Anda di halaman 1dari 29

CV.

CIPTA BINA LESTARI 2016


Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

DAFTAR ISI

Surat Pengantar

Daftar Isi................................................................................ i

Kata Pengantar................................................................................................. ii

BAB. I. PENDAHULUAN………………………………………. ……….1

1.1 Umum………………………………………………………….. 1
1.2 Maksud dan Tujuan………………………………..………….. 3
1.3 Pedoman Pengawasan……………………………………….. 4

BAB. II. DATA ADMINISTRASI……………………………...……………. 5

2.1 Data Administrasi……………………….…….…………... 5


2.2 Daftar Paket Pekerjaan…………………….……………… 51

BAB. III. KEMAJUAN PEKERJAAN…………………….….…..…………… 55

3.1 Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan………..……………….. 55


3.1.1 Rekapitulasi Progress Fisik……….….......................... 55
3.1.2 Time Schedulle…………………….……... ……….59

BAB. IV. KEGIATAN KONSULTAN………………………………………... 104

4.1 Struktur Organisasi Konsultan……………………………. 104


4.2 Jadwal Penugasan konsultan……………………………… 105
4.3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konsultan………………… 105
4.4 Kegiatan Konsultan………………………………………... 107

LAMPIRAN
A. Dokumentasi
B. Surat Teguran

KATA PENGANTAR
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Detail Pelaksanaan pada Kegiatan pembangunan


turap Desa Teluk Papai Kab. Bengkalis didasarkan pada kontrak kerja antara Dinas Cipta
Karya, Tata Ruang Dan Sumber Daya Air Provinsi Riau dengan CV. CIPTA BINA
LESTARI.
Pelaksanaan Pekerjaan ini dimaksudkan untuk melakukan Perencanaan Detail Pelaksanaan
untuk Mengoptimalkan fungsi sungai di Kabupaten Bengkalis serta menjadi acuan
pelaksanaan fisik dilapangan untuk mendapatkan hasil perencanaan yang efektif, efisien dan
berwawasan lingkungan hidup.

Sebagai pedoman pelaksanaan diperlukan pemahaman yang saling mengisi antara Pihak
Pemberi Kerja dan Pihak Penyedia Jasa, sehingga Laporan Akhir perlu di sampaikan dimana
laporan ini memuat hasil keseluruhan dari lingkup seluruh pekerjaan penyusunan
Perencanaan Kegiatan Cipta Karya, Tata Ruang Dan Sumber Daya Air Provinsi Riau Tahun
Anggaran 2016.

Laporan Akhir ini disampaikan kepada Dinas Cipta Karya, Tata Ruang Dan Sumber Daya
Air Provinsi Riau sebagai acuan Pelaksanaan Pekerjaan fisik dilapangan.

Semoga laporan ini dapat bermamfaat bagi semua pihak yang berkepentingan

Rengat, Juni 2016

CV. MEDIA KARYA DESIGN

BAB I
PENDAHULUAN
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

1.1. Latar Belakang

Perlu kami jelaskan bahwa dalam kondisi ekarang ini di desa kami di musim

penghujan jalan begitu jelek di area pinggiran sungai dan tidak bisa dilewati mobil

dikarenakan jalan sempit dan rusak. Dan di daerah tersebut rawan dengan tanah longsor

dikarenakan sungai tidak ada penahan atau pondasi.

Dengan keadaan di atas maka dapat dipastikan bahwa pada waktu musim hujan

dengan intensitas tinggi, maka aliran air di sungai sangat deras sehingga mengakibatkan tanah

di sekitar sungai banyak yang longsor dan sungai menjadi cepat melebar bahkan kadang

terjadi rumah penduduk jadi ambruk.

Pembangunan dinding penahan tanah /turap / talud di bantaran sungai merupakan

salah satu upaya untuk perlindungan manusia dari erosi, selain itu juga untuk menambah

estetika. Dengan menambah keindahan bantaran sungai diharapkan dapat mendorong

masyarakat menjaga kebersihan dan kelestarian sumber daya air dengan tidak membuang

sampah ke sungai. Tujuan pembuatan dinding penahan tanah/ talud dan tanggul bronjong

yaitu untuk mencegah terjadinya erosi pada bantaran sungai bila terjadi curah hujan yang

tinggi/banjir. Diharapkan dengan adanya talud ini akan mengurangi dampak bencana seperti

banjir, tanah longsor di sungai yang sering terjadi di musim hujan. Keadaan dinding penahan

tanah (turap) yang representative adalah hal yang tidak dapat di tawar-tawar lagi demi

keselamatan masyarakat yang bermukim dipinggir-pinggir daerah yang mengandalkan

dinding penahan tanah sebagai penopang pondasi bangunannya. Karena banyak rumah-rumah

yang berada di daerah pinggiran sungai, maka dinding penahan tanah harus dapat menahan

tekanan tanah, beban pondasi dan bobot rumah itu sendiri (tidak boleh runtuh). Pembangunan

dinding penahan tanah (turap) harus benar-benar berdasarkan perhitungan kestabilan dan

faktor keselamatan karena kesalahan yang terjadi dalam pembangunan dinding penahan tanah
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

dapat berakibat fatal yaitu kerugian harta benda dan hilangnya korban jiwa. Oleh karena itu,

Pemerintah Provinsi Riau melaksanakan kegiatan pembangunan turap Desa Teluk Papai Kab.

Bengkalis.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari perencanaan ini pada dasarnya adalah dalam rangka mempersiapkan

Detail Perencanaan Pekerjaan untuk pelaksanaan pembangunan fisik turap Desa Teluk Papai

Kab. Bengkalis.

Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk membantu dinas Pekerjan Umum dalam

menyiapakan dokumen pekerjaan yang akan dilimplementasikan di lapangan sesuai dengan

rencana yang telah dituangkan dalam Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Kabupaten Indragiri Hulu.

1.3. Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan Perencanaan Detail Pelaksanaan Kabupaten Indragiri Hulu

adalah sebagai berikut :

A. Kegiatan Persiapan

 Pengumpulan Data

1. Data Kependudukan (Jumlah, status, kerapatanpenduduk, jenis kelamin)

2. Mata Pencaharian, pendapatan, pasar, pusat perekonomian, dll.

3. Data Fisika dan Kimia (Iklim, angin/ udara, curah hujan, sinar matahari,

evaporasi, mutu air,

4. Data Biologi (Flora darat, fauna darat, flora air, fauna air)

5. Data kawasan lindung (Hutan lindung, suaka margasatwa, dll)

6. Sarana dan prasarana yang ada.

7. Kerusakan fasilitas dan utuilitas yang ada


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

8. Peraturan perundang-undangan yang berlaku (Keppres, PP, Perda, dll) dan

yang relevan.

9. RUTR Propinsi, RDTR Kabupaten/Kawasan, sarlita regional/ sektoral.

10.Pengumpulan data daerah aliran sungai seperti peta tata guna lahan, peta jenis

tanah, peta kelerengan lahan dan lain-lain seperti peta topografi.

11.Pengumpulan data hidroklimatologi seperti curah hujan, peta hidrologi, data

debit sungai, dll.

12.Data sumber daya alam.

13.Data Geologi/ Mekanika Tanah.

14.Peta SWS atau Peta DAS.

15.Peta topografi.

16.Data lain dan studi yang pernah dilakukan sebelumnya.

B. Survey Pengukuran Topografi dan Bathimetri.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk menentukan areal pengukuran serta pemasangan

patok yang di kaitkan pada patok Bench Mark ( BM ) yang ada serta mengamati

kondisi topografi lokasi pembangunan Turap Pengaman Tebing Desa Benteng Barat –

Benteng Timur Kecamatan Sungai Batang. Kegiatan pengukuran ini juga membuat

rencana kerja untuk survey detail pengukuran dan menyarankan posisi patok Bench

Mark pada lokasi / titik yang akan di jadikan referensi. Jenis Pengukuran ini meliputi

pekerjaan – pekerjaan sebagai berikut :

 Pengukuran titik kontrol horizontal dan vertical

 Pengukuran situasi

 Pengukuran penampang memanjang dan melintang di lokasi yang di perlukan

 Perhitungan dan penggambaran peta topografi.


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

C. Survei Hidrologi dan Hidrometri

Kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan pengaruh hidrometri Sungai-sungai,

pasang surut air. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah :

 Pengumpulan data curah hujan dan stasiun terdekat

 Mengamati Tata Guna Lahan

 Menginventarisasi bangunan

 bangunan / drainase existing.

 Melakukan pemotretan pada lokasi

 lokasi penting.

 Menganalisa hidrologi, hikdrolika, sedimentasi pengaruh pasang surut air laut

 Pengukuran sifat dasar untuk mengikat papan duga terhadap BM terdekat

 Pengolahan dan analisa data lapangan - Mengamati karakter aliran sungai /

morfologi yang mungkin berpengaruh terhadap konstruksi dan saran

 saran yang di perlukan untuk menjadi pertimbangan dalam perencanaan berikut.

D. Survey Mekanika Tanah

Pekerjaan Penelitian tanah perlu dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Data

penelitian tanah harus dapat diberikan informasi yang cukup tentang sifat karakteristik

tanah. Jenis penelitian yang harus dilakukan adalah : sondir, boring pengambilan

contoh tanah asli dan penelitian laboratorium.

o Sondir

Sondir yang akan dilaksanakan sampai dengan tanah keras tekanan Conus 120 Kg/cm

atau maksimum sampai kedalaman 30 m sebanyak 4 titik.

o Boring
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

Tujuan utama dan pembuatan lobang bor adalah untuk mengetahui lebih jelas tentang

susunan lapisan tanah yang ada dan berapa tebal dari tiap-tiap jenis lapisan tanah yang

dijumpai yang dikerjakan dengan tenaga manusia (hand auger) sebanyak 8 titik.

Pengambilan contoh tanah asli dan penelitian laboratorium Pengambilan contoh tanah

asli dimaksudkan untuk mendapatkan nilai-nilai sebagai berikut :

o Gradasi butir-butir tanah

o Batas-batas Atterberg

o Berat jenis dan berat volume tanah

o Permeability test § Kekuatan dan daya dukung tanah

o Harga-harga Q dan C

o Letak titik-titik pengambilan contoh tanah adalah sama dengan titik bor.

Contoh tanah diambil pada setiap lapisan tanah yang berbeda strukturnya.

Melakukan survey yang mencakup data eksisting fasilitas-fasilitas air bersih yang akan

dijadikan dasar perencanaan.

Melakukan survey fisik daerah perencanaan yang meliputi jaringan pipa air bersih yang ada,

topografi daerah perencanaan dan lokasi infrastruktur yang ada. Melakukan survey dan

menganalisa kebutuhan pengembangan air bersih

Menyiapkan gambar-gambar kerja dengan skala yang disesuaikan dengan kebutuhan standar

gambar A3 dan Typecal Design, dimana semua gambar yang ada akan diberikan kepada

pemberi pekerjaan berupa data-data yang disertai Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Menyiapkan spesifikasi teknis sesuai kebutuhan


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

1.4. Sistematika Penulisan Laporan

Bab I - Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang, latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan, lingkup kegiatan

Konsultan, lokasi kegiatan, keluaran, dan laporan.

Bab II - Gambaran Umum Daerah Perencanaan.

Bab Ini menguraikan tentang gambaran umum daerah perencanaan yang terdiri dari lokasi

kegiatan pekerjaan, kondisi alam, profil wilayah, dan penduduk.

Bab III – Perencanaan Detail Pelaksanaan Pengembangan Sistem Distribusi Air Minum.

Bab ini menguraikan tentang upaya dan perencanaan teknis untuk Pengembangan dan

optimalisasi Sistem Distribusi Air Minum

Bab IV – Hasil Perencanaan.

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN

2.1. Geografis dan Kondisi Fisik

Wilayah Kabupaten Bengkalis terletak pada bagian pesisir Timur Pulau Sumatera

antara 2º7’37,2” - 0º 55’33,6” Lintang Utara dan 100º57’57,6” - 102º30’25,2” Bujur Timur.

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Bengkalis umumnya relatif datar dengan

kemiringan lereng rata - rata 2 - 6, mdpl. Bentuk wilayah daratannya sebagian besar datar

dengan kemiringan berkisar antara 0 – 3%, mencakup 71% (551.949 ha) dari luas wilayah

kabupaten, kecuali pada beberapa bagian kecil di Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit

Batu yang memiliki kemiringan lereng antar 3 – 8% mencakup 19% (147.705 ha), antara 8 -

16 % (berombak dampai bergelombang) mencakup luas 2% (15.548 ha) dan kemiringan >

16% (bergelombang sampai berbukit kecil) seluas 8% (62.191 ha), Fisiografi wilayah

Kabupaten Bengkalis diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Cekungan Rawa
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

Daerah ini dijumpai dibagian tengah, berupa cekungan tertutup yang terdiri dari rawa

gambut yang berasal dari bahan endapan aluvial. Bentuk wilayah datar sampai cekung

(0 – 3%) dengan drainase jelek. Bentuk ini mencakup 71% luas kabupaten yang

tersebar di Kecamatan Rupat, Rupat Utara, Bengkalis, Bantan, Bukit Batu dan Siak

Kecil.

2) Dataran

Fisiografi ini berasal dari endapan aluvial mencapai 21% dari luas kabupaten. Bentuk

wilayah pada unit fisiografi ini adalah bergelombang sampai berombak (3 – 18%).

Drainase sedang sampai baik. Disamping yang terbentuk dari endapan aluvial, bentuk

dataran ini juga berasal dari sabuk meander dan teras laut tua. Unit ini terdapat pada

beberapa bagian kecil di Kecamatan : Mandau, Pinggir dan sedikit di Kecamatan

Bukit Batu.

Dari uraian di atas menunjukkan wilayah Kabupaten Bengkalis didominasi oleh

kelompok kubah gambut dan kelompok marin. Kelompok kubah gambut berkembang dari

endapan organik dan semakin tebal jika semakin jauh dari pantai. Gambut yang dipengaruhi

oleh air laut mempunyai potensi sulfat masam. Sedang kelompok marin berkembang dari

endapan mineral yang dipengaruhi pasang surut air laut dan mempunyai lebar bervariasi

antara 0,5 – 5 km Di Kabupaten Bengkalis terdapat 12 aliran sungai, di Kecamatan Rupat,

Kecamatan Bantan dan Kecamatan Bukit Batu. Sungai - sungai tersebut adalah Sungai Siak

Kecil, Sungai Pakning, Sungai Bukit Batu, Sungai Senebak, Sungai Raya, Sungai Rempang,

Sungai Nyiur, Sungai Sair, Sungai Penonton, Sungai Jangkang, Sungai Bantan Tengah, dan

Sungai Kembung Luar. Diantara sungai yang ada di Kabupaten Bengkalis, yang sangat

penting peranannya sebagai prasarana perhubungan utama dalam perekonomian penduduk

adalah Sungai Siak dengan panjang 300 km, dan Sungai Siak Kecil 90 km.
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

Beberapa sungai yang mencirikan kondisi hidrologi daerah rawa diantaranya adalah

Sungai Siak Kecil, Sungai Pakning, Sungai Bukit Batu, Sungai Penebak, Sungai Raya,

Sungai Rempang, Sungai Nyiur, Sungai Suir, Sungai Penonton, Sungai Jangkang dan Sungai

Bantan Tengah. Sungai – sungai tersebut dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sehingga

intrusi air laut tersebut perpotensi menyebabkan kualitas air tanah di wilayah ini bersifat

payau/asin dengan salinitas sedang sampai tinggi. Diantara sungai yang ada di daerah ini

yang sangat penting sebagai sarana perhubungan utama dalam perekonomian penduduk

adalah Sungai Siak dengan panjang 300 km, Sungai Siak Kecil 90 km dan Sungai Mandau 87

km.

Keadaan drainase wilayah sebagian besar dicirikan oleh adanya tanah gambut yang

tersebar di Kecamatan Bukit Batu, Mandau dan Rupat. Pada beberapa bagian wilayah banyak

yang masih mengalami genangan, terjadi di Kecamatan Rupat dan Mandau. Keberadaan

lahan gambut yang mendominasi wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan kantong -

kantong penyimpanan air yang sangat besar

2.2. Administratif

Luas wilayah Kabupaten Bengkalis 7.773,93 km2, terdiri dari pulau-pulau dan lautan.

Tercatat sebanyak 17 pulau utama disamping pulau-pulau kecil lainnya yang berada di

wilayah Kabupaten Bengkalis. Jika dirinci luas wilayah menurut kecamatan dan

dibandingkan dengan luas Kabupaten Bengkalis, Kecamatan Pinggir merupakan kecamatan

yang terluas yaitu 2.503 km2 (32,20%) dan kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan

Bantan dengan luas 424,4 km2 (5,46%).

Batas Administrasi Kabupaten Bengkalis yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan

Meranti.
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan

Hulu, dan Kota Dumai.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Kabupaten Kep.Meranti

Wilayah Kabupaten Bengkalis dialiri oleh beberapa sungai.

Kabupaten Bengkalis terdiri dari 8 Kecamatan dan terdiri dari 155 desa/kelurahan,

luas wilayah kabupaten Bengkalis adalah sebesar 777.393 ha dengan perkiraan luas

terbangun seluas 76899 ha. Nama, luas wilayah dan jumlah kelurahan setiap kecamatan dapat

dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Nama, luas wilayah per kecamatan dan jumlah kelurahan

Jarak terjauh antara ibukota kecamatan dengan ibukota Kabupaten Bengkalis adalah

ibukota Kecamatan Mandau yaitu Kelurahan Air Jamban (Duri) dengan jarak lurus 103 km.

Dan jarak terdekat selain Kecamatan Bengkalis adalah ibukota Kecamatan Bantan, yaitu desa

Selat Baru, dan ibukota Kecamatan Bukit Batu, yaitu Kelurahan Sungai Pakning dengan jarak
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

lurus 15 km. Keterangan mengenai wilayah administratif Kabupaten bengkalis dapat dilihat

pada Wilayah Administrasi Kabupaten Bengkalis di bawah ini :


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

Peta 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bengkalis


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

2.3. Demografi

Penduduk Kabupaten Bengkalis pada tahun 2013 tercatat sebanyak 543.786 jiwa yang

terdiri 281.253 jiwa laki-laki dan 262.533 jiwa perempuan. Kecamatan yang paling banyak

penduduknya adalah Kecamatan Mandau yaitu 239.361 jiwa dan kecamatan yang paling

sedikit penduduknya adalah Kecamatan Rupat Utara yaitu 14.030 jiwa.

Kecamatan di Kabupaten Bengkalis yang terpadat pada tahun 2013 yaitu Kecamatan

Mandau dengan tingkat kepadatan mencapai 255 jiwa per kilometer persegi, sedangkan

Kecamatan Rupat Utara merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya dengan

tingkat kepadatan 22 jiwa per kilometer persegi.

Rata-rata angka laju pertumbuhan penduduk untuk Kabupaten Bengkalis dalam 5

tahun terakhir (2007-2012) yaitu sekitar 2,33%, dimana pertumbuhan terbesar terjadi pada

Tahun 2011 sebesar 3,61%. Jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan.


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

BAB III
PERENCANAAN TALUD

3.1. Irigasi

Berdasarkan PP No. 23 tahun 1982 tentang irigasi, irigasi adalah usaha penyediaan

dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Sedangkan jaringan irigasi adalah saluran dan

pembuangan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai

dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaanya.

Gambar 2.1 Jaringan Irigasi

3.2. Jenis – Jenis Irigasi

Ditinjau dari cara pemberian airnya, irigasi di bagi menjadi 4 ( tiga ) jenis :

3.2.1 Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation)

Irigasi gravitasi adalah irigasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi untuk

mengalirkan air dari sumber ke tempat yang membutuhkan, pada umumnya irigasi ini banyak

digunakan di Indonesia, dan dapat dibagi menjadi: irigasi genangan liar, irigasi genangan dari

saluran, irigasi alur dan gelombang 6

3.2.2. Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation)

Irigasi bawah tanah adalah irigasi yang menyuplai air langsung ke daerah akar

tanaman yang membutuhkannya melalui aliran air tanah. Dengan demikian tanaman yang

diberi air lewat permukaan tetapi dari bawah permukaan dengan mengatur muka air tanah.

Gambar 2.2 Irigasi Bawah Tanah

3.2.3. Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation)

Irigasi siraman adalah irigasi yang dilakukan dengan cara meniru air hujan dimana

penyiramannya dilakukan dengan cara pengaliran air lewat pipa dengan tekanan (4 –6 Atm)
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

sehingga dapat membasahi areal yang cukup luas. (Standar Perencanaan Irigasi Bagian 2,

2002).

Pemberian air dengan cara ini dapat menghemat dalam segi pengelolaan tanah karena

dengan pengairan ini tidak diperlukan permukaan tanah yang rata, juga dengan pengairan ini

dapat mengurangi kehilangan air disaluran karena air dikirim melalui saluran tertutup. 7

Gambar 2.3 Irigasi Siraman

3.2.4 Irigasi tetesan (Trickler Irrigation)

Irigasi tetesan adalah irigasi yang prinsipnya mirip dengan irigasi siraman tetapi pipa

tersiernya dibuat melalui jalur pohon dan tekanannya lebih kecil karena hanya menetes saja.

Keuntungan sistem ini yaitu tidak ada aliran permukaan.

Gambar 2.4 Irigasi Tetes 8

3.3. Klasifikasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan

irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:

a. Irigasi sederhana (Non Teknis)

b. Irigasi semi teknis

c. Irigasi teknis

Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional

pokok yaitu :

1. Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari sumbernya,

umumnya sungai atau waduk.

2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak- petak

tersier.
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan

kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air

ditampung di dalam suatu system pembuangan di dalam petak tersier.

4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang

kelebihan air lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.

3.3.1. Jaringan Irigasi Sederhana

Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur sehingga

air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan

kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak

diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air. Jaringan irigasi ini walaupun mudah

diorganisir namun memiliki kelemahan kelemahan yakni :

a. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang

tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur. 9

b. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk

karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.

c. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka umumya

pendek.

Gambar 2.5 Jaringan Irigasi Sederhana

3.3.2 Jaringan Irigasi Semi Teknis

Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap

dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan

permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Sistim pembagian air biasanya

serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi

daerah yang lebih luas dari pada daerah layanan jaringan sederhana.

Gambar 2.6 Jaringan Irigasi Semi Teknis


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

3.3.3 Jaringan Irigasi Teknis

Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran

irigasi/pembawa dan saluran pembuang. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun

saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa

mengalirkan air irigasi ke sawah - sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air

dari sawah – sawah ke saluran pembuang.

Gambar 2.7 Jaringan Irigasi Teknis

3.4 Bangunan Irigasi

Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan

pengaturan air irigasi.

3.4.1 Bangunan Utama

Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang

direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam

jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.

Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta

mengukur banyaknya air yang masuk. Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam

energi, satu atau dua pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan) kantong

lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan – bangunan pelengkap. Bangunan

utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori, bergantung kepada perencanaannya.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa kategori :

a. Bendung

Bendung didefinisikan sebagai bangunan yang berada melintang sungai yang

berfungsi untuk membelokkan arah aliran air. Konstruksi bendung bertujuan untuk

menaikkan dan mengontrol tinggi air dalam sungai secara signifikan sehingga elevasi

muka air cukup untuk dialihkan ke dalam intake. Konstruksi bendung dilengkapi
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

dengan bangunan pengambilan intake yang berfungsi mengarahkan air dari sungai

masuk ke dalam saluran pembawa .

Gambar 2.8 Bendung 13

B. Bangunan Pengambilan bebas

Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air

sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Dalam

keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang

diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.

C. Bangunan Pengambilan dari Waduk Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung

air irigasi pada waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu

terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran

sungai.Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi seperti untuk

keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir, perikanan dsb.

Waduk yang berukuran lebih kecil hanya dipakai untuk keperluan irigasi.

Gambar 2.9 Bangunan Pengambilan (Intake) d.

D. Stasiun pompa lrigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan

secara gravitasi temyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada

mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya eksploitasinya

mahal.

Gambar 2.10 Stasiun Pompa

3.5. Tanah

Istilah “tanah” dalam bidang mekanika tanah dimaksudkan untuk mencakup semua

bahan dari tanah lempung sampai kerakal; jadi semua endapan alam yang bersangkutan

dengan teknik sipil kecuali batuan.


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

Tanah dibentuk oleh pelapukan fisika dan kimiawi pada batuan. Pelapukan fisika

terjadi atas dua jenis. Jenis pertama adalah penghancuran disebabkan terutama oleh

pembasahan dan pengeringan terus-menerus atau pun pengaruh salju atau es. Jenis kedua

adalah pengikisan, akibat air, angin, atau pun sungai es (glacier). Proses ini menghasilkan

butir yang kecil sampai yang besar, namun komposisinya masih tetap sama dengan batuan

asalnya. Butir lanau dan pasir biasanya terdiri atas satu jenis mineral saja. Butir lebih kasar

terdiri atas beberapa jenis mineral, seperti halnya pada batuan asalnya. Perlu dimengerti

bahwa pelapukan fisika tidak pernah menghasilkan tanah bersifat lempung. Untuk

menghasilkan lempung, harus ada juga pelapukan kimiawi.

Pelapukan kimiawi adalah proses yang lenih rumit daripada pelapukan fisika.

Pelapukan kimiawi memerlukan air serta oksigen dan karbon dioksida. Proses kimiawi ini

mengubah mineral yang terkandung dalam batuan menjadi jenis mineral lain yang sangat

berbeda sifatnya. Mineral baru ini disebut mineral lempung (clay minerals). Jenis mineral ini

yang terkenal adalah kaolinite, illite dan montmorillonite. Mineral ini masih termasuk bahan

yang disebut kristalin,


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

dan besrnya umumnya lebih kecil dari 0,002 mm. Mineral lempung inilah yang menghasilkan

sifat lempung yang khusus, yaitu kohesi serta plastisitas.

Jenis mineral lempung yang dihasilkan pada suatu keadaan tertentu bergantung pada

batuan asal dan lingkungan pelapukan. Faktor-faktor penting adalah iklim, topografi, dan

nilai ph dari air yang merembes dalam tanah. Misalnya, kaolinate dibentuk dari mineral

feldspar akibat air dan karbon dioksida. Kwarsa adalah mineral yang paling tahan terhadap

pelapukan, sehingga tanah yang berasal dari granit biasanya mengandung banyak butir kasar

yang terdiri atas kwarsa, (tercantum dengan butir lain yang lebih halus). Pelapukan kimiawi

paling keras pada iklim panas dan basah. Pada iklim semacam ini pelapukan dapat

berlangsung sampai sangat dalam. Di Indonesia pelapukan masih berlangsung sampai

sedalam puluhan meter. Cara pelapukan sebetulnya kurang penting diketahui dengan teliti;

yang penting adalah sifat tanah yang dihasilkan oleh proses pelapukan.

Selain pelapukan fisika dan kimiawi, ada faktor lain yang terlibat dalam cara

pembentukan tanah. Faktor terpenting adalah pengangkutan butir tanah dan kemudian

pengendapannya di lain tempat seperti laut atau danau. Proses ini diperlihatkan pada

Gambar.1. Tanah yang terbentuk langsung akibat pelapukan kimiawi disebut tanah residu

(residual soil). Tanah ini tetap pada tempat pembentukannya di atas batuan asalnya. Hujan

menyebabkan erosi dan tanah di angkut melalui sungai sampai mencapai laut atau danau.

Disini terjadi pengendapan lapisan demi lapisan pada dasar laut atau danau. Proses ini dapat

berlangsung selama ribuan atau jutaan tahun. Tanah ini disebut tanah endapan (sedimentary

soil) atau tanah yang terangkut (transported soil) (Wesly,2010).


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

Gambar 3. 1. Cara pembentukan tanah


(Sumber: Buku Mekanika Tanah untuk tanah endapan dan residu, Laurance D.Wesley)

3.6. Tanah Residu

Jenis tanah ini mempunyai sifat teknik yang umumnya jauh lebih baik daripada tanah

endapan. Di pulau Jawa bahan vulkanis berupa breksi, batu pasir vulkanis (tuffaceous

sandstone), aliran lahar, lapisan abu, dan kadang-kadang aliran lava.

Bahan vulkanis ini mengalami pelapukan sampai menghasilkan tanah yang berbutir

halus dan berkohesi (fine grained cohesive soil). Tanah yang dihasilkan dapat dibagi secara

garis besar menjadi dua jenis utama, yang saling berkaitan erat. Jenis pertama adalah

lempung merah tropis (tropical red clay or lateritic clay) yang banyak terdapat pada bagian

lereng-lereng gunung api yang tidak tinggi. Tanah ini terkenal dengan nama tanah merah.

Jenis kedua adalah tanah lempung berwarna coklat kekuningan, yang terdapat pada bagian

lereng gunung api yang tinggi. Lereng biasa pada gunung berapi di Jawa terlihat terdiri atas

tanah merah (atau merah kecoklatan) sampai ketinggian di sekitar 1000 m. Umumnya, makin

tinggi makin berkurang warna merahnya sampai akhirnya kalau lebih tinggi dari 1000 m

warnanya akan hilang sama sekali dan diganti dengan warna coklat kekuningan. Tanah ini

sering disebut lempung abu vulkanis (volcanic ash clay).


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

Kedua jenis tanah ini mengandung clay minerals yang tidak terdapat pada tanah

endapan biasanya, yaitu tanah merah mengandung halloysite, sedangkan lempung abu

mengandung allophone. Mineral ini memberikan sifat-sifat tanah yang tidak umum. Ada

beberapa istilah yang dipakai sebagai nama kedua jenis tanah ini; dipakai istilah tanah merah

dan lempung abu vulkanis (Wesley, 2012). Jenis tanah timbunan yang digunakan di lokasi

studi berasal dari tanah setempat dengan jenis tanah lempung kelanauan berbutir kasar.

3.7. Konsep Metode Penimbunan

Menurut Carlina Soetjino (2008), Pelaksanaan konstruksi dengan penimbunan di atas

fondasi tanah lunak atau pemadatan tanah urugan pada kadar air yang tinggi perlu

mempertimbangkan :

a. Prosedur pelaksanaan pengurugan secara bertahap, yaitu konstruksi pengurugan

tanah yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dengan suatu interval waktu

antara pengurugan dan saat tidak ada kegiatan.

b. Cara mencegah terjadinya keruntuhan dan penurunan tidak merata pada waktu

pembangunan, dengan :

 Menjaga peningkatan tekanan air pori agar tidak melampaui batas tertentu

sesuai dengan ketentuan tahap desain.

 Mengontrol penurunan dengan mengatur kecepatan penimbunan atau

peningkatan beban, peningkatan tekanan air pori bersamaan dengan proses

desipasi, sehingga tegangan lokasi setempat, termasuk program pengembangan

pembangunan dan pengelolaan sumber-sumber air.

Perbaikan tanah dalam pada tanah lunak dapat dibedakan atas dua pertimbangan,

yaitu dengan atau tanpa memperbaiki sifat teknis tanah lunak, yaitu dengan (Carlina, 2008) :

1. Tanpa memperbaiki sifat teknis tanah lunak, yaitu dengan:


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

a. Membuat struktur penahan tiang atau tembok penahan tanpa perkuatan tanah.

b. Memperkuat tanah untuk mendapatkan efek permanen dengan

penjangkaran/tiang mikro

c. Melakukan injeksi semen (grouting) atau freezing jika tidak diperlukan efek

permanen untuk perkuatan tanah.

2. Memperbaiki sifat teknis tanah lunak:

a. Untuk air tanah bermasalah, dilakukan dengan:

 Penginjeksian semen (grouting) jika muka air tanah tidak dapat diturunkan.

 Cara vibrofloatasi atau kolom kerikil, jika beresiko terjadi likuifikasi pada

kondisi muka air tanah yang dapat diturunkan.

 Pematusan well point, deep well dan lainnya, jika tidak beresiko terjadi

likuifaksi pada kondisi muka air tanah yang dapat diturunkan.

b. Untuk air tanah tidak bermasalah:

 Prapembebanan jika waktu perbaikan yang tersedia cukup panjang.

 Drainase vertical jika waktu perbaikan yang tersedia tidak cukup panjang.

 Pencampuran dalam dengan jet grouting atau kolom kapur.

2.4 Analisa Stabilitas Dinding Penahan Tanah

Menurut Joseph E. Bowles (1999), Dinding-dinding penahan (retaining walls) adalah

konstruksi yang digunakan untuk memberikan stabilitas tanah atau bahan lain yang kondisi-

kondisi massa bahannya tidak memiliki kemiringan alam (its natural slope), dan juga

digunakan untuk menahan atau menopang timbunan tanah (soil bank).

Jenis-jenis dinding penahan, Bowles (1999) :


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

a. Dinding gravitasi yang dibuat dari balok batuan (stone masonry), bata atau

beton polos (plain concrete). Berat menyediakan stabilitas terhadap guling dan

geser.

b. Dinding konsol

c. Dinding pertebalan-belakang, atau dinding pertebalan-depan. Jika urugan

menutupi pertebalan-belakang, maka dinding tersebut dinamai dinding

pertebalan belakang.

d. Dinding tahan kisi.


e. Dinding semi gravitasi (digunakan sejumlah kecil pengutan baja)
f. Tumpuan jembatan.
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

d. Dinding tahan kisi.

e. Dinding semi gravitasi (digunakan sejumlah kecil pengutan baja)

f. Tumpuan jembatan.

2.4.1 Sifat-sifat tanah untuk dinding penahan

Dinding-dinding penahan umumnya direncanakan untuk keadaan tanah tekanan aktif. Yaitu

suatu keadaan dimana gaya lateral cukup besar sehingga system mulai bertranslasi, atau

berotasi di sekitar tapak, maka perpindahan lateral mengakibatkan tekanan urugan berkurang

menjadi “aktif”. Sama halnya jika badan system cenderung putus, maka badan tersebut harus

berpindah ke arah depan (aksi balok konsol) agar tekanan dapat mengurani keadaan aktif.

Jika badan system tidak dapat menentang nilai yang berambah kecil ini, maka badan itu akan

putus atau terpotong.

Fungsi utama dari konstruksi penahan tanah adalah menahan tanah yang berada

dibelakangnya dari bahaya longsor akibat :

a. Benda-benda yang ada atas tanah (perkerasan & konstruksi jalan, jembatan, kendaraan, dll)

b. Berat tanah

c. Berat air (tanah)

Jenis dinding penahan tanah :

a. Batu kali murni & batu kali dengan tulangan (gravity & semi gravity)

b. Dinding yang dibuat dari bahan kayu (talud kayu)


CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

c. Dinding yang dibuat dari bahan beton (talud beton)

14
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

2.4.1 Tekanan Tanah Lateral Menurut Coulomb dan Rankine Menggunakan

Lingkaran Mohr

Yang dimaksud dengan keseimbangan plastis (plastic equilibrium) di dalam tanah adalah

suatu keadaan yang menyebabkan tiap-tiap titik dalam massa tanah menuju proses ke suatu

keadaan runtuh. Rankine (1857) melakukan suatu penyelidikan kondisi tegangan tanah pada

keadaan keseimbangan plastis sehingga dikenal keadaan aktif Rankine dan keadaan pasif

Rankine.
CV. CIPTA BINA LESTARI 2016
Konsultan Pengawasan Perencanaan Dan Pengawasan
PEMBANGUNAN TURAP DESA TELUK PAPAI KAPAL KAB. BENGKALIS

Anda mungkin juga menyukai