PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT
PROPOSAL TEKNIK
A. URAIAN PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan PerPres No. 79 dan No. 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan
Ekonomi, pada sub bab Prinsip Keberlanjutan dan Mitigasi Kebencanaan dalam
Pelaksanaan Percepatan dan Pemerataan Pembangunan, disebutkan bahwa
pembangunan yang berkelanjutan perlu disertai dengan jaminan keberlanjutan
lingkungan sebagai ekosistem utama manusia, diantaranya adalah dengan
mengusahakan pengurangan resiko bencana dan penyesuaian perencanaan infrastruktur
dan desain terhadap dampak cuaca ekstrem dan perubahan iklim sebagai bentuk
penguatan adaptasi bangsa.
Usaha-usaha pemerintah untuk mengurangi bencana banjir telah banyak dilakukan agar
pembangunan negara dan aktivitas masyarakat setempat dapat berjalan dengan
lancar. Usaha tersebut diwujudkan dalam pekerjaan perencanaan sungai dan
pengendalian banjir yang kemudian ditindaklanjuti melalui pembangunan fisik
bangunan-bangunan air yang mendukungnya. Langkah-langkah yang berkelanjutan,
termasuk diantaranya adalah survei dan desain mengenai perbaikan sungai, sangat
diperlukan dalam rangka pengelolaan sungai berdasarkan peraturan atau standar teknis
perencanaan sungai yang ada.
1-1
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT
3. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan pekerjaan ini adalah:
a. Tersusunnya Dokumen Penilaian Kinerja dan biaya angka kebutuhan nyata
bangunan pengendali sedimen.
b. Tersedianya data inventarisasi sarana prasarana sungai.
c. Mengetahui/mengukur tingkat pelayanan, kondisi saat dilakukan penilaian
terhadap bangunan pengendali sedimen.
d. Mengetahui dan mengukur adanya kerusakan minor maupun mayor pada setiap
komponen bangunan.
e. Mengetahui/mengukur efektifitas bangunan pengendali sedimen pada saat
dilakukan penilaian.
f. Mengetahui problem dari aspek keamanan.
g. Mengoptimalkan kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana prasarana sungai.
h. Menentukan/mendapatkan besaran biaya nyata yang dibutuhkan untuk OP
bangunan pengendali sedimen yang efektif dan efisien.
i. Terpeliharanya bangunan pengendali sedimen.
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT
4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan di Wilayah Sungai Omba Kabupaten Teluk Wondama yang menjadi
asset Balai Wilayah Sungai Papua Barat.
5. Sumber Pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Tahun Anggaran 2022 sebesar Biaya yang dibutuhkan Rp. 850.000.000,-
(Delapan ratus lima puluh juta rupiah) termasuk PPn, yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2022.
B. DATA PENUNJANG
7. Data Dasar
Sebelum memulai kegiatan pekerjaan, konsultan harus melakukan konsultasi terlebih
dahulu dengan Pengguna Jasa / Kuasa Pengguna Anggaran /Pejabat Pembuat Komitmen
/ Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, hal ini dimaksudkan guna mendapatkan konfirmasi
mengenai informasi data dasar.
Adapun data-data yang diperlukan sebelum melaksanakan pekerjaan sebagai berikut:
a. Data-data dokumen Studi terdahulu/Gambar Purna Laksana (As Build Drawing).
b. Data lokasi/peta topografi untuk membantu proses selanjutnya.
c. Usulan-usulan teknis lain dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.
d. Data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting.
8. Standar Teknis
Dalam kegiatan seperti yang dimaksud pada KAK ini, Konsultan harus memperhatikan
persyaratan-persyaratan serta ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Persyaratan Umum Pekerjaan
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT
Setiap bagian dari kegiatan Perencanaan harus dilaksanakan secara benar dan
tuntas dan memberikan hasil yang telah ditetapkan dan diterima dengan baik
oleh Pengguna Jasa/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat
Komitmen/Pengendali Kegiatan.
b. Persyaratan Obyektif
Pelaksanaan pekerjaan pengaturan dan pengamanan yang obyektif untuk
kelancaran pelaksanaan, baik yang menyangkut macam, kualitas dan kuantitas
dari setiap bagian pekerjaan
c. Persyaratan Fungsional
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan dengan profesionalisme dan
tanggung-jawab yang tinggi sebagai Konsultan.
d. Persyaratan Prosedural
Penyelesaian administrasif sehubungan dengan pelaksanaan tugas/pekerjaan di
lapangan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur-prosedur dan
peraturanperaturan yang berlaku.
e. Kriteria Lain-lain
Selain kriteria umum di atas, untuk berlaku pula ketentuan-ketentuan seperti
standar, pedoman, dan peraturan yang berlaku, antara lain ketentuan yang
diberlakukan untuk pekerjaan kegiatan yang bersangkutan, yaitu Surat Perjanjian
Pelaksanaan Pekerjaan (Kontrak), dan ketentuan-ketentuan lain sebagai dasar
perjanjiannya.
Adapun standar teknis/pedoman dalam melaksanakan kegiatan Penilaian Kinerja
dan Aknop Pengendali Sedimen Kab. Teluk Wondama menggunakan daftar
referensi teknis sebagai dasar pelaksanaan, referensi dimaksud adalah:
1) SE Menteri PUPR No.03/SE/M/2019, tentang Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Sabodam.
9. Referensi Hukum
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
b. Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT
C. RUANG LINGKUP
10. Lingkup Pekerjaan
dalam tahap ini mempunyai luasan sesuai kebutuhan desain.
Ruang Lingkup Pekerjaan Penilaian Kinerja dan Angka Kebutuhan Nyata Pengendali
Sedimen Kab. Teluk Wondama meliputi:
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT
11. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah berupa dokumen :
a. Program Mutu
b. Laporan Pendahuluan
c. Laporan Antara
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT
Yang dimaksud dengan peralatan khusus disini adalah peralatan yang digunakan
untuk survei yaitu meteran kecil, roll meter dan kamera digital bahkan Theodolit,
waterpass, peralatan laboratorium, dan peralatan khusus lainnya.
16. Personil
Dalam melaksanakan pekerjaan ini, diperlukan tenaga, sebagai berikut:
Kualifikasi
Sertifikat
Posisi Tingkat Status
Jurusan Keahlian Pengalaman
Pendidikan Tenaga Ahli
(SKA)
Tenaga Ahli (Professional Staff)
Team Leader Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Sumber Daya 4 Tahun Ahli Muda
Pengairan Air (SDA)
Ahli Sungai Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Sumber Daya 3 Tahun Ahli Muda
Pengairan Air (SDA)
Ahli Hidrologi Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Sumber Daya 3 Tahun Ahli Muda
Pengairan Air (SDA)
Ahli Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Pemeliharaan 3 Tahun Ahli Muda
Pemeliharaan dan dan Perawatan
Pengairan
Perawatan Bangunan
Bangunan
• Dapat Melakukan analisis data curah hujan, Dedit Racangan, data klimatologi
serta data-data penunjang lainnya yang berkaitan dengan hidrolika.
• Dapat Menyiapkan laporan hidrolika/hidrologi.
• Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan analisis hidrologi.
C. Supporting Staff
1. Administrator
• Menginput data administrasi.
• Memastikan Dokumentasi dari kegiatan proyek berjalan dengan baik dan lancar.
• Bertanggung jawab atas inventaris kantor.
• Menginput laporan.
• Membantu Team Leader terutama dalam hal keuangan dan sumber daya manusia
sehingga kegiatan pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik.
• Memelihara bukti-bukti kerja sub bagian administrasi pekerjaan serta data-data
pekerjaan
2. Operator Komputer
• Menerima data/dokumen
• Menyiapkan komputer dan menghidupkannya ke posisi on agar siap dioperasikan
Pemahaman Terhadap KAK
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – KAB. TELUK WONDAMA PAPUA BARAT
LAPORAN
semua dokumen laporan dari awal sampai akhir berupa softcopy scan di sertakan dalam
media penyimpan data (Hardisk).
HAL-HAL LAIN
PEMAHAMAN KAK
BAB 1. METODOLOGI
1. Data hidroklimatologi meliputi data curah hujan yang diperoleh di daerah studi
2. Data-data daerah genangan banjir meliputi daerah rawan banjir, lama dan
luas genangan, tinggi genangan dan penyebab banjir
3. Peta-peta dengan skala terbesar yang ada yaitu peta dari Bakorsurtanal skala 1 :
50.000
4. Titik-titik referensi
5. Kajian-kajian geologi terdahulu
6. Hasil pengukuran topografi terdahulu
7. dan lain-lain
Kondisi Topografi
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Kondisi Geologi
Kondisi Hidrologi
Dasar-dasar perencanaan bangunan
Dan lain-lain
- Metode yang digunakan adalah poligon, dimana semua patok dan BM yang
sudah dipasang merupakan titik poligon.
- Sudut diukur satu seri ganda (biasa dan luar biasa) menggunakan
theodolith.
- Jarak diukur dua (2) kali menggunakan Alat Ukur Elektronik (EDM) pada
poligon utama dan memakai pita ukur 50 m pada poligon cabang.
Sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang harus terikat kepada poligon
utama. Diusahakan jalur poligon baik cabang atau utama melalui batas jalan yang
ada. titik koordinat referensi yang digunakan harus mendapat persetujuan dari
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Direksi pekerjaan, jalur poligon baik cabang atau utama dibuat melalui
rencana atau bantaran
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Jika polygon utama diukur dengan EDM sedang poligon cabang diukur dengan
pita ukur baja ketelitian linier poligon utama harus lebih kecil atau sama dengan 1 :
10.000 sedangkan poligon cabang harus lebih kecil atau sama dengan 1 : 5.000.
Semua titik poligon harus diukur ketinggiannya, titik referensi untuk kontrol
vertikal harus persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal
dilakukan pulang pergi, alat yang digunakan alat ukur otomatis (N12, NAK atau
yang sejenis), sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur harus diperiksa
ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah
jarak muka dan jarak dari alat ke rambu titik tidak lebih besar dari 60 m
sedangkan alat terdekat dari alat ke rambu tidak lebih dari 5 m.
A. Umum
Benchmark (BM) dipasang ditempat yang aman dari gangguan manusia atau
binatang, BM dipasang setiap 0.50 km dan perpotongan jalur poligon diikat
pada atau dekat bangunan yang permanen. Setiap BM dibuat diskripsinya dan
diberi nomor urut yang teratur. Ukuran BM sesuai TOR dan di cat warna biru.
Titik poligon lainnya selain benchmark adalah patok kayu berukuran 5 cm x 5cm x
60 cm dipasang disepanjang jalur saluran dengan setiap 50 m. Patok kayu,
dicat dan diberi nomor untuk memudahkan identifikasi.
Semua benchmark dan patok poligon ditunjukkan pada peta situasi hasil
pengukuran topografi yang berskala 1 : 2.000. Dan juga ditunjukkan pada
gambar situasi yang berada pada long section. Nama Benchmark (BM) dan
elevasi akan dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukkan sebagai pusat
ketinggian dan untuk patok poligon akan ditulis nama/nomor dan elevasi tanah
saja.
Jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk
mengisi detail planimetris berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh
penggambaran kontur yang yang memadai.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 5 cm pada peta skala 1
:
5.000. atau dengan kerapatan spot height 2 - 5 titik untuk tiap 1 hektar diatas tanah.
Dan untuk peta skala 1 : 2.000 titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 10
cm pada peta, atau dengan kerapatan spot height 8 – 10 titik untuk setiap hektarnya
diatas tanah.
Kontur digambar apa adanya tetapi teliti, dan bagian luar daerah sungai
kontur diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height, efek artistik tidak diperlukan.
Interval garis kontur sebagai berikut :
Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 1.00 m
dan setiap kontur 5.00 m digambarkan lebih tebal.
a. Seluruh saluran, drainase, sungai (dasar terendah dan lebar harus jelas
terlihat). b. Jalan-jalan desa dan jalan setapak.
c. Bangunan irigasi dan drainase, batas kampung, rumah-rumah, jembatan
dan saluran. Diameter atau dimensi berikut ketinggian lantai semua gorong-
gorong dan jembatan, sekolah, masjid dan kantor pemerintah (camat, dll) harus
terlihat.
d. Pohon-pohon besar (berdiameter lebih besar dari 20 cm dengan ketinggian
sekitar
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
12 m diatas tanah) bila pepohonan ini berada di site dan tiang telpon,tiang
listrik dll.
e. Daerah rawa.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
f. Batas tata guna tanah (misalnya belukar berupa rerumputan dan alang-
alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).
g. Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil
dan lain-lain).
h. Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain). Nama kampung,
kecamatan, nama jalan dan lain-lain diperlukan.
i. Jaringan kerangka
dasar.
- Pengukuran poligon
- Centerlining atau pematokan titik-titik untuk pengukuran profil melintang
- Pengukuran waterpass (profil memanjang)
- Pengukuran profil melintang
- Pengukuran situasi saluran
- Perhitungan
- Penggambaran
1. Pengukuran Poligon
Setting out titik-titik BP, IP.1, IP.2 dan seterusnya sampai dengan EP untuk
tiap saluran di lapangan dengan pemasangan patok kayu dolken atau kaso-kaso
ukuran 5 x 7 x 100 cm untuk tiap-tiap titik IP tersebut dengan cat warna kuning
dan nomor patok warna hitam kemudian untuk titk-titik BP dan EP berupa
Bench Mark ukuran
10 x 10 x 100 (contoh kontruksi, ukuran dan marmer nama BM terlampir).
Penarikan BP, IP dan seterusnya harus sejajar dengan saluran dan tiap IP
ditempatkan harus pada titik balok.
Setiap Bench Mark dan patok kayu (IP) di poligon syarat teknis pengukuran
poligon adalah sebagai berikut :
Poligon akan dimulai dari titik referensi yang sudah ditentukan oleh
direksi (dalam hal ini adalah titik-titik tetap atau Bench Mark hasil
pengukuran situasi terdahulu) dan harus berakhir pada titik yang sudah
diketahui koordinatnya, bila tidak ada maka akan diadakan pengikatan
terhadap yang terdekat
Pengukuran sudut horizontal dengan 2 seri dengan ketelitian sudut tidak
lebih dari 10” untuk sekunder cukup 1 seri dengan ketelitian sudut tidak lebih
dari 20”
Salah penutupsudut maksimum 10”N, dimana N banyaknya titik poligon.
Untuk saluran sekunder cukup dengan 20”N
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
2. Pengukuran Waterpass
a. Untuk saluran induk dan sekunder tiap interval jarak 50 m (untuk bagian lurus)
b. Untuk saluran yang berbelok dilakukan tiap interval lebih kecil dari
ketentuan tersebut di atas dengan memperhatikan busur kelengkungannya. yaitu
tiap IP dan 2 patok yang mengapit IP, jadi pada belokan minimal ada 3 profil
melintang di dalam interval jarak 50 m
c. Bila saluran melintasi (memotong)sungai besar, lembah besar, maka akan
dibuat penampang melintang dan memanjang sungai/lembah tersebut dengan
ketentuan :
Penampang dibuat 100 m ke udik dan 100 m ke hilir dari pertemuan tersebut
Penampang melintang tiap 25 m untuk bagian lurus dan untuk belokan
akan ditambah pada belokannya dengan lebar 25 m ke kiri dan 25 ke
kanan dari tepi sungai
Penampang memanjang, skala 1 : 2.000, skala tinggi 1 : 2.000
5. Setiap perubahan elevasi tanah akan diambil sebagai titik detail untuk
penampang melintang/memanjang, juga untuk tiap patok profil, bangunan rumah,
jalan, muka air dan dasar saluran dan sebagainya
6. Pengukuran penampang melintang saluran adalah tegak lurus saluran dengan
lebar minimal 50 m ke kiri dan 50 m ke kanan dari saluran rencana.
7. Arti minimal disini adalah bila terdapat detail penting yang perlu diambil, maka
lebar penampang akan > 50 m dari as saluran, untuk bagian berbelok lebar
minimal 50 m dari saluran rencana.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
11. Penggambaran
Peta trase saluran skala 1 : 2.000 interval kontur 0.5 m, untuk daerah
datar dan 1 m untuk daerah yang berbukit.
Gambar situasi trase skala 1 : 2.000
Penampang melintang skala jarak 1 : 100 skala tinggi 1 : 100
Penampang memanjang skala jarak 1 : 2.000, skala tinggi 1 : 100
12. Peta situasi saluran dan profil memanjang digambar dalam satu gambar di atas
kertas kalkir 80/90 gr demikian juga untuk profil melintang
13. Penggambaran trase saluran akan dimulai dari sungai (lokasi bendung) atau
intake saluran.
14. Gambar trase saluran skala 1 : 2.000 sama dengan gambar jalur lay out pada peta
1:
5.000, dalam arti bahwa kenampakan detail dan kontur tidak jauh
berbeda.
Poligon Kerangka
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
dimana :
A(akhir) = azimuth akhir
A(awal) = azimuth awal
S(sudut) = jumlah sudut ukuran
n = banyaknya titik
fa = poligon salah penutup
besarnya
sudut
atau dengan menggunakan rumus :
1. Jarak Optis
rumus : D = L . Cos2 . Z
Dimana :
D = jarak datar
L = jarak optis
Z = sudut
miring
2. Jarak Pita Ukur dan EDM
Jarak pita ukur dilakukan dengan cara mencari harga rata-rata dari
berberapa ukuran, dimana selisih bacaan jarak dengan pita ukur tidak boleh
lebih dari 2 cm. Jadi sebelum kita hitung harga rata-ratanya, maka data-data
jarak tersebut harus
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
X2 = X1 + D Sin a I-2
Y2 = Y1 + D Cos a I-2
Koreksi per sisi dilakukan dengan membagi koreksi X (Y) dengan jumlah sisi
yang ada, sedangkan untuk mengetahui kesalahan relatif dapat kita hitung dari
rumus :
S : D adalah 1 : …….
Dimana :
S fx 2 fy 2
D = jumlah jarak polygon
C. Perhitungan Elevasi
Dimana :
Bt = bacaan benang tengah
Ba = bacaan benang atas
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Jika selisih antara Bt dan (Ba + Bb)/2 lebih dari 2 milimeter maka bacaan
benang akan langsung diulang lagi sampai memperoleh selisih maksimum 2 mm.
Jarak waterpass
Dimana :
Sm = dm1 + dm2 + dm3 + ….. + ….. dmn
Sb +
= dm1 + dm2 + dm3 + ….. + ….. dmn
dmuka = +
jarak alat ke rambu muka
dbelakang = jarak alat ke rambu belakang
Sdmuka = jumlah jarak ke muka
Sdbelakang = jumlah jarak ke belakang
Untuk hitungan ketelitian (toleransi 8D), data jarak yang akan dipakai
adalah jarak rata-rata.
Beda tinggi pergi didapat dari jumlah beda tinggi rata-rata stand II pada
route pergi, beda tinggi pulang didapat dari jumlah beda tinggi rata-rata stand I dan
stand II pada route pulang. Selisih hpg (beda tinggi pergi) dan hpl (beda tinggi
pulang) harus masuk toleransi 8D km mm dan bila lebih dari toleransi, maka dilakukan
pengukuran ulang.
Jika tidak memenuhi toleransi maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Setelah perhitungan tiap seksi selesai dan semua masuk dalam toleransi,
kita dilakukan perhitungan dengan rumus :
H = ½ I . Sin2Z
Dimana :
H = beda tinggi
L = jarak miring/optis
Z = sudut miring/vertikal
Untuk tinggi bidikan yang tidak sama dengan tinggi alat, maka rumus
yang dipakai adalah :
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
H = ½ L Sin2 Z + TA – Bt
Dimana :
H = beda tinggi
L = jarak miring/optis (Ba – Bb) x 100
Z = sudut miring/vertikal
TA = tinggi alat (dari atas patok)
Bt = bacaan benang tengah
Proses ini sangat penting baik bagi konsultan maupun pihak proyek karena
akan diperoleh kesepakatan dalam pelaksanaan penyelidikan tanah. Proses ini
berupa diskusi-diskusi baik antara intern pelaksana pekerjaan maupun dengan
pihak proyek dan pengumpulan data-data penyelidikan terdahulu
Pelaksanaan pekerjaan penyelidikan parit uji (test pit), Sondir (Cone Penetration
Test), bor tangan (hand borring), test laboratorium mekanika tanah (indeks
properties dan dinamik properties) (sesuai dengan TOR) dilaksanakan setelah
disetujui oleh Direksi tentang posisi pengambilannya.
Pelaksanaan penyelidikan parit uji (test pit), Sondir (Cone Penetration Test), bor
tangan (hand borring), test laboratorium mekanika tanah (indeks properties
dan dinamik properties) dilaksanakan pada posisi yang telah disepakati bersama.
Test Pit
Pekerjaan test pit dilakukan pada lokasi borrow area dan ditujukan untuk
mengetahui urut-urutan vertikal lapisan batuan secara langsung/visual juga
sebagai tempat pengambilan undisturbed sample dan bulk sample.
Ukuran test pit adalah 1,5 m x 1,5 m atau pada batas-batas ukuran dimana
pelaksana pekerjaan dapat bergerak dengan leluasa.
Kedalaman maksimum adalah 3 meter.
Jika tanahnya mudah runtuh maka harus dibuat dinding penahan.
Jika terdapat air tanah dangkal maka harus dibuang atau dipompa.
Penggalian dihentikan jika kedalaman test pit maksimum 3 meter telah tercapai,
atau telah mencapai batuan keras, atau tanahnya sangat labil, atau debit air
tanahnya sangat tinggi sehingga tidak bisa dipompa atau dibuang.
Tanah/batuan pada dinding test pit kemudian dideskripsi, dibuat lognya,
dilakukan pengambilan contoh tanah asli UDS dan bulk samplenya.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Lubang test pit harus diamankan dengan cara ditimbun kembali atau diberi pagar.
Penggalian dihentikan jika :
Kedalaman telah mencapai 3 meter, atau
Terjadi keruntuhan yang dapat membahayakan pekerja, atau
Terdapat air tanah yang tidak terkendali.
Dinding test pit harus dideskripsi, dibuat sketsa dan difoto. Pada tiap lubang
diambil disturbed dan undisturbed samplenya untuk di test di laboratorium.
Hand Bor
Hand boring bertujuan untuk mengambil contoh tanah asli dengan memakai
win auger dengan tenaga manusia. Contoh tanah yang telah diambil ditutup rapat
dengan parafin agar kondisinya tetap terjaga sampai ke tempat pengujian di
laboratorium mekanika tanah. Penelitian ini dilakukan pada dua titik dengan kedalaman
sampai 5 meter.
Pengambilan Sample
Undisturbed Sample / UDS (Contoh Tak Terganggu) diambil dari dua cara, yaitu
dari lubang pemboran dan dari Hand Bor.
UDS yang diambil dari lubang bor dan dari Hand Bor sebanyak 12 unit.
Penentuan penyebaran dan interval titik pengambilan UDS pada lubang bor
ditentukan oleh kebutuhan desain dan kondisi geologi setempat.
Penentuan rencana penyebaran dan interval titik pengambilan UDS
harus diperhitungkan dengan cermat, didiskusikan dengan Direksi dan
dimintakan persetujuannya.
Untuk mendapatkan sample yang baik maka well site geologist harus selektif
dan cermat dalam menentukan kedalaman pengambilan sample tersebut.
Pengambilan sample harus menggunakan sampler tube yang mampu
mengambil sample sepanjang 30 hingga 45 cm (Shelby Tube).
Tabung contoh yang telah terisi harus segera disekat di kedua ujungnya
dengan lilin/parafin dengan baik serta diberi label yang mencantumkan nama
proyek, lokasi, nomor titik bor, dan interval kedalaman pengambilan.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Untuk UDS yang diambil dari test pit maka pengambilannya harus hati-hati dan
tidak boleh dilakukan pada tanah yang sudah terinjak-injak saat menggali
ataupun pada tanah humus.
Sample yang sudah diambil harus segera dianalisis di laboratorium.
Specific gravity
Unit weight
Water content
Liquid limit
Plastic limit
Shrinkage limit
Grain size analisys
Hydrometer analisys
Unconfined Compression
Direct Shear
Triaxial Compression
Laboratory Permeability Test
1.4.1. UMUM
Analisa mutu data yang akan dipakai dalam studi meliputi data Curah hujan baik
dari ARR (Automatic Rainfall Recorder) maupun MAR (Manual Rainfall Recorder)
berupa analisa data yang hilang (missing data), analisa kepuguhan data
(consistency test), analisa ketidakadaan trend, analisa kestasioneran data
(stationary test), dan Analisa ketidakadaan persistensi data
Pengumpulan data curah hujan dan data AWLR (Automatic Water Level Recorder)
untuk analisa debit sungai yang terjadi.
Menganalisis debit banjir pada masing-masing saluran untuk mengetahui debit
banjir yang terjadi pada masing-masing saluran dan kapasitas saluran
sungai untuk mengalirkan debit banjir tersebut.
Stasiun hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja dengan baik sehingga data
curah hujan kurang lengkap. Pengisian kekosongan data hujan/analisa Data hilang
(Missing Data) tersebut dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :
a. Menentukan hujan rata-rata pada stasiun terdekat, dengan stasiun hujan yang
tidak mempunyai data.
b. Faktor bobot didasarkan pada suatu nilai ratio hujan tahunan, ditentukan dengan
rumus sebagai berikut :
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Data hidrologi runtut waktu (data history), dapat diolah dan disajikan dalam
suatu distribusi (distribution) atau deret berkala (time series). Disajikan dalam bentuk
distribusi apabila data hidrologi disusun berdasarkan urutan besarnya nilai sedangkan
deret berkala (time series) disajikan secara kronologi sebagai fungsi dari waktu
dengan interval waktu yang sama. Umumnya data lapangan setelah diolah dan
disajikan dalam buku publikasi data hidrologi, merupakan data dasar sebagai bahan
untuk analisa hidrologi, data tersebut sebelum digunakan untuk analisis hidrologi harus
dilakukan pengujian yang sering disebut dengan penyaringan data (data screening).
Apabila suatu deret berkala setelah diuji
ternyata menunjukkan :
1. Data tidak homogen adalah penyimpangan data dari sifat statistiknya yang
disebabkan oleh faktor alam dan pengaruh manusia
2. data tidak konsisten adalah penyimpangan data karena kesalahan acak dan
kesalahan sistematisnya.
Uji Ketidakadaan
Trend
keterangan :
KP = koefisien korelasi peringkat
spearmen n = jumlah data
dt = Rt – Tt
Tt = peringkat dari waktu
Rt = peringkat dari variabel hidrologi dalam deret berkala
T = nilai distribusi t, pada derajat kebebasan (n – 2) untuk
derajat kepercayaan tertentu
Uji t digunakan untuk menentukan apakah variabel waktu dan variabel hidrologi
itu saling tergantung (dependent) atau tidak tergantung (independent).
Uji Mann dan Whitney dihitung dengan persamaan umum sebagai berikut :
U 1 N1 N 2 N1 N 1 Rm
N 1 dan U 2 N 1 N 2 U1
2
N1 N 2
U
Z 2
1
1 2
N N1 (N
2 1N 2 1
12
keterangan :
N1 = jumlah kelompok data 1
N2 = jumlah kelompok data 2
Rm = jumlah peringkat
U = nilai terkecil dari U1 dan U2
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Persamaan umum yang dipakai untuk menghitung kestabilan varian dengan uji
F
adalah sebagai berikut :
2
n1 S n12 1
F 2
n2 S 2 1 1
n
keterangan :
n1 = jumlah kelompok data
1 n2 = jumlah kelompok
data 2
S1 = standart deviasi 1
S2 = standart deviasi 2
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
1
X1 X2 n1 S 1 n 2 S22 2 2
t 1
dimana
n1 n 2 2
1 1 2
n1 n2
keterangan :
X1 = rata-rata kelompok data 1
X2 = rata-rata kelompok data
2 n1 = jumlah kelompok data
1 n2 = jumlah kelompok data
2
S1 = standart deviasi 1
S2 = standart deviasi 2
Uji Persistensi
Anggapan bahwa data berasal dari sampel acak harus diuji, yang
umumnya merupakan persyaratan dalam analisis distribusi peluang. Persistensi
(persistence) adalah ketidaktergantungan dari setiap nilai dalam deret berkala. Untuk
melaksanakan pengujian persistensi harus dihitung besarnya koefisien korelasi
serial. Salah satu metode untuk menentukan koefisien korelasi serial adalah dengan
metode Spearman, yang dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
m
6(di) 2 1
i1 n 2 2
KS 1 dan t KS
m3 m 1 KS 2
keterangan :
KS = koefisien korelasi
spearman m = N – 1
N = jumlah data
di = perbedaan nilai antara peringkat kesatu dengan peringkat berikutnya
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Untuk Curah Hujan Rancangan dihitung dengan empat jenis agihan, yaitu :
X T X K Sx
Dimana :
n n
X 2 Xi X i
1 i
SX
n1
YT Yn
K
Sn
dengan :
YT = Reduced variete sebagai fungsi periode ulang T
= - Ln [ - Ln (T - 1)/T ]
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced standart deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data
n
Distribusi Pearson Tipe III, mempunyai bentuk kurva seperti bel (bell
shape). Fungsi kerapatan peluang distribusi dari distribusi Pearson Tipe III adalah
sebagai berikut :
b1 xC
1 xC a
Px e
ab a
dengan :
x = variabel acak
kontinue a = parameter
skala
b = parameter
bentuk c =
parameter letak
= fungsi gamma
n n
X 2 Xi X i
1 i
SX
n1
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
3
nX X
CS
n 1n 2S X
Bentuk distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil trasformasi dari
distribusi Pearson Tipe III dengan menggantikan variat menjadi nilai logaritmik.
Persamaan fungsi kerapatan peluang sama dengan distribusi Pearson Tipe III.
1/ 2
(Log X Log X ) 2
Log X
n1
3
nlog X log X
CS
n 1n 2S log X
1 lnx n 2
1 2 n
Px e
lnx 2
dengan :
x = variabel acak kontinue
n = deviasi standart dari sampel dari variat ln (x - )
n = rata-rata dari sampel dari variat ln (x - )
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
3
nlog( X ) log( X )
CS
n 1n 2S log(X )
Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke
besar, Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull sebagai berikut :
100.m
P (%)
n1
Dimana :
P = Probabilitas (%)
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
2 F (EF O ) 2
EF
Dimana :
2
= Harga kai-kuadrat
Ef = Frekuansi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai
dengan pembagian kelas nya
Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama.
2 2
Nilai hitungan harus lebih kecil dari harga cr (Kai-kuadrat kritis) dari tabel,
untuk suatu derajat nyata tertentu (level of significance), yang sering diambil sebesar
5%.
DK = K - (P + 1)
Dimana :
DK = Derajat kebebasan
K = Banyaknya kelas
P = Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyak-nya
parameter,
yang untuk sebaran kai-kuadrat adalah sama dengan dua (2).
Dalam hal ini, disarankan pula agar banyaknya kelas tidak kurang dari lima
dan frekuensi absolut tiap kelas tidak kurang dari lima pula. Apabila ada
kelas yang frekuensinya kurang dari lima, maka dapat dilakukan penggabungan
dengan kelas yang lainnya.
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Distribusi Hujan
24
Ro Rt Ro
t T
dimana :
Rt = rerata hujan dari awal sampai T
(mm) T = waktu mulai hujan hingga ke
t (jam) Ro = hujan harian rerata (mm)
Ri = intensitas hujan rerata dalam T – jam (mm)
R24 = curah hujan netto dalam 24 jam (mm)
t = waktu konsentrasi (jam)
sampai saluran terdekat to dan (2) waktu perjalanan dari pertama masuk saluran
sampai ke titik keluaran td, sehingga:
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
tc t0 td
Dimana :
2 n
to 3,28 L menit
3 S
Dan
L
s
t
d
60V menit
Dimana
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam salluran/sungai (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik)
Koefisien pengaliran
1) keadaan hujan,
2) luas dan bentuk daerah aliran,
3) kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai,
4) daya infiltrasi dan perkolasi tanah,
5) kebasahan tanah,
6) suhu udara dan angin serta evaporasi dan
7) tata guna tanah.
Angka Pengaliran
Kondisi DAS
(C)
Pegunungan 0,75 - 0,90
Pegunungan tersier 0,70 - 0,80
Tanah berelief berat dan
Berhutan kayu 0,50 - 0,75
Dataran pertanian 0,45 - 0,60
Daratan sawah irigasi 0,70 - 0,80
Sungai di pegunungan 0,75 - 0,85
Sungai di dataran rendah 0,45 - 0,75
Sungai besar yang
Sebagian alirannya berada
di dataran rendah 0,50 - 0,75
15.7
f 1 3
Rt 4
Dimana :
f = koefisien pengaliran
Rt = jumlah curah hujan (mm)
Rumus
No Daerah Kondisi sungai Curah hujan
Koefisien pengaliran
1 Hulu f = 1 - 15.7/Rt3/4
2 Tengah sungai biasa f = 1 - 5.65/Rt3/4
3 Tengah sungai di zone lava Rt > 200 mm f = 1 - 7.20/Rt3/4
4 Tengah Rt < 200 mm f = 1 - 3.14/Rt3/4
5 Hilir f = 1 - 6.60/Rt3/4
Hujan netto
Rn = C x R
Dengan :
C = koefisien limpasan
R = Intensitas curah hujan
Rasional
HSS Nakayasu
Metode Rasional
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
keadaan fisik dan sifat hidrolika daerah pengaliran, persamaan umum dari metode
ini
adalah sebagai berikut :
Qmax 0.278 C i A
dimana :
C = Runoff coefficient
i = Intensitas Maksimum selama waktu konsentrasi
(mm/jam) A = Luas daerah pengaliran (km2)
C.A.R0
Qp
3,6(0,3Tp T0,3 )
Dimana :
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit
puncak
sampai menjadi 30% dari debit puncak.
Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus, sebagai berikut :
Tp = Tg + 0,8 tr
T0,3 = x Tg
Tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam).
Tg
dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
Tg = 0,40 + 0,058 L
Tg = 0,21 L0,70
= parameter hidrograf
tr = satuan waktu hujan (1
0 t Tp
2.4
t
Qt Qmaks
Tp
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
* Tp t (Tp + T0,3)
tT p
T0, 3
Q
t Qmaks
Dengan :
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke
k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto pada jam ke i
Bf = Aliran dasar (Base flow)
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
qn . R2 ... q5 . Rm B Qn+3
... ... B ...
qn . Rm B Qn+m-1
Data potongan memanjang dan melintang sungai untuk mengetahui slope rata-
rata, kapasitas/debit yang bisa dialirkan dan lengkung liku debit (rating curve).
Kondisi Aliran, untuk menentukan kondisi aliran disepanjang saluran yang
didesain, agar dalam saluran tidak terjadi aliran superkritis.
Analisa debit keluaran pintu aliran bawah, untuk mengetahui besarnya debit yang
keluar (release flow) berdasarkan operasi pintu untuk perencanaan pengendalian
banjir dengan tampungan sementara (retarding basin) dan perencanaan bangunan
peredam energi (stilling basin) pada hilir pintu.
Analisa Profil muka air, untuk mengetahui tinggi muka air pada
saluran berdasarkan perbedaan energi dan momentum pada penampang masing-masing
section dan
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
bangunan yang ada, analisa ini sangat berguna untuk melihat kapasitas saluran rencana
dan tinggi freeboard juga untuk dasar perencanaan bangunan pengatur debit (regulator).
Liku debit adalah hubungan antara debit (Q) dengan tinggi muka air (h) pada
suatu tampang sungai. Liku debit sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas
pengaliran dari suatu tampang sungai, yang dihitung dengan menggunakan pendekatan
rumus hidrolika
aliran seragam (uniform flow) dari Manning sebagai berikut:
A 2 / 3 1/ 2
Q AV R S
n
untuk penampang yang berbeda pada suatu section sungai akan mempunyai
liku debit yang berbeda sehingga kemampuan mengalirkan debit juga berbeda.
Untuk mempermudah dalam pemakaian suatu liku debit dapat digunakan dengan
pemakaian grafik/kurva atau dengan menggunakan persamaan regresi yang dapat
mewakili, karena pada ketinggian air (h) sama dengan 0 debit (Q) yang dialirkan juga
0 maka dapat dipakai regresi dengan pendekatan liku debit adalah Regresi Logaritmik :
Q=a.hb
Aliran kritis pada saluran prismatik dalam kemiringan seragam akan sama di
semua penampang saluran (aliran seragam), pada keadaan ini kemiringan saluran yang
membuat debit dan kedalaman kritisnya tetap disebut dengan kemiringan kritis
(critical slope). Kemiringan yang lebih besar dari kemiringan kritis akan
menimbulkan aliran yang lebih
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
cepat dari keadaan superkritis yang disebut dengan kemiringan curam (steep slope)
atau kemiringan superkritis (super critical slope), hal ini akan mengakibatkan aliran
tidak stabil dimana perubahan kecil dalam energy spesifiknya menimbulkan
perubahan kedalaman yang besar. Dalam merancang saluran bila ternyata keadaan
mendekati atau sama dengan kedalam kritis sepanjang saluran, bentuk atau kemiringan
saluran harus diubah bila secara praktis memungkinkan, agar dihasilkan kestabilan
aliran yang lebih baik.
q2
yc 3
g
dimana :
q = debit persatuan lebar (m3/dt/m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
2 2
v v
1 1
2g E 2g E
2 2
v v
2 2
y1 y1
2g 2g
h y2 h
y2
Besarnya debit yang dapat dikeluarkan (release flow) melalui pintu air
bawah
dapat dihitung dengan persamaan energi, dengan persamaan sebagai berikut :
2
1 v
Q CLh 2g y1
2g
dimana :
C = koefisien pelepasan
= K.
L = panjang pintu air (m)
h = tinggi bukaan pintu (m)
y1 = kedalaman hulu aliran (m)
2
v
1
= tinggi kecepatan aliran terdekat (m)
2g
0.80 = 150
= 300
= 450
0.70 = 600
= 750 y1
= 90 0
h
0.60
0.50
1 3 5 7 9 11 13
y1/h
1.00
0.80
0.60
K
6 8 10 15 y1/h = 20
0.40
0.20
2 3 4 5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
y2/h
F2 F3
(F1). Dari kedua harga tersebut dapat dihitung tinggi air setelah loncatan,
dengan
persamaan :
y2 1
1 8F 1 1
y1 2
Panjang kolam olak sangat dipengaruhi oleh bilangan froude (F1), tinggi
endsill, tinggi gigi peredam dan chute block sangat dipengaruhi kedalam aliran
sebelum loncatan (y1). Sedangkan tipe kolam olak sangat dipengaruhi oleh bilangan
froudenya. Bilangan
Froude dapat dihitung dengan persamaan :
v
F
gd
Tinggi muka air diatas bidang datar pada kedua ujung penampang adalah :
Z 1 S o x y1 z 2
Z 2 y2 z2
1
hf S f x S S x
2 1 2
1 2
2
v
1
2 hf =Sf x
v
1
1 2g
y1
z1 y2
S0 x z2
x
Garis Persamaan (Datum)
Secara umum debit yang lewat di atas mercu pelimpah dapat dihitung
dengan
persamaan sebagai berikut :
3
2
Q C BH
dimana :
Debit yang lewat mercu pelimpah dan lebar pelimpah dalam pekerjaan
ini ditentukan berdasarkan kemampuan debit saluran, tinggi pelimpah dan tinggi muka
air di atas mercu pelimpah direncanakan berdasarkan profil muka air untuk debit
banjir dengan kala ulang tertentu.
diperlukan untuk suatu pengaruh dapat terulang lagi, dan phase lag (aj) yaitu untuk
masing- masing tempat atas dasar waktu antara bulan dan matahari melintasi garis
bujur lokasi dengan waktu kejadian yang sesungguhnya.
Sehingga untuk suatu tempat tinggi pasang surut dapat dihitung atas
dasar rumus tersebut sebagai berikut :
ht h0 h j cos w j t a j
dimana :
ht = tinggi muka air pada waktu
t h0 = tinggi muka air rata-rata
t = waktu yang ditinjau
dengan :
Fs = faktor keamanan
N = Beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan
bidang luncur (= .A.cos )
T = Beban komponen tangensial yang timbul dari berat setiap
irisan bidang luncur (.A.sin )
U = Tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur
Ne = Komponen vertikal beban seismis yang bekerja pada setiap
irisan bidang luncur (= e..A.sin )
Te = Komponen tangensial yang timbul dari berat setiap irisan
bidang
luncur (= e..A.sin )
= Sudut gesekan dalam bahan yang membentuk dasar setiap
irisan bidang luncur
C = Angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap irisan
bidang luncur
Z = lebar setiap irisan bidang
luncur e = Intensitas seismis
horizontal
= Berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur
A = Luas dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur
= Sudut kemiringan rata-rata dasar setiap irisan bidang luncur
V = Tekanan air pori
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Metode Fellenius
N’ = W cos - ul
c aL
u
Fs
W sin
1 Sec
Fs C'b W 1 r u tan
W sin tan tan
1
Fs
o Kondisi kosong
o Kondisi muka air normal
o Kondisi Muka air maksimum (banjir)
o Kondisi penurunan muka air secara tiba-tiba (rapid drawn down)
maupun tempat perletakkan harus stabil terhadap guling, geser daya dukung tanah
pondasi, dan terhadap bahaya rayapan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa
stabilitas bangunan terhadap potensi-potensi bangunan terhadap bahaya guling, geser,
daya dukung tanah dan terhadap bahaya rayapan dalam berbagai keadaan
pembebanan. Perhitungan stabilitas tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
metode sebagai berikut:
Terhadap
geser
: Sf = (V.f)/ H
dengan:
Sf = faktor keamanan
V = jumlah gaya vertikal (ton)
H = jumlah gaya horisontal (ton)
f = koefisien geser antara dasar konstruksi dan tanah pondasi
Terhadap
guling
tetap
dengan:
e = eksentrisitas (m)
B = lebar dasar konstruksi (m)
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Sf = faktor keamanan
= V/B. (1 6e/B)
4 V B
q1,2 . 2qult
3 2e
dengan:
= Tegangan tanah yang terjadi (ton/m2)
V= Gaya vertikal (ton)
B = lebar pondasi (m)
e = eksentrisitas (m)
Ld
H Cd
dimana :
Ld = panjang jalur rayapan
(m) H = beda tinggi muka
air Cd = koefisien rayapan
4H ha
ta 31 . fu
Dimana :
ta = panjang apron dari titik a (m)
H = beda tinggi muka air (m)
ha = beda tinggi muka air di titik a (m)
= berat jenis air
fu = koefisien tekanan uplift
Pw = ½ . w. H2 . L
dengan:
Pw = tekanan air statis
(ton) w = berat jenis air
(ton/m) H = kedalaman
air (m)
L = panjang konstruksi yang ditinjau
(m)
Wc = c . V
dengan :
Wc = gaya vertikal
(ton)
c = berat jenis bahan konstruksi (ton/m3)
V = volume konstruksi (m3)
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
He = kh . V
dengan:
He = gaya horisontal
V= gaya vertikal
kh = koefisien gempa
Pa = ½ . ka. s .H2 .L
dengan:
Pa = tekanan tanah aktif (ton)
s = berat jenis tanah (ton/m3)
H = kedalaman tanah (m)
L = lebar konstruksi yang ditinjau (m)
ka = (1 - sin)/(1 + sin ) atau ka = tan2(45 -/2)
= sudut geser dalam sedimen/tanah
Ps = ½ . kp . e . H2 .L
dengan:
Pe = tekanan tanah (ton)
H = kedalaman tanah (m)
e = berat jenis tanah (ton/m3)
L = panjang konstruksi yang ditinjau
Kp = koefisien tekanan tanah pasif = 1/ka
1.7. ANALISIS MANAJEMEN HULU DPS
Analisa ini akan dilakukan dengan menggunakan peta tata guna lahan
yang ada, berdasarkan kondisi terakhir dari daerah tangkapan hujan/cathment area
atau Daerah
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Telok Wombana – Papua Barat
Pengaliran sungai atau kalau terdapat photo citra satelit akan lebih mudah
melakukan analisa kondisi cathment area.
Pada dasarnya, jika telah tersedia peta TBE (Tingkat Bahaya Erosi)
untuk wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) daerah studi di Balai (Sub
Balai) RLKT setempat, maka data tingkat erosi akan dapat dihitung dari sumber
peta tersebut. Tetapi bila belum tersedia, maka akan digunakan model perhitungan
dengan menggunakan persamaan umum kehilangan tanah atau Universal Soil
Less Equation (USLE) yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
E = RKLSCP
dimana,
E : jumlah masa kehilangan tanah
(t/ha/tahun) R : indeks erosivitas hujan dan
larian (tm/ha) K : indeks erodibilitas tanah
(t/ha per unit)
L : faktor panjang lereng
C : faktor pengelolaan tumbuhan (crop management)
P : faktor upaya-upaya pengendalian erosi (erosion control practices)
2
25PR
R
0,073PR 0,73
dimana,
PR : curah hujan dalam cm.
Nilai erosivitas tahunan berkisar antara 1900 tm/ha hingga 8000 tm/ha.
Jika pencatatan hujan hanya tersedia bulanan, maka erosivitas hujan dapat diperkirakan
dengan menggunakan rumus :
dimana,
R : erosivitas hujan pada bulan yang bersangkutan
Pm : curah hujan rata-rata bulanan untuk bulan yang bersangkutan (cm)
N : rata-rata jumlah hari hujan pada bulan yang bersangkutan
Pmaks : rata-rata hujan maksimum 24 jam pada bulan yang bersangkutan.
a
L 22,1
dimana,
a : panjang lereng overlandflow (m)
m : 0.6 untuk kemiringan lereng > 10 %
0.5 untuk kemiringan lereng 5 – 10 %
Metodologi dan Rencana Kerja
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO
0,43 0,30S
0,043S 2
S
6
,
6
1
3
dimana,
S : kemiringan lereng yang dinyatakan dalam %.
2b - 70
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat
Apresiasi terhadap inovasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konsultan sebagai
penyedia jasa dalam rangka memberikan khasanah terhadap kerangka acuan kerja yang
telah diberikan. Sehingga diharapkan melalui apresiasi terhadap inovasi ini dapat
memberikan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas dan tetap mengacu pada lingkup
pekerjaan sesuai KAK dan penjelasan yang diberikan dalam anwidjzing. Kedudukan
apresiasi dan inovasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar
diagram berikut ini :
2c - 1
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat
Pada dasarnya uraian lingkup pekerjaan yang telah dijabarkan dalam Kerangka Acuan
Kerja (KAK) sudah cukup jelas, dimana di dalamnya telah menerangkan hak dan
kewajiban Konsultan supervisi dalam melaksanakan tugasnya.
Setelah membaca dan mempelajari dokumen lelang untuk paket pekerjaan
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN KAB. TELUK
WONDAMA – PAPUA BARAT Tahun Anggaran 2022 secara detail dan menyeluruh,
maka kami selaku penyedia Jasa Konsultansi dibidang Perencanaan akan
menterjemahkan lingkup tugas dan tanggung jawab tersebut dalam skema Rencana
Kerja secara komperehensif, guna tercapainya tujuan dan sasaran yang dikehendaki.
Kami akan mencoba menuangkan ide-ide dan rencana pelaksanaan pekerjaan melalui
prosedur, metodologi kerja, rencana pelaksanaan pekerjaan (time schedule), serta
rencana pengadaan langsung personil tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan di
lapangan, berdasarkan Lingkup Pekerjaan yang akan direncanakan.
Tentunya semua itu akan disinkronisasikan dengan kebutuhan tenaga yang telah
ditetapkan dalam Bill Of Quantity (BQ) dalam rentang waktu pelaksanaan yang telah
ditentukan. Dalam menunjang operasional dan koordinasi kerja selama proses
pekerjaan berlangsung, maka kami akan melengkapi jajaran tenaga ahli dan tenaga
supporting dengan peralatan yang dibutuhkan serta sarana transportasi dan komunikasi
yang memadai, agar skematik struktur organisasi lapangan dapat berjalan dengan lancar
dan cepat dengan hasil yang bisa dianggap lebih akurat.Menurut kami, bentuk
penyajian dan struktur sudah cukup baik. Hal ini tentu saja memberikan kemudahan
kepada kami khususnya, sebagai konsultan perencana, dalam pelaksanaan kegiatannya.
Terlepas dari hal tersebut, terdapat beberapa Apresiasi dan Inovasi yang dapat
disampaikan setelah kami memahami segala hal yang disajikan dalam kak
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN KAB. TELUK
WONDAMA – PAPUA BARAT baik itu dipandang dari segi struktur penyajian
maupun ruang lingkup materi pembahasan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :
• Dalam Pelaksanaan pekerjaan Perencana ini untuk pekerjaan awal konsultan
melakukan survey pendahuluan/identifikasi masalah bersama dinas terkait, apabila
2c - 2
Apresiasi dan Inovasi
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat
terjadi perbedaan hasil pengukuran dan desain maka perlu dilakuakan review
desain.
• Materi Studi – studi Terdahului diharapkan masuk menjadi poin bahasan dalam
penyajian KAK.
• Pengadaan laporan lain diluar bentuk laporan rutin perlu dibicarakan lebih lanjut
mengenai teknis pengadaan dan pembiayaannya.
• Data-data teknis pendukung yang tidak bisa kami peroleh sendiri di lapangan
karena keterbatasan ruang lingkup, waktu, biaya dan tenaga ahli, tetap perlu
disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen sebagai fasilitas yang dapat kami
manfaatkan. Materi yang disajikan di KAK pada bagian Data dan Fasilitas
Penunjang harus diperjelas dengan rinci dan lengkap.
2c - 3
Dukungan Data Terhadap KAK
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Teluk Wondama – Papua Barat
Untuk mencapai produk layanan jasa yang maksimal, maka dukungan data yang tersedia
dari KAK sudah cukup membantu untuk menyelesaikan kegiatan ini. konsultan akan
memberikan data di lapangan dengan menugaskan secara khusus seorang penghubung
(contact person) yang dapat dihubungi oleh Direksi Pekerjaan (Pejabat Pembuat
Komitmen) atau Kepala Satker serta pihak terkait lainnya.
Hal ini dimaksudkan untuk membantu penanganan masalah khusus, baik teknis maupun
administrasi yang tidak termasuk dalam Kerangka Acuan Kerja, namun hal-hal tersebut
perlu ditangani dengan tujuan untuk mensukseskan kegiatan pekerjaan ini khususnya
pada Pekerjaan PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI BANJIR Kabupaten
WONDAMA – PAPUA BARAT, Dukungan data yang tersedia sesuai dengan KAK.
Konsultan akan berusaha mencari data teknis terutama dari gambar desain dan
pengukuran pekerjaan diatas. Jika terdapat perbedaan dari segi pengukuran dan teknis,
maka konsultan akan melakukan review desain (jika diperlukan).
2d - 1
URAIAN TUGAS DAN KOMPOSISI TEAM
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Teluk Wondama – Papua Barat
Kualifikasi
Sertifikat Status Jumlah
Posisi Tingkat
Jurusan Keahlian Pengalaman Tenaga Org/B
Pendidikan
(SKA) Ahli
Tenaga Ahli (Professional Staff)
Team Leader Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Ahli madya • Berpengalaman dalam Tetap 1x5
(1 orang) Pengairan Sumber pekerjaan Irigasi
Daya Air sekurang kurangnya 4
(SDA) (empat) tahun
dilengkapi dengan
referensi kerja dari
Pengguna Jasa/ Pejabat
pembuat komitmen.
• Mempunyai pengalaman
sebagai Ketua Tim
sekurang kurangnya 2
(dua) kali dalam Bidang
Irigasi
Ahli Sungai Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Ahli Madya • Berpengalaman dalam Tetap 1X4
(1orang) Pengairan Sumber pekerjaan sumber daya
Daya Air air (SDA) sekurang
(SDA) kurangnya 3 (tiga) tahun
dilengkapi dengan
referensi kerja dari
Pengguna Jasa/ Pejabat
pembuat komitmen.
Ahli Hidrologi Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Ahli Madya • Berpengalaman dalam Tetap 1X4
(1 orang) Pengairan Sumber pekerjaan Sumber Daya
Daya Air Air (SDA) sekurang
(SDA) kurangnya 3 (tiga) tahun
dilengkapi dengan
referensi kerja dari
Pengguna Jasa/ Pejabat
pembuat komitmen.
Ahli Stara 1 (S1) T. Sipil / T. Ahli Madya • Berpengalaman dalam Tetap 1X4
Pemeliharaan Pengairan Pemeliharaan analisis /kajian Operasi
dan Perawatan dan
Bangunan Perawatan dan pemeliharaan
Bangunan prasarana keairan
dan/atau penyusunan
2e - 1
URAIAN TUGAS DAN KOMPOSISI TEAM
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Teluk Wondama – Papua Barat
2e - 2
URAIAN TUGAS DAN KOMPOSISI TEAM
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Teluk Wondama – Papua Barat
2e - 3
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
Penilaian Kinerja AKNOP Pengendali Sedimen Kab. Wondama – Papua Barat
Konsultan supervisi berusaha menyusun rencana kerja yang akan diterapkan dalam
pekerjaan PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN Kabupaten TELUK
WONDAMA – PAPUA BARAT lebih jelasnya sebagai berikut :
A. TAHAP PEKERJAAN
a. Proses Administrasi
b. Mobilisasi Personil dan Peralatan
c. Koordinasi dengan PPK dan Direksi
d. Pengumpulan Data Studi Terdahulu dan Data Sekunder
e. Analisa Data dan Pengukuran
B. PELAPORAN PERENCANA
C. DISKUSI
Kegiatan diatas sudah disusun oleh konsultan sesuai dengan pengalaman konsultan
dipekerjaan sejenis. Rencana kerja ini bisa berubah sesuai dengan kesepaktan yang dibuat
antara pihak pemberi pekerjaan dan konsultan. Untuk lebih jelasnya jadwal pelaksanaan ini
dapat dilihat pada bab selanjutnya yaitu bab tentang jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Setelah Konsultan mempelajari secara mendalam materi Kerangka Acuan Kerja yang
diberikan oleh pemberi kerja, adalah sudah cukup jelas menggambarkan lingkup tugas yang
harus dikerjakan oleh konsultan dalam rangka pelaksanaan PENILAIAN KINERJA
AKNOP PENGENDALI SEDIMEN Kabupaten TELUK WONDAMA – PAPUA BARAT
2 Studi Literatur
4 Survey Pendahuluan
B PENGUMPULAN DATA PRIMER DAN SKUNDER
1 Peta Tata Guna Lahan
3 Penelusuran/Pengukuran Bangunan
C ANALISIS DATA
1 Analisis Morfologi Sungai
2 Analisis Hydrologi
3 Analisis Sedimentasi
D PENILAIAN KINERJA BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN
1 Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan
Analisis Kelembagaan
Analisis Kegiatan Pemeliharaan,Mengklasifikasi Jenis Kerusakan maupun
Jenis Penanganan, Tindakan,Preventif,Korektif & Rehabilitatif
F REKOMENDASI TEKNIS
2 Laporan Pendahuluan
3 Laporan Bulanan
4 Laporan Antara
6 Laporan Akhir
Total
Jumlah Bobot Re ncana
Bobot Re ncana Komulatif
Jumlah Bobot Re alisasi
Bobot Re alisasi Komulatif
De viasi
2f - 4
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALIAN SEDIMEN Kab. Teluk WONDAMA – PAPUA BARAT
2g - 1
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALIAN SEDIMEN Kab. Teluk WONDAMA – PAPUA BARAT
2g - 2
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
3a - 1
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
3a - 2
GAGASAN BARU
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
4-1
GAGASAN BARU
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
Isinya :
→ Penyatuan pendapat tentang metode pelaksanaan, tolak ukur mutu
pekerjaan dan pelaksanaannya.
→ Peralatan yang mendukung pekerjaan
→ Struktur organisasi masing-masing
→ Jadwal pelaksanaan
→ Hal-hal yang dianggap perlu.
4-2
GAGASAN BARU
PENILAIAN KINERJA AKNOP PENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
GAGASAN / INOVASI
Gagasan yang dapat kami berikan sebagai konsultan supervisi yaitu :
Pengendalian Waktu
Di dalam pengendalian waktu ini dipakai sebagai Tool adalah rencana jadwak
pelaksanaan yang sudah disahkan baik berupa Baar Chart maupun berupa Net Work
Planing (NWP). Di samping itu sebagai pengendali urut-urutan kerja dipakai Flow Chart
pelaksanaan kerja dan perencanaan yang telah disetujui oleh proyek.
Pengendalian Biaya
Pengendalian Mutu
4-3
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
Umum
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat
Kerja (PAK). Terkait pelaksanaan sebuah sistem keamanan (safety) pada proyek
konstruksi, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
mengembangkan sebuah standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
(K4) yang tertuang dalam Permen-PUPR No. 21/PRT/M/2019 yaitu
1. Keselamatan Keteknikan Konstruksi,
Merupakan keselamatan terhadap pemenuhan standar perencanaan,
perancangan, prosedur dan mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi, mutu
bahan, dan kelaikan peralatan
2. Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3),
Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, termasuk tenaga kerja penyedia jasa,
subpenyedia jasa, pemasok, dan pihak lain yang diizinkan memasuki tempat
kerja konstruksi
3. Keselamatan Publik,
keselamatan masyarakat dan/atau pihak yang berada di lingkungan dan sekitar
tempat kerja yang terdampak Pekerjaan Konstruksi
4. Keselamatan Lingkungan.
Keselamatan lingkungan yang terdampak oleh Pekerjaan Konstruksi sebagai
upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup dan kenyamanan lingkungan
terbangun sesuai peraturan perundang-undangan.
Terkait pembahasan penelitian yaitu standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019 adalah:
1. Hak tenaga kerja berupa perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa
Konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
2. Penjaminan dan perlindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK),
3. pencegahan penyebaran wabah penyakit dalam ligkungan kerja dan sekitarnya,
E4 - 1
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
Tujuan
Tujuan dilaksanakannya suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
berdasarka PP No. 50 Tahun 2012 adalah:
1. menigkatkan efektifitas perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi,
2. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau, serikat pekerja/buruh,
serta
3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktifitas.
E4 - 2
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 3
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 4
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 5
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 6
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 7
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 8
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
ditetapkan oleh penilai ahli yang telah dipilih oleh pemerintah. Penilai ahli berdasarkan
UU Nomor 2 Tahun 2017 Terdapat 6 (enam) poin tugas penilai ahli sebagai berikut.
1. menetapkan tingkat kepatuhan terhadap standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi,
2. menetapkan penyebab terjadinya kegagalan bangunan,
3. menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan,
4. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan,
5. melaporkan hasil penilaiannya kepada menteri dan instansi yang mengeluarkan
izin membangun, paling lambat 90 (Sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak
tanggal pelaksanaan tugas, dan
6. memberikan rekomendasi kebijakan kepada menteri dalam rangka pencegahan
terjadinya kegagalan bangunan.
Pada PP No. 22 Tahun 2020, Pasal 85, menjelaskan bahwa penyedia jasa wajib
bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang telah ditetapkan oleh penilai ahli.
Tanggung jawab atas kegagalan bangunan berupa:
1. penggantian atau perbaikan kegagalan bangunan oleh penyedia jasa, dan
2. pemberian ganti kerugian oleh pengguna jasa dan/atau penyedia jasa.
Terkait pertanggung jawaban atas penggantian atau perbaikan kegagalan bangunan
oleh penyedia jasa, Pada PP No. 22 Tahun 2020, Pasal 88, dilakukan pada:
1. Layanan usaha jasa konsultansi konstruksi berupa:
a. pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan,
b. pengawasan, dan/atau c. menajemen penyelenggaraan konstruksi
2. Layanan usaha pekerjaan konstruksi, dan/atau
3. Layanan usaha pekerjaan konstruksi terintegrasi.
Sedangkan terkait pemberian ganti kerugian oleh pengguna jasa dan/atau penyedia
jasa, Pada PP No. 22 Tahun 2020, Pasal 90, ganti kerugian yang diderita oleh pihak
yang dirugikan berupa:
1. santunan bagi pihak yang dirugikan yang meninggal dunia,
2. santunan bagi pihak yang dirugikan yang menderita luka yang mengakibatkan
cacat tetap,
E4 - 9
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
3. ganti kerugian atas biaya pengobatan yang nyata-nyata dikeluarkan oleh pihak
yang dirugikan atau bagian biaya pelayanan lainnya, dan
4. ganti kerugian atas musnah, rusak, atau hilangnya akibat kegagalan bangunan.
Proses ganti kerugian yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab harus
dimulai dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kalender sejak diterapkan oleh
pihak berwenang. Pemberian ganti kerugian dapat dialihkan kepada pihak ketiga
berupa asuransi.
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah peristiwa tidak diharapkan, tidak direncanakan, dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja, dalam rangkaian peristiwa yang terjadi karena berbagai
sebab, yang mengakibatkan kerugian fisik (luka atau penyakit) terhadap seseorang,
rusaknya harta milik perusahaan dan terjadinya gangguan usaha. Atau kecelakaan
yang dialami seorang karyawan semenjak ia meninggalkan rumah kediamannya
menuju ke tempat kerja, selama jam kerja dan istirahat, maupun sekembalinya dari
tempat kerja.
Teori Sebab Kecelakaan
Sebuah kejadian kecelakaan terdiri dari 5 (lima) komponen. Komponen tersebut
adalah:
1. Sumber dan Lingkungan Sosial (Ancestry and Social Environtment) Sumber dan
lingkungan sosial berasal dari ide bahwa perilaku ceroboh, perilaku keras kepala,
ketamakan dan sifat tidak diinginkan merupakan karakter yang mungkin saja
diperbolehkan selama melewati proses budaya. Sebagai tambahan, lingkungan
mungkin saja bisa mengembangkan sifat/karakter tidak diinginkan atau bisa saja
dicegah melalui pendidikan dan pelatihan. Budaya dan lingkungan, keduanya
dapat menyebabkan seseorang melakukan kesalahan.
2. Kesalahan Manusia (Fault of the Person) Kesalahan manusia tergantung kepada
budaya atau kesalahan-kesalahan seperti sifat ceroboh, perilaku kasar, rasa tegang,
rangsangan, ketidak pedulian, pengabaian pelatihan, dll, serta alasan pendekatan
konstitusional dalam melakukan perilaku tidak aman atau keberadaan bahaya-
bahaya mekanis dan fisik.
E4 - 10
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
3. Perilaku Tidak Aman dan bahaya makanis atau fisik (Unsafe Acts and Mechanical
or Physical Hazard) Perilaku tidak aman atau kinerja pekerja, seperti berdiri
dibawah muatan tergantung, menyalakan mesin tanpa otoritas, bermain-main saat
bekerja, dan memindahkan alat pengaman. Bahaya mekanis dan fisik seperti
peralatan tanpa penlindung, titik operasi yang tidak dijaga, tidak adanya batas
pengamanan, dan pencahayaan yang tidak layak menyebabkan terjadinya
kecelakaan
4. Kecelakaan (Accident)
Kejadian kecelakaan seperti orang jatuh, terkena benda jatuh, dsb, merupakan
contoh kecelakaan yang dapat menyababkan cidera.
5. Cidera (Injuries)
Cidera seperti patah tulang merupakan hasil dari kecelakaan.
Penyebab Kecelakan
Beberapa faktor penyebab kecelakaan menurut Reese (2008) adalah sebagai berikut.
1. Penyebab langsung
Dalam melakukan analisis terperinci mengenai kecelakaan, memandang
bahwasanya pelepasan energi dan material berbahaya sebagai penyebab langsung.
Energi ataupun material berbahaya dipandang sebagai sebuah kekuatan yang dapat
menyebabkan terjadinya cidera ataupun kerusakan lainnya pada saat terjadinya
kontak. Sangat penting dalam mengidentifikasi terjadinya penyebab langsung.
Untuk mencegah terjadinya cidera, itu sering kali memungkinkan untuk dilakukan
desain ulang peralatan ataupun fasilitas dan menyediakan perlindungan
perseorangan dalam rangka melawan pelepasan energi ataupun pelepasan/kontak
terhadap material berbahaya. Berikut merupakan Sumber perantara penyebab
langsung terjadinya kecelakaan.
a. Sumber Energi
1) Mekanis berupa mesin, peralatan, kebisisngan, peledak, benda bergerak,
dan tekanan,
2) Elektrik berupa aliran listrik tanpa pelindung dan sumber bertegangan
tinggi,
E4 - 11
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 12
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 13
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 14
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 15
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 16
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 17
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 18
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 19
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 20
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 21
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 22
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 23
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 24
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
c) rekomendasi teknis
Perancangan a) lingkup tanggung jawab perancang, termasuk
pernyataan dalam hal terjadi revisi desain,
tanggung jawab revisi desain dan dampaknya
ada pada penyusun revisi;
b) metode pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi;
c) identifikasi bahaya, mitigasi bahaya, dan
penetapan tingkat risiko;
d) daftar standar dan/atau peraturan perundang-
undangan Keselamatan Konstruksi yang
ditetapkan untuk desain;
e) Biaya Penerapan SMKK; dan
f) rancangan panduan keselamatan pengoperasian
dan pemeliharaan konstruksi bangunan.
E4 - 25
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 26
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 27
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 28
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 29
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 30
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
- Peralatan P3K (Kotak P3K, tandu, obat luka, perban, dan lain-lain)
- Ruang P3K (tempat tidur pasien, tabung oksigen, stetoskop, timbangan
berat badan, tensi
- meter, dan lain-lain);
- Peralatan pengasapan (Fogging);
- Obat pengasapan; dan
- Ambulans.
- Rambu-Rambu yang diperlukan, antara lain:
8. Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi, antara lain:
- Ahli Lingkungan;
- Arsitek;
- Ahli Teknik Jalan;
- Ahli Teknik Jembatan; dan/atau
- Ahli Teknik Bangunan Gedung.
9. Kegiatan dan peralatan terkait Pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi,
antara lain:
- Pemeriksaan dan pengujian peralatan;
- Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
- Sirine;
- Bendera K3;
- Lampu darurat (Emergency Lamp);
- Pemeriksaan lingkungan kerja:
Limbah B3
Polusi suara
- Pembuatan Kartu Identitas Pekerja (KIP);
- Program inspeksi dan audit;
- Pelaporan dan penyelidikan insiden;
- Patroli keselamatan; dan/atau
- Closed-circuit Television (CCTV).
Keterangan:
E4 - 31
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
• Alat Pelindung Kerja (APK) sesuai pada angka 3 huruf a nomor 1 dan
nomor 2 harus dalam kondisi baru dan mengikuti standar yang berlaku.
• Alat Pelindung Diri (APD) sesuai pada angka 3 huruf b harus dalam kondisi
baru dan mengikuti standar yang berlaku.
• Standar warna helm yang dipergunakan, sebagai berikut:
❖ Tamu –warna putih polos;
❖ Tim:
- Pelaksana–warna putih polos dilengkapi dengan 1 strip (8 mm);
- Kepala pelaksana–warna putih polos dilengkapi dengan 2 strip (2 x 8
mm)
- Kepala pekerjaan konstruksi–warna putih polos dilengkapi dengan 3
strip berukuran @ 8mm, dan 1 strip 15 mm di bagian paling atas.
❖ Pekerja pada Unit Keselamatan Konstruksi–warna merah;
❖ Pekerja pada Unit kerja Sipil–warna kuning;
❖ Pekerja pada Unit kerja Mekanikal Elektrikal (ME) – warna biru;
❖ Pekerja pada Unit kerja Lingkungan – warna hijau; dan
❖ Jika ada logo perusahaan, ditempatkan di bagian tengah dan depan
pelindung kepala.
• Pekerja pada Pekerjaan Konstruksi menggunakan pakaian berwarna jingga
(orange).
• Pada alat berat yang beroperasi ditempel SILO, SIO, nama operator beserta
pasfoto ukuran 8R.
6. Contoh Petunjuk Isian Satuan Perincian Kegiatan Penyelenggaraan Smkk
A. Format Rincian SMKK
No Uraian Satuan Kuantitas Harga Total Ket.
Pekerjaan Ukuran Satuan Harga
(Rp.) (Rp.)
1 Penyiapam RKK
antara lain
a Pembuatan Set Memperhatikan
dokumen RKK jumlah dan
E4 - 32
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
jenis pekerjaan
yang
dikerjakan
b Pembuatan Memperhatikan
Prosedur dan perkiraan
Instruksi Kerja jumlah pekerja
serta Penyiapan
Formulir
c Sub Total jumlah (a-
Penyiapan RKK b)
Keterangan:
1. Uraian pekerjaan sebagaimana tersebut dalam tabel, disesuaikan dengan jenis
pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan;
2. PPK menetapkan perincian uraian pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan;
3. Jumlah minimal kebutuhan personel Keselamatan Konstruksi ditetapkan oleh
pengguna jasa yang dituangkan pada dokumen tender;
4. Satuan Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi
dilaksanakan untuk pekerjaan segmentasi pemaketan menengah dan besar,
sedangkan untuk pemaketan
5. segmentasi kecil dilaksanakan apabila diperlukan.
Keterangan pengisian Biaya Penerapan SMKK
1. Uraian pekerjaan sebagaimana tersebut dalam tabel, disesuaikan dengan jenis
pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan;
2. PPK menetapkan perincian uraian pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan;
3. Jumlah minimal kebutuhan personel Keselamatan Konstruksi ditetapkan oleh
pengguna jasa yang dituangkan pada dokumen tender;
4. Satuan Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi dilaksanakan
untuk pekerjaan risiko keselamatan konstruksi besar dan sedang, sedangkan
E4 - 33
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 34
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 35
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 36
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
Dalam hal suatu Pekerjaan Konstruksi memenuhi lebih dari satu kriteria Risiko
Keselamatan Konstruksi, penentuan Risiko Keselamatan Konstruksi ditentukan
dengan memilih Risiko Keselamatan Konstruksi yang lebih tinggi
Pekerjaan Konstruksi yang memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar dengan
kriteria mempekerjakan lebih dari 100 (seratus) pekerja harus mempunyai personel
Keselamatan Konstruksi paling sedikit 2 (dua) orang yang terdiri atas:
a. 1 (satu) orang Ahli Utama K3 Konstruksi dan/atau Ahli Madya K3
Konstruksi dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun; dan
b. 1 (satu) orang Ahli Muda K3 Konstruksi dengan pengalaman paling singkat
3 (tiga) tahun
Pada Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan metode padat karya atau
menggunakan banyak tenaga kerja namun sedikit penggunaan peralatan mesin,
kebutuhan Personel Keselamatan Konstruksi ditentukan oleh penilaian Risiko
Keselamatan Konstruksi
Risiko Keselamatan Konstruksi untuk menentukan kebutuhan Ahli K3
Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi, tidak untuk menentukan
kompleksitas atau segmentasi pasar Jasa Konstruksi.
Keparahan
Kekerapan 1 2 3 4 5 Keterangan
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25
E4 - 37
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
F H O
P H O Ma sa Pe me liharaan
Periode Akhir
Pe rm in taa n Sera h
Pekerjaan K on tr ak
Terima Pertama
Selesai 100%
Pekerjaan Pembayaran Pekerjaan
Permintaan
Berita Acara P H O (95% dari Ko nt rak , 5%
Serah Ter ima
Penyedia ke P P K J a m i n a n Pemeliharaan
Akhir P eke rjaan
Penyedia k e P P K
Pelaksanaan PP K da n Penyedia
Pem erik s aa n
Pekerja an P elaksanaan Berita Acara F H O
Pemeriksaan
PP K Pengawas Pem eli h araa n P e m b ay a r a n /
Pem eli h araan P e ng e m b a l i an J a m i n a n
Pekerjaan Peke rjaan
(Fungsi) P e m e l ih ar a a n
P e nye dia PPK/Personil
PPK PP K k e Penyedia
Perbaikan Tid ak
C ek Ya Ya
Pekerjaan C ek
Kontraktor P e m e r ik s aa n
A dm i n i s tr a t i f H as il
Pe k e r j aan
P A / KP A PPHP
B e r it a A c a r a S e r a h
T e r i m a Pe k e r jaa n
ke PA / KPA
PP K da n PPHP
E4 - 38
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 39
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
E4 - 40
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
- RKK pada Kontrak Kerja Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi yang telah
ditandatangani sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap berlaku sampai
dengan berakhirnya Kontrak Kerja Konstruksi tersebut
- Sertifikat Petugas K3 Konstruksi dan surat keterangan penjaminan mutu dan
pengendalian mutu yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri
ini harus disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun
sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku
Ketentuan Penutup
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 628), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 179), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
E4 - 41
Organisasi Personil
PENILAIAN KINERJA AKNOPPENGENDALI SEDIMEN – PAPUA BARAT
Keterangan:
Untuk pekerjaan konstruksi dengan risiko keselamatan konstruksi yang sudah ditentukan
keterangan di atas, tidak dipelukan lagi perhitungan penentuan tingkat risiko
Keselamatan Konstruksi sebagaimana tertuang dalam contoh Tabel Penetapan Risik
Tingkat o Pekerjaan
E4 - 42