Pengantar
Yth Mas Budi, terlampir adalah outline sementara dari laporan KLHS
bidang geologi dan sumber daya air, sesuai dengan pembidangan
saya. Laporan ini adalah hasil yang semaksimal mungkin dapat kami
upayakan berdasarkan data literature dan kunjungan lapangan yang
telah kami lakukan.
1
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Saat ini pencemaran dan kerusakan lingkungan terus
berlangsung karena instrumen lingkungan yang ada saat ini
belum memadai. Untuk menilai hal tersebut diaplikasikan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau Strategis Environmental
Assessment (SEA), sebagai instrumen untuk pengelolaan
lingkungan secara berkelanjutan melalui intervensi terhadap
kebijakan/rencana/program.
1.2 Tujuan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat KLHS untuk
memastikan pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan wilayah dan/atau KRP (UU
PPLH Pasal 15 ayat 1). Secara lebih spesifik tujuannya adalah
sebagai berikut:
2
1.5 Sistematika pembahasan
Diisi oleh Tim Mas Budi.
Berikut ini adalah lintasan survey yang telah dilakukan oleh tim. Start
dari Kecamatan Padaherang, perbatasan dengan Kabupaten Ciamis
kemudian masuk Kecamatan Kalipucang, Pangandaran. Rutenya
adalah sebagai berikut: Pangandaran – Kecamatan Sidamulih –
Kecamatan Parigi – Kecamatan Cijulang – Kecamatan Cimerak –
Kecamatan Cigugur – Kecamata Langkaplancar (Gambar 1).
Obyek utama dari survey ini adalah observasi sungai. Beberapa yang
dikunjungi adalah:
3
Gambar 1 Lintasan survey lapangan yang telah dilakukan oleh tim (keterangan: warna
kuning: jalan, biru: muda sungai, dan bintang: stasiun pengamatan)
4
Bab 2 Regulasi
Diisi oleh Tim Mas Budi.
5
Bab 3 Gambaran umum
6
Gambar 2 Peta batas administrasi Kabupaten Pangandaran (BIG, 2008)
7
3.2 Kondisi fisik
3.2.1 Bentang alam
Kondisi topografi Kabupaten Pangandaran berupa dataran pantai
di selatan yang secara gradual menjadi pegunungan di utara.
Topografi mulai dari ketinggian 0 hingga ketinggian 1050 mdpl di
Barat Laut. Topografi datar hingga bergelombang dengan
ketinggian 0-200 mdpl tersebar di Kecamatan Cimerak,
Kecamatan Cigugur, Kecamatan Cijulang, Kecamatan Parigi,
bagian selatan Kecamatan Sidamulih, bagian selatan Kecamatan
Pangandaran, dan timur Kecamatan Padaherang. Sedangkan
topografi bergelombang hingga pegunungan dengan ketinggian
200- 1050 mdpl berada di Kecamatan Kalipucang, Pangandaran,
sedikit bagian utara Kecamatan Parigi, Kecamatan
Langkaplancar, dan bagian utara Kecamatan Cigugur.
Gambar 3 Peta Topografi Kabupaten Pangandaran. Sumber data topografi adalah citra Shuttle
Radar Tomographic Mission (SRTM)
Tabel 1 Klasifikasi bentang alam Kab. Pangandaran (Dinas PSDA Jabar, 2016)
8
3.2.2 Geologi dan jenis tanah
A. Geologi regional
Kawasan pesisir Selatan Jawa Barat secara fisiografi merupakan
bagian dari zona jalur pegunungan selatan Jawa Barat yang
memanjang dari Ujung Kulon dan Segara Anakan di bagian
Timur. Zona ini dicirikan oleh perbukitan yang terjal dengan
pantai yang juga terjal dan pada beberapa tempat dijumpai
dataran-dataran pantai yang cukup luas. Secara umum morfologi
daerah pesisir selatan dapat dibagi menjadi tiga tipe: morfologi
dataran pantai, morfologi perbukitan bergelombang, dan
morfologi karst.
9
Gambar 4
10
Satuan ini meliputi sebagian besar kawasan pesisir selatan Jawa
BArat. Satuan ini tersusun oleh batuan gunung api tua yang
terdiri dari breksi gunung api, tuf, batu pasir gampingan, batu
pasir glaukonit, dan batu pasir tuffan dan pada beberapa tempat
ditemukan aglomerat dan napal. Secara umum kondisi batuan
telah lapuk atau padu, setempat memiliki kekar-kekar.
Ketinggian berkisar antara 20-600 m dpl dengan kemiringan
lereng berkisar antara 8-40%.
Morfologi karst
Formasi Jampang
11
Formasi Jampang ditandai dengan warna coklat pada peta geologi (Gambar
5). Formasi ini tersebar terutama di bagian utara dan barat laut Kabupaten
Pangandaran, yaitu di Kecamatan Langkaplancar, bagian utara Kecamatan
Pangandaran, bagian barat Kecamatan Padaherang dan Kecamatan
Kalipucang. Selain itu formasi ini juga berada di barat daya Kabupaten
Pangandaran, yaitu di Kecamatan Cimerak.
Formasi Jampang tersusun atas breksi gunungapi, tuf dengan sisipan lava.
Berselingan dengan batupasir, batulempung napalan, dengan sisipan
konglomerat dan batupasir kerikil diamikit. Formasi ini memiliki
permeabilitas batuan yang rendah (Gambar 6).
Gambar 5 Peta geologi Kabupaten Pangandaran. Dimodifikasi dari 4 lembar peta geologi yang
menyusun Kabupaten Pangandaran, yaitu: Peta Geologi Lembar Karangnunggal, Peta Geologi
Lembar Pangandaran, Peta Geologi Lembar Majenang, dan Peta Geologi Lembar Tasikmalaya.
12
Gambar 6 Breksi volkanik Formasi Jampang. Lokasi singkapan di tepi jalan
raya Banjar-Pangandaran.
Karena tersusun atas batuan yang resisten, maka batuan formasi ini
menempati topografi yang terjal. Karena permeabilitas batuan yang
rendah, batuan formasi ini kedap air dan menjadikannya bukan akifer
yang baik.
Formasi Pamutuan
Formasi Pamutuan ditandai dengan warna merah pada peta geologi
(gambar 5). Formasi ini tersebar di sekitar Kecamatan Cijulang,
Cimerak, bagian utara Kecamatan Parigi, Kecamatan Pangandaran dan
bagian selatan Kecamatan Kalipucang.
13
Formasi Pamutuan terutama yang berlitologi batugamping telah dan
sedang mengalami karstifikasi yang intensif. Karstifikasi ini
membentuk kawasan karst kemudian dikembangkan sebagai tempat
wisata, seperti Citumang, Green Canyon, dan Santirah. Selain itu
karstifikasi intensif juga membentuk gua-gua, seperti Goa
Sinjanglawang (Gambar 8). Secara hidrogeologi, sistem akifer pada
formasi ini berupa sistem akifer rekahan.
Formasi Kalipucang
Formasi Kalipucang ditandai dengan warna biru tua pada peta geologi
(gambar 5). Formasi ini tersebar setempat di Kabupaten Pangandaran,
yaitu di sepanjang Jalan Raya Banjar Pangandaran sebelum masuk
Kecamatan Pangandaran, di Cagar Alam Pangandaran, dan setempat
di Kecamatan Langkaplancar.
Formasi Bentang
Formasi ini ditandai dengan warna coklat muda pada peta geologi. Formasi
ini terutama tersebar di Kecamatan Cijulang, Kecamatan Cigugur,
Kecamatan Parigi, dan Kecamatan Pangandaran. Batupasir gampingan,
batupasir tufan, bersisipan serpih dan lensa-lensa batugamping
Endapan Pantai
14
Endapan ini ditandai dengan warna biru muda pada peta geologi. Endapan
pantai terutama tersebar di sepanjang Teluk Pangandaran, meliputi
Kecamatan Cijulang, Parigi, dan Pangandaran. Tersuun atas pasir, kerikil,
dengan porositas dan permeabilitas baik.
Kawasan Pantai Pangandaran telah lama dikenal sebagai kawasan
pariwisata. Meski begitu kawasan ini berombak besar dan seringkali
memakan korban. Berdasarkan peta keluaran Pusat.
Endapan Sungai
Endapan ini ditandai dengan warna biru muda pada peta geologi.
Dataran Aluvial Sungai Citanduy berada di sebelah barat Sungai
Citanduy, yaitu pada Kecamatan Banjarsari, Padaherang, dan Parigi.
Endapan ini tersusun atas pasir, kerakal, kerikil endapan sungai.
Dataran ini dimanfaatkan penduduk untuk kawasan persawahan
(Gambar 10).
15
Gambar 10 Sawah yang ditanam di dataran aluvial Ci Tanduy.
16
Sedimen lempungpasiran: Sedimen lempung pasiran
terdapat di sekitar rawa-rawa muara Sungai Citonjong
dengan penyebaran yang merata. Sedimen ini berwarna
abu-abu kehitaman sampai kelabu terang, agak kenyal –
kenyal, berplastisitas sedang – tinggi, setempat
mengandung cangkang moluska dan sedikit material
vulkanik.Sedimen kerikil lempungan. Sedimen ini terdiri
dari fragmen batu lempung dan batu gamping, berwarna
kelabu – coklat, bentuk butir membundar tanggung –
menyudut tanggung, bersifat lepas, tersebar di sekitar
Kampung Parigi.
17
pada zona gempa 5,5 – 6 skala Richter dan mempunyai
percepatan permukaan antara 150 – 200 mgal.
B. Geologi teknik
Jenis tanah didominasi oleh Latosol, podsolik, alluvial dan
grumusol. Jenis tanah atau sedimen sangat berpengaruh
terhadap kerentanan liquifaksi (gerakan tanah akibat gempa
bumi). Sedimen pasir, pasirlanauan dan lanaupasiran
diklasifikasikan sebagai sedimen atau tanah yang rentan
terhadap liquifaksi. Hal-hal lain yang mempengaruhi kerentanan
terhadap liquifaksi adalah, ukuran butir, bentuk butir dan lain-
lain. Resiko kerusakan bangunan yang diakibatkan oleh liquifaksi
bergantung pada tinggi rendahnya indeks potensi liquifaksi
(IL).Indeks potensi liquifaksi dipengaruhi oleh kedalaman dan
faktor ketahanan tanah terhadap liquifaksi (FL).
Berdasarkan hasil pemboran inti, pengujian SPT (Purnomo,
2001), pengujian laboratorium dan pengolahan data maka
karakteristik sedimen atau tanah di daerah penelitian adalah
sebagai berikut. Litologi di daerah penelitian terdiri dari pasir
lanauan, pasir dan lempung. Pasir lanauan merupakan lapisan
paling atas, sangat halus, berwarna abu-abu kecoklatan –
kehitaman, berukuran halus – kasar, berbentuk membundar
tanggung – menyudut tanggung, bersifat lepas, mengandung
material vulkanik dan pecahan cangkang moluska, tersebar
merata dengan ketebalan lebih kurang 1 – 15 m.
18
lapangan selanjutnya dikoreksi terhadap tegangan efektif tanah
dan dikorelasikan dengan densitas untuk jenis tanah pasir dan
konsistensi untuk jenis tanah lempung (Terzaghi & Peck, 1984).
A. Air hujan
Rata-rata curah hujan di Kab. Pangandaran Ciamis selama tahun
2002-2012: nilai maksimum pada bulan Desember sebesar 472,2
(mm) dan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 0 (mm),
yang tergolong tipe C berdasarkan Schmidt-Ferguson.
19
20
Gambar 11
B. Air permukaan
Kabupaten ini dialiri oleh sungai utama yaitu sungai Citanduy
yang mengalir mulai dari Gunung Cakrabuana (hulu) di
Kabupaten Tasikmalaya dan bermuara di Sagara Anakan Provinsi
Jawa Tengah dengan anak-anak sungainya terdiri dari sungai
Cimuntur, sungai Cijolang dan sungai Ciseel. Dibagian selatan
mengalir sungai Cimedang dengan anak sungainya terdiri dari
sungai Cikondang, sungai Cibegal, sungai Cipaledang, sungai
Cibungur, sungai Citatah I, sungai Citatah II, sungai Cigugur,
sungai Ciharuman, sungai Cigembor, sungai Cikuya, sungai
Cijengkol, sungai Cimagung dan sungai Cicondong. Sebagian
besar wilayah Kabupaten Ciamis termasuk ke dalam Daerah
Aliran Sungai (DAS) Citanduy, sedangkan sisanya termasuk ke
dalam DAS Cimedang. Berikut tabel daerah aliran sungai di
wilayah Kabupaten Ciamis.
Tabel 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Ciamis, Pangandaran, dan sekitarnya
21
c. Sub DAS Cimuntur 55.163,99 30,69
d. Sub DAS Cijolang 18.665,99 17,68
Sumber: BBWS Citanduy,Dinas Bina Marga, SDA,ESDM Kab.Ciamis,2013
22
tegas. Hal yang sama terlihat di sekitar bagian timur Kab.
Pangandaran terdapat area tergenang.
Gambar 13 Peta Jaringan sungai Kabupaten Pangandaran (sumber BIG 2008) dioverlay dengan
citra satelit Lansat 8 (RGB : 321) tanggal 2 Mei 2016 (USGS, 2016).
23
Gambar 14 Peta Kenampakan citra satelit Lansat 8 (RGB : 321) tanggal 2 Mei 2016 (USGS).
Gambar 15 Citra satelit Lansat 8 (RGB : 432) tanggal 2 Mei 2016. (USGS)
24
C. Air tanah
Secara umum, terdapat empat Daerah Aliran Sungai (DAS) di
Kabupaten Pangandaran, yaitu DAS Cimedang di sebelah barat,
DAS yang bermuara di Teluk Parigi, DAS yang bermuara di Teluk
Pangandaran, dan DAS Citanduy di sebelah timur. Daerah
tangkapan air utama berada di utara Kabupaten Pangandaran,
yaitu di bagian pegunungan terjal yang tersusun oleh batuan
keras Formasi Jampang. Di sebelah barat, sungai-sungai
bermuara ke Ci Medang dan kemudian ke Laut Selatan. Di
tengah Kabupaten Pangandaran, sungai-sungai bermuara ke
Teluk Parigi dan Teluk Pangandaran. Sedangkan sungai-sungai
di sebelah timur bermuara ke Ci Tanduy yang kemudian ke
Segara Anakan.
Gambar 16 Peta hidrogeologi Kab. Ciamis dan sekitarnya, mencakup Kab. Pangandaran
(IWACO-WASECO-PU, 1989)
25
Daerah Dengan Akifer Aliran Melalui Ruang Antar Butir:
Daerah dengan akifer jenis ini ditandai dengan warna biru muda
pada Peta Hidrogeologi. Daerah ini terutama berada di kawasan
Pantai Pangandaran, tepatnya di Kecamatan Pangandaran,
Sidamulih, dan Parigi. Batuan yang menyusun akifer jenis ini adalah
endapan aluvial pantai dan dataran banjir serta endapan aliran
sungai. Dengan penyusun kerikil, kerakal, dan pasir besi. Akifer
jenis ini berada pada kawasan dataran tepi pantai dan sekitar
sungai. Kawasan ini memiliki produktifitas akifer sedang dengan
kelimpahan cukup baik, namun bersifat setempat.
Daerah Dengan Akifer Aliran Melalui Celahan, Rekahan, dan
Saluran: Daerah dengan akifer jenis ini ditandai dengan warna
hijau pada Peta Hidrogeologi (gambar 2). Kawasan ini terutama
tersebar terutama di Kecamatan Cijulang, sebagian Kecamatan
Cimerak, sebagian Kecamatan Cigugur, bagian selatan Kecamatan
Langkaplancar, Sebagian Kecamatan Parigi, Sidamulih,
Pangandaran, dan Kalipucang. Batuan penyusun akifer ini terutama
adalah batugamping Formasi Kalipucang dan batugamping Formasi
Pamutuan. Secara geomorfologi kawasan ini berupa kawasan karst
dengan akifer yang mengisi rekahan- rekahan. Pada kawasan ini
banyak dijumpai mata air dan juga sungai-sungai yang masuk ke
dalam rekahan. Contoh paling baik untuk menggambarkan kawasan
ini adalah Green Canyon atau Cukang Taneuh.
Gambar 17 Mata air Cirengganis di kawasan Cagar Alam Pangandaran (gambar atas) dan
aliran Cijulang yang diduga menyusui rekahan (gambar bawah)
26
dengan warna coklat pada peta hidrogeologi (gambar 2).
Daerah ini terutama disusun oleh batuan breksi volkanik
Formasi Jampang (gambar 4). Daerah ini dicirikan dengan
relief yang kasar dan berada pada topografi tinggian.
Gambar 18 Batuan Formasi Jampang. Berupa breksi volkanik yang keras dan impermeabel.
Lokasi tepi jalan raya Banjar-Pangandaran
Dari sisi kualitas air tanah dan air sungai yang dilihat dari
konsentrasi ion utama (major ions) Ca, Na, Mg, SO 4, CO3, HCO3,
Cl, memperlihatkan kemiripan dengan air hujan (Gambar 19)
yang ditampilkan dalam Diagram Piper (Piper, 1944; Helsel and
Hirsch, 2002; Zaporozec, 1972; Dalton and Upchurch, 1978).
Kedua air ini masuk ke dalam siklus air meteorik, sehingga
keduanya memiliki korelasi sangat dekat dengan air hujan.
Tentunya kondisi ini dapat berbeda bila sampel air tanah dalam
(atau air tanah tertekan) diuji. Namun karena tidak ditemukan
adanya sumur bor dalam, maka kami tidak mendapatkan sampel
untuk air jenis tersebut.
27
air sungai: fasies Na-K-Cl, pada sampel sungai telah
memperlihatkan adanya pengayaan klor (Cl) yang diduga
berasal dari limbah pertanian, peternakan dan domestik di
sepanjang aliran S. Cijulang namun masih dalam batas
normal.
28
area air tawar, semak belukar, empang, hutan, hutan rawa,
kebun, pasir darat, pasir pantai, pemukiman, rawa rumput,
sawah irigasi, sawah tadah hujan, tanah berbatu, dan tanah
ladang. Jika kita merujuk pada kenampakan citra satelit pada
bagian sebelumnya, area basah pada konfigurasi RGB 432
(warna coklat muda dan biru tua) (Gambar 15) memiliki batas
wilayah yang kurang lebih sama dengan area sawah irigasi
dalam peta TGL. Dengan kata lain lokasi tergenang air dapat
dikonfirmasi dengan menggabungan informasi antara dua peta
tersebut. Hal yang sama ditunjukan oleh data kawasan hutan
dan kebun pada Gambar 20 memiliki pisisi irisan yang hampir
presisi dengan lokasi kenampakan hijau pada citra satelit
konfigurasi RGB: 321 (Gambar 14).
Gambar 20 Peta tata guna lahan wilayah Kabupaten Pangandaran (BIG, 2008)
29
Gambar 21
Berikut ini adalah ikhtisar potensi bencana dan kawasan yang rawan
bencana di PP Pangandaran.
30
Tabel 2
A. Banjir (rob)
Kabupaten Pangandaran memiliki kerawanan bencana banjir, khususnya
di bagian dataran pantai. Banjir ini dapat dikarenakan curah hujan yang
besar dalam waktu pendek atau naiknya muka laut (rob). Peristiwa banjir
terakhir yang terjadi pada tanggal 9-10 Oktober 2016, yang menggenangi
tujuh kecamatan yang memiliki wilayah dataran rendah, yakni: Cijulang,
Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, dan
Mangunjaya yang menggenangi 2000 rumah (BPBD, 2016).
B. Gerakan tanah
Kabupaten Pangandaran memiliki kerawanan gerakan tanah, salah satu
yang dilaporkan berada di Kec. Kalipuncang (VSI 2014). Secara umum
topografi di sekitar lokasi gerakan tanah berupa pedataran. Topografi
dengan kemiringan lereng agak terjal sampai terjal umumnya dijumpai
pada tebing-tebing jalan dan sungai (Peta Rupa Bumi Lembar Kalipucang,
Bakosurtanal, 1999). Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pangandaran
(Simanjuntak dan Surono, 1992) batuan penyusun daerah bencana
berupa endapan permukaan yang terdiri dari endapan aluvium (Qa).
31
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah di
Provinsi Jawa Barat bulan April 2014 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi), daerah bencana termasuk zona potensi
terjadi gerakan tanah menengah sampai tinggi artinya pada daerah ini
dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama
pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan
atau jika lereng mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat aktif
kembali.
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di Kab. Pangandaran secara
umum adalah:
◦ Batuan penyusun yang bersifat sarang, mudah meloloskan air, dan
luruh jika terkena air,
◦ Kemiringan lereng pada tebing sungai yang terjal,
◦ Curah hujan tinggi yang turun sebelumnya semakin memicu terjadinya
gerakan tanah.
Beberapa rekomendasi dan Saran Penanggulangan:
Mengingat curah hujan yang diperkirakan masih tinggi, dan
terdapatnya potensi gerakan tanah susulan, direkomendasikan:
Penduduk yang tinggal pada lokasi yang berdekatan dengan tebing
yang mengalami longsoran agar selalu meningkatkan
kewaspadaan dan diharap mengungsi ke tempat yang lebih aman
terutama pada saat dan setelah turun hujan.
Tidak melakukan aktivitas di atas, bawah, atau pada bagian lereng
yang mengalami longsoran pada saat dan setelah turun hujan.
Kawasan rawan bencana gerakan tanah di Kabupaten
Pangandaran telah dipetakan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi dengan skala peta 1:100.000 (Gambar 22).
32
bersifat plastis atau mengembang. Zona Kerentanan Gerakan
Tanah Sangat Rendah ditandai dengan warna biru muda pada
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah. Kawasan ini tersebar
terutama di dataran aluvial Ci Tanduy dan dataran pantai
Pangandaran. Di tempat lain umumnya hanya tersebar setempat
dengan luas terbatas.
Gambar 22 Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Pangandaran keluaran Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang dimodifikasi.
33
tanah pelapukan yang tipis dan vegetasi penutup baik,
umumnya berupa hutan atau perkebunan. Zona Kerentanan
Gerakan Tanah Rendah ditandai dengan warna hijau pada Peta
Zona Kerentanan Gerakan Tanah. Kawasan ini tersebar luas di
Kabupaten Pangandaran hampir di seluruh kecamatan.
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah: Daerah yang
mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terkena
gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah,
terutma pada daerah yang berbatasan dengan lembah
sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami
gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat
curah hujan yang tinggi dan erosi kuat. Kisaran kemiringan
lereng mulai dari landau (5-15%) sampai curah hingga
hampir tegak (>70%), tergantung pada kondisi sifat fisik
dan keteknikan batuan dan tanah pelapukan pembentuk
lereng. Kondisi vegetasi penutup umumnya kurang sampai
sangat jarang. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
ditandai dengan warna kuning pada Peta Zona Kerentanan
Gerakan Tanah. Kawasan ini tersebar terutama di bagian
utara Kabupaten Pangandaran. Persebarannya terutama
pada lereng-lereng terjal batuan Formasi Jampang.
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi: Daerah yang
mempunya tingkat kerentanan tinggi untuk terkena
gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah,
sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah batu
masih aktif bergerak, akibat curah hujan yang tinggi dan
erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng mulai dari agak
terjal (30-50%) hingga hampir tegak (>70%) tergantung
pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah
pelapukan pembentuk lereng. Kondisi vegetasi penutup
umumnya sangat kurang. Zona Kerentanan Gerakan Tanah
Tinggi ditandai dengan warna merah pada Peta Zona
Kerentanan Gerakan Tanah. Kawasan ini terutama di
bagian utara. Persebarannya berada pada batuan keras
Formasi Jampang. Kecamatan yang dengan zona
kerentanan gerakan tanah tinggi yaitu Kecamatan
Langkaplancar dan utara Kecamatan Pangandaran.
34
daerah ini terletak pada zona gempa dengan kekuatan 5 – 6
skala Richter dengan percepatan permukaan 150 – 200 Mgal.
Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya liquifaksi (lihat Bab
Geologi Teknik).
Tsunami
35
Kalipucang dan Cimerak yang tergenangi karena sebagian besar
wilayahnya adalah dataran tinggi. Wilayah pemukiman pantai
Pangandaran, Parigi, Sidamulih dan Cijulang terkena imbas
gelombang tsunami. Begitu pula daerah sawah dan pertanian
lahan kering serta tutupan lahan sepanjang pantai lainnya (lihat
Gambar).
Gambar 23 Tutupan lahan yang diprediksi akan terkena genangan setinggi 7,5 m per
desa pantai per kecamatan di wilayah Kab. Ciamis dan Kab. Pangandaran (Zaitunah et
al., 2012).
3.3 Kependudukan
<<Pak Budi>>
3.4 Perekonomian
<<Pak Budi>>
3.5 Prasarana
<<Pak Budi>>
3.6 Sarana
<<Pak Budi>>
36
37
Bab 4 Analisis KLHS
Note: Pak Budi Bab 4 berikut ini dianalisis berdasarkan kondisi air saja
sesuai data yang saya miliki, belum mencakup analisis dari bidang lain.
38
Gambar 25 Diagram beberapa fungsi terkait wilayah Kab. Pangandaran (Dinas PSDA Jabar,
2016)
Gambar 26 Diagram zonasi Pusat Pertumbuhan (PP) Pangandaran (Dinas PSDA Jabar, 2016)
39
Gambar 27 Keterangan pembagian zonasi PP Pangandaran (Dinas PSDA Jabar, 2016)
4.1 Analisis kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Daya dukung lingkungan adalah kapasitas atau kemampuan ekosistem
untuk mendukung kehidupan organisme secara sehat sekaligus
mempertahankan produktivitas, kemampuan adaptasi, dan
kemampuan memperbarui diri. Daya dukung lingkungan diartikan
sebagai kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan
manusia. Sebagai salah satu komponen lingkungan, air perlu
mendapatkan perhatian khusus.
Berdasarkan analisis kami, kondisi sumber daya air yang mencakup air
hujan, air permukaan, dan air tanah di Kab. Pangandaran masih
mencukupi dari sisi kuantitas, untuk kategori pemukiman, pertanian,
dan perkebunan. Sedangkan untuk perindustrian, kebutuhan air ini
akan sangat bergantung kepada jenis industrinya, dengan catatan
bahwa Pemkab Pangandaran harus memperhatikan isu-isu sebagai
berikut:
Curah hujan yang tinggi dengan waktu hujan pendek: ini akan
menimbulkan bencana tanah longsor dan banjir bandang;
40
Sistem pengelolaan sumberdaya air yang terintegrasi, meliputi
pengelolaan air hujan, air permukaan, dan air tanah. Terintegrasi
di sini selain mencakup ketiga jenis air di atas, juga terintegrasi
secara kewilayahan mengingat wilayah Kab. Pangandaran terdiri
dari dua Wilayah Sungai dan DAS yang lintas provinsi (lihat
gambar berikut);
Gambar 28 Peta wilayah sungai (WS) dan daerah aliran sungai (DAS)
41
Tabel 3 Inventarisasi WS dan DAS di WPP Pangandaran (Dinas PSDA Jabar, 2016)
42
Lokasi situ/waduk/embung yang saat ini ada dinilai sudah bagus,
tapi perlu ada peningkatan kuantitas dan kualitas jalur
distribusinya.
43
Gambar 30 Peta rancangan PSDA WPP Pangandaran (Dinas PSDA
Jabar, 2016)
44
Gambar 31 Peta lokasi rencana bendung di WPP Pangandaran
45
Gambar 32 Peta lokasi potensi sumber air yang dapat dikembangkan
(Dinas PSDA Jabar, 2016)
46
Selain itu overpumping sumur air yang berada dekat dengan pantai
dapat menimbulkan dampak lain yakni intrusi air laut, bila tidak
dirancang dengan baik. Kualitas air yang baik pada saat perencanaan
dan awal operasi masih kemudian dapat berubah menjadi payau
bahkan asin, bila kegiatan ini tidak ditelaah dengan baik.
Tabel 6 Inventarisasi air tanah dan mata air di WPP Pangandaran (Dinas PSDA Jabar, 2016)
47
Dampak yang kedua umumnya akan dihasilkan oleh program
pembangunan yang berujung kepada peningkatan aktivitas ekonomi.
Untuk WPP Pangandaran, kami menyoroti aktivitas pertanian,
perkebunan dan peternakan yang juga rawan memberikan zat-zat
kontaminan ke badan air. Pupuk, zat pembasmi hama, dan limbah
kotoran hewan bila tidak diolah terlebih dahulu, akan menjadi
kontaminan yang signifikan.
48
Setelah itu kelas perkebunan-pertanian-peternakan perlu
mendapatkan perhatian karena sektor ini merupakan tulang punggung
WPP Pangandaran. Kebun teh adalah salah satu yang perlu
mendapatkan penanganan lebih mengingat teh Jawa Barat adalah no 1
di Indonesia. Setelah itu baru kemudian bila ada, perhatian diberikan
pada sektor industri. Ditempatkan terakhir karena memang tidak
masuk ke dalam fokus pengembangan WPP Pangandaran.
Gambar 34 Skema kapasitas dan alur distribusi air baku (Dinas PSDA
Jabar, 2016)
Tabel 7 Rekapitulasi kebutuhan air baku WPP Pangandaran (Dinas PSDA Jabar, 2014)
49
Tabel 8 Tabel inventarisasi prasarana air bersih eksisting (tahun 2015)
50
Tabel 9 Lokasi sumber air baku PDAM Tirta Galuh Ciamis Cabang Pangandaran
51
Tabel 10 Jumlah sambungan rumah aktif di WPP Pangandaran
52
Gambar 35 Wilayah pelayanan PDAM dan Non PDAM eksisting (Dinas
PSDA Jabar, 2016)
53