Anda di halaman 1dari 25

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PALEMBANG

AUTISM CENTER DI PALEMBANG


LAPORAN PRA TUGAS AKHIR

MUTIARA SEPRINA
03101006049
DOSEN PEMBIMBING :
WIDYA FRANSISKA,ST,.MM,.Ph.D
Dr.JOHANNES ADIYANTO,ST,.MT
LISTEN PRIMA,ST,.M.Planning

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan untuk dijaga, dilindungi dan
dididik oleh para orang tua. Anak adalah aset keluarga yang tak ternilai. Namun pada
kenyataannya memang tidak semua harapan orang tua untuk memiliki anak dengan
perkembangan yang normal dapat terkabul. Ada anak-anak dengan gangguan
perkembangan otak, biasa disebut autis.
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir maupun saat masa
balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi
yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam
dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif (Baron-Cohen, 1993). Anak-anak autis
mengasingkan diri dari lingkungan karena mereka kesulitan untuk berkomunikasi atau
mengutarakan apa yang ingin mereka katakan pada lingkungan sekitar. Apa yang mereka
dengar, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka pikirkan dan apa yang ingin mereka
sampaikan tidak dapat diolah oleh otak dengan baik, sehingga mengalami kegagalan
komunikasi. Padahal alaminya manusia merupakan makhluk sosial yang saling
membutuhkan, maka perlunya interaksi sosial satu sama lainnya.
Anak-anak autis memilki sensitifitas yang tinggi antara lain adalah terhadap,
bunyi, sentuhan, bau dan cahaya. Kepekaan mendengar yang ekstrem dapat menjadikan
serangkaian bunyi yang mengganggu kehidupan sehari-hari, kasus sederhananya adalah
suara kuku di papan tulis. Reaksi mereka terhadap suara diantaranya adalah berteriak
keras. Steven, seorang laki-laki 15 tahun, mendeskripsikan apa yang disebutnya indraindra yang meluas. Baginya cahaya menjadi semakin terang, bunyi semakin keras, dan
sentuhan semakin terasa daripada yang dialami orang biasa (Anjali Sastry, Balisse
aguirre, MD. 2012. Parenting Anak Dengan Autisme.). Lalu bagaimana anak-anak ini
akan menghadapi dunia luar dengan cahaya, suara bising, bau, dan mendapatkan
sentuhan dari orang lain? Ini hanya baru dari persoalan indrawi dari seorang anak autis.
Ketika tantangan indrawi dan yang lain terlalu besar untuk dihadapi, salah satu
responnya adalah menarik diri dari lingkungan sosial, masuk kembali kedalam dunia
mereka sendiri. Bahkan ada yang meresponnya dengan perilaku yang menganggu.
Perkembangan anak-anak autis tidak lepas dari peran serta keluarga, masyarakat
dan lingkungan. Keluarga adalah bagian kehidupan terkecil manusia yang sangat
menentukan kehidupan masa depan dan kehidupan yang lebih besar di dunia. Keluarga

yang bisa mengayomi khususnya anak-anak berkebutuhan khusus autis yang sangat
memerlukan bimbingan dan dukungan yang besar dari keluarga. Serta peran masyarakat
juga penting bagi keberadaan mereka. Akan tetapi banyak orang yang menilai bahwa anak autis
itu berbeda sehingga mereka menganggap anak autis tidak layak untuk berkumpul dengan manusia
normal, hal tersebut secara tidak langsung sedang membentuk kelas sosial dan juga pelapisan sosial1.
Sedangkan setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama. Dalam Undang-undang nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 3 ayat 1 dan 3 yang berbunyi bahwa Setiap orang
dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta
dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dalam semangat persaudaraaan dan Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi.
Perkembangan anak autis terus meningkat pesat dari tahun ke tahun. Meski
belum ada angka pasti berapa sebenarnya jumlah anak autisme di Indonesia, namun
Pemerintah merilis data jumlah anak penyandang autisme bisa berada di kisaran 112 ribu
jiwa. Angka tersebut diasumsikan dengan prevalensi autisme pada anak yang ada di
Hongkong, yaitu 1,68 per 1000 untuk anak di bawah 15 tahun2. Di Sumatera Selatan,
perkembangan anak autis beberapa tahun terakhir di ketahui, tak kurang dari 1000 anak
di bawah usia 5 tahun terserang autis3. Berikut tercatat daftar SLB - C di Provinsi
Sumatera selatan :

Palembang
Palembang
Palembang
Palembang

Kab/Kota

Nama Sekolah
SLB-C Karya Ibu
SLB-C YPAC
SLB-C 1 YPAC
SLB-C Yayasan 88

Palembang
Palembang
Prabumulih

SLB-C Autis Pelita Hati


SLB Bina Autis Mandiri
SLB-C Negeri
Tabel 1.1 Daftar Sekolah Luar Biasa Provinsi Sumsel Tahun 2009
Sumber : ( http://disdikprovsumsel.net/ )

No.
1
2
3
4

Tahun
2004/2005
2005/2006
2006/2007
2007/2008

1 https://www.academia.edu/
2 http://lintasfakta.com/
3 www.gatra.com

Laki-laki
2
14
6
16

Perempuan
3
2
4
10

Jumlah
5
16
10
26

5
6
7
8
9

2008/2009
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
Jumlah

14
23
23
21
17
136

8
4
13
9
15
68

22
27
36
30
32
204

Tabel 1.2 Data jumlah siswa Yayasan Bina Autis Mandiri


Sumber : Yayasan Bina Autis Mandiri

Dilihat dari data diatas dapat diketahui juga bahwa masih kurangnya sarana terapi
dan akademik bagi anak berkebutuhan khusus, terutama penyandang autis. Serta masalah
lainnya adalah sarana terapi dan pendidikan tidak dalam satu lingkungan, hanya
menyediakan sarana terapi saja atau sarana pendidikan saja. Hal ini sulit bagi para orang
tua untuk menjangkau sarana-sarana ini, ditambah lagi dengan permasalahan psikologis
anak yang belum tentu akan menerima untuk bepergian menuju masing-masing sarana
tersebut.
Dan menanggapi hal-hal yang telah dijelaskan maka munculah pemikiran untuk
membuat suatu wadah di kota Palembang yang dapat menampung aktifitas-aktifitas yang
mendukung bagi perkembangan anak-anak autis untuk bisa beradaptasi nantinya dengan
lingkungan sosial, seperti sarana terapi, pendidikan, dan sosialisasi untuk anak autis
dalam satu lingkungan yang diberi nama Autism Center, yang diharapkan dapat
memudahkan anak-anak autis menjalani kehidupan atau aktifitas-aktifitas didalamnya
dan sebuah tempat dimana anak-anak autis dapat belajar dan berkembang lebih mudah
dengan mengurangi tingkat stress yang akan mereka alami.
1.1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka munculah
rumusan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana merencanakan dan merancang suatu sarana terapi, sarana pendidikan dan
sosialisasi bagi anak autis dalam suatu lingkungan secara terpadu yang ditunjang dengan
fasilitas-fasilitas yang interaktif dengan mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan
bagi anak-anak dengan autisme.
1.3. TUJUAN DAN SASARAN
Tujan Palembang Autism Center adalah :

Mewujudkan perancangan suatu sarana terapi, sarana pendidikan dan sosialisasi bagi
anak autis dalam suatu lingkungan secara terpadu yang ditunjang dengan fasilitasfasilitas yang interaktif dengan mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan bagi
anak-anak dengan autisme dalam mencapai kemandiriannya.
Dan sasaran dari Palembang Autism Center adalah :

Anak-anak autis

Orang tua dari anak autis

Masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang autisme

1.4. METODE PENULISAN


Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan ini antara lain :
a. Metode deskriptif
Merupakan metode pengumpulan data. Pengumpulan data ini ditempuh dengan cara :
studi pustaka / studi literatur, data yang diperoleh dari instansi terkait, wawancara
dengan narasumber, observasi lapangan serta browsing internet.
b. Metode dokumentatif
Mendokumentasikan data yang menjadi bahan penyusunan penulisan ini. Cara
pendokumentasian data adalah dengan membuat gambar dari kamera digital.
c. Metode komparatif
Dengan mengadakan studi banding / studi kasus terhadap bangunan sejenis dan
fasilitas-fasilitas apa saja yang termasuk dalam Autism Center. Selanjutnya dari data data yang telah terkumpul, dilakukan identifikasi dan analisa sehingga diperoleh
gambaran yang cukup lengkap mengenai karakteristik dan kondisi yang ada, sehingga
dapat tersusun suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Autism Center.

1.5 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas adalah mengenai perbandingan
judul dengan yang sudah ada, berikut uraiannya :
No
.

Nama Penulis

Judul Skripsi/Jurnal

Rumusan Penekanan
Studi/Permasalahan

1.

Novita Yosiani

Perencanaan dan
Perancangan Autism
Center di Palembang

Penekanan
studi
yaitu
merespon setiap perilaku
pada anak autis ke dalam
desain bangunan.

2.

Mutiara Seprina

Perencanaan dan
Perancangan Autism
Center di Palembang

Penekanan studi melalui


perilaku,
yang
lebih
mengacu pada garis besar
yang bisa diterapkan dalam
arsitektur, yaitu persoalan
indrawi anak autis.

Tabel 1.3 Perbandingan Judul


Sumber : Perpustakaan Asitektur Unsri Indralaya

Dari perbandingan diatas dapat disimpulkan bahwa kedua judul yang sama ini memiliki
dasar perancangan yang berawal dari perilaku namun penekanan studi atau permasalahan
yang berbeda. Pada rancangan penulis Novi Yosiani, konsep rancangan adalah dengan
mersepon setiap perilaku anak autis dan dituangkan kedalam desain, namun dalam ruang
lingkup pada judul kali ini lebih ditekankan atas pemecahan masalah yang lebih fokus
yaitu pada persoalan indrawi pada anak autis.
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Secara garis besar sistematika penulisan pembahasan dalam laporan ini dapat
diuraikan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan
Menguraikan secara umum latar belakang, permasalahan kasus, tujuan, sasaran, studi
pendekatan, ruang lingkup perencanaan, metode pembahasan, dan sistematika
pembahasan

Bab II Tinjauan Pustaka


Membahas kajian pustaka mengenai judul rancangan, kajian objek perancangan
struktur, utilitas, , dan tinjauan kriteria tapak.

Bab III Pendekatan Perancangan


Menguraikan tentang tema dan konsep perancangan apa yang akan dipakai pada
Autism Center.
Latar Belakang

1.7 KERANGKA
BERPIKIR
1. Meningkatnya
jumlah anak autis di Sumatera Selatan
2. Kurangnya kepedulian dan pengetahuan para orang tua dan masyarakat
mengenai autisme pada anak-anak.
3. Sarana terapi dan pendidikan yang sudah ada untuk anak autis masih terpisahpisah.
4. Dibutuhkan sarana yang menyediakan, sarana terapi, pendidikan dan
sosialisasi.

Merancang Autism Center di Palembang

Rumusan Masalah
Bagaimana merencanakan dan merancang suatu sarana terapi, sarana pendidikan dan
sosialisasi bagi anak autis dalam suatu lingkungan secara terpadu yang ditunjang
dengan fasilitas-fasilitas yang interaktif dengan mempertimbangkan konsep
kenyamanan dan keamanan bagi anak-anak dengan autisme.

Tujuan
Mewujudkan perancangan suatu sarana terapi, sarana pendidikan dan sosialisasi bagi
anak autis dalam suatu lingkungan secara terpadu yang ditunjang dengan fasilitasfasilitas yang interaktif dengan mempertimbangkan konsep kenyamanan dan
keamanan bagi anak-anak dengan autisme.

Pengumpulan Data

Analisa Perancangan

Konsep Perancangan

Palembang Autism Center

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. STUDI LITERATUR


2.1.1. Pengertian Judul
Palembang Autism Center merupakan pusat pelayanan khusus penderita
Autistic Spectrum Disorder (ASD) sebagai wujud kepedulian terhadap kasus autisme
yang semakin berkembang. Palembang Autism center merupakan sebuah wadah yang
menyediakan sarana-sarana terapi, pendidikan dan sosialisasi bagi anak-anak dengan
autisme di Kota Palembang. Perancangan sarana-sarana secara terpadu dengan
mempertimbangkan faktor psikologi anak autis.
2.1.2 Tinjauan Umum Judul
2.1.2.1 Pengertian Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya
sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif ini
terjadi pada aspek neurobiologis otak dan mempengaruhi proses perkembangan
anak. Akibat gangguan ini sang anak tidak dapat secara otomatis belajar untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga ia
seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri4.
Autisme adalah suatu keadaan dimana seseorang anak berbuat semaunya
sendiri baik cara berfikir maupun berperilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak
usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun. Autisme bisa mengenai siapa
saja, baik sosio-ekonomi mapan maupun kurang, anak-anak ataupun dewasa dan
semua etnis (Faisal Yatim dalam Kasih, 2006).
Autisme merupakan sindroma yang sangat kompleks. Ditandai dengan
ciri-ciri kurangnya kemampuan interaksi sosial dan emosional, sulit dalam
komunikasi timbal balik, minat terbatas, dan perilaku tak wajar disertai gerakan
berulang tanpa tujuan (stereotipic). Gejala ini biasanya telah terlihat sebelum
usia 3 tahun ( Jawa Pos, Agustus 2005).
2.1.2.2 Karakteristik Anak Autis
4 http://autisme.or.id/

Anak-anak autis memiliki perilaku dan perkembangan yang berbeda


dengan anak normal pada umunya, anak autis memilki kesulitan dalam
memahami kata-kata yang disampaikan seseorang, sehingga mereka cenderung
memilih menyendiri.
Karakteristik anak autis yaitu kesulitan membina hubungan sosial atau
komunikasi yang normal, yang mengakibatkan anak terisolasi dari manusia lain
dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif. Perilaku
dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah
sangat pasif. Selain itu, anak akan mengalami penyimpangan atau kelainan
mental, ganguan sensorikmotorik, selektif berlebih terhadap rangsang
(Gunardi, 2008).
Pada umumnya karakterisktik perilaku anak autis adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Tidak merespon ketika dipanggil


Tidak ada kontak mata kepada lawan bicara
Selalu mengulang pola gerakan pada fisik atau kata-kata
Tidak suka ketika disentuh
Menyenangi benda secara berlebihan
Tidak menyukai suara, atau bahkan tidak merespon apa-apa terhadap suara
Memberikan reaksi yang tidak lazim ketika mendengar suara yang tidak
dianggap bising pada anak normal dan ada yang tidak memberikan reaksi
sama sekali.

2.1.2.2 Klasifikasi Anak Autis


Dari semua karakteristik perilaku-perilaku setiap individu autis, anak
autis dapat dibedakan dalam 2 kategori berdarsarkan responsif terhadap
rangsangan-rangsangan dari sensoris / indera.
Disfungsi sensori pada autism ini muncul dalam 2 bentuk perilaku
(Mostafa, 2008):

hipo sensori: kekurangpekaan anak dalam menerima sensori (deficit)


yang menyebabkan anak menjadi mengalami keterlambatan respon pada
hal-hal yang terjadi di sekitar mereka sehingga biasanya mereka menjadi
pasif. Perilaku defisit sensori biasanya mengalami emosi yang tidak
tepat misalnya melamun, menangis dan tertawa tanpa sebab. Anak
hiposensori yang cenderung pasif ini membutuhkan lingkungan yang
dapat memberi efek terapi untuk aktif (stimulasi).

hiper sensori: anak terlalu peka dalam menerima sensori sehingga


cenderung berperilaku berlebihan (eksesif) yaitu hiperaktif dan memiliki
emosi yang cukup labil dan tantrum (mudah marah), berupa menjerit,
memukul, menggigit, mencakar, menyakiti diri sendiri, dsb. Prosentase
jumlah anak hiper yang muncul lebih banyak daripada anak hipo.
Berdasarkan kemampuan sensori visual, dapat dibedakan

sebagai berikut (Milne, 2007; Coulter, 2009):

Hipo. Melihat dengan fokus jarak lebih dekat untuk


menyadarkan disekelilingnya diperlukan sesuatu yang
menarik perhatian dan fokus pergerakan matanya menuju

ke lingkungannya.
Hiper.
Melihat mengeliling dan susah fokus apabila
terdapat distraksi visual disekelilingnya, namun jika ada
suatu benda kecil di antara kekosongan visual, ia lebih
fokus ke benda tersebut, sehingga perlu meminimalisasi
distraksi visual

2.1.2.3 Penanganan Anak Autis


Penanganan autisme harus sedini mungkin karena penyembuhan akan
lebih mudah pada usia dini. Penanganan anak dengan autisme adalah dengan
melakukan terapi yang dilakukan oleh tenaga ahli atau terapis khusus autis.
Terapi yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan yang paling utama. Untuk
mengetahuinya, sebelumnya para terapis akan memeriksa anak-anak yang
mengidap autisme agar diketahui metode seperti apa yang paling sesuai. Berikut
adalah jenis-jenis terapi untuk autisme :

1) Terapi Applied Behavior Analysis (ABA)


ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan
penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang
dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan
positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur

kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di


Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara
dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula
individu autis yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat
kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka
tidak

mampu

untuk

memakai

bicaranya

untuk

berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi


wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir

semua

anak

autistik

mempunyai

keterlambatan

dalam

perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka


kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan
untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih
mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak
diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam
motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga
jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi
dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk
menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Biomedical
Terapi untuk memperbaiki masalah neurobiologis dan biokimiawi yang
terdapat pada autistik. Terapi biomedical terdiri atas restrictive-diet,
medikamentosa (obat-obat), dan suplemen. Pemberian obat-obatan dan
suplemen-suplemen ditujukan untuk mngobati/mengatasi masalah yang
ada pada sistem nerobiologisnya, yaitu yang meliputi hampir seluruh
sistem tubuh yang ada, sepeti sistem syaraf pusat (otak). Sedangkan diet
dilakukan terhadap berbagai makanan/bahan makanan apapun yang

diketahui mempunyai efek yang tidak baik pada anak. Diet diutamakan
terhadap susu dan terigu. Hal ini didasarkan karena masalah genetik
pada penyandang autisme, maka protein casein dari susu dan bahan
gluten dari terigu tidak seluruhnya dapat dicerna secara sempurna,
sehingga berubah menjadi peptida/morfin yaitu caseomorfin dan
glutenmorfin.
2.1.2.3 Pendidikan
2.1.2.3.1 Pendidikan anak berkebutuhan khusus
Istilah pendidikan khusus secara tradisional dikaitkan
dengan anak-anak yang tidak mampu, cacat atau memiliki kesulitan.
Namun demikian ruang lingkup pendidikan berkebutuhan khusus telah
meluas hingga melibatkan anak-anak yang berbakat atau bertalenta atau
bahkan anak-anak dari budaya yang berbeda dan berbicara dengan
bahasa yang berbeda. Banyak buku yang ada serta publikasi tentang
pendidikan khusus di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggeris,
Kanada dan Australia memasukkan kedua kelompok anak-anak tersebut.
Ruang lingkup yang lebih luas dari bidang ini juga telah menerima
kemampuan saling merubah dari terminologi seperti pendidikan
berkebutuhan khusus dan pendidikan khusus.
2.1.2.3.2 Pendidikan anak autis

.1.2. Tinjauan Fungsional


Dalam perancangan bangunan Palembang Autism Center memiliki sarana
terapi, pendidikan dan sosialisasi sebagai respon terhadap penyelesaian permasalahanpermasalahan yang ada, yang utama adalah kesembuhan anak-anak dengan autisme.

Adapun sarana-sarana yang ada pada Palembang Autism Center adalah terapi,
yang merupakan upaya pencegahan dan penyembuhan suatu penyakit yang dilakukan
secara teratur dan berlanjut. Terapi dilakukan oleh seorang ahli dibidangnya. Begitu
juga terapi untuk anak dengan autisme, terapi ini didasarkan pada pendekatan
psikologis anak. Jenis- jenis terapi untuk anak autis diantaranya adalah, terapi ABA
(Applied Behavior Analysis), terapi wicara, terapi okupasi, terapi fisik, dan terapi
biomedical.
Sarana berikutnya adalah sarana pendidikan, yaitu sebuah tempat untuk anakanak autis mendapatkan pendidikan dengan kurikulum dan perlakuan yang sesuai
dengan perkembangan psikologi anak dengan autisme.
Dan yang lainnya adalah sarana sosialisasi adalah tempat untuk para orang tua
dan masyarakat umum yang ingin mendapatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
pencegahan, penanganan dan penyembuhan anak-anak dengan autisme, serta sebagai
wadah untuk berkonsultasi dengan para ahli secara pribadi.
.1.3. Kriteria atau Tinjauan Tapak
Seperti yang telah dijelaskan bahwa anak-anak autis memiliki persoalan
indrawi yang sangat sensitif, yakni terhadap cahaya, suara, sentuhan dan bau. Mereka
akan merespon dengan perilaku yang tidak biasanya seperti berteriak saat mendengar
suara kuku di papan tulis. Untuk itu, kriteria tapak yang sesuai dengan kebutuhan
mereka adalah :
1. Tapak tidak berada pada daerah yang bising.
2. Tapak sebaiknya dekat dengan permukiman karena memiliki kemungkinan
yang kecil terhadap suara yang bising serta diharapkan lokasi dapat dijangkau
dengan mudah oleh para orang tua.
3. Tapak berada pada lingkungan yang bersih.
4. Bebas banjir.
5.

Kriteria Tapak

Dekat dengan pemukiman


Aksebilitas mudah
Dekat dengan perkantoran
dan pendidikan
Dekat dengan kawasan
komersil
Bebas Banjir
Sesuai dengan tata guna
lahan
Jumlah
Keterangan:
Nilai 1 : Sangat tidak mendukung
Nilai 2 : Tidak mendukung
Nilai 3 : Biasa saja
Nilai 4 : Mendukung
Nilai 5 : Sangat mendukung
.1.4. Tinjauan Struktur dan Utilitas
2.1.4.1. Tinjauan Struktur
Palembang Autism Center merupakan bangunan yang kedap terhadap
suara bising. Berikut konstruksi yang harus diperhatikan.
1. Tembok yang solid.
Tembok setebal satu bata pada dasarnya mampu mengurangi suara yang
masuk hingga menjadi kurang lebih 45 dB(A). Mungkin ini tampak
mengesankan sampai kita menyadari bahwa: Kondisi jalan raya yang
cukup sibuk menghasilkan 80 dB(A) dan diredam oleh tembok sebesar 45
dB, menyisakan 35 dB(A) yang sudah pasti dapat ditangkap oleh
mikrofon. Apabila ada fluktuasi pada suara (yang pasti terjadi), akan dapat
tertangkap oleh mikrofon dan akan sangat mengganggu proses rekaman.
Peningkatan ketebalan tembok mungkin diperlukan. Setiap penambahan

ketebalan satu bata mampu mengurangi suara yang masuk hingga 5


dB(A). Jadi ketebalan dinding yang menjadi dua bata setara dengan
peredaman hingga 50 dB(A) (45 dB(A) + 5 dB(A) = 50 db(A)). Rongga
yang dibuat diantara dinding juga akan memberikan peredaman ekstra.
2. Lapisan Kaca Jendela.
Pada dasarnya lapisan kaca jendela yang sudah digandakan menjadi dua
lapis masih dinilai kurang dari segi akustik sebagai celah udara. Karena
pada umumnya ketebalan kaca tersebut hanya beberapa milimeter saja,
kelenturan kaca tersebut akan menghasilkan getaran yang akan mudah
menular ke lapisan kaca berikutnya. Untuk insulasi yang lebih baik,
disarankan agar lembar kaca perlu dipisahkan sekitar 200mm meskipun
jarak 60-80mm sudah cukup ideal. Secara keseluruhan, lapisan kaca yang
digandakan yang memiliki celah udara, jauh lebih baik daripada jendela
yang hanya memiliki lapisan kaca tunggal yang tidak memiliki celah
udara sama sekali.
3. Penyegelan Semua Celah Udara.
Hal ini sangat penting karena gelombangsuara dapat melewati celah,
sekecil apapun celah tersebut. Pada studio profesional semua pintu harus
atau memiliki fungsi pada pintu lemari es yang bersifat menyegel agar
udara dingin tidak bocor atau udara diluar tidak masuk ke dalam.
Memiliki dua pintu jauh lebih umum digunakan karena akan memberikan
sebuah Sound Lock yang lebih baik. Selanjutnya kita harus
memperhatikan lebih jauh pada penyegelan lubang-lubang sebagai tempat
masuk listrik, kabel dan sebagainya.
2.1.4.2. Tinjauan Utilitas
1. Pencahayaan
Sistem pencahayaan untuk anak-anak berkebutuhan khusus pada
bangunan belum memiliki aturan atau standar yang di buat oleh Badan yang

bertanggung jawab. Sehingga kebanyakan sistem pencahayaan merupakan


hasil survey, yakni sebagai berikut :
a. pencahayaan alami
pencahayaan alami diperoleh dan diperuntukkan untuk ruang-ruang
luar dan ruang-ruang pengelola. Didapati melalui bukaan-bukaan pada ruang,
sebaiknya sinar matahari yang masuk merupakan sinar yang tidak langsung.
Artinya sinar-sinar tersebut disaring / dipantulkan oleh elemen bangunan. Agar
anak-anak autis yang sangat sensitif terhadap cahaya dapat dengan nyaman
bermain walau sedang berada di ruang luar.
b. pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan pada ruang-ruang dalam, seperti ruang terapi,
ruang kelas, ruang bermain, di desain sedemikian rupa untuk anak-anak
dengan autisme. Bukan berupa paparan cahaya yang sangat terang, tetapi
sistem pencahyaan yang redup, yang nyaman digunakan untuk anak-anak
dengan autisme yang sangat sensitif terhadap cahaya.
2. Pengahawaan
Penghawaan pada bangunan menggunakan penghawaan buatan.
Direncanakan menggunakan AC Central, AC Central adalah sistem
pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan di
distribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang
sesuai dengan ukuran ruangan dan isinya dengan menggunakan saluran udara /
ducting ac. Secara garis besar, Sistem AC Central terbagi atas beberapa
komponen yaitu :

Chiller / Condensing Unit / Outdoor AC

AHU (Air Handling Unit)

Ducting AC / saluran ac

Cooling Tower

Pompa Sirkulasi
Ada dua sistem AC Central yang ada di pasaran saat ini yaitu : Sistem

Air dan Sistem Freon Pada sistem air, media pembawa dingin yang berjalan
dalam pipa distribusi adalah air / water. sedangkan pada sistem freon, media
yang

dipakai

untuk

membawa

dingin

adalah

freon.

Sistem air memiliki kelebihan dapat digunakan dalam skala yang besar /
gedung bertingkat atau mall yang berukuran besar.Sedangkan Sistem freon
hanya dapat dipakai dalam sistem yang tidak terlalu besar / jauh jaraknya
antara unit indoor dan outdoor.
a) Sistem Freon
Pada sistem freon, unit AC Central yang dikenal biasa disebut dengan
Split Duct. Prinsip kerjanya hampir sama dengan sistem ac split biasa, akan
tetapi lubang udaranya menggunakan sistem ducting / pipa dan pada tiap-tiap
keluaran udaranya menggunakan diffuser. Untuk mengatur besar kecilnya
udara yang keluar digunakan damper. Sistem ini cocok digunakan untuk
keperluan :

Mini market

klinik

sekolah / universitas

ruangan kantor

dll.
Kelebihan daripada sistem ac central split duct ini adalah

pendistribusian dinginnya merata pada setiap ruangan dan komponen yang


dipakai tidak terlalu banyak karena hanya menggunakan unit indoor,
condensing unit / outdoor ac, dan ducting ac / saluran ac.
b) Sistem Air

Sistem AC Central dengan menggunakan air adalah sebuah sistem ac


central yang menggunakan media air sebagai pembawa dinginnya.
Biasanya pada skala kecil, unit indoor yang digunakannya adalah fan coil unit.
Sedangkan pada skala yang besar biasanya menggunakan AHU / Air Handling
Unit. Untuk mendinginkan air yang akan di distribusikan, maka digunakan
Chiller. Chiller bertugas memindahkan panas yang di dapat dari sirkulasi di
dalam ruangan ke sistem sirkulasi luar gedung. Lalu air yang panas itu
kemudian di dinginkan dengan menggunakan cooling tower.
Sistem AC Central yang menggunakan air ini biasanya lebih cocok digunakan
pada :
Gedung bertingkat
Mall yang besar
Stadium
Pabrik
Bandara udara
Terminal kereta
dll.
Kelebihan dari sistem AC Central yang menggunakan media air ini
adalah kemampuannya membawa kalor dari satu titik ke titik yang lain lebih
tahan lama ketimbang menggunakan sistem freon.
Kelebihan AC Central adalah :
a. Kebisingan dan getaran mesin pendingin hamper tidak mempengaruhi
ruangan
b. Perbaikan dan pemeliharaan lebih mudah

c. Seluruh beban pendingin semua ruangan dalam bangunan dapat dilayani


oleh satu system ( unit ) saja.
d. Kelembapan udara dapat diatur

.2. STUDI PRESEDEN


Comprehensive Autism Center (CAC)
Merupakan tempat terapi dan pendidikan bagi penderita autisme di Oceanside,
California. Dengan Menggunakan Applied Behavior Analysis (ABA) dikombinasikan
dengan desain yang inovatif, CAC berusaha untuk mengatasi Kebutuhan langsung setiap
anak sementara juga membuat jalan untuk kesehatan jangka panjang melalui kerja sama
antara anak, keluarga, tim terapi, masyarakat, dan bidang profesional lainnya.
CAC memliki program Infant and Toddler Development Program yaitu Program
Pengembangan Bayi & Balita di Comprehensive Autsim Center didesain untuk anakanak 0-36 bulan usia yang berisiko autisme atau Penundaan pembangunan lainnya.
Program ini berfokus pada keterampilan dasar penting dan Mengikuti norma usia
perkembangan. The GMT memiliki skill Area yang ditangani yaitu: keterampilan
pembelajaran dini, pengembangan bermain, pengembangan keterampilan sosial, bahasa
dan komunikasi, keterampilan menolong diri sendiri, dan keterampilan motorik. Setiap
program dirancang dengan Kebutuhan setiap pemikiran anak. Program lainnya yang
dimiliki oleh CAC adalah;
Early Intervention Applied Behavior Analysis
Adalah program intervensi awal dirancang untuk anak usia 3 - 12 tahun yang
telah didiagnosis dengan autisme atau diagnosis terkait lainnya. Program Intervensi Dini
Autisme di Comprehensive Center didesain untuk memenuhi kebutuhan spesifik masingmasing anak dan mengikuti norma-norma usia perkembangan. Para bidang keterampilan
yang ditujukan seperti berikut: keterampilan pembelajaran dini, kemampuan bahasa dan
komunikasi, keterampilan bermain, sosialisasi, teori keterampilan pikiran, keterampilan

fungsi eksekutif, keterampilan akademik, keterampilan kelas, keterampilan hidup adaptif,


dan keterampilan motorik. Berikut ini beberapa komponen dari Program ABA di
Komprehensif Autism Center:
Behavior Assessment and Behavior Intervention Plan
Skills Assesment and Program Design
Program Consultation
Program Implementation With One to One Skills Trainers
Parent and Family Training
School Collaboration
Regional Center Collaboration
Socialization Groups
Memberikan kesempatan bagi anak-anak didiagnosis dengan Autism Spectrum
Disorders untuk berlatih membangun keterampilan sosial dalam lingkungan yang
nyaman dan aman. Program keterampilan sosial, yang dirancang untuk kelompokkelompok kecil mulai usia 5-7, 8-10, dan 11-12, akan fokus pada: salam, berbagi, turntaking, keterampilan berbicara, bernegosiasi, menunggu, perhatian bersama, isyaratisyarat sosial , emosi, rekan merespons, bermain koperasi, perspektif taking / teori
pikiran dan keterampilan fungsi eksekutif.
Parent and Family Training
Pelatihan Orang tua dan Keluarga ini dirancang untuk anak-anak dari berbagai
rentang usia dan orang tua mereka dan anggota keluarga. Hal ini dirancang untuk
mengajarkan keluarga mengatasi tantangan yang berkaitan dengan anak mereka / saudara
/ kerabat dengan autisme. Orang tua dan keluarga diajarkan prinsip-prinsip ABA dan
aplikasi praktis dari dalam kehidupan sehari-hari. Induk dan pelatihan keluarga dapat
diberikan atas dasar konsultasi.
Training Services for Professionals
Jasa pelatihan disediakan untuk guru, staf sekolah, pidato dan terapis bahasa, dan
profesional lain yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang aplikasi ABA untuk
meningkatkan pekerjaan mereka dengan anak-anak dengan ASD. Sampel Modul
Pelatihan Sertakan:

Discrete Trial Training

Applied Verbal Behavior-Teaching Language


Positive Behavior Support Strategies
Reinforcement Strategies
School Shadowing in the Classroom
Facilitiating Play and Socialization
Behavior Management in the Classroom
Incorporation of Visual Strategies into a Program

BCBA and BCaBA Supervision


Kerja lapangan yang diawasi dan ditawarkan oleh Comprehensive Autism Center,
Inc. bagi mereka yang ingin menjadi seorang yang bersertifikat Analis Perilaku. CAC
menawarkan pengawasan dari tim yang sangat berkualitas dan bersertifikat Analis
Perilaku (BCBA). The BCBA pengawasan memenuhi persyaratan Badan Sertifikasi
Perilaku Analyst (BACB) bagi calon yang ingin mencapai pengawasan untuk mereka
dengan pengawasan Independen Kerja lapangan untuk BCBA atau BCaBA penunjukan.

Gambar 2.1. ruang bermain dan belajar CAC


Sumber : www.comprehensiveautismcenter.com
Program Design
Setelah keahlian khusus anak ditentukan, sebuah program yang didesain oleh
konsultan Komprehensif Autism Center, dan disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya
belajar anak. Program Komprehensif Autisme Pusat mencakup bidang keterampilan
berikut :

Program Skills Areas


Early Learning Skills
Language/Verbal Behavior
Play Skills
Socialization Skills
Friendship Skills

Theory of Mind
Executive Functioning
Acacdemic Skills
Classroom Skills
Motor Skills
Adaptive Living Skills

2.3. TINJAUAN AKTIFITAS DAN FASILITAS


Jenis-jenis aktifitas yang ada pada Palembang Autism Center ini dibagi menjadi 3
golongan besar yaitu, terapi, pendidikan, dan sosialisasi. Berikut uraiannya :
Fungsi

Aktivitas

Wadah

Fasilitas

Ruang

Aktivitas
Terapi

Terapi ABA

Ruang bermain
Toilet

Terapi wicara
Terapi okupasi
Terapi Fisik
Terapi Biomedical
Pendidikan

Belajar
Bermain
Kegiatan
ekstrakulikuler

Sosialisasi

Seminar
Konseling
Pelatihan /
Training

Fasilitas ruang
kelas
Fasilitas taman
bermain
Fasilitas minat
dan bakat

R. terapi
ABA
R. Terapi
Wicara
R. Terapi
Okupasi
R. Terapi
Fisik
R. Klinik
R. Kelas
Taman
Bermain
R. Ekskul
R. Seminar
R. Konseling
R. Parentings
Training

Standar

BAB III
PENDEKATAN PERANCANGAN

3.1 TEMA / PENDEKATAN PERANCANGAN


Palembang Autism Center merupakan sebuah wadah bagi anak-anak autis untuk
dididik dan berkembang sebagaimana anak normal lainnya. Perilaku, dan pola pikir anak
autis berbeda dari anak normal pada umunya. Seperti kesulitan berkominkasi,
menyendiri, sering bergumam, sering berkata berulang-ulang, memiliki minat dan cara
bermain yang tidak lazim serta adapun mereka, anak-anak autis ini sensitif terhadap
ransangan. Sehingga pada Autism center ini anak-anak tersebut akan diperlakukan sesuai
dengan kebutuhan mereka. Maka dari itu pula, tema perancangan bangunan Palembang
Autism Center menggunakan pendekatan dasar perancangan melalui perilaku anak
dengan autisme.
Arsitektur perilaku merupakan arsitektur yang berawal dari mempelajari perilaku
manusia yang akan menggunakan suatu objek yang sedang dirancang. bagaimana
perilaku alami manusia, bagaimana manusia berperilaku di dalam dan di luar bangunan,
bagaimana respon manusia terhadap desain yang ada. Yang diharapkan bisa menjadi
pemecahan masalah bagi pengguna yang kerap kali terjadi dan menjadi sesuai dengan
kebutuhan pengguna.
Bagaimana perilaku, sosial dan budaya diolah ke dalam desain yang baik bagi
pengguna. Arsitektur perilaku bergantung pada isu-isu yang muncul baik secara perilaku,
lingkungan sosial maupun budaya yang kemudian ditarik penyelesaiannya kedalam
desain.
Seperti perilaku yang muncul pada anak dengan gangguan autisme, diantaranya
tidak melihat lawan bicara/tidak ada kontak mata, tidak merespon ketika dipanggil, tidak
menjawab pertanyaan yang diajukan, tidak suka disentuh dll diambil garis besarnya yaitu
bahwa anak autisme dibagi menjadi 2, Hyper dan Hypo. Keduanya memiliki masalah
indrawi atau indera yang terlalu peka dan tidak sama sekali.
Pada anak autis dengan gejala Hyper, anak terlalu peka dalam menerima
ransangan pada indrawi sehingga cenderung berperilaku berlebihan (eksesif) yaitu
hiperaktif dan memiliki emosi yang cukup labil dan tantrum (mudah marah), berupa

menjerit, memukul, menggigit, mencakar, menyakiti diri sendiri, dsb. Sebaliknya pada
gejala Hypo, anak lambat dalam menerima ransangan pada indrawi (deficit) yang
menyebabkan anak menjadi mengalami keterlambatan respon pada hal-hal yang terjadi
di sekitar mereka sehingga biasanya mereka menjadi pasif.
Ada yang terlalu peka terhadap ransangan/kepekaan indrawi yang berlebih, ada
yang lambat atau tidak sama sekali peka terhadap ransangan. Sehingga dalam pendekatan
bagaimana keduanya bisa memenuhi kebutuhan masing-masing. Menjadikan tempat
kegiatan pendidikan dan terapi, yang nyaman dan aman bagi anak-anak autis ini juga
tempat yang menjadi pelepas permasalahan psikologis mereka. Maka munculah tema
Sensory Heaven, yang dimaksudkan sebagai persoalan indrawi teratasi untuk
menciptakan keefktifan dan keoptimalan kegiatan didalamnya.

3.2 ELABORASI TEMA


Penerapan tema sensory heaven pada bangunan dikelompokkan menjadi 2, yaitu
area anak Hyper dan Hypo dan bagaimana kedua area ini akan terhubung satu sama
lainnya agar tetap terjadi interaksi diantara keduanya. Dan bagaimana tema ini juga
tercermin pada fasad bangunan. Namun terlebih dulu akan dibahas elaborasi tema ada
ruang dalam.

Area hyper
Kepekaan indrawi yang berlebih, membuat ruang seharusnya bisa

memberikan

kenyamanan atau relaksasi bagi anak autis dengan gejala hyper. Tercermin pada
pencahayaan, pengolahan ruang dalam yang dinamis dan fokus, sirkulasi yang terarah
dan tidak membingungkan.

Area hypo
Kepekaan yang lambat atau sama sekali tidak berkembang, ruang dalam seharusnya
dibuat lebih atraktif dan interaktif yang akan meransang anak autis untuk berpikir dan
mencari tau, memberikan bentuk-bentuk dengan kesan yang tegas, pencahayaan yang
terang, tidak memerlukan ruang yang kedap.

Fasad Bangunan

Anda mungkin juga menyukai