Anda di halaman 1dari 95

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB I
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

1.1. LINGKUP PEKERJAAN

Yang dimaksud dengan pekerjaan pada proyek ini adalah Konsultan Perencana
Pembangunan Trotoar Kabupaten Temanggung yang berlokasi di Wilayah
Temanggung, Parakan, Ngadirejo dan Kranggan.

Lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :

A. Pembangunan Trotoar Jalan Gerilya Depan SMP N 2 Temanggung;


B. Pembangunan Trotoar Jalan Krikil Depan SMP N 5 Temanggung;
C. Pembangunan Trotoar Jalan Candiroto;
D. Pembangunan Trotoar Jalan Carikan – Klurak Ngadirejo;
E. Pembangunan Trotoar Jalan Kranggan;

Pekerjaan tersebut diatas harus selesai tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan,
dengan kualitas yang memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan dalam Surat
Perjanjian Penyedia Jasa Konstruksi dan pelaksanaannya harus dilaksanakan
berdasarkan :

a. Daftar Kuantitas dan Harga


b. Rencana Kerja dan Syarat – syarat Pekerjaan / RKS dan Spesifikasi Teknis

Page 1 of 95
c. Gambar – gambar perencanaan dan detail.
d. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan penjelasan tambahan lainnya.
e. Petunjuk Direksi
f. Peraturan – peraturan umum lainnya yang berlaku.
Komponen konstruksi bangunan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:

Spesifikasi
No. Uraian Pekerjaan Material
Tipe / Produk Merk
A. Pekerjaan Struktur
I. Pekerjaan Tanah dan Pondasi
1. Urugan tanah Tanah Lokal -
2. Urugan Pasir Pasir Urug Lokal -
4. Pas. Pondasi Batu Belah 1:6 Batu Belah 15/20 Lokal -
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
II. Pekerjaan Beton
1. Pek. Lantai Kerja Beton K. 100 Sitemix
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Beton Pasir Muntilan -
Agregat kasar/split Lokal -
B. Pekerjaan Arsitektur
I. Pekerjaan Pasangan
1. Pek. Pasangan Bata Merah Bata Merah Lokal -
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
2. Pek. Plesteran Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
3. Pek. Acian Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
4. Pas. Lantai Keramik 30 x 30 cm Keramik 30 x 30 Keramik 30x30 tile Keramik Platinum,
unpolish Roman, Essenza
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
Page 2 of 95
Semen warna Semen Warna Gresik, Holcim, Tiga
Roda

5. Pas. Lantai Guiding Block untuk Guiding Block Guiding Block Guiding Block sekualitas
jalur difabel 30x30 cm tebal 4cm ukuran 30x30 tbl ukuran 30x30 tbl Muntilan
4cm 4cm
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
Semen warna Semen Warna Gresik, Holcim, Tiga
Roda
6. Pas. Kanstin Beton Keb K.300 Beton Kerb K.300 Beton Kerb Aldas, Mutiara, Diamond
60x30x22x15
K.100
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
7. Pas. Saluran U-Ditch Saluran U-Ditch Saluran U-Ditch Unicon, Armada,
600x600x1200 mm, Light Duty Fabrikasi 600x600x1200mm Inticon, SGC
mutu K.350
8. Pas. Penutup Saluran U-Ditch Penutup Saluran U- Saluran U-Ditch Unicon, Armada,
tipe 60, Light Duty Ditch Fabrikasi tipe 60 mutu Inticon, SGC
K.350
9. Pas. Main Hole Saluran U-Ditch Saluran U-Ditch Saluran U-Ditch Unicon, Armada,
600x800x1200 mm, Light Duty Fabrikasi 600x800x1200mm Inticon, SGC
mutu K.350
10. Pas. Tutup Main Hole Baja Cor Baja Cor Fabrikasi Baja Cor tebal 1 CV. Mutiara
tebal 1 cm dengan diameter 60 cm, diameter 60
11. Pas. Baja Cor Pengaman Pohon Baja Cor Fabrikasi Baja Cor tebal 1 CV. Mutiara
tebal 1 cm cm
12. Pas. Baja Cor Grill Penutup tebal Baja Cor Fabrikasi Baja Cor tebal 1 CV. Mutiara
1 cm cm
13. Pas. Buis Beton Diameter 30 cm Buis beton Dia. Buis beton Dia. 30 Lokal
30cm cm
Batu Bata Batu Bata Lokal
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
Pasir Urug Lokal -

1. Persyaratan dan Peraturan Umum

a. Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi

Page 3 of 95
Indonesia (NI), Standar Industri Indonesia (SII), Peraturan Nasional (NI)
maupun Peraturan Pemda setempat lainnya yang berlaku atas jenis bahan
tersebut, peraturan tersebut antara lain :
1) Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
2) Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002
3) Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam SNI 03-6861,2-2002
4) Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi SNI 03-6861,3-2002
5) Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847–
2002.
6) Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton SNI 03-6816-2002
7) Semen Portland SNI 15-2049-2004
8) Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
9) Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton SNI 03-3976-1995
10)Metode Pengujian Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990
11)Cara Uji Slump Beton SNI 1972:2008
12)Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar SNI 2458:2008
13)Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton di Lapangan SNI 03-
4810-1998
14)Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium SNI 03-
2493-1991
15)Spesifikasi Beton Siap Pakai SNI 03-4433-1997
16)Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan Beton SNI 03-6883-2002
17)Baut Kepala Segi Enam dengan Ulir Metrik Halus Kelas A dan B SNI 3067-
1992
18)Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canal Panas (BJP Siku Sama Kaki) SNI 07-
2054-2006
19)Baja Profil I Beam Proses Canal Panas (BJP I Beam) SNI 07-0329-2005
20)Spesifikasi Flensa Pipa Baja Untuk Penyediaan Air Bersih Ukuran (110-366)
mm SNI 07-6404-2000
21)Mutu dan Cara Uji Pipa Baja Lapis Seng SNI 07-0039-1987
22)Genteng Keramik Berglasir SNI 03-2134-1996
23)Kapur Untuk Bahan Bangunan SNI 03-2097-1991
24)Mutu Dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik SNI 03-0106-1987
25)Keramik Berglazur SNI 03-4062-1996
26)Bata Beton (Paving Block) SNI 03-0691-1996
27)Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata Dan Plesteran SNI 03-
6862-2002
28)Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding SNI 15-2094-2000
29)Tata Cara Pengerjaan Pasangan Dan Plesteran Dinding PT-T-03-2000-C
30)Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing SNI 03-7065-2005
31)Dan lain-lain yang Secara nyata termasuk didalam Dokumen / Gambar, RKS,
Page 4 of 95
Spesifikasi Teknis, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan/Aanwijzing dan
ketentuan-ketentuan lainnya

b. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut di atas, Penyedia Jasa Konstruksi harus


menyediakan :
1) Tenaga – tenaga kerja, tenaga – tenaga ahli yang memadai baik kualitas
maupun kuantitasnya (jumlahnya) untuk semua jenis pekerjaan.
2) Alat – alat yang cukup untuk setiap jenis pekerjaannya.
3) Bahan – bahan yang memenuhi syarat dalam jumlah yang cukup dan
didatangkan tepat waktunya, sehingga tidak terjadi stagnasi yang
mengakibatkan keterlambatan pada waktu penyerahan pertama.

2. Merk Dagang
Merk – merk dagang untuk bahan – bahan tertentu yang disebutkan dalam
Persyaratan Teknis ini dimaksudkan hanya sebagai bahan perbandingan dalam hal
bentuk, model, mutu, jenis dan sebagainya, sehingga tidak diartikan sebagai
persyaratan sebagai persyaratan merk yang mengikat.
Penyedia Jasa Konstruksi dapat mengusulkan minimal 3 (tiga) merk dagang lain
yang setaraf / sekualitas setelah mendapat persetujuan dari direksi pelaksana.

Dalam hal disebutkan 3 (tiga) merk dagang atau lebih untuk jenis bahan yang
sama, maka Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk mengajukan salah satu dari
padanya (bukan setara) untuk diperiksa dan disetujui direksi.

3. Syarat Pemeriksaan Bahan


a. Untuk pedoman pemeriksaan bahan – bahan bangunan digunakan Persyaratan
Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982) – NI – 3.
b. Sebelum mendatangkan bahan – bahan bangunan ketempat pekerjaan, Penyedia
Jasa Konstruksi diwajibkan menyerahkan contoh – contoh terlebih dahulu kepada
Direksi untuk diminta persetujuannya.
Adapun bahan – bahan yang akan digunakan harus sesuai dengan contoh –
contoh yang telah disetujui.
c. Apabila bahan yang didatangkan tidak sesuai dengan contoh yang telah
disetujui, maka Direksi berhak menolak / memerintahkan Penyedia Jasa
Konstruksi untuk mengeluarkan bahan – bahan tersebut dilapangan (tempat
pekerjaan) selambat – lambatnya 2 x 24 jam sejak ditolaknya bahan – bahan
tersebut.
d. Tidak diperkenankan menggunakan bahan – bahan yang telah ditolak oleh
Direksi, apabila ternyata Penyedia Jasa Konstruksi tetap menggunakan bahan –
bahan tersebut diatas baik secara sengaja maupun tidak sengaja, maka Direksi
berhak memerintahkan Penyedia Jasa Konstruksi untuk membongkar pekerjaan
Page 5 of 95
yang menggunakan bahan – bahan tersebut dengan biaya dibebankan kepada
Penyedia Jasa Konstruksi.
e. Untuk setiap perselisihan kualitas bahan bangunan yang digunakan antara direksi
dengan Penyedia Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan
memeriksa kualitas – kualitas bahan itu ke Lembaga Penelitian Bahan Bangunan
terdekat dan sekitarnya, atau ditempat lain yang disetujui Direksi Pelaksana,
dengan biaya ditanggung oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
Dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak timbulnya perselisihan, sebelum diperoleh
hasil pemeriksaan tersebut, Penyedia Jasa Konstruksi tidak diperkenankan
menggunakan bahan bangunan tersebut didalam pekerjaannya.

1.2. SITUASI
1. Trotoar Kabupten Temanggung berlokasi di Wilayah Temanggung, Wilayah
Parakan, Wilayah Ngadirejo dan Wilayah Kranggan, Kabupaten Temanggung,
dengan Site plan seperti yang tertera dalam gambar situasi/tapak.
2. Site (tempat pembangunan) akan diserahkan kepada Penyedia Jasa
Konstruksi, sebagaimana keadaannya. Untuk itu Penyedia Jasa Konstruksi
harus meneliti keadaan tapak, terutama keadaan tanah (kontur, letak
bangunan yang sudah ada serta sifat lingkup pekerjaan lain – lain yang
dapat memperngaruhi harga penawarannya.
3. Kelalaian atau kekurang telitian Penyedia Jasa Konstruksi dalam mengevaluasi
keadaan lapangan segala sesuatunya menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa
Konstruksi dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan.

1.3. UKURAN / DIMENSI

1. Ukuran – ukuran yang tercantum dalam gambar adalah ukuran yang


mengikat dan mutlak harus ditepati.
2. Satuan ukuran yang dicantumkan dalam gambar dinyatakan berdasarkan :
a. Milimeter (mm).
b. Centimeter (cm).
c. Meter (m)
Kecuali untuk hal khusus, satuan dinyatakan sesuai kebutuhan / ketentuan
umum yang berlaku.
3. Apabila terdapat perbedaan ukuran antara gambar struktur dan
detail dalam jenis yang sama, maka yang menjadi pegangan adalah
gambar yang berskala lebih kecil (gambar detail).
4. Bila ada perbedaan antara gambar struktur, gambar arsitektur dan gambar
ME atau ketidaksesuaian atau keraguan diantara gambar kerja yang tidak bisa
diatasi menurut point no. 3 diatas, Penyedia Jasa Konstruksi harus
melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas untuk diberi
Page 6 of 95
keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan / acuan di dalam
pelaksanaan pekerjaan.
5. Sinkronisasi antara gambar, spesifikasi dan BQ (Daftar Volume dan Biaya
Pekerjaan) diambil yang mempunyai bobot teknis yang paling tinggi dan tidak
saling menghilangkan, demikian pula gambar - gambar, antara gambar
Arsitektur, Sipil dan Mekanikal / Elektrikal adalah saling melengkapi dan tidak
saling menghilangkan.

1.4. LETAK BANGUNAN

Keterangan mengenai letak bangunan ditentukan dalam gambar situasi dan untuk
awal pelaksanaan harus diadakan pengukuran bersama (Dinaskertrans, DPU,
Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Penyedia Jasa).

1.5. TINGGI LANTAI (PEIL)

1. Sebagai ukuran tinggi lantai diambil ± 40 cm dari tanah existing yang ada, yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas, atau sesuai dengan penjelasan pekerjaan
/ aanwijzing maupun pada saat Uitzet.
2. Ukuran yang merupakan tanda tetap, tidak boleh berubah letak dan ukurannya.
Dengan ini tanda tersebut harus dibuat dengan beton atau tembakan yang
harus dijaga dan dipelihara selama pelaksanaan dan sampai pekerjaan selesai.
3. Supaya dibuat beberapa patok duga juga untuk ordinat / koordinat dan elevasi
yang dibuat dari patok beton yang kuat dan terpelihara
sehingga bangunan tidak kehilangan ukuran awal.

1.6. PASAL – PASAL KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1. Survey / Peninjauan Lapangan dan Pembuatan Patok Batas Tanah /


Persil

Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi wajib melaksanakan


survey/peninjauan lapangan didampingi oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas, dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara.

Pasal 2. Pembersihan Lapangan


Pelaksanaan Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus melakukan
inventarisasi lapangan sesuai dengan hasil survey yang telah
dilaksanakan.
1. Lapangan terlebih dahulu harus dibersihkan dari rumput, semak, akar
– akar pohon.
Page 7 of 95
2. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap
bersih dan rata.
3. Segala macam sampah – sampah dan barang – barang bongkaran
harus dikeluarkan dari tapak proyek, dan tidak dibenarkan untuk
ditimbun di luar pagar proyek meskipun untuk sementara.
4. Semua sisa – sisa bongkaran bangunan lama, seperti pondasi, jaringan
listrik / pipa – pipa dan lain- lain yang masih ada menurut penilaian
konsultan Pengawas jika dibiarkan di tempat akan mengganggu
pekerjaan tapak, seperti pekerjaan tata hijau (landscaping),
pembuatan jalan, penanaman rumput dan lain - lain, harus dibongkar
dan dikeluarkan dari tapak.
Semua biaya pembongkaran sisa – sisa tersebut di atas tanggungan
Penyedia Jasa Konstruksi dan pelaksanaannya setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas.

Pasal 3. Pengukuran (Uitzetten) dan Pengambilan Peil

1. Pemberi Tugas menyediakan bagi pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa


Konstruksi gambar gambar yang berukuran seksama dan informasi
yang memungkinkan Pelaksana Pekerjaan.
2. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung
jawab untuk memperbaiki kesalahan yang disebabkan oleh
pelaksanaan pekerjaan yang tidak seksama, dan seluruh biaya
ditanggung oleh Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi.

Pasal 4. Pemakaian Ukuran

1. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi tetap bertanggung


jawab dan menepati semua ketentuan dalam Dokumen Kontrak.
2. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi wajib memeriksa
kebenaran ukuran – ukuran keseluruhan maupun bagian – bagiannya
dan segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas apabila
ditemukan perbedaan.
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi dalam memperbaiki
kesalahan gambar dan pelaksanaan setelah ada persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas.
3. Pengambilan ukuran – ukuran yang salah dalam pelaksanaan tetap
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi. Oleh karena itu, sebelumnya kepadanya diwajibkan
mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar –
gambar dan kondisi di lapangan.
Page 8 of 95
Pasal 5. Pemeriksaan dan Pengetesan

1. Adalah ketentuan dari kontrak ini bahwa Pelaksana Pekerjaan /


Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan seluruh pekerjaan
sesuai dengan Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa yang terdiri atas
: RKS, Gambar, Berita Acara Aanwijzing dan Bill of Quantity Serta
Berita acara susulan lainnya dalam kaitannya dengan tender dan Berita
Acara Klarifikasi / Negosiasi (bila ada).
2. Semua material bangunan yang akan digunakan harus sesuai dengan
ketentuan di dalam Rencana Kerja dan Syarat syarat Pelaksanaan
(RKS).
Untuk jenis material bangunan tertentu harus disertai pengetesan, dan
atau surat pernyataan ( sertifikat / klasifikasi ) dari instansi yang
ditunjuk oleh Konsultan Pengawas untuk kebutuhan tersebut.
Konsultan Pengawas berhak menginstruksikan kepada Pelaksanaan
Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi untuk segera mengeluarkan
material – material yang ternyata tidak memenuhi Uraian dan Syarat –
syarat Pelaksanaan (Kontrak – kontrak) keluar dari site, dalam waktu
24 jam.
Semua biaya yang diperlukan baik untuk field – test ataupun Lab – test
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi.
3. Konsultan Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan
oleh Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi setiap waktu.
Kelalaian Konsultan Pengawas dalam pengawasan, tidak berarti
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi bebas dari
tanggung jawab.
4. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab
dan harus memperbaiki atau apabila perlu, membongkar pekerjaan –
pekerjaan yang telah dilaksanakan yang ternyata tidak sesuai dengan
ketentuan di dalam kontrak.
5. Biaya – biaya yang diperlukan untuk pengetesan bahan, pengeluaran
bahan – bahan yang tidak memenuhi syarat keluar lapangan dan
perbaikan atau pembongkaran pekerjaan – pekerjaan yang tidak
memenuhi syarat menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan /
Penyedia Jasa Konstruksi.
6. Kebutuhan listrik, air, telepon dalam pelaksanaan pekerjaan menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi, bila
Page 9 of 95
diperlukan penyambungan daya listrik ke bangunan lama harus dengan
meteran tersendiri dan harus meminta izin Pemberi Tugas.

Pasal 6. Penanggung Jawab Pelaksanaan

1. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi harus menempatkan


seorang penanggung jawab pelaksanaan yaitu seorang site manager
dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan ketentuan umum dan
administrasi ; ahli dan berpengalaman dan harus selalu berada di
lapangan, yang bertindak sebagai wakil Pelaksana Pekerjaan/Penyedia
Jasa Konstruksi di lapangan dan mempunyai kemampuan untuk
memberikan keputusan – keputusan teknis dengan tanggung jawab
penuh di lapangan untuk menerima semua instruksi dari Konsultan
Pengawas. Semua langkah dan tindakannya oleh Konsultan Pengawas
dianggap sebagai langkah dan tindakan Pelaksanaan Pekerjaan /
Penyedia Jasa Konstruksi.
2. Penanggung jawab harus selalu berada di tempat pekerjaan selama
jam – jam kerja dan saat diperlukan dalam pelaksanaan.
3. Petunjuk dan perintah Konsultan Pengawas didalam pelaksanaan
disampaikan langsung kepada Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi.
4. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan setiap saat
menjalankan disiplin dan tata tertib yang ketat terhadap semua
pekerja, pegawai, termasuk petugas yang mengurus material.
Siapapun diantara mereka yang tidak berwenang, melanggar peraturan
umum, mengganggu ataupun merusak ketertiban, berlaku tidak sopan
dan melakukan perbuatan yang merugikan pelaksanaan
pembangunan, harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas
perintah Konsultan Pengawas.

Pasal 7. Tanggung Jawab Atas Pekerjaan yang Cacat dan Kegagalan


Konstruksi

1. Semua cacat – cacat akibat penyusutan atau kesalahan – kesalahan


lain yang timbul selama jangka waktu pelaksanaan dan pemeliharaan
dari Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi yang disebabkan
oleh penggunaan bahan – bahan yang tidak sesuai dengan syarat –
syarat yang ditentukan di dalam RKS, menjadi tanggung jawab penuh
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi untuk mengadakan
perbaikan sampai diterima oleh Konsultan Pengawas atas biaya
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi.
Page 10 of 95
2. Kegagalan Konstruksi yang timbul selama jangka waktu pembangunan
dari Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi yang disebabkan
oleh penggunaan bahan – bahan yang tidak sesuai dengan syarat –
syarat yang ditentukan di dalam RKS, menjadi tanggung jawab penuh
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi untuk mengadakan
pembongkaran dan pembangunan kembali sampai diterima oleh
Konsultan Pengawas atas biaya Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi.
3. Konsultan Pengawas juga berhak untuk setiap saat minta kepada
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi untuk mengadakan
perbaikan perbaikan dengan biaya Pelaksana Pekerjaan / Penyedia
Jasa Konstruksi atas semua pekerjaan yang cacat yang timbul selama
masa pemeliharaan tersebut.

Pasal 8. Wewenang Pemberi Tugas Untuk Memasuki Tempat Pekerjaan

Pemberi Tugas dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki


tempat pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat – tempat lainnya dimana
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi melaksanakan pekerjaan,
dan bilamana pekerjaan harus dilaksanakan di bengkel kerja atau tempat
– tempat lain milik Sub – Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi,
maka Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi sesuai ketentuan –
ketentuan dalam Sub – Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi itu
harus bisa mendapatkan jaminan agar Pemberi Tugas dan para wakilnya (
Konsultan Pengawas ) mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel
kerja dan tempat lain milik Sub – Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi itu.

Pasal 9. Fasilitas Lapangan dan Perlengkapan Kerja / Fasilitas sementara

1. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan


atas biaya sendiri, fasilitas – fasilitas penunjang yang dibutuhkan di
dalam pelaksanaan dan menyelesaikan pekerjaan, seperti :
 Kamar mandi dan WC untuk pekerja dan direksi;
 Musholla dan tempat wudhu;
 Ruangan – ruangan lainnya seperti gudang material, tempat
– tempat kerja, pos keamanan dan lain – lain.

2. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan


atas biayanya sendiri fasilitas – fasilitas untuk melaksanakan
pekerjaan, seperti:
Page 11 of 95
a. Listrik
Listrik untuk bekerja harus disediakan Penyedia Jasa Konstruksi dan
diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat selama masa
pembangunan, dengan daya yang disesuaikan dengan kebutuhan
Penyedia Jasa Konstruksi. Penggunaan diesel untuk pembangkit
tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara
atas persetujuan Konsultan Pengawas. Daya listrik juga disediakan
untuk suplai Kantor Direksi Lapangan. Segala biaya untuk
pemakaian daya listrik adalah beban Penyedia Jasa Konstruksi.
b. Air Bersih
Air untuk bekerja harus disediakan Penyedia Jasa Konstruksi
dengan membuat sumur pompa di tapak proyek atau disuplai dari
luar. Air harus bersih, bebas dari debu, bebas dari lumpur, minyak
dan bahan – bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air
harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Perencana /
Konsultan Pengawas. Segala biaya untuk pemakaian air bersih
adalah beban Penyedia Jasa Konstruksi.
c. Alat – alat Pemadam Kebakaran Ringan.
d. Alat – alat PPPK.
e. Alat – alat Komunikasi Proyek.
f. Helmet, safety shoes.
g. Dll, sesuai Standart ISO (K3, Jamsostek)

3. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi wajib menyediakan


seluruh peralatan / perlengkapan kerja untuk pelaksanaan fisik
dilapangan, seperti :
 Peralatan / perlengkapan utama, yaitu : alat ukur yang lain (water
pass, theodolit, meteran dan sebagainya).
 Peralatan / perlengkapan penunjang yaitu: genset cadangan, jala
pengaman (safety screen), scaffolding serta shaft pembuangan
sampah dan sebagainya.
 Sarana Prasana penunjang (Truck, Lift Material, dsb)

4. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi wajib merawat dan


memelihara seluruh peralatan dengan sebaik – baiknya agar dapat
dipergunakan pada saat diperlukan.

5. Konsultan Pengawas berhak memberikan instruksi kepada Pelaksana


Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi untuk melengkapi / menambah
jumlah peralatan bila dirasa peralatan yang tersedia kurang memadai
Page 12 of 95
dalam usaha mencapai target prestasi.

6. Apabila Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi tidak


mengindahkan instruksi serupa, maka Pelaksana Pekerjaan / Penyedia
Jasa Konstruksi dapat dikenakan denda seperti yang disebutkan dalam
dokumen kontrak ini.

Pasal 10. Halaman Pekerjaan, Kebersihan dan Ketertiban

1. Pengaturan dan penggunaan halaman kerja ditentukan oleh Konsultan


Pengawas, dalam hal ini adalah Pengawas Lapangan. Konsultan
Pengawas dapat memberikan usul – usulnya dengan memberikan peta
penetapan gudang –gudang, los kerja tempat penimbunan bahan -
bahan dan sebagainya sesuai dengan lokasi proyek yang tersedia, baik
untuk keperluan Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi.
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi Spesialis dan para Sub
– Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi.
2. Selama berlangsungnya pembangunan kebersihan halaman kantor,
gudang dan bagian dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap
bersih dan tertib, bebas dari bahan – bahan bekas, tumpukan tanah
dan lain - lain. Kelalaian yang dapat diberhentikannya seluruh
pekerjaan oleh Konsultan Pengawas Akibat dari hal ini seluruhnya
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi.
3. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi dan sub – Pelaksana
Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi dalam menempatkan barang –
barang dan material – material kebutuhan pelaksanaan baik di dalam
gudang – gudang ataupun di halaman terbuka, harus diatur
sedemikian rupa sehingga:
 Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum;
 Memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan – bahan
oleh Konsultan Pengawas;
 Menjaga kebersihan dari sampah - sampah, kotoran – kotoran
bangunan (puing - puing), air yang menggenang;
 Tidak menyumbat saluran – saluran air;
 Terjamin keamanan, serta kelancaran lalu lintas jalan Kampus.
4. Cara penempatan bahan dan peralatan harus disesuaikan dengan
kondisi yang disyaratkan oleh produsen, untuk menghindarkan
kerusakan – kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpanan yang
salah.
Page 13 of 95
5. Barang – barang dan material yang tidak akan digunakan untuk
kebutuhan langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak
diperkenankan untuk disimpan di dalam site.
6. Tidak diperkenankan :
a. Pekerja menginap di tempat pekerjaan kecuali dengan ijin Pemberi
Tugas. Bila ijin khusus tersebut diberikan, maka Pelaksana
Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi tetap bertanggungjawab atas
kemungkinan kerugian – kerugian apapun yang disebabkan oleh
buruh yang menginap tersebut.
b. Memasak di tempat pekerjaan kecuali atas ijin Pemberi Tugas /
Konsultan Pengawas.
c. Memberikan ijin masuk kepada penjual – penjual makanan, buah –
buahan, minuman, rokok dan sebagainya.
d. Tanpa seijin keamanan proyek, kepada siapapun terkecuali petugas
dari Konsultan Pengawas, tidak dibenarkan untuk keluar masuk
secara bebas ke lapangan. (Catatan : semua tamu proyek yang
mendapat ijin dicatat dalam buku tamu dan diberi tanda pengenal
yang disediakan oleh Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi).
e. Melanggar peraturan lain mengenai penertiban yang akan
dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas pada waktu pelaksanaan.
f. Pekerja – pekerja yang diwajibkan memakai tanda pengenal dan
Alat Pengaman Kerja. Tanda pengenal dan alat pengaman kerja
atas beban Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi.
7. Peraturan lain mengenai penertiban akan dikeluarkan oleh Konsultan
Pengawas pada waktu pelaksanaan.

Pasal 11. Pengawasan

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Konsultan


Pengawas.
2. Konsultan Pengawas berhak pada setiap waktu yang dianggap perlu
tanpa memberitahukan sebelumnya, untuk mengadakan inspeksi /
pemeriksaan kepada Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi
atau Sub Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi:
 Terhadap jenis pekerjaan yang dipersiapkan di dalam atau diluar
site;
 Terhadap gudang penyimpanan barang – barang
 Terhadap pengolahan material maupun sumber - sumbernya.
3. Bagian – bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari
pengawasan Konsultan Pengawas, tetap menjadi tanggung jawab
Page 14 of 95
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi dan bagian pekerjaan
tersebut jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya
untuk kepentingan pemeriksaan.
4. Di tempat pekerjaan, Konsultan Pengawas berhak menempatkan
petugas – petugas bagian pengawasan.
5. Apabila Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi akan bekerja
lembur dimana item pekerjaan tersebut diperlukan oleh Pelaksana
Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi, maka Pelaksana Pekerjaan /
Penyedia Jasa Konstruksi harus memberitahukan satu hari sebelumnya
dan biaya tersebut termasuk biaya lembur petugas – petugas
pengawas Konsultan Pengawas yang besarnya sesuai dengan aturan
gaji mereka yang menjadi tugas Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi.

Pasal 12. Keamanan, Keselamatan dan Kesejahteraan

1. Selama pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa


Konstruksi wajib mengadakan semua yang diperlukan untuk menjamin
keamanan, keselamatan dan kesejahteraan manusia / barang di
proyek.
2. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi wajib memenuhi
segala peraturan tata tertib, ordonansi pemerintah daerah ataupun
pemerintah setempat.
3. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab
atas biaya, kerugian ataupun tuntutan ganti rugi (claim) yang
diakibatkan oleh adanya peristiwa yang mengakibatkan lukanya atau
meninggalnya seseorang dalam melaksanakan pekerjaan, yang
disebabkan oleh kelalaian Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi.
4. Guna keamanan dan keselamatan kerja di lapangan Pelaksana
Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi wajib untuk mengadakan :
 Tabung pemadam kebakaran type ABC berat 5 kg. Jumlahnya
minimal 1 buah pada setiap lantai bangunan dan 1 buah pada
direksi keet.
 Perlengkapan K3 bagi seluruh pekerja proyek (Helm proyek, sepatu
kerja, sabuk keselamatan, jaring pengaman, dll).
 Penerapan K3 di proyek harus mutlak dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa Konstruksi, pelanggaran terhadap ketentuan ini menjadi resiko
Penyedia Jasa Konstruksi.

Pasal 13. Ketentuan – ketentuan dari Pemberi Tugas


Page 15 of 95
1. Kelalaian – kelalaian yang dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan / Penyedia
Jasa Konstruksi seperti :
 Tanpa ada alasan ternyata meninggalkan pekerjaan sebelum
pekerjaan seluruhnya selesai;
 Apabila tidak mengindahkan semua instruksi yang diberikan oleh
Konsultan Pengawas;
 Apabila tidak dapat melanjutkan pekerjaan secara teratur dan baik;
 Menyerahkan apa – apa yang menjadi tanggung jawabnya kepada
orang lain tanpa persetujuan tertulis.
 Tidak menghadiri rapat – rapat teknis atas kelalaian tersebut
diatas; maka Konsultan Pengawas dapat mengeluarkan peringatan
tertulis pertama kepadanya.
2. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah menerima peringatan
tertulis tersebut masih belum ada tanda – tanda adanya perubahan
yang berarti atau belum dilaksanakan peringatan dimaksud, maka
Konsultan Pengawas akan mengeluarkan peringatan tertulis kedua.
Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya peringatan
tertulis kedua, masih belum ada perubahan yang berarti maka
Konsultan Pengawas dapat mengambil tindakan dengan tidak
mempertimbangkan alasan – alasan apapun yang terjadi sebelumnya.
Tindakan tersebut dapat berupa dialihkannya tugas termaksud kepada
pihak lain dengan biaya dibebankan kepada Pelaksana Pekerjaan /
Penyedia Jasa Konstruksi.
3. Apabila ternyata Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi
tersebut mengalami kebangkrutan (bankrupt) atau telah terjadi
pengambilan alihan oleh pihak lain atas perusahaannya secara hukum
atau tindakan – tindakan lain yang senada dengan tindakan tersebut
diatas, maka pekerjaan Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi
di bawah kontrak ini akan diadakan tindakan lebih lanjut. Pekerjaan
tersebut dapat dilanjutkan sesuai dengan kontrak tersendiri, hanya
apabila telah terdapat persetujuan antara Pemberi Tugas dengan pihak
lain yang telah mengambil alih semua kegiatan Pelaksana Pekerjaan /
Penyedia Jasa Konstruksi tersebut.
4. Apabila dengan tindakan seperti tercantum di atas, ternyata pekerjaan
tidak dapat berjalan dengan balk dan lancar, maka:
a. Pemberi Tugas akan menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan
memberikan kepada pihak lain, dengan menggunakan semua
peralatan yang telah berada di lapangan seperti bangunan –
bangunan darurat, gudang, peralatan – peralatan kerja, barang -
barang, material – material, termasuk barang – barang yang telah
Page 16 of 95
dibeli (tetapi belum sampai di tempat) yang akan digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan di lapangan.
b. Bila dipandang perlu oleh Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas
maka dalam waktu 10 (sepuluh) hari sesudah dikenakannya suatu
tindakan, Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi harus
tetap menyerahkan barang – barang dan material yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan sesuai isi kontrak ini,
melalui supplier atau Sub – Pelaksana / Penyedia Jasa
Konstruksi yang menyerahkan barang – barang dan material sesuai
dengan kontrak, yang ternyata sebegitu jauh belum dibayar oleh
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi yaitu dengan
memotong bagian yang harus dibayarkan kepada Pelaksana
Pekerajaan / Penyedia Jasa Konstruksi sesuai penilaian prestasi.
c. Apabila dianggap perlu oleh Pemberi Tugas maka semua milik
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi yang masih tinggal
di lapangan seperti peralatan – peralatan kerja, barang – barang
material dan barang – barang yang disewanya, harus segera
dikeluarkan dari lapangan dan semua biaya untuk hal tersebut
menjadi beban Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi.
Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari ternyata hal tersebut diatas
tidak dilaksanakan, maka akan diselesaikan menurut kebijakan
Pemberi Tugas, dengan tidak bertanggung jawab atas kerusakan
atau hilangnya barang – barang tersebut.
d. Ketentuan tersebut juga berlaku bagi Pelaksana Pekerjaan /
Penyedia Jasa Konstruksi yang karena satu dan lain hal ternyata
dihentikan kontrak kerjanya oleh Pemberi Tugas.

Pasal 14. Kewajiban Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi

1. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi harus menyelesaikan


pekerjaan secara Iengkap seluruhnya sesuai dengan ketentuan –
ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.
2. Selekas mungkin sejak dikeluarkannya Surat Perintah Kerja atau
selambatnya 1 (satu) minggu, Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi harus menyediakan Jaminan Pelaksanaan yang dikeluarkan
oleh Bank atau Badan Keuangan lain yang disetujui oleh Pemberi
Tugas. Apabila jaminan Pelaksana belum diserahkan kepada Pemberi
Tugas di dalam jangka waktu tersebut, maka berarti Pelaksana
Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi mengundurkan diri dari
Pelaksanaan Pekerjaan Kontrak ini.
3. Apabila terjadi di dalam gambar – gambar kontrak terdapat perbedaan
Page 17 of 95
– perbedaan atau penyimpangan – penyimpangan dengan apa yang
telah tercantum di dalam kontrak sehingga akan menimbulkan
keraguan – keraguan dalam pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan /
Penyedia Jasa Konstruksi harus segera memberitahu hal ini kepada
Konsultan Pengawas untuk diadakan penyelesaian.
4. Apabila terdapat perbedaan – perbedaan antara gambar – gambar
dengan ketentuan – ketentuan di dalam uraian dan syarat – syarat
pelaksanaan (RKS), maka ketentuan yang dianggap paling lengkap
oleh Konsultan Pengawas adalah yang mengikat.
5. Yang dimaksud dengan "gambar" adalah gambar pelaksanaan, gambar
– kerja, gambar – gambar detail dan gambar – gambar lainnya yang
dibuat sebelum pelaksanaan pekerjaan berlangsung. Apabila terdapat
perbedaan antara gambar – gambar tersebut, maka gambar yang
berskala besar yang lebih mengikat.
6. Apabila pada waktu pelaksanaan oleh Konsultan Pengawas diadakan
perubahan – perubahan dalam penggunaan bahan, ukuran – ukuran
dan konstruksi, maka pada akhir pekerjaan Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan menyerahkan 5 (lima)
set gambar – gambar perubahan yang dikerjakan di atas cetakan
gambar asli dengan perubahan – dikerjakan dengan tinta warna.
7. Atas perintah Konsultan Pengawas dan kepada Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi dapat dimintakan gambar –
gambar penjelasan dan rincian atas bagian pekerjaan khusus, yang
kesemuanya atas beban Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
Konstruksi. Gambar – gambar tersebut harus telah disetujui Konsultan
Pengawas untuk selanjutnya dianggap sebagai gambar pelengkap dan
menyerahkan 5 (lima) set cetakannya kepada Konsultan Pengawas
8. Biaya pembuatan semua keperluan gambar – gambar yang dibutuhkan
selama masa kontrak, baik gambar shop drawing dan atau gambar
perubahan yang diperlukan dalam pelaksanaan untuk kepentingan
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi maupun gambar –
gambar yang memerlukan persetujuan dari Konsultan Pengawas harus
dibuat di atas kertas minimal ukuran A3, biaya percetakan gambar –
gambar tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi.
9. Selambat – lambatnya 1 (satu) minggu setelah dikeluarkannya Surat
Perintah Kerja (SPK), Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi
harus telah dimulai dengan pekerjaan pembangunan fisik dalam arti
kata yang nyata. Untuk itu syarat – syarat yang diwajibkan agar dapat
dimulainya pekerjaan harus dipenuhi terlebih dahulu.
10. Pada akhir pekerjaan pelaksanaan, Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
Page 18 of 95
Konstruksi diwajibkan menyerahkan 1 set dalam bentuk kalkir ukuran
minimal A3 dan 5 (lima) set Foto Copy gambar – gambar instalasi
terakhir sesuai dengan yang dilaksanakan (as build drawings) yang
telah disetujui Konsultan Pengawas Konstruksi dan Perencana, buku
sistem beroperasi (Manual operation book) untuk mesin – mesin dan
peralatan – peralatan yang dipasang, disertai surat – surat ijin dan
keterangan resmi dari pihak yang berwajib yang diperolehnya
mengenai instalasi yang telah dipasangnya.
11. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi wajib mempelajari dan
memahami semua undang – undang, peratuaran – peraturan
Pemerintah, persyaratan – persyaratan umum maupun suplemennya,
persyaratan standard International dan persyaratan yang dikeluarkan
produsen serta tidak menyimpang dari ketentuan di dalam dokumen
pelelangan serta segala petunjuk – petunjuk tertulis yang telah
dikeluarkan.
12. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan
menyediakan sedikitnya 1 (satu) set gambar – gambar pelaksanaan
dan RKS di tempat pekerjaan dalam keadaan terpelihara yang dapat
dilihat setiap saat oleh Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas ataupun
Petugas – petugas lainnya. Pelaksana pekerjaan berkewajiban untuk
memberikan pelatihan/training sistem operasi peralatan - peralatan,
mesin – mesin yang dipasangnya. Biaya training/pelatihan berikut buku
– buku panduan adalah ditanggung oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
13. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi berhak meminta
penjelasan kepada Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana atau
pihak lain yang ditunjuk Pemberi Tugas bilamana menurut pendapatnya
ada bagian – bagian dari dokumen kontrak, gambar atau hal – hal
lainnya yang kurang jelas. Untuk itu syarat – syarat yang diwajibkan
agar dapat dimulainya pekerjaan, maka harus segera dimulai.
14. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan atas
biayanya sendiri semua perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan,
pengalaman dan keahlian serta permodalan dan kemampuan yang
nyata untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan tugas yang diberikan oleh Pemberi Tugas. Apabila telah
tersedia di lapangan peralatan – peralatan milik Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi yang tidak dalam keadaan
terpakai, Sub – Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi dapat
menggunakan Peralatan tersebut. Disamping itu juga harus
menyerahkan :
 Daftar/susunan staf Pelaksana yang ditempatkan di lapangan;
 Daftar peralatan – peralatan yang akan digunakan untuk pekerjaan
Page 19 of 95
pelaksanaan;
 Rencana waktu penyelesaian pekerjaan (time schedule);
 Dan lain – lain yang diperlukan.
15. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus mematuhi segala
peraturan dan ketentuan – ketentuan hukum yang berlaku, serta
instruksi – instruksi tertulis yang dikeluarkan oleh Pemerintah /
Penguasa setempat sehubungan dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
16. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi wajib mempelajari dan
memeriksa pelaksanaan pekerjaan – pekerjaan Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi pihak lain yang ikut serta
mengerjakan proyek ini (dalam hal ini Sub – Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksinya), apabila pekerjaan pihak lain
dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaannya. Bilamana terjadi
gangguan – gangguan Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi
wajib memberikan saran – saran perbaikan untuk segenap pihak.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
Konstruksi tetap bertanggung jawab atas semua kerugian – kerugian
yang ditimbulkan.
17. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi wajib berkonsultasi
dengan pihak lainnya agar supaya sejauh mungkin dipergunakan
peralatan yang seragam dan merk yang sama untuk bangunan proyek
ini agar memudahkan pemeliharaan.
18. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi wajib berkoordinasi
dengan pihak lainnya dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan proyek
terutama berkoordinasi dengan pihak Sub – Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi langsung dari Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi.
19. Sub – Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus
melaksanakan pekerjaan diselaraskan dengan jadwal pelaksanaan
pekerjaan Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi, yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas. Dalam hal Sub
– Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi tidak mengindahkan
teguran tertulis dari Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi
dalam hal penyelarasan jadwal dengan pelaksana pekerjaan sub
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi, dapat dikenakan sanksi,
teguran dan denda.
20. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus mematuhi semua
peraturan dan ketentuan – ketentuan yang berlaku serta instruksi –
instruksi tertulis yang dikeluarkan oleh Pemerintah/Penguasa setempat
sehubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
Page 20 of 95
21. Didalam melaksanakan pekerjaan ini, Pelaksana Pekerjaan/Penyedia
Jasa Konstruksi harus:
a. Memperhatikan, melaksanakan dan mengikuti semua ketentuan
sehubungan dengan fungsinya sebagai koordinator pelaksanaan
pekerjaan sepanjang ketentuan tersebut berhubungan dengan
pelaksanaan kontrak ini.
b. Bekerja sama dan saling tidak mengganggu dengan pihak lainnya
(Sub – Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi lainnya dan
pihak – pihak lain yang disetujui oleh Pemberi Tugas untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu) di dalam melaksanakan
pekerjaan yang merupakan bagian dari pembangunan proyek ini.
c. Menjamin pihak – pihak lainnya sebagaimana tersebut di atas dari
semua kerugian yang diderita oleh pihak lain tersebut di dalam
melaksanakan pekerjaan yang disebabkan oleh kelalaian dan
kesalahan Sub Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi.
22. Penyedia Jasa Konstruksi menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas, bahwa semua bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan
adalah sama sekali baru, kecuali ditentukan lain, serta Penyedia Jasa
Konstruksi menyetujui bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan
baik, bebas dari cacat teknis dan estetis serta sesuai dengan Dokumen
Kontrak. Apabila diminta, Penyedia Jasa Konstruksi sanggup
memberikan bukti – bukti mengenai hal tersebut di atas. Sebelum
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, bahwa pekerjaan
telah diselesaikan dengan sempurna, semua pekerjaan tetap menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi sepenuhnya.
23. Apabila pada Spesifikasi Teknis ini disebutkan nama pabrik/merek dari
satu jenis bahan/komponen, maka Penyedia Jasa Konstruksi
menawarkan dan memasang sesuai dengan yang ditentukan. Jadi
tidak ada alasan bagi Penyedia Jasa Konstruksi pada waktu
pemasangan menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi di
pasaran ataupun sukar didapat di pasaran. Untuk barang – barang
yang harus diimport, segera setelah ditunjuk sebagai pemenang,
Penyedia Jasa Konstruksi harus sesegera mungkin memesan
pada agennya di Indonesia. Apabila Penyedia Jasa Konstruksi telah
berusaha untuk memesan namun pada saaat pemesanan bahan/merek
tersebut tidak/sukar diperoleh, maka Perencana akan menentukan
sendiri alternative merek lain dengan spesifikasi minimum yang sama.
Setelah 1 (satu) bulan penunjukan pemenang, Penyedia Jasa
Konstruksi harus memberikan kepada Pemberi Tugas fotocopy dari
pemesanan Material yang diimport pada agen ataupun importir
lainnya, yang menyatakan bahwa material – material tersebut telah
Page 21 of 95
dipesan (order import).
24. Contoh – contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau
wakilnya harus segera disediakan atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi
dan contoh – contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara
sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau
pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan nanti.
Contoh – contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh Pemberi
Tugas atau wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata
bahan – bahan atau cara pengerjaan yang dipakai tidak sesuai dengan
contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
25. Substitusi Produk yang disebutkan nama pabriknya : Material,
peralatan, perkakas, aksesories yang disebutkan nama pabriknya
dalam RKS, Penyedia Jasa Konstruksi harus melengkapi produk yang
disebutkan dalam Spesifikasi Teknis, atau dapat mengajukan produk
pengganti yang setara, disertai data – data yang lengkap untuk
mendapatkan persetujuan konsultan Perencana sebelum pemesanan.
Substitusi Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya : Material,
peralatan, perkakas, aksesories dan produk – produk yang tidak
disebutkan nama pabriknya di dalam Spesifikasi Teknis, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengajukan secara tertulis nama Negara dari pabrik
yang menghasilkannya, catalog dan selanjutnya menguraikan data
yang menunjukan secara benar bahwa produk – produk yang
digunakan adalah sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan kondisi proyek
untuk mendapatkan persetujuan dari Pemilik/Perencana.
26. Seluruh peralatan, material yang digunakan dalam pekerjaan ini harus
baru, dan material harus tahan terhadap iklim tropik. Seluruh
pekerjaan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap
Pekerja harus mempunyai keterampilan yang memuaskan, dimana
latihan khusus bagi Pekerja sangat diperlukan dan Penyedia Jasa
Konstruksi harus melengkapi Surat sertifikat yang sah untuk setiap
personil ahli yang menyatakan bahwa personil tersebut telah mengikuti
latihan – latihan khusus ataupun mempunyai pengalaman –
pengalaman khusus dalam bidang keahlian masing - masing.
27. Apabila dalam Dokumen Perencanaan ini ada klausul – klausul yang
disebutkan kembali pada butir lain, maka ini bukan berarti
menghilangkan butir tersebut tetapi dengan pengertian lebih
menegaskan masalahnya. Jika terjadi hal yang saling bertentangan
antara gambar atau terhadap Spesifikasi Teknis, maka diambil sebagai
patokan adalah yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
Pemilik proyek dibebaskan dari patent dan lain – lain untuk segala
―claim‖ atau tuntutan terhadap hak – hak khusus seperti patent dan
Page 22 of 95
lain – lain.
28. Perlindungan terhadap orang, harta benda dan pekerjaan
a. Perlindungan terhadap milik umum : Penyedia Jasa Konstruksi
harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan bersih dari alat –
alat mesin, bahan – bahan bangunan, tanah bekas galian dan
sebagainya dan memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi
kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung
b. Orang – orang yang tidak berkepentingan : Penyedia Jasa
Konstruksi harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan
memasuki tempat pekerjaan dan dengan tegas memberikan
perintah kepada ahli tekniknya yang bertugas dan para penjaga.
c. Perlindungan terhadap bangunan yang ada : Selama masa – masa
pelaksanaan kontrak, Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab
penuh terhadap kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan -
jalan, saluran – saluran pembuangan dan sebagainya di tempat
pekerjaan, dan kerusakan – kerusakan sejenis yang disebabkan
operasi – operasi Penyedia Jasa Konstruksi, dalam arti kata yang
luas. Itu semua harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa Konstruksi
hingga dapat diterima Pemberi Tugas.
d. Penjagaan dan perlindungan pekerjaan : Penyedia Jasa Konstruksi
bertanggungjawab atas penjagaan, penerangan dan perlindungan
terhadap pekerjaan yang dianggap penting selama pelaksanaan
Kontrak, siang dan malam. Pemberi tugas tidak bertanggungjawab
terhadap Penyedia Jasa Konstruksi dan Sub Penyedia Jasa
Konstruksi, atas kehilangan dan kerusakan bahan- bahan bangunan
atau peralatan atau pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan.
e. Kesejahteraan, Keamanan, dan Pertolongan Pertama Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan dan memelihara fasilitas
kesejahteraan dan tindakan pengamanan yang layak untuk
memelihara para pekerja dan tamu yang datang ke lokasi. Fasilitas
dan tindakan pengamanan ini disyaratkan harus memuaskan
Pemberi Tugas dan juga harus menurut (memenuhi) ketentuan
Undang – Undang yang berlaku pada waktu itu. Di lokasi
pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi wajib mengadakan
perlengkapan yang cukup untuk pertolongan pertama, yang mudah
dicapai. Sebagai tambahan hendaknya di setiap site ditempatkan
paling sedikit seorang petugas yang telah dilatih dalam soal – soal
mengenai pertolongan pertama.
f. Gangguan pada tetangga : Segala pekerjaan yang menurut
Pemberi Tugas mungkin akan menyebabkan adanya gangguan pada
penduduk yang berdekatan, hendaknya dilaksanakan pada waktu-
Page 23 of 95
waktu sebagaimana Pemberi Tugas akan menentukannya dan tidak
akan ada tambahan pengganti uang yang akan diberikan kepada
Penyedia Jasa Konstruksi sebagai tambahan,
yang mungkin ia keluarkan.
29. Penyedia Jasa Konstruksi harus melindungi pemilik (Owner) terhadap
semua ―claim‖ atau tuntutan, biaya atau kenaikan harga karena
bencana, dalam hubungan dengan merek dagang atau nama produksi,
hak cipta pada semua material dan peralatan yang digunakan dalam
proyek ini.
30. Penyedia Jasa Konstruksi tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk
apapun di dalam sepadan (batas) site atau di tanah yang berdekatan
tanpa seijin dari pihak Pemberi Tugas.
31. Peraturan Teknis pembangunan yang digunakan
a. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini berlaku dan mengikat
ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan
tambahannya :
 Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di
Indonesia atau Algemene Voorwaarden voor de Uitvoering bij
Aaneming van Openbare Werken (AV) 1941.
 Keputusan – keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase
Teknik dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTP)
 Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen
Tenaga Kerja.
 Peraturan Semen Portland Indonesia NI-08
 Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk bangunan gedung
SNI 03-2847-2002.
 Peraturan Bata Merah sebagai bahan bangunan, NI-10
 Untuk bahan dan pekerjaan yang belum termasuk dalam
standar tersebut di atas, maupun standar lainnya, maka
diberlakukan Standar Internasional atau persyaratatan teknis
dari pabrik/produsen yang bersangkutan. Dan lain-lain yang
secara nyata termasuk di dalam Dokumen/Gambar, RKS,
Spesifikasi Teknis, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan/Aanwijzing
dan ketentuan-ketentuan lainnya.
b. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas,
berlaku dan mengikat pula :
 Gambar Bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah
disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar
detail yang diselesaikan dengan Shop Drawing oleh Penyedia
Jasa Konstruksi dan sudah disahkan/disetujui Direksi/Konsultan
Page 24 of 95
Pengawas.
 Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS).
 Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
 Berita Acara Penetapan.
 Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen tentang Penetapan
Penyedia Jasa Konstruksi.
 Surat Perintah Kerja (SPK).
 Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
 Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah
disetujui.
 Kontrak/Surat Perjanjian Penyedia Jasa Konstruksi.

Pasal 15. Sub Pelaksana Pekerjaan/Sub Penyedia Jasa Konstruksi


1. Penunjukan Sub – Pelaksana Pekerjaan/Sub – Penyedia Jasa Konstruksi
hanyalah dapat dilakukan dengan sepengetahuan dan rekomendasi
tertulis dari Konsultan Pengawas serta mendapat persetujuan dari
Pemberi Tugas.
2. Apabila hasil kerja Sub – Pelaksana Pekerjaan/Sub – Penyedia Jasa
Konstruksi tidak memenuhi persyaratan dalam kontrak ini ataupun
tidak memenuhi target prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap
pekerjaan, maka Konsultan Pengawas berhak menginstruksikan
kepada Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi untuk
mengganti Sub – Pelaksana Pekerjaan/Sub Penyedia Jasa Konstruksi
tersebut dengan yang lain, dan yang disetujui Konsultan Pengawas dan
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus menjalankan
instruksi tersebut.
3. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi tidak dibenarkan untuk
meninggalkan kewajibannya dengan cara menyerahkan kontrak ini
sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain (Sub – Pelaksana
Pekerjaan/Sub – Penyedia Jasa Konstruksi) tanpa seijin/persetujuan
Pemberi Tugas.
4. Apabila tidak disebutkan di dalam kontrak, maka Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi tidak dibenarkan untuk men – sub
– kan sebagian pekerjaan yang menjadi kewajibannya tanpa
persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas. Dalam hal sudah
mendapat persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, maka
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi Utama tetap
bertanggung jawab penuh atas segala kelalaian dan kesalahan –
kesalahan yang dibuat oleh subnya, sehingga kelalaian atau kesalahan
tersebut merupakan kesalahan dari Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
Konstruksi itu sendiri.
Page 25 of 95
5. Sub pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi hanyalah pihak –
pihak yang mempunyai kontrak langsung dengan Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi, yaitu dalam menyediakan dan
mengerjakan bagian – bagian pekerjaan khusus sesuai dengan
keahliannya.
6. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi Utama tetap
bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan Sub – Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi.

Pasal 16. Koordinasi Pelaksanaan di Lapangan


1. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi wajib dan bertanggung
jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan seluruh pekerjaan yang
tercakup didalam proyek ini, termasuk didalamnya pelaksanaan
pekerjaan para Sub Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi, dan
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus mengikuti dan
mentaati semua ketentuan sehubungan dengan fungsinya sebagai
koordinator sebagaimana tersebut diatas.
2. Tugas koordinasi tersebut meliputi :
a. Memberi petunjuk dan pengarahan kepada para Sub – Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi mengenai saat di mulai dan
diselesaikannya suatu bagian dan atau keseluruhan pekerjaan
dengan berpedoman kepada Master Schedule dan keadaan kondisi
lapangan.
b. Mengatur dan memberi keleluasan kerja kepada para Sub –
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi dengan yang lainnya
yang saling berkaitan agar seluruh pekerjaan dapat dilaksanakan
sebaik – baiknya.
c. Memberikan data tentang suatu bagian pekerjaan dimana Sub –
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi akan melakukan
kegiatan mengenai pengukuran, gambar detail dan sebagainya,
sehingga pelaksana pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi dapat
mempersiapkan serta membuat rencana kerja terperinci yang
tepat.
d. Memberi keleluasaan kepada para Sub – Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi untuk memakai fasilitas
peralatan dan fasilitas umum lainnya yang dimiliki oleh Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi dengan ketentuan bahwa pada
saat dibutuhkan fasilitas – fasilitas tersebut dalam keadaan tidak
terpakai oleh Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi.
e. Mengadakan dan memimpin rapat persiapan dalam rangka
koordinasi antar Sub Pelaksana Pekerjaan / Penyedia
Page 26 of 95
Jasa Konstruksi yang terlibat didalam proyek ini guna mencapai
kesepakatan dan konsensus dalam rencana kerja dan/atau dalam
membahas suatu masalah yang timbul
sebelum diajukan ke dalam Rapat Lapangan.
3. Sub Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab
untuk mengganti kerugian yang diderita oleh Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi dan/atau Sub Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi lainnya apabila pekerjaan
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi Utama dan/atau Sub
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi lainnya tersebut
mengalami gangguan dan atau kerusakan yang disebabkan oleh
kelalaian Sub Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi tersebut.

Pasal 17. lnstruksi Konsultan Pengawas


1. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus mematuhi dan
melaksanakan semua instruksi tertulis yang dikeluarkan oleh Konsultan
Pengawas, Apabila dalam waktu 2 (dua) hari sesudah menerima
instruksi tersebut ternyata masih belum ada realisasinya, maka
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi akan diberi peringatan
tertulis kedua oleh Konsultan Pengawas. Apabila dalam waktu 2 (dua)
hari setelah peringatan tertulis kedua dikeluarkan temyata masih
belum ada realisasi dari instruksi tersebut maka Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi dapat dikenakan denda seperti
yang disebutkan dalam dokumen kontrak.
2. Semua instruksi dari Konsultan Pengawas harus dikeluarkan secara
tertulis (instruksi tertulis). Suatu instruksi lisan bukan merupakan
pekerjaan yang mutlak dan harus segera dilaksanakan. Oleh karena itu
apabila dalam waktu 1 (satu) hari tidak dikeluarkan instruksi tertulis,
hal tersebut tidak perlu ditanggapi oleh Pelaksana Pekerjaan/Penyedia
Jasa Konstruksi. Tetapi sebaliknya Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
Konstruksi bertanggung jawab penuh atas biayanya sendiri untuk
segala pekerjaan yang telah dilaksanakannya tanpa adanya instruksi
tertulis dari Konsultan Pengawas.
3. Intsruksi tertulis dari Konsultan Pengawas tersebut dapat berupa :
 Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga
membahayakan bagi keteguhan konstruksi, atau pekerjaan
finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari
persyaratan teknis dalam RKS dan gambar pelaksanaan.
 Instruksi untuk menyingkirkan material/bahan yang tidak
memenuhi syarat dan harus diangkut keluar areal proyek;
 Instruksi untuk mengganti Pelaksana (foreman) dari Penyedia Jasa
Page 27 of 95
Konstruksi yang dianggap kurang mampu (un-skilled);
 Instruksi untuk suatu pekerjaan perubahan (Pengurangan dan
penambahan pekerjaan) yang sudah waktunya dilaksanakan
dengan segera;
 Instruksi untuk mengganti Sub-Pelaksana Pekerjaan / Penyedia
Jasa Konstruksi yang dianggap kurang mampu, baik dari segi mutu
kerja maupun kecepatan kerja;
 Instruksi untuk mempercepat pelaksanaan suatu bagian pekerjaan
berupa penambahan tenaga kerja;
 Instruksi – instruksi lainnya yang termasuk dalam lingkup tugas
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi.
4. Bilamana ada instruksi lain, Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
Konstruksi berhak untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, atau
mengadakan konfirmasi kepada Konsultan Pengawas. Tetapi sebaliknya
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab
penuh atas segala pekerjaan yang telah dilaksanakan tanpa adanya
instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas.

Pasal 18. Bagan Kemajuan Pekerjaan dan Rencana Kerja


1. 1 (satu) minggu setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang,
Pelaksana/Penyedia Jasa Konstruksi harus telah siap dengan bagan
skema kemajuan pekerjaan (progress schedule) sesuai dengan batas
waktu maksimal yang telah ditetapkan dalam master schedule yang
dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi Utama.
Progres schedule tersebut harus disesuaikan dengan bagan yang
disusun dan dilengkapi:
a. Barchart (bagan secara konvensionil);
b. Network Planning;
c. Volume masing-masing pekerjaan;
d. Man days (tenaga harian) yang diperlukan;
e. S-curve: Gambar mengenai nilai dan harga pekerjaan-pekerjaan
sesuai dengan skedul yang dibuat Pelaksana Pekerjaan/Penyedia
Jasa Konstruksi.
2. Dalam bagan kemajuan pekerjaan ini dicantumkan besarnya bobot
(volume) masing – masing pekerjaan dan waktu penyelesaian setiap
item pekerjaan, sedangkan di dalam rencana kerja dicantumkan secara
terperinci program setiap tahapan tentang kapasitas kerja, peralatan,
tenaga kerja dan target per harinya.
3. Dalam progress schedule, harus dibuat juga S-curve; gambaran
mengenai nilai/bobot pekerjaan – pekerjaan sesuai dengan skedul
yang dibuat pelaksana pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi. (S-curve
Page 28 of 95
tersebut ialah suatu diagram yang menggambarkan progress pekerajan
terhadap skala waktu mulai dari awal sampai dengan penyelesaian
proyek yang dihitung berdasarkan time schedule)
4. Pelaksana pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus secara terpisah
menyusun "Bagan Pengerahan Tenaga" dan "Bagan Penyediaan
Bahan" yang diperlukan.
5. Bagan-bagan tersebut harus diperlihatkan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuannya.
6. Kelalaian dalam memasukkan bagan – bagan yang dimaksud dapat
menyebabkan ditundanya permulaan pekerjaan. Akibat dari penundaan
ini menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
Konstruksi seluruhnya.
7. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi wajib melaksanakan
pekerjaan tersebut sesuai dengan patokan waktu yang telah disetujui
bersama didalam menyusun bahan kemajuan pekerjaan. Demikian pula
dengan pengerahan pekerja harus sesuai dengan bahan yang ada.
8. Bagan Kemajuan Pekerjaan dan S-curve sebagaimana tersebut diatas
yang merupakan target prestasi akan merupakan pedoman untuk
mengadakan penilaian progress kerja Pelaksana Pekerjaan/Penyedia
Jasa Konstruksi atas target prestasi akan merupakan pedoman untuk
mengadakan penilaian progress kerja pelaksana Pekerjaan / Penyedia
Jasa Konstruksi atas tahap maupun keseluruhan pekerjaan mengalami
keterlambatan, atau tepat pada waktunya atau lebih cepat dari yang
direncakanan dan hasil dari penilaian progress kerja ini akan dikaitkan
dengan pembayaran kepada Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
Konstruksi sebagaimana dicantumkan pada syarat-syarat umum ini.
9. Jika diperlukan, maka Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi
wajib membuat network planning dari kegiatan pembangunan
tersebut.

Pasal 19. Rapat Koordinasi dan Rapat Lapangan


1. Rapat Koordinasi
 Rapat koordinasi diselenggarakan setidak-tidaknya 1 (satu) kali
setiap minggu, dipimpin oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan
Pengawas
 Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus hadir dalam
rapat koordinasi yang setidaknya diwakili oleh Manager Proyek, Site
Engineer dan Tenaga spesialis pekerjaan yang ada.
 Dalam hal Manager Proyek berhalangan hadir maka diwajibkan
untuk memperoleh ijin dengan alasan yang benar dan dapat
dipertanggung jawabkan, serta menunjuk staf yang diberi kuasa
Page 29 of 95
sepenuhnya untuk mengambil keputusan – keputusan.
 Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan
menyelenggarakan rapat persiapan dalam rangka rapat koordinasi
dengan para Sub Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi
yang ada.
 Konsumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi.
2. Rapat Lapangan
 Rapat lapangan diselenggarakan minimal 1 (satu) kali setiap
minggu, dipimpin oleh Pemberi Tugas dan atau Konsultan
Pengawas.
 Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus hadir dalam
rapat koordinasi yang setidaknya diwakili oleh Manager Proyek, Site
Engineer dan Tenaga Spesialis pekerjaan yang ada.
 Dalam hal Manager Proyek berhalangan hadir maka diwajibkan
untuk memperoleh ijin dengan alasan yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan, serta menunjuk staf yang diberi kuasa
sepenuhnya untuk mengambil keputusan – keputusan.
 Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan
menyelenggarakan rapat persiapan dalam rangka rapat koordinasi
dengan para Sub – Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi
yang ada.
 Konsumsi rapat lapangan tersebut disediakan oleh Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi.

Pasal 20. Laporan – Laporan


1. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan membuat
catatan – catatan berupa "Laporan Harian" yang memberikan gambar
dan catatan yang singkat dan jelas mengenai:
 Tahap berlangsungnya pekerjaan;
 Pekerjaan – pekerjaan yang dilaksanakan oleh Sub Penyedia Jasa
Konstruksi (jika diijinkan);
 Catatan dan perintah Konsultan Pengawas yang disampaikan
tertulis maupun lisan;
 Hal ikhwal mengenai bahan – bahan (yang masuk, yang dipakai
maupun yang ditolak)
 Hal ikhwal mengenai keadaan pesanan barang – barang, baik di
dalam maupun di luar negeri (pembukaan L/C, pengapalan,
datangnya barang di pelabuhan dan sebagainya);
 Hal ikhwal mengenai pekerja dan sebagainya;
 Keadaan cuaca dan sebagainya.
Page 30 of 95
2. Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan
disetujui kebenarannya oleh petugas – petugas Konsultan Pengawas.
Perselisihan mengenai ini mengakibatkan dihentikan sementara untuk
diadakan pemeriksaan.
3. Berdasarkan laporan harian tersebut, maka setiap minggu oleh
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi dibuat "Laporan
Mingguan" yang disampaikan langsung kepada Konsultan Pengawas.
4. Salah satu tembusan laporan mingguan harus selalu ditempat
pekerjaan agar dapat diteliti kembali oleh Konsultan Pengawas
setiap saat.
5. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan membuat
foto – foto dan video kegiatan proyek dalam bagian atau tahapan yang
penting sesuai petunjuk Konsultan Pengawas sebagai dokumentasi
proyek. Untuk setiap progress pelaksanaan pekerjaan disyaratkan
minimum sebanyak 36 eksemplar foto berwarna yang dicetak dalam
ukuran post card. Video yang memuat seluruh proses pekerjaan di
lapangan dan minimum 3 (tiga) buah. Album foto berikut soft copy
masing – masing diserahkan minimum sebanyak 3 (tiga) set kepada
Pemberi Tugas. Semua biaya untuk pembuatan foto dan video tersebut
menjadi tanggungjawab Pelaksana/Penyedia Jasa Konstruksi.
6. Berdasarkan laporan mingguan terakhir, Pelaksana Pekerjaan/Penyedia
Jasa Konstruksi membuat "Laporan Bulanan" di dalam form yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 21. Perubahan Rencana


1. Atas instruksi dan persetujuan Pemberi Tugas Konsultan Pengawas
Atau Konsultan Perencana berhak mengadakan suatu perubahan atas
rencana yang telah ada dengan memberi instruksi tertulis kepada
Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi untuk
dilaksanakan. Dalam hal ini Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
Konstruksi harus bertanggungjawab atas pekerjaan yang tidak sesuai
dengan instruksi tersebut.
2. Yang dimaksud dengan perubahan tersebut adalah perubahan dari
desain kualitas maupun kuantitas dari pekerjaan seperti yang
tercantum dalam gambar – gambar kerja (Kontrak), berupa modifikasi
maupun altematif. Perubahan tersebut termasuk penambahan,
pembatalan dan atau penggantian dari suatu pekerjaan, peralatan
atau standard material.
3. Kuantitas nilai dari semua perubahan akan dihitung oleh Konsultan
Pengawas menurut ketentuan yang berlaku di dalam kontrak ini dan
apabila diperlukan Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi diberi
Page 31 of 95
kesempatan untuk mengikuti perhitungan yang dibuat. Untuk
perhitungan nilai dan perubahan, metode atau cara berikut ini harus
dipakai :
a. Harga – harga yang tertera di dalam kontrak dipakai untuk
menghitung nilai dari item pekerjaan yang bersifat sama.
b. Untuk item pekerjaan yang sifatnya berbeda maka harga – harga
yang tertera di dalam Penawaran merupakan dasar perhitungan,
sepanjang nilai yang didapat adalah wajar.

Pasal 22. Penyerahan Pekerjaan


1. Penyerahan pertama harus dilaksanakan selambat – lambatnya pada
tanggal yang telah ditetapkan dalam surat perjanjian Penyedia Jasa
Konstruksi, sesuai dengan penjelasan tentang waktu penyelesaian
yang ditetapkan dalam aanwijzing.
2. Perpanjangan waktu penyerahan hanya dapat diterima jika alasan
alasan tersebut sesuai dengan alasan- alasan yang diperkenankan dan
tertulis dalam RKS dan disetujui oleh pemberi tugas.
3. Rencana dan tanggal penyerahan pertama harus diajukan kepada
Konsultan Pengawas, selambat – Iambatnya 1 (Satu) minggu sebelum
tanggal yang dimaksud, Pengawas akan mengadakan pemeriksaan
seksama atas hasil keseluruhan sesuai dengan Dokumen Kontrak.
Semua perubahan-perubahan yang terjadi dituangkan dalam as built
drawing/installed drawing, dimana gambar tersebut diserahkan kepada
Pemberi Tugas sebelum mengajukan termijn (tagihan) prestasi
pekerjaan 100%. Hasil pemeriksaan ini akan disampaikan kepada
Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi. Sebelum penyerahan
pertama, pemeriksaan dapat diadakan lebih dari satu kali. Pada saat –
saat pemeriksaan maupun penyerahan dibuat Berita Acara.
4. Keadaan yang dapat digunakan sebagai alasan dalam mengajukan
permohonan perpanjangan waktu penyelesaian atau pengunduran
waktu penyerahan adalah keadaan-keadaan force majeure.
5. Keadaan Force Majeure yang dimaksud adalah :
a. banjir;
b. demonstrasi dan pemogokan yang langsung berpengaruh terhadap
jalannya pekerjaan;
c. dan keadaan lain menurut pertimbangan Konsultan Pengawas yang
disetujui oleh Pemberi Tugas.
6. As built drawing harus dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa
Konstruksi secara bertahap sesuai dengan pekerjaan yang
dilaksanakan untuk kebutuhan pemeriksaan setiap saat. As built
Drawing harus dibuat dengan gambar (Autocad). Soft copy gambar As
Page 32 of 95
built Drawing harus diserahkan kepada Pemberi Tugas dalam bentuk
CD.
7. Dalam penyerahan pertama tersebut disertakan pula Surat Pernyataan,
Sertifikat dan Surat. Jaminan dari masing-masing pekerjaan yang telah
dilaksanakan, sertifikat yang dikeluarkan oleh instasi yang terkait,
berwewenang, seperti Depnaker, produsen dan applicator.

Pasal 23. Penyelesaian dan Masa Pemeliharaan


1. Setelah pekerjaan terlaksana 100%, maka pihak Konsultan Pengawas
dan Pelaksana Pekerjaan/ Penyedia Jasa Konstruksi bersama – sama
menandatangani Berita Acara Penyerahan I. Bertepatan dengan ini
berlangsunglah penyerahan pekerjaan pertama.
2. Masa pemeliharaan adalah 180 (Seratus delapan puluh) hari kalender,
terhitung sejak tanggal dilakukannya penyerahan pertama pekerjaan
dari Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi kepada Pemberi
Tugas.
3. Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi bertanggungjawab
untuk mengganti atau memperbaiki kerusakan maupun kekurangan
kekurangan yang timbul dalam masa pemeliharaan yang disebabkan
oleh pemakaian bahan-bahan maupun kualitas pekerjaan yang tidak
memenuhi ketentuan – ketentuan di dalam kontrak. Penggantian
ataupun perbaikan harus dilaksanakan secepat mungkin setelah
ditemukannya kerusakan atau kekurangan kekurangan tersebut.
Apabila hal ini tidak segera dilakukan, Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas berhak untuk menunjuk pihak lain untuk melaksanakan
perbaikan tersebut dan biaya untuk itu merupakan beban Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi.
4. Jika Pemberi Tugas menganggap perlu, boleh mengeluarkan instruksi
agar Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi memperbaiki
segala kerusakan, susut dan kesalahan lainnya yang timbul dalam
masa pemeliharaan, dan yang disebabkan oleh bahan-bahan dan cara
– cara pelaksanaan yang tidak sesuai dengan Kontrak.
5. Setelah semua instruksi perbaikan selesai dilaksanakan, maka
dibuatkan Berita Acara.
6. Setelah masa pemeliharaan dilampui dan sesudah semua perbaikan –
perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan Pengawas akan
mengeluarkan rekomendasi mengenai selesainya pekerjaan dan
perbaikan yang berarti penyerahan kedua dari pihak Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi kepada Pemilik Proyek.

Pasal 24. Pekerjaan Tambah Kurang


Page 33 of 95
1. Pekerjaan tambah kurang sebagai akibat dari adanya perubahan
rencana/desain dituangkan dalam Berita Acara tersendiri dan baru bisa
dibayarkan setelah pekerjaan selesai 100% (penyerahan pertama
pekerjaan).
2. Apabila pekerjaan tambah kurang selesai sebelum penyerahan pertama
pekerjaan, maka dalam Berita Acara Pemeriksaan dan Penyerahan
Pertama Pekerjaan tersebut sudah termasuk Berita Acara Tambah
Kurang.
3. Apabila pekerjaan tambah kurang selesai setelah penyerahan pertama
pekerjaan, maka pengajuan pekerjaan tambah kurang yang
dituangkan dalam Berita Acara di lampiri dengan Berita Acara
Pemeriksaan dan Penyerahan Pertama Pekerjaan.

Page 34 of 95
BAB II
PEKERJAAN LUAR / HALAMAN

A. PEKERJAAN DRAINASE

Pasal 1. Lingkup Pekerjaan


Penyedia Jasa Konstruksi harus mengatur pekerjaan drainase sedemikian
sehingga aliran air hujan, atau dari sumber – sumber lain, selama dan
sesudah pekerjaan selesai, berjalan baik dan lancar.
Untuk menghindarkan kerusakan pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi harus
mengusahakan alat – alat untuk melindungi pekerjaan tersebut, misalnya
pompa air, selokan pembuangan atau saluran-saluran penyimpanan air dan
sebagainya.

Pasal 2 Umum
Pekerjaan beton untuk gorong – gorong, selokan – selokan, bak kontrol dan
drainase serta untuk pekerjaan beton lainnya supaya mengikuti ketentuan
ketentuan yang tercantum dalam Tata cara perhitungan struktur beton
untuk bangunan gedung SNI 03 –2847 – 2002, baik mengenai persyaratan
material, persiapan dan cara-cara pelaksanaannya, acuan dan lain-lainnya.

Pasal 3 Macam Pekerjaan


Macam pekerjaan drainase meliputi pelaksanaan pemasangan saluran U-
Ditch, manhole, saluran penyambung dari jalan ke selokan dan saluran air
sesuai dengan Spesifikasi lainnya tentang pekerjaan tersebut dan dalam
batas batas kedudukan, kemiringan dan dimensi seperti yang tercantum
dalam gambar perencanaan dan atau petunjuk Konsultan Pengawas.
Pekerjaan ini juga mencakup pembongkaran gorong – gorong atau saluran
– saluran yang telah ada sebelumnya kecuali Konsultan Pengawas
menentukan bahwa selokan – selokan tersebut masih dapat dipakai lagi.
a. Gorong-gorong dan Saluran
Pekerjaan pemasangan gorong – gorong dan saluran, menggunakan
saluran dari beton pracetak berupa Saluran U-Ditch dengan Penutup
Saluran U-Ditch untuk saluran di bawah trotoar dan Saluran U-Ditch
tanpa penutup untuk Saluran di luar trotoar, seperti pada gambar
dengan ukuran seperti tercantum gambar perencanaan dan merupakan
produk fabrikasi beton pracetak dengan mutu K-350.

b. Manhole
• Umum
Page 35 of 95
 Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan "in let",
"manhole". Sesuai dengan yang ditunjuk/disyaratkan dalam
gambar atau persyaratan penjelasan yang akan diberikan di
lapangan.
• Referensi
Semua pekerjaan ini sesuai dengan persyaratan :
 Peraturan Cement Portland Indonesia, NI-8, SNI 15-2049-2004
 Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
SNI 03 – 2847 – 2002.
 Tatacara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI
03 – 1729 – 2002.
• Material
 Saluran U-Ditch Pracetak fabrikasi dengan mutu K.350.
 Beton yang dipakai sesuai dengan persyaratan pada Bab III.
 Penutup Main Hole juga dari beton pracetak tipe 60.

c. Saluran Pasangan Buis Beton dan Kanstin Batu Bata


1) Umum
 Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua saluran
buis beton dan kanstin batu bata atau bagian-bagian lain yang
menggunakan batu bata, sesuai dengan gambar dan persyaratan
disini.
2) Referensi
 Pekerjaan ini harus sesuai dengan Peraturan Umum Bahan
Bangunan Indonesia (PUBI 1982, SNI 03-6861,1-2002, SNI 03-
6861,2-2002 dan SNI 03-6861,3-2002)
3) Material
 Bahan untuk saluran buis beton dan kanstin batu bata kecuali
dipersyaratkan lain, harus sesuai dengan Peraturan Umum Bahan
Bangunan Indonesia (PUBI 1982, SNI 03-6861,1-2002, SNI 03-
6861,2-2002 dan SNI 03-6861,3-2002), dan cara pengerjaannya
harus dilakukan menurut cara terbaik yang dikenal di sini.
 Sebelum dipasang Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan
contoh bahan dan type yang akan dipasang, agar diberikan ke
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
pelaksanaan.
4) Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan pemasangan batu bata, galian tanah harus
dicek kedalaman lebar dan kondisi tanah apabila ditemukan kondisi
tanah yang tidak normal harus segera dilaporkan ke Konsultan
Pengawas.
Page 36 of 95
d. Sumur Resapan
1) Umum
 Sumur resapan merupakan salah satu cara konservasi air tanah.
Caranya dengan membuat bangunan berupa sumur yang
berfungsi untuk memasukkan air hujan kedalam tanah.
2) Referensi
3) Material
 Beton (bis beton) atau dari batu bata digunakan sebagai dinding
sumur resapan (sesuai gambar).
4) Pelaksanaan
 Penggalian baik untuk sumur itu sendiri maupun jaringan yang
berasal dari pertemuan saluran/bak kontrol.
 Pemasangan meliputi pemasangan buis beton atau batu bata dan
pemasangan jaringan dari gedung Gedung Arsip Terpadu dengan
ketentuan sesuai gambar.

B. PEKERJAAN KANSTEEN

Pasal 1. Lingkup Pekerjaan


Kanstin beton harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi dengan
mengikuti semua ketentuan yang tercantum pada PBI 1971, RKS ini dan
semua perintah dan petunjuk yang disampaikan oleh Direksi/Konsultan
Pengawas selama pekerjaan berlangsung.

Pasal 2. Persyaratan Bahan


a. Ukuran : 60x30x22x15 cm, beton pracetak.
Warna : Abu abu dan atau sesuai dengan gambar
Kuat Tekan : min 300 kg/cm2
Kuat lentur : 6000 kg/cm2 (NEN 7000)
Berat : 2200 kg/m3

b. Bahan harus memenuhi ketentuan dari SNI 03-6861.1-2002 Spesifikasi


Bahan Bangunan Bukan Logam, dengan berat jenis 2200 kg/cm3.

c. Semen Portland harus memenuhi persyaratan dalam NI-8.

d. Pasir harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3, Peraturan


Umum Bahan Bangunan Indonesia, 1982

e. Air yang digunakan harus memenuhi NI-3 pasal 110, Peraturan Umum
Page 37 of 95
Bahan Bangunan Indonesia, 1982.

f. Bahan didatangkan dari perusahaan Aldas, Mutiara, Diamond

Pasal 3. Syarat — syarat pelaksanaan


a. Alas pemasangan kansteen adalah adukan dengan campuran 1 pc : 3 pasir
pasang, dengan ketebalan sesuai dengan yang ditunjukan dalam detail
gambar.

b. Pemasangan kansteen dapat dilakukan setelah mendapat ijin dari


konsultan Pengawas .

c. Kansteen yang retak – retak, gompal pinggir dan sudut – sudut tidak
diperkenankan untuk dipasang.

d. Permukaan pasangan kansteen harus rata, pertemuan antara satu dengan


lainnya harus pas tanpa ada pergeseran. Bagian – bagian tertentu yang
tidak menghendaki bahan utuh, harus dibuat sesuai yang diperlukan
dengan mutu yang sama (min K- 300).

e. Pola penyusunan kansteen sesuai yang ditunjukkan dalam gambar serta


petunjuk Konsultan Pengawas.

f. Jarak pemasangan kansteen (nat/siar-siar) dibuat sesuai yang ditunjukkan


dalam gambar detail atau petunjuk Konsultan Pengawas. Nad/siar-siar diisi
aduk dengan campuran 1 pc : 3 pasir pasang, dan di rapihkan,
dihaluskan/diaci dibuat cekung.

g. Kansteen yang rusak selama pelaksanaan dan masa pemeliharaan harus


segera diganti dengan mutu yang sama tanpa adanya tambahan biaya.

Page 38 of 95
BAB III
PEKERJAAN TANAH, URUGAN PASIR, PONDASI DAN
STRUKTUR

A. PEKERJAAN TANAH, PEKERJAAN PENGGALIAN DAN PENGURUGAN

Pasal 1. Lingkup pekerjaan

1.1. Pekerjaan ini meliputi Pekerjaan Penggalian dan Pengurugan/Penimbunan


tanah dan pasir ( sesuai gambar ), seperti galian tanah saluran U-Ditch,
pasangan batu, serta penggalian dan pengurugan/penimbunan lain untuk
pekerjaan drainage.

1.2. Semua penggalian tanah dan pengurugan tanah kembali harus


dilaksanakan sesuai dengan Gambar dan semua petunjuk yang
disampaikan oleh Konsultan Pengawas, selama berlangsungnya
pekerjaan.

1.3. Menyediakan tenaga kerja , peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.

Pasal 2. Syarat pelaksanaan penggalian

2.1. Pekerjaan penggalian saluran U-Ditch, pasangan batu dan lain lain, dapat
dilaksanakan dengan menggunakan alat berat dan semua peralatan yang
dibutuhkan harus disediakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi, baik yang
menyangkut peralatan untuk pekerjaan persiapan maupun peralatan
untuk pekerjaan penggaliannya sendiri dan alat-alat bantu yang
diperlukannya.

2.2. Sebelum pekerjaan penggalian dapat dilaksanakan, Penyedia Jasa


Konstruksi wajib untuk mengajukan permohonan tertulis kepada
Konsultan Pengawas yang menyebutkan tanggal akan dimulainya
pekerjaan penggalian, uraian teknis tentang cara – cara penggalian yang
akan dilaksanakan.

2.3. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian ini, Penyedia Jasa Konstruksi


wajib melaksanakan pekerjaan pencegahan atau kelongsoran tanah,
pekerjaan penanggulangan air tanah yang menggenang, pekerjaan
perbaikan bila terjadi kelongsoran dan lain sejenisnya
Page 39 of 95
2.4. Semua galian harus dilaksanakan sampai diperoleh panjang galian,
kedalaman, kemiringan dan lengkungan yag sesuai dengan yang tertera
di dalam Gambar Perencanaan.

2.5. Bila kedalaman penggalian terlampaui kedalaman yang dibutuhkan


sebagaimana yang tertera di dalam Gambar, Penyedia Jasa Konstruksi
harus menimbun dan memadatkannya kembali dengan pasir urug, dan
semua biaya tambahan yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Konstruksi.

2.6. Bila kondisi dari tanah pada kedalaman yang ditentukan di dalam Gambar
ternyata meragukan, Penyedia Jasa Konstruksi harus secepatnya
melaporkan hasil tersebut kepada Konsultan Manjemen Konstruksi secara
tertulis, agar dapat diambil langkah-langkah yang dianggap perlu, semua
biaya yang diakibatkan oleh keadaan tersebut akan dibayar oleh Pemilik
Bangunan melalui penerbitan ―Perintah Perubahan Pekerjaan‖.

2.7. Permukaan tanah yang sudah selesai digali dan telah mencapai
kedalaman rencana harus dipadatkan kembali untuk mendapatkan
permukaan yang padat, rata. Pemadatan tanah digunakan alat pemadat
tanah yang sebelumnya disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2.8. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah
yang telah selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan
untuk pemasangan pondasi/ pekerjaan berikutnya kepada Konsultan
Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.

2.9. Semua kelebihan tanah galian harus dikeluarkan dari lapangan ke lokasi
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Penyedia Jasa Konstruksi
bertanggung jawab untuk mendapatkan tempat pembuangan dan
membayar ongkos – ongkos yang diperlukan.

2.10.Air yang tergenang dilapangan, atau dalam saluran dan galian selama
pelaksanaan pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipa – pipa
harus dipompa keluar atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.

2.11.Hambatan yang Dijumpai Waktu Penggalian


a. Semua akar-akar pohon, batang-batang pohon terpendam, beton-
beton tak terpakai atau pondasi – pondasi bata, septicktank bekas,
pipa drainase yang tak terpakai, batu – batu besar yang dijumpai
Page 40 of 95
pada waktu penggalian harus dikeluarkan atas biaya Penyedia Jasa
Konstruksi. Tanah yang berlubang akibat hambatan yang dijumpai
harus diperbaiki kembali dengan pasir beton : semen dengan
perbandingan 1 Pc : 10 Ps (Bila ada)
b. Instalasi umum yang tertanam dan masih berfungsi seperti pipa
drainase, pipa air minum, pipa gas, kabel listrik yang dijumpai pada
waktu penggalian diharuskan tidak terganggu atau menjadi rusak.
Bilamana hal ini dijumpai maka Konsultan Pengawas dan pihak –
pihak yang berwenang harus segera diberitahu dan mendapatkan
instruksi selanjutnya untuk mengeluarkan instalasi tersebut sebelum
penggalian yang berdekatan diteruskan atas biaya Penyedia Jasa
Konstruksi.
c. Bilamana terjadi kerusakan – kerusakan pada instalasi tersebut
diatas, maka Konsultan Pengawas dan pihak – pihak yang berwenang
harus segera diberitahu dan semua kerusakan-kerusakan harus
diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.

Pasal 3. Syarat pekerjaan pengurugan/penimbunan tanah

3.1. Yang dimaksud disini ialah pekerjaan pengurugan/timbunan yaitu dimana


permukaan tanah yang direncanakan lebih tinggi dari permukaan tanah
asli, sebagaimana tertera dalam gambar rencana.

3.2. Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak,
akar pohon, sampah, puing bangunan dan lain-lain sebelum pengurugan
dimulai.

3.3. Tanah yang digunakan untuk mengurug harus bersih dari bahan organis,
sisa – sisa tanaman, sampah dan lain-lain. Tanah yang digunakan untuk
timbunan dan subgrade harus memenuhi standard spesifikasi AASHTOM
57-64 dan harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium tanah yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

3.4. Pengurugan/penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis dengan


ketebalan maksimum 25 cm untuk masing-masing lapisan, kemudian
dipadatkan sampai permukaan tanah yang direncanakan.

3.5. Pelaksanaan pengurugan/penimbunan menggunakan mesin gilas dan


pada daerah yang oleh Konsultan Pengawas dianggap berbahaya atau
dengan jarak lebih kurang 45 cm dari saluran atau batas – batas atau
pekerjaan – pekerjaan yang mungkin menjadi rusak digunakan Stamper.
Page 41 of 95
B. PEKERJAAN URUGAN PASIR

Pasal 1. Lingkup pekerjaan

1.1. Pasal ini menguraikan semua pekerjaan urugan pasir yang harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi, seperti pengurugan pasir
dibawah Sloof, lantai, dibawah perkerasan-perkerasan dan lain-lain
sebagainya serta pekerjaan pemadatan urugan pasir tersebut,
sebagaimana yang tertera pada Gambar Perencanaan.

1.2. Pengurugan Pasir harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang


tercantum di dalam Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia, 1982,
Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002.

1.3. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.

Pasal 2. Persyaratan Bahan

Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam Peraturan Umum Bahan Bangunan
Indonesia, 1982, Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI
03-6861,1-2002. Pasir laut dapat digunakan, asal dicuci secara memadai.

Pasal 3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

3.1. Sebelum pengurugan pasir dilaksanakan Penyedia Jasa Konstruksi wajib


untuk memeriksa ketinggian dari tanah atau konstruksi dibawahnya
untuk meyakinkan bahwa ketinggian yang ada telah sesuai dengan
gambar, dan bahwa tanah dibawahnya telah dipadatkan sehingga didapat
permukaan yang rata dan padat.

3.2. Hasil pemeriksaannya ini harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas,


yang akan segera melakukan pemeriksaan. berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut. Konsultan Pengawas akan menolak atau
memberikan persetujuannya untuk pelaksanaan pekerjaan pengurugan
pasir.

3.3. Pengurugan pasir harus dilaksanakan dengan cara menebarkan,


meratakan dan memadatkan secara mekanik sampai diperoleh ketebalan
Page 42 of 95
dan ketinggian yang sesuai dengan gambar perencanaan.

3.4. Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh konstruksi atau pekerjaan lain
sebelum disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pengawas berhak untuk
membongkar pekerjaan diatasnya, bilamana urugan pasir tersebut belum
disetujui olehnya.

3.5. Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan pasir
minimal = 5 cm.

C. PEKERJAAN LANTAI KERJA

Pasal 1. Umum

Pasal ini menguraikan semua pekerjaan lantai kerja, seperti dibawah


pekerjaan pondasi, sloof dan sejenisnya sebagaimana yang tercantum
dalam gambar perencanaan.

Pasal 2. Persyaratan Bahan

Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil bila tidak
disebutkan secara khusus didalam gambar harus dibuat kualitas setara
K.100

Pasal 3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

3.1. Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan
dan diratakan dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir.

3.2. Lantai kerja, sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas


tidak boleh ditutup oleh pekerjaan lainnya. Konsultan Pengawas berhak
membongkar pekerjaan diatasnya bilamana lantai kerjá tersebut belum
disetujui olehnya.

3.3. Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja minimal
= 5 cm.

Page 43 of 95
D. PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

Lingkup Pekerjaan dalam bagian ini meliputi pekerjaan pasangan batu.

Pasal 1. Pekerjaan Pasangan batu kali / batu belah

1.1. Umum
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan pasangan batu kali, yang
dimaksud sebagai pondasi, sebagaimana tertera didalam gambar.
Pasangan batu kali harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam
 SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan Struktur Beton.
 SNI 03-6861,1-2002, Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam.
 SNI 03-6861,2-2002, Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/ Logam.

1.2. Persyaratan bahan


1.2.1. Batu kali yang dipakai harus merupakan batu kali belah yang
keras, padat dan memiliki struktur yang kompak dengan warna
yang cerah dan bebas dari cacat, serta harus memenuhi syarat-
syarat yang tercantum di dalam Peraturan Umum Bahan Bangunan
Indonesia 1982, dan SII.0079-79 dan Standar Spesifikasi Bahan
Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002. Batu kali bulat tidak
boleh dipakai.
1.2.2. Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus
memenuhi ketentuan yang tercantum pada RKS ini.
1.2.3. Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi
persyaratan yang dicantumkan dalam Peraturan Umum Bahan
Bangunan Indonesia, 1982, Standar Spesifikasi Bahan Bangunan
Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002.
1.2.4. Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi
ketentuan yang tercantum pada RKS ini.

1.3. Pelaksanaan Pekerjaan


1.3.1 Pondasi batu kali harus dilaksanakan dengan menggunakan
adukan 1 bagian Semen Portland : 3 bagian Pasir Pasang atau
sesuai yang disebutkan didalam gambar dan harus dipasang dan
dibentuk sampai diperoleh dimensi dan ketinggian yang
dibutuhkan, sebagaimana yang tertera dalam Gambar.
1.3.2. Batu kali harus dipasang sedemikian rupa, sehingga didapatkan
gigitan yang memadai diantara batu-batu, dengan ruang kosong
sekecil mungkin. Sebelum dipasang, bagian luar dibasahi
Page 44 of 95
secukupnya. Setelah dipasang, bagian luar dari batu kali harus di
"Berapt‖ dengan adukan yang sama sampai semua permukaan
batu tertutup. Sebelum pemasangan dapat dilaksanakan, Penyedia
Jasa Konstruksi harus membuat dan memasang kayu-kayu
pembantu (kayu profil) dan menerentangkan benang pembantu
dengan bentuk sesuai dengan bentuk pondasi yang akan
dipasang.Benang-benang yang direntangkan harus sipat datar.
Kayu pembantu dan benang - benang ini harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas sebelum pasangan batu kali dapat dimulai.
1.3.3. Pasangan batu kali exposes harus dipasang secara acak dengan
menggunakan adukan dan harus dilaksanakan oleh tukang batu
khusus yang berpengalaman. Selama pemasangan batu mungkin
perlu dibentuk untuk memperoleh nat yang tipis dan rata.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan
semen pasir dengan campuran 1 bagian semen portland : 6
bagian pasir pasang. Sebelum dipasang, batu harus dibasahi
secukupnya, dan nat antar batu yang diexposed harus dikorek
dengan cara yang memadai. Selama pemasangan, batu kali yang
telah terpasang harus sering dicuci, untuk menghindarkannya dari
kotoran dan adukan yang menempel.

E. PEKERJAAN BETON

Pasal 1. Umum

1.1. Persyaratan – persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat –


syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian
buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku
persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai
dengan standard di bawah ini :
 Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
 Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-
2002
 Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam SNI 03-6861,2-
2002
 Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi SNI 03-6861,3-
2002
 Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI
03-2847–2002.
 Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton SNI 03-6816-2002
 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Page 45 of 95
Gedung SNI 03-1726-2002
 Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SNI
1727-1989-F
 Semen Portland SNI 15-2049-2004
 Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
 Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton SNI 03-3976-1995
 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990
 Cara Uji Slump Beton SNI 1972:2008
 Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar SNI
2458:2008
 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton di Lapangan SNI
03-4810-1998
 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium
SNI 03-2493-1991
 Spesifikasi Beton Siap Pakai SNI 03-4433-1997
 Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan Beton SNI 03-6883-
2002
 Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia, 1982.
Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di
atas maka peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.

1.2. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan pekerjaan ini dengan


ketepatan dan kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini,
gambar rencana, dan instruksi – instruksi yang dikeluarkan oleh
Konsultan Pengawas. Semua pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya Penyedia Jasa
Konstruksi sendiri.

1.3. Semua material harus dalam keadaan baru dengan kualitas yang terbaik
sesuai persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, dan
Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-
bahan tersebut dan Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas
segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh Konsultan
Pengawas dalam waktu 2 x 24 jam harus dikeluarkan dari Proyek.

Pasal 2. Lingkup Pekerjaan

2.1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan


beton sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan,
upah, pengujian, dan peralatan pembantu.

Page 46 of 95
2.2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan
bagian – bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

2.3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton,


penyelesaian dan pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan yang
menunjang pekerjaan beton.

2.4. Beton yang digunakan dalam Pelaksanaan Pekerjaan :


Beton K.250 harus menggunakan beton Readymix dan harus
dilengkapi dengan Hasil Uji Laboratorium.
Beton K.225 dapat menggunakan beton Sitemix yang harus
dilengkapi dengan Hasil Uji Laboratorium.
Lantai Kerja dan Rabat Beton menggunakan Beton Sitemix
dengan mutu Beton K.100.

Pasal 3. Material

3.1. Semen
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai
dengan persyaratan standar Indonesia SNI 15 – 2049 – 2004, SII
0013 – 81 atau ASTM C – 150 dan produksi dari satu merk.
b. Penyedia Jasa Konstruksi harus mengirimkan surat pernyataan
pabrik yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan
dan ―Manufacturer‘s Test Certificate‖ yang menyatakan memenuhi
persyaratan tersebut diatas.
c. Penyedia Jasa Konstruksi harus menempatkan semen tersebut
dalam gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan.
Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran
atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan dari proyek.
d. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
e. Semen yang menggunakan merk : Holcim, Gresik, Tiga Roda
f. Dalam pelaksanaan pekerjaan hanya diperkenankan
menggunakan satu merk Semen.

3.2. Agregat Kasar


a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan
spesifikasi sesuai menurut ASTM C-33 dan mempunyai ukuran
terbesar 2,5 cm.
b. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada
butir yang pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume
Page 47 of 95
dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50%
kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles Abration (LAA).
c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau
substansi yang merusak beton dan mempunyai gradasi sebagai
berikut :
Saringan Ukuran % Lewat Saringan

1” 25,00 mm 100
3/4” 20,00 mm 90 – 100
3/8” 95,00 mm 20 – 55
No. 4 4,76 mm 0–1

3.3. Agregat Halus


a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari
pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat
alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi
yang merusak beton.
b. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus
terdiri dari partikel – partikel yang tajam dan keras serta mempunyai
gradasi seperti tabel berikut :
Saringan Ukuran % Lewat Saringan

3/8” 9,50 mm 100


No. 4 4,76 mm 90 – 100
No. 8 2,38 mm 80 – 100
No. 16 1,19 mm 50 – 85
No. 30 0,19 mm 25 – 65
No. 50 0,297 mm 10 – 30
No. 100 0,149 mm 5 - 10
No. 200 0,074 mm 0–5

3.4. A i r
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak
atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

3.5. Baja Tulangan


Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan
SNI 07 – 2052 – 2002, dengan tegangan leleh karakteristik (σ)
= 2400 kg/cm2 atau baja U24 untuk Besi Tulangan dengan
Diameter < 13mm dan baja dengan tegangan leleh
karakteristik (σ) = 3200 kg/cm2 atau baja U32 untuk Besi
Tulangan dengan Diameter ≥ 13mm. Pemberi tugas atau
Page 48 of 95
Direksi/Konsultan Pengawas akan melakukan pengujian test tarik-putus
dan ―Bending‖ untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya Penyedia
Jasa Konstruksi.

3.6. Bahan Pencampur


a. Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa Konstruksi
harus mengadakan percobaan-percobaan perbandingan berat dan
W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (Admixture) tersebut.
Hasil ―Crushing test‖ dari Laboratorium yang berwenang terhadap
kubus kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk dimintakan
persetujuannya.

3.7. Cetakan Beton


Dapat menggunakan kayu kelas III, multipleks dengan tebal minimal 9
mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang
tersebut dalam SNI 03 – 1729 – 2002. Untuk beton ekspose harus
memakai Pnol Film dengan tebal minimal 12 mm. Konstruksi rencana
cetakan beton harus diajukan oleh Penyedia Jasa Konstruksi kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.

3.8. Contoh yang harus disediakan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan
contoh material : koral, split pasir, besi beton, PC untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Contoh – contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan
dipakai sebagai standart / pedoman untuk memeriksa / menerima
material yang dikirim oleh Pemborong ke lapangan.
c. Pemborong diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh
contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas.

Pasal 4. Mutu Beton

4.1. Mutu beton untuk konstruksi bangunan harus memenuhi


persyaratan kekuatan tekan karakteristik σ’bk = 225 kg/cm2
(f’c = 19,3 Mpa) untuk beton non struktur dan beton
persyaratan kekuatan tekan karakteristik σ’bk = 250 kg/cm2
(f’c = 21,7 Mpa) untuk beton struktur dan beton dengan
Page 49 of 95
kekuatan tekan karakteristik σ’bk = 100 kg/cm2 (f’c = 7,4
Mpa) untuk rabat beton/lantai kerja.

4.2. Slump ( Kekentalan Beton ) untuk jenis konstruksi berdasarkan


pengujian dengan standar ASTM C-143 adalah sebagai berikut :
Jenis Konstruksi Slump
maks. (mm)

Kaki Dan Dinding Pondasi 100 ± 2


Pelat, Balok Dan Dinding 120 ± 2
Kolom 100 ± 2
Pelat Di Atas Tanah 120 ± 2

Pasal 5. Percobaan Pendahuluan ( Trial Mix )

5.1. Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan percobaan – percobaan di Laboratorium
yang ―Independent‖ yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas, sebagai
persiapan dari percobaan pendahuluan di lapangan sampai didapatkan
suatu perbandingan tertentu untuk mutu beton yang akan digunakan.

5.2. Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan percobaan di Laboratorium untuk
mendapatkan mutu beton yang diperlukan.

5.3. Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus
mengikuti ketentuan – ketentuan dalam SNI 03 – 1729 – 2002.

5.4. Bila hasil percobaan dilaboratorium dan slump test belum menunjukkan
mutu yang sesuai dengan permintaan, maka pekerjaan beton tidak
boleh dilaksanakan.

5.5. Hasil percobaan pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan hasil


percobaan di laboratorium.

Pasal 6. Pengadukan dan Peralatannya

6.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyediakan peralatan dan


perlengkapan yang mempunyai keteliatian cukup untuk menetapkan dan
mengawasi jumlah takaran dari masing-masing bahan pembentukan
beton dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
Page 50 of 95
6.2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari
material – material harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas/
Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus-
menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung
jawab.

6.3. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Batch


Mixer atau Portable Continous Mixer). Mesin pengaduk harus benar-
benar kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya
dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.

6.4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5
menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus
ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Konsultan
Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton
yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam
setiap adukan.

6.5. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang


ditentukan. Air harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya
ditambahkan selama pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan
pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan penambahan air untuk
mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

6.6. Penyedia Jasa Konstruksi diperbolehkan menempatkan satu ―Mixing


Plant‖ atau memperoleh beton dari satu ―Ready Mix Plant‖ asalkan
dapat membuktikan bahwa mutu beton tersebut sesuai dengan semua
ketentuan dalam persyaratan ini. Penyedia Jasa Konstruksi harus
menyerahkan spesifikasi beton ready mix yang akan digunakan sesuai
dengan mutu beton yang diinginkan, sebelum pekerjaan dimulai.

Pasal 7. Persiapan Pengecoran

7.1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor


harus bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas.
Bagian bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang
(pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-
perlengkapan lain).
Page 51 of 95
7.2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang
dengan baik. Bidang – bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat
kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran
yang lepas.

7.3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama
tersebut harus disapu dengan bonding agent dengan aturan sesuai
pabrik pembuatnya.

7.4. Penyedia Jasa Konstruksi harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian


tersebut sampai ijin pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 8. Acuan / Cetakan Beton

8.1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa


Konstruksi sepenuhnya. Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-
batas bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor
dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat
atau kelongsoran dari penyangga.

8.2. Permukaan cetakan harus rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang – lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan
diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal.

8.3. Tiang – tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga


dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
―overstress‖ atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi
yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan
kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban – beban yang ada
diatasnya.

8.4. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran


letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan
pengembangan pada saat beton dituang.

8.5. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
―Mould release agent‖ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhati – hati agar tidak terjadi kontak dengan
baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan
Page 52 of 95
tulangan.

8.6. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari


Konsultan Pengawas, atau jika umur beton telah melampaui waktu
sebagai berikut :
a. Bagian sisi balok : 48 jam
b. Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
c. Balok dengan beban konstruksi : 21 hari
d. Pelat lantai / atap / tangga : 21 hari

8.7. Dengan persetujuan Konsultan Pengawas, cetakan dapat dibongkar


lebih awal apabila hasil pengujian dari benda uji yang mempunyai
kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari
kekuatan beton pada umur 28 hari.
Segala ijin yang diberikan oleh Konsultan Pengawas, tidak mengurangi
atau membebaskan tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi terhadap
kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.

8.8. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga


tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi
bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa
Konstruksi wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.

8.9. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian –
bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut
dan dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

Pasal 9. Pengangkutan dan Pengecoran

9.1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga


waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam
atau tidak terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok antara beton
yang sudah dicor dan yang akan dicor.

9.2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu


yang ditentukan, maka harus dipakai bahan penghambat pengikatan
(retarder) dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

9.3. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberitahu Konsultan Pengawas


selambat – lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton
dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton
Page 53 of 95
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja
tulangan serta bukti bahwa Penyedia Jasa Konstruksi akan dapat
melaksanakan pengecoran tanpa ada gangguan.

9.4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada
semen dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dapat
berkurang, bila Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan
kondisi tertentu.

9.5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan


terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak
tulangan. Cara penuangan dengan alat – alat pembantu seperti talang,
pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-
sisa beton pengeras.

9.6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari
1,5 meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi
penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru
dituang.

9.7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
―initiual set‖ atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan
menjadi plastis karena getaran.

9.8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh


tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya
tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah.

9.9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah
menjadi keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus
dibersihkan dari lapisan air semen dan partikel-partikel yang terlepas
sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang
padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat
dengan tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

9.10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila


diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada
siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kesuali atas persetujuan
Konsultan Konstruksi dapat dilaksanakan pada malam hari dengan
sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat.
Page 54 of 95
Pasal 10. Pemadatan Beton

10.1. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab untuk menyediakan


peralatan guna pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan
secukupnya agar didapat beton yang cukup padat tanpa perlu
penggetaran yang berlebihan.

10.2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan ―Mechanical


Vibrator‖ dan dioperasikan oleh seorang yang berpengalaman.
Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan ―over
vibration‖ dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan
maksud untuk mengalirkan beton.

10.3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian
beton dan pemadatan yang baik. Alat penggetar tidak boleh menyentuh
tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk pada
beton yan telah mulai mengeras.

Pasal 11. Sambungan Konstruksi ( Construction Joints )

11.1. Rencana atau schedul pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian


satu konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak
―construction joints‖. Dalam keadaan tertentu dan mendesak,
Direksi/Konsultan Pengawas dapat merubah letak ―construction joints‖
tersebut.

11.2. Permukaan ―construction joints‖ harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang
padat.

11.3. ―Construction Joints‖ harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat


mungkin dihindarkan adanya ―construction joints‖ tegak, kalaupun
diperlukan maka harus dimintakan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

11.4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan


diberi lapisan ―Grout/bonding agent‖ segera sebelum beton dituang.

Page 55 of 95
Pasal 12. Baja Tulangan

12.1. Semua baja tulangan yang dipakai harus bersih, dari segala macam
kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak ikatan baja
dengan beton. Ukuran lebih kecil atau sama dengan dari Ø 12 mm
menggunakan BJTP 24 atau U24 (Polos) Ukuran melebihi D - 13 mm
menggunakan BJTD 32 atau U32 (Ulir)

12.2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan


pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam SNI 03 – 2847 –
2002.

12.3. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :


a. Beton tanpa cetakan, berhubungan langsung dengan tanah 40 mm
b. Beton dengan cetakan berhubungan langsung dengan tanah 50 mm
c. Balok dan kolom tidak berhubungan langsung dengan tanah 40 mm

Pasal 13. Benda-benda yang tertanam dalam beton

13.1. Penempatan saluran/pemipaan, sleeve harus sedemikian rupa, sehingga


tidak mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan SNI 03 –
2847 – 2002.

13.2. Tidak diperkenankan menanam saluran – saluran / pipa kebagian


struktur beton bila ditunjukkan pada gambar.

13.3. Apabila pemasangan terhalang oleh baja tulangan yang terpasang,


maka Penyedia Jasa Konstruksi harus segera mengadakan konsultasi
dengan Konsultan Pengawas.

13.4. Baja tulangan tidak diperkenankan untuk digeser maupun dibengkokkan


untuk memudahkan pemasangan tanpa seijin Konsultan Pengawas.

Pasal 14. Benda – benda yang ditanam dalam beton

14.1. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton, seperti
angkur, kait dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan
beton, harus sudah terpasang sebelum pengecoran beton dilakukan.

14.2. Bagian atau peralatan tersebut harus tertambat kuat pada posisinya
agar tidak tergeser pada saat pengecoran beton.
Page 56 of 95
14.3. Penyedia Jasa Konstruksi utama harus memberitahukan kepada pihak
lain untuk melakukan pekerjaan tersebut sebelum pengecoran
dilakukan.

14.4. Rongga – rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong
pada benda atau peralatan yang akan ditanam dalam beton tidak diisi
pada saat pengecoran, harus ditutup dengan bahan atau ukuran sesuai
kebutuhan yang mudah dilepas setelah pelaksanaan pengecoran.

Pasal 15. Cacat – cacat pekerjaan

15.1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan atau keahlian dalam setiap bagian
pekerjaan ternyata tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan
persyaratan teknis, maka bagian tersebut harus digolongkan sebagai
cacat pekerjaan.

15.2. Semua pekerjaan yang digolongkan cacat harus dibongkar dan diganti
sesuai dengan yang dikehendaki. Seluruh pembongkaran dan pemulihan
pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta seluruh biaya yang
timbul seluruhnya ditanggung oleh Penyedia Jasa Konstruksi.

Pasal 16. Pengujian beton

16.1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam SNI 03
– 2847 – 2002 dalam minimum memenuhi persyaratan seperti tersebut
dalam ayat berikut.

16.2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat suatu pengujian, yang dikerjakan
dalam satu hari dengan volume sampai dengan volume sampai dengan
jumlah 5 m3.
16.3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk
kubus ukuran 15x15x15 cm atau silinder. Satu benda uji akan diuji pada
umur 7 (tujuh) hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas, sedang 3 (tiga) benda uji lainnya akan diuji pada umur 28
hari. Hasil pengujian adalah hasil rata – rata dari ketiga spesimen
tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari
kekuatan karakteristik 225 kg/cm² untuk mutu beton K – 225 (sloof,
kolom, plat, balok), tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian
kurang dari kekuatan beton karakteristik tersebut.

Page 57 of 95
16.4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang
ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama
dengan keadaan sebenarnya.

Pasal 17. Suhu

17.1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh melebihi 32° C. Bila suhu yang
ditaruh berada diantara 27° dan 32° C.

17.2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat
mengakibatkan suhu beton melebihi 32° C, maka Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengambil langkah – langkah yang efektif, misalnya
mendinginkan agregat atau melakukan pengecoran pada malam hari.

Pasal 18. Beton ready mixed

18.1. Bilamana beton yang digunakan adalah berupa beton ready mixed,
maka beton tersebut harus didapatkan dari sumber yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas, dengan takaran, adukan serta cara
pengiriman/pengangkutan yang memenuhi syarat-syarat yang tercantum
pada ASTM C94 – 78a.

18.2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang
telah diuji di Laboratorium serta secara konsisten harus dikontrol
bersama – sama oleh Konsultan Pengawas dan Supplier beton ready
mixed. Kekuatan beton minimum yang dapat diterima adalah
berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di Laboratorium.

18.3. Syarat – syarat Beton Ready Mixed :


a. Temperatur beton ready mixed sebelum dicorkan tidak boleh lebih
dari 30° C.
b. Penambahan additive dalam proses pembuatan beton ready mixed
harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat additive tersebut dan
dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bilamana diperlukan
dua atau lebih jenis bahan additive, maka pelaksanaannya harus
dikerjakan secara terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai
dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212.1R-63.
c. Setelah temperatur di dalam beton mencapai maksimum, maka
permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan
penyekat lainnya, untuk mempertahankan panas sedemikian rupa,
sehingga tidak timbul perbedaan panas yang mencolok antara
Page 58 of 95
bagian dalam dan luar atau penurunan temperatur yang mendadak
dibagian dalam beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut
di atas dibuka, permukaan beton tetap harus dilindungi terhadap
perubahan temperatur yang mendadak.

Pasal 19. Pemeliharaan beton ( curing beton )

19.1. Untuk mencegah pengeringan bidang bidang beton. Selama paling dua
minggu beton harus dibasahi terus – menerus, antara lain dengan
menutupinya dengan karung karung basah . Pada pelat pelat atap
pembasahan terus menerus ini harus dilakukan dengan merendamnya
(menggenanginya) dengan air. Pada hari hari pertama sesudah selesai
pengecoran , proses pengerasan tidak boleh diganggu Sangat dilarang
untuk mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai
tempat penimbunan bahan – bahan atau sebagai jalan untuk
mengangkut bahan – bahan yang berat.

19.2. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses – proses lain untuk mempersingkat waktu
pengerasan dapat dipakai. Cara – cara ini harus disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas Ahli.

Pasal 20. Lain – lain

20.1. Untuk penggunaan beton precast, Penyedia Jasa Konstruksi harus


mengajukan mixed design terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas.

20.2. Setelah mixed design disetujui Konsultan Pengawas, Penyedia Jasa


Konstruksi harus membuat trial mixed berupa benda uji untuk diuji di
laboratorium.

20.3. Beton precast tidak boleh dipasang sebelum Konsultan Pengawas


menyetujui kuat tekan beton hasil trial mixed.

20.4. Konsultan Pengawas bertanggung jawab atas ketentuan – ketentuan ini.

20.5. Agar Penyedia Jasa Konstruksi memperhatikan perhitungan volume


beton, dengan cara: Kolom dihitung secara utuh, Balok dikurangi
pertemuan Kolom, Plat dikurangi pertemuan Balok.

Page 59 of 95
F. PEKERJAAN BETON NON STRUKTUR

Pasal 1. Umum

1.1. Lingkup Pekerjaan


a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat
bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan
dalam gambar, dengan hasil yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi beton lantai kerja untuk trotoar yang
dimaksudkan termasuk semua pekerjaan beton yang bukan struktur,
sesuai yang ditunjukkan di dalam gambar.

1.2. Standard
a. Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
b. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-
2002
c. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam SNI 03-6861,2-
2002
d. Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi SNI 03-6861,3-
2002
e. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI
03-2847–2002.
f. Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton SNI 03-6816-2002
g. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 03-1726-2002
h. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SNI
1727-1989-F
i. Semen Portland SNI 15-2049-2004
j. Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
k. Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton SNI 03-3976-1995
l. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990
m. Cara Uji Slump Beton SNI 1972:2008
n. Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar SNI
2458:2008
o. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton di Lapangan SNI
03-4810-1998
p. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium
SNI 03-2493-1991
q. Spesifikasi Beton Siap Pakai SNI 03-4433-1997
r. Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan Beton SNI 03-6883-
2002.
Page 60 of 95
s. Peraturan Pembangunan Pemerintah Th Daerah Setempat.
t. Ketentuan – ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong
Pekerjaan Umum (AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan
Lembaran Negara No. 1457.
u. Petunjuk – petunjuk dan peringatan – peringatan lisan maupun
tertulis yang diberikan Perencana/Konsultan Pengawas.
v. Standar Normalisasi Jerman ( DIN )
w. American Society for Testing and Material ( ASTM )
x. American Concrete Institute ( ACI ).

Pasal 2. Bahan dan Produksi

2.1. Persyaratan Bahan


a. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis
merk dan atas persetujuan Perencana dan Konsultan Pengawas dan
harus memenuhi NI – 8, SNI 15-2049-2004. Semen yang telah
mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
Penyimpanan Semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa
sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai
terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat
penumpukan semen.

b. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir – butir yang bersih dan bebas dari bahan
– bahan organis, Lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi
komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam SNI 03 –
2847 – 2002.

c. Koral Beton/Split :
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat – syarat SNI 03
– 2847 – 2002. Penyimpanan/Penimbunan pasir koral beton harus
dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan
tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan
beton yang tepat.

d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali dan bahan bahan organis/bahan
lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10.
Page 61 of 95
Apabila dipandang perlu Konsultan Pengawas dapat minta kepada
Penyedia Jasa Konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.

e. Besi Beton
Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak
dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat
serta memenuhi persyaratan (SNI 03 –2847–2002). Bila dipandang
perlu Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk memeriksa mutu
besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah
atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.

f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi harus


memberikan contoh – contoh material, misalnya : besi, koral, pasir,
PC untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

g. Contoh – contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan


dipakai sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/menerima
material yang dikirim oleh Penyedia Jasa Konstruksi ke site.

2.2. Syarat – syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan


a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh
dan tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam
kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel dan berlabel pabriknya.
b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering,
tidak lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan pabrik.
c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan
dilindungi sesuai dengan jenisnya.
d. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab terhadap kerusakan
selama pengiriman dan penyimpanan. Bila ada kerusakan, Penyedia
Jasa Konstruksi wajib mengganti atas beban Penyedia Jasa
Konstruksi.

Pasal 3. Pelaksanaan

3.1. Mutu Beton


Mutu beton yang dicapai dalam 28 hari pekerjaan beton bertulang
mempunyai kuat tekan hancur / karakteristik , sebagai berikut:
3.1.1. Beton K - 100 kg/cm² (fc = 7.4 Mpa), untuk semua
Page 62 of 95
pekerjaan lantai kerja. dan harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan dalam SNI 03 –2847 – 2002.

3.2. Pembesian
3.2.1. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang
dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang
(ring), persyaratannya harus sesuai SNI 03 – 2847 – 2002.
3.2.2. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan
dengan gambar konstruksi.
3.2.3. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus
bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang
selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam SNI 03 – 2847 –
2002.
3.2.4. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan
dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah
tertulis dari Konsultan Pengawas.

3.3. Cara Pengadukan


3.3.1. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
3.3.2. Takaran untuk Semen Portland, pasir dan koral harus disetujui
terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas.
3.3.3. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi
dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru.
Pengujian slump, maksimum 10 ± 2 cm.

3.4. Pengecoran Beton


3.4.1. Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan melaksanakan pekerjaan
persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan
sampai jenuh, pemeriksaan ukuran – ukuran dan ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
3.4.2. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
Konsultan Pengawas.
3.4.3. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup
padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti
keropos dan sarang – sarang koral/split yang dapat
memperlemah konstruksi.
3.4.4. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada
hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
Page 63 of 95
3.5. Pekerjaan Acuan / Bekisting
3.5.1. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran
yang telah ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
3.5.2. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-
perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah
bentuk dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
3.5.3. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari
kotoran – kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/Lumpur
dan sebagainya, sebelum pengecoran dilakukan dan harus
mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
3.5.4. Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan contoh – contoh
material (besi, koral/split, pasir dan Semen Portland) kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum
pekerjaan dilakukan.
3.5.5. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat
penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu
pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan.
3.5.6. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan
tidak disepuh seng, diameter kawat lebh besar atau sama
dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (SNI 03–
2847–2002).
3.5.7. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi
penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan
datangnya hujan, harus diperhatikan.
3.5.8. Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah
pengecoran.

3.6. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting


Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari
Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan
mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

3.7. Pengujian Mutu Pekerjaan


3.7.1. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Penyedia Jasa Konstruksi
diwajibkan untuk memberikan pada Konsultan Pengawas
"Certificate Test" bahan besi dari produsen/pabrik.
3.7.2. Bila tidak ada "Certificat Test" maka Penyedia Jasa Konstruksi
harus melakukan pengujian atas besi/kubus di laboratorium yang
Page 64 of 95
akan ditunjuk kemudian.
3.7.3. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Penyedia Jasa
Konstruksi dengan mengambil benda uji berupa kubus yang
ukurannya sesuai dengan syarat – syarat / ketentuan dalam SNI
03–2847–2002. Pembuatannya harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas dan diperiksa di laboratorium konstruki beton yang
ditunjuk Konsultan Pengawas.
3.7.4. Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan membuat "Trial Mix"
terlebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan beton.
3.7.5. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan
Pengawas secepatnya.
3.7.6. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian behan
tersebut, menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.

3.8. Syarat Pengamanan Pekerjaan


3.8.1. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras
selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
3.8.2. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan – pekerjaan lain.
3.8.3. Bila terjadi kerusakan, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan
untuk memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu
pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Konstruksi.
3.8.4. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus
selalu dibasahi dengan air terus menerus selama 1 (satu)
minggu atau lebih (sesuai ketentuan dalam SNI 03 – 2847 –
2002).

G. PEKERJAAN BEKISTING

Pasal 1. Pekerjaan Bekisting

1.1. Umum
1.1.1. Pasal ini menguraikan semua pekerjaan perancangan,
pembuatan, pemasangan dan pembongkaran semua bekisting
beton yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi,
sesuai dengan kebutuhan dalam menyelenggarakan pekerjaan
beton, sebagaimana yang tertera didalam gambar. Pada
dasarnya, bekisting adalah konstruksi bantu yang mendukung
beton yang belum mengeras.
1.1.2. Semua Bekisting Beton harus dilaksanakan dengan mengikuti
Page 65 of 95
semua persyaratan yang tercantum didalam RKS ini, PBI 1971,
PUBI 1982, PKKI 1961 dan semua Perintah yang disampaikan
oleh Konsultan Pengawas selama pelaksanaan Pekerjaan.

1.2. Persyaratan bahan


Semua bekisting beton yang akan dipakai harus kuat, tidak berubah
bentuk waktu diisi adukan dan tidak bocor. Bahan yang dipakai berupa
triplex tebal 9 mm dan hanya digunakan 1 kali bermutu baik, besi atau
bahan lainnya yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Bekisting harus
dirakit dengan menggunakan paku kayu, baut atau lainnya dengan
ukuran yang sesuai.

1.3. Pelaksanaan pekerjaan


1.3.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus terlebih dahulu mengajukan
gambar – gambar rencana dari bekisting kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui, sebelum pekerjaan dimulai. Gambar
tersebut harus mencantumkan secara jelas konstruksi dan bahan
dari bekisting, sambungan – sambungannya, kedudukannya dan
sistim rangkanya. Semua biaya yang diperlukan sehubungan
dengan perencanaan bekisting ini harus sudah termasuk ke
dalam biaya konstruksi.
1.3.2. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban
konstruksi dan getaran yang ditimbulkan oleh alat penggetar.
Defleksi maksimum dari bekisting antara tumpuan harus dibatasi
sampai 1/400 bentang antar tumpuan. Bilamana menggunakan
konstruksi bekisting dari kayu, maka untuk kolom dan pekerjaan
beton lainnya harus dipakai papan dengan ketebalan minimum
2,5 cm, balok 5/7, 6/10 dan dolken Ø 10.
1.3.3. Bekisting harus ditunjang dengan batang besi yang kokoh dan
untuk mencegah terjadinya defleksi maka bekisting dibuat anti
lendutan keatas sebagai berikut :
 Semua balok atau pelat lantainya 0,2 % lebar bentang pada
tengah – tengah bentang.
 Semua balok Cantilever dan pelat lantainya 0,4 % dari
bentang, dihitung dari ujung bebas
1.3.4. Penyedia Jasa Konstruksi harus memperhitungkan dan membuat
langkah – langkah persiapan yang perlu, sehingga pada akhir
pekerjaan beton, permukaan dan bentuk konstruksinya adalah
sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang tertera pada
gambar.
1.3.5. Semua bekisting tersebut harus dirakit kedalam bentuk, ukuran
Page 66 of 95
garis – garis dan dimensi yang tertera dan yang dibutuhkan,
untuk memperoleh kedudukan, ketinggian dan posisi yang tepat.
Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
mudah dicabut bila tidak dipalu atau dicongkel. Bekisting harus
dibuat cukup rapat agar adukan tidak lolos pada saat
pengecoran. Pada tempat yang tertutup atau sukar dijangkau,
pembukaan sementara harus disediakan untuk membuang
benda-benda yang tidak dinginkan.
1.3.6. Bilamana sebelum atau selama pekerjaan pengecoran, bekisting
menunjukkan tanda – tanda penurunan yang besar, yang
menurut pendapat Konsultan Pengawas akan menyebabkan
kedudukan (peil) akhir tidak dapat mencapai kedudukan yang
semestinya, maka Konsultan Pengawas berhak untuk
memerintahkan dibongkarnya pekerjaan beton yang sudah
dilaksanakan dan mewajibkan Penyedia Jasa Konstruksi untuk
memperkuat bekisting tersebut sampai dianggap cukup kuat.
Semua biaya yang timbul karenanya menjadi tanggungjawab
dari Penyedia Jasa Konstruksi.

1.4. Pembongkaran Bekisting


1.4.1. Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak
memikul beban struktur dapat dibongkar setelah beton cukup
mengeras.
1.4.2. Bekisting untuk bagian struktur dan pekerjaan lainnya yang
memikul beban struktur harus dibiarkan untuk sekurang-
kurangnya sampai beton mencapai kekuatan yang
dipersyaratkan seperti yang disebutkan dibawah ini, atau seperti
yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
1.4.3. Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak
memikul berat struktur dapat dibongkar setelah beton cukup
mengeras. Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan
sedemikian rupa, sehingga keamanan konstruksi tetap terjamin
dan sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada SNI 03 –
2847 – 2002.

Pasal 2 Pekerjaan perancah luar

2.1. Umum
Pasal ini menguraikan pekerjaan perancah luar yang harus dilaksanakan
pada saat pelaksanaan.

Page 67 of 95
2.2. Persyaratan bahan
Peralatan yang digunakan sebagai perancah luar adalah dolken yang
lengkap serta bagian luarnya dipasang jaring-jaring luar. Dolken yang
dipakai harus kuat dan lengkap terdiri dari batang – batang silang
beserta perkuatannya. Sedangkan untuk jaring – jaring luar terbuat dari
anyaman tambang plastik atau nylon.
2.3. Pelaksanaan pekerjaan
2.3.1. Perancah luar dipasang pada sekeliling bangunan dengan cara-
cara yang benar sehingga tidak membayakan pekerja, bangunan
yang dikerjakan maupun keadaan sekelilingnya. Perancah luar
harus dipasang minimal sama dengan bangunan yang dikerjakan
dan dicat dengan warna yang mencolok.
2.3.2. Untuk naik turun gedung selama pelaksanaan berlangsung, pada
perancah luar harus dipasang tangga dilengkapi dengan bordes
mendatar. Sedangkan untuk jaring-jaring luar dipasang pada
scaffolding secara kuat, rapih dan tidak kendor. Jaring ini harus
tahan terhadap tiupan angin dan memberi perlindungan serta
rasa nyaman bagi yang bekerja pada dinding luar.

H. PEKERJAAN BAJA

Pasal 1. Umum

1.1. Pekerjaan Baja Cor ialah bagian-bagian yang dalam gambar rencana
dinyatakan sebagai pekerjaan baja cor, juga bagian-bagian yang
menurut sifatnya memakai baja cor, seperti penutup main hole, baja cor
pengaman pohon, baja cor grill saluran air hujan, dan lain-lain.

1.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut Pelaksana Pekerjaan harus


membuat gambar kerja (shop drawing) dari pekerjaan baja gambar
kerja meliputi detail – detail pemasangan, pemotongan, penyambungan,
lubang baut, las, pengaku, ukuran – ukuran dan lain-lain yang secara
teknis diperlukan, terutama untuk fabrikasi dan pemasangan.

1.3. Sub Pelaksana Pekerjaan yang dipakai jika ada harus diketahui dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik Pekerjaan .

1.4. Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan pekerjaan baja sesuai dengan


Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia yang berlaku.

Page 68 of 95
Pasal 2. Material

 Baja profil dan pipa sesuai dengan Fe-360 atau BJ-37 menurut PPBBI
atau ASTM A-36, dengan tegangan leleh sebesar 2400 kg/cm2, sesuai
dengan SNI 07-0329-2005 untuk Baja Profi I Beam dan SNI 07-2054-
2006 untuk Baja Profil Siku Sama Kaki serta SNI 4096:2007 untuk Baja
Profil Canal
 Baut Baja biasa sesuai ASTM A-307 (baut hitam) sesuai dengan SNI
3067-1992
 Baja Tulangan Beton sesuai dengan SNI 07-2052-2002
 Pipa Baja Lapis Seng sesuai dengan SNI 07-0039-1987
 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung SNI 03-
1729-2002
 Elektroda las mengikuti AWS E-70XX atau mutu lebih tinggi.

Pasal 3. Pabrikasi

3.1. Umum
3.1.1. Tenaga pekerja yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli
pada bidangnya dan melaksanakan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan petunjuk – petunjuk Konsultan Pengawas dan
ketelitian utama diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh
bagian dapat cocok satu dengan lainnya pada waktu
pemasangan.
3.1.2. Konsultan Pengawas mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk
setiap waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan. Tidak satu
pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum
diperiksa dan disetujui.
3.1.3. Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan gambar
rencana atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera
diperbaiki.
3.1.4. Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus menyediakan atas biaya
sendiri semua pekerjaan, alat-alat perancah dan sebagainya
yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.
3.1.5. Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus memperkenalkan Pelaksana
Pekerjaan Montase untuk sewaktu-waktu memeriksa pekerjaan
dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan
lain-lain yang berhubungan dengan waktu pemasangan di
tempat pekerjaan.
3.1.6. Pelaksana Pekerjaan Montase tidak mempunyai wewenang untuk
memberikan instruksi-instruksi mengenai cara penyelenggaraan
Page 69 of 95
pabrikasi.

3.2. Pola Pengukuran


Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan
untuk menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Pelaksana
Pekerjaan Pabrikasi. Semua pengukuran harus dilakukan dengan
menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui.ukuran-ukuran dari
pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap ukuran
pada 25° C.
3.2.1. Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat
harus diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa
kelurusannya, harus bebas dari puntiran, bila perlu harus
diperbaiki sehingga bila pelat-pelat disusun akan terlihat rapat
seluruhnya.
3.2.2. Pemotongan
a. Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunting,
menggergaji atau dengan las pemotong.
b. Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus
diselesaikan siku terhadap bidang yang dipotong, tepat dan
rata menurut ukuran yang diperlukan.
3.2.3. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Gerinda yang diperkenankan
Apabila pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las
pemotongan, maka pada pemotongan diperkenankan
terbuangnya metal sebanyak – banyaknya 3 mm, pada pelat
setebal 6 mm pada pelat yang tebalnya lebih besar dari 12 mm.
3.2.4. Memotong dengan Las Pemotong
a. Las pemotongan digerakkan secara mekanis dan diarahkan
dengan sebuah mal serta bergerak dengan kecepatan tetap.
b. Pinggir yang dihasilkan oleh las pemotong harus bersih serta
lurus dan untuk menghaluskan tepi yang dipotong itu harus
digunakan gerinda.
c. Gerinda bergerak searah dengan arah las pemotong, tepi
harus diselesaikan sedemikian sehingga bebas dari seluruh
bekas kotoran besi.
3.2.5. Pekerjaan Las & Pengawasan Pekerjaan Las
a. Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tukang las, dibawah
Pengawasan langsung seorang yang menurut anggapan
Konsultan Pengawas mempunyai training dan pengalaman
yang sesuai untuk penyelenggaraan pekerjaan semacam itu.
b. Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan kepada Konsultan
Page 70 of 95
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, maka cara itu
tidak akan diubah tanpa persetujuan lebih lanjut.
c. Detail – detail khusus menyangkut cara persiapan
sambungan, cara pengelasan jenis dan ukuran serta
kekuatan arus listrik untuk las tersebut harus diajukan
Penyedia Jasa Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas terlebih dahulu sebelum pekerjaan las
listrik dapat dilakukan.
d. Ukuran elektroda, arus dan tegangan listrik, dan kecepatan
busur listrik, yang digunakan pada listrik, harus seperti yang
dinyatakan oleh pabrik las listrik tersebut dan tidak akan
dibuat penyimpangan tanpa persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
e. Pelat – pelat yang akan di las harus bebas dari kotoran-
kotoran besi, minyak, cat, karet atau lapisan lain yang dapat
mempengaruhi mutu las.
f. Las dengan retak susut, retak pada bahan dasar, berlubang
dan kurang tepat letaknya harus disingkirkan.
3.2.6. Mengebor pada pekerjaan Baut dan Mur
a. Semua lubang harus di bor untuk seluruh tebal dari material.
Bila memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan
dan sebagainya harus dijepit bersama – sama untuk
membuat lubang dan di bor menembus seluruh tebal
sekaligus.
b. Bila menggunakan baut pas pada salah satu lubang maka
lubang ini di bor lebih kecil dan kemudian baru diperbesar
untuk mencapai ukuran sebenarnya.
c. Cara lain ialah bahwa batang – batang dapat dilubangi
tersendiri dengan menggunakan mal. Setelah mengebor,
seluruh kotoran besi harus disingkirkan dan pelat – pelat dan
sebagainya dapat dilepas bila perlu.
d. Diameter lubang untuk baut, kecuali baut pas, adalah 1.50
mm lebih besar dari pada diameter yang tertera pada gambar
rencana.
e. Diameter lubang – lubang untuk baut pas harus dalam
toleransi yang diberikan.
f. Dalam hal ini menggunakan pas lubang yang tidak di bor
menembus sekaligus seluruh tebal elemen - elemennya,
maka lubang dapat di bor dengan ukuran yang lebih kecil
dahulu dan kemudian pada saat montase percobaan.
g. Baut – baut dan mur – mur sambungan (kolam spant dan
Page 71 of 95
spantspant) harus yang bermutu tinggi yaitu jenis Baja
Hitam, sekelas standard ASTM 307 Ukuran-ukurannya harus
sesuai dengan yang tertera dalam gambar .
h. Pada keadaan akhir diameter lebar untuk baut yang dibubut
dengan tempat dan sebuah baut hitam yang tepat boleh
berbeda masing-masing sebanyak 0,1 mm dan 0,4 mm
daripada diameter batang baut itu.
i. Semua lubang – lubang harus dibor dengan bor mesin/listrik.
j. Untuk lubang – lubang dalam bagian konstruksi yang
disambung dan yang harus dijadikan satu dengan alat
penyambung, dibor sekaligus sampai diameter sepenuhnya
dan apabila ternyata tidak sesuai, maka perubahan –
perubahan lubang tersebut dibor atau diluaskan dan
penyimpangannya tidak boleh melebihi 0,5 mm.
k. Semua lubang – lubang harus benar – benar bulat berdiri
siku – siku pada bidang – bidang dan bagian – bagian
konstruksi yang akan disambung.
l. Semua lubang – lubang sebelum pemasangannya harus
diberam. Memberam tidak boleh dilakukan dengan
menggunakan besi – besi penggarut.
m. Khusus untuk penyambungan kolom utama — spant,
sambungan balok spant dan spant puncak, diperguna kan
baut jenis High Tension Bolt (HTB). Untuk sambungan
konstruksi yang lainnya dipergunakan baut biasa yang
dihasilkan oleh pabrik, baut yang dihasilkan dengan cara
manual tidak diijinkan dipakai, Jumlah dan ukuran sesuai
dengan yang tertera pada gambar.
n. Pemasangan mur baut harus benar – benar kuat serta
mempunyai kekuatan yang merata dan sama. Khusus untuk
baut — baut Hitam dikencangkan menurut daftar dibawah ini
:
Gaya Pengencangan
Ukuran baut
Minimum Pound ( KIPS )

Dia 19, 22 dan 25 28.000-39.000

o. Sebelum dilakukan penyetelan, semua bidang permukaan,


baut, mur, ring, harus bebas dari karat, debu atau material
lain yang mungkin akan mengakibatkan terganggunya
kekakuan sambungan.
Page 72 of 95
p. Setiap mur dan baut dilengkapi dengan 2 buah ring pelat.
Posisi daripada as baut/lubang baut harus tegak lurus
terhadap bidang permukaan dimana baut dipasang.
q. Setelah baut – baut dikencangkan sampai kekuatan tertentu
dan ternyata karena suatu hal dibuka lagi; maka baut/mur
dan ringnya tidak boleh dipakai lagi.
3.2.7. Memberi Tanda untuk Pemasangan Akhir
a. Setelah montase percobaan serta setelah mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas, tetapi belum dilepas, setiap
bagian harus diberi tanda yang jelas (dengan pahatan dan
cat). Cat dari warna yang berbeda digunakan untuk
membedakan bagian bagian yang sama.
b. Dua copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan
tepat, tanda – tanda itu, oleh Pelaksana Pekerjaan Pabrikasi
diberikan dengan cuma - cuma kepada Konsultan Pengawas
dan Pelaksana pekerjaan Montase dari bangunan itu, pada
saat pengiriman – pengiriman pekerjaan baja itu.
3.2.8. Pengecatan di Bengkel
a. Setelah dibongkar, sebagai kelanjutan berhasil baiknya
montase percobaan, maka permukaan dari seluruh pekerjaan
baja, kecuali pada bagian yang dikerjakan dengan mesin
perkakas dan pada perletakan, harus dibersihkan seluruhnya
sehingga menjadi logam yang bersih dengan menggunakan
penyemprot pasir (sand blasting) atau dengan cara lain yang
disetujui.
b. Setelah semua permukaan dalam keadaan bersih dan kering,
atau bahan – bahan dasar dengan satu lapisan menie, atau
bahan-bahan pelindung lainnya kalau disyaratkan khusus
untuk pekerjaan tersebut.

Pasal 4. Pengecatan baja

4.1. Umum
Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat dipabrik dengan
cat dasar yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang
dikerjakan dengan mesin perkakas misalnya pada perletakan.
Cat lapangan terdiri dari :
a. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang
telah dicat bengkel, seperti diperintahkan oleh Konsultan Pengawas,
yang telah rusak pada saat transport atau pemasangan oleh bidang-
bidang lain seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas,
Page 73 of 95
dimana cat dasarnya telah rusak.
b. Pemakaian cat dasar dan bahan sejenis seperti yang disyaratkan
dalam ―pengecatan di bengkel‖ pada bidang – bidang yang tertera
pada 1 diatas.
c. Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada pekerjaan
tertentu, untuk seluruh bidang terbuka pekerjaan besi itu.

4.2. Pembersihan
Pembersihan permukaan dari pekerjaan besi bangunan harus bersih dan
dikupas dengan sand blasting atatu cara lain yang disetujui, agar
menjadi logam yang bersih, dengan menyingkirkan seluruh gemuk, olie,
karatan, lumpur atau lain – lain yang melengket padanya. Luas bidang
permukaan yang dibersihkan haruslah dapat sekaligus ditutup dengan
cat dasar dan dicat segera setelah pembersihan, sebelum terjadi
oksidasi. Bila terjadi oksidasi (karatan), permukaan harus dibersihkan
kembali sebelum pengecatan dasar dilakukan.

4.3. Pengecatan
4.3.1. Cat dapat digunakan dengan kwas tangan yang disetujui atau
dengan cara yang disyaratkan oleh Konsultan Pengawas.
4.3.2. Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab
atau berdebu atau pada cuaca yang lain yang jelek, kecuali
diusahakan tindakan – tindakan seperlunya yang sesuai dengan
pendapat Konsultan Pengawas, untuk melawan pengaruh –
pengaruh cuaca tersebut terhadap pekerjaan.
4.3.3. Permukaan yang akan dicat harus kering dan tak berdebu.
Lapisan berikutnya tidak diberikan sebelum lapisan cat terdahulu
telah kering betul. Lapisan penutup diberikan diatas cat dasar
dalam tempo kurang lebih enam bulan tetapi tidak boleh lebih
cepat dari 48 jam setelah pengecatan dasar. Bila terjadi
demikian maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali atau
dicat dasar lagi seperti diuraikan diatas.
4.3.4. Cat (termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas harus disapu dengan kuat pada permukaan baja,
baut-baut pada setiap sudut-sudut, sambungan pelat, lekuk-
lekuk dan sebagainya, kemudian diratakan dengan baik.
4.3.5. Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi
air, diisi dengan cat yang tebal, atau bila diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas, dengan menggunakan semen kedap air
atau bahan lain yang disetujui sebelum penyelesaian cat dasar.
4.3.6. Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata.
Page 74 of 95
Pemakaian cat yang rata ialah 12.5 m2 per liter untuk setiap
lapisan.

I. LAIN-LAIN

Pasal 1. Pengujian bahan

1.1. Semua bahan yang akan dipakai harus diperiksa atau diteliti atau diuji
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

1.2. Apabila diperlukan, Konsultan Pengawas berhak membawa contoh


bahan yang akrab dipakai untuk diadakan pengujian di Laboratorium
atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.

1.3. Konsultan Pengawas berhak menolak bahan yang akan dipakai apabila
sekiranya bahan tersebut tidak memenuhi persyaratan dan untuk itu
bahan tersebut harus disingkirkan dalam waktu 3 x 24 jam dari lokasi
proyek.

Pasal 2. Shop drawing

2.1. Setiap pekerjaan atau bagian pekerjaan, terutama pekerjaan pembesian


beton bertulang, sebelum dilaksanakan Penyedia Jasa Konstruksi
diharuskan membuat gambar kerja atau Shop Drawing. Shop Drawing
harus dibuat rapi, jelas, terperinci dengan format yang baik dan tetap
pada kertas kalkir.

2.2. Shop Drawing diserahkan 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan


pekerjaaan dimulai kepada Konsultan Pengawas untuk dimintakan
persetujuannya.

2.3. Sebelum Shop Drawing disetujui oleh Konsultan Pengawas atau


Konsultan Perencana, maka Penyedia Jasa Konstruksi tidak
diperkenankan untuk memulai pekerjaan.

Pasal 3. Kerja lembur

3.1. Jika karena suatu hal atau Penyedia Jasa Konstruksi merasa perlu untuk
mengejar keterlambatan yang terjadi, maka Penyedia Jasa Konstruksi
dapat melaksanakan kerja lembur. Biaya kerja lembur Konsultan
Pengawas sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Page 75 of 95
Konstruksi.

3.2. Sebelum melakukan kerja lembur, Penyedia Jasa Konstruksi harus


mengajukan rencana kerja lembur pada Konsultan Pengawas, dilengkapi
dengan lampiran yang mencakup bagian – bagian yang akan dilembur,
jumlah jam kerja lembur serta jumlah tenaga kerja.

3.3. Apabila Penyedia Jasa Konstruksi menghendaki kerja lembur, sedangkan


Pemberi Tugas beranggapan pekerjaan tersebut tidak perlu diawasi
secara fisik oleh Konsultan Pengawas, maka Penyedia Jasa Konstruksi
wajib membuat laporan tertulis kepada Pemberi Tugas mengenai
bagian-bagian yang dikerjakan, serta bertanggung jawab sepenuhnya
pada pekerjaan yang dimaksud.

3.4. Jika pekerjaan lembur dilakukan sampai malam hari, maka Penyedia
Jasa Konstruksi wajib mengadakan sistim penerangan khusus yang
memadai, agar supaya pekerja dapat bekerja dengan baik.

Pasal 4 Tanggungjawab Penyedia Jasa Konstruksi terhadap lingkungan


sekitar
Proyek

4.1. Sebelum melaksanakan kegiatan pemancangan tiang pancang, Penyedia


Jasa Konstruksi dianjurkan mendata terlebih dahulu kondisi bangunan
dilingkungan sekitarnya.

4.2. Dalam melaksanakan pemancangan tiang pancang Penyedia Jasa


Konstruksi harus melakukannya secara berhati-hati agar tidak merusak
bangunan, pagar atau bagian lainnya disekitar proyek.

4.3. Segala kerusakan yang timbul akibat pekerjaan pemancangan serta


claim lainnya dari penduduk disekitar proyek menjadi resiko Penyedia
Jasa Konstruksi dan Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban
menyelesaikannya secara tuntas.

4.4. Selama pelaksanaan Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban menjaga


kebersihan jalan, saluran disekitar proyek dan untuk itu Penyedia Jasa
Konstruksi harus membuat tempat pencucian truk dilokasi pekerjaan.

Page 76 of 95
Pasal 5. Pekerjaan pemasangan bahan-bahan pelindung dan pengawet

6.1. Pekerjaan pelindung (curing) dan pengawet meliputi pekerjaan terakhir


yang biasanya dilakukan untuk menjaga agar pekerjaan struktur atas
yang telah diselesaikan dapat lebih tahan lama dan bebas dari pengaruh
pengaruh yang tidak dikehendaki dikemudian hari.

6.2. Pekerjaan Pelindung (curing) dan pengawet meliputi semua jenis


pekerjaan finishing berdasarkan petunjuk-petunjuk dari pabrik dan
dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

6.3. Pelaksana Pekerjaan / Penyedia Jasa Konstruksi Utama


bertanggungjawab penuh atas terselenggaranya pekerjaan tersebut
dengan baik.

Pasal 6. Alat-alat bantu yang diletakkan pada bangunan

Penggunaan alat-alat bantu pekerjaan seperti tower crane, lift atau alat-alat
lainnya yang akan diletakkan dan mebebani bagian-bagian struktur bangunan,
harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus memperbaiki kembali segala
kerusakan – kerusakan akibat penggunaan alat-alat bantu tersebut.

Pasal 7. Toleransi pelaksanaan

7.1. Penyimpangan dari toleransi seperti tersebut dibawah ini,


Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab
atas perbaikan dan biaya biayanya. Perbaikannya harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas. Toleransi ini diberikan atas pekerjaan
yang bertalian dengan setting out, garis as bangunan, kedataran atau
ketinggian, ketegakkan, ukuran dan tebal dari suatu ketinggian struktur
dan lain-lain.

7.2. Kedudukan suatu bagian dari bidang bangunan yang ditunjukkan pada
gambar adalah 6 mm per 3 meter panjang bidang bangunan dengan
maksimum 25 mm. Lepas dari ketentuan diatas, bidang bangunan tidak
boleh melampui garis batas pemilikan dan garis bangunan (sempadan).

7.3. Toleransi :
Ketegaklurusan : Penyimpangan dari bidang tembok dan kolom terhadap
Page 77 of 95
garis vertikal tidak melampui 6 mm per meter dengan maksimum 13
mm.
Kedataran :
Tinggi 3 meter dari lantai, penyimpangannya - 6 mm.
Tinggi 6 meter dari lantai, penyimpangannya - 13 mm.
Tinggi > 12meter dari lantai, penyimpangannya - 13 mm.

Penampang :
Penyimpangan maksimum terhadap dimensi penampang nominal dari
kolom balok, pelat dan lain-lain adalah :
 Dimensi < 15 cm, penyimpangannya = + 10 mm - 13 mm
 Dimensi >15 cm, penyimpangannya = + 13 mm - 6 mm

Lubang (opening) :
Penyimpangan maksimum terhadap ukuran nominal dan lokasinya pada
lantai dan dinding : 6 mm.

Page 78 of 95
BAB III
PEKERJAAN BATU KALI

A. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

Pasal 1 Umum

Pasal ini menguraikan semua pekerjaan pasangan batu kali, sebagaimana tertera
didalam gambar. Pasangan batu kali harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam :
• Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, NI-3 PMI PUBI 1982, Standar
Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002
• SII-0079-79
• dan Peraturan Cement Portland Indonesia, NI-8, SNI 15-2049-2004

Pasal 2 Persyaratan bahan

2.1. Batu kali yang dipakai harus merupakan batu kali belah yang keras, padat
dan
2.2. memiliki struktur yang kompak dengan warna yang cerah dan bebas dari
cacat, serta harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam
Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982, Standar Spesifikasi
Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002 dan SII.0079-79. Batu
kali bulat tidak boleh dipakai.
2.3. Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi
ketentuan yang tercantum pada RKS ini.
2.4. Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi
persyaratanyang dicantumkan dalam Peraturan Umum Bahan Bangunan
Indonesia 1982
2.5. Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi ketentuan
yang tercantum pada RKS ini.

Pasal 3 Pelaksanaan Pekerjaan

3.1. Pondasi batu kali harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1 bagian
Semen Portland : 3 bagian Pasir Pasang dan harus dipasang dan dibentuk
sampai diperoleh dimensi dan ketinggian yang dibutuhkan, sebagaimana
yang tertara dalam Gambar.
3.2. Batu kali harus dipasang sedemikian rupa, sehingga didapatkan gigitan yang
memadai diantara batu-batu, dengan ruang kosong sekecil mungkin.
Page 79 of 95
Sebelum dipasang, bagian luar dibasahi secukupnya. Setelah dipasang,
bagian luar dari batu kali harus di "Berapt‖ dengan adukan yang sama
sampai semua permukaan batu tertutup. Sebelum pemasangan dapat
dilaksanakan, Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat dan memasang
kayu-kayu pembantu (kayu profil) dan menerentangkan benang pembantu
dengan bentuk sesuai dengan bentuk pondasi yang akan dipasang.Benang-
benang yang direntangkan harus sipat datar. Kayu pembantu dan benang-
benang ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/Konsultan Pengawas
sebelum pasangan batu kali dapat dimulai.
3.3. Pasangan batu kali exposes harus dipasang secara acak dengan
menggunakan adukan dan harus dilaksanakan oleh tukang batu khusus yang
berpengalaman. Selama pemasangan batu mungkin perlu dibentuk untuk
memperoleh nat yang tipis dan rata. Pekerjaan ini harus dilaksanakan
dengan menggunakan adukan semen pasir dengan campuran 1 bagian
semen portland : 8 bagian pasir pasang. Sebelum dipasang, batu harus
dibasahi secukupnya, dan nat antar batu yang diexposed harus dikorek
dengan cara yang memadai. Selama pemasangan, batu kali yang telah
terpasang harus sering dicuci, untuk menghindarkannya dari kotoran dan
adukan yang menempel.

Page 80 of 95
BAB IV
PEKERJAAN DINDING

A. PEKERJAAN DINDING BATA

Pasal 1 Lingkup Pekerjaan


1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk
mendapatkan hasil yang baik
1.2. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan
Perencana.

Pasal 2 Persyaratan Bahan

2.1. Batu bata harus memenuhi SNI 15-2094-2000


2.2. Semen Portland harus memenuhi SNI 15-2049-2004
2.3. Pasir harus memenuhi SNI 13-6669-2002
2.4. Air harus memenuhi SNI 03-6817-2002
2.5. Kualitas baik ex. Lokal

Pasal 3 Syarat -syarat Pelaksanaan


3.1. Pasangan batu bata/batu merah, dengan menggunakan
adukan/campuran 1 pc : 3 pasir pasang, atau sesuai gambar.
3.2. Batu bata merah yang digunakan batu bata merah dengan kualitas terbaik,
siku dan sama ukurannya 5 x 11 x 23 cm, atau yang disetujui Konsultan
Pengawas. /Perencana.
3.3. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum
hingga jenuh.
3.4. Setelah bata terpasang dengan adukan, nat/siar-siar harus dikerok sedalam
1 cm dan bersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
3.5. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
3.6. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap berdiri
maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
3.7. Bidang dinding ½ bata yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom & balok praktis) dengan ukuran minimal 10
x 10 cm atau sesuai gambar, dengan tulangan pokok 4 diameter 10 mm,
sengkang diameter 6 mm jarak 20 cm.
3.8. Pembuatan lubang pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
Page 81 of 95
diperkenankan.
3.9. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton
diameter 8 mm jarak 50 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada
bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata
sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
3.10. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah 2 melebihi dari 5 %
yang patah atau lebih dari 2 bagian tidak boleh digunakan.
3.11. Pasangan batu bata untuk dinding ½ bata harus menghasilkan dinding finish
setebal 15 cm dan untuk dinding 1 bata finish adalah 25 cm, pelaksanaan
harus cermat, rapi, dan benar-benar tegak lurus.
3.12. Dinding bata yang baru dipasang harus dibasahi dengan air terus-menerus
selama paling sedikit 7 hari dan tidak diperkenankan terkena sinar matahari
langsung.
3.13. Antara sambungan dinding dengan kolom, pondasi dan balok harus dipasang
angkur besi beton dengan diameter 8 mm panjang 50 cm dan beton yang
berhubungan langsung dengan dinding bata harus diketrik atau dikasarkan
dulu agar pasangan tembok dapat merekat dengan baik.
3.14. Siar-siar pasangan bata harus dikerok dan dibersihkan sebelum spesi
menjadi kering sehingga membentuk lekukan agar plesteran dapat merekat
dengan baik.

Page 82 of 95
B. PEKERJAAN PLESTERAN

Pasal 1 Umum

1.1. Lingkup Pekerjaan


a. Termasuk dalam pekerjaan plester dinding ini adalah penyediaan tenaga
kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam
dan luar serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

Pasal 2 Persyaratan Bahan


2.1. Semen portland harus memenuhi SNI 15-2049-2004 (dipilih dari satu produk
untuk seluruh pekerjaan).
2.2. Pasir harus memenuhi SNI 13-6669-2002.
2.3. Air harus memenuhi SNI 03=6817-2002.
2.4. Bahan bahan instan / siap pakai.
2.5. Penggunaan adukan dan plesteran :
a. Adukan 1 Pc: 3 pasir dipakai untuk adukan plesteran rapat air.
b. Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC.
c. Untuk pasangan Bata menggunakan adukan 1 pc : 3 psr.
d. Untuk pasangan dinding beton aerasi menggunakan bahan adukan dan
plesteran dari bahan instan yang sesuai.

Pasal 3 Syarat - syarat Pelaksanaan

3.1. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan
sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Perencana/Konsultan Pengawas, dan
persyaratan tertulis dalam Uraian dan Syarat Pekerjaan ini.
3.2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau
pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Perencana/Pengawas sesuai
Uraian dan Syarat Pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
3.3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal/tinggi/ peil dan bentuk profilnya.
3.4. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di bawah
Page 83 of 95
permukaan tanah sampai ketinggian 40 cm dari perrnukaan lantai dan 150
cm dari permukaan lantai toilet dan daerah basah lainnya dipakai adukan
plesteran 1PC : 3 pasir.
b. Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan Daily bond, dengan
perbandingan 1 bagian PC: 1 bagian Daily Bond.
c. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 PC: 6 pasir.
d. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran
berumur 8 hari (kering benar), untuk adukan plesteran finishing harus
ditambah dengan addivite plamix dengan dosis 200-250 gram plamix untuk
setiap 40 Kg semen.
e. Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering. Diusahakan
agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
3.5. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
3.6. Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa sisa
bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-
lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plester.
3.7. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan
difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan
plesterannya).
3.8. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan memakai spesi
kedap air.
3.9. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya
diberi alur- alur garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan
yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk yang menerima cat.
3.10. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 M, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan
bidang.
3.11. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom
yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar.
Tebal plesteran minimum 2,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi
kawat ayam
3.12. untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian
pekerjaan yang diizinkan Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas.
3.13. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam
satu bidang datar, harus diberi nat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm
dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
3.14. Untuk pemukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
Page 84 of 95
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi,
Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas
tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.
3.15. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar
tidak terlalu tiba- tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan
bahan-bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.
3.16. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran
harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima
oleh Perencana/MK dengan biaya atas tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Penyedia Jasa Konstruksi
harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali
setiap hari.
3.17. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum finish,
Penyedia Jasa Konstruksi wajib memelihara dan menjaganya terhadap
kerusakan kerusakan dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang
terjadi menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi dan wajib
diperbaiki.
3.18. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran
berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

C. PEKERJAAN DINDING BATU CANDI

Pasal 1 Umum

1.1. Meliputi pekerjaan penyediaan, pengiriman dan pemasangan semua bahan


yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi sebagaimana dalam
gambar atau yang dipersyaratkan dalam dokumen kontrak.
1.2. Pekerjaan dinding batu candi ini meliputi seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi Lapangan /
Konsultan Pengawas.

Pasal 2 Persyaratan bahan

2.1. Batu Candi


a. Jenis : Batu Candi halus, rata setara/sekualitas Muntilan.
b. Ukuran : Ditentukan dalam gambar perencanaan atau pada
room finish schedule (20 x 20).
c. Ketebalan : Minimum 2 mm
d. Type dan warna : standard ditentukan kemudian.
Page 85 of 95
2.2. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan peraturan
ASTM, Peraturan Keramik Indonesia (SNI 03-1331-2001), Peraturan Mutu
Cara Uji Ubin Lantai Keramik SNI 03-0106-1987, Keramik Berglazur SNI 03-
4062-1996, Ubin Dinding Keramik Berglazur SNI 03-0054-1996, Peraturan
Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982.
2.3. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Lapangan / Konsultan Pengawas.
2.4. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan
persyaratan teknis operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Direksi
Lapangan / Konsultan Pengawas.
2.5. Material lain yang tidak terdapat pada daftar tersebut, tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus kualitas
terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Direksi Lapangan / Konsultan
Pengawas.

Pasal 3 Pelaksanaan

3.1. Pada permukaan plesteran dinding/beton yang ada, batu candi dapat
langsung diletakkan, dengan menggunakan adukan 1 pc : 4 ps atau dapat
juga menggunakan perekat keramik, diaduk baik air 1,5 liter tiap 5 kg bahan
perekat, pemakaian perekat menggunakan trowel bergigi dengan tebal
adukan ± 3 mm atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
3.2. Batu Candi yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna,
motif tiap batu candi harus sama tidak boleh retak, gompal atau cacat
lainnya.
3.3. Pemotongan batu candi harus menggunakan alat potong khusus, sesuai
dengan petunjuk pabrik.
3.4. Sebelum batu candi dipasang, batu candi terlebih dahulu harus direndam air
sampai jenuh.
3.5. Pola batu candi harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan
yang akan terpasang di dinding, dan lain-lain sebagimana yang tertera
didalam gambar.
3.6. Ketinggian peil tepi atas pola batu candi disesuaikan dengan gambar.
3.7. Awal pemasangan batu candi pada dinding dan kemana sisa ukuran harus
ditentukan serta harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Direksi Lapangan
/ Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.
3.8. Bidang dinding batu candi harus benar-benar rata, garis-garis siar harus
benar-benar lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda
ketinggian peil lantainya harus merupakan satu garis lurus.
3.9. Batu candi harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 4-5
Page 86 of 95
mm atau sesuai arahan Direksi pada setiap perpotongan siar harus
membentuk dua garis tegak lurus. Siarsiar batu candi diisi dengan bahan
pengisi siar sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang
disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan
kemudian.
3.10. Bersihkan permukaan batu candi segera jika terkotori dengan pekerjaan
grouting dan kotoran lainnya, bersihkan dengan hati-hati, tanpa merusak
permukaan, lindungi batu candi selama 14 hari setelah pemasangan.
3.11. Pembersihan permukaan batu candi yang sudah terpasang dari sisa-sisa
adukan semen hanya boleh dilakukan dengan menggunakan cairan
pembersih untuk batu candi.
3.12. Nat-nat pada pemasangan batu candi harus diisi dengan bahan komponen
semen mortar siap pakai (tile grout) yang dicampur air diisikan ke nat batu
candi dan diratakan dengan busa (spons).
3.13. Pemasangan batu candi pada dinding kamar mandi atau lokasi lain yang
disyaratkan harus memakai waterproofing dilakukan setelah hasil tes
waterproofing disetujui Konsultan Pengawas.

Page 87 of 95
BAB V
PEKERJAAN LANTAI

A. PEKERJAAN LANTAI

Pasal 1 Umum

1.1. Lingkup Pekerjaan :


a. Plesteran kasar untuk dasar pasangan ubin : keramik lantai.
b. Pasangan lantai keramik 30 x 30, Roman, Platinum, Ezzenza. Keramik
30 x 30 merk Platinum, Roman atau Ezzenza untuk lantai pada area-
area yang disesuaikan dengan yang ditunjukkan pada gambar.

1.2. Pekerjaan yang berhubungan :


a. Pekerjaan Pasang bata
b. Pekerjaan screed lantai.

1.3. Standard
a. PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia – 1982
b. Keramik berglazur (SNI 03-4062-1996), Keramik mozaik (SNI 03-1331-
2001), Mutu dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik (SNI 03-0106-1987), Ubin
Dinding Keramik Berglazur (SNI 03-0054-1996)
c. ANSI : American National Standard Institute
d. TCA : Tile Council of America, USA (1) TCA 137.1 – Recommended
Standard Spesifikation for Ceramic Tile

1.4. Persetujuan
3.1.1. Contoh bahan
Guna persetujuan Direksi/Perencana/Konsultan Pengawas,
Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan contoh – contoh semua
bahan yang akan dipakai; keramik, bahan – bahan additive untuk
adukan, dan bahan untuk tile grouts.
3.1.2. Mock-up/contoh pemasangan
Sebelum mulai pemasangan, Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat
contoh pemasangan yang memperlihatkan dengan jelas pola
pemasangan, warna dan groutingnya. Mock-up yang telah disetujui akan
dijadikan standard minimal untuk pemasangan keramik.
3.1.3. Brosur
Untuk keperluan Direksi/Perencana, Penyedia Jasa Konstruksi harus
menyediakan brosur bahan guna pemilihan jenis bahan yang akan
Page 88 of 95
dipakai.

1.5. Kondisi Lingkungan


Suhu dan ventilasi ruang dimana keramik akan dipasang harus dijaga agar
sesuai dengan rekomendasi pabrik sehingga tidak mempengaruhi rekatan
keramik.

Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Lantai Trotoar Jalan Gerilya Depan SMP N 2 Kabupaten Temanggung
menggunakan Keramik Kualitas I ukuran : 30 x 30 cm
2.2. Tile Adhesive berbahan dasar semen, filler, aditif dan pasir silica yang dikemas
kualitas baik sebagai pelekat keramik pada lantai atau menggunakan adukan 1
pc : 4 ps.
2.3. Tile grout sebagai pengisi celah-celah / nat antar keramik, memakai merk
berkualitas baik. Warna disesuaikan dengan warna keramik.

Pasal 3 Pemasangan
3.1. Umum
a. Sebelum pekerjaan dimulai, lebih dahulu harus dipelajari dengan seksama
lokasi pemasangan keramik, kualitas, bentuk dan ukuran ubinnya dan
kondisi pekerjaan setelah studi diatas dilaksanakan, tentukan metoda
persiapan permukaan pemasangan ubin, joints dan curing, untuk diusulkan
kepada Direksi Lapangan.
b. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan ‗tiling manual‘, yang berisi
uraian tentang bahan, cara instalasi, sistim pengawasan,
perbaikan/koreksi, perlindungan, testing dan lain-lain untuk diperiksa dan
disetujui Direksi Lapangan.
c. Sebelum instalasi dimulai, siapkan lay out nat-nat, hubungan dengan
finishing lain dan dimensi-dimensi joint, guna persetujuan
Direksi/Perencana/Konsultan Pengawas.
d. Pemilihan Tile
Tile yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan
ukuran, bentuk dan warna yang telah ditentukan.
e. Pemotongan Tile
Ujung potongan tile harus dipoles dengan gurinda atau batu

3.2. L e v e l.
a. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai karenanya screeding
dasar harus diatur hingga memungkinkan pada tiles dengan ketebalan yang
berbeda permukaan finishnya terpasang rata.
Page 89 of 95
b. Lantai harus benar-benar terpasang rata; baik yang ditentukan datar
maupun yang ditentukan mempunyai kemiringan.
c. Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan, keimiringan tidak boleh
kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk
area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m. Kemiringan
harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa meninggalkan genangan.
Jika ketebalan screed tidak memungkinkan untuk mendapatkan kemiringan
yang ditentukan, Penyedia Jasa Konstruksi harus segera melaporkan
kepada Direksi/Konsultan Pengawas.

3.3. Persiapan Permukaan


a. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan permukaan sehingga
memenuhi syarat yang diperlukan, sebelum memasang ubin/keramik.
b. Secara tertulis, Penyedia Jasa Konstruksi harus memberikan laporan kepada
Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas tiap kondisi yang menurut
pendapatnya akan berpengaruh buruk pada pelaksanaan pekerjaan.
c. Permukaan beton yang akan diplester untuk penempelan ubin/keramik,
harus dikasarkan dan dibersihkan dari debu dan bahan-bahan lepas
lainnya. Sebelum dilaksanakan plesteran, permukaan ini harus dibebaskan.
d. Penyimpangan kerataan permukaan beton tidak boleh lebih dari 5 mm
untuk jarak 2 mm, pada semua arah, Tonjolan harus dibuang (Chip off)
tekukan kedalaman diisi dengan mortar (1 : 2), sehingga plesteran dasar
(Setting bed) mempunyai ketebalan yang sama

3.4. Pemasangan ubin keramik dinding di bagian dalam (internal)


a. Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar dan ubin harus dibasahi.
Pakai benang untuk menentukan lay out ubin, yang telah ditentukan dan
pasang sebaris ubin guna jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.
b. Kecuali ditentukan lain pemasangan ubin harus dimulai dari bawah dan
dilanjutkan ke bagian atas.
c. Pada pemasangan keramik, tempelkan dibagian belakang keramik adukan
dan ratakan, kemudian ubin yang telah diberi adukan ini ditekankan ke
plesteran dasar. Kemudian permukaan ubin dipukul perlahan-lahan hingga
mortar perekat menutupi penuh bagian belakang ubin dan sebagian adukan
tertekan keluar dari tepi ubin.
d. Tiap hari pemasangan, tidak diperkenankan memasang tile dengan
ketinggian lebih dari ketentuan berikut :
 1,2 m – 1,5 m, untuk tile tinggi 60 mm,
 0,7 m -0,9 m, untuk tile tinggi 90 – 120 mm,
 Max 1,8 m, untuk semi porcelain tile.
e. Jika tile sudah terpasang, mortar yang berada di nat (joint) harus dibuang /
Page 90 of 95
dikeluarkan dengan sikat atau cara lain yang tidak merusakkan permukaan
tile. Mortar yang mengotori permukaan tile harus dibuang dengan kain lap
basah.
f. Pemasangan tile grant (pengisian nat) harus sesuai dengan ketentuan
pabrik.

3.5. Pemasangan keramik 30 x 30, setara Roman dan Platinum untuk lokasi yang
ditunjukan dalam gambar
a. Tile dipasang pada permukaan yang telah discreed.
Komposisi adukan untuk screeding :
 Area kering : 1 pc : 4 ps
 Area basah : 1 pc : 2 ps
b. Pada pemasangan di area yang luas, harus dilaksanakan secara kontiniu.
Dan harus disediakan ‗Kepalaan‘ (guide line course) pada interval 2,0 m –
2,5 m. Pemasangan tile lainnya berpedoman pada guide line ini.
c. Kikis semua mortar yang mempel pada nat dan bersihkan ketika proses
pemasangan tile berlangsung. Pasangan tile tidak boleh diinjak dalam
waktu 24 jam setelah pemasangan.
d. Nat-nat pada pemasangan tile harus diisi dengan bahan tile grout berwarna
dan kondisi pemasangan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik.

3.6. Pemeriksaan (Inspection)


a. Rekatan (bond).
Ketika pelaksanaan pemasangan tile, ambil beberapa tile yang telah
terpasang,secara random, untuk memastikan bahwa adukan perekat telah
merekat dengan baik pada bagian belakang tile dan telah terpasang dengan
baik.
b. Tension Test.
Tension test harus dilakukan pada pasangan ubin di dinding; terutama di
exterior. Test harus dilaksanakan pada area pekerjaan tiap tukang. Test
dilaksanakan tiap hari kerja dan sampel diambil secara random jika umur
pemasangan sample tidak lebih dari 5 hari, kekuatan rekatan harus minimal 3
kg/cm2.

Pasal 4 Perlindungan dan Pembersihan


4.1. Perlindungan
a. Penyedia Jasa Konstruksi harus melindungi ubin yang telah terpasang maupun
adukan perata dan harus mengganti, atas biaya sendiri kerusakan yang
terjadi, Penyerahan pekerjaan dilakukan dalam keadaan bersih.
b. Setelah pemasangan, Penyedia Jasa Konstruksi harus melindungi tile lantai
yang telah terpasang. Jika mungkin dengan mengunci area tersebut. Batasi
Page 91 of 95
lalu lintas diatasnya; hanya untuk yang penting saja.

4.2. Pembersihan
Secara prinsip, permukaan tile dibersihkan dengan air, menggunakan sikat, kain
lap, dan sebagainya. Tetapi jika area-area yang tidak bisa dibersihkan hanya
dengan air, pembersihan memakai campuran air dengan hidrochloric
acid,perbandingan 30 : 1. Sebelum pembersihan dengan asam ini, indungi
semua bagian yang memungkinkan akan berkarat atau rusak oleh asam. Setalah
dibersihkan dengan asam ini, bersihkan area ini dengan air biasa, hingga tidak
ada campuran asam yang tersisa.

Page 92 of 95
BAB VI
PEKERJAAN PENGECATAN

A. PEKERJAAN PENGECATAN

Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan. Cat
emulsi, epoxy, vinyl acrylic, enamel, dan cat menie.
c. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar dan yang
disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan
petunjuk Perencana/Direksi/Konsultan Perencana.
1.2. Pekerjaan yang berhubungan :
a. Pekerjaan dinding
b. Pekerjaan Besi/Baja
1.3. Standard
a. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982
b. SNI 03-2410-2002, Cat Tembok.
c. SNI 03-686.1-2002, Cat Besi/Baja
d. SNI 3564:2009, Cat Tembok Emulsi
e. SNI 03-2410-1994, Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi
f. SNI 03-6896-2002, Tata Cara Pengecatan Genteng Beton
g. SNI 03-3433-2002, Tata Cara Pengecaran Genteng Keramik
h. SNI 06-4827-1998, Spesifikasi Campuran Cat Siap Pakai Berbahan Dasar
Minyak
i. SNI 03-2407-1991, Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung
j. SNI 03-2408-1991, Tata Cara Pengecatan Logam
k. ASTM : D – 1849 (kestabilan dalam penyimpanan)
l. BS No. 3900, 1970
m. AS K – 41
1.4. Persetujuan
1.4.1. Standard Pengerjaan (Mock-up)
a. Sebelum pengecatan dimulai, Penyedia Jasa Konstruksi harus melakukan
pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang
diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna,
texture, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai
sebagai mock-up ini akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.
b. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan
Page 93 of 95
dan Perencana/Konsultan Perencana, bidang-bidang ini akan dipakai
sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.
1.4.2. Contoh dan Bahan untuk Perawatan
a. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan contoh pengecatan tiap
warna dan jenis pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan
pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna,
formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d lapisan
akhir).
b. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi
Lapangan dan Perencana. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui
secara tertulis oleh Perencana dan Direksi Lapangan, barulah Penyedia
Jasa Konstruksi melanjutkan dengan pembuatan mock-up seperti tersebut
diatas.
c. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan
untuk kemudian akan diteruskan kepada pemberi tugas minimal 5 galon
tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus
tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas indentitas cat yang ada
didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan, oleh
pemberi tugas.

Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Dinding dalam.
a. Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan cat jenis Emulsi Acrylic
kualitas I, tidak mengandung bahan-bahan tambahan yang
membahayakan lingkungan dan kesehatan penghuni, dengan lapisan
dasar Alkali Resistance Sealer warna ditentukan Perencana, Owner/Direksi
Lapangan.
2.2. Dinding Luar.
a. Untuk dinding luar bangunan digunakan Cat berbahan dasar acrylic
kualitas Weathershield. Sekualitas Mowilex, Jotun dan Dulux, dengan
lapisan dasar cat primer berbahan dasar alkali resistant sealer.
Konstraktor harus memberikan Garansi Bahan dan pelaksanaan selama 5
tahun.
b. Cat luar bangunan tidak boleh diplamur, bila permukaan tidak rata /
bergelombang harus diratakan dengan bahan / semen khusus ( sejenis
Scheme Coat )
c. Produksi sekualitas Mowilex Cendana, Nippon Paint dan Catylac
untuk Dinding Interior dan Produksi sekualitas Mowilex, Jotun
dan Dulux untuk Dinding Exterior

Page 94 of 95
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Pekerjaan dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh
plesteran bangunan dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Sebelum dinding dicat primer, plesteran sudah harus betul-betul kering
tidak ada retak-retak dan Penyedia Jasa Konstruksi meminta persetujuan
kepada KonsultanPengawas .
c. Sesudah 7 hari primer terpasang, kemudian dibersihkan dengan bulu
ayam sampai bersih betul. Selanjutnya dinding cat dengan menggunakan
Roller.
d. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali
resistance sealer atau cat primer untuk interior yang dilanjutkan dengan 3
(tiga) lapis emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :
- Lapis I encer ( tambahan 20 % air )
- Lapis II kental
- Lapis III encer.
e. Untuk warna-warna yang jenisnya khusus, Penyedia Jasa Konstruksi
diharuskan menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor percampuran
(batch number) yang sama.
f. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang
utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga
terhadap pengotoran-pengotoran dan kecacatan.

Pasal 4 Garansi
4.1. Untuk cat luar bangunan (weathershield) Penyedia Jasa Konstruksi harus
memberikan garansi produk dan garansi aplikasi kepada pemberi tugas yang
berlaku selama 5 tahun.

Page 95 of 95

Anda mungkin juga menyukai