1
4.1 Pengantar
Pada Sub Bab 3.1, telah diuraikan pula secara singkat konsep dasar
1
dan pada Sub Bab 3.2 telah disebutkan Lingkup Pelayanan yang diminta.
Pada bagian ini akan diuraikan secara lebih terperinci rencana kerja
penanganan projek yaitu berupa pengembangan lebih lanjut dari konsep tersebut
agar segala persyaratan teknis pada KAK dapat dipenuhi, dan pemikiran-pemikiran
1
baru yang menjiwai KAK tersebut dapat dikembangkan dengan pengarahan-
dengannya.
65
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
Kontrak
dalam menangani setiap jenis aktifitas kerja pada setiap tahapan, sedangkan
disajikan pada Tabel 4.1, dimana rencana kerja ini telah disampaikan sebelumnya
66
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan akan segera dimulai, yaitu
dikumpulkan seperti; peta-peta topography dari berbagai skala, peta geologi dan,
pemanfaatan sejauh mungkin kondisi kedalaman eksisting yang ada, maka tahap
ini, karena kebijaksanaan tersebut adalah merupakan hasil dari observasi, tentang
dipergunakan.
67
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
Tenaga Ahli Konsultan dari bidang, Sipil, Soil dan Material serta Arsitektural
Pada pelaksanaan survey ini sangat diharapkan dapat ikut sertanya Project
Officer atau Direksi Lapangan dari pihak-pihak Client, guna dapat dibahas lansung
persetujuan dari Project Officer, Direksi Lapangan atau Pejabat lainnya dari pihak
Laporan ini akan diserahkan kepada Project Officer guna diperiksa, dibahas
68
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
bangunan eksisting yang ada, begitu pula untuk pengukuran kedalaman laut juga
akan dilakukan dengan cara yang sama, sehingga kondisi eksisting pada bagian
darat dan laut benar-benar dapat digambarkan secara tepat pada gambar situasi
dengan skala 1 : 1500 sebagaimana juga halnya dengan contour dengan selisih
pemukiman dan dermaga eksisting yang ada perlu untuk ditampilkan dalam
(leveling)
kedalaman laut dan koordinat titik-titik elevasi tersebut, dilakukan juga tracking
Data akan tersimpan secara otomatis di dalam alat GPS Map Sounder dan
69
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
kedalaman dasar laut (z). Kedalaman tersebut harus dikoreksi (kr) terlebih dahulu
terhadap elevasi muka air (y) yang terbaca. Perhitungan dan pengolahan data
ArcView 3.3 Program ini digunakan untuk pembuatan peta topografi secara
1. Pengukuran Poligon
Umumnya dalam pengukuran pengukuran poligon terdapat 2 (dua) unsur
penting yang diperhatikan yaitu sudut dan jarak. Untuk menghindari adanya
kesalahan yang diakibatkan oleh alat-alat ukur, maka alat tersebut di cek terlebih
pengukuran ulang. Kesalahan azimuth pengontrol tidak boleh lebih besar dari 1
derajat.
70
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
pembacaan yaitu pembacaan biasa dan pembacaan luar biasa. Kesalahan kolimasi
pembacaan horizontal tidak boleh lebih dari 10”. Sedangkan pengukuran jarak
2. Pengukuran Waterpass
Untuk menghindari kesalahan pengukuran di lapangan sebelum digunakan
alat ukur haruslah dicek dahulu kesalahan garis bidiknya, dan memastikan bahwa
Dalam pelaksanaanya, alat Total Station (TS) yang digunakan mempunyai fungsi
Theodolit dan waterpass. Nilai vertical distance (VD) yang diperoleh digunakan
pada titik poligon dilakukan dua kali pembacaan dengan selisih tidak lebih dari 2
mm
cross section dibuat lebih rapat pada kondisi dimana perubahan elevasi
sungai, pematang dan lain-lain. Hal itu dilakukan untuk menjadi masukan dalam
estimasi volume timbunan maupun land clearing yang akurat dalam proses
perencanaan selanjutnya.
71
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
Selain itu, pada tahapan ini dilakukan pengukuran elevasi muka air maksimum
umumnya dalam survey topografi perlu dbuat Bench mark (BM). Sesuai dengan
ketentuan, BM dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm atau pipa pralon
ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan di atasnya dipasang neut dari
baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Selain itu dicat dan
diberi identitas. Adapun pembuatan dan pemasangan disajikan pada Gambar 4.1.
minimal selama 15 hari yang digunakan untuk menentukan elevasi muka air
72
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
rencana. Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut telah tercakup satu siklus
pasang surut yang meliputi pasang purnama dan perbani. Pengamatan lebih lama
maka akan dilakukan pengamatan disekitar lokasi lainnya yang relatif terlindung
alat otomatis (automatic water level rekorde) atau secara manual dengan
menggunakan bak ukur dengan interval pengamatan setiap jam, siang dan malam.
Namun untuk keperluan teknis perencanaan yang mana data pasang surut
digunakan untuk kebutuhan tata letak dan elevasi dermaga, maka saat survey
topografi dan bathimetri posisi LWS dan HWS perlu dideteksi dalam pengukuran
detail. Selain itu data pasang surut di sekitar lokasi rencana dari Instansi terkait
memperoleh data kecepatan dan arah angin di lokasi rencana yang selanjunnya
73
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
disebabkan oleh berbagai faktor, sehingga dalam survey gelombang untuk tujuan
lokasi rencana. adapun metode survey angin dan gelombang selengkapnya akan
1. Survey Angin
Pada umumnya pengukuran angin dilakukan di daratan, dimana dengan
yakni Bulan Oktober sampai Desember sangat sulit mendapatkan data angin yang
dari data angin di daratan yang terdekat dari instansi terkait seperti Badan
2. Survey Gelombang
Gelombang merupakan faktor penting dalam perencanaan pelabuhan,
(gelombang angin), gaya tarik matahari dan bulan (pasang surut), letusan gunung
berapi atau gempa di laut (tsunami), kapal yang bergerak dan sebagainya. Pada
74
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
kebutuhan perencanaan struktur bawah, pada lubang bor dilakukan uji N-SPT
yakni 2 titik dengan kedalaman rencana + 30 m, namun jika nilai N-SPT pada
+ 40 m.
75
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
beberapa faktor, seperti maksud dan tujuan yang ingin dicapai, kondisi lapangan,
sehingga data lapangan akan menjadi data input dalam perencanaan yang bisa
dipertanggung jawabkan.
1. Tujuan
Tujuan pengukuran topography dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan
data koordinat X, Y, dan tinggi elevasi tanah Z, didalam koridor Lokasi dan
ditetapkan untuk penyiapan data peta topography dengan skala 1: 1500 yang
2. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan dalam pelaksanaan survey pengukuran topografi adalah
sebagai berikut :
76
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
didalam pipa PVC diameter 10 cm dengan panjang 75 cm, dipasang neut dari
bout, ditempatkan pada tempat yang aman dan mudah terlihat. Patok BM
setinggi 40 cm, dicat warna biru, notasi dan BM dengan warna merah. Patok BM
yang sudah terpasang difoto sebagai dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai
Untuk pengukuran poligon dan sipat datar telah digunakan patok kayu yang
cm, bagian bawah diruncingkan, bagian atas diratakan dan diberi paku, ditanam
dilakukan dengan sistem poligon. Sudut- sudut poligon diukur dengan ketelitian
baca dalam detik. Pada awal dan akhir pengukuran titik poligon dibuka arah Utara
2 kali berdiri. Pengukuran sipat datar mencakup semua titik pengukuran (poligon,
yang mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam atau manusia yang ada
disepanjang jalur pengukuran seperti alur sungai, bukit, rumah, gedung, sekolah,
77
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
bronjong dsb.
kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.
dilakukan pada lokasi luasan lahan yang akan diukur. Pada daerah tebing yang
tidak bisa dipanjat pengukuran ini tidak dapat dilakukan, namun kemiringan
Sedangkan penggambaran hasil perhitungan berupa peta situasi dan cross section.
dan
78
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
dengan,
X1 = absis titik 1
Y1 = ordinat titik 1
Untuk menghitung sudut arah sisi-sisi poligon digunakan rumus sebagai berikut :
dan
dan
dan
79
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
berikut
sehingga,
fβ
Koreksi sudut = = …………..…………………...……….... (4.9)
n
dengan,
= sudut arah
= sudut poligon
f ≤” √n
sehingga,
di
Koreksi absis = X = fX …….………………….... (4.11)
di
dengan,
X = Absis
X = Selisih absis
80
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
X = Koreksi absis
sehingga,
di
Koreksi absis = dY = fY …………..…..…..….........…. (4.13)
i
d
dengan,
Y = Absis
Y = Selisih absis
Y = Koreksi absis
81
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
( fx 2 fy 2 )
KL = ≤ 1: 1000 ………………………………….........….. (4.14)
d
Pengukuran Waterpass
Syarat Geometrik :
dan
d
KH = fh ………………........................................................... (4.17)
d
dan
dengan,
H = Tinggi titik
82
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
∆H = Beda tinggi
TA = Tinggi Alat
TD = Tinggi Deflector
VD = Vertikal Distance
pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut
adalah waktu yang di perlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi
yang sama berikutnya. Periode pasang surut biasa 12 jam 25 menit 24 jam 5
Dari data pengamatan selama 15 hari atau 30 hari dapat diramalkan pasang surut
kuadrat terkecil (least square method). contoh hasil analisis pasang surut berupa
kurva seperti yang disajikan pada Gambar 4.4. Dimana dari kurva pasang surut
tersebut dapat ditentukan beberapa elevasi muka air, yaitu MHWL, MLWL, MSL,
Koordinat titik 1 dihitung dari koordinat titik A yang telah diketahui koordinatnya.
83
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
menyebabkan gelombang. Hasil analisis tinggi dan periode gelombang pada suatu
Arah angin.
Adapun analisis data angin dan gelombang selanjutnya akan dibahas secara
1. Angin
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, data angin diperoleh dari
data angin di daratan. sehingga perlu ada konversi antara angin data angin di
84
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
daratan dengan data angin yang diprediksikan di laut, dimana hubungan antara
angin di atas laut dan angin di daratan terdekat diberikan oleh persamaan berikut:
RL = Uw / UL ……..…………….…………………….…......................… (4.20)
(SPM, 1984) berupa Grafik yang disajikan pada Gambar 4.5, dimana pada Grafik
berikut :
85
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
2. Gelombang
Seperti pada penjelasan sebelumnya gelombang dapat dibangkitkan oleh
beberapa faktor yakni diantaranya yakni angin, kapal yang bergerak dan lainnya.
Pada umumnya gelombang yang sangat sering terjadi di laut dan cukup penting
adalah ombak yang dibangkitkan oleh angin. Ombak dibangkitkan oleh angin
karena adanya pengalihan energi dari angin ke permukaan laut akibat fluktuasi
tekanan udara pada permukaan air laut. Proses pembangkitan ini terjadi pada
suatu daerah yang disebut daerah pembangkitan ombak (Wind wave generating
area). Tekanan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga
permukaan air laut yang semula datar akan terganggu sehingga timbul riak kecil.
Jika kecepatan angin bertambah kuat, maka riak tersebut semakin besar dan
akhirnya akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan kuat angin berhembus,
maka semakin besar gelombang yang terbentuk. Tinggi dan periode ombak yang
86
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
terbentuk tergantung pada : kecepatan angin, lama hembusan angin dan jarak
Panjang fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut atau
dengan kata lain panjang fetch merupakan panjang laut yang dibatasi oleh pulau-
pulau pada kedua ujungnya. dimana dalam analisis cara untuk mendapatkan fetch
efektif yang selanjutnya menjadi fetch rerata efektif yakni dengan persamaan
sebagai berikut:
∑𝑋,cos 𝛼
𝐹𝑒𝑓𝑓 = ∑ cos 𝛼
………..……………………..................................……. (4.22)
dengan,
87
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
Dari perhitungan faktor tegangan angin (UA) dengan Persamaan 4.21 dan
panjang fetch effektif (F) dengan Persamaan 4.22, diperoleh tinggi gelombang (T)
(SPM, 1984). Selain itu nilai T dan F dapat ditentukan berdasarkan nilai UA dan
pelabuhan seperti dermaga dan trestle. hal ini perlu dilakukan karena jumlah titik
lokasi rencana, dimana dari pengamatan visual di lapangan, tanah yang terdapat
88
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
di alam memiliki banyak variasi. Pada suatu kondisi tertentu, tanah mungkin saja
homogen pada suatu areal dengan jarak tertentu, baik secara horisontal maupun
vertikal, akan tetapi mungkin juga berbeda dalam jarak 1m, baik secara vertikal
maupun horisontal.
Dari uraian di atas, tentunya perlu dilakukan analisis data tanah yang
area rencanan dermaga dan trestle, agar dalam tahapan pelaksanaan pekerjaan
volume pekerjaan pada tahapan ini seminimal mungkin. Hasil analisis data tanah
yakni berupa stratigrafi soil/rock di area lokasi rencana, dimana pada umumnya
didekati dengan bentuk morfologi seabed yang diperoleh dari data pengukuran
program analisis SAP2000. Pada program ini dianalisis struktur dalam hal ini gaya-
gaya dalam yang bekerja pada struktur dermaga dan Trestle, serta kekuatan tiang
pancang, dari berbagai kondisi pembebanan. Hasil analisis gaya-gaya dalam juga
kerangka rigid dari tiang pancang dan konstruksi atas tanah, dalam hal ini dapat
89
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
dasar virtual. Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4.7 Adapun perhitungannya
kh D
Zf = 1/ 4
4EI
B. Pembebanan
Beban yang bekerja pada Trestle serupa dengan pembebanan pada
Dermaga yakni beban vertikal dan beban horisontal, namun pada konstruktsi
Trestel tidak digunakan sebagai tambatan kapal serta adanya space antara
konstruksi Trestel dan Dermaga, maka beban horisontal akibat kapal tidak
90
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
1. Beban Vertikal
Beban vertikal teridiri dari beban mati (dead load) Pembebanan vertical pada
Dermaga dan Trestle dapat dikategorikan dalam beban mati dan beban hidup.
Beban mati
Beban mati yang termasuk dalam beban vertikal dalam analisis konstruksi
trestel yakni berat konstruksi trestel. Berat volume setiap jenis bahan konstruksi
didasarkan pada nilai tipikal yang dikutip dari PPI 1983 yakni beton bertulang 2,4
ton/m3, beton rabat 2,2 ton/m3 dan baja 7,85 ton/m3. Untuk tiang pipa baja (steel
pipe piles), nilai propertis yang dipublikasi oleh pihak produsen PT. Indal Steel Pipe
Beban Hidup
Dermaga dan Trestle, beban hidup merata ditetapkan sebesar 2 ton/m2, dan
91
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
2. Beban Horizontal
analisis Dermaga selain beban horisontal seperti pada Trestle, diperhitungkan juga
gaya Berthing, gaya Mooring, beban arus dan beban gelombang. Adapun
Beban gempa
sedalam 30 m dari permukaan tanah (Tabel 3.4). Nilai N-SPT di lokasi rencana
rata-rata yakni 40,95, sehingga untuk jenis tanah berdasarkan Tabel tersebu7
masuk dalam kategori tanah sedang. Sedangkan spektrum gempa wilayah Buton
92
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
Beban mooring
Mooring merupakan system penambatan kapal dengan tali atau kabel yang
diikatkan pada bollard. Pengikatan kapal dengan system mooring ini bertujuan
93
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
mencegah gerakan pada kapal yang berlebihan karena gerakan kapal ini sangat
berbahaya dan dapat menimbulkan benturan maupun gesekan yang cukup besar.
Gaya mooring adalah gaya reaksi pada kapal yang tertambat. Pada
prinsipnya gaya mooring merupakan gaya horizontal yang disebabkan oleh angin
dan arus. System mooring ini dianalisis agar mampu mengatasi gaya akibat
kombinasi angin dan arus. Gaya mooring pada kapal 1500 DWT berdasarkan nilai
tipikal pada Tabel 3.5 yakni pada Bollard adalah 35 ton dan Bitt sebesar 25 ton.
Beban berthing
Gaya Berthing adalah gaya yang diterima dermaga saat kapal sedang
terhadap sisi dermaga. Gaya benturan diterima dermaga dan energinya diserap
oleh fender pada dermaga. Gaya benturan kapal yang harus ditahan dermaga
bergantung pada energy benturan yang diserap oleh fender yang dipasang pada
dermaga. Adapun gaya benturan bekerja secara horizontal dan dapat dihitung
94
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
1
E f C m .C e .C c .C s .W .V 2 / g ...…..………………………….…… (4.24)
2
ekonomis haris layak, yang berarti penghasilan yang diperoleh pelabuhan haru
bias menutup biaya investasi maupun biaya oprasi dan pemliharaan untuk jangka
Kebutuhan akan pelabuhan timbul untuk memenuhi beberapa hal berikut ini.
Negara.
95
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
daerah di sekitarnya.
Untuk bias memberi pelayanan yang baik dan cepat, maka pelabuhan harus
Harus ada hubungan yang mudah Antara trasportasi air dan darat seperti
jalan raya dan kereta api, sedimikian sehingga barang-barang yang dapat di
Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup.
untuk merapat ke dermaga guna bongkar uat barang atau mengisi bahan
bakar.
Pelauhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (kran, dsb) dan
96
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
Pemecah gelombang
gelombang.
Alur pelayaran
pelabuhan.
Kolam pelabuhan
Dermaga
dermaga yaitu yang berada di garis pantai dan sejajar dengan pantai atau
biasa disubut wharf dan yang menjorok (tegak lurus) pantai disebut pier
atau jetty.
Alat penambat
97
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
ketempat tujuan.
Fasilitas pemandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan
Peralatan bongkar muat barang seperti kran darat, kran apung, kendaraan
1. Aksesibilitas
2. Daerah pengaruh
cukup padat dan dekat dengan kota-kota bear di sekitarnya akan dapat
98
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
3. Ketersedian Lahan
Ketersediaan lahan yang cukup luas baik di peairan ,,aupun daratan akan
4. Hidro-oseeanografi
5. Fasilitas pendukung
lokasi pelabuhan tersebut akan dapat diketahui apakah suatu lokasi layak
kolam pelabuhan.
pelabuhan.
pengaruh.
99
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
suatu pelabuhan. Pelabuhan harus bisa memberi kemudahan dan keamanan bagi
kapal-kapal yang masuk dan keluar ke dan dari pelabuhan. Perairan pelabuhan
harus tenang terhadap gangguan gelombang dan arus sehingga kapal dapat
a. Tinjauan Pelayaran
yang bekerja pada badan kapal. Factor tersebut semakin besar apabila
alami. Pada umumnya gelombang, angin dan arus mempunyai arah tertentu
pelabuhan tidak mengalami dorongan arus pada arah tegak lurus sisi kapal.
b. Tinjauan Gelombang
penumpang.
100
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
4.5.4 Penggambaran
gambar typical, legenda, dan lain-lain sudah mulai dapat diproses. Kemudian hasil
gambar desain yang menjadi output dalam pekerjaan ini antara lain sebagai
berikut.
1. Lapangan penumpukan
2. Causeway
3. Trestle
4. Dermaga
Perhitungan volume ini akan dilakukan dengan cermat mengingat hal inilah yang
101
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
pelaksanaan akan disusun dan volume serta biaya untuk tiap item pembayaran
1) Laporan Pendahuluan
2) Laporan Antara
3) Laporan Akhir
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
102
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
design concept
3. Laporan Akhir
Laporan akhir ini berisi dokumen teknis , masing-masing dalam satu laporan /
Masing – masing laporan digandakan dalam julah 10 (sepuluh) set dengan disertai
soft copy.
Pengadaan Jasa dan Konstruksi menurut Bina Marga yaitu Dokumen Lelang
BAB III Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat Penunjukan dan Surat
Perjanjian/Kontrak
103
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA
BAB VIII Daftar Kwantitas, Analisa Harga Satuan, dan Metode Pelaksanaan
sejak SPMK dikeluarkan, diserahkan bersama Laporan Akhir sebanyak 3 (tiga) set.
104