demi lapis setiap maksimum
30 cm atau batu karang dicampur pasir. Material urugan
dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat. Dibawah penempatan
lantai rabat harus diurug dengan material urugan pilihan dengan
ketebalan setelah padat minimal 30 cm. Urugan dibawah lantai rabat
disiram dengan air sampai padat supaya tidak ada lagi rongga-rongga
yang terbuka. Kegiatan pematangan lahan meliputi pembersihan
lahan, pengurugan penimbunan area pantai, perataan dan
pemadatan tanah. Peralatan yang digunakan untuk pematangan
lahan meliputi dump truck, bulldozer, dan excavator. Luas lahan
yang akan digunakan untuk kegiatan pembangunan dan penimbunan
talud pengaman pantai dibangun pada lahan seluas 12.325 m 2. Pasir
yang digunakan untuk pengurukan berasal dari gunung sekitar
Kecamatan Omesuri, dengan volume yang dibutuhkan 100 m 3
pasir dalam waktu 2 bulan masa konstruksi. Jumlah uruk 3,5 m3/rit
dengan volume urugan pada tahun 2018 sebesar 15.000 m3.
Target tahun 2019 pemasangan batu dan urugan. Mekanisme
urugan dilakukan ketika air laut surut, yakni didorong hingga titik
panjang maksimal kemudian dibuat batas terluar, dikeluarkan air,
kemudian diuruk. Dampak debu tidak dirasakan oleh masyarakat
karena menggunakan sistem penutup, meskipun pembangunan

PENAWARAN TEKNIS 28
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
dilakukan pada siang hari. Pemanfaatan area penimbunan yang
direncanakan akan digunakan untuk ruang terbuka bagi masyarakat.

d. Mobilisasi Tenaga Kerja


Sebagian tenaga kerja dalam tahap konstruksi akan didatangkan
dari luar daerah seperti tenaga teknis, supervisor, operator dan
sebagainya. Sedangkan untuk tenaga kerja dari sekitar lokasi
proyek mobilitasnya akan dilakukan setiap hari. Tenaga kerja yang
diperlukan akan disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan proyek,
dimana pada saat kegiatan konstruksi diprakirakan akan menyerap
tenaga kerja lebih banyak. Jenis kendaraan yang digunakan oleh
para tenaga kerja didominasi oleh sepeda motor, terutama tenaga
kerja lapangan, sementara jenis kendaraan mobil digunakan oleh
tenaga kerja seperti manajer proyek, supervisor, tenaga admin, dan
lainnya.

e. Mobilisasi Alat Berat


Mobilitas terhadap peralatan, material, jumlah dan jenis alat
berat yang dipakai disesuaikan dengan jadwal dan rencana
kerja..Pengangkutan material tersebut dilakukan melalui alternatif
jalan yang ada disekitar lokasi. Kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut material pasir tersebut adalah dump truck. Mobilitas
peralatan sebagian besar pada awal dan akhir pekerjaan kontruksi,
sedangkan mobilitas Dump Truck dengan frekuensi yang tinggi
yaitu pada saat pekerjaan penimbunan dan pengangkutan material
diperkirakan 15 rit per hari dengan volume dump truck 3,5 m 3.
Peralatan yang digunakan untuk pembangunan disesuaikan dengan
jenis pekerjaan yang direncanakan, meliputi:
 Peralatan pekerjaan pematangan lahan menggunakan alat

PENAWARAN TEKNIS 29
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
berat excavator, loader, dan dump truck.
 Peralatan pekerjaan konstruksi sipil bangunan serta sarana dan
prasarana penunjang menggunakan beberapa alat berat serta
alat pertukangan lainnya.

Mobilitas peralatan dan material ke lokasi proyek berpotensi


menimbulkan peningkatan tingkat volume lalu lintas. Kegiatan
pengangkutan peralatan dan material dalam perjalanannya dapat
merusak jalan yang dilewati. Dampak penurunan kualitas udara juga
dapat muncul sebagai akibat dari penggunaan kendaraan dalam
mobilitas material dan peralatan.

f. Demobilisasi Tenaga Kerja


Seiring dengan selesainya tahap konstruksi, peralatan kerja secara
bertahap dikembalikan dan/ atau dipindahkan dari lokasi proyek.
Termasuk tenaga kerja konstruksi yang keahliannya sudah tidak
diperlukan, kontrak kerja segera diselesaikan dan tidak diperpanjang
lagi. Kegiatan demobilitas tenaga kerja konstruksi dilakukan untuk
memulangkan tenaga kerja yang berasal dari sekitar lokasi proyek
maupun dari luar daerah setelah selesainya kegiatan konstruksi.
Kegiatan pemutusan hubungan kerja terhadap tenaga kerja
konstruksi ini diprakirakan akan berdampak terhadap bertambahnya
tingkat pengangguran. Setelah seluruh kegiatan konstruksi selesai
maka akan dilakukan kegiatan demobilisasi alat yang dilakukan
oleh kontraktor pelaksana transportasi alat berat tersebut dari dalam
lokasi proyek. Pemindahan peralatan ini diharapkan tidak akan
menggangu aktivitas di sepanjang jalan yang akan dilalui oleh
peralatan misalnya pemindahan dilakukan di luar jam sibuk atau
pada malam hari. Selain itu pemindahan peralatan dapat

PENAWARAN TEKNIS 30
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
dilakukan secara berkala dengan bergantian setiap selesainya
tahapan pekerjaan ketika peralatan sudah tidak digunakan untuk
menghindari pemindahan secara bersama-sama sehingga tidak
akan berdampak terhadap kegiatan lalu lintas masyarakat.

Pasca Konstruksi
a. Pemanfaatan Talud Penahan Ombak Pelabuhan
Pemanfaatan talud dilakukan setelah tahap konstruksi selesai yang
ditandai dengan serah terima pekerjaan setelah pekerjaan diselesaikan
100%. Pemanfaatan talud diharapkan dapat melindungi pelabuhan dengan
cara :
 Melindungi pelabuhan dari abrasi
 Mengubah laju transport sedimen sepanjang daerah pelabuhan
 Memecah ombak
b. Pemanfaatan Area Penimbunan
Pemanfaatan area penimbunan yang direncanakan akan digunakan
untuk ruang terbuka bagi masyarakat. Pemanfaatan area penimbunan
dialokasikan sebagai ruang terbuka yang dimanfaatkan untuk sarana
olahraga berupa lapangan. Rencana pembangunan lapangan ditujukan
untuk dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar. Selain itu juga terdapat
kegiatan tambahan yang dapat dilakukan yaitu pembangunan sarana
perdagangan berupa pasar kuliner. Sehingga selain sebagai sarana
olahraga, area penimbunan juga dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
meningkatkan perekonomian lokal. Dengan adaya kegiatan-kegiatan
tersebut maka juga diperlukan sarana parkir untuk mobil dan motor

 Melakukan pengumpulan dan analisis data Tanah, Fisik Kimia, Biologi,


Sosekbud dan Kesehatan Masyarakat yang relevan dengan daerah di sekitar
kegiatan baik berupa data primer maupun data sekunder, untuk dapat menentukan

PENAWARAN TEKNIS 31
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
rona awal lingkungan, seperti yang tertuang di bawah ini yaitu :

1) RONA LINGKUNGAN AWAL


A) FISIK
1. Iklim
a. Komponen iklim meliputi tipe iklim, suhu, maksimum, minimum,
rata-rata), kelembaban curah hujan dan jumlah hari hujan,
keadaan angin (arah dan kecepatan), intensitas radiasi matahari.
b. Data periodik bencana (siklus tahunan), lima tahunan, dan
sebagainya) seperti sering terjadi angin ribut, banjir tahunan,
banjir bandang di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.
c. Data yang tersedia dari stasiun meteorologi dan geofisika
yang mewakili wilayah usaha dan/atau kegiatan tersebut.
d. Kualitas udara baik pada sumber maupun daerah sekitar
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.
e. Pola iklim mikro, pola penyebaran bahan pencemar udara secara
umum maupun pada kondisi cuaca terburuk.
f. Sumber kebisingan dan getaran, tingkat kebisingan serta periode
kejadiannya.
g. Kajian mengenai iklim dilengkapi dengan analisis spasial
peta-peta yang terkait dengan kondisi iklim di wilayah rencana
usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

Pengumpulan Data
Komponen iklim yang akan dikaji melalui data sekunder adalah
tipe iklim, suhu udara, curah hujan, kelembaban, kecepatan angin
dan arah angin. Sumber data sekunder berasal dari Badan
Meteorologi dan geofisika setempat.

PENAWARAN TEKNIS 32
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Sedangkan untuk penentuan iklim mikro, dilakukan pengukuran
beberapa parameter bersamaan dengan pengambilan sampel udara.
Parameter iklim mikro yang diukur adalah temperatur udara,
kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Temperatur dan
kelembaban udara diukur dengan alat termometer dan hygrometer,
sedangkan kecepatan angin menggunakan anemometer dan arah angin
menggunakan penunjuk arah.

Analisis Data
Parameter-parameter iklim seperti curah hujan, temperatur
udara, kelembaban udara, kecepatan dan arah angin kemudian
dikaji dan dianalisis untuk menentukan tipe iklim. Penentuan tipe
iklim di wilayah studi dan sekitarnya mengacu pada pembagian
iklim menurut Schmidt dan Ferguson. Penentuan jenis iklim
tersebut berdasarkan nilai Q (Quotient) yang perhitungannya :

Dimana :

Q= k/b

k = jumlah purata bulan kering, yaitu jumlah curah hujan <


60 mm
b = jumlah purata bulan basah, yaitu jumlah curah hujan >
100 mm

Dari nilai Q yang diperoleh, kemudian ditentukan tipe iklimnya yang


dinyatakan dari iklim A, yaitu paling basah sampai iklim H yang
paling kering, dimana harga Q adalah sebagai berikut :

A 0,000 ≤ Q < 0,143 Sangat basah


B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah
C 0.333 ≤ Q < 0,600 Agak basah

PENAWARAN TEKNIS 33
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
D 0,600 ≤ Q < 1,000 Agak kering
E 1,000 ≤ Q < 1,670 Kering

F 1,670 ≤ Q < 3,000 Sangat kering


G 3,000 ≤ Q < 7,000 Luar biasa kering
H 7,000 ≤ Q Luar biasa kering

Lokasi
Lokasi pengumpulan data iklim yaitu untuk wilayah di lokasi
dan sekitar lokasi kegiatan yang termasuk kedalam wilayah studi.

2. Fisiografi
a. Topografi bentuk lahan (morfologi), struktur geologi dan
jenis tanah.
b. Indikator lingkungan yang berhubungan dengan stabilitas
geologis dan stabilitas tanah, terutama ditekankan bila
terdapat gejala ketidakstabilan, dan harus diuraikan dengan
jelas dan seksama (misal: longsor tanah, gempa, sesar,
kegiatan-kegiatan vulkanis, dan sebagainya.
c. Keunikan, keistimewaan, kerawanan bentuk lahan dan
batuan secara geologis.
d. Kajian mengenai fisiografi dilengkapi dengan analisis spasial
peta-peta yang terkait dengan kondisi fisiografi di
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

A. Tanah
Pengumpulan Data
Data batuan dan tanah didapatkan dari interprestasi data sekunder
mengenai batuan dan tanah berdasarkan peta geologi yang

PENAWARAN TEKNIS 34
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
dikeluarkan oleh Pusat Survey Geologi yang diamati langsung di
lapangan dengan metode observasi pada batuan dan tanah penyusun
daratan.

Analisis Data
Singkapan batuan dan tanah diamati untuk diklasifikasikan jenisnya
guna dianalisis lebih lanjut sifat batuan dan tanah, terutama secara
visual. Warna, ukuran butir, porositas, jenis fragmen batuan dan
hubungannya antar lapisan batuan dan tanah diamati untuk dijadikan
data guna analisis geologi.

Lokasi
Lokasi pengumpulan data batuan dan tanah yaitu untuk wilayah di
lokasi dan sekitar lokasi kegiatan yang termasuk kedalam wilayah
studi.

B. Erosi dan Sedimentasi


Pengumpulan Data
Data tanah yang dikumpulkan terutama untuk analisis fisik dan kimia
tanah dengan mengacu pada analisis yang dilakukan Pusat Penelitian
Tanah (PPT,1993). Jumlah sampel pengamatan yang akan
dikumpulkan ditentukan berdasarkan kerapatan sampel mewakili
kawasan berdasarkan skala peta 1: 100.000. Lokasi pengambilan
sampel disesuaikan dengan ekosistem lapangan berdasarkan
kesamaan fisiografi, topografi, curah hujan, sebaran dan jenis
tanah, kelas lereng serta penutupan vegetasi.

Analisis Data
Untuk menduga tingkat kepekaan tanah terhadap erosi
digunakan pendekatan indeks erodibilitas tanah (K) (Dangler dan

PENAWARAN TEKNIS 35
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
El-Swaify, 1976 dalam Hardjowigeno, 1994) dan jenis tanah
(Hardjowigeno, 1994). Sedangkan untuk menduga tingkat erosi
tanah secara keseluruhan digunakan metode USLE (Universal Soil
Loss Equation) dari Weischmeier dan Smith (1978) dengan formula
sebagai berikut :

A= R.K.L.S.C.P
Dimana:
A = dugaan jumlah tanah yang tererosi
(ton/ha/tahun)
R = indeks erosivitas hujan
K = indeks erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng
S = faktor kemiringan (slope) lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanah
P = faktor tindakan khusus konservasi tanah.

Nilai-nilai R, K, L, S, C dan P diperoleh dengan cara mempelajari


keadaan wilayah melalui peta-peta yang tersedia (peta tanah, peta
tata guna lahan dan peta lainnya) serta pengamatan dan
pengukuran langsung di lapangan. Indeks erosivitas hujan (R)
dihitung berdasarkan rumus Bols
(1978) :

1,21 -0,47 0,33


EI30 = 6,119 (RAIN) (DAYS) (MAXP)

Dimana :

EI30 = Erosivitas hujan tahunan, EI30 tahunan adalah


jumlah EI30 bulanan

PENAWARAN TEKNIS 36
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
RAIN = Curah hujan rata-rata bulanan (cm)
DAYS = Jumlah hari hujan rata-rata bulanan
MAXP = Curah hujan maksimal selama 24 jam setiap
bulan (cm).

Data yang diperlukan untuk menghitung Indeks erosivitas hujan (R)


dapat diperoleh dari stasiun dari Stasiun Meteorologi terdekat
bersamaan dengan pengumpulan data iklim. Indeks erodibilitas tanah
(K) dihitung menurut rumus Weischmeier dan Smith (1978) :

100 K = 1,292 {2,1 M1,1,4 (10-4)(12 - a) + 3,23 (b - 2) + 2,3


(c - 3)}

Dimana :
M = (% debu + % pasir sangat halus) (100 - liat)
(debu = 0,002-0,03 mm, liat < 0,002 mm; pasir sangat halus = 0,03
- 0,1 mm)
a = % bahan organik
b = kode struktur tanah
1 = granular sangat halus
2 = granular halus
3 = granular
c = kode permeabilitas
1 = cepat
2 = sedang - cepat
3 = sedang
4 = lambang - sedang
3 = lambat
6 = sangat lambat

PENAWARAN TEKNIS 37
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Indeks panjang dan kemiringan lereng (L dan S) dihitung menurut
Arsyad (1989) dengan formula sebagai berikut :

0,3 2
LS = L (0,0138 + 0,00963 s + 0,00138 s )

Dimana :
LS = nilai panjang dan kemiringan lereng
L = panjang lereng (m) dan s = kemiringan lereng (%)

Nilai indeks penutupan lahan (vegetasi) (C) diperoleh dari Hammer


(1980) dan Wischmeier dan Smith (1978), sedangkan indeks
pengelolaan (konservasi) lahan (P) diperoleh dari Hammer (1980).
Nilai-nilai faktor C untuk vegetasi alang-alang dianggap sama dengan
0,36 dan faktor pengelolaan lahan (P) untuk tanpa pengelolaan
(nihil) dinilai sama dengan 1.

Hasil analisis tanah dan data lapangan dinilai besarnya erosi,


indeks bahaya erosi (IBE) dan toleransi tanahnya terhadap
erosi. Dari penggunaan rumus USLE, akan diketahui besaran erosi
potensial yang terjadi. Untuk memperkirakan tingkat erosi tanah
dikaitkan dengan kedalaman solum tanah, digunakan kriteria
dari Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan
Departemen Kehutanan (1983) Klasifikasi Tingkat Bahaya Laju Erosi
selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi


Dikaitkan dengan Kedalaman Solum Tanah

Kelas Erosi

PENAWARAN TEKNIS 38
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
I II III IV V
Solum Tanah (cm) Erosi (ton/ha/tahun)
< 13 13 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480
SR R S B SB
Dalam (> 90 cm)
(0) (I (II (III (IV)
R S B SB SB
Sedang (60-90 cm)
(I (II (III (IV (IV)
S B SB SB SB
Dangkal (30 - 60 cm)
(II (III (IV (IV (IV)
B SB SB SB SB
Sangat Dangkal (< 30 cm)
(III (IV (IV (IV (IV)
Sumber : Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan (1983)
Keterangan : SR = Sangat Ringan, R = Ringan, S = Sedang, B = Berat, SB = Sangat Berat

Data jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun) diinterpretasikan ke


dalam indeks bahaya erosi (IBE, erosion hazard index) dengan cara
berikut.:

Erosi potensial (ton/ha/tahun) A


IBE = =
Erosi yang ditolerir (ton/ha/tahun) T

Nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia diperoleh dari Arsyad


(1989), dan interpretasi nilai IBE dilakukan menurut Hammer
(1981).

Tingkat sedimentasi air sungai, diduga dengan menggunakan


rumus empiris sebagai berikut :

Qs = 0.0864 x Q x C …………….……………… (Arsjad, 1980)

dimana :
Qs = beban sedimen (ton/hari)

Q = debit sungai (m3/detik)


C = kandungan sedimentasi tersuspensi (mg/l)

Lokasi

PENAWARAN TEKNIS 39
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Lokasi pengamatan erosi dan sedimentasi yaitu pada lokasi kegiatan
yang termasuk ke dalam wilayah studi.

3. Hidrologi
a. Karakteristik fisik sungai, pantai, danau/waduk, rawa, (rawa
pasang surut, rawa air tawar),
b. Rata-rata debit dekade, bulanan, tahunan,
c. Kadar sedimentasi (lumpur) dan tingkat erosi,
d. Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah e.
Fluktuasi dan potensi air tanah (dangkal dan dalam),
e. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk
keperluan domestik dan non domestik.
f. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk
keperluan lainnya seperti pertanian, industri, dan lain-lain.
g. Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air mengacu pada baku
mutu dan parameter kualitas air yang terkait dengan limbah yang
akan keluar.
h. Kajian mengenai hidrologi dilengkapi dengan analisis spasial
peta-peta yang terkait dengan kondisi hidrologi di wilayah
rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

Air Permukaan
Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan pengamatan karakteristik fisik
sungai, pola drainase, debit air sungai dan tingkat
ketergantungan/ kebutuhan air sungai.

Analisis Data
Pengamatan karakteristik fisik sungai dan pola drainase yang

PENAWARAN TEKNIS 40
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
ada dilakukan dengan cara analisis Peta Topografi yang
dipadukan dengan hasil observasi di lapangan.
Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran debit air sesaat
sungai terdekat dengan Metoda Pengukuran Debit Sungai dan Saluran
Terbuka SK SNI M-17-1989-F Departemen Pekerjaan Umum untuk
data primer. Selain itu debit air didapat dari data sekunder. Tujuan
pengukuran debit sesaat ini adalah untuk mendapatkan gambaran
debit air saat studi. Pengukuran debit dilakukan dengan cara
mengukur kecepatan aliran dengan peKabupaten Belu . Debit
dihitung dengan rumus :

Q = Σ (A x V)

dimana :
Q = debit (m3/det)
A = luas bagian penampang basah (m2)

V = Kecepatan rata-rata pada tiap bagian penampang basah


(m/det) Kecepatan aliran dihitung dengan rumus :

PENAWARAN TEKNIS 41
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
1 2/3 1/2
V= R S
n

Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/det)
R = Jari-hari hidrolik (meter)
S = Kemiringan (m/m)
n = Faktor kekasaran Manning

PENAWARAN TEKNIS 42
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
KEGIATAN PEMBANGUNAN TALUD PENAHAN OMBAK PELABUHAN HIRI
KELURAHAN SULAMADAHA
Pengukuran Debit Air Larian
Perkiraan kenaikan air larian yang disebabkan oleh pendirian
suatu bangunan di lahan tertentu dapat dihitung dengan rumus rasional
mulvaney (seyhan, 1990, hlm 238), yaitu:

Q = 0,2777 (Cr – Cp) x I x A

Dimana :
Q = Kenaikan air larian maksimum (m3/hari-hujan)
Cr = Koefisien air larian rata-rata sesudah dibangun
Cp = Koefisien air larian sebelum dibangun
I = Intensitas curah hujan maksimum rata-rata (m/hari-

hujan) A = Luas daerah pengaliran (m2)

Harga Cr adalah :

Cr = (C1a + C2b + C3c + …) / (a + b + c + …)

Dimana :
C1 = Koefisien air larian untuk bangunan
a = Luas bangunan
C2 = Koefisien air larian untuk jalan
b = Luas jalan dan seterusnya

Nilai koefisien air larian pada rumus rasional (Chow,1964: Gray,


1973).

Lokasi
Lokasi pengamatan dan pengukuran yaitu pada sungai yang ada di

PENAWARAN TEKNIS 43
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
lokasi dan sekitar lokasi kegiatan sebagai badan air penerima dari
kegiatan yang termasuk ke dalam wilayah studi.

Kuantitas Air Tanah


Pengumpulan Data

Data hidrogeologi yang dibutuhkan dalam studi ini berasal dari


data sekunder hasil pengukuran dalam studi-studi terdahulu yang telah
terkumpul pada pihak pemrakarsa dan atau hasil-hasil studi yang
pernah dilakukan oleh Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan di
Kabupaten Banggai yang dipadukan dengan hasil observasi di
lapangan.

Analisis Data
Data yang diperoleh dituangkan pada peta tematik, dianalisis
dan ditampilkan (overlay), untuk mendapatkan analisis secara akurat
dan cukup lengkap.

Lokasi
Lokasi pengambilan data sekunder di Direktorat Geologi dan
Tata Lingkungan di Bandung berupa peta hidrogeologi yang
sebarannya yang tersingkap pada tapak proyek dan sekitarnya yaitu
pada lokasi dan sekitarnya yang termasuk ke dalam wilayah studi.

Kualitas Air Tanah


Pengumpulan Data
Tinjauan terhadap aspek kualitas air tanah dilakukan dengan cara
pengambilan sample secara langsung dilapangan dan kemudian

PENAWARAN TEKNIS 44
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
dianalisis dilaboratorium yang meliputi, parameter fisik, kimia dan
parameter bakteriorologis. Pengamatan kondisi air tanah dilakukan
terhadap sumur gali atau sumur bor dangkal. Data diperoleh dari hasil
survey lapangan, informasi penduduk dan data sekunder. Informasi
penduduk dari beberapa orang dibandingkan dengan data sekunder.
Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur penduduk di
pemukiman penduduk terdekat dengan proyek sebanyak 3 (tiga)
lokasi sampel.

Analisis Data
Untuk mengetahui kondisi kualias air tanah, maka hasil analisis
laboratorium sampel air tanah dibandingkan dengan baku mutu
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat- syarat dan Pengawasan
Kualitas Air. Metode analisis kualitas air tanah dilakukan seperti
pada Tabel 2.

Tabel 2. Metode Analisis Kualitas Air Tanah


Baku Metode/Peralatan
No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Analisis
FISIKA
Tidak
1 Bau - Organoleptik Organoleptik
Berbau
2 Warna TCU 15 Kolorimetrik MP-F.A-Kekeruhan
1.500 SNI 06-2413-
3 Residu terlarut (TDS) mg/L Gravimetri
1991
SNI 06-2413-
4 Kekeruhan NTU 25 Nephelometrik
1991
5 Suhu 0C 0o C Termometer Organoleptik
SNI 06-2413-
KIMIA
1991
Spektofotometer,
1 Air Rakasa mg/L 0,001
Serapan Atom
Spektrofotometrik SNI 06-6989.4-
2 Amoniak (NH3-N) mg/L
, Nessler 2004
Spektofotometer,
3 Arsen (As) mg/L 0,05 SM 4500 - F D
Serapan Atom
Spektofotometer,
4 Besi (Fe) mg/L 1 SM 3111-C
Serapan Atom

PENAWARAN TEKNIS 45
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Spektofotometer, SNI 06-6989.12-
5 Fluorida (F) mg/L 1,5
Serapan Atom 2004
Spektofotometer, SNI 06-6989.19-
6 Kadmium (Cd) mg/L 0,05
Serapan Atom 2004
7 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 Titrimetrik, EDTA SM 3500 - Cr B
8 Klorida (Cl-) mg/L 600 Titrimetrik, Hg(NO3) 2 SM 3500 - Mn D
Spektofotometer,
9 Kromium (Cr6+) mg/L 0,05 SM 3500 - Hg C
Serapan Atom
Spektofotometer,
10 Mangan (Mn) mg/L 0.5 SM 4500 - NO3E
Serapan Atom
Spektrofotometrik SNI 06-6989.9-
11 Nitrat (NO3-N) mg/L 10
, Brusin 2004
Spektrofotometrik SNI 06-6989.11-
12 Nitrit (NO2-N) mg/L 1
, Sulfanilik 2004
Hach Methode
13 pH - 6.5 - 9 Ph Meter
8194
Spektofotometer, SNI 06-6989.43-
14 Selenium (Se) mg/L 0,01
Serapan Atom 2005
Spektofotometer, SNI 06-6989.20-
15 Seng (Zn) mg/L 15
Serapan Atom 2004
SNI 19-1504-
16 Sianida (CN) mg/L 0,1 Iodometrik
1989
SNI 06-6989.6-
17 Sisa Chlor mg/L - Titrimetrik, Hg(NO3) 2
2004
18 Sulfat (SO4) mg/L 400 Turbidimetrik, BaCl2 SM 3111-C
MIKROBIOLOGI
1 Coliform jml/100 mL 50 Multiple Tube Method SM 9221 B
2 E. Coli jml/100 mL 0 Multiple Tube Method SM 9221 E
Keterangan : Baku mutu mengacu pada Peraturan Menkes No. 416/MENKES/PER/I/1990

Lokasi
Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur
penduduk terdekat dari lokasi kegiatan sebagai rona awal
sebelum ada kegiatan sebanyak 3 (tiga) lokasi sampel.

Kualitas Air Permukaan


Pengumpulan Data

Tinjauan terhadap aspek kualitas air permukaan dilakukan


dengan cara pengambilan sample secara langsung dilapangan
dan kemudian dianalisis dilaboratorium yang meliputi,
parameter fisik dan kimia. Lokasi pengambilan contoh air
permukaan dilakukan di sungai sebagai badan air yang ada di

PENAWARAN TEKNIS 46
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
sekitar rencana lokasi kegiatan.

Penentuan lokasi pengambilan sample air ditetapkan dengan


pertimbangan representasi dari sungai didasarkan pada
keberadaan lokasi sumber air permukaan terdekat yang akan
dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan dan operasional yang
merupakan badan air penerima terdekat.

Analisis Data
Analsisis data dilakukan dengan membandingkan hasil
pengujian laboratorium berdasarkan baku mutu Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air atau menurut peraturan
daerah setempat.

Tabel 3. Parameter dan Metode Analisis/Pengukuran Kualitas Air Permukaan


Baku Metode Analisis
No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Pengukuran
FISIKA
1 Kekeruhan NTU 50 Nephelometrik MP-F.A-Kekeruhan
2 Residu terlarut (TDS) mg/L 1000 Gravimetri SNI 06-2413-1991
oC
3 Suhu Deviasi 3 Termometer SNI 06-2413-1991
4 Residu tersuspensi (TSS) mg/L 50 Gravimetri SNI 06-2413-1991
KIMIA ANORGANIK
1 Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L Spektrofotometrik, Nessler SNI 06-2479-1991
Spektofotometer, Serapan
2 Arsen (As) mg/L 0,05 SM 3500 - As
Atom
Spektofotometer, Serapan
3 Barium (Ba) mg/L 1 Hach Methode 8014
Atom
Spektofotometer, Serapan
4 Besi (Fe) mg/L 0,3 SNI 06-6989.4-2004
Atom
Baku Metode Analisis
No Parameter Satuan Mutu Pengukuran Metode Acuan
Spektofotometer, Serapan
5 Boron (B) mg/L 1 HACH Methode 8015
Atom
Fluorida (F) Spektofotometer, Serapan
6 mg/L 0,5 SM 4500 - F D
Atom
Kadmium (Cd) Spektofotometer, Serapan
7 mg/L 0,01 SM 3111-C
Atom
8 Klorida (Cl-) mg/L - Titrimetrik, Hg(NO3) 2 SNI 06-6989.19-2004
9 Klorin Bebas mg/L 0,02 Titrimetrik, Hg(NO3) 2 Hach Methode 8021

PENAWARAN TEKNIS 47
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Spektofotometer, Serapan
10 Kobalt (Co)* mg/L 0,02 Hach Methode 8078
Atom
Spektofotometer, Serapan
11 Mangan (Mn) mg/L 0,01 SM 3500 - Mn D
Atom
12 Nikel (Ni)* mg/L Titrimetrik, K2Cr207 SNI 19-1419-1989
13 Nitrat (NO3 -, N) mg/L 0,05 Spektrofotometrik, Brusin SM 4500 - NO3E
14 Nitrit (NO2 -, N) mg/L 0,06 Spektrofotometrik, Sulfanilik SNI 06-6989.9-2004
15 Ph - 6-9 Ph Meter SNI 06-6989.11-2004
Spektofotometer, Serapan
16 Seng (Zn) mg/L 0,05 SNI 06-6989.43-2005
Atom
17 Sulfat (SO4 -2) mg/L 400 Turbidimetrik, BaCl2 SNI 06-6989.20-2004
18 Sulfida (H2 S) mg/L Spektrofotometrik, SnCl2 SNI 19-1664-1989
19 Sianida (CN) mg/L 0,02 Iodometrik SNI 19-1504-1989
Spektofotometer, Serapan
20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 SNI 06-6989.6-2004
Atom
Spektofotometer, Serapan
21 Timbal (Pb)* mg/L 0,03 SM 3111-C
Atom
KIMIA ORGANIK
1 BOD mg/L 2 Iodometrik, Metode Winkler SNI 06-2503-1991
2 COD mg/L 10 Titrimetrik, K2Cr207 SNI 06-6989.2-2004
3 Detergen (MBAS) mg/L 6,32 Titrimetrik, EDTA SNI 06-2476-1991
5 Minyak & Lemak mg/L <1 Titrimetrik EDTA SNI 06-2502-1991
6 Oksigen Terlarut mg/L 6 Iodometrik, Metode Winkler Potensiometri
Keterangan : - PP. RI. No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian
Pencemaran Air
- KepMenLH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air
Permukaan dan - Pengambilan contoh air permukaan

4. Ruang, Lahan, dan Tanah


a. Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya
pada saat rencana usaha atau kegiatan diajukan dan
kemungkinan potensi pengembangannya dimasa datang.
b. Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang,
rencana tata guna tanah, dan sumber daya alam lainnya
yang secara resmi atau belum resmi disusun oleh
pemerintah setempat baik ditingkat kabupaten, propinsi atau
nasional di wilayah rencana usaha atau kegiatan.
c. Kemungkinan adanya konflik atau pembatasan yang
timbul antara rencana tata guna tanah dan sumber daya alam
lainnya yang sekarang berlaku dengan adanya pemilikan/
penentuan lokasi bagi rencana usaha atau kegiatan.
d. Inventarisasi nilai estetika dan keindahan bentang alam

PENAWARAN TEKNIS 48
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
serta daerah rekreasi yang ada di wilayah rencana usaha
dan/atau kegiatan.
e. Kajian mengenai ruang, lahan, dan tanah dilengkapi
dengan analisis spasial peta-peta yang terkait dengan
kondisi ruang, lahan, dan tanah di wilayah rencana usaha
dan/atau kegiatan dan sekitarnya.
 Peta-peta yang mendukung analisis rona lingkungan
awal yang menyajikan :
1. Ruang lingkup pada seluruh area yang terdampak akibat
adanya rencana usaha dan/atau kegiatan (contoh: DAS
terdampak harus digambarkan dari hulu hingga hilir).
2. Penggambaran sesuai dengan kaidah kartografis.
3. Pencetakan pada kertas minimal A3.
4. Apabila skala peta telalu kecil atau tampilan rumit pada
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan, maka dapat dibuat
indeks petanya dengan skala yang lebih besar.

Pengumpulan Data
Dalam studi Ruang dan Lahan, hasil pengamatan lapangan
dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari interpretasi
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/ Kabupaten, penggunaan
lahan, kemampuan lahan serta fasilitas dan jaringan prasarana
transportasi, untuk dikembangkan dalam memprediksi kemungkinan
pemanfaatan ruang dan lahan.

Analisis Data
Dalam studi ruang dan lahan, hasil pengamatan lapangan
dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari interpretasi
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/ Kabupaten, penggunaan
lahan, kemampuan lahan serta fasilitas dan jaringan prasarana

PENAWARAN TEKNIS 49
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
transportasi, untuk dikembangkan dalam memprediksi kemungkinan
pemanfaatan ruang dan lahan.

Lokasi
Pengambilan data dilakukan pada lokasi yang telah ditetapkan
sesuai batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas
administrasi.

B) KUALITAS AIR
1. Umum
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan bidang pengairan, telah disusun
standar-standar dalam baku mutu sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dewan standardisasi nasional (DSN) yang terdiri dari 3 kelompok,
yaitu :
 Tata cara pelaksanaan pekerjaan
 Spesifikasi
 Metode Pengujian
 Parameter Kualitas Air Sesuai Keperutukannya

Untuk mendapatkan sampel air yang baik dan refresentatif


diperlukan beberapa persyaratan antara lain :
 Pemilihan lokasi yang tepat
 Metode pengawetan sampel yang tepat
 Metode pengambilan sampel yang memenuhi syarat

Besarnya kadar unsur-unsur yang dianalisis dari suatu sampel yang


diambil seharusnya sama dengan kadar unsur-unsur tersebut didalam
sumber air pada waktu sampling, keadaan itu dapat dicapai apabila
persyaratan tersebut diatas dipenuhi. Sistem pengambilan sampel air
memegang peranan sangat penting dalam pemantauan kualitas air.
Ketelitian pengujian dan ketepatan sistem pengambilan sampel air akan

PENAWARAN TEKNIS 50
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
mempengaruhi data hasil pengujian. Bila terdapat kesalahan dalam
pengambilan sampel air, maka sampel yang diambil tidak representative
sehingga ketelitian dan teknik peralatan yang baik akan terbuang
percuma. Selain itu dikhawatirkan kesimpulan yang diambil juga akan
salah.

2. Perencanaan Lokasi Pengambilan Sampel


a. Pertimbangan Kegunaan Data
Hal yang penting dalam perencanaan sistem pemantauan
kualitas air adalah pengumpulan data mengenai keadaan
lingkungan daerah pengaliran sungai serta karakteristik dan
pemanfaatan sumber air. Dalam penentuan lokasi sampling, perlu
diketahui kegunaan data kualitas air yang akan dipantau.
Kegunaan data dapat terbagi dalam dua tujuan yaitu meliputi
perencanaan dan penelitian, serta pengawasan yang dapat diuraikan
sebagai berikut :

Perencanaan dan Penelitian


Data kualitas air yang dapat digunakan untuk perencanaan
dan penelitian diperoleh dari lokasi pengambilan sampel yang sesuai
dengan tujuan pengembangan dan penelitian tersebut yang antara
lain meliputi :
 Sumber informasi mengenai potensi kualitas air yang
tersedia untuk keperluan pengembangan sumber daya air
pada saat ini dan masa yang akan datang.
 Penyelidikan dan pengkajian pengaruh lingkungan terhadap
kualitas air dan pencemaran air.

Pengawasan Kualitas Air

PENAWARAN TEKNIS 51
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Dalam penentuan lokasi untuk tujuan pengawasan kualitas air perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Perlindungan terhadap pemakai air.
 Pengawasan terjadinya kasus pencemaran di suatu daerah
tertentu.
 Perlindungan beban pencemaran yang dibuang melalui
sungai ke laut.

b. Pertimbangan Pemanfaatan Sumber Air


Pemilihan lokasi sampel banyak dipengaruhi oleh bermacam-macam
kepentingan pemanfaatan sumber air tersebut. Pemanfaatan sumber
air dihilir sungai lebih besar resiko pencemarannya dibandingkan
dengan pemanfaatan yang sama di lokasi hulu, sehingga diperlukan
pengawasan kualitas air yang lebih intensif dilokasi tersebut.
Demikian pula halnya air tanah yang berlokasi dekat dengan
industri. Selain itu pemanfaatan sumber air sebagai sarana
transportasi bahan kimia untuk pertanian ataupun pengawet kayu
mempunyai resiko pencemaran yang lebih besar daripada sumber air
yang tidak digunakan sebagai alat transportasi sehingga diperlukan
pemantauan kualitas air.

c. Lokasi Pengambilan Sampel


Penentuan lokasi pengambilan sampel air pada air permukaan
yang berasal dari daerah pengaliran sungai dan danau/waduk yang
dimanfaatkan secara luas dan mempunyai potensi pencemaran
yang tinggi. Lokasi pengambilan sampel pada suatu DPS,
danau/waduk perlu ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
diketahui kualitas air secara alamiah dan perubahan kualitas air
yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.

PENAWARAN TEKNIS 52
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
 Lokasi pengambilan sampel air dilakukan pada 5 (lima) lokasi
harus mewakili area-area sebagai berikut :

1. Sumber air alamiah, yaitu lokasi dihulu sungai yang


belum mengalami perubahan oleh kegiatan manusia.
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat yang
telah mengalami perubahan atau tercemar, atau setelah melalui
suatu daerah pemukiman, industri, pertanian, dan kegiatan
Pekerjaan.
3. Sumber air yang dimanfaatkan, untuk perlindungan
terhadap pemakai sumber air diperlukan pula lokasi
pengukuran pada setiap pemanfaatan sumber air antara lain
sumber air minum, industri, irigasi, perikanan, rekreasi dan
lain-lain.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan
dari direksi dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik
koordinat.

d. Prosedur Pengambilan Sampel Air


Prosedur pengambilan sampel air pada lokasi kegiatan
mengikuti Prosedur dan Instruksi Kerja Pengambilan Contoh Uji
dalam Rangka Pemantauan Kualitas Air Nomor QA/HDR/05/2009
yang dikeluarkan oleh Kementerian PU Direktorat Jenderal SDA.

3. Parameter Uji
Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menetapkan kriteria
mutu air yang terbagi atas empat (4) klasifikasi mutu air sebagai
berikut:
a. Kelas Satu (I): Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

PENAWARAN TEKNIS 53
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
air baku, air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas Dua (II): Air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang mepersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
c. Kelas Tiga (III): Air yang peruntukan dapat digunakan
untuk pembudidayaan ikan air tawar peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas Empat (IV): Air yang peruntukan dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan yang lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
 Pengujian sampel air diuji pada parameter-parameter yang
disesuaikan dengan kelas mutu air berdasarkan usaha dan/atau
kegiatan terkait.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari
direksi dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.

 Baku mutu air mengacu pada Perda Kaltim Nomor 2 Tahun


2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam
laporan.

C) KUALITAS UDARA DAN TINGKAT KEBISINGAN


Data kualitas udara dan kebisingan merupaka data primer,
sehingga pengumpulan datanya dilakukan dengan cara pengukuran

PENAWARAN TEKNIS 54
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
langsung dilapangan, kemudian diolah dan dianalisis dilaboratorium.
Parameter yang diukur di lokasi usaha dan/atau kegiatan meliputi SO2,
CO, NOx, Ox, Debu, Pb, H2S, NH3, HC. Pengambilan sampel kualitas
udara dan tingkat kebisingan dilakukan di 5 (lima) lokasi yang harus
mewakili area-area sebagai berikut, yaitu :
a. Daerah alami, yaitu lokasi sebelum/diluar yang belum mengalami
perubahan oleh kegiatan manusia.
b. Lokasi kegiatan konstruksi, yaitu lokasi pada tempat yang telah
mengalami rencana usaha dan/atau kegiatan.
c. Lokasi pemukiman penduduk.
 Parameter lainnya dapat ditambahkan apabila dianggap
perlu dan berhubungan langsung dengan jenis kegiatan yang akan
dilakukan.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan
penyebaran yang merata di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari
direksi dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Baku mutu udara mengacu pada PP Nomor 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam
laporan.

D) KUALITAS TANAH
Aspek-aspek yang dipelajari dalam hubungannya dengan komponen
tanah meliputi sifat, kimia tanah, tingkat bahaya erosi dan
sedimentasi. Sifat fisik tanah yang dianalisi adalah tekstur tanah,
struktur tanah, porositas, warna tanah, permeabilitas, konsistensi.
Sedangkan sifat kimia tanah yang dianalisis adalah reaksi tanah (pH),
kapasitas tukar kation, bahan organic, tanah, kejenuhan basa, nitrogen,

PENAWARAN TEKNIS 55
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
fosfor, kalium, C/N Ratio, basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg, K,
dan Na), kejenuhan alumunium (Al), pirit, status kesuburan tanah, erosi
tanah. Parameter lainya dapat ditambahkan apabila dianggap perlu dan
berhubungan langsung dengan jenis kegiatan terkait.
 Pengambilan sampel tanah sebanyak 5 titik pada lokasi yang harus
mewakili area-area kegiatan kontruksi.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam
laporan.

D) BIOLOGI
1. Flora
a. Peta zona biogeoklimatik dari vegetasi alami yang meliputi tipe
vegetasi, sifat-sifat dan kerawanan berada dalam wilayah rencana
usaha atau kegiatan.

b. Uraian tentang jenis-jenis vegetasi dan ekosistem yang dilindungi


undang- undang yang berada dalam wilayah rencana usaha atau
kegiatan.
c. Uraian tentang keunikan dari vegetasi dan ekosistemnya yang
berada pada wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data aspek biologi (hayati) dilakukan dengan cara
sampling yang didasarkan pada beberapa komunitas sesuai dengan
tipe habitatnya. Inventarisasi vegetasi dan satwa liar dilakukan
pada komunitas binaan (daerah pertanian), sedangkan pencacahan
dilakukan pada komunitas alami (hutan sekunder) pada dua garis
transek sepanjang 1000 m. Parameter dan metode pengumpulan data
biologi selengkapnya disajikan pada Tabel 5.4. Pengumpulan data
flora (vegetasi) dilakukan melalui inventarisasi tanaman dilapangan
baik secara langsung, wawancara, data dari instansi terkait

PENAWARAN TEKNIS 56
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
maupun dengan metode jelajah. Pengambilan contoh vegetasi
dilakukan pada lokasi di sekitar tapak proyek. Pengambilan contoh
vegetasi dilakukan pada 3 petak contoh transek yang memotong
tegak lurus kontur dengan jarak antar transek adalah 100 meter.

Tabel 4. Parameter dan Metode Pengumpulan Data Biologi (Flora dan Fauna)
No. Pedoman Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder
Komponen Lingkungan Teknik Lokasi
I. Flora terrestrial
1.1 Alam Inventarisasi Di dalam dan Dinas Pertanian
a. Komposisi atau di luar
jenis b. proyek (wilayah
Kerapatan studi)
1.2 Inventarisasi Dinas Pertanian
Kawasan Budidaya
(kebun/tegal/ pekarangan)
a. Komposisi
jenis b.
Kerapatan
II Inventarisasi Di dalam dan 1. Balai Sumber
. Fauna Daratan dengan metoda atau di luar Daya Alam
1. Pola migrasi random proyek (wilayah 2. Penduduk
2. Jenis langka studi) setempat

III
Biota Perairan
A. Di dalam dan
B. Ikan
atau di luar
Benthos dan Plankton
proyek (wilayah
1. Kompoisis Jenis
studi)
2. Kepadatan
3. Jenis langka dilindungi

Analisis Data
Analisis jenis flora (vegetasi) dilakukan untuk mengetahui keberadaan
jenis tanaman baik yang bersifat ekonomis, langka maupun yang

PENAWARAN TEKNIS 57
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
dilindungi undang-undang di Indonesia. Rumus-rumus yang digunakan
dalam analisis vegetasi dengan metode garis berpetak adalah
Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974: Cox, 1973; Mechael, 1983;
Soeranegara dan Indrawan,
1983, dengan rumus sebagai
berikut :

Jumlah individu suatu jenis


Kerapatan (batang/ha) = Luas seluruh plot

Kerapatan suatu jenis x 100% Kerapatan


Nisbi (%) = Kerapatan seluruh jenis

Basal area suatu jenis


Dominasi (m²/ha) = Luas seluruh jenis

Dominasi suatu jenis x 100% Dominsi


Nisbi (%) = Dominasi seluruh jenis

Jumlah peta terisi suatu jenis


Frekuensi = Jumlah seluruh petak

Frekuensi suatu jenis x


Frekuensi Nisbi (%) = 100% Frekuensi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting = KN + FN + DON

Dimana :
KN = Kerapatan
Nisbi. FN = Frekuensi Nisbi.

PENAWARAN TEKNIS 58
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
DON = Dominasi Nisbi.

Khusus untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, Indeks Nilai Penting
dihitung berdasarkan formula :

Indeks Nilai Penting = KN + FN

Dimana
KN = Kerapatan
FN = Frekuensi Nisbi.

Lokasi
Lokasi pengamatan flora darat dilakukan pada beberapa titik
pengamatan yang termasuk ke dalam wilayah studi dan sekitarnya.

2. Fauna
a. Taksiran kelimpahan dan keragaman fauna, habitat, penyebaran,
pola migrasi, populasi hewan budidaya (ternak) serta satwa dan
habitatnya yang dilindungi undang-undang dalam wilayah rencana
usaha atau kegiatan.
b. Taksiran penyebaran dan kepadatan populasi hewan invertebrata yang
dianggap penting karena memiliki peranan dan potensi sebagai bahan
makanan, atau sumber hama dan penyakit.
c. Perikehidupan hewan penting diatas, termasuk cara
perkembangbiakan, siklus dan neraca hidupnya, cara pemijahan,
cara bertelur dan beranak, cara memelihara anaknya, perilaku
dalam daerah dan teritorialnya.
 Vegetasi, parameter yang diamati di lokasi rencana usaha

PENAWARAN TEKNIS 59
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
dan/atau kegiatan adalah jenis dan keanekaragaman, kerapatan,
dominasi, dan frekuensi.
 Fauna darat, parameter yang diamati jenis dan
keanekaragaman, jenis satwa liar, langka, dan atau dilindungi.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan
penyebaran yang merata di lokasi kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari
direksi dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.

Pengambilan Sampel Air Untuk Pengujian Parameter Biota Perairan


(Plankton, Benthos, Nekton). Parameter biota perairan merupakan
parameter yang penting dalam penentuan kualitas air, karena
kualitas air berdampak langsung terhadap kehidupan organisme
akuatik. Adanya perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh limbah
maka akan mengubah komposisi organisme akuatik. Lokasi
pengambilan sampel parameter biologi sebaiknya tidak jauh dari lokasi
pengambilan sampel air untuk pemeriksaan fisik dan kimia agar
korelasinya mudah didapatkan.

Pemilihan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan


memperhatikan kondisi perairan (sungai dan danau) Di sungai,
lokasi pengambilan sampel dipilih sebelum dan sesudah titik masukan
limbah. Bila memungkinkan pengambilan sampel dilakukan dikedua sisi
sungai, karena di sungai-sungai yang lebar tidak terjadi pengadukan air
sungai secara lateral. Sedangkan sungai yang tidak terlalu besar, dimana
pengadukannya cukup merata, pengukuran populasi biota perairan
dilakukan dengan pengambilan sampel secara periodek pada tengah-
tengah sungai dengan kedalaman 0,5 sampai 1 meter dari permukaan
air.

PENAWARAN TEKNIS 60
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
 Biota perairan yang diamati jenis dan keanekaragaman
plankton, benthos, nekton. Kelimpahan plankton, benthos,
kelimpahan nekton.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan
penyebaran yang merata di lokasi kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari
direksi dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam
laporan.

E) KOMPONEN SOSIAL
Pengamatan terhadap aspek social, ekonomi, budaya dan
kesehatan masyarakat dilakukan dalam wilayah rencana usaha dan/atau
kegiatan yang berada dalam tapak Pekerjaan atau disekitarnya. Adapun
data komponen sosial yang diambil dalam studi bersumber dari data
primer dan data sekunder. Komponen sosial yang penting untuk ditelaah
diantaranya :
1. Demografi
a. Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis
kelamin, mata pencaharian, pendidikan, dan agama.
b. Tingkat kepadatan dan sebaran kepadatan penduduk.
c. Angkatan kerja produktif
d. Tingkat kelahiran
e. Tingkat kematian kasar
f. Tingkat kematian bayi
g. Pola perkembangan penduduk

2. Ekonomi

PENAWARAN TEKNIS 61
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
a. Kesempatan, kerja dan berusaha
b. Pola pemilikan dan penguasaan sumberdaya alam
c. Tingkat pendapatan penduduk
d. Prasarana dan sarana perekonomian (jalan, pasar,
pelabuhan, perbankan, pusat pertokoan)
e. Pola pemenfaatan sumberdaya alam.

3. Budaya
a. Kepemilikan tanah (tanah pribadi, tanah adat,
b. Pranata sosial atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
tumbuh dikalangan masyarakat.
c. Adat istiadat dan pola kebiasaan yang berlaku
d. Proses sosial (kerjasama, akomodasi, konflik) dikalangan
masyarakat.
e. Akulturasi, asimilasi, dan integrasi dari berbagai kelompok
masyarakat.
f. Kelompok-kelompok dan organisasi sosial
g. Pelapisan sosial dikalangan masyarakat
h. Perubahan sosial yang tengah berlangsung dikalangan masyarakat.
i. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau
kegiatan.

4. Kesehatan Masyarakat
a. Insidensi dan prevelensi penyakit yang terkait dengan rencana
usaha atau kegiatan.
b. Sanitasi lingkungan, khususnya ketersediaan air bersih
(cakupan pelayanannya).
c. Status gizi dan kecukupan pangan.
d. Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
e. Cakupan pelayanan tenaga dokter dan paramedik.

PENAWARAN TEKNIS 62
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Wawancara dan pengamatan komponen sosial di lokasi kegiatan
dilakukan penyebaran kuisioner yang merata ke seluruh lokasi tersebut.
Penyebaran kuisioner dilakukan pencatatan titik koordinat.
2) PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka
sasaran prakiraan dampak penting adalah sebagai berikut :
a. Memperkirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap
komponen lingkungan pada ”kondisi tanpa proyek (Rona Awal)” dan
pada ”kondisi setelah ada proyek (Rona Proyek )”
b. Memberikan indikasi tentang arti pentingnya perubahan tersebut
dengan mengacu kriteria penentuan dampak penting sebagaimana
tertera dalam Undang – Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009.
Kriteria mengenai dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
terhadap lingkungan hidup antara lain :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;
2. Luas wilayah persebaran dampak;
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
5. Sifat kumulatif dampak;
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

Memberi interprestasi terhadap prakiraan dampak dengan skala


penilaian
Sifat pentingnya dampak baik positif maupun negatif yaitu : Pentingnya
dampak (± TP = Tidak penting, ± P = Penting)
Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat
langsung maupun tidak langsung.

PENAWARAN TEKNIS 63
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Sasaran Prakiraan Dampak Penting
Prakiraan dampak merupakan salah satu kegiatan dalam studi
AMDAL yang bertujuan untuk menduga besarnya perubahan
kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan yang akan
dilaksanakan. Besarnya perubahan kualitas lingkungan tersebut
merupakan selisih antara kualitas lingkungan sebelum adanya
kegiatan dan kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan. Berdasarkan
Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka sasaran
prakiraan dampak penting adalah :
a. Memprakirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap
komponen lingkungan pada "kondisi tanpa proyek (Rona
Awal)" dan pada kondisi setelah ada proyek (Rona Proyek)"

Secara sistematis besarnya perubahan terhadap lingkungan dapat


digambarkan sebagai berikut:

Dn = (Kkktn - Kto) - (Ktn - Kto)


= Kktn - Ktn
Dimana :
Dn = besarnya perubahan kualitas lingkungan setelah n tahun
Ktn = kualitas lingkungan pada saat tn
Kktn = kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan pembangunan
pada waktu tn
Kto = kualitas lingkungan
awal n = kurun waktu n tertentu.

b. Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat


langsung maupun tidak langsung, yaitu :
 Kegiatan yang berdampak langsung terhadap komponen sosial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik

PENAWARAN TEKNIS 64
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
kimia yang selanjutnya pada komponen biologi dan akhirnya
pada komponen sosial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik
kimia yang selanjutnya pada komponen sosial
 Kegiatan yang dampaknya berantai diantara komponen sosial itu
sendiri
 Kegiatan-kegiatan tersebut yang berdampak balik pada
rencana kegiatan.

Besarnya perubahan lingkungan yang dianalisis mencakup keseluruhan


komponen lingkungan yaitu komponen geofisika-kimia, biologi dan
sosial, ekonomi serta budaya. Hubungan antara komponen lingkungan
dan kegiatan pembangunan perlu dianalisis secara mendalam.
Pendekatan yang akan dipakai untuk menganalisis hubungan tersebut
adalah dengan pendekatan :
a. Metode formal dilakukan dengan model matematik. Berikut ini
metode- metode formal yang digunakan dalam prakiraan dampak
penting :

Tabel 5. Metode Formal Yang Digunakan Dalam Prakiraan Dampak Penting

PENAWARAN TEKNIS 65
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Komponen
No Metode Formal
Lingkungan

1 Penurunan Transportasi
kualitas udara

2QL   H 2 
C x, z   zExp 0,5
 
2 
0,5

  z 
   
dimana :
C(x,z) = Konsentrasi pencemar di udara ambient
(atmosfer), /m3
X = jarak antara jalan dengan receptor, m
Z = tinggi receptor di atas permukaan tanah,m
Q = emission rate per unit jarak, /s.m
µ = koefisien 3,14
u = rata-rata kecepatan Angin pada sumbu x,
m/dt
H = tinggi sumber titik gas buang dari kendaraan, m
δz = koefisien Disperse vertical Gaussian, m
Sumber : Peavy et al, 1985. De Nevers, 1995. Kiely, 1998. La Grega
2 Peningkatan et al, 2001.
Intensitas kebisingan Sumber titik/diam yang bersumber dari

genset: LP2 = LP1 – 20 x

Log (r2/r1)

Sumber garis/bergerak yang bersumber dari kegiatan transportasi :


LP2 = LP1 – 10 x Log (r2/r1)
Dimana :
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA)
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r2
(dBA)

Komponen
No Metode Formal
Lingkungan

PENAWARAN TEKNIS 66
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
3. Perubahan kuantitas Rumus :
air permukaan Q = Σ (a x v)

Q = Debit (m3/dt) rata-rata


v = kecepatan aliran rata-rata luas bagian penampang basah (m/dt)
a = luas penampang basah (m2)

Sumber : SK SNI M-17-1989-F

4. Perubahan debit Air


Larian ∆Q = (Cp-Ca) x I x A
dimana :
∆Q = perubahan tata guna lahan (m3/hari
hujan)
Cp = koefisien air larian
Ca = koefisien air larian rona awal
I = Intensitas curah hujan (m/hari
hujan) A = luas daerah (m2)

Sumber : Seyhan, 1990 hlm 238.

b. Metode non formal (professional judgement)


Professional judgement yang merupakan pendugaan dampak oleh
tenaga ahli berdasarkan pengalaman dan ilmu yang dimiliki yang
dikaitkan dengan fenomena di lapangan. Cara ini dipergunakan
apabila keterbatasan-keterbatasan dalam hal data dan informasi
serta kurang diketahuinya fenomena alam yang diperkirakan
terjadi. Metode non formal yang digunakan dalam prakiraan
dampak penting, yaitu :
 Kesempatan Kerja
 Kesempatan berusaha
 Kesehatan Masyarakat
 Keamanan dan Ketertiban

c. Pendekatan secara analogi merupakan prakiraan dampak


dengan mencari persamaan pola dengan kasus-kasus serupa yang

PENAWARAN TEKNIS 67
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
telah ada.

Metode Evaluasi Dampak Penting


Setelah tahap identifikasi dan prakiraan dampak selesai dilakukan,
tim penyusun Dokumen Lingkungan akan mengevaluasi terhadap dampak
lingkungan yang ditimbulkan menggunakan metode bagan alir (flow chart)
dan matrik sederhana sebagai berikut :
a. Penelusuran hubungan kausatif antara komponen kegiatan dengan
komponen lingkungan yang diduga akan terkena dampak.
b. Menggambarkan dengan jelas karakteristik dampak lingkungan yang
akan terkena dampak.
c. Kesenjangan perubahan lingkungan yang diinginkan dan
perubahan lingkungan yang mungkin akan terjadi.
d. Luas persebaran masing-masing dampak, baik di dalam wilayah
kajian maupun di luar wilayah kajian.
e. Memilih alternatif pendekatan dalam rangka pengendalian
dampak lingkungan baik yang positif maupun negatif, terutama
dari aspek pendekatan teknologi, ekonomi dan institusi.
f. Berdasarkan penapisan dampak penting pada prakiraan dampak,
maka diperoleh resume dampak penting yang harus dikelola.
Dalam evaluasi secara holistik, maka dampak yang dikategorikan
bersumber dari kegiatan yang sama diulas dan dievaluasi secara
bersama-sama yang disajikan dalam bentuk uraian dan bagan alir
dan matrik sederhana.

3 PERUMUSAN ARAH RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN


(RKL)
Pada hakekatnya perumusan lingkungan hidup yang dilakukan ini memiliki
fungsi paling penting dalam proses penyusunan Dokumen Lingkungan,

PENAWARAN TEKNIS 68
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
karena didalamnya memuat berbagai upaya penanganan dampak
penting serta pemantauan terhadap tingkat keberhasilannya.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan


dokumen yang memuat pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip, pedoman
atau upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi
dampak penting terhadap lingkungan yang bersifat negatif dan
meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana
usaha atau kegiatan. Di dalam rumusan RKL tersebut secara implisit telah
memilih pendekatan yang tepat untuk pengelolaan dampak penting tertentu.

Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan mencakup


kelompok aktivitas:

a. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau


mencegah dampak negatif terhadap lingkungan.
b. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menanggulangi,
meminimalisasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul
di saat kegiatan beroperasi, maupun hingga saat kegiatan berakhir.
c. Pengelolaan yang bersifat meningkatkan dampak positif, sehingga
dampak tersebut dapat memberikan manfaat lebih besar baik kepada
pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati
dampak positif tersebut.

d. Pengelolaan lingkungan yang bersifat memberikan pertimbangan


ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas
sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial
ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat kegiatan.

Untuk maksud pengelolaan lingkungan tersebut di atas, maka


pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan dengan pendekatan teknologi,

PENAWARAN TEKNIS 69
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
pendekatan sosial ekonomi budaya dan pendekatan institusional, baik secara
bersama-sama ataupun terpisah.
a. Pendekatan teknologi merupakan tata cara atau usaha-usaha yang
secara teknis dapat dilaksanakan untuk menanggulangi, meminimalkan
atau mencegah dampak negatif yang timbul. Selain itu juga untuk
mengembangkan dampak positif dari kegiatan.
b. Pendekatan sosial ekonomi budaya merupakan usaha yang
melibatkan Pemerintah Daerah dan instansi-instansi terkait dalam
menangani dampak penting yang ditimbulkan oleh kegiatan. Dengan
pendekatan ini pemrakarsa atau pengelola kegiatan dapat melakukan
penanganan dampak kegiatan secara wajar dan secara ekonomis tidak
terlalu membebani.
c. Pendekatan institusional merupakan usaha koordinasi dan kerjasama
dengan berbagai instansi yan terkait dalam penanganan dampak dari
kegiatan, sehingga penanganan dampak dapat dilakukan secara efektif
dan efisien.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) disusun


berdasarkan jenis kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan. Rumusan tersebut mencakup sumber dampak, tolok ukur
dampak, tujuan pengelolaan lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan,
lokasi dan periode pengelolaan lingkungan, serta instansi pengelolaan
lingkungan baik sebagai pelaksana, pengawas maupun penerima laporan
pengelolaan.

Sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bersifat konsisten


dan mempunyai keterkaitan langsung dengan hal-hal yang
dikemukakan dalam laporan ANDAL dan RKL, baik lingkup kegiatan
maupun kedalamannya. Kegiatan Rencana Pemantauan Lingkungan

PENAWARAN TEKNIS 70
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
(RPL) dapat digunakan untuk memahami fenomena-fenomena yang
terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk
memahami ”perilaku” dampak yang timbul akibat kegiatan).

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) disusun untuk


memantau pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan dan untuk
memantau seberapa jauh tingkat keberhasilan pengelolaan lingkungan akibat
terkena dampak penting dari kegiatan, khususnya dampak negatif.

Sebagaimana perumusan RKL, perumusan RPL juga disusun berdasarkan


jenis kegiatan yang menimbulkan dampak penting. Dengan demikian
rumusan RPL tersebut secara keseluruhan mencakup parameter lingkungan
yang dipantau, tujuan pemantauan, metode dan cara pemantauan,
lokasi, waktu dan frekuensi pemantauan, serta instansi pemantauan
lingkungan baik sebagai pelaksana, pengawas maupun penerima laporan
pemantauan lingkungan.

Dokumen RKL diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam


pengelolaan lingkungan guna meminimalkan dampak negatif penting dan
mengembangkan dampak positif penting yang diperkirakan akan timbul,
sehingga rencana kegiatan tersebut dapat berkelanjutan/ sustainable.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka dalam suatu dokumen RKL akan
memuat informasi dan ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan yang
meliputi:
a. Jenis kegiatan yang menjadi sumber dampak
penting.
b. Komponen lingkungan yang terkena dampak
c. Tolok ukur dampak

PENAWARAN TEKNIS 71
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
d. Tujuan pengelolaan lingkungan
e. Beberapa altematif penanggulangan dan pencegahan dampak negatif
serta pengembagan dampak positif
f. Lokasi pengelolaan lingkungan
g. Periode pengelolaan lingkungan
h. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan,
mengawasi dan menerima pelaporan dari pengelolaan lingkungan
tersebut.

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ditulis dalam bentuk uraian dan


ikhtisarnya akan dimuat dalam matrik RKL dan disertai penjelasan singkat
sehingga pelaksana RKL dapat melaksanakannya secara mudah.

4) PERUMUSAN ARAH RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN


(RKL)
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan pengelolaan lingkungan, akan disusun
RencanaPemantauan Lingkungan (RPL) yang dituangkan dalam dokumen
terpisah.

Tujuan utama dari penyusunan dokumen RPL adalah sebagai pedoman untuk
pelaksanaan pemantauan lingkungan, sehingga dapat dijamin bahwa rencana
pengelolaan dampak lingkungan yang tertuang dalam dokumen RKL
dapat terlaksana secara efektif sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan. Namun demikian, apabila dalam pelaksanaannya terdeteksi
perubahan-perubahan terhadap komponen/ parameter lingkungan
tertentu yang tidak terduga sebelumnya, maka dapat segera terdeteksi
untuk selanjutnya dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya-upaya
pengelolaan lingkungan yang direncanakan pada tahap-tahap kegiatan
selanjutnya.

PENAWARAN TEKNIS 72
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Dalam dokumen RPL berisikan informasi dan ketentuan mengenai
pemantauan lingkungan. Seperti halnya pada dokumen RKL, maka dalam
dokumen RPL akan terdiri dari uraian yang ikhtisarnya akan dikemas dalam
bentuk matrik RPL yang menjelaskan secara sistematis langkah-langkah
pelaksanaan RPL yang direncanakan, yang meliputi :
a. Jenis dan sumber dampak yang dipantau;
b. Parameter lingkungan yang dipantau;
c. Tujuan pemantauan lingkungan,
d. Lokasi pemantauan lingkungan,
e. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan,
f. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan,
mengawasi dan menerima pelaporan dari hasil kegiatan pemantauan
tersebut.

C. PROGRAM KERJA
Program Kerja yang disusun ini merupakan penjabaran secara rinci dan lebih
konkret terhadap lingkup kerja konsultan dalam pelaksanaan di lapangan. Secara
garis besar program pelaksanaan pekerjaan ini mengacu pada pendekatan dan
metodologi yang telah dipaparkan sebelumnya. Program Kerja ini bersifat tentatif,
tidak menutup kemungkinan adanya penyesuaian atau perubahan untuk
menyesuaikan dengan kondisi aktual yang ditemui selama pelaksanaan
pekerjaan. Program kerja yang lebih mendetail akan diajukan konsultan
setelah terbitnya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), dimana pada saat itu
konsultan sudah mendapatkan data-data awal yang lebih lengkap, sehingga
dapat disusun rencana kerja yang lebih terperinci.

Pekerjaan ini adalah merupakan kegiatan yang terpadu. Terpadu di sini berarti
bahwa diperlukan tinjauan yang integral dari berbagai disiplin ilmu yang
saling mendukung dan melengkapi. Sedangkan, terkait dimaksudkan hasil proses

PENAWARAN TEKNIS 73
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
pada suatu tahap akan sangat mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya. Untuk
maksud tersebut di atas diperlukan suatu program kerja yang baik untuk dapat
memperoleh hasil yang baik pula.

PENAWARAN TEKNIS 74
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Hal. VIII -
2

Anda mungkin juga menyukai