PENDEKATAN METODOLOGI
DAN PROGARAM
KERJA
E.1.1PENGAWASAN TEKNIS
1. Uraian pekerjaan yang dilakukan oleh Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas bertugas untuk membantu Pengguna Jasa dalam pengendalian dan
pengawasan pelaksanaan proyek pembangunan, meliputi :
Mengendalikan dan mengawasi rencana kerja kontraktor pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dari segi kualitas, kuantitas serta laju pencapaian volume sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
Memeriksa dan menyetujui pekerjaan-pekerjaan sementara.
Pemeriksaan dan pengetesan.
Membantu penyiapan shop drawing.
Menyimpan catatan lapangan.
Pengukuran lapangan.
Mengkaji usulan perubahan yang diajukan kontraktor.
Mengusulkan perubahan pekerjaan (jika perlu).
Membuat perhitungan dan gambar kerja apabila terjadi perubahan / modifikasi di
lapangan.
Membantu kontraktor dalam mempersiapkan as built drawing.
Mengendalikan dan mengawasi perubahan-perubahan yang. terjadi di lapangan.
Memeriksa dan menanda-tangani Berita Acara Bobot Kemajuan Pekerjaan yang
diajukan oleh Kontraktor untuk pembayaran termijn / monthly certificate.
Menyampaikan usulan penyempurnaan-penyempurnaan pekerjaan.
Membantu Pengguna Jasa dalam proses serah terima PHO dan jika
asignmentnya masih cukup termasuk FHO.
Membuat justifikasi teknis untuk perubahan pekerjaan / tambah kurang atau
perpanjangan waktu.
Pengendalian mutu
Pengendalian kuantitas
Pengendalian waktu
Pengendalian lalu-lintas
Bantuan teknis
Pengendalian / monitoring adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang
sesuai dengan sasaran, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan
dengan standard, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan
dan standard, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber
daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Langkah-langkah proses monitoring proyek dapat diuraikan sebagai berikut :
Menentukan sasaran
Definisi lingkup kerja
Menentukan standard dan kriteria sebagai patokan dalam rangka mencapai
sasaran
Merancang / menyusun sistem informasi, pemantauan, dan pelaporan hasil
pelaksanaan pekerjaan
Mengkaji, investigasi dan menganalisis hasil pekerjaan terhadap standard,
kriteria, dan sasaran yang telah ditentukan
Mengadakan tindakan pembetulan
Gambar E.2.. menunjukkan urutan langkah proses pengendalian proyek.
a b c
SASARAN PROYEKLINGKUP KERJASTANDAR & KRITERIA
f e d
TINDAKANMENGKAJI DANMEMANTAU
PEMBETULANMENYIMPULKANPRESTASI PEKERJAAN
PENGENDALIAN
Schedule pembayaran.
Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil perencanaan ke
lokasi untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut telah sesuai dengan
kondisi yang ada.
Apabila ternyata dari hasil pengecekan hasil design tidak sesuai dengan kondisi
lapangan, konsultan team supervisi akan membuat alternatif lain yang sesuai untuk
diajukan kepada Pemberi Tugas (Pengguna Jasa).
Material dan peralatan yang didatangkan kontraktor akan diperiksa terlebih dahulu oleh
konsultan sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Jadwal waktu yang dibuat oleh kontraktor akan diteliti lebih dahulu apakah sudah
memadai terhadap volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan perkiraan tenaga
kerja / tukang yang akan mengerjakannya. Apabila menurut analisa tidak seimbang
antara volume dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu yang tersedia
maka konsultan akan menyarankan kepada kontraktor untuk menyiapkan tenaga
kerja dan peralatan yang secukupnya agar bisa selesai tepat pada waktunya.
Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan
tambahan sebagai akibat dari perubahan design dan pertambahan volume pekerjaan.
Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan akan menggantikan nilai
pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan lainnya sehingga terjadi
kompensasi dan tidak memerlukan biaya tambah sepanjang hal tersebut memungkinkan
dan mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas / Pengguna Jasa.
B. Rentang kendali Monitoring
Kegiatan pengendalian teknis rentang “monitoring” adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun konsultan pengawas telah
melakukan “pre-audit” namun setiap langkah pelaksanaan pekerjaan akan terus
memonitor agar kalau terjadi penyimpangan segera diketahui dan dapat diluruskan
kembali sesuai petunjuk yang benar. Selama periode ini konsultan akan selalu
melakukan evaluasi terhadap progres dan kwalitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor.
Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan kita jaga sebaik-
baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat, sehingga
kerugian yang menyangkut aspek mutu, volume, waktu dan biaya keseluruhan hasil
pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya, selain mengawasi pekerjaan
fisik konsultan pengawas juga memonitor aspek lingkungan sekitar proyek, agar jangan
sampai pelaksana lapangan berikut tukang-tukangnya mengganggu, mematikan serta
merusak flora dan fauna yang ada.
Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan memperhatikan
peraturan-peraturan yang berlaku.
C. Rentang kendali Post-audit
Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi
kontraktor. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk pengajuan pembayaran senilai hasil
4. Penggunaan komputer
Tugas utama konsultan sesuai dalam Kerangka Acuan Kerja mencakup melaksanakan
supervisi teknis, sertifikasi perkembangan fisik konstruksi dan pembayaran, pelaporan dan
evaluasi proyek, serah terima pekerjaan (Provisional Hand Over).
Block diagram layanan pengawasan teknis tersebut disajikan seperti pada Gambar 6.3.
Gambar E.3.
Bertindak untuk dan atas nama Pemberi Tugas, konsultan supervisi mengendalikan
pelaksanaan fisik pembangunan yang dilakukan oleh Kontraktor.
Lingkup pengendalian antara lain meliputi :
Aspek mutu hasil pekerjaan
Aspek volume pekerjaan
Aspek waktu penyelesaian pekerjaan
Aspek biaya keseluruhan pekerjaan
Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum
dalam kontrak pemborongan.
Substansi pokok yang dibahas dalam Pre Construction Meeting sebagai berikut :
a. Aplikasi pasal-pasal penting dalam dokumen kontrak tentang :
Pekerjaan tambah kurang.
Termination.
Mobilisasi.
Maintenance & protection of traffic.
Sub letting.
Insurance of works.
Organisasi kerja.
b. Prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan, antara lain :
Request & approval dalam rangka examination of works.
Extension time for completion of works.
d. Kontraktor
Menjelaskan rencana kerja pada saat mobilisasi yang meliputi :
o Mobilisasi personil.
o Mobilisasi peralatan.
o Survai lapangan meliputi : drainase, perkerasan jalan, struktur.
o Pengembalian kondisi dan pekerjaan minor (dilakukan setelah survai
lapangan selesai), meliputi : perkerasan jalan, bahu jalan.
o Pemeliharaan rutin (dilaksanakan setelah diterbitkannya SPMK atau
dimulainya pekerjaan).
Rencana kerja review design :
o Melaksanakan survai.
o Membuat gambar kerja.
Menjelaskan metode / cara pelaksanaan konstruksi.
Menjelaskan struktur organisasi serta tugas dan tanggung-jawabnya.
Menjelaskan kualifikasi personil kontraktor yang akan dimobilisasi.
Menjelaskan bagian pekerjaan yang akan di-subkontrakkan serta calon sub
kontraktornya.
Menjelaskan rencana penggunaan peralatan, termasuk :
o Jenis alat.
o Kapasitas alat.
o Jumlah alat.
o Penempatan alat.
Menjelaskan rencana pengadaan bahan serta surat ijinnya :
o Jalan : aspal, agregat, tanah timbunan.
o Jembatan : bangunan atas, pondasi.
o Lokasi quarry, jumlah deposit quarry.
o Kualitas bahan jalan, struktur, termasuk cara pengujiannya.
Menjelaskan rencana kerja berdasarkan S-Curve.
e. Konsultan
Mencatat seluruh kesepakatan dalam Pre Construction Meeting dan
dituangkan dalam Berita Acara tersendiri sebagai dokumen proyek.
Mempersiapkan formulir-formulir isian antara lain :
o Laporan harian.
o Laporan mingguan.
o Laporan bulanan (Monthly progress report).
o Executive summary report.
Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana proyek yang akan dilaksanakan
serta menyarankan perubahan / penyempurnaan / penyesuaian rencana yang perlu
dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapainya maksud dan tujuan proyek dengan
sebaik-baiknya.
Dalam konteks lebih luas, pekerjaan konsultan supervisi mengemban juga fungsi kontrol
manajemen proyek konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu diperiksa
dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan setengah-setengah atau
dengan cara perencanaan yang mendadak akan mengakibatkan hasil kerja yang tidak
memuaskan. Untuk menanggulangi masalah ini, diperlukan suatu kontrol yang sistimatik.
Pengawas lapangan perlu menerapkan sistim kontrol yang baik dilapangan.
Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan dilapangan memiliki tiga tujuan yaitu :
Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang
kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan yang terjadi, maka harus
dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja untuk mengatasinya.
Memastikan bahwa pekerjaan pengawasan berjalan secara benar sehingga
peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.
Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh proyek tidak dilampaui bila
tidak terjadi perubahan kontrak.
Bidang-bidang sasaran kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan
dilapangan yaitu :
Pencapaian target kemajuan fisik.
Pencapaian target keuangan.
Pengadaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi kerja
lapangan.
Pemantapan kerja sama antar pekerja proyek dari seluruh bagian / divisi.
Hubungan dengan pihak pemilik.
Tiap bidang tersebut diatas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai atau
menunjukkan tendensi yang tidak menggembirakan.
Dengan mengetahui keadaan dan situasi masalah dengan benar, maka langkah-langkah
yang diambil untuk mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.
Merencana dan membangun adalah suatu aktivitas yang dinamis, dan yang dipengaruhi
oleh bermacam-macam faktor. Karena itu network / s-curve chart yang telah disetujui
sebagai pegangan untuk pelaksanaan harus secara periodik dicheck kembali :
Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati.
Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera.
Nantinya akan ditepati (jangka panjang).
Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya proyek seperti
yang dikehendaki.
Jarak waktu kontrol
Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi 2 macam rentang waktu yaitu :
1 - 2 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang kritis atau yang mendekati kritis.
Dapatkah pekerjaan
dimulai ? Tidak
Ya Alasannya ?
Ada keterlambatan ?
Diperlukan penanganan
OK pemecahannya
Gambar E.4.
Pekerjaan yang
seharusnya sudah mulai
Apakah pekerjaan ini Kenapa tidak dimulai ? Apa penangguhannya Berapa lama ditangguhkan ?
sesuai schedule mulainya ? Tidak dapat dikejar ? Tidak Ada float ?
Ya Ya
OK OK Tangani
Ya
Apa prestasinya
OK bisa dikejar ? Tidak
Ya
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
Tangani
E-
BAB E. PENDEKATAN
METODOLOGI
KER
Gambar E.5.
Diperlukan
OK penanganan
Gambar E.6.
Sistim informasi manajemen proyek pada hakekatnya adalah suatu sistim untuk
mendukung pihak Pimpinan Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran dalam memantau dan
mengendalikan proyek.
Tujuan sistim ini untuk digunakan pihak Pemilik dalam mendapatkan informasi proyek
secara berkala, cepat dan akurat. Sistim ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi
dan evaluasi situasi dan kondisi yang dihadapi dilapangan serta mengintegrasikan
keinginan-keinginan dari pihak Pimpinan Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran yang
mewakili pihak Pemilik Proyek tentang apa-apa yang mau dimonitor dan dikendalikan.
Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan
supaya perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana tersebut dijabarkan
dalam besaran uang dan besaran waktu.
Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan, peranan sistim informasi manajemen
proyek hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu pekerjaan dilakukan
oleh petugas khusus dan harus dilaksanakan dilapangan, tidak dapat dilaksanakan di
kantor. Tolok ukur pengukuran mutu pekerjaan adalah dokumen tender (Spesifikasi
Pekerjaan).
Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan datanya atau
dimonitor dimana perkembangan suatu proyek selalu diikuti oleh perkembangan data
proyeknya. Volume data kian hari kian membengkak sesuai dengan perkembangan
pekerjaan secara fisik.
Data proyek sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pemberi Tugas,
kerena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data proyek yang telah dikumpulkan
secara periodik kemudian diolah / diproses untuk dijadikan informasi proyek (laporan
proyek). Artinya dari laporan proyek dapat diketahui pekembangan pekerjaan yang nyata
terjadi (prestasi aktual). Dari laporan proyek ini Pimpinan Proyek / Kuasa Pengguna
Anggaran baru dapat mengevaluasi tentang perkembangan proyeknya, pertumbuhan dari
tiap-tiap pekerjaan dilapangan dengan diperbandingkan terhadap rencana.
Pimpinan Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran mengendalikan proyeknya / pekerjaan
dengan keputusan-keputusan yang dibuat dan diimplementasikan ke project site. Hasil
dari implementasinya menciptakan data proyek baru dan dengan demikian siklus project
management control system berulang kembali. Siklus ini baru berhenti apabila proyek
telah selesai.
Fungsi konsultan supervisi pada dasarnya dibagi dalam 2 fungsi, yaitu : Fungsi
Administratif dan Fungsi Pengawasan.
1. Fungsi administratif
Membantu Kuasa Pengguna Anggaran Phisik dalam memahami dan
melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen
kontrak, terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan tugas
kontraktor.
Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum atas
pekerjaan konstruksi.
Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa, foto-foto
yang dibuat sebelum proyek berlangsung (mulai), sedang berjalan dan proyek
selesai, serta kejadian dilapangan lainnya.
Tes lapangan
Administrasi dan formulir-formulir
Pengendalian kualitas tersebut diatas seperti diuraikan berikut ini :
1. Peralatan laboratorium dan personil
Peralatan laboratorium yang perlu dipergunakan, seperti disebutkan pada buku
spesifikasi, dan dimungkinkan dapat menggunakan laboratorium / fasilitas
pengujian yang berbadan hukum resmi atas persetujuan Pemberi Tugas.
Personil / tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup
berpengalaman dan mengenal dengan baik tentang testing laboratorium
maupun lapangan.
2. Penyimpanan bahan / material
Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa
untuk menjamin perlindungan kualitas.
Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah
dapat diperiksa oleh konsultan.
Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan puing, harus
mempunyai drainase yang lancar.
Bahan-bahan yang diletakkan langsung diatas tanah tidak boleh digunakan
dalam pekerjaan kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi
lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.
Bahan-bahan (crushed stone, dlsb.) harus disimpan dengan cara yang
sedemikian rupa untuk mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang
sesuai serta mengontrol kadar air. Tinggi maksimum tumpukan 5 m.
Penumpukan berbagai ragam agregat untuk hotmix, beton, harus dipisahkan
dengan papan pembatas guna mencegah pencampuran bahan-bahan.
Tumpukan agregat harus dilindungi dari hujan untuk mencegah kejenuhan
agregat yang akan mengakibatkan penurunan kualitas.
3. Cara pengangkutan material / campuran
Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk
perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada disekitar proyek.
Pengangkutan hotmix perlu ditutup dengan bahan tebal guna mempertahankan
suhu campuran.
Bilamana terjadi gangguan diantara operasi berbagai pekerjaan, konsultan
akan mempunyai wewenang untuk memerintahkan kontraktor dan untuk
menentukan urutan pekerjaan yang diperlukan guna mempercepat
penyelesaian seluruh proyek.
4. Pengujian material yang akan digunakan
Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspeksikan oleh
konsultan. Staf anggota team konsultan setiap saat akan membuat rencana
untuk menginspeksi material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal
kerja kontraktor.
8. Formulir-formulir pengujian
Survey lokasi sumber
Formulir-formulir pengujian baik untuk testing dbiahalan boratorium dan lapangan,
menggunakan form yang sudah baku dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
Penentuan sumber bahan
Gambar E.7. menunjukkan diagram pengendalian mutu guna memperjelas uraian diatas.
Permohonan pemakaian bahan
Penanganan
JM
Mutu
Tidak perbaikan
sesua
Ya
Pelaksanaan pekerjaan
Persetujuan mutu
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAhYaUsil
A WAHANA NUSANTARA,
Pengujian mutu
PpeRkAerTjaAanMA, PT. CIPT DAN PT. GAGAS ADI
BAGASKARA E-23
Dokumentasi mutu
hasil pekerjaan
BAB E. PENDEKATAN
METODOLOGI
KER
Gambar E.7.
Tinjauan khusus pengendalian mutu beton
Major work flyover / jembatan terdiri dari material / komponen beton, pengendalian mutu
beton perlu dilakukan agar tidak terjadi kegagalan yang beresiko tinggi. Persyaratan
dalam spesifikasi sudah jelas dan harus diikuti dan dilaksanakan.
1. Sifat-sifat bahan beton
Sifat-sifat bahan beton diperlihatkan seperti pada Gambar 6.9.
2. Slump
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA,
DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
E-
BAB E. PENDEKATAN
METODOLOGI
KER
Gambar E.10. : Pengecoran, benda uji beton, dan peralatan pengujian mutu kuat
tekan beton.
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA,
DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
E-
BAB E. PENDEKATAN
METODOLOGI
KER
5. Pendekatan rancangan
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA, PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA,
DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
E-26
BAB E. PENDEKATAN
METODOLOGI
KER
PENGENDALIAN VOLUME
Survey
Shop drawing
Pematokan
Ijin pelaksanaan
Periksa
Tidak
Volume rencana
Ya
Pengawasan Pelaksanaan pekerjaan
Lebih
Dapat dipertanggung- jawabkan secara teknis Lebih dari volume rencana (tidak diterima/dibayar)
Ya
Diperiksa Konsultan
Tidak
Setuju
MC / Termijn
Gambar E.11.
Didalam proyek padat alat, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per hari
adalah sangat erat sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian
pekerjaan.
Dibawah ini adalah bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat perhatian agar tidak
terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang akan memboroskan waktu, tenaga dan
biaya.
1. Schedule kontraktor
Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan yang
dibuat kontraktor.
Apakah rencana kerja progres pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan
realistis. Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan lebih kecil bila
dibandingkan pada musim kemarau untuk pekerjaan pengaspalan misalnya, untuk
kondisi kerja yang sama.
Kemudian juga construction method, urutan kerja kontraktor apakah sudah
sistematis, konsepsional dan benar.
Selanjutnya berdasarkan schedule kontraktor yang sudah disetujui, konsultan
pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut.
Dari time schedule tersebut bisa dijabarkan kedalam target harian, sehingga setiap
hari apakah terget volume tersebut bisa tercapai atau tidak, bila target volume
tersebut tidak tercapai maka selisih volume harus diprogramkan / dikejar untuk
schedule hari berikutnya.
Dengan time schedule yang dibuat dan disetujui itu bila dilaksanakan dengan
sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik maka diharapkan proyek
bisa diselesaikan “on schedule”.
2. Alat berat (heavy equipment)
Untuk mengerjakan pekerjaan jalan, diperlukan alat berat, bisa kombinasi /
beberapa jenis dari jumlah alat.
Pertama harus diketahui/dianalisis kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah suatu
kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil, misal
untuk pengaspalan / overlay hotmix, maka alat yang digunakan adalah AMP,
Asphalt Sprayer, Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Tire Roller dan
sejumlah Dump Truck. Dari alat tersebut dianalisis produksi nyata per jam,
kemudian produksi terkecil yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.
Alat untuk beton, misalnya concrete batching plant, mixer truck.
Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut
menghasilkan produk hotmix seperti volume yang ditargetkan. Bila tidak tercapai
maka perlu diambil tindakan-tindakan antara lain :
Menambah jumlah alat, atau
Menambah jam kerja / overtime
3. Tenaga kerja
Demikian juga untuk tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan cukup atau
sejumlah tenaga kerja, sehingga pekerjaan akan bisa diselesaikan oleh tenaga
kerja sesuai dengan jadwal / waktu yang ditentukan. Bila kondisi pekerjaan
diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau
kerja dua shift atau kerja lembur / overtime.
Dengan tenaga kerja yang cukup dan jam kerja yang cukup / effektip maka
diharapkan pelaksanaan pekerjaan bisa tepat waktu sesuai yang ditargetkan.
4. Jumlah jam kerja
Untuk penyelesaian suatu pekerjaan, tergantung juga pada jam kerja per hari.
Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil daripada
bila per hari jam kerjanya lebih banyak.
Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian
hingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau suatu
pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu untuk kerja
malam / overtime.
Untuk administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai secara
optimal maka konsultan akan memahami secara sungguh-sungguh “Network
Planning” yang umumnya telah dibuat oleh kontraktor dengan metode lintas
kritis (“Critical Path Method / CPM”).
Mengingat sangat pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan
pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin “Network Planning”
dari kontraktor dan akan membantu kontraktor dalam mereview dan menyusun
kembali “Netwok Planning” tersebut bila memang diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “Barchart / S-
curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector Diagram” yang baik / cocok
untuk pekerjaan jalan karena dapat mengetahui / menunjukkan lokasi dan waktu.
Schedule ini, pada arah “basis” menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan arah
“ordinat” menggambarkan waktu.
Guna pengendalian biaya pelaksanaan proyek, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan
antara lain sebagai berikut :
Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-benar
sehingga kwantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana atau yang
terpasang. Dengan demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada
akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan yang dianggarkan.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari segi
pengukuran / kwantitas dan kwalitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah benar-
benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang tercantum dalam kontrak dan
harga satuan pekerjaan yang sudah ada dalam kontrak pelaksanaan, sehingga biaya
proyek dibayarkan sesuai dengan item pekerjaan yang ada dalam kontrak.
Shop drawing.
Request.
Laporan harian.
Laporan mingguan.
Buku instruksi.
Bobot pekerjaan / prestasi rutin.
Evaluasi produk pekerjaan.
Evaluasi akhir (tim evaluasi).
ADMINISTRASI PROYEK
Shop drawing
Request
Laporan harian
Laporan mingguan
Buku instruksi
Bobot pekerjaan prestasi rutin
Evaluasi produk pekerjaan
Teguran, peringatan
Photo dokumentasi
Risalah rapat
Contract Change Order (CCO)
Tahap Addendum
Pelaksanaan As built drawing
Justifikasi teknis perpanjangan waktu
Justifikasi teknis pek. tambah/kurang
Perintah perubahan (CCO)
Quality Control
Tahap Monthly
Pembayaran Certificate
Gambar E.12.
Kontraktor harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang dilaksanakan
kepada konsultan supervisi pada setiap akhir bulan yang berjalan atau sesuai aturan
pembayaran, yang selanjutnya disebut sebagai “termijn / sertifikat bulanan (MC)”.
Format termijn / sertifikat bulanan harus sesuai dengan standar atau diusulkan oleh
Konsultan supervisi dan disetujui oleh Pemberi Tugas.
Konsultan Pengawas akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada
sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang telah
terjadi di lapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk menanda-tangani bersama oleh
wakil kontraktor, konsultan, dan Pemimpin Proyek. MC harus didukung / dilengkapi
dengan back-up data yang terdiri dari Back-up Quantity Sheet dan Back-up Quality
Control.
Prosedur sertifikasi pembayaran diperlihatkan seperti pada Gambar 6.19.
Tidak Tidak
Ya Ya
KONTRAKTOR KONSULTAN PENGAWAS PENGGUNA JASA PERSETUJUAN
Gambar E.13.
E.1.21. PEMERIKSAAN PEMBAYARAN AKHIR
Tim Pengawas Teknis akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah lalu.
Pembayaran terdahulu yang sudah disetujui apabila terdapat kesalahan masih dapat
dikoreksi pada pembayaran berikutnya / akhir.
Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Direksi Pekerjaan atau Kontraktor dan
harus disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang ditandatangani oleh kedua belah
pihak. Jika dasar pembayaran yang ditetapkan dalam suatu Perintah Perubahan tersebut
menyajikan suatu perubahan dalam struktur Harga Satuan Jenis Pembayaran atau suatu
perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah Kontrak cukup besar, maka Perintah
Perubahan harus dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu Addendum.
Bila kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban dalam
perioda jaminan, maka kontraktor harus membuat permohonan untuk serah terima
pertama, umumnya pada tingkat penyelesaian fisik mencapai 97 % (Provisional Hand
Over / PHO).
Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia Serah
Terima, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka
konsultan membantu mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.
Kontraktor harus memelihara suatu catatan yang cermat tentang semua perubahan
dalam Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Proyek selama pelaksanaan pekerjaan.
Pekerjaan ini yang dengan volume lalu lintas yang padat memerlukan pengaturan lalu
lintas dan metoda pelaksanaan yang lebih khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan
pekerjaan survey maupun pelaksanaan pekerjaan konstruksinya agar arus lalu lintas
yang ada tetap terjaga kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman melewatinya
sesuai dengan tujuan dari pembangunan jalan / jembatan itu sendiri.
Manfaat yang didapatkan pada pemeliharaan lalu-lintas yang baik selama pelaksanaan
memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu lintas yang lebih baik pula.
Situasi semacam itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-persoalan yang
diakibatkan oleh kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya akan menghambat
pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri.
Untuk itulah pada proyek pembangunan jalan / jembatan tersebut diatas perlu dibuat
sistim pengaturan lalu lintas yang baik dan memenuhi standard.
Penyajian rencana pemeliharaan lalu lintas selama masa pelaksanaan pembangunan
jalan dimaksudkan menyampaikan gambaran masalah yang ada dan yang
diperkirakan terjadi pada masa pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan pembangunan, diperkirakan ada beberapa aktivitas antara lain :
Pemasangan pagar untuk pengaman dan kerapian pekerjaan pada kedua sisi jalan.
Pekerjaan perkerasan jalan.
Pekerjaan beton.
Pekerjaan tanah, galian, timbunan dan mengangkut keluar / masuk lokasi.
Pekerjaan form work / alat bantu pasang.
Pekerjaan lainnya.
Semua kegiatan tersebut di atas jelas menjadi kendala bagi kelancaran dan keselamatan kerja
bagi pemakai jalan maupun bagi pekerja proyek.
Oleh sebab itu penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal
dan sesedikit mungkin akibat yang ditimbulkannya.
Prestasi pekerjaan
selesai 100 %
No
Kontraktor
Kontraktor mengajukan
Perbaikan / penyempurnaan
PHO
Yes
Konsultan
Konsultan
Rekomendasi PHO ke Pengguna
Checking lapangan & defect list
No
No Pengguna
Kuasa Panitia (Defect list with grace period)
Anggaran Membentuk Proses
Panitia penelitian ADMINISTRASI PROYEK
Administr Tekn
- Dokumen kontrak
asi is
- Addendum kontrak
(Team (Tea
- Laporan-laporan
- Bukti-bukti penagihan
Yes - Instruksi-instruksi
TEKNIS
- Quality test
- Perhitungan quantity
Panitia
- As built drawing
Rekomendasi
PT. BUANA ARCHICON JO CV. BAYU PRATAMA,kepada
PT. CIPTA WAHANA NUSANTARA, - Foto-foto pelaksanaan
P
DAN PT. GAGAS ADI BAGASKARA
H
Maintenance period
- 3 bulan proyek-proyek LCB
- 1 tahun proyek-proyek ICB
Untuk mengantisipasi pengurangan lebar jalur effective, bahu jalan dibagian luar yang
sudah diperkeras bisa dipakai sebagai jalur lalu lintas khusus untuk kendaraan
penumpang sedan dan jeep atau sejenisnya dan alternatip lain dengan membuat jalur
baru dengan memanfaatkan areal yang kosong disekitar lokasi pekerjaan tersebut.
Demikian pula mengenai penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah
dengan penanganan yang baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk dan keluar dari
lokasi proyek. Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut di atas adalah cara
pemuatan dan transportasi pembuangan tanah hasil galian haruslah memperhatikan
wawasan lingkungan.
Tanah yang dimuat diatas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer diatas
permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan menyebabkan
kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada.
Didalam pelaksanaan “Traffic Management” untuk proyek ini kriteria penanganan dibagi
menjadi 2 bagian :
Pelayanan Umum
Keselamatan Kerja.
1. Pelayanan Umum
Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :
a. Efektifitas sistim informasi
Sistim informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan selama
pelaksanaan yang tujuannya memberikan informasi bahwa akan ada proyek
pembangunan.
Sistim ini dapat diwujudkan dalam 2 media, yaitu :
Melalui media cetak yang bersifat pengumuman
Pembagian “pamflet”
b. Mengurangi kemacetan
Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu-lintas, dapat dilakukan dengan
perambuan sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan
menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.
2. Keselamatan kerja
Indikasi diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Disiplin kerja
serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta jaraknya seperti ditunjukan
pada keperluan “rambu darurat”.
Disamping itu diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang
beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pambatas dicat dengan
warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda “spot light”
atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari.
Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light.
2. Sistim transportasi pada lokasi proyek
Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :
Pintu keluar / masuk kendaraan proyek pada daerah kerja ditentukan, rute
perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya
tidak boleh ada arah “crossing” sehingga tidak ada konflik.
Dump truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet ke
belakang namun harus masih tetap dalam area perambuan.
Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan penutup
bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak tercecer dimuka
jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin bila sedikit saja kena air
hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.
Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan keselamatan
dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta satuan pengawal dari
pihak kepolisian.
3. Atribut pada tenaga kerja
Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan
terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian baju
rompi refleksionis warna orange menyolok yang harus selalu dikenakan pada saat
melaksanakan tugas.
Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu
mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang
dipaksakan apalagi di jalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat
membahayakan dan mengurangi akurasi kerja.
4. Astek (Asuransi tenaga kerja)
Jaminan perlindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah beresiko
tinggi adalah mutlak diperlukan. Setiap tanaga kerja tersebut harus dijamin dengan
asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal dengan astek.
Mengingat pentingnya Astek pada pelaksanaan pekerjaan tersebut maka astek
tidak bisa dipisahkan dari dokumen kontrak, jadi merupakan satu kesatuan
dalam dokumen kontrak.
Letak elemen-elemen kecil lain seperti kerb, parapet, galian drainase ditentukan
berdasarkan pada letak elemen-elemen dengan mempertimbangkan
pengukuran.
Penempatan dan pematokan letak elemen-elemen yang telah ditentukan harus
diperiksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan dilakukan oleh
Staf Engineer dengan menggunakan peralatan lain yang berbeda dengan
peralatan yang digunakan pada saat penempatan dan pematokan awal.
Bagi kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang atas hasil pekerjaannya
sendiri, dianjurkan untuk menggunakan methoda lain yang berbeda dengan
methoda yang telah digunakan pada saat awal penempatan dan pematokan.
Untuk menghindari kesalahan dari ketidak tepatan identifikasi patok, ketidak-
tepatan panandaan atau kesalahan dalam melaksanakan survei, maka
pengukuran jarak dan beda tinggi dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan
dari titik awal suatu sisi sampai pada titik akhir pada sisi yang lain, kemudian
diikatkan pada titik kontrol hasil survei pertama. Pemeriksaan ini tidak
diperkenankan dilakukan hanya dengan mengukur dari satu titik akhir saja atau
dua titik akhir pada sisi yang terpisah.
2. Material / Bahan-beton
a. Semen
Konsultan Supervisi harus memastikan bahwa kontraktor memenuhi persyaratan
syarat-syarat teknik yang berhubungan dengan pemakaian, penyimpanan dan
umur semen.
b. Agregat
Pemilihan agregat yang sesuai sangat penting pada produksi beton yang baik.
Agregat beton harus terdiri dari partikel-partikel yang bersih, keras dan tahan serta
cukup kuat untuk menahan beban yang diterima oleh beton. Pada umumnya,
agregat tersebut terdiri dari pasir atau kerikil alam, atau batu pecah.
Agregat beton harus :
Cukup kuat dan keras untuk dapat menghasilkan beton dengan kekuatan tekan
yang memenuhi syarat, dan tahan terhadap abrasi.
Bersih atau bebas dari kotoran seperti zat-zat organik, karena dapat
menghambat pembekuan dan pengerasan beton. Tidak mengandung lanau
dan lempung karena dapat memperlemah beton. Partikel-partikel yang lemah
dan lunak dapat mengurangi kekuatan beton dan dapat hancur bila terbuka
terhadap cuaca. Lempung atau bahan lemah lainnya yang menutupi
permukaan agregat dapat mengurangi ikatan antara agregat dan pasta semen.
Gradasi :
3. Penyimpanan Bahan
1. Semen
Harus disimpan didalam gudang semen atau bangunan tahan cuaca dan teratur
agar dapat digunakan dengan urutan sesuai pengiriman. Semen yang disimpan
lebih dari empat bulan harus diuji kembali sebelum digunakan.
2. Agregat
Agregat harus disimpan dalam bak (bin) atau tempat penimbunan (stockpile)
berdekatan dengan pekerjaan dengan tiap ukuran dipisah dari ukuran lainnya
secara pasti untuk mencegah saling tercampur. Lantai penimbunan harus kering
dan dilapisi kerikil atau bahan untuk mencegah bercampurnya timbunan dengan
tanah.
4. Pekerjaan Jalan
b. Pekerjaan Galian
Pekerjaan ini umumnya terdiri dari galian, pembuangan dari tanah atau
batuan atau bahan-bahan lainnya dari badan jalan atau yang berdekatan
yang diperlukan untuk pembentukan konstruksi jalan.
Pekerjaan tersebut juga diperlukan untuk pembuatan saluran air dan
selokan, untuk pembentukan pondasi untuk pipa, gorong-gorong atau
struktur lainnya, untuk pengeluaran bahan-bahan yang tidak terpakai dan
tanah humus, untuk pekerjaan stabilisasi, untuk bahan-bahan konstruksi
galian tambahan atau pembuangan bahan-bahan sisa galian dan pada
umumnya untuk pembentukan tempat kerja yang sesuai dengan spesifikasi.
c. Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan ini terdiri dari pengangkutan, penempatan dan pemadatan tanah
atau bahan-bahan butiran untuk pekerjaan timbunan, untuk pengurugan
kembali pada parit atau galian disekeliling pipa atau daerah luar struktur,
penimbunan untuk pembentukan konstruksi menurut garis, kelandaian dan
ketinggian dari penampang melintang yang ditentukan.
d. Penyiapan subgrade / tanah dasar
Pekerjaan ini terdiri dari persiapan permukaan tanah dasar setelah
penyelesaian pekerjaan-pekerjaan penggalian atau penimbunan untuk
penempatan lapisan pondasi bawah (subbase), trotoar, jalur-jalur pemisah
(median) dan bahu jalan (termasuk tempat parkir dan persimpangan).
Pekerjaan meliputi penggalian kecil dan pekerjaan timbunan diikuti dengan
pembentukan, pemadatan dan pengujian / test laboratorium maupun test
lapangan, serta pemeliharaan dari pada permukaan yang dipersiapkan
sampai bahan-bahan perkerasan jalan ditempatkan diatasnya.
e. Pembuatan subbase course & base course
Pekerjaan terdiri dari penyediaan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat dari campuran batu
pecah bergradasi tertentu pada suatu permukaan yang dipersiapkan untuk
itu.
Pemrosesan meliputi pemecahan, penyaringan, pencampuran dan setiap
operasi pelaksanaan lainnya untuk menghasilkan suatu bahan sesuai
dengan persyaratan pengujian bahan/material apakah bisa digunakan atau
tidak untuk agregat sesuai dengan persyaratan, jika test lapangan dilakukan
untuk pengendalian kualitas.
Gradasi
Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat
merupakan hal yang penting dalam menentukan stabilitas perkerasan.
Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan
menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas :
Gradasi seragam (Uniform graded) :
Adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama atau mengandung
agregat halus yang sedikit. Gradasi seragam disebut juga gradasi
terbuka. Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan lapisan
perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang, berat
volume kecil.
Gradasi rapat (Dense graded) :
Merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang
berimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well
graded). Agregat dengan gradasi rapat akan menghasilkan lapisan
perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainase jelek
dan berat volume besar.
Gradasi buruk (Poorly graded) :
Merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi 2 kategori diatas.
Agregat bergradasi buruk yang umum digunakan untuk lapisan
perkerasan lentur yaitu gradasi senjang (gap graded), merupakan
campuran agregat dengan 1 fraksi hilang atau sedikit sekali. Agregat
dengan gradasi senjang akan menghasilkan lapisan perkerasan yang
mutunya terletak antara kedua jenis diatas.
Kadar lempung
Lempung mempengaruhi mutu campuran agregat dengan aspal, karena :
Lempung membungkus partikel-partikel agregat sehingga ikatan antara
agregat dan aspal berkurang.
Luas daerah yang harus diselimuti aspal bertambah.
Tipisnya lapisan aspal mengakibatkan lapisan mudah teroksidasi
sehingga lapisan cepat rapuh / getas.
Lempung cenderung menyerap air yang berakibat hancurnya lapisan
aspal.
Daya tahan agregat
Daya tahan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur/pecah oleh
pengaruh mekanis ataupun kimia.
c. Perencanaan campuran
5. Pekerjaan struktur
A. Beton
Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton, termasuk
tulangan, struktur pracetak, sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan
garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar.
Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan atau
tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.
Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari
pekerjaan dalam Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
Syarat dari RSNI-T-12-2004, BMS 1992, SNI-03-2833-1992, AASHTO (Bridge),
harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang dilaksanakan
dalam Kontrak ini, kecuali bila terdapat ketidak-sesuaian dengan ketentuan
dalam Spesifikasi.
B. Kelas beton dan penggunaannya
Jenis beton dan penggunaannya adalah seperti dijelaskan dalam spesifikasi dan
ketentuan dalam gambar, atau diperintahkan Konsultan Pengawas.
C. Standar proporsi campuran beton untuk struktur
Proporsi campuran seperti dalam spesifikasi atau campuran beton yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan atau Kuasa Pengguna Anggaran.
D. Pembongkaran Acuan
Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan
struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan
yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur
busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling
sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan
permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit
9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada
keadaan cuaca.
E. Perawatan dengan pembasahan
Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga
agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin
hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan
penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari.
Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau
diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran udara.
Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah
pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-
sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan
melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah beton dicor.
Lantai beton sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai
mengeras dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm
paling sedikit selama 21 hari.
Kesalahan umum (common mistake) yang kemungkinan akan terjadi perlu dihindari, yaitu
mungkin disebabkan karena perencanaan dan pelaksanaan serta mungkin akibat atau
masalah yang timbul.
1. Pengukuran
Elevasi perletakan dan jarak antar perletakan tidak sesuai : Untuk
menyamakan elevasi landasan, dilakukan peninggian atau pembobokan
bagian atas abutment atau pilar.
Jembatan tidak dapat dipasang : Apabila jarak antar perletakan tidak sesuai,
dilakukan perbaikan dimensi abutment atau pilar, juga mungkin akan berakibat
pada pondasi sehingga harus menambah tiang pancang.
2. Penulangan
Penyusunan tulangan salah (tulangan utama dan bagi terbalik), Ukuran tulangan
tidak sesuai rencana : Terjadi pengurangan kekuatan, Lantai retak / pecah.
Alternatif solusinya antara lain :
Beton dibongkar dan tulangan diperbaiki kemudian baru beton dicor.
Kalau beton belum dicor, tulangan diperbaiki susunannya.
3. Penggantian tulangan
Tulangan ulir diganti dengan tulangan polos tanpa dilakukan penyesuaian : Luas
tulangan berkurang, Panjang penyaluran gaya berbeda, Momen geser berkurang,
Beton dapat retak / hancur. Alternatif solusinya antara lain :
Ganti tulangan polos dengan ulir.
Lakukan penyesuaian luas yang terpasang.
Panjang penyaluran gaya disesuaikan (polos lebih panjang daripada ulir).
Beton terlanjur dicor, periksa desain dan apabila batas toleransi dilewati, maka
beton dibongkar.
4. Mutu beton lantai
Mutu beton untuk lantai jembatan kurang dari K-350 ( fc’ = 30 MPa. ) : Lantai dapat
retak, Umur rencana lantai tidak tercapai. Alternatif solusinya antara lain :
Perkuatan lantai dengan penambahan pelat baja di bagian bawah lantai.
Mengurangi momen yang akan terjadi dengan menambah gelagar.
Perbaikan retak dan pekuatan.
5. Penghentian pengecoran
Penghentian pengecoran beton tidak pada daerah momen nol : Akan terjadi retak
pada sambungan. Alternatif solusinya antara lain :
Terlanjur dan parah, beton dibongkar dan cor ulang.
Kondisi tidak parah, periksa tegangan yang terjadi.
Gunakan lem beton pada sambungan beton untuk menyatukan beton.
6. Celah expansion joint
Celah expansion joint terlalu besar, terjadi ketidak nyamanan pengguna jalan,
dapat terjadi kecelakaan. Celah expansion joint terlalu kecil, terjadi tumbukan
antara jembatan dengan backwall. Alternatif solusinya antara lain :
Modifikasi celah expansion joint.
Ganti expansion joint yang sesuai dengan lebar celah (mahal).
Usahakan jenis expansion joint yang tertutup agar kotoran tidak merusak
bagian landasan.
memakan banyak waktu dan usaha kontraktor dan supervisor sehingga mereka
hampir tak mempunyai waktu untuk pemeriksaan mutu.
Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan kontraktor
mengikuti standard. Ini berarti bahwa semua pengetesan harus dibayarkan oleh Pemberi
Tugas, dengan kata lain : cadangan anggaran untuk pengetesan merupakan persyaratan
untuk lebih memperkuat mutu.
Persyaratan testing dan kekerapannya pada dasarnya berarti pergeseran tanggung
jawab yaitu : kontraktor harus membuktikan bahwa pekerjaan itu dilakukan menurut
spesifikasinya, bukannya supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan ada dibawah
standard.
Memulai dan membentuk perubahan tanggung jawab ini bukanlah praktek yang
mudah dan cepat. Pola kerja dan prosedur yang sudah terbentuk harus dibuang,
praktek dan prosedur baru harus diambil tetapi input-input seperti peng-auditan tehnis,
evaluasi yang dilakukan kontraktor dan lain-lain cenderung mempunyai dampak pada
pendekatan masalah ini.
Konsultan akan mendukung dan coba memulai perubahan-perubahan tersebut melalui
saran-saran yang sehubungan dengan perhitungan tehnis, saran yang berhubungan
dengan evaluasi yang dilakukan kontraktor, saran pengawasan konstruksi serta
pelatihan. Satu cara yang mungkin dilakukan ialah mulai ber-experimen dengan
beberapa proyek yang dijalankan dengan cara yang berbeda dan yang diatur dengan
jenis kontrak yang berbeda pula.
Suatu pendekatan yang berbeda, tetapi saling melengkapi, terhadap jaminan kualitas,
yang difokus secara intern, dilakukan dengan cara ketat memberlakukan prosedur review
baik terhadap rancangan maupun hal-hal berikutnya serta ketaatan terhadap jadual
waktu untuk pembuatan rancangan.
Pendekatan ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan dalam waktu singkat dan
diantisipasi untuk meningkatkan kontrol proses persiapan. Dengan pemberitahuan
singkat, diantisipasi dapat meningkatkan kualitas dibanding pendekatan-pendekatan lain
yang disebutkan diatas, karena membutuhkan waktu lebih lama untuk mempersiapkan
dan melaksanakannya.
Untuk memperjelas dan melengkapi suatu gambaran dari tugas dan kewajiban supervisi
sehubungan dengan aktivitas dari proyek ini, maka dibuat suatu bagan alir (diagram alir)
pelaksanaan pengawasan beberapa pekerjaan, sebagai berikut :
Bagan alir pelaksanaan pekerjaan struktur
Bagan alir pengendalian pekerjaan tanah
Bagan alir pelaksanaan pekerjaan sub base course
Bagan alir pelaksanaan pekerjaan tack coat / prime coat
Bagan alir pelaksanaan pekerjaan AC Base
Bagan alir pelaksanaan pekerjaan saluran samping
Bagan alir tersebut, disajikan pada Gambar E15. s/d E.21. berikut ini
Persiapan
Finishing
Pemasan Mengaduk bahan
gan
tulang
St
op Perbai
Gambar E.15 Slump test Tidak kan
Tindak C kompo
an or
perbai be Ya Tidak
Tidak
Anali Hasil
sis Tidak test kuat
tek tekan
Ya
Ya
Pembersihan lahan
Jelek
Pemeriksaan kondisi
Galian dan buang s/d subgrade
tanah asli
Baik
Diratakan, dipadatkan
Pemeriksaan bahan
Tidak
Baik
Ya
Pemeriksaan kepadatan
Tidak
Ya
Kontrol elevasi
Tidak
Ya
Stop
Gambar E.16
Tidak
Persiapan lapangan Pemeriksaan kualitas Penyempurnaan camp. atau rejected
Ya
Ya Tidak
Penyebaran dan perataan Pemeriksaan kualitas Rejected
Ya
Pemadatan
Ya
Gambar E.17
Sesuai Spec.
Check mutu campuran Pengisian ke asphalt sprayer
Tidak sesuai
Ya
Penyemprotan
Tinggi datang nozle, Pengaturan nozle, Tek. sprayer.
Perbaikan
Tidak sesuai dengan percobaan
Ya
Pengaturan kecepatan kendaraan penggerak asphalt sprayer
Ya
Gambar E.18
Pengukur Mencampur
an material di Tidak sesuai
Persiap Pemeriksaan
permuka AMP spec.
an kualitas
lapang
Ya
Pemeriksaan kerataan
Tidak dan ketebalan
Ya
Breakdown rolling
Finishing rolling
Ya
Pekerjaan AC
Base
selesai
Gambar E.19
Gambar kerja
Ya
Pengukuran dan
pematokan
Pekerjaan Check
penggalian elevasi
Tidak
Check dimensi
Tidak saluran
Ya
Perbaikan
Check kemiringan
Ya
dasar saluran
Tid
Check mutu
Tidak hasil kerja
keseluruhan
Ya
St
op
Gambar E.20
Koordinasi proyek
Survey, verifikasi
data, pengendalian Inspeksi lapangan
kerja Memeriksa dan
menyetujui metoda
dan jadwal
pelaksanaan Pengujian laboratorium
Kelengkapa konstruksi kontraktor
n kontraktor Memeriksa
staking- out /
Tinjauan dokumen pengukuran Record kondisi cuaca Memeriksa dan
lelang dan collecting Memeriksa dan menyetujui As built
data Rekomendasi usulan menyetujui daftar drawing yang
pelaksanaan peralatan, fasilitas dibuat kontraktor
camp, lokasi AMP, Memeriksa dan Pengukuran kuantitas Laporan
concrete plant, menyetujui metode Akhir
stockyard konstruksi
Proses perubahan Persiapan keseluruhan
rencana jika diperlukan yang diperlukan, Contract change order Pemeriksaan
penyesuaian dan gambar tambahan untuk bila ada penyerahan
revisi rencana kerja kontraktor yang Memeriksa dan Memeriksa dan pekerjaan
disetujui oleh employer rekomendasi menyetujui quarry /
personil utama material yang
kontraktor disiapkan Addendum kontraktor
kontraktor bila ada
Membantu employer
untuk memeriksa dan
menyelesaikan Memeriksa dan
problem utama untuk menata metodologi Meneliti shop drawing
mencegah yang tidak kualitas dan kuantitas
perlu dari kontraktor
Rekomendasi
lain jika ada
Reporting
Pengawasan kemajuan
Mengarahkan kepada kontraktor
Gambar E.21
Secara garis besar program kerja tersebut diuraikan seperti berikut ini :
Untuk melaksanakan pekerjaan secara tepat waktu dan hasil dengan mutu yang tinggi akan
dilaksanakan sesuai dengan jadual kerja yang direncanakan.
Rencana kerja disusun dan dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan yang efektif dan sesuai
dengan waktu pelaksanaannya. Rencana kerja disusun secara sistimatis dengan tujuan agar
tercapai sasaran dan tujuan pekerjaan ini.
Untuk mendapatkan efektivitas tinggi atas input konsultan dan untuk menggunakan sumber daya
yang tersedia secara efisien, kita perlu mengikuti suatu perencanaan dan pelaksanaan sistem
layanan konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini baik kualitas maupun kuantitas pekerjaan
dapat dikontrol sambil menghindari beban pekerjaan puncak yang cukup besar. Beban puncak
dalam pekerjaan memerlukan mobilisasi staf tambahan dan pengenalan terhadap proyek dan pada
umumnya mengakibatkan berkurangnya kualitas pekerjaan, hal ini diupayakan dihindari.
Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai berikut :
1. Persiapan awal, studi data.
2. Koordinasi konsultan dengan Pemimpin Proyek / Kuasa Pengguna Anggaran.
3. Koordinasi dengan unsur proyek.
4. Koordinasi team konsultan.
5. Koordinasi dengan instansi terkait.
6. Tahap construction supervision, technical assistance, pemeliharaan.
Block diagram umum rencana kerja konsultan diperlihatkan pada Gambar E.22. berikut
Pengendalian mutu
Pengendalian kuantitas
Pengendalian waktu
Pengendalian lalu-lintas
Administrasi proyek
Persiapan awal Technical assistance Koordinasi internal team konsultan Laporan Akhir
Pelaporan
Masa pemeliharaan
2. Studi data
Semua data yang akan dijadikan dasar / pegangan pelaksanaan pengawasan konstruksi
adalah berupa gambar-gambar rencana dan spesifikasi-spesifikasi, baik teknis maupun
umum yang akan dikumpulkan / dicari konsultan pengawas untuk dipelajari dan kemudian
dilaksanakan. Data tersebut umumnya dapat diperoleh dari Pengguna Jasa.
Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan tugasnya sesuai
dengan job description, juga perlu ada koordinasi antara Team Leader dengan stafnya, seperti
antara lain dan tidak terbatas pada :
a. Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :
Laporan bulanan.
Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan.
Masalah lapangan dan pemecahannya.
Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan.
b. Professional Staff (Tenaga Inti) Konsultan akan melakukan kunjungan secara berkala
kelapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk meyakinkan bahwa pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan kontrak. Porsi kunjungan lapangan direncanakan 80 %
setiap bulan, sisanya 20 % setiap bulan untuk mengadakan evaluasi, analisis, koordinasi
dikantor proyek. Namun personil konsultan akan selalu tetap berada di lapangan setiap hari
dengan mengatur penempatan / schedule.
c. Sub Professional Staff (Tenaga Teknisi) akan melaksanakan inspeksi harian untuk
meyakinkan bahwa material, tenaga kerja dan hasil pekerjaan fisik sesuai dengan dokumen
kontrak dalam hal mutu, volume dan waktu.
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan perlu melakukan koordinasi
dengan instansi dan konsultan lain terkait yang berhubungan dengan scope pekerjaan.
Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan, bimbingan dan
instruksi yang diperlukan kepada kontraktor guna menjamin bahwa semua pekerjaan
dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu dan tepat biaya
dengan berdasarkan dokumen kontrak dan petunjuk teknis lainnya.
Selain itu, tugas konsultan meliputi : melakukan sertifikasi atas pekerjaan penanganan jalan dan
jembatan yang dilaksanakan oleh kontraktor.
Semua aktivitas konsultan dilapangan, dirangkum di bawah ini :
1. Pematokan bersama (Setting out)
Semua survey di lapangan selama pematokan bersama dan selama konstruksi akan
dilaksanakan oleh kontraktor di bawah petunjuk konsultan.
Hasil survey tersebut akan dikaitkan dengan gambar-gambar konstruksi, kondisi yang
ada dan beberapa ketidaksesuaian antara gambar-gambar dan kondisi-kondisi yang ada
akan dipergunakan oleh konsultan untuk mereview design untuk keperluan proyek (bila ada).
2. Persiapan lapangan
Pada tahap persiapan dilapangan, tim pengawas akan mengawasi dan mencek aktivitas-
aktivitas konstruksi sebagaimana yang dijabarkan di bawah ini :
Memeriksa kualitas dari semua bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk
konstruksi.
Penyiapan rancangan campuran pekerjaan (job mix formula) untuk beton, aspal
dan lain-lain.
Lokasi letak bahan-bahan.
Kondisi tumpukan bahan di lokasi kerja.
Jumlah dan kondisi semua peralatan.
Jumlah personil kontraktor.
Jumlah dan kualitas bahan-bahan.
Kondisi cuaca.
Prosedur administrasi kontraktor.
5. Pengawasan kuantitas
Jangka waktu pelaksanaan untuk pekerjaan jasa konsultan pada PW 45 : Pengawasan Teknik
Jalan di Pulau Pantar yaitu 5 (lima) bulan.
Pelaksanaan Konsultan mulai bekerja setelah dikeluarkan / diterbitkan SPK / SPMK (Surat
Perintah Mulai Kerja).
1. Pengertian
Dalam Pedoman yang tertuang dalam Surat Keputusan Bersama tersebut persyaratan yang
harus ditemui dirinci sebagai berikut :
a. Persyaratan Administratif
b. Persyaratan Teknis
c. Perancah (Scaffolds)
d. Tangga Kerja Lepas (Ladder) dan Tangga Kerja Sementara (Stairs)
e. Peralatan Untuk Mengangkat (Lifting Appliance)
f. Tali, Rantai dan Perlengkapan Lainnya.
g. Permesinan : Ketentuan Umum
h. Peralatan
i. Pekerjaan Bawah Tanah
j. Penggalian
k. Pemancangan Tiang Bor
l. Pengerjaan Beton
m.Operasi lainnya Dalam Pembangunan
n. Pembongkaran (Demolition)
o. Penanggulangan Kecelakaan
Terlihat bahwa Tata Laksana Baku ini mengatur sebagian besar bidang dan jenis
pekerjaan konstruksi. Dalam setiap Bagian lebih lanjut diatur sangat rinci mengenai lingkup
berlakunya peraturan, kewajiban umum, keharusan dibentuknya organisasi K3, laporan
kecelakaan dan pertolongan pertama pada kecelakaan serta persyaratan-persyaratan
lainnya. Uraian lebih rinci dapat di acu kepada SKB, Menaker dan
Mentri PU tersebut di atas.
a. Persyaratan Administratif
Tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur demikian rupa
sehingga tenaga kerja terlindung dari risiko kecelakaan.
Harus menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain harus
aman digunakan dan sesuai keselamatan kerja.
Kontraktor harus turut mengawasi agar tenaga kerja bisa selamat dan aman dalam
bekerja.
Kontraktor harus menunjuk Petugas Keselamatan kerja yang karena jabatannya di
dalam organisasi kontraktor bertanggungjawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang
dilakukan, untuk menghindari risiko bahaya kecelakaan.
Pekerjaan yang diberikan harus cocok dengan keahlian, usia dan jenis kelamin serta
kondisi fisik dan kesehatan tenaga kerja.
Kontraktor harus menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi petunjuk
terhadap bahaya demi pekerjaannya masing- masing dan usaha pencegahannya.
Petugas Keselamatan Kerja tersebut diatas bertanggungjawab pula terhadap semua
tempat kerja, peralatan, sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-
cara pelaksanaan kerja yang aman.
Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam penyelenggaraan
keselamatan dan kesehatan kerja ini menjadi tanggung jawab kontraktor.
Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus bekerja secara penuh (full time),
berarti tidak bisa sambilan atau separoh waktu.
Bila mempekerjakan sejumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang
memerlukan, diwajibkan untuk membentuk unit Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Unit ini merupakan unit struktural yang dikelola organisasi Kontraktor.
Petugas K3 harus bekerja sebaik – baiknya dibawah koordinasi
c. Laporan Kecelakaan
Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan
kepada Depnakertrans, dan Departemen Pekerjaan Umum
Laporan tersebut harus meliputi statistik yang :
- Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-
masing, dan
- Menunjukkan gambaran semua kecelakaan dan sebab- sebabnya.
3. Persyaratan Teknis
a. Pintu Masuk dan Keluar harus dibuat dan dipelihara dengan baik.
b. Lampu dan Penerangan bila tidak memadai harus diadakan diseluruh tempat kerja, harus
aman dan cukup terang. Harus dijaga oleh petugas bila perlu bila ada gangguan.
c. Ventilasi, harus ada ditempat tertutup termasuk pembuangan udara kotor.
d. Jika tidak bisa menghilangkan debu dan udara kotor, harus disediakan alat pelindung diri.
e. Kebersihan, bahan yang tidak terpakai harus dibuang, paku yang tidak terpakai harus
dibuang atau dibengkokkan, benda-benda yang bisa menyebabkan orang tergelincir serta
sasa barang dan alat harus dibuang, tempat kerja yang licin karena oli harus dibersihkan
atau disiram pasir. Alat-alat yang mudah dipindahkanharus dikembalikan ke tempat
penyimpanan.
f. Pencegahan Bahaya Kebakaran Dan Alat Pemadam Kebakaran.
Persyaratan ini sangat rinci antara lain mengatur bahwa harus tersedia alat
pemadam kebakaran dan saluran air dengan tekanan yang cukup. Semua pengawal
dan sejumlah tenaga terlatih harus disediakan dan selalu siap selama jam kerja. Alat-
alat itu harus diperiksa secara periodik oleh yang berwenang, dan ditempatkan ditempat
yang mudah dicapai. Alat pemadam dan jalan menuju ketempat pemadaman harus
4. P e r a n c a h (Scaffold)
a. Persyaratan Umum
Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan secara
aman pada suatu ketinggian.
Perancah hanya dapat dibuat atau diubah oleh Pengawas yang ahli
bertanggungjawab atau orang-orang yang ahli.
b. Persyaratan rinci tentang bahan untuk perancah. c. Persyaratan
konstruksi Perancah.
d. Persyaratan Pemeriksaan dan Pemeliharaan.
e. Persyaratan Perlengkapan Pengangkat Pada Perancah.
f. Persyaratan Kerangka Siap Pasang (Prefabricated Frames). g. Persyaratan
Penggunaan Perancah.
h. Persyaratan Pelataran Tempat Kerja (Platform) yang memuat :
Persyaratan Umum
Balustrade Pengaman dan Papan Pengaman Kaki (Guard rails and toeboards).
Pelataran Tergantung.
i. Persyaratan Gang, Jalur Penghubung Antar Tingkat Pelataran Yang
Tidak Sama Tinggi dan Jalur Pengangkut Bahan.
j. Perancah Kayu Bulat (Dolken), terdiri atas :
8. D e r e k, memuat :
Persyaratan Derek Berkaki Kuat.
Persyaratan Derek Yang Memakai Jepit Penguat.
Persyaratan Menjalankan Derek.
9. Persyaratan Ranka Segi Tiga (A-frame) dan Kaki Penahan (Sheer- legs).
Persyaratan Tiang Derek dan Roda Derek.
Persyaratan Kerekan (Winches), memuat :
Persyaratan Umum.
Teromol Kerekan.
Kerekan Yang Digerakkan Oleh Tangan.
D o n g k r a k.
k. P e r a l a t a n, terdiri atas :
Dalam hal terjadi kecelakaan kerja, proses yang harus ditempuh adalah sebagai
berikut:
a. Kontraktor wajib melaporkan setiap terjadi kecelakaan kerja kepada Kantor
Departemen/Dinas Tenaga Kerja dan PT Jamsostek Setempat.
b. Tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, keluarganya atau teman sekerjanya
berhak melaporkan terjadinya kecelakaan, tanpa menghilangkan kewajiban
kontraktor menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud di atas.
c. Dalam hal terjadi kecelakaan kerja, kontraktor wajib :
Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Membayar terlebih dahulu ongkos pengangkutan dari tempat terjadinya
kecelakaan ke Rumah Sakit atau ke-rumahnya.
Membayar terlebih dahulu biaya pengobatan dan perawatan.
Membayar terlebih dahulu santunan sementara tidak mampu bekerja.
Seperti telah disebutkan pada Bab sebelumnya, Tenaga Ahli (Professional Staff), Sub
Professional Staff dan Supporting Staff yang ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan ini,
seperti pada Tabel E.1. Penempatan tugasnya pada Paket ini sampai tugas pengawasan
berakhir.
Tabel E.1. : Daftar Professional Staff, Sub Professional Staff & Supporting Staff
Lama Waktu
No. Posisi/Jabatan Nama Perusahaan
Penugasan
I. Professional Staff
1. Site Engineer (SE) Ir.Didik Sulitia 7.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
2. Quality Engineer (QE) Komaruddin D. Zaini, 5.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
ST DAN PT.GAB
3 Quality Engineer (QE) Harrya Raditia, ST 4.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
3 Quality Engineer (QE) Ir. Edy Suyanto 5.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
5 Chief Inspektor (CI) Ir. Mubarak 5.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
6 Chief Inspektor (CI) M. Riswan,ST 6.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
7 Chief Inspektor (CI) Lilik Ibrahim, ST 5.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
Chief Inspektor (CI) Dede Sobar, ST 5.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
Chief Inspektor (CI) Daryuli, ST 6.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
II. Sub Professional Staff (Tenaga Pendukung)
Ruas/Link : Pelebaran Jalan Oesao - Bokong
1 Inspector (I 1) To Be Name 5.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
2 Surveyor (S 1) To Be Name 5.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
5 Lab. Technician (Lt1) To Be Name 3.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
Ruas/Link : Berkala Oesao – Bokong
1 Inspector (I) To Be Name 7.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
2 Surveyor (S) To Be Name 7.00 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB
3 Lab. Technician (Lt) To Be Name 400 bulan PT. BA JO CV.BP, PT.CWN,,
DAN PT.GAB