7.1. UMUM
203
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
204
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Luas Daerah Irigasi Rawa Muning sebagian besar sudah beralih fungsi
dari lahan pernanian berubah menjadi perkebunan kelapa sawit, dimana yang
dulunya luas potensial sebesar 4.650 Ha berubah menjadi luas potensial 2.000
Ha.
Sebagai gambaran kenyataan yang telah ada sekarang dilapangan
adalah sebagai berikut :
Luas Baku sebesar 4.650 Ha
Luas Potensial sebesar 2.000 Ha
Luas Fungsional sebesar 1.000 Ha
Dari luas baku Daerah Irigasi Rawa Muning merupakan daerah irigasi rawa
kewenangan pusat dalam hal ini pengelolaannya adalah Balai Wilayah Sungai
Kalimantan II, melalui satker Operasi dan Pemeliharaan SDA Kalimantan II.
Tetapi jika jaringan irigasi rawa sudah di TP-Opkan (Tugas Pembantuan), maka
pengelolaannya adalah Dinas PU Provinsi/Kabupaten yang menerima TP-OP
tersebut.
Walaupun daerah irigasi rawa menjadi kewenangan pusat, akan tetapi
pelaksanaannya harus bekerjasama dengan Dinas PU Kabupaten dalam hal
205
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
206
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
207
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
208
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
209
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
210
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
7.5. INVENTARISASI
211
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
212
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Penilaian Kondisi Saluran Penilaian Kondisi Bangunan Air Penilaian Kondisi Tanggul
(penampang Basah, Berm, (Bagian Utama,Bagian Pelindung
Tanggul) Penunjang)
213
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
214
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Dimana :
f min bang : koefisien fungsi layanan yang terkecil dari seluruh bangunan
yang ada sejak dari bangunan pengambilan ke titik yang
ditinjau
f min sal : koefisien fungsi layanan yang terkecil dari seluruh saluran
yang ada sejak dari bangunan pengambilan ke titik yang
ditinjau
215
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Contoh perhitungan kinerja jaringan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Area yang
Koefisien Fungsi Koefisien Kinerja
dilayani
Ide B K K K Koef.mini
Bangunan
ntitas Area obot e B1 e B2 eC mum x luas
A 1 1 1 1
0 0 0 0
B
.7 ,7 ,7 ,7
B 0 0 0 0 0
1
1 .7 ,31 ,7 ,7 ,7
0
B 0 0
1 ,31 0,027
2 .2 ,2
2 0 0,013
,06
C 1 1 1
0,133
2 0,019
3 0,133
Saluran
A
1 1 1 1
-B
B
1 1 1 1
-B1
B
1 1
1-B2
B
1 1
-C
216
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
d. buruk «55%).
Dari kondisi dan fungsi masing-masing aset tersebut dapat dihitung kinerja aset
jaringan irigasi yang merupakan salah satu unsur untuk menghitung kinerja
sistem Rawa.
Pada pedoman ini diasumsikan bahwa untuk setiap aset yang pada awalnya
kinerja dari aset individual kurang dari 100%, maka diharapkan setelah
dilakukan perbaikan atau penggantian aset, kinerja jaringan dapat ditingkatkan
menjadi 100%. Meskipun demikian tidak secara otomatis tingkat pelayanan
irigasi akan meningkat secara nyata, karena masih diperlukan peningkatan
aset pendukung, antara lain Kelembagaan, Sumber Daya Manusia, dan
Bangunan gedung.
217
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Satuan unit aset jaringan irigasi terdiri dari misalnya satu bangunan
bendung secara utuh, yang didalamnya terdapat beberapa segmen yang bila
dirinci mempunyai tugas sendiri-sendiri. Namun demi mudahnya satuan aset
tersebut hanya dibedakan kedalam komponen sipil dan komponen mekanikal-
elektrikal yang berupa pintu-pintu beserta alat pengangkatnya. Pembedaan
tersebut karena bahan pembentuk komponen bangunan tersebut yang berbeda
sehingga umur rencananya (ibarat umur harapan hidupnya) berbeda. Komponen
sipil dapat terbentuk dari beberapa material, namun untuk proses evaluasi
diambil material yang dominan dari komponen tersebut.
218
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
219
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
7.5.3. Gambar-Gambar
220
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Ray 40 Ray 17
Pinru air rusak berat Pintu air rusak ringan
221
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Ray 14
Ray 1
Saluran kondisi baik
Pintu air rusak ringan
Tidak ada pintu air
Ray 6 Ray 7
Pintu air rusak ringan Pintu air rusak ringan
Ray 9
Ray 8
Pintu air rusak berat
Pintu air rusak ringan
Saluran rusak berat
222
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
223
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
bisa ditanami tanaman padi, sehingga banyak lahan yang tidak tertanami dan
sebagian lagi berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Menurut satuan lahan daerah rawa pasang surut kategori A dan B dapat
dimasukkan dalam kesesuaian lahan yang evaluasinya berdasarkan asfek
fisiknya. Kesesuaian lahan yang sesuai pada Daerah Irigasi Rawa Muning
adalah kesesuaian lahan satuan lahan 1, dimana lahan beririgasi pasang surut
(dengan air tawar selama musim tanam). Satuan lahan 1 ini sangat sesuai untuk
tanaman padi sawah asalkan air pasang surut disaluran tidak asam. Lahan ini
terbatas untuk tanaman palawija atau tanaman keras.
224
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Dari jenis tanah yang ditampilkan, maka Daerah Irigasi Rawa Muning termasuk
pada lahan jenis tanah III, yaitu daerah luapan pasang surut untuk tanaman padi.
225
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Jika pada areal lahan rawa pasang surut masih berupa sistem saluran
terbuka, yaitu suatu sistem j a r i n g a n tanpa bangunan pintu pengatur air, baik
pada jaringan tersier maupun pada jaringan sekunder, pengaturan pada
sistem terbuka ini hanya mungkin dilakukan di dalam lahan usaha tani
dengan membuat pematang mengelilingi sawah dan gorong-gorong kecil pada
parit kuarter.
Berdasarkan ketentuan umum yang berlaku, P3A dan khususnya
pimpinan blok tersier harus menyusun rencana operasi pintu tersier. Rencana
pengoperasian pintu pada saluran sekunder harus disusun oleh staf O&P bekerja
sama dengan P3A dan petugas penyuluhan pertanian. Rencana tersebut akan
memberikan gambaran tentang tujuan dari pengelolaan air dan muka air saluran
yang harus dijaga selama pengoperasian normal dan pengoperasian pada
kondisi ekstrim musim hujan dan musin kemarau, serta kebutuhan untuk
pengoperatian pintu. Rencana tersebut disarankan untuk disepakati secara
tertulis antara pengguna air (atau wakilnya), staf O&P dan staf penyuluhan
pertanian.
Masukan yang diperlukan untuk penyusunan rencana O&P tersebut
meliputi:
- Rencana tanam;
- Ramalan pasang surut (tanggal pasang purnama dan pasang perbani) dan
fluktuasi muka air bukan pasang surut yang diharapkan;
- Kondisi fisik lahan yang dilayani bangunan air;
226
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Konflik mungkin akan timbul misalnya antara antara petani yang memiliki
lahan beririgasi pasang surut dengan mereka yang memerlukan muka air rendah
secara permanen untuk keperluan drainase. Suatu kesepakatan yang dapat
diterima oleh semua pihak harus dapat dicapai baik pada tingkat tersier maupun
tingkat sekunder.
Di dalam sistem jaringan yang mempunyai bangunan pengatur air, baik
pada tingkat tersier maupun sekunder, rencana yang belakangan harus
sebanyak mungkin dapat memenuhi kebutuhan rencana yang pertama.
Disamping itu, pengoperasian bangunan air akan menyesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing seperti untuk lalu lintas air, untuk air minum
penduduk, atau untuk penggelontoran saluran secara teratur.
Target operasi dibuat untuk penjaga pintu, menunjukkan posisi pintu pada
saat air surut dan saat air pasang serta muka air yang harus dijaga di saluran
dengan pengaturan pintu air.
227
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Penentuan pola tata tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Tabel
dibawah ini merupakan contoh pola tata tanam yang cocok dipakai pada daerah
rawa.
Tabel. Pola Tanam dalam satu tahun
No Pola Tanam dalam Satu Tahun Jenis Tanaman
1 Padi - Bero Padi Lokal
2 Padi - Palawija Padi Lokal – Palawija
3 Padi - Padi Padi Unggul – Padi Unggul
4 Padi – palawija - Palawija Padi Unggul – Palawija - palawija
P3A, Juru Pengairan, dan PPL harus bekerja sama dalam menyusun
persiapan rencana tata tanam. Saran-saran dan informasi dari hasil
pengalaman sebelumnya perlu ditampung guna memperoleh optimalisasi
operasi pintu air. Data mengenai rencana tata tanam dan laporan
pengamatan tanaman per petak tersier dicatat dalam blangko O – 09.
Dalam menyusun rencana tata tanam yang baik, dibutuhkan
pengetahuan yang mendetail tentang kondisi-kondisi lapangan yang
sesungguhnya, yaitu:
Curah hujan yang diharapkan, pada umumnya sama dengan curah
hujan rata-rata dalam waktu tertentu. Data curah hujan dicatat dalam
blangko O – 01 dan O – 02.
Tinggi muka air dan kualitas air pada saluran. Data tinggi muka air pada
saluran dicatat dalam blangko O-03 dan O-04. Sedangkan data kualitas
air pada saluran dicatat dalam blangko O-05.
Tinggi muka air tanah dan kualitas air tanah. Data-data tersebut
dicatat dalam blangko O-06.
Keadaan prasarana jaringan saat ini berdasarkan hasil inventarisasi
termasuk permasalahan yang dihadapi seperti banjir/genangan (data diisi
dalam blangko O-07 serta pengamatan penampang saluran dan tanggul
rawan banjir (data diisi dalam blangko O-10 dan O-11).
228
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Pada Daerah Irigasi Rawa Muning pintu yang ada hanyalah pintu skot balok
yang terletak di saluran sekunder/ray dan sebagian bangunan air juga banyak
yang mengalami kerusakan dan rata-rata skot baloknya tidak ada.
229
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Letak dan kondisi skot balok yang ada di Daerah Irigasi Rawa Muning :
Operasi bangunan air pada rawa pasang surut merupakan usaha yang
ditujukan untuk mengatur air dijaringan irigasi rawa pasang surut sesuai dengan
rencana operasi yang ditetapkan.
230
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
231
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
b. Rencana Operasi
Rencana operasi musiman, mingguan, dan harian dibuat oleh
pengamat pengairan berdasarkan rencana pengaturan yang disampaikan oleh
juru pengairan, seperti :
Rencana Operasi Musiman
Berdasarkan rencana pengaturan musiman, dapat disusun rencana
operasi musiman untuk setiap bangunan air. Rencana tersebut menjelaskan
kebutuhan operasi pintu air dan sasaran tinggi muka air saluran yang
diinginkan selama berbagai tahap pertumbuhan tanaman.
Rencana Operasi Mingguan
Rencana operasi mingguan dibuat untuk menetapkan elevasi muka air di
saluran dan cara pengoperasian pintu air berdasarkan kebutuhan tanaman
aktual dan curah hujan yang terjadi.
232
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
- Curah hujan rendah → lebih ditekankan pada retensi dan suplesi air
- Elevasi muka air di bawah target → lebih ditekankan pada suplesi air
233
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
anakan
optimal
tinggi tanaman
TSP + KCl
pencucian
urea
pencucian
penyiapan lahan
tahap
tingkat pertumbuhan tahapan pertumbuhan pematangan
berbunga
penanaman
berbunga
panen
234
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Drainase Terkendali
Pada saat kondisi normal, operasi bangunan air di saluran sekunder
terdiri atas drainase, suplesi, dan retensi selama periode pasang tinggi
(spring tide), sedangkan drainase terkendali dilakukan pada waktu pasang
perbani (neap tide).
Waktu di antara pasang tinggi, pintu skot balok diatur untuk
mempertahankan muka air saluran sekurang-kurangnya 40 – 60 cm di
bawah permukaan tanah. Pintu sorong dibuka dan pintu klep beroperasi
secara otomatis guna memungkinkan drainase pada ketinggian tertentu
berlangsung terus menerus.
Penggelontoran
Dalam pelaksanaan operasi jaringan irigasi rawa pasang surut, pada 1 –
2 hari sebelum pasang purnama, dilakukan drainase maksimum dengan
membuka semua pintu air. Apabila proses drainase dianggap belum cukup
dan perlu dilanjutkan pada hari berikutnya dilakukan pemasukan air segar
pada saat pasang purnama. Dianjurkan agar secara teratur dilakukan
penggelontoran pada saluran sekunder guna peningkatan kualitas air.
Operasi Darurat
Operasi darurat dilakukan jika muka air saluran primer terlalu tinggi
(terutama pada musim hujan), dan dapat mengakibatkan banjir pada
areal usaha tani atau pekarangan. Untuk mengatasinya dapat dilakukan
penutupan air sehingga air tidak masuk ke saluran sekunder. Jika terjadi
hujan yang besar pada areal pertanian, pintu air dioperasikan pada posisi
235
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
236
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Minggu 6 13 20 27 3 10 17 24 1 8 15 22 29 5 12 19 26
Senin 7 14 21 28 4 11 18 25 2 9 16 23 30 6 13 20 27
Selasa 1 8 15 22 29 5 12 19 26 3 10 17 24 31 7 14 21 28
Rabu 2 9 16 23 30 6 13 20 27 4 11 18 25 1 8 15 22 29
Kamis 3 10 17 24 31 7 14 21 28 5 12 19 26 2 9 16 23 30
Jumat 4 11 18 25 1 8 15 22 29 6 13 20 27 3 10 17 24 31
Sabtu 5 12 19 26 2 9 16 23 30 7 14 21 28 4 11 18 25
Minggu 2 9 16 23 2 9 16 23 30 6 13 20 27 4 11 18 25
Senin 3 10 17 24 3 10 17 24 31 7 14 21 28 5 12 19 26
Selasa 4 11 18 25 4 11 18 25 1 8 15 22 29 6 13 20 27
Rabu 5 12 19 26 5 12 19 26 2 9 16 23 30 7 14 21 28
Kamis 6 13 20 27 6 13 20 27 3 10 17 24 1 8 15 22 29
Jumat 7 14 21 28 7 14 21 28 4 11 18 25 2 9 16 23 30
Sabtu 1 8 15 22 1 8 15 22 29 5 12 19 26 3 10 17 24 31
Minggu 1 8 15 22 29 6 13 20 27 3 10 17 24 31 7 14 21 28
Senin 2 9 16 23 30 7 14 21 28 4 11 18 25 1 8 15 22 29
Selasa 3 10 17 24 1 8 15 22 29 5 12 19 26 2 9 16 23 30
Rabu 4 11 18 25 2 9 16 23 30 6 13 20 27 3 10 17 24
Kamis 5 12 19 26 3 10 17 24 31 7 14 21 28 4 11 18 25
Jumat 6 13 20 27 4 11 18 25 1 8 15 22 29 5 12 19 26
Sabtu 7 14 21 28 5 12 19 26 2 9 16 23 30 6 13 20 27
5
KETERANGAN : = Drainase maksimum
6 = Penggelontoran
saluran
7 = Penyaluran air maksimum
237
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Tabel. Operasi pintu air untuk tanaman padi pada musim hujan
238
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Tabel Operasi pintu air untuk tanaman padi pada musim kemarau untuk lahan A
dan B.
239
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
7.8. PEMELIHARAAN
240
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
a. Penelusuran Jaringan
Juru pengairan bersama dengan P3A melakukan penelusuran jaringan
untuk mendapatkan data akurat dari lapangan tentang rencana
pemeliharaan jaringan tersebut. Data penelusuran jaringan berupa data
inspeksi rutin kerusakan dan data inspeksi rutin alat-alat hidro-
klimatologi dicatat dalam blangko P-02 dan P- 03.
b. Rencana Pemeliharaan Tingkat Juru Pengairan
Juru pengairan menyusun rencana pemeliharaan dalam wilayah
kerjanya berdasarkan hasil penyelusuran jaringan dengan P3A kemudian
dikirim ke Pengamat Pengairan.
c. Rencana Pemeliharaan Tingkat Pengamat Pengairan
Pengamat Pengairan mengevaluasi usulan rencana pemeliharaan dari
setiap juru pengairan dan membuat rekapitulasinya dan selanjutnya
dikirim kepada kepala dinas sda kabupaten/kota/provinsi/balai wilayah
sungai sesuai dengan kewenangannya. Dalam mengevaluasi usulan
rencana pengamat pengairan mencatat hasil inspeksi rutin kerusakan,
alat-alat hidro-klimatologi, laporan pengukuran dan perencanaan teknis
pemeliharaan, daftar usulan pekerjaan pemeliharaan yang
diborongkan/diswakelolakan kedalam blangko P-02, P-03, P- 04, P-05, P-
06 dan P-07.
d. Program Pemeliharaan Definitif
Kepala dinas sda kabupaten/kota/provinsi/balai wilayah sungai
melakukan evaluasi usulan rencana pemeliharaan dari setiap pengamat
pengairan dan menetapkan program pemeliharaan definitif/final dan
selanjutnya mengirimkan kembali kepada setiap pengamat pengairan.
Data program pekerjaan pemeliharaan yang diborongkan/diswakelolakan
dicatat dalam blangko P-08 dan P-09.
241
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
242
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
243
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
244
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
sabit besar atau secara mekanik. Bagian akar dan umbinya tidak boleh
ikut terangkat karena sangat berguna bagi perlindungan terhadap erosi
3) Sampah tanaman gulma tersebut harus dikumpulkan dan dibuang
keluar dari tanggul dan bila memungkinkan dapat dibakar.
Kriteria kapasitas kerja untuk pemotongan rumput diperkirakan sebesar 225–
450 m2/orang-hari tergantung dari tinggi dan kerapatan rumput dan tanaman
gulma yang bersangkutan.
245
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
246
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
diganti. Kantor dan rumah petugas O&P perlu diter, dicat dan dikapur
dengan cat tembok putih.
Kerusakan berat pada bangunan air dan gedung harus segera dilaporkan
dan diperbaiki melalui program pekerjaan pemeliharaan berkala. Sedangkan
untuk pekerjaan darurat, perbaikan harus segera dilakukan.
b. Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan tata air rawa agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna
memperlancar operasi dan mempertahankan kelestarian fungsi dan manfaat
prasarana tata air rawa yang dilakukan tiap tahun atau lima tahunan atau
juga tergantung pada kondisi bangunan dan saluran.
Pemeliharaan berkala antara lain berupa:
Pengangkatan lumpur pada saluran primer, sekunder, dan tersier
Perbaikan tanggul (longsor dan erosi) pada saluran primer, sekunder, tersier
dan tanggul pengaman.
Perbaikan bangunan air (penggantian yang rusak) pada saluran primer,
sekunder, dan tersier.
Perbaikan jembatan dan dermaga (penggantian yang rusak) pada saluran
navigasi, primer, sekunder, dan tersier.
Perbaikan jalan pada jalan inspeksi dan jalan usaha tani.
Perbaikan kantor dan rumah dinas (rehabilitasi).
Pengamanan jaringan berupa pemasangan patok batas jalur hijau dan
sempadan, papan larangan, nomenklatur bangunan, portal dan patok km.
247
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Catatan : angka yang tertera pada kolom (4) tergantung pada kondisi masing-masing jaringan
atau berdasarkan hasil survei dilapangan
248
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
249
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
250
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
1. Pengangkatan Lumpur
a. Saluran Primer
Pengangkatan lumpur pada saluran primer diperlukan bila kedalaman
saluran menjadi terlalu dangkal untuk lalu lintas air atau bila pekerjaan O&P
(drainase, kualitas air) terhambat. Waktu yang tepat untuk pengerukan
lumpur ditentukan berdassarkan hasil pengukuran tahunan dari beberapa
penampang melintang pada lokasi yang telah ditetapkan.
Pada umumnya, saluran primer terlalu dalam untuk pengerukan lumpur
secara manual, oleh karenanya lebih baik digunakan alat excavator hidrolis
atau kapal keruk. Apabila saluran terlalu lebar untuk jangkauan long-arm
excavator maka perlu digunakan ponton untuk tempat kedudukan excavator
agar dapat menjangkau bagian tengah saluran. Penggunaan kapal keruk
yang kecil pada saluran yang lebih lebar adalah merupakan alternatif yang
memungkinkan dengan kombinasi excavator hidrolis untuk pembentukan
tebing saluran dan tanggul. Perhatian khusus diperlukan untuk mencegah
terjadinya pengerukan yang terlalu dalam oleh kapal keruk pada bagian tepi
saluran karena dapat mengekibatkan tanggul longsor berat.
Berdasarkan pengalaman dari beberapa proyek, kapasitas kerja efektip
per excavator diperkirakan sebesar 30 m3/jam, dan untuk kapal keruk
sebesar 4000 m3/hari.
b. Saluran Sekunder
Endapan lumpur dalam saluran sekunder dapat diangkat dengan
menggunakan mesin atau tenaga manusia pada waktu air surut. Untuk
pengangkatan lumpur dengan tenaga manusia menggunakan peralatan
tradisionil seperti cangkul dan keranjang. Produktivitas pengangkatan
dengan tenaga manusia biasanya rendah, antara 1 sampai 2 m3/orang-hari,
disebabkan kondisi tempat kerja yang berlumpur.
Upaya-upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kerja
dengan mengembangkan peralatan yang sesuai seperti skop, serta cangkul
dan garpu yang didesain secara khusus. Dengan peralatan tersebut
pekerjaan dapat dilakukan dari tepi saluran saja untuk menghindari kesulitan
bekerja di tempat yang berlumpur dan memanjat tebing yang licin.
Produktivitas kerja bervariasi antara 2 sampai 8 m3/orang-hari (FAO, 1982),
tergantung dari kondisi kerja, peralatan yang digunakan dan kedalaman
yang dikeruk.
251
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
c. Saluran Tersier
Apabila pemeliharaan rutin di saluran tersier dilaksanakan dengan baik,
pemeliharaan berkala pada umumnya tidak diperlukan lagi. Bila
pemeliharaan berkala harus dilakukan, pada umumnya dilakukan dengan
tenaga manusia oleh petani yang diorganisir dalam wadah P3A.
3. Pemeliharaan Darurat
Pemeliharaan darurat mencakup perbaikan-perbaikan yang diperlukan
sebagai akibat kerusakan yang tidak terduga seperti robohnya tanggul atau
bangunan air, kerusakan akibat banjir, dan lain-lain. Untuk mencegah kerusakan
yang lebih besar, diperlukan penanggulangan sesegera mungkin. Kegiatan
pemeliharaan yang lain yang sedang berjalan perlu ditangguhkan untuk
dikerahkan pada pemeliharaan darurat baik tenaga kerjanya maupun peralatan
yang tersedia. Pemeliharaan ini juga diperlukan dalam hal kerusakan kecil pada
bangunan air dan pekerjaan tanah sekitarnya yang menghambat operasi
bangunan air. Sebagai contoh adalah rusaknya komponen yang bergerak seperti
engsel dan tali/kabel yang menggerakkan buka dan tutupnya pintu air.
Kerusakan yang demikian akan berakibat fatal terhadap O&P di lahan usaha tani
dan dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman. Perbaikan mendesak sangat
diperlukan.
Pemeliharaan darurat tidak dapat diperkirakan sebelumnya baik dalam
perencanaan maupun pembiayaannya. Dana khusus harus disediakan, atau
dana dari kontrak yang sedang berjalan dapat dialihkan dengan menangguhkan
pekerjaan yang dianggap kurang penting.
252
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
4. Tanggung-jawab pemeliharaan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, petani dan P3A bertanggung jawab
untuk tingkat lahan usaha dan saluran tersier, sedangkan pemerintahan sesuai
kewenangan bertanggung jawab pada pemeliharaan saluran primer dan
sekunder. Apabila jaringan irigasi rawa belum di TP-Opkan maka tanggung
jawab menjadi kewenangan pusat dalam hal ini adalah Balai Wilayah Sungai
Kalimantan II melalu Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA Kalimantan II.
Apabila jaringan irigasi rawa sudah diserahkan atau sudah di TP-Opkan, maka
tanggung jawab kewenangan adalah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kabupaten
selaku pengelola dana TP-OP. Dalam keadaan spesifik tertentu pembagian
tanggung jawab ini tidak diikuti secara ketat sekali. Sebagai contoh, di areal yang
saluran tersiernya cukup besar, petani tidak dapat melakukan pemeliharaan
salurannya dengan baik, khususnya apabila P3A nya belum berkembang dengan
baik. Dalam hal ini, pemerintah dapat memberikan bantuan kepada petani,
seperti pengerukan lumpur di saluran tersier sekali dalam beberapa tahun,
sementara petani akan melaksanakan pemeliharaan rutinnya.
Dikarenakan adanya variasi yang cukup besar dalam kondisi tanah dan
hidrologi di daaerah rawa pasang surut, kecepatan pertumbuhan kembali
vegetasi diatas tanggul dan di dalam saluran berbeda cukup besar. Berdasarkan
pengalaman dan hasil pemantauan yang dlaksanakan selama bertahun-tahun,
frekuensi kegiatan pemeliharaan rutin harus disesuaikan dengan kondisi
setempat.
Dalam pelaksanaan pemeliharaan baik pemeliharaan rutin ataupun
berkala dapat dilakukan secara swakelola maupun kontraktual, hal ini tergantung
dari pembiayaan dan kemampuan dari petugas operasi dan pemeliharaan.
Secara ringkas pelaksanaan pemeliharaan rutin dan berkala dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini :
253
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
Kabupaten/Provins
Tanggul pengaman
i
Pemotongan rumput banjir 6 2
Kabupaten/Provins
pada tebing saluran Saluran primer 6 2
i
dan tanggul Sasuran sekunder 3 3
Kabupaten/Provins
Saluran tersier 3 3
i
P3A
Kabupaten/Provins
Saluran primer 12 1
Pemebersihan saluran i
Sasuran sekunder 4 3
(gulma air) Kabupaten/Provins
Saluran tersier 4 3
i P3A
Kabupaten/Provins
Tanggul pengaman i
Minor repairs and banjir 12 1
reshaping of Saluran primer 12 1 Kabupaten/Provins
embankments Sasuran sekunder 12 1 i
Saluran tersier 12 1
Kabupaten/Provins
i
P3A
Bangunan pengatur
air::
– penggemukan 2 6 Tanggung jawab
Semua bangunan
– pelumasan 2 6 seperti pada jenis
pengatur air
– pembersihan 4 3 sasuran
– pengeteran dan 12 1
pengecatan
Pengeteran dan Responsibility as
pengecatan jembatan, Bervariasi 12 1 for the different
darmaga dan gedung canals
Perbaikan ringan dan – kantor
pemeliharaan fasilitas – rumah 12 1 Pemilik
dan peralatan – peralatan
*) Gambaran indikatif, tergantung dari kondisi spesifik dari sistem.
254
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
255
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
256
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
257
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
258
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel
259