“LAPORAN PENDAHULUAN”
Laporan Pendahuluan ini telah sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja dan disetujui oleh
Pengguna Jasa.
Disahkan Oleh
Kuasa Pengguna Anggaran/Kepala Bidang
Pengembangan Jaringan Sumber Air Dinas SDA,
CKTR Provinsi Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
- Pendahuluan;
- Latar Belakang Pekerjaan;
- Metode Pelaksanaan;
- Hasil Orientasi;
- Gambaran Alternatif Penanganan;
- Rencana Kerja;
- Penutup.
Demikian Laporan Pendahuluan ini disampaikan untuk memberikan gambaran mengenai tahap-
tahap awal pekerjaan, saran dan masukan dari Direksi Pekerjaan sangat diharapkan guna
menyempurnakan laporan ini.
i
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
ii
LAPORAN PENDAHULUAN
iii
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Tinggi Wilayah menurut Kecamatan di Tapanuli Selatan ..................................................... 2-3
Tabel 2-2 Curah Hujan di Kabupaten Tapanuli Selatan ............................................................................... 2-4
Tabel 2-3 Curah Hujan di Kota Padangsidimpuan .......................................................................................... 2-5
Tabel 3-1 Nilai ∆kritik uji Smirnov Kolmogorov ................................................................................................. 3-9
Tabel 3-2 Faktor Reduksi Luas DAS.................................................................................................................... 3-11
Tabel 3-3 Faktor Reduksi Luas DAS untuk Daerah yang Sama ............................................................. 3-11
Tabel 3-4 Angka Tetapan Pengaliran Daerah Aliran Sungai ................................................................... 3-13
Tabel 3-5 Rumus-rumus koefisien limpasan (koefisien pengaliran) ................................................. 3-14
Tabel 3-6 Rumus Hidrograf Banjir ...................................................................................................................... 3-17
Tabel 3-7 Kelompok hidrologi tanah menurut SCS dan sifat-sifatnya............................................. 3-25
Tabel 3-8 Hubungan laju infiltrasi minimum dengan kelompok tanah menurut SCS ........... 3-26
Tabel 3-9 Metode perhitungan objective function ...................................................................................... 3-29
Tabel 3-10 Nilai Perkiraan Kedalaman Turap .................................................................................................. 3-53
Tabel 3-11 Syarat Lebar Tanggul ............................................................................................................................ 3-54
Tabel 5-1 Rinci Kebutuhan Personil dan Uraian Tugas Personil ............................................................. 5-3
Tabel 5-2 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................................................................ 5-10
Tabel 5-3 Jadwal Penugasan Personil ................................................................................................................ 5-11
Tabel 5-4 Jadwal Penugasan Alat ......................................................................................................................... 5-13
iv
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR GAMBAR
v
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 4-6 Daerah Rawan Banjir Sungai Batang Angkola (Lokasi 2) .................................................. 4-6
Gambar 4-7 Daerah Rawan Banjir Sungai Batang Angkola (Lokasi 3) .................................................. 4-6
Gambar 4-8 Tebing Kritis Sungai Batang Angkola (Lokasi 3) .................................................................... 4-7
Gambar 4-9 Rawan Banjir Sungai Batang Angkola (Lokasi 3) ................................................................... 4-7
Gambar 4-10 Lokasi Tebing Kritis Sungai Batang Angkola (Lokasi 4) ..................................................... 4-8
Gambar 4-11 Lokasi Tebing Kritis Sungai Batang Angkola (Lokasi 5) ..................................................... 4-9
Gambar 4-12 Lokasi Tebing Kritis Sungai Batang Angkola (Lokasi 6) .................................................. 4-10
Gambar 4-13 Maraknya Galian C .............................................................................................................................. 4-10
Gambar 5-1 Bagan Organisasi Penyedia Jasa...................................................................................................... 5-1
Gambar 5-2 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan ................................................................................................ 5-8
vi
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
mengalokasikan dana untuk kegiatan Survei Investigasi Disain (SID) Pengendalian Banjir Sungai
Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.2.1 Maksud
Maksud dari Kegiatan Survey Investigasi dan Desain Pengendalian Banjir Sungai Batang
Angkola ini adalah:
1.2.2 Tujuan
Tujuan yang diharapkan adalah untuk :
1. Mengetahui penyebab dan dampak permasalahan yang terjadi akibat banjir.
2. Menentukan konsep upaya-upaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah banjir.
3. Membuat desain bangunan penanggulangan dan pengendalian banjir yang diperlukan
dalam usaha mengatasi permasalahan yang terjadi.
4. Menyusun usaha pengendalian banjir secara struktural ataupun non structural.
1.2.3 Sasaran
Sasaran dari pekerjaan ini adalah menyusun program kerja pengendalian banjir yang
realistik, holistik, berwawasan lingkungan, serta berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan wilayah pada masa yang akan datang.
Sebagai informasi awal didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) disebutkan lokasi dari
pelaksanaan pekerjaan ini berada di 2 (dua) lokasi yaitu lokasi 1 yang berada dikawasan
Kecamatan Muara Tais dengan lokasi banjir pada beberapa desa yaitu desa Parhimbangan,
desa Muara Purba Nauli dan desa Sori Manaor sedangkan untuk lokasi 2 di Kecamatan Tano
Tombangan Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan dengan lebar sungai + 50 M mengalami banjir
tertinggi pada tahun 2016 dengan lokasi banjir pada desa Batu Horpak, desa Situmba, desa
Panabari, desa Hutaraja, desa Purba Tua, desa Lumban Jabi – Jabi, desa Ingul Jae, desa Sisoma,
desa Lumban Ratus dan desa Simaninggir. Lokasi pelaksanaan dapat dilihat pada Gambar 1-2 dan
Gambar 1-3 dibawah ini.
Gambar 1-2 Sungai Batang Angkola, Kecamatan Angkola Muara Tais, Kabupaten
Tapanuli Selatan
Gambar 1-3 Sungai Batang Angkola Kecamatan Tano Tombangan, Kabupaten Tapanuli
Selatan
data curah hujan menjadi hidrograf banjir diperlukan hidrograf satuan. Bila
hidrograf hasil pengamatan tidak tersedia, dapat dilakukan analisis hubungan
hujan -limpasan dengan menggunakan metode hidrograf satuan sintetik yang lazim
digunakan seperti metode Gama I, ITB-1 dan ITB-2, dan Nakayasu atau
menggunakan metode empiris seperti metode Haspers, Weduwen dan Rasional
Modifikasi. Selain itu, perhitungan debit banjir dapat menggunakan software Hec-
HMS. Parameter yang digunakan pada semua metode tersebut dapat dikalibrasi
sesuai kondisi DAS setempat jika terdapat da ta pengamatan AWLR atau
berdasarkan bank full capacity yang didapat dari informasi warga yang telah menetap di
sekitar sungai lebih dari 20 tahun. Banjir desain atau banjir rencana yang perlu dihitung
dalam penyiapan desain bangunan pengendali banjir meliputi banjir kala ulang 100
tahun atau Q100, Q50, Q25, Q10 , Q2 dalam bentuk hidrograf banjir yang
penggunaannya tergantung keperluan.
e. Analisis Hidrodinamika dan Sedimentasi Sungai
Analisis fenomena hidrodinamika sungai mencakup pola aliran sungai pada seluruh
elevasi serta untuk debit aliran yang dapat terjadi di sungai tersebut. Analisis
tahap ini menggunakan data aliran sungai hasil analisis pada hidrologi DPS sebagai
kondisi batas awal, sedangkan untuk kondisi batas lainnya dengan
menggunakan hasil simula si boundary condition water surface known.. Hasil dari
simulasi hidrodinamika sungai adalah kecepatan arus yang terjadi pada badan sungai
yang kemudian akan dibandingkan kebenarannya dengan hasil survei arus dilapangan.
Dalam melaksanakan analisis ini Konsultan dapat menggunakan program
simulasi numerik yang mencakup simulasi hidrodinamis dan angkutan sedimen.
Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan software hidrolika sangat pesat. Salah satu
analisis kajian banjir adalah dengan menggunakan software HEC-RAS (Hydrologic Engineering
Center-River Analysis System) dari US Army Corps of Engineering. Simulasi dengan program
komputer HEC-RAS bertujuan untuk mengetahui profil memanjang Sungai Batang Angkola
dan anak-anak sungainya, elevasi muka air maksimum, serta kecepatan aliran. Selain itu,
dengan program HEC -RAS kita juga dapat membuat modifikasi penampang sungai sebagai
upaya penanganan banjir yang terjadi dengan menggunakan berbagai simulasi aliran.
Konsultan dapat me-running berbagai konsep pengendalian banjir menggunakan software
tersebut sehingga diperoleh hasil perencanaan yang maksimal.
• Bentuk formulir dan pengisian formulir dibuat sesuai formulir yang telah dibuat
dalam standar SDA.
d. Pemasangan Patok Kayu
• Dimensi patok kayu ukuran 5cm x 5cm x 60cm.
• Patok kayu dipasang sepanjang jalur kerangka utama.
• Patok kayu dipasang dengan jarak ± 50 m dan saling terlihat antara dua patok
yang berdekatan, atau pada jalur yang mengikuti aliran dipasang ± 50 m dan pada
aliran yang berbelok ± 25 m.
• Bagian yang muncul diatas permukaan tanah ± 10 cm dan diberi cat merah serta
pada bagian atas diberi paku untuk target/unting – unting.
Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang.
• Pengukuran profil memanjang dan melintang dilakukan di sepanjang Sungai
Batang Angkola .
• Pengukuran dilakukan tiap interval jarak 50 m dan terikat pada patok BM (Bench
Mark) yang dipasang disamping kiri atau kanan sungai sehingga nantinya dapat
diperoleh volume genangan.
• Pengukuran profil melintang dilakukan secara tegak lurus badan sungai dengan batas
pengukuran sekurang-kurangnya 50 m dari palung sungai bagian kiri dan kanan
atau mengikuti batas sempadan sungainya sesuai dengan petunjuk Direksi.
• Setiap perubahan elevasi tanah akan diambil sebagai titik detail untuk penampang
melintang/memanjang, tinggi muka air dan dasar sungai.
• Jarak – jarak penampang, melintang diambil secara optis dengan membaca ketiga
benang pada alat ukur yaitu benang atas, benang tengah dan benang bawah atau
dengan pita ukur baca sampai pembacaan dalam centimeter.
• Sket dari pengukuran dibuat dengan rapi dan jelas untuk memudahkan penggambaran.
• Peralatan yang digunakan adalah Total Station dan waterpass.
e. Pengukuran Situasi
Pengukuran Situasi pada pengukuran topografi sungai, daratan diantara
percabangan sungai, alur pembuang yang masuk ke dalam sungai dan daerah
retensi dilakukan untuk mengetahui situasi sungai dan sekitarnya sehingga dapat
diketahui bentuk dan alur sungai serta situasi di sekitar sungai yang memiliki
dampak banjir. Untuk pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat Total
Station atau GPS Geodetic Single/ Dual Frekwensi metode Real time Kinematik setelah
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
f. Pengukuran Elevasi.
Pengukuran Elevasi pada pengukuran topografi genangan banjir dilakukan untuk
mengetahui letak elevasi muka air banjir sungai terhadap daerah lahan yang kena
banjir dan juga pada daerah retensi banjir sehingga dapat diambil keputusan
sementara daerah lokasi – lokasi banjir yang perlu segera dikendalikan dan lokasi
retensi banjir, untuk pengukuran ini dilak ukan dengan menggunakan alat
Waterpass.
g. Perhitungan dan Penggambaran
Sebelum penggambaran dilaksanakan, semua data ukur dan data hitungan
harus diasistensikan kepada Direksi, dan penggambaran akan dilaksanakan setelah
semua data tersebut mendapat persetujuan dari Direksi.
Dalam menggambarkan titik – titik detail menggunakan unsur jarak datar dan azimut.
Semua patok batas pembebasan tanah dan titik ikat digambarkan dengan legenda
yang ditentukan dan dilengkapi dengan evaluasi dan koordinat. Elevasi rencana
bangunan penting seperti revetmen, bangunan – bangunan ditulis pada peta.
Seluruh hasil pengukuran diplot dengan format ukuran A1, berlaku bagi seluruh
lembar gambar dan peta. Untuk pengeplotan seluruh peta dan gambar pada lembar A3
tetap menggunakan format A1. Seluruh hasil pengukuran situasi dipetakan dalam
skala 1:500 dan skala 1:2000 direkam pada peta indeks berkoordinat penuh.
Seluruh peta mempunyai tanda tanda sebagai berikut :
• Garis kontur.
• Seluruh titik spot height yang diukur baik areal irigasi, sungai, kampung
maupun kebun.
• Skala arah utara dan legenda.
• Grid berkoordinat pada interval 10 cm (50 m pada skala 1:500)
• Blok judul dan kotak revisi
• Catatan kaki pada peta
• Bila penggambaran dilakukan pada beberapa lembar, diagram dari layout
lembar disertakan untuk menunjukan hubungan antara satu lembar dengan lembar
berikutnya (over lay).
Untuk penggambaran Kontur dibuat apa adanya dan bagian luar sungai, kontur
diplot hanya berdasarkan titik titik spot height, efek artistik tidak diperlukan.
Interval garis kontur sebagai berikut :
- 2 % sampai 5 % - 0,50 m
Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 5,00 m
digambarkan lebih tebal. Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama :
• Seluruh alur, drainase, sungai.
• Jalan jalan desa dan jalan setapak.
• Petak petak sawah, jaringan drainase, batas kampung, rumah-rumah, dan
jembatan.
• Batas tata guna lahan (misalnya pohon, belukar berupa rerumputan dan alang
alang, sawah, kampung, kebun, dan lain lain).
• Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain lain). Nama kampung, kecamatan
nama jalan dan lain-lain yang dianggap diperlukan.
Semua ukuran huruf dan garis dibuat mangacu pada standar drisasi dalam
penggambaran peta-peta/gambar-gambar pengairan seperti kriteria perencanaan
irigasi. (Standar Penggambaran = KP-07) diterbitkan oleh subdit. Perencanaan Teknis,
Direktorat Irigasi I, Dirjen SDA. Maka ukuran huruf dan garis dibuat seideal
mungkin dengan tidak mengabaikan faktor artistiknya.
Informasi lebih lanjut tentang legenda dan simbol untuk penggambaran bangunan
dan lain- lain dapat dilihat pada buku Kriteria Perencanaan Irigasi. (Standar
Penggambaran = KP – 07) diterbitkan oleh Subdit. Perencanaan Teknis, Direktorat
Irigasi I, Dirjen SDA.
Dengan banyaknya data ketinggian serta planimetris yang diplotkan pada peta skala
1:500, dan sering terjadi bahwa gambar tersebut menjadi tidak karuan, sehingga
tidak mungkin membaca angka atau mengenali detail oleh karena bertumpuknya
data. Maka adalah wajar jika tidak seluruh titik titik spot height yang diperoleh dari
lapangan dimasukkan ke dala m gambar akhir atau juga tidak semua semua data
ketinggian dari hasil pengukuran jalur dimasukan.
Penyambungan gambar antara lembar satu dengan lainnya dibuat over lay dengan
ukuran over lay setengah grid (5 cm pada format skala A1 skala 1:500) dan
dibuat diagram petunjuk lembarnya.
Semua lembar dengan jelas diberi judul dan referensi terhadap pasangan lembar
1:500.
Dengan tidak mengabaikan apakah pengeplotan data hanya pada satu lembar atau
beberapa lembar format A1, peta skala 1:2.000 tetap dibutuhkan untuk menunjukan:
Daerah kerja (garis besar) Kontur dengan interval 5 m (10 m pada daerah curam,
seperti yang disepakati Direksi).
• Spot height yang dipilih
• Grid penuh dan berkoordinat, interval 10 cm pada peta indeks.
• Nama Kampung dan batas batas administrasi.
Informasi ini dapat diperoleh dari tracing hasil reduksi pada kompilasi peta 1:500
atau dapat diperoleh dari pengeplotan kembali hasil pengukuran.
BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
2.3 TOPOGRAFI
Secara umum topografi daerah ini termasuk daerah dataran tinggi dan berbukit-bukit
dengan ketinggian berkisar antara 600-2000 m di atas permukaan laut. Kabupaten Tapanuli
Selatan sendiri berada pada ketinggian bekisar 0 – 2.070 m diatas permukaan laut, sedangkan
Kota Padangsidimpuan berada pada ketinggian bekisar 260 – 1.100 m diatas permukaan laut.
Secara umum, kondisi topografi termasuk kategori dataran tinggi dan berbukit dengan
kemiringan bervariasi dan dekat dengan garis khatulistiwa sehingga daerah ini cenderung
beriklim tropis.
2.4 HIDROKLIMATOLOGI
Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan daerah yang dikelilingi bukit . Selama tahun
2019 jumlah curah hujan di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebanyak 15.764 mm atau rata-
rata 1.313,66 mm per bulan.
Rata-rata curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Desember, yaitu 2.028 mm dan
yang terendah terjadi pada bulan Juni, yaitu 348 mm.
Sementara itu, Kota Padangsidimpuan terletak dekat garis khatulistiwa sehingga daerah
ini beriklim tropis. Pada tahun 2019, jumlah curah hujan di Kota Padangsidimpuan adalah
sebanyak 1.816 mm atau rata-rata 151,33 mm per bulan. Rata-rata hari hujan yang tertinggi
terjadi pada bulan November, yaitu 22 hari hujan dan yang terendah terjadi pada bulan Pebruari
dan April, yaitu 7 hari hujan.
Sementara itu rata-rata curah hujan tertinggi yang terjadi adalah pada bulan Desember,
yaitu sebanyak 289,5 mm dan terendah adalah pada bulan Juli, yaitu 70 mm.
Dari pihak UPT. Pengelolaan Irigasi Batang Angkola menjelaskan banjir terjadi di Sungai
Batang Angkola yang melintas di Kecamatan Muara Tais Kabupaten Tapanuli Selatan dengan
lebar sungai ± 30 M mengalami banjir tertinggi pada tahun 2016 dengan lokasi banjir pada
beberapa desa yaitu desa Parhimbangan, desa Muara Purba Nauli dan desa Sori Manaor. Banjir
disebabkan intensitas curah hujan tinggi. Akibat dari banjir ini terjadi genangan air ±150 Ha dan
genangan pada persawahan + 200 Ha. Serta terjadi kerusakan – kerusakan dibeberapa
prasarana. Terjadi genangan setinggi 1 – 1 ½ meter pada prasarana jalan, perkuatan tebing
rusak +100 M di Desa Partimbangan, Permukiman terendam setinggi 1 – 1 ½ M dan juga
prasarana lainnya contohnya tanah perkuburan.
Banjir juga terjadi di Sungai Batang Angkola di Kecamatan Tano Tombangan Angkola
Kabupaten Tapanuli Selatan dengan lebar sungai + 50 M mengalami banjir tertinggi pada tahun
2016 dengan lokasi banjir pada desa Batu Horpak, desa Situmba, desa Panabari, desa Hutaraja,
desa Purba Tua, desa Lumban Jabi – Jabi, desa Ingul Jae, desa Sisoma, desa Lumban Ratus dan
desa Simaninggir. Akibat dari banjir ini terjadi genangan di daerah persawahan hingga 1.000 Ha
di D.I. Batang Angkola.
Gambar 2-2 Pelaksanaan Koordiansi Dengan UPT. Pengelolaan Irigasi Batang Angkola
Berdasarkan jenisnya Sungai Batang Angkola ini adalah sungai periodik dimana sungai
ini yang pada musim hujan airnya besar, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil.
Berdasarkan debit alirannya termasuk kedalam perenial dimana sungai ini mengalir sepanjang
tahun. Lokasi dari pengamatan kita berada di tengah Sungai Batang Angkola dengan karakter
lembah sungai berbentuk U, aliran air tidak terlalu deras, proses erosi sudah tidak sekata, proses
transportasi hasil erosi dari hulu, dan di hilir Sungai Batang Angkola dengan karakter
merupakan bagian akhir Sungai Batang Angkola menuju Sungai Batang Gadis, lembah sungai
berbentuk huruf U, aliran air permanen, sering terjadi banjir, sungai berkelok-kelok/mandering,
terdapat danau tapal kuda dan sungainya semakin melebar. Pola aliran dari sungai Batang
Angkola adalah pola aliran trelis dimana pola aliran sungai ini menyerupai sirip.
1°17'33.00"N
99°20'41.05"E
1° 1'20.49"N
99°27'32.77"E
Adapun dokumentasi pelaksanaan orientasi lapangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
BAB 3
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1 UMUM
Dalam rangka mewujudkan hasil perencanaan pengendalian banjir, maka diperlukan
pemahaman secara bertahap dan komprehenship terhadap lingkup pekerjaan, maksud dan
tujuan pekerjaan, kondisi riil lokasi pekerjaan serta kendala/permasalahan yang terjadi saat ini.
Untuk selanjutnya dirumuskan konsep dasar perencanaan yang dinilai paling sesuai ditinjau
dari aspek teknis, ekonomis serta kemudahan dalam pelaksanaan. Dengan mempertimbangkan
jangka waktu pelaksanaan yang tersedia sebagaimana yang tertuang didalam kontrak kerja,
selanjutnya dilakukan perumusan metode pelaksanaan pekerjaan agar pelaksanaan pekerjaan
secara keseluruhan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Untuk penyusunan metode pelaksanaan perkerjaan terdapat rumus-rumus yang
diperoleh dari buku Hidrologi Terapan (2008) oleh Bambang Triadmodjo, Hidrologi Teknik
(1986) oleh Ir. CD. Soemarto dan Hidrologi Jilid 1 (1995) oleh Soewarno. Adapun rumus
perhitungan yang digunakan dalam perhitungan yang digunakan dalam perhitungan analisa
hidrologi yaitu:
1. Perhitungan data curah hujan yang hilang;
2. Perhitungan distribusi probabilitas kontinyu;
3. Perhitungan hidograf satuan.
Hasil dari kegiatan ini sangat penting sebagai gambaran nyata kondisi lapangan dan
merupakan masukan dalam kegiatan tahap selanjutnya.
Selain itu studi pendahuluan juga bertujuan agar pekerjaan ini selaras dengan rencana secara
makro dan lebih luas serta berkesinambungan maka Konsultan juga akan mempelajari dan
mengkaji Studi-studi terdahulu dan terkait dengan pekerjaan ini.
Hr1 Hr2 Hr
2 + 2 + .........+ n2
L L L
Hh = 1 2 n
1 1
2 + 2 + .........+ 1 2
L L L
1 2 n
Dimana :
Hh = Data Hujan yang hilang
Hr1…..Hrn = Data Hujan di stasiun referensi
L1…...Ln = Jarak stasiun yang akan dilengkapi datanya dengan stasiun referensi
HUJAN MAKSIMUM
DATA HUJAN HUJAN MAKSIMUM DAERAH (POLIGON
HARIAN TITIK THIESEN, ISYOHYET,
RATA-RATA ALJABAR)
ANALISIS DISTRIBUSI
FREKWENSI (GUMBEL,
NORMAL, LOG-NORMAL &
LOG-PEARSON
X = Xr + K.Sx
1 n
Xr = Xi
n 1
n n
Xi 2 − Xr Xii
Sx = 1 1
n −1
YT - Yn
K=
Sn
dimana :
X = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan
untuk periode ulang pada T tahun.
Xr = Harga rerata dari data
Sx = Standart deviasi
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang (return
period) dan tipe distribusi frekuensi.
YT = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T
= - Ln [ - Ln (T - 1)/T]
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced standart deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n
T = Kala ulang (tahun)
XT = X +
(YT - Yn ) .Sx
Sn
1 Sx
Jika : =
a Sn
Sx
b = X - Yn
Sn
log x
log xr = 1
(log x - log xr ) 2
S1 =
n −1
(log x - log xr ) 3
Cs = 1
(n − 1)(n − 2)S13
nilai X bagi setiap probabilitas dihitung dari persamaan:
• Metode Normal
Menurut Bambang Triatmodjo (2008) distribusi normal adalah simetris terhadap
sumbu vertikal dan berbentuk lonceng yang juga disebut distribusi Gauss. Distrubusi
normal mempunyai dua parameter yaitu rerata µ dan deviasi standar σ dari populasi.
Fungsi distribusi normal mempunyai bentuk:
1 2 /(2𝜎2 )
𝑝(𝑋) = 𝑒 −(𝑋−𝜇)
𝜎√2𝜋
Dengan X adalah variabel random dan p(X) adalah fungsi probabilitas kontinyu.
Apabila variabel X ditulis dalam bentuk berikut:
𝑋−𝜇
𝑧=
𝜎
1 2 /2
𝑝(𝑧) = 𝑧 −𝑧
√2𝜋
Dengan z adalah satuan standar yang terdistribusi normal dengan rerata nol dan
deviasi standar satu.
X=µ+zσ
Di mana z adalah faktor frekuensi dari distribusi normal. Pada umumnya,
Fungsi densitas kumulatif (CDF) dapat dirumuskan dengan integrasi dari fungsi
densitas probabilitas, yang menghasilkan:
𝑦
1 2 /(2𝜎𝑦 2 )
𝐹(𝑧) = ∫ 𝑒 −(𝑦−𝜇𝑦) 𝑑𝑦
√2𝜋𝜎𝑦 −∞
Untuk mengadakan pemeriksaan uji tersebut terlebih dulu harus diadakan plotting
data dari hasil pengamatan di kertas probabilitas dan garis durasi yang sesuai.
Plotting data pengamatan dan garis durasi pada kertas probabilitas tersebut
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
- Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari besar ke kecil,
- Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull sebagai berikut :
P=
100 m
(%)
n +1
dimana :
P = Probabilitas (%)
m= nomor urut data dari seri yang telah disusun
n = banyaknya data
α
n
0.20 0.10 0.05 0.01
45 0.18 0.18 0.20 0.24
50 0,15 0.17 0.19 0.23
1.07 1.07 1.07 1.07
n > 50
√𝑛 √𝑛 √𝑛 √𝑛
Sumber: (Hidrologi Terapan, Bambang Triatmodjo)
• Chi-Square
X =
(Ef − Of )
Ef
Dimana :
X = Harga Chi-Square
Ef = Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan
pembagian kelasnya
Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
Dalam hal ini, disarankan pula agar banyaknya kelas tidak kurang dari lima dan
frekuensi absulut tidak kurang dari lima pula. Apabila ada kelas yang frekuensinya
kurang dari lima, maka dapat dilakukan penggabungan dengan kelas yang lainnya.
Weduwen dan Haspers secara langsung memasukkan pengaruh waktu dan luas
daerah ke dalam rumus kemudian diperoleh faktor reduksinya sehingga dapat
ditampilkan kedalam tabel 3-1.
Tabel 3-3 Faktor Reduksi Luas DAS untuk Daerah yang Sama
Durasi Hujan t Luas daerah hujan F dalam Ha
(menit) 0 500 1000 2000 3000
10 1 0,92 0,89 0,84 0,80
30 1 0,93 0,90 0,86 0,83
60 1 0,94 0,92 0,89 0,86
Sumber: Rp. Canterford, et. Al 1987, Desigintensity – Frequency – duratin Rainfall, chapter II.
HIDROGRAF SATUAN
(NAKAYASU, GAMA-1, SCS
a) Distribusi Hujan
Untuk mentransformasi curah hujan rancangan menjadi debit banjir rancangan
diperlukan curah hujan jam-jaman. Pada umumnya data hujan yang tersedia pada
suatu stasiun meteorologi adalah data hujan harian, artinya data yang tercatat secara
kumulatif selama 24 jam.
Sebaran hujan di Indonesia berkisar antara 6 – 12 jam. Frekuensi sebaran hujan yang
sering terjadi di Indonesia adalah 7 jam.
b) Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi daerah
pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh didaerah tersebut. Adapun kondisi dan
karakteristik yang dimaksud adalah :
• keadaan hujan,
• luas dan bentuk daerah aliran,
• kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai,
• daya infiltrasi dan perlokasi tanah,
• kebasahan tanah,
• suhu udara dan angin serta evaporasi dan tata guna tanah
Koefisien pengaliran seperti yang disajikan pada tabel berikut, didasarkan dengan
suatu pertimbangan bahwa koefisien tersebut sangat tergantung pada faktor-faktor
fisik. Kemudian Dr. Kawakami menyusun sebuah rumus yang mengemukakan bahwa
untuk sungai-sungai tertentu, koefisien itu tidak tetap, tetapi berbeda-beda
tergantung dari curah hujan.
R'
f =1- = 1− f '
Rt
Dimana :
F = koefisien pengaliran
f' = laju kehilangan = R’/Rst
Rt = jumlah curah hujan (mm)
R' = kehilangan curah hujan
s = tetapan
Berdasarkan jabaran rumus tersebut diatas, maka tetapan nilai koefisien pengaliran,
seperti terlihat pada tabel dibawah.
Angka
Kondisi DAS
Pengaliran
Hulu f = 1 - 15,7/Rt^(3/4)
Rn = x R
dengan:
Rn = hujan netto (efektif)
= koefisien limpasan
R = intensitas curah hujan
Qt = Qp . e-t/k
tg = 0,4 + 0,058 L
tr = ( 0,5 - 1,0 ) tg
Tp = tg + 0,8 tr
T0,3 = αtg
Qp = A Ro/3,6/(0,3 Tp + T0,3)
Dimana :
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto (efektif) pada jam ke I
Bf = Aliran dasar (base flow)
2. Erosi Lahan
Metode ini akan menghasilkan perkiraan besarnya erosi gross. Untuk menetapkan besarnya
sedimen yang sampai di lokasi waduk, erosi gross akan dikalikan dengan ratio pelepasan
sedimen (sediment delivery ratio). Metoda Wischmeier dan Smith atau yang lebih dikenal
dengan metode USLE (Universal Soil Losses Equation) telah diteliti lebih lanjut jenis tanah dan
kondisi di Indonesia oleh Balai Penelitian Tanah Bogor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju sedimentasi adalah sebagai berikut:
a. Erosivitas hujan
b. Erodibilitas tanah
c. Panjang dan kemiringan lereng
d. Konservasi tanah dan pengelolaan tanaman
e. Laju erosi potensial
Untuk analisis laju sedimentasi menggunakan metode dari Weischmeier dan Smith seperti
uraian berikut.
a. Erosivitas Hujan
Erosi lempeng sangat tergantung dari sifat hujan yang jatuh dan ketahanan tanah
terhadap pukulan butir-butir hujan serta sifat gerakan aliran air di atas permukaan tanah
E I 30 = E x I 30 x 10 -2
E = 14,374 R 1,075
R
I 30 =
77,178 + 1,010 R
dimana :
b. Erodibilitas Tanah
Erodibilitas merupakan ketidaksanggupan tanah untuk menahan pukulan butir-butir
hujan. Tanah yang mudah tererosi pada saat dipukul oleh butir-butir hujan mempunyai
erodibilitas yang tinggi. Erodibilitas dapat dipelajari hanya kalau terjadi erosi. Erodibilitas
dari berbagai macam tanah hanya dapat diukur dan dibandingkan pada saat terjadi hujan.
Tanah yang mempunyai erodibilitas tinggi akan tererosi lebih cepat, bila dibandingkan
dengan tanah yang mempunyai erodibilitas rendah. Erodibilitas tanah merupakan ukuran
kepekaan tanah terhadap erosi, dan hal ini sangat ditentukan oleh sifat tanah itu sendiri,
khususnya sifat fisik dan kandungan mineral liatnya.
Faktor kepekaan tanah juga dipengaruhi oleh struktur dan teksturnya, dan semakin kuat
bentuk agregasi tanah dan semakin halus butir tanah, maka tanahnya tidak mudah lepas
satu sama lain sehingga menjadi lebih tahan terhadap pukulan air hujan.
Erodibilitas tanah dapat dinilai berdasarkan sifat-sifat fisik tanah sebagai berikut:
1) Tekstur tanah yang meliputi:
• fraksi debu ( ukuran 2 - 50 m )
• fraksi pasir sangat halus ( 50 - 100 m )
• fraksi pasir ( 100 - 2000 m )
2) Kadar bahan organik yang dinyatakan dalam %
3) Permeabilitas yang dinyatakan sebagai berikut :
• sangat lambat ( < 0,12 cm/jam )
• lambat ( 0,125 - 0,5 cm/jam )
Kehilangan tanah = c . Sk
dimana :
c = konstanta
k = konstanta
S = kemiringan lereng (%)
Pada kondisi tanah yang sudah dibajak tetapi tidak ditanami, eksponen K berkisar antara
1,1 sampai dengan 1,2.
0.6 1.4
L S
LS = X
22.1 9
dimana:
L = panjang lereng (m)
S = kemiringan lereng (%)
Nilai faktor LS sama dengan 1 jika panjang lereng 22 meter dan kemiringan lereng 9 %.
Panjang lereng dapat diukur pada peta topografi, tetapi untuk menentukan batas awal
dan ujung dari lereng tersebut mengalami kesukaran. Atas dasar pengertian bahwa erosi
dapat terjadi dengan adanya run off (overland flow) maka panjang lereng dapat diartikan
sebagai panjang lereng overland flow.
E - pot = R x K x LS x A
dimana :
E-pot = Erosi potensial (ton/tahun)
Dapat dikatakan bahwa erosi aktual adalah hasil ganda antara erosi potensial dengan
pola penggunaan lahan tertentu, sehingga dapat dihitung dengan rumus
(Weischmeier dan Smith, 1958 ) berikut :
E-Akt = E-pot x CP
dimana:
E-Akt = Erosi aktual di DAS ( ton/ha/th )
E-pot = Erosi potensial ( ton/ha/th)
CP = Faktor tanaman dan pengawetan tanah
SDR =
( )
S 1 - 0.8683xA -0.2018
+ 0.08683 xA −0.2018
2(S + 50n )
dimana:
SDR = Nisbah Pelepasan Sedimen, nilainya 0 < SDR < 1
A = Luas DPS ( Ha )
S = Kemiringan lereng rataan permukaan DAS (%)
N = koefisien kekasaran manning
Pendugaan laju sedimen potensial yang terjadi di suatu DPS dihitung dengan
persamaan Weischmeier dan Smith, 1958 sebagai berikut :
6) Komponen reservoir
Curah hujan yang terdistribusi spasial dan temporal akan jatuh baik pada pemukaan
pervious maupun impervious. Sebagian hujan yang jatuh pada permukaan pervious
akan hilang akibat intersepsi, infiltrasi, evaporasi dan transpirasi, yang dimodelkan
dalam komponen loss.
Curah hujan efektif yang berasal dari komponen loss akan berkontribusi terhadap aliran
limpasan langsung dan aliran airtanah dalam akuifer. Curah hujan yang jatuh pada
permukaan impervious akan langsung menjadi limpasan tanpa mengalami berbagai
bentuk kehilangan (losses), yang ditransformasi menjadi aliran permukaan (overland
flow) dalam komponen direct runoff.
Pergerakan air dalam akuifer dimodelkan dalam komponen baseflow. Baik baselow
maupun overland flow akan mengalir pada saluran sungai. Proses translation dan
attenuation aliran sungai akan disimulasi pada komponen routing. Terakhir, efek dari
fasilitas hidrolik (bendungan) dan cekungan alami (danau, kolam, lahan basah) akan
dimodelkan dalam komponen reservoir.
Secara umum, diagram alir metode penelitian ditunjukkan seperti pada Gambar berikut.
Analisis data presipitasi dan penentuan parameter fisik DAS diperlukan sebagai masukan
model HEC-HMS. Selanjutnya hasil model berupa hidrograf aliran akan disesuaikan
dengan hidrograf pengamatan. Proses kalibrasi terhadap parameter-parameter model
dilakukan agar hidrograf hasil model mendekati nilai pengamatannya. Untuk itu
diperlukan tahap pengujian model, sehingga kemiripan hidograf hasil model dengan
pengamatan dapat terukur.
- Analisis Presipitasi
Analisis presipitasi diperlukan sebagai salah satu masukan dalam model HEC-HMS,
yaitu menentukan metode perhitungan hujan wilayah. Dalam penelitian ini, curah
hujan wilayah ditentukan berdasarkan bobot setiap stasiun hujan yang dihitung
menggunakan metode poligon Thiessen.
Dalam menentukan perkiraan debit banjir, analisis frekuensi berguna untuk
meghitung hujan harian maksimum pada berbagai periode ulang (T). Persamaan
analisis frekuensi yang dikemukakan Chow (1964) memerlukan faktor frekuensi (KT)
yang nilainya tergantung tipe distribusi.
- Penentuan Bilangan Kurva dan Impervious Area
Besarnya bilangan kurva ditentukan berdasarkan metode yang telah dikembangkan
oleh Soil Consrvation Service (SCS). McCuen (1982) menyebutkan bahwa bilangan
kurva menyatakan pengaruh hidrologi bersama antara tanah, penggunaan lahan,
keadaan hidrologi, dan kandungan air tanah sebelumnya.
SCS telah mengembangkan sistem klasifikasi tanah menjadi empat kelompok
hidrologi tanah (Hydrologic Soil Group = HSG). Sifat-sifat tanah berdasarkan
pengelompokan HSG tertera pada Tabel berikut. Kelompok tanah tersebut dapat
ditentukan dengan menggunakan salah satu dari ketiga cara berikut:
• Berdasarkan sifat-sifat tanah,
• Peta tanah detail,
• Laju infiltrasi minimum.
Tabel 3-8 Hubungan laju infiltrasi minimum dengan kelompok tanah menurut SCS
203,2 – 304,8
A
101,6 – 203,2
B
25,4 – 101,6
C
0,0 – 25,4
D
HEC-HMS dimana bagian dari total respon suatu DAS terhadap presipitasi dengan
menggunakan sebuah model matematika, yaitu:
- Subbasin
Subbasin atau subDAS merupakan elemen yang hanya memiliki satu outflow yang
diperoleh berdasarkan data meteorologi (curah hujan dan evaporasi) dengan
memperhitungkan loss, curah hujan efektif, serta aliran dasar.
- Reach
Elemen reach yang memiliki satu atau lebih inflow dan hanya satu outflow,
merupakan elemen dimana proses routing terjadi. Outflow dihitung menggunakan
salah satu dari beberapa metode yang tersedia dalam model saluran terbuka
(open channel flowmodel).
- Reservoir
Reservoir memiliki satu atau lebih inflow dan satu outflow terhitung. Elemen ini
dapat digunakan pada model reservoir, danau dan kolam.
- Source
Source merupakan elemen yang tidak memiliki inflow dan hanya memiliki satu
outflow. Source digunakan untuk merepresentasikan kondisi batas terhadap basin
model, misalnya outflow terukur dari reservoir atau tinggi muka air tanah
regional yang tidak termodelkan.
- Junction
Junction dapat memiliki lebih dari satu inflow dan lebih dari satu outflow.
Biasanya digunakan untuk merepresentasikan sebuah pertemuan sungai atau
aliran.
- Diversion
Diversion memiliki dua outflow dengan satu atau lebih inflow. Elemen ini dapat
digunakan untuk merepresentasikan bendungan yang mengalihkan aliran
kedalam kanal-kanal atau saluran.
- Sink
Sink dapat memiliki lebih dari satu inflow, tetapi tidak ada outflow. Sinks
digunakan untuk merepresentasikan titik terendah dari suatu area drainase atau
outlet dari suatu basin model.
Penyusunan basin model juga mencakup perhitungan pada 4 submodel utama:
• Loss Model
Bagian dari presipitasi yang hilang akibat infiltrasi, intersepsi, evaporasi dan bentuk
kehilangan lainnya sebelum menjadi limpasan (precipitation loss) dianalisis dalam
loss model. Pada dasarnya perhitungan loss model bertujuan untuk mencari curah
hujan efektif, yaitu curah hujan yang menyebabkan terjadinya limpasan. Pada
penelitian ini, perhitungan dilakukan menggunakan metode SCS curve number.
• Direct Runoff Model
Perhitungan limpasan langsung yang berasal dari curah hujan efektif dianalisis
dalam direct runoff model. Dalam penelitian ini, analisis limpasan langsung
dilakukan menggunakan tiga metode hidrograf satuan sintetik, yaitu: Snyder, SCS, dan
Clark.
• Baseflow Model
Aliran dasar terjadi akibat limpasan yang berasal dari kejadian presipitasi terdahulu
yang tersimpan secara temporer dalam suatu DAS, ditambah dengan limpasan
subpermukaan yang tertunda dari suatu kejadian hujan. Parameter baseflow model
yang diperlukan HEC-HMS sebagai masukan meliputi aliran dasar awal, konstanta
resesi dan aliran threshold (aliran saat dimulainya kurva resesi pada sisi yang
menurun dari sebuah hidrograf ). Ketiga parameter tersebut ditetapkan berdasarkan
analisis terhadap hidrograf pengamatan.
• Routing Model
Routing model didasarkan atas konsep penelusuran banjir yang digunakan untuk
mensimulasi rambatan gelombang aliran air melalui sungai dan waduk. Penelitian ini
menggunakan metode Muskingum yang didasarkan pada persamaan kontinuitas dan
hubungannya dengan simpanan yang bergantung pada inflow dan outflow.
Parameter yang diperlukan adalah travel time (k) dan faktor pembobot (x). Travel
time atau waktu tempuh aliran dari titik inlet sampai outlet, ditentukan melalui
hubungan antara kecepatan aliran (Vw) dengan panjang sungai (L)
• Kalibrasi
Kalibrasi model merupakan proses penyesuaian nilai-nilai parameter model sampai
didapat hasil model yang sama atau mendekati hasil pengamatan. Metode yang
digunakan dalam HEC-HMS adalah objective functions dan search methods.
Paket ini bisa menghitung profil muka air dengan proses iterasi dari data masukan yang
sudah kita olah sesuai dengan kriteria dan standar yang diminta oleh paket program ini.
Untuk analisis jaringan sungai, jaringan drainase, paket program ini sangat dianjurkan untuk
dipakai.
Sistem HEC-RAS mengandung 3 perhitungan analisa hidrolik satu dimensi yaitu :
a. Perhitungan profil muka air steady flow/steady flow water surface profile computation
b. Unsteady flow anaisis
c. Analisa movable boundary sediment transport. Element yang dibutuhkan untuk ke tiga
perhitungan tersebut diatas adalah data geometry dan data hidrolik.
HEC-RAS didisain untuk perhitungan hidrolik 1 dimensi untuk saluran baik itu buatan atau
alami. Berikiut ini adalah penjelasan pokok kemampuan dari model HEC-RAS.
a. User Interface
Untuk mempermudah pengguna menggunakan HEC-RAS, maka soft ware ini diberikan
suatu bentuk berupa grafik/gambar yang sering disebut A Grapical User Interface (GUI).
User Interface ini menyediakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1) File managemen
2) Masukan Data dan editing
3) Analisis Hidrolik
4) Tabulasi dan gambar dari input dan output
5) Fasilitas hasil
6) On-line help
8) Aplikasi HEC-RAS
Identifikasi daerah genangan banjir pada daerah tangkapan air pada sungai/saluran
dapat dilakukan dengan menggunakan model pada HEC-RAS versi 3.1.3. Model yang
telah dibuat dengan berpedoman pada peta morfologi, disimulasikan dengan debit
rencana. Langkah-langkah dalam membuat model hidrolik dengan menggunakan
software HEC – RAS adalah :
• Memulai project baru
• Memasukkan data geometri
• Memasukkan data aliran dan syarat batas
• Melakukan perhitungan hidrolik (running model)
• Melihat/mencetak hasil analisis (output)
Mulai
Input :
1. Data Geometri
2. Data Aliran dan Syarat Batas
Running Model
Output
Selesai
mengalami banjir (tidak sanggup menampung debit banjir yang terjadi) setelah
analisis aliran pada model.
➢ Melakukan Perhitungan Hidrolik (Running Model)
Perhitungan hidrolik terhadap model dilakukan setelah kita melakukan running
model.
➢ Melihat/mencetak hasil analisis (output)
Setelah analisis aliran dilakukan maka dapat dilihat kedalaman air pada setiap
stationing dalam sistem sungai tersebut. Daerah genangan banjir pada sungai
yaitu pada stationing yang kedalaman alirannya melewati station batas alur
sungai. Output pada HEC-RAS tersaji dalam bentuk tabeldan juga gambar.
Tampilan gambar untuk stationing seperti berikut :
5. Transportasi Sedimen
Sedimen pada sungai dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber asalnya, dan atau
mekanismenya. Berdasarkan sumber asalnya sedimen yang terangkut aliran air dapat
dibedakan sebagai angkutan material dasar, dan wash load, sedangkan berdasarkan
mekanismenya sedimen dibedakan sebagai muatan dasar (bed load), dan muatan melayang
(suspended load).
Distribusi kecepatan nilainya maksimum di dekat permukaan, dan minimum di dekat dasar.
Sebaliknya distribusi konsentrasi sedimen suspensi, maksimum biasanya terjadi di dekat
dasar, dan minimum di dekat permukaan.
Hubungan antara debit air, dan debit sedimen suspensi biasa disebut sebagai lengkung debit
sedimen suspensi (suspended sediment rating curve). Lengkung debit sedimen suspensi ini
diperoleh dari plotting data debit air dengan data debit sedimen suspensi pada kertas
logaritmik. Menggunakan power regression untuk data debit air, dan data sedimen suspensi
diperoleh nilai konstanta sedimentasi dengan persamaan
Qs = a Qwb
Dimana:
a,b = konstanta yang nilainya tergantung dari data pengukuran lapangan
Qw = besar aliran sungai
Besaran konsentrasi sedimen setiap titik pengukuran secara vertikal dihitung dengan
persamaan :
n
C=
1
Ci Vi ΔYi
n
V 1
i ΔYi
dengan
1000
C= x [b – a] 1000
U
Dengan:
C = konsentrasi sedimen (mg/l)
U = volume sampel sedimen (ml)
b = berat cawan berisi sedimen (gr)
a = berat cawan kosong
Apabila gaya hidrodinamik bekerja pada suatu butiran dari sedimen atau agregat dari
partikel sedimen non kohesif telah mencapai suatu nilai yang bila bertambah sedikit saja
akan menyebabkan partikel atau butiran bergerak, dikatakan sebagai keadaan kritis. Jika
kondisi kritis tersebut mencapai suatu nilai/besaran sebesar gaya geser dasar saluran, maka
kecepatan rata-ratanya telah mencapai kondisi kritis. Kondisi ini menyebabkan aliran
berkompeten untuk menggerakan butiran sedimen.
Shield (1936) menyatakan hubungan antara gaya seret dan diameter butiran dengan dua
buah angka tak berdimensi untuk menjelaskan peristiwa gerakan pasir dan kerikil, yaitu
(U*) 2
=
Δgd
U * d
Re =
U = ghi
0 =ghi
∆ = (s - )/
Dimana:
= parameter pengaliran
Re = bilangan Reynold
o = gaya seret butiran (N/m2)
cr = gaya seret kritis (N/m2)
U* = kecepatan geser butiran (m/det)
U*cr = kecepatan geser kritis didapatkan dari grafik Shield (m/det)
d = diameter partikel sedimen (mm)
h = kedalaman aliran (m)
i = kemiringan rata-rata sungai
∆ = kerapatan relatif
Analisis pergerakan partikel sedimen dapat dilihat pada grafik Shield yang menyatakan
hubungan antara dan Re, yaitu untuk:
a. Re > 100 dan > 0,50 maka partikel sedimen bergerak
b. Re > 100 dan < 0,50 maka partikel sedimen tidak bergerak
c. U* > U*cr dan o > cr butiran partikel sedimen bergerak
d. U* < U*cr dan o < cr butiran partikel sedimen tidak bergerak
Muatan sedimen layang bergerak bersama dengan aliran air, terdiri dari pasir halus yang
senantiasa didukung oleh air dan hanya sedikit sekali berinteraksi dengan dasar alur karena
sudah didorong oleh turbulensi aliran.
Selain itu dalam sedimen layang juga terdapat sedimen bilas (wash load) yang berukuran
sangat kecil (< 50 m). Muatan layang tidak berpengaruh terhadap alterasi, tetapi dapat
mengendap pada muara sungai ataupun dasar waduk yang dapat menimbulkan
pendangkalan dan akhirnya menyebabkan berbagai masalah.
Metode perhitungan transportasi muatan layang (suspended load) berdasarkan formula yang
diusulkan oleh :
Van Rijn
(U*) 2
=
Δgd
SS = F U h Ca
d50 T 1,5
Ca = 0,0015 . . 0,3
a D
*
a = 0,01 h
W = (∆ g d50)0,5
2
W
=1+2
D
*
2
W Ca
0,4
= 2,5
C
Co 0,65
U
* o
Z' 1,2
a a
−
h h
F =
Z'
a
1 − (1 − Z' )
h
W
Z =+
βk U
*
dimana
Ss = suspended load sediment transport (m3/dt.m’)
F = faktor F
U = kecepatan rata-rata aliran (m/det)
h = kedalaman aliran (m)
Ca = konsentrasi referensi (m/m’)
a = tinggi referensi (m)
D* = parameter partikel non dimensional
T = parameter angkutan non dimensional
d50 = diameter partikel sedimen (mm)
W = kecepatan jatuh (m/det)
= faktor perbedaan difusi
= faktor koreksi
Z’ = parameter suspensi
k = konstanta keamanan (0,04)
3 1
3
2
Qs ks 2
W h.s = 0,047 ( S − W )dm + 0,25 W (Tb)3
Q k's g
Qs R
= = faktor koreksi penampang saluran
Q h
Qs
=1 untuk B =
Q
dimana:
3
ks 2
k 's =
k ' s = 1
26
d906
dengan:
dm = diameter median = d50-90 (m)
S = berat jenis sedimen (t/m3)
Tb = berat sedimen (padat) dalam air (t/m.det)
Tb
Volume sedimen (padat) = (m3/dtm’)
S − W
Einstein - Brown
Rumus ini diturunkan berdasarkan experimen dengan butiran medium sedimen lebih kecil
dari 300 milimicron, jadi penggunaannya disesuaikan dengan kondisi alur sungai.
= Ff ( y )
S
=
* g * D3
= h * i / ( * D)
Formula Schoklitsch menggunakan parameter dengan batas (kristis) dimana saat terjadi
angkutan dengan hubungan debit kritis (Qo – Qc).
dengan :
Gs = debit sedimen (kg/dt/m’)
I = slope dasar
1) Tim pengukuran penyedia jasa harus menambah patok BM baru, jika jarak BM yang
ada lebih dari 2,0 km. Untuk bangunan penting cukup dipasang neut/baut pada dekzerk
bangunan tersebut atau dicor beton dan diberi marmer (nomenklatur). Sedang
untuk bangunan baru atau bangunan lama yang akan dibongkar harus dipasang BM
baru sedemikian rupa agar aman dan dapat dipakai sebagai datum untuk pekerjaan
konstruksi yang akan datang serta penempatan patok BM ditempat yang aman, mudah
dilihat;
2) Mengadakan pengukuran terhadap ketinggian semua patok BM yang ada serta
mengukur koordinat (x,y,z) BM baru ;
3) Potongan melintang diukur setiap 100 m dan ditambah pada lokasi tikungan/tempat
yang berubah (lokasi bangunan yang akan di desain) dan tikungan, walaupun jaraknya
kurang dari 100 m dengan kerapatan atau sesuai petunjuk Pengguna Jasa dan pada
lokasi tertentu (lokasi kritis) perlu diadakan pengukuran site survey serta
pemasangan patok CP ;
4) Potongan melintang harus mencakup semua detail sungai yang berdekatan serta harus
memperlihatkan ketinggian tanah sekitarnya dengan lebar minimum masing-masing 10
m di luar kaki tanggul sebelah luar, ruas sungai bertanggul, dan 50 m dari tepi sungai
untuk ruas sungai yang tidak bertanggul;
5) Potongan melintang harus diplot dengan tinta, berskala 1:100 atau 1 : 200 pada kertas
standar dan memperlihatkan :
• posisi semua patok
• tembok, pagar dan batas tanah milik negara
• jenis, bentuk dan ketinggian puncak semua pasangan yang ada
6) Pada tanggul sungai yang terjadi kelongsoran harus diukur secara detail dengan
jarak tiap 10 m (sesuai persetujuan Pengguna jasa/Supervisi) dan digambar situasi
dengan skala 1 : 100 atau 1 : 200;
7) Untuk seluruh ruas sungai yang telah diukur, harus digambar lengkap dengan lokasi
setiap bangunan yang ada dan dengan memperlihatkan ketinggian dasar serta puncak
tanggul;
8) Penampang memanjang dan situasi harus digambar pada lembar yang sama.
Gambar denah situasi harus digambar lengkap dengan contour interval 0,5 m (sesuai
kebutuhan) dan berskala 1 : 2.000, sedang profil memanjang dengan skala Horisontal 1
: 2.000 dan skala tegak 1 : 100.
3. Sondir
Pekerjaan Sondir dilakukan untuk mengetahui nilai hambatan lekat dan nilai
perlawanan konus (daya dukung tanah) dari variasi kedalaman pada lapisan- lapisan
tanah. Lokasi sondir ditetapkan berdekatan dengan lokasi titik Bor tangan atau di
lokasi yang dianggap memerlukan pengujian sondir. Alat sondir yang digunakan
berkapasitas sedang, dan dapat membaca nilai maksimum perlawanan konus
sebesar 250 kg/cm2. Sondir dilakukan sebanyak 3 (tiga) titik yang tersebar di
lokasi rencana bangunan pengendali banjir.
4. Uji Laboratorium
Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kondisi indeks properties dan engineering
properties.
Pada contoh-contoh tanah yang terambil, baik tanah asli maupun contoh tanah
terganggu akan dilakukan beberapa macam percobaan di laboratorium, sehingga
data parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat diketahui jenis dan macam-macam
percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Soil Properties : (SKSNI – M-22 –1990F)
1) Unit weight
2) Specific grafity (SNI-1742-1989-F)
3) Moisture content
b. Grain Size Analysis (SNI-1968-1999-F)
c. Atterberg Limit
1) Liquit limit (W1) (SNI-1967-1990-F)
2) Plastic limit (Wp) (SNI-1966-1990-F)
3) Placticity Index (PI)
4) Shrinkage limit (SNI-M-18-1991-03) e) Consolidation Test (SKSNI-M-108-
1990F)
d. Permeability Test
e. Compaction Test (SNI-1743-1989-F)
f. Pengujian Geser Langsung/ Direct Shears
Pengujian Laboratorium masing-masing dilaksanakan 10 (sepuluh) sampel.
Konsultan harus menganalisis penyebab banjir baik secara makro ataupun mikro
serta alternatif penanganannya. Penyedia harus menyampaikan alternatif penanganan
dilengkapi dengan data-data teknis, peta lokasi dan membuat matriks perbandingan
sehingga didapat rencana bangunan pengendali banjir dan pengendali daya rusak air
terpilih.
2. Analisis Hidrolika
Analisis hidrolika untuk menentukan tinggi muka air banjir kondisi eksisting dan
setelah adanya bangunan pengendali banjir yang dibuat dengan menggunakan simulasi
Hec-Ras atau software lainnya yang sesuai.
Analisa kesesuaian tipe dan jenis bangunan untuk berbagai kondisi. Dalam melakukan
analisa hidrolika diperlukan bantuan gambar dan peta pengukuran. Hal ini dilakukan
supaya dalam menentukan parameter-parameter yang berkaitan dengan analisa hidrolika
dapat lebih mendekati kondisi yang ada. Parameter tersebut antara lain berkaitan
dengan hujan daerah aliran sungai, elevasi dasar sungai dan juga perhitungan banjir
desain.
3. Analisis Struktur
Bangunan yang direncanakan harus aman terhadap guling, geser, daya dukung pondasi
dan aman terhadap kegagalan struktur. Konsultan harus melakukan analisa stabilitas dan
analisa struktur pada bangunan-bangunan yang memiliki resiko kegagalan bangunan.
Perhitungan analisis struktur yang membutuhkan bantuan software hitung, maka
Penyedia harus membuat panduan penggunaan dan tahapan perhitungan menggunakan
software hitung tersebut.
Jenis bangunan
a. Pelurusan kelokan (sudetan, cut-off)
1) Pelurusan Sungai
Elevasi mercu ujung krib sekitar 0,5 – 1,0 m di atas elevasi rata-rata permukaan air
rendah, berdasarkan perbandingan antara tinggi krib (hkrib) terhadap tinggi muka air
sungai (H) sekitar 0,2 – 0,3 m.
3) Dinding Penahan
Bangunan dinding penahan tanah merupakan konstruksi berbahan pasangan batu, beton
atau beton bertulang. Tipe dinding penahan terdiri dari dinding gaya berat, semi gaya
berat, dan dinding pertebalan.
Perhitungan stabilitas talud dengan bahan dari pasangan batu kali atau beton bertulang
diperlukan data-data tanah dari lapangan atau dari hasil laboratorium mekanika tanah,
data-data tersebut antara lain :
4) Turap
Definisi bangunan ini menurut Sosrodarsono dkk (1984) adalah konstruksi yang dapat
menahan tekanan tanah untuk mencegah kelongsoran. Umumnya terdiri dari tiang
tegak, papan atau jajaran tiang-tiang yang membentuk kesatuan dinding yang disebut
dengan sheet pile. Secara mendasar deskripsi penahan tanah dengan menggunakan turap
disajikan gambar berikut :
Upaya rehabilitasi saluran di lapangan dilakukan karena dalam beberapa hal saluran di
lapangan dibangun dengan tanah yang tidak selayaknya digunakan sebagai bahan bangunan.
Saluran tersebut harus diperbaiki dengan memperhatikan jenis tanah dan penyebab
ketidakmantapan. Prosedur perbaikan yang dapat dilakukan antara lain dengan :
a. Menyingkirkan semua tanah yang berkarakter jelek dan mengganti dengan bahan yang
baik.
b. Merencanakan lereng saluran dengan kemiringan yang lebih landai.
c. Melengkapi tanggul dengan saluran pembuang.
d. Membuat sarana untuk meningkatkan kemantapan lereng dengan tembok penahan atau
sheet pile.
e. Mengurangi beban yang berlebihan dengan penyediaan jalur berm di lereng samping.
Sumber : SEDEKU Trial Run Project, Dep. PU, 1985; KP 03, Dirjen Pengairan,
Dep.PU, 1986; Design Criteria Report, Dirjen PSDA, Dep. PU, 1989 Perhitungan
Struktur Tanggul diselesaikan dengan analisa stabilitas lereng yang dapat dilakukan dengan
bantuan software Geo SLOPE/W, dihitung dengan Metode Felinious diperbandingkan
dengan Metode Bishop.
Tujuan dari pembuatan waduk atau kolam retensi adalah menampung sebagian debit
puncak untuk sementara waktu dan mengatur debit yang mengalir ke hilir sesuai dengan
kapasitas tampung sungai atau saluran yang dituju.
Keunggulan Sistem Polder, adalah bahwa Sistem Polder mampu mengendalikan banjir dan
genangan akibat aliran dari hulu, hujan setempat dan naiknya muka air laut (ROB).
Sedangkan Kelemahan Sistem Polder adalah:
a. Bekerjanya sistem ini sangat bergantung pada pompa. Jika pompa mati, maka kawasan
akan tergenang.
b. Biaya operasi dan pemeliharaan relatif mahal.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan
2. Laporan Bulanan
Laporan bulanan berisikan :
a. Mobilisasi Personil
b. Kemajuan Pekerjaan
c. Permasalahan yang dihadapi
d. Rencana kegiatan untuk bulan berikutunya.
Laporan harus diserahkan selambat – lambatnya tanggal 5 setiap bulannya sebanyak 3
(tiga) buku laporan.
3. Laporan Antara
Laporan Antara, berisikan :
a. Gambaran Umum Daerah Studi
b. Analisis Hidrologi
c. Survei Topografi
d. Kegiatan Investigasi Mekanika Tanah
e. Konsep Desain Pengendalian dan Pengamanan Banjir
Hasil sementara pelaksanaan pekerjaan harus dilaporkan selambatnya – lambatnya 10
(sepuluh) minggu sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir berisi perbaikan Konsep Laporan Akhir setelah mendapat masukan dan
saran dari tim teknis perencanaan. Dalam Laporan Akhir, dilampirkan notulen hasil diskusi
Laporan Konsep Laporan Akhir.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum berakhirnya
kontrak disusun sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
5. Laporan Penunjang
Selain Laporan Utama yang telah disebutkan di atas, Konsultan harus menyiapkan
Laporan penunjang antara lain:
a. Program Mutu
Program Mutu disusun berdasarkan Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 15 Tahun
2019 tentang Tata Cara Penjaminan Mutu. Laporan Program Mutu diserahkan paling
lambat 1 minggu setelah SPMK. Jika diperlukan Konsultan dapat mempresentasikan
Program Mutu yang diusulkan.
b. Laporan Hidrologi
Laporan Hidrologi berisikan:
1) Gambaran Umum Kondisi Hidrologi
2) Metodologi
3) Ketersediaan Data
4) Analisis Daerah Aliran Sungai (DAS)
5) Analisis Curah Hujan Rancangan
6) Analisis Debit Banjir
7) Rekomendasi Hidrologi
Laporan diserahkan sebanyak 3 (tiga) buku laporan
i. Laporan Ringkas
Laporan Akhir berisi ringkasan Laporan Akhir yang dimuat secara eksklusif
sehingga informasi-informasi penting tersampaikan dengan mudah dan akurat.
Laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku laporan
BAB 4
GAMBARAN ALTERNATIF PENANGANAN
4.1 UMUM
Pelaksanaan survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal
mengenai kondisi lokasi proyek secara visual. Gambaran kondisi ini sangat diperlukan guna
menentukan arah dan metode pelaksanaan pekerjaan yang dinilai paling sesuai dengan kondisi
di lapangan sehingga nantinya dapat diperoleh hasil pelaksanaan pekerjaan sebagaimana yang
diharapkan. Beberapa aspek yang menjadi fokus utama dalam survey pendahuluan ini antara
lain adalah :
➢ Kondisi umum fisik-geografis dan lingkungan lokasi pekerjaan
➢ Identifikasi dan inventarisasi awal kondisi fasilitas eksisting yang ada saat ini pada rencana
lokasi pekerjaan.
➢ Identifikasi dan inventarisasi kendala/permasalahan yang ada, berkaitan dengan rencana
perencanaan jaringan irigasi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam perumusan alternatif
solusi nantinya.
Pelaksanaan survey pendahuluan dilakukan bersama-sama dengan Direksi Pekerjaan,
sehingga dapat dilakukan koordinasi langsung secara efektif berkaitan dengan hal-hal yang
terjadi di lapangan.
DATARAN BANJIR
DATARAN BANJIR (“FLOOD PLAIN”)
SUNGAI
M.A.B
M.A.N MODEREN
- Tanah longsor yang akan menyebabkan suplai sedimen yang besar dalam waktu
singkat.
3. Kegiatan manusia dan kegagalan bangunan pengendali banjir
• Perubahan tata guna lahan di DAS
- Dataran banjir berkurang sebagai akibat dari kawasan retensi banjir berubah
fungsi.
- Eksploitasi air tanah yang berlebihan sehingga memicu terjadinya Land
subsidence.
- Kegagalan fungsi bangunan pengendali banjir sungai misalnya tanggul atau
bendungan jebol, pintu air tak berfungsi dan pompa air macet.
Secara ringkas hubungan beberapa faktor yang menyebabkan proses terjadinya banjir
disajikan pada bagan berikut :
KONDISI ALAM (STATIS)
KEGIATAN MANUSIA (DINAMIS)
• Geografi
• Topografi * PEMBUDI DAYAAN
• Geometri alur DATARAN BANJIR
sungai: * tata ruang/peruntukan
kemiringan dasar dataran banjir yg tdk sesuai
meandering * tata ruang/peruntukan di DAS
“bottle-neck” •permukiman di bantaran
sedimentasi
•sungai
ambal alam
MASALAH * pembangunan drainase
BANJIR * bangunan sungai/silang
PERISTIWA ALAM * sampah padat
(DINAMIS) * prasarana pengendali
banjir yang terbatas
* curah hujan tinggi
* amblesan permukaan tanah
* pembendungan:
* persepsi masyarakat yang
dari laut/pasang
dari sungai induk keliru thd banjir
* amblesan tanah * kenaikan muka air laut
* pendangkalan akibat “global warming”
1°18'21.17"N
99°20'49.79"E
1°17'33.65"N
99°20'54.12"E
1°16'57.83"N
99°20'27.61"E
1°16'57.83"N 1°16'57.83"N
99°20'27.61"E 99°20'27.61"E
1°16'57.83"N 1°16'57.83"N
99°20'27.61"E 99°20'27.61"E
1°15'46.46"N
99°21'14.47"E
1°15'21.78"N
99°21'28.01"E
1°15'9.62"N
99°22'21.03"E
1°15'1.44"N
99°21'55.52"E
1°14'29.84"N
99°22'11.91"E
1°12'14.72"N
99°23'11.92"E
1°12'5.54"N
99°23'13.22"E 1°12'8.32"N
99°23'23.75"E
1°11'58.20"N
99°23'25.55"E
1°11'53.91"N
99°23'15.88"E
1°11'58.20"N 1°11'58.20"N
99°23'25.55"E 99°23'25.55"E
1°11'58.20"N 1°11'58.20"N
99°23'25.55"E 99°23'25.55"E
1°12'36.79"N 1°12'32.99"N
99°22'10.64"E 99°22'17.02"E
1°12'36.79"N
1°12'36.79"N 99°22'10.64"E
99°22'10.64"E
1° 9'12.22"N
99°25'24.01"E
1° 5'16.44"N
99°25'30.65"E
1° 4'34.39"N
99°25'19.22"E
1° 5'16.44"N
99°25'30.65"E
1° 3'47.23"N
99°25'34.04"E
1° 3'33.97"N
99°26'2.61"E
1° 4'34.39"N 1° 4'34.39"N
99°25'19.22"E 99°25'19.22"E
1° 4'34.39"N 1° 4'34.39"N
99°25'19.22"E 99°25'19.22"E
BAB 5
RENCANA KERJA, PROGRAM PELAKSANAAN, DAN
MANAJEMEN ORGANISASI
5.2 UMUM
Berdasarkan pada pengalaman Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan selama ini, sangat
diperlukan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan yang mantap, disertai pula dengan
penempatan personil tenaga ahli yang berkualitas sesuai dengan spesialisasi masing-masing,
disamping penyediaan sarana peralatan kerja dengan kualitas yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Untuk mencapai target pekerjaan yang optimal, diperlukan pula pengaturan jadwal
penugasan personil. Dalam paragraf berikut dapat diikuti secara lebih detail penjelasan masing-
masing kebutuhan.
Untuk mencapai target pekerjaan yang optimal dalam menyelesaikan pekerjaan ini,
konsultan akan menyusun tim yang diperlukan untuk memenuhi pelaksanaan pekerjaan.
Adapun bagan organisasi tim Konsultan untuk pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 5.1.
1 Hendra Ritonga, ST, MM Ketua Tim/ Team Tugas-tugas pokok team leader dapat
Leader diuraikan sebagai berikut.
- Memimpin, mengkoordinir dan
mengarahkan kegiatan.
- Bertanggung jawab akan hasil seluruh
kegiatan yang diminta oleh Pemberi
Tugas.
- Mengkoordinasikan tim dan menjamin
standar kegiatan.
- Melakukan presentasi saat diskusi
dengan pihak terkait.
- Memimpin asistensi kepada
Direksi/PPTK..
- Akan selalu berhubungan dengan
Direksi/PPTK.
- Melakukan pengumpulan data curah
2. Mangitar Pardede, ST Tenaga Ahli
hujan dan klimatologi.
Hidrologi/Hidrolika
- Menganalisa hidrologi dan membuat
laporan hidrologi
- Bertanggung jawab kepada Team
Leader
- Berkoordinasi dengan Pengawas Desain
dari pihak pemberi tugas
KONTRAK
NO PERSIAPAN
PERSIAPAN SELESAI
YES
MOBILISASI
JADWAL
PERSONIL PERALATAN
KEGIATAN
NO NO NO
NO NO
YES YES
IDENTIFIKASI DAN
INVENTORI
PENYUSUNAN
PROGRAM KERJA
NO
PENYUSUNAN PROGRAM
KERJA SELESAI
YES
PENYUSUNAN LPM
DAN LAPORAN
PENDAHULUAN
NO
II
INVESTIGASI GEOLOGI
DAN MEKTAN
NO NO
YES YES
SURVEY HIDROLOGI
DAN HIDROLIKA
NO NO
TERSEDIA DATA TERSEDIA DATA
SURVEY HIDROLOGI SURVEY HIDROLIKA
YES YES
PERENCANAAN DAN
PENGGAMBARAN
NO
TERSEDIA DATA
PERENCANAAN DAN
PENGGAMBARAN
YES
III
III
NO NO NO
PEMBUATAN LAPORAN
DAN DISKUSI
NO NO NO NO
SELESAI
Bulan
Mei-Juni Juni-Juli Juli-Agustus Agustus-Sepetember
No Kegiatan Bobot Keterangan
20-26 27-03 0 4 - 11 12 - 18 19 - 2 5 26-03 0 4 - 11 12 - 18 19 - 2 5 26-02 0 3 - 10 11- 17 18 - 2 4 25-01 02-09 10 - 16
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
100
1 Persiapan Administrasi dan Teknis 0.30% 0.30%
2 Pengumpulan Data Sekunder 1.29% 0.65% 0.65%
3 Orientasi Lapangan/Identifikasi dan Inventori 0.96% 0.48% 0.48%
4 Menyusun Program Kerja 0.51% 0.26% 0.26%
5 Finalisasi Program Mutu 0.51% 0.26% 0.26%
6 Studi Pendahuluan dan Laporan Pendahuluan 0.54% 0.27% 0.27%
B. ANALISA HIDROLOGI 90
1 Pengumpulan Data Curah Hujan 2.18% 0.55% 0.55% 0.55% 0.55%
2 Pengumpulan Data Debit Sungai Batang Angkola 1.91% 0.48% 0.48% 0.48% 0.48%
3 Analisais Curah Hujan Rancangan 1.45% 0.24% 0.24% 0.24% 0.24% 0.24% 0.24%
4 Analisis Debit Banjir 1.66% 0.28% 0.28% 0.28% 0.28% 0.28% 0.28%
5 Analisis Hidrodinamika dan Sedimentasi Sungai 1.34% 0.22% 0.22% 0.22% 0.22% 0.22% 0.22%
C. SURVEY PENGUKURAN TOPOGRAFI
80
1 Survey Investigasi/Inventarisasi Daerah Banjir 3.47% 0.69% 0.69% 0.69% 0.69% 0.69%
2 Penentuan Titik Referensi 2.46% 1.23% 1.23%
3 Pemasangan patok BM (Bench Mark) dan CP (Control Point) 3.49% 0.87% 0.87% 0.87% 0.87%
4 Pemasangan Patok Kayu 3.49% 0.87% 0.87% 0.87% 0.87%
5 Pengukuran Situasi 5.89% 1.47% 1.47% 1.47% 1.47%
6 Pengukuran Elevasi 14.06% 3.52% 3.52% 3.52% 3.52%
7 Perhitungan dan Penggambaran 5.38% 1.35% 1.35% 1.35% 1.35% 70
D. PERTEMUAN KONSULTASI MASYARAKAT/ PKM
1 Pertemuan Konsultasi Masyarakat/ PKM 2.16% 1.08% 1.08%
E. SURVEY INVESTIGASI DAN GEOLOGI
1 Bor Tangan/ Hand Bor 3.28% 1.09% 1.09% 1.09%
2 Sumur Uji (Test Pit) 2.01% 0.67% 0.67% 0.67%
3 Sondir 5.68% 1.89% 1.89% 1.89%
60
4 Uji Laboratorium 1.49% 0.50% 0.50% 0.50%
F. ANALISIS DATA DAN DESAIN
1 Analisis Penyebab Banjir dan Daya Rusak Air 1.99% 0.66% 0.66% 0.66%
2 Analisis Hidrolika 1.99% 0.66% 0.66% 0.66%
3 Analisis Struktur 1.34% 0.45% 0.45% 0.45%
4 Pembuatan Gambar Desain 4.14% 1.38% 1.38% 1.38%
5 Pembuatan Nota Desain 1.83% 0.61% 0.61% 0.61% 50
6 Penyusunan Dokumen Lelang 3.11% 1.04% 1.04% 1.04%
G. PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan 0.50% 0.50%
2 Laporan Program Mutu 0.39% 0.39%
3 Laporan Bulanan ( 3 Buku x 4 bln ) 0.62% 0.16% 0.16% 0.16% 0.16%
4 Laporan Antara 0.71% 0.36% 0.36%
40
5 Konsep Laporan Akhir 0.98% 0.98%
6 Laporan Akhir 1.55% 0.78% 0.78%
7 Laporan Ringkas 0.91% 0.91%
8 Laporan Pengukuran, Data Ukur dan Deskripsi BM 0.66% 0.33% 0.33%
9 Laporan Penyelidikan Mekanika Tanah 0.46% 0.46%
10 Laporan Nota Desain/ Perhitungan 0.61% 0.61%
11 Laporan Hidrologi 0.61% 0.61% 20
12 BoQ dan RAB 1.64% 1.64%
13 Spesifikasi Teknis dan Metode Pelaksanaan 0.68% 0.68%
14 Album Peta dan Gambar Desain (A1) Asli 0.60% 0.60%
15 Album Peta dan Gambar Desain (A1) Copy (Dijilid) 1.34% 1.34%
16 Album Peta dan Gambar Desain (A3) 0.70% 0.70%
17 Dokumentasi Kegiatan Lapangan (Album Foto) 0.38% 0.38%
10
18 Harddisk External 500 GB 0.43% 0.43%
19 Box Container Plastik 0.11% 0.11%
H. Diskusi
1 Laporan Pendahuluan 2.07% 2.07%
2 Laporan Antara 2.07% 2.07%
3 Laporan Akhir 2.07% 2.07%
0
PROGRES RENCANA 100.00% 1.46% 2.30% 5.04% 4.19% 6.45% 7.86% 14.64% 11.36% 7.93% 9.20% 6.99% 8.64% 5.67% 2.93% 3.88% 1.47%
KOMULATIF PROGRES RENCANA 0.00% 1.46% 3.75% 8.79% 12.98% 19.44% 27.30% 41.94% 53.30% 61.23% 70.43% 77.42% 86.06% 91.72% 94.65% 98.53% 100.00%
Jadwal penugasan tenaga ahli dan tenaga pendukung sesuai dengan rencana kerja dengan mempertimbangkan jangka waktu pekerjaan selama 120
(seratus dua puluh) hari kalender dan kesesuaian bidang keahlian dengan tipologi kegiatan, maka jadwal penugasan setiap personil disesuaikan
dengan waktu dan keahlian. Keseluruhan jadwal penugasan personil serta daftar personil pelaksanaan ditunjukkan pada Tabel 5-3.
Bulan
No Keahlian/Tugas Nama Personil MM Mei-Juni Juni-Juli Juli-Agustus Agustus-Sepetember Keterangan
20-26 27-03 0 4 - 11 12 - 18 19 - 2 5 26-03 0 4 - 11 12 - 18 19 - 2 5 26-02 0 3 - 10 11- 17 18 - 2 4 25-01 02-09 10 - 16
A TENAGA PROFESIONAL
1 Ketua Tim (Team Leader) Hendra Ritonga, ST. MM 4
2 Ahli Hidrologi dan Hidrolika Mangitar Pardede, ST 3
B TENAGA SUB AHLI
1 Estimator Biaya Maulana Affandi,ST 2
2 Surveyor 1 Fadhil Ahmad 3
3 Surveyor 2 Mutiara Hidayatul Husna 3
4 Juru Gambar Elvy Afrina Handayani, Amd 2
C TENAGA PENDUKUNG
1 Administrasi/ Office Manager Setiawan Indra Prakasa, SE 4
2 Operator Komputer Uci Rahmadani, ST 4
3 Tenaga Lokal Survei Tobe Name 3
5-11
LAPORAN PENDAHULUAN
Bulan
Jumlah
No. Jenis Alat Mei-Juni Juni-Juli Juli-Agustus Agustus-Sepetember Ket
Alat
20-26 27-03 0 4 - 11 12 - 18 19 - 2 5 26-03 0 4 - 11 12 - 18 19 - 2 5 26-02 0 3 - 10 11- 17 18 - 2 4 25-01 02-09 10 - 16
V. PENGUKURAN TOPOGRAFI
1 Mobilisasi dan Demobilisasi (Peralatan & Tenaga) 1
2 Waterpass (sewa) 3
3 Total Station (sewa) 3
4 GPS Geodetik (sewa) 3
5 Drone (sewa) 3
6 Alat dan Bahan Pengukuran (Meteran, Formulir, dll) 1
7 Pembuatan Dan Pemasangan Patok BM 10
8 Patok Kontrol (Control Point/ CP) 10
9 Patok Kayu 1
10 Pondok Kerja (sewa) 3
BAB 6 PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Seiring dengan perkembangan kota dan batas antara sungai sebagai sistem pembawa
aliran dan wilayah pemukiman serta pemanfaatan lain yang semakin bergeser kearah
sungai dan ini tentu saja akan mengganggu fungsi sungai sebagai pembawa aliran dan juga
mengurangi nilai pemanfaatan tanah yang ada mengingat akan sering tergenang disaat
kondisi banjir. Sehingga pekerjaan ini memang sangat berguna, karena:
1. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Indonesia memikul beban yang berat dalam
menunjang kehidupan masyarakat yang hidup di sekitarnya.
2. Identifikasi, inventarisasi dan pengukuran batas sempadan sungai memang dirasa
perlu, agar penetapan pengelolaan sungai di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan
beserta statusnya dan jalur sempadan sungai sesuai peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan peraturan terkait lainnya, sehingga jelas penanggung jawab pengelolaan
sungai.
6.2 SARAN
Tempat : Ruang Rapat Bidang Jaringan Pengembangan Sumber Air, Dinas Sumber
Daya Air, Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara
Jl. Sakti Lubis No. 7 Medan
Acara : Presentasi Laporan Pendahuluan SID Pengendalian Banjir Sungai Batang
Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan
I. DASAR
Dasar pelaksanaan rapat ini adalah Surat Perjanjian (Kontrak) nKontrak Nomor
602/PJSA/02-SP/SID-BA/2020 Tanggal 19 Mei 2020, Pekerjaan SID Pengendalian Banjir
Sungai Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Surat Kuasa Pengguna Anggaran
Nomor 005/KPA/PJSA/69/VI/2020 tanggal 16 juni 2020 tentang Undangan Presentasi
Laporan Pendahuluan SID Batang Angkola.
Rapat dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2020 pada pukul 09.00 WIB, di Ruang Rapat
Bidang Pengembangan Jaringan Sumber Air, Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya dan
Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara
Demikian notulen rapat ini dibuat sebagai bahan masukan semua pihak terkait.
DOKUMENTASI LAPORAN PENDAHULUAN
Kamis, 18 Juni 2020, Pukul : 09.00 s/d Selesai