BAB I
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
Yang dimaksud dengan pekerjaan pada proyek ini adalah Konsultan Perencana
Pembangunan Trotoar Kabupaten Temanggung yang berlokasi di Wilayah
Temanggung, Parakan, Ngadirejo dan Kranggan.
Pekerjaan tersebut diatas harus selesai tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan,
dengan kualitas yang memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan dalam Surat
Perjanjian Penyedia Jasa Konstruksi dan pelaksanaannya harus dilaksanakan
berdasarkan :
Page 1 of 95
c. Gambar – gambar perencanaan dan detail.
d. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan penjelasan tambahan lainnya.
e. Petunjuk Direksi
f. Peraturan – peraturan umum lainnya yang berlaku.
Komponen konstruksi bangunan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:
Spesifikasi
No. Uraian Pekerjaan Material
Tipe / Produk Merk
A. Pekerjaan Struktur
I. Pekerjaan Tanah dan Pondasi
1. Urugan tanah Tanah Lokal -
2. Urugan Pasir Pasir Urug Lokal -
4. Pas. Pondasi Batu Belah 1:6 Batu Belah 15/20 Lokal -
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
II. Pekerjaan Beton
1. Pek. Lantai Kerja Beton K. 100 Sitemix
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Beton Pasir Muntilan -
Agregat kasar/split Lokal -
B. Pekerjaan Arsitektur
I. Pekerjaan Pasangan
1. Pek. Pasangan Bata Merah Bata Merah Lokal -
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
2. Pek. Plesteran Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
3. Pek. Acian Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
4. Pas. Lantai Keramik 30 x 30 cm Keramik 30 x 30 Keramik 30x30 tile Keramik Platinum,
unpolish Roman, Essenza
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
Page 2 of 95
Semen warna Semen Warna Gresik, Holcim, Tiga
Roda
5. Pas. Lantai Guiding Block untuk Guiding Block Guiding Block Guiding Block sekualitas
jalur difabel 30x30 cm tebal 4cm ukuran 30x30 tbl ukuran 30x30 tbl Muntilan
4cm 4cm
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
Semen warna Semen Warna Gresik, Holcim, Tiga
Roda
6. Pas. Kanstin Beton Keb K.300 Beton Kerb K.300 Beton Kerb Aldas, Mutiara, Diamond
60x30x22x15
K.100
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
7. Pas. Saluran U-Ditch Saluran U-Ditch Saluran U-Ditch Unicon, Armada,
600x600x1200 mm, Light Duty Fabrikasi 600x600x1200mm Inticon, SGC
mutu K.350
8. Pas. Penutup Saluran U-Ditch Penutup Saluran U- Saluran U-Ditch Unicon, Armada,
tipe 60, Light Duty Ditch Fabrikasi tipe 60 mutu Inticon, SGC
K.350
9. Pas. Main Hole Saluran U-Ditch Saluran U-Ditch Saluran U-Ditch Unicon, Armada,
600x800x1200 mm, Light Duty Fabrikasi 600x800x1200mm Inticon, SGC
mutu K.350
10. Pas. Tutup Main Hole Baja Cor Baja Cor Fabrikasi Baja Cor tebal 1 CV. Mutiara
tebal 1 cm dengan diameter 60 cm, diameter 60
11. Pas. Baja Cor Pengaman Pohon Baja Cor Fabrikasi Baja Cor tebal 1 CV. Mutiara
tebal 1 cm cm
12. Pas. Baja Cor Grill Penutup tebal Baja Cor Fabrikasi Baja Cor tebal 1 CV. Mutiara
1 cm cm
13. Pas. Buis Beton Diameter 30 cm Buis beton Dia. Buis beton Dia. 30 Lokal
30cm cm
Batu Bata Batu Bata Lokal
Portland Cement PCC Gresik, Holcim, Tiga
Roda
Pasir Pasang Pasir Muntilan -
Pasir Urug Lokal -
a. Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi
Page 3 of 95
Indonesia (NI), Standar Industri Indonesia (SII), Peraturan Nasional (NI)
maupun Peraturan Pemda setempat lainnya yang berlaku atas jenis bahan
tersebut, peraturan tersebut antara lain :
1) Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
2) Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002
3) Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam SNI 03-6861,2-2002
4) Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi SNI 03-6861,3-2002
5) Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847–
2002.
6) Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton SNI 03-6816-2002
7) Semen Portland SNI 15-2049-2004
8) Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
9) Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton SNI 03-3976-1995
10)Metode Pengujian Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990
11)Cara Uji Slump Beton SNI 1972:2008
12)Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar SNI 2458:2008
13)Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton di Lapangan SNI 03-
4810-1998
14)Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium SNI 03-
2493-1991
15)Spesifikasi Beton Siap Pakai SNI 03-4433-1997
16)Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan Beton SNI 03-6883-2002
17)Baut Kepala Segi Enam dengan Ulir Metrik Halus Kelas A dan B SNI 3067-
1992
18)Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canal Panas (BJP Siku Sama Kaki) SNI 07-
2054-2006
19)Baja Profil I Beam Proses Canal Panas (BJP I Beam) SNI 07-0329-2005
20)Spesifikasi Flensa Pipa Baja Untuk Penyediaan Air Bersih Ukuran (110-366)
mm SNI 07-6404-2000
21)Mutu dan Cara Uji Pipa Baja Lapis Seng SNI 07-0039-1987
22)Genteng Keramik Berglasir SNI 03-2134-1996
23)Kapur Untuk Bahan Bangunan SNI 03-2097-1991
24)Mutu Dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik SNI 03-0106-1987
25)Keramik Berglazur SNI 03-4062-1996
26)Bata Beton (Paving Block) SNI 03-0691-1996
27)Spesifikasi Peralatan dan Pemasangan Dinding Bata Dan Plesteran SNI 03-
6862-2002
28)Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding SNI 15-2094-2000
29)Tata Cara Pengerjaan Pasangan Dan Plesteran Dinding PT-T-03-2000-C
30)Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing SNI 03-7065-2005
31)Dan lain-lain yang Secara nyata termasuk didalam Dokumen / Gambar, RKS,
Page 4 of 95
Spesifikasi Teknis, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan/Aanwijzing dan
ketentuan-ketentuan lainnya
2. Merk Dagang
Merk – merk dagang untuk bahan – bahan tertentu yang disebutkan dalam
Persyaratan Teknis ini dimaksudkan hanya sebagai bahan perbandingan dalam hal
bentuk, model, mutu, jenis dan sebagainya, sehingga tidak diartikan sebagai
persyaratan sebagai persyaratan merk yang mengikat.
Penyedia Jasa Konstruksi dapat mengusulkan minimal 3 (tiga) merk dagang lain
yang setaraf / sekualitas setelah mendapat persetujuan dari direksi pelaksana.
Dalam hal disebutkan 3 (tiga) merk dagang atau lebih untuk jenis bahan yang
sama, maka Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk mengajukan salah satu dari
padanya (bukan setara) untuk diperiksa dan disetujui direksi.
1.2. SITUASI
1. Trotoar Kabupten Temanggung berlokasi di Wilayah Temanggung, Wilayah
Parakan, Wilayah Ngadirejo dan Wilayah Kranggan, Kabupaten Temanggung,
dengan Site plan seperti yang tertera dalam gambar situasi/tapak.
2. Site (tempat pembangunan) akan diserahkan kepada Penyedia Jasa
Konstruksi, sebagaimana keadaannya. Untuk itu Penyedia Jasa Konstruksi
harus meneliti keadaan tapak, terutama keadaan tanah (kontur, letak
bangunan yang sudah ada serta sifat lingkup pekerjaan lain – lain yang
dapat memperngaruhi harga penawarannya.
3. Kelalaian atau kekurang telitian Penyedia Jasa Konstruksi dalam mengevaluasi
keadaan lapangan segala sesuatunya menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa
Konstruksi dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan.
Keterangan mengenai letak bangunan ditentukan dalam gambar situasi dan untuk
awal pelaksanaan harus diadakan pengukuran bersama (Dinaskertrans, DPU,
Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Penyedia Jasa).
1. Sebagai ukuran tinggi lantai diambil ± 40 cm dari tanah existing yang ada, yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas, atau sesuai dengan penjelasan pekerjaan
/ aanwijzing maupun pada saat Uitzet.
2. Ukuran yang merupakan tanda tetap, tidak boleh berubah letak dan ukurannya.
Dengan ini tanda tersebut harus dibuat dengan beton atau tembakan yang
harus dijaga dan dipelihara selama pelaksanaan dan sampai pekerjaan selesai.
3. Supaya dibuat beberapa patok duga juga untuk ordinat / koordinat dan elevasi
yang dibuat dari patok beton yang kuat dan terpelihara
sehingga bangunan tidak kehilangan ukuran awal.
Page 34 of 95
BAB II
PEKERJAAN LUAR / HALAMAN
A. PEKERJAAN DRAINASE
Pasal 2 Umum
Pekerjaan beton untuk gorong – gorong, selokan – selokan, bak kontrol dan
drainase serta untuk pekerjaan beton lainnya supaya mengikuti ketentuan
ketentuan yang tercantum dalam Tata cara perhitungan struktur beton
untuk bangunan gedung SNI 03 –2847 – 2002, baik mengenai persyaratan
material, persiapan dan cara-cara pelaksanaannya, acuan dan lain-lainnya.
b. Manhole
• Umum
Page 35 of 95
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan "in let",
"manhole". Sesuai dengan yang ditunjuk/disyaratkan dalam
gambar atau persyaratan penjelasan yang akan diberikan di
lapangan.
• Referensi
Semua pekerjaan ini sesuai dengan persyaratan :
Peraturan Cement Portland Indonesia, NI-8, SNI 15-2049-2004
Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
SNI 03 – 2847 – 2002.
Tatacara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI
03 – 1729 – 2002.
• Material
Saluran U-Ditch Pracetak fabrikasi dengan mutu K.350.
Beton yang dipakai sesuai dengan persyaratan pada Bab III.
Penutup Main Hole juga dari beton pracetak tipe 60.
B. PEKERJAAN KANSTEEN
e. Air yang digunakan harus memenuhi NI-3 pasal 110, Peraturan Umum
Page 37 of 95
Bahan Bangunan Indonesia, 1982.
c. Kansteen yang retak – retak, gompal pinggir dan sudut – sudut tidak
diperkenankan untuk dipasang.
Page 38 of 95
BAB III
PEKERJAAN TANAH, URUGAN PASIR, PONDASI DAN
STRUKTUR
1.3. Menyediakan tenaga kerja , peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.
2.1. Pekerjaan penggalian saluran U-Ditch, pasangan batu dan lain lain, dapat
dilaksanakan dengan menggunakan alat berat dan semua peralatan yang
dibutuhkan harus disediakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi, baik yang
menyangkut peralatan untuk pekerjaan persiapan maupun peralatan
untuk pekerjaan penggaliannya sendiri dan alat-alat bantu yang
diperlukannya.
2.6. Bila kondisi dari tanah pada kedalaman yang ditentukan di dalam Gambar
ternyata meragukan, Penyedia Jasa Konstruksi harus secepatnya
melaporkan hasil tersebut kepada Konsultan Manjemen Konstruksi secara
tertulis, agar dapat diambil langkah-langkah yang dianggap perlu, semua
biaya yang diakibatkan oleh keadaan tersebut akan dibayar oleh Pemilik
Bangunan melalui penerbitan ―Perintah Perubahan Pekerjaan‖.
2.7. Permukaan tanah yang sudah selesai digali dan telah mencapai
kedalaman rencana harus dipadatkan kembali untuk mendapatkan
permukaan yang padat, rata. Pemadatan tanah digunakan alat pemadat
tanah yang sebelumnya disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2.8. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah
yang telah selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan
untuk pemasangan pondasi/ pekerjaan berikutnya kepada Konsultan
Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
2.9. Semua kelebihan tanah galian harus dikeluarkan dari lapangan ke lokasi
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Penyedia Jasa Konstruksi
bertanggung jawab untuk mendapatkan tempat pembuangan dan
membayar ongkos – ongkos yang diperlukan.
2.10.Air yang tergenang dilapangan, atau dalam saluran dan galian selama
pelaksanaan pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipa – pipa
harus dipompa keluar atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
3.2. Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak,
akar pohon, sampah, puing bangunan dan lain-lain sebelum pengurugan
dimulai.
3.3. Tanah yang digunakan untuk mengurug harus bersih dari bahan organis,
sisa – sisa tanaman, sampah dan lain-lain. Tanah yang digunakan untuk
timbunan dan subgrade harus memenuhi standard spesifikasi AASHTOM
57-64 dan harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium tanah yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
1.1. Pasal ini menguraikan semua pekerjaan urugan pasir yang harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi, seperti pengurugan pasir
dibawah Sloof, lantai, dibawah perkerasan-perkerasan dan lain-lain
sebagainya serta pekerjaan pemadatan urugan pasir tersebut,
sebagaimana yang tertera pada Gambar Perencanaan.
1.3. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.
Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam Peraturan Umum Bahan Bangunan
Indonesia, 1982, Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI
03-6861,1-2002. Pasir laut dapat digunakan, asal dicuci secara memadai.
3.4. Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh konstruksi atau pekerjaan lain
sebelum disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pengawas berhak untuk
membongkar pekerjaan diatasnya, bilamana urugan pasir tersebut belum
disetujui olehnya.
3.5. Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan pasir
minimal = 5 cm.
Pasal 1. Umum
Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil bila tidak
disebutkan secara khusus didalam gambar harus dibuat kualitas setara
K.100
3.1. Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan
dan diratakan dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir.
3.3. Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja minimal
= 5 cm.
Page 43 of 95
D. PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
1.1. Umum
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan pasangan batu kali, yang
dimaksud sebagai pondasi, sebagaimana tertera didalam gambar.
Pasangan batu kali harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam
SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan Struktur Beton.
SNI 03-6861,1-2002, Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam.
SNI 03-6861,2-2002, Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/ Logam.
E. PEKERJAAN BETON
Pasal 1. Umum
1.3. Semua material harus dalam keadaan baru dengan kualitas yang terbaik
sesuai persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, dan
Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-
bahan tersebut dan Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas
segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh Konsultan
Pengawas dalam waktu 2 x 24 jam harus dikeluarkan dari Proyek.
Page 46 of 95
2.2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan
bagian – bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
Pasal 3. Material
3.1. Semen
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai
dengan persyaratan standar Indonesia SNI 15 – 2049 – 2004, SII
0013 – 81 atau ASTM C – 150 dan produksi dari satu merk.
b. Penyedia Jasa Konstruksi harus mengirimkan surat pernyataan
pabrik yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan
dan ―Manufacturer‘s Test Certificate‖ yang menyatakan memenuhi
persyaratan tersebut diatas.
c. Penyedia Jasa Konstruksi harus menempatkan semen tersebut
dalam gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan.
Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran
atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan dari proyek.
d. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
e. Semen yang menggunakan merk : Holcim, Gresik, Tiga Roda
f. Dalam pelaksanaan pekerjaan hanya diperkenankan
menggunakan satu merk Semen.
1” 25,00 mm 100
3/4” 20,00 mm 90 – 100
3/8” 95,00 mm 20 – 55
No. 4 4,76 mm 0–1
3.4. A i r
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak
atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
5.1. Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan percobaan – percobaan di Laboratorium
yang ―Independent‖ yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas, sebagai
persiapan dari percobaan pendahuluan di lapangan sampai didapatkan
suatu perbandingan tertentu untuk mutu beton yang akan digunakan.
5.2. Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan, Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengadakan percobaan di Laboratorium untuk
mendapatkan mutu beton yang diperlukan.
5.3. Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus
mengikuti ketentuan – ketentuan dalam SNI 03 – 1729 – 2002.
5.4. Bila hasil percobaan dilaboratorium dan slump test belum menunjukkan
mutu yang sesuai dengan permintaan, maka pekerjaan beton tidak
boleh dilaksanakan.
6.4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5
menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus
ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Konsultan
Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton
yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam
setiap adukan.
7.3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama
tersebut harus disapu dengan bonding agent dengan aturan sesuai
pabrik pembuatnya.
8.2. Permukaan cetakan harus rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang – lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan
diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal.
8.5. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
―Mould release agent‖ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhati – hati agar tidak terjadi kontak dengan
baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan
Page 52 of 95
tulangan.
8.9. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian –
bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut
dan dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
9.4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada
semen dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dapat
berkurang, bila Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan
kondisi tertentu.
9.6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari
1,5 meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi
penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru
dituang.
9.7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
―initiual set‖ atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan
menjadi plastis karena getaran.
9.9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah
menjadi keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus
dibersihkan dari lapisan air semen dan partikel-partikel yang terlepas
sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang
padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat
dengan tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
10.3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian
beton dan pemadatan yang baik. Alat penggetar tidak boleh menyentuh
tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk pada
beton yan telah mulai mengeras.
11.2. Permukaan ―construction joints‖ harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang
padat.
Page 55 of 95
Pasal 12. Baja Tulangan
12.1. Semua baja tulangan yang dipakai harus bersih, dari segala macam
kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak ikatan baja
dengan beton. Ukuran lebih kecil atau sama dengan dari Ø 12 mm
menggunakan BJTP 24 atau U24 (Polos) Ukuran melebihi D - 13 mm
menggunakan BJTD 32 atau U32 (Ulir)
14.1. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton, seperti
angkur, kait dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan
beton, harus sudah terpasang sebelum pengecoran beton dilakukan.
14.2. Bagian atau peralatan tersebut harus tertambat kuat pada posisinya
agar tidak tergeser pada saat pengecoran beton.
Page 56 of 95
14.3. Penyedia Jasa Konstruksi utama harus memberitahukan kepada pihak
lain untuk melakukan pekerjaan tersebut sebelum pengecoran
dilakukan.
14.4. Rongga – rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong
pada benda atau peralatan yang akan ditanam dalam beton tidak diisi
pada saat pengecoran, harus ditutup dengan bahan atau ukuran sesuai
kebutuhan yang mudah dilepas setelah pelaksanaan pengecoran.
15.1. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan atau keahlian dalam setiap bagian
pekerjaan ternyata tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan
persyaratan teknis, maka bagian tersebut harus digolongkan sebagai
cacat pekerjaan.
15.2. Semua pekerjaan yang digolongkan cacat harus dibongkar dan diganti
sesuai dengan yang dikehendaki. Seluruh pembongkaran dan pemulihan
pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta seluruh biaya yang
timbul seluruhnya ditanggung oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
16.1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam SNI 03
– 2847 – 2002 dalam minimum memenuhi persyaratan seperti tersebut
dalam ayat berikut.
16.2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat suatu pengujian, yang dikerjakan
dalam satu hari dengan volume sampai dengan volume sampai dengan
jumlah 5 m3.
16.3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk
kubus ukuran 15x15x15 cm atau silinder. Satu benda uji akan diuji pada
umur 7 (tujuh) hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas, sedang 3 (tiga) benda uji lainnya akan diuji pada umur 28
hari. Hasil pengujian adalah hasil rata – rata dari ketiga spesimen
tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari
kekuatan karakteristik 225 kg/cm² untuk mutu beton K – 225 (sloof,
kolom, plat, balok), tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian
kurang dari kekuatan beton karakteristik tersebut.
Page 57 of 95
16.4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang
ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama
dengan keadaan sebenarnya.
17.1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh melebihi 32° C. Bila suhu yang
ditaruh berada diantara 27° dan 32° C.
17.2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat
mengakibatkan suhu beton melebihi 32° C, maka Penyedia Jasa
Konstruksi harus mengambil langkah – langkah yang efektif, misalnya
mendinginkan agregat atau melakukan pengecoran pada malam hari.
18.1. Bilamana beton yang digunakan adalah berupa beton ready mixed,
maka beton tersebut harus didapatkan dari sumber yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas, dengan takaran, adukan serta cara
pengiriman/pengangkutan yang memenuhi syarat-syarat yang tercantum
pada ASTM C94 – 78a.
18.2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang
telah diuji di Laboratorium serta secara konsisten harus dikontrol
bersama – sama oleh Konsultan Pengawas dan Supplier beton ready
mixed. Kekuatan beton minimum yang dapat diterima adalah
berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di Laboratorium.
19.1. Untuk mencegah pengeringan bidang bidang beton. Selama paling dua
minggu beton harus dibasahi terus – menerus, antara lain dengan
menutupinya dengan karung karung basah . Pada pelat pelat atap
pembasahan terus menerus ini harus dilakukan dengan merendamnya
(menggenanginya) dengan air. Pada hari hari pertama sesudah selesai
pengecoran , proses pengerasan tidak boleh diganggu Sangat dilarang
untuk mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai
tempat penimbunan bahan – bahan atau sebagai jalan untuk
mengangkut bahan – bahan yang berat.
19.2. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses – proses lain untuk mempersingkat waktu
pengerasan dapat dipakai. Cara – cara ini harus disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas Ahli.
Page 59 of 95
F. PEKERJAAN BETON NON STRUKTUR
Pasal 1. Umum
1.2. Standard
a. Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
b. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-
2002
c. Standar Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam SNI 03-6861,2-
2002
d. Standar Bahan Bangunan dari Logam bukan Besi SNI 03-6861,3-
2002
e. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI
03-2847–2002.
f. Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton SNI 03-6816-2002
g. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 03-1726-2002
h. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SNI
1727-1989-F
i. Semen Portland SNI 15-2049-2004
j. Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002
k. Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton SNI 03-3976-1995
l. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990
m. Cara Uji Slump Beton SNI 1972:2008
n. Tata Cara Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar SNI
2458:2008
o. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji beton di Lapangan SNI
03-4810-1998
p. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium
SNI 03-2493-1991
q. Spesifikasi Beton Siap Pakai SNI 03-4433-1997
r. Spesifikasi Toleransi Untuk Konstruksi dan Bahan Beton SNI 03-6883-
2002.
Page 60 of 95
s. Peraturan Pembangunan Pemerintah Th Daerah Setempat.
t. Ketentuan – ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong
Pekerjaan Umum (AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan
Lembaran Negara No. 1457.
u. Petunjuk – petunjuk dan peringatan – peringatan lisan maupun
tertulis yang diberikan Perencana/Konsultan Pengawas.
v. Standar Normalisasi Jerman ( DIN )
w. American Society for Testing and Material ( ASTM )
x. American Concrete Institute ( ACI ).
b. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir – butir yang bersih dan bebas dari bahan
– bahan organis, Lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi
komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam SNI 03 –
2847 – 2002.
c. Koral Beton/Split :
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat – syarat SNI 03
– 2847 – 2002. Penyimpanan/Penimbunan pasir koral beton harus
dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan
tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan
beton yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali dan bahan bahan organis/bahan
lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10.
Page 61 of 95
Apabila dipandang perlu Konsultan Pengawas dapat minta kepada
Penyedia Jasa Konstruksi supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
Penyedia Jasa Konstruksi.
e. Besi Beton
Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak
dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat
serta memenuhi persyaratan (SNI 03 –2847–2002). Bila dipandang
perlu Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk memeriksa mutu
besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah
atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi.
Pasal 3. Pelaksanaan
3.2. Pembesian
3.2.1. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang
dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang
(ring), persyaratannya harus sesuai SNI 03 – 2847 – 2002.
3.2.2. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan
dengan gambar konstruksi.
3.2.3. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus
bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang
selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam SNI 03 – 2847 –
2002.
3.2.4. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan
dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah
tertulis dari Konsultan Pengawas.
G. PEKERJAAN BEKISTING
1.1. Umum
1.1.1. Pasal ini menguraikan semua pekerjaan perancangan,
pembuatan, pemasangan dan pembongkaran semua bekisting
beton yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi,
sesuai dengan kebutuhan dalam menyelenggarakan pekerjaan
beton, sebagaimana yang tertera didalam gambar. Pada
dasarnya, bekisting adalah konstruksi bantu yang mendukung
beton yang belum mengeras.
1.1.2. Semua Bekisting Beton harus dilaksanakan dengan mengikuti
Page 65 of 95
semua persyaratan yang tercantum didalam RKS ini, PBI 1971,
PUBI 1982, PKKI 1961 dan semua Perintah yang disampaikan
oleh Konsultan Pengawas selama pelaksanaan Pekerjaan.
2.1. Umum
Pasal ini menguraikan pekerjaan perancah luar yang harus dilaksanakan
pada saat pelaksanaan.
Page 67 of 95
2.2. Persyaratan bahan
Peralatan yang digunakan sebagai perancah luar adalah dolken yang
lengkap serta bagian luarnya dipasang jaring-jaring luar. Dolken yang
dipakai harus kuat dan lengkap terdiri dari batang – batang silang
beserta perkuatannya. Sedangkan untuk jaring – jaring luar terbuat dari
anyaman tambang plastik atau nylon.
2.3. Pelaksanaan pekerjaan
2.3.1. Perancah luar dipasang pada sekeliling bangunan dengan cara-
cara yang benar sehingga tidak membayakan pekerja, bangunan
yang dikerjakan maupun keadaan sekelilingnya. Perancah luar
harus dipasang minimal sama dengan bangunan yang dikerjakan
dan dicat dengan warna yang mencolok.
2.3.2. Untuk naik turun gedung selama pelaksanaan berlangsung, pada
perancah luar harus dipasang tangga dilengkapi dengan bordes
mendatar. Sedangkan untuk jaring-jaring luar dipasang pada
scaffolding secara kuat, rapih dan tidak kendor. Jaring ini harus
tahan terhadap tiupan angin dan memberi perlindungan serta
rasa nyaman bagi yang bekerja pada dinding luar.
H. PEKERJAAN BAJA
Pasal 1. Umum
1.1. Pekerjaan Baja Cor ialah bagian-bagian yang dalam gambar rencana
dinyatakan sebagai pekerjaan baja cor, juga bagian-bagian yang
menurut sifatnya memakai baja cor, seperti penutup main hole, baja cor
pengaman pohon, baja cor grill saluran air hujan, dan lain-lain.
1.3. Sub Pelaksana Pekerjaan yang dipakai jika ada harus diketahui dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik Pekerjaan .
Page 68 of 95
Pasal 2. Material
Baja profil dan pipa sesuai dengan Fe-360 atau BJ-37 menurut PPBBI
atau ASTM A-36, dengan tegangan leleh sebesar 2400 kg/cm2, sesuai
dengan SNI 07-0329-2005 untuk Baja Profi I Beam dan SNI 07-2054-
2006 untuk Baja Profil Siku Sama Kaki serta SNI 4096:2007 untuk Baja
Profil Canal
Baut Baja biasa sesuai ASTM A-307 (baut hitam) sesuai dengan SNI
3067-1992
Baja Tulangan Beton sesuai dengan SNI 07-2052-2002
Pipa Baja Lapis Seng sesuai dengan SNI 07-0039-1987
Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung SNI 03-
1729-2002
Elektroda las mengikuti AWS E-70XX atau mutu lebih tinggi.
Pasal 3. Pabrikasi
3.1. Umum
3.1.1. Tenaga pekerja yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli
pada bidangnya dan melaksanakan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan petunjuk – petunjuk Konsultan Pengawas dan
ketelitian utama diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh
bagian dapat cocok satu dengan lainnya pada waktu
pemasangan.
3.1.2. Konsultan Pengawas mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk
setiap waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan. Tidak satu
pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum
diperiksa dan disetujui.
3.1.3. Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan gambar
rencana atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera
diperbaiki.
3.1.4. Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus menyediakan atas biaya
sendiri semua pekerjaan, alat-alat perancah dan sebagainya
yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.
3.1.5. Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus memperkenalkan Pelaksana
Pekerjaan Montase untuk sewaktu-waktu memeriksa pekerjaan
dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan
lain-lain yang berhubungan dengan waktu pemasangan di
tempat pekerjaan.
3.1.6. Pelaksana Pekerjaan Montase tidak mempunyai wewenang untuk
memberikan instruksi-instruksi mengenai cara penyelenggaraan
Page 69 of 95
pabrikasi.
4.1. Umum
Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat dipabrik dengan
cat dasar yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang
dikerjakan dengan mesin perkakas misalnya pada perletakan.
Cat lapangan terdiri dari :
a. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang
telah dicat bengkel, seperti diperintahkan oleh Konsultan Pengawas,
yang telah rusak pada saat transport atau pemasangan oleh bidang-
bidang lain seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas,
Page 73 of 95
dimana cat dasarnya telah rusak.
b. Pemakaian cat dasar dan bahan sejenis seperti yang disyaratkan
dalam ―pengecatan di bengkel‖ pada bidang – bidang yang tertera
pada 1 diatas.
c. Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada pekerjaan
tertentu, untuk seluruh bidang terbuka pekerjaan besi itu.
4.2. Pembersihan
Pembersihan permukaan dari pekerjaan besi bangunan harus bersih dan
dikupas dengan sand blasting atatu cara lain yang disetujui, agar
menjadi logam yang bersih, dengan menyingkirkan seluruh gemuk, olie,
karatan, lumpur atau lain – lain yang melengket padanya. Luas bidang
permukaan yang dibersihkan haruslah dapat sekaligus ditutup dengan
cat dasar dan dicat segera setelah pembersihan, sebelum terjadi
oksidasi. Bila terjadi oksidasi (karatan), permukaan harus dibersihkan
kembali sebelum pengecatan dasar dilakukan.
4.3. Pengecatan
4.3.1. Cat dapat digunakan dengan kwas tangan yang disetujui atau
dengan cara yang disyaratkan oleh Konsultan Pengawas.
4.3.2. Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab
atau berdebu atau pada cuaca yang lain yang jelek, kecuali
diusahakan tindakan – tindakan seperlunya yang sesuai dengan
pendapat Konsultan Pengawas, untuk melawan pengaruh –
pengaruh cuaca tersebut terhadap pekerjaan.
4.3.3. Permukaan yang akan dicat harus kering dan tak berdebu.
Lapisan berikutnya tidak diberikan sebelum lapisan cat terdahulu
telah kering betul. Lapisan penutup diberikan diatas cat dasar
dalam tempo kurang lebih enam bulan tetapi tidak boleh lebih
cepat dari 48 jam setelah pengecatan dasar. Bila terjadi
demikian maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali atau
dicat dasar lagi seperti diuraikan diatas.
4.3.4. Cat (termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas harus disapu dengan kuat pada permukaan baja,
baut-baut pada setiap sudut-sudut, sambungan pelat, lekuk-
lekuk dan sebagainya, kemudian diratakan dengan baik.
4.3.5. Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi
air, diisi dengan cat yang tebal, atau bila diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas, dengan menggunakan semen kedap air
atau bahan lain yang disetujui sebelum penyelesaian cat dasar.
4.3.6. Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata.
Page 74 of 95
Pemakaian cat yang rata ialah 12.5 m2 per liter untuk setiap
lapisan.
I. LAIN-LAIN
1.1. Semua bahan yang akan dipakai harus diperiksa atau diteliti atau diuji
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
1.3. Konsultan Pengawas berhak menolak bahan yang akan dipakai apabila
sekiranya bahan tersebut tidak memenuhi persyaratan dan untuk itu
bahan tersebut harus disingkirkan dalam waktu 3 x 24 jam dari lokasi
proyek.
3.1. Jika karena suatu hal atau Penyedia Jasa Konstruksi merasa perlu untuk
mengejar keterlambatan yang terjadi, maka Penyedia Jasa Konstruksi
dapat melaksanakan kerja lembur. Biaya kerja lembur Konsultan
Pengawas sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Page 75 of 95
Konstruksi.
3.4. Jika pekerjaan lembur dilakukan sampai malam hari, maka Penyedia
Jasa Konstruksi wajib mengadakan sistim penerangan khusus yang
memadai, agar supaya pekerja dapat bekerja dengan baik.
Page 76 of 95
Pasal 5. Pekerjaan pemasangan bahan-bahan pelindung dan pengawet
Penggunaan alat-alat bantu pekerjaan seperti tower crane, lift atau alat-alat
lainnya yang akan diletakkan dan mebebani bagian-bagian struktur bangunan,
harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pelaksana
Pekerjaan/Penyedia Jasa Konstruksi harus memperbaiki kembali segala
kerusakan – kerusakan akibat penggunaan alat-alat bantu tersebut.
7.2. Kedudukan suatu bagian dari bidang bangunan yang ditunjukkan pada
gambar adalah 6 mm per 3 meter panjang bidang bangunan dengan
maksimum 25 mm. Lepas dari ketentuan diatas, bidang bangunan tidak
boleh melampui garis batas pemilikan dan garis bangunan (sempadan).
7.3. Toleransi :
Ketegaklurusan : Penyimpangan dari bidang tembok dan kolom terhadap
Page 77 of 95
garis vertikal tidak melampui 6 mm per meter dengan maksimum 13
mm.
Kedataran :
Tinggi 3 meter dari lantai, penyimpangannya - 6 mm.
Tinggi 6 meter dari lantai, penyimpangannya - 13 mm.
Tinggi > 12meter dari lantai, penyimpangannya - 13 mm.
Penampang :
Penyimpangan maksimum terhadap dimensi penampang nominal dari
kolom balok, pelat dan lain-lain adalah :
Dimensi < 15 cm, penyimpangannya = + 10 mm - 13 mm
Dimensi >15 cm, penyimpangannya = + 13 mm - 6 mm
Lubang (opening) :
Penyimpangan maksimum terhadap ukuran nominal dan lokasinya pada
lantai dan dinding : 6 mm.
Page 78 of 95
BAB III
PEKERJAAN BATU KALI
Pasal 1 Umum
Pasal ini menguraikan semua pekerjaan pasangan batu kali, sebagaimana tertera
didalam gambar. Pasangan batu kali harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam :
• Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, NI-3 PMI PUBI 1982, Standar
Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002
• SII-0079-79
• dan Peraturan Cement Portland Indonesia, NI-8, SNI 15-2049-2004
2.1. Batu kali yang dipakai harus merupakan batu kali belah yang keras, padat
dan
2.2. memiliki struktur yang kompak dengan warna yang cerah dan bebas dari
cacat, serta harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam
Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982, Standar Spesifikasi
Bahan Bangunan Bukan Logam SNI 03-6861,1-2002 dan SII.0079-79. Batu
kali bulat tidak boleh dipakai.
2.3. Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi
ketentuan yang tercantum pada RKS ini.
2.4. Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi
persyaratanyang dicantumkan dalam Peraturan Umum Bahan Bangunan
Indonesia 1982
2.5. Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi ketentuan
yang tercantum pada RKS ini.
3.1. Pondasi batu kali harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1 bagian
Semen Portland : 3 bagian Pasir Pasang dan harus dipasang dan dibentuk
sampai diperoleh dimensi dan ketinggian yang dibutuhkan, sebagaimana
yang tertara dalam Gambar.
3.2. Batu kali harus dipasang sedemikian rupa, sehingga didapatkan gigitan yang
memadai diantara batu-batu, dengan ruang kosong sekecil mungkin.
Page 79 of 95
Sebelum dipasang, bagian luar dibasahi secukupnya. Setelah dipasang,
bagian luar dari batu kali harus di "Berapt‖ dengan adukan yang sama
sampai semua permukaan batu tertutup. Sebelum pemasangan dapat
dilaksanakan, Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat dan memasang
kayu-kayu pembantu (kayu profil) dan menerentangkan benang pembantu
dengan bentuk sesuai dengan bentuk pondasi yang akan dipasang.Benang-
benang yang direntangkan harus sipat datar. Kayu pembantu dan benang-
benang ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/Konsultan Pengawas
sebelum pasangan batu kali dapat dimulai.
3.3. Pasangan batu kali exposes harus dipasang secara acak dengan
menggunakan adukan dan harus dilaksanakan oleh tukang batu khusus yang
berpengalaman. Selama pemasangan batu mungkin perlu dibentuk untuk
memperoleh nat yang tipis dan rata. Pekerjaan ini harus dilaksanakan
dengan menggunakan adukan semen pasir dengan campuran 1 bagian
semen portland : 8 bagian pasir pasang. Sebelum dipasang, batu harus
dibasahi secukupnya, dan nat antar batu yang diexposed harus dikorek
dengan cara yang memadai. Selama pemasangan, batu kali yang telah
terpasang harus sering dicuci, untuk menghindarkannya dari kotoran dan
adukan yang menempel.
Page 80 of 95
BAB IV
PEKERJAAN DINDING
Page 82 of 95
B. PEKERJAAN PLESTERAN
Pasal 1 Umum
3.1. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan
sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Perencana/Konsultan Pengawas, dan
persyaratan tertulis dalam Uraian dan Syarat Pekerjaan ini.
3.2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau
pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Perencana/Pengawas sesuai
Uraian dan Syarat Pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
3.3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal/tinggi/ peil dan bentuk profilnya.
3.4. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di bawah
Page 83 of 95
permukaan tanah sampai ketinggian 40 cm dari perrnukaan lantai dan 150
cm dari permukaan lantai toilet dan daerah basah lainnya dipakai adukan
plesteran 1PC : 3 pasir.
b. Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan Daily bond, dengan
perbandingan 1 bagian PC: 1 bagian Daily Bond.
c. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 PC: 6 pasir.
d. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran
berumur 8 hari (kering benar), untuk adukan plesteran finishing harus
ditambah dengan addivite plamix dengan dosis 200-250 gram plamix untuk
setiap 40 Kg semen.
e. Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering. Diusahakan
agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut dengan
pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan kedap air.
3.5. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
3.6. Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa sisa
bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-
lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plester.
3.7. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan
difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan
plesterannya).
3.8. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan memakai spesi
kedap air.
3.9. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya
diberi alur- alur garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan
yang lebih baik terhadap bahan finishingnya, kecuali untuk yang menerima cat.
3.10. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 M, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan
bidang.
3.11. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom
yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar.
Tebal plesteran minimum 2,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi
kawat ayam
3.12. untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian
pekerjaan yang diizinkan Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas.
3.13. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam
satu bidang datar, harus diberi nat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm
dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
3.14. Untuk pemukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau
Page 84 of 95
cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi,
Penyedia Jasa Konstruksi berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas
tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.
3.15. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar
tidak terlalu tiba- tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan
bahan-bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.
3.16. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran
harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima
oleh Perencana/MK dengan biaya atas tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Penyedia Jasa Konstruksi
harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali
setiap hari.
3.17. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum finish,
Penyedia Jasa Konstruksi wajib memelihara dan menjaganya terhadap
kerusakan kerusakan dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang
terjadi menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi dan wajib
diperbaiki.
3.18. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran
berumur lebih dari 2 (dua) minggu.
Pasal 1 Umum
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Pada permukaan plesteran dinding/beton yang ada, batu candi dapat
langsung diletakkan, dengan menggunakan adukan 1 pc : 4 ps atau dapat
juga menggunakan perekat keramik, diaduk baik air 1,5 liter tiap 5 kg bahan
perekat, pemakaian perekat menggunakan trowel bergigi dengan tebal
adukan ± 3 mm atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
3.2. Batu Candi yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna,
motif tiap batu candi harus sama tidak boleh retak, gompal atau cacat
lainnya.
3.3. Pemotongan batu candi harus menggunakan alat potong khusus, sesuai
dengan petunjuk pabrik.
3.4. Sebelum batu candi dipasang, batu candi terlebih dahulu harus direndam air
sampai jenuh.
3.5. Pola batu candi harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan
yang akan terpasang di dinding, dan lain-lain sebagimana yang tertera
didalam gambar.
3.6. Ketinggian peil tepi atas pola batu candi disesuaikan dengan gambar.
3.7. Awal pemasangan batu candi pada dinding dan kemana sisa ukuran harus
ditentukan serta harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Direksi Lapangan
/ Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.
3.8. Bidang dinding batu candi harus benar-benar rata, garis-garis siar harus
benar-benar lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda
ketinggian peil lantainya harus merupakan satu garis lurus.
3.9. Batu candi harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 4-5
Page 86 of 95
mm atau sesuai arahan Direksi pada setiap perpotongan siar harus
membentuk dua garis tegak lurus. Siarsiar batu candi diisi dengan bahan
pengisi siar sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang
disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan
kemudian.
3.10. Bersihkan permukaan batu candi segera jika terkotori dengan pekerjaan
grouting dan kotoran lainnya, bersihkan dengan hati-hati, tanpa merusak
permukaan, lindungi batu candi selama 14 hari setelah pemasangan.
3.11. Pembersihan permukaan batu candi yang sudah terpasang dari sisa-sisa
adukan semen hanya boleh dilakukan dengan menggunakan cairan
pembersih untuk batu candi.
3.12. Nat-nat pada pemasangan batu candi harus diisi dengan bahan komponen
semen mortar siap pakai (tile grout) yang dicampur air diisikan ke nat batu
candi dan diratakan dengan busa (spons).
3.13. Pemasangan batu candi pada dinding kamar mandi atau lokasi lain yang
disyaratkan harus memakai waterproofing dilakukan setelah hasil tes
waterproofing disetujui Konsultan Pengawas.
Page 87 of 95
BAB V
PEKERJAAN LANTAI
A. PEKERJAAN LANTAI
Pasal 1 Umum
1.3. Standard
a. PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia – 1982
b. Keramik berglazur (SNI 03-4062-1996), Keramik mozaik (SNI 03-1331-
2001), Mutu dan Cara Uji Ubin Lantai Keramik (SNI 03-0106-1987), Ubin
Dinding Keramik Berglazur (SNI 03-0054-1996)
c. ANSI : American National Standard Institute
d. TCA : Tile Council of America, USA (1) TCA 137.1 – Recommended
Standard Spesifikation for Ceramic Tile
1.4. Persetujuan
3.1.1. Contoh bahan
Guna persetujuan Direksi/Perencana/Konsultan Pengawas,
Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan contoh – contoh semua
bahan yang akan dipakai; keramik, bahan – bahan additive untuk
adukan, dan bahan untuk tile grouts.
3.1.2. Mock-up/contoh pemasangan
Sebelum mulai pemasangan, Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat
contoh pemasangan yang memperlihatkan dengan jelas pola
pemasangan, warna dan groutingnya. Mock-up yang telah disetujui akan
dijadikan standard minimal untuk pemasangan keramik.
3.1.3. Brosur
Untuk keperluan Direksi/Perencana, Penyedia Jasa Konstruksi harus
menyediakan brosur bahan guna pemilihan jenis bahan yang akan
Page 88 of 95
dipakai.
Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Lantai Trotoar Jalan Gerilya Depan SMP N 2 Kabupaten Temanggung
menggunakan Keramik Kualitas I ukuran : 30 x 30 cm
2.2. Tile Adhesive berbahan dasar semen, filler, aditif dan pasir silica yang dikemas
kualitas baik sebagai pelekat keramik pada lantai atau menggunakan adukan 1
pc : 4 ps.
2.3. Tile grout sebagai pengisi celah-celah / nat antar keramik, memakai merk
berkualitas baik. Warna disesuaikan dengan warna keramik.
Pasal 3 Pemasangan
3.1. Umum
a. Sebelum pekerjaan dimulai, lebih dahulu harus dipelajari dengan seksama
lokasi pemasangan keramik, kualitas, bentuk dan ukuran ubinnya dan
kondisi pekerjaan setelah studi diatas dilaksanakan, tentukan metoda
persiapan permukaan pemasangan ubin, joints dan curing, untuk diusulkan
kepada Direksi Lapangan.
b. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan ‗tiling manual‘, yang berisi
uraian tentang bahan, cara instalasi, sistim pengawasan,
perbaikan/koreksi, perlindungan, testing dan lain-lain untuk diperiksa dan
disetujui Direksi Lapangan.
c. Sebelum instalasi dimulai, siapkan lay out nat-nat, hubungan dengan
finishing lain dan dimensi-dimensi joint, guna persetujuan
Direksi/Perencana/Konsultan Pengawas.
d. Pemilihan Tile
Tile yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan
ukuran, bentuk dan warna yang telah ditentukan.
e. Pemotongan Tile
Ujung potongan tile harus dipoles dengan gurinda atau batu
3.2. L e v e l.
a. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai karenanya screeding
dasar harus diatur hingga memungkinkan pada tiles dengan ketebalan yang
berbeda permukaan finishnya terpasang rata.
Page 89 of 95
b. Lantai harus benar-benar terpasang rata; baik yang ditentukan datar
maupun yang ditentukan mempunyai kemiringan.
c. Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan, keimiringan tidak boleh
kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk
area lain, tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m. Kemiringan
harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa meninggalkan genangan.
Jika ketebalan screed tidak memungkinkan untuk mendapatkan kemiringan
yang ditentukan, Penyedia Jasa Konstruksi harus segera melaporkan
kepada Direksi/Konsultan Pengawas.
3.5. Pemasangan keramik 30 x 30, setara Roman dan Platinum untuk lokasi yang
ditunjukan dalam gambar
a. Tile dipasang pada permukaan yang telah discreed.
Komposisi adukan untuk screeding :
Area kering : 1 pc : 4 ps
Area basah : 1 pc : 2 ps
b. Pada pemasangan di area yang luas, harus dilaksanakan secara kontiniu.
Dan harus disediakan ‗Kepalaan‘ (guide line course) pada interval 2,0 m –
2,5 m. Pemasangan tile lainnya berpedoman pada guide line ini.
c. Kikis semua mortar yang mempel pada nat dan bersihkan ketika proses
pemasangan tile berlangsung. Pasangan tile tidak boleh diinjak dalam
waktu 24 jam setelah pemasangan.
d. Nat-nat pada pemasangan tile harus diisi dengan bahan tile grout berwarna
dan kondisi pemasangan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik.
4.2. Pembersihan
Secara prinsip, permukaan tile dibersihkan dengan air, menggunakan sikat, kain
lap, dan sebagainya. Tetapi jika area-area yang tidak bisa dibersihkan hanya
dengan air, pembersihan memakai campuran air dengan hidrochloric
acid,perbandingan 30 : 1. Sebelum pembersihan dengan asam ini, indungi
semua bagian yang memungkinkan akan berkarat atau rusak oleh asam. Setalah
dibersihkan dengan asam ini, bersihkan area ini dengan air biasa, hingga tidak
ada campuran asam yang tersisa.
Page 92 of 95
BAB VI
PEKERJAAN PENGECATAN
A. PEKERJAAN PENGECATAN
Pasal 1 Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan. Cat
emulsi, epoxy, vinyl acrylic, enamel, dan cat menie.
c. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar dan yang
disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan
petunjuk Perencana/Direksi/Konsultan Perencana.
1.2. Pekerjaan yang berhubungan :
a. Pekerjaan dinding
b. Pekerjaan Besi/Baja
1.3. Standard
a. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982
b. SNI 03-2410-2002, Cat Tembok.
c. SNI 03-686.1-2002, Cat Besi/Baja
d. SNI 3564:2009, Cat Tembok Emulsi
e. SNI 03-2410-1994, Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi
f. SNI 03-6896-2002, Tata Cara Pengecatan Genteng Beton
g. SNI 03-3433-2002, Tata Cara Pengecaran Genteng Keramik
h. SNI 06-4827-1998, Spesifikasi Campuran Cat Siap Pakai Berbahan Dasar
Minyak
i. SNI 03-2407-1991, Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung
j. SNI 03-2408-1991, Tata Cara Pengecatan Logam
k. ASTM : D – 1849 (kestabilan dalam penyimpanan)
l. BS No. 3900, 1970
m. AS K – 41
1.4. Persetujuan
1.4.1. Standard Pengerjaan (Mock-up)
a. Sebelum pengecatan dimulai, Penyedia Jasa Konstruksi harus melakukan
pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang
diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna,
texture, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai
sebagai mock-up ini akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.
b. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan
Page 93 of 95
dan Perencana/Konsultan Perencana, bidang-bidang ini akan dipakai
sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.
1.4.2. Contoh dan Bahan untuk Perawatan
a. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyiapkan contoh pengecatan tiap
warna dan jenis pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan
pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna,
formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d lapisan
akhir).
b. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi
Lapangan dan Perencana. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui
secara tertulis oleh Perencana dan Direksi Lapangan, barulah Penyedia
Jasa Konstruksi melanjutkan dengan pembuatan mock-up seperti tersebut
diatas.
c. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan
untuk kemudian akan diteruskan kepada pemberi tugas minimal 5 galon
tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus
tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas indentitas cat yang ada
didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan, oleh
pemberi tugas.
Pasal 2 Bahan/Produk
2.1. Dinding dalam.
a. Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan cat jenis Emulsi Acrylic
kualitas I, tidak mengandung bahan-bahan tambahan yang
membahayakan lingkungan dan kesehatan penghuni, dengan lapisan
dasar Alkali Resistance Sealer warna ditentukan Perencana, Owner/Direksi
Lapangan.
2.2. Dinding Luar.
a. Untuk dinding luar bangunan digunakan Cat berbahan dasar acrylic
kualitas Weathershield. Sekualitas Mowilex, Jotun dan Dulux, dengan
lapisan dasar cat primer berbahan dasar alkali resistant sealer.
Konstraktor harus memberikan Garansi Bahan dan pelaksanaan selama 5
tahun.
b. Cat luar bangunan tidak boleh diplamur, bila permukaan tidak rata /
bergelombang harus diratakan dengan bahan / semen khusus ( sejenis
Scheme Coat )
c. Produksi sekualitas Mowilex Cendana, Nippon Paint dan Catylac
untuk Dinding Interior dan Produksi sekualitas Mowilex, Jotun
dan Dulux untuk Dinding Exterior
Page 94 of 95
Pasal 3 Pelaksanaan
3.1. Pekerjaan dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh
plesteran bangunan dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Sebelum dinding dicat primer, plesteran sudah harus betul-betul kering
tidak ada retak-retak dan Penyedia Jasa Konstruksi meminta persetujuan
kepada KonsultanPengawas .
c. Sesudah 7 hari primer terpasang, kemudian dibersihkan dengan bulu
ayam sampai bersih betul. Selanjutnya dinding cat dengan menggunakan
Roller.
d. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali
resistance sealer atau cat primer untuk interior yang dilanjutkan dengan 3
(tiga) lapis emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :
- Lapis I encer ( tambahan 20 % air )
- Lapis II kental
- Lapis III encer.
e. Untuk warna-warna yang jenisnya khusus, Penyedia Jasa Konstruksi
diharuskan menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor percampuran
(batch number) yang sama.
f. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang
utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga
terhadap pengotoran-pengotoran dan kecacatan.
Pasal 4 Garansi
4.1. Untuk cat luar bangunan (weathershield) Penyedia Jasa Konstruksi harus
memberikan garansi produk dan garansi aplikasi kepada pemberi tugas yang
berlaku selama 5 tahun.
Page 95 of 95