Anda di halaman 1dari 131

Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara

Kelurahan Pasirkaliki

BAB E
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

E.1. PENDEKATAN DAN METODOLOGI STUDI


Pendekatan dan Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, pada
dasarnya adalah sebagai upaya mencapai maksud dan tujuan, sasaran dan keluaran
sebagaimana yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) secara efektif dan
efisien sesuai dengan sifat dari pelaksanaan pekerjaan ”Perencanaan Teknis (DED)
Pembangunan SPAM Cimahi Utara Kelurahan Pasirkaliki” yang merupakan salah satu
sasaran penting membantu peningkatan kebijakan pengembangan prasarana dasar
khususnya yang menyangkut pengelolaan air minum.

Pendekatan dan Metodologi tersebut secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

E.1.1. Pendekatan Awal

Pendekatan awal yang menekankan pada Pertimbangan atas berbagai aspek terkait
dengan rencana kegiatan, antara lain;

1. Jenis literatur atau laporan studi yang telah disusun yang terkait dengan
pengelolaan sistem air minum,
2. Jenis data yang perlu dikumpulkan baik kuantitatif maupun kualitatif,
3. Metode analisis data dan rumusan permasalahannya
Pendekatan ini ditujukan agar Konsultan mendapatkan pengertian awal mengenai
komponen yang terkait. Dalam pelaksanaannya diperlukan langkah langkah kordinasi,
konsultasi, sinkronisasi sehingga keluaran suatu kegiatan dengan keluaran lainnya
dapat bersinerji guna pencapaian hasil optimal yang diharapkan.

Pemahaman terhadap substansi perencanaan fasilitas air bersih merupakan syarat


mutlak yang sejak awal harus dilakukan oleh konsultan. Upaya pemahaman ini dimulai
sejak tahap penyusunan proposal dilakukan dan terus dikembangkan selama proses
persiapan kegiatan, dengan demikian di dalam pelaksanaan pemberian jasa
konsultansi nantinya layanan dapat dilakukan secara maksima sesuai dengan
ketentuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan Kerja.

Metodologi dan Pendekatan 1


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Pemahaman komprehensip ini didapat dari upaya inventarisasi informasi baik yang
dilakukan melalui dokumen-dokumen yang telah ditetapkan maupun akses dari
informasi luar diantaranya melalui pedoman yang diterbitkan oleh Ditjen Cipta Karya
maupun referensi terkait lainnya.

E.1.2. Pendekatan Pekerjaan

Penyusunan pendekatan pekerjaan pada dasarnya mengacu pada kerangka acuan


kerja terutama berdasarkan lingkup pekerjaan, tujuan, sasaran, tenaga ahli yang
dipersyaratkan serta waktu yang tersedia.

Ada 5 (lima) Pendekatan yang akan dilakukan Konsultan dalam melaksanakan


pekerjaan ini yakni; pendekatan manajerial, pendekatan institusi (kelembagaan),
pendekatan teknis, pendekatan ekonomi dan pendekatan sosial budaya.

1. Pendekatan manajerial yang bersifat manajemen dan koordinasi intern tim ;


2. Pendekatan institusi (kelembagaan), merupakan pendekatan untuk melakukan
koordinasi dengan istansi terkait dan untuk memperoleh data-data yang
diperlukan ;
3. Pendekatan teknis, merupakan pendekatan untuk menghasilkan suatu kajian,
analisis dan evaluasi yang bersifat teknis ;
4. Pendekatan ekonomi, merupakan pendekatan untuk menghasilkan suatu kajian,
analisis dan evaluasi aspek ekonomi/ financial dalam pembiayaan kegiatan ;
5. Pendekatan sosial budaya, merupakan pendekatan dalam upaya meningkatkan
peran aktif masyarakat dalam pengelolaan air minum.

E.1.2.1 Pendekatan Manajerial

Kegiatan yang akan dilakukan melalui pendekatan ini antara lain:

1. Pengorganisasian dan konsolidasi tim,


2. Pemantapan strategi, metodologi dan rencana kerja,
3. Pemantapan strategi dan desain survey.

E.1.2.2 Pendekatan Institusi/Kelembagaan

Pendekatan institusi adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh konsultan


dalam melaksanakan pekerjaan guna menjamin agar kegiatan dapat mencapai sasaran
yang ditetapkan dalam KAK yang antara lain :

a) Konsultan akan selalu berkoordinasi baik dengan pihak proyek maupun instansi
terkait lainnya, untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih akurat
sehingga dihasilkan analisis dan rancangan yang lebih optimal.

Metodologi dan Pendekatan 2


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

b) Melakukan wawancara dengan instansi terkait untuk memperoleh gambaran


mengenai permasalahan yang dihadapi, cakupan pelayanan, kualitas pelayanan
dan sistem pengelolaan air minum yang ada, serta mendapatkan data-data dan
informasi lain yang dibutuhkan dalam perencanaan.
c) Melakukan studi Pustaka dengan cara mengumpulkan data-data sekunder dari
dinas/ instansi terkait.

Pendekatan Institusi tersebut pada dasarnya digambarkankan dalam fungsi koordinasi


institusional yang diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Mendapatkan persetujuan penggunaan tenaga ahli yang berpengalaman dalam


bidangnya sesuai dengan kualifikasi
b) Konsultasi dan diskusi secara aktif dengan tim teknis, BPLHD propinsi dan
Pemkab.
c) Mendapat bantuan dalam mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan
dengan proyek untuk diteliti dan dievaluasi.
d) Menyepakati penggunaan kriteria disain, klasifikasi dan pedoman pelaksanaan
penyusunan studi sumber air baku dan design fasilitas air bersih
e) Indikator dalam menilai kelayakan proyek

E.1.2.3 Pendekatan Teknis

Dalam pendekatan teknis, langkah-langkah yang akan dilakukan konsultan adalah:

a) Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan yang ada, baik kebijakan Provinsi dan


Pemerintah Kabupaten/Kota terkait pada khususnya, terutama yang berkaitan
dengan Sistem Pengelolaan Air Minum.
b) Mempelajari semua laporan studi terkait terdahulu (Rencana Induk, perencanaan
dan kajian-kajian terdahulu) untuk memperoleh data dan gambaran yang lebih
terfokus, rinci, mendalam dan akurat.
c) Merumuskan kriteria teknis perencanaan serta mengevaluasi dan menganalisis
sistem yang akan diterapkan dengan kriteria dan kaidah-kaidah teknis yang baku.
d) Menerapkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan tipologi kawasan baik fisik,
ekonomi maupun sosial budaya.
e) Melaksanakan survey lapangan di wilayah proyek untuk mendapatkan data
primer dan sekunder. Survey lapangan ini juga diperlukan untuk mengkonfirmasi
data yang telah ada selama ini.
f) Melakukan pengukuran laboratorium kualitas air baku terpilih (mata air, sumur,
sungai).

Metodologi dan Pendekatan 3


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

g) Melakukan evaluasi pelaksanaan Sistem pengelolaan Air Minum eksisting ditinjau


dari aspek teknis.
h) Menyusun zonasi pelayanan system pengelolaan air minum.
i) Menentukan lokasi penempatan IPA, Reservoir dan Bak Pelepas Tekan, bila
diperlukan.
j) Melakukan kajian dan menyiapkan konsep alternatif sistem pengelolaan dan
alternatif teknologi pengolahan air minum yang tepat di masing-masing lokasi
yang direncanakan.

E.1.2.4 Pendekatan Ekonomi

Dalam pendekatan teknis, langkah-langkah yang akan dilakukan konsultan adalah:

a) Meninjau alokasi anggaran pembiayaan terkait pengelolaan air minum selama ini
untuk kemudian dikaji besaran yang paling efektif yang disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia.
b) Mengidentifikasi kebijakan dan strategi aspek ekonomi/finansial terkait Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) di wilayah studi (Perda).
c) Mengkaji dan menganalisis kemampuan perekonomian masyarakat dalam
menunjang kebijakan pengelolaan air minum.
d) Menghindari pembiayaan (biaya tinggi) yang berkesinambungan. Dalam artian
sistem yang akan diterapkan tidak membutuhkan biaya yang terlalu tinggi baik
dalam pengoperasian maupun pemeliharaannya.
e) Menyiapkan konsep pembiayaan dan estimasi biaya pengelolaan dan pengolahan
air minum.

E.1.2.5 Pendekatan Sosial

Pendekatan sosial budaya adalah langkah-langkah yang akan ditempuh konsultan


melalui tindakan-tindakan yang bermotifkan sosial budaya dengan jalan menjalin
interaksi sosial yang lebih banyak dengan tujuan untuk:

a) Mengetahui kondisi sosial-ekonomi-budaya secara umum.


b) Mengetahui kondisi sosial-ekonomi-budaya masyarakat yang berkaitan dengan
prilaku masyarakat dalam pemakaian air minum.
c) Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan air minum.
d) Menampung seluas-luasnya aspirasi masyarakat menyangkut kebutuhan air
minum.
e) Menggali potensi masyarakat yang bisa menggerakan mereka turut berperan aktif
dalam pengelolaan air minum.

Metodologi dan Pendekatan 4


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

E.1.3. Pendekatan Terhadap Teknologi Pengolahan


Tujuan pengoperasian unit produksi (menurut Permen PU No. 18/PRT/PRT/M/2007
adalah mengolah air baku sesuai dengan debit yang direncanakan, sampai menjadi air
minum yang memenuhi syarat kualitas, sehingga siap didistribusikan.

Dengan demikian yang dimaksud dengan pengolahan air adalah usaha-usaha teknis
yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat air yang masih belum memenuhi persyaratan
baku mutu kualitas air minum.

Berikut tiga hal penting yang dapat diambil dalam pertimbangan merencanakan proses
pengolahan yaitu:

1. Menghilangkan zat melayang (fraksi lebih besar) dari zat-zat pengotor harus
diberikan prioritas.
2. Menghilangkan fraksi konsentrasi tinggi dari zat-zat kotor harus juga diberikan
prioritas.
3. Dalam kasus dimana tidak mungkin (1) dan (2) untuk diselesaikan pada saat yang
sama, (sebagai contoh kehadiran fraksi-fraksi telarut dari zat-zat pengotor pada
konsentrasi tingi), pengolahan pendahuluan untuk penyesuaian kondisi air harus
diperhatikan agar sesuai dengan tujuan kita. (presipitasi/pengendapan logam-
logam atau koagulasi dari fraksi koloid)
Hal ini penting sekali dalam air minum, karena dengan adanya proses pengolahan ini,
maka akan diperoleh mutu air minum yang memenuhi standar yang telah ditentukan.

Ada dua macam pengolahan air yang sudah dikenal, yaitu:

 Pengolahan Lengkap, disini air baku mengalami pengolahan lengkap yaitu


pengolahan fisik, kimiawi, dan bakteriologis. Pengolahan ini biasanya dilakukan
terhadap air sungai yang keruh/ kotor.
 Proses Pengolahan Sebagian, di sini air baku hannya mengalami proses
pengolahan kimia dan atau pengolahan bakteriologis.
Pada proses pengolahan lengkap terdapat tiga pengolahan, yaitu:

 Pengolahan Fisik; tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-


kotoran kasar, penyisihan lumpur dan pasir, mengurangi zat-zat oganik yang
ada pada air yang akan diolah. Proses pengolahan secara fisik dilakukan tanpa
tambahan zat kimia.
 Pengolahan Kimia; Tujuan membantu proses pengolahan selanjutnya, misalnya
pembubuhan tawas supaya mengurangi pengeruhan yang ada.
 Pengolahan Biologi; Tujuan membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri
terutama penyebab penyakit yang terkandung dalam air, misalnya bakteri
collie yang (antara lain penyebab penyakit perut). Salah satu proses
pengolahan adalah dengan penambahan desinfektan misal kaporit.

Metodologi dan Pendekatan 5


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Termasuk proses umum terdiri dari instalasi pengolahan air konvensional


untuk air permukaan. Unit operasi yang umum dipergunakan dalam sistem
pengolahan air minum secara berurutan ditampilkan pada gambar E.2.

A. Intake
Intake merupakan bangunan penangkap/ pengumpul air yang berfungsi untuk :

1. Mengumpulkan air baku dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang
dibutuhkan oleh instalasi.
2. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.
3. Mengambil air baku yang sesuai dengan debit yang diperlukan oleh instalasi
pengolahan yang direncanakan untuk menjaga kontinuitas penyediaan atau
pengambilan air dari sumber.

Metodologi dan Pendekatan 6


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

AIR BAKU

Zat Pengotor INTAKE


Zat Melayang Besar SARINGAN
PENGENDAP PASIR
Pra Kondisi :
Zat Terlarut

-Proses Pre Chlorinasi


- Proses aerasi
- Proses Koreksi pH
- Proses Adsorpsi
Koagulasi
Zat Koloid

Flokulasi

Suspensi Kasar Pengendapan Lumpur Endapan


(Konsen Tinggi)

Penyaringan :
- Saringan Pasir Cepat Pengolahan
Suspensi Kasar - Saringan Pasir Lambat
Pencucian Filter Lumpur/Endapan
(Konsen Rendah) - Reverse Osmosis dgn Pemadatan
Backwash
(Thichener)

Desinfeksi :
Mikrobiologi - Kimia
Pembuangan
- Kaporit
- Gelombang Mikro

Penentuan Kondisi Kontrol pH Stabilisasi

Air Minum

Sistem Aliran Biasa


Sistem Saringan Pasir Cepat
Sistem Saringan Pasir Lambat

Gambar E.1. Sistem Pengolahan Air

Macam-macam intake :

Metodologi dan Pendekatan 7


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

1. Direct Intake
Intake jenis ini mungkin dibangun jika sumber air memiliki kedalaman yang besar
seperti sungai dan danau, dan apabila tanggul tahan terhadap erosi dan sedimentasi.

2. Canal Intake
Ketika air diambil dari kanal, ruangan yang terbuat dari batu dengan lubang dibangun
di pinggiran kanal. Lubang tersebut dilengkapi dengan saringan kasar. Dari ruangan
batu, air diambil menggunakan pipa yang memiliki bell mouth, yang dilapisi dengan
tutup hemispherical yang berlubang-lubang. Luas daerah lubang yang terdapat pada
penutup adalah satupertiga dari area hemisphere. Karena pembangunan intake di
kanal, lebar kanal menjadi berkurang dan mengakibatkan meningkatnya kecepatan
aliran. Hal ini dapat menyebabkan penggerusan tanah, oleh karena itu di bagian hulu
dan hilir intake harus dilapisi.

3. Intake Bendungan
Digunakan untuk menaikkan ketinggian muka air sungai sehingga tinggi muka air yang
direncanakan memungkinkan konstannya debit pengambilan air. Intake bendungan
dapat digunakan untuk pengambilan air dalam jumlah besar dan dapat mengatasi
fluktuasi muka air.

Selain bendungan, intake ini juga dilengkapi oleh beberapa bagian yang memiliki fungsi
khusus. Bagian-bagian tersebut adalah :

Kolam Olak

Merupakan bagian dari bendung yang berfungsi sebagai peredam energi. Peredam ini
berguna untuk mencegah terjadinya erosi yang mungkin terjadi pada saluran pelimpah
dengan cara memperkecil kecepatan aliran.

Pintu Air

Pintu air diperlukan untuk menjaga aliran tetap stabil meskipun sumber air
berfluktuasi terutama pada saat pengaliran berlebih. Pintu air juga diperlukan untuk
membuka atau menutup saluran ketika akan dilakukan pembersihan saluran

Bar Screen

Bar screen berfungsi sebagai penahan benda-benda yang berukuran besar seperti
sampah, kayu, dan plastik. Secara berkala bar screen memerlukan pembersihan karena
benda-benda kasar menyebabkan peningkatan kehilangan tekan. Proses pembersihan
dapat dilakukan secara manual atau otomatis tergantung beban yang ada. Bila beban
sedikit maka pembersihan dapat dilakukan secara manual dan sebaliknya.

Kriteria desain untuk bar screen adalah :

 Lebar batang, w = 0,8 – 1 inch

Metodologi dan Pendekatan 8


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Jarak antar batang, b = 1 – 2 inch


 Kemiringan batang, θ = 30° – 60°
 Kecepatan aliran sebelum melalui batang, v = 0,3 – 0,75 m/det
 Head loss maksimum, hL = 6 inch
Bak Pengumpul

Berfungsi untuk menampung air baku sebelum disalurkan ke unit pengolahan melalui
pipa transmisi.

B. Pra Kondisi/ Pengolahan Awal


Proses pra kondisi atau pengolahan awal bertujuan untuk menghilangkan materi yang
tidak diinginkan yang dapat mengganggu proses selanjutnya. Proses pra kondisi dapat
berupa proses pra klorinasi, aerasi dan sebagainya.

Pre Klorinasi

Pre klorinasi digunakan untuk air yang memiliki nilai turbiditas yang rendah tetapi
jumlah bakteri coliformnya tinggi. Proses pre-klorinasi ini bertujuan untuk menbunuh
mikroorganisme yang merugikan dan dapat mengurangi kekeruhan, selain itu proses
pre -klorinasi juga dapat mengurangi nilai ammonia dalam perairan.

Aerasi

Aerasi merupakan proses pemberian oksigen terhadap air dari atmosfir untuk
memberikan efek yang menguntungkan terhadap air. Aerasi ini dilakukan untuk
menghilangkan H2S dalam air sehingga air tidak bau belerang, untuk mengurangi kadar
CO2 yang memiliki sifat korosif, dan juga untuk meningkatkan kadar oksigen dalam air
(Kiely, 1998: 450).

C. Koagulasi, Flokulasi dan Sedimentasi


Setelah melewati proses screening , air masih mengandung tanah liat dan materi
organik lainnya. Proses selanjutnya yang diperlukan yaitu proses koagulasi dengan
penambahan zat koagulan agar dapat membentuk partikel agglomerat.

Koagulasi merupakan proses destabiliasi koloid dan partikel dalam air dengan
menggunakan bahan kimia (disebut koagulan) yang menyebabkan pembentukan inti
gumpalan (presipitat). Proses koagulasi hanya dapat berlangsung bila ada pengadukan.
Flokulasi adalah proses penggabungan inti flok sehingga menjadi flok berukuran besar.
Proses flokulasi hanya dapat berlangsung bila ada pengadukan. Pengadukan pada
proses koagulasi flokulasi merupakan pemberian energy agar terjadi tumbukan antar
partikel tersuspendi dan koloid agar terbentuk gumpalan (flok) sehingga dapat
dipisahkan melalui proses pengendapan dan penyaringan

Koagulan ditambahkan ke dalam air dan diaduk selama 20- 60 detik dengan
pengadukan cepat. Proses ini dilakukan pada tangki dengan beragam desain, dengan

Metodologi dan Pendekatan 9


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

tujuan yang sama yaitu membentuk mikroflok. Setelah dihasilkan mikroflok, dilakukan
proses flokulasi agar dapat membentuk makroflok. Proses flokulasi ini dilakukan
dengan pengadukan lambat selama 20-60 menit. Makroflok ini dibentuk agar
mempermudah proses sedimentasi dibawah gaya gravitasi (Kiely, 1998: 458).

D. Filtrasi
Proses filtrasi merupak an proses pemisahan sisa - sisa flok koloid yang terendapkan
diunit sedimentasi. Media filtrasi yang biasa digunakan adalah pasir (Kiely, 1998: 465).

E. Desinfektasi
Proses ini dilakukan pada air baku air minum dengan tujuan untuk membunuh
mikroorganisme yang merugikan Gas klor ditambahkan pada air bersih pada saat air
memasuki saluran induk yang membawa filtrat dari bak filtrasi. Tujuan utama
pemberian gas klor atau klorinasi air minum adalah untuk memenuhi syarat
mikrobiologi air minum, sebab proses-proses pengolahan seperti pra sedimentasi,
koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi masih meloloskan mikroorganisme. Proses klorinasi
juga berguna untuk mengoksidasi zat organik dan anorganik seperti Fe 2+ menjadi Fe3+,
Mn2+menjadi Mn4+, mengurangi bau dan rasa.

E.1.4. Pendekatan Persyaratan Kualitas Air Minum


Kegiatan proses pengolahan pada unit produksi atau IPA ditujukan menurunkan atau
menghilangkan parameter-parameter fisik, kimia dan biologi (bakteriologis) sehingga
dapat sesuai persyaratan baku mutu kualitas air minum. Kriteria air minum menurut
Permenkes No. 492 Tahun 2010 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi,
radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum.

Dengan demikian dalam kegiatan DED Fasilitas Air Bersih selain melakukan modifikasi
agar terjadi peningkatan kapasitas produksi, kualitas hasil pengolahan harus tetap
sesuai baku mutu air minum. Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu/kualitas
dari air minum. Parameter-parameter yang digunakan sebagai standar kualitas air
antara lain:

1. Parameter Fisik, meliputi padatan terlarut, kekeruhan, warna, rasa, bau, dan suhu,
2. Parameter kimia, meliputi Total Dissolved Solids, alkalinitas, flourida, logam,
kandungan organik dan nutrien,
3. Parameter Biologi, meliputi mikro organisme yang dianggap pathogen yaitu bakteri,
virus, protozoa, dan cacing parasit (helminths).

Metodologi dan Pendekatan 10


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

A. Parameter Fisik
Air bersih atau minum secaa fisik harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Syrat lain yang harus dipenuhi adalah suhu.

1. Bau
Bau disebabkan oleh adanya senyawa lain yang terkandung dalam air seperti gas
H2S, NH3, senyawa fenol, klorofenol dan lain-lain. Pengukuran biologis senyawa
organik dapat menghasilkan bau pada zat cair dan gas. Bau yang disebabkan oleh
senyawa organik ini selain menggangu dari segi estetika, juga beberapa
senyawanya bersifat karsinogenik. Pengukuran secara kuantitatif bau sulit diukur
karena hasilnya terlalu subjektif.

2. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan karena adanya kandungan Total Suspended Solid baik
yang bersifat organik maupun an-organik. Zat organik berasal dari lapukan
tanaman dan hewan, sedangkan zat an- organik biasanya biasanya berasal dari
lapukan batuan dan logam. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri sehingga
mendukung perkembangannya. Kekeruhan dalam air minum atau air bersih tidak
boleh lebih dari 5 NTU. Penurunan kekeruhan ini sangat diperlukan karena selain
dinilai dari segi estetika yang kurangh baik juga proses desinfeksi untuk air keruh
sangat sukar, hal ini disebabkan karena penyerapan beberapa koloid dapat
melindungi organisme dari desinfektan.

3. Rasa.
Syarat air minum adalah tidak berasa. Air yang berasa dapat menunjukkan
kehadiran berbagai zat yang dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang
dapat membahayakan kesehatan. Efeknya tergantung penyebab timbulnya rasa
tersebut. Sebagai contoh rasa asam dapat disebabkan oleh asam organik maupun
an-organik, sedangkan rasa asin dapat disebabkan oleh garam terlarut dalam air.

4. Suhu
Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara (25 ºC), dengan batas toleransi yang
diperbolehkan yaitu 25 ºC ± 3 ºC. Suhu yang normal mencegah terjadinya
pelarutan zat kimia pada pipa, menghambat reaksi biokimia pada pipa dan mikro
organisme tidak dapat tumbuh.

Jika suhu air tinggi maka jumlah oksigen terlarut dalam air dapat berkurang selain
itu juga akan meningkatkan reaksi dalam air.

Metodologi dan Pendekatan 11


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

5. Warna
Air Minum sebaiknya tidak berwarna, bening dan jernih untuk alasan estetika dan
untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun organisme yang
berwarna. Pada dasarnya warna dalam air dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu warna semu (apparent colour) yang disebabkan oleh unsur tersuspensi dan
warna sejati (true colour) yang disebabkan oleh zat organik dan zat koloidal. Air
yang telah mengandung senyawa organik seperti daun, potongan kayu, rumput
akan memperlihatkan warna kuning kecoklatan, oksida besi akan menyebabkan
air berwarna kemerah-merahan, dan oksida mangan akan menyebabkan air
kecoklatan atau kehitaman.

B. Parameter Kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah tertentu yang
melampui batas. Bahan kimia yang dimaksud tersebut adalah bahan kimia yang
memiliki pengaruh langsung kepada kesehatan. Beberapa persyaratan kimia tersebut
antara lain:

1. pH
pH merupakan faktor penting bagi air minum, pada pH < 6,5 dan > 8,5 akan
mempercepat terjadinya korosi pada pipa distribusi air bersih atau air minum.

2. Zat padat total ( Total Solid)


Total Solid adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 103-105 ºC.

3. Zat organik sebagai KMnO4


Zat organik dalam air berasal dari alam (tumbuh-tumbuhan, alkohol, sellulosa, gula
dan pati), sintesa ( proses-proses produksi) dan fermentasi. Zat organik yang
berlebihan dalam air akan menimbulkan bau yang tak sedap.

4. CO2 agresif
CO2 yang terdapat dalam air berasal dari udara dan merupakan hasil dekomposisi
zat organik. CO2 agresif yaitu CO2 yang dapat merusak bangunan, perpipaan
dalam distribusi air bersih.

5. Kesadahan Total (Total Hardness)


Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam
valensi, misalnya Mg²+, Ca²+, Fe+, dan Mn+. Kesadahan total adalah kesadahan
yang disebabkan oleh adanya ion-ion Ca² dan Mg²+ secara bersama-sama. Air
sadah merupakan pemborosan pemakain sabun pencuci dan mempunyai titik didih
yang lebih tinggi dibandingkan dengan air biasa.

Metodologi dan Pendekatan 12


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

6. Besi
Keberadaan besi dalam air bersifat telarut, menyebabkan air berwarna merah
kekuning-kuningan, menimbulkan bau amis, dan menimbulkan lapisan seperti
minyak. Besi merupakan logam yang menghambat desinfeksi. Hal ini terjadi karena
daya pengikat klor (DPC) selain digunakan untuk mengikat zat organik, juga
digunakan untuk mengikat zat besi, akibatnya sisa klor menjadi lebih sedikit dan
hal ini memerlukan disinfektan yang lebih banyak pada proses pengolahan air.
Dalam air minum kadar maksimum besi yaitu, 0,3 mg/l, sedangkan untuk nilai
ambang rasa pada kadar 2 mg/l. Besi dalam tubuh dibutuhkan untuk pembentukan
hemoglobin namun apabila dalam dosis yang berlebihan dapat merusak dinding
halus.

7. Mangan
Mangan dalam air bersifat terlarut, biasanya membentuk MnO2. Kadar mangan
dalam air maksimum yang diperbolehkan adalah 0.1 mg/l. Adanya mangan yang
berlebihan dapat menyebabkan flek pada benda-benda putih oleh deposit MnO2,
menimbulkan rasa dan menyebabkan warna (ungu/hitam) pada air minum, serta
bersifat toksik.

8. Tembaga (Cu)
Pada kadar yang lebih besar dari 1 mg/l akan menyebakan rasa tidak enak pada
lidah dan menyebabkan gejala ginjal, muntaber, pusing, lemah dan dapat
menimbulkan kerusakan pada hati. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat,
warna korosi pada pipa.

9. Seng (Zn)
Tubuh memerlukan seng untuk proses metabolisme tetapi pada dosis tinggi dapat
bersifat racun. Pada air minum berlebihan kadar Zn > 3 mg/l dalam air minum
dapat menyebabkan rasa kesat/pahit dan bila dimasak timbul endapan seperti
pasir dan menyebabkan muntaber.

10. Klorida
Klorida mempunyai tingkat toksisitas yang tergantung pada gugus senyawanya.
Klor biasanya digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Kadar
Klor yang melebihi 250 mg/l akan menyebabkan rasa asin dan korosif pada logam.

11. Nitrit
Kelemahan nitrit dapat menyebabkan methamoglonemia terutama pada bayi yang
mendapat konsumsi air minum yang mengandung nitrit.

12. Flourida (F)

Metodologi dan Pendekatan 13


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Kadar F < 2 mg/l menyebabkan kerusakan pada gigi, sebaliknya bila terlalu banyak
juga akan menyebabkan gigi berwarna kecoklatan.

13. Logam-logam berat ( Pb, As, Se, Cd, Hg, CN)


Adanya logam-logam berat dalam air akan menyebabkan gangguan pada jaringan
syaraf, pencernaan, metabolisme oksigen dan kanker.

C. Parameter Biologi
Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan parasit seperti
kuman-kuman thypus, kolera, dysentry, dan gastroentis. Untuk mengetahui adanya
patogen dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap ada tidaknya bakteri E. Colli
yang merupakan bakteri indikator pencemar air. Parameter ini tedapat pada air
tercemar oleh tinja manusia dan dapat menyebabkan gangguan pada manusia berupa
penyakit perut (diare) karena mengandung bakteri patogen. Proses penghilangannya
dihilangkan dengan proses disinfeksi.

Selain ketiga parameter tersebut ada syarat lagi untuk parameter air bersih/minum,
yaitu syarat radiologis. Air bersih/minum tidak boleh mengandung zat yang
menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan
gamma.

Tabel E.1. Standar Kualitas Air Minum Menurut Permenkes No. 492 Tahun 2010

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
1 BAKTERIOLOGIS
a. Air Minum
E. Coli atau Fecal Coli Jumlah per 100 ml sampel 0
b. Air yang masuk sistem distribusi
E. Coli atau Fecal Coli Jumlah per 100 ml sampel 0
Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel 0
c. Air pada sistem distribusi
E. Coli atau Fecal Coli Jumlah per 100 ml sampel 0
Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel 0
2 KIMIAWI
2.1 BAHAN KIMIA YANG MEMILIKI PENGARUH LANGSUNG PADA KESEHATAN
A. BAHAN ANORGANIK
Antirnon Mg/liter 0.005
Air Raksa Mg/liter 0.001
Arsen Mg/liter 0.01
Barium Mg/liter 0.7
Boron Mg/liter 0.3

Metodologi dan Pendekatan 14


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Kadmium Mg/liter 0.003
Kromium (Valensi 6) Mg/liter 0.05
Tembaga Mg/liter 2
Sianida Mg/liter 0.07
Fluorida Mg/liter 1.5
Timbal Mg/liter 0.01
Molybdenum Mg/liter 0.07
Nikel Mg/liter 0.02
Nitrat (Sebagai NO3) Mg/liter 50
Nitrit (Sebagai NO2) Mg/liter 3
Selenium Mg/liter 0.01
B. BAHAN ORGANIK
Chlorinated Alkanes
Carbon Tetrachloride Mg/liter 2
Dichloromethane Mg/liter 20
dichloromethane Mg/liter 30
Trichloroethane Mg/liter 2000
Chlorrinated ethenes
Vinyl chloride Mg/liter 5
Dichloroethene Mg/liter 30
Dichloroethene Mg/liter 50
Trichloroethene Mg/liter 70
Tetrachloroethene Mg/liter 40
Aromatic hydrocarbons
Benzene Mg/liter 10
Toluene Mg/liter 700
Xylenes Mg/liter 500
Benzo [a]pyrene Mg/liter 0.7
Chlorinated benzenes
Monochloroebenzene Mg/liter 300
Dichlorobenzene Mg/liter 1000
Dichlorobenzene Mg/liter 300
Trichlorobenzenes (Total) Mg/liter 20
Lain-lain
Di (2-ethylhexy)adipate Mg/liter 80
Di (2-ethylhexy)phthalate Mg/liter 8
Acrylamide Mg/liter 0.5
Epichlorohydrin Mg/liter 0.4
Hexachlorobutadiene Mg/liter 0.6
Edetic acid (EDTA) Mg/liter 200
Tributyltin Mg/liter 2

Metodologi dan Pendekatan 15


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
C. PESTISIDA
Alachhlor Mg/liter 20
Aldicard Mg/liter 10
Aldrin/dieldrin Mg/liter 0.03
Atrazine Mg/liter 2
Bentazone Mg/liter 30
Carbofuran Mg/liter 5
Chlordane Mg/liter 0.2
Chlorotoluron Mg/liter 30
DDT Mg/liter 2
Chloropropane Mg/liter 1
D Mg/liter 30
Dichloropropane Mg/liter 20
Dichloropropane Mg/liter 20
Heptachlor epoxide Mg/liter 0.03
Hexachlorobenzene Mg/liter 1
Isoproturon Mg/liter 9
Lindane Mg/liter 2
MCPA Mg/liter 2
Methoxychlor Mg/liter 20
Metolachlor Mg/liter 10
Molinate Mg/liter 6
Pendimethaline Mg/liter 20
Pentachlorophenol Mg/liter 9
Permethrin Mg/liter 20
Propanil Mg/liter 20
Pyridate Mg/liter 100
Simazine Mg/liter 2
Trifluralin Mg/liter 20
2,4-DB Mg/liter 90
Dichlorprop Mg/liter 100
Fenoprop Mg/liter 9
Mecoprop Mg/liter 10
2,4 5-T Mg/liter 9
D. DESINFEKTAN DAN HASIL SAMPINGANNYA
Ochloramine Mg/liter 3
Rine Mg/liter 5
Mate Mg/liter 25
Rite Mg/liter 200
Prophenol
Trichlorophenol Mg/liter 200

Metodologi dan Pendekatan 16


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Maldehyde Mg/liter 900
Alomethanes
Bromoform Mg/liter 100
Dibromochloromethane Mg/liter 100
Bromodichloromethane Mg/liter 60
Chloroform Mg/liter 200
Lorinated acetic acids
Mg/liter 50
Dichloroacetic acid
Tricholoroacetaldehyde Mg/liter 100
Loral hydrate
(trichloroacetaldehyde) Mg/liter 10
Logenated acentonitrlles
Dichloroacetonitrile Mg/liter 90
Dibromoacetonitrile Mg/liter 100
Trichloracetonitrile Mg/liter 1

Anogen chlorida 70 Mg/liter Mg/liter


Mg/liter
(sebagai CN) Mg/liter

2.2 Bahan kimia yang memungkinkan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen
A. BAHAN ANORGANIK
Ammonia Mg/l 1.5
Alumunium Mg/l 0.2
Klorida Mg/l 250
Tembaga Mg/l 1
Kesadahan Mg/l 500
Hidrogen Sulfida Mg/l 0.05
Besi Mg/l 0.3
Mangan Mg/l 0.1
PH - 6.5 – 8.5
Sodium Mg/l 200
Sulfat Mg/l 250
Total zat padat terlarut Mg/l 1000
Seng Mg/l 3
B. BAHAN ORGANIK, Desinfektan dan hasil
Sampingannya
Organik
Toluene Mg/l 24 – 170
Xylene Mg/l 20 – 1800
Ethylbenzene Mg/l 2 – 200
Styrene Mg/l 4 – 2600
Monochlorobenzene Mg/l 10 – 120

Metodologi dan Pendekatan 17


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Kadar Maksimum
No Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Dichlorobenzene Mg/l 1 – 10
Dichlorobenzene Mg/l 0.3 – 30
Trichlorobenzenes (total) Mg/l 5 – 50
Deterjen Mg/l 50
Desinfektan dan hasil
Sampingannya
Chlorine Mg/l 600 – 1000
Cholorophenol Mg/l 0.1 – 10
dichlorophenol Mg/l 03. – 40
trichlorophenol Mg/l 2 - 300
3. RADIOAKTIFITAS
Gross alpha activiy Bq/liter 0.1
Gross beta activity Bq/liter 1
4. FISIK
Parameter fisik
Warna TCU 15
Rasa dan bau - -
Temperatur o
C Suhu udara 30C
Kekeruhan NTU 5
Sumber : Permenkes No. 492 Tahun 2010

E.1.5. Pendekatan Persyaratan Kuantitatif


Setelah persyaratan kualitatif terpenuhi maka air minum juga harus mampu melayani
daerah pelayanan. Banyaknya penduduk yang ada dalam suatu wilayah pelayanan
harus mampu terpenuhi kuantitasnya sesuai kebutuhan. Dengan kata lain sistem
penyediaan air minum yang direncanakan tersedia dalam jumlah yang cukup.
Persyaratan kuantitaf ini sangat dipengaruhi sekali oleh jumlah air baku yang tersedia,
serta kapasitas produksi dari instalasi pengolahan air. Pada umumnya debit air dari
tiap sumber air akan mengalami perubahan-perubahan dari suatu waktu ke waktu
yang lain.

E.1.6. Pendekatan Persyaratan Kontinuitas


Pelayanan air minum harus memenuhi persyaratan kontinuitas. Dengan demikian
memerlukan ketersediaan air baku yang dapat diambil secara terus menerus dengan
fluktuatif debit yang relatif tetap, baik pada musim hujan maupun musim kemarau.
Sehingga persyaratan kontinuitatif ini erat sekali hubungannya dengan persyaratan
kuantitas. Beberapa contoh fluktuatif debit sumber air adalah sebagai berikut:

Metodologi dan Pendekatan 18


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

1. Pada musim hujan aliran sungai mungkin mencapai bibir dinding sungai tetapi
pada musim kemarau sungai tersebut sama sekali tidak berair. Demikian juga
sumur dangkal pada musim hujan akan mengandung air yang cukup banyak dan
pada musim kemarau yang tidak terlalu panjang mungkin sumur tersebut masih
berair, tetapi tidak pada musim kemarau yang panjang.
2. Pada waktu musim hujan debit mata air cukup besar dan debit ini akan mengecil
pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena air tanah pada musim hujan lebih
banyak daripada musim kemarau, sehingga permukaan air tanah pada musim
hujan lebih tinggi daripada kemarau.

E.1.7. Pendekatan Dalam Pemilihan Sistem Pengolahan


Kontaminan utama pada air adalah zat padat dengan mineral-mineral yang terikut di
dalamnya, selain itu apabila aliran air melalui permukaan tanah dengan tingkat organik
tinggi seperti tanah gambut, maka kandungan organik akan tinggi, demikian dengan
badan-badan air yang lain. Pada umumnya penampakan karakteristik air dan metode
pengolahannya tergantung pada tingkat kekeruhannya. Karakteristik air baku
permukaan atau air tanah yang ada di Indonesia secara umum dapat digolongkan
menjadi:

a. Air Permukaan dengan tingkat kekeruhan tinggi


Air permukaan ini telah mengalir pada permukaan tanah yang renta terhadap erosi
atau ditutupi dengan vegetasi yang rendah kerapatannya.

b. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang


Air ini pada umumnya mempunyai sifat stabil di danau atau waduk yang sedikit
mengandung gulma atau tanaman air seperti halnya pada golongan pertama,
hannya saja telah mengalami pengendapan yang cukup lama dengan waktu tinggal
lebih dari satu minggu.

c. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang temporer


Air yang mengalir pada permukaan yang tertutup vegetasi cukup rapat dan suram
akan menghasilkan air keruh saat musim hujan dan jernih saat tidak hujan. Saat
terjadi hujan terjadi erosi sedimentasi setelah debit dan kecepatan air meningkat
tajam. Tingkat kekeruhan yang tinggi hannya terjadi beberapa saat, 2-3 jam setelah
hujan reda air kembali ke aliran dasar “base flow” dan air kembali jernih. Air sungai
dengan kekeruhan temporer sering terjadi di daerah pegunungan.

d. Air permukaan dengan kandungan warna yang sedang sampai tinggi


Air ini umumnya telah mengalir pada daerah dengan tingkat humus tinggi atau
gambut. Pada umumnya air mempunyai tingakat warna di atas 30 PtCo sebagai
akibat terlarutnya zat tanin dari sisa-sisa humus. Biasanya ph air berasifat asam (4-
7 ). Air ini mempunyai tingkat kekeruhan dan warna tinggi.

Metodologi dan Pendekatan 19


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

e. Air Permukaan dengan tingkat kesadahan tinggi


Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasinya air oleh unsur kation seperti
Ca, Mg, Na dan sebagainya. Air sadah tinggi mengalir pada daerah bebatuan kapur.
Kesadahan dapat dikaatakan tinggi dan mulai berakibat pada alat-alat masak
adalah di atas 300 mg/l bila dikonsumsi terus-menerus akan merusak ginjal
manusia.

f. Air permukaan dengan kekeruhan sangat rendah


Air permukaan dengan tingkat kekeruhan sangat rendah dapat dijumpai pada
danau-danau yang masih belum tercemar atau air yang baru keluar dari mata air.

g. Air permukaan/air tanah dengan kadar salinitas tinggi


Air permukaan/air tanahdengan tingkat kekeruhan tinggi dapat dijumpai pada
daerah pantai atau pulau-pulau kecil yang tercemar air laut.

Pemilihan masing-masing unit operasi yang digunakan dipengaruhi oleh berbagai


faktor seperti jenis dan karakteristik air, variasi debit air, kualitas hasil olahan yang
diinginkan, pertimbangan kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan yang
berkaitan ketersediaan tehnologi dan tenaga terampil serta aspek ekonomi
menyangkut biaya yang harus disediakan untuk pembangunan instalasi serta biaya
operasionalnya.

Pre Chlor Settling


Flokulator Tanks Filter Chlorine
valve
VALVE
Chlorine Delivery
Coagulant
main

River or Plain
Stream Sedimen

By Pass
By Pass Pipe
Pipe

Gambar E.2. Diagram Alir Pengolahan Air dengan Air Permukaan

Sedangkan pengolahan air secara khusus disesuaikan dengan kondisi sumber air baku
dan atau keperluan/peruntukkan penggunaannya dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:

a. Air Permukaan dengan tingkat kekeruhan tinggi


Air baku dengan tingkat kekeruhan tingkat tinggi dapat dilakukan pengolahan
dengan pilihan sebagai berikut:

Metodologi dan Pendekatan 20


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

1. Alternatif 1
Tingkat kekeruhan tinggi menyebabkan tingginya sedimen pada air baku, maka
akan lebih ekonomis jika sebelum koagulasi-flokulasi, Sedimentasi, filtrasi,
desinfeksi.

2. Alternatif 2
Alternatif lain dengan menggunakan saringan pasir lambat, dimana sebelum
dilakukan penyaringan harus terlebih dahulu dilakukan pengendapan sampai
kekeruhan mencapai 50 mg/lt SiO2.

b. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang


Tingkat kekeruhan rendah sampai sedang diasumsikan 10-50 NTU. Pada jenis air
ini dapat dilakukan pengolahan dengan alternatif sbb:

1. Alternatif 1
Berikut alternatif pengolahannya: Koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi,
desinfeksi.

2. Alternatif 2
Alternatif lain lain adalah dengan menggunakan saringan pasir lambat, dimana
sebelum melakukan penyaringan harus terlebih dahulu dilakukan
pengendapan sampai kekeruhan mencapai 50 mg/lt SiO2.

c. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang sifatnya temporer


Pada kasus pengolahan air baku dengan kekeruhan temporer dapat dilakukan
pilihan pengolahan sebagai berikut:

1. Alternatif 1
Berikut alternatif pengolahannya: Pra-sedimentasi, Koagulasi-flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, desinfeksi. Pengoperasian untuk alternatif ini adalah bila
tidak hujan maka tidak dilakukan koagulasi tetapi pada saat kekeruhan tinggi
perlu dilakukan proses koagulasi

2. Alternatif 2
Alternatif lain adalah dengan menggunakan saringan pasir lambat, dimana
sebelum dilakukan penyaringan harus terlebih dahulu dilakukan pengendapan.

3. Alernatif 3
Alternatif lain adalah dengan menggunakan saringan pasir cepat, dimana saat
terjadi kekeruhan tinggi IPA tidak operasional. Pelayanan air bersih
memanfaatkan air reservoir yang memiliki daya tampung di atas 6-24 jam
tergantung lamanya kekeruhan terjadi.

Metodologi dan Pendekatan 21


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

d. Air Permukaan dengan kandungan warna yang sedang sampai tinggi


Air baku dengan tingkat warna yang tinggi dapat diolah dengan pengolahan
sebagai berikut: Koagulasi-flokulasi, Sedimentasi, Filtrasi dan Desinfeksi.

Pada pengolahan ini akan dibutuhkan koagulan lebih banyak dan lebih baik jika
dibubuhkan lumpur kaolin, bentonite atau lumur setempat yang berguna untuk
memperberat flok. Atau dapat juga dengan melakukan re-cyle lumpur dari bak
sedimentasi. Waktu flokulasi dan sedimentasi lebih lama dibanding air tidak
berwarna.

e. Air Permukaan dengan tingkat kesadahan tinggi


Air dengan tingkat kesadahan tinggi dapat dilakukan dengan proses kapur soda
yaitu dengan proses pemisahan Ca, Mg secara kimiawi kemudian diendapkan di
bak pengendap. Apabila kesadahan sementara lebih dominan dapat dilakukan
dengan saringan marmer. Alternatif lain adalah dengan proses pelunakan
memanfaatkan ion exchange dengan resin, karbon atau pasir aktif

f. Air permukaan dengan kekeruhan sangat rendah


Air permukaan dengan tingkat kekeruhan sangat rendah dapat dilakukan
pengolahan langsung dengan filtrasi dan desinfeksi. Filtrasi dilakukan untuk
menjaga partikulat yang masuk.

Proses pengolahan disesuaikan dengan kualitas air baku. Pemilihan sistem


pengolahan berdasarkan kualitas air baku dapat dilihat pada Tabel E.1 dan Tabel
E.2. Jenis Pengolahan Air yang dapat diterapkan di berbagai jenis air permukaan.

Tabel E.2. Analisa Kualitas Air Baku Dan Alternatif Pengolahan

No Parameter Masalah Kualitas Alternatif Pengolahan Kesimpulan


1 Bau Tanah Kemungkinan dengan saringan Dapat dipakai jika percobaan pengolahan
karbon aktif berhasil
Bau Besi Aerasi + saringan pasir lambat Bisa dipakai dengan pengolahan
Bau atau aerasi + saringan karbon
aktif
Bau Sulfur Kemungkinan Aerasi Dapat dipakai jika percobaan pengolahan
berhasil
Bau lain Tergantung jenis bau Dapat dipakai jika percobaan pengolahan
berhasil
2 Rasa asin/ payau Aerasi + saringan karbon aktif Tergantung kadar Cl & pendapat masyarakat
Rasa Besi Aerasi + saringan pasir lambat Bisa dipakai dengan pengolahan
Rasa atau aerasi + saringan karbon
aktif
Rasa tanah tanpa kekeruhan Saringan Karbon Aktif Mungkin bisa dipakai dengan pengolahan
Rasa lain Tergantung jenis rasa tidak dapat dipakai
3 Kekeruhan sedang, coiklat Saringan pasir lambat Bisa dipakai bila dengan pengolahan
( dari lumpur )
Kekeruhan Kekeruhan tinggi, coklat dari Pembubuhan PAC + saringan Bisa dipakai bila dengan pengolahan, dengan
lumpur pasir lambat biaya relatif besar
Putih Pembubuhan PAC Dapat dipakai jika percobaan pengolahan
berhasil
Agak kuning sesudah air Aerasi + saringan pasir lambat Dapat dipakai jika percobaan pengolahan
sebentar di ember atau aerasi + saringan karbon berhasil
aktif
4 Coklat tanpa kekeruhan Kemungkinan dengan saringan Dapat dipakai jika percobaan pengolahan
karbon aktif berhasil
Warna Coklat bersama dengan Sama dengan kekeruhan Sama dengan kekeruhan
kekeruhan
Putih Mungkin dengan pembubuhan Tidak dapat dipakai kecuali percobaan
PAC pengolahan berhasil
Metodologi dan Pendekatan 22
Lain Tergantung jenis warna Tidak bisa dipakai kecuali percobaan
pengolahan berhasil
Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

g. Air permukaan/air tanah dengan kadar salinitas tinggi

Air permukaan/air tanahdengan tingkat kekeruhan tinggi dapat dijumpai pada


daerah pantai atau pulau-pulau kecil seperti di daerah studi yang sebagian
tercemar air laut. Salah satu teknologi yang digunakan adalah menggunakan
sistem pengelahan dengan reverse osmosis.

Menurut Metcalf and Eddy (2004), membran Reverse Osmosis tidak membunuh
mikroorganisme melainkan hanya membuang dan menghambatnya. Pada desain
sistem membran RO terdapat beberapa parameter – parameter kritis yang harus
diuji secara cermat, yaitu : kalsium, magnesium, kalium, mangan, natrium besi,
sulfat, barium, khlorida, amonia, fosfat, nitrat, stronsium, dan sebagainya. Apabila
parameter- parameter tersebut dibiarkan maka akan terjadi penyumbatan
(fouling) (Hartomo dan Widiatmoko, 1994).

Tabel E.3. Jenis Pengolahan Air Yang Dapat Diterapkan dari Berbagai Jenis Air
Permukaan

JENIS AIR
Uraian 1 2 3 4 5 6
Kekeruhan Kekeruhan Kekeruhan Berwarna Kesadahan Jernih
Tinggi Sedang Temporer Tinggi
1 Kualitas kekeruh > 50 NTU 10 - 50 NTU > 50 NTU 10 - 50 NTU 10 - 50 NTU < 10 NTU
an warna < 25 PtCo > 25 PtCo < 25 PtCo
< 6 Jam
2 Jenis Sumber Air Sungai Air Sungai/ Air Sungai Rawa Air Sungai Danau alam
Air Waduk Di Lereng Di Lereng
Gunung Gunung kapur
3 Proses Pengolah Pra - Sedimen
alternatif tasi
Koagulasi Koagulasi Koagulasi Koagulasi Koagulasi Koagulasi
Flokulasi Flokulasi Flokulasi Flokulasi Flokulasi Flokulasi
Sedimentasi Sedimentasi Sedimentasi Sedimentasi Sedimentasi Sedimentasi
Saringan Saringan Saringan Saringan Saringan Saringan
Pasir Cepat Pasir Cepat Pasir Cepat Pasir Cepat Pasir Cepat Pasir Cepat
Reservoir Reservoir Reservoir Reservoir Reservoir Reservoir
Dosing Dosing Dosing Dosing Dosing Dosing
Koagulan Koagulan Koagulan Koagulan Koagulan Koagulan
Dosing Dosing Dosing Dosing Dosing Dosing
Disinfeksi Disinfeksi Disinfeksi Disinfeksi Disinfeksi Disinfeksi
Alternatif Pra
2 Sedimentasi
Filtrasi
Reservoir
Dosing
Koagulan
Dosing
Desinfeksi
Alternatif Pra Pra Pra
3 Sedimentasi Sedimentasi Sedimentasi
Saringan Saringan Saringan Saringan
Pasir Lambat Pasir Lambat Pasir Lambat Pasir Lambat
Reservoir Reservoir Reservoir Reservoir
Dosing Dosing DosingMetodologi dan Pendekatan
Dosing
Koagulan Koagulan Koagulan Koagulan
23
Dosing Dosing Dosing Dosing
Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Prinsip kerja filter Reverse Osmosis adalah berdasarkan pada peristiwa osmosis
yang terjadi di alam. Osmosis adalah peristiwa bergeraknya air dari larutan yang
mempunyai konsentrasi lebih rendah melalui membran semi permeabel ke larutan
yang mempunyai konsentrasi lebih

tinggi sampai tercapainya keseimbangan. Proses Reverse Osmosis merupakan


kebalikan dari proses osmosis, yaitu memberikan tekanan balik dengan tekanan
osmotik lebih besar pada permukaan cairan yang lebih kental, maka cairan yang
lebih murni akan menembus permukaan membran menjadi cairan yang lebih murni
(Heitmann, 1990).

Metodologi dan Pendekatan 24


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Gambar diatas menunjukkan diagram suatu filter Reverse Osmosis. Dalam hal ini,
air yang mengandung garam-garaman (atau air dengan konsentrasi yang tinggi)
dimasukan dengan tekanan tertentu, sehingga melebihi tekanan osmotiknya,
kedalam ruangan di bagian kiri. Maka air (murni) akan berjalan melewati membran
semi permeabel dan tertampung di ruangan sebelah kanan. Tidak semua air bisa
dilewatkan melalui membran tersebut, hal ini tergantung pada tekanan yang
diberikan dan karakter dari membran. Oleh karena itu, dalam filter Reverse Osmosis
akan dihasilkan air limbah (reject), yaitu air yang mengandung garam-garaman
konsentrasi tinggi.

Dalam proses filtrasi dengan menggunakanmembran reverse osmosis, terdapat


beberapa faktor-faktor yang saling berkaitan sehingga akan mempengaruhi pula
kualitas air hasil filtrasi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1) Tekanan

Menurut Heitmann (1990), tekanan mempengaruhi laju alir bahan pelarut yang
melalui membran itu. Laju alir meningkat dengan terus meningkatnya tekanan,
dan mutu air olahan (permeate) juga semakin meningkat. Tekanan memegang
peranan penting bagi laju permeate yang terjadi pada proses membran.
Semakin tinggi tekanan suatu membran, maka semakin besar pula fluks yang
dihasilkan permeate(Nassa dan Dewi, 2004).

2) Temperatur/suhu

Standar temperatur yang digunakan dari 70 F (21C), tetapi umumnya yang
digunakan mulai dari 85F (29C)(Eckenfelder, 2000),

3) Kepadatan/kerapatan membran

Semakin rapat membran, maka semakin baik air olahan yang dihasilkan
(Eckenfelder, 2000),

4) Flux(fluks)

Gerakan air yang terus menerus. Untuk menentukan fluks dapat diperoleh
dengan menghitung laju alir permeate per satuan luas membran (Nassa dan
Dewi, 2004).

5) Recovery Factor

Semakin tinggi faktor perolehan maka semakin baik konsentrasi garam pada
proses pengolahan air payau yang didapat. Umumnya factor recovery
mempunyai batasan 75 – 95 % (Eckenfelder, 2000),

Metodologi dan Pendekatan 25


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

6) Salt Rejection (rejeksi garam-garaman)

Garam rejeksi tergantung dari tipe dan karakteristik pemilihan membran.


Namun juga sangat tergantung pada kondisi operasi, konsentrasi larutan
umpan dan debit aliran. Nilai rejeksi merupakan angka mutlak (Nassa dan Dewi,
2004). Umumnya nilai rejeksi dari 85– 99,5% dengan 95% yang lebih sering
digunakan (Eckenfelder, 2000)

7) Ketahanan Membran

Membran hanya dapat bertahan sebentar (akan cepat rusak) apabila terlalu
banyak komponen – komponen yang tidak diinginkan ikut masuk di dalam air
umpan, seperti bakteri, jamur, phenol, dan bahkan nilai pH terlalu
tinggi/rendah. Biasanya membran dapat bertahan selama 2 tahun dengan
perubahan pada efisiensinya (Eckenfelder, 2000),

8) pH

pH pada membran yang sering digunakan memiliki batasan operasi antara 6 –


7,7

9) Kekeruhan (Turbidity)

Reverse Osmosis digunakan untuk memindahkan/menyingkirkan kekeruhan


dari air umpan (air masuk). (Eckenfelder, 2000)

E.1.8. Pendekatan Kriteria Perencanaan


Sistem pengolahan air minum sistem konvensional dengan sumber air baku dari air
permukaan umumnya menggunakan Sistem Instalasi Paket Baja atau beton.

Dasar Rancangan

Dasar rancangan Instalasi Pengolahan Air ini adalah mengolah sumber air permukaan
(permukaan, air tanah dalam atau lainnya) menjadi air minum, Kualitas air baku sesuai
dengan standar Air Baku (Kelas B) dan kualitas air hasil olahan sesuai dengan baku
mutu berdasarkan pada Kepmenkes RI No907/MENKES/SK/VII/2002.

Dasar perencanaan yang digunakan antara lain:

 Kapasitas pengolahan air direncanakan berdasarkan Debit Maksimum Harian


 Instalasi yang direncanakan harus memenuhi syarat-syarat :
 Air yang sudah diolah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
 Memiliki daya tahan yang cukup lama
 Biaya operasi yang ringan dan murah
 Cocok ditempatkan pada daerah studi

Metodologi dan Pendekatan 26


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Secara prinsip mampu mengolah air permukaan dengan kekeruhan dan warna
yang tinggi
Tahapan proses (disesuaikan dengan kualitas air baku) adalah :

a. Koagulasi
Adalah proses pembubuhan koagulan diiringi dengan proses pengadukan cepat
dengan tujuan untuk mengikat partikel-partikel koloid yang ada dalam air. Jenis
koagulan yang digunakan Alum atau Polimer (PAC) dan lain-lain (sesuai dengan
perencanaan) yang diinjeksikan kedalam air baku.

Tabel E.4. Kriteria Unit Koagulasi


No Tipe Kriteria
1 Pengaduk cepat Hidrolis:
Tipe  Terjunan
 Saluran bersekat
 Dalam pipa bersekat (Nre)
Mekanis:
 Bilah (blade), Pedal
 Flotasi
2 Waktu Pengadukan (detik) 30-120

3 Nilai G/detik >750

Sumber: SNI 19-6774-2002

b. Flokulasi
Unit Flokulasi adalah bak-bak yang disediakan untuk air baku untuk membentuk flok-
flok yang lebh besar dengan cara pengadukan lambat agar siap mengendap pada unit
selanjutnya.

Tabel E.5. Kriteria Perencanaan Unit Flokulasi


Kriteria Umum Flokulator FlokulatorMekanis Flokulator
Hidrolis Sumbu Horizontal Sumbu Vertikal Klarifier
dengan pedal dengan bilah
G (gradien Kec) 1/det 60-5 (menurun) 60-10 (menurun) 70-10 (menurun) 100-10
Waktu Kontak (menit) 30-45 30-40 20-40 20-100
Tahap Flokulasi 6-10 3-6 2-4 1

Metodologi dan Pendekatan 27


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Pengendalian energi Bukaan Kec. Putaran Kec. Putaran Kec. Aliran Air
pintu/sekat
Kec. Aliran Mak (m/det) 0,9 0,9 1,8-2,7 1,5-0,5
Luas bilah/pedal dibanding - 5-20 0,1-0,2 -
luas bak (%)
Kec. Perputaran sumbu - 1-5 8-25 -
(rpm)
Tinggi (m) - - - 2-4
Sumber: : SNI 19-6774-2002

Metode pemisahan flok selain dengan pengendapan, juga dapat dilakukan dengan
flotasi. Kriteria flotasi adalah sebagai berikut:

Tabel E.6. Kriteria Perencanaan Unit Flotasi


Proses Aliran Udara Ukuran Input Tenaga Waktu Beban
(N/L/m3) Gelembung (watt.jam/m3) Detensi Hidrolik
(mm) (mnt) permukaan
(m/jam)
Floatasi 100-400 2-5 5-10 5-15 10-30
pemisahan
lemak
Floatasi 10.000 0,2-2 60-120 4-16 -
mekanik
Flotasi 15-50 40-70 um 40-80 20-40 3-10
kelarutan
udara
Sumber: : SNI 19-6774-2002

c. Unit Sedimentasi
Adalah unit yang berfungsi untuk untuk memberikan fase tenang bagi aliran air,
sehingga flok-flok yang telah terbentuk di bak flokulasi yang berat jenisnya lebih berat
dari air akan mengendap ke dasar bak penampung lumpur, unit ini dilengkapi
plate/tube yang berfungsi menangkap lumpur yang masih terikut pada aliran air.

Tabel E.7. Kriteria Perencanaan Unit Sedimentasi

Metodologi dan Pendekatan 28


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Kriteria Umum Bak Bak Persegi Bak Bundar Bak Bundar Clarifier
Persegi(Aliran (Aliran (Aliran (Kontak
Horizintal) Vertikal) Vertikal) Padatan)
Beban 0,8-2,5 3,8-7,5 1,3-1,9 2-3 0,5-1,5
Permukaan
(m3/m2/jam)
Kedalaman (m) 3-6 3-6 3-5 3-6 0,5-1
Waktu Retensi 1,5-3 0,07 1-3 1-2 2- 2,5
(jam)
Lebar/Panjang >1/5 - - - -
Beban Pelimpah <11 <11 3,8-15 7-15 7,2-10
(m3/m/jam)
Bilangan <2000 <2000 - - <2000
Reynold
Kec pd plat - Max 0,15 - - -
(m/mnt)
Bil Froude >10-5 >10-5 - - >10-5
Kec vertikal - - - <1 <1
(cm/menit)
Sirkulasi - - - 3 – 5% dari -
Lumpur input
Kemiringan 45o – 60o 45o – 60o 45o – 60o >60o 45o – 60o
dasar bak
(tanpa scraper)
Periode antar 12 – 24 8 - 24 12 – 24 Kontinyu 12 – 24 ***
pengurasan
lumpur (jam)
Kemiringan 30o/60o 30o/60o 30o/60o 30o/60o 30o/60o
tube/plate
Sumber: : SNI 19-6774-2002

Catatan : *) luas bak yang tertutupi oleh pelat/ tabung pengendap


**) waktu retensi pada pelat/tabung pengendap
***) pembuangan lumpur sebagian

d. Filtrasi
Unit Filtrasi adalah unit pengolahan yang berfungsi menyaring air, kotoran dalam air
akan tersaring oleh media pasir, air bersih akan masuk melalui bagian atas filter/media
dan akan keluar pada bagian bawah dan selanjutnya menuju unit bak penampung air
minum dan siap untuk dipergunakan. Setelah kotoran tersaring didalam filter maka
filter akan tersumbat, maka filter harus dicuci balik (back wash), cuci balik ini dilakukan
dengan memasukan air bersih dari bagian bawah filter dan mengeluarkan kotoran dari
bagian atasnya, aktivitas cuci balik ini bisa dibantu dengan meniupkan udara (blower)
pada filter dan harus dilakukan pembilasan untuk menyempurnakan pencucian ini.

Metodologi dan Pendekatan 29


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Tabel E.8. Kriteria Perencanaan unit Filtrasi


No UNIT Jenis Saringan
Saringan Biasa Saringan dg Saringan
(Gravitasi) Pencucian Bertekanan
Antar Saringan
1. Jumlah bak saringan N = 12 Q 0,5 *) Minimum 5 bak -
2. Kecepatan penyaringan 6 – 11 6 - 11 12 – 33
(m/jam)
3. Pencucian:
 Sistem pencucian Tanpa/dg Tanpa/dg Tanpa/dg
blower & atau blower & atau blower & atau
surface wash surface wash surface wash
36 – 50 36 – 50 72 -198
 Kecepatan(m/jam) 10 – 15 10 – 15 -
 Lama pencucian (menit)
 Periode antara dua 18 – 24 18 – 24 -
pencucian (jam)
 Ekspansi (%) 30 - 50 30 - 50 30 – 50

4. Media pasir
 Tebal (mm) 300 – 700 300 – 700 300 – 700
 Singel media 600 – 700 600 – 700 600 – 700
 Media ganda 300 – 600 300 – 600 300 – 600
 Ukuran efektif, ES (mm) 0,3 – 0,7 0,3 – 0,7 -
 Koefisien keseragaman,
UC 1,2 – 1,4 1,2 – 1,4 1,2 – 1,4
 Berat jenis (kg/dt3)
 Porositas 2,5 -2,65 2,5 – 2,65 2,5 – 2,65
 Kadar SiO2
0,4 0,4 0,4
>95% >95% >95%
5. Media antransit:
 tebal (mm) 400 – 500 400 – 500 400 – 500
 ES (mm) 1,2 – 1,8 1,2 – 1,8 1,2 – 1,8
 UC 1,5 1,5 1,5
 Berat jenis (kg/dm3) 1,35 1,35 1,35
 porositas
0,5 0,5 0,5
6. Filter botom/dasar saringan
1)Lapisan penyangga
dari atas ke bawah
 Kedalaman (mm)
Ukuran butir (mm)
 Kedalaman (mm) 80 – 100 80 – 100 -
Ukuran butir (mm) 2–5 2–5 -
 Kedan laman (mm) 80 – 100 80 – 100 -
Ukuran butir (mm) 5 – 10 5 – 10 -
 Kedalaman (mm) 80 – 100 80 – 100 -
Ukuran butir (mm) 10 – 15 10 – 15 -

Metodologi dan Pendekatan 30


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

No UNIT Jenis Saringan


Saringan Biasa Saringan dg Saringan
(Gravitasi) Pencucian Bertekanan
Antar Saringan
80 – 150 80 – 150 -
15 - 30 15 - 30 -
2)Filter Nozel
 Lebar Slot nozel (mm) <0,5 <0,5 <0,5

 Prosentase luas slot


nozel terhadap luas filer >4% >4% >4%
(%)

Sumber: : SNI 19-6774-2002


Catatan : *) untuk saringan dengan jenis kecepatan menurun
**) untuk saringan dengan jenis kecepatan konstan (constan filtration rate), harus
dilengkapi dengan pengatur aliran (flow controller) otomatis.

e. Kriteria perencanaan pembubuhan bahan kimia


 Jenis koagulen yang digunakan;
1. Alumunium sulfat, AI2(SO4)3.14(H2O) diturunkan dalam bentuk cair
konsentrasi sebesar (5 – 20) % untuk instalasi dengan kapasitas lebih kecil
dari 20 L/detik, dan konsentrasi larutan sampai dengan 20% untuk
instalasi lebih besar dari 20 L/detik.
2. PAC,Poly Alumunium Chloride (AI10(OH)15CI15) Kualitas PAC ditentukan
oleh kadar alumunium oxide (AI203) yang terkait sebagai PAC dengan
kadar ( 10 – 11) %
 Dosis koagulen ditentukan berdasarkan hasil percobaan jar test terhadap air
baku.
 Pembubuhan koagulan ke pangaduk cepat dapat dilakukan secara gravitasi
atau pemompaan
 Bak koagulan
1. Bak koagulan harus dapat menampung larutan selama 24 jam;
2. Diperlukan 2 buah bak yaitu 1 buah bak pengaduk manual atau mekanis
dan 1 buah bak pembubuh;
3. Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap bahan
koagulan.
f. Kriteria Unit Netralisan
 Harus berupa bahan alkalin;

Metodologi dan Pendekatan 31


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

1. Kapur (CaO), dibubuhkan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi


larutan 5 % sampai dengan 20%;
2. Soda abu (Na2CO3) dibubuhkan dalam bentuk larutan, dengan
konsentrasi larutan 5% sampai dengan 20%;
3. Soda api (NaOH), dibubuhkan dalam bentuk larutan, dengan konsentrasi
larutan maksimum20%;
 Dosis bahan alkalin ditentukan berdasarkan percobaan;
 Pembubuhan bahan alkalin secara gravitasi atau pemompaan, dibubuhkan
sebelum dan atau sesudah pembubuhan koagulan

g. Bak netralisasi
 Bak dapat menampung larutan selama 8 sampai dengan 24 jam;
 Diperlukan 2 buah bak yaitu 1 buah bak pengaduk manual atau mekanis dan 1
buah bak pembubuh
 Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap beban alkalin

h. Kriteria Desinfektan
 Jenis desinfektan yang digunakan
1. Gas klor (CI2), kandungan Klor aktif minimal 99%;
2. Kaporit atau kalsium hipoklorit (CaOCI2) X H2O kandungan Klor aktif (60 –
70) %;
3. Sodium hipoklorit (NaOCI), kandungan Klor aktif 15%
 Dosis Klor ditentukan berdasarkan DPC yaitu jumlah Klor yang dikonsumsi air
besarnya tergantung dari kualitas air bersih yang di produksi serta ditentukan
dari sisa Klor di instalasi (0,25 – 0,35) mg/L.
 Pembubuhan desinfektan
1. Gas Klor disuntikan langsung ke pipa air bersih, pembubuhan gas
meggunakan peralatan tertentu yang memenuhi ketentuan yang berlaku;
2. Kaporit atau sodium hipoklorit dibubuhkan ke pipa air bersih secara
gravitasi atau mekanis.
 Keperluan perlengkapan desinfeksi
3. Peralatan gas Klor disesuaikan minimal 2, lengkap dengan tabungnya;
4. Tabung gas Klor harus ditempatkan pada ruang khusus yang tertutup;

Metodologi dan Pendekatan 32


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

5. Ruangan gas Klor harus terdapat peralatan pengamanan terhadap


kebocoran gas Klor;
6. Alat pengamanan adalah pendeteksi kebocoran gas Klor dan sprinkler air
otomatik atau manual;
7. Harus disediakan masker gas pada ruangan gas Klor.
 Bak kaporit
1. Bak dapat menampung larutan selama 8 sampai dengan 24 jam;
2. Diperlukan 2 buah bak yaitu bak pengaduk manual/mekanis dan bak
pembubuh;
 Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap kaporit.

i. Pompa pembubuh dan motor pengaduk


Jumlah pompa pembubuh larutan kimia dan motor pengaduk unit koagulasi
maupun flokulasi paket IPA minimal 2 buah berkapasitas sama.

j. Kriteria bak penampung air minum


Bak penampung air minum diberi sekat-sekat yang dilengkapi dengan : Ventilasi,
Tangga, Pelimpah air, Lubang pemeriksaan dan perbaikan, Alat ukur ketinggian
air, Pipa penguras.

k. Kriteria Perlengkapan IPA


Kriteria perencanaan untuk perlengkapan unit paket IPA dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel E.9 Kriteria perencanaan perlengkapan unit IPA


No UNIT KRITERIA KETERANGAN
1. Alat Ukur debit 2-5 Akurasi alat
2. Bak penampung air minum - -
- Waktu tinggal (menit) <30 -
3 Alat pembubuh Gravitasi dan/atau pompa -
4 Penguras bak sedimentasi Gravitasi atau pompa -
5. Pengolahan lumpur Bak pengendapan lumpur (drying bed) -
dan filter press

Metodologi dan Pendekatan 33


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

6 Pengendalian suhu, cahaya Bangunan pelindung /shelter


matahari
Sumber: : SNI 19-6774-2002

l. Kriteria Daya Listrik

Penyediaan daya listrik terdapat 2 sumber, yaitu

 PLN
 Genset
Pemilihan sumber daya sesuai tabel berikut:

Tabel E.10. Alternatif pemilihan sumber daya listrik

Gambaran situasi lapangan Alternatif pemilihan


Ada jaringan distribusi PLN dengan jarak Gabungan pelayanan PLN dan 1 unit genset
yang menguntungkan dari unit dan masih sebagai cadangan
mencukupi permintaan daya serta sesuai
dengan yang direncanakan
Tidak ada jaringan distribusi atau tidak ada 2 unit genset dimana 1 unit sebagai cadangan
rencana perluasan jaringan PLN dalam
waktu dekat
Sumber: : SNI 19-6774-2002

E.1.9. Pendekatan Terhadap Metode Inventasi Data Sekunder


Secara rinci peta-peta yang dikumpulkan untuk melakukan perhitungan ketersediaan
dan kebutuhan air meliputi:

A. Peta Topografi

Peta topografi diperoleh dari Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan


Pemetaan Nasional). Ada 2 macam peta topografi yang diperoleh. Yang pertama
adalah peta dengan skala 1 : 250.000 dalam format digital, sedangkan yang kedua
adalah peta dengan skala 1 : 25.000 dalam format cetakan/hard copy. Peta ini
menjadi peta dasar dalam pekerjaan ini. Dengan acuan peta ini dilakukan
pelacakan terhadap semua daerah aliran sungai (DAS) untuk setiap sungai yang
ada di Kota Cimahi sesuai dengan letak geografis dan kontur ketinggian di DAS
tersebut. Selanjutnya dari data hasil pelacakan DAS ini disusun tabulasi data
numeris yang berisi luasan setiap kota yang termasuk dalam suatu DAS dan juga
luasan DAS yang termasuk dalam suatu Kota.

B. Peta Cekungan Air Tanah

Metodologi dan Pendekatan 34


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Peta cekungan air tanah dapat diperoleh dari Direktorat Tata Lingkungan Geologi
dan Kawasan Pertambangan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Peta
ini disusun berdasarkan SK Men ESDM No. 716 K/40/MEM/2003. Dalam peta
dengan skala 1 : 250.000 ini digambarkan cekungan-cekungan air tanah yang ada
di Pulau Jawa beserta dengan jumlah aliran air tanah untuk tiap cekungannya, baik
itu aliran air tanah bebas maupun aliran air tanah tertekan. Dari peta ini dapat
diperhitungakan jumlah air tanah yang dapat dieksplorasi oleh suatu daerah
dengan luasan tertentu.
C. Peta Prasarana

Peta prasarana diperoleh dari Departemen Pekerjaan Umum. Berhasil diperoleh


peta prasarana dalam tingkat propinsi dan kota untuk wilayah di seluruh Pulau
Untung Jawa dan Pulau Panggang. Dalam peta tersebut dicantumkan prasarana-
prasarana utama yang terdapat di suatu kota maupun propinsi termasuk juga
prasarana sumberdaya air yang meliputi bendung, bendungan, embung, maupun
waduk. Dengan bantuan peta ini dapat ditentukan titik-titik pengambilan dengan
lebih tepat sesuai dengan kondisi di lapangan.

D. Peta Daerah Irigasi dan Batas Wilayah Sungai

Peta daerah irigasi dan batas-batas WS diperoleh dari Pusat Data Sumberdaya Air
(Water Resources Data Center -WRDC) Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah. Dari peta ini kita dapat mengetahui sebaran-sebaran daerah irigasi,
sehingga dapat kita ketahui pula daerah-daerah pertanian dengan tingkat
kebutuhan air yang tinggi yang memerlukan perhatian khusus karena sangat
rawan terhadap bencana kekeringan. Dari batas-batas wilayah sungai akan kita
ketahui pengelola sumberdaya air pada suatu wilayah sungai tertentu berikut
dengan batas wilayah tugasnya.

E. Peta Tata Guna Lahan dan Penutupan Lahan

Data tata guna lahan dan penutupan lahan sangat penting sifatnya dalam
melakukan analisis terhadap kejadian banjir dan kekeringan. Agar data tata guna
lahan dan penutupan lahan ini benar-benar sesuai dengan keadaan Pulau Untung
Jawa dan Pulau Panggang saat ini maka data ini dianalisis dari citra satelit Landsat
ETM-7 yang diperoleh dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) maupun dari Badan Planologi Kehutanan (BAPLAN) Departemen
Kehutanan. Citra satelit tersebut diinterpretasi sehingga dihasilkan peta tata guna
lahan dan penutupan lahan.

F. Peta Administrasi

Peta batas-batas wilayah administrasi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
setempat Bappeda, atau Kantor Kecamatan. Dengan peta ini maka diperoleh

Metodologi dan Pendekatan 35


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

batas-batas wilayah yang administrasi sesuai dengan perkembangannya sampai


dengan tahun 2012. Batas-batas ini sangat berguna karena kebijakan biasanya
lebih mudah dilaksanakan apabila dibuat sesuai dengan wilayah administrasi yang
jelas

G. Data Iklim dan Curah Hujan

Data iklim meliputi data temperatur, kelembaban, kecepatan angin, penyinaran


matahari dan evaporasi yang umumnya tersedia di BMG (Badan Meteorologi dan
Geofisika) yang memiliki banyak stasiun pengamatan iklim. Data curah hujan
selain dapat dikumpulkan dari BMG dapat juga dikumpulkan dari Dinas Pengairan
dan atau Balai Penyuluh Pertanian. Selain itu tiap balai PSDA biasanya memiliki
bagian hidrologi yang juga mengadakan pengamatan curah hujan. Data iklim
minimal dengan seri data 5 tahun terakhir dan data hujan dengan seri data
minimal 25 tahun pengamatan.

H. Data Debit Aliran Sungai

Data debit sungai-sungai yang tersebar di wilayah Kota Cimahi dapat diperoleh
dari Balai Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat yang mengelola jaringan
pos pengamatan muka air sungai-sungai di Pulau Jawa. Selain itu data tersebut
juga dapat diperoleh dari Dinas Pengairan maupun Balai PSDA di daerah-daerah..
Data ini sangat diperlukan untuk menghitung ketersediaan air permukaan. Agar
dapat dianalisis debit andalannya maka panjang pengamatan minimal adalah 5
tahun.

I. Data Pemanfaatan Sumber Air

Data ini meliputi pemanfaatan sumber air seperti air tanah, air permukaan dan air
hujan untuk keperluan domestik (air minum dan rumah tangga), non domestik
(perkantoran, perdagangan, hidran umum), industri, irigasi, pertanian,
peternakan dan lain sebagainya.

J. Data Potensi Air Tanah

Data ketersediaan air tanah umumnya belum banyak tersedia dan memerlukan
studi lebih lanjut untuk dapat mengetahui potensi air tanah di tiap-tiap daerah.
Untuk dapat menyatakan ketersediaan air tanah pada suatu daerah maka
digunakan peta cekungan air tanah yang sudah diperoleh dari Departemen Energi
dan Sumberdaya Mineral. Kapasitas aliran tertekan maupun bebas pada
cekungan-cekungan tersebut akan didistribusikan ke wilayah-wilayah yang ada di
atasnya dengan volume sesuai dengan perbandingan luasnya.

K. Data Potensi Desa/Kecamatan

Metodologi dan Pendekatan 36


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Untuk dapat menghitung kebutuhan air pada suatu daerah, maka kita harus
mengetahui data-data penduduk, industri, pertanian, perikanan dan peternakan
dari daerah tersebut. Data-data tersebut dapat diperoleh dari hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 dan Survei Pertanian tahun 2010 yang terangkum dalam
Data Potensi Kecamatan tahun 2010 dan 2011. Data Potensi Desa digital tersusun
atas file-file data desa di tiap propinsi.

L. Data Kependudukan

Untuk dapat melakukan proyeksi pertumbuhan kebutuhan air untuk masing-


masing daerah maka seri data Potensi Kecamatan tahun 2007 masih dirasa
kurang panjang maka perlu ditambah seri data lagi. Untuk itu digunakan data
statistik dari Propinsi Dalam Angka yang juga oleh dikeluarkan Badan Pusat
Statistk (BPS). Buku Propinsi dalam Angka menyajikan data statistik dari berbagai
sektor yang berasal dari instansi pemerintah maupun swasta propinsi yang terkait
serta beberapa data dari sensus dan survei yang dilakukan oleh BPS.

E.1.10.Pendekatan Terhadap Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan Air


Untuk memperhitungkan ketersediaan dan kebutuhan air, data dan informasiyang
dapat diperoleh sangat menentukan keakuratan hasil yang hendak dicapai, baik data
hidrologi (curah hujan, muka air sungai, debit) pada suatu pos hidrologi maupun data
topografi (peta, luas DAS, kemiringan dll), serta data-data pendukung lain untuk
memperhitungkan pemanfaatan air baik dari sisi sumberdaya air, tata guna
lahan/penataan ruang, data jumlah dan penyebaran penduduk, pertanian, peternakan,
industri dan lain-lain.

Pengumpulan data penunjang untuk perhitungan ketersediaan dan kebutuhan air ini
hanya meliputi data sekunder, sedangkan data primer sebatas diperlukan untuk
pengecekan lapangan di lokasi-lokasi tertentu untuk penempatan bangunan-bangunan
pengambilan air utama. Selain pengumpulan data di balaibalai PSDA juga dilakukan
wawancara dengan para pelaksana operasional di balai-balai tersebut guna
mendukung perolehan informasi kondisi wilayah sungai.

Di dalam perencanaan SPAM saat ini sangat penting untuk melakukan kajian potensi
air baku, karena di beberapa daerah potensi sumber air baku yang memenuhi syarat
baik kualitas maupun kuantitan sangat minim. Adanya konflik masyarakat pengguna air
untuk kepentingan irigasi (pertanian) dan air minum menjadi kajian tambahan oleh
Konsultan.

Mencari potensi sumber air baku dan membuat alternatif scenario pengalokasian air
baku, memilih alternatif terbaik untuk pasokan air baku bagi kecamatan-kecamatan
yang secara khususn tidak memiliki system dan sumber airnya terbatas.

Metodologi dan Pendekatan 37


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Salah satu aspek yang harus diketahui sebelum mengadakan analisis neraca air untuk
suatu daerah tertentu adalah jumlah ketersediaan air. Ketersediaan air dalam
pengertian sumberdaya air pada dasarnya berasal dari air hujan (atmosferik), air
permukaan dan air tanah. Hujan yang jatuh di atas permukaan pada suatu Daerah
Aliran Sungai (DAS) atau Wilayah Sungai (WS) sebagian akan menguap kembali sesuai
dengan proses iklimnya, sebagian akan mengalir melalui permukaan dan sub
permukaan masuk ke dalam saluran, sungai atau danau dan sebagian lagi akan
meresap jatuh ke tanah sebagai imbuhan (recharge) pada kandungan air tanah yang
ada.

Ketersediaan air yang merupakan bagian dari fenomena alam, sering sulit untuk diatur
dan diprediksi dengan akurat. Hal ini karena ketersediaan air mengandung unsur
variabilitas ruang (spatial variability) dan variabilitas waktu (temporal variability) yang
sangat tinggi. Oleh karena itu, analisis kuantitatif dan kualitatif harus dilakukan
secermat mungkin agar dapat dihasilkan informasi yang akurat untuk perencanaan dan
pengelolaan sumberdaya air.

Air permukaan adalah air yang mengalir secara berkesinambungan atau dengan
terputus-putus dalam alur sungai atau saluran dari sumbernya yang tertentu, dimana
semua ini merupakan bagian dari sistem sungai yang menyeluruh. debit air
permukaan, begitu halnya dengan air yang mengalir ke dalam tanah, kandungan air
yang tersimpan dalam tanah merupakan potensi debit air tanah. Dari ketiga sumber air
tersebut di atas, yang mempunyai potensi paling besar untuk dimanfaatkan adalah
sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, danau/waduk dan lainnya.
Penggunaan air tanah sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku maupun air
irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan, namun pemanfaatan air
tanah membutuhkan biaya operasional pompa yang sangat mahal.

Untuk analisis ketersediaan air permukaan, yang akan digunakan sebagai acuan adalah
debit andalan (dependable flow). Yang paling berperan dalam studi ketersediaan air
permukaan adalah data rekaman debit aliran sungai. Rekaman tersebut harus
berkesinambungan dalam periode waktu yang dapat digunakan untuk pelaksanaan
proyek penyediaan air. Apabila penyadapan air akan dilakukan dari sungai yang masih
alami, maka diperlukan rekaman data dari periode-periode aliran rendah yang kristis
yang cukup panjang, sehingga keandalan pasok air dapat diketahui. Debit andalan
adalah suatu besaran debit pada suatu titik kontrol (titik tinjau) di suatu sungai di
mana debit tersebut merupakan gabungan antara limpasan langsung dan aliran dasar.
Debit ini mencerminkan suatu angka yang dapat diharapkan terjadi pada titik kontrol
yang terkait dengan waktu dan nilai keandalan. Keandalan yang dipakai untuk
pengambilan bebas baik dengan maupun tanpa struktur pengambilan adalah 80%,
sedangkan keandalan yang dipakai untuk pengambilan dengan struktur yang berupa
tampungan atau reservoir adalah sebesar 50%.Aliran yang terukur di sungai atau
saluran maupun danau merupakan potensi

Metodologi dan Pendekatan 38


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Untuk data aliran yang terbatas dan data hujan yang cukup panjang maka data aliran
tersebut dapat dibangkitkan dengan menggunakan metoda pendekatan modelling
hujan-aliran. Model hujan-aliran yang digunakan adalah Metoda Mock. Metoda Mock
lebih sering dipakai dibandingkan dengan metoda-metoda yang lain (SMAR, NRECA dll)
karena metoda ini dikembangkan di Indonesia, penerapannya mudah dan
menggunakan data yang relatif lebih sedikit.

Asumsi-Asumsi Perhitungan Neraca Air

Dalam sub-bab ini dijelaskan mengenai beberapa asumsi yang dipakai dalam
melakukan perhitungan neraca air. Beberapa asumsi yang dipakai tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Data kependudukan dan luas lahan yang dipergunakan untuk memperhitungkan


kebutuhan air tiap kota dan kota di P.Untung Jawa dan Pulau Panggang diambil
dari data Potensi Kecamatan/Desa serta dilengkapi dengan data dari buku
Propinsi dalam Angka.
2. Proyeksi perkembangan jumlah penduduk dan perubahan luas lahan dilakukan
dengan metode pendekatan eksponensial dengan menggunakan angka
pertumbuhan penduduk dan perubahan luas lahan rata-rata.
3. Tingkat kebutuhan air domestik dan non domestik untuk daerah perkotaan/urban
dibedakan dengan tingkat kebutuhan untuk daerah pedesaan/rural. Tingkat
kebutuhan daerah pedesaan diambil satu tingkat dibawah tingkat kebutuhan
daerah perkotaan didekatnya.
4. Untuk perhitungan kebutuhan air industri yang menggunakan data jumlah
karyawan, jumlah karyawan yang bekerja di sektor industri diambil sebagai
persentasi dari jumlah karyawan total, jumlah karyawan total diambil sebagai
persentasi dari jumlah angkatan kerja, dan jumlah angkatan kerja diambil sebagai
persentasi dari jumlah penduduk.
5. Besarnya persentasi-persentasi yang dipakai tersebut disesuaikan dengan tingkat
perkembangan penduduk dan industri wilayah yang bersangkutan.
6. Perhitungan kebutuhan air untuk irigasi dilakukan dengan memperhitungkan
musim tanam dan intensitas tanam. Intensitas tanam untuk padi dibedakan
menjadi satu kali tanam dan dua kali tanam atau lebih. Data luas lahan pertanian
beririgasi dengan intensitas tanam tertentu diambil dari buku Luas
7. Lahan Menurut Penggunaannya di Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS).
8. Debit andalan yang digunakan dalam perhitungan ketersediaan air adalah sebesar
80% (Q80) untuk titik-titik pengambilan bebas tanpa struktur (free intake)
maupun titik-titik pengambilan dengan struktur sederhana seperti bendung dan

Metodologi dan Pendekatan 39


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

pompa. Sedangkan untuk titik-titik pengambilan yang berupa tampungan atau


reservoir seperti waduk, nilai debit andalan yang digunakan adalah sebesar 50%
(Q50).
9. Titik-titik pengambilan air disesuaikan dengan struktur-struktur yang sudah ada.
Untuk beberapa struktur pengambilan yang berdekatan, untuk menyederhanakan
perhitungan, debit andalan yang diperhitungkan adalah debit pada struktur yang
berada di bagian paling hilir dari sungai tersebut.
10. Dalam perhitungan ketersediaan air ini tidak diperhitungkan ada penurunan
kinerja dari struktur-struktur pengambilan air yang sudah ada dan belum
memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan intervensi struktural yang mungkin
dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan air, sehingga besarnya debit yang
tersedia adalah sama dari tahun ke tahun.

Metodologi dan Teknik Survey

Survai hidrogeologi dan meteorologi meliputi kegiatan-kegiatan pengukuran debit,


pengumpulan data-data sekunder, pemasangan staff gauge dan profiling. Pengamatan
muka air, pangambilan contoh air untuk sedimen laying pengambilan contoh bed load
dan uji laboratorium. Volume pekerjaan hidrologi untuk masing-masing lokasi adalah
seperti berikut :

 Pengukuran debit
 Pemasangan staff gauge
 Pengamatan muka air
 Pengambilan contoh air (suspended)
 Pengambilan contoh air (bed load)
 Uji Laboratorium
1. Pengukuran Debit
 Jika tidak ada AWLR disekitar lokasi sungai atau outlet danau atau catatan
debit yang appropriate maka perlu dilakukan pengukuran debit sesaat dengan
metoda current meter atau pelampung. Jika menghendaki akurasi yang tinggi
untuk kondisi debit yang ada maka dapat ditempuh pengukuran debit yang
dimaksud oleh PDAM secara mandiri dengan langkah-langkah sebagaimana
diuraikan dibawah ini:
 Pengukuran debit dilakukan guna mendapatkan data untuk membuat kurva
debit. Pengukuran ini akan menggunakan currentmeter pada kondisi muka air
rendah, sedang dan tinggi (apabila memungkinkan). Pengukuran debit muka
air tinggi yaitu saat banjir diusahakan tetap menggunakan current meter.

Metodologi dan Pendekatan 40


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Namun demikian bila tidak mengungkinkan maka akan digunakan cara


pelampung yang lebih sederhana.
 Pengukuran Debit Dengan Currentmeter
Pengukuran debit dengan menggunakan midsection method atau cara
pengukuran kecepatan di titik tengah suatu penampang tertentu. Untuk
mendapatkan hasil dengan ketelitian tinggi, maka penampang sungai dibagi
menjadi penampang-penampang kecil yang cukup banyak.

Jarak antar penampang kecil tersebut dapat diambil antara 1/10 B sampai 1/15 B, B
merupakan lebar dasar sungai. Secara garis besar pelaksanaan pengukuran debit
menggunakan currenmeter dilakukan seperti cara berikut:
a. Metode 1 titik :
Metode ini dilakukan jika kedalaman air pada seksi (rai) kurang dari 0,50 m.
Lokasi pengukurannya pada kedalaman 0,6 x kedalaman air. Diukur dari muka
air. Kecepatan arus air pada kedalaman tersebut dianggap mewakili seksi yang
bersangkutan.

b. Metode 2 titik dan 3 titik :


Metode titik dilakukan jika kedalaman air sungai antara 0,50 m – 1,00 m. Untuk
kedlaaman air sungai lebih dari 1,00 m akan digunakan metode 3 titik. Lokasi
pengukuran metode 2 titik adalah 0,2 dan 0,8. Sedangkan 3 titik adalah pada
0,2, 0,6 dan 0,8 dari kedalaman air pada seksi yang bersangkutan. Kecepatan
rata-rata pada seksi tersebut adalah :
Metode 2 titik
Vo,2 + V o,6 + V 0,8
V rata-rata = ----------------------
4
Dengan :
V = Kecepatan
0,2; 0,6; 0,8 = Lokasi pada kedalaman air diukur dari muka
air
- Pengukuran Debit dengan Pelampung
Prinsip pengukuran dengan cara ini adalah dengan menghanyutkan bahan
pengapung di sungai (misal dengan bamboo) dan dicatat waktu perjalanan
pelambung serta diukur jarak lintasannya. Kecepatan arus sungai adalah
jarak lintasan dibagi waktu tempuh. Namun demikian hasil perhitungan
tersebut dianggap mengandung kesalahan-kesalahan. Untuk mengeliminasi
kesalahan tersebut, maka perlu diadakan terhadap hasil pengukuran.
Kecepatan air dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut :
L
V = f x -------
t

Metodologi dan Pendekatan 41


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

dengan :
V = Kecepatan (m/dt)
L = Jarak lintasan pelampung yang ditempuh dalam t detik
f = Faktor penyetaraan pelampung
Tabel mengenai type pelampung dan faktor penyetara pelampung dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel E.11. Type Pelampung dan factor Penyetara Pelampung


Pelampung Kedalaman Panjang Tangkai Faktor
Tipe No Air (m) Pelampung (m) Penyetara
1. < 0,7 Pelampung permukaan 0,85
2. 0,7 – 1,3 0,5 0,86
3. 1,3 – 2,6 1,0 0,91
4. 2,6 – 5,2 2,0 0,94
5. > 5,2 4,0 0,96

Untuk perhitungan debit metode yang dipakai sama dengan metode yang
dipakai untuk current meter. Peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran
debit adalah:
 Current meter
 Pemberat
 Tongkat pengukur kedalaman dan kedudukan current meter.
 Alat penggantung current meter
 Kabel baja, tali tambang dan alat Bantu rentang
 Perahu atau rakit
 Bahan pengapung untuk pengukuran metode pengapung
 Stop watch

i). Pengamatan Muka Air

Pengamatan muka air sungai yang ideal dilakukan setiap hari selama paling tidak 1
tahun. Dengan terbatasnya waktu Review Design Instalasi Penjernih Air (IPA)
Belumai, data muka air maksimum (HWL) dan muka air minimum (LWL) akan
ditentukan dengan menggunakan data pengamatan dari waktu lampau yang ada
dan didukung dengan data sekunder yang bisa dipercaya validitasnya. Data ini
akan sangat berguna untuk memperkirakan rating curve dan debit harian.

ii). Pengambilan Contoh Air Untuk Sedimen Layang

Pengambilan contoh air sebaiknya juga dilakukan oleh tenaga trampil/khusus


selama pengukuran debit sebanyak delapan belas kali. Pengambilan tersebut

Metodologi dan Pendekatan 42


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

diusahakan mewakili muka air rendah, sedang dan tinggi reltif selama masa
pengukuran.
Peralatan yang digunakan adalah satu set water sample unit yang terdiri dari:
a. USD49 cable suspended sample
b. Nxle botol dengan diameter 1/8, 3/8 dan ¼ inch
c. Botol contoh air dengan volume 473 ml.
d. Pengambilan contoh dilakukan di lokasi rencana intake pada sekurang-
kurangnya 3 titik pada arah melintang lebar sungai (1/4 L, ½ L, ¾ L).
Contoh air ini akan digunakan untuk mengetahui kandungan sedimen layang dan
kualitas air yang akan digunakan untuk mengetahui kandungan sedimen layang
dan kualitas air yang akan diselidiki secara laboratoris.

iii). Debit Aliran Rendah

Apabila data debit aliran tersedia cukup panjang (50 tahun), maka data tersebut
dapat digunakan langsung untuk menentukan Skala pengembengan setelah
dilakukan uji vailditasnya. Namun bila data tersedia tidak cukup panjang, untuk
menentukan debit rendah akan dilakukan analisa dengan metode Tank Model,
Nereca Sederhana dan Mock.
Model Tank dipakai sehubungan debit aliran sungai tidak linier dengan data hujan,
karena ada pengaruh infiltrasi, evaporasitranspirasi, tata guna lahan dan aliran
airtanah. Dalam studi ini akan diterapkan 4 tank untuk perhitungan debit aliran, air
dilokasi tasik / Waduk
Volume aliran debit sungai adalah:
Q(t) = A x (Sq1 (t) + Sq2(t) + Sq4(t) + Sq5(t) + Sq7(t) + Sq8(t) + Sq1 O(t) + Sq1
1 (t)) x 0.0864

Dimana

Sq1 - Sq1 2 debit di lubang (mm/hari),

S1.1,S1.2,S1.3,S1.4 kedalaman air mula-mula di tiap-tiap tanki (mm).

Ssl,Ss2,Ss3,Ss4 jumlah kedalaman air di tiap tiap tanki (mm).

tinggi lubang di tanki I

H2.1,H2.2 tinggi lubang di tanki II

H3.1,H3.2 tinggi lubang di tanki III

H4. 1, H4.2 tinggi lubang di tanki IV


C1.1,C1.2 koefisien lubang tanki I
C2.1,C2.2 koefisien lubang tanki II

Metodologi dan Pendekatan 43


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

C3.1,C3.2 koefisien lubang tanki III


C4. 1, C4.2 koefisien lubang tanki IV
Fc ratio effective hujan
Ev evaporasi (mm/hari)
A Luas daerah aliran (km2)

 Evaporasi

Evaporasi diperkirakan dengan menggunakan formula metode Penman. Rumus


Metode Penman adalah seperti berikut :

E p =f⋅E o

Δ H/60+ YEa
Eo =
Δ +Y
'
e s −e
Δ= '
t s −t

H =RI-RB

RI = RA ( 1-r ) ( a+ b n/b )

RB =σ Ta 4 ( 0. 47 - 0 .077 √ e ) ( 0 . 20 + 0 . 80 n/ D )
lama matahari bersinar sebenarnya
n/D =
lama matahari bersinar yang mungk in
o
T a= t C + 273
Ea =0 . 35 ( e s −e ) ( 0 .5+ 0 .54 U 2 )
dengan :
Ep = Evapotranspirasi potensial (mm/hari).

f = faktor tergantung bulan.

- Mei, Juni, Juli 0.8

- Maret, April, Sept. Okt. 0.7

- Nop, Des, Jan, Feb. 0.6

Eo = Evaporasi dari permukaan bebas (mm/hari)


Y = Konstanta psychometer (0.49 jika t dalam oC dan dalam mm Hg)
H = Jumlah bersih energi yang masih tinggal pada muka air bebas
(cal/cm2/hari)
RI = Jumlah bersih radiasi yang diserap setelah dipantulkan.

Metodologi dan Pendekatan 44


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

RA = Angka Angot untuk radiasi matahari yang mencapai atmosfir.


r = Koefisien pemantulan (albedo)
a, b = Konstanta yang berbeda-beda untuk tiap lokasi.
n/D = ratio keawanan.
Ea = Evaporasi muka air bebas per satuan waktu (mm/hari)
e = tekanan uap jenuh sebenarnya dari udara pada suhu
t. = tekanan uap jenuh pada titik embun td.
es = tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata harian.
e’s = tekanan uap jenuh udara pada suhu lapisan batas t’ s.
U2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas permukaan (Km/jam)
RB = radiasi dari permukaan bumi.
Ta = suhu absolut
Ta4 = radiasi benda hitarn pada Stefan-Bolzman =117.4 x 109

 Curah Hujan

Sebelum melakukan pemrosesan, data debit maupun data hujan perlu diperiksa
keandalannya melalui pemeriksaan secara manual maupun secara statistik. Untuk
mengetahui kebenaran/kecocokan distribusi frekuensi yang telah digunakan akan
diterapkan Uji Smirnov-Kolmogorov dan Uji Chi Square.
Dari Uji Smirnov-Kolmogorov akan didapat harga  maks. dan  kritis diperoleh dari
tabel yang tergantung banyak data. Bila  maks. <  kritis , maka metode distribusi
frekuensi yang digunakan cocok untuk perhitungan dengan data yang ada.
Dari Uji Chi Square akan didapat X2 maks. dan X2 kritis diperoleh dari tabel yang
tergantung banyak data. Bila X2 maks. < X2 kritis, maka metode distribusi frekuensi
yang digunakan cocok untuk perhitungan dengan data yang ada.

 Pemeriksaan Data Secara Manual

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan kesalahan


seperti berikut :
 Kesalahan ketik atau bergesernya koma
 Kesalahan pemasukan atau pembacaan data
 Harga maksimum tidak realistik atau sangat kecil
Berikut adalah uraian tentang pemeriksaan rentetan data-data dalam satu pos
secara manual terdiri dari :
 Pemeriksaan hujan harian maksimum tahunan lebih kecil dari 20 mm, data
diabaikan.
 Pemeriksaan hujan harian maksimum tahunan terhadap hujan bulanan
 Hujan harian maksimum tahunan lebih kecil dari hujan bulannya, data diterima.

Metodologi dan Pendekatan 45


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Pada bulan yang bersangkutan tidak ada data bulanan maupun jumlah hari
hujan, data diragukan
 Besar data hujan harian maksimum lebih besar dari jumlah hujan bulanan, data
ditolak.
 Pemeriksaan hujan harian maksimum tahunan terhadap bulan basah.
 Data hujan harian maksimum tahunan terjadi pada bulan basah, data diterima
 Data hujan bulanan pada bulan basah tidak ada yang kosong, data diterima
 Data hujan harian maksimum tahunan terjadi pada bulan kering, data ditolak.
 Tidak ada data bulanan pada bulan terjadinya hujan maksimum, data diterima
 Pemeriksaan hujan harian tahunan sama atau labih besar dari 400 mm,
diperiksa terhadap hujan bulanannya.
 Hujan bulanannya lebih besar dari hujan harian yang terjadi, data diterima.
 Hujan bulanannya hampir sama dengan hujan harian, data diragukan.
 Tidak ada data bulanan, data diragukan.
 Hujan bulanan lebih kecil, ada kemungkinan salah ketik, data di tolak
 Pemeriksaa hujan harian maksimum tahunan sama atau lebih besar dari 400
mm, diperiksa terhadap hujan harian sebelum dan sesudahnya
 Data diterima apabila besar R  400 mm, terdapat pada data hujan kecuali yang
diragukan
 Data diragukan bila :
 Terjadinya angka-angka diatas 400 mm lebih dari sekali dalam waktu 3 hari
 Hari-hari sebelumnya tidak ada hujan, ada kemungkinan angka yang besar 
400 mm merupakan akumulasi dari hujan sebelumnya.
 Data ditolak bila tidak terdapat dalam hujan harian

 Pemeriksaan Data Secara Statistik

Pemeriksaan data secara statistik meliputi :


 Pemeriksaan Homogenitas
 Pemeriksaan adanya outlier

Pemeriksaan Homogenitas dengan Double Mass Analysis.

Jika terdapat data curah hujan tahunan dengan jangka waktu pengamatan yang
panjang dan terdapat beberapa referensi stasiun curah hujan, maka double mass
analysis dapat digunakan untuk memeriksa dan memperbaiki kesalahan

Metodologi dan Pendekatan 46


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

pengamatan yang tidak homogen yang disebabkan oleh perubahan posisi atau cara
pemasangan alat ukur curah hujan yang tidak baik. Dalam metode ini, hubungan
antara seri waktu dengan data curah hujan dianggap linier dan beberapa stasiun
referensi dianggap mempunyai data yang konsisten.
Double mass analysis ini menggambarkan besaran hujan kumulatif stasiun yang diuji
dengan besaran hujan kumulatif rata-rata hujan dari beberapa stasiun referensi
disekitarnya dalam periode yang sama. Apabila dalam gambar menunjukkan adanya
penyimpangan garis pada garis lurus, maka data yang diuji tersebut tidak konsisten,
dan data harus diperbaiki.

Pemeriksaan Adanya Outlier.

Outlier adalah data dengan nilai jauh berada di antara data-data yang lain,
keberadaan outlier biasanya mengganggu pemilihan jenis distribusi frekuensi untuk
suatu sampel data. Persamaan yang digunakan untuk uji Outlier adalah sebagai
berikut :

X H =exp( X̄+ Kn . S )

X L=exp( X̄− Kn . S)

Dengan dua batasan, batas ambang bawah (X L) dan batas ambang atas (X H),X dan S
adalah masing-masing nilai rata-rata dan simpangan baku dari logaritma sampel
data.

 Pengisian data curah hujan yang hilang

Stasiun hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga data curah
hujan kurang lengkap. Dengan cara apapun data yang hilang (rusak , tidak terekam
atau sangat meragukan) tidak dapat ditemukan kembali dengan tepat.
Dalam batas kepentingan tertentu, bila dianggap penting data yang hilang atau
kosong dapat diperkirakan atau diisi dengan metode pendekatan , dalam studi ini
digunakan pendekatan dengan Normal Ratio Methode. Cara ini didasarkan pada
persamaan berikut :

Px =
1
n( N N N
P A x + P B x +.. .. . .. ..+ P n x
NA NB Nn )
dengan :

Px = hujan pada stasiun X yang diperkirakan

Metodologi dan Pendekatan 47


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Nx = hujan normal tahunan di stasiun X

N A ,N B ,N n = hujan normal tahunan di stasiun A,B, dan n.

P A ,P B ,Pn = hujan stasiun A,B, dan n , yang diketahui

n = jumlah stasiun referensi

Cara ini dianjurkan paling tidak menggunakan 3 stasiun acuan, dan hanya boleh
digunakan bila variasi ruang hujan (spatial, areal variation) tidak terlalu besar. Dalam
studi ini digunakan 3 stasiun acuan.

 Curah Hujan Rata-Rata Daerah

Metode yang digunakan untuk menghitung hujan rata-rata disuatu DPS ada
beberapa cara yang saat ini sangat lazimdigunakan yaitu :
 Rata-rata Aljabar
 Poligon Thiessen
 Isohiet

Metode ini ditentukan dengan cara menjumlahkan tinggi hujan dari semua tempat
pengukuran selama kala tertentu, dibagi dengan jumlah pos pengukuran.. Hal ini
hanya dapat digunakan kalau hujan yang terjadi dalam DAS homogen dan variasi
tahunannya tidak terlalu besar. Atau dengan kata lain bahwa metode ini cocok
untuk daerah yang datar, pos hujan banyak dan sifat hujannya merata, rumus yang
digunakan :
( P 1 +P2 +.. . .+Pn )
P=
n
dengan :
P = tinggi hujan rata-rata (mm)

P 1 ,...,P n
= tinggi hujan pada setiap pos hujan yang diamati (mm)
n = banyaknya pos hujan

P1
P
A1

A3
A2
P2
P PMetodologi dan Pendekatan
P3 48
Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Metode ini ditentukan dengan cara menggunakan peta garis kontur tinggi hujan
suatu daerah, dan tinggi hujan rata-rata DPS dihitung dari jumlah perkalian tinggi
hujan rata-rata di antara garis-isohiet dengan luas antara kedua garis isohiet
tersebut dibagi dengan luas isohiet seluruh DPS. Metode ini cocok untuk daerah
pegunungan dan yang berbukit-bukit. Rumus yang digunakan adalah :

( )( ) ( )
A1 ( P1 + P2 ) A2 (P 2 +P3 ) An (P n +P n+1 )
P= x + x +.. .+ x
A total 2 A t otal 2 A total 2

dengan :
P = tinggi hujan rata-rata (mm)

P 1 ,...,P n
= tinggi hujan pada setiap pos hujan yang diamati (mm)

A 1 ... A n
= luas yang dibatasi garis poligon

A total A 1 + A 2 +. ..+ A n
= luas total DPS ( ) km2

A4
A5
A2

A3
A1

P5
P1 P2
P
E.1.11.Pendekatan Terhadap Metode
3 Pengukuran
P Topografi 4

Metodologi dan Pendekatan 49


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan lapangan :


1. Data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan harus diplot, dihitung dan
digambar langsung di lapangan di atas kertas millimeter sehingga keakuratan hasil
pengukuran segera diketahui; Selanjutnya dengan menggunakan software CAD
versi 2007, gambar-gambar tersebut direka ulang dan diintepretasikan dalam
gambar Lay-out, Potongan memanjang, Potongan melintang dan Detail.
2. Pengukuran harus dicek kembali atau diulang apabila hasil yang diperoleh tidak
memenuhi persyaratan;
3. Selanjutnya dengan menggunakan software CAD versi 2007, gambar-gambar
tersebut direka ulang dan diintepretasikan dalam gambar Lay-out, Potongan
memanjang, Potongan melintang dan Detail.
4. Semua formulir/data isian yang digunakan dalam pekerjaan lapangan
(perhitungan dan pengukuran) harus diisi dengan lengkap dan rapih untuk
dimasukkan ke dalam laporan akhir;
5. Seluruh rangkaian kegiatan lapangan berikut dengan spot-spot yang menjadi
perhatian harus difoto dengan jelas sehingga data pengukuran dan pengamatan
dapat representatif.
Gambar harus disajikan secara jelas, rapih dan dibuat dalam satu album gambar.
Materi yang akan digambarkan, jenis bahan dan ukuran, notasi, simbol, nomenklatur
serta legenda sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
 Penggambaran disajikan pada kertas HVS dengan ukuran A3;
 Warna cover/sampul album gambar sebaiknya ditentukan sama dengan warna
cover/sampul laporan.
 Tiap gambar dilengkapi dengan petunjuk lembar;
 Arah aliran saluran ditunjukkan dari kiri ke kanan;
 Arah mata angin (Utara) menyesuaikan terhadap arah aliran jaringan perpipaan;
 Gambar profil memanjang yang dilengkapi gambar situasi memanjang, dengan
skala horizontal 1 : 2.000 dan skala vertikal 1 : 100;
 Gambar profil melintang yang merupakan gambar potongan dari profil memanjang
pada section-section tertentu, dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 :
100;
 Pada gambar profil melintang harus ditunjukkan kondisi morfologis unit intake,
unit produksi dan perletakan pipa
 Pada gambar situasi memanjang harus ditunjukkan kondisi dan situasi lingkungan
sekitarnya, seperti adanya sungai/jembatan, perletakan aksesoris perpipaan (air
valve, washout), pondasi bangunan,
 Gambar detail bangunan yang meliputi :
o Gambar layout, dengan skala 1 : 100;
o Gambar tampak muka, belakang, dan samping kiri/kanan, dengan skala 1 :
100;

Metodologi dan Pendekatan 50


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

o Gambar potongan-potongan, dengan skala 1 : 100;


o Gambar detail-detail , dengan skala 1:25;

a. Survey Menggunakan Theodolith

Dalam pelaksanaan survey khususnya dalam pelaksanaan pengukuran peralatan


utama yang digunakan adalah theodolith. Peralatan ini memiliki tingkat akurasi
yang lebih presisi dibandingkan dengan bila hanya menggunakan peralatan GPS.

b. Tahapan pengukuran topografi

Tahapan pengukuran topografi adalah sebagai berikut:


1. Survey Pendahuluan

Survai pendahuluan dilakukan pada awal pekerjaan lapangan, bertujuan untuk


mempelajari keadaan lapangan secara garis besar, memperkirakan batas
daerah pemetaan berdasarkan peta kerja dan rencana pemasangan BM serta
pengaturan strategi pelaksanaan pekerjaan yang efektif mungin.
2. Pemasangan Benchmark

Titik atau benchmark yang dipasang tersebar di seluruh areal pemetaan


dimaksudkan untuk menyimpan data koordinat secara permanen di lapangan.
Oleh karena itu, pemasangan benchmark tersebut sedapat mungkin
ditempatkan pada jalur kerangka pengukuran horizontal dan vertikal. dengan
demikian, setiap bench mark akan memiliki koordinat planimeter dan
ketinggian (X,Y,Z).
Selain itu, untuk memudahkan pencarian jika suatu saat diperlukan bench
mark tersebut dipasang di tempat terbuka, kuat dan aman serta dibuat
deskripsi bench mark yang memuat nomor BM, sket letak BM, harga
koordinat planimeter dan ketinggian (X,Y,Z) foto, lokasi pemasangan, dan lain-
lain.
Jumlah Bench mark yang dipasang sesuai kebutuhan dengan ukuran 10 x 10 x
100 cm, ditambah dengan beberapa buah control point dengan ukuran di cor
dalam pipa pralon diameter 4 inch yang ditempatkan pada lokasi pengamatan
pasang surut dan jalur trace pemasangan pipa.
a. Pemasangan BM direncanakan berada pada batas lokasi agar dapat
dikenali secara visual di lapangan
b. Benchmark dipasang pada tempat yang stabil, aman dari gangguan dan
mudah dikenali serta tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan konstruksi
c. Benchmark terbuat dari beton bertulang, ukuran 10 x 10 x 100 cm
tertanam dalam tanah 70 cm.

Metodologi dan Pendekatan 51


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

d. Pemasangan BM ini distribusi dan penempatannya akan didiskusikan


dengan PROYEK nantinya, minimal tentative akan seperti yang disebutkan
dalam penawaran.
e. Setiap BM akan dilengkapi lagi dengan deskripsi BM.

3. Kerangka Kontrol Horisontal

Kerangka dasar horizontal dibuat melingkupi seluruh daerah pemetaan,


melalui setiap BM yang telah terpasang dan diusahakan berdekatan dengan
batas lokasi proyek agar didapat titik-titik ikat. Pembuatan kerangka akan
menggunakan metoda poligon. Peralatan pengukuran utama adalah berupa
Theodolith dilengkapi dengan Waterpass, GPS dan peralatan lainnya yang
diperlukan..
Set up alat menggunakan force centering method.
Pengukuran sudut horizontal dilakukan sebanyak 1 (satu) seri ganda, atau
dengan mengukur setengah seri sudut dalam dan setengah seri sudut luar. Set
up awal adalah 00o 00’ 00”. Bila rata-rata melebihi 5 detik, diamati seri
berikutnya.
Sudut vertical diamati pada keadaan teropong biasa dan luar biasa atau pada
keadaan teropong biasa tetapi memperhitungkan salah kolimasi alat. Jarak
diukur pergi-pulang menggunakan alat ukur EDM dan selanjutnya
menggunakan jarak-rata-rata pada saat pengolahan data poligon. Pita ukur
digunakan bila jarak ukur dari 50 m. Salah penutup sudut akan memenuhi 10 
N (N = jumlah titik poligon) atau lebih baik. Salah linier adalah 1 : 10.000 atau
lebih baik.
Kerangka dasar horizontal merupakan titik-titik ikat dalam menentukan posisi
planimetris titik-titik detail lainnya. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan
dan menghindari kesalahan yang mungkin terjadi, areal pengukuran dibagi
menjadi beberapa seksi (kring). Metode yang digunakan dalam pengukuran
kerangka dasar horizontal ialah metode polygon tertutup dengan
menggunakan alat ukur sudut theodilit T2.
Pengukuran dilakukan dengan cara double series pada keadaan teropong
biasa dan luar biasa sehingga di dapat dua buah sudut sebagai pembanding
yang selanjutnya dirata-ratakan.

Metodologi dan Pendekatan 52


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

1 ‘ 3

P1 2 P3 d4 4

 d1 d2 P2 d3 P4

P0

 = azimuth awal dari P0 ke P1

1-4 = sudut hasil ukuran

‘ =  +  - 180o

Karena pengukuran polygon dibuat tertutup maka hasil ukuran sudut dan
jarak harus memenuhi syarat geometrik sebagai berikut :

Jumlah sudut L = (n+2) . 180 O (rumus sudut luar)

Jumlah Y X = 0

Jumlah Y X = 0

Toleransi yang diperbolehkan adalah :

Toleransi kesalahan sudut : 5” per titik

 ( X2 +  Y2) 1

Toleransi kesalahan jarak =---------------------- = ---------------

D 5.000

4. Pengamatan Matahari

Pengamatan matahari dilaksanakan pada salah satu benchmark ke benchmark


lainnya yang saling kelihatan. Bila tidak saling terlihat target bidikan adalah
patok tetap pembantu. Pengamatan dilaksanakan pada saat udara cerah, pagi
hari pukul 08:00 atau sore hari pukul 16:00.
Jumlah seri pengamatan adalah 3 (tiga) seri ganda, dilakukan terus-menerus
bacaan berikutnya tidak lebih 1 (satu) menit.

Metodologi dan Pendekatan 53


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Tujuan pengamatan matahari adalah untuk menetukan azimuth astronomi


antara dua titik di permukaan bumi. Azimuth di pergunakan untuk
memberikan orientasi arah utara pada peta.
Metode pengamatan matahari yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah
metode tinggi matahari. Pengamatan dilakukan dengan memakai papan
tadah. Pengamatan dilakukan 4 seri dengan ketelitian 20%. Rumus dasar yang
digunakan dalam perhitungan azimuth matahari adalah :
Sin  - Sin h . Sin 
Cos A = ------------------------------

3.3.1.1 Cos h . Cos 


Dimana :

A = Azimuth ke pusat matahari dari titik pengamatan. Bila pengamatan


dilakukan pada pagi hari, maka azimuth matahari = A. Bila
pengamatan sore hari, maka azimuth matahari = 360 O - A.
 = Deklinasi matahari, diperoleh dari tabel almanak matahari
h = Tinggi matahari pada saat pengamatan dalam harga sexagecial
 = Lintang tempat pengamatan, diperoleh dari interpolasi pada peta
topografi 1 : 50.000
Ketinggian matahari yang dipakai dalam perhitungan telah direduksi terhadap
pengaruh paraleks dan refraksi matahari dengan rumus :

H = Hu + P - R

Dimana :

H = Tinggi matahari definitif

Hu = Tinggi matahari hasil pengamatan

P = Paralaks

R = Refraksi

Besaran-besaran paralaks dan refraksi dapat diperoleh pada tabel almanak


matahari.

5. Kerangka Kontrol Vertikal

Apabila terrain di lokasi calon Bangunan Utama sangat terjal, maka untuk
pekerjaan pengukuran topografi skala 1 : 500 ini pengukuran jaringan kontrol
vertical akan dilakukan dengan metoda trigonometris bersama-sama waktu
melakukan pengukuran poligon. Hal tersebut dilakukan karena untuk daerah

Metodologi dan Pendekatan 54


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

yang berbukit-bukit dan lereng terjal, pengukuran beda tinggi dengan cara
leveling sangat tidak efektif dan ketelitiannya kurang karena jarak alat ke
rambu jadi pendek sehingga jumlah pemberdirian alat (slang) menjadi
semakin banyak.

6. Titik Referensi Pengukuran

Titik referensi yang akan digunakan sebagai dasar pemetaan topografi adalah
titik-titik tringulasi referensi atau titik-titik benchmark dari pengukuran
terdahulu yang masih dalam kondisi baik.
Apabila titik-titik tersebut sudah rusak atau hilang atau tidak ditemukannya
titik-titik referensi /triangulasi dalam radius 2 km, maka akan diusulkan untuk
memakai koordinat dan elevasi local, dengan menganggap salah satu
benchmark sebagai pedoman.

7. Pengukuran Detail Topografi

Pengukuran dilakukan dengan pembuatan jalur-jalur poligon cabang/poligon


ral. Ujung-ujung setiap terikat sempurna pada kerangka dasar.
Pengukuran poligon rai dan pengukuran titik-titik detail ini menggunakan
Theodolith . Untuk pemetaan skala 1 : 500 interval jalur akan dibuat tiap + 100
m. Jalur khusus juga dibuat mengikuti sungai atau jalan desa yang dianggap
penting.
Pengambilan detail selalu dilakukan dari jalur poligon cabang, dan juga
sepanjang kerangka dasar pada batas lokasi.
Untuk memudahkan penggambaran, setiap pengukuran detail akan dilengkapi
sketsa dibuat mendekati keadaan sebenarnya.
Setiap jalur pengukuran situasi detail dimulai dan diakhiri pada titik-titik
kerangka dasar, sehingga jalur tersebut terikat dengan sempurna. Metode
perhitungan beda tinggi dan jarak datar yang digunakan ialah metode
taciometri dengan rumus :

H = ta +1/2 . d . sin . 2 - BT

Dimana :

Jd = d . cos2 

d = (BA - B) x 100

H = Beda tinggi

Ta = Tinggi alat

D = Jarak optis

 = Sudut vertikal

Metodologi dan Pendekatan 55


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Jd = Jarak datar

BA = Benang atas

BT = Benang tengah

BB = Benang bawah

8. Pengukuran jalur pipa

Peralatan yang digunakan adalah sipat datar Topcon AT - D2 A15A rambu


ukur tiga meter dan empat meter, pita ukur.
Metode dilakukan dengan 2 (dua) cara :

Cara I :
Metode pengukuran profil memanjang dan melintang dilakukan bersama-
sama (simultan) dimana yang diukur adalah beda tinggi antara titik
pengamatan dengan titik awal pada setiap kali berdiri alat. Tinggi alat tidak
diukur dan tinggi garis bidik di dapat dari hitungan, sedangkan jarak antara
titik pengamatan profil melintang diukur dengan pita ukur. Metode ini
dilakukan pada saluran yang ada.

Cara II :
Metode ini dilakukan pada daerah sungai dengan cara mengukur tinggi alat
dan membaca benang atas dan bawah/atas untuk mendapatkan jarak miring
dan membaca sudut vertikal untuk mendapatkan jarak datar beda tinggi.
Setelah lay-out / tata letak saluran dan jalan produksi ditentukan, pekerjaan
profil melintang dan memanjang dilanjutkan.

Pekerjaan pada tahap ini adalah pengukuran seluruh jaringan trace saluran
dan jalan produksi yang direncanakan, sehingga setiap ruas saluran dan jalan
produksi dapat digambarkan profil melintang dan memanjang. Jarak profil
melintang rencana saluran dan jalan produksi pada umumnya 50 m, kecuali
pada daerah tertentu terutama pada belokan, jarak profil melintang
disesuaikan dengan keadaan lapangan.

Alat ukur yang digunakan pada pengukuran profil melintang dan memanjang
ialah Waterpass TOP CON AT D2 A154 dan Waterpass ZEISS Ni 2
Hasil akhir dari pekerjaan ini adalah berupa gambar profil melintang dan
memanjang serta situasi trace saluran / jalan yang digambar pada kertas
transparan (kalkir) dengan skala :
o Profil melintang : V : 1 : 100; H : 1 : 100

Metodologi dan Pendekatan 56


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

o Profil memanjang & situasi trace sungai : V : 1 : 100; H : 1 : 100

9. Pengikatan Titik Nol Mistar Duga Air Hidrometri

Peralatan yang dipakai adalah Theodolith/ Waterpass


Sedangkan metode pengukuran dilakukan dengan pergi pulang. Pengikatan
titik nol dimaksudkan untuk menyamakan referensi muka air terhadap satu
titik referensi di lokasi proyek, karena pada muka air akan dilakukan
pengamatan pasang surut yang akan berhubungan dengan elevasi lahan.
Pengikatan titik nol peilschall dilakukan pada muara sungai yang terkena
pasang surut (tempat pemasangan peilschall) agar pencatatan fluktuasi muka
air pengamatan terikat dengan elevasi pengukuran lahan.
Perhitungan data lapangan dilakukan di Base Camp. Sebagian ada yang
dihitung di lapangan langsung seperti beda tinggi pada pengukuran Theodolith
dan atau Waterpass.

10. Perhitungan Polygon

Langkah-langkah perhitungan polygon adalah sebagai berikut :


a. Hitung sudut setiap titik poligon dengan mencari rata-rata besarnya
sudut-sudut tersebut.
b. Jumlahkan sudut-sudut tersebut dari titik awal hingga titik akhir.
c. Karena perhitungan besarnya sudut mengambil bagian sisi luar poligon
dengan arah hitungan searah jarum jam, maka syarat geometris yang
harus dipenuhi ialah :
Rumus  L = (n + 2) . 180 O

d. Jika syarat tersebut telah dipenuhi, dilanjutkan dengan menghitung


azimuth pada titik. Azimuth awal diambil dari hasil hitungan pengamtan
matahari. Rumus yang digunakan untuk menghitung azimuth adalah :  ‘
=  +  - 180 O
e. Setelah seluruh azimuth selesai dihitung hitungan dilanjutkan dengan
hitungan X dan Y dengan rumus :
X = d . sin 

Y = d . cos 

Syarat geometris yang harus dipenuhi pada tahap ini ialah :

X=0

Y=0

Metodologi dan Pendekatan 57


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

f. Hitung salah linier dengan rumus =  ( X 2 +  Y 2 )

 ( X 2 +  Y 2 ) 1

Syarat geometrisnya adalah =   

d 7500

g. Hitung koreksi X dan Y.


h. Hitung koordinat tiap titik polygon.

11. Perhitungan Waterpass

Langkah-langkah perhitungan waterpass adalah sebagai berikut :


a. Hitung beda tinggi tiap selang.
b. Jumlahkan seluruh beda tinggi dengan syarat geometrisnya  H=
0
c. Jika kesalahan H telah memenuhi toleransi, hitung ketinggian tiap titik.

12. Perhitungan Titik-titik Detail

Tahap-tahap perhitungan titik-titik detail adalah sebagai berikut :


a. Hitung jarak optis setiap titik
b. Hitung beda tinggi dengan rumus : H = 1/2 . d . sin 2
d. Hitung jarak datar dengan rumus : Jd = d . cos 2
e. Jumlahkan beda tinggi dari patok ke patok dan koreksikan terhadap titik-
titik ikat pada kerangka.
f. Hitung ketinggian pada setiap titik.
Hasil perhitungan data (perhitungan polygon, waterpass dan titik-titik detail)
dikumpulkan menjadi laporan Data Ukur Pengukuran Topografi.

13. Pengukuran Profil

a. Setiap profil akan terikat pada kerangka dasar


b. Kerapatan pengambilan detail adalah tiap 50 m atau lebih rapat lagi bila
perubahan tanah sangat menonjol
c. Pengambilan detail dilakukan dari setiap patok profil
d. Setiap pengambilan detail akan dilengkapi dengan sketsa
e. Metoda yang digunakan adalah tachimetri dengan alat ukur Theodolith
T-0.

Metodologi dan Pendekatan 58


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

14. Pemrosesan Data


Pada pemetaan topografi skala 1 : 500, keseluruhan data akan diolah
sementara di lapangan. Data kerangka kontrol horizontal dan vertical dihitung
setelah terbentuk loop.
Bilamana titik referensi dari pemetaan terdahulu dapat ditemukan di
lapangan, maka perhitungan akan didasarkan koordinat referensi ini. Bila titik
referensi tersebut tidak ditemukan, maka dilakukan perhitungan local dari
salah satu benchmark.
Azimuth diperoleh dari hitungan hasil pengamatan matahari. Data pemetaan
topografi diolah secara bertahap setiap hari. Pemberian ketinggian titik detail
dilakukan setelah olahan data elevasi memenuhi syarat.
Untuk pemetaan skala 1 : 100, pengukuran profil pengolahan data akan
dilakukan di lapangan. Pemrosesan data akan dilakukan secara digitasi/
menggunakan program komputer.

15. Pengambaran
a. Penggambaran manuscript peta skala 1 : 500 juga dilaksanakan di
lapangan, Sedangkan untuk peta skala 1 : 100 juga akan dibuat di
lapangan.
b. Penggambaran lukis (jarak) akan dilaksanakan di Bengkalis dengan ukuran
kertas 80 cm x 60 cm.
c. Legenda dan symbol peta mengikuti aturan standard yang berlaku. Editing
gambar akan menggunakan Bahasa Indonesia.
Metode penggambaran akan dilakukan secara konvensional dan akan diplot
dengan menggunakan komputer setelah konsepnya disetujui oleh PROYEK.

E.1.12.Pendekatan Aspek Geoteknik


1. Pemilihan Jenis Metode Pengukuran
Pekerjaan geoteknik untuk pekerjaan ini merupakan pekerjaan penyelidikan tanah
untuk memperoleh data/informasi terkait muka air tanah, kualitas dan daya dukung
tanah terhadap rencana konstruksi bangunan atas dan jaringan pipa yang akan
menjadi pertimbangan dalam penentuan metode dan jenis kontruksi. Pelaksanaan
penyelidikan tanah dilapangan dalam perencanaan teknis SPAM, umumnya
digunakan tiga macam metode pengukuran yaitu sondir, bor tangan dan bor mesin.
Pemilihan ke tiga metode tersebut, tergantung jenis perencanaan kebutuhan
struktur banguan atas dan kondisi tanah sebagai berikut:

‒ Struktur bangunan atas berat seperti bangunan Intake Air Baku, Bangunan
Prasedimentasi, Bangunan IPA, Bangunan Reservoir, Bangunan Penunjang,
Reservoir transfer (booster), jembatan pipa dengan bentang yang Panjang dan

Metodologi dan Pendekatan 59


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

perlintasan rel kereta api, harus dilakukan penyelidikan tanah dengan sondir
dan bor mesin.
‒ Struktur bangunan atas ringan seperti jaringan pipa (yang pemasangannya
direncanakan dengan metode micro tuneling (Jacking dan HDD) dan jembatan
pipa dengan bentangan pendek harus dilakukan penyelidikan tanah dengan
sondir dan bor tangan.

2. Pemeriksaan dan Pencatatan


Penyelidikan tanah dilakukan melalui pengukuran langsung dilapangan dan uji
laboratorium. Pemeriksaan dan pencatatan data/informasi tanah akan dilakukan
terhadap kondisi sebagai berikut:

a) Sondir :
‒ perlawanan ujung atau nilai konus ;
‒ jumlah hambatan lekat ;
‒ kedalaman penyondiran ;
‒ muka air tanah ;
‒ pemeriksaan kinerja peralatan.
b) Bor tangan :
‒ deskripsi tanah sepanjang lubang bor ;
‒ pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli ;
‒ pemeriksaan kinerja peralatan.
c) Bor dalam :
‒ deskripsi tanah sepanjang lubang bor ;
‒ pengambilan contoh inti sampai dengan kedalaman yang dikehendaki ;
‒ pengambilan contoh tanah asli ;
‒ penyimpanan contoh inti ;
‒ penyimpanan contoh tanah asli ;
‒ perlawanan penetrasi untuk penetrasi split spoon sampler sedalam 30 cm
atau SPT ;
‒ pengamatan muka air tanah ;
‒ pemeriksaan kinerja peralatan.

3. Pemeriksaan di Laboratorium
Pemeriksaan di laboratorium terhadap seluruh contoh tanah asli yang didapat dari
lubang bor dangkal, bor dalam dan sumur percobaan harus disesuaikan dengan
persyaratan prosedur percobaan dari ASTM yaitu:

a) Index properties
‒ pemantauan kadar air (Wn) ;
‒ pemantauan berat isi basah (Gh) ;
‒ pemantauan berat isi kering (Gd) ;
‒ pemantauan berat jenis (Gs) ;

Metodologi dan Pendekatan 60


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

‒ pemantauan batas cair (LL) ;


‒ batas plastis (PL) ;
‒ index plastis (PI ) ;
‒ analisis butiran.
b) Engineering Properties Test
‒ percobaan tekan langsung ;
‒ percobaan geser langsung atau Triaxial ;
‒ percobaan konsolidasi.
‒ Tes kimia
‒ keasaman (pH) ;
‒ kadar garam atau electric conductivity.

E.1.14.Pendekatan Pelaksanaan
Berdasarkan pemahaman terhadap tujuan, lingkup, sasaran, serta pelaporan yang
diminta dari setiap tahap kegiatan, maka konsultan mengembangkan metode
pelaksanaan yang dibagi dalam tahapan sebagai berikut: 1) Tahap Persiapan, 2)Tahap
Pengumpulan Data, 3) Tahap Kompilasi dan Pemrosesan Data, 4) Analisis 5) Tahap
Penyusunan DED dan 6) Pembahasan

1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, konsultan akan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
• Membuat program kerja (pola pikir) kegiatan secara keseluruhan
• Menentukkan sasaran
• Melakukan metode survey
• Menggali sumber data yang terkait
• Melakukan studi literatur
• Menyusun format pendataan
• Menyusun koesioner
• Melakukan perlatan survey
• Menyusun jadwal kerja.
Dan untuk itu rencana kerja tim konsultan pada Tahap Persiapan ini mencakup :

a. Penyelesaian Administrasi dan Klarifikasi


Pada tahap ini konsultan melakukan kegiatan penyelesaian administrasi
proyek seperti dokumen kontrak, klarifikasi dan negosiasi, surat perintah mulai
kerja dan sebagainya.

Metodologi dan Pendekatan 61


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

b. Penyiapan Peralatan Kantor


Dalam hal ini konsultan akan menyiapkan kantor/ruang kerja dan sarana kerja
antara lain kendaraan, komputer dan printer, furniture, alat tulis kantor, dan
sebagainya.

c. Mobilisasi personil
Konsultan akan menyiapkan Tenaga Ahli serta Tenaga Pendukung yang
dibutuhkan, sesuai kualifikasi yang telah ditentukan dalam KAK.

d. Observasi KAK
Bersama manajemen dan pemberi tugas, tenaga Ahli merumuskan
pemahaman terhadak KAK khususnya berkaitan keluaran dan lingkup
pekerjaan.

e. Penyusunan Metodologi Pelaksanaan


Tenaga ahli merumuskan kembali metodologi pekerjaan berdasarkan
pemahaman terhadap KAK.

f. Penyusunan Rencana Kerja


Konsultan menyusun rencana kerja, termasuk rencana pelaksanaan survey
sebagai bahan diskusi dengan pemberi tugas.

g. Orientasi dan Pengumpulan Data Awal


Konsultan melakukan orientasi terhadap lokasi studi dan pengumpulan data
awal berupa kebijakan dan studi terkait dengan perencanaan pengembangan
SPAM dan DED Fasilitas Air Bersih. Pada tahap ini juga konsultan melakukan
pengumpulan peraturan, NSPM, pedoman teknis terkait dengan DED Fasilitas
Air Berih.

h. Pengolahan Data dan Kajian Awal


Dari informasi awal yang tersedia konsultan melakukan kajian awal yang
memaparkan pemahaman konsultan tentang kondisi wilayah studi termasuk
pelayanan air minum yang ada.

Hasil kegiatan pada tahap ini akan dilaporkan pada Laporan Pendahuluan muatan
minimal yang ditentukan dalam KAK serta penyerahan laporan paling lambat 2
(dua) minggu setelah SPMK.

2. Tahap Pengumpulan Data


Selanjutnyah berdasarkan atas rekomendasi dari pemberi tugas yang didapatkan
konsultan selama persiapan, khususnya metode survey, akan dilakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :

Metodologi dan Pendekatan 62


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

4. Data primer, melakukan survey lapangan tentang kondisi sistem penyediaan


air minum di lokasi studi, lokasi sumber air baku (kualitas dan kuantitas).
5. Data sekunder, melakukan survey ke instansi terkait khususnya PDAM serta
kelembagaan formal maupun non formal.
6. Melakukan kajian studi literatur :
• Standar norma, pedoman.
• Petunjuk teknis
• Dan lain-lain
Setelah dicapai persamaan persepsi dengan pemberi tugas dalam pembahasan
Laporan Pendahuluan, selanjutnya konsultan akan melakukan kegiatan terinci
meliputi :

a. Pengumpulan Data Sekunder


Konsultan melakukan pengumpulan data sekunder terkait wilayah studi.
Konsisi wilayah studi, sarana dan prasarana yang ada. Selain itu konsultan juga
akan melakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk kajian strategi DED
SPAM seperti literatur dan kebijakan terkait serta SNPM yang berlaku.

b. Pengumpulan Data Primer


Konsultan melakukan pengumpulan data primer khususnya menyangkut aspek
teknis kinerja dan perencanaan DED SPAM. Pengumpulan data primer berupa
pengamatan, pengukuran lokasi dan wawancara dengan nara sumber di
wilayah studi

c. Identifikasi dan Kompilasi data.


Konsultan melakukan pendataan, tabulasi dan kompilasi terhadap data yang
dikumpulkan selama pelaksanaan survey sehingga dapat digunakan untuk
analisa dan penyusunan DED “Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan
Spam Cimahi Utara Kelurahan Pasirkaliki”.

1. Identifiksi kebijakan, regulasi dan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang


terkait dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dan Instalasi
pengolahan air.

2. Mengidentifikasi parameter – parameter perencanaan IPA

3. Mengidentifikasi parameter – parameter Jaringan Pipa Air bersih dan


fasilitas penunjang.

d. Analisa data hasil survey.


Pada tahap ini Konsultan melakukan analisa data hasil survey yang terkait
kebijakan, regulasi dan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang terkait dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum dan Instalasi pengolahan air;

Metodologi dan Pendekatan 63


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

parameter – parameter standarisasi IPA, serta DED SPAM. Selain itu konsultan
akan melakukan evaluasi kondisi wilayah studi, sumber air baku dan
mengevaluasi faktor – faktor keberhasilan dan penghambat pengembangan
fasilitas air bersih.

e. Analisis Permasalahan.
Konsultan akan melakukan analisa permasalahan yang diperoleh dari
pelaksanaan survey khususnya kondisi lingkungan, sosial ekonomi dan
ketersediaan air baku.

f. Konsep Awal (Pra Desain).


Pada tahap ini konsultan akan melakukan penyusunan konsep kajian awal
strategi DED SPAM berdasarkan analisis dan identifikasi permasalahan yang
ada.

Berdasarkan hasil pengumpulan data primer, data sekunder, identifikasi data dan
permasalahan selanjutnya konsultan melakukan penyusunan laporan antara yang
diserahkan(sesuai KAK) paling lambat 2 (dua) Bulan sejak SPMK sebanyak 10 buku
laporan.

3. Tahap Kompilasi dan Pemrosesan Data


Melakukan pengelompokkan data kuantitatif dan kualitatif sebagai bahan analisis.

4. Tahap Analisa
Melakukan analisis data sehingga menghasilkan aspek kuantitatif dan aspek
kualitatif yang dapat dipakai sebagai bahan untuk menyusun konsep dan
penyusunan DED Sistem Penyediaan Air Minum. Analisis dimulai dengan
memperkirakan pertumbuhan penduduk sampai tahun proyeksi 2031 serta
kebutuhan air minumnya. Selain kebutuhan air minum untuk pemakaian domestik,
dihitung juga perkiraan air minum untuk non-domestik.

5. Tahap Penyusunan DED


Penyusunan DED sesuai dengan analisis yang dilakukan pada setiap tahapan
kegiatan mulai dari survey, identifikasi, disain, spesifikasi teknis, SOP pelaksanaan
dan RAB pembangunan SPAM.

a. Perencanaan Rinci (DED).


Pada tahap ini konsultan akan melakukan perencanaan rinci berupa
perhitungan dan gambar-gambar perencanaan sesuai standar dan spesifikasi

b. Penyusunan Dokumen Tender


Pada tahap ini konsultan akan menyusun dokumen tender untuk keperluan
pelaksanaan seperti BOQ, RAB dan Spesifikasi teknis.

Metodologi dan Pendekatan 64


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi selanjutnya konsultan melakukan


penyusunan laporan draf akhir yang diserahkan (sesuai KAK) paling lambat 3 bulan
kalender setelah SPMK.

6. Tahap Pembahasan
Melakukan pembahasan pada setiap kegiatan dengan pemberi tugas (kepala
satker) dan tim teknis yang akan ditunjuk oleh kepala Satker, serta aparat yang
terkait. Konsultan melakukan pembahasan/diskusi pada laporan pendahuluan,
laporan antara dan laporan draft final, dimana masing-masing dilakukan dengan
mengundang instansi terkait (dilaksanakan sebelum laporan tersebut dapat
diterima oleh pemberi kerja).

Berdasarkan pada pembahasan Konsep Laporan Akhir selanjutnya konsultan


melakukan penyempurnaan Laporan dan gambar dan spesifikasi.

Untuk lebih jelasnya, metode pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada diagram alir
berikut.

Gambaran pelaksanaan pekerjaan akan dibahas lebih mendalam dalam sub bab
Program Kerja.

E.2. PROGRAM KERJA


Pada dasarnya rencana kerja yang disusun mengacu pada kerangka acuan kerja dan
metodologi yang telah diuraikan. Secara garis besar rencana pelaksanaan pekerjaan
“Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan Spam Cimahi Utara Kelurahan
Pasirkaliki”. dibagai kedalam 5 (Lima) tahapan pekerjaan sebagai berikut:

Tahap 1. Tahap Persiapan


Tahap 2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap 3. Tahap Kompilasi dan pemrosesan Data
Tahap 4. Tahap Analisis
Tahap 5. Tahap Penyusunan DED

E.2.1. Persiapan

Metodologi dan Pendekatan 65


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Untuk mencapai output sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran yang diinginkan
dari kegiatan ini, maka diperlukan persiapan yang matang dan terukur. Tahap ini
mencakup, 1) koordinasi awal; 2) pengumpulan data sekunder dan studi terdahulu; 3)
penyusunan dan persetujuan rencana kerja; dan 4) persiapan survey lapangan

E.2.1.1.Kordinasi Awal

Koordinasi awal dilakukan dengan instansi-instansi terkait dalam bentuk


diskusi/seminar dan wawancara. Koordinasi sektoral dilakukan guna adanya
penyamaan persepsi dalam wujud pemberi tugas melalui diskusi persiapan
pelaksanaan pekerjaan, persetujuan terhadap rencana kerja yang disiapkan konsultan
serta perolehan surat izin untuk kelapangan. Sedangkan koordinasi di lintas sektoral
dilakukan dengan mendatangi stake holder, menjelaskan rencana kerja dan studi
sehingga diperoleh persepsi yang sama dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Upaya
menggali informasi yang ada sehubungan dengan wilayah perencanaan dilakukan
dengan Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kota Cimahi Metode yang
digunakan pada tahap ini adalah diskusi/seminar dan wawancara.

E.2.1.2.Pengumpulan Data Sekunder


Pada tahap ini, konsultan melakukan invetarisasi dan pengumpulan data-data
sekunder untuk mendukung analisa dalam perencanaan “Perencanaan Teknis (DED)
Pembangunan Spam Cimahi Utara Kelurahan Pasirkaliki” yang mencakup:

− Peta administrasi, topografi, hidrologi, geohidrologi, morfologi, tata guna lahan;


foto udara atau citra satelit
− Data cuaca dan iklim;
− Data kependudukan, sosioekonomi, kepadatan penduduk;
− Kondisi eksisting sistem air minum;
− Prasarana dan sarana eksisting pendukung
− Peraturan perundangan yang berlaku; dan
− Studi dan dokumen perencanaan terdahulu.
Data-data sekunder tersebut akan diusahakan diperoleh dari instansi atau badan yang
terkait yang berhubungan dengan kegiatan ini.

E.2.1.3.Penyusunan & Persetujuan Rencana Kerja


Konsultan akan membuat Rencana Kerja terinci yang disusun berdasarkan jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja umum yang ada untuk
didiskusikan dan mendapat persetujuan PPK Pekerjaan.

E.2.1.4.Persiapan Survey Lapangan

Metodologi dan Pendekatan 66


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

− Menyiapkan peta lokasi dan menyusun peta rencana pelaksanaan survey


lapangan untuk disetujui PPK Pekerjaan;
− Menyiapkan formulir survey yang dibutuhkan untuk di konsultasikan kepada PPK
Pekerjaan;
− Menyiapkan surat-surat ijin yang diperlukan;
− Menyiapkan personil dan peralatan survey untuk diperiksa dan di wawancarai
oleh PPK Pekerjaan;
− Mobilisasi personil & peralatan ke lokasi proyek.

Selanjutnya pada akhir kegiatan tahap persiapan akan diserahkan laporan pendahuluan
sebanyak 5 (sepuluh) eksemplar.

E.2.2. Tahap Survey dan Investasi Lapangan


Survei dan inventarisasi lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data-data terkait
kondisi factual yang ada di lapangan saat ini. Pada dasarnya tahap ini bertujuan untuk
mendapatkan data (informasi) yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan
secara objektif. Oleh karena itu pemilihan teknik survei dipengaruhi oleh permasalahan
yang sedang dikaji. Survei dan inventarisasi lapangan pada kegiatan ini mencakup:

E.2.2.1. Survey Toografi

Survey ini dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi detail, detail saluran dan
bangunan yang ada pada lahan/daerah yang akan dikembangkan sebagai bahan
masukan untuk penyusunan perencanaan yang efisien dengan memanfaatkan
keadaan/kondisi kontur tanah/daerah. Alur pelaksanaan pekerjaan survey topografi
dapat di lihat pada Gambar 5.4.

Hal ini dilakukan untuk menunjang sistem perpipaan nantinya, dimana ukuran luas
areal dan kondisi alam yang ada akan berpengaruh sekali terhadap sistim jaringan.
Kegiatan ini dilakukan sebagai dasar untuk tahapan pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan
pemetaan dan pengukuran topografi meliputi:

 Inventarisasi dan pemasangan patok Bench Mark (BM) dan Control Point (CP)
serta penentuan titik-titik-titik-titik referensi pengukuran;
 Pengukuran profil melintang dan memanjang saluran dengan jarak maksimum 50
meter pada bagian lurus dan 25 meter pada bagian tikungan;
 Pengukuran situasi tapak bangunan setiap rencana bangunan air, gorong-gorong,
talang. Skala 1 : 100.

Adapun tujuan kegiatan ini dilakukan dimaksudkan untuk menyiapkan data topografi
yang rinci. Lingkup pekerjaan ini secara garis besar terdiri dari:

 Penentuan Titik-titik referensi;

Metodologi dan Pendekatan 67


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Inventarisasi /Pemasangan Bench Mark (BM);


 Pengukuran Kerangka Dasar Pemetaan;
 Pengukuran Situasi Detail;
 Pengukuran Trase berikut penampang-penampang;
 Perhitungan dan penggambaran Draft sementara di lapangan.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Pekerjaan Lapangan
1) Penentuan Titik Referensi
Titik referensi untuk awal pengukuran adalah titik-titik yang sudah diketahui
koordinatnya dan tingginya seperti titik Triangulasi atau titik Dopler atau
titik-titik yang telah dipasang pada studi terdahulu sebagai acuan titik awal
dari pengukuran, atau titik lainnya yang disetujui oleh PPK Pekerjaan.
2) Orientasi Lapangan & Inventarisasi BM
Kegiatan di lokasi dimulai dengan persiapan pengukuran, berupa:
a) Koordinasi dengan instansi daerah terkait mengenai rencana areal
pengukuran, dan metode kerja pengukuran yang akan dilaksanakan;
b) Meninjau areal yang akan diukur;
c) Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi lapangan;
d) Bersama-sama dengan tim teknis pekerjaan menentukan titik awal
pengukuran, batas pengukuran dan lokasi BM.

Metodologi dan Pendekatan 68


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Gambar E.3 Alur Pelaksanaan Pekerjaan Survey Topografi

START PEKERJAAN
PENGUKURAN

PERSIAPAN PERALATAN
- Theodolite T.0 - Rambu Ukur
- Waterpass - Formulir
- Meteran - Nivo
- GPS

Orientasi Peta, Lokasi Pengukuran


Dan Evaluasi Data

INVENTARISASI & PEMASANGAN PATOK


- Bench Mark (BM)
- Control Point (CP)
- Patok Kayu

PENGUKURAN SITUASI SPAM

KERANGKA HORISONTAL & PENGUKURAN SITUASI SITUASI TAPAK BANGUNAN


KERANGKA VERTIKAL DETAIL & TRASE (Bangunan Air, dll)

Pengolahan Data, Penggambaran Situsi Detail, Penggambaran Profil


Memanjang dan Melintang

PENGGAMBARAN SITUASI RENCANA


SKALA 1 : 100, DAN TRASE SALURAN

PERSETUJUAN PETA DAN DOKUMEN

3) Pembuatan Kerangka Dasar Pemetaan


Kerangka dasar merupakan jalur patok dasar pengukuran (BM) yang akan
digunakan sebagai pengikatan titik awal atau akhir pengukuran selanjutnya,
seperti ray situasi, Trace saluran. Kerangka ini ditempatkan pada batas areal
pengukuran agar dapat berfungsi sebagai batas areal pengukuran.

B. Pengukuran dan Penentuan Arah/Azimuth Matahari


Arah/azimuth ditentukan dengan pengamatan astronomi atau menentukan
azimuth metode gyro dengan memakai alat theodolite, T0 dan gyro. Attachman

Metodologi dan Pendekatan 69


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

atau sederajat Pengamatan astrinomi dilakukan pagi hari dan sore hari pada satu
stasiun pengamatan ketelitian relatif sama sesuai dengan persyaratan ketelitian
yaitu 15”.
Sebagai kontrol hitungan akan dilakukan pengamatan matahari dengan jarak
setiap 5 km atau pada titik tertentu yang dianggap perlu.
Apabila pada awal pengukuran hanya ada 1 titik ikat (tidak ada sudut jurusan
awal), maka harus dilakukan pengamatan matahari. Pengamatan matahari
dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:
1) Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada
sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon;
2) Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat
satu dengan yang lainnya;
3) Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan
pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal;
4) Jumlah seri pengamatan 2 seri (pagi dan sore hari);
5) Tempat pengamatan, salah satu titik sepanjang jalur poligon utama, cabang
atau titik simpul;
6) Ketelitian azimuth 20”.

Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis, Azimuth Target (aT)


adalah:

dimana:
= Azimuth ke target
= Azimuth pusat matahari
= Bacaan jurusan mendatar ke target
= Bacaan jurusan mendatar ke Matahari
= Sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan
ke target

C. Pengukuran Polygon
1) Sistem dan Referensi:
a) Sistem pengukuran sudut dilakukan dengan cara centering tidak paksaan;
b) Titik referensi koordinat diambil dari BM yang ada berdekatan dengan
lokasi pekerjaan/atas petunjuk tim teknis dan PPK Pekerjaan;
c) Setiap 25 kali berdiri alat ukur, harus dilakukan pengamatan Azimuth
Matahari dengan persyaratan ketelitian 15”;
d) Orientasi arah awal dengan cara pengamatan matahari yang memakai
prisma Reoulof atau yang setara;
e) Cara perhitungan yang digunakan adalah dengan proyeksi UTM dengan
referensi Ellepsiode Bessel 1841;

Metodologi dan Pendekatan 70


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

f) lat untuk mengukur jarak akan menggunakan mettban baja.

2) Ketelitian yang harus dicapai:


a) Salah penutup sudut polygon adalah 10 detik N, dimana N adalah jumlah
sudut yang terukur dalam rangkaian polygon tersebut;
b) Kesalahan penutup jarak linier setelah dilakukan perataan harus lebih
kecil 1 : 7.500 dengan pengukuran dua kali (kemuka dan kebelakang);
c) Hasil perhitungan koordinat diperoleh dari analisa kwadrat terkecil;
d) Pembacaan sudut setiap titik polygon harus dilakukan sedikitnya 4 kali,
sedangkan pembacaan jarak untuk setiap sisi polygon sedikitnya 3 kali.

3) Polygon Utama:
a) Pengukuran Jarak;
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter.
Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur,
sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan
permukaan tanah.
Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga
pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai
koreksi.
b) Pengukuran Sudut Jurusan;
Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran
horizontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya
sudut jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di
masing-masing titik poligon.

β = Sudut Mendatar;
αAB = Bacaan skala horizontal ke target kiri;
αAC = Bacaan skala horizontal ke target kanan.

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa


(B) dan luar biasa (LB). Spesifikasi teknis dari poligon utama adalah
sebagai berikut:
− Pengukuran poligon harus diikatkan ke titik tetap yang telah ada
(titik triangulasi, bencmark yang sudah ada);
− Jarak antara titik-titik poligon adalah maksimal 100 m dan diukur
dengan pita ukur baja) yang dikontrol secara optis dengan teodolit
dan dilakukan pulang pergi masing-masing 2 kali bacaan untuk muka
dan belakang;
− Sudut vertikal dibaca dalam satu seri dengan ketelitian sudut 10”
(dua kali bacaan);
− Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite;
− Jumlah seri pengukuran sudut 2 seri (B1, B2, LB1, LB2);

Metodologi dan Pendekatan 71


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

− Selisih sudut antara dua pembacaan ≤ 5” (lima detik);


− Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut:

KI = ≤ 1 : 5.000

− Salah penutup sudut yang diperbolehkan yaitu 10” n, dimana √n


adalah jumlah titik polygon;
− Poligon utama diukur dengan metode kring dimana harus dipenuhi
syarat geometrisnya (pada batas toleransi yang diberikan) dan
dikontrol dengan pengamatan matahari;
− Pemberian koreksi.
 Untuk mengoreksi sudut digunakan:
 Metode Dell (perataan biasa)
 Metode Bersyarat
Koreksi setiap sudut : f.a(N-1),
dimana :
f.a = salah penutup sudut
N = jumlah titik poligon
 Untuk mengoreksi absis dan ordinat digunakan jarak
sebanding dengan jarak yang bersangkutan atau:
Koreksi = f. x / D x (Dij),
dimana :
f.x. = salah penutup sudut
D = jumlah jarak
D.i = jarak ke i
 Koreksi sudut antara dua kontrol azimuth 20 ";
 Koreksi setiap titik poligon maksimum 8";
 Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000;
 Jarak tiap sisi poligon diukur dengan ketelitian 1 : 5.000.
Sedangkan Spesifikasi teknis dari poligon cabang adalah sebagai
berikut:
− Pengukuran poligon cabang harus dimulai dari salah satu titik
poligon utama dan diakhiri pada salah satu titik poligon utama;
− Poligon cabang dibagi atas seksi dengan luas kring/loop tertutup
mencakup ± 200 Ha;
− Pengukuran sudut poligon dilakukan satu seri dengan ketelitian
sudut 20”;
− Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite TO;
− Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur baja yang dikontrol
secara optis, dilakukan pulang pergi masing-masing minimal 1
(satu) kali bacaan;
− Salah penutup sudut yang diperbolehkan yaitu 20” n, dimana √n
adalah jumlah titik polygon.

Metodologi dan Pendekatan 72


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

D. Pengukuran Sipat Datar (Water Pass)


Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-
titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM.
Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).

1) Sistem dan Referensi:


a) Semua titik poligon utama dan cabang akan dilakukan pengukuran sifat
datar;
b) Pengukurannya dilakukan secara pulang pergi dan kontrol ukuran beda
tinggi diambil dari data double stand;
c) Pembacaan benang akan dibaca tiga benang dengan urutan pembacaan
benang adalah (bt-ba-bb) dan memenuhi 2 bt = ba+bb;
d) Jumlah jarak kemuka diusahakan sama dengan jumlah jarak kebelakang;
e) Jumlah slaag harus genap;
f) Toleransi kesalahan penutup max. 10 √D Km (mm), dimana : D = Jumlah
jarak sifat datar dalam Km;
g) Bentuk rangkaian pengukuran sifat datar (Water Pass) adalah tertutup;
h) Untuk mendapatkan data vertikal harus dilakukan pengukuran beda
tinggi pergi-pulang pada setiap seksi;
i) Jarak tiap seksi maksimum 1- 2 Km;
j) Pembacaan rambu harus lengkap yaitu benang atas, tengah dam bawah,
dan setiap slag harus dilakukan dua kali berdiri posisi alat;
k) Jarak antara instrument terhadap rambu muka dan belakang maksimum
100 m;
l) Rambu harus dilengkapi dengan nivo dengan landasan dari plat besi yang
mempunyai permukaan lengkung setengah lingkaran;
m) Titik referensi tinggi diambil dari BM yang telah diukur sebelumnya dan
sebagai titik awalnya;
n) BM tersebut adalah BM yang juga digunakan sebagai titik awal
pengukuran poligon.

2) Ketelitian yang harus dicapai:


a) Salah penutup tinggi dari hasil pengukuran pulang-pergi harus lebih kecil
dari 8,4 mm D, dimana D adalah jarak optis dalam Km;
b) Hasil perhitungan tinggi diperoleh dari analisa kwadrat terkecil;
c) Pencatatan data yang salah harus dicoret tidak boleh didobel atau di Tip

Metodologi dan Pendekatan 73


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Ex, kemudian bacaan yang benar ditulis diatasnya dengan ballpoint warna
hitam;
d) Pada formulir data harus ditulis dengan lengkap: nomor halaman, jenis &
nomor alat, nama surveyor, tanggal pengukuran, lokasi dan sebagainya;
e) Penentuan BM sebagai referensi tinggi akan ditunjukkan oleh tim teknis
dan PPK Pekerjaan kemudian.

Pengukuran kerangka vertikal mengikuti ketentuan sebagai berikut:


a) Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi;
b) Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap;
c) Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu
belakang menjadi rambu muka;
d) Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu
lengkap;
e) Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sampai longgar.
Sambungan rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo;
f) Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu
garis bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur;
g) Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi;
h) Bidikan rambu harus dintara interval 0,5 m dan 2,75 m (untuk rambu
yang 3 m);
i) Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah,
benang atas dan benang bawah;
j) Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang
bawah (BB), yaitu : 2 BT = BA + BB;
k) Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm;
l) Jarak rambu ke alat maksimum 50 m;
m) Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.

E. Pengukuran Situasi Detail


Pengukuran dilakukan dengan metode trigonometri / tachimetri dimana ujung dan
pangkal jalur pengukuran terikat / terkontrol terhadap kerangka dasar
pengukuran/pemetaan. Dari titik-titik tersebut diukur detail-detail lapangan
dengan rincian.
Pengukuran detail situasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pada
Standar Penyusunan DED SPAM PT - 02. Pengukuran ini dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran topografi area daerah irigasi dengan sasaran tinggi dan
posisi detail lapangan.
1) Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa team pengukuran
yang akan bekerja secara simultan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan
yang tersedia;
2) Titik detail ditentukan dengan pengukuran ray dan rincikan, dimana
ujungujung ray diikatkan pada kerangka dasar (BM);

Metodologi dan Pendekatan 74


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

3) Route pengukuran akan disesuaikan dengan rencana trase saluran yang ada
sesuai dengan pengukuran yang telah pernah dilakukan;
4) Alat yang akan digunakan adalah Theodolie TO dan Waterpass N12, NAK1,
NAK2, atau sejenis dan sederajat dengan ketelitian detail pengukuran 10 cm
di atas kontrol rangka pemetaan yang diratakan kesetiap titik-titik;
5) Menetapkan dan memasang BM baru dari beton apabila jarak antara BM
lebih dari 2000 m. Untuk bangunan-bangunan yang telah ada, cukup dengan
memasang baut pada as bangunan dipuncak tembok pengiring atau sayap,
atau patok paralon yang dicor semen;
6) Mengukur kembali ketinggian semua patok BM yang ada dan dipasang baru
dan koordinat (x,y,z). Pelaksanaan pengukuran BM sebagai berikut:
a) BM baru dipasang jika BM yang ada tidak memenuhi syarat per 500 Ha untuk
skala 1 : 5000 dan 250 Ha untuk skala 1 : 2000;
b) Sistem penomoran BM mengikuti penomoran yang sudah ada;
c) Ukuran, bentuk dan type BM yang dipasang harus mengikuti standard irigasi.
7) Membuat daftar (register) BM lama baru yang menunjukan letak dan
koordinat (x,y,z) pada peta;

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:


1) Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri;
2) Ketelitian alat yang dipakai adalah 10”;
3) Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan
Vorstraal;
4) Ketelitian poligon raai untuk sudut 10” n, dimana √n = banyaknya titik sudut;
5) Ketelitian linier poligon raai yaitu 1 : 5000;
6) Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk topografi
dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan keadaan
lapangan;
7) Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta;
8) Pengukuran sungai disekitar lokasi rencana bangunan pengatur harus diambil
detail selengkap mungkin, misalnya elevasi as, tepi dan lebar sungai di sekitar
rencana bangunan tersebut;
9) Sudut poligon raai dibaca satu seri;
10) Ketelitian tinggi poligon raai 10 cm √D (D dalam km).

Dengan cara tachymetri ini diperoleh data-data sebagai berikut:


1) Azimuth magnetis;
2) Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah);
3) Sudut zenith atau sudut miring;
4) Tinggi alat ukur.

Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses hitungan,

Metodologi dan Pendekatan 75


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui
koordinatnya (X, Y, Z).
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y,
Z), digunakan rumus sebagai berikut:
Untuk menghitung jarak datar (Dd):

Dimana:
TA = salah penutup sudut;
TB = jumlah titik poligon;
ΔH = beda tinggi antara titik A dan B
Ba = bacaan benang diafragma atas;
Bb = bacaan benang diafragma bawah;
Bt = bacaan benang diafragma tengah;
TA = tinggi Alat;
Do = jarak optis [100(Ba-Bb)];
m = Sudut miring.

Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya


kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan
titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna.
Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah
orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum
dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi
azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah:

Dimana:
g = Azimuth geografis;
m = Azimuth Magnetis.
Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail akan sangat tergantung pada skala
peta yang akan dibuat, selain itu keadaan tanah yang mempunyai perbedaan tinggi
yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat.

F. Pengukuran Trase Berikut Penampang


1) Pengukuran Situasi Trase Saluran dan Tanggul

Metodologi dan Pendekatan 76


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Pengukuran detail situasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan


pada Standar Penyusunan DED SPAM PT - 02. Pengukuran ini dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran topografi daerah saluran dengan sasaran
tinggi dan posisi detail lapangan.
a) Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa team pengukuran
yang akan bekerja secara simultan sesuai dengan jangka waktu
pelaksanaan yang tersedia;
b) Titik detail ditentukan dengan pengukuran ray dan rincikan, dimana
ujungujung ray diikatkan pada kerangka dasar (BM). Pengukuran polygon
terikat terhadap titik-titik kontrol (x.y) kerangka pemetaan dengan
ketelitian sudut dalam satuan menit dimana ketelitian antara dua kontrol
kerangka pemetaan 10 N dimana N = jumlah titik-titik polygon;
c) Route pengukuran akan disesuaikan dengan rencana trase saluran yang
ada sesuai dengan pengukuran yang telah pernah dilakukan;
d) Alat yang akan digunakan adalah Theodolie TO dan Waterpass N12,
NAK1, NAK2, atau sejenis dan sederajat dengan interval jarak atau sisi
polygon maksimum 100 m pada trase lurus 50 s/d 25 meter pada
tikungan, dimana jarak diukur 2 kali (kemuka dan belakang) dengan
ketelitian ukuran jarak 1 : 2500 yang diukur dengan pita ukur (kapasitas
100 meter);
e) Diukur dengan metode tachimetri/trigonometri memakai peralatan
theodolith T0 dengan ketelitian 10 cm. Detail yang diambil sama dengan
detail - detail yang tercantum dalam detail pengukuran situasi.

2) Pengukuran Tampang Memanjang


a) Alat yang dipergunakan untuk survey pengukuran ini adalah Theodolite
TO dan Level;
b) Pengukuran tampang panjang meliputi pada pekerjaan di Saluran Induk,
Saluran Sekunder, Saluran Pembuang dan Trace sal tersier di areal SPAM;
c) Tampang memanjang saluran harus dibuat pada interval maksimal 100 m
dan dimulai dan pintu pangkal salunan induk / sekunder;
d) Setiap 50 m disepanjang saluran dipasang patok dari kayu dengan ukuran
5 x 7 x 60 cm atau kayu bundar dengan garis tengah 7 cm;
e) Pengukuran tampang memanjang harus diikat dengan BM (terkoreksi)
yang ada di sepanjang saluran;
f) Pengukuran sifat datar yang berfungsi sebagai dasar penampang
memanjang trase terikat terhadap (z) kerangka pemetaan dengan
ketelitian 15 D m, dimana D = Jarak dalam KM;
g) Elevasi Lahan tertinggi pada setiap rencana bangunan di jalur saluran
yang diukur, harus diukur guna untuk menentukan elevasi muka air yang
tepat pada pekerjaan desain hidraulik;
h) Leveling harus diakhiri pada bangunan terakhir di saluran sedang untuk
saluran pembuang diakhiri dititik tempat masuknya pembuang tersebut

Metodologi dan Pendekatan 77


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

kedalam pembuang induk atau sungai;


i) Semua tanda tanda muka air pada bangunan atau saluran (biasanya
berwarna coklat) agar diidentifikasikan untuk memberikan informasi
dalam menentukan muka air yang tepat untuk pekerjaan desain hidraulik.

3) Pengukuran Profil Melintang


Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk penampang
memanjang dan melintang saluran dengan sasaran tinggi dan detail lapangan.
a) Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa tim pengukuran
yang dilakukan secara simultan sesuai dengan jangka waktu yang
tersedia;
b) Alat ukur yang akan digunakan adalah sipat datar otomatis untuk profil
memanjang dan melintang sedang To digunakan untuk mengukur profil
melintang saluran apabila keadaan medannya curam;
c) Pengambilan titik detail untuk profil memanjang setiap interval 100 m
pada saluruan yang lurus dan 50-25 m pada saluran menikung (akan
dikoordinasikan dilapangan);
d) Pengukuran profil melintang dilakukan setiap 100 m jarak memanjang
pada bagian yang lurus dan diperbanyak pada bagian tikungan setiap
2550 m dengan kerapatan titik maksimum 2 m dengan metode
tachimetri/trigonometri dengan ketelitian 10 cm;
e) Jika terdapat patahan, kerusakan lain ataupun penyadapan/bobolan yang
di legalkan maka harus ditambah profil khusus untuk kepentingan volume
pekerjaan;
f) Khusus untuk saluran drainase gendong sepanjang saluran harus
diperlakukan sebagai bagian dan tampang melintang saluran dan levelnya
diplot bersama sama dengan tampang saluran dalam gambar yang sama;
g) Penentuan Trace sungai/saluran dilakukan dengan pengukuran poligon
terikat sempurna (diikat pada Poligon Utama);
h) Batas pengukuran profil melintang adalah 10 m dari tepi talud luar baik
saluran pembawa maupun saluran pembuang terkecuali yang diminta
pada poin 6) diatas;
i) Sket dari pengukuran harus dibuat dengan rapi dan jelas untuk
memudahkan penggambaran.

G. Pengukuran Situasi untuk Tapak Bangunan


1) Setiap bentuk perubahan bangunan harus diukur pada titik detail terkecil dan
digambar pada skala 1: 200;
2) Pengukuran situasi tapak bangunan diukur dengan metode
tachimetri/trigonometri dengan dasar pengikatan kerangka pemetaan, dimana
detaildetailnya diambil dengan teliti kalau perlu pengukuran jarak memakai
metband dan ketinggian yang penting memakai Waterpass dengan ketelitian 1
cm;

Metodologi dan Pendekatan 78


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

3) Pengukuran situasi ini dilakukan pada bangunan bangunan yang dianggap


penting karena hal tersebut diperlukan untuk dihitung volumenya yang
nantinya dipergunakan sebagai back-up data pada pekerjaan usulan nantinya;
4) Batasan pengukuran situasi ditentukan 150 m x 100 m untuk bangunan besar
di Saluran Induk dan 25m x 25 m untuk bangunan kecil di Saluran Sekunder
yang diukur dari as bangunan/saluran;
5) Detail-detail yang diambil adalah setiap perubahan permukaan tanah dengan
kerapatan ± 2 s/d 10 meter.

E.2.2.2. Penyelidikan tanah

Penyelidikan tanah pada kegiatan ini disesuaikan dengan kebutuhan struktur


bangunan atas dan kondisi tanah. Apabila struktur bangunan atas berat seperti
bangunan reservoir booster, jembatan pipa yang memiliki bentang panjang, dan
perlintasan rel kereta api, harus dilakukan penyelidikan tanah dengan sondir dan bor
mesin. Apabila struktur bangunan atas ringan seperti jaringan pipa yang direncanakan
dipasang dengan sistem jacking / HDD (horizontal Direct Drilling) dan jembatan pipa
dengan bentangan pendek, penyelidikan tanah cukup dengan dengan sondir dan bor
tangan. Mekanisme pelaksanaan penyelidikan tanah pada kegiatan ini adalah sebagai
berikut:

1) Sondir

− Penyondiran dilaksanakan secara terus menerus dari permukaan tanah


sampai lapisan tanah keras untuk nilai konus lebih besar atau sama dengan
200 kg/cm²;

− Penyondiran dihentikan pada kedalaman maximum 30 m dari muka tanah asli


bila nilai konus belum mencapai 200 kg/cm²;

− Pembacaan nilai konus, lekatan setempat dilakukan pada setiap penambahan


penetrasi dengan kedalaman 20 cm; d. dilengkapi dengan keterangan muka
air tanah.

2) Bor Tangan

− Pemboran tangan mencapai kedalaman 6 m dari permukaan tanah asli atau


ditentukan lain sesuai kondisi tanah dan kebutuhan struktur bangunan atas,
maksimum 10 m dari muka tanah asli;

− Deskripsi tanah dilakukan sepanjang lubang pemboran;

− Pengambilan contoh tanah asli pada kedalaman minus 1,50 m dan minus 5,5
m dari muka air tanah asli kecuali jika ditentukan lain;

− Pengambilan contoh tanah tidak asli pada setiap interval kedalaman 1.00 m
disimpan dalam plastik yang diberi label;

Metodologi dan Pendekatan 79


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

− Contoh tanah asli diambil dengan tabung baja tipis, kemudian kedua ujung
tabung ditutup dengan lilin atau parapin agar kadar air asli dan struktur tanah
tidak berubah dan disimpan dalam kantong plastik yang diberi label;

− Dilengkapi dengan keterangan muka air tanah.

3) Bor Mesin

− Pemboran dalam mencapai kedalaman minimal 20 m dari muka tanah asli


atau ditentukan lain sesuai kondisi tanah dan kebutuhan struktur bangunan
atas;

− Deskripsi tanah dilakukan terus menerus sepanjang lubang bor secara visual;

− Pengambilan contoh inti dilakukan secara terus menerus sehingga didapatkan


susunan lapisan tanah atau batuan mulai saat pemboran sampai dengan
kedalaman yang dikehendaki disusun dan disimpan dalam core box diberi
label sesuai dengan kedalamannya;

− Untuk mengatasi kelongsoran lubang diding lubang bor digunakan pipa


pelindung atau casing;

− Mata bor yang digunakan pada ujung laras bor (core barrel) adalah Tungsten
bit;

− Laras bor tunggal (single core barrel) digunakan pada tanah lunak dan laras
bor ganda (double core barrel) digunakan pada tanah keras;

− Pengambilan contoh tanah asli dilakukan pada lapisan tanah kohesif yang
mempunyai konsistensi antara Sangay lunak sampai dengan padat, dengan
interval kedalaman 2 m atau disesuaikan dengan kondisi lapisan tanah yang
dijumpai dilapangan;

− Pengambilan contoh tanah asli dilakukan dengan menggunakan tabung baja


tipis dan dilakukan sesuai dengan persyaratan prosedur percobaan dari
ASTMD 1587;

− Ujung tabung yang berisi tanah asli pada bagian atas dan bawah ditutup
dengan lilin atau parafin agar kadar air dan struktur tanah tidak berubah
kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik yang diberi label dan
disimpan di dalam peti kayu agar terhindar dari kemungkinan terkena
tumbukan atau panas matahari secara langsung;

− Standard penetration test atau SPT dilakukan sesuai dengan persyaratan


prosedur percobaan dari ASTMD 1586-74;

− Standard penetration test dan split barrel sampling dilakukan setiap interval
kedalaman 2 m;

Metodologi dan Pendekatan 80


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

− Perlawanan penetrasi atau harga N atau N value adalah jumlah pululan yang
dibutuhkan untuk penetrasi split spoon sampler sedalam 30 cm, dimana
sebelumnya harus dilakukan penetrasi awal sedalam 15 cm dan jumlah
pemukulannya diabaikan;

− Pada lapisan tanah keras dimana N sudah mencapai lebih besar dari 50, maka
SPT dihentikan dan dicatat kedalaman penetrasinya;

− Dilengkapi dengan keterangan muka air tanah

Pemeriksaan di laboratorium dilakukan terhadap seluruh contoh tanah asli yang


didapat dari lubang bor dangkal dan bor dalam yang disesuaikan dengan persyaratan
prosedur percobaan dari ASTM yaitu:

− Index properties pemantauan kadar air yang mencakupƒ pemantauan berat isi
basah, pemantauan berat isi kering, pemantauan berat jenis, pemantauan batas
cair, batas plastis , index plastis , analisis butiran ;

− Engineering properties test yang mencakup percobaan tekan langsung, percobaan


geser langsung atau Triaxial, percobaan konsolidasi ;

− Tes kimia ƒyang mencakup keasaman (pH) dan kadar garam atau electric
conductivity.

E.2.2.3. Survey Unit Air Baku dan Unit Pengolahan Air

a. Unit Air Baku


Sumber air yang dipilih untuk air baku harus bebas dari pencemaran baik pada saat
ini maupun masa yang akan datang, kemudian kondisinya memungkinkan bagi
fisilitas pengambilan air (intake) untuk tetap berfungsi dalam waktu yang cukup
lama. Selain itu harus terdapat daerah untuk perluasan fasilitas. Kuantitas dan
kualitas sumber air merupakan elemen yang utama dalam pengerjaan proyek
penyediaan air, karena hal ini dapat menjamin kelangsungan fasilitas pengambilan
air dengan kualitas yang baik.
Dalam penentuan sumber air diperlukan penelitian yang cermat karena kualitas
dan kuantitas sumber air akan menentukan metoda dan skala penjernihan air.
Disamping itu lokasi sumber air akan menentukan tata ruang fasilitas penyediaan
air. Hal-hal yang perlu diteliti pada penentuan sumber air adalah:
 Kondisi hidrogeologi
 Kondisi topograpi dan geolog

Metodologi dan Pendekatan 81


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Kondisi penggunaan air


 Kondisi kualitas air dan unsur-unsur terkait
 Kondisi timbunan pasir dan tanah
 Material untuk konstruksi bendungan
 Lain-lain (termasuk rute transportasi)
Pada prinsipnya fasilitas intake harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Konstruksi fasilitas intake harus sesuai dengan jumlah air yang telah
direncanakan sehingga tidak terjadi kegagalan pada saat banjir maksimum
ataupun pada saat kekeringan maksimum.
 Fasilitas intake harus dibangun pada titik lokasi yang dapat menjamin
tersedianya kualitas air yang baik dan aman dari polusi, selain itu lokasi
harus memadai untuk mengadakan pemeliharaan fasilitas serta
kemungkinan pengembangan fasilitas dimasa yang akan datang.

Intake merupakan suatu bangunan penangkap atau pengambilan air baku yang
akan diolah sesuai dengan perencanaan. Pada intake, air baku akan dikumpulkan
dan ditransmisikan ke bangunan pengolahan.
Syarat utama bangunan intake adalah kehandalan, keamanan dan pengoperasian
yang minimal. Terdapat bermacam-macam jenis intake yang tergantung kepada
lokasi penangkapan air.

Survey titik pengambilan air baku dilakukan untuk mengetahui pada titik mana
akan direncanakan bangunan intake air baku , pengaliran air baku dan jenis intake
air baku yang akan digunakan. Titik pengambilan air baku harus diletakkan pada
segmen aliran sungai yang lurus dan memiliki aliran yang laminer. Jika ditinjau dari
segi kemiringan kemiringan elevasi sungai Cibeureum yang memiliki slope yang
rendah, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jenis intake terbaik yang dapat
digunakan adalah intake kanal. Sistem pengaliran air baku kemungkinan besar
akan menggunakan sistem pemompaan untuk mengalirkan air baku dari intake ke
bangunan pengolahan air. Adapun jenis pompa yang digunakan dapat
menggunakan pompa jenis submersible atau pompa jenis sentrifugal.
Survei lain yang harus dilakukan pada survey unit air baku adalah survey jalur pipa
transmisi air baku. Dalam menentukan jalur (trace) pipa transmisi beberapa hal
yang harus diperhatikan adalah ;

Metodologi dan Pendekatan 82


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Mencari jalur terpendek sehingga biaya pemasangan dan pengadaan pipa


dapat ditekan seminimal mungkin
 Mencari lokasi yang mudah untuk melakukan pengontrolan karena hal ini
penting dalam operasional dan pemeliharaan di masa datang
 Mempermudah penempatan /peletakan infrastucture sistem transmisi,
misalnya untuk sistem transmisi yang menggunakan pipa blow off
 Menghindari hambatan seminimal mungkin, sehingga tidak diperlukan
pembuatan jembatan pipa, gorong-gorong atau crossing dengan
infrastructure lainnya disekitar lokasi kegiatan, namun bila memang jalur
(trace) pipa berada pada lokasi yang padat (di dalam kota atau di area
permukiman) maka diperlukan pembuatan bangunan-bangunan
pelengkap agar sistem transmisi dapat berfungsi dengan baik.

b. Survey Lokasi Unit Pengolahan Air

Lokasi bangunan pengolahan air diupayakan memiliki jarak yang dekat dengan
loksi intake air baku. Hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya pengadaan dan
pemasangan pipa transmisi air baku dan menghindari penggunaan pompa yang
memiliki head terlalu tinggi, sehingga dapat meminimalkan penggunaan daya
listrik pompa yang terlalu besar. Luasan lahan rencana bangunan IPA harus dapat
memuat bangunan-bangunan sebagai berikut :

1. Bangunan IPA yang terdiri dari Koagulasi, Flokulasi, Seduimentasi dan Filtrasi
2. Bangunan Reservoir Distribusi
3. Bangunan Operasional yang terdiri dari bangunan laboratorium, unit
pembubuhan bahan kimia, gudang bahan kimia dan kantor unit pengelola.
4. Bangunan Ruang Trafo PLN, Panel dan Ruang Genset.
5. Bangunan pengelolaan lumpur buangan dari unit sedimentasi dan backwash
filter IPA. Sistem pengelolaan lumpur dapat menggunakan sistem sludge
thickener dan filter press atau sludge drying bed (SDB)
6. Bangunan ruang jaga
7. Bangunan SCADA (jika akan menggunakan sistem otomasi IPA)

E.2.2.4. Survei Wilayah Pelayanan

Dalam pelaksanaan survei bidang air minum perlu dilakukan persiapan sebagai berikut:

− Mempersiapkan surat-surat pengantar yang diperlukan dalam pelaksanaan survei


lapangan ;

Metodologi dan Pendekatan 83


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

− Menyiapkan peta-peta lokasi, topografi, geologi, hidrogeologi yang diperlukan ;

− Tata cara survei dan manual mengenai peralatan yang dipakai ;

− Menginterpretasi peta-peta dan data-data mengenai lokasi yang akan disurvei ;

− Menyiapkan estimasi lamanya survei dan jadwal pelaksanaan survei serta


perkiraan biaya yang diperlukan ;

− Mengusulkan skedul pelaksanaan survei kepada pemberi tugas ;

− Mengecek ketersediaan peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan di


lapangan.

Prosedur pelaksanaan survei lokasi sistem pengelolaan air minum pada kegiatan ini
mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

− Survei topografi dengan menggunakan alat theodolite untuk mengetahui jalur


jaringan distribusi utama (JDU) dan GPS untuk jaringan distribusi sekunder dan
tersier ;

− Penyelidikan tanah ;

− Inventarisasi pipa dan bangunan pelengkap eksisting (jika sudah ada).

E.2.2.5. Survei Ketersediaan Bahan Konstruksi

Pada kegiatan survei ketersedian bahan konstruksi, sumber-sumber informasi


didatangi dan diwawancarai secara seksama yang mencakup informasi tentang:

− kualitas barang (sesuai spesifikasi)

− kuantitas barang (kemampuan suplai)

− harga satuan bahan

− Biaya transportasi

Kriteria-Kriteria yang digunakan penilaian dalam penyelidikan ketersedian bahan


konstruksi adalah sebagai berikut:

 Ketersediaan bahan/material;

1) Sumber

2) Regional

3) Transportasi (darat, laut, udara, kombinasi)

Metodologi dan Pendekatan 84


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

4) cadangan (stock)

5) kemampuan suplai

6) kuantitas yang mencukupi

 Kualitas bahan/material

1) kesesuaian dengan spesifikasi

2) terbukti aman digunakan bagi konstruksi

 Kemampuan suplai

1) kelas suplier (kelas menengah–kecil)

2) pengalaman suplai/reputasi

3) pengalaman penggunaan bahan oleh pelaksanaan pekerjaan terdahulu

4) kesiapan armada pengangkut

 Harga Bahan

1) harga satuan

2) harga pengangkutan

E.2.2.6. Survei harga satuan.

Dalam pelaksanaan survei dan penelitian harga satuan dapat dibedakan menjadi 2
kegiatan utama, yaitu :

− Survei instansional dari database yang dimiliki oleh Dinas Perumahan Dan Kawasan
Permukiman Kota Cimashi

− Survei lapangan, merupakan kegiatan pengumpulan data harga dasar material


langsung ke distributor dan/atau supplier dan/atau agen dan/atau toko material
yang dapat mewakili harga material yang berlaku di wilayah Kota Cimahi.

Analisa yang digunakan merupakan analisa harga satuan pekerjaan yang dikeluarkan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
yang meliputi analisa perhitungan harga satuan pekerjaan untuk kontruksi SPAM.

Proses survei dan Inventarisasi Lapangan akan dituangkan dalam Laporan Antara.
Laporan Antara akan diserahkan maksimal 2 (dua) bulan sejak SPK dikeluarkan.

E.2.3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Metodologi dan Pendekatan 85


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Melakukan analisis data sehingga menghasilkan aspek kuantitatif dan aspek kualitatif
yang dapat dipakai sebagai bahan untuk menyusun konsep dan Perencanaan Teknis
(DED) Pembangunan Spam Cimahi Utara Kelurahan Pasirkaliki. Analisis dimulai
dengan memperkirakan pertumbuhan penduduk sampai tahun proyeksi 2031 serta
kebutuhan air minumnya. Selain kebutuhan air minum untuk pemakaian domestik,
dihitung juga perkiraan air minum untuk non-domestik .

Kegiatan analisis dilakukan terhadap semua data yang telah dikumpulkan pada saat
kegiatan survey lapangan antara lain:

a. Analisa Kebutuhan Air;


b. Analisa Ketersediaan Air Baku;
c. Analisa Data Topografi dan Pemetaan
d. Analisa Data Geoteknik
e. Perencanaan Rinci (perencanaan unit air baku, unit prosuksi, unit distribusi dan
unit pelayanan) ;
f. Penyusunan RKS dan Tender Dokumen

E.2.3.1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


Komponen utama yang berperan dalam menentukan atau menggambarkan kondisi
suatu wilayah adalah penduduk. Semakin besar jumlah penduduk akan mempunyai
pengaruh besar terhadap perkembangan jumlah dan jenis kegiatan dalam suatu
wilayah. Begitu juga sebaliknya, kegiatan yang ada akan mempengaruhi jumlah
penduduk di wilayah tersebut. Metode perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang
biasa digunakan adalah: Metode Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode Least
Square.

 Metoda Aritmatik
Metode ini biasa disebut dengan rata-rata perhitungan, digunakan jika data
berkala menunjukkan jumlah penambahan relatif sama setiap tahun. Formulanya
adalah :

Pn = Po ( 1 + r.n)

Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun proyeksi
Po = jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
R = laju perkembangan penduduk (%)
N = jumlah tahun proyeksi

 Metoda Geometrik

Metodologi dan Pendekatan 86


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Metode ini sering digunakan untuk meramalkan data yang perkembangannya


melaju sangat cepat (berkembang secara geometric). Formulanya adalah :

Pn = Po ( 1 + r) n

Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun proyeksi
Po = jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
R = laju perkembangan penduduk (%)
N = jumlah tahun proyeksi

 Metoda Least Square


Metoda ini merupakan salah satu metoda peramalan dengan garis regrisi
sederhana, persamaan yang digunakan adalah :

Y = a +b.x

Dimana :
Y = jumlah penduduk pada tahun proyeksi ke n (jiwa)
A = jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)
B = pertambahan penduduk rata-rata (jiwa/tahun)
X = jumlah penduduk proyeksi

Formula yang digunakan untuk mendapatkan nilai a dan b adalah :

a = Y. X2 -X. X.Y N. X2 -(X)2 b = N. x.Y-X. Y N. X2 -(X)2

Dimana :
Y = data jumlah penduduk
X = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
N = Jumlah tahun proyeksi

5.2.3.2 Analisa Kebutuhan Air

Pada tahap ini konsultan akan analisa proyeksi kebutuhan air sesuai kondisi dan
perkembangan penduduk serta perkembangan wilayah.

 Standard dan Kriteria Pemakaian Air

Konsumsi atau pemakaian air adalah banyaknya air yang dipakai untuk berbagai
penggunaan. Konsumsi air tergantung dari fungsi pemakai air (konsumen) dan
jenis pelayanan air, termasuk didalamnya ketergantungan pada variabel
penggunaan air.

Metodologi dan Pendekatan 87


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Secara umum faktor yang mempengaruhi terhadap konsumsi air dibagi menjadi 2
(dua), yaitu faktor dari sisi supply dan faktor dari sisi demand.

− Supply (pelayanan)
Beberapa hal yang mempengaruhi pelayanan air sebagai sumber air minum
utama adalah :

1. Kuantitas air minum yang sanggup disediakan oleh Penyedia Air


berpengaruh terhadap konsumsi air minum domestik. Suplai air minum
alternatif yaitu air yang diperoleh dari alam seperti sumur, sungai, dan
mata air. Kuantitas dari air alam ini sangat bergantung kepada kondisi
fisik alam setempat seperti, keadaan sumber daya air alami, curah
hujan kondisi geologi dan lain-lain. Pada daerah yang menguntungkan
kuantitas air alaminya mencukupi dan mudah atau bahkan tidak
berlebihan, sehingga tidak diperlukan lagi air dari Penyedia Air. Namun
selain kuantitas perlu diperhatikan juga kualitasnya
2. Harga/tarif dari air dari penyedia sendiri, sebab setiap air yang didapat
dari Penyedia harus dibayar oleh konsumen. Jika harga air dirasa terlalu
tinggi bagi konsumen maka konsumen akan cenderung mengurangi
konsumsi airnya dari Penyedia.

− Demand (permintaan)
Dari sisi demand, jumlah konsumsi air dipengaruhi oleh keadaan konsumen
yang meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, urgensi (tingkat kebutuhan
air) terhadap air minum dan willingness to pay (kesanggupan untuk
membayar).

Willingness to Pay (WTP), yang dimaksudkan adalah kesanggupan


konsumen untuk membayar harga air relatif terhadap pendapatannya.

Angka willingness to pay (WTP) biasanya berupa angka prosentase tertentu


dari pendapatan rumah tangga perbulan, jika harga air yang harus dibayar
di bawah WTP maka konsumen akan membeli air, sebaliknya jika harga air
lebih tinggi dari WTP maka konsumen akan memilih menggunakan sumber
air lain.

Keadaan sosial ekonomi diwakili oleh keadaan pendapatan rumah tangga


dan kepadatan penduduk di daerah pemukiman. Budaya yang dimaksud
ialah kebiasaan masyarakat setempat dalam penggunaan air minum.

Urgensi (tingkat kebutuhan) yang dimaksud adalah tingkat kebutuhan


masyarakat terhadap air minum. Tingkat kebutuhan sangat erat kaitannya
dengan ketersediaan air minum alternatif di sekitarnya.

Adapun perkiraan kebutuhan air suatu kota/kota dihitung atas dasar


standar kebutuhan rata-rata. Pengguna atau konsumen diklasifikasikan
berdasarkan jenis dan macam penggunaannya sebagai berikut:

Metodologi dan Pendekatan 88


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

1. Kebutuhan air domestik dengan sambungan langsung


2. Kebutuhan domestik dengan hidran umum
3. Kebutuhan air non domestik yang meliputi kepentingan sosial,
perkantoran, pendidikan, niaga, fasilitas peribadatan dan lain-lain.
4. Kehilangan air
5. Kebutuhan air domestik dilayani dengan Sambungan Rumah dan Hidran
Umum.

 Sambungan Rumah

Kebutuhan air untuk sambungan rumah direncanakan berkisar antara


130 - 150 liter/org/hari.

 Hidran Umum

Berdasarkan kriteria design yang dikeluarkan oleh Kementerian


Pekerjaan Umum, kebutuhan air untuk hidran umum adalah sebesar
60 liter/orang/hari, untuk keperluan minum dan masak, sedangkan
untuk keperluan domestik lainnya dipenuhi dari sumber air lain seperti
sumur-sumur gali, sungai. Hidran umum terutama diprioritaskan pada
daerah rural/perdesaan yang tingkat sosial ekonominya relatif lebih
rendah, dibandingkan penduduk urban/perkotaan.

Konsumen non domestik terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu :

1. Umum ( tempat peribadatan, rekreasi, sekolah, terminal, rumah


sakit , dll )
2. Institusional ( kantor pemerintah dan swasta, komplek militer,dll)
3. Komersial ( bioskop, hotel, restoran, pertokoan ,dll )
4. Industrial ( peternakan, pabrik, pelabuhan,dll )

Kehilangan air merupakan banyaknya air yang hilang, yang diperlukan


bagi penjagaan tujuan penyediaan air minum, yaitu tercukupnya
kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya dan yang disebabkan aktivitas
penggunaan dan pengelolaan air.

Kehilangan air ini ditentukan dengan mengalikan faktor tertentu (15-


25%) dengan total produksi air.

Kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori :

 Kehilangan air rencana (un-accounted-for water)

Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk


kelancaran operasi dan pemeliharan fasilitas, faktor
ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan hal lain yang
direncanakan, sehingga menjadi beban biaya.

Metodologi dan Pendekatan 89


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Kehilangan air insidentil

Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air


yang tidak dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.

 Kehilangan air secara administratif diantaranya adalah :

- Kesalahan pencatatan meteran


- Kehilangan air akibat adanya sambungan liar

Pada umumnya masyarakat melakukan aktivitas penggunaan air pada


pagi dan sore hari dengan konsumsi lebih besar dari pada jam-jam
lainnya. Di malam hari, aktivitas penggunaan air relatif kecil (bahkan
tidak ada sama sekali) dengan konsumsi sedikit. Berdasarkan hal
tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kebutuhan air
berfluktuasi terhadap waktu.

Terdapat dua macam fluktuasi pemakaian air, yaitu :

1. Fluktuasi dari jam ke jam dalam sehari, disini terdapat faktor jam
puncak (Fp). Kebutuhan air pada saat jam puncak, yang
digunakan sebagai dasar perencanaan sistem jaringan perpipaan
distribusi air minum. Faktor jam puncak ini dipengaruhi oleh :

 Jumlah penduduk, semakin besar jumlah penduduk daerah


perencanaan, makin beranekaragam aktivitas penduduknya.
Dengan bertambahnya aktivitas penduduk maka fluktuasi
pemakaian air semakin kecil.
 Perkembangan kota, semakin pesat perkembangan wilayah
kota, maka aktivitas penduduk akan semakin meningkat dan
bervariasi. Dengan demikian maka fluktuasi pemakaian air
semakin kecil.

2. Fluktuasi dari hari ke hari dalam satu tahun, dimana terdapat


pemakaian air terbesar (maksimum). Kebutuhan air pada hari
maksimum digunakan sebagai dasar perencanaan pipa transmisi
dan perhitungan kapasitas reservoir distribusi. Kebutuhan air
pada hari maksimum, dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, kondisi
sosial budaya, dan iklim.

Tabel 5. 12 Kriteria dan Standar Pemakaian Air

Metodologi dan Pendekatan 90


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Jiwa


500.000 - 100.000 - 20.000 -
Uraian >1.000.000 <20.000
1.000.000 500.000 100.000
Metro Besar Sedang Kecil Desa
Konsumsi Unit Sambungan
190 170 150 130 30
Rumah (SR) (L/O/Hari)
Konsumsi Unit Hidran
30 30 30 30 30
Umum (HU) (L/O/Hari)
Konsumsi Unit Non
20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 - 30 20 - 30
Domestik L/O/Hari (%)
Kehilangan Air (%) 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 - 30 20 - 30
Faktor Hari Maksimum 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
Faktor Jam Puncak 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Jumlah Jiwa Per SR 5 5 6 6 10
Jumlah Jiwa Per HU 100 100 100 100-200 200
Sisa Tekan Di Penyediaan
10 10 10 10 10
Distribusi (Mka)
Jam Operasi 24 24 24 24 24
Volume Reservoir (% Maks
20 20 20 20 20
Day Demand)
50:50 S/D
SR:HU 50:50 S/D 80:20 80 :20 70 : 30 70 : 30
80:20

a. Analisa Ketersediaan Air Baku


Pada tahap ini konsultan akan analisa ketersediaan air baku sesuai pemakaian,
iklim dan perkembangan lingkungan yang ada. Analisis potensi sumber air
baku dilakukan dengan mengidentifikasi sumber air baku yang ada dan untuk
sistem yang strategis akan dilakukan investigasi lapangan dengan cara
pengukuran debit dan pengambilan sampel.

Untuk mendukung Identifikasi potensi air baku dilakukan diskusi dan


koordinasi dengan PSDA setempat, sehingga diperoleh data akurat dan
minimal diperoleh informasi mengenai Water Balance (Neraca Keseimbangan
Air).

Water Balance adalah perhitungan besarnya kapasitas sumber air


dibandingkan dengan pemanfaatan untuk keperluan pengairan, industri, dan
kepentingan lain. Sehingga diperoleh data mengenai kapasitas yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan air minum.

Rencananya pada kegiatan ini, air baku akan diambil dari Sungai Cibeureum
dan Kolam Retensi yang terletak di Kelurahan Pasirkaliki.

Dari tabel 5.13 dapat disimpulkan bahwa sungai Cibeureum memiliki debit
rata-rata sebesar 0.43 m3/detik atau setara dengan 430 liter/detik, sehingga

Metodologi dan Pendekatan 91


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

dapat diambil kesimpulan bahwa debit air baku maksimum yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk SPAM Cimahi Utara, Kelurahan
Pasirkaliki adalah sebesar 120 liter/detik (± 30% x debit rata-rata Sungai
Cibeureum).

E.2.3.3. Analisa Data Topografi dan Pemetaan

 Perhitungan & Analisa Data


1) Hitungan Kerangka Horizontal
Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka
Dasar Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam
pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu
Jarak dan Sudut Jurusan yang akan diuraikan berikut ini:
a) Perhitungan Koordinat Titik Poligon
Prinsip dasar hitungan koordinat titik-titik poligon dapat dilihat pada
uraian di bawah. Koordinat titik B dihitung dari Koordinat A yang telah
diketahui:
Hitungan Koordinat

Dalam hai ini:


XA,YA = Koordinat titik yang akan ditentukan;
= Selisih absis (D XAP) definitif (telah diberi koreksi);
= Selisih ordinat (D YAP) definitif (telah diberi koreksi);
= Jarak datar AP definitif;
= Azimuth AP definitif.

Dalam hai ini:


Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan
rumus sebagai berikut:
α12 = α1A + β1
= αAP + βA + β1 - 1(180O)
α23 = α21 + β1 = α12 + β2 - 180O
= αAP + βA + β1 + β2 - 2(180O)
α34 = α32 + β3 = α23 + β3 - (180O)
= αAP + βA + β1 + β2 + β3 - 3(180O)
α4B = α43 + β4 = α34 + β4 - (180O)
= α43 + βA + β1 + β2 + β3 + β4 - 4(180O)

Secara garis besar bentuk geometri poligon dibagi menjadi Poligon Tertutup

Metodologi dan Pendekatan 92


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

(loop) dan Poligon Terbuka, apabila dalam hitungan syarat geometri tidak
terpenuhi maka akan timbul kesalahan penutup sudut yang harus
dikoreksikan ke masing-masing sudut yang akan diuraikan sebagai berikut.
Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith.
Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai
berikut:

 Sarat Geometriks Sudut


αakhir - αawal - ∑ β + n.180o = fβ
dimana:
α = Sudut Jurusan
β = Sudut Ukuran
n = Bilangan Kelipatan
fβ = Salah penutup sudut

 Sarat Geometriks Absis

dimana:
= Jarak vektor antara dua titik yang berurutan;
= Jumlah jarak;
= Absis;
= Elemen vektor pada sumbu absis;
= Banyak titik ukur.

 Koreksi Ordinat

dimana:
= Jarak vektor antara dua titik yang berurutan;
= Jumlah jarak;
= Ordinat;
= Elemen vektor pada sumbu ordinat;
= Banyak titik ukur.
Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan
besarnya kesalahan linier jarak (KL).

SL =

Kl =

b) Pengamatan Azimuth Astronomis


Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus

Metodologi dan Pendekatan 93


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

sebagai berikut:

dimana:
= azimuth matahari;
= deklinasi matahari dari almanak matahari;
= sudut miring ke matahari;
= lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi).

Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut
Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:
Dimana:
Zd = atau;
d
m =
d
Z = sudut zenith definitif;
md = sudut miring definitif;
u
Z = sudut zenith hasil ukuran;
u
m = sudut zenith hasil ukuran;
r = koreksi refraksi;
1/2d = koreksi semidiameter;
p = koreksi paralax;
l = salah indeks alat ukur.

2) Hitungan Kerangka Vertikal


Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan
melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi
(BM).
− Syarat Geometris

− Hitungan Beda Tinggi

− Hitungan Tinggi Titik

Dimana:
H = Tinggi titik;
ΔH = Beda tinggi;
Btb = Benang tengah belakang;
Btm = Benang tengah muka;

Metodologi dan Pendekatan 94


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

FH = Salah penutup beda tinggi;


KH = Koreksi beda tinggi;
=

T = Toleransi kesalahan penutup sudut;


D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter).

3) Perhitungan Situasi Detail


Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri dengan
menggunakan alat ukur Theodolite kompas (TO). Dengan cara ini diperoleh
data-data sebagai berikut:
− Azimuth magnetis;
− Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah);
− Sudut zenith atau sudut miring;
− Tinggi alat ukur.
Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses
hitungan, diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah
diketahui koordinatnya (X, Y, Z).
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X,
Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut:
Untuk menghitung jarak datar (Dd)

Dimana:
TA = Titik tinggi A yang telah diketahui;
TB = Titik tinggi B yang akan ditentukan;
ΔH = Beda tinggi antara titik A dan B;
Ba = Bacaan benang diafragma atas;
Bb = Bacaan benang diafragma bawah;
Bt = Bacaan benang diafragma tengah;
TA = Tinggi alat;
Dd = Jarak optis [100(Ba-Bb)];
m = Sudut miring.

Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya


kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan
diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat

Metodologi dan Pendekatan 95


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi


perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta
sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi
Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi
boussole (C) adalah:

C = αg–αm

Dimana:
G = Azimuth geografis;
M = Azimuth Magnetis.

Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail akan sangat tergantung pada skala
peta yang akan dibuat, selain itu keadaan tanah yang mempunyai perbedaan
tinggi yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat.

 Penggambaran
1) Pengambaran diatas kertas HVS ukuran A3 ;
2) Pengambaran penampang memanjang dan melintang rencana jaringan
pepipaan digambar dalam satu lembar kertas HVS dengan ketentuan:
− Situasi Trace saluran skala 1: 100;
− Potongan memanjang:
 Horisontal : Skala I : 100;
 Vertikal : Skala 1: 100
3) Draft pengambaran harus dilakukan diatas kertas milimeter yang diperiksa
dan disetujui oleh PPK Pekerjaan dan dinyatakan secara tertulis;

 Bentuk Hasil Penggambaran


1) Gambar Draft dilakukan di atas kertas milimeter yang telah disetujui oleh PPK
Pekerjaan, dengan garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm;
2) Semua Bench Mark (BM) dan titik referensi harus digambar pada peta, dan
dilengkapi dengan data elevasi dan koordinat;
3) Pemberian angka kontur harus jelas terlihat, dengan interval 5 meter
digambar lebih tebal;
4) Legenda pada gambar harus sesuai dengan apa yang ada di lapangan, dan
penarikan kontur/jalur data sadei bukit harus ada data elevasinya. Titik
pengikat/referensi peta harus tercantum pada peta, dan ditulis dibawah
legenda;
5) Garis sambungan (overlap) pada peta sebesar 5 cm;
6) Gambar peta topografi skala 1:5.000 dan 1:2000 digambar di atas kertas
ukuran A3;
7) Lembar peta harus diberi nomor urut yang jelas dan teratur, serta format

Metodologi dan Pendekatan 96


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

gambar peta harus sesuai dengan ketentuan dari tim teknis dan PPK
Pekerjaan;
8) Sehubungan dengan ketelitian peta, ditetapkan batasan sebagai berikut:
a) Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai
kesalahan lebih dari 0,3 mm, diukur dari titik kontrol horizontal terdekat;
b) Titik kontrol vertikal, posisi horizontalnya tidak boleh mempunyai
kesalahan lebih dari 0,60 mm, diukur dari garis atau titik kontrol
horisontal terdekat;
c) Pada sambungan gambar, lebar peta satu dengan yang lain, garis kontour,
bangunan, saluran, dan sungai, harus tepat tersambung.

E.2.3.4. Analisa Data Geoteknik


1. Perhitungan Daya Dukung
Perhitungan besarnya nilai daya dukung tanah yang diijinkan untuk mengetahui
apakah tanah cukup kuat untuk menahan beban pondasi suatu bangunan tanpa
terjadi suatu keruntuhan akibat pergeseran lapisan tanah. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam perhitungan daya dukung tanah adalah:

‒ faktor tinggi muka air tanah ;


‒ faktor keamanan yang cukup ;
‒ distribusi beban pondasi.
a) Daya Dukung Pondasi Dangkal
1) Berdasarkan data laboratorium
Untuk perhitungan daya dukung pondasi dangkal dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan dari Terzaghi sebagai berikut:

(a) untuk keadaan general shear failure


‒ pondasi menerus
qult = c.Nc + g.D.Nq + 0,5 g.B.Ng

‒ pondasi telapak
qult = 1,3 c.Nc + g.D.Nq + 0,4 g.B.Ng

‒ pondasi lingkar
qult = 1,3 c.Nc + g.D.Nq + 0,3 g.B.Ng

‒ pondasi persegí panjang


qult = (1 + 0,3 B/L)c.Nc + g.O.Nq + 0,5 (1 + 0,2 B/L) + g.B.Ng

(b) untuk pondasi local shear failure dimana dasar pondasi terendam air
atau dibawah pengaruh muka air tanah, maka harus dilakukan
koreksi terhadap rumus-rumus dari Terzaghi tersebut diatas sebagai
berikut:
‒ nilai c menjadi c’ = 2/3 c
‒ nilai f menjadi tan f = 2/3 tan f
(c) faktor keamanan,

Metodologi dan Pendekatan 97


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

faktor-faktor keamanan untuk mendapatkan daya dukung pondasi


dangkal yang diizinkan adalah sebagai berikut:

‒ Fk = 2, untuk pondasi dangkal dengan beban statis merata


‒ Fk = 3, untuk pondasi dangkal dengan beban statis normal
‒ Fk = 4,5 untuk pondasi dangkal dengan beban dinamis
Maka:

qult
q all =
Fk
dimana:

qall = daya dukung yang diijinkan

qult = daya dukung keseimbangan

B = lebar pondasi

D = kedalaman pondasi

L = panjang pondasi

g = berat isi tanah

c = kohesi

f = sudut perlawanan geser

Nc, Nq dan Ng = faktor daya dukung yang tergantung pada besarnya


sudut perlawanan geser f

Fk = faktor keamanan

2) Berdasarkan data lapangan


Untuk perkiraan besarnya daya dukung pondasi dangkal dapat dihitung
berdasarkan nilai konus dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:

qc
=n kg /cm 2
qall

N=20, untuk kondisi lapisan tanahnya adalah staff clay, sandy clay dan silty
clay

n=40, untuk kondisi lapisan tanahnya adalah sand atau gravels.

Metodologi dan Pendekatan 98


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Untuk pondasi dangkal dimana dasar pondasi selalu terendam air dan selalu
berada dibawah pengaruh muka air tanah, maka harus dilakukan dengan
faktor keamanan sebesar 0,5 terhadap persamaan tersebut diatas. Dimana:

qall = daya dukung yang diijinkan

qc = nilai konus

n = faktor yang tergantung dengan kondisi lapisan tanahnya.

b) Daya Dukung Pondasi Dalam


1) Pondasi sumuran
(a) Berdasarkan data laboraturium:
Untuk perhitungan daya dukung pondasi sumuran yang diletakkan
pada lapisan lempung keras, maka daya dukung tanah dapat dihitung
dengan cara yang sama seperti humus perhitungan pondasi langsung
yaitu sebagai berikut:

c . Nc . A
q all =
Fk
dimana:

qall = daya dukung yang diijinkan

c = kekuatan geser tanah

Nc = faktor daya dukung

A = luas dasar sumur

Fk = faktor keamanan

(b) Berdasarkan data lapangan


Besarnya daya dukung tanah untuk pondasi sumuran dapat dihitung
berdasarkan nilai konus dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

qc . A
q all =
Fk
dimana:

qall = daya dukung yang diijinkan

qc = nilai konus rata-rata dari dalam 4D diatas ujung


sumuran sampai 4D dibawah ujung sumuran,
dimana D adalah diameter sumuran

A = luas dasar sumuran

Metodologi dan Pendekatan 99


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Fk = faktor keamanan

2) Pondasi tiang pancang


Besar daya dukung untuk pondasi tiang pancang dapat dihitung
berdasarkan data-data lapangan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

qc . A T f . O
q all = +
Fk 1 Fk 2

dimana:

qall = daya dukung tiang yang diijinkan

qC = nilai konus rata-rata dari dalam 4D diatas dimana


D ujung tiang sampai 4D dibawah ujung sumuran
adalah diameter atau dimensi tiang A = luas
penampang tiang

Tf = jumlah hambatan lekat

O = keliling tiang

Fk1 = faktor keamanan = 3 – 5

Fk2 = faktor keamanan = 5 – 7

Daya dukung kelompok tiang harus dikoreksi dengan faktor koreksi


sebagai berikut:

{(n−1).m+(m−1). n }
E g=1−∅
900 .m . n
Maka daya dukung kelompok tiang sebagai berikut:

q kall =q all . n . E g

dimana:

qkall = daya dukung yang diizinkan kelompok tiang

Eg = effisiensi kelompok tiang

qall = daya dukung yang diizinkan pertiang

m = jumlah tiang kearah panjang

n = jumlah tiang kearah lebar

Metodologi dan Pendekatan 100


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

∅ = arc tan d/s (deg)

d = diameter

s = jarak antar tiang

N = jumlah tiang

2. Perhitungan Penurunan
Perhitungan penurunan pondasi harus diperhitungkan sampai kedalaman lapisan
tanah keras dengan nilai konus lebih besar dari - 150 kg/cm2 , dimana lapisan tanah
dibagi menjadi beberapa lapisan tipis dengan tebal 1.00 m, hal ini perlu untuk
memperhitungkan nilainilai tegangan semula dengan tegangan akibat adanya
beban tambahan, untuk pondasi dangkal dapat diperhitungakan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

a) Berdasarkan data laboratorium

Cc. H Po + dp
Sc = . log
1+e o Po

dimana:

Sc = besar penurunan (cm)

H = kedalaman (cm)

Po = tegangan semula (kg/cm2 )

dp = besarnya tegangan akibat adanya beban tambahan (kg/cm2 )

CC = index pemampatan

Eo = angka pori mula-mula

b) berdasarkan data lapangan


H P +dp
Sc = . ln o
3 qc Po
.
2 Po

Dimana:

Sc = besar penurunan (cm)

H = kedalaman (cm)

Metodologi dan Pendekatan 101


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Po = tegangan semula (kg/cm2)

dp = besarnya tegangan akibat adanya beban tambahan (kg/cm2)

qc = nilai konus rata-rata

E.2.3.5. Analisa dan Perhitungan Instalasi Pengolahan Air

Pada hakekatnya pengolahan air minum adalah upaya untuk pendapatkan air minum
dengan kualitas sesuai dengan stadar yang berlaku dengan cara fisika, kimia ataupun
secara biologis. Fasilitas pengolahan air minum harus mempunyai kemampuan untuk
mengolah air baku yang belum memenuhi syarat untuk air minum menjadi air olahan
dengan kualitas yang sesuai dengan persyaratan. Fasilitas pengolahan air yang dipilih
harus mampu selalu berfungsi dengan baik walaupun saat kondisi air baku paling
buruk. Air olahan yang dihasilkan harus selalu memenuhi kriteria kualitas air bersih.
Pada gambar 5.5 disajikan sistem pengolahan air baku yang berasal dari air
permukaan.

Unit-unit Instalasi Pengolah Air diuraikan sebagai berikut :

a. Unit Pra Sedimentasi


 Fungsi
untuk memisahkan pasir, tanah dan juga sampah yang terbawa oleh aliran air
baku, agar tidak terjadi pengendapan pada perpiapaan atau saluran yang
menyebabkan penyumbatan ataupun kerusakan pada pompa.
 Lokasi dan Bentuk
Lokasi dan bentuk kolam pemisah pasir harus ditentukan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
 Kolam pemisah pasir harus dibangun dekat titik penyadapan (intake) dan
dibangun dalam tanah.
 Bentuk kolam harus persegi panjang (rectangular) atau melebar pada
bagian pemasukan (inflow) dan menyempit pada bagian pengeluaran (out
flow).
 Jumlah kolam pemisah pasir harus lebih dari dua buah tetapi jika memakai
satu buah saja harus dibagi memjadi dua atau dilengkapi dengan saluran
pintas (by pass).

Metodologi dan Pendekatan 102


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Tabel 5.13. Data Debit Sungai di Kota Cimahi

103 Metodologi dan Pendekatan


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Pada gambar E.4 Diagram Proses Pengolahan Air Minum dengan Air Baku Air Permukaan (Sumber : JWWA)

104 Metodologi dan Pendekatan


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Untuk Bak dengan bentuk persegi panjang (rectangular basin), panjang bak dapat
dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :
L = Panjang bak (meter)
H = Kedalaman efektif air di dalam bak (meter)
U = Kecepatan pengendapan partikel yang akan dipisahkan (cm/det).
V = Kecepatan rata-rata aliran di dfalam bak (cm/det)
K = Koeficient (safety rate) besarnya 1,5 – 2,0
 Kriteria Desain
 Waktu tinggal (residence time) standar : 10 - 20 menit.
 Kecepatan aliran horizontal dalam kolam rata-rata : 2 -7 cm/detik.
 Tinggi permukaan air maksimun dalam bak harus diatur lebih rendah dari
permukaan air minimun di titik penyadapan.
 Kedalaman efektif bak antara : 3 - 4 meter.
 Jarak antara tinggi permukaan air maksimun dalam bak dengan bibir bak yakni :
60 - 100 cm

b. Unit Koagulasi
 Fungsi
Partikel-partikel kotoran dalam air baku yang mempunyai ukuran dengan diameter
10-2 mm dengan cara pengendapan biasa tanpa bahan kimia. Tetapi untuk partikel
yang sangat halus dengan ukuran lebih kecil 10 -2 mm dan juga partikel-partikel koloid
sulit untuk dipisahkan dengan pengendapan tanpa bahan kimia. Oleh karena itu di
dalam sistem pengolahan air misalnya untuk penghilangan warna organik, proses
koagulasi sangat penting agar partikel koloid yang sulit mengendap tadi dapat
digumpalkan sehingga membentuk grup partikel yang lebih besar dan berat yang
dengan cepat dapat diendapkan atau disaring. Untuk itu perlu bak koagulasi untuk
mendapatkan proses koagulasi yang efektif.
 Proses
Proses koagulasi dibagi menjadi dua tahap yang pertama yaitu koagulasi partikel-
partikel kotoran menjadi flok-flok yang masih halus/kecil dengan cara pengadukan
cepat segera setelah koagulan dibubuhkan.
Tahap ini disebut dengan pencampuran cepat dan prosesnya dilakukan pada bak
pencampur cepat (mixing basin). Tahap selanjutnya adalah proses pertumbuhan flok
agar menjadi besar dan stabil yaitu dengan cara pengadukan lambat pada bak
flokulator. Proses tersebut dinamakan flokulasi. Dengan demikian untuk proses
koagulasi diperlukan dua buah bak yakni untuk bak pencampur cepat dan bak
flokulator.
Bak pencampur cepat harus dilengkapi dengan alat pengaduk cepat agar bahan kimia
(koagulan) yang dibubuhkan dapat bercampur dengan air baku secara cepat dan
merata. Oleh karena kecepatan hidrolisa koagulan dalam air besar maka diperlukan
pembentukan flok-flok halus dari koloid hidroksida yang merata dan secepat

Metodologi dan Pendekatan 105


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

mungkin sehingga dapat bereaksi dengan partikel-partikel kotoran membentuk flok


yang lebih besar dan stabil. Untuk itu diperlukan pengadukan yang cepat. Ada 2 (dua)
cara pengadukan yang dapat dipakai yaitu pengadukan dengan energi yang ada
dalam air itu sendiri dan pengadukan dengan energi yang didapat dari luar.
1. Pengadukan Berdasarkan Energi Dari Air Itu Sendiri
Dapat dilakukan dengan cara aliran dalam bak/kolam dengan sekat horizontal
maupun vertikal (baffled flow type). Atau dapat juga dengan membuat aliran
turbulen dalam sistem perpipaan dengan kecepatan aliran di atas 1,5 m/detik.
Selain cara tersebut di atas dapat juga dilakukan dengan Parshall flume ataupun
dengan cara menyemprotkan melalui lubang-lubang kecil (nozzle)
2. Pengadukan Berdasarkan Energi Mekanik Dari Luar
Cara yang paling umum dipakai yaitu dengan flush mixer yang berupa motor
dengan alat pengaduk berupa baling-baling (propeler) maupun paddle, dengan
kecepatan rotasi lebih kecil 1,5 m/detik. Waktu pengadukan standar antara 1 - 5
menit.
 Kriteria Desain
 Gradien kecepatan (gradient velocity)
Untuk pencampuran cepat harga G : 700 – 1.000 detik -1

Gradien kecepatan dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :
G = gradient kecepatan ( detik-1 )
P = power input, Watt (N.m/s)
V = Volume bak pencampur cepat (m3)
µ = Viskositas (N.s/m2)
 Waktu Tinggal
Waktu tinggal dalam bak pencampur : 1 - 5 menit

c. Unit Flokulasi
 Fungsi
Untuk pembentukan flok-flok agar menjadi besar dan stabil sehingga dapat
diendapkan dengan mudah atau disaring. Untuk proses pengendapan dan
penyaringan maka partikel-partikel kotoran halus maupun koloid yang ada dalam air
baku harus digumpalkan menjadi flok-flok yang cukup besar dan kuat untuk dapat
diendapkan atau disaring. Flokulator pada hakekatnya adalah kombinasi antara
pencampuran dan pengadukan sehingga flok-flok halus yang terbentuk pada bak
pencampur cepat akan saling bertumbukan dengan partikel-partikel kotoran atau
flok-flok yang lain sehingga terjadi gumpalan gumpalan flok yang besar dan stabil.
Proses pembentukan flok dimulai dari proses koagulasi sehingga terbentuk flok-flok
yang masih halus. Flok-flok tersebut akan saling bertumbukan dengan sesama flok
atau dengan partikel kotoran yang ada dalam air baku sehingga akan menggabung
membentuk gumpalan flok yang besar sehingga mudah mengendap.

Metodologi dan Pendekatan 106


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Proses
Di dalam proses flokulasi hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
 Proses flokulasi harus sesuai dengan cara pengadukan yang dilakukan agar
pembentukan flok dapat berjalan dengan baik dan efektif.
 Kecepatan pengadukan di dalam bak flokulator harus bertahap dan kecepatannya
makin pelan kearah aliran keluar (down stream).
 Perencanaan peralatan pengadukan didasarkan pada perhitungan gradien
kecepatan dalam bak flokulator
Menurut Camp dan Stein, kecepatan pembentukan flok berbanding lurus dengan
konsentrasi partikel atau flok per satuan volume, diameter flok dan juga gradien
kecepatan ( harga G ). Dalam arti bahwa untuk mendapatkan flok-flok dengan ukuran
yang besar maka makin besar konsentrasi flok maka pertumbuhan flok- flok agar
tumbuh membentuk flok dengan ukuran yang besar akan lebih cepat. Pada saat
pembentukan flok mencapai tingkat ukuran tertentu maka flok-flok tersebut menjadi
tidak stabil dan akan mudah pecah kembali akibat gesekan yang disebabkan karena
aliran air. Oleh karena itu kecepatan pengadukan harus dibatasi sampai tingkat
tertentu pula. Hal ini biasanya ditunjukkan dalam parameter gradien kecepatan.
 Kriteria Desain
 Gradien Kecepatan (gradient velocity)
Untuk pencampuran lambat harga G : 10 – 75 detik -1

Gradien kecepatan dihitung dengan rumus sebagai berikut :

dimana :
Td = waktu pengadukan atau waktu tinggal
Q = Laju alir air baku (m3/s)
G = gradient kecepatan (detik-1)
P = power input, Watt (N.m/s).
 = Densitas air (Kg/m3)
H = Total head loss (m)

V = Volume bak pencampur cepat (m3)


µ = Viskositas (N.s/m2)
 Waktu pengadukan rata-rata : 20 - 40 menit.

d. Unit Sedimentasi
 Fungsi
Unit operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi atau flok kimia secara gravitasi.
Proses sedimentasi pada pengolahan air bersih umumnya untuk menghilangkan
padatan tersuspensi sebelum dilakukan proses pengolahan selanjutnya.

Metodologi dan Pendekatan 107


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Proses
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengendapan antara lain yakni
kecepatan pengendapan partikel yang mana sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel,
density partikel serta bentuk partikelnya.
Untuk bak pengendap dengan aliran kontinyu, biasanya dapat di bagi menjadi 4
(empat) bagian yaitu :
1. Bagian Pemasukan ( Inlet Zone )
2. Bagian Pengendapan ( Settling Zone )
3. Bagian dasar/lumpur ( Bottom Zone)
4. Bagian Pengeluaran (Outlet Zone)
Efisiensi pengendapan ditunjukkan oleh ratio dari partikel- partikel yang mengendap
dengan jumlah partikel yang masuk. Mekanisme pengendapan pada bak pengendap
dapat ditunjukkan seperti Gambar 3.5

Gambar E.5

Skema Bak Pengendapan Ideal Bentuk Persegi Panjang

Keterangan :

Vd = pengendap.

V0 = kecepatan pengendapan partikel yang mengendap penuh di bak


pengendap dengan waktu pengendapan t o

Q = laju alir air baku.

A = luas permukaan bak pengendap.

h0 = kedalaman bak pengendap.

C = Volume Bak.

memperbesar efisiensi bak pengendap dapat dilakukan upaya sebagai berikut:

 Memperbesar luas permukaan bak pengendap (A),

Metodologi dan Pendekatan 108


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Memperbesar kecepatan pengendapan partikel (flok), dengan cara proses


flokulasi yang baik.
 Memperkecil laju alir air baku ke dalam bak pengendap (Q) atau dengan kata lain
memperkecil kecepatan horizontal (V d)
 Kriteria Desain
 Pada prinsipnya terdiri dari dua bak atau lebih.
 Volume bak pengendap harus cukup untuk : 3 - 5 jam penampungan.
 Kecepatan lairan rata-rata dalam bak : maksimum 40 cm/menit.
 Kedalaman efektif bak pengendap : 3 - 4 meter, untuk ruang lumpur 30 cm.
 Perbandingan panjang/lebar antara : 3 - 8, untuk bak pengendap berbentuk
lingkaran (circular), perbandingan diameter bak/ kedalaman bak antara 12 - 16
 Beban permukaan 20 –50 m3/m2.hari (JWWA)
 Weir Loading 350 – 400 m3/m.hari.
 Untuk bak pengendap persegi panjang, slope dasar bak antara 1/200 - 1/300, jika
ada peralatan pengerukan lumpur secara mekanik, slope dasar bak dapat
diperkecil sampai 1/500 - 1/1000

e. Unit Filtrasi
 Fungsi
Memisahkanpadatan tersuspensi dari dalam air yang diolah. Pada penerapannya
filtrasi digunakan untuk menghilangkan sisa padatan tersuspensi yang tidak
terendapkan pada proses sedimentasi. Pada pengolahan air buangan, filtrasi
dilakukan setelah pengolahan kimia-fisika.
 Proses
Di dalam pengoperasian saringan pasir cepat terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu :
1. Tahap Penyaringan (filtrasi)
2. Pencucian Filter atau pencucian balik (back wash)
3. Penyaringan awal setelah pencucian filter dibuang untuk beberapa saat.
Untuk proses operasi secara otomatis diperlukan beberpa peralatan kontrol antara
lain:
 Alat kontrol laju aliran (flow rate controler)
 Alat indikator Headloss
 Turbiditi-meter on line.

Di dalam perencanaan sistem saringan pasir cepat (filter plant), beberpa hal yang
perlumdilakukan antara lain :
 Menghitung luas filter yang diperlukan
 Menetukan jumlah filter yang tepat
 Pemilihan tipe pengontrolan aliran
 Pemilihan tipe sistem penguranan atau pengetapan (underdrain system).
 Pemilihan material media filter, ukuran serta distribusi ukuran.
 Pemilihan sistem pencucian balik dan sistem pencucian pembantu.
 Perencanaan saluran pencuci
 Perencanaan pipa inlet, outlet, pipa pencuci utama

Metodologi dan Pendekatan 109


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 Menentukan kedalaman filter


 Perencanaan pompa pencuci, tangki elevasi dll
 Kriteria Desain
 Gravity declining rate filtration type
 Single media silica sand
 Effective grainsize 0.6 - 0.7
 Uniform coefisien 1.3
 Filtration rate (6 – 15) m3/m2/hour
 Backwashing period 24 – 48 hour
 Backwashing metod combine self backwashing and pump

f. Unit Reservoir
(1) Fungsi
Untuk menampung air bersih hasil pengolahan dari unit IPA sebelum di
distribusikan ke wilayah pelayanan. Selain sebagai penampung air bersih fungsi lain
reservoir adalah sebagai;

 Equalizing Flows yaitu untuk menyeimbangkan aliran-aliran, sedangkan debit yang


keluar bervariasi atau berfluktuasi, unsur ini diperlukan suatu penyeimbangan aliran
yang selain melayani fluktuasi juga dapat digunakan untuk menyimpan cadangan air
untuk keadaan darurat.
 Equalizing pressure atau menyeimbangkan tekanan, pemerataan tekanan
diperlukan akibat bervariasinya pemakaian air di daerah distribusi.
 Sebagai distributor, pusat atau sumber pelayanan
(2) Tipe
 Reservoir tinggi, yaitu pengaliran distribusi dilakukan secara gravitasi, reservoir ini
bisa berupa ground tank (reservoir), atau berupa reservoir menara (roof tank) yang
ketinggiannya harus diperhitungkan agar pada titik kritis masih ada sisa tekan.
 Reservoir rendah yaitu pengaliran distribusi dilakukan dengan pemompaan,
reservoirnya berupa ground tank.
 Reservoir pembantu (booster reservoir), misalkan karena adanya batasan
konstruksi, sehingga volume yang keluar dari reservoir tidak mencukupi.
(3) Ukuran
Untuk menghitung kapasitas reservoir ini, maka reservoir ditinjau dari fungsinya
sebagai

equalizing flow. Reservoir diperlukan untuk menyeimbangkan fluktuasi permukaan


air harian, sehingga kebutuhan maksimum per jam dapat terpenuhi. Kapasitas
reservoir ini dapat ditentukan bila diketahui fluktuasi pemakaian air harian. Berikut
ini adalah contoh perhitungan fluktuasi pemakaian air

Metodologi dan Pendekatan 110


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Tabel 5.14 Perhitungan Volume Reservoir

Keterangan:

Kolom 1 (Waktu) Waktu pemakaian air

Kolom 2 (Jumlah Jam) Jumlah jam pada waktu pemakaian air

24.00 – 05.00 = 5 jam

Kolom 3 (Suplai Air per Jam) Supply air per jam dalam % dari sistem transmisi

100% / 24 jam = 4.17%

Kolom 4 (Pemakaian per Jam) Diketahui dari survey/penelitian terhadap fluktuasi


pemakaian air

Kolom 5 (Total Suplai) jumlah jam x supply air per jam

5 jam x 4.17 % = 20.85 %

Kolom 6 (Total Pemakaian) jumlah jam x pemakain per jam (%)

5 jam x 0.75 % = 3,75%

Kolom 7 (Surplus) Supply total (%) – Pemakaian total (%)

20,85% - 3,75% = (+) 17,1% (jika nilai positif)

Kolom 8 (Defisit) Supply total (%) – pemakaian total (%)

4,17% - 6 % = (-) 1,83 % (jika nilai negatif)

Untuk menghitung volume reservoir, maka digunakan nilai rata-rata dari jumlah
seperti pada table di atas karena perbedaan diantara kedua jumlah tersebut
sebenarnya hanya untuk menghitung kapasitas reservoir dan perbedaan diantara

Metodologi dan Pendekatan 111


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

kedua jumlah tersebut sebenarnya hanya merupakan pembulatan. Dengan


demikian maka diperoleh harga rata-rata kapasitas reservoir adalah sebesar :

Z = (27,70 + 27,62) / 2

= 27,66 %

Volume Reservoir = Z x Debit Rata-rata (Qr) Perencanaan

Dimensi reservoir ditentukan dengan melihat kondisi lahan yang tersedia, idealnya
kedalaman reservoir tidak lebih dari 4,0 m dengan perbandingan panjang : lebar
minimal adalah 2 : 1

(4) Kinerja
 Bangunan reservoir adalah bangunan kedap air
 Bila reservoir dilengkapi pompa distribusi, posisi pompa distribusi
direkomendasikan pompa dalam posisi positive suction (level air berada diatas level
pompa)
(5) Bentuk dan Material
Reservoir bisa berbentuk persegi panjang, bukur sangkar atau lingkaran. Material
kontruksi bisa menggunakan beton bertulang dengan finishing water proffing,
material metal (baja, alum, steel).

(6) Perlengkapan
 Pipa overflow
 Pipa Vent
 Pipa Penguras
 Sekat Baffle (pengarah aliran)
 Rumah/Ruang Pompa/Ruang Valve

E.2.3.6. Analisa dan Perhitungan Jaringan Perpipaan Distribusi

Pada suatu perencanaan jaringan perpipaan diperlukan data-data sebagai berikut:

 Base demand
 Panjang pipa yang akan digunakan
 Faktor kekasaran pipa yang digunakan
 Elevasi node jaringan perpipaan

a. Perhitungan Dasar Design Sistem Perpipaan


 Leq = L + 10%L
Dimana :

Leq = Panjang pipa ekivalen. (m)

L = Panjang pipa (m)

 HAV = (Elevasi ke-n)-(Elevasi ke n-1)

Metodologi dan Pendekatan 112


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Dimana :

HAV = Tinggi Available (m)

 S1 = HAV / Leq
Dimana :

S1 = Kemiringan pipa awal yang diperoleh dari hitungan.

HAV = Tinggi Available (m).

Leq = Panjang pipa ekivalen (m).

 Q = 0,2785 CD2,63 (S2)0,54


Dimana :

Q = Q peak day

C = Koefisiensi kekasaran pipa

D = Diameter teoritis.

S2 = Kemiringan pipa yang hendak dicari.

 HLmayor = S2 x Leq
Dimana :

S2 = Kemiringan pipa yang diperoleh.

Leq = Panjang pipa ekivalen (m).

 Head Kecepatan = v2/2g


Dimana :

V = Kecepatan aliran didalam pipa yang diperoleh dari Nomogram Hazen


William (ms-1)

g = Kecepatan Gravitasi (ms-2)

 HL minor = KV 2 / 2g
Dimana :

K = Konstanta

V = Kecepatan Aliran dari Hazen William (ms -1)

G = Kecepatan gravitasi (ms-2)

Metodologi dan Pendekatan 113


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

 HLTotal = HLmayor + HLminor


Dimana :

HLtotal = Kehilangan energi total (m)

HLmayor = Kehilangan energi mayor (m)

HLminor = Kehilangan energi minor (m)

 Sisa tekan = HAV - HLTotal


Dimana :

HAV = Tinggi available (m)

HLTotal = Kehilangan energi total (m)

 HGL = Z + Sisa tekan


Dimana :

HGL = Garis gradien hidrolis

Z = Tinggi Elevasi

A. Kriteria Desain
Untuk merencanakan sistem perpipaan distribusi pada suatu wilayah yang memenuhi syarat
dari segi kuantitas, kualitas dan kontinuitas dibutuhkan suatu standar dan kriteria
perencanaan yang handal. Penyusunan kriteria tersebut berpedoman pada kriteria
perencanaan yang umum digunakan dan Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik
Sistem Penyediaan Air Minum, Departemen Pekerjaan Umum dan disesuaikan dengan
kondisi daerah perencanaan. Pada table dibawah disajikan komponen perencanaan terkait
kriteria desain yang akan digunakan pada perencanaan jaringan perpipaan distribusi.

Tabel 5.15 Kriteria Perencanaan Unit Distribusi

BATASAN DISAIN
NO. KOMPONEN PERENCANAAN SATUAN DISAIN
KRITERIA

1 Perencanaan Horizontal Sistem Distribusi Tahun 8 – 10


Tingkat pelayanan
a.      Persentase penduduk terlayani % 47 - 80
 Perpipaan % 40 – 80
2  Non perpipaan % 40 – 60
b.      Komposisi pelayanan
 Sambungan rumah % 60 – 100
 Kran Umum % 0 – 40

Metodologi dan Pendekatan 114


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

BATASAN DISAIN
NO. KOMPONEN PERENCANAAN SATUAN DISAIN
KRITERIA

c.      Jumlah jiwa/sambungan


 Sambungan rumah Orang 5–7
 Kran umum Orang 100 – 200
d.      Kontinuitas pelayanan Jam 24
Pemakaian Kebutuhan Air
a.      Kebutuhan domestik
 Sambungan rumah Ltr/org / hr 60 – 180
 Kran umum Ltr/org / hr 20 - 40
b.      Kebutuhan non domestik
3.  Niaga kecil L / unit / hr 600 – 900
 Niaga besar L / unit / hr 1000 – 5000
 Industri L / dt / ha 0,2 - 0,8
 Pariwisata L / dt / ha 0,1 – 0,3
 Persentase dari domestik % 10 - 20
c.      Kehilangan air di distribusi % 15 - 30

Faktor Pemakaian Air


(QDom + QNon Dom + Q
a.      Rata-rata harian (Qr) m3 / hari
4 Kebocoran)

b.      Hari maksimum (Qmd) Faktor 1,15 – 1,25 x Qr


c.      Jam puncak (Qph) Faktor 1.5 – 1.75 x Qr
Kapasitas Pengaliran
5 a.      Transmisi Air Bersih Faktor 1,15 – 1,25 x Qr
b.      Distribusi Faktor 1.5 – 1.75 x Qr
Kapasitas Penyimpanan Reservoar Booster
6 % 5 – 10% (td = 1 - 2 jam)
(Booster Pump)
Desain teknis perpipaan .
a.      Kecepatan aliran air
 Batas kecepatan air di pipa Meter/detik 0,3 – 3,0
 Kecepatan rata-rata Meter/detik 
b.      Koefisien hidrolik (Hazen Wiiliem)
 Umur pipa < 10 tahun
- Pipa HDPE Konstanta 110-120
- Pipa PVC Konstanta 100-110
7 - Pipa Steel Konstanta 90-100
- Pipa DCI Konstanta 100-110
 Umur pipa 10 – 30 tahun
- Pipa HDPE Konstanta 100-110
- Pipa PVC Konstanta 90-100
- Pipa Steel Konstanta 80-90
- Pipa DCI Konstanta 90-100
c.      Tekanan air
 Sisa tekanan minimum Meter 10 – 15

Metodologi dan Pendekatan 115


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

BATASAN DISAIN
NO. KOMPONEN PERENCANAAN SATUAN DISAIN
KRITERIA

 Tekanan Statik Maksimal Meter 75


 Slope tekanan Meter 5 - 10

B. Alternatif Pemilihan Jenis Pipa

Pemilihan jenis pipa didasarkan beberapa faktor, diantaranya :

(1) Ketepatan pemilihan jenis pipa yang sesuai dengan karakteristik tanah di daerah
yang akan dilalui jalur perpipaan distribusi.
(2) Biaya pengadaan dan pemasangan pipa distribusi
(3) Sifat fisik pipa yang akan digunakan
(4) Kemudahan dalam pemasangan, operasional dan perawatannya.

Pada tabel 5.16 – 5.18 disajikan alternatif pemilihan pipa yang dapat digunakan
berdasarkan karakteristik tanahnya.

Metodologi dan Pendekatan 116


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Tabel 5.16 Alternatif Pemilihan Jenis Pipa Pada Karakteristik Tanah Biasa
A. Kesesuaian Pemilihan Jenis
B. Biaya (30%) C. Sifat Fisik (20%) D. Pemasangan, Operasional Dan Maintenance (25%)
Pipa (25%)

Ketahanan Penanganan
Karakteristik Pengadaan dan Ketahanan Roughness Ketahanan Kemudahan Pemasangan Pipa Ketersediaan Total
Jenis Pipa   Terhadap Elastisitas Pipa   Pada Saat Terjadi  
Tanah Biasa Score Pemasangan Score Terhadap Tekanan (Kekasaran) Pipa Terhadap Korosi Score Pemasangan Expose Asesoris Score Score
Benturan Kebocoran
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap
Total Total Total Total
Nila
Nilai Bobot Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot  
i

20.00
3 100.00% 0.75 3 100.00% 0.90   1   3 30.00%   1 20.00%   3 20.00%   2 10.00% 0.42   3 35.00%   1 10.00%   3 20.00%   3 35.00% 0.70  
Pipa PVC % 2.77

Pipa Steel :                                                                          

20.00
2 100.00% 0.50 2 100.00% 0.60   3   1 30.00%   3 20.00%   1 20.00%   1 10.00% 0.36   2 35.00%   3 10.00%   2 20.00%   1 35.00% 0.44  
- ERW % 1.90

20.00
2 100.00% 0.50 1 100.00% 0.30   3   1 30.00%   3 20.00%   1 20.00%   1 10.00% 0.36   2 35.00%   3 10.00%   2 20.00%   1 35.00% 0.44  
- Seamless % 1.60

- Three Layer 20.00


1 100.00% 0.25 1 100.00% 0.30   3   3 30.00%   3 20.00%   3 20.00%   1 10.00% 0.56   1 35.00%   3 10.00%   2 20.00%   1 35.00% 0.35  
Coating % 1.46

- Cement 20.00
3 100.00% 0.75 1 100.00% 0.30   3   3 30.00%   3 20.00%   2 20.00%   1 10.00% 0.52   2 35.00%   3 10.00%   2 20.00%   1 35.00% 0.44  
Lining % 2.01

- Galvanized 20.00
2 100.00% 0.50 2 100.00% 0.60   3   2 30.00%   3 20.00%   3 20.00%   1 10.00% 0.50   2 35.00%   3 10.00%   2 20.00%   1 35.00% 0.44  
steel % 2.04

                                                                           

20.00
3 100.00% 0.75 3 100.00% 0.90   3   3 30.00%   2 20.00%   3 20.00%   3 10.00% 0.56   3 35.00%   2 10.00%   2 20.00%   2 35.00% 0.59  
Pipa HDPE % 2.80

20.00
3 100.00% 0.75 1 100.00% 0.30   3   3 30.00%   3 20.00%   2 20.00%   1 10.00% 0.52   1 35.00%   2 10.00%   1 20.00%   1 35.00% 0.28  
Pipa DCI % 1.85

                                                                           

117 Metodologi dan Pendekatan


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Tabel 5.17 Alternatif Pemilihan Jenis Pipa Pada Karakteristik Tanah Berbatu

A. Kesesuaian Pemilihan
B. Biaya (30%) C. Sifat Fisik (20%) D. Pemasangan, Operasional Dan Maintenance (25%)
Jenis Pipa (25%)

Ketahanan Penanganan Pada


Karakteristik Pengadaan dan Ketahanan Roughness Ketahanan Kemudahan Pemasangan Pipa Ketersediaan Total
Jenis Pipa   Terhadap Elastisitas Pipa   Saat Terjadi  
Tanah Berbatu Score Pemasangan Score Terhadap Tekanan (Kekasaran) Pipa Terhadap Korosi Score Pemasangan Expose Asesoris Score Score
Benturan Kebocoran
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap
Total Total Total Total
Nila
Nilai Bobot Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot  
i

10.00
1 100.00% 0.30 3 100.00% 0.75   1 20.00%   3 30.00%   1 20.00%   3 20.00%   2 10.00% 0.42   3 35.00%   1   3 20.00%   3 35.00% 0.70  
Pipa PVC % 2.17

Pipa Steel :                                                                          

10.00
3 100.00% 0.90 2 100.00% 0.50   3 20.00%   1 30.00%   3 20.00%   1 20.00%   1 10.00% 0.36   2 35.00%   3   2 20.00%   1 35.00% 0.44  
- ERW % 2.20

10.00
3 100.00% 0.90 1 100.00% 0.25   3 20.00%   1 30.00%   3 20.00%   1 20.00%   1 10.00% 0.36   2 35.00%   3   2 20.00%   1 35.00% 0.44  
- Seamless % 1.95

- Three Layer 10.00


2 100.00% 0.60 1 100.00% 0.25   3 20.00%   3 30.00%   3 20.00%   3 20.00%   1 10.00% 0.56   1 35.00%   3   2 20.00%   1 35.00% 0.35  
Coating % 1.76

- Cement 10.00
3 100.00% 0.90 1 100.00% 0.25   3 20.00%   3 30.00%   3 20.00%   2 20.00%   1 10.00% 0.52   2 35.00%   3   2 20.00%   1 35.00% 0.44  
Lining % 2.11

- Galvanized 10.00
2 100.00% 0.60 2 100.00% 0.50   3 20.00%   2 30.00%   3 20.00%   3 20.00%   1 10.00% 0.50   2 35.00%   3   2 20.00%   1 35.00% 0.44  
steel % 2.04

                                                                           

10.00
2 100.00% 0.60 3 100.00% 0.75   3 20.00%   3 30.00%   2 20.00%   3 20.00%   3 10.00% 0.56   3 35.00%   1   2 20.00%   2 35.00% 0.56  
Pipa HDPE % 2.47

10.00
3 100.00% 0.90 1 100.00% 0.25   3 20.00%   3 30.00%   3 20.00%   2 20.00%   1 10.00% 0.52   1 35.00%   1   1 20.00%   1 35.00% 0.25  
Pipa DCI % 1.92

                                                                           

118 Metodologi dan Pendekatan


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Tabel 5.18 Alternatif Pemilihan Jenis Pipa Pada Karakteristik Tanah Gambut Kering
A. Kesesuaian Pemilihan
B. Biaya (25%) C. Sifat Fisik (20%) D. Pemasangan, Operasional Dan Maintenance (20%)
Jenis Pipa (35%)

Pemasangan
Penanganan
Pada Ketahanan
Pengadaan dan Ketahanan Roughness Ketahanan Kemudahan Pemasangan Pipa Ketersediaan Pada Saat
Jenis Pipa Karakteristik   Terhadap Elastisitas Pipa     Total Score
Score Pemasangan Score Terhadap Tekanan (Kekasaran) Pipa Terhadap Korosi Score Pemasangan Expose Asesoris Terjadi Score
Tanah Gambut Benturan
Terhadap Terhadap Terhadap Kebocoran Terhadap
Kering
Total Total Total Total
Nila Nila
Nilai Bobot Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot   Bobot   Nilai Bobot   Nilai Bobot  
i i

20.00 35.00
2 100.00% 0.70 3 100.00% 0.75   1   3 30.00%   1 20.00%   3 20.00%   2 10.00% 0.42   3 35.00%   1 10.00%   3 20.00%   3 0.56  
Pipa PVC % % 2.43

Pipa Steel :                                                                          

20.00 35.00
2 100.00% 0.70 2 100.00% 0.50   3   1 30.00%   3 20.00%   1 20.00%   1 10.00% 0.36   2 35.00%   3 10.00%   2 20.00%   1 0.35  
- ERW % % 1.91

20.00 35.00
2 100.00% 0.70 1 100.00% 0.25   3   1 30.00%   3 20.00%   1 20.00%   1 10.00% 0.36   2 35.00%   3 10.00%   2 20.00%   1 0.35  
- Seamless % % 1.66

- Three Layer 20.00 35.00


3 100.00% 1.05 1 100.00% 0.25   3   3 30.00%   3 20.00%   3 20.00%   1 10.00% 0.56   1 35.00%   3 10.00%   2 20.00%   1 0.28  
Coating % % 2.14

- Cement 20.00 35.00


2 100.00% 0.70 1 100.00% 0.25   3   3 30.00%   3 20.00%   2 20.00%   1 10.00% 0.52   2 35.00%   3 10.00%   2 20.00%   1 0.35  
Lining % % 1.82

- Galvanized 20.00 35.00


2 100.00% 0.70 2 100.00% 0.50   3   2 30.00%   3 20.00%   3 20.00%   1 10.00% 0.50   2 35.00%   3 10.00%   2 20.00%   1 0.35  
steel % % 2.05

                                                                           

20.00 35.00
2 100.00% 0.70 3 100.00% 0.75   3   3 30.00%   2 20.00%   3 20.00%   3 10.00% 0.56   3 35.00%   1 10.00%   2 20.00%   2 0.45  
Pipa HDPE % % 2.46

20.00 35.00
2 100.00% 0.70 1 100.00% 0.25   3   3 30.00%   3 20.00%   2 20.00%   1 10.00% 0.52   1 35.00%   1 10.00%   1 20.00%   1 0.20  
Pipa DCI % % 1.67

                                                                           

119 Metodologi dan Pendekatan


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Untuk mempermudah dalam perancangan jaringan distribusi SPAM Cimahi Utara


Kelurahan Pasirkaliki ini konsultan akan menggunakan program simulasi hidrolis
Epanet 2.0. Hasil yang akan diperoleh dari simulasi hidrolis menggunakan Epanet 2.0
adalah :

1. Pressure (sisa tekan di jaringan)


2. Headloss (kehilangan tekanan)
3. Kecepatan aliran air dalam pipa

Pekerjaan kajian dan analisis akan dilaporkan pada Konsep Laporan Akhir yang akan
dilaksanakan dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan.

E.2.4.Tahap Penyajian Hasil

Hasil-hasil studi yang telah dilakukan akan disajikan dalam bentuk seminar dan
Laporan akhir. Cakupan laporan ini memuat semua hasil analisis dan studi serta
hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi. Jenis dan jumlah laporan yang akan
dibuat pada kegiatan ini adalah sebagai berikut:

 Laporan Pendahuluan
Dokumen Laporan Pendahuluan ini disusun selambat-lambatnya sebelum
pembahasan Laporan Pendahuluan, dalam format A4 sebanyak 5 (lima)
eksemplar. Laporan Pendahuluan disusun dengan muatan:
1) Rencana pencapaian sasaran (alur pikir, metode pelaksanaan dan jadwal
penyusunan);
2) Hasil pengumpulan data sekunder dan studi terdahulu;
3) Gambaran umum wilayah yang merupakan kompilasi data kebijakan
pengembangan wilayah, kondisi wilayah, kondisi infrastruktur, serta
potensi dan permasalahan pengembangan jaringan perpipaan distribusi
Kota Cimahi.
 Laporan Antara
Laporan antara akan diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah
kontrak ditandatangani setelah melalui pembahasan dan hasilnya digandakan
sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan Antara disusun dengan muatan:
1) Hasil studi terkait terdahulu;
2) Hasil survey topografi;
3) Penyusunan kriteria, norma dan standar perencanaan, .

Metodologi dan Pendekatan 120


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

4) Inventarisasi jaringan perpipaan dan bangunan penunjang eksisting;


5) Kebutuhan air minum sampai dengan tahun 2031;
6) Penentuan daerah pelayanan; dan
7) Alternatif sistem yang direncanakan.

 Konsep Laporan Akhir


Laporan antara akan diserahkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
kontrak ditandatangani setelah melalui pembahasan dan hasilnya digandakan
sebanyak 5 (lima) eksemplar. Laporan Antara disusun dengan muatan:
1) Hasil Analisa Pertumbuhan Penduduk sampai tahun 2031 ;
2) Hasil Analisa Kebutuhan Air sampai tahun 2031 ;
3) Hasil Analisa dan Perhitungan Instalasi Pengolahan Air ;
4) Hasil Analisa dan Perhitungan Jaringan Perpipaan Distribusi ;
5) Inventarisasi jaringan perpipaan dan bangunan penunjang eksisting.

 Laporan Akhir
Laporan Akhir ini merupakan laporan final kesuluruhan kegiatan Perencanaan
Teknis (Ded) Pembangunan Spam Cimahi Utara Kelurahan Pasirkaliki.
Dokumen Laporan Akhir ini disusun selambat-lambatnya 30 hari setelah
pembahasan Laporan Akhir dalam format A4 sebanyak 5 (lima) eksemplar
diserahkan bersamaan dengan:
1) Buku 1: Memo Desain, format A4 sebanyak 5 (lima) eksemplar
2) Buku 2: Spesifikasi Teknis, format A4 sebanyak 5 (lima) eksemplar.
3) Buku 3: Engineering Estimate (EE), Daftar Kuantitas Harga Upah dan
Bahan dan Analisa, format A4 sebanyak 5 (lima) eksemplar.
4) Buku 4: Gambar Teknik, Potongan Memanjang, Melintang, dan gambar
detail, format A3 sebanyak 5 (lima) eksemplar.
5) Executife Summary

Secara ringkas diagram alir pelaksanaan pekerjaan disajikan pada gambar 5.7.

Metodologi dan Pendekatan 121


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Gambar E.6 Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan

122 Metodologi dan Pendekatan


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

TAHAP KOMPILASI DAN


TAHAP PERSIAPAN TAHAP PENGUMPULAN DATA TAHAP ANALISIS TAHAP PENYUSUNAN DED
PEMROSESAN DATA
MULAI

ANALISA AIR
DATA PRIMER BAKU

IDENTIFIKASI DAN KOMPILASI DATA


DISKUSI
§ Kondisi SPAM
§ Penyelesaian Administrasi § Lokasi Sumber Air Baku baik PENYUSUNAN
§ Penyiapan Kantor Kuantitas maupun Kualitas
DED
§ Mobilisasi Personil
§ Observasi KAK
§ Penyusunan Metodologi PENYUSUNAN
DATA DOKUMEN
SEKUNDER LELANG
DATA KUANTITATIF DATA KUALITATIF
§ Instansi Terkait
§ Aspek Kelembagaan Baik Formal
maupun Non Formal ANALISA KEBUTUHAN AIR MINUM LAPORAN AKHIR

§ Profil daerah dan profil SPAM eksisting


§ Membuat Program Kerja PERTUMBUHAN § Analisa/Kajian SPAM eksisting
§ Menentukkan Sasaran KAJIAN PENDUDUK § Konsep Perencanaan SPAM
§ Menetapkan Metode Survey LITERATUR DISKUSI § Detail Design komponen SPAM
§ Menggali Sumber Data § Gamber Desain
§
§
Melakukan Studi Literatur
Menyusun Format Pendataan
§
§
Standar Norma dan pedoman
Petunjuk Teknis
ANALISIS §
§
Spesifikasi Teknis dan SOP Pelaksanaan
RAB SPAM dan Pola Pembiayaan
§ Dan lain-lain
§ Menyusun Koesioner
§ Menyiapkan Peralatan Survey
§ Menyusun Jadwal Kerja ASPEK ASPEK
KUANTITATIF KUALITATIF

§ Analisa Data Survey


DATA § Analisa Data Permasalahan
§ Konsep Awal Kajian/Pra Desain
DISKUSI

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN INTERIM (ANTARA) KONSEP LAPORAN (DRAFT FINAL REPORT) LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT)

123 Metodologi dan Pendekatan


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

E.3. ORGANISASI DAN PERSONIL


Pekerjaan ”Perencanaan Teknis (Ded) Pembangunan Spam Cimahi Utara Kelurahan
Pasirkaliki” merupakan penugasan dari Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman
Kota Cimahi kepada Konsultan sebagai pihak ketiga.
Dengan demikian maka ntuk pengendalian seluruh kegiatan ini perlu dirumuskan suatu
organisasi pelaksana pekerjaan. Secara umum organisasi pelaksana pekerjaan ini
memiliki dua sasaran, yaitu:
a. Sasaran Eksternal

Sasaran eksternal daripada organisasi pelaksana pekerjaan akan


mengkoordinasikan kegiatan antara konsultan dengan pihak pihak yang terlibat
langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan ini.

b. Sasaran Internal.

Sasaran internal daripada pengorganisasian pekerjaan adalah untuk


mengkoordinasikan kegiatan didalam konsultan, baik antara tenaga ahli, tenaga
penunjang maupun antara team leader dengan administrasi perusahaan.

E.3.1. Pengorganisasian Pekerjaan

Secara garis besar organisasi pelaksana yang terlibat dalam pekerjaan ini ini adalah
sebagai berikut:

1. PPK Pekerjaan “Perencanaan Teknis (Ded) Pembangunan Spam Cimahi Utara


Kelurahan Pasirkaliki”

PPK Pekerjaan “Perencanaan Teknis (Ded) Pembangunan Spam Cimahi Utara


Kelurahan Pasirkaliki” bertindak sebagai penanggung jawab pekerjaan dan akan
mempunyai peran dalam hal koordinasi secara teknis dan administratif.

2. Tim Teknis

Tim Teknis atau Tim Pendamping yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen,
akan bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi dan memberi masukan
terhadap kajian strategi dan rekomendasi dari pekerjaan yang akan dilaksanakan
oleh Konsultan dan juga turut membantu dalam koordinasi dengan instansi terkait
lainnya. Dengan adanya keterlibatan aktif dari Tim Teknis ini diharapkan hasil akhir
yang dicapai dapat maksimal sesuai dengan sasaran yang diharapkan dalam
kerangka acuan kerja.

Metodologi dan Pendekatan 124


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

3. Instansi Terkait di Daerah

Pekerjaan ini yang tentu akan berkaitan dengan organisasi pengelolaan air minum
dan lain-lain. Diharapkan Instansi terkait di Daerah dapat aktif bersama konsultan
dalam memberi masukan dalam kegiatan ini di wilayahnya.

4. Konsultan

Sebagai pelaksana kegiatan ini bertanggung jawab dalam mengidentifikasi dan


menganalisa permasalahan, dan membuat perencanaan sesuai tahapan kegiatan.
Dalam organisasi konsultan terdapat team leader dan tenaga ahli serta tenaga
penunjang.

 Team Leader
Secara teknis Team Leader akan mengkoordinir dan bertanggung jawab
terhadap kelancaran pekerjaan sesuai dengan yang telah digariskan dalam
KAK. Demikian pula halnya dengan tugas-tugas koordinasi antar lembaga-
lembaga terkait pada proses penyusunan laporan ini menjadi tanggung jawab
Team Leader.

 Tenaga Ahli dan Tenaga Penunjang


Team ini merupakan kelompok kerja dari tenaga-tenaga ahli dan tenaga
penunjang yang akan menangani pekerjaan ini.

Dengan adanya penyusunan organisasi sebagaimana yang dikemukakan diatas,


diharapkan dalam proses kegiatan ini dapat terlaksana secara efisien dan
terkoordinasi, baik secara teknis maupun administrasi.

Struktur organisasi pelaksana kegiatan pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut.

Metodologi dan Pendekatan 125


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Gambar E.7. Organisasi Proyek

Dinas Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Kota Cimahi

PPK Pekerjaan
TIM TEKNIS “Perencanaan Teknis (DED) Stakeholder Terkait,
Pembangunan Spam Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki”

KONSULTAN:
Tenaga Ahli
Ketua Tim
Ahli Teknik Sipil
Ahli Teknik Geodesi
Ahli ME
Ahli K3

5.3.2. Struktur Organisasi Konsultan

Komposisi Tim Konsultan yang akan dilibatkan didalam kegiatan ini terdiri dari tenaga-
tenaga professional yang berpengalaman dibidangnya masing-masing, sesuai dengan
permintaan dalam kerangka acuan kerja. Selain tenaga ahli, dalam pelaksanaan
pekerjaan didukung dengan beberapa tenaga asisten.

Adapun struktur organisasi konsultan seperti diuraikan pada gambar berikut:

Metodologi dan Pendekatan 126


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Gambar E.8. Struktur Organisasi Konsultan

TEAM LEADER

AHLI AHLI AHLI AHLI AHLI


AIR MINUM TEKNIK SIPIL GEODESI M&E K3

AHLI AHLI
AIR MINUM TEKNIK SIPIL

SURVEYOR

TENAGA PENDUKUNG:
Operator Komputer, Sekretaris
Operator Cad, Office Boy

Metodologi dan Pendekatan 127


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

E.8. Pra Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (Pra-RK3K)


1. Kebijakan K3
Kami, PT. UTA ENGINERING akan menyediakan dan memelihara lingkungan kerja
yang aman dari kecelakaan dan sehat bagi pekerja di seluruh area pelaksanaan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab pekerjaan kami. Untuk merealisasikan
kebijakan tersebut, Perusahaan kami berkomitmen untuk menjamin pekerja dapat
bekerja dengan sehat dan aman, melalui penerapan program perbaikan
berkelanjutan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan (SMK3), mematuhi
perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3,
meminimasi tingkat kecelakaan kerja, meningkatkan kesehatan pekerja dengan
menghilangkan penyakit akibat kerja, melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja, serta mengintegrasikannya kedalam semua
aspek kegiatan operasional.

2. Identifikasi bahaya dan resiko

IDENTIFIKASI JENIS
JENIS / TYPE
NO BAHAYA DAN RESIKO PENGENDALIAN RESIKO K3
PEKERJAAN
(K3)
 Terlindungi asuransi
Mobil Tenaga Ahli ke  Tersedia Surat Tugas / Surat Jalan
1 Kecelakaan moda transportasi
daerah  Sewa kendaraan bermotor dengan
menggunakan jasa rental resmi

Pada saat peninjauan ke  Sewa kendaraan bermotor dengan


daerah penelitian yang sulit di menggunakan jasa rental resmi
Survey Instansional  Jasa operator yang mengenal (familiar)
2 jangkau, kendaraan bermotor
dan Survey Lapangan dengan lokasi di maksud
bisa memberikan resiko
kecelakaan ringan hingga berat  Selalu ada pendamping dari daerah

 Kontrol instalasi listrik secara berkala


 Kontrol Laptop/PC secara berkala
Kecelakaan akibat instalasi  Ruang kerja yang tertata rapi
3 Penyusunan Laporan
listrik/Kebakaran  Penggunaan software dan hardware
yang original

Keselamatan, kesehatan kerja (K3)

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun
lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan

Metodologi dan Pendekatan 128


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan
orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi Kesehatan dan keselamatan kerja
cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki
kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap
berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktik K3 (keselamatan kesehatan
kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan
luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti
sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri,
kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi
kesehatan kerja.

Bahaya fisik adalah sumber utama dari kecelakaan dibanyak industri. Bahaya
tersebut mungkin tidak bisa dihindari dalam banyak industri seperti konstruksi dan
pertambangan, namun seiring berjalannya waktu, manusia mengembangkan
metode dan prosedur keamanan untuk mengatur risiko tersebut. Buruh anak
menghadapi masalah yang lebih spesifik dibandingkan pekerja dewasa.[4] Jatuh
adalah kecelakaan kerja dan penyebab kematian di tempat kerja yang paling
utama, terutama di konstruksi, ekstraksi, transportasi, dan perawatan bangunan.
Permesinan adalah komponen utama di berbagai industri seperti manufaktur,
pertambangan, konstruksi, dan pertanian, dan bisa membahayakan pekerja.
Banyak permesinan yang melibatkan pemindahan komponen dengan kecepatan
tinggi, memiliki ujung yang tajam, permukaan yang panas, dan bahaya lainnya yang
berpotensi meremukkan, membakar, memotong, menusuk, dan memberikan
benturan dan melukai pekerja jika tidak digunakan dengan aman. Tempat kerja
yang sempit yang memiliki ventilasi dan pintu masuk/keluar terbatas, seperti tank
militer, saluran air, dan sebagainya juga membahayakan. Kebisingan juga
memberikan bahaya tersendiri yang mampu mengakibatkan hilangnya
pendengaran. Temperatur ekstrem panas mampu memberikan stress panas,
kelelahan, kram, ruam, mengabutkan kacamata keselamatan, dehidrasi,
menyebabkan tangan berkeringat, pusing, dan lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan kerja. Pada temperatur ekstrem dingin, risiko yang dihadapi adalah
hipotermia, frostbite, dan sebagainya. Kejutan listrik memberikan risiko bahaya
seperti tersengat listrik, luka bakar, dan jatuh dari fasilitas instalasi listrik.

Metodologi dan Pendekatan 129


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

Konstruksi adalah salah satu pekerjaan yang paling berbahaya di dunia,


Landasan umum tentang Keselamatan, kesehatan kerja (K3)

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014 tentang pedoman


sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) konstruksi bidang
pekerjaan umum.
2. UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dimana di dalam UU tersebut
memuat seluruh tentang ketenagakerjaan termasuk keselamatan dan kesehatan
kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja N0.1/Men/1980 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja dibidang konstruksi bangunan.
4. Surat keputusan bersama menteri pekerjaan umum dan menteri tenaga kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986 tentang pedoman keselamatan dan
kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.
5. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang Serta
Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli
Keselamatan Kerja.
6. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja

Metodologi dan Pendekatan 130


Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan SPAM Cimahi Utara
Kelurahan Pasirkaliki

7. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja.
8. Peraturan Menteri PUPR No. Tahun 2015 tentang Pengembangan Air Tanah
9. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Sasaran K3 dan Program K3


Berdasarkan Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya seperti terlihat pada
tabel di atas, maka secara kuantitatif sasaran K3 antara lain :

Sasaran Umum :
- Nihil kecelakaan kerja yang fatal (Zero Fatal Accidents) pada pekerjaan
konstruksi.
Sasaran Khusus :
- Pelaksanaan survey instansional maupun lapangan berjalan lancar
- Memastikan tidak terjadi kerusakan peralatan kerja (PC, laptop, printer)
yang berpengaruh terhadap kerusakan data dan informasi
- Memastikan tidak terjadi kecelakaan akibat hubungan pendek yang dapat
menyebabkan kecelakaan pada saat operasional peralatan kerja
- Memastikan proses pengolahan pelaporan sesuai dengan tenggat waktu
yang telah ditentukan.
Sedangkan Program K3 yang direncanakan antara lain sebagai berikut:
- Mencantumkan tata tertib bekerja di ruangan kerja
- Penataan ruang kerja
- Melakukan pemeriksaan berkala pada instalasi listrik
- Tersedia stiker tanda bahaya pada titik-titik rawan jaringan instalasi listrik
- Seluruh tenaga kerja terlindungi Jamsostek
- Semua pekerja wajib menggunakan peralatan keselamatan kerja sesuai
dengan peruntukannya
- Memiliki rujukan tenaga dokter yang dapat dihubungi setiap saat.

Metodologi dan Pendekatan 131

Anda mungkin juga menyukai