Anda di halaman 1dari 93

PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN

USTEK

BAB IV
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP
KAK

A. PERIHAL KERANGKA ACUAN KERJA


2.1 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

Setelah membaca Kerangka Acuan Kerja (KAK) Konsultan memahami hakekat


Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang merupakan petunjuk bagi Konsultan Perencana
dalam memahami maksud, tujuan, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan
diperhatikan serta dituangkan oleh Konsultan ke dalam pelaksanaan Pekerjaan
Perencanaan Pembangunan Gedung Serbaguna GKPI Limbu Sedulun.

Dari statement di atas, hal tersebut bermakna bahwa Pekerjaan Perencanaan


Pembangunan Gedung Serbaguna GKPI Limbu Sedulun, sangat dibutuhkan
suatu pemikiran perencanaan yang komprehensif
Dan matang baik secara fisik bangunan maupun non fisiknya sehingga dibutuhkan
Konsultan yang benar-benar berkompeten, pengalaman dan profesional, Oleh karena
itumaka dapat disimpulkan bahwa isi dari penjelasan yang diberikan, merupakan
gambaran apa yang harus dilaksanakan baik dalam persiapan, mobilisasi, pelaksanaan
pekerjaan maupun akhir pekerjaan baik itu menangani lingkup tugas, tanggung jawab
maupun perangkat konsultan, yang harus disediakan guna
melaksanakan pekerjaan perencanaan.

Tanggapan dan Saran KAK


Bab IV - 1
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
Secara keseluruhan, Konsultan dapat memahani maksud, tujuan, serta lingkup kegiatan
yang menjadi kewajiban Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan Perencanaan
Pembangunan Gedung Serbaguna GKPI Limbu Sedulun.
Persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja sudah cukup jelas
dan dapat dimengerti.
Dengan pengalamannya melaksanakan pekerjaan sejenis dan akan selalu berkoordinasi dan
mengikuti arahan Pemberi Tugas, maka Konsultan berkeyakinan dapat melaksanakan
pekerjaan sesuai ruang lingkup, persyaratan dan jangka waktu yang telah ditetapkan dalam
Kerangka Acuan Kerja.
Beberapa tanggapan yang menurut Konsultan perlu disampaikan, berkaitan dengan pekerjaan
ini, adalah sebagai berikut :

1. Tanggapan Terhadap KAK


Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Gedung Serbaguna GKPI Limbu Sedulun.
tersebut ditetapkan dikerjakan dalam waktu 30 (Tiga Puluh) Hari Kalender, sehingga didalam
tiap-tiap tahapan menuntut keahlian dan latar belakang pengalaman yang memadai. Salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan didalam kegiatan ini adalah adanya tenaga ahli
yang berpengalaman dalam menerapkan metodologi cara pelaksanaan pekerjaan agar
mencapai sasaran yang diinginkan.
Inovasi terhadap KAK dengan meningkatnya keamanan dalam bangunan gedung
pemerintahan yang harus dijaga agar tidak menyebabkan kerugian negara sehingga terbentuk
kantor pelayanan masyarakat yang aman dan terkendali.
Kebutuhan akan prasarana yang aman dan nyaman menyebabkan perlu dilakukannya
penanganan secara menerus baik itu pemeliharaan maupun peningkatan.
Setelah melakukan pemahaman dan pendalaman mengenai materi yang dijabarkan dalam
kerangka acuan kerja, (KAK) untuk pekerjaan Perencanaan tersebut, guna meningkatkan
hasil pekerjaan pembuatan laporan penyelesaian proyek ini, maka tim konsultan akan
melakukan beberapa inovasi yang tidak keluar berseberangan dengan maksud dan tujuan
pekerjaan dan tetap dalam koridor lingkup pekerjaan dianggap dapat mengoptimalkan hasil
keluaran pekerjaan dikembangkan sebagai inovasi yang nantinya diimplementasikan dalam
pelaksanan pekerjaan. Beberapa inovasi tersebut dijabarkan pada subbab berikut.

Tanggapan dan Saran KAK


Bab IV - 2
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

2. Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan


Maksud dari pekerjaan ini telah jelas dan dapat dimengerti oleh Konsultan Penyedia Jasa,
yaitu untuk membantu PPTK Perencanaan Pembangunan Gedung Serbaguna GKPI
Limbu Sedulun. yang dibiayai oleh Sumber Dana APBD Tahun Anggaran 2020.
Sebenarnya bisa ditambahkan pada tujuan yang disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja
untuk memperhatikan bidang administrasi, karena hal ini tidak kalah pentingnya dengan out
put yang akan dihasilkan dari pekerjaan fisik. Dengan tertib administrasi diharapkan diakhir
pelaksanaan pekerjaan tidak ada salah satu pihak baik pemberi kerja, pelaksana pekerjaan
fisik dan pengawas lapangan yang dipersalahkan dan dirugikan.
Sehingga dengan perencanaan secara melekat diharapkan hasil pekerjaan fisik nantinya yang
dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan Dokumen Kontrak dan dapat dilaksanakan
dengan tertib administrasi, tepat waktu dan tepat sasaran.

3. Tanggapan Terhadap Lingkup Kegiatan


Berdasarkan hasil pemahaman dari Kerangka Acuan Kerja, Konsultan akan menyampaikan
tanggapan secara umum isi Kerangka Acuan Kerja. Latar belakang yang disampaikan telah
memberikan informasi tentang pentingnya dipercepat pembangunan
Secara umum Kerangka Acuan Kerja telah mengandung kelengkapan yang dipersyaratkan
guna pelaksanaan pekerjaan perencanaan, yaitu latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan,
ruang lingkup pekerjaan, kebutuhan tenaga ahli, waktu pelaksanaan pekerjaan, lokasi
pekerjaan dan pelaporan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Kerangka Acuan Kerja telah
lengkap sebagai suatu pedoman pelaksanaan pekerjaan.

4. Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja
Alokasi waktu ini dirasa cukup untuk melaksanakan lingkup pekerjaan yang ada. Mengingat
hal ini maka Konsultan akan dengan sangat cermat dan hati-hati menyusun rencana kerjanya,
serta menjaga pelaksanaannya dapat berjalan seefektif mungkin sehingga dapat memenuhi
target waktu yang telah ditentukan.

Tanggapan dan Saran KAK


Bab IV - 3
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
5. Tanggapan Terhadap Pelaporan
Jenis laporan, jumlah dan waktu penyampaian laporan yang telah ditetapkan dalam Kerangka
Acuan Kerja sudah cukup jelas dipahami, sehingga tidak dijumpai hal yang menyulitkan
Konsultan dalam penyusunan dokumen penawaran.

6. Tanggapan dan Saran Terhadap Personil dan Fasilitas Pendukug


Tenaga Ahli
Kebutuhan tenaga ahli yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, telah memenuhi
jumlah kebutuhan dan jenis keahlian yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini.
Mengingat jangka waktu penugasan masing-masing personil tenaga ahli, asisten tenaga ahli
dan staf pendukung, maka Konsultan akan membuat rincian jangka waktu penugasan masing-
masing dengan berpedoman pada total jumlah orang-bulan yang sudah ditentukan,

7. Fasilitas Pendukung
Untuk mencapai hasil yang optimum dan efisien dalam pelaksanaan pekerjaan, Konsultan
perlu didukung dengan adanya fasilitas kantor, peralatan dan logistik untuk menunjang
kegiatan, baik di kantor maupun di lapangan. Kebutuhan fasilitas dan logistik meliputi
peralatan komputer, office supplies dan kendaraan.
Penyediaan oleh Pengguna Jasa
Data dan fasilitas yang disediakan yang dapat digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia
jasa.
a. Laporan dan Data (bila ada)
Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu serta photografi (bila
ada).

b. Fasilitas yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang dapat digunakan oleh
penyedia jasa tidak ada, namun fasilitas tersebut harus disediakan oleh
penyedia jasa sendiri dengan cara sewa, Penyedia jasa harus menyediakan dan
memelihara semua fasilitas dan peralatan yang digunakan untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
Adapun fasilitas dan peralatan yang digunakan untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan Perencanaan tersebut dapat diperoleh dengan cara sewa yang dapat

Tanggapan dan Saran KAK


Bab IV - 4
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
berupa : Peralatan lapangan seperti Kendaraan Roda 2, Waterpass/Theodolite
(TO) Bak Ukur, RollMeter 50 M Kamera Foto, Compas, Global Position
System (GPS) Peralatan Kantor seperti Komputer, Printer, serta Camera
Digital.

Tanggapan dan Saran KAK


Bab IV - 5
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

BAB V
URAIAN PENDEKATAN TEKNIS,
METODELOGI DAN PROGRAM KERJA

2.2 URAIAN PENDEKATAN


2.2.1 Metodologi Pelaksanaan
Berdasar dari lingkup pekerjaan yang telah disampaikan melalui Kerangka Acuan
Kerja agar didapat hasil yang sesua dengan tujuan utama pekerjaan, maka dalam
penyusunan desain ini akan dilakukan metode:
1. Studi Observasi
Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam perancangan ini. Pada
proses pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan antara lain, diagram
rancangan kebutuhan ruang, satuan keperluan ruang sehingga didapatkan luas
perencanaan yang dibutuhkan, dan penggunaan ruang.
2. Studi Literatur
Adalah kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku
maupun karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan pekerjaan perencanaan ini.
Beberapa referensi yang dibutuhkan untuk perancangan ini antara luasan
kebutuhan yang dibutuhkan setiap orang yang dibutuhkan untuk melakukan
aktifitasnya disesuaikan dengan tingkat pekerjaannya. Studi literature juga
dilakukan melalui internet untuk mencari literatur mengenai contoh landscape yang
baik dan mampu diterapkan di Indonesia dan tentu saja menyesuaikan dengan
kondisi Indonesia.
3. Analisa data dan Perancangan
Pengolahan data dan analisa data yang kemudian digunakan sebagai masukan
dalam penghitungan secara manual dan dengan program simulasi bangunan seperti

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 1
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
Autodesk Ecotect Analysis maupun Design Builder untuk menganalisi kesesuaian suhu
dengan kebutuhan serta perancangan instalasi dengan program AutoCad.
4. Studi Bimbingan
Konsultan dalam proses perencanaan pembangunan ini bersama pemberi tugas
yang merupakan pengguna merupakan sumber data dan masukan sebagai
penyesuaian desain dengan keinginan pengguna bangunan.
2.2.2 Pendekatan Perencanaan
2.2.2.1 Pendekatan Environmental (Green Building Concept)
A. Permasalahan Konsumsi Energi dan Polusi di Indonesia
Masyarakat modern yang berbasis pada teknologi mengkonsumsi energi
dalam jumlah yang besar. Di Indonesia, bagian terbesar dari energi yang
digunakan berasal dari energy fosil yang tidak dapat diperbarui untuk
memproduksi listrik. Kondisi ini menimbulkan beberapa problem, yaitu:
1. Nasional
Laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia dalam kurun waktu
1985-2000 mencapai rata rata 7%/tahun (bandingkan dengan
pemakaian energi di dunia rata rata 1,2%/tahun, negara negara APEC
2,6%/tahun) yang diakibatkan beberapa faktor yaitu jumlah penduduk,
pertumbuhan ekonomi dan tingkat kehidupan masyarakat.

2. Global
Proses pembakaran energi fosil menjadi listrik menimbulkan gas buang
CO2 dalam jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer secara konstan
dan terus menerus yang pada akhirnya menimbulkan efek rumah kaca
yang mengakibatkan pemanasan global (global warming).
Saat ini Jakarta merupakan kota dengan kualitas udara yang berada
pada urutan ketiga terburuk dunia setelah Meksiko dan Panama, dan
peningkatan polusi udara tersebut mengakibatkan penurunan
produkifitas dan peningkatan pembiayaan kesehatan yang berarti
terjadinya pemborosan anggaran keuangan negara.
Kondisi kualitas udara di Jakarta diketahui sangat memprihatinkan.Hal
tersebut perlu diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia dan
lingkungannya.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 2
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
Dari ilmu Arsitektur, usaha untuk menghargai dan menjaga
keberlangsungan hidup lingkungan terhadap dampak dari
perkembangan bangunan adalah dengan merancang desain yang
sadar akan energi, bagaimana meminimalisasi konsumsi energi dari
bangunan dengan menggunakan sumber daya alam terbarukan.
Perancangan bangunan yang sadar energi dalam ilmu arsitektur biasa
disebut sebagai arsitektur berkelanjutan atau sustainable architecture.

B. Sustainable Design
Sustainable design (desain berkelanjutan) merupakan reaksi dari krisis
lingkungan global.Sustainable design (juga mengarah pada green design,
eco design, atau design for environment) adalah seni mendesain objek fisik
dan lingkungan sekitarnya untuk keseimbangan prinsip berkelanjutan
dengan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 3
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Skala bangunan dan proporsi ruang terbuka harus memerhatikan koefisien


dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar 40-
70 persen ruang terbangun berbanding 30-60 persen untuk ruang hijau
untuk bernapas dan menyerap air.
1. Tingkat Sustainable
Ke-sustainable-an suatu bangunan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Diantaranya adalah tolak ukur yang digunakan The Leadership in Energy
and Environment Design (LEED) System menggunakan beberapa faktor
yang harus dianalisa terlebih dahulu sebelum merencanakan sebuah
desain bangunan beserta lingkungannya, yaitu:
a. Site planning
b. Efficient water consumption
c. Energy and atmosphere
d. Materials and resource protection
e. Indoor air quality
f. Innovativeness and design/contruction process

2. Penerapan Teori Sustainable


Desain arsitektur adalah sebuah proses untuk mewujudkan sebuah visi.
Menerapkannya dalam langkah nyata dengan pemilihan material dan
penentuan sistem struktur yang layak dan sesuai dengan karakter site-
nya. Hal yang dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 4
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
a. Menganalisa keadaan lingkungan alamnya, seperti topografi,
karakter iklim, keadaan tanah dan hidrologinya, flora dan
faunanya, serta keadaan udaranya.
b. Belajar dengan mengamati spirit of the place, lansekap, dan
kebudayaannya.
c. Harmonisasi dengan masyarakat setempat, hal ini karena biasanya
bangunan tidak berdiri sendiri

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam suistenable desain adalah:


1. Site
Site merupakan faktor besar dalam penentuan sebuah desain.Berbagai
faktor berpengaruh tergantung pada site.
a. Landform/Microclimate
Sumber panas utama bagi permukaan bumi adalah matahari
(Jacobson, 2002). Setelah melewati atmosphere bumi sinar matahari
diurai menjadi komponen-komponen antara lain sinar inframerah
yang menyebabkan naiknya suhu dipermukaan bumi. Semua bagian
setting yang menghambat sinar matahari baik dalam bentuk
gelombang panjang maupun energi thermal dianggap dapat
mengurangi suhu di permukaan bumi. Oleh karena itu dapat
dihipotesakan bahwa suhu di suatu lingkungan akan dipengaruhi
oleh bayangan yang ditimbulkan oleh bangunan dan vegetasi.
Topography
Dengan mengetahui topografi lahan akan memudahkan
penentuan solusi desain. Perataan lahan akan mempermudah
desain yang sama tinggi. Namun disisi lain dengan adanya
perbedaan ketinggian tanah, akan memberi kesan yang menarik
dan berfariasi pada lingkungan.vPada tapak yang memiliki
perbedaan ketinggian atau topografi miring, pengelompokan
bangunan cenderung ditempatkan secara informal sesuai
dengan kondisi konturnya. Dalam pemecahan perancangan
secara tradisional (konvensional) pada puncak bukit, efek dari
bentuk bangunan terlihat secara nyata yaitu jalan-jalan dan

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 5
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
bagian depan bangunan berbentuk kurva yang secara teratur
mengikuti kontur.
Light-colored surfacing
Penggunaan warna dinding diberi warna muda karena mampu
menyerap sebagian radiasi matahari dengan baik daripada
warna gelap.Bahan pelapis dengan warna terang dapat
mengurangi cooling load hingga 40 %.Untuk permukaan gedung
dapat dipilih material yang cenderung memantulkan panas
daripada menyerapnya.Atau material yang mempunyai
kemampuan insulasi yang tinggi sehingga panas tidak masuk ke
dalam interior bangunan.
Vegetative cooling
Membuat hijau di sekitar gedung/bangunan dengan memberi
banyak lahan tanaman, hal in dapat dilakukan dengan
memberikan pepohonan di halaman depan, belakang atau
tengah gedung/bangunan (bila sudah terlanjur tidak ada
halaman tanahnya, dapat diberikan tanaman dalam pot) agar
terjadi penyaringan udara yang masuk ke gedung tersebut,
sehingga terdapat udara yang lebih segar. Dapat juga dengan
memberikan unsur tanaman/pepohonan pada atap
gedung/bangunan, hal ini sudah mulai banyak
dilakukan.Sehingga berguna agar sinar matahari tidak
dipantulkan tapi dapat dserap oleh tumbuhan tersebut dan
udara di bawah atap juga tidak terlalu panas.
Wind buffering/channeling
Dalam perencanaan orientasi tidak hanya perlu memperhatikan
sinar matahari yang mengakibatkan panas saja, melainkan juga
arah angin yang memberi kesejukan. Udara yang bergerak
atau angin mampu menurunkan suhu dan mempercepat proses
penguapan sehingga memberikan efek penyegaran. Kecepatan
angin yang nikmat yaitu yang memiliki batas kecepatan 0,1-
0,15m/secon.
 Menempatkan vegetasi sebagai penyegar dan penghalang
matahari
Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja
Bab IV - 6
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Gambar 2.2 Peletakan Vegetasi Sebagai Penyejuk


sumber : Dasar-dasar eko-arsitektur

 Pemakaian kisi-kisi pada bukaan


 Pemanfaatan wing-wall, untuk mengarahkan angin masuk ke
dalam bangunan.

Gambar 2.3Wing Wall Pada Jendela


Sumber: Ecology of The Sky

2. Site Design
Solar orientation
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok dan
menguntungkan terdapat sebagai kompromi antara letak gedung
berarah dari timur ke barat dan yang terletak tegak lurus terhadap
arah angin.Dari hasil penelitian Ken Yeang didapatkan bahwa untuk
iklim tropis, bangunan umumnya memiliki orientasi ke utara - selatan
dan serong 5o dari sumbu utara - selatan.Maka, mengorientasikan
bangunan pada arah utara-selatan di iklim tropis dengan
menegakluruskan arah datangnya angin bisa menjadi salah satu
solusi.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 7
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Gambar 2.4 Orientasi Bangunan Pada Iklim Tropis


Sumber: analisa

Pemakaian beranda (veranda) sebagai ruang transisi dan ruang


pelindung dari panas matahari serta penggunaan sunshading juga
dapat menjadi salah satu strategi yang dapat digunakan dalam
mensiasati arah datangnya sinar matahari dan angin.

Gambar 2.5Horizontal Shade (Kiri) dan Louvre System (Kanan)


Sumber: solarviews.com

Pedestrian orientation
Orientasi pedestrian didefinisikan sebagai rancangan lingkungan
dalam sekala manusia.
Bangunan harus didesain untuk menciptakan perbedaan level
dengan jalan dan memberi kenyamanan bagi pejalan kaki.Pintu,
pedestrian, jendela, dan elemen pendukung jalan harus
diperhitungkan untuk memciptakan kenyamanan bagi pejalan kaki
dan memberi ruang yang cukup.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 8
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Gambar 2.6 Pedestrian


Sumber: unionco.org

Kenyamanan pedestrian dapat ditingkatkan dengan memperhatikan


desain bangunan, lokasi, sempadan, dan orientasi.

Gambar 2.7 Perletakan pedestrian

Berjalan akan terasa nyaman jika pembangunan memakai dimensi


yang tepat. Kesesuaian ini dapat dilihat ketika seorang anak
berjalan dengan aman atau seseorang merasa nyaman bersepeda
dan juga seseorang berjalan menuju kantor nya. Sebuah pedestrian
harus menawarkan berbagai rute untuk menuju keberbagai tempat
pilihan.Diperlukan ruang khusus pemberhentian pada pedestrian
untuk mengatasi kepadatan dan juga sebagai tempat istirahat bagi
yang kelelahan.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 9
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Pohon perindang sepanjang jalan akan menambah rasa nyaman


bagi pejalan kaki. Ruang pedestrian yang lapang akan
memudahkan dan terasa menyenangkan.
Beberapa hal yang diperlukan dalam pedestrian:
 Keselamatan dan kenyamanan; pedestrian yang dekat dengan
tempat tujuan dan jelas antara batasan pedestrian dan juga
terdapat tempat penyeberangan.
 Tujuan; berbagai pilihan tujuan yang ditawarkan yang dapat
diakses melalui pedestrian.
 Menyenangkan; terdapat pohon, tempat pemberhentian dan
elemen-elemen pendukung jalan.

Micro climatic building/siting


Iklim mikro adalah variasi iklim di suatu tempat di sekitar
bangunan.Iklim mikro memiliki dampak yang sangat penting dalam
penggunaan energi dan kinerja dari sebuah bangunan.
Solusi ideal untuk merancang bangunan yang hemat energi adalah
dengan mendapatkan akses matahari penuh namun mendapat
perlindungan dari unsur-unsur alam yang berbahaya.
Beberapa hal yang mempengaruhi iklim mikro adalah:
 Orientasi bangunan
 Lokasi objek disekitarnya
 Kondisi landskap sekitar
Iklim mikro berpengaruh terhadap penentuan bentuk bangunan dan
bagaimana bangunan tersebut diletakkan disuatu lokasi dan
perletakan lokasi ruangan dalam gedung.
Zonasi dan orientasi bangunan dapat memiliki dampak yang besar
pada pola konsumsi energi bangunan.
Pohon dapat memberikan naungan ketika cahaya dan panas
matahari terlalu kuat.

3. Infrastructure Efficiency
Water supply and use
Sumber air pada umunya berasal dari PDAM dan juga sumur
air.Sumber air dimanfaatkan se-efisien mungkin sehingga dapat
Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja
Bab IV - 10
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

mengurangi pemakaian air yang tidak perlu.Sumber air baik dari


PDAM maupun dari sumur setempat merupakan air tanah.
Pemanfaatan dengan efisien akan mengurangi dampak
pengurangan air tanah secara berlebihan.
Sumber air yang berasal dari air olahan limbah selain mengurangi
biaya pembelian di PDAM juga mengurangi pemakaian yang
berlebihan.

Wastewater collection
Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black
water, grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran
air kota.
Sistem pengolahan limbah ini berdiri sendiri dan memiliki sistem
pengolahan limbah mandiri. Limbah-limbah yang sudah terolah akan
diresapkan kembali ke area pengolahan.
Sistem ini menguntungkan karena menambah jumlah air tanah di
dearah tersebut. Berbeda dengan sistem saluran air kota yang
mengalirkan air ke sistem pembuangan sehingga air tidak teresap
ke tanah didearah tersebut.

Gambar 2.8 Wastewater collection


Sumber: ww2.co.fulton.ga.us

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 11
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Storm drainage
Strorm drainage bisa juga disebut sebagai saluran pembuangan
kota. Saluran ini memuat segala limbah buangan cair yang ada di
jalan.
Saluran pembuangan ini berfungsi menampung air hujan yang turun
dijalan untuk mengatasi banjir.Saluran ini terpisah dengan saluran
pembuangan limbah rumah tangga.
Saluran pembuangan (storm drainage) selain menampung air hujan,
biasanya juga bercampur dengan oli atau bahan bakar bensin atau
solar yang tercecer di jalan.
Pada bukaan penerimaan saluran diberi penutup agar sampah
sampah tidak masuk kedalam saluran.Sehingga tidak mengganggu
pembuangan.

Gambar 2.9 Storm drainage


Sumber: townofbethlehem.org

4. Energy Conservation
Terdapat enam prinsip dalam konstruksi yang berkelanjutan (Kibert,
1994), yaitu:
 Meminimalkan konsumsi sumber daya
 Memaksimalkan pemanfaatan kembali (re-use) sumber daya
 Menggunakan sumber daya yang terbarukan (renewable) dan
didaur ulang (recycleable)
 Melestarikan lingkungan alam
 Menciptakan lingkungan yang sehat dan tidak berbahaya
 Menjadikan kualitas sebagai tujuan dalam membangun
Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja
Bab IV - 12
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Building Form and Configuration


Iklim Indonesia adalah iklim tropis.Sebuah bentuk bangunan
diharapkan mengacu pada aturan-aturan yang ada dalam
membangunan bangunan tropis.Sehingga meminimalisir bentuk
yang merugikan dan menyesuaikan ukuran ruang sesuai
dengan kebutuhan namun tetap mengacu standard bangunan
tropis.Sehingga didapat efisiensi dalam bentuk, dan ukuran
bangunan.
Bangunan jangan sampai memiliki bangunan yang
gemuk.Sebisa
mungkin memiliki bangunan yang memanjang sehingga
pengudaraan dan pencahayaan alami dapat berjalan baik.

Gambar 2.10 Alternative bentuk


bangunan
Sumber:
analisis

Materials
Memilih material ramah lingkungan menjadi penting karena
tidak hanya semata-mata demi kelestarian alam, tetapi juga
sebenarnya jauh lebih efisien dan hemat dari segi estimasi
biaya jangka panjang.
pemilihan material yang ramah dapat dijabarkan menjadi dua
hal yakni dari sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi,
pemilihan bahan sebaiknya menghindari adanya toksin atau
racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan alam.Sebagai
contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 13
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

ataupun bahan bangunan yang mengandung racun seperti


asbeston.
Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah
lingkungan misalnya menggunakan lampu hemat energi seperti
semen instan yang praktis dan efisien, atau pun memilih keran yang
memakai tap yang hanya mengeluarkan air dalam volume tertentu.
Selain memiliki sifat ramah lingkungan dan tidak mencemarkan
material ramah lingkungan sebaiknya terbuat dari bahan daur
ulang, atau setidaknya tidak menghabiskan sumber daya alam,
bahkan dapat memberikan nilai tambah pada lingkungan dan harus
didukung 3R yaitu Reused (memanfaatkan kembali material yang
masih bisa dipakai) Reduce (mengurangi pemakaian material yang
berlebihan) serta Recycle (mendaur ulang material agat bermanfaat
kembali).

5. Energy Efficiency
Glazing
Kaca yang dapat menghemat energi merupakan kaca yang
didesain khusus.Beberapa penelitian mengklaim bahwa terdapat
beberapa jenis kaca yang dapat menyaring radiasi panas
matahari, hingga menghemat penggunaan pendingin udara.
Terdapat tiga jenis kaca yang dikategorikan penghemat energi.
 Kaca Warna
Dari namanya nampak jelas, kaca ini tidak murni
bening.Biasanya berwarna biru kehijauan, perak atau abu-
abu.Kaca ini dapat menyaring panas hingga suhu dalam ruang
tetap terjaga.Jenis kaca warna yang baik mempunyai sifat
seperti kaca film pada mobil.Ia mampu membuat Anda melihat
pemandangan luar nampak jernih, namun menyaring jumlah
cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
 Kaca Pantul
Kaca ini sering dijumpai di gedung perkantoran. Kaca ini
menyaring panas lebih banyak daripada jenis lain. Ada satu
kekurangan dari kaca pantul adalah pandangan dari dalam
akan kurang indah karena terjadi distorsi.
Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja
Bab IV - 14
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

 Kaca Low-e, Low Emissivity


Diartikan kaca rendah emisi.Kaca ini menjaga suhu di dalam
ruang tetap tinggi.Terdiri dari dua lapis. Pada bagian tengah
diisi lapisan udara kosong dan lapisan metal transparan.Kaca
jenis ini pun memantulkan sinar ultraviolet. Untuk iklim Indonesia,
kaca macam ini tidak disarankan, karena hawa panas tetap
berada di dalam ruang.Menjadikan ruang bertambah panas.
Jenis ini populer digunakan di negara sub tropis.

Gambar 2.11 Frame double wall


Sumber: sklenarstvinonstop.cz

Insulation
Isolasi termal pada bangunan adalah faktor penting untuk mencapai
kenyamanan termal untuk penghuninya. Insulasi panas yang tidak
diinginkan akan merugikan dan dapat menurunkan efektifitas energi
sistem pemanas atau pendingin. Dalam pengertian lain isolasi dapat
hanya penyesuaian pada bahan isolasi yang digunakan untuk
menghambat hilangnya panas ruang, seperti: selulosa, kaca wol, wol
batuan, plastik, busa urethane, vermikulit, dan tanah. Tetapi dapat
juga menggunakan desain khusus dan teknik khusus untuk mengatasi
perpindahan panas atau konduksi, radiasi dan konveksi.
Masalah kualitas konstruksi termasuk uap memadai hambatan, dan
masalah dengan rancangan-pemeriksaan.Selain itu, sifat dan
densitas bahan isolasi itu sendiri sangat penting. Sebagai contoh,
menurut Leah Twings, Kualitas Manager Kepatuhan Textrafine
Isolasi, fiberglass bahan isolasi yang terbuat dari serat-serat

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 15
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

pendek berlapis kaca tidak begitu tahan lama seperti isolasi yang
terbuat dari untaian serat panjang kaca

Efficient Lighting
Lampu pijar pada dasarnya merupakan lampu ruang yang
menghasilkan panas selain juga mengeluarkan cahaya.Hal ini
sangat tidak efisien, membuang sebagian besar energi yang di
konsumsi dan menjadikannya sebagai panas yang tidak
diinginkan.Salah satu lampu yang merupakan lampu hemat energy
adalah lampu LED.
Lampu LED menghemat energi yang digunakan sampai 48% (berarti
penghematan tagihan listrik) ditambah dengan kecilnya panas
yang dihasilkan oleh lampu LED. Hal ini membuat bangunan tidak
perlu menyalakan mesin pendingin ruangan (AC) dalam posisi
maksimal, yang berarti terjadi penghematan lagi.
Keuntungan dari lampu LED:
 Lampu LED tidak mengandung Mercury
 Jauh lebih hemat dalam hal pemakain listrik
 Daya tahan lebih lama, yaitu 60x lebih lama dibanding dengan
tipe lampu Incandescent dan 10x lebih lama dibanding tipe
Fluorescent. Lampu LED juga tidak menghasilkan panas
sehingga dapat menghemat pemakaian AC (air conditioning).

Gambar 2.12 LED


Sumber:mt2-stage.ecohomeresource.com

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 16
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Daylighting
Sistem pencahayaan alami terutama dipakai pada
siang hari dengan memanfaatkan cahaya matahari, pemasukan
sinar matahari ke dalam ruangan diusahakan mencapai
tingkat kenyamanan pencahayaan tertentu seperti yang
diharapkan.Pada prinsipnya, dalam ruangan dengan lubang
pencahayaan yang tetap, semakin ke dalam semakin menurun
intensitas cahaya yang diterima.Guna mencapai kualitas
kenyamanan yang diisyaratkan semakin lebar
ruangan/bangunan, semakin luas pula lubang pencahayaannya.
Untuk menanggulangi radiasi panas sinar matahari yang
akan mengurangi kenyamanan penghawaan dan menyebabkan
kesilauan di daerah iklim tropis, selain diusahakan sesedikit
mungkin sisi bangunan dan bukaan-bukaan ruangan yang
terkena sinar matahari langsung, juga dengan membuat
penghalang sinar
matahari (sun shading, sun screen).

1. Water
Zero-run-off
Air limbah buangan sebisa mungkin dimanfaatkan tanpa harus ada
yang terbuang ke saluran pembuangan kota. Air limbah buangan
dimanfaatkan sebagai penyiram tanaman sekaligus dapat sebagai
pupuk.Air limbah diresapkan di area tanaman. Kalau muatan
resapan berlebihan, baru dilakukan pembuangan ke saluran
pembuangan kota.
Grey water system
Pemanfaatan grey water akan mengurangi pembebanan pada air
tanah. Dengan memanfaatakan lagi grey water sama halnya
memanfaatkan air dua kali atau lebih namun tepat dalam
penggunaannya.
Pemanfaatan grey water misalanya air buangan dari wastafel
dapat dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman. Ataupun air bekas
cucian setelah mengalami proses penyaringan dapat pula
dimanfaatkan untuk menyirami taman.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 17
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Gambar 2.13 Pemanfaatan limbah rumah tangga


Sumber: calcleanearth.com

7. Waste Management
Pengelolaan sampah merupakan proses pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, daur ulang atau pembuangan dan pemantauan bahan-
bahan limbah. Istilah ini digunakan berkaitan dengan bahan-bahan
buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan umumnya dilakukan
untuk mengurangi dampak negatif pada kesehatan, di lingkungan atau
estetika lingkungan.Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya yang terbuang atau terkurangi.Sistem
pengelolaan limbah ini mengolah limbah padat, cair, gas atau
radioaktif zat, dengan metode yang berbeda dan bidang keahlian
untuk masing-masing.

Konsep pengelolaan limbah


Ada sejumlah konsep pengolahan limbah yang paling umum, konsep-
konsep luas yang digunakan meliputi:

Waste hierarchy
Mengacu pada mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur
ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan limbah sesuai
dengan keinginan mereka dalam hal minimisasi limbah.Hirarki
limbah merupakan landasan dari berbagai strategi meminimisasi

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 18
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
limbah.Tujuan dari hirarki ini untuk memaksimalkan manfaat dari
produk dan meminimalisasi jumlah limbah.

Gambar 2.14 Waste hierarchy


Sumber: aggregatepros.com

Extended producer responsibility


Adalah suatu strategi yang untuk mempromosikan menyatukan
semua biaya yang berkaitan dengan produk selama produk
tersebut masih ada (termasuk akhir biaya pembuangan akhir) ke
dalam harga produk.Hal ini dimaksudkan untuk memaksakan
tanggung jawaban atas seluruh siklus hidup produk dan kemasan
yang dipasarkan.Berarti perusahaan yang memproduksi, impor dan
atau menjual produk yang diperlukan untuk bertanggung jawab
atas produk.

Polluter pays principle


Prinsip di mana pihak yang mencemari membayar terhadap
dampak terhadap lingkungan yang terjadi.Sehubungan dengan
pengelolaan limbah, umumnya ini mengacu pada persyaratan
limbah untuk membayar sesuai limbah yang dibuang.
Segala aktivitas yang berkenaan dan terjadi dalam sustainable
building dapat digambarkan dalam skema berikut:

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 19
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

ENERGY ISSUES WATER CONSERVATION

Efficiency Renewable Reduce Recycle

Designer DESIGN Pre-Building


Phase

Contractor CONSTRUCTION

Building
OPERATION & Phase
User
MAINTENANCE
PostBuilding
Phase
DEMOLITION /
DISPOSAL

MATERIAL & SYSTEM WASTE MANAGEMENT


Reduce Select Reduce Select

Gambar 2.15 Gambar Skema Proses Sustainable Building


Sumber: Sustainable Architecture and Building Design

2.2.3 Pendekatan Aksebilitas


2.2.3.1 Pencapaian Bangunan
Pencapaian bangunan atau aksesbilitas adalah suatu kemudahan yang
disediakan bagi semua orang, termasuk yang memiliki ketidak-
mampuan fisik—seperti misalnya, penyandang cacat, lanjut usia, ibu
hamil dan penyandang cacat akibat penyakit tertentu—guna
mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan pada suatu lingkungan terbangun.
Aksesibel : menggambarkan kondisi suatu tapak,
bangunan, fasilitas, atau bagian darinya
yang memenuhi standar pedoman ini.
Elemen Bangunan : komponen arsitektural atau mekanikal dari
suatu bangunan, fasilitas, ruang atau tapak.
Contoh-contoh elemen tersebut seperti
telepon, curb-ramp, pintu, tempat duduk atau
WC.
RuteAksesibel : suatu jalur lintasan tanpa penghalang yang
langsung menghubungkan suatu elemen dan

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 20
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

ruang aksesi dari bangunan. Rute aksesibel


interior dapat termasuk koridor, lantai, ramp,
lift. Rute aksesibel eksterior dapat termasuk
ruang akses parkir, ramp-curb, trotoir pada
jalan kendaraan, ramp, dan lain.
Bangunan : setiap struktur yang digunakan atau
dimaksudkan untuk menunjang atau
mewadahi suatu penggunaan atau kegiatan.
Bagian bangunan : bagian ruang dari bangunan seperti kamar,
koridor, ruang untuk kegiatan tertentu dsb.
Ruang Lantai Bebas : ruang lantai atau tanah yang tidak terhalang,
minimum diwajibkan untuk menampung sebuah
kursi roda dan penggunanya.
Rambu : tanda-tanda yang bersifat verbal ( informasi
yang dapat didengar), bersifat visual
(informasi yang berupa gambar), simbol, atau
yang dapat dirasa/diraba, atau.
Ruang : suatu daerah yang dapat ditentukan
batasnya, seperti kamar, toilet, hall, tempat
pertemuan, jalan masuk, gudang, dan lobby.
Jalur Pemandu : jalur yang digunakan bagi pejalan kaki,
termasuk untuk penyandang cacat yang
memberikan panduan arah dan tempat
tertentu.

 Persyaratan Teknis Aksesbilitas


Dalam rangka menciptakan lingkungan binaan yang memenuhi persyaratan
aksesibilitas maka diperlukan persyaratan bangunan gedung dan
lingkungannya yang didasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan bangunan umum,
tapak bangunan, dan lingkungan di luar bangunan harus dilakukan
secara terpadu untuk menciptakan lingkungan aksesibel yang
menyeluruh.
b. Setiap kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan
lingkungan di luar bangunan yang dikunjungi dan digunakan masyarakat
umum secara luas harus memperhatikan persyaratan aksesibilitas
terutama pada :
- Ukuran dasar
- Jalur pedestrian
- Jalur pemandu
Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja
Bab IV - 21
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
- Area parkir
- Landaian (ramp)
- Rambu
c. Setiap kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan tapak
bangunan umum yang memiliki luas lantai sama atau lebih besar dari
300 m2 perlantai harus memperhatikan persyaratan aksesibilitas
terutama:
- Ukuran dasar
- Jalan pedestrian
- Jalur pemandu
- Area parkir
- Ramp
- Rambu
d. Setiap kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan bangunan
umum yang memiliki luas lantai sama atau lebih besar dari 300 m2
perlantai harus memperhatikan persyaratan aksesibilitas terutama:
- Ukuran dasar
- Ramp
- Pintu
- Tangga
- Lift
- Kamar kecil
- Pancuran
- Wastafel
- Perabot
- Perlengkapan
- Rambu
e. Persyaratan aksesibilitas suatu fasilitas dalam bangunan dimungkinkan
digunakan pada tapak bangunan, atau lingkungan di luar bangunan.
Demikian pula sebaliknya, jika dalam persyaratan aksesibilitas fasilitas
di luar bangunan atau tapak bangunan digunakan di dalam bangunan,
maka butir-butir persyaratan aksesibilitas dalam pedoman ini bisa
digunakan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya: kamar kecil atau telepon
umum yang berada di taman, area parkir yang berada di dalam
bangunan, dan kasus-kasus sejenis.
Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja
Bab IV - 22
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
f. Pada kondisi lingkungan di luar bangunan yang belum aksesibel, setiap
perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan konstruksi bangunan umum
beserta tapaknya tetap diwajibkan memenuhi persyaratan aksesibilitas,
sehingga akan mendorong terciptanya lingkungan yang aksesibel di
masa mendatang.

Bangunan umum dengan


ukuran sama atau lebih besar
dari 300 m2 perlantai

Tapak bangunan

Lingkungan di luar bangunan


(umum) yang dikunjungi atau
digunakan oleh masyarakat
umum

Gambar 2.16 Persyaratan Teknis Aksesbilitas


Sumber: Analisis

 Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan


a. Jalur Pedestrian
Jalan yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi
penyandang cacat, dirancang berdasar perbedaan terbesar orang untuk
bergerak aman, bebas dan tak terhalang.
Syarat:
i. Permukaan
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus
tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau konstraksi pada
permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari
1,25 cm. Apabila menggunakan karpet ujungnya harus kencang dan
mempunyai trim yang permanen.
ii. Kemiringan/gradient
Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja
Bab IV - 23
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK
Gradient di bawah 5% dan tiap-tiap 90m terdapat pemberhentian
untuk istirahat.
iii. Area istirahat
Membantu pengguna jalan terutama bagi mereka yang
menggunakan alat.
iv. Cahaya/penerangan
Berkisar antara 15-150 cm.kandela tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan relatif keamanan.
v. Perawatan
Diharuskan untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan karena
adanya kerusakan.
vi. Drainasi
Tidak mengganggu dan membahayakan. Dibuat tegak lurus dengan
arah jalan dengan lubang maksimal 1,5 cm. Mudah dibersihkan dan
lubang dijauhkan dari tepi ramp sehingga tidak mendatangkan
bahaya .
vii.Ukuran dan penghalang
Lebar minimum 95 cm untuk jalur searah dan 150 cm untuk dua
arah.Jalur pedestrian bebas dari pohon, rambu dan benda-benda
pelengkap jalan yang melintang.
viii. Tepi ramp dan trailing tongkat tuna netra
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke
arah area yang berbahaya.Penyetop dibuat setinggi minimum 10 cm
dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.
ix. Bebas dari pohon, rambu, dan benda-benda pelengkap jalan.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 24
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Gambar 2.17 Prinsip jalur pedestrian


Sumber: Keputusan Menteri Pekerjan Umum Repubuk Indonesia Nomor : 468/ KPTS/ 1998

b. Jalur Pemandu
Jalur yang memandu tuna netra untuk berjalan dengan memanfaatkan
tekstur ubin pengarah dan tekstur ubin peringatan terhadap situasi di
sekitar jalur yang bisa membahayakan tuna netra.
Syar
at:
i. Tekstur ubin garis-garis menunjukkan arah yang benar untuk
diikuti.
ii. Tekstur ubin dot (bulat) memberi peringatan terhadap situasi
di sekitar jalur pemandu.
iii. Daerah-daerah yang harus menggunakan ubin tekstur
pemandu
(guiding blocks) :
- Di depan jalur lalu-lintas kendaraan.
- Di depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga atau
fasilitas persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai.
- Di pintu masuk/keluar pada terminal transportasi umum
atau area penumpang.
- Pada pedestrian yang menhubungkan antara jalan
dan
Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja
Bab IV - 25
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

bangun
an.
- Pada pemandu arah dari fasilitas umum ke stasiun
transportasi umum terdekat.
iv. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pemandu pada pedestrian
yang telah ada perlu memperhatikan tekstur dari ubin eksisting
sedemikian sehingga tidak terjadi kebingungan tuna netra dalam
merasakan tekstur ubin pemandu dan tekstur ubin lainnya.

Gambar 2.18Tipe Tekstur Ubin


Pemandu
Sumber: Keputusan Menteri Pekerjan
Umum
Repubuk Indonesia Nomor : 468/ KPTS/
1998

c. AreaParkir
Fasilitas parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh
penyandang cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk
naik turun kursi roda, daripada tempat parkir yang biasa. Sedangkan
daerah untuk menaik-turunkan penumpang (Passenger Loading Zones)
adalah tempat bagi semua penumpang, termasuk penyandang cacat,
untuk naik atau turun dari kendaraan.

Syat:
i. Fasilitas parkir kendaraan
:
Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja
Bab IV - 26
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

- Tempat parkir penyandang cacat terletak pada rute


terdekat menuju bangunan/ fasilitas yang dituju, dengan
jarak maksimum
60 meter.
- Atau jika parkir tidak berhubungan langsung dengan
bangunan, misalnya pada parkir taman dan tempat terbukla
lainnya, maka tempat parkir harus diletakkan sedekat mungkin
dengan pintu gerbang masuk dan jalur pedestrian.
- Area parkir harus cukup mempunyai ruang bebas di
sekitarnya sehingga pengguna berkursi roda dapat dengan
mudah masuk dan keluar dari kendaraannya.
- Area parkir khusus penyandang cacat ditandai
dengan
simbol/tanda umum yang berlaku.
- Pada lot parkir penyandang cacat disediakan ramp trotorir
di kedua sisi kendaraan.
- Ruang parkir mempunyai lebar 370 cm untuk parkir tunggal
atau
670 cm untuk parkir ganda dan sudah dihubungkan dengan
ramp dan jalan menuju fasilitas-fasilitas lainnya.
- Dilarang meletakkan kursi roda di belakang mobil yang
diparkir . ii. Daerah menaik-turunkan penumpang :
- Kedalaman minimal dari daerah naik turun penumpang dari
jalan
atau jalur lalu-lintas sibuk adalah 360 cm dan dengan
panjang minimal 600 cm.
- Dilengkapi dengan fasilitas ramp, jalur pedestrian dan
tanda-
tanda bagi penyandang tuna netra.
- Kemiringan maksimal 1 : 20 dengan permukaan yang rata
di semua bagian.
- Diberi rambu yang biasa digunakan untuk mempermudah
dan membedakan dengan fasilitas serupa bagi umum

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 27
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Gambar 2.19 Tipikal ruang parkir


Sumber: Keputusan Menteri Pekerjan Umum
Repubuk Indonesia Nomor : 468/ KPTS/
1998
d. Pintu
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang
merupakan tempat untuk masuk dan keluar.Pada umumnya dilengkapi
dengan penutup (daun pintu).
Syar
at:
i. Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup
oleh penyandang cacat.
ii. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm,
dan pintu-pintu yang kurang penting memiliki lebar bukaan
minimal 80 cm.
iii. Di sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp
atau perbedaan ketinggian lantai.
iv. Jenis pintu yang penggunaannya tidak
dianjurkan:
- Pintu geser.
- Pintu yang berat, dan sulit untuk dibuka/ditutup.
- Pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil
- Pintu yang terbuka kekedua arah ( “dorong” dan “tarik”)

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 28
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

- Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan


terutama bagi tuna netra
v. Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap
bahaya kebakaran karena sangat praktis bagi penyandang cacat.
Pintu tersebut tidak boleh membuka lebih cepat dari 3 detik dan
mudah menutup kembali.
vi. Hindari penggunaan bahan lantai yang licin di sekitar
pintu
vii. Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat
menutup dengan sempurna. Pintu terbuka sebagian berbahaya
bagi penyandang cacat
viii. Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu
diperlukan
bagi pengguna kursi roda

e. Ramp
Merupakan alternatif rute/ jalan untuk orang-orang yang tidak
bisa menggunakan tangga
Syar
at:
i. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh
melebihi rasio 1:12, perhitungan kemiringan tersebut tidak
termasuk awalan/ akhiran ramp(curb ramps/landing). Sedangkan
kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan adalah 1:15 .
ii. Maksimum panjang mendatar dari satu ramp (dengan
kemiringan
1:12) tidak boleh lebih dari 900 cm. Ramp dengan kemiringan
yang lebih rendah bisa menjadi lebih panjang.
iii. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm. Untuk ramp yang
juga digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan
angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama
lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi
tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-
sendiri. Untuk ramp atau ramp dengan fungsi ganda melayani
angkutan barang, harus diperhitungkan secara tersendiri.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 29
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

iv. Landing atau muka datar pada awalan atau akhiran ramp dari
suatu ramp harus bebas dan datar sehingga memungkinkan,
sekurang- kurangnya untuk memutar kursi dengan ukuran minimum
150 cm.
v. Permukaan datar dari landing (baik awalan atau akhiran
ramp) harus memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan
atau tidak.
vi. Pembatas rendah pinggir ramp (low curb) dirancang
untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau
keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-
lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa
agar tidak mengganggu jalan umum.
vii. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup yang
akan
membantu penggunaan ramp saat malam hari.
Penerangan khususnya disediakan pada bagian-bagian ramp
yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan
bagian- bagian yang membahayakan.
viii. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan (handrail) yang
dijamin
kekuatannya dan dengan ketinggian yang sesuai untuk
pengguna
Ruang dan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan
mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan
dengan lebar yang cukup untuk berpapasan dan aman
Syar
at:
i. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang
berukuran seragam
ii. Harus memiliki kemiringan yang kurang dari
600
iii. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang
dapat membahayakan pengguna tangga.
iv. Harus dilengkapi dengan handrail pada kedua
sisinya

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 30
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

v. Handrail (pegangan rambat) harus mudah dipegang


dengan ketinggian 70-90 cm dari lantai dan bebas dari elemen
konstruksi yang mengganggu dan bagian ujungnya harus bulat
atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang
vi. Handrail harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-
ujungnya
(puncak dan bagian bawah) dengan 10-15 cm.
vii. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, maka tangga harus
dirancang sehingga tidak ada air hujan yang menggenang.

Gambar 2.21 Tipikal tangga


Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN
UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/
KPTS/ 1998

m. Rambu
Fasilitas dan atau elemen yang digunakan untuk untuk
memberikan informasi, arah, penanda atau petunjuk.
Syar
at:
i. Penggunaan rambu, terutama dibutuhkan pada:
- Arah dan tujuan jalan pedestrian
- KM/WC umum, telepon umum dsb
- Parkir khusus penyandang cacat
- Nama fasilitas dan tempat.
ii. Beberapa Rambu yang digunakan :
- Rambu huruf timbul atau huruf Braille yang dapat dibaca
oleh tuna netra dan dapat penyandang cacat lain.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 31
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

- Rambu yang berupa gambar dan simbol yang mudah dan


cepat ditafsirkan artinya.
- Rambu yang berupa tanda dan simbol internasional
- Rambu yang menerapkan metode khusus (misal;
pembedaan perkerasan tanah, warna kontras, dll) Karakter
dan latar belakang rambu harus dibuat dari bahan yang
tidak silau. Karakter dan simbul harus kontras dengan latar
belakangnya, apakah karakter terang di atas gelap atau
sebaliknya.
- Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai rasio
lebar dan tinggi antara 3 : 5 dan 1 : 1 dan ketebalan
huruf antara 1: 5 dan 1: 10
- Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur
sesuai dengan jarak pandang dari tempat rambu itu dibaca.
iii. Lokasi penempatan rambu :
- Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas secara
vertkal dan horizontal.
- Satu kesatuan sistem dengan lingkungannya
- Cukup mendapat penerangan termasuk penambahan lampu
pada kondisi gelap.
- Bisa dimasukkan dalam street furniture.
- Tidak mengganggu arus (pejalan kaki, dll) dan sirkulasi
(buka/tutup pintu, dll).

2.2.3.2 FITUR-FITUR YANG RAMAH BAGI


PENGGUNA
Pencapaian bangunan mengaplikasikann prinsip-prinsip dari
desain secara umum, yaitu:
a. Kesetaraan penggunaan
- Meja resepsionis yang mudah diakses oleh semua
pengunjung didukung dengan denah lokasi sehingga
mempermudah pengunjung dalam mengidentifikasi suatu
bangunan.
- Pintu dengan sensor memberikan kenyamanan bagi
pengunjung karena memudahkan cilamana mereka membawa
Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja
Bab IV - 32
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

banyak bawaan ataupun sedang duduk di kursi roda, tanpa


perlu repot membuka pintu.
- Ukuran saklar yang lebih lebar, dilengkapi dengan lampu
led ketika dinyalakan dan atau dilapisi dengan fosfor
sangat memudahkan pengoperasian.
b. Fleksibel dalam penggunaan
Desain dapat digunakan oleh pengunjung secara luas
dengan berbagai background pendidikan dan
kemampuan.
- Penggunaan computer kampus yang tersedia dalam mode
standar
ataupun pilihan easy acces.
- Tersedianya ramp pada bangunan yang memudahkan
kaum difabel dalam mengakses bangunan.
- Pintu dengan dua daun pintu mengakomodir pengguna biasa
dan kidal.
- Dimensi angka pada lift ataupun huruf pada papan nama
yang mudah terbaca.
- Pintu utama dengan penanda yang sudah umum
dipahami, misalnya gapura, memudahkan pengunjung
untuk mengidentifikasinya.
c. Sederhana dan mudah digunakan
Desain mudah digunakan secara umum, berdasar
pengalaman individu, prosedur penggunaan yang mudah
dipahami.
- Tombol dalam lift diberi keterangan menggunakan alphabet
yang
umum dipahami, bukan menggunakan huruf romawi.
- Memberikan petunjuk penggunaan yg mudah dipahami
pada setiap peralatan kampus yang berteknologi,
sehingga mudah dioperasikan.
d. Informasi yang mudah dicerna pengguna
Informasi penggunaan disajikan secara informatif kepada
pengguna dan mudah dipahami oleh indera mereka.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 33
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

- Warna signage yang kontras dengan warna background nya.


- Kabel merah dan putih membedakan mana yang
bermuatan positif dan negatif.
e. Meminimalisir kesalahan dalam penggunaan
Desain harus meminimalisir kerugian ataupun kecelakaan bila
terjadi kesalahan dalam penggunaan.
- Tombol cancel pada printer untuk mengurangi kertas yang
terbuang percuma karena kesalahan printing.
- Kemasan benda beracun diberikan warna mencolok
dengan keterangan di luarnya.
f. Hanya memerlukan sedikit usaha fisik.
Desain harus efisisen dan nyaman digunakan, serta
memberikan seminim mungkin efek lelah.
- Keyboard lengkung yang merespon posisi alamiah jari-jari
tangan lebih nyaman dibandingkan ke board horizontal yang
cenderung membuat pergelangan tangan terasa pegal.
- Otomatisasi fasilitas kampus dengan sensor-sensor tertentu.
PIntu dapat terbuka sendiri bila ada pengunjung masuk,
presensi digital, mesin penjawab, dll.
- Permukaan lantai yang rata memudahkan perpindahan
peralatan berat yang memerlukan roda.
g. Dimensi yang mudah digunakan, dijangkau maupun dilihat.
Dimensi dan ruang pelingkup yang menyediakan kemudahan
untuk mengakses segala fasilitas.
- Pintu dengan lebar yang memungkinkan diakses oleh pengguna
dengan berbagai postur tubuh.

2.2.4 PENDEKATAN RENCANA TAPAK


Pendekatan rencana tapak ini biasa dilakukan pada awal perencanaan
suatu bangunan atau kawasan.Dalam kegiatan ini, kondisi tapak
perencanaan telah terbentuk, sehingga konsultan perencana hanya
melakukan beberapa usulan

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 34
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

desain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar


bangunan. Maka aspek-aspek lingkungan yang harus diperhatikan
adalah:
- Pendekatan konservasi lingkungan dilakukan dengan tetap
mempertahankan rasio ruang terbuka, dengan tetap memperhatikan
kemungkinan resapan- resapan air.
- Penciptaan iklim mikro (micro climate) yang nyaman, dicapai
melalui penempatan vegetasi-vegetasi perindang.

2.2.4.1 Pendekatan Non Fisik


Pendekatan non fisik yang dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan
pengguna bangunan dapat dilihat dari berbagai hal yang
menyangkut organisasi koperasi.
Pendekatan non fisik yang dilakukan adalah pendekatan kepada:
- Sifat organisasi dlam pekerjaan ini adalah Dinas Tata Ruang dan
Cipta Karya
- Fungsi dan peran dari Dinas
- Prinsip Kerja
- Jenis-jenis Bidang atau bagian dari organisasi.

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja


Bab IV - 35
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.3 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Program pelaksanaan pekerjaan ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Terciptanya sistem koordinasi yang baik antara Konsultan dengan Pemberi Tugas;
2. Terciptanya koordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang terlibat dalam
penanganan pekerjaan ini;
3. Terjaminnya fungsi kontrol/pengawasan yang diperlukan;
4. Terjaminnya kelancaran pelaksanaan setiap unit kerja;
5. Terjaminnya kualitas hasil pekerjaan.

Apabila faktor-faktor tersebut diatas dapat dipenuhi, maka berarti juga kelancaran
jalannya pekerjaan dapat secara keseluruhan terjamin. Rencana pelaksanaan
pekerjaan memuat penetapan masing-masing item pekerjaan sesuai dengan lingkup
pekerjaan yang tertera di dalam Kerangka Acuan Kerja.Rencana kerja yang dimaksud
dibuat agar tahapan-tahapan pekerjaan dapat dilaksanakan tanpa ada yang
terlewatkan sehingga sasaran pekerjaan ini dapat dicapai dengan waktu yang juga
telah direncanakan.

Tahap pelaksanaan pekerjaan dibedakan menjadi 5 (lima) tahap sebagai berikut:

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 1
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

1. TAHAP PEKERJAAN PERSIAPAN


Program kerja ini mencakup tahap persiapan awal, seluruh proses perencanaan dan
perancangan serta kewajiban yang harus dilaksanakan konsultan pada tahap
pelaksanaan konstruksinya/secara keseluruhan program kerja konsultan mencakup:
 Mobilisasi
Dalam tahap mobilisasi ini akan dilakukan persiapan-persiapan yang
menyangkut pengerahan tenaga ahli dan tenaga pelaksanaan, baik yang
bersifat teknis maupun administratif dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai
dengan beban kerja, pengadaan perlengkapan kantor, bahan dan alat-alat
tulis, dan pengadaan alat transportasi.
 Penyusunan Program Kerja
Sebagai langkah awal dari pelaksanaan pekerjaan ini. Konsultan akan
menyusun program kerja dan pedoman penugasan / pengelolaan tugas,
penyediaan sumber daya dan lain-lain yang harus dilaksanakan oleh semua
pihak yang terlibat. Usulan ini harus mendapat persetujuan dari pengelola
proyek.
 Persiapan Survei
Tahap ini merupakan langkah persiapan pelaksanaan survei lapangan maupun
institusional yang mencakup:
a. Mempelajari denah bangunan eksisting beserta kondisi di lapangan
b. Pengadaan peralatan survai lapangan dan laboratorium.
c. Mempelajari karakteristik dan spesifikasi masing-masing kegiatan dan
fungsi bangunan.
 Pengamatan Karakteristik arsitektur
Pengamatan dan pengkajian arsitektur dan budaya serta perilaku merupakan
hal yang esensial sebagai dasar bagi pengembangan gagasan/idea
perancangan suatu bangunan.

 Studi Literatur
Studi literatur semua aspek yang berkaitan dengan perancangan bangunan.
Studi yang dilakukan akan meliputi program ruang, kegiatan, persyaratan
environment, serta persyaratan-persyaratan teknis lainnya.
Hasil studi akan disesuaikan dengan kondisi Kantor Pemerintahan di kompleks
Pemerintahan.
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 2
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

 Diskusi dengan pemberi tugas dan pemakai


Diskusi dengan calon pemakai (users) dilakukan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih terinci akan spesifikasi dan karakteristik program, peralatan
kegiatan serta kebutuhan-kebutuhan khusus lainnya untuk masa sekarang
maupun masa akan datang.
 Survei Pengumpulan Data
Data dari Pemberi Tugas Beragam data, baik primer maupun sekunder, yang
banyak berkaitan dengan kegiatan administrasi kepemerintahan yang akan
menempati bangunan ini serta memenuhi kebutuhan pengembangan di masa
mendatang, serta aspirasi staf akan di kumpulkan melalui diskusi/wawancara
dan observasi lapangan.
Secara rinci kebutuhan data dari pemberi tugas yang akan dikumpulkan
meliputi:
 Organisasi operasional kantor dan rencana pengembangannya,
 Pengukuran dan perekaman kondisi bangunan yang ada.
 Identifikasi bagian-bagian bangunan yang penting dan harus
dipertahankan.
 Kebutuhan ruang dan rencana pengembangannya.
 Persyaratan teknis ruang.
 Aspirasi staff dan pimpinan.
 Leveling setiap lantai.
 Sistem drainasi kota dan lingkungan.
 Kondisi tapak dan lingkungan (bangunan sekitar dsb).
 Drainage dan Sewage systems.
 Elevasi dasar saluran-saluran.
 Sistem daya dan jaringannya.
 Sistem jaringan telepon.

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 3
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

2. TAHAP PENYUSUNAN PRA PERANCANGAN


Tahap Pra Perancanganmerupakan tahapan penting dimana semua konsep-konsep
dasar dirumuskan. Semua staff senior dari berbagai disiplin yang dibutuhkan akan
dilibatkan dalam diskusi intensif untuk menyusun landasan perencanaan dan
perancangan. Proses perencanaan dan perancangan yang dilakukan lebih bersifat
sintesis dengan menggabungkan berbagai alternatif dan kombinasi alternatif yang
semuanya akan dituangkan dalam laporan dengan bentuk diagramatis yang
sederhana.
Berbagai pekerjaan yang akan dilakukan pada tahap Pra perancangan mencakup:
 Penyusunan Konsep Perancangan
Konsep perancangan yang akan menjadi arahan bagi semua pertimbangan
perencanaan dan perancangan tahap berikutnya, akan dirumuskan oleh Arsitek
Utama dibantu oleh semua staf ahli dari masing-masing divisi.
Konsep perancangan merupakan uraian diskriptif yang mencakup bidang
arsitektur, sistem mekanikal, sistem elektrikal, sistem utilitas, sistem struktur,
equipment, interior, exterior dan pengembangan lahan.
 Pra Rancangan Arsitektur
Berisi gagasan awal rancangan arsitektural dan lansekap yang merupakan hasil
transformasi dari konsep perancangan arsitektur serta site developmentnya.
 Pra-Rancangan Struktur, Mekanikal, Elektrikal dan Utilitas.
Equipment operasional, Interior dan Exterior/Pengembangan lahan. Berisi uraian
dan diagram skematis sistem-sistem struktur, mekanikal, elektrikal, utilitas,
equipment operasional, Interior dan Exterior/Pengembangan lahan yang
diterapkan sesuai dengan fungsi dan karakteristik bangunan. Selain itu juga
akan dijelaskan fungsi dan cara penerapannya masing-masing sistem dalam
sistem bangunan secara keseluruhan.
 Pengembangan Sistem dan Rancangan
Pengembangan sistem dan rancangan mencakup gambar-gambar hasil
pengembangan rancangan arsitektural, lansekap struktur, mekanikal, elektrikal,
utilitas, equipmentoperasional, Interior dan Exterior/Pengembangan lahan.
Sebagai satu sistem bangunan yang utuh.Oleh karena penentuan dan
penempatan setiap sistem harus memperhitungkan sistem-sistem lainnya, sesuai

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 4
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

dengan kriteria-kriteria yang ada dalam konsep perancangannya.Sistem yang


dipilih juga harus memperhitungkan kemudahan pelaksanaannya.
 Cost Limit
Cost limit akan disusun pada tahap pra-rancangan maupun tahap
pengembangan rancangan sebagai alat kontrol agar hasil rancangan sesuai
dengan kelas atau kualitas bangunan yang diinginkan.

3. TAHAP PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESAIN


Dalam tahapan ini semua hasil pra-rancangan yang telah dikomunikasikan dan
disetujui oleh pihak pemberi tugas akan diolah lebih lanjut menjadi dokumen tender
yang akan di jadikan dasar bagi pelaksanaan konstruksi. Kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam tahap ini mencakup:
 Perhitungan dan Pembuatan Detail Rancangan
Dalam tahap ini akan didahului dengan perhitungan-perhitungan pada masing-
masing sistem beserta dasar-dasarnya sesuai dengan peraturan dan
persyaratan yang berlaku.
 Perhitungan Struktur
Berisi perhitungan-perhitungan struktur yang diterapkan dalam rancangan sesuai
dengan peraturan dan persyaratan yang berlaku perhitungan struktur akan
merupakan bagian dari dokumen lelang.
 Penyusunan Spesifikasi Teknis (RKS)
Spesifikasi teknis berisi penjelasan terinci tentang jenis, ukuran dan karakteristik
teknis setiap material (bahan) yang akan digunakan, mencakup bidang
pekerjaan, untuk memudahkan kemungkinan pelaksanaan konstruksi oleh
beberapa sub kontraktor.
 Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
RAB berisi penjelasan terinci tentang harga setiap pekerjaan yang akan
dilaksanakan di lapangan beserta item dan volume pekerjaannya. Setiap
material (bahan) yang akan digunakan, mencakup bidang pekerjaan, untuk
memudahkan kemungkinan pelaksanaan konstruksi oleh beberapa sub
kontraktor.

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 5
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

PERATURAN PERENCANAAN SYSTEM STRUKTUR BANGUNAN


Peraturan-peraturan atau standart yang digunakan dalam perencanaan struktur
mengacu pada:
a. Peraturan dan Standar
- Peraturan Muatan Indonesia
- Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung SKBI
1.3.53.1987
- Pedoman perencanaan beton bertulang untuk bangunan gedung SKSNI T-15-
1991-03.
- Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung SNI 03 - 1729
– 2002
- Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung
SNI – 1726 - 1989.
- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung, 1983.
- Persyaratan Umum. Bahan Bangunan di Indonesia PUBI 1982, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Pemukiman, UDC 389.6 : 691, DPU, Juli 1985.
b. Standart Tambahan:
- Structural Welding Code AWS D.1.1
- American Society of Testing Materials "ASTM Standart in Building Codes",
1986, vol 1 & 2.
- American Concrete Institute "Building Code Requirements for Reinforced
Concrete, ACI 318R 89" and Commentary, 1989.
- American Institute of Steel Construction "Manual of Steel Construction, 9th
edition", 1989.
c. Standart Bahan
- Beton Struktur
Kekuatan Karakteristik Silinder beton (fc') yang didasarkan atas kekuatan
beton pada umur 28 hari adalah sbb :
 Minipile fc' = 29.05 Mpa (Nbk = 350 kg/cm2)
 Pile cap & Tie beam fc' = 22.82 Mpa (Nbk = 275 kg/cm2)
 Balok & Pelat fc' = 22.82 Mpa (Nbk = 275 kg/cm2)
 Pelat beban berat fc' = 29.05 Mpa (Nbk = 350 kg/cm2)

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 6
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

 Kolom fc' = 22.82 Mpa (Nbk = 275 kg/cm2)


 Kantilever & Tangga fc' = 22.82 Mpa (Nbk = 275 kg/cm2)
- Baja Tulangan
Jenis dan Tegangan leleh (fy) baja tulangan yang digunakan adalah:
 Baja Tulangan Polos (BJTP) fy = 240 Mpa (U = 24), untuk baja dengan
Ø ≤12 mm.
 Baja Tulangan Ulir (BJTD) fy = 390 Mpa (U = 39), untuk baja dengan Ø
> 12 mm.
- Baja Profil Struktur
 Jika ditentukan penggunaan baja profil untuk struktur, maka digunakan
dengan standart ASTM A-36 dengan tegangan tarik batas (Ultimate
tensile strenght) 360 Mpa dan Tegangan leleh (Yield strenght) minimum
240 Mpa.
- Baut dan Las
 Mutu baut yang digunakan terdiri atas dua jenis:
o Untuk sambungan gording dan non struktural element, digunakan baut
hitam ST 37.
o Untuk elemen struktur digunakan bout HTB ASTM A325.
 Mutu las sesuai dengan E70XX
d. Pembebanan
- Beban Mati (qDL)
Beban mati, Beban mati tambahan, Berat sendiri struktur, Berat Finishing
arsitektur dan Berat ducting dimasukkan serta diperhitungkan sebagai beban
mati. Beban mati material dan komponen bangunan ditentukan sbb:
Material Beban Mati
Baja 7.850 kg/m3
Beton bertulang 2.400 kg/m3
Kayu 800 kg/m3
Pasir 2.600 kg/m3
Screeding per-cm tebal 21 kg/m2
Dinding batu bata 25 cm 450 kg/m2
Dinding batu bata 15 cm 250 kg/m2
Plafond lengkap kerangka 18 kg /m2
Finishing lantai per-cm tebal 24 kg/m2

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 7
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

- Beban Hidup (qLL)


Beban hidup yang digunakan sesuai dengan Peraturan Pembebanan
Indonesia. Beban hidup untuk berbagai fungsi ruang diuraikan dibawah.
Berat furniture, partisi ringan (tidak lebih 100 kg/m2) dan beban
pemakaian, dianggap termasuk dalam beban hidup. Perlengkapan dan
peralatan khusus ditinjau terpisah.
Untuk analisa struktur rangka bangunan dan perhitungan beban gempa,
beban hidup direduksi dengan mengalikan faktor koefisien beban hidup
tertentu yang sesuai dengan fungsi ruanganyang bersangkutan, seperti
dinyatakan dalam peraturan (diuraikan dibawah):

Material BebanHidup Koef. Bbn. hidup


(kg/m2) Analisa Frame Analisa Beban
Gempa
Ruang Kantor, 250 0.75 0.50
Lobby, Balkon dan
Koridor dari ruang
pertemuan 400 0.90 0.50
Tangga dan bordes 300 0.90 0.50
Ruang produksi 10.000 0.90 0.50
Ruang warehouse 10.000 0.90 0.50

Beban hidup Komulatif untuk perencanaan elemen struktur vertikal, seperti


kolom, dinding dan pondasi, direduksi dengan mengalikan koefisien beban
hidup komulatif sesuai dengan jumlah lantai yang.dipikul oleh elemen struktur
yang bersangkutan, seperti diuraikan sbb :

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 8
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Jumlah lantai yang dipikul Koefisien beban hidup


oleh struktur elemen komulatif
1 1.0
2 1.0
3 0.9
4 0.8
5 0.7
6 0.6
7 0.5
8 atau lebih 0.4
- Beban Gempa
Pada prinsipnya, beban gempa yang digunakan dihitung berdasarkan atas
Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung. Proyek/
bangunan ini terletak di zona 3 (tiga) dan perhitungan beban gempa secara
lebih detail dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya.
- Beban Angin
Struktur beton ini tidak direncanakan secara khusus terhadap beban angin,
karena persyaratan gempa untuk bangunan dengan struktur beton bertulang
ini lebih menentukan daripada beban angin.
e. Tekanan Hidraulik
Ketinggian Muka Air Tanah (MAT) rencana didasrkan atas MAT yang dicatat
pada waktu penyelidikan tanah/ pumping test dan berdasarkan keadaan peil
tertinggi yang diperkirakan akan dicapai pada waktu banjir (peil banjir)
dikemudian hari.
f. Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral pada dinding penahan tanah (jika direncanakan),
didasarkan atas parameter tanah urug dan tanah asli yang ada. Dinding
direncanakan pada kondisi "at rest-pressure".
g. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan dihitung berdasarkan atas Peraturan Perencanaan
yang berlaku. Untuk struktur beton, elemen struktur direncanakan sesuai
persyaratan kekuatan (Design strenght), pada.kombinasi beban batas

h. Faktor Reduksi Kekuatan (Strenght reduction factor) Ø :


Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 9
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Faktor reduksi kekuatan adalah sbb


- Lentur murni = 0.80
- Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur = 0.80
- Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
 Tulangan spiral = 0.70
 Tulangan sengkang = 0.65
- Geser dan torsi = 0.60
- Tumpuan pada kolom = 0.70

Analisa dan Modelisasi Struktur


a. Struktur Atas :
Struktur atas merupakan kombinasi antara struktur rangka terbuka (open frame),
yang terdiri dari portal kolom dan balok. Pelat lantai beton dianggap sebagai
diafragma yang kaku. Struktur atas dimodelisasikan dan dianalisa secara 3
dimensi, baik terhadap beban vertikal maupun beban gempa, dengan bantuan
Software program SAP2000 V.808 nonlinear dengan mengasumsikan taraf
penjepitan pada lantai dasar. Analisis dinamik 3 dimensi dilakukan untuk
mendapatkan:
- Periode getar (Time period) T
- Ragam getar (Mode shape)
- Pola distribusi gaya geser
Analisa struktur terhadap beban gempa dilakukan dengan Analisa statik
ekuivalen dengan beban rencana yang berasal dari gaya geser hasil analisa
dinamik yang telah diskalakan menjadi 0.90 V statis. Prosedur Perencanaan
Gempa struktur atas secara lebih detail dapat dijelaskan pada bab selanjutnya.

Prosedur Perencanaan Gempa Struktur Atas


Beban Gempa
Gaya gempa dasar Statik Ekuivalent (V statis) dihitung menurut rumus
V = Cd X Wt, Dimana:
V = Base shear force (V statis)
Cd =CIK
C = Koef. dasar gempa
I = Importance factor (faktor keutamaan)

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 10
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

wt = Berat total bangunan

Koefisien C :Koef. gempa dasar yang tergantung dari T bangunan


Faktor keutamaan I :I = 1.0 (bangunan)
faktor jenis struktur K = 1.20 arah X maupun arah Y

b. Struktur Pondasi Dalam


Daya dukung ijin Minipile, dihitung dengan dynamic formula.
Dari uji tanah diperoleh data sebagai berikut:
- Sesuai data sondir posisi tanah keras (qc> 200 kg/cm2) terletak pada
kedalaman –5.00 m
- Sesuai analisis perencanaan struktur atas didapat bahwa beban per titik
pondasi > 100 kg/cm2 maka direncanakan digunakan pondasi dalam
- Komparasai antara Borlog dan uji sondir dilaksanakan sesuai grafik
Schmertmann (1969) didapat hasil yang sesuai.
- Hasil uji tanah di laboratorium dapat dipakai sebagai parameter kontrol
terhadap pengujian dilapangan, serta untuk mengetahui lebih detail
parameter mekanis dari tanah.

Konsep Performance – Based Seismic Design (Suplemen – untuk perhitungan


khusus struktur tahan gempa , penerapan pada daerah rawan gempa)

Gempa bumi yang terjadi dalam kurun satu dasawarsa terkhir yang melanda kota-
kota besar di dunia, seperti misalnya Gempa Loma Prieta 1989, Gempa Northridge
1994 (keduanya di Amerika Serikat) dan Gempa Kobe 1995 (di Jepang), menuntut
suatu pendekatanbaru dalam perencanaan bangunan di daerah rawan gempa.
Selama ini fisolofi desain yang dipakai, seperti yang juga digunakan oleh Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa Indonesia SKBI 1.3.53.1987 adalah :
- Akibat gempa kecil atau sedang, struktur bangunan harus dijamin tidak rusak.
- Akibat gempa kuat yang jarang terjadi, struktur tersebut harus direncanakanagar
mampu melakukan perubahanbentuk secara daktil dengan memencarkan energi
gempa dan membatasi gaya inersia gempa yang masuk ke dalam struktur
(berarti struktur diizinkan mengalami kerusakan) namun tidak sampai roboh.

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 11
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Dengan filosofi desain seperti tersebut di atas walaupun bangunan tidak sampai
roboh akibat gempa dengan intensitas sedang sampai kuat ternyata telah
mengakibatkan berbagai kerusakan yang tidak saja menuntut biaya perbaikan
yang besar, tetapi juga telah menyebabkan kerugian ekonomi seperti terganggunya
baru untuk perencanaan seismikstruktur bangunan, yakin dengan berbagai tingkat
kinerja struktur (multiple performance obyective levels) yang diharapkan dapat
dicapai saat struktur dilanda gempa dengan tingkat intensitas tertentu. Seperti
dipaparkan oleh Taniwangsa tingkat intensitas gempa yang dipakai sebagai dasar
perencanaan tidak hanya tergantung pada seismisitas gempa tetapi juga pada
tingkat kerusakan yang masih dapat ditoleransi risiko kerugiannya oleh pemilk
bangunan atau masyarakat apabila ditinjau dampaknya dari segi sosial dan
ekonomi.
SEAOC Vision 2000 mengusulkan 4 tingkat gempa rencana dengan perkiraan
periode ulang dan probabilitas terjadinya selama umur efektif bangunan seperti
diperlihatkan pada Tabel berikut ini.

Tabel
Earth Design Level for Both Design dan Verification
(SEAOC Vision 2000)

Earthguake Design Level Recurrence Interval Probability of Exceedance


Frequent 43 years 50 % in 30 years
Occasional 72 years 50 % in 50 years
Rare 475 years 10 % in 50 years
Very Rare 970 years 2 % in 50 years

Selanjutnya tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan konsep Performance-Based


Design mulai dari tahap conceptual design sampai pada tahap pelaksanaan.
Pemeliharaan gedung adalah penetapan tingkat kinerja struktur pada berbagai
tingkat intensitas gempa rencana seperti diperlihatkan pada Gambar berikut ini.

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 12
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Gambar 2.22
Recommended Earthquake Performance Objectives for Buildings
(SEAOC Vision 2000)

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 13
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Dalam hal ini ACMC untuk sementara menetapkan 3 tingkat intensitas gempa, yakni :
- Gempa kecil sampai sedang (dengan periode ulang 20-50 tahun) adalah gempa
yang dapat terjadi beberapa kali selama umur efektif bangunan.
- Gempa kuat (dengan periode ulang 100-500 tahun) adalah gempa yang dapat
terjadi sekali selama umur efektif bangunan.
- Gempa ultimit (dengan periode ulang 1000 tahun atau lebih) adalah gempa
terkuat yang mungkin terjadi pada sekitar lokasi tersebut atau pada suatu
kawasan rawan gempa yang masih termasuk dalam standar.

Rentang periode ulang gempa dapat disesuaikan bergantung kepada keutamaan


dan umur efektif bangunan. Konsep II SNI 1726-1998 menetapkan ketentuan
tentang hal ini sebagai mana tercantum dalam Tabel dibawah ini.

Tabel
Jenis Bangunan dan Faktor Keutamaan Bangunan
Akibat Gempa Rencana

Periode
Umur Peluang Ulang Faktor
Bangunan Terjad Gempa Keutamaan
Jenis Bangunan
(tahun) (%) Rencana (th) Bangunan
Bangunan Rendah untuk 20 10 200 0,9
penghunian, pertokoan dan
perkantoran, s/d 10 tk
Bangunan Biasa untuk 50 10 500 1,0
penghunian, pertokoan dan
perkantoran, dengan
tinggi10-30 tingkat
Bangunan Tinggi untuk 100 10 1000 1,2
penghunian, pertokoan dan
perkantoran, dengan lebih
dari 30 tingkat
Bangunan Istimewa yang 50 2 2000 1,5
penting pasca gempa,
seperti rumah sakit,
pembangkit listrik, instalasi
air minum
Bangunan berbahaya 50 1 5000 1,6
tempat menyimpan gas,
minyak,asam dan bahan
beracun, instalasi nuklir.
Bangunan Monumen untuk 100 1 1000 1,9
dilestarikan

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 14
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

a. Pemeriksaan untuk kondisi batas layan (serviceability limit state) dilakukan


untuk menjamin:
- Fungsi struktur bangunan dapat dipertahankan, misalnya dengan
mengupayakan agar kerusakan hanya terjadi sebatas pada elemen non
struktur
- Bagian elemen struktur yang memang direncanakan untuk leleh (sendiplastis)
belum mengalami kelelehan walau mengalami retak.
- Dalam hal ini konsep II SNI 1726-1998 hanya memilki kriteria
batas simpangan antar tingkat seperti terlihat pada Gambar dibawah ini

Gambar
2.23
Simpangan Antartingkat Berdasarkan Konsep II SNI 1726-
1998

b. Pemeriksaan untuk kondisi batas kerusakan yang masih dapat diperbaiki


(damage control limit state) dilakukan untuk menjamin :
- Kerusakan yang terjadi pada daerah sendi plastis berada dalam kondisi
yang dapat diperbaiki, (Definisi ini belum dijabarkan secara jelas dalam
SK SNI T-
15-1991-03)
- Daerah di luar sendi plastis tidak mengalami kelelehan.
- Elemen struktur tidak mengalami kegagalan geser.
c. Pemeriksaan untuk keselamatan (ultimate limit state) dilakukan untuk menjamin :
- Kehilangan ketahanan struktur secara drastis dalam memikul beban
lateral tidak terjadi.

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 15
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

- Integritas struktur untuk memikul beban gravitasi masih efektif.


- Untuk menjamin kondisi batas ultimate ini, SK SNI T-15-1991-03
memberikan berbagai persyaratan pendetailan yang harus dipenuhi
agar struktur mampu
mencapai daktilitas struktur minimal yang ditetapkan. Dsamping itu konsep II
SNI 1726-1998 mensyaratkan perpindahan maksimum yang terjadi tidak
melampui batas yang ditentukan seperti diilustrasikan pada Gambar di bawah
ini.

Gambar 2.24

- Gambarkan respons elastis dengan 5 persen damping dengan ADRS format


- Ubah kurva kapasitas menjadi spektrum kapasitas kemudian plotkan pada
gambar yang sama pada langkah 1. (Gambar kanan)

Gambar 2.25
Spektrum Kapasitas Setelah Langkah ke-2

- Tentukan titik awal trial performance point, a dan d seperti terlihat pada
Gambar dibawah ini.

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 16
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Gambar 2.26
Spektrum Kapasitas Setelah Langkah ke-3

- Buat representasi bilinear dari spektrum kapasitas, terlihat pada Gambar


dibawah ini. Dengan cara menyamakan luasan A1 dengan A2.

Gambar 2.27
Spektrum Kapasitas Setelah Langkah ke-4

- Hitung reduksi dari respons spektrum yang menjadi demand spectrum, plotkan
pada gambar yang sama dengan respons spektrum 5% damping seperti
terlihat pada Gambar dibawah ini

Gambar 2.28
Spektrum Kapasitas Setelah Langkah ke-5

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 17
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

- Periksa apakah perpotongan dari spektrum kapasitas dan demand spectrum


pada titik api dan dpi, atau jika displacement pada perpotongan itu masuk
dalam batas toleransi yang dapat diterima (  5% dari dpi).

4. KELUARAN
Hasil yang diharapkan dari pekerjaan Review Desain Kantor Polsek adalah:
a. Tahap konsep rencana teknis
1. Konsep penyiapan rencana teknis, termasuk konsep organisasi, jumlah dan
kualifikasi tim perencana, metoda pelaksanaan dan tanggung jawab waktu
perencanaan;
2. Konsep skematik, rencana teknis termasuk program ruang, organisasi
hubungan ruang dll.
3. Laporan data dan informasi lapangan,termasuk hasil survey fisik dan lain- lain;
b. Tahap pra-rencana teknis.
1. Gambar-gambar rencana tapak.
2. Gambar-gambar pra-rencana bangunan.
3. Perkiraan biaya pembangunan.
4. Garis-garis besar rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
5. Hasil konsultasi rencana dengan pemda setempat. c.
Tahap pengembangan rencana
1. Gambar pengembangan rencana arsitektur, struktur utilitas.
2. Uraian konsep rencana dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan.
3. Draft Rencana Anggatan Biaya (EE).
4. Draft Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). d.
Tahap rencana detail
1. Gambar rencana teknis bangunan lengkap.
2. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
3. Rencana kegiatan dan volume pekerjaan (BQ).
4. Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 18
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

2.3 METODOLOGI PERENCANAAN


Diagram metodologi yang akan dilaksanakan dalam Pekerjaan Jasa Konsultansi
Review Desain Kantor Polsek merupakan metoda yang akan diterapkan dari proses
persiapan, survey dan pendataan, analisis data dan evaluasi, Pengembangan
Perancangan Bangunan, serta dokumen lelang.

Dalam proses pengerjaan diagram metodologi dibagi dalam 7 (tujuh) langkah kerja.
Ketujuh Langkah Kerja yang dibagi diperjelas dalam beberapa sub langkah kerja di
setiap langkahnya, yaitu:
A. LANGKAH KERJA 1 : PERSIAPAN

B. LANGKAH KERJA 2 : SURVEY DAN PENDATAAN

C. LANGKAH KERJA 3 : ANALISIS DATA

D. LANGKAH KERJA 4 : EVALUASI

E. LANGKAH KERJA 5 : PENGEMBANGAN PERENCANAAN

F. LANGKAH KERJA 6 : DESAIN DETAIL (DED)

G. LANGKAH KERJA 7 : DOKUMEN LELANG (BANTUAN ADMINISTRASI DAN


TEKNIS)

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 19
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Ketujuh Langkah Kerja tersebut diperjelas dalam beberapa sub langkah kerja di setiap
langkahnya, yaitu:
A. LANGKAH KERJA
1 : PERSIAPAN
Langkah 1, adalah proses persiapan pekerjaan yang perlu dilakukan konsultan dalam
menyelesaikan pekerjaan, yaitu terdiri dari pemahaman TOR, pemahaman metodologi
kegiatan, rencana kerja, menyusun desain survey, schedule Kegiatan, mobilisasi
tenaga, penyiapan peralatan survey dan studi pustaka.
Sub Langkah:
1.1. Persiapan Pekerjaan
Proses perencanaan dimulai dari studi awal, mengenai hal-hal yang telah
dirumuskan dalam Kerangka Acuan Kerja yang kemudian dijabarkan dalam
statemen yang berisi pemahaman atau pengertian, fungsi bangunan, maksud dan
tujuan perencanaan serta batasan-batasan yang ditentukan, setelah tercapai suatu
statemen, maka dimulai pengumpulan data-data primer dan sekunder. Dari data- data
yang diperoleh dilakukan analisis mengenai hal–hal yang menyangkut persyaratan
teknis dan standar-standar yang kemudian dikaitkan dengan analisis kontekstual
hingga dicapai suatu design awal.
Pada tahapan ini juga dipersiapkan gambar dan perhitungan untuk proses
persyaratan pembuatan IMB di Kabupaten Tana Tidung.

B. LANGKAH KERJA
2 : SURVEY DAN PENDATAAN
Langkah 2, proses survey dan pendataan terhadap data primer dan sekunder, data
dokumen yang telah disusun sebelumnya dan kegiatan studi banding yang terkait
dengan Penyusunan Pekerjaan Jasa Konsultansi Review Desain Kantor Polsek
, proses ini merupakan kegiatan awal untuk menggali data-data dan informasi
baik yang berasal dari lapangan (data primer dan studi banding) maupun data
sekunder yang telah dimiliki oleh pemerintah daerah setempat untuk peraturan
bangunannya untuk kepentingan analisis dan evaluasi.

Sub Langkah:
2.1. Data Primer

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 20
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

2.2. Data Dokumen Yang Telah Tersusun


2.3. Studi Banding
2.4. Data Sekunder
Beberapa teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh hasil maksimal
terhadap kebutuhan data sebagai bahan kajian, yaitu meliputi :
- Teknik survey lapangan yaitu dilakukan melalui pengamatan langsung ke
lapangan dan melakukan inventarisasi terhadap :
 Kondisi eksisting tapak perencanaan dan kondisi lokasi yang dijadikan obyek
perencanaan
 Data-data instansional yang tercatat (statistik), meliputi peraturan setempat.
Data-data ini merupakan bahan kajian untuk aspek lain yang terkait baik
langsung maupun tidak langsung.
 Survey dilakukan dengan penyiapan form survey sehingga mudah dalam
pelaksanaannya.

- Teknik survey wawancara/ diskusi dilakukan terutama untuk penggalian data


yang berkaitan dengan pembuatan DED.
Adapun untuk kegiatan diskusi diarahkan dengan pendekatan diskusi yang
terfokus (Focus Group Discussion) yang melibatkan semua unsur yang kompeten
dengan pelaksanaan pembuatan perencanaan sehingga dapat mencapai sasaran
yang dimaksud. Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah konsultan, Pemberi
Tugas dan staf teknis yang ditunjuk

Survey dan inventarisasi data untuk mendapatkan data-data teknis primer dan
sekunder. Berikut ini penjelasan mengenai data primer dan data sekunder adalah :
- Data Primer yang dibutuhkan minimal :
 Data Ukur terhadap Site (site Existing) yang diperoleh melalui survey
pemetaan (Geodetic), lengkap yang memuat posisi batas site dan situasi
lingkungan sekitar, posisi bangunan yang telah ada di dalam site eksisting
(bila ada) maupun obyek lain tidak bergerak di dalam site existing, peil
elevasi tanah (contour) yang dapat termuat posisi dan elevasinya secara jelas.
 Data Penyelidikan Tanah (Geodetic), melalui metode Sondir dan booring untuk
mengetahui daya dukung dan struktur tanah.

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 21
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

 Data Penyelidikan Air Bawah Tanah dan Geologi (Geolistrik), untuk


mengetahui alur air bawah tanah maupun sifat pergerakan tanah/ patahan.
 Data dan Informasi Iklim (klimatologi), melalui instansi berwenang ataupun
pengukuran sendiri secara lokal.
 Data dan informasi tingkat kebisingan, melalui pengukuran kebisingan secara
lokal.
 Inventarisasi data pada eksisting meliputi bangunan gedung lama (bila di
eksisting terdapat gedung lama), instalasi ME maupun infrastruktur yang telah
ada meliputi volume dan kapasitas. Hal ini menjadi pedoman bagi titik mula (0
%) bagi kelanjutan proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi selanjutnya.
 Inventarisasi data terhadap tuntutan dan kebutuhan aktual yang berkembang,
(dari sisi tata ruang/bangunan, teknologi peralatan ME, infrastruktur, perilaku
pengguna, prosedur kerja) yang dapat disinergikan dengan perencanaan/desain
terdahulu.
 Data kebutuhan, kriteria, kenyamanan ruang maupun perilaku pengguna yang di
dapat dari survey dan wawancara maupun pengamatan.
- Data Sekunder yang dibutuhkan :
 Standart-standart teknis yang berkaitan dengan bangunan gedung yang
dikeluarkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum, standart peraturan Bangunan
Gedung Negara maupun standart-standart lain yang berkaitan bangunan
gedung yang telah diakui.
 Data-data teknis yang telah ada sebelumnya meliputi: Dokumen Rencana
Strategi, Rencana Bisinis.
 Peraturan-peraturan Tata Ruang dan Bangunan dari Pemerintah Kabupaten
Tana Tidung
 Data-data pendukung dari instansi terkait lainnya.
- Studi Banding dilakukan dengan menekankan pengamatan pada :
 Organisasi Ruang, Konsep, desain tata ruang Arsitektur.
 Desain Interior dan eksterior bangunan.
 Sistem Struktur yang baik dan sesuai dengan karakteristik tata ruang dan
arsitektur.
 Sistem dan desain serta operasional Mekanikal dan Elektrikal
 Sistem dan desain serta operasional equipment medis.
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 22
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

 Sistem manajemen pengelolaan dan operasional gedung.


 Sistem perawatan (maintenance) gedung.
 Pengalaman dan proses pembangunan gedung/ obyek yang ditinjau.
Adapun Obyek yang layak ditinjau dalam rangka studi banding tersebut
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
 Luasan dan jumlah lantai minimal sama dengan yang akan direncanakan
 Mempunyai sistem instalasi ME yang memenuhi syarat dan standart yang
berlaku
 Tata Ruang dan Arsitektur bangunan serta sistem struktur bangunan yang baik
dan memenuhi syarat dan standart yang berlaku.
 Mempunyai fasilitas dan kelengkapan sistem equipment yang memadai dan
sesuai persyaratan dan standart yang berlaku.

Peserta Studi banding adalah sebagai berikut:


 Konsultan Perencana diwakili oleh : Team Leader/ Co Team Leader dan
tenaga-tenaga ahli yang berkaitan langsung dengan studi banding tersebut.
Jumlah Maksimal 5 (lima) orang.
 Pendamping yang diwakili oleh: pihak dari unsur Pengguna Jasa dan instansi
teknis terkait yang berkaitan langsung dengan kegiatan dan pekerjaan tersebut.
Jumlah pendamping maksimal 5 (lima) orang.

Ketentuan lain :
 Konsultan perencana diwajibkan memberikan masukan kepada pengguna jasa
tentang obyek-obyek yang akan dikunjungi dalam kaitan studi banding tersebut.
Keputusan tentang lokasi kunjungan diputuskan bersama antara konsultan
perencana dan pengguna jasa maupun instansi terkait
 Studi Banding tersebut sebaiknya dilakukan secara berurutan dari dalam
negeri dan selanjutnya langsung ke luar negeri. Jadwal waktu penyelenggaraan
studi banding sebaiknya pada saat awal masa kegiatan perencanaan.
 Biaya studi banding untuk Unsur Pendamping yang mendampingi konsultan
perencana merupakan tanggungan dari konsultan perencana terpilih.

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 23
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

 Biaya-biaya lain yang dikeluarkan sebagai biaya ekstra berkaitan dengan


administrasi dan lain-lain di negara lain yang dikunjungi merupakan tanggungan
dari konsultan perencana terpilih.
 Segala persiapan dan proses perjalanan studi banding dilakukan oleh
konsultan perencana terpilih, sedangkan berkaitan dengan surat-menyurat dan
perijinan adalah wewenang dari pengguna jasa dan atau instansi terkait.

C. LANGKAH KERJA
3 : ANALISIS DATA
Langkah 3, pada tahapan ini akan dilakukan analisis data yang telah diperoleh pada
langkah sebelumnya untuk menggali potensi dan permasalahan yang ada di lokasi
perencanaan, hasil studi banding yang telah dilaksanakan maupun produk- produk
yang telah dibuat untuk dimanfaatkan dalam pengembangan desain perencanaan.

Sub Langkah:
3.1. Analisis Tanah/Lahan
3.2. Analisis Tata Bangunan dan Lingkungan
3.3. Analisis Prasarana dan Sarana Lingkungan
3.4. Analisis Dokumen Yang Telah Ada
3.5. Analisis Hasil Studi Banding
3.6. Analisis Data Sekunder

Metode/ cara Pengaturan program ruang dalam bangunan Jasa Konsultansi


Review Desain Kantor Polsek serta rencana penggunaan finishing bangunan.
Dalam pengaturan bangunan digunakan pertimbangan :
- Pengaturan luas lahan terbangun Building Coverage Ratio = (BCR) atau Koefisien
Dasar Bangunan (KDB), yaitu perbandingan antara luas lahan yang terbangun
dengan luas seluruh persil, terhadap prosentase maksimum yang ditetapkan.
- Perbandingan luas lantai bangunan terhadap luas lahan Floor Area Ratio = (FAR)
atau Koefisien Lantai Bangunan = (KLB), yaitu perbandingan antara luas lantai
seluruh bangunan dengan luas persil, dengan ketergantungan pada jumlah lantai
atau tingkat bangunan.
- Tinggi bangunan
- Sempadan bangunan
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 24
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

- Penggunaan lantai bangunan


- Pengarahan arsitektur bangunan.
- Teknik Analisis Lain yang mungkin digunakan
Untuk pemecahan masalah terdapat
beberapa metode dan model lain yang
mungkin dapat digunakan dalam tahapan analisis
antara lain:
- Metode komparatif, metode ini berguna untuk memperbandingkan suatu keadaan
dengan keadaan lain. Perbandingan bisa dilakukan oleh karena adanya
perbedaan waktu atau dapat juga apabila jenis berlainan biasanya dalam
penggunaan model ini diikuti juga oleh persentase.
- Penilaian dengan menggunakan buku (standard) nilai yang telah ditetapkan
dalam penyelidikan geologi dalam pengembangan wilayah.
- Metode Empiris, dimana melalui pendekatan design baik melalui survey
kebeberapa tempat yang diaggap dapat mewakili apa yang diharapkan
dengan rencana rancangan desain

Studi Review Desain Kantor Polsek ini menggunakan methode Deskripsi. Data
sekunder diambil dari studi literatur, sedang data primer diambil dari lapangan.

Metode Penelitian/Pengambilan contoh.


- Fisik Kimia : umumnya diambil dari data sekunder antara lain : Iklim; curah
hujan, kelembaban, temperatur, peta areal studi, data geologi, kualitas air dsb.
Sedangkan data primer yang diambil adalah : antara lain pemetaan topografi
site, penyelidikan tanah dsb.
- Biologi : Kondisi flora fauna.
- Sosial Ekonomi Budaya. Selain data literatur/ data sekunder juga diambil
langsung dari observasi dan wawancara dengan penghuni dan penduduk /
responden.

Pengumpulan data sekunder diperlukan guna melengkapi data primer, khususnya untuk
parameter-parameter iklim, topografi, geologi, dan tata guna lahan yang diperoleh
dari instansi-instansi terkait, maupun bahan-bahan referensi.

- Metode Pengambilan data Primer geofisik – kimia.


 Pengambilan sampel air (badan air penerima dan sumur penduduk) di sekitar
tapak proyek dan di luar tapak proyek dilakukan dengan menggunakan water

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 25
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

sampler. Pengujian kualitas air dilakukan di Laboratorium. Pendugaan


kedalaman air tanah dan perlapisan litologi di sekitar tapak proyek
dilakukan dengan metode Vertical Electrical Sounding (VES), dengan
menggunakan alat geolistrik.
 Pengukuran kedalaman muka air sumur penduduk/sumur gali di sekitar tapak
proyek dengan menggunakan water level meter.

 Pengambilan data transportasi berdasarkan waktu puncak arus lalu lintas


harian dan waktu puncak mingguan dengan menggunakan counter

Tabel 2.1
Metode Sampling dan Peralatan Komponen Fisik-Kimia
No Contoh Metode Sampling Peralatan Jumlah
1 Bising Quota Sound level M 4 titik
2. Getaran Quota Vibrasimeter 4 titik
3 Udara Quota Impinger 4 titik
4 Air Permukaan Purposive (saluran) Water Sampler 4 titik
5 Air Tanah/Sumur Random Sampling Water Sampler 4 titik
penduduk
No Parameter Satuan Metode Analisis Peralatan
1. Fisika
Suhu OC Pemuaian Termometer
Warna Pt-Co Kolorimetri Kolorimeter
Bau Organoleptik
Zat terlarut mg/l Gravimetri Timb. Analitik
Zat tersuspensi mg/l Tabel
Gravimetri
2.2 Timb. Analitik
Metode Analisis dan Peralatan
2. Kimia
pH Potensiometri pH Meter
COD mg/l Titrimetri Buret
BOD5 mg/l Titrimetri Buret
DO mg/l Titrimetri Buret
Ca mg/l Fitrimetri EDTA Buret
Mg mg/l Fitrimetri EDTA Buret
Fe mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
Mn mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
Cu mg/l Spektrofotometri AAS
Zn mg/l Spektrofotometri AAS
Pb mg/l Spektrofotometri AAS
Cd mg/l Spektrofotometri AAS
Cr mg/l Spektrofotometri AAS
Hg mg/l Spektrofotometri AAS
Cl mg/l Titrimetri Buret
SO4 mg/l Gravimetri Spektrofotometer
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 26
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

No Parameter Satuan Metode Analisis Peralatan


NH3 – N mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
NO3 – N mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
NO2 – N mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
Phenol mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
Minyak mg/l Gravimetri Timb. Analitik

- Aspek Biologi
Data primer komponen biologi yang dikumpulkan adalah biota darat (flora dan
fauna darat). Sedangkan biota perairan diambil dari data primer, perairan di
saluran air sekitar tapak proyek, sumur penduduk di sekitar tapak proyek. Untuk
menambah informasi yang berkaitan dengan komponen biologi, dilakukan
wawancara dengan penduduk warga di sekitar tapak proyek.
 Pengamatan vegetasi/flora
darat.
Pengamatan dilakukan pada seluruh kawasan, dengan sistem penjelajahan.
Pengamatan dengan mengidentifikasi semua temuan flora di daerah tapak
proyek dan menetapkan status banyaknya individu.
 Pengamatan fauna
darat
Pengamatan fauna dilakukan pencacahan jenis dan banyaknya fauna yang
berada di seluruh kawasan daerah tapak proyek, dengan sistem
penjelajahan. Pengamatan dengan mengidentifikasi semua temuan fauna di
daerah tapak proyek dan menetapkan status banyaknya individu.
 Pengamatan
plankton
Pengambilan sampel untuk pengamatan plankton dilakukan di lokasi
saluran air di sekitar proyek (3 titik sampel) dan sumur penduduk yang
berada di sekitar tapak proyek. Sampel air disaring dengan planktonet 25
mess, dipadatkan di dalam botol flakon untuk 100 lt air sampel, kemudian
difiksasi dengan larutan formalin 4%, selanjutnya identifikasi dan
penghitungan jumlah jenis dan individu tiap jenis dilakukan di Laboratorium.
 Pengamatan
benthos
Pengambilan sampel dasar saluran air (endapan) dilakukan di 3 titik lokasi
saluran, bersamaan dengan pengambilan sampel untuk pengamatan
plankton Pengamatan benthos dilakukan di Laboratorium. Biologi.
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 27
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

 Pengamatan mikrobiologi
air
Pengambilan sampel untuk pengamatan mikrobiologi, dilakukan di 3 titik
saluran air di sekitar tapak proyek, air sumur penduduk di sekitar
tapak
proyek. Pengamatan kandungan bakteri Escherichia coli dan Coliform
dilakukan di Laboratorium Biologi.

Tabel 2.3
Metode Pengumpulan Data Primer Komponen Biologi
No. Jenis Data Jml Sampling Lokasi Sampling Metode
1. Vegetasi/flora - Tapak Proyek Penjelajahan
darat
2. Fauna darat - Tapak Proyek Penjelajahan
3. Plankton – 3 titik (sal. sekitar - Sal. sekitar tapak Dengan
tapak proyek) proyek planktonet 25
– 3 sumur - Tapak Proyek mess
penduduk
4. Benthos 3 titik (sal. sekitar Sal. sekitar tapak Dengan Eyckman
tapak proyek) proyek Grab
5. Mikrobiologi air – 3 titik (sal. sekitar - Sal. sekitar tapak Uji kandungan E.
tapak proyek) proyek Coli dan Bakteri
– 3 sumur - Tapak Proyek Coliform
penduduk

- Aspek Sosial Ekonomi Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat


 Metode Penetapan Sampel
Penelitian aspek sosial ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat
dengan menggunakan metode survei. Penetapan populasi ini dilakukan atas
pertimbangan area dampak yang secara langsung diterima oleh warga
tersebut, penetapan sampel responden dipilih secara cluster sampling, yakni
penetapan responden dengan mempertimbangkan aspek tempat tinggal
Kepala Keluarga pada wilayah administratif tertentu di sekitar tapak proyek
dan diambil sejumlah minimal 20 responden.

 Teknik Pengumpulan Data


Data yang diperlukan dalam studi ini, meliputi data sekunder dan data primer.
Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Pemerintah Desa,
Kecamatan, Dinas Kesehatan, Kantor Pengendalian Lingkungan

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 28
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Kabupaten/Kota. Data primer sosial ekonomi dan sosial budaya serta


kesehatan masyarakat
Data diperoleh secara langsung dari responden yang berasal dari tokoh
masyarakat formal, informal dan warga, atau lembaga dengan teknis
wawancara (interview) berdasarkan daftar pertanyaan terstruktur
danobservasi lapangan di lokasi sekitar tapak proyek. Untuk memperjelas
kajian dilakukan juga wawancara secara mendalam (indepth interview).

Tabel 2.4
Teknik Pengumpulan Data
Bidang Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat

No Parameter Jenis Data Peralatan


Sosial Ekonomi
1 Pendapatan Primer/Sekunder Dok/Kuesioner/Wawancara
2 Jenis Pekerjaan Primer/Sekunder Kuesioner/ Wawancara
3 Pendidikan Primer/ Sekunder Kuesioner/ Wawancara
4 Kesempatan kerja Primer Kuesioner/ Wawancara
5 Kependudukan Sekunder/ Primer Dok/Kuesioner/Wawancara
Sosial Budaya
6 Pola Hub. Sosial Primer Kuesioner/ Wawancara
7 Persepsi/sikap Primer Kuesioner/ Wawancara
8 Keamanan Primer/Sekunder Dok/Kuesioner/ Wawancara
Kesehatan Masy.
8 K-3 Primer/ Sekunder Kuesioner/ Wawancara
9 Kesehatan Lingkungan Primer/ Sekunder Kuesioner/ Wawancara
10 Kenyamanan Primer Kuesioner/ Wawancara
11 Sumber Daya Sekunder Dokumen
Kesehatan

 Metode Analisis Data


Metode analisis data dilakukan berdasarkan parameter-parameter
sebagai berikut :
 Sosial Ekonomi
 Sosial Budaya dan Kesehatan masyarakat : analisis kualitatif,
distribusi frekuensi dan tabulasi.

- Aspek Transportasi
 Kapasitas Jalan
 Parameter yang akan diamati : kapasitas jalan
 Data yang diperlukan :
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 29
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Kepadatan arus lalu-lintas maksimum yang dapat dipertahankan


sepanjang potongan jalan di sepanjang lokasi usaha/kegiatan yang
biasanya dinyatakan dengan simbol (C) dengan satuan : smp (satuan mobil
penumpang).
 Metoda pengumpulan data :
Didasarkan pada Tata Cara Pelaksanaan Survei Penghitungan Lalu Lintas
Cara Manual No. 016/T/BNKT/1990 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga. Dari data tersebut dinyatakan pengumpulan data
dilakukan melalui pengamatan dan pendataan penghitungan lalu lintas di
lapangan (lokasi yang dimaksud) dengan cara mencacah/menghitung
kendaraan-kendaraan yang lewat pada pos-pos survei yang telah
ditentukan. Agar tidak menganggu lalu lintas maka contoh kendaraan yang
diambil/dicacah adalah seluruh kendaraan yang lewat, dengan catatan
mesin gilas, kendaraan militer (tank), konvoi kendaraan jenazah tidak
termasuk jenis kendaraan yang dicacah.
 Alat-alat pengambilan sampel :
Alat tulis, alat pencacah (counter), petunjuk waktu (arloji), formulir
penghitungan lalu lintas, meteran dan perlengkapan terhadap panas, hujan,
dingin dan lainnya.
 Lokasi Pengambilan Data : dilakukan di jalan depan lokasi rencana
usaha/kegiatan dan jalan di depan lokasi kegiatan/usaha yang dipakai
sebagai analogi.
 Kinerja Simpang
 Parameter yang akan diamati : kinerja simpang
 Data yang diperlukan : Besarnya arus lalu lintas maksimum yang dapat
dipertahankan sekitas simpang-simpang yang berada berdekatan dengan
lokasi rencana proyek
 Metode Pengumpulan Data :
Didasarkan pada Tata Cara Pelaksanaan Survai Penghitungan Lalu Lintas
Cara Manual No. 016/T/BNKT/1990 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga. Dari data tersebut dinyatakan pengumpulan data
dilakukan melalui pengamatan dan pendataan penghitungan lalu lintas di
lapangan (lokasi yang dimaksud) dengan cara mencacah/menghitung

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 30
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

kendaraan-kendaraan yang lewat pada pos-pos survai yang telah


ditentukan.
 Alat-alat pengambilan sampel :
Alat tulis, petunjuk waktu (arloji), formulir penghitungan lalu lintas, meteran
dan perlengkapan terhadap panas, hujan, dingin dan lainnya.
 Lokasi Pengambilan data : dilakukan di simpang dekat lokasi rencana
usaha/kegiatan atau di simpang dekat lokasi kegiatan/usaha yang dipakai
sebagai analogi.
 Metode analisis data :
Kinerja simpang dapat dibedakan menurut bentuk pengaturan pada
simpang bersinyal (signalized) dan simpang tidak bersinyal (unsignallized).
Untuk mengetahui kinerja kedua jenis simpang tersebut dapat menggunakan
pedoman berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.

- Perparkiran
 Parameter yang akan diamati : kondisi perparkiran di rencana lokasi kegiatan.
 Data yang diperlukan : daya tampung lahan parkir yang disediakan dan
prediksi kebutuhan satuan ruang parkir (SRP) yang mungkin muncul jika
rencana kegiatan beroperasi.
 Metoda pengumpulan data : didasarkan data-data deskripsi proyek dan
pengamatan lapangan pada lokasi rencana kegiatan sejenis sebagai studi
analog.
 Alat-alat pengambilan sampel : Alat tulis, alat pencacah (counter),
petunjuk waktu (arloji), formulir, meteran dan perlengkapan terhadap panas,
hujan, dingin dan lainnya.
 Lokasi Pengambilan Data : dilakukan lokasi perparkiran
kegiatan/usaha yang dipakai sebagai analogi
 Metode analisis data :
Pedoman perancangan untuk bangunan parkir dan tempat parkir di
permukaan tanah didasarkan pada ukuran kendaraan saat ini, sebagaimana
diindikasikan bahwa ukuran mobil tidak berubah secara radikal. Lebar tempat
parkir yang direkomendasikan untuk parkir jangka lama adalah 2,30 m,
dengan ukuran ini sudah tersedia jarak 0,55 m antara lebar (persentil ke 90)
dua mobil yang diparkir di tengah-tengah di tempat yang berdekatan. Lebar
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 31
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

yang direkomendasikan ini perlu ditambah dengan 2,5 m untuk menambah


kemudahan berbelanja dan ini berlaku juga untuk tempat parkir dengan
pergantian sering. Panjang tempat parkir 4,75 m pada umumnya sudah cukup,
dengan lebar gang yang berdekatan 6 m bila sudut parkir 900. Lebar
minimum antara dua deretan kendaraan parkir adalah 15,5 m, untuk
parkirbersudut 900. Ukuran lebar ini diperoleh dari menjumlah dua panjang
tempat

parkir (2 m x 4,75 m) ditambah lebar gang (6 m). (FD Hobbs, 1995: 248).

4,75 m

15,5 m
Gang 6,0 m

4,75 m
90 
2,5 m
Gambar 1. Ruang Parkir Bersudut 90o

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 32
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Luas areal parkir yang dibutuhkan didapat dari hasil perkalian antara jumlah
kendaraan terhadap Satuan Ruang Parkir (SRP) masing-masing jenis kendaran
ditambah dengan ruang sirkulasi kendaraan (gang). Kebutuhan luas areal
parkir dinyatakan dalam persamaan berikut:
Y = X * ( SRP + G* l )
dimana: Y = luas areal parkir yang dibutuhkan (m 2)
X = akumulasi kendaraan
SRP = satuan ruang parkir kendaraan (m 2)
G = gang (m)
l = lebar kendaraan (m)

 Metode Prakiraan dan Penentuan Dampak Lingkungan


Metode yang digunakan di dalam identifikasi dampak adalah matriks dan
diagram alir. Penetapan kedua metode tersebut dianggap sesuai dengan
obyek studi, karena sifatnya yang saling menunjang dan komprehenship. Untuk
prakiraan dampak lingkungan menggunakan metode formal dan informal.
Pada metode formal dengan perhitungan matematis, sedangkan metode
informal dengan pendekatan "profesional judgement" dan analogi dilakukan
untuk mengetahui besaran dampak yang tidak dapat dikuantifikasi.
 Metode Evaluasi Dampak Lingkungan
Setelah diketahui hubungan sebab akibat antara komponen kegiatan dengan
komponen lingkungan, selanjutnya akan dievaluasi besaran serta tingkat
kepentingan dampaknya secara holistik atas komponen lingkungan yang
diprakirakan mengalami perubahan yang mendasar akibat rencana kegiatan
Review Desain Kantor Polsek tersebut, baik matematis maupun profesional
judgement.
Dari hasil bahasan evaluasi dampak yang bersifat holistik atau telaahan
secara totalitas terhadap beragam dampak lingkungan, dilakukan evaluasi
penanganan dampak besar dan penting secara garis besar (alternatif)
pengelolaan dampak negatif yang harus diminimalkan dan pengelolaan
dampak positif yang dikembangkan.

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 33
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

D. LANGKAH KERJA 4 : EVALUASI


Langkah 4, pada tahapan ini akan dilakukan proses evaluasi terhadap program
ruang, konsep desain tapak dan konsep desain arsitektur yang didasarkan pada
kebutuhan saat ini dan perencanaan yang akan datang. Disamping proses ini juga
harus memperhatikan potensi, permasalahan dan kebijakan serta legal/peraturan
daerah setempat.

Sub Langkah:
4.1. Evaluasi Program Ruang
4.2. Evaluasi Konsep Desain Tapak
4.3. Evaluasi Konsep Desain Arsitektur

Komponen Lingkungan Yang Ditelaah Karena Terkena Dampak meliputi :


1) Komponen Fisik-Kimia, yang terdiri dari :
- Iklim, meliputi komponen-komponen :
 Iklim : Temperatur dan kelembaban udara, angin, hujan, cahaya
matahari,
 Kualitas udara (gas dan debu)
 Kebisingan
 Getaran
- Fisiografi, meliputi komponen-komponen :
 Topografi bentuk lahan, struktur geologi dan jenis tanah
 Indikator lingkungan hidup yang berhubungan dengan stabilitas geologis
dan stabilitas tanah.
 Keunikan, keistimewaan dan kerawanan bentuk lahan dan batuan secara
geologis.
- Hidrologi meliputi komponen-komponen :
 Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah di sekitar
lokasi kegiatan
 Fluktuasi, potensi dan kualitas air tanah (dangkal dan dalam)
 Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air untuk air minum,
mandi dan cuci.
 Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air mengacu pada baku mutu dan
parameter kualitas air yang terkait dengan limbah yang akan keluar.

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 34
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

2) Ruang, lahan dan tanah meliputi :


- Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya pada saat usaha
dan/atau kegiatan yang berpotensi berkembang di masa datang.
- Pemilikan/penentuan lokasi bagi rencana usaha dan/atau kegiatan.
- Komponen Biologi, yang terdiri dari :
 Biota Darat meliputi komponen - komponen : Flora darat, Fauna darat
 Biota Perairan meliputi komponen - komponen : Biota air (plankton,
benthos dan mikroba air).
- Komponen Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat, terdiri dari:
 Demografi : Struktur dan pertumbuhan penduduk, Tingkat kepadatan
penduduk, Pendidikan penduduk, Kepercayaan penduduk, Mata
pencaharian penduduk, Tenaga kerja.
 Ekonomi : Tingkat pendapatan, Kesempatan kerja dan berusaha.
 Budaya : Kebudayaan (agama, adat-istiadat, nilai-nilai dan budaya),
tempat yang dikeramatkan, Sikap dan persepsi masyarakat, Pola
hubungan sosial.
 Pertahanan dan Keamanan : Konflik kepentingan dan keamanan dengan
rencana pembangunan usaha dan/atau kegiatan, Kecemburuan sosial
 Kesehatan Masyarakat : Sumber daya kesehatan, Hygiene dan sanitasi
lingkungan, Kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
 Transportasi yang meliputi komponen transportasi jalan, berupa:
kapasitas jalan, Kinerja Simpang, Perparkiran, Kenyamanan dan
keselamatan lalu-lintas

E. LANGKAH KERJA 5 : PENGEMBANGAN PERENCANAAN


Langkah 5, pada tahapan ini dilakukan proses pengembangan rancangan hasil dari
review konsep dan skenario desain tapak dan bangunan sesuai lokasi/daerah
setempat.

Sub Langkah:
5.1. Arsitektur
5.2. Struktur Bangunan
5.3. Utilitas Bangunan
5.4. Sarana dan Prasarana Lingkungan
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 35
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

5.5. Instalasi dan Perlengkapan Bangunan


5.6. Perspektif 3D

Jasa Konsultansi Review Desain Kantor Polsek diharapkan memenuhi kriteria


sebagai berikut:
- Berpedoman pada standar-standar kebutuhan tata ruang yang berlaku dan
disesuaikan dengan Peran, Fungsi, Struktur Organisasi dan Kultur Kinerja
Kesesuaian sistem fungsional dan operasional perkantoran antara lingkup tata
ruang didalam bangunan dan tata ruang antar bangunan.
- Memenuhi prinsip-prinsip dan peraturan tata ruang kota dan peraturan teknis
lainnya (termasuk standart-standart) teknis bangunan gedung yang berlaku.
Ditekankan juga memperhatikan sisi Local Generouse berupa unsur arsitektur
setempat yang dapat dipadukan dengan sistem arsitektur actual.
- Mengintegrasikan desain Review Desain Kantor Polsek dengan gedung-gedung
di sekitarnya.
- Adaptatif terhadap performa desain yang telah ada dari sisi arsitektur, struktur
konstruksi dan mekanikal elektrikal agar sinergis terhadap tuntutan kebutuhan,
sistem prosedur dengan memperhatikan kualitas desain meliputi :
 Unity (kesatuan)
 Safety (keamanan)
 Healtly (kesehatan)
 Acomodity (kebutuhan)
 Technology (berteknologi)
 Luxury (Kenyamanan)
- Hasil Perencanaan dibuat harus melalui proses asistensi dan pembahasan tim
teknis untuk kemudian diajukan kepada pihak pengguna jasa untuk mendapatkan
persetujuan.

F. LANGKAH KERJA 6 : DESAIN DETAIL (DED)


Langkah 6, pada tahapan ini akan dilakukan proses penyusunan desain detail
engineering design (DED) hasil dari pengembangan rancangan yang menghasilkan
gambar-gambar rencana detail, daftar kuantitas dan harga (RAB) dan Spesifikasi
(RKS) umum, serta spesifikasi khusus bila diperlukan.
Sub langkah :
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 36
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

6.1. Gambar Detail


6.2. Daftar Kuantitas dan Harga (RAB)
6.3. Spesifikasi (RKS)

Selama proses penyusunan dokuman perencanaan desain detail, tim konsultan


perencana harus secara rutin melakukan konsultasi atau asistensi yang intensif
dengan pihak Pengguna Jasa atau tim teknis yang mewakilinya. Pada tahap
asistensi dapat diajukan draft-draft detail desain maupun perhitungan-perhitungan
teknis sebagai media pengambilan keputusan yang dibutuhkan. Adapun penyusunan
Gambar Detail terdiri dari (minimal) :
- Gambar Detail, minimal memuat :
 Gambar Eksisting yang didapat dari hasil Pengukuran Eksisting dengan skala
1 : 500, termasuk data cross section.
 Gambar Site Plan, skala 1 : 500
 Situasi, Skala 1 : 500
 Gambar-gambar Hasil Perencanaan untuk bangunan gedung dengan skala
dan format gambar yang jelas, meliputi :
 Gambar-gambar denah, tampak potongan eksisting, denah-denah lainnya
(struktur, arsitektur, ME standart dalam gedung) yang merupakan bagian-
bagian yang telah dilaksanakan.
 Gambar-gambar denah tampak potongan rencana dan denah-denah
rencana lainnya (struktur, arsitektur, ME standart dalam gedung) yang
bagian yang harus dilaksanakan selanjutnya.
 Gambar-gambar detail (Arsitektur, Struktur, ME,) dan potongan prinsip
bangunan yang jelas.
- Gambar-gambar /skema /diagram /bagan dan detail hasil Perencanaan
Mekanikal Elektrikal (ME) antar bangunan dan yang bersifat khusus (non standart)
di dalam dan di luar gedung, dalam skala yang jelas (sesuai standart gambar
pelaksanaan) terdiri dari gambar/diagram/ bagan sistem jaringan, detail detail
dan data notasi teknis lainnya. Gambar tersebut meliputi sub pekerjaan:
 Pekerjaan Sistem Elektrikal Utama, terdiri atas :
 Pengadaan Daya PLN dan Pemasangan Transformator
 Pengadaan dan Pemasangan Genset
 Pengadaan dan pemasangan Panel ATS dan AMF
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 37
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

 Pengadaan dan pemasangan Panel LVMDP, MDP, SDP dan Kabel Power
 Pengadaan dan pemasangan armature dan lampu bagian dalam gedung
dan selasar/coridor.
 Pengadaan dan pemasangan armature dan lampu khusus ruang Bedah /
operasi, ICU/ICCU/PICU/NICU.
 Pekerjaan Lampu penerangan Lingkungan dan taman
 Sistem Penangkal Petir
 Sistem Grounding System untuk gedung dan peralatan elektrikal medis
 Sistem Sistem Telekomuniksi/ Telepon
 Sistem dan pemasangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (instalsi)
 Sistem instalasi Sound System & Nurse Call
 Sistem Pompa-pompa dan Sumur Dalam
 Sistem Instalasi Distribusi Air Bersih (dingin dan panas)
 Sistem Pengkondisian udara (Air Conditioning (AC))
 Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran (Hydrant System, Splinkler, Fire
Alarm System, Fire Istinguiser, APAR)
 Sistem Instalasi Gas Medis (Instalasi dan central Oksigen (O2), Nitrous Oxide
(N2O), Instalasi dan Central Vacum System, Instalasi dan Central Air pressure
system, Outlet gas medis).
 Sistem HEPA filter (Prefilter, Medium Filter, Hepafilter, exhause fan, fresh air
filter, fresh fan filter, instalasi ducting).
 System IT Multi Media
 System-system ME lainnya yang dibutuhkan
- Gambar-gambar /skema /diagram /bagan dan detail Perencanaan
Perancangan Interior untuk ruang-ruang yang memerlukan penataan interior
khusus dalam skala yang jelas (sesuai standart gambar pelaksanaan) terdiri dari
gambar /diagram /bagan system jaringan, detail detail.
- Gambar-gambar/skema/diagram/bagan dan detail Review Desain
Kantor Polsek dan instalasinya (standart dan yang bersifat khusus /non
standart) di dalam dan di luar gedung, dalam skala yang jelas (sesuai
standart gambar pelaksanaan) terdiri dari gambar /diagram /bagan
system jaringan, detail detail dan data notasi teknis lainnya
- Gambar-gambar /skema /diagram /bagan dan detail Hasil Perencanaan

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 38
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Infrastruktur pendukung di luar gedung, dalam skala yang jelas (sesuai standart
gambar pelaksanaan) terdiri dari gambar /diagram /bagan system jaringan,
detail detail dan data notasi teknis lainnya. Gambar tersebut meliputi sub
pekerjaan :
 Pekerjaan tanah (cut & fill)
 Jalan lingkungan dan perparkiran
 Saluran drenase air hujan
 Top dan Ground Resservoir
 Lansekap dan Penghijauan
 Pagar Antara, termasuk pintu/Gerbang.
 Bangunan Power House & Panel
 papan nama
 Pos Satpam
- Dokumen Gambar perencanaan tersebut dalam format digital (minimal) program
AutoCAD, dicetak pada kertas kalkir minimal ukuran A3 dan digandakan 10
(sepuluh belas) eksemplar. Dokumen tersebut beserta CD file berisi gambar dalam
program AutoCAD diserahkan kepada Pengguna Jasa.Adapun penyusunan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari (minimal) :

- Melakukan Review sesuai gambar perencanaan hasil Perencanaan atas item


pekerjaan berikut perhitungan Volume pekerjaan, analisa harga satuan
pekerjaan hingga perhitungan biaya pelaksanaan yang terformat dalam bentuk
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Bill of Quantity (BQ).
- Memberikan masukan kepada pihak Pengelola Kegiatan dalam menentukan
prioritas pembangunan berdasarkan dana yang tersedia. Data-data harga
bahan material dan upah harus mengacu pada sumber resmi dan diperkuat
dengan survey harga pasar pada jangka waktu pekerjaan perencanaan.
Dokumen RAB diserahkan minimal 10 (sepuluh) ganda.

Adapun penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) terdiri dari (minimal) :
- Melakukan review Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan syarat-syarat serta
spesifikasi teknis sesuai dengan hasil Perencanaan, yang berisi :
 Peraturan Umum
 Penyusunan Kontrak
 Persyaratan Pelaksanaan Teknis dan Bahan (Spesifikasi Teknis)
Jadwal Pelaksaan Pekerjaan
Bab VI - 39
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

 Daftar Resume Spesifikasi Teknis Bahan dan Material


 Bill of Quantity
- Dokumen Perencanaan dibuat dalam rangkap 10 (sepuluh) dan diserahkan
kepada Pihak Proyek pada saat pengajuan termijn terakhir.

G. LANGKAH KERJA 7 : DOKUMEN LELANG (BANTUAN ADMINISTRASI DAN


TEKNIS)
Langkah 7, proses penyusunan dokumen lelang merupakan tahapan akhir dari
pekerjaan yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelelangan dan
pekerjaan fisik di lapangan.
Sub langkah :
7.1. Gambar Rencana
7.2. Daftar Kuantitas Pekerjaan (BoQ)
7.3. Spesifikasi Umum
7.4. Gambar Teknis

Jadwal Pelaksaan Pekerjaan


Bab VI - 40
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

WAKTU PELAKSANAAN
NO URAIAN KEGIATAN MINGGU
1 2 3 4 5 6 7 8
I TAHAPAN PERSIAPAN
1 Pemahaman Materi Pekerjaan
2 Pemantapan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
3 Pemantapan Sitem Dan Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
4 Melengkapai Dan Memobilisasi Tenaga Ahli
5 Kajian Awal (Studi Literatur)
6 Pembuatan Rencana/Metodologi Survey
7 Pembuatan Rancangan/Metodogi Pembahasan
II TAHAPAN KONSEP DESAIN
1 Survei Lapanagn
a. Kondisi Tata Guna Lahan
b. Kondisi Struktur
c. Kondisi Pengguna
d. Kondisi Sarana Dan Prasarana
e. Kondisi Kelembagaan
2 Penyusunan Data Eksisting
3 Konsep Skematik Desain
III TAHAPAN PRA RENCANA
1 Penyusunan Gambar Pra Rencana
a. Gambar Pra Rencana Arsitektur
b. Gambar Pra Rencana Struktur
2 Perkiraan Biaya Pembangunan
3 Draft Rencana Kerja Dan Syarat
IV TAHAPAN PENGEMBANGAN RENCANA
1 Gambar Pengembangan Rencana
a. Gambar Rencana Arsitektur
b. Gambar Rencana Struktur
2 Draft Rencana Anggaran Biaya
3 Draft Rencana Kerja Dan Syarat
V TAHAPAN DETAIL
1 Gambar Rencana Detail
a. Gambar Rencana Arsitektur
b. Gambar Rencana Struktur
2 Rencana Anggaran Biaya
3 Rencana Kerja Dan Syarat
4 Dokumen Perhitungan Volume Pekerjaan (BOQ)
5 Laporan Perencanaan Arsitektur, Struktur Dan Utilitas
VI PENYERAHAN LAPORAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Akhir
4 Laporan Struktur
5 File Gambar Autocad Asli
6 Gambar Perencanaan
7 Hardisk Laporan Perencanaan
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

BAB VII
JADWAL PENUGASAN DAN KOMPOSISI
TIM DAN PENUGASAN

7.1 UMUM
Dalam penyelenggaraan suatu pekerjaan peran tenaga ahli yang handal dan
berkualitas dan didukung dengan kemampuan aspek keteknikan (Engineering Aspect)
dari berbagai disiplin ilmu / bidangnya masing - masing memungkinkan terlaksananya suatu
pekerjaan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai sasaran / tujuan yang telah
ditentukan. Dalam melaksanakan pekerjaannya, konsultan terikat pada metoda dan
kriteria / pedoman yang berlaku dalam lingkungan Cipta Karya secara khusus dan umumnya
metoda dan standar yang diakui di Indonesia.

Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung Serbaguna GKPI Limbu Sedulun. Dinas


Pekerjaan Umum Penataan Ruang, Perumahan Dan Kawasan Pemukiman, Kabuapten Tana
Tidung Tahun Anggaran 2020.
Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan adalah selama 60 (Enam Puluh) Hari Kalender
terhitung mulai dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Konsultan harus
membuat jadual rencana kerja yang jelas mengenai metode pelaksanaan dan jadual personil
yang ditugaskan. Maka perlunya dilampirkan komposisi tim dan penugasan personil dengan
tujuan agar dapat berjalan sesuai rencana kerja.
Tabel Komposisi tim dan Penugasan Personil Terlampir seperti di bawah ini :

Jadwal Penugasan & Komposisi Tim Penugasan Tenaga Ahli


` Bab VII - 1
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

TENAGA AHLI
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN TENAGA AHLI LINGKUP KEAHLIAN POSISI URAIAN PEKERJAAN Jmlh
LOKAL / ASING DIUSULKAN ORANG
BULAN

BASIRUN, ST CV.GRAHA LOKAL SKA Ahli Teknik Tenaga Ahli Membuat schedule kegiatan atau 1 org
jadwal kegiatan pekerjaan.
MITRA Bangunan Gedung - Teknik 2 BLN
NUSANTARA Madya Bangunan Memonitor atau memantau
KONSULTAN Gedung (Team progress pekerjaan yang
Leader) dilakukan tenaga ahli.

Bertanggung jawab dalam


melaksanakan supervisi
langsung dan tidak langsung
kepada semua karyawan yang
berada di bawah tanggung
jawabnya, antara lain
memberikan pelatihan kepada
karyawan agar dapat mencapai
tingkat batas minimum
kemampuan yang diperlukan
bagi teamnya dan dapat
menerapkan sikap disiplin
kepada karyawan sesuai
dengan peraturan yang berlaku
di perusahaan. Bertanggung
jawab dalam melaksanakan
koordinasi dalam membina
kerja sama team yang solid.
Bertanggung jawab dalam
mencapai suatu target pekerjaan
yang telah ditetapkan dan sesuai
dengan aturan.
Jadwal Penugasan & Komposisi Tim Penugasan Tenaga Ahli
Bab VII - 2
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Mengkoordinir seluruh aktifitas


Tim dalam mengelola seluruh
kegiatan baik dilapangan
maupun dikantor.
Bertanggung jawab terhadap
Pemberi Pekerjaan yang
berkaitan terhadap kegiatan tim
pelaksana pekerjaan.
Membimbing dan
Mengarahkan anggota team
dalam mempersiapkan semua
laporan yang diperlukan.
Melakukan pengecekan
hasil pekerjaan yang telah
dilaksanakan.

Melaksanakan Presentasi
dengan direksi pekerjaan dan
instansi terkait.

JATI CV.GRAHA LOKAL SKA Ahli Arsitek- Ahli Arsitektur Bersama tim dalam menyusun 1 org
NUGRAHA, ST MITRA madya program kerja, jadwal dan 2 BLN
NUSANTARA metodologi kegiatan, terutama
di aspek Arsitektur Melakukan
KONSULTAN survey dan observasi baik secara
primer maupun secara sekunder
Melakukan analisis daya
dukung dan daya tampung
lingkungan terhadap aspek
arsitektur
Membuat model perencanaan
aritektur suatu
kawasanMenyusunrekomendasi
pengembangan kawasan
berwawasan lingkungan hidup
berdasarkan aspek Arsitektur
Jadwal Penugasan & Komposisi Tim Penugasan Tenaga Ahli
Bab VII - 3
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

Melakukan analisa, perhitungan


dan perencanaan struktur /
konstruksi bangunan

Menyusun pelaporan dan


perhitungan struktur
Melakukan koordinasi dengan
Team Leader, tenaga ahli
yang lain dan tenaga pendukung
yang ada
Membuat analisa teknis dan
persyaratan bahan Mampu dalam
memberikan pemecahan
terhadap permasalahan yang
muncul dalam tahap pelaksanaan
akibat
kesalahan
perencanaanMelakukan kontrol
kualitas dokumen perencanaan

Bertanggung jawab kepada Team


Leader; Sebagai penanggung
jawab teknis tertinggi
pelaksanaan\Pengendalian
Rencana Desain Elektrikal dalam
konstruksi;

Bertanggung jawab atas hasil


evaluasi dan koreksi Rencana
Desain Elektrikal yang
dihasilkan oleh Perencana
Mekanikal; Melakukan
koordinasi antar bidang/disiplin
secara internal dalam organisasi
tim konsultan

Bertanggung jawab atas


Jadwal Penugasan & Komposisi Tim Penugasan Tenaga Ahli
Bab VII - 4
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

perhitungan (kualitas &


kuantitas) hasil kemajuan
pekerjaan di lapangan untuk
bidang Elektrikal Bangunan.

Melaksanakan Semua Kegiatan


Yang Mencakup Pengumpulan
Data Harga Satuan Bahan Dan
Upah,

Menyiapkan analisa
harga satuan pekerjaan,
Membuat perhitungan
kuantitas pekerjaan
Membuat perkiraan biaya
pekerjaan konstruksi, serta harus
menjamin bahwa data,
Perhitungan analisa harga satuan
dan perhitungan kuantitas
pekerjaan yang dihasilkan adalah
benar dan akurat.
Bertanggung Jawab Terhadap
Hasil Pekerjaannnya
Bertanggung jawab pada Team
Leader

ARIF RAHMAN CV.GRAHA LOKAL Administrasi Administrasi Membuat dan melakukan 1 org
HAKIM MITRA verifikasi bukti-bukti 2 BLN
pekerjaan yang akan dibayar
NUSANTARA oleh Owner sebagai pemilik
KONSULTAN proyek

Membackup semua data-data


administrasi pekerjaan

Bertanggung jawab penuh dalam


hal administrasi proyek
Jadwal Penugasan & Komposisi Tim Penugasan Tenaga Ahli
Bab VII - 5
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBA GUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

BAB VIII

JADWAL PENUGASAN PERSONIL

Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Bab VIII - 1
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBA GUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TIDUNG


DINAS PEKERJAAN UMUM PENATAAN RUANG
PERUMAHAN DAN KAWASAN PEMUKIMAN

PPK DINAS PEKERJAAN UMUM PENATAAN RUANG


PERUMAHAN DAN KAWASAN PEMUKIMAN

INSTANSI
CV. SARANG TEKNIK CONSULTANT PERENCANA
TERKAIT

TEAM LEADER
ADMINISTRASI
Basirun, ST
Arif Rahman Hakim

AHLI ARSITEK
Jati nugraha, ST

Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Bab VIII - 2
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBA GUNA GKPI LIMBU SEDULUN

No Nama Personil Penugasan Bulan ke 1 Bulan ke 2 Orang


Bulan
Minggu ke Minggu ke

1 2 3 4 5 6 7 8

Nasional

1 BASIRUN,ST Tenaga Ahli Teknik Bangunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1


Gedung

2 JATI NUGRAHA, ST Ahli Arsitek- Madya 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 ARIF RAHMAN HAKIM Adminstrasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1

SubTotal 3

Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Bab VIII - 3
PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG SERBA GUNA GKPI LIMBU SEDULUN
USTEK

PENUTUP

Demikian usulan teknis pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung


Serba Guna GKPI Limbu Sedulun, Kabupaten Tana Tidung.Tahun Anggaran
2020 untuk penyedia Jasa CV. GRAHA MITRA NUSANTARA KONSULTAN ini
dibuat berdasarkan pemahaman Kerangka Acuan Kerja (KAK) beritaa cara
Aanswizing dan bahan masukan lainnya yang dibutuhkan.

Kami berusaha selengkap dan sebaik mungkin untuk memberikan


informasi, menelaah dan menyajikan dokumen ini, dengan harapan bias ikut
berpartisipasi dalam Paket Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung
Serba Guna GKPI Limbu Sedulun. Kabupaten Tana Tidung.Tahun Anggaran
2020.

TANA TIDUNG, 07 AGUSTUS 2020

CV. GRAHA MITRA NUSANTARA KONSULTAN

GUNTUR TAUFIK,ST
Direktur

Tahun Anggaran 2020

Anda mungkin juga menyukai