Anda di halaman 1dari 53

METODOLOGI DAN PROGRAM

KERJA PENGAWASAN
5.1. UMUM

Tugas pokok Konsultan, sesuai ketentuan yang digariskan Kerangka Acuan


Kerja, adalah jasa konsultan Pengawasan Pasar Murung Keraton

5.1.1. Fungsi Konsultan Pengawas

Fungsi konsultan pengawas pada dasarnya dibagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu :

1) Fungsi administratif

1. Membantu Pengguna Jasa dalam memahami dan melaksanakan


ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak,
terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan tugas
Penyedia Jasa Pemborongan.
2. Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum
atas pekerjaan konstruksi saluran saluran dan koker untuk jenis
penanganan (peningkatan pemeliharaan/perbaikan, pembangunan
baru).
3. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa,
foto-foto yang dibuat sebelum pekerjaan berlangsung (mulai), sedang
berjalan dan pekerjaan selesai, serta kejadian di lapangan lainnya.
4. Menyiapkan dokumendasi sehubungan dengan Contract Change Order
dan Addendum sehingga perubahan-perubahan kontrak yang
diperlukan dapat dibuat secara optimal dengan mempertimbangkan
semua aspek yang ada.
5. Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.

2) Fungsi pengawasan (supervisi)

1. Membantu Pengguna Jasa dalam melaksanakan tugas dan


kewajibannya dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar
pekerjaan dapat diselesaikan sesuai desain, persyaratan dan ketentuan
yang tercantum dalam dokumen kontrak serta jadwal waktu yang telah
ditetapkan.
2. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara
terperinci untuk mendukung review design (bila ada), dan membantu
Pengguna Jasa agar perubahan desain tersebut dapat dilaksanakan.
3. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan
perhitungan volume pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar
pembayaran, sehingga semua pengukuran pekerjaan, perhitungan
volume dan pembayaran didasarkan kepada ketentuan yang tercantum
dalam dokumen kontrak.
4. Meninjau pengadaan personil dan peralatan Penyedia Jasa
Pemborongan sesuai dengan kebutuhan yang dipersyaratkan.

Usulan Teknis 7-1


5. Memantau dan mengecheck pengendalian mutu dan volume pekerjaan
untuk sertifikasi “Monthly Certificate (MC)”.
6. Melakukan pengecheckan dan persetujuan gambar terlaksana (as built
drawing).
7. Membantu Pengguna Jasa dalam menyiapkan pelaksanaan Provisional
Hand Over (PHO).
8. Membantu Pengguna Jasa dalam pengawasan pekerjaan pada periode
pemeliharaan.

5.1.2. Tanggung Jawab Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh kepada Pemimpin Pekerjaan


bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan oleh Penyedia Jasa Pemborongan benar-
benar sesuai ketentuan kontrak pemborongan. Konsultan akan memberikan
jaminan segala ijin kerja, persetujuan dari setiap jenis/langkah pelaksanaan dan
persyaratan konstruksi yang telah dikeluarkan. Untuk memperjelas uraian
tersebut, pada Gambar 5.2 dijelaskan mengenai Kegiatan Pengawasan
Pekerjaan, dari tahap awal sampai tahap akhir pekerjaan.
BAGAN ALIR KEGIATAN PEKERJAAN PENGAWASAN

TAHAP PRA KONSTRUKSI TAHAP KONSTRUKSI TAHAP PASKA


KONSTRUKSI

Setting -Out Pengawasan PHO


Mobilisasi
Review Manajemen Lalu
lintas Laporan Akhir &
Monitoring Progres

Asbuilt Drawing
Rapat Koordinasi

Pre Construction Pengendalian Mutu


Meeting
Pengendalian Waktu

Rekayasa Lapangan & Pengendalian Kwantitas &


Biaya
Design Review
Pengendalian Biaya
DISKUSI PCM :
Pengendalian Keselamatan
- Review Project Quality Plan
Kerja
- Inventarisasi Data & Dokumen
- Rekayasa Lapangan & Design Review
Penyiapan Change Order
- Review Jadwal Mob. Peralatan Kontr
- Review Daftar Personil Kontraktor Sertifikat Pembayaran
Penyelesaian Perselisihan,
- Review Rencana Kerja Kontraktor Claim
- Review Metode Pelaksanaan
- Pemeriksaan Quarry & Borrow pit Laporan Bulanan, Triwulan,
- Pengujian Instalasi Kontraktor Laporan Akhir,Teknis dll.
- Review pengajuan Sub-Kontraktor
Usulan Teknis 7-2
- Review Pengendalian Lalu lintas
- Review Polis Assuransi
5.1.3. Tugas Konsultan Pengawas

Tugas konsultan pengawas secara garis besar akan meliputi :

v Pengendalian teknis;

v Pengendalian atas proses koordinasi terkait;

v Pengendalian administrasi kegiatan;

v Evaluasi rencana kegiatan;

v Value engineering; dan

v Pelaporan.

5.1.3.1 Pengendalian Teknis

Bertindak untuk dan atas nama Pengguna Jasa mengendalikan pelaksanaan


fisik pembangunan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan pada
saat pre-audit, monitoring dan post-audit, meliputi :

v Aspek mutu hasil pekerjaan;

v Aspek volume pekerjaan;

v Aspek waktu penyelesaian pekerjaan;

v Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.

Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang


tercantum dalam kontrak pemborongan.

1). Rentang kendali pre-audit

Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang


“pre-audit” adalah seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan
pengawasan, yang terdiri dari :

- Pengumpulan dan analisa terhadap data;


- Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap
kondisi lapangan;
- Pemeriksaan terhadap kesiapan Penyedia Jasa Pemborongan,
yang meliputi material, peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan.

Usulan Teknis 7-3


Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil
perencanaan akan menghasilkan catatan mengenai seluruh pekerjaan
antara lain :

- Jenis pekerjaan;
- Kuantitas pekerjaan;
- Kualitas yang dipersyaratkan;
- Schedule pelaksanaan;
- Schedule pembayaran.

Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil


perencanaan ke lokasi untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut
telah sesuai dengan kondisi yang ada. Apabila ternyata dari hasil pengecekan
hasil design tidak sesuai dengan kondisi lapangan, konsultan team supervisi
akan membuat alternatif lain yang sesuai untuk diajukan kepada Pengguna
Jasa.

Material dan peralatan yang didatangkan Penyedia Jasa Pemborongan akan


diperiksa terlebih dahulu oleh konsultan, sehingga benar-benar memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.

Jadwal waktu yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan diteliti lebih
dahulu apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan
dilaksanakan dengan perkiraan tenaga kerja/tukang yang akan
mengerjakannya serta alat yang akan digunakan. Apabila menurut analisa tidak
seimbang antara volume dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu
yang tersedia maka konsultan akan menyarankan kepada Penyedia Jasa
Pemborongan untuk menyiapkan tenaga kerja dan peralatan yang memadai
agar bisa selesai tepat pada waktunya.

Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan


tambahan sebagai akibat dari perubahan design dan pertambahan volume
pekerjaan. Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan akan
menggantikan nilai pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan
lainnya sehingga terjadi kompensasi dan tidak memerlukan biaya tambah
sepanjang hal tersebut memungkinkan dan mendapat peretujuan dari
Pemimpin Kegiatan. Dalam hal ini, konsultan berupaya menghindari pekerjaan
tambah, justru mengupayakan pekerjaan kurang jika memang dari evaluasi
teknis dan biaya memungkinkan untuk dilakukan pekerjaan kurang.

2). Rentang kendali monitoring

Kegiatan pengendalian teknis rentang monitoring adalah kegiatan-kegiatan


yang dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun konsultan
pengawas telah melakukan pre-audit namun setiap langkah pelakanaan
pekerjaan akan terus dimonitor agar kalau terjadi penyimpangan segera
diketahui dan dapat diluruskan kembali sesuai petunjuk yang benar. Selama
periode ini konsultan akan selalu melakukan evaluasi terhadap progres dan
kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

Usulan Teknis 7-4


Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan kita jaga
sebaik-baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat,
sehingga kerugian yang menyangkut aspek mutu, volume, waktu dan biaya
keseluruhan hasil pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya,
selain mengawasi pekerjaan fisik konsultan pengawas juga memonitor aspek
lingkungan sekitar kegiatan, agar jangan sampai pelaksana lapangan berikut
tukang-tukangnya mengganggu, mematikan serta merusak flora dan fauna
yang ada.

Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan


memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.

3). Rentang kendali post-audit

Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi


Penyedia Jasa Pemborongan. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk kemajuan
pembayaran senilai hasil kerjanya. Namun Penyedia Jasa Pemborongan tidak
bisa menyajikan permintaan pembayaran sebelum mendapat rekomendasi dari
konsultan pengawas bahwa hasil pekerjaannya sudah memenuhi persyaratan
teknis atau tidak.

5.1.3.2 Pengendalian Atas Koordinasi Terkait

Konsultan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian teknis


tersebut di atas berkewajiban mengendalikan proses koordinasi yang perlu
dilakukan oleh pihak lain (khususnya oleh Pengguna Jasa). Koordinasi dengan
instasi terkait, antara lain dilakukan dengan :

v Pemimpin kegiatan fisik;

v Konsultan lain yang terkait;

v Instansi terkait lainnya.

5.1.3.3 Pengendalian Administrasi Kegiatan

Dalam hal ini konsultan pengawas berkewajiban merancang, memberlakukan


serta mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi kegiatan
yang diawasinya, yaitu mencakup antara lain : surat, memorandum, risalah,
laporan, contoh barang, foto, berita acara, gambar, sketsa, brosur, kontrak,
addendum dan lain-lain yang dianggap perlu. Langkah-langkah dan tindakan
yang akan dilakukan konsultan pengawas untuk maksud tersebut adalah :

 Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai


tuntas maksud dari surat masuk maupun keluar;
 Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam
pelaksanaan tugas konsultan;
 Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi
persyaratan yang ditetapkan baik kualitas dan kuantitas;
 Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan;

Usulan Teknis 7-5


 Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar
sebelum maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi
penyimpangan;
 Membantu/menyiapkan addendum serta hal-hal lain yang dianggap
perlu dalam penyelesaian pekerjaan.

5.1.3.4 Evaluasi Rencana

Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana kegiatan yang akan


dilaksanakan serta menyarankan perubahan/penyempurnaan/penyesuaian
rencana yang perlu dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapainya maksud
dan tujuan kegiatan.

5.1.3.5 Verifikasi Hasil Pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan

Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan


bahwa hasil pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan telah memenuhi segala
persyaratan untuk proses selanjutnya, yaitu persetujuan Pengguna Jasa.

5.1.4. Kontrol Sistimatik terhadap Kegiatan Lapangan

Dalam konteks lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi kontrol
manajemen kegiatan konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu
diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan
setengah-setengah atau dengan cara perencanaan yang mendadak akan
mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi
masalah ini, Pengawas lapangan perlu menerapkan sistim kontrol yang
sistimatik di lapangan.

Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan di lapangan memiliki tiga tujuan, yaitu
:

 Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa


bidang kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan, maka harus
dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja untuk
 Memastikan bahwa pekerjaaan pengawasan berjalan secara benar
sehingga peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu
kesalahan.
 Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh kegiatan
tidak di-lampaui bila tidak terjadi perubahan kontrak.

Kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan di lapangan, yaitu :

 Pencapaian target kemajuan fisik.


 Pencapaian target keuangan
 Pengadaaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
 Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan
efisiensi kerja lapangan.
 Pemantapan kerja sama antar pekerja kegiatan dari seluruh
bagian/divisi.
 Hubungan dengan pihak pemilik.
Usulan Teknis 7-6
Tiap bidang tersebut di atas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang
memadai atau menunjukan tendensi yang tidak menggembirakan. Dengan
mengetahui keadaan dan situasi masalah dengan benar, maka langkah-
langkah yang diambil untuk mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.

5.1.5. Kunjungan Lapangan/Site Visit

Frekwensi kunjungan ke lapangan tergantung dari pentingnya keadaan


lapangan, sifatnya dapat secara harian, mingguan. Frekwensi kunjungan dapat
bergantung pada tahapan dari pemimpin kegiatan yang mengelolanya beserta
para anggota tim sesuai urgensinya.

5.1.6. Pengontrolan Kegiatan

Merencanakan dan membangun adalah suatu aktifitas yang dinamis, dan yang
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu network/scurve chart
yang telah disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanan harus secara periodik
atau sesuai kondisi dicheck kembali :

 Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati;


 Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera;
 Nantinya akan ditepati (jangka panjang).

Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya


kegiatan seperti yang dikehendaki.

1) Jarak waktu kontrol

Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi dua macam rentang


waktu yaitu :

- 1-2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1
minggu;
- 2-4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.

2) Cara mengontrol

Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :

- Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai :


- Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai :
- Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai :

5.1.7. Sistim Informasi Manajemen Kegiatan

Usulan Teknis 7-7


Sistim informasi manajemen kegiatan pada hakekatnya adalah suatu sistim
untuk mendukung pihak Pimpinan Kegiatan dalam memantau dan
mengendalikan kegiatan. Tujuan sistim ini untuk digunakan pihak Pemilik dalam
mendapatkan informasi kegiatan setiap saat atau secara berkala, cepat dan
akurat. Sistim ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi
situasi dan kondisi yang dihadapi di lapangan serta mengintegrasikan
keinginan-keinginan dari pihak Pemimpin Kegiatan yang mewakili pihak
Pengguna Jasa tentang apa-apa yang mau dimonitor dan dikendalikan.

Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak


dan supaya perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana
tersebut dijabarkan dalam besaran uang dan besaran waktu.

CARA MENGONTROL KEGIATAN YANG SUDAH DIMULAI

Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan fisik, peranan sistim informasi


manajemen kegiatan hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan
mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas khusus dan harus dilaksanakan
dilapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolok ukur pengukuran mutu
pekerjaan adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan).

CARA MENGONTROL KEGIATAN YANG SUDAH SELESAI

Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan


datanya atau dimonitor dimana perkembangan suatu kegiatan selalu diikuti oleh
perkembangan data kegiatannya. Volume data kian hari kian membengkak
sesuai dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.

Data kegiatan sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada


Pengguna Jasa, karena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data kegiatan
yang telah dikumpulkan secara periodik kemudian diolah/diproses untuk
dijadikan informasi kegiatan (laporan kegiatan). Artinya, dari laporan kegiatan
dapat diketahui perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual).
Dari laporan kegiatan ini Pemimpin Kegiatan baru dapat mengevaluasi
perkembangan kegiatannya dengan cara memperbandingkannya terhadap
rencana.

Pemimpin kegiatan mengendalikan kegiatannya dengan keputusan-keputusan


yang dibuat dan diimplementasikan ke project site. Hasil dari implementasinya
menciptakan data kegiatan baru dan dengan demikian siklus project
management control system berulangkali. Siklus ini baru berhenti apabila
kegiatan telah selesai.

5.1.8. Pengendalian Mutu

Selama periode kontruksi, konsultan akan senantiasa memberikan


pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada
Penyedia Jasa Pemborongan guna menjamin bahwa semua pekerjaan
dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai
berikut di bawah ini namun tidak terbatas pada :

Usulan Teknis 7-8


 Peralatan laboratorium
 Penyimpanan bahan/material
 Cara pengangkutan material yang akan digunakan.
 Pengujian material yang akan digunakan
 Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
 Test lapangan
 Administrasi dan formulir-formulir

5.1.8.1 Laboratorium dan Personil

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengetahui kekuatan konstruksi


beton yang tidak bisa dilakukan di lapangan. Personil/tenaga yang terkait untuk
maksud pengujian harus cukup berpengalaman dan mengenal dengan baik
tentang testing laboratorium maupun lapangan.

5.1.8.2 Penyimpanan Bahan/Material

Mekanisme penyimpanan bahan/material dilakukan sebagai berikut :

 Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa


untuk menjamin perlindungan kualitas.
 Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang
mudah dapat diperiksa oleh konsultan.
 Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan, puing, dan
mempunyai drainase yang lancar.
 Bahan-bahan yang diletakkan langsung di atas tanah tidak boleh
digunakan dalam pekerjaan, kecuali tempat kerja tersebut telah
dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau
kerikil setebal 10 cm.
 Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk
mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta
mengontrol kadar air. Tinggi maksimum tumpukan 5 m.

5.1.8.3 Cara Pengangkutan Material/Campuran

Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk


perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada di sekitar pekerjaan.
Bilamana terjadi gangguan di antara operasi berbagai pekerjaan, konsultan
akan mempunyai wewenang untuk memerintahkan Penyedia Jasa
Pemborongan dalam menentukan urutan pekerjaan yang diperlukan guna
mempercepat penyelesaian seluruh pekerjaan.

5.1.8.4 Pengujian Material yang Akan Digunakan

Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspesikan oleh konsultan.
Staf anggota team konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk
menginspeksi material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja
Penyedia Jasa Pemborongan. Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah
disetujui sebelum penyimpanan, namun dapat diperiksa ulang dan ditest
Usulan Teknis 7-9
kembali oleh konsultan. Material yang akan digunakan harus ditest di
laboratorium untuk mendapat persetujuan dari konsultan, jenis dan jumlah test
seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

5.1.8.5 Job Mix Formula

Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi,


sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu Job Mix Formula yang
disetujui konsultan, antara lain untuk pekerjaan Beton.

5.1.8.6 Pengujian Rutin Laboratorium

Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan


atau campuran-campuran perlu dilakukan pengujian rutin harian atau selama
pekerjaan berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan.
Jenis dan frekuensi/jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan dalam
spesifikasi.

5.1.8.7 Test Lapangan

Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu pengujian/tes


lapangan..

5.1.8.8 Administrasi Pekerjaan dan Formulir-Formulir

kelengkapan administrasi pekerjaan yang umum digunakan. Contoh form-form


yang diperlukan pekerjaan antara lain sebagai berikut di bawah ini dapat dilihat
pada Lampiran. Form-form contoh ini dapat dimodifikasi/ sesuai dengan
keperluan pekerjaan. Form-form yang dimaksud antara lain :

 Buku direksi
 Time schedule
 Mco (Mutual Check Awal)
 Request dan shop drawing
 Laporan mingguan
 Record cuaca
 Photo dokumentasi
 Change order
 Addendum
 Monthly certificate (MC)
 PHO (Provisional Hand Over)
 Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.

5.1.9. Pengendalian Kuantitas

Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-


bahan/campuran yang ditempatkan atau yang dipindahkan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan atau yang terpasang. Konsultan akan memproses bahan-
bahan/campuran berdasarkan :
Usulan Teknis 7 - 10
 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
 Metode perhitungan
 Lokasi kerja
 Jenis pekerjaan
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan, baik kualitas maupun


kuantitas, dan persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan
agar volume pekerjaan dengan teliti/akurat yang disetujui oleh konsultan
sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan dibayar oleh
konsultan dan mendapat persetujuan Pengguna Jasa. Beberapa pengukuran
pekerjaan tersebut antara lain :

1) Pengukuran meter persegi (m2)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu


panjang dan lebar, setelah ketebalan memenuhi persyaratan tebal
minimal atau toleransi yang digunakan dan spesifikasi.

2) Pengukuran meter panjang (m’)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, setelah


penampang suatu konstruksi sesuai dengan gambar (dimensinya).

3) Pengukuran meter kubik (m3)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk


panjang dan lebar. Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan
alat ukur sehingga panjang, lebar, dan tebal menghasilkan volume yang
akurat.

4) Pengukuran berat (ton)

Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :

- Pertama, yaitu penimbangan dengan timbangan.


- Kedua, dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan
tersebut (berat jenis dapat diketahui dari laboratorium).

5.1.10. Pengendalian Waktu

Di dalam pekerjaan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per hari
adalah sangat erat sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan
penyelesaian pekerjaan. Berikut ini dijelaskan bagaimana pengendalian waktu
perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak
perlu yang akan memboroskan waktu, tenaga dan biaya.

5.1.11. Schedule Penyedia Jasa Pemborongan

Usulan Teknis 7 - 11
Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan
yang dibuat Penyedia Jasa Pemborongan. Apakah rencana kerja progres
pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan realistis. Misalnya dalam musim
hujan, target pekerjaan lebih kecil bila dibandingkan pada musim kemarau
untuk pekerjaan saluran dengan kondisi kerja yang sama. Kemudian dicek juga
apakah construction methode dan urutan kerja Penyedia Jasa Pemborongan
sudah sistematis, konsepsional dan benar ?

Selanjutnya, berdasarkan schedule Penyedia Jasa Pemborongan yang sudah


disetujui, konsultan pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan
tersebut. Time schedule ini bisa dijabarkan ke dalam target harian, sehingga
setiap hari dapat dicek apakah target volume tersebut bisa tercapai atau tidak ?
Bila target tidak tercapai, maka selisih volume diprogramkan/dikejar untuk
schedule hari berikutnya.

Bila time schedule yang dibuat dan disetujui tersebut dilaksanakan


sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik, maka diharapkan
pekerjaan bisa diselesaikan “on schedule”.

5.1.12. Alat Berat (Heavy Equipment)

Untuk mengerjakan pekerjaan yang tingkat kesulitannya besar, dalam artian


kalau tidak menggunakan alat berat tidak efesien dan efektif, bisa
kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.

Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah


suatu kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil.
Dari alat tersebut dihitung produksi nyata per jam, kemudian produksi terkecil
yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.

Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut
menghasilkan produk sesuai volume yang ditargetkan ? Bila tidak tercapai,
perlu diambil tindakan-tindakan, antara lain : menambah jumlah alat atau
menambah jam kerja/over time, sedemikian rupa sehingga volume pekerjaan
yang direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

5.1.13. Tenaga Kerja

Demikian juga tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan tenaga kerja
yang mencukupi, sehingga pekerjaan akan bisa dikerjakan oleh tenaga kerja
sesuai dengan jadwal/waktu yang ditentukan. Bila kondisi pekerjaan diperkiraan
tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau kerja dua shift
atau kerja lembur/over time. Dengan tenaga kerja yang cukup dan jam kerja
yang cukup/efektif, maka pelaksanaan pekerjaan diharapkan bisa tepat waktu
sesuai yang ditargetkan.

5.1.14. Jumlah Jam Kerja

Penyelesaian suatu pekerjaan sangat tergantung pada jam kerja per hari.
Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil
dibandingkan bila jam kerja per harinya lebih banyak.
Usulan Teknis 7 - 12
Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian
rupa sehingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau
suatu pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu
untuk kerja malam/ over time.

Dalam administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai


secara optimal, maka konsultan harus memahami secara sungguh-sungguh
Network Planning yang umumnya telah dibuat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan dengan metode lintas kritis (Critical Path Methode/CPM).

Mengingat sangat pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan


pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin “Network
Planning” tersebut bila memang diperlukan.

Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “Barchart/S-


curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector Diagram” yang baik/cocok
untuk pekerjaan jalan karena dapat mengetahui/menunjukkan lokasi dan waktu.
Schedule ini, pada arah “basis” menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan arah
“ordinat” menggambarkan waktu.

5.1.15. Pengendalian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan

Di dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :

 Biaya pekerjaan
 Estimated Quantity/Volume Pekerjaan
 Harga satuan pekerjaan

Guna pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan, hal-hal pokok yang perlu


diperhatikan antara sebagai berikut :

 Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-


benar sehingga kwantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana.
Dengan demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada
akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan yang
dianggarkan.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari
pengukuran/kwantitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah benar-
benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan dengan harga satuan
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak pelaksanaan, sehingga biaya
pekerjaan dibayarkan sesuai dengan item pekerjaan yang ada di
kontrak.

5.1.16. Pemeriksaan Sertifikat Bulanan (MC)

Penyedia Jasa Pemborongan harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari


pekerjaan yang dilaksanakan kepada Resident Engineer pada setiap akhir
bulan yang berjalan, yang selanjutnya disebut sebagai “sertifikat bulanan
(Monthly Certificate/MC)”. Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan
standart atau diusulkan oleh Konsultan dan disetujui oleh Pengguna Jasa.
Usulan Teknis 7 - 13
Resident Engineer akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada
sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang
telah terjadi di lapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk menandatangani
bersama oleh wakil Penyedia Jasa Pemborongan, konsultan, dan Pemimpin
Pekerjaan.

5.1.17. Pemeriksaan Pembayaran Akhir

Tim Pengawas Teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang


telah lalu. Apabila terdapat kesalahan, pembayaran terdahulu yang sudah
disetujui masih dapat dikoreksi pada pembayaran berikutnya.

Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang
telah dibayar sebelumnya, sehingga kuantitas/volume yang dibayar dalam
pembayaran akhir merupakan final quantity yang benar.

5.1.18. Prosedur Perubahan (Contract Change Order)

Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau Penyedia


Jasa Pemborongan dan harus disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang
ditanda-tangani oleh kedua belah pihak. Jika dasar pembayaran yang
ditetapkan dalam suatu Perintah Perubahan tersebut menyajikan suatu
perubahan dalam struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu
perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah Kontrak, maka Perintah Perubahan
harus dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu Addendum.

5.1.19. Sertifikat Penyelesaian Akhir

Bila Penyedia Jasa Pemborongan menganggap pekerjaan akan selesai,


termasuk semua kewajiban pada Perioda Jaminan, maka ia harus membuat
permohonan untuk serah terima pertama. Setelah pekerjaan perbaikan yang
diminta oleh Panitia Serah Terima selesai dilakukan, yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan membantu
mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.

5.1.20. Pernyataan Perhitungan Akhir

Penyedia Jasa Pemborongan harus membuat permohonan untuk pembayaran


perhitungan akhir, bersama-sama dengan semua rincian pendukung
sebagaimana diperlukan oleh engineer. Setelah peninjauan kembali oleh
engineer dan jika diperlukan amandemen oleh Penyedia Jasa Pemborongan,
engineer akan mengeluarkan suatu pernyataan Perhitungan Akhir yang
disetujui untuk pembayaran oleh Pengguna Jasa.

5.1.21. Addendum Penutup

Berdasarkan pada rincian Pernyataan Engineer mengenai Perhitungan Akhir.


Setelah memperoleh tanda tangan Penyedia Jasa Pemborongan, engineer
akan menyampaikan addendum penutupan tersebut kepada Pemberi
Pekerjaan untuk ditandatangani bersama-sama dengan Pernyataan
Perhitungan Akhir yang disetujui.
Usulan Teknis 7 - 14
5.1.22. Dokumen Catatan Pekerjaan

Penyedia Jasa Pemborongan harus memelihara catatan yang cermat tentang


semua perubahan dalam Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Pekerjaan
selama pelaksanaan pekerjaan.

5.1.23. Manajemen Lalu Lintas dan Keselamatan Kerja

Bila pekerjaan ini berada di lokasi atau menimbulkan volume lalu lintas yang
cukup padat, diperlukan pengaturan lalu lintas dan metoda pelaksanaan yang
lebih khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan pekerjaan survey maupun
pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksinya, agar lalu lintas yang ada tetap
terjaga kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman melewatinya.
Manfaat yang didapatkan pada pemeliharaan lalu-lintas yang baik selama
pelaksanaan memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu lintas yang lebih
baik pula.

Situasi seperti itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-persoalan


yang diakibatkan oleh kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya akan
menghambat pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu,
penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal dan
sedikit mungkin akibat buruknya.

Demikian pula dengan penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah


dengan penanganan yang baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk
dan keluar dari lokasi pekerjaan. Tidak kalah pentingnya dari penanganan
tersebut di atas adalah cara pemuatan dan transportasi pembuangan tanah
hasil galian haruslah memperhatikan lingkungan. Tanah yang dimuat di atas
Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer di atas permukaan jalan
yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan dapat menyebabkan
kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya menghambat arus lalu lintas yang
ada. Dalam pelaksanaan “Traffic Management” untuk pekerjaan ini kriteria
penanganan dibagi menjadi 2 (dua) bagian :

 Pelayanan umum; dan


 Keselamatan kerja.

1) Pelayanan umum

Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas sistim informasi

Sistim informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan selama


pelaksanaan yang tujuannya memberikan informasi bahwa akan ada pekerjaan
pembangunan. Sistim ini dapat diwujudkan melalui :

 Media cetak yang bersifat pengumuman.


 Pembagian “pamflet”

1. Mengurangi kemacetan
Usulan Teknis 7 - 15
Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan dengan
perambuan sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan
menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.

2) Keselamatan kerja

Indikasi yang diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal berikut :

1. Disiplin kerja :

 Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus


menerus dimonitor dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat
saling berhubungan setiap saat dengan cepat.
 Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian pekerjaan sesuai
jadwal yang telah ditetapkan. Pengendalian waktu ini disesuaikan
dengan tuntutan lapangan yang mencakup seluruh aspek terkait.

1. Peniadaan kecelakaan fatal :

 Perambuan sesuai dengan standar perambuan.


 Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan
kerapihan kerja sepanjang daerah pekerjaan (kiri dan kanan) dan diberi
lampu agar mudah terlihat pada malam hari.

Dalam pelaksanaan pekerjaan, ada beberapa faktor keselamatan kerja


yang terkait, antara lain :

- Faktor perambuan darat


- Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan.
- Atribut pada tenaga kerja.
- Astek
- Dan lain-lain.

Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan


yang ditangani dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka
keselamatan kerja dari pada semua eksponen terkait menjadi faktor
utama dari kelancaran progres yang hendak dicapai.

1. Perambuan darurat

Seperti pada tahap perencanaan, maka perambunan pada tahap


pelaksanaanpun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang
memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para
pekerja yang berada pada daerah perambunan. Rambu-rambu darurat
yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya rambu peringatan,
rambu perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga rubber cone
serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta jaraknya, seperti
ditunjukan pada keperluan “rambu darurat”.

Usulan Teknis 7 - 16
Di samping itu, diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur
yang beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar
pembatas dicat dengan warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap
jarak tertentu diberi tanda “spot light” atau cat berpendar yang bisa
terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari. Bisa juga dengan
lampu-lampu sebagai pengganti spot light.

2. Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan

Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :

 Pintu keluar/masuk kendaraan pekerjaan pada daerah kerja


ditentukan, rute perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus
lalu lintas, pada prinsipnya tidak boleh ada arah “crossing” sehingga
tidak ada konflik. Dump Truck yang menunggu giliran pengangkutan,
antri dan berderet ke belakang namun harus masih tetap dalam area
perambuan.
 Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi
dengan penutup bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang
diangkut tidak tercecer di muka jalan, sebab tanah yang tercecer
tersebut sangat licin bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat
mengakibatkan kecelakaan fatal.
 Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan
keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu
minta bantuan pengawal dari pihak kepolisian.

3. Atribut pada tenaga kerja

Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah


dikenal dan terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi
dengan pemakaian baju rompi refleksionis warna orange yang harus
dikenakan pada saat melaksanakan tugas.

Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu


mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan
letih yang dipaksakan apalagi di jalan yang padat lalu lintas yang
beroperasi sangat membahayakan dan mengurangi akurasi.

4. Astek (Asuransi tenaga kerja)

Jaminan pelindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah


beresiko tinggi adalah mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut
harus dijamin dengan asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal dengan
Astek.

5.1.24. Quality Assurance

Jaminan mutu memerlukan perubahan struktural terhadap metode supervisi.


Juga diperlukan supervisi yang permanen (tentunya untuk pekerjaan yang lebih
besar), standarisasi test dan pengetesan (termasuk kekerapan pengetesan)
serta kriteria untuk penaksiran (termasuk toleransi yang diijinkan). Diperlukan
Usulan Teknis 7 - 17
pula guideline yang spesifik untuk supervisor dan client atau pihak ketiga
(seperti konsultan atau team audit teknis).

Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan sipil ialah
kecermatan rancangan. Rancangan yang dibuat berdasarkan dana yang
tersedia dan/atau berdasarkan survey yang tidak akurat cenderung
mendapatkan lebih banyak masalah mutu dibandingkan dengan rancangan
yang secara akurat mewakili kebutuhan-kebutuhan di lapangan.

Karena sebagian besar kontrak berdasarkan kuantitas, maka fokus


pengawasan juga berdasarkan kuantitas. Hal ini dikuatkan pula dengan
banyaknya perbaikan yang diperlukan sebagai akibat tidak akuratnya
rancangan. Perbaikan administratif ini juga memakan banyak waktu dan usaha
Penyedia Jasa Pemborongan dan supervisor sehingga mereka hampir tidak
mempunyai waktu untuk pemeriksaan mutu.

Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan
Penyedia Jasa Pemborongan mengikuti standard. Ini berarti bahwa semua
pengetesan harus dibayarkan oleh Pengguna Jasa (kecuali kontrak tersebut
secara spesifik menetapkan yang sebaiknya), dengan kata lain : cadangan
anggaran untuk pengetesan merupakan persyaratan untuk lebih memperkuat
mutu.

Jaminan mutu mengarah pada kontrak lump sum (dengan harga borongan) dan
bentuk-bentuk kontrak lainnya yang tidak berdasarkan unit price, pada paket
yang lebih besar yang lebih mudah dilaksanakan dan pada pencantuman per-
syaratan testing serta kekerapan testing (yang harus dikeluarkan dari kontrak)
di dalam surat kontrak. Persyaratan testing dan kekerapannya pada dasarnya
berarti pergeseran tanggung jawab, yaitu Penyedia Jasa Pemborongan harus
membuktikan bahwa pekerjaan itu dilakukan menurut spesifikasinya, bukannya
supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan ada di bawah standard.
Memulai dan membentuk perubahan tanggung jawab ini bukanlah praktek yang
mudah dan cepat. Pola kerja dan prosedur yang sudah terbentuk harus
dibuang; praktek dan prosedur baru harus diambil tetapi input-input seperti
pengauditan teknis, evaluasi yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan dan
lain-lain cenderung mempunyai dampak pada pendekatan masalah ini.
Pertama-tama perlu untuk memberi jalan pada publik luas dalam pemerintah
untuk melihat hasil perhitungan teknis. Yang kedua, alternatif untuk format
kontrak dan prosedur supervisi saat ini perlu ditentukan, ditest dan dibentuk.

Konsultan akan mendukung dan coba memulai perubahan-perubahan tersebut


melalui saran-saran yang sehubungan dengan perhitungan teknis, saran yang
berhubungan dengan evaluasi yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan,
saran pengawasan konstruksi serta pelatihan.

5.1.25. Value Engineering

Value engineering adalah suatu teknik manajemen yang telah teruji yang
menggunakan pendekatan sistematis dan suatu upaya yang diatur sedemikian
rupa untuk menganalisa fungsi suatu item/masalah atau sistem dengan tujuan
untuk memperoleh fungsi yang diminta dengan biaya kepemilikan total yang

Usulan Teknis 7 - 18
paling kecil, tentu saja disesuaikan dengan persyaratan permintaan
penampilan, rahabilitasi, kualitas, teknis, dan kemudahan untuk pemeliharaan
suatu pekerjaan. Program value engineering, mencari kemampuan manajemen
seseorang untuk mengadakan perubahan yang berarti dengan cara agar dapat
menemukan biaya yang tidak berguna dan menghilangkannya.

Program value engineering secara teoritis dapat digunakan kapan saja selama
siklus pelaksanaan pekerjaan. Yang paling baik adalah begitu disain akan
dimulai untuk dikerjakan, langsung dilakukan studi value engineering.

Selain tugas pokok konsultan sebagai pengawas, juga melakukan value


engineering untuk membantu Pengguna Jasa dalam hal mencarikan alternatif
yang lebih baik dan lebih murah atas pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pada
pekerjaan ini, kegiatan value engineering antara lain dapat berupa :

1. a) Revisi desain, sedemikian hingga didapat desain yang lebih murah,


lebih mudah dan lebih cepat pelaksanaannya, namun tetap aman dari
segi konstruksi.

Dalam perioda pelaksanaan, tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan


review design untuk penyesuaian-penyesuaian lapangan atas dasar
pertimbangan teknis dan biaya serta kondisi lapangan.

1. b) Menerapkan metode konstruksi, termasuk manajemen operasi alat


berat, sehingga didapat penggunaan alat yang tepat guna, ideal,
optimal, efisien. Dengan cara ini diharapkan diperoleh biaya yang lebih
murah dan waktu pelaksanaan bisa dipercepat.

Dengan adanya analisa yang baik dalam construction method diharapkan


peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk
menangani suatu pekerjaan.

Untuk mendapatkan hasil optimal dan efisien, diperlukan suatu rencana/metode


kerja yang tepat. Kebutuhan peralatan dan pengendalian biaya pekerjaan dapat
ditentukan dari metode kerja yang dipakai.

Rencana kerja value engineering adalah sebagai berikut :

— Phase pemilihan (seleksi)

Memilih pekerjaan : Apa yang dipelajari (studi) ? Siapa akan melaksanakan ?


Apa yang perlu diketahui untuk mulai studi tersebut ?

— Informasi (investigasi)

Periksa pekerjaan : Pekerjaan apakah itu ? Apa masalahnya ? Berapa


biayanya ? Apa saja yang telah dilaksanakan ? Apa saja yang harus
dilaksanakan ?

Analisa fungsi dan biaya : Apa basic fungsinya ? Apa fungsi keduanya ?
Berapa biayanya ?
Usulan Teknis 7 - 19
— Spekulasi

Spekulasi atas alternatif : Apa guna fungsi yang lainnya ? Dimana saja yang
ada ? Bagaimana fungsi akan tampil ?

— Evaluasi

Evaluasi alternatif : Apakah tiap ide dapat berjalan ? Berapa biayanya ? Apakah
tiap ide memenuhi fungsi dasar ? Alternatif mana yang terbaik ?

1. c) Pendekatan kondisi kerja

Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi


berdasarkan kondisi sebagai berikut :

— Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali
mengejar target penyelesaian atau memindahkan alat ke lokasi lain atau
kondisi khusus.

— Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance
peralatan.

— Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan over
time.

1. d) Analisa waktu penyelesaian

Total volume pekerjaan = V (ton)

Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)

Waktu yang diperlukan : T = V/Q (jam, konversikan ke bulan)

1. e) Pola dan kerangka pemikiran manajemen operasi alat berat

Analisis efesiensi alat berat pekerjaan pengaspalan pekerjaan jalan berdasar


kerangka pemikiran sebagai berikut :

— Analisis sisem pengoperasian alat berat sangat penting pengaruhnya


dalam rangka efisiensi pelaksanaan pekerjaan.

— Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump truck yang
digunakan, dan biaya alat.

— Analisis tersebut menghasilkan : jangka waktu pelaksanaan


pembangunan, jenis alat, kapasitas alat, jumlah alat, pengaturan dan
penempatan alat berat, bahkan dapat menghasilkan penghematan biaya
operasi alat.

Usulan Teknis 7 - 20
— Penghematan biaya operasi alat (operating cost) inilah dapat merupakan
salah satu komponen untuk value engineering, selain komponen pekerjaan
lainnya.

5.2. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang


berdasarkan analisa dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan
tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Secara garis besar, aspek-aspek
yang berkaitan dengan rekayasa pembangunan dapat dikelompokkan menjadi
empat tahapan kegiatan, yaitu :

 Tahapan Studi;
 Tahapan Perencanaan;
 Tahapan Pelaksanaan;
 Tahapan Operasi dan Pemeliharaan.

Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara makro seperti yang telah


dijelaskan di atas, pekerjaan ini termasuk dalam Tahapan Pelaksanaan
Konstruksi.

Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan/TOR, maka


dalam menyiapkan rencana kegiatan akan dilakukan pendekatan teknis dan
metodologi pengawasan yang optimal, ekonomis, tepat guna dan solusinya
dapat diandalkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pekerjaan ini, pihak
konsultan akan menyajikan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan
dari masing-masing kegiatan yang dimulai dari tahap awal hingga
penyelesaian akhir pekerjaan.

Lingkup pelaksanaan serta metode yang akan dilaksanakan dengan tahapan


sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan.
2. Tahapan Koordinasi.
8.4 PENGAWASAN TEKNISPengawasan
3. Tahapan TAHAP PELAKSANAAN
Lapangan.
4. Tahapan Penyerahan Hasil.

Gambar 5.8 : TAHAPAN UMUM KEGIATAN

SUPERVISI/INSPEKSI HARIAN DAN KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT


PENGENDALIAN MUTU UNTUK MATERIAL SEHUBUNGAN DENGAN RELOKASI JALUR
DAN HASIL KERJA UTILITAS

PENGAWASAN TIM SURVEI KONTRAKTOR


UNTUK TUGAS PENGUKURAN HASIL
Usulan Teknis 7 - 21
PEKERJAAN YANG TELAH DISELESAIKAN
RAPAT BULANAN
Gambar 5.9 : BAGAN ALIR METODOLOGI PELAKSANAAN PENGAWASAN
7.5 DIAGRAM ALIR PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

PERSETUJUAN REQUEST

PENOLAKAN
TIDAK

1 YA 2 3
KESIAPAN PERLU/TIDAK PERIKSA
LAPANGAN BAHAN YA BAHAN

TIDAK

PENOLAKAN
YA

4
PENGAWASAN
PELAKSANAAN

YA

6
PENGESAHAN OLEH PENGAWAS YA 5
PENOLAKAN
LAPANGAN PROYEK PENGAWASAN MUTU

PERSETUJUAN MUTU

Usulan Teknis 7 - 22
5.2.1. Tahapan Persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil


dan peralatan.

1. Penyelesaian Administrasi

Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi administrasi


kontrak dan legalitas personil yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pekerjaan ini, baik di lingkungan intern konsultan maupun untuk berhubungan
dengan pihak lain.

2. Mobilisasi Personil dan Peralatan

Bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan


mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini.
Kemudian setelah semua personil dimobilisir, dilakukan rapat koordinasi untuk
menentukan langkah-langkah guna penyelesaian pekerjaan pengawasan ini
agar didapatkan hasil kerja yang maksimal.

5.2.2. Tahapan Koordinasi

5.2.2.1 Tujuan

Merupakan tahapan yang mempertemukan berbagai pihak yang terkait dengan


pelaksanaan pembangunan/konstruksi, yaitu Pengguna Jasa, Penyedia Jasa
Pemborongan, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas serta pihak-pihak
lain yang dianggap berkaitan untuk bersama-sama melakukan koordinasi
sehubungan dengan pelaksanaan konstruksi di lapangan.

5.2.2.2 Ruang Lingkup

1. Rapat Koordinasi Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi

Untuk kelancaran pelaksanaan konstuksi, pihak-pihak yang terkait, yaitu


Penyedia Jasa Pemborongan, Pengguna Jasa, Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana perlu mengadakan pertemuan guna mencari solusi
dari setiap permasalah yang ditemui di lapangan baik menyangkut bahan,
metode kerja maupun volume pekerjaan. Hasil keputusan dari pertemuan
ini yang akan diterapkan di lapangan guna mengatasi masalah-masalah
tersebut. Pertemuan-pertemuan atau koordinasi ini akan kontinu dilakukan
selama masa pelaksanaan konstruksi.

2. Penentuan Patok-patok Referensi dan Elevasi Titik Kontrol

Dalam setiap awal pelaksanaan konstruksi suatu bangunan, Konsultan


Pengawas akan memberikan petunjuk secara tertulis kepada Penyedia
Jasa Pemborongan mengenai lokasi dan elevasi titik kontrol tetap dan titik

Usulan Teknis 7 - 23
referensi berupa patok beton untuk keperluan survey dan pengukuran
pelaksanaan pekerjaan.

5.2.2.3 Output

 Notulen rapat koordinasi;


 Surat Perjanjian Perubahan Kontrak (adendum).

5.2.3. Tahapan Pengawasan Lapangan

5.2.3.1 Pengendalian Mutu Pelaksanaan

1. Tujuan

Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan spesifikasi


teknis, gambar kerja dan kesepakatan yang telah disetujui oleh semua
pihak.

2. Ruang Lingkup
- Pengendalian Mutu Bahan;
- Pengendalian Metode Kerja;
- Pengendalian Volume dan Gambar.
3. Metodologi

Dalam pengendalian mutu pekerjaan konstruksi, beberapa hal yang harus


dilakukan adalah sebagai berikut :

4. Pengendalian Mutu Bahan

Pengendalian mutu bahan menyangkut jenis dan spesifikasi bahan-bahan


yang digunakan untuk konstruksi baik itu bahan bangunan maupun bahan
pompa. Sebelum digunakan, bahan-bahan ini akan diuji kualitasnya oleh
Konsultan Pengawasan.

Penjelasan pengujian bahan selengkapnya telah dijelaskan di pembahasan


sebelumnya

5. Pengendalian Metode Kerja

Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, metode kerja yang digunakan


oleh Penyedia Jasa Pemborongan harus sesuai dengan yang telah
diberikan pada spesifikasi teknis. Konsultan akan mengawasi cara-cara
yang digunakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan tersebut dan
memberikan masukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan apabila tidak
begitu mengerti tentang metode yang ada di dalam spesifikasi teknis.

6. Pengendalian Volume dan Gambar

Volume dan gambar merupakan dasar bagi pelaksanaan konstruksi yang


utama di lapangan. Oleh karenanyas menjadi tugas Konsultan Pengawas

Usulan Teknis 7 - 24
untuk mengecek apakah pelaksanaan yang ada sudah sesuai dengan apa
yang tercantum pada gambar rencana dengan volume yang sesuai.

Dari ketiga jenis pengendalian mutu di atas, Konsultan Pengawas akan


memberikan laporan kepada Pengguna Jasa secara berkala sesuai
dengan perkembangan di lapangan.

Pada pengendalian mutu ini, tidak menutup kemungkinan adanya


permasalahan yang akan timbul di lapangan yang disebabkan kondisi
lokasi setempat baik mengenai metode kerja dan gambar rencana. Untuk
itu perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian (revisi) terhadap sistem
pengendalian di atas selama tidak menyimpang dan kesepakatan awal dan
spesifikasi yang ada. Hasil revisi ini akan dicatat oleh Konsultan Pengawas
dan terhadap perubahan-perubahan yang ada oleh Penyedia Jasa
Pemborongan akan dibuatkan gambar hasil pelaksanaan dari perubahan
tersebut.

Mengenai perubahan gambar rencana dan metode pembuatan gambar


perubahannya (as built drawing) dapat dilihat pada Data Teknis E.

1. Output
2. Laporan harian, mingguan dan bulanan hasil uji mutu bahan.
3. Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi volume pekerjaan.
4. Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi metode pekerjaan.
5. Gambar pelaksanaan lapangan (as built drawing).
6. Perjanjian perubahan kontrak (adendum).

5.2.3.2 Pengendalian Waktu Pelaksanaan

1. Tujuan

Tujuannya adalah agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung


seperti yang telah direncanakan atau tidak melebihi waktu batas akhir
kegiatan.

2. Ruang Lingkup

Pembuatan diagram jaringan (network diagram) dan jadwal kerja


pelaksanaan.

3. Metodologi

Diagram jaringan (network diagram) adalah diagram yang memberikan


permulaan tanggal dini atau lambat dari masing-masing aktivitas agar
dimungkinkan diperoleh jadwal jalur kritis (critical path). Juga dibuat sub
jadwal untuk menunjukkan jadwal pekerjaan kritis dari keseluruhan jadwal
konstruksi.

Di samping pembuatan diagram jaringan, untuk kontrol terhadap waktu


perlu dibuat juga jadwal kerja dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi
yang terdiri dari :
Usulan Teknis 7 - 25
1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Pembuatan jadwal ini yang mengacu pada jadwal kegiatan Penyedia


Jasa Pemborongan dibuat untuk rencana pelaksanaan pekerjaan dan
agar kemajuan pekerjaan dari waktu ke waktu dapat dievaluasi
ketepatan waktunya. Jadwal tersebut diperlukan untuk menguraikan
berbagai aktivitas pekerjaan.

2. Jadwal Kedatangan Bahan Bangunan

Jadwal kedatangan bahan bangunan harus disesuaikan dengan jadwal


pelaksanaan pekerjaan dan dibuat terpisah. Dalam jadwal harus sudah
termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan, rencana produksi bahan
di pabrik/sumber bahan, jadwal rencana pengiriman, pengujian,
pengambilan sampel dan persetujuan dari Pengguna Jasa.

3. Jadwal Penggunaan Tenaga Kerja

Jadwal ini juga mengacu kepada jadwal yang dimiliki oleh Penyedia
Jasa Pemborongan pelaksana di lapangan. Dari sini nantinya akan
dilihat perkembangan dan kecenderungan kebutuhan tenaga kerja
yang digunakan dalam pelaksanaan.

4. Jadwal Penggunaan Peralatan Konstruksi.

Untuk membantu pelaksanan konstruksi, biasa digunakan berbagai


peralatan baik itu peralatan ringan maupun alat-alat berat. Untuk itu,
sangat perlu dilakukan penjadwalan atas penggunaan alat-alat yang
ada untuk melihat tingkat efisien alat-alat tersebut.

Secara berkala pengawas akan memperbarui jadwal-jadwal di atas


yang disesuaikan dengan jadwal-jadwal Penyedia Jasa Pemborongan
untuk menggambarkan seteliti mungkin kemajuan pekerjaan secara
aktual sampai hari terakhir bulan yang bersangkutan.

1. Output
2. Diagram jaringan (network diagram).
3. Laporan harian, mingguan dan bulanan pelaksanaan konstruksi
aktual.
4. Laporan harian, mingguan dan bulanan kedatangan bahan
bangunan.
5. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan tenaga kerja.
6. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan peralatan.

5.2.3.3 Pengendalian Biaya Pelaksanaan

1. Tujuan

Pengawasan terhadap keadaan arus uang (cash flow) kegiatan agar dapat
memaksimalkan keuangan kegiatan yang ada untuk mencapai hasil seperti
yang diharapkan.
Usulan Teknis 7 - 26
2. Ruang Lingkup

Pengontrolan biaya melalui kurva S yang dikembangkan dari Bar


Chat/Giant Chart.

3. Metodologi

Seperti diketahui, kurva S bertujuan memberikan gambaran kemajuan


pekerjaan dengan waktu yang direfleksikan terhadap bobot penyerapan
biaya.

Pengawasan kegiatan dilakukan dengan membandingkan kurva S rencana


(yang dibuat Penyedia Jasa Pemborongan) dengan kurva S aktual
sehingga dapat diketahui apakah pekerjaan terlambat, sesuai atau
mendahului jadwal rencana. Dari sini kemudian dapat dilihat bobot biaya
yang telah dikeluarkan Penyedia Jasa Pemborongan untuk melaksanakan
pekerjaan konstruksi sampai dengan kemajuan yang ada. Dengan kurva S
ini, Penyedia Jasa Pemborongan dapat mengajukan pembayaran yang
akan diterima sesuai dengan hasil kerja yang dilakukan.

1. Output
2. Kurva S Aktual yang dibandingkan dengan Kurva S Rencana.
3. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran Penyedia Jasa
Pemborongan.
4. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah/Kurang bila ada
perubahan pekerjaan.

5.2.4. Penyerahan Hasil

1. Tujuan

Tujuan adalah menyerahkan hasil-hasil pekerjaan pengawasan Konsultan


terhadap pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

2. Ruang Lingkup

Mengasistensi kepada Pemimpin Kegiatan atas kebenaran dan


kelengkapan hasil pengawasan.

Evaluasi hasil pelaksanaan serta bukti-bukti pemenuhan kontrak oleh


Penyedia Jasa Pemborongan.

— Menyusun dokumen penyerahan pekerjaan.

1. Output

— Surat Pernyataan selesainya pekerjaan.

— Berita Acara Penyerahan Pekerjaan.

Usulan Teknis 7 - 27
Usulan Teknis 7 - 28
5.3. PEDOMAN PENGAWASAN PEKERJAAN

5.3.1. Evaluasi Gambar Kerja

Dalam evaluasi gambar kerja, beberapa hal yang dijadikan perhatian adalah :

1. Apabila ada keragu-raguan mengenal dimensi satuan, Penyedia Jasa


Pemborongan wajib menanyakan terlebih dulu kepada Konsultan
Pengawas.
2. Dasarnya bila ada perbedaan/konflik antara gambar dan uraian pekerjaan
dan persyaratan pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis.
Ketentuan tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari Konsultan
Pengawas dan atau Konsultan Perencana.
3. Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau
keraguraguan di antara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan
pekerjaan tersebut, Kontraktor harus melaporkan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas, dan Konsultan Pengawas memberikan keputusan
gambar mana yang akan dijadikan pegangan, sesudah berunding dengan
Konsultan Perencana.
4. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor
untuk mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.

5.3.2. Pembuatan Shop Drawing

1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus dibuat


kontraktor berdasarkan gambar perencanaan/gambar kerja yang
disesuaikan dengan keadaan lapangan dan/atau persyaratan pabrik dan
bahan yang dipakai.
2. Shop drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produksi, bahan, cara pemasangan, dimensi dan lain-lainnya.
3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing
tersebut yang sebelumnya telah diajukan dan mendapat persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas.
4. Pada dasarnya kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila ada
persyaratan khusus dari pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau belum
tercakup secara lengkap dalam gambar kerja, dan/atau disesuaikan dengan
kondisi lapangan.

5.3.3. Dokumentasi Pelaksanaan Konstruksi

1. Kontraktor harus membuat foto-foto berwarna dari bagian-bagian pekerjaan


yang sedang dilaksanakan atau yang telah selesai dilaksanakan seperti
yang diminta oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Contoh-contoh foto harus
diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan pada akhir setiap bulan.
Ukuran foto sekurang-kurangnya ukuran postcard dan dipasang pada
album. Keterangan yang menyebutkan kegiatan/macam pekerjaan dan
tanggal pengambilan harus disertakan ukuran masing-masing foto.
2. Dari contoh yang dipilih Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor harus
membuat foto dokumentasi 3 (tiga) set dalam waktu 2 (dua) hari
sesudahnya.

Usulan Teknis 7 - 29
3. Negatif foto dokumentasi tersebut menjadi milik Pemberi Tugas atau
Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan dan tidak diijinkan untuk
membuat cetakan dan negatif tanpa persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas
atau Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan untuk diserahkan kepada
siapa pun.

5.3.4. Mobilisasi dan Demobilisasi

Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi mencakup :

1. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan


pembangunan dan peralatan lainnya, sedemikian rupa sehingga lokasi
kegiatan bersih dan teratur kembali dan diterima baik oleh Pengawas.
2. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan,
Kontraktor harus memasukkan rencana kepada Konsultan Pengawas/
Pengawas Lapangan mengenai prosedur mobilisasi.
3. Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu 10
(sepuluh) hari setelah Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan
memberikan nota dimulainya pekerjaan, peralatan harus sudah berada di
lokasi kegiatan sesuai dengan jadwal dibutuhkannya alat-alat tersebut.
4. Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang
akan digunakannya untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan disetujui oleh Pengawas
Lapangan dalam hal fungsi dalam pekerjaan, kapasitas, jumlah, tahun
pembuatan, pabrik pembuat, kondisi dan rencana waktu tiba di tempat
pekerjaan. Kontraktor wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada
waktunya sesuai dengan jadwal pemakaian.
5. Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan
alat-alat tersebut sebagian atau seluruhnya, selama pelaksanaan pekerjaan
tanpa persetujuan Pengawas Lapangan.
6. Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan
untuk melaksanakan tiap-tiap bagian/komponen/tahap pekerjaan sebelum
pekerjaan tersebut dimulai. Penyediaannya di tempat pekerjaan dan
persiapannya harus terlebih dahulu mendapat pemeriksaan dan
persetujuan dari Pengawas.

5.3.5. Material/Bahan Bangunan

1. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan daftar tertulis kepada


Pengawas untuk mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan
macam bahan bangunan yang dipesan untuk digunakan dalam pekerjaan,
yaitu : koral, split, pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan
Pengawas.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh
Kontraktor ke lapangan.
3. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui Pengawas.
4. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan
kepada Pengawas “certificate test” dari bahan-bahan besi dan portland
cement dari produsen/pabrik.

Usulan Teknis 7 - 30
5. Persyaratan bahan bangunan yang digunakan antara lain adalah :
6. Portland cement :

 Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II atau V


yang memenuhi Standard Semen Indonesia (NI-8-1964) dan ASTM
C-150.
 Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2 bulan.
 Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
 Kadar alkali maksimum 0,40%.
7. Agregat :
 Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau
buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat
tersebut harus memenuhi test, standard laboratorium dan mempunyai
gradasi yang memenuhi persyaratan ASTM 0-33. Agregat kasar harus
mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan
padat (tidak porous). Selain itu, agregat beton yang digunakan haruslah
bersih, uncoated, keras dan terbebas dan lumpur, garam, partikel pipih
dan material-material merusak lainnya seperti alkali, organik dan bahan-
bahan lunak & ekspansif.
 Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus menyediakan
sample agregat seberat 25 kg untuk setiap ukuran dari sumber
pengambilan agregat yang akan digunakan untuk disetujui pengawas.
Jika pengawas memandang perlu untuk mengadakan pemeriksaan di
laboratorium, maka pemeriksaan tersebut sudah harus diperhitungkan di
dalam penawaran.
 Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm dan
sesuai dengan ASTM Grade Size #67 (19,0 sampai 4,75 mm).
 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dari bebas dan
bahan-bahan organik, tanah lempung dan sebagainya.
8. Air :
 Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali, garam, dan bahan organik atau
bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan dan sesuai dengan
pasal 3.6 P81 1971 dan pasal 9 PUBI – 1982.
 Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada Kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan
yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
9. Baja tulangan :
 Besi beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran-kotoran
lain yang dapat mengurangi lekatannya pada beton dan harus
memenuhi persyaratan dalam PBI 1971.
 Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran
sesuai dengan dokumen lelang.
 Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai
kekuatan dan ukuran baja tulangan.
 Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka
disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan
sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara
periodik minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress

Usulan Teknis 7 - 31
strain) dan pelengkung untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan
pada laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh Pengawas.

10. Admixture :
 Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu, Kontraktor
diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Pengawas
mengenai hal tersebut.
 Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan
admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data
bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara
pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang
dianggap perlu.
 Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion sulfide, ion
nitrat dan unsur-unsur lainnya yang dapat merusak bahanbahan beton
dan tulangan baja tidak boleh digunakan pada pekerjaan ini.
 High-range water-reducing, jika diijinkan untuk digunakan, harus sesuai
dengan persyaratan ASTM C494 type F atau G.

5.3.6. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yang harus dilaksanakan kontraktor meliputi pekerjaan


mobilisasi peralatan dan material, pemasangan papan nama proyek, pekerjaan
pengukuran kembali (setting out).

5.3.6.1 Pekerjaan Mobilisasi Peralatan dan Material/Bahan

Kotraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan, lampu untuk


penerangan, rambu-rambu pengamanan, pekerjaan sementara, suku cadang,
tenaga kerja dan orang-orang termasuk segala sesuatau yang diperlukan untuk
melaksana-kan pekerjaan dengan baik dan selalu siap selama pekerjaan
berlangsung.

Pekerjaan persiapan ini juga menyediakan kantor lapangan untuk Kontraktor


dan Direksi, barak untuk tempat tinggal karyawan Kontraktor, lapangan untuk
persiapan (work-yards), pengadukan beton (batch plant), bengkel, depot dan
gudang. Kegiatan ini juga termasuk pekerjaan asembling dan pemuatan untuk
transportasi peralatan di gudang pusat Kontraktor atau tempat dimana
peralatan tersebut berada, pengangkutan dan pengiriman peralatan maupun
material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasanga
sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang ke lokasi
pekerjaan, pembongkaran, pemasangan sehingga siap pakai semua peralatan,
material dan suku cadang termasuk segala sesuatu yang diperlukan untuk
melakasanakan pekerjaan.

5.3.6.2 Papan Nama Proyek

Kontraktor berkewajiban memasang papan nama proyek di lokasi yang mudah


terlihat, di sekitar jalan masuk lokasi pekerjaan. Papan nama proyek dipasang
pada balok kayu dengan mutu yang baik, yang tertancap dalam tanah sehingga
tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah.

Usulan Teknis 7 - 32
Papan nama proyek berisi informasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan,
meliputi :

v Nama dan nomor kontrak pekerjaan yang dilaksanakan.

v Identitas pemilik pekerjaan.

v Identitas pelaksana pekerjaan.

v Waktu pelaksanaan pekerjaan.

v Nilai pekerjaan yang dilaksanakan.

Papan nama proyek dibuat dari kayu dengan mutu yang baik, terbuat dari
papan dengan ukuran tebal 3 cm, lurus dan diserut rata. Papan nama proyek
dipasang tegak (tidak miring), tinggi sisi atas papan nama proyek harus sama
satu dengan lainnya.

5.3.6.3 Pengukuran Kembali

Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memastikan lokasi tapak pekerjaan


serta situasi lokasi pekerjaan, agar didapat gambaran yang jelas (dalam bentuk
peta situasi) untuk pelaksanan pekerjaan.

1. Persyaratan

Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan untuk


mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan
dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah,
letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera
kepresisiannya.

Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan


lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi
Pengawas untuk dimintakan keputusannya.

Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya hanya dilakukan dengan


alat-alat waterpas/theodolit yang ketepatannya dapat
dipertanggungjawabkan.

Kontraktor harus menyediakan theodolit/waterpas beserta Petugas yang


melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Direksi Pengawas selama
pelaksanaan pekerjaan/proyek.

Pengukuran sudut prisma atau benang secara azas segi tiga phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi
Pengawas.

Usulan Teknis 7 - 33
Kontraktor harus memasang tugu patokan dasar (bench mark) sebagai titik
acuan. Untuk patok pekerjaan, kontaktor juga harus memasang patok-patok
penuntun dan papan dasar pelaksanaan.

2. Tugu patokan dasar (bench mark)

Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya


20×20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian
yang menonjol diatas muka tanah sekurang-kurangnya setinggi 40 cm.

Letak dan jumlah patokan dasar ditentukan oleh Direksi Pengawas, minimal
diperlukan 2 buah tugu patokan dasar.

Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang
jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi
Pengawas untuk membongkarnya.

Pada waktu pematokan (penetuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak


(perpindahan), Kontraktor wajib membuat shop drawing dahulu sesuai
keadaan lapangan.

3. Papan dasar pelaksanaan (bouwplank) dan patok pekerjaan

Papan dasar pelaksanaan dipasang pada sepasang patok kayu ukuran 5/7 cm
dengan mutu yang baik. Patok kayu tersebut tertancap dalam tanah dan tidak
bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah posisinya, dengan jarak satu sama
lain maksimum 1,50 meter.

Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu dengan mutu yang baik
yang disetujui Direksi Pengawas, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus
dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Direksi Pengawas.

Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar lokasi
pekerjaan.

Setelah selesai pemasangan papan dasar peleksanaan, Kontraktor harus


melaporkannya kepada Direksi Pengawas.

5.3.7. Pekerjaan Beton

5.3.7.1 Persyaratan

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk


membuat mix design dari sebagian jumlah bahan untuk beton yang sudah
memenuhi persyaratan dengan pelaksanaannya mengikuti Standar
Konstruksi Bangunan Indonesia l.4.5.3.1989-UDC:693.5.

Usulan Teknis 7 - 34
2. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah
kepada Pengawas untuk memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan
pembuatan bangunan acuan dan perancah tidak diperkenankan sebelum
gambar rencana bangunan pembentuk disetujui Pengawas.
3. Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap,
cara–cara dan persiapan pengecoran mendapat persetujuan Pengawas.
4. Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang
diminta dan angka perbandingan adukan tersebut harus menyatakan
takaran dalam satuan isi yang dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa
digetarkan. Alat penakar harus dibuat dengan baik, kuat dan harus
mendapatkan persetujuan Pengawas terlebih dahulu.
5. Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik,
jangka waktu tersebut bisa diperpanjang satu jam. Adukan beton tersebut
harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara kontinyu sampai
mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui Pengawas.
6. Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa
sehingga bisa menghasilkan bentuk permukaan serta ketinggian yang
dibutuhkan sesuai dengan gambar kerja.
7. Pelaksanaan pemadatan/penggetaran harus dilaksanakan oleh pekerja-
pekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan
pengarahan dan petunjuk Pengawas.

5.3.7.2 Pemeriksaan Mutu Beton

1. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat


kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan ditempat
lain atau dengan mengadakan trial mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh
Pengawas.
2. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji setiap 5 m3
beton dengan minimum 1 benda uji setiap hari sesuai dengan Standar
Konstruksi Bangunan Indonesia 1.4.5.3.1989-UDC:693.5 dan diberi tanggal
dan nomor urut yang menerus. Pengambilan benda uji dilakukan atas
persetujuan Pengawas.
3. Kontraktor harus membuat laporan terlulis atas data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh Pengawas dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.
4. Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu
hasil pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan.

5.3.7.3 Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton

Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan


dalam spesifikasi teknik dan gambar perencanaan telah dipenuhi seluruhnya
dan umur beton telah mencapai 28 hari. Kriteria penerimaan hasil pekerjaan
beton ditentukan berdasarkan PBI 1971.

Apabila hasil pemeriksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan kekuatan


beton hasil pekerjaan yang tidak melebihi 10% dari kekuatan beton yang
disyaratkan, maka hasil pekerjaan ini dapat diterima oleh Pengawas. Atau
diambil tindakan-tindakan sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971. Penyimpangan

Usulan Teknis 7 - 35
hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar perencanaan atau
petunjuk Pengawas dapat menyebabkan hasil pekerjaan tersebut dibongkar
dan diperbarui kembali sesuai dengan persyaratan dan ketentuan-ketentuan
dalam persyaratan dokumen kontrak.

5.3.7.4 Penolakan Hasil Pekerjaan Beton

Pengawas berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran hasil pekerjaan


beton jika pekerjaan beton tersebut menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut :

1. Porous, segregasi atau berlubang-lubang.


2. Construction joints dibuat pada lokasi maupun cara-cara yang tidak sesuai
dengan rencana.
3. Letak/posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan rencana) selama
dan setelah pengecoran.
4. Penyimpangan-penyimpangan hasil pelaksanaan sudah di luar batas
toleransi yang dapat diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini.
5. Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan.
6. Hasil pemeriksaan mutu beton maupun tindakan penanggulangannya tidak
dapat memenuhi persyaratan pada PB 1971 (N I-2).
7. Hasil pekerjaan tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi teknis ini.

5.3.8. Pekerjaan Mekanikal (Pompa)

5.3.8.1 Bahan Baku (Materil)

1. Material (bahan baku) yang digunakan harus baru dan mempunyai nilai
kualitas nomor satu bebas dari cacat dan ketidak sempurnaan, serta sesuai
dengan tingkatan klasifikasi pada desain.
2. Semua pengadaan komponen ukuran, dimensi dan spesifikasinya harus
sesuai dengan gambar desain yang telah disetujui pemilik proyek. Untuk
semua komponen mekanik lainnya seperti ulir baut, mur dan pipa harus
dalam ukuran matriks.
3. Semua hasil pengecoran harus memenuhi persyaratan ketebalan, bebas
terhadap porosity, blow holes, shrinkage, crack dan lain-lain. Kesalahan
pengecoran tidak boleh diperbaiki dengan cara penambahan atau
pengelasan tanpa ijin dari Pemilik Proyek.

5.3.8.2 Pabrikasi

Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu gambar-gambar yang jelas untuk


mendapatkan persetujuan dari Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan sebelum
pekerjaan fabrikasi dimulai, baik untuk pekerjaan yang perlu difabrikasi di luar
area proyek maupun di dalam area proyek. Hasil pekerjaan fabrikasi tersebut,
akan diperiksa oleh Pemilik Proyek/Pengawas Lapangan untuk mendapat
persetujuan sebelum dikirim ke lokasi/pemasangan.

5.3.8.3 Pengelasan

Usulan Teknis 7 - 36
Kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur pengelasan untuk disetujui oleh
pihak proyek sama dengan yang ada didalam gambar. Ukuran dan tipe las
yang dibutuhkan harus diperlihatkan dalam gambar kontraktor.

Kualifikasi operator las (tukang las) yang akan melakukan pekerjaan harus
mempunyai kartu rekam (pass) selama 6 bulan sesuai dengan JIS Z 3801 atau
yang setara. Kontraktor harus menyerahkan (3) tiga salinan sertifikat laporan
hasil tes las specimen pada tes kualifikasi. Bila pihak proyek meragukan
sertifikat para operator las yang diajukan kontraktor maka pihak proyek berhak
untuk meminta tes kualifikasi ulang. Semua biaya tersebut ditanggung oleh
kontraktor.

Kawat las yang digunakan harus mengacu pada JIS Z 3211 atau 3212, Low
hidrogen type covering atau yang setara. Kawat las tahan karat (stainless) yang
digunakan pada bagian di dalam air untuk pelindung atau penyambungan harus
menggunakan chromium nickel. Tipe, komposisi kimia dan JIS atau acuan
standar untuk kawar las yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari
pihak proyek.

5.3.8.4 Pengecatan

Pemilihan cat dan warna yang akan digunakan harus di setujui oleh proyek dan
kontraktor harus mengusulkan merk cat dan warna, dengan menyerahkan
contoh warna termasuk spesifikasi cat untuk setiap lapisan sampai dengan
lapisan cat terakhir.

5.4. PROGRAM KERJA

Dalam pelaksanaan pekerjaan layanan konsultansi, perlu adanya suatu program


kerja yang konsepsional, efektif dan efisien, sehingga setiap aktivitas kerja untuk
mencapai target sukses pekerjaan dapat terprogram dengan baik. Program kerja
yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan
Kerja (KAK) atau Terms of Reference (TOR). Penyusunan program kerja ini
dilakukan berdasarkan :

 Ruang lingkup pekerjaan;


 Volume pekerjaan;
 Batas waktu;
 Keahlian personil;
 Jumlah personil;
 Peralatan yang dipakai;
 Schedule mobilisasi;
 Arahan Pengguna Jasa;
 Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya.

Agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan,
maka program kerja akan disusun secara sistematis dan dilaksanakan
berdasarkan urutan pekerjaan efektif dan waktu pelaksanaannya. Untuk
mendapatkan efektivitas yang tinggi atas input konsultan, dengan menggunakan

Usulan Teknis 7 - 37
sumber daya yang tersedia secara efisien, dibutuhkan suatu perencanaan dan
pelaksanaan sistem layanan konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini
kualitas maupun kuantitas pekerjaan dapat dikontrol, seraya menghindari beban
pekerjaan puncak yang cukup besar. Beban puncak dalam pekerjaan
memerlukan mobilisasi staf tambahan dan pengenalan terhadap pekerjaan.
Aktivitas yang mengakibatkan berkurangnya kualitas pekerjaan diupayakan
untuk dihindari.

Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai


berikut :

 Persiapan awal, studi terdahulu;


 Koordinasi konsultan dengan Pemimpin Pekerjaan;
 Koordinasi dengan unsur pekerjaan;
 Koordinasi team konsultan;
 Koordinasi dengan instansi terkait;
 Tahap pengawasan teknik.

5.4.1. Persiapan Awal dan Studi Terdahulu

5.4.1.1 Persiapan awal

Setelah konsultan mengadakan mobilisasi, dimana Team Leader telah


dimobilisasi, kemudian disusul dengan mobilisasi personil yang lain sesuai
Manning Schedule dan kebutuhan aktivitas pekerjaan, team konsultan segera
mengadakan persiapan awal untuk pekerjaan ini, yang kegiatannya antara lain
meliputi :

 Menata/penyiapan kantor, furniture, perlengkapan kantor, dan lain-lain.


 Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team konsultan.
 Mengadakan kunjungan/koordinasi awal dengan instansi-instansi dan
pihak-pihak terkait.
 Penyiapan format/form-form standar yang akan diperlukan/digunakan
selama periode pekerjaan.
 Pengumpulan data yang tersedia.
 Studi/analisa data yang tersedia.
 Field reconnaisance/site visit.
 Mempelajari kembali design dan scope pekerjaan fisik.

5.4.1.2 Studi terdahulu

Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan pengawasan


konstruksi adalah berupa gambar-gambar rencana dan spesifikasi-spesifikasi,
baik teknis maupun umum yang akan dikumpulkan/dicari konsultan pengawas
untuk dipelajari dan kemudian dilaksanakan. Data tersebut umumnya dapat
diperoleh dari Pengguna Jasa.

5.4.2. Koordinasi

Usulan Teknis 7 - 38
Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan melakukan
koordinasi secara rutin dengan Pemimpin Pekerjaan, unsur pekerjaan, instansi
terkait dan koordinasi intern konsultan.

1. Pemimpin Pekerjaan

Koordinasi dengan Pemimpin Pekerjaan perlu dilakukan secara rutin dan


dengan frekwensi yang cukup.

2. Unsur Pekerjaan

Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan “Monthly Project Meeting”


antara Konsultan, Penyedia Jasa Pemborongan dan Pemimpin Pekerjaan,
di sini bisa dievaluasi, dimonitor dan dibahas hal-hal antara lain :

- Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, agar tidak terjadi keragu-


raguan atau kesalahan dalam pelaksanaan.
- Management/pengaturan/penempatan alat berat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.
- Kemajuan pekerjaan.
- Informasi-informasi yang perlu disampaikan kepada Penyedia Jasa
Pemborongan dan atau sebaliknya.
- Masalah-masalah di lapangan dan pemecahannya.
- Rencana kerja Penyedia Jasa Pemborongan untuk bulan berikutnya.

Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang


perlu dilaksanakan dengan “crash-program” dan lain-lain, dalam hal ini
perlu diadakan pertemuan khusus.

Project meeting antara Konsultan dan Penyedia Jasa Pemborongan


dilakukan secara periodik (mingguan), untuk kondisi khusus dapat
dilakukan dalam rentang 2 – 3 harian.

3. Instansi Terkait

Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan perlu


melakukan koordinasi dengan instansi dan konsultan lain terkait yang
berhubungan dengan scope pekerjaan.

4. Intern Konsultan

Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan


tugasnya sesuai dengan job description, juga perlu ada koordinasi antara
Team Leader dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak terbatas pada :

1. Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :

 Laporan bulanan.
 Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan.
 Masalah lapangan dan pemecahannya.

Usulan Teknis 7 - 39
 Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran
pekerjaan.
2. Profesional staf Konsultan akan melakukan kunjungan setiap hari atau
secara berkala ke lapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk
meyakinkan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak.
3. Sub profesional staf akan melaksanakan inspeksi harian untuk
meyakinkan bahwa material, tenaga kerja dan hasil pekerjaan fisik
sesuai dengan dokumen kontrak dalam hal mutu, volume dan waktu.
4. Pertemuan-pertemuan khusus antara team leader dengan team atau
antar staf Konsultan dengan frekwensi yang cukup atau sesuai
kebutuhan, agar terjadi komunikasi, koordinasi, informasi yang baik.

5.4.3. Tahap Pengawasan

Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan,


bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan
guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat
kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu dan tepat biaya dengan berdasarkan
dokumen kontrak dan petunjuk teknis lainnya. Selain itu, tugas konsultan
meliputi melakukan sertifikasi atas pekerjaan ini yang dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa Pemborongan. Secara rinci, pekerjaan yang dilakukan pada
tahap supervisi adalah :

1. Masa Konstruksi/ Masa Perbaikan :


2. Mengecek data titik survey di lapangan
3. Menyelenggarakan pengawasan menerus di lapangan untuk mendapatkan
kepastian bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan di dalam dokumen kontrak.
4. Memeriksa test laboratorium dan test lapangan untuk pekerjaan fisik, juga
material yang akan digunakan dan metode kerja untuk mendapatkan
kepastian sudah sesuai dengan persyaratan.
5. Menjaga, mengendalikan, mengontrol, memonitor, meevaluasi rencana
kemajuan pekerjaan yang terbaru berupa bar-chart dan atau metode lain
yang digunakan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disetujui.
6. Memeriksa dan menyetujui semua gambar kerja dan detailnya yang
diajukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan, penyesuaian design bila
diperlukan, agar sesuai dengan kebutuhan teknis/lapangan.
7. Memberikan laporan secara berkala semua pengukuran kuantitas
pekerjaan yang sudah di test termasuk penggunaan material, dengan
menggunakan bentuk yang sudah disetujui oleh Pengguna Jasa.
8. Memberikan laporan khusus jika ada masalah yang timbul, dan memberikan
rekomendasi pemecahan permasalahan.
9. Membantu mempersiapkan semua perubahan (change orders) dan
membantu Pengguna Jasa pada saat dilakukan negosiasi harga dan biaya
konstruksi terhadap perubahan kontrak tersebut (bila ada).
10. Mengevaluasi dan membantu menyiapkan rekomendasi bagi Pengguna
Jasa dalam bertindak atas klaim terhadap kontrak, perselisihan,
penambahan lingkup pekerjaan kontrak dan perubahan-perubahan lain di
luar lingkup pekerjaan yang tercantum dalam dokumen kontrak.
11. Memeriksa rancangan sertifikat pembayaran bulanan yang akan
disertifikasikan oleh Pengawas untuk mendapatkan persetujuan Pemimpin
Pekerjaan.
Usulan Teknis 7 - 40
12. Menyediakan bantuan dan arahan pada saat yang tepat bagi Penyedia
Jasa Pemborongan di dalam semua masalah yang ada hubungannya
dengan dokumen kontrak, pengecekan terhadap survey tanah dasar, test
pengawasan mutu dan masalah lain yang berhubungan dengan
dipenuhinya kontrak dan kemajuan pekerjaan.
13. Menjamin penerimaan dan menjaga sebagai laporan tetap semua jaminan
yang diperlukan di bawah syarat-syarat yang tercantum di dalam dokumen
kontrak, untuk material dan peralatan yang digunakan di pekerjaan. Semua
material yang digunakan di pekerjaan termasuk sumbernya juga harus
disetujui terlebih dahulu.
14. Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pengguna Jasa, menghadiri
dan mencatat semua rapat/pertemuan dengan Penyedia Jasa
Pemborongan, Pemimpin Pekerjaan dan Instansi pemerintah lain serta
menyediakan bantuan teknis bila dan kapan diperlukan dalam kaitannya
dengan pelaksanaan pekerjaan dan masalah-masalah kontrak.
15. Mendokumentasikan kondisi cuaca harian, peralatan Penyedia Jasa
Pemborongan dan personil di lapangan serta peristiwa/kejadian yang bisa
mengakibatkan keterlambatan, dan langkah-langkah yang diambil untuk
mencegah keterlambatan tersebut.
16. Memberikan bantuan advis kepada Pemimpin Pekerjaan di dalam
menyusun kebijakan dan langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.
17. Membuat laporan bulanan, laporan teknik/khusus dan laporan akhir
pekerjaan seperti yang dikehendaki oleh Pengguna Jasa.
18. Pemeriksaan Serah Terima Sementara, termasuk penyiapan laporan dan
Berita Acara Serah Terima Sementara yang diperlukan, serta menyiapkan
Sertifikat Penerimaan Sementara (Certificate of Provisional Acceptance).

Secara ringkas, semua aktivitas di lapangan dirangkum di bawah ini :

1. 1. Persiapan lapangan

Pada tahap persiapan di lapangan, tim konsultan akan mengawasi dan mencek
aktivitas-aktivitas konstruksi seperti yang dijabarkan berikut ini :

 Memeriksa kualitas semua bahan yang akan digunakan untuk konstruksi.


 Penyiapan rancangan campuran pekerjaan (job mix formula) untuk beton
dan lain-lain.
 Lokasi letak bahan-bahan.
 Kondisi tumpukan bahan di lokasi kerja.
 Jumlah dan kondisi semua peralatan.
 Jumlah personil Penyedia Jasa Pemborongan.
 Jumlah dan kualitas bahan-bahan.
 Kondisi cuaca.
 Prosedur administrasi Penyedia Jasa Pemborongan.
 Form/formulir kerja.

Usulan Teknis 7 - 41
 Persiapan form-work.
 Mengecek jadual Penyedia Jasa Pemborongan.
 Persiapan konstruksi.

2. 2. Pekerjaan konstruksi/ Perbaikan

Setelah mobilisasi dan persiapan di lapangan selesai dan diperiksa oleh


konsultan dan Pemimpin Pekerjaan, maka Penyedia Jasa Pemborongan akan
diijinkan untuk melanjutkan pekerjaan konstruksi. Team konsultan akan
mengecek langsung hal-hal berikut ini :

 Metoda pekerjaan konstruksi;


 Penggunaan bahan;
 Pengecekan jadwal;
 Kondisi cuaca dari waktu ke waktu selama periode pelaksanaan
pekerjaan;
 Pengambilan contoh (sampling).

Sebelum pekerjaan fisik dimulai, Penyedia Jasa Pemborongan mengajukan


“Request” terlebih dahulu, yang berisi antara lain :

 Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan;


 Lokasi pekerjaan;
 Peralatan yang akan digunakan;
 Estimasi volume pekerjaan;
 Material yang akan digunakan;
 Rencana jam kerja.

4. Pengawasan mutu

Sebelum memulai aktivitas konstruksi, Penyedia Jasa Pemborongan akan


membuat suatu permohonan tertulis kepada konsultan untuk prosedur
konstruksi dan persetujuan pekerjaan. Konsultan akan :

 Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan.


 Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik.
 Menginspeksi dan menyetujui metoda serta ketelitian pekerjaan
 Memeriksa/menginstruksikan test-test lapangan.
 Memeriksa/menginstruksikan test laboratorium terhadap sampel-sampel
yang diambil dari lokasi kerja.
 Memeriksa/menginstruksikan test yang lain sesuai spesifikasi.

5. Pengawasan kuantitas

Pengawasan kuantitas (quantity control) akan mengecek bahan-bahan yang


ditempatkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan. Konsultan akan memproses
bahan-bahan dan produk fisiknya berdasarkan atas :

 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi


 Metoda perhitungan.
 Lokasi kerja.
Usulan Teknis 7 - 42
 Jenis pekerjaan (work item).
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

6. Catatan-catatan teknis

Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk


memberikan petunjuk-petunjuk kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna
meningkatkan aspek-aspek pekerjaan fisik, metode kerja/construction methode
dan lain-lain.

Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk pekerjaan


yang hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi.

1. Fase value engineering :

Pekerjaan yang dilakukan pada tahap value engineering antara lain


sebagai berikut :

- Memeriksa original design, untuk mengetahui apakah dimungkinkan


dilakukan redesign untuk penghematan sesuai usulan Penyedia
Jasa Pemborongan.
- Metode konstruksi, pengoperasian alat berat, sehingga diharapkan
diperoleh penghematan biaya konstruksi.

5.4.4. Pelaporan

Selama proses pengawasan pelaksanaan pekerjaan dan akhir dari


pelaksanaan pekerjaan, maka konsultan akan membuat laporan, yaitu : laporan
pendahuluan, laporan mingguan, laporan bulanan dan laporan akhir.

Laporan mingguan/bulanan berisi tentang progres fisik pekerjaan dan kendala-


kendala selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung untuk setiap
minggu/bulannya. Proses penyusunan laporan mingguan/bulanan akan
mengacu kepada laporan dari field engineer dan pengawas lapangan untuk
setiap lokasi yang akan diawasi. Sebelumnya diarsipkan maka perlu dilakukan
pembahasan bersama-sama dengan direksi.

Sedangkan laporan Akhir berisikan tentang perhitungan volume akhir pekerjaan


dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan. Laporan tersebut akan dilengkapi dengan
foto-foto dokumentasi yang bedasarkan prosentase kemajuan pekerjaan (0 %,
25 %, 50 %, 75 % dan 100 %). Secara rinci, isi laporan adalah sebagai berikut :

1. Laporan Bulanan = 2 (dua) buku/bulan

Merupakan resume Laporan Mingguan per bulan, yang berisi antara lain :
permasalahan yang terjadi di lapangan perbulan, usulan pemecahan dan tindak
lanjut, kemajuan pekerjaan konstruksi di lapangan tiap akhir bulan. Laporan ini
diserahkan kepada Pemberi Tugas setiap akhir bulan.

1. Laporan Akhir = 3 (tiga) buku

Usulan Teknis 7 - 43
Berisi uraian lengkap mengenai kegiatan pengawasan, dengan lampiran :

1. Buku Harian Lapangan (BHL).


2. Addendum Surat Perjanjian (Kontrak) tentang perpanjangan waktu dan
Perubahan Tata Cara Pembayaran (kalau ada).
3. Surat Pernyataan selesai pekerjaan.
4. Foto Dokumen Lapangan sebanyak 1 exemplar/minggu.
5. Berita Acara Penyerahan Pekerjaan I (PHO).

Laporan ini diserahkan di akhir pelaksanaan pekerjaan.

5.5. ORGANISASI DAN PERSONIL

5.5.1. Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Berdasarkan metodologi dan pendekatan penanganan pekerjaan sebagaimana telah


diuraikan, maka disusun organisasi pelaksana pekerjaan dalam rangka koordinasi,
pertukaran informasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan secara
makmimal serta struktur organisasi tim konsultan. Untuk itu, sistem koordinasi
pekerjaan ini dengan struktur organisasi seperti diperlihatkan pada Gambar 5.10. dan
Gambar 5.11, yang mempunyai sasaran pokok sebagai berikut :

Usulan Teknis 7 - 44
TEAM LEADER
Ir. RUDJI HANTORO

ILHAMI : Op. Komputer

Inspector Sipil Pengawas Lap.


ANWARI NOVIAN NOYA, ST . FAHRUDIN,ST

Inspector Mekanikal/Elektrikal

MUHAMMAD IKHWAN, ST

5.5.1.1 Sasaran eksternal

Dalam arti tujuan koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan pengendalian


pelaksanaan pekerjaan antara Tim Konsultan dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kab. Banjar.

5.5.1.2 Sasaran internal

Dalam arti koordinasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan di dalam Tim


Konsultan sendiri, baik dalam tahap persiapan maupun tahap pengawasan.
Koordinasi dilakukan antara anggota tim dan angota tim dengan ketua tim
sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota tim.

Adapun mekanisme pelaksanaan penyusunan pekerjaan adalah sebagai berikut :


Usulan Teknis 7 - 45
1. PPK.

 Dalam hal ini Pemimpin Pekerjaan, bertindak sebagai penanggung jawab


pekerjaan dan akan mempunyai peran dalam hal koordinasi khususnya secara
administratif dan teknis.

2. Konsultan

 Direktur Perusahaan, bertanggung jawab atas masalah kontrak, manajemen


personil dan pembiayaan pekerjaan secara keseluruhan.
 Spesial Technician, secara umum bertanggung jawab dalam hal-hal manajerial
dan koordinasi Tim maupun koordinasi terhadap seluruh pekerjaan seperti
menyiapkan program kerja, memberikan arahan dan petunjuk dalam
melaksanakan pekerjaan, memimpin tim dalam setiap diskusi dan koordinasi
dengan Pengguna Jasa, bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan tim, serta
secara khusus bertanggung jawab terhadap materi yang terkait bidang
keahliannya.
 Inspektor, akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan bidang ilmunya masing-
masing sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK) dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing item pekerjaan. Selain
tenaga ahli, pekerjaan ini juga akan dibantu tenaga pendukung lainnya, yaitu :

3. Narasumber

Narasumber yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah, pihak-pihak yang


terkait secara langsung maupun tidak langsung yang dapat memberikan data/
informasi dan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

5.5.2. Penugasan Personil

Uraian tugas dan tangung jawab masing-masing tenaga ahli untuk pelaksanaan
pekerjaan adalah sebagai berikut :

5.5.2.1 Team Leader

1. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan lapangan;


2. Mengkoordinasi dan mengelola kegiatan sehari-hari dari Tim Konsultan;
3. Menyiapkan program kerja dan pelaksanaan;
4. Memobilisasi dan mengontrol tim serta mengkoordinir semua kegiatan;
5. Membantu tugas-tugas Pemberi Pekerjaan dalam menjamin terlaksananya
pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak;
6. Membantu Pemberi Tugas bila terjadi/adanya perubahan/modifikasi desain
dalam pekerjaan;
7. Menjembatani koordinasi antara instansi terkait dengan pemberi tugas dan
kontraktor pelaksana;
8. Menelaah dan mengevaluasi program, jadwal dan kemajuan pekerjaan
serta kinerja Penyedia Jasa Pemborongan;
9. Melaporkan untuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) terhadap Critical
Patch, mengevaluasi penyebab-penyebab terjadinya keterlambatan dan
memberikan saran tindakan yang harus diambil agar kemajuan kegiatan
tetap terjaga;

Usulan Teknis 7 - 46
10. Menelaah gambar dan desain yang ada dan memantau penerapannya;
11. Mengesahkan semua pembayaran sesuai dengan kemajuan pekerjaan;
12. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam perubahan pekerjaan
(contract change order’s) dengan pihak perencana untuk mendapat
persetujuan dalam bentuk Justifikasi Teknis;
13. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atas keberatan, permintaan
perubahan dan klaim pekerjaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan dalam bentuk Justifikasi Teknis;
14. Menelaah, mengevaluasi dan merekomendasikan persetujuan terhadap
usulan penggunaan bahan, peralatan dan pekerjaan yang disubkontrakkan
oleh Penyedia Jasa Pemborongan;
15. Mempersiapkan notulen rapat;
16. Membantu dan membuat rekomendasi tanggal PHO dan FHO setelah masa
Jaminan Pemeliharaan serta mempersiapkan daftar kekurangan dan
kerusakan .

5.5.2.2 Inspector Sipil

1. Mengawasi dan memeriksa hasil pekerjaan yang di Jasa Pemborongan;


2. Mengkoordinasikan Penyedia Jasa Pemborongan berkaitan dengan
masalah utilitas umum dan jenis tanah;
3. Membuat sistem pengarsipan yang baik, antara lain : menyimpan tanda
terima, dan memeliharanya sebagai catatan tetap, jaminan yang dibutuhkan
menurut syarat kontrak yang ada dalam kegiatan;
4. Mempersiapkan As Built Drawing semua pekerjaan sipil termasuk detail-
detailnya;
5. Melakukan survey selama pelaksanaan berlangsung bekerja sama dengan
Spesial Technician untuk mengkonfirmasikan hasil survey dari Penyedia
jasa Pemborongan;
6. Mencatat jadwal progres yang up to date dan membantu Pejabat Pembuat
Komitmen dengan data pembayaran dan fisik pada saat diperlukan;
7. Mengawasi pekerjaan pembangunan dan perbaikan, dan lain-lain dan
membantu mengambil keputusan yang cepat dan tepat apabila terjadi
penyimpangan;
8. Melaksanakan dan melaporkan tentang PHO.

5.5.2.3 Inspector Mekanikal/Elektrikal

Tugas dan Tanggung jawab Inspector Mekanikal/Elektrikal sekaligus sebagai Adalah


Sebagai Berikut :

1. Bertanggung jawab kepada Team Leader;


2. Sebagai penanggung jawab teknis tertinggi pelaksanaan Pengendalian dan
Pengawasan Pekerjaan Elektrikal di lapangan;
3. Mewakili Team Leader dalam rapat – rapat koordinasi mingguan bidang elektrikal di
lapangan;
4. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengawasan pekerjaan elektrikal yang dilakukan
oleh inspektor/pengawas elektrikal;
5. Bertanggung jawab atas perhitungan (kualitas & kuantitas) hasil kemajuan
pekerjaan di lapangan untuk bidang Elektrikal Bangunan.
Usulan Teknis 7 - 47
Inspector
Yaitu seorang dengan kualifikasi minimal sarjana S1 sipil berpengalaman 3
tahun dalam penanganan pekerjaan Supervisi/Pengawasan Konstruksi dengan
uraian tanggung jawab pekerjaan meliputi antara lain ;
 Melaksanakan pekerjaan pengawasan secara umum, pengawasan lapangan,
koordinasi dan inspeksi kegiatan–kegiatan pembangunan agar pelaksanaan
teknis maupun administrasi teknis yang dilakukan dapat secara terus
menerus sampai dengan pekerjaan diserahkan untuk kedua kalinya.
 Mengawasi kebenaran ukuran, kualitas dan kuantitas dari bahan atau
komponen bangunan, peralatan dan perlengkapan selama pekerjaan
pelaksanaan di lapangan atau ditempat kerja lainnya.
 Mengawasi kemajuan pelaksanaan dan mengambil tindakan yang tepat dan
cepat, agar batas waktu pelaksanaan minimal sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan.
 Memberikan masukkan pendapat teknis tentang penambahan atau
pengurangan biaya dan waktu pekerjaan serta berpengaruh pada ketentuan
kontrak, untuk mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa.
 Memberikan petunjuk, perintah sejauh tidak mengenai pengurangan dan
penambahan biaya dan waktu pekerjaan serta tidak menyimpang dari
kontrak, dapat langsung disampaikan kepada pemborong, dengan
pemberitahuan tertulis kepada Pengelola Proyek.
 Memberikan bantuan dan petunjuk kepada Pemborong dalam
mengusahakan perijinan sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan.

2. Tenaga Administrasi
Tugas dan kewajiban Operator komputer/Administrator adalah sebagai
berikut:
 Pengadministrasian dan pengarsipan data baik surat menyurat dan
data pelaporan.
 Membuat laporan pengawasan atas dasar hasil monitoring di lapangan
yang dilakukan oleh pengawas.
 Mengoperasikan komputer untuk kelancaran kegiatan pengawasan.
 Tugas dan tanggung jawab Operator Komputer/administrator tidak
terbatas sesuai dengan pemenuhan dalam optimal pelaksanaan pekerjaan

Usulan Teknis 7 - 48
Usulan Teknis 7 - 49
KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN

(DAFTAR PERSONIL)

Tenaga Ahli (Personil Inti)

Tenaga Ahli Lingkup Jumlah


Nama Personil Perusahaan Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan
Lokal Keahlian Orang Bulan
CV. SADWA RAMA CONSULTANT Ahli Bagunan Mengkoordinir
Ir. RUDJI HANTORO 1 Team Leader Pengawasan 5
Gedung

Tenaga Sub Profesional

Tenaga Ahli Lingkup Jumlah


Nama Personil Perusahaan Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan
Lokal Keahlian Orang Bulan
Ahli Bagunan Mengawasi
ANWARI NOVIAN NOYA, ST CV. SADWA RAMA CONSULTANT 1 Inspector Sipil 5
Gedung Pekerjaan Sipil

MUHAMMAD IKHWAN, ST CV. SADWA RAMA CONSULTANT 1 Ahli Elektrikal Mengawasi 1


Inspector
Pekerjaan
Mekanikal/Elektrikal Ekeltrikal

Tenaga Pendukung

NUWAYRI FIDA, ST CV. SADWA RAMA CONSULTANT 1 Arsitektur Inspector Mengawasi 5


Pekerjaan
ZULFI, ST CV. SADWA RAMA CONSULTANT 1 Ahli Sipil Inspector Mengawasi 5
Pekerjaan
AHMAD ILHAMI, AMD CV. SADWA RAMA CONSULTANT 1 Admin Opr Komputer Membantu 5
membuat laporan

Usulan Teknis 7 - 51
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Masukan Personil
No. Nama Personil Orang Bulan
1 2 3 4 5

1 BASRIANSYAH, ST 5

2 ANWARI NOVIAN NOYA, ST 5

4 MUHAMMAD IKHWAN, ST 1

5 AHMAD ILHAMI, AMD 5

Total 21

Usulan Teknis 7 - 52
5.5.4. Peralatan Pendukung

Konsultan akan menyediakan peralatan kantor dan lapangan selama periode kontrak, yang
digunakan untuk kelancaran operasional pekerjaan. Peralatan itu antara lain :

 Personal computer,
 Meja Gambar,
 Printer,
 Kamera/ Video Kamera,
 Alat komunikasi (telepon dan Fax), serta
 Alat tulis kantor (ATK).

Untuk menujang kelancaran dan efektifitas kerja, Konsultan juga sudah memiliki fasilitas,
peralatan dan perlengkapan kantor yang memadai seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Data Peralatan Dan Perlengkapan Kantor.

Usulan Teknis 7 - 53

Anda mungkin juga menyukai