BAB 5
PENDEKATAN, METODE KERJA, APRESIASI INOVASI DAN
PROGRAM KERJA
Pada bagian ini akan disampaikan mengenai cara atau langkah-langkah dari
pihak pengguna jasa dalam melaksanakan pekerjaan penyusunan Dokumen Materi
Teknis Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Masjid Pathok Negoro. Penyusunan
Dokumen Materi Teknis Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Masjid Pathok
Negoro mulai dari pendekatan yang akan digunakan, metode-metode yang akan
dipakai dalam mencapai target termasuk di dalamnya kerangka alur pikir
perencanaan, apresiasi inovasi yang di dalamnya terdapat berbagai macam
terobosan-terobosan yang nantinya dapat diaplikasikan ke dalam pelaksanaan
pekerjaan dan terakhir adalah rincian program kerja yang akan dilaksanakan secara
detail dan komprehensif.
Dalam konteks ini kriteria yang harus disepakati yaitu “pembagian zonasi
(ruang) wilayah kerja“ untuk menetapkan batasan tanggung jawab masing-masing
sektor dan menghindari terjadinya tumpang tindih kepentingan, tugas dan
wewenang. Pembagian zonasi mengacu pada dua aspek yaitu:
1. Kesesuaian Lahan
2. Keterkaitan Kawasan
Interaksi antar aktivitas pada suatu kawasan dengan kawasan lainnya akan
tercipta dan memungkinkan terjadinya perkembangan yang optimal antar
unit-unit kawasan maupun dengan kawasan sekitarnya. Untuk itu
penyusunan pemanfaatan Kawasan Cagar Budaya dibuat sedemikian rupa,
sehingga kegiatan-kegiatan antar kawasan dapat saling menunjang dan
memiliki keterkaitan dengan kawasan yang berbatasan.
Hingga saat ini yang dimaksudkan dengan kata 'heritage' masih banyak
diperdebatkan. Bowes (1989) mencoba untuk mendefinisikan heritage
dalam konteks regional yaitu bahwa sebuah tinggalan budaya (heritage)
tidak saja berupa situs peninggalan sejarah tetapi juga dapat meliputi suatu
kawasan dan elemen-elemen kawasan di dalamnya. Swarbrooke (1995)
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
a. ekonomis;
b. sosial;
c. politis, dan
d. ilmiah (Hall and McArthur, 1993).
pengendalian pemanfaatan ruang kurang efektif atau rencana tata ruang yang kurang
dapat mewadahi dinamika masyarakat.
KONDISI DAN
KEADAAN SAAT
INI
IMPLEMENTASI
PEMBANGUNAN
SESUAI DENGAN
RENCANA TATA
proses transformasi dari kondisi RUANG
lama menuju ke kondisi yang
direncanakan sesuai dengan tata
ruang
A. Pendekatan Deduksi
B. Pendekatan Induksi
TEKNIK DALAM
PERATURAN ZONASI
P
e
r
f
o
r
m
a
n Standar yang relevan
RENCANA c dengan perencanaan
e
dan pembangunan
z STANDAR kota
o
n
i (e.g. kesehatan,
n
RTRWN g keselamatan,
S keamanan, etc)
p
e
c
i
RTRWP a
l
z
o
RTRWK n
i
n
g
B
PERATURAN o
n PERIJINAN
ZONASI DAN u
s
RDTRK
RDTRK VARIANNYA z
o
n
i
n
RTRK/ RTBL g
T
D
R
PANDUAN
N PEMBANGUNAN
e
g
o
t
i
S o
p n
e UU, PP,ed
c Perda
i D
a e
v
l ’
t
S .
F
i l
t o KETERANGAN :
e o
d
C
Perangkat
P
o l
n a
i
t n
r Teknik
o Z
l o
n
Gambar 5.2. Diagram Proses
. Penyusunan
i Peraturan Zonasi
S n
i g
C
t o
e n
d
P i
t
l i
a o
n n
a
l
C
o U
n s
e
t s
r
o N
o
l n
s -
. c
o
i o
l r
m
d i
i n
n g
PENYUSUNAN
U
s MATERI TEKNIS,
g
,
e
NASKAH AKADEMIK (NA),
H PERATURAN
S
s ZONASI (PZ)
o p
SATUAN RUANG STRATEGIS
u
s
MASJID
o
t PATHOK NEGORO
i Z
n o
5.1.4. Metode Perumusan Peraturan
g Zonasi n
i
n
a g
Materi Peraturan Zonasi berdasarkan
n Peraturan
F
l
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20
d o
tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail
a Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan
S t
i
Zonasi, dibedakan menjadi materi wajib dananmateri pilihan,
n dengan klasifikasi sebagai berikut:
g
i
MATERI WAJIB t
a
MATERI
Z
o PILIHAN
n
r i
1. Ketentuan kegiatan dan penggunaan
y lahan a.
n
g
Ketentuan tambahan
C E
x
2. Ketentuan intensitas pemanfaatanoruang b.
c Ketentuan khusus
d l
e u
s
3. Ketentuan tata bangunan s c.
i Standar teknis
. o
D n
4. Ketentuan prasarana dan sarana minimal
e d.
a
a Ketentuan pengaturan zonasi
s r
i y
5. Ketentuan pelaksanaan g Z
n o
n
Berikut adalah tahapan-tahapan a dalam penyusunan
i peraturan zonasi menurut
n
n g
Permen PU No. 20 tahun 2011 tentang d pedoman
C penyusunan Rencana Detail Tata
o
Ruang dan Peraturan Zonasi : H n
t
i r
s a
1. Tahap Penyusunan Klasifikasi Zonasi
t c
t
o
r Z
Klasifikasi zonasi adalah jenis dan
i hierarkhion zona yang disusun berdasarkan
c i
kajian teoritis, kajian perbandingan maupun kajian
n empirik untuk digunakan di
P g
G
daerah yang disusun peraturan r
e
zonasinya. r Klasifikasi zonasi merupakan
o
generalisasi dari kegiatan atau penggunaan
s
e
wlahan yang mempunyai karakter
t
r h
dan/atau dampak yang sejenis atau v yang relatif
C sama.
a o
n
Tujuan penyusunan klasifikasi zonasi
t
i adalah : t
r
o o
l
b. Menetapkan zonasi yang akan dikembangkan
n
. E pada suatu wilayah perkotaan;
t
D c
c. Menyusun hierarkhi zonasi berdasarkan
l
l
tingkat
.
gangguannya.
.
Dasar pertimbangan penyusunan klasifikasi zonasi disusun sesuai dengan
kondisi daerah dan rencana pengembangannya dengan pertimbangan sebagai
berikut :
a. Merujuk pada klasifikasi dan kriteria zonasi yang ada pada Lampiran I konsep
panduan ini, yang telah disusun berdasarkan:
ii. Zonasi yang sudah berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan
Zonasinya (kajian/ pengamatan empiris) dan dianggap perlu ditambahkan
ke dalam klasifikasi zona.
iii. Jenis zona yang spesifik yang ada di daerah yang disusun Peraturan
Zonasinya yang belum terdaftar dalam Lampiran Panduan ini.
iv. Jenis zonasi yang prospektif berkembang di daerah yang akan disusun
Peraturan Zonasinya.
v. Hierarki
a. Kawasan Lindung
b. Kawasan Budidaya
v. Kawasan industri;
vi. Kawasan pariwisata;
a. Setiap zonasi diberi kode yang mencerminkan fungsi zonasi yang dimaksud.
c. Nama kode zonasi dapat disesuaikan dengan RTRW yang berlaku di daerah
masing-masing
Contoh kesesuaian kode zonasi dengan deskripsi zona yang dapat dirujuk:
Daftar kegiatan adalah suatu daftar yang berisi rincian kegiatan yang ada,
mungkin ada, atau prospektif dikembangkan pada suatu zona yang ditetapkan.
a. Merujuk pada Daftar Kegiatan yang ada pada Lampiran III panduan ini, yang
telah disusun berdasarkan:
i. Jenis kegiatan dan jenis penggunaan lahan yang sudah berkembang pada
daerah yang akan disusun Peraturan Zonasinya (kajian/pengamatan
empiris).
ii. Jenis kegiatan spesifik yang ada di daerah yang disusun Peraturan
Zonasinya yang belum terdaftar.
iii. Jenis kegiatan yang prospektif berkembang di daerah yang akan disusun
Peraturan Zonasinya.
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
Tabel 5.1 Perbedaan Batas Blok Peruntukan Nyata dan Belum Nyata
Batas blok peruntukan yang Batas blok peruntukan yang belum
nyata nyata
(1) (2)
- jaringan jalan, - rencana jaringan jalan,
- sungai, - rencana jaringan prasarana lain yang
- selokan, sejenis sesuai dengan rencana kota,
- saluran irigasi, dan rencana sektoral lainnya.
- saluran udara tegangan
(ekstra) tinggi,
- garis pantai, dll.
Catatan:
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
Aturan teknis zonasi adalah aturan pada suatu zonasi yang berisi ketentuan
pemanfaatan ruang (kegiatan atau penggunaan laha, intensitas pemanfaatan
ruang, ketentuan tata massa bangunan, ketentuan prasarana minimum yang
harus disediakan, aturan lain yang dianggap penting, dan aturan khusus untuk
kegiatan tertentu.
Pokok perhatian atau kriteria dalam Zona R-1 (Perumahan Tunggal) adalah
kenyamanan, keindahan, dan prestige. Oleh karenanya, komponen yang perlu
diatur dengan ketentuan aturannya adalah:
Aturan kegiatan dan penggunaan lahan adalah aturan yang berisi kegiatan yang
diperbolehkan, diperbolehkan bersyarat, diperbolehkan terbatas atau dilarang
pada suatu zona.
” I ” = Pemanfaatan diizinkan
Karena sifatnya sesuai dengan peruntukan tanah yang direncanakan. Hal ini
berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari
pemerintah kabupaten/kota terhadap pemanfaatan tersebut.
Karena sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan
dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
Pertimbangan Penjelasan
(1) (2)
KTB minimum yang ditetapkan.
Contoh: bila KDH minimum = 25%, maka KTB maksimum =
75%
Pertimbangan Prinsip penetapan KWT sama dengan penetapan KTB, tetapi
KWT dalam unit blok peruntukan atau tapak (bukan dalam unit
persil).
Tata massa bangunan adalah bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan
pada suatu persil/ tapak yang dikuasai. Pengaturan tata massa bangunan
mencakup antara lain:
- amplop bangunan;
- Parkir
Penyediaan parkir untuk setiap zonasi dan setiap kegiatan ditetapkan dangan
standar yang berlaku umum untuk setiap kegiatan atau bangunan di daerah.
- bongkar muat
Standar adalah suatu spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun
berdasarkan konsensus semua pihak terkait, dengan memperhatikan syarat-
syarat kesehatan, keamanan, keselamatan, lingkungan, perkembangan IPTEK,
pengalaman, perkembangan masa kini dan mendatang untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya.
Secara umum standar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (lihat Gambar 2.3):
- Standar kuantitatif
- Standar desain
- Standar subyektif
- Standar kualitatif
Standar
Kuantitatif
Standar
Preskriptif
Standar
Desain
Jenis
Standar Standar
Subyektif
Standar
Kinerja
Standar
Kualitatif
Teknik pengatura zonasi adalah berbagai varian dari zoning konvensional yang
dikembangkan untuk memberikan keluwesan penerapan aturan zonasi. Teknik
pengaturan zonasi dapat dipilih dari berbagai alternatif dengan
mempertimbangkan tujuan pengaturan yang ingin dicapai. Setiap teknik
mempunyai karakteristik, tujuan, konsekuensi dan dampak yang berbeda. Oleh
karena itu, pemilihannya harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
- bonus/insentive zoning
- performance zoning
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
- fiscal zoning
- special zoning
- exclusionary zoning
- contract zoning
- negotiated development
Alternatif Definisi
Pengaturan Zonasi
(1) (2)
Special Zoning Ketentuan ini dibuat dengan spesifik sesuai dengan
karakteristik setempat (universitas, pendidikan, bandar
udara) untuk mengurangi konflik antara area ini dan
masyarakat sekelilingnya dengan pemanfaatan ruang
yang sesuai dengan area tersebut. Umumnya untuk
menjaga kualitas lingkungan (ketenangan, kelancaran
lalu-lintas dan sebagainya)
Alternatif Definisi
Pengaturan Zonasi
(1) (2)
membangun atau pemilik dapat mentransfer/menjual
hak membangunnya (bisasanya luas lantai bangunan)
kepada pihak lain dalam satu distrik/kawasan.
Overlay zone Satu atau beberapa zona yang mengacu kepada satu atau
beberapa peraturan zonasi (misalnya kawasan
perumahan di kawasan yang harus dilestarikan akan
merujuk pada aturan perumahan dan aturan pelestarian
bangunan/kawasan)
Alternatif Definisi
Pengaturan Zonasi
(1) (2)
diperlukan, mengelola faktor ekonomi dan sosial hingga
politik
Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok yang
telah didelineasikan sebelumnya dengan skala 1:5000 dan atau yang setara
dengan RDTRK. Subblok peruntukan adalah pembagian peruntukan dalam satu
blok peruntukan berdasarkan perbedaan fungsi yang akan dikenakan.
Bila suatu blok peruntukan akan ditetapkan menjadi beberapa kode zonasi, maka
blok peruntukan tersebut dapat dipecah menjadi beberapa subblok peruntukan.
Pembagian subblok peruntukan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan:
2) Batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, brandgang atau batas persil.
3) Orientasi Bangunan.
4) Lapis bangunan.
K-2
K-2
R-8
FS-4
R-8
K-2 Brandgang
Minor Variance adalah Izin untuk bebas dari aturan standar sebagai upaya
untuk menghilangkan kesulitan yang tidak perlu akibat kondisi fisik lahan
(luas, bentuk persil)
- Non-Conforming Use
Non-conforming use dapat dibatasi sampai pada waktu tertentu sebelum harus
mengikuti peraturan zonasi yang ditetapkan (misalnya harus disesuaikan
dengan peraturan zonasi yang berlaku dalam waktu 10 tahun sejak peraturan
zonasi ditetapkan).
- Interim Development
- Interim/Temporary Use
Interim/temporary use adalah izin penggunaan lahan sementara yang
diberikan untuk jangka waktu tertentu sebelum pemanfaatan ruang final
direalisasikan.
B. Pemanfaatan
C. Pengendalian
Kualitas lingkungan yang spesifik, dapat diidentifikasi melalui visual atau saat
melintasi suatu kawasan. Tingkat keterlingkupan yang terdefiniskan melalui elemen-
elemen ruang, hubungan antar ruang, ketinggian bangunan, bentuk ruang, fasad
bangunan dapat dirasakan secara visual. Termasuk bagaimana orang-orang
memanfaatkan tempat yang ada dalam pemenuhan kebutuhan dasar maupun
kebutuhan sosial, jenis aktivitas, serta waktu beraktivitas. Penggunaan ruang dan
aktivitas lebih penting daripada bangunan, sehingga semakin banyak digunakan dan
bervariasinya ruang kota, semakin mendekati kualitas ruang yang bersahabat untuk
semua orang (Tibbald, 1992). Lynch (1981) dalam mengevaluasi kualitas perkotaan
dapat dilihat dari 5 sudut pandang, yaitu sense, access, vitality, fit, dan control. Sense of
place berkaitan dengan kejelasan, identitas, struktur ruang, dan keselarasan. Visual
sense tersebut juga diungkapkan Cullen (1971) dalam Concise Townscape. Access,
bukan saja dalam hal permeabel secara fisik, tetapi juga meliputi keterkaitan secara
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
visual, sehingga kejelasan visual suatu kawasan juga esensial untuk aksesibilitas fisik
ruang tersebut. Vitality, terkait dengan dukungan ekologis untuk kehidupan
perkotaan, menyangkut sumber daya energi dan suport biotic untuk
mempertahankan kehidupan kota. Fit berarti bahwa pemanfaatan ruang, fungsi ruang
dan bentuknya dapat fleksibel dan secara keruangan mencukupi. Control juga vital
untuk penggunaan dan fungsi, yang meliputi peraturan, undang-undang, dan
kebijakan untuk mengatur dan mengontrol kualitas kehidupan kota.
Penampilan bentuk, fasad bangunan, pagar dan tata ruang merupakan bagian
dari morfologi yang sangat mempengaruhi wajah kawasan guna mencerminkan citra
kawasan kawasan agar dapat dikenal secara luas dalam rangka memperkenalkan
identitas visual dan citra visual kawasan kepada masyrakat. Identitas visual dan citra
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
visual kawasan dapat ditentukan oleh karakter visual yang spesifik, yaitu berupa
wajah atau penampilan bentukan fisik arsitektur (tata lingkungan dan bangunan),
sehingga dapat membedakan dengan kawasan lain.
Gambar 5.9. Pengembangan Kawasan pada Aspek Visual dan Spasial (ilustrasi)
Adapun beberapa elemen fisik yang diatur dan ditata agar tidak menggangu
arah pandang, antara lain; a) pengaturan keruangan dan bangunan; b) tata letak,
dimensi, dan kualitas media (papan reklame dan signage) yang diarahkan untuk
meningkatkan kualitas lingkungan sesuai dengan skala dan proporsi ruang, sehingga
tidak mengganggu kualitas visual ruang seputar lingkup ruang kawasan; c) elemen
vegetasi sebagai tanaman pelingkup ruang yang ditata sebagai cara untuk
memberikan kualitas dan penguat visual. Secara umum, elemen-elemen fisik tersebut
di atas, untuk Kawasan Masjid Pathok Negoro dalam konteks pembentukan karakter
obyek-obyek yang sangat berpotensi untuk dikembangkan, lebih lanjut diarahkan
untuk memberi karakter kuat dan jelas, sehingga dapat menjadi ciri atau identitas
penanda kawasan. Ruang kawasan dikembangkan dan diciptakan sebagai kesatuan
elemen dengan streetscape kawasan guna memperkuat citra kawasan. Adapun
pendekatanterkait dengan pembentuk karakter visual fasade bangunan akan dibatasi
pada :
Dominasi, berupa bentuk fasad bangunan dan elemen fasad bangunan yang
menonjol atau dominan pada suatu penggal amatan.
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
B. Aspek Sosial
C. Arsitektur Ekologis
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
Menurut Frick & Suskiyatno (2007 ; 1), ekologi dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Pendekatan ekologis dibatasi pada; konsep bangunan di lerengan dan
pencegahan erosi lerengan.
Data yang dikumpulkan untuk keperluan analisis pada studi ini dapat
digolongkan kepada dua kelompok, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan dengan melakukan penerapan metoda wawancara kepada stakeholder
terkait perencanaan kawasan terutama pemerintah daerah dan instansi-instansi yang
berwenang dalam proses perencaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
kawasan.
A. Studi Literatur
1. Tinjauan literatur (artikel, buku dan laporan riset, peta peta kawasan yang
diterbitkan mengenai kebijakan perencanaan kawasan)
B. Indepth Interview
Pendekatan analisis mencakup sisi makro, sisi meso dan sisi mikro.
Pendekatan makro meninjau wilayah perencanaan sebagai simpul dalam suatu
wilayah yang luas, dalam hubungan regional dan kawasan lain di sekelilingnya,
pendekatan meso memandang wilayah perencanaan sebagai suatu wilayah atau
organisme yang mempunyai kemampuan tumbuh dan berkembang sesuai dengan
potensi yang dikandungnya pada tingkat kawasan kota, sedangkan pendekatan mikro
memandang wilayah perencanaan sebagai suatu bagian kota yang lebih detil serta
menggambarkan secara teknis bagian-bagian tersebut.
Adapun teknik yang digunakan disesuaikan dengan aspek yang akan dibahas
serta kepentingannya, yang antara lain bersifat:
1. Analisis Keruangan
2. Analisis Infrastruktur
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
A. Tahapan Persiapan
Data yang dikumpulkan adalah segala jenis informasi yang diperlukan untuk
melakukan analisis kawasan dan wilayah sekitarnya. Dari hasil pendataan ini
akan diperoleh identifikasi kawasan dari segi fisik, sosial, budaya, dan
ekonomi, serta identifikasi atas kondisi di wilayah sekitarnya yang
berpengaruh pada kawasan perencanaan.
C. Tahap III : Identifikasi dan Pengolahan Data
Analisis adalah penguraian atau pengkajian atas data yang telah berhasil
dikumpulkan. Komponen analisis meliputi : penentuan isu-isu strategis yang
sedang berkembang di kawasam, deskripsi karakteristik fisik wilayah dan
sosial kependudukan serta perekonomian wilayah.
Hasil tahapan analisis akan memuat gambaran dasar perencanaan yang akan
ditindaklanjuti dengan penyusunan kebijakan dan strategi. Kebijakan dan
strategi yang ditetapkan berisikan kajian isu-isu strategis yang mempengaruhi
pembangunan kawasan yang nantinya disusun dalam materi teknis dan
peraturan zonasi.
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
2. Struktur Kawasan
Struktur kawasan merupakan hierarki kawasan dilihat dari tingkat
ke’kota’an. Struktur kawasan kota di Jawa umumnya masih terpengaruh
konsep pembentukan kota Jawa. Setiap wilayah akan membentuk sebuah
sistem dari penyebaran klasifikasi yang memberikan pengertian tentang
tingkatan antara desa dan kota untuk menyusun penggunaan lahan yang
sesuai elemen-elemen tipikal perkotaan. Istilah tersebut lebih dikenal
dengan nama Transect (Lintas Kawasan).
Struktur pembentuk kawasan dimulai dari pusat kota, yang berisikan pusat-
pusat kegiatan masyarakat hingga kawasan pusat pemerintahan, lalu
berkembang ke daerah-daerah sekitarnya sehingga membentuk sebuah
pola melingkar untuk mengakomodasi kecenderungan perkembangan
kawasan ke masa depan melebar ke wilayah-wilayah sekitarnya.
3. Perpetakan Bangunan
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
a. Perkembangan Horisontal :
b. Perkembangan Vertikal :
c. Perkembangan Intersisial :
5. Aksesibilitas Lingkungan
B. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan yang dimaksud disini adalah ruang terbuka (open space),
elemen-elemen citra kota, pendukung aktivitas (activity support), dan
komponen pelengkap jalan (street furniture). Hasil dari analisis ini adalah
arahan rencana penataan dan pengembangan lingkungan.
pemngamat dan obyek dengan obyek lain dalam suatu kawasan, serta
makna yang diberikan oleh obyek lingkungan terhadap pengamatan.
Karakter visual kawasan juga dapat ditunjukkan oleh adanya kualitas fisik
yang terbentuk oleh hubungan atau interrelasi antar elemen visual pada
suatu landscape. Citra kota atau ciri lingkungan paling mudah dikenali dari
adanya landmark kawasan. Landmark kawasan adalah elemen pembentuk
kota yang dapat berupa bangunan fisik, gubahan massa, ruang atau detail
arsitektur yang ”sangat spesifik” dan terkadang sangat kontekstual
terhadap kawasan. Elemen ini dapat berupa lapangan, gapura, yang
mungkin juga berkaitan dengan aspek historis dari kawasan tersebut.
Landmark yang dapat dibentuk antara lain:
a. Penampang Jalan
apakah jalan eksisting perlu diperlebar atau hanya perlu perbaikan jalan
atau penataan street furniture. Perencanaan geometri jalan disesuaikan
dengan standar perencanaan jalan sesuai dengan kelas jalan.
Perencanaan jalan diarahkan agar dapat mengurangi permasalahan lalu
lintas seperti kemacetan.
b. Jalur Pedestrian
c. Parkir
Parkir off site, yaitu perpakiran di luar ruas jalan antara lain:
2) Parkir On Site
Parkir on site, yaitu perparkiran di ruas jalan: Parkir di ruas jalan sulit
sekali dilakukan pada jalan dengan ruang terbatas. Hal ini karena
ruang yang tersedia untuk memarkir kendaraan di tepi jalan di
kawasan pusat kota dan sepanjang jalan raya tetap dibatasi. Posisi
kendaraan yang diparkir di jalan selalu sejajar menyinggung
kendaraan. Meskipun dalam menentukan kebutuhan ruang parkir ini
sangat ditentukan oleh desain fungsi bangunan, namun dalam rangka
kemudahan pengaturan bangunan maka diperlukan suatu pedoman
dalam bentuk angka ruang parkir yang merupakan angka
perbandingan antara luas ruang atau lantai yang digunakan untuk
areal parkir dengan luas bangunan seluruhnya. Sebagai dasar
perhitungan setiap 100 m2 luas lahan diperlukan tempat parkir 1
mobil.
5. Moda Angkutan
INCLUDEPICTURE "https://1.bp.blogspot.com/-
mH5EbB2BdK0/Wh2kO4e7lPI/AAAAAAAAFmQ/mVRBkeTiPbABqVK3Qx8034WreKummdXFgCLcB
GAs/s1600/qgis.png" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "https://1.bp.blogspot.com/-
mH5EbB2BdK0/Wh2kO4e7lPI/AAAAAAAAFmQ/mVRBkeTiPbABqVK3Qx8034WreKummdXFgCLcB
GAs/s1600/qgis.png" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "https://1.bp.blogspot.com/-
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
mH5EbB2BdK0/Wh2kO4e7lPI/AAAAAAAAFmQ/mVRBkeTiPbABqVK3Qx8034WreKummdXFgCLcB
GAs/s1600/qgis.png" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE "https://1.bp.blogspot.com/-
mH5EbB2BdK0/Wh2kO4e7lPI/AAAAAAAAFmQ/mVRBkeTiPbABqVK3Qx8034WreKummdXFgCLcB
GAs/s1600/qgis.png" \* MERGEFORMATINET
Konsep peta telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini terbukti dengan
telah banyaknya gambar yang menyerupai peta perjalanan. Salah satunya seperti
yang digambarkan oleh orang-orang Cro-Magnon pada dinding gua di Lascaux
Prancis. Pada dinding gua terdapat gambar hewan dilengkapi dengan garis yang
dipercaya sebuah rute migrasi hewan-hewan tersebut. Dari zaman ke zaman petapun
berkembang. Tidak hanya manfaat peta yang akhirnya disadari semakin luas.
Teknologi pembuatan peta itu sendiri juga ikut berkembang.
merupakan sebuah peta yang dilengkapi dengan data yang dibutuhkan oleh si
pembuatnya. Smart Map inilah yang nantinya dapat membantu user, baik dalam
menganalisis ataupun mengambil keputusan terhadap suatu daerah.
Sistem Informasi Geografis (SIG) muncul pada tahun 1967. Pertama kali SIG
dipergunakan oleh Departemen Energi, Pertambangan dan sumber daya Ottawa,
Ontario, Kanada. SIG yang pertama dikembangkan oleh Roger Tomlinson yang diberi
nama CGIS (Canadian GIS). SIG ini digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan
mengolah data yang dikumpulkan untuk CLI (Canadian Land Inventory =
Inventarisasi Tanah Canada). Tujuannya untuk mengetahui kemampuan lahan di
wilayah pedesaan Canada). Sedangkan Roger Tomlinson sendiri akhirnya mendapat
julukan sebagai Bapak SIG.
Keunikan GIS jika dibanding dengan sistem pengelola basis data yang lain
adalah kemampuan untuk menyajikan informasi spatial maupun non-spatial secara
bersama. Sebagai contoh data GIS penggunaan lahan dapat disajikan dalam bentuk
luasan yang masing-masing mempunyai atribut penjelasan baik itu tabuler, text,
angka, maupun image file. Informasi yang berlainan tema disajikan dalam lapisan
(layer) informasi yang berlainan.
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
Lebih sederhana lagi GIS mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai database
system dan sebagai alat analisis dan modeling yang berkaitan dengan informasi
geografis.
Lebih spesifik lagi kegunaan GIS berkaitan dengan pengelolaan kota (urban
management) adalah; sebagai DSS (Division Support System), yaitu sebagai alat
pengambilan keputusan bagi aparat pengelola dan pembangunan kota seperti
Bupati/Walikota, Bappeda dan Dinas-dinas Sektoral.
Kependudukan
Lingkungan
Pertanahan
Prasarana
Perpajakan
1.Pencegahan
6.Asuransi Kebencanaan
c. Menyusun konsep dan strategi rencana tata ruang rinci dan peraturan
zonasi kawasan
Setelah tahap awal sudah dilakukan dan mendapatkan baik data primer
maupun data sekunder, selanjutnya adalah kompilasi data untuk memilih data apa
saja yang benar-benar bisa digunakan untuk mendukung proses analisis, meliputi:
a. Peta dasar dengan tingkat ketelitian 1:5000 menggunakan peta citra satelit
resolusi tinggi (Peta Citra Satelit)
b. Peta pendukung :
- Peta-peta kondisi fisik (geologi, jenis tanah, hidrologi, kemiringan, lereng,
morfologi, bentuklahan,curah hujan)
- Peta RBI
- Kebijakan sektoral
- Wilayah administrasi
- Kependudukan
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
- Peruntukan ruang
- Kelembagaan
d. Analisis utilitas umum, meliputi analisis air minum, drainase, air limbah,
persampahan, kelistrikan, irigasi, telekomunikasi dan energi.
5) Permukiman perdesaan
6) Pertanian
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO
6) Karakteristik perekonomian
7) Kemampuan keuangan daerah
1. Materi Teknis
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Antara
c. Laporan Akhir
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS,
NASKAH AKADEMIK (NA), PERATURAN ZONASI (PZ)
SATUAN RUANG STRATEGIS MASJID PATHOK NEGORO