Anda di halaman 1dari 152

Pemahaman Terhadap KAK

PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

PROPOSAL TEKNIK

1. PEMAHAMAN TERHADAP KAK


2. KUALITAS DAN METODOLOGI
A. Ketepatan Analisa
B. Konsistensi Metodologi dan Rencana Kerja
C. Apresiasi Terhadap Inovasi
D. Dukungan Data Terhadap KAK
E. Uraian Tugas
F. Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Penugasan
G. Organisasi
H. Fasilitas Penunjang
3. HASIL KERJA
A. Penyajian Analisa dan Gambar Kerja
B. Penyajian Spekteknis dan Perhitungan Teknis
C. Penyajian Laporan
4. GAGASAN BARU (INOVASI)
5. RK3K
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

A. URAIAN PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Berdasarkan PerPres No. 79 dan No. 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan
Ekonomi, pada sub bab Prinsip Keberlanjutan dan Mitigasi Kebencanaan dalam
Pelaksanaan Percepatan dan Pemerataan Pembangunan, disebutkan bahwa
pembangunan yang berkelanjutan perlu disertai dengan jaminan keberlanjutan
lingkungan sebagai ekosistem utama manusia, diantaranya adalah dengan
mengusahakan pengurangan resiko bencana dan penyesuaian perencanaan infrastruktur
dan desain terhadap dampak cuaca ekstrem dan perubahan iklim sebagai bentuk
penguatan adaptasi bangsa.

Usaha-usaha pemerintah untuk mengurangi bencana banjir telah banyak dilakukan agar
pembangunan negara dan aktivitas masyarakat setempat dapat berjalan dengan
lancar. Usaha tersebut diwujudkan dalam pekerjaan perencanaan sungai dan
pengendalian banjir yang kemudian ditindaklanjuti melalui pembangunan fisik
bangunan-bangunan air yang mendukungnya. Langkah-langkah yang berkelanjutan,
termasuk diantaranya adalah survei dan desain mengenai perbaikan sungai, sangat
diperlukan dalam rangka pengelolaan sungai berdasarkan peraturan atau standar teknis
perencanaan sungai yang ada.

Dalam rangka melaksanakan kegiatan penataan sungai dan pembangunan prasarana


pengendalian banjir dan untuk mendapatkan konstruksi yang layak sesuai dengan
standar desain konstruksi yang berlaku, Operasi dan Pemeliharaan SDA Papua Barat
pada Tahun Anggaran 2022 akan melaksanakan studi Penilaian Kinerja dan AKNOP
Pengendali Sedimen di Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat guna mengidentifikasi
dan sekaligus menganalisa fungsi kelayakan OP bangunan Pengendali Sedimen secara
komprehensif sehingga dapat diketahui penyebab dan rencana penanganan yang
tepat dan terpadu.

1-1
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

2. Maksud dan Tujuan


Maksud kegiatan ini adalah Melakukan kegiatan inspeksi dan penelusuran bangunan
pengendali sedimen (chekdam), serta proses evaluasi dan penilaian (assesment)
mengenai kinerja bangunan. Dari hasil evaluasi dan penilaian akan memberikan
kesimpulan yang penting dalam menetapkan pilihan tindakan pemeliharaan yang paling
efektif dan efisien. Berdasarkan penilaian itu, bentuk tindakan pemeliharaan yang akan
dilakukan terhadap bangunan pengendali sedimen akan ditentukan dan dihitung
berdasarkan Angka Kebutuhan Nyata.
Tujuan utama pekerjaan ini adalah:
a. Untuk mendapatkan informasi dari kondisi bangunan pengendali sedimen dalam
upaya pemeliharaan bangunan sungai serta kondisi sungai dari daya rusak air
yang menjadi asset Balai Wilayah Sungai Papua Barat.
b. Menyusun rencana operasional dan pemeliharaan bangunan.

3. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan pekerjaan ini adalah:
a. Tersusunnya Dokumen Penilaian Kinerja dan biaya angka kebutuhan nyata
bangunan pengendali sedimen.
b. Tersedianya data inventarisasi sarana prasarana sungai.
c. Mengetahui/mengukur tingkat pelayanan, kondisi saat dilakukan penilaian
terhadap bangunan pengendali sedimen.
d. Mengetahui dan mengukur adanya kerusakan minor maupun mayor pada setiap
komponen bangunan.
e. Mengetahui/mengukur efektifitas bangunan pengendali sedimen pada saat
dilakukan penilaian.
f. Mengetahui problem dari aspek keamanan.
g. Mengoptimalkan kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana prasarana sungai.
h. Menentukan/mendapatkan besaran biaya nyata yang dibutuhkan untuk OP
bangunan pengendali sedimen yang efektif dan efisien.
i. Terpeliharanya bangunan pengendali sedimen.
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan di Wilayah Sungai Omba Kabupaten Teluk Wondama yang menjadi
asset Balai Wilayah Sungai Papua Barat.

5. Sumber Pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Tahun Anggaran 2022 sebesar Biaya yang dibutuhkan Rp. 850.000.000,-
(Delapan ratus lima puluh juta rupiah) termasuk PPn, yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2022.

6. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen.


a. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah PPK Operasi dan
Pemeliharaan SDA 1,
b. Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan
SDA Papua Barat,

B. DATA PENUNJANG

7. Data Dasar
Sebelum memulai kegiatan pekerjaan, konsultan harus melakukan konsultasi terlebih
dahulu dengan Pengguna Jasa / Kuasa Pengguna Anggaran /Pejabat Pembuat Komitmen
/ Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, hal ini dimaksudkan guna mendapatkan konfirmasi
mengenai informasi data dasar.
Adapun data-data yang diperlukan sebelum melaksanakan pekerjaan sebagai berikut:
a. Data-data dokumen Studi terdahulu/Gambar Purna Laksana (As Build Drawing).
b. Data lokasi/peta topografi untuk membantu proses selanjutnya.
c. Usulan-usulan teknis lain dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.
d. Data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting.

8. Standar Teknis
Dalam kegiatan seperti yang dimaksud pada KAK ini, Konsultan harus memperhatikan
persyaratan-persyaratan serta ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Persyaratan Umum Pekerjaan
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

Setiap bagian dari kegiatan Perencanaan harus dilaksanakan secara benar dan
tuntas dan memberikan hasil yang telah ditetapkan dan diterima dengan baik
oleh Pengguna Jasa/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat
Komitmen/Pengendali Kegiatan.
b. Persyaratan Obyektif
Pelaksanaan pekerjaan pengaturan dan pengamanan yang obyektif untuk
kelancaran pelaksanaan, baik yang menyangkut macam, kualitas dan kuantitas
dari setiap bagian pekerjaan
c. Persyaratan Fungsional
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan dengan profesionalisme dan
tanggung-jawab yang tinggi sebagai Konsultan.
d. Persyaratan Prosedural
Penyelesaian administrasif sehubungan dengan pelaksanaan tugas/pekerjaan di
lapangan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur-prosedur dan
peraturanperaturan yang berlaku.
e. Kriteria Lain-lain
Selain kriteria umum di atas, untuk berlaku pula ketentuan-ketentuan seperti
standar, pedoman, dan peraturan yang berlaku, antara lain ketentuan yang
diberlakukan untuk pekerjaan kegiatan yang bersangkutan, yaitu Surat Perjanjian
Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak), dan ketentuan-ketentuan lain sebagai dasar
perjanjiannya.
Adapun standar teknis/pedoman dalam melaksanakan kegiatan Penilaian Kinerja
dan Aknop Pengendali Sedimen Kab. Teluk Wondama menggunakan daftar
referensi teknis sebagai dasar pelaksanaan, referensi dimaksud adalah:
1) SE Menteri PUPR No.03/SE/M/2019, tentang Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Sabodam.

9. Referensi Hukum
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
b. Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan


Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
e. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah RI Nomor 12
Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Melalui Penyedia;
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.
h. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai.
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
09/PRT/M/2015 Tentang Penggunaan Sumber Daya Air;
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
13/PRT/M/2015 Tentang Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya Rusak
Air;
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
m. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
18/SE/M/2021 Tentang Pedoman Operasional Tertib Penyelenggaraan Persiapan
Pemilihan untuk Pengadaan Jasa Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat;
n. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
897/KPTS/M/2017 Tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja
Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan Jasa Konsultansi
Konstruksi;

C. RUANG LINGKUP
10. Lingkup Pekerjaan
dalam tahap ini mempunyai luasan sesuai kebutuhan desain.
Ruang Lingkup Pekerjaan Penilaian Kinerja dan Angka Kebutuhan Nyata Pengendali
Sedimen Kab. Teluk Wondama meliputi:
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

a. Persiapan dan Pengumpulan data primer dan pegumpulan data sekunder


❖ Studi terdahulu/Gambar purna laksana (ABD) jika ada.
❖ Data lokasi/peta topografi untuk membantu proses selanjutnya.
❖ Peta tataguna lahan.
❖ Inventarisasi Kondisi aktual bangunan.
❖ Penelusuran/pengukuran bangunan agar mengetahui lebih detail kondisi
bangunan.
❖ Data kecepatan aliran dan kedalaman aliran.
❖ Hasil inventarisasi dan pengumpulan data dituangkan dalam laporan dalam
bentuk tabel dan foto dokumentasi
b. Analisis data
❖ Analisis Morfologis Sungai
❖ Analisis Hidrologi
❖ Analisis Sedimentasi.
c. Penilaian Kinerja Bangunan Pengendali Sedimen
❖ Indetifikasi dan Analisis tingkat kerusakan.
❖ Penilaian kondisi kerusakan bangunan dengan mengisi form.
❖ Analisis tingkat kerusakan
❖ Analisis kelembagaan
❖ Analisis kegiatan pemeliharaan, mengklasifikasi jenis kerusakan maupun jenis
penanganan Tindakan Preventif, Korektif, dan Rehabilitatif
d. Penyusunan Angka Kebutuhan Nyata (AKNOP):
e. Rekomendasi Teknis.
f. Rancangan konseptual Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.
❖ Hasil dari kegiatan ini berupa data umum proyek dan indentifikasi keselamatan
konstruksi mulai dari aspek, deskripsi awal dan rekomendasi teknis.
g. Pelaporan

11. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah berupa dokumen :
a. Program Mutu
b. Laporan Pendahuluan
c. Laporan Antara
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

d. Draf Laporan Akhir (Draf Final Report)


e. Laporan Akhir (Final Report)
f. Ringkasan Eksekutif (Eksekutif Summary)
g. Laporan Bulanan
h. Laporan Teknis (pendukung)
i. Penggambaran (Gambar A3)
j. Laporan Penerapan SMKK (Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi)
k. Hardisk 1 Tb (Softcopy dokumen laporan, gambar dan data pendukung)

12. Peralatan, Matewrial, Personil dan Fasilitas Dari PPK


Pengguna Jasa akan menugaskan juga personil Tim Teknis dari instansi untuk
mengawasi pekerjaan dari konsultan. Untuk fasilitas dari PPK hanya menyediakan ruang
untuk rapat-rapat rutin beserta perlengkapannya. Data dan fasilitas yang disediakan oleh
pengguna jasa yang dapat digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa. Pengguna
Jasa menyediakan kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu serta
photografi. Pengguna jasa akan mengangkat petugas atau wakilnya yang bertindak
sebagai Direksi dan Pengawas dalam rangka pelaksanaan jasa konsultansi.

13. Peralatan dan Material Dari Penyedia Jasa


Penyedia Jasa diwajibkan untuk menyediakan segala perlengkapan dan peralatan yang
berkaitan dengan tugas perencanaan. Barang-barang yang harus disediakan oleh
penyedia jasa dengan cara sewa atas nama Pengguna Jasa: Barang-barang yang harus
disediakan oleh penyedia jasa dengan cara sewa:
a. Akomodasi dan perlengkapan kantor.
b. Kendaraan roda empat dan roda dua.
c. Alat-alat kantor dan peralatan kerja lapangan.
d. Computer dan printer dan peralatan elektronik penunjang perencanaan.
Kebutuhan barang selain tersebut di atas, yakni:
• Bahan habis pakai.
Yaitu meliputi alat tulis kantor seperti kertas HVS dan alat tulis serta komputer
supplies yang terdiri dari flash disk/CD, kertas dan tinta printer. Karena sifatnya
yang habis pakai maka digunakan sistem beli untuk pengadaannya.
• Peralatan khusus
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

Yang dimaksud dengan peralatan khusus disini adalah peralatan yang digunakan
untuk survei yaitu meteran kecil, roll meter dan kamera digital bahkan Theodolit,
waterpass, peralatan laboratorium, dan peralatan khusus lainnya.

14. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa


Lingkup Kewenangan
Lingkup kewenangan bagi Konsultan adalah pelaksanaan Pekerjaan Penilaian Kinerja
dan AKNOP Pengendali Sedimen Papua Barat.
Tanggung Jawab Penyedia Jasa
a) Melakukan konsultasi dengan Penggunaan Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen/Pengendali Kegiatan untuk membahas segala
masalah dan persoalan yang timbul selama masa pelaksanaan kajian/
perencanaan/analisis.
b) Mengadakan rapat secara berkala sedikitnya 1 (satu) kali sebulan, dengan Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen/Pelaksana
Kegiatan/Tim Teknis, Konsultan Perencana Teknis dengan tujuan untuk
membicarakan masalah dan persoalan yang timbul dalam perencanaan lapangan,
untuk kemudian membuat risalah rapat dan mengirimkan kepada semua pihak yang
bersangkutan, serta sudah diterima masing-masing pihak paling lambat satu minggu
kemudian.
c) Mengadakan rapat di luar jadual rutin tersebut apabila dianggap perlu dan karena ada
permasalahan mendesak yang perlu dipecahkan.
d) Kinerja Perencana yang harus memenuhi standar hasil kerja Perencana yang berlaku
dan disyaratkan.
e) Hasil evaluasi perencanaan dan dampak yang ditimbulkan.
f) Ketepatan waktu pelaksanaan.
g) Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan perencanaan kegiatan
tersebut.

15. Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut adalah 150 (Seratus lima puluh)hari
kalender atau 5 (Lima) bulan terhitung sejak ditandatangani Surat Perintah Mulai Kerja
oleh Kedua belah pihak.
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

16. Personil
Dalam melaksanakan pekerjaan ini, diperlukan tenaga, sebagai berikut:
Kualifikasi
Sertifikat
Posisi Tingkat Status
Jurusan Keahlian Pengalaman
Pendidikan Tenaga Ahli
(SKA)
Tenaga Ahli (Professional Staff)
Team Leader Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Sumber Daya 4 Tahun Ahli Muda
Pengairan Air (SDA)
Ahli Sungai Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Sumber Daya 3 Tahun Ahli Muda
Pengairan Air (SDA)
Ahli Hidrologi Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Sumber Daya 3 Tahun Ahli Muda
Pengairan Air (SDA)
Ahli Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Pemeliharaan 3 Tahun Ahli Muda
Pemeliharaan dan dan Perawatan
Pengairan
Perawatan Bangunan
Bangunan

Ahli K3 Stara 1 (S1) T. Sipil K3 1 Tahun Ahli Muda

Sub Professional Staff


Asisten Ahli Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Sumber Daya 1 Tahun
Sungai Pengairan Air (SDA)
Asisten Ahli Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Sumber Daya 1 Tahun
Hidrologi Pengairan Air (SDA)
Supporting Staff
Administrator Stara 1 (S1) Ilmu Adminstrasi 1 Tahun
Adminstrasi
Operator (S1)/D3 Manajemen Operator 1 Tahun
Komputer Komputer Komputer

Uraian Tugas Personil:


Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

A. Tenaga Ahli (Professional staff)


1. Team Leader (SKA SDA)
• Memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja.
• Mengawasi semua tenaga / personil yang terlibat dalam pekerjaan survey
pengukuran dan pengumpulan data tepat waktu.
• Bertanggung jawab atas kebenaran, ketelitian, kemutakhiran dan kelengkapan
data hasil survei sesuai buku pedoman pelaksanaan teknis.
• Bertanggung jawab atas ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan yang telah
ditetapkan untuk pekerjaan survei / pengumpulan data sekunder, pengumpulan
data primer, pengolahan dan penyajian / pelaporan.

2. Ahli Sungai (SKA SDA)


• Melaksanakan Persyaratan K3 dan Lingkungan
• Melakukan survei dan pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk
perencanaan sungai
• Membuat perhitungan /analisis Hidrologi dan Hidrolika
• Membuat perhitungan struktur normalisasi sungai dan saluran drainase, serta
bangunan pelengkap
• Menyiapkan data teknisk untuk penyusunan Rencana teknis pekerjaan sungai
• Menyiapkan data Teknis untuk penyusunan Rencana Operasi dan Pemeliharaan
• Membuat gambar desain sesuai parameter yang ada dalam Teknik sungai.
• Melakukan evaluasi laporan kerja pelaksanaan perencanaan sungai

3. Ahli Hidrologi (SKA SDA)


• Dapat Melakukan pengumpulan data sekunder dan melakukan review atas hasil
analisis terdahulu.
• Dapat Melaksanakan collecting data sekunder seperti: Data Hujan, Klimatologi,
Peta Das dan lain-lain yang berkaitan dengan analisis hidrologi.
• Dapat Melakukan kegiatan kompilasi data dan melakukan anaisis water balance.
• Dapat Menyiapkan laporan hasil analisis hidrologi beserta rekomendasi yang
diperlukan team desain.
• Dapat Melakukan diskusi dengan instansi terkait dalam perumusan hasil analisis.
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

• Dapat Melakukan analisis data curah hujan, Dedit Racangan, data klimatologi
serta data-data penunjang lainnya yang berkaitan dengan hidrolika.
• Dapat Menyiapkan laporan hidrolika/hidrologi.
• Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan analisis hidrologi.

4. Ahli Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan (SKA Pemeliharaan dan Perawatan


Bangunan)
• Melakukan Pemeriksaan Terhadap Tingkat Kesulitan masing-masing item
pekerjaan
• Menghitung kebutuhan sumber daya
• Mengevaluasi dan menetapkan Metode Kerja yang digunakan
• Mengevaluasi dan menetapkan RAB dan Jadwal Kerja
• Menyusun pelaksanaan pekerjaan perawatan komponen-komponen bangunan air
• Mengkoordinir pelaksanaan pengujian kelayakan hasil pekerjaan perawatan
• Membuat laporan pekerjaan
5. Ahli K3 (SKA K3)
• Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3
Konstruksi
• Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi.
• Merencanakan dan menyusun program K3.
• Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3.
• Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program,
prosedur kerja dan instruksi kerja K3.
• Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis
K3 konstruksi.
• Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis

K3, jika diperlukan.


• Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat.

B. Sub Proffesional Staff


Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

1. Asisten Ahli Sungai


• Membantu Ahli Sungai dalam pengumpulan data sekunder dan melakukan
review atas hasil analisis terdahulu.
• Membantu Ahli Sungai dalam mengevaluasi bangunan sungai.
• Membantu Ahli Sungai melakukan evaluasi kebutuhan sumber daya dan
metodologi.
• Melakukan evaluasi laporan kerja pelaksanaan uji coba
• Menerapkan peraturan konstruksi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
pengendalian lingkungan kerja dan mutu.

2. Asisten Ahli Hidrologi


• Membantu Ahli hidrologi dalam pengumpulan data sekunder dan melakukan
review atas hasil analisis terdahulu..
• Membantu Ahli Hidrologi dalam Melaksanakan collecting data sekunder seperti:
Data Hujan, Klimatologi, Peta Das dan lain-lain yang berkaitan dengan analisis
hidrologi..
• Membantu Ahli Hidrologi dalam mengalisis data.

C. Supporting Staff
1. Administrator
• Menginput data administrasi.
• Memastikan Dokumentasi dari kegiatan proyek berjalan dengan baik dan lancar.
• Bertanggung jawab atas inventaris kantor.
• Menginput laporan.
• Membantu Team Leader terutama dalam hal keuangan dan sumber daya manusia
sehingga kegiatan pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik.
• Memelihara bukti-bukti kerja sub bagian administrasi pekerjaan serta data-data
pekerjaan

2. Operator Komputer
• Menerima data/dokumen
• Menyiapkan komputer dan menghidupkannya ke posisi on agar siap dioperasikan
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

• Memeriksa kelengkapan data


• Memasukkan dan menyimpan data ke dalam komputer agar data tersimpan
dengan baik
• Mencatat dokumen/data dalam list penerimaan dokumen/data agar bisa diketahui
history dokumen/data yang masuk.
• Membuat tanda terima penerimaan dokumen/data yang masuk

LAPORAN

17. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan memuat: Latar belakang pekerjaan, Kondisi umum lokasi


pekerjaan, Metodologi pelaksanaan pekerjaan, Pengorganisasian personil, Uraian tugas,
Jadwal pelaksanaan dan Rencana kerja. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 1
(satu) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

18. Laporan Bulanan


Laporan Bulanan memuat: Kemajuan pekerjaan sebelumnya, Rencana kegiatan
berikutnya, Permasalahan yang dihadapi, Lampiran-lampiran pendukung seperti
dokumentasi kegiatan, bukti invoice dan absensi personil. Laporan harus diserahkan
selambat-lambatnya: Pada minggu pertama setiap bulan sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 5 (lima) buku laporan setiap bulannya.

19. Laporan Antara


Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan: Hasil survey/tinjauan
pustaka/tinjauan lapangan, Pengumpulan data, inventarisasi masalah dan Hasil
pengolahan data. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: dipertengahan waktu
pelaksanaan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

20. Laporan Akhir


Laporan Akhir memuat: Hasil pekerjaan. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya:
1 (satu) minggu sebelum masa kontrak berakhir sebanyak 5 (lima) buku laporan dan
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

semua dokumen laporan dari awal sampai akhir berupa softcopy scan di sertakan dalam
media penyimpan data (Hardisk).

HAL-HAL LAIN

21. Jenis Klasifikasi Badan Usaha


Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan Kualifikasi Usaha Kecil.Sub Klasifikasi SBU Jasa
Konsultansi untuk Perencanaan Rekayasa RE 103 (Jasa Desain Rekayasa untuk
Pekerjaan Teknik Sipil Air)

22. Produksi Dalam Negeri


Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan
pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

23. Persyaratan Kerja Sama


Jika kerja sama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan berikut harus dipatuhi sesuai Perpres No
17 Tahun 2019 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Untuk Percepatan
Pembangunan Kesejahteraan Di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat:
1. Dalam hal peserta akan melakukan kerjasama operasi (KSO)/kemitraan maka
disyaratkan sebagai berikut:
a. Peserta wajib melakukan pemberdayaan kepada Pelaku Usaha Papua dalam
bentuk Kerja Sama Operasi (KSO) dan/atau subkontrak, kecuali apabila peserta
adalah Pelaku Usaha Papua
b. Peserta dilarang melakukan KSO dan/atau subkontrak dengan Pelaku Usaha
Papua yang tidak aktif.
c. Dalam hal Peserta melakukan KSO, maka KSO dipimpin oleh Pelaku Usaha
Papua sepanjang ada Pelaku Usaha Papua yang memenuhi kualifikasi.
d. Wajib mempunyai perjanjian Kerja Sama Operasi/kemitraan yang memuat
persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

e. Penilaian kualifikasi dilakukan terhadap seluruh peserta yang tergabung dalam


Kerja Sama Operasi/kemitraan;
f. Membentuk kemitraan/KSO dengan nama kemitraan/KSO tertentu;
g. Menunjuk 1 nama peserta sebagai perusahaan utama (leading firm) untuk
kemitraan/KSO dan mewakili serta bertindak untuk dan atas nama
kemitraan/KSO;
h. Menyetujui apabila ditunjuk sebagai pemenang, wajib bertanggung jawab baik
secara bersama-sama atau masing-masing atas semua kewajiban sesuai ketentuan
dokumen kontrak;
i. Perjanjian secara otomatis menjadi batal dan tidak berlaku lagi bila seleksi tidak
dimenangkan oleh perusahaan kemitraan/KSO.
2. Dalam hal pekerjaan yang di Subkontrakan adalah:
a. Biaya Langsung Non Personil
b. Sewa Peralatan Penunjang - Meter laser, Total station, Theodolite Digital,
Waterpas Digital, Hand GPS (Static), GPS, Echosounder, Drone.

24. Pedoman Pengumpulan Data Lapangan


Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, penyedia jasa harus mengadakan
koordinasi, konsultasi dan asistensi terlebih dahulu.
b. Pengumpulan data sesuai standar pedoman dan dari sumber yang bisa
dipertanggung jawabkan.

25. Alih Pengetahuan


Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan
pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personel satuan kerja
Pejabat Penandatanganan Kontrak berikut:
Konsultan wajib menyebarluaskan pengetahuan khususnya yang terkait dengan

materi perencanaan, dalam bentuk laporan atau tulisan lainnya.


Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

PEMAHAMAN KAK

1. Pemahaman Terhadap Latar Belakang


Dari permasalahan diatas, konsultan akan melakukan pekerjaan ini dengan sebaik-
baiknya dan secara profesiaonal. Karena dengan pengalaman konsultan pada
pekerjaan sejenis, konsultan dapat mengatasi permasalahan yang ada di lapangan
dengan baik dan tepat.
2. Pemahaman Terhadap Maksud, Tujuan
Sesuai dengan maksud dan tujuan yang sudah dijelaskan diatas konsultan akan
berusaha sebaik mungkin, khususnya pengendalian teknis di lapangan dan
administrasi.
3. Pemahaman Terhadap Sasaran
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan sumber pendanaan dari pekerjaan ini sudah sangat jelas
dan bisa dimengerti.
4. Pemahaman Terhadap Lokasi Pekerjaan
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan sumber pendanaan dari pekerjaan ini sudah sangat jelas
dan bisa dimengerti.
5. Pemahaman Sumber Pendanaan
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan sumber pendanaan dari pekerjaan ini sudah sangat jelas
dan bisa dimengerti.
6. Pemahaman Terhadap Nama Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan Nama Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen dari
pekerjaan ini sudah sangat jelas dan bisa dimengerti.
7. Pemahaman Terhadap Data Dasar
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan data dasar dari pekerjaan ini sudah sangat jelas dan bisa
dimengerti.
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

8. Pemahaman Standart Teknis


Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan standart teknis dari pekerjaan ini sudah sangat jelas dan
bisa dimengerti.
9. Pemahaman Terhadap Referensi Hukum
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan referensi hukum dari pekerjaan ini sudah sangat jelas dan
bisa dimengerti.
10. Pemahaman Terhadap Lingkup Pekerjaan
Dalam kak sudah dijelaskan secara ringkas tentang lingkup pekerjaan ini, dengan
pengalaman konsultan yang cukup untuk pekerjaan sejenis konsultan terlebih dahulu
akan mempelajari hasil desain studi sebelumnya dan selanjutnya akan melakukan
survey pendahuluan untuk menentukan apa ada perubahan desain atau tidak.
11. Pemahaman Terhadap Keluaran
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan keluaran dari pekerjaan ini sudah sangat jelas dan bisa
dimengerti.
12. Pemahaman Terhadap Peralatan,Material,Personil dan Fasilitas dari PPK
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan peralatan, material,personil dan fasilitas dari PPK dari
pekerjaan ini sudah sangat jelas dan bisa dimengerti.
13. Pemahaman Terhadap Peralatan dan Material Penyedia Jasa
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan peralatan dan Material dari Penyedia Jasa dari pekerjaan
ini sudah sangat jelas dan bisa dimengerti.

14. Pemahaman Terhadap Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa


Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan lingkup kewenangan penyedia jasa dari pekerjaan ini
sudah sangat jelas dan bisa dimengerti.
15. Pemahaman Terhadap Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan akan diselesaikan selama selama 5 bulan jika
dibuat hari kalender menjadi 150 hari.
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

Berdasarkan pengalaman konsultan dalam melaksanakan kegiatan sejenis, perlu


dipertimbangkan mengenai jadual pelaksanaan kemungkinan adanya hambatan-
hambatan yang diluar kemampuan konsultan disamping itu juga kegiatan-kegiatan
administrasi yang mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan tetapi konsultan
tetap berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal waktu yang telah
ditetapkan, yakni dengan berupaya semaksimal mungkin untuk menghasilkan
perencanaan teknis yang akurat sesuai KAK dengan memanfaatkan waktu yang
disediakan seefisien dan seefektif mungkin.
16. Pemahaman Terhadap Personil
Dalam melaksanakan pekerjaan ini konsultan diharuskan melaksanakan beberapa
jenis kegiatan yang membutuhkan man month tenaga ahli sesuai dengan jumlah
yang ditetapkan dalam jadwal pelaksanaan selama 5 bulan. Berdasar pada
pengalaman pekerjaan sejenis yang telah dikerjakan oleh konsultan, dan keleluasaan
dalam mengatur sumberdaya yang dimiliki sangat menunjang pekerjaan,
pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat diupayakan selesai tepat waktu dan dengan
kualitas sesuai KAK dan petunjuk dari direksi.
Berdasarkan atas persyaratan yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja,
Konsultan memandang Tenaga Ahli yang dibutuhkan cukup memadai baik jumlah
maupun kualifikasinya. Namun untuk jadwal tenaga ahli pada kak, konsultan
memiliki jadwal tersendiri untuk memudahkan operasional dan kebutuhan di
lapangan, yang dapat dilihat pada bab personil selanjutnya.
17. Pemahaman Terhadap Laporan Pendahuluan.
Laporan Pendahuluan adalah merupakan kegiatan yang menyangkut Pola, Rencana
dan Program Kerja dalam Pekerjaan ini, sehingga kami sebagai konsultan akan
melaksanakan kegiatan ini sesuai dengan ketentuan KAK dan petunjuk dari Direksi.
18. Pemahaman Terhadap Laporan Bulanan.
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan Laporan Bulanan untuk pekerjaan ini sudah sangat jelas
dan bisa dimengerti.
19. Pemahaman Terhadap Laporan Antara.
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan Laporan Antara untuk pekerjaan ini sudah sangat jelas dan
bisa dimengerti.
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT

20. Pemahaman Terhadap Laporan Akhir.


Mengingat Laporan Akhir adalah merupakan gambaran dari seluruh kegiatan
Pekerjaan ini maka konsultan Penyedia Jasa akan menyelesaikan tepat waktu sesuai
dengan maksud yang diuraikan KAK>
21. Pemahaman Terhadap Jenis Klasifikasi Badan Usaha.
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan Jennis Klasifikasi Badan Usaha dari pekerjaan ini sudah
sangat jelas dan bisa dimengerti.
22. Pemahaman Terhadap Produksi
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan Produksi Dalam Negeri dari pekerjaan ini sudah sangat
jelas dan bisa dimengerti.
23. Pemahaman Terhadap Persyaratan Kerja Sama.
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan Persyaratan Kerja Sama dari pekerjaan ini sudah sangat
jelas dan bisa dimengerti.
24. Pemahaman Terhadap Pedoman Pengumpulan Data Lapangan.
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan Pedoman Pengumpulan Data Lapangan dari pekerjaan ini
sudah sangat jelas dan bisa dimengerti.
25. Pemahaman Terhadap Alih Pengetahuan.
Konsultan Akan melaksanakan kegiatan ini sesuai dengan Ketentuan yang berlaku
dan Petunjuk Direksi.
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

BAB 1. METODOLOGI

1.1. PENGUMPULAN DATA-DATA SEKUNDER

Pengumpulan data-data sekunder meliputi pengumpulan data pendahuluan


seperti hasil survey, investigasi studi maupun desain terdahulu untuk menunjang
desain, data-data sekunder ini juga sangat berperan dalam keandalan analisa yang
akan dilakukan baik dalam analisa hidrologi, analisa hidrolika, analisa sedimen,
analisa struktur dan lain-lain. Untuk itu data-data sekunder yang telah dikumpulkan
meliputi :

1. Data hidroklimatologi meliputi data curah hujan yang diperoleh di daerah studi
2. Data-data daerah genangan banjir meliputi daerah rawan banjir, lama dan
luas genangan, tinggi genangan dan penyebab banjir
3. Peta-peta dengan skala terbesar yang ada yaitu peta dari Bakorsurtanal skala 1 :
50.000
4. Titik-titik referensi
5. Kajian-kajian geologi terdahulu
6. Hasil pengukuran topografi terdahulu
7. dan lain-lain

Dari data-data sekunder tersebut sebelum dipakai sebagai alat analisa


perlu dilakukan kompilasi data dan studi pendahuluan, agar alat analisa yang
dipakai dapat memberikan nilai validasi dan memberikan parameter desain yang
dapat dipertanggung jawabkan. Kompilasi dan kegiatan pendahuluan yang dilakukan
adalah sebagai berkut :

a. Kompilasi data dilakukan pada data-data hidroklimatologi dengan tujuan melihat


data yang hilang (missing data), dan kepuguhan/konsistensi data sehingga dapat
diketahui data yang masih perlu dilengkapi dalam bentuk report maupun survey
tambahan yang diperlukan.
b. Studi pendahuluan yang dilakukan terhadap studi-studi yang terdahulu terutama
yang menyangkut:

Kondisi Daerah Pengaliran Sungai (DPS)


Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Kondisi Topografi
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Kondisi Geologi
Kondisi Hidrologi
Dasar-dasar perencanaan bangunan
Dan lain-lain

c. Tinjauan lapangan yang dilakukan untuk memastikan atas kondisi berdasarkan


studi terdahulu, melakukan identifikasi dan inventarisasi permasalahan yang
menjadi penyebab banjir dan akibatnya dan juga untuk mempertajam studi
pendahuluan.

1.2. PENGUKURAN TOPOGRAFI (TOPOGRAPHIC SURVEY)

1.2.1. PENGUKURAN POLIGON

Dalam pekerjaan pengukuran poligon, data yang mutlak dibutuhkan


adalah koordinat dan elevasi referensi, yang digunakan untuk mengikat titik awal
poligon. Titik ini dapat diperoleh dari benchmark (BM) yang ada ataupun check poin
(CP) pada daerah yang akan dipetakan.

A. Pengukuran Poligon/Kontrol Horisontal

Kontrol horizontal dilakukan dengan cara pengukuran poligon, poligon harus


tertutup dan melingkupi daerah yang dipetakan, jika daerahnya cukup luas
poligon utama dibagi dalam beberapa kring tertutup. Jadi secara umum kontrol
horizontal dapat dilakukan sebagai berikut :

- Metode yang digunakan adalah poligon, dimana semua patok dan BM yang
sudah dipasang merupakan titik poligon.
- Sudut diukur satu seri ganda (biasa dan luar biasa) menggunakan
theodolith.
- Jarak diukur dua (2) kali menggunakan Alat Ukur Elektronik (EDM) pada
poligon utama dan memakai pita ukur 50 m pada poligon cabang.

Sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang harus terikat kepada poligon
utama. Diusahakan jalur poligon baik cabang atau utama melalui batas jalan yang
ada. titik koordinat referensi yang digunakan harus mendapat persetujuan dari
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Direksi pekerjaan, jalur poligon baik cabang atau utama dibuat melalui
rencana atau bantaran
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

sungai/saluran/jalan yang sudah ada demikian juga jalur inspeksi


atau drainase/drainage.

Titik poligon selain bench mark adalah patok kayu berukuran 5 cm x 5 cm x 70


cm. Patok ini harus dicat untuk memudahkan identifikasi.

Jika polygon utama diukur dengan EDM sedang poligon cabang diukur dengan
pita ukur baja ketelitian linier poligon utama harus lebih kecil atau sama dengan 1 :
10.000 sedangkan poligon cabang harus lebih kecil atau sama dengan 1 : 5.000.

B. Pengukuran kerangka Water Pass/Kontrol Vertikal

Semua titik poligon harus diukur ketinggiannya, titik referensi untuk kontrol
vertikal harus persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal
dilakukan pulang pergi, alat yang digunakan alat ukur otomatis (N12, NAK atau
yang sejenis), sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur harus diperiksa
ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah
jarak muka dan jarak dari alat ke rambu titik tidak lebih besar dari 60 m
sedangkan alat terdekat dari alat ke rambu tidak lebih dari 5 m.

Secara umum kontrol vertikal dapat dilakukan sebagai


berikut :

- Metode yang digunakan adalah metode waterpass memanjang, melalui semua


titik poligon
- Jalur waterpass utama merupakan Jalur Tertutup (Loop), sedangkan
waterpass cabang merupakan jalur Terikat Sempurna.
- Menggunakan alat ukur “Automatic
Level”
- Pengukuran dilakukan double stand, dimana stand I dibaca lengkap (benang
atas, benang tengah dan benang bawah), sedangkan stand II dibaca benang
tengah.

Ketelitian pengukuran waterpass utama tidak lebih dari 10 D dan


waterpass utama tidak lebih 5D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan kilometer.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

1.2.2. PEMASANGAN JARINGAN BENCH MARK (BM)

A. Umum

Benchmark (BM) dipasang ditempat yang aman dari gangguan manusia atau
binatang, BM dipasang setiap 0.50 km dan perpotongan jalur poligon diikat
pada atau dekat bangunan yang permanen. Setiap BM dibuat diskripsinya dan
diberi nomor urut yang teratur. Ukuran BM sesuai TOR dan di cat warna biru.

Titik poligon lainnya selain benchmark adalah patok kayu berukuran 5 cm x 5cm x
60 cm dipasang disepanjang jalur saluran dengan setiap 50 m. Patok kayu,
dicat dan diberi nomor untuk memudahkan identifikasi.

B. Deskripsi Bench Mark

Seluruh benchmark (BM) dibuat diskripsinya Kordinat (X, Y) dan elevasinya


(Z).

Seluruh Benchmark (BM) yang sudah di pasang, dibuat deskripsinya,


kemudian ditabelkan dan foto BM dihimpun pada formulir deskripsi, form terlampir.

Semua benchmark dan patok poligon ditunjukkan pada peta situasi hasil
pengukuran topografi yang berskala 1 : 2.000. Dan juga ditunjukkan pada
gambar situasi yang berada pada long section. Nama Benchmark (BM) dan
elevasi akan dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukkan sebagai pusat
ketinggian dan untuk patok poligon akan ditulis nama/nomor dan elevasi tanah
saja.

1.2.3. PENGUKURAN SITUASI

Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang


telah dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran didalam
daerah areal yang akan dipetakan.

Jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk
mengisi detail planimetris berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh
penggambaran kontur yang yang memadai.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 5 cm pada peta skala 1
:
5.000. atau dengan kerapatan spot height 2 - 5 titik untuk tiap 1 hektar diatas tanah.
Dan untuk peta skala 1 : 2.000 titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 10
cm pada peta, atau dengan kerapatan spot height 8 – 10 titik untuk setiap hektarnya
diatas tanah.

Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman


dan ketidakteraturan terrain. Kerapatan titik-titik spot height yang dibutuhkan dalam
daerah pengukuran tidak hanya daerah sungai, tetapi juga kampung, kebun, jalan
setapak, tanaman sepanjang jalan pada lokasi rencana.

Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tacheometry


menggunakan theodolith T.0 atau yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh
lebih dari 100 meter.

Kontur digambar apa adanya tetapi teliti, dan bagian luar daerah sungai
kontur diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height, efek artistik tidak diperlukan.
Interval garis kontur sebagai berikut :

Kemiringan Tanah Interval


Kontur kurang dari 2% 0,25 m
2% sampai 5% 0,50 m
Lebih dari 5 % 1,00 m

Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 1.00 m
dan setiap kontur 5.00 m digambarkan lebih tebal.

a. Seluruh saluran, drainase, sungai (dasar terendah dan lebar harus jelas
terlihat). b. Jalan-jalan desa dan jalan setapak.
c. Bangunan irigasi dan drainase, batas kampung, rumah-rumah, jembatan
dan saluran. Diameter atau dimensi berikut ketinggian lantai semua gorong-
gorong dan jembatan, sekolah, masjid dan kantor pemerintah (camat, dll) harus
terlihat.
d. Pohon-pohon besar (berdiameter lebih besar dari 20 cm dengan ketinggian
sekitar
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

12 m diatas tanah) bila pepohonan ini berada di site dan tiang telpon,tiang
listrik dll.
e. Daerah rawa.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

f. Batas tata guna tanah (misalnya belukar berupa rerumputan dan alang-
alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).
g. Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil
dan lain-lain).
h. Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain). Nama kampung,
kecamatan, nama jalan dan lain-lain diperlukan.
i. Jaringan kerangka
dasar.

1.2.4. PENGUKURAN TRASE SUNGAI

Pengukuran untuk trase sungai meliputi penampang memanjang dan


melintang. Penampang memanjang dilengkapi dengan elevasi pada tiap jarak 50m
pada daerah lurus dan 25m pada belokan atau ditambah apabila ada perubahan
kemiringan yang cukup signifikan pada kemiringan tanah. Penampang memanjang
dilengkapi dengan:

- Elevasi tanah asli


- Elevasi dasar sungai atau saluran
- Elevasi tanggul sungai yang ada dan kemungkinan berhimpit dengan elevasi
rencana tanggul

Lokasi dari semua bangunan-bangunan prasarana dan sarana yang ada


sepanjang sungai bangunan-bangunan lainnya.

Pengukuran trase saluran dapat dimulai setelah menyelesaikan


pekerjaan inventarisasi jaringan dan kebutuhan pengukuran tersebut ditegaskan sesuai
dengan hasil peninjauan lapangan terinci. Hasil pengukuran diplot pada gambar ukuran
A.1.

Maksud dari pekerjaan ini adalah membuat gambar penampang memanjang


dan melintang dari saluran rencana.

Pengukuran trase tersebut teliti terutama untuk elevasinya sehingga bisa


diketahui mengenai slope (kemiringan) dari arah memanjang maupun melintang
dimana saluran akan direncana:
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Pekerjaan pengukuran trase saluran seluas 1.071 Ha ini merupakan


pekerjaan
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

pengukuran lanjutan setelah kegiatan layout definitif (system planning).

Secara garis besar pekerjaan ini terdiri dari :

- Pengukuran poligon
- Centerlining atau pematokan titik-titik untuk pengukuran profil melintang
- Pengukuran waterpass (profil memanjang)
- Pengukuran profil melintang
- Pengukuran situasi saluran
- Perhitungan
- Penggambaran

1. Pengukuran Poligon

Setting out titik-titik BP, IP.1, IP.2 dan seterusnya sampai dengan EP untuk
tiap saluran di lapangan dengan pemasangan patok kayu dolken atau kaso-kaso
ukuran 5 x 7 x 100 cm untuk tiap-tiap titik IP tersebut dengan cat warna kuning
dan nomor patok warna hitam kemudian untuk titk-titik BP dan EP berupa
Bench Mark ukuran
10 x 10 x 100 (contoh kontruksi, ukuran dan marmer nama BM terlampir).
Penarikan BP, IP dan seterusnya harus sejajar dengan saluran dan tiap IP
ditempatkan harus pada titik balok.

Setiap Bench Mark dan patok kayu (IP) di poligon syarat teknis pengukuran
poligon adalah sebagai berikut :

Poligon akan dimulai dari titik referensi yang sudah ditentukan oleh
direksi (dalam hal ini adalah titik-titik tetap atau Bench Mark hasil
pengukuran situasi terdahulu) dan harus berakhir pada titik yang sudah
diketahui koordinatnya, bila tidak ada maka akan diadakan pengikatan
terhadap yang terdekat
Pengukuran sudut horizontal dengan 2 seri dengan ketelitian sudut tidak
lebih dari 10” untuk sekunder cukup 1 seri dengan ketelitian sudut tidak lebih
dari 20”
Salah penutupsudut maksimum 10”N, dimana N banyaknya titik poligon.
Untuk saluran sekunder cukup dengan 20”N
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Sudut vertikal dibaca dalam 2 seri dengan ketelitian sudut


20”
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Pengamatan matahari pada stiap jarak 5 km dan diusahakan pada


bangunan bagi (titik simpul poligon) juga pada tiapBP dan EP. Pengamatan
pada pagi dan sore pada kemiringan matahari 30o. Ketelitian azimuth
10”(untuk sekunder cukup < 20”)
Ketelitian linier poligon 1 : 10.000, untuk sekunder adalah 1 : 5.000

2. Pengukuran Waterpass

a. Semua patok tiap 50 m, IP, BP dan EP serta BM di waterpasss, demikian


juga bila melewati keadaan tanah yang ekstrim, bila ada bangunan sadap
maka akan diukur elevasi bangunan bagian atasnya, bila ada legokan atau
sodetan maka di ukur dasar dan tepi-tepi atasnya dan sebagainya.
b. Pengecekan garis bidik alat, statip, back ukur, nivo back harus dilakukan
sebelum pertengahan dan sesudah pengukuran pada hari itu.
c. Pengukuran dilakukan pergi dan pulang dalam 1 hari minimal 1 seksi atau
1,5 km antara IP dengan IP atau IP dengan BM
d. Tinggi tiap patok harus diukur atas muka tanahnya
e. Pembacaan adalah benang atas, tengah dan bawah dan akan dicatat pada
buku ukur
f. Selisish 2 benang tengah dengan (benang atas + benag bawah) harus 2
mm g. Salah satu penutup harus 10 D mm, dimana D adalah jarak dalam
km.

3. Pengukuran Situasi Saluran

a. Pengukuran detail situasi dilakukan dari patok poligon yang sudah


diketahui kedudukan Planimetris dan elevasinya dari pengukuran poligon dan
waterpass
b. Alat yang digunakan Wild To atau yang tingkat ketelitiannya
c. Semua detail seperti jalan, jembatan, batas sawah, batas tambak, rumah,
bangunan lain, tinggi muka air dan sebagainya akan diambil/diukur
d. Sketsa detail akan dibuat dengan rapi dan jelas sehingga
memudahkan penggambaran dan koreksi apabila terjadi kesalahan dalam
pengukuran
e. Pengukuran detail dengan kerapatan titik tiap 25
cm f. Pengukuran harus terikat pada titik poligon
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

g. Perhitungan situasi dengan cara Tachiometri

4. Pengukuran Profil Melintang

a. Untuk saluran induk dan sekunder tiap interval jarak 50 m (untuk bagian lurus)
b. Untuk saluran yang berbelok dilakukan tiap interval lebih kecil dari
ketentuan tersebut di atas dengan memperhatikan busur kelengkungannya. yaitu
tiap IP dan 2 patok yang mengapit IP, jadi pada belokan minimal ada 3 profil
melintang di dalam interval jarak 50 m
c. Bila saluran melintasi (memotong)sungai besar, lembah besar, maka akan
dibuat penampang melintang dan memanjang sungai/lembah tersebut dengan
ketentuan :

Penampang dibuat 100 m ke udik dan 100 m ke hilir dari pertemuan tersebut
Penampang melintang tiap 25 m untuk bagian lurus dan untuk belokan
akan ditambah pada belokannya dengan lebar 25 m ke kiri dan 25 ke
kanan dari tepi sungai
Penampang memanjang, skala 1 : 2.000, skala tinggi 1 : 2.000

Bila trase saluran memotong sungai/lembah kecil, maka akan dibuat :

Penampang 50 ke udik dan 50 ke hilir


Penampang melintang dibuat tiap 25 meter untuk bagian yang lurus dan
untuk belokan ditambah pada belokannya.
Lebar penampang dan skala gambar sama dengan di atas

5. Setiap perubahan elevasi tanah akan diambil sebagai titik detail untuk
penampang melintang/memanjang, juga untuk tiap patok profil, bangunan rumah,
jalan, muka air dan dasar saluran dan sebagainya
6. Pengukuran penampang melintang saluran adalah tegak lurus saluran dengan
lebar minimal 50 m ke kiri dan 50 m ke kanan dari saluran rencana.
7. Arti minimal disini adalah bila terdapat detail penting yang perlu diambil, maka
lebar penampang akan > 50 m dari as saluran, untuk bagian berbelok lebar
minimal 50 m dari saluran rencana.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

8. Jarak-jarak penampang melintang diambil secara optis dengan membaca


ketiga benang pada alat ukur, yaitu benang atas, benang tengah dan benang
bawah atau dengan pita ukur baja sampai pembacaan dalam centimeter.
9. Skets dari pengukuran akan dibuat dengan rapi dan jelas untuk
memudahkan penggambaran.
10. Perhitungan

Semua perhitungan akan dilakukan di lapangan, sehingga apabila ada


kesalahan dapat langsung diukur kembali.
Semua titik poligon akan dihitung koordinanatnya, satu sistem dengan
hitungan skala 1 : 5.000 yang sudah ada.
Jarak dan ketinggian titik detail dihitung dengan core Tachyometri.
Saluran hasil hitungan akan di assistensikan/didiskusikan dengan
Direksi pekerjaan.

11. Penggambaran

a. Garis silang untuk grid standar dibuat pada setiap 10 cm


b. Semua Bench Mark (BM) dan titik ikat digambar dengan legenda
yang ditentukan dan dilengkapi dengan elevasi dan koordinat.
c. Elevasi rencana bangunan penting seperti bendung, bangunan bagi,
jembatan syphon, gorng-gorong dan sebagainya akan ditulis pada peta.
d. Semua titik detail digambar dan dituliskan elevasinya.
e. Pada tiap interval lima garis kontur, garis kontur dibuat tebal dan ditulis
angka ketinggiannya.
f. Pada tempat-tempat tertentu yang tidak mengurangi ketelitian peta, garis
kontur diputus untuk memperoleh ruangan guna menuliskan elevasi
garis kontur tersebut.
g. Sebelum mengerjakan penggambaran, konsultan meminta penjelasan
terlebih dahulu mengenai tatacara penggambaran kepada Direksi (bagian
pengukuran).
h. Ukuran gambar A1 dan penggambaran dilakukan dengan sistem koordinat
(tidak grafis) dan dalam proyeksi yang sama dengan 1 : 5.000 yang sudah ada.
i. Skala
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Peta trase saluran skala 1 : 2.000 interval kontur 0.5 m, untuk daerah
datar dan 1 m untuk daerah yang berbukit.
Gambar situasi trase skala 1 : 2.000
Penampang melintang skala jarak 1 : 100 skala tinggi 1 : 100
Penampang memanjang skala jarak 1 : 2.000, skala tinggi 1 : 100

12. Peta situasi saluran dan profil memanjang digambar dalam satu gambar di atas
kertas kalkir 80/90 gr demikian juga untuk profil melintang
13. Penggambaran trase saluran akan dimulai dari sungai (lokasi bendung) atau
intake saluran.
14. Gambar trase saluran skala 1 : 2.000 sama dengan gambar jalur lay out pada peta
1:
5.000, dalam arti bahwa kenampakan detail dan kontur tidak jauh
berbeda.

1.2.5. PENGOLAHAN DATA

A. Hitungan Koordinat (X,Y)

Yang perlu diperhatikan dalam perhitungan koordinat adalah data-data


hitungan sudut, hitungan azimuth, hitungan jarak dan akhirnya hitungan X,Y.

Untuk menghasilkan hitungan koordinat yang baik, maka dilakukan


perhitungan dengan prosedur sebagai berikut :

Perhitungan Sudut Mendatar

Perhitungan sudut mendatar hasil pengukuran poligon dibagi menjadi dua


bagian:

1. Perhitungan poligon kerangka utama


2. Perhitungan poligon cabang

Perhitungan poligon meliputi tiga perhitungan, yaitu perhitungan


kontrol pengukuran sudut, perhitungan kontrol pengukuran jarak dan perhitungan
koordinat.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Poligon Kerangka
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Kontrol Pengukuran Sudut

Metoda yang digunakan untuk menghitung sudut mendatar adalah perhitungan


azimuth awal dan azimuth akhir, kedua azimuth itu didapat dari data BM yang telah
ada , yang menggunakan rumus sebagai berikut :

A(akhir) – A(awal) = S(sudut) – n.180 +


fa

dimana :
A(akhir) = azimuth akhir
A(awal) = azimuth awal
S(sudut) = jumlah sudut ukuran
n = banyaknya titik
fa = poligon salah penutup
besarnya
sudut
atau dengan menggunakan rumus :

fa = (Aakhir – Aawal) - Ssudut + n.180

B. Kontrol Pengukuran Jarak

1. Jarak Optis

Jarak datar dan jarak optis dihitung dengan menggunakan

rumus : D = L . Cos2 . Z

Dimana :
D = jarak datar
L = jarak optis
Z = sudut
miring
2. Jarak Pita Ukur dan EDM

Jarak pita ukur dilakukan dengan cara mencari harga rata-rata dari
berberapa ukuran, dimana selisih bacaan jarak dengan pita ukur tidak boleh
lebih dari 2 cm. Jadi sebelum kita hitung harga rata-ratanya, maka data-data
jarak tersebut harus
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

diseleksi terlebih dahulu. Setelah ketiga jenis hitungan selesai (azimuth


matahari, sudut dan jarak), maka kemudian dilakukan hitungan koordinat
dengan rumus sebagai berikut :

X2 = X1 + D Sin a I-2

Y2 = Y1 + D Cos a I-2

Sedangkan untuk perhitungan koreksinya dipakai

rumus : X (akhir) – X (awal) = D Sin a + fx

Y (akhir) – Y (awal) = D Cos a + fy

Koreksi per sisi dilakukan dengan membagi koreksi X (Y) dengan jumlah sisi
yang ada, sedangkan untuk mengetahui kesalahan relatif dapat kita hitung dari
rumus :

S : D adalah 1 : …….

Dimana :
S fx 2 fy 2
D = jumlah jarak polygon

C. Perhitungan Elevasi

Perhitungan elevasi terdapat beberapa bagian penting, yaitu sebagai berikut :

Kontrol bacaan benang

Rumus yang digunakan dalam mengontrol bacaan benang adalah :


Ba Bb
Bt
2

Dimana :
Bt = bacaan benang tengah
Ba = bacaan benang atas
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Bb = bacaan benang bawah

Jika selisih antara Bt dan (Ba + Bb)/2 lebih dari 2 milimeter maka bacaan
benang akan langsung diulang lagi sampai memperoleh selisih maksimum 2 mm.

Kontrol beda tinggi


Rumus yang digunakan untuk kontrol beda tinggi antara 2 titik adalah
sebagai
berikut :

H1 = Btbelakang - Btmuka (stand I)

Dengan sedikit mengubah posisi alat, kemudian dilakukan pengukuran


untuk stand II dan diperoleh :

H2 = Btbelakang - Btmuka (stand II)

Jarak waterpass

Jarak waterpass dihitung dengan rumus :

dm = Bamuka - Bbmuka x 100

db = Babelakang - Bbbelakang x 100

Dimana :
Sm = dm1 + dm2 + dm3 + ….. + ….. dmn
Sb +
= dm1 + dm2 + dm3 + ….. + ….. dmn
dmuka = +
jarak alat ke rambu muka
dbelakang = jarak alat ke rambu belakang
Sdmuka = jumlah jarak ke muka
Sdbelakang = jumlah jarak ke belakang

Untuk menghindari kesalahan karena pengaruh garis visir diusahakan agar


dmuka
= dbelakang . jadi hitungan jarak dan jumlahnya dihitung langsung pada saat
pengukuran setelah mengukur beda tingginya agar juru ukur bisa mengatur kedudukan
alat dan rambu sehingga Sdmuka Sdbelakang (mendekati).
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Untuk hitungan ketelitian (toleransi 8D), data jarak yang akan dipakai
adalah jarak rata-rata.

Beda tinggi (pulang-pergi)

Beda tinggi pergi didapat dari jumlah beda tinggi rata-rata stand II pada
route pergi, beda tinggi pulang didapat dari jumlah beda tinggi rata-rata stand I dan
stand II pada route pulang. Selisih hpg (beda tinggi pergi) dan hpl (beda tinggi
pulang) harus masuk toleransi 8D km mm dan bila lebih dari toleransi, maka dilakukan
pengukuran ulang.

Perataan beda tinggi

Perhitungan beda tinggi perseksi dilakukan dalam bentuk kring/tertutup,


dengan demikian akan memudahkan dalam proses penghitungan sistem hitungan
perataan untuk koreksi ukuran dalam satu seksi akan digunakan sistem perataan
biasa. Tiap seksi akan selalu dicek hitungannya apakah memenuhi toleransi 10D atau
tidak.

Jika tidak memenuhi toleransi maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Cek semua data perhitungan


2) Deteksi kesalahan, yaitu mencari perkiraan dimana kira-kira kesalahan itu terjadi
dan setelah didapat (dengan bahan pertimbangan/alasan yang kuat) maka
langsung dicek ulang ke lapangan dengan alat ukur.

Setelah perhitungan tiap seksi selesai dan semua masuk dalam toleransi,
kita dilakukan perhitungan dengan rumus :

H = ½ I . Sin2Z

Dimana :
H = beda tinggi
L = jarak miring/optis
Z = sudut miring/vertikal

Untuk tinggi bidikan yang tidak sama dengan tinggi alat, maka rumus
yang dipakai adalah :
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

H = ½ L Sin2 Z + TA – Bt

Dimana :
H = beda tinggi
L = jarak miring/optis (Ba – Bb) x 100
Z = sudut miring/vertikal
TA = tinggi alat (dari atas patok)
Bt = bacaan benang tengah

1.3. PEKERJAAN GEOLOGI/MEKANIKA TANAH

Dalam perencanaan diperlukan parameter-parameter geologi/mekanika


tanah untuk desain oleh karena itu dibutuhkan kegiatan penyelidikan
geologi/mekanika tanah. Parameter-parameter ini sangat berpengaruh terhadap hasil
desain, kegiatan geologi yang dipelukan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

a. Parit Uji (Test Pit)


b. Hand Bor
c. Sondir/Cone Penetration
Test d. Laboratorium
e. Pelaporan dan Foto

Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah dilakukan pada lokasi


di sepanjang bantaran dan daerah tangkapan hujannya/cathment area, meliputi
penyelidikan parit uji (test pit), bor tangan (hand Borring), test laboratorium
mekanika tanah (indeks properties dan dinamik properties).

Penyelidikan geologi/mekanika tanah diperlukan untuk mencari parameter


desain untuk perencanaan bangunan-bangunan pengendalian banjir dan mencari
bahan-bahan timbunan untuk tanggul retarding basin. Parameter tersebut meliputi
parameter mekanik tanah, parameter timbunan tanah tanggul, dan kuantitias bahan
timbunan yang ada di lokasi.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

1.3.1. METODOLOGI PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan sangat diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


tepat waktu dan berhasil guna, yang mana harus ditentukan sebelum dilakukan
penyelidikan mekanika tanah/geologi. Secara garis besar langkah-langkah yang
dilaksanakan dalam survey mekanika tanah ini terdiri dari :

Proses administrasi dan kegiatan koordinasi proyek

Proses ini sangat penting baik bagi konsultan maupun pihak proyek karena
akan diperoleh kesepakatan dalam pelaksanaan penyelidikan tanah. Proses ini
berupa diskusi-diskusi baik antara intern pelaksana pekerjaan maupun dengan
pihak proyek dan pengumpulan data-data penyelidikan terdahulu

Penyusunan program kerja dan persiapan pelaksanaan

Penyusunan program kerja dan persiapan pelaksanaan penyelidikan mekanika


tanah geologi direncanakan dengan kesepakatan bersama atau direncanakan oleh
pelaksana dengan disetujui pihak proyek.

Persetujuan program kerja dan persiapan pelaksanaan.

Pelaksanaan pekerjaan penyelidikan parit uji (test pit), Sondir (Cone Penetration
Test), bor tangan (hand borring), test laboratorium mekanika tanah (indeks
properties dan dinamik properties) (sesuai dengan TOR) dilaksanakan setelah
disetujui oleh Direksi tentang posisi pengambilannya.

Pelaksanaan pekerjaan lapangan

Pelaksanaan penyelidikan parit uji (test pit), Sondir (Cone Penetration Test), bor
tangan (hand borring), test laboratorium mekanika tanah (indeks properties
dan dinamik properties) dilaksanakan pada posisi yang telah disepakati bersama.

Pengiriman contoh tanah ke labaratorium

Contoh tanah hasil penyelidikan lapangan dikirim ke laboratorium mekanika


tanah
Universitas
Brawijaya.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Pengujian tanah di laboratorium

Pemeriksaan tanah di laboratorium dilakukan terhadap seluruh contoh tanah


yang dikirim ke laboratorium mekanika tanah.

1.3.2. PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

Test Pit

Test pit bertujuan untuk eksplorasi bahan timbunan dengan mengambil


disturbed sample dan undisturbed sample. Ukuran lubang 1 meter x 1,5 meter atau
ukuran pekerja gali dapat bekerja dengan leluasa dengan serta memperhatikan
faktor keamanan. Pada pekerjaan ini jumlah test pit yang dilakukan sebanyak 4 lubang.

Penggalian dihentikan bila


:

Kedalaman telah mencapai 5 meter, atau


Terjadi keruntuhan yang dapat membahayakan pekerja, atau
Terdapat air tanah yang tidak terkendali.

Uraian pekerjaan test pit adalah sebagai berikut :

Pekerjaan test pit dilakukan pada lokasi borrow area dan ditujukan untuk
mengetahui urut-urutan vertikal lapisan batuan secara langsung/visual juga
sebagai tempat pengambilan undisturbed sample dan bulk sample.
Ukuran test pit adalah 1,5 m x 1,5 m atau pada batas-batas ukuran dimana
pelaksana pekerjaan dapat bergerak dengan leluasa.
Kedalaman maksimum adalah 3 meter.
Jika tanahnya mudah runtuh maka harus dibuat dinding penahan.
Jika terdapat air tanah dangkal maka harus dibuang atau dipompa.
Penggalian dihentikan jika kedalaman test pit maksimum 3 meter telah tercapai,
atau telah mencapai batuan keras, atau tanahnya sangat labil, atau debit air
tanahnya sangat tinggi sehingga tidak bisa dipompa atau dibuang.
Tanah/batuan pada dinding test pit kemudian dideskripsi, dibuat lognya,
dilakukan pengambilan contoh tanah asli UDS dan bulk samplenya.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Lubang test pit harus diamankan dengan cara ditimbun kembali atau diberi pagar.
Penggalian dihentikan jika :
Kedalaman telah mencapai 3 meter, atau
Terjadi keruntuhan yang dapat membahayakan pekerja, atau
Terdapat air tanah yang tidak terkendali.
Dinding test pit harus dideskripsi, dibuat sketsa dan difoto. Pada tiap lubang
diambil disturbed dan undisturbed samplenya untuk di test di laboratorium.

Hand Bor

Hand boring bertujuan untuk mengambil contoh tanah asli dengan memakai
win auger dengan tenaga manusia. Contoh tanah yang telah diambil ditutup rapat
dengan parafin agar kondisinya tetap terjaga sampai ke tempat pengujian di
laboratorium mekanika tanah. Penelitian ini dilakukan pada dua titik dengan kedalaman
sampai 5 meter.

Pengambilan Sample

Pengambilan Undisturbed Sample

Undisturbed Sample / UDS (Contoh Tak Terganggu) diambil dari dua cara, yaitu
dari lubang pemboran dan dari Hand Bor.
UDS yang diambil dari lubang bor dan dari Hand Bor sebanyak 12 unit.
Penentuan penyebaran dan interval titik pengambilan UDS pada lubang bor
ditentukan oleh kebutuhan desain dan kondisi geologi setempat.
Penentuan rencana penyebaran dan interval titik pengambilan UDS
harus diperhitungkan dengan cermat, didiskusikan dengan Direksi dan
dimintakan persetujuannya.
Untuk mendapatkan sample yang baik maka well site geologist harus selektif
dan cermat dalam menentukan kedalaman pengambilan sample tersebut.
Pengambilan sample harus menggunakan sampler tube yang mampu
mengambil sample sepanjang 30 hingga 45 cm (Shelby Tube).
Tabung contoh yang telah terisi harus segera disekat di kedua ujungnya
dengan lilin/parafin dengan baik serta diberi label yang mencantumkan nama
proyek, lokasi, nomor titik bor, dan interval kedalaman pengambilan.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Untuk UDS yang diambil dari test pit maka pengambilannya harus hati-hati dan
tidak boleh dilakukan pada tanah yang sudah terinjak-injak saat menggali
ataupun pada tanah humus.
Sample yang sudah diambil harus segera dianalisis di laboratorium.

Laboratorium Mekanika Tanah

Pengujian laboratorium mekanika tanah terhadap contoh tanah yang telah


diambil (UDS dan DS) harus meliputi pengujian index properties dan dynamic
properties, sampel yang diuji dilaboratorium adalah sebanyak 12 unit.

Pengujian index properties meliputi :

Specific gravity
Unit weight
Water content
Liquid limit
Plastic limit
Shrinkage limit
Grain size analisys
Hydrometer analisys

Pengujian structure/enggineering properties meliputi:

Unconfined Compression
Direct Shear
Triaxial Compression
Laboratory Permeability Test

Untuk contoh DS / bulk sample dilakukan pengujian kompaksi /


pemadatan dengan metoda proctor.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Semua pengujian laboratorium mekanika tanah yang dilakukan akan


mengikuti standar ASTM.

1.4. ANALISA HIDROLOGI

1.4.1. UMUM

Analisis Hidrologi diperlukan untuk penentuan debit banjir (design


flood) berdasarkan kondisi topografi dan tata guna lahan di Daerah Pengaliran
Sungainya (DPS). Analisis hidrologi tersebut akan dilaksanakan pada masing-masing
sub Daerah Pengaliran Sungai (DPS) sehingga diperoleh debit banjir pada masing-
masing sungai dalam sub DPSnya. Analisis hidrologi pada pekerjaan ini meliputi :

Analisa mutu data yang akan dipakai dalam studi meliputi data Curah hujan baik
dari ARR (Automatic Rainfall Recorder) maupun MAR (Manual Rainfall Recorder)
berupa analisa data yang hilang (missing data), analisa kepuguhan data
(consistency test), analisa ketidakadaan trend, analisa kestasioneran data
(stationary test), dan Analisa ketidakadaan persistensi data
Pengumpulan data curah hujan dan data AWLR (Automatic Water Level Recorder)
untuk analisa debit sungai yang terjadi.
Menganalisis debit banjir pada masing-masing saluran untuk mengetahui debit
banjir yang terjadi pada masing-masing saluran dan kapasitas saluran
sungai untuk mengalirkan debit banjir tersebut.

1.4.2. ANALISA DATA HILANG DAN KONSISTENSI DATA

Stasiun hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja dengan baik sehingga data
curah hujan kurang lengkap. Pengisian kekosongan data hujan/analisa Data hilang
(Missing Data) tersebut dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :

a. Menentukan hujan rata-rata pada stasiun terdekat, dengan stasiun hujan yang
tidak mempunyai data.
b. Faktor bobot didasarkan pada suatu nilai ratio hujan tahunan, ditentukan dengan
rumus sebagai berikut :
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

1 Anx Anx Anx Anx


PX Pa P b P c P n
m Ana Anb Anc Anm
Dimana :
Px = tinggi hujan pada stasiun yang datanya tidak lengkap (mm)
Pa, b,c = tinggi hujan pada stasiun a, b, dan c (mm)
Anx = tinggi hujan tahunan pada stasiun yang datangnya tidak lengkap
(mm)
m = banyaknya stasiun
Ana, b, c = tinggi hujan tahunan pada stasiun a, b, dan c (mm)

Selanjutnya dilakukan perhitungan Curah Hujan Areal untuk analisa lebih


lanjut.

Data hujan dapat menjadi tidak konsisten yang disebabkan karena


perubahan lingkungan atau gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar hujan
dipasang misalnya, penakar hujan terlindung pohon, terletak berdekatan dengan gedung
tinggi, perubahan cara penakaran dan pencatatan, perubahan letak, dll. Hal ini dapat
menyebabkan perubahan trend semula. Hal tersebut dapat diselidiki dengan
menggunakan lengkung massa ganda.

1.4.3. PENYARINGAN DATA (DATA SCREENING)

Data hidrologi runtut waktu (data history), dapat diolah dan disajikan dalam
suatu distribusi (distribution) atau deret berkala (time series). Disajikan dalam bentuk
distribusi apabila data hidrologi disusun berdasarkan urutan besarnya nilai sedangkan
deret berkala (time series) disajikan secara kronologi sebagai fungsi dari waktu
dengan interval waktu yang sama. Umumnya data lapangan setelah diolah dan
disajikan dalam buku publikasi data hidrologi, merupakan data dasar sebagai bahan
untuk analisa hidrologi, data tersebut sebelum digunakan untuk analisis hidrologi harus
dilakukan pengujian yang sering disebut dengan penyaringan data (data screening).
Apabila suatu deret berkala setelah diuji
ternyata menunjukkan :

Tidak menunjukkan adanya trend


Stasioner, berarti varian dan rata-ratanya homogen/stabil/sama jenis
Bersifat acak (randomnes), independent atau tidak adanya persistensi
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Maka data deret berkala tersebut selanjutnnya baru disarankan dapat


digunakan untuk analisis hidrologi lanjutan, misalkan analisa peluang, dan simulasi.
Pengujian ini
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

dimaksudkan untuk memeriksa dan memilahkan atau mengelompokkan data


yang bertujuan untuk memperoleh data hidrologi yang cukup handal untuk analisis
sehingga kesimpulan yang diperoleh cukup baik.

Dalam melaksanakan pengujian diperlukan informasi tambahan seperti


perubahan DPS atau alur sungai seperti bencana alam, atau pengaruh manusia.
Kembali pada pengertian bahwa :

1. Data tidak homogen adalah penyimpangan data dari sifat statistiknya yang
disebabkan oleh faktor alam dan pengaruh manusia
2. data tidak konsisten adalah penyimpangan data karena kesalahan acak dan
kesalahan sistematisnya.

Maka tahap penyaringan ini perlu pengetahuan lapangan dan informasi


yang terkait dengan data dalam deret berkala. Tahap penyaringan ini baru
merupakan penyaringan untuk data dari suatu pos hidrologi dan belum
membandingkan dengan data sejenis dari pos lain.

Uji Ketidakadaan
Trend

Deret berkala yang nilainya menunjukkan gerakan yang berjangka panjang


dan mempunyai kecenderungan menuju kesatu arah, arah menaik atau menurun disebut
dengan pola atau trend. Umumnya meliputi gerakan yang lamanya lebih dari 10
tahun. Trend musim sering disebut sebagai variasi musim (seasonal trend atau
seasonal variation) dan hanya menujukkan gerakan dalam jangka waktu setahun saja.
Deret berkala yang datanya kurang dari 10 tahun kadang-kadang sulit untuk
menentukan gerakan dari suatu trend, hasilnya dapat meragukan karena gerakan
yang diperoleh hanya menujukkan suatu sikli (cycle time series) dari suatu trend,
sikli merupakan gerakan yang tidak teratur dari suatu trend.

Beberapa metode statistik yang dapat digunakan untuk menguji ketidakadaan


trend dalam deret berkala, diantaranya uji :

- Korelasi peringkat Metode


Spearman
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Perhitungan dengan uji korelasi peringkat metode spearman didasarkan pada


nilai
korelasi suatu data/variabel hidrologi, dapat dirumuskan dengan persamaan umum:
n
6(dt) 2 1
i1 n 2 2
KP 1 dan t KP
n3 n 1 KP 2

keterangan :
KP = koefisien korelasi peringkat
spearmen n = jumlah data
dt = Rt – Tt
Tt = peringkat dari waktu
Rt = peringkat dari variabel hidrologi dalam deret berkala
T = nilai distribusi t, pada derajat kebebasan (n – 2) untuk
derajat kepercayaan tertentu

Uji t digunakan untuk menentukan apakah variabel waktu dan variabel hidrologi
itu saling tergantung (dependent) atau tidak tergantung (independent).

- Mann dan Whitney

Uji Mann dan Whitney dihitung dengan persamaan umum sebagai berikut :

U 1 N1 N 2 N1 N 1 Rm
N 1 dan U 2 N 1 N 2 U1
2

N1 N 2
U
Z 2
1
1 2
N N1 (N
2 1N 2 1
12

keterangan :
N1 = jumlah kelompok data 1
N2 = jumlah kelompok data 2
Rm = jumlah peringkat
U = nilai terkecil dari U1 dan U2
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Z = nilai uji z yang tergantung dari besarnya derajat kepercayaan

Uji stasioner/Kestabilan Data

Setelah dilakukan pengujian ketidakadaan trend apabila deret berkala tersebut


tidak menunjukkan adanya trend sebelum data deret berkala digunakan untuk analisis
hidrologi lanjutan harus dilakukan uji stasioner. Apabila menujukkan adanya trend
maka data deret berkala tersebut dilakukan analisis menurut trend yang dihasilkan.
Analisis garis trend dapat menggunakan analisis regresi. Apabila menunjukkan tidak
ada garis trend maka uji stasioner dimaksudkan untuk menguji kestabilan nilai
varian dan rata-rata berkala dari deret berkala. Pengujian deret berkala nilai varian
dapat dilakukan dengan uji- F, bila nilai variannya tidak homogen berarti deret
berkala tersebut tidak stasioner dan tidak perlu melakukan pengujian lanjutan.
Apabila varian tersebut menujukkan stasiuner, maka pengujian selanjutnya adalah
menguji kestabilan nilai rata-rata yaitu dengan menggunakan uji student-T (student-T -
test).

- Uji kestabilan Varian

Persamaan umum yang dipakai untuk menghitung kestabilan varian dengan uji
F
adalah sebagai berikut :

2
n1 S n12 1
F 2
n2 S 2 1 1
n

keterangan :
n1 = jumlah kelompok data
1 n2 = jumlah kelompok
data 2
S1 = standart deviasi 1
S2 = standart deviasi 2
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

- Uji Kestabilan Rata-Rata


Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Kestabilan rata-rata dapat dihitung dengan persamaan umum uji T, dengan


persamaan
sebagai berikut :

1
X1 X2 n1 S 1 n 2 S22 2 2
t 1
dimana
n1 n 2 2
1 1 2

n1 n2

keterangan :
X1 = rata-rata kelompok data 1
X2 = rata-rata kelompok data
2 n1 = jumlah kelompok data
1 n2 = jumlah kelompok data
2
S1 = standart deviasi 1
S2 = standart deviasi 2

Uji Persistensi

Anggapan bahwa data berasal dari sampel acak harus diuji, yang
umumnya merupakan persyaratan dalam analisis distribusi peluang. Persistensi
(persistence) adalah ketidaktergantungan dari setiap nilai dalam deret berkala. Untuk
melaksanakan pengujian persistensi harus dihitung besarnya koefisien korelasi
serial. Salah satu metode untuk menentukan koefisien korelasi serial adalah dengan
metode Spearman, yang dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
m
6(di) 2 1
i1 n 2 2
KS 1 dan t KS
m3 m 1 KS 2

keterangan :
KS = koefisien korelasi
spearman m = N – 1
N = jumlah data
di = perbedaan nilai antara peringkat kesatu dengan peringkat berikutnya
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

t = nilai distribusi t, pada derajat kebebasan (m – 2) untuk


derajat kepercayaan tertentu

1.4.4. ANALISA CURAH HUJAN RANCANGAN (DESIGN RAINFALL)

Analisis data curah hujan umumnya mencakup analisis kepuguhan/konsistensi


data, analisis probabilitas curah hujan maksimum (curah hujan rancangan) untuk
estimasi debit banjir rencana, analisis curah hujan areal dan uji kesesuaian distribusi.

Untuk Curah Hujan Rancangan dihitung dengan empat jenis agihan, yaitu :

Agihan Extreme E.J. Gumbel Tipe I


Agihan Pearson Tipe III
Agihan Log Pearson Tipe III
Agihan Log Normal 3 Parameter

Persamaan umum untuk estimasi curah hujan rancangan (design rainfall)


untuk semua agihan, adalah sebagai berikut :

X T X K Sx

Dimana :

XT = curah hujan rancangan untuk periode ulang pada T tahun (mm)


X = rerata dari curah hujan (mm)
Sx = standar deviasi
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang
(return
periode) dan tipe distribusi frekuensi.

Agihan Extreme E.J. Gumbel Tipe


I

Standart deviasi dihitung dengan rumus :


Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

n n
X 2 Xi X i
1 i
SX
n1

faktor frekuensi dihitung dengan rumus

YT Yn
K
Sn

dengan :
YT = Reduced variete sebagai fungsi periode ulang T
= - Ln [ - Ln (T - 1)/T ]
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced standart deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data
n

Agihan Pearson Tipe III

Distribusi Pearson Tipe III, mempunyai bentuk kurva seperti bel (bell
shape). Fungsi kerapatan peluang distribusi dari distribusi Pearson Tipe III adalah
sebagai berikut :
b1 xC
1 xC a
Px e
ab a

dengan :
x = variabel acak
kontinue a = parameter
skala
b = parameter
bentuk c =
parameter letak
= fungsi gamma

Standart deviasi dihitung dengan rumus

n n
X 2 Xi X i
1 i
SX
n1
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

koefisien kepencengan (skewness


coefisien)

3
nX X
CS
n 1n 2S X

Agihan Log Pearson Tipe III

Bentuk distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil trasformasi dari
distribusi Pearson Tipe III dengan menggantikan variat menjadi nilai logaritmik.
Persamaan fungsi kerapatan peluang sama dengan distribusi Pearson Tipe III.

standart deviasi dihitung dengan rumus:

1/ 2
(Log X Log X ) 2
Log X
n1

koefisien kepencengan (skewness coefisien)

3
nlog X log X
CS
n 1n 2S log X

Agihan Log Normal 3 Parameter

Distribusi Log Normal 3 parameter merupakan modifikasi distribusi log


normal dengan menambahkan suatu parameter sebagai batas bawah, dengan fungsi
densitas peluang log normal (log normal probability density function) dari variabel acak
kontinue x,
dengan persamaan sebagai berikut :

1 lnx n 2
1 2 n
Px e
lnx 2

dengan :
x = variabel acak kontinue
n = deviasi standart dari sampel dari variat ln (x - )
n = rata-rata dari sampel dari variat ln (x - )
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Standart deviasi dihitung berdasarkan persamaan :


n n
log(X i ) log X log(X i )
1 i
SX
n1

koefisien kepencengan (skewness coefisien)

3
nlog( X ) log( X )
CS
n 1n 2S log(X )

Faktor frekuensi K, diperoleh dari hubungan kala ulang atau probabilitas


dengan koefisien kepencengan (skewness coefisien).

Uji Kesesuaian Distribusi

Untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi, maka


dilakukan pemeriksaan uji kesesuaian distribusi, dalam hal ini kami memakai dua
metode uji yaitu uji Smirnov Kolmogorov dan uji Chi-Square.

Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui beberapa hal, seperti :

Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan


atau yang diperoleh secara teoritis,
Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak).

Uji Smirnov Kolmogorof

Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke
besar, Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull sebagai berikut :

100.m
P (%)
n1

Dimana :
P = Probabilitas (%)
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

m = nomor urut data dari seri yang telah disusun


n = besarnya data

Nilai delta kritis untuk uji Smirnov-Kolmogorov diperoleh dari tabel.

Uji Kai Kuadrat (Chi Square)

Dari distribusi (sebaran) Kai-kuadrat, dirumuskan :

2 F (EF O ) 2
EF

Dimana :
2
= Harga kai-kuadrat
Ef = Frekuansi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai
dengan pembagian kelas nya
Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama.

2 2
Nilai hitungan harus lebih kecil dari harga cr (Kai-kuadrat kritis) dari tabel,
untuk suatu derajat nyata tertentu (level of significance), yang sering diambil sebesar
5%.

Derajat kebebasan ini secara umum dapat dihitung dengan :

DK = K - (P + 1)

Dimana :
DK = Derajat kebebasan
K = Banyaknya kelas
P = Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyak-nya
parameter,
yang untuk sebaran kai-kuadrat adalah sama dengan dua (2).

Dalam hal ini, disarankan pula agar banyaknya kelas tidak kurang dari lima
dan frekuensi absolut tiap kelas tidak kurang dari lima pula. Apabila ada
kelas yang frekuensinya kurang dari lima, maka dapat dilakukan penggabungan
dengan kelas yang lainnya.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

1.4.5. POLA DISTRIBUSI HUJAN

Distribusi Hujan

Untuk mentransformasi curah hujan rancangan menjadi debit banjir


rancangan diperlukan curah hujan jam-jaman. Pada umumnya data hujan yang
tersedia pada suatu stasiun meteorologi adalah data hujan harian, artinya data yang
tercatat secara kumulatif selama 24 jam.

Namun demikian jika tersedia data hujan otomatis (Automatic Rainfall


Recorder, ARR), maka pola distribusi hujan jam-jaman dapat dibuat dengan
menggunakan metode Mass Curve untuk tiap kejadian hujan lebat dengan
mengabaikan waktu kejadian. Setiap kejadian ini diplot untuk mendapatkan distribusi
hujan harian menjadi setiap jam.

Distribusi hujan jam-jaman dengan interval tertentu perlu diketahui


untuk menghitung hidrograf banjir rancangan dengan cara hidrograf satuan (unit
hidrograf). Prosentase distribusi hujan yang terjadi dapat dihitung dengan rumus
Mononobe (Suyono,
1981:35):
2
R t 3

24
Ro Rt Ro
t T

dimana :
Rt = rerata hujan dari awal sampai T
(mm) T = waktu mulai hujan hingga ke
t (jam) Ro = hujan harian rerata (mm)
Ri = intensitas hujan rerata dalam T – jam (mm)
R24 = curah hujan netto dalam 24 jam (mm)
t = waktu konsentrasi (jam)

Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan membedakannya menjadi


dua komponen, yaitu (1) waktu yang diperlukan untuk mengalir di permukaan lahan
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

sampai saluran terdekat to dan (2) waktu perjalanan dari pertama masuk saluran
sampai ke titik keluaran td, sehingga:
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

tc t0 td

Dimana :

2 n
to 3,28 L menit
3 S

Dan

L
s
t
d
60V menit

Dimana
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam salluran/sungai (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik)

Koefisien pengaliran

Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang di dasarkan pada kondisi


daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut. Adapun
kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah :

1) keadaan hujan,
2) luas dan bentuk daerah aliran,
3) kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai,
4) daya infiltrasi dan perkolasi tanah,
5) kebasahan tanah,
6) suhu udara dan angin serta evaporasi dan
7) tata guna tanah.

Koefisien pengaliran seperti yang disajikan pada tabel berikut, didasarkan


dengan suatu pertimbangan bahwa koefisien tersebut sangat tergantung pada faktor-
faktor fisik.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Tabel 1-1 Angka Koefisien Pengaliran

Angka Pengaliran
Kondisi DAS
(C)
Pegunungan 0,75 - 0,90
Pegunungan tersier 0,70 - 0,80
Tanah berelief berat dan
Berhutan kayu 0,50 - 0,75
Dataran pertanian 0,45 - 0,60
Daratan sawah irigasi 0,70 - 0,80
Sungai di pegunungan 0,75 - 0,85
Sungai di dataran rendah 0,45 - 0,75
Sungai besar yang
Sebagian alirannya berada
di dataran rendah 0,50 - 0,75

Sumber : Suyono Sosrodarsono, (1980)

Dr Kawakami menyusun sebuah rumus yang mengemukakan bahwa


untuk sungai-sungai tertentu, koefisien itu tidak tetap, tetapi berbeda-beda tergantung
dari curah
hujan.

15.7
f 1 3

Rt 4

Dimana :
f = koefisien pengaliran
Rt = jumlah curah hujan (mm)

Harga koefisien limpasan (runoff coefficient) dari untuk penggunaaan secara


umum dapat diambil dari tabel sebagai berikut :
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Tabel 1-2 Rumus-rumus koefisien limpasan (koefisien pengaliran) Rerata


dalam
sungai-sungai di Jepang

Rumus
No Daerah Kondisi sungai Curah hujan
Koefisien pengaliran
1 Hulu f = 1 - 15.7/Rt3/4
2 Tengah sungai biasa f = 1 - 5.65/Rt3/4
3 Tengah sungai di zone lava Rt > 200 mm f = 1 - 7.20/Rt3/4
4 Tengah Rt < 200 mm f = 1 - 3.14/Rt3/4
5 Hilir f = 1 - 6.60/Rt3/4

Sumber : Suyono Sosrodarsono, (1980)

Tabel 1-3 Angka Koefisien Pengaliran Yang Dipakai Secara Umum

Type Daerah Aliran Kondisi Daerah Harga C

Tanah pasir, datar 2% 0.05 – 0.10


Tanah pasir, rata-rata 2 – 7 % 0.10 – 0.15
Tanah pasir, curam 7 % 0.15 – 0.20
Rerumputan Tanah gemuk, datar 2 % 0.13 – 0.17
Tanah gemuk, rata-rata 2 – 7 % 0.18 – 0.22
Tanah gemuk, curam 7 % 0.25 – 0.35

Daerah kota lama 0.75 – 0.95


Business
Daerah pinggiran 0.50 – 0.70

Daerah “single family” 0.30 – 0.50


“Multi unit”, terpisah-pisah 0.40 – 0.60
Perumahan “Multi unit”, tertutup 0.60 – 0.75
“sub urban” 0.25 – 0.40
daerah rumah-rumah apatemen 0.50 – 0.70

Daerah ringan 0.50 – 0.80


Industri
Daerah berat 0.60 – 0.90
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Hujan netto

Dengan menganggap bahwa proses tranformasi hujan menjadi limpasan


langsung mengikuti proses linier dan tidak berubah oleh waktu, maka hujan netto
(Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut :

Rn = C x R

Dengan :
C = koefisien limpasan
R = Intensitas curah hujan

1.4.6. DEBIT BANJIR RENCANA (DESIGN FLOOD)

Untuk merencanakan suatu bangunan pengendali banjir, diperlukan analisis


nilai debit banjir yang mungkin terjadi di lokasi tersebut. Untuk mengetahui keadaan
pola banjir diperlukan periode pengamatan, agar estimasi mendekati keadaan yang
sebenarnya.

Untuk perencanaan suatu pengedalian banjir dengan sistem tampungan


sementara (retarding basin) perlu suatu perencanaan sistem pengaturan debit
keluaran dengan dilakukan analisa dan simulasi debit yang masuk dengan
menggunakan debit banjir berbagai kala ulang dengan menggunakan metode
Hidrograf Satuan (Unit Hidrograf) seperti metode HSS Nakayasu dan HSS Gama I.

Untuk mendapatkan besaran debit banjir rencana yang lebih baik,


dalam perhitungan diperlukan beberapa metode perhitungan, kemudian dibandingkan
hasil dari masing-masing untuk diambil sebagai debit banjir rencana (design flood).
Dalam analisa debit banjir rencana disini dihitung dengan metode-metode sebagai
berikut :

Rasional
HSS Nakayasu

Metode Rasional
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Dasar metode ini dalam teknik penyajiannya memasukkan faktor curah


hujan,
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

keadaan fisik dan sifat hidrolika daerah pengaliran, persamaan umum dari metode
ini
adalah sebagai berikut :

Qmax 0.278 C i A

dimana :
C = Runoff coefficient
i = Intensitas Maksimum selama waktu konsentrasi
(mm/jam) A = Luas daerah pengaliran (km2)

Metode ini mulanya diterapkan untuk daerah perkotaan kemudian metode


ini dikembangkan untuk daerah pengaliran sungai dengan berdasarkan anggapan
sebagai berikut :

Curah hujan mempunyai intensitas merata diseluruh daerah aliran untuk


durasi tertentu
Lamanya curah hujan sama dengan waktu konsentrasi dari daerah aliran
Puncak banjir dan intensitas curah hujan mempunyai tahun berulang yang sama

Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu, diperlukan beberapa karakteristik


parameter daerah alirannya, seperti :

1) Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to


peak magnitute)
2) Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag)
3) Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
4) Luas daerah aliran
5) Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel) dan
6) Koefisien pengaliran.

Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah :


Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

C.A.R0
Qp
3,6(0,3Tp T0,3 )

Dimana :
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit
puncak
sampai menjadi 30% dari debit puncak.
Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus, sebagai berikut :

Tp = Tg + 0,8 tr
T0,3 = x Tg

Tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam).
Tg
dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

- Sungai dengan panjang lebih dari 15 km, maka

Tg = 0,40 + 0,058 L

- Sungai dengan panjang kurang dari 15 km, maka

Tg = 0,21 L0,70
= parameter hidrograf
tr = satuan waktu hujan (1

jam) Persamaan satuan hidrograf adalah :

- Pada waktu naik

0 t Tp
2.4
t
Qt Qmaks
Tp
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

- Pada kurva turun

* Tp t (Tp + T0,3)
tT p
T0, 3
Q
t Qmaks

* (Tp + T0,3) t (Tp + T0,3 + T0,32)


tT p T0 ,3
1,5T0, 3
t Qmaks .0,3
Q
* t (Tp + T0,3 + T0,32)
tTp 1,5T0,3
1,5T0, 3
t Qmaks .0,3
Q

Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, oleh karena itu


dalam penerapannya terhadap suatu daerah aliran harus didahului dengan pemilihan
parameter- parameter yang sesuai seperti Tp, dan pola distribusi hujan agar
didapatkan suatu pola hidrograf yang mendekati dengan hidrograf banjir yang diamati.

Hidrograf Banjir Rancangan

Dengan telah dihitungnya hidrograf satuan, maka hidrograf banjir untuk


berbagai kala ulang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Qk = U1 Ri + U2Ri-1 + U3Ri-2 + ... + UnRi-n+1 + Bf

Dengan :
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke
k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto pada jam ke i
Bf = Aliran dasar (Base flow)
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Rumus hidrograf banjir tersebut dalam bentuk tabel dapat disajikan


sebagai
berikut :
Hidrograf Aliran
R1 R2 Rn Rm Debit
Satuan Dasar
(m3/dt/mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
Q1 q1 . R1 B Q1
Q2 q2 . R1 q1 . R2 B Q2
Q3 q3 . R1 q2 . R2 ... Q3
Q4 q4 . R1 q3 . R2 ... q1 . Rm B Q4
Q5 q5 . R1 q4 . R2 ... q2 . Rm B Q5

... ... q5 . R2 ... q3 . Rm B Qn+1

qn qn . R1 ... ... q4 . Rm B Qn+2

qn . R2 ... q5 . Rm B Qn+3
... ... B ...

qn . Rm B Qn+m-1

1.5. ANALISA HIDRAULIKA

Fenomena hidrolika dalam perencanaan bangunan sebagai usaha


untuk pengendalian banjir dapat diketahui dari Analisis Hidrolika. Fenomena
Hidrolika diperlukan untuk penentuan dimensi bangunan yang direncanakan
berdasarkan debit banjir rencana dengan mengacu pada aspek hidrolika yang ada.
Analisis hidrolika meliputi :

Data potongan memanjang dan melintang sungai untuk mengetahui slope rata-
rata, kapasitas/debit yang bisa dialirkan dan lengkung liku debit (rating curve).
Kondisi Aliran, untuk menentukan kondisi aliran disepanjang saluran yang
didesain, agar dalam saluran tidak terjadi aliran superkritis.
Analisa debit keluaran pintu aliran bawah, untuk mengetahui besarnya debit yang
keluar (release flow) berdasarkan operasi pintu untuk perencanaan pengendalian
banjir dengan tampungan sementara (retarding basin) dan perencanaan bangunan
peredam energi (stilling basin) pada hilir pintu.

Analisa Profil muka air, untuk mengetahui tinggi muka air pada
saluran berdasarkan perbedaan energi dan momentum pada penampang masing-masing
section dan
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

bangunan yang ada, analisa ini sangat berguna untuk melihat kapasitas saluran rencana
dan tinggi freeboard juga untuk dasar perencanaan bangunan pengatur debit (regulator).

1.5.1. KARAKTERISTIK SUNGAI

Karakteristik sungai sangat dipengaruhi morfologi sungai, kekasaran


dasar, material dasar, bangunan-bangunan yang ada sepanjang sungai dan pengaruh
pasang surut pada pelepasan sungai. Dalam analisa hidrolika karakteristik sungai
sangat diperlukan untuk analisa kapasitas pengaliran, kecepatan aliran, profil muka
air, kondisi aliran dan fenomena-fenomena hidrolika lainnya.

1.5.2. LIKU DEBIT (RATING CURVE)

Liku debit adalah hubungan antara debit (Q) dengan tinggi muka air (h) pada
suatu tampang sungai. Liku debit sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas
pengaliran dari suatu tampang sungai, yang dihitung dengan menggunakan pendekatan
rumus hidrolika
aliran seragam (uniform flow) dari Manning sebagai berikut:

A 2 / 3 1/ 2
Q AV R S
n

untuk penampang yang berbeda pada suatu section sungai akan mempunyai
liku debit yang berbeda sehingga kemampuan mengalirkan debit juga berbeda.
Untuk mempermudah dalam pemakaian suatu liku debit dapat digunakan dengan
pemakaian grafik/kurva atau dengan menggunakan persamaan regresi yang dapat
mewakili, karena pada ketinggian air (h) sama dengan 0 debit (Q) yang dialirkan juga
0 maka dapat dipakai regresi dengan pendekatan liku debit adalah Regresi Logaritmik :

Q=a.hb

1.5.3. KEDALAMAN ALIRAN KRITIS

Aliran kritis pada saluran prismatik dalam kemiringan seragam akan sama di
semua penampang saluran (aliran seragam), pada keadaan ini kemiringan saluran yang
membuat debit dan kedalaman kritisnya tetap disebut dengan kemiringan kritis
(critical slope). Kemiringan yang lebih besar dari kemiringan kritis akan
menimbulkan aliran yang lebih
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

cepat dari keadaan superkritis yang disebut dengan kemiringan curam (steep slope)
atau kemiringan superkritis (super critical slope), hal ini akan mengakibatkan aliran
tidak stabil dimana perubahan kecil dalam energy spesifiknya menimbulkan
perubahan kedalaman yang besar. Dalam merancang saluran bila ternyata keadaan
mendekati atau sama dengan kedalam kritis sepanjang saluran, bentuk atau kemiringan
saluran harus diubah bila secara praktis memungkinkan, agar dihasilkan kestabilan
aliran yang lebih baik.

Kedalaman aliran kritis dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

q2
yc 3
g

dimana :
q = debit persatuan lebar (m3/dt/m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)

1.5.4. HIDROLIKA PINTU AIR BAWAH

Untuk perencanaan pengendalian dengan tampungan sementara digunakan


pintu pengendali banjir, dalam hidraulika pintu tersebut dinamakan pintu air aliran
bawah, karena pada kenyataannya air mengalir melalui bagian bawah struktur. Pada
rancangan pintu air demikian dua hal yang perlu diperhatikan yaitu hubungan tinggi
energi pelepasan dengan distribusi tekanan pada permukaan pintu untuk berbagai posisi
pintu dan pinggiran pintu. Bentuk pinggiran pintu, tidak saja mempengaruhi distribusi
kecepatan, tekanan dan kehilangan energi, tetapi juga menyebabkan timbulnya
getaran-getaran pengganggu, yang harus dihilangkan pada saat pintu air
digunakan. Karena rancangan pinggiran pintu bervariasi maka biasanya diperlukan
penelitian yang terpisah untuk berbagai kondisi rancangan tersebut.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

2 2
v v
1 1
2g E 2g E
2 2
v v
2 2
y1 y1
2g 2g

h y2 h
y2

Besarnya debit yang dapat dikeluarkan (release flow) melalui pintu air
bawah
dapat dihitung dengan persamaan energi, dengan persamaan sebagai berikut :
2
1 v
Q CLh 2g y1
2g

dimana :
C = koefisien pelepasan
= K.
L = panjang pintu air (m)
h = tinggi bukaan pintu (m)
y1 = kedalaman hulu aliran (m)
2
v
1
= tinggi kecepatan aliran terdekat (m)
2g

Koefisien disajikan dalan grafik sebagai berikut :

0.80 = 150
= 300

= 450
0.70 = 600
= 750 y1

= 90 0
h
0.60

0.50
1 3 5 7 9 11 13
y1/h

Koefisien K untuk Debit tenggelam disajikan dalam grafik sebagai berikut :


Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

1.00

0.80

0.60

K
6 8 10 15 y1/h = 20
0.40

0.20
2 3 4 5

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
y2/h

Debit keluaran dari pintu mungkin terendam atau bebas tergantung


pada kedalaman air bawah, untuk aliran terendam y1 pada persamaan diatas harus
diganti dengan tinggi energi efektif, atau perbedaan antara kedalaman aliran hulu dan
aliran hilir.

Tekanan yang bekerja pada permukaan pintu dapat ditentukan secara


teliti dengan menggunakan analisa aliran netto atau pengukuran langsung pada
model atau
prototipe. Tekanan pada pintu radial dapat digambarkan sebagai berikut :

Tekanan vertikal pada


dasar saluran
F1 FH

F2 F3

Analisa debit keluaran pintu aliran bawah digunakan untuk


menghitung pengaturan dan pola operasi dari pintu retarding basin baik untuk menahan
banjir maupun untuk pengelontoran sungai, perencanaan bangunan peredam
energi (stilling basin) berdasarkan karakteristik debit dan pola aliran pada outlet pintu.

Peredam energi/Kolam olak (stilling basin) pada outlet pintu


direncanakan berdasarkan harga kedalaman sebelum loncatan (y1) dan froude number
sebelum loncatan
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

(F1). Dari kedua harga tersebut dapat dihitung tinggi air setelah loncatan,
dengan
persamaan :
y2 1
1 8F 1 1
y1 2

Panjang kolam olak sangat dipengaruhi oleh bilangan froude (F1), tinggi
endsill, tinggi gigi peredam dan chute block sangat dipengaruhi kedalam aliran
sebelum loncatan (y1). Sedangkan tipe kolam olak sangat dipengaruhi oleh bilangan
froudenya. Bilangan
Froude dapat dihitung dengan persamaan :

v
F
gd

1.5.5. PROFIL MUKA AIR

Perhitungan profil muka air dihitung dengan metode tahapan standart,


metode ini dapat dipakai untuk saluran tak prismatik. Pada saluran tak prismatik
unsur hidrolik tergantung pada jarak di sepanjang saluran. Pada saluran alam,
biasanya diperlukan dilakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan pada setiap penampang yang akan dihitung. Perhitungan dilakukan tahap
demi tahap dari suatu titik tinjau ke titik tinjau yang lain yang sifat hidroliknya telah
ditetapkan. Dalam hal ini jarak setiap titik tinjau diketahui dan dilakukan penentuan
kedalaman aliran di tiap pos. Cara semacam ini biasanya dibuat berdasarkan
perhitungan coba-coba. Untuk penjelasan cara ini dianggap bahwa permukaan air
terletak pada suatu ketinggian dan bidang datar, seperti gambar berikut :

Tinggi muka air diatas bidang datar pada kedua ujung penampang adalah :

Z 1 S o x y1 z 2
Z 2 y2 z2

dan kehilangan tekan akibat gesekan adalah


Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

1
hf S f x S S x
2 1 2

1 2

2
v
1
2 hf =Sf x
v
1
1 2g
y1
z1 y2
S0 x z2

x
Garis Persamaan (Datum)

dengan kemiringan gesekan Sf diambil sebagai kemiringan rata-rata pada


kedua
ujung penampang S f , sehingga persamaan energi menjadi :
2 2
v1 v2
Z1 1 Z2 2 hf he
2g 2g

dengan he ditambahkan untuk kehilangan tekanan akibat pusaran, yang


cukup besar pada saluran tak prismatik. “Metode Tahapan Standart akan
memberikan hasil yang terbaik bila dipakai menghitung saluran alam”.

1.5.6. HIDROLIKA AMBANG

Untuk mengatur debit pada percabangan-percabangan perlu


direncanakan bangunan pengatur debit (flow regulator), yang direncanakan
berdasarkan kapasitas debit pada masing-masing saluran. Bangunan tersebut bisa
berupa bangunan pelimpah ataupun pintu pengatur, untuk mempermudah dalam
pengoperasiannya maka pada pekerjaan ini bangunan pengatur debit (flow
regulator) direncanakan menggunakan tipe pelimpah, dimana pada saat muka air
mencapai taraf muka air tertentu, air langsung melimpah dan di alirkan pada saluran.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Secara umum debit yang lewat di atas mercu pelimpah dapat dihitung
dengan
persamaan sebagai berikut :

3
2
Q C BH

dimana :

Q = debit yang lewat mercu pelimpah (m3/dt)


C = koefisien debit pelimpahan tergantung dari tipe pelimpah
B = lebar pelimpah (m)
H = tinggi air diatas pelimpah (m)

Debit yang lewat mercu pelimpah dan lebar pelimpah dalam pekerjaan
ini ditentukan berdasarkan kemampuan debit saluran, tinggi pelimpah dan tinggi muka
air di atas mercu pelimpah direncanakan berdasarkan profil muka air untuk debit
banjir dengan kala ulang tertentu.

1.5.7. HIDRAULIKA PASANG SURUT

Dalam perhitungan pasang surut banyak faktor-faktor yang


mempengaruhi terjadinya pasang-surut, untuk mempermudah dalam perhitungan
faktor-faktor lokal yang mempengaruhi seperti tinggi muka air setempat karena
pengaruh angin tidak dimasukkan dalam perhitungan. Meskipun banyak benda
angkasa yang mempengaruhi gerakan pasang surut di bumi, namun mengingat hanya
bulan dan matahari saja yang mempunyai pengaruh yang besar, maka dalam
perhitungan hanya memperhitungkan kedua benda tersebut.

Dalam perhitungan matematis pasang surut banyak metode yang


digunakan, dalam perhitungan ini didasarkan pada teori Harmonic Analysis atau lebih
dikenal dengan Admiralty Method dikembangkan oleh Doodson (1930) dalam teori ini
dinyatakan bahwa gerakan pasang surut adalah gerakan vertikal dari air laut yang
terbentuk dari superposisi linier dari sejumlah gerakan yang harmonis dari pengaruh
masing-masing benda angkasa terhadap lapisan air di bumi. Sehingga untuk
masing-masing benda angkasa terhadap lapisan air di bumi. Sehingga untuk
masing-masing tempat pada periode tertentu dapat diperoleh gambaran karakteristik
pasudnya dari faktor amplitudo (hj) yaitu beda tinggi antara elevasi pasang
tertinggi dengan m.a rata-rata, periode (wj) yaitu waktu yang
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

diperlukan untuk suatu pengaruh dapat terulang lagi, dan phase lag (aj) yaitu untuk
masing- masing tempat atas dasar waktu antara bulan dan matahari melintasi garis
bujur lokasi dengan waktu kejadian yang sesungguhnya.

Sehingga untuk suatu tempat tinggi pasang surut dapat dihitung atas
dasar rumus tersebut sebagai berikut :

ht h0 h j cos w j t a j

dimana :
ht = tinggi muka air pada waktu
t h0 = tinggi muka air rata-rata
t = waktu yang ditinjau

1.6. DETAIL DESAIN BANGUNAN PENGENDALI BANJIR

Dalam penanganan banjir perlu dianalisa kondisi daerahnya, hal ini


untuk memperoleh gambaran bangunan pengendali banjir yang sesuai dengan
kondisi baik kondisi sosial, kondisi ekonomi, kondisi geologi tanah disekitarnya,
kondisi morfologi sungainya.

Ada beberapa altenatif bangunan pengendali banjir antara lain,


normalisasi sungai, pembuatan tanggul banjir, pembuatan retarding
basin, pembuatan shortcut/sudetan/kanal banjir/floodway dan lain-lain.

1.6.1. TANGGUL BANJIR

Tanggul banjir adalah tipe bangunan pengendalian banjir yang sering


digunakan, namun hal ini belum tentu sesuai untuk daerah yang relatif datar dan beda
elevasi dengan laut sangat kecil karena tanggul yang dibuat akan besar dan tinggi
sehingga cukup mahal.

Perhitungan stabilitas tanggul biasanya dilakukan dengan metode irisan


bidang luncur bundar (slice methode on circular slip surface), metode Bishop
atau metode Fellenius.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Metode irisan bidang luncur bundar

Andaikan bidang luncur bundar dibagi dalam beberapa irisan vertikal,


maka faktor keamanan dari kemungkinan terjadinya longsoran dapat diperoleh
dengan menggunakan keseimbangan sbb:
C.l N U Netan
Fs T Te

C.l .Acos e.sin V tan


.Asin e.cos

dengan :
Fs = faktor keamanan
N = Beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan
bidang luncur (= .A.cos )
T = Beban komponen tangensial yang timbul dari berat setiap
irisan bidang luncur (.A.sin )
U = Tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur
Ne = Komponen vertikal beban seismis yang bekerja pada setiap
irisan bidang luncur (= e..A.sin )
Te = Komponen tangensial yang timbul dari berat setiap irisan
bidang
luncur (= e..A.sin )
= Sudut gesekan dalam bahan yang membentuk dasar setiap
irisan bidang luncur
C = Angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap irisan
bidang luncur
Z = lebar setiap irisan bidang
luncur e = Intensitas seismis
horizontal
= Berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur
A = Luas dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur
= Sudut kemiringan rata-rata dasar setiap irisan bidang luncur
V = Tekanan air pori
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Metode Fellenius

Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa setiap irisan resultan gaya-


gaya antar irisan adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk
gaya-gaya pada setiap irisan yang tegak lurus terhadap dasar, yaitu :

N’ = W cos - ul

Kemudian faktor keamanan yang dinyatakan dalam tegangan efektif

c' La tan ' (W cos ul )


Fs
W sin

Komponen-komponen W cos dan W sin dapat ditentukan secara grafis


untuk setiap irisan. Alternatif lain, dapat diukur dan dihitung. Jumlah
permukaan keruntuhan coba-coba harus dipilih untuk mendapatkan faktor keamanan
yang minimum. Penyelesaian ini menghasilkan perkiraan faktor keamanan yang lebih
kecil.

Untuk suatu analisa menggunakan tegangan total, digunakan


parameter- parameter cu dan u dan nilai u = 0. Bila u = 0 faktor keamanannya adalah

c aL
u
Fs
W sin

Metode Simplied Bishop


R sin
O
Gambaran secara grafis dari teori
Simplied Bishop dapat dijabarkan
r
C dalam gambar disamping, dengan asumsi
bahwa resultante
gaya pada sisi irisan adalah
horisontal.
A B

Sehingga persamaan Keseimbangan gaya teori Simplied Bishop adalah


sebagai
berikut :
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

1 Sec
Fs C'b W 1 r u tan
W sin tan tan
1
Fs

Dalam analisa stabilitas lereng tanggul banjir, perhitungan stabilitas


ditinjau tiga kondisi yang tidak menguntungkan, yaitu:

o Kondisi kosong
o Kondisi muka air normal
o Kondisi Muka air maksimum (banjir)
o Kondisi penurunan muka air secara tiba-tiba (rapid drawn down)

Keempat kondisi tersebut akan di analisa dalam kondisi tanpa gempa


dan kondisi gempa.

Batas angka keamanan (safety factor) minimum dalam analisis stabilitas


lereng berdasarkan faktor keamanan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu:

Kondisi I : Kondisi kosong dengan gempa Fs = 1,2


Kondisi kosong tanpa gempa Fs = 1,5
Kondisi II : Kondisi normal dengan gempa Fs = 1,2
Kondisi normal tanpa gempa Fs = 1,5
Kondisi III : Kondisi banjir tanpa gempa Fs = 1,5
Kondisi IV : Kondisi penurunan tiba-tiba dengan Fs = 1,1
gempa
Kondisi penurunan tiba-tiba tanpa gempa Fs = 1,2

Untuk memperoleh angka kemanan (safety factor) yang paling minimum


perlu beberapa kali iterasi dalam beberapa koordinat dan radius untuk itu perlu
bantuan perangkat lunak (software) untuk mempermudah dan mempercepat itersi
yaitu dengan menggunakan program komputer untuk menghitung stabilitas
lereng yaitu dengan program Pslope.

1.6.2. TINJAUAN STABILITAS BANGUNAN PENGENDALIAN BANJIR

Bangunan pengendalian banjir seperti bangunan regulator aliran (flow


regulator)
yang berupa ambang, perkuatan lereng tanggul dengan pasangan, konstruksi pintu
operasi
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

maupun tempat perletakkan harus stabil terhadap guling, geser daya dukung tanah
pondasi, dan terhadap bahaya rayapan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa
stabilitas bangunan terhadap potensi-potensi bangunan terhadap bahaya guling, geser,
daya dukung tanah dan terhadap bahaya rayapan dalam berbagai keadaan
pembebanan. Perhitungan stabilitas tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
metode sebagai berikut:

Terhadap
geser

Dihitung dengan menggunakan rumus

: Sf = (V.f)/ H

dengan:
Sf = faktor keamanan
V = jumlah gaya vertikal (ton)
H = jumlah gaya horisontal (ton)
f = koefisien geser antara dasar konstruksi dan tanah pondasi

Terhadap
guling

Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

e = B/2 – (MV-MH)/ V < B/6 (pembebanan tetap)

< B/3 (pembebanan

sementara) Sf = MV/ MH > 1,5 pembebanan

tetap

> 1,2 pembebanan sementara

dengan:
e = eksentrisitas (m)
B = lebar dasar konstruksi (m)
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

MV = Jumlah momen vertikal (ton m)


MH = Jumlah momen horisontal (ton m)
V = Jumlah gaya vertikal
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Sf = faktor keamanan

Terhadap daya dukung tanah

Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut : Jika nilai eksentrisitasnya e < B/6 maka :

= V/B. (1 6e/B)

Jika nilai eksentrisitasnya e>B/6

4 V B
q1,2 . 2qult
3 2e

dengan:
= Tegangan tanah yang terjadi (ton/m2)
V= Gaya vertikal (ton)
B = lebar pondasi (m)
e = eksentrisitas (m)

Kontrol terhadap panjang rayapan

Perhitungan kontrol terhadap bahaya rayapan dapat dihitung atau


digunakan metode Lane sebagai berikut :

Ld
H Cd

dimana :
Ld = panjang jalur rayapan
(m) H = beda tinggi muka
air Cd = koefisien rayapan

Untuk bagian depan bangunan (apron), maka panjang apron dirumuskan :


Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

4H ha
ta 31 . fu

Dimana :
ta = panjang apron dari titik a (m)
H = beda tinggi muka air (m)
ha = beda tinggi muka air di titik a (m)
= berat jenis air
fu = koefisien tekanan uplift

Gaya-gaya yang bekerja pada


konstruksi

Tekanan air statis

Pw = ½ . w. H2 . L

dengan:
Pw = tekanan air statis
(ton) w = berat jenis air
(ton/m) H = kedalaman
air (m)
L = panjang konstruksi yang ditinjau
(m)

Gaya vertikal akibat berat konstruksi

Wc = c . V

dengan :
Wc = gaya vertikal
(ton)
c = berat jenis bahan konstruksi (ton/m3)
V = volume konstruksi (m3)
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Gaya horisontal akibat gempa

He = kh . V

dengan:
He = gaya horisontal
V= gaya vertikal
kh = koefisien gempa

Tekanan tanah aktif

Pa = ½ . ka. s .H2 .L

dengan:
Pa = tekanan tanah aktif (ton)
s = berat jenis tanah (ton/m3)
H = kedalaman tanah (m)
L = lebar konstruksi yang ditinjau (m)
ka = (1 - sin)/(1 + sin ) atau ka = tan2(45 -/2)
= sudut geser dalam sedimen/tanah

 Tekanan tanah pasif

Ps = ½ . kp . e . H2 .L

dengan:
Pe = tekanan tanah (ton)
H = kedalaman tanah (m)
e = berat jenis tanah (ton/m3)
L = panjang konstruksi yang ditinjau
Kp = koefisien tekanan tanah pasif = 1/ka
1.7. ANALISIS MANAJEMEN HULU DPS

Analisa ini akan dilakukan dengan menggunakan peta tata guna lahan
yang ada, berdasarkan kondisi terakhir dari daerah tangkapan hujan/cathment area
atau Daerah
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

Pengaliran sungai atau kalau terdapat photo citra satelit akan lebih mudah
melakukan analisa kondisi cathment area.

Berdasarkan kondisi tersebut dapat dianalisa kemungkinan daerah-daerah


yang harus dikonservasi, yang dalam hal ini akan dituangkan dalam peta usaha
konservasi lahan dalam Daerah pengaliran Sungai (DPS)/Cathment Area lokasi studi.

Dari hasil analisa tersebut dapat diberikan suatu usaha konservasi


dan manajemen Daerah Pengaliran Sungai yang lebih baik dan tepat sasaran.

Untuk menentukan usaha konservasi dan manajemen DPS maka


perlu menganalisa kondisi erodibilitas dan erosivitas lahan yang dapat dilakukan
dengan perhitungan manual Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada Daerah Pengaliran
Sungai (DPS).

Pada dasarnya, jika telah tersedia peta TBE (Tingkat Bahaya Erosi)
untuk wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) daerah studi di Balai (Sub
Balai) RLKT setempat, maka data tingkat erosi akan dapat dihitung dari sumber
peta tersebut. Tetapi bila belum tersedia, maka akan digunakan model perhitungan
dengan menggunakan persamaan umum kehilangan tanah atau Universal Soil
Less Equation (USLE) yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

E = RKLSCP

dimana,
E : jumlah masa kehilangan tanah
(t/ha/tahun) R : indeks erosivitas hujan dan
larian (tm/ha) K : indeks erodibilitas tanah
(t/ha per unit)
L : faktor panjang lereng
C : faktor pengelolaan tumbuhan (crop management)
P : faktor upaya-upaya pengendalian erosi (erosion control practices)

Erosivitas hujan dan runoff R adalah indeks yang menunjukkan besarnya


energi hujan yang mampu memukul dan memecah partikel tanah dan mengangkutnya
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

keluar. Di Indonesia, hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks erosivitas


dapat dihitung menggunakan persamaan :
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat

2
25PR
R
0,073PR 0,73

dimana,
PR : curah hujan dalam cm.

Nilai erosivitas tahunan berkisar antara 1900 tm/ha hingga 8000 tm/ha.
Jika pencatatan hujan hanya tersedia bulanan, maka erosivitas hujan dapat diperkirakan
dengan menggunakan rumus :

R = 6.12 (Pm)1.21 (N)-0.47 (Pmaks)0.53

dimana,
R : erosivitas hujan pada bulan yang bersangkutan
Pm : curah hujan rata-rata bulanan untuk bulan yang bersangkutan (cm)
N : rata-rata jumlah hari hujan pada bulan yang bersangkutan
Pmaks : rata-rata hujan maksimum 24 jam pada bulan yang bersangkutan.

Indeks erodibilitas tanah K adalah angka yang menunjukkan tingkat erosi


yang terjadi pada jenis tanah tertentu dibawah standar kemiringan lereng dan
pengolahan tertentu. Indeks erodibilitas ini dapat diadopsi dari Puslit Tanah, dimana
dari berbagai jenis tanah di Indonesia antara lain jenis tanah Latosol (berkisar
0.034 – 0.104), Lithosol (0.134), Mediterranean (berkisar 0.140-0.260) dan Grumusol
(0.204).

Faktor panjang L, berpengaruh terhadap hilangnya tanah untuk standard


panjang lereng yaitu panjang lereng overlandflow antar “brek-slope” yang
dapat dihitung
berdasarkan rumus standard sebagai berikut :

a
L 22,1

dimana,
a : panjang lereng overlandflow (m)
m : 0.6 untuk kemiringan lereng > 10 %
0.5 untuk kemiringan lereng 5 – 10 %
Metodologi dan Rencana Kerja
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

0.4 untuk kemiringan lereng 3 – 4 %


0.3 untuk kemiringan lereng < 3 %.

Faktor kemiringan lereng S dapat dihitung berdasarkan persamaan


berikut :

0,43 0,30S
0,043S 2
S
6
,
6
1
3

dimana,
S : kemiringan lereng yang dinyatakan dalam %.

Nilai factor pengelolaan tanaman (crop management factor) C


dan upaya pengendalian erosi (erosion control practices) P, sangat
tergantung pada jenis tanaman atau vegetasi, serta jenis pengendalian erosi
yang dilakukan, misalnya ada tidaknya terasering, apakah terpelihara dengan
baik atau tidak, ada resapan air, dan sebagainya.

Angka-angka indeks C dan P ini dapat diperoleh dengan


mengadopsi hasil- hasil penelitian yang dilakukan oleh Puslit Tanah Bogor.

2b - 70
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat

Apresiasi terhadap inovasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konsultan sebagai
penyedia jasa dalam rangka memberikan khasanah terhadap kerangka acuan kerja yang
telah diberikan. Sehingga diharapkan melalui apresiasi terhadap inovasi ini dapat
memberikan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas dan tetap mengacu pada lingkup
pekerjaan sesuai KAK dan penjelasan yang diberikan dalam anwidjzing. Kedudukan
apresiasi dan inovasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar
diagram berikut ini :

2c - 1
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat

Pada dasarnya uraian lingkup pekerjaan yang telah dijabarkan dalam Kerangka Acuan
Kerja (KAK) sudah cukup jelas, dimana di dalamnya telah menerangkan hak dan
kewajiban Konsultan supervisi dalam melaksanakan tugasnya.
Setelah membaca dan mempelajari dokumen lelang untuk paket pekerjaan
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN KAB. TELUK
WONDAMA – PAPUA BARAT Tahun Anggaran 2022 secara detail dan menyeluruh,
maka kami selaku penyedia Jasa Konsultansi dibidang Perencanaan akan
menterjemahkan lingkup tugas dan tanggung jawab tersebut dalam skema Rencana
Kerja secara komperehensif, guna tercapainya tujuan dan sasaran yang dikehendaki.
Kami akan mencoba menuangkan ide-ide dan rencana pelaksanaan pekerjaan melalui
prosedur, metodologi kerja, rencana pelaksanaan pekerjaan (time schedule), serta
rencana pengadaan langsung personil tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan di
lapangan, berdasarkan Lingkup Pekerjaan yang akan direncanakan.

Tentunya semua itu akan disinkronisasikan dengan kebutuhan tenaga yang telah
ditetapkan dalam Bill Of Quantity (BQ) dalam rentang waktu pelaksanaan yang telah
ditentukan. Dalam menunjang operasional dan koordinasi kerja selama proses
pekerjaan berlangsung, maka kami akan melengkapi jajaran tenaga ahli dan tenaga
supporting dengan peralatan yang dibutuhkan serta sarana transportasi dan komunikasi
yang memadai, agar skematik struktur organisasi lapangan dapat berjalan dengan lancar
dan cepat dengan hasil yang bisa dianggap lebih akurat.Menurut kami, bentuk
penyajian dan struktur sudah cukup baik. Hal ini tentu saja memberikan kemudahan
kepada kami khususnya, sebagai konsultan perencana, dalam pelaksanaan kegiatannya.
Terlepas dari hal tersebut, terdapat beberapa Apresiasi dan Inovasi yang dapat
disampaikan setelah kami memahami segala hal yang disajikan dalam kak
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN KAB. TELUK
WONDAMA – PAPUA BARAT baik itu dipandang dari segi struktur penyajian
maupun ruang lingkup materi pembahasan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :
• Dalam Pelaksanaan pekerjaan Perencana ini untuk pekerjaan awal konsultan
melakukan survey pendahuluan/identifikasi masalah bersama dinas terkait, apabila

2c - 2
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat

terjadi perbedaan hasil pengukuran dan desain maka perlu dilakuakan review
desain.
• Materi Studi – studi Terdahului diharapkan masuk menjadi poin bahasan dalam
penyajian KAK.
• Pengadaan laporan lain diluar bentuk laporan rutin perlu dibicarakan lebih lanjut
mengenai teknis pengadaan dan pembiayaannya.
• Data-data teknis pendukung yang tidak bisa kami peroleh sendiri di lapangan
karena keterbatasan ruang lingkup, waktu, biaya dan tenaga ahli, tetap perlu
disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen sebagai fasilitas yang dapat kami
manfaatkan. Materi yang disajikan di KAK pada bagian Data dan Fasilitas
Penunjang harus diperjelas dengan rinci dan lengkap.

2c - 3
Dukungan Data Terhadap KAK
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Teluk Wondama – Papua Barat

Untuk mencapai produk layanan jasa yang maksimal, maka dukungan data yang tersedia
dari KAK sudah cukup membantu untuk menyelesaikan kegiatan ini. konsultan akan
memberikan data di lapangan dengan menugaskan secara khusus seorang penghubung
(contact person) yang dapat dihubungi oleh Direksi Pekerjaan (Pejabat Pembuat
Komitmen) atau Kepala Satker serta pihak terkait lainnya.

Hal ini dimaksudkan untuk membantu penanganan masalah khusus, baik teknis maupun
administrasi yang tidak termasuk dalam Kerangka Acuan Kerja, namun hal-hal tersebut
perlu ditangani dengan tujuan untuk mensukseskan kegiatan pekerjaan ini khususnya
pada Pekerjaan PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI BANJIR Kabupaten
WONDAMA – PAPUA BARAT, Dukungan data yang tersedia sesuai dengan KAK.

Konsultan akan berusaha mencari data teknis terutama dari gambar desain dan
pengukuran pekerjaan diatas. Jika terdapat perbedaan dari segi pengukuran dan teknis,
maka konsultan akan melakukan review desain (jika diperlukan).

2d - 1
URAIAN TUGAS DAN KOMPOSISI TEAM
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Teluk Wondama – Papua Barat

2e.1. PENUGASAN TENAGA AHLI

Kualifikasi
Sertifikat Status Jumlah
Posisi Tingkat
Jurusan Keahlian Pengalaman Tenaga Org/B
Pendidikan
(SKA) Ahli
Tenaga Ahli (Professional Staff)

Team Leader Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Ahli madya • Berpengalaman dalam Tetap 1x5
(1 orang) Pengairan Sumber pekerjaan Irigasi
Daya Air sekurang kurangnya 4
(SDA) (empat) tahun
dilengkapi dengan
referensi kerja dari
Pengguna Jasa/ Pejabat
pembuat komitmen.
• Mempunyai pengalaman
sebagai Ketua Tim
sekurang kurangnya 2
(dua) kali dalam Bidang
Irigasi
Ahli Sungai Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Ahli Madya • Berpengalaman dalam Tetap 1X4
(1orang) Pengairan Sumber pekerjaan sumber daya
Daya Air air (SDA) sekurang
(SDA) kurangnya 3 (tiga) tahun
dilengkapi dengan
referensi kerja dari
Pengguna Jasa/ Pejabat
pembuat komitmen.

Ahli Hidrologi Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Ahli Madya • Berpengalaman dalam Tetap 1X4
(1 orang) Pengairan Sumber pekerjaan Sumber Daya
Daya Air Air (SDA) sekurang
(SDA) kurangnya 3 (tiga) tahun
dilengkapi dengan
referensi kerja dari
Pengguna Jasa/ Pejabat
pembuat komitmen.
Ahli Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Ahli Madya • Berpengalaman dalam Tetap 1X4
Pemeliharaan Pengairan Pemeliharaan analisis /kajian Operasi
dan Perawatan dan
Bangunan Perawatan dan pemeliharaan
Bangunan prasarana keairan
dan/atau penyusunan

2e - 1
URAIAN TUGAS DAN KOMPOSISI TEAM
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Teluk Wondama – Papua Barat

pedoman Operasi dan


Pemeliharaan prasarana
keairan, sekurang
kurangnya 3 (tiga) tahun
dilengkapi dengan
referensi kerja dari
Pengguna Jasa/ Pejabat
pembuat komitmen.
Ahli K3 Stara 1 (S1) T. Sipil Ahli K 3 • Berpengalaman dibidang Tetap 1X1
(1orang) konstrksi K3 Konstruksi pekerjaan
Muda Sumber Daya Air (SDA)
sekurang kurangnya 1
(satu) tahun dilengkapi
dengan referensi kerja
dari Pengguna Jasa/
Pejabat pembuat
komitmen.
Bertugas untuk
menyusun rancangan
konseptual SMKK sesuai
Permen PUPR 10/2021

Sub Professional Staff


Asisten Ahli Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Ahli Madya • Berpengalaman dalam Tetap 1X4
Sungai Pengairan Sumber pekerjaan sumber daya
Daya Air air (SDA) sekurang
(SDA) kurangnya 1 (satu)
tahun dilengkapi dengan
referensi kerja dari
Pengguna Jasa/ Pejabat
pembuat komitmen.
Asisten Ahli Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Ahli Madya • Berpengalaman dalam Tetap 1X4
Hidrologi Pengairan Sumber pekerjaan Sumber Daya
Daya Air Air (SDA) sekurang
(SDA) kurangnya 1 (satu)
tahun dilengkapi dengan
referensi kerja dari
Pengguna Jasa/ Pejabat
pembuat komitmen.
Supporting Staff
Administrator Stara 1 (S1) Ilmu Adminstra 1 Tahun Tetap 1X5
Adminstrasi si
Operator (S1)/D3 Manajemen Operator 1 Tahun Tetap 1X5
Komputer Komputer Komputer

2e - 2
URAIAN TUGAS DAN KOMPOSISI TEAM
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Teluk Wondama – Papua Barat

2e.2. KOMPOSISI TIM PENUGASAN


Agar diperoleh hasil kerja yang baik dan dapat selesai sesuai jadwal yang
direncanakan, kami akan menampilkan kompisisi tim yang solid dan memenuhi
persyaratan KAK pada pekerjaan ANALISA KINERJA AKNOP PENGENDALI
SEDIMEN KABUPATEN TELUK WONDAMA – PAPUA BARAT, sebagai berikut ;

2e - 3
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat

2.F.1. PROGRAM KERJA


Program kerja merupakan gambaran menyeluruh dan komprehensif usulan dari konsultan
untuk melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja
(KAK) yang telah diberikan. Dalam program kerja ini akan diuraikan urut-urutan pekerjaan,
konsep penanganan masalah, dan schedule pelaksanaan pekerjaan.

Konsultan supervisi berusaha menyusun rencana kerja yang akan diterapkan dalam
pekerjaan PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN Kabupaten TELUK
WONDAMA – PAPUA BARAT lebih jelasnya sebagai berikut :

A. TAHAP PEKERJAAN
a. Proses Administrasi
b. Mobilisasi Personil dan Peralatan
c. Koordinasi dengan PPK dan Direksi
d. Pengumpulan Data Studi Terdahulu dan Data Sekunder
e. Analisa Data dan Pengukuran

B. PELAPORAN PERENCANA

1. Laporan Program Mutu


2. Laporan Pendahuluan
3. Laporan Antara
4. Laporan Bulanan (5 buku perbulan)
5. Laporan Akhir
6. Executive Summary
7. Laporan Penunjang :
a. Laporan Topografi
b. Laporan Sosial Ekonomi & Analisa Ekonomi
c. Laporan Pedoman O & P
d. Laporan Spesifikasi Teknik, Dok. Tender & Dok. Supervisi Pengadaan
Konstruksi
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat

e. Lap. Nota Desain dan Dokumen Desain


f. Laporan Metode Pelaksanaan
g. Diskripsi BM & CP
h. Lap. Mekanika Tanah
i. Lap. Hidrologi & Hidraulika
j. Lap Survey Inventarisasi trmsk Buku Ukur
k. Lap PKM
l. Laporan BOQ dan Rencana Anggaran Biaya
m. Laporan Rancangan Konseptual Sistem
n. Manajemen Keselamatan Konstruksi
8. Softcopy laporan/ Hardisk Eksternal

C. DISKUSI

Kegiatan diatas sudah disusun oleh konsultan sesuai dengan pengalaman konsultan
dipekerjaan sejenis. Rencana kerja ini bisa berubah sesuai dengan kesepaktan yang dibuat
antara pihak pemberi pekerjaan dan konsultan. Untuk lebih jelasnya jadwal pelaksanaan ini
dapat dilihat pada bab selanjutnya yaitu bab tentang jadwal pelaksanaan pekerjaan.

2.F.2 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Setelah Konsultan mempelajari secara mendalam materi Kerangka Acuan Kerja yang
diberikan oleh pemberi kerja, adalah sudah cukup jelas menggambarkan lingkup tugas yang
harus dikerjakan oleh konsultan dalam rangka pelaksanaan PENILAIAN KINERJA
AKNOP PENGENDALI SEDIMEN Kabupaten TELUK WONDAMA – PAPUA BARAT

Dalam menyusun Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah berdasarkan rencana kegiatan


dengan tahapan yang telah diuraikan dalam bab pendekatan dan metodologi. Jadwal
pelaksanaan pekerjaan PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN
Kabupaten TELUK WONDAMA – PAPUA BARAT dengan waktu pelaksanaan selama 8
bulan yang terhitung sejak surat perintah kerja (SPMK) ditetapkan.
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat

2.F.3. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam melaksanakan DD PENILAIAN


KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN Kabupaten TELUK
WONDAMA – PAPUA BARAT Agar diperoleh hasil kerja yang baik dan
dapat selesai sesuai jadwal yang direncanakan, Konsultan akan menempatkan
tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang memiliki keahlian dan pengalaman
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK). Untuk jadwal penugasan anggota tim secara keseluruhan dapat dilihat
pada Tabel Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dibawah ini.
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat

JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

PEKERJAAN : PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN


LOKASI : KABUPATEN TELUK WONDAMA - PAPUA BARAT
TAHUN ANGGARAN : 2022
7 8 7 8 7 8 7 8 7 8
BULAN KE-
7 8 7 8 7 8 7 8 7 8 9000%
BULAN KE- 1 BULAN KE- 2 BULAN KE- 3 BULAN KE- 4 BULAN KE- 5
No. KEGIATAN KET.
MINGGU KE-
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Mobilisasi & Demobilisasi Personil dan Peralatan

2 Studi Literatur

3 Koordinasi dengan Pihak Terkait

4 Survey Pendahuluan
B PENGUMPULAN DATA PRIMER DAN SKUNDER
1 Peta Tata Guna Lahan

2 Inventarisasi Kondisi Aktual Bangunan

3 Penelusuran/Pengukuran Bangunan

4 Data Kecepatan Dan Kedalaman Aliran

C ANALISIS DATA
1 Analisis Morfologi Sungai

2 Analisis Hydrologi
3 Analisis Sedimentasi
D PENILAIAN KINERJA BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN
1 Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan

2 Penilaian Kondisi Kerusakan Bangunan

3 Analisi Tingkat Kerusakan

Analisis Kelembagaan
Analisis Kegiatan Pemeliharaan,Mengklasifikasi Jenis Kerusakan maupun
Jenis Penanganan, Tindakan,Preventif,Korektif & Rehabilitatif

E PENYUSUNAN ANGKA KEBUTUHAN NYATA ( AKNOP)

F REKOMENDASI TEKNIS

RANCANGAN KONSEPTUAL SISTIM MANAJEMEN


G
KESELAMATAN KONSTRUKSI
H PELAPORAN

1 Rencana Mutu Kontrak

2 Laporan Pendahuluan

3 Laporan Bulanan

4 Laporan Antara

6 Laporan Akhir

Total
Jumlah Bobot Re ncana
Bobot Re ncana Komulatif
Jumlah Bobot Re alisasi
Bobot Re alisasi Komulatif
De viasi

2f - 4
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALIAN SEDIMEN Kab. Teluk WONDAMA – PAPUA BARAT

2.G. ORGANISASI DAN PERSONIL


Setelah Konsultan mempelajari secara mendalam materi Kerangka Acuan Kerja yang
diberikan oleh pemberi kerja, maka konsultan membuat Struktur Organisasi pelaksanaan
pekerjaan pada pengguna jasa dan struktur organisasi penyedia jasa / konsultan.

Struktur organisasi konsultan yang akan melaksanakan pekerjaan PENILAIAN


KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN Kab. Teluk WONDAMA – PAPUA
BARAT ini dipimpin oleh seorang ketua team (Team Leader) yang mempunyai tugas
dan tanggung jawab mengkoordinasi semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan, dengan
didukung oleh beberapa tenaga ahli dan ditunjang oleh tenaga pendukung. Gambaran
mengenai Struktur Organisasi Pelaksana Konsultan dijelaskan pada Gambar berikut.

2g - 1
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALIAN SEDIMEN Kab. Teluk WONDAMA – PAPUA BARAT

JADWAL PENUGASAN PERSONIL

PEKERJAAN : PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN


LOKASI : KABUPATEN TELUK WONDAMA - PAPUA BARAT
TAHUN ANGGARAN : 2022
Orang Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V
No. Posisi Nama Personil Ket
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

A TENAGA AHLI 5.00


1 Supervision Engineer/Team Leader 1
2 Quality Engineer 3
3 Health Safety Environment (HSE) Engineer 1

B TENAGA PENDUKUNG & SUB PROFESIONAL 7.00


1 Surveyor 3
2 Sub Profesional Enginer 2
3 Administrasi & Keuangan 2

2g - 2
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

Dalam melaksanakan pekerjaan ini konsultan diharuskan melaksanakan beberapa jenis


kegiatan yang membutuhkan man month tenaga ahli sesuai dengan jumlah yang
ditetapkan dalam jadwal pelaksanaan selama 8 bulan. Berdasar pada pengalaman
pekerjaan sejenis yang telah dikerjakan oleh konsultan, dan keleluasaan dalam mengatur
sumberdaya yang dimiliki akan sangat menunjang pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan
tersebut dapat diupayakan selesai tepat waktu dan dengan kualitas sesuai KAK dan
petunjuk dari direksi.
Berdasarkan atas persyaratan yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja, Konsultan
memandang Tenaga Ahli yang dibutuhkan cukup memadai baik jumlah maupun
kualifikasinya. Namun untuk jadwal tenaga ahli pada kak, konsultan memiliki jadwal
tersendiri untuk memudahkan operasional dan kebutuhan di lapangan, sebagaimana
bagan alir terlampir
Tugas dan Fungsi Team adalah sebagai berikut :
1. Melakukan survei inventarisasi dan identifikasi karakteristik topografi
dan pola irigasi;
2. Melaksanakan survei inventarisasi dan identifikasi kondisi sosial dan
ekonomi kawasan serta melakukan analisis sosial-ekonomi kegiatan;
3. Melakasanakan survei investigasi dan desain Irigasi dengan pemilihan jenis
konstruksi dan perencanaan bangunan yang efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaan konstruksinya;
4. Melaksanakan analisis biaya yang diperlukan guna mendapatkan desain
konstruksi yang ekonomis dan efisien;
5. Menyusun rencana operasional dan pemeliharaan bangunan.

3a - 1
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

3a - 2
GAGASAN BARU
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

Untuk mengapresiasikan metode pengawasan kita mengadakan koordinasi lewat rapat-


rapat sebagai berikut :

4-1
GAGASAN BARU
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

Isinya :
→ Penyatuan pendapat tentang metode pelaksanaan, tolak ukur mutu
pekerjaan dan pelaksanaannya.
→ Peralatan yang mendukung pekerjaan
→ Struktur organisasi masing-masing
→ Jadwal pelaksanaan
→ Hal-hal yang dianggap perlu.

4-2
GAGASAN BARU
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

GAGASAN / INOVASI
Gagasan yang dapat kami berikan sebagai konsultan supervisi yaitu :

Pengendalian Waktu
Di dalam pengendalian waktu ini dipakai sebagai Tool adalah rencana jadwak
pelaksanaan yang sudah disahkan baik berupa Baar Chart maupun berupa Net Work
Planing (NWP). Di samping itu sebagai pengendali urut-urutan kerja dipakai Flow Chart
pelaksanaan kerja dan perencanaan yang telah disetujui oleh proyek.

Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya diharapkan untuk mendapatkan hasil pelaksanaan yang optimal


dengan pemilihan konstruksi perkerasan dan bangunan yang sesuai dengan biaya yang
seefisien mungkin.

Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu ini didasarkan atas dua Tool :


• Pengendalian mutu material yang dipakai harus sesuai dengan job mix yang telah
diambil, dengan lokasi pengambilan material yang sama. Bila terjadi perubahan
maka harus dilakukan pengetesan kembali.
• Pemakaian peralatan harus dikontrol untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Apabila sudah sudah tidak standar lagi maka diharapkan dilakukan kalibrasi alat.

4-3
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

E.4. RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Umum
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat
Kerja (PAK). Terkait pelaksanaan sebuah sistem keamanan (safety) pada proyek
konstruksi, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
mengembangkan sebuah standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
(K4) yang tertuang dalam Permen-PUPR No. 21/PRT/M/2019 yaitu
1. Keselamatan Keteknikan Konstruksi,
Merupakan keselamatan terhadap pemenuhan standar perencanaan,
perancangan, prosedur dan mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi, mutu
bahan, dan kelaikan peralatan
2. Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3),
Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, termasuk tenaga kerja penyedia jasa,
subpenyedia jasa, pemasok, dan pihak lain yang diizinkan memasuki tempat
kerja konstruksi
3. Keselamatan Publik,
keselamatan masyarakat dan/atau pihak yang berada di lingkungan dan sekitar
tempat kerja yang terdampak Pekerjaan Konstruksi
4. Keselamatan Lingkungan.
Keselamatan lingkungan yang terdampak oleh Pekerjaan Konstruksi sebagai
upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup dan kenyamanan lingkungan
terbangun sesuai peraturan perundang-undangan.
Terkait pembahasan penelitian yaitu standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019 adalah:
1. Hak tenaga kerja berupa perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa
Konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
2. Penjaminan dan perlindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK),
3. pencegahan penyebaran wabah penyakit dalam ligkungan kerja dan sekitarnya,

E4 - 1
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

4. pencegahan dan penaggulangan HIV/AIDS,


5. pencegahan penggunaan psikotropika, dan
6. pengamanan lingkungan kerja.
Dengan adanya sistem baru K4 dalam dunia konstruksi itu sendiri standar
Keselamatan Keteknikan, Keselamatan Publik, dan Keselamatan Lingkungan sendiri
harus berjalan bersamaan dengan K3 yang juga harus berjalan. Hal ini dibuktikan dengan
masih berjalannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (SMK3)
menggunakan PP No.50 Tahun 2012 dan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK) mengunakan Permen-PUPR No.21/PRT/M/2019.

Tujuan
Tujuan dilaksanakannya suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
berdasarka PP No. 50 Tahun 2012 adalah:
1. menigkatkan efektifitas perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi,
2. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau, serikat pekerja/buruh,
serta
3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktifitas.

Komitmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pada umumnya dalam sebuah penerapan sistem keamanan (safety) melibatkan
pemerintah, perusahaan atau penyedia jasa, dan tenaga kerja itu sendiri. Namun dalam
perkembangannya dengan dikembangkannya sistem K4 terkait proyek konstruksi
terdapat peran masyarakat dalam komitmen K3 itu sendiri. Dengan berjalannya 2 (dua)
sistem tersebut tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1970, UU No. 13 Tahun 2003, dan UU
No.2 Tahun 2012 sebgai berikut.
1. Peran Pemerintah
Peran Pemerintah dalam hal keselamatan (safety) dengan membuat peraturan.
Terkait K3 dituangkan dalam UU No. 13 Tahun 2003 dalam Pasal 87 yang

E4 - 2
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

menyatakan bahwa ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP) yang dituangkan
dalam PP No. 50 Tahun 2012. Sedangkan selaras dengan penerapannya pada bidang
konstruksi, pemerintah dalam UU No. 2 Tahun 2017 menyatakan bahwa Pemerintah
memiliki kewenangan dalam mengembangkan standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dengan
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh menteri terkait, dalam hal ini Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia yang tertuang dalam
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019.
2. Peran Pengusaha
Peran Pengusaha dalam penerpan sebuah sistem keselamatan (safety) adalah
pengusaha wajib menerapkan sistem keamanan itu sendiri yang tertera dalam PP No.
50 Tahun 2012 dan Permen-PUPR No. 21/PRT/M/2019 dalam rangka pemenuhan
ketentuan yang tertera dalam UU No 13 Tahun 2003 dan UU No. 2 Tahun 2017.
Pada PP No.50 Tahun 2012 mengatakan bahwa Setiap perusahaan wajib menerpakan
SMK3 di perusahaannya. Sedangkan menurut Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019
menyatakan bahwa setiap pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan
jasa konstruksi harus menerapkan SMKK. Terkait dengan hal tersebut, dalam
Permen PUPR dalam menerapkan standar keamanan, kesehatan, keselamatan, dan
keberlanjutan harus memenuhi standar:
a. Keselamatan Keteknikan Konstruksi,
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
c. Keselamatan Lingkungan, dan d. Keselamatan Publik.
Terkait harus dilaksanakannya dua UU dari pemerintah tersebut, dalam
pelaksanaannya pengusaha seringkali melakukan integrasi agar pelaksanaan
penerapannya di lapangan dapat bekerja dengan efektif dan efisien.
3. Peran Tenaga Kerja
Peranan tenaga kerja dalam K3 di tempat kerja lebih spesifik dijelaskan dalam UU
No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja sebagai berikut.
a. Memberi keterangan yang benar apabila diminta pegawai
pengawas/keselamatan kerja.

E4 - 3
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

b. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan.


c. Memenuhi dan menaati semua syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
diwajibkan.
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat K3 yang
diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal khusus yang ditentukan oleh pengawas
dalam batas yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Peran Masyarakat
Poin keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi diatur dalam
UU No.2 Tahun 2017. Masyarakat boleh berpartisipasi dalam pengawasan
penyelenggaraan jasa konstruksi dengan cara:
a. mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan konstruksi yang
berdampak pada kepentingan masyarakat,
b. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau
kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan jasa
konstruksi, dan
c. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha di bidang Jasa
Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Masyarakat juga dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan jasa konstruksi.

Undang-Undang Mengenai Keselamatan pada Tingkat Pengusaha


Dalam pelaksanaan sebuah sistem keamanan, pengusaha secara umum harus
melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesejatan Kerja (SMK3) dan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) secara bersamaan. Agar penerapannya
efektif dan efisien pengusaha harus secara cermat melakukan penyesuaian antar
keduanya. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang yang di dalamnya berisi perintah
kewajiban dalam menerapkan sistem keamanan, dalam hal ini proyek konstruksi, dalam
UU No.13 Tahun 2003 dan UU No.2 Tahun 2017 sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

E4 - 4
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

Undang-Undang ini mengatur mengenai perusahaan dalam kewajibannya


melindungi tenga kerja. Salah satu hal penting dalam penerapan sebuah sistem
keamanan diatur dalam Pasal 87 sebagai berikut.
a. Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
b. Ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Terkait Poin b, Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah PP No.50 Tahun 2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Undang-undang No 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi mengatur hal-hal yang
lebih umum tentang Keselamatan Konstruksi. Hal tersebut diatur pada Pasal 59 Ayat
(1) yang berbunyi “Dalam setiap penyelenggaraan jasa konstruksi, pengguna jasa
dan penyedia jasa wajib memenuhi standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan” dengan keterangan bahwa pengguna dan/atau penyedia jasa harus
memberikan pengesahan atau persetujuan atas:
a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan,
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali,
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/
atau pembangunan kembali,
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi, dan/atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan paling sedikit
meliputi:
a. Standar mutu bahan,
b. Standar mutu peralatan,
c. Standar keselamayan dan kesehatan kerja
d. Standar prosedur pelaksanaan kostruksi,
e. Standar mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi,
f. Standar operasi dan pemeliharaan,

E4 - 5
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

g. Pedoman perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan jasa konstruksi


sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, dan
h. Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk
jasa konstruksi diatur oleh menteri terkait sesuai dengan kewenangannya. Dalam
penyusunannya memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan
kenyamanan lingkungan terbangun. Undang-Undang ini juga menyatakan bahwa
satndar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk
jasa konstruksi diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
Pengaturan oleh menteri tersebut dituangkan dalam Permen-PUPR No.
21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Dalam penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
konstruksi, standar keselamatan keteknikan konstruksi tidak dapat dipisahkan. Namun
belum adanya sebuah sistem penilaian Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK) yang harus dijalankan pengusaha yang diatur dalam Permen PUPR No.
21/PRT.M/2019, penerapan sistem keamanan dalam penelitian bisa dilakukan
menggunakan PP No. 50 Tahun 2012 yang didalamnya sudah ada Elemen Peniliaian
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Berikut merupakan
penerapan dan penilaian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 menjalankan pedoman penerapan
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mencakup 5
kmponen sebagai berikut.
a. Penetapan kebijakan K3,
b. perencanaan K3
c. pelaksanaan rencana K3,
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

E4 - 6
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

Pedoman Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (SMK3)
Dalam menilai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3), berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, meliputi kriteria
audit SMK3, penetapan kriteria audit per tingkat pencapaian penerapan, dan ketentuan
penilaian hasil audit SMK3 sebagai berikut.
1. Kriteria Audit SMK3 adalah:
a. pembangunan dan pemeliharaan komitmen,
b. strategi pendokumentasian,
c. peninjauan ulang desain dan kontrak,
d. pengendalian dokumen,
e. pembelian dan pengendalian produk,
f. keamanan bekerja berdasarkan SMK3,
g. standar peraturan,
h. pelaporan dan perbaikan,
i. pengelolaan material dan perpindahannya,
j. pengumpulan dan pengguna jasa,
k. audit SMK3, dan
l. pengembangan keterampilan dan kemampuan.
2. Penetapan Kriteria Audit Tiap Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3
Sesuai yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang
Penetapan Kriteria Audit Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3 bahwa
pelaksanaan penilaian dilakukan berdasarkan tingkatan penerapan SMK3 yang
terdiri dari 3 tingkatan, yaitu sebagai berikut ini.
a. Penilaian Tingkat Awal Sesuai Pedoman II Peraturan Pemerintah No.50
Tahun 2012 dilakukan Penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 (enam puluh
empat) kriteria.
b. Penilaian Tingkat Transisi Sesuai Pedoman II Peraturan Pemerintah No.50
Tahun 2012 dilakukan Penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 (seratus dua
puluh dua) kriteria.

E4 - 7
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

c. Penilaian Tingkat Lanjutan Sesuai Pedoman II Peraturan Pemerintah No.50


Tahun 2012 dilakukan Penilaian penerapan SMK3 terhadap 166 (seratus
enam puluh enam) kriteria.
3. Ketentuan Penilaian Hasil Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3)
a. Penilaian perusahaan dalam menerapkan SMK3 dibagi dalam 3 kategori,
yaitu:
1) Kategori tingkat awal perusahaan yang memenuhi 64 kriteria tersebut
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012.
2) Kategori tingkat transisi perusahaan yang memenuhi 122 kriteria tersebut
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012.
3) Kategori tingkat lanjutan perusahaan yang memenuhi 166 kriteria tersebut
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012.

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bertujuan untuk
mengurangi jumlah kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja secara khusus pada pelaksanaan
proyek konstruksi adalah kegagalan bangunan yang dibahas pada UU No.2 Tahun 2017
yang diturunkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, kegagalan bangunan adalah
suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah
penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi. PP No.22 Tahun 2020, Pasal 86, juga
menjelaskan bahwa penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan konstruksi
dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan rencana umur konstruksi. Penyedia
jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan dalam jangka waktu paling lama
10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan jasa konstruksi.
Pada UU nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (Pasal 60) menjelaskan bahwa
penyelenggaraan konstruksi yang tidak memenuhi standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan pengguna jasa dan/atau penyedia jasa dapat menjadi pihak
yang bertanggung jawab terhadap kegagalan bangunan. Selanjutnya kegagalan konstruksi

E4 - 8
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

ditetapkan oleh penilai ahli yang telah dipilih oleh pemerintah. Penilai ahli berdasarkan
UU Nomor 2 Tahun 2017 Terdapat 6 (enam) poin tugas penilai ahli sebagai berikut.
1. menetapkan tingkat kepatuhan terhadap standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi,
2. menetapkan penyebab terjadinya kegagalan bangunan,
3. menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan,
4. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan,
5. melaporkan hasil penilaiannya kepada menteri dan instansi yang mengeluarkan
izin membangun, paling lambat 90 (Sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak
tanggal pelaksanaan tugas, dan
6. memberikan rekomendasi kebijakan kepada menteri dalam rangka pencegahan
terjadinya kegagalan bangunan.
Pada PP No. 22 Tahun 2020, Pasal 85, menjelaskan bahwa penyedia jasa wajib
bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang telah ditetapkan oleh penilai ahli.
Tanggung jawab atas kegagalan bangunan berupa:
1. penggantian atau perbaikan kegagalan bangunan oleh penyedia jasa, dan
2. pemberian ganti kerugian oleh pengguna jasa dan/atau penyedia jasa.
Terkait pertanggung jawaban atas penggantian atau perbaikan kegagalan bangunan
oleh penyedia jasa, Pada PP No. 22 Tahun 2020, Pasal 88, dilakukan pada:
1. Layanan usaha jasa konsultansi konstruksi berupa:
a. pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan,
b. pengawasan, dan/atau c. menajemen penyelenggaraan konstruksi
2. Layanan usaha pekerjaan konstruksi, dan/atau
3. Layanan usaha pekerjaan konstruksi terintegrasi.
Sedangkan terkait pemberian ganti kerugian oleh pengguna jasa dan/atau penyedia
jasa, Pada PP No. 22 Tahun 2020, Pasal 90, ganti kerugian yang diderita oleh pihak
yang dirugikan berupa:
1. santunan bagi pihak yang dirugikan yang meninggal dunia,
2. santunan bagi pihak yang dirugikan yang menderita luka yang mengakibatkan
cacat tetap,

E4 - 9
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

3. ganti kerugian atas biaya pengobatan yang nyata-nyata dikeluarkan oleh pihak
yang dirugikan atau bagian biaya pelayanan lainnya, dan
4. ganti kerugian atas musnah, rusak, atau hilangnya akibat kegagalan bangunan.
Proses ganti kerugian yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab harus
dimulai dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kalender sejak diterapkan oleh
pihak berwenang. Pemberian ganti kerugian dapat dialihkan kepada pihak ketiga
berupa asuransi.

Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah peristiwa tidak diharapkan, tidak direncanakan, dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja, dalam rangkaian peristiwa yang terjadi karena berbagai
sebab, yang mengakibatkan kerugian fisik (luka atau penyakit) terhadap seseorang,
rusaknya harta milik perusahaan dan terjadinya gangguan usaha. Atau kecelakaan
yang dialami seorang karyawan semenjak ia meninggalkan rumah kediamannya
menuju ke tempat kerja, selama jam kerja dan istirahat, maupun sekembalinya dari
tempat kerja.
Teori Sebab Kecelakaan
Sebuah kejadian kecelakaan terdiri dari 5 (lima) komponen. Komponen tersebut
adalah:
1. Sumber dan Lingkungan Sosial (Ancestry and Social Environtment) Sumber dan
lingkungan sosial berasal dari ide bahwa perilaku ceroboh, perilaku keras kepala,
ketamakan dan sifat tidak diinginkan merupakan karakter yang mungkin saja
diperbolehkan selama melewati proses budaya. Sebagai tambahan, lingkungan
mungkin saja bisa mengembangkan sifat/karakter tidak diinginkan atau bisa saja
dicegah melalui pendidikan dan pelatihan. Budaya dan lingkungan, keduanya
dapat menyebabkan seseorang melakukan kesalahan.
2. Kesalahan Manusia (Fault of the Person) Kesalahan manusia tergantung kepada
budaya atau kesalahan-kesalahan seperti sifat ceroboh, perilaku kasar, rasa tegang,
rangsangan, ketidak pedulian, pengabaian pelatihan, dll, serta alasan pendekatan
konstitusional dalam melakukan perilaku tidak aman atau keberadaan bahaya-
bahaya mekanis dan fisik.

E4 - 10
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

3. Perilaku Tidak Aman dan bahaya makanis atau fisik (Unsafe Acts and Mechanical
or Physical Hazard) Perilaku tidak aman atau kinerja pekerja, seperti berdiri
dibawah muatan tergantung, menyalakan mesin tanpa otoritas, bermain-main saat
bekerja, dan memindahkan alat pengaman. Bahaya mekanis dan fisik seperti
peralatan tanpa penlindung, titik operasi yang tidak dijaga, tidak adanya batas
pengamanan, dan pencahayaan yang tidak layak menyebabkan terjadinya
kecelakaan
4. Kecelakaan (Accident)
Kejadian kecelakaan seperti orang jatuh, terkena benda jatuh, dsb, merupakan
contoh kecelakaan yang dapat menyababkan cidera.
5. Cidera (Injuries)
Cidera seperti patah tulang merupakan hasil dari kecelakaan.

Penyebab Kecelakan
Beberapa faktor penyebab kecelakaan menurut Reese (2008) adalah sebagai berikut.
1. Penyebab langsung
Dalam melakukan analisis terperinci mengenai kecelakaan, memandang
bahwasanya pelepasan energi dan material berbahaya sebagai penyebab langsung.
Energi ataupun material berbahaya dipandang sebagai sebuah kekuatan yang dapat
menyebabkan terjadinya cidera ataupun kerusakan lainnya pada saat terjadinya
kontak. Sangat penting dalam mengidentifikasi terjadinya penyebab langsung.
Untuk mencegah terjadinya cidera, itu sering kali memungkinkan untuk dilakukan
desain ulang peralatan ataupun fasilitas dan menyediakan perlindungan
perseorangan dalam rangka melawan pelepasan energi ataupun pelepasan/kontak
terhadap material berbahaya. Berikut merupakan Sumber perantara penyebab
langsung terjadinya kecelakaan.
a. Sumber Energi
1) Mekanis berupa mesin, peralatan, kebisisngan, peledak, benda bergerak,
dan tekanan,
2) Elektrik berupa aliran listrik tanpa pelindung dan sumber bertegangan
tinggi,

E4 - 11
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

3) Panas seperti kobaran api, permukaan yang panas, logam cair,


4) Kimia seperti bahan bersifat asam, bahan-bahan dasar, bensin, dan bahan
peledak, dan
5) Radiasi dari sinar laser, sinar x-ray, radiasi gelombang mikro, sumber
radiasi, dan radiasi dari kegiatan mengelas.
b. Material berbahaya
1) Gas terkompresi atau gas cair yang mudah terbakar atau pun yang tidak bisa
terbakar,
2) Material korosif,
3) Material yang mudah terbakar yang bersifat padat, cair, atau gas,
4) Material beracun
5) Material yang teroksidasi, dan
6) Debu.
2. Penyebab Tidak Langsung
Perilaku tidak aman (kebiasaan) dan kondisi tidak aman meliputi penyebab tidak
langsung terjadinya kecelakaan. Penyebab tidak langsung ini dapat mengakibatkan
terjadinya cidera, kerusakan properti, dan kerusakan alat. Selanjutnya dapat
menyebabkan terjadinya energi dan material berbahaya menjadi terlepas. Perilaku
tidak aman dan kondisi tidak aman dapat menyebabkan terjadinya kondisi tidak
aman ataupun sebaliknya. Berikut penyebab tidak langsung terjadinya kecelakaan.
a. Perilaku tidak aman meliputi:
1) kegagalan dalam mengingatkan rekan kerja atau untuk mengamankan
peralatan,
2) mengabaikan kerusakan perlengkapan/perlatan,
3) pengangkatan yang tidak benar,
4) posisi bekerja yang tidak benar,
5) penggunaan alat yang tidak benar berupa penggunaan dalam kecepatan
yang berlebihan, penggunaan peralatan rusak, penggunaan alat gerak yang
sedang dalam perawatan,
6) pengoperasian alat tanpa otoritas,
7) bermain-main dalam bekerja,

E4 - 12
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

8) membuat piranti keamanan tidak bisa beroperasi,


9) penyalah gunaan obat,
10) penggunaan alkohol, \
11) pelanggaran terhadap peraturan keamanan dan kesehatan, dan
12) tidak menggunakan APD yang telah disetujui.
b. Kondisi tidak aman seperti:
1) area kerja yang berjejal,
2) peralatan atau mesin yang rusak,
3) penyimpanan bahan peledak atau material berbahaya yang tidak benar
4) pencahayaan yang buruk,
5) sirkulasi yang buruk,
6) dukugan dan pengamanan yang tidak memadai,
7) tata graha yang tidak memadai,
8) terpapar radiasi,
9) kebisisngan berlebih,
10) kondisi udara berbahaya,
11) kondisi tanah berbahaya,
12) tidak ada alat pemadam api, dan
13) area kerja tidak stabil.
3. Penyebab Dasar
Beberapa hasil investigasi kecelakaan hanya dalam hal identifikasi dan
perbaikan penyebab tidak langsung, akan tetapi penyebab tidak langsung dari
terjadinya kecelakaan merupakan gejala sehingga beberapa penyebab yang
mendasari ada, yang mana sering disebut penyebab dasar. Dengan selangkah
lebih maju, cara terbaik dalam pencegahan kecelakaan bisa dilakukan dengan
mengidentifikasi dan memperbaikinya dari penyebab dasarnya. Penyebab
dasar dikelompokan dalam peraturan dan keputusan, faktor manusia, dan
faktor lingkungan. Berikut penyebab dasar terjadinya kecelakaan.
a. Faktor Peraturan dan Prosedur

E4 - 13
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

1) peraturan terkait keamanan tidak ditulis, tidak disetujui oleh pimpinan


tertinggi, tidak didistribusikan ke setiap pekerja, tidak dibahas per
periode,
2) tidak tersedianya prosedur seperti manual tertulis, pertemuan
keamanan, JSA, tata graha, pengawasan medis, investigasi kecelakaan,
keadaan darurat, pelaporan, audit/inspeksi keamanan,
3) keamanan tidak dipertimbangkan dalam hal pembelian suplai,
peralatan, jasa, dan
4) keamanan tidak dipertimbangkan dalam hal pengalaman personel
terkait seleksi, keahlian, tanggung jawab, akuntabilitas, komunikasi,
pelatihan, dan observasi pekerjaan
b. Faktor Manusia
1) fisik (ukuran, kekuatan, dan stamina) yang tidak memadai,
2) pengalaman terkait pengalaman dan kemampuan yang tidak cukup,
rekam jejak kecelakaan, praktik kerja tidak aman,
3) motivasi mencakup kebutuhan dan kemampuan,
4) attitud kepada orang lain (pekerja, perusahaan, dan pekerjaan) dan diri
sendiri (pecandu alkohol, penggunaan obat-obatan, rasa kesal), dan
5) Kebiasaan dalam hal mengambil risiko dan kurangnya kesadaran akan
bahaya.
c. Faktor Lingkungan
1) Desain fasilitas yang tidak aman seperti:
a) tidak memadainya tata letak permesinan,
b) sistem kelistrikan yang tidak memadai,
c) sistem hidrolis yang tidak memadai,
d) Akses jalan ramai yang terbatas,
e) pencahayaan yang buruk,
f) sirkulasi yang buruk,
g) kurangnya pengendalian kebisingan,
h) keadaan normal, dan
i) keadaan darurat,

E4 - 14
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

2) Prosedur operasi tidak aman dalam keadaan normal dan darurat,


3) Keadaan cuaca, dan
4) wilayah geografis.

Alat Pelindung Diri (APD)


Peran tenaga kerja sebagai manusia dalam melaksanakan pekerjaan terutama dalam
hal K3 dalam UU Nomor 1 Tahun 1970 sebelumnya telah dijelaskan bahwasanya salah
satunya adalah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan. Mengacu
pada Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019, Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pelindung
Kerja (APK) merupakan bagian dari elemen biaya SMKK yang tidak terpisahkan dalam
penerapan SMKK itu sendiri dan sudah diatur lebih jelas dengan sertifikasi dan standar
yang sudah ditentukan dan masih dikembangkan. Lebih jelasnya Alat Pelindung Diri
(APD) dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dijelaskan sebagai berikut. Berdasarkan
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019, Alat Pelindung Diri (APD) harus dalam kondisi
baru dan mengikuti standar yang berlaku. Alat Pelindung Diri (APD) dijelaskan sebagai
berikut.
1. Helm Pelindung (Safety Helmet) Dalam Permen PUPR No. 21/PRT/M 2019,
Helm Pelindung (Safety Helmet) memiliki Standar warna helm yang dipergunakan
dengan ketentuan dijelaskan dalam Tabel 3.3 berikut
Tabel 3. 3 Ketentuan Penggunaan Helm pada Proyek
No Pemakai Ketentuan
1 Tamu warna putih polos
2 Tim:
a. Pelaksana warna putih polos
dilengkapi dengan 1 strip (8
mm)
b. Kepala pelaksana konstruksi warna putih polos
dilengkapi dengan 2 strip (2
x 8 mm)
c. Kepala pekerjaan konstruksi warna putih polos
dilengkapi dengan 3 strip

E4 - 15
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

berukuran @ 8mm, dan 1


strip 15 mm di bagian
paling atas
3 Pekerja pada Unit Keselamatan Konstruksi warna merah
4 Pekerja pada Unit kerja Sipil warna kuning
5 Pekerja pada Unit Kerja Mekanikal Elektrikal (ME) warna biru
6 Pekerja pada Unit Kerja Lingkungan warna hijau
Ketentuan lainnya adalah apabila ada logo perusahaan, ditempatkan di bagian tengah dan
depan pelindung kepala. Berikut merupakan gambar dari Helm Pelindung (safety
helmet).
2. Pelindung Mata (Goggles, Spectacles) Reese dan Eidons (2006), menyatakan
bahwa apabila risiko potensial terhadap cidera mata ada, yang berasal dari mesin
atau operasi, perlindungan mata dan wajah harus disediakan. Perlindungan mata
dan wajah harus melindungi pekerja dengan:
a. perlindungan melawan bahaya yang memadai,
b. kepasan dan kenyamanan yang layak,
c. ketahanan, dan
d. kemampuan untuk dibersihkan dan diberi desinfektan
3. Tameng Muka (Face Shield)
Terkait fungsinya Face shield termasuk dalam kategori pelindung mata dan muka.
4. Sarung Tangan (Safety Gloves)
Reese dan Eidons (2006), dalam pandangan terhadap perlindungan tangan,
sepasang sarung tangan kulit dalam kondisi baik merupakan keharusan dalam
Keselamatan Konstruksi. Sarung tangan kulit harus dipakai saat memanjat,
memegang material, saat berada di sekitar material tajam atau bergerigi, saat
dibutuhkan sebagai perlindungan anti-getar, dan saat berada didekat sirkuit
bertegangan rendah
5. Sepatu Keselamatan (Safety Shoes, Rubber Safety Shoes, dan Toe Cap)
Reese dan Eidons (2006), menyatakan meskipun perusahaan konstruksi tidak
membutuhkan safety-toed shoes untuk digunakan semua pekerja, bisa terlihat
bahwa penggunaannya menjadi bagian mandat dari program APD konstruksi
6. Penunjang Seluruh Tubuh (Full Body Harness)

E4 - 16
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

semua pekerja diharuskan menggunakan penunjang keselamatan, atau penunjang


seluruh tubuh sebagai bentuk perlindungan jatuh
7. Jaket Pelampung (Life Vest)
8. Rompi Keselamatan (Safety Vest)

Pencegahan Penyebaran Wabah Penyakit


Sebelumnya telah dibahas bahwa tujuan penerapan SMK3 pada proyek adalah
mengurangi terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Terkait keadaan yang dimulai pada akhir
2019 yaitu terjadinya pandemi Corona Virus disease 2019 di seluruh dunia, dengan
menimbang bahwasanya pada standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Permen
PUPR No. 21/PRT/M/2019, maka penerapan penyebaran wabah penyakit terkhusus
Covid-19 harus dilaksanakan oleh pengusaha jasa konstruksi.
Permenkes No. 9 Tahun 2020 menimbang bahwa penyebaran Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian telah meningkat dan
meluas lintas wilayah dan lintas negara dan berdampak pada aspek politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam upaya menekan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) semakin meluas, Menteri Kesehatan dapat menetapkan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah pembatasan kegiatan
tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (Covid-I9).
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah ditetapkan oleh Menteri, wajib
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan dengan konsisten mendorong dan mensosialisasikan pola hidup
bersih dan sehat kepada masyarakat. Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) meliputi:
1. sekolah dan tempat kerja diliburkan,
2. kegiatan keagamaan dibatasi,
3. tempat atau fasilitas umum dibatasi dalam melakukan kegiatan,
4. kegiatan sosial dan budaya dibatasi,

E4 - 17
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

5. penggunaan transportasi dibatasi, dan


6. kegiatan lainnya terkhusus aspek pertahanan dan keamanan dibatasi.
Pelaksanaan PSBB dilakukan selama masa inkubasi terpanjang dan dapat dilakukan
perpanjangan apabila masih didapati adanya bukti penyebaran. Menteri, Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19),
gubernur/bupati/walikota harus melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
Prinsip Umum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
diatur dan dijelaskan dalam Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Repulik ndonesia
Nomor HK. 01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di
Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19). Terkait perlindungan kesehatan individu, penularan Covid-19
terjadi melalui droplet yang dapat menginfeksi manusia dengan masuknya droplet yang
mengandung virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan mata.
Prinsip pencegahan penularan Covid-19 pada individu dilakukan dengan menghindari
masuknya virus melalui ketiga pintu masuk tersebut dengan beberapa tindakan, seperti:
1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker yang menutupi hidung
dan mulut hingga dagu, apabila harus bertemu dengan orang lain yang belum
diketahui status kesehatannya (bisa menularkan covid-19) pada saat keluar rumah.
Penggunaan masker kain sebaikanya menggunakan yang 3 lapis.
2. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol/handsanitizer. Agar
lebih maksimal selalu hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan
yang tidak bersih (yang mungkin telah terkontaminasi droplet yang mengandung
virus).
3. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena
droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan,
keramaian, dan berdesakan. Apabila menjaga jarak tidak memungkinkan, maka
pemberlakuan rekayasa administrasi dan teknis disarankan. Rekayasa administrasi
dapat dilakukan dengan membatasi jumlah orang, mengatur jadwal, dan

E4 - 18
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis dapat 44 dilakukan dengan membuat


partisi, mengatur jalur masuk dan keluar, dan lain sebagainya.
4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) degan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan
aktivitas fisik minimal 30 menit dalam 1 hari dan istirahat yang cukup (minimal 7
jam), serta menghindakan diri dari faktor risiko penyakit. Orang yang memiliki
komorbiditas/penyakit penyerta/kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi,
gangguan paru, gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi
immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan, lanjut usia, anak-anak, dan
lain lain, harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat dan fasilitas umum.
Terkait dengan hal tersebut, menurut Ketua Bagian Hubungan Internasional
Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) yang juga Direktur Adhi Karya Partha Sarathi
dalam Buletin Konstruksi (Edisi 4, 2020), dengan kondisi pandemi seperti ini
(Pandemi Covid-19) sektor konstruksi tetap menjalankan aktivitasnya, terdapat 90
proyek PT. Adhi Karya yang masih berjalan secara normal dan ada 17 proyek yang
ditunda karena pembiayaan dan kondisi di lapangan (bukan karena covid). Terkait
kebutuhan pencegahan penyebaran wabah, terjadinya pandemi Covid-19, dan
pelaksanaan konstruksi yang harus tetap berjalan, dalam pencegahan penyebaran
Covid-19 pada proyek dijelaskan dalam Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Skema Protokol Pencegahan Covid-19 dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi adalah
sebagai berikut.
1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan Covid-19
a. Satgas Pencegahan Covid-19 yang menjadi bagian dari Unit Keselamatan
Konstruksi wajib dibentuk oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa,
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut membentuk Satgas
Pencegahan Covid-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a,
c. Satgas Pencegahan Covid-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a
berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang yang terdiri atas:
1) 1 (satu) Ketua merangkap anggota, dan

E4 - 19
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

2) 4 (empat) Anggota yang mewakili Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.


d. Satgas Pencegahan Covid-19 memiliki tugas, tanggung jawab, dan
kewenangan untuk:
1) memberikan sosialisasi,
2) memberikan pembelajaran (edukasi),
3) melakukan promosi teknik,
4) merencanakan metode/pelaksanaan pencegahan Covid-19 di lapangan,
5) melakukan koordinasi dengan Satgas Penanggulangan Covid-19
Kementerian PUPR dan melakukan Identifikasi Potensi Bahaya Covid-
19 di lapangan,
6) melakukan pemeriksaan kesehatan terkait adanya potensi terinfeksi
Covid-19 kepada semua pekerja dan tamu proyek,
7) memantau kondisi kesehatan pekerja dan mengendalikan
mobilisasi/demobilisasi para pekerja,
8) memberi vitamin dan nutrisi tambahan guna meningkatkan imunitas
pekerja,
9) mengadakan Fasilitas Kesehatan di lapangan, dan
10) melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang
positif dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan
merekomendasikan dilakukan penghentian kegiatan sementara.
2. Identifikasi Potensi Bahaya Covid-19 di Lapangan
a. Satgas Pencegahan Covid-19 berkoordinasi dengan Satgas
Penanggulangan Covid-19 Kementerian PUPR untuk menentukan:
1) Identifikasi potensi risiko lokasi proyek terhadap pusat sebaran
penyebaran Covid-19 di daerah yang bersangkutan,
2) Kesesuaian Fasilitas Kesehatan di lapangan dengan protokol
penanganan Covid-19 yang dikeluarkan oleh Pemerintah, dan
3) Tindak lanjut terhadap Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
b. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut teridentifikasi:
1) Memiliki risiko tinggi akibat lokasi proyek berada di pusat sebaran,

E4 - 20
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

2) Telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau berstatus Pasien Dalam


Pengawasan (PDP), atau
3) Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi/Kepala Daerah telah
mengeluarkan peraturan untuk menghentikan kegiatan sementara
akibat keadaan kahar.
Maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat diberhentikan
sementara akibat Keadaaan Kahar,
c. Apabila harus menghentikan penyelenggaraan Jasa Konstruksi
sebagaimana di maksud huruf b, dilakukan sesuai ketentuan pada
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Instruksi
Menteri,
d. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan
urgensinya tetap harus dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan
dampak sosial dan ekonomi dari Covid-19, maka Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi tersebut dapat diteruskan dengan ketentuan:
1) Mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, dan
2) Melaksanakan protokol pencegahan Covid-19 dengan disiplin tinggi
dan dilaporkan secara berkala oleh Satgas Pencegahan Covid-19.
3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan
a. ruang klinik kesehatan di lapangan yang dilengkapi dengan sarana
kesehatan yang memadai, antara lain tabung oksigen, pengukur suhu badan
nir-sentuh (thermoscan), pengukur tekanan darah, obat-obatan, dan petugas
medis wajib disediakan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi,
b. kerjasama operasional perlindungan kesehatan dan pencegahan Covid-19
dengan rumah sakit dan/atau pusat kesehatan masyarakat terdekat untuk
tindakan kahar (emergency) wajib dimiliki Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi,
c. fasilitas tambahan antara lain: pencuci tangan (air, sabun dan hand
sanitizer), tisu, masker di kantor dan lapangan bagi seluruh pekerja dan
tamu wajib disediakan oleh Jasa Pekerjaan Konstruksi, dan

E4 - 21
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

d. vaksin, vitamin dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja


wajib disediakan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
4. Pelaksanaan Pencegahan Covid-19 di lapangan
a. poster (flyers) baik digital maupun fisik tentang himbauan/anjuran
pencegahan Covid-19 untuk disebarluaskan atau dipasang di tempat-
tempat strategis di lokasi proyek dipasang oleh Satgas Pencegahan Covid-
19,
b. penjelasan, anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan Covid-19
dalam setiap kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk) harus
disampaiakan oleh Satgas Pencegahan Covid-19 bersama petugas medis,
c. pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi,
siang, dan sore wajib dilaksanakan oleh Petugas medis bersama para
Satuan Pengaman (Security Staff),
d. orang (seluruh pekerja dan tamu) yang terindikasi memiliki suhu tubuh ≥
38 (tiga puluh delapan) derajat celcius dilarang datang/masuk ke lokasi
pekerjaan oleh Satgas Pencegahan Covid-19,
e. pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa paling sedikit 14 (empat belas) hari kerja apabila ditemukan
pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19,
f. evakuasi dan penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan
peralatan kerja dilakukan Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman
(Security Staff), dan
g. Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan
penyemprotan disinfektan, serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan
isolasi tenaga kerja yang pernah melakukan kontak fisik dengan tenaga
kerja yang terpapar telah selesai. Mekanisme Protokol Pencegahan
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dijelaskan dalam Gambar 3.17 berikut.

E4 - 22
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

E4 - 23
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

Tahapan Pelaksanaan SMKK


Tahapan Dokumen Pelaku
Pengkajian dan Rancangan Konseptual
Pengguna/ Konsultan
perencanaan SMKK
Pengkajian/ Konsultan
Rancangan Konseptual,
Perencanaan/ Konsultan
Perancangan KAK, HPS, Risk Analysis,
Perancangan
Biaya SMKK
Pembangunan Dok. Penawaran Teknis
Pengguna/Kontraktor/
(Procurement) RKK
Konsultan Pengawas/
Pembangunan RMPK
Konsultan MK
(Pelaksanaan) RKK Pelaksanaan

Tahap Pra – Konstruksi (Pengkajian–Perencanaan–Perancangan)


Peranan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi Pada SMKK dalam Rancangan
Konseptual SMKK (Pra-Konstruksi) disusun oleh:
a. Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi Pengkajian;
b. Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi Perencanaan; dan
c. Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi Perancangan.
Rancangan Konseptual SMKK harus disetujui oleh Pengguna Jasa untuk dijadikan
rujukan dalam menyusun RKK. Penyedia Jasa harus memiliki Ahli K3 Konstruksi.
Tabel Rancangan Konseptual SMKK (Pra-Konstruksi)
TAHAPAN MUATAN SUBSTANSI
Pengkajian a) lingkup tanggung jawab pengkajian;
b) informasi awal terhadap kelaikan paling sedikit
meliputi lokasi, lingkungan, sosio - ekonomi,
dan/ atau dampak lingkungan; dan
c) rekomendasi teknis
Perencanaan a) lingkup tanggung jawab perencanaan;
b) informasi awal terhadap kelaikan paling sedikit
meliputi lokasi, lingkungan, sosio- ekonomi,
dan/atau dampak lingkungan; dan

E4 - 24
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

c) rekomendasi teknis
Perancangan a) lingkup tanggung jawab perancang, termasuk
pernyataan dalam hal terjadi revisi desain,
tanggung jawab revisi desain dan dampaknya
ada pada penyusun revisi;
b) metode pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi;
c) identifikasi bahaya, mitigasi bahaya, dan
penetapan tingkat risiko;
d) daftar standar dan/atau peraturan perundang-
undangan Keselamatan Konstruksi yang
ditetapkan untuk desain;
e) Biaya Penerapan SMKK; dan
f) rancangan panduan keselamatan pengoperasian
dan pemeliharaan konstruksi bangunan.

Elemen Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi


a. Kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam keselamatan konstruksi
- Kepedulian pimpinan terhadap isu eksternal dan internal;
- Organisasi pengelola SMKK; dan
- Komitmen keselamatan konstruksi.
b. Perencanaan keselamatan konstruksi
- Mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian, dan peluang;
- Rencana tindakan yang tertuang dalam sasaran dan program; dan
- Pemenuhan standar dan peraturan perundangan keselamatan konstruksi.
c. Dukungan keselamatan konstruksi
- Sumber daya (peralatan, material, dan biaya)
- Kompetensi
- Kepedulian
- Komunikasi,dan
- Informasi terdokumentasi
d. Operasi keselamatan konstruksi
- Perencanaan dan Pengendalian Operasi.

E4 - 25
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

- Kesiapan dan tanggapan terhadap kondisi darurat


e. Evaluasi kinerja keselamatan konstruksi
- Pemantauan dan evaluasi
- Tinjauan manajemen
- Peningkatan kinerja keselamatan konstruksi

Tahap Konstruksi (Procurement–Pelaksanaan Konstruksi)


1. Penerapan SMKK Dalam Tahap Pembangunan
Tabel Penerapan Smkk Dalam Tahap Pembangunan
Pemilihan Penyedia Pelaksanaan Pekerjaan Serah Terima
Jasa Konstruksi Pekerjaan
BENTUK Dokumen Pemilihan 1. Pelaksanaan RKK Dokumen hasil
(Dok. Teknis + 2. Penyusunan & penerapan SMKK &
Administrasi) Pelaksanaan RMPK Penjaminan Mutu
kepada Pengguna Jasa
MUATAN Harus memuat: • RKK & RMPK • Laporan pelaksanaan
• Manajemen Risiko dibahas, dan disetujui RKK
Keselamatan oleh Pengguna Jasa • Laporan penjaminan
Konstruksi yang dan Penyedia Jasa & pengendalian mutu
paling sedikit pada saat PCM • Seluruh laporan
memuat uraian • Pengendalian RKK disertai bukti
pekerjaan, dan RMPK melalui dokumentasi
identifikasi bahaya, persyaratan dalam
dan penetapan pengajuan ijin mulai
tingkat Risiko kerja (JSA +
Keselamatan Rencana Pelaksanaan
Konstruksi pada Pekerjaan)
Pekerjaan
Konstruksi; dan
• Biaya Penerapan
SMKK pada HPS

E4 - 26
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

2. Pengendalian Pelaksanaan SMKK


Persyaratan dalam permohonan memulai pekerjaan mengintegrasikan
pengendalian mutu dan Analisis Keselamatan Pekerjaan/JSA.
Pengendalian “4M” yaitu :
1. Method = metode kerja (SOP)
2. Man = tenaga kerja kompeten
3. Machine = peralatan laik fungsi
4. Material = material sesuai spesifikasi
5. Subkontraktor
6. Analisis Keselamatan Pekerjaan/Job Safety Analysis

3. Biaya Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi


a. Penyedia jasa tidak dapat mengusulkan perubahan anggaran biaya
penyelenggaraan SMKK berdasarkan RKK yang telah ditinjau ulang.
b. Harus dimasukkan pada Daftar Kuantitas dan Harga dengan besaran biaya
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pengendalian dalam RKK.

E4 - 27
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

c. Pengguna jasa wajib memastikan seluruh komponen biaya


penerapan SMKK dianggarkan dan diterapkan oleh Penyedia Jasa
d. Penyedia Jasa yang tidak menyampaikan perkiraan biaya penerapan SMKK
sesuai ketentuan, maka dinyatakan gugur atau nilai penawaran biaya sama
dengan nol
e. Bagian dari RKK dan harus disampaikan oleh Penyedia Jasa dalam
dokumen penawaran.
4. Biaya Penerapan SMKK
Paling sedikit mencakup:
a. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
b. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan
c. Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD)
d. Asuransi dan perizinan
e. Personel Keselamatan Konstruksi
f. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan
g. Rambu- rambu yang diperlukan
h. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi
i. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian risiko
Keselamatan Konstruksi
5. Perincian Biaya Penerapan SMKK
1. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK), antara lain:
- Pembuatan dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi;
- Pembuatan prosedur dan instruksi kerja; dan
- Penyiapan formulir.
2. Sosialisasi, promosi dan pelatihan, antara lain:
- Induksi Keselamatan Konstruki (Safety Induction);
- Pengarahan Keselamatan Konstruki (Safety Briefing);
- Pertemuan mengenai keselamatan Keselamatan Konstruki (Safety
Meeting, Safety Talk, dan/atau Tool Box Meeting);
- Pelatihan Keselamatan Konstruki;
- Sosialisasi HIV/AIDS;

E4 - 28
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

- Simulasi Keselamatan Konstruki;


- Spanduk (banner);
- Poster; dan
- Papan informasi K3.
3. Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD), meliputi:
APK antara lain:
- Jaring pengaman (Safety Net);
- Tali keselamatan (Life Line);
- Penahan jatuh (Safety Deck);
- Pagar pengaman (Guard Railling);
- Pembatas area (Restricted Area);
- Pelindung jatuh (Fall Arrester); dan
- Perlengkapan keselamatan bencana
APD antara lain:
- Helm pelindung (Safety Helmet);
- Pelindung mata (Goggles, Spectacles);
- Tameng muka (Face Shield);
- Masker selam (Breathing Apparatus);
- Pelindung telinga (Ear Plug, Ear Muff);
- Pelindung pernafasan dan mulut (Masker);
- Sarung tangan (Safety Gloves);
- Sepatu keselamatan (Safety Shoes);
- Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes and
- Toe Cap);
- Penunjang seluruh tubuh (Full Body Harness);
- Jaket pelampung (Life Vest);
- Rompi keselamatan (Safety Vest); dan
- Celemek (Apron/Coveralls)
4. Asuransi dan Perizinan, antara lain:
- Asuransi;
- Surat izin laik operasi *

E4 - 29
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

- Sertifikat kompetensi kerja untuk operator yang diterbitkan oleh


lembaga/instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;*
- Surat Pengesahan Organisasi K3 (P2K3), sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan; dan*
- Perizinan terkait lingkungan kerja
5. Personel Keselamatan Konstruksi, antara lain:
- Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi;
- Petugas tanggap darurat;
- Petugas P3K;
- Petugas pengatur lalu lintas (Flagman);
- Tenaga medis dan/atau kesehatan; dan
- Petugas kebersihan lingkungan
Keterangan :
* Biaya menjadi tanggungan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, tidak
masuk dalam biaya penerapan SMKK
6. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan, antara lain:
- Peralatan P3K (Kotak P3K, tandu, obat luka, perban, dan lain-lain)
- Ruang P3K (tempat tidur pasien, tabung oksigen, stetoskop, timbangan
berat badan, tensi meter, dan lain-lain);
- Peralatan pengasapan (Fogging);
- Obat pengasapan; dan
- Ambulans.
7. Rambu-Rambu yang diperlukan, antara lain:
- Rambu petunjuk;
- Rambu larangan;
- Rambu peringatan;
- Rambu kewajiban;
- Rambu informasi;
- Rambu pekerjaan sementara;
- Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan, antara lain:

E4 - 30
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

- Peralatan P3K (Kotak P3K, tandu, obat luka, perban, dan lain-lain)
- Ruang P3K (tempat tidur pasien, tabung oksigen, stetoskop, timbangan
berat badan, tensi
- meter, dan lain-lain);
- Peralatan pengasapan (Fogging);
- Obat pengasapan; dan
- Ambulans.
- Rambu-Rambu yang diperlukan, antara lain:
8. Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi, antara lain:
- Ahli Lingkungan;
- Arsitek;
- Ahli Teknik Jalan;
- Ahli Teknik Jembatan; dan/atau
- Ahli Teknik Bangunan Gedung.
9. Kegiatan dan peralatan terkait Pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi,
antara lain:
- Pemeriksaan dan pengujian peralatan;
- Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
- Sirine;
- Bendera K3;
- Lampu darurat (Emergency Lamp);
- Pemeriksaan lingkungan kerja:
Limbah B3
Polusi suara
- Pembuatan Kartu Identitas Pekerja (KIP);
- Program inspeksi dan audit;
- Pelaporan dan penyelidikan insiden;
- Patroli keselamatan; dan/atau
- Closed-circuit Television (CCTV).
Keterangan:

E4 - 31
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

• Alat Pelindung Kerja (APK) sesuai pada angka 3 huruf a nomor 1 dan
nomor 2 harus dalam kondisi baru dan mengikuti standar yang berlaku.
• Alat Pelindung Diri (APD) sesuai pada angka 3 huruf b harus dalam kondisi
baru dan mengikuti standar yang berlaku.
• Standar warna helm yang dipergunakan, sebagai berikut:
❖ Tamu –warna putih polos;
❖ Tim:
- Pelaksana–warna putih polos dilengkapi dengan 1 strip (8 mm);
- Kepala pelaksana–warna putih polos dilengkapi dengan 2 strip (2 x 8
mm)
- Kepala pekerjaan konstruksi–warna putih polos dilengkapi dengan 3
strip berukuran @ 8mm, dan 1 strip 15 mm di bagian paling atas.
❖ Pekerja pada Unit Keselamatan Konstruksi–warna merah;
❖ Pekerja pada Unit kerja Sipil–warna kuning;
❖ Pekerja pada Unit kerja Mekanikal Elektrikal (ME) – warna biru;
❖ Pekerja pada Unit kerja Lingkungan – warna hijau; dan
❖ Jika ada logo perusahaan, ditempatkan di bagian tengah dan depan
pelindung kepala.
• Pekerja pada Pekerjaan Konstruksi menggunakan pakaian berwarna jingga
(orange).
• Pada alat berat yang beroperasi ditempel SILO, SIO, nama operator beserta
pasfoto ukuran 8R.
6. Contoh Petunjuk Isian Satuan Perincian Kegiatan Penyelenggaraan Smkk
A. Format Rincian SMKK
No Uraian Satuan Kuantitas Harga Total Ket.
Pekerjaan Ukuran Satuan Harga
(Rp.) (Rp.)
1 Penyiapam RKK
antara lain
a Pembuatan Set Memperhatikan
dokumen RKK jumlah dan

E4 - 32
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

jenis pekerjaan
yang
dikerjakan
b Pembuatan Memperhatikan
Prosedur dan perkiraan
Instruksi Kerja jumlah pekerja
serta Penyiapan
Formulir
c Sub Total jumlah (a-
Penyiapan RKK b)

Keterangan:
1. Uraian pekerjaan sebagaimana tersebut dalam tabel, disesuaikan dengan jenis
pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan;
2. PPK menetapkan perincian uraian pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan;
3. Jumlah minimal kebutuhan personel Keselamatan Konstruksi ditetapkan oleh
pengguna jasa yang dituangkan pada dokumen tender;
4. Satuan Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi
dilaksanakan untuk pekerjaan segmentasi pemaketan menengah dan besar,
sedangkan untuk pemaketan
5. segmentasi kecil dilaksanakan apabila diperlukan.
Keterangan pengisian Biaya Penerapan SMKK
1. Uraian pekerjaan sebagaimana tersebut dalam tabel, disesuaikan dengan jenis
pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan;
2. PPK menetapkan perincian uraian pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan;
3. Jumlah minimal kebutuhan personel Keselamatan Konstruksi ditetapkan oleh
pengguna jasa yang dituangkan pada dokumen tender;
4. Satuan Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi dilaksanakan
untuk pekerjaan risiko keselamatan konstruksi besar dan sedang, sedangkan

E4 - 33
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

untuk pekerjaan risiko keselamatan konstruksi kecil dilaksanakan apabila


diperlukan;
5. Terlampir tabel kualifikasi Ahli K3 Konstruksi dan Petugas Keselamatan
Konstruksi pada tingkat risiko keselamatan konstruksi.
6. Jumlah Ahli K3 Konstruksi/Petugas Keselamatan Konstruksi dalam UKK pada
Pekerjaan Konstruksi sebagai berikut:
- Risiko keselamatan konstruksi kecil, memiliki perbandingan antara jumlah
Ahli K3 Konstruksi / Petugas Keselamatan Konstruksi dengan jumlah tenaga
kerja konstruksi 1:60, dengan jumlah minimal 1 (satu) Petugas Keselamatan
Konstruksi dalam tiap Pekerjaan konstruksi.
- Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang, memiliki perbandingan antara
jumlah Ahli K3 Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi 1:50,
dengan jumlah minimal 1 (satu) Ahli K3 Konstruksi tiap Pekerjaan
konstruksi; dan
- Risiko keselamatan konstruksi besar, memiliki perbandingan antara jumlah
Ahli K3 Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi 1:40, dengan
jumlah minimal 1 (satu) Ahli K3 Konstruksi dalam tiap Pekerjaan
konstruksi;
- Petugas Keselamatan Konstruksi dibantu oleh pekerja yang telah mendapat
pelatihan K3 Konstruksi di internal.
- Pendelegasian tugas penerapan SMKK sebagian diberikan kepada pekerja
yang sudah mendapat pelatihan.
7. Pada dokumen pemilihan pengguna jasa mencantumkan persyaratan kebutuhan
ahli K3 Konstruksi berdasarkan Risiko Keselamatan Konstruksi

7. Unit Keselamatan Konstruksi


bertanggungjawab kepada unit yang menangani Keselamatan Konstruksi di
bawah pimpinan tertinggi Penyedia Jasa.
Persyaratan kualifikasi kompetensi kerja Pimpinan UKK
Risiko Besar
- Ahli Utama K3 Konstruksi; atau

E4 - 34
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

- Ahli Madya K3 Konstruksi dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun


Risiko Sedang
- Ahli Madya K3 Konstruksi; atau
- Ahli Muda K3 Konstruksi dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun
Risiko Kecil
- Ahli Muda K3 Konstruksi; atau Petugas Keselamatan Konstruksi.
Pimpinan
• wajib memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi kerja di bidang K3 Konstruksi.
• berkoordinasi dengan pimpinan tertinggi Pekerjaan Konstruksi
Anggota
Wajib memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan kepemilikan
kompetensi kerja atau sertifikat pelatihan
Ket:
1. Dalam hal pekerjaan konstruksi berisiko Keselamatan Konstruksi kecil,
Pimpinan tertinggi Pekerjaan Konstruksi dapat merangkap sebagai pimpinan
UKK.
2. Dalam hal pekerjaan konstruksi berisiko Keselamatan Konstruksi sedang dan
besar, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus membentuk UKK yang
terpisah dari struktur organisasi Pekerjaan Konstruksi
8. Persyaratan Kualifikasi Ahli K3 Konstruksi Atau Petugas Keselamatan
Konstruksi
Kriteria Risiko Keselamatan Konstruksi
• bersifat berbahaya tinggi berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan
Konstruksi yang ditetapkan oleh Pengguna
• Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp100.000.000.000,00
(seratus milyar rupiah);
• mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah lebih dari 100 (seratus)
orang;
• menggunakan peralatan berupa pesawat angkat;

E4 - 35
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

• menggunakan metode peledakan dan/atau menyebabkan terjadinya


peledakan; dan/atau
• Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi tinggi.
• bersifat berbahaya sedang berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan
Konstruksi yang ditetapkan oleh Pengguna
• Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus
milyar rupiah);
• mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah 25 (dua puluh lima) orang
sampai dengan 100 (seratus) orang; dan/atau
• Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi madya
• bersifat berbahaya rendah berdasarkan penilaian
• Risiko Keselamatan Konstruksi yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa
• Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS sampai dengan
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah);
• mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah kurang dari 25 (dua puluh
lima) orang; dan/atau
• Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana
Risiko Besar
• Ahli Utama K3 Konstruksi; atau
• Ahli Madya K3 Konstruksi dengan pengalaman minimal 3 tahun
Risiko Sedang
• Ahli Madya K3 Konstruksi; atau
• Ahli Muda K3 Konstruksi dengan pengalaman minimal 3 tahun
Risiko Kecil
• Ahli Muda K3 Konstruksi; atau
• Petugas Keselamatan Konstruksi

9. Ketentuan Lain Risiko Keselamatan Konstruksi

E4 - 36
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

Dalam hal suatu Pekerjaan Konstruksi memenuhi lebih dari satu kriteria Risiko
Keselamatan Konstruksi, penentuan Risiko Keselamatan Konstruksi ditentukan
dengan memilih Risiko Keselamatan Konstruksi yang lebih tinggi
Pekerjaan Konstruksi yang memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar dengan
kriteria mempekerjakan lebih dari 100 (seratus) pekerja harus mempunyai personel
Keselamatan Konstruksi paling sedikit 2 (dua) orang yang terdiri atas:
a. 1 (satu) orang Ahli Utama K3 Konstruksi dan/atau Ahli Madya K3
Konstruksi dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun; dan
b. 1 (satu) orang Ahli Muda K3 Konstruksi dengan pengalaman paling singkat
3 (tiga) tahun
Pada Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan metode padat karya atau
menggunakan banyak tenaga kerja namun sedikit penggunaan peralatan mesin,
kebutuhan Personel Keselamatan Konstruksi ditentukan oleh penilaian Risiko
Keselamatan Konstruksi
Risiko Keselamatan Konstruksi untuk menentukan kebutuhan Ahli K3
Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi, tidak untuk menentukan
kompleksitas atau segmentasi pasar Jasa Konstruksi.

10. Penetapan Tingkat Risiko


Tabel Penetapan Tingkat Risiko

Keparahan

Kekerapan 1 2 3 4 5 Keterangan

1 1 2 3 4 5 1-4 Tingkat risiko KK kecil

2 2 4 6 8 10 5-12 Tingkat risiko KK sedang

3 3 6 9 12 15 15-25 Tingkat risiko KK besar

4 4 8 12 16 20

5 5 10 15 20 25

E4 - 37
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

Tahap serah Terima Pekerjaan (PHO–Pemeliharaan–FHO)


Tahapan Serah Terima (Penyelesaian ) Pekerjaan Konstruksi
- Serah Terima Pertama Pekerjaan (PHO)
Penerapan SMKK dalam tahapan serah terima pekerjaan dilakukan pada PHO
sampai FHO.
- Pekerjaan Pemeliharaan
Setelah PHO pekerjaan SMKK diterapkan dalam pengoperasian dan
pemeliharaan.
- Serah Terima Akhir Pekerjaan (Fho)
Pengoperasian dan Pemeliharaan, Pengguna Jasa harus merujuk pada hasil
perancangan yang telah dimutakhirkan; dan
- Serah Terima Kepada Penyelenggara Infrastruktur
Panduan keselamatan operasi dan pemeliharaan konstruksi bangunan yang sudah
memperhitungkan Keselamatan Konstruksi yang disusun oleh Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi berdasarkan hasil pelaksanaan rancangan dan RKK yang
dimutakhirkan.

TAHAPAN SERAH TERIMA PEKERJAAN KONSTRUKSI


PELAKSANAAN K ON S TR U K S I P EM ELIHA RAA N

F H O
P H O Ma sa Pe me liharaan
Periode Akhir
Pe rm in taa n Sera h
Pekerjaan K on tr ak
Terima Pertama
Selesai 100%
Pekerjaan Pembayaran Pekerjaan
Permintaan
Berita Acara P H O (95% dari Ko nt rak , 5%
Serah Ter ima
Penyedia ke P P K J a m i n a n Pemeliharaan
Akhir P eke rjaan

Penyedia k e P P K
Pelaksanaan PP K da n Penyedia
Pem erik s aa n
Pekerja an P elaksanaan Berita Acara F H O
Pemeriksaan
PP K Pengawas Pem eli h araa n P e m b ay a r a n /
Pem eli h araan P e ng e m b a l i an J a m i n a n
Pekerjaan Peke rjaan
(Fungsi) P e m e l ih ar a a n
P e nye dia PPK/Personil

PPK PP K k e Penyedia

Perbaikan Tid ak
C ek Ya Ya
Pekerjaan C ek

Pen y edia Tid ak


Perbaikan
Pekerjaan

Kontraktor P e m e r ik s aa n
A dm i n i s tr a t i f H as il
Pe k e r j aan

P A / KP A PPHP

B e r it a A c a r a S e r a h
T e r i m a Pe k e r jaa n
ke PA / KPA

PP K da n PPHP

Pembinaan Dan Pengawasan


1. Pembinaan Penerapan SMKK

E4 - 38
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

a. Penetapan Kebijakan SMKK


Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria sesuai dengan kewenangannya
b. Penerapan Kebijakan SMKK
Dalam bentuk fasilitasi, konsultasi serta pendidikan dan pelatihan
c. Pemantauan dan Evaluasi Penerapan SMKK
Penilaian terhadap pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penerapan
SMKK
d. Pengembangan Kerja Sama Penerapan SMKK
Meningkatkan penerapan SMKK dalam mewujudkan Keselamatan
Konstruksi .

Pengawasan Penerapan SMKK


1. Menteri melakukan pengawasan tertib penerapan SMKK pada Pekerjaan
Konstruksi dan Konsultansi Konstruksi yang berasal dari anggaran pendapatan
dan belanja negara dan/atau yang memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi
besar
- Pengguna Jasa menyam- paikan laporan penyeleng- garaan pengawasan
SMKK kepada Menteri melalui unit organisasi yang membidangi Jasa
Konstruksi
2. Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah melakukan pengawasan
penerapan kebijakan SMKK yang dilakukan oleh gubernur dan bupati/walikota
di wilayah kewenangannya
- Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat me- nyampaikan laporan
penerapan kebijakan SMKK kepada Menteri
3. Gubernur melakukan pengawasan penerapan SMKK pada Pekerjaan Konstruksi
dan Konsultansi Konstruksi terhadap pembiayaan yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah provinsi dan/atau yang memiliki Risiko
Keselamatan Konstruksi sedang
- Gubernur menyampaikan laporan penerapan SMKK kepada Menteri dan
menteri yang menyelenggara- kan urusan pemerintahan dalam negeri yang

E4 - 39
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan laporan


penyelenggaraan pemerintah daerah provinsi
4. Bupati/walikota melakukan pengawasan penerapan SMKK pada Pekerjaan
Konstruksi dan Konsultansi Konstruksi terhadap pembiayaan yang berasal dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan/atau yang
memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi kecil
- Bupati/walikota menyampaikan laporan SMKK kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kab upaten/kota
Laporan penerapan SMKK disampaikan secara berkala paling sedikit 1 (satu) tahun
sekali
Dalam melakukan pengawasan penerapan SMKK, Menteri membentuk: Komite
Keselamatan Konstruksi. Komite Keselamatan Konstruksi, terdiri atas:
- Ketua
- Sekretaris
- Anggota
- Subkomite
- Sekretariat
Tugas Komite Keselamatan Konstruksi:
- Melaksanakan pemantauan dan evaluasi Pekerjaan Konstruksi yang diperkirakan
memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar;
- Melaksanakan investigasi kecelakaan konstruksi;
- Memberikan saran, pertimbangan, dan rekomendasi kepada Menteri berdasarkan
hasil pemantauan dan evaluasi Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko Keselamatan
Konstruksi besar dan/atau investigasi kecelakaan konstruksi dalam rangka
mewujudkan Keselamatan Konstruksi; dan
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.

Ketentuan Peralihan dan Penutup


Ketentuan Peralihan

E4 - 40
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

- RKK pada Kontrak Kerja Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi yang telah
ditandatangani sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap berlaku sampai
dengan berakhirnya Kontrak Kerja Konstruksi tersebut
- Sertifikat Petugas K3 Konstruksi dan surat keterangan penjaminan mutu dan
pengendalian mutu yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri
ini harus disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun
sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku
Ketentuan Penutup
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 628), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 179), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Daftar Pekerjaan Konstruksi Dengan Risiko Keselamatan Konstruksi Besar Per


Jenis Pekerjaan Untuk Menentukan Kebutuhan Ahli K3 Konstruksi / Petugas
Keselamatan Konstruksi
Klasifikasi Usaha Pekerjaan Jenis Konstruksi Keterangan
Konstruksi Menurut UU 2
Tahun 2017
Terowongan Semua
Underpass Semua
Bendungan Semua bendungan
Reklamasi Semua reklamasi
Pemecah/penahan Perlu ada kriteria
gelombang Rubble mound > 1 ton

E4 - 41
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT

Klasifikasi Usaha Pekerjaan Jenis Konstruksi Keterangan


Konstruksi Menurut UU 2
Tahun 2017
Ambang (Groundsill) - dengan lebar sungai > 20 m;
- Tinggi Terjunan ≥ 3 m
SIPIL Saluran irigasi khusus Dengan konstruksi terowongan dan sipon
Saluran irigasi volume luasan > 2000 HA
Terowongan air Semua terowongan
rangan: Bendung dengan lebar sungai > 20 m
Untuk pekerjaan konstruksi Sistem Penyediaan Air Dengan kedalaman pekerjaan galian >
risiko keselamatan konstruksi Minum (SPAM) 1,5 m
yang sudah ditentukan Instalasi Pembuangan Air Dengan kedalaman pekerjaan galian >
keterangan di atas, tidak Limbah 1,5 m
diperlukan lagi perhitungan Tempat Pembuangan Bila pelaksanaan pekerjaan galian tanah
penentuan tingkat risiko Akhir > 1,5 m
Keselamatan Konstruksi (TPA)
sebagaimana tertuang dalam Embung Semua Embung
contoh Tabel Penetapan
Dermaga Pembangunan pada program PISEW
Tingkat resiko Pekerjaan.
(Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi
Wilayah)

Keterangan:
Untuk pekerjaan konstruksi dengan risiko keselamatan konstruksi yang sudah ditentukan
keterangan di atas, tidak dipelukan lagi perhitungan penentuan tingkat risiko
Keselamatan Konstruksi sebagaimana tertuang dalam contoh Tabel Penetapan Risik
Tingkat o Pekerjaan

E4 - 42

Anda mungkin juga menyukai