Anda di halaman 1dari 48

1|Halaman

METODOLOGI PEKERJAAN

Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam kerangka


Acuan Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu
prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan
tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai
sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan
tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan akhir tidak tercapai.

Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup,


pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode
pelaksanaan yang diperlukan. Adapun metodologi yang dimaksud dapat diuraikan
sebagai berikut :

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


2|Halaman

I.1. PEKERJAAN AWAL

I.1.1. Inventarisasi dan Pengumpulan Data

Kegiatan inventarisasi dan pengumpulan data untuk mendapatkan data


tentang jumlah, dimensi, jenis, kondisi, fungsi dan kinerja Turap dan Drainase serta
prasarana Turap dan Drainase. Kegiatan inventarisasi dan pengumpulan data meliputi
kegiatan ;
1) Operasi dan pemeliharaan prasarana Turap dan Drainase; dan
2) Pemeliharaan Turap dan Drainase.

I.1.2. Inspeksi Rutin

Kegiatan inspeksi rutin untuk memperoleh data bahwa Turap dan Drainase,
prasarana Turap dan Drainase termasuk bantaran Turap dan Drainase, manfaatnya,
dan kinerjanya untuk keperluan pengelolaan Turap dan Drainase. Kegiatan inspeksi
rutin dilaksanakan oleh petugas lapangan di wilayah kerjanya setiap 15 (lima belas)
hari sekali.
Rencana perbaikan / pemeliharaan yang dijumpai selama inspeksi rutin dicatat
dalam lembar catatan / blanko yang selanjutnya dikirimkan ke petugas operasi dan
pemeliharaan (seksi/ subseksi O&P Pengelola sumber daya air diwilayah Turap dan
Drainase). Petugas operasi dan pemeliharaan menghimpun semua berkas usulan dan
selanjutnya menyampaikan laporan kepada bidang/ seksi operasi dan pemeliharaan pada
awal bulan berikutnya.

I.1.3. Penelusuran Drainase

Kegiatan penelusuran Turap dan Drainase untuk mengetahui adanya


kerusakan yang terjadi pada Turap dan Drainase dan/atau prasarana Turap dan
Drainase serta penyebab kerusakannya, berdasarkan atas laporan oleh petugas
lapangan. Kegiatan penelusuran Turap dan Drainase dilaksanakan paling sedikit 2
(dua) kali dalam tahap survey pada awal dan akhir musim hujan. Apabila diperlukan,
pada saat setelah terjadi drainase dapat dilakukan penelusuran Turap dan Drainase
tambahan, untuk mengetahui adanya kerusakan Turap dan Drainase dan prasarana
Turap dan Drainase serta penyebab kerusakannya, dan usulan rencana perbaikan
kerusakannya. Kegiatan penelusuran Turap dan Drainase dilakukan oleh Tim
Penelusuran Turap dan Drainase yang beranggotakan dari unsur-unsur pengelola
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
3|Halaman

sumber daya air di wilayah Turap dan Drainase dan dapat mengikutsertakan dari
unsur dinas terkait dari pemerintah daerah. Hasil dari kegiatan Tim Penelusuran
Turap dan Drainase dicatat dalam lembar catatan/ blanko, dan ditentukan ranking
prioritasnya beserta tugas dan tanggung jawab masing-masing instansi dalam kegiatan
pemeliharaan.

I.1.4. Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan

Kegiatan identifikasi dan analisis tingkat kerusakan untuk memperoleh data


permasalahan dan kebutuhan pemeliharaan serta rencana aksi yang tersusun dengan
skala prioritas dan uraian pekerjaan pemeliharaan Turap dan Drainase dan prasarana
Turap dan Drainase.
Skala prioritas pemeliharaan Turap dan Drainase dilaksanakan dengan kriteria
:
1) Turap dan Drainase yang masih alami, relatif belum ada aktifitas
pembangunan di kanan-kiri palung Turap dan Drainasenya, relatif belum
memerlukan pemeliharaan Turap dan Drainase;
2) Turap dan Drainase yang sudah dipengaruhi oleh aktifitas pembangunan
di kanan-kiri palung Turap dan Drainasenya, pemeliharaan dan
perbaikan dibuat selektif ditempat bangunan fasilitas yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi (jalan raya, rumah sakit, dsb.); dan
3) Turap dan Drainase yang melewati/ berada di perkotaan, pelaksanaan
pemeliharaan dan perbaikan dapat dilaksanakan secara khusus.

Skala prioritas pemeliharaan prasarana Turap dan Drainase ditentukan oleh


kondisi kerusakan fisik prasarana Turap dan Drainase, dengan klasifikasi sebagai
berikut :
1) kondisi baik, jika tingkat kerusakan lebih kecil dari 10 % (sepuluh
persen) dibandingkan dari kondisi awal pembangunan;
2) kondisi rusak ringan, jika tingkat kerusakan antara 10% (sepuluh
persen) sampai 20% (dua puluh persen) dibandingkan dari kondisi awal
pembangunan;
3) kondisi rusak sedang, jika tingkat kerusakan lebih besar 20% (dua puluh
satu persen) sampai 40% (empat puluh persen) dibandingkan dari
kondisi awal pembangunan; dan
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
4|Halaman

4) kondisi rusak berat, jika tingkat kerusakan sudah melebihi dari 40%
(empat puluh persen) dibandingkan dari kondisi awal pembangunan.

I.1.5. Pengukuran dan Pembuatan Detail Desain

Pengukuran dan pembuatan detail desain pekerjaan pemeliharaan


dimaksudkan untuk memperoleh gambar desain yang tergambar dengan skala
tertentu, dan sebagai dasar untuk menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) serta
pelaksanaan operasi dan pemeliharaan.
1) Kegiatan pengukuran dan pembuatan detail desain dilaksanakan oleh
instansi pengelola prasarana Turap dan Drainase dan disetujui oleh
pengelola sumber daya air diwilayah Turap dan Drainase yang
bersangkutan.
2) Kegiatan pembuatan detail desain dilaksanakan dengan mengikuti
pedoman hitungan konstruksi yang telah ada serta mempertimbangkan
nota perhitungan konstruksi yang lama (bila masih tersedia) dan
menghasilkan hasil detail desain.
3) Hasil detail desain disajikan dalam peta situasi lengkap, gambar detail
bangunan, potongan memanjang dan potongan melintang serta nota
perhitungan detail desain.

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


5|Halaman

Gambar 5. 1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


6|Halaman

Gambar 5. 2 Bagan Alur Pelaksanaan Perencanaan


Daerah Irigasi yang belum memiliki bangunan irigasi pada
lahan potensial

Kegiatan Awal
1) Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan merupakan tahapan awal dalam pekerjaan ini dimulai setelah
diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Dalam tahapan ini dilakukan
persiapan pekerjaan baik yang menyangkut persiapan administratif maupun
persiapan teknis. Dalam persiapan teknis tercakup kegiatan penyusunan Usulan
Teknis/Laporan Pendahuluan, pembentukan organisasi pelaksanaan dan
mobilisasi tenaga ahli yang akan dilibatkan dalam keseluruhan pekerjaan.

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


7|Halaman

2) Pengurusan Administrasi
Pelaksanaan pengurusan administrasi dimaksudkan untuk memudahkan
kelancaran pekerjaan, terutama berkaitan dengan pengumpulan data dan
pekerjaan di lapangan Kegiatan ini meliputi pengurusan Surat pengantar untuk
pelaksanaan pekerjaan survey lapangan dan mendapatkan data-data yang
berhubungan dengan pekerjaan ini pada instansi yang terkait.
3) Survey Pendahuluan (Peninjauan Lapangan)
Konsultan bersama-sama dengan Direksi Pekerjaan melakukan peninjauan dan
penelusuran lapangan. Secara umum kegiatan ini akan memberikan gambaran
awal tentang kondisi lokasi pekerjaan dan permasalahannya. Dengan adanya
orientasi lapangan pendahuluan diharapkan dapat diperoleh bahan untuk
penyusunan rencana pelaksanaan pekerjaan lapangan.
4) Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan dalam mendukung Pekerjaan urvey Investigasi
Desain ( SID ) Pengembangan dan Perbaikan Jaringan Irigasi Kabupaten Kuantan
Singingi ( Kec. Pengean ) meliputi:
 Peta Kawasan dan prasarana Jaringan Irigasi
 Studi terdahulu (perencanaan desain, as built drawing, riwayat perbaikan
dan riwayat operasi yang pernah dilakukan)
 data Lokasi,
 data muka air tertinggi saat hujan,
 penggunaan lahan eksisting (Land Use), dan lain-lain.
5) Persiapan Survey
 Program kerja (jadwal kerja dan personil).
 Pembuatan peta kerja untuk survey lapangan
 Pemeriksaan alat-alat survey
 Menyiapkan perlengkapan survey, dan lain-lain.
6) Penyusunan Laporan Pendahuluan Dan Diskusi
Berdasarkan data-data pendahuluan tersebut dapat diidentifikasi karakteristik
daerah yang bersangkutan.Hasil kunjungan lapangan dan kajian data-data
pendahuluan dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan Laporan
Pendahuluan. Laporan pendahuluan merupakan bentuk laporan tahap awal, yang
akan menjelaskan kesiapan pihak konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan secara
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
8|Halaman

keseluruhan, yang dituangkan dalam bentuk metodologi dan rencana kerja.


Setelah Laporan Pendahuluan selesai disusun, dilakukan Diskusi Laporan
Pendahuluan dengan mengundang instansi yang terkait untuk memperoleh
masukan untuk menyamakan persepsi tentang maksud, tujuan dan sasaran
pakerjaan dan untuk melengkapi Laporan Pendahuluan dan Rencana Kerja yang
disusun.

I.2. PEKERJAAN SURVEY LAPANGAN

I.2.1. Survey Topografi

Pengukuran topograpi diperlukan dengan mengukur Turap dan Drainase atau


saluran yang ada sesuai kecamatan yang telah ditentukan, pada lokasi yang diusulkan
dengan gambar potongan memanjang dengan skala yang cukup menggambarkan
kondisi lapangan. Adapun tujuan kegiatan ini dilakukan dimaksudkan untuk
menyiapkan data topografi yang rinci.
a) Persiapan Pengukuran

Sasaran utama pada kegiatan persiapan pengukuran ini adalah untuk


menentukan program rencana kerja, metode-metode pengukuran yang digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan berdasarkan hasil survey lapangan, alat-alat yang
digunakan dalam pengukuran topografi dan penugasan personil yang akan terlibat
pada pekerjaan. Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
survey topografi adalah sebagai berikut :

Tabel 5. 1 Peralatan dan Bahan yang digunakan dalam survey


topografi

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


9|Halaman

Gambar 5. 3 Bagan alir pelaksanaan survey topografi

b) Orientasi Daerah Pengukuran

Survey ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi daerah yang akan


dipetakan/direncanakan, adapun hasil-hasil dari orientasi daerah pengukuran adalah :
• Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi lapangan
• Bersama-sama dengan Pengawas/Direksi lapangan menentukan titik awal
pengukuran dan batas pengukuran.
• Menentukan titik referensi (BM) pengukuran yang sudah diketahui
koordinatnya (X,Y,Z) atau titik-titik yang telah dipasang pada studi
terdahulu, atau titik-titik lainnya yang disetujui Direksi).
• Menentukan metode pengukuran yang akan digunakan berdasarkan
kondisi daerah yang akan dipetakan.

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


10 | H a l a m a n

• Menentukan alat-alat pengukuran yang akan digunakan berdasarkan


kondisi daerah yang akan dipetakan (Theodolith - DT2, Waterpass)
• Menentukan posisi pemasangan BM (Bench Mark), diawal pengukuran dan
akhir pengukuran khususnya di lokasi yang akan di bangun
kontruksi/disekitar muara Turap dan Drainase.
• Menentukan pemasangan CP (Control Point) dan patok kayu sebagai
patok bantu dalam pengukuran
• Menentukan interval pemasangan patok pengukuran (50 meter)
• Melakukan pemotretan lokasi pengukuran, khususnya lokasi yang akan
dibangun kontruksi sebagai dokumentasi.
• Menentukan lama proses pengukuran topografi

c) Pemasangan Patok Pengukuran

Pemasangan patok dipasang ditempat yang stabil, aman dari gangguan dan
mudah dicari. Setiap patok akan difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode.
Penentuan koordinat (X, Y, Z) pada patok BM (Bench Mark) dilakukan dengan
menggunakan pengukuran poligon dan levelling. Tata cara pengukuran, peralatan dan
ketelitian pengukuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bentuk, ukuran dan
konstruksi Control Point dari pipa paralon berukuran (3“x50 cm), Bench Mark dari
beton berukuran (30x30x100 cm) dan patok kayu (3x3x50 cm) dengan ketentuan
pemasangan sebagai berikut :
• Bench Mark dan Control Point harus dipasang pada lokasi yang aman dan
dekat lokasi yang akan dibangun kontruksi. Patok beton tersebut harus
ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 30 cm (yang kelihatan di
atas tanah kurang lebih 70 cm) ditempatkan pada daerah yang lebih aman
dan mudah dicari. Pengecoran BM dan CP dilakukan dilokasi pemasangan.
Pembuatan skets lokasi BM dan CP untuk deskripsi. Pemotretan BM dan
CP dalam posisi "Close Up", untuk lembar deskripsi BM dan CP.
• Patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda dan nomor urut,
ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah pencariannya.
• Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pemasangan di dekat
pohon-pohon disekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda
tertentu.
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
11 | H a l a m a n

• Patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat ditanam sedalam ± 30 cm,
dicat biru dan dipasang paku diatasnya serta diberi kode dan nomor yang
teratur.

Gambar 5. 4 Bench Mark (BM)

Gambar 5. 5 Control Point (CP)

d) Pelaksanaan Pengukuran Topografi

Alur pelaksanaan pekerjaan survey topografi dapat di lihat pada diagram


alir/tahapan pengukuran topografi. Pekerjaan pemetaan dan pengukuran meliputi :
Inventarisasi dan pemasangan patok Bench Mark (BM), Control Point (CP)
dan patok bantu pengukuran, serta pengikatan kerangka dasar pengukuran (poligon)
terhadap titik referensi pengukuran.

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


12 | H a l a m a n

1. Penentuan koordinat lokasi pekerjaan.


2. Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan (Pengukuran Poligon)
3. Pengukuran Sipat Datar ( Levelling), dengan jarak antara slag 50 meter.
4. Pengukuran situasi detail.
5. Pengukuran situasi Turap dan Drainase dan bangunan di sekitar Turap dan
Drainase.
6. Perhitungan dan penggambaran draft sementara di lapangan
Adapun tujuan kegiatan ini dilakukan dimaksudkan untuk menyiapkan data
topografi yang rinci.

1) Kerangka Dasar Horizontal

Kerangka Dasar Horizontal merupakan jalur patok dasar pengukuran Bench


Mark (BM) dan Control Point (CP) yang akan digunakan untuk mendapatkan posisi
horisontal (X,Y) pengukuran selanjutnya, seperti ray situasi, trace saluran, trase
Turap dan Drainase. Dalam pengukuran Kerangka Dasar Horizontal yang perlu
diukur adalah Jarak dan Sudut Jurusan.
A. Ketelitian Yang Harus Dicapai
 Salah penutup sudut polygon adalah 10 detik N, dimana N adalah jumlah
sudut yang terukur dalam rangkain polygon tersebut.
 Kesalahan penutup jarak linier setelah dilakukan perataan harus lebih
kecil 1 : 7.500 dengan pengukuran dua kali (kemuka dan kebelakang)
 Hasil perhitungan koordinat diperoleh dari analisa kwadrat terkecil.
 Pembacaan sudut setiap titik polygon harus dilakukan sedikitnya 4 kali,
sedangkan pembacaan jarak untuk setiap sisi polygon sedikitnya 3 kali.
B. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter.
Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur,
sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan
permukaan tanah. Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka
dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur
sebagai koreksi.
C. Pengukuran Sudut Jurusan

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


13 | H a l a m a n

Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horizontal


alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik.Besarnya sudut jurusan
dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik
poligon.

Gambar 5. 6 Pengukuran kerangka Dasar Horizontal

Ketelitian Sudut :

Ketelitian Jarak

Perhitungan Koordinat Poligon :

Dalam hal ini :


BM,P1,P2 : Titik-titik poligon/pengukuran
D : Jarak antar dua titik (dari P1 ke BM dan P2)
S : Sudut dalam antar dua titik (dari P1 ke BM dan P2)

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


14 | H a l a m a n

<B : Bacaan Sudut biasa (dari P1 ke BM dan P2)


<LB : Bacaan Sudut luar biasa (dari P1 ke BM dan P2)
α : Pembacaan sudut vertikal (dari P1 ke BM dan P2)
U : Arah utara awal pengukuran poligon (dari BM ke arah
utara)
XP2 : Nilai ordinat (titik P2)
YP2 : Absis (titik P2)
∑D : Jarak langsung (dari BM ke P1 dan seterusnya dengan roll
meter)
∆D : Jarak optis (antar titik poligon dengan alat Theodolith)
D : Selisih jarak optis dan langsung (0 m)
Ti : Tinggi instrumen (titik tempat berdiri alat)
Tp : Tinggi patok (titik tempat berdiri alat)
Tt : Tinggi target (titik BM dan P2)

2) Pengukuran Waterpass/Sipat Datar (KKV)

Pengukuran dengan alat watterpas/sipat datar mempuyai tujuan untuk


menentukan titik-titik ketinggian secara teliti pada kerangka utama pengukuran
(Poligon).Jalur pengukuran sipat datar mengikuti jalur pengukuran poligon. Pada
pengukuran sipat datar dibagi menjadi beberapa slag/seksi (jarak antar slag 25 m, 50
m, 100 m, 200 m tergantung kebutuhan).
 Digunakan alat automatic level Wild NAK-1.
 Pembacaan skala rambu (benang atas, benang tengah dan benang bawah),
metode pengukuran sipat datar dengan cara double stand/pergi-pulang,
setiap hari/seksi
 Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
 Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2, < 2 mm.
 Setiap pindah slag, rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu
belakang menjadi rambu muka.
 Jarak rambu ke alat maksimum 100 m.
 Pembacaan skala rambu dikontrol (Btx2) – Ba = Bb, < 2 mm
 Kesalahan penutup dari pengukuran sipat datar diberikan toleransi sebesar
(10√D km) = < 5 mm

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


15 | H a l a m a n

Gambar 5. 7 Pengukuran Sipat Datar (KKV)

Dalam hal ini :


Bt : Pembacaan skala rambu benang tengah (titik BM dan
P1)
Ba : Pembacaan skala rambu benang atas (titik BM dan P1)
Bb : Pembacaan skala rambu benang bawah (titik BM dan P1)
Dpn : Pembacaan skala rambu depan (titik BM dan P1)
Blk : Pembacaan skala rambu belakang (titik BM dan P1)

3) Pengukuran Situasi/Detail

Pengukuran situasi/detail merupakan pengukuran posisi titik detail baik unsur


alam maupun buatan manusia. Pengukuran dilakukan dengan metode
trigonometri/tachimetri dimana ujung dan pangkal jalur pengukuran terikat
/terkontrol terhadap kerangka dasar pengukuran/pemetaan. Dari titik-titik tersebut
diukur detail-detail lapangan dengan rincian (detail rumah, detail Turap dan Drainase,
detail jembatan dll), alat-alat yang digunakan dalam pengukuran situasi/detail :
Theodolith – DT2, GPS Hand dan Citra Satelit sebagai pedoman/cross check.
 Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa team pengukuran yang
akan bekerja secara simultan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan yang
tersedia.
 Titik detail ditentukan dengan pengukuran ray dan rincikan, dimana ujung-
ujung ray diikatkan pada kerangka dasar pengukuran (Poligon)

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


16 | H a l a m a n

 Jalur pengukuran akan disesuaikan dengan rencana trase Turap dan Drainase
yang ada maupun obyek-obyek yang ada disekitar Turap dan Drainase baik
obyek alam maupun buatan manusia sesuai dengan pengukuran yang telah
pernah dilakukan.
 Alat yang akan digunakan adalah Theodolit - DT2 dan Prisma, atau sejenis
dan sederajat dengan ketelitian detail pengukuran 10 cm di atas kontrol
kerangka pemetaan yang diratakan kesetiap titik-titik detail.
 Menetapkan dan memasang patok bantu dari kayu/paku apabila jarak antara
kerangka utama dengan posisi detail rincikan terlalu jauh/tertutup.
 Membuat daftar (register) BM lama/baru dan CP yang menunjukan letak dan
koordinat (X,Y,Z) pada lokasi.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi dengan alat


Theodolith – DT2, yaitu :
 Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri
 Ketelitian sudut alat yang dipakai adalah 10” dan ketelitian jarak optis EDM 3
cm .
 Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan Metode Ray dan
Vorstraal.
 Ketelitian poligon Ray untuk sudut 10” n, dimana n = banyaknya titik sudut
dan ketelitian linier poligon Ray yaitu 1 : 1000
 Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk topografi
dan obyek-obyek disekitar Turap dan Drainase dapat digambarkan sesuai
dengan keadaan lapangan.
 Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan
penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.
 Pengukuran Turap dan Drainase di sekitar lokasi/muara harus diambil detail
selengkap mungkin, misalnya : elevasi as, tepi, lebar Turap dan Drainase, dan
bangunan di sekitar lokasi rencana tersebut.
Dengan metode pengukuran situai/detail diatas diperoleh data-data sebagai
berikut:
• Azimuth magnetis
• Jarak miring
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
17 | H a l a m a n

• Sudut horisontal dan sudut vertikal


• Tinggi alat dan Tinggi prisma

Gambar 5. 8 Pengukuran Situasi / Detail dengan Alat


Theodolit- DT 2

Dalam hal ini :


n : Titik-titik situasi/detail
Bm,P1,P2 : Titik kerangka utama (Poligon)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi dengan alat GPS
Hand (Garmin), yaitu :
 Pengukuran situasi detail dilakukan dengan metode Tracking Kinematic.
 Melakukan penelusuran setiap ruas Turap dan Drainase beserta anak-anak
Turap dan Drainase, saluran pembuang dan setiap bangunan di sepanjang
Turap dan Drainase tersebut, baik Turap dan Drainase tersier, sekunder, dan
atau Turap dan Drainase primer serta menginventarisasi bangunannya.
 Hasil Tracking tersebut di-Download dengan bantuan software Map Source
kedalam PC.
 Pengukuran situasi/detail selain menggunakan alat Theodolith – DT2 dan GPS
Hand dibantu dengan menggunakan Citra Satelit
4) Pengukuran Profil Turap dan Drainase/Saluran
a) Profil Memanjang

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


18 | H a l a m a n

Pengukuran profil memanjang digunakan untuk menggambarkan kondisi


topografi Turap dan Drainase secara memanjang dan untuk mengetahui
panjang Turap dan Drainase sebagai pedoman perencanaan fisik
selanjutnya.
 Alat yang dipergunakan untuk survey pengukuran ini adalah
Watterpass/Sipat Datar Wild NAK-1.
 Pengukuran profil memanjang meliputi sepanjang Turap dan
Drainase.
 Pengukuran profil memanjang Turap dan Drainase harus dibuat pada
interval maksimal 200 m, setiap 200 m disepanjang Turap dan
Drainase dipasang patok dari kayu dengan ukuran 3x3x50 cm atau
kayu bundar dengan garis tengah 10 cm.
 Pengukuran profil memanjang harus diikat dengan BM baru yang ada
di sepanjang Turap dan Drainase.
 Pengukuran profil memanjang yang berfungsi sebagai dasar
penampang memanjang trase yang terikat terhadap (Z) kerangka
pemetaan dengan ketelitian 15√ D, dimana D = Jarak dalam km.

Gambar 5. 9 Pengukuran Profil Memanjang

Dalam hal ini :


Bm,1,2,3 : Titik kerangka utama pengukuran
Bt1,Bt2,Bt3,Bt4 : Pembacaan skala rambu benang tengah

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


19 | H a l a m a n

b) Profil Melintang
Pengukuran profil melintang adalah profil yang tegak lurus dengan
kerangka utama pengukuran (Poligon) dan tegak lurus terhadap as Turap
dan Drainase.Tujuan pengukuran profil, untuk mengetahui kondisi
eksisting Turap dan Drainase, volume Turap dan Drainase, volume galian
dan timbunan tanah. Kerapatan jarak titik-titik profil antara 10-20 m
untuk lokasi datar (persawahan, lapangan) dan 1-2 m untuk lokasi terjal
(Turap dan Drainase,saluran), karena dengan interval jarak tersebut beda
tinggi antara titik-titik profil melintang bisa di ketahui, alat yang digunakan
Theodolith - DT2 dengan bantuan rambu ukur, dengan tahapan
pengukuran sebagai berikut :
 Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa tim
pengukuran yang dilakukan secara simultan sesuai dengan jangka
waktu yang tersedia.
 Alat ukur yang akan digunakan adalah Theodolith - DT2 digunakan
untuk mengukur profil melintang Turap dan Drainase apabila
keadaan medannya curam.
 Pengukuran profil melintang harus tegak lurus dengan as Turap dan
Drainase dan jarak pengambilan detail profil 100 m dari as Turap
dan Drainase.
 Pengambilan titik detail untuk profil melintang setiap interval 100 m
pada Turap dan Drainase yang lurus dan 25-50 m pada Turap dan
Drainase menikung (akan dikoordinasikan dilapangan).
 Pengukuran profil melintang dilakukan dengan kerapatan titik
maksimum 2 m untuk kondisi daerah terjal dan maksimum 20 m
untuk kondisi daerah datar dengan metode tachimetri/trigonometri
dengan ketelitian 10 cm.
 Jika terdapat patahan, kerusakan lain ataupun penyadapan/bobolan
yang di legalkan maka harus ditambah profil khusus untuk
kepentingan volume pekerjaan.
Dengan metode pengukuran profil melintang diatas diperoleh data-data
sebagai berikut:
 Pembacaan sudut vertikal (α)
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
20 | H a l a m a n

 Jarak optis/miring (Dm)


 Pembacaan skala rambu benang tengah (Bt)
 Tinggi alat (Ta) dan Tinggi patok (Tp)

Gambar 5. 10 Pengukuran Profil Memanjang

Dalam hal ini :


1,2,3,…….6 : Titik-titik detail profil melintang
Ti : Tinggi instrument (titik BM)
Bt : Pembacaan skala rambu benang tengah (titik 1,2,3,4,5,6)
Tp : Tinggi patok (titik BM)

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


21 | H a l a m a n

I.2.2. Survey Hidrologi, Hidrometri dan Kualitas Air

Pekerjaan ini dimaksud guna memperoleh data lapangan (primer dan


sekunder) dari kondisi hidrologi daerah survey, melalui kegiatan-kegiatan :
• Pengumpulan data curah hujan (terbaru) minimum selama 10 tahun dari
stasiun terdekat.
• Pengumpulan data klimatologi lainnya. (terbaru) minimum selama 5 tahun
dan stasiun terdekat.
• Pengukuran tinggi/fluktuasi muka air, kecepatan arus pada titik-titik
pengukuran yang disesuaikan dengan rencana skematisasi dari model
matematik.
• Pengukuran penampang melintang Turap dan Drainase pada lokasi
pengukuran muka air.
• Pengamatan karakteristik Turap dan Drainase.
• Pengukuran sifat datar (leveling) untuk mengikat papan duga/peilschaal
terhadap BM terdekat.
Hidrometri yang diperlukan di lokasi lokasi alternatif sumber air baku dibagi
dalam 2 kelompok, yaitu daerah yang terkena rambatan pasang surut dan
daerah yang tidak terkena rambatan pasang surut. Untuk Daerah yang
terkena rambatan Pasang Surut dimana daerah ini dibagi menjadi yang
terpengaruhi interusi air asin dan yang tidak dipengaruhi inretusi air asin.
parameter yang diukur seperti : Gerak muka air vertikal 1 jam selama 15
hari, gerak muka air horisontal, Debit, salinitas, dan kualitas air.

Sedangkan untuk daerah yang tidak dipengaruhi pasang surut, lingkup


penelitian lapangan hidrometri untuk daerah yang tidak terkena pasang surut
adalah :
1. Pengukuran muka air musim hujan dan musim kemarau dengan
menggunakan rambu ukur yang terikat dengan topografi
2. Pengukuran sesaat kecepatan air, minimum 3 (tiga) kali pengukuran
3. Pengambilan contoh air baku dan dianalisa pada laboratorium yang
telah diakreditasi dari instansi berwenang
4. Pengambilan contoh sedimen dasar dan sedimen melayangPengukuran
profil melintang tempat pengukuran muka iar dan kecepatan
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
22 | H a l a m a n

5. Pengukuran derajat keasaman air (pH)


Pada Lokasi Pengambilan air dari danau atau saluran irigasi
1. Pengukuran duga air di danau atau sejenisnya yang mempunyai sifat
penggenangan air alami atau rekayasa manusia
2. Pengukuran dimensi tempat outlet danau tersebut

Sedangkan survei hidrometri dilakukan dengan cara sebagai berikut:


a. Penelusuran Saluran
Penulusuran dilakukan dengan menelusuri saluran atau Turap dan
Drainase yang ada dan kemudian dilakukan pengukuran
hidrometri.Penelusuran dihentikan pada cabang saluran/Turap dan
Drainase.
b. Penentuan Lokasi Pengukuran Kecepatan
Lokasi pengukuran kecepatan harus bebas dari “olakan air”, arus yang
tidak teratur (tidak simetris),erosi pada sisi saluran, interupsi dari
inlet atau out-let anak saluran, atau adanya pengendapan didasarnya.
Gambar berikut memberikan rambu-rambu lokasi pengukuran
kecepatan.

Gambar 5. 11 Rambu-rambu lokasi pengukuran kecepatan

c. Pengukuran Kecepatan Aliran


| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
23 | H a l a m a n

Sebelum mulai mengukur aliran Turap dan Drainase terlebih dahulu


harus dipilih lokasi sekitar pos duga yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
a) Palung saluran harus sedapat mungkin lurus dengan arah arus
kecepatan sejajar satu dengan yang lain.
b) Dasar saluran sedapat mungkin tidak berubah-ubah, bebas dari
batu besar, tumbuhan air dan bangunan air yang menyebabkan
jalur kecepatan tidak sejajar satu dengan yang lainnya.
c) Dasar penampang saluran sedapat mungkin rata supaya pada
waktu menghitung penampang basah hasilnya mendekati
sebenarnya.

Tahap Kegiatan Pengukuran :


o Mengukur pada kedalaman garis vertikal yang akan diukur
kecepatannya kemudian menentukan titik kedalaman
pengukuran.
o Mengukur jarak dari tepi permukaan Turap dan Drainase ke
setiap garis pengukuran vertikal.
o Mencatat jumlah putaran yang terjadi pada setiap titik
pengukuran.
o Menghitung kecepatan daripada setiap titik pengukuran
berdasarkan jumlah putaran yang diperoleh dan selanjutnya
merata-ratakan.
o Menghitung luas bagian penampang melintang untuk setiap
jalur.
o Menghitung besar aliran untuk setiap bagian jalur penampang
melintang dengan menggunakan rumus Q = A . V.
o Kegiatan ini terus berulang untuk setiap jalur garis vertikal
pada seluruh penampang melintang.
o Besar aliran untuk seluruh penampang basah adalah jumlah
kumulatif seluruh besar aliran bagian dari seluruh vertikal.
Kecepatan rata-rata aliran penampang basah diperoleh dengan

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


24 | H a l a m a n

membagi besar aliran seluruh penampang dengan luas seluruh


penampang melintang.

Dalam pengukuran kecepatan ini dilakukan dengan current meter


tipe baling-baling.

Gambar 5. 12 Current Meter Tipe baling-baling

Arus memutar baling-baling, banyak putaran dicatat pada kounter, waktu dicatat
pada stopwacth:
V = a + b.N
Dimana :
N = banyak putaran persatuan waktu
a, b = konstanta tgt jenis alat

d.Pengukuran Fluktuasi Muka Air


Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi muka air di Turap
dan Drainase atau saluran, baik alam maupun buatan yang
mempengaruhi sistem drainase yang akan direncanakan. Untuk
mendapatkan elevasi muka air dengan bidang referensi yang sama pada
seluruh lokasi kerja, maka peilschaal yang digunakan akan diikatkan
terhadap Bench Mark yang telah dipasang pada pelaksanaan survei
topografi.
Karena fluktuasi muka air pada daerah rawa sangat dipengaruhi oleh
pasang surut air laut, maka pengukuran dilakukan minimum selama 15
hari penuh, dengan interval pengamatan setiap 1 jam.

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


25 | H a l a m a n

Pengamatan fluktuasi muka air dilaksanakan menggunakan peilschaal


dengan interval skala 1 (satu) cm. Hasil pengamatan pada papan
peilschaal dicatat pada formulir pencatatan elevasi air pasang surut yang
telah disediakan. Kemudian diikatkan (levelling) ke patok pengukuran
topografi terdekat pada salah satu patok seperti Gambar 3 - 4, untuk
mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan Zeiss Ni-2
Waterpass. Sehingga pengukuran topografi, Batimetri, dan pasang surut
mempunyai datum (bidang referensi) yang sama. Elevasi Nol Peilschaal
= T.P + BT.1 – BT.2
Dimana:
T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal
BT.1 = Bacaan benang tengah di patok
BT.1 = Bacaan benang tengah di peilschaal

Gambar 5. 13 Pengamatan dan Peningkatan Level Pasang


Surut Terhadap Level Topografi

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


26 | H a l a m a n

I.3. ANALISA DATA

I.3.1. Analisa Data Topografi

A. Hitungan Kerangka Horizontal

Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini


kerangka dasar horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon.
Dalam perhitungan poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu
jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan pada sub bab berikut
B. Data Koordinat Titik Poligon
Hitungan poligon ini dilakukan untuk menentukan koordinat (X,Y) dari
pengukuran poligon. Data-data yang diperlukan dalam perhitungan ini
adalah azimuth arah utara untuk menghitung sudut jurusan tiap sisi poligon
dan sudut horizontal, disertai data jarak datar. Koordinat referensinya
(X,Y) adalah BM BOKOSURTANAL. Perhitungan poligon dilakukan
dengan metode Bowditch dengan rumus : Syarat-syarat pengukuran
poligon yang harus terpenuhi:
Σ Sudut dalam (Poligon Tertutup)

Perataan Poligon :
Koreksi Kesalahan sudut :

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


27 | H a l a m a n

Koreksi Sumbu :

Tingkat Kesalahan Sudut :

Dalam hal ini :


f (x) : Kesalahan Penutup Absis
f (y) : Kesalahan Penutup Ordinat
d : Jarak Sisi Poligon
Σd : Jumlah Jarak Sisi Poligon
T : Koreksi Sudut Poligon
PT : Syarat Poligon Tertutup
n : Jumlah Titik Poligon
Cd : Kesalahan Linier
(fs) : Besarnya Koreksi
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
28 | H a l a m a n

P : Jumlah Sudut Poligon Tertutup


KP : Koreksi Sudut Tiap Titik
S : Sudut tiap sisi poligon
ΔX : Jumlah koordinat absis
(X) ΔY : Jumlah koordinat ordinat (Y)
CATATAN : “Dalam pengukuran ini di gunakan metode poligon
terbuka”

C. Data Pengukuran Sipat Datar /Leveling (KKV)


Elevasi referensinya (Z) adalah BM BAKOSURTANAL.Perhitungan
ketinggian (Z) menggunakan metoda tinggi (Waterpass). Menghitung beda
tinggi per slag/seksi :
• Pengukuran waterpass dilakukan double stand/pulang-pergi dalam
setiap seksi dan benang silang dibaca lengkap (Ba,Bt,Bb)
• Pengukuran dilakukan dalam bentuk terbuka karena kerangka poligon
yang digunakan poligon terbuka yang dibagi menjadi beberapa
seksi/slag.

Dalam hal ini :


Ba : Pembacaan skala rambu benang atas
Bt : Pembacaan skala rambu benang tengah
Bb : Pembacaan skala rambu benang bawah
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
29 | H a l a m a n

ΣHPg : Jumlah beda tinggi pergi


ΣHPl : Jumlah beda tinggi pulang
h : Beda tinggi antara dua titik
CATATAN = “ Selisih beda tinggi antara pergi dan pulang < 5 mm “ Jarak
pergi didapat dari jumlah jarak belakang ditambah jarak muka, demikian pula
jarak pulang. Salah penutup yang diizinkan (10 mm √D km), metode
pengukuran yang digunakan menggunakan metode dengan alat watterpas.

D. Data Pengukuran Situasi / Detail


Perhitungan situasi diperuntukan untuk mengetahui kondisi beda
ketinggian lokasi pengukuran yang meliputi unsur alam maupun unsur buatan dan
untuk mengetahui bentuk topografi Turap dan Drainase. Berdasarkan pengukuran
situasi/detail didapat besaran-besaran melalui proses hitungan, diperoleh : jarak
datar, beda tinggi, elevasi (Z) dan koordinat (X,Y) antara titik-titik detail/situasi.

Dalam hal ini :


Dd : Jarak datar antara 2 titik (titik BM dengan titik 1)
Dm : Jarak miring antara 2 titik (titik BM dengan titik 1)
Ti : Tinggi instrument tempat berdiri alat (titik BM)
Tp : Tinggi patok tempat berdiri alat (titik BM)
Tt : Tinggi target (titik 1)
Δh : Beda tinggi antara 2 titik (titik BM dengan titik 1)
α : Pembacaan sudut vertikal ke target (titik BM dengan titik 1)
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
30 | H a l a m a n

Elv : Elevasi (titik 1)


X : Nilai ordinat (titik 1)
Y : Nilai absis (titik 1)

E. Data Pengukuran Profil


1) Profil Memanjang
Perhitungan profil memanjang bertujuan untuk mengetahui bentuk
memanjang lokasi pemetaan. Berdasarkan hasil pengukuran
perhitungan didapat besaran- besaran: Jarak datar, Beda tinggi, elevasi.
Jarak datar (Dd) Beda tinggi (Δh).

Dalam hal ini :


Bt : Pembacaan skala rambu benang tengah (titik 1)
Dd : Jarak datar antar 2 titik (titik BM dengan titik 1)
Dm : Jarak miring antar 2 titik (titik BM dengan titik 1)
α : Pembacaan sudut vertikal (titik BM ke titik 1)
ΔhBM-1 : Beda tinggi antar 2 titik (titik BM dengan titik 1)
Elv1 : Elevasi titik (titik 1)

2) Profil Melintang
Perhitungan profil/crossection melintang bertujuan mengetahui
bentuk eksisting Turap dan Drainase/lokasi yang akan di dirikan
bangunan sehingga dengan mudah untuk penghitungan volume
galian/timbunan dan penghitungan debit air yang dapat di tampung
dalam Turap dan Drainase tersebut. Berdasarkan besaran-besaran
tersebut diatas selanjutnya melalui proses hitungan, diperoleh : jarak
datar, beda tinggi, dan elevasi (Z) antara titik-titik profil, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


31 | H a l a m a n

Dalam hal ini :


Tp : Tinggi patok berdiri alat (titik BM)
Ti : Tinggi instrument berdiri alat (titik BM)
Bt : Pembacaan skala rambu benang tengah (titik 1)
Dd : Jarak datar antar 2 titik (titik BM dengan titik 1)
Dm : Jarak miring antar 2 titik (BM dengan titik 1)
α : Pembacaan sudut vertikal (titik BM ke titik 1)
Elv1 : Elevasi (titik 1)
ΔhBM-1 : Beda tinggi antara 2 titik (titik BM ke titik 1)

F. Produk Survey Topografi


Laporan disajikan dalam bentuk naskah ataupun gambar peta dan laporan
ini harus disampaikan secara terpisah (volume penunjang) dengan laporan
akhir.
1. Buku sketsa lapangan untuk bangunan (untuk rehabilitasi)
2. Gambar inventarisasi kondisi Turap dan Drainase dan bangunan
usulan (untuk rehabilitasi) + foto lapangan (beserta negatifnya).
3. Buku pengukuran tampang memanjang,tampang melintang dan situasi
trase serta situasi bangunan di sekitar Turap dan Drainase.
4. Buku diskripsi BM
5. Penggambaran hasil pengukuran:
a) Peta situasi skala 1 : 5000.
b) Penampang memanjang dengan skala - Horisontal 1 : 1000
Vertikal 1 : 100
c) Penampang melintang dengan skala - Horisontal 1 : 100 Vertikal
1 : 100
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
32 | H a l a m a n

I.3.2. Analisa Data / Audit Teknis

Analisis data/audit teknis dilakukan setelah data pengukuran telah lengkap,


didukung dengan data sekunder.Data-data sekunder seperti studi terdahulu dan
as built drawing digunakan sebagai dasar pembanding terhadap hasil pengukuran
eksisting. Dari perbandingan tersebut akan diketahui tingkat kerusakan serta
penanganan yang diperlukan untuk dapat mengembalikan fungsi optimal bangunan
Turap dan Drainase. Secara berurutan tahapannya adalah:
1. Pengukuran dan inventarisasi bangunan Turap dan Drainase
2. Pembandingan kondisi eksisting dengan kondisi awal perencanaan
bangunan Turap dan Drainase
3. Perhitungan nilai kerusakan
4. Penentuan penanganan

Gambar 5. 14 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


33 | H a l a m a n

I.3.2.1 Survey Sosial Ekonomi


Survey ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang kondisi social
ekonomi penduduk setempat, survey ini dilakukan dengan cara :
 Melakukan interview terhadap pihak-pihak maupun instansi terkait dengan
permasalahan abrasi
 Menyebarkan quesioner.
 Survey langsung ke lokasi di mana banjir sering melanda daerah tersebut.

I.4. INVESTASI GEOLOGI DAN PENGUJIAN LABORATORIUM

I.4.1. Pemetaan Geologi

A. Umum

Pemetaan geologi dituangkan ke dalam peta dengan skala minimum 1 :


2000 untuk daerah as Bendungan. Atau sesuai dengan skala peta sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Skala dan Penentuan Topografi

SKALA PERUNTUKAN
1 : 10.000 – 1 : 50.000 Peta digunakan sebagai dasar untuk
merencanakan penyelidikan tahap awal;
1 : 1.000 – 1 : 10.000 Peta digunakan untuk menentukan pilihan
alternative dan menentukan program penyelidikan
terinci
1 : 100 – 1 : 5.000 Peta digunakan sebagai dasar untuk perencanaan
teknis
1 : 50 – 1 : 1.000 Peta digunakan untuk pencatatan selama
konstruksi

Pemetaan geologi permukaan untuk rencana bangunan pengairan terutama


ditujukan untuk keperluan geologi teknik mencakup pembahasan mengenai:
a. Keadaan geomorfologi
b. Penyebaran satuan-satuan batuan (litologi), yang termasuk batu
maupun tanah harus dengan jelas dibedakan, misalnya batuan dasar,
tanah penutup, tingkat pelapukan dan lain-lain, sifat fisik, tekstur,
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
34 | H a l a m a n

c. Sementasi dan jenis batuannya.


d. Kekerasan batuan harus dideskripsikan berdasarkan derajat
kekerasan batuan secara kualiatif untuk kepentingan teknik sipil.
e. Untuk tanah kohesif digunakan lambang OH (overburden
hardness), sedangkan untuk kekerasan batuan digunakan lambang
RH (rock hardness).
f. Klasifikasi kekerasan menurut Gikuchi dan Saito
g. Untuk derajat pelapukan batuan dipergunakan klasifikasi Gikuchi
dan Saito
h. Klasifikasi tanah sebaiknya dipakai berdarkan Unified Soil
Classification.
i. Struktur geologi: jurus, kemiringan perlapisan, kekar, patahan.
j. Stratigrafi: urutan-urutan dari satuan batuan secara vertikal
berdasarkan pembentukkannya, sesuai dengan sejarah geologinya.
k. Gejala-gejala lainnya: longsoran kegempaan air tanah dan lain-lain.
B. Pemetaan Geologi Permukaan Daerah Genangan
a. Melakukan pengamatan geologi lapangan pada daerah genangan dan
sekitarnya pada skala 1:1000, seperti singkapan batuan, stratigafi
dan struktur geologinya.
b. Pengamatan dilakukan di lintasan yang relatif tegak lurus dengan
jurus (strike) batuan, sehingga diketahui variasi batuan dan
penyebarannya di daerah genangan.
c. Pengamatan juga dilakukan pada proses geologi muda yang ada di
lapangan seperti potensi gerakan tanah atau tanah longsor.
C. Pemetaan Geologi di daerah Borrow Area dan Quarry
a. Mencari material yang nantinya akan dipakai untuk konstruksi
bangunan, maka perlu dipersiapkan areal untuk material timbunan
di daerah borrow area dan material lainnya di daerah Quary
dengan memetakan daerah tersebut dan menginformasikan luas
area dan volume materialnya.
b. Metode pemetaan geologi di lapangan dengan cara plane table,
passing compas, measuringand section.
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
35 | H a l a m a n

I.4.2. Pemboran Inti

Pemboran yang disyaratkan untuk penyelidikan geologi teknik adalah


pemboran dengan cara pemboran inti bermesin (Rotary core drilling). Tujuan
pemboran ini adalah untuk mendapatkan data dari kondisi batuan/tanah di bawah
bendung atau bangunan lainnya, serta untuk mengetahui daya dukung dan nilai
rembesan air di bawah bangunannya.
Contoh-contoh hasil pemboran inti (core samples) harus dimasukkan
dalam core box serta disusun sesuai dengan urutan kemajuan pemboran.
sesuai dengan kedalamannya.
Besarnya ukuran peti contoh : panjang = 1,00 m
lebar = 0,50 m
Tiap peti contoh untuk menyimpan 5 meter kemajuan pemboran, terdiri
dari 5 jalur. Tiap jalur panjangnya 1 meter. Di bagian dinding kiri dan kanan peti
contoh dituliskan kedalaman pemboran yang berurutan dari atas ke bawah.
Disetiap pengambilan dengan core barrel, hasil pemboran diletakkan di dalam peti
penyimpanan dengan memberikan tanda di bagian sekat peti contoh. Pada tutup
dan bagian depan peti penyimpan contoh, data-data berikut harus dicantumkan
denga jelas:
a. Nama proyek
b. Nama lokasi
c. Nomor titik bor
d. Inisial dan kedalaman terakhir dimana inti contoh diambil
Semua peti dan intinya harus disimpan di tempat yang aman (terhindar
dari panas, hujan dan lain lain) untuk selanjutnya akan dipergunakan untuk
keperluan desainer dan tahap konstruksi.
Deskripsi contoh-contoh batuan hasil pemboran harus dimasukkan ke
dalam kolom tertentu (log bor) dan membuat nama proyek, lokasi proyek,
nomor lubang bor, tanggal, elevasi, koordinat titik bor, muka air tanah, tanggap
pemboran, kedalaman pemboran setiap harinya, formasi batuan/tanah, nama
batuan/tanah, pelapukan batuan, kekerasan batuan, core shape, core recovery,

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


36 | H a l a m a n

deskripsi, satuanbatuan, RQD, kofisien permeabilitas/lugeon, SPT, air pembilas,


type core barrel dan pipa pelindung.

I.4.3. Standart Penetration Test (SPT)

Standard Penetration Test (SPT) dilaksanakan untuk mengetahui resistansi


dari pada tanah terhadap penetrasi, dan dilaksanakan dengan interval 2 meter
kedalaman meter atau di tiap-tiap pengantian bahan pada lapisan tanah atau
menurut instruksi dari Direksi, yang mana dilaksakan pada tanah yang
“unconsolidated” atau pada lapukan dari batuan berupa tanah residual.
Korelasi antara (N) SPT terkoreksi (Nt =15 + ½ (N – 15) dengan nilai
N> 15) dan nilai bearing capacity (unconfined Compresive Strength) diformulakan
sebagai berikut, bearing capacity (q) ¼ N dan 1/10 N. Untuk nilai q ~ ¼ N
digunakan untuk tanah lunak atau lumpuran, q~ 1/10 N untuk tanah sangat padat.
Disamping itu disesuaikan dengan kondisi geologi dimana pengamatan
dilaksanakan.

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


37 | H a l a m a n

Tabel 4. 2 Kolerasi antara (N) SPT dengan kepekatan


relative dan kepadatan relative tanah serta daya
dukung tanah yang diperkenankan

SAND CLAY
N Kepadatan Daya N Kepadatan Daya
Value Relatif dukung ijin Value Relatif dukung Ijin
(t/m2) (t/m2)
0–4 Sangat Perlu <2 Sangat <2
Lepas pemadatan Lunak
4 – 10 Lepas Perlu 2–4 Lunak 2 ~ 4.5
Pemadatan
10 - 30 Sedang 7~ 25 4–8 Sedang 4.5 ~ 9
30- 50 Padat 24 ~45 8 -15 Kuat 9 ~ 18
>50 Sangat >45 15 – 30 Sangat Kuat 18 ~36
Padat
>30 Keras >36

I.4.4. Pengujian Permeabilitas

Pengujian permeabilitas dilaksanakan pada lubang bor dimana pada batuan


akan dilaksanakan dengan memakai tekanan (water pressure test) dipakai metode
uji packer (packer test). Kedalaman pengujian di setiap interval 5 m (1 stage).
Sedangkan pada tanah atau material lepas akan dilaksanakan dengan
percolation test berupa falling head test atau open-end constand head test.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya daya rembesan
tanah/permeabilitas.
Tes rembesan dilaboratorium dapat dilakukan pada contoh tanah asli yang
diambil dari lapangan dengan cara : Constant Head Test dan Faling Head Test
Constant Head Test biasanya dipakai untuk menentukan harga k dari tanah
berbutir kasar, sedangkan Falling Head Test dipakai untuk tanah berbutir halus.
Tes permeabilitas harus dilakukan di setiap lubang bor, mencakup seluruh
kedalaman lubang.

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


38 | H a l a m a n

I.4.5. Sumur Uji ( test Pit)

Pekerjaan sumuran uji atau test pit adalah untuk mengetahui jenis dan
tebal lapisan di bawah permukaan tanah dengan lebih jelas, baik untuk pondasi
bangunan maupun untuk bahan timbunan pada daerah sumber galian bahan
(borrow area). Dengan demikian akan dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai jenis lapisan dan tebalnya, juga volume bahan galian yang tersedia dapat
dihitung.
Potongan melintang sebuah sumuran uji harus cukup besar untuk
memungkinkan dilakukannya pekerjaan penggalian, yakni sekitar 1,5 x 1,5 m
dengan kedalaman 3 sampai 5 meter. Pelaksana pekerjaan harus dapat
menginterpretasikan lokasi borrow area dengan baik misalnya jenis bahan
timbunan untuk inti bendungan.

I.5. TAHAP ANALISA DATA

Data yang diperoleh akan diklasifikasikan, dianalisis dan diolah sesuai


dengan tahapan dan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta dianalisis
kelayakannya menurut aspek ekonomi, dan keuangan dan sebagainya.

I.5.1. Analisa dan Perencanaan Desain Rinci

Setelah data hasil survei investigasi selesai dianalisa, hasilnya akan dapat
digunakan untuk Perencanaan Teknis Irigasi D.I. Buleng. Perencanaan sistem (system
planning) mencakup tentang hasil analisis hidrotopografi, analisis hidrologi, analisis
hidrolika, analisis tanah, analisis geomorfologi, analisis sosial lingkungan, yang
kemudian dirangkum dalam suatu rencana detail yang lengkap dan tepat. Perencanaan
sistem minimal meliputi :
a. Pembuatan System Planning
- Analisa Permasalahan Eksisting
Mengelompokan dan menganalisa permasalahan kondisi eksisting
berdasarkan data pemetaan spasial (GIS), data sekunder lain, data
survei lapangan, dan data laboratorium.

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


39 | H a l a m a n

Gambar 4. 1Contoh Analisis kondisi eksisting

- Analisa Banjir Rencana


Dilakukan untuk menghitung analisa debit banjir rencana dengan
kala ulang tertentu untuk mengetahui ketinggian banjir dan luasan
banjir akibat hidrologi dan pasang surut.
- Analisis Geomorfologi
Dilakukan untuk menganalisis pengaruh geomorfologi terhadap
kondisi tebing dan perubahan alur sungai yang terjadi, menganalisis
penyebab dan melakukan rencana detail penanganan.
- Analisis Sedimentasi
Dilakukan untuk mengetahui arah transpor sedimen dan jumlah
sedimen yang terjadi mengetahui penyebaba abrasi, pengamanan
tebing, dan untuk optimasi saluran/parit yang digunakan sebagai
masukan analisis sungai dalam rencana teknis pengaman tebing.
- Analisis Geoteknik
Data penelitian tanah yang dilakukan harus dapat memberikan
informasi yang cukup tentang karakteristik tanah pada rencana
bangunan utama dan bangunan pelengkap.
- Analisis Pemodelan Matematis dan Model Fisik Hidraulik
| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
40 | H a l a m a n

Analisis dilakukan dengan model matematis dan bantuan software


minimal hecras, serta model fisik hidraulik. Pemodelan fisik
hidraulik dilakukan di puslitbang SDA, dengan skala tertentu,
wilayah kerja untuk mengetahui permasalahan dan pemecahan
masalah, dengan alternatif-alternatif tipe pengatur sungai yang
tepat, baik jenis bangunan, material, karaketristrik tanah,
kedalaman, dan rencana fisik lainnya. Pengujian termasuk analisa
dan hasil rekomendasi yang akan dilakukan dalam detail desain.
- Analisa Stabilitas dan Struktur
- Perencanaan Desain
Menyusun rencana detail desain pada lokasi prioritas dan
terdampak dengan desain yang sesuai untuk pengaman tebing
diseluruh kerusakan tebing Kabupaten Bangka beserta matriks
justifikasi teknis nya. Dalam melakukan analisa dilakukan dengan
bantuan software minimal Hec-Ras dan GIS, dan bisa ditambah
dengan sofware lain yang diyakini keakuratannya.
- Penyusunan Matriks
Matriks disusun dengan segala identifikasi, investigasi,
permasalahan, alternatif-alternatif karakteristik lokasi, alternatif-
alternatif rencana teknis dan biaya, hasil analisis, pertimbangan
pemilihan prioritas alternatif, serta menyusun sesuai kategori;
- Inventarisasi Kepemilikan Lahan
Perincian luas total lahan dan perincian kepemilikan lahan yang
perlu dibebaskan untuk kepentingan pelaksanaan pembangunan
pengendali banjir dan pengaman tebing.
- Penyusunan Peta GIS
Peta GIS dibuat berupa peta hasil survei topografi dan aerial 3D
topografi, peta DEM, peta spasial lokasi, peta sungai, layout
kepemilikan lahan, layout permasalahan dilokasi, layout rencana
desain pada lokasi prioritas, layout alternatif-alternatif perencanaan
desain, dan peta lain yang dibutuhkan.Analisa dan evaluasi kondisi

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


41 | H a l a m a n

fisik dan sosek termasuk di dalamnya menggambarkan masalah dan


penyebab banjir.
b. Perencanaan Rinci Bangunan Pengendali Banjir
Dalam pembuatan desain rinci, penyedia jasa harus memperhatikan
Norma, Standar Perencanaan, Pedoman dan Kriteria Desain yang
dikeluarkan oleh Kemeterian PUPR. Perencanaan ini minimal meliputi :
1. Analisa Hidrolika
Perhitungan dimensi saluran hendaknya didasarkan pada aliran
tidak tetap (unsteady flow condition). Sebelum model dari
sistem saluran dapat dibuat, tujuan dari simulasi dan kriteria
hidrolik yang harus dipenuhi harus dinyatakan secara jelas.
Perhitungan model untuk keperluan suplai hendaknya dilakukan
pada kondisi kritis yang didapat berdasarkan estimasi kondisi
hidrologi, dan dilakukan baik pada muka air banjir dan muka air
normal. Hal ini akan menetukan masukan dan keluaran dari
model yang diperlukan.
2. Perencanaan Bangunan Rinci
a) Tanggul: Rencana tanggul hendaknya diperhitungkan
terhadap kemungkinan settlement, dengan stabilitas lereng
stabil berdasarkan hasil perhitungan.
b) Pengaman tebing dan krib
c) Alternatif-alternatif bangunan pengatur sungai lainnya baik
untuk pengendali banjir dan pengaman tebing sungai dari
erosi
d) Kemungkinaan penggunaan pintu air
e) Jenis / type bangunan terpilih
f) Kuat tekan aktif, pasif dan stabilitas (pondasi, pelindung
kaki, struktur bangunan diatas tanah dan lain-lain)
g) Kekuatan lateral arus gelombang air
h) Ukuran / dimensi pondasi dan bangunan pengaman yang
diperlukan

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


42 | H a l a m a n

i) Pemilihan material yang dipakai


3. Penggambaran Desain Rinci dengan Auto CAD dan GIS
a) Album gambar desain harus disajikan sesuai dengan urutan
standar perencanaan dan kriteria perencanaan.
b) Seluruh gambar desain harus dirinci secara lengkap, untuk
digunakan sebagai dokumen lelang dan pelaksanaan
konstruksi.
c) Semua gambar desain digambar menggunakan komputer
(software AutoCAD dan GIS) dan dicetak dengan ukuran
kertas A1 dan A3.
4. Penyusunan Nota Desain dan Buku Analisa Ekonomi Teknik
5. Perhitungan BOQ, backup volume, RAB, ekonomi teknik
6. Penyusunan Spesifikasi Teknik, Metode Pelaksanaan, Pedoman
OP
c. Perencanaan Rencana Pelaksanaan Fisik
Apabila detail perencanaan telah dapat diselesaikan, maka konsultan
diminta untuk menyusun :
- Schedule pelaksanaan proyek yang terbagi dalam beberapa
paket kegiatan sesuai dengan urutan prioritas dari masing-
masing kegiatan tersebut termasuk Critical Path;
- Menyusun matriks penanganan sistem pengendali banjir
- Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari masing-masing paket
kegiatan serta alokasi dana yang diperlukan pada tiap-tiap Tahun
Anggaran (2021,2022,2023,2024 dan 2025) dengan
memperhatikan inflasi dan faktor – faktor lainnya, termasuk pula
dana yang harus disediakan untuk pekerjaan pembebasan tanah
dan bangunan (jika diperlukan);
- Back Up Data Volume Pekerjaan;
- Buku Analisa Biaya, Mutu, Waktu, Risiko, Alat Berat dan
Ekonomi Teknik;
- Nota Perencanaan dan Perhitungan Desain Rinci;

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


43 | H a l a m a n

- Laporan Rancangan Konseptual SMKK sebanyak 3 (tiga) buku,


- Buku Analisa Ekonomi
- Metode Pelaksanaan Konstruksi ;
- Spesifikasi teknis dan Dokumen Tender;
- Pedoman dan Manual OP Pekerjaan;
- Laporan dan analisa survey lapangan baik pengukuran, hidrologi
dan mekanika tanah;
- Laporan dokumen lingkungan;
- Laporan Sosial Ekonomi Kelembagaan;
- Buku dan Peta Data Ukur 1:100 untuk detail bangunan;
- Mastergambar Desain;
- Dokumentasi secara tertib dan teratur;
- Syarat-syarat teknis dari masing-masing pekerjaan yang
diusulkan beserta syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus
serta syarat-syarat administrasi.

I.5.2. Analisa Ekonomi

Dalam proyek ini akan digunakan analisa kelayakan ekonomi dikarenakan


yang berkepentingan langsung adalah pihak pemerintah atau masyarakat secara
keseluruhan. Menurut Giatman (2007:69), terdapat berbagai macam metode
dalam menganalisa kelayakan ekonomi yang biasa digunakan yaitu :

I.5.2.1 Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio (BCR) ialah metode analisa ekonomi dimana terjadi
perbandingan antara manfaat dan biaya. Suatu pekerjaan dinyatakan layak, jika nilai
BCR-nya lebih dari 1 (>1) atau sama dengan 1. Jika BCR = 1 dapat juga diartikan
yaitu pendapatan memiliki nilai yang sama dengan biaya. Secara matematis BCR
dapat dinyatakan sebagai berikut :

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


44 | H a l a m a n

Total nilai arus manfaat ini diperoleh dari perhitungan keuntungan


langsung yang diperoleh dari 1) Pengurangan biaya operasi kendaraan 2)
Penghematan waktu perjalanan Sedangkan total nilai arus biaya diperoleh dari
total biaya konstruksi, biaya pemeliharaan tahunan, dan pemeliharaan lima
tahunan. Dalam hal ini indikator BCR merupakan Indikator Benefit-Cost Ratio, B
merupakan Benefit (Manfaat/Pendapatan), C adalah biaya Kontruksi dan E
merupakan total biaya, dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan (1).

BCR = (B – (E-C))/C ........................... (1)

Besaran nilai indikator BCR tersebut dapat diartikan :


 BCR > 1 : mengindikasikan bahwa rencana proyek (pembangunan)
menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan
sehingga pembangunan dapat dilaksanakan.
 BCR = 1 : mengindikasikan bahwa rencana proyek (pembangunan)
memberikan keuntungan yang hanya cukup untuk menutup biaya konstruksi;
dan
 BCR < 1 : mengindikasikan bahwa rencana proyek (pembangunan) tidak
menghasilkan keuntungan, atau akan menghasilkan keuntungan pada jangka
waktu yang cukup lama.

I.5.2.2 Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah metode yang digunakan untuk menghitung nilai
bersih saat ini. Yang dimaksud saat ini adalah yaitu waktu awal perhitungan
bersamaan dengan saat evaluasi dilaksanakan atau pada saat periode tahun ke-0
dalam perhitungan cash flow investasi. Pada dasarnya net present value adalah
memindahkan investasi yang berlangsung dibeberapa waktu menjadi satu waktu di
awal investasi dengan menerapkan konsep ekuivalensi.

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


45 | H a l a m a n

Dalam sebuah investasi akan ditemui cash flow yang berupa cash in dan
cash out, akan tetapi tidak selalu dalam sebuah investasi dapat ditemui kedua
komponen tersebut. Dalam analisa NPV parameter yang akan digunakan adalah
cash in dan cash out, sehingga dapat dirumuskan bahwa:

Dimana:

Bt = Pendapatan total bruto


Ct = Total biaya proyek
i = discount rate
t = Tahun (t = 0,1, 2, …, n)

Suatu proyek dinyatakan layak, Bila mana nilai NPV-nya adalah positip atau
minimal sama dengan 0 (pendapatan = biaya). Untuk pengambilan keputusan,
maka apabila NPV lebih besar dari Nol (positif) maka berarti proyek itu
menguntungkan. Apabila jumlah nilai Proceed dari tiap-tiap tahun menunjukkan
angka yang sama besarnya, maka perhitungan nilai sekarang dari Proceed itu akan
dapat lebih disederhanakan lagi dan lebih dapat dipercepat.

I.5.2.3 Internal Rate of Return

Arti dari laju pengembalian atau rate of return adalah besarnya tingkat
suku bunga yang menjadikan biaya pemasukan dan pengeluaran besarannya sama.
Awalnya adalah menentukan biaya yang dikeluarkan terlebih dahulu, kemudian
biaya pemasukan, setelah itu menentukan bunga yang membuat selisih keduanya
sama dengan 0. Agar dapat dibandingkan maka kedua nilai tersebut harus diubah
dalam bentuk nilai sekarang. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai :

Dimana:
I’ = Suku bunga menghasilkan nilai NPV positif
I’’ = Suku bunga menghasilkan nilai NPVbnegatif

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


46 | H a l a m a n

NPV’ = NPV bernilai Positif


NPV’’ = NPV bernilai Negatif

Suatu proyek dinyatakan layak, bila mana nilai IRR-nya adalah lebih tinggi atau
minimal sama dengan opportunity cost of capital yang berlaku di pasaran (suku
bunga kredit/pinjaman perbankan).

I.5.2.4 Payback Period

Payback Period menunjukkan periode waktu yang diperoleh untuk


menutup kembali uang yang telah diinvestasikan dengan hasil yang akan diperoleh
atau (Net Cash Flow) dari investasi tersebut. Payback Period ini dimaksudkan untuk
mengukur kecepatan dari suatu investasi dapat ditutup kembali dengan Net Cash
Flow dari hasil investasi tersebut.

Apabila investasi akan dinilai dengan menggunakan kriteria penilaian


Payback Period maka sebelumnya ditetapkan lebih dahulu Payback Period
maksimum atau target Payback Period untuk pendamping dengan Payback Period
dari investasi yang akan dilaksanakan.
Untuk pengambilan keputusan, diperbandingkan antara Payback Period
maksimum yang ditetapkan dengan Payback Period investasi yang akan
dilaksanakan. Apabila Payback Period investasi yang akan dilaksanakan lebih singkat
atau pendek waktunya dibanding Payback Period maksimum yang disyaratkan maka
investasi itu akan dilaksanakan, tetapi sebelumnya apabila lebih panjang waktunya
dibanding Payback Period maksimum yang disyaratkan maka investasi itu ditolak.

Analisa Payback Period adalah bertujuan mencari tahu berapa lamakah


perioda pengembalian yang akan terjadi dari investasi saat terjadinya kondisi
break event point. Lama perioda pengembalian (k) pada saat kondisi BEP adalah:

Dimana :

k = perioda pengembalian
CFt = cash flow period ke – t

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


47 | H a l a m a n

Jika elemen cash flow, benefitt dan cost-nyaa bersifat aannual/tahunan maka
formulanyaa menjadi :

( ) =

Untuk mencari tahu apakah suatu investasi layak secara ekonomis atau tidak,
diperlukanlah suatuu kriteria tertentu. Dalam payback period ini rencana investasi
dikatakan layak (feasible):

Jika k ≤ n dan sebaliknya.


k = jumlah periode pengembalian
n = umur investasi

 Besarnya investasi
 Benefit/Pemasukan
 Biaya/Pengeluaran
 Suku bunga

I.5.2.5 Analisa Sensitivitas

Analisa sensitifitas dibutuhkan dalam rangka mengetahui sejauh mana


dampak parameter investasi yang telah ditetapkan sebelumnya dapat berubah
karena adanya faktor situasi dan kondisi selama umur investasi, sehingga
perubahan tersebut hasilnya akan memengaruhi keputusan yang diambil secara
signifikan.
Analisa sensitifitas biasanya terdapat suatu asumsi bahwa hanya satu
parameter yang dapat menjadi variabel, sedangkan parameter lainnya relatif tetap
dalam satu persamaan analisa.

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


48 | H a l a m a n

| DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS

Anda mungkin juga menyukai