106
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
karakteristik yang berbeda. Berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan. Badan Pertanahan Nasional RI
memberi batasan mengenai sengketa, konflik maupun perkara pertanahan. Pasal 1 Peraturan
Kepala BPN tersebut menyatakan bahwa kasus pertanahan adalah sengketa, konflik dan perkara
pertanahan yang disampaikan kepada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk
mendapatkan penanganan, penyelesaian sesuai peraturan perundangundangan dan/atau kebijakan
pertanahan nasional.
a. Sengketa Pertanahan.
(2) konflik struktural, yang disebabkan pola perilaku destruktif, kontrol perilaku sumberdaya
yang tidak seimbang,
(3) konflik nilai, karena perbedaan kriteria yang dipergunakan mengevaluasi gagasan/
perilaku, perbedaan gaya hidup, idiologi atau agama/kepercayaan,
(4) konflik hubungan, yang disebabkan karena emosi yang berlebihan, persepsi yang keliru,
komunikasi yang buruk/salah, pengulangan perilaku yang negatif,
(5) konflik data, yang disebabkan karena informasi yang tidak lengkap, informasi yang keliru,
pendapat yang berbeda tentang hal-hal yang relevan, interpretasi data yang berbea, dan
perbedaan prosedur penilaian.
Penyebab umum timbulnya konflik pertanahan dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor
hukum dan faktor non hukum.
107
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
a. Faktor Hukum
UUPA sebagai induk dari peraturan di bidang sumber daya agraria lainnya, dalam
perjalanannya dibuat beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
sumber daya agraria tetapi tidak menempatkan UUPA sebagai undang-undang
induknya, bahkan justru menempatkan UUPA sejajar dengan undang-undang agraria.
UUPA yang mulanya merupakan payung hukum bag kebijakan pertanahan di
Indonesia menjadi tidak berfungsi dan secara substansial bertentangan dengan
diterbitkannya berbagai peraturan perundangan sektoral seperti UU Kehutanan, UU
Pokok Pertambangan, UU Transmigrasi dan lain-lain.
2) Tumpang tindih peradilan.
Pada saat ini terdapat tiga lembaga peradilan yang dapat menangani suatu konflik
pertanahan yaitu peradilan perdata, peradilan pidana dan peradilan tata usaha negara
(TUN). Dalam bentuk konflik tertentu, salah satu pihak yang menang secara perdata
belum tentu menang secara pidana (dalam hal konflik disertai tindak pidana).
b. Faktor Non Hukum
1) Tumpang tindih penggunaan tanah.
Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat baik melalui kelahiran maupun migrasi
serta urbanisasi, serta jumlah lahan yang tetap, menjadikan tanah sebagai komoditas
ekonomi yang nilainya sangat tinggi, sehingga setiap jengkal tanah dipertahankan
sekuatnya.
5) Kemiskinan.
108
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan di atas
tanah tertentu yang tidak atau belum dilekati hak (tanah Negara), maupun yang telah
dilekati hak oleh pihak tertentu;
2) Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah, yaitu :
Perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai proses penetapan hak dan
pendaftaran tanah yang merugikan pihak lain sehingga menimbuikan anggapan tidak
sahnya penetapan atau perijinan di bidang pertanahan;
3) Batas atau letak bidang tanah, yaitu :
Perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang
diakui satu pihak yang teiah ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia maupun yang masih dalam proses penetapan batas;
4) Pengadaan Tanah, yaitu :
Perbedaan pendapat, kepentingan, persepsi atau nilai mengenai status hak tanah yang
perolehannya berasal proses pengadaan tanah, atau mengenai keabsahan proses,
pelaksanaan pelepasan atau pengadaan tanah dan ganti rugi;
5) Tanah obyek Landreform, yaitu
Perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai prosedur penegasan, status
penguasaan dan pemilikan, proses penetapan ganti rugi, penentuan subyek obyek dan
pembagian tanah obyek Landreform;
6) Tuntutan Ganti Rugi Tanah Partikelir, yaitu :
Perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status ulayat dan
masyarakat hukum adat di atas areal tertentu baik yang telah diterbitkan hak atas tanah
maupun yang belum, akan tetapi dikuasai oleh pihak lain;
8) Pelaksanaan Putusan Pengadilan, yaitu :
Perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai putusan badan peradilan
yang berkaitan dengan subyek atau obyek hak atas tanah atau mengenai prosedur
penerbitan hak atas tanah tertentu.
109
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
110
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Dengan berjalannya waktu, penyelesaian konflik pertanahan melalui ADR secara implisit dimuat
dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Dalam struktur organisasi BPN dibentuk satu kedeputian, yaitu Kedeputian Bidang Pengkajian dan
Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan. BPN telah pula menerbitkan Keputusan Kepala
BPN No. 34 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah
Pertanahan yang telah diganti dengan Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan. Dalam menjalankan tugasnya
menyelesaikan konflik pertanahan, BPN melakukan upaya antara lain melalui mediasi.
Pembentukan kedeputian tersebut menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa penyelesaian berbagai
konflik pertanahan itu sudah merupakan hal yang sangat mendesak sehingga diupayakan
membentuk kedeputian untuk menanganinya. Kedua, terdapat keyakinan bahwa tidak semua
konflik pertanahan harus diselesaikan melalui pengadilan. Kedeputian Bidang Pengkajian dan
Penanganan
Sengketa dan Konflik Pertanahan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di
bidang pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik pertanahan. Dalam
melaksanakan tugasnya Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik
Pertanahan berpedoman pada peraturan prundang-undangan yang berlaku, terutama Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan
Penanganan Kasus Pertanahan.
1.1.2.1 Mekanisme Penanganan dan Penyelesaian Konflik oleh BPN
Penanganan dan penyelesaian terhadap konflik pertanahan oleh BPN RI didasarkan pada Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan
Penanganan Kasus Pertanahan, yang meliputi mekanisme pelayanan pengaduan dan informasi,
pengkajian, penanganan, dan penyelesaian konflik pertanahan, serta bantuan hukum dan
perlindungan hukum.
1) Mekanisme Pengaduan
a) Pelayanan pengaduan sengketa dan konflik pertanahan dilaksanakan dan dikoordinir
oleh Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan
(Deputi V) di BPN RI, di Kantor Wilayah BPN Provinsi dilakukan oleh Kepala
Bidang PPSKP dikoordinasi oleh Kakanwil, dan di Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota dilakukan oleh Kepala Seksi SKP dikoordinasi oleh Kepala Kantor;
b) Pengaduan sengketa dan konflik pertanahan dapat diajukan secara lisan atau tertulis
dan dapat disampaikan secara langsung ke Kantor Pertanahan, Kantor Wilayah BPN,
dan Kantor BPN RI, atau melalui www.bpn.go.id. Khusus melalui www.bpn.go.id
harus ditindaklanjuti dengan pembuatan permohonan secara tertulis;
c) Pengaduan paling sedikit memuat identitas pengadu, obyek yang diperselisihkan,
posisikasus (legal standing) dan maksud pengaduan, serta dilampiri foto copy identitas
pengadu dan data dukung yang terkait dengan pengaduan;
d) Surat pengaduan yang telah diterima diteruskan ke satuan organisasi yang tugas dan
fungsinya menangani sengketa dan konflik pertanahan. Surat pengaduan yang diterima
dicatat dalam register dan diditribusikan kepada pelaksana dan/atau tim pengolah
untuk mendapatkan penanganan.
Pengkajian konflik dilakukan dengan melakukan pengkajian akar dan riwayat koflik untuk
mengetahui faktor penyebab terjadinya dan potensi dampak dari terjadinya konflik.
Pengkajian konflik pertanahan dilakukan dengan cara meneliti dan menganalisis data
konflik yang terjadi. Hasil dari penelitian dan analisa data dipergunakan untuk menentukan
dan merumuskan pokok permasalahan atas terjadinya konflik. Terhadap pokok
111
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
permasalahan konflik dilakukan telaahan hukum berdasarkan data yuridis, data fisik
dan/atau data pendukung lainnya, yang hasilnya kemudian dilakukan kajian penerapan
hukum yang selanjutnya menghasilkan rekomendasi penanganan konflik.
3) Penanganan Konflik Pertanahan.
Gelar Mediasi, adalah gelar yang menghadirkan para pihak yang berselisih untuk
memfasilitasi penyelesaian kasus pertanahan melalui musyawarah. Gelar Mediasi
bertujuan : menampung informasi/pendapat dari semua pihak yang berselisih, dan
pendapat dari unsur lain yang perlu dipertimbangkan; menjelaskan posisi hukum
para pihak baik kelemahan/kekuatannya; memfasilitasi penyelesaian kasus
pertanahan melalui musyawarah; dan pemilihan penyelesaian kasus pertanahan.
Gelar Istimewa, adalah gelar yang dilaksanakan oleh Tim
Penyelesaian Kasus Pertanahan yang dibentuk oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia atau Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik
Pertanahan. Gelar Istimewa bertujuan : menyelesaikan kasus pertanahan yang sangat
kompleks; menyelesaikan perbedaan keputusan mengenai penanganan kasus pertanahan
112
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
antara pejabat BPN RI atau pejabat instansi lainnya; mengkoreksi keputusan Pejabat BPN
RI yang bermasalah; dan menetapkan upaya hukum.
Dalam rangka membangun kepercayaan publik (trust building), salah satu yang dilakukan
oleh BPN adalah melakukan percepatan penanganan dan penyelesaian kasus-kasus
pertanahan sebagaimana diamanatkan dalam Tap MPR IX/MPR/2001 yang juga
merupakan bagian dari 11 Agenda Prioritas BPN RI dengan berlandaskan 4 (empat) prinsip
kebijakan pertanahan.
Peyelesaian konflik pertanahan berdasarkan Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan terdiri dari:
a) Penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan untuk melaksanakan putusan
pengadilan; BPN RI wajib melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, kecuali terdapat alasan yang sah untuk tidak melaksanakannya,
yaitu :
Dalam melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa dan konflik pertenahan, BPN
RI menetapkan beberapa keriteria terhadap kasus pertanahan yang dinyatakan selesai
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 72 Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011,
yaitu :
113
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Bantuan hukum dilaksanakan untuk kepentingan BPN RI atau aparatur BPN RI yang masih
aktif atau sudah purna tugas yang menghadapi masalah hukum. Bantuan hukum meliputi
pendampingan hukum dalam proses peradilan pidana, perdata atau tata usaha negara,
pengkajian masalah hukum yang berkaitan dengan kepentingan BPN dan pengkajian
masalah hukum akibat tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau pegawai BPN.
Memantapkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kedeputian Bidang Pengkajian dan
Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan dengan membangun standar mekanisme dan
prosedur operasional pengkajian dan penanganan sengketa pertanahan;
Mengintensifkan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan melalui mediasi
dengan mendasarkan pada kajian akar permasalahan;
Membangun sistem basis data dan sistem informasi kasus pertanahan yang valid guna
mendukung percepatan penanganan dan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara
pertanahan secara sistematis;
Memprakarsai terwujudnya konsep strategis penyelesaian sengketa, konflik dan perkara
pertanahan dengan melibatkan pakar, akademisi serta Pengamat Agraria;
Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia di lingkungan
Kedeputian Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan.
114
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Dalam konsep win-win solution, seandainya investor memiliki sertifikat hak milik, mereka tidak
bisa langsung menang atas rakyat karena rakyat dilindungi oleh Pasal 33 UUD 1945, meskipun
rakyat tersebut tidak memiliki sertifikat. Pasal 33 UUD 1945 menyiratkan bahwa rakyat memiliki
hak atas tanah dan kekayaan alam di dalamnya. Konsep win-win solution adalah cara yang
membuat derajat rakyat semakin tinggi karena rakyat dalam cara itu tidak dapat serta merta
dikalahkan. Dengan konsep ini, rakyat harus mendayagunakan kemampuannya. BPN dalam hal ini
hanya hanya mediator yang dituntut untuk independen, dan tidak berpihak pada kedua belah pihak.
Namun penyelesaian konflik pertanahan dalam konsep win-win solution tergantung pada para
pihak yang berkonflik. Win-win solution adalah upaya untuk mempermudah akomodasi dari
beragam kepentingan yang bersengketa agar tidak jatuh konflik yang memakan korban dan
merugikan kedua belah pihak.
115
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
konflik paling tidak mampu meminimalisir terjadinya konflik pertanahan. Sebagaimana yang diatur
dalam Perka BPN RI Nomor 3 Tahun 2011, upaya untuk mencegah terjadinya konflik pertanahan
antara lain dengan :
a. Data ril jumlah kepala keluarga (jumlah KK) yang tidak akurat, ada perbedaan data
yang disurvey tim survey yang didampingi penduduk, dengan data tambahan dan data
susulan yang diajukan pemerintah desa atau dusun setempat.
b. Data ril kepala keluarga (KK) tidak semuanya memiliki bukti sebagai penduduk
setempat (memiliki KTP), karena pada saat krisis politik banyak warga yang
meninggalkan tempat tinggalnya, kemudian pulang kembali.
c. Data kepemilikan lahan bermasalah karena tidak semuanya memiliki tanda bukti
kepemilikan lahan secara legal (sertifikat). Data yang ada hanya berdasarkan daftar
pemilikan lahan secara masal yang ditandatangani oleh kepala gampong atau dusun.
d. Luas lahan yang dinyatakan sebagai pemilik warga, disusun seperti penyusunan hasil
pengkaplingan baru dengan luas lahan relative sama, tetapi ada juga kelompok pemilik
lahan luas dan pemilik lahan kecil, seperti hasil pengkaplingan.
2) Aspek sosial-ekonomi dan budaya, berkaitan dengan peta kekuatan sosial dalam
pengambilan keputusan, penentuan harga jual lahan dan pola kehidupan masyarakat dalam
matapencaharian. Permasalahan tersebut berkaitan dengan :
a. Harapan OTD terlalu besar dalam hal uang konpensasi (ganti rugi) dan penyediaan
sarana dan prasarana, sehingga apabila tidak terwujud berpeluang banyak hambatan.
b. Aspirasi warga masyarakat (OTD) ada kemungkinan tidak murni , karena ada
kekuatan pengaruh tokoh masyarakat. Sehingga keputusan apapun dalam berbagai
biding merupakan keputusan tokoh elit masyarakat.
c. Ada kemungkinan terjadi manipulasi informasi dalam berbagai hal
d. Permasalahan ekonomi OTD berkaitan dengan mata pencaharian, akan terjadi stagnasi
pada saat adaptasi di tempat pemukiman baru, karena pola hidup semula belum tentu
sesuai dengan pola hidup baru. Sehingga perlu penanganan khusus
116
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
e. Akan terjadi kekosongan berbagai pola aktivitas kegiatan rutin, karena harus
konsolidasi dalam menyusun pola aktivitas kehidupan baru, sehubungan OTD
terserabut dari akar budaya semula
a. Kemungkinan adanya variasi aspirasi mengenai lokasi tempat pemukiman baru, yang
menyebabkan lokasi lahan yang disediakan sudah disiapkan sedikit peminatnya
b. Mengalami kekosongan penghidupan dan pola kehidupan, akibat kehilangan lahan dan
kehilangan tempat tinggal serta kehilangan rutin produksi lahan.
c. Keluarga mengalami kesepian ada gangguan secara psikologis akibat kehilangan
tempat tinggal dan tempat berteduh.
d. Mengalami stagnasi dalam pola aktivitas produkutif akibat hilangnya akses ke tempat
sumber produktif kepemilikannya.
e. Permasalahan kehilangan pelayanan/kepuasan masyarakat, karena kelembagaan
masyarakat yang terkait bidang sosial, ekonomi, keagamaan (peribadatan), seni,
kesehatan, olahraga dan lainnya.
5) Permasalahan ketersediaan pangan, akibat kehilangan beberapa waktu yang cukup lama
dalam mengembalikan rutinitas dan kebiasaan menghasilkan produksi pertanian,
pemasaran, serta kemungkinan berkurangnya kapasitas produksi.
6) Permasalahan kemungkinan keadaan tidak sehat atau tidak normal lingkungan akibat
terhentinya pemeliharaan kesehatan di tempat lama atau belum siapnya penanganan
kesehatan di lingkungan baru
9) Ada kemungkinan akan timbul kecemburuan sosial atau konflik antara kelompok yang
mampu mendapatkan akses pada sumberdaya dengan kelompok yang tidak mendapatkan
akses pada sumberdaya di lingkungan baru
117
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
2) Dampak proyek terhadap masyarakat berkaitan dengan pribadi OTD yang berubah akaibat
proyek, sehingga kegiatan usaha terganggu atau bahkan terhenti samasekali akibat akses
dan sumber kegiatan ekonominya terhenti. Hal tersebut perlu program pemberdayaan
pembinaan usaha masyarakat
Banyak kisi kisi yang perlu dipersiapkan untuk rencana relokasi, diantaranya :
a. Persiapan administrasi kependudukan
b. Persiapan tempat pemukiman baru yang memenuhi standard dan persyaratan baik lahan
maupun rumah yang sehat aman dan bebas bencana , sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dengan kelengkapan perumahan, infrastruktur dan fasilitas public, pendapatan,
pekerjaan, fasilitas kelembagaan, fasilitas kesehatan, usaha kecil, akses fasilitas sosial
c. Kesiapan dalam rekonstruksi pembangunan perumahan, sumber alam, perbaikan
pendapatan, pendidikan dan fasilitas ibadah serta pemerintahan yang legal formal.
d. Kesiapan kepala keluarga dan keluarga yang akan pindah secara fisik, mental dan
sosiologis untuk menempati tempat dan kondisi lingkungan baru
e. Kesiapan alat tranportasi pemindahan penduduk,yang aman nyaman sesuai dengan
keinginan OTD.
f. Kesiapan perbekalan untuk masa tenggang waktu menunggu kesiapan kegiatan produktif
(paling sedikit untuk 3 bulan), sebagai upaya adaftasi dengan lingkungan baru baik secara
fisik maupun sosial.
g. Kesiapan lembaga penunjang untuk keperluan dengan tempat tinggal, lahan, sumberdaya
alam, hilang pekerjaan, keterbatasan mobilitas, sarana pendidikan, kehilangan aktivitas
sosial dan keagamaan, resiko ketidakwajaran, resiko keamanan pangan, makna komunitas,
pemindahan penduduk
Pemindahan OTD tidak hanya sekedar pemindahan orang, tetapi terkait dengan segala kelengkapan
infrastruktur dan suprastrukturnya. Oleh karena itu ada bebebrapa ketentuan yang relative baku
untuk suatu kegiatan pemindahan penduduk, yang terkena proyek pembangunan. Ketentuan
tersebut dapat merupakan prinsif, standar atau sampai pada standar operasional prosedur, agar
dalam pemukiman tersebut tidak menimbulkan ketegangan atau konflik.
Adapun prinsip pemindahan OTD adalah meliputi :
a. Menghindari beban kekurangan atau masalah yang mungkin terjadi
b. Penyediaan matapencaharian pengganti pada lingkungan baru
c. Menempatkan penduduk tanpa kehilangan sumber daya kehidupan sosial ekonomi dan
agama
d. Dikembangkan peluang sumber pangan
e. Diberdayakannya kelembagaan sosial ekonomi dan budaya
118
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Pada prinsip tersebut sudah mencakup aspek hidup dan kehidupannya, sehingga pemukiman
kembali tidak hanya memindahkan kekurangan atau kemiskinan, tetapi memindahkan dengan
meningkatkan kesejahteraannya secara sosial, ekonomi dan spiritual.
Relokasi OTD tidak hanya sekedar memindahkan orang dan keluarganya, tetapi juga memindahkan
penghidupannya. Oleh karena itu setelah berada di tempat baru perlu ada pembinaan usaha
masyarakat, yang berkelanjutan, agar dapat bertahan hidup di tempat yang baru. Untuk pembinaan
usaha masyarakat perlu tindakan pemindahan sesuai standar atau patokan yaitu :
a. Standar hidup layak
b. Penetapan pemindahan yang jelas dan prosedural
c. Tersedia peluang kerja dan bisnis
Pembinaan tenaga kerja terhadap warga OTD perlu dilakukan, karena kepndahan mereka secara
langsung akan menutup peluang kerjanya di masa dating. Untuk mempertahankan kelanjutan usaha
atau pemberdayaan OTD diperlukan kebijakan yang komprehensif yang akan menyangkaut
berbagai instrument pemindahan penduduk. Tiga kunci kebijakan untuk pembinaan tenaga kerja,
yang tepat adalah :
a. Adanya konpensasi yang jelas, tegas dan benar
b. Melakukan relokasi secara penuh kepada OTD
c. Memberikan bantuan rehabilitasi dalam berbagai aspek kehidupan
Usaha pembinaan usaha dilakukan dengan berbagai cara, tetapi yang prinsif untuk dilaksanakan
adalah meliputi hal berikut :
a. Meningkatkan partisipasi dalam pelaksanaan
b. Memberikan prioritas rekrut peserta penduduk lokal
c. Menyediakan pelatihan untuk mengembangkan atau menciptakan pekerjaan baru
d. Memberikan kemudahan akses ke sumberdaya ekonomi
e. Memberikan bantuan permodalan
3) Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah dapat membentuk Satuan Tugas yang membidangi
inventarisasi dan identiflkasi :
119
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
4) Penilai bertugas melakukan penilaian besarnya Ganti Kerugian bidang per bidang tanah,
meliputi:
a. tanah;
b. ruang atas tanah dan bawah tanah;
c. bangunan;
d. tanaman;
e. benda yang berkaitan dengan tanah; dan atau
f. kerugian lain yang dapat dinilai.
a. uang;
b. tanah pengganti;
c. permukiman kembali;
d. kepemilikan saham; atau
e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
6) Bentuk Ganti Kerugian baik terdiri sendiri maupun gabungan dan heberapa bentuk Ganti
Kerugian, diberikan scsuai dengan nilai Ganti Kerugian yang nominalnya sama dengan
nilai yang ditetapkan oleh Penilai.
7) Pendokumentasian Peta Bidang, Daftar Nominatif dan Data Administrasi Pengadaan Tanah
120
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Input ini berkaitan dengan faktor faktor dri dalam yang bisa dikendalikan oleh pihak yang
memerlukan tanah (Pemda setempat), namun bisa menjadi faktor penghambat dalam proses
pembebasan tanah dengan rincian sbb :
121
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
122
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
123
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
2) Faktor Eksternal
Input ini berkaitan dengan faktor faktor dari luar yang tidak bisa dikendalikan oleh pihak
yang memerlukan tanah (Pemda Setempat) sehingga mempunyai peranan/pengaruh
terhadap kinerja waktu dalam proses pelaksanaan pembebasan tanah dengan rincian :
124
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Gambaran umum LARAP akan disampaikan dalam bentuk papan iklan (billboard) yang
sejalan dengan koridor proyek.
Bersama-sama dengan pegawai desa, PemDa akan melakukan sesi diseminasi informasi di
setiap desa dengan melibatkan masyarakat lokal/pedagang dan mendorong partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaannya
Perhatian khusus akan diberikan dalam pembahasan dengan Kelompok Rentan untuk
menyakinkan bahwa mereka mendapatkan perhatian utama.
Para stakeholder biasanya berperan penting dalam kelanjutan program. Dengan pertimbangan ini,
mereka juga akan diberi informasi untuk memperoleh kepentingan mereka. Aktivitas ini akan
dilaksanakan oleh Pemda dengan bantuan konsultan dan kontraktor. Para stakeholder yang
dilibatkan dalam konsultasi tersebut selain WTP (Warga Terkena Proyek) itu sendiri, adalah:
Pemerintahan Desa
Pemerintahan Kecamatan
Pemerintahan Kabupaten
o Dinas Pertanian
o Dinas Kehutanan
WTP/OTD sepanjang daerag genangan
Kelompok Perempuan (PKK dan Posyandu)
125
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Tokoh masyarakat
LSM lokal
Untuk memastikan bahwa pelaksanaan kompensasi dan relokasi bisa dilaksanakan secara efektif
dan lancar, perlu suatu strategi konsultasi dan diskusi yang tepat untuk dilaksanakan. Fokus, skala
waktu, serta strategi konsultasi dan diskusi meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1) Konsultasi dan diskusi aset yang hilang;
Konsultasi dan diskusi untuk perbaikan pendapatan meliputi satu topik tunggal yaitu
informasi tentang program perbaikan pendapatan setelah pembebasan tanah (kompensasi).
Tujuan konsultasi dan diskusi adalah mengidentifikasi dan menentukan jenis perbaikan
pendapatan yang harus dilakukan termasuk pelatihan.
126
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
127
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Strategi
Bahan konsultasi Peserta yang Terlibat Lokasi Waktu
konsultasi
yang berada di jalur Genangan pelatihan
128
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
129
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Faktor Lokasi, yang mencakup kestrategisan, jauh dekatnya lokasi dengan fasilitas
umum.
Faktor Kegunaan, adalah pengaruh dari nilai kegunaan yang maksimal bisa
diperoleh yang disesuaikan dengan zoning/peruntukannya.
Faktor Fisik, adalah mencakup sifat-sifat fisik antara lain ukuran, bentuk tanah, topografi,
kondisi tanah, dan lain-lain.
Faktor Sarana, menyangkut adanya sarana yang dimiliki misalnya jalan masuk, PDAM,
PLN, Telkom, angkutan umum, dan lain-lain.
Faktor Waktu, adalah berhubungan dengan kapan terjadinya penjualan/ transaksi atau
masih dalam bentuk penawaran.
Adapun Faktor Nilai Nyata juga ditambahkan sebagai nilai tanah sebagai faktor- faktor
penggantian kerugian yang bersifat fisik dan/ atau non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada
yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/ atau benda-benda lain yang berkaitan dengan
tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial
ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah. Faktor-faktor tersebut dapat diasumsikan, sebagai
berikut:
a. Biaya pengukuran lahan di lokasi baru
b. Biaya BPATB
c. Biaya Administrasi Penerbitan Surat Kepemilikan Tanah lokasi baru
d. Inflasi atas perubahan harga dari saat dibebaskan hingga perolehan lahan baru Meskipun
metode penilaian dan faktor yang diperhitungkan oleh tim appraisal tersebut oleh berbagai
pihak dipandang sudah memadai, dalam kenyataannya masih sering mendapat berbagai
hambatan.
Oleh karena itu, berdasarkan temuan lapangan, ada beberapa faktor yang menurut
informan penting dipertimbangkan dalam perhitungan nilai tanah sebagai dasar pemberian ganti
130
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
rugi bagi tanah yang dibebaskan dengan mengacu pada alternatif dasar perhitungan
pengadaan tanah hasil temuan lapangan di atas, maka secara konseptual dapat memberi
kontribusi terhadap dasar perhitungan yang ada selama ini. Jika kita mengikuti dasar
perhitungan yang ada saat ini, nilai tanah cenderung hanya mempertimbangkan enam faktor
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rumus Umum Nilai Tanah
Nilai Tanah = ∑ ( F1 + F2 + F3 + F4 + F5 +F6)
Keterangan :
F1 : Faktor Lokasi (kestrategisan, jauh dekatnya lokasi dengan fasilitas umum
F2 : Faktor Kegunaan (pengaruh dari nilai kegunaan yang maksimal bisa diperoleh yang
disesuaikan dengan zoning/peruntukannya)
F3 : Faktor Fisik (mencakup sifat-sifat fisik antara lain ukuran, bentuk tanah, topografi,
kondisi tanah, dan lain-lain)
F4 : Faktor Sarana (menyangkut adanya sarana yang dimiliki misalnya jalan masuk, PDAM,
PLN, Telkom, angkutan umum, dan lain-lain)
F5 : Faktor Waktu (berhubungan dengan kapan terjadinya penjualan/transaksi atau masih
dalam bentuk penawaran)
F6 : Faktor Nilai Nyata ( biaya pengukuran lahan di lokasi baru; BPATB; Biaya
Administrasi Penerbitan Surat Kepemilikan Tanah lokasi baru & biaya Inflasi atas
perubahan harga dari saat dibebaskan hingga perolehan lahan baru)
Apabila rumusan umum nilai tanah di atas dikombinasikan dengan tiga faktor berdasarkan temuan
lapangan, maka dapat direformulasikan model perhitungan nilai ganti rugi tanah dalam rangka
mengadaptasi nilai-nilai sosial terhadap tanah yang ada dalam masyarakat, mengurangi resistensi,
serta dapat akselerasi proses pengadaan tanah dengan rumusan sebagai berikut:
Rumus Alternatif Nilai Tanah
Nilai Tanah = Σ ( F1 + F2 + F3 + F4 + F5 +F6 + F7+F8+F9)
Keterangan :
F1 : Faktor Lokasi (kestrategisan, jauh dekatnya lokasi dengan fasilitas umum
F2 : Faktor Kegunaan (pengaruh dari nilai kegunaan yang maksimal bisa diperoleh yang
disesuaikan dengan zoning/peruntukannya)
F3 : Faktor Fisik (mencakup sifat-sifat fisik antara lain ukuran, bentuk tanah, topografi,
kondisi tanah, dan lain-lain)
F4 : Faktor Sarana (menyangkut adanya sarana yang dimiliki misalnya jalan masuk, PDAM,
PLN, Telkom, angkutan umum, dan lain-lain)
F5 : Faktor Waktu (berhubungan dengan kapan terjadinya penjualan/transaksi atau masih
dalam bentuk penawaran)
F6 : Faktor Nilai Nyata (biaya pengukuran lahan di lokasi baru; BPATB; Biaya Administrasi
Penerbitan Surat Kepemilikan Tanah lokasi baru & biaya Inflasi atas perubahan harga
dari saat dibebaskan hingga perolehan lahan baru)
F7 : Faktor Religius Magis
F8 : Faktor Cara Memperoleh Tana
F9 : Faktor Durasi memiliki tanah
131
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
132
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
133
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
134
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
N Lokasi
Uraian
o Kecamatan Kecamatan Titue Kecamatan
memperoleh nilai Taksiran Taksiran Taksiran
o Besaran Nilai Taksiran Team o Besaran Nilai Taksiran Team Diperoleh o Besaran Nilai Taksiran Team Diperoleh
Diperoleh dari Nilai Rata Rata dari Nilai Rata Rata Penjumlahan Nilai dari Nilai Rata Rata Penjumlahan Nilai
Penjumlahan Nilai NJOP & Nilai NJOP & Nilai Pasaran dengan NJOP & Nilai Pasaran dengan
Pasaran dengan mempertimbangkan mempertimbangkan Nilai Transaksi mempertimbangkan Nilai Transaksi
Nilai Transaksi (Range Terendah & (Range Terendah & Tertinggi) (Range Terendah & Tertinggi)
Tertinggi)
7 Sistem Penilaian Penilaian berdasarkan Bidang Tanah Penilaian berdasarkan Bidang Tanah Penilaian berdasarkan Bidang Tanah
8 Pihak Yang melakukan Team Jasa Penilai atau Penilai Publik Team Jasa Penilai atau Penilai Publik yang Team Jasa Penilai atau Penilai Publik yang
Penilaian yang ditetapkan oleh Ketua Pelaksana ditetapkan oleh Ketua Pelaksana Pengadaan ditetapkan oleh Ketua Pelaksana
Pengadaan Tanah Tanah Pengadaan Tanah
135
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
Rencana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, disusun dalam bentuk dokumen
perencanaan Pengadaan Tanah, paling sedikit memuat :
1) Maksud dan tujuan rencana pembangunan
2) Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah dan prioritas pembangunan
3) Letak tanah;
4) Luas tanah yang dibutuhkan;
5) Gambaran umum status tanah;
6) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengadaan tanah;
7) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
8) Perkiraan nilai tanah; dan
9) Rencana penganggaran.
Pasal 17 :
PT. ADITYA ENGINEERING CONSULTANT 140
Engineering and M anagement Services
Jalan Batu Permata No 2A Margacinta Bandung 40287
Telepon / Faxcimile : 62 + 22 - 7562994
Email : aditya_engineeringconsultant@yahoo.com INKINDO : 8976/P/588.JB
LAPORAN Akhir
LARAP Bendungan Bagong
(1) Pihak yang Berhak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 berupa perseorangan, badan hulrum,
badan $Osial, badan keagamaan, atau instansi pemerintah yang memiliki atau menguasai Obyek
Pengadaan Tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Pihak yang Berhak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
Pasal 25
(1) Pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2) hUruf h berupa perseorangan, badan hukum, badan sosial, badan
keagamaan, atau instansi pemerintah yang memiliki bukti yang ditcrbitkan oleh pejabat yang
berwenang yang membuktikan adanya penguasaan atas bangunan, tanaman, atau benda lain yang
berkaitan dengan tanah.
(2) Dasar kepemilikan bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah scbagaimana
yang dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan alat bukti berupa:
Pasal 57
(1) Satuan Tugas yang membidangi inventarisasi dan identifikasi data Pihak yang Berhak dan Objek
Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) huruf b melaksanakan
pengumpulan data paling kurang:
(1) Penetapan besarnya nilai ganti kerugian dilakukan oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah
berdasarkan hasil penilaian jasa penilai atau penilai publik.
(2) Jasa Penilai atau Penilai Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diadakan dan
ditetapkan oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah
(1) Penilai bertugas melakukan penilaian besarnya Ganti Kerugian bidang per bidang tanah,
meliputi:
a. Tanah;
b. Ruang atas tanah dan bawah tanah;
c. Bangunan;
d. Tanaman;
e. Benda yang berkaitan dengan tanah; dan atau
f. Kerugian lain yang dapat dinilai.
(2) Dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (I). Penilai atau Penilai Publik
merninta peta bidang tanah, daftar nominatif dan data yang diperlukan untuk bahan penilaian
dad Ketua Pe1aksana Pengadaan Tanah.
Penilaian harga tanah berdasarkan pada Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) atau nilai
nyata/sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan, dan dapat berpedoman pada
variable-variabel sebagai berikut :
1) Lokasi dan letak tanah
2) Status tanah
3) Peruntukan tanah
4) Kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah atau perencanaan ruang
wilayah atau kota yang telah ada
5) Sarana dan prasarana yang tersedia dan factor lainnya yang mempengaruhi harga tanah.
Penilaian harga bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan
tanah dilakukan oleh Kepala Dinas Kantor/Badan di kabupaten/kota yang membidangi bangunan
dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengn tanah, dengan berpedoman
pada standar harga yang telah ditetapkan peraturan perundang-undangan. Panitia Pengadaan
Tanah menetapkan tempat dan tanggal musyawarah dengan mengundang instansi pemerintah
yang memerlukan tanah dan para pemilik untuk musyawarah mengenai :
1) Rencana pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi tersebut
2) Bentuk dan/atau besarnya ganti rugi
Tahun
Jenis Kegiatan Tahun ke 1 Tahun ke 2 Ke 3