Anda di halaman 1dari 101

PENDEKATAN DAN

METODOLOGI

E.1. Apresiasi Konsultan Terhadap Dokumen AMDAL Kegiatan

Pembangunan Jalan Karang Mas – Kina – Jemuat

A. Pembangunan Jalan
Pembangunan merupakan salah satu faktor terbentuknya daerah yang berkelanjutan
menjadi wilayah dan kemudian membentuk negara, yang dilakukan secara terarah,
terpadu dan berkesinambungan. Berbagai jenis pembangunan terus dilakukan
sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas masyarakat seperti pembangunan
ekonomi, politik, infrastruktur, dan lain-lain.

Setiap pembangunan membutuhkan perencanaan yang tepat dan terkendali agar


pembangunan dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang sesuai.
Perencanaan tersebut meliputi perencanaan gambar, pengadaan, penyusunan RAB
(Rencana Anggaran Biaya), Survey Lokasi, dan Pelaksanaan Pembangunan.

Perencanaan dan pembangunan jalan termasuk jenis pembangunan infrastruktur


dimana berfungsi sebagai pemenuhan salah satu kebutuhan masyarakat yang
meliputi proses pembukaan ruangan lalu lintas untuk menghubungkan satu kawasan
dengan kawasan pembangunan jalan dan terowongan, bahkan juga pengalihan
tumbuh-tumbuhan(Ini mungkin melibakan penebasan hutan).

Tahap perencanaan jalan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

PENAWARAN TEKNIS 1
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
1. Perencanana gambar
Diperlukan untuk mengetahui bentuk serta tata letak jalan yang akan dibanhun
serta mempermudah dalam proses konstruksi, sebab pembangunan tanpa
petunjuk berupa gambar maka tidak akan terlaksana dengan baik dan seringkali
menyebabkan kerugian. Perencanaan gambar meliputi :
- Gambar Konstruksi
- Gambar Potongan Melintang
- Gambar Situasi

2. Pengadaan
Pengadaan merupakan pelengkap penting dalam pembangunan. Pengadaan
dapat terbagi menjadi dua, yaitu :
- Pengadaan Alat
- Pengadaan Bahan
Untuk melaksanaan pembangunan maka pengadaan bahan diperlukan terlebih
dahulu untuk merencanakan anggaran biaya yang akan dikeluarkan untuk
suatu proyek serta pelaksanaan pembangunan. Bahan-bahan yang diperlukan
berupa asphalt, kerikil, semen, pasir, batu kali, sirtu, dan batu pecah.

3. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Rencana Anggaran Biaya merupakan perhitungan biaya bangunan berdasarkan
gambar bangunan dan spesifikasi pekerjaan konstruksi yang akan dibangun,
sehingga dengan adanya RAB dapat dijadikan sebagai acuan pelaksanaan
pekerjaan.

4. Survey Lokasi
Survey merupakan pengamatan yang dilakukan langsung pada lokasi yang akan
dibangun suatu bangunan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai baik
buruknya lokasi tersebut. Survey dilakukan sebelum melaksanakan pembangunan
karena hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk
pembuatan rencana dan pengambilan keputusan untuk pembangunan tersebut.

PENAWARAN TEKNIS 2
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
5. Pelaksanaan Pembangunan
Pelaksaaan pembangunan merupakan tahapan kostruksi untuk menghasilkan
wujud nyata dari berbagai tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Konstruksi
jalan meliputi berbagai tahapan, yaitu :
- Pembersihan lahan
Pembersiha ini bertujuan untuk mempermudah proses konstruksi dengan cara
membersihka dari sampah maupun pepohonan untuk kemudia diratakan.
Pengerjaan ini dapat dilakuakn dengan bantuan alat berupa Excavator

- Perataan Tanah
Dengan menggunakan alat berupa Buldozer maka tanah dapat dengan mudah
diratakan.

- Penghamparan Material Pondasi Bawah


Penghamparan material pondasi bawah berupa batukali menggunakan alat
transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan
menggunakan alat Tandem Roller, kemudian dilakukan lagi pada saat
penghamparan lapis pondasi atas dan lapis permukaan

- Penghamparan lapis asphalt


Penghamparan asphalt dilakukan dengan menggunakan alat berupa Asphalt
Finisher untuk asphalt yang sudah terlebih dahulu dipanaskan hingga mencair.

- Pemadatan jalan
Setelah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan rayayang sudah
diukur menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan selanjutnya
adalah pemadatan dengan Buldozer hingga memenuhi kepadatan dan elevasi
yang direncanakan.

- Finishing pemadatan dan peralatan jalan raya


Finishing merupakan tahap akhir konstruksi jalan yang dilakukan dengan
menggunakan alat Peneumatic roller.

PENAWARAN TEKNIS 3
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
E.2. Inovasi Konsultan

A. Pembuatan RMK (Rencana Mutu Kontrak)


Sehubungan dengan konsultan yang sudah mempunyai ISO 9001:2000, maka untuk
untuk mengendalikan jalannya pekerjaan konsultan akan membuat RMK (Rencana
Mutu Kontrak). Dokumen RMK ini nantinya akan memuat semua rencana kerja,
jadual kerja dan penugasan kerabat kerja. Dokumen pengendali kegiatan ini
menjadi pegangan bagi ketua tim teknis dan manajer proyek untuk memantau
kesesuaian jalannya pekerjaan. Lebih jelasnya dokumen ini memuat tentang:

a. Kebijakan mutu dan sasaran mutu.


b. Informasi proyek; memuat nama proyek, pemilik, penyedia jasa, pengawas,
lokasi proyek, sumber dana dan masa pelaksanaan.
c. Penjelasan lingkup proyek: memuat persiapan survey lapangan, pengumpulan
data, melakukan tinjauan pustaka, deskripsi dan gambaran umum wilayah studi.
d. Struktur organisasi proyek.
e. Tugas dan tanggung jawab kerabat kerja.
f. Metoda kerja
g. Jadual pelaksanaan, tenaga kerja dan pelaporan.

B. Pelibatan Tim Pakar


Di dalam mekanisme kerja profesional KONSULTAN selalu dikembangkan 2 (dua)
kelompok kerja, yakni :

 Task Force KONSULTAN, dan


 Experts group for KONSULTAN, yang beranggotakan tenaga-tenaga ahli yang
berpengalaman dan bekerja secara full time dan bertanggung jawab atas
terselesaikannya kegiatan ini. Tim ini tersusun atas tenaga ahli yang
dipersyaratkan oleh Kerangka Acuan Kerja.

Sementara Tim Pakar konsultan merupakan kelompok dinamis yang merupakan


“kekuatan jaringan profesional” konsultan dalam bekerja sama dengan pakar-pakar
dalam perencanaan Jalan seperti Dosen-dosen Teknik Lingkungan ITB Bandung

PENAWARAN TEKNIS 4
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
dan ITS Surabaya, dlsb. Tim pakar ini merupakan kelompok konsultatif konsultan
yang memiliki kapasitas dalam menganalisis secara kritis antara fenomena lapangan
(kasus praktis) dan prinsip ideal pengembangan kawasan (pendekatan teoritik)
khususnya peremajaan kota sehingga di dapat rekomendasi atau gagasan-gagasan
relevan bagi kegiatan ini. Hasil rekomendasi Tim Pakar konsultan akan menjadi
acuan bagi tim task force Konsultan.

Tim Pakar konsultan ini beranggotakan akademisi maupun praktisi senior yang
berpengalaman dalam Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Jalan Karang
Mas – Kina - Jemuat, yang akan memberikan masukan sesuai dengan tahapan-
tahapan penting analisa dalam wadah “forum konsultatif konsultan”.

E.3. Umum
Pada bab ini, Konsultan menyusun pendekatan, metodologi dan program kerja
berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan oleh Pemberi Tugas.
Secara spesifik dapat disimpulkan bahwa yang menjadi menjadi acuan dalam
pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah:
1. Kerangka Acuan Kerja kegiatan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan
Karang Mas – Kina - Jemuat di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Lamandau beserta Berita Acara Penjelasan
(Aanwijzing).
2. Literatur peraturan perundang-undangan terkait mengenai Penyusunan
AMDAL, Tugas Pokok dan Fungsi lembaga di lingkungan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Lamandau, Kegiatan Pengadaan
Barang dan Jasa, Penyelenggaraan Pemeritah Daerah dan Otonomi.
3. Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup RI.

PENAWARAN TEKNIS 5
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
E.4. Pendekatan

4.1 UMUM
Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Jalan Karang Mas – Kina – Jemuat,
menguraikan tentang proses penyusunan dokumen AMDAL mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Petunjuk praktis ini meliputi :
acuan normatif yang digunakan untuk Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pembangunan Jalan Karang Mas – Kina – Jemuat, penyusunan dokumen Kerangka
Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA – ANDAL), Penyusunan
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) dan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup – Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-
RPL) yang secara garis besar terdiri dari pengumuman di media massa dan papan
pengumuman, konsultasi publik, pelingkupan, prakiraan dampak penting, evaluasi
prakiraan dampak penting, rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

4.2 PENDEKATAN KONSULTAN


4.2.1 Umum

Pendekatan yang ditempuh dalam rangka pelaksanaan Penyusunan AMDAL


Kegiatan Pembangunan Jalan Karang Mas – Kina – Jemuat mengacu pada
keputusan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor16 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, dan secara
umum titik tolak penyusunan AMDAL adalah informasi berupa data primer dan
sekunder, baik yang dilakukan oleh konsultan penyusun AMDAL maupun
pemrakarsa kegiatan. Selain itu pendekatan yang dilakukan juga mengikuti prosedur
teknis ilmiah sebagaimana arahan yang tertuang dalam pedoman umum dan
pedoman teknis ilmiah sebagaimana arahan yang tertuang dalam p erundang-
undangan yang berlaku, yakni :

PENAWARAN TEKNIS 6
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
a. Mengidentifikasi dampak secara sistematis untuk menghindari terabaikannya
suatu dampak besar dan penting.
b. Melakukan pengumpulan dan analisis terhadap data dan informasi yang
relevan dengan masalah studi.
c. Melakukan pembahasan secara deskriptif dan analisis yang mendalam agar
hasil identifikasi, prakiraan dan evaluasi sesuai dengan yang diharapkan.
d. Menggambarkan dinamika dan persebaran dampak besar dan penting secara
geografis untuk mengetahui perilaku, keterkaitan antar dampak dan tempat
terjadinya dampak sehingga memudahkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan.

Untuk membatasi aspek-aspek yang akan diteliti dan distudi pada dokumen
ANDAL maka akan dilakukan kegiatan pelingkupan sehingga dapat memudahkan
proses identifikasi dampak besar dan penting, karena tidak semua kegiatan dalam
rangka pembangunan jalan Karang Mas – Kina - Jemuat ini dapat menimbulkan
dampak besar dan penting.

Dalam proses penyusunan AMDAL terdapat unsur-unsur analisis, formulasi


problem solving, penilaian dan alternatif penentuan isu-isu pokok serta dampak lain
yang diprakirakan muncul sehubungan dengan kegiatan yang direncanakan. Oleh
karena itu, secara sistematis dalam penyusunan ANDAL ini akan dilakukan survey
pengumpulan data, tabulasi dan analisa data, identifikasi dampak,
prediksi/prakiraan dampak, evaluasi dampak dan arahan Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Kegiatan pelingkupan diawali dengan identifikasi dampak melalui pengkajian


dampak kegiatan terhadap komponen, sub komponen, dan parameter lingkungan
yang akan terjadi. Berdasarkan isu pokok yang mungkin timbul tersebut kemudian
akan dilakukan penelaahan maupun analisis dimulai dari kegiatan survei lapangan
hingga tahap prakiraan dan evaluasi dampak. Berdasarkan hasil analisis akan
disusun rencana pengelolaan dampak baik melalui pendekatan teknis, ekonomis
maupun kelembagaan.

PENAWARAN TEKNIS 7
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Kegiatan pelingkupan dilaksanakan berdasarkan data rona lingkungan awal,
informasi deskripsi kegiatan dari pemrakarsa proyek, serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

4.2.2 Pelingkupan (Skoping)


Pengertian Skoping
Istilah skoping sebenarnya bersal dari Bahasa Inggris scoping atau dalam Bahasa
Indonesia sebagai pemusatan pandangan atau pelingkupan. Skoping dalam Amdal
dapat diartikan sebagai proses untuk menemukan atau menetapkan dampak penting
atau sering disebut pula sebagai masalah utama (main issue) dari suatu proyek
terhadap lingkungannya.

Skoping ini sudah digunkan sejak sangat awal sekali dari proses rencana
pembangunan suatu daerah, masih jauh dari rencana melakukan amdal. Sewaktu
pemerintah merencanakan proyek-proyek apa saja yang akan dibangun disuatu
daerah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif proyek teknik skoping telah
digunakan. Skoping dalam tingkatan ini sebagai policey/ planning scoping atau
skoping kebijaksanaan dan perencanaan.

Dalam melaksanakan amdal skoping telah digunakan sejak awal dari langkah dasar
dalam menyusun kerangka acuan atau TOR (terms of refereence), kemudian dalam
melaksanakan penyajian informasi lingkungan (pil) dan dalam menyusun rencana
penelitian lapangan yang lebih mendetail.

Pelaksaan skoping, terutama pada waktu penyusunan kerangka acuan, sangat


ditentukan oleh keahlian dan pengalaman yang cukup dalam bidang dari masing-
masing anggota tim. Makin tinggi keahlian dan pengalaman akan makin tajam dan
tepat hasil skoping nya.

Apabila dampak penting atau dampak utama telah ditetapkan dari hasil skoping
maka perhatian selanjutnya baik dalam penelitian dan pendugaan dampak yang
akan terjadi di pusatkan pada hasil skoping tersebut.

PENAWARAN TEKNIS 8
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Dalam penyusunan kerangka acuan yang akan merupakan bagian penting dalam
kontrak kerjasama, termasuk apa yang akan diteliti dan berapa besarnya biaya
sebenarnya,merupakan hasil dari skoping pada tingkat awal dari Amdal.

Untuk mendapatkan hasil skoping yang lebih tepat atau baik maka tim dapat
mempelajari pustaka-pustaka, laporan Amdal dan hasil pemantauan dari proyek
yang sama atau sejenis dengan proyek yang akan dilakukan skoping.

Kegunaan Skoping
Pembatas studi AMDAL terutama adalah waktu dan biaya, biasanya waktu yang
tersedia hanya berkisar antara 6-12 bulan. Jarang sekali AMDAL yang dilakukan
lebih dari 1 tahun walaupun ada juga suatu proyek yang AMDAL nya memerlukan
beberapa tahun. Begitu pula halnya dengan biaya AMDAL biasanya juga sangat
terbatas, sehingga tidak mungkin tim AMDAL meneliti terlalu banyak komponen
dan sistem hubungan tiap komponen dalam lingkungan. Berhubung adanya
pembatas waktu dan biaya tersebut maka perlu diadakan seleksi komponen yang
akan diteliti, yaitu hanya, komponen-komponen lingkungan yang akan mendapat
dampak yang nyata atau penting. Pemilihan atau seleksi komponen tersebut
dilakukan dengan mengadakan skoping, sehingga kegunaan dari skoping tersebut
dapat dirumus sebagai berikut :
1. Identifikasi dampak penting atau masalah utama (main Issue) dari suatu
proyek.
2. Menetapkan komponen-komponen lingkungan yang akan terkena dampak
nyata.
3. Menetapkan strategi penelitian pada komponen lingkungan yang akan
terkena dampak.
4. Menetapkan parameter dan indikator dari komponen lingkungan yang akan
diukur.
5. Efisiensi waktu studi AMDAL.
6. Efisiensi biaya studi AMDAL.
7. Komponen-komponen lingkungan yang ditetapkan sedikit atau sama sekali
tidak akan terkena dampak tidak akan dievaluasi lagi.

PENAWARAN TEKNIS 9
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Dapat disimpulkan pula bahwa dengan skoping waktu, biaya dan tugas untuk studi
AMDAL dapat lebih efisien, tanpa banyak terbuang untuk komponen lingkungan
yang hanya sedikit atau tidak akan terkena dampak sama sekali.

Macam Skoping
Beanlands dan Duinker (1983) memberikan pengertian untuk dua macam skoping
yaitu skoping sosial (social scoping) dan skoping ekologis (Ecological Scoping).
Kemudian Sontak (1983) memperkenalkan satu macam lagi yang disebut sebagai
skoping kebijaksanaan dan perencanaan. Arti dan perbedaan dari ketiga skoping
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Skoping sosial: adalah proses dari skoping yang menetapkan dampak penting
berdasarkan pandangan dan penilaian masyarakat. Setiap komponen dan
sistem dari lingkungan yang ada dinilai dari berdasarkan kepentingan bagi
masyarakat baik secara lokal, nasional maupun internasional yang ditinjau
dari aspek sosial ekonomi, sosial budaya maupun estetika.
2. Skoping ekologis: adalah proses dari skoping yang menetapkan dampak
penting berdasarkan pada nilai-nilai ekologi atau peranannya didalam
ekologi.

Dari dua kedua macam skoping tersebut dinilai bahwa skoping sosial akan lebih
cocok didalam menguraikan ataupun menyajikan dalam laporan mengenai dampak
dari suatu proyek, sedang skoping ekologi hasilnya akan sesuai sebagai dasar dati
penelitian yang lebih mendetail mengenai komponen yang akan terkena dampak.

Didalam diskusi dan pembahasan penyusunan AMDAL, biasanya kedua


pendekatan tersebut dilakukan bersama-sama dan setiap komponen lingkungan yang
dihasilkan dari skoping mempunyai nilai koma yaitu nilai sosial ekonomi dan nilai
ekologi. Komponen lingkungan yang dinilai akan terkena dampak penting mungkin
mempunyai nilai sosial ekonomi dan ekologi yang penting. Nilai penting bagi
masyarakat banyak digali dari penilaian masyarakat sedang nilai ekologi diberikan
oleh tim amdal, karena masyarakat belum tentu tahu mengenai nilai ekologinya.

PENAWARAN TEKNIS 10
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
3. Skoping kebijaksanaan dan perencanaan: adalah proses skoping untuk
menetapkan secara cepat pilihan dari suatu pembangunan proyek,
menganalisis masalah-masalah yang akan timbul sejak awal dan juga akan
menghasilkan saran-saran strategis didalam menjalankan atau membatalkan
suatu proyek. Proses skoping ini akan dapat menghindarkan pemborosan
biaya, tenaga dan waktu yang tidak perlu pada langkah-langkah selanjutnya
yang seharusnya tidak perlu dilakukan, karena dengan skoping kebijaksanaan
dan perencanaan ini langkah yang tidak perlu tersebut telah dapat diputuskan
untuk tidak dilanjutkan. Hasil dari skoping kebijaksanaan dan perencenaan
ini adalah

a. Merumuskan garis besar dampak awal


b. Merumuskan ketidakjelasan
c. Menetapkan masalah-masalah yang akan timbul
d. Konsensus secara terpadu akan ditetapka antara instansi -instansi
pembangunan.

Skoping yang ketiga ini bukan skoping yang dilakukan oleh tim AMDAL dan tidak
akan atau belum melibatkan masyarakat, tetapi baru dilakukan antara instansi-
instansi pemerintah, ilmuwan dan pemrakarsa proyek. Hasil dari skoping bukan
untuk merencanakan penelitian yang lebih detail seperti kedua skoping sebelumnya,
tetapi untuk menetapkan kebijaksanaan dan perencanaan dari pemerintah. Proses
yang terjadi didalam skoping ini bersifat penyampaian pemikiran-pemikiran dan
pendapat-pendapat seperti dalam brandstorming.

Untuk dapat menyajikan perumusan dari berbagai pemikiran dan pendapat dengan
cepat akan disusun dalam bentuk skenario-skenario dari hasil suatu simulasi
didalam rapat kerja dengan memanfaatkan pertanyaan: “apa yang akan terjadi kalau
....... “.

PENAWARAN TEKNIS 11
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
4.3 PENDEKATAN DASAR HUKUM PERATURAN DAN KEBIJAKAN
Peraturan Perundangan
Peraturan dan perundang-undangan yang melandasi pelaksanaan dan/atau kegiatan
serta studi Penyusunan AMDAL Pembangunan Jalan Karang Mas – Kina –
Jemuat. antara lain :
A. Undang-undang
1. Undang – undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
hayati dan Ekosistemnya, sebagai acuan dalam melestarikan sumber alam
hayati dan ekosistem-ekosistem di sekitar lokasi kegiatan;

2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;


4. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;

B. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara;

3. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis


Tumbuhan dan Satwa, terkait dengan adanya jenis tumbuhan dan satwa
yang ada di lokasi kegiatan yang terkena dampak;

4. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan, sebagai


acuan utama dalam penyusunan AMDAL;

C. Keputusan Presiden
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung sebagai acuan dalam melakukan
pengelolaan kawasan lindung yang ada di lokasi proyek;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 75 Tahun 1993 tentang
Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional;
PENAWARAN TEKNIS 12
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 65 Tahun 2006, tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah untuk Pelaksanaan Pembangunan bagi Kepentingan Umum.

D. Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/Pe/IX/1990 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air sebagai bahan baku mutu kualitas
air tanah;

2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2008 tentang


Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Kabupaten/ Kota;
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 06 Tahun 2008 tentang
Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup Kabupaten/ Kota;
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 07 Tahun 2010 tentang
Sertifikasi Kompetensi Penyusunan Dokumen Analisi Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup dan Pesyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi
Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 tahun 2013 tentang Tata


Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta
Penerbitan Izin Lingkungan;

6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang


Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup sebagai acuan dalam
penyusunan Dokumen ANDAL, RKL-RPL dan Ringkasan Eksekutif;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2012 tentang
Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak
Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, sebagai acuan dalam
melaksanakan konsultasi publik dan sosialisasi AMDAL;

8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 38 Tahun 2019 tentang


Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis

PENAWARAN TEKNIS 13
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), sebagai acuan daalm
melakukan penapisan bagi rencana kagiatan yang wajib AMDAL;

E. Peraturan Badan Pertanahan Republik Indonesia


Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 3 Tahun
2007, tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005
tentang Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum;

F. Peraturan Daerah
1. RTRW Provinsi Kalimantan Tengah;

2. RTRW Kabupaten Lamandau;


3. RPJMD Kabupaten Lamandau.

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Tinjauan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup terutama bidang pengawasan
lingkungan hidup tentang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan, yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Bab V
Pasal 8 tentang Wewenang Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana yang
tertera di bawah ini:
1) Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta penganturannya ditentukan oleh
Pemerintah;
2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah:
a. Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup;
b. Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan
lingkungan hidup, dan pemanfaatan kembali sumber daya alam,
termasuk rekayasa genetika;

PENAWARAN TEKNIS 14
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
c. Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang
dan/atau subyek hukum serta perbuatan hukum terhadap sumber daya
alam dan sumber alam, termasuk rekayasa genetika;
d. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;
e. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan
hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. Ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

4.3.1 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup


AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah Kajian mengenai
dampak besar dan penting dari suatu kegiatan dan atau usaha yang direncanakan
terhadap komponen lingkungan hidup yang diperlukan dalam membantu penentuan
kebijakan tentang usaha dan atau kegiatan tersebut.
Dampak besar dan penting adalah perubahan yang terjadi dan sangat mendasar
terhadap komponen lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau
kegiatan.

Komponen Lingkungan diartikan sebagai bagian – bagian pembentuk suatu


lingkungan yang saling terkait satu dengan yang lainnya sehingga dapat
menimbulkan interaksi yang harmonis dan saling mempengaruhi. Komponen
lingkungan terdiri dari Komponen fisika kimia, komponen biologi, dan sosial
masyarakat.

Dokumen AMDAL terdiri dari 4 bagian, yaitu :


1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA – ANDAL)
2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

PENAWARAN TEKNIS 15
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
AMDAL dibuat dan disusun dengan kegunaan sebagai berikut :
1. Membantu dalam penentuan kebijakan tentang kelayakan suatu usaha dan
atau kegiatan yang akan dilaksanakan
2. Membantu memberikan masukan desain rinci teknis terhadap usaha dan atau
kegiatan tersebut.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang dampak yang akan
ditimbulkan terhadap adanya rencana usaha dan atau kegiatan tersebut.

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha dan/ atau
kegiatan pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak
lingkungan hidup. Melalui studi AMDAL, diharapkan usaha dan/ atau kegiatan
pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif terhadao
lingkungan hidup.

AMDAL adalah bagian dari studi kelayakan, berupa proses pengkajian terpadu
yang mempertimbangkan aspek-aspek ekologi, sosio-ekonomi dan sosial budaya
sebagai pelengkap kelayakan teknis dan ekonomi suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan.

Studi AMDAL hanya diperlukan bagi proyek-proyek yang menimbulkan dampak


besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang pada umumnya berupa kegiatan
proyek berskala besar, kompleks, dan/ atau berlokasi di daerah yang memiliki
komponen lingkungan sensitif.

PENAWARAN TEKNIS 16
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Gambar 2. Bagan Prosedur AMDAL

PENAWARAN TEKNIS 17
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Menurut PermenLH 5/2012 (Anonim, 2012b) jenis kegiatan jalan yang masuk
kategori wajib AMDAL adalah sebagai berikut :
a. Untuk Kota Metropolitan/besar: jika panjang jalan = 5 km atau pengadaan
lahan luasnya > 10 ha
b. Untuk Kota Sedang : jika panjang jalan = 5 km atau pengadaan lahan
luasnya > 20 ha
c. Untuk pedesaan : jika panjang jalan = 5 km atau pengadaan lahan luasnya >
30 ha

Alasan ilmiah perlunya studi amdal untuk jalan, antara lain :


a. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan getaran, emisi yang tinggi,
gangguan visual dampak dampak sosial.
b. Alih fungsi lahan.

Menurut PermenLH 16/2012 (Anonim, 2012c), dokumen amdal yang perlu disusun
mencakup: Kerangka Acuan, ANDAL dan RKL dan RPL. Kerangka Acuan harus
memuat: pendahuluan, pelingkupan, metode studi, daftar pustaka dan lampiran.
ANDAL harus memuat: pendahuluan, deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal,
prakiraan dampak penting, evaluasi secara holistik terhadap lingkungan, daftar
pustaka dan lampiran. RKL dan RPL harus memuat: pendahuluan, rencana
pengelolaan lingkungan hidup, rencana pemantauan lingkungan hidup, jumlah dan
jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan,
pernyataan komitmen pemrakarsa untuk melaksanaakan ketentuan yang tercantum
dalam RKL dan RPL, daftar pustaka, dan lampiran.

4.3.2 Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL


Dokumen AMDAL disusun untuk kegiatan pembangunan dan/atau peningkatan
jalan yang masuk dalam kriteria wajib AMDAL. Hal ini sesuai dengan pasal 22
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH) bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL, dan pasal
59 ayat 2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 tentang

PENAWARAN TEKNIS 18
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan bahwa “Setiap
perencanaan teknis jalan harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL atau UKL-
UPL atau SPPL sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kriteria jenis dan skala/
besaran kegiatan jalan yang wajib dilengkapi AMDAL.
Sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012
tentang Pedoman keterlibatan masyarakat dalam proses Analisis Dampak
Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, bahwa dalam proses AMDAL,
masyarakat dilibatkan melalui pengikutsertaan dalam penyusunan dokumen
AMDAL melalui proses pengumuman, penyampaian saran, pendapat dan
tanggapan masyarakat dan konsultasi publik serta pengikutsertaan masyarakat
dalam komisi penilai AMDAL, bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki AMDAL.

Pengumuman studi AMDAL dilakukan segera setelah ditetapkannya DIPA.


Pengumuman ini dilakukan selama 10 hari kerja untuk menampung saran, pendapat
dan tanggapan dari masyarakat, melalui media berupa :

a. Surat kabar lokal dan/atau nasional (wajib)


b. Papan pengumuman yang mudah dijangkau masyarakat terkena dampak
(wajib)
c. Pamflet, brosur, spanduk (opsional)
d. Media elektronik dan media komunikasi lainnya (opsional)

Contoh pengumuman melalui surat kabar dan papan pengumuman dapat dilihat
pada Gambar berikut :

PENAWARAN TEKNIS 19
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Gambar 2.1 Contoh Pengumuman Rencana Kegiatan Studi AMDAL melalui
Surat Kabar

Gambar 2.2 Contoh Papan Pengumuman Rencana Kegiatan Studi AMDAL


yangdipasang di daerah yang mudah dijangkau oleh masyarakat terkena
dampak

PENAWARAN TEKNIS 20
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat,
terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat
pembangunan jalan diwilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung
aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan
pertimbangan dalam proses perencanaan suatu jaringan atau ruas jalan yang akan
dibangun.

Ada beberapa jenis konsultasi masyarakat yang harus dilaksanakan sesuai dengan
keperluan dan tahapan proses perencanaan , yaitu :
 Konsultasi pada saaat persiapan suatu program jalan daerah dan pada
perencanaan desain setiap ruas
 Konsultasi untuk persiapan AMDAL bagi proyek yang termasuk kategori wajib
dilengkapi dokumen AMDAL
 Konsultasi untuk pembebasan lahan dan kompensasi untuk tanah, bangunan,
tanaman, dan aset tidak bergerak lainnya.
 Konsultasi untuk permukiman kembali.

Konsultasi masyarakat dilaksanakan dengan wakil-wakil semua golongan


(kelompok) masyarakat yang berkepentingan seperti pemerintah daerah setempat
(termasuk instansi yang menangani sektor terkait), para pemuka masyarakat baik
formal maupun informal, kelompok profesi, unsur Universitas/ Perguruan Tinggi,
dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

4.3.3 Pendekatan Dalam Pengelolaan Lingkungan


Pendekatan lingkungan hidup yang digunakan adalah pendekatan teknologi, sosial
ekonomi dan institusi.

Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi dilakukan untuk mencari teknologi yang tepat dalam upaya
pengelolaan yang dilakukan yang berpotensi menimbulkan dampak perubahan
kualitas lingkungan antara lain:

PENAWARAN TEKNIS 21
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
 Dalam rangka meningkatkan dampak positif berupa peningkatan nilai
tambah dari dampak positif yang telah ada, misalnya melalui peningkatan
dan daya guna dari dampak positif tersebut.
 Teknologi yang akan dipilih adalah teknologi yang telah dikuasai dan
materialnya tersedia
 Biaya yang dibutuhkan sedapat mungkin bias terjangkau, serta menghindari
pembiayaan yang berkesinambungan

Pendekatan Sosial Ekonomi


Pada pendekatan sosial ekonomi ini adalah langkah-langkah yang akan ditempuh
dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui tindakan-tindakan yang
berlandaskan pada interaksi sosial, misalnya :
 Melibatkan masyarakat disekitar rencana kegiatan untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup
 Memprioritaskan penyerapan tenaga kerja setempat sesuai dengan keahlian
dan keterampilan yang dimiliki
 Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat sekitar guna
mencegah timbulnya kecemburuan sosial.

Pendekatan Institusi
Pendekatan institusi merupakan mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh
dalam rangka menanggulangi dampak lingkungan hidup, misalnya:
 Kerjasama dengan instansi-instansi terkait yang berkepentingan dalam
pengelolaan lingkungan, khususnya dalam mengelola dampak lingkungan.
 Pengawasan terhadap hasil untuk kerja pengelolaan lingkungan dari instansi
yang berwenang
 Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan secara periodik kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.

3.3.4 Pendekatan Pemantauan Lingkungan


Pemantauan yang dilakukan erat kaitannya dengan upaya pengelolaan lingkungan
yang dilakukan dan pelaksanaan pemantauannya akan dilakukan dengan mengacu

PENAWARAN TEKNIS 22
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemantauan lingkungan perlu
memperhatikan tentang komponen lingkungan yang dipantau, indi kator dampak,
sumber dampak, parameter lingkungan yang dipantau, tujuan dilakukannya
pemantauan, metode pemantauan, lokasi pemantauan, jangka waktu dan frekuensi
pemantauan, serta institusi pemantauan.

Pendekatan Penataan Lingkungan


1) Pendekatan Command and Control (Atur dan Awasi)
 Pendekatan ini ditujukan agar sumber pencemar potensial dicegah agar tidak
melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan dengan cara "atur",
"awas" dan "ancam dengan hukum".
 Pendekatan ini merupakan pendekatan yang banyak digunakn dalam
kebijakan penataan lingkungan di Indonesia.
 Prakondisi yang dibutuhkan dalam efektifitas pendekatan atur dan awas,
yaitu:
- Kemampuan mendeteksi adanya pelanggaran.
- Tanggapan yang cepat dan pasti dari pelanggaran yang dideteksi .

2) Sanksi memadai

3) Pendekatan ekonomi
Pendekatan ekonomi ini dilaksanakan berangkat dari suatu dalil bahwa pihak
yang bertanggung jawab atas sebuah kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan secara rasional menghitung terlebih dahulu sejauh mana
melaksanakan penataan mendatangkan keuntungan secara ekonomis.

4) Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku ini dilaksanakan dengan jalan menekankan pada
pentingnya membangun motivasi melalui edukasi dan kerjasama untuk
mendorong penataan. Sifat dari pendekatan ini adalah kerjasama yang erat
antara pemerintah dengan obyek pengaturan. Institusi dipandang sebagai obyek

PENAWARAN TEKNIS 23
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
peraturan yang incompetent dan unknowledgeable. Misalnya melalui bantuan
teknis atau bantuan pendanaan untuk mendukung program penataan.

5) Pendekatan Pendayagunaan Tekanan Publik


Pendekatan Pendayagunaan Tekanan Publik ialah: Pendekatan yang
memberikan ruang bagi masyarakat untruk menjalankan pengawasan dan
kontrol yang efektif terhadap kinerja suatu kegiatan. Pendekatan ini dapat
berjalan efektif apabila masyarakat dijamin hak untuk mengekspresikan
pendapat dan keberatan, hak untuk memperolah informasi, akses terhadap
pengambilan keputusan.

Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam melakukan kegiatan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Jalan
Karang Mas – Kina – Jemuat. Pada prinsipnya metodologi pelaksanaan kegiatan ini
mengacu pada lingkup kegiatan sebagaimana tertulis pada Kerangka Acuan Kerja
(KAK). Secara garis besar pendekatan pelaksanaan kegiatan terbagi dalam beberapa
tahapan sebagai berikut:
 Pengumpulan data rencana kegiatan dari pemrakarsa
 Pengumuman
 Sosialisasi/ Konsultasi Publik
 Penyusunan KA – ANDAL
 Sidang Pembahasan KA – ANDAL
 Pengesahan KA – ANDAL
 Survei lapangan dan pengumpulan data pendukung
 Analisis data, pengujian laboraturium dan pengkajian dampak
 Penyusunan ANDAL dan RKL – RPL
 Sidang Pembahasan ANDAL dan RKL – RPL
 Pengesahan dokumen ANDAL dan RKL – RPL
 Ijin Lingkungan

PENAWARAN TEKNIS 24
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Pendekatan Pelaporan Kegiatan
Sesuai dengan KAK dalam pelaporan kegiatan secara administrasi kontrak,
pelaporan kegiatan sebagai berikut:

1. Draft Dokumen AMDAL terdiri atas :


a. Draft KA-ANDAL
b. Draft Laporan ANDAL
c. Draft Laporan RKL – RPL
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 60 (Enam Puluh) hari
kalender sejak diterbitkannya SPMK sebanyak masing-masing 5 (Lima)
buku laporan.

2. Laporan Akhir yang harus diserahkan kepada pengguna jasa :


a. Dokumen Kerangka Acuan Analisa Dampak Lingkungan (KA
ANDAL) diterbitkan sebanyak 5 (Lima) Buku.
b. Dokumen Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL) diterbitkan
sebanyak 5 (Lima) Buku.
c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) – Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) diterbitkan sebanyak 5 (Lima) Buku.
d. Keputusan Kelayakan Lingkungan.
e. Ijin Lingkungan

Semua dokumen AMDAL disusun mengacu/ berpedoman pada Peraturan Menteri


Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup dan diserahkan kepada Pengguna Jasa selambat-
lambatnya 90 (Sembilan Puluh) hari kalender sejak diterbitkannya SPMK termasuk
soft copynya dalam Flash Disk 16 GB.

4.4 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan ini diperlukan strategi dan
metode pelaksanaan pekerjaan konsultan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Beberapa metode yang digunakan dalam pelaksanaan

PENAWARAN TEKNIS 25
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
pekerjaan ini terdiri dari metode pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan
dampak penting, metode evaluasi dampak penting.

4.4.1 Metode Pengumpulan Data Dan Analisis Data


Kegiatan yang harus dilakukan oleh Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan
tersebut di atas adalah :
 Melakukan pengumpulan data mengenai kegiatan/rencana kegiatan
yang telah dan akan dilakukan meliputi tahap pra konstruksi, konstruksi,
pasca konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
 Melakukan pengumpulan dan analisis data Tanah, Fisik Kimia,
Biologi, Sosekbud dan Kesehatan Masyarakat yang relevan dengan
daerah di sekitar kegiatan baik berupa data primer maupun data sekunder,
untuk dapat menentukan rona awal lingkungan, seperti yang tertuang di
bawah ini yaitu :

1) RONA LINGKUNGAN AWAL


A) FISIK
1. Iklim
a. Komponen iklim meliputi tipe iklim, suhu, maksimum, minimum,
rata-rata), kelembaban curah hujan dan jumlah hari hujan,
keadaan angin (arah dan kecepatan), intensitas radiasi matahari.
b. Data periodik bencana (siklus tahunan), lima tahunan, dan
sebagainya) seperti sering terjadi angin ribut, banjir tahunan,
banjir bandang di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.
c. Data yang tersedia dari stasiun meteorologi dan geofisika
yang mewakili wilayah usaha dan/atau kegiatan tersebut.
d. Kualitas udara baik pada sumber maupun daerah sekitar
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.
e. Pola iklim mikro, pola penyebaran bahan pencemar udara secara
umum maupun pada kondisi cuaca terburuk.
f. Sumber kebisingan dan getaran, tingkat kebisingan serta periode
kejadiannya.

PENAWARAN TEKNIS 26
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
g. Kajian mengenai iklim dilengkapi dengan analisis spasial peta-
peta yang terkait dengan kondisi iklim di wilayah rencana usaha
dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

Pengumpulan Data
Komponen iklim yang akan dikaji melalui data sekunder adalah tipe
iklim, suhu udara, curah hujan, kelembaban, kecepatan angin dan
arah angin. Sumber data sekunder berasal dari Badan Meteorologi dan
geofisika setempat.
Sedangkan untuk penentuan iklim mikro, dilakukan pengukuran
beberapa parameter bersamaan dengan pengambilan sampel udara.
Parameter iklim mikro yang diukur adalah temperatur udara,
kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Temperatur dan
kelembaban udara diukur dengan alat termometer dan hygrometer,
sedangkan kecepatan angin menggunakan anemometer dan arah angin
menggunakan penunjuk arah.

Analisis Data
Parameter-parameter iklim seperti curah hujan, temperatur
udara, kelembaban udara, kecepatan dan arah angin kemudian
dikaji dan dianalisis untuk menentukan tipe iklim. Penentuan tipe
iklim di wilayah studi dan sekitarnya mengacu pada pembagian
iklim menurut Schmidt dan Ferguson. Penentuan jenis iklim
tersebut berdasarkan nilai Q (Quotient) yang perhitungannya :

Q = k /b

Dimana :

k = jumlah purata bulan kering, yaitu jumlah curah


hujan < 60 mm
b = jumlah purata bulan basah, yaitu jumlah curah
hujan > 100 mm

PENAWARAN TEKNIS 27
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Dari nilai Q yang diperoleh, kemudian ditentukan tipe
iklimnya yang dinyatakan dari iklim A, yaitu paling basah
sampai iklim H yang paling kering, dimana harga Q adalah
sebagai berikut :

A 0,000 ≤ Q < 0,143 Sangat basah


B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah
C 0.333 ≤ Q < 0,600 Agak basah
D 0,600 ≤ Q < 1,000 Agak kering
E 1,000 ≤ Q < 1,670 Kering

F 1,670 ≤ Q < 3,000 Sangat kering


G 3,000 ≤ Q < 7,000 Luar biasa kering
H 7,000 ≤ Q Luar biasa kering

Lokasi
Lokasi pengumpulan data iklim yaitu untuk wilayah di lokasi dan
sekitar lokasi kegiatan yang termasuk kedalam wilayah studi.

2. Fisiografi
a. Topografi bentuk lahan (morfologi), struktur geologi dan
jenis tanah.
b. Indikator lingkungan yang berhubungan dengan stabilitas
geologis dan stabilitas tanah, terutama ditekankan bila
terdapat gejala ketidakstabilan, dan harus diuraikan dengan
jelas dan seksama (misal: longsor tanah, gempa, sesar,
kegiatan-kegiatan vulkanis, dan sebagainya.

c. Keunikan, keistimewaan, kerawanan bentuk lahan dan


batuan secara geologis.
d. Kajian mengenai fisiografi dilengkapi dengan analisis spasial
peta-peta yang terkait dengan kondisi fisiografi di
wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

PENAWARAN TEKNIS 28
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
A. Tanah
Pengumpulan Data
Data batuan dan tanah didapatkan dari interprestasi data sekunder
mengenai batuan dan tanah berdasarkan peta geologi yang dikeluarkan
oleh Pusat Survey Geologi yang diamati langsung di lapangan dengan
metode observasi pada batuan dan tanah penyusun daratan.

Analisis Data
Singkapan batuan dan tanah diamati untuk diklasifikasikan jenisnya guna
dianalisis lebih lanjut sifat batuan dan tanah, terutama secara visual.
Warna, ukuran butir, porositas, jenis fragmen batuan dan
hubungannya antar lapisan batuan dan tanah diamati untuk dijadikan data
guna analisis geologi.

Lokasi
Lokasi pengumpulan data batuan dan tanah yaitu untuk wilayah di
lokasi dan sekitar lokasi kegiatan yang termasuk kedalam wilayah studi.

B. Erosi dan Sedimentasi


Pengumpulan Data
Data tanah yang dikumpulkan terutama untuk analisis fisik dan kimia
tanah dengan mengacu pada analisis yang dilakukan Pusat Penelitian
Tanah (PPT,1993). Jumlah sampel pengamatan yang akan dikumpulkan
ditentukan berdasarkan kerapatan sampel mewakili kawasan berdasarkan
skala peta 1: 100.000. Lokasi pengambilan sampel disesuaikan
dengan ekosistem lapangan berdasarkan kesamaan fisiografi,
topografi, curah hujan, sebaran dan jenis tanah, kelas lereng serta
penutupan vegetasi.

Analisis Data
Untuk menduga tingkat kepekaan tanah terhadap erosi digunakan
pendekatan indeks erodibilitas tanah (K) (Dangler dan El-Swaify, 1976
dalam Hardjowigeno, 1994) dan jenis tanah (Hardjowigeno, 1994).
PENAWARAN TEKNIS 29
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Sedangkan untuk menduga tingkat erosi tanah secara keseluruhan
digunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dari Weischmeier dan
Smith (1978) dengan formula sebagai berikut :

A= R . K . L. S . C . P

Dimana:
A = dugaan jumlah tanah yang tererosi
(ton/ha/tahun)
R = indeks erosivitas hujan
K = indeks erodibilitas tanah
L = faktor panjang lereng
S = faktor kemiringan (slope) lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanah
P = faktor tindakan khusus konservasi tanah.

Nilai-nilai R, K, L, S, C dan P diperoleh dengan cara mempelajari


keadaan wilayah melalui peta-peta yang tersedia (peta tanah, peta tata
guna lahan dan peta lainnya) serta pengamatan dan pengukuran
langsung di lapangan. Indeks erosivitas hujan (R) dihitung
berdasarkan rumus Bols (1978) :

EI30 = 6,119 (RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAXP)0,3

Dimana :

EI30 = Erosivitas hujan tahunan, EI30 tahunan adalah jumlah EI30


bulanan
RAIN = Curah hujan rata-rata bulanan (cm)
DAYS = Jumlah hari hujan rata-rata bulanan
MAXP = Curah hujan maksimal selama 24 jam setiap bulan (cm).

Data yang diperlukan untuk menghitung Indeks erosivitas hujan (R) dapat

PENAWARAN TEKNIS 30
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
diperoleh dari stasiun dari Stasiun Meteorologi terdekat bersamaan dengan
pengumpulan data iklim. Indeks erodibilitas tanah (K) dihitung menurut
rumus Weischmeier dan Smith (1978) :

100 K = 1,292 {2,1 M1,1,4 (10-4)(12 - a) + 3,23 (b -


2) + 2,3 (c - 3)}

Dimana :
M = (% debu + % pasir sangat halus) (100 - liat)
(debu = 0,002-0,03 mm, liat < 0,002 mm; pasir sangat halus = 0,03 - 0,1
mm)
a = % bahan organic
b = kode struktur tanah
1 = granular sangat halus
2 = granular halus
3 = granular
masif c = kode permeabilitas
1 = cepat
2 = sedang – cepat
3 = sedang
4 = lambang – sedang
3 = lambat
6 = sangat lambat

Indeks panjang dan kemiringan lereng (L dan S) dihitung menurut


Arsyad (1989) dengan formula sebagai berikut :

LS = L0,3 (0,0138 + 0,00963 s + 0,00138 s 2 )


Dimana :
LS = nilai panjang dan kemiringan lereng
L = panjang lereng (m) dan s = kemiringan lereng (%)

Nilai indeks penutupan lahan (vegetasi) (C) diperoleh dari Hammer


PENAWARAN TEKNIS 31
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
(1980) dan Wischmeier dan Smith (1978), sedangkan indeks
pengelolaan (konservasi) lahan (P) diperoleh dari Hammer (1980).
Nilai-nilai faktor C untuk vegetasi alang-alang dianggap sama dengan 0,36
dan faktor pengelolaan lahan (P) untuk tanpa pengelolaan (nihil) dinilai
sama dengan 1.
Hasil analisis tanah dan data lapangan dinilai besarnya erosi, indeks
bahaya erosi (IBE) dan toleransi tanahnya terhadap erosi. Dari
penggunaan rumus USLE, akan diketahui besaran erosi potensial yang
terjadi. Untuk memperkirakan tingkat erosi tanah dikaitkan dengan
kedalaman solum tanah, digunakan kriteria dari Direktorat
Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan (1983)
Klasifikasi Tingkat Bahaya Laju Erosi selengkapnya disajikan pada Tabel
3.1.
T abel 3.1. Klasifikasi T ingkat Bahaya Erosi
Dikaitkan dengan Kedalaman Solum T anah

Kelas Erosi
I II III IV V
Solum Tanah (cm)
Erosi (ton/ha/tahun)
< 13 13 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480
SR R S B SB
Dalam (> 90 cm) (0) (I) (II) (III) (IV)
R S B SB SB
Sedang (60-90 cm)
(I) (II) (III) (IV) (IV)
S B SB SB SB
Dangkal (30 - 60 cm) (II) (III) (IV) (IV) (IV)
B SB SB SB SB
Sangat Dangkal (< 30 cm) (III) (IV) (IV) (IV) (IV)
Sumber : Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan (1983)
Keterangan : SR = Sangat Ringan, R = Ringan, S = Sedang, B = Berat, SB = Sangat Berat

Data jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun) diinterpretasikan ke


dalam indeks bahaya erosi (IBE, erosion hazard index) dengan cara
berikut.:

Erosi potensial (ton/ha/tahun) A


IBE = =
Erosi yang ditolerir (ton/ha/tahun) T

Nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia diperoleh dari Arsyad (1989),


dan interpretasi nilai IBE dilakukan menurut Hammer (1981).
PENAWARAN TEKNIS 32
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Tingkat sedimentasi air sungai, diduga dengan menggunakan
rumus empiris sebagai berikut :

Qs = 0.0864 x Q x C …………….……………… (Arsjad,


1980)
Dimana :
Qs = beban sedimen (ton/hari)

Q = debit sungai (m 3/detik)


C = kandungan sedimentasi tersuspensi (mg/l)

Lokasi
Lokasi pengamatan erosi dan sedimentasi yaitu pada lokasi kegiatan
yang termasuk ke dalam wilayah studi.

3. Hidrologi
a. Karakteristik fisik sungai, pantai, danau/waduk, rawa, (rawa
pasang surut, rawa air tawar),
b. Rata-rata debit dekade, bulanan, tahunan,
c. Kadar sedimentasi (lumpur) dan tingkat erosi,
d. Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah e.
Fluktuasi dan potensi air tanah (dangkal dan dalam),
e. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk
keperluan domestik dan non domestik.
f. Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk
keperluan lainnya seperti pertanian, industri, dan lain-lain.
g. Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air mengacu pada baku
mutu dan parameter kualitas air yang terkait dengan limbah yang
akan keluar.
h. Kajian mengenai hidrologi dilengkapi dengan analisis spasial
peta-peta yang terkait dengan kondisi hidrologi di wilayah
rencana usaha dan/atau kegiatan dan sekitarnya.

PENAWARAN TEKNIS 33
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Air Permukaan
Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan pengamatan karakteristik fisik
sungai, pola drainase, debit air sungai dan tingkat ketergantungan/
kebutuhan air sungai.

Analisis Data
Pengamatan karakteristik fisik sungai dan pola drainase yang ada
dilakukan dengan cara analisis Peta Topografi yang dipadukan
dengan hasil observasi di lapangan.

Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran debit air sesaat


sungai terdekat dengan Metoda Pengukuran Debit Sungai dan Saluran
Terbuka SK SNI M-17-1989-F Departemen Pekerjaan Umum untuk
data primer. Selain itu debit air didapat dari data sekunder. Tujuan
pengukuran debit sesaat ini adalah untuk mendapatkan gambaran debit
air saat studi. Pengukuran debit dilakukan dengan cara mengukur
kecepatan aliran dengan peKabupaten Belu . Debit dihitung dengan
rumus :
Q = Σ (A x V)
Dimana :
Q = debit (m 3/det)

A = luas bagian penampang basah (m 2)


V = Kecepatan rata-rata pada tiap bagian penampang
basah (m/det) Kecepatan aliran dihitung dengan
rumus :

1
V= R2/3 S1/2
n

PENAWARAN TEKNIS 34
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/det)
R = Jari-hari hidrolik (meter)
S = Kemiringan (m/m)
n = Faktor kekasaran Manning

Pengukuran Debit Air Larian


Perkiraan kenaikan air larian yang disebabkan oleh pendirian suatu bangunan
di lahan tertentu dapat dihitung dengan rumus rasional mulvaney (seyhan, 1990,
hlm 238), yaitu:
Q = 0,2777 (Cr – Cp ) x I x A

Dimana :
Q = Kenaikan air larian maksimum (m 3/hari-hujan)
Cr = Koefisien air larian rata-rata sesudah dibangun
Cp = Koefisien air larian sebelum dibangun
I = Intensitas curah hujan maksimum rata-rata (m/hari-hujan)

A = Luas daerah pengaliran (m 2)

Harga C r adalah :

Cr = (C1a + C2b + C3c + …) / (a + b + c + …)

Dimana :
C 1 = Koefisien air larian untuk bangunan
a = Luas bangunan
C 2 = Koefisien air larian untuk jalan
b = Luas jalan dan seterusnya

Nilai koefisien air larian pada rumus rasional (Chow,1964:


Gray, 1973).

PENAWARAN TEKNIS 35
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Lokasi
Lokasi pengamatan dan pengukuran yaitu pada sungai yang ada di lokasi dan
sekitar lokasi kegiatan sebagai badan air penerima dari kegiatan yang
termasuk ke dalam wilayah studi.

Kuantitas Air Tanah


Pengumpulan Data
Data hidrogeologi yang dibutuhkan dalam studi ini berasal dari data
sekunder hasil pengukuran dalam studi-studi terdahulu yang telah terkumpul pada
pihak pemrakarsa dan atau hasil-hasil studi yang pernah dilakukan oleh
Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan di Kabupaten Banggai yang dipadukan
dengan hasil observasi di lapangan.

Analisis Data
Data yang diperoleh dituangkan pada peta tematik, dianalisis dan
ditampilkan (overlay), untuk mendapatkan analisis secara akurat dan cukup
lengkap.

Lokasi
Lokasi pengambilan data sekunder di Direktorat Geologi dan Tata
Lingkungan di Bandung berupa peta hidrogeologi yang sebarannya yang
tersingkap pada tapak proyek dan sekitarnya yaitu pada lokasi dan sekitarnya yang
termasuk ke dalam wilayah studi.

Kualitas Air Tanah


Pengumpulan Data
Tinjauan terhadap aspek kualitas air tanah dilakukan dengan cara pengambilan
sample secara langsung dilapangan dan kemudian dianalisis dilaboratorium yang
meliputi, parameter fisik, kimia dan parameter bakteriorologis. Pengamatan
kondisi air tanah dilakukan terhadap sumur gali atau sumur bor dangkal. Data
diperoleh dari hasil survey lapangan, informasi penduduk dan data sekunder.
Informasi penduduk dari beberapa orang dibandingkan dengan data sekunder.
Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur penduduk di pemukiman
PENAWARAN TEKNIS 36
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
penduduk terdekat dengan proyek sebanyak 3 (tiga) lokasi sampel.

Analisis Data
Untuk mengetahui kondisi kualias air tanah, maka hasil analisis laboratorium
sampel air tanah dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Metode analisis kualitas air tanah
dilakukan seperti pada Tabel 2.

T abel 5.2. Metode Analisis Kualitas Air T anah


Baku Metode/Peralatan
No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Analisis
FISIKA
Tidak
1 Bau - Organoleptik Organoleptik
Berbau
2 Warna TCU 15 Kolorimetrik MP-F.A-Kekeruhan
1.500 SNI 06-2413-
3 Residu terlarut (TDS) mg/L Gravimetri
1991
SNI 06-2413-
4 Kekeruhan NTU 25 Nephelometrik 1991
5 Suhu 0C 0 oC Termometer Organoleptik
SNI 06-2413-
KIMIA
1991
Spektofotometer,
1 Air Rakasa mg/L 0,001
Serapan Atom
Spektrofotometrik, SNI 06-6989.4-
2 Amoniak (NH3-N) mg/L Nessler 2004
Spektofotometer,
3 Arsen (As) mg/L 0,05 SM 4500 - F D
Serapan Atom
Spektofotometer,
4 Besi (Fe) mg/L 1 Serapan Atom SM 3111-C
Spektofotometer, SNI 06-6989.12-
5 Fluorida (F) mg/L 1,5
Serapan Atom 2004
Spektofotometer, SNI 06-6989.19-
6 Kadmium (Cd) mg/L 0,05 Serapan Atom 2004
7 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 Titrimetrik, EDTA SM 3500 - Cr B
8 Klorida (Cl -) mg/L 600 Titrimetrik, Hg(NO3) 2 SM 3500 - Mn D
Spektofotometer,
9 Kromium (Cr6+) mg/L 0,05 SM 3500 - Hg C
Serapan Atom
Spektofotometer,
10 Mangan (Mn) mg/L 0.5 SM 4500 - NO3E
Serapan Atom
Spektrofotometrik, SNI 06-6989.9-
11 Nitrat (NO3-N) mg/L 10
Brusin 2004
Spektrofotometrik, SNI 06-6989.11-
12 Nitrit (NO2-N) mg/L 1 Sulfanilik 2004
Hach Methode
13 pH - 6.5 - 9 Ph Meter 8194
Spektofotometer, SNI 06-6989.43-
14 Selenium (Se) mg/L 0,01
Serapan Atom 2005
Spektofotometer, SNI 06-6989.20-
15 Seng (Zn) mg/L 15
Serapan Atom 2004
SNI 19-1504-
16 Sianida (CN) mg/L 0,1 Iodometrik 1989

PENAWARAN TEKNIS 37
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
SNI 06-6989.6-
17 Sisa Chlor mg/L - Titrimetrik, Hg(NO3) 2
2004
18 Sulfat (SO4) mg/L 400 Turbidimetrik, BaCl 2 SM 3111-C
MIKROBIOLOGI
1 Coliform jml/100 mL 50 Multiple Tube Method SM 9221 B
2 E. Coli jml/100 mL 0 Multiple Tube Method SM 9221 E
Keterangan : Baku mutu mengacu pada Peraturan Menkes No. 416/MENKES/PER/I/1990

Lokasi
Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada sumur penduduk
terdekat dari lokasi kegiatan sebagai rona awal sebelum ada kegiatan
sebanyak 3 (tiga) lokasi sampel.

Kualitas Air Permukaan


Pengumpulan Data
Tinjauan terhadap aspek kualitas air permukaan dilakukan dengan cara
pengambilan sample secara langsung dilapangan dan kemudian dianalisis
dilaboratorium yang meliputi, parameter fisik dan kimia. Lokasi
pengambilan contoh air permukaan dilakukan di sungai sebagai badan air
yang ada di sekitar rencana lokasi kegiatan.

Penentuan lokasi pengambilan sample air ditetapkan dengan pertimbangan


representasi dari sungai didasarkan pada keberadaan lokasi sumber air
permukaan terdekat yang akan dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan
dan operasional yang merupakan badan air penerima terdekat.

Analisis Data
Analsisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian
laboratorium berdasarkan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air atau menurut peraturan daerah setempat.

PENAWARAN TEKNIS 38
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
T abel 3. Parameter dan Metode Analisis/Pengukuran Kualitas Air
Permukaan

Baku Metode Analisis


No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Pengukuran
FISIKA
1 Kekeruhan NTU 50 Nephelometrik MP-F.A-Kekeruhan
2 Residu terlarut (TDS) mg/L 1000 Gravimetri SNI 06-2413-1991
3 Suhu oC Deviasi 3 Termometer SNI 06-2413-1991
4 Residu tersuspensi (TSS) mg/L 50 Gravimetri SNI 06-2413-1991
KIMIA ANORGANIK
1 Amoniak Bebas (NH3-N) mg/L Spektrofotometrik, Nessler SNI 06-2479-1991
Spektofotometer, Serapan
2 Arsen (As) mg/L 0,05 SM 3500 - As
Atom
Spektofotometer, Serapan
3 Barium (Ba) mg/L 1 Hach Methode 8014
Atom
Spektofotometer, Serapan
4 Besi (Fe) mg/L 0,3 SNI 06-6989.4-2004
Atom
Baku Metode Analisis
No Parameter Satuan Metode Acuan
Mutu Pengukuran
Spektofotometer, Serapan
5 Boron (B) mg/L 1 HACH Methode 8015
Atom
Fluorida (F) Spektofotometer, Serapan
6 mg/L 0,5 SM 4500 - F D
Atom
Kadmium (Cd) Spektofotometer, Serapan
7 mg/L 0,01 SM 3111-C
Atom
8 Klorida (Cl -) mg/L - Titrimetrik, Hg(NO3) 2 SNI 06-6989.19-2004
9 Klorin Bebas mg/L 0,02 Titrimetrik, Hg(NO3) 2 Hach Methode 8021
Spektofotometer, Serapan
10 Kobalt (Co)* mg/L 0,02 Hach Methode 8078
Atom
Spektofotometer, Serapan
11 Mangan (Mn) mg/L 0,01 SM 3500 - Mn D
Atom
12 Nikel (Ni)* mg/L Titrimetrik, K 2Cr20 7 SNI 19-1419-1989
13 Nitrat (NO3 -, N) mg/L 0,05 Spektrofotometrik, Brusin SM 4500 - NO3E
14 Nitrit (NO2 -, N) mg/L 0,06 Spektrofotometrik, Sulfanilik SNI 06-6989.9-2004
15 Ph - 6-9 Ph Meter SNI 06-6989.11-2004
Spektofotometer, Serapan
16 Seng (Zn) mg/L 0,05 SNI 06-6989.43-2005
Atom
17 Sulfat(SO4-2) mg/L 400 Turbidimetrik, BaCl 2 SNI 06-6989.20-2004
18 Sulfida (H2S) mg/L Spektrofotometrik, SnCl 2 SNI 19-1664-1989
19 Sianida (CN) mg/L 0,02 Iodometrik SNI 19-1504-1989
Spektofotometer, Serapan
20 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 SNI 06-6989.6-2004
Atom
Spektofotometer, Serapan
21 Timbal (Pb)* mg/L 0,03 SM 3111-C
Atom
KIMIA ORGANIK
1 BOD mg/L 2 Iodometrik, Metode Winkler SNI 06-2503-1991
2 COD mg/L 10 Titrimetrik, K 2Cr20 7 SNI 06-6989.2-2004
3 Detergen (MBAS) mg/L 6,32 Titrimetrik, EDTA SNI 06-2476-1991
5 Minyak & Lemak mg/L <1 Titrimetrik EDTA SNI 06-2502-1991
6 Oksigen Terlarut mg/L 6 Iodometrik, Metode Winkler Potensiometri

Keterangan : - PP. RI. No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian
Pencemaran Air
- KepMenLH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air
Permukaan dan - Pengambilan contoh air permukaan

PENAWARAN TEKNIS 39
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
4. Ruang, Lahan, dan Tanah

a. Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya pada saat
rencana usaha atau kegiatan diajukan dan kemungkinan potensi
pengembangannya dimasa datang.
b. Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, rencana
tata guna tanah, dan sumber daya alam lainnya yang secara
resmi atau belum resmi disusun oleh pemerintah setempat baik
ditingkat kabupaten, propinsi atau nasional di wilayah rencana
usaha atau kegiatan.
c. Kemungkinan adanya konflik atau pembatasan yang timbul
antara rencana tata guna tanah dan sumber daya alam lainnya yang
sekarang berlaku dengan adanya pemilikan/ penentuan lokasi
bagi rencana usaha atau kegiatan.
d. Inventarisasi nilai estetika dan keindahan bentang alam serta
daerah rekreasi yang ada di wilayah rencana usaha dan/atau
kegiatan.
e. Kajian mengenai ruang, lahan, dan tanah dilengkapi dengan
analisis spasial peta-peta yang terkait dengan kondisi ruang, lahan,
dan tanah di wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan dan
sekitarnya.
 Peta-peta yang mendukung analisis rona lingkungan awal yang
menyajikan :
1. Ruang lingkup pada seluruh area yang terdampak akibat adanya
rencana usaha dan/atau kegiatan (contoh: DAS terdampak harus
digambarkan dari hulu hingga hilir).
2. Penggambaran sesuai dengan kaidah kartografis.
3. Pencetakan pada kertas minimal A3.
4. Apabila skala peta telalu kecil atau tampilan rumit pada wilayah
rencana usaha dan/atau kegiatan, maka dapat dibuat indeks petanya
dengan skala yang lebih besar.

PENAWARAN TEKNIS 40
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Pengumpulan Data
Dalam studi Ruang dan Lahan, hasil pengamatan lapangan dibandingkan
dengan informasi yang diperoleh dari interpretasi Peta Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi/ Kabupaten, penggunaan lahan, kemampuan lahan serta
fasilitas dan jaringan prasarana transportasi, untuk dikembangkan dalam
memprediksi kemungkinan pemanfaatan ruang dan lahan.

Analisis Data

Dalam studi ruang dan lahan, hasil pengamatan lapangan dibandingkan dengan
informasi yang diperoleh dari interpretasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi/ Kabupaten, penggunaan lahan, kemampuan lahan serta fasilitas dan
jaringan prasarana transportasi, untuk dikembangkan dalam memprediksi
kemungkinan pemanfaatan ruang dan lahan.

Lokasi
Pengambilan data dilakukan pada lokasi yang telah ditetapkan sesuai batas
proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administrasi.

B) KUALITAS AIR
1. Umum
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan bidang pengairan, telah disusun
standar-standar dalam baku mutu sesuai dengan ketentuan-ketentuan dewan
standardisasi nasional (DSN) yang terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
 Tata cara pelaksanaan pekerjaan
 Spesifikasi
 Metode Pengujian
 Parameter Kualitas Air Sesuai Keperutukannya

Untuk mendapatkan sampel air yang baik dan refresentatif diperlukan


beberapa persyaratan antara lain :
 Pemilihan lokasi yang tepat
 Metode pengawetan sampel yang tepat

PENAWARAN TEKNIS 41
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
 Metode pengambilan sampel yang memenuhi syarat

Besarnya kadar unsur-unsur yang dianalisis dari suatu sampel yang diambil
seharusnya sama dengan kadar unsur-unsur tersebut didalam sumber air
pada waktu sampling, keadaan itu dapat dicapai apabila persyaratan
tersebut diatas dipenuhi. Sistem pengambilan sampel air memegang peranan
sangat penting dalam pemantauan kualitas air. Ketelitian pengujian dan
ketepatan sistem pengambilan sampel air akan mempengaruhi data hasil
pengujian. Bila terdapat kesalahan dalam pengambilan sampel air, maka sampel
yang diambil tidak representative sehingga ketelitian dan teknik peralatan yang
baik akan terbuang percuma. Selain itu dikhawatirkan kesimpulan yang
diambil juga akan salah.

2. Perencanaan Lokasi Pengambilan Sampel


a. Pertimbangan Kegunaan Data
Hal yang penting dalam perencanaan sistem pemantauan kualitas air
adalah pengumpulan data mengenai keadaan lingkungan daerah
pengaliran sungai serta karakteristik dan pemanfaatan sumber air. Dalam
penentuan lokasi sampling, perlu diketahui kegunaan data kualitas air
yang akan dipantau. Kegunaan data dapat terbagi dalam dua tujuan
yaitu meliputi perencanaan dan penelitian, serta pengawasan yang dapat
diuraikan sebagai berikut :

Perencanaan dan Penelitian


Data kualitas air yang dapat digunakan untuk perencanaan dan
penelitian diperoleh dari lokasi pengambilan sampel yang sesuai dengan
tujuan pengembangan dan penelitian tersebut yang antara lain meliputi :
 Sumber informasi mengenai potensi kualitas air yang tersedia
untuk keperluan pengembangan sumber daya air pada saat ini
dan masa yang akan datang.
 Penyelidikan dan pengkajian pengaruh lingkungan terhadap
kualitas air dan pencemaran air.

PENAWARAN TEKNIS 42
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Pengawasan Kualitas Air
Dalam penentuan lokasi untuk tujuan pengawasan kualitas air perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Perlindungan terhadap pemakai air.
 Pengawasan terjadinya kasus pencemaran di suatu daerah tertentu.
 Perlindungan beban pencemaran yang dibuang melalui sungai ke
laut.

b. Pertimbangan Pemanfaatan Sumber Air


Pemilihan lokasi sampel banyak dipengaruhi oleh bermacam-macam
kepentingan pemanfaatan sumber air tersebut. Pemanfaatan sumber air
dihilir sungai lebih besar resiko pencemarannya dibandingkan dengan
pemanfaatan yang sama di lokasi hulu, sehingga diperlukan pengawasan
kualitas air yang lebih intensif dilokasi tersebut. Demikian pula halnya air
tanah yang berlokasi dekat dengan industri. Selain itu pemanfaatan
sumber air sebagai sarana transportasi bahan kimia untuk pertanian
ataupun pengawet kayu mempunyai resiko pencemaran yang lebih besar
daripada sumber air yang tidak digunakan sebagai alat transportasi sehingga
diperlukan pemantauan kualitas air.

c. Lokasi Pengambilan Sampel


Penentuan lokasi pengambilan sampel air pada air permukaan yang
berasal dari daerah pengaliran sungai dan danau/waduk yang dimanfaatkan
secara luas dan mempunyai potensi pencemaran yang tinggi. Lokasi
pengambilan sampel pada suatu DPS, danau/waduk perlu ditempatkan
sedemikian rupa sehingga dapat diketahui kualitas air secara alamiah
dan perubahan kualitas air yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
 Lokasi pengambilan sampel air dilakukan pada 5 (lima) lokasi harus
mewakili area-area sebagai berikut :

PENAWARAN TEKNIS 43
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
1. Sumber air alamiah, yaitu lokasi dihulu sungai yang belum
mengalami perubahan oleh kegiatan manusia.
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi pada tempat yang telah
mengalami perubahan atau tercemar, atau setelah melalui suatu
daerah pemukiman, industri, pertanian, dan kegiatan Pekerjaan.
3. Sumber air yang dimanfaatkan, untuk perlindungan terhadap
pemakai sumber air diperlukan pula lokasi pengukuran pada setiap
pemanfaatan sumber air antara lain sumber air minum, industri,
irigasi, perikanan, rekreasi dan lain-lain.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari
direksi dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.

d. Prosedur Pengambilan Sampel Air


Prosedur pengambilan sampel air pada lokasi kegiatan mengikuti
Prosedur dan Instruksi Kerja Pengambilan Contoh Uji dalam Rangka
Pemantauan Kualitas Air Nomor QA/HDR/05/2009 yang dikeluarkan
oleh Kementerian PU Direktorat Jenderal SDA.

3. Parameter Uji
Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menetapkan kriteria mutu air yang
terbagi atas empat (4) klasifikasi mutu air sebagai berikut:
a. Kelas Satu (I): Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku, air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

b. Kelas Dua (II): Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mepersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

PENAWARAN TEKNIS 44
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
c. Kelas Tiga (III): Air yang peruntukan dapat digunakan
untuk pembudidayaan ikan air tawar peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang dengan kegunaan tersebut.

d. Kelas Empat (IV): Air yang peruntukan dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan yang lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
 Pengujian sampel air diuji pada parameter-parameter yang
disesuaikan dengan kelas mutu air berdasarkan usaha dan/atau
kegiatan terkait.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari
direksi dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Baku mutu air mengacu pada Perda Kaltim Nomor 2 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam
laporan.

C) KUALITAS UDARA DAN TINGKAT KEBISINGAN


Data kualitas udara dan kebisingan merupaka data primer, sehingga
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara pengukuran langsung
dilapangan, kemudian diolah dan dianalisis dilaboratorium. Parameter yang
diukur di lokasi usaha dan/atau kegiatan meliputi SO2, CO, NOx, Ox,
Debu, Pb, H2S, NH3, HC. Pengambilan sampel kualitas udara dan tingkat
kebisingan dilakukan di 5 (lima) lokasi yang harus mewakili area-area
sebagai berikut, yaitu :
a. Daerah alami, yaitu lokasi sebelum/diluar yang belum mengalami
perubahan oleh kegiatan manusia.
b. Lokasi kegiatan konstruksi, yaitu lokasi pada tempat yang telah
mengalami rencana usaha dan/atau kegiatan.

PENAWARAN TEKNIS 45
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
c. Lokasi pemukiman penduduk.
 Parameter lainnya dapat ditambahkan apabila dianggap perlu
dan berhubungan langsung dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan
penyebaran yang merata di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.

 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari direksi


dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Baku mutu udara mengacu pada PP Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam
laporan.

D) KUALITAS TANAH
Aspek-aspek yang dipelajari dalam hubungannya dengan komponen tanah
meliputi sifat, kimia tanah, tingkat bahaya erosi dan sedimentasi. Sifat fisik
tanah yang dianalisi adalah tekstur tanah, struktur tanah, porositas, warna
tanah, permeabilitas, konsistensi. Sedangkan sifat kimia tanah yang dianalisis
adalah reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation, bahan organic, tanah,
kejenuhan basa, nitrogen, fosfor, kalium, C/N Ratio, basa-basa dapat
dipertukarkan (Ca, Mg, K, dan Na), kejenuhan alumunium (Al), pirit,
status kesuburan tanah, erosi tanah. Parameter lainya dapat ditambahkan apabila
dianggap perlu dan berhubungan langsung dengan jenis kegiatan terkait.
 Pengambilan sampel tanah sebanyak 5 titik pada lokasi yang harus mewakili
area-area kegiatan kontruksi.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam laporan.

E) BIOLOGI
1. Flora
a. Peta zona biogeoklimatik dari vegetasi alami yang meliputi tipe vegetasi,
sifat-sifat dan kerawanan berada dalam wilayah rencana usaha atau
kegiatan.

PENAWARAN TEKNIS 46
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
b. Uraian tentang jenis-jenis vegetasi dan ekosistem yang dilindungi
undang- undang yang berada dalam wilayah rencana usaha atau
kegiatan.
c. Uraian tentang keunikan dari vegetasi dan ekosistemnya yang
berada pada wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data aspek biologi (hayati) dilakukan dengan cara sampling
yang didasarkan pada beberapa komunitas sesuai dengan tipe habitatnya.
Inventarisasi vegetasi dan satwa liar dilakukan pada komunitas binaan
(daerah pertanian), sedangkan pencacahan dilakukan pada komunitas alami
(hutan sekunder) pada dua garis transek sepanjang 1000 m. Parameter dan
metode pengumpulan data biologi selengkapnya disajikan pada Tabel 5.4.
Pengumpulan data flora (vegetasi) dilakukan melalui inventarisasi tanaman
dilapangan baik secara langsung, wawancara, data dari instansi terkait
maupun dengan metode jelajah. Pengambilan contoh vegetasi dilakukan
pada lokasi di sekitar tapak proyek. Pengambilan contoh vegetasi dilakukan
pada 3 petak contoh transek yang memotong tegak lurus kontur dengan
jarak antar transek adalah 100 meter.

PENAWARAN TEKNIS 47
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
T abel 5.4. Parameter dan Metode Pengumpulan Data Biologi (Flora dan Fauna)
No. Pedoman Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder
Komponen Lingkungan Teknik Lokasi
I. Flora terrestrial
1.1 Alam Inventarisasi Di dalam dan Dinas Pertanian
a. Komposisi jenis atau di luar
b. Kerapatan proyek (wilayah
studi)
1.2 Kawasan Budidaya Inventarisasi Dinas Pertanian
(kebun/tegal/ pekarangan)
a. Komposisi jenis
b. Kerapatan

Fauna Daratan
II. 1. Pola migrasi Inventarisasi Di dalam dan 1. Balai Sumber
2. Jenis langka dengan metoda atau di luar Daya Alam
random proyek (wilayah 2. Penduduk
Biota Perairan studi) setempat
III Ikan
A. Benthos dan Plankton
B. 1. Kompoisis Jenis Di dalam dan
2. Kepadatan atau di luar
3. Jenis langka dilindungi proyek (wilayah
4. Habitat studi)

Analisis Data
Analisis jenis flora (vegetasi) dilakukan untuk mengetahui keberadaan jenis
tanaman baik yang bersifat ekonomis, langka maupun yang dilindungi
undang-undang di Indonesia. Rumus-rumus yang digunakan dalam analisis
vegetasi dengan metode garis berpetak adalah Mueller-Dombois dan
Ellenberg, 1974: Cox, 1973; Mechael, 1983; Soeranegara dan Indrawan,
1983, dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah individu suatu jenis


Kerapatan (batang/ha) = Luas seluruh plot

Kerapatan suatu jenis x 100%


Kerapatan Nisbi (%) = Kerapatan seluruh jenis

Basal area suatu jenis


Dominasi (m²/ha) = Luas seluruh jenis

Dominasi suatu jenis x 100%

PENAWARAN TEKNIS 48
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Dominsi Nisbi (%) = Dominasi seluruh jenis

Jumlah peta terisi suatu jenis


Frekuensi = Jumlah seluruh petak

Frekuensi suatu jenis x


Frekuensi Nisbi (%) = 100% Frekuensi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting = KN + FN + DON

Dimana :
KN = Kerapatan
Nisbi. FN = Frekuensi Nisbi.
DON = Dominasi Nisbi.

Khusus untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, Indeks Nilai


Penting dihitung berdasarkan formula :

Indeks Nilai Penting = KN + FN

Dimana :
KN = Kerapatan
FN = Frekuensi Nisbi .

Lokasi
Lokasi pengamatan flora darat dilakukan pada beberapa titik pengamatan yang
termasuk ke dalam wilayah studi dan sekitarnya.

2. Fauna
a. Taksiran kelimpahan dan keragaman fauna, habitat, penyebaran,
pola migrasi, populasi hewan budidaya (ternak) serta satwa dan
habitatnya yang dilindungi undang-undang dalam wilayah rencana
usaha atau kegiatan.

PENAWARAN TEKNIS 49
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
b. Taksiran penyebaran dan kepadatan populasi hewan invertebrata yang
dianggap penting karena memiliki peranan dan potensi sebagai bahan
makanan, atau sumber hama dan penyakit.
c. Perikehidupan hewan penting diatas, termasuk cara
perkembangbiakan, siklus dan neraca hidupnya, cara pemijahan, cara
bertelur dan beranak, cara memelihara anaknya, perilaku dalam daerah
dan teritorialnya.
 Vegetasi, parameter yang diamati di lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan adalah jenis dan keanekaragaman, kerapatan,
dominasi, dan frekuensi.
 Fauna darat, parameter yang diamati jenis dan keanekaragaman,
jenis satwa liar, langka, dan atau dilindungi.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan
penyebaran yang merata di lokasi kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari
direksi dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.

Pengambilan Sampel Air Untuk Pengujian Parameter Biota Perairan (Plankton,


Benthos, Nekton). Parameter biota perairan merupakan parameter yang
penting dalam penentuan kualitas air, karena kualitas air berdampak
langsung terhadap kehidupan organisme akuatik. Adanya perubahan
kualitas air yang diakibatkan oleh limbah maka akan mengubah komposisi
organisme akuatik. Lokasi pengambilan sampel parameter biologi sebaiknya
tidak jauh dari lokasi pengambilan sampel air untuk pemeriksaan fisik
dan kimia agar korelasinya mudah didapatkan.

Pemilihan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan


kondisi perairan (sungai dan danau) Di sungai, lokasi pengambilan
sampel dipilih sebelum dan sesudah titik masukan limbah. Bila
memungkinkan pengambilan sampel dilakukan dikedua sisi sungai, karena di
sungai-sungai yang lebar tidak terjadi pengadukan air sungai secara lateral.

PENAWARAN TEKNIS 50
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Sedangkan sungai yang tidak terlalu besar, dimana pengadukannya cukup
merata, pengukuran populasi biota perairan dilakukan dengan pengambilan
sampel secara periodek pada tengah-tengah sungai dengan kedalaman 0,5
sampai 1 meter dari permukaan air.

 Biota perairan yang diamati jenis dan keanekaragaman


plankton, benthos, nekton. Kelimpahan plankton, benthos, kelimpahan
nekton.
 Pengambilan sampel dilakukan pada 5 (lima) lokasi dengan
penyebaran yang merata di lokasi kegiatan.
 Sebaran pengambilan sampel harus mendapat persetujuan dari
direksi dan setiap sampel dilakukan pengukuran titik koordinat.
 Hasil analisis laboratorium dan dokumentasi dilampirkan dalam
laporan.

F) KOMPONEN SOSIAL
Pengamatan terhadap aspek social, ekonomi, budaya dan kesehatan
masyarakat dilakukan dalam wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan yang
berada dalam tapak Pekerjaan atau disekitarnya. Adapun data komponen
sosial yang diambil dalam studi bersumber dari data primer dan data sekunder.
Komponen sosial yang penting untuk ditelaah diantaranya :

1. Demografi
a. Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin,
mata pencaharian, pendidikan, dan agama.
b. Tingkat kepadatan dan sebaran kepadatan penduduk.
c. Angkatan kerja produktif
d. Tingkat kelahiran
e. Tingkat kematian kasar
f. Tingkat kematian bayi
g. Pola perkembangan penduduk

PENAWARAN TEKNIS 51
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
2. Ekonomi
a. Kesempatan, kerja dan berusaha
b. Pola pemilikan dan penguasaan sumberdaya alam
c. Tingkat pendapatan penduduk
d. Prasarana dan sarana perekonomian (jalan, pasar,
pelabuhan, perbankan, pusat pertokoan)
e. Pola pemenfaatan sumberdaya alam.

3. Budaya
a. Kepemilikan tanah (tanah pribadi, tanah adat,
b. Pranata sosial atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
tumbuh dikalangan masyarakat.
c. Adat istiadat dan pola kebiasaan yang berlaku
d. Proses sosial (kerjasama, akomodasi, konflik) dikalangan masyarakat.
e. Akulturasi, asimilasi, dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.
f. Kelompok-kelompok dan organisasi sosial
g. Pelapisan sosial dikalangan masyarakat
h. Perubahan sosial yang tengah berlangsung dikalangan masyarakat.
i. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.

4. Kesehatan Masyarakat
a. Insidensi dan prevelensi penyakit yang terkait dengan rencana usaha
atau kegiatan.
b. Sanitasi lingkungan, khususnya ketersediaan air bersih
(cakupan pelayanannya).
c. Status gizi dan kecukupan pangan.
d. Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
e. Cakupan pelayanan tenaga dokter dan paramedik.

Wawancara dan pengamatan komponen sosial di lokasi kegiatan dilakukan


penyebaran kuisioner yang merata ke seluruh lokasi tersebut. Penyebaran
kuisioner dilakukan pencatatan titik koordinat.

PENAWARAN TEKNIS 52
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
2) PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka
sasaran prakiraan dampak penting adalah sebagai berikut :
a. Memperkirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap
komponen lingkungan pada ”kondisi tanpa proyek (Rona Awal)” dan
pada ”kondisi setelah ada proyek (Rona Proyek )”
b. Memberikan indikasi tentang arti pentingnya perubahan tersebut
dengan mengacu kriteria penentuan dampak penting sebagaimana
tertera dalam Undang – Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009.
Kriteria mengenai dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
terhadap lingkungan hidup antara lain :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;
2. Luas wilayah persebaran dampak;
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
5. Sifat kumulatif dampak;
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

Memberi interprestasi terhadap prakiraan dampak dengan skala


penilaian.

Sifat pentingnya dampak baik positif maupun negatif yaitu : Pentingnya


dampak (± TP = Tidak penting, ± P = Penting)
Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat
langsung maupun tidak langsung.

Sasaran Prakiraan Dampak Penting


Prakiraan dampak merupakan salah satu kegiatan dalam studi AMDAL yang
bertujuan untuk menduga besarnya perubahan kualitas lingkungan yang
ditimbulkan oleh kegiatan yang akan dilaksanakan. Besarnya perubahan
kualitas lingkungan tersebut merupakan selisih antara kualitas lingkungan
sebelum adanya kegiatan dan kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan.

PENAWARAN TEKNIS 53
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Berdasarkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang berlaku, maka
sasaran prakiraan dampak penting adalah :
a. Memprakirakan besarnya perubahan yang terjadi terhadap komponen
lingkungan pada "kondisi tanpa proyek (Rona Awal)" dan pada kondisi
setelah ada proyek (Rona Proyek)"

Secara sistematis besarnya perubahan terhadap lingkungan dapat digambarkan


sebagai berikut:

Dn = (Kkktn - Kto) - (Ktn - Kto)


= Kktn - Ktn
Dimana :
Dn = besarnya perubahan kualitas lingkungan setelah n tahun
Ktn = kualitas lingkungan pada saat tn
Kktn = kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan pembangunan pada
waktu tn

Kto = kualitas lingkungan


awal n = kurun waktu n tertentu.

b. Menjelaskan mengenai mekanisme aliran dampak yang bersifat langsung


maupun tidak langsung, yaitu :
 Kegiatan yang berdampak langsung terhadap komponen sosial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik kimia yang
selanjutnya pada komponen biologi dan akhirnya pada komponen sosial
 Kegiatan yang berdampak langsung pada komponen fisik kimia yang
selanjutnya pada komponen sosial
 Kegiatan yang dampaknya berantai diantara komponen sosial itu sendiri
 Kegiatan-kegiatan tersebut yang berdampak balik pada rencana
kegiatan.

PENAWARAN TEKNIS 54
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Besarnya perubahan lingkungan yang dianalisis mencakup keseluruhan
komponen lingkungan yaitu komponen geofisika-kimia, biologi dan sosial,
ekonomi serta budaya. Hubungan antara komponen lingkungan dan kegiatan
pembangunan perlu dianalisis secara mendalam. Pendekatan yang akan
dipakai untuk menganalisis hubungan tersebut adalah dengan pendekatan :
a. Metode formal dilakukan dengan model matematik. Berikut ini
metode- metode formal yang digunakan dalam prakiraan dampak
penting:
T abel 5. Metode Formal Yang Digunakan Dalam Prakiraan Dampak
Penting

Komponen
No Metode Formal
Lingkungan

1 Penurunan kualitas Transportasi


udara

  H  2 
  2QL
C x, z  2 0,5  z Exp 0,5   z 
   
  
dimana :
C(x,z) = Konsentrasi pencemar di udara ambient
(atmosfer),
/m3
X = jarak antara jalan dengan receptor, m
Z = tinggi receptor di atas permukaan tanah,m
Q = emission rate per unit jarak, /s.m
µ = koefisien 3,14
u = rata-rata kecepatan Angin pada sumbu x,
m/dt
H = tinggi sumber titik gas buang dari kendaraan, m
δz = koefisien Disperse vertical Gaussian, m
Sumber : Peavy et al, 1985. De Nevers, 1995. Kiely, 1998. La Grega et
2 Peningkatan al, 2001.
Intensitas kebisingan Sumber titik/diam yang bersumber dari genset:

LP2 = LP1 – 20 x Log (r2/r1)

Sumber garis/bergerak yang bersumber dari kegiatan transportasi :


LP2 = LP1 – 10 x Log (r2/r1)
Dimana :
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA)
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r2 (dBA)
R1 = Jarak pengukuran kebisingan dan sumber
kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dan kebisingan 2
Sumber : Davis 2 Cornwell, 1998.

PENAWARAN TEKNIS 55
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Komponen
No Metode Formal
Lingkungan

3. Perubahan kuantitas Rumus :


air permukaan Q = Σ (a x v)

Q = Debit (m3/dt) rata-rata


v = kecepatan aliran rata-rata luas bagian penampang basah (m/dt)
a = luas penampang basah (m2)

Sumber : SK SNI M-17-1989-F

4. Perubahan debit Air


Larian Q = (Cp-Ca) x I x A
dimana :
Q = perubahan tata guna lahan (m3/hari
hujan)
Cp = koefisien air larian
Ca = koefisien air larian rona awal
I = Intensitas curah hujan (m/hari hujan)
A = luas daerah (m2)

Sumber : Seyhan, 1990 hlm 238.

b. Metode non formal (professional judgement)


Professional judgement yang merupakan pendugaan dampak oleh tenaga
ahli berdasarkan pengalaman dan ilmu yang dimiliki yang dikaitkan
dengan fenomena di lapangan. Cara ini dipergunakan apabila
keterbatasan-keterbatasan dalam hal data dan informasi serta kurang
diketahuinya fenomena alam yang diperkirakan terjadi. Metode non
formal yang digunakan dalam prakiraan dampak penting, yaitu :
 Kesempatan Kerja
 Kesempatan berusaha
 Kesehatan Masyarakat
 Keamanan dan Ketertiban

c. Pendekatan secara analogi merupakan prakiraan dampak dengan


mencari persamaan pola dengan kasus-kasus serupa yang telah ada.

Metode Evaluasi Dampak Penting


Setelah tahap identifikasi dan prakiraan dampak selesai dilakukan, tim
penyusun Dokumen Lingkungan akan mengevaluasi terhadap dampak lingkungan
yang ditimbulkan menggunakan metode bagan alir (flow chart) dan matrik
PENAWARAN TEKNIS 56
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
sederhana sebagai berikut :
a. Penelusuran hubungan kausatif antara komponen kegiatan dengan komponen
lingkungan yang diduga akan terkena dampak.
b. Menggambarkan dengan jelas karakteristik dampak lingkungan yang akan
terkena dampak.
c. Kesenjangan perubahan lingkungan yang diinginkan dan perubahan
lingkungan yang mungkin akan terjadi.
d. Luas persebaran masing-masing dampak, baik di dalam wilayah kajian
maupun di luar wilayah kajian.
e. Memilih alternatif pendekatan dalam rangka pengendalian dampak
lingkungan baik yang positif maupun negatif, terutama dari aspek
pendekatan teknologi, ekonomi dan institusi.
f. Berdasarkan penapisan dampak penting pada prakiraan dampak, maka
diperoleh resume dampak penting yang harus dikelola. Dalam evaluasi
secara holistik, maka dampak yang dikategorikan bersumber dari kegiatan
yang sama diulas dan dievaluasi secara bersama-sama yang disajikan
dalam bentuk uraian dan bagan alir dan matrik sederhana.

3) PERUMUSAN ARAH RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN


(RKL)
Pada hakekatnya perumusan lingkungan hidup yang dilakukan ini memiliki
fungsi paling penting dalam proses penyusunan Dokumen Lingkungan,
karena didalamnya memuat berbagai upaya penanganan dampak
penting serta pemantauan terhadap tingkat keberhasilannya.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) merupakan


dokumen yang memuat pokok-pokok arahan, prinsip-prinsip, pedoman
atau upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi
dampak penting terhadap lingkungan yang bersifat negatif dan
meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana
usaha atau kegiatan. Di dalam rumusan RKL tersebut secara implisit telah
memilih pendekatan yang tepat untuk pengelolaan dampak penting tertentu.

PENAWARAN TEKNIS 57
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan mencakup
kelompok aktivitas:

a. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau


mencegah dampak negatif terhadap lingkungan.
b. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menanggulangi,
meminimalisasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul
di saat kegiatan beroperasi, maupun hingga saat kegiatan berakhir.
c. Pengelolaan yang bersifat meningkatkan dampak positif, sehingga
dampak tersebut dapat memberikan manfaat lebih besar baik kepada
pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati
dampak positif tersebut.
d. Pengelolaan lingkungan yang bersifat memberikan pertimbangan
ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas
sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial
ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat kegiatan.

Untuk maksud pengelolaan lingkungan tersebut di atas, maka


pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan dengan pendekatan teknologi,
pendekatan sosial ekonomi budaya dan pendekatan institusional, baik secara
bersama-sama ataupun terpisah.
a. Pendekatan teknologi merupakan tata cara atau usaha-usaha yang
secara teknis dapat dilaksanakan untuk menanggulangi, meminimalkan
atau mencegah dampak negatif yang timbul. Selain itu juga untuk
mengembangkan dampak positif dari kegiatan.
b. Pendekatan sosial ekonomi budaya merupakan usaha yang
melibatkan Pemerintah Daerah dan instansi-instansi terkait dalam
menangani dampak penting yang ditimbulkan oleh kegiatan. Dengan
pendekatan ini pemrakarsa atau pengelola kegiatan dapat melakukan
penanganan dampak kegiatan secara wajar dan secara ekonomis tidak
terlalu membebani.

PENAWARAN TEKNIS 58
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
c. Pendekatan institusional merupakan usaha koordinasi dan kerjasama
dengan berbagai instansi yan terkait dalam penanganan dampak dari
kegiatan, sehingga penanganan dampak dapat dilakukan secara efektif dan
efisien.

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) disusun


berdasarkan jenis kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan. Rumusan tersebut mencakup sumber dampak, tolok ukur
dampak, tujuan pengelolaan lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan,
lokasi dan periode pengelolaan lingkungan, serta instansi pengelolaan
lingkungan baik sebagai pelaksana, pengawas maupun penerima laporan
pengelolaan.

Sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bersifat konsisten


dan mempunyai keterkaitan langsung dengan hal-hal yang
dikemukakan dalam laporan ANDAL dan RKL, baik lingkup kegiatan
maupun kedalamannya. Kegiatan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL) dapat digunakan untuk memahami fenomena-fenomena yang
terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek (untuk
memahami ”perilaku” dampak yang timbul akibat kegiatan).

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) disusun untuk


memantau pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan dan untuk
memantau seberapa jauh tingkat keberhasilan pengelolaan lingkungan akibat
terkena dampak penting dari kegiatan, khususnya dampak negatif.

Sebagaimana perumusan RKL, perumusan RPL juga disusun berdasarkan


jenis kegiatan yang menimbulkan dampak penting. Dengan demikian
rumusan RPL tersebut secara keseluruhan mencakup parameter lingkungan
yang dipantau, tujuan pemantauan, metode dan cara pemantauan,
lokasi, waktu dan frekuensi pemantauan, serta instansi pemantauan
lingkungan baik sebagai pelaksana, pengawas maupun penerima laporan

PENAWARAN TEKNIS 59
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
pemantauan lingkungan.

Dokumen RKL diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam


pengelolaan lingkungan guna meminimalkan dampak negatif penting dan
mengembangkan dampak positif penting yang diperkirakan akan timbul,
sehingga rencana kegiatan tersebut dapat berkelanjutan/ sustainable.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka dalam suatu dokumen RKL akan
memuat informasi dan ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan yang
meliputi:
a. Jenis kegiatan yang menjadi sumber dampak
penting.
b. Komponen lingkungan yang terkena dampak
c. Tolok ukur dampak
d. Tujuan pengelolaan lingkungan
e. Beberapa altematif penanggulangan dan pencegahan dampak negatif
serta pengembagan dampak positif
f. Lokasi pengelolaan lingkungan
g. Periode pengelolaan lingkungan
h. Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi
dan menerima pelaporan dari pengelolaan lingkungan tersebut.

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) ditulis dalam bentuk uraian dan


ikhtisarnya akan dimuat dalam matrik RKL dan disertai penjelasan singkat
sehingga pelaksana RKL dapat melaksanakannya secara mudah.

4) PERUMUSAN ARAH RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN


(RKL)
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan pengelolaan lingkungan, akan disusun
RencanaPemantauan Lingkungan (RPL) yang dituangkan dalam dokumen
terpisah.

PENAWARAN TEKNIS 60
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Tujuan utama dari penyusunan dokumen RPL adalah sebagai pedoman untuk
pelaksanaan pemantauan lingkungan, sehingga dapat dijamin bahwa rencana
pengelolaan dampak lingkungan yang tertuang dalam dokumen RKL
dapat terlaksana secara efektif sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
Namun demikian, apabila dalam pelaksanaannya terdeteksi perubahan-
perubahan terhadap komponen/ parameter lingkungan tertentu yang
tidak terduga sebelumnya, maka dapat segera terdeteksi untuk
selanjutnya dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya-upaya
pengelolaan lingkungan yang direncanakan pada tahap-tahap kegiatan
selanjutnya.

Dalam dokumen RPL berisikan informasi dan ketentuan mengenai


pemantauan lingkungan. Seperti halnya pada dokumen RKL, maka dalam
dokumen RPL akan terdiri dari uraian yang ikhtisarnya akan dikemas dalam
bentuk matrik RPL yang menjelaskan secara sistematis langkah-langkah
pelaksanaan RPL yang direncanakan, yang meliputi :
a. Jenis dan sumber dampak yang dipantau;
b. Parameter lingkungan yang dipantau;
c. Tujuan pemantauan lingkungan,
d. Lokasi pemantauan lingkungan,
e. Jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan,

Institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi


dan menerima pelaporan dari hasil kegiatan pemantauan tersebut.

4.4.2 Tata Cara Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Lingkup Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkup Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup mencakup kegiatan
pembangunan jalan sebagai sumber dampak, komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.

PENAWARAN TEKNIS 61
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
1) Kegiatan Pembangunan Jalan yang Berpotensi Menimbulkan Dampak
Komponen kegiatan pembangunan jalan yang berpotensi menjadi sumber
dampak terhadap lingkungan hidup yang perlu dipantau adalah
berdasarkan rencana kegiatan yang diuraikan dalam rencana pemantauan
lingkungan (RPL) atau upaya pemantauan lingkungan (UPL). Apabila terdapat
ketidak sesuaian atau perubahan antara RPL atau UPL dengan
pelaksanaan/pemantauan maka perlu dijelaskan alasannya.

Pemantauan perlu dilakukan mulai dari tahap awal, yaitu dari tahap
perencanaan untuk memeriksa apakah pertimbangan lingkungan sudah
diterapkan untuk mengantisipasi dampak-dampak yang akan terjadi pada
saat pengadaan tanah, pelaksaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan
jalan.
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yang mencakup perencanaan umum, pra studi
kelayakan, studi kelayakan dan perencanaan teknis (termasuk penyiapan
dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi) bukan
merupakan sumber dampak dan tidak menimbulkan dampak penting.
Namun pada setiap tahap kegiatan tersebut perlu dipantau apakah
sudah memuat dan mempertimbangkan aspek lingkungan hidup.

Berdasarkan komponen kegiatan pembangunan jalan, sebagai sumber


dampak kegiatan yang perlu dipantau adalah sebagai berikut:
 Pengadaan Tanah

b. Tahap Pelaksanaan Konstruksi Jalan


Kegiatan pada tahap pelaksanaan konstruksi jalan yang berpotensi
menimbulkan dampak penting adalah:

PENAWARAN TEKNIS 62
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
 Persiapan konstruksi jalan
- Mobilisasi tenaga kerja
- Mobilisasi peralatan berat
- Pembuatan jalan masuk atau jalan akses
- Pembangunan base camp

 Pelaksanaan konstruksi jalan a. Di lokasi tapak proyek


- Pembersihan lahan
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan drainase
- Pekerjaan badan jalan
- Pekerjaan bangunan jembatan
- Pemasangan perlengkapan jalan
- Penghijauan dan pertamanan
- Pembuangan material sisa pembersihan lahan dan sisa pekerjaan
konstruksi

 Di lokasi quarry dan jalur transportasi material


- Pengambilan material bangunan di quarry dan borrow area di darat
- Pengambilan material bangunan di quarry (di sungai)
- Pengangkutan material bangunan c. Di lokasi base camp
- Pengoperasian base camp

c. Tahap Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan


 Pengoperasian jalan
 Pemeliharaan jalan

d. Evaluasi Pasca Pembangunan Jalan

2) Komponen Lingkungan Hidup yang Berpotensi Terkena Dampak


Komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak lingkungan
akibat kegiatan pembangunan jalan yang perlu dipantau mencakup

PENAWARAN TEKNIS 63
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
komponen lingkungan fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan
kesehatan masyarakat.
a. Komponen Fisik-Kimia, antara lain parameter:
- Kualitas udara (SO2, NO2, CO, HC, partikulat dan debu)
- Kebisingan
- Getaran
- Hidrologi (kualitas air permukaan, pola aliran dan kualitas air tanah)
- Bentang alam/lansekap
- Tanah (longsor dan erosi)

b. Komponen Biologi, antara lain parameter:


- Flora (keberadaan jenis, fungsi, status dan habitat)
- Fauna (keberadaan jenis, fungsi, status dan habitat)
- Biota air (plankton, benthos, nekton)

c. Komponen Sosial Ekonomi Budaya, antara lain parameter:


- Keresahan masyarakat
- Kecemburuan sosial
- Utilitas umum
- Mata Pencaharian
- Aset
- Kegiatan sosial ekonomi budaya
- Lalu Lintas
- Mobilitas

d. Kesehatan Masyarakat:
- Kesehatan masyarakat
- Kenyamanan masyarakat

3) Pemeriksanaan Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang Dilakukan


Pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan
mencegah, mengurangi atau menanggulangi (mitigasi) dampak lingkungan

PENAWARAN TEKNIS 64
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
dimulai dari tahap perencanaan, pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi,
pengoperasian dan pemeliharaan jalan hingga tahap evaluasi pasca
pembangunan jalan, perlu dipantau apakah dilakukan atau tidak, sesuai
dengan yang tercantum dalam dokumen RPL atau UPL.

Pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup mungkin saja akan


mengalami perubahan dari yang direncanakan dalam RPL atau UPL,
namun dalam setiap perubahan tersebut perlu dijelaskan alasan atau
penyebabnya dalam laporan pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup.

Metode Pemantauan Lingkungan Hidup


Metode pemantauan lingkungan yang digunakan dalam kegiatan
pembangunan jalan harus mengikuti tata cara yang direkomendasikan
dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) atau
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

Dalam metode pemantauan lingkungan dijelaskan cara pemantauan untuk


mendapatkan data atau informasi kegiatan yang menjadi sumber dampak,
komponen lingkungan yang terkena dampak dan kegiatan pengelolaan,
analisis data, lokasi, jangka waktu dan frekuensi pemantauan.

1) Pengumpulan dan Analisis Data


Pengumpulan data dilakukan secara langsung dan tidak langsung
a) Pemantauan Langsung
Pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan secara
langsung ke lokasi kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang
kegiatan pembangunan jalan sebagai sumber dampak, komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak dan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup.
 Pemantauan langsung pada kegiatan yang menjadi sumber dampak
Pemantauan kegiatan pembangunan jalan dapat dilakukan secara
langsung pada lokasi kegiatan dan wawancara dengan pelaksana

PENAWARAN TEKNIS 65
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
kegiatan yaitu di lokasi tapak proyek, lokasi sumber material
quarry, jalur transportasi material dan lokasi base camp.

 Pemantauan langsung pada komponen lingkungan terkena dampak


Pemantauan komponen atau parameter lingkungan yang terkena
dampak secara langsung dengan cara observasi, survai,
wawancara dan pengukuran parameter-parameter lingkungan sebagai
indikator kualitas lingkungan hidup (komponen fisik kimia, biologi,
sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat).

Pemantauan langsung terhadap komponen/parameter lingkungan


antara lain kualitas udara, kebisingan, getaran, kualitas air, kualitas
tanah dan biota air (plankton, benthos, nekton) dapat dilakukan dengan
pengukuran langsung dan pengambilan contoh (sampel) untuk
diuji/dianalisis di laboratorium lingkungan.

 Pemantauan langsung pada kegiatan pengelolaan lingkungan hidup


Pemantauan kegiatan pengelolaan lingkungan dalam rangka
mencegah, mengurangi dan menanggulangi dampak lingkungan
dapat dipantau langsung ke lokasi tapak proyek pembangunan
jalan, lokasi sumber material dan jalur transportasi material serta
base camp.

b) Pemantauan Tidak Langsung


Pemantauan secara tidak langsung dapat dilakukan apabila
data/informasi yang diperlukan sudah ada dan relevan dengan kegiatan
pembangunan jalan, kegiatan pengelolaan lingkungan yang sedang
dilakukan/telah dilakukan dan komponen/parameter lingkungan hidup
sekitar lokasi pembangunan jalan.

Pemantauan tidak langsung juga dapat dilakukan dengan memantau


adanya keluhan masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang mereka

PENAWARAN TEKNIS 66
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
rasakan/terima. Namun perlu kehati-hatian dalam menganalisis dan
mengevaluasi informasi/data untuk mencegah hal yang bersifat subyektif.

Data atau informasi yang dikumpulkan berdasarkan hasil


pemantauan dapat disajikan dalam bentuk tabel, daftar dan penjelasan
(deskripsi) mengenai kegiatan pembangunan jalan, pengelolaan
lingkungan hidup dan kondisi lingkungan. Data atau informasi
kondisi lingkungan yang didapat secara langsung maupun tidak
langsung selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu, dianalisis dan
dievaluasi untuk diambil suatu kesimpulan. Pada umumnya data yang
diambil secara periodik dan teratur dalam periode waktu tertentu akan
memberikan informasi yang lebih baik bila dibandingkan dengan
pengambilan/pengukuran data yang tidak periodik atau sesaat. Data
periodik dapat memberikan gambaran pola (trend) perubahan suatu
kondisi lingkungan tertentu yang lebih akurat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemantauan antara lain:


 Pemantauan harus sesuai dengan yang diuraikan dalam dokumen
RPL atau UPL. Perubahan dalam tata cara pemantauan mungkin
dapat terjadi sesuai dengan kondisi lingkungan, teknologi dan baku
mutu atau standar serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
 Pemantauan harus dapat menggambarkan kegiatan maupun
kondisi lingkungan hidup yang terukur baik kualitas maupun
kuantitasnya;
 Dalam menganalisis hasil pengukuran atau pemantauan lingkungan,
sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli lingkungan yang
berpengalaman dalam bidang lingkungan hidup.

Salah satu ukuran yang dapat digunakan sebagai acuan kondisi


lingkungan hidup adalah baku mutu lingkungan hidup berdasar
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang telah ditetapkan

PENAWARAN TEKNIS 67
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
oleh pemerintah. Apabila belum ada baku mutu lingkungan untuk
parameter lingkungan tertentu, maka dapat menggunakan baku
mutu/standar berdasarkan pustaka/literatur yang lazim digunakan.
Baku mutu lingkungan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
mengukur atau menilai kondisi lingkungan adalah:
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun
1999 tentang
 Pengendalian Pencemaran Udara;
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor
Kep.35/MENLH/10/1993 tentang Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor;
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor
Kep.13/MENLH/3/1993 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak;
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor
48/MENLH/II/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan;
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor
49/MENLH/II/1996 tentang Baku Tingkat Getaran;
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran air;
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor Kep
43/MENLH/10/1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi
Usaha atau Kegiatan Penambangan Galian C Jenis Lepas di Daratan
 Peraturan Menteri Kesehatan nomor 907/MENKES/SK/VII/2002
tentang Syarat-Syarat Air Bersih dan Kualitas Air Minum.

2) Lokasi Pemantauan
Pemantauan yang tepat perlu ditetapkan dan dilengkapi dengan peta
berskala yang memadai dan menunjukkan lokasi pemantauan dimaksud.

PENAWARAN TEKNIS 68
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi pemantauan
bahwa lokasi pemantauan sedapat mungkin konsisten dengan lokasi
pengumpulan data saat studi lingkungan (RKL-RPL atau UKL-UPL).

3) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan


Jangka waktu dan frekuensi pemantauan ditetapkan dengan
mempertimbangkan sifat dampak penting yang dipantau (intensitas, lama
dampak berlangsung dan sifat kumulatif dampak). Uraikan tentang
jangka waktu atau lama periode pemantauan berikut dengan
frekuensinya per satuan waktu.

Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup perlu dicantumkan dan
dijelaskan sesuai dengan kaitan dan kepentingannya dengan pemantauan
lingkungan hidup.

Bagi pelaksanaan pemantauan lingkungan untuk keperluan eksternal terkait dengan


pengendalian lingkungan hidup, maka perlu mencantumkan instansi
pemantau lingkungan hidup yang meliputi:
1) Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup
Menjelaskan institusi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemantauan
lingkungan.
2) Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup
Menjelaskan instansi yang berperan sebagai pengawas terlaksananya
pemantauan lingkungan hidup. Instansi pengawas mungkin lebih dari 1 (satu)
instansi sesuai dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawabnya.
3) Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup
Menjelaskan instansi-instansi yang akan dilapori hasil kegiatan pemantauan
lingkungan hidup secara berkala sesuai dengnan lingkup tugas instansi yang
bersangkutan.

PENAWARAN TEKNIS 69
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pemantauan pengelolaan lingkungan pada kegiatan pembangunan jalan
dilaksanakan oleh Pemrakarsa Kegiatan. Penanggungjawab pelaksanaan
pemantauan tersebut adalah Pemimpin Proyek/Bagian Proyek/Satker/PPK
atau Unit Kerja/Pengelola Kegiatan yang bersangkutan.
Tujuan dari pemantauan pengelolaan lingkungan ini adalah untuk melihat
seberapa jauh efektivitas pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dalam
kegiatan pembangunan jalan mulai dari tahap perencanaan, pengadaan tanah,
pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan jalan.

Untuk menjamin terlaksananya prinsip pembangunan yang berkesinambungan dan


berwawasan lingkunan maka seperti juga pengelolaan dampak lingkungan, maka
pemantauan lingkungan seyogyanya dilakukan pada setiap kegiatan
pembangunan jalan baik dana APBN, APBD maupun Loan.
1) Pemantauan pada Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jalan Karang Mas –
Kina – Jemuat
Tahap perencanaan pembangunan jalan mencakup perencanaan umum,
pra studi kelayakan, studi kelayakan dan desain jalan serta penyiapan
dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi jalan. Pada
tahap perencanaan belum ada kegiatan fisik yang menimbulkan dampak
lingkungan, namun kegiatan survai dan pengukuran untuk penentuan koridor
atau rute jalan berpotensi menimbulkan dampak sosial berupa keresahan
masyarakat.
a. Tujuan Pemantauan
Perencanaan jalan yang tidak mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan
hidup berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
hidup pada saat pelaksanaannya di lokasi kegiatan pembangunan
jalan. Karena itu, untuk menghindari dampak negatif terhadap
lingkungan hidup, maka diperlukan pemantauan perencanaan
pengelolaan lingkungan apakah menerapkan pertimbangan lingkungan
dalam proses perencanaan umum, pra studi kelayakan, studi kelayakan

PENAWARAN TEKNIS 70
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
dan desain teknis serta penyiapan dokumen lelang dan dokumen kontrak
kerja sehingga terwujud rencana jaringan jalan yang layak lingkungan.

Tujuan pemantauan adalah untuk memeriksa kegiatan perencanaan


(perencanaan umum, studi kelayakan, perencanaan teknis) telah
menerapkan pertimbangan lingkungan hidup atau belum.

b. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Perlu Dipantau


Kegiatan yang perlu dipantau antara lain adalah memeriksa atau
memantau kegiatan penyusunan dokumen atau laporan yang terkait
dengan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang mencakup :
 Apakah rencana rute jalan sesuai dengan tata ruang yang telah
ditetapkan ?
 Apakah rute jalan melalui atau berbatasan dengan areal sensitif
termasuk komunitas adat yang dilengkapi ANDAS termasuk RT-PKA
atau RT-RS ?
 Apakah telah dilakukan kajian awal lingkungan hidup?
 Apakah rencana umum pembangunan jalan yang bersangkutan telah
dikonsultasikan dengan masyarakat ?
 Apakah rencana pembangunan jalan termasuk kategori wajib
dilengkapi AMDAL atau UKL dan UPL ?
 Apakah telah dilakukan konsultasi masyarakat untuk
penyusunan KA - ANDAL?
 Apakah telah dilakukan penyusunan dokumen KA-ANDAL
 Apakah rencana pembangunan jalan telah dilengkapi dokumen
AMDAL ?
 Apakah rencana pembangunan jalan termasuk yang wajib dilengkapi
UKL dan UPL ?
 Apakah telah dilakukan penyusunan dokumen UKL dan UPL ?
 Apa saja yang menjadi isu pokok dalam dokumen lingkungan tersebut
?

PENAWARAN TEKNIS 71
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
 Apakah ketentuan-ketentuan dalam RKL atau UKL telah
dijabarkan dalam desain dan spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan
konstruksi ?
 Apakah rencana pengadaan tanah dilengkapi dengan dokumen
rencana tindak pengadaan tanah dan pemukiman kembali (LARAP) ?
 Apakah persyaratan pengelolaan dan pemantaun lingkungan
telah dicantumkan dalam dokumen lelang dan dokumen
kontrak pekerjaan konstruksi ?

2) Pemantauan Pada Kegiatan Pengadaan Tanah


a. Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini adalah
untuk memeriksa kinerja penanganan dampak sosial ekonomi budaya
akibat kegiatan pengadaan tanah termasuk pemukiman kembali dan
pemindahan penduduk (bila ada).

b. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau


Kegiatan pengelolaan lingkungan yang perlu dipantau antara lain:
 Pelaksanaan konsultasi pada masyarakat
 Pelaksanaan musyawarah untuk menetapkan kompensasi
 Pelaksanaan sertifikasi tanah yang telah dibebaskan
 Proses eksekusi pembebasan tanah

c. Komponen Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau


Komponen lingkungan hidup yang perlu dipantau adalah kondisi sosial-
ekonomi budaya penduduk pemilik atau pengguna tanah yang terkena
pembebasan tanah, pemukiman kembali atau penduduk yang dipindahkan.
Indikator atau parameter lingkungan yang dipantau mencakup:
 Keresahan masyarakat;
 Hilangnya aset/perubahan aset;
 Mata pencaharian masyarakat;
 Jenis kegiatan sosial-ekonomi masyarakat yang berubah;

PENAWARAN TEKNIS 72
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
3) Pemantauan Pada Kegiatan Konstruksi Jalan
a. Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan
konstruksi adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan dan kinerja
penanganan dampak lingkungan hidup akibat kegiatan konstruksi jalan.
b. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau
a) Persiapan pekerjaan konstruksi
 Mobilisasi tenaga kerja
- Pelaksanaan konsultasi masyarakat
- Pemberian informasi dan peluang yang sama pada
tenaga kerja setempat
- Penerapan persyaratan kesehatan bagi para calon tenaga kerja
yaitu harus sehat jasmani dan rohani
 Mobilisasi peralatan berat
- Perbaikan jalan yang rusak dan pembatasan tonase
kendaraan/peralatan
- Pelaksanaan pengaturan lalu lintas oleh petugas
 Pembuatan jalan masuk/akses
- Penyiraman jalan secara berkala pada saat musim
kering untuk mencegah sebaran debu
- Pengaturan jam kerja dan perawatan
kendaraan/peralatan secara berkala
- Pengaturan lalu lintas
 Pembangunan base camp
- Pemilihan lokasi yang bukan daerah sensitif dan sesuai tata
ruang
- Penyiraman permukaan tanah pada musim kering untuk
mencegah sebaran debu
- Pengaturan jam kerja dan perawatan kendaraan/peralatan
proyek secara berkala

PENAWARAN TEKNIS 73
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
b) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan
a. Di lokasi proyek
 Pembersihan lahan
- Pembatasan luas lahan yang dibersihkan untuk
mengurangi kerusakan/hilangnya vegetasi
- Penyiraman tanah dan pembatasan kecepatan kendaraan
proyek untuk mengurangi sebaran debu
- Perawatan peralatan dan kendaraan proyek secara berkala
dan pengaturan jam kerja
- Pembangunan bangunan pencegah longsor dan erosi
- Pelaksanaan koordinasi dengan pengelola utilitas

 Pekerjaan tanah
- Penyiraman tanah saat kering dan pembatasan kecepatan
kendaraan proyek
- Perawatan peralatan dan kendaraan proyek secara berkala
dan pengaturan jam kerja
- Mengubah geometri lereng dan/atau perkuatan lereng
- Pembuatan saluran drainase
- Penataan lansekap yang mempunyai nilai ekologis dan estetis

 Pekerjaan drainase
- Membuat saluran drainase sementara
- Pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu-rambu
sementara
- Membuat jalan akses sementara

 Pekerjaan badan jalan


- Penyiraman tanah secara berkala pada musim kering dan
membatasi kecepatan kendaraan proyek
- Perawatan peralatan/kendaraan proyek dan pengaturan jam
kerja

PENAWARAN TEKNIS 74
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
- Pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu-rambu lalu
lintas sementara

 Pekerjaan jembatan
- Perawatan peralatan proyek dan pengaturan jam kerja
- Penggunaan bor pile/tidak menggunakan hammer pile
untuk mengurangi tingkat getaran jika lokasi kegiatan dekat
bangunan rumah, fasilitas umum atau daerah sensitif
- Pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu-rambu lalu
lintas sementara
- Pengalihan aliran air sementara sekitar pondasi jembatan
- Penghijauan dan pertamanan
- Penanaman tanaman pelindung tanah dan peneduh
- Penanaman tanaman hias
- Penanaman tanaman penyerap pencemar udara dan
kebisingan

 Pemasangan perlengkapan jalan


- Pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu lalu lintas
sementara

 Pengadaan material sisa pembersihan lahan dan sisa


pekerjaan konstruksi
- Tidak menempatkan/menimbun material sisa pembersihan
lahan dan sisa pekerjaan konstruksi pada daerah umum,
rawan genangan/banjir
- Pemanfaatan material sisa (prinsip penghematan,
penggunaan kembali dan daur ulang/3R)
- Penempatan material sisa pada lokasi yang telah
ditetapkan pemerintah

PENAWARAN TEKNIS 75
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
b. Di lokasi quarry dan jalur transportasi
 Pengambilan material bangunan di quarry dan borrow area di
darat
- Penyiraman tanah secara berkala di musim kering untuk
mengurangi sebaran debu
- Perawatan peralatan dan kendaraan proyek secara
berkala dan pengaturan jam kerja
- Reklamasi dan pemanfaatan kembali lahan
- Pembuatan saluran drainase
- Pengaturan kemiringan lereng yang aman
- Pengambilan material di quarry sungai
- Pemilihan lokasi quarry yang sesuai peraturan
daerah/instansi yang berwenang di daerah
- Tata cara penambangan yang tepat teknologinya untuk
mencegah pencemaran kualitas air sungai
- Melakukan konsultasi pada masyarakat pengguna sungai
terkait dengan gangguan biota air/termasuk perikanan

c. Pengangkutan material bangunan


 Penyiraman tanah secara berkala di saat kering, penutupan
bak truk, memilih jalur angkutan yang aman/tidak mengganggu
masyarakat dan membatasi kecepatan kendaraan angkut
material untuk mencegah sebaran debu
 Perawatan kendaraan angkut material secara berkala dan
pengaturan jam kerja
 Memperbaiki jalan yang rusak akibat kendaraan proyek
 Memasang rambu lalu lintas sementara dan petugas penagtur lalu
lintas
 Membersihkan ceceran tanah/material yang jatuh dan mengotori
jalan

PENAWARAN TEKNIS 76
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
c) Di lokasi base camp
 Pengoperasian base camp (barak pekerja, kantor, stock pile,
stone crusher, bengkel dan AMP)
 Perawatan peralatan, pemasangan penangkap debu, penyiraman
berkala, membatasi ketinggian tumpukan material, uji emisi
kendaraan
 Menyimpan genset pada tempat kedap suara/ruang khusus dan
perawatan peralatan secara berkala
 Pengendalian limbah cair (oli/pelumas bekas, cat, bahan
pelarut cat, pembersih peralatan dll) serta membuat MCK
dilengkapi septick tank
 Menampung pelumas bekas untuk mencegah ceceran ke tanah
 Pengaturan lalu lintas pada pintu masuk-keluar base camp
 Pemberdayaan masyarakat setempat

c. Komponen Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau


Komponen lingkungan hidup yang perlu dipantau berdasarkan tahapan
kegiatan pekerjaan konstruksi jalan adalah sebagai berikut:
a) Persiapan pekerjaan konstruksi
 Mobilisasi tenaga kerja
- Informasi kegiatan pekerjaan jalan yang sampai kepada
masyarakat
- Tenaga kerja setempat yang terserap bekerja di proyek
 Mobilisasi peralatan berat
- Kondisi jalan dan jembatan yang dilalui peralatan berat
- Kondisi lalu lintas
 Pembuatan jalan masuk/akses
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan
- Kondisi lalu lintas

PENAWARAN TEKNIS 77
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
 Pembangunan base camp
- Penggunaan lahan
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan dB(A)

b) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi


a. Di lokasi proyek
 Pembersihan lahan
- Vegetasi dan satwa liar (keberadaan jenis, kelimpahan,
fungsi, status)
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Stabilitas tanah
- Kondisi dan fungsi utilitas dan kegiatan masyarakat

 Pekerjaan tanah
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Stabilitas tanah
- Kondisi lansekap/penggunaan lahan

 Pekerjaan drainase
- Aliran air permukaan dan kualitas air permukaan
(kekeruhan, transparansi, padatan)
- Kondisi lalu lintas
- Keluhan masyarakat
- Pekerjaan badan jalan
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Kondisi lalu lintas

PENAWARAN TEKNIS 78
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
 Pekerjaan jembatan
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Tingkat getaran
- Kualitas air (pH, kekeruhan, transparansi, padatan,
BOD, DO), plankton, benthos
- Kondisi lalu lintas

 Penghijauan dan pertamanan


- Vegetasi pelindung
- Vegetasi yang bernilai estetis
- Vegetasi penyerap pencemar udara dan kebisingan

 Pemasangan perlengkapan jalan


- Kondisi lalu lintas

 Pengelolaan material sisa pembersihan lahan dan sisa


pekerjaan konstruksi
- Jenis, kualitas dan jumlah material sisa
- Kondisi aliran permukaan di daerah pembuangan material
sisa (land fill area/disposal area)

b. Di lokasi quarry dan jalur transportasi material


 Pengambilan material bangunan di quarry dan borrow area di
darat
- Kualitas udara (debu/partikulat)
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Kondisi aliran air permukaan
- Stabilitas tanah
- Tata guna lahan bekas lokasi pengambilan material
dan tingkat kerusakan lahan bekas

PENAWARAN TEKNIS 79
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
 Pengambilan material di lokasi sungai
- Kondisi bangunan sungai (kerusakan bangunan sungai)
- Kualitas air (kekeruhan, transparansi, padatan, BOD,
COD,DO)
- Plankton, nekton, benthos dan perikanan

 Pengangkutan material bangunan


- Kualitas udara (debu/partikulat, CO, NO2, SO2, HC)
- Tingkat kebisingan dB(A)
- Kondisi jalan
- Kondisi lalu lintas
- Kenyamanan masyarakat

c. Di lokasi base camp


 Pengoperasian base camp (barak pekerja, kantor, stock
pile, stone crusher, bengkel dan AMP)
 Kualitas udara ambien (debu/partikulat, CO, NO2, SO2, HC)
 Tingkat kebisingan dB(A)
 Kualitas air permukaan dan air tanah (bau, BOD, DO,
COD, NO2, NO3, NH3, bakteriologi, surfactant)
 Kualitas tanah
 Kondisi lalu lintas
 Kenyamanan masyarakat

Pemantauan pada Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan


a. Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada pengoperasian dan
pemeliharaan jalan adalah untuk mengetahui kualitas lingkungan hidup dan
kinerja penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang terjadi akibat
pengoperasian dan pemeliharaan jalan yang telah selesai dibangun atau
ditingkatkan.

PENAWARAN TEKNIS 80
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
b. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau
Pemantauan pengelolaan lingkungan pada tahap pengoperasian dan
pemeliharaan jalan harus dilaksanakan di sepanjang ruas jalan yaitu pada
tempat-tempat yang potensial terkena dampak. Pemantauan kegiatan pengelolaan
mencakup:
a) Pengoperasian jalan
 Penanggulangan atau pengurangan pencemaran udara (SO2, CO, NO2,
HC, debu dan partikulat);
 Pengurangan tingkat kebisingan;
 Pengurangan tingkat getaran;
 Manajemen lalu lintas;
 Penertiban penggunaan jalan (tertib sesuai fungsi RUMAJA,
RUMIJA, RUWASJA, termasuk lahan di bawah jalan layang);
 Pencegahan penggunaan lahan yang tidak sesuai tata guna
lahan (terutama di daerah sensitif);
 Tempat jalur perlintasan satwa liar;
 Pemeliharaan jaringan drainase dalam rangka mencegah
terjadinya genangan atau banjir.

b) Pemeliharaan Jalan
 Mencegah atau mengurangi terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu
lintas.

Dalam kasus tertentu, mungkin juga diperlukan pemantauan pada kegiatan


pengelolaan lingkungan dalam rangka penanganan dampak terhadap
satwa liar (dilindungi) dan penanganan dampak kondisi sosial-ekonomi di
daerah sensitif termasuk komunitas adat yang berada di lokasi pembangunan
jalan.

c. Komponen Lingkungan Hidup Yang Perlu Dipantau


Komponen lingkungan yang perlu dipantau saat pengoperasian dan
pemeliharaan jalan meliputi:

PENAWARAN TEKNIS 81
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
a) Pengoperasian Jalan
 Kualitas udara (SO2, CO, NO2, HC, debu, partikulat);
 Tingkat kebisingan;
 Getaran;
 Kondisi lalu lintas (arus lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas);
 Kondisi penggunaan lahan RUMIJA dan RUWASJA;
 Tata guna lahan di sekitar tepi jalan;
 Jalur perlintasan satwa;
 Pola aliran air permukaan dan stabilitas tanah.

b) Pemeliharaan Jalan
 Kondisi lalu lintas

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bahwa pemrakarsa kegiatan wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL)
dan rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) atau UKL-UPL kepada instansi
yang membidangi pengendalian dampak lingkungan hidup.

Kegiatan pemantauan dalam rangka keperluan yang terkait dengan


instansi penanggung jawab bidang pengelolaan lingkungan hidup baik di tingkat
pusat (KLH) atau di tingkat daerah (provinsi, kabupaten/kota) diperlukan
untuk memenuhi kewajiban pemrakarsa dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup kegiatan pembangunan jalan.

Kegiatan pemantauan yang dilaksanakan dan dilaporkan adalah


kegiatan pembangunan jalan mulai dari survai/pengukuran koridor jalan/rute jalan,
pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi jalan, pengoperasian dan pemeliharaan
jalan berdasarkan dokumen RPL atau UPL.

Lingkup pemantauan mencakup kegiatan yang menjadi sumber dampak,


potensi dampak lingkungan, komponen/parameter yang perlu dipantau dan

PENAWARAN TEKNIS 82
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
acuan atau tolok ukur yang digunakan untuk menilai teknis
pelaksanaan pemantauan, hasil pemantauan, kendala/ masalah, tindak
lanjut/rekomendasi.

Format pelaporan pelaksanaan pada pembangunan jalan yang dilengkapi (RKL)


dan (RPL) diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor
45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
Hidup (RPL). Pada pembangunan jalan yang dilengkapi UKL-UPL, maka perlu
pelaporan yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hi dup Nomor 86
tahun 2003 tentang Penyusunan Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Pada pembangunan jalan
yang dilengkapi dengan DPPL perlu melaporkan hasil pelaksanaan pengelolaan
lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup yang mengacu pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 tahun 2007 tentang Dokumen
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Laporan hasil pemantauan
pengelolaan lingkungan

4.4.3 Siklus Pembangunn Jalan yang Berwawasan Lingkungan


Kebijakan tentang pembangunan jalan yang berwawasan lingkungan telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49/PRT/1990 yang
kemudian di ganti dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 69/PRT/1995
tentang Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum. Prinsip dasar
kebijakan tersebut adalah integrasi (penerapan) pertimbangan lingkungan dalam
seluruh siklus pengembangan proyek bidang pekerjaan umum (termasuk proyek
jalan).

Siklus pengembangan proyek jalan terdiri dari rangkaian 8 (delapan) tahapan


kegiatan yang sudah baku, yaitu
 Perencanaan Umum
 Pra-Studi Kelayakan
 Studi Kelayakan
 Perencanaan Teknis
PENAWARAN TEKNIS 83
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
 Pra-Konstruksi
 Konstruksi
 Pasca Konstruksi
 Evaluasi Pasca Proyek.

Namun, mungki saja karena alasan tertentu ada proyek jalan yang tidak melalui
semua tahapan tersebut secara lengkap, misalnya setelah perencanaan umum
langsung studi kelayakan, tanpa melakukan pra-studi kelayakan. Bahkan mungkin
juga karena pertimbangan khusus,ada proyek jalan yang tidak melakukan studi
kelayakan.

Penerapan pertimbangan lingkungan tiap tahap kegiatan proyek diatas, secara ideal
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan Umum
Siklus proyek jalan diawali dengan perencanaan umum berupa perumusan
gagasan usulan proyek baik berupa program pembangunan jalan baru atau
peningkatan jalan yang telah ada. Kegiatannya mencakup pemilihan rute/
koridor jalan, penentuan skala prioritas, perkiraan biaya, serta jadwal
pelaksanaan dan pendanaannya.

Walaupun pada tahapan ini belum ada kegiatan fisik yang dapat menimbulkan
perubahan lingkungan, pemrakarsa kegiatan proyek sedini mungkin harus
mengidentifikasi potensi dampak besar dan penting terutama dampak negatif
yang akan timbul, melalui proses penyaringan lingkungan untuk tiap ruas jalan
yang akan dibangun.

Berdasarkan hasil penyaringan tersebut, dapat dirumuskan persyaratan


penanganan masalah lingkungan untuk tiap ruas jalan, yang wajib dilaksanakan
pada tahap kegiatan proyek berikutnya. Persyaratan tersebut mungkin berupa
studi AMDAL, studi UKL dan UPL atau cukup dengan penerapan SOP.

PENAWARAN TEKNIS 84
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
b. Tahap Pra-Studi Kelayakan
Kegiatan Proyek pada tahap ini adalah perumusan garis besar rencana kegiatan
serta perumusan alternatif koridor alinyemen jalan, termasuk menganalisis
kelayakan (sementara) tiap alternatif koridor tersebut. Dalam menganalisis
kelayakan tiap alternatif koridor ruas jalan tersebut, selain didasarkan pada
pertimbangan teknis dan ekonomi juga harus dipertimbangkan kelayakan
lingkungan melalui proses kajian awal lingkungan.

c. Tahap Studi Kelayakan


Kegiatan utama studi kelayakan mencakup analisis kelayakan teknis, ekonomi,
finansial, dan lingkungan yang lebih mendalam dari alternatif alinyemen jalan
yang didukung oleh data hasil survey lapangan. Analisis kelayakan lingkungan
dilaksanakan melalui studi AMDAL yang sebaiknya dilaksanakan secara
terintergrasi dengan pelaksanaan studi kelayakan teknis,l ekonomi dan finansial
dalam satu paket pekerjaan.

Kesimpulan dan rekomendasi hasil studi kelayakan lingkungan disajikan dalam


Dokumen RKL-RPL yang merupakan arahan untuk pelaksanaan pengelolaan
lingkungan hidup pada tahap-tahap perencanaan teknis, pra konstruksi, dan
pasca konstruksi.

d. Tahap Perencanaan Teknis


Lingkup pekerjaan ini mencakup komponen-komponen kegiatan, antara lain :
 Penetapan trase jalan secara definitif berdasarkan hasil pengukuran lapangan
yang akurat
 Pembuatan gambar rencana teknis detail jalan, jembatan dan bangunan
pelengkapnya serta penetapan syarat-syarat dan spesifikasi teknis pekerjaan
konstruksinya.
 Perhitungan perkiraan biaya pekerjaan konstruksi
 Penyusunan dokumen tender dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi.

PENAWARAN TEKNIS 85
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Dalam perhitungan perkiraan biaya pekerjaan konstruksi jalan, seyogyanya
mencakup juga biaya pengelolaan lingkungan yang diperlukan pada tahap
konstruksi. Demikian juga pemeliharaan jalan agar mencakup biaya pengelolaan
lingkungan tahap pasca konstruksi.

e. Tahap Pra-Konstruksi
Kegiatan proyek pada tahap pra-konstruksi adalah pengadaan tanah dan
permukiman kembali penduduk yang terkena proyek (bila perlu) yang
dilaksanakan oleh Pemrakarsa kegiatan proyek dan instansi terkait. Pengelolaan
lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan pemantapan
RKL-RPL untuk penanganan dampak sosial yang mungkin terjadi.

Pemantapan RKL mungkin diperlukan sesuai dengan kondisi lapangan pada saat
itu atau karena ada perubahan alinyemen jalan pada lokasi tertentu.

f. Tahap Konstruksi
Kegiatan pada tahap konstruksi terutama berupa pekerjaan teknik sipil meliputi
pekerjaan tanah, struktur bangunan jalan dan bangunan-bangunan pelengkapnya.
Penerapan pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah
pelaksanaan dan pemantapan RKL-RPL tahap konstruksi, untuk menangani
semua dampak yang timbul akibat kegiatan-kegiatan kosntruksi seperti
erosi/longsir, pencemaran udara, kebisingan, gangguan pada prasarana umum
dan utilitas di areal tapak proyek dan sebagainya.

g. Tahap Pasca Konstruksi


Tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian jalan dan sekaligus
pemeliharaannya agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
Untuk menangani dampak akibat pengoperasian dan pemeliharaan jalan tersebut,
diperlukan pelaksanaan dan pemantapan RKL-RPL tahap pasca konstruksi,
antara lain meliputi pengaturan lalu lintas, pengendalian pencemaran udara dan
kebisingan, dan pengendalian penggunaan lahan di kiri-kanan jalan

PENAWARAN TEKNIS 86
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
h. Tahap Evaluasi Pasca Proyek
Evaluasi pasca proyek bertujuan untuk menilai dan mengupayakan daya guna
ruas jalan yang telah dibangun/ ditingkatkan dan dioperasikan sampai umur
desainnya terlampaui. Penerapan pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada
tahap ini adalah evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang telah dilaksanakan pada tahap-tahap sebelumnya agar dapat
dijadikan masukan/ input dalam perencanaan pembangunan.

4.4.4 Format Penulisan Dokumen AMDAL


Dokumen AMDAL terdiri dari 3 (tiga) dokumen yaitu KA-ANDAL, ANDAL,
RKL-RPL.
Penyusunan Dokumen AMDAL mengacu kepada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup, yang secara garis besar Dapat dilihat pada Tabel 3.1

PENAWARAN TEKNIS 87
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Tabel 3.1 Garis Besar Isi Dokumen AMDAL

Isi
Isi Dokumen KA – ANDAL
- Bab I. Pendahuluan
(Isi dari Bab I mengacu kepada Lampiran I butir B.1 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012.

Ditambah penjelasan tentang dasar penyusunan dokumen lingkungan hidup yang


mengacu pada Studi Kelayakan (FS) atau Perencanaan Teknis Rinci (DED).

- Bab II. Pelingkupan


(Isi dari Bab II mengacu kepada Lampiran I Butir B.2 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)
A. Deskripsi Rencana Kegiatan
B. Deskripsi Rona Lingkungan hidup awal (termasuk Strip Map)
C. Hasil Pelibatan Masyarakat
D. Dampak Penting Hipotetik
E. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

- Bab III. Metode Studi


(Isi dari Bab III mengacu kepada Lampiran I Butir B.3 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)
A. Metode pengumpulan dan analisis data yang akan digunakan
B. Metode prakiraan dampak penting yang akan digunakan
C. Metode evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan

- Daftar Pustaka
- (Daftar Pustaka mengacu kepada Lampiran I Butir B.4 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)

- Lampiran
(Lampiran mengacu kepada Lampiran I Butir B.5 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)

PENAWARAN TEKNIS 88
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Isi
Isi Dokumen ANDAL
- Bab I. Pendahuluan
(Isi dari Bab I mengacu kepada Lampiran II butir B.1 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012.

Ditambah penjelasan tentang dasar penyusunan dokumen lingkungan hidup yang


mengacu pada Studi Kelayakan (FS) atau Perencanaan Teknis Rinci (DED).

- Bab II. Deskripsi Rinci Rona Lingkungan Hidup


(Isi dari Bab II mengacu kepada Lampiran II Butir B.2 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)
A. Komponen lingkungan terkena dampak penting
 Komponen Geofisik Kimia
 Komponen Biologi
 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
 Komponen Kesehatan Masyarakat
 Sarana dan Prasarana Umum

B. Usaha dan/ atau kegiatan yang ada disekitar lokasi kegiatan jalan

- Bab III. Prakiraan Dampak Penting


(Isi dari Bab III mengacu kepada Lampiran II Butir B.3 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)
A. Tahap Pra-Konstruksi
B. Tahap Konstruksi
C. Tahap Pasca Konstruksi

- Bab IV. Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan


Isi dari Bab IV mengacu kepada Lampiran II Butir B.4 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)
A. Telaahan terhadap dampak penting
B. Pemilihan alternatif terbaik
C. Telaahan sebagai dasar pengelolaan
D. Rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan

- Daftar Pustaka
- (Daftar Pustaka mengacu kepada Lampiran II Butir B.5 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)

- Lampiran
(Lampiran mengacu kepada Lampiran II Butir B.6 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)

PENAWARAN TEKNIS 89
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Isi
Isi Dokumen RKL - RPL
- Bab I. Pendahuluan
(Isi dari Bab I mengacu kepada Lampiran III butir B.1 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012.

- Bab II. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


(Isi dari Bab II mengacu kepada Lampiran III Butir B.2 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)

- Bab III. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup


(Isi dari Bab III mengacu kepada Lampiran III Butir B.3 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)

- Jumlah dan Jenis Izin PPLH yang dibutuhkan


(Jumlah dan Jenis Izin PPLH yang dibutuhkan mengacu kepada Lampiran III Butir B.4
dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)

- Pernyataan Komitmen Pelaksanaan RKL – RPL


(Pernyataan Komitmen Pelaksanaan RKL - RPL mengacu kepada Lampiran III Butir
B.5 dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)

- Daftar Pustaka
- (Daftar Pustaka mengacu kepada Lampiran II Butir B.6 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)

- Lampiran
(Lampiran mengacu kepada Lampiran III Butir B.7 dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012)

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012

4.4.5 Dokumen KA – ANDAL


Hal penting dalam KA-ANDAL adalah pelingkupan, meliputi :
a. Deskripsi rencana kegiatan yang akan dikaji, yaitu kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan beserta alternatif, termasuk pengelolaan
lingkungan hidup yang sudah ada/tersedia;
b. Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal, mencakup komponen
lingkungan terkena dampak dan usaha/kegiatan disekitar lokasi rencana
usaha/kegiatan beserta dampak lingkungannya;

PENAWARAN TEKNIS 90
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
c. Hasil pelibatan masyarakat yang diperoleh melalui pengumuman dan konsultasi
publik;
d. Dampak penting hipotetik (DPH), diperoleh dari identifikasi dan evaluasi
dampak potensial suatu kegiatan;
e. Batas wilayah studi dan batas waktu kajian.

Pada tahap ini pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak


lingkungan hidup primer, sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan
timbul sebagai akibat adanya rencana kegiatan. Pada tahapan ini hanya
diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul tanpa memperhatikan
besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Dengan demikian pada
tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut
merupakan dampak penting atau tidak.

Proses identifikasi dampak potensial dilakukan dengan menggunakan metode-


metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai
literatur. Esensi dari proses identifikasi dampak potensial ini adalah menduga
semua dampak yang berpotensi terjadi jika rencana kegiatan dilakukan pada lokasi
tersebut. Keluaran yang diharapkan disajikan dalam bagian ini adalah berupa daftar
dampak-dampak potensial yang mungkin timbul atas adanya rencana kegiatan yang
diusulkan.

Selanjutnya dilakukan evaluasi dampak Potensial. Evaluasi Dampak Potensial


esensinya adalah memisahkan dampak-dampak yang perlu kajian mendalam untuk
membuktikan dugaan (hipotesa) dampak (dari dampak yang tidak lagi perlu
dikaji).

Salah satu kriteria penapisan untuk menentukan apakah suatu dampak potensial
dapat menjadi DPH atau tidak adalah dengan menguji apakah pihak pemrakarsa
telah berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang mengacu
pada Standar Operasional Prosedur (SOP) tertentu, pengelolaan yang menjadi
bagian dari rencana kegiatan, panduan teknis tertentu yang diterbitkan

PENAWARAN TEKNIS 91
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
pemerintah dan/atau standar internasional, dan lain sebagainya. Selain itu
penentuan dampak potensial menjadi DPH dapat didasarkan dari interaksi kegiatan
dengan komponen lingkungan (dicontohkan pada Tabel 3.2), dan kriteria penentuan
dampak penting sesuai Lampiran I butir I dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012.

Langkah ini pada akhirnya menghasilkan daftar kesimpulan “Dampak Penting


Hipotetik (DPH)’.

4.4.6 Dokumen ANDAL


Dalam ANDAL diuraikan secara rinci dan jelas hal-hal sebagai berikut:
 Deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal, berisi uraian mengenai rona
lingkungan hidup di lokasi rencana kegiatan mencakup komponen geo-fisik-
kimia, biologi dan sosio-ekonomi-budaya serta kesehatan masyarakat;

 Prakiraan dampak penting, berisi uraian besaran dan sifat penting dampak untuk
setiap Dampak penting hipotetik yang dikaji;

Analisis prakiraan dampak penting pada dasarnya menghasilkan informasi


mengenai besaran dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting
hipotetik (DPH) yang dikaji. Karena itu dalam bagian ini, diuraikan hasil
prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak untuk
setiap dampak penting hipotetik (DPH) yang dikaji. Perhitungan dan analisis
prakiraan dampak penting hipotetik tersebut menggunakan metode prakiraan
dampak yang tercantum dalam kerangka acuan. Metode prakiraan dampak
penting menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional
dan/atau internasional di berbagai literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah
metode prakiraan dampak penting dalam Amdal.

PENAWARAN TEKNIS 92
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
 Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan, berisi uraian telaahan
keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik (DPH) dalam
rangka penentuan karekteristik dampak lingkungan rencana kegiatan secara
total.

Pada dasarnya dalam evaluasi secara holistik diuraikan hasil evaluasi atau
telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik (DPH)
dalam rangka penentuan karakteristik dampak rencana kegiatan secara total
terhadap lingkungan hidup. Dalam melakukan evaluasi secara holistik terhadap
DPH tersebut, digunakan metode evaluasi dampak yang tercantum dalam
kerangka acuan. Metode evaluasi dampak tersebut menggunakan metode-metode
ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai
literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode evaluasi dampak penting
dalam Amdal.

4.4.7 Dokumen RKL – RPL


RKL-RPL harus memuat mengenai upaya untuk menangani dampak dan
memantau komponen lingkungan hidup yang terkena dampak terhadap
keseluruhan dampak, bukan hanya dampak yang disimpulkan sebagai dampak
penting dari hasil proses evaluasi holistik dalam Andal. Sehingga untuk
beberapa dampak yang disimpulkan sebagai bukan dampak penting, namun
tetap memerlukan dan direncanakan untuk dikelola dan dipantau (dampak
lingkungan hidup lainnya), maka tetap perlu disertakan rencana pengelolaan
dan pemantauannya dalam RKL-RPL.

PENAWARAN TEKNIS 93
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Gambar 3. Bagan Alir Proses Pelingkupan

Gambar 3.4. Contoh Surat Pernyataan Melaksanakan RKL – RPL Ruas Jalan
Nasional

PENAWARAN TEKNIS 94
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
2.4.7 Tenaga Ahli Penyusunan AMDAL
Tenaga Ahli yang diperlukan dalam penyusunan dokumen lingkungan hidup
adalah tenaga ahli yang sesuai dengan dampak penting yang akan dikaji atau
tenaga ahli yang memiliki keahlian terkait dengan rencana kegiatan.
Penyusunan dokumen lingkungan hidup untuk pembangunan dan/atau
peningkatan jalan wajib melibatkan tenaga Ahli Teknik Jalan (Ahli Teknik
Jembatan/Ahli Terowongan/Ahli Keselamatan Jalan), Ahli Sosial, Ahli Teknik
Lingkungan. Untuk kebutuhan tenaga ahli yang lain (Ahli Teknik Sungai dan
Drainase, Ahli Geoteknik, dan lain-lain) menyesuaikan kondisi lokasi rencana
kegiatan. Tim Penyusun AMDAL, minimal terdiri atas:
a. Ketua Tim, yang memiliki sertifikat kompetensi penyusun Amdal, Ketua
Tim Penyusun Amdal (KTPA);
b. Anggota Tim, minimal dua orang yang memiliki sertifikat kompetensi
penyusun Amdal Anggota Tim Penyusun Amdal (ATPA).

Lembaga penyusun AMDAL wajib memiliki registrasi kompetensi dan wajib


memenuhi persyaratan :
a. Berbadan hukum;
b. Memiliki paling sedikit 3 (tiga) orang tenaga penyusun dokumen
AMDAL yang memiliki sertifikat kompetensi yang terdiri dari 2 (dua)
orang tenaga tetap dan 1 (satu) orang tenaga lainnya, dengan ketua tim
adalah seorang tenaga tetap;
c. Memiliki perjanjian kerja dengan tenaga tidak tetap penyusun dokumen
Amdal yang memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen Amdal
dan seluruh personil yang terlibat dalam penyusunan dokumen Amdal
yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, termasuk dalam hal
ketidakberpihakan;
d. Memiliki sistem manajemen mutu;
e. Melaksanakan pengendalian mutu internal terhadap pelaksanaan
penyusunan dokumen Amdal, termasuk menjaga prinsip
ketidakberpihakan dan/atau menghindari konflik kepentingan.

PENAWARAN TEKNIS 95
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
2.4.8 Penyusunan dan Penilaian AMDAL
Tahapan penyusunan dan penilaian Amdal secara garis besar terdiri dari:
a. Pengumuman dan konsultasi publik;
b. Survey pendahuluan;
c. Penyusunan KA-Andal
d. Penilaian KA-Andal
e. Survey detail 6. Penyusunan Andal, RKL-RPL
f. Penilaian Andal, RKL-RPL
g. Penerbitan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH)
h. Pengumuman permohonan Izin Lingkungan 10. Pengumuman penerbitan
Izin Lingkungan

Penilaian terhadap dokumen AMDAL dilakukan dan/ atau dibahas oleh omisi
Penilai AMDAL (KPA). Dalam melaksanakan kewenangannya KPA dibantu
oleh tim teknis dan sekretariat KPA.

KPA mempunyai tugas memberikan rekomendasi kelayakan atau


ketidaklayakan lingkungan hidup kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya berdasarkan hasil penilaian terhadap
kajian yang tercantum dalam Andal dan RKL-RPL.

Tim teknis mempunyai tugas melakukan dan menyampaikan hasil penilaian


aspek teknis dan kualitas KA, Andal, dan RKL-RPL kepada KPA.

Sekretariat KPA mempunyai tugas menyelenggarakan proses kesekretariatan


serta melakukan penilaian administrasi atas dokumen Amdal dan permohonan
Izin Lingkungan.

Sekretariat KPA berkedudukan di:

a. Unit kerja esselon 2 yang membidangi AMDAL di Instansi LH Pusat.


b. Unit kerja esselon 3 yang membidangi AMDAL di Instansi LH
Prov./Kab/Kota.

PENAWARAN TEKNIS 96
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
Wewenang penilaian terhadap dokumen AMDAL yang terdiri dari KA-
ANDAL, ANDAL, RKL-RPL adalah sebagai berikut :

a. Komisi Penilai AMDAL Pusat untuk kegiatan yang bersifat strategis


nasional, berlokasi lebih dari 1(satu) wilayah provinsi, berlokasi di
wilayah NKRI yang sedang dalam sengketa dengan negara lain,
berlokasi di lintas batas NKRI dengan negara lain.
b. Komisi Penilai AMDAL Provinsi untuk kegiatan yang bersifat strategis
provinsi, berlokasi di lintas kabupaten/kota.
c. Komisi Penilai AMDAL Kabupaten untuk kegiatan yang bersifat
strategis kabupaten/kota dan tidak strategis.

E.3. Program Kerja

Dalam pelaksanaan pekerjaan layanan jasa konsultansi termasuk jasa konsultansi


penyusunan dokumen lingkungan, perlu adanya suatu program kerja yang
konsepsional, efektif dan efisien, sehingga setiap aktivitas kerja untuk mencapai
target sukses pekerjaan dapat terprogram dengan baik. Program kerja yang akan
dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
atau Terms of Reference (TOR). Penyusunan program kerja ini dilakukan
berdasarkan :
 Pekerjaan Pekerjaan Persiapan
 Pengumpulan Data (Data Sekunder dan Data Primer)
 Survey Lapangan
 Analisa Data/ Laboratorium
 Penulisan Dokumen Lingkungan
 Asistensi
 Prensentasi dan Diskusi Draft Dokumen Lingkungan
 Perbaikan dan penggandaan Laporan Akhir (Dokumen Lingkungan)

Agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan,
maka program kerja akan disusun secara sistematis dan dilaksanakan berdasarkan

PENAWARAN TEKNIS 97
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
urutan pekerjaan efektif dan waktu pelaksanaannya. Untuk mendapatkan efektivitas
yang tinggi atas input konsultan, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara efisien, dibutuhkan suatu perencanaan dan pelaksanaan sistem layanan
konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini kualitas maupun kuantitas pekerjaan
dapat dikontrol, seraya menghindari beban pekerjaan puncak yang cukup besar.
Beban puncak dalam pekerjaan memerlukan mobilisasi staf tambahan dan
pengenalan terhadap pekerjaan. Aktivitas yang mengakibatkan berkurangnya
kualitas pekerjaan diupayakan untuk dihindari.
Secara garis besar, ada 8 (Delapan) kegiatan utama yang akan dilakukan oleh
Konsultan dalam melaksanakan Kegiatan Penyusunan AMDAL Kegiatan
Pembangunan Jalan Karang Mas – Kina - Jemuat, diantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Pekerjaan Persiapan
Pada minggu pertama setelah pekerjaan dimula, akan dilakukan rapat
pendahuluan untuk membicarakan hal-hal berikut :
a. Pengurusan administrasi kontrak kerja
b. Pengurusan surat-surat perijinan
c. Pengurusan ijin survey kepada instansi terkait
d. Penyiapan alat dan bahan untuk keperluan survey lapangan

2. Pengumpulan Data (Data Sekunder Dan data Primer)


Data sekunder didefinisikan sebagai informasi yang berkaitan dengan studi yang
sedang dilaksanakan yang diperoleh secara tidak langsung atau pihak lain. Data
sekunder dapat berupa catatan, hasil pengukuran, hasil analisa yang diperoleh
suatu instansi atau tim studi, juga buku-buku laporan proyek dan peraturan
kebijakan daerah. Data sekunder yang akan dikumpulakn oleh Konsultan
meliputi :
a. Studi Sejenis di sekitar Areal Tapak Proyek
Studi sejenis yang datanya dapat dijadikan sebagai bahan referensi adalah
Laporan Perencanaan Pembangunan Jalan Karang Mas – Kina – Jemuat.

PENAWARAN TEKNIS 98
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
b. Peta Administrasi Wilayah
Peta administrasi wilayah meliputi menurut pemerintahan daerah dan
pembagian wilayah kerja. Data ini digunakan untuk persiapan survei dan
panduan dalam pekerjaan di lapangan.

c. Peta Topografi Wilayah


Dari peta ini dapat diketahui ketinggian dari daerah tertentu yang dapat
digunakan sebagai calon lokasi pembangunan jalan. Peta ini dilengkapi
dengan skala 1 : 25,000 atau 1 : 50,000

d. Peta Pemilikan Tanah


Dari peta ini dapat diketahui pemilikan tanah dari calon lokasi terpilih
sehingga dapat dipertimbangkan dampak yang terjadi akibat pembebasan
tanah di daerah studi. Informasi ini akan dikumpulkan oleh Badan
Pertanahan Kabupaten Lamandau

e. Peta Tata Guna Lahan


Dimaksudkan kemungkinan terjadinya konflik atau pembahasan yang
timbul antara rencana tata guna lahan dan sumber daya lainnya yang
sekarang berlaku, juga kemungkinan potensinya di masa mendatang di
lokasi kegiatan. Konsultan akan mengumpulkan di instansi terkait.

f. RDTRK
RDTRK yang selesai disusun dan yang terbaru akan menjadi acuan
penggunaan tanah di masa mendatang.

g. Data Hidrologi
Yang tercakup dalam data hidrologi yaitu kedalaman muka air tanah,
kelandaian aliran air tanah bebas, pola pengeringan air permukaan, lokasi
mata air, kelulusan (permeabilitas) tanah. Sumber data berupa peta
hidrogeologi yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan,
Dinas Pertambangan Propinsi Kalimantan Tengah dan Studi sebelumnya.

PENAWARAN TEKNIS 99
PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
h. Data Geologi Lingkungan
Yang tercakup dalam data geologi lingkungan yaitu pengamatan sebaran
tanah dan batuan, struktur geologi, ketebalan tanah penutup, sifat fi sik
kimiawi daerah resapan air permukaan dan air tanah dan keteknikan tanah,
serta daya dukung tanah.

i. Data Iklim
Komponen yang tercakup dalam data iklim yaitu tipe iklim, suhu
(maksimum, minimum, rata-rata), kelembaban udara, curah hujan dan
keadaan angin (arah, kecepatan, arah domanan).

j. Inventarisasi Pemanfaatan Sumber Air


Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemanfaatan air di sekitar lokasi,
apakah dipergunakan untuk air minum, mandi, cuci, atau untuk keperluan
pertanian, industri, dan lain-lain.

k. Data Demografi
Data demografi merupakan data mengenai kependudukan, yang meliputi
jumlah penduduk, kepadatan, penyebaran penduduk, kondisi sosial, dan
lain-lain.

3. Survey Lapangan
Survei lapangan dilakukan dalam rangka mengumpulkan data-data primer
maupun data sekunder yang dianggap belum lengkap. Data atau parameter yang
dikumpulkan sesuai hasil pelingkupan yang dicantumkan dalam dokumen
Laporan Pendahuluan yang telah disetujui.

4. Analisa Data/ Laboratorium


Data-data yang terkumpul akan dianalisa oleh masing-masing tenaga ahli.
Beberapa parameter kualitas air, biologi dan udara akan di analisis di
Laboratorium rujukan.

PENAWARAN TEKNIS 100


PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT
5. Penulisan Dokumen ANDAL
Penulisan draft laporan studi ANDAL akan dilakukan manakala data primer
dan sekunder yang dibutuhkan telah lengkap terkumpul.

6. Asistensi
Setelah dokumen selesai disusun, maka konsultan akan melaksanakan asistensi
dengan pemrakarsa sebelum dibawa ke komisi penilai.

7. Presentasi Dokumen Andal


Draft Dokumen Lingkungan akan diperbanyak untuk dipresentasikan di Komisi
Penilai. Dalam presentasi ini juga akan memberikan masukan dan perbaikan
dokumen

8. Perbaikan dan Penggadaan Laporan Akhir


Konsultan akan menyempurnakan draft dokumen Lingkungan sesuai dengan
saran dan masukan dari tim komisi Amdal yang disampaikan saat presentasi.
Selanjutnya hasil perbaikan akan digandakan dan akan diajukan untuk
memperoleh persetujuan.

PENAWARAN TEKNIS 101


PENYUSUNAN AMDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN
JALAN KARANG MAS – KINA – JEMUAT

Anda mungkin juga menyukai