Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN TOPOGRAFI

REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Umum
Laporan Topografi merupakan suatu media bagi PT. Aditya Engineering Consultant untuk
memberi laporan secara detail tentang pekerjaan Survey Topografi pada pekerjaan Review
Desain, Amdal dan LARAP Jaringan Utama dan Tersier D.I. Jambo Aye Kanan (3.000 Ha)

Secara umum Laporan Topografi ini berisi tentang metode-metode pelaksanaan pengukuran,
Perhitungan dan Penggambaran, Personil pelaksana, Peralatan Pengukuran, Ringkasan hasil
perhitungan serta dokumentasi selama pekerjaan ini dilaksanakan.

1.2. Latar Belakang

Dalam suatu kegiatan Desain, Amdal dan LARAP Jaringan Utama dan Tersier D.I. Jambo
Aye Kanan (3.000 Ha) tidak akan diperoleh hasil yang sesuai dengan harapan apabila tidak
adanya suatu data gambar yang up to date dan memenuhi kebutuhan dari perencanaan. Untuk
itulah diperlukan survey pengukuran topografi dilapangan yang mengacu pada metode yang
telah baku dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam kerangka Acuan Kerja (KAK).

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pekerjaan pengukuran adalah pembuatan peta garis skala 1:1.000
tampang melintang skala jarak dan vertikal sama yaitu skala 1:200 atau 1:100 dan tampang
memanjang alur atau sungai skala jarak 1 : 1.000 dan vertikal 1:100 guna supporting data
pekerjaan Desain, Amdal dan LARAP Jaringan Utama dan Tersier D.I. Jambo Aye Kanan
(3.000 Ha).

1.4. Lokasi Pekerjaan


Daerah Irigasi Jambo Aye Kanan masuk dalam Wilayah Sungai (WS) Jambo Aye Kanan.
Lokasi pekerjaan terletak pada kecamatan Pantai Bidari di Kabupaten Aceh Timur Provinsi
Aceh, dengan jarak tempuh kurang lebih 30 km dari kota Langsa atau kurang lebih 420 km
dari kota Banda Aceh. Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan
roda empat selama kurang lebih 7 jam dari kota Banda Aceh.
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

1.5. Batas Wilayah Kerja


Pekerjaan pengukuran topografi dilakukan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi
(peta teknis) dengan skala 1 : 5.000 adalah untuk keperluan perencanaan teknis. Peta tersebut
harus memuat data ketinggian dan planimetri yang jelas dan benar sesuai dengan keadaan
lapangan yang diukur. Interval kontur 0,25 m untuk daerah datar dan 0,5 m untuk daerah
berbukit.

Di dalam melaksanakan kegiatan pengukuran Topografi dilapangan Konsultan (Tim


Pengukuran) berpegangan pada kriteria-kriteria yang terdapat pada kerangka acuan kerja
(Term Of Reference) yang dibuat oleh pihak Balai, khusus untuk kegiatan pengukuran
topografi mengacu pada Standar Perencanaan Irigasi PT-02 yang diterbitkan oleh Ditjen
Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum. Disamping personil-personil pelaksana
yang memiliki pengalaman dibidang pengairan, peralatan yang dipakai pun telah mendapat
persetujuan dari Direksi pengukuran untuk bisa digunakan dilapangan.

Survei topografi diperlukan untuk mendapatkan gambaran aktual dari lahan yang akan
dikembangkan untuk dibuat jaringan irigasi. Areal potensial untuk dikembangkan pada D.I.
Jambo Aye Kanan adalah ± 3.000 Ha.

Pengukuran situasi topografi dilakukan di Kabupaten Aceh Timur tepatnya di 4 kecamatan


yaitu Kecamatan Pante Bidari, Kecamatan Julok, Kecamatan Nurussalam dan Kecamatan
Darul Falah. Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat
selama kurang lebih 7 jam dari kota Banda Aceh.

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kab. Aceh Timur/Peta Ikhtisar


LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

1.6. Output dan Lingkup Kegiatan


Lingkup Kegiatan
Secara garis besar pekerjaan akan terdiri dari:

 Pemasangan benchmark/patok kayu;


 Pengukuran poligon (utama dan cabang);
 Pengukuran sipat datar (waterpass);
 Pengukuran situasi detail;
 Perhitungan;
 Ketelitian penggambaran;
 Penggambaran;
 Hasil yang harus diserahkan.

Output Kegiatan
Pada pekerjaan topografi output atau hasil akhir yang akan di keluarkan yaitu meliputi
sebagai berikut :

 Peta Ikhtisar
 Peta Situasi skala 1:2.000 (dengan Ketentuan Sesuai KAK)
 Peta Situasi Skala 1:5.000 (dengan Ketentuan Sesuai KAK)
 Peta Situasi Skala 1:10.000 (dengan Ketentuan Sesuai KAK)
 Gambar Long dan Cross
 Buku Ukur
 Deskripsi BM
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

BAB II. PENGAMBILAN DATA LAPANGAN

2.1. Umum
Melaksanakan survey topografi pada pekerjaan Review Desain, Amdal dan LARAP
Jaringan Utama dan Tersier D.I. Jambo Aye Kanan (3.000 Ha), dengan lingkup pekerjaan
meliputi :
 Pemasangan patok Bench Mark (BM) pada titik awal dan akhir pengukuran dan
Control Point (CP) pada interval jarak tertentu.
 Pengukuran situasi detail (Topografi) lokasi
 Pengukuran situasi trase rencana saluran, potongan memanjang dan potongan
melintang dengan jarak antar profil 50 meter atau sesuai kebutuhan untuk bagian yang
berkelok-kelok.
 Perhitungan data hasil survey pengukuran topografi, penggambaran dan pemetaan
hasil survey pengukuran topografi dengan ketentuan :
- Peta Ikhtisar dengan Skala 1 : 10.000
- Peta Situasi Topografi
- Topografi Lokasi dengan Skala 1 : 2.000
- Peta Situasi trase rencana saluran dengan Skala 1 : 2.000
- Peta Potongan Memanjang, skala Horisontal 1 : 2.000 , Vertikal 1 : 200
- Peta Potongan Melintang, skala Horisontal 1 : 100 , Vertikal 1 : 100
Pengukuran dan pemetaan dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran situasi topografi,
dalam bentuk peta, maupun gambar potongan memanjang dan melintang.
2.2. Persiapan Teknis Pengukuran
Sebelum tim melakukan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Persiapan Administrasi :
Persiapan administrasi antara lain berupa :
a. surat tugas personil pelaksana, surat izin survai
b. hal-hal lain-lainnya yang diperlukan
 Persiapan Peralatan Survey :
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu peralatan yang
akan digunakan. Peralatan yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis yang ada
sehingga data pengukuran memenuhi kriteria yang diinginkan (telah dikalibrasi)
Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain :
a. Alat ukur Total Station T2
b. Prisma target
c. Statif
d. Kompas (Shunto), GPS Handheld
e. Form kertas pencatatan pengukuran
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

f. HT (untuk komunikasi di lapangan)


g. Komputer (hardware dan software) + printer ukuran A3 dan Plotter
h. Kamera
i. Perlengkapan lapangan
 Persiapan Teknik
a. penyediaan peta kerja
b. penyediaan deskripsi titik ikat planimetris dan ketinggian yang telah ada di lokasi
atau di sekitar lokasi pemetaan
c. orientasi lapangan
d. pemeriksaan kondisi fisik serta pemeriksaan kebenaran koordinat planimetris dan
ketinggian titik ikat yang akan digunakan
e. penetapan titik ikat planimetris dan ketinggian yang akan digunakan
f. penentuan letak base camp
g. perencanaan jalur pengukuran
h. perencanaan letak pemasangan patok tetap
i. penyediaan patok tetap utama dan patok tetap bantu
j. penyediaan patok sementara
k. perencanaan sistem pemberian nomor patok sementara dan nomor patok tetap
l. penyediaan alat ukur yang sesuai dengan ketelitian yang telah ditetapkan
m. kalibrasi alat ukur
n. penyediaaan alat hitung
o. penyediaan formulir data ukur dan formulir data hitungan
p. penyediaan tabel deklinasi untuk tahun pelaksanaan pengamatan matahari
q. persiapan lain yang diperlukan

 Persiapan Managerial
a. pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan, dan bila pekerjaan pengukuran dan
pemetaan teristris sungai merupakan bagian kegiatan dari satu paket pekerjaan
desain, jadwal pelaksanaan pekerjaan supaya dibuat dua macam, yaitu jadwal
pelaksanaan keseluruhan kegiatan dan jadwal pelaksanaan kegiatan pengukuran dan
pemetaan teristris sungai
b. pembuatan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan, yang dilengkapi dengan status
serta nama-nama personil pelaksana
c. pemberian pengarahan dan pemahaman pada personil pelaksana
d. penyusunan laporan pendahuluan
e. hal-hal lain yang diperlukan

2.2.1 Titik Refensi Awal Pengukuran

Dalam suatu pekerjaan teknik sipil, terutama dibagian yang berhubungan dengan pengairan,
sangat diperlukan adanya patok referensi yang dipergunakan sebagai acuan dalam proses
penghitungan dan penggambaran agar didapat titik ikat yang sesuai atau satu sistem dengan
pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya maupun pekerjaan yang bersamaan maupun yang akan
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

datang.Untuk pekerjaan ini titik referensi awal pengukuran yang digunakan adalah TTG yang
berada di dekat Madrasah dekat dengan lokasi pekerjaan ini.

Hasil kesepakatan dengan Direksi Pekerjaan, untuk referensi awal pengukuran yang
digunakan adalah adalah BM. JA-10 yang merupakan BM hasil studi terdahulu yang terdekat
yang berada di sekitar lokasi studi, dengan referensi sebagai berikut :

Tabel 2.1 Titik Referensi Koordinat

Koordinat
No Nama BM
X (m) Y (m) Z (m)
1 BM. JA-10 334.696,563 554.066,081 16,800
Kp. Seuneubok
Saboh
Desa Seuneubok
Saboh

Kec. Pantai
Bidari

Kab. Aceh
Timur

Sumber : Hasil Pengukuran studi terdahulu

Selain itu juga cros cek juga dilakukan terhadap BM dan CP lama yang berada di sekitar
lokasi studi yang telah dipasang pada pekerjaan-pekerjaan studi terdahulu. Berikut BM-BM
lama yang ditemukan di sekitar lokasi kegiatan :
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar 2.2 Foto-foto BM hasil studi terdahulu yang berada di sekitar lokasi
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

2.2.2 Peralatan
Peralatan pengukuran yang digunakan dalam pekerjaan ini meliputi :
Tabel 2.1. Daftar Peralatan yang Dipakai
No Nama / Jenis Alat Jumlah Uraian
1 Total Station Nikon DTM 322 1 set Kondisi baik
2 Wild Theodolith T-2 1 set Kondisi baik
3 Waterpass NAK2 1 set Kondisi baik
4 GPS Garmin 78 Csx 1 set Kondisi baik
5 Roll Meter 50 m 4 bh Kondisi baik
6 Handy Talky 1 set Kondisi baik
7 Perlengkapan lainnya - -

Penggambaran peta dikerjakan secara digital, data pengukuran dihitung menggunakan Excel,
dan digambar menggunakan software AutoCad – Topocad – Land Development.

2.3. Pemasangan BM, CP dan Patok


Benchmark adalah titik referensi tetap yang akan digunakan sebagai acuan basis data untuk keperluan
pengukuran yang harus dipasang dalam ada 2 macam, yaitu :

- Bench Mark (BM.) besar dengan ukuran: 20 x 20 x 100 cm dan;

- Bench Mark kecil dan/atau control pint (CP), untuk penanda Azimut (Az.) dengan ukuran: 10
x 10 x 80 cm.

Tiap Bench Mark besar diberi baut di atasnya dan dibubuhi batu marmer ukuran 12 cm x 12 cm.
Bench Mark dipasang sedemikian rupa sehingga bagian yang muncul di atas permukaan tanah
setinggi 20 cm.

Bench Mark besar dan kecil dipasang berpasangan dengan jarak 150 m dan kelihatan satu sama
lainnya karena akan digunakan untuk pengikatan azimut matahari. Bench Mark harus dipasang pada
tempat yang aman, kuat dan mudah dicari kembali. Sedangkan untuk jarak antri pengukuran
digunakan patok-patok sebagai sta. sebagai berikut:

o Patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat, panjang 50 cm ditanam sedalam 30 cm, dicat
merah, dipasang paku di atasnya serta diberi kode dan nomor yang teratur.
o Kerapatan pemasangan Bench Mark harus mewakili luas areal + 500 ha, atau setiap jarak 2,5
km disepanjang jalur polygon/waterpass dan setiap titik Simpul.
o BM harus dipasang sebelum dilaksanakan pengukuran. BM dipasang di tempat yang stabil,
aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM harus difoto, dibuat deskripsinya, diberi
nomor dan kode sesuai petunjuk Direksi.
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar 2.1 Konstruksi Bench Mark (BM)

Gambar 2.2 Konstruksi Control Point (CP)

Berikut ini Tabel Daftar Koordinat BM dan CP Terpasang :

Tabel 2.1 Daftar Koordinat BM dan CP baru

Koordinat UTM Elevasi


No. Nomor BM/CP
X (m) Y (m) Z (m)

1 BM. JA-10 334.696.563 554.066.081 16.800


LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

2 BM. JA-11 335.134.408 555.778.211 19.126


3 BM. JA-12 335.720.348 557.112.806 19.346
4 BM. JA-13 337.022.180 558.495.281 20.025
5 BM. JA-14 338.415.480 558.761.332 25.501
6 BM. JA-15 341.607.489 558.594.512 16.899
7 BM. JA-16 342.677.400 557.990.582 15.523
8 BM. JA-17 344.474.012 557.220.187 15.921
9 BM. JA-18 345.681.205 555.864.072 17.268
10 BM. JA-19 348.321.480 554.024.987 13.877
11 BM. JA-20 352.196.480 555.988.581 8.667
12 CP. JA-10 334.669.600 554.065.908 16.469
13 CP. JA-11 335.085.012 555.695.148 16.161
14 CP. JA-12 335.774.256 557.183.470 19.879
15 CP. JA-13 337.080.692 558.460.781 18.902
16 CP. JA-14 338.487.093 558.796.210 22.783
17 CP. JA-15 341.610.180 558.557.228 17.742
18 CP. JA-16 342.680.612 558.030.246 15.206
19 CP. JA-17 344.380.533 557.212.409 15.295
20 CP. JA-18 345.685.339 555.901.628 18.054
21 CP. JA-19 348.353.726 554.007.019 14.069
22 CP. JA-20 352.146.619 556.003.500 8.111
23 CP. JA-21 346.790.412 556.003.500 14.120
24 CP. JA-22 348.172.118 556.620.400 13.939
25 CP. JA-23 347.655.285 555.160.400 18.577
26 CP. JA-24 349.441.245 555.012.086 12.400
27 CP. JA-26 349.442.243 557.856.321 6.625
28 CP. JA-27 346.444.115 558.235.412 8.404
29 CP. JA-28 345.245.324 561.967.241 7.269
30 CP. JA-29 343.130.680 560.954.814 10.431
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Tabel 2.2 Daftar Koordinat BM dan CP baru pada Bangunan

Koordinat UTM Elevasi


No. Nomor BM/CP
X (m) Y (m) Z (m)
1 BM. BN10 334.925.520 555.363.722 17.036
2 BM. BN.12 335.669.740 556.991.366 18.715
3 BM. BN.13 335.813.632 537.704.477 15.371
4 BM. BN.15 337.734.512 558.747.726 17.157
5 BM. BN.16 338.803.266 558.701.440 13.258
6 BM. BN.18 339.965.460 558.879.721 9.889
7 BM. BN.19 340.687.820 558.972.610 10.348
8 BM. BN.21 342.672.455 558.702.608 10.468
9 BM. BN.22 343.049.360 558.912.732 9.475
10 BM. BUT.1 346.126.410 557.621.630 11.598
11 BM. BUT.2 346.913.920 557.562.710 10.489
12 BM. BUT.3 348.109.330 557.616.268 8.230
13 BM. BUT.4 349.080.702 557.602.516 7.521
14 BM. BBG.2 342.093.455 560.200.268 8.855
15 BM. BBG.3 344.225.430 561.218.721 7.668
16 BM. BAL.1 340.319.472 559.506.355 9.492
17 BM. BB.02 338.891.337 559.847.462 10.520
18 BM. BBK.2 335.582.281 558.533.385 13.110
19 BM. JA.40 345.526.328 560.490.211 7.755
20 BM. BSM.3 345.626.410 559.397.260 7.064
21 CP. BN10 334.946.620 555.420.324 17.859
22 CP. BN11 335.267.480 555.949.329 15.610
23 CP. BN13 335.850.532 557.686.410 16.727
24 CP. BN14 336.965.432 336.965.432 13.798
25 CP. BN15 337.763.410 558.778.633 16.815
26 CP. BN16 338.843.430 558.714.622 11.658
27 CP. BN17 339.590.721 558.754.692 12.154
28 CP. BN18 340.044.432 558.889.666 10.238
29 CP. BN19 340.754.260 558.960.633 10.256
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

30 CP. BN20 341.437.332 558.958.140 14.041


31 CP. BN21 342.710.777 558.678.502 10.645
32 CP. BN22 343.109.640 558.905.332 10.425
33 CP. BN23 343.990.726 558.770.372 8.995
34 CP. BN24 344.450.536 558.577.721 11.131
35 CP. BN25 344.968.842 558.498.630 10.090
36 CP. BUT1 346.112.240 557.635.482 9.563
37 CP. BUT5 350.389.411 557.051.292 7.106
38 CP. BBG1 341.728.462 559.501.375 8.107
39 CP. BAL2 340.902.371 559.620.268 11.122
40 CP. BB1 337.783.802 559.412.480 13.114
41 CP. BBK1 335.251.450 557.643.237 15.120

2.4. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

2.4.1 Metode Poligon

Pengukuran awal dari pekerjaan pemetaan adalah pengadaan titik-titik kerangka dasar
pemetaan (TKDP) yang cukup merata di daerah yang akan dipetakan. TKDP ini akan
dijadikan ikatan dari detil-detil obyek dari semua unsur di permukaan bumi yang akan
digambarkan dalam peta. Apabila kerangka peta ini baik, dalam arti bentuk, distribusi dan
ketelitiannya sesuai dengan yang diharapkan, maka bisa diharapkan bahwa peta yang
dihasilkan akan baik.
Salah satu bagian dari kerangka dasar yaitu kerangka kontrol horisontal. Kerangka kontrol
horisontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi
horisontalnya berupa koordinat pada bidang datar (X,Y) dalam system proyeksi tertentu.
Sudut horisontal adalah selisih dari dua arah. Sudut horisontal pada suatu titik di
lapangan dapat dibagi dalam sudut tunggal dan sudut yang lebih dari satu sehingga teknik
pengukurannya juga berbeda.
Apabila titik yang akan dibidik tidak dapat langsung dibidik pusat tanda silang atau pakunya
maka dibantu dengan target khusus atau benang unting-unting yang digantungkan diatas titik
tersebut.
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Metode pengukuran sudut tunggal dapat dibagi menjadi :


1. Metode pengukuran tunggal;
2. Metode pengukuran seri (rangkap);
3. Metode pengukuran repetisi;
4. Metode pengukuran reiterasi;
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan pengukuran sudut yang dilakukan
menggunakan metode pengukuran seri (rangkap) sebanyak dua kali. Langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1. Didirikan alat ukur teodolit diatas titik A dengan bantuan alat senteringnya.
2. Dibuat sumbu I vertikal dan garis bidik teropong diarahkan pada target di titik B
(dengan mengarahkan garis bidik teropong pada target). Apabila telah mendekati
target, matikan klem horisontal dan vertikal, dan tepatkan garis bidik pada target
dengan memutar sekrup penggerak halusnya, baca lingkaran horisontalnya (B1).

Gambar II.2. Metode pengukuran sudut dua seri (rangkap)

3. Dibuka kedua klem dan alat diputar pada sumbu I, garis bidik teropong diarahkan ke
target di titik C dengan cara yang sama seperti pada no. 2 di atas. Dibaca lingkaran
horisontalnya (B2).
Maka besarnya sudut A = β1 = B2 - B1
4. Teropong diputar balik menjadi kedudukan luar biasa dan garis bidik teropong
diarahkan kembali pada target di titik B dan dibaca lingkaran horisontalnya (Lb1),
dan kemudian dengan cara yang sama garis bidik teropong diarahkan pada target di
titik C, dibaca lingkaran horisontalnya (Lb2).
Besarnya sudut ukuran : A = β2 = Lb2 – Lb1

β(B)+ β(Lb)
𝛽= ……………….. (II.14)
2
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

5. Diulangi cara no. 1 sampai 4 hanya saja pada awal bacaan horisontalnya
𝜋 180
ditambahkan dengan (n : banyaknya seri). Sehingga diperoleh = 90⁰.
𝑛 2

Arah Bacaan Link Hor Bacaan Link Hor Besar


Alat
Bidikan Biasa Luar Biasa Sudut
B 30⁰20' 210⁰20' 40⁰20'
0
C 70⁰40' 250⁰40' 40⁰20'
B 120⁰20' 300⁰20' 40⁰20'
90⁰
C 160⁰40' 340⁰40' 40⁰20'
Contoh :

161⁰20′0"
𝛽= = 40⁰20’0
4

2.4.2 Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk poligon segi banyak
yang menutup. Yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian ke titik 2
dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan membentuk segi banyak. Fungsi
dari kembali ke titik awal adalah digunakan untuk mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi
banyak tersebut.

Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun pada pengukuran di lapangan semua
sudut mempunyai besaran yang berbeda-beda. lalu bagaimana cara menerapkan di
lapangannya? Pada prinsipnya yang perlu diingat adalah penentuan jumlah titik poligon
disesuaikan dengan kondisi lapangan. Misalkan yang diukur lahan yang sangat luas maka
membutuhkan banyak titik poligon. Usahakan menggunakan sedikit titik poligon yang
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

terpenting menutup. Semakin banyak titik poligon maka tingkat kesalahan sudut semakin
besar.
Gambar di atas mempunyai segi 6 artinya apabila kita menghitung jumlah keseluruhan sudut
dalam bisa menggunakan rumus (n-2)x180.
Jumlah sudut dalam total = (6-2)x180 = 720 derajat. Hasil hitungan tersebut adalah sudut
apabila poligon tersebut benar-benar menutup. tapi tahukah anda bahwa pengukuran di
lapangan tidak bisa seperti itu. biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut dalam karena
beberapa faktor di lapangan. Misalkan saya bandingkan hasil pengukuran dari lapangan
sebelum dikoreksi didapat jumlah sudut dalam sebesar 720d54'43" (720 derajat 54 menit 43
detik). Maka hasil pengukuran saya ini ada kesalahan atau kelebihan sudut sebesar 54'43".
Maka yang harus dikoreksi adalah sebesar 54'43" agar sudut dalam sesuai dengan hasil rumus
di atas. Selain untuk mengkoreksi sudut dalam, fungsi dari poligon tertutup ini adalah untuk
mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita mulai pengukuran dari titik awal atau titik 1 dengan
elevasi awal 100 m dari permukaan laut. Maka saat kita kembali ketitik awal lagi setelah
melalui titik poligon 2,3,4,5, dan 6 harusnya elevasi akhir adalah 100 m juga. apabila lebih
atau kurang dari itu maka harus dikoreksi.

2.4.3 Poligon Terbuka

Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai, maupun irigasi.
tapi kenyataannya bisa digunakan untuk mengukur luas lahan terbuka. namun tetap
disarankan untuk menggunakan poligon tertutup apabila mengukur luas lahan. Yang
dimaksud terbuka disini adalah poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada
tertutup. jadi pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak kembali ke titik awal seperti pada
gambar di bawah ini.

Poligon terbuka sendiri terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna dan tidak terikat sempurna.
Dikatakan terikat sempurna apabila kita mempunyai data-data koordinat pada titik awal dan
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

titik akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z). Sedangkan terikat tidak sempurna
adalah hanya mempunyai data koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Data koordinat
tersebut bisa didapatkan dari benchmark. Poligon terbuka tidak terikat sempurna ini tidak
bisa dikoreksi sehingga hanya surveyor-surveyor handal dan berpengalaman banyak lah yang
bisa menggunakan ini karena yakin ketelitian dan kesalahan sudut hanya kecil. Tingkat
kesalahan pada pengukuran sangat tergantung dari pengukurnya sendiri seberapa akurat bisa
melakukannya.
Pengukuran poligon (utama dan cabang)
Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka Dasar
Horizontal (X,Y) digunakan metode Pengukuran Poligon dengan metode Poligon Loop
(Kring) tertutup yang dimulai dari BM.JA-10.

Alat ukur yang digunakan dalam kegiatan pengukuran Poligon ini adalah Total Station
sebanyak 1 set.

Pada pengukuran poligon ada 2 (dua) unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu Sudut dan
Jarak.

Untuk menghindari adanya kesalahan yang diakibatkan oleh alat–alat ukur, maka alat
tersebut di cek terlebih dahulu sebelum digunakan.

Agar supaya pengukuran dapat terkontrol dengan baik, dilakukan dengan membuat jaringan
pengukuran yang membentuk jaringan terikat sempurna dengan titik referensi atau titik ikat
diukur masuk jalur pengukuran. Pengamatan jarak atau sisi poligon diusahakan relatif sama
sisi dan pengamatan sudut dihindari sudut lancip ( sudut < 45 derajat ).

Agar kesalahan yang dilakukan oleh surveyor selama pengukuran tidak menumpuk, surveyor
telah mengevaluasi hasil ukurannya setiap hari (sore harinya), jika terdapat kesalahan
besoknya dilakukan pengukuran ulang, setelah pengukuran membentuk jaringan terikat
sempurna, hasil ukuran dievaluasi dibuat diagram pengukurannya.

a. Pengukuran Sudut Horisontal.


Sebelum memulai pengamatan, instrument harus betul–betul distel dan dicek Nivo beserta
sentringnya, posisi statif harus kuat terutama pada daerah labil seperti di sawah, pasir / tanah
gembur, tanah miring / lokasi yang sulit, dan harus dihindari dari tanah longsor / labil,
demikian juga untuk posisi target (target belakang dan target muka).
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar. 3.3 Pengukuran Sudut Horizontal


Pengukuran sudut horizontal dilakukan dua seri ganda dan selisih sudut tidak lebih dari 5”,
serie pertama distel kira–kira 00’ dan seri kedua ditambah 90’ dan kesalahan kolimasi
pembacaan horizontal tidak lebih dari 10”, sehingga menghasilkan 4 (empat) besaran sudut
horizontal yang relatif sama besar yang kesalahannya masih dalam toleransi.
Dalam perhitungan poligon sudut ini diratakan dengan menggunakan metode bowdith.

Selain itu juga dalam perhitungan sudut poligon harus diperhatikan batas toleransi yang
ditentukan yaitu 10 N dimana N adalah jumlah sudut ukuran dalam satu jaringan poligon.

b. Menentukan Azimuth Awal Pengukuran


Penentuan arah/azimuth awal pengukuran dilakukan dengan perhitungan dari 2 koordinat
titik, dalam hal ini azaimuth awal ditentukan dari BM.JA-10 ke CP.JA-10.

Kagiatan Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) dilakukan dengan metode Poligon
yang dibagi menjadi beberapa Jaringan/Loop utama dengan terikat sempurna seperti dapat
digambarkan pada sketsa berikut ini :
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar 2.4 Sketsa Jalur Pengukuran Poligon (Loop Besar dan Kecil)
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar 2.5 Analisa Data Hasil Hitungan Poligon

2.5. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Pengukuran kontrol vertikal atau kontrol tinggi (Z), dilakukan dengan pengukuran beda
tinggi secara teliti antara titik-titik kontrol horisontal (TKDP) atau titik-titik poligon yang
berurutan dengan cara atau metode sipatdatar. Dengan kombinasi antara kontrol horisontal
(X,Y) dan vertical (Z), maka titik-titik kerangka dasar pemetaan (TKDP) tersebut akan dapat
ditentukan posisinya dalam tiga dimensi (X,Y,Z)
Pengukuran sipat datar (waterpass)
Metode Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal dilakukan dengan metode Sipat
Datar/Waterpass dengan menggunakan alat Waterpass Wild. NAK sebanyak 1 set.
Pengukuran waterpass ini dilakukan untuk mendapatkan jaringan vertikal pada kerangka
pemetaan. Pengukuran waterpass dilakukan dengan menggunakan alat ukur penyipat datar
jenis NAK.2 sebanyak 1 (satu) set yang dilengkapi dengan bak ukur yang memakai nivo
rambu dan strag foot.
Untuk menghindari kesalahan akibat alat–alat tersebut, maka sebelum dipakai di lapangan
dicek terlebih dahulu kesalahan garis bidiknya.
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar. 2.6 Pengukuran Waterpass

Metode pengukuran waterpass dipakai sistem pengukuran Double Stand pergi dan pulang,
dan diantara sisi yang panjang (dari BM ke BM dibagi dalam beberapa seksi). Data ukuran
tiap hari di evaluasi, jika tidak masuk toleransi keesokan harinya dilakukan pengecekan /
pengukuran ulang.
Beda tinggi dan jarak tiap seksinya atau tiap sisinya (antara BM) diplotkan di peta kerja /
diagram dengan maksud mempermudah pengevaluasian hasil pengukuran .
Penentuan beda tinggi rata–rata ditentukan secara ramalan, yaitu kombinasi antara hasil beda
tinggi kedudukan I (satu) dan II (dua) dibandingkan dengan toleransi yang ada (cara kesatu).
Dan cara kedua yaitu kombinasi antara hasil beda tinggi dari kedudukan I (satu) dan II (dua)
pergi dirata–rata lalu dibandingkan dengan kedudukan pulangnya kemudian selisihnya
dibandingkan dengan toleransi yang ada.
Untuk kontrol pengukuran, dilakukan pengukuran dengan membuat jaringan tertutup dan
terikat sempurna di kedua ujungnya.
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar 2.7 Sketsa Jalur Pengukuran Waterpass

Gambar 2.8 Analisa Data Hasil Hitungan Waterpass


LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

2.6. Pengukuran Situasi Detil

Yang dimaksud dengan detil adalah segala obyek yang ada di lapangan, baik yang bersifat
ilmiah seperti : sungai lembah, bukit, alur, rawa, dan lain-lain, maupun hasil budaya manusi
seperti : jalan, jembatan, gedung, lapangan, stasiun, selokan, batas-batas pemilikan tanah dan
lain-lain, yang akan dijadikan isi dari peta yang akan dibuat. Penentuan posisi titik-titik detil,
diikatkan pada titik-titik kerangka pemetaan yang telah diukur sebelumnya.
Metode yang digunakan untuk pengukuran detil dengan metode takhimetri dimana
pengukuran sudut, jarak, dan beda tinggi dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan. Hal
ini dapat mempercepat pengambilan detil yang banyak dengan waktu yang tidak terlalu lama.
Pengukuran sudut diperoleh dari bacaan piringan horisontal setelah bacaan 0⁰ piringan
horisontal alat dibidikkan pada titik poligon sebelumnya sebagai backside, pengukuran jarak
diperoleh dari bacaan jarak optis, dan pengukuran beda tinggi diperoleh dari bacaan sudut
vertical.

bt

Gambar II.7. Pengukuran detil menggunakan metode takhimetri

Keterangan gambar :
A : konstanta pengali
B : selisih pembacaan benang atas dan benang bawah
h : helling
DAB : jarak horisontal yang dicari
ti : tinggi alat
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

bt : benang tengah
DAB : jarak horisontal (A B cos2 h )
V : D tan h
 HAB = V + ti – bt …………………. (II.23)

Pengukuran situasi detail


o Alat yang digunakan adalah Theodolit To atau Total Station yang sederajat
ketelitiannya;
o Metode yang digambarkan adalah Raai atau Voorstraal;
o Ketelitian poligon raai untuk sudut+ 20”√n, di mana n = banyak titik sudut.
Ketelitianlinier poligon raai 1:2.500;
o Semua tampakan yang ada, baik alamiah maupun buatan manusia diambil sebagai titik
detail, misalnya : bukit, lembah, alur, sadel, dll;
o Kerapatan titik detail 1 cm di peta (+50 m di lapangan) harus dibuat sedemikian rupa
sehingga bentuk tofografi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai
dengan keadaan lapangan;
o Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan
penggambaran dan memenuhi persyaratan mutu yang baik dan peta;
o Pengukuran sungai di sekitar lokasi rencana bendung harus diambil detail selengkap
mungkin, misalnya elevasi as, tepi dan lebar sungai, bukit di sekitar rencana bendung
tersebut;
o Pengukuran situasi harus dilebihkan sebesar + 250 m dari batas yang telah di-tentukan;
o Sudut poligon raai dibaca 1 (satu) seri;
o Ketelitian tinggi poligon raai +10 √D (D dalam km).

2.7.1 Pengukuran Profil Memanjang


Pengukuran sipatdatar memanjang bertujuan menentukan beda tinggi antara titik-titik di atas
permukaan bumi. Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang
referensi, yaitu bidang yang dianggap ketinggiannya nol.

Pengukuran sipatdatar memanjang dapat diartikan sebagai penentuan beda tinggi antara dua
titik atau lebih dengan garis bidik mendatar/horisontal yang diarahkan pada rambu-rambu
yang berdiri tegak atau vertikal. Sedangkan alat ukur yang digunakan bernama penyipatdatar
atau lebih sering disebut dengan waterpas
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar II.5. Penentuan beda tinggi dengan sipatdatar


Keterangan Gambar :
1. A, B : titik di atas permukaan bumi yang diukur beda tingginya
2. b, m : bacaan rambu atau tinggi garis mendatar di titik A dan B
3. hAB : beda tinggi antara titik A dan B
hAB = b – m ............................. (II.20)
Beda tinggi ditentukan melalui selisih pembacaan benang tengah antara rambu muka dan
rambu belakang. Apabila hasil yang diperoleh antara dua titik + (positif) maka daerahnya
naik, sedangkan apabila hasil yang diperoleh – (minus) maka daerah yang diukur turun.
Garis bidik adalah garis lurus (khayal) pada teropong, sedangkan untuk membuat mendatar
dibantu dengan nivo. Sehingga pada alat ukur penyipatdatar selain ada teropong juga
dilengkapi dengan nivo tabung untuk membantu mendatarkan garis bidik, selain kelengkapan
yang lain.
Alat ukur penyipatdatar apabila akan dipakai untuk pengukuran dilapangan harus memenuhi
beberapa syarat tertentu baik syarat utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi maupun syarat
tambahan yang dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan pengukuran dilapangan.
Adapun syarat-syarat pemakaian alat penyipat datar pada umumnya adalah :
1. Syarat dinamis : sumbu I vertikal
2. Syarat statis :
a. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I ( sumbu vertikal);
b. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I;
c. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo.
Pada penentuan beda tinggi antar titik kontrol pemetaan dimana jarak antar titik kontrol yang
relatif jauh, maka pengukuran beda tingginya dengan penyipatdatar tidak dapat dilakukan
dengan satu kali berdiri alat. Sehingga antara dua buah titik kontrol yang berurutan dibuat
dalam beberapa slag dengan titik-titik bantu dan pengukuran dibuat secara berantai.
Pengukuran beda tinggi tidak cukup dilakukan hanya sekali jalan, tetapi dibuat pengukuran
pergi-pulang yang pelaksanaannya dapat dilakukan dalam satu hari (dinamakan satu seksi
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

pengukuran) serta dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Gabungan beberapa seksi
dinamakan trayek.

Gambar II.6. Pengukuran sipatdatar berantai


Keterangan Gambar :
1. A,B : titik yang diukur beda tingginya
2. 1,2, … : titik–titik bantu pengukuran
3. b1, b2, : bacaan rambu belakang
4. m1, m2, : bacaan rambu muka
5. hAB : beda tinggi antara titik A dan B
Seperti pada gambar di atas, A dan B yang akan ditentukan beda tingginya dibagi dalam
beberapa slag karena jaraknya cukup panjang. Cara perhitungan beda tinggi antara A dan B
adalah kumulatif dari beda tinggi semua slag maka :
HA1 = b1 - m1
H12 = b2 – m2
H23 = b3 – m3
H34 = b4 – m4

HAB = h = b - m
Keterangan:
b : jumlah pembacaan rambu belakang
m : jumlah pembacaan rambu depan
h : beda tinggi masing–masing slag
Pengukuran kerangka kontrol vertikal dengan metode sipatdatar ini dilakukan secara Pergi–
Pulang. Hal ini dimaksudkan untuk pengecekan ukuran, sehingga bila terjadi blunders atau
kesalahan lainnya dapat diketahui.
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Pada pengukuran KKV ini, toleransi untuk selisih beda tinggi antara pengukuran pergi
dengan pengukuran pulang dapat disesuaikan dengan orde atau tingkat ketelitian yang
digunakan.
Besarnya rata-rata beda tinggi pergi-pulang dapat dicari dengan:
∑∆h 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑖+∑∆h 𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔
fh = .................. (II.21)
2
Dalam hal ini:
fh : kesalahan penutup tinggi
∑∆hpergi : jumlah beda tinggi pengukuran pergi
∑∆hpergi : jumlah beda tinggi pengukuran pulang
Setelah hasil pengukuran memenuhi toleransi yang disyaratkan maka kesalahan pengukuran
beda tinggi tersebut harus dikoreksikan merata terhadap setiap nilai pengukuran. Caranya
adalah dengan menggunakan rumus perbandingan antara jarak slag dan jarak keseluruhan
dikalikan besar koreksi beda tinggi.
Koreksi yang diberikan yaitu:
di
εhi = x fh .................................... (II.22)
∑d

Dalam hal ini:


εhi : koreksi beda tinggi slag ke i
di : jarak slag ke i
∑d : jumlah jarak dalam seksi
fh : kesalahan penutup tinggi
Didalam pengukuran detil situasi terdapat beberapa ketentuan yang harus dilakukan.
Ketentuan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu ketentuan umum dan ketentuan khusus.

II.7.3.1. Ketentuan Umum. Dengan ketentuan sebagai berikut :


1. Penentuan posisi titik-titik detil dilakukan dengan metode extrapolasi koordinat
kutub yang terikat pada titik poligon.
2. Jarak dan beda tinggi diukur dengan metode tachimetri.
3. Tinggi alat diukur menggunakan rol meter, pada setiap kali berdiri alat harus ada
data tinggi alat.
4. Detil yang tidak terjangkau oleh rangkaian poligon KKH, harus dibuat poligon
anakan, yang diikatkan pada titik poligon kerangka. Jumlah titik poligon anakan
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

(poligon terbuka terikat sepihak) sebanyak – banyaknya 2 buah ( 2 kali kedudukan


alat).
5. Pengukuran detil tidak boleh dilakukan pada saat yang bersamaan dengan
pengukuran kerangka peta.
6. Jarak maksimum (jika diukur cara optis) pengambilan detil dari titik poligon adalah
50 meter.
7. Kerapatan titik detil (spot hight) adalah ± 2cm diatas kertas plot atau disesuaikan
medan.

II.7.3.2. Ketentuan Khusus. Dengan ketentuan sebagai berikut :


1. Konsistensi kedudukan alat dalam pengambilan detil.
2. Cara pemberian nomer atau kode untuk detil planimetris harus unik dan urut untuk
satu bentuk detil yang sama (sejenis).
3. Untuk satu jenis bangunan atau segmen garis cara pemberian nomor harus urut, jika
kondisi lapangan memungkinkan pengambilan/ pengukuran detil juga diusahakan
urut.

2.7.2 Pengukuran Profil Melintang


Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan metode tachymetri yaitu sebagai
berikut:
a. Jarak antarpenampang melintang yang diukur bergantung pada kegunaan gambar
penampang melintang tersebut
b. Total station yang digunakan mempunyai ketelitian 30”
c. Setiap akan melakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan kalibrasi total station
d. Target prisma yang digunakan harus memiliki tinggi interval yang benar
e. Arah penampang melintang yang diukur diusahakan tegak
f. Batas pengambilan detail di areal tepi kiri dan di areal tepi kanan tergantung pada
kegunaan gambar penampang melintang tersebut
g. Jumlah dan kerapatan letak detail yang diukur harus dipertimbangkan pula terhadap
skala gambar penampang melintang yang akan dibuat
h. Setiap detail yang diukur harus dibuat sketsanya, dan sketsa detail penampang melintang
tidak boleh terbalik antara letak sebelah kiri dan kanan
i. Setiap lembar formulir data ukur penampang melintang harus ditulis nomor lembarnya,
nama pekerjaan, nama pengukur, alat yang digunakan, merek dan nomor seri alat yang
digunakan, tanggal dan tahun pengukuran, dan keadaan cuaca pada saat melakukan
pengukuran
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

BAB III. PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN

3.1. Perhitungan Hasil Pengukuran Topografi


Data hasil pengukuran selanjutnya dilakukan perhitungan baik itu perhitungan sementara di
lapangan dan perhitungan definitif yang dilakukan di studio, sehingga didapatkan koordinat
baik itu koordinat titik-titik poligon maupun koordinat titik-titik detail situasi/cross.
Setelah didapatkan daftar koordinat tersebut, selanjutnya dilakukan input data untuk
kemudian dilakukan plotiing titik-titik tersebut.
Penggambaran peta hasil pengukuran dilakukan dengan bantuan software AutoCAD untuk
memudahkan dalam proses editing dan penggandaan.
Untuk saat ini analisa data dan penggambaran hasil pengukuran masih sedang dilakukan

3.1.1 Perhitungan Poligon


Poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi satu. Poligon macam
ini merupakan poligon yang paling disukai di lapangan karena tidak membutuhkan titik ikat
yang banyak yang memang sulit didapatkan dilapangan, namun hasil ukurannya cukup
terkontrol
Karena bentuknya tertutup maka akan membentuk segi banyak atau segi n (n = banyaknya
titik poligon). Oleh karenanya syarat-syarat geometris dalam poligon tertutup adalah :

Gambar III.1. Poligon tertutup

Keterangan Gambar :
A, B : titik ikat yang diketahui koordinatnya
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

BA : azimuth awal


β1, β2, … : sudut dalam poligon

Syarat geometri poligon tertutup:

1. Syarat sudut ukuran


∑β = ( n – 2 ) x 180° ........................................................................... (III.1)
2. Koreksi sudut ukuran
∑fs = ( n – 2 ) x 180° - ∑β .................................................................. (III.2)

3. ∑fs dikoreksikan ke setiap sudut ukuran dengan prinsip bagi rata,


∑fs
fsi = 𝑛 .........................................................................................(III.3)
4. Perhitungan azimuth sisi poligon
α yang dicari = α awal + 180o – ( βi + fsi ) .......................................... (III.4)
5. Untuk mendapatkan syarat sisi poligon yang harus dipenuhi, proyeksikan sisi – sisi
poligon tersebut pada sumbu X (menjadi d’) dan pada sumbu Y (menjadi d”). Dari
gambar dapat dicari :
d1’ = dA1 sin αA1 d1” = dA1 cos αA1
d2’ = d12 sin α12 d2” = d12 cos α12
.............................. ...............................
d4’ = d5A sin α61 d4” = d5A cos α61
∑ d’ = ∑ d sin α ∑ d” = ∑ d cos α
∑ d’ = fx dan ∑ d” = fy ............................................................. (III.5)
6. Syarat absis dan ordinat :
∑ d sin α = 0
∑ d cos α = 0 .......................................................................... (III.6)
7. Kesalahan penutup absis
∑ d sin α + fx ≠ 0 ....................................................................... (III.7)
Maka fx dikoreksikan kepada masing-masing sisi poligon dengan rumus :
𝑑
∆𝑥𝑖 = ∑𝑑𝑖 x fx ............................................................................ (III.8)
8. Kesalahan penutup ordinat
∑ d cos α + fx ≠ 0 ...................................................................... (III.9)
Maka fy dikoreksikan kepada masing-masing sisi poligon dengan rumus :
𝑑
∆𝑦𝑖 = ∑𝑑𝑖 x fy .......................................................................... (III.10)
9. Kesalahan penutup linier
𝑓𝑙= √𝑓𝑥2 + 𝑓𝑦2 ........................................................................... (III.11)
10. Penentuan koordinat suatu titik, misal titik 2 yang diikat dari titik 1dan telah diketahui
koordinatnya adalah:
X2 = X1 + d sin α1-2 + ∆x1
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Y2 = Y1 + d cos α1-2 + ∆y1 ....................................................... (III.12)

3.1.2 Perhitungan Waterpass


1. Metode Penghitungan Beda Tinggi

Gambar 3.2 Metode Perhitungan Beda Tinggi

Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat dihitung
dengan rumus

ΔH = BTB – BTM
Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :
– 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu
belakang.
– 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi

2. Kesalahan-Kesalahan Pada Sipat-Datar

Kesalahan-kesalahan pada sipat-datar dengan menggunakan instrumen sipat datar


diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kesalahan Petugas :
Disebabkan oleh observer

a. Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (penempatan gelembung


nivo yang tidak sempurna dan sebagainya).
b. Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua rambu.
c. Kesalahan pembacaan.
d. Kesalahan pencatatan.
e. Disebabkan oleh rambu
- Penempatan rambu yang tidak betul-betul vertikal.
- Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya rambu Sopwith yang
perpanjangannya dirasakan kurang sempurna.
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

- Disebabkan terbenamnya rambu, karena tidak ditempatkan pada


tumpuan yang keras.

2. Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan pada tanda-tanda


indeks rambu karena titik-titik balik bernomor genap yang tidak tersedia antara dua
titik dapat dianggap sebagai kesalahan pembidik. Pada sipat datar teliti, seluruh jarak
harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah genap untuk menentukan titik-titik
balik.

3. Kesalahan Instrumen :

Disebabkan oleh petugas, Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (garis
kolimasi tidak sejajar dengan sumbu niveu tabung)

4. Parallax yang timbul pada saat pengukuran

5. Disebabkan oleh rambu


a. Graduasi rambu yang tidak teliti. Untuk perbaikannya dibutuhkan kalibrasi.
b. adanya kesalahan indeks rambu.
c. Sambungan rambu yang tidak sempurna (terutama pada tipe perpanjangan).
6. Kesalahan Alami :

1. Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat merubah


kondisi intrumen sipat datar dan karenanya merubah garis kolimasi. Pada sipat
datar teliti selama observasi, instrumen sipat datar harus terlindung dari sinar
matahari. Demikian pula, pemuaian atau penyusutan skala rambu harus
dikoreksi disesuaikan dengan temperatur rambu tersebut.

2. Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena beratnya


sendiri, baik instrumen sipat datar maupun rambu akan dapat terbenam, jika
ditempatkan di atas tanah yang lunak. Pada tempat-tempat seperti itu,
penyangga statif dan rambu haruslah dibuat khusus seperti piket, patok atau
harus dipilih tempat-tempat padat. Angin yang berhembus kencang akan
menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan untuk menghindarinya dapat
digunakan perisai pelindung atau menggunakan rambu yang pendek.

3. Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas cahaya


yang melintasi udara dengan kerapatan yang berbeda-beda akan direfraksikan.
Sedangkan dekat di atas permukaan tanah temperatur udara sangat berubah-
ubah dan karenanya perubahan kerapatannyapun besar pula. Karena itu
pembacaan rambu menjadi sulit dan mungkin sekali tidak teliti. Untuk
meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan haruslah sependek mungkin.
Selanjutnya diusahakan agar posisi instrumen sipat datar terletak di tengah-
tengah antara kedua rambu.
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

4. Pengaruh lengkung bumi : karena permukaan bumi tidaklah datar, akan tetapi
berbentuk speris, maka lengkung permukaan bumi haruslah diperhitungkan.
Tetapi hal ini merupakan problema yang kecil pada sipat datar. Lebih-lebih
apabila instrumen sipat datar ditempatkan di tengah-tengah antara kedua
rambu, maka pengaruhnya dapat diabaikan.

3.2.2 Analisis Data Hasil Pengukuran Waterpass


Hasil perhitungan data pengukuran Waterpass dapat dilihat pada tabel berikut ini dan
lengkapnya pada lampiran.
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

3.2. Penggambaran dan Pemetaan


Peta manuskrip adalah produk pertama dari suatu peta yang akan direproduksi dalam
keseluruhan proses pemetaan.
Berikut adalah garis besar langkah-langkah penggambaran peta :
1. Penggambaran titik-titik kerangka pemetaan.
Agar posisi gambar terletak simetris dalam kertas gambar maka perlu diperhatikan
angka absis dan ordinat maksimum / minimum, kemudian dicari panjang gambar
pada arah sumbu x dan y kemudian dibagi dua sehingga posisi absis dan ordinat
tengah kertas gambar diberi angka sebesar:
Angka absis = Angka absis min + ½ . Panjang gambar pada sumbu X
Angka ordinat = Angka ordinat min + ½ . Panjang gambar pada sumbu Y

Contoh:
Harga absis maksimum = + 500 m, dan minimum = - 200 m,
Harga ordinat maksimum = + 1000 m dan minimum = + 400 m
Angka absis = Angka absis min + ½ . Panjang gambar pada sumbu X
= -200 + ( ½ . ( 500 - ( - 200 )))
= - 200 + 350
= + 150 m
Angka ordinat = Angka ordinat min + ½ . Panjang gambar pada sumbu Y
= + 400 + (½ . ( 1000 - ( 400 )))
= + 400 + 300
= + 700 m
Jadi nilai pusat kertas gambar adalah koordinat X = + 150 m dan koordinat Y = +
700 m.
2. Penggambaran detil.
Penggambaran detil digambarkan dengan bantuan busur derajat dan penggaris.
Detil–detil digambar dari titik kerangka pemetaan (poligon) yang sesuai pada waktu
pengukurannya dilapangan dengan bantuan sket.
3. Penarikan garis kontur.
Garis kontur yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama di lapangan yang digambarkan di atas muka peta.
Garis kontur mempunyai beberapa sifat antara lain (Basuki, 2005) :

Page 33
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

a. Tidak berpotongan.
b. Tidak bercabang.
c. Tidak bersilangan.
d. Semakin jarang menunjukkan daerah semakin datar.
e. Semakin rapat menunjukkan daerah semakin curam.
f. Tidak berhenti di dalam peta
Dalam hal ini, metode yang digunakan untuk penarikan garis kontur adalah metode
matematis yang disebut juga dengan interpolasi linier.
Contoh perhitungan interpolasi kontur :

Gambar III.8. Contoh perhitungan interpolasi kontur

Keterangan gambar :
A, B : Titik tinggi.
h : Beda tinggi antara A dan B.
h1, h2, h3 … : Tinggi yang akan dicari.
A1, A2, A3 … : Titik yang akan dicari.
Contoh:
Untuk menentukan nilai h3 dapat dicari dengan:
𝐴3 𝑑 𝐴3.ℎ
= sehingga h3 = ……………. (III.24)
ℎ3 ℎ 𝑑

Page 34
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

BAB IV HASIL PELAKSANAAN SURVEY


TOPOGRAFI

4.1. Rekapitulasi Hasil Pengukuran


Secara umum, pekerjaan lapangan pengukuran topografi untuk pekerjaan REVIEW DESAIN,
AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN
(3000 HA) sudah selesai 100% dengan rincian tahapan pekerjaan dan volume sebagai berikut
:
Tabel 4.1. Progres Kegiatan Survey Topografi
PROGRESS
KEGIATAN KETERANGAN
20% 40% 60% 80% 100%
a. Investigasi/Pemasangan BM v v v v v Sudah Selesai
b. Pengukuran Kerangka v v v v v Sudah Selesai
Horisontal
c. Pengukuran Kerangka Vertikal v v v v v Sudah Selesai
d. Pengukuran Situasi Topografi v v v v v Sudah Selesai
dan Bathimetri
e. Pengukuran Potongan v v v v v Sudah Selesai
Melintang dan Memanjang.
f. Pengolahan Data (Perhitungan) v v v v v Sudah Selesai
g. Penggambaran v v v v v Sudah Selesai
h. Penyusunan Laporan Survey v v v v v Sudah Selesai
Topografi

Tabel 4.2. Volume Hasil Kegiatan Survey Topografi


NAMA PRODUK HASIL
VOLUME/JUMLAH KETERANGAN
PENGUKURAN
a. Bench Mark (BM) baru yang
dipasang 100 % Sudah Terpasang
b. Control Point (CP) baru yang 100 %
dipasang Sudah Terpasang
100 %
c. Pengukuran Kerangka Vertikal
Sudah Selesai
d. Pengukuran Situasi Topografi 100 %
dan Bathimetri Sudah Selesai
e. Pengukuran Potongan Melintang 100 %
dan Memanjang. Sudah Selesai
100 %
f. Pengolahan Data (Perhitungan)
Data Terlampir
100 %
g. Penggambaran
Sudah Selesai
h. Penyusunan Laporan Survey 100 %
Topografi Sudah Selesai

Page 35
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

4.2. Dokumentasi Kegiatan Pengukuran


Berikut adalah beberapa foto dokumentasi dari kegiatan survey pengukuran topografi :
Tabel 4. 3 Dokumentasi kegiatan Survey Topografi

NO Dokumentasi Kegiatan Keteranagan


1 Area yang akan di lakukan
pengukuran topografi

Pemasnagan / pengecoran
BM dan CP

Titik/Tugu CP yang telah di


buat

Page 36
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Kegiatan Pengukuran
Poligon

Page 37
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 38
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Kegiatan Uji peta

Page 39
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Kegiatan Pengukuran

Page 40
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Kegiatan pengukura Detail


dan jarak langsung

Page 41
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Pengukuran Jarak Langsung

Page 42
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

4.3. Resume Produk dan Gambar Hasil Pengukuran


Resume Produk Hasil Pengukuran

 Pengukuran situasi topografi yang sudah dilakukan meliputi areal seluas 5.300 Ha
(Bruto). Adapun untuk luas area netto yang rencana diari adalah 2.009,19 Ha dan luas
area tambak yang memungkinkan untuk diari adalah 66,2 Ha.
 Dalam pengukuran detail panjang saluran yang diukur untuk rencana saluran induk
adalah 22,3 Km dan panjang saluran untuk rencana saluran primer adalah 23,162 Km.
 Dari hasil Analisis Data Pengukuran ketelitian yang dicapai masuk dalam Toleransi
Pengukuran yang disyaratkan dalam KAK, baik untuk Pengukuran Poligon maupun
Pengukuran Waterpass.

Gambar Hasil Pengukuran

Berikut iini hasil pengukuran topografi yang emudian di gambarkan menggunakan software
AutoCad:

Page 43
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar 4.1 Peta Ikhtisar Hasil Pengukuran Topografi

Page 44
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar 4.2 Peta Ikhtisar Hasil Pengukuran Topografi

Page 45
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Gambar 4.3 Peta Situasi Topografi Rencana Trase Saluran

Page 46
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

4.4. Deskripsi BM dan CP


Adapun dokumen deskripsi BM dan CP yang telah terpasang sesuai satandart KAK berikut
ini contohnya. Untuk lengkapnya dapat dilihat berikut ini .

Page 47
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 48
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 49
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 50
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 51
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 52
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 53
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 54
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 55
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 56
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 57
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

Page 58
LAPORAN TOPOGRAFI
REVIEW DESAIN, AMDAL DAN LARAP JARINGAN UTAMA DAN TERSIEW D.I. JAMBO AYE KANAN (3000 HA)

BAB V PENUTUP
Demikian Laporan Survey Topografi untuk pekerjaan “Review Desain, Amdal dan Larap
Jaringan Utama dan Tersier D.I. Jambo Aye Kanan (3.0000 Ha)”, tahun anggaran 2015
yang disusun dengan mengacu pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan arahan dari
direksi/tim teknis pekerjaan. Kami berharap semoga dokumen ini dapat memenuhi harapan
dari Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sumatera I, khususnya PPK Perencanaan dan
Program, sebagai media monitoring kerja sama antara pemberi kerja sebagai pengguna jasa
dan konsultan sebagai penyedia jasa.

Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan dan penyusunan Laporan Topografi ini. Kami juga menerima dengan
terbuka dan senang hati semua koreksi, masukan, saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan laporan ini.
Terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan pekerjaan.

Page 59

Anda mungkin juga menyukai