BAB I
1. PENDAHULUAN
1.1.
Umum
Teknis
untuk
Pengukuran,
Penyelidikan
dan
Perencanaan
- Buku Petunjuk Perencanaan.
Bagian mengenai Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi ini khusus
membicarakan berbagai tahap perencanaan yang mengarah
kepada
penyelesaian
jaringan
utama
irigasi.
Bagian
ini
Pada
persiapan
pembangunan
sampai
dengan
Jaringan Irigasi
dan
Tahap
perencanaan.
Tahap
Studi
dibicarakan
untuk
pula
keterangan
pokok
mengenai
irigasi
yang
berkenaan
dengan
perencanaan
jaringan
irigasi.
menguraikan
data-data
yang
diperlukan
untuk
5,
Perekayasaan
(Engineering
Design),
membicarakan
Perencanaan
adalah
perekayasaan
yang
telah
irigasi,
ketinggian
dan
tipe
bangunan.
Hasil-hasil
Jaringan Irigasi
pengetahuan
dan
penguasaan
yang
mendalam
kriteria
perencanaan
jaringan
irigasi
akan
kriteria
menghasilkan
dalam
desain
praktek
yang
aman
perencanaan
bagi
dengan
mereka
yang
bagi
para
perekayasa
yang
belum
begitu
prosedur
bangunan irigasi.
perencanaan
bangunan-
Jaringan Irigasi
Perencanaan
tersebut
tidak
dimaksudkan
untuk
mana
mungkin,
metode-metode
perencanaan
justru
khusus
yang
diperlukan
untuk
keamanan
yang
perencanaan.
dipakai
di
dalam
teknik
Jaringan Irigasi
bahwa
tanggung
jawab
perencanaan
dapat
bidang
bagaimanapun
perencanaan
juga
proyek
Kriteria
irigasi.
Perencanaan
Akan
tersebut
tetapi,
tidak
membuat
perencanaan
Keterbatasan-keterbatasan
yang
yang
ada
aman
dan
tersebut
memadai.
hendaknya
pembangunan
irigasi.
Batasan
dan
syarat
yang
Jaringan Irigasi
Berdasarkan
cara
pengaturan
pengukuran
aliran
air
dan
Sederhana
Semiteknis, atau
Teknis.
Bangunan
Utama
Kemampuan
bangunan
dalam
mengukur
dan
mengatur
debit
Baik
Sedang
Jelek
Jaringan Irigasi
Saluran
irigasi dan
pembuang
terpisah
Jaringan
saluran
Dikembangka
n
sepenuhnya
Petak tersier
Efisiensi
secara
keseluruhan
Ukuran
Jalan Usaha
Tani
Ada ke
seluruh areal
Kondisi O &
P
- Ada
instansi
yang
menangani
- Dilaksanak
an teratur
Tinggi
50 60 %
(Ancar-ancar)
Tak ada
batasan
Saluran
irigasi dan
pembuang
tidak
sepenuhnya
terpisah
Belum
dikembangka
n atau
densitas
bangunan
tersier jarang
Sedang
40 50%
(Ancar-ancar)
Sampai 2.000
ha
Hanya
sebagian
areal
Belum teratur
Saluran
irigasi dan
pembuang
jadi satu
Belum ada
jaringan
terpisah
yang
dikembangka
n
Kurang
< 40%
(Ancar-ancar
Tak lebih dari
500 ha
Cenderung
tidak ada
Tidak ada
O&P
di
sebagian
besar
pembangunan
irigasi
di
Indonesia.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat
unsur fungsional pokok, yaitu:
-
Jaringan Irigasi
saluran-saluran alamiah.
1.3.2.lrigasi Sederhana
Di dalam irigasi sederhana, lihat gambar 1.1 pembagian air tidak
diukur atau diatur, air lebih akan mengalir ke saluran pembuang.
Para petani pemakai air itu tergabung dalam satu kelompok
jaringan
irigasi
yang
sama,
sehingga
tidak
memerlukan
ini.
Persediaan
air
biasanya
berlimpah
dengan
Jaringan Irigasi
Pengambilan bebas
Tidak ada pengawasan
pengambilan air
30
29
Pengambilan bebas
28
27
Gabungan
saluran irigasi
dan pembuang
Areal persawahan
milik satu desa
26
25
30
Jaringan Irigasi
banyak
keterlibatan
dari
pemerintah,
dalam
hal
ini
Jaringan Irigasi
30
29
Pengambilan bebas
yang tak dipakai lagi
28
27
26
25
30
antara
jaringan
irigasi
dan
jaringan
Jaringan Irigasi
Jaringan Irigasi
pertanian.
Jaringan
irigasi
teknis
Jaringan Irigasi
30
29
28
27
26
25
30
Jaringan Irigasi
BAB II
2.
JARINGAN IRIGASI
2.1.
Pendahuluan
merupakan
bimbingan
bagi
para
perekayasa
dalam
Peta Ikhtisar
Bangunan-bangunan utama
Lokasi bangunan
Jaringan Irigasi
tinggi dsb).
Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang
dilengkapi dengan garis-garis kontur dengan skala 1:25.000. Peta
ikhtisar detail yang biasa disebut peta petak, dipakai untuk
perencanaan dibuat dengan skala 1:5.000, dan untuk petak
tersier 1:5.000 atau 1:2.000.
2.2.1.Petak tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah
petak tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan
diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi
tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier
mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Di petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan
menjadi tanggung jawab para petani yang bersangkutan, di
bawah bimbingan pemerintah. Ini juga menentukan ukuran petak
tersier.
Petak
yang
kelewat
besar
akan
mengakibatkan
dan
kemudahan
eksploitasi
dengan
tujuan
agar
Jaringan Irigasi
sekunder
terdiri
dari
beberapa
petak
tersier
yang
sisi
saluran
hingga
saluran
pembuang
yang
Jaringan Irigasi
2.2.3.Petak primer
Petak
primer terdiri
dari
beberapa
petak
sekunder,
yang
kandungan
sedimen
yang
berlebihan,
serta
Jaringan Irigasi
area)
Bendung
gerak
adalah
bangunan
yang
dengan
beberapa
perlengkapan
(mesin)
untuk
berfungsi
meninggikan
muka
air
dengan
cara
Jaringan Irigasi
ekonomis.
Pada
mulanya
irigasi
pompa
hanya
Jaringan Irigasi
yang
jauhnya
ditentukan
dalam
peraturan
Jaringan Irigasi
10. 000 ha
Saluran primer
Saluran sekunder
6000 ha
4000 ha
Bendung
Bangunan bagi
terakhir
4000 ha
2000 ha
1000 ha
3000 ha
menampung
air
langsung
dari
sawah
dan
tersier
dan
membuang
air
tersebut
ke
pembuang
sekunder
ke
luar
daerah
irigasi.
Jaringan Irigasi
Pembuang
primer
sering
berupa
saluran
pembuang
Jaringan Irigasi
atau
kuarter)
2.3.4.Bangunanbangunan pengukur dan Pengatur
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang
saluran jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder
maupun
tersier.
Bangunan
ukur dapat
dibedakan
menjadi
Mengukur
Mengatur
Bangunan ukur
Ambang lebar
dengan
Aliran
Atas
Tidak
Bangunan ukur
Parshall
Aliran
Atas
Tidak
Bangunan ukur
Cipoletti
Aliran
Atas
Tidak
Bangunan ukur
Romijn
Aliran
Atas
Ya
Bangunan ukur
Crump-de Gruyter
Aliran
Bawah
Ya
Bangunan sadap
Pipa sederhana
Aliran
Bawah
Ya
Constant-Head
Orifice (CHO)
Aliran
Bawah
Ya
Jaringan Irigasi
Aliran
Atas
Tidak
bisa
benar-benar
mengatasi
permasalahan
yang
Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijn atau jika
fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter. Di
petak-petak tersier kecil di sepanjang saluran primer dengan tinggi muka
air yang bervariasi dapat dipertimbangkan untuk memakai bangunan
sadap pipa sederhana, di lokasi yang petani tidak bisa menerima bentuk
ambang sebaiknya dipasang alat ukur parshall atau cut throat flume.
Alat ukur parshall memerlukan ruangan yang panjang, presisi yang tinggi
dan sulit pembacaannya, alat ukur cut throat flume lebih pendek dan
mudah pembacaannya.
2.3.5.Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol
muka air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang
Jaringan Irigasi
akan
dapat
merusak
saluran.
Untuk
itu
diperlukan
bangunan peredam).
a. 1. Bangunan terjun
Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi
energi) dipusatkan di satu tempat Bangunan terjun bisa memiliki
terjun tegak atau terjun miring. Jika perbedaan tinggi energi
Jaringan Irigasi
pembawa
dengan
aliran
subkritis
(bangunan
silang)
b. 1.Gorong-gorong
Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat di mana saluran lewat
di bawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuang
lewat di bawah saluran. Aliran di dalam gorong-gorong umumnya
aliran bebas.
b. 2.Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran
lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembahlembah. Aliran di dalam talang adalah aliran bebas.
b. 3.Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan
gravitasi di bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai
atau sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan air di bawah
jalan, jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon
merupakan
saluran
tertutup
yang
direncanakan
untuk
Jaringan Irigasi
mengalirkan air di
dibangun
apabila
keadaan
ekonomi/anggaran
Jaringan Irigasi
aliran
saluran
yang
berlebihan
akibat kesalahan
digunakan
sebagai
lindungan-luar;
lihat
juga
pasal
ini
dimaksudkan
untuk
mengeluarkan
endapan
Jaringan Irigasi
Saluran Gendong
jaringan
irigasi
dan
pembuang
oleh
Dinas
Jaringan Irigasi
untuk
staf
irigasi,
jaringan
komunikasi,
patok
Jaringan Irigasi
permasalahan
yang
terjadi
di
lapangan.
setempat
serta
letaknya
di
setiap
bangunan
sadap/offtake.
2.4
Daerah Irigasi
pemberian
nama-nama
bangunan
utama
berlaku
Jaringan Irigasi
Jaringan Irigasi
Gambar 2.2
K3. Ki
125 ha 175 l/dt
A = 4 95 ha
Q = 0.85 6 m 3/dt
RL 2
A = 4 24 ha
Q = 0.73 4 m 3/dt
RL 3
A = 6 20 ha
Q = 0.95 7 m 3/dt
BK 3
Bangunan sadap
L2 Ki
17 ha
24 l/dt
BL 3
L3 Ki
107 ha 150 l/dt
A = 3 17 ha
Q = 0.54 8 m 3/dt
A = 3 80 ha
Q = 0.59 0 m 3/dt
RS 3
S2 Ki
97 ha 136 l/dt
K1 Ki. 1
50 ha
70 l/dt
BL 2
L2 ka
54 ha 76 l/dt
RL 4
BS 2
S2 Ka
183 ha 256 l/dt
BK 1
H1 K. 2
68 ha
95 l/dt
A = 5 60 ha
Q = 1.03 0 m 3/dt
S aluran
sekunder
S AMBAK
RS 2
S1 Ki
60 l/dt
57 ha
A = 500 ha
Q = 0.780 m3/dt
K ALI DOLOK
BS 1
S1 Ka
148 ha 207 l/dt
RK 2
A = 3 90 ha
Q = 0.60 8 m 3/dt
K2 ka
110 ha 154 l/dt
H1 Ki. 1
27 l/dt
19 ha
A = 2 55 ha
Q = 0.41 3 m 3/dt
RS 1
H2 K. 2
96 ha 134 l/dt
H1 K. 2
68 ha 95 l/dt
BL 1
A = 517 ha
Q = 0.894 m3/dt
L1 Ka
22 ha 31 l/dt
BM 1
BK 2
H2 K. 1
76 ha k16 l/dt
A = 8 65 ha
Q = 1.34 9 m 3/dt
H2 K. 3
116 ha 162 l/dt
A = 3184 ha
Q = 5.508 m3/dt
RK 1
A = 2031 ha
Q = 3.514 m3/dt
LEGENDA
RL 1
A = 3891 ha
Q = 6.731 m3/dt
RM 3
BM 2
BM 3
Bendung
BARANG
RM 1
Jaringan Irigasi
BS 2c
RS 3
BS 2
Gambar 2.3
BK 3b
RK 1
BL 2b
Bangunan sadap
BL 2c
Gorong - gorong
BL 2d
BK 3c
BK 3
BK 4a
BK 4b
BK 4c
BL 3a
RL 3
BK 3a
BL 4a
BL 4b
BL 4c
BL 3b
BL 3
RL 4
BS 2b
BL 2
BS 2a
BK 1a
BK 1b
BK 1
BL 2a
Talang
Sipon
Bangunan terjun
RS 1
BS 1
BM 1a
BM 1
BL 1
RL 2
RK 2
BS 1c
BS 1d
Bendung
BARANG
BM 2a
BK 2
BS 1a
BS 1b
BK 2a
BM 2b
BM 2c
BM 2
BM 2a
BM 2d
RM 3
RS 2
BM 3
LEGENDA
RL 1
KALI DOLOK
RM 1
Jembatan
Jembatan orang
Penahapan Perencanaan
39
Irigasi
tersebut
terletak
juga
mulai
dengan
huruf
Penahapan Perencanaan
40
Irigasi
A1
B1
T1
B2
C1
C2
K2
T3
T2
K1
A3
K3
A2
D3
D2
C3
D1
Penahapan Perencanaan
41
Irigasi
2.4.4.Jaringan Pembuang
Setiap
pembangunan
jaringan
irigasi
dilengkapi
dengan
yang
lebih
kecil.
Beberapa
di
antaranya
sudah
diberi
nomor.
Masing-masing
petak
tersier
akan
Penahapan Perencanaan
42
Irigasi
d2
d3
d2
d2
d2
d1
d1
d1
d RM 2
d1
d RM 3
d RA 1
d RM 4
standar
akan
digunakan
untuk
menunjukkan
untuk
jaringan
irigasi,
garis
penuh
untuk
jaringan
Penahapan Perencanaan
43
Irigasi
2.5.
a.
b.
Daerah
Proyek
adalah
daerah
di
mana
pelaksanaan
dan
dikembangkan
daerah-daerah
untuk
irigasi
di
yang
bawah
tidak
akan
proyek
yang
bersangkutan.
d.
saluran-saluran
irigasi
dan
pembuang
primer,
Penahapan Perencanaan
44
Irigasi
Daerah
Potensial
adalah
daerah
yang
mempunyai
Desa
Jalan primer
Saluran + pembuang
Primer dan Sekunder +
Jalan petani
Tanggul , jalan
setapak
BAB III
3.
3.1. Pendahuluan
Proses
pembangunan
irigasi
dilakukan
secara
berurutan
Penahapan Perencanaan
45
Irigasi
Survey
(Pengukuran/Survei)
Investigation
(Penyelidikan)
Design
(Perencanaan Teknis)
La
Land acquisition
Construction
(Pelaksanaan)
Operation
(Operasii)
Maintenance
(Pemeliharaan)
(Pembebasan Tanah)
Akronim tersebut menunjukkan urut-urutan tahap yang masingmasing terdiri dari kegiatan-kegiatan yang berlainan. Tahap yang
berbeda-beda
tersebut
tidak
perlu
merupakan
rangkaian
Studi
merupakan
tahap
perumusan
proyek
dan
Perencanaan
merupakan
tahap
pembahasan
proyek
Penahapan Perencanaan
46
Irigasi
kelayakan
detail
akan
meliputi
juga
perencanaan
Gambar 3.1
STUDI Pemikiran
(Studi Awal)
untuk
pengembangan
irigasi
Penahapan Perencanaan
47
Irigasi
STUDI
masyarakat.
- Identifikasi
proyek
dengan
menentukan
IDENTIFIKASI
(Pola)
tersebut
serta
konsultasi
publik
masyarakat.
- Pekerjaan-pekerjaan teknik, dan perencanaan
pertanian,
STUDI
PENGENALAN
/STUDI
dilakukan
di
kantor
dan
di
lapangan.
- Kelayakan teknis dari proyek yang sedang
dipelajari.
- Komponen
dan
aspek
multisektor
PRAKELAYAKA
(Masterplan)
mengenai
aspek-aspek
yang
Penahapan Perencanaan
48
Irigasi
lanjut.
- Penentuan
pengukuran
dan
penyelidikan
yang diperlukan.
- Diusulkan perijinan alokasi air irigasi.
- Analisa dari segi teknis dan ekonomis untuk
STUDI
KELAYAKAN
batasan/definisi
menetapkan
proyek
prasarana
dan
yang
diperlukan
- Mengajukan program pelaksanaan
- Ketepatan yang disyaratkan untuk aspekaspek
teknik
ketepatan
serupa
yang
dengan
tingkat
disyaratkan
untuk
perencanaan pendahuluan.
- Studi Kelayakan membutuhkan pengukuran
topografi,
secara
geoteknik
ekstensif,
dan
kualitas
sebagaimana
tanah
untuk
perencanaan pendahuluan
TAHAP PERENCANAAN
PERENCANAA
- Foto udara (kalau ada), pengukuran pada
N
PENDAHULUA
N
neraca
kantor
pengecekan
DETAIL
Penahapan Perencanaan
Irigasi
Strategi
nasional dan propinsi
kriteria dan pertimbangan
pertimbangan khusus
Pemilihan
Pusat atau
Daerah
Pola
Pemilihan
study lebih
Lanjut
Investarisasi
tanah dan air
Pemantauan
dan
evaluasi
Pelaksanaan
dan
exploitasi
exploitasi
dan
pemeliharaan
untuk study
Studi Pengenalan
Study
kelayakan dan
penyaringan
proyek
Irigasi
Masalah Alokasi
Air Irigasi
Alokasi
daya
Pemilihan
study lebih
Lanjut
Pengukuran
dan
penyelidikan
Anggaran
dan
perencanaan
program
Keputusan
bahwa proyek
bisa diteruskan
perencanaan dan
pelaksanaan
Alokasi
daya
study
kelayakan
proyek
perencanaan
dan
pembiayaan
proyek
Rencana wilayah
atau induk
Kegiatan perencanaan
atau induk
Anggaran
dan
perencanaan
program
Pemilihan
proyek sederhana
pasti
bagi perlengkapan
dan pelaksanaan
Keputusan
49
Penahapan Perencanaan
50
Irigasi
dalam
Tahap
Studi,
diberikan
dalam
pedoman
dan
buku-buku
petunjuk
perencanaan.
Buku-buku
melaksanakan
studi
dan
membuat
perencanaan
yang
terkait
dimana
data-data
dapat diperoleh
Data-data dapat diperoleh dari instansi-instansi berikut
- BAKOSURTANAL: untuk peta-peta topografi umum dan foto-foto
udara.
- Direktorat Geologi: untuk peta-peta topografi dan peta-peta
geologi.
- Badan Meteorologi dan Geofisika: untuk data-data meteorologi
dan peta-peta topografi.
- Puslitbang Sumber Daya Air, Seksi Hidrometri: untuk catatancatatan aliran sungai dan sedimen, data meteorologi dan petapeta topografi.
- DPUP: untuk peta-peta topografi, catatan mengenai aliran
sungai, pengelolaan air dan catatan-catatan meteorologi, datadata jalan dan jembatan, jalan air.
- Dinas Tata Ruang Daerah : informasi mengenai tata ruang.
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi
Penahapan Perencanaan
51
Irigasi
- PLN, Bagian Tenaga Air: untuk peta daerah aliran dan datadata aliran air.
- Puslit Tanah : Peta Tata Guna Lahan
- Departemen
Pertanian:
untuk
catatan-catatan
mengenai
Pusat
statistik,
Statistik
(BPS):
kementerian
untuk
dalam
keterangan-keterangan
negeri,
agraria,
untuk
Tahap Studi
Dalam Tahap Studi ini konsep proyek dibuat dan dirinci mengenai
irigasi pertanian ini pada prinsipnya akan didasarkan pada faktorfaktor tanah, air dan penduduk, namun juga akan dipelajari
berdasarkan aspek-aspek lain. Aspek-aspek ini antara lain
meliputi ekonomi rencana nasional dan regional, sosiologi dan
ekologi.
Berbagai
Banyaknya
studi
dan
yang
akan
aspek
penyelidikan
dicakup
akan
dan
dilakukan.
mendalamnya
satu
dengan
proyek
yang
lain.
Pada
Gambar
3.2
Penahapan Perencanaan
52
Irigasi
PP
SA
SI
Serbaguna
Non
ekonomis
Ekaguna
SP
SK
PT
RI
2
3
Ekonomis
: Studi identifikasi
SP
: Studi pengenalan
SK
: Studi kelayakan
PP
: Perencanaan pendahuluan
PD
RI
: Perencanaan detail
: Rencana induk
berarti
bahwa
keuntungan
dan
biaya
proyek
dibuat
kombinasi
antara
beberapa
taraf.
Misalnya,
Penahapan Perencanaan
53
Irigasi
hasil-hasil
studi
yang
lebih
awal
sebelum
Penahapan Perencanaan
54
STUDY IDENTIFIKASI
Irigasi
Ide
- Pengumpulan
data yang ada
dikantor Topograpi min :
skalla 1 : 26.000
- Laporan berbagai
survey terdahulu
( bila ada )
Memenuhi
persyaratan
I
Tidak
Batal
ya
Macam / sistim
irigasi
Ekonomi
dominan
STUDY AWAL
Analisis
studi awal
Pengumpulan data :
- Peta Topografi
- Peta Geologi Reginal
- Data antar sektor
- Peta stasiun Hidrologi
PKM
Mungkin
Tidak
PKM
Batal
ya
STUDY IDENTIFIKASI
Ide usulan
pengembangan
daerah irigasi
rancangan langkah
pengembangan
Survey lapangan
identifikasi
- Lokasi yang utama
- Areal daerah irigasi
- Penduduk
- Tata guna tanah
- Pengumpulan data
Hidrologi
- Progr. pengukuran
PKM
Ijin Alokasi
air irigasi
pengenalan
Laporan study
Pemetaan situasi
skala
1 : 25.000 dan
PKM
1 : 5.000
PERENCANAAN
PENDAHULUAN
Analisis
idetifikasi
Penahapan Perencanaan
55
Irigasi
A
Penentuan garis
sempadan saluran
pendahuluan
Rencana
Peta Petak
Luas areal
dibatasi
revisi peta
petak
ya
Luas areal
irigasi
Ekonomi
dominan
ya
Analisa
kelayakan
Layak ?
PERENCANAAN PENDAHULUAN
Permasalahan
?
Ada
Modifikasi
rencana
peta petak
Data
non teknis
Tidak
ya
Batal
Pemutakhiran
Ijin alokasi
air irigasi
PERENCANAAN DETAIL
Penyelusuran
bersama Sipil
Geotextik , Geodesik
untuk checking
elevasi , arah
saluran dan situasi
Tidak
PERENCANAAN PENDAHULUAN
Tidak
STUDY KELAYAKAN
Air
cukup
Perencanaan
pendahuluan
definitif
Penyelusuran ahli
Sipil , Geoteknik ,
Geodetik , check lokasi
bangunan dan rencana
penyelidikan
Pengukuran jaringan
utama
- trase saluran dan
situasi bangunan
penyelidikan Geoteknik
Peta petak
akhir
Gambar 3.3
Penahapan Perencanaan
56
Irigasi
B
PERENCANAANDETAIL
Rencana
elevasi muka air
di saluran
Penyesuaian
perencanaan
pendahuluan
dengan keadaan
lapangan
Penyesuaian
perencanaan
pendahuluan
dengan keadaan
lapangan
Tambahan
pengukuran
dan
penyelidikan
Uji
Hidrolist
PERENCANAANDETAIL
Perlu
penyesuaian ?
Final
perencanaan
jaringan
utama
perencanaan
jaringan
tersier
Updating ijin
alokasi
air irigasi
perencanaan
akhir
Perencanaan
bangunan
utama
Perencanaan
saluran
Perencanaan
bangunan bangunan
Pelaksanaan
Manajemen aset
Exploitasi dan
pemeliharaan
Modifikasi
perencanaan
Penahapan Perencanaan
57
Irigasi
Penahapan Perencanaan
58
Irigasi
Mulai
Penyesuaian perencanaan
pendahuluan dengan keadaan
lapangan
Perlu
Penyesuaian?
Analisa Sedimen
Perhitungan debit
saluran definitif
Perlu kantong
lumpur?
Perhitungan dimensi
kantong lumpur
Optimasi biaya
pengurasan kantong
lumpur, dg hidrolis
dan mekanis
El.
mercu
Perencanaan
kantong lumpur
Perencanaan hidrolis
bangunan utama
Perencanaan hidrolis
melintang saluran
Perencanaan hidrolis
memanjang saluran
Perencanaan hidrolis
bangunan
Penahapan Perencanaan
Irigasi
59
Penahapan Perencanaan
60
Irigasi
dan
analisa
akan
menjadi
lebih
akurat
dengan
Dampaknya
terhadap
pembangunan
sosial-ekonomi
dan
lingkungan.
3.2.1. Studi awal
Ide untuk menjadikan suatu daerah menjadi daerah irigasi
datang
dari
membuat
lapangan
suatu
atau
proyek
kantor.
terbentuk
Konsep
melalui
atau
rencana
pengamatan
Penahapan Perencanaan
61
Irigasi
yang
dikumpulkan
berhubungan
(peta,
laporan,
dengan
gambar
daerah
dsb)
dan
tersebut
dianalisis;
air
dan
air
yang
dibutuhkan
(kualitas
dan
Penahapan Perencanaan
62
Irigasi
ahli
geoteknik,
jika
aspek-aspek
geologi
teknik
dari
usulan
tersebut
serta
menelaah
ketujuh
Penahapan Perencanaan
63
Irigasi
Tabel 3.2
a. Study
Awal
b. Studi
Identifik
asi
Kebutuhan
Peta
Tanah
Pertanian
- peta rupa
bumi
skala 1 :
50.000 dg
selang
kontur 10
m peta
rupa bumi
skala
terbesar
yang ada
- foto
udara,
jika ada
- kumpulkan
dan tinjau
peta tanah,
peta tata
guna tanah
dan
laporanlaporan
- kumpulkan
informasi
tentang
tata guna
tanah dan
praktek
pertanian
yang
ada
- menilai
pasaran
unt barang
prod.
pertanian
- menilai
kemampuan
kebutuha
n peta
seperti
pada a
- tidak ada
survei
dalam
tahap
studi
hanya
survey
visual pd
keadaan
topografi
- foto satelit
64
Hidrologi
Tersedianya
air
- peta hujan
rata- rata
- aliran min./
maks.
- menilai
tersedianya
air dari segi
jumlah &
kualitas, jika
mungkin
- kumpulkan
data
lapangan
mengenai
banjir,
penggenang
an
dan aliran
rendah
- kunjungi &
periksa
tempattempat
pengukuran
- menilai
kebutuhan
Aspek
Geoteknik
Kumpulkan
peta geologi
menilai
kecocokan
daerah unt
pelaksanaan
pekerjaan
berdasarkan
peta dan foto
udara yang
ada
- klasifikasi
tanah di
lapangan di
lokasi
yg sudah
ditentukan
& formasi
geologi
Perekayasaa
n
- uraian
tentang
sumber air
dan lahan
yang bisa
diairi
- identifikasi
proyek lain
yang
mungkin
(berdasarkan
ke-8
kriteria
dari Dirjen
Pengairan)
Dg sketsa
perencanaan
garis besar
beserta
alternatifnya
Aspek
Multisektor
- informasi
tentang
lingkungan
- informasi
ttg
penduduk
makanan &
penggunaan
air
- rencana
daerah
mengenai
ahanbahan
pangan,
produksi
ransmigrasi
& industri
- hubungan
dengan
pemerintah
setempat
hambatan
pengemban
gan
- menilai
latar
belakang
sosial
politik
- hambatan
pengemban
gan
Produk akhir
Kesimpulan
Rekomendasi
- usulan
pengembang
an
irigasi
- program
pelanjutan
studi
- pola
pengemban
gan
- jika
pengembanga
n
layak dari
segi teknis,
lanjutkan
dengan studi
identifikasi
- tipe irigasi
sistem &
alternatif
sumber air
- potensi
daerah
yang akan
- jika ekonomi
penting
lanjutkan
dgn
studi
pengenalan
- Jika ekonomi
tak penting
lanjutkan dg
dikembangka
n
- daftar skala
prioritas
pengemban
gan
- program
taraf
perencanaan
pendahuluan
- kumpulkan
data
Derajat
ketelitian
--
40 50 %
c.
Pengenalan
Studi )
Kebutuhan
Peta
Tanah
Pertanian
(google
map)
tanah
- ada
survey
terbatas
- peta
situasi
skala peta
1:10.000
dg selang
kontur 1m
- seperti b
tapi
lebih detail
- pastikan
kecocokan
tanah
untuk
pertanian
irigasi
- buat garis
besar
rencana
pertanian
- peta
kecocokan
tanah
berskala
1:250.000
Hidrologi
Tersedianya
air
air
- analisis
frekuensi
banjir dan
kekeringan
- perkiraan
sedimen,
limpasan air
hujan, erosi
- neraca air
pendahuluan
Aspek
Geoteknik
- seperti b
tapi lebih
detail
- parameter
erencanaan
geologi
teknik
pendahuluan
unt stabilitas
pondasi &
lereng
(tanpa
pemboran)
- menilai
tersedianya
bahan
bangunan
Perekayasaa
n
- tipe
jaringan
irigasi
- buat garis
besar
perencanaan
dengan
sketsa tata
letak &
uraian
pekerjaan
dg
skala
1:25.000
atau
lebih
Aspek
Multisektor
- spt pd b tp
lebih detail
- identifikasi
komponen
proyek
multisektor
dengan
instansi 2
yang
berwenang
- dampak
terhadap
lingkungan
65
Produk akhir
berikutnya
- perkiraan
biaya kasar
unit taraf
berikutnya
- isi laporan
studi
pengenalan
- lokasi
alternatif
bangunan
utama
trase saluran
tersedianya r
dampak thdp
lingkungan
- kebutuhan
air
luas
daerah
irigasi
tanaman &
jadwal
tanam
program
pelaksanaan
program
pegukuran &
penyelidikan
dalam hal-hal khusus studi pengenalan dapat diikuti dengan studi prakelayakan
Kesimpulan
Rekomendasi
Derajat
ketelitian
tambahan
unit kegiatan
berikutnya
- teruskan dgn
studi
kelayakan
- kumpulkan
data
tambahan
untuk studi
kelayakan
Rekayas
a 60%
Biaya:
70%
Tanah
Pertanian
Hidrologi
Tersedianya
air
Aspek
Geoteknik
Perekayasaa
n
Aspek
Multisektor
66
Produk akhir
Kesimpulan
Rekomendasi
Derajat
ketelitian
- dg tata letak
jaringan
irigasi &
kelayakan yg
telah
terbukti,
lanutkan dg
perencanaan
detail
- kumpulkan
data-2
tambahan
untuk
perencanaan
Rekayas
a : 75%
- masterplan
pengemban
gan irigasi
di SWS
- ijin alokasi
air irigasi
skala
prioritas
& perkiraan
biaya
program
srvei
topografi
d. Studi
Kelayaka
n
- peta
situasi
skala 1:
5.000 dg
cara
terestis
atau
fotograme
tris dg
pengambil
an foto
udara
skala 1:
10.000
- penelitian
tanah
sedimentail
dan
kemampua
n tanah
dengan
peta skala
1:25.000
- rencana
pertanian
- studi tanah
pertanian
- spt pada c
- studi
perimbangan
air sungai
- studi simulasi
mengenai
kebutuhan dan
tersedianya air
pada proyek
- penyelidika
n
geoteknik
pada
lokasi
banguna
n
-bangunan
utama dg
pemboran
- pengambila
n
contoh
- rencana
pendahulua
n tata letak
saluran,
bangunan
- tipe
bangunan
dg tipe-tipe
perencanaa
nnya
- kapasitas
rencana
- cek trase
saluran &
- spt pd c dg
studi
kelayakan
detail unt
komponen
proyek
multi sektor
analisis CostBenefit
Ratio
dan
Economic
Internal
Rate
of
Return
- kebutuhan
air
- daerah yg
bisa diairi
- tata letak
jaringan
irigasi
perencanaa
n
pendahulua
n saluran &
bangunan
tipe
bangunan
Biaya:
90%
Tanah
Pertanian
Hidrologi
Tersedianya
air
- peta
situasi
skala 1:
2.000
unt
bangunan
bangunan
besar
Aspek
Geoteknik
tanah
sepanjang
trase
saluran &
pd lokasi
bangunan
- bahan
bangunan,
daerah
sumber
galian
bahan,
penyelidika
n tempat
galian
bahan
- uji
lab.untuk
contoh2
pilihan
guna
mengetahui
sifat2
teknik
tanah
Perekayasaa
n
elevasi
saluran
setiap 400
m
- penentuan
garis
sempadan
saluran
- Rincian
volume
& Biaya
pendahulua
n&
perkiraan
biaya
Aspek
Multisektor
67
Produk akhir
pemutakhir
an ijin
alokasi air
- rincian
volume
& biaya
(BOQ) CostBenefit dan
Economic
Internal
Rate of
Return
- analisis
dampak
proyek
terhadap
lingkungan
Kesimpulan
Rekomendasi
detail
- siapkan
pengukuran
&
penyelidikan
detail
Derajat
ketelitian
Penahapan Perencanaan
68
Irigasi
kemampuan
kesimpulan
tanah
dibuat
berskala
berdasarka.
250.000).
pemeriksaan
Semua
lapangan,
kesimpulan-kesimpulan
perencanaan
seperti
telah
tentang
ketujuh
disebutkan
dalam
perlu,
Studi
Kelayakan
bisa
didahului
dengan
Studi
Penahapan Perencanaan
69
Irigasi
Topografi
Pengukuran tanah
Biaya pelaksanaan
Memperkirakan
kebutuhan
air
yang
dipakai
untuk
keperluankeperluan nonirigasi;
-
Penahapan Perencanaan
70
Irigasi
air
untuk
masing-masing
rencana-rencana
sumber
dan
alternatif,
kebutuhan,
termasuk
jadi
pilihlah
dibutuhkan
data
yang
lebih
lengkap
guna
lingkungan.
prasarana
Perencanaan
yang
diperlukan
pendahuluan
hanya
dapat
untuk
dibuat
memerlukan
Perekayasaan
persyaratan
untuk
untuk
pengukuran
Studi
topografi
Kelayakan
perencanaan
tambahan.
harus
pendahuluan
mengikuti
seperti
yang
Tahap Perencanaan
Pendahuluan
merupakan
bagian
dari
Studi
Penahapan Perencanaan
71
Irigasi
Perencanaan
Pendahuluan.
3.3.1. Taraf Perencanaan Pendahuluan
a.
Pengukuran
a. 1. Peta topografi
Program
pemetaan
dimulai
dengan
peninjauan
cakupan,
Penahapan Perencanaan
72
Irigasi
73
a.
PERENCAN
AAN
PENDAHUL
UAN
Lokasi
Topografi
Tanah
Pertanian
- peta
situasi
skala 1:
5.000 dg
cara
terestis
atau
fotograme
tris dg
pengambil
an foto
udara
skala 1:
10.000
- peta
situasi
skala 1:
2.000
unt
bangunan
bangunan
besar peta
situasi
skala 1:
5.000 dg
cara
terestis
atau
fotograme
- pengukuran
tanah &
semidetail
dan
penelitian
kecocokan
tanah dgn
peta
1:25.000
- rencana
pertanian
- pola tanam
- kebutuhan
penyiapan
lahan
- persemaian
- pengolahan
Hidrologi
dan
tersedianya
air
- pengukuran
lapangan
pengumpula
n
data
tambahan
perhittu
ngan
neraca air
- kebutuhan
air
- tersedianya
air
- kebutuhan
rotasi
- kebutuhan
pembuang
- banjir
rencana
Aspek
Geoteknik
Perekayasaa
n
- penyediaan
geoteknik
terbatas
lokasi
bangunan2
besar dengan
pemboran
- pengambilan
contoh
sepanjang
trase saluran
dan lokasi
bangunan
- bahan
bangunan,
penyelidikan
sumber
bahan galian
& timbunan
- uji
lab.contoh2
yg dipilih
guna
mengetahui
sifat2 teknik
tanah
- rumuskan
program
penyelidikan
detail
perencanaan
tata letak
akhir
saluran &
bangunan
- tipe
bangunan
dg tipe
perencanaa
nnya
- kapasitas
rencana
- cek trase
dan
elevasi
saluran
setiap 400
m
- Rincian
Volume
dan Biaya
dan
perkiraan
biaya (awal)
- rumuskan
penyelidika
n model,
jika perlu
Aspek
Multisektor
Produk Akhir
Kesimpulan &
Rekomendasi
Derajat
ketelitian
Laporan
Perencanaan
pendahuluan
berdasarkan
tata letak
akhir,
lanjutkan dg
perencanaa
n detail
Rekayas
a: 70%
- peta
topografi
dgn garis2
kontur,
skala
1:25.000
dan 1:5000
- peta lokasi
bangunan2
besar skala
1:500
peta
kemampua
n tanah
- analisis
tersedianya
air,
kebutuhan
air dan
kebutuhan
pembuang
- pola
tanaman
- tata letak
akhir
jaringan
kumpulkan
data
tambahan
untuk
perencanaa
n detail
persiapan
penyelidikan
dan
pengukuran
detail
Biaya:
90%
Lokasi
Topografi
Tanah
Pertanian
Hidrologi
dan
tersedianya
air
Aspek
Geoteknik
Perekayasaa
n
74
Aspek
Multisektor
tris dg
pengambil
an foto
udara
skala 1:
10.000
- peta
situasi
skala 1:
2.000
unt
bangunan
bangunan
besar
b.
PERENCAN
AAN
AKHIR
(DETAIL)
pengukuran
trase
saluran
dengan
skala peta
1:2.000
dan
bangunan
2
pelengkap
dg skala
1:200
-laporan
akhir
Produk Akhir
Kesimpulan &
Rekomendasi
Derajat
ketelitian
- persiapan
pelaksanaa
n
- kumpulkan
data2
tambahan
unt
pelaksanaa
n
- pembebasa
n tanah
Rekayas
a : 90%
irigasi dan
pembuang
skala
1:25.000
dan 1:5.000
- pola tanam
akhir
(definitif)
- perhitungan
akhir untuk
laporan
perencanaa
n
- penyelidikan
geoteknik
detail dengan
pemboran,
jika perlu,
untuk lokasi
bangunan
utama,
saluran,
bangunan,
sumber
bahan
galian/timbun
an
- parameter
perencanaan
geoteknik
yang
penyelidikan
model
hidrolis (jk
perlu)
- tinjau dan
modifikasi
perencanaa
n
pendahulua
n menjadi
perencanaa
n akhir
- perencanaa
n detail,
gambar
perencanaa
n Rincian
Kerjasama
dg instansi2
unt aspek2
yg
berhubunga
n: jalan,
transmigras
i, pertanian,
PEMDA
gambargambar
perencana
an
pendahulu
an unt
bangunan
utama,
saluran &
bangunan
Laporan
Perencanaan
- semua
informasi
dan data
dasar
- perhitunga
n
perencana
an
- gambar2
pelaksana
an
- rincian
volume &
biaya
- perkiraan
biaya
Biaya:
95%
Lokasi
Topografi
Tanah
Pertanian
Hidrologi
dan
tersedianya
air
Aspek
Geoteknik
Perekayasaa
n
dianjurkan
- perhitungan
akhir untuk
laporan
perencanaan
volume dan
biaya dan
Dokumenta
si Tender
- Laporan
Perencanaan
- Biaya dan
metode
pelaksanaa
n
75
Aspek
Multisektor
Produk Akhir
- metode &
program
pelaksanaa
n
- dokumen
tender
- buku
petunjuk
E&P
Kesimpulan &
Rekomendasi
Derajat
ketelitian
100
Perekayasaan
tanah
yang
seragam
rencana
pertanian
dapat
diperkirakan dengan ketepatan yang memadai berdasarkan datadata yang terbatas tersebut. Apabila keadaan tanah sangat
bervariasi dan jelek, maka ahli pertanian irigasi bisa meminta
data tanah yang lebih detail.
Penelitian
kemampuan
tanah
dapat
dilaksanakan
sebelum
101
Perekayasaan
yang
kesemuanya
masih
bersifat
pendahuluan.
akan
menghasilkan
perencanaan
perencanaan
pendahuluan
yang
detail
yang
sering
tidak
bagus.
Hasil
jelek
102
Perekayasaan
saling
bertentangan
untuk
mendapatkan
berpengalaman
di
bidang
perencanaan
umum
dan
dan
meninjau
rancangan
(draft)
perencanaan
103
Perekayasaan
Tipe-tipe bangunan
dan
pengukuran
situasi
untuk
bangunan.
Detail
Tersedianya air
Kebutuhan air
Neraca air.
Analisis
itu
dimaksudkan
untuk
untuk
meyakinkan
bahwa
104
Perekayasaan
a. 2.
a. 3.
Pengukuran topografi
-
Geologi
Mekanika tanah
105
Perekayasaan
Pengukuran topografi
Pengukuran trase saluran dilakukan menyusul masuknya hasilhasil tahap perencanaan pendahuluan. Adalah penting bahwa
untuk pengukuran sipat datar trase saluran hanya dipakai satu
basis (satu tinggi benchmark acuan). Tahap ini telah selesai dan
menghasilkan peta tata letak dengan skala 1 : 5.000 di mana
trase saluran diplot.
Ahli irigasi harus sudah menyelidiki trase ini sampai lingkup
tertentu dan sudah memahami ketentuan-ketentuan khusus
pengukuran (lihat pasal 3.3.1.b).
Pengukuran-pengukuran situasi juga dilaksanakan pada taraf ini
yang meliputi:
-
Di
sini
ahli
irigasi
harus
memberikan
ketentuan-
Informasi
mengenai
perencanaan
geologi
dikhususkan
teknik
pada
yang
kondisi
diperlukan
geologi,
untuk
subbase
106
Perekayasaan
terjadi
bahwa
penyelidikan
pondasi
bangunan
ini
memerlukan
penyelidikan
geologi
teknik
sehubungan
tanah
yang
jelek,
akan
diperlukan
penyelidikan-
penyelidikan
ini
dan
ruang
lingkup
khususnya
yang
menyangkut
bangunan besar.
a. 3.
pondasi
bangunan-
107
Perekayasaan
pendahuluan
untuk
bangunan
utama
akan
Penyelidikan
dengan
model
tersebut
harus
108
Perekayasaan
trase
saluran
dan
posisi
bangunan
irigasi
BAB IV
4. DATA,
PENGUKURAN
DAN
PENYELIDIKAN
UNTUK
PERENCANAAN IRIGASI
4.1.
Umum
4.1.1.Pengumpulan data
Kegiatan-kegiatan Tahap Perencanaan dapat dibagi menjadi dua
bagian seperti yang diperlihatkan dalam bab terdahulu, yaitu:
-
Dalam
kedua
tahap
tersebut,
dilakukan
pengukuran
dan
109
Perekayasaan
perkecualian,
yakni
pengumpulan
data
untuk
Studi
menurut.
Persyaratan
seperti
pada
tahap
Perencanaan Pendahuluan.
Dalam bab ini hanya akan dirinci data-data yang diperlukan
untuk Tahap Perencanaan. Untuk tahap-tahap perencanaan datadata
yang
dibutuhkan
adalah
yang
berhubungan
dengan
mengenai
pengetahuan
gejala-gejala
mengenai
hidrologi
yang
di
ada
sekarang
daerah-daerah
yang
110
Perekayasaan
4.2.
Hidrometeorologi
4.2.1.Data
a.
Parameter
Parameter-parameter
hidrologi
yang
sangat
penting
untuk
111
Perekayasaan
proyek
tersebut.
Pada
Tahap
Perencanaan,
hasil
evaluasi
dikunjungi
dan
metode
yang
digunakan
diperiksa.
112
Perekayasaan
melintang
tinggi
tanggul
(bankfull
cross-sections)
akan
mengenai
keadaan
setempat
dapat
mengorek
informasi yang sangat berharga tentang hidrologi historis. Orangorang yang akan diwawancarai harus diseleksi, yaitu orangorang yang dapat memberikan informasinya secara objektif dan
kebenarannya
dapat
diandalkam.
Tinggi
muka
air
curah
hujan
dilakukan
dengan
maksud
untuk
menentukan :
-
hujan
efektif
atau
andalan
adalah
bagian
dari
data
perhatian
curah
hujan
tersendiri.
harian
Untuk
akan
kedua
tujuan
dianalisis
untuk
113
Perekayasaan
Cek Data
Total
Hargaharga tinggi
Double
massplot
Diluar
tempat
pengukuran
yang
dijadikan
referensi
Distribusi
tahunan
Isohet
Tahunan
Pengaruh
ke
tinggian, angin,
orografi
transportasi/
perubahan jika
seringnya
terlalu pendek
hujan lebat
Parameter Perencanaan
Curah Hujan Efektif
Didasarkan pada curah
hujan minimum tengahbulanan, kemungkinan
tak
terpenuhi
20%,
dengan
distribusi
frekuensi normal atau
log normal
Curah hujan lebih
Curah hujan 3 hari
maksimum
dengan
kemungkinan
tak
terpenuhi 20% dengan
distribusi
frekuensi
normal
atau
log
normal
Hujan lebat
Curah
hujan
sehari
maksimum
dengan
kemungkinan
tak
terpenuhi 20%, 4%-1%,
0,1% dengan distribusi
frekuensi yang eksterm
4.2.3.Evaportanspirasi
Analisis mengenai evaporasi diperlukan untuk menentukan
besarnya evapotranspirasi tanaman yang kelak akan dipakai
untuk menghitung kebutuhan air irigasi dan, kalau perlu untuk
studi neraca air di daerah aliran sungai. Studi ini mungkin
dilakukan bila tidak tersedia data aliran dalam jumlah yang
cukup.
114
Perekayasaan
Kelembapan relatif
Jangka
waktu
pencatatan
untuk
keperluan
Parameter
Data
Dengan
Perencanaan
Jumlah rata-rata
pengukuran
harga
10
evapotransiprasi
30 harian, untuk
harian
setiap
bulanan
atau
tengah
atau
minguan
Perhitungan
dengan
Temperatur
rumus
kelembapan
relatif
sejenis
4.2.4.Banjir Rencana
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi
Harga rata-rata
tengah bulanan,
atau rata-rata
mingguan
115
Perekayasaan
0,1%
1%
-
2%
Bangunan sementara
20%
20% - 4%
Jika saluran irigasi primer bisa rusak akibat banjir sungai, maka
perentase kemungkinan tak terpenuhi sebaiknya diambil kurang
dari 4%, kadang-kadang turun sampai 1%
Debit banjir ditetapkan dengan cara menganalisis debit puncak,
dan biasanya dihitung berdasarkan hasil pengamatan harian
tinggi muka air. Untuk keperluan analisis yang cukup tepat dan
andal, catatan data yang dipakai harus paling tidak mencakup
waktu 20 tahun. Persyaratan ini jarang bisa dipenuhi (lihat juga
tabel 4.4)
Faktor lain yang lebih sulit adalah tidak adanya hasil pengamatan
tinggi muka air (debit) puncak dari catatan data yang tersedia.
Data debit puncak yang hanya mencakup jangka waktu yang
pendek akan mempersulit dan bahkan berbahaya bagi si
pengamat.
116
Perekayasaan
Hargaharga
debit
rencana
sering
ditentukan
dengan
mengalami
kenaikan,
semakin
membesar
seiring
Metode
1a
Data
cukup
(20 tahun atau
lebih)
Analisis frekuensi
dengan distribusi
frekuensi eksterm
1b
Data terbatas
(kurangh dari
20 tahun)
Analisis frekuensi
dengan metode
debit di atas
ambang (peak over
threshold method)
Parameter
Perencanaan
Debit puncak
dengan
kemungkinan tak
terpenuhi 20% 4% - 1% - 0,1%
Seperti pada 1a
dengan ketepatan
yang kurang dari
itu
117
Perekayasaan
Hubungan empiris
antara curah hujan
limpasan air hujan
Gunakan metode der
Weduwen untuk
daerah aliran < 100
km, Metode
Melchior atau
metode yang sesuai
untuk daerah aliran
> 100 Km
Metode kapasitas
saluran
SNI 03 1724 1989
SNI 03 3432 - 1994
Hitung banjir puncak
dari tinggi air
maksimum,
potongan melintang
& kemiringan sungai
yang sudah
diamati/diketahui.
Metode tidak tepat
hanya untuk mencek
1b & 2 atau untuk
memasukan data
historis banjir dalam
1a
Seperti pada 1a
dengan ketepatan
yang kurang dari
itu
Debit puncak
kemungkinan tak
terpenuhi
diperkirakan
118
Perekayasaan
Metode
1a
Data cukup
(20 tahun
atau lebih)
Analisis
frekuensi
distribusi frekuensi normal
1b
Data
terbatas
Analisis
frekuensi
Rangkaian
debit
dihubungkan
dengan
rangkaian curah hujan
yang mencakup waktu
lebih lama
Parameter
Perencanaan
Debit rata-rata
tengah bulan
dengan
kemungkinan
tak terpenuhi
20%
Seperti
pada
1a
dengan
ketelitian
kurang dari itu
119
Perekayasaan
Data
Minimal
atau tidak
ada
Data tidak
ada
4.3.
a.
Model
simulasi
pertimbangan air dari Dr.
Mock
atau
metode
Enreca dan yang serupa
lainnya
Curah
hujan
didaerah aliran sungai,
evapotranspirasi,
vegetasi,
tanah
dan
karakteristik
geologis
daerah aliran sebagai
data masukan
b. Perbandingan dengan
daerah aliran sungai di
dekatnya
Metode kapasitas saluran
Aliran rendah dihitung
dari muka air rendah,
potongan melintang
sungai dan kemiringan
yang sudah diketahui.
Metode tidak tepat hanya
sebagai cek
Seperti pada
1b dengan
ketelitian
kurang dari itu
Seperti pada
1b dengan
ketelitian
kurang dari itu
Pengukuran
120
Perekayasaan
relatif
murah
untuk
daerah-daerah
kecil.
Pemetaan
ortofoto
dihasilkan
untuk
daerah-daerah
dengan
121
Perekayasaan
Interval 0,5 m
Interval
1,0
berbukit-bukit 5 - 20 %
bergunung-gunung >20 %
Interval 2,0 m
Interval
5,0
m
-
Ketelitian planimetris:
Identifikasi lapangan dilakukan relatif sampai titik yang sudah
ditentukan di lapangan dan ketepatan peta sekitar 1 mm
dapat diterima.
122
Perekayasaan
Batas-batas
administratif
kecamatan
dan
desa
akan
digambar.
-
Bersama-sama
dengan
pengukuran
untuk
peta
akan
digunakan
dalam perencanaan
pendahuluan
jaringan irigasi.
Pengukuran ini mencakup unsur-unsur berikut :
- Peta bagian sungai di mana bangunan utama akan dibangun.
Skala peta ini adalah 1: 2.000 atau lebih besar, yang .meliput
1 km ke hulu dan 1 km ke hilir bangunan utama dan melebar
hingga 250 m ke masing-masing sisi sungai. Daerah bantaran
harus
terliput
semuanya.
Kegiatan
Pengukuran
ini
juga
123
Perekayasaan
seperti
batas-batas
desa,
sawah
dan
semua
124
Perekayasaan
untuk
Pengukuran
Topografi,
KP
07
Standar
topografis
untuk
perencanaan
potongan
memanjang
saluran.
Sebelum membuat konsep persyaratan (spesifikasi) pengukuran
saluran,
ahli
irigasi
akan
melakukan
pencekan
lapangan,
125
Perekayasaan
126
Perekayasaan
proyek
dan
sekitarnya
akan
dikumpulkan.
Banyak
Perubahan kemiringan
Batu singkapan
Sesar
127
Perekayasaan
Batu singkapan
128
Perekayasaan
irigasi
hendaknya
cukup
memiliki
pengalaman
yang
memadai di bidang geologi dan mekanika tanah untuk tujuantujuan teknik. Konsultasi dengan seorang ahli geologi yang sudah
berpengalaman sangat dianjurkan, terutama mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan keadaan-keadaan geologi. Perumusan
detail penyelidikan geologi teknik akan didasarkan pada hasilhasil studi pengenalan.
4.4.2. Penyelidikan Detail
Pada tahap ini lokasi pekerjaan yang direncanakan ditentukan
oleh perencanaan pendahuluan. Perencanaan penyelidikan detail
akan didasarkan pada peta geologi. Kadang-kadang informasi
tambahan
mengenai
penelitian
tanah
tanah
pertanian.
sudah
bisa
Pengarnatan
dikumpulkan
dari
dari
pengukuran
karakteristik
tanah
dan
batuan
untuk
parameter
129
Perekayasaan
Bangunan
a.
tanah/batuan
Daya dukung
penurunan
bendung saringan
kemantapan
bawah
longsor
terhadap
kemantapan
terhadap
bahaya
erosi
bawah
tanah/ piping
kelulusan
daya tahan dasar terhadap erosi
b. Bangunan di saluran
c.
terhadap
erosi
Galian saluran/
bawah tanah
Kemantapan lereng
timbunan tanggul
d. Tanggul banjir
Kemantapan lereng
penurunan
pemadatan
dari
hasil-hasil
penyelidikan
di
lapangan
dan
di
130
Perekayasaan
khususnya
bangunan
utama
di
sungai,
diperlukan
bahwa
saja
hanya
yang
dapat
harga
persyaratan-persyaratan
dirinci.
Bergantung
kepada
Bahan bangunan
131
Perekayasaan
- Batu untuk pasangan, pasangan batu kosong dan batu keras untuk batu
candi
-
saluran
-
Bahan filter.
waktu
dengan
dan
merupakan
bagian
dari
dilakukannya
penyelidikan
detail
geologi
teknik.
132
Perekayasaan
galian
sebaiknya
diusahakan
yang
sitat
tanahnya
homogen. Volume galian yang ada harus paling tidak 1,5 kali
volume timbunan yang diperlukan. Hasil pengamatan sifat-sitat
tanah
akan
merupakan
dasar
perencanaan
detail.
bahan
pada
rumus-rumus
empiris.
Untuk
bangunan-
hidrolis
saluran
sudah
cukup
banyak
diketahui.
keadaan
sungai
ternyata
lebih
kompleks,
maka
133
Perekayasaan
perencanaan
Persyaratan
Teknis
pendahuluan
untuk
(lihat
Bagian
Penyelidikan
PT
Model
04,
Hidrolis).
dengan
menggunakan
bangunan
dimaksudkan
untuk :
-
Jaringan saluran;
dicatat
bahwa
sejauh
berkenaan
dengan
angkutan
(yang
berpengalaman)
yang
bertanggung
jawab
134
Perekayasaan
yang
jelas
Penyelidikan
mengenai
terhadap
modifikasi
hasil-hasil
perencanaan
modifikasi
ini
laboratorium
hidrolika
yang
memuat
uraian
lengkap
Tanah Pertanian
terhadap
laju
perembesan
dan
perkolasi,
udara
dengan
skala
1:
25.000
atau
lebih
untuk
135
Perekayasaan
136
Perekayasaan
Peta
tanah
dan
kemampuan
tanah
yang
dihasilkan
akan
BAB V
5.
PEREKAYASAAN
5.1
137
Perekayasaan
berikut
akan
membicarakan
berbagai
unsur
jaringan
irigasi.
perencanaan
Pertimbangan-
dasar
atau
garis
besar
pengembangan
Induk
Pengembangan
Irigasi
sebagai
bagian
yang
merupakan
bagian
dari
RTVR
Wilayah.
dilakukan
Studi
Kelayakan)
dilanjutkan
pada
25.000
atau
lebih
besar
lagi.
Tidak
dilakukan
kontur
bisa
memberikan
petunjuk
tentang
138
Perekayasaan
kemiringan tanah di sepanjang trase saluran. Bangunanbangunan utama sudah dapat ditunjukkan pada sketsa tata
letak.
Pembuatan
pembuang
silang
akan
mendapat
perhatian khusus.
Dalam tahap studi diambil keputusan sementara mengenai
tipe dan perkiraan lokasi bangunan-bangunan utama. Juga
tipe saluran irigasi, saluran tanah atau pasangan, akan
diputuskan sementara.
Tinjauan mengenai keadaan geologi dan tanah akan
memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai
keadaan-keadaan
geologi
teknik
yang
diharapkan.
survei
untuk
pembuatan
peta
topografi
yang akan
pendahuluan
dicapai
adalah
untuk
lokasi
dan
139
Perekayasaan
Laporan
tersebut
berisi
gambar-gambar
tahap
pendahuluan".
ini
namun
disebut
harus
"tahap
dimengerti
perencanaan
bahwa
hasil-
pendahuluan
dimulai
dengan
tinjauan
140
Perekayasaan
topografi;
-
keadaan
pembuang
dan
dibutuhkan/
tidaknya
pembuang silang
-
pemilihan
tipe-tipe
bangunan
dan
bahan-bahan
bangunan.
Pengecekan lapangan secara intensif diperlukan untuk
membereskan hal-hal yang disebutkan di atas. Lokasi
bangunan-bangunan
penting
dan
trase
saluran
harus
141
Perekayasaan
yang
berulang-ulang.
Hasil
tiap
langkah
142
Perekayasaan
dengan baik
akan
sangat
bergantung
pada
lain
mungkin
masih
harus
dipikirkan
cara
lain
sebelum
bisa
diputuskan
dicapainya
pemecahan-pemecahan "terbaik".
Agar dapat dicapai pemecahan yang "terbaik", ada satu hal
yang
harus
selalu
diingat,
yaitu
bahwa
keputusan-
sebabnya
maka
dalam
membuat
perencanaan
pendahuluan si perencana tidak boleh terjebak dalam halhal teknis yang kurang penting. Pemecahan terhadap
masalah ini hendaknya ditunda dahulu. Pertama-tama
seluruh gambaran perencanaan jaringan utama dengan
143
Perekayasaan
permulaan
pengukuran
dan
tahap
perencanaan
penyelidikan
akhir,
terdahulu
hasil-hasil
akan
ditinjau
bangunan-bangunan
besar
di
lapangan.
Seluruh
dengan semua
144
Perekayasaan
Yang Dipakai)
-
Perkiraan Biaya
-
Khusus
-
Dokumen Tender.
Terlepas
dari
dasar
pembenaran
perencanaan,
laporan
pekerjaan-pekerjaan
rintangan-rintangan
dalam
konstruksi,
pelaksanaan,
termasuk
persyaratan
dan
145
Perekayasaan
yang
tersedia
kebutuhan
Perhitungan
air
cukup
irigasi
didasarkan
di
memadai
proyek
pada
untuk
yang
periode
memenuhi
bersangkutan.
mingguan
atau
tengah bulanan.
Dibedakan adanya tiga unsur pokok :
-
Tersedianya Air
Neraca Air.
Bidang
Parameter
Referen
Neraca
Kesimpul
146
Perekayasaan
si
air
an
Pasal
4.2.5
Debit
minimum
mingguan
atau per
setengah
bulan
periode 5
tahun
kering
pada
bangunan
utama
Hidrologi
Debit
andalan
Meteorol
ogi
Evapotranspir Bab
4
asi
curah dan
hujan efektif
Lampiran
2
Kebutuha
Pola
tanah Lampiran
n bersih
Koefisien
2
irigasi
tanaman
dalam
Perkolasi
l/dt.ha di
kebutuhan
sawah
penyimpanan
lahan
Efisiensi
Lampiran
irigasi rotasi
2
Daerah
Daerah
layanan
yang
berpotensi
untuk
diairi
Tanah
Agronomi
Jaringan
irigasi
Topografi
Jatah
debit/
kebutuha
n
Luas
daerah
irigasi
Pola
tanam
Peng
aturan
rotasi
-
debit
sungai
dan
penentuan
debit
andalan
147
Perekayasaan
bulanan. Debit minimum rata-rata mingguan atau tengahbulanan ini didasarkan pada debit mingguan atau tengah
bulanan rata-rata untuk kemungkinan tak terpenuhi 20 %.
Debit
andalan
yang
dihitung
dengan
cara
ini
tidak
pengaruhnya
terhadap
pengambilan
yang
di
bagian
hilir
dapat
lebih
membantu
148
Perekayasaan
Meteorologi
Jaringan irigasi
Dalam
memperhitungkan
kebutuhan
air
harus
a. Evaporasi
Bab 4.2 menguralkan cara penentuan evaporasi dan
merinci data-data yang dibutuhkan.
b. Curah hujan efektif
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengahbulanan diambil 70 % dari curah hujan rata-rata
mingguan atau tengah-bulanan dengan kemungkinan
tak terpenuhi 20 % (selanjutnya lihat pasal 4.2).
Untuk proyek-proyek irigasi besar di mana tersedia datadata curah hujan harian, hendaknya dipertimbangkan
studi simulasi. Hal ini akan mengarah pada diperolehnya
kriteria yang lebih mendetail
c. Pola tanam
Pola tanam seperti yang diusulkan dalam Tahap Studi
akan ditinjau dengan memperhatikan kemampuan tanah
menurut hasil-hasil survei. Kalau perlu akan diadakan
penyesuaian-penyesuaian.
d. Koefisien tanaman
Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan
evapotranspirasi (ETo) dengan evapotranspirasi tanaman
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi
149
Perekayasaan
yang
dipakai
harus
didasarkan
pada
150
Perekayasaan
air
untuk
penyiapan
lahan
termasuk
151
Perekayasaan
Bangunan-bangunan
utama
jaringan
irigasi
dan
152
Perekayasaan
dengan skala ini cukup untuk memperlihatkan keadaankeadaan medan agar dapat ditarik interpretasi yang tepat
mengenai sifat-sifat utama medan tersebut. Garis-garis
kontur harus ditunjukkan dalam peta ini dengan interval
0,50 m untuk daerah-daerah datar, dan 1,00 m untuk
daerah-daerah dengan kemiringan medan lebih dari 2
persen.
Peta
topografi
merupakan
dasar
untuk
memeriksa,
153
Perekayasaan
bisa
diolah,
juga
diidentifikasi
pada
peta
kemampuan tanah;
-
Jaringan
irigasi
yang
ada
dengan
trase
saluran;
api, ketinggian
dan bangunan-
industri
dan
bangunan-bangunan
tetap/
permanen;
-
Daerah-daerah persawahan, daerah tinggi dan rawarawa; tambak ikan dan tambak garam.
petak-petak
sekunder.
Saluran
sekunder
154
Perekayasaan
mungkin
dengan
tetap
memperhitungkan
saluran.
Penyesuaian
tata
letak
sering
155
Perekayasaan
156
Perekayasaan
Bangunan-bangunan
yang
akan
dibangun
dengan
dan
potongan
memanjang
pendahuluan
dibuat
tanah,
hal
ini
sekaligus
untuk
lebih
157
Perekayasaan
P = A + a + b + c + d + e + f + g + Dh + Z
di mana :
P = muka air di saluran primer atau sekunder
D = elevasi di sawah
a = lapisan air di sawah, 10 cm
b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter kesawah
5 cm
c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter 5
cm/boks
d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran
irigasi = kemiringan kali panjang atau I x L (disaluran
tersier; lihat Gambar 51)
e = kehilangan tinggi energi di boks bagi, 5 cm/boks
f
kehilangan
tinggi
energi
di
bangunan-bangunan
158
Perekayasaan
Saluran primer
atau sekunder
Saluran tersier
Saluran kuarter
q
h
f
Sawah
H
h 100
h 70
I a / 00
A
L
yang
tidak
kebagian
air
irigasi
selalu
pada
tahap
perencanaan
akhir.
Debit
159
Perekayasaan
kemiringan
saluran
dan
kehilangan
ketinggian
tinggi
di
sehingga
perbedaan
variasi
ketinggian
yang
0.90 H.
di
petak
tersier
yang
mengakibatkan
160
Perekayasaan
itu.
Dalam
gambar
5.2
kedua
hal
tersebut
Akan tetapi hanya dalam hal-hal tertentu saja hal ini dapat
dilakukan. Gambar 5.2 menunjukkan beberapa pilihan tata
letak dalam keadaan seperti itu. Untuk saluran-saluran
punggung (ridge canal) dengan kemiringan besar, cara
pemecahan (c) pada Gambar 5.2 adalah yang terbaik
dilihat dari segi tata letak.
Namun
demikian
hal
ini
tidak
selalu
mungkin,
misalnya
161
Perekayasaan
irigasi tanpa izin. Cara mengatasi hal ini adalah membuat dua
bangunan sadap tersier pada (d) dan (do).
Pada cara pemecahan (e) ditunjukkan cara pemecahan lain
dengan irigasi aliran melingkar (counter flow irrigation), di
sebelah hulu petak tersier. Lebar bidang tanah ini bisa menjadi
puluhan meter dan bisa menyebabkan kehilangan tanah irigasi
yang tidak dapat diterima. Cara pemecahan saluran tersier
mengalir ke arah yang berlawanan (hulu) saluran utama dan ada
sebidang tanah yang tidak diairi memberikan alternatif dengan
bangunan sadap hulu berada di luar kontrol bangunan pengatur
muka air. Cara pemecahan (e) dan (f) adalah cara yang
dianjurkan.
b. Trase
Perencanaan trase hendaknya secara planimetris mengacu
kepada :
-
162
Perekayasaan
b
f
do
LEGENDA
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Bangunan bagi dengan
pintu sadap
Bangunan sadap
Kampung
dengan
saluran-saluran
sekundernya
di
sepanjang
seperti
kemiringan
dasar,
bangunan-
163
Perekayasaan
yang
tersedia
untuk
irigasi
berlimpah
dasar
saluran
primer
yang
dipilih
dan
kehilangan tinggi energi yang diperlukan di bangunanbangunannya. Kehilangan tinggi energi di saluran primer
akan dipertahankan sampai tingkat minimum sejauh hal ini
dapat
dibenarkan
dari
segi
teknis
(sedimentasi)
dan
164
Perekayasaan
jari-jari
yang
makin
membesar
dengan
pintasan
timbunan;
lihat
(short
Gambar
cut)
5.3.
melalui
Hal-hal
galian
berikut
atau
layak
dipertimbangkan.
-
165
Perekayasaan
pintasan
mengurangi
panjang
total
tetapi
dapat
Pembuang
Gorong - gorong
Daerah irigasi
Saluran primer
Saluran tersier
Saluran primer
Perlintasan lembah
akan
saluran,
di
kemiringan
membatasi
lain
pihak
minimum
kemiringan
maksimum
sedimentasi
akan
membatasi
Jika
kemiringan
dasar
saluran.
dasar
maka
kemiringan
diperlukan
tanah
lebih
bangunan
landai,
terjun.
daripada
Apabila
kemiringan
166
Perekayasaan
atau
menambah
sedikit
kapasitas
ini
sedimen
diendapkan
dan
direncanakan
kecil
dari
ruas
sebelumnya.
Gambar 5.4
akan
167
Perekayasaan
saluran
akan
diselesaikan
dengan
langkah 1.
tertentu
akan
lebih
landai
daripada
yang
168
Perekayasaan
lagi
berdasarkan
data-data
dari
pengukuran
primer
dan
pastikan
bahwa
perencanaan
Tentukan as saluran;
Rencanakan
potongan
memanjang
saluran.
-
dan
melintang
169
Perekayasaan
Perekayasaan
0.70
0.60
126
I R = 4.0 x10 -4
2.5 x10 -4
Kecepatan dasar rencana V bd dalam m/dt
0.50
0.40
2.5 x10 -4
2.5 x10 -4
2.0 x10 -4
0.30
I R = 1.5 x10 -4
0.20
0.10
0.1
0.2
0.8 1.0
2.0
20
30
40 50
Bagian
PT
01
Persyaratan
Teknis
untuk
penyelidikan-penyelidikan
selanjutnya
berkenaan dengan :
-
yang
Lampiran I
Lampiran I
Mudah dicapai.
saluran
pada
tahap
pendahuluan
akan
tinggi
energi
berikut
harus
Tinggi medan
tersier
-
Lampiran I
Lampiran I
Batas hulu
daerah irigasi
Pengambilan
Lengkung pengempangan
Tinggi muka
air rencana
Kemiringan saluran
z
z
i.L
I.L
Pengempangan
b .
Tinggi muka
air rencana
Kemiringan
saluran
z
Tinggi muka
air rencana
Lampiran I
b1
b2
d1
a . Bendung
b1 . Pembilas
b2 . Pengambilan utama
c . Kantong lumpur
d2
d1 . Pembilas
b2 . Pengambilan saluran primer
e . Saluran primer
c . Kantong lumpur
Lampiran I
bersama-sama
dengan
bukaan
pintu
= 0.5 - 1.50 m
d
z
n
t
= 0.15 - 0.25 m
= 0.15 - 0.30 m
= 0.05 m
= 0.10 m
z
Q
h
d
h
d
dengan
kondisi
topografi
yang
relatif
datar
Lampiran I
sedangkan
pengurasan
secara
hidrolis
c. Kantong Lumpur
Walaupun telah diusahakan benar-benar untuk merencanakan
pengambilan
yang
mencegah
masuknya
sedimen
kedalam
tepat
di
belakang
pengambilan
biasanya
diperbesar
untuk
memperlambat
aliran
dan
saluran
itu
diperdalam
dan/atau
diperlebar.
Lampiran I
sampai
dua
minggu
sekali),
dengan
jalan
dimensi panjang
saluran
pengangkutan
irigasi
ke
sendimen
sawah-sawah.
kantong
lumpur
Kapasitas
harus
lebih
parameter
angkutan
sendimen
relatif
kantong
irigasi.
Dalam
prakteknya
ini
berarti
bahwa
topografi
menimbulkan
di
dekat
persyaratan
lokasi
penggalian
bendung
untuk
bisa
pekerjaan
Lampiran I
lokasi
bendung
ke
arah
hulu
akan
yang
diperlukan
pada
ambang
yang
sama.
bendung
harus
lebih
tinggi
lagi
dan
biaya
Lampiran I
10
posisi
yang
lebih
baik.
Ini
lebih
di
untuk
tikungan
luar.
Gaya-gaya
helikoidal
sedimen
menjauhi
mengangkut
Lampiran I
11
lebih
sama
dengan
bagian
atas
tumpuan
Lampiran I
12
titik
pemilihan
temu
lokasi
sungai
kecil
bendung.
dapat
Untuk
mempengaruhi
memperoleh
debit
air
banjir
akan
naik
di
sebelum
hulu
akibat
letak
pertimbangan
bendung
mengenai
mencakup
ruang
lingkup
pertimbangandan
besarnya
Lampiran I
13
ini
akan
memperjelas
dan
memperbaiki
Besarnya
kebutuhan
pengambilan
dan
tinggi
akhir
adalah
pengambilan
-
Pengukuran topografi
Langkah
pertama
dalam
perencanaan
Bangunan
Perencanaan
Utama.
Jaringan
Persyaratan
Irigasi
Teknis
untuk
memberikan
detail
Lampiran I
LAMPIRAN
LAMPIRAN
14
Lampiran II
28
LAMPIRAN
Lampiran 1 RUMUS BANJIR EMPIRIS
A.1.
Kurangnya
Metode Rasional
data
banjir
mengakibatkan
ditetapkannya
.. (A.1.1)
Dimana
Qn
Debit
banjir
(puncak)
dalam
m3/dt
dengan
qn
Lampiran II
Ketiga
metode
tersebut
telah
menetapkan
29
hubungan
Metode
Melchior
untuk
perhitungan
banjir
diterbitkan
Lampiran II
Tabel A.1.1
Tanah Penutup
Hutan
lebat
(vegetasi
dikembangkan
dengan baik)
Hutan
30
dengan
kelembatan
Kelompok
hidrologis
tanah
C
D
0,60
0,70
0,65
0,75
0,75
0,80
sedang
ladang
dan
daerah-daerah
gudul (terjal)
Pemerian (deskripsi) kelompok-kelompok tanah hidrologi
adalah sebagai berikut :
Kelompok C : Tanah-tanah dengan laju infiltrasi rendah pada
saat dalam keadaan sama sekali basah, dan terutama
terdiri dari tanah, yang terutama terdiri dari tanah-tanah
yang lapisannya menghalangi gerak turun air atau tanah
dengan tekstur agak halus sampai halus. Tanah-tanah ini
memiliki laju infiltrasi air yang sangat lambat.
Kelompok D : (Potensi limpasan air hujan tinggi)
Tanah dalam kelompok ini memiliki laju infiltrasi sangat
rendah pada waktu tanah dalam keadaan sama sekali
basah, dan terutama terdiri dari tanah lempung dengan
potensi mengembang yang tinggi, tanah dengan muka airtanah yang tinggi dan permanen, tanah dengan lapis
lempung penahan (claypan) atau dekat permukaan serta
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi
Lampiran II
31
.....( A.1.2)
pada
gambar
tersebut
akan
berubah
secara
qn 2,31 x
240
2,77 m 3 / dt.km 3
200
.... ( A.1.3)
Lampiran II
20
F=15
1 00
32
20
25
30
1 50
15
40
50
2
4
6
10
2 00
75
2 50
1 00
15
20
25
3 00
10
4 00
5 00
7 50
1 50
40
2 00
50
2 50
3 00
75
1 00
4 00
1 50
1 000
5 00
2 00
1 500
2 000
2 500
7 50
1 000
3 00
4 00
5 00
1 500
2 000
2 500
3 500
5 000
7 500
7 50
1 000
1 500
2 000
2 500
3 500
5 000
3 500
5 000
7 500
1 0000
Sahih/berlaku untuk
curah hujan sehari R(1)
dari 200m/hari
F=0
F=0
50
1 00
5 00
1 000
2 500
5 000
1 0000
1 0000
1 0000
0 15 30 45 60 1
2
Lamany a dalam jam
3 4
7 8
9 10 11 12 13 14
4
F=0
50
1 00
5 00
2
5 000
7 500
1 0000
1 00
5 00
2 500
F=0
1 000
2 500
5 000
1 0000
14 15 16 17 18 19 20 20 22 24 25 28 30 32 34 36 38 40 42
44 46 48
Lamany a dalam jam
Lampiran II
33
daerah
aliran
sungai,
sebuah
elips
digambar
elips
tersbut
mungkin
memintas
ujung
daerah
13.8 km
13.8 km
20.0 km
+ 750 m
20.0 km
+ 700 m
H = 600 m
Gambar A.1.2
Perhitungan luas daerah
hujan
+ 100 m
+0m
0.1L
0.9 L
L = 50 km
Lampiran II
34
Melchior
menetapkan
waktu
konsentrasi
Tc
sebagai
berikut :
Tc = 0,186 L . Q-0,2 I-0,4
(A.1.4)
Dimana :
Tc = waktu konsentrasi, jam
L = panjang sungai, km
Q = debit puncak, m3 / dt
I
Lampiran II
35
To
To
Km3
100
Jam
7,0
Km2
500
Jam
12,0
150
7,5
700
14,0
200
8,5
1.000
16,0
300
10,0
1.500
18,0
400
11,0
3.000
24,0
A.1.2.
Metode
perhitungan
banjir
Der
Weduwen
diterbitkan
..(A.1.5)
Lampiran II
36
Dimana:
= 1
qn
4.1
q7
t 1
A
t 9
120 A
120
(A.1.6)
.(A.1.7)
Rn 67.65
240 t 1.45
(A.1.8)
..(A.1.9)
Dimana :
Qn
terpenuhi n%
Rn = curah hujan harian maksimum (mm/hari) dengan
kemungkinan tak terpenuhi n%
a = Koefisien limpasan air hujan
b = Koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan
daerah aliran sungai
q = curah hujan (m3/dt.km)
A = Luas daerah aliran (km) sampai 100 km
t
Lampiran II
37
harga
perkiraan
untuk
Qo
dan
gnakan
. (A.1.10)
Lampiran II
38
. (A.1.11)
dari
A.1.2.1.
Debit-debit
puncak
dapat
dilakukan
secara
berulang-ulang
sebagaimana
Lampiran II
100
90
80
70
60
R = 80 mm
50
40
30
20
10
9
8
7
6
5
A dalam km2
4
3
2
4 5 6
8 10
Q dalam m3/dt
20
2
30 40 50 60 80 100
39
Lampiran II
100
90
80
70
60
40
R = 120 mm
50
40
30
20
10
9
8
7
6
5
A dalam km2
4
3
2
5 6
8 10
20
Q dalam m3/dt
30 40 50 60 80 100
200 300
Lampiran II
41
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
9
8
7
6
5
A dalam km2
4
3
2
8 10
20
30 40
Q dalam m3/dt
Lampiran II
42
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
9
8
7
6
5
A dalam km2
4
3
8 10
20
30 40
Q dalam m3/dt
Lampiran II
43
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
9
8
7
6
5
A dalam km2
4
3
2
1
10
20
30 40
Q dalam m3/dt
Lampiran II
1 0,012 f 0 ,7
1 0,075 f
..(A.1.12)
1
t (3,7 x10 0 , 4t ) f 4
1
x
(t 2 15)
12
(A.1.13)
..(A.1.14)
Rt
3,6t
Rt S xU
..(A.1.15)
..(A.1.16)
Keterangan:
t
q =
R =
Sx
= simpangan baku
U =
Rt
Rt
t.R24
t 1 0,0008(260 R24 )(2 t ) 2
..(A.1.17)
44
Lampiran II
45
t.R24
t 1
..(A.1.18)
..(A.1.19)
keterangan:
t
A.1.4.
hujan
dari
jam
kejam
adalah
sama,
Lampiran II
46
Lampiran II
47
Lampiran II
48
Lampiran II
49
USA
Cara ini dikembangkan dari berbagai data pertanian dan
hujan, dengan rumus:
Q
( I 0,2S ) 2
I 0,8S
keterangan:
Q = debit aliran permukaan (mm)
I
25400
254
CN
Perlakukan
Kondisi
Penutup
Terhadap
Hidrolog
Tanaman
- Belum
Berjajar lurus
Ditanami
- tanaman
Berjajar lurus
i
Jelek
Kelompok Jenis
A
Tanah
B
C
77
86
91
94
72
81
88
91
Lampiran II
berjajar
50
Berjajar lurus
bagus
67
78
85
89
Dengan kontur
Jelek
70
79
84
88
Dengan kontur
Bagus
65
75
82
86
Dengan teras
Jelek
66
74
80
82
- tanaman
Dengan teras
Berjajar lurus
bagus
Jelek
62
65
71
76
78
84
81
88
berbutir
Berjajar lurus
bagus
63
75
83
87
(jagung,
Dengan kontur
Jelek
63
75
83
87
gandum, dan
Dengan kontur
Bagus
63
74
81
85
lain-lain
Dengan teras
Jelek
61
72
79
82
- tanaman
Dengan teras
Berjajar lurus
bagus
Jelek
59
66
70
77
78
85
81
89
legunne (petai
Berjajar lurus
bagus
58
72
81
85
cina, turi)
Dengan kontur
Jelek
64
75
83
85
Dengan kontur
Bagus
55
69
78
83
Dengan teras
Jelek
63
73
80
83
Dengan teras
bagus
Jelek
51
67
79
76
86
80
89
69
79
84
74
80
67
81
88
59
75
83
35
70
79
- padang
rumput untuk
gembala
Sedang
68
Bagus
49
Dengan kontur
Jelek
Dengan kontur
Sedang
Dengan kontur
baik
39
61
47
25
- tanaman
bagus
6
30
58
71
78
rumput
- pepohonan
jelek
45
66
77
83
Sedang
36
73
79
baik
60
70
79
74
82
86
84
90
92
25
55
- pertanian
lahan kering
- Jalan raya
59
74
Uraian
Tingkat
k Jenis
Infiltrasi
Tanah
(mm/jam)
Lampiran II
51
8 12
liat
Potensi aliran permukaan
48
A
Antara tinggi dan sedang
14
0 -1
Kondisi
tanaman berjajar
Hidrologi
Jelek
Group
C
D
0.89
1.09
1.12
Bagus
0.86
1.09
1.14
Jelek
0.86
1.11
1.16
Tanaman berbutir
Bagus
0.84
1.11
1.16
tanaman rumput
Putaran
0.81
1.13
1.18
padang rumput
bagus
0.64
1.21
1.31
Bagus
0.45
1.27
1.40
tanaman berjajar
Tanaman berbutir
Lampiran II
pohon keras
bagus
Faktor Pengubah CN
untuk
untuk Kondisi II
Kondisi II
10
menjadi
Kondisi I
Kondisi III
0.40
2.22
Kondisi
I
II
20
0.45
1.85
30
0.50
1.67
40
0.55
1.50
50
0.62
1.40
60
0.67
1.30
70
0.73
1.21
80
0.79
1.14
90
0.87
1.07
100
1.00
1.00
Kering
< 13
13 - 28
Tanam
< 36
36 53
> 28
> 53
kedalaman banjir
III
tahunan
Hujan tinggi
52
Lampiran II
53
TR 0,43
100 SF
1,0665SIM 1,2775
keterangan:
TR
= waktu naik(jam)
SF
Lampiran II
54
Lampiran II
55
Keterangan :
QP
JN
= jumlah
pertemuan
sungai
(lihat
gambar
A.1.14)
TR
Keterangan :
TB
TR
SN
segmen
sungai-sungai
tingkat
sedangkan
bentuk
grafis
dari
Lampiran II
56
Lampiran II
57
efektif
dengan
kala
ulang
tertentu
dengan
Lampiran 2
PADI
A.2.1
A.2.1.1
Umum
Penyiapan lahan
Penggunaan konsumtif
Lampiran II
A.2.1.2
58
Kebutuhan
air
untuk
penyiapan
lahan
umumnya
1.
Faktor-faktor
budaya
yang
tersebut
ada
di
saling
daerah
berkaitan.
Kondisi
penanaman
padi
sosial
akan
penyiapan
lahan
akan
ditetapkan
berdasarkan
Lampiran II
59
Kebutuhan
air
untuk
penyiapan
lahan
Pada
umumnya
jumlah
air
yang
dibutuhkan
untuk
PWR
( S a S b ) N .d
Pd F1
10 4
idimana :
PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm
Sa
Sb
Lampiran II
Asumsi
kedalaman
tanah
setelah
60
pekerjaan
penyiapan lahan mm
Pd
F1
untuk
penyiapan
lahan
diambil
300
mm,
diambil
lebih
tinggi
lagi.
Kebutuhan
air
untuk
mulanya
tanah-tanah
ringan
mempunyai
laju
Lampiran II
61
perhatian
tersendiri
sebelum
harga-harga
Lampiran II
62
yaitu
dengan
metode
genangan,
yang
T = 30 hari
T = 45 hari
S = 250 S = 300 S = 250 S = 300
mm
mm
mm
mm
11,1
12,7
8,4
9,5
11,4
13,0
8,8
9,8
11,7
13,3
9,1
10,1
12,0
13,6
9,4
10,4
12,3
13,9
9,8
10,8
12,6
14,2
10,1
11,1
13,0
14,5
10,5
11,4
13,3
14,8
10,8
11,8
Lampiran II
9,0
9,5
10,0
10,5
11,0
13,6
14,0
14,3
14,7
15,0
15,2
15,5
15,8
16,2
16,5
11,2
11,6
12,0
12,4
12,8
63
12,1
12,5
12,9
13,2
13,6
= Koefisien tanaman
Temperatur
Kelembapan
Angin
Evapotranspirasi
dapat
dihitung
dengan
rumus-rumus
digunakan
pan
Kelas
A.
harga-harga
pan
Lampiran II
64
faktor
pun
mungkin
sangat
bervariasi
perhitungan
evaporasi,
diajurkan
untuk
Nedeco/
Prosida
yang
lihat
terbitan
Dirjen
acuan
apabila
digunakan
albedo
0,25
Lampiran II
65
frekuensi.
Untuk
ini
distribusi
normal
akan
diasumsikan.
b. Koefisien Tanaman
Harga harga koefisien tanaman padi yang diberikan pada
Tabel A.2.2. akan dipakai
Lampiran II
66
Lampiran II
4
67
A.2.1.4
Perkolasi
hasil-hasil
penyelidikan
penyelidikan
kelulusan,
tanah
besarnya
laju
pertanian
dan
perkolasi
serta
dan
dianjurkan
pemakaian
nya.
Guna
diperhitungkan.
Perembesan
terjadi
akibat
tiak
ada
penjadwalan
semacam
itu,
lakukan
Lampiran II
68
1
R ( setengah bulan)5
15
Di mana :
Re
R (setengah bulan) 5
petak tersier
Pada Tabel A.2.3. dan A.2.4 diberikan contoh perhitungan
dalam bentuk tabel untuk kebutuhan air di sawah bagi dua
tanaman padi varietas unggul di petak tersier.
Disamping penjelasan yang telah diuraikan dalam bagian
A.2.1.2. sampai A. 2.1.6, telah dibuat asumsi-asumsi
berikut :
a. Dengan
rotasi
(alamiah)
di
dalam
petak
tersier,
Lampiran II
69
koefisien
tanaman
yang
bertahap-
dibuat bertahap.
ETo
(2)
P
(3)
R
(4)
WLR
(5)
C1
(6)
C2
(7)
C3
(8)
ETc
(9)
NFR
(10)1)
LP
1,1
LP
LP
LP
LP
13,72)
13,7
10,13)
10,1
Nov
1
2
5,1
2,0
2,0
Des
1
2
4,3
2,0
3,6
Jan
1
2
4,5
2,0
3,8
1,7
1,7
1,1
1,05
1,1
1,1
1,1
1,08
5,04)
4,9
4,85)
4,8
Feb
4,7
2,0
4,1
1,7
1,05
1,05
1,05
4,9
4,5
Lampiran II
2
1,7
70
0,95
1,05
1,0
4,7
4,3
Mar
1
2
4,8
2,0
5,0
0,95
0
0,48
0
2,3
0
0
0
Apr
1
2
4,5
2,0
5,3
LP
1,1
LP
LP
LP
LP
12,36)
12,3
7,07)
7,0
Mei
1
2
3,8
2,0
5,1
1,7
1,7
1,1
1,05
1,1
1,1
1,1
1,08
4,2
4,1
2,8
2,7
Jun
1
2
3,6
2,0
4,2
1,7
1,7
1,05
0,95
1,05
1,05
1,05
1,0
3,8
3,6
3,3
3,1
Jul
1
2
4,0
2,0
2,9
0,95
0
0,48
0
1,9
0
0
0
Agt
1
2
5,0
2,0
2,0
Sep
1
2
5,7
2,0
1,0
Okt
1
2
5,7
2,0
1,0
5,1
2,0
2,0
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
ETo
(2)
P
(3)
R
(4)
Nov
1
2
5,1
2,0
2,0
Des
1
2
4,3
2,0
3,6
Jan
1
2
4,5
2,0
3,8
1
2
4,7
Feb
2,0
4,1
WLR
(5)
C1
(6)
C2
(7)
C3
(8)
C
(9)
ETc
(10)
NFR
(11)1)
LP
1,1
LP
LP
LP
LP
LP
LP
10,72)
10,7
7,03)
7,0
2,2
1,1
1,05
1,1
1,1
LP
1,1
LP
1,08
10,7
4,94)
7,0
5,35)
2,2
1,1
1,05
0,95
1,05
1,05
1,1
1,05
1,07
1,02
5,0
4,8
5,1
3,8
Lampiran II
Mar
1
2
4,8
2,0
5,0
Apr
1
2
4,5
2,0
5,3
Mei
1
2
3,8
2,0
5,1
Jun
1
2
3,6
2,0
4,2
Jul
1
2
4,0
2,0
2,9
Agt
1
2
5,0
2,0
2,0
Sep
1
2
5,7
2,0
1,0
Okt
1
2
5,7
2,0
1,0
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1,1
71
0,95
0
1,05
0,95
0,67
0,32
3,2
1,6
1,3
0
LP
LP
0
LP
0
LP
0
9,46)
0
4,37)
1,1
1,1
LP
1,1
LP
LP
LP
LP
9,4
9,4
4,3
4,3
2,2
2,2
1,05
1,05
1,1
1,05
1,1
1,1
1,08
1,07
3,9
3,9
3,9
3,9
1,1
1,1
0,95
0
1,05
0,95
1,05
1,05
1,02
0,67
4,1
2,7
4,3
2,9
0,95
0
0,32
0
1,6
0
0
0
Penyiapan Lahan
Lampiran II
72
Penggunaan konsumtif
tanaman.
Dalam
penjabaran
hargaharga
tidak
sesuai
dengan
keadaan
daerah
proyek,
maka
Untuk
tanaman
tebu,
hargaharga
koefisien
tanaman
Lampiran II
73
yang
ditunjukkan,
maka
dianjurkan
agar
dihitung
dari
histogramhistogram
tersebut
Perkolasi
mempertimbangkan
efisiensi
irigasi,
perkolasi
hendaknya dipertimbangkan.
A.2.2.4
Curah
efektif
dihitung
dengan
metode
yang
Lampiran II
74
A.2.2.5
Agar
Efisiensi irigasi
diperoleh
angkaangka
efisiensi
yang
realistis
untuk
A.2.3.1
Rotasi Teknis
kebutuhan
pengambilan
bertambah
secara
(pada
periode
makin
penyiapan
bertambahnya
lahan),
seiring
debit
sungai;
Lampiran II
daur/siklus
gangguan
insektisida
serangga;
75
pemakaian
Lampiran II
76
Tabel A.2.5 Harga harga koefisien untuk diterapkan dengan metode perhitungan
evapotranspirasi FAO
Tanaman
Jangka
tumbu
h/
hari
Kedelai
85
Jagung
80
Kacang
tanah
130
Bawang
70
Buncis
75
Kapas
195
bulan
No.
0,
5
0,
5
0,
5
0,7
5
0,5
9
0,5
1
1,0
1,0
0,82
0,45*
0,9
6
0,6
6
1,0
5
0,8
5
1,02
0,95*
0,95
0,95
0,9
5
0,5
5
0,55*
0,
5
0,
5
0,
5
0,5
1
0,6
4
0,5
0,6
9
0,8
9
0,5
8
0,9
0
0,9
5
0,7
5
0,95*
1,04
1,0
5
1,0
5
1,05
11
12
13
0,7
8
0,6
5
0,6
5
0,6
5
0,88
0,91
10
Lampiran II
77
Catatan : 1. Diambil dari FAO Guideline for Crop Water Requirements (Ref. FAO,
1977)
Tabel A.2.6
Harga harga koefisien tanaman tebu yang cocok untuk diterapkan dengan
rumus evapotranspirasi FAO
_________________________________________________________________________________________________
Umur tanaman
12 bulan
angin
24 bulan
_________________________________________________________________________
Tahap pertumbuhan
angin kecil angin
angin
kecil
sampai sedang
kencang
sampai
sedang
kencang
_________________________________________________________________________________________________
01
.4
12
0 2,5
55
.6
.45
2,5 3,5
.8
.8
.85
.75
Lampiran II
2 2,5
3,5 4,5
78
.9
.95
.95
1,1
1,1
1,0
2,5 4
4,5 6
1,0
1,2
4 10
6 17
1,05
1,15
1,25
1,3
10 11
17 22
awal berbunga
.8
.85
.95
1,05
11 12
22 24 menjadi masak
.6
.65
.7
.75
_________________________________________________________________________________________________
Catatan : 1. Sumber : Ref (FAO, 1977)
2. Untuk diterapkan dengan metode ET Prosida, kalikan masing masing harga koefisien dengan 1, 15
*) rimbun = full canopy, maksudnya pada saat tanaman telah mencapai
tahap berdaun rimbun, sehingga bila dilihat dari atas tanah di sela
selanya tidak tampak
Tabel A.2.7
Curah hujan efektif rata rata bulanan dikaitkan dengan ET tanaman rata
rata bulanan dan curah hujan mean bulanan (mean monthly rainfall) (USDA (SCS),
1969)
____________________________________________________________________________________________________________
Curah hujan
bulanan
mean
mm
12, 5 25
37,5 50 62, 5 75
162,5 175
187,5
200
Lampiran II
79
____________________________________________________________________________________________________________
ET tanaman
rata rata
bulanan/mm
25
8
16
24
Curah hujan efektif rat-rata bulanan/mm
50
8
17
25 32
39
46
75
9
18
27 34
41
48
56
62
69
100
9
19
28 35
43
52
59
66
73
80
87
94
100
125
10
20
30 37
46
54
62
70
76
85
92
98
107 116
150
10
21
31 39
49
57
66
74
81
89
97
104
112
119
175
11
23
32 42
52
61
69
78
86
95
103 111
118
126
200
11
24
33 44
54
64
73
82
91
100 109 117
125
134
225
12
25
35 47
57
68
78
87
96
106 115 124
132
141
250
13
25
38 50
61
72
84
92
102
112 121 132
140
150
____________________________________________________________________________________________________________
120
127
134
142
150
158
133
141
150
159
167
Apabila kedalaman bersih air yang dapat ditampung dalam tanah pada waktu irigasi lebih besar atau lebih
kecil dari 75 mm, harga harga factor koreksi yang akan dipakai adalah :
____________________________________________________________________________________________________________
Tampungan efektif
20
25
37. 5
50
62. 5
75
100
125
150
175
200
Faktor tampungan
.73
77
.86
.93
.97
1.00
1.02
1.04
1.06
1.07
1.08
____________________________________________________________________________________________________________
CONTOH :
Diketahui :
Curah hujan mean bulanan = 100 mm; ET tanaman = 150 mm; tampungan efektif = 175 mm
Pemecahan :
Faktor koreksi untuk tampungan efektif
= 1.07
Curah hujan efektif 1.07 x 74
= 79 mm
Sumber : Ref (FAO, 1977)
Tabel A.2.8 Air tanah yang tersedia bagi tanaman tanaman ladang untuk berbagai jenis
tanah
Tanaman
Dalamnya
Fraksi air
Lampiran II
80
akar
m
yang
tersedia
Kedelai
0,6 1,3
0,5
100
75
35
Jagung
1,0 1,7
0,6
120
80
40
Kacang tanah
0,5 1,0
0,4
80
55
25
Bawang
0,3 0,5
0,25
50
35
15
Buncis
0,5 0,7
0,45
90
65
30
Kapas
1,0 1,7
0,65
130
90
40
Tebu
1,2 2,0
0,65
130
90
40
Catatan :
dalam mm
sedang
kasar
halus
mm/hari
Lampiran III
58
dicapai
Jaringan irigasi utama
0,75
0,80
Petak Tersier
0,65
0,75
Keseluruhan
0,50
0,60
Untuk membentuk sistem rotasi teknis, petak tersier dibagibagi menjadi sejumlah golongan, sedemikian rupa sehingga
tiap golongan terdiri dari petakpetak tersier yang tersebar
di seluruh daerah irigasi.
Petakpetak tersier yang termasuk dalam golongan yang
sama akan mengikuti pola penggarapan tanah yang sama;
penyiapan lahan dan tanam akan dimulai pada waktu yang
sama. Kebutuhan air total pada waktu tertentu ditentukan
dengan menambahkan besarnya kebutuhan air di berbagai
golongan pada waktu itu.
Berhubung petakpetak dalam golongan 1 terletak pada
posisi yang menguntungkan, maka diperkenalkanlah sistem
rotasi tahunan. Hasil panen dari golongan ini akan pertama
kali sampai di pasaran, dengan demikian harga beras
tinggi. Jika tahun itu dimulai dari golongan 1, maka tahun
berikutnya dimulai dari golongan 2, tahun berikutnya lagi
golongan 3, dan seterusnya, sedangkan golongan yang
pada
tahun
sebelumnya
menempati
urutan
pertama,
Lampiran III
59
di
seluruh
daerah
irigasi.
Praktek
ini
Untuk
menyederhanakan
pengelolaan
air,
Lampiran III
60
dari
pertimbangan-pertimbangan
sosial,
serta
kesimpulan-kesimpulan
musim hujan
2. pola tanam
umumnya satu
tanaman rendengan
terus-menerus
tumpang sari
sedang
kecil
10 25,000 ha
ya
ya/tidak
perlu mempertimbangkan
air yang tersedia di sungai
luas
<10,000 ha
tidak
E&P
terlalu
rumit
>25,000 ha
ya
ya/tidak
-penghematan mungkin
& sumber air terlalu
permanen
rumit
- saluran
lebih pendek
Lampiran III
A.2.3.2
Kebutuhan
pengambilan
tanpa
61
rotasi
teknis
Kebutuhan
pengambilan
dihitung
dengan
cara
membagi
Bulan
T 1,5 bulan
NFR
DR
mm/hari
l/dt.ha
Nov
1
2
Des
1
2
10,1
10,1
1,80
1,80
7,0
7,0
1,25
1,25
Jan
1
2
4,9
4,8
0,87
0,85
7,0
5,3
1,25
0,94
Feb
1
2
4,5
4,3
0,80
0,77
5,1
3,8
0,91
0,68
Mar
1
2
0
0
0
0
1,3
0
0,23
0
Apr
7,0
1,25
Lampiran III
2
7,0
1,25
4,3
0,77
Mei
1
2
2,8
2,7
0,50
0,48
4,3
4,3
0,77
0,77
Jun
1
2
3,3
3,1
0,59
0,55
3,9
3,9
0,69
0,69
Jul
1
2
0
0
0
0
4,3
2,9
0,77
0,52
Agt
1
2
0
0
0
0
Sep
1
2
1
2
Okt
1) T :
2) NTR
3) DR
62
Bulan
(1)
G1 1)
(2)
G2 2)
(3)
Nov
1
2
Des
1
2
10,1
10,1
10,1
Jan
1
2
4,9
4,8
10,1
4,9
Feb
1
2
4,5
4,3
Mar
1
2
0
0
G3
(4)
G 3)
(5)
DR 4)
(6)
3,7
6,7
0,60
1,20
10,1
10,1
8,4
6,6
1,49
1,18
4,7
4,5
4,8
4,7
4,7
4,5
0,83
0,80
3,5
0
3,7
3,5
2,4
1,2
0,43
0,80
Lampiran III
Apr
1
2
7,0
7,0
0
6,9
0
0
2,3
4,6
0,42
0,83
Mei
1
2
2,8
2,7
6,9
2,8
6,7
6,7
5,5
4,1
0,97
0,72
Jun
1
2
3,3
3,1
3,5
3,5
3,5
3,4
3,4
3,3
0,61
0,59
Jul
1
2
0
0
4,8
0
5,0
4,8
3,3
1,6
0,58
0,28
Agt
1
2
0,4
0
0,1
0
0,02
0
Sep
1
2
Okt
1
2
1)
2)
3)
4)
63
NFR G1 : kebutuhan bersih / netto air di sawah, seperti pada Tabel A.2.1
NFR G2 : sama, tapi mulai per 2 Des
NFR G
: rata-rata G1, G2, G3
DR
: kebutuhan pengambilan dengan efisiensi irigasi 65 persen (5) dibagi
dengan
8,64 x 0,65
G11)
(2)
G22)
(3)
NFR
G3
(4)
Nov
1
2
Des
1
2
10,1
10,1
10,1
1
2
4,9
4,8
10,1
4,9
10,1
10,1
Feb
1
2
4,5
4,3
4,7
4,5
Mar
1
2
0
0
Apr
7,0
Jan
G4
(5)
G3)
(6)
DR4)
(7)
2,5
5,1
0,45
0,90
10,1
6,3
7,5
1,12
1,33
4,8
4,7
10,1
4,8
6,0
4,6
1,07
0,81
3,5
0
3,7
3,5
3,9
3,7
2,8
1,8
0,49
0,32
2,9
2,5
0,44
Lampiran III
2
7,0
6,9
3,5
0,62
Mei
1
2
2,8
2,7
6,9
2,8
6,7
6,7
0
7,2
3,7
4,9
0,66
0,68
Jun
1
2
3,3
3,1
3,5
3,5
3,5
3,4
7,2
3,5
4,4
3,4
0,78
0,60
Jul
1
2
0
0
4,8
0
5,0
4,8
5,1
5,0
3,7
2,5
0,66
0,44
Agt
1
2
0,4
0
6,7
4,1
1,8
1,0
0,32
0,18
Sep
1
2
Okt
1
2
1)
2)
3)
4)
NFR G1
NFR G2
NFR G
DR
:
:
:
:
64
Bulan
(1)
Nov
G11)
(2)
G22)
(3)
G3
(4)
G4
(5)
1
2
11,3
1
2
11,3
4,8
10,1
10,1
10,1
1
2
4,9
4,6
4,9
4,8
10,1
4,9
10,1
10,1
Feb
1
2
4,3
0
4,5
4,3
4,7
4,5
Mar
1
2
0
7,3
0
0
Apr
1
2
7,3
3,4
7,0
7,0
Des
Jan
G5
(6)
G3)
(7)
DR4)
(8)
2,3
0,40
4,3
5,0
0,76
0,89
10,1
6,0
6,9
1,07
1,23
4,8
4,7
10,1
4,8
5,7
3,7
1,01
0,65
3,5
0
3,7
3,5
3,9
3,7
3,4
2,9
0,40
0,52
0
6,9
0
0
2,9
0
3,4
3,5
0,61
0,62
Lampiran III
65
Mei
1
2
2,7
2,6
2,8
2,7
6,9
2,8
6,7
6,7
0
7,2
3,8
4,4
0,68
0,78
Jun
1
2
3,1
0
3,3
3,1
3,5
3,5
3,5
3,4
7,2
3,5
4,1
2,7
0,73
0,48
Jul
1
2
0
0
4,8
0
5,0
4,8
5,1
5,0
3,0
2,0
0,53
0,35
Agt
1
2
0,4
0
6,7
4,1
1,4
0,8
0,25
0,15
Sep
1
2
Okt
1
2
1)
2)
3)
4)
NFR G2
NFR G1
NFR G
DR
:
:
:
:
G11)
(2)
G22)
(3)
NFR
G3
(4)
Nov
1
2
Des
1
2
7,0
7,0
7,0
1
2
7,0
5,3
7,0
7,0
6,9
6,9
Feb
1
2
5,1
3,8
5,2
5,1
Mar
1
2
1,4
0
Apr
1
2
0
4,3
Jan
G4
(5)
G3)
(6)
DR4)
(7)
1,8
3,5
0,31
0,62
6,9
5,2
6,5
0,93
1,16
6,9
5,2
6,9
6,9
6,0
5,3
1,07
0,93
3,0
1,3
4,3
3,0
4,4
4,3
3,3
2,2
0,58
0,38
0
0
0,8
0
2,4
0,8
0,8
1,23
0,14
Lampiran III
1)
2)
3)
4)
Mei
1
2
4,3
4,3
4,4
4,4
0
4,6
0
0
2,2
3,3
0,39
0,59
Jun
1
2
3,9
3,9
4,4
3,9
4,6
4,6
5,5
5,5
4,6
4,5
0,82
0,80
Jul
1
2
4,3
2,9
5,6
4,3
5,6
5,6
5,5
5,6
5,3
4,6
0,93
0,82
Agt
1
2
0
0
4,5
0
6,2
4,5
7,6
6,2
4,6
2,7
0,81
0,48
Sep
1
2
0,8
0
5,9
3,9
1,7
1,0
0,30
0,17
Okt
1
2
NFR G2
NFR G1
NFR G
DR
:
:
:
:
66
Bulan
(1)
Nov
G11)
(2)
G22)
(3)
G3
(4)
G4
(5)
1
2
7,7
1
2
7,7
7,7
7,0
7,0
7,0
1
2
5,3
5,2
7,0
5,3
7,0
7,0
6,9
6,9
Feb
1
2
3,8
2,2
5,1
3,8
5,2
5,1
Mar
1
2
0
0
1,4
0
Apr
1
2
4,4
4,4
Mei
4,4
Des
Jan
G5
(6)
G3)
(7)
DR4)
(8)
1,5
0,27
2,9
4,3
0,52
0,77
6,9
5,2
6,3
0,93
1,11
6,9
5,2
6,9
6,9
5,6
4,6
0,99
0,83
3,0
1,3
4,3
3,0
4,4
4,3
2,6
1,7
0,47
0,31
0
4,3
0
0
0,8
0
2,4
0,8
1,5
1,9
0,27
0,34
4,3
4,4
2,6
0,47
Lampiran III
67
3,3
4,3
4,4
4,6
3,3
0,59
Jun
1
2
3,9
2,6
3,9
3,9
4,4
3,9
4,6
4,6
5,5
5,5
4,5
4,1
0,79
0,73
Jul
1
2
2,9
0
4,3
2,9
5,6
4,3
5,6
5,6
5,5
5,6
4,8
3,7
0,85
0,66
Agt
1
2
0
0
4,5
0
6,2
4,5
7,6
6,2
3,7
2,1
0,65
0,38
Sep
1
2
0,8
0
5,9
3,0
1,3
0,8
0,24
0,14
Okt
1
2
1)
2)
3)
4)
NFR G2
NFR G1
NFR G
DR
:
:
:
:
Gambar A.2.1
Kebutuhan pengambilan
teknis periode satu mingguan
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi
tanpa
rotasi
Lampiran III
A.2.3.3
68
teknis
menjumlah
besarnya
kebutuhan
air
semua
golongan.
Ini ditunjukkan dalam bentuk tabel seperti terlihat pada
Tabel A.2.9 sampai A.2.16.
Efisiensi irigasi total pada contohcontoh Tabel tersebut
diambil 65 persen. Areal masing masing golongan
diandaikan sama luasnya.
Gambar A.2.2 dan A.2.3 memperlihatkan hasilhasilnya
dalam bentuk grafik. Hasilhasil tersebut dengan jelas
menunjukkan bahwa dengan adanya sistem golongan,
kebutuhan pengambilan menjadi lebih efektif dan efisien.
Lampiran III
69
Gambar A.2.2
Kebutuhan pengambilan dengan rotasi
teknis periode 1 bulan
Gambar A.2.3
Kebutuhan pengambilan dengan rotasi
teknis periode 1,5 bulan
Lampiran III
Lampiran 3
70
bulan-bulan
yang
sama.
Angka-angka
harian
yang
pengukuran
terdekat
di
luar
daerah
studi
untuk
Lampiran III
71
aliran
sungai.
Jumlah
curah
hujan
tahunan
serta
memperjelas
pengaruh/efek
ketinggian
dan
orografis
(pegunungan).
Analisis ini dapat mengacu kepada peta isohet untuk curah hujan
tahunan rata rata (lihat gambar A.3.2). Dengan informasi ini
akan diperoleh pengetahuan tertentu mengenai curah hujan
untuk
membimbing
ahli
irigasi
dalam
tahap
studi
dan
pengenalan.
Akumulasi curah hujan
stasiun X dalam meter
50
1940
40
1945
1945
30
1950
1955
1960
1950
Perubahan lokasi
/exposure
alat penakar
pada tahun 1951
1955
0
10
20
30
40
Akumulasi kelompok curah hujan
rata-rata dalam meter
20
10
0
50 0
1955
1965
10
Kesalahan pencatatan
selama tahun 1954
1960
20
30
40
50
Lampiran III
72
An-1
A2
An
A1
R1
R n-1
R n-2
R2
Isohet curah hujan
normal tahunan
curah hujan
pedoman
dapat
Lampiran III
73
sungai
di
sekitarnya
harus
dipakai
untuk
mencek
ketepatan dan kesahihan transposisi tahunan. Data bulanan ratarata untuk seluruh tempat-tempat penakaran yang berdekatan
harus diperiksa untuk memastikan kemiripan di antara tempattempat penakaran tersebut.
Untuk menentukan harga koefisien pengurangan luas daerah
hujan B, akan diperlukan studi curah hujan yang terinci guna
mengetahui curah hujan efektif, curah hujan lebih dan curah
hujan badai. Distribusi curah hujan yang meliputi jangka waktu
pendek dan areal seluas 100 ha akan diselidiki.
Harga-harga koefisien B biasanya didasarkan pada hasil-hasil
penelitian curah hujan yang tersedia di daerah-daerah yang
(kalau mungkin) serupa.
Analisis curah hujan efektif dan curah hujan lebih didasarkan
pada data-data curah hujan harian. Parameter curah hujan
efektif didasarkan pada jumlah curah hujan tengah-bulanan dan
curah hujan lebih didasarkan pada jumlah curah hujan 1 dan 3harian untuk setiap bulannya.
Harga-harga curah hujan efektif dan curah hujan lebih dengan
ditentukan dengan kemungkinan tak terpenuhi 20%, ditentukan
dengan menggunakan cara analisis frekuensi. Distribusi frekuensi
normal atau log-normal dan harga-harga sekali setiap 20% bisa
dengan mudah diketemukan dengan cara interpretasi grafik
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi
Lampiran III
74
frekuensi
data
historis
dapat
diperlihatkan
dan
dimasukkan
Analisis curah hujan yang dibicarakan dalam bagian ini disajikan
pada Tabel A.3.1.
Tabel A.3.1
Cek Data
Parameter
perencanaan
Lampiran III
Jumlah
distribusi
musiman/
bulanan
harga2 tinggi
distribusi tahunan
double
massplot
75
isohet tahunan
stasiun
referensi
di luar
efek
orografis,
angin,
ketinggian
transposisi jika
rangkaian
data
meliputi waktu terlalu
pendek
curah hujan lebat
perhitungan
banjir
empiris
dengan
pengamatan lapangan
A.3.2.1
menggunakan
Lampiran III
76
banjir
frekuensinya.
maksimum
Distribusi
tahunan
kemungkinan
akan
Gumbel
dianalisis
bisa
mulai
rata
rata
tahunan
dihitung
dengan
cara
yang
q0
qp
= M/N
...
Lampiran III
77
= jumlah tahun
Q / MAF
1
2
5
10
Periode ulang dalam tahun
20
50
100 200
500
irigasi,
berakibat
dikembangkannya
suatu
.(A.3.2)
Lampiran III
78
yang
didapat
mungkin
sangat
membantu
dalam
Lampiran III
Analisis
debit
rencana
yang
dibicarakan
dalam
pasal
79
ini
Umum
neraca air,
pengamatan lapangan.
Catatan debit
a. Data cukup
Untuk keperluan analisis frekuensi, akan lebih baik jika tersedia
catatan debit yang mencakup jangka waktu 20 tahun atau lebih.
Dalam prakteknya hal ini sulit dipenuhi.
Catatan debit biasanya didasarkan pada catatan tinggi muka air
di tempattempat pengukuran debit di sungai. Muka air harian
dikonversi menjadi debit dengan menggunakan hubungan antara
tinggi muka air debit (kurve Q-h). Kurve ini harus dicek secara
teratur
dengan
memperhatikan
perubahanperubahan
yang
Lampiran III
80
mengetahui
apakah
ada
kemungkinan
terjadinya
hujan
kehilangan
ratarata
tahunan
untuk
membuat
dengan
debit
tahunan.
Selidiki
perkembangan
Lampiran III
81
Neraca air
Dengan menggunakan model neraca air (water balance) hargaharga debit bulanan dapat dihitung dari curah hujan bulanan,
evapotranspirasi, kelembapan tanah dan tampungan air tanah.
Hubungan
antara
komponen-komponen
terdahulu
akan
parameter
ini
merupakan
kesulitan
utama.
Untuk
Lampiran III
82
1. Metode Mock
Metode
Mock
memperhitungkan
evapotranspirasi,
dan
pengaliran
sungai.
dipercaya
jika
karakteristik
Hasil
ada
data
dari
debit
curah
hujan,
hidrologi
permodelan
pengamatan
daerah
ini
dapat
sebagai
maka
proses
pembandingan
akan
dilakukan
Lampiran III
Evapotranspirasi
terbatas
adalah
83
evapotranspirasi
menghitung
evapotranspirasi
terbatas
diperlukan data:
1. Curah hujan 10 harian (P)
2. Jumlah hari hujan (n)
3. Jumlah permukaan kering 10 harian (d) dihitung
dengan asumsi bahwa tanah dalam suatu hari
hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu
menguap sebesar 4 mm.
4. Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta
tata guna lahan atau dengan asumsi:
m
setiap
bulan
kering
untuk
lahan
sekunder.
m
= 20%
50%
untuk
lahan
pertanian
yang
diolah.
Secara
matematis
evapotranspirasi
terbatas
E Ep x
Dengan:
E
= Beda
antara
evapotranspirasi
potensial
Lampiran III
84
Lampiran III
85
keterangan:
SMC
= Kelembaban tanah
IS
As
Air hujan
As P Et
keterangan:
As
Et
= Evapotranspirasi
Lampiran III
86
nilai
infiltrasi
diperkirakan
berdasarkan
Sedangkan
lahan
yang
terjadi
memiliki
ke
dalam
tanah.
Batasan
koefisien
infiltrasi adalah 0 1.
bulan
dipengaruhi
perhitungan
tersebut.
oleh
Faktor
sifat
ketersediaan
resesi
geologi
air
aliran
DPS.
metode
FJ
tanah
Dalam
Mock,
dapat
dihasilkan
aliran
seperti
yang
diharapkan.
11. Initial Storage (IS)
Initial Storage atau tampungan awal adalah perkiraan
besarnya volume air pada awal perhitungan. IS di
lokasi studi diasumsikan sebesar 100 mm.
12. Penyimpangan air tanah (Ground Water Storage)
Lampiran III
87
geologi
permulaan
setempat
dari
dan
simulasi
waktu.
harus
Sebagai
ditentukan
yang
digunakan
dalam
perhitungan
= k x Vn-1 + 0.5 (1 + k) I
Vn
= vn - vn-1
Dimana:
Vn
qt
qo
= Infiltrasi
Perubahan
aliran
air
dalam tanah
Aliran permukaan =
Aliran sungai
Debit andalan
Aliransungai x LuasDAS
1bulan dalam det ik
Lampiran III
1. Interflow
88
yang
selalu
ada
sepanjang
tahun
4. Run off
Lampiran III
75
Lampiran III
76
Lampiran III
76
2. Metode NRECA
Cara perhitungan ini sesuai untuk daerah cekungan yang
setelah hujan berhenti masih ada aliran air di sungai
selama beberapa hari. Kondisi ini terjadi bila tangkapan
hujan cukup luas. Secara diagram prinsip metode Nreca
dapat digambarkan sebagai berikut :
3.
4.
5.
Lampiran III
6.
77
Wo
No min al
7.
8.
Rasio AET/PET
AET
9.
Koef. Reduksi
0 - 50
51 - 100
101 - 200
> 200
0,9
0,8
0,6
0,4
tampungan
kelengasan
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi
neraca
air
kelebihan
Lampiran III
78
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
Lampiran III
79
1,0
1,6
1,2
0,8
Storage Ratio
8
0,
4
0,
0,
0
AET/PET
0,6
0,4
0,2
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
Gambar A.3.7
18.
19.
20.
Lampiran III
80
Vb
=
Vj + 10 A Rj
Dengan :
Vb = volume air yang dapat mengisi kolam waduk selama
musim hujan (m3)
Vj = aliran bulanan pada bulan j (m3/bulan) dengan cara NRECA
A = luas permukaan kolam waduk (Ha.)
Rj = curah hujan bulanan pada bulan j (mm/bulan)
Untuk contoh perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut :
Lampiran III
81
Lampiran III
82
riset
daerah-daerah
aliran
sungai
di
Indonesia
merupakan prasyarat.
A.3.3.4
Pengamatan lapangan
tersebut
akan
dikonversi
menjadi
debit
dengan
menunjukkan kekurangtepatan yang ada akibat kekeliruankekeliruan dalam menentukan kekasaran talut dan dasar.
Kalau metode ini diikuti, maka yang mungkin dapat diperoleh
hanyalah suatu kesan tentang muka air rendah tahunan.
Rekonstruksi hidrograf tahunan akan menjadi sulit, karena hanya
muka air terendah saja yang diingat. Informasi semacam ini
dapat dipakai untuk pemeriksaan susulan terhadap hasil-hasil
yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan. Selama
dilakukannya penyelidikan dapat dibuat hidrograf (sebagian).
Informasi demikian akan dapat digunakan untuk kalibrasi model
neraca air dan akan menambah keandalan hasil-hasil model.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Roving
seminar
on
conceptual
models
for
SOSRODARSONO,
Ir.
&
KENSAKU
TAKEDA
SOSRODARSONO,
Ir.
&
KENSAKU
TAKEDA