Anda di halaman 1dari 45

PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

1.1 PENDAHULUAN
Tugas Konsultan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang mencakup
pekerjaan pokok, yaitu : “Supervisi”. Tujuan dari pekerjaan konsultan ini adalah
untuk jasa Konsultan Pengawas pada pekerjaan Supervisi Konstruksi yang pada
pelaksanaan pekerjaannya secara garis besar dapat dipisahkan menjadi
pekerjaan pengawasan dan value engineering, secara skematik dapat dilihat
pada Gambar E.1.

1.2 GARIS BESAR TUGAS PENGAWASAN


Tugas Konsultan Pengawas secara garis besar dapat dipisahkan menjadi
delapan bagian sebagai berikut di bawah ini :
 Pengendalian Teknis
 Pengendalian Atas Proses Koordinasi Terkait
 Pengendalian Administrasi Proyek
 Verifikasi Hasil Pekerjaan Kontraktor
 Kontrol Sistematik Terhadap Kegiatan Lapangan
 Kunjungan Lapangan/SiteVisit
 Pengontrolan Proyek
 Sistem Informasi Manajemen Proyek
1.3 PENGENDALIAN TEKNIS
Bertindak untuk dan atas nama pemberi tugas mengendalikan pelaksanaan fisik
pembangunan yang dilakukan oleh kontraktor dengan rentang meliputi “pre
audit”, “monitoring” dan “post audit”.

Lingkup pengendalian antara lain, meliputi :


 Aspek mutu hasilpekerjaan
 Aspek volumepekerjaan
 Aspek waktu penyelesaianpekerjaan
 Aspek biaya keseluruhanpekerjaan

Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang


tercantum dalam kontrak pemborongan.
1. Rentang kendali pre-audit
Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “pre-
audit” adalah seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan pengawasan,
yang terdiri dari :
 Pengumpulan dan analisa terhadap data
 Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap kondisi
lapangan
 Pemeriksaan terhadap kesiapan kontraktor,yang meliputi material,
peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan

Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan


akan menghasilkan catatan mengenai seluruh pekerjaan, antara lain :
 Jenis pekerjaan
 Kuantitas pekerjaan
 Kualitas yang dipersyaratkan
 Schedule pelaksanaan
 Schedule pembayaran

Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil


perencanaan ke lokasi untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut
telah sesuai dengan kondisi yang ada.
Apabila ternyata dari hasil pengecekan hasil desain tidak sesuai dengan
kondisi lapangan, Konsultan Pengawas akan membuat alternatif lain yang
sesuai untuk diajukan kepada Pemberi Tugas.
Material dan peralatan yang didatangkan kontraktor akan diperiksa terlebih
dahulu oleh konsultan sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan. Jadwal waktu yang dibuat Kontraktor akan diteliti lebih dahulu
apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan dilaksanakan
dengan perkiraan tenaga kerja/tukang yang akan mengerjakannya serta alat
yang akan digunakan. Apabila menurut analisa tidak seimbang antara volume
tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu yang tersedia maka Konsultan
akan menyarankan Kontraktor untuk menyiapkan tenaga kerja dan peralatan
yang memadai agar bisa selesai tepat pada waktunya.
Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya
pekerjaan tambahan sebagai akibat dari perubahan desain dan pertambahan
volume pekerjaan. Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan
akan menggantikan nilai pekerjaan tambah itu dengan pengurangan
pekerjaan lainnya sehingga terjadi kompensasi dan tidak memerlukan
biaya tambah sepanjang hal tersebut memungkinkan dan mendapat
persetujuan dari Pemimpin Proyek. Dalam hal ini, konsultan berusaha untuk
menghindari pekerjaan tambah, justru mengupayakan pekerjaan kurang jika
memang dari evaluasi teknis dan biaya memungkinkan untuk dilakukan
pekerjaan kurang.

2. Rentang kendali monitoring


Kegiatan pengendalian teknis rentang “monitoring” adalah kegiatan-kegiatan
yang dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun Konsultan
Pengawas telah melakukan “pre-audit”, namun setiap langkah pelaksanaan
pekerjaan akan terus dimonitor agar kalau terjadi penyimpangan segera
diketahui dan dapat diluruskan kembali sesuai petunjuk yang benar. Selama
periode ini konsultan akan selalu melakukan evaluasi terhadap kemajuan dan
kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor.
Dalam melakukan monitoring, kerja sama antara anggota tim harus dijaga
sebaik- baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat
sehingga kerugian yang menyangkut aspek mutu, volume, waktu dan biaya
keseluruhan hasil pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya.
Selain mengawasi pekerjaan fisik, Konsultan Pengawas juga memonitor
aspek lingkungan sekitar proyek agar jangan sampai pelaksana lapangan
berikut tukang- tukangnya mengganggu, mematikan serta merusak flora dan
fauna yang ada. Faktor keselamatan kerja juga akan dipantau secara rutin
dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.

3. Rentang kendali post audit


Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi
kontraktor. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk pengajuan pembayaran
senilai hasil kerjanya. Namun kontraktor tidak akan bisa menyajikan
permintaan pembayaran sebelum mendapat rekomendasi dari konsultan
pengawas bahwa hasil pekerjaannya sudah memenuhi persyaratan teknis
atau tidak.

1.4 PENGENDALIAN ATAS KORDINASI TERKAIT


Konsultan Pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian teknis
tersebut di atas berkewajiban mengendalikan proses koordinasi yang perlu
dilakukan oleh pihak lain (khususnya oleh Pemberi Tugas).
Koordinasi dengan instansi terkait, antara lain dilakukan dengan :
 Pemimpin proyek fisik
 Pengendali pelaksanaan proyek fisik
 Konsultan lain yang terkait
 Instansi terkait lainnya

1.5 PENGENDALIAN ADMINISTRASI PROYEK


Dalam hal ini Konsultan Pengawas berkewajiban merancang, memberlakukan
serta mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi proyek
yang diawasinya, yaitu mencakup antara lain surat, memorandum, risalah,
laporan, contoh barang, foto, berita acara, gambar, sketsa, brosur, kontrak dan
addendum dan lain-lain yang dianggap perlu.
Langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan Konsultan Pengawas untuk
maksud di atas adalah:
 Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai tuntas
maksud dari surat masuk maupun keluar
 Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam pelaksanaan
tugas konsultan
 Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi persyaratan
yang ditetapkan baik kualitas dankuantitas
 Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan
 Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar
sebelum maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan
 Membantu/menyiapkan addendum serta lain-lain yang dianggap perlu.

1.6 VERIFIKASI HASIL PEKERJAAN KONTRAKTOR


Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan
bahwa hasil pekerjaan kontraktor telah memenuhi segala persyaratan untuk
proses selanjutnya, yaitu persetujuan Pemberi Tugas.

1.7 KONTROL SISTEMATIK TERHADAP KEGIATAN LAPANGAN


Dalam konteks lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi kontrol
manajemen proyek konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan perlu
diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan
setengah-tengah atau dengan cara perencanaan yang mendadak akan
mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi
masalah ini, diperlukan suatu kontrol yang sistematik. Pengawas lapangan perlu
menerapkan sistem kontrol yang baik di lapangan.
Kontrol yang sistematik terhadap kegiatan di lapangan memiliki tiga tujuan, yaitu
:
 Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa
bidang kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan yang terjadi, maka
harus dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja untuk
mengatasinya.
 Memastikan bahwa pekerjaan pengawasan berjalan secara benar sehingga
peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.
 Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh proyek tidak
dilampaui bila tidak terjadi perubahan kontrak.

Bidang-bidang sasaran kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu


peninjauan di lapangan yaitu :
 Pencapaian target kemajuan fisik.
 Pencapaian target keuangan.
 Pengadaan dan pembelian barang, bahan, dan peralatan.
 Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan
efisiensi kerja lapangan.
 Pemantapan kerja sama antar pekerja proyek dari seluruh bagian/divisi.
 Hubungan dengan pihak pemilik.

Tiap bidang tersebut di atas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai
atau menunjukkan tendensi yang tidak mengembirakan. Dengan mengetahui
keadaan dan situasi masalah dengan benar, maka langkah-langkah yang diambil
untuk mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.

1.8 KUNJUNGAN LAPANGAN/SITE VISIT


Frekuensi kunjungan ke lapangan tergantung dari pentingnya keadaan lapangan,
sifatnya dapat secara harian, mingguan. Frekuensi kunjungan juga dapat
bergantung pada tahapan dari Pemimpin Proyek yang mengelolanya beserta
para timnya sesuai urgensi.

1.9 PENGONTROLAN PROYEK


Merencanakan dan membangun adalah suatu aktivitas yang dinamis dan
sistematik dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu schedule
pekerjaan/kurva S pekerjaan yang telah disetujui sebagai pegangan untuk
pelaksanaan harus secara periodik atau sesuai kondisi dikontrol kembali
terhadap pelaksanaan fisik di lapangan. Berbagai pertanyaan dapat mendasari
pengontrolan terhadap pelaksanaan :
 Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati?
 Jika tidak ditepati, apakah dalam jangka pendek atau segera? alasannya?
pengaruhnya terhadap keseluruhan pekerjaan?
 Jika ternyata tidak dilaksanakan segera, apakah item pekerjaan tersebut
masih layak dilaksanakan dalam jangka panjang? pengaruhnya terhadap
waktu pelaksanaan? masih mungkinkah diselesaikan?

Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannyaproyek


seperti yang dikehendaki dengan memperhatikan waktu dan cara pengontrolan
yang tepat.
1. Jarak waktu kontrol
Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi 2 macam rentang waktu yaitu 1-2
minggu untuk aktivitas yang tidak kritis dan kurang dari 1 minggu untuk aktivitas-
aktivitas yang kritis.
2. Cara mengontrol waktu pelaksanan pekerjaan.
Dibedakan 3 cara mengontrol, yaitu:
 Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai : Disajikan langkah-langkah cara
mengontrol seperti bagan alir seperti pada Gambar E.2.
 Untuk pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai (terlambat dimulai)
 Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti bagan alir pada Gambar
E.3.
 Uji pekerjaan sudah berjalan dan seharusnya sudah selesai (terlambat
penyelesaiannya)
 Disajikan langkah-langkah cara mengontrol seperti bagan alir Gambar E.4.
1.10 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PROYEK
Sistem informasi manajemen proyek pada hakekatnya adalah suatu system
untuk mendukung pihak Pimpinan Proyek dalam memantau dan
mengendalikan proyek.
Tujuan sistem ini untuk digunakan pihak Pemilik dalam mendapatkan informasi
proyek setiap saat atau secara berkala, cepat dan akurat. Sistem ini dibuat dan
dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan kondisi yang
dihadapi di lapangan serta mengintegrasikan keinginan-keinginan dari Pihak
Pemimpin Proyek yang mewakili Pemilik Proyek tentang apa-apa yang mau
dimonitor dan dikendalikan.
Setiap saat hasil pekerjaan fisik bertambah banyak menurut rencana dan
dijabarkan dalam besaran uang dan besaran waktu. Di sisi lain untuk
mengontrol mutu pekerjaan, peranan sistem informasi manajemen proyek
hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu pekerjaan dilakukan
oleh Konsultan/Engineer yang menguasai di bidang tersebut dan harus
dilaksanakan di lapangan dan berdasarkan hasil laboratorium. Tolak ukur
pengukuran mutu pekerjaan adalah dokumen tender (spesifikasi pekerjaan).
Data proyek sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada
Pemberi Tugas, karena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data proyek
yang telah dikumpulkan secara periodic kemudian diolah/diproses untuk
dijadikan informasi proyek (laporan proyek). Artinya laporan proyek dapat
diketahui perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual). Dari
laporan proyek ini Pemimpin Proyek baru dapat mengevaluasi tentang
perkembangan proyeknya, pertumbuhan dari tiap-tiap pekerjaan di lapangan
dengan diperbandingkan terhadap rencana.
Pemimpin Proyek mengendalikan proyeknya dengan keputusan-keputusan
yang dibuat dan di implementasikan ke lapangan. Hasil dari implementasi
tersebut menciptakan data proyek baru dan dengan demikian siklus “project
management control system” berulang kembali. Siklus ini baru berhenti apabila
proyek telah selesai.

1.11 FUNGSI KONSULTAN PENGAWAS


Fungsi Konsultan Pengawas pada dasarnya dibagi dalam 2 fungsi, yaitu :
Fungsi Administratif dan Fungsi Pengawasan.
1. Fungsi administratif, terdiri dari:
 Membantu Pemimpin Proyek/Pemimpin Bagian Proyek Fisik dalam
memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang
tercantum dalam dokumen kontrak terutama sehubungan dengan
penentuan kewajiban dan tugas kontraktor.
 Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum
atas pekerjaan konstruksi.
 Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa
foto-foto yang dibuat sebelum proyek berlangsung,sedang dan proyek
selesai serta kejadian di lapangan lainnya.
 Menyiapkan rekomendasi sehubungan dengan “Contract Change Order“
dan “Addendum” sehingga perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan
dapat dibuat secara optimal dengan mempertimbangkan semua aspek
yang ada.
 Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.
2. Fungsi pengawasan (supervisi) meliputi:
 Membantu Pemimpin Proyek Fisik dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar
pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan desain, persyaratan dan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak serta jadwal
waktu yang telah ditetapkan.
 Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara
terperinci untuk mendukung review design (bila ada), membantu
Pemimpin Proyek Fisik sehingga perubahan desain tersebut dapat
dilaksanakan.
 Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan
perhitungan volume pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar
pembayaran sehingga semua pengukuran pekerjaan perhitungan volume
dan pembayaran didasarkan kepada ketentuan yang tercantum dalam
dokumen kontrak.
 Meninjau pengadaan personil dan peralatan kontraktor sesuai dengan
kebutuhan yang dipersyaratkan.
 Memantau dan mengecek pengendalian mutu dan volume pekerjaan
untuk sertifikasi “Monthly Certificate (MC)”
 Melakukan pengecekan dan persetujuan gambar terlaksana (as build
drawing).
 Membantu Pemimpin Proyek Fisik dalam menyiapkan pelaksanaan
“Provisional Hand Over”.
 Membantu Pemimpin Proyek Fisik dalam pengawasan pekerjaan dalam
periode pemeliharaan.

1.12 TANGGUNG JAWAB KONSULTAN PENGAWAS


Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh kepada Pemimpin Proyek
bahwa hasil pelaksanaan pembangunan proyek yang dilaksanakan oleh
kontraktor adalah benar-benar sesuai ketentuan dalam kontrak pemborongan.
Konsultan akan memberikan jaminan segala izin kerja, persetujuan dari setiap
jenis/langkah pelaksanaan dan persyaratan konstruksi yang telah
dikeluarkan.

1.13 PENGENDALIAN MUTU


Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengetahui kekuatan konstruksi
yang tidak bisa dilakukan di lapangan, antara lain tidak hanya terbatas pada
test material hotmix dan lainnya seperti disebutkan dalam spesifikasi.
1.14 LABORATORIUM DAN PERSONIL
Personil/tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup
berpengalaman dan mengenal baik tentang testing laboratorium maupun
lapangan. Berdasarkan pengalaman sebagai konsultan supervise yang
menangani bangunan, ada beberapa item pekerjaan/bahan yang harus
dilakukan pengetesan laboratorium untuk mengetahui sifat fisik dan
karakteristik material. Material yang akan melalui proses uji laboratorium
meliputi material campuran beton (pasirdan kerikil), pekerjaan bahan untuk
pasangan (pasir).
Jika memiliki pekerjaan timbunan dengan jumlah yang besar, serta
membutuhkan material timbunan dari luar, perlu dilakukan uji material untuk
mengetahui perlakuan dalam melakukan pemadatan.

1.15 PENYIMPANAN BAHAN/MATERIAL


Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas. Bahan-bahan yang disimpan harus
ditempatkan sedemikian rupa yang mudah diperiksa oleh konsultan. Tempat
penyimpanan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan puing, harus
mempunyai drainase yang lancar.
Bahan-bahan yang diletakkan langsung diatas tanah tidak boleh digunakan
dalam pekerjaan kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi
lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal10cm.
Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk
mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta
mengontrol kadar air. Tinggi maksimum tumpukan 5 m.

1.16 PENGUJIAN MATERIAL YANG AKAN DIGUNAKAN


Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan diinspeksikan oleh
Konsultan. Staff anggota team Konsultan setiap saat akan membuat rencana
untuk menginspeksi material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal
kerja Kontraktor.
Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan,
namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali oleh Konsultan. Material yang
akan digunakan harus di tes di laboratorium untuk mendapat persetujuan dari
konsultan, jenis dan jumlah tes seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

1.17 JOB MIX DESIGN


Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi
sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu Job Mix Design yang
dilakukan pada laboratorium beton yang terakreditasi. Konsultan supervisi
bersama kontraktor secara bersama-sama akan melakukan kajian terhadap
Job Mix Design.
Maksud dari pelaksanaan Job Mix Design ini agar pelaksana di lapangan dapat
mengetahui patokan/referensi dasar campuran awal berdasarkan kondisi
laboratorium, sehingga menghemat waktu dalam melakukan trial and error
campuran di lapangan (Job Mix Formula). Metode pelaksanaan untuk membuat
suatu Job Mix Design yang dilaksanakan di laboratorium beton adalah sebagai
berikut :

Bagan Alir Pelaksanaa Job Mix Design Beton

1.18 JOB MIX FORMULA


Berdasarkan hasil Job Mix Design yang telah dibuat dalam kondisi ideal
(kondisi laboratorium), perlu di uji cobakan dengan kondisi lapangan. Faktor
lapangan merupakan hal yang perlu diperhatikan. Penyimpanan material, kadar
air dan faktor air semen sangat berpengaruh terhadap kuat tekan beton yang
akan dilaksanakan pada pekerjaan tersebut.
Dalam pelaksanaan ini, dibuat beberapa variasi campuran berdasarkan hasil
Job Mix Design kemudian dilanjutkan dengan pengetesan kubus beton untuk
mengetahui kuat tekan beton yang diperoleh dari hasil pencampuran lapangan
tersebut. Kuat tekan yang diharapkan harus lebih besar dari kuat tekan dalam
spesifikasi beton dalam kontrak. Jika sudah memenuhi persyaratan tersebut,
maka formula campuran tersebut akan digunakan dalam melaksanakan
pekerjaan beton pada pekerjaan ini. Perlu disadari bahwa pembuatan Job Mix
Formula ini dibutuhkan pengalaman dari kontraktor dan konsultan untuk
mendapatkan campuran beton yang sesuai spesifikasi dalam kontrak.

1.19 PENGUJIAN RUTIN LABORATORIUM DAN LAPANGAN


Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan
atau campuran-campuran perlu dilakukan pengujian rutin dalam kurun waktu
tertentu atau dalam satuan volumeter tentu sesuai dengan spesifikasi teknis
guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan.
Pengujian yang rutin yang dilaksanakan pada paket pekerjaan gedung dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Jenis Pengujian dan Standar Pengujian

No. Jenis Pengujian Standar Pengujian Lokasi Uji


1. Uji karakteristik bahan Beton Per satu quary Laboratoriu
m
2. Uji kuat tekan beton Pengujian per 5 m3 beton Laboratoriu
m
3. Pengujian pemadatan Per layer timbunan ±30 cm Lapangan
4. Pengujian slump test Random (acak) Lapangan

1.20 PROSEDUR PENERAPAN MANAJEMEN MUTU


Prosedur penerapan manajemen mutu untuk pemantauan kualitas hasil
pekerjaan merupakan system yang baku dan dapat diterapkan jika disetujui
oleh semua pihak terkait. Prosedur penerapan sistem pengawasan dan
pengendalian dapat dilihat pada bagan alir sebagai berikut.
1.21 ADMINISTRASI PROYEK DAN FORMULIR-FORMULIR
Berbagai form yang digunakan proyek dapat disesuaikan dengan keperluan
proyek antara lain :
 Buku Direksi
 Time Schedule
 MC0 (Mutual Check Awal)
 Request dan Shop Drawing
 Laporan Mingguan
 Laporan Cuaca
 Photo Dokumentasi
 Change Order
 Addendum
 Monthly Certificate(MC)
 PHO (Provisional HandOver)
 Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan proyek

Formulir isian yang biasa digunakan dalam pelaksanaan terdiri atas


 Formulir Request Pekerjaan.
 Formulir Laporan Cuaca
 Formulir Laporan Harian
Setiap form isian tersebut relative bentuk dan modelnya, tergantung dari
kebutuhan lapangan. Dalam pelaksanaan nanti, konsultan akan menggunakan
formulir dengan model-model sebagai berikut.
Dokume:
n No.
Tanggal :
REQUEST Revisi :
PEKERJAAN No
Halama :
n
Kontrakt : Nama :
or Proyek
No. : Lokasi :
Request Proyek
Hari&Ta : Jenis :
nggal Pekerjaa
n
Pekerjaa :
n

Ko V o
de Uraian lum Kete
Peke Pekerjaan e rang
rjaa Perk an
n iraa
n
Peralatan/ Jum T enaga Jum Jeni Jum
A lat lah Kerja lah s lah
Bah
an

Catatan :

Diperiksa Diajukan
/Disetujui oleh
Konsulta Kontraktor
n
( )
( )
Contoh Formulir Request dari Kontraktor
Kontraktor :__ _____ ____ NamaProyek : Dokumen
No. _ LokasiProyek: No.
LAPORAN CUACA
Bulan Jenis Tanggal :
:__ _____ ____
:
_ Pekerjaan Revisi
No :
:

Halama :
n

TANGGAL
Kondisi Curah
Hujan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Gerimis

Sedang

Lebat

TANGGAL
Kondisi Curah
Hujan 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Gerimis

Sedang
Lebat

Contoh Formulir Cuaca Harian


ADMINISTRASI PROYEK
PEKERJAAN SUPERVISI KONSTRUKSI

ADMINISTRASI PROYEK PERIODE PELAKSANAAN FISIK

TAHAP AWAL TAHAP PELAKSANAAN TAHAP PEMBAYARAN PHO FHO

1. Dokumen 1 Time Schedule 1. Monthly Certificate 1. Berita Acara PHO Berita Acara
Kontrak FHO

2. Gambar 2 MC0 2. Back up Quantity 2. Administrasi Kantor


Rencana
3. Struktur 3 Request & Shop Drawing 3. Back up Quality Control 3. Mutu (pengujian)
Organisasi
4. Buku Direksi 4 Quantity Sheet 4. Mutu (dimensi)
5 Laporan Harian 5. Defect & Deficiencies
6 Laporan Mingguan
7 Bagan Cuaca
8 Photo Dokumentasi
9 Change Order
10 Addendum
11 Quality Control
12 Risalah Rapat
13 As Build Drawing
1.22 PENGENDALIAN KUANTITAS
Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan baik kualitas maupun elevasi
dan persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar
volume pekerjaan dengan teliti/akurat yang disetujui oleh konsultan sehingga
kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan dibayar oleh konsultan dan
mendapat persetujuan pemberi tugas.
Beberapa pengukuran pekerjaan tersebut antara lain :
1. Pengukuran meter persegi (m2)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang
dan lebar setelah ketebalan memenuhi persyaratan tebal minimal atau
toleransi yang dibenarkan dalam spesifikasi.
2. Pengukuran meter panjang(m’)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang,
setelah penampang suatu konstruksi telah sesuai dengan gambar yaitu
dimensinya.
3. Pengukuran meter kubik (m3)
Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang
dan lebar. Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan alat ukur
sehingga panjang, lebar, dan tebal menghasilkan volume yang akurat.
4. Pengukuran berat (ton)
Untuk pengukuran berat dapat dilakukan dengan cara :
 Penimbangan dengantimbangan.
 Dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis bahan tersebut (BJ
dapat diketahui darilaboratorium).

Gambar E.8 menunjukkan diagram pengendalian volume pekerjaan guna


memperjelas uraian diatas.
PENGAWAS/PROYEK KONTRAKTOR

Drawin
g

Dipertanggungjawabka
n

Konsulta
n

1.23 PENGENDALIAN WAKTU


Di dalam pekerjaan long storage kali item kebutuhan akan alat berat, tenaga
kerja, dan jumlah jam kerja per hari adalah sangat erat sekali hubungannya
dengan waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan.
Di bawah ini adalah bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat perhatian
agar tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang akanmemboroskan
waktu, tenaga, dan biaya.

1.24 SCHEDULE KONTRAKTOR


Sebelum pekerjaan dimulai, Konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan
yang dibuat Kontraktor. Selanjutnya berdasarkan schedule Kontraktor yang
sudah disetujui, Konsultan Pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan
tersebut.
Dari time schedule tersebut bisa dijabarkan ke dalam target harian, sehingga
setiap hari apakah target volume tersebut bisa tercapai atau tidak, bila target
volume tersebut tidak dicapai maka selisih volume harus diprogramkan/dikejar
untuk schedule hari berikutnya.
Dengan time schedule yang dibuat dan disetujui itu bila dilaksanakan dengan
sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik maka diharapkan proyek
bisa diselesaikan “on schedule”.

1.25 ALAT BERAT (HEAVY EQUIPMENT)


Untuk mengerjakan pekerjaan yang tingkat kesulitannya besar dalam artian
kalau tidak menggunakan alat berat tidak efisien dan efektif bisa
kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.
Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah
suatu kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil.
Dari alat tersebut dihitung produksi nyata per jam, kemudian produksi terkecil
yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.
Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut
menghasilkan produk seperti volume yang ditargetkan. Bila tidak tercapai maka
perlu diambil tindakan antara lain : menambah jumlah alat atau menambah jam
kerja/overtime. Sedemikian hingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa
diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

1.26 TENAGA KERJA


Demikian juga untuk tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan tenaga
kerja yang mencukupi sehingga pekerjaan akan biasa diselesaikan oleh tenaga
kerja sesuai dengan jadwal/waktu yang ditentukan. Bila kondisi pekerjaan
diperkirakan tidak bias diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau
kerja dua shift atau kerja lembur/overtime.
Dengan tenaga kerja yang cukup dan jam kerja yang cukup/efektif maka
diharapkan pelaksanaan pekerjaan bisa tepat waktu sesuai yang ditargetkan.

1.27 JUMLAH KERJA


Untuk penyelesaian suatu pekerjaan, tergantung juga pada jam kerja per hari.
Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil
daripada bila per hari jam kerjanya lebih banyak. Jam kerja perlu disesuaikan
dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian hingga volume pekerjaan
yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau suatu pekerjaan tidak bisa
diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu untuk kerja malam/overtime.
Untuk administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai
secara optimal maka Konsultan harus memahami secara sungguh-sungguh
“network planning” yang umumnya telah dibuat oleh kontraktor dengan metode
lintas kritis (Critical Path Method/CPM).Mengingat sangat pentingnya “network
planning” ini dalam suatu pekerjaan pengawasan, maka konsultan akan
menganalisa secara rutin “network planning” dari kontraktor dan akan
membantu kontraktor dalam mereview dan menyusun kembali “network
planning” tersebut bila memang diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “bar chart/s-
curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “vector diagram” yang baik/cocok
untuk pekerjaan jalan karena dapat mengetahui/menunjukkan lokasi dan
waktu.
Schedule ini pada arah “basis” menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan arah
“ordinat” menggambarkan waktu.

1.28 PENGENDALIAN BIAYA PELAKSANAAN PROYEK


Di dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :
 Biaya Proyek
 Estimated Quantity/Volume Pekerjaan
 Harga Satuan Pekerjaan

Guna pengendalian biaya pelaksanaan proyek, hal-hal pokok yang perlu


diperhatikan antara lain sebagai berikut :
 Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar
sehingga kuantitas yang dibayar sesuai dengan rencanakerja. Dengan
demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yamg pada akhirnya biaya
yang dikeluarkan sudah sesuai dengan yang dianggarkan.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari segi
pengukuran/kuantitas dan kualitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah
benar-benar untuk pekerjaanya yang sudah memenuhi spesifikasi.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak dan harga satuan pekerjaan yang sudah ada dalam kontrak
pelaksanaan sehingga biaya proyek dibayarkan sesuai dengan item
pekerjaan yang ada dalam kontrak.
1.29 PEMERIKSA SERTIFIKAT BULANAN (MC)
Kontraktor harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang
dilaksanakan kepada Resident Engineer pada setiap akhir bulan yang berjalan,
yang selanjutnya disebut sebagai “sertifikat bulanan” (monthly certificate/MC).
Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan standar atau diusulkan oleh
Konsultan dan disetujui oleh PemberiTugas.
Resident Engineer akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada
sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang
telah terjadi di lapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk menandatangani
bersama oleh wakil Kontraktor, Konsultan, dan Pemimpin proyek.

1.30 PEMERIKSAAN PEMBAYARAN AKHIR


Tim Pengawas teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah
berlalu. Pembayaran terdahulu yang sudah disetujui apabila terdapat
kesalahan masih dikoreksi pada pembayaran berikutnya.
Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang
telah dibayar sebelumnya sehingga kuantitas/volume yang dibayar dalam
pembayaran akhir merupakan final quantity yang benar.

1.31 PROSEDUR PERUBAHAN (CONTRACT CHANGE ORDER)


Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau Kontraktor
dan harus disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang ditandatangani
oleh kedua belah pihak dan disetujui PemberiTugas. Jika dasar pembayaran
yang ditetapkan dalam suatu Perintah Perubahan tersebut menyajikan suatu
perubahan dalam struktur harga satuan jenis pembayaran atau suatu
perubahan yang diperkirakan dalam jumlah kontrak, maka perintah perubahan
harus dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu addendum.

1.32 SERTIFIKAT PENYELESAIAN AKHIR


Bila Kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai termasuk semua
kewajiban dalam periode jaminan, maka Kontraktor harus membuat
permohonan untuk serah terimapertama.
Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan yang diminta oleh Panitia Serah
Terima dan dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut
maka konsultan membantu mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.
1.33 PERNYATAAN PEHITUNGAN AKHIR
Kontraktor harus membuat permohonan untuk pembayaran perhitungan akhir,
bersama-sama dengan semua rincian pendukung sebagaimana diperlukan
oleh Engineer. Setelah peninjauan kembali oleh engineer dan jika diperlukan
amandemen oleh Kontraktor, Engineer akan mengeluarkan suatu pernyataan
perhitungan akhir yang disetujui untuk pembayaran oleh Pemberi Tugas.

1.34 ADDENDUM PENUTUP


Berdasarkan pada rincian pernyataan engineer mengenai perhitungan akhir,
setelah memperoleh tandatangan kontraktor engineer akan menyampaikan
addendum penutupan tersebut kepada Pemberi Pekerjaan untuk
ditandatangani bersama dengan Pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui.

1.35 DOKUMEN PENCATAT PROYEK


Kontraktor harus memelihara suatu catatan yang cermat tentang semua
perubahan dalam Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Proyek selama
pelaksanaan pekerjaan.

1.36 MANAJEMEN LALU LINTAS KERJA DAN KESELAMATAN KERJA


Pekerjaan ini yang dengan volume lalu lintas kerja yang cukup padat
memerlukan pengaturan lalu lintas kerja dan metoda pelaksanaan yang lebih
khusus dan teliti baik pada saat pelaksanaan pekerjaan survei maupun
pelaksanaan pekerjaan konstruksinya agar lalu lintas kerja yang ada tetap
terjaga kelancarannya.
Manfaat yang didapatkan pada pemeliharaan lalu lintas kerja yang baik selama
pelaksanaan memberikan keselamatan dan kenyamanan kerja yang lebih baik
pula. Situasi semacam ini sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-
persoalan yang diakibatkan oleh kacaunya lalu lintas kerja yang pada
gilirannya akan menghambat pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri.
Oleh sebab itu penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang
optimal dan sesedikit mungkin akibat buruk yang ditimbulkan.
Demikian pula mengenai penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah
dengan penanganan yang baik, misalnya dimana dump truck harus masuk dan
keluar dari lokasi proyek. Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut di
atas adalah cara pemuatan dan transportasi pembuangan tanah hasil galian
haruslah memperhatikan lingkungan.
Tanah yang dimuat diatas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer
diatas permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin
dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya
menghambat arus lalu lintas yang ada.
Di dalam pelaksanaan lalu lintas kerja untuk proyek ini kriteria penanganan
dibagi menjadi 2 bagian :
 Pelayanan umum
Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :
a. Efektifitas Sistem Informasi
Sistem informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan
selama pelaksanaan yang tujuannya memberikan informasi bahwa akan
proyek pembangunan yang tentunya akan menganggu kenyamanan
masyarakat, khususnya ganguan jalan dan masuk keluar kendaraan
proyek.
Sistem ini dapat diwujudkan dalam 2 media, yaitu :
 Melalui media cetak yang bersifatpengumuman
 Pembagian “ pamflet“
b. Mengurangi kemacetan
Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan dengan
perambuan sementara dan dengan penyiagaan satuan penanggulangan
gangguan.
 Keselamatan kerja
Indikasi diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal sebagai berikut
:
a. Disiplin Kerja
 Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus
menerus dipantau dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat saling
berhubungan setiap saat dengan cepat.
 Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian proyek sesuai
jadwal yang telah ditetapkan. Pengendalian waktu ini disampaikan
dengan tuntutan lapangan yang mencangkup seluruh aspek terkait.
b. Peniadaan Kecelakaan fatal
 Perambuan sesuai dengan standar perambuan.
 Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai penciptaan
kerapian kerja sepanjang daerah proyek (kiri dan kanan) dan diberi
lampu-lampu agar mudah terlihat pada malam hari.
Dalam pelaksanaan proyek ada beberapa faktor keselamatan kerja terkait,
antara lain :
 Faktor perambuandarurat.
 Sistem transportasi pada lokasi proyek.
 Atribut pada tenagakerja.
 Asuransi tenaga kerja.
 Dan lain-lain.

Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktifitas jenis pekerjaan yang
ditangani dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan
kerja daripada semua eksponen terkait menjadi factor utama darikelancaran
progress yang hendak dicapai.
Pada tahap ini, gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Perambuan Darurat
Seperti pada tahap perencanaan, maka perambuan pada tahap
pelaksanaan pun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang
memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja
yang berada pada daerah perambuan.
Rambu-rambudarurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya
rambu peringatan, rambu perintah, dan larangan serta rambu petunjuk, juga
rubber cone serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta
jaraknya seperti ditujukan pada keperluan ”rambu darurat”.
Disamping itu diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang
beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat
dengan warna crossing “kuning-biru” dan setiap jarak tertentu
diberitanda“spotlight”atau cat berpendar yang bias dilihat bila kena sorot
lampu pada malam hari. bisa juga dengan lampu-lampu sebagai
pengganti spotlight.
2) Sistem transportasi pada lokasi proyek Pengaturan transportasi, adalah
sebagai berikut:
 Pintu keluar/masuk kendaraan proyek pada daerah kerja ditentukan, rute
perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada
prinsipnya tidak boleh ada arah “crossing” sehingga tidak ada konflik.
Dump truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri, dan berderet
kebelakang namun harus masih tetap dalam area perambuan.
 Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan
penutup bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak
tercecer di muka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin
bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan
fatal.
 Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan
keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta
bantuan pengawal dari pihak kepolisian
3) Atribut pada tenaga kerja
Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal
dan terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan
pemakaian baju rompi refleksionis warna orange yang harus selalu
dikenakan pada saat melaksanakan tugas. Penggunaan topi di lapangan
juga dianjurkan sebab sangat membantu mengurangi keletihan akibat terik
matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi di jalan
yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat membahayakan dan
mengurangi akurasi kerja.
4) Astek (Asuransi Tenaga Kerja)
Jaminan perlindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah
beresiko tinggi adalah mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut harus
dijamin dengan asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal dengan Astek.

1.37 QUALITY ASSURANCE


Jaminan mutu memerlukan perubahan struktural terhadap metode supervisi.
Juga diperlukan yang permanen (tentunya untuk pekerjaan yang lebih besar),
standarisasi test dan pengetesan (termasuk kekerapan pengetesan) serta
kriteria untuk penaksiran (termasuk toleransi yang diizinkan). Diperlukan pula
guideline yang spesifik untuk Konsultan atau pihak ketiga (seperti team audit
teknis)
Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan sipil ialah
kecermatan rancangan. Rancangan yang dibuat berdasarkan dana yang
tersedia dan/atau berdasarkan survei yang tidak akurat cenderung
mendapatkan lebih banyak masalah mutu dibandingkan dengan rancangan
yang secara akurat mewakili kebutuhan-kebutuhan di lapangan. Karena
sebagian besar kontrak berdasarkan kuantitas, maka focus pengawasan juga
berdasarkan kuantitas. Hal ini dikuatkan pula dengan banyaknya perbaikan
yang diperlukan sebagai akibat tidak akuratnya rancangan. Perbaikan
administratif ini juga memakan banyak waktu dan usaha Kontraktor dan
Konsultan Pengawas sehingga mereka hampir- hampir tidak mempunyai waktu
untuk pemeriksaan mutu.
Pada format kontrak saat ini, Konsultan Pengawas harus membuktikan bahwa
pekerjaan kontraktor mengikuti standar. Ini berarti bahwa semua pengetesan
harus dibayar oleh Pemberi tugas (kecuali kontrak tersebut secara spesifik
menetapkan yang sebaiknya), dengan kata lain : cadangan anggaran untuk
pengetesan merupakan persyaratan untuk lebih memperkuat mutu.
Jaminan mutu mengarah pada kontrak lump sum (dengan harga borongan)
dan bentuk-bentuk kontrak lainnya yang tidak berdasarkan unit price, pada
paket yang lebih besar yang lebih mudah dilaksanakan dan pada pencantuman
persyaratan testing serta kekerapan testing (yang harus dikeluarkan dari
kontrak) di dalam surat kontrak.
Persyaratan testing dan kekerapannya pada dasarnya berarti pergeseran
tanggungjawab yaitu : Kontraktor harus membuktikan bahwa pekerjaan itu
dilakukan menurut spesifikasinya, bukannya Konsultan Pengawas harus
membuktikan bahwa pekerjaan ada di bawah standar.
Memulai dan membentuk perubahan tanggung jawab ini bukanlah praktek yang
mudah dan cepat. Pola kerja dan prosedur yang sudah terbentuk harus
dibuang, praktek dan prosedur baru harus diambil tetapi input-input seperti
peng-auditan teknis, evaluasi yang dilakukan kontraktor dan lain-lain cendrung
mempunyai dampak pada pendekatan masalah ini. Pertama-pertama perlu
untuk memberi jalan pada public luas dalam pemerintah untuk melihat hasil
perhitungan teknis.
Yang kedua, alternatif untuk format kontrak dan prosedur supervisi saat ini
perlu ditentukan, di tes dan dibentuk.
Konsultan Pengawas akan mendukung dan coba memulai perubahan-
perubahan tersebut melalui saran-saran yang sehubungan dengan perhitungan
teknis, saran yang berhubungan dengan evaluasi yang dilakukan
Kontraktor, saran pengawasan konstruksi serta pelatihan.

1.38 VALUE ENGINEERING


Value engineering adalah suatu teknik manajemen yang telah teruji yang
menggunakan pendekatan sistematis dan suatu upaya yang diatur sedemikian
rupa untuk menganalisa fungsi suatu item/masalah atau sistem dengan tujuan
untuk memperoleh fungsi yang diminta dengan biaya kepemilikan total yang
paling kecil, tentu saja disesuaikan dengan persyaratan permintaan
penampilan, rehabilitasi, kualitas, teknis, dan kemudahan untuk pemeliharaan
suatu proyek.
Program value engineering, mencari kemampuan manajemen seseorang untuk
mengadakan perubahan yang berarti dengan cara agar dapat menemukan
biaya yang tidak berguna dan menghilangkan. Program value engineering
secara teoritis dapat digunakan kapan saja selama siklus pelaksanaan
pekerjaan. Yang paling baik adalah begitu disain akan dimulai untuk dikerjakan,
langsung dilakukan studi value engineering.
Selain tugas pokok konsultan sebagai pengawas, juga melakukan value
engineering untuk membantu Pemberi Tugas dalam hal mencarikan alternatif
yang lebih baik dan lebih murah atas pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
Dalam proyek ini, value engineering antara lain dapat dilakukan :

 Revisi desain, sedemikian hingga didapat desain yang lebih murah, lebih
mudah dan lebih cepat pelaksanaannya, namun tetap aman dari segi
konstruksi dalam periode pelaksanaan, tidak tertutup kemungkinan dapat
dilakukan review design untuk penyesuaian-penyesuaian lapangan atas
dasar pertimbangan teknis dan biaya serta kondisi lapangan.
 Menerapkan metode konstruksi, termasuk manajemen operasi alat berat,
sehingga didapat penggunaan alat yang tepat guna, ideal, optimal, dan
efisiensi. Dengan cara ini diharapkan diperoleh biaya yang lebih murah dan
waktu pelaksanaan bisa dipercepat.
Dengan adanya analisa yang baik dalam “construction method” diharapkan
peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk
menangani suatu proyek. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efisiensi,
diperlukan suatu rencana/metode kerja yang tepat. Kebutuhan peralatan dan
pengendalian biaya proyek dapat ditentukan dari metode kerja yang dipakai.
1. Rencana kerja value engineering sebagai berikut:
a. Phase pemilihan(seleksi)
Memilih proyek : Apa yang dipelajari (studi)?, siapa akan melaksanakan?,
Apa yang perlu diketahui untuk mulai studi tersebut?
b. Informasi(investigasi)
Periksa proyek : Proyek apakah itu?,Apa masalahnya?, Berapa
biayanya?, Apa saja yang telah dilaksanakan?, Apa fungsi keduanya?,
Berapa biayanya?
c. Spekulasi
Spekulasi atas alternative : apa guna fungsi yang lainnya?, Dimana saja
yang ada?, Bagaimana fungsi itu akan tampil?
d. Evaluasi
Evaluasi alternatif :Apakah tiap ide dapat berjalan?, Berapa biayanya?,
Apakah tiap ide memenuhi fungsi dasar?, Alternatif mana yang terbaik?
2. Pendekatan Kondisi Kerja
Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi
berdasarkan kondisi sebagai berikut:
 Hari minggu dan hari resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar
target penyelesaian atau memindahkan alat ke lokasi lain atau kondisi
khusus.
 Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance
peralatan.
 Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan untuk
overtime.
3. Analisa waktu penyelesaian
 Total volume pekerjaan = V (ton)
 Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)
 Waktu yang diperlukan : T = V/Q (jam, konversikan ke bulan)
4. Pola dan kerangka pemikiran manajemen operasialat berat
Analisis efisiensi alat berat pekerjaan pengaspalan proyek jalan berdasarkan
kerangka pemikiran sebagai berikut :
 Analisis system pengoperasian alat berat sangat penting pengaruhnya
dalam rangka efisiensi pelaksanaan proyek.
 Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump truck yang
digunakan, dan biaya alat.
 Analisis tersebut menghasilkan :jangka waktu pelaksanaan
pembangunan, jenis alat, kapasitas alat, jumlah alat, pengaturan dan
penempatan alat berat, bahkan dapat menghasilkan penghematan biaya
operasi alat.
 Penghematan biaya opersi alat (operating cost) inilah dapat merupakan
salah satu komponen untuk value untuk value engineering, disamping
komponen proyek lainnya.

BAB II
PROGRAM KERJA

2.1 UMUM
Pelaksanaan pekerjaan layanan konsultasi, perlu adanya suatu program kerja
yang konsepsional, efektif dan efisien sedemikian sehingga setiap aktivitas kerja
terprogram dengan baik dalam rangka mencapai target sukses pekerjaan.
Program kerja yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam
Kerangka Acuan Kerja atau Terms of Reference (TOR).
Dalam penyusunan program kerja antara lain dan tidak terbatas berdasarkan
pada :
 Ruang lingkup pekerjaan
 Volume pekerjaan
 Batas waktu.
 Keahlian personil
 Jumlah personil
 Peralatan yang dipakai
 Schedule mobilisasi
 Arahan Pemberi Tugas
 Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya

Secara garis besar program kerja tersebut diuraikan seperti berikut ini :
 Untuk melaksanakan pekerjaan secara tepat waktu dan hasil dengan mutu
yang tinggi akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal kerja yang
direncanakan.
 Rencana kerja disusun dan dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan
efektif dan waktu pelaksanaaannya. Rencana kerja disusun secara sistimatis
dengan tujuan agar tercapai sasaran dan tujuan pekerjaan ini.
 Untuk mendapatkan efektivitas tinggi atas input konsultan dan untuk
menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien, kita perlu mengikuti
suatu perencanaan dan pelaksanaan system layanan konsultansi yang ketat.
Hanya dengan cara ini baik kualitas maupun kuantitas pekerjaan dapat
dikontrol sambil menghindari beban pekerjaan puncak yang cukup besar.
Beban puncak dalam pekerjaan memerlukan mobilisasi staff tambahan dan
pengenalan terhadap proyek dan pada umumnya mengakibatkan
berkurangnya kualitas pekerjaan, hal ini diupayakan dihindari.

Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai


berikut :
 Persiapan awal, studi terdahulu
 Koordinasi konsultan dengan Pemimpin Proyek
 Koordinasi dengan unsur proyek
 Koordinasi team konsultan
 Koordinasi dengan instansi terkait

2.2 PERSIAPAN AWAL


1. Persiapan Awal
Segera setelah konsultan mengadakan mobillisasi, team konsultan segera
mengadakan persiapan awal untuk pekerjaan SUPERVISI Konstruksi, antara
lain dan tidak terbatas pada :
 Menata/penyiapan kantor, furniture, perlengkapan kantor dll.
 Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team konsultan
 Mengadakan kunjungan/koordinasi awal dengan instansi-instansi dan
pihak-pihak terkait.
 Penyiapan format/form-form standar yang akan diperlukan/digunakan
selama periode pekerjaan.
 Pengumpulan data yang tersedia
 Studi/analisa data yang tersedia
 Field reconnaissance/site visit
 Mempelajari kembali design dan scope pekerjaan fisik.
2. Studi terdahulu
Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan pengawasan
konstruksi adalah berupa gambar-gambar rencana dan spesifikasi-
spesifikiasi, baik teknis maupun umumyang akan dikumpulkan/dicari
konsultan pengawasan untuk dipelajari dan kemudian dilaksanakan. Tugas
tersebut umumnya dapat diperoleh dari Pemberi Tugas.

2.3 KOORDINASI
Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan melakukan
koordinasi secara rutin dengan pimpinan proyek, unsur proyek, instansi terkait
dan koordinasi internal konsultan.
1. Pemimpin Proyek
Koordinasi dengan Pemimpin Proyek perlu dilakukan secara rutin dan dengan
frekuensi yang cukup.
2. Unsur Proyek
Selamawaktu pelaksanaan akan dilakukan “Monthly Project Meeting” antara
konsultan, kontraktor dan Pemimpin Proyek, disini bisa dievalusi, dimonitor
dan dibahas hal-hal antara lain :
 Membahas pekerjaan yang kan dikerjakan, agar tidak terjdi keragu-raguan
atau kesalahan dalam pelaksanaan
 Management / pengaturan / penempatan alat beratkontraktor
 Kemajuan pekerjaan
 Informasi-informasi yang perlu disampaikan pada kontraktor dan atau
sebaliknya
 Masalah-masalah dilapangan dan pemecahannya
 Rencana kerja kontraktor untuk bulan berikutnya

Bila terjadi hal-hal khusus misal keterlambatan pekerjaan, pekerjaan yang


perlu dilaksanakan dengan “Crash Programe” dan lain-lain, dalam hal ini perlu
diadakan meeting khusus. Project Meeting antara konsultan dan kontraktor
dilakukan secara periodik (mingguan), untuk kondisi khusus dapat dilakukan
dalam rentang 2–3 harian.
3. Instansi Terkait
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan perlu
melakukan koordinasi dengan instansi dan konsultan lain terkait yang
berhubungan dengan scope pekerjaan.
4. Intern Konsultan
Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan
tugasnya sesuai dengan job description, juga perlu ada koordinasi antara Site
Engineer dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak terbatas pada :
a. Rapat bulanan antara Site Engineer dan stafnya, membahas:
 Laporan bulanan
 Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan
 Masalah lapangan dan pemecahannya
 Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan
b. Professional staf (tenaga inti) konsultan akan melakukan kunjungan setiap
hari atau secara berkala ke lapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk
meyakinkan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai kontrak
c. Sub professional staf (tenaga teknis) akan melaksanakan inspeksi harian
untuk meyakinkan bahwa material, tenaga kerja, dan hasil pekerjaan fisik
sesuai dengan dokumen kontrak dalam hal mutu, volume dan waktu
d. Pertemuan-pertemuan khusus antara Site Engineer dengan team atau
antar staf konsultan dengan frekwensi yang cukup atau sesuai kebutuhan,
agar terjadi komonikasi, koordinasi, informasi yang baik.

2.4 TAHAP SUPERVISI KONTRUKSI


Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan,
bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada kontraktor guna menjamin
bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas, tepat
kuantitas, tepat waktu, dan tepat biaya dengan berdasarkan dokumen kontrak
dan petunjuk teknis lainnya. Selain itu, tugas konsultan : melakukan sertifikasi
atas pekerjaan penanganan pengawasan peningkatan jalan yang dilaksanakan
kontraktor.
Secara rinci, pekerjaan yang dilakukan pada tahap SUPERVISI sebagai berikut :
1. Masa Konstruksi
a. Mengecek data titik survey dilapangan
b. Menyelenggarakan pengawasan menerus dilapangan untuk mendapatkan
kepastian bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan didalam dokumen kontrak
c. Memeriksa test laboratorium dan test lapangan untuk pekerjaan fisik, juga
material yang akan digunakan dan metode pekerjaan untuk mendapatkan
kepastian sudah sesuai dengan persyaratan
d. Menjaga, mengendalikan, mengontrol, memonitor, mengevalusi rencana
kemajuan pekerjaan yang terbaru berupa barchart dan atau metode lain
yang digunakan sesuai rencana pekerjaan yang telah disetujui
e. Memeriksa dan menyetujui semua gambar kerja dan detailnya yang
diajukan oleh kontraktor, penyesuaian desain bila diperlukan, agar sesuai
dengan kebutuhan teknis/lapangan
f. Memberikan laporan secara berkala semua pengukuran kuantitas
pekerjaan yang sudah ditest termasuk penggunaan material, dengan
menggunakan bentuk yang sudah disetujui oleh pemberi tugas
g. Memberikan laporan khusus jika ada masalah yang timbul, dan
memberikan pemecahan permasalahan
h. Membantu mempersiapkan semua perubahan (change orders) dan
membantu Pemberi Tugas pada saat negosiasi harga dan biaya konstruksi
terhadap perubahan kontrak tersebut (bila ada).
i. Mengevaluasi dan membantu menyiapkan rekomendasi bagi Pemberi
Tugas dalam bertindak atas klaim terhadap kontrak, perselisihan,
penambahan lingkup pekerjaan kontrak dan perubahan-perubahan lain
diluar lingkup pekerjaan yang tercantum dalam dokumen kontrak
j. Memeriksa rancangan sertifikasi pembayaran bulanan yang akan
disertifikasikan oleh konsultan SUPERVISI untuk mendapatkan persetujuan
Pemimpin Proyek.
k. Menyediakan bantuan dan arahan pada saat yang tepat bagi kontraktor di
dalam semua masalah yang ada hubungannya dengan dokumen kontrak,
pengecekan terhadap survei tanah dasar, tes pengawasan mutu dan
masalah lain yang berhubungan dengan dipenuhinya kontrak dan
kemajuan pekerjaan.
l. Menjamin penerimaan dan menjaga sebagai laporan tetap, semua jaminan
yang diperlukan dibawah syarat-syarat yang tercantum didalam dokumen
kontrak, untuk material dan peralatan yang digunakan diproyek.
m. Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pemberi Tugas, menghadiri
dan mencatat semua rapat/pertemuan dengan kontraktor, Pemimpin
Proyek dan Instansi pemerintah lain serta menyediakanbantuan teknis bila
dan kapan diperlukan dalam kaitannya dengan pelaksanaan proyek dan
masalah-masalah kontrak.
n. Mendokumentasikan kondisi cuaca harian, kondisi diluar normal
dilapangan, peralatan kontraktor dan personil dilapangan serta
peristiwa/kejadian yang bisa mengakibatkan keterlambatan, dan langkah-
langkah yang diambil untuk mencegah keterlambatan tersebut.
o. Memberikan bantuan advise kepada Pemimpin Proyek didalam menyusun
kebijakan dan langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.
p. Membuat laporan bulanan, laporan teknis/khusus dan laporan akhir proyek
seperti yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas.
q. Pemeriksaan Serah Terima Sementara termasuk penyiapan laporan dan
Berita Acara serah Terima Sementara yang diperlukan dan menyiapkan
Sertifikat Penerimaan Sementara (Certificate of Provisional Acceptance)

Secara ringkas, semua aktivitas dilapangan, dirangkumkan dibawah ini :


a. Pematokan bersama (Setting Out)
Semua survey dilapangan selama pematokan bersama dan selama
konstruksi akandilaksanakan oleh kontraktor di bawah petunjuk konsultan.
Hasil survey tersebut akandikaitkan dengan gambar-gambar konstruksi,
kondisi yang ada dan beberapa ketidaksesuaian antara gambar-gambar
dan kondisi-kondisi yangada akan dipergunakan oleh konsultan untuk me-
review design untuk keperluan proyek (bila ada).
b. Persiapan Lapangan
Pada tahap persiapan dilapangan, tim pengawas akan mengawasi dan
mengecek aktivitas-aktivitas konstruksi sebagaimana yang dijabarkan di
bawah ini :
 Memeriksa kualitas dari semua bahan-bahan yang akan dipergunakan
untuk konstruksi.
 Penyiapan rancangan campuran pekerjaan (job mix formula) untuk
beton dan lain-lain.
 Lokasi letak bahan-bahan.
 Kondisi tumpukan bahan di lokasi kerja
 Jumlah dan kondisi semua peralatan.
 Jumlah personil kontraktor
 Jumlah dan kualitas bahan-bahan.
 Kondisi cuaca
 Prosedur administrasi kontraktor
 Form/formulir kerja
 Persiapan form-work
 Mengecek jadwal kontraktor
 Persiapankonstruksi
c. Pekerjaan Konstruksi
Setelah mobilisasi dan persiapan dilapangan telah selesai dan diperiksa
oleh konsultan dan Pemimpin Proyek maka kontraktor akan diijinkan untuk
melanjutkan pekerjaan konstruksi.
Team konsultan akan mengecek langsung dalam hal-hal berikut ini :
 Metode pekerjaan konstruksi
 Campuran-campuran bahan
 Pengecekkan jadwal
 Kondisi cuaca dari waktu ke waktu selama periode pelaksanaan
pekerjaan
 Pengambilan contoh (sampling)

Sebelum pekerjaan fisik dimulai, kontraktor mengajukan “Request” terlebih


dahulu, yang berisi antara lain :
 Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan
 Lokasi pekerjaan
 Peralatan yang akan digunakan
 Estimasi volume pekerjaan
 Material yang akan digunakan
 Rencana jam kerja
2. Pengawasan Mutu
Pekerjaan yang perlu diawasi dengan teliti dan cermat selama pengawasan
kualitas antara lain sebagai berikut :
Sebelum kontraktor memulai aktivitas konstruksi,kontraktor akanmembuat
suatu permohonansecara tertulis kepada konsultan untuk prosedur konstruksi
dan persetujuan pekerjaan dalam tahap yang logis.
Konsultan akan :
 Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan
 Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik
 Menginspeksi dan menyetujui metode dan ketelitian pekerjaan konstruksi
 Memeriksa/menginstruksikan test lapangan
 Memeriksa/menginstruksikan test laboratorium terhadap sample-sampel
yang diambil dari lokasi kerja
 Memeriksa/menginstruksikan test-test yang lain sesuai dengan spesifikasi.

3. Pengawasan Kuantitas
Pekerjaan yang perlu diawasi dengan teliti dan cermat selama pengawasan
kuntitas antara lain sebagai berikut :
 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran
 Metode perhitungan
 Lokasi kerja
 Jenis pekerjaan (work item)
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan

4. Catatan-Catatan Teknis
Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk
memberikan petunjuk-petunjuk kepada kontraktor guna meningkatklan aspek-
aspek pekerjaan fisik, metode kerja/construction methode dan lain-lain.
Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk
pekerjaan yang hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi.

5. Fase value engineering


Pekerjaan yang dilakukan pada tahap value engineering antara lain sebagai
berikut :
 Memeriksa original design, apakah dimungkinkan untuk redesign
untuk penghematan sesuai usulan kontraktor.
 Metode konstruksi, pengoperasian alat berat, sehingga diharapkan
diperoleh penghematan biaya konstruksi.

2.5 PELAPORAN
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah :
1. Laporan Pendahuluan, berisi:
Konsultan harus menyerahkan laporan pertama yang isinya melaporkan
mengenai jadwal rencana kerja dan tahapan pelaksanaan pekerjaan secara
lengkap dan terperinci termasukkuantitas masing-masingpekerjaan serta
personil - personil pendukung Konsultan yang telah disetujui aktif di lapangan.
Struktur dan sistematika Laporan Pendahuluan yang akan kami siapkan
adalah sebagai berikut:
a. Lembar Pengesahan
Lembar pengesahan merupakan lembar persetujuan dari pihak pengguna
jasa bahwa laporan yang diberikan sudah disetujui baik secara bentuk,
struktur dan sistematika maupun data yang dilampirkan.
b. Kata Pengantar
Berisi tentang kalimat-kalimat pembuka laporan dan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak terlibat
c. Daftar Isi, Daftar Tabel dan Daftar Gambar
Berisi sistematika laporan beserta halaman
d. Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran yang akan
dicapai dalam pelaskanaan pekerjaan ini.
e. Bab II Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan
Berisi tentang informasi lokasi pekerjaan dan kondisi eksisting
f. Bab III Data Proyek
Berisi tentang data pengguna jasa, konsultan supervisi dan kontraktor
pelaksana, nomor kontrak, nomor adendum, biaya pelaksanaan
g. Bab IV Program Kerja
Berisi tentang rencana kerja secara keseluruhan dari pelaksanaan
pekerjaan, metodologi dan pendekatan teknis yang akan dilakukan serta
sistem penjadwalan.
h. Bab V Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan dan saran untuk kelancaran proses pelaksanaan
pekerjaan.
i. Lampiran
Berisi tentang kontrak, format laporan, Rencana Anggaran Biaya Fisik,
gambar kerja, berita acara PCM, Pengukuran lapangan dll, serta Foto
Dokumentasi kondisi awal.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK


diterbitkan sebanyak : 5 (lima) rangkap buku laporan dengan rincian 1 (satu)
buku asli dan 4 (empat) buku rekaman (copy).

2. Laporan Akhir
Pada akhir masa layanan jasa, konsultan harus menyerahkan laporan akhir
sebanyak 5 (lima) set untuk setiap paketfisik bersama-sama dengan Gambar
Sebenarnya Terbangun/Terpasang (as built drawing) dan dilengkapi dengan
foto dokumentasi proyek.
Kalkir gambar tersebut dan negatif film serta cetakannya akandikirim ke
instansi yang diberi tugas untuk menyimpan dan memelihara dan bila
diperlukan sewaktu-waktu dapat dipinjam.
Isi laporan akhir secara garis besarnya harus menceritakan secara ringkas
dan jelas mengenai metoda pelaksanaan konstruksi, realisasi biaya pekerjaan
dan perubahan- perubahan kontrak yang terjadi, lokasi-lokasi sumber material
dan hasil pengujian mutupekerjaan,personil konsultan dan kontraktor yang
terlibat, pelaksanaan pengawasan konstruksi yang telah dilaksanakan,
rekomendasi tentang cara pemeliharaan dikemudian hari dan segala
permasalahan yang kemungkinan besar akan timbul pada pekerjaan yang
baru saja dilaksanakan, serta saran-saran tentang perbaikan yang perlu
dilakukan pada proyek-proyek berikutnya untuk pekerjaan yang serupa /
sejenis.
Untuk memudahkan penjilidan dan penggunaannya, laporan akhir ini dapat
dibuat menjadi beberapa buku yang terpisah yang terdiri dari :
a. Laporan Pendahuluan/Umum + Laporan Proses Verbal termasuk laporan
kualitas hasil pekerjaan.
b. Laporan Quantity (Perhitungan Akhir Kuantitas terlaksana)
c. Gambar Terlaksana (As Built Drawings) dan foto dokumentasi pekerjaan
(awal, pertengahan dan akhir (Foto :0%, 50% dan100%).

Distribusi Laporan adalah sebagai berikut :


 Pejabat Pembuat Komitmen(PPK);
 Instansi lain yang ditetapkanPPK

Cara pengiriman laporan adalah sebagai berikut :


 Untuk instansi-instansi di Jakarta dan PPK serta instansi terkait di Propinsi
masing- masing dikirimkan secara langsung oleh Site Engineer, disertai
tanda terima.
 Untuk draft laporan akhir diserahkan 3 (tiga) hari setelah pekerjaan selesai.
Jumlah yang akandiserahkan adalah 5 (lima) buku, dengan rincian 1 (satu)
buku asli dan 4 (empat) buku rekaman(copy).
 Draft laporan merupakan konsep laporan akhir yang wajib diperiksa dan di
analisa oleh pihak penanggung jawab proyek. Diharapkan konsultan
supervisi dapat menerima masukan positif untuk kesempurnaan laporan.
 Jika konsep laporan tersebut sudah disetujui setelah dilakukan
penyempurnaan, maka konsep laporan tersebut berubah menjadi Laporan
AKhir (Final Report).
 Laporan Final akan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku dengan rincian 1
(satu) buku asli dan 4 (empat) buku rekaman (copy).
 Isi laporan akhirsecara garis besar harus menceritakan secara ringkas
mengenai metodepelaksanaan konstruksi,pelaksanaan pengawasan
konstruksi yangtelah dilaksanakan menyangkut kuantitas, kualitas dan
administrasi keuangan, rekomendasi tentang cara pemeliharaan
dikemudian hari, segala permasalahan yang kemungkinan besar akan
timbul pada pekerjaan yang baru saja dilaksanakan, dan saran-saran (bila
ada) tentang perbaikan yang perlu dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan
berikutnya untuk pekerjaan yang serupa / sejenis.

Anda mungkin juga menyukai