Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN


KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

1
4.1 Pengantar

Pada Sub Bab 3.1, telah diuraikan pula secara singkat konsep dasar

penanganan pekerjaan lengkap dengan Flow Chart proses perencanaan teknis

1
dan pada Sub Bab 3.2 telah disebutkan Lingkup Pelayanan yang diminta.

Pada bagian ini akan diuraikan secara lebih terperinci rencana kerja

penanganan projek yaitu berupa pengembangan lebih lanjut dari konsep tersebut

agar segala persyaratan teknis pada KAK dapat dipenuhi, dan pemikiran-pemikiran

1
baru yang menjiwai KAK tersebut dapat dikembangkan dengan pengarahan-

pengarahan dari Project Officer dan diskusi-diskusi teknis yang diadakan

dengannya.

Berdasarkan hakekat pekerjaannya, seluruh aktifitas penanganan projek ini

dapat dibagi dalam tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Mobilisasi, Pengumpulan dan Review data yang ada

2. Tahap Reconnaissance Survey

3. Tahap Pelaksanaan Survey dan Investivigasi Lapangan

 Survey Topography dan Bathimetri

 Survey Pasang Surut

 Survey Arus Dan Gelombang

 Survey Penyelidikan Tanah

65
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

4. Tahap Analisa dan Perhitungan Perencanaan

5. Tahap Penyusunan Laporan Konsep Detail Perencanaan

6. Tahap Penyusunan Laporan Final Engineering, Dokumen Pelelangan dan

Kontrak

Bagian ini menitik beratkan uraiannya pada langkah-langkah yang diambil

dalam menangani setiap jenis aktifitas kerja pada setiap tahapan, sedangkan

bentuk organisasi beserta deskripsi jabatan dan personil yang dipertimbangkan

tepat untuk menangani aktifitas-aktifitas tersebut akan diuraikan dalam Bab

selanjutnya. Adapun rencana kerja Konsultan dalam peyelesaian pekerjaan ini

disajikan pada Tabel 4.1, dimana rencana kerja ini telah disampaikan sebelumnya

pada tahap penawaran.

Tabel 4. 1 Rencanan Pelaksanaan Pekerjaan DED Dermaga Perikanan Buton Utara

66
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

4.2 Tahap Mobilisasi Dan Pengumpulan Data

Untuk ini setelah Konsultan ditunjuk untuk menangani pekerjaan ini,

mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan akan segera dimulai, yaitu

antara lain berupa langkah – langkah berikut :

1 Penjelasan Rencana Kerja Detail pada seluruh Team Projek

2 Penyiapan seluruh peralatan-peralatan yang diperlukan dan

merencanakan sinkronisasi pengiriman personil dengan peralatan

3 Diskusi Teknis dengan Project Officer untuk mendapatkan pengarahan –

pengarahan yang diperlukan dari yang bersangkutan.

4 Penyiapan surat-surat dan dokumen lainnya.

Data-data yang ada relevansinya dengan penanganan proyek akan segera

dikumpulkan seperti; peta-peta topography dari berbagai skala, peta geologi dan,

data titik-titik control yang ada (triangulasi, BM dan lain-lain),

4.3 Tahap Reconnaissance Survey

Pada proses perencanaan teknis yang menitik beratkan perencanaan

struktur bangunan pelabuhan ini (Dermaga, Trestel dan Causeway) dan

pemanfaatan sejauh mungkin kondisi kedalaman eksisting yang ada, maka tahap

reconnaissance survey ini merupakan tahap yang amat penting.

Kebijaksanaan (policy) perencanaan pada hakekatnya akan ditentukan pada tahap

ini, karena kebijaksanaan tersebut adalah merupakan hasil dari observasi, tentang

kebijaksanaan umum dan kriteria-kriteria pokok perencanaan yang akan

dipergunakan.

67
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

Tenaga Ahli Konsultan dari bidang, Sipil, Soil dan Material serta Arsitektural

merupakan anggota Team Survey Reconnaissance.

Pada pelaksanaan survey ini sangat diharapkan dapat ikut sertanya Project

Officer atau Direksi Lapangan dari pihak-pihak Client, guna dapat dibahas lansung

permasalahan–permasalahan yang membutuhkan petunjuk, pengarahan ataupun

persetujuan dari Project Officer, Direksi Lapangan atau Pejabat lainnya dari pihak

Client yang dianggap berwenang untuk hal ini.

Sekembalinya dari lapangan akan segera disusun laporan Reconnaissance

Survey lengkap dengan peta, pembahasan, kesimpulan, rekomendasi serta sketsa

dan photo– photo yang diperlukan.

Laporan ini akan diserahkan kepada Project Officer guna diperiksa, dibahas

dan diminta persetujuannya.

4.4 Tahap Pelaksanaan Survey Dan Investigasi Lapangan

Segera setelah disetujuinya Laporan Reconnaissance Survey oleh Project

Officer ataupun setelah beberapa kesimpulan dan rekomendasi tentang

pelaksanaan pekerjaan selanjutnya dirubah atau diperbaiki atas permintaan

Project Officer, maka pelaksanaan pekerjaan Survey dan Investigasi Lapangan

dapat segera dimulai.

4.4.1 Survey Topography Dan Bathimetri

Mengingat sejauh mungkin pemetaan kondisi eksisting yang ada di lokasi

rencana Dermaga Perikanan Kabupaten Buton Utara, untuk mempermudah

proses penggambaran maka pada pengukuran situasi di area lokasi Dermaga

68
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

Perikanan Kabupaten Buton Utaraakan diambil lebih banyak titik-titik, seperti

bangunan eksisting yang ada, begitu pula untuk pengukuran kedalaman laut juga

akan dilakukan dengan cara yang sama, sehingga kondisi eksisting pada bagian

darat dan laut benar-benar dapat digambarkan secara tepat pada gambar situasi

dengan skala 1 : 1500 sebagaimana juga halnya dengan contour dengan selisih

elevasi setiap 1.00 m.

Legenda berupa bangunan pabrik eksisiting, batas lokasi, akses jalan,

pemukiman dan dermaga eksisting yang ada perlu untuk ditampilkan dalam

gambar situasi sebagai petunjuk mempermudah membaca peta. Adapun team

pengukuran akan terdiri dari 3 team berikut :

 Team Pengukuran untuk pengukuran titik control horizontal (traversing)

 Team Pengukuran Situasi dan Profil Melintang

 Team Pengukuran untuk control vertical dan profil memanjang

(leveling)

Adapun survey batimetri berlangsung pada Tanggal 11 Juni 2016.

Pengukuran dilakukan disekitar lokasi perencanaan. Pengukuran bathimetri

menggunakan alat GPS Map Sounder yang dipasang di perahu. Dalam

pelaksanaan pengukuran dengan GPS Map Sounder, selain pengambilan elevasi

kedalaman laut dan koordinat titik-titik elevasi tersebut, dilakukan juga tracking

untuk mendapatkan penggambaran jalur dari pengukuran bathimetri dan garis

pantai sepanjang lokasi perencanaan Dermaga Perikanan Kabupaten Buton Utara.

Data akan tersimpan secara otomatis di dalam alat GPS Map Sounder dan

69
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

untuk pengolahan data selanjutnya digunakan software khusus untuk pemetaan

yaitu software ArcView 3.3. Dari hasil pengukuran bathimetri diperoleh

kedalaman dasar laut (z). Kedalaman tersebut harus dikoreksi (kr) terlebih dahulu

terhadap elevasi muka air (y) yang terbaca. Perhitungan dan pengolahan data

hasil pengukuran bathimetri menggunakan program komputer ArcView 3.3 dan

MS-Excell. Penggambaran peta situasi menggunakan program Landdesktop dan

ArcView 3.3 Program ini digunakan untuk pembuatan peta topografi secara

digital. Pemetaan topografi dan bathimetri dilakukan di sekitar rencana lokasi

perencanaan, meliputi seluruh kawasan yang diperlukan untuk keperluan

perencanaan kawasan pelabuhan. Hasil pengukuran bathimetri dan topografi

dipetakan menjadi satu peta dengan datum ± 0.00 LWS.

1. Pengukuran Poligon
Umumnya dalam pengukuran pengukuran poligon terdapat 2 (dua) unsur

penting yang diperhatikan yaitu sudut dan jarak. Untuk menghindari adanya

kesalahan yang diakibatkan oleh alat-alat ukur, maka alat tersebut di cek terlebih

dahulu sebelum digunakan.

Pengukuran poligon dilakukan dengan sistem poligon tertutup. Untuk

menghindari kesalahan, surveyor akan menghitung dan mengevaluasi hasil

pengukurannya setiap hari, agar jika terdapat kesalahan, besoknya dilakukan

pengukuran ulang. Kesalahan azimuth pengontrol tidak boleh lebih besar dari 1

derajat.

Dalam pelaksanaannya, pengukuran sudut dilakukan dengan dua kali

70
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

pembacaan yaitu pembacaan biasa dan pembacaan luar biasa. Kesalahan kolimasi

pembacaan horizontal tidak boleh lebih dari 10”. Sedangkan pengukuran jarak

datar (horisontal Distance) yang dihasilkan alat ukur langsung dilakukan

pengecekan dengan menarik meteran antara patok ke patok poligon mengingat

kondisi medan yang cukup datar.

2. Pengukuran Waterpass
Untuk menghindari kesalahan pengukuran di lapangan sebelum digunakan

alat ukur haruslah dicek dahulu kesalahan garis bidiknya, dan memastikan bahwa

alat dalam kondisi baik untuk digunakan.

Dalam pelaksanaanya, alat Total Station (TS) yang digunakan mempunyai fungsi

Theodolit dan waterpass. Nilai vertical distance (VD) yang diperoleh digunakan

dalam perhitungan elevasi. untuk memastikan harga yang diperoleh, pengukuran

pada titik poligon dilakukan dua kali pembacaan dengan selisih tidak lebih dari 2

mm

3. Pengukuran Cross Section Dan Situasi


Pengukuran cross section dilakukan ada setiap titik poligon. Pengukuran

cross section dibuat lebih rapat pada kondisi dimana perubahan elevasi

permukaan tanah yang cukup signifikan seperti saluran pembuang, tanggul,

sungai, pematang dan lain-lain. Hal itu dilakukan untuk menjadi masukan dalam

estimasi volume timbunan maupun land clearing yang akurat dalam proses

perencanaan selanjutnya.

Pengukuran situasi merupakan detail lapangan yang dimaksudkan untuk

71
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

menggambarkan kondisi eksisting yang ada di area lakasi pengukuran, sehingga

nantinya perencana mengetahui secara persis keberadaan bangunan eksisting.

Selain itu, pada tahapan ini dilakukan pengukuran elevasi muka air maksimum

yang ada berdasarkan informasi dari warga disekitar lokasi pengukuran.

4. Pemasangan Bench Mark


Untuk keperluan setting out pada tahap pelaksanaan pekerjaan fisik,

umumnya dalam survey topografi perlu dbuat Bench mark (BM). Sesuai dengan

ketentuan, BM dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm atau pipa pralon

ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan di atasnya dipasang neut dari

baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Selain itu dicat dan

diberi identitas. Adapun pembuatan dan pemasangan disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4. 1 Pembuatan Bench Mark

4.4.2 Survey Pasang Surut

Didalam perencanaan pelabuhan diperlukan data pengamatan pasang surut

minimal selama 15 hari yang digunakan untuk menentukan elevasi muka air

72
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

rencana. Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut telah tercakup satu siklus

pasang surut yang meliputi pasang purnama dan perbani. Pengamatan lebih lama

(30 hari atau lebih) akan memberkan data yang lengkap.

Dalam pelaksanaannya untuk dapat melakukan pembacaan dengan baik,

lokasi pengamatan sedapat mungkin akan dihindarkan terhadap pengaruh

gelombang. apabila lokasi rencana Dermaga Perikanan Kabupaten Buton

Utarasulit untuk mendapatkan data pasang surut akibat pengaruh gelombang,

maka akan dilakukan pengamatan disekitar lokasi lainnya yang relatif terlindung

seprti muara sungai atau teluk.

Beberapa alat pengamatan muka air yang umumnya digunakan diantaranya

alat otomatis (automatic water level rekorde) atau secara manual dengan

menggunakan bak ukur dengan interval pengamatan setiap jam, siang dan malam.

Namun untuk keperluan teknis perencanaan yang mana data pasang surut

digunakan untuk kebutuhan tata letak dan elevasi dermaga, maka saat survey

topografi dan bathimetri posisi LWS dan HWS perlu dideteksi dalam pengukuran

detail. Selain itu data pasang surut di sekitar lokasi rencana dari Instansi terkait

akan di kumpulkan pada tahapan ini.

4.4.3 Survey Angin dan Gelombang

Dalam perencanaan pelabuhan, survey angin dimaskudkan untuk

memperoleh data kecepatan dan arah angin di lokasi rencana yang selanjunnya

digunakan salah satu parameter untuk memprediksi tinggi gelombang.

Pembangkitan gelombang bukan saja diakobatkan oleh angin, namun dapat

73
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

disebabkan oleh berbagai faktor, sehingga dalam survey gelombang untuk tujuan

perencanaan ini memfokuskan pada mekanisme pembangkitan gelombang di

lokasi rencana. adapun metode survey angin dan gelombang selengkapnya akan

dibahas pada sub bab berikut.

1. Survey Angin
Pada umumnya pengukuran angin dilakukan di daratan, dimana dengan

periode waktu pelaksanaan pekerjaan DED Dermaga Wongko selama 3 Bulan

yakni Bulan Oktober sampai Desember sangat sulit mendapatkan data angin yang

dapat menggambarkan karakteristik angin yang akan digunakan dalam analisis.

Untuk kebutuhan analisis pada tahap perencanaan, Konsultan akan menggunakan

dari data angin di daratan yang terdekat dari instansi terkait seperti Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

2. Survey Gelombang
Gelombang merupakan faktor penting dalam perencanaan pelabuhan,

sedangkan survey gelombang yang dimaksudkan disini adalah untuk memperoleh

informasi bagaimana mekanisme pembangkitan gelombang yang ada di lokoasi

rencana. Secara teoritis gelombang laut dapat dibangkitkan oleh angin

(gelombang angin), gaya tarik matahari dan bulan (pasang surut), letusan gunung

berapi atau gempa di laut (tsunami), kapal yang bergerak dan sebagainya. Pada

umumnya, diantara beberapa bentuk gelombang tersebut yang paling penting

dalam perencanaan pelabuhan adalah gelombang angin (untuk selanjutnya

disebut gelombang) dan pasang surut.

74
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

Seperti penjelasan sebelumnya, survey gelombang dalam perencanaan ini

akan memfokuskan pada informasi bagaimana mekanisme pembangkitan

gelombang di lokasi rencana Dermaga Perikanan Kabupaten Buton Utara. Selain

itu studi terhadap laporan-laporan yang dikeluarkan oleh instansi terkait

sehubungan dengan data yang dimaksud.

4.4.4 Survey Investigasi Tanah

Survey investigasi tanah dimaksudkan untuk mengetahui kodisi geologi

(struktur tanah) bawah permukaan. Selain stratigrafi bawah pemukaan, untuk

kebutuhan perencanaan struktur bawah, pada lubang bor dilakukan uji N-SPT

untuk setiap kedalaman 1.5 – 2 m. Jumlah titik pengeboran dilokasi perencanaan

yakni 2 titik dengan kedalaman rencana + 30 m, namun jika nilai N-SPT pada

kedalaman 30 m < 50 m kedalaman lubang bor ditambah sampai pada kedalaman

+ 40 m.

4.5 TAHAP ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

4.5.1 Analisa Data

Data hasil survey dan penelitian lapangan yang memerlukan pekerjaan

analisa lebih lanjut, akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

 Analisa data topografi dan batimetri akan menghasilkan keluaran dalam

bentuk gambaran peta lokasi perencanaan lokasi eksiting dan gambaran

kedalamn dasar laut.

75
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

 Analisa data pasang surut akan menghaslikan keluaran kondisi pasang

surut guna menentukan kondisi pasang terendah dan tertinggi di lokasi

rencana Dermaga Perikanan Kabupaten Buton Utara.

 Analisa gelombang dan angin akan menghasilkan ramalan angin dan

gelombang sebagai dasar perencanaan struktur dermaga pelabuhan

baik kekuatan maupun tata letak.

 Analisa data investigasi tanah akan menghasilkan gambaran kondisi

geoteknis struktur pelapisan tanah/batuan di lokasi rencana.

A. Analisa Data Topograpi Dan Batimetri


Survey Topografi dilaksanakan untuk mendapatkan data lapangan dengan

tingkat ketelitian yang sesuai dengan yang diinginkan, dengan memperhatikan

beberapa faktor, seperti maksud dan tujuan yang ingin dicapai, kondisi lapangan,

sehingga data lapangan akan menjadi data input dalam perencanaan yang bisa

dipertanggung jawabkan.

1. Tujuan
Tujuan pengukuran topography dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan

data koordinat X, Y, dan tinggi elevasi tanah Z, didalam koridor Lokasi dan

ditetapkan untuk penyiapan data peta topography dengan skala 1: 1500 yang

akan digunakan dalam perencanaan.

2. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan dalam pelaksanaan survey pengukuran topografi adalah

sebagai berikut :

76
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

Pemasangan Patok-patok. Patok-patok BM dibuat dari beton yang dicor

didalam pipa PVC diameter 10 cm dengan panjang 75 cm, dipasang neut dari

bout, ditempatkan pada tempat yang aman dan mudah terlihat. Patok BM

dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas permukaan tanah

setinggi 40 cm, dicat warna biru, notasi dan BM dengan warna merah. Patok BM

yang sudah terpasang difoto sebagai dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai

koordinat serta elevasi.

Untuk pengukuran poligon dan sipat datar telah digunakan patok kayu yang

cukup keras, lurus dengan diamerter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya 40

cm, bagian bawah diruncingkan, bagian atas diratakan dan diberi paku, ditanam

dengan kuat. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan patok bantu.

Pengukuran Titik Kontrol Horizontal. Pengukuran titik kontrol horizontal

dilakukan dengan sistem poligon. Sudut- sudut poligon diukur dengan ketelitian

baca dalam detik. Pada awal dan akhir pengukuran titik poligon dibuka arah Utara

dengan menggunakan Kompas.

Pengukuran Titik Kontrol Vertikal. Pengukuran elevasi dilakukan dengan cara

2 kali berdiri. Pengukuran sipat datar mencakup semua titik pengukuran (poligon,

potongan melintang dan detail situasi) dan titik BM.

Pengukuran Situasi. Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri,

yang mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam atau manusia yang ada

disepanjang jalur pengukuran seperti alur sungai, bukit, rumah, gedung, sekolah,

lapangan, tiang listrik, jembatan, gorong- gorong, tembok penahan tanah,

77
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

bronjong dsb.

Dalam pengambilan data telah diperhatikan keseragaman penyebaran dan

kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.

Pengukuran Penampang Melintang. Pengukuran penampang melintang

dilakukan pada lokasi luasan lahan yang akan diukur. Pada daerah tebing yang

tidak bisa dipanjat pengukuran ini tidak dapat dilakukan, namun kemiringan

lereng dan perkiraan ketinggian tebing dicatat dan dibuat sketsa.

Perhitungan data dan penggambaran. Perhitungan data dilakukan untuk

memperoleh koordinat N, E dan Z setiap titik-titik yang diambil dilapangan.

Sedangkan penggambaran hasil perhitungan berupa peta situasi dan cross section.

3. 3. Perhitungan Data Pengukuran


Perhitungan Koordinat Poligon

Gambar 4. 2 Pengukuran Poligon

X1 = XA + d1*Sin αA1 ………………………………..…………………... (4.1)

dan

Y1 = YA + d1*Cos αA1 …………………………………………………… (4.2)

78
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

dengan,

X1 = absis titik 1

Y1 = ordinat titik 1

d1 = jarak datar titik A ke titik 1

αA1 = sudut azimuth titik A ke titik 1 (sudut arah )

Perhitungan Sudut Arah

Untuk menghitung sudut arah sisi-sisi poligon digunakan rumus sebagai berikut :

α12 = αA1 + α1 - 1800 ……………………………..……………….… (4.3)

dan

α23 = α12 + β2 - 1800

= αA1 + β1 - 1800 + β2 - 1800

= αA1 + (β1 + β2 ) – 2. 1800 ………………..…………………... (4.4)

dan

α34 = α23 + β3 - 1800

= αA1 + (β1 + β2 ) – 2. 1800 + β3 - 1800

= αA1 + (β1 + β2 + β3) – 3. 1800 …………….…………….. (4.5)

Atau dengan rumus umum,

αn = α(n-1) + βn - 1800 ………..…….…....……………………….… (4.6)

dan

αakhir = αawal + ∑βn – n.1800 ……..………….……..…..…….. (4.7)

79
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

Syarat Geometrik Pengukuran Sudut

Dalam perhitungan, untuk koreksi sudut digunakan persamaan sebagai

berikut

f =akhir - awal + n – n.1800 …….....………………...……..… (4.8)

sehingga,


Koreksi sudut =  = …………..…………………...……….... (4.9)
n

dengan,

 = sudut arah

 = sudut poligon

n = jumlah titik poligon

f = salah penutup sudut

f ≤” √n

Syarat Geometrik Pengukuran Jarak

Dalam perhitungan, untuk koreksi absis digunakan persamaan sebagai berikut :

fX = (X akhir – X awal) – X …...……………………..…...….. (4.10)

sehingga,

di
Koreksi absis = X = fX …….………………….... (4.11)
 di
dengan,

X = Absis

X = Selisih absis

80
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

fX = Salah penutup absis

X = Koreksi absis

di = Jarak antar dua titik berurutan

di = Jumlah jarak

Sedangkan untuk koreksi ordinat adalah :

fY = (Y akhir – Y awal) – Y ………………………………... (4.12)

sehingga,

di
Koreksi absis = dY = fY …………..…..…..….........…. (4.13)
 i
d

dengan,

Y = Absis

Y = Selisih absis

fY = Salah penutup absis

Y = Koreksi absis

di = Jarak antar dua titik berurutan

di = Jumlah jarak

Untuk mengetahui ketelitian jarak linier ditentukan berdasarkan besarnya

kesalahan linier jarak (KL) berikut :

81
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

( fx 2  fy 2 )
KL = ≤ 1: 1000 ………………………………….........….. (4.14)
d

Pengukuran Waterpass

Penentuan posisi verikal titik-titik polygon dilakukan dengan cara

pengukuran beda tinggi terhadap titik referensi.

Hitungan beda tinggi :

H = TA + VD - TD ………..…………………………....................... (4.15)

Syarat Geometrik :

fh = H – (Hakhir – Hawal) …………............................................. (4.16)

dan

d
KH = fh ………………........................................................... (4.17)
d
dan

T = 8√D …………..……..................................................................... (4.18)

Hitungan tinggi titik adalah :

H2 = H1 + H + KH ……..…………………………...................... (4.19)

dengan,

H = Tinggi titik

82
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

∆H = Beda tinggi

TA = Tinggi Alat

TD = Tinggi Deflector

VD = Vertikal Distance

Fh = Salah penutup beda tinggi

K∆H = Koreksi beda tinggi

T = Toleransi kesalan penutup beda tinggi

D = Jarak dalam satuan kilometer

B. Analisa Data Pasang Surut


Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal Antara air tertinggi (puncak air

pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut

adalah waktu yang di perlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi

yang sama berikutnya. Periode pasang surut biasa 12 jam 25 menit 24 jam 5

menit, yang tergantung pada tipe pasang surut.

Dari data pengamatan selama 15 hari atau 30 hari dapat diramalkan pasang surut

untuk periode berikutnya dengan menggunakan metode Admiralty atau metode

kuadrat terkecil (least square method). contoh hasil analisis pasang surut berupa

kurva seperti yang disajikan pada Gambar 4.4. Dimana dari kurva pasang surut

tersebut dapat ditentukan beberapa elevasi muka air, yaitu MHWL, MLWL, MSL,

HHWL Dan LLWL.

Prinsip dasar hitungan koordinat titik-titik poligon (lihat gambar 4.3).

Koordinat titik 1 dihitung dari koordinat titik A yang telah diketahui koordinatnya.

83
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

Gambar 4. 3 Contoh kurva analisis pasang surut

C. Analisa Data Angin dan Gelombang


Angin yang berhembus di atas permukaan air yang tenang selanjutnya akan

menyebabkan gelombang. Hasil analisis tinggi dan periode gelombang pada suatu

titik tinjauan akan dipengaruhi oleh parameter-parameter sebagai berikut :

 Kecepatan rerata angin U di permukaan air.

 Arah angin.

 Lama hembusan angin pada fetch.

 Panjang daerah pembangkitan gelombang di mana angin mempunyai

kecepatan dan arah konstan (fetch)

Adapun analisis data angin dan gelombang selanjutnya akan dibahas secara

spesifik pada sub bab berikut.

1. Angin
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, data angin diperoleh dari

data angin di daratan. sehingga perlu ada konversi antara angin data angin di

84
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

daratan dengan data angin yang diprediksikan di laut, dimana hubungan antara

angin di atas laut dan angin di daratan terdekat diberikan oleh persamaan berikut:

RL = Uw / UL ……..…………….…………………….…......................… (4.20)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Great Lake, Amerika Serikat

(SPM, 1984) berupa Grafik yang disajikan pada Gambar 4.5, dimana pada Grafik

tersebut dapat digunakan untuk daerah lain dengan persyaratan karakteristik

daerah relative sama. Pada umumnya Persamaan dan grafik-grafik pembangkitan

gelombang mengandung variabel Uw yaitu faktor tegangan angin yang dapat

dihitung dari kecepatan angin. Setelah dilakukan berbagai konversi, kecepatan

angin dikonversikan pada faktor tegangan angin dengan menggunakan rumus

berikut :

𝑈𝐴 = 0,71𝑈𝑤 1,23 ……………………………….................……. (4.21)

dengan Uw adalah kecepatan angin di laut dengan satuan m/d.

85
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

Gambar 4. 4 Hubungan kecepatan angin di laut dan darat (SPM, 1984)

2. Gelombang
Seperti pada penjelasan sebelumnya gelombang dapat dibangkitkan oleh

beberapa faktor yakni diantaranya yakni angin, kapal yang bergerak dan lainnya.

Pada umumnya gelombang yang sangat sering terjadi di laut dan cukup penting

adalah ombak yang dibangkitkan oleh angin. Ombak dibangkitkan oleh angin

karena adanya pengalihan energi dari angin ke permukaan laut akibat fluktuasi

tekanan udara pada permukaan air laut. Proses pembangkitan ini terjadi pada

suatu daerah yang disebut daerah pembangkitan ombak (Wind wave generating

area). Tekanan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga

permukaan air laut yang semula datar akan terganggu sehingga timbul riak kecil.

Jika kecepatan angin bertambah kuat, maka riak tersebut semakin besar dan

akhirnya akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan kuat angin berhembus,

maka semakin besar gelombang yang terbentuk. Tinggi dan periode ombak yang

86
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

terbentuk tergantung pada : kecepatan angin, lama hembusan angin dan jarak

pembangkitan ombak (fetch).

Panjang fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut atau

dengan kata lain panjang fetch merupakan panjang laut yang dibatasi oleh pulau-

pulau pada kedua ujungnya. dimana dalam analisis cara untuk mendapatkan fetch

efektif yang selanjutnya menjadi fetch rerata efektif yakni dengan persamaan

sebagai berikut:

∑𝑋,cos 𝛼
𝐹𝑒𝑓𝑓 = ∑ cos 𝛼
………..……………………..................................……. (4.22)

dengan,

Feff = fetch rerata efektif

Xi = panjang segmen fetch yang diukur dan titik observasi

gelombang ke ujung akhir fetch

α = deviasi pada kedua sisi dari arab angin, dengan menggunakan

pertambahan 6° sampai sudut sebesar 42° pada kedua

sisi dan arah angin.

87
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

Gambar 4. 5 Grafik peramalan gelombang (SPM, 1984)

Dari perhitungan faktor tegangan angin (UA) dengan Persamaan 4.21 dan

panjang fetch effektif (F) dengan Persamaan 4.22, diperoleh tinggi gelombang (T)

dan periode gelombang (H) dengan menggunakan Grafik peramalan gelombang

(SPM, 1984). Selain itu nilai T dan F dapat ditentukan berdasarkan nilai UA dan

durasi angin menggunakan Grafik yang sama.

D. Analisa Data Tanah


Analisis data tanah yang dimaksudkan dalam pekerjaan pelabuhan yakni

untuk kebutuhan perencanaan struktur bangunan bawah (fondasi) bangunan

pelabuhan seperti dermaga dan trestle. hal ini perlu dilakukan karena jumlah titik

pengujian yang terbatas sehingga sangat sulit mengeneralisir kondisi geoteknis

lokasi rencana, dimana dari pengamatan visual di lapangan, tanah yang terdapat

88
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

di alam memiliki banyak variasi. Pada suatu kondisi tertentu, tanah mungkin saja

homogen pada suatu areal dengan jarak tertentu, baik secara horisontal maupun

vertikal, akan tetapi mungkin juga berbeda dalam jarak 1m, baik secara vertikal

maupun horisontal.

Dari uraian di atas, tentunya perlu dilakukan analisis data tanah yang

diperoleh seperti konsistensi dan kemenerusan soil/rock layer maupun N-SPT di

area rencanan dermaga dan trestle, agar dalam tahapan pelaksanaan pekerjaan

kedalaman tiang pancang mendekati kedalaman rencana, sehingga perubahan

volume pekerjaan pada tahapan ini seminimal mungkin. Hasil analisis data tanah

yakni berupa stratigrafi soil/rock di area lokasi rencana, dimana pada umumnya

didekati dengan bentuk morfologi seabed yang diperoleh dari data pengukuran

topografi dan bathimetri.

4.5.2 Perhitungan Perencanaan Trestel Dan Dermaga

Perencanaan struktur Dermaga dan Trestel dianalisis dengan menggunakan

program analisis SAP2000. Pada program ini dianalisis struktur dalam hal ini gaya-

gaya dalam yang bekerja pada struktur dermaga dan Trestle, serta kekuatan tiang

pancang, dari berbagai kondisi pembebanan. Hasil analisis gaya-gaya dalam juga

nantinya menjadi acuan dalam menetukan kebutuhan tulangan.

A. Perhitungan Fixity Point


Desain trestle dengan tiang pancang vertikal dibuat dengan menganalisa

kerangka rigid dari tiang pancang dan konstruksi atas tanah, dalam hal ini dapat

diasumsikan bahwa tiang-tiang pancang ditetapkan pada 1/β di bawah permukaan

89
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

dasar virtual. Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4.7 Adapun perhitungannya

yakni sebagai berikut :

E = 2.1 x 105 MPa  2.1 x 106 kg/cm2

kh D
Zf = 1/    4
4EI

kh = 0,15 x N = 0,5N kg/cm3 ……..………......................…… (4.23)

Gambar 4. 6 Ilustrasi Fixity Point

B. Pembebanan
Beban yang bekerja pada Trestle serupa dengan pembebanan pada

Dermaga yakni beban vertikal dan beban horisontal, namun pada konstruktsi

Trestel tidak digunakan sebagai tambatan kapal serta adanya space antara

konstruksi Trestel dan Dermaga, maka beban horisontal akibat kapal tidak

diikutkan dalam proses analisis.

90
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

1. Beban Vertikal

Beban vertikal teridiri dari beban mati (dead load) Pembebanan vertical pada

Dermaga dan Trestle dapat dikategorikan dalam beban mati dan beban hidup.

Beban mati

Beban mati yang termasuk dalam beban vertikal dalam analisis konstruksi

trestel yakni berat konstruksi trestel. Berat volume setiap jenis bahan konstruksi

didasarkan pada nilai tipikal yang dikutip dari PPI 1983 yakni beton bertulang 2,4

ton/m3, beton rabat 2,2 ton/m3 dan baja 7,85 ton/m3. Untuk tiang pipa baja (steel

pipe piles), nilai propertis yang dipublikasi oleh pihak produsen PT. Indal Steel Pipe

(Maspion Group) disajikan pada Tabel

Tabel 4. 2 Nilai Properties Pipa Baja (PT. Indal Steel Pipe)

Diameter Inersia Berat / satuan


Ketebalan
Luar penampang panjang
mm
mm cm4 Kg/m
406,4 12 28900 112
45,72 12 45036 131.74
508,0 12 61778 146.78
609,6 9 76600 133
609,6 12 101000 177

Beban Hidup

Beban hidup merata dalam perencanaan struktur pelabuhan menurut

Kamadibrata (2002) yakni berkisar 2 – 4 ton/m2. Dalam perencanaan konstruksi

Dermaga dan Trestle, beban hidup merata ditetapkan sebesar 2 ton/m2, dan

dalam pemodelan kedalam software SAP2000 nantinya dimodelakan sebagai

beban uniformly distributed load (UDL).

91
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

2. Beban Horizontal

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, beban horisontal yang akan

diperhitungkan dalam analisis Trestle yakni akibat gempa. Sedangkan dalam

analisis Dermaga selain beban horisontal seperti pada Trestle, diperhitungkan juga

gaya Berthing, gaya Mooring, beban arus dan beban gelombang. Adapun

penjelasan sehubungan dengan beban horisontal yang bekerja dijelaskan pada

sub bab berikut.

Beban gempa

Jenis tanah menurut SNI 1726-2002 berdasarkan nilai N-SPT rata-rata

sedalam 30 m dari permukaan tanah (Tabel 3.4). Nilai N-SPT di lokasi rencana

pembangunan Dermaga Perikanan Kabupaten Buton Utara, dimana nilai N-SPT

rata-rata yakni 40,95, sehingga untuk jenis tanah berdasarkan Tabel tersebu7

masuk dalam kategori tanah sedang. Sedangkan spektrum gempa wilayah Buton

Utarayang dipublikasikan Departemen Pekerjaan umum Repoblik Indonesia

melalui http://puskim.pu.go.id disajikan pada Gambar 4.7.

92
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

Tabel 4. 3 Jenis-Jenis Tanah (SNI 1726-2002)

Gambar 4. 7 Spektrum gempa Wilayah Buton Utara (http://puskim.pu.go.id)

Beban mooring

Mooring merupakan system penambatan kapal dengan tali atau kabel yang

diikatkan pada bollard. Pengikatan kapal dengan system mooring ini bertujuan

93
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

mencegah gerakan pada kapal yang berlebihan karena gerakan kapal ini sangat

berbahaya dan dapat menimbulkan benturan maupun gesekan yang cukup besar.

Tabel 4. 4 Gaya Tarik Kapal

Gaya mooring adalah gaya reaksi pada kapal yang tertambat. Pada

prinsipnya gaya mooring merupakan gaya horizontal yang disebabkan oleh angin

dan arus. System mooring ini dianalisis agar mampu mengatasi gaya akibat

kombinasi angin dan arus. Gaya mooring pada kapal 1500 DWT berdasarkan nilai

tipikal pada Tabel 3.5 yakni pada Bollard adalah 35 ton dan Bitt sebesar 25 ton.

Beban berthing

Gaya Berthing adalah gaya yang diterima dermaga saat kapal sedang

bersandar merapart ke dermaga dan membentur dermaga pada sudut 10º

terhadap sisi dermaga. Gaya benturan diterima dermaga dan energinya diserap

oleh fender pada dermaga. Gaya benturan kapal yang harus ditahan dermaga

bergantung pada energy benturan yang diserap oleh fender yang dipasang pada

dermaga. Adapun gaya benturan bekerja secara horizontal dan dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

94
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

1 
E f  C m .C e .C c .C s  .W .V 2  / g ...…..………………………….…… (4.24)
2 

4.5.3 Proses Perencanaan Teknis Pelabuhan

Pembangunan pelabuhan memakan biaya sangat besar oleh karena itu

diperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang matang untuk memutuskan

pembungan suatu pelabuhan. Keputusan pembangunan pelabuhan biasanya

didasarkan pasa pertimgnagan-pertimbangan ekonomi politik dan teknik. Ketiga

dasar pertimbangantersubut saling berkaitan, tetapi biasaya yang peling

menentukan adalah pertimbagan ekonomi. Pembuatan pelabuhan secara

ekonomis haris layak, yang berarti penghasilan yang diperoleh pelabuhan haru

bias menutup biaya investasi maupun biaya oprasi dan pemliharaan untuk jangka

waktu tertentu, serta untuk mendapatkan keuntungan.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan didalam pembangunan

pembangunan suatu pelabuhan adalah kebutuhan akan pelabuhan dan

perimbangan ekonomi, volume perdangan melalui laut dan adanya perhubungan

dengan dearah pedalaman baik melalui darat maupun air.

Kebutuhan akan pelabuhan timbul untuk memenuhi beberapa hal berikut ini.

a. Pembangunan pelabuhan yang didasarkan pada pertimbangan politik.

b. Pembanguna suatu pelabuhan diperlukan utuk

melayani/meningkatkan kegiatan ekonomi deara dibeakangnya dan

untuk menunjang kelancaran perdagangan antar pulau meupun

Negara.

95
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

c. Untuk mendukung kelancaran produksi suatu perusahaan/pabrik ,

sering diperlukan suatu pelabuhan khusus. Pelabuhan ini akan

melayani pemasaran atau pengiriman hasil prodiksi ataupun untuk

mendatangkan bahan baku pabrik tersebut.

Sebelum memulai pembangunan pelabuhan umum harus dilakuakan

survey dan studi untuk mengetahui volume perdagangan.baik pada saat

pembangunan maupun masa mendatang yang dapat di antisipasi dari

daerah di sekitarnya.

A. Persyaratan dan Perlengkapan Pelabuhan

Untuk bias memberi pelayanan yang baik dan cepat, maka pelabuhan harus

bias memenuhi beberap persyaratan berikut ini.

 Harus ada hubungan yang mudah Antara trasportasi air dan darat seperti

jalan raya dan kereta api, sedimikian sehingga barang-barang yang dapat di

angkut ked an dari pelabuhan dengan cepat.

 Pelabuhab berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang

(daerah pengaruh) subur dengan populasi penduduk yang cukup padat.

 Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup.

 Kapal-kapal yang mencapai pelbuhan harus bias sau selama menunggu

untuk merapat ke dermaga guna bongkar uat barang atau mengisi bahan

bakar.

 Pelauhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (kran, dsb) dan

gudang prnyimpan barang.

96
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

 Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk mereparasi kapal-kapal.

Untuk memenuhi persyaratan tersebut pada umumnya pelabuhan

mempunyai bangunan berikut ini.

 Pemecah gelombang

Berfungsi untuk mellindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan

gelombang.

 Alur pelayaran

Yang berfungsi untuk mengarahkan kapal yang akan keluar masuk ke

pelabuhan.

 Kolam pelabuhan

Merupakan daerah perairan dimana kapal berlabu untuk melakukan

bongkar muat, melakuan gerakan untuk memutar (kolam putar).

 Dermaga

Bangunan pelabuhan yang gunakan untuk merapatnya kapal dan

menambatkannya pada waktu bongkar muat barang. Ada dua macam

dermaga yaitu yang berada di garis pantai dan sejajar dengan pantai atau

biasa disubut wharf dan yang menjorok (tegak lurus) pantai disebut pier

atau jetty.

 Alat penambat

Digunakan untuk menambatkan kapal pada waktu merapat di dermaga

maupun menunggu di perairan sebalum merapat di sermaga.

 Gudang lini satu dan lapangan penumpukan terbuka

97
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

Terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-barang yang harus

menunggu pengapalan atau yang di bongkar dari kapal sebelum dikirim

ketempat tujuan.

 Gudang terminal untuk keperluan administrasi

 Fasilitas bahan bakar untuk kapal.

 Fasilitas pemandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan

umtuk membawa kapal/keluar pelabuhan.

 Peralatan bongkar muat barang seperti kran darat, kran apung, kendaraan

untuk mengangkat/memindahkan barang.

B. Pemilihan Lokasi pelabuhan

Pemilihan lokasi rencan pelabuhan dilakukukan dengan memperhatikan

kondisi fisik lokasi yang meliputi

1. Aksesibilitas

Suatu pelabuhan akan berkembang sengan baik apabila lokasi tersebut

terhubung sengan jaringan jalan atau saluran trasportasi air dengan

sekitarnya sehingga muatan dapat diangkut dari pelabuhan dengan cepat.

2. Daerah pengaruh

Pelabuhan yang mempunyai daerah pengaruh subur dan populasi penduduk

cukup padat dan dekat dengan kota-kota bear di sekitarnya akan dapat

berkembang dengan baik.

98
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

3. Ketersedian Lahan

Ketersediaan lahan yang cukup luas baik di peairan ,,aupun daratan akan

dapat menampung fasilitas pelabuhan.

4. Hidro-oseeanografi

Parairan pelabuhan harus tenang terhadap serangan gelombang dan

terhindar dari sendimentasi.

5. Fasilitas pendukung

Keberadaan fasilitas pendukung pelabuhan yang telah ada dilokasi pelabuhan

seperti air bersih listrik dan komunikasi.

Dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi penentuan

lokasi pelabuhan tersebut akan dapat diketahui apakah suatu lokasi layak

dibangun suatu pelabuhan, perlu diketahui kelayakan pelabuhan tersebut dengan

memperhatikan beberapa hal berikut ini.

1. Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-banguan pelabuhan,

termasuk pengerukan pertama yang harus dilakukan.

2. Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan

kolam pelabuhan.

3. Penghasilan dari pelabuhan untuk dapat mengembalikan biaya investasi

yang telah dikeluarkan dan biaya operasional dan biaya pemeliharaan

pelabuhan.

4. Manfaat dari pelabuhan tersebut terhadap perkembangan daerah

pengaruh.

99
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

C. Tinjauan Hidro-oseanografi Terhadap Bentuk Pelabuhan

Kondisi Hidro-oseanografi sangat penting di dalam menentukan tata letak

suatu pelabuhan. Pelabuhan harus bisa memberi kemudahan dan keamanan bagi

kapal-kapal yang masuk dan keluar ke dan dari pelabuhan. Perairan pelabuhan

harus tenang terhadap gangguan gelombang dan arus sehingga kapal dapat

melakukan berbagai kegiatan seperti bongkar muat barang, menaik-turunkan

penumpang dengan lancer dan aman.

a. Tinjauan Pelayaran

Pelabuhan yang dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan

mengguanakannya. Kapal yang berlayar dipengaruhi oleh faktor-faktor alam

seperti angina, gelombang, dan arus yang dapat menimbulkan gaya-gaya

yang bekerja pada badan kapal. Factor tersebut semakin besar apabila

terletak di pantai yang terbuka ke laut, dan sebaliknya pengaruhnya

berkurang pada pelabuhan yang terletak di daerah yang terlindung secara

alami. Pada umumnya gelombang, angin dan arus mempunyai arah tertentu

yang dominan. Diharapkan bahwa kapal-kapal yang sedang memasuki

pelabuhan tidak mengalami dorongan arus pada arah tegak lurus sisi kapal.

b. Tinjauan Gelombang

Periran pelabuhan haru tenang terhadap gangguan gelombang supaya kapal

dapat melakukan kegiatan bongkar muat barang dan menurunkan

penumpang.

100
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

c. Pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang cukup bagi pelayaan di

daerah perairan pelabuhan memerlukan biaya yang cukup besar

4.5.4 Penggambaran

Proses penggambaran dapat dimulai bersamaan dengan proses analisa dan

perhitungan. Sebelum selesainya analisa dan perhitungan tersebut, gambar-

gambar typical, legenda, dan lain-lain sudah mulai dapat diproses. Kemudian hasil

perhitungan perencanaan yang telah selesai akan segera digambar. Adapun

gambar desain yang menjadi output dalam pekerjaan ini antara lain sebagai

berikut.

 Plan dengan skala 1:1500

 Topgraphy, contour dengan beda tinggi 1 meter

 Detail bangunan pelabuhan

1. Lapangan penumpukan

2. Causeway

3. Trestle

4. Dermaga

 Daftar volume pekerjaan

4.5.5 Perhitungan Volume Dan Biaya

Berdasarkan gambar-gambar perencanaan yang telah selesai dikerjakan,

perhitungan volume dapat segera dimulai. perrhitungan volume galian dan

timbunan akan ditampilkan dalam bentuk table pada gambar perencanaan.

Perhitungan volume ini akan dilakukan dengan cermat mengingat hal inilah yang

101
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

merupakan factor dominant yang menentukan besarnya Construction Cost

nantinya.Berdasarkan volume pekerjaan dan harga satuan akan segera pula

dilakukan perhitungan biaya untuk setiap kelompok pekerjaan.

Hasil perkiraan biaya didapat, akan diperiksa terlebih dahulu dengan

membandingkan dengan biaya proyek-proyek lain yang telah/sedang dikerjakan di

sekitar daerah rencana Dermaga Perikanan Kabupaten Buton Utara. Schedule

pelaksanaan akan disusun dan volume serta biaya untuk tiap item pembayaran

akan dihitung. Optimasi biaya dan revisi akan dikembangkan bersama-sama

dengan Project Officer bila anggaran yang tersedia tidak mencukupi.

4.5.6 Tahap Penyusunan Laporan

Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah:

1) Laporan Pendahuluan

2) Laporan Antara

3) Laporan Akhir

4) Pembuatan Dokumen Lelang

Adapun penjelasan sehubungan dengan keluaran laporan yang dimaksudkan

di atas, akan dijelaskan secara spesefik pada sub bab berikut.

1. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan adalah berisi tentang dokumen usulan teknis dan

laporan hasil pengumpulan data

2. Laporan Antara

Laporan ini berisi perbaikan inception report, Laporan hasil identifikasi

102
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

masalah, design kriteria, perhitugnan struktur, perumusan gagasan dan

design concept

3. Laporan Akhir

Laporan akhir ini berisi dokumen teknis , masing-masing dalam satu laporan /

buku tersendiri yang meliputi :

1) Site Plan & Gambar Kerja

2) Syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan dan spesipikasi material

3) Rencana anggaran biaya (RAB) & analisa harga satuan

Masing – masing laporan digandakan dalam julah 10 (sepuluh) set dengan disertai

soft copy.

4.5.7 Pembuatan Dokumen Lelang

Dokumen pelelangan pekerjaan fisik sesuai dengan Standar dan Pedoman

Pengadaan Jasa dan Konstruksi menurut Bina Marga yaitu Dokumen Lelang

lengkap yang terdiri dari:

BAB I Instruksi Kepada Peserta Lelang

BAB II Data Lelang

BAB III Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat Penunjukan dan Surat

Perjanjian/Kontrak

BAB IV Syarat-Syarat Umum Kontrak

BAB V Syarat-Syarat Khusus Kontrak

BAB VI Spesifikasi Teknis

BAB VII Gambar-Gambar

103
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PELABUHAN PERIKANAN
KABUPATEN BUTON UTARA, PORVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB VIII Daftar Kwantitas, Analisa Harga Satuan, dan Metode Pelaksanaan

BAB IX Bentuk-Bentuk Jaminan

Dokumen Lelang ini diserahkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak

sejak SPMK dikeluarkan, diserahkan bersama Laporan Akhir sebanyak 3 (tiga) set.

104

Anda mungkin juga menyukai