URAIAN PENDEKATAN,
METODOLOGI DAN
PROGRAM KERJA
Kriteria pokok dari Dokumen Penawaran Teknis Pekerjaan Perencanaan Jembatan Gantung
Kampung Lamo Kec. Mendahara Ilir pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung
Jabung Timur Tahun Anggaran 2012 terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu :
Pendekatan Teknis dan Metodologi ;
Program Kerja
Organisasi dan Personil
Secara detail akan kami sajikan sebagai berikut :
Untuk Mengefektifkan waktu yang tersedia agar diperoleh hasil yang maksimal
maka penyedia jasa akan memberikan strategi yang tepat dalam menyusun
sistematika dan metodologi yang akan dituangkan berikut ini, seperti Pendekatan
Teknis dan metodologi,
Hasil akhir dari perencanaan teknis ini berupa Dokumen perencanaan / DED
lengkap yang dapat diaplikasikan dengan baik di lapangan sehingga pekerjaan
teknis dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan spesifikasi teknis serta
tercapainya umur rencana sesuai yang diharapkan.
Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang dapat
digunakan harus dipelihara oleh Penyedia Jasa, danData IRMS serta
data BMS dapat digunakan sebagai referensi awal dalam pembuatan
perencanaan.
1. Survey Penduhulan
Pekerjaan survey Penduhuluan ini meliputi peninjauan lapangan
terhadap jembatan-jembatan tersebut di atas penentuan relokasi
dan sebagainya.
Penyedia jasa diwajibkan mengumpulkan sebanyak mungkin data-
data yang diperlukan untuk langkah-langkah disain.
Data-data yang diperlukan sebagai berikut :
- Data mengenai kondisi jembatan dan bagian-bagian yang
rusak
- Data banjir dan erosi
- Bahan yang tersedia yang dapat menentukan macam
konstruksi yang menguntungkan
- Data lain yang diperlukan dan dianggap penting
- Usulan lainnya dari P2TProv
Semua hasil survey pendahuluan harus dilaporkan dalam bentuk
laporan survey pendahuluan lengkap dengan photo
diperlukan)
Bulk density
Moisture content
Atteberg limit
Grain size analysis
b. Besaran-besaran structural tanah
Unconfiened compressive strength
maksud dari test ini adalah untuk
memperoleh besarnya kekuatan
tanah yang kohesif
Direct shear test. Test ini
dikerjakan untuk tanah tanpa
kohesif
Consolidation test, dumaksudkan
untuk mendapatkan besaran-
besaran yang dapat dipergunakan
untuk perhitungan settlement
bangunan bawah jembatan.
9) Ketentuan lain :
- Penyelidikan tanah dengan membor,
lubang bor harus diatur sedemikian
sehingga dapat memberikan informasi
detail akan tanah dasar.
- Sebagai hasil penelitian lapangan yang
memerlukan pemboran, letak lubang
bor, jumlah dan kedalamannya harus
sesuai dengan keperluan.
- Untuk pilar dimana tidak dapat
dilakukan pemboran dengan bor
mesin karena lokasi dan kondisi, maka
pemboran dapat diganti dengan
persetujuan PPTK P2TProv Jambi
- Kesimpulan dan saran harus
berdasarkan data-data dan peninjauan
teknis ekonomis secara lengkap.
Untuk jembatan dengan bentang kurang dari 80 m
c) Penyelidikan hidrologi
Penyedia jasa harus memberikan perhatian khusus dalam
pengumpulan dan pengujian data-data yang didapat untuk
digunakan analisa persoalan drainase jalan (misalnya : gejala
arah dan kecepatan aliran, jenis/sifat erosi maupun
pengendapan, daerah pengaruh banjir, tinggi banjir air/air
rendah/air normal dan lain-lain)
Daerah aliran (catchment area) dari setiap gejala aliran air
harus dipelajari dengan cermat dari peta topografi/geologis
maupun pemeriksaan langsung di tempat.
Untuk analisa hidrologi ditetapkan return periode 50 tahun.
d) Perhitungan rencana
Dalam phase perencanaan ini, penyedia jasa wajib
melaksanakan proses sebagai berikut :
1. Penyusunan konsep detail perencanaan untuk
selanjutnya dimintakan persetujuan pemberi tugas.
2. Pembuatan perencanaan akhir, dilakukan setelah
konsep tersebut dalam butir (1) mendapat persetujuan
pemberi tugas dengan mencantumkan koreksi-koreksi
dan saran yang diberikan oleh pemberi tugas
3. Semua perencanaan harus mengikuti ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
3. Perhitungan volume
Program pergantian, perbaikan/peningkatan jembatan
ini akan dibagi dalam satu atau beberapa paket
pelaksanaan sesuai dengan lokasi dan kemampuan
pelaksanaan pembangunan.
Untuk tiap jembatan harus dihitung jumlah pekerjaan
untuk tiap bagian dengan masing-masing kontrak
pelaksanaannya dan diringkas dalam beberapa
pekerjaan sebagai berikut :
- Mobilisasi
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan beton
- Pekerjaan jalan dan pendekat
- Pekerjaan bangunan atas
- Lain-lain
4. Perkiraan biaya
Supaya didapat perkiraan biaya yang tetap dan sesuai,
maka penyedia jasa harus menyiapkan analisa harga
satuan dari setiap jenis pekerjaan berdasarkan factor-
faktor : material, peralatan, social, pajak, over head,
keuntungan dan pengawasan yang didapat dari
keterangan-keterangan daerah setempat.
Perkiraan yang didapat dari analisa ini dibandingkan
dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya atau pekerjaan-
pekerjaan sejenis di daerah itu, bila terjadi perbedaan
f) Perencanaan akhir
1) Setiap revisi/variasi atas detail perencanaan sementara
yang dilakukan pemberi tugas harus dimasukkan ke
dalam final design melalui penelitian penyedia jasa
2) Catatan perencanaan akhir pada kertas A3 harus
diserahkan oleh penyedia jasa kepada pemberi tugas
dalam waktu yang telah ditetapkan
Semua catatan dan perhitungan pada survey lapangan dan semua
Akomodasi yang berupa kendaraan roda dua dan roda empat, fasilitas
lainnya termasuk kantor dan lain-lain harus disediakan sendiri oleh
Penyedia Jasa dengan cara sewa yang akan dibayarkan melalui
kontrak,
Peralatan dan material lain yang tidak tercantum dalam Rincian Biaya
namun diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan, dianggap sudah
termasuk ke dalam kontrak dan harus disediakan oleh penyedia jasa.
Laporan Pendahuluan
Laporan Bulanan
Laporan Akhir : Perhitungan Struktur (lampiran-lampiran : hasil
perhitungan topografi, penyelidikan tanah dan hidologi),
Engineering Estimate, gambar rencana, Dokumen Lelang
Laporan Rencana Mutu Kontrak.
1.3. Metodologi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini perlu disusun metode pelaksanaan yang simpel
dan efektif mengingat dari jumlah kegiatan maupun jenis yang cukup beragam,
sehingga akan dapat memudahkan penyelesaian pada setiap masalah
Pengukuran Topografi.
Penyelidikan Tanah dan Material.
Penyelidikan Hidrologi
a. Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi dilakukan sepanjang lokasi as jembatan
baru dengan mengadakan tambahan pengukuran detail pada
tempat yang memerlukannya atau pemindahan lokasi jembatan
sehingga memungkinkan didapat realinyement as jalan jembatan
uang sesuai dengan standar yang dikehendaki.
Daerah yang diukur minimal :
Secara Secara garis besar, data yang akan diperoleh dari hasil
pengukuran topografi adalah :
Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita
ukur 100 meter. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak
dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung
kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan
permukaan tanah.
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴𝐵 = 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3
= sudut mendatar
AB = bacaan skala horisontal ke target kiri
√(𝑓𝑥2 = 𝑓𝑦2 )
𝐾𝑙 = ≤ 1 ∶ 5000
∑𝑑
𝛼 𝑇 = 𝛼𝑀 + 𝛽 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝛼 𝑇 = 𝛼𝑀 + (𝑇 − 𝑀 )
di mana:
T = azimuth ke target
M = azimuth pusat matahari
(T) = bacaan jurusan mendatar ke target
(M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
= sudut mendatar antara jurusan ke matahari
dengan jurusan ke target
Pengukuran Waterpass
rambu
P3
P2 LWS=0,00
P1
(1) Umum
Penyedia jasa harus melengkapi teamnya yang akan
ditugaskan ke lapangan dengan alat-alat yang menurut
keperluannya agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
sempurna.
Team tersebut harus dipimpin oleh seseorang yang
terpercaya dan ahli dalam bidangnya dan bekerja dengan
penuh tanggungjawab untuk memungkinkan di dapatnya
hasil yang optimal.
Cara melaksanakan pemboran dan pengambilan contoh
tanah hendaknya dilakukan sesuai dengan aturan yang
berlaku dengan ketelitian yang tinggi agar insterperasi atau
percobaan yang akan dilakukan nanti tidak akan menjumpai
kesulitan.
Cara klasifikasi jenis tanah hendaknya dilakukan menurut
ASTM/AASTHO. Penamaan jenis tanah, apabila digunaka
bahasa Indonesia hendaknya diberi penjelasan istilah dalam
bahasa Inggrisnya denga cara ditulis dalam kurung. Dalam
hal ini dimasudkan untuk keseragaman pengguna istilah.
Pada setiap lobang bor yang dikerjakan harus dilakukan
pencatatan : lokasi, elevasi permukaan pemboran, tanggal
dimulai, tanggal selesai dan alat sondir
Boring dan Samping dengan alat sondir
Jenis tanah
Struktur Lapisan tanah
Index dan structural properties sub surface, perlu
dilaksanakan pemboran.
o Spesific Grafity
o Bulk density
o Moisture content
o Atteberg limit
Ketentuan lain :
o Penyelidikan tanah dengan membor, lubang bor
harus diatur sedemikian sehingga dapat memberikan
informasi detail akan tanah dasar.
o Sebagai hasil penelitian lapangan yang memerlukan
pemboran, letak lubang bor, jumlah dan
kedalamannya harus sesuai dengan keperluan.
o Untuk pilar dimana tidak dapat dilakukan pemboran
dengan bor mesin karena lokasi dan kondisi, maka
pemboran dapat diganti dengan persetujuan Kepala
SNVT P2JN Jambi.
o Kesimpulan dan peninjauan teknis ekonomis secara
lengkap.
c) Penyelidikan Hidrologi
Keadaan medan
Iklim I
< 9000 mm/th 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 3,5
Iklim II
< 9000 mm/th 1,5 2,0 –2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5
Catatan ;
Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian
atau tikungan tajam (jari-jadi 30 m) FR di tambah dengan 0,5. Pada daerah
rawa-rawa FR di tambah dengan 1,0
Catatan :
Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT/Jalan murah,atau
jalan darurat maka nilai IP dapat diambil 1.0
Jenis Lapis
IPo Roughness (mm/km)
Permukaan
Laston 4 1000
3.9 – 3.5 > 1000
distabilisasi dengan kapur) CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah). Besarnya
koefisien kekuatan relatif dapat dilihat pada Tabel :
0,40 744
0,34 590
0,32 454 LASTON
0,30 340
0,35 744
0,31 590
0,28 454 Asbuton
0,26 340
0,30 340 Hot Rolled Asphalt
0,26 340 Aspal macadam
0,25 LAPEN (mekanis)
0,20 LAPEN (manual)
0,28 590
0,26 454 LASTON ATAS
0,24 340
0,25 LAPEN (mekanis)
0,20 LAPEN (manual)
0,15 22 Stabilitas tanah dengan semen
0,13 18
0,15 22 Stabilitas tanah dengan kapur
0,13 18
0,14 100 Pondasi macadam (basah)
0,12 60 Pondasi macadam (kering)
0,14 100 Batu pecah ( kelas A )
0,13 80 Batu pecah ( kelas B )
0,12 60 Batu pecah ( kelas C )
0,13 70 Sirtu / pitrun (kelas A)
0,12 50 Sirtu / pitrun (kelas B)
Arteri 70 – 120 60 – 80 40 – 70
Kolektor 60 – 90 50 – 60 30 – 50
Lokal 40 – 70 30 - 50 20 – 30
A. Alinyemen Horisontal
a) Superelevasi Maksimum dan Jari-jari Minimum.
𝑉2
𝑅=
127 (𝑖 + 𝑓)
100 85
80 70
60 50
50 40
40 35
c). Kelandaian Maksimum
Kelandaian Maksimum
(%)
100 3
80 4
60 5
40 7
Panjang Kritis
100 4 700
5 500
6 400
80 5 600
6 500
7 400
60 6 500
7 400
8 300
50 7 500
8 400
9 300
40 8 400
9 300
10 200
B. Alinyemen Vertikal
100 85
80 70
60 50
50 40
40 35
30 25
20 20
3) Jarak Pandangan
(km/jam) (m)
80 110
60 75
40 40
Standar yang akan digunakan dalam desain jembatan pada ruas jalan
arteri ini didasarkan pada peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh
Bina Marga, sekarang Dit Jen Prasarana Wilayah.
2) Desain Jembatan
sungai, tinggi muka air banjir, lebar jalan yang akan dilintasi
jembatan, dan lain sebagainya.
Analisa beban struktur terdiri dari beban dari kendaraan, berat sendiri
struktur maupun beban akibat gempa. Peraturan-peraturan yang
digunakan didalam analisa diantaranya :
Kontrak dan
Mobilisasi
Data
Pendahuluan
Rekayasa
Pendahuluan
Survey Survey
Survey Tanah
Hidrologi Topografi
Tahap Survey
Lapangan
Data Data Data
Hidrologi Tanah Topografi
Tahap
Designing
Design Oprit,
Laporan Teknis
Abutment dan Pilar Perencanaan
4) Metodologi Desain
Spesifikasi Pembebanan
Menurut Spesifikasi Bina Marga - Bridge Management System 92,
beban dan gaya yang digunakan dalam perhitungan tegangan-
tegangan dalam konstruksi adalah beban primer, beban sekunder dan
beban khusus.
1. Beban Primer
i. Beban Mati (dead Load)
a) Berat Sendiri
UDL vs Bentang
BENTANG (M) UDL (kPa)
10
0 8
8
1 8
UDL (k Pa)
6 2 8
4 UDL (kPa)
3 8
2 4 8
0 5 8
0 20 6 40 60 8 80 100 120
7 Bentang8(m)
8 8
Apabila lebar jalur lebih besar dari 5,5 m, beban “D” harus
ditempatkan pada dua jalur lalu-lintas rencana yang
berdekatan, dengan intensitas 100%. Hasilnya adalah
beban garis ekivalen sebesar 5,5 q kN/m (untuk L ≤ 30 m =
4,5 ton/m) dan beban terpusat ekivalen sebesar 5,5 p kN/m
(atau 24,8 ton) kedua - duanya bekerja berupa garis (strip)
pada jalur selebar 5,5 m. Lajur lalu-lintas rencana yang
membentuk strip ini bisa ditempatkan dimana saja pada
jalur jembatan. Beban “D” tambahan harus ditempatkan
pada seluruh lebar sisa dari jalur dengan intensitas sebesar
50 %
5m 4-9m
50 kN 200 kN 200 kN
100 kN 100 kN
125 mm 25 kN 500 mm 500 mm
200 mm
200 mm 200 mm
2.75 m
200 mm 200 mm
200 mm
100 kN 100 kN
125 mm 25 kN 500 mm 500 mm
LE Lav . Lmax
50
40
30
DLA(%) 20
10
Bentang (m)
Sumber : Bina Marga, BMS 1992, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, Bagian 2 :
Beban Jembatan
Gambar 12. Faktor Beban Dinamis untuk KEL pada Beban Lajur “D”
Harga DLA yang dihitung digunakan pada seluruh bagian bangunan yang
berada diatas permukaan tanah. Untuk bagian bangunan bawah dan fondasi
yang berada dibawah garis permukaan, harga DLA harus diambil sebagai
peralihan linier dari harga pada garis permukaan tanah sampai nol pada
kedalaman 2 m.
2. Beban Sekunder
dimana :
VW = kecepatan angin rencana (m/det)
CW = koefisien seret (lihat Tabel 3.2.)
Ab = luas ekivalen bagian samping jembatan (m2)
Kecepatan angin rencana harus diambil seperti yang diberikan dalam Tabel...
Tipe Jembatan CW
Catatan :
Luas ekivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian yang
masif dalam arah tegak lurus sumbu memanjang. Beban angin harus
diangap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas.
Modulus
Koefisien Perpanjangan
Bahan Elastisitas
Akibat Suhu
Mpa
Beton
Kuat tekan <30 Mpa 10 x 10-6 per 0C 25.000
Kuat tekan >30 Mpa 11 x 10-6 per 0C 34.000
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220
Panjang (m)
Sumber : Bina Marga, BMS 1992, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, Bagian 2 :
Beban Jembatan
TEQ = Kh . I . WT
dimana :
TEQ = gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN);
Kh = koefisien beban gempa horisontal;
Kh = C.S
Untuk bangunan yang mempunyai satu derajat kebebasan yang sederhana, maka
rumus berikut ini dapat dipergunakan.
WTP
T 2
g. K p
dimana :
Untuk pilar tinggi, berat pilar dapat menjadi cukup besar untuk mengubah
respons bangunan menjadi gerakan gempa. Apabila berat pilar lebih besar dari
20 % berat total yang dipengaruhi oleh percepatan gempa WT, maka bukan statis
ekivalen arah horisontal pada pilar harus disebarkan sesuai dengan Gambar 14.
1.2 Kh
1.1 Kh
30 m
20 m Kh
10 m
Muka tanah
Kh
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah (tekanan tanah dinamis) dihitung
dengan menggunakan faktor harga dan sifat bahan, koefisien gempa horisontal
Kh dan faktor kepentingan I.
3. Beban Khusus
Gaya sentrifugal harus bekerja secara bersamaan dengan beban “D” atau “T”
dengan pola yang sama sepanjang jembatan. Faktor beban dinamis disini jangan
ditambahkan pada gaya sentrifugal tersebut.
Gaya sentrifugal dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan dengan arah
keluar secara radial dan harus sebanding dengan pembebanan total pada suatu
titik berdasarkan rumus :
V2
TTR 0,006 TT
r
dimana :
Pilar yang mendukung jembatan yang melintas jalan raya, jalan kereta api harus
direncanakan mampu menahan tumbukan. Kalau tidak, bisa direncanakan dan
dipasang pelindung.
dengan sumbu jalan yang terletak di bawah jembatan. Beban ini bekerja 1,8 m di
atas permukaan jalan.
4. Kombinasi Beban
Kombinasi beban pada keadaan batas daya layan terbagi menjadi beberapa
kombinasi. Pembagian kombinasi dapat dilihat pada Tabel
Kombinasi Beban
Seluruh Aksi tetap yang sesuai untuk jembatan tertentu diharapkan bekerja sama-
sama. Kombinasi beban yang lazim bisa dilihat dalam Tabel
Kombinasi beban pada keadaan batas ultimate terdiri dari jumlah pengaruh tetap
dengan satu pengaruh transient. Sebagai ringkasan kombinasi yang lazim
diberikan pada Tabel ... berikut :
Kombinasi Beban
Aksi
Daya Layan (1) Ultimate (2)
Catatan
Nama Simbol 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Aksi Tetap x x x x x x x x x x x X
Rangkak
- Prategang PPR
- Beban Pelaksanaan
Tetap
Pengaruh TET o o x o o o o o o o o
Temperatur
Tumbukan PBF x x
Pelaksanaan TCL x x
Catatan :
(1) Dalam keadaan batas daya layan pada bagian table ini, aksi dengan tanda
(2) Dalam keadaan batas ultimate pada bagian table ini, aksi dengan tanda
(3) Bebarapa aksi tetap bias berubah menurut waktu secara perlahan-lahan.
Kombinasi beban untuk aksi demikian harus dihitung dengan melihat
harga rencana maksimum dan minimum untuk menentukan keadaan
yang paling bahaya.
Pemilihan struktur atas jembatan yaitu struktur PCI Girder span 19,60 meter
sebamyak satu span.
ii. Pondasi
Pemilihan jenis pondasi yaitu PC Spun Pile 500 m dengan kedalaman 30,0
meter.
Kelas Kegunaan
30 Pelat Lantai
50 Pelat injak, Dinding sayap, Parapet, Back wall
70 Kolom, Footing bagian samping
100 Footing bagian bawah
Tegangan Leleh
Jenis Penandaan
(kg/mm2)
Baja Tulangan Polos 24 BJTP – 24
Pada tahap ini penyedia jasa / konsultan menyediakan team work yang akan
ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan teknik jembatan ini dan
Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan di
hitung koordinatnya. Ini maksudnya untuk memperbanyak titik
referensi pada penetuan kembali sumbu jalan yang direncanakan.
Patok-patok
Prosedur Kerja
b. Team tersebut harus dipimpin oleh seseorang yang terpercaya dan ahli
dalam bidangnya dan bekerja dengan penuh tanggungjawab untuk
memungkinkan di dapatnya hasil yang optimal.
c. Cara melaksanakan pemboran dan pengambilan contoh tanah hendaknya
dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku dengan ketelitian yang tinggi
agar insterperasi atau percobaan yang akan dilakukan nanti tidak akan
menjumpai kesulitan.
d. Cara klasifikasi jenis tanah hendaknya dilakukan menurut ASTM/AASTHO.
Penamaan jenis tanah, apabila digunaka bahasa Indonesia hendaknya
diberi penjelasan istilah dalam bahasa Inggrisnya denga cara ditulis dalam
kurung. Dalam hal ini dimasudkan untuk keseragaman pengguna istilah.
e. Pada setiap lobang bor yang dikerjakan harus dilakukan pencatatan : lokasi,
elevasi permukaan pemboran, tanggal dimulai, tanggal selesai dan alat
sondir
f. Boring dan Samping dengan alat sondir
Untuk Mendapatkan informasi yang lebih teliti mengenai :
Jenis tanah
Struktur Lapisan tanah
Index dan structural properties sub surface, perlu dilaksanakan
pemboran.
Boring harus dikerjakan sampai kedalaman 30 meter atau setelah
didapat informasi yang cukup mengenai letak lapisan tanah keras,
jenis batuan dan tebalnya.
Jika sebelum mencapai kedalaman yang ditentukan telah
menembus lapisan keras ini sedalam kurang lebih 3 meter lagi
(tergantung jenis batuannya dan beban bangunan sub
strukturnya).
g. Ketentuan lain :
Penyelidikan tanah dengan membor, lubang bor harus diatur
sedemikian sehingga dapat memberikan informasi detail akan tanah
dasar.
Sebagai hasil penelitian lapangan yang memerlukan pemboran,
letak lubang bor, jumlah dan kedalamannya harus sesuai dengan
keperluan.
Daerah aliran (catchment area)dari setiap gejala aliran air harus dipelajari
dengan cermat dari peta topografi / geologis maupun pemeriksaan
langsung ditempat.
3. Perhitungan volume
Program penggantian, perbaikan/peningkatan jembatan ini akan dibagi
dalam satu atau beberapa paket pelaksanaan sesuai dengan lokasi dan
kemampuan pelaksanaan pembangunan.
Untuk tiap jembatan harus dihitung jumlah pekerjaan untuk tiap bagian
dengan masing-masing kontrak pelaksanaannya dan diringkas dalam
beberapa pekerjaan sebagai berikut :
Mobilisasi
Pekerjaan tanah
Pekerjaan beton
Pekerjaan jalan dan pendekat
Pekerjaan bangunan atas
Lain-lain
4. Perkiraan Biaya
Supaya didapat perkiraan biaya yang tetap dan sesuai, maka Penyedia jasa
harus menyiapkan analisa harga satuan dari setiap jenis pekerjaan
berdasarkan factor-faktor : material, peralatan, social, pajak, over head,
keuntungan dan pengawasan yang didapat dari keterangan-keterangan
daerah setempat.
Perkiraan yang didapat dari analisa ini dibandingkan dengan kegiatan-
kegiatan sebelumnya atau pekerjaan-pekerjaan sejenis di daerah itu, bila
terjadi perbedaan maka harus dicari penyebabnya dan diadakan penelitian
kembali sehingga didapatkan harga yang sesuai untuk pekerjaan tersebut.
Perkiraan biaya pembebasan tanah (ROW) harus dibuat berdasarkan harga
satuan yang ditentukan oleh pemerintah untuk setiap jenis penggunaan
tanah.
Penyedia jasa harus mengumpulkan data dari kontraktor dalam negeri
sehingga dapat memperkirakan kemampuannya dalam melaksanakan
pekerjaan tersebut dan selanjutnya memberikan saran bagaimana cara
melaksanakan pekerjaan fisik tersebut.
Dokumen-dokumen yang harus disiapkan adalah sebagai berikut :
Analisa harga satuan
Perkiraan biaya untuk masing-masing cara pelaksanaan.
Jumlah pekerjaan dari setiap pelaksanaan yang bersangkutan.
Dalam menganalisa periode-periode pelaksanaan dan pembiayaan, maka
penyedia jasa harus menyiapkan jadwal untuk setiap kegiatan dengan
jumlah biaya tahunan yang diperlukan.
Semua catatan dan perhitungan pada survey lapangan dan semua kalkir
perencanaan kegiatan ini harus diserahkan kepada pemberi tugas bersamaan
dengan penyerahan perencanaan akhir.
2.7. Pelaporan
Dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan ini, pihak Konsultan akan membuat
laporan untuk melengkapi data perencanaan serta sebagai bahan pelaksanaan,
dimana setiap laporan harus disusun secara detail dan lengkap dalam Bahasa
Indonesia, dengan jumlah dan isi laporan tersebut ditetapkan sebagai berikut :
2.7.1. Laporan Pendahuluan / Reconnaissance Survey
Laporan Pendahuluan, berisi :
1). Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh
2). Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
3). Jadwal kegiatan penyedia jasa
4). Hasil survey reconnaissance
5). Foto kondisi eksisting yang mewakili
Laporan pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sejak SPMK diterbitkan, berjumlah 5 Buku.
2.7.4. Laporan Penyelidikan Tanah (Sondir Test, Boring test & Laboratorium Test)
Penyusunan Laporan Penyelidikan tanah harus mencakup seluruh
penyelidikan pada lokasi kegiatan berdasarkan klasifikasi tanah yang didapat
sebagai hasil test.
2.7.5. Laporan Akhir, Engineering Estmate dan Gambar Rencana serta Dokumen
Pengadaan
Laporan Akhir ini, berisi laporan seluruh proses yang dilakukan serta seluruh
perhitungan yeknis yang digunakan sebagai dasar perhitungan disain.
Laporan akhir ini diserahkan bersama-sama dengan perhitungan kebutuhan
fisik dan biaya konstruksi dalam bentuk Engineer Estimate (EE), Gambar-
gambar Rencana .
Dalam Pra Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak yang dimaksud
dengan :
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.
Bahaya K3 adalah suatu keadaan yang belum dikendalikan sampai pada suatu
batas yang memadai dan dapat diterima.
Kategori Risiko K3 dinyatakan berupa Risiko Tinggi, Risiko Moderat dan Risiko
Rendah. Jika terjadi perbedaan pendapat tentang penentuan kategori Risiko,
harus diambil tingkat Risiko yang lebih tinggi.
Lingkungan dikaitkan dengan Limbah (baik cair, padat dan gas), sisa bahan,
buangan, bekas dan komplain lingkungan serta dampak ikutannya dengan
tingkatan yang berjenjang mulai dari 1 (satu) sampai dengan 5 (lima).
1. Kebijakan K3
PT. Endah Bangun Nagara Consultant berkomitmen pada pelaksanaan aktivitas Konstruksi dalam
keadaan aman, yang artinya efisien dan memenuhi Peraturan Perundang-undangan K3. Tujuan
kami adalah untuk memberikan lingkungan kerja yang bebas kecelakaan. Kami mengenali
bahaya yang akan timbul baik dari peralatan maupun lingkungan serta menekan dan
meminimalkan bahaya tersebut.
Sumberdaya kami yang sangat berharga adalah tenaga kerja. Ketika kualitas dan produktivitas
menjadi kritis terhadap operasi kerja kami, itu akan menurunkan keselamatan personel.
Untuk mencapai tujuan kami, diperlukan keseragaman usaha tim dari semua level organisasi.
Keselamatan harus direncanakan dalam tiap-tiap aktivitas kerja dan mendapatkan perhatian yang
sama halnya dengan mutu dan produksi.
Kebijakan K3 dan manual prosedur telah dikembangkan untuk memandu kita dalam pekerjaan
sehari-hari. Kerjasama tim dan pemenuhan terhadap standar K3, prosedur dan ketentuan akan
membantu kita dalam mencapai tujuan “Zero Accident”. Kerjasama anda dan partisipasi aktif
dalam kebijakan K3 ini sangatlah diharapkan dan kami hargai.
YADI HIDAYAT, ST
2. Perencanaan
Nama Pekerjaan :
Lokasi :
Tanggal :
Sasaran K3
Program K3
1. Kebijakan K3
2. Administratif dan Prosedur
3. Identifikasi Bahaya
4. Project Safety Review
5. Pembinaan dan Pelatihan
6. Safety Meeting dan Safety Committee
7. Safe Working Practices
8. Sistim Ijin Kerja
9. Safety Inspection
10. Equipment Inspection
11. Keselamatan Konsultan
12. Lalulintas Jalan
13. Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran
14. Keadaan Darurat
15. Investigasi Kecelakaandan Pelaporan
Organisasi K3
Penanggung Jawab K3
Sudah biasa bekerja dengan metode design jembatan Direktorat Jenderal Bina
Marga, maupun metode teknik perkerasan khusus yang dipakai pada kondisi
tertentu.
b. Bridge/Structure Engineer
Sarjana Teknik Sipil, pengalaman professional dalam bidang nya 6 (enam) tahun,
termasuk pengambilan data lapangan dan analisanya.
6. Menganalisa data survai lapangan dan data lain yang tersedia, menyiapkan
detail desain, prakiraan jumlah dan harga teknik demikian pula gambar-
gambar teknik dari semua jembatan yang akan direncanakan.
c. Quantity Engineer
Sarjana Teknik Sipil, berpengalaman dibidang hidrologi minimal 6 (enam) tahun
kerja.
1. Surveyor
Sarjana Teknik Sipil/Teknik Geodesi/D3/SLTA, dengan tugas membantu
pelaksanaan tugas Geodetic Engineer dalam hal pengukuran lapangan serta
pengolahan data dan pembuatan peta.
2. Teknisi
Sarjana Teknik Sipil/D3/SLTA, dengan tugas membantu pelaksanaan tugas
Soil and Material Engineer dalam hal pengambilan data lapangan serta
pengolahan data.
3. Administrasi/Opr. Komputer
Sarjana Muda/SLTA, dengan tugas membantu pelaksanaan administrasi
penyedia jasa.
4. CAD Operator
Sarjana Muda/SLTA, dengan tugas membantu Engineer dalam pembuatan
gambar disain dengan software CAD.
5. Tenaga Lokal
Bertugas membantu pelaksanaan survey di lapangan.
2. ORGANISASI
Untuk memenuhi kebutuhan Perencanaan pekerjaan pada Pekerjaan Perencanaan
Jembatan Gantung Kampung Lamo Kec. Mendahara Ilir Tahun Anggaran 2012,
maka penyedia jasa membuat Struktur Organisasi pelaksanaan pekerjaan sebagai
berikut : (Terlampir)