1.1 Umum
Untuk dapata melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka sebelumnya
perlu dibuat suatu pendekatan teknis dan metodologi pelaksanaan pekerjaan agar dapat
dilaksanakan secara sistematis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan
waktu kerja. Maksud pendekatan teknis disini diantaranya adalah membuat pendekatan
rencana pelaksanaan pekerjaan ini tersusun tahap demi tahap termasuk analisis
kebutuhan personil serta peralatan dihitung setepat mungkin, maka kemudian dapat
disusun organisasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kaitan-kaitan pekerjaan san
personil yang dibutuhkan sesuai tahapan masing-masing pekerjaan. Sedangkan maksud
dari Metodologi disini adalah bagaimana menyusun landasan perencanaan dan
menguraikannya kedalam suatu tindakan atau penerapan lapangan sehingga hasil yang
akan diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan ini dapat dipertanggungjawabkan dan
digunakan sebaik mungkin.
Sesuai dengan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka
dalam menyiapkan rencana pekerjaan Penyusunan DED dan ME Pembangunan
Mesjid Kawasan Kantor Gubernur diperlukan pendekatan teknis dan metodologi
pelaksanaan yang mantap, ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat diandalkan. Oleh
karena itu dalam melaksanakan pekerjaan ini CV. KARYA SAORAJA
KONSULTAN akan menyiapkan pendekatan teknis dan metode-metode yang akan
digunakan yang dituangkan dalam Pendekatan dan Metodologi. Bagian ini merupakan
penjelasan umum tentang metoda pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan, yang
memberikan arahan kualitatif terhadap cara-cara pelaksanaan dan penyelesaian
pekerjaan. Dalam penjelasan metodologi pelaksanaan, dibahas lingkup tahapan kegiatan
secara umum, yang dimulai dari tahap awal hingga penyelesaian akhir pekerjaan.
2.1 Pekerjaan Persiapan
Pada tahap ini konsultan akan melakukan beberapa kegiatan, seperti yang akan
diuraikan sebagai berikut.
Tahap ini merupakan bagian yang penting untuk dilakukan oleh konsultan, agar
pelaksanaan kegiatan pada tahap berikutnya dapat berjalan dengan lancer sesuai dengan
jadwal yang telah disepakati. Kegiatan ini ummnya terdiri dari :
Di dalam pelaksanaan pekerjaan layanan konsultansi, perlu adanya suatu rencana kerja
yang konsepsional, efektif dan efisien sedemikian sehingga setiap aktivitas kerja
terncana dengan baik. Dengan demikian pekerjaan dapat selesai dalam waktu yang
disediakan dan kualitas yang diharapkan. Rencana keja yang akan dilaksanakan
disesuaikan dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term
References (TOR).
Sasaran kegiatan sudah sangat jelas terpaparkan pada Kerangka Acuan Kerja yang
diterbitkan oleh pihak pengguna jasa. Namun di sini pihak konsultan lebih memperoleh
kebebasan dalam menyikapi permasalahan teknis di lapangan. Sasaran kegiatan yang
telah ditetapkan tersebut, adalah pencapaian minimal yang harus dipenuhi oleh pihak
konsultan dalam melakukan kegiatan pekerjaan ini. Dengan dukungan rencan/program
kerja yang tersusun secara sistematis, efektif dan efesian, maka pihak konsultan
berkeyakinan kan mampu mencapai sasaran yang diinginkan dari kegiatan ini.
Untuk menindak lanjuti rencana kerja dan sasaran yang ingin dicapai, maka konsultan
melakukan langkah-langkah konrkrit, seperti berikut ini :
Studi Pustaka
Pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan kebutuhan dalam Penyusunan
DED ME pembangunan Mesjid Kawasan Kantor Gubernur, antara lain :
Laporan desain terdahulu (jika ada),
Data geometrid an morfologi eksisting,
Data bangunan-bangunan yang sudah dilaksanakan (jika ada),
Data klimatologi,
Persiapan dan metode survey
1.2.5. Pelaksanaan Survey Awal/Pendahuluan
START
Penetapan :
- Personil Pelaksanaan
- Peralatan Survey topogram
PENGUKURAN
Pengukuran profil
memanjang/melintang
dan detail
ANALISI DATA
ya
LAPORAN - Peta Situasi lokasi Studi
PENGUKURAN - Profil Memanjang Dan
DESKRIPSI BMC
Melintang
1. Pengukuran Pengikatan - Gambar Detail/Mozaik
Salah satu kegiatan survey pengukuran adalah pengukuran pengikatan yaitu
pengukuran untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horizontal dan posisi
vertikal.
Peralatan
Studi awal identifikasi didasarkan pada peta-peta yang ada, pengukuran pemetaan
global merupakan kegiatan pendahuluan dalam tahap pemetaan bias didasarkan pada
pengukuran dengan menggunakan GPS yang menghasilkan poisisi koordinat dan
ketinggian suatu tempat yang akan kita lakukan perencanaan.
1) Orientasi Lapangan
Untuk mengetahui lokasi pengukuran, perlu dilakukan orientasi lapangan yang
bertujuan untuk :
a) Mengetahui kondisi medan yang sebenarnya;
b) Menentukan Rencana Kerja dan Peta Kerja untuk pelaksanaan pengukuran;
c) Rencana kerja meliputi :
- Batas areal pemetaan,
- Titik referensi dan titik awal,
- Lokasi pemasangan titik control,
- Rencana semua jalur pengukuran.
d) Peta Kerja dapat menggunakan peta Topografi skala 1 : 50.000 hasil
pengukuran dan pemetaan topografi BASKOSURTANAL dan dari studi-studi
sebelumnya.
2) Persiapan
Sebekum melakukan pengukuran topografi maka perlu dilakukan persiapan
peralatan ukur dan koordinasi tenaga yang akan digunakan sehingga pada saat
pelaksanaan pengukuran tidak terjadi gangguan terutama pada kemampuan kerja
alat. Tahapan ini meliputi :
a) Penyiapan buku ukur;
b) Persiapan peralatan pengukuran dan kalibrasi alat ukur seperti theodolite,
waterpass, bak ukur dan roll meter;
c) Melakukan koordinasi diantara anggota tim tentang cara pengukuran, arah
pengukuran dan data yang diperlukan.
d) Mengumpulkan data pendukung seperti peta topografi skala 1:50.000 dan data
pendukung lainnya;
e) Penyiapan peralatan tulis dan formulir data.
3) Pemasangan Bench Mark (BM) dan Patok Kayu
Pemasangan Bench Mark akan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a) Kontruksi cukup tahan untuk jangka waktu yang lama;
b) Pemasangan dilaksanakan pada tempat yang aman dari gangguan dan mudah
ditemukan kembali bila diperlukan;
c) Pemasangan pada tanah yang stabil.
Setiap bench Mark akan dibuat deskripsinya yang memuat data-data sebagai
berikut :
(8 √ D )mm
❑
Dimana D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km.
Pembacaan rambu dilakukan dengan system membaca ketiga benang silang,
yaitu benang atas (ba), benang bawah (bb) dan benang tengah (bt). Hasil
bacaan benang tersebut harus memenuhi persyaratan matematis sebagai
berikut :
2 bt – (ba + bb)< 2mm
5) Pengukuran sipat datar
Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang titik-titik polygon dan diikatkan
pada Bench Mark.
Pengukuran sipat datar dari Bench Mark ke Bench Mark dengan alat waterpass
di lakukan dengan teliti, dengan kesalahan penutup tidak boleh lebih dari 3 d
mm di mana d = jarak jalur pengukuran (dalam Km)
Semua ketinggian harus mengacu pada LWS.
Pengukuran sifat datar dilakukan dengan cara double stand / pulang pergi.
Selisih bacaan setiap stand maksimum 2 meter dan selisih hasil ukuran total
antara pergi dan pulang tidak boleh lebih dari 8 d mm dimana d = jarak jalur
pengukuran (dalam km).
Emua titik polygon harus diambil tingginya, demikian juga perubahan tinggi
sepanjang jalur trase harus diambil tingginya.
Alat ukur didirikan di tengah-tengah antara dua rambu yang didirikan di atas
paku pada patok.
Tinggi patok di atas tanah harus diukur untuk mendapatkan elevasi tanah pada
lokasi patok tersebut.
Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang silang, yakni benang atas,
bawah dan tengah.
Selisih stand I dan II harus lebih kecil atau sama dengan 2 mm dan selisih bt
dengan ba + bb harus lebih kecil atau sama dengan 2 mm.
Pengukuran sipat datar dilakukan setelah Bench Mark terpasang.
6) Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang
a) Pengukuran penampang melintang dilakukan tiap interval jarak 50 m.
b) Untuk trase atau jalur yang berbelok dilakukan tiap interval lebih kecil dan
ketentuan tersebut di atas dengan memperhatikan busur kelengkungannya, yaitu
kurang dan 50 m.
c) Sketsa pengukuran harus dibuat rapid an jelas untuk memudahkan
penggambaran.
7) Pengukuran Situasi Detail
a) Pengukuran situasi detail dilakukan dari patok polygon yang sudah diketahui
kedudukan planimetris dan elevasinya dari pengukuran sipat datar,
b) Alat yang dipergunakan adalah Theodolit T0 Wild ayau yang sejenis dan
setingkat ketelitiannya,
c) Semua tampakan yang ada baik ilmiah maupun bauat manusia diambil sebagai
titik detail antara polygon,
d) Bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan design baru
diambil posisinya.
e) Setiap ujung existing baru diambil posisinya dan jarak antara ujung-ujung yang
berseblahan juga harus di uku (guna pengecekan).
8) Contoh Formulir dan Data Hasil Pengukuran
Hasil dari pengukuran topografi yang dilakukan oleh konsultan dalam bentuk
formulir (buku ukur) diinput kedalam Microsoft excel, seperti contoh berikut ini.
Tabel 4.1. Contoh Data Hasil Pengukuran Poligon/Situasi/Cross
P1 1.535 Patok
1 2.260 2.592 1.925 196 3 20 90 0 0 Timbunan
2 2.280 2.620 1.940 166 52 50 90 0 0 Pagar
P2 1.475 1.800 1.150 181 4 0 90 0 0 Patok
1.3.2 METODOLOGI
FUNGSI
BANGUNAN
STRUKTUR, BENTUK
PEMBIAYAAN
DAN TEKNOLOGI
BANGUNAN
MEMBANGUN serta IT
Dan Seterusnya
1 2 3 4 5
Programming Conceptual Final Design
Definitive Design
Skematik Programing (Tender
Design Development
Design Design Document)
5) Spesifikasi Teknis
a) Pekerjaan Struktur
b) Pekerjaan Arsitektur
c) Pekerjaan Tata Ruang Luar (Landscape)
d) Pekerjaan Tata Ruang Dalam (Interior)
e) Pekerjaan Mekanikal
f) Pekerjaan Elektrikal
g) Pekerjaan Elektronik dan IT/ Manajemen Jaringan.
a) Pekerjaan persiapan
b) Pekerjaan struktur
c) Pekerjaan Arsitektur
d) Pekerjaan Tata Ruang Luar (Landscape)
e) Pekerjaan Tata Ruang Dalam (Interior)
f) Pekerjaan Mekanikal
g) Pekerjaan Elektrikal
h) Pekerjaan Elektronik dan IT/Manajemen Jaringan.
3. KONSEPSI PERANCANGAN
A. KONSEP PERUNTUKAN & INTENSITAS.
Menjamin Proyek Penyusunan DED dan ME Pembangunan Mesjid
Kawasan Kantor Gubernur didirikan berdasarkan ketentuan yang ada
pada Perencanaan dan Rencana Tata ruang dan Tata Bangunan yang
berlaku pada lokasi tersebut yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
setempat.
Menjamin Bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
Rencana Teknis yang ada agar terintegrasi sehingga terjadinya
aksesibilitas antar blok massa bangunan yang ada dalam kawasan
kompleks Kantor Gubernur.
B. ARSITEKTUR
Konsep yang digunakan dalam Pekerjaan ini sesalu mengacu pada
ketentuan dan syarat yang telah ditentukan dala KAK. Bangunan akan
berfungsi sebagai wadah kegiatan Umat, kajian/penelitian dan
pengembangan di bidang keagamaan. Sehingga secara umum harus
mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006,
tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung beserta
lampirannya. Dan/atau Peraturan Pemerintah lain yang berlaku.
Sebagai Bangunan Mesjid yang mewadahi kegiatan sentra dan
sebagai tempat ibadah karyawan dilingkup pemprop sul bar, maka
bangunan harus dapat menyatukan aktifitas-aktifitas didalamnya secara
terintegrasi dan konsektual terhadap lingkungan dalam kantor gubernur
serta mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lokasi, sehingga perlu
pendekatan dan konsep perencanaan berhubungan dengan efisiensi dan
efektifitas ruang.
Maka dalam proses perancangan dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
Menjadikan bangunan mesjid ini sebagai salah satu ikon Kota Mamuju
yang representative dengan mengacu kepada kearifan local sebagai
sumber inspirasi.
Mampu mendukung dan menyatu dalam Kawasan Kantor Gubernur.
Seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungan.
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan
karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan budaya daerah
setempat serta kemajuan teknologi yang berkembang saat ini.
Efisien dalam penggunaaan sumber daya di dalam pemanfaatan dan
pemeliharaannya.
Tata ruang diarahkan untuk memenuhi dan memperlancar proses
aktivitas, sesuai dengan fungsi masing-masing ruang dan aktifitas.
Pemakaian material bangunan (khususnya finishing) diupayakan
memakai material local dan mudah dalam perawatannya dengan
memperharikan factor kenyamanan dan keamanan bangunan.
Mengintegrasikan kondisi bangunan, dan fungsi ruang yang
disesuaikan dengan Master Plan.
B.1. Konsep Ruang
Secara komprehensif & terpadu konsep Penyusunan DED dan ME
Pembangunan Mesjid Kawasan Kantor Gubernur dipertimbangkan
terhadap aspek-aspek sebagai berikut :
a) Tuntutan program ruang arsitektur.
b) Pola sirkulasi dan aktivitas yang telah terencana dan mengacu
pada tata ruang arsitektural bangunan sesuai dengan Organisasi
dan Kebutuhan ruang.
c) Pemenuhan kebutuhan fisik dan personil dalam hal pemanfaatan
ruang sirkulasi serta pengaruh visual dalam ruang baik secara
vertikal (tegak) maupun secara horizontal (mendatar).
d) Pemilihan bahan kontruksi furniture (perabot) dan komponen
ruang yang ekonomis dengan rancangan yang sederhana dan
serasi baik dari segi komposisi tata letak maupun komposisi
warna.
e) Tuntutan suasanan ruang yang diinginkan.
f) Pemenuhan akan tuntutan design reference standar.
Perancangan Tata Ruang Dalam/Interior yang optimal dan terpadu
berkaitan erat dengan terciptanya kelompok-kelompok fungsi dan
interaksi kegiatan dalam bangunan, yang didasarkan atas :
1. Hubungan antar ruang dengan kualitas kenyamanan/comfortable
yang tinggi bagi pemakai bangunan.
2. Kebutuhan ruang-ruang yang menuntut control/monitoring
khusus.
3. Keserasian dan hirarki bangunan.
4. Terciptanya system sirkulasi dalam bangunan yang optimal.
Bentuk Ruang, adalah segi-empat sebagai bentuk yang paling
efisien dan fleksibel terutama untuk ruang Ibadah yang
menerapkan konsep yang sederhana, transparan dan bersih.
Sirkulasi Ruang, sirkulasi ruang terdiri dari bentuk ruang dan
sirkulasi yaitu : Lobby, Resepsionis (sirkulasi ruang terbuka
sebagai ruang penerima untuk awal sirkulasi), Koridor (sirkulasi
yang menghubungkan antara ruang), selasar (sirkulasi yang
menghubungkan ruang dalam dengan ruang luar) dan sirkulasi
vertikal (pencapaian ruang antar lantai).
B.2 Lay out Furniture
Penataan layout furniture Penyusunan DED dan ME
Pembangunan Mesjid Kawasan Kantor Gubernur disesuaikan dengan
fungsi kegiatan pada bangunan yang direncanakan agar tercapai
suasana nyaman, efektif, dan efesien dengan mempertimbangkan
jumlah pemakai ruangan dan kebutuhan aktifitas yang akan diwadahi.
Penerapan modul rancangan unutk penentuan besaran/ukuran
kebutuhan ruang yang bebas kolom, efisiensi struktur, material
standar di Indonesia serta perabot dan ruang gerak.
Lay Out Furniture.
B.3. Bahan/Material
1. Pemakaian bahan dan material finishing pada interior
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Material local, kecuali untuk ruang-ruang khusus yang harus
menggunakan material import.
b. Kemudahan untuk pembersihan dan pemeliharaan.
c. Ketahanan terhadap iklim, dan api.
d. Tuntutan khusus yang berkaitan dengan keamanan dan
keselamatan.
e. Criteria-kriteria lain yang dianggap perlu.
2. Konsep bahan/material finishing pada ruang-ruang khusus
a. Ruang-ruang khusus seperti lobby, ruang ibadah, ruang kantor
dan ruang-ruang khusus lainnya menggunakan bahan finishing
tertentu dengan, pemilihan warna yang elegant dan dengan
menonjolkan elemen-elemen estetika sehingga dapat menambah
keanggunan kenyamanan dari ruang-ruang tersebut.
b. Ruang-ruang non operasional dan penunjang digunakan bahan-
bahan finishing yang efisien dan efektif tanpa meninggalkan
segi-segi kenyamanan dan memudahkan perawatannya.
3. Penggunaan material/bahan finishing dalam ruang tetap mengikuti
ketentuan material finishing yang akan digunakan, namun
diusahakan pemakaian material produksi dalam negeri.
C. STRUKTUR
C.1. Konsep Struktur
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung
beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia
Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau
luka yang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.
Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan
benda yang disebabkan oleh struktur.
Menjamin perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang
disebabkan oleh kegagalan struktur.
C.2. Arahan Perencanaan Struktur
Memperhatikan aspek-aspek teknis perancangan struktur dari segi
keamanan, kekuatan, kestabilan, ekonomis, kemudahan
pelaksanaan dan perawatan berdasarkan criteria perencanaan yang
ditentukan dan peraturan-peraturan yang berlaku.
Memberikan pengarahan dalam rangka pencapaian perencanaan
pondasi yang baik dan ekonomis berdasarkan penyelidikan tanah
yang ada.
Memberikan pengarahan dalam rangka pencapaian perencanaan
dalam system struktur yang terpadu dalam hubungannya dengan
perencanaan Arsitektur, Mekanikal dan Elektrikal, serta disiplin
lain yang terkait.
C.3. Kriteria Perencanaan Struktur
Pada dasarnya, criteria perencanaan yang akan dilakukan
adalah didasarkan pada peraturan-peraturan dan standar-standar
sebagai berikut :
2) Hydrant Gedung
a. Tingkat Bahaya Kebakaran dan Klasifikasi
Pelayanan Hydrant. Tingkat bahaya untuk bangunan
ini, sesuai dengan peraturan yang berlaku ditentukan
berdasarkan pemakaian ruangan yang memberikan
tingkat bahaya yang lebih tinggi.
b. Klasifikasi pelayanan ditentukan berdasarkan
ketentuan yang berlaku, adalah “KELAS
PELAYANAN III”, ialah pelayanan dengan
diameter selang 40 mm (1.5 inch) dan dilengkapi
dengan katup pengeluaran (landing valve) diameter
65 mm atau 2.5 Inch. (Per.3.1.4/Hal.2)
c. Pembagian zona pemadaman, berdasarkan
ketinggian bangunan yang relative rendah, maka
diterapkan zona pelayanan tunggal.
d. Sisa Tekanan Minimum pada hydrant terjauh, sisa
tekanan minimum pada titik hydrant terjauh
direncanakan sebesar 4,5 Bar.
e. Jumlah Hydrant Box di dalam Gedung
Jumlah kotak hydrant per luas lantai sedikitnya 1
buah tiap 800 M2 (ruangan-ruangan tanpa sekat)
dan sedikitnya 2 buah kotak hydrant tiap luas 800
– 1000 m2 luas lantai untuk ruangan yang
mempunyai sekat.
Jarak jangkauan selang (30 m) ditambah jarak
pancaran air (9,4 M) harus dapat menjangkau
seluruh daerah yang dilingdungi.
Diameter pipa tegak ditentukan berdasarkan
tinggi bangunan sesuai ketentuan SKBI yaitu150
mm atau 6 inch.
f. Kopling pengeluaran untuk landing valve, pilar
hydrant dan siamesse dari jenis kopling van der
heyden sesuai standar kopling PK-Pemkap
setempat.
g. Kecepatan aliran dalam pipa dibatasi sebesar 1,5
m/detik dengan debit minimum sebesar 400 lpm.
h. Karakteristik kapasitas dan tekanan pompa yang
dipasang ditentukan berdasarkan ketentuan NFPA-
20. Disediakan kopling kembar siam (siamase
connection), masing-masing instalasi disediakan
secara terpisah, untuk hubungan dengan dinas
Pemadam Kebakaran dan ditempatkan pada lokasi
di depan bangunan dan mudah dicapai oleh petugas
Pemadam kebakaran.
3) Hydrant Halaman
a. Perletakan Hydrant Halaman
Jarak antara pilar hydrant, sesuai dengan klasifikasi
bangunan, maksimum adalah 60 meter.
b. Jumlah Hydrant halaman ditentukan berdasarkan
jarak maksimum antar titik Hydrant yaitu sebesar 60
meter.
c. Ketentuan-ketentuan lainnya :
- Laju aliran minimum : 250gpm
(1000)
- Panjang selang : 30 m
- Diameter selang : 6,25 cm
- Diameter pipa cabang minimum : 100 mm
- Diameter pipa induk minimum : 150 mm
4) Sprinkler
Pemasangan sprinkler head dan ukuran kapala
ditentukan sebagai berikut :
No
Uraian Ketentuan Referensi
.
Coverage area
1. 16,1 m2 NFPA-13
maksimum
Jarak maksimum antar
2. 4,6 m NFPA-13
pipa cabang
Jarak maksimum antar
3. 4,6 m NFPA-13
sprinkler head
4. Diameter sprinkler head 15 mm SKB-87
Maks. Jumlah sprinkler
1.000
5. head dalam satu riser NFPA-13
titik
(pipa tegak)
5) Sumber Air Cadangan Air Kebakaran
a. Sumber Air
Sumber Air berasal dari jaringan PDAM dan Deep
Well (cadangan)
b. Cadangan air pada Ground Reservoir
Cadangan air pada Ground Reservoir untuk
pemadaman Kebakaran dihitung berdasarkan waktu
pemakaian selama minimal 45 menit.
6) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
- Klasifikasi Bahaya Kebakaran
Tingkat bahaya untuk bangunan ini, sesuai dengan
kefungsian dan peraturan yang berlaku, ditentukan
berdasarkan pemakaian ruang yaitu : “Bahaya
Kebakaran Menengah” dan golongan kebakaran
adalah jenis “A”
- Jumalah APAR yang harus disediakan untuk kelas
bahaya ini adalah ukuran ; 2A sebanyak 1 buah setiap
maksimum luas 200 m2 dengan jarak ketempat
pemadaman 20 m dan ukuran ; 4 A sebanyak 1 buah
setiap maksimum luas 600 m2 dengan jarak ketempat
pemadaman 15 m.
7) System Pompa Kebakaran
System pompa kebakaran gedung terdiri dari :
a. Jockey Fire Pump, lengkap dengan Fire Control Panel
b. Main Electric Fire Pump, lengkap dengan Fire
Control panel
c. Diesel Fire Pump, lengkap dengan Fire Control Panel.
II.3. Konsep Perancangan Sistem Pemadam Kebakaran
Sesuai dengan standart/peraturan nasional maupun
internasional, Penyusunan DED dan ME Pembangunan
Mesjid Kawasan Kantor Gubernur harus dilengkapi dengan
Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Fighting System), dimana
system ini terdiri dari Outdoor Hydrant, Indoor Hydrant dan
sprinkler system.
a. Pada jalur pemipaan utama dari setiap system, dipasang 2
(dua) buah pressure switch yang masing-masing
dihubungkan ke panel control pompa jockey dan panel
control pompa utama.
b. Switch pertama akan mendeteksi penurunan tekanan air
dalam pipa dan memberikan signal ke panel control
pompa jockey bila tekanan menurun mencapai tingkat
yang lebih rendah dari batas bawah pada pressure switch,
lalu panel control pompa jockey akan menghidupkan
pompa jockey sampai tekanan kembali mencapai batas
atas dari pressure switch tersebut dan secara otomatis
panel control akan mematikan pompa tersebut.
c. Bila tekanan menurun terus sampai mencapai pada switch
kedua, maka panel control pompa utama akan
menghidupkan pompa utama secara otomatis, namun
mematikan pompa utama harus dilakukan secara manual.
d. Daya listrik untuk pompa-pompa kebakaran disediakan
melalui panel khusus yang mendapat daya listrik dari
sumber PLN dan Genset.
e. Systemp-sistem yang dikontrol dalam satu koordinasi
adalah sebagai berikut :
- System Fire Alarm
- System Lampu Darurat
f. System akan beroperasi bila terjadi signal kebakaran baik
yang berasal dari detector otomatis maupun dari manual-
station/break-glass.
g. Kapasitas Pompa Utama ditentukan berdasarkan
kebutuhan catu air maksimum ke hydrant dan sprinkler
pada saat terjadi kebakaran dengan mengacu pada jumlah
pipa tegak yang dipasang, dengan data sebagai berikut :
No
Pompa Kebakaran Kapasitas Head
.
1. Electric Fire Pump 3.786 Lpm 110 m
(1.000 gpm)
2. Diesel Fire Pump 3.786 Lpm 110 m
(1.000 gpm)
200 Lpm (54
3. Jockey Fire Pump 120 m
gpm)
System pemadam kebakaran untuk ruang data (Data
Center) menggunakan system pemadam khusus yaitu Fire
Suppression Sistem.
Relative
No Tempertaur Noise
Nama Ruangan Humidity
. (Co) Level
(%)
1. Perkantoran/R. 23 ± 1 45 - 60 NC.35-
Ibadah 40
2. Lobby/Hall 23 ± 1 45 - 60 NC.35-
40
3. R. Serbaguna 23 ± 1 45 - 60 NC.35-
40
*) Nilai RH mengikuti
2) Ventilasi Mekanis
Pertukaran udara di dalam ruangan-ruangan yang
tidak menggunakan system AC, seperti area parker
Basement, toilet, gudang, ruang pompa, ruang
transformer, dll. Dilakukan dengan memakai
exhaust/intake fan (ventilasi mekanis), dengan acuan
pergantian udara perjam (Air Change per Hour) sebagai
berikut :
i. Factor Daya
Factor daya dipertahankan pada 0,9 laging.
3) System Penangkal Petir
System penangkal petir akan dirancang dengan memakai
Electro Static dengan radius proteksi sebesar 100 meter.
Sebagai penyalur arus petir ke tanah menggunakan kawat
BC Ø70 mm. Tahanan grounding yang dijinkan
maksimum 5 volt.
II.2.2.Kriteria Perancangan
1) Penyusunan DED dan ME Pembangunan
Mesjid Kawasan Kantor Gubernur
menggunakan sentral telepon PABC.
2) Instalasi Telepon
Instalasi telepon pada bangunan ini
diasumsikan:
a. Infra structure (structure kabel telephone)
akan menggunakan kabel TITC (Twisted
Indoor Telephone Cable) untuk telephone,
sedangkan untuk data, Instalasi dari Patch
Panel ke outlet akan menggunakan kabel
UPT Cat 6, 4 pairs. Instalasi dari Patch Panel
ke main Patch Panel (back bone)
menggunakan kabel UPT Cat 6,4 pairs.
b. Ruang kantor mendapat 1 telephone dan 1
data outlet setiap 10 – 15 m2.
c. Jumlah trunk line dari PT. Telkom sebesar
10% dari total extension.
II.2.3. Konsep Perancangan Sistem Telephone
1) Konsep secara umum
a. System telekomunikasi internal dan external
di alam/di luar gedung akan menggunakan
extension yang berasal dari PABX.
b. Trunk line dari PT. Telkom akan diterminasi
di MDF dan didistribusikan kesetiap lantai
melalui JBTP.
2) Aspek Teknis
a. System PABX ini bersifat modular dan dapat
dikembangkan sesuai dngan kebutuhan
(perkembangan) menggunakan teknologi
digital/time division dan PCM (Puse Code
Modulation).
b. Struktur telephone kabel system akan
mengikuti standar EIA/TIA 568 A dimana
kabel telepon akan menggunakan tipe TITC
(Twisted Indoor Telephone Cable) untuk
voice. Backbone telephone menggunakan
TITC Multipair. Untuk data menggunakan
kbael UPT Cat 6,4 pairs sebagai backbone
dan instalasi kabel ke outlet data
menggunakan UPT Cat 6.
3) Konfigurasi Sistem
a. Battery
System dilengkapi dengan battrey charger
dan battey dengan kapasitas minimum 30
menit bila mana supply listirk terputus.
b. Class of Service
PABX di disain untuk dapat menerima
telephone masuk berdasarkan grupnya.
c. Pengembangan PABX
PABX harus dapat dikembangkan
sesuai kebutuhan.
Pengembangan PABX harus meliputi
CO/Trunk line dan extension sebesar
10%.
Kebutuhan daya listrik harus minimal
dan dapat diopersikan dalam ruangan
tanpa AC.
4) Pada system PABX dilengkapi dengan billing
system sehingga pemakain pulsa telephone dari
pesawat extension dapat dimonitor.
5) Pada system PABX ini dilengkapi kemampuan
untuk bekerja dengan telephone multiline
(costumer keyset).
6) Pada system PABX ini mempunyai dual
processor atau redundant processor. Apabila
processor yang satu rusak maka processor yang
satunya akan menggantikan yang rusak.
7) Kabel Telepon
Instalasi kabel telephone dari junction box ke
outlet telephone menggunakan Twisted Indoor
Telephone Cable 2x2x0,6 mm.
Instalasi kabel telepon dari MDF-TP ke JBTP
tiap lantai menggunakan kabel Twisted Indoor
Telephone Cable Multipair.
8) Kabel Data
Instalasi kabel data dari Patch Panel ke Outlet
Data menggunakan Kabel UTP Cat 6,4 pairs.
Instalasi kabel data dari Patch Panel ke Main
Patch Panel (Backbone) menggunakan kabel
UTP Cat 6,4 pairs.
9) Pentanahan (Grounding)
- Agar mutu suara pembicaraan baik,
diusahakan tanahan tanah dari unit-unit
Sentral telephone cukup rendah, sedangkan
isolasi kabel Instalasi terhadap tanah cukup
tinggi (0,1 ohm).
- Untuk menjamin mutu Instalasi pentanahan,
maka pentanahan untuk system ini terpisah
dengan pentanahan listrik dan penangkal
petir.
Biaya
Kemudahan Pelaksanaan
Kemudahan pemeliharaan
Kenyamanan untuk pemakai.
Perbandingan ini merupakan bahan pertimbangan untuk memilih alternative
yang akan dipakai untuk detail desain. Desain awal dibuat berdsarkan criteria desain
yang telah ditetapkan.
1.4.2. Desain Pembangunan Masjid
Lokasi rencana Masjid bedasarkan peta lokasi dalam KAK berada pada daerah
terbuka, sehingga untuk mengantisipasi kondisi tersebut, maka Pembangunan Masjid
ini harus dilengkapi dengan bangunan penunjang lainnya.
Tuga dari konsultan adalah merencanakan/mendesain bangunan masjid dan
pendukungnya berdasarkan data sekunder dan data primer yang tetap memperhatikan
unsure estetika.
A. Kriteria Perencanaan Bangunan Mesjid
A.1. Kriteria Umum
Kriteria umum perencanaan bangunan Masjid meliputi pedoman umum
yang diperlukan dalam perencanaan bangunan meliputi :
a. Kebijakan Pemerintah
Tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah baik pusat maupun
daerah. Perlindungan dan pengamanan diutamakan untuk
mengamankan daerah (jalan), fasilitas lainnya.
b. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Jeni kontruksi yang dipergunakan sebagai bangunan masjid haruslah
sesuai dengan Standard an Spesifikasi daerah setempat. Dengan
pemilihan jenis konstruksi yang tepat, maka kontruksi tersebut akan
berfungsi dengan baik dan tidak mengganggu peruntukan bangunan
yang dilindungi.
c. Sempadan
Bangunan Masjid dibangun dengan memperhatikan pedoman sempadan
bangunan yang telah ditetapkan oleh masing-masing pemerintah
daerah.
Konsolidasi Personil
dan Cek Peralatan
PERSIAPAN TEKNIS
Survey
Awal/Pendahuluan
Ya
Revisi
Buku Laporan
Pendahuluan
A
Ya
Revisi
Analisis
Ya
Penyusunan Usulan
Site Plan Mesjid
Penyusunan
Laporan Interim
Diskusi
Internal
Buku
Laporan
Revisi
Perencanaan Layout
BW & Mesjid
Desain Mesjid
Penyusunan Laporan
Akhir Sementara
Revisi Ya
Buku Laporan
Akhir
SELESAI
Hasil akhir dari kegiatan ini adalah pihak konsultan akan menyerahkan produk berupa
pelaoran hasil seluruh kegiatan dari awal hingga akhir. Pelaporan diberikan sebagai
salah satu indicator evaluasi kemajuan/progress pekerjaan yang dilakukan oleh
konsultan. Produk pelaporan yang akan diserahkan sesuai dengan yang tercantum
dalam KAK pekerjaan ini, yaitu :
6. Gambar Rencana
Gambar rencana ini diserahkan dalam ukuran A3, berisi peta topografi dan layout
eksisting lokasi, layout rencana Mesjid, gambar-gambar desain Mesjid dan bangunan
penunjangnya yang terdiri dari ukuran A3
7. Flash Disk
Semua dokumen, baik laporan, foto dokumentasi maupun gambar rencana dalam
bentuk softcopy, dibackup atau disimpan dalam Flash Disk.
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, diperlukan suatu metode kerja dan rencana
kerja yang efisien dan sederhana, sehingga akan menghasilkan suatu produk kerja
yang baik. Oleh karena itu pada pekerjaan “Penyusunan DED dan ME
Pembangunan Mesjid Kawasan Kantor Gubernur”, CV. Karya Saoraja
Konsultan akan mengerahkan personil-personilnya yang sudah berpengalaman
dalam bidangnya masing-masing dan mempunyai kemampuan serta berdedikasi
tinggi. Secara garis besar akan kami uraikan hubungan dengan proyek dan instansi
terkait maupun dengan anggota tim.
- Menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan ini seperti yang tertera pada ruang
lingkup pekerjaan sehingga dapat diselesaikan pada waktunya.
- Pelaksanaan pekerjaan dapat terkoodinir dengan baik sehingga penyelesain
pekerjaan dapat dilakukan secara sistematik dan efektif.
- Setiap kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga ahli akan
saling berkesinambungan dan berada dibawah koordinasi Team Leader. Dengan
demikian pengeluaran biaya pelaksanaan pekerjaan atau lebih efektif dan dapat
mencapai sasaran aspek teknis yang dituju.
Adapun pihak-pihak yang saling terkait dan harus saling berkoordinasi berkaitan
dengan pekerjaan ini antara lain :