MUTIARA SEPRINA
03101006049
DOSEN PEMBIMBING :
WIDYA FRANSISKA,ST,.MM,.Ph.D
Dr.JOHANNES ADIYANTO,ST,.MT
LISTEN PRIMA,ST,.M.Planning
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan untuk dijaga, dilindungi dan
dididik oleh para orang tua. Anak adalah aset keluarga yang tak ternilai. Namun pada
kenyataannya memang tidak semua harapan orang tua untuk memiliki anak dengan
perkembangan yang normal dapat terkabul. Ada anak-anak dengan gangguan
perkembangan otak, biasa disebut autis.
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir maupun saat masa
balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi
yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam
dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif (Baron-Cohen, 1993). Anak-anak autis
mengasingkan diri dari lingkungan karena mereka kesulitan untuk berkomunikasi atau
mengutarakan apa yang ingin mereka katakan pada lingkungan sekitar. Apa yang mereka
dengar, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka pikirkan dan apa yang ingin mereka
sampaikan tidak dapat diolah oleh otak dengan baik, sehingga mengalami kegagalan
komunikasi. Padahal alaminya manusia merupakan makhluk sosial yang saling
membutuhkan, maka perlunya interaksi sosial satu sama lainnya.
Anak-anak autis memilki sensitifitas yang tinggi antara lain adalah terhadap,
bunyi, sentuhan, bau dan cahaya. Kepekaan mendengar yang ekstrem dapat menjadikan
serangkaian bunyi yang mengganggu kehidupan sehari-hari, kasus sederhananya adalah
suara kuku di papan tulis. Reaksi mereka terhadap suara diantaranya adalah berteriak
keras. Steven, seorang laki-laki 15 tahun, mendeskripsikan apa yang disebutnya indraindra yang meluas. Baginya cahaya menjadi semakin terang, bunyi semakin keras, dan
sentuhan semakin terasa daripada yang dialami orang biasa (Anjali Sastry, Balisse
aguirre, MD. 2012. Parenting Anak Dengan Autisme.). Lalu bagaimana anak-anak ini
akan menghadapi dunia luar dengan cahaya, suara bising, bau, dan mendapatkan
sentuhan dari orang lain? Ini hanya baru dari persoalan indrawi dari seorang anak autis.
Ketika tantangan indrawi dan yang lain terlalu besar untuk dihadapi, salah satu
responnya adalah menarik diri dari lingkungan sosial, masuk kembali kedalam dunia
mereka sendiri. Bahkan ada yang meresponnya dengan perilaku yang menganggu.
Perkembangan anak-anak autis tidak lepas dari peran serta keluarga, masyarakat
dan lingkungan. Keluarga adalah bagian kehidupan terkecil manusia yang sangat
menentukan kehidupan masa depan dan kehidupan yang lebih besar di dunia. Keluarga
yang bisa mengayomi khususnya anak-anak berkebutuhan khusus autis yang sangat
memerlukan bimbingan dan dukungan yang besar dari keluarga. Serta peran masyarakat
juga penting bagi keberadaan mereka. Akan tetapi banyak orang yang menilai bahwa anak autis
itu berbeda sehingga mereka menganggap anak autis tidak layak untuk berkumpul dengan manusia
normal, hal tersebut secara tidak langsung sedang membentuk kelas sosial dan juga pelapisan sosial1.
Sedangkan setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama. Dalam Undang-undang nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 3 ayat 1 dan 3 yang berbunyi bahwa Setiap orang
dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta
dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dalam semangat persaudaraaan dan Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi.
Perkembangan anak autis terus meningkat pesat dari tahun ke tahun. Meski
belum ada angka pasti berapa sebenarnya jumlah anak autisme di Indonesia, namun
Pemerintah merilis data jumlah anak penyandang autisme bisa berada di kisaran 112 ribu
jiwa. Angka tersebut diasumsikan dengan prevalensi autisme pada anak yang ada di
Hongkong, yaitu 1,68 per 1000 untuk anak di bawah 15 tahun2. Di Sumatera Selatan,
perkembangan anak autis beberapa tahun terakhir di ketahui, tak kurang dari 1000 anak
di bawah usia 5 tahun terserang autis3. Berikut tercatat daftar SLB - C di Provinsi
Sumatera selatan :
Palembang
Palembang
Palembang
Palembang
Kab/Kota
Nama Sekolah
SLB-C Karya Ibu
SLB-C YPAC
SLB-C 1 YPAC
SLB-C Yayasan 88
Palembang
Palembang
Prabumulih
No.
1
2
3
4
Tahun
2004/2005
2005/2006
2006/2007
2007/2008
1 https://www.academia.edu/
2 http://lintasfakta.com/
3 www.gatra.com
Laki-laki
2
14
6
16
Perempuan
3
2
4
10
Jumlah
5
16
10
26
5
6
7
8
9
2008/2009
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
Jumlah
14
23
23
21
17
136
8
4
13
9
15
68
22
27
36
30
32
204
Dilihat dari data diatas dapat diketahui juga bahwa masih kurangnya sarana terapi
dan akademik bagi anak berkebutuhan khusus, terutama penyandang autis. Serta masalah
lainnya adalah sarana terapi dan pendidikan tidak dalam satu lingkungan, hanya
menyediakan sarana terapi saja atau sarana pendidikan saja. Hal ini sulit bagi para orang
tua untuk menjangkau sarana-sarana ini, ditambah lagi dengan permasalahan psikologis
anak yang belum tentu akan menerima untuk bepergian menuju masing-masing sarana
tersebut.
Dan menanggapi hal-hal yang telah dijelaskan maka munculah pemikiran untuk
membuat suatu wadah di kota Palembang yang dapat menampung aktifitas-aktifitas yang
mendukung bagi perkembangan anak-anak autis untuk bisa beradaptasi nantinya dengan
lingkungan sosial, seperti sarana terapi, pendidikan, dan sosialisasi untuk anak autis
dalam satu lingkungan yang diberi nama Autism Center, yang diharapkan dapat
memudahkan anak-anak autis menjalani kehidupan atau aktifitas-aktifitas didalamnya
dan sebuah tempat dimana anak-anak autis dapat belajar dan berkembang lebih mudah
dengan mengurangi tingkat stress yang akan mereka alami.
1.1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka munculah
rumusan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana merencanakan dan merancang suatu sarana terapi, sarana pendidikan dan
sosialisasi bagi anak autis dalam suatu lingkungan secara terpadu yang ditunjang dengan
fasilitas-fasilitas yang interaktif dengan mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan
bagi anak-anak dengan autisme.
1.3. TUJUAN DAN SASARAN
Tujan Palembang Autism Center adalah :
Mewujudkan perancangan suatu sarana terapi, sarana pendidikan dan sosialisasi bagi
anak autis dalam suatu lingkungan secara terpadu yang ditunjang dengan fasilitasfasilitas yang interaktif dengan mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan bagi
anak-anak dengan autisme dalam mencapai kemandiriannya.
Dan sasaran dari Palembang Autism Center adalah :
Anak-anak autis
Nama Penulis
Judul Skripsi/Jurnal
Rumusan Penekanan
Studi/Permasalahan
1.
Novita Yosiani
Perencanaan dan
Perancangan Autism
Center di Palembang
Penekanan
studi
yaitu
merespon setiap perilaku
pada anak autis ke dalam
desain bangunan.
2.
Mutiara Seprina
Perencanaan dan
Perancangan Autism
Center di Palembang
Dari perbandingan diatas dapat disimpulkan bahwa kedua judul yang sama ini memiliki
dasar perancangan yang berawal dari perilaku namun penekanan studi atau permasalahan
yang berbeda. Pada rancangan penulis Novi Yosiani, konsep rancangan adalah dengan
mersepon setiap perilaku anak autis dan dituangkan kedalam desain, namun dalam ruang
lingkup pada judul kali ini lebih ditekankan atas pemecahan masalah yang lebih fokus
yaitu pada persoalan indrawi pada anak autis.
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Secara garis besar sistematika penulisan pembahasan dalam laporan ini dapat
diuraikan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Menguraikan secara umum latar belakang, permasalahan kasus, tujuan, sasaran, studi
pendekatan, ruang lingkup perencanaan, metode pembahasan, dan sistematika
pembahasan
1.7 KERANGKA
BERPIKIR
1. Meningkatnya
jumlah anak autis di Sumatera Selatan
2. Kurangnya kepedulian dan pengetahuan para orang tua dan masyarakat
mengenai autisme pada anak-anak.
3. Sarana terapi dan pendidikan yang sudah ada untuk anak autis masih terpisahpisah.
4. Dibutuhkan sarana yang menyediakan, sarana terapi, pendidikan dan
sosialisasi.
Rumusan Masalah
Bagaimana merencanakan dan merancang suatu sarana terapi, sarana pendidikan dan
sosialisasi bagi anak autis dalam suatu lingkungan secara terpadu yang ditunjang
dengan fasilitas-fasilitas yang interaktif dengan mempertimbangkan konsep
kenyamanan dan keamanan bagi anak-anak dengan autisme.
Tujuan
Mewujudkan perancangan suatu sarana terapi, sarana pendidikan dan sosialisasi bagi
anak autis dalam suatu lingkungan secara terpadu yang ditunjang dengan fasilitasfasilitas yang interaktif dengan mempertimbangkan konsep kenyamanan dan
keamanan bagi anak-anak dengan autisme.
Pengumpulan Data
Analisa Perancangan
Konsep Perancangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ke lingkungannya.
Hiper.
Melihat mengeliling dan susah fokus apabila
terdapat distraksi visual disekelilingnya, namun jika ada
suatu benda kecil di antara kekosongan visual, ia lebih
fokus ke benda tersebut, sehingga perlu meminimalisasi
distraksi visual
mampu
untuk
memakai
bicaranya
untuk
semua
anak
autistik
mempunyai
keterlambatan
dalam
diketahui mempunyai efek yang tidak baik pada anak. Diet diutamakan
terhadap susu dan terigu. Hal ini didasarkan karena masalah genetik
pada penyandang autisme, maka protein casein dari susu dan bahan
gluten dari terigu tidak seluruhnya dapat dicerna secara sempurna,
sehingga berubah menjadi peptida/morfin yaitu caseomorfin dan
glutenmorfin.
2.1.2.3 Pendidikan
2.1.2.3.1 Pendidikan anak berkebutuhan khusus
Istilah pendidikan khusus secara tradisional dikaitkan
dengan anak-anak yang tidak mampu, cacat atau memiliki kesulitan.
Namun demikian ruang lingkup pendidikan berkebutuhan khusus telah
meluas hingga melibatkan anak-anak yang berbakat atau bertalenta atau
bahkan anak-anak dari budaya yang berbeda dan berbicara dengan
bahasa yang berbeda. Banyak buku yang ada serta publikasi tentang
pendidikan khusus di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggeris,
Kanada dan Australia memasukkan kedua kelompok anak-anak tersebut.
Ruang lingkup yang lebih luas dari bidang ini juga telah menerima
kemampuan saling merubah dari terminologi seperti pendidikan
berkebutuhan khusus dan pendidikan khusus.
2.1.2.3.2 Pendidikan anak autis
Adapun sarana-sarana yang ada pada Palembang Autism Center adalah terapi,
yang merupakan upaya pencegahan dan penyembuhan suatu penyakit yang dilakukan
secara teratur dan berlanjut. Terapi dilakukan oleh seorang ahli dibidangnya. Begitu
juga terapi untuk anak dengan autisme, terapi ini didasarkan pada pendekatan
psikologis anak. Jenis- jenis terapi untuk anak autis diantaranya adalah, terapi ABA
(Applied Behavior Analysis), terapi wicara, terapi okupasi, terapi fisik, dan terapi
biomedical.
Sarana berikutnya adalah sarana pendidikan, yaitu sebuah tempat untuk anakanak autis mendapatkan pendidikan dengan kurikulum dan perlakuan yang sesuai
dengan perkembangan psikologi anak dengan autisme.
Dan yang lainnya adalah sarana sosialisasi adalah tempat untuk para orang tua
dan masyarakat umum yang ingin mendapatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
pencegahan, penanganan dan penyembuhan anak-anak dengan autisme, serta sebagai
wadah untuk berkonsultasi dengan para ahli secara pribadi.
.1.3. Kriteria atau Tinjauan Tapak
Seperti yang telah dijelaskan bahwa anak-anak autis memiliki persoalan
indrawi yang sangat sensitif, yakni terhadap cahaya, suara, sentuhan dan bau. Mereka
akan merespon dengan perilaku yang tidak biasanya seperti berteriak saat mendengar
suara kuku di papan tulis. Untuk itu, kriteria tapak yang sesuai dengan kebutuhan
mereka adalah :
1. Tapak tidak berada pada daerah yang bising.
2. Tapak sebaiknya dekat dengan permukiman karena memiliki kemungkinan
yang kecil terhadap suara yang bising serta diharapkan lokasi dapat dijangkau
dengan mudah oleh para orang tua.
3. Tapak berada pada lingkungan yang bersih.
4. Bebas banjir.
5.
Kriteria Tapak
Ducting AC / saluran ac
Cooling Tower
Pompa Sirkulasi
Ada dua sistem AC Central yang ada di pasaran saat ini yaitu : Sistem
Air dan Sistem Freon Pada sistem air, media pembawa dingin yang berjalan
dalam pipa distribusi adalah air / water. sedangkan pada sistem freon, media
yang
dipakai
untuk
membawa
dingin
adalah
freon.
Sistem air memiliki kelebihan dapat digunakan dalam skala yang besar /
gedung bertingkat atau mall yang berukuran besar.Sedangkan Sistem freon
hanya dapat dipakai dalam sistem yang tidak terlalu besar / jauh jaraknya
antara unit indoor dan outdoor.
a) Sistem Freon
Pada sistem freon, unit AC Central yang dikenal biasa disebut dengan
Split Duct. Prinsip kerjanya hampir sama dengan sistem ac split biasa, akan
tetapi lubang udaranya menggunakan sistem ducting / pipa dan pada tiap-tiap
keluaran udaranya menggunakan diffuser. Untuk mengatur besar kecilnya
udara yang keluar digunakan damper. Sistem ini cocok digunakan untuk
keperluan :
Mini market
klinik
sekolah / universitas
ruangan kantor
dll.
Kelebihan daripada sistem ac central split duct ini adalah
Theory of Mind
Executive Functioning
Acacdemic Skills
Classroom Skills
Motor Skills
Adaptive Living Skills
Aktivitas
Wadah
Fasilitas
Ruang
Aktivitas
Terapi
Terapi ABA
Ruang bermain
Toilet
Terapi wicara
Terapi okupasi
Terapi Fisik
Terapi Biomedical
Pendidikan
Belajar
Bermain
Kegiatan
ekstrakulikuler
Sosialisasi
Seminar
Konseling
Pelatihan /
Training
Fasilitas ruang
kelas
Fasilitas taman
bermain
Fasilitas minat
dan bakat
R. terapi
ABA
R. Terapi
Wicara
R. Terapi
Okupasi
R. Terapi
Fisik
R. Klinik
R. Kelas
Taman
Bermain
R. Ekskul
R. Seminar
R. Konseling
R. Parentings
Training
Standar
BAB III
PENDEKATAN PERANCANGAN
menjerit, memukul, menggigit, mencakar, menyakiti diri sendiri, dsb. Sebaliknya pada
gejala Hypo, anak lambat dalam menerima ransangan pada indrawi (deficit) yang
menyebabkan anak menjadi mengalami keterlambatan respon pada hal-hal yang terjadi
di sekitar mereka sehingga biasanya mereka menjadi pasif.
Ada yang terlalu peka terhadap ransangan/kepekaan indrawi yang berlebih, ada
yang lambat atau tidak sama sekali peka terhadap ransangan. Sehingga dalam pendekatan
bagaimana keduanya bisa memenuhi kebutuhan masing-masing. Menjadikan tempat
kegiatan pendidikan dan terapi, yang nyaman dan aman bagi anak-anak autis ini juga
tempat yang menjadi pelepas permasalahan psikologis mereka. Maka munculah tema
Sensory Heaven, yang dimaksudkan sebagai persoalan indrawi teratasi untuk
menciptakan keefktifan dan keoptimalan kegiatan didalamnya.
Area hyper
Kepekaan indrawi yang berlebih, membuat ruang seharusnya bisa
memberikan
kenyamanan atau relaksasi bagi anak autis dengan gejala hyper. Tercermin pada
pencahayaan, pengolahan ruang dalam yang dinamis dan fokus, sirkulasi yang terarah
dan tidak membingungkan.
Area hypo
Kepekaan yang lambat atau sama sekali tidak berkembang, ruang dalam seharusnya
dibuat lebih atraktif dan interaktif yang akan meransang anak autis untuk berpikir dan
mencari tau, memberikan bentuk-bentuk dengan kesan yang tegas, pencahayaan yang
terang, tidak memerlukan ruang yang kedap.
Fasad Bangunan