Anda di halaman 1dari 151

Usulan Penawaran Teknis

DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN


SOLO DI KAB SUKOHARJO

PROPOSAL TEKNIK

1. PEMAHAMAN TERHADAP KAK


2. KUALITAS DAN METODOLOGI
A. Ketepatan Analisa
B. Konsistensi Metodologi dan Rencana Kerja
C. Apresiasi Terhadap Inovasi
D. Dukungan Data Terhadap KAK
E. Uraian Tugas
F. Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Penugasan
G. Organisasi
H. Fasilitas Penunjang
3. HASIL KERJA
A. Penyajian Analisa dan Gambar Kerja
B. Penyajian Spekteknis dan Perhitungan Teknis
C. Penyajian Laporan
4. GAGASAN BARU (INOVASI)
5. RK3K
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

A. URAIAN PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Berdasarkan PerPres No. 79 dan No. 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan
Ekonomi, pada sub bab Prinsip Keberlanjutan dan Mitigasi Kebencanaan dalam
Pelaksanaan Percepatan dan Pemerataan Pembangunan, disebutkan bahwa pembangunan
yang berkelanjutan perlu disertai dengan jaminan keberlanjutan lingkungan sebagai
ekosistem utama manusia, diantaranya adalah dengan mengusahakan pengurangan resiko
bencana dan penyesuaian perencanaan infrastruktur dan desain terhadap dampak cuaca
ekstrem dan perubahan iklim sebagai bentuk penguatan adaptasi bangsa.

Usaha-usaha pemerintah untuk mengurangi bencana banjir telah banyak dilakukan agar
pembangunan negara dan aktivitas masyarakat setempat dapat berjalan dengan lancar.
Usaha tersebut diwujudkan dalam pekerjaan perencanaan sungai dan pengendalian banjir
yang kemudian ditindaklanjuti melalui pembangunan fisik bangunan-bangunan air yang
mendukungnya. Langkah-langkah yang berkelanjutan, termasuk diantaranya adalah
survei dan desain mengenai perbaikan sungai, sangat diperlukan dalam rangka
pengelolaan sungai berdasarkan peraturan atau standar teknis perencanaan sungai yang
ada.

Dalam rangka melaksanakan kegiatan penataan sungai dan pembangunan prasarana


pengendalian banjir dan untuk mendapatkan konstruksi yang layak sesuai dengan
standar desain konstruksi yang berlaku, BBWS Bengawan Solo pada Tahun Anggaran
2022 akan melaksanakan studi DD Pengendalian Banjir di Anak-anak Sungai Bengawan
Solo di Kabupaten Sukoharjo guna mengidentifikasi dan sekaligus merencanakan desain
penggendalian banjir secara komprehensif sehingga dapat diketahui penyebab dan
rencana penanganan yang tepat dan terpadu.

2. Maksud dan Tujuan


Maksud kegiatan ini adalah menyusun dokumen teknis DD Pengendalian Banjir di Anak-
anak Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Sukoharjo, sebagai upaya penanganan banjir

1-1
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

sesuai dengan kriteria desain konstruksi yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai


pedoman pelaksanaan konstruksi.
Tujuan utama pekerjaan ini adalah:
1. Melakukan survei inventarisasi dan identifikasi karakteristik alur Sungai;
2. Melaksanakan survei inventarisasi dan identifikasi kondisi sosial dan ekonomi
kawasan serta melakukan analisis sosial-ekonomi kegiatan;
3. Melakasanakan survei investigasi dan desain sungai dengan pemilihan jenis
konstruksi dan perencanaan bangunan yang efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaan konstruksinya;
4. Melaksanakan analisis biaya yang diperlukan guna mendapatkan desain
konstruksi yang ekonomis dan efisien;
5. Menyusun rencana operasional dan pemeliharaan bangunan.

3. Sasaran
Tersusunnya laporan Pengendalian Banjir di Anak-anak Sungai Bengawan Solo di Kab
Sukoharjo DD Pengendalian Banjir di Anak-anak Sungai Bengawan Solo di Kabupaten
Sukoharjo beserta laporan pendukungnya, yang sesuai kaidah teknis dan dapat
dipertanggungjawabkan sebagai pedoman pelaksanaan konstruksi.

4. Sumber Pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Tahun Anggaran 2022 sebesar Rp Rp1.999.074.000,- (Satu Milyar Sembilan
Ratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Tujuh Puluh Empat Ribu Rupiah) melalui Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satker Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo,
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

5. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah PPK Perencanaan dan
Program, Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, Direktorat Jenderal

1-2
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jl. Solo –
Kartasura KM. 7 PO.
BOX 267, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo.

6. Data Dasar
Pengumpulan data tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
1. RTRW Kabupaten Tahun 2012-2031;
2. Topografi, Geologi, dan Geoteknik;
3. Hidrologi, Klimatologi dan Hidrogeologi;
4. Sumber Material Konstruksi;
5. Bangunan Persungaian Eksisting;
6. Pompa eksisting;
7. Tata Guna Lahan dan Tutupan Lahan;
8. Sosiologi dan Sosio-ekonomi;
9. Rona Lingkungan;
10. Infrastruktur;
11. Referensi Hukum.

B. DATA PENUNJANG
7. Standar Teknis
Standar dan pedoman yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan:
a. SNI 19-6502.2, 2000 Tata Cara Pembuatan Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25000;
b. Pd. T-10-2004-A Pedoman Teknis Pengukuran dan Pemetaan Teritris Sungai;
c. PT-02, SK.DJ Pengairan No.185/KPTSA/A/1986, Persyaratan Teknis bagian
Pengukuran Topografi dan revisinya tahun 2015;
d. SNI 19-6988, 2004 Tata Cara Pengukuran Kontrol Vertikal;
e. SNI 19-6724, 2002 Tata Cara Pengukuran Kontrol Horizontal;
f. PT-03 Persyaratan Teknis Bagian Penyelidikan Geoteknik;
g. Pd T-03.1-2005-A Penyelidikan Geoteknik untuk Pondasi Bang. Air Vol. 1;
h. Pd T-03.2-2005-A Penyelidikan Geoteknik untuk Pondasi Bang. Air Vol. 2;
i. Pd T-03.3-2005-A Penyelidikan Geoteknik untuk Pondasi Bang. Air. Vol.3;

1-3
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

j. Pd T-03-2005-A Pedoman Penyelidikan Geoteknik Investigasi untuk Pondasi


Bang. air Vol.1;
k. Pd m-18-1995-03 Metode Pengolahan Data Klimatologi;
l. SNI 03-2415-1991 : Metode Perhitungan Debit Banjir;
m. SNI 03-1724, 1989 Pedoman dan perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk
bangunan di sungai;
n. Pd T-02-2005-A Analisis Daya Dukung tanah Pondasi Dangkal pada Bang. Air;
o. SNI 03-2829-1992 : Metode Perhitungan Tiang Pancang Beton Pada Krib di
Sungai;
p. SNI 03-3441, 1994 Tata cara perencanaan teknik pelindung tebing sungai
dari pasangan batu;
q. KP-07 Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran;
r. Permen PUPR No. 28/PRT/M/2016 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
Standar dan pedoman yang digunakan tidak terbatas seperti pada daftar tersebut diatas
tetapi juga menggunakan standar dan pedoman lain yang terkait dan berlaku.
Penyedia Jasa wajib memiliki dan memahami seluruh standar dan pedoman tersebut dan
menjadikan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.

8. Referensi Hukum
Referensi hukum untuk pelaksanaan pekerjaan ini tidak terbatas pada :
a) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
b) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi;
c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
d) Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penanganan Ruang;
e) PP RI Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
f) Permen PUPR No. 26 Tahun 2015 tentang Pengalihan Alur Sungai dan atau
Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai;

1-4
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

g) Permen PUPR No. 28 Tahun 2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai,
dan Garis Sempadan Danau;
h) Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Keselamatan
Konstruksi
i) Keputusan Menteri PUPR No 550/KPTS/M/2015 tentang Rencana
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo;
j) dan peraturan-perundangan terkait lainnya.
Peraturan/payung hukum yang digunakan tidak terbatas seperti pada daftar tersebut
diatas tetapi juga menggunakan peraturan lain yang terkait dan berlaku. Penyedia Jasa
wajib memiliki dan memahami seluruh standar dan pedoman terkait lainnya dan
menjadikan acuan
dalam pelaksanaan pekerjaan.

C. RUANG LINGKUP

9. Ruang Lingkup Tugas Jasa Konsultan Pengawasan Konstruksi


a. Pekerjaan Persiapan
a. Persiapan administrasi dan teknis
b. Mobilisasi personil dan peralatan
c. Program Mutu.
b. Inventarisasi Pendahuluan
Melakukan pengumpulan data sekunder dan primer yang mencakup keseluruhan data
teknis dan data sosial ekonomi antara lain :
a. Peta topografi atau RBI kawasan skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000 ;
b. Data sebaran lokasi stasiun hujan di kawasan (jumlah stasiun hujan,
koordinat, elevasi, posisi lintang);
c. Data curah hujan harian dan jumlah hari hujan minimum 20 tahun
terakhir pada minimum 3 stasiun hujan terdekat lokasi studi;
d. Data suhu udara rata-rata, kelembaban udara relatif, lama penyinaran
matahari, dan kecepatan angin rata-rata pada masing-masing kabupaten
minimum 5 tahun terakhir;

1-5
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

e. Data tata guna lahan, topografi, geologi teknik, sosial ekonomi (data
RTRW Kabupaten Tahun 2012-2031, data Kabupaten Dalam Angka
Tahun 2020), peta rawan banjir, laporan dan informasi aktual dari
Dinas/Instansi yang berwenang yang berkaitan dengan survey investigasi
;
f. Data pencatatan debit dengan periode harian atau bulanan minimum
selama 5 tahun terakhir ;
g. Data lokasi potensi sumber material konstruksi dan lokasi disposal area ;
h. Data harga satuan bahan, alat dan upah tenaga serta harga satuan
transportasi Kabupaten;
i. Data pompa air eksisting (jumlah, titik lokasi, kapasitas, metode dan
waktu operasional) ;
j. Melakukan dialog langsung dengan masyarakat di sekitar lokasi untuk
menyerap aspirasi dan melihat kesiapan/respon masyarakat terhadap
adanya pekerjaan ini ;
k. Identifikasi awal kondisi dan permasalahan sungai yang ada disesuaikan
dengan Rencana Tata Ruang yang ada ;
l. Membuat form desain survey, fakta analisa dan permasalahan dengan
formula penanganannya, termasuk formula/rumus desain bangunan
sungai dan kelengkapannya ;
m. Membuat dan menyusun rencana penanganan permasalahan sungai
dengan diagram bagan alir dan tabel-tabel pola pikir yang diperlukan,
termasuk rencana lokasi material (borrow area) ;
n. Data-data lain yang relevan dan diperlukan.
c. Inventarisasi dan Identifikasi Lokasi
a. Survey inventarisasi kondisi lapangan, meliputi akses lokasi, topografi
dan karakteristik lingkungan, termasuk morfologi sungai yang mungkin
berpengaruh terhadap longsoran, konstruksi dan banjir;
b. Inventarisasi kejadian banjir dan analisis;
c. Inventarisasi dan analisis dimensi longsoran, (jumlah titik longsoran,
panjang, lebar, tinggi, arah/sudut longsoran apabila ada) ;

1-6
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

d. Melakukan identifikasi permasalahan yang terjadi di lingkungan


sekitarnya.
d. Inventarisasi dan Identifikasi Kondisi Sosial Ekonomi
a. Melakukan identifikasi kondisi sosial dan ekonomi penduduk di
sekitar kawasan terdampak langsung maupun tidak langsung;
b. Melakukan identifikasi daerah-daerah rawan banjir dan daerah
langganan banjir di kawasan, termasuk luas genangan, tinggi genangan
dan lama genangan, sebab dan dampak banjir terhadap aktivitas
masyarakat maupun kegiatan kepemerintahan.
c. Pekerjaan Pengukuran Topografi
1. Shapefile dalam bentuk titik dan garis yang menunjukkan
informasi sungai dan bangunan serta informasi dimensi.
2. Pengukuran dan pembuatan gambar penampang melintang
sungai disesuaikan dengan standar yang berlaku (dalam hal ini
Kriteria Perencanaan).
3. Informasi kedalaman dan sedimentasi saluran.
4. Pengukuran lapangan menggunakan dengan alat TS, GPS Geodetik
dan Waterpass yang telah dikalibrasi oleh Lembaga bersertifikasi.
5. Pemasagan BM (Banch Mark) sebanyak 10 buah dengan
ketentuan tinggi BM maksimal setinggi 1 m.
6. Pemasangan CP sejumlah 20 buah di lokasi kegiatan.
7. Pemasangan patok kayu dengan dimensi 5/7 50 cm untuk kegiatan
pengukuran.
e. Pekerjaan Investigasi Geologi Teknik dan Mekanika Tanah
a. Bor inti dan uji laboratorium pada bangunan utama dan bangunan
pelengkap dengan total kedalaman 200 m;
b. Melakukan Sondir sebanyak 8 titik dan test pit sebanyak 3 titik;
c. Uji laboratorium mekanika tanah yang sudah terakreditasi oleh KAN
sebanyak 15 sampel untuk bor inti dan 3 sampel untuk test pit;
d. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan;
e. Menyediakan Core Box (40 buah) untuk sampel uji laboratorium;

1-7
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

f. Survei mengacu kepada Standar Kriteria Perencanaan Irigasi


Ditjen SDA, Persyaratan Teknis (PT-03) mengenai Penyelidikan Geo
Teknik dan persyaratan lainnya yang terkait.

Pekerjaan Perencanaan
Konsultan wajib meninjau kembali/mempelajari, menganalisa data primer dan sekunder
yang didapat untuk formulasi penanganan sungai dikaitkan dengan studi terdahulu, agar
perencanaan sesuai dengan kriteria desain konstruksi.
Evaluasi dan kesimpulan berdasarkan dari data Lapangan dan data Laboratorium serta
ditampilkan dengan diagram, bagan alir dan dengan sistematika penanganan masalah
sungai yang berisi :

Data dan Perhitungan Hidrologi, antara lain :


a. Pengumpulan data-data hidrologi dan klimatologi;
b. Pengumpulan data dan analisis tata guna lahan;
c. Inventarisasi bangunan-bangunan eksisting (bangunan sungai maupun
bangunan- bangunan penting yang terdampak secara langsung maupun tidak
langsung) dan pompa air eksisting (apabila ada);
d. Pengukuran debit pada kondisi muka air rendah, normal dan tinggi sekaligus
pengambilan sampel sedimen (bed load dan suspended load) untuk dilakukan
pengujian laboratorium (Grain Size Analysis) untuk menetukan gradasi butiran;
e. Pembuatan lengkung sedimen dan rating curve debit;
f. Perhitungan sedimen transport;
g. Analisis catchment area (DTA);
h. Analisis debit andalan sungai dan pengaruh pompa eksisting terhadap debit dan
gerusan;

1-8
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

i. Analisa debit banjir rencana dengan kala ulang 1,2,5,10,25 dan 50, 100 dan
PMF;
j. Perhitungan limpasan banjir, meliputi volume, tinggi genangan, lama
genangan dan luas genangan;
k. Mengidentifikasi dan menganalisis karakter aliran sungai yang mungkin
berpengaruh terhadap stabilitas tebing sungai dan konstruksi di atasnya.
Data dan Perhitungan Hidrolika, antara lain :
a. Analisis kapasitas penampang (bankfull capacity) sungai eksisting. Analisis
dilakukan dengan rumus empiris dan software Hec Ras untuk memperoleh hasil
yang akurat;
b. Analisis profil muka air sebelum dan setelah adanya aktivitas pemompaan
oleh warga (apabila ada);
c. Analisis profil muka air sebelum ada perbaikan sungai dengan debit banjir kala
ulang 1,2,5,10,25,50, 100 dan PMF;
d. Analisis profil muka air setelah ada perbaikan sungai beserta keseluruhan
rencana bangunan sungai dengan debit banjir kala ulang 1,2,5,10,25,50, 100 dan
PMF;
Data dan Analisis Stabilitas Alur Sungai, antara lain:
a. Pengumpulan dan analisis data geologi teknik dan hasil uji mekanika tanah;
b. Pengumpulan data morfologi dan karakteristik aliran sungai;
c. Pengumpulan data hasil analisis sedimen transport;
d. Pengumpulan data hasil analisis kecepatan aliran sungai baik dengan rumus
empiris maupun Hec Ras;
e. Analisis potensi gerusan yang terjadi pada alur sungai baik di dasar maupun di
tebing sungai, baik karena faktor alamiah (morfologi, sedimen dsb.) maupun
faktor pemompaan oleh warga.

Perencanaan Penanganan dan Perbaikan Sungai, antara lain :


a. Menganalisis dan menjelaskan tentang sebab- sebab terjadinya banjir,
lokasi daerah banjir, akibat-akibat yang ditimbulkan serta cara- cara/formulasi
untuk menanggulanginya;

1-9
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

b. Mengajukan beberapa alternatif pola pengendalian banjir dan pengaturan sungai


berdasarkan suatu pola yang sesuai dengan rencana pengembangan daerah
tersebut, termasuk alternatif penanganan atau penertiban pompa eksisting (apabila
ada);
c. Dari alternatif pola rencana yang dipilih kemudian dibuat evaluasi kondisi
bangunan eksisting dan rencana detail bangunan pengendali banjir
maupun pengaman tebing lengkap dengan dokumen nota perhitungan desain,
disertai metode-metode perhitungan yang dipergunakan di dalam membuat
pengembangan daerah tersebut;
d. Perencanaan normalisasi atau perbaikan penampang sungai direncanakan
untuk melewatkan banjir dengan kala ulang yang sesuai;
e. Penentuan semua dimensi bangunan sungai dan posisinya aman terhadap
gerusan dan stabil, kokoh dan ekonomis, menghindari pembebasan tanah;
f. Menentukan lokasi dan elevasi bangunan yang diperlukan untuk pengendalian
banjir;
g. Membuat plotting/peta lokasi daerah banjir secara keseluruhan;
h. Membuat database awal sungai berbasis GIS sungai di lokasi wilayah studi
secara keseluruhan.
i. Pembuatan Gambar Detail Desain Konstruksi Membuat gambar detail desain
rencana pengendalian banjir dan detail bangunan serta fasilitas pendukung
yang mengacu kepada Kriteria Perencanaan Ditjen SDA bagian Standar
Penggambaran serta gambar-gambar pendukung lainnya.
Analisis Kebutuhan Lahan
Analisis kebutuhan lahan yang dimaksud adalah lokasi lokasi borrow area (jika tanah
hasil galian tidak memenuhi spesifikasi sebagai bahan timbunan) dan lokasi disposal
area (jika diperlukan).
Analisis Volume Pekerjaan dan Prakiraan Biaya (BOQ dan RAB)
a. Konsultan wajib menyesuaikan harga satuan dasar tahun terbaru yang tercantum
pada Daftar Harga Upah dan Bahan dari Instansi yang berwenang sesuai
peruntukan dengan wilayah studi, dikomparasikan dengan data hasil survey harga
satuan di lapangan.

1 - 10
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

b. Analisa Prakiraan Biaya dibuat keseluruhan sesuai dengan kuantitas dan kualitas
kriteria desain yang diperlukan yang kesemuanya sesuai dengan yang telah
tergambar dalam Desain Konstruksi, dengan rincian:
c. Perhitungan volume pekerjaan dibuat secara rinci, ditabelkan dengan uraian
volume masing-masing item pekerjaan dan sesuai pada penamaan bangunan,
termasuk perhitungan untuk ganti rugi tanah dan tanaman.
d. Analisis harga satuan pekerjaan dibuat dengan standar SNI, termasuk
dengan formula alat berat beserta koefisiennya.
e. Rencana anggaran biaya pekerjaan beserta rekapitulasinya.
f. Metode pelaksanaan, jadwal pelaksanaan serta detail spesifikasi teknik untuk
pelaksanaan konstruksi dibuat secara rinci.
Screening Sosial
Analisis sosial ekonomi yang dilakukan juga harus mencakup analisa kelayakan
ekonomi. Analisa dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, B/C Ratio, dan Payback
period pada beberapa skenario perubahan yang mungkin terjadi serta menyajikan dampak
social ekonomi dengan kegiatan Pengendalian Banjir di Anak- anak Sungai Bengawan
Solo di Kab Sukoharjo.
Penyusunan Spesifikasi Teknik, Metode Pelaksanaan, dan sumber
material konstruksi
a. Spesifikasi teknik: mencakup spesifikasi teknik untuk item pekerjaan yang
dilaksanakan;
b. Spesifikasi khusus harus dibuat untuk menjelaskan tentang lokasi pekerjaan, titik
tinggi patok tetap dan hal-hal lain. Juga harus dijelaskan setiap jenis pekerjaan
yang tidak tercakup dalam spesifikasi standar yang dibuat untuk pekerjaan
tersebut antara lain bangunan dengan teknologi khusus;
c. Metode pelaksanaan pekerjaan: tata cara dan urutan pelaksanaan pekerjaan
dari awal hingga akhir pekerjaan dan penjelasan setiap item pekerjaan
disertai gambar/ilustrasi, termasuk jadwal pelaksanaan pekerjaan (kurva S);
d. Konsultan harus melakukan analisis terhadap rencana metode pelaksanaan yang
tepat dan memberikan data/ informasi serta analisis terkait sumber material
konstruksi yang memadai;

1 - 11
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Pelaksanaan Pertemuan Konsultasi masyarakat (PKM)


Kegiatan PKM dilakukan untuk mengetahui tanggapan dan menjaring saran/masukan dari
warga di kawasan yang terdampak kegiatan, serta stakeholder. PKM dilakukan minimal
sebanyak 2
(dua) kali.
Menyusun Rancangan Konseptual Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi
Konsultan harus Menyusun Rancangan Konseptual Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi sesuai Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2021. Terdapat uraian pekerjaan,
identifikasi bahaya, dan penetapan risiko terkait keselamatan konstruksi (untuk Jasa
Konsultasi Konstruksi).

Pelaksanaan Diskusi
1. Diskusi Program Mutu
2. Diskusi Draf Laporan Pendahuluan
3. Diskusi Draf Laporan Antara
4. Diskusi Draf Laporan Akhir.
Penyusunan rencana OP dan manual OP
Konsultan harus menyusun manual OP
Pembuatan Leaflet
Konsultan harus menyusun leaflet desain Pengendalian Banjir di Anak-anak Sungai
Bengawan Solo di Kab. Sukoharjo

10. Keluaran

1 - 12
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Keluaran yang dihasilkan dari pekerjaan ini adalah berupa laporan Pengendalian
Banjir di Anak-anak Sungai Bengawan Solo di Kab Sukoharjo beserta laporan
penunjangnya.

No Jenis Jumlah Jumlah

1. Laporan Program Mutu A4 5


2 Laporan Pendahuluan A4 5
3 Laporan Antara A4 5
4 Laporan Bulanan (5 buku perbulan) A4 40
5 Laporan Akhir A4 10
6 Executive Summary A4 10
7 Laporan Penunjang :
- Laporan Topografi A4 5
- Laporan Sosial Ekonomi & Analisa Ekonomi A4 5
- Laporan Pedoman O & P A4 5
- Laporan Spesifikasi Teknik, Dok. Tender & A4
Dok. Supervisi Pengadaan Konstruksi 5
- Lap. Nota Desain dan Dokumen Desain A4 5
- Laporan Metode Pelaksanaan A4 5
- Diskripsi BM & CP A4 5
- Lap. Mekanika Tanah A4 5
- Lap. Hidrologi & Hidraulika A4 5
- Lap Survey Inventarisasi trmsk Buku Ukur A4 5
- Lap PKM A4 5
- Laporan BOQ dan Rencana Anggaran Biaya A4 5
Laporan Rancangan Konseptual Sistem
- Manajemen Keselamatan Konstruksi A4 5
8 Album Gambar A3 (Pengukuran dan Desain) A3 5
Album Gambar Kalkir A1 (Pengukuran dan
9 Desain) A1
1
10 Softcopy laporan/ Hardisk Eksternal buah 2
11 Leaflet Desain A3 20
11. Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas dari PPK
Peralatan, material, personil dan fasilitas yang disediakan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen yang dapat digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa:
a. Laporan dan Data
Studi terdahulu dan data pendukung lainnya yang ada di Balai Besar Wilayah Sungai
Bengawan Solo apabila tersedia.

1 - 13
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

b. Direksi Pekerjaan
Pejabat Pembuat Komitmen akan menunjuk pejabat/ petugas selaku Direksi
Pekerjaan yang akan mendampingi dan mengawasi secara langsung pelaksanaan
pekerjaan
jasa konsultansi.

12. Lingkup kewenangan penyedia jasa


Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang
dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, antara lain terdiri dari:
a. Kantor/Studio lengkap dengan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan seperti: peralatan gambar, peralatan tulis dan barang-barang habis pakai
lainnya. Kantor/Studio harus beralamat/berdomisili di Kab. Sukoharjo dan
sekitarnya;
b. Biaya akomodasi, perjalanan dinas serta penginapan untuk pengawasan lapangan;
c. Fasilitas transportasi termasuk kendaraan bermotor roda 4(1 buah) beserta
pengemudinya dan roda 2 (3 buah) yang layak untuk inspeksi lapangan;
d. Biaya untuk staf pembantu pada bagian administrasi umum;
e. Penyedia Jasa menyediakan base camp (kantor lapangan) di dekat lokasi
pekerjaan/proyek;
f. Keperluan biaya sosial dan pengobatan selama pekerjaan lapangan di lokasi
proyek (sudah termasuk di dalam Biaya Langsung Personil).
13. Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini selama 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender.

14. Personil
Posisi Kualifikasi Jmlh
Tingkat Jurusan Keahlian Pengalaman Status OB
Pendidik TA
an
1.Ketua Sarjana Teknik Ahli -Berpengalaman Tetap 1x8
Tim/Ahli S1 Sipil atau Madya di dalam
SDA Teknik bidang pekerjaan
(1 orang) Pengairan SDA irigasi
sekurang-
kurangnya 6

1 - 14
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

(enam) tahun
dilengkapi
dengan
referensi kerja
dari Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
- Mempunyai
pengalaman
sebagai ketua
tim sekurang-
kurangnya 2
(dua) kali
dalam bidang
irigasi
2.Ahli Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tetap 1x3
Geodesi S1 Geodesi Madya di dalam bidang
(1 orang) bidang pengukuran dan
Geodesi pemetaan
prasarana keairan
atau sumber daya
air sekurang-

kurangnya 4
(empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
3.Ahli Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tetap 1x6
Hidrologi S1 Sipil atau Madya di dalam pekerjaan
(1 orang) Teknik bidang sumber daya air
Pengairan SDA sekurang-
kurangnya 4
(empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen

1 - 15
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

4.Ahli Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tetap 1x5


Hidraulik S1 Sipil atau Madya di dalam pekerjaan
a/Struktur Teknik bidang sumber daya air
Bangunan Pengairan SDA sekurang-
air kurangnya 4
(1 orang) (empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
5.Ahli Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tetap 1x3
Mekanika S1 Sipil atau Madya di dalam bidang
Tanah/ Teknik bidang geologi teknik
Geotekni Geologi Geologi pada pekerjaan
k Teknik/Ge sumber daya air
(1 orang) oteknik sekurang-
kurangnya 4
(empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen

6.Ahli Cost Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tidak 1x2


Estimator S1 Sipil atau Madya di dalam estimasi Tetap
/Dok. Teknik bidang biaya untuk
Tender Pengairan SDA pekerjaan
(1 orang) sumber daya air,
diutamakan 4
(empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
7.Ahli O & Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tidak 1x2
P S1 Sipil atau Madya di dalam analisis/ Tetap
(1 orang) Teknik bidang kajian operasi

1 - 16
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Pengairan SDA dan


pemeliharaan
prasarana keairan
dan/atau
penyusunan
pedoman operasi
dan
pemeliharaan
prasarana
keairan,
sekurang-
kurangnya 4
(empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
8.Ahli Sarjana S1 di - Berpengalaman Tidak 1x2
Sosial S1 bidang dalam analisa Tetap
Ekonomi Ekonomi sosial ekonomi
(1 orang) atau Sosial bidang SDA,
diutamakan 2
(dua) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen

9. Ahli K3 Sarjana Teknik Ahli K3 Berpengalaman Tidak 1x2


Konstru S1 Sipil Konstruksi di bidang K3 Tetap
ksi Muda Konstruksi
(1 orang) pekerjaan
sumber daya air,
diutamakan 2
(dua) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat

1 - 17
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Pembuat
Komitmen
Bertugas untuk
menyusun
rancangan
konseptual
SMKK sesuai
Permen PUPR
10/2021
OB : Orang Bulan

Posisi Kualifikasi Jmlh


Tingkat Jurusan Keahlian Pengalaman Status OB
Pendidikan TA
1. Surveyor D3 Teknik SKT Juru Berpengalaman Tetap 8x2
Pengukur Sipil/Tekn Ukur dalam
an ik Geodesi melaksanakan
(8 orang) pengukuran dan
pemetaan
pekerjaan
sungai/SDA,
sekurang-
kurangnya 3
tahun
2. Surveyor D3 Ilmu - Berpengalaman Tidak 4x2
Sosial Sosial kerja sekurang- Tetap
Ekonomi kurangnya 3
(4 orang) tahun dalam
melakukan
Survey Sosial
ekonomi
pertanian,
kelembagaan dan
Pemberdayaan
masyarakat

3. Juru D3 Teknik SKT Juru Berpengalaman Tetap 2x5


Gambar Sipil Gambar kerja sekurang-
(2 orang) kurangnya 3
tahun dalam
menggambar
teknik bangunan
keairan dengan
software CAD
4. Tenaga SMA/SMK Semua - - Tetap 1x8
Pendukun atau D3 Jurusan

1 - 18
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

g Tenaga
Administ
rasi
5. Driver SMA - Mempuny Tetap 1x8
ai SIM A
6. Tenaga SMA Tidak 16x2
Lokal tetap
Pengukur
an
(16
orang)
7. Tenaga SMA Tidak 4x2
Lokal tetap
Sosek
(4 orang)

PEMAHAMAN KAK
1. Pemahaman Terhadap Latar Belakang
Dari permasalahan diatas, konsultan akan melakukan pekerjaan ini dengan sebaik-
baiknya dan secara profesiaonal. Karena dengan pengalaman konsultan pada
pekerjaan sejenis, konsultan dapat mengatasi permasalahan yang ada di lapangan
dengan baik dan tepat.
2. Pemahaman Terhadap Maksud, Tujuan dan Sasaran
Sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran yang sudah dijelaskan diatas konsultan
akan berusaha sebaik mungkin, khususnya pengendalian teknis di lapangan dan
administrasi.
3. Pemahaman Terhadap Lokasi Pekerjaan
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan sumber pendanaan dari pekerjaan ini sudah sangat jelas dan
bisa dimengerti.
4. Pemahaman Sumber Pendanaan
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan sumber pendanaan dari pekerjaan ini sudah sangat jelas dan
bisa dimengerti.

1 - 19
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

5. Pemahaman Terhadap Nama Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan Nama Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen dari
pekerjaan ini sudah sangat jelas dan bisa dimengerti.
6. Pemahaman Terhadap Data Dasar
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan data dasar dari pekerjaan ini sudah sangat jelas dan bisa
dimengerti.
7. Pemahaman Standart Teknis
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan standart teknis dari pekerjaan ini sudah sangat jelas dan
bisa dimengerti.
8. Pemahaman Terhadap Referensi Hukum
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan referensi hukum dari pekerjaan ini sudah sangat jelas dan
bisa dimengerti.
9. Pemahaman Terhadap Ruang Lingkup Tugas Jasa Konsultan Pengawasan Konstruksi
Dalam kak sudah dijelaskan secara ringkas tentang lingkup pekerjaan ini, dengan
pengalaman konsultan yang cukup untuk pekerjaan sejenis konsultan terlebih dahulu
akan mempelajari hasil desain studi sebelumnya dan selanjutnya akan melakukan
survey pendahuluan untuk menentukan apa ada perubahan desain atau tidak.
10. Pemahaman Terhadap Keluaran
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan keluaran dari pekerjaan ini sudah sangat jelas dan bisa
dimengerti.
11. Pemahaman Terhadap Peralatan,Material,Personil dan Fasilitas dari PPK
Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan peralatan, material,personil dan fasilitas dari PPK dari
pekerjaan ini sudah sangat jelas dan bisa dimengerti.

1 - 20
Pemahaman Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

12. Pemahaman Terhadap Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa


Setelah konsultan mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
konsultan berkesimpulan lingkup kewenangan penyedia jasa dari pekerjaan ini sudah
sangat jelas dan bisa dimengerti.
13. Pemahaman Terhadap Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan akan diselesaikan selama selama 11 bulan jika
dibuat hari kalender menjadi 330 hari. Berdasarkan pengalaman konsultan dalam
melaksanakan kegiatan sejenis, perlu dipertimbangkan mengenai jadual pelaksanaan
kemungkinan adanya hambatan-hambatan yang diluar kemampuan konsultan
disamping itu juga kegiatan-kegiatan administrasi yang mendukung kelancaran
pelaksanaan pekerjaan tetapi konsultan tetap berusaha menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan, yakni dengan berupaya
semaksimal mungkin untuk menghasilkan perencanaan teknis yang akurat sesuai
KAK dengan memanfaatkan waktu yang disediakan seefisien dan seefektif mungkin.
14. Pemahaman Terhadap Personil
Dalam melaksanakan pekerjaan ini konsultan diharuskan melaksanakan beberapa
jenis kegiatan yang membutuhkan man month tenaga ahli sesuai dengan jumlah yang
ditetapkan dalam jadwal pelaksanaan selama 8 bulan. Berdasar pada pengalaman
pekerjaan sejenis yang telah dikerjakan oleh konsultan, dan keleluasaan dalam
mengatur sumberdaya yang dimiliki sangat menunjang pekerjaan, pelaksanaan
pekerjaan tersebut dapat diupayakan selesai tepat waktu dan dengan kualitas sesuai
KAK dan petunjuk dari direksi.
Berdasarkan atas persyaratan yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja,
Konsultan memandang Tenaga Ahli yang dibutuhkan cukup memadai baik jumlah
maupun kualifikasinya. Namun untuk jadwal tenaga ahli pada kak, konsultan
memiliki jadwal tersendiri untuk memudahkan operasional dan kebutuhan di
lapangan, yang dapat dilihat pada bab personil selanjutnya.

1 - 21
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

BAB 1. METODOLOGI

1.1. PENGUMPULAN DATA-DATA SEKUNDER

Pengumpulan data-data sekunder meliputi pengumpulan data pendahuluan


seperti hasil survey, investigasi studi maupun desain terdahulu untuk menunjang
desain, data-data sekunder ini juga sangat berperan dalam keandalan analisa yang
akan dilakukan baik dalam analisa hidrologi, analisa hidrolika, analisa sedimen,
analisa struktur dan lain-lain. Untuk itu data-data sekunder yang telah dikumpulkan
meliputi :

1. Data hidroklimatologi meliputi data curah hujan yang diperoleh di daerah studi
2. Data-data daerah genangan banjir meliputi daerah rawan banjir, lama dan
luas genangan, tinggi genangan dan penyebab banjir
3. Peta-peta dengan skala terbesar yang ada yaitu peta dari Bakorsurtanal skala 1 :
50.000
4. Titik-titik referensi
5. Kajian-kajian geologi terdahulu
6. Hasil pengukuran topografi terdahulu
7. dan lain-lain

Dari data-data sekunder tersebut sebelum dipakai sebagai alat analisa


perlu dilakukan kompilasi data dan studi pendahuluan, agar alat analisa yang
dipakai dapat memberikan nilai validasi dan memberikan parameter desain yang
dapat dipertanggung jawabkan. Kompilasi dan kegiatan pendahuluan yang dilakukan
adalah sebagai berkut :

a. Kompilasi data dilakukan pada data-data hidroklimatologi dengan tujuan melihat


data yang hilang (missing data), dan kepuguhan/konsistensi data sehingga dapat
diketahui data yang masih perlu dilengkapi dalam bentuk report maupun survey
tambahan yang diperlukan.
b. Studi pendahuluan yang dilakukan terhadap studi-studi yang terdahulu terutama
yang menyangkut:

Kondisi Daerah Pengaliran Sungai (DPS)


Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Kondisi Topografi
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Kondisi Geologi
Kondisi Hidrologi
Dasar-dasar perencanaan bangunan
Dan lain-lain

c. Tinjauan lapangan yang dilakukan untuk memastikan atas kondisi berdasarkan


studi terdahulu, melakukan identifikasi dan inventarisasi permasalahan yang
menjadi penyebab banjir dan akibatnya dan juga untuk mempertajam studi
pendahuluan.

1.2. PENGUKURAN TOPOGRAFI (TOPOGRAPHIC SURVEY)

1.2.1. PENGUKURAN POLIGON

Dalam pekerjaan pengukuran poligon, data yang mutlak dibutuhkan


adalah koordinat dan elevasi referensi, yang digunakan untuk mengikat titik awal
poligon. Titik ini dapat diperoleh dari benchmark (BM) yang ada ataupun check poin
(CP) pada daerah yang akan dipetakan.

A. Pengukuran Poligon/Kontrol Horisontal

Kontrol horizontal dilakukan dengan cara pengukuran poligon, poligon harus


tertutup dan melingkupi daerah yang dipetakan, jika daerahnya cukup luas
poligon utama dibagi dalam beberapa kring tertutup. Jadi secara umum kontrol
horizontal dapat dilakukan sebagai berikut :

- Metode yang digunakan adalah poligon, dimana semua patok dan BM yang
sudah dipasang merupakan titik poligon.
- Sudut diukur satu seri ganda (biasa dan luar biasa) menggunakan
theodolith.
- Jarak diukur dua (2) kali menggunakan Alat Ukur Elektronik (EDM) pada
poligon utama dan memakai pita ukur 50 m pada poligon cabang.

Sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang harus terikat kepada poligon
utama. Diusahakan jalur poligon baik cabang atau utama melalui batas jalan yang
ada. titik koordinat referensi yang digunakan harus mendapat persetujuan dari
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Direksi pekerjaan, jalur poligon baik cabang atau utama dibuat melalui
rencana atau bantaran
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

sungai/saluran/jalan yang sudah ada demikian juga jalur inspeksi


atau drainase/drainage.

Titik poligon selain bench mark adalah patok kayu berukuran 5 cm x 5 cm x 70


cm. Patok ini harus dicat untuk memudahkan identifikasi.

Jika polygon utama diukur dengan EDM sedang poligon cabang diukur dengan
pita ukur baja ketelitian linier poligon utama harus lebih kecil atau sama dengan 1 :
10.000 sedangkan poligon cabang harus lebih kecil atau sama dengan 1 : 5.000.

B. Pengukuran kerangka Water Pass/Kontrol Vertikal

Semua titik poligon harus diukur ketinggiannya, titik referensi untuk kontrol
vertikal harus persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal
dilakukan pulang pergi, alat yang digunakan alat ukur otomatis (N12, NAK atau
yang sejenis), sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur harus diperiksa
ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah
jarak muka dan jarak dari alat ke rambu titik tidak lebih besar dari 60 m
sedangkan alat terdekat dari alat ke rambu tidak lebih dari 5 m.

Secara umum kontrol vertikal dapat dilakukan sebagai


berikut :

- Metode yang digunakan adalah metode waterpass memanjang, melalui semua


titik poligon
- Jalur waterpass utama merupakan Jalur Tertutup (Loop), sedangkan
waterpass cabang merupakan jalur Terikat Sempurna.
- Menggunakan alat ukur “Automatic
Level”
- Pengukuran dilakukan double stand, dimana stand I dibaca lengkap (benang
atas, benang tengah dan benang bawah), sedangkan stand II dibaca benang
tengah.

Ketelitian pengukuran waterpass utama tidak lebih dari 10 D dan


waterpass utama tidak lebih 5D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan kilometer.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1.2.2. PEMASANGAN JARINGAN BENCH MARK (BM)

A. Umum

Benchmark (BM) dipasang ditempat yang aman dari gangguan manusia atau
binatang, BM dipasang setiap 0.50 km dan perpotongan jalur poligon diikat
pada atau dekat bangunan yang permanen. Setiap BM dibuat diskripsinya dan
diberi nomor urut yang teratur. Ukuran BM sesuai TOR dan di cat warna biru.

Titik poligon lainnya selain benchmark adalah patok kayu berukuran 5 cm x 5cm x
60 cm dipasang disepanjang jalur saluran dengan setiap 50 m. Patok kayu,
dicat dan diberi nomor untuk memudahkan identifikasi.

B. Deskripsi Bench Mark

Seluruh benchmark (BM) dibuat diskripsinya Kordinat (X, Y) dan elevasinya


(Z).

Seluruh Benchmark (BM) yang sudah di pasang, dibuat deskripsinya,


kemudian ditabelkan dan foto BM dihimpun pada formulir deskripsi, form terlampir.

Semua benchmark dan patok poligon ditunjukkan pada peta situasi hasil
pengukuran topografi yang berskala 1 : 2.000. Dan juga ditunjukkan pada
gambar situasi yang berada pada long section. Nama Benchmark (BM) dan
elevasi akan dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukkan sebagai pusat
ketinggian dan untuk patok poligon akan ditulis nama/nomor dan elevasi tanah
saja.

1.2.3. PENGUKURAN SITUASI

Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang


telah dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran didalam
daerah areal yang akan dipetakan.

Jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk
mengisi detail planimetris berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh
penggambaran kontur yang yang memadai.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 5 cm pada peta skala 1
:
5.000. atau dengan kerapatan spot height 2 - 5 titik untuk tiap 1 hektar diatas tanah.
Dan untuk peta skala 1 : 2.000 titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 10
cm pada peta, atau dengan kerapatan spot height 8 – 10 titik untuk setiap hektarnya
diatas tanah.

Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman


dan ketidakteraturan terrain. Kerapatan titik-titik spot height yang dibutuhkan dalam
daerah pengukuran tidak hanya daerah sungai, tetapi juga kampung, kebun, jalan
setapak, tanaman sepanjang jalan pada lokasi rencana.

Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tacheometry


menggunakan theodolith T.0 atau yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh
lebih dari 100 meter.

Kontur digambar apa adanya tetapi teliti, dan bagian luar daerah sungai
kontur diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height, efek artistik tidak diperlukan.
Interval garis kontur sebagai berikut :

Kemiringan Tanah Interval


Kontur kurang dari 2% 0,25 m
2% sampai 5% 0,50 m
Lebih dari 5 % 1,00 m

Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 1.00 m
dan setiap kontur 5.00 m digambarkan lebih tebal.

a. Seluruh saluran, drainase, sungai (dasar terendah dan lebar harus jelas
terlihat). b. Jalan-jalan desa dan jalan setapak.
c. Bangunan irigasi dan drainase, batas kampung, rumah-rumah, jembatan
dan saluran. Diameter atau dimensi berikut ketinggian lantai semua gorong-
gorong dan jembatan, sekolah, masjid dan kantor pemerintah (camat, dll) harus
terlihat.
d. Pohon-pohon besar (berdiameter lebih besar dari 20 cm dengan ketinggian
sekitar
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

12 m diatas tanah) bila pepohonan ini berada di site dan tiang telpon,tiang
listrik dll.
e. Daerah rawa.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

f. Batas tata guna tanah (misalnya belukar berupa rerumputan dan alang-
alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).
g. Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil
dan lain-lain).
h. Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain). Nama kampung,
kecamatan, nama jalan dan lain-lain diperlukan.
i. Jaringan kerangka
dasar.

1.2.4. PENGUKURAN TRASE SUNGAI

Pengukuran untuk trase sungai meliputi penampang memanjang dan


melintang. Penampang memanjang dilengkapi dengan elevasi pada tiap jarak 50m
pada daerah lurus dan 25m pada belokan atau ditambah apabila ada perubahan
kemiringan yang cukup signifikan pada kemiringan tanah. Penampang memanjang
dilengkapi dengan:

- Elevasi tanah asli


- Elevasi dasar sungai atau saluran
- Elevasi tanggul sungai yang ada dan kemungkinan berhimpit dengan elevasi
rencana tanggul

Lokasi dari semua bangunan-bangunan prasarana dan sarana yang ada


sepanjang sungai bangunan-bangunan lainnya.

Pengukuran trase saluran dapat dimulai setelah menyelesaikan


pekerjaan inventarisasi jaringan dan kebutuhan pengukuran tersebut ditegaskan sesuai
dengan hasil peninjauan lapangan terinci. Hasil pengukuran diplot pada gambar ukuran
A.1.

Maksud dari pekerjaan ini adalah membuat gambar penampang memanjang


dan melintang dari saluran rencana.

Pengukuran trase tersebut teliti terutama untuk elevasinya sehingga bisa


diketahui mengenai slope (kemiringan) dari arah memanjang maupun melintang
dimana saluran akan direncana:
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Pekerjaan pengukuran trase saluran seluas 1.071 Ha ini merupakan


pekerjaan
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

pengukuran lanjutan setelah kegiatan layout definitif (system planning).

Secara garis besar pekerjaan ini terdiri dari :

- Pengukuran poligon
- Centerlining atau pematokan titik-titik untuk pengukuran profil melintang
- Pengukuran waterpass (profil memanjang)
- Pengukuran profil melintang
- Pengukuran situasi saluran
- Perhitungan
- Penggambaran

1. Pengukuran Poligon

Setting out titik-titik BP, IP.1, IP.2 dan seterusnya sampai dengan EP untuk
tiap saluran di lapangan dengan pemasangan patok kayu dolken atau kaso-kaso
ukuran 5 x 7 x 100 cm untuk tiap-tiap titik IP tersebut dengan cat warna kuning
dan nomor patok warna hitam kemudian untuk titk-titik BP dan EP berupa
Bench Mark ukuran
10 x 10 x 100 (contoh kontruksi, ukuran dan marmer nama BM terlampir).
Penarikan BP, IP dan seterusnya harus sejajar dengan saluran dan tiap IP
ditempatkan harus pada titik balok.

Setiap Bench Mark dan patok kayu (IP) di poligon syarat teknis pengukuran
poligon adalah sebagai berikut :

Poligon akan dimulai dari titik referensi yang sudah ditentukan oleh
direksi (dalam hal ini adalah titik-titik tetap atau Bench Mark hasil
pengukuran situasi terdahulu) dan harus berakhir pada titik yang sudah
diketahui koordinatnya, bila tidak ada maka akan diadakan pengikatan
terhadap yang terdekat
Pengukuran sudut horizontal dengan 2 seri dengan ketelitian sudut tidak
lebih dari 10” untuk sekunder cukup 1 seri dengan ketelitian sudut tidak lebih
dari 20”
Salah penutupsudut maksimum 10”N, dimana N banyaknya titik poligon.
Untuk saluran sekunder cukup dengan 20”N
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Sudut vertikal dibaca dalam 2 seri dengan ketelitian sudut


20”
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Pengamatan matahari pada stiap jarak 5 km dan diusahakan pada


bangunan bagi (titik simpul poligon) juga pada tiapBP dan EP. Pengamatan
pada pagi dan sore pada kemiringan matahari 30o. Ketelitian azimuth
10”(untuk sekunder cukup < 20”)
Ketelitian linier poligon 1 : 10.000, untuk sekunder adalah 1 : 5.000

2. Pengukuran Waterpass

a. Semua patok tiap 50 m, IP, BP dan EP serta BM di waterpasss, demikian


juga bila melewati keadaan tanah yang ekstrim, bila ada bangunan sadap
maka akan diukur elevasi bangunan bagian atasnya, bila ada legokan atau
sodetan maka di ukur dasar dan tepi-tepi atasnya dan sebagainya.
b. Pengecekan garis bidik alat, statip, back ukur, nivo back harus dilakukan
sebelum pertengahan dan sesudah pengukuran pada hari itu.
c. Pengukuran dilakukan pergi dan pulang dalam 1 hari minimal 1 seksi atau
1,5 km antara IP dengan IP atau IP dengan BM
d. Tinggi tiap patok harus diukur atas muka tanahnya
e. Pembacaan adalah benang atas, tengah dan bawah dan akan dicatat pada
buku ukur
f. Selisish 2 benang tengah dengan (benang atas + benag bawah) harus 2
mm g. Salah satu penutup harus 10 D mm, dimana D adalah jarak dalam
km.

3. Pengukuran Situasi Saluran

a. Pengukuran detail situasi dilakukan dari patok poligon yang sudah


diketahui kedudukan Planimetris dan elevasinya dari pengukuran poligon dan
waterpass
b. Alat yang digunakan Wild To atau yang tingkat ketelitiannya
c. Semua detail seperti jalan, jembatan, batas sawah, batas tambak, rumah,
bangunan lain, tinggi muka air dan sebagainya akan diambil/diukur
d. Sketsa detail akan dibuat dengan rapi dan jelas sehingga
memudahkan penggambaran dan koreksi apabila terjadi kesalahan dalam
pengukuran
e. Pengukuran detail dengan kerapatan titik tiap 25
cm f. Pengukuran harus terikat pada titik poligon
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

g. Perhitungan situasi dengan cara Tachiometri

4. Pengukuran Profil Melintang

a. Untuk saluran induk dan sekunder tiap interval jarak 50 m (untuk bagian lurus)
b. Untuk saluran yang berbelok dilakukan tiap interval lebih kecil dari
ketentuan tersebut di atas dengan memperhatikan busur kelengkungannya. yaitu
tiap IP dan 2 patok yang mengapit IP, jadi pada belokan minimal ada 3 profil
melintang di dalam interval jarak 50 m
c. Bila saluran melintasi (memotong)sungai besar, lembah besar, maka akan
dibuat penampang melintang dan memanjang sungai/lembah tersebut dengan
ketentuan :

Penampang dibuat 100 m ke udik dan 100 m ke hilir dari pertemuan tersebut
Penampang melintang tiap 25 m untuk bagian lurus dan untuk belokan
akan ditambah pada belokannya dengan lebar 25 m ke kiri dan 25 ke
kanan dari tepi sungai
Penampang memanjang, skala 1 : 2.000, skala tinggi 1 : 2.000

Bila trase saluran memotong sungai/lembah kecil, maka akan dibuat :

Penampang 50 ke udik dan 50 ke hilir


Penampang melintang dibuat tiap 25 meter untuk bagian yang lurus dan
untuk belokan ditambah pada belokannya.
Lebar penampang dan skala gambar sama dengan di atas

5. Setiap perubahan elevasi tanah akan diambil sebagai titik detail untuk
penampang melintang/memanjang, juga untuk tiap patok profil, bangunan rumah,
jalan, muka air dan dasar saluran dan sebagainya
6. Pengukuran penampang melintang saluran adalah tegak lurus saluran dengan
lebar minimal 50 m ke kiri dan 50 m ke kanan dari saluran rencana.
7. Arti minimal disini adalah bila terdapat detail penting yang perlu diambil, maka
lebar penampang akan > 50 m dari as saluran, untuk bagian berbelok lebar
minimal 50 m dari saluran rencana.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

8. Jarak-jarak penampang melintang diambil secara optis dengan membaca


ketiga benang pada alat ukur, yaitu benang atas, benang tengah dan benang
bawah atau dengan pita ukur baja sampai pembacaan dalam centimeter.
9. Skets dari pengukuran akan dibuat dengan rapi dan jelas untuk
memudahkan penggambaran.
10. Perhitungan

Semua perhitungan akan dilakukan di lapangan, sehingga apabila ada


kesalahan dapat langsung diukur kembali.
Semua titik poligon akan dihitung koordinanatnya, satu sistem dengan
hitungan skala 1 : 5.000 yang sudah ada.
Jarak dan ketinggian titik detail dihitung dengan core Tachyometri.
Saluran hasil hitungan akan di assistensikan/didiskusikan dengan
Direksi pekerjaan.

11. Penggambaran

a. Garis silang untuk grid standar dibuat pada setiap 10 cm


b. Semua Bench Mark (BM) dan titik ikat digambar dengan legenda
yang ditentukan dan dilengkapi dengan elevasi dan koordinat.
c. Elevasi rencana bangunan penting seperti bendung, bangunan bagi,
jembatan syphon, gorng-gorong dan sebagainya akan ditulis pada peta.
d. Semua titik detail digambar dan dituliskan elevasinya.
e. Pada tiap interval lima garis kontur, garis kontur dibuat tebal dan ditulis
angka ketinggiannya.
f. Pada tempat-tempat tertentu yang tidak mengurangi ketelitian peta, garis
kontur diputus untuk memperoleh ruangan guna menuliskan elevasi
garis kontur tersebut.
g. Sebelum mengerjakan penggambaran, konsultan meminta penjelasan
terlebih dahulu mengenai tatacara penggambaran kepada Direksi (bagian
pengukuran).
h. Ukuran gambar A1 dan penggambaran dilakukan dengan sistem koordinat
(tidak grafis) dan dalam proyeksi yang sama dengan 1 : 5.000 yang sudah ada.
i. Skala
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Peta trase saluran skala 1 : 2.000 interval kontur 0.5 m, untuk daerah
datar dan 1 m untuk daerah yang berbukit.
Gambar situasi trase skala 1 : 2.000
Penampang melintang skala jarak 1 : 100 skala tinggi 1 : 100
Penampang memanjang skala jarak 1 : 2.000, skala tinggi 1 : 100

12. Peta situasi saluran dan profil memanjang digambar dalam satu gambar di atas
kertas kalkir 80/90 gr demikian juga untuk profil melintang
13. Penggambaran trase saluran akan dimulai dari sungai (lokasi bendung) atau
intake saluran.
14. Gambar trase saluran skala 1 : 2.000 sama dengan gambar jalur lay out pada peta
1:
5.000, dalam arti bahwa kenampakan detail dan kontur tidak jauh
berbeda.

1.2.5. PENGOLAHAN DATA

A. Hitungan Koordinat (X,Y)

Yang perlu diperhatikan dalam perhitungan koordinat adalah data-data


hitungan sudut, hitungan azimuth, hitungan jarak dan akhirnya hitungan X,Y.

Untuk menghasilkan hitungan koordinat yang baik, maka dilakukan


perhitungan dengan prosedur sebagai berikut :

Perhitungan Sudut Mendatar

Perhitungan sudut mendatar hasil pengukuran poligon dibagi menjadi dua


bagian:

1. Perhitungan poligon kerangka utama


2. Perhitungan poligon cabang

Perhitungan poligon meliputi tiga perhitungan, yaitu perhitungan


kontrol pengukuran sudut, perhitungan kontrol pengukuran jarak dan perhitungan
koordinat.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Poligon Kerangka
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Kontrol Pengukuran Sudut

Metoda yang digunakan untuk menghitung sudut mendatar adalah perhitungan


azimuth awal dan azimuth akhir, kedua azimuth itu didapat dari data BM yang telah
ada , yang menggunakan rumus sebagai berikut :

A(akhir) – A(awal) = S(sudut) – n.180 +


fa

dimana :
A(akhir) = azimuth akhir
A(awal) = azimuth awal
S(sudut) = jumlah sudut ukuran
n = banyaknya titik
fa = poligon salah penutup
besarnya
sudut
atau dengan menggunakan rumus :

fa = (Aakhir – Aawal) - Ssudut + n.180

B. Kontrol Pengukuran Jarak

1. Jarak Optis

Jarak datar dan jarak optis dihitung dengan menggunakan

rumus : D = L . Cos2 . Z

Dimana :
D = jarak datar
L = jarak optis
Z = sudut
miring
2. Jarak Pita Ukur dan EDM

Jarak pita ukur dilakukan dengan cara mencari harga rata-rata dari
berberapa ukuran, dimana selisih bacaan jarak dengan pita ukur tidak boleh
lebih dari 2 cm. Jadi sebelum kita hitung harga rata-ratanya, maka data-data
jarak tersebut harus
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

diseleksi terlebih dahulu. Setelah ketiga jenis hitungan selesai (azimuth


matahari, sudut dan jarak), maka kemudian dilakukan hitungan koordinat
dengan rumus sebagai berikut :

X2 = X1 + D Sin a I-2

Y2 = Y1 + D Cos a I-2

Sedangkan untuk perhitungan koreksinya dipakai

rumus : X (akhir) – X (awal) = D Sin a + fx

Y (akhir) – Y (awal) = D Cos a + fy

Koreksi per sisi dilakukan dengan membagi koreksi X (Y) dengan jumlah sisi
yang ada, sedangkan untuk mengetahui kesalahan relatif dapat kita hitung dari
rumus :

S : D adalah 1 : …….

Dimana :
S fx 2 fy 2
D = jumlah jarak polygon

C. Perhitungan Elevasi

Perhitungan elevasi terdapat beberapa bagian penting, yaitu sebagai berikut :

Kontrol bacaan benang

Rumus yang digunakan dalam mengontrol bacaan benang adalah :


Ba Bb
Bt
2

Dimana :
Bt = bacaan benang tengah
Ba = bacaan benang atas
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Bb = bacaan benang bawah

Jika selisih antara Bt dan (Ba + Bb)/2 lebih dari 2 milimeter maka bacaan
benang akan langsung diulang lagi sampai memperoleh selisih maksimum 2 mm.

Kontrol beda tinggi


Rumus yang digunakan untuk kontrol beda tinggi antara 2 titik adalah
sebagai
berikut :

H1 = Btbelakang - Btmuka (stand I)

Dengan sedikit mengubah posisi alat, kemudian dilakukan pengukuran


untuk stand II dan diperoleh :

H2 = Btbelakang - Btmuka (stand II)

Jarak waterpass

Jarak waterpass dihitung dengan rumus :

dm = Bamuka - Bbmuka x 100

db = Babelakang - Bbbelakang x 100

Dimana :
Sm = dm1 + dm2 + dm3 + ….. + ….. dmn
Sb +
= dm1 + dm2 + dm3 + ….. + ….. dmn
dmuka = +
jarak alat ke rambu muka
dbelakang = jarak alat ke rambu belakang
Sdmuka = jumlah jarak ke muka
Sdbelakang = jumlah jarak ke belakang

Untuk menghindari kesalahan karena pengaruh garis visir diusahakan agar


dmuka
= dbelakang . jadi hitungan jarak dan jumlahnya dihitung langsung pada saat
pengukuran setelah mengukur beda tingginya agar juru ukur bisa mengatur kedudukan
alat dan rambu sehingga Sdmuka Sdbelakang (mendekati).
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Untuk hitungan ketelitian (toleransi 8D), data jarak yang akan dipakai
adalah jarak rata-rata.

Beda tinggi (pulang-pergi)

Beda tinggi pergi didapat dari jumlah beda tinggi rata-rata stand II pada
route pergi, beda tinggi pulang didapat dari jumlah beda tinggi rata-rata stand I dan
stand II pada route pulang. Selisih hpg (beda tinggi pergi) dan hpl (beda tinggi
pulang) harus masuk toleransi 8D km mm dan bila lebih dari toleransi, maka dilakukan
pengukuran ulang.

Perataan beda tinggi

Perhitungan beda tinggi perseksi dilakukan dalam bentuk kring/tertutup,


dengan demikian akan memudahkan dalam proses penghitungan sistem hitungan
perataan untuk koreksi ukuran dalam satu seksi akan digunakan sistem perataan
biasa. Tiap seksi akan selalu dicek hitungannya apakah memenuhi toleransi 10D atau
tidak.

Jika tidak memenuhi toleransi maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Cek semua data perhitungan


2) Deteksi kesalahan, yaitu mencari perkiraan dimana kira-kira kesalahan itu terjadi
dan setelah didapat (dengan bahan pertimbangan/alasan yang kuat) maka
langsung dicek ulang ke lapangan dengan alat ukur.

Setelah perhitungan tiap seksi selesai dan semua masuk dalam toleransi,
kita dilakukan perhitungan dengan rumus :

H = ½ I . Sin2Z

Dimana :
H = beda tinggi
L = jarak miring/optis
Z = sudut miring/vertikal

Untuk tinggi bidikan yang tidak sama dengan tinggi alat, maka rumus
yang dipakai adalah :
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

H = ½ L Sin2 Z + TA – Bt

Dimana :
H = beda tinggi
L = jarak miring/optis (Ba – Bb) x 100
Z = sudut miring/vertikal
TA = tinggi alat (dari atas patok)
Bt = bacaan benang tengah

1.3. PEKERJAAN GEOLOGI/MEKANIKA TANAH

Dalam perencanaan diperlukan parameter-parameter geologi/mekanika


tanah untuk desain oleh karena itu dibutuhkan kegiatan penyelidikan
geologi/mekanika tanah. Parameter-parameter ini sangat berpengaruh terhadap hasil
desain, kegiatan geologi yang dipelukan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

a. Parit Uji (Test Pit)


b. Hand Bor
c. Sondir/Cone Penetration
Test d. Laboratorium
e. Pelaporan dan Foto

Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah dilakukan pada lokasi


di sepanjang bantaran dan daerah tangkapan hujannya/cathment area, meliputi
penyelidikan parit uji (test pit), bor tangan (hand Borring), test laboratorium
mekanika tanah (indeks properties dan dinamik properties).

Penyelidikan geologi/mekanika tanah diperlukan untuk mencari parameter


desain untuk perencanaan bangunan-bangunan pengendalian banjir dan mencari
bahan-bahan timbunan untuk tanggul retarding basin. Parameter tersebut meliputi
parameter mekanik tanah, parameter timbunan tanah tanggul, dan kuantitias bahan
timbunan yang ada di lokasi.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1.3.1. METODOLOGI PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan sangat diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


tepat waktu dan berhasil guna, yang mana harus ditentukan sebelum dilakukan
penyelidikan mekanika tanah/geologi. Secara garis besar langkah-langkah yang
dilaksanakan dalam survey mekanika tanah ini terdiri dari :

Proses administrasi dan kegiatan koordinasi proyek

Proses ini sangat penting baik bagi konsultan maupun pihak proyek karena
akan diperoleh kesepakatan dalam pelaksanaan penyelidikan tanah. Proses ini
berupa diskusi-diskusi baik antara intern pelaksana pekerjaan maupun dengan
pihak proyek dan pengumpulan data-data penyelidikan terdahulu

Penyusunan program kerja dan persiapan pelaksanaan

Penyusunan program kerja dan persiapan pelaksanaan penyelidikan mekanika


tanah geologi direncanakan dengan kesepakatan bersama atau direncanakan oleh
pelaksana dengan disetujui pihak proyek.

Persetujuan program kerja dan persiapan pelaksanaan.

Pelaksanaan pekerjaan penyelidikan parit uji (test pit), Sondir (Cone Penetration
Test), bor tangan (hand borring), test laboratorium mekanika tanah (indeks
properties dan dinamik properties) (sesuai dengan TOR) dilaksanakan setelah
disetujui oleh Direksi tentang posisi pengambilannya.

Pelaksanaan pekerjaan lapangan

Pelaksanaan penyelidikan parit uji (test pit), Sondir (Cone Penetration Test), bor
tangan (hand borring), test laboratorium mekanika tanah (indeks properties
dan dinamik properties) dilaksanakan pada posisi yang telah disepakati bersama.

Pengiriman contoh tanah ke labaratorium

Contoh tanah hasil penyelidikan lapangan dikirim ke laboratorium mekanika


tanah
Universitas
Brawijaya.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Pengujian tanah di laboratorium

Pemeriksaan tanah di laboratorium dilakukan terhadap seluruh contoh tanah


yang dikirim ke laboratorium mekanika tanah.

1.3.2. PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH

Test Pit

Test pit bertujuan untuk eksplorasi bahan timbunan dengan mengambil


disturbed sample dan undisturbed sample. Ukuran lubang 1 meter x 1,5 meter atau
ukuran pekerja gali dapat bekerja dengan leluasa dengan serta memperhatikan
faktor keamanan. Pada pekerjaan ini jumlah test pit yang dilakukan sebanyak 4 lubang.

Penggalian dihentikan bila


:

Kedalaman telah mencapai 5 meter, atau


Terjadi keruntuhan yang dapat membahayakan pekerja, atau
Terdapat air tanah yang tidak terkendali.

Uraian pekerjaan test pit adalah sebagai berikut :

Pekerjaan test pit dilakukan pada lokasi borrow area dan ditujukan untuk
mengetahui urut-urutan vertikal lapisan batuan secara langsung/visual juga
sebagai tempat pengambilan undisturbed sample dan bulk sample.
Ukuran test pit adalah 1,5 m x 1,5 m atau pada batas-batas ukuran dimana
pelaksana pekerjaan dapat bergerak dengan leluasa.
Kedalaman maksimum adalah 3 meter.
Jika tanahnya mudah runtuh maka harus dibuat dinding penahan.
Jika terdapat air tanah dangkal maka harus dibuang atau dipompa.
Penggalian dihentikan jika kedalaman test pit maksimum 3 meter telah tercapai,
atau telah mencapai batuan keras, atau tanahnya sangat labil, atau debit air
tanahnya sangat tinggi sehingga tidak bisa dipompa atau dibuang.
Tanah/batuan pada dinding test pit kemudian dideskripsi, dibuat lognya,
dilakukan pengambilan contoh tanah asli UDS dan bulk samplenya.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Lubang test pit harus diamankan dengan cara ditimbun kembali atau diberi pagar.
Penggalian dihentikan jika :
Kedalaman telah mencapai 3 meter, atau
Terjadi keruntuhan yang dapat membahayakan pekerja, atau
Terdapat air tanah yang tidak terkendali.
Dinding test pit harus dideskripsi, dibuat sketsa dan difoto. Pada tiap lubang
diambil disturbed dan undisturbed samplenya untuk di test di laboratorium.

Hand Bor

Hand boring bertujuan untuk mengambil contoh tanah asli dengan memakai
win auger dengan tenaga manusia. Contoh tanah yang telah diambil ditutup rapat
dengan parafin agar kondisinya tetap terjaga sampai ke tempat pengujian di
laboratorium mekanika tanah. Penelitian ini dilakukan pada dua titik dengan kedalaman
sampai 5 meter.

Pengambilan Sample

Pengambilan Undisturbed Sample

Undisturbed Sample / UDS (Contoh Tak Terganggu) diambil dari dua cara, yaitu
dari lubang pemboran dan dari Hand Bor.
UDS yang diambil dari lubang bor dan dari Hand Bor sebanyak 12 unit.
Penentuan penyebaran dan interval titik pengambilan UDS pada lubang bor
ditentukan oleh kebutuhan desain dan kondisi geologi setempat.
Penentuan rencana penyebaran dan interval titik pengambilan UDS
harus diperhitungkan dengan cermat, didiskusikan dengan Direksi dan
dimintakan persetujuannya.
Untuk mendapatkan sample yang baik maka well site geologist harus selektif
dan cermat dalam menentukan kedalaman pengambilan sample tersebut.
Pengambilan sample harus menggunakan sampler tube yang mampu
mengambil sample sepanjang 30 hingga 45 cm (Shelby Tube).
Tabung contoh yang telah terisi harus segera disekat di kedua ujungnya
dengan lilin/parafin dengan baik serta diberi label yang mencantumkan nama
proyek, lokasi, nomor titik bor, dan interval kedalaman pengambilan.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Untuk UDS yang diambil dari test pit maka pengambilannya harus hati-hati dan
tidak boleh dilakukan pada tanah yang sudah terinjak-injak saat menggali
ataupun pada tanah humus.
Sample yang sudah diambil harus segera dianalisis di laboratorium.

Laboratorium Mekanika Tanah

Pengujian laboratorium mekanika tanah terhadap contoh tanah yang telah


diambil (UDS dan DS) harus meliputi pengujian index properties dan dynamic
properties, sampel yang diuji dilaboratorium adalah sebanyak 12 unit.

Pengujian index properties meliputi :

Specific gravity
Unit weight
Water content
Liquid limit
Plastic limit
Shrinkage limit
Grain size analisys
Hydrometer analisys

Pengujian structure/enggineering properties meliputi:

Unconfined Compression
Direct Shear
Triaxial Compression
Laboratory Permeability Test

Untuk contoh DS / bulk sample dilakukan pengujian kompaksi /


pemadatan dengan metoda proctor.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Semua pengujian laboratorium mekanika tanah yang dilakukan akan


mengikuti standar ASTM.

1.4. ANALISA HIDROLOGI

1.4.1. UMUM

Analisis Hidrologi diperlukan untuk penentuan debit banjir (design


flood) berdasarkan kondisi topografi dan tata guna lahan di Daerah Pengaliran
Sungainya (DPS). Analisis hidrologi tersebut akan dilaksanakan pada masing-masing
sub Daerah Pengaliran Sungai (DPS) sehingga diperoleh debit banjir pada masing-
masing sungai dalam sub DPSnya. Analisis hidrologi pada pekerjaan ini meliputi :

Analisa mutu data yang akan dipakai dalam studi meliputi data Curah hujan baik
dari ARR (Automatic Rainfall Recorder) maupun MAR (Manual Rainfall Recorder)
berupa analisa data yang hilang (missing data), analisa kepuguhan data
(consistency test), analisa ketidakadaan trend, analisa kestasioneran data
(stationary test), dan Analisa ketidakadaan persistensi data
Pengumpulan data curah hujan dan data AWLR (Automatic Water Level Recorder)
untuk analisa debit sungai yang terjadi.
Menganalisis debit banjir pada masing-masing saluran untuk mengetahui debit
banjir yang terjadi pada masing-masing saluran dan kapasitas saluran
sungai untuk mengalirkan debit banjir tersebut.

1.4.2. ANALISA DATA HILANG DAN KONSISTENSI DATA

Stasiun hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja dengan baik sehingga data
curah hujan kurang lengkap. Pengisian kekosongan data hujan/analisa Data hilang
(Missing Data) tersebut dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :

a. Menentukan hujan rata-rata pada stasiun terdekat, dengan stasiun hujan yang
tidak mempunyai data.
b. Faktor bobot didasarkan pada suatu nilai ratio hujan tahunan, ditentukan dengan
rumus sebagai berikut :
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1 Anx Anx Anx Anx


PX Pa P b P c P n
m Ana Anb Anc Anm
Dimana :
Px = tinggi hujan pada stasiun yang datanya tidak lengkap (mm)
Pa, b,c = tinggi hujan pada stasiun a, b, dan c (mm)
Anx = tinggi hujan tahunan pada stasiun yang datangnya tidak lengkap
(mm)
m = banyaknya stasiun
Ana, b, c = tinggi hujan tahunan pada stasiun a, b, dan c (mm)

Selanjutnya dilakukan perhitungan Curah Hujan Areal untuk analisa lebih


lanjut.

Data hujan dapat menjadi tidak konsisten yang disebabkan karena


perubahan lingkungan atau gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar hujan
dipasang misalnya, penakar hujan terlindung pohon, terletak berdekatan dengan gedung
tinggi, perubahan cara penakaran dan pencatatan, perubahan letak, dll. Hal ini dapat
menyebabkan perubahan trend semula. Hal tersebut dapat diselidiki dengan
menggunakan lengkung massa ganda.

1.4.3. PENYARINGAN DATA (DATA SCREENING)

Data hidrologi runtut waktu (data history), dapat diolah dan disajikan dalam
suatu distribusi (distribution) atau deret berkala (time series). Disajikan dalam bentuk
distribusi apabila data hidrologi disusun berdasarkan urutan besarnya nilai sedangkan
deret berkala (time series) disajikan secara kronologi sebagai fungsi dari waktu
dengan interval waktu yang sama. Umumnya data lapangan setelah diolah dan
disajikan dalam buku publikasi data hidrologi, merupakan data dasar sebagai bahan
untuk analisa hidrologi, data tersebut sebelum digunakan untuk analisis hidrologi harus
dilakukan pengujian yang sering disebut dengan penyaringan data (data screening).
Apabila suatu deret berkala setelah diuji
ternyata menunjukkan :

Tidak menunjukkan adanya trend


Stasioner, berarti varian dan rata-ratanya homogen/stabil/sama jenis
Bersifat acak (randomnes), independent atau tidak adanya persistensi
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Maka data deret berkala tersebut selanjutnnya baru disarankan dapat


digunakan untuk analisis hidrologi lanjutan, misalkan analisa peluang, dan simulasi.
Pengujian ini
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

dimaksudkan untuk memeriksa dan memilahkan atau mengelompokkan data


yang bertujuan untuk memperoleh data hidrologi yang cukup handal untuk analisis
sehingga kesimpulan yang diperoleh cukup baik.

Dalam melaksanakan pengujian diperlukan informasi tambahan seperti


perubahan DPS atau alur sungai seperti bencana alam, atau pengaruh manusia.
Kembali pada pengertian bahwa :

1. Data tidak homogen adalah penyimpangan data dari sifat statistiknya yang
disebabkan oleh faktor alam dan pengaruh manusia
2. data tidak konsisten adalah penyimpangan data karena kesalahan acak dan
kesalahan sistematisnya.

Maka tahap penyaringan ini perlu pengetahuan lapangan dan informasi


yang terkait dengan data dalam deret berkala. Tahap penyaringan ini baru
merupakan penyaringan untuk data dari suatu pos hidrologi dan belum
membandingkan dengan data sejenis dari pos lain.

Uji Ketidakadaan
Trend

Deret berkala yang nilainya menunjukkan gerakan yang berjangka panjang


dan mempunyai kecenderungan menuju kesatu arah, arah menaik atau menurun disebut
dengan pola atau trend. Umumnya meliputi gerakan yang lamanya lebih dari 10
tahun. Trend musim sering disebut sebagai variasi musim (seasonal trend atau
seasonal variation) dan hanya menujukkan gerakan dalam jangka waktu setahun saja.
Deret berkala yang datanya kurang dari 10 tahun kadang-kadang sulit untuk
menentukan gerakan dari suatu trend, hasilnya dapat meragukan karena gerakan
yang diperoleh hanya menujukkan suatu sikli (cycle time series) dari suatu trend,
sikli merupakan gerakan yang tidak teratur dari suatu trend.

Beberapa metode statistik yang dapat digunakan untuk menguji ketidakadaan


trend dalam deret berkala, diantaranya uji :

- Korelasi peringkat Metode


Spearman
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Perhitungan dengan uji korelasi peringkat metode spearman didasarkan pada


nilai
korelasi suatu data/variabel hidrologi, dapat dirumuskan dengan persamaan umum:
n
6(dt) 2 1
i1 n 2 2
KP 1 dan t KP
n3 n 1 KP 2

keterangan :
KP = koefisien korelasi peringkat
spearmen n = jumlah data
dt = Rt – Tt
Tt = peringkat dari waktu
Rt = peringkat dari variabel hidrologi dalam deret berkala
T = nilai distribusi t, pada derajat kebebasan (n – 2) untuk
derajat kepercayaan tertentu

Uji t digunakan untuk menentukan apakah variabel waktu dan variabel hidrologi
itu saling tergantung (dependent) atau tidak tergantung (independent).

- Mann dan Whitney

Uji Mann dan Whitney dihitung dengan persamaan umum sebagai berikut :

U 1 N1 N 2 N1 N 1 Rm
N 1 dan U 2 N 1 N 2 U1
2

N1 N 2
U
Z 2
1
1 2
N N1 (N
2 1N 2 1
12

keterangan :
N1 = jumlah kelompok data 1
N2 = jumlah kelompok data 2
Rm = jumlah peringkat
U = nilai terkecil dari U1 dan U2
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Z = nilai uji z yang tergantung dari besarnya derajat kepercayaan

Uji stasioner/Kestabilan Data

Setelah dilakukan pengujian ketidakadaan trend apabila deret berkala tersebut


tidak menunjukkan adanya trend sebelum data deret berkala digunakan untuk analisis
hidrologi lanjutan harus dilakukan uji stasioner. Apabila menujukkan adanya trend
maka data deret berkala tersebut dilakukan analisis menurut trend yang dihasilkan.
Analisis garis trend dapat menggunakan analisis regresi. Apabila menunjukkan tidak
ada garis trend maka uji stasioner dimaksudkan untuk menguji kestabilan nilai
varian dan rata-rata berkala dari deret berkala. Pengujian deret berkala nilai varian
dapat dilakukan dengan uji- F, bila nilai variannya tidak homogen berarti deret
berkala tersebut tidak stasioner dan tidak perlu melakukan pengujian lanjutan.
Apabila varian tersebut menujukkan stasiuner, maka pengujian selanjutnya adalah
menguji kestabilan nilai rata-rata yaitu dengan menggunakan uji student-T (student-T -
test).

- Uji kestabilan Varian

Persamaan umum yang dipakai untuk menghitung kestabilan varian dengan uji
F
adalah sebagai berikut :

2
n1 S n12 1
F 2
n2 S 2 1 1
n

keterangan :
n1 = jumlah kelompok data
1 n2 = jumlah kelompok
data 2
S1 = standart deviasi 1
S2 = standart deviasi 2
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

- Uji Kestabilan Rata-Rata


Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Kestabilan rata-rata dapat dihitung dengan persamaan umum uji T, dengan


persamaan
sebagai berikut :

1
X1 X2 n1 S 1 n 2 S22 2 2
t 1
dimana
n1 n 2 2
1 1 2

n1 n2

keterangan :
X1 = rata-rata kelompok data 1
X2 = rata-rata kelompok data
2 n1 = jumlah kelompok data
1 n2 = jumlah kelompok data
2
S1 = standart deviasi 1
S2 = standart deviasi 2

Uji Persistensi

Anggapan bahwa data berasal dari sampel acak harus diuji, yang
umumnya merupakan persyaratan dalam analisis distribusi peluang. Persistensi
(persistence) adalah ketidaktergantungan dari setiap nilai dalam deret berkala. Untuk
melaksanakan pengujian persistensi harus dihitung besarnya koefisien korelasi
serial. Salah satu metode untuk menentukan koefisien korelasi serial adalah dengan
metode Spearman, yang dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
m
6(di) 2 1
i1 n 2 2
KS 1 dan t KS
m3 m 1 KS 2

keterangan :
KS = koefisien korelasi
spearman m = N – 1
N = jumlah data
di = perbedaan nilai antara peringkat kesatu dengan peringkat berikutnya
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

t = nilai distribusi t, pada derajat kebebasan (m – 2) untuk


derajat kepercayaan tertentu

1.4.4. ANALISA CURAH HUJAN RANCANGAN (DESIGN RAINFALL)

Analisis data curah hujan umumnya mencakup analisis kepuguhan/konsistensi


data, analisis probabilitas curah hujan maksimum (curah hujan rancangan) untuk
estimasi debit banjir rencana, analisis curah hujan areal dan uji kesesuaian distribusi.

Untuk Curah Hujan Rancangan dihitung dengan empat jenis agihan, yaitu :

Agihan Extreme E.J. Gumbel Tipe I


Agihan Pearson Tipe III
Agihan Log Pearson Tipe III
Agihan Log Normal 3 Parameter

Persamaan umum untuk estimasi curah hujan rancangan (design rainfall)


untuk semua agihan, adalah sebagai berikut :

X T X K Sx

Dimana :

XT = curah hujan rancangan untuk periode ulang pada T tahun (mm)


X = rerata dari curah hujan (mm)
Sx = standar deviasi
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang
(return
periode) dan tipe distribusi frekuensi.

Agihan Extreme E.J. Gumbel Tipe


I

Standart deviasi dihitung dengan rumus :


Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

n n
X 2 Xi X i
1 i
SX
n1

faktor frekuensi dihitung dengan rumus

YT Yn
K
Sn

dengan :
YT = Reduced variete sebagai fungsi periode ulang T
= - Ln [ - Ln (T - 1)/T ]
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced standart deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data
n

Agihan Pearson Tipe III

Distribusi Pearson Tipe III, mempunyai bentuk kurva seperti bel (bell
shape). Fungsi kerapatan peluang distribusi dari distribusi Pearson Tipe III adalah
sebagai berikut :
b1 xC
1 xC a
Px e
ab a

dengan :
x = variabel acak
kontinue a = parameter
skala
b = parameter
bentuk c =
parameter letak
= fungsi gamma

Standart deviasi dihitung dengan rumus

n n
X 2 Xi X i
1 i
SX
n1
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

koefisien kepencengan (skewness


coefisien)

3
nX X
CS
n 1n 2S X

Agihan Log Pearson Tipe III

Bentuk distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil trasformasi dari
distribusi Pearson Tipe III dengan menggantikan variat menjadi nilai logaritmik.
Persamaan fungsi kerapatan peluang sama dengan distribusi Pearson Tipe III.

standart deviasi dihitung dengan rumus:

1/ 2
(Log X Log X ) 2
Log X
n1

koefisien kepencengan (skewness coefisien)

3
nlog X log X
CS
n 1n 2S log X

Agihan Log Normal 3 Parameter

Distribusi Log Normal 3 parameter merupakan modifikasi distribusi log


normal dengan menambahkan suatu parameter sebagai batas bawah, dengan fungsi
densitas peluang log normal (log normal probability density function) dari variabel acak
kontinue x,
dengan persamaan sebagai berikut :

1 lnx n 2
1 2 n
Px e
lnx 2

dengan :
x = variabel acak kontinue
n = deviasi standart dari sampel dari variat ln (x - )
n = rata-rata dari sampel dari variat ln (x - )
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Standart deviasi dihitung berdasarkan persamaan :


n n
log(X i ) log X log(X i )
1 i
SX
n1

koefisien kepencengan (skewness coefisien)

3
nlog( X ) log( X )
CS
n 1n 2S log(X )

Faktor frekuensi K, diperoleh dari hubungan kala ulang atau probabilitas


dengan koefisien kepencengan (skewness coefisien).

Uji Kesesuaian Distribusi

Untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi, maka


dilakukan pemeriksaan uji kesesuaian distribusi, dalam hal ini kami memakai dua
metode uji yaitu uji Smirnov Kolmogorov dan uji Chi-Square.

Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui beberapa hal, seperti :

Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan


atau yang diperoleh secara teoritis,
Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak).

Uji Smirnov Kolmogorof

Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke
besar, Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull sebagai berikut :

100.m
P (%)
n1

Dimana :
P = Probabilitas (%)
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

m = nomor urut data dari seri yang telah disusun


n = besarnya data

Nilai delta kritis untuk uji Smirnov-Kolmogorov diperoleh dari tabel.

Uji Kai Kuadrat (Chi Square)

Dari distribusi (sebaran) Kai-kuadrat, dirumuskan :

2 F (EF O ) 2
EF

Dimana :
2
= Harga kai-kuadrat
Ef = Frekuansi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai
dengan pembagian kelas nya
Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama.

2 2
Nilai hitungan harus lebih kecil dari harga cr (Kai-kuadrat kritis) dari tabel,
untuk suatu derajat nyata tertentu (level of significance), yang sering diambil sebesar
5%.

Derajat kebebasan ini secara umum dapat dihitung dengan :

DK = K - (P + 1)

Dimana :
DK = Derajat kebebasan
K = Banyaknya kelas
P = Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyak-nya
parameter,
yang untuk sebaran kai-kuadrat adalah sama dengan dua (2).

Dalam hal ini, disarankan pula agar banyaknya kelas tidak kurang dari lima
dan frekuensi absolut tiap kelas tidak kurang dari lima pula. Apabila ada
kelas yang frekuensinya kurang dari lima, maka dapat dilakukan penggabungan
dengan kelas yang lainnya.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1.4.5. POLA DISTRIBUSI HUJAN

Distribusi Hujan

Untuk mentransformasi curah hujan rancangan menjadi debit banjir


rancangan diperlukan curah hujan jam-jaman. Pada umumnya data hujan yang
tersedia pada suatu stasiun meteorologi adalah data hujan harian, artinya data yang
tercatat secara kumulatif selama 24 jam.

Namun demikian jika tersedia data hujan otomatis (Automatic Rainfall


Recorder, ARR), maka pola distribusi hujan jam-jaman dapat dibuat dengan
menggunakan metode Mass Curve untuk tiap kejadian hujan lebat dengan
mengabaikan waktu kejadian. Setiap kejadian ini diplot untuk mendapatkan distribusi
hujan harian menjadi setiap jam.

Distribusi hujan jam-jaman dengan interval tertentu perlu diketahui


untuk menghitung hidrograf banjir rancangan dengan cara hidrograf satuan (unit
hidrograf). Prosentase distribusi hujan yang terjadi dapat dihitung dengan rumus
Mononobe (Suyono,
1981:35):
2
R t 3

24
Ro Rt Ro
t T

dimana :
Rt = rerata hujan dari awal sampai T
(mm) T = waktu mulai hujan hingga ke
t (jam) Ro = hujan harian rerata (mm)
Ri = intensitas hujan rerata dalam T – jam (mm)
R24 = curah hujan netto dalam 24 jam (mm)
t = waktu konsentrasi (jam)

Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan membedakannya menjadi


dua komponen, yaitu (1) waktu yang diperlukan untuk mengalir di permukaan lahan
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

sampai saluran terdekat to dan (2) waktu perjalanan dari pertama masuk saluran
sampai ke titik keluaran td, sehingga:
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

tc t0 td

Dimana :

2 n
to 3,28 L menit
3 S

Dan

L
s
t
d
60V menit

Dimana
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam salluran/sungai (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik)

Koefisien pengaliran

Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang di dasarkan pada kondisi


daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut. Adapun
kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah :

1) keadaan hujan,
2) luas dan bentuk daerah aliran,
3) kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai,
4) daya infiltrasi dan perkolasi tanah,
5) kebasahan tanah,
6) suhu udara dan angin serta evaporasi dan
7) tata guna tanah.

Koefisien pengaliran seperti yang disajikan pada tabel berikut, didasarkan


dengan suatu pertimbangan bahwa koefisien tersebut sangat tergantung pada faktor-
faktor fisik.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Tabel 1-1 Angka Koefisien Pengaliran

Angka Pengaliran
Kondisi DAS
(C)
Pegunungan 0,75 - 0,90
Pegunungan tersier 0,70 - 0,80
Tanah berelief berat dan
Berhutan kayu 0,50 - 0,75
Dataran pertanian 0,45 - 0,60
Daratan sawah irigasi 0,70 - 0,80
Sungai di pegunungan 0,75 - 0,85
Sungai di dataran rendah 0,45 - 0,75
Sungai besar yang
Sebagian alirannya berada
di dataran rendah 0,50 - 0,75

Sumber : Suyono Sosrodarsono, (1980)

Dr Kawakami menyusun sebuah rumus yang mengemukakan bahwa


untuk sungai-sungai tertentu, koefisien itu tidak tetap, tetapi berbeda-beda tergantung
dari curah
hujan.

15.7
f 1 3

Rt 4

Dimana :
f = koefisien pengaliran
Rt = jumlah curah hujan (mm)

Harga koefisien limpasan (runoff coefficient) dari untuk penggunaaan secara


umum dapat diambil dari tabel sebagai berikut :
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Tabel 1-2 Rumus-rumus koefisien limpasan (koefisien pengaliran) Rerata


dalam
sungai-sungai di Jepang

Rumus
No Daerah Kondisi sungai Curah hujan
Koefisien pengaliran
1 Hulu f = 1 - 15.7/Rt3/4
2 Tengah sungai biasa f = 1 - 5.65/Rt3/4
3 Tengah sungai di zone lava Rt > 200 mm f = 1 - 7.20/Rt3/4
4 Tengah Rt < 200 mm f = 1 - 3.14/Rt3/4
5 Hilir f = 1 - 6.60/Rt3/4

Sumber : Suyono Sosrodarsono, (1980)

Tabel 1-3 Angka Koefisien Pengaliran Yang Dipakai Secara Umum

Type Daerah Aliran Kondisi Daerah Harga C

Tanah pasir, datar 2% 0.05 – 0.10


Tanah pasir, rata-rata 2 – 7 % 0.10 – 0.15
Tanah pasir, curam 7 % 0.15 – 0.20
Rerumputan Tanah gemuk, datar 2 % 0.13 – 0.17
Tanah gemuk, rata-rata 2 – 7 % 0.18 – 0.22
Tanah gemuk, curam 7 % 0.25 – 0.35

Daerah kota lama 0.75 – 0.95


Business
Daerah pinggiran 0.50 – 0.70

Daerah “single family” 0.30 – 0.50


“Multi unit”, terpisah-pisah 0.40 – 0.60
Perumahan “Multi unit”, tertutup 0.60 – 0.75
“sub urban” 0.25 – 0.40
daerah rumah-rumah apatemen 0.50 – 0.70

Daerah ringan 0.50 – 0.80


Industri
Daerah berat 0.60 – 0.90
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Hujan netto

Dengan menganggap bahwa proses tranformasi hujan menjadi limpasan


langsung mengikuti proses linier dan tidak berubah oleh waktu, maka hujan netto
(Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut :

Rn = C x R

Dengan :
C = koefisien limpasan
R = Intensitas curah hujan

1.4.6. DEBIT BANJIR RENCANA (DESIGN FLOOD)

Untuk merencanakan suatu bangunan pengendali banjir, diperlukan analisis


nilai debit banjir yang mungkin terjadi di lokasi tersebut. Untuk mengetahui keadaan
pola banjir diperlukan periode pengamatan, agar estimasi mendekati keadaan yang
sebenarnya.

Untuk perencanaan suatu pengedalian banjir dengan sistem tampungan


sementara (retarding basin) perlu suatu perencanaan sistem pengaturan debit
keluaran dengan dilakukan analisa dan simulasi debit yang masuk dengan
menggunakan debit banjir berbagai kala ulang dengan menggunakan metode
Hidrograf Satuan (Unit Hidrograf) seperti metode HSS Nakayasu dan HSS Gama I.

Untuk mendapatkan besaran debit banjir rencana yang lebih baik,


dalam perhitungan diperlukan beberapa metode perhitungan, kemudian dibandingkan
hasil dari masing-masing untuk diambil sebagai debit banjir rencana (design flood).
Dalam analisa debit banjir rencana disini dihitung dengan metode-metode sebagai
berikut :

Rasional
HSS Nakayasu

Metode Rasional
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Dasar metode ini dalam teknik penyajiannya memasukkan faktor curah


hujan,
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

keadaan fisik dan sifat hidrolika daerah pengaliran, persamaan umum dari metode
ini
adalah sebagai berikut :

Qmax 0.278 C i A

dimana :
C = Runoff coefficient
i = Intensitas Maksimum selama waktu konsentrasi
(mm/jam) A = Luas daerah pengaliran (km2)

Metode ini mulanya diterapkan untuk daerah perkotaan kemudian metode


ini dikembangkan untuk daerah pengaliran sungai dengan berdasarkan anggapan
sebagai berikut :

Curah hujan mempunyai intensitas merata diseluruh daerah aliran untuk


durasi tertentu
Lamanya curah hujan sama dengan waktu konsentrasi dari daerah aliran
Puncak banjir dan intensitas curah hujan mempunyai tahun berulang yang sama

Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu, diperlukan beberapa karakteristik


parameter daerah alirannya, seperti :

1) Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to


peak magnitute)
2) Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag)
3) Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
4) Luas daerah aliran
5) Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel) dan
6) Koefisien pengaliran.

Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah :


Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

C.A.R0
Qp
3,6(0,3Tp T0,3 )

Dimana :
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit
puncak
sampai menjadi 30% dari debit puncak.
Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus, sebagai berikut :

Tp = Tg + 0,8 tr
T0,3 = x Tg

Tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam).
Tg
dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

- Sungai dengan panjang lebih dari 15 km, maka

Tg = 0,40 + 0,058 L

- Sungai dengan panjang kurang dari 15 km, maka

Tg = 0,21 L0,70
= parameter hidrograf
tr = satuan waktu hujan (1

jam) Persamaan satuan hidrograf adalah :

- Pada waktu naik

0 t Tp
2.4
t
Qt Qmaks
Tp
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

- Pada kurva turun

* Tp t (Tp + T0,3)
tT p
T0, 3
Q
t Qmaks

* (Tp + T0,3) t (Tp + T0,3 + T0,32)


tT p T0 ,3
1,5T0, 3
t Qmaks .0,3
Q
* t (Tp + T0,3 + T0,32)
tTp 1,5T0,3
1,5T0, 3
t Qmaks .0,3
Q

Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, oleh karena itu


dalam penerapannya terhadap suatu daerah aliran harus didahului dengan pemilihan
parameter- parameter yang sesuai seperti Tp, dan pola distribusi hujan agar
didapatkan suatu pola hidrograf yang mendekati dengan hidrograf banjir yang diamati.

Hidrograf Banjir Rancangan

Dengan telah dihitungnya hidrograf satuan, maka hidrograf banjir untuk


berbagai kala ulang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Qk = U1 Ri + U2Ri-1 + U3Ri-2 + ... + UnRi-n+1 + Bf

Dengan :
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke
k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto pada jam ke i
Bf = Aliran dasar (Base flow)
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Rumus hidrograf banjir tersebut dalam bentuk tabel dapat disajikan


sebagai
berikut :
Hidrograf Aliran
R1 R2 Rn Rm Debit
Satuan Dasar
(m3/dt/mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
Q1 q1 . R1 B Q1
Q2 q2 . R1 q1 . R2 B Q2
Q3 q3 . R1 q2 . R2 ... Q3
Q4 q4 . R1 q3 . R2 ... q1 . Rm B Q4
Q5 q5 . R1 q4 . R2 ... q2 . Rm B Q5

... ... q5 . R2 ... q3 . Rm B Qn+1

qn qn . R1 ... ... q4 . Rm B Qn+2

qn . R2 ... q5 . Rm B Qn+3
... ... B ...

qn . Rm B Qn+m-1

1.5. ANALISA HIDRAULIKA

Fenomena hidrolika dalam perencanaan bangunan sebagai usaha


untuk pengendalian banjir dapat diketahui dari Analisis Hidrolika. Fenomena
Hidrolika diperlukan untuk penentuan dimensi bangunan yang direncanakan
berdasarkan debit banjir rencana dengan mengacu pada aspek hidrolika yang ada.
Analisis hidrolika meliputi :

Data potongan memanjang dan melintang sungai untuk mengetahui slope rata-
rata, kapasitas/debit yang bisa dialirkan dan lengkung liku debit (rating curve).
Kondisi Aliran, untuk menentukan kondisi aliran disepanjang saluran yang
didesain, agar dalam saluran tidak terjadi aliran superkritis.
Analisa debit keluaran pintu aliran bawah, untuk mengetahui besarnya debit yang
keluar (release flow) berdasarkan operasi pintu untuk perencanaan pengendalian
banjir dengan tampungan sementara (retarding basin) dan perencanaan bangunan
peredam energi (stilling basin) pada hilir pintu.

Analisa Profil muka air, untuk mengetahui tinggi muka air pada
saluran berdasarkan perbedaan energi dan momentum pada penampang masing-masing
section dan
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

bangunan yang ada, analisa ini sangat berguna untuk melihat kapasitas saluran rencana
dan tinggi freeboard juga untuk dasar perencanaan bangunan pengatur debit (regulator).

1.5.1. KARAKTERISTIK SUNGAI

Karakteristik sungai sangat dipengaruhi morfologi sungai, kekasaran


dasar, material dasar, bangunan-bangunan yang ada sepanjang sungai dan pengaruh
pasang surut pada pelepasan sungai. Dalam analisa hidrolika karakteristik sungai
sangat diperlukan untuk analisa kapasitas pengaliran, kecepatan aliran, profil muka
air, kondisi aliran dan fenomena-fenomena hidrolika lainnya.

1.5.2. LIKU DEBIT (RATING CURVE)

Liku debit adalah hubungan antara debit (Q) dengan tinggi muka air (h) pada
suatu tampang sungai. Liku debit sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas
pengaliran dari suatu tampang sungai, yang dihitung dengan menggunakan pendekatan
rumus hidrolika
aliran seragam (uniform flow) dari Manning sebagai berikut:

A 2 / 3 1/ 2
Q AV R S
n

untuk penampang yang berbeda pada suatu section sungai akan mempunyai
liku debit yang berbeda sehingga kemampuan mengalirkan debit juga berbeda.
Untuk mempermudah dalam pemakaian suatu liku debit dapat digunakan dengan
pemakaian grafik/kurva atau dengan menggunakan persamaan regresi yang dapat
mewakili, karena pada ketinggian air (h) sama dengan 0 debit (Q) yang dialirkan juga
0 maka dapat dipakai regresi dengan pendekatan liku debit adalah Regresi Logaritmik :

Q=a.hb

1.5.3. KEDALAMAN ALIRAN KRITIS

Aliran kritis pada saluran prismatik dalam kemiringan seragam akan sama di
semua penampang saluran (aliran seragam), pada keadaan ini kemiringan saluran yang
membuat debit dan kedalaman kritisnya tetap disebut dengan kemiringan kritis
(critical slope). Kemiringan yang lebih besar dari kemiringan kritis akan
menimbulkan aliran yang lebih
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

cepat dari keadaan superkritis yang disebut dengan kemiringan curam (steep slope)
atau kemiringan superkritis (super critical slope), hal ini akan mengakibatkan aliran
tidak stabil dimana perubahan kecil dalam energy spesifiknya menimbulkan
perubahan kedalaman yang besar. Dalam merancang saluran bila ternyata keadaan
mendekati atau sama dengan kedalam kritis sepanjang saluran, bentuk atau kemiringan
saluran harus diubah bila secara praktis memungkinkan, agar dihasilkan kestabilan
aliran yang lebih baik.

Kedalaman aliran kritis dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

q2
yc 3
g

dimana :
q = debit persatuan lebar (m3/dt/m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)

1.5.4. HIDROLIKA PINTU AIR BAWAH

Untuk perencanaan pengendalian dengan tampungan sementara digunakan


pintu pengendali banjir, dalam hidraulika pintu tersebut dinamakan pintu air aliran
bawah, karena pada kenyataannya air mengalir melalui bagian bawah struktur. Pada
rancangan pintu air demikian dua hal yang perlu diperhatikan yaitu hubungan tinggi
energi pelepasan dengan distribusi tekanan pada permukaan pintu untuk berbagai posisi
pintu dan pinggiran pintu. Bentuk pinggiran pintu, tidak saja mempengaruhi distribusi
kecepatan, tekanan dan kehilangan energi, tetapi juga menyebabkan timbulnya
getaran-getaran pengganggu, yang harus dihilangkan pada saat pintu air
digunakan. Karena rancangan pinggiran pintu bervariasi maka biasanya diperlukan
penelitian yang terpisah untuk berbagai kondisi rancangan tersebut.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

2 2
v v
1 1
2g E 2g E
2 2
v v
2 2
y1 y1
2g 2g

h y2 h
y2

Besarnya debit yang dapat dikeluarkan (release flow) melalui pintu air
bawah
dapat dihitung dengan persamaan energi, dengan persamaan sebagai berikut :
2
1 v
Q CLh 2g y1
2g

dimana :
C = koefisien pelepasan
= K.
L = panjang pintu air (m)
h = tinggi bukaan pintu (m)
y1 = kedalaman hulu aliran (m)
2
v
1
= tinggi kecepatan aliran terdekat (m)
2g

Koefisien disajikan dalan grafik sebagai berikut :

0.80 = 150
= 300

= 450
0.70 = 600
= 750 y1

= 90 0
h
0.60

0.50
1 3 5 7 9 11 13
y1/h

Koefisien K untuk Debit tenggelam disajikan dalam grafik sebagai berikut :


Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1.00

0.80

0.60

K
6 8 10 15 y1/h = 20
0.40

0.20
2 3 4 5

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
y2/h

Debit keluaran dari pintu mungkin terendam atau bebas tergantung


pada kedalaman air bawah, untuk aliran terendam y1 pada persamaan diatas harus
diganti dengan tinggi energi efektif, atau perbedaan antara kedalaman aliran hulu dan
aliran hilir.

Tekanan yang bekerja pada permukaan pintu dapat ditentukan secara


teliti dengan menggunakan analisa aliran netto atau pengukuran langsung pada
model atau
prototipe. Tekanan pada pintu radial dapat digambarkan sebagai berikut :

Tekanan vertikal pada


dasar saluran
F1 FH

F2 F3

Analisa debit keluaran pintu aliran bawah digunakan untuk


menghitung pengaturan dan pola operasi dari pintu retarding basin baik untuk menahan
banjir maupun untuk pengelontoran sungai, perencanaan bangunan peredam
energi (stilling basin) berdasarkan karakteristik debit dan pola aliran pada outlet pintu.

Peredam energi/Kolam olak (stilling basin) pada outlet pintu


direncanakan berdasarkan harga kedalaman sebelum loncatan (y1) dan froude number
sebelum loncatan
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

(F1). Dari kedua harga tersebut dapat dihitung tinggi air setelah loncatan,
dengan
persamaan :
y2 1
1 8F 1 1
y1 2

Panjang kolam olak sangat dipengaruhi oleh bilangan froude (F1), tinggi
endsill, tinggi gigi peredam dan chute block sangat dipengaruhi kedalam aliran
sebelum loncatan (y1). Sedangkan tipe kolam olak sangat dipengaruhi oleh bilangan
froudenya. Bilangan
Froude dapat dihitung dengan persamaan :

v
F
gd

1.5.5. PROFIL MUKA AIR

Perhitungan profil muka air dihitung dengan metode tahapan standart,


metode ini dapat dipakai untuk saluran tak prismatik. Pada saluran tak prismatik
unsur hidrolik tergantung pada jarak di sepanjang saluran. Pada saluran alam,
biasanya diperlukan dilakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan pada setiap penampang yang akan dihitung. Perhitungan dilakukan tahap
demi tahap dari suatu titik tinjau ke titik tinjau yang lain yang sifat hidroliknya telah
ditetapkan. Dalam hal ini jarak setiap titik tinjau diketahui dan dilakukan penentuan
kedalaman aliran di tiap pos. Cara semacam ini biasanya dibuat berdasarkan
perhitungan coba-coba. Untuk penjelasan cara ini dianggap bahwa permukaan air
terletak pada suatu ketinggian dan bidang datar, seperti gambar berikut :

Tinggi muka air diatas bidang datar pada kedua ujung penampang adalah :

Z 1 S o x y1 z 2
Z 2 y2 z2

dan kehilangan tekan akibat gesekan adalah


Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1
hf S f x S S x
2 1 2

1 2

2
v
1
2 hf =Sf x
v
1
1 2g
y1
z1 y2
S0 x z2

x
Garis Persamaan (Datum)

dengan kemiringan gesekan Sf diambil sebagai kemiringan rata-rata pada


kedua
ujung penampang S f , sehingga persamaan energi menjadi :
2 2
v1 v2
Z1 1 Z2 2 hf he
2g 2g

dengan he ditambahkan untuk kehilangan tekanan akibat pusaran, yang


cukup besar pada saluran tak prismatik. “Metode Tahapan Standart akan
memberikan hasil yang terbaik bila dipakai menghitung saluran alam”.

1.5.6. HIDROLIKA AMBANG

Untuk mengatur debit pada percabangan-percabangan perlu


direncanakan bangunan pengatur debit (flow regulator), yang direncanakan
berdasarkan kapasitas debit pada masing-masing saluran. Bangunan tersebut bisa
berupa bangunan pelimpah ataupun pintu pengatur, untuk mempermudah dalam
pengoperasiannya maka pada pekerjaan ini bangunan pengatur debit (flow
regulator) direncanakan menggunakan tipe pelimpah, dimana pada saat muka air
mencapai taraf muka air tertentu, air langsung melimpah dan di alirkan pada saluran.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Secara umum debit yang lewat di atas mercu pelimpah dapat dihitung
dengan
persamaan sebagai berikut :

3
2
Q C BH

dimana :

Q = debit yang lewat mercu pelimpah (m3/dt)


C = koefisien debit pelimpahan tergantung dari tipe pelimpah
B = lebar pelimpah (m)
H = tinggi air diatas pelimpah (m)

Debit yang lewat mercu pelimpah dan lebar pelimpah dalam pekerjaan
ini ditentukan berdasarkan kemampuan debit saluran, tinggi pelimpah dan tinggi muka
air di atas mercu pelimpah direncanakan berdasarkan profil muka air untuk debit
banjir dengan kala ulang tertentu.

1.5.7. HIDRAULIKA PASANG SURUT

Dalam perhitungan pasang surut banyak faktor-faktor yang


mempengaruhi terjadinya pasang-surut, untuk mempermudah dalam perhitungan
faktor-faktor lokal yang mempengaruhi seperti tinggi muka air setempat karena
pengaruh angin tidak dimasukkan dalam perhitungan. Meskipun banyak benda
angkasa yang mempengaruhi gerakan pasang surut di bumi, namun mengingat hanya
bulan dan matahari saja yang mempunyai pengaruh yang besar, maka dalam
perhitungan hanya memperhitungkan kedua benda tersebut.

Dalam perhitungan matematis pasang surut banyak metode yang


digunakan, dalam perhitungan ini didasarkan pada teori Harmonic Analysis atau lebih
dikenal dengan Admiralty Method dikembangkan oleh Doodson (1930) dalam teori ini
dinyatakan bahwa gerakan pasang surut adalah gerakan vertikal dari air laut yang
terbentuk dari superposisi linier dari sejumlah gerakan yang harmonis dari pengaruh
masing-masing benda angkasa terhadap lapisan air di bumi. Sehingga untuk
masing-masing benda angkasa terhadap lapisan air di bumi. Sehingga untuk
masing-masing tempat pada periode tertentu dapat diperoleh gambaran karakteristik
pasudnya dari faktor amplitudo (hj) yaitu beda tinggi antara elevasi pasang
tertinggi dengan m.a rata-rata, periode (wj) yaitu waktu yang
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

diperlukan untuk suatu pengaruh dapat terulang lagi, dan phase lag (aj) yaitu untuk
masing- masing tempat atas dasar waktu antara bulan dan matahari melintasi garis
bujur lokasi dengan waktu kejadian yang sesungguhnya.

Sehingga untuk suatu tempat tinggi pasang surut dapat dihitung atas
dasar rumus tersebut sebagai berikut :

ht h0 h j cos w j t a j

dimana :
ht = tinggi muka air pada waktu
t h0 = tinggi muka air rata-rata
t = waktu yang ditinjau

1.6. DETAIL DESAIN BANGUNAN PENGENDALI BANJIR

Dalam penanganan banjir perlu dianalisa kondisi daerahnya, hal ini


untuk memperoleh gambaran bangunan pengendali banjir yang sesuai dengan
kondisi baik kondisi sosial, kondisi ekonomi, kondisi geologi tanah disekitarnya,
kondisi morfologi sungainya.

Ada beberapa altenatif bangunan pengendali banjir antara lain,


normalisasi sungai, pembuatan tanggul banjir, pembuatan retarding
basin, pembuatan shortcut/sudetan/kanal banjir/floodway dan lain-lain.

1.6.1. TANGGUL BANJIR

Tanggul banjir adalah tipe bangunan pengendalian banjir yang sering


digunakan, namun hal ini belum tentu sesuai untuk daerah yang relatif datar dan beda
elevasi dengan laut sangat kecil karena tanggul yang dibuat akan besar dan tinggi
sehingga cukup mahal.

Perhitungan stabilitas tanggul biasanya dilakukan dengan metode irisan


bidang luncur bundar (slice methode on circular slip surface), metode Bishop
atau metode Fellenius.
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Metode irisan bidang luncur bundar

Andaikan bidang luncur bundar dibagi dalam beberapa irisan vertikal,


maka faktor keamanan dari kemungkinan terjadinya longsoran dapat diperoleh
dengan menggunakan keseimbangan sbb:
C.l N U Netan
Fs T Te

C.l .Acos e.sin V tan


.Asin e.cos

dengan :
Fs = faktor keamanan
N = Beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan
bidang luncur (= .A.cos )
T = Beban komponen tangensial yang timbul dari berat setiap
irisan bidang luncur (.A.sin )
U = Tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur
Ne = Komponen vertikal beban seismis yang bekerja pada setiap
irisan bidang luncur (= e..A.sin )
Te = Komponen tangensial yang timbul dari berat setiap irisan
bidang
luncur (= e..A.sin )
= Sudut gesekan dalam bahan yang membentuk dasar setiap
irisan bidang luncur
C = Angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap irisan
bidang luncur
Z = lebar setiap irisan bidang
luncur e = Intensitas seismis
horizontal
= Berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur
A = Luas dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur
= Sudut kemiringan rata-rata dasar setiap irisan bidang luncur
V = Tekanan air pori
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Metode Fellenius

Dalam penyelesaian ini diasumsikan bahwa setiap irisan resultan gaya-


gaya antar irisan adalah nol. Penyelesaian tersebut meliputi penyelesaian ulang untuk
gaya-gaya pada setiap irisan yang tegak lurus terhadap dasar, yaitu :

N’ = W cos - ul

Kemudian faktor keamanan yang dinyatakan dalam tegangan efektif

c' La tan ' (W cos ul )


Fs
W sin

Komponen-komponen W cos dan W sin dapat ditentukan secara grafis


untuk setiap irisan. Alternatif lain, dapat diukur dan dihitung. Jumlah
permukaan keruntuhan coba-coba harus dipilih untuk mendapatkan faktor keamanan
yang minimum. Penyelesaian ini menghasilkan perkiraan faktor keamanan yang lebih
kecil.

Untuk suatu analisa menggunakan tegangan total, digunakan


parameter- parameter cu dan u dan nilai u = 0. Bila u = 0 faktor keamanannya adalah

c aL
u
Fs
W sin

Metode Simplied Bishop


R sin
O
Gambaran secara grafis dari teori
Simplied Bishop dapat dijabarkan
r
C dalam gambar disamping, dengan asumsi
bahwa resultante
gaya pada sisi irisan adalah
horisontal.
A B

Sehingga persamaan Keseimbangan gaya teori Simplied Bishop adalah


sebagai
berikut :
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1 Sec
Fs C'b W 1 r u tan
W sin tan tan
1
Fs

Dalam analisa stabilitas lereng tanggul banjir, perhitungan stabilitas


ditinjau tiga kondisi yang tidak menguntungkan, yaitu:

o Kondisi kosong
o Kondisi muka air normal
o Kondisi Muka air maksimum (banjir)
o Kondisi penurunan muka air secara tiba-tiba (rapid drawn down)

Keempat kondisi tersebut akan di analisa dalam kondisi tanpa gempa


dan kondisi gempa.

Batas angka keamanan (safety factor) minimum dalam analisis stabilitas


lereng berdasarkan faktor keamanan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu:

Kondisi I : Kondisi kosong dengan gempa Fs = 1,2


Kondisi kosong tanpa gempa Fs = 1,5
Kondisi II : Kondisi normal dengan gempa Fs = 1,2
Kondisi normal tanpa gempa Fs = 1,5
Kondisi III : Kondisi banjir tanpa gempa Fs = 1,5
Kondisi IV : Kondisi penurunan tiba-tiba dengan Fs = 1,1
gempa
Kondisi penurunan tiba-tiba tanpa gempa Fs = 1,2

Untuk memperoleh angka kemanan (safety factor) yang paling minimum


perlu beberapa kali iterasi dalam beberapa koordinat dan radius untuk itu perlu
bantuan perangkat lunak (software) untuk mempermudah dan mempercepat itersi
yaitu dengan menggunakan program komputer untuk menghitung stabilitas
lereng yaitu dengan program Pslope.

1.6.2. TINJAUAN STABILITAS BANGUNAN PENGENDALIAN BANJIR

Bangunan pengendalian banjir seperti bangunan regulator aliran (flow


regulator)
yang berupa ambang, perkuatan lereng tanggul dengan pasangan, konstruksi pintu
operasi
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

maupun tempat perletakkan harus stabil terhadap guling, geser daya dukung tanah
pondasi, dan terhadap bahaya rayapan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa
stabilitas bangunan terhadap potensi-potensi bangunan terhadap bahaya guling, geser,
daya dukung tanah dan terhadap bahaya rayapan dalam berbagai keadaan
pembebanan. Perhitungan stabilitas tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
metode sebagai berikut:

Terhadap
geser

Dihitung dengan menggunakan rumus

: Sf = (V.f)/ H

dengan:
Sf = faktor keamanan
V = jumlah gaya vertikal (ton)
H = jumlah gaya horisontal (ton)
f = koefisien geser antara dasar konstruksi dan tanah pondasi

Terhadap
guling

Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

e = B/2 – (MV-MH)/ V < B/6 (pembebanan tetap)

< B/3 (pembebanan

sementara) Sf = MV/ MH > 1,5 pembebanan

tetap

> 1,2 pembebanan sementara

dengan:
e = eksentrisitas (m)
B = lebar dasar konstruksi (m)
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

MV = Jumlah momen vertikal (ton m)


MH = Jumlah momen horisontal (ton m)
V = Jumlah gaya vertikal
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Sf = faktor keamanan

Terhadap daya dukung tanah

Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut : Jika nilai eksentrisitasnya e < B/6 maka :

= V/B. (1 6e/B)

Jika nilai eksentrisitasnya e>B/6

4 V B
q1,2 . 2qult
3 2e

dengan:
= Tegangan tanah yang terjadi (ton/m2)
V= Gaya vertikal (ton)
B = lebar pondasi (m)
e = eksentrisitas (m)

Kontrol terhadap panjang rayapan

Perhitungan kontrol terhadap bahaya rayapan dapat dihitung atau


digunakan metode Lane sebagai berikut :

Ld
H Cd

dimana :
Ld = panjang jalur rayapan
(m) H = beda tinggi muka
air Cd = koefisien rayapan

Untuk bagian depan bangunan (apron), maka panjang apron dirumuskan :


Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

4H ha
ta 31 . fu

Dimana :
ta = panjang apron dari titik a (m)
H = beda tinggi muka air (m)
ha = beda tinggi muka air di titik a (m)
= berat jenis air
fu = koefisien tekanan uplift

Gaya-gaya yang bekerja pada


konstruksi

Tekanan air statis

Pw = ½ . w. H2 . L

dengan:
Pw = tekanan air statis
(ton) w = berat jenis air
(ton/m) H = kedalaman
air (m)
L = panjang konstruksi yang ditinjau
(m)

Gaya vertikal akibat berat konstruksi

Wc = c . V

dengan :
Wc = gaya vertikal
(ton)
c = berat jenis bahan konstruksi (ton/m3)
V = volume konstruksi (m3)
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Gaya horisontal akibat gempa

He = kh . V

dengan:
He = gaya horisontal
V= gaya vertikal
kh = koefisien gempa

Tekanan tanah aktif

Pa = ½ . ka. s .H2 .L

dengan:
Pa = tekanan tanah aktif (ton)
s = berat jenis tanah (ton/m3)
H = kedalaman tanah (m)
L = lebar konstruksi yang ditinjau (m)
ka = (1 - sin)/(1 + sin ) atau ka = tan2(45 -/2)
= sudut geser dalam sedimen/tanah

 Tekanan tanah pasif

Ps = ½ . kp . e . H2 .L

dengan:
Pe = tekanan tanah (ton)
H = kedalaman tanah (m)
e = berat jenis tanah (ton/m3)
L = panjang konstruksi yang ditinjau
Kp = koefisien tekanan tanah pasif = 1/ka
1.7. ANALISIS MANAJEMEN HULU DPS

Analisa ini akan dilakukan dengan menggunakan peta tata guna lahan
yang ada, berdasarkan kondisi terakhir dari daerah tangkapan hujan/cathment area
atau Daerah
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Pengaliran sungai atau kalau terdapat photo citra satelit akan lebih mudah
melakukan analisa kondisi cathment area.

Berdasarkan kondisi tersebut dapat dianalisa kemungkinan daerah-daerah


yang harus dikonservasi, yang dalam hal ini akan dituangkan dalam peta usaha
konservasi lahan dalam Daerah pengaliran Sungai (DPS)/Cathment Area lokasi studi.

Dari hasil analisa tersebut dapat diberikan suatu usaha konservasi


dan manajemen Daerah Pengaliran Sungai yang lebih baik dan tepat sasaran.

Untuk menentukan usaha konservasi dan manajemen DPS maka


perlu menganalisa kondisi erodibilitas dan erosivitas lahan yang dapat dilakukan
dengan perhitungan manual Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada Daerah Pengaliran
Sungai (DPS).

Pada dasarnya, jika telah tersedia peta TBE (Tingkat Bahaya Erosi)
untuk wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) daerah studi di Balai (Sub
Balai) RLKT setempat, maka data tingkat erosi akan dapat dihitung dari sumber
peta tersebut. Tetapi bila belum tersedia, maka akan digunakan model perhitungan
dengan menggunakan persamaan umum kehilangan tanah atau Universal Soil
Less Equation (USLE) yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

E = RKLSCP

dimana,
E : jumlah masa kehilangan tanah
(t/ha/tahun) R : indeks erosivitas hujan dan
larian (tm/ha) K : indeks erodibilitas tanah
(t/ha per unit)
L : faktor panjang lereng
C : faktor pengelolaan tumbuhan (crop management)
P : faktor upaya-upaya pengendalian erosi (erosion control practices)

Erosivitas hujan dan runoff R adalah indeks yang menunjukkan besarnya


energi hujan yang mampu memukul dan memecah partikel tanah dan mengangkutnya
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

keluar. Di Indonesia, hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks erosivitas


dapat dihitung menggunakan persamaan :
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

2
25PR
R
0,073PR 0,73

dimana,
PR : curah hujan dalam cm.

Nilai erosivitas tahunan berkisar antara 1900 tm/ha hingga 8000 tm/ha.
Jika pencatatan hujan hanya tersedia bulanan, maka erosivitas hujan dapat diperkirakan
dengan menggunakan rumus :

R = 6.12 (Pm)1.21 (N)-0.47 (Pmaks)0.53

dimana,
R : erosivitas hujan pada bulan yang bersangkutan
Pm : curah hujan rata-rata bulanan untuk bulan yang bersangkutan (cm)
N : rata-rata jumlah hari hujan pada bulan yang bersangkutan
Pmaks : rata-rata hujan maksimum 24 jam pada bulan yang bersangkutan.

Indeks erodibilitas tanah K adalah angka yang menunjukkan tingkat erosi


yang terjadi pada jenis tanah tertentu dibawah standar kemiringan lereng dan
pengolahan tertentu. Indeks erodibilitas ini dapat diadopsi dari Puslit Tanah, dimana
dari berbagai jenis tanah di Indonesia antara lain jenis tanah Latosol (berkisar
0.034 – 0.104), Lithosol (0.134), Mediterranean (berkisar 0.140-0.260) dan Grumusol
(0.204).

Faktor panjang L, berpengaruh terhadap hilangnya tanah untuk standard


panjang lereng yaitu panjang lereng overlandflow antar “brek-slope” yang
dapat dihitung
berdasarkan rumus standard sebagai berikut :

a
L 22,1

dimana,
a : panjang lereng overlandflow (m)
m : 0.6 untuk kemiringan lereng > 10 %
0.5 untuk kemiringan lereng 5 – 10 %
Metodologi dan Rencana Kerja
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

0.4 untuk kemiringan lereng 3 – 4 %


0.3 untuk kemiringan lereng < 3 %.

Faktor kemiringan lereng S dapat dihitung berdasarkan persamaan


berikut :

0,43 0,30S
0,043S 2
S
6
,
6
1
3

dimana,
S : kemiringan lereng yang dinyatakan dalam %.

Nilai factor pengelolaan tanaman (crop management factor) C


dan upaya pengendalian erosi (erosion control practices) P, sangat
tergantung pada jenis tanaman atau vegetasi, serta jenis pengendalian erosi
yang dilakukan, misalnya ada tidaknya terasering, apakah terpelihara dengan
baik atau tidak, ada resapan air, dan sebagainya.

Angka-angka indeks C dan P ini dapat diperoleh dengan


mengadopsi hasil- hasil penelitian yang dilakukan oleh Puslit Tanah Bogor.

2b - 70
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Apresiasi terhadap inovasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konsultan sebagai
penyedia jasa dalam rangka memberikan khasanah terhadap kerangka acuan kerja yang
telah diberikan. Sehingga diharapkan melalui apresiasi terhadap inovasi ini dapat
memberikan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas dan tetap mengacu pada lingkup
pekerjaan sesuai KAK dan penjelasan yang diberikan dalam anwidjzing. Kedudukan
apresiasi dan inovasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar
diagram berikut ini :

2c - 1
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Pada dasarnya uraian lingkup pekerjaan yang telah dijabarkan dalam Kerangka Acuan
Kerja (KAK) sudah cukup jelas, dimana di dalamnya telah menerangkan hak dan
kewajiban Konsultan supervisi dalam melaksanakan tugasnya.
Setelah membaca dan mempelajari dokumen lelang untuk paket pekerjaan DD
PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO DI
KAB SUKOHARJO,Tahun Anggaran 2022 secara detail dan menyeluruh, maka kami
selaku penyedia Jasa Konsultansi dibidang Pengawasan akan menterjemahkan lingkup
tugas tanggung jawab tersebut dalam skema Rencana Kerja secara komperehensif, guna
tercapainya tujuan dan sasaran yang dikehendaki. Kami akan mencoba menuangkan
ide-ide dan rencana pelaksanaan pekerjaan melalui prosedur, metodologi kerja, rencana
pelaksanaan pekerjaan (time schedule), serta rencana pengadaan langsung personil
tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan, berdasarkan Lingkup Pekerjaan
yang akan direncanakan.

Tentunya semua itu akan disinkronisasikan dengan kebutuhan tenaga yang telah
ditetapkan dalam Bill Of Quantity (BQ) dalam rentang waktu pelaksanaan yang telah
ditentukan. Dalam menunjang operasional dan koordinasi kerja selama proses
pekerjaan berlangsung, maka kami akan melengkapi jajaran tenaga ahli dan tenaga
supporting dengan peralatan yang dibutuhkan serta sarana transportasi dan komunikasi
yang memadai, agar skematik struktur organisasi lapangan dapat berjalan dengan lancar
dan cepat dengan hasil yang bisa dianggap lebih akurat.Menurut kami, bentuk
penyajian dan struktur sudah cukup baik. Hal ini tentu saja memberikan kemudahan
kepada kami khususnya, sebagai konsultan pengawas, dalam pelaksanaan kegiatannya.
Terlepas dari hal tersebut, terdapat beberapa Apresiasi dan Inovasi yang dapat
disampaikan setelah kami memahami segala hal yang disajikan dalam kak DD
PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO DI
KAB SUKOHARJO, baik itu dipandang dari segi struktur penyajian maupun ruang
lingkup materi pembahasan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :
• Dalam Pelaksanaan pekerjaan supervisi ini untuk pekerjaan awal konsultan
melakukan survey pendahuluan/identifikasi masalah bersama dinas terkait, apabila

2c - 2
Apresiasi dan Inovasi
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

terjadi perbedaan hasil pengukuran dan desain maka perlu dilakuakan review
desain.
• Materi Studi – studi Terdahului diharapkan masuk menjadi poin bahasan dalam
penyajian KAK.
• Pengadaan laporan lain diluar bentuk laporan rutin perlu dibicarakan lebih lanjut
mengenai teknis pengadaan dan pembiayaannya.
• Data-data teknis pendukung yang tidak bisa kami peroleh sendiri di lapangan
karena keterbatasan ruang lingkup, waktu, biaya dan tenaga ahli, tetap perlu
disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen sebagai fasilitas yang dapat kami
manfaatkan. Materi yang disajikan di KAK pada bagian Data dan Fasilitas
Penunjang harus diperjelas dengan rinci dan lengkap.

2c - 3
Dukungan Data Terhadap KAK
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Untuk mencapai produk layanan jasa yang maksimal, maka dukungan data yang tersedia
dari KAK sudah cukup membantu untuk menyelesaikan kegiatan ini. konsultan akan
memberikan data di lapangan dengan menugaskan secara khusus seorang penghubung
(contact person) yang dapat dihubungi oleh Direksi Pekerjaan (Pejabat Pembuat
Komitmen) atau Kepala Satker serta pihak terkait lainnya.

Hal ini dimaksudkan untuk membantu penanganan masalah khusus, baik teknis maupun
administrasi yang tidak termasuk dalam Kerangka Acuan Kerja, namun hal-hal tersebut
perlu ditangani dengan tujuan untuk mensukseskan kegiatan pekerjaan ini khususnya
pada Pekerjaan DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI
BENGAWAN SOLO DI KAB SUKOHARJO Dukungan data yang tersedia sesuai
dengan KAK.

Konsultan akan berusaha mencari data teknis terutama dari gambar desain dan
pengukuran pekerjaan diatas. Jika terdapat perbedaan dari segi pengukuran dan teknis,
maka konsultan akan melakukan review desain (jika diperlukan).

2d - 1
Uraian Tugas dan Komposisi Tim
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO DI KAB
SUKOHARJO

2e.1. PENUGASAN TENAGA AHLI


Posisi Kualifikasi Jmlh
Tingkat Jurusan Keahlian Pengalaman Status OB
Pendidik TA
an
1.Ketua Sarjana Teknik Ahli -Berpengalaman Tetap 1x8
Tim/Ahli S1 Sipil atau Madya di dalam
SDA Teknik bidang pekerjaan
(1 orang) Pengairan SDA irigasi
sekurang-
kurangnya 6
(enam) tahun
dilengkapi
dengan
referensi kerja
dari Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
- Mempunyai
pengalaman
sebagai ketua
tim sekurang-
kurangnya 2
(dua) kali
dalam bidang
irigasi
2.Ahli Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tetap 1x3
Geodesi S1 Geodesi Madya di dalam bidang
(1 orang) bidang pengukuran dan
Geodesi pemetaan
prasarana keairan
atau sumber daya
air sekurang-

-14-
Uraian Tugas dan Komposisi Tim
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO DI KAB
SUKOHARJO

kurangnya 4
(empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
3.Ahli Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tetap 1x6
Hidrologi S1 Sipil atau Madya di dalam pekerjaan
(1 orang) Teknik bidang sumber daya air
Pengairan SDA sekurang-
kurangnya 4
(empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
4.Ahli Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tetap 1x5
Hidraulik S1 Sipil atau Madya di dalam pekerjaan
a/Struktur Teknik bidang sumber daya air
Bangunan Pengairan SDA sekurang-
air kurangnya 4
(1 orang) (empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
5.Ahli Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tetap 1x3
Mekanika S1 Sipil atau Madya di dalam bidang
Tanah/ Teknik bidang geologi teknik
Geotekni Geologi Geologi pada pekerjaan
k Teknik/Ge sumber daya air
(1 orang) oteknik sekurang-
kurangnya 4
(empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen

-15-
Uraian Tugas dan Komposisi Tim
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO DI KAB
SUKOHARJO

6.Ahli Cost Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tidak 1x2


Estimator S1 Sipil atau Madya di dalam estimasi Tetap
/Dok. Teknik bidang biaya untuk
Tender Pengairan SDA pekerjaan
(1 orang) sumber daya air,
diutamakan 4
(empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
7.Ahli O & Sarjana Teknik Ahli Berpengalaman Tidak 1x2
P S1 Sipil atau Madya di dalam analisis/ Tetap
(1 orang) Teknik bidang kajian operasi
Pengairan SDA dan
pemeliharaan
prasarana keairan
dan/atau
penyusunan
pedoman operasi
dan
pemeliharaan
prasarana
keairan,
sekurang-
kurangnya 4
(empat) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
8.Ahli Sarjana S1 di - Berpengalaman Tidak 1x2
Sosial S1 bidang dalam analisa Tetap
Ekonomi Ekonomi sosial ekonomi
(1 orang) atau Sosial bidang SDA,
diutamakan 2
(dua) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen

-16-
Uraian Tugas dan Komposisi Tim
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO DI KAB
SUKOHARJO

9. Ahli K3 Sarjana Teknik Ahli K3 Berpengalaman Tidak 1x2


Konstru S1 Sipil Konstruksi di bidang K3 Tetap
ksi Muda Konstruksi
(1 orang) pekerjaan
sumber daya air,
diutamakan 2
(dua) tahun
dilengkapi
dengan referensi
kerja dari
Pengguna
Jasa/Pejabat
Pembuat
Komitmen
Bertugas untuk
menyusun
rancangan
konseptual
SMKK sesuai
Permen PUPR
10/2021
OB : Orang Bulan

Tenaga Pendukung

Posisi Kualifikasi Jmlh


Tingkat Jurusan Keahlian Pengalaman Status OB
Pendidikan TA
1. Surveyor D3 Teknik SKT Juru Berpengalaman Tetap 8x2
Pengukur Sipil/Tekn Ukur dalam
an ik Geodesi melaksanakan
(8 orang) pengukuran dan
pemetaan
pekerjaan
sungai/SDA,
sekurang-
kurangnya 3
tahun
2. Surveyor D3 Ilmu - Berpengalaman Tidak 4x2
Sosial Sosial kerja sekurang- Tetap
Ekonomi kurangnya 3
(4 orang) tahun dalam
melakukan
Survey Sosial
ekonomi
pertanian,
kelembagaan dan
Pemberdayaan
masyarakat

-17-
Uraian Tugas dan Komposisi Tim
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

3. Juru D3 Teknik SKT Juru Berpengalaman Tetap 2x5


Gambar Sipil Gambar kerja sekurang-
(2 orang) kurangnya 3
tahun dalam
menggambar
teknik bangunan
keairan dengan
software CAD
4. Tenaga SMA/SMK Semua - - Tetap 1x8
Pendukun atau D3 Jurusan
g Tenaga
Administ
rasi
5. Driver SMA - Mempuny Tetap 1x8
ai SIM A
6. Tenaga SMA Tidak 16x2
Lokal tetap
Pengukur
an
(16
orang)
7. Tenaga SMA Tidak 4x2
Lokal tetap
Sosek
(4 orang)

2e.2. KOMPOSISI TIM PENUGASAN


Agar diperoleh hasil kerja yang baik dan dapat selesai sesuai jadwal yang
direncanakan, kami akan menampilkan kompisisi tim yang solid dan memenuhi
persyaratan KAK pada pekerjaan DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-
ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO DI KAB SUKOHARJO, sebagai berikut ;

2e - 5
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

2.F.1. PROGRAM KERJA


Program kerja merupakan gambaran menyeluruh dan komprehensif usulan dari konsultan
untuk melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja
(KAK) yang telah diberikan. Dalam program kerja ini akan diuraikan urut-urutan pekerjaan,
konsep penanganan masalah, dan schedule pelaksanaan pekerjaan.

Konsultan supervisi berusaha menyusun rencana kerja yang akan diterapkan dalam
pekerjaan DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO lebih jelasnya sebagai berikut :

A. TAHAP PEKERJAAN
a. Proses Administrasi
b. Mobilisasi Personil dan Peralatan
c. Koordinasi dengan PPK dan Direksi
d. Pengumpulan Data Studi Terdahulu dan Data Sekunder
e. Analisa Data dan Pengukuran

B. PELAPORAN SUPERVISI

1. Laporan Program Mutu


2. Laporan Pendahuluan
3. Laporan Antara
4. Laporan Bulanan (5 buku perbulan)
5. Laporan Akhir
6. Executive Summary
7. Laporan Penunjang :
a. Laporan Topografi
b. Laporan Sosial Ekonomi & Analisa Ekonomi
c. Laporan Pedoman O & P
d. Laporan Spesifikasi Teknik, Dok. Tender & Dok. Supervisi Pengadaan
Konstruksi
e. Lap. Nota Desain dan Dokumen Desain
f. Laporan Metode Pelaksanaan
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

g. Diskripsi BM & CP
h. Lap. Mekanika Tanah
i. Lap. Hidrologi & Hidraulika
j. Lap Survey Inventarisasi trmsk Buku Ukur
k. Lap PKM
l. Laporan BOQ dan Rencana Anggaran Biaya
m. Laporan Rancangan Konseptual Sistem
n. Manajemen Keselamatan Konstruksi
8. Album Gambar A3 (Pengukuran dan Desain)
9. Album Gambar Kalkir A1 (Pengukuran dan Desain)
10. Softcopy laporan/ Hardisk Eksternal
11. Leaflet Desain

C. DISKUSI

Kegiatan diatas sudah disusun oleh konsultan sesuai dengan pengalaman konsultan
dipekerjaan sejenis. Rencana kerja ini bisa berubah sesuai dengan kesepaktan yang dibuat
antara pihak pemberi pekerjaan dan konsultan. Untuk lebih jelasnya jadwal pelaksanaan ini
dapat dilihat pada bab selanjutnya yaitu bab tentang jadwal pelaksanaan pekerjaan.

2.F.2 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Setelah Konsultan mempelajari secara mendalam materi Kerangka Acuan Kerja yang
diberikan oleh pemberi kerja, adalah sudah cukup jelas menggambarkan lingkup tugas yang
harus dikerjakan oleh konsultan dalam rangka pelaksanaan DD PENGENDALIAN
BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO DI KAB SUKOHARJO.

Dalam menyusun Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah berdasarkan rencana kegiatan


dengan tahapan yang telah diuraikan dalam bab pendekatan dan metodologi. Jadwal
pelaksanaan pekerjaan DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI
BENGAWAN SOLO DI KAB SUKOHARJO dengan waktu pelaksanaan selama 8 bulan
yang terhitung sejak surat perintah kerja (SPMK) ditetapkan.
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

2.F.3. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam melaksanakan DD


PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO. Agar diperoleh hasil kerja yang baik dan
dapat selesai sesuai jadwal yang direncanakan, Konsultan akan menempatkan
tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang memiliki keahlian dan pengalaman
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK). Untuk jadwal penugasan anggota tim secara keseluruhan dapat dilihat
pada Tabel Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dibawah ini.
Program Kerja, Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

2f - 4
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

2.G. ORGANISASI DAN PERSONIL


Setelah Konsultan mempelajari secara mendalam materi Kerangka Acuan Kerja yang
diberikan oleh pemberi kerja, maka konsultan membuat Struktur Organisasi pelaksanaan
pekerjaan pada pengguna jasa dan struktur organisasi penyedia jasa / konsultan.

Struktur organisasi konsultan yang akan melaksanakan pekerjaan DD


PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO DI
KAB SUKOHARJO ini dipimpin oleh seorang ketua team (Team Leader) yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkoordinasi semua kegiatan pelaksanaan
pekerjaan, dengan didukung oleh beberapa tenaga ahli dan ditunjang oleh tenaga
pendukung. Gambaran mengenai Struktur Organisasi Pelaksana Konsultan dijelaskan
pada Gambar berikut.

2g - 1
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

2g - 2
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

PERALATAN DAN FASILITAS PELAYANAN JASA KONSULTAN


Peralatan yang digunakan terdiri atas peralatan kantor, peralatan studio gambar, dan
peralatan transportasi. Pemilihan jenis dan tipe peralatan akan disesuaikan dengan jenis
kegiatan yang ada, sehingga diperoleh suatu efektifitas dan efisiensi penggunaan
peralatan. Daftar peralatan yang akan digunakan dalam setiap kegiatan diperlihatkan
pada Tabel Jenis Peralatan/Fasilitas.

Jadual Pemakaian Peralatan Jasa Konsultan


Jadual pemakaian peralatan yang digunakan dalam rangka melaksanakan Lokasi
pekerjaan DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI
BENGAWAN SOLO DI KAB SUKOHARJO ini diperlihatkan pada Gambar Data
Fasilitas/Peralatan/Perlengkapan yang mendukung dan Jadual Pemakaian Peralatan.

2h - 1
Organisasi Personil
Supervisi Rehabilitasi D.I Kelingi Tugumulyo Kab. Musi Rawas Tahap II
Paket 1 dan Paket 2

2h - 2
Analisa Pekerjaan
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Usaha-usaha pemerintah untuk mengurangi bencana banjir telah banyak dilakukan agar
pembangunan negara dan aktivitas masyarakat setempat dapat berjalan dengan lancar.
Usaha tersebut diwujudkan dalam pekerjaan perencanaan sungai dan pengendalian banjir
yang kemudian ditindaklanjuti melalui pembangunan fisik bangunan-bangunan air yang
mendukungnya. Langkah-langkah yang berkelanjutan, termasuk diantaranya adalah
survei dan desain mengenai perbaikan sungai, sangat diperlukan dalam rangka
pengelolaan sungai berdasarkan peraturan atau standar teknis perencanaan sungai yang
ada. Langkah-langkah yang digunakan untuk merencanakan pengendalian banjir di anak-
anak sungai di Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data Sekunder.
2. Pengukuran Topografi.
3. Pekerjaan Geologi/Mekanika Tanah.
4. Analisa Hidrologi.
5. Analisa Hidraulika
6. Detail Design Pengendali Banjir
7. Analisis Manajemen Hulu DPS

3a - 1
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

E.4. RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Umum
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat
Kerja (PAK). Terkait pelaksanaan sebuah sistem keamanan (safety) pada proyek
konstruksi, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
mengembangkan sebuah standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
(K4) yang tertuang dalam Permen-PUPR No. 21/PRT/M/2019 yaitu
1. Keselamatan Keteknikan Konstruksi,
Merupakan keselamatan terhadap pemenuhan standar perencanaan, perancangan,
prosedur dan mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi, mutu bahan, dan kelaikan
peralatan
2. Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3),
Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, termasuk tenaga kerja penyedia jasa,
subpenyedia jasa, pemasok, dan pihak lain yang diizinkan memasuki tempat kerja
konstruksi
3. Keselamatan Publik,
keselamatan masyarakat dan/atau pihak yang berada di lingkungan dan sekitar
tempat kerja yang terdampak Pekerjaan Konstruksi
4. Keselamatan Lingkungan.
Keselamatan lingkungan yang terdampak oleh Pekerjaan Konstruksi sebagai
upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup dan kenyamanan lingkungan
terbangun sesuai peraturan perundang-undangan.
Terkait pembahasan penelitian yaitu standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019 adalah:
1. Hak tenaga kerja berupa perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa
Konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
2. Penjaminan dan perlindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK),
3. pencegahan penyebaran wabah penyakit dalam ligkungan kerja dan sekitarnya,
4. pencegahan dan penaggulangan HIV/AIDS,

E4 - 1
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

5. pencegahan penggunaan psikotropika, dan


6. pengamanan lingkungan kerja.
Dengan adanya sistem baru K4 dalam dunia konstruksi itu sendiri standar Keselamatan
Keteknikan, Keselamatan Publik, dan Keselamatan Lingkungan sendiri harus berjalan
bersamaan dengan K3 yang juga harus berjalan. Hal ini dibuktikan dengan masih
berjalannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (SMK3) menggunakan
PP No.50 Tahun 2012 dan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
mengunakan Permen-PUPR No.21/PRT/M/2019.

Tujuan
Tujuan dilaksanakannya suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
berdasarka PP No. 50 Tahun 2012 adalah:
1. menigkatkan efektifitas perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi,
2. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau, serikat pekerja/buruh, serta
3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktifitas.

Komitmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pada umumnya dalam sebuah penerapan sistem keamanan (safety) melibatkan
pemerintah, perusahaan atau penyedia jasa, dan tenaga kerja itu sendiri. Namun dalam
perkembangannya dengan dikembangkannya sistem K4 terkait proyek konstruksi terdapat
peran masyarakat dalam komitmen K3 itu sendiri. Dengan berjalannya 2 (dua) sistem
tersebut tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1970, UU No. 13 Tahun 2003, dan UU No.2
Tahun 2012 sebgai berikut.
1. Peran Pemerintah
Peran Pemerintah dalam hal keselamatan (safety) dengan membuat peraturan.
Terkait K3 dituangkan dalam UU No. 13 Tahun 2003 dalam Pasal 87 yang
menyatakan bahwa ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP) yang dituangkan dalam
PP No. 50 Tahun 2012. Sedangkan selaras dengan penerapannya pada bidang

E4 - 2
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

konstruksi, pemerintah dalam UU No. 2 Tahun 2017 menyatakan bahwa Pemerintah


memiliki kewenangan dalam mengembangkan standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dengan
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh menteri terkait, dalam hal ini Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia yang tertuang dalam
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019.
2. Peran Pengusaha
Peran Pengusaha dalam penerpan sebuah sistem keselamatan (safety) adalah
pengusaha wajib menerapkan sistem keamanan itu sendiri yang tertera dalam PP No.
50 Tahun 2012 dan Permen-PUPR No. 21/PRT/M/2019 dalam rangka pemenuhan
ketentuan yang tertera dalam UU No 13 Tahun 2003 dan UU No. 2 Tahun 2017. Pada
PP No.50 Tahun 2012 mengatakan bahwa Setiap perusahaan wajib menerpakan
SMK3 di perusahaannya. Sedangkan menurut Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019
menyatakan bahwa setiap pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan
jasa konstruksi harus menerapkan SMKK. Terkait dengan hal tersebut, dalam Permen
PUPR dalam menerapkan standar keamanan, kesehatan, keselamatan, dan
keberlanjutan harus memenuhi standar:
a. Keselamatan Keteknikan Konstruksi,
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
c. Keselamatan Lingkungan, dan d. Keselamatan Publik.
Terkait harus dilaksanakannya dua UU dari pemerintah tersebut, dalam
pelaksanaannya pengusaha seringkali melakukan integrasi agar pelaksanaan
penerapannya di lapangan dapat bekerja dengan efektif dan efisien.
3. Peran Tenaga Kerja
Peranan tenaga kerja dalam K3 di tempat kerja lebih spesifik dijelaskan dalam UU
No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja sebagai berikut.
a. Memberi keterangan yang benar apabila diminta pegawai
pengawas/keselamatan kerja.
b. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan menaati semua syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
diwajibkan.

E4 - 3
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat K3 yang


diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal khusus yang ditentukan oleh pengawas
dalam batas yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Peran Masyarakat
Poin keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi diatur dalam
UU No.2 Tahun 2017. Masyarakat boleh berpartisipasi dalam pengawasan
penyelenggaraan jasa konstruksi dengan cara:
a. mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan konstruksi yang
berdampak pada kepentingan masyarakat,
b. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau
kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan jasa konstruksi,
dan
c. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha di bidang Jasa Konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Masyarakat juga dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan jasa konstruksi.

Undang-Undang Mengenai Keselamatan pada Tingkat Pengusaha


Dalam pelaksanaan sebuah sistem keamanan, pengusaha secara umum harus
melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesejatan Kerja (SMK3) dan Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) secara bersamaan. Agar penerapannya
efektif dan efisien pengusaha harus secara cermat melakukan penyesuaian antar keduanya.
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang yang di dalamnya berisi perintah kewajiban
dalam menerapkan sistem keamanan, dalam hal ini proyek konstruksi, dalam UU No.13
Tahun 2003 dan UU No.2 Tahun 2017 sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Undang-Undang ini mengatur mengenai perusahaan dalam kewajibannya melindungi
tenga kerja. Salah satu hal penting dalam penerapan sebuah sistem keamanan diatur
dalam Pasal 87 sebagai berikut.

E4 - 4
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

a. Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
b. Ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Terkait Poin b, Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah PP No.50 Tahun 2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Undang-undang No 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi mengatur hal-hal yang
lebih umum tentang Keselamatan Konstruksi. Hal tersebut diatur pada Pasal 59 Ayat
(1) yang berbunyi “Dalam setiap penyelenggaraan jasa konstruksi, pengguna jasa dan
penyedia jasa wajib memenuhi standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan” dengan keterangan bahwa pengguna dan/atau penyedia jasa harus
memberikan pengesahan atau persetujuan atas:
a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan,
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali,
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/
atau pembangunan kembali,
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi, dan/atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan paling sedikit
meliputi:
a. Standar mutu bahan,
b. Standar mutu peralatan,
c. Standar keselamayan dan kesehatan kerja
d. Standar prosedur pelaksanaan kostruksi,
e. Standar mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi,
f. Standar operasi dan pemeliharaan,
g. Pedoman perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan jasa konstruksi
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, dan
h. Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

E4 - 5
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk


jasa konstruksi diatur oleh menteri terkait sesuai dengan kewenangannya. Dalam
penyusunannya memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan
lingkungan terbangun. Undang-Undang ini juga menyatakan bahwa satndar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk jasa
konstruksi diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya. Pengaturan
oleh menteri tersebut dituangkan dalam Permen-PUPR No. 21/PRT/M/2019 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Dalam penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
konstruksi, standar keselamatan keteknikan konstruksi tidak dapat dipisahkan. Namun
belum adanya sebuah sistem penilaian Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK) yang harus dijalankan pengusaha yang diatur dalam Permen PUPR No.
21/PRT.M/2019, penerapan sistem keamanan dalam penelitian bisa dilakukan
menggunakan PP No. 50 Tahun 2012 yang didalamnya sudah ada Elemen Peniliaian
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Berikut merupakan
penerapan dan penilaian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 menjalankan pedoman penerapan
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mencakup 5
kmponen sebagai berikut.
a. Penetapan kebijakan K3,
b. perencanaan K3
c. pelaksanaan rencana K3,
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
Pedoman Penilaian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
Dalam menilai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3), berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, meliputi kriteria audit

E4 - 6
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

SMK3, penetapan kriteria audit per tingkat pencapaian penerapan, dan ketentuan penilaian
hasil audit SMK3 sebagai berikut.
1. Kriteria Audit SMK3 adalah:
a. pembangunan dan pemeliharaan komitmen,
b. strategi pendokumentasian,
c. peninjauan ulang desain dan kontrak,
d. pengendalian dokumen,
e. pembelian dan pengendalian produk,
f. keamanan bekerja berdasarkan SMK3,
g. standar peraturan,
h. pelaporan dan perbaikan,
i. pengelolaan material dan perpindahannya,
j. pengumpulan dan pengguna jasa,
k. audit SMK3, dan
l. pengembangan keterampilan dan kemampuan.
2. Penetapan Kriteria Audit Tiap Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3
Sesuai yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang
Penetapan Kriteria Audit Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3 bahwa
pelaksanaan penilaian dilakukan berdasarkan tingkatan penerapan SMK3 yang
terdiri dari 3 tingkatan, yaitu sebagai berikut ini.
a. Penilaian Tingkat Awal Sesuai Pedoman II Peraturan Pemerintah No.50 Tahun
2012 dilakukan Penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 (enam puluh empat)
kriteria.
b. Penilaian Tingkat Transisi Sesuai Pedoman II Peraturan Pemerintah No.50
Tahun 2012 dilakukan Penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 (seratus dua
puluh dua) kriteria.
c. Penilaian Tingkat Lanjutan Sesuai Pedoman II Peraturan Pemerintah No.50
Tahun 2012 dilakukan Penilaian penerapan SMK3 terhadap 166 (seratus enam
puluh enam) kriteria.
3. Ketentuan Penilaian Hasil Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3)
a. Penilaian perusahaan dalam menerapkan SMK3 dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

E4 - 7
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1) Kategori tingkat awal perusahaan yang memenuhi 64 kriteria tersebut


sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012.
2) Kategori tingkat transisi perusahaan yang memenuhi 122 kriteria tersebut
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012.
3) Kategori tingkat lanjutan perusahaan yang memenuhi 166 kriteria tersebut
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012.

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bertujuan untuk
mengurangi jumlah kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja secara khusus pada pelaksanaan
proyek konstruksi adalah kegagalan bangunan yang dibahas pada UU No.2 Tahun 2017
yang diturunkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, kegagalan bangunan adalah suatu keadaan
keruntuhan bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil
Jasa Konstruksi. PP No.22 Tahun 2020, Pasal 86, juga menjelaskan bahwa penyedia jasa
wajib bertanggung jawab atas kegagalan konstruksi dalam jangka waktu yang ditentukan
sesuai dengan rencana umur konstruksi. Penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas
kegagalan bangunan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
tanggal penyerahan akhir layanan jasa konstruksi. Pada UU nomor 2 tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi (Pasal 60) menjelaskan bahwa penyelenggaraan konstruksi yang tidak
memenuhi standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan pengguna jasa
dan/atau penyedia jasa dapat menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap kegagalan
bangunan. Selanjutnya kegagalan konstruksi ditetapkan oleh penilai ahli yang telah dipilih
oleh pemerintah. Penilai ahli berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2017 Terdapat 6 (enam)
poin tugas penilai ahli sebagai berikut.
1. menetapkan tingkat kepatuhan terhadap standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi,
2. menetapkan penyebab terjadinya kegagalan bangunan,
3. menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan,
4. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan,

E4 - 8
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

5. melaporkan hasil penilaiannya kepada menteri dan instansi yang mengeluarkan izin
membangun, paling lambat 90 (Sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
pelaksanaan tugas, dan
6. memberikan rekomendasi kebijakan kepada menteri dalam rangka pencegahan
terjadinya kegagalan bangunan.
Pada PP No. 22 Tahun 2020, Pasal 85, menjelaskan bahwa penyedia jasa wajib
bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang telah ditetapkan oleh penilai ahli.
Tanggung jawab atas kegagalan bangunan berupa:
1. penggantian atau perbaikan kegagalan bangunan oleh penyedia jasa, dan
2. pemberian ganti kerugian oleh pengguna jasa dan/atau penyedia jasa.
Terkait pertanggung jawaban atas penggantian atau perbaikan kegagalan bangunan oleh
penyedia jasa, Pada PP No. 22 Tahun 2020, Pasal 88, dilakukan pada:
1. Layanan usaha jasa konsultansi konstruksi berupa:
a. pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan,
b. pengawasan, dan/atau c. menajemen penyelenggaraan konstruksi
2. Layanan usaha pekerjaan konstruksi, dan/atau
3. Layanan usaha pekerjaan konstruksi terintegrasi.
Sedangkan terkait pemberian ganti kerugian oleh pengguna jasa dan/atau penyedia
jasa, Pada PP No. 22 Tahun 2020, Pasal 90, ganti kerugian yang diderita oleh pihak
yang dirugikan berupa:
1. santunan bagi pihak yang dirugikan yang meninggal dunia,
2. santunan bagi pihak yang dirugikan yang menderita luka yang mengakibatkan
cacat tetap,
3. ganti kerugian atas biaya pengobatan yang nyata-nyata dikeluarkan oleh pihak
yang dirugikan atau bagian biaya pelayanan lainnya, dan
4. ganti kerugian atas musnah, rusak, atau hilangnya akibat kegagalan bangunan.
Proses ganti kerugian yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab harus
dimulai dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kalender sejak diterapkan oleh pihak
berwenang. Pemberian ganti kerugian dapat dialihkan kepada pihak ketiga berupa
asuransi.

E4 - 9
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah peristiwa tidak diharapkan, tidak direncanakan, dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja, dalam rangkaian peristiwa yang terjadi karena berbagai
sebab, yang mengakibatkan kerugian fisik (luka atau penyakit) terhadap seseorang,
rusaknya harta milik perusahaan dan terjadinya gangguan usaha. Atau kecelakaan yang
dialami seorang karyawan semenjak ia meninggalkan rumah kediamannya menuju ke
tempat kerja, selama jam kerja dan istirahat, maupun sekembalinya dari tempat kerja.
Teori Sebab Kecelakaan
Sebuah kejadian kecelakaan terdiri dari 5 (lima) komponen. Komponen tersebut adalah:
1. Sumber dan Lingkungan Sosial (Ancestry and Social Environtment) Sumber dan
lingkungan sosial berasal dari ide bahwa perilaku ceroboh, perilaku keras kepala,
ketamakan dan sifat tidak diinginkan merupakan karakter yang mungkin saja
diperbolehkan selama melewati proses budaya. Sebagai tambahan, lingkungan
mungkin saja bisa mengembangkan sifat/karakter tidak diinginkan atau bisa saja
dicegah melalui pendidikan dan pelatihan. Budaya dan lingkungan, keduanya dapat
menyebabkan seseorang melakukan kesalahan.
2. Kesalahan Manusia (Fault of the Person) Kesalahan manusia tergantung kepada
budaya atau kesalahan-kesalahan seperti sifat ceroboh, perilaku kasar, rasa tegang,
rangsangan, ketidak pedulian, pengabaian pelatihan, dll, serta alasan pendekatan
konstitusional dalam melakukan perilaku tidak aman atau keberadaan bahaya-
bahaya mekanis dan fisik.
3. Perilaku Tidak Aman dan bahaya makanis atau fisik (Unsafe Acts and Mechanical
or Physical Hazard) Perilaku tidak aman atau kinerja pekerja, seperti berdiri
dibawah muatan tergantung, menyalakan mesin tanpa otoritas, bermain-main saat
bekerja, dan memindahkan alat pengaman. Bahaya mekanis dan fisik seperti
peralatan tanpa penlindung, titik operasi yang tidak dijaga, tidak adanya batas
pengamanan, dan pencahayaan yang tidak layak menyebabkan terjadinya
kecelakaan
4. Kecelakaan (Accident)
Kejadian kecelakaan seperti orang jatuh, terkena benda jatuh, dsb, merupakan
contoh kecelakaan yang dapat menyababkan cidera.
5. Cidera (Injuries)

E4 - 10
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Cidera seperti patah tulang merupakan hasil dari kecelakaan.

Penyebab Kecelakan
Beberapa faktor penyebab kecelakaan menurut Reese (2008) adalah sebagai berikut.
1. Penyebab langsung
Dalam melakukan analisis terperinci mengenai kecelakaan, memandang bahwasanya
pelepasan energi dan material berbahaya sebagai penyebab langsung. Energi ataupun
material berbahaya dipandang sebagai sebuah kekuatan yang dapat menyebabkan
terjadinya cidera ataupun kerusakan lainnya pada saat terjadinya kontak. Sangat
penting dalam mengidentifikasi terjadinya penyebab langsung. Untuk mencegah
terjadinya cidera, itu sering kali memungkinkan untuk dilakukan desain ulang
peralatan ataupun fasilitas dan menyediakan perlindungan perseorangan dalam
rangka melawan pelepasan energi ataupun pelepasan/kontak terhadap material
berbahaya. Berikut merupakan Sumber perantara penyebab langsung terjadinya
kecelakaan.
a. Sumber Energi
1) Mekanis berupa mesin, peralatan, kebisisngan, peledak, benda bergerak, dan
tekanan,
2) Elektrik berupa aliran listrik tanpa pelindung dan sumber bertegangan tinggi,
3) Panas seperti kobaran api, permukaan yang panas, logam cair,
4) Kimia seperti bahan bersifat asam, bahan-bahan dasar, bensin, dan bahan
peledak, dan
5) Radiasi dari sinar laser, sinar x-ray, radiasi gelombang mikro, sumber radiasi,
dan radiasi dari kegiatan mengelas.
b. Material berbahaya
1) Gas terkompresi atau gas cair yang mudah terbakar atau pun yang tidak bisa
terbakar,
2) Material korosif,
3) Material yang mudah terbakar yang bersifat padat, cair, atau gas,
4) Material beracun
5) Material yang teroksidasi, dan
6) Debu.

E4 - 11
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

2. Penyebab Tidak Langsung


Perilaku tidak aman (kebiasaan) dan kondisi tidak aman meliputi penyebab tidak
langsung terjadinya kecelakaan. Penyebab tidak langsung ini dapat mengakibatkan
terjadinya cidera, kerusakan properti, dan kerusakan alat. Selanjutnya dapat
menyebabkan terjadinya energi dan material berbahaya menjadi terlepas. Perilaku
tidak aman dan kondisi tidak aman dapat menyebabkan terjadinya kondisi tidak
aman ataupun sebaliknya. Berikut penyebab tidak langsung terjadinya kecelakaan.
a. Perilaku tidak aman meliputi:
1) kegagalan dalam mengingatkan rekan kerja atau untuk mengamankan
peralatan,
2) mengabaikan kerusakan perlengkapan/perlatan,
3) pengangkatan yang tidak benar,
4) posisi bekerja yang tidak benar,
5) penggunaan alat yang tidak benar berupa penggunaan dalam kecepatan yang
berlebihan, penggunaan peralatan rusak, penggunaan alat gerak yang sedang
dalam perawatan,
6) pengoperasian alat tanpa otoritas,
7) bermain-main dalam bekerja,
8) membuat piranti keamanan tidak bisa beroperasi,
9) penyalah gunaan obat,
10) penggunaan alkohol, \
11) pelanggaran terhadap peraturan keamanan dan kesehatan, dan
12) tidak menggunakan APD yang telah disetujui.
b. Kondisi tidak aman seperti:
1) area kerja yang berjejal,
2) peralatan atau mesin yang rusak,
3) penyimpanan bahan peledak atau material berbahaya yang tidak benar
4) pencahayaan yang buruk,
5) sirkulasi yang buruk,
6) dukugan dan pengamanan yang tidak memadai,
7) tata graha yang tidak memadai,
8) terpapar radiasi,

E4 - 12
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

9) kebisisngan berlebih,
10) kondisi udara berbahaya,
11) kondisi tanah berbahaya,
12) tidak ada alat pemadam api, dan
13) area kerja tidak stabil.
3. Penyebab Dasar
Beberapa hasil investigasi kecelakaan hanya dalam hal identifikasi dan
perbaikan penyebab tidak langsung, akan tetapi penyebab tidak langsung dari
terjadinya kecelakaan merupakan gejala sehingga beberapa penyebab yang
mendasari ada, yang mana sering disebut penyebab dasar. Dengan selangkah
lebih maju, cara terbaik dalam pencegahan kecelakaan bisa dilakukan dengan
mengidentifikasi dan memperbaikinya dari penyebab dasarnya. Penyebab dasar
dikelompokan dalam peraturan dan keputusan, faktor manusia, dan faktor
lingkungan. Berikut penyebab dasar terjadinya kecelakaan.
a. Faktor Peraturan dan Prosedur
1) peraturan terkait keamanan tidak ditulis, tidak disetujui oleh pimpinan
tertinggi, tidak didistribusikan ke setiap pekerja, tidak dibahas per
periode,
2) tidak tersedianya prosedur seperti manual tertulis, pertemuan keamanan,
JSA, tata graha, pengawasan medis, investigasi kecelakaan, keadaan
darurat, pelaporan, audit/inspeksi keamanan,
3) keamanan tidak dipertimbangkan dalam hal pembelian suplai, peralatan,
jasa, dan
4) keamanan tidak dipertimbangkan dalam hal pengalaman personel terkait
seleksi, keahlian, tanggung jawab, akuntabilitas, komunikasi, pelatihan,
dan observasi pekerjaan
b. Faktor Manusia
1) fisik (ukuran, kekuatan, dan stamina) yang tidak memadai,
2) pengalaman terkait pengalaman dan kemampuan yang tidak cukup,
rekam jejak kecelakaan, praktik kerja tidak aman,
3) motivasi mencakup kebutuhan dan kemampuan,

E4 - 13
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

4) attitud kepada orang lain (pekerja, perusahaan, dan pekerjaan) dan diri
sendiri (pecandu alkohol, penggunaan obat-obatan, rasa kesal), dan
5) Kebiasaan dalam hal mengambil risiko dan kurangnya kesadaran akan
bahaya.
c. Faktor Lingkungan
1) Desain fasilitas yang tidak aman seperti:
a) tidak memadainya tata letak permesinan,
b) sistem kelistrikan yang tidak memadai,
c) sistem hidrolis yang tidak memadai,
d) Akses jalan ramai yang terbatas,
e) pencahayaan yang buruk,
f) sirkulasi yang buruk,
g) kurangnya pengendalian kebisingan,
h) keadaan normal, dan
i) keadaan darurat,
2) Prosedur operasi tidak aman dalam keadaan normal dan darurat,
3) Keadaan cuaca, dan
4) wilayah geografis.

Alat Pelindung Diri (APD)


Peran tenaga kerja sebagai manusia dalam melaksanakan pekerjaan terutama dalam hal
K3 dalam UU Nomor 1 Tahun 1970 sebelumnya telah dijelaskan bahwasanya salah
satunya adalah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan. Mengacu pada
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019, Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pelindung Kerja
(APK) merupakan bagian dari elemen biaya SMKK yang tidak terpisahkan dalam
penerapan SMKK itu sendiri dan sudah diatur lebih jelas dengan sertifikasi dan standar
yang sudah ditentukan dan masih dikembangkan. Lebih jelasnya Alat Pelindung Diri
(APD) dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dijelaskan sebagai berikut. Berdasarkan
Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019, Alat Pelindung Diri (APD) harus dalam kondisi baru
dan mengikuti standar yang berlaku. Alat Pelindung Diri (APD) dijelaskan sebagai berikut.

E4 - 14
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1. Helm Pelindung (Safety Helmet) Dalam Permen PUPR No. 21/PRT/M 2019, Helm
Pelindung (Safety Helmet) memiliki Standar warna helm yang dipergunakan
dengan ketentuan dijelaskan dalam Tabel 3.3 berikut
Tabel 3. 3 Ketentuan Penggunaan Helm pada Proyek
No Pemakai Ketentuan
1 Tamu warna putih polos
2 Tim:
a. Pelaksana warna putih polos
dilengkapi dengan 1 strip
(8 mm)
b. Kepala pelaksana konstruksi warna putih polos
dilengkapi dengan 2 strip
(2 x 8 mm)
c. Kepala pekerjaan konstruksi warna putih polos
dilengkapi dengan 3 strip
berukuran @ 8mm, dan 1
strip 15 mm di bagian
paling atas
3 Pekerja pada Unit Keselamatan Konstruksi warna merah
4 Pekerja pada Unit kerja Sipil warna kuning
5 Pekerja pada Unit Kerja Mekanikal Elektrikal (ME) warna biru
6 Pekerja pada Unit Kerja Lingkungan warna hijau
Ketentuan lainnya adalah apabila ada logo perusahaan, ditempatkan di bagian tengah dan
depan pelindung kepala. Berikut merupakan gambar dari Helm Pelindung (safety helmet).
2. Pelindung Mata (Goggles, Spectacles) Reese dan Eidons (2006), menyatakan bahwa
apabila risiko potensial terhadap cidera mata ada, yang berasal dari mesin atau
operasi, perlindungan mata dan wajah harus disediakan. Perlindungan mata dan
wajah harus melindungi pekerja dengan:
a. perlindungan melawan bahaya yang memadai,
b. kepasan dan kenyamanan yang layak,
c. ketahanan, dan
d. kemampuan untuk dibersihkan dan diberi desinfektan

E4 - 15
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

3. Tameng Muka (Face Shield)


Terkait fungsinya Face shield termasuk dalam kategori pelindung mata dan muka.
4. Sarung Tangan (Safety Gloves)
Reese dan Eidons (2006), dalam pandangan terhadap perlindungan tangan, sepasang
sarung tangan kulit dalam kondisi baik merupakan keharusan dalam Keselamatan
Konstruksi. Sarung tangan kulit harus dipakai saat memanjat, memegang material,
saat berada di sekitar material tajam atau bergerigi, saat dibutuhkan sebagai
perlindungan anti-getar, dan saat berada didekat sirkuit bertegangan rendah
5. Sepatu Keselamatan (Safety Shoes, Rubber Safety Shoes, dan Toe Cap)
Reese dan Eidons (2006), menyatakan meskipun perusahaan konstruksi tidak
membutuhkan safety-toed shoes untuk digunakan semua pekerja, bisa terlihat
bahwa penggunaannya menjadi bagian mandat dari program APD konstruksi
6. Penunjang Seluruh Tubuh (Full Body Harness)
semua pekerja diharuskan menggunakan penunjang keselamatan, atau penunjang
seluruh tubuh sebagai bentuk perlindungan jatuh
7. Jaket Pelampung (Life Vest)
8. Rompi Keselamatan (Safety Vest)

Pencegahan Penyebaran Wabah Penyakit


Sebelumnya telah dibahas bahwa tujuan penerapan SMK3 pada proyek adalah
mengurangi terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Terkait keadaan yang dimulai pada akhir
2019 yaitu terjadinya pandemi Corona Virus disease 2019 di seluruh dunia, dengan
menimbang bahwasanya pada standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Permen
PUPR No. 21/PRT/M/2019, maka penerapan penyebaran wabah penyakit terkhusus
Covid-19 harus dilaksanakan oleh pengusaha jasa konstruksi.
Permenkes No. 9 Tahun 2020 menimbang bahwa penyebaran Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian telah meningkat dan
meluas lintas wilayah dan lintas negara dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Oleh
karena itu, dalam upaya menekan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
semakin meluas, Menteri Kesehatan dapat menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah pembatasan kegiatan tertentu

E4 - 16
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran Corona Virus Disease
2019 (Covid-I9).
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah ditetapkan oleh Menteri, wajib
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan dengan konsisten mendorong dan mensosialisasikan pola hidup
bersih dan sehat kepada masyarakat. Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) meliputi:
1. sekolah dan tempat kerja diliburkan,
2. kegiatan keagamaan dibatasi,
3. tempat atau fasilitas umum dibatasi dalam melakukan kegiatan,
4. kegiatan sosial dan budaya dibatasi,
5. penggunaan transportasi dibatasi, dan
6. kegiatan lainnya terkhusus aspek pertahanan dan keamanan dibatasi.
Pelaksanaan PSBB dilakukan selama masa inkubasi terpanjang dan dapat dilakukan
perpanjangan apabila masih didapati adanya bukti penyebaran. Menteri, Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), gubernur/bupati/walikota
harus melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Prinsip Umum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
diatur dan dijelaskan dalam Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Repulik ndonesia
Nomor HK. 01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di
Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19). Terkait perlindungan kesehatan individu, penularan Covid-19
terjadi melalui droplet yang dapat menginfeksi manusia dengan masuknya droplet yang
mengandung virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan mata. Prinsip
pencegahan penularan Covid-19 pada individu dilakukan dengan menghindari masuknya
virus melalui ketiga pintu masuk tersebut dengan beberapa tindakan, seperti:
1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker yang menutupi hidung dan
mulut hingga dagu, apabila harus bertemu dengan orang lain yang belum diketahui
status kesehatannya (bisa menularkan covid-19) pada saat keluar rumah.
Penggunaan masker kain sebaikanya menggunakan yang 3 lapis.

E4 - 17
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

2. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol/handsanitizer. Agar
lebih maksimal selalu hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan
yang tidak bersih (yang mungkin telah terkontaminasi droplet yang mengandung
virus).
3. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena
droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan,
keramaian, dan berdesakan. Apabila menjaga jarak tidak memungkinkan, maka
pemberlakuan rekayasa administrasi dan teknis disarankan. Rekayasa administrasi
dapat dilakukan dengan membatasi jumlah orang, mengatur jadwal, dan sebagainya.
Sedangkan rekayasa teknis dapat 44 dilakukan dengan membuat partisi, mengatur
jalur masuk dan keluar, dan lain sebagainya.
4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) degan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan
aktivitas fisik minimal 30 menit dalam 1 hari dan istirahat yang cukup (minimal 7
jam), serta menghindakan diri dari faktor risiko penyakit. Orang yang memiliki
komorbiditas/penyakit penyerta/kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi,
gangguan paru, gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi
immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan, lanjut usia, anak-anak, dan
lain lain, harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat dan fasilitas umum.
Terkait dengan hal tersebut, menurut Ketua Bagian Hubungan Internasional
Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) yang juga Direktur Adhi Karya Partha Sarathi
dalam Buletin Konstruksi (Edisi 4, 2020), dengan kondisi pandemi seperti ini (Pandemi
Covid-19) sektor konstruksi tetap menjalankan aktivitasnya, terdapat 90 proyek PT.
Adhi Karya yang masih berjalan secara normal dan ada 17 proyek yang ditunda karena
pembiayaan dan kondisi di lapangan (bukan karena covid). Terkait kebutuhan
pencegahan penyebaran wabah, terjadinya pandemi Covid-19, dan pelaksanaan
konstruksi yang harus tetap berjalan, dalam pencegahan penyebaran Covid-19 pada
proyek dijelaskan dalam Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No. 02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Skema Protokol Pencegahan
Covid-19 dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut.

E4 - 18
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan Covid-19


a. Satgas Pencegahan Covid-19 yang menjadi bagian dari Unit Keselamatan
Konstruksi wajib dibentuk oleh Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa,
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut membentuk Satgas
Pencegahan Covid-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a,
c. Satgas Pencegahan Covid-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a
berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang yang terdiri atas:
1) 1 (satu) Ketua merangkap anggota, dan
2) 4 (empat) Anggota yang mewakili Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
d. Satgas Pencegahan Covid-19 memiliki tugas, tanggung jawab, dan
kewenangan untuk:
1) memberikan sosialisasi,
2) memberikan pembelajaran (edukasi),
3) melakukan promosi teknik,
4) merencanakan metode/pelaksanaan pencegahan Covid-19 di lapangan,
5) melakukan koordinasi dengan Satgas Penanggulangan Covid-19
Kementerian PUPR dan melakukan Identifikasi Potensi Bahaya Covid-
19 di lapangan,
6) melakukan pemeriksaan kesehatan terkait adanya potensi terinfeksi
Covid-19 kepada semua pekerja dan tamu proyek,
7) memantau kondisi kesehatan pekerja dan mengendalikan
mobilisasi/demobilisasi para pekerja,
8) memberi vitamin dan nutrisi tambahan guna meningkatkan imunitas
pekerja,
9) mengadakan Fasilitas Kesehatan di lapangan, dan
10) melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif
dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan
merekomendasikan dilakukan penghentian kegiatan sementara.
2. Identifikasi Potensi Bahaya Covid-19 di Lapangan
a. Satgas Pencegahan Covid-19 berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan
Covid-19 Kementerian PUPR untuk menentukan:

E4 - 19
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

1) Identifikasi potensi risiko lokasi proyek terhadap pusat sebaran


penyebaran Covid-19 di daerah yang bersangkutan,
2) Kesesuaian Fasilitas Kesehatan di lapangan dengan protokol
penanganan Covid-19 yang dikeluarkan oleh Pemerintah, dan
3) Tindak lanjut terhadap Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
b. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut teridentifikasi:
1) Memiliki risiko tinggi akibat lokasi proyek berada di pusat sebaran,
2) Telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau berstatus Pasien Dalam
Pengawasan (PDP), atau
3) Pimpinan Kementerian/Lembaga/Instansi/Kepala Daerah telah
mengeluarkan peraturan untuk menghentikan kegiatan sementara akibat
keadaan kahar.
Maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat diberhentikan
sementara akibat Keadaaan Kahar,
c. Apabila harus menghentikan penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana
di maksud huruf b, dilakukan sesuai ketentuan pada Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Instruksi Menteri,
d. Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan
urgensinya tetap harus dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan
dampak sosial dan ekonomi dari Covid-19, maka Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi tersebut dapat diteruskan dengan ketentuan:
1) Mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, dan
2) Melaksanakan protokol pencegahan Covid-19 dengan disiplin tinggi dan
dilaporkan secara berkala oleh Satgas Pencegahan Covid-19.
3. Penyediaan Fasilitas Kesehatan di Lapangan
a. ruang klinik kesehatan di lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan
yang memadai, antara lain tabung oksigen, pengukur suhu badan nir-sentuh
(thermoscan), pengukur tekanan darah, obat-obatan, dan petugas medis
wajib disediakan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi,
b. kerjasama operasional perlindungan kesehatan dan pencegahan Covid-19
dengan rumah sakit dan/atau pusat kesehatan masyarakat terdekat untuk

E4 - 20
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

tindakan kahar (emergency) wajib dimiliki Penyedia Jasa Pekerjaan


Konstruksi,
c. fasilitas tambahan antara lain: pencuci tangan (air, sabun dan hand sanitizer),
tisu, masker di kantor dan lapangan bagi seluruh pekerja dan tamu wajib
disediakan oleh Jasa Pekerjaan Konstruksi, dan
d. vaksin, vitamin dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja
wajib disediakan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
4. Pelaksanaan Pencegahan Covid-19 di lapangan
a. poster (flyers) baik digital maupun fisik tentang himbauan/anjuran
pencegahan Covid-19 untuk disebarluaskan atau dipasang di tempat- tempat
strategis di lokasi proyek dipasang oleh Satgas Pencegahan Covid- 19,
b. penjelasan, anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan Covid-19 dalam
setiap kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk) harus
disampaiakan oleh Satgas Pencegahan Covid-19 bersama petugas medis,
c. pengukuran suhu tubuh kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi,
siang, dan sore wajib dilaksanakan oleh Petugas medis bersama para Satuan
Pengaman (Security Staff),
d. orang (seluruh pekerja dan tamu) yang terindikasi memiliki suhu tubuh ≥ 38
(tiga puluh delapan) derajat celcius dilarang datang/masuk ke lokasi
pekerjaan oleh Satgas Pencegahan Covid-19,
e. pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa paling sedikit 14 (empat belas) hari kerja apabila ditemukan
pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19,
f. evakuasi dan penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan
peralatan kerja dilakukan Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman
(Security Staff), dan
g. Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan
disinfektan, serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga
kerja yang pernah melakukan kontak fisik dengan tenaga kerja yang terpapar
telah selesai. Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
dijelaskan dalam Gambar 3.17 berikut.

E4 - 21
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Tahapan Pelaksanaan SMKK


Tahapan Dokumen Pelaku
Pengkajian dan Rancangan Konseptual
Pengguna/ Konsultan
perencanaan SMKK
Pengkajian/ Konsultan
Rancangan Konseptual,
Perencanaan/ Konsultan
Perancangan KAK, HPS, Risk Analysis,
Perancangan
Biaya SMKK
Pembangunan Dok. Penawaran Teknis
Pengguna/Kontraktor/
(Procurement) RKK
Konsultan Pengawas/
Pembangunan RMPK
Konsultan MK
(Pelaksanaan) RKK Pelaksanaan

Tahap Pra – Konstruksi (Pengkajian–Perencanaan–Perancangan)


Peranan Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi Pada SMKK dalam Rancangan
Konseptual SMKK (Pra-Konstruksi) disusun oleh:

E4 - 22
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

a. Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi Pengkajian;


b. Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi Perencanaan; dan
c. Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi Perancangan.
Rancangan Konseptual SMKK harus disetujui oleh Pengguna Jasa untuk dijadikan
rujukan dalam menyusun RKK. Penyedia Jasa harus memiliki Ahli K3 Konstruksi.
Tabel Rancangan Konseptual SMKK (Pra-Konstruksi)
TAHAPAN MUATAN SUBSTANSI
Pengkajian a) lingkup tanggung jawab pengkajian;
b) informasi awal terhadap kelaikan paling sedikit
meliputi lokasi, lingkungan, sosio - ekonomi,
dan/ atau dampak lingkungan; dan
c) rekomendasi teknis
Perencanaan a) lingkup tanggung jawab perencanaan;
b) informasi awal terhadap kelaikan paling sedikit
meliputi lokasi, lingkungan, sosio- ekonomi,
dan/atau dampak lingkungan; dan
c) rekomendasi teknis
Perancangan a) lingkup tanggung jawab perancang, termasuk
pernyataan dalam hal terjadi revisi desain,
tanggung jawab revisi desain dan dampaknya
ada pada penyusun revisi;
b) metode pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi;
c) identifikasi bahaya, mitigasi bahaya, dan
penetapan tingkat risiko;
d) daftar standar dan/atau peraturan perundang-
undangan Keselamatan Konstruksi yang
ditetapkan untuk desain;
e) Biaya Penerapan SMKK; dan
f) rancangan panduan keselamatan pengoperasian
dan pemeliharaan konstruksi bangunan.

Elemen Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi

E4 - 23
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

a. Kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam keselamatan konstruksi


- Kepedulian pimpinan terhadap isu eksternal dan internal;
- Organisasi pengelola SMKK; dan
- Komitmen keselamatan konstruksi.
b. Perencanaan keselamatan konstruksi
- Mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian, dan peluang;
- Rencana tindakan yang tertuang dalam sasaran dan program; dan
- Pemenuhan standar dan peraturan perundangan keselamatan konstruksi.
c. Dukungan keselamatan konstruksi
- Sumber daya (peralatan, material, dan biaya)
- Kompetensi
- Kepedulian
- Komunikasi,dan
- Informasi terdokumentasi
d. Operasi keselamatan konstruksi
- Perencanaan dan Pengendalian Operasi.
- Kesiapan dan tanggapan terhadap kondisi darurat
e. Evaluasi kinerja keselamatan konstruksi
- Pemantauan dan evaluasi
- Tinjauan manajemen
- Peningkatan kinerja keselamatan konstruksi

Tahap Konstruksi (Procurement–Pelaksanaan Konstruksi)


1. Penerapan SMKK Dalam Tahap Pembangunan
Tabel Penerapan Smkk Dalam Tahap Pembangunan
Pemilihan Penyedia Pelaksanaan Pekerjaan Serah Terima
Jasa Konstruksi Pekerjaan
BENTUK Dokumen Pemilihan 1. Pelaksanaan RKK Dokumen hasil
(Dok. Teknis + 2. Penyusunan & penerapan SMKK &
Administrasi) Pelaksanaan Penjaminan Mutu
RMPK kepada Pengguna Jasa

E4 - 24
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

MUATAN Harus memuat: • RKK & RMPK • Laporan pelaksanaan


• Manajemen Risiko dibahas, dan RKK
Keselamatan disetujui oleh • Laporan penjaminan
Konstruksi yang Pengguna Jasa dan & pengendalian mutu
paling sedikit Penyedia Jasa pada • Seluruh laporan
memuat uraian saat PCM disertai bukti
pekerjaan, • Pengendalian RKK dokumentasi
identifikasi bahaya, dan RMPK melalui
dan penetapan persyaratan dalam
tingkat Risiko pengajuan ijin mulai
Keselamatan kerja (JSA +
Konstruksi pada Rencana Pelaksanaan
Pekerjaan Pekerjaan)
Konstruksi; dan
• Biaya Penerapan
SMKK pada HPS

2. Pengendalian Pelaksanaan SMKK


Persyaratan dalam permohonan memulai pekerjaan mengintegrasikan
pengendalian mutu dan Analisis Keselamatan Pekerjaan/JSA.
Pengendalian “4M” yaitu :
1. Method = metode kerja (SOP)
2. Man = tenaga kerja kompeten
3. Machine = peralatan laik fungsi
4. Material = material sesuai spesifikasi
5. Subkontraktor
6. Analisis Keselamatan Pekerjaan/Job Safety Analysis

E4 - 25
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

3. Biaya Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi


a. Penyedia jasa tidak dapat mengusulkan perubahan anggaran biaya
penyelenggaraan SMKK berdasarkan RKK yang telah ditinjau ulang.
b. Harus dimasukkan pada Daftar Kuantitas dan Harga dengan besaran biaya
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pengendalian dalam RKK.
c. Pengguna jasa wajib memastikan seluruh komponen biaya
penerapan SMKK dianggarkan dan diterapkan oleh Penyedia Jasa
d. Penyedia Jasa yang tidak menyampaikan perkiraan biaya penerapan SMKK
sesuai ketentuan, maka dinyatakan gugur atau nilai penawaran biaya sama
dengan nol
e. Bagian dari RKK dan harus disampaikan oleh Penyedia Jasa dalam dokumen
penawaran.
4. Biaya Penerapan SMKK
Paling sedikit mencakup:
a. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
b. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan
c. Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD)
d. Asuransi dan perizinan
e. Personel Keselamatan Konstruksi
f. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan
g. Rambu- rambu yang diperlukan
h. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi

E4 - 26
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

i. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian risiko


Keselamatan Konstruksi
5. Perincian Biaya Penerapan SMKK
1. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK), antara lain:
- Pembuatan dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi;
- Pembuatan prosedur dan instruksi kerja; dan
- Penyiapan formulir.
2. Sosialisasi, promosi dan pelatihan, antara lain:
- Induksi Keselamatan Konstruki (Safety Induction);
- Pengarahan Keselamatan Konstruki (Safety Briefing);
- Pertemuan mengenai keselamatan Keselamatan Konstruki (Safety
Meeting, Safety Talk, dan/atau Tool Box Meeting);
- Pelatihan Keselamatan Konstruki;
- Sosialisasi HIV/AIDS;
- Simulasi Keselamatan Konstruki;
- Spanduk (banner);
- Poster; dan
- Papan informasi K3.
3. Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD), meliputi:
APK antara lain:
- Jaring pengaman (Safety Net);
- Tali keselamatan (Life Line);
- Penahan jatuh (Safety Deck);
- Pagar pengaman (Guard Railling);
- Pembatas area (Restricted Area);
- Pelindung jatuh (Fall Arrester); dan
- Perlengkapan keselamatan bencana
APD antara lain:
- Helm pelindung (Safety Helmet);
- Pelindung mata (Goggles, Spectacles);
- Tameng muka (Face Shield);
- Masker selam (Breathing Apparatus);

E4 - 27
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

- Pelindung telinga (Ear Plug, Ear Muff);


- Pelindung pernafasan dan mulut (Masker);
- Sarung tangan (Safety Gloves);
- Sepatu keselamatan (Safety Shoes);
- Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes and
- Toe Cap);
- Penunjang seluruh tubuh (Full Body Harness);
- Jaket pelampung (Life Vest);
- Rompi keselamatan (Safety Vest); dan
- Celemek (Apron/Coveralls)
4. Asuransi dan Perizinan, antara lain:
- Asuransi;
- Surat izin laik operasi *
- Sertifikat kompetensi kerja untuk operator yang diterbitkan oleh
lembaga/instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;*
- Surat Pengesahan Organisasi K3 (P2K3), sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan; dan*
- Perizinan terkait lingkungan kerja
5. Personel Keselamatan Konstruksi, antara lain:
- Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi;
- Petugas tanggap darurat;
- Petugas P3K;
- Petugas pengatur lalu lintas (Flagman);
- Tenaga medis dan/atau kesehatan; dan
- Petugas kebersihan lingkungan
Keterangan :
* Biaya menjadi tanggungan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, tidak
masuk dalam biaya penerapan SMKK
6. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan, antara lain:
- Peralatan P3K (Kotak P3K, tandu, obat luka, perban, dan lain-lain)

E4 - 28
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

- Ruang P3K (tempat tidur pasien, tabung oksigen, stetoskop, timbangan


berat badan, tensi meter, dan lain-lain);
- Peralatan pengasapan (Fogging);
- Obat pengasapan; dan
- Ambulans.
7. Rambu-Rambu yang diperlukan, antara lain:
- Rambu petunjuk;
- Rambu larangan;
- Rambu peringatan;
- Rambu kewajiban;
- Rambu informasi;
- Rambu pekerjaan sementara;
- Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan, antara lain:
- Peralatan P3K (Kotak P3K, tandu, obat luka, perban, dan lain-lain)
- Ruang P3K (tempat tidur pasien, tabung oksigen, stetoskop, timbangan
berat badan, tensi
- meter, dan lain-lain);
- Peralatan pengasapan (Fogging);
- Obat pengasapan; dan
- Ambulans.
- Rambu-Rambu yang diperlukan, antara lain:
8. Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi, antara lain:
- Ahli Lingkungan;
- Arsitek;
- Ahli Teknik Jalan;
- Ahli Teknik Jembatan; dan/atau
- Ahli Teknik Bangunan Gedung.
9. Kegiatan dan peralatan terkait Pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi,
antara lain:
- Pemeriksaan dan pengujian peralatan;
- Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
- Sirine;

E4 - 29
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

- Bendera K3;
- Lampu darurat (Emergency Lamp);
- Pemeriksaan lingkungan kerja:
Limbah B3
Polusi suara
- Pembuatan Kartu Identitas Pekerja (KIP);
- Program inspeksi dan audit;
- Pelaporan dan penyelidikan insiden;
- Patroli keselamatan; dan/atau
- Closed-circuit Television (CCTV).
Keterangan:
• Alat Pelindung Kerja (APK) sesuai pada angka 3 huruf a nomor 1 dan nomor
2 harus dalam kondisi baru dan mengikuti standar yang berlaku.
• Alat Pelindung Diri (APD) sesuai pada angka 3 huruf b harus dalam kondisi
baru dan mengikuti standar yang berlaku.
• Standar warna helm yang dipergunakan, sebagai berikut:
❖ Tamu –warna putih polos;
❖ Tim:
- Pelaksana–warna putih polos dilengkapi dengan 1 strip (8 mm);
- Kepala pelaksana–warna putih polos dilengkapi dengan 2 strip (2 x 8
mm)
- Kepala pekerjaan konstruksi–warna putih polos dilengkapi dengan 3
strip berukuran @ 8mm, dan 1 strip 15 mm di bagian paling atas.
❖ Pekerja pada Unit Keselamatan Konstruksi–warna merah;
❖ Pekerja pada Unit kerja Sipil–warna kuning;
❖ Pekerja pada Unit kerja Mekanikal Elektrikal (ME) – warna biru;
❖ Pekerja pada Unit kerja Lingkungan – warna hijau; dan
❖ Jika ada logo perusahaan, ditempatkan di bagian tengah dan depan
pelindung kepala.
• Pekerja pada Pekerjaan Konstruksi menggunakan pakaian berwarna jingga
(orange).

E4 - 30
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

• Pada alat berat yang beroperasi ditempel SILO, SIO, nama operator beserta
pasfoto ukuran 8R.
6. Contoh Petunjuk Isian Satuan Perincian Kegiatan Penyelenggaraan Smkk
A. Format Rincian SMKK
No Uraian Satuan Kuantitas Harga Total Ket.
Pekerjaan Ukuran Satuan Harga
(Rp.) (Rp.)
1 Penyiapam RKK
antara lain
a Pembuatan Set Memperhatikan
dokumen RKK jumlah dan
jenis pekerjaan
yang
dikerjakan
b Pembuatan Memperhatikan
Prosedur dan perkiraan
Instruksi Kerja jumlah pekerja
serta Penyiapan
Formulir
c Sub Total jumlah (a-
Penyiapan RKK b)

Keterangan:
1. Uraian pekerjaan sebagaimana tersebut dalam tabel, disesuaikan dengan jenis
pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan;
2. PPK menetapkan perincian uraian pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan;
3. Jumlah minimal kebutuhan personel Keselamatan Konstruksi ditetapkan oleh
pengguna jasa yang dituangkan pada dokumen tender;

E4 - 31
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

4. Satuan Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi


dilaksanakan untuk pekerjaan segmentasi pemaketan menengah dan besar,
sedangkan untuk pemaketan
5. segmentasi kecil dilaksanakan apabila diperlukan.
Keterangan pengisian Biaya Penerapan SMKK
1. Uraian pekerjaan sebagaimana tersebut dalam tabel, disesuaikan dengan jenis
pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan;
2. PPK menetapkan perincian uraian pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan;
3. Jumlah minimal kebutuhan personel Keselamatan Konstruksi ditetapkan oleh
pengguna jasa yang dituangkan pada dokumen tender;
4. Satuan Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi dilaksanakan
untuk pekerjaan risiko keselamatan konstruksi besar dan sedang, sedangkan
untuk pekerjaan risiko keselamatan konstruksi kecil dilaksanakan apabila
diperlukan;
5. Terlampir tabel kualifikasi Ahli K3 Konstruksi dan Petugas Keselamatan
Konstruksi pada tingkat risiko keselamatan konstruksi.
6. Jumlah Ahli K3 Konstruksi/Petugas Keselamatan Konstruksi dalam UKK pada
Pekerjaan Konstruksi sebagai berikut:
- Risiko keselamatan konstruksi kecil, memiliki perbandingan antara jumlah
Ahli K3 Konstruksi / Petugas Keselamatan Konstruksi dengan jumlah tenaga
kerja konstruksi 1:60, dengan jumlah minimal 1 (satu) Petugas Keselamatan
Konstruksi dalam tiap Pekerjaan konstruksi.
- Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang, memiliki perbandingan antara jumlah
Ahli K3 Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi 1:50, dengan
jumlah minimal 1 (satu) Ahli K3 Konstruksi tiap Pekerjaan konstruksi; dan
- Risiko keselamatan konstruksi besar, memiliki perbandingan antara jumlah
Ahli K3 Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi 1:40, dengan
jumlah minimal 1 (satu) Ahli K3 Konstruksi dalam tiap Pekerjaan konstruksi;
- Petugas Keselamatan Konstruksi dibantu oleh pekerja yang telah mendapat
pelatihan K3 Konstruksi di internal.

E4 - 32
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

- Pendelegasian tugas penerapan SMKK sebagian diberikan kepada pekerja


yang sudah mendapat pelatihan.
7. Pada dokumen pemilihan pengguna jasa mencantumkan persyaratan kebutuhan
ahli K3 Konstruksi berdasarkan Risiko Keselamatan Konstruksi

7. Unit Keselamatan Konstruksi


bertanggungjawab kepada unit yang menangani Keselamatan Konstruksi di bawah
pimpinan tertinggi Penyedia Jasa.
Persyaratan kualifikasi kompetensi kerja Pimpinan UKK
Risiko Besar
- Ahli Utama K3 Konstruksi; atau
- Ahli Madya K3 Konstruksi dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun
Risiko Sedang
- Ahli Madya K3 Konstruksi; atau
- Ahli Muda K3 Konstruksi dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun
Risiko Kecil
- Ahli Muda K3 Konstruksi; atau Petugas Keselamatan Konstruksi.
Pimpinan
• wajib memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi kerja di bidang K3 Konstruksi.
• berkoordinasi dengan pimpinan tertinggi Pekerjaan Konstruksi
Anggota
Wajib memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan kepemilikan
kompetensi kerja atau sertifikat pelatihan
Ket:
1. Dalam hal pekerjaan konstruksi berisiko Keselamatan Konstruksi kecil,
Pimpinan tertinggi Pekerjaan Konstruksi dapat merangkap sebagai pimpinan
UKK.
2. Dalam hal pekerjaan konstruksi berisiko Keselamatan Konstruksi sedang dan
besar, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus membentuk UKK yang
terpisah dari struktur organisasi Pekerjaan Konstruksi

E4 - 33
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

8. Persyaratan Kualifikasi Ahli K3 Konstruksi Atau Petugas Keselamatan


Konstruksi
Kriteria Risiko Keselamatan Konstruksi
• bersifat berbahaya tinggi berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan
Konstruksi yang ditetapkan oleh Pengguna
• Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp100.000.000.000,00
(seratus milyar rupiah);
• mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah lebih dari 100 (seratus)
orang;
• menggunakan peralatan berupa pesawat angkat;
• menggunakan metode peledakan dan/atau menyebabkan terjadinya
peledakan; dan/atau
• Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi tinggi.
• bersifat berbahaya sedang berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan
Konstruksi yang ditetapkan oleh Pengguna
• Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah);
• mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah 25 (dua puluh lima) orang
sampai dengan 100 (seratus) orang; dan/atau
• Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi madya
• bersifat berbahaya rendah berdasarkan penilaian
• Risiko Keselamatan Konstruksi yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa
• Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS sampai dengan Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah);
• mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah kurang dari 25 (dua puluh
lima) orang; dan/atau
• Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana
Risiko Besar
• Ahli Utama K3 Konstruksi; atau
• Ahli Madya K3 Konstruksi dengan pengalaman minimal 3 tahun
Risiko Sedang
• Ahli Madya K3 Konstruksi; atau

E4 - 34
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

• Ahli Muda K3 Konstruksi dengan pengalaman minimal 3 tahun


Risiko Kecil
• Ahli Muda K3 Konstruksi; atau
• Petugas Keselamatan Konstruksi

9. Ketentuan Lain Risiko Keselamatan Konstruksi


Dalam hal suatu Pekerjaan Konstruksi memenuhi lebih dari satu kriteria Risiko
Keselamatan Konstruksi, penentuan Risiko Keselamatan Konstruksi ditentukan
dengan memilih Risiko Keselamatan Konstruksi yang lebih tinggi
Pekerjaan Konstruksi yang memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar dengan
kriteria mempekerjakan lebih dari 100 (seratus) pekerja harus mempunyai personel
Keselamatan Konstruksi paling sedikit 2 (dua) orang yang terdiri atas:
a. 1 (satu) orang Ahli Utama K3 Konstruksi dan/atau Ahli Madya K3 Konstruksi
dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun; dan
b. 1 (satu) orang Ahli Muda K3 Konstruksi dengan pengalaman paling singkat 3
(tiga) tahun
Pada Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan metode padat karya atau
menggunakan banyak tenaga kerja namun sedikit penggunaan peralatan mesin,
kebutuhan Personel Keselamatan Konstruksi ditentukan oleh penilaian Risiko
Keselamatan Konstruksi
Risiko Keselamatan Konstruksi untuk menentukan kebutuhan Ahli K3
Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi, tidak untuk menentukan
kompleksitas atau segmentasi pasar Jasa Konstruksi.

10. Penetapan Tingkat Risiko


Tabel Penetapan Tingkat Risiko

Keparahan

Kekerapan 1 2 3 4 5 Keterangan

1 1 2 3 4 5 1-4 Tingkat risiko KK kecil

E4 - 35
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Keparahan

Kekerapan 1 2 3 4 5 Keterangan

2 2 4 6 8 10 5-12 Tingkat risiko KK sedang

3 3 6 9 12 15 15-25 Tingkat risiko KK besar

4 4 8 12 16 20

5 5 10 15 20 25

Tahap serah Terima Pekerjaan (PHO–Pemeliharaan–FHO)


Tahapan Serah Terima (Penyelesaian ) Pekerjaan Konstruksi
- Serah Terima Pertama Pekerjaan (PHO)
Penerapan SMKK dalam tahapan serah terima pekerjaan dilakukan pada PHO
sampai FHO.
- Pekerjaan Pemeliharaan
Setelah PHO pekerjaan SMKK diterapkan dalam pengoperasian dan
pemeliharaan.
- Serah Terima Akhir Pekerjaan (Fho)
Pengoperasian dan Pemeliharaan, Pengguna Jasa harus merujuk pada hasil
perancangan yang telah dimutakhirkan; dan
- Serah Terima Kepada Penyelenggara Infrastruktur
Panduan keselamatan operasi dan pemeliharaan konstruksi bangunan yang sudah
memperhitungkan Keselamatan Konstruksi yang disusun oleh Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi berdasarkan hasil pelaksanaan rancangan dan RKK yang
dimutakhirkan.

E4 - 36
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

TAHAPAN SERAH TERIMA PEKERJAAN KONSTRUKSI


PELAKSANAAN K ON S TR U K S I P EM ELIHA RAA N

F H O
P H O Ma sa Pe me liharaan
Periode Akhir
Pe rm in taa n Sera h
Pekerjaan K on tr ak
Terima Pertama
Selesai 100%
Pekerjaan Pembayaran Pekerjaan
Permintaan
Berita Acara P H O (95% dari Ko nt rak , 5%
Serah Ter ima
Penyedia ke P P K J a m i n a n Pemeliharaan
Akhir P eke rjaan

Penyedia k e P P K
Pelaksanaan PP K da n Penyedia
Pem erik s aa n
Pekerja an P elaksanaan Berita Acara F H O
Pemeriksaan
PP K Pengawas Pem eli h araa n P e m b ay a r a n /
Pem eli h araan P e ng e m b a l i an J a m i n a n
Pekerjaan Peke rjaan
(Fungsi) P e m e l ih ar a a n
P e nye dia PPK/Personil

PPK PP K k e Penyedia

Perbaikan Tid ak
C ek Ya Ya
Pekerjaan C ek

Pen y edia Tid ak


Perbaikan
Pekerjaan

Kontraktor P e m e r ik s aa n
A dm i n i s tr a t i f H as il
Pe k e r j aan

P A / KP A PPHP

B e r it a A c a r a S e r a h
T e r i m a Pe k e r jaa n
ke PA / KPA

PP K da n PPHP

Pembinaan Dan Pengawasan


1. Pembinaan Penerapan SMKK
a. Penetapan Kebijakan SMKK
Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria sesuai dengan kewenangannya
b. Penerapan Kebijakan SMKK
Dalam bentuk fasilitasi, konsultasi serta pendidikan dan pelatihan
c. Pemantauan dan Evaluasi Penerapan SMKK
Penilaian terhadap pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penerapan
SMKK
d. Pengembangan Kerja Sama Penerapan SMKK
Meningkatkan penerapan SMKK dalam mewujudkan Keselamatan Konstruksi
.

Pengawasan Penerapan SMKK


1. Menteri melakukan pengawasan tertib penerapan SMKK pada Pekerjaan
Konstruksi dan Konsultansi Konstruksi yang berasal dari anggaran pendapatan
dan belanja negara dan/atau yang memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar
- Pengguna Jasa menyam- paikan laporan penyeleng- garaan pengawasan
SMKK kepada Menteri melalui unit organisasi yang membidangi Jasa
Konstruksi

E4 - 37
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

2. Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat di daerah melakukan pengawasan


penerapan kebijakan SMKK yang dilakukan oleh gubernur dan bupati/walikota
di wilayah kewenangannya
- Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat me- nyampaikan laporan
penerapan kebijakan SMKK kepada Menteri
3. Gubernur melakukan pengawasan penerapan SMKK pada Pekerjaan Konstruksi
dan Konsultansi Konstruksi terhadap pembiayaan yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah provinsi dan/atau yang memiliki Risiko
Keselamatan Konstruksi sedang
- Gubernur menyampaikan laporan penerapan SMKK kepada Menteri dan
menteri yang menyelenggara- kan urusan pemerintahan dalam negeri yang
menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan laporan
penyelenggaraan pemerintah daerah provinsi
4. Bupati/walikota melakukan pengawasan penerapan SMKK pada Pekerjaan
Konstruksi dan Konsultansi Konstruksi terhadap pembiayaan yang berasal dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan/atau yang memiliki
Risiko Keselamatan Konstruksi kecil
- Bupati/walikota menyampaikan laporan SMKK kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kab upaten/kota
Laporan penerapan SMKK disampaikan secara berkala paling sedikit 1 (satu) tahun sekali
Dalam melakukan pengawasan penerapan SMKK, Menteri membentuk: Komite
Keselamatan Konstruksi. Komite Keselamatan Konstruksi, terdiri atas:
- Ketua
- Sekretaris
- Anggota
- Subkomite
- Sekretariat
Tugas Komite Keselamatan Konstruksi:
- Melaksanakan pemantauan dan evaluasi Pekerjaan Konstruksi yang diperkirakan
memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar;
- Melaksanakan investigasi kecelakaan konstruksi;

E4 - 38
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

- Memberikan saran, pertimbangan, dan rekomendasi kepada Menteri berdasarkan


hasil pemantauan dan evaluasi Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko Keselamatan
Konstruksi besar dan/atau investigasi kecelakaan konstruksi dalam rangka
mewujudkan Keselamatan Konstruksi; dan
- Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.

Ketentuan Peralihan dan Penutup


Ketentuan Peralihan
- RKK pada Kontrak Kerja Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi yang telah
ditandatangani sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap berlaku sampai
dengan berakhirnya Kontrak Kerja Konstruksi tersebut
- Sertifikat Petugas K3 Konstruksi dan surat keterangan penjaminan mutu dan
pengendalian mutu yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri
ini harus disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun
sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku
Ketentuan Penutup
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 628), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 179), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Daftar Pekerjaan Konstruksi Dengan Risiko Keselamatan Konstruksi Besar Per


Jenis Pekerjaan Untuk Menentukan Kebutuhan Ahli K3 Konstruksi / Petugas
Keselamatan Konstruksi

E4 - 39
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Klasifikasi Usaha Pekerjaan Jenis Konstruksi Keterangan


Konstruksi Menurut UU 2
Tahun 2017
Terowongan Semua
Underpass Semua
Bendungan Semua bendungan
Reklamasi Semua reklamasi
Pemecah/penahan Perlu ada kriteria
gelombang Rubble mound > 1 ton
Ambang (Groundsill) - dengan lebar sungai > 20 m;
- Tinggi Terjunan ≥ 3 m
SIPIL Saluran irigasi khusus Dengan konstruksi terowongan dan sipon
Saluran irigasi volume luasan > 2000 HA
Terowongan air Semua terowongan
rangan: Bendung dengan lebar sungai > 20 m
Untuk pekerjaan konstruksi Sistem Penyediaan Air Dengan kedalaman pekerjaan galian > 1,5
risiko keselamatan konstruksi Minum (SPAM) m
yang sudah ditentukan Instalasi Pembuangan Air Dengan kedalaman pekerjaan galian > 1,5
keterangan di atas, tidak Limbah m
diperlukan lagi perhitungan Tempat Pembuangan Bila pelaksanaan pekerjaan galian tanah >
penentuan tingkat risiko Akhir 1,5 m
Keselamatan Konstruksi (TPA)
sebagaimana tertuang dalam Embung Semua Embung
contoh Tabel Penetapan
Dermaga Pembangunan pada program PISEW
Tingkat resiko Pekerjaan.
(Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi
Wilayah)

Keterangan:
Untuk pekerjaan konstruksi dengan risiko keselamatan konstruksi yang sudah ditentukan
keterangan di atas, tidak dipelukan lagi perhitungan penentuan tingkat risiko Keselamatan

E4 - 40
Organisasi Personil
DD PENGENDALIAN BANJIR DI ANAK-ANAK SUNGAI BENGAWAN
SOLO DI KAB SUKOHARJO

Konstruksi sebagaimana tertuang dalam contoh Tabel Penetapan Risik Tingkat o


Pekerjaan

E4 - 41

Anda mungkin juga menyukai