Anda di halaman 1dari 34

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

5.1.

UMUM

Untuk mencapai sasaran pekerjaan secara tepat dan cepat, maka


diperlukan

suatu

pendekatan

metodologi

yang

tepat

dengan

mempertimbangkan jadual pelaksanaan pekerjaan dan kemampuan sumber


daya yang tersedia. Persiapan yang matang dan selalu melakukan
koordinasi dengan instansi terkait untuk mendiskusikan langkah yang akan
dikerjakan konsultan dan merumuskan permasalahan yang ada dan mencari
solusi untuk arahan pengembangan ke depan akan selalu dilaksanakan.
Dengan adanya peningkatan penduduk yang pesat, maka kebutuhan
air bersih

dan jumlah air limbah

Peningkatan jumlah air limbah yang

yang

dihasilkan juga

meningkat.

tidak dilakukan pengelolaan dengan

baik akan menimbulkan permasalan pencemaran lingkungan khususnya


lingkungan disekitar penduduk yang akan menurunkan tingkat kesehatan
pada

penduduk.

Untuk

menjaga

kesehatan

serta

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat maka diperlukan pengangan air limbah yang


dihasilkan suatu system perencanaan air limbah kawasan yang dapat
menangani dan mengolah air limbah secara komunal (off-site).

V- 1

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

5.2.

KONSEP PENDEKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sarana dan prasarana


air Limbah domestik diantaranya :
1. Tingkat kesadaran masyarakat akan kualitas Lingkungan masih rendah,
hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan yang masih rendah.
Tingkat kesadaran yang rendah menyebabkan sarana sanitasi yang
terbangun tidak dapat berkelanjutan, banyak fasilitas MCK yang dibangun
tapi tidak memenuhi standart teknis yang ada. Pembuangan tinja
cenderung semakin mencemari perairan /rawa karena sistem septiktank
tidak kedap melainkan lebih bersifat seperti cubluk dan dapat merembes
mencemari rawa.
2. Kurangnya

dana

untuk

pengoperasian

dan

pemeliharaan

fasilitas

pengolahan.
3. Belum adanya peraturan yang mengatur bidang air Limbah domestik
secara nasional.
4. Sosialisasi pengelolaan air limbah domestik kepada masyarakat masih
kurang.
KESEPAKATAN INDONESIA DALAM MILLENILIM DEVELOPMENT GOAL
(MDG) terkait dengan pengelolaan air limbah adalah sebagai
berikut :
Salah

satu

kesepakatan

MDGs

adalah

memastikan

keberlanjutan

tingkungan hidup, dengan target "Penurunan sebesar 50% proporsi


penduduk

tanpa

akses

pada

sumber

air

minuet

yang

aman

dan

berketanjutan serta fasilitas Sanitasi yang layak pada tahun 2015".


Karena

Indonesia

ikut

serta

dalam

kesepakatan

MDGs

maka

diperlukan strategi pengelolaan Limbah cair domestik Indonesia untuk


meningkatkan derajat kesehatan dan juga untuk dapat mencapai target
datam

pembangunan
.

nasionat.

Strategi

yang

dipertukan

adalah
V- 2

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

pengelolaan

limbah

yang

terintegrasi

antara

minimisasi

limbah,

pemanfaatan kembali serta peningkatan fasilitas pelayanan umum dan


pembuangan limbah yang akrab lingkungan.
Dalam

strategi

pengembangan

pelayanan

air

limbah,

perlu

diperhitungkan beberapa faktor antara lain :


1. Kultur budaya / kebiasaan masyarakat
-

Mempengaruhi kebiasaan dan pola pikir masyarakat.

Memberikan

pengetahuan

kepada

masyarakat

akan

pentingnya

perilaku hidup bersih dan sehat


-

Mengembangkan program atau strategi penyuluhan dan pendidikan


dalam meningkatkan kepedulian

2. Peran serta masyarakat dan instansi terkait


-

Penerapan pembangunan yang berbasiskan masyarakat (community


based development)

Pengembangan

penelitian

di

bidang

pencegahan

pencemaran

(pollution prevention) di lembaga penelitian dan perguruan tinggi,


kerjasama pemerintah dan swasta (public partnership), konsensi
membangun dan mengelola sistem atau konsep pengelolaan limbah
domestik terpadu
3. Peningkatan

kesadaran

pemerintah,

mengenai

permasalahan

sanitasi.

wakil

rakyat,

Sehingga

maupun

mereka

swasta

memberikan

dukungan terhadap pelaksanaan program sanitasi.


4. Kemampuan teknologi dan sumber daya manusia
5. Pranata kelembagaan
Sistem penyaluran/pembuangan air limbah berdasarkan sumber
pencemarannya dibedakan atas dua jenis, yaitu limbah domestik dan limbah
non domestik/industri. Limbah domestik berasal dari aktifitas rumah tangga
maupun

kegiatan

sosial

lainnya,

sedangkan

limbah

non

domestik

merupakan limbah buangan dari hasil proses produksi pada industri baik cair
.

V- 3

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

maupun padat.Pengelolaan air limbah domestik adalah suatu kegiatan untuk


pembangunan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik
secara komunal atau terpusat. Pengelolaan air limbah domestik dikenal ada
2 sistem yaitu :
1)

Sistem Pengelolaan Setempat(On-Site Sistem)


Sistem on-site (setempat), yaitu air limbah dari setiap bangunan diolah
dan

dibuang

di

tempat

bangunan

tersebut

berada,

dengan

menggunakan teknologi septic-tank, dan resapan.


2)

Sistem Pengelolaan Terpusat (Off-site System)


Sistem off-site (terpusat/komunal), yaitu air limbah dari masing-masing
bangunan dikumpulkan melalui sistem perpipaan dan diolah dibuang
pada tempat khusus setelah mengalami proses pengolahan, dan
memenuhi baku mutu atau standar kualitas air limbah yang disesuaikan
dengan peraturan yang ada.
5.3.

5.2.1 Konsep Pendekatan Teknis

Jaringan pipa dan kelengkapannya adalah semua bangunan yang ikut


mengambil bagian dalam menunjang kelancaran perjalanan air buangan di
dalam sistem penyaluran air buangan, agar tidak terjadi penyumbatan.
Jaringan pipa dan kelengkapannya antara lain manhole, drop manhole,
belokan, transition dan junction, bangunan terminal, clean out, building
sewer, shypon, ventilasi dan bangunan penggelontor.
1.

Ketentuan pengaliran
Kecepatan aliran air buangan dalam saluran dipengaruhi beberapa

faktor, diantaranya :
a.

Debit

b.

Penampang pipa (digunakan penampang bulat lingkaran)

c.

Jenis dan kekasaran pipa

d.

Kemiringan saluran pipa


.

V- 4

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Aliran air buangan dalam pipa bersifat aliran terbuka (open channel)
dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Hal yang harus diperhatikan dalam
aliran air buangan adalah kecepatan aliran yang dapat menimbulkan
kemungkinan-kemungkinan terjadinya pengendapan di dasar saluran dan
terjadinya penggerusan
Atas dasar hal di atas maka syarat-syarat pengaliran yang harus
diperhatikan dalam perencanaan ini adalah :
a.

Kecepatan aliran maksimum


Kecepatan aliran maksimum ditetapkan
sebagai berikut :
1.

Untuk
mengandung

aliran
pasir,

yang

kecepatan

maksimum = (2,0 2,4) m/dt


2.

Untuk aliran yang tidak


mengandung

pasir,

kecepatan

maksimum = 3 m/dt
Batas di atas ditetapkan berdasarkan
pertimbangan :
-

Saluran harus dapat mengantarkan air buangan secepatnya menuju


instalasi pengolahan

Pada kecepatan tersebut penggerusan terhadap pipa belum terjadi


sehingga ketahanan pipa dapat dijaga

b.

Kecepatan aliran minimum


Kecepatan minimum yang diizinkan adalah 60 cm/dt dan diharapkan
pada kecepatan ini aliran akan mampu untuk membersihkan diri sendiri.
Pertimbangan lain untuk mencegah air buangan terlalu lama di dalam
pipa sehingga dapat terjadi pengendapan dan penguraian dalam air
buangan yang dapat menaikkan konsentrasi sulfur.

c.

Kemiringan saluran
.

V- 5

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Dalam menentukan kemiringan saluran, untuk mendapatkan kecepatan


membersihkan sendiri berdasarkan :
1.

Kontrol sulfida, sesuai dengan Pameroy Index, z = 7500

2.

Kontrol endapan, sesuai dengan gaya geser kritis (c) yang


dianjurkan = 0,33 kg/m2.

d.

Kedalaman Aliran
Mengingat aliran buangan umumnya mengandung partikel padat (faecal)
yang belum hancur maka harus diperhitungkan kedalaman aliran
minimum yang dianggap mampu membawa partikel tersebut berenang
mengikuti aliran pada saat kecepatan minimum.
Kedalaman aliran sangat berpengaruh terhadap kelancaran aliran.
Kedalaman air minimum disamakan dengan kedalaman berenang tinja. Di
Indonesia kedalaman berenang tinja di tetapkan minimum 5 cm pada
pipa halus (seperti PVC) dan 7,5 cm pada pipa kasar. Kedalaman air
dalam pipa tidak boleh penuh pada saat debit puncak. Kedalaman aliran
yang diperbolehkan 0.6 0.8 D pada debit puncak. Jika kedalaman
saluran sudah melebihi 0,8 diameter, maka diameter pipa harus
diperbesar atau kemiringan saluran diperbesar.

2.

Kedalaman pemasangan pipa


Kedalaman pemasangan pipa saluran air buangan tergantung dari

fungsi pipa itu sendiri. Kedalaman awal pemasangan pipa :

persil

= 0,45 meter

service = 0,60 meter

lateral

= 1,00 1,20 meter

Kedalaman

akhir

pemasangan

pipa

adalah

Kedalaman

akhir

penanaman pipa air buangan disyaratkan tidak melebihi 7 meter, jika


penanaman pipa sudah melebihi 7 meter harus dipergunakan pompa untuk
menaikkan air buangan untuk mendapatkan kedalaman galian yang
disyaratkan.
.

V- 6

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

3.

Pemilihan bentuk dan bahan saluran


Bentuk saluran yang biasa dipergunakan untuk penyaluran air

buangan adalah bulat dan oval. Sedangkan untuk pemilihan bahan pipa
harus diperhatikan faktorfaktor sebagai berikut :
-

Harus mengalirkan air buangan sebaik mungkin.


Kekuatan dan daya tahan harus terjamin baik dari gaya dalam

maupun dari luar pipa.


Harga pipa
Ketersediaanya di pasaran terjamin.
Mudah dalam pemasangan.
Harus kedap air termasuk dengan sambungannya.
Tahan terhadap penggerusan.
Tahan terhadap korosi asam baik dari air buangan maupun air
tanah.
Kondisi geologi dan topografinya.

Bahan pipa yang dipakai dalam perancangan ini adalah pipa beton
untuk diameter 400 sampai >600 mm dan pipa PVC untuk diameter yang
lebih kecil dari 400 mm.
Jenis-jenis bahan pipa yang tersedia di pasaran adalah :
a.

Besi dan baja, seperti :


1)

Cast Iron Pipe (CIP)

2)

Ductilee Iron Pipe (DIP)

3)

Fabricated Steel Pipe

b.

Asbestos Cement Pipe (ACP)

c.

Concrete Pipe (pipa beton)

d.

Pipa Plastik (PVC)

V- 7

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

4.

Penempatan

Pemasangan

Saluran

dan

Bangunan

pelengkapnya
a. Pipa Persil
Syarat yang perlu diperhatikan pada sambungan ke rumah adalah :
Sambungan jangan mengganggu jalannya aliran air buangan

dalam jaringan pengumpul. Untuk itu penyambungan dilakukan secara


menyerong
perbandingan

dengan
antara

besar
debit

sudut
dari

maksimum
rumah

45.

dengan

debit

Apabila
saluran

pengumpul kecil sekali maka penyambungan dapat dilakukan secara


tegak lurus.
Sedapat mungkin sambungan-sambungan dapat diperiksa

untuk mempermudah pemeliharaan saluran


Air dalam jaringan pengumpul jangan sampai menahan air

yang berasal dari rumah tangga. Untuk itu sambungan dari rumahrumah harus diletakkan di atas permukaan aliran air kotor tertinggi.
Jika air buangan dari sambungan masuk ke rumah masuk

secara vertikal ke dalam saluran utama air buangan tidak boleh


mengalir melalui dinding saluran untuk menghindari terjadinya kerak
pada dinding sekitar sambungan
Pipa ini langsung menerima buangan dari kamar mandi, tempat cuci yang
umumnya terletak di pekarangan rumah. Umumnya pipa persil berukuran
4-5 inci dan menggunakan material PVC atau tanah liat.
b. Pipa Service
Pipa service sebaiknya diletakkan di belakang rumah, karena pipa service
ini akan menampung air buangan dari kamar mandi, tempat cuci, dan
lain-lain yang berada di bagian belakang rumah. Pipa service diharapkan
mampu melayani sekitar 50 rumah. Biasanya terbuat dari tanah liat atau
PVC.

V- 8

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

c. Pipa Lateral
Adalah pipa penyaluran air buangan setelah pipa service untuk dialirkan
ke pipa cabang. Ukurannya tergantung dari jumlah pipa service yang
dilayani. Untuk sistem jaringan kecil, pipa service dapat berfungsi
sebagai pipa lateral, sedangkan untuk jaringan besar pipa lateral dapat
berkembang menjadi pipa cabang. Pipa lateral ditempatkan di :
Tepi jalan di bawah trotoar untuk memudahkan penggalian di

kemudian hari terutama untuk pemeliharaan dan perbaikan.


Di bawah jalan tepat di bagian tengah bila jalan tidak cukup

lebar dan di kedua sisi jalan terdapat pemukiman yang sama


padatnya.
Jika kuantitas air buangan air buangan dari kedua sisi jalan

tidak sama besarnya, maka pipa dipasang di sisi yang paling besar
debit air buangannya.
Tengah

jalan,

untuk

jalan-jalan

yang

dikedua

sisinya

mempunyai jumlah rumah yang sama banyaknya dan elevasinya lebih


tinggi dari jalan.
Kedua sisi jalan, bila terdapat banyak rumah baik di kiri

maupun di kanan jalan.


Pada elevasi yang lebih tinggi jika di sisi jalan terdapat

perbedaan elevasi.
d. Pipa Cabang
Merupakan pipa yang menampung air buangan dari pipa-pipa lateral
dengan bentuk saluran bulat atau oval.
e. Pipa Induk
Merupakan pipa utama yang mengalirkan air buangan ke bangunan
pengolah air buangan dan menampung aliran air buangan dari pipa-pipa
cabang

V- 9

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

f. Manhole
Manhole berfungsi sebagai tempat untuk memeriksa
atau memperbaiki serta membersihkan saluran dari
kotoran yang terbawa aliran. Mengingat fungsinya
tersebut, maka manhole harus direncanakan dengan
baik sehingga dapat memberikan kemudahan bagi
petugasdalam melaksanakan tugasnya. Penempatan
manhole ditetapkan pada tempat-tempat tertentu,
yaitu :
a) pada perubahan arah aliran (belokan > 22,5 o baik

Typical Manhole

horisontal maupun vertikal, pertemuan saluran)


b) pada perubahan diameter saluran
c) pada perubahan kemiringan saluran
d) pada jarak tertentu seperti tercantum di bawah ini :
Tabel 3.1. Jarak Manhole
Jarak Antar
Manhole
Inch
milimeter
meter
8
200
25 75
20
500
75 100
30
750
100 125
40
1000
125 150
Sumber : Bahan Training Instalasi Jaringan DPU
Kriteria Manhole
Diameter

Agar manhole berfungsi sesuai dengan peruntukannya, maka manhole


harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1) Manhole harus bersifat padat
2) Dinding dan fondasi harus bersifat kedap air
3) Manhole harus tahan terhadap gaya luar
4) Luas manhole harus cukup dimasuki operator

V- 10

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

5) Bahan manhole beton atau pasangan batu bata/kali, jika kedalaman


lebih dari 2,5 meter harus menggunakan beton bertulang
6) Bagian atas manhole harus fleksibel
7) Tutup manhole harus mudah diperbaiki
Tabel 3.2. Diameter Manhole
Kedalaman (m)
< 0,8

Diameter (m)
0,75

0,8 2,1

1,00

> 2,1
1,5
Sumber : Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah. Pedoman Pengelolaan Air
Limbah Perkotaan. Jakarta; 2003
g. Drop Manhole
Drop manhole berfungsi sama dengan manhole, hanya
pemakaiannya berbeda karena drop manhole dipakai
untuk pertemuan saluran yang mempunyai perbedaan
ketinggian relatif besar. Tujuan dipergunakannya drop
manhole

adalah

splushing/enceburan

untuk
air

buangan

menghindari Typical Drop


yang

dapat

merusak saluran, akibat penggerusan dan pelepasan


H2S. Pengertian perbedaan ketinggian ini sebenarnya
relatif. Ada yang menganjurkan perbedaan tinggi
minimum 60 cm, sementara ada yang menganjurkan
angka 90 cm
h. Belokan atau Tikungan (Bend)
Harus ada bak control dan mempunyai syarat minimum jari-jari tikungan
harus sama atau lebih besar dari tiga kali diameter pipa saluran.
Berfungsi untuk membelokkan arah aliran, banyak dipakai pada
pertemuan antara lateral dengan service pipe, lateral dengan sub main

V- 11

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

pipe atau karena mengikuti belokan pada arah jalan. Mengingat pada
tikungan kehilangan energi cukup besar, maka perlu diperhatikan
beberapa persyaratan dalam merencanakan tikungan, yaitu :
1. tidak

boleh

terjadi

perubahan

diameter

atau

Typical Bend

kemiringan
2. pembuatan dinding saluran selicin mungkin
3. harus ada manhole untuk pemeriksaan
4. radius minimum belokan diameter saluran
i. Transition dan Junction,
Diperlukan bila terjadi pertemuan antara cabang
yang disambungkan atau memasuki saluran utama.
Transition adalah keadaan terjadinya perubahan
diameter

saluran.

penggabungan

Junction

beberapa

buah

adalah

tempat

saluran.

Pada

transition dan junctionpipe terjadi kehilangan energi


sehingga

dalam

perencanaannya

perlu

Typical Junction

diperhatikan :
1.

Pembuatan dinding harus sedini mungkin

2.

Pada

junction

diusahakan

kecepatan

aliran

seragam

dan

perubahan arah aliran terlalu tajam


3.

Harus ada manhole untuk pemeriksaan

j. Ventilasi
Berfungsi untuk mengeluarkan gas yang terbentuk dalam pipa dan
untuk mengukur tekanan udara dalam saluran atau manhole menjadi
sama dengan tekanan luar. Ventilasi udara membutuhkan waktu lebih
dari 18 jam hingga sampai ke instalasi pengolahan karena selama waktu
tersebut diperkirakan dapat terjadi gas-gas yang berbahaya bagi
kesehatan dan dapat mempengaruhi daya tahan pipa. Penempatan

V- 12

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

ventilasi udara pada tutup manhole dan diusahakan dapat mencegah


infiltrasi aliran dari luar.
Jarak pemasangan ventilasi udara dihitung dengan rumus :
X=V*t
Dimana :
X = jarak ventilasi udara (m)
V = kecepatan aliran (m/dt)
t

= waktu (18 * 3600 dt)

Dalam kenyataannya karena pada pengaliran ada hambatan dan


gangguan maka persamaan di atas harus dikoreksi karena adanya
pengendapan dalam saluran dapat mempercepat terjadinya penguraian.
Ventilasi pada jaringan air buangan diperlukan untuk :
1) Mencegah tertahannya udara dan gas yang terbentuk dari air buangan
yang dapat membahayakan serta dapat menimbulkan korosi.
2) Mencegah terbentuknya H2SO4 yang dapat menimbulkan karat pada
besi.
3) Mencegah timbulnya bau gas akibat pembusukan air buangan.
4) Mencegah timbulnya tekanan di atas atau di bawah atmosfer sehingga
dapat mengakibatkan terbentuknya pengaliran pada plumbing fixture.
5) Pemberian ventilasi dilakukan pada manhole dan bangunan terminal
clean out.
k. Bangunan Penggelontor,
Bangunan

penggelontor

direncanakan

sehingga

cukup

untuk

menampung air guna keperluan menggelontor. Beberapa hal yang perlu


diperhatikan di dalam perencanaan bangunan penggelontor adalah:
1) Penggelontor tidak boleh merusak saluran yang ada (erosi dan
pengikisan)
.

V- 13

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

2) Penggelontoran tidak boleh mengotori saluran


3) Air

yang

digunakan

harus

tercukupi

kuantitasnya,

tidak

boleh

mengandung lumpur dan pasir.


4) Air penggelontor tawar, tidak asam dan tidak basa.
Bangunan Penggelontor adalah bangunan yang dapat mengumpulkan air
serta dilengkapi dengan peralatan untuk keperluan penggelontor yang
dapat bekerja secara otomatis atau manual. Air untuk keperluan
penggelontoran dapat berasal dari PAM, air sungai, waduk atau sumber
lainnya, asal memenuhi syarat sebagai air penggelontor, yaitu jernih,
tidak mengandung partikel padat dan tidak bersifat asam atau basa. Pada
waktu penggelontoran harus diperhitungkan kecepatan gelombang aliran
penggelontoran yang aman terhadap pipa sehingga dapat dicegah
pukulan air yang besar terhadap pipa atau terjadinya water hammer.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan penggelontoran :
1.

Air penggelontor harus bersih, tidak mengandung lumpur


atau pasir dan tidak asam, basa, atau asin.

2.

Air penggelontor tidak boleh mengotori saluran

Untuk penggelontoran pasa sistem penyaluran air buangan, sumber air


penggelontor

diambil

dari

saluran

air

minum

(PDAM),

selain

kontinuitasnya kebersihanpun terjamin.


1) Fungsi Bangunan Penggelontor
mencegah pengendapan kotoran dalam saluran
mencegah pembusukan kotoran padat dalam saluran
menjaga kedalaman air dalm saluran agar tercapai kedalaman
berenang
2) Jenis Penggelontoran
Sistem kontinyu
Penggelontoran dengan sistem kontinyu dilakukan terus menerus
dengan debit
.

konstan,

dalam perencanaan

demensi

saluran
V- 14

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

tambahan

debit

air

buangan

dari

penggelontoran

harus

diperhitungkan.
Sistem Periodik
Penggelontoran

dengan

sistem

periodik

dilakukan

secara

berkala/periodik pada kondisi aliran minimum. Penggelontoran


dengan sistem periodik paling sedikit dilakukan dengan sistem
periodik paling sedikit dilakukan sekali dalam sehari.
3) Volume air penggelontor tergantung pada :
diameter saluran yang digelontor
pajang pipa yang digelontor
kedalaman minimum aliran pada pipa yang digelontor
kedalaman gelontor yang dinginkan
Vgelontor = L (Agel Amin)
Dimana :
Vgelontor = volume air penggelontor (m/det)
L

= panjang pipa yang digelontor (m)

Agel = Luas penampang basah saat penggelontoran (m2)


Amin = Luas penampang basah pada aliran minimum (m2)
5.

Bangunan Pengolahan (IPAL)


Penentuan Lokasi Pengolahan

Lokasi pengolahan diusahakan tidak dekat rumah penduduk. Hal ini


disebabkan proses yang ada dalam pengolahan, yang kemungkinan
menimbulkan bau. Oleh sebab itu, penentuan lokasi pengolahan selain
mempertimbangkan

kondisi

topografi

tanah,

perlu

juga

mempertimbangkan dampak estetika bagi masyarakat di sekitarnya.


Kapasitas Bangunan Pengolahan

Kapasitas bangunan pengolahan disesuaikan dengan besarnya tingkat


beban pelayanan yang harus diolah. Kapasitas bangunan yang terlalu
.

V- 15

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

berlebihan dibandingkan dengan tingkat beban pelayanan berarti


pemborosan. Namun, bukan berarti kapasitas bangunan dibuat sama
dengan tingkat beban pelayanan, namun harus pula dipertimbangkan
kebutuhan untuk pengembangan dan peningkatan pelayanan.
Unit operasi dan unit proses

Unit

operasi

pengolahan

dan
air

dikategorikan

unit

buangan

dalam

proses

dalam

mencakup

pengolahan

perencanaan

proses-proses

pendahuluan

bangunan

yang

dapat

(pretreatment),

pengolahan tingkat pertama (primary treatment


5.4.

PENENTUAN KUALITAS DAN DEBIT AIR LIMBAH

a). Kualitas Air Limbah


Kualitas air limbah untuk kegiatan rumah tangga biasanya dinyatakan
dalam bentuk gramBOD/orang/hari, atau gramCOD/orang/hari. Untuk
kondisi perumahan yang akan direncanakan ini maka kandungan
pencemar pada air limbah diambil dengan nilai 30 gramBOD/orang/hari,
atau 60 gramCOD/orang/hari.
b). Debit Air Limbah
Kuantitas air limbah untuk kegiatan rumah tangga yang berasal dari;
mandi, cuci, masak, dan toilet atau pembuangan tinja. Kuantitas air
limbah

untuk

kondisi

perumahan

yang

direncanakan

adalah

150

liter/orang/hari dengan rincian sebagai berikut :


o

Untuk memasak sebanyak 20 liter

Mandi sebanyak 70 liter

Cuci sebanyak 30 liter

Toilet sebanyak 30 liter

5.3.1

Komponen aliran air buangan


.

V- 16

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Komponen aliran air buangan dari suatu komunitas tergantung pada


tipe sistem pengumpulan yang digunakan dan termasuk :
1. Air buangan domestic. Air buangan dilepas dari perumahan dan
komersial, perkantoran, dan fasilitas yang sama.
2. Air buangan industry. Air buangan dalam buangan aindustri yang terbesar
di daerah ini.
3. Infiltrasi/inflow. Air yang memasuki sistem pipa buangan dari tanah
melalui tujuan yang beraneka dan air hujan yang dilepas dari sumber
seperti atap,saluran fondasi, dan saluran air hujan.
4. Air hujan.
Tiga tipe dari sistem perpipaan digunakan untuk membawa air
buangan dan air hujan:

Sistem perpipaan domestic


Sistem perpipaan air hujan
Dan sistem gabungan
Saluran terpisah digunakan untuk pengumpulan air limbah ( saluran

domestic) dan saluran air hujan. Volume air limbah dalam perpipaan saluran
domestic terdiri dari tiga komponen utama :
1) Air buangan domestic
2) Air buangan industry
3) Infiltrasi
Jika hanya satu sistem perpipaan ( gabungan) yang digunakan, aliran
air limbah terdiri dari semua komponen. Dalam kedua kasus, persentase
komponen air buangan berubah dengan kondisi setempat dan waktu. Untuk
sistem yang akan diterapkan dalam perencanaan ini adalah sistem terpisah.
Untuk sistem terpisah ini juga terdapat 2 jenis sistem, yaitu :

Sistem konvensional, ini biasanya diterapkan pada lokasi


pusat perkotaan dengan kondisi jalan yang lebar, dan jangkauan
pelayanan luas.

Sistem low-cost sewer (Sewer dengan biaya rendah),


diterapkan pada permukiman padat (kepadatan penduduk => 300
.

V- 17

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

orang/ha), dan kondisi social ekonomi rendah dengan kuantitas air limbah
yang terbatas, dan pelayanan terbatas (100-1000) rumah tangga. Untuk
perencanaan ini maka sistem low-cost sewer akan digunakan karena
kriteria yang dibutuhkan untuk penerapan sistem ini sudah cukup
memenuhi (jumlah rumah < dari 1000 rumah) dan jarak antar rumah
sangat berdekatan, sehingga kepadatan juga tinggi.
Dari hasil karakterisitik air limbah dan jumlah penduduk yang dilayani
akan dapat dihitung besaran volume dan bahan pencemar yang diolah
dengan rumus sebagai berikut :
~ Volume air limbah (Q=m3/hari)
= jumlah penduduk (orang) x volume air limbah yang dihasilkan
(liter/orang/hari)/1000
~ Bahan pencemar (kgBOD/hari)
=

jumlah

penduduk

(orang)

beban

pencemar

yang

dihasilkan

(gBOD/orang/hari)/1000.
Volume air limbah digunakan untuk perhitungan dimensi sistem
perpipaan dan bangunan IPAL, khususnya untuk bangunan pendukung atau
bangunan pengolahan dengan proses fisik sedangkan beban pencemaran
digunakan untuk perhitungan volume bangunan dengan proses pengolahan
biologis.
5.3.2 Variasi dalam aliran air limbah
Aliran air limbah cenderung mengikuti pola sebagai berikut :

Debit minimal terjadi pada waktu jam awal pagi ketika konsumsi air
paling rendah dan ketika dasar aliran terjadi kebocoran,perembesan, dan

air buangan dalam jumlah kecil


Debit puncak pertama biasanya terjadinya pada pagi yang terakhir ketika
air buangan tertinggi digunakan

V- 18

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Debit puncak kedua biasanya terjadi di permulaan sore antara jam 7 dan
9 malam, tapi ini berubah-ubah dengan ukuran dari komunitas dan
panjang dari saluran air buangan

5.3.3 Penentuan Jalur Pipa


Sebelum jalur akhir dan tingkatan ditetapkan pada sistem perpipaan
air buangan, survey bawah tanah harus dilakukan untuk menetapkan :

Lokasi perpipaan eksisting,


Listrik dan telepon
Kabel televisi
Dan konstruksi lain yang akan menjadikan rintangan pada disain yang
diajukan.
5.5.

5.5.1

PENGOLAHAN AIR LIMBAH


Bangunan Utama
Teknologi Pengolahan air limbah domestik ini akan menggunakan

teknologi proses biokimia yaitu memanfaatkan pertumbuhan mikroba untuk


mengolah/mendegradasi/menguaraikan

zat

organic

sebagai

bahan

pencemar yang terdapat pada air limbah domestik. Teknologi proses


biokimia yang dikenal adalah
1. Pengolahan Anaerobik
Pengolahan biologis anaerobik merupakan pengolahan limbah yang
dalam prosesnya mutlak tidak

membutuhkan keberadaan oksigen

sebagai syarat dapat hidupnya bakteri sehingga bakteri yang bekerja


disebut bakteri anaerob.
Kelebihan dari sistem pengolahan anaerobik ini antara lain :
Lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan relatif sedikit dan
lumpur yang dihasilkan relatif stabil dibanding dengan pengolahan
aerobik konvensional, sehingga tidak membutuhkan pengolahan
lumpur lagi misalnya seperti sludge digester.
.

V- 19

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Dapat dihasilkan energi berupa gas methan, namun akan berfungsi


efektif jika debit limbah cukup besar dan kandungan organik cukup
tinggi.
Tahan terhadap fluktuasi beban limbah yang besar, sebab debit aliran
yang masuk relatif kecil dibanding dengan dimensi bangunan, yang
disebabkan waktu tinggal yang lama. Sehingga proses anaerobik ini
cocok

sebagi

pengolahan

biologis

awal

untuk

limbah

dengan

kandungan organik cukup tinggi sebelum diolah dalam pengolahan


aerobik, yaitu dengan memanfaatkan proses penyederhanaan rantai
organik yang terjadi di proses anaerobik.
Pada beberapa pengolahan dengan beban yang tidak terlalu besar
dapat di desain dengan konsep free maintenance dan low energy cost
Sedangkan kelemahan dari sistem pengolahan anaerobik ini antara lain:
Membutuhkan waktu tinggal yang lama untuk dapat menguraikan
limbah yang masuk, karena adanya tiga fase pengolahan yaitu
hidrolisis, asidifikasi dan methanogenesis, untuk sistem pengolahan
anaerobik konvensional waktu tinggal yang dibutuhkan antara 30
sampai 60 hari, sedangkan untuk sistem anaerobik yang high rate
15

hari.

Namun

saat

ini

telah

banyak

dikembangkan

sistem

pengolahan anaerobik dengan meminimalkan waktu tinggal sehingga


dimensi tidak terlalu besar (Tchobanoglous, 1995).
Perlu menjaga agar dalam reaktor tidak ada oksigen terlarut dan pH
harus dalam range 6.6 -7.6, serta alkalinitas yang cukup agar pH tidak
turun drastis setelah proses asidifikasi, sebab dalam sistem ini bekerja
dua bakteri yang saling berlawan, dimana salah satu bakteri
menghasilkan asam (asidifikasi) sedangkan bakteri methanogenesis
membutuhkan pH netral untuk dapat hidup.
Perlu mengkondisikan dan menjaga suhu reaktor pada kondisi minimal
suhu mesophilic (30 380 C) agar bakteri dapat bekerja dengan baik.
.

V- 20

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Menghasilkan bau akibat terbentuknya gas hidrogen sulfida.


Beberapa contoh jenis sistem pengolahan anaerobik ini adalah:
Anaerobic Contact Process
Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)
Anaerobic Baffle Reactor (ABR)
Septic Tank
2. Pengolahan Aerobik
Pengolahan biologis secara aerobik mutlak membutuhkan oksigen dalam
prosesnya, sehingga bakteri yang bekerja disebut bakteri aerob. Guna
menambah kandungan oksigen yang terdapat di dalam pengolahan air
limbah, maka dilakukan proses penambahan oksigen yang disebut aerasi
dengan menggunakan peralatan/ aerator. Jumlah pemakaian aerator
disesuaikan dengan keadaan beban pencemar air limbah yang masuk
kedalam pengolahan air limbah. Hal ini berkaitan dengan jumlah oksigen
yang harus dimasukkan untuk proses pengolahan. Sistem pengolahan
aerobik ini paling sering dan berhasil digunakan untuk pengolahan air
limbah terutama di kawasan dengan iklim tropis.
kelebihan dari sistem pengolahan aerobik ini antara lain:
Tidak membutuhkan lahan yang luas dibanding anaerobik untuk debit
limbah yang sama, karena waktu tinggal yang dibutuhkan untuk
mengolah relatif lebih cepat ( 6 24 jam)
Mampu untuk menerima fluktuasi beban organik meskipun tidak
terlalu besar (fluktuasi beban yang mampu diterima terbatas)
Pemecahan masalah dalam pengoperasiannya lebih mudah dibanding
dengan sistem anaerobik.
Tingkat efisiensi pengolahan cukup tinggi untuk limbah organik
dengan konsentrasi kecil sampai medium.

V- 21

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Tidak menimbulkan bau jika dalam prosesnya berjalan dengan baik


Kelemahan dari sistem pengolahan aerobik antara lain:
Membutuhkan energi relatif lebih besar karena adanya penambahan
oksigen dengan proses aerasi
Pada pengolahan aerobik konvensional menghasilkan lumpur yang
cukup besar dari proses pengolahannya, karena fase pertumbuhan
biomass cukup besar
Pada jenis pengolahan limbah aerobik konvensional membutuhkan
pengolahan lumpur, karena lumpur yang dihasilkan relatif tidak stabil
Membutuhkan

bangunan

tambahan

untuk

memisahkan

lumpur

dengan air hasil olahan sebelum dibuang.


Lebih tidak tahan terhadap shock loading yang terlalu besar.
Beberapa contoh jenis sistem pengolahan aerobik ini adalah:

Activated Sludge
Oxidation Ditch
Trickling Filter
Rotating Biological Contactor
Aerobic Biofilter
dll.
Penggunaan trickling filter sebagai unit bangunan pengolahan biologis
memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut : (Sumber :
Metcalf and Eddy, 2003)

Sederhana dan dapat diandalkan

Cocok

diaplikasikan

pada

lahan

yang

tidak

terlalu

luas

(tergantung jumlah penduduk yang dilayani)

Efektif dalam mengolah air limbah yang memiliki kadar organik


tinggi

Dapat diterima secara estetis


.

V- 22

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Mampu mereduksi BOD degradable dengan cepat

Stabil terhadap kejutan beban organik

Selain itu, bangunan pengolahan ini juga memiliki kerugian, antara lain
sebagai berikut :

Harus dikontrol secara teratur oleh operator

Kurang ekonomis jika diaplikasikan dalam skala lebih besar

Umumnya membutuhkan biaya lebih besar dari proses tangki


aerasi

3. Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Anaerobik Aerobik


Biofilter
Keunggulan sistem pengolahan air limbah anarobik aerobic biofilter

Pengoperasian mudah

Lumpur yang dihasilkan sedikit

Untuk mengolah air limbah dg consentrasi rendah dan tinggi

Tahan terhadap fluktuasi konsentrasi dan debit

Pengaruh suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil


Dapat menghilangkan nitrogen dan phosphor

Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik

Suplai udara untuk aerasi relatif kecil

5.5.2 Bangunan Pelengkap


a)

Manhole

V- 23

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Berb

entuk selinder terbuat dari beton bertulang dengan tebal 5 cm, seperti
cincin dengan garis tengah 80 cm.

V- 24

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Panjang tiap cincin 1 m dan disambung untuk pemasangan lebih


dari 1 m.

Diatas diberi penutup dari beja tebal yang dapat dibuka dan
ditutup.

Dalam pemeliharaan petugas dapat masuk bila diperlukan guna


membersihkan jika terjadi penyumbatan.

Diruang dalam manhole disediakan fasilitas tangga mojet dari besi


baja tulangan

Didasar manhole dibuatkan aliran saluran air berbentuk setengah


lingkaran sesuai dengan dimensi pipa.

b)

Inspection Chamber (Bak Kontrol)


o

Dibuat dari pasangan batu bata ukuran panjang 60 cm lebar 60


dalam 80 cm dinding bata diplester

Lokasi pemasangan di tepi pagar sebelum air limbah masuk


kesaluran pelayanan di tepi jalan.

Dapat dengan mudah dijangkau oleh petugas pemeliharaan jika


perlu dikontrol

Penutup bak dibuat dari plat beton bertulang yang sewaktu-waktu


bisa dibuka.
Gambar 5.1 INSPECTION CHAMBER

V- 25

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

c)

Bak Penangkap lemak dari dapur


o

Dibuat dari pasangan batu bata ukuran panjang 80 cm, lebar 60


dan dalam 80 cm diplester

Lokasi pemasangan di saluran air limbah dari dapur.

Air limbah dari dapur harus dialirkan ke bak penampung lemak


kemudian diteruskan ke saluran pipa persil menuju inspaction
chamber.

Penutup bak dibuat dari plat beton bertulang yang sewaktu-wkatu


bisa dibuka.
Gambar 5.2 BAK PENAHAN LEMAK

V- 26

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

d)

Clean Out ( untuk penggelontoran)


o

Konstruksi berbentuk pipa seperti busur seperempat lingkaran


dilengkapi penutup yang bisa dibuka.

Digunakan untuk penggelontoran dengan menggunakan mobil


pemadam kebakaran.

Dipasang disetiap awal sistem jaringan pipa sewerage, dihulu.

Terbuat dari pipa PVC.


Gambar 5.3 CLEAN OUT

V- 27

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

e)

Pipa Sadel ( untuk penyambungan dari pipa persil ke pipa


pelayanan didepan rumah)
o

Fasilitas sambungan pipa dari pipa persil ke pipa pelayanan.

Terbuat dari pipa PVC

yang bebrbentuk pelana kuda dengan

bentuk penyambungan bersudut 45 terhadap pipa pelayanan.

Gambar 5.4 PIPA SADEL

V- 28

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

5.6.

Penyusunan Perencanaan Detail

Kegiatan Perencanaan Detail untuk Pengelolaan air limbah sistem


komunal atau terpusat terdiri dari kegiatan pokok sebagai berikut :
1). Survey pengumpulan data (primer dan sekunder)
2). Kajian Pustaka
3). Analisis data
4). Konsep dan Kriteria Perencanaan sistem dan teknologi yang akan
diterapkan
Dokumen
perhitungan

Perencanaan

volume

detail,

pekerjaan

dan

berupa
Biaya

gambar-gambar

pembangunan,

kerja,

Pembuatan

Spesifikasi Teknis

5.6.1 Survey Pengumpulan Data


Survey pengumpulan data yang dibutuhkan adalah meliputi :
1).

Data Sekunder

Data sekunder adalah meliputi :

Peta area lokasi perencanaan

Peta Topografi
.

V- 29

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Data Hidrologi

Data Penduduk, dan social ekonomi

Rencana Pengembangan kawasan dan Tata-ruang (master plan)

Harga Satuan banguan dan upah

a). Peta Lokasi


Dalam peta lokasi, yang dibutuhkan adalah situasi bangunan, jalan,
ruang terbuka termasuk penempatan rencana bangunan pengolahan air
limbah dan pembuangan hasil pengolahannya termasuk kemungkinan
untuk pemanfaatan kembali. Dalam peta lokasi biasanya juga sudah
terdapat peta topografi dengan garis ketinggian (kontur). Pada suatu area
yang terencana seperti real-estate biasanya juga terdapat rencana
grading

atau

penataan

elevasi

baik

bangunan,

lahan

dan

arah

pembuangan air hujan.


b). Data Penduduk dan Sosial ekonomi
Data Penduduk dan Social ekonomi digunakan sebagai referensi terhadap
perilaku penduduk dalam membuang air limbahnya. Hal ini terkait
dengan tingkat konsumsi air bersih, fasilitas plumbing (peralatan
sanitasi). Demikian juga bisa digunakan untuk referensi kondisi kualitas
air limbah yang dihasilkan.
c). Master plan
Master

plan

digunakan

sebagai

referensi

pengembangan

sistem

perpipaan dan perletakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).


d). Biaya Upah dan Harga Satuan Bangunan
Data ini digunakan sebagai referensi untuk perhitungan anggaran biaya
pembangunan dan biaya pengelolaan instalasi pengolahan air limbah dan
sistem perpipaannya.
2).

Data Primer

Data Primer meliputi :


.

V- 30

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Pengukuran/Survey Topografi

Karakteristik air limbah (Kualitas dan Kuantitas)

a). Survey Topografi


Survey topografi dilakukan untuk penggambaran situasi, dan elevasi
ketinggian tanah secara detail, untuk mendapatkan data volume
pekerjaan

khususnya

untuk

pemasangan

pipa

dan

bangunan

penunjangnya.
b). Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah
dalam bentuk daya dukungnya sebagai dasar perhitungan pondasi
bangunan-bangunan yang dibutuhkan. Penyelidikan tanah untuk skala
kecil cukup dengan sondir. Penyelidikan tanah juga dapat digunakan
untuk mengetahui level air tanah.
c). Karakteristik Air Limbah
Karakteristik air limbah meliputi kualitas (kandungan bahan pencemar
dengan parameter; BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical
Oxygen Demand), NH4 (ammonium), dan SS (Suspended Solid)),
dinyatakan dalam satuan (gram/orang/hari). Kuantitas air limbah adalah
jumlah air limbah yang dihasilkan oleh masyarakat penghasil limbah
dinyatakan dalam satuan (liter/orang/hari).

Karakteristik air limbah ini

jika tidak memungkinkan untuk mengambil sample secara langsung,


dapat menggunakan kajian pustaka dari referensi lokasi lain yang setara
baik secara social-ekonomi dan perilaku masyarakatnya.
3. Dokumen Perencanaan Detail
Dokumen Perencanaan Detail merupakan dasar untuk penyusunan
Dokumen tender untuk pelaksanaan konstruksi. Dokumen perencanaan
detail terdiri dari :
.

V- 31

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Perhitungan dimensi perpipaan air limbah dan bangunan-

bangunan IPAL.
Gambar-gambar kerja yang merupakan gambar-gambar teknis

baik perpipaan (Profil memanjang dan melintang), tipikal bangunan


pendukung (bak kontrol, sambungan rumah, dll), Bangunan IPAL (denah,
potongan, detail-detail khusus).
Perhitungan volume pekerjaan (Bill of Quantity) dari bangunan

dan peralatan yang dibutuhkan, Perhitungan harga bangunan dan


peralatan termasuk upah pekerja.
Spesifikasi teknis berupa material bangunan, peralatan, cara

kerja.

Dokumen Perencanaan Detail merupakan dokumen teknis yang merupakan


bagian dari Dokumen Tender. Kelengkapan lainnya adalah dokumen
administrasi persyaratan untuk peserta tender.

5.7.

TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Sebelum penyusunan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan perlu pemahaman


terhadap alur pelaksanaan tahapan pekerjaan, yang meliputi:
1.

Persiapan

2.

Survey

3.

Analisa dan Pengolahan Data

4.

Penyusunan Dokumen Detail Desain

5.

Pelaporan

bagan alir tahapan pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud diuraikan dalam


gambar 5.5

V- 32

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Persiapan Team

Pengumpulan data primer


Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder

Diskusi &
Presentasi

Kajian umum & Rencana Kerja

Laporan Pendahuluan
Pendahuluan

Data Jaringan eksisting


Data Demografi&Pengb Wilayah
Data Primer/ topografi

Kompilasi Data & Rumusan Masalah

Diskusi &
Alternativ Jalur Pipa rencana

Analisa Jaringan IPTL

Analisa Konstruksi

Laporan Draft
Akhir

Presentasi

Analisa Biaya

Rekomendasi Teknis

DED Jaringan
Pipa, AL

Diskusi &
Presentasi

Laporan VDraft Final

Lap. Final

33

USTEK

Perencanaan Pembangunan Sistem Air Limbah Terbuka Skala Lingkungan (Paket 3)

Gambar 5.5
Skematik Kegiatan Penyusunan DED Air Limbah

V- 34

Anda mungkin juga menyukai