Anda di halaman 1dari 106

PENDEKATAN DAN

METODOLOGI E
E.1. Apresiasi Konsultan Terhadap Penyusunan Dokumen
Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan
Qur’an Centre

1.1 Pengertian Bangunan Gedung


Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjana konstruksi yang
meyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya
berada diatas dan/ atau di dalam tanah dan/ atau air yang berfungsi
sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian
atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan
sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 tahun 2008 tentang pedoman
pemeliharaan bangunan gedung, fungsi dari bangunan gedung
meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya serta
fungsi khusus adalah ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung.

1.2 Fungsi Bangunan Gedung


Pada perkembangannya, kini muncul bermacam-macam bangunan
yang dibuat untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 Tentang Bangunan Gedung tidak hanya sebatas digunakan
sebagai tempat hunian, tetapi bangunan juga sekarang didirikan
untuk menjawab fungsi sebagai fungsi keagamaan, usaha, sosial dan

PENAWARAN TEKNIS 1
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
budaya, serta khusus. Di bawah ini merupakan penjelasan lengkap
dari masing-masing fungsi bangunan tersebut :
1. Fungsi Hunian
Pembuatan bangunan rumah tinggal bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan papan atau tempat tinggal. Oleh karena
itu, pembuatan bangunan ini harus memperhatikan faktor
keamanan dan kenyamannya. Contoh-contoh bangunan rumah
tinggal antara lain rumah, perumahan, rumah susun, apartemen,
mess, kontrakan, kos-kosan, asrama.

2. Fungsi Usaha
Bangunan dengan fungsi sebagai usaha didirikan untuk
mendukung aktifitas komersial meliputi jual, beli, dan sewa.
Bangunan komersial ditujukan untuk keperluan bisnis sehingga
faktor lokasi yang strategis memegang peranan penting bagi
kesuksesan bangunan tersebut. Contoh-contoh bangunan
komersial diantaranya pasar, supermarket, mall, retail,
pertokoan, dan kompleks kios.

3. Fungsi Sosial dan Budaya


Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan
sosial dan budaya yang meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium,
dan bangunan gedung pelayanan umum.

4. Fungsi Keagamaan
Masjid, gereja, kelenteng, pura, dan vihara ialah contoh-
contoh dari bangunan fasilitas peribadatan. Semua bangunan ini
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan batin manusia sebagai
makhluk yang memiliki Tuhan. Bangunan peribadatan
biasanya digunakan sebagai tempat beribadah dan upacara
keagamaan.

PENAWARAN TEKNIS 2
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
5. Fungsi Khusus
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan
yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional atau
yang penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di
sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya tinggi yang
meliputi bangunan gedung untuk reaktor nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan, dan bangunan sejenis yang
ditetapkan oleh Menteri.

1.3 Pemeliharaan Bangunan gedung


Menurut Peraturan Menteri Nomor 24 Tahun 2008 tentang
pedoman pemeliharaan bangunan gedung, pemeliharaan bangunan
gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung
beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik
fungsi. Beberapa jenis pemeliharaan berdasarkan British Standard
Institute (1984) BS 3811 : 1984 Glossary of Maintenance Management
Terms in Terotechnology :
1. Pemeliharaan terencana (planned maintenance): pemeliharaan
yang terorganisir dan terencana. Adanya pengendalian dan
pencatatan rencana pemeliharaan.
2. Pemeliharaan preventif (preventive maintenance): pemeliharaan
dengan interval yang telah ditetapkan sebelumnya, atau
berdasarkan kriteria tertentu. Bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan kegagalan atau degradasi performa suatu benda.
3. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance): pemeliharaan
yang dilakukan setelah kerusakan atau kegagalan terjadi, lalu
mengembalikan atau mengganti benda tersebut ke kondisi yang
diisyaratkan sesuai fungsinya.
4. Pemeliharaan darurat (emergency maintenance): pemeliharaan
yang dilakukan dengan segera untuk menghindari risiko yang
serius. Pemeliharaan bangunan gedung harus sering dilakukan

PENAWARAN TEKNIS 3
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
selama masa penggunaan bangunan tersebut sehingga biaya
perbaikan yang digunakan dapat ditekan sekecil-kecilnya.

1.4 Lingkup Pemeliharaan Bangunan Gedung


Pekerjaan pemeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan,
pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan
atau perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis lainnya
berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan
gedung. (Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan Gedung). Pemeliharaan bangunan gedung meliputi
pemeliharaan dan perbaikan kecil untuk seluruh bangunan gedung
meliputi :
a. Arsitektur Bangunan
Arsitektur bangunan, meliputi lantai dan tangga, dinding, pintu,
jendela, plafon dan atap.
b. Struktural
Struktural bangunan gedung meliputi balok, kolom dan dinding
c. Utilitas
Utilitas bangunan meliputi listrik, tata udara (AC), plumbing, lift,
pemadam kebakaran, dan instalasi pengolahan air
d. Tata Ruang Luar
Tata ruang luar gedung meliputi lapangan parkir, pagar, tempat
sampah, dan saluran air
e. Tata Grha (House Keeping)
Tata grha terdiri dari pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan
hygiene service, pemeliharaan pest control, program general
cleaning.

1.5 Tujuan Pemeliharaan Bangunan Gedung


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Supriyatna (2011)
menjelaskan bahwa tujuan utama dari proses pemeliharaan adalah :

PENAWARAN TEKNIS 4
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
a. Untuk memperpanjang usia bangunan
b. Untuk menjamin ketersediaan perlengkapan yang ada dan
juga mendapatkan keuntungan dari investasi yang maksimal.
c. Untuk menjamin keselamatan manusia yang menggunakan
bangunan tersebut.
d. Operasional dari setiap peralatan atau perlengkapan dalam
menghadapi situasi darurat seperti kebakaran.

1.6 Kegiatan Pemeliharaan Bangunan Gedung


Dalam penelitian Supriyatna (2011), Kegiatan pemeliharaan
dibedakan dalam 3 tipe, yaitu:
a. Pemeliharaan terencana, yaitu pemeliharaan yang
diorganisasi dan direncanakan sebelumnya dikontrol dan
menggunakan record untuk menetapkan rencana selanjutnya.
b. Pemeliharaan pencegahan yaitu pemeliharaan ini
dilaksanakan pada interval atau yang telah direncanakan
sebelumnya dan bertujuan untuk mengurangi kemungkinan
adanya elemen yang rusak.
c. Pemeliharaan langsung, yaitu pemeliharaan yang
dilaksanakan ketika suatu elemen atau komponen
pembangunan dalam keadaan rusak dan memerlukan
perbaikan.

Dalam buku Modern Maintenance Management - Para ahli membagi


kegiatan pemeliharaan dalam 5 kategori , yaitu:
1. Pemeliharaan Reguler
Pemeliharaan ini dilaksanakan secara kontinu agar interval
waktu tertentu yang telah direncanakan tergantung pada
kualitas bahan dari komponen yang digunakan pemeliharaan
ini biasanya dilakukan secara harian.

PENAWARAN TEKNIS 5
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
2. Pemeliharaan Periodik
Merupakan pemeliharaan terencana untuk komponen yang
masih digunakan, Pemeliharaan ini dilakukan untuk
komponen-komponen yang mempunyai teknik
pemeliharaan dan keahlian khusus, seperti pembersihan
dan pergantian saluran AC, pemeriksaan pada sistem
keamanan terhadap kebakaran dan lain-lain.
3. Pemeliharaan Jangka Panjang
Pemeliharaan ini dalakuakan untuk memperpanjang usia
ekonomis suatu komponen dengan melakukan penggantian
elemen dari komponen tersebut. Contoh : Penggantian kabel
lift yang dilaksanakan 10-15 tahun.
4. Pemeliharaan Struktur Bangunan
Pemeliharaan ini dilakukan untuk mempertahankan suatu
bangunan dari struktur bangunan. Contoh : memperbaiki
korosi yang terjadi pada permukaan beton bertulang.
5. Pemeliharaan Darurat
Pemeliharaan ini lakukan apabila terjadi kerusakan pada
komponen yang tidak diperkirakan sebelumnya. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi sistem kerja komponen
tersebut.Contoh : Kerusakan sistem elektrikal akibat
sambaran petir.

1.7 Pedoman Pemeliharaan Bangunan Gedung


Penelitian ini mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan
Perawatan Bangunan Gedung. Lingkup pemeliharaan yang
diamati yaitu lingkup arsitektural, mekanikal, dan tata ruang
luar. Namun, tidak semua komponen gedung diamati
pemeliharaannya karena waktu penelitian yang terbatas. Standar
pelaksanaan pemeliharaan komponen-komponen gedung mengacu
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

PENAWARAN TEKNIS 6
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan Gedung disajikan dalam Tabel dibawah ini :

Tabel 2.1. Standar Pemeliharaan Bangunan Gedung


No. Kegiatan Pemeliharaan Standar
1 Pembersihan dinding keramik kamar mandi/WC 2 kali
2 Pembersihan plafon tripleks 3 bulan
3 Pelumasan kunci, engsel, Grendel 2 bulan
4 Pelumasan pintu lipat 2 bulan
5 Pembersihan kusen Setiap hari
6 Pengecetan kembali kusen besi 1 tahun
7 Perawatan dinding kaca 1 tahun
Pembersihan kaca jendela serta pembatas (partisi
8 1 minggu
ruangan)
9 Pembersihan saluran terbuka air kotor 1 bulan
Pembersihan sanitary fixtures (wastafel, toilet
10 duduk,toilet jongkok, urinoir) Setiap hari
11 Talang air datar pada atap bangunan 1 tahun
Pengecetan kembali talang tegak dari pipa besi atau
12 4 tahun
PVC
13 Pengecetan luar bangunan 3 tahun
14 Pemeliharaan atap bangunan 1 bulan
15 Pemeliharaan listplank kayu 6 bulan
16 Pemeriksaan dan pembersihan floor drain Setiap hari
Penggunaan disinfektan untuk membersihkan lantai
17 2 bulan
dan dinding kamar mandi
18 Pembersihan lantai keramik Setiap hari
19 Pembersihan lantai keramik dengan penghisap debu Setiap hari
20 Pembersihan tirai/gordyn 2 bulan
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008
tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Gedung Departemen Pekerjaan Umum

1.8 Perencanaan Manajemen Pemeliharaan Bangunan Gedung


Dalam penelitian Ervianto (2007) dan Lateef (2009), masing-masing
mengusulkan konsep manajemen pemeliharaan gedung. Menurut
Ervianto (2007), proses perencanaan manajemen pemeliharaan
harus berasal dari keinginan pemilik bangunan untuk memelihara
bangunannya agar tercipta rasa nyaman dan aman bagi pengguna

PENAWARAN TEKNIS 7
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
gedung. Pemilik gedung harus berkomitmen tinggi dalam
merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan gedung. Tahap
selanjutnya adalah menyusun kerangka pikir tentang program
pemeliharaan, rancangan program pemeliharaan dan rancangan
program pemeliharaan. Pada tahap ini terjadi pemilihan konsentrasi
pemeliharaan yang akan dilaksanakan, tentunya disesuaikan
dengan fokus peruntukan bangunan. Selanjutnya adalah menerapkan
program yang telah disepakati. Melakukan evaluasi dan monitoring
terhadap program pemeliharaan dilakukan guna mendapatkan
tingkat efektifitas dan efisiensi, dilanjutkan dengan pembuatan
laporan mengenai performa bangunan dan fasilitasnya setiap periode
waktu tertentu. Data mengenai fasilitas yang berada pada bangunan
juga harus ada catatannya, sehingga umur komponen dapat
diprediksi dengan baik. Data ini dapat digunakan untuk prediksi
biaya yang dibutuhkan di tahun-tahun yang akan datang.

Menurut Lateef (2009), manajemen pemeliharaan bangunan gedung


seharusnya menempatkan pengguna gedung sebagai dasar dan pusat
pemikiran perencanaan pemeliharaan. Pemeliharaan harus berfokus
pada pengguna tidak sekedar memelihara aset/ fasilitas. Jika
keinginan pengguna gedung bisa terpenuhi dengan biaya minimal,
hal tersebut tentu menambah nilai bangunan bagi pengguna. Untuk
tetap menjaga kepuasan pengguna perlu ada perencanaan untuk
pemeliharaan jangka panjang beserta dana yang dikhususkan untuk
pemeliharaan. Rencana jadwal pemeliharaan juga harus dibuat, lalu
pengelola bangunan juga harus mempunyai data catatan
pemeliharaan dan informasi mengenai kondisi dan performa
bangunan. Rencana jadwal pemeliharaan juga harus disesuaikan
dengan aktivitas pengguna bangunan. Pelaksanaan pemeliharaan
sebaiknya dilakukan saat gedung sepi dari aktivitas, misalnya di
akhir pekan.

PENAWARAN TEKNIS 8
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
1.9 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Upaya yang dilakukan dalam hal pengelolaandan pemantauan
lingkungan hidup oleh penanggung jawab kegiatan dan/ atau
usahayang tidak diwajibkan melakukan AMDAL (Keputusan
Menteri Negara LingkunganHidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Upaya PengelolaanLingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).UKL-UPL merupakansuatu
perangkat pengelola lingkungan hidup untuk
pengembaliankeputusan dan dasar untuk menertibkan izin untuk
melakukan kegiatan dan/ atau usaha.Kegiatan atau usaha yang tidak
diwajibkan untuk menyusun AMDALtetap harusmelakukan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan
lingkungan.Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan/
usaha yang tidak diwajibkanmenyusun AMDAL dan dampak
kegiatan tergolong mudah untuk dikelola denganmemanfaatkan
teknologi yang tersedia. Apalagi itu terlihat jelas dari Undang-
undang Nomor 24 tahun 1992 (BN No. 5326 hal 5B-10B dst) tentang
Penataan Ruang danUndang-undang Nomor 23 Tahun 1997 (BN
No. 6066 hal 14 B-20B dst) tentangPengelolaan Lingkungan Hidup.
Jika kita perhatikan kembali bahwa setiap manusiamembutuhkan
tempat yang mana tempat itu yang menjadi suatu kebutuhan yang
manaitu primer ataupun sekunder. Dapat dilihat dari UURI No. 28
tahun 2002 tentangBangunan Gedung. Ada juga peraturan RI No.
35 tahun 2005 tentang BangunanGedung.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 2012 Bab 1
Pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa “Setiap Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib memilikiAMDAL atau UKL-UPL wajib
memiliki Izin Lingkungan”.

Dalam ketentuan tersebut dijelaskan bahwa bangunan gedung yang


wajib mengantongi izin Amdal adalah bangunan yang dibangun

PENAWARAN TEKNIS 9
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
dengan luas lahan minimal 5hektar dan luas bangunannya sendiri
minimal 10 ribu meter persegi. Hal ini diperkuat dalam lampiran I
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012
tentangKegiatan Usaha Yang Wajib Amdal. Sedangkan, bangunan
gedung yang memiliki luasantara 2000 sampai 9999 meter persegi,
wajib memiliki izin Upaya PengelolaanLingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Selanjutnya untuk luas
bangunan gedung dari 1 hingga 1999 meter persegi hanya perlu
mengurus izin SuratPernyataan Pengolahan Lingkungan (SPPL).
SPPL adalah kesanggupan dokumen yangmenyatakan kesanggupan
agar tidak membuang sampah sembarangan. Dari keterangandi atas,
setidaknya bisa disimpulkan bahwa bangunan gedung yang memiliki
luasminimal 2000 meter persegi wajib memiliki izin lingkungan.
Sedang yang kurang dari2000 meter persegi hanya membuat
dokumen SPPL saja.

Pemrakarsa kegiatan adalah orang atau badan hukum yang


bertanggung jawabatas suatu rencana usaha dan atau kegiatan yang
akan dilaksanakan, dimana pemrakarsa bisa berupa intansi
pemerintah, maupun swasta. Sedangkan Instansi yang berwenang
adalah instansi yang berwenang memberikan keputusan izin
melakukan usaha dan ataukegiatan. Dokumen UKL dan UPL
memberikan gambaran tentang jenis rencana ataukegiatan yang
dilaksanakan berikut dengan identitas pemrakarsa kegiatan, kondisi
ronalingkungan hidup awal, dampak-dampak yang akan terjadi,
serta bentuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang
sistematis dan implementatif. Dokumen inidijadikan sebagai dasar
dan acuan bagi pemrakarsa dalam mengantisipasi,
menghindari,mencegah, serta menanggulangi dampak negatif yang
mungkin muncul terhadap lingkungan hidup.

PENAWARAN TEKNIS 10
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
1.9.1 Pengertian UKL dan UPL
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang
dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib
melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup). Kegiatan yang tidak wajib AMDAL tetap
harus melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
upaya pemantauan lingkungan hidup. Kewajiban UKL-UPL
diberlakukan bagi kegiatan yang tidak mewajibkan menyusun
AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi
yang tersedia.

UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup


untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin
melakukan usaha dan ataukegiatan. Jadi, UKL merupakan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup, sedangkanUPL adalah Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup. Sebagaimana pada
AMDAL,dokumen UKL-UPL berfungsi sebagai panduan
pengelolaan lingkungan bagi seluruhstakeholder suatu kegiatan.
Didalam UKL-UPL idealnya memuat seluruh hal yangterkait
dengan kemungkinan dampak dari suatu kegiatan. Seluruh klausul
dalamdokumen UKL-UPL akan diikat secara legal dalam “Izin
Lingkungan”, dimana UKL-UPL akan memiliki kekuatan hukum
tetap, dan wajib dilaksanakan oleh pemrakarsa kegiatan.

1.9.2 Proses dan Prosedur UKL-UPL


Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL,
namundilakukan dengan mengguanakan formulir isian yang berisi

PENAWARAN TEKNIS 11
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
beberapa hal. Berikut ini Isi formulir proses dan prosedur UKL-
UPL :
 Identitas pemrakarsa
 Rencana Kegiatan dan/ atau usaha
 Dampak Lingkungan yang akan terjadi
 Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
 Tanda tangan dan cap

Formulir isian tersebut diajukan oleh pemrakarsa kegiatan kepada


instansi-instansi berikut ini :
 Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan
lingkungan hidupkabupaten atau kota untuk kegiatan yang
berlokasi pada satu wilayah kabupatenatau kota.
 Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan
lingkungan hidup provinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih
dari satu kabupaten atau kota.
 Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan
lingkungan hidupdan pengendalian dampak lingkungan untuk
kegiatan yang berlokasi lebih darisatu provinsi ataupun lintas
batas negara.

Tentang tata cara mengurus izin lingkungan, Peraturan Pemerintah


Republik
Indonesia No. 27 Tahun 2012 Bab 1 Pasal 2 ayat 2 menyebutkan
bahwa “Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
melalui tahapan kegiatanyang meliputi:
 penyusunan AMDAL dan UKL-UPL;
 penilaian AMDAL dan pemeriksaan UKL-UPL;
 permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.

PENAWARAN TEKNIS 12
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
Berpedoman pada peraturan pemerintah yang telah disebutkan,
maka untuk memperoleh izin lingkungan ada tiga tahapan yang
harus dilalui.

1.9.3 Panduan Penyusunan UKL-UPL

PENAWARAN TEKNIS 13
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 14
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 15
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 16
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 17
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 18
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 19
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 20
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 21
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 22
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 23
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 24
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 25
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 26
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
PENAWARAN TEKNIS 27
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN DAN PERSETJUAN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN QUR’AN CENTRE
1.10Gambaran Umum Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru mempunyai Visi yang dirumuskan oleh aparat penyelenggara
pemerintah kota Pekanbaru menuju tahun 2020 yaitu “Terwujudnya Kota
Pekanbaru Pusat Perdagangan dan Jasa, Pendidikan serta Pusat Kebudayaan
Melayu, Menuju Masyarakat yang Sejahtera yang Berlandaskan Iman dan
Taqwa”1
Secara geografi letak kota Pekanbaru secara kordinat 1010 14’ - 1010 34’ bujur
timur dan 00 25’ - 00 45’ lintang utara. Pekanbaru memiliki posisi strategis karena
berada di jalur lintas timur sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti
medan, Padang, Jambi. Posisi kota Pekanbaru bias di katakana terletak di
tengah-tengah wilayah provinsi Riau, yang membuatnya menjadi strategis
untuk dijadikan ibu kota provinsi. Adapun batas admintrasi adalah sebagai
berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Siak dan Kabupaten
Kampar
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Kabupaten
Pelalawan
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar
4. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten siak dan Kabupaten
Pelalawan

Kota Pekanbaru dibelah oleh sungai besar yaitu sungai siak yang mengalir dari
barat ketimur,sungai siak ini memiliki beberapa anak sungai yaitu : Sungai
Umban Sari, Air hitam, Siban, Setukul, Pengambang, Ukui, Sago, Senapelan,
Limau, Tampan dan Sungai Sail. Sungai siak juga sebagai perhubungan lalu
lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya.

Pada umumnya kota pekanbaru beriklim Tropis dengan suhu udara


maksimum 34,10 Celcius hingga 35,60 Celcius, curah hujan antara

PENAWARAN TEKNIS 28
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
38,6 sampai 435,0 mm / Tahun. Sedangkan kelembapan udara maksimum 96%
sampai 100%, kelembapan minimum 46% sampai 62%.

Luas wilayah Kota Pekanbaru berdasarkan hasil pengukuran / Pematokan di


lapangan oleh BPN Tk. I Riau ditetapkan Luas wilayah Kota Pekanbaru adalah
632,26 Km2 yang terdiri dari delapan kecamatan dan 45 kelurahan/desa.
Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, menyebabkan meningkatnya
kegiatan penduduk disegala bidang yang pada akhirnya meningkatkan pula
tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap penyedian fasilitas dan utilitas
perkotaan serta kebutuhan lainnya. Untuk lebih terciptanya tertib pemerintahan
dan pembinaan wilayah yang cukup luas, maka dibentuklah kecamatan baru
dengan Perda kota Pekanbaru Nomor 4 Tahun 2003 menjadi 12
Kecamatan dan 58 Kelurahan/Desa.

Pekanbaru terdiri dari 12 kecamatan dan 58 kelurahan dengan luas 632.32 km2.
Luas wilayah perkecamatan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel. 2.2
Luas Wilayah Pekanbaru PerKecamatan
No. KECAMATAN LUAS (Km2) Persentase (%)

1 Pekanbaru Kota 2.26 0.36

2 Sail 3.26 0.52

3 Sukajadi 3.76 0.59

4 Lima Puluh 4.04 0.64

5 Senapelan 6.65 1.05

6 Bukit Raya 22.5 3.49

7 Marpoyan Damai 29.74 4.70

PENAWARAN TEKNIS 29
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
8 Payung Sekaki 43.24 6.84

9 Tampan 59.81 9.46

10 Rumbai 128.85 20.34

11 Rumbai Pesisir 157.33 24.88

12 Tenayan Raya 171.27 27.09

Sumber : Bapedda propinsi Riau


Dilihat dari tabel diatas dapat dijelaskan luas wilayah Kota Pekanbaru dengan
kota kabupaten yang luast adalah Tenayan Raya berkisaran 171.27 km
sedangkan yang terjauh Tembilahan berkisaran 213,5km

1.11Inovasi Konsultan
A. Pembuatan RMK (Rencana Mutu Kontrak)
Sehubungan dengan konsultan sudah mempunyai ISO 9001:2000, maka untuk
mengendalikan jalannya pekerjaan konsultan akan membuat RMK (Rencana
Mutu Kontrak). Dokumen RMK ini nantinya akan memuat semua rencana kerja,
jadwal kerja, dan penugasan kerabat kerja. Dokumen pengendali kegiatan ini
menjadi pegangan bagi ketua tim teknis dan manajer proyek untuk memantau
kesuaian jalannya pekerjaan. Lebih jelasnya dokumen ini memuat tentang :
- Kebijakan mutu dan sasaran mutu
- Informasi proyek, memuat nama proyek, pemilik, penyedia jasa, pengawas,
lokasi proyek, sumber dana dan masa pelaksana
- Penjelasan lingkup proyek : memuat persiapan survey lapangan, pengumpulan
data, melakukan tinjauan pustaka, deskripsi, dan gambaran umum wilayah
studi.
- Struktur organisasi proyek
- Tugas dan tanggung jawab kerabat kerja
- Metode kerja
- Jadual pelaksanaan, tenaga kerja, dan pelaporan.

PENAWARAN TEKNIS 30
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
B. Pelibatan Tim Pakar
Didalam mekanisme kerja profesional Konsultan selalu dikembangkan 2 (dua)
kelompok kerja :
- Task Force Konsultan, dan
- Experts group for Konsultan, yang beranggotakan tenaga-tenaga ahli yang
berpengalaman dan bejkerja secara full time dan bertanggung jawab atas
terselesaikannya kegiatan ini. Tim ini tersusun atas tenaga ahli yang
dipersyaratkan oleh Kerangka Acuan Kerja.

Sementara Tim Pakar Konsultan merupakan kelompok dinamis yang merupakan


’kekuatan jaringan profesional” Konsulan dalam bekerja sama dengan pakar-
pakar dalam Penyusunan Dokumen Lingkungan UKL-UPL seperti Dosen-dosen
Teknik Lingkungan ITB Bandung dan ITS Surabaya, dsb. Tim pakar ini
merupakan kelompok konsultatif konsultan yang memiliki kepasitas dalam
menganalisa secara kritis antara fenomena lapangan (kasus praktis) dan prinsip
ideal pengembangan kawasan (pendekatan teoritik) khususnya peremajaan kota
sehingga di dapat rekomendasi atau gagasan-gagasan relevan bagi kegiatan ini.
Hasil rekomendasi Tim Pakar Konsultan akan menjadi acuan bagi tim task force
Konsultan.

Tim pakar konsultan ini beranggotakan akademisi maupun praktisi senior yang
berpengalaman dalam Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Persetujuan
Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre , yang akan memberikan masukan
sesuai dengan tahapan-tahapan penting analisa dalam wadah ”forum konsultatif
konsultan”.

E.2. Umum

Pada bab ini, Konsultan menyusun pendekatan, metodologi dan program kerja
berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan oleh Pemberi Tugas.

PENAWARAN TEKNIS 31
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Secara spesifik dapat disimpulkan bahwa yang menjadi menjadi acuan dalam
pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah:
1. Kerangka Acuan Kerja kegiatan Penyusunan Dokumen Lingkungan dan
Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre di lingkungan Dinas
Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, Kawasan Permukiman, Dan
Pertanahan Provinsi Riau beserta Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing).
2. Literatur peraturan perundang-undangan terkait mengenai Penyusunan
Dokumen Lingkungan, Tugas Pokok dan Fungsi lembaga di Dinas Pekerjaan
Umum, Penataan Ruang, Perumahan, Kawasan Permukiman, Dan
Pertanahan Provinsi Riau, Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa,
Penyelenggaraan Pemeritah Daerah dan Otonomi
3. Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup RI.

E.3. Pendekatan
Pekerjaan Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Persetujuan Lingkungan
Pembangunan Qur’an Centre akan disusun dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Keragaman dampak besar dan penting lingkungan yang diperkirakan akan
timbul akibat kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Baku Desa
Noa Nea Kab. Maluku Tengah, Prov. Maluku akan dipandang sebagai satu
kesatuan analisis, dimana keterkaitan antara komponen lingkungan akan
dijalin dalam kesatuan yang tidak terpisahkan.
2. Sumber penyebab dampak besar dan penting dipandang sebagai suatu bagian
dari suatu proses kegiatan yang berangkai, yang terdiri dari kegiatan
persiapan (pembebasan lahan), pematangan lahan, konstruksi, dan operasi
sarana dan prasarana.

PENAWARAN TEKNIS 32
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
3. Dampak lingkungan yang terjadi tidak hanya diakibatkan oleh kegiatan
Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Baku, tetapi dapat pula disebabkan
oleh kegiatan lain disekitar lokasi.
4. Dalam menentukan lokasi pengambilan contoh akan dipertimbangkan pola
persebaran dan karakteristik dampak lingkungan setempat.

Upaya pengelolaan lingkungan adalah sebagai salah satu pedoman pengelolaan


lingkungan dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan pengendalian
dampak negatif serta pengembangan dampak positif terhadap rencana
Pembangunan Qur’an Centre. Kegiatan Pembangunan Qur’an Centre dengan
kegiatan upaya pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan merupakan satu
kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan akan saling terkait satu sama lain
selama proyek berlangsung. Dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan
proyek ini akan ditanggulangi dengan seperangkat kegiatan upaya pengelolaan
lingkungan yang direkomendasikan dalam dokumen ini.

Sistem pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilaksanakan dalam proyek ini
haruslah merupakan suatu tindakan terpadu yang ditujukan untuk menangani
dampak proyek terhadap lingkungan dan juga sebaliknya menangani kondisi
lingkungan saat ini yang kurang mendukung untuk kegiatan proyek. Tindakan
pengelolaan lingkungan tersebut merupakan upaya terpadu dalam pemanfaatan,
penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
lingkungan hidup.

Wujud dari usaha pengelolaan lingkungan yang terpadu (holistic) tersebut salah
satunya adalah dalam menentukan tindakan atau teknologi yang tepat dan efektif
untuk diterapkan, yang pilihannya dapat dilakukan dengan mengenali metoda
atau teknologi yang tersedia serta mempertimbangkan kelemahan dan keunggulan
atas penerapan – penerapan metoda atau teknologi tersebut.

PENAWARAN TEKNIS 33
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Berbagai perangkat teknologi yang akan dipakai dalam upaya mengelola
lingkungan hidup di lokasi pembangunan sarana dan prasarana air baku harus
mempunyai karakteristik :
 Perangkat Preventif, Upaya pengelolaan lingkungan yang didasarkan atas
pencegahan sedini mungkin (early warning system) timbulnya dampak,
dengan mengindentifikasi dan mengenali secara dini kemungkinan dampak
yang akan timbul, sehingga pencegahan dan penanggulangannya dapat segera
dipersiapkan.

 Perangkat Represi, Upaya pengelolaan dampak yang dilakukan didasarkan


atas upaya penanggulangan dampak yang diprakirakan akan terjadi karena
keterbatasan teknologi dan kemampuan manusia. Upaya ini dilakukan
melalui pemantauan terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak
seperti kualitas air, kesuburan tanah, erosi dan sedimentasi, dan lain – lain.
Apabila dari hasil pemantauan terdeteksi adanya penurunan kualitas
lingkungan, maka dilakukan penelusuran terhadap penyebab atau sumber
dampak tersebut. Setelah penyebab dapat dideteksi maka selanjutnya
dilakukan pengkajian serta diupayakan menurunkan beban pencemaran atau
cara penanggulannya.

 Perangkat Insentif, pengelolaan lingkungan didasarkan atas upaya


mempertemukan pihak – pihak berkepentingan (stakeholder) yang terkait.
Pemrakarsa akan selalu memperhatikan pihak lain yang menerima dampak,
baik dengan cara memberikan ganti rugi, pemberian kompensasi yang
memadai atau mencari alternatif-alternatif lain terhadap kegiatan-kegiatan
proyek yang menimbulkan dampak tersebut.

PENAWARAN TEKNIS 34
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
3.1 PENDEKATAN DASAR HUKUM PERATURAN DAN KEBIJAKAN
Peraturan Perundangan
Peraturan dan perundang-undangan yang melandasi pelaksanaan dan/atau kegiatan
serta studi Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Persetujuan Lingkungan
Pembangunan Qur’an Centre, antara lain :
A. Undang-undang
a. Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
b. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung;
c. Undang-undang RI No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

B. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2020 beserta perubahannya
Nomor. 14 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi;
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
c. Peraturan Pemerintah RI No. 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko;
d. Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
e. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

PENAWARAN TEKNIS 35
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
C. Peraturan Presiden
a. Peraturan Presiden RI Nomor 16 Tahun 2018 beserta Perubahannya Nomor 12
Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Peraturan Presiden RI Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara

D. Peraturan Menteri
a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 4 Tahun
2021 Tentang Daftar Usaha da/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
AMDAL, UKL- UPL atau SPPL;
b. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 5 Tahun
2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis Dan Surat
Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan;
c. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 6 Tahun
2021 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
d. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 11 Tahun
2021 tentang Baku Mutu Emisi Mesin Dengan Pembakaran Dalam;
e. Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 75 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas.
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor
10/PRT/M/2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi.
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor
21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor
19/PRT/M/2017 tentang Standar Remunerasi Minimal Tenaga Kerja
Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan Jasa Konsultansi
Konstruksi.

PENAWARAN TEKNIS 36
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
E. Keputusan Menteri
a. Keputusa Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI
Nomor 897/PRT/M/2017 tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga
Kerja Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan Jasa
Konsultansi Konstruksi.

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Tinjauan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup terutama bidang pengawasan
lingkungan hidup tentang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan,
yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Bab V Pasal 8
tentang Wewenang Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana yang tertera di
bawah ini:
1) Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta penganturannya ditentukan oleh
Pemerintah;
2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah:
a. Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup;
b. Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan
hidup, dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk rekayasa
genetika;
c. Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau
subyek hukum serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber
alam, termasuk rekayasa genetika;
d. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;
e. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

PENAWARAN TEKNIS 37
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Kebijakan Penyusunan Dokumen Lingkungan
Mengacu pada ketentuan Pasal 6 dan Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan tentang kewajiban menyusun dokumen
lingkungan maka setiap kegiatan dan atau usaha harus menyusun dokumen
lingkungan. Penyusunan dokumen lingkungan mengacu pada Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup.

Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Berdasarkan
Dokumen Lingkungan Hidup, terdiri atas: a. dokumen Amdal; b. formulir UKL-
UPL; dan c. SPPL.

Dan untuk Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Persetujuan Lingkungan


Pembangunan Qur’an Centre sesuai dengan klasifikasinya wajib menyusun dokumen
UKL-UPL. Sesuai dengan Lampiran III Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2018
tentang Pedoman Penyusunan dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik, Formulir UKL-UPL memuat :
1) Identitas pemrakarsa;
2) Rencana usaha dan/atau kegiatan;
3) Dampak lingkungan yang akan terjadi, dan program pengelolaan serta
pemantauan lingkungan;
4) Jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
dibutuhkan;
5) Surat pernyataan komitmen pemrakarsa untuk melaksanakan ketentuan yang
tercantum dalam formulir UKL-UPL.

PENAWARAN TEKNIS 38
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
6) Daftar Pustaka; dan
7) Lampiran.

2.2 PENDEKATAN TEKNOLOGI


Pendekatan teknologi adalah upaya pengelolaan lingkungan dengan menerapkan
teknologi tepat guna, ekonomis dan sesuai dengan karakteristik dampak yang timbul
tanpa meninggalkan asas-asas yang terangkum di dalam kebijakan pembangunan
yakni pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Pendekatan teknologi yang dapat diterapkan dalam upaya pengelolaan lingkungan


kegiatan Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Persetujuan Lingkungan
Pembangunan Qur’an Centre, adalah :

1. Teknik pembebasan lahan melalui sistem mengikuti warga masyarakat yang


lahannya terkena proyek.
2. Pemadatan dan kestabilan tanah pada tempat-tempat penimbunan tanah (fill).
3. Pembuatan bangunan pengendali aliran permukaan, yang dikombinasi dengan
pengelolaan vegetatif.
4. Membuat bangunan-bangunan teknik sipil murni atau kombinasi dengan sistem
pengelolaan vegetatif pada daerah lahan halaman. Hal ini dapat bermanfaat untuk
mengurangi jumlah sedimen yang masuk kedalam perairan sehingga kualitas air
dapat tetap terjaga. Dan sebaliknya dapat mengurangi dampak bahaya banjir yang
terjadi dari luapan air sungai.
5. Meminimalisasi penebangan pohon, apabila terpaksa menebang, maka dilakukan
penggantian dengan jenis lokal yang sama.

2.3 PENDEKATAN SOSIAL EKONOMI


Pendekatan sosial ekonomi adalah merupakan langkah-langkah yang akan ditempuh
dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui tindakan-tindakan yang

PENAWARAN TEKNIS 39
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
berlandaskan pada interaksi sosial dan bantuan peran pemerintah. Adapun
pendekatan sosial ekonomi yang akan dilakukan antara lain :
1. Sosialisasi kepada masyarakat lokal tentang rencana proyek yang dilaksanakan.
Kegiatan ini sudah dilakukan pada tahap pra konstruksi.
2. Bekerja sama dengan pihak BPN, dinas/ instansi terkait dalam melakukan
sertifikasi dan aspek legal status lahan.
3. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam setiap program pembangunan yang
akan dilakukan di dalam proyek, sehingga masyarakat merasa terlibat dan
mengerti akan tujuan program pembangunan tersebut.
4. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan upaya pengelolaan karena baik buruknya
lingkungan di daerah tersebut merekalah yang merasakan.

2.4 PENDEKATAN SOSIAL EKONOMI


Pendekatan institusi adalah mekanisme kelembagaan yang turut mendorong dan
melaksanakan upaya penanggulangan lingkungan yang terjadi didaerah tersebut.
Adapun upaya pendekatan institusi yang akan dikembangkan adalah :
1. Keterlibatan instansi-instansi terkait dalam hal upaya pengelolaan lingkungan
hidup, bantuan dana dan pelaksanaan seperti :
 Dinas Teknis dalam Pemerintahan Kabupaten/ Kota, yang meliputi : Dinas
Perkebunan, Dinas Kesehatan, Badan Pertanahan Nasional, Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, dan BLH Daerah
 Dinas Teknis Pemerintah Provinsi Riau seperti : Dinas Tenaga Kerja dan
transmigrasi, Dinas Perkebunan, dan BLH Provinsi.
2. Membuat sistem, organisasi dan mekanisme dalam pelaksaan, pembinaan dan
pengawasan implementasi program upaya pengelolaan lingkungan.
3. Mengembangkan hubungan yang konstruktif dengan kelembagaan masyarakat
dalam hal ini pembinaan dan penyaluran informasi tentang lingkungan, seperti
Ketua RT/ RW, PKK, Karang Taruna, dan lembaga kemasyarakatan lainnya.

PENAWARAN TEKNIS 40
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
2.5 PENDEKATAN PENENTUAN JENIS DOKUMEN LINGKUNGAN
Dalam melakukan usaha ataupun kegiatan Penyusunan Dokumen Lingkungan
dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre, terdapat peraturan
perundang- undangan yang harus dipatuhi. Dalam konteks peraturan lingkungan
hidup, terdapat beberapa jenis dokumen yang harus dibuat oleh pelaku usaha
dan/atau kegiatan. Inti tujuan dokumen lingkungan adalah untuk memberikan
perlindungan terhadap lingkungan dari dampak yang ditimbulkan oleh usaha
dan/atau kegiatan yang dilakukan.

Dokumen Lingkungan adalah dokumen yang berisi informasi dan data


mengenai suatu usaha dan/atau kegiatan serta memuat langkah-langkah
pengelolaan dan pemantauan untuk mencegah pencemaran dan/atau kerusakan
Lingkungan. Ada tiga jenis dokumen Lingkungan yang disesuaikan berdasarkan
skala usahanya, meliputi Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) atau Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), atau Surat Pernyataan Pengelolaan
Lingkungan (SPPL).

Pelaksanaan Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Persetujuan Lingkungan


Pembangunan Qur’an Centre, meliputi serangkaian tahapan kegiatan yang
dilakukan secara berurutan dimulai dengan penapisan tahap pelingkupan,
pengumpulan data, prakiraan serta evaluasi dampak lingkungan. Setiap
tinjauan parameter lingkungan didasarkan atas dampak lingkungan yang
mungkin terjadi. Kerangka pikir proses penyusunan Dokumen Lingkungan
dapat dilihat pada diagram alir berikut ini :

PENAWARAN TEKNIS 41
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Gambar 1. Skema Penapisan Dokumen Lingkungan

2.6 PENDEKATAN TEKNIS


Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Persetujuan Lingkungan
Pembangunan Qur’an Centre, mengacu kepada lokasi dan batasan wilayah
studi.
Batas Wilayah Studi
Lingkup wilayah studi ditetapkan berdasarkan dampak penting yang
akan ditimbulkan dan sebaran dampak tahap prakonstruksi, konstruksi,
dan operasi, maka wilayah studi meliputi daerah yang dibatasi oleh batas
tapak proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi. Hal
tersebut diuraikan sebagai berikut :
a) Batas Tapak Proyek
Batas tapak proyek adalah ruang dimana suatu rencana kegiatan
Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Baku akan diadakan, dengan
mempertimbangkan kegiatan prakonstruksi, konstruksi, dan operasi.

b) Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana

PENAWARAN TEKNIS 42
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara) dimana
proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan
akan mengalami perubahan mendasar.

c) Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung
norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan
struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok
masyarakat yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar
akibat adanya rencana kegiatan. Batas sosial ini ditentukan dengan
memperhitungkan penduduk dalam wilayah mana saja yang
diprakirakan akan terkena dampak baik dari aspek fisik, ekonomi
maupun dari aspek sosial budayanya, sehingga dengan berdasarkan
pertimbangan tersebut dapat ditentukan batas sosial dari wilayah studi
yang akan dikaji. Penentuan batas sosial ini tetap mengacu/tidak bisa
terlepas dari batas administratif dimana penduduk yang diprakirakan
akan terkena dampak itu tinggal.

d) Batas Administratif
Batas administrasi adalah ruang dimana kegiatan Penyusunan
Dokumen Lingkungan dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan
Qur’an Centre dan masyarakat melakukan kegiatan sosial ekonomi
dan sosial budaya atas dasar uraian batas proyek, batas ekologis, batas
sosial.

Dalam rangka Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Persetujuan


Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre diperlukan cara untuk mengambil
data komponen-komponen lingkungan dan menganalisa data-data yang

PENAWARAN TEKNIS 43
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
diperoleh dari komponen tersebut. Data yang diperoleh baik berupa data
primer maupun data sekunder adalah merupakan gambaran kondisi
lingkungan yang ada saat ini disekitar kegiatan di daerah dimana kegiatan
tersebut akan berlangsung. Berdasarkan atas interaksi antara kondisi
lingkungan dimana proyek tersebut akan berlangsung dan komponen-
komponen kegiatan dapat dilakukan prakiraan dampak yang akan terjadi
serta cara-cara penanganan dampak tersebut. Penanganan terhadap
dampak yang terjadi dilakukan melalui pendekatan studi Penyusunan
Dokumen Lingkungan.

Metode yang digunakan Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Persetujuan


Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre ditentukan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Metode yang akan digunakan
meliputi :
 Metode pengumpulan dan analisa data
 Metode prakiraan dampak
 Metode evaluasi dampak

Pendekatan yang dilakukan dalam studi Penyusunan Dokumen


Lingkungan mengacu pada interaksi pada tiga komponen yaitu rencana
kegiatan, rona lingkungan awal, dan peraturan yang berlaku dipergunakan
sebagai kajian dalam proses pelingkupan untuk menentukan isu pokok
yang akan dikaji dan dibahas dalam studi Penyusunan Dokumen
Lingkungan. Isu pokok yang ditetapkan masih bersifat sementara dan
tentunya masih dapat berkembang setelah pengumpulan data primer dan data
pengamatan lapangan secara intensif selesai dilakukan.

Isu pokok berguna untuk menuntun dan mengarahkan pola kajian dan
penelitian, sehingga studi Penyusunan Dokumen Lingkungan dapat terfokus

PENAWARAN TEKNIS 44
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
pada dampak penting.
Tahap selanjutnya dilakukan pemilihan komponen kegiatan dan
komponen lingkungan yang akan ditelaah, lingkup wilayah studi, serta
metode studi. Berdasarkan keempat komponen tersebut, diharapkan objek
dan metode studi mejadi lebih terarah. Penelitian lapangan dilakukan untuk
mendukung kajian dan analisis lebih cermat. Dari data ini dilakukan
identifikasi, prediksi dan evaluasi dampak, yang berguna untuk
mendapatkan masukan dampak-dampak mana yang perlu dikelola sehingga
sasaran akhir berupa rencana pengelolaan dan pemantauan dampak dapat
dicapai. Untuk lebih jelasnya, pendekatan studi disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pendekatan Teknis Penyusunan


Dokumen Lingkungan

PENAWARAN TEKNIS 45
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Metode yang digunakan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan Penyusunan
Dokumen Lingkungan dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an
Centre ini meliputi : metode pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan
dampak dan metode evaluasi dampak.

E.3. Metodologi
Kegiatan yang harus dilakukan oleh Konsultan dalam melaksanakan
pekerjaan tersebut di atas adalah :
 Melakukan pengumpulan data mengenai kegiatan/rencana kegiatan yang
telah dan akan dilakukan meliputi tahap pra konstruksi, konstruksi, pasca
konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
Tahap Pra Konstruksi
Dalam tahap pra konstruksi ini terdapat beberapa kegiatan, yaitu :
a. Penyiapan dan Pematokan Lahan
Kegiatan penyiapan dan pematokan lahan merupakan salah satu
kegiatan awal tahap para konstruksi yang dilakukan menyesuaikan
gambar rencana dengan lahan actual. Lahan yang telah sesuai
dilakukan pembersihan lokasi, galian dan perataan tanah kemudian
dilakukan pemasangan bouwplang dan pematokan untuk menentukan
kedudukan dan peil bangunan. Peil bangunan adalah pengaturan
ketinggian minimal lantai bangunan yang ditentukan berdasarkan
lokasi bangunan tersebut yang bertujuan untuk mencegah air banjir
meluap dan masuk ke dalam bangunan jika lantai terlalu rendah.
Penyiapan dan pematangan lahan ini akan menyebabkan dampak
berupa perubahan sikap dan presepsi masyarakat.

b. Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis dilaksanakan untuk menyusun DED (Detail
Engineering Desain) Pembangunan Qur’an Centre. Selain itu dalam

PENAWARAN TEKNIS 46
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
perencanana teknis juga dilaksanakan sosialisasi ke masyarakat dan
koordinasi dengan instansti terkait. Sosialisasi dilaksanakan untuk
memberikan informasi dan penjelasan tentang akan dilaksanakan
pembangunan Qur’an Centre. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan
dengan wawancara, diskusi, dan presentasi. Dari kegiatan sosialisasi
tersebut dapat menampung dan menerima masukan, keluhan atau
keberatan dari masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan
Qur’an Centre. Koordinasi dengan instansi terkait yang dilaksanakan
bertujuan untuk menampung saran dan masukan sehingga
pembangunan dapat sesuai dengan RPJMD Provinsi Riau Kota
Pekanbaru.

c. Survei dan Investigasi


Survei dan investigasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
pencarian, penyelidikan dan pengumpulan data. Survei yang
dilakukan biasanya berupa survei topografi, geologi, hidrologi,
morfologi dan ekologi. Data yang didapatkan dari kegiatan survei
dan investigasi ini untuk menentukan kelayakan lokasi
pembangunan untuk dilakukan pembangunan sarana dan prasana
air baku. Selain itu data hasil survei dan investigasi digunakan
sebagai pertimbangan dalam menentukan desain Qur’an Centre
Kota Pekanbaru

d. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan wajib yang menjadi
bagian dari kegiatan penyusunan Penyusunan Dokumen
Lingkungan dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an
Centre dalam Rangka Mitigasi Bencana. Kegiatan sosialisai
dilakukan kepada masyarakat untuk memberikan informasi terkait
adanya rencana pembangunan sarana dan prasarana air baku.

PENAWARAN TEKNIS 47
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Dalam kegiatan sosialisasi ini sekaligus untuk menjaring informasi
mengenai persepsi masyarakat terkait rencana pembangunan dan
untuk memperoleh persetujuan masyarakat terhadap rencana
pembangunan tersebut.

Tahap Konstruksi
Pada tahap konstruksi ada 4 kegiatan didalamnya, yaitu :
a. Mobilisasi Tenaga Kerja
Mobilisasi tenaga kerja merupakan kegiatan penting pada tahap
konstruksi.
Tenaga kerja konstruksi digunakan pada saat pelaksanaan
pembangunan fisik, baik itu untuk pematangan lahan serta pekerjaan
konstruksi sipil dan lainnya terhadap bangunan maupun pembuatan
sarana/ prasarana penunjang. Perekrutan tenaga kerja disesuaikan
dengan kebutuhan pada tahap konstruksi. Sistem rekrutmen tenaga
kerja yang digunakan adalah wewenang dari perusahaan kontraktor
yang melibatkan Kepala Desa. Tenaga kerja pada tahap konstruksi
melibatkan tenaga lokal yang berada di sekitar lokasi kegiatan
pembangunan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan yang
berjumlah sebanyak 38 orang dengan posisi sebagai mandor, kepala
tukang, operator, pekerja. Masyarakat setempat dilibatkan pada saat
pemasangan batu dalam pembangunan sarana dan prasarana air
baku, setelah itu masyarakat sekitar hanya sebagai pemantau saja.
Jam kerja untuk kegiatan pembangunan talud pengaman pantai ini,
jam 08.00 – 17.00 WITA.
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja pembangunan sarana dan prasarana
air baku ini akan menimbulkan dampak berupa peningkatan
kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan.

PENAWARAN TEKNIS 48
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
b. Mobilisasi Peralatan dan Material
Mobilisasi peralatan dan material menimbulkan dampak kurang
penting karena intensitasnya kecil dan proyek tidak membutuhkan
peralatan besar. Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana air baku
membutuhkan peralatan berupa excavator, bulldozer dan dump truk
untuk pengangkutan material dan peralatan pertukangan lainnya.
Pengambilan dan pengangkutan material yang dibutuhkan, seperti :
tanah, pasir, batu, semen, besi dan sebagainya akan dilaksanakan oleh
pemasok material berdasarkan kesepakatan dengan pelaksana
pekerjaan. Pengangkutan material untuk kebutuhan proyek akan
dilakukan melalui prasarana jalan umum, dengan mempertimbangkan
kelancaran arus lalu lintas, keselamatan pemakaian jalan lainnya serta
tidak merusak/mengotori prasarana jalan tersebut.
Kegiatan mobilisasi material dan peralatan ini diprakirakan akan
menyebabkan terjadinya kerusakan badan jalan akibat aktivitas
kendaraan pengangkut material, penurunan kualitas udara,
kebisingan, perubahan sikap dan presepsi serta gangguan kesehatan
masyarakat.

c. Mobilisasi Tenaga Kerja


Sebagian tenaga kerja dalam tahap konstruksi akan didatangkan
dari luar daerah seperti tenaga teknis, supervisor, operator dan
sebagainya. Sedangkan untuk tenaga kerja dari sekitar lokasi
proyek mobilitasnya akan dilakukan setiap hari. Tenaga kerja yang
diperlukan akan disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan proyek,
dimana pada saat kegiatan konstruksi diprakirakan akan menyerap
tenaga kerja lebih banyak. Jenis kendaraan yang digunakan oleh
para tenaga kerja didominasi oleh sepeda motor, terutama tenaga
kerja lapangan, sementara jenis kendaraan mobil digunakan oleh
tenaga kerja seperti manajer proyek, supervisor, tenaga admin, dan

PENAWARAN TEKNIS 49
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
lainnya.

d. Mobilisasi Alat Berat


Mobilitas terhadap peralatan, material, jumlah dan jenis alat berat
yang dipakai disesuaikan dengan jadwal dan rencana
kerja..Pengangkutan material tersebut dilakukan melalui alternatif
jalan yang ada disekitar lokasi. Kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut material pasir tersebut adalah dump truck. Mobilitas
peralatan sebagian besar pada awal dan akhir pekerjaan kontruksi,
sedangkan mobilitas Dump Truck dengan frekuensi yang tinggi
yaitu pada saat pekerjaan penimbunan dan pengangkutan material
diperkirakan 15 rit per hari dengan volume dump truck 3,5 m3.
Peralatan yang digunakan untuk pembangunan disesuaikan dengan
jenis pekerjaan yang direncanakan, meliputi:
 Peralatan pekerjaan pematangan lahan menggunakan alat
berat excavator, loader, dan dump truck.
 Peralatan pekerjaan konstruksi sipil bangunan serta sarana dan
prasarana penunjang menggunakan beberapa alat berat
serta alat pertukangan lainnya.

Mobilitas peralatan dan material ke lokasi proyek berpotensi


menimbulkan peningkatan tingkat volume lalu lintas. Kegiatan
pengangkutan peralatan dan material dalam perjalanannya dapat
merusak jalan yang dilewati. Dampak penurunan kualitas udara juga
dapat muncul sebagai akibat dari penggunaan kendaraan dalam
mobilitas material dan peralatan.

PENAWARAN TEKNIS 50
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
e. Demobilisasi Tenaga Kerja
Seiring dengan selesainya tahap konstruksi, peralatan kerja secara
bertahap dikembalikan dan/ atau dipindahkan dari lokasi proyek.
Termasuk tenaga kerja konstruksi yang keahliannya sudah tidak
diperlukan, kontrak kerja segera diselesaikan dan tidak diperpanjang
lagi. Kegiatan demobilitas tenaga kerja konstruksi dilakukan untuk
memulangkan tenaga kerja yang berasal dari sekitar lokasi proyek
maupun dari luar daerah setelah selesainya kegiatan konstruksi.
Kegiatan pemutusan hubungan kerja terhadap tenaga kerja
konstruksi ini diprakirakan akan berdampak terhadap bertambahnya
tingkat pengangguran. Setelah seluruh kegiatan konstruksi selesai
maka akan dilakukan kegiatan demobilisasi alat yang dilakukan oleh
kontraktor pelaksana transportasi alat berat tersebut dari dalam
lokasi proyek. Pemindahan peralatan ini diharapkan tidak akan
menggangu aktivitas di sepanjang jalan yang akan dilalui oleh
peralatan misalnya pemindahan dilakukan di luar jam sibuk atau
pada malam hari. Selain itu pemindahan peralatan dapat
dilakukan secara berkala dengan bergantian setiap selesainya
tahapan pekerjaan ketika peralatan sudah tidak digunakan untuk
menghindari pemindahan secara bersama-sama sehingga tidak
akan berdampak terhadap kegiatan lalu lintas masyarakat.

f. Pembangunan Direksi Kit


Kegiatan pembangunan ini adalah berupa bangunan yang nantinya
dijadikan kantor sementara bagi para kontraktor pelaksana di
lapangan untuk tenaga pelaksana dan tenaga kerja.

Kegiatan konstruksi pembangunan direksi kit ini diperkirakan


menyebabkan terjadinya timbulan sampah, penurunan kualitas udara,
kebisingan, perubahan sikap dan presepsi, serta gangguan kesehatan

PENAWARAN TEKNIS 51
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
masyarakat.

g. Konstruksi Bangunan Utama


Kegitan konstruksi bangunan utama terdiri dari bangunan baja
lengkap dengan accessories, flow indicator dan atap penutup.
Konstruksi bangunan utama dimulai dengan pembuatan pondasi
sumuran dengan buis beton, beton bertulang termasuk bekisting serta
saluran beton bertulang. Selanjutnya bangunan reservoir dengan beton
dan pasangan berupa beton bertulang termasuk bekisting expose
rangka kayu, tulangan besi, mix deain dan kubus beton, kemudian
dinding berupa pasangan bata merah, plesteran dan acian serta lantai
bangunan.

Kegiatan konstruksi bangunan utama ini diprakirakan akan


menyebabkan terjadinya timbulan sampah, penurunan kualitas udara,
kebisingan, perubahan sikap dan presepsi, serta gangguan kesehatan
masyarakat.

Pasca Konstruksi
a. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Kegiatan ini meliputi pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala
serta perbaikan bangunan sarana dan prasarana air baku beserta
fasilitas pendukungnya. Kegiatan ini termasuk didalamnya adalah
pemeliharaan seluruh bagian bangunan sarana dan prasarana air baku
yang ada dilokasi tersebut. Bangunan sarana dan prasarana air baku
serta bangunan-bangunan pelengkapnya diharapkan dapat berfungsi
dengan baik dan tahan lama, sehingga diperlukan adanya
pemeliharaan.

PENAWARAN TEKNIS 52
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Kegiatan pemeliharaan dapat berupa kegiatan yang bersifat rutin yang
pada umumnya merupakan pekerjaan-pekerjaan yang ringan dan
kegiatan-kegiatan yang bersifat memperbaiki kerusakan-kerusakan
yang timbul untuk dikembalikan pada kondisi semula (pekerjaan
rehabilitasi).

Kegiatan pemeliharaan bangunan sarana dan prasarana air baku ini


dapat menimbulkan dampak terhadap timbulan sampah.

 Melakukan pengumpulan dan analisis data Tanah, Fisik Kimia, Biologi,


Sosekbud dan Kesehatan Masyarakat yang relevan dengan daerah di sekitar
kegiatan baik berupa data primer maupun data sekunder, untuk dapat
menentukan rona awal lingkungan, seperti yang tertuang di bawah ini yaitu :

1) RONA LINGKUNGAN AWAL


A) FISIK
1. Iklim
a. Komponen iklim meliputi tipe iklim, suhu, maksimum,
minimum, rata-rata), kelembaban curah hujan dan jumlah
hari hujan, keadaan angin (arah dan kecepatan), intensitas
radiasi matahari.
b. Data periodik bencana (siklus tahunan), lima tahunan, dan
sebagainya) seperti sering terjadi angin ribut, banjir
tahunan, banjir bandang di wilayah rencana usaha dan/atau
kegiatan.
c. Data yang tersedia dari stasiun meteorologi dan
geofisika yang mewakili wilayah usaha dan/atau kegiatan
tersebut.

PENAWARAN TEKNIS 53
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
d. Kualitas udara baik pada sumber maupun daerah sekitar
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.
e. Pola iklim mikro, pola penyebaran bahan pencemar udara
secara umum maupun pada kondisi cuaca terburuk.
f. Sumber kebisingan dan getaran, tingkat kebisingan serta
periode kejadiannya.
g. Kajian mengenai iklim dilengkapi dengan analisis spasial
peta-peta yang terkait dengan kondisi iklim di wilayah rencana
usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

Pengumpulan Data
Komponen iklim yang akan dikaji melalui data sekunder adalah
tipe iklim, suhu udara, curah hujan, kelembaban, kecepatan
angin dan arah angin. Sumber data sekunder berasal dari Badan
Meteorologi dan geofisika setempat.

Sedangkan untuk penentuan iklim mikro, dilakukan pengukuran


beberapa parameter bersamaan dengan pengambilan sampel udara.
Parameter iklim mikro yang diukur adalah temperatur udara,
kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Temperatur dan
kelembaban udara diukur dengan alat termometer dan hygrometer,
sedangkan kecepatan angin menggunakan anemometer dan arah
angin menggunakan penunjuk arah.

Analisis Data
Parameter-parameter iklim seperti curah hujan, temperatur
udara, kelembaban udara, kecepatan dan arah angin kemudian
dikaji dan dianalisis untuk menentukan tipe iklim. Penentuan
tipe iklim di wilayah studi dan sekitarnya mengacu pada

PENAWARAN TEKNIS 54
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
pembagian iklim menurut Schmidt dan Ferguson. Penentuan
jenis iklim tersebut berdasarkan nilai Q (Quotient) yang
perhitungannya :

Dimana :

Q= k/b

k = jumlah purata bulan kering, yaitu jumlah curah


hujan < 60 mm
b = jumlah purata bulan basah, yaitu jumlah curah hujan
> 100 mm

Dari nilai Q yang diperoleh, kemudian ditentukan tipe iklimnya


yang dinyatakan dari iklim A, yaitu paling basah sampai iklim
H yang paling kering, dimana harga Q adalah sebagai berikut :

A 0,000 ≤ Q < 0,143 Sangat basah


B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah
C 0.333 ≤ Q < 0,600 Agak basah
D 0,600 ≤ Q < 1,000 Agak kering
E 1,000 ≤ Q < 1,670 Kering

F 1,670 ≤ Q < 3,000 Sangat kering


G 3,000 ≤ Q < 7,000 Luar biasa kering
H 7,000 ≤ Q Luar biasa kering

Lokasi
Lokasi pengumpulan data iklim yaitu untuk wilayah di lokasi
dan sekitar lokasi kegiatan yang termasuk kedalam wilayah studi.

PENAWARAN TEKNIS 55
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
2. Fisiografi
a. Topografi bentuk lahan (morfologi), struktur geologi dan
jenis tanah.
b. Indikator lingkungan yang berhubungan dengan stabilitas
geologis dan stabilitas tanah, terutama ditekankan bila
terdapat gejala ketidakstabilan, dan harus diuraikan dengan
jelas dan seksama (misal: longsor tanah, gempa, sesar,
kegiatan-kegiatan vulkanis, dan sebagainya.
c. Keunikan, keistimewaan, kerawanan bentuk lahan dan
batuan secara geologis.
d. Kajian mengenai fisiografi dilengkapi dengan analisis
spasial peta-peta yang terkait dengan kondisi fisiografi
di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan
sekitarnya.

A. Tanah
Pengumpulan Data
Data batuan dan tanah didapatkan dari interprestasi data
sekunder mengenai batuan dan tanah berdasarkan peta geologi
yang dikeluarkan oleh Pusat Survey Geologi yang diamati
langsung di lapangan dengan metode observasi pada batuan dan
tanah penyusun daratan.

Analisis Data
Singkapan batuan dan tanah diamati untuk diklasifikasikan
jenisnya guna dianalisis lebih lanjut sifat batuan dan tanah,
terutama secara visual. Warna, ukuran butir, porositas, jenis
fragmen batuan dan hubungannya antar lapisan batuan dan
tanah diamati untuk dijadikan data guna analisis geologi.

PENAWARAN TEKNIS 56
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Lokasi
Lokasi pengumpulan data batuan dan tanah yaitu untuk
wilayah di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan yang termasuk
kedalam wilayah studi.

B. Erosi dan Sedimentasi


Pengumpulan Data
Data tanah yang dikumpulkan terutama untuk analisis fisik dan
kimia tanah dengan mengacu pada analisis yang dilakukan Pusat
Penelitian Tanah (PPT,1993). Jumlah sampel pengamatan yang
akan dikumpulkan ditentukan berdasarkan kerapatan sampel
mewakili kawasan berdasarkan skala peta 1: 100.000. Lokasi
pengambilan sampel disesuaikan dengan ekosistem lapangan
berdasarkan kesamaan fisiografi, topografi, curah hujan,
sebaran dan jenis tanah, kelas lereng serta penutupan vegetasi.

Analisis Data
Untuk menduga tingkat kepekaan tanah terhadap erosi
digunakan pendekatan indeks erodibilitas tanah (K) (Dangler
dan El-Swaify, 1976 dalam Hardjowigeno, 1994) dan jenis tanah
(Hardjowigeno, 1994). Sedangkan untuk menduga tingkat
erosi tanah secara keseluruhan digunakan metode USLE
(Universal Soil Loss Equation) dari Weischmeier dan Smith (1978)
dengan formula sebagai berikut :

A= R.K.L.S.C.P

PENAWARAN TEKNIS 57
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Dimana:
A = dugaan jumlah tanah yang tererosi
(ton/ha/tahun)
R = indeks erosivitas hujan
K = indeks erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng
S = faktor kemiringan (slope) lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanah
P = faktor tindakan khusus konservasi tanah.

Nilai-nilai R, K, L, S, C dan P diperoleh dengan cara


mempelajari keadaan wilayah melalui peta-peta yang tersedia
(peta tanah, peta tata guna lahan dan peta lainnya) serta
pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Indeks
erosivitas hujan (R) dihitung berdasarkan rumus Bols
(1978) :

EI30 = 6,119 (RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAXP)0,33

Dimana :

EI30 = Erosivitas hujan tahunan, EI30 tahunan adalah


jumlah EI30 bulanan
RAIN = Curah hujan rata-rata bulanan (cm)
DAYS = Jumlah hari hujan rata-rata bulanan
MAXP = Curah hujan maksimal selama 24 jam setiap
bulan (cm).

Data yang diperlukan untuk menghitung Indeks erosivitas hujan


(R) dapat diperoleh dari stasiun dari Stasiun Meteorologi terdekat

PENAWARAN TEKNIS 58
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
bersamaan dengan pengumpulan data iklim. Indeks erodibilitas
tanah (K) dihitung menurut rumus Weischmeier dan Smith (1978) :

100 K = 1,292 {2,1 M1,1,4 (10-4)(12 - a) + 3,23 (b - 2) +


2,3 (c - 3)}

Dimana :
M = (% debu + % pasir sangat halus) (100 - liat)
(debu = 0,002-0,03 mm, liat < 0,002 mm; pasir sangat halus =
0,03 - 0,1 mm)
a = % bahan organik
b = kode struktur tanah
1 = granular sangat halus
2 = granular halus
3 = granular
c = kode permeabilitas
1 = cepat
2 = sedang - cepat
3 = sedang
4 = lambang - sedang
3 = lambat
6 = sangat lambat

Indeks panjang dan kemiringan lereng (L dan S) dihitung


menurut Arsyad (1989) dengan formula sebagai berikut :

LS = L0,3 (0,0138 + 0,00963 s + 0,00138 s2)

Dimana :
LS = nilai panjang dan kemiringan lereng
L = panjang lereng (m) dan s = kemiringan lereng (%)

PENAWARAN TEKNIS 59
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Nilai indeks penutupan lahan (vegetasi) (C) diperoleh dari
Hammer (1980) dan Wischmeier dan Smith (1978),
sedangkan indeks pengelolaan (konservasi) lahan (P) diperoleh
dari Hammer (1980). Nilai-nilai faktor C untuk vegetasi alang-
alang dianggap sama dengan 0,36 dan faktor pengelolaan lahan
(P) untuk tanpa pengelolaan (nihil) dinilai sama dengan 1.

Hasil analisis tanah dan data lapangan dinilai besarnya erosi,


indeks bahaya erosi (IBE) dan toleransi tanahnya terhadap
erosi. Dari penggunaan rumus USLE, akan diketahui besaran
erosi potensial yang terjadi. Untuk memperkirakan tingkat
erosi tanah dikaitkan dengan kedalaman solum tanah,
digunakan kriteria dari Direktorat Jenderal Reboisasi dan
Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan (1983) Klasifikasi
Tingkat Bahaya Laju Erosi selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi


Dikaitkan dengan Kedalaman Solum Tanah

Kelas Erosi
I II III IV V
Solum Tanah (cm)
Erosi (ton/ha/tahun)
< 13 13 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480
SR R S B SB
Dalam (> 90 cm)
(0) (I) (II) (III) (IV)
R S B SB SB
Sedang (60-90 cm)
(I) (II) (III) (IV) (IV)
S B SB SB SB
Dangkal (30 - 60 cm)
(II) (III) (IV) (IV) (IV)
B SB SB SB SB
Sangat Dangkal (< 30 cm)
(III) (IV) (IV) (IV) (IV)
Sumber : Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan (1983)
Keterangan : SR = Sangat Ringan, R = Ringan, S = Sedang, B = Berat, SB = Sangat Berat

PENAWARAN TEKNIS 60
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
Data jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun) diinterpretasikan
ke dalam indeks bahaya erosi (IBE, erosion hazard index) dengan
cara berikut.:

Erosi potensial (ton/ha/tahun) A


IBE = =
Erosi yang ditolerir (ton/ha/tahun) T

Nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia diperoleh dari Arsyad


(1989), dan interpretasi nilai IBE dilakukan menurut Hammer
(1981).

Tingkat sedimentasi air sungai, diduga dengan


menggunakan rumus empiris sebagai berikut :

Qs = 0.0864 x Q x C …………….……………… (Arsjad, 1980)

dimana :
Qs = beban sedimen (ton/hari)

Q = debit sungai (m3/detik)


C = kandungan sedimentasi tersuspensi (mg/l)

Lokasi
Lokasi pengamatan erosi dan sedimentasi yaitu pada lokasi
kegiatan yang termasuk ke dalam wilayah studi.

3. Hidrologi
a. Karakteristik fisik sungai, pantai, danau/waduk, rawa,
(rawa pasang surut, rawa air tawar),
b. Rata-rata debit dekade, bulanan, tahunan,
c. Kadar sedimentasi (lumpur) dan tingkat erosi,

PENAWARAN TEKNIS 61
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
d. Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah e.
Fluktuasi dan potensi air tanah (dangkal dan dalam),
e. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk
keperluan domestik dan non domestik.
f. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk
keperluan lainnya seperti pertanian, industri, dan lain-lain.
g. Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air mengacu pada
baku mutu dan parameter kualitas air yang terkait dengan
limbah yang akan keluar.
h. Kajian mengenai hidrologi dilengkapi dengan analisis spasial
peta-peta yang terkait dengan kondisi hidrologi di
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

Air Permukaan
Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan pengamatan karakteristik
fisik sungai, pola drainase, debit air sungai dan tingkat
ketergantungan/ kebutuhan air sungai.

Analisis Data
Pengamatan karakteristik fisik sungai dan pola drainase
yang ada dilakukan dengan cara analisis Peta Topografi yang
dipadukan dengan hasil observasi di lapangan.
Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran debit air
sesaat sungai terdekat dengan Metoda Pengukuran Debit Sungai
dan Saluran Terbuka SK SNI M-17-1989-F Departemen
Pekerjaan Umum untuk data primer. Selain itu debit air didapat
dari data sekunder. Tujuan pengukuran debit sesaat ini adalah
untuk mendapatkan gambaran debit air saat studi. Pengukuran

PENAWARAN TEKNIS 62
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
debit dilakukan dengan cara mengukur kecepatan aliran
dengan peKabupaten Belu . Debit dihitung dengan rumus :

Q = Σ (A x V)
dimana :
Q = debit (m3/det)
A = luas bagian penampang basah (m2)
V = Kecepatan rata-rata pada tiap bagian penampang basah
(m/det) Kecepatan aliran dihitung dengan rumus :

1
V= R2/3 S1/2
n

Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/det)
R = Jari-hari hidrolik (meter)
S = Kemiringan (m/m)
n = Faktor kekasaran Manning

Pengukuran Debit Air Larian

Perkiraan kenaikan air larian yang disebabkan oleh pendirian


suatu bangunan di lahan tertentu dapat dihitung dengan rumus
rasional

PENAWARAN TEKNIS 63
Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre
mulvaney (seyhan, 1990, hlm 238), yaitu:

Q = 0,2777 (Cr – Cp) x I x A

Dimana :
Q = Kenaikan air larian maksimum (m3/hari-
hujan)
Cr = Koefisien air larian rata-rata sesudah
dibangun
Cp = Koefisien air larian sebelum dibangun
I = Intensitas curah hujan maksimum rata-rata
(m/hari-hujan) A = Luas daerah pengaliran
(m2)

Harga Cr adalah :

Cr = (C1a + C2b + C3c + …) / (a + b + c + …)

Dimana :
C1 = Koefisien air larian untuk bangunan
a = Luas bangunan
C2 = Koefisien air larian untuk jalan
b = Luas jalan dan seterusnya

Nilai koefisien air larian pada rumus rasional (Chow,1964:


Gray, 1973).

Lokasi
Lokasi pengamatan dan pengukuran yaitu pada sungai yang
ada di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan sebagai badan air
penerima dari kegiatan yang termasuk ke dalam wilayah
studi.

PENAWARAN TEKNIS 64
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Kuantitas Air Tanah
Pengumpulan Data

Data hidrogeologi yang dibutuhkan dalam studi ini berasal


dari data sekunder hasil pengukuran dalam studi-studi
terdahulu yang telah terkumpul pada pihak pemrakarsa dan
atau hasil-hasil studi yang pernah dilakukan oleh Direktorat
Geologi dan Tata Lingkungan di Kabupaten Banggai yang
dipadukan dengan hasil observasi di lapangan.

Analisis Data
Data yang diperoleh dituangkan pada peta tematik,
dianalisis dan ditampilkan (overlay), untuk mendapatkan
analisis secara akurat dan cukup lengkap.

Lokasi
Lokasi pengambilan data sekunder di Direktorat
Geologi dan Tata Lingkungan di Bandung berupa peta
hidrogeologi yang sebarannya yang tersingkap pada tapak
proyek dan sekitarnya yaitu pada lokasi dan sekitarnya yang
termasuk ke dalam wilayah studi.

Kualitas Air Tanah


Pengumpulan Data
Tinjauan terhadap aspek kualitas air tanah dilakukan dengan
cara pengambilan sample secara langsung dilapangan dan
kemudian dianalisis dilaboratorium yang meliputi, parameter
fisik, kimia dan parameter bakteriorologis. Pengamatan
kondisi air tanah dilakukan terhadap sumur gali atau sumur
bor dangkal. Data diperoleh dari hasil survey lapangan,
informasi penduduk dan data sekunder. Informasi penduduk
dari beberapa orang dibandingkan dengan data sekunder.

PENAWARAN TEKNIS 65
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur penduduk
di pemukiman penduduk terdekat dengan proyek sebanyak 3
(tiga) lokasi sampel.

Analisis Data
Untuk mengetahui kondisi kualias air tanah, maka hasil analisis
laboratorium sampel air tanah dibandingkan dengan baku
mutu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat- syarat dan
Pengawasan Kualitas Air. Metode analisis kualitas air tanah
dilakukan seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Metode Analisis Kualitas Air Tanah
Baku Metode/Peralatan
No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Analisis
FISIKA
Tidak
1 Bau - Organoleptik Organoleptik
Berbau
2 Warna TCU 15 Kolorimetrik MP-F.A-Kekeruhan
1.500 SNI 06-2413-
3 Residu terlarut (TDS) mg/L Gravimetri
1991
SNI 06-2413-
4 Kekeruhan NTU 25 Nephelometrik
1991
5 Suhu 0C 0o C Termometer Organoleptik
SNI 06-2413-
KIMIA
1991
Spektofotometer,
1 Air Rakasa mg/L 0,001
Serapan Atom
Spektrofotometrik, SNI 06-6989.4-
2 Amoniak (NH3-N) mg/L
Nessler 2004
Spektofotometer,
3 Arsen (As) mg/L 0,05 SM 4500 - F D
Serapan Atom
Spektofotometer,
4 Besi (Fe) mg/L 1 SM 3111-C
Serapan Atom
Spektofotometer, SNI 06-6989.12-
5 Fluorida (F) mg/L 1,5
Serapan Atom 2004
Spektofotometer, SNI 06-6989.19-
6 Kadmium (Cd) mg/L 0,05
Serapan Atom 2004
7 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 Titrimetrik, EDTA SM 3500 - Cr B
8 Klorida (Cl- ) mg/L 600 Titrimetrik, Hg(NO3) 2 SM 3500 - Mn D
Spektofotometer,
9 Kromium (Cr6+ ) mg/L 0,05 SM 3500 - Hg C
Serapan Atom
Spektofotometer,
10 Mangan (Mn) mg/L 0.5 SM 4500 - NO3E
Serapan Atom
Spektrofotometrik, SNI 06-6989.9-
11 Nitrat (NO3-N) mg/L 10
Brusin 2004
Spektrofotometrik, SNI 06-6989.11-
12 Nitrit (NO2-N) mg/L 1
Sulfanilik 2004
Hach Methode
13 pH - 6.5 - 9 Ph Meter
8194

PENAWARAN TEKNIS 66
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Spektofotometer, SNI 06-6989.43-
14 Selenium (Se) mg/L 0,01
Serapan Atom 2005
Spektofotometer, SNI 06-6989.20-
15 Seng (Zn) mg/L 15
Serapan Atom 2004
SNI 19-1504-
16 Sianida (CN) mg/L 0,1 Iodometrik
1989
SNI 06-6989.6-
17 Sisa Chlor mg/L - Titrimetrik, Hg(NO3) 2
2004
18 Sulfat (SO4 ) mg/L 400 Turbidimetrik, BaCl2 SM 3111-C
MIKROBIOLOGI
1 Coliform jml/100 mL 50 Multiple Tube Method SM 9221 B
2 E. Coli jml/100 mL 0 Multiple Tube Method SM 9221 E
Keterangan : Baku mutu mengacu pada Peraturan Menkes No. 416/MENKES/PER/I/1990

Lokasi
Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur
penduduk terdekat dari lokasi kegiatan sebagai rona
awal sebelum ada kegiatan sebanyak 3 (tiga) lokasi
sampel.

Kualitas Air Permukaan


Pengumpulan Data

Tinjauan terhadap aspek kualitas air permukaan


dilakukan dengan cara pengambilan sample secara
langsung dilapangan dan kemudian dianalisis
dilaboratorium yang meliputi, parameter fisik dan
kimia. Lokasi pengambilan contoh air permukaan
dilakukan di sungai sebagai badan air yang ada di sekitar
rencana lokasi kegiatan.

Penentuan lokasi pengambilan sample air ditetapkan


dengan pertimbangan representasi dari sungai
didasarkan pada keberadaan lokasi sumber air
permukaan terdekat yang akan dipengaruhi oleh
kegiatan pembangunan dan operasional yang
merupakan badan air penerima terdekat.

PENAWARAN TEKNIS 67
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Analisis Data
Analsisis data dilakukan dengan membandingkan
hasil pengujian laboratorium berdasarkan baku mutu
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air atau menurut peraturan daerah
setempat.

Tabel 3. Parameter dan Metode Analisis/Pengukuran Kualitas Air


Permukaan

Baku Metode Analisis


No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Pengukuran
FISIKA
1 Kekeruhan NTU 50 Nephelometrik MP-F.A-Kekeruhan
2 Residu terlarut (TDS) mg/L 1000 Gravimetri SNI 06-2413-1991
3 Suhu oC Deviasi 3 Termometer SNI 06-2413-1991
4 Residu tersuspensi (TSS) mg/L 50 Gravimetri SNI 06-2413-1991
KIMIA ANORGANIK
1 Amoniak Bebas (NH3 -N) mg/L Spektrofotometrik, Nessler SNI 06-2479-1991
Spektofotometer, Serapan
2 Arsen (As) mg/L 0,05 SM 3500 - As
Atom
Spektofotometer, Serapan
3 Barium (Ba) mg/L 1 Hach Methode 8014
Atom
Spektofotometer, Serapan
4 Besi (Fe) mg/L 0,3 SNI 06-6989.4-2004
Atom
Baku Metode Analisis
No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Pengukuran
Spektofotometer, Serapan
5 Boron (B) mg/L 1 HACH Methode 8015
Atom
Fluorida (F) Spektofotometer, Serapan
6 mg/L 0,5 SM 4500 - F D
Atom
Kadmium (Cd) Spektofotometer, Serapan
7 mg/L 0,01 SM 3111-C
Atom
8 Klorida (Cl-) mg/L - Titrimetrik, Hg(NO3) 2 SNI 06-6989.19-2004
9 Klorin Bebas mg/L 0,02 Titrimetrik, Hg(NO3) 2 Hach Methode 8021
Spektofotometer, Serapan
10 Kobalt (Co)* mg/L 0,02 Hach Methode 8078
Atom
Spektofotometer, Serapan
11 Mangan (Mn) mg/L 0,01 SM 3500 - Mn D
Atom
12 Nikel (Ni)* mg/L Titrimetrik, K2Cr2 07 SNI 19-1419-1989
13 Nitrat (NO3 -, N) mg/L 0,05 Spektrofotometrik, Brusin SM 4500 - NO3E
14 Nitrit (NO2 -, N) mg/L 0,06 Spektrofotometrik, Sulfanilik SNI 06-6989.9-2004
15 Ph - 6-9 Ph Meter SNI 06-6989.11-2004
Spektofotometer, Serapan
16 Seng (Zn) mg/L 0,05 SNI 06-6989.43-2005
Atom
17 Sulfat (SO4-2 ) mg/L 400 Turbidimetrik, BaCl2 SNI 06-6989.20-2004
18 Sulfida (H2 S) mg/L Spektrofotometrik, SnCl2 SNI 19-1664-1989
19 Sianida (CN) mg/L 0,02 Iodometrik SNI 19-1504-1989
Spektofotometer, Serapan
20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 SNI 06-6989.6-2004
Atom
Spektofotometer, Serapan
21 Timbal (Pb)* mg/L 0,03 SM 3111-C
Atom

PENAWARAN TEKNIS 68
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
KIMIA ORGANIK
1 BOD mg/L 2 Iodometrik, Metode Winkler SNI 06-2503-1991
2 COD mg/L 10 Titrimetrik, K2Cr2 07 SNI 06-6989.2-2004
3 Detergen (MBAS) mg/L 6,32 Titrimetrik, EDTA SNI 06-2476-1991
5 Minyak & Lemak mg/L <1 Titrimetrik EDTA SNI 06-2502-1991
6 Oksigen Terlarut mg/L 6 Iodometrik, Metode Winkler Potensiometri
Keterangan : - PP. RI. No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian
Pencemaran Air
- KepMenLH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air
Permukaan dan - Pengambilan contoh air permukaan

4. Ruang, Lahan, dan Tanah


a. Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya
lainnya pada saat rencana usaha atau kegiatan
diajukan dan kemungkinan potensi pengembangannya
dimasa datang.
b. Rencana pengembangan wilayah, rencana tata
ruang, rencana tata guna tanah, dan sumber daya
alam lainnya yang secara resmi atau belum resmi
disusun oleh pemerintah setempat baik ditingkat
kabupaten, propinsi atau nasional di wilayah rencana
usaha atau kegiatan.
c. Kemungkinan adanya konflik atau pembatasan
yang timbul antara rencana tata guna tanah dan
sumber daya alam lainnya yang sekarang berlaku
dengan adanya pemilikan/ penentuan lokasi bagi
rencana usaha atau kegiatan.
d. Inventarisasi nilai estetika dan keindahan bentang
alam serta daerah rekreasi yang ada di wilayah
rencana usaha dan/atau kegiatan.
e. Kajian mengenai ruang, lahan, dan tanah
dilengkapi dengan analisis spasial peta-peta yang
terkait dengan kondisi ruang, lahan, dan tanah di
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan
sekitarnya.

PENAWARAN TEKNIS 69
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
 Peta-peta yang mendukung analisis rona
lingkungan awal yang menyajikan :
1. Ruang lingkup pada seluruh area yang terdampak
akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan
(contoh: DAS terdampak harus digambarkan dari
hulu hingga hilir).
2. Penggambaran sesuai dengan kaidah kartografis.
3. Pencetakan pada kertas minimal A3.
4. Apabila skala peta telalu kecil atau tampilan rumit
pada wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan, maka
dapat dibuat indeks petanya dengan skala yang lebih
besar.

Pengumpulan Data
Dalam studi Ruang dan Lahan, hasil pengamatan lapangan
dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari
interpretasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/
Kabupaten, penggunaan lahan, kemampuan lahan serta
fasilitas dan jaringan prasarana transportasi, untuk
dikembangkan dalam memprediksi kemungkinan pemanfaatan
ruang dan lahan.

Analisis Data
Dalam studi ruang dan lahan, hasil pengamatan lapangan
dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari
interpretasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi/
Kabupaten, penggunaan lahan, kemampuan lahan serta
fasilitas dan jaringan prasarana transportasi, untuk
dikembangkan dalam memprediksi kemungkinan pemanfaatan
ruang dan lahan.

PENAWARAN TEKNIS 70
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Lokasi
Pengambilan data dilakukan pada lokasi yang telah
ditetapkan sesuai batas proyek, batas ekologis, batas sosial,
dan batas administrasi.

B) KUALITAS AIR
1. Umum
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan bidang pengairan, telah
disusun standar-standar dalam baku mutu sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dewan standardisasi nasional (DSN) yang
terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
 Tata cara pelaksanaan pekerjaan
 Spesifikasi
 Metode Pengujian
 Parameter Kualitas Air Sesuai Keperutukannya

Untuk mendapatkan sampel air yang baik dan


refresentatif diperlukan beberapa persyaratan antara lain :
 Pemilihan lokasi yang tepat
 Metode pengawetan sampel yang tepat
 Metode pengambilan sampel yang memenuhi syarat

Besarnya kadar unsur-unsur yang dianalisis dari suatu sampel


yang diambil seharusnya sama dengan kadar unsur-unsur
tersebut didalam sumber air pada waktu sampling, keadaan
itu dapat dicapai apabila persyaratan tersebut diatas dipenuhi.
Sistem pengambilan sampel air memegang peranan sangat
penting dalam pemantauan kualitas air. Ketelitian pengujian dan
ketepatan sistem pengambilan sampel air akan mempengaruhi
data hasil pengujian. Bila terdapat kesalahan dalam pengambilan
sampel air, maka sampel yang diambil tidak representative

PENAWARAN TEKNIS 71
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
sehingga ketelitian dan teknik peralatan yang baik akan terbuang
percuma. Selain itu dikhawatirkan kesimpulan yang diambil
juga akan salah.

2. Perencanaan Lokasi Pengambilan Sampel


a. Pertimbangan Kegunaan Data
Hal yang penting dalam perencanaan sistem pemantauan
kualitas air adalah pengumpulan data mengenai
keadaan lingkungan daerah pengaliran sungai serta
karakteristik dan pemanfaatan sumber air. Dalam penentuan
lokasi sampling, perlu diketahui kegunaan data kualitas
air yang akan dipantau. Kegunaan data dapat terbagi
dalam dua tujuan yaitu meliputi perencanaan dan
penelitian, serta pengawasan yang dapat diuraikan sebagai
berikut :

Perencanaan dan Penelitian


Data kualitas air yang dapat digunakan untuk
perencanaan dan penelitian diperoleh dari lokasi
pengambilan sampel yang sesuai dengan tujuan
pengembangan dan penelitian tersebut yang antara lain
meliputi :
 Sumber informasi mengenai potensi kualitas air yang
tersedia untuk keperluan pengembangan sumber daya
air pada saat ini dan masa yang akan datang.
 Penyelidikan dan pengkajian pengaruh lingkungan
terhadap kualitas air dan pencemaran air.

Pengawasan Kualitas Air


Dalam penentuan lokasi untuk tujuan pengawasan kualitas air
perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

PENAWARAN TEKNIS 72
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
 Perlindungan terhadap pemakai air.
 Pengawasan terjadinya kasus pencemaran di suatu
daerah tertentu.
 Perlindungan beban pencemaran yang dibuang
melalui sungai ke laut.

b. Pertimbangan Pemanfaatan Sumber Air


Pemilihan lokasi sampel banyak dipengaruhi oleh bermacam-
macam kepentingan pemanfaatan sumber air tersebut.
Pemanfaatan sumber air dihilir sungai lebih besar resiko
pencemarannya dibandingkan dengan pemanfaatan yang
sama di lokasi hulu, sehingga diperlukan pengawasan kualitas
air yang lebih intensif dilokasi tersebut. Demikian pula halnya
air tanah yang berlokasi dekat dengan industri. Selain itu
pemanfaatan sumber air sebagai sarana transportasi bahan
kimia untuk pertanian ataupun pengawet kayu mempunyai
resiko pencemaran yang lebih besar daripada sumber air yang
tidak digunakan sebagai alat transportasi sehingga diperlukan
pemantauan kualitas air.

c. Lokasi Pengambilan Sampel


Penentuan lokasi pengambilan sampel air pada air
permukaan yang berasal dari daerah pengaliran sungai dan
danau/waduk yang dimanfaatkan secara luas dan
mempunyai potensi pencemaran yang tinggi. Lokasi
pengambilan sampel pada suatu DPS, danau/waduk perlu
ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat diketahui
kualitas air secara alamiah dan perubahan kualitas air
yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
 Lokasi pengambilan sampel air dilakukan pada 5 (lima)
lokasi harus mewakili area-area sebagai berikut :

PENAWARAN TEKNIS 73
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
1. Sumber air alamiah, yaitu lokasi dihulu sungai
yang belum mengalami perubahan oleh kegiatan
manusia.
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat
yang telah mengalami perubahan atau tercemar, atau
setelah melalui suatu daerah pemukiman, industri,
pertanian, dan kegiatan Pekerjaan.
3. Sumber air yang dimanfaatkan, untuk
perlindungan terhadap pemakai sumber air diperlukan
pula lokasi pengukuran pada setiap pemanfaatan
sumber air antara lain sumber air minum, industri,
irigasi, perikanan, rekreasi dan lain-lain.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat
persetujuan dari direksi dan setiap sampel dilakukan
pengukuran titik koordinat.

d. Prosedur Pengambilan Sampel Air


Prosedur pengambilan sampel air pada lokasi kegiatan
mengikuti Prosedur dan Instruksi Kerja Pengambilan Contoh
Uji dalam Rangka Pemantauan Kualitas Air Nomor
QA/HDR/05/2009 yang dikeluarkan oleh Kementerian PU
Direktorat Jenderal SDA.

3. Parameter Uji
Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
menetapkan kriteria mutu air yang terbagi atas empat (4)
klasifikasi mutu air sebagai berikut:
a. Kelas Satu (I): Air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk air baku, air minum dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

PENAWARAN TEKNIS 74
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
b. Kelas Dua (II): Air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mepersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
c. Kelas Tiga (III): Air yang peruntukan dapat
digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas Empat (IV): Air yang peruntukan dapat digunakan
untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan yang lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
 Pengujian sampel air diuji pada parameter-parameter
yang disesuaikan dengan kelas mutu air berdasarkan
usaha dan/atau kegiatan terkait.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat
persetujuan dari direksi dan setiap sampel dilakukan
pengukuran titik koordinat.
 Baku mutu air mengacu pada Perda Kaltim Nomor 2
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan
dalam laporan.

C) KUALITAS UDARA DAN TINGKAT KEBISINGAN


Data kualitas udara dan kebisingan merupaka data primer,
sehingga pengumpulan datanya dilakukan dengan cara
pengukuran langsung dilapangan, kemudian diolah dan

PENAWARAN TEKNIS 75
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
dianalisis dilaboratorium. Parameter yang diukur di lokasi usaha
dan/atau kegiatan meliputi SO2, CO, NOx, Ox, Debu, Pb,
H2S, NH3, HC. Pengambilan sampel kualitas udara dan tingkat
kebisingan dilakukan di 5 (lima) lokasi yang harus mewakili
area-area sebagai berikut, yaitu :
a. Daerah alami, yaitu lokasi sebelum/diluar yang belum
mengalami perubahan oleh kegiatan manusia.
b. Lokasi kegiatan konstruksi, yaitu lokasi pada tempat yang
telah mengalami rencana usaha dan/atau kegiatan.
c. Lokasi pemukiman penduduk.
 Parameter lainnya dapat ditambahkan apabila
dianggap perlu dan berhubungan langsung dengan jenis
kegiatan yang akan dilakukan.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi
dengan penyebaran yang merata di lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan
dari direksi dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik
koordinat.
 Baku mutu udara mengacu pada PP Nomor 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan
dalam laporan.

D) KUALITAS TANAH
Aspek-aspek yang dipelajari dalam hubungannya dengan
komponen tanah meliputi sifat, kimia tanah, tingkat bahaya
erosi dan sedimentasi. Sifat fisik tanah yang dianalisi adalah
tekstur tanah, struktur tanah, porositas, warna tanah,
permeabilitas, konsistensi. Sedangkan sifat kimia tanah yang
dianalisis adalah reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation,

PENAWARAN TEKNIS 76
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
bahan organic, tanah, kejenuhan basa, nitrogen, fosfor, kalium,
C/N Ratio, basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg, K, dan Na),
kejenuhan alumunium (Al), pirit, status kesuburan tanah, erosi
tanah. Parameter lainya dapat ditambahkan apabila dianggap perlu
dan berhubungan langsung dengan jenis kegiatan terkait.
 Pengambilan sampel tanah sebanyak 5 titik pada lokasi yang
harus mewakili area-area kegiatan kontruksi.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan
dalam laporan.

D) BIOLOGI
1. Flora
a. Peta zona biogeoklimatik dari vegetasi alami yang meliputi
tipe vegetasi, sifat-sifat dan kerawanan berada dalam wilayah
rencana usaha atau kegiatan.
b. Uraian tentang jenis-jenis vegetasi dan ekosistem yang
dilindungi undang- undang yang berada dalam wilayah
rencana usaha atau kegiatan.
c. Uraian tentang keunikan dari vegetasi dan ekosistemnya
yang berada pada wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data aspek biologi (hayati) dilakukan dengan
cara sampling yang didasarkan pada beberapa komunitas
sesuai dengan tipe habitatnya. Inventarisasi vegetasi dan
satwa liar dilakukan pada komunitas binaan (daerah
pertanian), sedangkan pencacahan dilakukan pada komunitas
alami (hutan sekunder) pada dua garis transek sepanjang 1000
m. Parameter dan metode pengumpulan data biologi
selengkapnya disajikan pada Tabel 5.4. Pengumpulan data
flora (vegetasi) dilakukan melalui inventarisasi tanaman

PENAWARAN TEKNIS 77
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
dilapangan baik secara langsung, wawancara, data dari
instansi terkait maupun dengan metode jelajah.
Pengambilan contoh vegetasi dilakukan pada lokasi di
sekitar tapak proyek. Pengambilan contoh vegetasi dilakukan
pada 3 petak contoh transek yang memotong tegak lurus
kontur dengan jarak antar transek adalah 100 meter.

Tabel 4. Parameter dan Metode Pengumpulan Data Biologi (Flora dan


Fauna)
No. Pedoman Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder
Komponen Lingkungan Teknik Lokasi
I. Flora terrestrial
1.1 Alam Inventarisasi Di dalam dan Dinas Pertanian
a. Komposisi jenis atau di luar
b. Kerapatan proyek (wilayah
studi)
1.2 Kawasan Budidaya Inventarisasi Dinas Pertanian
(kebun/tegal/ pekarangan)
a. Komposisi jenis
b. Kerapatan

Fauna Daratan
II. 1. Pola migrasi Inventarisasi Di dalam dan 1. Balai Sumber
2. Jenis langka dengan metoda atau di luar Daya Alam
random proyek (wilayah 2. Penduduk
Biota Perairan studi) setempat
III Ikan
A. Benthos dan Plankton
B. 1. Kompoisis Jenis Di dalam dan
2. Kepadatan atau di luar
3. Jenis langka dilindungi proyek (wilayah
4. Habitat studi)

Analisis Data
Analisis jenis flora (vegetasi) dilakukan untuk mengetahui
keberadaan jenis tanaman baik yang bersifat ekonomis,
langka maupun yang dilindungi undang-undang di Indonesia.
Rumus-rumus yang digunakan dalam analisis vegetasi dengan
metode garis berpetak adalah Mueller-Dombois dan
Ellenberg, 1974: Cox, 1973; Mechael, 1983; Soeranegara dan
Indrawan,
1983, dengan rumus sebagai
berikut :

PENAWARAN TEKNIS 78
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Jumlah individu suatu jenis
Kerapatan (batang/ha) = Luas seluruh plot

Kerapatan suatu jenis x 100%


Kerapatan Nisbi (%) = Kerapatan seluruh jenis

Basal area suatu jenis


Dominasi (m²/ha) = Luas seluruh jenis

Dominasi suatu jenis x 100%


Dominsi Nisbi (%) = Dominasi seluruh jenis

Jumlah peta terisi suatu jenis


Frekuensi = Jumlah seluruh petak

Frekuensi suatu jenis x


Frekuensi Nisbi (%) = 100% Frekuensi seluruh
jenis
Indeks Nilai Penting = KN + FN + DON

Dimana :
KN = Kerapatan
Nisbi. FN = Frekuensi Nisbi.
DON = Dominasi Nisbi.

Khusus untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, Indeks Nilai


Penting dihitung berdasarkan formula :

Indeks Nilai Penting = KN + FN

Dimana
KN = Kerapatan
FN = Frekuensi Nisbi.

PENAWARAN TEKNIS 79
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Lokasi
Lokasi pengamatan flora darat dilakukan pada beberapa titik
pengamatan yang termasuk ke dalam wilayah studi dan
sekitarnya.

2. Fauna
a. Taksiran kelimpahan dan keragaman fauna, habitat,
penyebaran, pola migrasi, populasi hewan budidaya
(ternak) serta satwa dan habitatnya yang dilindungi
undang-undang dalam wilayah rencana usaha atau
kegiatan.
b. Taksiran penyebaran dan kepadatan populasi hewan
invertebrata yang dianggap penting karena memiliki peranan
dan potensi sebagai bahan makanan, atau sumber hama dan
penyakit.
c. Perikehidupan hewan penting diatas, termasuk cara
perkembangbiakan, siklus dan neraca hidupnya, cara
pemijahan, cara bertelur dan beranak, cara memelihara
anaknya, perilaku dalam daerah dan teritorialnya.
 Vegetasi, parameter yang diamati di lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan adalah jenis dan
keanekaragaman, kerapatan, dominasi, dan frekuensi.
 Fauna darat, parameter yang diamati jenis dan
keanekaragaman, jenis satwa liar, langka, dan atau
dilindungi.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi
dengan penyebaran yang merata di lokasi kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat
persetujuan dari direksi dan setiap sampel dilakukan
pengukuran titik koordinat.

PENAWARAN TEKNIS 80
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Pengambilan Sampel Air Untuk Pengujian Parameter Biota Perairan
(Plankton, Benthos, Nekton). Parameter biota perairan
merupakan parameter yang penting dalam penentuan kualitas
air, karena kualitas air berdampak langsung terhadap
kehidupan organisme akuatik. Adanya perubahan kualitas
air yang diakibatkan oleh limbah maka akan mengubah
komposisi organisme akuatik. Lokasi pengambilan sampel
parameter biologi sebaiknya tidak jauh dari lokasi pengambilan
sampel air untuk pemeriksaan fisik dan kimia agar korelasinya
mudah didapatkan.

Pemilihan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan


memperhatikan kondisi perairan (sungai dan danau) Di
sungai, lokasi pengambilan sampel dipilih sebelum dan
sesudah titik masukan limbah. Bila memungkinkan pengambilan
sampel dilakukan dikedua sisi sungai, karena di sungai-sungai
yang lebar tidak terjadi pengadukan air sungai secara lateral.
Sedangkan sungai yang tidak terlalu besar, dimana
pengadukannya cukup merata, pengukuran populasi biota
perairan dilakukan dengan pengambilan sampel secara periodek
pada tengah-tengah sungai dengan kedalaman 0,5 sampai 1
meter dari permukaan air.

 Biota perairan yang diamati jenis dan


keanekaragaman plankton, benthos, nekton. Kelimpahan
plankton, benthos, kelimpahan nekton.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi
dengan penyebaran yang merata di lokasi kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat
persetujuan dari direksi dan setiap sampel dilakukan
pengukuran titik koordinat.

PENAWARAN TEKNIS 81
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan
dalam laporan.

E) KOMPONEN SOSIAL
Pengamatan terhadap aspek social, ekonomi, budaya dan
kesehatan masyarakat dilakukan dalam wilayah rencana usaha
dan/atau kegiatan yang berada dalam tapak Pekerjaan atau
disekitarnya. Adapun data komponen sosial yang diambil dalam
studi bersumber dari data primer dan data sekunder. Komponen
sosial yang penting untuk ditelaah diantaranya :

1. Demografi
a. Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis
kelamin, mata pencaharian, pendidikan, dan agama.
b. Tingkat kepadatan dan sebaran kepadatan penduduk.
c. Angkatan kerja produktif
d. Tingkat kelahiran
e. Tingkat kematian kasar
f. Tingkat kematian bayi
g. Pola perkembangan penduduk

2. Ekonomi
a. Kesempatan, kerja dan berusaha
b. Pola pemilikan dan penguasaan sumberdaya alam
c. Tingkat pendapatan penduduk
d. Prasarana dan sarana perekonomian (jalan, pasar,
pelabuhan, perbankan, pusat pertokoan)
e. Pola pemenfaatan sumberdaya alam.

3. Budaya
a. Kepemilikan tanah (tanah pribadi, tanah adat,
b. Pranata sosial atau lembaga-lembaga kemasyarakatan

PENAWARAN TEKNIS 82
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
yang tumbuh dikalangan masyarakat.
c. Adat istiadat dan pola kebiasaan yang berlaku
d. Proses sosial (kerjasama, akomodasi, konflik) dikalangan
masyarakat.
e. Akulturasi, asimilasi, dan integrasi dari berbagai kelompok
masyarakat.
f. Kelompok-kelompok dan organisasi sosial
g. Pelapisan sosial dikalangan masyarakat
h. Perubahan sosial yang tengah berlangsung dikalangan
masyarakat.
i. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau
kegiatan.

4. Kesehatan Masyarakat
a. Insidensi dan prevelensi penyakit yang terkait dengan
rencana usaha atau kegiatan.
b. Sanitasi lingkungan, khususnya ketersediaan air
bersih (cakupan pelayanannya).
c. Status gizi dan kecukupan pangan.
d. Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
e. Cakupan pelayanan tenaga dokter dan paramedik.

Wawancara dan pengamatan komponen sosial di lokasi kegiatan


dilakukan penyebaran kuisioner yang merata ke seluruh lokasi
tersebut. Penyebaran kuisioner dilakukan pencatatan titik
koordinat.

2) PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang
berlaku, maka sasaran prakiraan dampak penting adalah sebagai
berikut :

PENAWARAN TEKNIS 83
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
a. Memperkirakan besarnya perubahan yang terjadi
terhadap komponen lingkungan pada ”kondisi tanpa proyek
(Rona Awal)” dan pada ”kondisi setelah ada proyek (Rona
Proyek )”
b. Memberikan indikasi tentang arti pentingnya perubahan
tersebut dengan mengacu kriteria penentuan dampak penting
sebagaimana tertera dalam Undang – Undang Republik
Indonesia No. 32 tahun 2009. Kriteria mengenai dampak penting
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan
hidup antara lain :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;
2. Luas wilayah persebaran dampak;
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena
dampak;
5. Sifat kumulatif dampak;
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible)
dampak.

Memberi interprestasi terhadap prakiraan dampak dengan skala


penilaian
Sifat pentingnya dampak baik positif maupun negatif yaitu :
Pentingnya dampak (± TP = Tidak penting, ± P = Penting)
Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang
bersifat langsung maupun tidak langsung.

Sasaran Prakiraan Dampak Penting


Prakiraan dampak merupakan salah satu kegiatan dalam studi
AMDAL yang bertujuan untuk menduga besarnya
perubahan kualitas lingkungan yang ditimbulkan oleh
kegiatan yang akan dilaksanakan. Besarnya perubahan
kualitas lingkungan tersebut merupakan selisih antara
kualitas lingkungan sebelum adanya kegiatan dan kualitas

PENAWARAN TEKNIS 84
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
lingkungan setelah adanya kegiatan. Berdasarkan Pedoman
Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka sasaran
prakiraan dampak penting adalah :
a. Memprakirakan besarnya perubahan yang terjadi
terhadap komponen lingkungan pada "kondisi tanpa
proyek (Rona Awal)" dan pada kondisi setelah ada
proyek (Rona Proyek)"

Secara sistematis besarnya perubahan terhadap lingkungan


dapat
digambarkan sebagai berikut:

Dn = (Kkktn - Kto) - (Ktn - Kto)


= Kktn - Ktn
Dimana :
Dn = besarnya perubahan kualitas lingkungan setelah n
tahun
Ktn = kualitas lingkungan pada saat tn
Kktn = kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan
pembangunan pada waktu tn

Kto = kualitas lingkungan


awal n = kurun waktu n tertentu.

b. Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang


bersifat langsung maupun tidak langsung, yaitu :
 Kegiatan yang berdampak langsung terhadap komponen
sosial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen
fisik kimia yang selanjutnya pada komponen biologi dan
akhirnya pada komponen sosial

PENAWARAN TEKNIS 85
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen
fisik kimia yang selanjutnya pada komponen sosial
 Kegiatan yang dampaknya berantai diantara komponen
sosial itu sendiri
 Kegiatan-kegiatan tersebut yang berdampak balik
pada rencana kegiatan.

Besarnya perubahan lingkungan yang dianalisis mencakup


keseluruhan komponen lingkungan yaitu komponen geofisika-
kimia, biologi dan sosial, ekonomi serta budaya. Hubungan
antara komponen lingkungan dan kegiatan pembangunan perlu
dianalisis secara mendalam. Pendekatan yang akan dipakai
untuk menganalisis hubungan tersebut adalah dengan
pendekatan :
a. Metode formal dilakukan dengan model matematik.
Berikut ini metode- metode formal yang digunakan dalam
prakiraan dampak penting :

PENAWARAN TEKNIS 86
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Tabel 5. Metode Formal Yang Digunakan Dalam Prakiraan Dampak
Penting

Komponen
No Metode Formal
Lingkungan

1 Penurunan kualitas Transportasi


udara

  H  2 
 
C x, z 
2QL
Exp 0,5  
2 z   z 
0,5

 
dimana :
C(x,z) = Konsentrasi pencemar di udara ambient
(atmosfer),
/m3
X = jarak antara jalan dengan receptor, m
Z = tinggi receptor di atas permukaan tanah,m
Q = emission rate per unit jarak, /s.m
µ = koefisien 3,14
u = rata-rata kecepatan Angin pada sumbu x,
m/dt
H = tinggi sumber titik gas buang dari kendaraan, m
δz = koefisien Disperse vertical Gaussian, m
Sumber : Peavy et al, 1985. De Nevers, 1995. Kiely, 1998. La Grega et
2 Peningkatan al, 2001.
Intensitas kebisingan Sumber titik/diam yang bersumber dari genset:

LP2 = LP1 – 20 x Log (r2/r1)

Sumber garis/bergerak yang bersumber dari kegiatan transportasi :


LP2 = LP1 – 10 x Log (r2/r1)
Dimana :
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA)
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r2 (dBA)
R1 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber
kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dan kebisingan 2
Sumber : Davis 2 Cornwell, 1998.
No
Komponen
Metode Formal
Lingkungan

3. Perubahan kuantitas Rumus :


air permukaan Q = Σ (a x v)

Q = Debit (m3/dt) rata-rata


v = kecepatan aliran rata-rata luas bagian penampang basah (m/dt)
a = luas penampang basah (m2)

Sumber : SK SNI M-17-1989-F

PENAWARAN TEKNIS 87
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
4. Perubahan debit Air
Larian Q = (Cp-Ca) x I x A
dimana :
Q = perubahan tata guna lahan (m3 /hari
hujan)
Cp = koefisien air larian
Ca = koefisien air larian rona awal
I = Intensitas curah hujan (m/hari hujan)
A = luas daerah (m2 )

Sumber : Seyhan, 1990 hlm 238.

b. Metode non formal (professional judgement)


Professional judgement yang merupakan pendugaan dampak
oleh tenaga ahli berdasarkan pengalaman dan ilmu yang
dimiliki yang dikaitkan dengan fenomena di lapangan. Cara
ini dipergunakan apabila keterbatasan-keterbatasan dalam
hal data dan informasi serta kurang diketahuinya
fenomena alam yang diperkirakan terjadi. Metode non
formal yang digunakan dalam prakiraan dampak penting,
yaitu :
 Kesempatan Kerja
 Kesempatan berusaha
 Kesehatan Masyarakat
 Keamanan dan Ketertiban

c. Pendekatan secara analogi merupakan prakiraan


dampak dengan mencari persamaan pola dengan kasus-
kasus serupa yang telah ada.

Metode Evaluasi Dampak Penting


Setelah tahap identifikasi dan prakiraan dampak selesai
dilakukan, tim penyusun Dokumen Lingkungan akan
mengevaluasi terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan
menggunakan metode bagan alir (flow chart) dan matrik sederhana
sebagai berikut :

PENAWARAN TEKNIS 88
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
a. Penelusuran hubungan kausatif antara komponen kegiatan
dengan komponen lingkungan yang diduga akan terkena
dampak.
b. Menggambarkan dengan jelas karakteristik dampak lingkungan
yang akan terkena dampak.
c. Kesenjangan perubahan lingkungan yang diinginkan
dan perubahan lingkungan yang mungkin akan terjadi.
d. Luas persebaran masing-masing dampak, baik di dalam
wilayah kajian maupun di luar wilayah kajian.
e. Memilih alternatif pendekatan dalam rangka
pengendalian dampak lingkungan baik yang positif
maupun negatif, terutama dari aspek pendekatan
teknologi, ekonomi dan institusi.
f. Berdasarkan penapisan dampak penting pada prakiraan
dampak, maka diperoleh resume dampak penting yang
harus dikelola. Dalam evaluasi secara holistik, maka dampak
yang dikategorikan bersumber dari kegiatan yang sama diulas
dan dievaluasi secara bersama-sama yang disajikan dalam
bentuk uraian dan bagan alir dan matrik sederhana.

3 PERUMUSAN ARAH RENCANA PENGELOLAAN


LINGKUNGAN (RKL)
Pada hakekatnya perumusan lingkungan hidup yang dilakukan ini
memiliki fungsi paling penting dalam proses penyusunan Dokumen
Lingkungan, karena didalamnya memuat berbagai upaya
penanganan dampak penting serta pemantauan terhadap tingkat
keberhasilannya.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan


dokumen yang memuat pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip,
pedoman atau upaya untuk mencegah, mengendalikan dan
menanggulangi dampak penting terhadap lingkungan yang bersifat

PENAWARAN TEKNIS 89
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat
dari suatu rencana usaha atau kegiatan. Di dalam rumusan RKL
tersebut secara implisit telah memilih pendekatan yang tepat untuk
pengelolaan dampak penting tertentu.

Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan


mencakup kelompok aktivitas:

a. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari


atau mencegah dampak negatif terhadap lingkungan.
b. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menanggulangi,
meminimalisasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang
timbul di saat kegiatan beroperasi, maupun hingga saat kegiatan
berakhir.
c. Pengelolaan yang bersifat meningkatkan dampak positif,
sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat lebih
besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutama
masyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut.
d. Pengelolaan lingkungan yang bersifat memberikan
pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk
memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih,
hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis)
sebagai akibat kegiatan.

Untuk maksud pengelolaan lingkungan tersebut di atas, maka


pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan dengan pendekatan
teknologi, pendekatan sosial ekonomi budaya dan pendekatan
institusional, baik secara bersama-sama ataupun terpisah.
a. Pendekatan teknologi merupakan tata cara atau usaha-usaha
yang secara teknis dapat dilaksanakan untuk menanggulangi,
meminimalkan atau mencegah dampak negatif yang timbul.
Selain itu juga untuk mengembangkan dampak positif dari

PENAWARAN TEKNIS 90
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
kegiatan.
b. Pendekatan sosial ekonomi budaya merupakan usaha yang
melibatkan Pemerintah Daerah dan instansi-instansi terkait
dalam menangani dampak penting yang ditimbulkan oleh
kegiatan. Dengan pendekatan ini pemrakarsa atau pengelola
kegiatan dapat melakukan penanganan dampak kegiatan secara
wajar dan secara ekonomis tidak terlalu membebani.
c. Pendekatan institusional merupakan usaha koordinasi dan
kerjasama dengan berbagai instansi yan terkait dalam
penanganan dampak dari kegiatan, sehingga penanganan
dampak dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) disusun


berdasarkan jenis kegiatan yang menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan. Rumusan tersebut mencakup sumber dampak,
tolok ukur dampak, tujuan pengelolaan lingkungan, upaya
pengelolaan lingkungan, lokasi dan periode pengelolaan
lingkungan, serta instansi pengelolaan lingkungan baik sebagai
pelaksana, pengawas maupun penerima laporan pengelolaan.

Sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bersifat


konsisten dan mempunyai keterkaitan langsung dengan hal-hal
yang dikemukakan dalam laporan ANDAL dan RKL, baik lingkup
kegiatan maupun kedalamannya. Kegiatan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dapat digunakan untuk memahami
fenomena-fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai
dari tingkat proyek (untuk memahami ”perilaku” dampak yang
timbul akibat kegiatan).

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) disusun


untuk memantau pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan dan

PENAWARAN TEKNIS 91
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
untuk memantau seberapa jauh tingkat keberhasilan pengelolaan
lingkungan akibat terkena dampak penting dari kegiatan, khususnya
dampak negatif.

Sebagaimana perumusan RKL, perumusan RPL juga disusun


berdasarkan jenis kegiatan yang menimbulkan dampak penting.
Dengan demikian rumusan RPL tersebut secara keseluruhan
mencakup parameter lingkungan yang dipantau, tujuan pemantauan,
metode dan cara pemantauan, lokasi, waktu dan frekuensi
pemantauan, serta instansi pemantauan lingkungan baik sebagai
pelaksana, pengawas maupun penerima laporan pemantauan
lingkungan.

Dokumen RKL diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam


pengelolaan lingkungan guna meminimalkan dampak negatif penting
dan mengembangkan dampak positif penting yang diperkirakan akan
timbul, sehingga rencana kegiatan tersebut dapat berkelanjutan/
sustainable.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka dalam suatu dokumen


RKL akan memuat informasi dan ketentuan mengenai pengelolaan
lingkungan yang meliputi:
a. Jenis kegiatan yang menjadi sumber
dampak penting.
b. Komponen lingkungan yang terkena
dampak
c. Tolok ukur dampak
d. Tujuan pengelolaan lingkungan
e. Beberapa altematif penanggulangan dan pencegahan dampak
negatif serta pengembagan dampak positif
f. Lokasi pengelolaan lingkungan
g. Periode pengelolaan lingkungan

PENAWARAN TEKNIS 92
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
h. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan,
mengawasi dan menerima pelaporan dari pengelolaan
lingkungan tersebut.

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ditulis dalam bentuk uraian


dan ikhtisarnya akan dimuat dalam matrik RKL dan disertai
penjelasan singkat sehingga pelaksana RKL dapat melaksanakannya
secara mudah.

4) PERUMUSAN ARAH RENCANA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN (RKL)
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan pengelolaan lingkungan, akan
disusun RencanaPemantauan Lingkungan (RPL) yang dituangkan
dalam dokumen terpisah.

Tujuan utama dari penyusunan dokumen RPL adalah sebagai


pedoman untuk pelaksanaan pemantauan lingkungan, sehingga dapat
dijamin bahwa rencana pengelolaan dampak lingkungan yang
tertuang dalam dokumen RKL dapat terlaksana secara efektif
sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Namun demikian,
apabila dalam pelaksanaannya terdeteksi perubahan-perubahan
terhadap komponen/ parameter lingkungan tertentu yang tidak
terduga sebelumnya, maka dapat segera terdeteksi untuk
selanjutnya dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya-upaya
pengelolaan lingkungan yang direncanakan pada tahap-tahap
kegiatan selanjutnya.

Dalam dokumen RPL berisikan informasi dan ketentuan


mengenai pemantauan lingkungan. Seperti halnya pada dokumen
RKL, maka dalam dokumen RPL akan terdiri dari uraian yang
ikhtisarnya akan dikemas dalam bentuk matrik RPL yang
menjelaskan secara sistematis langkah-langkah pelaksanaan RPL

PENAWARAN TEKNIS 93
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
yang direncanakan, yang meliputi :
a. Jenis dan sumber dampak yang dipantau;
b. Parameter lingkungan yang dipantau;
c. Tujuan pemantauan lingkungan,
d. Lokasi pemantauan lingkungan,
e. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan,
f. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan,
mengawasi dan menerima pelaporan dari hasil kegiatan
pemantauan tersebut.

5) PELAPORAN DALAM DOKUMEN UKL – UPL

A. Penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)


Dalam penyusunan dokumen UKL, mengacu pada Permen LH
No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup, penyusunan dokumen UKL agar dapat
menguraikan secara jelas dan sistematis upaya-upaya pengelolaan
lingkungan berupa pencegahan dan/atau penanggulangan dampak
lingkungan negatif yang meliputi:
a. Metode Prakiraan Dampak
• Dampak penting lingkungan akan diprakirakan dalam dua
bentuk, yakni besar dampak dan sifat dampak.
• Metode prakiraan besar dampak akan menggunakan
kombinasi dari metode formal dan non-formal.
• Metode formal digunakan untuk memprakirakan parameter-
parameter yang besar dan sifatnya dapat diketahui dan
diestimasi dengan model.
• Metode non-formal digunakan untuk memprakirakan
dampak terhadap proses sosial.
• Metode penentuan sifat dampak akan menggunakan
metode:
- Simpangan yang mencolok dari kondisi normal.
- Terlampauinya baku mutu lingkungan.

PENAWARAN TEKNIS 94
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
- Satwa langka yang dilindungi dan terancam.

b. Metode Evaluasi Dampak


Mengingat dampak penting lingkungan satu sama lain saling
terkait, maka evaluasi dampak penting akan dilakukan secara
holistik dengan metode evaluasi terhadap dampak yang
prioritas akan ditangani, baik dampak primer maupun dampak
sekunder.

c. Jenis Dampak Yang Dikelola


Diuraikan komponen lingkungan yang merupakan dampak
lingkungan yang harus dikelola, sebagai dampak adanya
kegiatan tertentu dan rencana kegiatan.

d. Sumber Dampak
Diuraikan jenis kegiatan Pembangunan Puskesmas dan/atau
sumber dampak lainnya yang merupakan penyebab timbulnya
dampak.

e. Lokasi Pengelolan Lingkungan


• Uraian rencana lokasi pengelolaan lingkungan dengan
memperhatikan sifat persebaran dampak, harus dijelaskan
pada lahan pekarangan, lahan usaha disertai dengan
luasannya.
• Lokasi program pengelolaan lingkungan digambarkan
dalam skala memadai.

f. Waktu Pengelolaan Lingkungan


Untuk setiap program pengelolaan lingkungan yang diusulkan
supaya dijelaskan tentang kapan dan lamanya waktu
pengelolaan lingkungan.

PENAWARAN TEKNIS 95
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
g. Instruksi Pengelolaan Lingkungan
Setiap program pengelolaan lingkungan harus dikemukakan
instansi pengelolaan lingkungan yang terdiri dari pelaksana,
pengawas, dan yang dilaporkan (disajikan dalam bentuk
matriks).

Hasil akhir Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) disajikan dalam


bentuk matriks berdasarkan jenis kegiatan secara rinci, menurut
kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Tahap Pra Konstruksi
2. Kegiatan Tahap Konstruksi
3. Kegiatan Tahap Operasi/Pasca Konstruksi.

B. Penyusunan Dokumen Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)


Dalam penyusunan dokumen UPL, mengacu pada Permen LH
No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup, penyusunan dokumen UPL agar dapat
menguraikan kolom Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup terdiri
atas tiga subkolom yang berisi informasi:
a. Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang diisi
dengan informasi mengenai cara, metode, dan/atau teknik
untuk melakukan pemantauan atas kualitas lingkungan hidup
yangmenjadi indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan
hidup (dapat termasuk di dalamnya: metode pengumpulan dan
analisis data kualitas lingkungan hidup, dan lain sebagainya);
b. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup, yang diisi dengan
informasi mengenai lokasi dimana pemantauan lingkungan
dimaksud dilakukan (dapat dilengkapi dengan narasi yang
menerangkan bahwa lokasi tersebut disajikan lebih jelas dalam
peta pemantauan lingkungan pada lampiran UKL-UPL); dan

PENAWARAN TEKNIS 96
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
c. Periode pemantauan lingkungan hidup, yang diisi dengan
informasi mengenai waktu/periode dilakukannya bentuk upaya
pemantauan lingkungan hidup yang direncanakan.

Dokumen Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) berupa upaya


pemantauan dampak lingkungan negatif dari kegiatan, yang berisi:
a. Metode Pemantauan Dampak
• Metode, dan/atau teknik untuk melakukan pemantauan atas
kualitas lingkungan hidup.
• Metode pengumpulan dan analisis data kualitas lingkungan
hidup.

b. Jenis Dampak Yang Dipantau


Diuraikan komponen lingkungan yang merupakan dampak
lingkungan yang harus dipantau.

c. Sumber Dampak
Diuraikan jenis kegiatan dan/atau sumber dampak lainnya yang
merupakan penyebab timbulnya dampak.

d. Lokasi Pemantauan Lingkungan


• Uraian informasi mengenai lokasi dimana pemantauan
lingkungan dimaksud dilakukan.
• Lokasi program pemantauan lingkungan digambarkan dalam
skala memadai.

e. Waktu/Periode pemantauan lingkungan hidup


Untuk setiap program pemantauan lingkungan berisi informasi
mengenai waktu/periode dilakukannya bentuk upaya pemantauan
lingkungan hidup yang direncanakan.

PENAWARAN TEKNIS 97
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
f. Instruksi Pemantauan Lingkungan
Setiap program pemantauan lingkungan harus dikemukakan
instansi pemantauan lingkungan yang terdiri dari pelaksana,
pengawas, dan yang dilaporkan (disajikan dalam bentuk matriks).

PENAWARAN TEKNIS 98
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Tabel. Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Lokasi Periode Institusi Pengelolaan Lingkungan
Jenis Sumber Besaran Tujuan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Hidup
No.
Dampak Dampak Dampak Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Lingkungan Penerima
Hidup Hidup Hidup Pelaksana Pengawas
Laporan

I Tahapan
Pra
Konstruksi

II Tahapan
Konstruksi

III Tahapan Pasca


Konstruksi

PENAWARAN TEKNIS 99
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
Tabel. Matriks Upaya Pemantauan Lingkungan
Institusi Pemantauan Lingkungan
Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
Hidup
Parameter
Jenis Sumber Metode Lokasi Periode
No. Lingkungan
Dampak Dampak Pengumpulan Pemantauan Pemantauan Penerima
yang Dipantau Pelaksana Pengawas
dan Analisis Lingkungan Lingkungan Laporan
Data Hidup Hidup

I Tahapan Pra Konstruksi

II Tahapan Konstruksi

III Tahapan Pasca Konstruksi

PENAWARAN TEKNIS 100


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN TPA BUJANGGA, KABUPATEN BERAU
C. Penerbitan Persetujuan Dokumen UKL -UPL
Untuk mendapatkan persetujuan dan Rekomendasi Teknis dan Izin
Lingkungan yang diterbitkan oleh Dinas Penanaman Modal
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Pekanbaru,
tahapan untuk mendapatkan persetujuan menurut diagram alir
berikut.

Gambar. Bagan Alir Pengajuan dan Pemeriksaan Dokumen UKL -


UPL

PENAWARAN TEKNIS 101


Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Center
E.5. Program Kerja
Dalam pelaksanaan pekerjaan layanan jasa konsultansi termasuk jasa konsultansi
penyusunan dokumen lingkungan, perlu adanya suatu program kerja yang konsepsional,
efektif dan efisien, sehingga setiap aktivitas kerja untuk mencapai target sukses pekerjaan
dapat terprogram dengan baik. Program kerja yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan
ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Terms of Reference (TOR).
Penyusunan program kerja ini dilakukan berdasarkan :
 Pekerjaan Pekerjaan Persiapan
 Pengumpulan Data (Data Sekunder dan Data Primer)
 Survey Lapangan
 Analisa Data/ Laboratorium
 Penulisan Dokumen Lingkungan
 Asistensi
 Prensentasi dan Diskusi Draft Dokumen Lingkungan
 Perbaikan dan penggandaan Laporan Akhir (Dokumen Lingkungan)

Agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan, maka
program kerja akan disusun secara sistematis dan dilaksanakan berdasarkan urutan
pekerjaan efektif dan waktu pelaksanaannya. Untuk mendapatkan efektivitas yang tinggi
atas input konsultan, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien,
dibutuhkan suatu perencanaan dan pelaksanaan sistem layanan konsultansi yang ketat.
Hanya dengan cara ini kualitas maupun kuantitas pekerjaan dapat dikontrol, seraya
menghindari beban pekerjaan puncak yang cukup besar. Beban puncak dalam pekerjaan
memerlukan mobilisasi staf tambahan dan pengenalan terhadap pekerjaan. Aktivitas yang
mengakibatkan berkurangnya kualitas pekerjaan diupayakan untuk dihindari.
Secara garis besar, ada 8 (Delapan) kegiatan utama yang akan dilakukan oleh Konsultan
dalam melaksanakan Kegiatan Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan
Lingkungan Pembangunan Qur’an Centre diantaranya adalah sebagai berikut :

PENAWARAN TEKNIS 102


Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Center
1. Pekerjaan Persiapan
Pada minggu pertama setelah pekerjaan dimula, akan dilakukan rapat pendahuluan
untuk membicarakan hal-hal berikut :
a. Pengurusan administrasi kontrak kerja
b. Pengurusan surat-surat perijinan
c. Pengurusan ijin survey kepada instansi terkait
d. Penyiapan alat dan bahan untuk keperluan survey lapangan

2. Pengumpulan Data (Data Sekunder Dan data Primer)


Data sekunder didefinisikan sebagai informasi yang berkaitan dengan studi yang
sedang dilaksanakan yang diperoleh secara tidak langsung atau pihak lain. Data
sekunder dapat berupa catatan, hasil pengukuran, hasil analisa yang diperoleh suatu
instansi atau tim studi, juga buku-buku laporan proyek dan peraturan kebijakan
daerah. Data sekunder yang akan dikumpulakn oleh Konsultan meliputi :
a. Studi Sejenis di sekitar Areal Tapak Proyek
Studi sejenis yang datanya dapat dijadikan sebagai bahan referensi adalah Laporan
Perencanaan Pembangunan Gedung Qur’an Center.

b. Peta Administrasi Wilayah


Peta administrasi wilayah meliputi menurut pemerintahan daerah dan pembagian
wilayah kerja. Data ini digunakan untuk persiapan survei dan panduan dalam
pekerjaan di lapangan.

c. Peta Topografi Wilayah


Dari peta ini dapat diketahui ketinggian dari daerah tertentu yang dapat digunakan
sebagai calon lokasi pembangunan jalan. Peta ini dilengkapi dengan skala 1 :
25,000 atau 1 : 50,000

PENAWARAN TEKNIS 103


Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Center
d. Peta Pemilikan Tanah
Dari peta ini dapat diketahui pemilikan tanah dari calon lokasi terpilih sehingga
dapat dipertimbangkan dampak yang terjadi akibat pembebasan tanah di daerah
studi. Informasi ini akan dikumpulkan oleh Badan Pertanahan Provinsi
Pekanbaru.

e. Peta Tata Guna Lahan


Dimaksudkan kemungkinan terjadinya konflik atau pembahasan yang timbul
antara rencana tata guna lahan dan sumber daya lainnya yang sekarang berlaku,
juga kemungkinan potensinya di masa mendatang di lokasi kegiatan. Konsultan
akan mengumpulkan di instansi terkait.

f. RDTRK
RDTRK yang selesai disusun dan yang terbaru akan menjadi acuan penggunaan
tanah di masa mendatang.

g. Data Hidrologi
Yang tercakup dalam data hidrologi yaitu kedalaman muka air tanah, kelandaian
aliran air tanah bebas, pola pengeringan air permukaan, lokasi mata air, kelulusan
(permeabilitas) tanah. Sumber data berupa peta hidrogeologi yang diterbitkan oleh
Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Dinas Pertambangan Propinsi Pekanbaru
dan Studi sebelumnya.

h. Data Geologi Lingkungan


Yang tercakup dalam data geologi lingkungan yaitu pengamatan sebaran tanah
dan batuan, struktur geologi, ketebalan tanah penutup, sifat fisik kimiawi daerah
resapan air permukaan dan air tanah dan keteknikan tanah, serta daya dukung
tanah.

PENAWARAN TEKNIS 104


Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Center
i. Data Iklim
Komponen yang tercakup dalam data iklim yaitu tipe iklim, suhu (maksimum,
minimum, rata-rata), kelembaban udara, curah hujan dan keadaan angin (arah,
kecepatan, arah domanan).

j. Inventarisasi Pemanfaatan Sumber Air


Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemanfaatan air di sekitar lokasi, apakah
dipergunakan untuk air minum, mandi, cuci, atau untuk keperluan pertanian,
industri, dan lain-lain.

k. Data Demografi
Data demografi merupakan data mengenai kependudukan, yang meliputi jumlah
penduduk, kepadatan, penyebaran penduduk, kondisi sosial, dan lain-lain.

3. Survey Lapangan
Survei lapangan dilakukan dalam rangka mengumpulkan data-data primer maupun data
sekunder yang dianggap belum lengkap. Data atau parameter yang dikumpulkan sesuai
hasil pelingkupan yang dicantumkan dalam dokumen Laporan Pendahuluan yang telah
disetujui.

4. Analisa Data/ Laboratorium


Data-data yang terkumpul akan dianalisa oleh masing-masing tenaga ahli. Beberapa
parameter kualitas air, biologi dan udara akan di analisis di Laboratorium rujukan.

5. Penulisan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup


Penulisan draft laporan studi Dokumen Lingkungan akan dilakukan manakala data
primer dan sekunder yang dibutuhkan telah lengkap terkumpul.

PENAWARAN TEKNIS 105


Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Center
6. Asistensi
Setelah dokumen selesai disusun, maka konsultan akan melaksanakan asistensi
dengan pemrakarsa sebelum dibawa ke komisi penilai.

7. Presentasi Dokumen Lingkungan


Draft Dokumen Lingkungan akan diperbanyak untuk dipresentasikan di Komisi
Penilai. Dalam presentasi ini juga akan memberikan masukan dan perbaikan dokumen

8. Perbaikan dan Penggadaan Laporan Akhir


Konsultan akan menyempurnakan draft dokumen Lingkungan sesuai dengan saran
dan masukan dari tim komisi Amdal yang disampaikan saat presentasi. Selanjutnya
hasil perbaikan akan digandakan dan akan diajukan untuk memperoleh persetujuan.

PENAWARAN TEKNIS 106


Penyusunan Dokumen Lingkungan Dan Persetujuan Lingkungan Pembangunan Qur’an Center

Anda mungkin juga menyukai