Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN LINGKUNGAN

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA SUMBERDAYA HUTAN


DAN PERAN KEARIFAN LOKAL DI DAERAH TAWANGMANGU
KABUPATEN KARANGANYAR

Program Studi Ilmu Lingkungan


Minat Magister Pengelolaan Lingkungan

Oleh:
Heru Purwanto
NIM: 18/435085/PMU/09596

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Gambaran Umum Wilayah ......................................................... 3
2.1.1. Kondisi Geografis ............................................................ 3
2.1.2. Iklim dan Luas Wilayah .................................................... 3
2.1.3. Kondisi Geomorfologi dan Geologi .................................. 4
2.2. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan dan Perlindungan LH ......... 7

BAB III PEMBAHASAN


3.1. RTRW Dasar dalam Pengembangan SDA Kab. Kra ................. 9
3.2. Pemanfaatan SDA sebagai Pot. Pariwisata Kab. Kra .............. 10

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................ 16
4.1. Saran ......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Morfologi Berd. Kemiringan Lereng dan Tinggi................ 4


Tabel 2.2. Jenis Tanah Kabupaten Karanganyar.................................................. 5
Tabel 3.1. Luas Hutan di Kabupaten Karanganyar............................................. 11
Tabel 3.2. Sumberdaya Hutan Wisata di Kecamatan Tawangmangu................ 13
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Geologi Kabupaten Karanganyar............................................ 5


Gambar 2.2. Peta Jenis Tanah, Bat. Induk, dan Fisiografi Kab. Kra.................... 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009). Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dilepaskan dari
pengelolaan sumberdaya alam. Sumberdaya alam merupakan unsur
lingkungan hidup yang terdiri atas sumberdaya hayati dan nonhayati yang
secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem. Menurut UU No. 32
Tahun 2009, penggunaan sumberdaya alam harus selaras, serasi, dan
seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya,
kebijakan, rencana, dan/ atau program pembangunan harus dijiwai oleh
kewajiban melakukan pelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan
pembangunan berkelanjutan.

Pengelolaan sumberdaya alam bertujuan untuk memanfaatkan


sumberdaya secara bijak dan bertanggungjawab dengan tetap
memperhatikan keberlanjutan fungsi lingkungan dalam memenuhi
kebutuhan warga negara Indonesia demi terciptanya kesejahteraan dan
mutu hidup rakyat, baik generasi sekarang maupun generasi yang akan
datang. Pengelolaan sumberdaya alam perlu dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan dengan melibatkan berbagai pihak baik masyarakat,
pemerintah, maupun swasta. Hal ini disebabkan karena sumberdaya alam
tidak dibatasi oleh batas adminstrasi suatu wilayah.

Salah satu daerah yang memiliki sumberdaya alam cukup melimpah


adalah Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten
Karanganyar dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi
pengembangan sumberdaya alam di bidang industi, pertanian, dan
pariwisata. Karanganyar memiliki sebutan lain yaitu “Bumi Intanpari (Industri
Pertanian dan Pariwisata)”. Istilah ini disematkan karena pengembangan
Kabupaten Karanganyar berbasis pada industri pengolahan baik industri
besar maupun mikro, kecil dan menengah, basis produk unggulan pertanian
dan sebagai salah satu daerah tujuan utama wisata di Jawa Tengah maupun
tingkat nasional.

1.2. Tujuan
Berdasarkan pada potensi pengembangan sumberdaya alam di
Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah yang perlu dilakukan secara bijak,
bertanggungjawab, dan berwawasan lingkungan demi terciptanya
kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan fungsi lingkungan, maka
tujuan makalah ini adalah:
(1) mengetahui jenis sumberdaya alam yang berpotensi dikembangkan
dalam mensejahterakan masyarakat di Kabupaten Karanganyar, Jawa
Tengah;
(2) mengetahui jenis pengelolaan sumberdaya alam di Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah;

(3) mengetahui kearifan lokal masyarakat setempat dalam pengelolaan


sumberdaya alam di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Wilayah


2.1.1.Kondisi Geografis
Kabupaten Karanganyar secara astronomis terletak bila dilihat dari
garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak antara
1100 40” – 1100 70” Bujur Timur dan 70 28” - 70 46” Lintang Selatan (BPS,
2018). Berdasarkan posisi geografis, Kabupaten Karanganyar memiliki
batas-batas wilayah:

 Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali


 Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Magetan
 Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
 Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo
Jika ditinjau secara administratif, Kabupaten Karanganyar memiliki 17
kecamatan dan 177 desa.

2.1.2. Iklim dan Luas Wilayah


BPS (2018) di dalam Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2018,
Kabupaten Karanganyar terletak pada ketinggian rata-rata 511 meter di
atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan suhu 22 – 31 °C.
Ketinggian rata – rata di daerah ini adalah 511 m. Wilayah terendah di
Kabupaten Karanganyar berada di Kecamatan Kebakkramat dengan tinggi
80 m dpl dan wilayah tertinggi berada di Kecamatan Tawangmangu yang
mencapai 2000 m dpl. Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah total
sebesar 77.379 Ha, yang terdiri dari luas tanah sawah 23.092 Ha,
pertanian bukan sawah sebesar 29.685 Ha dan bukan lahan pertanian
24.602 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 20.331 Ha, sedangkan
sawah tidak berpengairan/ non irigasi sebesar 2.761 Ha. Berdasarkan data
dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya
hari hujan selama tahun 2017 adalah 210 hari dengan rata-rata curah
hujan 8.390 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan
November dan Desember. Sedangkan yang terendah pada Bulan Agustus
dan September.

2.1.3.Kondisi Geomorfologi dan Geologi

Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang


menyusun bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut dan
menenkankan pada asal mula terjadinya serta perkembangan yang akan
datang dan hubungannya dengan lingkungan (Verstappen, 1983).
Verstappen (1983), menyampaikan bahwa perbedaan relief akan
memberikan pengaruh pada tinggi - rendah, panjang - pendek, halus -
kasar dan kemiringan permukaan bumi. Aspek morfologi dapat
diidentifikasi secara kuantitatif berdasarkan faktor kemiringan lereng dan
perbedaan tinggi, serta secara kualitatif berdasarkan kesan konfigurasi
permukaan bumi atau relief (Santosa, 2015). Klasifikasi morfologi
berdasarkan kemiringan lereng dan beda tinggi disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi Morfologi Berdasarkan Kemiringan Lereng dan Beda Tinggi
Lereng (%) Beda Tinggi (m) Unit Relief Topografi
0-3 0-5 Datar Dataran
3-8 5-25 Berombak/ landai
8-15 25-75 Bergelombang/ agak Lereng kaki/ kaki
miring
15-30 50-200 Miring Perbukitan
30-45 200-500 Agak curam
45-65 500-1000 Curam Pegunungan
>65 >1000 Sangat curam
Sumber: Verstappen, 1983

Kabupaten Karanganyar memiliki morfologi datar, bergelombang,


curam dan sangat curam. Struktur ini memperlihatkan bentuk menanjak
bergelombang, mulai dari Kecamatan paling barat yaitu Kecamatan
Colomadu hingga Kecamatan Tawangmangu. Sedangkan wilayah lereng
Gunung Lawu menunjukkan gelombang. Kabupaten Karanganyar dialiri
oleh beberapa sungai dari ukuran lebar tidak seberapa namun cukup
panjang mulai dari mata air di wilayah Kecamatan Jenawi, Kecamatan
Ngargoyoso, Kecamatan Tawangmangu hingga hilir menjadi satu dengan
Bengawan Solo. Kondisi tersebut dikontrol oleh struktur geologi yang
berdasarkan peta geologi regional yang memperlihatkan struktur patahan,
diperkirakan terdapat beberapa struktur patahan dan beberapa struktur
pelurusan (BPBD, 2015). Peta geologi Kabupaten Karanganyar disajikan
pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta Geologi Kabupaten Karanganyar


Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 2001

Jenis tanah yang mendominasi di Kabupaten Karanganyar adalah


litosol, andosol, mediteran, aluvial, regosol, dan glumosol. Jenis tanah
disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jenis Tanah Kabupaten Karanganyar


Sumber: Badan Pertanahan Nasional

Sedangkan peta jenis tanah, batuan induk, maupun bentuk fisiografi


Kabupaten Karanganyar disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Peta Jenis Tanah, Batuan Induk, dan Fisiografi Kab. Karanganyar
Sumber: Lembaga Penelitian Tanah, 1966

2.2. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan dan Perlindungan


Lingkungan Hidup
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum (UU No. 32 Tahun
2009). Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak dapat
dilepaskan dari perlindungan dan pengelolaan sumberdaya alam.
Perlindungan dan pengelolaan menjadi sebuah upaya yang penting dalam
menjaga dan memanfaatkan sumberdaya alam secara bijak dan
bertanggunajawab untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan
tetap menjaga kelestarian fungsi lingkungan.
Upaya ini perlu dilakukan secara terpadu dengan melibatkan peran
serta pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Hal ini sesuai dengan asas
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam UU No. 32 Tahun
2009 pasal 2 poin k. Selain itu, upaya ini juga dapat dilakukan dengan tetap
menjaga kearifan lokal masyarakat setempat sebagai sebuah nilai luhur
yang perlu dilestarikan. Hal ini juga dijelaskan dalam UU No. 32 Tahun 2009
pasal 2 poin l.

Kearifan lokal/ lingkungan merupakan perilaku positif manusia dalam


berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat
bersumber dari nilai - nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau
budaya setempat (Maulida, 2010). Kearifan lokal adalah gagasan, nilai, atau
pandangan masyarakat lokal yang baik dan tertanam serta diikuti oleh
anggota masyarakat setempat. Bentuk kearifan lokal dapat berupa kearifan
lokal dalam bidang pengetahuan, nilai, keterampilan, sumberdaya, dan
mekanisme dalam pengambilan keputusan (Sukisno, 2018).

Kearifan lokal memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan


sumberdaya alam. Kearifan lokal mampu mencegah tindakan eksploitasi
yang berpotensi merusak fungsi lingkungan. Meskipun, kearifan lokal tidak
tertulis dalam sebuah peraturan perundang – undangan. Menurut Wibowo
(2012), kearifan lokal lebih berperan dalam hal tertentu dalam menjaga eko-
sistem daripada hukum yang ditetapkan dalam mengatur pola masyarakat.
Adanya mitos, ritual, dan pitutur luhur yang erat kaitannya dengan alam
mampu mengatur masyarakat sedemikian rupa dalam hubungannya dengan
lingkungan sekitar. Kearifan lokal justru lebih dahulu berperan dalam
menjaga kelestarian lingkungan sebelum adanya gerakan - gerakan peduli
lingkungan seperti sekarang.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Sebagai Dasar dalam


Pengembangan Sumberdaya Alam Kabupaten
Karanganyar
Rencana tata ruang wilayah atau RTRW adalah hasil perencanaan
ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif (Permen PU No. 16/PRT/M/2009). Hasil rencana tata ruang
wilayah diwujudkan dalam peta tata ruang wilayah. Dimana peta tata ruang
wilayah bermanfaat dalam mempermudah pengambilan kebijakan
pengembangan wilayah suatu daerah.
Berdasarkan pada Peraturan Daerah No. 01 Tahun 2013, tujuan
penataan ruang wilayah adalah mewujudkan Kabupaten Karanganyar yang
maju, berdaya saing, sejahtera, dan bermartabat sebagai daerah perbatasan
Jawa Tengah di bagian Timur melalui pengembangan potensi kegiatan
utama industri, pertanian, dan pariwisata, dengan mengedepankan
keseimbangan pembangunan dan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Perda ini memaparkan bahwa pengembangan wilayah Kabupaten
Karanganyar dibagi dalam beberapa kawasan. Kawasan tersebut adalah
PKL, PKLp, PPK, dan PPL. Kawasan PKL merupakan daerah yang memiliki
fungsi utama sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pusat pendidikan,
pusat pengembangan perdagangan dan jasa, dan pusat pengembangan
kegiatan pariwisata. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Karanganyar,
Kecamatan Jaten, dan Kecamatan Tawangmangu. Kawasan berikutnya
adalah kawasan PKLp yang memiliki fungsi utama sebagai pusat
pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa. Kawasan ini terdiri dari
Kecamatan Colomadu. Kawasan PPK adalah kawasan yang memiliki fungsi
utama sebagai pusat pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, pusat
pengembangan kegiatan industri, pusat pengembangan kegiatan pertanian
dan pusat pengembangan kegiatan pariwisata. Kawasan ini terdiri dari
Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan
Karangpandan, Kecamatan Kerjo, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan
Gondangrejo, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Matesih, Kecamatan
Jumantono, Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan
Ngargoyoso, dan Kecamatan Jenawi. Sedangkan kawasan PPL adalah
kawasan yang memiliki fungsi utama sebagai pusat pengembangan
kegiatan pertanian dan pusat pengembangan kegiatan pariwisata. Kawasan
ini terdiri dari desa Kaliboto Kecamatan Mojogedang, desa Malanggaten
Kecamatan Kebakkramat, desa Ngadiluwih Kecamatan Matesih, desa
Anggrasmanis Kecamatan Jenawi, desa Jatirejo Kecamatan Ngargoyoso,
desa Karangsari Kecamatan Jatiyoso, desa Wonorejo Kecamatan Jatiyoso,
desa Tugu Kecamatan Jumantono, desa Lemahbang Kecamatan Jumapolo,
dan desa Jeruksawit Kecamatan Gondangrejo.
Upaya pengembangan tata ruang tersebut di atas dilakukan dengan
pembangunan prasarana pendukung wilayah. Prasarana tersebut berupa
infrastruktur transportasi, telekomunikasi, energi, sumberdaya air, dan
infrastruktur lingkungan. Penyediaan berbagai jenis prasarana pendukung
akan mempermudah pengembangan wilayah demi terciptanya kondisi yang
mendukung dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di
Kabupaten Karanganyar.

3.2. Pemanfaatan Sumberdaya Alam sebagai Potensi


Pariwisata di Kabupaten Karanganyar
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem (UU No. 32 Tahun 2009). Sumberdaya dibedakan
menjadi beberapa kelompok menurut jenis, sifat, proses terjadi, daya pakai,
maupun bentuk dan dan potensi penggunaan. Salah satu sumberdaya alam
tersebut adalah sumberdaya hutan di Kabupaten Karanganyar. Kabupaten
Karanganyar memiliki luas hutan negara sebesar 8.238,30 Ha (10,65%
terhadap luasan wilayah kabupaten).

Hutan memiliki beberapa fungsi yang sangat penting dalam


mendukung kehidupan manusia. Fungsi tersebut antara lain fungsi lindung,
produksi, konservasi, suaka alam, dan pelestarian alam. Berdasarkan fungsi
tersebut, maka hutan memiliki nilai ekologis, ekonomis, dan estetika. Salah
satu pemanfaatan hutan sebagai perwujudan nilai estetika adalah
pengembangan pariwisata.

Pariwisata adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke


dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya (WTO, 1998).
Sedangkan menurut Undang - Undang No 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu
sementara.

Menurut Irawan (2010), berdasarkan pada aspek sumberdaya hutan


dan lahan di Kabupaten Karanganyar diketahui bahwa sumberdaya hutan
(kayu dan non kayu) di kawasan hutan produksi dan lindung mempunyai
fungsi ekonomi relatif kecil sehingga diarahkan pada pengembangan potensi
pariwisata. Sumberdaya hutan (hayati dan non hayati) di kawasan hutan
konservasi dipertahankan keanekaragaman hayatinya dengan pemanfaatan
utama berupa wisata alam. Kemudian pengelolaan hutan rakyat diarahkan
pada pengembangan kelembagaan hutan rakyat sehingga terjadi
diversifikasi berbagai kelembagaan yang secara keseluruhan akan mampu
menciptakan suatu pengembangan Agribisnis Kehutanan. Data luasan hutan
di Kabupaten Karanganyar disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Luas Hutan di Kabupaten Karanganyar


No Jenis Hutan 2014 2015
1 Taman Nasional 0 0
2 Cagar Alam 294 293
3 Hutan Suaka Alam 0 0
4 Hutan Lindung 7.080 7.080
5 Hutan Wisata (lokasi) 5 5
6 Taman Hutan Raya untuk 231 231
Konservasi
7 Hutan Produksi 258 258
8 Hutan Kota 0 0
9 Taman Kota 11 10
Sumber Bappeda Karanganyar, 2015

Jika ditinjau dari aspek kebijakan/ kelembagaan diketahui bahwa


kawasan hutan produksi dan lindung dikelola oleh Perum Perhutani dengan
kebijakan mengacu pada Rencana Pengaturan Kelestarian (RPKH).
Kawasan hutan konservasi dikelola oleh BPTP Tahura (Tahura Ngargoyoso)
dan BKSDA Jawa Tengah (TWA Grojogan Sewu) dengan kebijakan
mengacu pada Rencana Pengelolaan. Hutan rakyat dikelola secara
swadaya oleh masyarakat dengan pembinaan/ pendampingan dari Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Karanganyar dan instansi terkait. Kemudian aspek pemberdayaan
masyarakat diketahui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
berupa Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di
kawasan hutan produksi dan lindung, pembinaan daerah penyangga di
kawasan hutan konservasi maupun kegiatan pembinaan kelompok tani
hutan rakyat (Irawan, 2010).

Kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang memiliki potensi hutan


sebagai pengembangan kawasan wisata adalah Kecamatan Tawangmangu.
Hal ini sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) pada Perda No.
01 Tahun 2013 yang menyebutkan bahwa Kecamatan Tawangmangu
merupakan daerah pengembangan kegiatan pariwisata. Menurut BPS
(2018), Kecamatan Tawangmangu memiliki hutan negara sebesar 4.187,34
Ha yang sebagian besar didominasi oleh pohon pinus.

Beberapa kegiatan pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai


pengembangan potensi pariwisata di Kecamatan Tawangmangu antara lain
adalah hutan Puncak Lawu, hutan Pringgodani, hutan Sekipan, dan hutan
Grojogan Sewu. Masing – masing hutan tersebut dijelaskan secara rinci di
Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Sumberdaya Hutan Wisata di Kecamatan Tawangmangu


No Nama Lokasi Pengelola Luas Fasilitas
Obyek
1 Hutan Gondosuli Perhutani 200.00 Jalan Setapak,
Puncak 0 Ha Pos Keamanan
Lawu Papan Petunjuk
2 Hutan Blumbang Perhutani 20.000 Pancuran 7, Barak
Pringgodani Ha Penginapan,
Tempat Ziarah,
Jalan Setapak,
MCK
3 Hutan Kalisoro Perhutani 35.000 Mushola, MCK,
Sekipan Ha Joglo Pertemuan,
Rumah Jaga,
Camping Ground,
Jalan Setapak,
Villa, Warung
4 Hutan Tawangmangu Perhutani 30.000 Air Terjun, Jalan
No Nama Lokasi Pengelola Luas Fasilitas
Obyek
Grojogan Ha Paving, Shelter,
Sewu MCK, Mushola,
Warung Makan,
Kios Cendera
Mata, Kolam
Renang (Dewasa/
Anak), Hutan
Lindung, Fauna
Kera
Sumber: www.karanganyarkab.go.id

Hal menarik yang menyebabkan Kecamatan Tawangmangu dikembangkan


sebagai kegiatan pariwisata melalui pemanfaatan sumberdaya hutan adalah
kondisi topografi yang bergunung - berbukit dengan ketinggian rata – rata
1.000 m dpl. Hal ini juga didukung dengan hawa sejuk yang mendominasi
keseluruhan wilayah Tawangmangu. Kondisi tanah yang subur juga
mendukung pertumbuhan beberapa tanaman budidaya baik dari jenis
tanaman pertanian maupun tanaman hias.

Selain hal di atas, Kecamatan Tawangmangu juga memiliki beberapa


kearifan lokal yang cukup menarik dikembangkan sebagai wisata budaya.
Beberapa kearifan lokal tersebut adalah upacara/ ritual bersih dusun pada
wuku dukut yang disebut Dukutan, upacara Dawuhan yang merupakan
tradisi membersihkan sumber air yang diadakan pada hari Sabtu Legi bulan
Sya’ban dan pada tanggal 1 Muharam. Kearifan lokal yang lain adalah
Sadranan, yang dilaksanakan pada tanggal 15 bulan Sya’ban. Tradisi ini
merupakan tradisi berdoa bersama di makam Dusun Nglurah dan wejangan
dari Kiai Menggung dan Nyi Roso Putuh tentang larangan menanam padi.
Beberapa kearifan lokal di atas berada di Dusun Nglurah, Kelurahan
Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar,
Provinsi Jawa Tengah.

Kearifan lokal memiliki peran yang sangat penting dalam upaya


pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Hal ini sesuai amanat
UU No. 32 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa pengelolaan dan
perlindungan lingkungan perlu memperhatikan beberapa hal antara lain:
a. keragaman karakter dan fungsi ekologis,
b. sebaran penduduk,
c. sebaran potensi sumberdaya alam,
d. kearifan lokal,
e. aspirasi masyarakat, dan
f. perubahan iklim.

Berdasarkan pada beberapa kearifan lokal yang berkembang di


Dusun Nglurah, Kelurahan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu maka
dapat diambil kesimpulan bahwa ritual yang diadakan merupakan salah satu
bentuk pengelolaan dan perlindungan lingkungan. Sebagai contoh adalah
upacara Dukutan dan Dawuhan yang memiliki fungsi dalam menjaga
kebersihan lingkungan yang bebas sampah maupun bahan pencemar lain.
Bersih desa biasanya dilakukan di lingkungan sekitar masyarakat dan
sungai. Sedangkan Dawuhan berfungsi dalam menjaga kebersihan
sumberdaya air agar tetap bersih dan aman untuk digunakan dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Termasuk di dalamnya adalah untuk
konsumsi rumahtangga maupun untuk kegiatan pertanian.

Menurut Yudana (2015), beberapa jenis kearifan lokal lain di


Kabupaten Karanganyar yang memiliki tujuan terhadap pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup antara lain

a. Upacara Julungan, upacara ini merupakan ritual bersih desa dan sedekah
bumi yang diadakan pada hari Selasa Kliwon Wuku Julungwangi dalam
Kalender Jawa.
b. Upacara Dalungan, upacara ini merupakan ritual memohon berkah
kesuburan, keselamatan, ketentraman, dan keamanan kepada Dewi
Kesuburan. Upacara ini diadakan setiap satu tahun sekali pada hari
Jumat Legi bulan Ruwah di Dusun Dalungan Desa Macanan Kecamatan
Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

d. Upacara Sopo Nandur Ngundhuh, upacara ini merupakan upacara untuk


mempersembahkan rasa syukur atas kemurahan bumi dan air. Upacara
ini sangat berkaitan erat dengan slogan Go Green yang merupakan
sebuah propaganda atau kampanye gerakan peduli lingkungan.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada kajian potensi sumberdaya alam di Kecamatan
Tawangmangu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Jenis sumberdaya alam yang dapat dikembangkan untuk memajukan
dan mensejahterakan masyarakat Kabupaten Karanganyar adalah
sumberdaya hutan.
2. Jenis pengelolaan sumberdaya alam yang dapat dilakukan adalah
pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai hutan wisata.
3. Kearifan lokal masyarakat yang berkembang dalam menjaga kelestarian
fungsi lingkungan di Kabupaten Karanganyar antara lain: upacara
Dukutan, Dawuhan, Sadranan, Julungan, Dalungan, dan Sopo Nandur
Ngundhuh.

4.2. Saran
Berdasarkan pada kajian potensi sumberdaya alam di Kecamatan
Tawangmangu, maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai pengembangan potensi
pariwisata diharapkan tetap memperhatikan kearifan lokal masyarakat
2. Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam perlu dilakukan secara
terpadu dan melibatkan berbagai pihak dari pemerintah, swasta,
maupun masyarakat.
3. Pengembangan wilayah perlu memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan agar keberlangsungan fungsi lingkungan tetap
terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

BPBD. 2015. Sekilas Pandang Kabupaten Karanganyar.


www.bpbd.karanganyarkab.go.id. Diakses tanggal 14 Maret 2019.
BPS. 2018. Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Karanganyar.
BPS. 2018. Kecamatan Tawangmangu dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Karanganyar.
Irawan. 2010. Kajian Pengelolaan Hutan dan Lahan di Kabupaten
Karanganyar. Thesis Master Ilmu Kehutanan. Perpustakaan
Universitas Gadjah Mada.
Maulida, S.R. 2010. Penghematan dan Perawatan Sumber Air Wujud
Tanggung Jawab Kita Bersana. Petrasa Wacana Pusat Studi
Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta.
Santosa, L.W. 2015. Keistimewaan Yogyakarta dari Sudut Pandang
Geomorfologi. Gadjah Mada University Press.
Sukisno D. 2018. Hukum, Kearifan Lokal, dan Hukum Lingkungan. Materi
Kuliah Hukum dan Kelembagaan Lingkungan. Magister Pengelolaan
Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Verstapen, 1983. Applaid Geomorphology: Geomorphological Surveys for
Inveromental Development. Amsterdam: Elvisier.
Wibowo H.A, Wasino, dan D.L. Setyowati. 2012. Kearifan Lokal dalam
Menjaga Lingkungan Hidup (Studi Kasus Masyarakat di Desa Colo
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus). Journal of Educational Social
Studies 1 (1).
World Tourism Organization (WTO). 1999. International Tourism A Global
Perspective, Madrid, Spain.
Yudana G, I. Aliyah, dan R.P. Utomo. 2015. Pengelolaan Kawasan Gunung
Lawu Berwawasan Lingkungan dan Kearifan Lokal di Kabupaten
Karanganyar. Conference on Urban Studies and Development (119
– 131).

Anda mungkin juga menyukai