Anda di halaman 1dari 57

DRAFT LAPORAN AKHIR

Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

7.1. UMUM

Kawasan lahan rawa untuk memberikan konstribusi yang saling


komplementer bagi pengembangan sektor pertanian yaitu program revitalisasi
pertanian dan pedesaan. Disamping itu pengembangan lahan rawa ditempatkan
sebagai bagian integrative dalam kerangka penataan ruang kawasan dan
pengembangan ekonomi daerah, juga ditujukan untuk peningkatan
kesejahteraan sosial dan ekonomi para petani yang umumnya tinggal dipedesaan
juga dalam rangka keberlanjutan ketahanan Nasional dan Daerah.
Saluran dan bangunan air sebagai jaringan tata air dalam sistem irigasi
rawa merupakan kunci keberhasilan pertanian yang mendapatkan aliran air dari
jaringan tata air tersebut. Sehingga kelayakan bangunan air dan saluran tersebut
perlu dikaji kondisi, dan fungsi kelayakan untuk mengetahui tindakan apa yang
tepat agar jaringan tata air berfungsi dengan baik. Mengingat kondisi demikian
maka dalam penjaminan operasi jaringan irigasi rawa perlunya perawatan dan
pemeliharaan seluruh prasarana dan sarana yang telah dibuat atau perbaikan
darurat bagian jaringan irigasi tersebut.
Dari itulah diperlukan operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang ada di
sekitar daerah rawa, sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti Permen
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 29/PRT/M/2015 tentang Rawa,
dimana konservasi rawa merupakan upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi Rawa agar senantiasa tersedia dalam
kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk
hidup, baik pada waktu sekarang maupun generasi yang akan datang.
Jenis-jenis perawatan jaringan dan sarana penunjang operasi dapat
berupa Pemeliharaan Rutin dan Pemeliharaan Berkala serta Perbaikan darurat.
Pemeliharaan rutin diperuntukkan sebagai perawatan sepanjang tahun agar
pelaksanaan operasi dan masa tanam dapat terjamin dengan baik terutama
dalam pelayanan keperluan pengaturan dan tata air.

203
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Pengelolaan rawa pasang surut dilandasi pada prinsip keseimbangan


antara upaya konservasi dan pendaya gunaan rawa pasang surut dengan
memperhatikan daya rusak air didaerah rawa pasang surut. Tujuan utama dari
pengelolaan rawa pasang surut adalah untuk melestarikannya sebagai sumber air
dan meningkatkan pemanfaatannya untuk mendukung kegiatan sosial, ekonomi,
budaya dan pengembangan wilayah.
Reklamasi dalam rangka pengembangan rawa pasang surut dilakukan
secara bertahap; tahap pertama membangun saluran terbuka tanpa pintu
sehingga muka air tidak dapat dikendalikan (drainase terbuka); tahap kedua
melengkapi saluran sekunder dan tersier dengan bangunan pintu
pengatur (muka air dapat dikendalikan sebagian); dan tahap ketiga
melengkapi prasarana daerah rawa sehingga muka air dapat dikendalikan penuh.

Agar dapat menyelenggarakan pengelolaan rawa pasang surut secara


berkelanjutan, perlu dibuat Buku Manual Operasi dan Pemeliharaan mengenai
pengelolaan jaringan reklamasi rawa pasang surut, yang memuat tata cara dan
mekanisme penyusunan rencana dan pelaksanaan, operasi, pemeliharaan,
pemantauan dan evaluasi, serta pengaturan mengenai kelembagaan termasuk
sumber daya manusia dan pembiayaan.

7.2. LOKASI DAERAH JARINGAN IRIGASI RAWA

Daerah Irigasi Rawa Muning merupakan daerah pengembangan lahan


persawahan yang ditujukan untuk menunjang program transmigrasi. Secara
geografis lokasi Rawa muning terletak pada posisi : 114̊ 54’ 00” hingga 115̊ 04’ 30”
BT dan 02̊ 52’ 00” hingga 02̊ 59’ 30” LS, dengan batas administratif :
 Sebelah Barat berbatasaan dengan Sungai Muning
 Sebelah Timur bebatasan dengan jalan akses Rantau-Margasari
 Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Muning
 Sebelas Selatan berbatasan dengan Desa Tambarangan

204
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Gambar Lokasi Daerah Rawa Muning

Luas Daerah Irigasi Rawa Muning sebagian besar sudah beralih fungsi
dari lahan pernanian berubah menjadi perkebunan kelapa sawit, dimana yang
dulunya luas potensial sebesar 4.650 Ha berubah menjadi luas potensial 2.000
Ha.
Sebagai gambaran kenyataan yang telah ada sekarang dilapangan
adalah sebagai berikut :
 Luas Baku sebesar 4.650 Ha
 Luas Potensial sebesar 2.000 Ha
 Luas Fungsional sebesar 1.000 Ha
Dari luas baku Daerah Irigasi Rawa Muning merupakan daerah irigasi rawa
kewenangan pusat dalam hal ini pengelolaannya adalah Balai Wilayah Sungai
Kalimantan II, melalui satker Operasi dan Pemeliharaan SDA Kalimantan II.
Tetapi jika jaringan irigasi rawa sudah di TP-Opkan (Tugas Pembantuan), maka
pengelolaannya adalah Dinas PU Provinsi/Kabupaten yang menerima TP-OP
tersebut.
Walaupun daerah irigasi rawa menjadi kewenangan pusat, akan tetapi
pelaksanaannya harus bekerjasama dengan Dinas PU Kabupaten dalam hal

205
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

sumber daya manusianya dan teknis dilapangannya. Sehingga dalam


pelaksanaan pengelolaan jaringan daerah irigasi rawa sinergi dan saling
mendukung antar semua instansi baik dari pusat, provinsi dan kabupaten.

Gambar Peta Situasi Daerah Irigasi Rawa Muning

206
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Gambar Schema Jaringan Daerah Irigasi Rawa Muning

7.3. STRUKTUR ORGANISASI OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Organisasi operasi dan pemeliharaan (O&P) ditingkat lapangan


merupakan ujung tombak pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan, yang
terdiri dari :
 Pengamat pengairan
 Staf Administrasi dan Teknis
 Juru pengairan
 Petugas Pintu Air (PPA)

Dalam pengelolaannya pada Daerah Irigasi Muning belum terdapat


Pengamat/Juru Pengairan, sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 11/PRT/M/2015 tentang Ekploitasi dan Pemeliharaan
jaringan Reklamasi Rawa Pasang Surut luas wilayah kerja atau luas areal
layanan Pengamat Pengairan adalah sebesar 3.000 Ha s/d 25.000 Ha, jadi
Daerah Irigasi Rawa Muning paling tidak harus memiliki pengamat dan juru
pengairan seperti pada tabel :

207
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tabel. Kebutuhan organisasi O&P pada DIR. Muning.

No. Jabatan Pendidikan Banyaknya Layanan per org


1 Pengamat Pengairan D3 1 org 2.000 - 4.650 Ha
2 Staf Administrasi SMA 1 org -
3 Staf Teknis STM 1 org -
4 Juru Pengairan STM 2 org 1.000 Ha
5 Petugas Pintu Air (PPA) SMP 10 org 5 buah pintu air

Organisasi operasi dan pemeliharaan dapat digambarkan sebagai berikut :

208
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

a. Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Operasi dan Pemeliharaan sebagai


Juru Pengairan:
1. Membantu proses pengajuan bantuan biaya O&P kepada
P3A/GP3A/IP3A
2. Melakukan pengawasan pekerjaan pemeliharaan rutin dan pekerjaan
yang dikontrakkan.
3. Membuat laporan pemeliharaan mengenai :
 Kerusakan saluran dan bangunan
 Realisasi pemeliharaan rutin, berkala, dan lain-lain
 Biaya pemeliharaan berkala.
4. Bersama P3A melakukan penelusuran jaringan untuk mengetahui
kerusakan saluran dan bangunan untuk segera diatasi
5. Menyusun biaya O&P dalam wilayah kerjanya bersama P3A

b. Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Operasi dan Pemeliharaan sebagai


Petugas Pintu Air :
1. Membuka dan menutup pintu air sesuai dengan kebutuhan
2. Memberi minyak pelumas pada pintu air.
3. Membersihkan sampah dan rumput di sekitar bangunan
4. Mencatat kerusakan pintu air pada formulir yang disediakan

Fasilitas dan peralatan diperlukan untuk menunjang kegiatan Operasi


dan Pemeliharaan. Untuk menyusun kebutuhan fasilitas dan peralatan harus
didasarkan kebutuhan nyata di lapangan dari sistem jaringan yang
bersangkutan. Fasilitas dan peralatan dimaksud bukan bagian dari biaya
Operasi dan Pemeliharaan tapi merupakan investasi yang pendanaannya di luar
biaya Operasi dan Pemeliharaan. Fasilitas dan Peralatan Operasi dan
Pemeliharaan lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

209
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tabel Fasilitas dan peralatan O&P :

7.4. PEMBINAAN P3A

7.4.1. Pembinaan Kepada P3A/GP3A/IP3A


Pembinaan kepada P3A/GP3A/IP3A dilakukan Juru pengairan dilakukan
secara terus-menerus berupa :
 Pembinaan untuk upaya P3A dapat melaksanakan O&P pada jaringan
tersier yang menjadi tanggung jawab P3A
 Pembinaan dan pendampingan kepada P3A tentang penyusunan dan
proses pengajuan bantuan biaya O&P
 Pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat tani agar terbentuknya
P3A jika P3A belom terbentuk.
 Pembinaan kepada P3A baik dari aspek kelembagaan, aspek sosial
ekomoni dan sapek teknisnya.

210
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

7.5. INVENTARISASI

7.5.1. Inventarisasi jaringan


Inventarisasi jaringan dilakukan oleh juru pengairan bersama dengan P3A
melakukan penelusuran jaringan untuk mendapatkan data akurat dari lapangan
tentang rencana pemeliharaan jaringan, penelusuran atau inventarisasi ini dapat
saja keikut sertaan pengamat pengairan. Data penelusuran jaringan berupa
data inspeksi rutin kerusakan dan data inspeksi rutin alat-alat
hidroklimatologi dicatat dalam blangko P-02 dan P- 03 buat juru pengairan.
Juru pengairan menyusun rencana pemeliharaan dalam wilayah
kerjanya berdasarkan hasil penyelusuran jaringan dengan P3A kemudian
d i s e r a h k a n k e p a d a Pengamat Pengairan.
Pengamat Pengairan mengevaluasi hasil inventarisasi atau usulan
rencana pemeliharaan dari setiap juru pengairan dan membuat rekapitulasinya
dan selanjutnya dikirim kepada kepala dinas sda kabupaten/kota/provinsi/balai
wilayah sungai sesuai dengan kewenangannya. Dalam mengevaluasi usulan
rencana pengamat pengairan mencatat hasil inspeksi rutin kerusakan, alat-
alat hidroklimatologi, laporan pengukuran dan perencanaan teknis
pemeliharaan, daftar usulan pekerjaan pemeliharaan yang
diborongkan/diswakelolakan kedalam blangko P-02, P-03, P- 04, P-05, P- 06 dan
P-07.
Balai Wilayah Sungai Kalimantan II melalui Satker Operasi dan
Pemeliharaan Kalimantan II melakukan evaluasi usulan rencana pemeliharaan
dari setiap pengamat pengairan dan menetapkan program pemeliharaan
definitif/final dan selanjutnya mengirimkan kembali kepada setiap pengamat
pengairan. Data program pekerjaan pemeliharaan yang
diborongkan/diswakelolakan dicatat dalam blangko P-08 dan P-09.
Oleh Pengamat Pengairan pelaksanaan pemeliharaan dilakukan sesuai
dengan jadwal waktu yang telah disepakati. Laporan pelaksanaan kegiatan
dicatat dalam blangko P- 10, P-11 dan P-12.

6.5.2. Inventarisasi Benchmark


Inventarisasi benchmark merupakan tolak ukur atau patokan dalam
pelaksanaan inventarisasi daerah irigasi rawa Muning, yang tujuan utamanya
adalah untuk memahami dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan inventarisasi
berupa penilaian kinerja jaringan irigasi rawa Muning.

211
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tingkat pelayanan rawa merupakan elemen penting dalam pengelolaan


aset rawa, karena investasi yang dilakukan harus dikaitkan dengan tingkat
pelayanan rawa tersebut. Dalam peraturan menteri ini telah ditentukan bahwa
tingkat pelayanan yang akan diukur adalah kinerja sistem rawa. Untuk dapat
menghitung kinerja sistem rawa perlu dihitung kondisi prasarana (kinerja jaringan
rawa) yang dilakukan dengan beberapa asumsi sebagai berikut :

a) Jaringan rawa baru dianggap mempunyai fungsi 100% dengan


masing-masing aset dalam jaringan tersebut berfungsi 100%.
b) Fungsi suatu aset bangunan akan berpengaruh terhadap seluruh
luasan yang dilayani oleh bangunan tersebut (fungsi sungai akan
berpengaruh terhadap seluruh luas jaringan rawa, sedangkan fungsi
bangunan bagi paling ujung hanya berpengaruh terhadap luasan
dipetak yang dilayaninya)
c) Dalam hal pada suatu saluran terdapat bangunan, maka kondisi dari
fungsi layanan yang membatasi adalah yang kondisi fungsi
layanannya terkecil (jika salurannya masih 100% tetapi kemudian
ada syphon yang hanya berfungsi 50%, maka fungsi layanan
terhadap jaringan rawa di hilir syphon tersebut menjadi 50% saja).

Prinsip-prinsip tersebut diatas diterapkan terhadap seluruh jaringan. Jika


layanan dari masing-masing ruas diberikan bobot yang dihitung atas fraksi dari
luas area yang dilayani terhadap total area layanan dari jaringan rawa tersebut.
Kemudian kinerja seluruh jaringan dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh
fraksi jaringan yang ada.
Berdasarkan Pedoman Penilaian Kinerja Jaringan Reklamasi Rawa,
penilaian kinerja jaringan reklamasi rawa adalah upaya mengukur kemampuan
kerja jaringan reklamasi rawa berdasarkan kondisi fisik dan fungsinya dalam
mengatur tata air. Pengelolaan jaringan reklamasi rawa adalah kegiatan yang
meliputi operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan reklamasi rawa.
Pemeliharaan jaringan reklamasi rawa adalah upaya menjaga dan
mengamankan jaringan reklamasi rawa agar selalu dapat berfungsi dengan baik
guna memperlancar operasi dan mempertahankan kelestariannya.
Saluran, bangunan air, bangunan pelengkap dan tanggul pelindung
merupakan kesatuan jaringan reklamasi rawa yang berfungsi untuk mengatur
tata air atau pengelolaan air di daerah reklamasi rawa. Agar jaringan reklamasi
rawa berfungsi dengan baik dilakukan kegiatan pemeliharaan untuk menjaga

212
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

fungsi jaringan reklamasi rawa dan/atau kegiatan rehabilitasi untuk


mengembalikan fungsi jaringan reklamasi rawa. Kegiatan pemeliharaan dan/atau
rehabilitasi dapat dilaksanakan setelah dilakukan penilaian terhadap kinerja
saluran dan bangunan air serta tanggul pelindung. Hasil penilaian kinerja
menghasilkan rekomendasi mengenai tindakan yang harus dilakukan yaitu
kegiatan pemeliharaan atau rehabilitasi atau kaji ulang. Penilaian kinerja saluran
dan bangunan air serta tanggul pelindung memberikan gambaran mengenai
kinerja jaringan reklamasi rawa secara keseluruhan dalam fungsinya mengatur
tata air yaitu baik, sedang atau buruk.

Diagram Alir Tata Cara Penilaian Kinerja Jaringan Reklamasi Rawa :

Penilaian Kondisi Saluran Penilaian Kondisi Bangunan Air Penilaian Kondisi Tanggul
(penampang Basah, Berm, (Bagian Utama,Bagian Pelindung
Tanggul) Penunjang)

Indeks Kondisi Saluran Indeks Kondisi Bangunan Air

Indeks Kondisi Saluran dan


Bangunan Air
Kinerja Tanggul Pelindung

Kinerja Saluran dan Bangunan Air

Pemeliharaan Pemeliharaan Pemeliharaan Pemeliharaan


Rehabilitasi Kaji Ulang
Rutin Berkala Rutin Berkala

Indeks Kondisi Bangunan Air

BAIK SEDANG BURUK

a. Kriteria dan Indikator Penilaian Kondisi Saluran


Saluran di jaringan reklamasi rawa terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu
penampang basah, berm dan tanggul. Ketiga bagian tersebut secara bersama-
sama mendukung fungsi saluran untuk mengalirkan air. Penilaian kondisi saluran
dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi ketiga bagian
tersebut.

213
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Sketsa Pengamatan Kondisi Saluran (Primer/ Sekunder) :

Pengamatan dilakukan minimal pada 3 titik pengamatan disepanjang


saluran yang diamati yaitu di bagian hulu, tengah dan hilir, baik pada saat
pasang purnama maupun pasang perbani.

Sketsa Pengamatan Kondisi Saluran (Primer/ Sekunder) :

b. Kondisi Penampang Basah


Pengamatan penampang basah pada saat pasang perbani meliputi
kesesuaian penampang dengan desain aslinya atau desain terakhir, tingkat
sedimentasi serta keberadaan tanaman aquatik (rumput/tanaman air) pada
penampang basah. Sedangkan pengamatan penampang basah pada saat
pasang purnama meliputi pencapaian air pasang terhadap panjang saluran.
Pengamatan pencapaian air pasang dilakukan dengan memperhatikan
tipe saluran. Secara teknis, terdapat saluran yang terhubung satu sisi (dead end
canals/single connected) dan saluran yang terhubung dari dua sisi (double
connected canal). Semakin jauh air pasang dapat mencapai panjang saluran
menunjukkan bahwa kondisi saluran semakin baik.

214
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Hasil pengamatan kondisi penampang basah pada saat pasang perbani


dan pasang purnama menunjukkan fungsi penampang basah. Semakin baik
kondisi penampang basah menunjukkan bahwa fungsi penampang basah untuk
mengalirkan air semakin baik.
Kondisi penampang basah ditunjukkan oleh nilai indeks yang berkisar
antara 1-5, yaitu indeks 1 (0-1), indeks 2 (>1-2), indeks 3 (>2-3), indeks 4 (>4-5)
dan indeks 5 (>5). Semakin kecil nilai indeks menunjukkan bahwa kondisi
penampang basah semakin baik yang berarti pula bahwa fungsi penampang
basah semakin baik.
Air akan mengalir dengan lancar jika kondisi penampang basah baik di
bagian hulu, tengah maupun hilir dalam kondisi baik. Jika salah satu bagian dari
penampang basah kondisinya buruk, misalnya akibat sedimentasi tinggi dan
ditutupi tanaman aquatik, maka aliran air akan terganggu. Oleh karena itu, nilai
indeks kondisi penampang basah adalah nilai indeks tertinggi atau kondisi
penampang basah terburuk yang ditemukan dari hasil pengamatan di bagian
saluran tersebut. Perhitungan indeks kondisi penampang basah adalah sebagai
berikut : Indeks kondisi penampang basah = maksimum dari {indeks kondisi ke-n}

c. Matematis Perhitungan Kinerja Jaringan Rawa

Secara matematis, rumusan dari kinerja jaringan rawa dapat dituliskan


sebagai berikut: Kinerja jaringan = Σ (f min bang ; f min sal) * Ab

Dimana :

f min bang : koefisien fungsi layanan yang terkecil dari seluruh bangunan
yang ada sejak dari bangunan pengambilan ke titik yang
ditinjau

f min sal : koefisien fungsi layanan yang terkecil dari seluruh saluran
yang ada sejak dari bangunan pengambilan ke titik yang
ditinjau

Ab : perbandingan luas area yang dilayani pada titik yang ditinjau


terhadap luas total daerah rawa

215
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Contoh perhitungan kinerja jaringan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Area yang
Koefisien Fungsi Koefisien Kinerja
dilayani
Ide B K K K Koef.mini
Bangunan
ntitas Area obot e B1 e B2 eC mum x luas
A 1 1 1 1

0 0 0 0
B
.7 ,7 ,7 ,7

B 0 0 0 0 0
1
1 .7 ,31 ,7 ,7 ,7

0
B 0 0
1 ,31 0,027
2 .2 ,2
2 0 0,013
,06

C 1 1 1
0,133
2 0,019

3 0,133

Saluran

A
1 1 1 1
-B

B
1 1 1 1
-B1

B
1 1
1-B2

B
1 1
-C

Koefisien minimum menuju areal 0 0 0


layanan ,7 ,2 ,7

216
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Kinerja jaringan irigasi 0,614

Kinerja jaringan irigasi dipengaruhi oleh kinerja masing-masing aset


secara individual. Penentuan kinerja individual aset jaringan diekpresikan
sebagai fungsi dari masing-masing aset, yang dalam pedoman ini dikelompokkan
menjadi 4 (empat), yaitu:

a. baik sekali (>90%);

b. baik (antara 70%-90%);

c. sedang (antara 55%-69%); dan

d. buruk «55%).

Penentuan kinerja individual aset jaringan dapat dinilai oleh petugas


operasi dan pemeliharaan jaringan yang berpengalaman. Untuk aset pendukung
yang terdiri atas unsur kelembagaan, SDM, bangunan gedung, peralatan, dan
lahan, kinerjanya ditentukan atas dasar perbandingan antara keberadaan dan
kebutuhan aset pendukung, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Rawa.

d. Kinerja Aset Jaringan dan Tingkat Pelayanan Daerah Irigasi Rawa

Pada saat survei inventarisasi didapatkan kondisi dan fungsi dari


masing-masing aset dalam ukuran kualitatif baik sekali, baik, sedang dan buruk
atau dalam ukuran kuantitatif dalam %. Ukuran tersebut didasarkan atas
penilaian selama tahun musim tanam terakhir.

Dari kondisi dan fungsi masing-masing aset tersebut dapat dihitung kinerja aset
jaringan irigasi yang merupakan salah satu unsur untuk menghitung kinerja
sistem Rawa.

Pada pedoman ini diasumsikan bahwa untuk setiap aset yang pada awalnya
kinerja dari aset individual kurang dari 100%, maka diharapkan setelah
dilakukan perbaikan atau penggantian aset, kinerja jaringan dapat ditingkatkan
menjadi 100%. Meskipun demikian tidak secara otomatis tingkat pelayanan
irigasi akan meningkat secara nyata, karena masih diperlukan peningkatan
aset pendukung, antara lain Kelembagaan, Sumber Daya Manusia, dan
Bangunan gedung.

217
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

e. Karakteristik Aset Jaringan Daerah Irigasi Rawa

Satuan unit aset jaringan irigasi terdiri dari misalnya satu bangunan
bendung secara utuh, yang didalamnya terdapat beberapa segmen yang bila
dirinci mempunyai tugas sendiri-sendiri. Namun demi mudahnya satuan aset
tersebut hanya dibedakan kedalam komponen sipil dan komponen mekanikal-
elektrikal yang berupa pintu-pintu beserta alat pengangkatnya. Pembedaan
tersebut karena bahan pembentuk komponen bangunan tersebut yang berbeda
sehingga umur rencananya (ibarat umur harapan hidupnya) berbeda. Komponen
sipil dapat terbentuk dari beberapa material, namun untuk proses evaluasi
diambil material yang dominan dari komponen tersebut.

f. Kondisi dan Fungsi Jaringan Irigasi Rawa

Setelah suatu aset jaringan irigasi rawa selasai dibangun terjadilah


proses kerusakan yang semakin lama semakin banyak sehingga dapat disebut
kondisi merupakan fungsi umurnya. Demikian pula halnya dengan fungsi suatu
aset, namun tidak selalu penurunan kondisi paralel dengan penurunan fungsi.
Kondisi fisik jaringan irigasi dinilai berdasarkan tingkat kerusakan dibandingkan
dengan kondisi awal.

Fungsi fisik jaringan irigasi dinilai berdasarkan kemampuan mengalirkan


air dibandingkan dengan kapasitas rencana. Secara hipotetis dapat digambakan
sebagai berikut:

218
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

g. Urgensi Upaya Penanganan

Urgensi upaya penanganan ditentukan di lapangan dengan melihat


langsung kondisi dan fungsi dari aset yang diinventarisasi. Terdapat 4 kategori
urgensi :

a) "Sangat Urgen" yaitu perlu dilaksanakan dalam 1 (satu) atau 2 (dua)


tahun setelah inventarisasi;
Untuk menegaskan perlu dilaksanakan penanganan pada tahun
pertama atau tahun kedua dengan ketentuan, apabila fungsi dari aset
menunjukkan Sedang atau Buruk, maka perlu dilaksanakan
penanganan pada tahun pertama. Tapi bila masih berfungsi Baik Sekali
atau Baik, maka perlu dilaksanakan penanganan pada tahun kedua
setelah inventarisasi;
b) "Urgen" yaitu perlu dilaksanakan penanganan dalam 3 (tiga) tahun
setelah inventarisasi;
c) "Kurang Urgen" yaitu dapat dilaksanakan penanganan dalam 4 (empat)
tahun setelah inventarisasi; dan
d) "Jangka Panjang" yaitu dapat dilaksanakan penanganan dalam 5 (lima)
tahun setelah inventarisasi.
Keputusan mengenai urgensi tersebut ditentukan atas pertimbangan
obyektif oleh petugas survei inventarisasi bersama dengan unsur P3A.
Pertimbangan obyektif tersebut antara lain dapat berupa ketahanan aset
bertahan pada kondisi sekarang (saat inventarisasi), pengaruh penundaan
usulan pekerjaan pada produksi padi, dan kemampuan keuangan guna
membiayai usulan pekerjaan.

219
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

7.5.3. Gambar-Gambar

Sungai Muning Sungai Muning


Sumber air DIR Muning Sumber air DIR. Muning

Sungai Hanyar Sungai Muning I


Saluran Primer I Saluran Primer IV

Sungai Pandahan Sungai Jepang


Saluran Primer II Saluran Primer III

220
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Sungai Rumbia Sungai Pahalatan


Jalur trasportasi Jalur trasportasi

Sungai Poros/Panaga Sungai PK Hilir


Saluran Primer V Sungai Pembatas

Ray 40 Ray 17
Pinru air rusak berat Pintu air rusak ringan

221
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Ray 14
Ray 1
Saluran kondisi baik
Pintu air rusak ringan
Tidak ada pintu air

Ray 6 Ray 7
Pintu air rusak ringan Pintu air rusak ringan

Ray 9
Ray 8
Pintu air rusak berat
Pintu air rusak ringan
Saluran rusak berat

222
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Sungai Hanyar Sungai PK Hilir


Perbatasan Desa Pika Hilir Pertemuan Sungai Hanyar

7.6. KESESUAIAN LAHAN

7.6.1. Keadaan Fisik Lahan


Berdasarkan pembentukan geomorfologi daerah rawa pasang surut
dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis satuan lahan utama yaitu:
 Tanah mineral dan tanah gambut
 Tanah gambut
 Tanah lahan kering
Tanah mineral dan tanah bergambut merupakan yang terpenting dalam
pengembangan pertanian dan dapat dibagi berdasarkan sifat-sifat fisiknya, yaitu :
 Hidrotofolografi (peluang irigasi pasang surut selama musim tanam)
 Intrusi air asin (peluang irigasi pompa selama musim tanam)
 Peluang drainase
 Keberadaan lapisan pirit didaerah perakaran tanaman
Berdasarkan asfek-asfek tersebut, Daerah Irigasi Rawa Muning dapat
dikatakan termasuk dalam satuan lahan 1, dimana daerah rawa tergenangi
pasang surut. Semua lahan yang selama musim tanam secara teratus dapat
terluapi air pasang tinggi (kategori A dan B). Lahan Daerah Rawa Muning ini
terdiri dari tanah gambut atau tanah mineral, dengan atau tanpa bahan sulfidik.
Tetapi pada saat musim kering terjadi dehidrasi asam dan pada musim hujan
terjadi pencucian yang berlebihan sehingga sebagian lahan banyak yang tidak

223
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

bisa ditanami tanaman padi, sehingga banyak lahan yang tidak tertanami dan
sebagian lagi berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit.

Menurut satuan lahan daerah rawa pasang surut kategori A dan B dapat
dimasukkan dalam kesesuaian lahan yang evaluasinya berdasarkan asfek
fisiknya. Kesesuaian lahan yang sesuai pada Daerah Irigasi Rawa Muning
adalah kesesuaian lahan satuan lahan 1, dimana lahan beririgasi pasang surut
(dengan air tawar selama musim tanam). Satuan lahan 1 ini sangat sesuai untuk
tanaman padi sawah asalkan air pasang surut disaluran tidak asam. Lahan ini
terbatas untuk tanaman palawija atau tanaman keras.

224
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Jenis tanah pada lahan rawa pasang surut :

Dari jenis tanah yang ditampilkan, maka Daerah Irigasi Rawa Muning termasuk
pada lahan jenis tanah III, yaitu daerah luapan pasang surut untuk tanaman padi.

7.6.2. Kebutuhan Pengelolaan Air


Berdasarkan jenis tanah dan kesesuaian lahan, maka untuk wilayah
pengelolaan air pada Daerah Irigasi rawa Muning dapat ditampilkan sebagai
berikut :

225
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Jika pada areal lahan rawa pasang surut masih berupa sistem saluran
terbuka, yaitu suatu sistem j a r i n g a n tanpa bangunan pintu pengatur air, baik
pada jaringan tersier maupun pada jaringan sekunder, pengaturan pada
sistem terbuka ini hanya mungkin dilakukan di dalam lahan usaha tani
dengan membuat pematang mengelilingi sawah dan gorong-gorong kecil pada
parit kuarter.
Berdasarkan ketentuan umum yang berlaku, P3A dan khususnya
pimpinan blok tersier harus menyusun rencana operasi pintu tersier. Rencana
pengoperasian pintu pada saluran sekunder harus disusun oleh staf O&P bekerja
sama dengan P3A dan petugas penyuluhan pertanian. Rencana tersebut akan
memberikan gambaran tentang tujuan dari pengelolaan air dan muka air saluran
yang harus dijaga selama pengoperasian normal dan pengoperasian pada
kondisi ekstrim musim hujan dan musin kemarau, serta kebutuhan untuk
pengoperatian pintu. Rencana tersebut disarankan untuk disepakati secara
tertulis antara pengguna air (atau wakilnya), staf O&P dan staf penyuluhan
pertanian.
Masukan yang diperlukan untuk penyusunan rencana O&P tersebut
meliputi:
- Rencana tanam;
- Ramalan pasang surut (tanggal pasang purnama dan pasang perbani) dan
fluktuasi muka air bukan pasang surut yang diharapkan;
- Kondisi fisik lahan yang dilayani bangunan air;

226
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

- Katagori hidro-topografi yang dominan;


- Jenis tanah yang dominan;
- Disamping dari peta dan laporan survai yang ada, informasi harus juga
diperoleh dari pengalaman selama musim tanam sebelumnya, khususnya
tentang kemungkinan adanya irgasi pasang surut;
- Kondisi saluran dan bangunan air saat ini.

Konflik mungkin akan timbul misalnya antara antara petani yang memiliki
lahan beririgasi pasang surut dengan mereka yang memerlukan muka air rendah
secara permanen untuk keperluan drainase. Suatu kesepakatan yang dapat
diterima oleh semua pihak harus dapat dicapai baik pada tingkat tersier maupun
tingkat sekunder.
Di dalam sistem jaringan yang mempunyai bangunan pengatur air, baik
pada tingkat tersier maupun sekunder, rencana yang belakangan harus
sebanyak mungkin dapat memenuhi kebutuhan rencana yang pertama.
Disamping itu, pengoperasian bangunan air akan menyesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing seperti untuk lalu lintas air, untuk air minum
penduduk, atau untuk penggelontoran saluran secara teratur.
Target operasi dibuat untuk penjaga pintu, menunjukkan posisi pintu pada
saat air surut dan saat air pasang serta muka air yang harus dijaga di saluran
dengan pengaturan pintu air.

7.6.3. Pola Tanam


Rencana tanam memberikan perincian mengenai jenis tanaman yang
harus ditanam, kapan mulai tanam dan panennya serta tanaman apa yang
ditanam setelahnya. Rencana tanam maupun pola tanam ditentukan oleh P3A
setelah berembuk dengan para petani, petugas lapangan.
Dalam menyiapkan usulan pola tanam harus dipertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
 Aspek tanah (jenis, tinggi tanah)
 Kondisi pertanian (kebiasaan petani/situasi pasar)
 Air yang tersedia (kualitas dan jumlah)
 Fasilitas pengendlian air (bangunan, drainase, irigasi)
Pola tata tanam adalah jadwal tanam dan jenis tanaman yang diberikan
pada suatu jaringan irigasi. Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman.

227
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Penentuan pola tata tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Tabel
dibawah ini merupakan contoh pola tata tanam yang cocok dipakai pada daerah
rawa.
Tabel. Pola Tanam dalam satu tahun
No Pola Tanam dalam Satu Tahun Jenis Tanaman
1 Padi - Bero Padi Lokal
2 Padi - Palawija Padi Lokal – Palawija
3 Padi - Padi Padi Unggul – Padi Unggul
4 Padi – palawija - Palawija Padi Unggul – Palawija - palawija

P3A, Juru Pengairan, dan PPL harus bekerja sama dalam menyusun
persiapan rencana tata tanam. Saran-saran dan informasi dari hasil
pengalaman sebelumnya perlu ditampung guna memperoleh optimalisasi
operasi pintu air. Data mengenai rencana tata tanam dan laporan
pengamatan tanaman per petak tersier dicatat dalam blangko O – 09.
Dalam menyusun rencana tata tanam yang baik, dibutuhkan
pengetahuan yang mendetail tentang kondisi-kondisi lapangan yang
sesungguhnya, yaitu:
 Curah hujan yang diharapkan, pada umumnya sama dengan curah
hujan rata-rata dalam waktu tertentu. Data curah hujan dicatat dalam
blangko O – 01 dan O – 02.
 Tinggi muka air dan kualitas air pada saluran. Data tinggi muka air pada
saluran dicatat dalam blangko O-03 dan O-04. Sedangkan data kualitas
air pada saluran dicatat dalam blangko O-05.
 Tinggi muka air tanah dan kualitas air tanah. Data-data tersebut
dicatat dalam blangko O-06.
Keadaan prasarana jaringan saat ini berdasarkan hasil inventarisasi
termasuk permasalahan yang dihadapi seperti banjir/genangan (data diisi
dalam blangko O-07 serta pengamatan penampang saluran dan tanggul
rawan banjir (data diisi dalam blangko O-10 dan O-11).

228
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

7.7. OPERASI BANGUNAN AIR

7.7.1. Kondisi Fisik dan Tipe Bangunan Air


Bangunan pengendali air di jaringan irigasi rawa pada umumnya
berukuran kecil. Bangunan ini hanya terdapat pada saluran sekunder dan saluran
tersier Pada dasarnya bangunan air ini dapat digolongkan menjadi dua, yakni
bangunn yang dilengkapi dengan pintu dan bangunan dengan skot balok.
Jenis Pintu Air pada saluran rawa pasang surut :
 Pintu Sorong
Pintu sorong adalah pintu yang terbuat dari plat besi/kayu/fiber, bergerak
vertikal dan dioperasikan secara manual. Fungsi pintu sorong adalah
untuk mengatur aliran air yang melalui bangunan sesuai dengan
kebutuhan, seperti : menghindari banjir dari luar, mencegah intrusi air
asin, dan menahan air disaluran pada saat kemarau panjang.
 Pintu Klep
Pintu klep dibuat dari kayu atau fiber dengan engsel pada bagian atas.
Pintu ini dapat membuka dan menutup secara ototmatis akibat perbedaan
tinggi muka air. Fungsi pintu klep adalah menahan aliran air waktu
pasang dan membuang air waktu surut (aliran satu arah) atau sebaliknya.
 Pintu Skot Balok
Pintu skot balok (stoplog) adalah balok kayu yang dapat dipasang pada
alur pintu/sponeng bangunan. Pintu ini berfungsi untuk mengatur muka air
saluran pada ketinggian tertentu. Bila muka air lebih tinggi dari pintu skot
balok, akan terjadi aliran diatas pintu skot balok tersebut. Pintu skot balok
dibuat untuk mengatur muka air disebelah hulu dan mengatur air yang
dibuang. Untuk mengurangi debit air yang dibuang dan menambah tinggi
muka air maka skot balok dapat ditambah, sebaliknya debit air yang
dibuang akan bertambah besar dan muka air akan lebih rendah jika skot
balok dikurangi.

Pada Daerah Irigasi Rawa Muning pintu yang ada hanyalah pintu skot balok
yang terletak di saluran sekunder/ray dan sebagian bangunan air juga banyak
yang mengalami kerusakan dan rata-rata skot baloknya tidak ada.

229
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Letak dan kondisi skot balok yang ada di Daerah Irigasi Rawa Muning :

 Ray ..., kondisi skot balok rusak berat


Dimana bangunan skot balok ini sebagian besar sudah rusak berat,
hanya betengah badan bangunan yang masih utuh.
 Ray ...., kondisi skot balok rusak ringan
Kondisi bangunan skot balok ini masih baik, tetapi skot baloknya sudah
tidak ada lagi.
 Ray ...., kondisi skot balok rusak ringan
Kondisi bangunan skot balok ini masih baik, tetapi skot baloknya sudah
tidak ada lagi.
 Ray ...., kondisi skot balok rusak ringan
Kondisi bangunan skot balok ini masih baik, tetapi skot baloknya sudah
tidak ada lagi.
 Ray ...., kondisi skot balok rusak ringan
Kondisi bangunan skot balok ini masih baik, tetapi skot baloknya sudah
tidak ada lagi.
 Ray ...., kondisi skot balok rusak ringan
Kondisi bangunan skot balok ini masih baik, tetapi skot baloknya sudah
tidak ada lagi.
 Ray atau sekunder yang lainnya tidak ada bangunan pintu airnya
Kondisi saluran masih dalam keadaan baik walaupun sebagian sudah
tertutup gulma dan terjadi pendangkalan karena lumpur, dan saluran ini
merupakan saluran terbuka tanpa bangunan air.

7.7.2. Rencana Pengoperasian Bangunan Air

Operasi bangunan air pada rawa pasang surut merupakan usaha yang
ditujukan untuk mengatur air dijaringan irigasi rawa pasang surut sesuai dengan
rencana operasi yang ditetapkan.

Kegiatan penting dalam jaringan i r i g a s i rawa adalah pengoperasian


pintu- pintu air, baik di jaringan utama (primer, sekunder) maupun jaringan
tersier.

230
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Gambar Langkah Pelaksanaan Operasi

Perencanaan operasi sangat penting dalam pengelolaan daerah irigasi


rawa, dimana dengan perencanaan operasi dapat di peroleh langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam pelaksanaan operasi pintu daerah irigasi rawa.

a. Rencana Pengaturan atau Pengelolaan Air


Rencana pengaturan atau pengelolaan air musiman dipersiapkan untuk
setiap areal yang dikontrol oleh satu atau lebih bangunan pintu air. Pada areal
tanpa bangunan, pengaturan atau pengelolaan air hanya berlangsung pada
tingkat lahan usaha tani melalui saluran kuarter dan rencana musiman
tergantung pada petani.
Rencana pengaturan atau pengelolaan air musiman ini dipersiapkan
oleh juru pengairan bersama-sama dengan P3A dan PPL. Dalam rencana
pengaturan/pengelolaan air musiman terdapat hal-hal sebagai berikut.
 Curah hujan yang diharapkan, biasanya curah hujan ini sama
dengan curah hujan rata-rata.

231
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

 Tanggal pasang purnama (pasang besar), data ini diambil dari


Ramalan Pasang Surut (Hidral)
 Kalender penanaman menurut rencana pertanaman (pola tanam)
 Adanya tujuan tertentu dalam pengelolaan dan pengoperasian air
selama musim tanam, seperti penyegaran air pada saat pasang besar
Tinggi rendahnya muka air yang ingin dicapai dalam saluran selama
musim tanam Salah satu manfaat dari penyusunan rencana pengaturan
atau pengelolaan adalah untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan
melalui kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak yang terkait,
seperti kesepakatan elevasi muka air maksimum atau minimum dan
kesepakatan pembagian waktu untuk memenuhi kepentingan yang berbeda.
Rencana pengaturan atau pengelolaan air pada musim tanam dicatat dalam
blangko O- 12.

b. Rencana Operasi
Rencana operasi musiman, mingguan, dan harian dibuat oleh
pengamat pengairan berdasarkan rencana pengaturan yang disampaikan oleh
juru pengairan, seperti :
 Rencana Operasi Musiman
Berdasarkan rencana pengaturan musiman, dapat disusun rencana
operasi musiman untuk setiap bangunan air. Rencana tersebut menjelaskan
kebutuhan operasi pintu air dan sasaran tinggi muka air saluran yang
diinginkan selama berbagai tahap pertumbuhan tanaman.
 Rencana Operasi Mingguan
Rencana operasi mingguan dibuat untuk menetapkan elevasi muka air di
saluran dan cara pengoperasian pintu air berdasarkan kebutuhan tanaman
aktual dan curah hujan yang terjadi.

 Rencana Operasi Harian


Rencana operasi pintu harian didasarkan pada target operasi mingguan.
Hanya dalam kondisi tertentu (ekstrem) seperti banjir dan curah hujan sangat
lebat, penjaga pintu berdasarkan pertimbangannya sendiri, operasi dapat
menyimpang dari target yang telah ditetapkan guna penyesuaian operasi
terhadap kondisi ekstrem yang terjadi.

232
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Penyesuaian operasi didasarkan pada hasil-hasil pemantauan antara lain


yaitu:

- Curah hujan tinggi → lebih ditekankan pada drainase

- Curah hujan rendah → lebih ditekankan pada retensi dan suplesi air

- Kualitas air dilahan buruk → lebih ditekankan pada drainase terkendali

- Kualitas air di saluran buruk → pencucian dan penggantian air saluran

- Elevasi muka air di bawah target → lebih ditekankan pada suplesi air

- Banjir dan salinitas tinggi → mencegah air jangan masuk ke lahan

c. Definitif Operasi Pintu Air


Berdasarkan rencana operasi musiman, mingguan, dan harian yang
disampaikan oleh pengamat pengairan, kemudian balai wilayah sungai
provinsi/kabupaten/kota memutuskan secara definitif operasi pintu air.

d. Pelaksanaan Operasi Pintu Air


Pelaksanaan operasi pintu air merupakan kegiatan pengaturan air sesuai
dengan yang telah direncanakan. Apabila terjadi kondisi ekstrem (misalnya
banjir), operasi pintu air segera disesuaikan untuk menangulangi kondisi
ekstrem tersebut. Sebagai pelaksana operasi di tingkat tersier adalah P3A,
sedangkan tingkat sekunder oleh juru pengairan atau PPA.
Adapun data dan informasi yang dapat menjadi masukan untuk
perencanaan tata tanam meliputi:
 Aspek pelayanan air (curah hujan, elevasi muka air saluran, kedalaman
drainase, operasi pintu, kualitas air, muka air tanah
 Aspek tanaman (luas tanaman, produksi, krusakan tanaman)
 Aspek tanah (pH dan racun, salinitas, subsidence, ketebalan gambut)
 Aspek banjir atau genangan (muka air banjir atau genangan dan kerusakan)
 aspek biaya O&P

233
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

7.7.3. Pelaksanaan Operasi


Dalam pelaksanaan operasi ataupun pengelolaan pintu air perlu
pemahaman tentang operasi itu sendiri, sehingga dalam pelaksanaan operasi
tersebut dapat lebih tepat dan teratur.

a. Prosedur Pelaksanaan Operasi


Dalam pelaksanaan operasi harus diperhatikan prosedur-prosedur
pelaksanaan terlebih dahulu, dimana prosedur pelaksanaan operasi terdiri dari :
 Operasi Normal
Pelaksanaan operasi pintu air didasarkan pada kondisi normal (tidak ada
banjir/kekeringan/air asin/air terlalu asam). Dasar pelaksanaan, operasi ini
berpegang teguh pada rencana operasi yang telah ditetapkan. Apabila
diperlukan tindak lanjut, penyesuaian operasi dapat dilakukan dengan
mudah, dan dicatat sebagai data pada tahap pemantauan.
 Operasi Darurat
Jika dari hasil evaluasi keadaan lapangan memperlihatkan keadaan
darurat seperti kebanjiran, kekeringan, air asin, air terlalu asam (dengan pH <
4,5), prosedur operasi dilaksanakan dalam keadaan darurat. Operasi
darurat dilakukan setelah ada koordinasi antara staf O&P dan P3A.

Jadwal operasi sesuai pertumbuhan tanaman :

Bulan Okt Nop Des Jan Feb Mar


penanaman
pencucian / urea

anakan
optimal

tinggi tanaman
TSP + KCl
pencucian

urea
pencucian

Genangan air di sawah

penyiapan lahan
tahap
tingkat pertumbuhan tahapan pertumbuhan pematangan
berbunga

umur tanaman (hari)


padi VU (direkomendasikan) 0 - 25 25 - 75 75 - 105 105 - 140
padi VU 0 - 20 20 - 60 60 - 90 90 - 120
padi lokal 0 - 25 25 - 95 95 - 130 130 - 165
awal bunting
pembenihan

penanaman

berbunga

panen

kedalaman air (cm) 0-3 3-5 5 - 10 10-15 VAR 0

drainase / pencucian I II III IV V

234
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

b. Operasi Pintu Air di Saluran Sekunder


Pengoperasian pintu air di saluran sekunder dapat dilakukan apabila
terdapat bangunan pengatur air, pengoperasian bangunan tersebut sebaiknya
mengikuti apa yang telah diuraikan dalam rencana operasi pintu air (lihat
Tabel 4.1 s/d 4.4), kecuali ada kesepakatan umum antara pihak-pihak terkait
bahwa aturan pengoperasian lain harus dijalankan karena kondisi ekstrem.
Di sini aturan pengoperasian secara normal harus diikuti, dan aturan untuk
keadaan musim kering dan musim hujan yang ekstrem hanya dapat diikuti
apabila disepakati oleh staf O&P dan perwakilan dari P3A. Beberapa opsi
operasi yang diterapkan pada bangunan air di saluran sekunder, yaitu :

 Drainase Terkendali
Pada saat kondisi normal, operasi bangunan air di saluran sekunder
terdiri atas drainase, suplesi, dan retensi selama periode pasang tinggi
(spring tide), sedangkan drainase terkendali dilakukan pada waktu pasang
perbani (neap tide).
Waktu di antara pasang tinggi, pintu skot balok diatur untuk
mempertahankan muka air saluran sekurang-kurangnya 40 – 60 cm di
bawah permukaan tanah. Pintu sorong dibuka dan pintu klep beroperasi
secara otomatis guna memungkinkan drainase pada ketinggian tertentu
berlangsung terus menerus.
 Penggelontoran
Dalam pelaksanaan operasi jaringan irigasi rawa pasang surut, pada 1 –
2 hari sebelum pasang purnama, dilakukan drainase maksimum dengan
membuka semua pintu air. Apabila proses drainase dianggap belum cukup
dan perlu dilanjutkan pada hari berikutnya dilakukan pemasukan air segar
pada saat pasang purnama. Dianjurkan agar secara teratur dilakukan
penggelontoran pada saluran sekunder guna peningkatan kualitas air.
 Operasi Darurat
Operasi darurat dilakukan jika muka air saluran primer terlalu tinggi
(terutama pada musim hujan), dan dapat mengakibatkan banjir pada
areal usaha tani atau pekarangan. Untuk mengatasinya dapat dilakukan
penutupan air sehingga air tidak masuk ke saluran sekunder. Jika terjadi
hujan yang besar pada areal pertanian, pintu air dioperasikan pada posisi

235
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

drainase. Operasi darurat juga ditujukan untuk mencegah masuknya air


asin ke dalam saluran.

c. Operasi Pintu Air di Saluran Tersier


Apabila di saluran tersier terdapat bangunan pengatur air,
pengoperasian bangunan tersebut sebaiknya mengikuti apa yang telah diuraikan
pada Rencana Operasi Pintu Air.
Mengingat saluran tersier berada pada lahan usaha tani, produk-
produk hasil pencucian lahan seperti asam dan zat besi (Fe) akan
terakumulasi pada saluran tersier. Oleh karena itu, secara teratur perlu dilakukan
operasi pintu untuk penyegaran air guna mendukung produktivitas lahan
pertanian.
Jika lahan reklamasi rawa pasang surut, masih berupa sistem saluran
terbuka, yaitu suatu sistem tanpa bangunan pintu pengatur air, baik pada
jaringan tersier maupun pada tingkat yang lebih tinggi, pengaturan pada
sistem terbuka ini hanya mungkin dilakukan di dalam lahan usaha tani
dengan membuat pematang mengelilingi sawah dan gorong-gorong kecil pada
parit kuarter.

236
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Sistem kalender pelaksanaan operasi :

OKTOBER NOPEMBER DESEMBER JANUARI

Minggu 6 13 20 27 3 10 17 24 1 8 15 22 29 5 12 19 26
Senin 7 14 21 28 4 11 18 25 2 9 16 23 30 6 13 20 27
Selasa 1 8 15 22 29 5 12 19 26 3 10 17 24 31 7 14 21 28
Rabu 2 9 16 23 30 6 13 20 27 4 11 18 25 1 8 15 22 29
Kamis 3 10 17 24 31 7 14 21 28 5 12 19 26 2 9 16 23 30
Jumat 4 11 18 25 1 8 15 22 29 6 13 20 27 3 10 17 24 31
Sabtu 5 12 19 26 2 9 16 23 30 7 14 21 28 4 11 18 25

FEBRUARI MARET APRIL MEI

Minggu 2 9 16 23 2 9 16 23 30 6 13 20 27 4 11 18 25
Senin 3 10 17 24 3 10 17 24 31 7 14 21 28 5 12 19 26
Selasa 4 11 18 25 4 11 18 25 1 8 15 22 29 6 13 20 27
Rabu 5 12 19 26 5 12 19 26 2 9 16 23 30 7 14 21 28
Kamis 6 13 20 27 6 13 20 27 3 10 17 24 1 8 15 22 29
Jumat 7 14 21 28 7 14 21 28 4 11 18 25 2 9 16 23 30
Sabtu 1 8 15 22 1 8 15 22 29 5 12 19 26 3 10 17 24 31

JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER

Minggu 1 8 15 22 29 6 13 20 27 3 10 17 24 31 7 14 21 28
Senin 2 9 16 23 30 7 14 21 28 4 11 18 25 1 8 15 22 29
Selasa 3 10 17 24 1 8 15 22 29 5 12 19 26 2 9 16 23 30
Rabu 4 11 18 25 2 9 16 23 30 6 13 20 27 3 10 17 24
Kamis 5 12 19 26 3 10 17 24 31 7 14 21 28 4 11 18 25
Jumat 6 13 20 27 4 11 18 25 1 8 15 22 29 5 12 19 26
Sabtu 7 14 21 28 5 12 19 26 2 9 16 23 30 6 13 20 27

5
KETERANGAN : = Drainase maksimum
6 = Penggelontoran
saluran
7 = Penyaluran air maksimum

10 = Retensi / pengendalian drainase

237
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tabel. Operasi pintu air untuk tanaman padi pada musim hujan

238
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tabel Operasi pintu air untuk tanaman padi pada musim kemarau untuk lahan A
dan B.

Tabel. Operasi pintu air di saluran sekunder.

239
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tabel. Pelaksanaan operasi harian

7.8. PEMELIHARAAN

Pemeliharaan jaringan irigasi rawa pasang surut adalah usaha yang


ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi jaringan irigasi pasang surut sesuai
dengan masa layanan yang direncanakan. Sasaran pemeliharaan jaringan
irigasi rawa adalah terjaminnya kondisi dan fungsi jaringan irigasi rawa pasang
surut.
Pemeliharaan secara terus-menerus dan berlanjut adalah sangat penting
untuk memperoleh keuntungan dari sistem. Khususnya pada saluran, atau
bagian dari saluran yang kecepatan airnya rendah, pertumbuhan kembali dari
tanaman gulma (weeds) akan sangat cepat dan dapat dengan cepat
menurunkan kecepatan aliran air yang lambat tersebut menjadi nol dan akan
mengakibatkan buruknya kualitas air, suplesi ar irigasi dan drainasi di lahan
usaha tani.

240
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

7.8.1. Penyusunan Program Pemeliharaan


Penyusunan program/rencana pemeliharaan (rutin dan berkala)
dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut :

a. Penelusuran Jaringan
Juru pengairan bersama dengan P3A melakukan penelusuran jaringan
untuk mendapatkan data akurat dari lapangan tentang rencana
pemeliharaan jaringan tersebut. Data penelusuran jaringan berupa data
inspeksi rutin kerusakan dan data inspeksi rutin alat-alat hidro-
klimatologi dicatat dalam blangko P-02 dan P- 03.
b. Rencana Pemeliharaan Tingkat Juru Pengairan
Juru pengairan menyusun rencana pemeliharaan dalam wilayah
kerjanya berdasarkan hasil penyelusuran jaringan dengan P3A kemudian
dikirim ke Pengamat Pengairan.
c. Rencana Pemeliharaan Tingkat Pengamat Pengairan
Pengamat Pengairan mengevaluasi usulan rencana pemeliharaan dari
setiap juru pengairan dan membuat rekapitulasinya dan selanjutnya
dikirim kepada kepala dinas sda kabupaten/kota/provinsi/balai wilayah
sungai sesuai dengan kewenangannya. Dalam mengevaluasi usulan
rencana pengamat pengairan mencatat hasil inspeksi rutin kerusakan,
alat-alat hidro-klimatologi, laporan pengukuran dan perencanaan teknis
pemeliharaan, daftar usulan pekerjaan pemeliharaan yang
diborongkan/diswakelolakan kedalam blangko P-02, P-03, P- 04, P-05, P-
06 dan P-07.
d. Program Pemeliharaan Definitif
Kepala dinas sda kabupaten/kota/provinsi/balai wilayah sungai
melakukan evaluasi usulan rencana pemeliharaan dari setiap pengamat
pengairan dan menetapkan program pemeliharaan definitif/final dan
selanjutnya mengirimkan kembali kepada setiap pengamat pengairan.
Data program pekerjaan pemeliharaan yang diborongkan/diswakelolakan
dicatat dalam blangko P-08 dan P-09.

241
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

e. Program Pemeliharaan Definitif Tingkat Pengamat Pengairan


Pengamat pengairan setelah menerima program pemeliharaan
definitif/final segera menyusun jadwal waktu pelaksanaan pemeliharaan
yang menjadi tanggung jawabnya.
f. Program Pemeliharaan Definitif Tingkat Juru Pengairan
Juru pengairan setelah menerima program pemeliharaan definitif/final
segera menyusun jadwal waktu pelaksanaan pemeliharaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
g. Pelaksanaan
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan sesuai dengan jadwal waktu yang
telah disepakati. Laporan pelaksanaan kegiatan dicatat dalam blangko P-
10, P-11 dan P-12.

Untuk jelasnya penyusunan rencana pemeliharaan dapat dilihat dalam Gambar


berikut ini :

242
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

7.8.2. Pelaksanaan Pemeliharaan

Dalam pelaksanaan pemeliharaan terdapat jenis pemeliharaan jaringan


irigasi rawa ada 2 (dua) jenis pemeliharaan, yaitu :
a. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan tata air rawa agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna
memperlancar operasi dan mempertahankan kelestarian fungsi dan manfaat
prasarana tata air rawa yang dilakukan secara terus-menerus. Pemeliharaan
rutin antara lain sebagai berikut :
 Pembersihan sampah dimuka bangunan air pada saluran primer, sekunder
dan tersier
 Pemotongan rumput di tanggul/berm pada tanggul pengaman, saluran
primer, sekunder dan tersier
 Pembersihan saluran (tumbuhan air) pada saluran primer, sekunder dan
tersier
 Pemeliharaan pada tanggul pengaman, saluran primer, sekunder dan tersier
 Pemeliharaan bangunan air (pembersihan, pelumasan dan pengecatan)
pada saluran primer, sekunder dan tersier
 Pemeliharaan jembatan dan dermaga (pengecatan dan perbaikan ringan)
 Pemeliharaan jalan pada inspeksi dan jalan usaha tani
 Pemeliharaan kantor dan rumah dinas (termasuk perbaikan ringan)
 Kalibrasi alat ukur
Untuk lebih jelasnya interval dan frekuensi pemeliharaan rutin dapat dilihat pada
tabel berikut :

243
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tabel. Interval Pemeliharaam Rutin

Pemeliharaan rutin meliputi kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan


paling sedikit setahun sekali. Pada daerah Irigasi rawa Muning pemeliharaan
rutin direncanakan dilaksanakan 3 kali setahun. Kegiatan pemeliharaan yang
dilaksanakan meliputi kegiatan berikut ini:

1. Penebasan Rumput (OP1)


Tanggul disepanjang saluran primer dan sekunder memerlukan
pemeliharaan rutin dalam jangka waktu yang bervariasi. Kegiatan
pemeliharaan tanggul ini meliputi:
1) Penebasan rumput dan tanaman gulma pada tebing saluran, dimulai
dari batas muka air sampai dengan kaki tanggul bagian luar.
2) Tanaman gulma perlu dipotong sampai bagian bawah batang (0,05
sampai 0,10 m diatas muka tanah) dengan menggunakan parang, pisau,

244
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

sabit besar atau secara mekanik. Bagian akar dan umbinya tidak boleh
ikut terangkat karena sangat berguna bagi perlindungan terhadap erosi
3) Sampah tanaman gulma tersebut harus dikumpulkan dan dibuang
keluar dari tanggul dan bila memungkinkan dapat dibakar.
Kriteria kapasitas kerja untuk pemotongan rumput diperkirakan sebesar 225–
450 m2/orang-hari tergantung dari tinggi dan kerapatan rumput dan tanaman
gulma yang bersangkutan.

2. Pembersihan Saluran/Pembuangan/Pemotongan Tanaman Gulma (OP2)


Tanaman gulma air diharapkan tidak menjadi penghambat di saluran primer
karena salurannya cukup dalam dan aliran airnya cepat. Untuk
membersihkan tanaman air di saluran sekunder dan tersier, penggunaan
tenaga kerja sangat disarankan. Pembersihan tanaman gulma air dari dasar
saluran sekunder memerlukan interval waktu yang teratur. Kegiatan
pemeliharaan saluran ini meliputi:
1) Pemotongan dan pembuangan tanaman air dan ganggang yang
mengapung dan yang tenggelam dari dasar dan tebing saluran;
tanaman gulma harus dipotong serendah mungkin dekat dengan dasar
batang dengan menggunakan parang, pisau, sabit besar atau secara
mekanik;
2) Sampah tanaman gulma air tersebut harus diangkat dari dasar saluran
dengan menggunakan tangan atau alat penggaruk, kemudian
dikumpulkan di belakang tanggul dan selanjutnya dibakar;
3) Pembersihan tanaman gulma di saluran sekunder dan tersier sebaiknya
dimulai dari ujung bagian hilir, dan dilanjutkan kearah hulu.
Pemeliharaan dasar saluran sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
pemeliharaan tebing saluran;
4) Gangguan aliran air akibat adanya batang pohon, jaring ikan, atau
bendung temporer dari tanah harus segera dibuang untuk menjamin
aliran air lancar.
Kriteria kapasitas kerja untuk pembersihan saluran diperkirakan sebesar 165
m2 /orang-hari.

245
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

3. Perbaikan Ringan dan Pembentukan Tanggul


Tanggul longsor akibat curah hujan, retak-retak akibat kekeringan dan
pengkerutan tanah, serta lubang-lubang akibat lalu lintas di atas tanggul
harus diperbaiki secepatnya karena jenis kerusakan ini akan cepat
membesar. Talud dan tanggul saluran harus diperiksa secara teratur dan
setiap tahun dilakukan kegiatan perbaikan sebagai berikut:
1) Alur-alur bekas erosi, retakan tanah dan lubang-lubang tanggul harus
dibersihkan dari tanaman gulma, lumpur, sampah dan bahan-bahan
lainnya;
2) Lubang-lubang harus ditimbun tanah dan dipadatkan; permukaan
timbunan tanah harus dibentuk cembung, agar bila hujan lebat turun, air
dapat mengalir dengan lancar;
3) Lubang-lubang yang dibuat oleh tikus, kepiting dan binatang sejenisnya
harus segera ditutup.
4) Kriteria kapasitas kerja untuk kegiatan ini diperkirakan sebesar 500
m2/hari-orang.

4. Pemeliharaan bangunan air


Bangunan pengatur air harus dibersihkan dari tanaman gulma setiap
minggu. Sampah yang mengganggu operasi pintu harus diangkat setiap hari.
Bangunan-bangunan air harus diperiksa kondisinya dan dilaporkan bila ada
yang tidak berfungsi, dan harus segera diperbaiki. Bagian komponen yang
bergerak seperti pintu-pintu air perlu diberi gemuk dan engsel-engsel serta
alur-alur pintu harus dilumasi dengan oli setiap dua bulan sekali. Setiap
empat bulan sekali gemuk dan oli tersebut harus dicuci dan dibersihkan
dengan minyak solar.
Setiap tahun, pada musim kemarau, bagian beton pada bangunan air harus
dibersihkan dari kotoran dan lumut. Bagian logam harus dibersihkan dan
dicat kembali. Baud-baud, skrup dan kunci gembok yang hilang harus
segera diganti. Pecahan atau retakan kecil pada dinding beton dan
pasangan batu pada bangunan harus segera ditambal dengan adukan
beton.
Jembatan dan gedung-gedung harus dibersihkan dan dicat ulang setiap
tahun. Bagian komponen logam seperti baud, mur dan lainnya dicat dengan
cat anti karat. Baud, mur dan komponen logam lainnya yang hilang perlu

246
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

diganti. Kantor dan rumah petugas O&P perlu diter, dicat dan dikapur
dengan cat tembok putih.
Kerusakan berat pada bangunan air dan gedung harus segera dilaporkan
dan diperbaiki melalui program pekerjaan pemeliharaan berkala. Sedangkan
untuk pekerjaan darurat, perbaikan harus segera dilakukan.

b. Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan tata air rawa agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna
memperlancar operasi dan mempertahankan kelestarian fungsi dan manfaat
prasarana tata air rawa yang dilakukan tiap tahun atau lima tahunan atau
juga tergantung pada kondisi bangunan dan saluran.
Pemeliharaan berkala antara lain berupa:
 Pengangkatan lumpur pada saluran primer, sekunder, dan tersier
 Perbaikan tanggul (longsor dan erosi) pada saluran primer, sekunder, tersier
dan tanggul pengaman.
 Perbaikan bangunan air (penggantian yang rusak) pada saluran primer,
sekunder, dan tersier.
 Perbaikan jembatan dan dermaga (penggantian yang rusak) pada saluran
navigasi, primer, sekunder, dan tersier.
 Perbaikan jalan pada jalan inspeksi dan jalan usaha tani.
 Perbaikan kantor dan rumah dinas (rehabilitasi).
 Pengamanan jaringan berupa pemasangan patok batas jalur hijau dan
sempadan, papan larangan, nomenklatur bangunan, portal dan patok km.

Untuk jelasnya interval dan frekuensi pemeliharaan berkala dapat dilihat


pada Tabel berikut :

247
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tabel. Pemeliharaan Berkala

Catatan : angka yang tertera pada kolom (4) tergantung pada kondisi masing-masing jaringan
atau berdasarkan hasil survei dilapangan

Untuk dapat menghitung kebutuhan biaya pemeliharaan, diperlukan


standar kapasitas kerja untuk pekerjaan, yaitu pemotongan rumput (tumbuhan
normal dan tumbuhan padat), pemeliharaan tanggul, pembersihan saluran
(tumbuhan air), pemeliharaan jalan, pembersihan sampah, pengangkatan
lumpur, perbaikan tanggul, dan perbaikan jalan. Kapasitas kerja lebih rinci
dapat dilihat pada tabel berikut :

248
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tabel Kapasitas Kerja untuk pemeliharaan

Catatan : - Tumbuhan normal : rumput, ilalang


- Tumbuhan padat : rumput gajah, purun, asosiasi perdu, perumpuk dan semak
- Angka-angka pada kolom 3 tergantung pada kondisi setempat

Kegiatan pemeliharaan pada umumnya dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :


a. Swakelola
Pekerjaan pemeliharaan dengan swakelola adalah pemeliharaan rutin.
Untuk pekerjaan ini yang diperlukan tenaga biasa dan peralatan sederhana
(parang, cangkul, dan lain-lain).
b. Kontraktual
Pekerjaan pemeliharaan dengan menggunakan jasa pemborong adalah
pekerjaan pemeliharaan berkala. Pekerjaan ini memerlukan/menggunakan tenaga
terampil/ahli dan peralatan khusus.

Dalam pelaksanaannya sebelum melakukan pekerjaan pemeliharaan


(swakelola dan kontraktual) perlu dilakukan sosialisasi atau pemberitahuan
kepada masyarakat (P3A) tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan.

249
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Katagori pemeliharaan dapat di gambarkan sebagai berikut :

Pemeliharaan berkala, atau disebut juga pemeliharaan insidental atau


pemeliharaan teratur, terdiri dari pengerukan lumpur dan pembentukan kembali
profil saluran, serta perbaikan tanggul, bangunan air, gedung-gedung, peralatan
dan lain lain. Pekerjaan pemeliharaan ini memerlukan identifikasi dan kuantifikasi
berdasarkan atas hasil pemeriksaan tahunan dan survai volume. Kegiatan ini
tidak dapat ditetapkan sebelumnya dari hasil inventarisasi jaringan. Walaupun
beberapa kebutuhan pemeliharaan berkala dapat dihitung dari umur efektip
(lifetime) bangunan air dan fasilitas yang ada, namun volume yang pasti dan
lokasi pekerjaannya, serta bangunan air atau fasilitas yang mana yang perlu
diganti, akan bervariasi dari tahun ke tahun.
Pengendapan yang aktual dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat
lainnya, seperti juga bervariasi dari waktu ke waktu, kecepatan pengendapan
paling tinggi terjadi segera setelah pembangunan atau peningkatan saluran bila
tanggul belum ditutupi dengan tanaman pelindung, dan bagian saluran di mana
terdapat pertemuan air pasang dari ke dua arah.

250
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

1. Pengangkatan Lumpur
a. Saluran Primer
Pengangkatan lumpur pada saluran primer diperlukan bila kedalaman
saluran menjadi terlalu dangkal untuk lalu lintas air atau bila pekerjaan O&P
(drainase, kualitas air) terhambat. Waktu yang tepat untuk pengerukan
lumpur ditentukan berdassarkan hasil pengukuran tahunan dari beberapa
penampang melintang pada lokasi yang telah ditetapkan.
Pada umumnya, saluran primer terlalu dalam untuk pengerukan lumpur
secara manual, oleh karenanya lebih baik digunakan alat excavator hidrolis
atau kapal keruk. Apabila saluran terlalu lebar untuk jangkauan long-arm
excavator maka perlu digunakan ponton untuk tempat kedudukan excavator
agar dapat menjangkau bagian tengah saluran. Penggunaan kapal keruk
yang kecil pada saluran yang lebih lebar adalah merupakan alternatif yang
memungkinkan dengan kombinasi excavator hidrolis untuk pembentukan
tebing saluran dan tanggul. Perhatian khusus diperlukan untuk mencegah
terjadinya pengerukan yang terlalu dalam oleh kapal keruk pada bagian tepi
saluran karena dapat mengekibatkan tanggul longsor berat.
Berdasarkan pengalaman dari beberapa proyek, kapasitas kerja efektip
per excavator diperkirakan sebesar 30 m3/jam, dan untuk kapal keruk
sebesar 4000 m3/hari.
b. Saluran Sekunder
Endapan lumpur dalam saluran sekunder dapat diangkat dengan
menggunakan mesin atau tenaga manusia pada waktu air surut. Untuk
pengangkatan lumpur dengan tenaga manusia menggunakan peralatan
tradisionil seperti cangkul dan keranjang. Produktivitas pengangkatan
dengan tenaga manusia biasanya rendah, antara 1 sampai 2 m3/orang-hari,
disebabkan kondisi tempat kerja yang berlumpur.
Upaya-upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kerja
dengan mengembangkan peralatan yang sesuai seperti skop, serta cangkul
dan garpu yang didesain secara khusus. Dengan peralatan tersebut
pekerjaan dapat dilakukan dari tepi saluran saja untuk menghindari kesulitan
bekerja di tempat yang berlumpur dan memanjat tebing yang licin.
Produktivitas kerja bervariasi antara 2 sampai 8 m3/orang-hari (FAO, 1982),
tergantung dari kondisi kerja, peralatan yang digunakan dan kedalaman
yang dikeruk.

251
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

c. Saluran Tersier
Apabila pemeliharaan rutin di saluran tersier dilaksanakan dengan baik,
pemeliharaan berkala pada umumnya tidak diperlukan lagi. Bila
pemeliharaan berkala harus dilakukan, pada umumnya dilakukan dengan
tenaga manusia oleh petani yang diorganisir dalam wadah P3A.

2. Perbaikan Bangunan Air


Pemeliharaan berkala berupa perbaikan bangunan air merupakan
kegiatan pemeliharaan yang memerlukan keahlian dalam pembuatan
desainnya, dan pelaksanaannya juga biasanya dilakukan oleh kontraktor,
karena pemeliharaan bangunan air ini merupakan pekerjaan konstruksi.
Perbaikan bangunan air ini dilaksanakan apabila banagunan yang dimaksud
sudah mencapai kondisi rusak berat, sehingga memerlukan penanganan
dan biaya yang sedikit lebih banyak.

3. Pemeliharaan Darurat
Pemeliharaan darurat mencakup perbaikan-perbaikan yang diperlukan
sebagai akibat kerusakan yang tidak terduga seperti robohnya tanggul atau
bangunan air, kerusakan akibat banjir, dan lain-lain. Untuk mencegah kerusakan
yang lebih besar, diperlukan penanggulangan sesegera mungkin. Kegiatan
pemeliharaan yang lain yang sedang berjalan perlu ditangguhkan untuk
dikerahkan pada pemeliharaan darurat baik tenaga kerjanya maupun peralatan
yang tersedia. Pemeliharaan ini juga diperlukan dalam hal kerusakan kecil pada
bangunan air dan pekerjaan tanah sekitarnya yang menghambat operasi
bangunan air. Sebagai contoh adalah rusaknya komponen yang bergerak seperti
engsel dan tali/kabel yang menggerakkan buka dan tutupnya pintu air.
Kerusakan yang demikian akan berakibat fatal terhadap O&P di lahan usaha tani
dan dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman. Perbaikan mendesak sangat
diperlukan.
Pemeliharaan darurat tidak dapat diperkirakan sebelumnya baik dalam
perencanaan maupun pembiayaannya. Dana khusus harus disediakan, atau
dana dari kontrak yang sedang berjalan dapat dialihkan dengan menangguhkan
pekerjaan yang dianggap kurang penting.

252
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

4. Tanggung-jawab pemeliharaan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, petani dan P3A bertanggung jawab
untuk tingkat lahan usaha dan saluran tersier, sedangkan pemerintahan sesuai
kewenangan bertanggung jawab pada pemeliharaan saluran primer dan
sekunder. Apabila jaringan irigasi rawa belum di TP-Opkan maka tanggung
jawab menjadi kewenangan pusat dalam hal ini adalah Balai Wilayah Sungai
Kalimantan II melalu Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA Kalimantan II.
Apabila jaringan irigasi rawa sudah diserahkan atau sudah di TP-Opkan, maka
tanggung jawab kewenangan adalah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kabupaten
selaku pengelola dana TP-OP. Dalam keadaan spesifik tertentu pembagian
tanggung jawab ini tidak diikuti secara ketat sekali. Sebagai contoh, di areal yang
saluran tersiernya cukup besar, petani tidak dapat melakukan pemeliharaan
salurannya dengan baik, khususnya apabila P3A nya belum berkembang dengan
baik. Dalam hal ini, pemerintah dapat memberikan bantuan kepada petani,
seperti pengerukan lumpur di saluran tersier sekali dalam beberapa tahun,
sementara petani akan melaksanakan pemeliharaan rutinnya.

7.8.3. Petunjuk Praktis Pemeliharaan

Dikarenakan adanya variasi yang cukup besar dalam kondisi tanah dan
hidrologi di daaerah rawa pasang surut, kecepatan pertumbuhan kembali
vegetasi diatas tanggul dan di dalam saluran berbeda cukup besar. Berdasarkan
pengalaman dan hasil pemantauan yang dlaksanakan selama bertahun-tahun,
frekuensi kegiatan pemeliharaan rutin harus disesuaikan dengan kondisi
setempat.
Dalam pelaksanaan pemeliharaan baik pemeliharaan rutin ataupun
berkala dapat dilakukan secara swakelola maupun kontraktual, hal ini tergantung
dari pembiayaan dan kemampuan dari petugas operasi dan pemeliharaan.
Secara ringkas pelaksanaan pemeliharaan rutin dan berkala dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini :

253
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tabel. Kegiatan Pemeliharaan Rutin pada daerah rawa


Interval *) Frekuensi
Kegiatan Lokasi Tanggung-jawab
(bulan) (kali/tahun)
Kabupaten/Provins
Saluran primer i
Pembersihan sampah
Saluran sekunder Harian 365 Kabupaten/Provins
di muka pintu air
Saluran tersier i
P3A

Kabupaten/Provins
Tanggul pengaman
i
Pemotongan rumput banjir 6 2
Kabupaten/Provins
pada tebing saluran Saluran primer 6 2
i
dan tanggul Sasuran sekunder 3 3
Kabupaten/Provins
Saluran tersier 3 3
i
P3A
Kabupaten/Provins
Saluran primer 12 1
Pemebersihan saluran i
Sasuran sekunder 4 3
(gulma air) Kabupaten/Provins
Saluran tersier 4 3
i P3A

Kabupaten/Provins
Tanggul pengaman i
Minor repairs and banjir 12 1
reshaping of Saluran primer 12 1 Kabupaten/Provins
embankments Sasuran sekunder 12 1 i
Saluran tersier 12 1
Kabupaten/Provins
i
P3A
Bangunan pengatur
air::
– penggemukan 2 6 Tanggung jawab
Semua bangunan
– pelumasan 2 6 seperti pada jenis
pengatur air
– pembersihan 4 3 sasuran
– pengeteran dan 12 1
pengecatan
Pengeteran dan Responsibility as
pengecatan jembatan, Bervariasi 12 1 for the different
darmaga dan gedung canals
Perbaikan ringan dan – kantor
pemeliharaan fasilitas – rumah 12 1 Pemilik
dan peralatan – peralatan
*) Gambaran indikatif, tergantung dari kondisi spesifik dari sistem.

254
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Tabel Kegiatan Pemeliharaan Berkala


Kecepatan
Interval *) pengendapa
Kegiatan Lokasi Tanggung jawab
(tahun) n
(m3/m/tahun)
– saluran primer Tergantung
5 1
– saluran kewenangan
Pengerukan saluran 2 0.4
sekunder
2 0.2
– saluran tersier P3A
Perbaikan tanggul
– tanggul banjir Tergantung
longsor dan 2 -
– saluran primer kewenangan
kerusakan akibat 5 -
– saluran
erosi, pembentukan 2 -
sekunder
kembali tebing dan 2 -
– saluran tersier P3A
berm
Penggantian
(bagian-bagian) – bangunan
Tergantung
yang rusak dari pengatur air bervariasi -
kewenangan
bangunan air dan – gedung
gedung
*) Gambaran indikatif, tergantung kepada keadaan spesifik dari sistem

Selain itu juga sangat diperlukan adanya peraturan atau larangan-larangan


pengrusakan atau hal-hal yang mengakibatkan kerusakan bangunan ataupun
jaringan irigasi rawa, seperti dengan pemasangan rambu-rambu pemberitahuan
dan larangan pada tempat-tempat strategis pengrusakan, seperti :
 Navigasi, kecepatan perahu tidak boleh melebihi maksimum
 Sampah, dilarang membuang sampah disaluran
 Ternak, hewan ternak dilarang menyeberang saluran
 Polusi, saluran tidak boleh dicemari dengan limbah industri
 Pencurian air, pencurian air tidak diperkenankan

255
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

7.9. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

7.9.1. Pemantauan Operasi


Pemantauan operasi dilakukan terhadap objek melalui kondisi sebagai
berikut:
a. Pengamatan muka air di saluran/sungai dilakukan dengan menggunakan
AWLR (Automatic Water Level Recorder) atau manual.
b. Penampang saluran
c. Penurunan muka tanah (Soil Subsidence)
d. Muka air tanah
e. Curah hujan
f. Kualitas air permukaan
g. Kualitas air tanah
h. Kualitas tanah
i. Pengambilan air diluar kepentingan pertanian harus mendapatkan izin dari
yang berwenang
j. Daerah genangan diamati pada saat terjadi genangan.
k. Pengamatan tanggul dan daerah rawan banjir dilakukan pada saat kondisi
kritis/ banjir.
l. Pengamatan lalu lintas air dilakukan terhadap jenis dan jumlah kendaraan
air yang melewati saluran.
m. Pertumbuhan tanaman dan produksi.
n. Pemantauan ini menjadi tugas bersama antara P3A, juru pengairan dan
PPL.

7.9.2. Pemantauan Pemeliharaan


Pemantauan dilakukan terhadap objek melalui indikator-indikator
sebagai berikut.
a. Pekerjaan swakelola, indikatornya adalah jenis pekerjaan, volume, waktu,
tenaga kerja, bahan dan kualitas pekerjaan.
b. Pekerjaan kontraktual, indikatornya adalah jenis pekerjaan, volume, waktu,
tenaga kerja, bahan, peralatan dan kualitas pekerjaan.

7.9.3. Evaluasi Operasi


Evaluasi dilakukan terhadap hal-hal yang telah dipantau, yaitu:
a. Evaluasi Langsung

256
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

Evaluasi langsung dilakukan terhadap kondisi air yang meliputi :


1) Curah hujan
2) Muka air dan kedalaman drainase (drain depth)
3) Operasi pintu
4) Kualitas air
5) Muka air tanah
6) Navigasi
b. Evaluasi Musim Tanam
Objek-objek yang perlu dievaluasi meliputi :
1) Kondisi Air
 Curah hujan
 Muka air dan kedalaman drainase (drain depth)
 Operasi pintu
 Kualitas air
 Muka air tanah
 Navigasi
2) Tanaman
 Luas lahan
 Jenis tanaman
 Kerusakan tanaman
 Produk
3) Tanah
 pH
 Racun
 Salinitas
 Penurunan (subsidence)
 Kelembapan
4) Banjir dan Genangan
 Tanggul-tanggul rawan banjir
 Muka air banjir dan genangan
 Kerusakan akibat banjir

5) Perizinan dan Retribusi


 Perizinan untuk penggunaan air di luar kebutuhan pertanian

257
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

 Perizinan untuk pembuangan limbah ke dalam jaringan


 Retribusi untuk penggunaan air diluar kebutuhan pertanian
 Retribusi untuk pembuangan limbah ke dalam jaringan

7.9.4. Evaluasi Pemeliharaan


Evaluasi dilakukan terhadap pekerjaan swakelola dan pekerjaan
kontraktual dalam dua periode, yaitu:

a. Evaluasi langsung dilakukan terhadap hal-hal antara lain jenis pekerjaan,


volume, waktu, tenaga kerja, bahan, peralatan, dan kualitas pekerjaan.
Evaluasi langsung dilakukan pada saat pekerjaan berjalan.

b. Evaluasi tahunan dilakukan terhadap hal-hal antara lain jenis pekerjaan,


volume, waktu, tenaga kerja, bahan, peralatan, dan kualitas pekerjaan.
Evaluasi tahunan dilakukan pada akhir tahun.

7.9.5. Pelaporan Operasi


Hal-hal yang dilaporkan menyangkut kegiatan operasi adalah:
a. Muka air di saluran / sungai dilaporkan tiap bulan
b. Kondisi saluran dilaporkan 1 kali setahun
c. Penurunan muka tanah (soil subsidence) dilaporkan 1 kali setahun
d. Muka air tanah dilaporkan tiap bulan
e. Curah hujan dilaporkan tiap bulan
f. Kualitas air permukaan dilaporkan tiap bulan
g. Kualitas air tanah dilaporkan tiap bulan
h. Kualitas tanah dilaporkan 1 kali dalam setahun
i. Pengambilan air di luar kepentingan pertanian
j. Daerah genangan dilaporkan tiap bulan
k. Tanggul pada tempat rawan banjir dilaporkan 1 kali dalam setahun
l. Lalu lintas air dilaporkan tiap bulan

7.9.6. Pelaporan Pemeliharaan


Laporan realisasi pekerjaan pemeliharaan dilakukan sebagai berikut :
a. Untuk pekerjaan swakelola dan kontrak, pelaporan dilakukan sesuai
dengan ketentuan swakelola dan kontrak
b. Pelaporan dilakukan secara tahunan

258
DRAFT LAPORAN AKHIR
Penyusunan Manual OP DIR. Muning Prov. Kalsel

7.9.7. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi (Rekomendasi)


Tindak lanjut hasil evaluasi kegiatan operasi dan pemeliharaan merupakan
Rekomendasi kegiatan operasi dan pemeliharaan yang perlu mendapatkan
perhatian atau perbaikan pelaksanaan pada periode berikutnya, didasarkan
pada evaluasi kegiatan operasi dan pemeliharaan saat ini termasuk juga
rekomendasi kegiatan perencanaan dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan.
Jadi tindak lanjut hasil evaluasi merupakan bahan untuk rekomendasi
rencana pekerjaan operasi dan pemeliharaan untuk periode berikutnya. Hasil
evaluasi (rekomendasi) disampaikan ke Balai Wilayah Sungai Kalimantan II
melalui Satker Operasi dan Pemeliharaan SDA Kalimantan II atau Dinas PU
Provinsi Kalimantan Selatan (Kalau jaringan irigasi rawa sudah di TP-Opkan)
berupa blanko isian P-01, P-05, P-06 dan P-07 serta blanko isian O-01a,O-06a,
O-08a dan O-010 yang semua blanko isian nantinya dikaji dan diusulkan untuk
program operasi dan pemeliharaan periode akan datang.

7.10. DATA PENUNJANG

Data penunjang berupa blanko daftar isian Kegiatan operasi dan


pemeliharaan jaringan daerah irigasi rawa pasang surut.

259

Anda mungkin juga menyukai