1.1 PENDAHULUAN
Tugas Konsultan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang mencakup
pekerjaan pokok, yaitu : “Supervisi”. Tujuan dari pekerjaan konsultan ini adalah
untuk jasa Konsultan Pengawas pada pekerjaan Supervisi Konstruksi yang pada
pelaksanaan pekerjaannya secara garis besar dapat dipisahkan menjadi
pekerjaan pengawasan dan value engineering, secara skematik dapat dilihat
pada Gambar E.1.
Tiap bidang tersebut di atas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai
atau menunjukkan tendensi yang tidak mengembirakan. Dengan mengetahui
keadaan dan situasi masalah dengan benar, maka langkah-langkah yang diambil
untuk mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.
Ko V o
de Uraian lum Kete
Peke Pekerjaan e rang
rjaa Perk an
n iraa
n
Peralatan/ Jum T enaga Jum Jeni Jum
A lat lah Kerja lah s lah
Bah
an
Catatan :
Diperiksa Diajukan
/Disetujui oleh
Konsulta Kontraktor
n
( )
( )
Contoh Formulir Request dari Kontraktor
Kontraktor :__ _____ ____ NamaProyek : Dokumen
No. _ LokasiProyek: No.
LAPORAN CUACA
Bulan Jenis Tanggal :
:__ _____ ____
:
_ Pekerjaan Revisi
No :
:
Halama :
n
TANGGAL
Kondisi Curah
Hujan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Gerimis
Sedang
Lebat
TANGGAL
Kondisi Curah
Hujan 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Gerimis
Sedang
Lebat
1. Dokumen 1 Time Schedule 1. Monthly Certificate 1. Berita Acara PHO Berita Acara
Kontrak FHO
Drawin
g
Dipertanggungjawabka
n
Konsulta
n
Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktifitas jenis pekerjaan yang
ditangani dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan
kerja daripada semua eksponen terkait menjadi factor utama darikelancaran
progress yang hendak dicapai.
Pada tahap ini, gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Perambuan Darurat
Seperti pada tahap perencanaan, maka perambuan pada tahap
pelaksanaan pun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang
memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja
yang berada pada daerah perambuan.
Rambu-rambudarurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya
rambu peringatan, rambu perintah, dan larangan serta rambu petunjuk, juga
rubber cone serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta
jaraknya seperti ditujukan pada keperluan ”rambu darurat”.
Disamping itu diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang
beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat
dengan warna crossing “kuning-biru” dan setiap jarak tertentu
diberitanda“spotlight”atau cat berpendar yang bias dilihat bila kena sorot
lampu pada malam hari. bisa juga dengan lampu-lampu sebagai
pengganti spotlight.
2) Sistem transportasi pada lokasi proyek Pengaturan transportasi, adalah
sebagai berikut:
Pintu keluar/masuk kendaraan proyek pada daerah kerja ditentukan, rute
perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada
prinsipnya tidak boleh ada arah “crossing” sehingga tidak ada konflik.
Dump truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri, dan berderet
kebelakang namun harus masih tetap dalam area perambuan.
Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan
penutup bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak
tercecer di muka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin
bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan
fatal.
Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan
keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta
bantuan pengawal dari pihak kepolisian
3) Atribut pada tenaga kerja
Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal
dan terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan
pemakaian baju rompi refleksionis warna orange yang harus selalu
dikenakan pada saat melaksanakan tugas. Penggunaan topi di lapangan
juga dianjurkan sebab sangat membantu mengurangi keletihan akibat terik
matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi di jalan
yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat membahayakan dan
mengurangi akurasi kerja.
4) Astek (Asuransi Tenaga Kerja)
Jaminan perlindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah
beresiko tinggi adalah mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut harus
dijamin dengan asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal dengan Astek.
Revisi desain, sedemikian hingga didapat desain yang lebih murah, lebih
mudah dan lebih cepat pelaksanaannya, namun tetap aman dari segi
konstruksi dalam periode pelaksanaan, tidak tertutup kemungkinan dapat
dilakukan review design untuk penyesuaian-penyesuaian lapangan atas
dasar pertimbangan teknis dan biaya serta kondisi lapangan.
Menerapkan metode konstruksi, termasuk manajemen operasi alat berat,
sehingga didapat penggunaan alat yang tepat guna, ideal, optimal, dan
efisiensi. Dengan cara ini diharapkan diperoleh biaya yang lebih murah dan
waktu pelaksanaan bisa dipercepat.
Dengan adanya analisa yang baik dalam “construction method” diharapkan
peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk
menangani suatu proyek. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efisiensi,
diperlukan suatu rencana/metode kerja yang tepat. Kebutuhan peralatan dan
pengendalian biaya proyek dapat ditentukan dari metode kerja yang dipakai.
1. Rencana kerja value engineering sebagai berikut:
a. Phase pemilihan(seleksi)
Memilih proyek : Apa yang dipelajari (studi)?, siapa akan melaksanakan?,
Apa yang perlu diketahui untuk mulai studi tersebut?
b. Informasi(investigasi)
Periksa proyek : Proyek apakah itu?,Apa masalahnya?, Berapa
biayanya?, Apa saja yang telah dilaksanakan?, Apa fungsi keduanya?,
Berapa biayanya?
c. Spekulasi
Spekulasi atas alternative : apa guna fungsi yang lainnya?, Dimana saja
yang ada?, Bagaimana fungsi itu akan tampil?
d. Evaluasi
Evaluasi alternatif :Apakah tiap ide dapat berjalan?, Berapa biayanya?,
Apakah tiap ide memenuhi fungsi dasar?, Alternatif mana yang terbaik?
2. Pendekatan Kondisi Kerja
Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi
berdasarkan kondisi sebagai berikut:
Hari minggu dan hari resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar
target penyelesaian atau memindahkan alat ke lokasi lain atau kondisi
khusus.
Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance
peralatan.
Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan untuk
overtime.
3. Analisa waktu penyelesaian
Total volume pekerjaan = V (ton)
Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)
Waktu yang diperlukan : T = V/Q (jam, konversikan ke bulan)
4. Pola dan kerangka pemikiran manajemen operasialat berat
Analisis efisiensi alat berat pekerjaan pengaspalan proyek jalan berdasarkan
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Analisis system pengoperasian alat berat sangat penting pengaruhnya
dalam rangka efisiensi pelaksanaan proyek.
Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump truck yang
digunakan, dan biaya alat.
Analisis tersebut menghasilkan :jangka waktu pelaksanaan
pembangunan, jenis alat, kapasitas alat, jumlah alat, pengaturan dan
penempatan alat berat, bahkan dapat menghasilkan penghematan biaya
operasi alat.
Penghematan biaya opersi alat (operating cost) inilah dapat merupakan
salah satu komponen untuk value untuk value engineering, disamping
komponen proyek lainnya.
BAB II
PROGRAM KERJA
2.1 UMUM
Pelaksanaan pekerjaan layanan konsultasi, perlu adanya suatu program kerja
yang konsepsional, efektif dan efisien sedemikian sehingga setiap aktivitas kerja
terprogram dengan baik dalam rangka mencapai target sukses pekerjaan.
Program kerja yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam
Kerangka Acuan Kerja atau Terms of Reference (TOR).
Dalam penyusunan program kerja antara lain dan tidak terbatas berdasarkan
pada :
Ruang lingkup pekerjaan
Volume pekerjaan
Batas waktu.
Keahlian personil
Jumlah personil
Peralatan yang dipakai
Schedule mobilisasi
Arahan Pemberi Tugas
Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya
Secara garis besar program kerja tersebut diuraikan seperti berikut ini :
Untuk melaksanakan pekerjaan secara tepat waktu dan hasil dengan mutu
yang tinggi akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal kerja yang
direncanakan.
Rencana kerja disusun dan dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan
efektif dan waktu pelaksanaaannya. Rencana kerja disusun secara sistimatis
dengan tujuan agar tercapai sasaran dan tujuan pekerjaan ini.
Untuk mendapatkan efektivitas tinggi atas input konsultan dan untuk
menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien, kita perlu mengikuti
suatu perencanaan dan pelaksanaan system layanan konsultansi yang ketat.
Hanya dengan cara ini baik kualitas maupun kuantitas pekerjaan dapat
dikontrol sambil menghindari beban pekerjaan puncak yang cukup besar.
Beban puncak dalam pekerjaan memerlukan mobilisasi staff tambahan dan
pengenalan terhadap proyek dan pada umumnya mengakibatkan
berkurangnya kualitas pekerjaan, hal ini diupayakan dihindari.
2.3 KOORDINASI
Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan melakukan
koordinasi secara rutin dengan pimpinan proyek, unsur proyek, instansi terkait
dan koordinasi internal konsultan.
1. Pemimpin Proyek
Koordinasi dengan Pemimpin Proyek perlu dilakukan secara rutin dan dengan
frekuensi yang cukup.
2. Unsur Proyek
Selamawaktu pelaksanaan akan dilakukan “Monthly Project Meeting” antara
konsultan, kontraktor dan Pemimpin Proyek, disini bisa dievalusi, dimonitor
dan dibahas hal-hal antara lain :
Membahas pekerjaan yang kan dikerjakan, agar tidak terjdi keragu-raguan
atau kesalahan dalam pelaksanaan
Management / pengaturan / penempatan alat beratkontraktor
Kemajuan pekerjaan
Informasi-informasi yang perlu disampaikan pada kontraktor dan atau
sebaliknya
Masalah-masalah dilapangan dan pemecahannya
Rencana kerja kontraktor untuk bulan berikutnya
3. Pengawasan Kuantitas
Pekerjaan yang perlu diawasi dengan teliti dan cermat selama pengawasan
kuntitas antara lain sebagai berikut :
Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran
Metode perhitungan
Lokasi kerja
Jenis pekerjaan (work item)
Tanggal diselesaikannya pekerjaan
4. Catatan-Catatan Teknis
Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk
memberikan petunjuk-petunjuk kepada kontraktor guna meningkatklan aspek-
aspek pekerjaan fisik, metode kerja/construction methode dan lain-lain.
Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk
pekerjaan yang hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi.
2.5 PELAPORAN
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah :
1. Laporan Pendahuluan, berisi:
Konsultan harus menyerahkan laporan pertama yang isinya melaporkan
mengenai jadwal rencana kerja dan tahapan pelaksanaan pekerjaan secara
lengkap dan terperinci termasukkuantitas masing-masingpekerjaan serta
personil - personil pendukung Konsultan yang telah disetujui aktif di lapangan.
Struktur dan sistematika Laporan Pendahuluan yang akan kami siapkan
adalah sebagai berikut:
a. Lembar Pengesahan
Lembar pengesahan merupakan lembar persetujuan dari pihak pengguna
jasa bahwa laporan yang diberikan sudah disetujui baik secara bentuk,
struktur dan sistematika maupun data yang dilampirkan.
b. Kata Pengantar
Berisi tentang kalimat-kalimat pembuka laporan dan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak terlibat
c. Daftar Isi, Daftar Tabel dan Daftar Gambar
Berisi sistematika laporan beserta halaman
d. Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran yang akan
dicapai dalam pelaskanaan pekerjaan ini.
e. Bab II Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan
Berisi tentang informasi lokasi pekerjaan dan kondisi eksisting
f. Bab III Data Proyek
Berisi tentang data pengguna jasa, konsultan supervisi dan kontraktor
pelaksana, nomor kontrak, nomor adendum, biaya pelaksanaan
g. Bab IV Program Kerja
Berisi tentang rencana kerja secara keseluruhan dari pelaksanaan
pekerjaan, metodologi dan pendekatan teknis yang akan dilakukan serta
sistem penjadwalan.
h. Bab V Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan dan saran untuk kelancaran proses pelaksanaan
pekerjaan.
i. Lampiran
Berisi tentang kontrak, format laporan, Rencana Anggaran Biaya Fisik,
gambar kerja, berita acara PCM, Pengukuran lapangan dll, serta Foto
Dokumentasi kondisi awal.
2. Laporan Akhir
Pada akhir masa layanan jasa, konsultan harus menyerahkan laporan akhir
sebanyak 5 (lima) set untuk setiap paketfisik bersama-sama dengan Gambar
Sebenarnya Terbangun/Terpasang (as built drawing) dan dilengkapi dengan
foto dokumentasi proyek.
Kalkir gambar tersebut dan negatif film serta cetakannya akandikirim ke
instansi yang diberi tugas untuk menyimpan dan memelihara dan bila
diperlukan sewaktu-waktu dapat dipinjam.
Isi laporan akhir secara garis besarnya harus menceritakan secara ringkas
dan jelas mengenai metoda pelaksanaan konstruksi, realisasi biaya pekerjaan
dan perubahan- perubahan kontrak yang terjadi, lokasi-lokasi sumber material
dan hasil pengujian mutupekerjaan,personil konsultan dan kontraktor yang
terlibat, pelaksanaan pengawasan konstruksi yang telah dilaksanakan,
rekomendasi tentang cara pemeliharaan dikemudian hari dan segala
permasalahan yang kemungkinan besar akan timbul pada pekerjaan yang
baru saja dilaksanakan, serta saran-saran tentang perbaikan yang perlu
dilakukan pada proyek-proyek berikutnya untuk pekerjaan yang serupa /
sejenis.
Untuk memudahkan penjilidan dan penggunaannya, laporan akhir ini dapat
dibuat menjadi beberapa buku yang terpisah yang terdiri dari :
a. Laporan Pendahuluan/Umum + Laporan Proses Verbal termasuk laporan
kualitas hasil pekerjaan.
b. Laporan Quantity (Perhitungan Akhir Kuantitas terlaksana)
c. Gambar Terlaksana (As Built Drawings) dan foto dokumentasi pekerjaan
(awal, pertengahan dan akhir (Foto :0%, 50% dan100%).