BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian, mengingat fungsi dan perannya
dalam penyediaan pangan bagi penduduk, pangan dan energi, serta tempat bergantungnya mata
pencaharian penduduk di pedesaan. Peningkatan devisa dan peningkatan kesejahteraan petani, sehingga
pembangunan pertanian dapat dikatakan sebagai motor penggerak dan penyangga perekonomian nasional.
Dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi, salah satu program yang dilaksanakan yaitu
rehabilitasi jaringan irigasi yang merupakan faktor penting dalam proses usaha tani yang berdampak
langsung terhadap kualitas dan kuantitas tanaman padi.
Pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan
prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa : bendungan,
bendung, saluran primer, saluran sekunder, boks bagi, bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran
tingkat usaha tani. Tidak berfungsinya atau rusaknya salah satu bangunan irigasi akan mempengaruhi
kinerja
sistem irigasi yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menurun.
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan investasi dalam pemanfaatan sumber
daya air, maka kebutuhan informasi geografi suatu wilayah dalam skala yang lebih detail merupakan
suatu hal yang sangat penting dan sangat mendesak untuk disegerakan pengadaannya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya kebutuhan
akan informasi yang lebih detail tentang kondisi topografi suatu daerah dengan terpaksa mengadakan
survey dan pemetaan sendiri berhubung tertinggalnya atau terlambatnya Indonesia dalam memetakan
seluruh wilayahnya untuk peta skala besar.
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi/tanah yang dinyatakan dengan
garis ketinggian (kontur) memperlihatkan unsur-unsur asli atau alam dan unsur-unsur buatan manuasia
seperti jalan, bangunan, sungai, saluran dan lain sebagainya diatas muka bumi ini. Unsur-unsur tersebut
dapat dikenal (diidentifikasi) dan pada umumnya diusahakan untuk diperlihatkan pada posisi sebenarnya.
Peta topografi disebut juga sebagai peta umum (bersifat umum) sebab dalam peta topografi tersebut
unsur-unsur yang disajikan bukan hanya satu jenis saja, tetapi justru dicoba untuk menyajikan semua
unsur yang ada pada permukaan bumi ini. Penyajian tersebut sudah tentu dengan
memperhitungkan skala. Jadi peta topografi dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan.
Peta topografi dikenal sebagai peta dasar yang digunakan sebagai sarana perencanaan umum untuk suatu
pekerjaan perencanaan pemgembangan suatu wilayah.
1. Persiapan
a) Kantor
Administrasi
Pengadaan Peta Dasar dan Peta Kerja
Peralatan + Personil
b) Lapangan
Mobilisasi
Orientasi Lapangan
2. Pelaksanaan
Pematokan dan Pemasangan Tugu/Bench Mark, di Proyek Rehabilitasi Jaringan irigasi,
Sudah tersedia Titik BenchMark (BM) dan Control Point(CP).
Sehingga Kita tidak perlu membuat BM dan CP, Dalam hal ini kita bisa mempergunakan titik-
titik BM dan CP yang sudah ada.
3. Pekerjaan Studio
- Pengolahan data
- Editing data dan Penggambaran
- Plotting peta hasil penggambaran (hard copy)
- Pelaporan
1.4. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan dibuat dengan tujuan untuk menata dan mengatur pola kerja
secara efektif dan efisien.
Sebelum tim pelaksana lapangan mulai bekerja, volume pekerjaan dan jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan telah diperhitungkan/diperkirakan. Dengan demikian struktur organisasi proyek yang
efektif, efisien telah
dideskripsikan secara jelas tugas dan tanggung jawab masing-masing personil serta hubungan kerja antara
satu dengan lainnya.
Selanjutnya saat pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan kegiatan-kegiatan lainnya, dilakukan koordinasi
baik dalam organisasi pelaksana sendiri maupun dengan Pemilik pekerjaan dan Pimpinan setempat.
Tim pelaksana yang terlibat dalam pekerjaan ini adalah :
1. Tenaga Ahli Geodesi
Tenaga ahli Geodesi sekaligus Team Leader adalah penanggung jawab pekerjaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan pembuatan laporan akhir.
2. Surveyor (Asisten Geodetic) / Pengawas Survey
Merupakan tenaga pelaksana lapangan dan mengawasi pekerjaan studio dimana secara struktural dibawah
pengawasan atau koordinasi team Leader tetapi tidak membawahi tenaga yang terlibat pengolahan data.
3. Asisten Surveyor
Merupakan tenaga pelaksana lapangan dan mengawasi pekerjaan tenaga lokal.
4. Data processing
Data Processing diwajibkan yang mempunyai latar belakang pendidikan geodesi, agar dapat
menganalisasi kesalahan yang disebabkan dalam
pekerjaan. Data processing merupakan pelaksana untuk editing dan proses pembuatan peta digital hingga
pembuatan peta garis dalam bentuk hard copy.
BAB II
PERSIAPAN PEKERJAAN
1. Tim Pengukuran/Personil
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan tenaga-tenaga survey yang berpengalaman. Personil yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah :
1. Team Leader/Geodetic Engineer
2. Chief Surveyor
3. Surveyor
4. Asisten Surveyor
5. Data Processing
6. Crew Survey
Peralatan Survey
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu peralatan yang akan digunakan.
Peralatan yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis yang ada sehingga data pengukuran
memenuhi kriteria yang diinginkan (telah dikalibrasi).
Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain :
1. Alat ukur teodolite Total Station yang mempunyai ketelitian pembacaan sudut terkecilnya 1 (satu)
detik dan akurasi pengukuran jaraknya 5 + 3 ppm serta perlengkapannya, Dalam Hal ini, di Project
Rehabilitasi Saluran irigasi, belum menggunakan alat Total Station, karena untuk posisi hanya
dipergunakan alat Gps Handheld
2. Komputer (hardware dan software) + printer ukuran A3
3. Kamera
4. Kompas (Shunto), GPS Handheld
5. Water Pass (Level).
6. Perlengkapan lapangan ( Roll Meter ).
BAB III
PELAKSANAAN LAPANGAN
Pemetaan topografi dilaksanakan dengan melakukan pengukuran kerangka dasar yang terdiri dari
pengukuran kerangka dasar horisontal dan vertikal. Pengukuran tersebut dilakukan pada seluruh batas
(garis terluar) dari area yang akan dipetakan. Tujuan pembuatan kerangka dasar ini adalah untuk
membuat titik kontrol dan referensi untuk keperluan pengukuran selanjutnya, misalkan pembuatan
poligon cabang (cut lines), pengukuran situasi dan detail topografi.
Secara umum tahapan pelaksanaan lapangan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan dan pemasangan tugu (Bench Mark)/Patok Poligon
2. Pengukuran Kerangka dasar Horisontal dan Vertikal
3. Pengukuran situasi dan detail topografi
3. Patok poligon dibuat dari kayu keras dengan diameter 5 cm, panjang 40 cm, ditanam ke dalam tanah
sedalam 25 cm
a. Pengukuran sudut dan jarak menggunakan alat ukur yang sama dengan pengukuran poligon utama
b. Poligon cabang dibuat pada setiap jarak 50 meter
c. Pengukuran poligon cabang menggunakan metode terikat sempurna, diikatkan pada titik kerangka
dasar/poligon utama
d. Pengukuran beda tinggi untuk poligon cabang/cut lines dilakukan dengan cara trigonometris
e. Toleransi salah penutup sudut maksimum adalah 20”Ön, dimana n adalah jumlah titik
pengamatan/poligon.
f. Ketelitian jarak linier harus lebih kecil dari 1/5.000
g. Toleransi ketelitian beda tinggi adalah 40 mm ÖD, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran
dalam kilometer), kecuali pada jalur dimana diletakkan posisi BM toleransinya 20 mm ÖD
a. Pengukuran kerangka dasar vertikal menggunakan alat ukur theodolite Total Station yang mempunyai
ketelitian pembacaan terkecilnya 1 (satu)
b. detik yang pengambilan datanya bersamaan dengan pengukuran titik-titik kerangka dasar horisontal,
Dalam Hal ini, di project Rehabilitasi Jaringan Irigasi Jagawana Cs, untuk elevasinya di ambil dengan
menggunakan alat Water Pass (Level) dengan methode Profil memanjang dan Melintang, yang hasilnya
setelah di gambar dengan software Autocad, dapat digunakan untuk perhitungan Volume Galian (Cut)
dan Timbunan (fill),
Yang mana hasilnya diperlukan untuk tujuan Mutual Check (MC) 0 %.
c. Titik-titik kerangka dasar vertical diikatkan dengan titik-titik kerangka dasar vertikal yang berada pada
sistem daerah atau lokasi yang akan dipetakan
d. Pengukuran dilakukan dengan cara trigonometris atau Water Pass (Levelling)
e. Toleransi ketelitian beda tinggi adalah 8 mm ÖD, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran dalam
kilometer),
3.4. PENGUKURAN SITUASI DAN DETAIL TOPOGRAFI
Untuk menampilkan peta tiga dimensi maka dilakukan pengukuran situasi dan detail dimana obyek yang
diukur adalah segala obyek yang ada di lapangan baik berupa detail alam maupun detail buatan manusia.
Pengukuran situasi dan detail dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Pengukuran situasi dilakukan dengan cara trigonometris
b. Akurasi alat yang digunakan minimal 30”
c. Pengukuran situasi dilakukan dengan metode grid dengan kerapatan maksimal 15 meter
d. Jika terdapat perubahan bentuk pada topografi maka perubahan tersebut harus diukur
e. Setiap data pengukuran harus dilengkapi dengan sketsa lapangan
f. Setiap data ukur harus diberi kode seperti kaki slope, kepala slope, elevasi, alur (creek), jalan, sungai,
rawa dll.
g. Pengukuran sungai, alur (creek), jalan dilakukan oleh tim khusus (tersendiri)
h. Pengukuran harus diikatkan pada titik-titik poligon utama dan poligon cabang
i. Toleransi ketelitian linear pengukuran situasi adalah 1 : 1.000
j. Pengukuran jalan dilakukan pada kedua sisinya dengan kerapatan maksimal 20 meter
k. Pengukuran sungai dilakukan pada tepi atas, tepi bawah dan as dengan kerapatan maksimal 15 meter
l. Pengukuran alur dilakukan pada as dengan kerapatan maksimal 15 meter
Notes : Untuk Project Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Methode kerja Team survey adalah sbb:
1. Dengan Menggunakan data gambar Contract drawing, team survey dapat memperkirakan panjang
Saluran irigasi , dan berapa jumlah patok yang akan di buat serta interval panjang antar patok, biasanya
pada setiap 50m di kiri / kanan saluran, pada setiap jembatan dan Bangunan air serta pada daerah yang
diperlukan ( gorong-gorong, saluran tersier, dll).
2. Setelah diadakan pematokan pada setiap interval 50 m, dengan memakai data jarak antar patok pada
Gambar profil memanjang (Contract drawing), kemudian diukur dengan roll meter, maka
3. pada setiap patok ukur dilakukan pengukuran profil melintang dengan menggunakan alat WaterPass,
untuk elevasinya dan jaraknya diukur dengan roll meter.
4. Setelah selesai pengukuran profil memanjang dan melintang, kemudian di gambar dengan software
autocad, dan
5. Setelah Proses penggambaran selesai, gambar profil memanjang dan melintang ini, dipergunakan
untuk proses design dan penentuan dimensi saluran.
6. Sehingga hasilnya akan didapatkan Volume Cut and Fill, untuk tujuan MC 0 % dan MC 100 %.
7. Untuk posisi pada setiap patok ukur, di tentukan dengan menggunakan Gps handheld (merk garmin
etrex 30).
8. Kemudian data profil memanjang dan melintang di hitung serta dapat ditentukan posisi koordinatnya,
hal ini dikerjakan untuk tujuan proses penggambaran kontur pada setiap saluran irigasi.
9. Karena data koordinat semua titik Benchmark (BM) dan Control point (CP) sudah diukur (Contract
drawing), dalam format koordinat lokal, sehingga kita tentukan / ukur setiap BM dan CP dengan
menggunakan gps handheld, sehingga semua data
yang ada (Contact drawing) dapat ditransformasikan ke format koordinat Global (Koordinat geografis)
atau Universal Transverse Mercator.
10. Untuk penyajian peta secara global, kita bisa menyajikannya dengan memakai peta batas kecamatan
serta jalur jalan yang diambil dari peta navigasi (software MapSource) serta data gambar dari internet.
11.Untuk penggambaran kontur pada saluran Sekunder dan Saluran Pembuang, kita dapat menggunakan
data ukur lapangan profil memanjang dan melintang, kemudian kita olah dengan menggunakan software
Auto land desktop 2005.
Untuk penggambaran kontur area lokasi irigasi, kita dapat menggunakan download SRTM.
13.Untuk melengkapi peta secara global, kita dapat menggunakan software google earth, sehingga batas
persawahan, batas perkampungan, batas rumah,dan laennya dapat kita sajikan menjadi Peta Topografi
secara lengkap, detail dan terperinci dengan baik dan benar.
Diagram Alir Proses Transformasi Koordinat Lokal ke Koordinat Global ( UTM System Projection )
BAB IV
PEKERJAAN KANTOR/STUDIO
Pekerjaan kantor/studio merupakan kegiatan yang berhubungan dengan proses pekerjaan tahap akhir yang
meliputi :
1. Pengolahan data-data kerangka dasar horizontal dan vertikal serta situasi
2. Pembuatan Peta (digital/garis)
BAB V
LAPORAN DAN DATA