Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PEKERJAAN

SURVEY DAN PEMETAAN TOPOGRAFI


SALURAN IRIGASI

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian, mengingat fungsi dan perannya
dalam penyediaan pangan bagi penduduk, pangan dan energi, serta tempat bergantungnya mata
pencaharian penduduk di pedesaan. Peningkatan devisa dan peningkatan kesejahteraan petani, sehingga
pembangunan pertanian dapat dikatakan sebagai motor penggerak dan penyangga perekonomian nasional.
Dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi, salah satu program yang dilaksanakan yaitu
rehabilitasi jaringan irigasi yang merupakan faktor penting dalam proses usaha tani yang berdampak
langsung terhadap kualitas dan kuantitas tanaman padi.
Pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan
prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa : bendungan,
bendung, saluran primer, saluran sekunder, boks bagi, bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran
tingkat usaha tani. Tidak berfungsinya atau rusaknya salah satu bangunan irigasi akan mempengaruhi
kinerja
sistem irigasi yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menurun.
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan investasi dalam pemanfaatan sumber
daya air, maka kebutuhan informasi geografi suatu wilayah dalam skala yang lebih detail merupakan
suatu hal yang sangat penting dan sangat mendesak untuk disegerakan pengadaannya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya kebutuhan
akan informasi yang lebih detail tentang kondisi topografi suatu daerah dengan terpaksa mengadakan
survey dan pemetaan sendiri berhubung tertinggalnya atau terlambatnya Indonesia dalam memetakan
seluruh wilayahnya untuk peta skala besar.
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi/tanah yang dinyatakan dengan
garis ketinggian (kontur) memperlihatkan unsur-unsur asli atau alam dan unsur-unsur buatan manuasia
seperti jalan, bangunan, sungai, saluran dan lain sebagainya diatas muka bumi ini. Unsur-unsur tersebut
dapat dikenal (diidentifikasi) dan pada umumnya diusahakan untuk diperlihatkan pada posisi sebenarnya.
Peta topografi disebut juga sebagai peta umum (bersifat umum) sebab dalam peta topografi tersebut
unsur-unsur yang disajikan bukan hanya satu jenis saja, tetapi justru dicoba untuk menyajikan semua
unsur yang ada pada permukaan bumi ini. Penyajian tersebut sudah tentu dengan
memperhitungkan skala. Jadi peta topografi dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan.
Peta topografi dikenal sebagai peta dasar yang digunakan sebagai sarana perencanaan umum untuk suatu
pekerjaan perencanaan pemgembangan suatu wilayah.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Rehabilitasi Jaringan Irigasi merupakan kegiatan perbaikan/penyempurnaan jaringan irigasi guna
mengembalikan/meningkatkan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula sehingga menambah luas areal
tanam. Selain itu kegiatan ini dapat dilaksanakan untuk Peningkatan Jaringan Irigasi yaitu kegiatan
meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal
pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi
lingkungan daerah irigasi.
Maksud diadakannya pekerjaan pengukuran dan pemetaan topografi adalah untuk mendapatkan informasi
yang lebih rinci bentuk permukaan tanah secara umum yang dilengkapi dengan tampakan-tampakan khas,
baik berupa unsur-unsur alami maupun unsur-unsur buatan dan dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis, dengan tujuan memberikan
informasi topografi suatu wilayah yang akan mendukung pengambilan keputusan secara tepat.

3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Ruang lingkup pekerjaan Pengukuran untuk Survey dan Pemetaan Topografi yang akan dilaksanakan
meliputi :

1. Persiapan
a) Kantor
 Administrasi
 Pengadaan Peta Dasar dan Peta Kerja
 Peralatan + Personil
b) Lapangan
 Mobilisasi
 Orientasi Lapangan
2. Pelaksanaan
 Pematokan dan Pemasangan Tugu/Bench Mark, di Proyek Rehabilitasi Jaringan irigasi,
Sudah tersedia Titik BenchMark (BM) dan Control Point(CP).
Sehingga Kita tidak perlu membuat BM dan CP, Dalam hal ini kita bisa mempergunakan titik-
titik BM dan CP yang sudah ada.

 Pengukuran Kerangka Horisontal dan Vertikal


 Pengukuran Situasi
Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang pada Existing Saluran Sekunder dan Saluran
Pembuang.

3. Pekerjaan Studio
- Pengolahan data
- Editing data dan Penggambaran
- Plotting peta hasil penggambaran (hard copy)
- Pelaporan
1.4. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan dibuat dengan tujuan untuk menata dan mengatur pola kerja
secara efektif dan efisien.
Sebelum tim pelaksana lapangan mulai bekerja, volume pekerjaan dan jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan telah diperhitungkan/diperkirakan. Dengan demikian struktur organisasi proyek yang
efektif, efisien telah
dideskripsikan secara jelas tugas dan tanggung jawab masing-masing personil serta hubungan kerja antara
satu dengan lainnya.
Selanjutnya saat pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan kegiatan-kegiatan lainnya, dilakukan koordinasi
baik dalam organisasi pelaksana sendiri maupun dengan Pemilik pekerjaan dan Pimpinan setempat.
Tim pelaksana yang terlibat dalam pekerjaan ini adalah :
1. Tenaga Ahli Geodesi
Tenaga ahli Geodesi sekaligus Team Leader adalah penanggung jawab pekerjaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan pembuatan laporan akhir.
2. Surveyor (Asisten Geodetic) / Pengawas Survey
Merupakan tenaga pelaksana lapangan dan mengawasi pekerjaan studio dimana secara struktural dibawah
pengawasan atau koordinasi team Leader tetapi tidak membawahi tenaga yang terlibat pengolahan data.
3. Asisten Surveyor
Merupakan tenaga pelaksana lapangan dan mengawasi pekerjaan tenaga lokal.
4. Data processing
Data Processing diwajibkan yang mempunyai latar belakang pendidikan geodesi, agar dapat
menganalisasi kesalahan yang disebabkan dalam
pekerjaan. Data processing merupakan pelaksana untuk editing dan proses pembuatan peta digital hingga
pembuatan peta garis dalam bentuk hard copy.
BAB II
PERSIAPAN PEKERJAAN

2.1. PERSIAPAN KANTOR


Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan yang meliputi :
1. Persiapan dan pembuatan dokumen kontrak
Tahapan pekerjaan Persiapan Kontrak terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi :
- Pembuatan usulan teknik
- Pembuatan usulan biaya
- Pembuatan dokumen administrasi
2. Pengurusan surat-surat yang berkaitan dengan perijinan
3. Pengumpulan data pendukung proses pekerjaan lapangan
4. Pencarian informasi keadaan/kondisi lapangan
5. Pembuatan rencana pekerjaan pengukuran
6. Persiapan Tim Pengukuran dan peralatan ukur

1. Tim Pengukuran/Personil
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan tenaga-tenaga survey yang berpengalaman. Personil yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah :
1. Team Leader/Geodetic Engineer
2. Chief Surveyor
3. Surveyor
4. Asisten Surveyor
5. Data Processing
6. Crew Survey

Peralatan Survey
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu peralatan yang akan digunakan.
Peralatan yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis yang ada sehingga data pengukuran
memenuhi kriteria yang diinginkan (telah dikalibrasi).
Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain :
1. Alat ukur teodolite Total Station yang mempunyai ketelitian pembacaan sudut terkecilnya 1 (satu)
detik dan akurasi pengukuran jaraknya 5 + 3 ppm serta perlengkapannya, Dalam Hal ini, di Project
Rehabilitasi Saluran irigasi, belum menggunakan alat Total Station, karena untuk posisi hanya
dipergunakan alat Gps Handheld
2. Komputer (hardware dan software) + printer ukuran A3
3. Kamera
4. Kompas (Shunto), GPS Handheld
5. Water Pass (Level).
6. Perlengkapan lapangan ( Roll Meter ).

2.2. PERSIAPAN LAPANGAN


Pekerjaan yang berkaitan dengan persiapan lapangan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :
- Mobilisasi Tim Pengukuran
- Persiapan base camp / Mess
- Persiapan tenaga pembantu (tenaga lokal)
- Persiapan material yang dibutuhkan
- Koordinasi dengan instansi terkait
- Pengenalan medan secara umum (orientasi lapangan)
- Meneliti titik kontrol pemetaan yang dapat digunakan sebagai referensi atau titik ikat, misalnya
titik kontrol hasil survey terdahulu
- Menentukan lokasi pemasangan titik-titik kontrol pemetaan
- Menentukan batas-batas areal pengukuran/pemetaan topografi

BAB III
PELAKSANAAN LAPANGAN

Pemetaan topografi dilaksanakan dengan melakukan pengukuran kerangka dasar yang terdiri dari
pengukuran kerangka dasar horisontal dan vertikal. Pengukuran tersebut dilakukan pada seluruh batas
(garis terluar) dari area yang akan dipetakan. Tujuan pembuatan kerangka dasar ini adalah untuk
membuat titik kontrol dan referensi untuk keperluan pengukuran selanjutnya, misalkan pembuatan
poligon cabang (cut lines), pengukuran situasi dan detail topografi.
Secara umum tahapan pelaksanaan lapangan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan dan pemasangan tugu (Bench Mark)/Patok Poligon
2. Pengukuran Kerangka dasar Horisontal dan Vertikal
3. Pengukuran situasi dan detail topografi

3.1. PEMBUATAN DAN PEMASANGAN BM / PATOK POLIGON


a. Penyebaran Bench Mark (BM) terlebih dahulu direncanakan pada peta kerja dan diasumsikan dipasang
beberapa buah BM. Bench Mark yang dipasang tersebut dalam pelaksanaannya dapat diikatkan terhadap
Titik Kerangka Nasional (apabila ada) yang dipasang dan diukur oleh Bakosurtanal atau Badan
Pertanahan Nasional (BPN), sehingga menjadi satu sistem dengan Peta Nasional.
b. Secara umum pemasangan BM harus ditempatkan pada tempat yang stabil dan mengutamakan
keamanan dan mudah ditemukan bila saat diperlukan, hal tersebut menjadi penting karena tugu yang
terpasang tersebut akan dipakai untuk rekonstruksi. Agar mudah terlihat warna tugu tersebut diberi warna
yang mencolok. Hal tersebut berlaku juga untuk pemasangan patok poligon.
c. Jarak antar patok poligon dapat dipasang ± 50 m atau disesuaikan dengan keadaan medan dan
kemampuan jangkauan alat. Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk mengontrol kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada saat pengukuran.
d. Bench Mark dibuat sepasang pada posisi :
1. Titik Awal Pengukuran
2. Pojok/titik sudut batas-batas utama area pemetaan (kerangka dasar)
3. Pada setiap kerapatan 1000 meter dari seluruh area pemetaan

e. Spesifikasi Bench Mark dan Patok Poligon :


1. BM pada titik awal dan titik sudut kerangka dasar dibuat dari beton dengan ukuran : 20 x 20 cm
dengan panjang 120 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 100 cm
2. BM pada kerapatan 1000 meter dibuat dengan pipa PVC ukuran 3 (tiga) inchi dengan ukuran
panjang 120 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 100 cm

3. Patok poligon dibuat dari kayu keras dengan diameter 5 cm, panjang 40 cm, ditanam ke dalam tanah
sedalam 25 cm

3.2. PENGUKURAN KERANGKA DASAR HORISONTAL


Dari hasil perencanaan pada peta kerja akan didapatkan jumlah jalur poligon, jumlah loop poligon,
jumlah BM yang dipasang, perkiraan jumlah jarak poligon, serta penetapan jumlah jalur poligon utama
dan poligon cabang, sehingga pada dasarnya untuk pengukuran kerangka dasar horisontal terdapat dua
jenis pekerjaan poligon yaitu :
a. Pengukuran Poligon Utama
b. Pengukuran Poligon Cabang

3.2.1. PENGUKURAN POLIGON UTAMA


Pengukuran poligon utama, digunakan sebagai kerangka acuan untuk mendapatkan kerangka dasar
horizontal (X,Y,Z) yang mempunyai keandalan ukuran, dimana keandalan ukuran tersebut dinyatakan
oleh ketelitian penutup sudut dan ketelitian linier jaraknya. Karena poligon utama merupakan titik dasar
teknik maka diperlukan persyaratan tertentu pada pelaksanaan pengukurannya.
Pengukuran poligon utama dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut
a. Pengukuran poligon utama ini menggunakan alat ukur teodolite Total Station yang mempunyai
ketelitian pembacaan terkecilnya 1 (satu) detik
b. Untuk memperkecil salah penutup sudut, pengukuran panjang sisi polygon diusahakan mempunyai
jarak yang relatif jauh (minimum 50 m).
c. Dihindari melakukan pengukuran sudut lancip (< 60o) yang dapat memperbesar kesalahan penutup
sudut.
d. Guna memperkecil kesalahan penempatan target prisma digunakan metoda centering optis yaitu
tinggi tripod/kaki tiga target depan akan menjadi tinggi tripod alat pada perpindahan alat kesisi polygon
berikutnya.
e. Pengukuran poligon dilakukan tertutup atau terikat sempurna.
f. Titik-titik poligon harus diikatkan dengan titik-titik kerangka dasar horisontal yang berada pada
sistem daerah atau lokasi yang akan dipetakan.
g. Toleransi salah penutup sudut maksimum adalah 10”Ön, dimana n adalah jumlah titik
pengamatan/polygon (dimungkinkan melakukan kesalahan pengukuran sudut tidak lebih dari 10 detik
dikali akar dari jumlah titik pengamatan/polygon).
h. Ketelitian jarak linier harus lebih kecil dari 1/10.000 (dimungkinkan melakukan kesalahan
pengukuran jarak tidak lebih dari 1 meter untuk setiap jarak 10 km)

3.2.2. PENGUKURAN POLIGON CABANG


Maksud dilakukan pengukuran poligon cabang adalah untuk pengikatan titik-titik detail ditengah-tengah
areal pengukuran yang jauh dari jalur poligon utama hingga dengan adanya titik-titik poligon cabang akan
memperbanyak cakupan titik detail yang ada di lapangan.
Pengukuran poligon utama dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Pengukuran sudut dan jarak menggunakan alat ukur yang sama dengan pengukuran poligon utama
b. Poligon cabang dibuat pada setiap jarak 50 meter
c. Pengukuran poligon cabang menggunakan metode terikat sempurna, diikatkan pada titik kerangka
dasar/poligon utama
d. Pengukuran beda tinggi untuk poligon cabang/cut lines dilakukan dengan cara trigonometris
e. Toleransi salah penutup sudut maksimum adalah 20”Ön, dimana n adalah jumlah titik
pengamatan/poligon.
f. Ketelitian jarak linier harus lebih kecil dari 1/5.000
g. Toleransi ketelitian beda tinggi adalah 40 mm ÖD, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran
dalam kilometer), kecuali pada jalur dimana diletakkan posisi BM toleransinya 20 mm ÖD

3.3. PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL

Pengukuran Kerangka Vertikal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pengukuran kerangka dasar vertikal menggunakan alat ukur theodolite Total Station yang mempunyai
ketelitian pembacaan terkecilnya 1 (satu)

b. detik yang pengambilan datanya bersamaan dengan pengukuran titik-titik kerangka dasar horisontal,
Dalam Hal ini, di project Rehabilitasi Jaringan Irigasi Jagawana Cs, untuk elevasinya di ambil dengan
menggunakan alat Water Pass (Level) dengan methode Profil memanjang dan Melintang, yang hasilnya
setelah di gambar dengan software Autocad, dapat digunakan untuk perhitungan Volume Galian (Cut)
dan Timbunan (fill),
Yang mana hasilnya diperlukan untuk tujuan Mutual Check (MC) 0 %.
c. Titik-titik kerangka dasar vertical diikatkan dengan titik-titik kerangka dasar vertikal yang berada pada
sistem daerah atau lokasi yang akan dipetakan
d. Pengukuran dilakukan dengan cara trigonometris atau Water Pass (Levelling)
e. Toleransi ketelitian beda tinggi adalah 8 mm ÖD, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran dalam
kilometer),
3.4. PENGUKURAN SITUASI DAN DETAIL TOPOGRAFI
Untuk menampilkan peta tiga dimensi maka dilakukan pengukuran situasi dan detail dimana obyek yang
diukur adalah segala obyek yang ada di lapangan baik berupa detail alam maupun detail buatan manusia.
Pengukuran situasi dan detail dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Pengukuran situasi dilakukan dengan cara trigonometris
b. Akurasi alat yang digunakan minimal 30”
c. Pengukuran situasi dilakukan dengan metode grid dengan kerapatan maksimal 15 meter
d. Jika terdapat perubahan bentuk pada topografi maka perubahan tersebut harus diukur
e. Setiap data pengukuran harus dilengkapi dengan sketsa lapangan
f. Setiap data ukur harus diberi kode seperti kaki slope, kepala slope, elevasi, alur (creek), jalan, sungai,
rawa dll.
g. Pengukuran sungai, alur (creek), jalan dilakukan oleh tim khusus (tersendiri)
h. Pengukuran harus diikatkan pada titik-titik poligon utama dan poligon cabang
i. Toleransi ketelitian linear pengukuran situasi adalah 1 : 1.000
j. Pengukuran jalan dilakukan pada kedua sisinya dengan kerapatan maksimal 20 meter
k. Pengukuran sungai dilakukan pada tepi atas, tepi bawah dan as dengan kerapatan maksimal 15 meter
l. Pengukuran alur dilakukan pada as dengan kerapatan maksimal 15 meter
Notes : Untuk Project Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Methode kerja Team survey adalah sbb:
1. Dengan Menggunakan data gambar Contract drawing, team survey dapat memperkirakan panjang
Saluran irigasi , dan berapa jumlah patok yang akan di buat serta interval panjang antar patok, biasanya
pada setiap 50m di kiri / kanan saluran, pada setiap jembatan dan Bangunan air serta pada daerah yang
diperlukan ( gorong-gorong, saluran tersier, dll).
2. Setelah diadakan pematokan pada setiap interval 50 m, dengan memakai data jarak antar patok pada
Gambar profil memanjang (Contract drawing), kemudian diukur dengan roll meter, maka
3. pada setiap patok ukur dilakukan pengukuran profil melintang dengan menggunakan alat WaterPass,
untuk elevasinya dan jaraknya diukur dengan roll meter.
4. Setelah selesai pengukuran profil memanjang dan melintang, kemudian di gambar dengan software
autocad, dan
5. Setelah Proses penggambaran selesai, gambar profil memanjang dan melintang ini, dipergunakan
untuk proses design dan penentuan dimensi saluran.
6. Sehingga hasilnya akan didapatkan Volume Cut and Fill, untuk tujuan MC 0 % dan MC 100 %.
7. Untuk posisi pada setiap patok ukur, di tentukan dengan menggunakan Gps handheld (merk garmin
etrex 30).
8. Kemudian data profil memanjang dan melintang di hitung serta dapat ditentukan posisi koordinatnya,
hal ini dikerjakan untuk tujuan proses penggambaran kontur pada setiap saluran irigasi.
9. Karena data koordinat semua titik Benchmark (BM) dan Control point (CP) sudah diukur (Contract
drawing), dalam format koordinat lokal, sehingga kita tentukan / ukur setiap BM dan CP dengan
menggunakan gps handheld, sehingga semua data
yang ada (Contact drawing) dapat ditransformasikan ke format koordinat Global (Koordinat geografis)
atau Universal Transverse Mercator.
10. Untuk penyajian peta secara global, kita bisa menyajikannya dengan memakai peta batas kecamatan
serta jalur jalan yang diambil dari peta navigasi (software MapSource) serta data gambar dari internet.
11.Untuk penggambaran kontur pada saluran Sekunder dan Saluran Pembuang, kita dapat menggunakan
data ukur lapangan profil memanjang dan melintang, kemudian kita olah dengan menggunakan software
Auto land desktop 2005.
Untuk penggambaran kontur area lokasi irigasi, kita dapat menggunakan download SRTM.
13.Untuk melengkapi peta secara global, kita dapat menggunakan software google earth, sehingga batas
persawahan, batas perkampungan, batas rumah,dan laennya dapat kita sajikan menjadi Peta Topografi
secara lengkap, detail dan terperinci dengan baik dan benar.
Diagram Alir Proses Transformasi Koordinat Lokal ke Koordinat Global ( UTM System Projection )
BAB IV
PEKERJAAN KANTOR/STUDIO

Pekerjaan kantor/studio merupakan kegiatan yang berhubungan dengan proses pekerjaan tahap akhir yang
meliputi :
1. Pengolahan data-data kerangka dasar horizontal dan vertikal serta situasi
2. Pembuatan Peta (digital/garis)

4.1. PENGOLAHAN DATA


4.1.1. HASIL PENGUKURAN KERANGKA DASAR
a. Pengukuran Kerangka Dasar dilakukan menggunakan alat ukur Teodolite Total Station dimana data
yang diamati dilapangan berupa sudut (vertikal & horizontal) dan jarak serta variabel lainnya direkam
langsung kedalam data kolektor atau pada internal memori alat tersebut yang selanjutnya dapat di
download/ditransfer kedalam komputer PC atau Notebook menggunakan software yang tersedia misalnya
Autoland Development, SDR, Topcon dan lainnya untuk segera dapat diproses. Proses download/transfer
data ini dilakukan setiap hari sepulang dari lapangan untuk dapat segera mengantisipasi dan
merencanakan progress kerja selanjutnya. Data yang diperoleh dari lapangan dihitung menggunakan
hitung perataan pendekatan metoda Bowditch atau Least Square (Perataan Kwadrat Terkecil).Di Project
Rehabilitasi Jaringan Irigasi, Data data yang ada adalah :
1. Data Profil memanjang diukur posisinya dengan gps handheld dan elevasi tiap titiknya diukur dengan
WaterPass, dan jaraknya dengan roll meter.
2. Data Profil melintangnya diukur dengan Waterpass dan jaraknya diukur dengan roll meter.
b. Perhitungan koreksi beda tinggi berdasarkan jarak pengamatan pada setiap sisi (proposional terhadap
jarak)
c. Jika toleransi ketelitian tidak tercapai maka harus dilakukan pengukuran ulang pada sisi yang salah
d. Perhitungan dapat diterima jika batas toleransi telah dipenuhi

4.1.2. HASIL PENGUKURAN SITUASI DAN DETAIL TOPOGRAFI


a. Pengolahan data situasi dan detail topografi dilakukan dengan menggunakan software survey
b. Sebelum data situasi dan detail topografi diolah, terlebih dahulu harus disiapkan garis breaklines.
Garis breaklines harus dibuat pada setiap :
1. Kepala dan kaki slope
2. Tepi atas dan tepi bawah sungai
3. As alur
4. Kedua tepi jalan
5. Surface editing
c. Proses pembuatan surface pada software survey berupa Triangulation Irreguler Network (TIN) harus
melibatkan seluruh data topografi (X,Y,Z) dan garis breaklines
d. Surface editing dilakukan langsung pada TIN tetapi harus menggunakan garis breaklines
e. Cek terhadap data situasi dan detail topografi dilakukan secara bertahap dengan menampilkan gambar
kontur yang dilengkapi dengan gambar situasi. Jika koordinat kerangka dasar dan poligon cabang belum
final, perhitungan koordinat data situasi dan detail topografi dihitung dengan koordinat sementara.
f. Jika terdapat kekeliruan (data lapangan salah atau kurang) maka harus dilakukan pengecekan ulang
terhadap data situasi dan detail topografi.
g. Proses pembuatan surface final dengan menggunakan koordinat definitif dilakukan secara bersamaan
untuk seluruh area pemetaan, selanjutnya dilakukan proses pembuatan kontur. Gambar kontur harus
sesuai dengan sketsa lapangan.

4.2. PEMBUATAN PETA


Pembuatan Peta adalah penggambaran titik-titik kerangka dasar pengukuran dan titik-titik detail yang
dinyatakan dengan penyebaran patok, BM, titik-titik ketinggian dan obyek-obyek lainnya yang dianggap
perlu dalam suatu areal pekerjaan. Penggambaran areal pekerjaan diproyeksikan pada bidang datar
dengan skala 1 : 1000, Interval kontur 0,5 meter, ukuran lembar peta A0 (1200 mm x 900 mm).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penggambaran peta antara lain :

1. Peta topografi harus memuat :


a. Judul peta
b. Peta lokasi proyek
c. Peta indeks
d. Lembar sheet
e. Arah Utara peta
f. Legenda
g. Garis kontur dengan interval 1 meter
h. Gambar situasi : jalan, bangunan, sungai, rawa, alur, dll.
i. Bench Mark
j. Garis dan angka grid dengan interval 200 meter
2. Peta Traverse/Poligon harus memuat :
a. Judul peta
b. Peta lokasi proyek
c. Peta indeks
d. Lembar sheet
e. Arah Utara peta
f. Legenda
g. Bench Mark
h. Titik poligon kerangka dasar
i. Titik poligon cabang
j. Gambar situasi : jalan, bangunan, sungai, rawa, alur, dll.
3. Pada peta digital (softcopy), setiap elemen/objek harus dibuat dalam layer tersendiri

BAB V
LAPORAN DAN DATA

5.1. PEMBUATAN LAPORAN


Pembuatan laporan dilakukan untuk memberikan gambaran hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah
dilakukan, sehingga dapat diketahui kondisi areal pekerjaan secara umum, informasi lainnya yang
berkaitan dengan pekerjaan survey dan pemetaan.
Laporan yang akan disampaikan adalah :
a. Laporan Pendahuluan, berisi laporan mengenai rencana kerja
b. Laporan Mingguan, berisi laporan mengenai kemajuan pekerjaan mingguan
c. Laporan Bulanan, berisi laporan mengenai kemajuan pekerjaan bulanan
d. Laporan Akhir, berisi laporan hasil seluruh pekerjaan

5.2. PENYERAHAN DATA


Data-data yang diserahkan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan adalah :
a. Satu berkas laporan tertulis tentang pelaksanaan pekerjaan
b. Print out peta topografi skala 1 : 1.000
c. Print out peta traverse/poligon skala 1 : 1.000
d. Peta topografi dalam bentuk softcopy dengan menggunakan software Autocad (file dwg)
e. Peta traverse/poligon dalam bentuk softcopy dengan menggunakan software Autocad (file dwg)
f. Data asli hasil pengukuran
g. Data hasil perhitungan dalam bentuk softcopy dan hardcopy
h. Koordinat topografi (Easting, Northing, Elevation, Code)
i. Foto dan deskripsi Bench Mark

Anda mungkin juga menyukai