Anda di halaman 1dari 117

DOKUMEN USULAN

METODOLOGI TEKNIS

Paket Pekerjaan :

Manajemen Konstruksi Pembangunan


Rumah Susun Pemkab WAROPEN

Sumber Dana APBN

TAHUN ANGGARAN 2021

PT. DARMA ABADI CONSULTANT


KONSULTAN TEKNIK PEMBANGUNAN
Jl. Bakti Raya No. 31 Kav. N Makassar
Jl. Ardipura 1 No. 8 PolimakTelp. (0967) 556221 Jayapura PAPUA 
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN
KERJA DAN PERSONIL/FASILITAS PENDUKUNG DARI PPK

D.1. PEMAHAMAN TERHADAP LATAR BELAKANG


Dalam rangka memperlancar pengembangan sumber daya manusia, perlu
dikembangkan fungsi gedung pendidikan tersebut dari masa kemasa baik dengan cara
peningkatan bangunan yang sudah ada maupun pembangunan bangunan baru yang
dapat menunjang beban pendidikan yang semakin meningkat.
Rencana Teknik pada bangunan dimaksud telah diselesaikan, dan akan dilanjutkan
dengan pelaksanaan konstruksi/pekerjaan fisik dilapangan. Mengingat rencana ini
merupakan wilayah ekonomis dan strategis perlu dilakukan upaya-upaya pengawasan
dilapangan yang lebih baik.
Dalam melakukan upaya-upaya tersebut, Direktorat Jenderal Perumahan melalui
Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Papua akan menugaskan konsultan
teknik yang dinilai cukup mempunyai pengalaman dengan team tenaga ahli yang
memenuhi syarat untuk melakukan pengawasan pekerjaan konstruksi rehabilitasi dan
renovasi sarana prasarana yang telah ditentukan. Dengan pengawasan yang baik,
pekerjaan konstruksi akan memenuhi standar rencana dan mendapatkan hasil yang
baik,tepat mutu, tepat volume dan tepat waktu.

D.2. PEMAHAMAN TERHADAP MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN


Maksud Pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan Rumah Susun Pemkab
Waropen ini untuk dapat membantu Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
didalam melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan yang
dilaksanakan oleh kontraktor, pengkajian dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan
tahap demi tahap pelaksanaan konstruksi serta mengantisipasi terhadap semua
permasalahan yang mungkin terjadi dan melakukan review terhadap disain yang ada
jika memang diperlukan.
Tujuan pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan hasil pekerjaan konstruksi yang
optimal sesuai dengan persyaratan yang tertuang dalam spesifikasi teknis dan biaya
yang tersedia serta tepat waktu, sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.

D.3. PEMAHAMAN TERHADAP LINGKUP PEKERJAAN


Jasa layanan konsultan untuk pengawasan teknik jalan ini disiapkan berdasarkan
pemahaman konsultan terhadap kondisi lapangan dan analisa terhadap Kerangka
Acuan Kerja yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Perumahan melalui Satuan Kerja
Penyediaan Perumahan Provinsi Papua
Pelaksanaan pekerjaan Pengawasan ini meliputi tahapan Pengecekan dan Evaluasi
Perencanaan, Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan, Evaluasi
terhadap hasil Pelaksanaan serta tindakan antisipasi untuk mengatasi permasalahan
yang timbul.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan didalam kegiatan pengawasan ini
adalah penerapan metodologi dan pelaksanaan yang disesuaikan dengan kriteria dan
standar pengawasan serta pengenalan terhadap kondisi pekerjaan. Pada hakekatnya
tugas dan kewajiban konsultan untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah meliputi
aspek-aspek sebagai berikut :
A. Pengecekan dan Evaluasi Perencanaan.
1. Mengevaluasi hasil rencana teknik akhir yang ada;
2. Mengevaluasi subtansi kontraktual, anggaran proyek, jadwal pelaksanaan
setiap tahapan pekerjaan;
3. Membuat standar kendali mutu.
B. Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan
1. Melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan;
2. Mengidentifikasi seluruh persoalan yang terjadi pada saat pelaksanaan;
3. Memonitor keandalan mutu pelaksanaan pekerjaan setiap bagian konstruksi.
C. Evaluasi hasil pelaksanaan pekerjaan dan tindakan mengatasi masalah yng
meliputi :
1. Memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan
dalam pelaksanaan;
2. Memberikan pengarahan dalam penyusunan strategi penyelenggaraan proyek.

D.4. PEMAHAMAN TERHADAP TENAGA AHLI


Sesuai dengan tujuan dari kegiatan pengawasan yang telah dijelaskan di atas yang
menghendaki hasil pekerjaan yang ingin dicapai adalah tepat mutu, tepat biaya dan
tepat waktu, maka untuk itu diperlukan team tenaga ahli yang sesuai agar tercapainya
tujuan tersebut.
Tenaga-tenaga ahli yang dimaksud meliputi : Site Supervision Engineer (SE) sebagai
Ketua Team/Team Leader dan Ahli K3 Konstruksi
 TEAM LEADER
 Berjumlah 1 (satu) orang dengan latar belakang pendidikan Strata 1 (S1)
Teknik Sipil lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau perguruan tinggi
luar negeri yang telah diakreditasi.
 Memiliki sertifikasi keahlian (SKA) Madya klasifikasi Sipil subklasifikasi
Ahli Manajemen Konstruksi (601) / Ahli Manajemen Proyek (602) / Ahli
Manajemen Mutu (604) yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi yang
telah disahkan oleh LPJK.
 Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai ketua tim
minimum selama 2 (dua) tahun di bidang pekerjaan tersebut dilengkapi
dengan referensi kerja.
 Lingkup tugas Team Leader yaitu memimpin dan mengkoordinir seluruh
kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai
dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
 TENAGA AHLI K3
Berjumlah 1 (satu) orang dengan Latar belakang pendidikan Sarjana

Teknik Strata 1 (S1) lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.
 Memiliki sertifikasi keahlian (SKA) Muda klasifikasi Manajemen
Pelaksana subklasifikasi Ahli K3 Konstruksi (603) yang dikeluarkan oleh
Asosiasi Profesi yang telah disahkan oleh LPJK.
 Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai tenaga ahli
minimum selama 1 (satu) tahun di bidang pekerjaan tersebut dilengkapi
dengan referensi kerja.
 Tenaga tersebut tugas utamanya melakukan pengarahan, pengawasan
dan pelaporan di bidang K3
 TENAGA AHLI QUANTITY
 Berjumlah 1 (satu) orang dengan Latar belakang pendidikan Sarjana
Teknik Strata 1 (S1) lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.
 Memiliki sertifikasi keahlian (SKA) Madya klasifikasi Sipil subklasifikasi
Ahli Manajemen Konstruksi (601) / Ahli Manajemen Proyek (602) / Ahli
Arsitek (101) yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi yang telah disahkan
oleh LPJK.
 Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai tenaga ahli
minimum selama 1 (satu) tahun di bidang pekerjaan tersebut dilengkapi
dengan referensi kerja.
 Tenaga tersebut tugas utamanya melakukan pengarahan, pengawasan
dan pelaporan di bidang Quantity Control
 TENAGA INSPECTOR ENGINEER (IE)/QUALITY ENGINEER
 Berjumlah 1 (satu) orang dengan Latar belakang pendidikan Sarjana
Teknik Strata 1 (S1) lulusan universitas atau perguruan tinggi negeri
atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi.
 Memiliki sertifikasi keahlian (SKA) Madya klasifikasi Sipil subklasifikasi
Ahli Bangunan Gedung (201) yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi
yang telah disahkan oleh LPJK.
 Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai tenaga ahli
minimum selama 1 (satu) tahun di bidang pekerjaan tersebut dilengkapi
dengan referensi kerja.
 Tenaga tersebut tugas utamanya melakukan pengarahan, pengawasan
dan pelaporan di bidang Quality Control
Untuk memperlancar pelaksanaan di lapangan, maka tenaga ahli tersebut diatas
dibantu oleh :
- Sub Professional Staff yang terdir dari :
 Pengawas : 3 orang
Surveyor/Drafter dan Inspector adalah seorang Sarjana Teknik Sipil lulusan
universitas perguruan tinggi negeri atau yang disamakan yang berpengalaman
profesional melaksanakan pekerjaan di bidang bangunan gedung. Untuk Sarjana
Teknik Sipil strata satu (S1) adalah 0 (Nol) tahun, dan Sarjana Muda (D3) sekurang
- kurangnya 3–5 tahun.

D.5. PEMAHAMAN TERHADAP LAPORAN


Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah berupa Laporan-laporan sebagai
berikut :
Setiap isi laporan harus jelas dan dapat dibaca serta disusun dalam bahasa Indonesia
dengan tata bahasa yang baik dan benarUkuran kertas masing-masing laporan adalah
A4 (210 x 297 mm), pengiriman laporan kepada :
- Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Pemukiman Wilayah II Provinsi Papua.

1 Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat : jadwal rencana kerja dan tahapan pelaksanaan
pekerjaan secara lengkap dan terperinci termasuk kuantitas masing-masing
pekerjaan serta personil-personil pendukung Konsultan yang telah disetujui aktif
dilapangan. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

2 Laporan Bulanan
Laporan Bulanan memuat laporan singkat mengenai kemajuan kegiatan
Kontraktor, keadaan cuaca, juga permasalahan yang dialami oleh kontraktor/
konsultan bila ada (menyangkut administrasi, teknik atau keuangan) dan
memberikan rekomendasi atau saran-saran bagaimana menanggulangi/
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Jadwal pengiriman laporan diatur sebagai berikut :
a. Ringkasan kemajuan bulanan (progress summary) paling lambat setiap
tanggal 3 (Tiga) pada bulan berikutnya. Pengiriman dapat dilakukan melalui
Facsimile/ Telepon ditujukan kepada Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana
Pemukiman Wilayah II Provinsi Papua yang selanjutnya akan disampaikan
kepada instansi lainnya yang terkait.
b. Buku laporan kemajuan bulanan paling lambat setiap tanggal 7 (Tujuh) pada
bulan berikutnya.
Cara pengiriman laporan adalah sebagai berikut :
Untuk instansi-instansi di Jakarta dikirim melalui Satuan Kerja Pelaksanaan
Prasarana Pemukiman Wilayah II Provinsi Papua, sedangkan untuk instansi
terkait di Provinsi Papua, masing-masing diserahkan secara langsung oleh Site
Supervisor Engineer (Pemimpin tim), disertai tanda terima.
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir secara garis besarnya harus menceritakan secara ringkas dan jelas
mengenai metoda pelaksanaan konstruksi, realisasi biaya pekerjaan dan
perubahan-perubahan kontrak yang terjadi, lokasi-lokasi sumber material dan
hasil pengujian mutu pekerjaan, personil konsultan dan kontraktor yang terlibat,
pelaksanaan pengawasan konstruksi yang telah dilaksanakan, rekomendasi
tentang cara pemeliharaan dikemudian hari dan segala permasalahan yang
kemungkinan besar akan timbul pada pekerjaan yang baru saja dilaksanakan,
serta saran-saran tentang perbaikan yang perlu dilakukan pada proyek-proyek
berikutnya untuk pekerjaan yang serupa/sejenis yang akan ditangani oleh Dinas
Cipta Karya atau Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 200 (dia ratus) hari kerja sejak
SPMK, diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporandan cakram padat (compact
disc) sebanyak 5 Buah

D.6. TANGGAPAN TERHADAP LINGKUP PEKERJAAN


D.6.1. Penerapan Sistem Pengawasan dan Pengendalian Proyek
Konsultan menyadari bahwa Pemberi Tugas bermaksud menerapkan sistem
informasi pemantauan proyek yang berbasis komputer dan on-line dengan
Kantor Pusat Pemberi Tugas dan mampu memberikan peringatan dini terhadap
permasalahan penyelesaian pekerjaan.
Untuk maksud tersebut, pada pekerjaan ini telah tersedia :
- Piranti lunak berupa Artemis Project View, Oracle, Fasilitas Internet/e-mail
dan saluran telepon.
- Komputer yang mampu menjalankan piranti lunak tersebut.

Dengan prasarana dan sarana tersebut diatas diharapkan :


1. Konsultan dan Proyek dapat mengembangkan format pelaporan yang jelas,
lengkap dan informatif.

D.6.2. Kelancaran Pekerjaan


Lancar tidaknya pekerjaan akan ditentukan oleh kemampuan Tenaga Ahli
kontraktor, tetapi hal lain yang dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaan
adalah pengambilan keputusan terhadap semua permasalahan yang timbul
atas dasar rekomendasi yang diberikan oleh konsultan kepada Pemimpin
Proyek.
Tanggapan berupa persetujuan/penolakan ataupun perubahan dari apa yang
diusulkan konsultan dalam menyelesaikan masalah pekerjaan perlu dilakukan
secepat mungkin agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu, sesuai
dengan Dokumen Kontrak sehingga terhindar dari kalim kontraktor.
Hal-hal tersebut diatas menjadi perhatiann penting bagi konsultan dan
dituangkan dalam bentuk koordinasi dan konsultansi secara rutin selama
waktu peleksanaan pekerjaan pengawasan teknik berlangsung.
D.7. TANGGAPAN TERHADAP LAPORAN
Konsultan mengusulkan untuk membuat laporan khusus selain yang diminta dalam
Kerangka Acuan Kerja. Laporan ini mengenai pekerjaan khusus misalnya : pelaksanaan
pekerjaan timbunan tinggi atau galian dalam. Laporan khusus ini diharapkan dapat
menjadi acuan untuk kasus yang terjadi pada pekerjaan sejenis di Indonesia.

D.8. TANGGAPAN TERHADAP EVALUASI KERJA


Dalam Kerangka Acuan Kerja, disebutkan bahwa kualifikasi tenaga ahli yang melebihi
kelifikasi dari persyaratan KAK tidak memperoleh tambahan nilai, konsultan
mengusulkan agar kelebihan dari kualifikasi KAK ini tetap diberi nilai. Nilai maksimum
tenaga ahli hendaknya ditentukan dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya
kelebihan kelaifikasi persyaratan KAK.

PENDEKATAN METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

Dalam pelaksanaan pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan Rumah


Susun Pemkab Waropen, maka konsultan akan mengembangkan suatu pendekatan
masalah dan metodologi dalam melaksanakan pekerjaan ini secara sistematis dan tepat waktu
sesuai ketentuan dalam kerangka acuan Kerja.
E.1. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

1. Uraian Pendekatan
Dalam pendekatan masalah pekerjaan manajemen konstruksi ini ada dua
penanganan yang harus dilakukan secara komprehensif, mengingat Gedung yang
terdapat di lokasi proyek adalah cukup penting dan strategis. Pada penanganan
dapat dibagi menjadi :

 Penanganan Manajerial
 Penanganan Teknis operasional

Penanganan manajerial antara lain :

 Pengawasasan Gedung secara terpadu atas pertimbangan kewilayahan.


 Penyeragaman skala penanganan sesuai hirarki yang ditetapkan dan didukung
dengan peningkatan kualitas struktur yang sesuai dengan beban dan intensitas
setiap struktur Bangunan.
 Rehabilitasigedung dengan sistem yang baik dan tepat waktu.

Penanganan Secara Teknis Operasional antara lain mencakup :


 Penanganan Pengawasan harus secara komprehensif menyeluruh dan simultan
untuk semua segmen .
 Untuk kelancaran perlu diperhatikan, khususnya penanganan Rehabilitasi
fasisilitas darurat .
 Pengawasan mutu material yang ketat mulai dari pembuatan job mix formula,
pencampuran sampai pelaksanaan di lapangan.
 Perlunya menerapkan “Early Warning System” (EWS) yaitu perangkat untuk
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan-
kegagalan, kekurangan, kesalahan, ketidak optimalan, dan penyimpangan-
penyimpangan dalam penyelenggaraan prasarana baik dalam kualitas, fungsi
maupun manfaat prasarana yang bersangkutan, “EWS” ini mencakup tahap
sangat awal (studi) sampai dengan tahap akhir.
 Perlu adanya totalitas sistem mutu konstruksi yang sekarang dikenal sebagai
Quality Insurance.

2. Metodologi

Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, jasa yang akan disediakan Konsultan pada
Proyek Manajemen Konstruksi Pembangunan Rumah Susun Pemkab Waropen,
terdiri dari beberapa tahapan :

1. Membantu dalam pelaksanaan pengawasan mutu.


2. Membantu melakukan review design atas persetujuan Pejabat Pembuat
Komitmen dan pemeriksaan gambar terealisasi.
3. Memeriksa dengan sungguh-sungguh pengukuran volume pekerjaan yang
dilaksanakan dengan baik dan benar, teliti dan sempurna, serta memeriksa
gambar terealisasi (As Built Drawing).
4. Menjamin bahwa semua laporan (report) diserahkan tepat waktu, dibuat
secara benar dan memuat semua catatan kemajuan serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan proyek.
5. Bekerjasama dengan staf Satker/PPK dalam hal-hal yang menyangkut masalah-
masalah teknis.

2.1. Membatu Dalam Peninjauan Ulang Design

Setelah mempelajari gambar-gambar dan dokumen spesifikasi umum dan


khusus. Konsultan akan membuat beberapa catatan dan koreksi-koreksi
yang diperlukan sehubungan dengan adanya kekurangan atau
penambahan dari gambar-gambar dokumen-dokumen lainnya.

Metodologi umum yang diusulkan Konsultan dalam melakukan pekerjaan


Review Design sebagai berikut :

a. Tahap persiapan, yang terdiri dari pekerjaan pengumpulan data


sekunder, penyusunan rencana kerja serta persiapan peralatan
survei dan mobilisasi.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yang terdiri dari pekerjaan survei


pendahuluan, survei topografi dan penyelidikan material.

c. Tahap pekerjaan kantor, terdiri dari pekerjaan penggambaran dan


pelaporan.

d. Tahap diskusi, adalah tahap yang perlu dilakukan oleh konsultan


kepada pemberi kerja untuk memperlihatkan kemajuan pekerjaan,
pemecahan, permasalahan yang ada serta memberi arahan disain
sesuai yang diharapkan oleh pemberi kerja.

Masing-masing tahap akan diuraikan secara rinci dibawah ini :

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini terdiri dari pekerjaan pengumpulan data


sekunder, penyusunan rencana kerja serta persiapan peralatan
survei dan mobilisasi.

 Pengumpulan Data Sekunder

Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data sekunder


adalah menghubungi instansi pemerintah. Data yang diperlukan
antara lain :

 Data Struktur Permukaan Tanah


 Bahan yang tersedia yang dapat menentukan macam
konstruksi yang paling menguntungkan
 Usulan lainnya dari instansi pemilik kegiatan
 Data perencanaan bangunan sebelumnya
 Penyusunan Rencana Kerja

Konsultan akan menyusun rencana kerja untuk panduan dalam


pelaksanaan teknis di lapangan maupun di kantor agar tercapai
tujuan dan sasaran proyek sesuai KAK.

Dalam rencana kerja dituangkan tahapan kegiatan dan


rinciannya secara cermat serta waktu yang diperlukan mulai dari
awal pekerjaan sampai akhir proyek.

Rencana kerja yang didiskusikan kepada pemberi kerja untuk


disetujui dan dipakai sebagai alat kontrol kegiatan konsultan.

 Persiapan Peralatan Survei dan Mobilisasi

Kegiatan awal yang dilakukan adalah penyiapan personil


lapangan, peralatan survai. Khususnya peralatan survai akan
dikalibrasi dahulu sebelum dimobilisasi. Fungsi dari kalibrasi
tersebut adalah untuk mendapatkan data survai yang akurat.
Apabila semua peralatan dan personil sudah siap maka sesuai
jadwal akan dimobilisasi.

2. Tahap Pekerjaan lapangan

Tahap pekerjaan lapangan terdiri dari pekerjaan survai pendahuluan


(reconnaissance), survai topografi dan penyelidikan tanah dan
material. Masing-masing pekerjaan akan diuraikan dibawah ini.

 Survai Pendahuluan

Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu gambaran


umum tentang kondisi lapangan yang akan di awasi. Dalam
pekerjaan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan dan
mencatat data visual yang diperlukan.

Dengan data tersebut akan diperoleh gambaran umum lokasi


proyek di ruas yang bersangkutan. Kegiatan yang akan
dilakukan antara lain :

1. Mengecek semua data lapangan dan memberikan koreksi


seperlunya serta memutuskan langkah-langkah yang akan
diambil untuk di laksanakan.
2. Menentukan type pondasi yang paling baik sehubungan
dengan material dan kondisi tanah
3. Membuat titik referensi dari beton
4. Mencatat material yang tersedia
8. Membuat sketsa situasi baru serta profit pada bangunan
baru.
9. Data lainnya yang diperlukan.

1. Pengukuran Situasi
Ketentuan dalam pengukuran situasi jembatan sebagai
berikut :

- Pengukuran dilakukan dengan cara techymetri

- Pengukuran situasi daerah sepanjang bangunan harus


mencakup semua keterangan yang ada di daerah
sepanjang lokasi kegiatan misalnya : rumah, pohon
pelindung jalan, pinggir bahu jalan, pinggir selokan, letak
gorong-gorong serta dimensinya, tiang listrik, telepon,
dan lain-lain.

- Pemberian tanda pada peta lokasi sumber material.

2. Pemasangan Patok Tetap

- Titik polygon utama harus dihitung koordinatnya


berdasarkan titik ikat yang dipergunakan. Perhitungan
harus berdasarkan pada metode kwadrat terkecil.

- Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar


ukur, begitu pula semua keterangan-keterangan yang
penting.

- Titik ikat referensi atau titik ikat baru harus dimasukkan


dalam gambar dengan diberi tanda khusus. Ketinggian
titik tersebut dicantumkan.
- Daftar koodinasi beserta ketinggian dari titik polygon
utama harus dilampirkan.

 Survai Penyelidikan Material

Penyelidikan tanah untuk konstruksi gedug didalam proyek ini


dilakukan berdasarkan survai langsung di lapangan maupun
dengan pemeriksaan laboratorium.
Pelaksanaan jenis pekerjaan tersebut diuraikan dibawah ini :
- Pada tiap lubang bor yang dikerjakan perlu dilakukan
pencatatan lokasi, tanggal mulai dan selesainya pemboran
serta alat yang digunakan.
- Boring harus dikerjakan sampai kedalaman yang ditentukan
atau setelah didapat informasi yang cukup mengenai letak
lapisan keras, jenis batuan dan tebalnya.

- Jika sebelum mencapai kedalaman yang ditentukan telah


dijumpai lapisan keras (bate), boring harus diteruskan
menembus lapisan keras sedalam kurang lebih 3 meter lagi.
Hal ini tergantung jenis batunya dan bangunan sub
strukturnya.

- Pada interval tertentu diambil contoh tanah (tidak perlu


undisturbed) dan disimpan dalam tempat yang dapat
menjaga kadar air aslinya.

- Pada setiap interval kedalaman yang ditentukan pada tanah


lunak (bila tidak ditentukan maka rata-rata kedalaman
diambil 3 meter) perlu diambil sample undisturbed guna
mendapatkan harga index dan struktur properties dari
lapisan tanah.

- Pengambilan sample undisturbed dilakukan dengan tabung


sample diameter 7 cm panjang minimum 70 cm yang
ditekankan perlahan sehingga terisi penuh tanah. Tanah
tersebut harus dilindungi dengan ditutup dengan paraffin di
kedua ujungnya sampai saat ditest di laboratorium.
- Hasil kegiatan boring, perlu dibuatkan borlog yang
dilengkapi dengan litologi, harga SPT, letak muka air tanah
dan ketebalan lapisan.

- Hasil laboratorium terhadap tanah undisturbed sample akan


ditentukan index dan structural properties tanah yang terdiri
dari :
1. Index properties
2. Direct Shear
3. Consolidation Test

Perhitungan
Konsultan yang akan melakukan pengawasan dengan konsep
sebagai berikut :

 Perhitungan konstruksi pondasi serta bangunan bawah harus


disesuaikan dengan hasil penyelidikan tanah
 Penyajian gambar disain

Perhitungan Kuantitas dan Biaya Proyek

Perhitungan kuantitas mencakup seluruh detail yang terbagi


menjadi :

Perhitungan perkiraan pelaksanaan didapat dari total harga


pekerjaan pada masing-masing divisi pekerjaan tersebut.

2.2. Pelaksanaan Pengawasan Mutu

Tujuan adanya pengawasan mutu seperti disinggung terdahulu bahwa


harus ada jaminan seluruh persyaratan teknis dalam spesifikasi dapat
terlaksana dengan baik. Seluruh persyaratan teknis maupun norma dan
peraturan-peraturan lainnya dapat terlaksana apabila adanya suatu tim
pengendali yang terorganisir dengan baik serta mempunyai pengalaman
dan keahlian yang memadai atau professional, secara individu maupun
secara tim. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas maka diperlukan
konsep dasar pengawasan.

Konsep dasar pengawasan sekurang-kurangnya ada tiga hal yaitu :


 Pekerjaan harus tepat mutu
 Pekerjaan harus tepat waktu dan
 Pekerjaan harus tepat biaya
Ketiga hal tersebut, secara integrasi akan menjadi konsep dasar di dalarn
pelayanan jasa konsultan supervise, sehingga akan menclukung
suksesnya proyek.

1. Pengendalian Mutu
Untuk setiap jenis pekerjaan yang menyangkut mutu, Konsultan akan
selalu mengawasi sehingga seluruh pekerjaan yang dilaksanakan
sesuai dengan spesifikasi teknik yang tercantum dalam dokumen
kontrak.

Untuk itu Konsultan akan menerapkan pola manajemen pengendalian


mutu sebagaimana dikenal di lingkungan Cipta Karya dengan istilah
"Polo 3-2-5", yang artinya bertahap 3 (tiga), berlingkup 2 (dua) dan
berstruktur 5 (lima).

Pola tersebut dapat diuraikan lebih jauh sebagai berikut :


- Tahapan Pengujian :
1. Pengujian bahan baku
2. Pengujian bahan olahan
3. Pengujian bahan jadi
- Lingkup Pengujian :
1. Dimensi
2. Kualitas
- Struktur Pengujian :
1. Jenis pemeriksaan
2. Metode pemeriksaan
3. Frekwensi Pemeriksaan
4. Spesifikasi
5. Toleransi hasil pekerjaan

Bagan alir pengendalian mutu seperti terlihat pada gambar 2.1.


Gambar 2.1.

BAGAN ALIR PENGENDALIAN MUTU

- DESAIN
- SPESIFIKASI UMUM
- SPESIFIKASI KHUSUS

REVISI DESAIN

GAMBAR KERJA
PRA
MANUAL PEMERIKSAAN
PELAKSANAAN

- REQUEST PELAKSANAAN
- REQUEST PENGETESAN
- REQUEST PENGUKURAN VOLUME
- METODE KONSTRUKSI

PELAKSANAAN

KONSTRUKSI/PENGUJIAN/

PENGUKURAN VOLUME PELAKSANAAN

- EVALUASI PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
- WORK ABILITY

- DATA TES LABORATORIUM


- SURVEY HASIL PELAKSANAAN

PASCA

PELAKSANAAN
- INSPECTION SHEET
- LAMPIRAN – LAMPIRAN
- REKOMENDASI - REKOMENDASI
2. Pengendalian Waktu
Seluruh pekerjaan berjalan di dalam sekuen dan mengikuti jadwal
waktu yang ditetapkan di dalam program kerja Kontrak. Konsultan
akan mengendalikan waktu dengan metode tertentu, sehingga proyek
dapat diselesaikan sesuai periode kontrak. Metode pengendalian
waktu yang lazim dijalankan yaitu dengan revise kurva "S" setelah
dilakukan langkah-langkah administratif yaitu rapat-rapat pembuktian
(Show Couse Meeting). Rapat pembuktian biasanya diikuti dengan
crash program yaitu menambahkan jam kerja dan peralatan
kontraktor.

Hal ini harus ditempuh dengan langkah-langkah yang terencana baik


dan efektif serta dapat dipahami dan dilaksanakan oleh Kontraktor.
Bagan Alir pengendalian waktu yang diusulkan Konsultan seperti
terlihat pada gambar 2.2.

3. Pengendalian Biaya

Pengedalian biaya dengan cara mengarahkan Kontraktor dalam


mengoptimalkan hasil kerja dari tenaga kerjanya dan pendayagunaan
peralatannya sehingga diperoleh hasil yang optimal dan tepat waktu
dengan biaya konstruksi seefesien mungkin atau tidak melebihi dari
perkiraan biaya yang tercantum dalam kontrak.

Pengendalian biaya yang dijalankan yaitu dengan seminimal mungkin


adanya pekerjaan tambah dan disiplin dalam pelaksanaan metode
kerja.

Bagan alir pengendalian biaya yang diusulkan yang dikaitkan dengan


progress fisik dan kualitasnya dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.2.

BAGAN ALIR PENGENDALIAN WAKTU

KONTRAK ASLI

REKAYASA LAPANGAN

METODE :

- KUANTITA PENGUKURAN

- KONSTRUKSI

ANALISA SUMBER DAYA

VALUE ENGINEERING
NETWORK ANALISIS SYSTEM
(OPTIMASI)

GAMBAR KERJA

SITE INSTRUCTION/
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
RAPAT HARIAN

EVALUASI PELAKSANAAN
Gambar 2.3.

BAGAN ALIR PENGENDALIAN BIAYA


2.3. Kerangka Kerja Pekerjaan Manajemen Konstruksi

Kerangka kerja pekerjaan Manajemen Konstruksi akan meliputi


pengawasan pelaksanaan pekerjaan fisik dalam 3 (tiga) tahapan sebagai
berikut :

 Tahap persiapan / mobilisasi


 Tahap konstruksi
 Tahap Rehabilitasi / serah terima.
Setiap tahapan dalam konstruksi akan selalu mengacu kepada aspek
pengendalian waktu, biaya dan mutu serta evaluasi untuk mendapatkan
hasil yang memenuhi persyaratan tepat waktu, tepat biaya dan tepat
mutu.

Bagan alir kerangka kerja pekerjaan Manajemen Konstruksi secara


terperinci disajikan pada Gambar 2.4.

2.4. Koordinasi Dengan Instansi Terkait

Agar pelayanan jasa konsultan Manajemen Konstruksi menghasilkan


kinerja yang baik dan dapat berjalan dengan lancar, maka diperlukan
adanya koordinasi yang baik dengan instansi terkait khususnya di Dinas
Cipta Karya Propinsi, Departemen Pekerjaan Umum, Puslitbang,
Perguruan Tinggi dan instansi terkait lainnya. Kantor konsultan
Manajemen Konstruksi akan berkedudukan disekitar proyek, sehingga
dalam pelayanan jasa Konsultan Manajemen Konstruksi dapat secara
efektif melaksanakan tugas pengawasan dan konsultan serta asistensi
dengan Pemimpin Proyek.

2.5. Keselamatan Kerja

Pengendalian keselamatan kerja yang berkaitan dengan keamanan dan


keselamatan kerja baik terhadap publik (umum) merupakan salah satu
sasaran dari Manajemen Konstruksi. Untuk mencapai sasaran, prosedur
yang dipakai oleh manajemen konstruksi dari pra pelaksanaan sampai
akhir pelaksanaan, diperlihatkan bagan alir pengendalian keselamatan
kerja seperti pada Gambar 2.5.Pada tahap pelaksanaan pekerjaan,
diperkirakan akan ada beberapa aktivitas antara lain :

 Pemasangan pagar untuk pengaman dan kerapian pekerjaan pada


kedua sisi jalan
 Pembongkaran beton dan pemasangan Form work
 Pengecoran beton
 Pekerjaan tanah, menggali dan mengangkut keluar lokasi
 Pemasangan CCTV di beberapa titik guna memperkecil kesalahan di
lapangan juga dapat mengawasi seluruh kegiatan
 Protokol Kesehatan Penggunaan Masker Dan alat cuci tangan di lokasi
pekerjaan
 Melakukan Swab Test Minimal Sebulan Sekali kepada seluruh pekerja
yang terlibat di lapangan
 Pekerjaan lainnya.
Semua kegiatan tersebut diatas jelas menjadi kendala bagi kelancaran
dan keselamatan kerja bagi pemakai jalan maupun bagi pekerja proyek.
Gambar 2.5.

BAGAN ALIR PENGENDALIAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA


Oleh sebab itu penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang
optimal dan sesedikit mungkin akibat buruk yang ditimbulkannya.

Demikian pula mengenai penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah


dengan penanganan yang baik, misalnya Dump Truck harus masuk dan keluar dari
lokasi proyek. Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut diatas adalah cara
pemuatan dan transportasi material bahan bangunan haruslah memperhatikan
wawasan lingkungan.

Tanah yang dimuat diatas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer
diatas permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan
dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya menghambat arus
lalu lintas yang ada.

Didalam pelaksanaan traffic management untuk proyek ini kriteria penanganan


dibagi menjadi 2 bagian :

 Pelayanan umum
 Keselamatan kerja
1. Pelayanan Umum

Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :

a. Efektivitas Sistem Informasi

Sistem Informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai


bangunan selama pelaksanaan yang tujuannya memberikan Informasi
bahwa akan ada proyek pembangunan.

Sistem ini dapat diwujudkan dalam 2 media, yaitu :

Melalui media cetak yang bersifat pengumuman

Pembagian "Parnflet"

b. Mengurangi Kemacetan

Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas di sekitar lokasi kegiatan,


dapat dilakukan dengan perambuan sementara selama pelaksanaan
pekerjaan dan dengan menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.
2. Keselamatan Kerja

a. Disiplin Kerja
 Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus
menerus dimonitor dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat
saling berhubungan setiap saat dengan cepat.
 Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian proyek sesuai
jadwal yang telah ditetapkan.
b. Peniadaan Kecelakaan Fatal
 Pembuatan sesuai dengan standar perambuan
 Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai
penciptaan kerapian kerja sepanjang daerah proyek (kiri don kanan)
don diberi lampu-lampu agar mudah terlihat pada malam hari.
Kecelakaan di lokasi proyek adalah aspek negatif dari meningkatnya mobilitas
kinerja alat. Keseimbangan antara mentalitas pekerja, kemajuan teknologi dan
penyediaan prasarana merupakan unsur-unsur yang menentukan mobilitas
kinerja yang semakin dinamis, cepat dan semakin nyaman sesuai dengan
tuntutan keadaan.

Ketidak seimbangan dari salah satu unsur tersebut diatas dalam beradaptasi
akan menyebabkan kesenjangan yang cenderung kepada terjadinya kecelakaan.
Bekerja pada sebuah proyek yang sedang beroperasi baik pada tahapan
perencanaan maupun tahap pelaksanaan menanggung resiko tinggi pada
terjadinya kecelakaan yang setiap saat bisa terjadi. Untuk itulah maka diperlukan
persyaratan keselamatan kerja pada pelaksanaan proyek yang berbeda yang
sedang beroperasi.

Dalam pelaksanaan proyek ada beberapa faktor keselamatan kerja yang terkait
antara lain :

 Faktor perambuan darurat


 Sistem transportasi pada lokasi proyek
 Atribut pada tenaga kerja
 Astek
 Dan lain-lain
Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang ditangani
dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan kerja daripda
semua eksponen terkait menjadi faktor utama dari kelancaran progress yang hendak
dicapai.

Pada tahap ini, gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai
berikut :

a. Perambuan Darurat
Seperti pada tahap perencanaan, maka perambuan pada tahap pelaksanaan pun
mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang memberikan rasa aman
dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang berada pada daerah
perambuan.

Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya rambu


peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga rubber
cone serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta jaraknya seperti
ditunjukkan pada keperluan "rambu darurat".

Disamping itu diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang
beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat
dengan warna crossing "kuning-biru" dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda
"Spot Light" atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada
malam hari. Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light .

b. Sistem Transportasi Pada Lokasi Proyek


Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :

 Pintu keluar/masuk kendaraan proyek pada daerah kerja ditentukan, rute


perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada
prinsipnya tidak boleh ada arah crossing sehingga tidak ada konflik. Dump
truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet ke belakang
namun harus masih tetap dalam area perambuan.
 Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan
penutup bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak
tercecer dimuka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin bila
sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.
 Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan
keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta
bantuan pengawal dari pihak kepolisian.
c. Atribut pada Tenaga Kerja

Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan
terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian
baju rompi refleksionis warna orange mencolok yang harus selalu dikenakan
pada saat melaksanakan tugas.

Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu


mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih
yang dipaksakan apalagi di jalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat
membahayakan dan mengurangi akurasi kerja.

d. Astek (Asuransi Tenaga Kerja)

Jaminan perlindungan keselamatan tenaga kerja pada daerah beresiko tinggi


adalah mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut harus dijamin dengan
asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal dengan astek.

Berikut ini akan diuraikan beberapa pertimbangan umum dan aktivitas serta upaya
yang dilakukan terkait dengan pengendalian lalulintas selama konstruksi.

1. Umum

a). Pertimbangan Lalulintas

Data lalulintas adalah informasi utama dalam perencanaan pengaturan lalulintas


untuk setiap tahap pelaksanaan konstruksi. Data lalu lintas yang dibutuhkan
meliputi (paling sedikit) :

 Karateristik lalulintas (arah arus lalulintas)


 Volume lalulintas untuk setiap jenis kendaraan
 Volume lalulintas dipersimpangan (disetiap jalannya)
 Tipe kendaraan yang melewati proyek
 Rute dan jadwal bus kota dan
 Rambu dan marka jalan yang ada
b). Pertimbangan Kondisi

Survei dan studi yang harus dilakukan untuk mengetahui kondisi yang ada
secara lebih detail

c). Pertimbangan Kondisi Utilitas Umum

Jaringan listrik, pipes air bersih dan telepon yang ada saat ini harus terlihat/
tercantum dalam gambar rencana baik pada gambar denah maupun profit
bangunan. Hal lain yang penting adalah data yang lebih detail tentang tipe,
ukuran, jumlah dan elevasi dari jaringan atau kabel harus diteliti bersama-sama
dengan instansi yang terkait secepat mungkin. Berikutnya, selain tentang
jaringan listrik, air bersih dan telepon, informasi tentang sistem air buangan
(kotor/limbah) saluran drainase dan fasilitas lain disepanjang bangunan yang
akan mempengaruhi pelaksanaan konstruksi harus dipelajari dengan seksama.

Semua penelitian dan servei tentang utilitas umum termasuk sistem drainase
dan fasilitas lain yang mempengaruhi konstruksi harus dilaksanakan sebelurn
konstruksi dimulai.

2. Kriteria Pengaturan Dalam Pelaksanaan

a) Tujuan Pengaturan Dalam Pelaksanaan

Adalah tidak mungkin untuk menghilangkan gangguan pelaksanaan


konstruksi terhadap penduduk yang tinggal disekitar proyek, untuk pekerjaan
yang terletak di daerah lalulintasnya.

Oleh karenanya segala usaha harus dilakukan untuk mengurangi gangguan


terhadap kegiatan di lokasi pekerjaan. Semua kegiatan konstruksi harus
direncanakan dan dijadwalkan secara baik dengan bekerjasama dengan
instansi yang berwenang dan instansi lain yang terkait.

Semua bangunan sementara, pengaturan lalulintas dan perlengkapannya


(rambu lalulintas) serta fasilitas untuk keamanan pemakai jalan, termasuk
staff dan pekerja Kontraktor didalam areal proyek, harus direncanakan,
dibangun dan dipasang sesuai dengan hukum, standar yang ada dan
peraturan dari Departemen Kimpraswil.
b) Fasilitas untuk Pengaturan pelaksanaan

Dalam mengadakan fasilitas konstruksi/pembangunan, dengan kata lain,


untuk mengatur peralatan keselamatan dan fasilitas/rambu-rambu yang akan
digunakan dan dipasang di lokasi selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung.

Klasifikasi Peralatan Pengaturan Pelaksanaan


Peralatan berikut, tetapi tidak terbatas pada, yang akan dipergunakan.
 Rambu Rambu Keselamatan Kerja (K3)
 Penghubung tetap
 Penghubung yang dapat dipindah
 Traffic Cones
 Rambu-rambu konstruksi (yang bersifat tetap)
 Rambu konstruksi yang dapat berpindah - pindah,
 Rambu-rambu peringatan & marko reflektor
 Lampu kedip (flasing light)
 Pagar (Fence)
 Orang pemegang bendera (pengatur) dan
 Papan (rambu) petunjuk

Pemasangan Peralatan
Item berikut ini akan diatur berdasarkan peraturan lalulintas yang berlaku
 Lokasi dan batas pemasangan peralatan dan rambu-rambu
 Batas transisi untuk pengaturan lalu lintas pekerja
 Jarak antara cones dengan penghalang
 Pengaturan/pemasangan pagar.

c). Penanganan dan Pengaturan Terhadap Jaringan Utilitas yang ada

Tiga langkah utama yang akan dilakukan dalam menangani jaringan utilitas
yang berada di lokasi proyek adalah :

i. Pemindahan Permanen (Tetap)

Pemindahan permanen dari jaringan utilitas akan dilakukan oleh instansi


yang bersangkutan (atau perumahan seperti PLN, PDAM dan lain-lain)
yang memiliki utilitas, tersebut.

ii. Pemindahan Sementara Selama Masa"Konstrulksl

Pemindahan sementara selama masa konstruksi dan dikembalikan ke


tempat semula atau ke tempat yang baru setelah masa konstruksi selesai
akan dilakukan oleh instansi (perusahaan) yang memiliki utilitas tersebut.

iii. Peralatan Pengaman Khusus akan diberikan kepada Jaringan Utilitas


Selama Masa Konstruksi

Untuk hal ini tidak diperlukan lahan atau tempat khusus untuk relokasi
baik untuk sementara maupun menetap, Pengaman khusus untuk
menghindari kerusakan dari utilitas tersebut akan dilakukan oleh
Kontraktor.

Disamping itu, jika sistem drainase yang ada, saluran disisi jalan dan
fasilitas drinase lainnya terganggu atau rusak selama masa konstruksi,
semua sistem dan fasilitas ini harus diperbaiki oleh Kontraktor sesuai
dengan standard dan kebutuhan instansi pemerintah yang berwenang.

3. Urutan Pelaksanaan Pengaturan

Rencana pengaturan harus dibuat sesuai dengan tahapan dan program


Pelaksanaan pembangunan. Pengaturan akan meliputi, walaupun tidak terbatas
pada hal-hal berikut :

 Untuk Pelaksanaan pembangunan, lokasi dan areal yang dibutuhkan


seminimum mungkin dengan cara pemasangan peralatan dan rambu-rambu
 Rencana penempatan peralatan dan rambu untuk setiap tahapan konstruksi
 Pengalihan
 Ringkasan tentang rencana pengaturan untuk setiap tahapan konstruksi
termasuk klasifikasi (tipe), jumlah dan dimensi dari penghalang, traffic cones,
rambu konstruksi, lampu kedip, marka dan lain-lain.

4. Penerapan (Pelaksanaan)

a). Rencana Pengaturan


Pelaksanaan konstruksi dalam sub koridor yang akan dibangun harus diteliti
secara menyeluruh untuk kemudian menyusun rencana pengaturan yang
dibutuhkan.

Rencana pengaturan harus sedemikian rupa sehingga masih layak untuk


dilaksanakan dan memberi dampak yang baik terhadap pelaksanaan
kegiatan, selama pengembangan yang ada.

b). Pemberitahuan tentang Rencana Pengaturan

Bila rencana pengaturan yang meliputi komponen proyek, pembatasan areal


untuk setiap tahapan, jalan sementara, alternatif pengalihan, batasan
kecepatan dan peralatan pemberitahuan dan peringatan lainnya telah dibuat
dan disetujui oleh instansi pemerintah yang berwenang, maka rencana
tersebut harus diumumkan baik melalui radio, atau media komunikasi lain
yang dapat diketahui oleh pemanfaat bangunan, penduduk setempat dan
pekerja kontraktor.

Dengan pengumuman ini, setiap pengendara mobil, pejalan kaki, penduduk


disekitarnya dan juga pekerja kontraktor akan mengetahui dan mengerti
tentang rencana pengaturan lalu lintas ini, sehingga akan mengurangi
gangguan terhadap aktifitas pelaksanaan.

c). Pembentukan Grup Koordinasi

Grup Koordinasi Pengaturan kegiatan (GKPL) harus memperhatikan tentang


Strategi Rencana untuk mengurangi gangguan akibat pelaksanaan konstruksi
paket dalam proyek ini. GKPL harus dibentuk dare perwakilan instansi-
instansi seperti berikut ini

 DLLAJR
 PEMDA setempat
 Staf SKS Pelaksanaan Fisik Dinas Prasarana Wilayah
 Kepolisian
 Konsultan Supervise dan
 Kontraktor
Sebelum pelaksanaan konstruksi, rencana dan faktor utama dalarn
pengaturan harus didiskusikan don disetujui oleh GKPL. Selama masa
konstruksi GKPL harus mengadakan pertemuan secara berkala atau saat lain
yang dianggap penting untuk mendiskusikan dan kesepakatan untuk setiap
masalah.

Jika GKPL tidak dapat mengambil keputusan (kesepakatan), masalah ini


harus dibawa ke forum yang lebih tinggi agar pelaksanaan konstruksi dapat
berjalan dengan lancar.

d) Pembentukan Grup Koordinasi Utilitas

Grup koordinasi utilitas (GKU) harus memperhatikan masalah relokasi yang


merupakan hal penting dalam pelaksanaan konstruksi paket proyek ini. GKU
harus terdiri dari wakil-wakil pemerintah, wakil dari perusahaan pengelola
utilitas (PLN, PDAM, d1l) Konsultan Manajemen Konstruksi don Kontraktor.
Setiap persoalan utilitas harus didiskusikan, disetujui dan diputuskan oleh
semua anggota GKU.

e) Kerjasama yang baik antar Bagian yang Terlibat

Hal yang harus diperhatikan, berhasil atau tidaknya pengaturan ini


bergantung pada kerjasama yang baik antara pengendara kendaraan,
pejalan kaki, penghuni setempat dan pekerja kontraktor yang akan terkena
langsung oleh rencana pengaturan tersebut.

Rencana pengaturan harus disesuaikan dengan situasi lapangan dari waktu


ke waktu pada setiap tahap pelaksanaan konstruksi. Perbaikan dari Rencana
Pengaturan harus disetujui dan disepakati oleh Konsultan dan GKPL.

Konsultan Manajemen Konstruksi harus memonitor dan mengontrol secara rutin


apakah peralatan pengatur lalulintas berserta rambu-rambunya benar-benar
dilakukan oleh Kontraktor.
2.6. PENGUASAAN DAERAH KERJA

Agar pengendalian proyek menjadi efektif dan efisien, maka team


konsultan Manajemen Konstruksi harus mempunyai tingkat kemampuan
yang tinggi dalam hal penguasaan daerah kerja dalam berbagai aspek
antara lain :

 Wilayah administrasi pemerintahan dimana lokasi proyek berada.


 Kondisi medan/topografi.
 Lokasi quarry, jenis, kualitas dan jumlah deposit material yang ada.
 pabrikasi material.
Penguasaan data-data tersebut akan sangat membantu dan
memudahkan dalam pengawasan.

2.7. DUKUNGAN KANTOR PUSAT KONSULTAN MANAJEMEN


KONSTRUKSI

Untuk mencapai produk layanan jasa pengawasan teknik yang maksimal,


maka konsultan Manajemen Konstruksi akan membentuk tim yang solid
dan terintegrasi serta didukung oleh team tenaga ahli dari berbagai
disiplin keahlian.

Kantor pusat Konsultan secara terus menerus akan mengawasi tim yang
ditugaskan di lapangan dengan menugaskan secara khusus seorang
penghubung (contact person) yang dapat dihubungi oleh Pemberi Tugas
atau pihak terkait lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
penanganan masalah khusus, baik Teknis maupun administrasi yang
tidak termasuk dalam Kerangka Acuan Kerja, namun hal-hal tersebut
perlu ditangani dengan tujuan untuk mensukseskan proyek ini khususnya
pada Manajemen Konstruksi Pembangunan Rumah Susun
Pemkab Waropen

2.8. PEMAHAMAN DASAR KONSTRUKSI

a. Staking Out
Tujuan Staking Out adalah pengembalian titik-titik (koordinat) dari
desain/drawing pada posisi yang sebenarnya di lapangan.
 Pemasangan patok center line
 Pemasangan patok-patok yang berkaitan dengan kelengkungan
Kunci untuk pematokan diatas harus tersedianya titik referensi (bench mark)
yang baik dan akurat serta berada pada tempat yang aman. Penentuan titik
referensi (bench mark) ialah dengan cara pengikatan (pengukuran polygon)
dengan titik referensi yang sudah ada, dengan hasil akhir merupakan angka
koordinat. Penempatan titik referensi (bench mark) biasanya di luar ROW atau
dekat ROW, untuk menjaga keamanan pada saat dilaksanakan pekerjaan phisik.

a.1 Staking Out

a. Peralatan yang digunakan

 Theodolit/Total station
 Roll meter
 Patok
 Alat bantu lainnya.

a. Pemasangan rambu - rambu

Dalam rangka traffic manajemen, kegiatan pemasangan rambu - rambu


yang dilaksanakan Kontraktor, harus diperiksa dan dipasang sesuai
dengan peraturan dan metode yang telah disepakati.

Dalam pemasangan rambu dan tanda - tanda ini yang harus diperhatikan adalah

 Jenis dan material termasuk konstruksi rambu harus baik, awet dan lengkap
sesuai gambar standar.
 Titik lokasi rambu harus sesuai rencana dan petunjuk Konsultan dan tidak
boleh dipinddhkan atau dirubah tanpa ijin Konsultan, termasuk lampu -
lampu putar (rotary lamp).
 Seluruh rambu harus terpasang dengan baik selama 24 jam terus menerus
(Konsultan harus cepat memberi intruksi, jika ada rambu hilang, dll).
 Penempatan dan keberadaaan flagmen (orang pemegang bendera
peringatan) harus tetap ada setiap saat terutama pada saat kegiatan
berlangsung dan keluar masuk peralatan (Dump Truck, alat berat, dll).
b. Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

 Pekerjaan tanah timbunan (Fill)


 Penyiapan badan jalan (Sub Grade Preparation)
Keberhasilan pekerjaan perkerasan pada oprit sangatlah bergantung dari
pekerjaan tanah, yang mana nantinya menjadi bagian pondasi jalan) (sub
grade), berupa timbunan (Fill).

1. Yang dimaksud pekerjaan tanah timbunan (Fill) adalah :

Pekerjaan tanah dimana bahannya untuk timbunan dapat diambil dari tanah
tempat lain asalkan tanah tersebut sudah diuji dan dapat dipakai sebagai
bahan untuk pekerjaan timbunan (Fill).

Pekerjaan tanah timbunan (Fill) meliputi pekerjaan :

 Penggalian.
 Pengangkutan.
 Penghamparan.
 Pemadatan tanah lapis demi lapis dengan alat pemadat.
 Pembentukan dimensi timbunan seperti ketinggian, penampang
melintang.
 Pengujian laboratorium don lapangan.
Dimensi

Toleransi yang sering dipakai pada pekerjaan timbunan :

 Permukaan, ketinggian maksimum 2 cm.


 Permukaan cukup rata, landai untuk menjamin aliran air permukaan.
 Tebal lapisan setiap lapis pemadatan urugan maksimal 20 cm dengan
toleransi 1 cm.
Prosedur pekerjaan tanah, adalah sebagai berikut :

1. 24 jam sebelum mulai pekerjaan tanah, kontraktor mengajukan request


dan gambar kerja permohonan pekerjaan tanah.
2. Konsultan Pengawasan Teknik don Staff Pemberi Tugas lapangan
mengecek kesiapan Kontraktor mengenai
 Persiapan peralatan, seperti
1. Motor Grader
2. Alat pemadat (Steel Roller, dan Pneumatic Tire Roller).
3. Lampu penerang untuk pekerjaan di malam hari
4. Dan alat bantu lain
 Hasil pengujian lapisan terdahulu, untuk tanah timbunan.
 Patok elevasi atau ketinggian sudah diukur ulang.
3. Hasil evaluasi direkomendasikan atau dikembalikan untuk disempurnakan
4. Pemberi Tugas menyetujui request setelah mendapat rekomendasi
Konsultan Pengawasan Teknik.
5. Request pekerjaan tanah ditutup oleh verifikasi pekerjaan tanah untuk
opritan.
Bagan alit pelaksanaan pekerjaan tanah diperlihatkan pada gambar 2.6.

c. Pekerjaan Pondasi

Pekerjaan ini meliputi :

1. Soil investigation terhadap tanah asli.


2. Pemasangan pondasi meliputi ; pemasangan pada titik yang telah
ditentukan, penggunaan alat pemancang, posisi tiang pancang apakah
vertikal atau miring, kedalaman sesuai gambar, lebih dangkal atau lebih
dalam.
3. Pemeriksaan terhadap kondisi tiang pancang yang digunakan utuh atau retak
(layak) digunakan.
4. Pemeriksaan terhadap sambungan tiap tiang pancang.
5. Pemeriksaan ketahanan tiang pancang terhadap pembebanan dari hammer
alat pemancang (calendering test).
Pemeriksaan terhadap pembebanan kekuatan tiang pancang dalam menahan
beban maksimum yang diijinkan menurut desain.
Gambar 2.8

BAGAN ALIR PEKERJAAN PERKERASAN/PONDASI


D. Pekerjaan Baja

Pekerjaan baja adalah pekerjaan yang meliputi :

1. Pemasangan rangka baja yang bahannya sudah merupakan produk dari


pabrik baja.
2. Pemeriksaan terhadap seluruh komponen rangka baja baik berupa batang
induk rangka, gelagar memanjang dan melintang serta sway braching
(angin-angin) serta pemeriksaan terhadap joint (buhul sambungan dan bout
pengunci).
3. Pengelasan sambungan rangka baja bila diperlukan.
4. Pemasangan bearing pad sebagai bantalan tumpu rangka baja.
5. Pemasangan expansion joint pada sambungan rangka baja dan pier atau
abutment.
6. Pemasangan pekerjaan ini memerlukan kehati-hatian dalam menggunakan
alat berat bantu installing rangka baja seperti mobil crane, pembebanan
balancing, dll
7. Pemasangan sambungan baik itu dengan cara pengelasan maupun dengan
baut harus diperhatikan pengujian kekuatan las atau baut.

E. Pekerjaan Beton

Pekerjaan beton adalah pekerjaan yang meliputi :

1. Seluruh pembuatan struktur beton termasuk tulangan dan struktur komposit.


2. Penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan beton akan dilaksanakan, seperti
bekisting termasuk juga galian pondasi.
3. Penyiapan dan Rehabilitasi pondasi pemompaan air untuk galian pondasi,
pengukuran dan pembersihan lokasi bekas pekerjaan.
Agar diperoleh mutu beton yang seragam untuk suatu elemen konstruksi maka
perlu diupayakan sebagai berikut :

1. Menyamakan masing - masing jenis bahan - bahan yang dipakai.


2. System dan prosedur dibuat sama.
3. Menyamakan campuran dengan menggunakan rancangan campuran (job mix
formula) yang sama pula.
Pada pelaksanaan pekerjaan beton perlu diperhatikan antara lain :
1) Kegiatan awal :

 Penelitian rencana kerja kontraktor, spesifikasi teknik yang dipakai,


rancangan campuran (job mix formula) dan gambar kerja.
 Toleransi yang diijinkan untuk pengukuran disesuaikan dengan berita
acara rapat pro pelaksanaan (Pre Construction Meeting).
 Cek kalibrasi alat, kesiapan peralatan don bahan.
2) Persiapan Pengecoran :

 Pengecekan kelurusan dan kerataan permukaan.


 Penggalian pada pekerjaan pondasi atau drainase, lokasi, ukuran bentuk
dan persiapan permukaan.
 Bekisting, perancah (scaffolding), disesuaikan dengan rencana pekerjaan
beton mengenai kekuatannya.
 Pemasangan tulangan, seperti ukuran diameter, panjang,
pembengkokan, angkur pinggir dan ujung, jumlah batang, tulangan
minimum, pemotongan serta cara pengikatan dengan kawat, dudukan
dan pengatur jarak maupun kebersihan (tidak ada kawat lepas).
 Pengecekan kesiapan
 Peralatan tetap di lapangan atau, batching plant mengenai siap pakai,
kebersihan, kalibrasi, kondisi dan kecepatan operasi.
 Peralatan bergerak seperti truck mixer, dan dump truck mengenai jumlah
dan siap pakai.
 Tenaga Kerja.
 Perlindungan lokasi terhadap hujan, cuaca panas atau dingin.

3. Saat Pengecoran beton :

 Kondisi kerja cuaca yaitu Siang atau malam, penerangan untuk kerja
malam, penutup dan perlindungan apabila hujan.
 Alat pengaduk dimonitor terus hasil produksi beton dihasilkan.
 Mobilitas pengiriman perlu diperhatikan mengenai :
- Waktu minimum, disebabkan truck mixer terlambat di hatching plant.

- Waktu maksimum, mengakibatkan truck mixer antri di lokasi


pengecoran.
 Lalu lintas di lokasi pengecoran sendiri harus diatur sedemikian rupa,
sehingga pekerjaan pengecoran tidak mengalami hambatan.
 Pengendalian konsistensi, pengamatan waktu pengecoran dengan
pengujian slump, dan penyesuaian air atau bahan.
 Pengecoran beton harus seragam, pengecoran terus menerus, perhatikan
jarak ketinggian jatuh jangan sampai terjadi segregasi, tidak ada aliran
pasta semen setelah pengecoran.
 Pemadatan, harus merata clan menyeluruh.
 Penyelesaian pekerjaan, pekerjaan perapihan atau meratakan permukaan
beton setelah pengecoran.
 Jadwal pengujian beton.

4) Rehabilitasi beton :

 Perlindungan terhadap kerusakan, seperti benturan, beban berlebihan


dan cacat permukaan.
 Pengembalian atau pelepasan bekisting atau scaffolding setelah beton
cukup umur (28 hari) dan kuat tekan karateristik beton sudah tercapai,
kecuali untuk beton yang menggunakan additive, pelepasan bekisting
bisa lebih cepat sesuai spesifikasi bahan additive yang ditambahkan pada
adukan beton, pelepasan bekisting atau,
 Perawatan beton, sampai umur 28 hari permukaan beton diusahakan
senantiasa basah atau lembab.

5) Pengujian beton :

 Pengujian kekuatan tekan beton.


 Pengujian beton setelah jadi konstruksi misal pengeboran (core drill).
 Hammer Test (penekanan dengan palu/rebound deflection).

6) Catatan dan Pelaporan :

 Catatan mengenai bahan, perhitungan, campuran, pengadukan,


pengecoran dan perawatan.
 Laporan, mengenai laporan harian, buku harian, didokumentasikan.
 Photo dokumentasi.
Sama seperti semua pekerjaan yang lain pekerjaan beton juga mengikuti
prosedur yang sudah ditentukan, yaitu :

1. Kontraktor mengajukan request pekerjaan 24 jam sebelum pekerjaan


dimulai.
2. Selama waktu tersebut konsultan pengawas teknik mengevaluasi semua
kesiapan administrasi teknik.
3. Konsultan pengawas teknik merekornendasikan kepada pemberi togas untuk
dapat dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau belum bisa dilaksanakan
pekerjaan tersebut.
4. Setelah pekerjaan selesai request pekerjaan ditutup dengan verifikasi
pekerjaan beton.

Bagan Alir pelaksanaan pekerjaan beton diperlihatkan pada gambar 2.9.


Gambar 2.9

BAGAN ALIR PEKERJAAN BETON


f. Kontrol Kualitas (Quality Control)

Semua material bahan konstruksi harus dilakukan kontrol kualitas. Kontrol


kualitas dilaksanakan sebagai berikut :

1. Uji raw material alam, yaitu material bahan yang dipakai sebagai bahan
konstruksi seperti : batu, agregat halus, agregat kasar dan lain - lain.

2. a. Uji bahan campuran, yaitu material konsruksi yang berupa campuran dua
atau lebih material sehingga dalam campuran itu didapat sifat karateristik
yang disyaratkan spesifikasi seperti beton dan lain-lain.

b. Uji material/bahan campuran yang terpasang / dihamparkan, seperti uji


kepadatan pada beton (kuat tekan).

3. Uji material/bahan produk jadi buatan pabrik.

Kontrol kualitas bahan/material secara rinci dan komprehensif diajukan dalam


bentuk matriks, sebagaimana terdapat pada tabel 6. 1.

Pengujian untuk material/bahan utama idealnya harus, ada fasilitas laboratorium


di proyek yang memadai, sedangkan untuk material / bahan yang sifatnya minor
atau khusus dapat diujikan di laboratorium independent yang ada.

Tabel 2.1. Kontrol Kualitas Bahan/Material Utama dilaksanakan sbb :


Frekuensi/kuantitas pengujian (routline kontrol) bahan utama dilaksanakan sesuai
spesifikasi atau setidak-tidaknya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut ini :

Tabel26.2. Frekuensi/Kuantitas Pengujian

PENGAWASAN PELAKSANAAN

A. Tahap Persiapan

a) Rapat Pra Pelaksanaan

Rapat pra pelaksanaan (Pre Construction Meeting) adalah rapat/pertemuan awal


yang diadakan oleh prakarsa/undangan dari Pemberi Tugas yang dihadiri oleh
Konsultan Pengawas Teknik dan Kontraktor.

Hal ini diperlukan untuk menyamakan pengertian/bahasa atau pemahaman


mengenai dokumen kontrak dan spesifikasi teknik yang dipakai dalam
pelaksanaan pekerjaan.

Konsultan Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan-masukan di dalam


pemahaman isi dari seluruh Dokumen Kontrak dan merumsukan pokok-pokok
bahasan dalam rapat tersebut.

Pokok-pokok penting yang perlu dibahas :

o Pemahaman dan Penyamaan interprestasi atas dokumen kontrak


o Jadwal pelaksanaan
o Mobilisasi
o Pemasangan Peralatan konstruksi (installation)
o Tata cara pengukuran volume pekerjaan (opname)
o Lintas koordinasi dan komunikasi.
1. Pemahaman dan Penyamaan interprestasi atas dokumen kontrak

Dalam hal ini harus disamakan interprestasi terhadap dokumen kontrak


antara Pemberi Tugas, Konsultan dan Kontraktor menyangkut :

 Pekerjaan tambah/kurang
 Terminasi/for defeiture
 Asuransi, dll

2. Jadwal pelaksanaan

Pada waktu pembahasan jadwal pelaksanaan sebagai Pemberi Tugas


beserta Konsultan pengawas teknik haruslah betul-betul memahami jadwal
kerja Kontraktor, dengan titik berat masalah pada :

- Skala prioritas yang ada pada schedule pelaksanaan

* Pekerjaan major (utama)

* Sumber daya (manusia, peralatan dan material)

- Detour untuk pekerjaan :

* jalan

- Waktu pelaksanaan dibuat seefisien mungkin mengikuti jaringan


rencana kerja (network planning).

- Rencana dan metode kerja.

3. Mobilisasi

Untuk pekerjaan mobilisasi titik berat masalah pada :

- Survai sumber material (quarry), meliputi :

# Banyaknya material, yaitu mengenai jumlah dan jarak ke lokasi.

# Kualitas material, yaitu mengenai pengujian atau pengetesan


material yang akan dipakai.

- Penetapan base camp untuk lokasi :


# Laboratorium kantor (office) kontraktor, konsultan pengawas
teknik dan pemberi tugas.

- Pengukuran ulang lapangan (field engineering/ rekayasa lapangan).

- Pematokan lapangan (Setting out), pekerjaan ini perlu dibahas dan


ditetapkan bersama karena hasil dari penentuan profit-profit melintang
yang didapat merupakan/dasar pehitungan kuantitas selanjutnya.

4. Pemasangan Peralatan konstruksi (installation)

Pemasangan alat atau peralatan konstruksi sangat mempengaruhi


keberhasilan pekerjaan, pada proyek. Sehingga perlu pembahasan pada
rapat awal, dimana kontraktor akan mengajukan peralatan konstruksi
(sesuai dalam penawaran), selama masa konstruksi selalu siap/tersedia di
lapangan dan tidak boleh dipindah ke tempat/proyek lain. Apabila
mendapat penggantian peralatan konstruksi harus ada persetujuan tertulis
dari Pemberi Tugas.

5. Tata cara pengukuran volume pekerjaan (opname)

Tata cara pengukuran volume pekerjaan, perlu disepakati terlebih dahulu


antara, Pemberi Tugas, Konsultan pengawas teknik dan kontraktor
sehingga dalam penentuan kemajuan pekerjaan tidak terjadi salah
pengertian meliputi antara lain :

o Cara atau metoda perhitungan volume.


o Batasan daerah pekerjaan (Construction limit).
o Dasar pembayaran termasuk satuan pembayaran.
Hasil kesepakatan rapat dicatat serta dibuatkan Berita Acara serta ditanda
tangani bersama ketiga unsur : pemberi tugas, konsultan pengawas teknik
dan kontraktor.

6. Lintas koordinasi dan komunikasi.

Pemberi tugas, konsultan dan kontraktor bersama-sama menetapkan


perangkat komunikasi yang digunakan, pusat informasi/komunikasi,
operator yang bertanggung jawab pada perintahnya.
a) Mobilisasi Konsultan

Konsultan akan segera melakukan mobilisasi personilnya sesuai dengan jadwal


segera setelah menerima Surat Perintah Kerja dari Pemberi Tugas. Semua
tenaga inti yang dimobilisasi akan dibekali bahan rujukan berupa formulir -
formulir pengawason beserta manual pengawasan yang umunn digunakan di
lingkungan proyek termasuk disini adalah penetapan struktur organisasi
konsultan.

b) Mobilisasi Kontraktor

Pekerjaan mobilisasi kontraktor dapat dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu


mobilisasi awal dan mobilisasi personil, alat dan material secara keseluruhan,
termasuk penetapan struktur organisasi kontraktor.

Mobilisasi awal adalah suatu tahap dalam pelaksanaan kegiatan kontruksi yang
paling awal untuk mempersiapkan semua sumber daya baik manusia, peralatan
maupun bahan. Dalam tahap pelaksanaan kegiatan selanjutnya semua sumber
daya tersebut harus siap dioperasikan untuk memperlancar tahapan konstruksi
selanjutnya, sehingga tercapai suatu mutu, waktu dan kuantitas sesuai yang
diharapkan.

Proses kegiatan mobilisasi dalam suatu proyek dapat diuraikan dalam 2 bagian,
yaitu :

1. Mobilisasi awal untuk pelayanan pengendalian mutu proyek.


2. Mobilisasi keselurahan (personil, peralatan dan bahan).
 Mobilisasi awal
Mobilisasi awal adalah mobilisasi personil inti untuk mempersiapkan :
o Pengkajian ulang terhadap desain
o Pengukuran awal.
o Mempersiapkan program detail don gambar kerja yang akan
dilaksanakan pada masa konstruksi.
o Mempersiapkan peralatan konstruksi untuk siap menjalani uji coba dan
running well.
 Mobilisasi Keseluruhan
Pada periode mobilisasi ini personil, alat dan material, semua pekerjaan
yang berhubungan dengan cakupan pekerjaan mobilisasi telah selesai
semuanya.

Dalam kaitan ini, Konsultan akan memeriksa dan menyetujui daftar material,
peralatan yang akan didatangkan, fasilitas base camp dan lokasi
penempatan peralatan, menyiapkan titik data survei, mengecek pemasangan
patok center line dan review design.

d). PROGRAM KERJA

Penyusunan program kerja adalah suatu proses dimana kontraktor harus


menguraikan jadwal (schedule) kerja menjadi bagian - bagian, antara lain
Jaringan rencana kerja (net work planning), menjadi :

o Jadwal tenaga kerja (Man Powe Schedule).


o Jadwal peralatan (Equipment Schedule).
o Jadwal material (Material Schedule).
o Pengalokasian dana (Cash Flow).
o Jadwal pelaksanaan kerja.
Kesemuanya itu dilengkapi dengan uraian dan penjelasan metoda kerja, atau
prosentasi kemajuan pekerjaan.

Penyusunan program kerja dibuat untuk mempermudah pengelolaan proyek


dengan suatu system yang teratur dan memberikan system informasi
manajemen (Manajemen Informasi Sistem/MIS), secara jelas dan tepat guna.
o Untuk setiap minggu, sehingga kontraktor dapat menyiapkan dana,
kebutuhan material, kebutuhan peralatan dan kebutuhan tenaga setiap
minggu.
o Program ini harus diperbaharui (up date) setiap minggu sesuai kenyataan
lapangan.
o Program ini berkaitan erat dengan metode lintasan kritis (Critical Path
Method/CPM).
o Jenis pekerjaan/kegiatan apa saja yang berada pada garis lintas kritis
diprioritas untuk dikerjakan, karena ketinggalan 1 hari saja, secara
keseluruhan proyek ketinggalan 1 hari.
o Penanganan/jalan keluar yang dilakukan melaksanakan kerja ekstra atau
lembur pada lintasan kritis.
Dalam kaitan ini, Konsultan akan memeriksa program/jadwal kerja yang
diajukan oleh Kontraktor. Dan akan meninjau program kerja ini dari berbagai
aspek, seperti misalnya apakah pekerjaan dapat atau tidak dilaksanakan secara
efektif dan apakah pekerjaan ini dapat dilaksanakan dalam waktu dan biaya
seperti tercantum dalam kontrak, dan lain - lain.

Jadwal kerja ini akan disesuaikan dengan ketersediaan alat, sumber daya
manusia/tenaga dan material yang dapat dimobilisasikan oleh Kontraktor.

Bagan Alir penyusunan program kerja diperlihatkan pada gambar 2.10.


Gambar 2.10

BAGAN ALIR PENYUSUNAN PROGRAM KERJA


e. Sumber Material (Quarry) dan Pengujian Awal

# Sumber Material (Quarry)

Sumber material (Quarry) adalah suatu lokasi bahan mentah di lapangan


yang dipergunakan sebagai material pembangunan suatu proyek.

Bahan mentah dapat berupa :

 Batu, batu kali atau gunung.


 Air
 Pasir.
Dengan ditentukannya sumber material (Quarry) pada suatu lokasi tertentu,
mempermudah :

 Dalam pelaksanaan pekerjaan, efesien waktu dan biaya


 Mempermudah pemeriksaan material harian atau periodik.
 Perkiraan volume material.
Yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi sumber material (quarry),
antara lain :

 Bahan mentah cukup banyak.


 Jauh dari pemukiman, untuk menghindari polusi udara dan suara
 Jarak angkut dekat dengan base camp.
 Ada jalan atau jalan sementara yang cukup baik.
 Sosialisasi ijin penambangan.
 Ijin penambangan dan pemakaian bahan peledak.

# Pengujian Awal

Pengujian awal adalah suatu kegiatan pengujian awal bahan mentah hasil
alam sebelum dipergunakan sebagai material untuk pembangunan suatu
proyek.

Hal ini diperlukan agar supaya material yang akan dipergunakan nanti
dapat dipertanggung jawabkan, mengenai : kekerasan, keawetan,
kebersihan dan lain-lain sesuai syarat-syarat yang tercantum dalam
spesifikasi teknik.
Pengetesan atau pengujian awal yang dilakukan pada lokasi sumber
material (quarry), yaitu antara lain :

 Batuan atau aggregat ; pengetesan atau kekuatan/keausan dengan


mesin Los Angeles.
 Air adalah air yang bersih dari kotoran organic/kandungan Lumpur dan
sebagainya.
 Pasir, bersih dari kotoran lempung bahan organik dan pemeriksaan
gradasi.
Konsultan akan mengevaluasi alternatif sumber material yang diajukan oleh
Kontraktor dengan mengestimasi kuantitas yang ada dan pengambilan
sample untuk dilakukan pengujian-pengujian. Dari hasil-hasil pengujian
tersebut Konsultan akan memberikan rekomendasi untuk pemakaian
material atau tidak dari sumber material tersebut.

f. Base Camp dan Fasilitasnya

Base Camp, adalah suatu lokasi tertentu di lapangan yang merupakan tempat
semua kegiatan, penunjang pelaksanaan proyek lapangan, sedangkan fasilitas
base camp, adalah semua fasilitas yang menunjang pelaksanaan pekerjaan fisik
dan administrdsi sesuai dengan syarat-syarat dan spesifikasi teknik yang
berlaku.

Base Camp dan fasilitasnya, bertujuan untuk :

 Untuk memudahkan koordinasi antara semua instansi terkait di lapangan.


 Untuk mempermudah monitoring kemajuan pelaksanaan suatu proyek.
 Sebagai tempat tinggal kantor, laboratorium lapangan dan lain-lain.

Supaya maksud dan tujuan dari base camp dan fasilitasnya dapat optimal
menunjang pelaksanaan proyek, maka :

- Pada saat Kontraktor, mengajukan gambar denah base camp kontraktor


diminta, supaya :

o Lokasi dekat dengan proyek.


o Kegiatan administrasi instansi terkait di lapangan berada dalam satu
lokasi base camp.
o Jalan keluar base camp cukup baik.
o Keamanan lingkungan terjamin.
o Agak jauh dari permukiman menghindari polusi udara dan suara.
o Memiliki tingkat kesejukan ruang kerja yang memadai.
Konsultan akan memeriksa gambar denah base camp yang diajukan oleh
Kontraktor dan mengecek langsung ke lokasi, kemudian dievaluasi sesuai yang
diminta dalam Dokumen Kontrak.

Dari hasil evaluasi, Konsultan akan memberikan rekoi-nendasi terhadap


pemakaian base camp tersebut.

Bagan Alir mengenai Oenyiapan base camp dan fasilitasnya diperlihatkan pada
gambar 2.12.

Cara pembayaran, batas waktu pengadaan dan syarat-syarat lain dapat dilihat
pada syarat kontrak dan spesifikasi teknik yang berlaku.

B. Tahap Konstruksi

a) Pemeriksaan Gambar Keria (Shop Drawing)

Gambar kerja (Shop Drawing) adalah gambar yang dibuat oleh Kontraktor
diperiksa oleh Konsultan Pengawas Teknik, persetujuan oleh Pemberi Tugas
untuk dilaksanakan di lapangan pembuatannya merujuk kepada gambar
perencanaan.
Gambar 2.12

BAGAN ALIR PENYIAPAN BASE CAMP DAN FASILITASNYA


memperhatikan hal - hal sebagai berikut

- Ukuran dan standar kertas yang dipakai harus sama.


- Ukuran ketebalan garis alat gambar disesuaikan dengan gambar yang
dibuat.
- Penomoran gambar kerja (Shop Drawing harus teratur dan berurutan).
- Tampilan gambar kerja (Shop Drawing) antara lain:
 Lokasi dan jenis pekerjaan harus jelas tercantum.
 Ukuran konstruksi harus jelas dan ternotasi baik.
 Material, jenis dan mutu bahan yang dipakai dicantumkan sedetail
mungkin.

Konsultan akan memeriksa secara cermat dan teliti terhadap semua gambar
kerja (Shop Drawing) yang diajukan oleh Kontraktor dan memberikan koreksi-
koreksi seperlunya sampai dapat diterima dan disetujui baik oleh Konsultan
maupun Pemberi Tugas.

b). Pengecekan Data Survey

Perlu diadakannya pengecekan ulang titik survey yang berupa Bench Marks dan
titik kontrol yang dibuat pada waktu perencanaan teknik yang dilakukan
konsultan bersama-sama kontraktor untuk mendapatkan ketepatan dan
kebenaran dalam pelaksanaan. Apabila ada data yang tidak sesuai dengan
keadaan lapangan yang sebenarnya konsultan bisa membantu kontraktor untuk
menyelesaikan setiap perubahan dari perencanaan secara tuntas, termasuk
gambar-gambar rencana dan spesifikasinya.

c). Pengujian Bahan

Pengujian bahan dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) macam yaitu pengujian


bahan olahan dan bahan jadi.

Yang dimaksud pengujian bahan olahan dan bahan jadi adalah pengujiaan
terhadap:

1. Bahan olahan, yaitu bahan campuran dan beberapa bahan hasil alam
dengan hasil produksi pabrik untuk dipergunakan sebagai bahan bangunan
konstruksi jalan.
 Bahan Olahan untuk pekerjaan beton antara lain:
 Berasal dan hasil alam.
- Pasir
- Batu pecah atau aggregat dan
- Air
 Produksi pabrik
- Semen

 Bahan olahan untuk pekerjaan aspal antara lain:


 Berasal dan hasil alam.
- Batu pecah atau aggregat
- Abu batu
- Pasir
 Produksi pabrik
- Aspal

2. Bahan jadi yaitu bahan hasil olahan tersebut setelah jadi suatu konstruksi di
lapangan.
 Bahan jadi tersebut di lapangan dapat berupa :
 Beton untuk konstruksi gedung (rigid pavement).

Maksud dilakukannya pengujian bahan adalah :

1. Untuk mencapai keseragaman mutu hasil pekerjaan di proyek.


2. Hasil pekerjaan tepat mutu sesuai dengan yang disyaratkan atau
yang dikehendaki spesifikasi.
3. Mengefisienkan waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan karena
kesalahan-kesalahan akibat mutu bahan yang tidak sesuai dapat
dihindari.
Semua material yang dipakai harus memenuhi spesifikasi teknik yang
berlaku seperti :

1) Bahan asal alam:


- Pasir, bersih dan bebas kotoran organic (AASHTO T-21-74) (ASTM
C40-66T).
- Batupecah/agregat:
 Bergradasi baik
 Mempunyai sudut pecah permukaan.
 Bersih
 Keras, dengan pengujian mesin Los Angeles (AASHTO T-96-
74) (ASIM C 131-55).
 Air tidak mengandung Lumpur lebih dan 5%. PH antara
(4,5-8,5) (AASHTO1-26-70).
2) Bahan hasil produksi pabrik:
- Semen
 Type yang dipakai sesuai jenis pekerjaan.
 Cara penyimpanan
 Bebas dan pengaruh udara, hujan dan sebagainya.
3) Pencampuran atau pengolahan:
- Perbandingan yang benar, sesuai rancangan campuran (job mix
formula) yang sudah disetujui bersama.
- Temperatur yang tepat untuk pekerjaan aspal.
- Pengujian / pemeriksaan slump beton di lapangan dan batching
plant untuk pekerjaan beton.
- Pengujian extraksi dan marshall test untuk pekerjaan aspal.
4). Bahan jadi:

- Rehabilitasi:
 Pada masa Rehabilitasi (curring time).
 Sampai umur rencana.
- Pengujian kuat tekan beton, sesuai syarat-syarat dan spesifikasi
teknik (ASTM C-39-72).
- Pemeriksaan kepadatan lapangan dan laboratorium dengan
melakukan core drill setelah 12 jam penghamparan, sesuai
syarat—syarat dan spesifikasi teknik untuk pekerjaan aspal.

Konsultan Pengawas akan mengecek kesiapan Kontraktor mengenai:


peralatan test, material baik jumlahnya dan jenisnya serta sumbernya,
kemudian Konsultan Pengawas akan menyetujui atau menolak
pengujian, tergantung dan kelengkapan yang sudah dipenuhi oleh
Kontraktor.

Bagan alir mengenai pengujian bahan diperlihatkan pada gambar 6.13.


d). Material di Lapangan (Material On Site)

Material di lapangan (material on site) adalah material atau bahan yang akan
dipergunakan sebagai bahan konstruksi yang ada di lapangan dan sudah
disetujui pemberi tugas untuk dipakai sebagai bahan konstruksi, contohnya:
1. Semen
2. Besi Tulangan
3. Baja bangunan (profil)
4. Aggregat / (batu pecah)

Gambar 2.13.
BAGAN ALIR PENGUJIAN BAHAN OLAHAN DAN BAHAN JADI

START

CONTOH MATERIAL

DARI

SUMBER MATERIAL
DESAIN CAMPURAN (JOB MIX
(QUARRY)
PENGUJIAN MATERIAL
DESIGN) DAN HASIL
PENGUJIAN UNTUK
DIJADIKAN ACUAN DARI

STOCK MATERIAL

REQUEST DAN PELAKSANAAN

DITOLAK/REJECT
ED/ DIBONGKAR
DIPERIKSA

SESUATU PEKERJAAN SESUAI

DESIGN CAMPURAN (JOB MIX


DESIGN)
PENGAMBILAN CONTOH &
PENGUJIAN MATERIAL

BAHAN OLAHAN

TIDAK DAN BAHAN JADI TIDAK


DITERIMA ?

YA

DISIMPAN DI DICATAT DAN DISIMPAN

SISTEM DIARSIP (FILE) UNTUK

DOKUMENTASI
DATA PENDUKUNG

ARSIP (FILE) VERIFIKASI


(BACK-UP) DATA MC

END
Maksud penyiapan material di lapangan adalah:

1. Mempercepat pekerjaan kontraktor atau efisien waktu.


2. Mempermudah pengawasan kendali mutu bahan.
3. Persiapan stok material bahan mentah kontraktor untuk jangka panjang.

Semua bahan yang digolongkan sebagai material di lapangan (material on site)


dapat ditagihkan dalam sertifikat bulanan, maka penyimpanan material tersebut
akan dicek oleh Konsultan Pengawas Teknik dan disetujui oleh Pemberi Tugas
mengenai:

1. Keamanannya material di lapangan (material on site), lokasi diberi pagar


keliling dekat pos keamanan (satpam).
2. Rapih, material disusun menurut ukurannya seperti beton, semen diberi
sekat- sekat dan disusun menurut tanggal kedatangan.
3. Terjaga mutunya, mutu material tidak terpengaruh dengan kelembaban
udara seperti semen tidak boleh langsung diatas lantai diberi matras yang
berongga sehingga memudahkan fork lift masuk.
4. Tempat penyimpanan harus tertutup untuk menghindari pengaruh cuaca,
seperti hujan dan panas matahari terutama untuk material semen dan besi
beton.
5. Penumpukan material seperti aggregat diberi pembatas sesuai ukuran
material supaya tidak tercampur satu sama lain.
6. Perhitungan dan pencatatan volume saaf kedatangan yang ditolak atau yang
tidak bisa dipakai lagi ditempatkan terpisah.
7. Penumpukan besi tulangan harus dihidari dan tergenang air, oksidasi,
minyak dan kotoran lainnya.
Konsultan Pengawas akan mengecek kesiapan Kontraktor mengenai kebenaran
dari material yang dikirim, apakah sudah sesuai dengan spesifikasi teknik. Kalau
tidak maka material tersebut akan ditolak dan sebaliknya apabila sudah sesuai
maka Konsultan Pengawas akan merekomendasikan untuk diterima.

e). Pemeriksaan Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Metode pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor akan diperiksa


dan diawasi serta diberi perhatian khusus oleh Konsultan Pengawas untuk
menghindari kesalahan yang bisa mengakibatkan berbagai hal baik mutu, biaya
dan waktu dari pelaksanaan pekerjaan.

f). Pemeriksaan Peralatan yang Dipakai

Peralatan yang akan dipakai, terutama alat untuk pekerjaan perkerasan/aspal


dan alat untuk pemancangan, harus dalam keadaan baik menurut standar yang
disyahkan oleh badan tertentu. Oleh karena itu, setiap akan mulai suatu
pekerjaan Konsultan Pengawas akan memeriksa kondisi dan kesiapan dan
peralatan yang akan dipakai.

g). Kesiapan dalam Pelaksanaan Pekerjaan

Sebelum memulai pekerjaan Konsultan Pengawas akan memeriksa kesiapan dan


seluruh unsure pelaksanaan, antara lain : material, buruh dan peralatan. Setelah
semuanya siap, maka pekerjaan bisa dimulai.

h). Pemeriksaan Mutu Pelaksanaan

Pemeriksaan ini meliputi : pemeriksaan dimensi (tebal, lebar, panjang,


kedalaman, kemiringan, elevasi, jari-jari dan lain sebagainya). Pemeriksaan
mutu pelaksanaan untuk pekerjaan proyek ini secara umum adalah sebagai
berikut :

1. Pemeriksaan terhadap batu pecah meliputi : berat jenis, kekerasan,


kepipihan, penyerapan, keausan, daya lekat, gradasinya, dan lain
sebagainya harus diperiksa di laboratorium sesuai dengan spesifikasi teknik
dan dokumen kontrak.
2. Untuk pekerjaan struktur beton perlu diperiksa terhadap dimensi,
penulangan, kuat tekan, slump dan lain sebagainya sesuai spesifikasi teknik
dan gambar kerja (shop drawing).

Berdasarkan permohonan untuk inspeksi dari Kontraktor, Konsultan akan


mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap konstruksi yang sudah selesai
dilaksanakan.
i). Gambar Terlaksana (As Built Drawing)

Yang dimaksud gambar terlaksana (As built Drawing) adalah gambar terlaksana
di lapangan yang menggambarkan seluruh pekerjaan di lapangan sesuai dengan
volume pekerjaan yang telah dibayar setiap bulan sesuai dengan tagihan
kontraktor dalam sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC).

Gambar ini memuat juga perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh


perubahan pekerjaan (Contract Change Order/CCO) dan modifikasi lapangan
karena adanya hal-hal yang tidak terdapat pada gambar rencana, misalnya :
kabel PLN, kabel Telkom dan utilitas lainnya).

Dalam pembuatan gambar terlaksana (As Built Drawing) kontraktor harus


memperhatikan hal - hal sebagai berikut :

1. Ukuran dan standar kertas yang dipakai harus sama.


2. Ukuran ketebalan garis alat gambar yang dipakai disesuaikan dengan
gambar yang dibuat.
3. Pada gambar terlaksana (As built Drawing) disebutkan tanggal, bulan dan
tahun revisi gambar dan gambar kerja (Shop Drawing) yang disesuaikan
dengan perubahan kontrak pekerjaan (Contract Change Order/CCO),
Addendum (kalau ada).
4. Lokasi dan jenis pekerjaan harus jelas dicantumkan.
5. Ukuran konstruksi harus jelas.
6. Material, jenis dan mutu bahan yang dipakai.

Dalam kaitan ini Konsultan Pengawas akan memeriksa (as built drawing) dan
mengevaluasi gambar terlaksana dan memberikan rekomendasi untuk
persetujuan dan Pemberi Tugas.

C. Tahap Serah Terima

a). Serah Terima Awal (Provisional Hand Over/PHO)


Serah terima awal (Provisional Hand Over/PHO) adalah suatu kegiatan serah
terima awal dan seluruh pekerjaan yang telah dikerjakan oleh Kontraktor
kepada Pemberi Tugas, dimana pekerjaan utama (major works) sudah
mencapai 100%.
Maksud pelaksanaan PHO adalah untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan
yang telah dikerjakan oleh Kontraktor dalam arti : sesuai kualitas, sesuai
kuantitas dan tepat waktu dengan segala konsekwensi yang tercantum dalam
kontrak.

Dengan adanya penyerahan awal ini maka tahap Rehabilitasi dimulai.

Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan PHO adalah sebagai berikut :

1. Rekomendasi konsultan pengawas teknik bahwa kontraktor telah


menyelesaikan pekerjaan utama (major works) 100% dan minimal telah
menyelesaikan 97% pekerjaan dan seluruh nilai kontrak.
2. Perkiraan tanggal selesai seluruh pekerjaan sesuai dengan bunyi kontrak.
3. Pembentukan Panitia Serah Terima yang anggotanya ditunjuk Pemberi
Tugas.
4. Penyerahan Jaminan Rehabilitasi (Bank Guarantee) dari pihak kontraktor
kepada pemberi tugas.
5. Seluruh data yang ada (misalnya seluruh hasil testing material/hasil
pekerjaan, surat-menyurat / administrasi, formulir-formulir, data disket,
photo dokumentasi pelaksanaan pekerjaan, dll) sudah harus terarsip dengan
dengan baik.
6. Yang perlu diperhatikan adalah unsur—unsur:
- Kelengkapan administrasi proyek.
- Kondisi fisik pekerjaan yang baik dan benar sesuai spesifikasi teknik.
- Sesuai dengan perencanaan.
- Pendataan / pencatatan data dan kurang (defect and deficiencies list).
Kontraktor mengajukan request untuk PHO, kemudian Konsultan Pengawas
akan mengecek apakah persyaratan untuk PHO sudah dipenuhi atau belum
antara lain pengecekan progress pekerjaan. Kemudian Konsultan akan
memberikan rekomendasi kepada pemberi Tugas yang selanjutnya akan
dibentuk Panitia PHO.

Bagan alir mengenai serah terima awal (PHO) diperlihatkan pada gambar
2.14.
Gambar 2.14.

BAGAN ALIR SERAH TERIMA AWAL (PROVISIONAL HAND OVER/PHO)


b). Masa Jaminan Terhadap Kerusakan
Masa jaminan terhadap kerusakan adalah mulainya Rehabilitasi hasil pekerjaan
yang dihitung dari mulai tanggal perkiraan pekerjaan 100% berdasarkan
rekomendasi konsultan pengawas teknik sampai dengan berakhirnya kontrak
pekerjaan yang sudah disetujui.

Tujuan masa jaminan terhadap kerusakan adalah :

1. Memberikan waktu kepada Kontraktor untuk memperbaiki,


menyempurnakan hasil pekerjaan yang belum dapat diterima atau
memuaskan tim panitia penilai serah terima pada waktu kunjungan ke
lapangan mengenai kualitas dan kuantitas pekerjaan.
2. Memberikan waktu kepada Kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaan minor
yang belum terselesaikan dan lain-lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masa jaminan terhadap


kerusakan adalah sebagai berikut:

1. Kontraktor harus melaksanakan perbaikan pekerjaan yang telah disepakati/


disetujui.
2. Pekerjaan perbaikan atau penyempurnaan harus sesuai dengan:
- Syarat-syarat kontrak dan spesifikasi teknik
- Catatan dan tim panitia penilai serah terima.
 Lokasi
 Kerusakan, ketidak sempurnaan
 Cara perbaikan dan penyempurnaan dan lain-lain.
- Lama perbaikan tidak boleh lebih dan masa Rehabilitasi.

Panitia Penilai Serah Terima akan mengadakan pemeriksaan ulang ke lapangan,


apakah perbaikan - perbaikan yang sudah didaftar itu sudah dilaksanakan
semua atau belum. Apakah bila dianggap sudah selesai maka dibuat Berita
Acara pemeriksa hasil pekerjaan yang disampaikan kepada Pemberi tugas.

c). Serah Terima Akhir (Final Hand Over / FHO)


Serah terima akhir (Final Hand Over/FHO) adalah suatu kegiatan serah terima
akhir lapangan dan kontraktor kepada Pemberi Tugas, setelah kontraktor
menyelesaikan seluruh perbaikan terhadap kekurangan yang ada pada daftar
perbaikan yang dibuat oleh panitia penilai serah terima setelah kunjungan
kedua di lapangan.

Maksud pelaksanaan FHO adalah sebagai berikut


1. Pernyataan berakhirnya masa kontrak pekerjaan antara Kontraktor dengan
Pemberi Tugas.
2. Pernyataan bahwa tanggung jawab Kontraktor dengan Pemberi Tugas
secara keseluruhan sudah selesai.
3. Hasil pekerjaan Kontraktor berupa fisik maupun administrasi secara
keseluruhan dapat diterima oleh Pemberi Tugas dan hasil pekerjaan tersebut
sudah bisa dipakai untuk umum.
Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan FHO adalah sebagai berikut :
1. Rekomendasi dan Konsultan Pengawas teknik bahwa Kontraktor telah
menyelesaikan seluruh pekerjaan yang tercantum dalam dokumen kontrak
dan telah memperbaiki/menyempurnakan semua kekurangan yang diminta
dalam daftar perbaikan serah terima awal waktu kegiatan serah terima awal.
2. Perkiraan tanggal selesai seluruh pekerjaan sesuai dengan bunyi kontrak.
3. Pengembalian jaminan pelaksanaan (Bank Guarantee) kepada pihak
Kontraktor.
4. Seluruh data yang ada (misalnya, seluruh hasil testing, surat-menyurat
administrasi, formulir-formulir, data disket, photo pelaksanaan pekerjaan,
dIl) sudah terdokumentasikan dengan baik.
5. Yang perlu ditekankan adalah unsur-unsur:
 Kelengkapan administrasi.
 Kondisi fisik pekerjaan yang baik dan benar sesuai spesifikasi teknik.
 Kesesuaian dengan perencanaan.
Sehubungan dengan pelaksanaan FHO, sebelumnya Konsultan Pengawas akan
mengevaluasi dan memeriksa persyaratan kelengkapan yang harus dipenuhi
yaitu pekerjaan seluruh selesai setelah masa Rehabilitasi berakhir. Kemudian
Konsultan Pengawas memberikan rekomendasi kepada Pemberi Tugas untuk
selanjutnya Panitia Serah Terima akan diundang kembali untuk proses Serah
Terima Akhir (FHO).

Bagan alir mengenai serah terima akhir (FHO) diperlihatkan pada gambar
2.15.
Gambar 2.15.

BAGAN ALIR SERAH TERIMA AKHIR (FINAL HAND OVER/FHO)


2.4. PENGAWASAN ADMINISTRASI

Pengawasan administrasi yang merupakan bagian integral dan keseluruhan layanan


Konsultan Manajemen Konstruksi memuat mengenai proses-proses pekerjaan seperti
tindakan yang berkaitan dengan kontrak antara Pemberi Tugas dengan Konsultan,
hubungan antara Pemberi tugas, Kontraktor dan Konsultan, Kewenangan Engineer,
Asuransi dan Garansi, Perubahan Kontrak Pekerjaan (OCO), Sertifikat Bulanan (MC),
Request, Verifikasi dan lain sebagainya.

1. Penyerahan Lapangan

Setelah penandatanganan kontrak yang dilanjutkan dengan penerbitan Surat


Perintah Kerja Kontraktor akan segera menerima penyerahan area apangan
secara keseluruhan dari Pemberi Tugas untuk memulai melakukan pekerjaannya.
Apabila hanya sebagian pekerjaan yang diserahkan kepada Kontraktor perlu
diyakinkan bahwa area tersebut sudah memadai untuk dikerjakan dengan
mempertimbangkan “cost effective” terhadap pelaksanaan pekerjaan. Agenda
pertemuan mengenai penyerahan lapangan ini harus secara jelas menyatakan
tanggal terakhir penyerahan area berikutnya untuk dikerjakan oleh Kontraktor.

2. Kewenangan Engineer

Kewenangan yang didelegasikan oleh Pemberi Tugas kepada Manajemen


Konstruksion Engineer secara umum telah didefinisikan secara jelas di dalam
Dokumen Kontrak. Penunjukan dan kewenangan Manajemen Konstruksion
Engineer akan dinyatakan secara tertulis oleh Pemimpin Proyek agar supaya
pihak - pihak yang terlibat di dalam proyek memahami dan saling mengetahui
hal-hal yang harus menjadi tanggung jawab/kewenangan Manajemen
Konstruksion Engineer.

3. Asuransi dan Garansi

Asuransi adalah jaminan yang diberikan, disebabkan oleh :


- Orang atau manusia, apabila mendapat kecelakaan, cacat tubuh atau
kematian pada saat bekerja.
- Kerusakan meliputi, kerusakan pada konstruksi pekerjaan, peralatan
konstruksi di luar kesalahan kontraktor.
- Kehilangan yang mungkin terjadi untuk setiap harta benda, pada masa
kontrak berlangsung.

Garansi adalah jaminan Bank atau Garansi Bank diberikan guna mencakup
beberapa masalah, antara lain :

- Jaminan uang muka, jaminan yang mencakup keperluan untuk uang muka.

Tujuan diadakannya Asuransi dan Garansi pada suatu proyek adalah untuk
memberikan rasa aman dan tentram pada semua pihak yang terlibat, antara
lain Kontraktor, Konsultan Pengawas Teknik maupun Pemberi Tugas beserta
staf pemberi tugas dalam melaksanakan atau pengawasan pekerjaan di
lapangan. Konsultan Pengawas akan mengecek dan merekomendasikan
kepada Pemberi Tugas mengenai Polis dan batas lingkup asuransi dan
garansi dan Kontraktor.

4. Perubahan Kontrak Pekerjaan (CCO)

Yang dimaksud perubahan kontrak kerja (Contract Change Order / CCO) adalah
perubahan volume atau jenis pekerjaan dari suatu dokumen kontrak pekerjaan
yang sedang berlangsung antara pemberi tugas dan kontraktor setelah
direkomendasikan oleh Konsultan Pengawas Teknik.

Maksud penerbitan perubahan kontrak pekerjaan (C.C.O) adalah:

- Sebagai data pendukung kelengkapan administrasi perubahan dokumen


kontrak apabila ada pemeriksaan.

- Memberikan kepastian kepada kontraktor bahwa perubahan pelaksanaan


pekerjaan tersebut dapat dibayar.

- Sebagai data pendukung sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC)


Kontraktor.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan CCO adalah:

- Perubahan volume atau perubahan jenis pekerjaan tidak merubah nilai


kontrak secara keseluruhan atau kurang dari 5% terhadap total kontrak.

- Perubahan jenis pekerjaan tersebut tidak mengurangi maksud dan tujuan


dari proyek tersebut.

- Pengajuan permohonan perubahan kontrak pekerjaan (Contract Change


Order/CCO) masih dalam waktu pelaksanaan (Time Schedule).

- Dengan terbitnya berita acara perubahan kontrak pekerjaan (Contract


Change Order/COO) maka kontrak awal maupun Change Order ama tidak
berlaku lagi.

Dalam kaitan ini Konsultan Pengawas akan mengevaluasi usulan Kontraktor


mengenai CCO dan akan membuat Technical Justification sebagai dasar bahwa
perubahan dapat dilaksanakan.

Bagan alir prosedur perubahan kontrak (CCO) diperlihatkan pada gambar


2.16.

5. Sertifikat Bulanan (Monthly Certificate/MC)

Yang dimaksud sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC) adalah sertifikat


pembayaran bulanan yang diajukan Kontraktor kepada Pemberi Tugas untuk
dibayar sesuai kemajuan pekerjaan di lapangan setelah diperiksa dan
direkomendasikan oleh Konsultan Pengawas Teknik untuk dapat dibayar.

Tujuan sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC) adalah:

- Hasil pekerjaan Kontraktor dapat dibayar sesuai kemajuan pekerjaan yang


telah dikerjakan di lapangan.
- Pemberi Tugas dapat memonitor hasil pekerjaan fisik atau cash flow setiap
bulan.
- Merupakan tambahan modal Kontraktor untuk melanjutkan pekerjaan.

Dalam penyiapan sertifikat bulanan perlu diperhatikan sebagai berikut :

a) Pengukuran Lapangan (Opname)

Guna menghindari kesalahpahaman mengenai kemajuan pekerjaan yang


akan disertifikasikan menjadi sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC),
maka perlu diadakan pengukuran bersama di lapangan antara Kontraktor,
Konsultan Pengawas Teknik dan Staff Pemberi Tugas mengenai :
- Kuantitas pekerjaan.
- Kualitas pekerjaan.
- Penampilan (performance) hasil pekerjaan.
- Hasil pengukuran dibuat dalam berita acara pekerjaan.
Gambar 2.16.

BAGAN ALIR PERUBAHAN KONTRAK PEKERJAAN (CCO)


b) Data pendukung sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC) :

Data pendukung (Back up) kelengkapan sertifikat bulanan (Monthly


Certificate/MC) antara lain :
- Data pendukung kuantitas pekerjaan bulanan.
- Data pendukung kualitas pekerjaan bulanan (hasil test laboratorium)
- Data pendukung perubahan kontrak (kalau ada).
- Gambar-gambar atau sket hasil pekerjaan yang merupakan pendukung
pembuatan gambar terlaksana (As built Drawing) nantinya.
- Data pendukung harus diserahkan setiap tanggal 25 setiap akhir bulan,

c) Cara pembuatan serfifikat bulanan (Monthly Certificate/MC)

Sertificate bulanan (Monthly Certificate/MC) bersifat kumulatif dan


pembayaran bulan berikutnya diberikan sebesar jumlah kumulatif dikurangi
jumlah pembayaran sebelumnya. Dikurangi advance payment ditambah
pembayaran material on site kalau ada.

Cara ini untuk menghindari kesalahan perhitungan yang mungkin terjadi


pada bulan sebelumnya.

Atas pengajuan tagihan dari Kontraktor, Konsultan Pengawas akan


memeriksa semua perhitungan beserta back up data kualitas dan kuantitas,
setelah lengkap dan benar diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk
mendapatkan persetujuan.

Bagan alir pengajuan sertifikat bulanan dapat dilihat pada gambar 2.17.

6. Request

Request adalah salah satu dokumen pembuka arsip (folder) suatu kegiatan yang
diajukan Kontraktor kepada Konsultan Pengawas Teknik untuk diperiksa dan
disetujui oleh Pemberi Tugas sebagai permohonan sebelum melaksanakan
pekerjaan di lapangan.
Gambar 2.17.

BAGAN ALIR PENGAJUAN SERTIKASI BULANAN

(MONTHLY CERTIFICATE/MC)
Maksud pengajuan request adalah:

a. Supaya setiap pekerjaan Kontraktor dapat diawasi dan dimonitor oleh


Konsultan Pengawas Teknik.
b. Supaya hasil pekerjaan Kontraktor dapat dipertanggung jawabkan dan tepat,
mutu kuantitas dan sesuai rencana.
c. Kontraktor bekerja harus mengikuti prosedur yang sudah ditentukan sesuai
dokumen kontrak dan spesifikasi teknik.
d. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

Format request terdiri dari :

a. Unsur-unsur yang harus diisi :


- Tanggal pengajuan
- No. Request dan No. jenis pekerjaan
- Lokasi pekerjaan/stationing
- Volume pekerjaan
- Material yang dipakai
- Peralatan yang dipakai
- Tenaga kerja
- Sket gambar kerja
- Dan pekerjaan pelengkap lain kalau ada.

b. Yang bertanggung jawab menandatangani pada kolom pengajuan


permohonan pekerjaan adalah kontraktor pelaksana.

c. Yang bertanggung jawab memeriksa/cek dan menyetujui permohonan


pekerjaan adalah Konsultan Pengawas (sertifikasi).

d. Disetujui oleh staff pemberi tugas / pemberi tugas.

Konsultan Pengawas akan memeriksa kelengkapan data sesuai dengan request


yang diajukan dan akan memeriksa lapangan. Apabila semuanya sudah benar
maka pekerjaan bisa dilaksanakan dan untuk selanjutnya akan diawasi oleh
Konsultan Pengawas.
7. Verifikasi

Verifikasi (penutup request) adalah data dokumen sebagai penutup request


pelaksanaan pekerjaan kontraktor setelah pekerjaan dapat diterima dan
dipertanggung jawabkan baik mutu maupun kuantitasnya.

Maksud penerbitan verifikasi adalah:

a. Dengan adanya verifikasi (penutup request), maka request yang dinyatakan


sebelumnya telah selesai dikerjakan dan dapat ditagihkan oleh Kontraktor.
b. Untuk menjadi pendukung data sertifikat bulanan (Monthly Certificate/ MC)
yang diajukan Kontraktor setiap mengajukan penagihan.

Yang perlu diperhatikan dalam persetujuan verifikasi (penutup request)

a. Tanggal persetujuan.
b. Penomoran pada request dan mata pembayaran harus sama dengan yang
tercantum pada verifikasi (penutup request).
c. Lokasi pekerjaan (stationing/Sta.) sama.
d. Volume pekerjaan setelah diopname bersama.
e. Hasil pengujian pekerjaan.
f. Sket gambar terlaksana, menjadi dasar gambar terlaksana (As Built
Drawing).
g. Lama waktu pelaksanaan.
h. Catatan tidak sempurna masih dalam toleransi.

Konsultan Pengawas akan mengevaluasi semua hasil pekerjaan di lapangan dan


merekomendasikan atau memberi catatan ketidaksesuaian untuk diperbaiki
Kontraktor kalau ada sampai dianggap sempurna.

8. Visual Monitoring

Visual monitoring adalah system monitoring dimana prestasi kerja Kontraktor


terpresentasi dalam bentuk gambar dan grafik berwarna atau narasi secara
akurat terinci dan selalu diperbaharui.
Untuk memperlihatkan prestasi kerja Kontraktor dalam bentuk grafik, gambar
atau narasi yang mudah dicerna dengan jelas, sehingga memudahkan
monitoring kegiatan Kontraktor serta keperluan presentasi pada saat kunjungan
pihak Pemberi Tugas ke lapangan maupun keperluan sehari-hari.

Dalam menyiapkan visual monitoring ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu :
a. Pemberian warna-warna pada pekerjaan yang sudah diverifikasi.
b. Perbedaan pewarnaan tergantung status pekerjaan, apa sudah selesai
diverifikasi, belum diadakan pengujian atau sudah ditagihkan (Invoice).
c. Pembaharuan (up date) data dilakukan setiap hari.
d. Diperlukan orang yang trampil untuk penggambaran dan pewarnaan ini.
e. Kerjasama yang baik antara petugas lapangan dengan pembaharuan (up
date) data di kantor.
f. Hasil direkam dan diarsipkan (file) secara rapi dan teratur.

Konsultan Pengawas akan selalu memonitor setiap progress suatu pekerjaan


secara actual di lapangan sebagai input penyajian bentuk visual monitoring.

2.5. SISTEM DOKUMENTASI ARSIP (FILE)

Adalah suatu system pendokumentasian arsip semua kegiatan di lapangan baik dari
segi fisik maupun administrasi secara teratur dan rapi, sehingga memudahkan
semua pihak baik yang terlibat langsung maupun tidak apabila sewaktu - waktu
dibutuhkan.

Adapun jenis system dokumentasi antara lain:


a. Dokumentasi terhadap kegiatan di lapangan/fisik (surat-surat & Site Instruction).
b. Dokumentasi terhadap testing mateial yang dipakai.
c. Dokumen terhadap bahan olahan dan jadi.
d. Dokumentasi terhadap photo-photo dan gambar - gambar seperti gambar kerja
(shop drawing) dan gambar terlaksana (as built drawing).
e. Dokumentasi data pendukung (back up) sertifikat bulanan (Monthly
Certificate/MC).
f. Dokumentasi perubahan kontrak (Contract Change Order/CCO), Addendum,
penyesuaian harga (eskalasi) apabila ada.
g. Dokumentasi surat menyurat memo dinas antar instansi terkait dan lain—lain.
h. Dokumentasi Laporan Proyek.
i. Dokumentasi pengisian formulir — formulir kegiatan Manajemen Konstruksi.

Formulir—formulir kegiatan Manajemen Konstruksi akan dikelompokkan menjadi 3


(tiga) bagian pokok kegiatan yaitu : Pengendalian Kuantitas, Pengendalian Mutu dan
SurveyUntuk keperluan pengendalian dalam proyek ini, maka tidak semua jenis
formulir yang ada akan dipakai, tetapi disesuaikan dengan keperluan.

2.6. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN VOLUME PEKERJAAN

Pengendalian volume pekerjaan adalah pengukuran volume secara teratur untuk setiap
operasi pelaksanaan berdasarkan gambar-gambar kerja dan daftar perkiraan volume
pekerjaan. Pengukuran pekerjaan adalah suatu tugas yang penting dalam pengawasan,
karena akan dipakai sebagai dasar dalam menentukan sertifikat pembayaran bulanan.

Disamping itu pekerjaan harian yang dilaporkan oleh Quantity Surveyor termasuk dalam
tugas pengawasan rutinnya. Volume pekerjaan biasanya digolongkan atas volume
pekerjaan sementara dan volume pekerjaan akhir.

1. Volume Pekerjaan Sementara

 Untuk pekerjaan dimensional:

Perhitungan volume pekerjaan yang akan dibayarkan pada sertifikat


pembayaran akan didasarkan pada tanda-tanda survei dari potongan melintang
yang ada dan perkiraan untuk volume pekerjaan total. Untuk mengatur
anggaran biaya pada bulan berikutnya didasarkan pada data-data survei
selanjutnya.

 Untuk pekerjaan bersatuan berat:

Volume pekerjaan akan dihitung berdasarkan berat bahan oleh Surveyor dan
disetujui oleh Chief lnspector/Quality Engineer di lapangan.

 Untuk pekerjaan lumpsum:

Volume pekerjaan akan dihitung berdasarkan hasil akhir pekerjaan yang telah
selesai dan disetujui oleh Chief Inspector/Quality Engineer di lapangan
2. Volume Pekerjaan Akhir

 Untuk pekerjan persatuan panjang:

Ketika pekerjaan telah selesai volume pekerjaan akan dihitung berdasarkan


data survei atau as built drawing. Volume pekerjaan akhir untuk setiap mata
pembiayaan akan dihitung juga oleh Kontraktor dan akan disetujui sebelum
menentukan sertifikat pembayaran akhir.

E.2. PROGRAM KERJA PENGAWASAN

Di dalam pelaksanaan pekerjaan layanan Konsultansi, perlu adanya suatu program kerja
yang konsepsional, efektif dan efisien sedemikian sehingga setiap aktifitas kerja
terprogram dengan baik dalam rangka mencapai target sukses pekerjaan.

Program kerja yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam Kerangka
Acuan Kerja ( KAK ).

Dalam penyusunan program kerja antara lain dan berdasarkan pada :

1. Ruang lingkup pekerjaan


2. Volume pekerjaan
3. Batas waktu
4. Keahlian personil
5. Jumlah personil
6. Peralatan yang dipakai
7. Schedule mobilisasi
8. Arahan Pemberi Tugas
9. Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya

Secara garis besar program kerja tersebut diuraikan seperti berikut ini :

Untuk melaksanakan pekerjaan secara tepat waktu dan hasil dengan mutu yang tinggi
akan dilaksanakan sesuai dengan jadual kerja yang direncanakan.

Rencana kerja disusun dan dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan efektif dan
waktu pelaksanaannya. Rencana kerja disusun secara sistimatis dengan tujuan agar
tercapai sasaran dan tujuan pekerjaan ini.
Untuk mendapatkan efektifitas tinggi atas input Konsultan dan untuk menggunakan
sumber daya yang tersedia secara efisien, kita perlu mengikuti suatu perencanaan dan
pelaksanaan sistem layanan Konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini baik kualitas
maupun kuantitas pekerjaan dapat dikontrol sambil menghindari beban pekerjaan
puncak yang cukup besar. Beban puncak dalam pekerjaan memerlukan mobilisasi staf
tambahan dan pengenalan terhadap proyek dan pada umumnya mengakibatkan
berkurangnya kualitas pekerjaan, hal ini diupayakan dihindari.

Aktifitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai berikut :

1. Persiapan awal
2. Koordinasi Konsultan dengan Pemimpin Proyek
3. Koordinasi dengan unsur proyek
4. Koordinasi tim Konsultan
5. Koordinasi dengan instansi terkait
6. Tahap pelaksanaan konstruksi

Block diagram umum rencana kerja Konsultan diperlihatkan pada gambar 2.18.
Pengendalian Kuantitas/Volume
Gambar 2.18
Pengendalian Kualitas/Mutu
BLOK DIAGRAM UMUM
Pengawasan Masa Pemeriksaan Akhir
RENCANA KERJA KONSULTAN Pengendalian Waktu/Jadwal
Konstruksi Pekerjaan

Pengendalian Biaya/Anggaran

Administrasi Proyek

Koordinasi dengan Pemimpin Proyek

Pekerjaan
Koordinasi dengan Unsur Proyek
Pengawasan
Teknik
Koordinasi Internal Team Konsultan
Laporan
Akhir
Koordinasi dengan Instansi Terkait

Sistem Pelaporan
Persiapan
Awal Advisory / Bantuan Teknik

Pengendalian Kuantitas/Volume
Pengawasan Masa Pemeriksaan Akhir
Rehabilitasi Pekerjaan
Pengendalian Kualitas/Mutu

Review Design (Jika Ada)


Value Engineering
Metoda Konstruksi
E.2.1. Persiapan Awal

Sambil menunggu dikeluarkannya Surat Persetujuan Mobilisasi Tim Konsultan


Manajemen Konstruksi, Manajeman Konsultan akan mengadakan persiapan-
persiapan untuk pelaksanaan pekerjaanyangantara lain namun tidak terbatas
pada :

1. Staffing & Organizing Team Work,


2. Mengadakan rapat koordinasi mambahas jaminan kualitas yang harus
diberikan oleh Konsultan kepada rekanan.
3. Menata / penyiapan kantor, furniture, perlengkapan kantor dll
4. Updating bersama-sama atas Standar Operational Procedure hubungan
kerja Team Work dengan Manajemen Konsultan didasarkan pada kontrak
kerja antara Konsultan dengan SKPD.
5. Mengadakan kunjungan / koordinasi awal dengan instansi-instansi dan
pihak-pihak terkait
6. Penyiapan format / form-form standar yang akan diperlukan / digunakan
selama periode pekerjaan
7. Pengumpulan data yang tersedia
8. Studi / analisa data yang tersedia
9. Field reconnaissance / site visit
10. Mempelajari kembali design dan lingkup pekerjaan fisik

E.2.2. Koordinasi Konsultan & Pemimpin Proyek

Koordinasi dengan Satker/PPK perlu dilakukan secara rutin dan dengan


frekuensi yang cukup.

E.2.3. Koordinasi dengan Unsur Proyek

Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan "Periodical Project Meeting"


antara Konsultan, Kontraktor dan Pemimpin Proyek Fisik, di sini bisa
dievaluasi, dimonitor dan dibahas hal-hal antara lain:

1. Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, metodologi yang akan


digunakan, hasil-hasil pengujian spesifikasi bahan, peralatan yang
digunakan, pengerahan tenaga kerja, rencana waktu pelaksanaan tapan
pekerjaan sehingga tidak terjadi keragu-raguan atau kesalahan dalam
pelaksanaan
2. Manajemen (mobilisasi, pemasangan, penempatan, pengoperasian) alat
bantu kerja (baik alat berat maupun non alat berat) oleh Kontraktor
3. Pencapaian tahapan pekerjaan (kuantitatif dan kualitatif) pekerjaan
4. Informasi-informasi yang perlu disampaikan kepada Kontraktor dan atau
sebaliknya
5. Masalah-masalah di lapangan dan pemecahannya
6. Rencana kerja Kontraktor untuk bulan berikutnya

Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang perlu
dilaksanakan dengan "crash-program" dan lain-lain, dalam hal ini perlu
diadakan meeting khusus.

Dalam hal terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, maka konsultan


akan melayangkan pemberitahuan-pemberitahuan (teguran) lisan maupun
tertulis dan advisory atas penyimpangan kurva pencapaian progress
pekerjaan. Pemberitahuan yang tidak memberikan dampak perbaikan kinerja
yang signifikan akan dilanjutkan dengan pertemuan khusus (show cause
meeting) yang melibatkan juga pemilik proyek. Dalam show cause meeting
inilah konsultan memberikan pertimbangan-pertimbangan profesional
(professional judgement) kepada pemilik pekerjaan sehingga tidak terjadi
penyimpangan manajerial dan administratif yang merugikan setiap pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan.

Project meeting antara Konsultan dan Kontraktor dilakukan secara periodik


(mingguan), dimana untuk kondisi khusus dapat dilakukan dalam rentang 2 -
3 harian.

E.2.4 Koordinasi Tim Konsultan

Dalam rnelaksanakan tugas, tim Konsultan selain akan melaksanakan


tugasnya sesuai dengan job description, juga perlu ada koordinasi antara
Sute Engineer dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak terbatas pada:
a. Rapat bulanan antara Team Leader atau Site Engineer / Ahli K3
Konstruksi dan staff, membahas:
 Laporan bulanan
 Aktifitas yang sudah dan akan dilaksanakan
 Masalah lapangan dan pernecahannya
 Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran
pekerjaan

b. Proffesional Staff (Tenaga Inti) Konsultan akan melakukan kunjungan


setiap hari atau secara berkala kelapangan pada waktu pekerjaan
berjalan untuk meyakinkan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
kontrak. Porsi kunjungan lapangan direncanakan ± 85 % setiap bulan,
sisanya ± 15 % setiap bulan untuk mengadakan evaluasi, analisis,
koordinasi di kantor proyek.

c. Sub Proffesional Staff (Tenaga Teknisi) akan melaksanakan inspeksi


harian untuk meyakinkan bahwa material, tenaga kerja dan hasil
pekerjaan fisik sesuai dengan dokumen kontrak dalam hal mutu, volume
dan waktu.

d. Pertemuan-pertemuan khusus antara Team Leader atau Site Engineer /


Quality Engineer/Chief Inspectordengan tim atau antar Staff Konsultan
dengan frekwensi yang cukup atau sesuai kebutuhan (harian) agar terjadi
komunikasi, koordinasi, informasi yang baik.

e. Atas catatan yang dirangkum dalam inspeksi harian, Quality/Quantity


Engineer dan Chief Inspector akan melakukan verifikasi data lapangan,
mengkompilasi dan mengolah menjadi laporan pencapaian tahapan
pekerjaan yang kemudian menjadi dasar bagi Site Engineer menyusun
laporan bulanan.

E.2.5. Koordinasi dengan Instansi Terkait

Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, Konsultan perlu


melakukan koordinasi dengan instansi dan Konsultan lain terkait yang
berhubungan dengan lingkup pekerjaan.
E.2.6 Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Konsultan selama periode konstruksi, akan senantiasa memberi arahan,


bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada Kontraktor guna menjamin
bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas, tepat
kuantitas, tepat waktu dan tepat biaya dengan berdasarkan dokumen
kontrak dan petunjuk teknis lainnya.

Selain itu, tugas Konsultan meliputi : melakukan sertifikasi atas pekerjaan


dan jembatan yang dilaksanakan oleh Kontraktor.

Secara rinci, pekerjaan yang dilakukan pada tahap Manajemen Konstruksi


sebagai berikut :

Masa Konstruksi :

1. Mengecek data titik survey di lapangan

2. Menyelenggarakan pengawasan menerus di lapangan untuk


mendapatkan kepastian bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan didalam dokumen kontrak.

3. Memeriksa test laboratorium dan test lapangan untuk pekerjaan fisik,


juga material yang akan digunakan dan metode kerja untuk
mendapatkan kepastian sudah sesuai dengan persyaratan.

4. Menjaga, mengendalikan, mengontrol, memonitor, mengevaluasi


rencana kemajuan pekerjaan yang terbaru berupa bar-chart dan atau
metode lain yang digunakan sesuai dengan rencana kerja yang sudah
disetujui.

5. Memeriksa dan menyetujui semua gambar kerja dan detailnya yang


diajukan oleh Kontraktor, penyesuaian design bila diperlukan, agar
sesuai dengan kebutuhan teknis/lapangan.

6. Memberikan laporan secara berkala semua pengukuran kuantitas


pekerjaan yang sudah di test termasuk penggunaan material, dengan
menggunakan bentuk yang sudah disetujui oleh Pemberi Tugas.
7. Memberikan laporan khusus jika ada masalah yang timbul, dan
memberikan rekomendasi pemecahan permasalahan.

8. Membantu mempersiapkan semua perubahan (change orders) dan


membantu Pemberi Tugas pada saat negosiasi harga dan biaya
konstruksi terhadap perubahan kontrak tersebut (bila ada).

9. Mengevaluasi dan membantu menyiapkan rekomendasi bagi Pemberi


Tugas dalam bertindak atas klaim terhadap kontrak, perselisihan,
penambahan lingkup pekerjaan, kontrak dan perubahan-perubahan
lain di luar lingkup pekerjaan yang tercantum dalam dokumen kontrak.

10. Memeriksa rancangan sertifikat pembayaran bulanan yang akan


disertifikasikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
mendapatkan persetujuan Pemimpin Proyek Fisik.

11. Menyediakan bantuan dan arahan pada saat yang tepat bagi
Kontraktor di dalam semua masalah yang ada hubungannya dengan
dokumen kontrak, pengecekan terhadap survey tanah dasar, test
pengawasan mutu dan masalah lain yang berhubungan dengan
dipenuhinya kontrak dan kemajuan pekerjaan.

12. Menjamin penerimaan dan menjaga sebagai laporan tetap, semua


jaminan yang diperlukan di bawah syarat-syarat yang tercantum di
dalam dokumen kontrak, untuk material dan peralatan yang digunakan
di proyek. Semua material yang digunakan di proyek termasuk
sumbernya juga harus disetujui terlebih dahulu.

13. Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pemberi Tugas,


menghadiri dan mencatat semua rapat / pertemuan dengan Kontraktor,
Pemimpin Proyek Fisik dan Instansi pemerintah lain serta menyediakan
bantuan teknis bila dan kapan diperlukan dalam kaitannya dengan
pelaksanaan proyek dan masalah-masalah kontrak.

14. Mendokumentasikan kondisi cuaca harian, kondisi diluar normal


dilapangan, peralatan Kontraktor dan personil dilapangan serta
peristiwa / kejadian yang bisa mengakibatkan keterlambatan, dan
langkah-langkah yang diambil untuk mencegah keterlambatan tersebut.

15. Memberikan bantuan advis kepada Pemimpin Proyek Fisik di dalam


menyusun kebijakan dan langkah untuk mencegah dan mengurangi
klaim.

16. Membuat laporan bulanan, laporan teknik / khusus dan laporan akhir
proyek seperti yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas.

17. Pemeriksaan Serah Terima Sementara termasuk penyiapan laporan dan


Berita Acara Serah Terima Sementara yang diperlukan dan menyiapkan
Sertifikat Penerimaan Sementara (Certificate of Provisional
Acceptance).

18. Pemeriksaan Serah Terima Akhir termasuk penyiapan laporan dan


Berita Serah Terima Akhir yang diperlukan dan menerbitkan Sertifikat
Pemeriksaan Akhir (Certificate of Final Acceptunce).

Secara ringkas, semua aktifitas dilapangan dapat dirangkum seperti di


bawah ini :

1. Pematokan bersama (Setting out)

Semua survey di lapangan selama pematokan bersama dan selama


konstruksi akan dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah petunjuk
Konsultan.Hasil survey tersebut akan dikaitkan dengan gambar-gambar
konstruksi, kondisi yang ada dan beberapa ketidaksesuaian antara
gambar-gambar dan kondisi-kondisi yang ada akan dipergunakan oleh
Konsultan untuk mereview design untuk keperluan proyek (bila ada).

2. Persiapan lapangan

Pada tahap persiapan di lapangan, tim pengawas akan mengawasi dan


memeriksa aktifitas-aktifitas konstruksi sebagaimana yang dijabarkan di
bawah ini :
 Memeriksa kualitas dari semua bahan-bahan yang akandipergunakan
untuk konstruksi
 Penyiapan rancangan pekerjaan, beton dan lain-lain
 Lokasi letak bahan-bahan
 Kondisi tumpukan bahan di lokasi kerja
 Jumlah dan kondisi semua peralatan
 Jumlah personil Kontraktor
 Jumlah dan kualitas bahan-bahan
 Kondisi cuaca
 Prosedur administrasi Kontraktor
 Form/formulir kerja
 Persiapan form-work
 Mengecek jadual Kontraktor
 Persiapan konstruksi

3. Pekerjaan Konstruksi

Setelah mobilisasi dan persiapan di lapangan telah selesai dan diperiksa


oleh Konsultan dan Pemimpin Proyek Fisik maka Kontraktor akan
diijinkan untuk melanjutkan pekerjaan konstruksi.

Tim Konsultan akan mengecek langsung dalam hal-hal berikut ini :

 Metoda pekerjaan konstruksi


 Campuran-campuran bahan
 Pengecekan jadual
 Kondisi cuaca dari waktu ke waktu selama periode pelaksanaan
pekerjaan
 Pengambilan contoh (sampling)
Sebelum pekerjaan fisik dimulai, Kontraktor mengajukan "Request"
terlebih dahulu, yang berisi antara lain :

 Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan


 Lokasi pekerjaan
 Peralatan yang akan digunakan
 Estimasi volume pekerjaan
 Material yang akan digunakan
 Rencana jam kerja

4. Pengawasan mutu (Quality)

Pekerjaan yang perlu diawasi dengan teliti dan cermat selama


pengawasan kualitas antara lain sebagai berikut :

Sebelum Kontraktor memulai aktifitas konstruksi, Kontraktor akan


membuat suatu permohonan secara tertulis kepada Konsultan untuk
prosedur konstruksi dan persetujuan pekerjaan dalam tahap yang logis.

Konsultan akan :

 Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan


 Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik
 Menginspeksi dan menyetujui metoda dan ketelitian pekerjaan
konstruksi
 Memeriksa/menginstruksikan test-test lapangan
 Memeriksa/menginstruksikan test laboratorium terhadap sampel-
sampel yang diambil dari lokasi kerja
 Memeriksa/menginstruksikan test-test yang lain sesuai
dengan spesifikasi

5. Pengawasan Kuantitas (Quantity)

Pekerjaan yang perlu diawasi dengan teliti dan cermat selama


pengawasan kuantitas antara lain sebagai berikut :

Pengawasan kuantitas (quantity control) akan mengecek bahan-bahan


yang ditempatkan atau yang dipindahkan oleh Kontraktor. Konsultan
akan memproses bahan-bahan dan produk fisiknya berdasarkan atas :

 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran


 Metoda perhitungan
 Lokasi kerja
 Jenis pekerjaan (work item)
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan
6. Catatan-catatan teknis

Catatan-catatan akan dikeluarkan / diberikan dari waktu ke waktu, untuk


memberikan petunjuk-petunjuk kepada Kontraktor guna meningkatkan
aspek-aspek pekerjaan fisik, metode kerja / construction method dan
lain-lain.Demikian juga catatan-catatan / instruksi-instruksi diberikan
juga untuk pekerjaan yang hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi.

E.3. STRUKTUR ORGANISASI PERSONIL

Untuk melaksanakan Pekerjaan “Manajemen Konstruksi Pembangunan Rumah


Susun Pemkab Waropen”dalam waktu 300 (Tiga Ratus) hari kalender, maka
disusunlah Team Pelaksana Pekerjaan, agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan
sesuai yang diharapkan dan adanya saling koordinasi dengan semua pihak yang
terkait serta selesai tepat waktu.

Bagan Organisasi Pelaksana Pekerjaan merupakan hubungan antara Team Pelaksana


Pekerjaan dan Pemilik Pekerjaan (Direksi Pekerjaan) serta instansi-instansi yang
terkait, seperti terlihat pada Gambar.2.19. Di dalam Bagan Organisasi tersebut Site
Engineer membawahi beberapa tenaga ahli dan tenaga pendukung, dalam bagan
tersebut diperlukan hubungan timbal balik antara Site Engineer dan PPK dan
Instansi-instansi yang terkait.
Gambar.2.19STRUKTUR ORGANISASI
Manajemen Konstruksi Pembangunan Rumah Susun Pemkab Waropen

Team Leader/Suprvision Engineer

Ahli K3 Konstruksi Quality Engineer Quantity Engineer

Pengawas Lapangan
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

F. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jadwal pelaksanaan pekerjaan MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN


RUMAH SUSUN PEMKAB WAROPEN, disusun berdasarkan waktu pelaksanaan
proyek yang telah ditentukan. Jangka waktu layanan keahlian menurut Kerangka Acuan
Kerja (KAK) adalah 300 (Tiga Ratus) hari kalender terhitung sejak PPK menerbitkan
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

Jenis Pekerjaan MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN


PEMKAB WAROPEN, terdiri dari :

1. Pekerjaan Persiapan dan Mobilisasi


 Penyiapan kantor dan Peralatan
PT. DARMA ABADI CONSULTANTakan menyiapkan ruang kantor untuk
menangani proyek ini, yakni di Kota Jayapura dan ruang kantor di lokasi
pengawasan. Di kantor ini merupakan pusat kegiatan lapangan. Untuk
memonitor dan melakukan pengawasan secara kontinyu disiapkan sebuah
kendaraan roda dua. Sedangkan untuk pekerjaan kantor akan disiapkan
peralatan berupa : Lemari arsip, kursi dan meja tulis. 1 (satu) set peralatan
komputer lengkap disiapkan untuk pembuatan laporan dan semacamnya.

 Mobilisasi personil
Mobilisasi personil akan dilakukan segera setelah terbitnya Surat Perintah Mulai
Kerja. Melihat volume masa layanan maka semua tenaga akan diturunkan secara
serentak. Sangat diharapkan mobilisasi dilakukan bersamaan dengan SPMK
kontraktor sehingga pekerjaan dapat dipantau sejak awal, khususnya untuk
meneliti kondisi awal pekerjaan pada setiap ruas yang diprogramkan.

2. Rekayasa Lapangan dan Justifikasi teknik


 Pengukuran dan survey investigasi lapangan
Segera setelah mobilisasi personil dilakukan maka konsultan akan
memprogramkan pekerjaan pengukuran kondisi medan bersama dengan
kontraktor dan pihak Satuan Kerja.Pekerjaan ini bertujuan untuk mencocokkan
kuantitas pekerjaan yang ada pada dokumen tender kontraktor dengan kondisi
lapangan.
 Justifikasi Teknik dan Review Design
Berdasarkan hasil survey topografi dan investigasi lapangan, konsultan akan
membuat perhitungan-perhitungan kuantitas dan membuat skala prioritas
penanganan yang dilengkapi dengan Justifikasi Teknik dan Draft Review
Design yang kemudian didiskusikan dengan Kepala SKS / Pelaksana SKS.

Hasil diskusi kemudian dituangkan dalam Berita Acara yang akan dipeomani
alam pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan kuantitas dan biaya pekerjaan.

 Pembuatan foto dokumentasi


Pembuatan dokumentasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan proyek. Salah
satu Hal yang menyulitkan pelaporan akhir konsultan adalah tidak tersedianya
foto 0 % dari lokasi pekerjaan. Oleh sebab itu konsultan akan proaktif untuk
mengadakan dokumentasi ini.

3. Pengendalian Pelaksanaan Fisik


 Pembuatan soft drawing
Soft drawing (gambar kerja) yang dibuat oleh kontraktor berdasarkan hasil
Review Design akan diperiksa oleh konsultan dan disetujui oleh Satker sebelum
diaplikasikan di lapangan. Soft drawing merupakan salah satu pedoman
pelaksanaan di lapangan yang harus ditaati bersama pelaksanaannya di
lapangan, sebab penyimpangan terhadap soft drawing akan mengakibatkan
perubahan kuantitas pekerjaan.

 Pengawasan fisik
Pengawasan fisik harian merupakan tugas utama Konsultan. Inspector dibantu
Material Technician harus melakukan pekerjaan ini secara kontinyu dan sewaktu-
waktu dipantau oleh Site Engineer/Inspector. Pekerjaan yang menyimpang baik
kuantitas maupun kualitasnya tidak boleh dibiarkan. Konsultan tidak boleh
membiarkan kesalahan terjadi kemudian menyuruh kontraktor untuk
membongkarnya, tapi konsultan harus mengarahkan pekerjaan dari awal dan
harus ikut bertanggung jawab mengenai hasil kerjanya, kecuali kontraktor tidak
mengindahkan arahan yang diberikan oleh konsultan. Arahan, instruksi dan
teguran harus diberikan secara tertulis.
 Opname pekerjaan terlaksana
Opname pekerjaan terlaksana hanya dilakukan untuk pekerjaan yang menurut
penilaian pemilik pekerjaan dapat diterima. Opname pekerjaan akan dilakukan
oleh Surveyor/inspector dengan bimbingan Site Engineer.

4. Pengendalian Biaya Proyek


 Pengendalian kuantitas
Kuantitas pelaksanaan harus disesuaikan dengan volume kontrak atau volume
review design yang telah dituangkan dalam Addendum Kontrak.

 Monthly certificate
Sistem Tagihan kontraktor pada umumnya menggunakan sistem Monthly
certificate yang ditagih berdasarkan progress kumulatif fisik bulanan.

Untuk menghitung nilai uang yang diterima oleh kontraktor setiap bulan maka
berdasarkan prosentase kumulatif pekerjaan kontraktor dihitung nilai total
dananya kemuddiperkurangkan dengan :

 tagihan bulan sebelumnya


 Pemotongan uang muka
 Pemotongan retensi jaminan/ pemeliharaan
 Final Payment
Pembayaran terakhir dihitung pada saat penagihan terakhir kontraktor dimana
semua pembayaran bulan sebelumnya dicocokkan dengan nilai kontrak /
addendum kontrak.

5. Koordinasi
 Rapat intern
 Rapat mingguan dengan unsur proyek
 Rapat bulanan dengan Satuan Kerja
6. Pelaporan
 Laporan Mingguan
 Laporan Bulanan
 Laporan Akhir :
- Buku I Laporan Umum
- Buku II. Laporan Pengendalian kualitas selama perioe pelaksanaan
- As Built Drawing
- Foto 0 %, 50 % dan 100 %.
Jadual Pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada lembar berikut :
Tabel E. 1 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN PEMKAB


WAROPEN,
Tahun Anggaran 2021
KOMPOSISI TIM DAN]PENUGASAN

G. KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN


Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN
RUMAH SUSUN PEMKAB WAROPEN, ini pada dasarnya terdiri atas :

1. Team Leader /Supervision Engineer


 Mengawassi dan Meneliti ketepatan dari semua pengukuran/rekayasa lapangan
yang dilakukan kontaktor sehingga dapat memudahkan pelaksana kegiatan
mengambil keputusan-keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan
pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan utama serta
rekayasa terperinci lainnya
 Melakukan pengawasn secaa teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua
lokasi dilapangan dimana pekerjaan konstruksi sedang dilaksanakan serta
memberi penjelasan tertulis kepada kontraktor mengenai apa yang sebenarnya
dituntut dalam pekerjaan tersebut
 Mengupayakan bahwa kontraktor memahami Dokumen kontrak secara benar,
melaksanakn pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar-gambar, dan
kontraktor menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepat/cocok dengan
keadaan lapangan untuk berbagi macam kegiatan pekerjaan
 Membuat rekomendasi kepada Pelaksana Kegiatan untuk menrima atau menolak
pekerjaan dan material
 Mencatat kemajuan setiap hari yang dicapai Kontraktor pada lembar kemajuan
pekerjaan (progress schedule) yang telah disetujui
 Memonitor secara saksama kemajuan dari semua pekerjaan dan melaporkannya
segera/tepat waktu apabila kemajuan pekerjaan ketinggalan 10% . Da hal itu
benar-benar sangat berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian pekerjaaan yang
direncanakan
 Memeriksa dengan teliti semua kuantitas hasil pengukuran setiap pekerjaan
yang telah selesai yang disampaikan oleh inspector
 Menjamin bahwa sebelum Kontraktor diijinkan untuk melaksanakan pekerjaan
berikutnya maka pekerjaan-pekerjaan sebelumnya yang akan tetutup atau
menjadi tidak tampak harus diperiksa/diuji dan sudah memenui persyaratan
dalam Dokumen Kontrak
 Memberi Rokemandasi kepada Pelaksana kegiatan menyangkut masalah mutu
dan jumlah pekerjaan yang telah selesai dan memeriksa kebenaran dari setiap
sertifikat pembayaran bulanan Kontraktor
 Membuat Perhitungan dan sketsa -sketsa yang benar untuk bahan Pelaksana
Kegiatan pada setiap akan memerintahkan perubahan pekerjaan
 Mengawasi dan memeriksa pembuatan gambar Sebenarnya
Terbangun/Terpasang (As Bult Drawing) dan mengupayakan agar semua gambar
tersebut dapat diselesaikan sebelum Penyerahan Pertama Pekerjaan
 Memeriksa dengan teliti setiap gambar-gambar kerja dan anlisa/perhitungan-
perhitungan konstruksinya dan kuantitasnya, yang dibuat oleh kontraktor
sebelum pelaksanaan\
 Menyusun/memelihara arsip korespondensi kegiatan, laporan harian, laporan
mingguan, bagan kemajuan pekerjaan, pengukuran, gambar-gambar dan
lainnya.
 Membuat Laporan-laporan mengenai kemajuan fisik dan keuangan dari kegiatan
yang ada dibawah wewenangnya dan menyerahkan kepada Pelaksana Kegiatan
serta instansi lan yang terkait tepat pada waktunya

2. Tenaga Ahli K3 Konstruksi


 Mengawasi dan Meneliti ketepatan sistem Manajemen K3 yang dilakukan
kontaktor sehingga dapat memudahkan pelaksana kegiatan mengambil
keputusan-keputusan yang diperlukan.
 Melakukan pengawasan secaa teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua
lokasi dilapangan dimana pekerjaan konstruksi sedang dilaksanakan serta
memberi penjelasan tertulis kepada kontraktor mengenai apa yang sebenarnya
dituntut dalam pekerjaan tersebut mengenai keselamatan kerja
 Mengupayakan bahwa kontraktor memahami Dokumen kontrak secara benar,
melaksanakn pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar-gambar, dan
kontraktor menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepat/cocok dengan
keadaan lapangan untuk berbagi macam kegiatan pekerjaan
 melakukan pengarahan, pengawasan dan pelaporan di bidang K3

3. Tenaga Ahli Quantity Engineer


 Mengawasi dan Meneliti ketepatan dari semua pengukuran/rekayasa lapangan
yang dilakukan kontaktor sehingga dapat memudahkan pelaksana kegiatan
mengambil keputusan-keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan
pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan utama serta
rekayasa terperinci lainnya
 Melakukan pengawasan secaa teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua
lokasi dilapangan dimana pekerjaan konstruksi sedang dilaksanakan serta
memberi penjelasan tertulis kepada kontraktor mengenai apa yang sebenarnya
dituntut dalam pekerjaan tersebut mengenai kualitas dan kuantitas
 Mengupayakan bahwa kontraktor memahami Dokumen kontrak secara benar,
melaksanakn pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar-gambar, dan
kontraktor menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepat/cocok dengan
keadaan lapangan untuk berbagi macam kegiatan pekerjaan
 melakukan pengarahan, pengawasan dan pelaporan di bidang Quantity Control

4. Tenaga Ahli Inspector Engineer (IE) / Quality Engineer


 Mengawasi dan Meneliti ketepatan dari semua pengukuran/rekayasa lapangan
yang dilakukan kontaktor sehingga dapat memudahkan pelaksana kegiatan
mengambil keputusan-keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan
pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan utama serta
rekayasa terperinci lainnya
 Melakukan pengawasan secaa teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua
lokasi dilapangan dimana pekerjaan konstruksi sedang dilaksanakan serta
memberi penjelasan tertulis kepada kontraktor mengenai apa yang sebenarnya
dituntut dalam pekerjaan tersebut mengenai Jaminan Mutu dan kualitas
 Mengupayakan bahwa kontraktor memahami Dokumen kontrak secara benar,
melaksanakn pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar-gambar, dan
kontraktor menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepat/cocok dengan
keadaan lapangan untuk berbagi macam kegiatan pekerjaan
 melakukan pengarahan, pengawasan dan pelaporan di bidang quqlity Control

5. Pengawas Lapangan
 Bertanggung jawab kepada Site Engineer untuk memastikan pekerjaan sesuai
spesifikasi dilapangan
 Melakukak pengawasan Harian dan pengendalian terhadap mutu bahan dan
mutu pekerjaan yang di awasi
 Sebagai tenaga ahli coordinator Pengawas Lapangan kegiatan pengawasan
Supervisi
 Membantu Site engineer dalam membuat Laporan Harian, Mingguan, dan
Bulanan
Komposisi Tim Dan Penugasan Personil (Daftar Personil)
MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN PEMKAB WAROPEN,

Tenaga
Ahli Lingkup Uraian Jumlah Orang
No Nama Perusahaan Posisi Di Usulkan
Lokal/Asin Keahlian Pekerjaan Bulan
g

1 2 3 4 5 6 7 8

A. Tenaga Ahli

Team
PT. Darma Abadi
1 Ir. Makruf, M.Sp. Lokal Teknik Sipil Leader/Supervision Lampiran 1 10.00
Consultan
Engineer

PT. Darma Abadi Tenaga Ahli K3


2 Jumalto Sesean, ST Lokal Teknik Sipil Lampiran 1 6.00
Consultan Struktur

PT. Darma Abadi


3 Ir. Setyo Pambudi. Lokal Teknik Arsitek Quantity Engineer Lampiran 1 6.00
Consultan

PT. Darma Abadi Inspector Engineer


4 Rahmad Syam, ST Lokal Teknik Sipil Lampiran 1 6.00
Consultan (IE) / Quality Engineer

B. Asisten Tenaga Ahli

PT. Darma Abadi


1 Amiruddin Hasri, ST Lokal Teknik Arsitek Pengawas Arsitek Lampiran 1 3.00
Consultan
PT. Darma Abadi
2 Suharto, ST Lokal Teknik Sipil Pengawas Struktur Lampiran 1 3.00
Consultan

PT. Darma Abadi Pengawas Mekanikal/


3 Yudi Dwi Apriansyah, ST Lokal Teknik Mesin Lampiran 1 3.00
Consultan Elektrikal
Lampiran Uraian Kegiatan Personil
POSISI YANG
NO NAMA PERSONIL URAIAN PEKERJAAN
DIUSULKAN

A. TENAGA AHLI :

 Mengawassi dan Meneliti ketepatan dari semua pengukuran/rekayasa lapangan


yang dilakukan kontaktor sehingga dapat memudahkan pelaksana kegiatan
mengambil keputusan-keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan
pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan utama serta
rekayasa terperinci lainnya
 Melakukan pengawasn secaa teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua
lokasi dilapangan dimana pekerjaan konstruksi sedang dilaksanakan serta
memberi penjelasan tertulis kepada kontraktor mengenai apa yang sebenarnya
dituntut dalam pekerjaan tersebut
 Mengupayakan bahwa kontraktor memahami Dokumen kontrak secara benar,
melaksanakn pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar-gambar, dan
kontraktor menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepat/cocok dengan
Team Leader
1. IR. MAKRUF, M.SP keadaan lapangan untuk berbagi macam kegiatan pekerjaan
/Supervision Engineer  Membuat rekomendasi kepada Pelaksana Kegiatan untuk menrima atau menolak
pekerjaan dan material
 Mencatat kemajuan setiap hari yang dicapai Kontraktor pada lembar kemajuan
pekerjaan (progress schedule) yang telah disetujui
 Memonitor secara saksama kemajuan dari semua pekerjaan dan melaporkannya
segera/tepat waktu apabila kemajuan pekerjaan ketinggalan 10% . Da hal itu
benar-benar sangat berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian pekerjaaan yang
direncanakan
 Memeriksa dengan teliti semua kuantitas hasil pengukuran setiap pekerjaan
yang telah selesai yang disampaikan oleh inspector
 Menjamin bahwa sebelum Kontraktor diijinkan untuk melaksanakan pekerjaan
berikutnya maka pekerjaan-pekerjaan sebelumnya yang akan tetutup atau
menjadi tidak tampak harus diperiksa/diuji dan sudah memenui persyaratan
dalam Dokumen Kontrak
 Memberi Rokemandasi kepada Pelaksana kegiatan menyangkut masalah mutu
dan jumlah pekerjaan yang telah selesai dan memeriksa kebenaran dari setiap
sertifikat pembayaran bulanan Kontraktor
 Membuat Perhitungan dan sketsa -sketsa yang benar untuk bahan Pelaksana
Kegiatan pada setiap akan memerintahkan perubahan pekerjaan
 Mengawasi dan memeriksa pembuatan gambar Sebenarnya Terbangun/
Terpasang (As Bult Drawing) dan mengupayakan agar semua gambar tersebut
dapat diselesaikan sebelum Penyerahan Pertama Pekerjaan
 Memeriksa dengan teliti setiap gambar-gambar kerja dan anlisa/perhitungan-
perhitungan konstruksinya dan kuantitasnya, yang dibuat oleh kontraktor
sebelum pelaksanaan\
 Menyusun/memelihara arsip korespondensi kegiatan, laporan harian, laporan
mingguan, bagan kemajuan pekerjaan, pengukuran, gambar-gambar dan
lainnya.
 Membuat Laporan-laporan mengenai kemajuan fisik dan keuangan dari kegiatan
yang ada dibawah wewenangnya dan menyerahkan kepada Pelaksana Kegiatan
serta instansi lan yang terkait tepat pada waktunya
 Mengawassi dan Meneliti ketepatan dari semua pengukuran/rekayasa lapangan
yang dilakukan kontaktor sehingga dapat memudahkan pelaksana kegiatan
mengambil keputusan-keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan
pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan utama serta
2. JUMALTO SESEAN, ST Tenaga Ahli K3 Struktur. rekayasa terperinci lainnya
 Melakukan pengawasn secaa teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua
.
lokasi dilapangan dimana pekerjaan konstruksi sedang dilaksanakan serta
memberi penjelasan tertulis kepada kontraktor mengenai apa yang sebenarnya
dituntut dalam pekerjaan tersebut
 Mengawassi dan Meneliti ketepatan dari semua pengukuran/rekayasa lapangan
yang dilakukan kontaktor sehingga dapat memudahkan pelaksana kegiatan
mengambil keputusan-keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan
pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan utama serta
3. IR. SETYO PAMBUDI Quantity Engineer. rekayasa terperinci lainnya
 Mengupayakan bahwa kontraktor memahami Dokumen kontrak secara benar,
.
melaksanakn pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar-gambar, dan
kontraktor menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepat/cocok dengan
keadaan lapangan untuk berbagi macam kegiatan pekerjaan
 Mengawassi dan Meneliti ketepatan dari semua pengukuran/rekayasa lapangan
yang dilakukan kontaktor sehingga dapat memudahkan pelaksana kegiatan
mengambil keputusan-keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan
pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan utama serta
rekayasa terperinci lainnya
Inspector Engineer (IE)  Melakukan pengawasn secaa teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua
4. RACHMAD SYAM, ST lokasi dilapangan dimana pekerjaan konstruksi sedang dilaksanakan serta
/ Quality Engineer.
memberi penjelasan tertulis kepada kontraktor mengenai apa yang sebenarnya
. dituntut dalam pekerjaan tersebut
 Mengupayakan bahwa kontraktor memahami Dokumen kontrak secara benar,
melaksanakn pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar-gambar, dan
kontraktor menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepat/cocok dengan
keadaan lapangan untuk berbagi macam kegiatan pekerjaan
 Bertanggung jawab kepada Site Engineer untuk memastikan pekerjaan sesuai
AMIRUDDIN HASRI, ST spesifikasi dilapangan
 Melakukak pengawasan Harian dan pengendalian terhadap mutu bahan dan
5. SUHARTO, ST Pengawas Lapangan mutu pekerjaan yang di awasi
 Sebagai tenaga ahli coordinator Pengawas Lapangan kegiatan pengawasan
YUDI DWI APRIANSYAH, ST Supervisi
 Membantu Site engineer dalam membuat Laporan Harian, Mingguan, dan
Bulanan
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

H. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI


Dalam penyelesaian rangkaian Manajemen Konstruksi Pembangunan Rumah
Susun Pemkab Waropen, sebagaimana diuraikan dalam bab Pendekatan dan
Metodologi serta bab Rencana Kerja, diperlukan keterlibatan tenaga ahli secara total
sebanyak 1 orang 10.0 bulan & 3 orang 6.0 bulan (man month) dan 3 orang 4.0 bulan
asisten tenaga Ahli selama jangka waktu 10.0 (delapan) Bulan. Masing-masing tenaga
ahli teralokasi dalam tiap rincian kegiatan sesuai dengan latar belakang keahliannya.

Adapun jadwal keterlibatan tiap tenaga ahli dalam tiap rincian kegiatan dapat dilihat
pada pada Tabel H.1 berikut.
Tabel. H. 1 Tabel JADWAL PENUGASAN PERSONIL

MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN PEMKAB WAROPEN

Waktu Waktu
No. Nama Personil Posisi
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10

1 IR. MAKRUF, M.SP Team Leader 10 Bulan

2 JUMALTO SESEAN ST Ahli K3 Konstruksi 6 Bulan

3 IR. SETYO PAMBUDI Quantity Engineer 6 Bulan

4 RACHMAD SYAM, ST Quality Engineer 6 Bulan

5 AMIRUDDIN HASRI, ST Penngawas Arsitek 3 Bulan

6 SUHARTO, ST Pengawas Struktur 3 Bulan

7 YUDI DWI APRIANSYAH, ST Pengawas Mekanikal 3 Bulan

TABEL 12.1 Jadwal Penugasan Personil


1.1 Pra-Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (pra-RK3K)
1. Kebijakan
 Konsultan berkomitmen untuk mencapai Standar Manajemen Tertinggi
termasuk dalam hal keamanan konstruksi, tempat bekerja dan lingkungan
lainnya dimana pekerjaan berlangsung. Konsultan akan memberikan dan
menjaga lingkungan tempat bekerja dengan aman dan sehat sesuai dengan
praktek bisnis yang sesuai dengan ketentuan regulator.
 Konsultan akan berusaha untuk menghilangkan dan menekan apapun
resiko yang terjadi akibat kebakaran, keamanan, kerusakan terhadap
property dan kecelakaan personil ataupun penyakit. Kegiatan K 3 selalu
menjadi prioritas utama yang harus dijalankan setiap harinya dalam semua
aktifitas operasional dimanapun lokasi pekerjaan tersebut berada
 Konsultan akan berusaha untuk selalu menjalankan aktifitasm proteksi
lingkungan hidup untuk memastikan kesesuaiannya dengan ketentuan
perundang-undangan.
 Konsultan berkomitmen untuk menjaga komunikasi dengan semua pihak
yang terkait, baik dengan badan pemerintahan, pihak keamanan, komunitas
sekitarnya, untuk saling bertukar informasi dan teknologi yang
berhubungan dengan proteksi lingkungan, seperti :
- Untuk menjaga kesehatan, keamanan, keselamatan dan kesejahteraan
dari pekerja di lokasi tempat kerja dengan memberikan tempat kerja
yang aman dan sehat
- Untuk mengadaptasi peraturan regulator yang terkait dengan K3
- Untuk meningkatkan aktifitas keamanan, kesehatan dan keselamatan
kerja
- Untuk mempertahankan motivasi dan kemampuan kerja melalui training
dan peningkatan kualitas dan keahlian manajemen keamanan kerja
- Untuk memastikan keamanan melalui penerapan system respon
emergensi terhadap semua resiko yang dapat diidentifikasi
- Untuk menghilangkan resiko kecelakaan kerja, kehilangan jiwa selama
pekerjaan berlangsung
- Untuk memastikan setiap tenaga kerja menggunakan perlengkapan
keamanan kerja yang sesuai dan mencukupi seperti yang telah
ditentukan dalam peraturan dan ketentuan.
Karyawan dari pihak konsultan akan bertanggung jawab untuk memastikan
keamanan diri sendiri dan pihak lain yang berada di lokasi kerja terhadap
kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan hidup. Komitmen Konsultan
untuk K3 merupakan satu kesatuan dari solusi bisnis jangka panjang.

2. Kebijakan Keselamatan Perusahaan


Kebijakan Keselamatan Perusahaan ditetapkan oleh pihak Manajemen
Konsultan dan diimplementasikan pada seluruh proyek. Kebijakan tersebut
mencerminkan kesungguhan konsultan dalam menjalankan manajemen K 3.
Seluruh karyawan dari konsultan bertanggung jawab dalam menjamin
terlaksananya kebijakan K3 dengan baik.

1.2 Koordinasi
1. Koordinasi Internal
Konsultan menugaskan seorang petugas K3 untuk membantu dan memandu
manajemen dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan, implementasi,
pengawasan berkelanjutan terhadap penerapan K3, waktu dan biaya yang
efektif dan efisien.
Tujuan dari hal tersebut adalah mencapai tingkat kinerja K3 yang konsisten dan
optimal, yang dapat meyakinkan Pemilik Proyek dan personil Konsultan.
Keanggotaan komite K3 akan dipimpin oleh coordinator proyek. Komite ini
harus mengadakan rapat komite setidaknya sebulan sekali, atau juka terjadi
kecelakaan.
Untuk mengefektifkan agenda rapat K3, ‘patroli’ keselamatan akan
diselenggarakan oleh anggota komite sehari sebelum rapat.
2. Koordinasi Eksternal
Koordinasi eksternal akan dilakukan dengan instansi/lembaga pemerintah,
seperti kepolisian, rumah sakit, pemerintahan daerah, dan lain-lain.
1.3 Implementasi Program K3 di Lapangan
Petugas yang kompeten dibidangnya akan digunakan untuk mengidentifikasi
masalah/bahaya yang potensial sebelum dimulainya pekerjaan. Instruksi tertulis
untuk pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko tinggi akan disiapkan.
Peralatan pengamanan/alat pelindung diri akan disediakan/dipakai dan dirawat
dengan baik selama pelaksanaan pekerjaan.
Papan peringatan/poster K3 akan ditempatkan di tempat-tempat yang potensial
terhadap bahaya dan harus mudah dilihat oleh seluruh personil di lapangan.
Program K3 lapangan akan memperhitungkan unsure-unsur berikut :
a. Peraturan Dasar K3 Pemilik Proyek dan Pemerintah
b. Rencana Pencegahan terhadap kehilangan
c. Pertolongan Pertama/Prosedur Medis
d. Pelatihan Personil terhadap aspek-aspek K3
e. Ijin Kerja
f. Pencegahan/perlindungan terhadap Kebakaran
g. Emergency Response Plan
h. House Keeping
i. Environmental Hazard
j. Inspeksi dan Audir terhadap Pencegahan Kehilangan dan Audit
k. Penyelidikan terhadap Kecelakaan
l. Peraturan K3
1.3.1. Peraturan Dasar SH&E
Berdasarkan analisa bahaya konstruksi, dasar-dasar dari ketentuan K3,
dikembangkan dan disiapkan untuk menjamin keselamatan seluruh
pekerjaan yang direncanakan dan menghindari kemungkinan terjadinya
pencemaran.
Ketentuan-ketentuan utama berikut ini didokumentasikan secara spesifik
pada pelaksanaan keselamatan kerja di lapangan :
a) Pencegahan terhadap kecelakaan kerja, seperti :
 Pekerjaan elektrikal
 Pekerjaan di tempat tinggi
 Mesin gerinda
 Pengelasan dan pemotongan
 Cartidge hammers
 Hazardous material and products
 Mesin-mesin penggali, alat-alat angkat, pemindahan tanah dan
pekerjaan sipil lainnya
b) Pekerjaan pemasangan (Erection)
c) Pekerjaan Insulasi (Insulation)
d) Internal Work
e) Transportasi Personil
f) Material Handling
g) Kebakaran dan Keadaan darurat lain
h) Rencana penanggulangan keadaan darurat dan evaluasi
i) Investigasi kecelakaan :
 Mesin-mesin penggali, alat-alat angkat, pemindahan tanah dan
pekerjaan sipil lainnya
 Investigasi kecelakaan dan laporannya
 Kecelakaan serius
 Ketentuan-ketentuan lain
1.3.2. Rencana Pencegahan terhadap Kehilangan
Tim pekerja lapangan mulai dari tingkat tenaga pendukung sampai Site
Engineer secara terus menerus akan meninjau kondisi lapangan, rencana
kerja konstruksi dan kegiatan lapangan lainnya untuk meminimalisasi
safety hazards dan tindakan yang mengabaikan keselamatan personil.
1.3.3. Pertolongan Pertama / Prosedur Medis
Kontraktor akan menyediakan sarana P3K/First Aid selama pelaksanaan
pekerjaan.
1.3.4. Briefing Personil
Bagian ini menggaris bawahi pada jenis-jenis informasi yang dibutuhkan
untuk semua personil dan supervisor sebelum memulai dan selama
pekerjaan berlangsung terutama untuk local.
1.3.5. Ijin Kerja
Dalam rangka memonitor dan mengontrol resiko kerja yang potensial di
lapangan, ijin kerja diperlukan untuk melakukan pekerjaan pada segala
kondisi dimana batas dari unit proses atau dalam konstruksi baru dimana
bahaya mungkin terjadi. Ijin kerja dikeluarkan oleh Pemilik Proyek, setelah
sesuai dengan prosedur keselamatan sudah diverifikasi.
Beberapa kondisi signifikan yang harus dipenuhi adalah :
 Mengidentifikasi semua material terkubur sebelum penggalian,
menyediakan fire protection dan memberlakukan peraturan dilarang
merokok ditempat-tempat tertentu/terlarang
 Menyediakan PPE (Personal Protective Equipment).
1.3.6. Pencegahan/Perlindungan terhadap Kebakaran
Untuk mencegah kebakaran, perlu diberikan perhatian khusus pada area
preplanning, hot work permit controls, area dimana terdapat material
yang mudah terbakar, area pengendalian cairan dan material, area
pengendalian asap, pelatihan dan penggunaan tanda bahaya,
pemasangan kabelelektrik yang tepat, dan pembuangan sampah pada
tempatnya. Prosedur yang spesifik ditekankan pada rencana keselamatan
konstruksi lapangan untuk masing-masing proyek.
1.3.7. Emergency Response Plan
Prosedur Emergency Response Plan dikembangkan untuk semua insiden
yang potensial termasuk api, ledakan, bencana alam, dan lain-lain.
Prosedur ini meliputi sarana berkomunikasi, fire fighting, sarana medis,
keselamatan, evakuasi, dan sarana-sarana lain yang mungkin diperlukan.
Para personil pada suatu periode berkala dibimbing melalui pertemuan-
pertemuan K3, pelatihan penanggulangan keadaan darurat (emergency
drill), dan lain-lain.
1.3.8. Penaganan Protokol Keshatan Covid-19
Prosedur Protokol Keshatan Covid-19 dikembangkan untuk penanganan
penyebaran virus covid-19 di wilayah pekerjaan dihimbau untuk
menggunakan masker dan mencuci tangan setiap 3 jam sekali,
meminimalkan kerumunan dan sentiasa menjaga kebersihan
menyemprot Disinvektan pada saat masuk dan keluar lingkungan
pekerjaan.
Para personil pada suatu periode berkala dibimbing melalui pertemuan-
pertemuan K3, pelatihan penanggulangan keadaan darurat (emergency
drill), dan lain-lain.
PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK
KEBIJAKAN
Konsultan berkomitmen untuk memenuhi kebijakan K 3 konstruksi yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum, Peraturan dan Standar yang telah ditetapkan.
Konsultan berkomitmen untuk mencapai standar manajemen tertinggi termasuk dalam hal keamanan konstruksi,
tempat kerja dan lingkungan lainnya dimana pekerjaan berlangsung. Konsultan akan memberikan dan menjaga
lingkungan tempat bekerja dengan aman dan sehat sesuai dengan praktek bisnis yang sesuai dengan ketentuan
regulator.
Konsultan akan berusaha untuk menghilangkan dan menekan apapu resiko yang terjadi akibat kebakaran,
keamanan, kerusakan terhadap property dan kecelakaan personel ataupun penyakit. Kegiatan K 3 selalu menjadi
perioritas utama yang harus dijalankan setia harinya dalam semua aktifitas operasional dimanapun lokasi
pekerjaan tersebut berada.
Konsultan akan berusaha untuk selalu menjalankan aktifitas proteksi lingkungan hidup untuk memastikan
kesesuaiannya dengan ketentuan legislative.
Konsultan berkomitmen untuk menjaga komunikasi dengan semua pihak yang terkait, baik dengan badan
pemerintahan, pihak keamanan, komunitas sekitarnya, pelanggang ataupun vendor dan sub kontraktor, untuk
saling bertukar informasi dan teknologi yang berhubungan dengan proteksi lingkungan. Karyawan dari pihak
konsultan akan bertanggung jawab untuk memastikan keamanan diri sendiri dan pihak lain yang berada dilokasi
kerja terhadap kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan hidup.

PERENCANAAN
1) Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA &
NO PENGENDALIAN RESIKO K3
PEKERJAAN RESIKO K3
- Perawatan mesin kendaraan
secara berkala
- Tanggap terhadap kondisi
- Luka Ringan kendaraan jika merasakan ada
Mengemudikan - Luka Berat kerusakan
- Selip
1 Kendaraan - Kematian - Pengecekan dan Penggantian Ban
- Tabrakan
Proyek - Kendaraan Rusak secara berkala
- Kerugian Materiil - Pengemudi kendaraan harus
memilik Surat Ijin Mengemudi
(SIM)
- Mematuhi rambu-rambu
- Mengatur perletakan material
Pengawasan
- Tersandung besi tidak menghasilkan akses keluar
Pekerjaan - Luka ringan
2 - Tangan terjepit masuk
Pengangkutan - Luka berat
- Kejatuhan besi - Memakai sarung tangan
Besi
- Memakai sepatu safety
- Memastikan jalan akses layak
untuk mobilisasi truck
- Memastikan kontraktor
- Tabrak truck mixer atau
menyediakan rambu kecepatan
CP
Pengawasan - Luka sedang maksimal truck
- Anggota badan terkena
3 pekerjaan - Luka berat - Memastikan kontraktor
adukan beton
pengecoran - Kematian menyediakan pemandu/security
- Suara mesin merusak
untuk mengatur mobilisasi truck
pendengaran
mixer
- Memastikan pengemudi memiliki
SIM dan Surat Jalan
- Memakai sarung tangan
- Memastikan pekerja tidak
bercanda saat bekerja
- Memastikan alat dalam keadaan
layak pakai
Pengawasan - Memastikan posisi alat sehingga
pekerjaan pemotongan dengan blender
- Tangan lecet
Pemotongan dapat dilakukan dengan aman
- Tangan terjepit
besi - Luka ringan - Mengatur perletakan material
4 - Tangan terpotong
dengan blender - Luka berat - Memastikan panel listrik tertutup
- Kejatuhan besi
atau mesin - Memastikan jalur kabel berada di
- Kesetrum
potong atas
beraliran listrik - Memastikan stop kontak tidak
berada di bawah
- Memastikan sambungan kabel
diisolasi dengan benar
- Memastikan kabel tidak banyak
sambungan

- Jatuh
- Tangan tergores - Memastikan catwalk untuk
- Menghirup udara kotor pijakan kuat dan tidak sempit
Pengawasan - Luka sedang
- Terkena percikan api - Menjaga jarak dengan lokasi
5 Pekerjaan - Luka berat
las pekerjaan
Instalasi Pipa - Kematian
- Tersandung kabel - Memakai earplug
- Suara mesin merusak - Memakai helm safety
pendengaran

- Memastikan scaffolding terpasang


dengan kuat dan rapi
Pengawasan - Jatuh
- Luka ringan - Memastikan catwalk untuk
6 Pekerjaan - Kulit tangan terkelupas
- Luka berat pijakan kuat dan tidak sempit
Wiring - Mata terkena debu
- Menjaga jarak dengan lokasi
pekerjaan

- Memastikan scaffolding terpasang


Pengawasan
dengan kuat dan rapi
Pekerjaan
- Jatuh - Luka ringan - Memastikan catwalk untuk
7 penyambungan
- Kulit tangan terkelupas - Luka berat pijakan kuat dan tidak sempit
dan instalasi
- Menjaga jarak dengan lokasi
alat listrik
pekerjaan

- Memastikan scaffolding terpasang


Pengawasan - Jatuh dengan kuat dan rapi
Pekerjaan - Kulit tangan - Luka ringan - Memastikan catwalk untuk
8
Pengelasan - Terkelupas - Luka berat pijakan kuat dan tidak sempit
(welding) - Iritasi mata kesetrum - Menjaga jarak dengan lokasi
pekerjaan

- Memastikan material tercatat


- Keseleo pada saat pengangkutan
Pengawasan - Cedera badan - Tangan terjepit - Memakai helm safety
9
Pekerjaan - Tersandung - Pinggang dan - Memakai sepatu safety
bahu sakit - Menjaga jarak dengan lokasi
pekerjaan
- Tertimpa longsoran - Memastikan tersedia alat semprot
tanah nyamuk
- Luka ringan
Pengawasan - Terjatuh kedalam - Memakai helm safety
10 - Luka sedang
Pekerjaan lubang galian - Memakai sepatu safety
- Luka berat
- Terkena gigitan - Menjaga jarak dengan lokasi
nyamuk pekerjaan

- Memakai helm safety


Pengawasan - Memakai sepatu safety
11 - Terkena pecahan beton - Luka ringan
Pekerjaan - Menjaga jarak dengan lokasi
pekerjaan

- Memakai helm safety


Pengawasan - Luka berat - Memakai sepatu safety
12 - Tertimpa gelagar
Pekerjaan - Kematian - Menjaga jarak dengan lokasi
pekerjaan

- Memakai earplug
- Terkena pecahan beton - Memakai helm safety
Pengawasan
13 - Suara mesin merusak - Luka ringan - Memakai sepatu safety
Pekerjaan
pendengaran - Menjaga jarak dengan lokasi
pekerjaan

2) Pemenuhan perundang-undangan dan persyaratan lainnya

1. Kesehatan, Higiene Kantor & Asuransi Tenaga Kerja

Undang-Undang / Peraturan Tentang :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23


Kesehatan
Tahun 1993
Peraturan Republik Indonesia Nomor : 14 Tahun
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
1993

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Transmigrasi No. 02/MEN/1980 Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Pelayanan Kesehatan Kerja
Transmigrasi No. 03/MEN/1982

Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja


Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga
dan Menteri Kesehatan Nomor : Kep-235/MEN/
Kerja
1985 DAN 14/MENKES/SKB/III/1985
PerMenkes Nomor : 718/1987 Batas Syarat Kebisingan

PerMenkes Nomor : 472/MENKES/PER/VI/1996 Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan

Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Kimia di Udara


SE Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1997
Lingkungan Kerja
Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisik di Tempat Kerja
KEPmEN Tenaga Kerja Nomor : 51/MEN/1999
(Debu)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan
Transmigrasi Nomor : Per-01/MEN/1979 Keselamatan Kerja bagi Tenaga Para Medis Perusahaan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
Transmigrasi Nomor : Per-01/MEN/1981

2. Kesehatan, Higiene Kantor & Asuransi Tenaga Kerja

Undang-Undang / Peraturan Tentang :

Peraturan Khusus Direktur Pekerjaan Umum


Nomor : 119966/Stw tanggal 19 Agustus 1910
(Bijbl No. 8600 sebagai telah dirubah dengan Instalasi mesin-mesin dan sarananya
Surat Keputusan Kepala Keselamatan Kerja No.
S. 60/1/2 tanggal 9 Maret 1929)

Undang-Undang 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Transmigrasi No. Per 01/MEN/1980 Bangunan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Kualifikasi Juru Las di Tempat Kerja
Transmigrasi No. Per 02/MEN/1982
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Pesawat Angkat dan Angkut
Indonesia No. Per 05/MEN/1985
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Pesawat Tenaga dan Mesin Produksi
Indonesia No. Per 04/MEN/1985
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : Kep.174/
Kegiatan Konstruksi
MEN/86 dan Nomor : 104/Kpts/1986
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Kualifikasi Syarat-syarat Operator Keran Angkat
Per.01/MEN/1989

3. Khusus Pekerjaan Jalan dan Jembatan


Undang-Undang / Peraturan Tentang :

Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Jalan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1990 Jalan Tol

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0.


Jalan
26 Tahun 1985
Pembahasan dari buku petunjuk ini mencakup
Standar Spesifikasi Kereb No.
masalah- masalah : - pembahasan teknis seperti :
011/S/BNKT/1990, Dept. PU
fungsi, struktur dan dimensi kerb, - penempatan kerb

Manual Pengaturan Lalu Lintas adalah meliputi


perambuan sementara (peringatan, larangan, perintah
dan atau petunjuk) yang antara lain mencakup
Manual Pengaturan Lalu Lintas untuk
penggunaan jenis rambu, ukuran/design, teknik
Keselamatan selama Pekerjaan Pemeliharaan
penempatan, serta pembuatan tata letak perambuan.
Jalan No. 015/T/BM/1999, Dept PU
Pekerjaan Pemeliharaan jalan yang dimaksudkan
dalam manual ini mencakup pekerjaan pemeliharaan
jalan termasuk pekerjaan pemasangan utilitas jalan
Pedoman teknis ini menjelaskan tentang hal yang
berkaitan dengan jenis perlengkapan jalan, peralatan
Pedoman Pemeliharaan Perlengkapan Jalan
yang digunakan untuk pemeliharaan dan cara
No. 016/T/BM/1999, Dept. PU
pemeliharaan, yang meliputi pembersihan, perbaikan
serta mengecat ulang
Masalah yang akan dibahas pada buku ini meliputi
ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan
pemasangan utilitas baik pada bagian jalan maupun
Petunjuk Pelaksanaan Pemasangan utilitas
jembatan-jembatan yang dikaitkan dengan ketentuan-
No. 002/T/BNKT/1990, Dept PU
ketentuan yang ada dan berlaku antara lain undang-
undang jalan no. 13 tahun 1980tentang Jalan dan PP
No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan.
Pedoman teknis perencanaan perambuan sementara
bagi pekerjaan jalan, jembatan dan fasilitas prasarana
perkotaan merupakan acuan atau tata cara untuk
penempatan rambu sementara meliputi deskripsi,
Perambuan Sementara untuk Pekerjaan Jalan ketentuan umum, ketentuan teknis, dan tata cara
No. Pd T-12-2003, PU perencanaan bagi pihak yang terkait dengan pekerjaan
jalan. Pekerjaan jalan tersebut mengambil sebagian
atau seluruh dari DAMIJA yang diperkirakan bias
mengganggu arus lalu lintas dan keselamatan pemakai
jalan.
Penanganan lokasi rawan kecelakaan lalulintas ini
menguraikan metode penanganan lokasi rawan
kecelakaan lalulintas yang terbagi kedalam empat
tahapan penyelidikan, yaitu tahap identifikasi lokasi
Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu rawan kecelakaan, tahap analisis data, tahap pemilihan
Lintas No. Pd T-09-2004-B, Dept PU teknik penanganan serta tahap monitoring dan
evaluasi. Pedoman ini disusun terdiri atas Ruang
Lingkup, Acuan Normatif, Definisi dan Istilah,
Ketentuan Umum, Ketentuan Teknis, dan Prosedur
Penanganan.
Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Tata cara ini membahas ketentuan-ketentuan
Perkotaan No. Pd-NN32 Dept PU pemasangan rambu dan marka jalan perkotaan.

4. Keselamatan Umum (Public Safety)

Undang-Undang / Peraturan Tentang :

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Keselamatan kerja

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Pembentukan panitia pembina keselamatan dan
Indonesia Nomor : 2 Tahun 1970 kesehatan kerja di tempat kerja (di Perusahaan)
Keputusan Pemerintah Republik Indonesia Keselamatan Kerja terhadap radiasi (Lembaran Negara
Nomor : 11 Tahun 1975 No. 15 Tahun 1975)
Persyaratan penunjukan dan wewenang serta
Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi
kewajiban pegawai pengawas keselamatan kerja dan
dan Koperasi R.I No : Per-03/MEN/Tahun 1978
ahli keselamatan kerja
Pemasangan Instalasi di tempat kerja (listrik, lift,
Surat Keputusan Direktur Jenderal ketel/pesawat uap, gas, debu, penyalur petir, X-Ray,
Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja No. Pesawat Tenaga, mesin, cairan air,
Kpts-40/DP/1978 pemadam/pencegah kebakaran, pencegahan
pencemaran lingkungan bangunan konstruksi)
Penunjukan pegawai-pegawai pengawas yang diberi
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
kewajiban menjalankan pengawasan keselamatan dan
Transmigrasi Nomor : Kep-33/MEN/Dp/79
keselamatan kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat
Nomor : Per-04/MEN/1980 pemadam api ringan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Instalasi alarm kebakaran otomatik
Per.02/MEN/1983
Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor : Penyediaan data bahan berbahaya terhadap
Kep-612/MEN/1989 keselamatan dan kesehatan kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Tata cara penunjukan kewajiban dan wewenang ahli
Indonesia Nomor : Per.02/MEN/1992 keselamatan dan kesehatan kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor :
Sistem Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Per-05/MEN/1996
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :
Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan
03/MEN/98

5. Keselamatan Umum (Public Safety)

Undang-Undang / Peraturan Tentang :

Pengesahan united nations framework convention on


Undang-undang No. 6/1994 climate change (konvensi kerangka kerja PBB
mengenai perubahan iklim)
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
lembaran Negara nomor 3699)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Keselamatan kerja terhadap radiasi
No. 11/1975
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Tata pengaturan air
No. 22/1982
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Pengendalian pencemaran air
No. 20/1990
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Analisa mengenai dampak lingkungan
No. 27/1999
Tata cara dan persyaratan ijin penggunaan dan atau
Peraturan Pemerintah PU Nomor 49/PRT/1997
sumber-sumber air
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Pengendalian pencemaran udara
No. 41 Tahun 1999
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Pengolahan limba bahan berbahaya dan beracun
No. 18/1999
Perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 18
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Tahun 1999 tentang Limbah bahan berbahaya dan
No. 85 Tahun 1999
beracun
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Pengendalian pencemaran dan atau Perusakan laut
No. 19 Tahun 1999
Nilai ambang batas (N.A.B) untuk iklim kerja dan Nilai
Surat Edaran No. SE.01/MEN/1987
Ambang Batas (N.A.B) untuk kebisingan di tempat
kerja

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor :


Pengadaan fasilitas penampungan limbah di pelabuhan
KM.215/HK.602/Phb.87
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Pedoman umum bina lungkungan industry (BILIK),
Kep-1056/MEN/1988 form komunikasi pembinaan lingkungan
Pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun
Surat Edaran No. Se.11/MEN/1989
(B3)
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor :
Pencegahan pencemaran oleh minyak dari kapal-kapal
KM.86 Tahun 1990

PenMenkes Nomor : 416/Menkes/Per/IX/90 Syarat-syarat pengawasan kualitas air

Tata cara dan persyaratan ijin penggunaan dan atau


Peraturan Menteri PU Nomor : 49/PRT/1990
sumber-sumber air
Pengesahan internasional for the safety of life at the
Keputusan Presiden Nomor : 65 Tahun 1990
sea 1974
Pengesahan basel convention of the control of
Keputusan Presiden No. : 61 Tahun 1993 tranboandary movements of hazardous wastes and
their disposal
Keputusan Presiden No. : 55 Tahun 1993 Tata cara pembebasan lahan

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : Pedoman teknis penyusunan Analisis Mengenai


KM.75 Tahun 1994 Dampak Lingkungan Kepelabuhan
Tata cara memperoleh ijin penyimpanan,
pengumpulan, pengoperasian alat pengelolaan,
KepKa Bapedal No. 68/Bapedal/05/1994
pengelolaan dan penimbunan akhir limbah bahan
berbahaya dan beracun
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Baku mutu emisi sumber tidak bergerak
Nomor : KEP-13/MENLH/3/1995

Program penilaian kinerja perusahaan/kegiatan usaha


Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
dalam pengendalian pencemaran dari lingkungan
Nomor : KEP-35A/MENLH/7/1995
kegiatan prokasih (PROPER PROKASIH)

Pedoman teknis penyusunan upaya pengelolaan


Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan
Nomor : 289.K/008/MPE/1995 untuk kegiatan pertambangan umum, minyak dan gas
bumi serta listrik dan pengembangan energi

Pedoman teknis penyusunan upaya pengelolaan


Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan untuk
Nomor : 388.K/008/MPE/1995
kegiatan pertambangan bahan galian golongan C

Pedoman teknis penyusunan upaya pengelolaan


Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan untuk
Nomor : 390.K/008/MPE/1995
kegiatan pengambilan air bawah tanah

Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan


Keputusan Dirjen Pertambangan umum Nomor Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
: 514.K/20/DDJP/95 (UPL) untuk kegiatan usaha pertambangan umum yang
tidak wajib AMDAL
Pedoman teknis penyusunan upaya pengelolaan
Keputusan Dirjen Geologi dan Sumberdaya
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan untuk
mineral Nomor : 048.K/101/DDJG/1995
kegiatan pengambilan air bawah tanah
Tata cara persyaratan teknis penyimpanan dan
KepKa Bapedal No. 01/Bapedal/09/1995
pengumpulan limbah B3

KepKa Bapedal No. 02/Bapedal/09/1995 Dokumen limbah B3

KepKa Bapedal No. 03/Bapedal/09/1995 Persyaratan teknis dan pengolahan limbah B3

Tata cara persyaratan penimbunan hasil pengolahan,


KepKa Bapedal No. 04/Bapedal/09/1995 persuaratan lokasi bekas pengolahan, dan lokasi bekas
penimbunan limbah B3

KepKa Bapedal No. 05/Bapedal/09/1995 Simbol dan Lebel B3

KepKa Bapedal No. 205/Bapedal/07/1996 Baku Tingkat Kebisingan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup


Baku Tingkat Kebisingan
Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Baku Tingkat Getaran
Nomor : KEP-49/MENLH/11/1996
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Baku Tingkat Kebauan
Nomor : KEP-50/MENLH/11/1996
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Indeks standar pencemaran udara
Nomor : KEP-48/MENLH/10/1997

Keputusan Menteri PU Nomor : 40/KPTS/1997 Petunjuk Teknis Penyusunan AMDAL proyek jalan

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana


Dampak Lingkungan Nomor : KEP-105 Tahun Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
1997 Pemantauan Lingkungan (RPL)

Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan serta


KepKa Bapedal No. Kep-07/Bapedal/11/1997
Informasi Indeks Standar Pencemaran Udara

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi
Nomor : 3 Tahun 2000 dengan Analisa Dampak Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai