Anda di halaman 1dari 40

KOORDINASI PEMERINTAH DALAM PROGRAM BADAN

RESTORASI GAMBUT DI DESA SUNGAI TOHOR KABUPATEN


KEPULAUAN MERANTI
TAHUN 2020 – 2021

PROPOSAL PENELITAN

OLEH :
ERLAN FABIYANTO
NIM : 1801124867

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1
DAFTAR TABEL....................................................................................................2
DAFTAR BAGAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................4
B. Perumusan Masalah........................................................................................12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................................13
a) Tujuan Penelitian..........................................................................................................
b) Manfaat Penelitian........................................................................................................
1. Manfaat Teoritis..................................................................................13
2. Manfaat Praktis...................................................................................14
D. Tinjauan Pustaka.............................................................................................15
1. Penelitian Terdahulu.....................................................................................................
2. Kerangka Teori..............................................................................................................
a. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat..................................................20
E. Kerangka Pemikiran........................................................................................28
F. Definisi Konseptual........................................................................................29
G. Metode Penelitian...........................................................................................31
1. Pendekatan Penelitian...................................................................................................
2. Jenis Penelitian..............................................................................................................
3. Lokasi Penelitian...........................................................................................................
4. Sumber Data..................................................................................................................
5. Jenis Data......................................................................................................................
6. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................
7. Teknik Analisis Data.....................................................................................................
H. Sistematika Penulisan.....................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38

1
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Program Badan Restorasi Gambut ……………..………………...…….. 8


Tabel 2. Kelompok Tani Desa Sungai Tohor………………………………….....10
Tabel 3. Informan Penelitian …………………………………………………….33

2
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Pemikiran……………………………………………………24

3
A. Latar Belakang

Indonesia mempunyai lahan gambut terbesar kedua di dunia dengan luas

mencapai 22,5 juta hektare (ha) setelah Brazil dengan luas lahan gambut sebesar

31,1 juta ha. Di Indonesia, lahan gambut banyak tersebar di beberapa pulau besar

seperti Papua, Kalimantan dan Sumatera. Provinsi pemilik lahan gambut terbesar

adalah Papua dengan luas 6,3 juta ha, disusul Kalimantan Tengah (2,7 juta ha),

Riau (2,2 juta ha), Kalimantan Barat (1,8 juta ha) dan Sumatera Selatan (1,7 juta

ha). Selain itu ada Papua Barat (1,3 juta ha), Kalimantan Timur(0,9 juta ha), Serta

Kalimantan Utara, Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan yang masing-masing

daerah memiliki 0,6 juta ha lahan gambut (Data Global Wetlands 16 April 2019).

Lahan gambut merupakan suatu ekosistem yang terbentuk karena adanya

proses yang panjang dari pelapukan sisa-sisa tanaman yang telah mati. Menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Ekosistem Gambut, gambut didefinisikan sebagai material organik

yang terbentuk secara alami dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak

sempurna dan terakumulasi pada rawa.

Lahan gambut memiliki dua kali lebih banyak karbon dari pada hutan

tanah mineral biasa. Akan tetapi karbon yang tersimpan di dalam lahan gambut

akan terlepas ke udara menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca ketika

mengalami gangguan atau kekeringan. Keanekaragaman sifat fisik, kimia dan

hayati gambut pada aras lokal menjadikan lahan gambut suatu bagian dan sistem

lingkungan lokal. Fungsi lain dari lahan gambut adalah pemendaman

(sequestering) karbon dan pendauran air menjadikan lahan gambut suatu bagian

dan sistem lingkungan regional-global bersama dengan atmosfer dan hidrosfer.

4
Oleh itu dampak pengembangan lahan gambut tidak hanya dapat mengenai lahan

gambut dan masyarakat lokal itu sendiri, akan tetapi juga berdampak pada

lingkungan secara luas, maka diperlukan kehati-hatian dalam mengembangkan

lahan gambut.

Lahan gambut Provinsi Riau memiliki kualitas yang buruk akibat adanya

pengelolaan dan pemanfaatan kawasan ekosistem gambut secara besar-besaran

oleh perusahaan yang diluar kendali dan tidak bertanggung jawab, sehingga

terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut yang menyebabkan kabut asap dan

rusaknya ekosistem di lahan gambut. Kebakaran hutan memberikan dampak

negatif yang besar bagi lingkungan, kesehatan, ekonomi dan sebagainya.

Disamping dampak kesehatan yang muncul akibat kebakaran hutan dan lahan

gambut, tidak kalah penting juga telah rusaknya ekosistem penting bagi

keberlangsungan hidup manusia berupa udara dan air bersih dan juga

terganggunya ekosistem bagi satwa liar yang dilindungi. Bencana tersebut telah

terjadi di Desa Sungai Tohor pada tahun 2014 yang menyebabkan hilangnya

sebagian mata pencarian masyarakat Desa Sungai Tohor yang sebagian besar

bergantung pada lahan gambut.

Desa Sungai Tohor merupakan sebuah desa yang berada di Kabupaten

Kepulauan Meranti yang tepatnya berada di sisi timur Pulau Tebing Tinggi Riau.

Desa ini diberkahi hutan rawa gambut yang lebat dengan tingkat keanekaragaman

hayati yang tinggi. Mata pencaharian masyarakat Desa Sungai Tohor bergantung

pada hasil sagu, dimana pohon sagu (rumbia) masyarakat sebagian besar hidup

dilahan gambut, hal tersebut yang membuat kelestarian lahan gambut sangat

penting bagi Masyarakat Desa Sungai Tohor.

5
Tahun 2014, terjadi kebakaran besar – besaran di Desa Sungai Tohor yang

berdampak besar hingga asap kebakaran sampai ke negara tetangga. Kebakaran

hutan dan lahan gambut tersebut membakar kebun masyarakat Desa Sungai

Tohor. Masyarakat Desa Sungai Tohor berinisiatif membangun sekat kanal untuk

membendung air gambut yang turun akibat banyaknya kanal galian perusahaan

yang menyebabkan gambut tidak bisa menyimpan air di dalamnya. Sekat kanal ini

merupakan jalan alternatif yang diambil masyarakat untuk mengantisipasi

kebakaran hutan gambut dan juga menambah persediaan air bagi masyarakat

dimusim kemarau. Dampak dari penutupan kanal ini membuat tanah gambut yang

tadinya kering di musim kemarau berubah menjadi lembab dan basah, sehingga

lahan gambut tersebut tidak mudah tersulut oleh api dan dapat mencegah

kebakaran terjadi lebih luas.

Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Badan Restorasi

Gambut, dengan ini Pemerintah Pusat membentuk Badan Restorasi Gambut

(BRG). Pada pasal 1 dijelaskan bahwa Badan Restorasi Gambut adalah suatu

lembaga nonstruktural yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

presiden. Badan Restorasi Gambut ini berdiri pada tanggal 6 Januari 2016 yang

bertujuan untuk percepatan pemulihan dan pengembalian fungsi hidrologis

gambut yang rusak akibat kebakaran dan pengeringan. Tugas pokok dan fungsi

BRG secara rinci diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 di pasal 2

dan pasal 3. Pasal 2 menjelaskan bahwa tugas pokok dari Badan Restorasi

Gambut yaitu: “Mengkoordinasi dan memfasilitasi restorasi gambut Provinsi

Riau, Provinsi Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,

6
Sumatera Selatan dan Provinsi Papua”. Adapun fungsi dari Badan Restorasi

Gambut pada pasal 3 adalah :

a. Pelaksanaan koordinasi dan penguatan kebijakan pelaksanaan restorasi

gambut;

b. Perencanaan, pengendalian dan kerjasama penyelenggaraan restorasi gambut;

c. Pemetaan kesatuan hidrologis gambut;

d. Penetapan zonasi fungsi lindung dan fungsi budidaya;

e. Pelaksanaan kontruksi infrastruktur pembasahan gambut dan pelaksanaan

kelengkapan;

f. Penataan ulang pengelolaan areal gambut dan terbakar;

g. Pelaksanaan sosialisasi dan edukasi restorasi gambut;

h. Pelaksanaan suvervisi dalam kontruksi operasi dan pemeliharaan infrastruktur

di lahan konsesi;

i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden;

Pelaksanaan Badan Restorasi Gambut di daerah dilakukan oleh Tim

Restorasi Gambut Daerah (TRGD) yang ditetapkan dan pejabatnya ditunjuk oleh

Gubernur. TRGD merupakan perpanjang tangan BRG dengan tugas pokok

mengkoordinasi perencanaan program dan pengawasan restorasi gambut di

daerah, termasuk mengidentifikasi aktor/pelaksana restorasi seperti Kemitraan

Badan Restorasi Gambut Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD), Masyarakat Peduli Api (MPA), dan Kelompok Masyarakat Swakelola

Badan Restorasi Gambut. Badan Restorasi Gambut Memiliki Program 3R dalam

melakukan restorasi gambut yaitu:

7
1. Rewetting (Pembasahan) adalah salah satu cara yang dipakai untuk

memulihkan lahan gambut yang terkeringi secara berlebihan dengan cara

membangun infrastruktur pembasahan kembali gambut.

2. Revegetation (Revegetasi) adalah upaya memperbaiki lahan gambut yang

vegetasinya telah rusak melalui kegiatan penanaman agar kondisi tutupan

lahannya pulih kembali. Dalam revegetasi disesuaikan dengan kondisi tutupan

lahan, kondisi hidrologis, status pengelolaan, keberadaan masyarakat, kondisi

sosial dan faktor-faktor lainnya.

3. Revitalisasi Ekonomi Masyarakat adalah memberdayakan masyarakat untuk

mengelola lahan gambut berbasis lahan dan berbasis air seperti pertanian tanpa

bakar, perikanan air tawar, peternakan dan pengembangan komoditi lokal.

Adapun rincian kegiatan dari ketiga program tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Program Badan Restorasi Gambut

NO PROGRAM KEGIATAN
a. Pembangunan Sekat Kanal
b. Pembangunan Sumur Bor
Rewetting (Pembasahan
1 c. Penimbunan Kanal
Gambut)
d. Embung
e. Kanal Tali Air
a. Pembibitan
2 Revegetation (Revegetasi) b. Penanaman
c. Pemeliharaan
Revitalisasi Ekonomi a. Bantuan Ekonomi Produktif
3
Masyarakat b. Desa Peduli Gambut
Sumber: Badan Restorasi Gambut

Program – program Badan Restorasi Gambut tersebut sudah

dilaksanakan di Desa Sungai Tohor. Adapun rincian program Badan Restorasi

Gambut yang dilaksanakan yaitu:

8
1. Rewetting (Pembasahan), pembasahan lahan gambut yang kering dilakukan

dengan cara penyekatan kanal. Pembangunan sekat kanal dari Presiden Ri,

Walhi Riau, Singapura, Desa Sungai Tohor dengan total 20 Buah, yang berada

di Dusun 2 sebanyak 13 buah, Dusun 1 sebanyak 1 buah dan Dusun 3 sebanyak

6 buah. Kemudian pengadaan alat ukur muka air gambut oleh Pusat Studi

Bencana Universitas Riau. Program ini berfungsi sebagai salah satu cara untuk

menjaga keseimbangan air tanah gambut supaya tidak terjadi kekeringan di

musim kemarau dan juga sebagai pasokan air bagi masyarakat dimusim

kemarau. Pembangunan sekat kanal ini dikerjakan oleh masyarakat Desa

Sungai Tohor dengan pengawasan dan perdampingan dari lembaga-lembaga

pemerintah, NGO dan juga universitas yang ikut andil.

Desa Sungai Tohor telah berhasil melakukan Program Rewetting

(pembasahan), berhasilnya Program Rewetting dapat dilihat pada tahun 2014 –

2016, tidak terjadi kebakaran lagi di lahan gambut Desa Sungai Tohor yang

sudah dibangun sekat kanal. Padahal desa ini setiap tahunnya, terutama

sebelum tahun 2014 sering terjadi kebakaran, setelah dilakukan Rewetting,

kebakaran tidak terjadi lagi. Program rewetting di Desa Sungai Tohor

dilakukan dengan cara membangun sekat kanal di sepanjang parit kekat guna

untuk menahan dan mengatur debit air supaya gambut tetap basah dan tidak

terjadi kekeringan. Pada tahun 2016 di Desa Sungai Tohor, sekat kanal yang

dibangun oleh masyarakat ini menjadi solusi atas bencana kebakaran yang

terjadi terbukti dengan berkurangnya kebakaran yang terjadi di Desa Sungai

Tohor bahkan berhasil mencapai Zero Hotspot pada tahun 2016, selain itu Desa

Sungai Tohor juga dijadikan kawasan Laboratorium Internasional Gambut

9
Tropis. Namun kurangnya peninjauan yang dilakukan oleh pihak terkait

terhadap sekat kanal yang telah dibangun masih kurang diperhatikan dan

kurangnya partisipasi dalam melakukan pengawasan terhadap pembangunan

sekat kanal dan perawatan terhadap sekat kanal yang telah selesai dibangun

agar dapat terjaga kelestariannya dan juga manfaat dari sekat kanal bisa

berlangsung lama sehingga terdapat banyak sekat kanal yang rusak dimakan

waktu.

2. Revegetation (Revegetasi), ini mencakup pembibitan, penanaman dan

pemeliharaan. Restorasi lahan gambut oleh Walhi Riau dengan penanaman dan

pembibitan 1000 bibit kayu alam lokal, dilakukan di lahan yang terdampak

kebakaran dan juga di antara tanaman sagu masyarakat guna menyimpan air

sehingga air di kawasan perkebunan juga terjaga. Program ini dilakukan oleh

masyarakat Desa Sungai Tohor didampingi oleh Lembaga Swadaya

Masyarakat setempat dibawah pengawasan lembaga pemerintahan.

Program Revegetation (Revegetasi), masyarakat dan LSM lokal

didampingi oleh donatur melakukan pembibitan kayu lokal, untuk pembibitan

kayu yang masih kecil ditanam di polibag dan dirawat hingga kayu alam agak

besar agar tidak mudah mati ketika ditanam nantinya. Perawatan pembibitan

dilakukan oleh pejuang lingkungan masyarakat Desa Sungai Tohor. Kemudian

setelah kayu tumbuh agak besar baru dilakukan penanaman di lahan gambut

yang rusak akibat kebakaran, juga penanaman sagu dilahan restorasi,

penanaman kayu juga dilakukan di kebun masyarakat disela tanaman sagu

berfungsi sebagai pengatur air di lahan kebun masyarakat. Dalam pelaksanaan

Program Revegetation yang telah dilakukan di Desa Sungai Tohor terdapat

10
beberapa masalah yang terjadi dilapangan seperti kurangnya pendampingan

yang dilakukan dari Tim Restorasi Gambut Daerah, dan juga koordinasi antara

pemerintah Kabupaten dan penggiat lingkungan di desa tidak terjalin dengan

baik sehingga program revegetasi berjalan tidak sesuai dengan ketentuan

program.

3. Revitalitation (Revitalisasi), untuk program Revitalisasi Ekonomi di Desa

Sungai Tohor berupa bantuan langsung kepada masyarakat mencakup bantuan

peralatan yang berhubungan dengan sumber mata pencaharian Masyarakat

Desa Sungai Tohor. Program Revitalisasi Ekonomi di Desa Sungai Tohor

sebelumnya telah dilaksanakan pada tahun 2016-2020. Berikut tabel program

Kelompok Tani di Desa Sungai Tohor.

Tabel 2. Kelompok Tani Desa Sungai Tohor

KOMODITAS UNGGULAN
DIRI (Ha/Ekor) TOTAL
NAMA JUMLAH
TAHUN LUAS
NO KELOMPOK ANGGOTA
PEMBENTUKAN GARAPAN
TANI KELOMPOK TAN HOR NAK BUN (Ha/Ekor)

Durian Jantung
1 30 Desember 2016 20 √ 300 Batang
Tohor
2 Kekat Sejahtera 02 Agustus 2016 10 √ 250 Ekor
Kelompok Wanita
3 01 November 2017 30 √ 0.6 Ha
Tani Sungai Tohou
4 Millenial 28 Januari 2020 10 √
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kepulauan Meranti

Tabel diatas memaparkan program - program Revitalisasi Ekonomi

masyarakat yang dilaksanakan di Desa Sungai Tohor Kecamatan Tebing

Tinggi Timur. Program Revitalisasi Ekonomi tersebut dilakukan dengan

membentuk kelompok – kelompok yang terdiri dari beberapa anggota dimana

setiap kelompok memiliki nama, anggota serta komoditas unggulan masing –

11
masing. Komoditas unggulan dibagi menjadi 4 macam yaitu Tanaman Pangan

(TAN), Holtikultura (HOR), Ternak (NAK), dan Perkebunan (BUN).

Tahun 2021, Program Revitalisasi Ekonomi masyarakat di Desa Sungai

Tohor dilakukan dengan program pemberian bantuan 3 unit mesin kilang sagu

guna untuk membantu masyarakat dalam mengelola hasil sagu. Bantuan juga

diberikan dalam bentuk hewan peliharaan yaitu kambing sebanyak 100 ekor

kepada kelompok masyarakat dan bantuan bibit sagu untuk ditanam di kebun

masyarakat. Namun bantuan ini tidak berjalan sesuai keinginan karena banyak

kendala yang terjadi dilapangan, contohnya bantuan mesin kilang sagu hanya

dirasakan oleh beberapa orang yang memiliki kilang sagu saja, kemudian untuk

bantuan kambing sebanyak 100 ekor terkendala dalam pemeliharaannya,

dikarenakan bantuan ini dikelola secara berkelompok maka banyak anggota yang

kurang ikut andil dalam pemeliharaan hewan ternak ini. Contohnya pencarian

rumput untuk makan ternak dilakukan setiap hari. Banyak anggota yang sibuk

dengan pekerjaan masing -masing sehingga kurang optimalnya dalam pengelolaan

bantuan ini.

Selanjutnya program bantuan bibit sagu, bantuan ini diberikan kepada

masyarakat yang mempunyai lahan untuk ditanami sagu. Dalam proses

penanaman bisa dikatakan berjalan dengan baik, namun setelah beberapa bulan

ditanam yang biasanya bibit sagu akan tumbuh pucuk baru, tapi kini lebih banyak

tanaman bibit sagu yang mati, dikarenakan bibit yang diberikan terlalu kecil dan

juga terlalu lama dibiarkan. Seharusnya untuk bibit sagu yang sudah diambil harus

ditanam langsung ataupun dilakukan perendaman di kanal sehingga tumbuh

pucuk sampai waktu penanaman. Selain itu, gagal tumbuhnya bibit sagu

12
disebabkan oleh kurangnya perawatan bibit yang sudah ditanam karena kurangnya

pendampingan dan pemantauan oleh pemberi bantuan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis ingin meneliti

terkait pelaksanaan dan evaluasi dari Program Revitalisasi Ekonomi BRG

terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat di Desa Sungai Tohor. Oleh karena

itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Koordinasi

Pemerintah Dalam Program Restorasi Gambut di Desa Sungai Tohor

Kabupaten Kepulauan Meranti”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat penulis rumuskan

masalah penelitian yaitu :

1. Bagaimana Koordinasi Pemerintah dalam Program Restorasi Gambut di Desa

Sungai Tohor Kabupaten Kepulauan Meranti?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Koordinasi Pemerintah dalam Program

Restorasi Gambut di Desa Sungai Tohor Kabupaten Kepulauan Meranti?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a) Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Koordinasi Pemerintah dalam Program Restorasi Gambut di

Desa Sungai Tohor Kabupaten Kepulauan Meranti.

2. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi Koordinasi Pemerntah dalam

Program Restorasi Gambut di Desa Sungai Tohor Kabupaten Kepulauan

Meranti.

13
b) Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran permasalahan

penelitian yang tepat agar dapat menghasilkan sebuah kesimpulan serta hasil

dari penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai pijakan atau

referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

program BRG khususnya pada revitalisasi ekonomi pemberdayaan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini tentunya akan menambah wawasan

penulis serta hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

pemerintah dalam mengimplementasikan program revitalisasi ekonomi yang

merupakan bagian dari program BRG.

14
D. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan

penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu, penulis dapat memperkaya

teori untuk mengkaji penelitian. Dari penelitian terdahulu yang penulis paparkan

berikut, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti

penelitian yang akan penulis lakukan. Namun penulis mengangkat beberapa

penelitian yang dilakukan sebelumnya sebagai referensi dalam memperkaya

bahan kajian. Berikut penelitian terdahulu yang berupa skripsi dan jurnal yang

berkaitan dengan penelitian penulis.

Pertama, penelitian Rulia Ananti dalam skripsinya yang berjudul

“Evaluasi Program Badan Restorasi Gambut dalam Merestorasi Hutan dan Lahan

Gambut di Kepenghuluan Teluk Nilap Kecamatan Kubu Babussalam Kabupaten

Rokan Hilir”. Dari hasil penelitian pada judul diatas untuk mengevaluasi program

Badan Restorasi Gambut dalam upaya melakukan pemulihan kembali hutan dan

lahan gambut di kepenghuluan teluk nilap, khususnya pada program rewetting

dengan kegiatan pembangunan sekat kanal yang belum berjalan dengan optimal.

Kontruksi sekat kanal yang dibuat belum mampu membasahi gambut secara

keseluruhan sehingga masih ditemukan titik api di Kepenghuluan Teluk Nilap.

Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi program Badan Restorasi

15
Gambut pada kegiatan pembangunan sekat kanal adalah kurangnya sumberdaya

yang digunakan, keterlambatan penyaluran anggaran, ketidakselarasan rencana

restorasi gambut, kurangnya regulasi untuk kegiatan restorasi gambut, kurangnya

peran pemerintah kepenghuluan dan pola pikir masyarakat yang masih banyak

belum mengerti tentang program restorasi gambut.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh saudari Rulia Ananti dengan

penelitian yang akan penulis lakukan yaitu terletak pada waktu, ruang lingkup,

batasan masalah dan objek penelitian. Sementara fokus penelitian dalam

penelitian ini adalah berfokus pada pelaksanaan, evaluasi dan faktor – faktor yang

memepengaruhi dari program revitalisasi ekonomi dalam upaya pemberdayaan

ekonomi masyarakat Desa Sungai Tohor.

Kedua, penelitian Syafrizal dan Resdati dengan judul jurnalnya “Restorasi

Gambut Berbasis Pemberdayaan Masyarakat”. Hasil dari penelitian ini adalah

pemberdayaan masyarakat membuat satu partisipasi dari kelompok masyarakat

pemadam api, bekerja sama dengan gambut mulia adalah memadamkan api ketika

terjadinya kebakaran hutan. Disaat musim panas patrol keliling Desa Rimbo

Panjang terkhusus untuk daerah rawan kebakaran, namun mereka terkendala

biaya. Kemudian Kelompok Masyarakat Nenas Berduri dari program restorasi

gambut, program pemberdayaan oleh BRG ini menghasilkan produk-produk

olahan yang bisa berkembang dan menjadi nilai ekonomis. Kelompok pembibitan

budidaya ikan, budidaya ikan ini berada dikawasan restorasi gambut dan

pendampingan restorasi gambut selalu berupaya untuk memanfaatkan setiap lahan

untuk bisa produktifitas dengan upaya bersama masyarakat.

16
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Syafrizal dan Resdati

dalam jurnalnya dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu terletak

pada lokasi, waktu dan batasan masalah dalam penelitian ini. Selanjutnya ada

persamaan pada penelitian ini yang terletak pada fokus penelitian yaitu

berfokus pada pemberdayaan masyarakat di lahan gambut melalui program –

program dari Badan Restorasi Gambut. Penulis juga ingin melihat program-

program Revitalisasi Ekonomi di Desa Sungai Tohor. Tetapi juga ingin

mengukur keberdayaan dari program Revitalisasi Ekonomi tersebut.

Ketiga, penelitian Dio Prama Sutra dan Adnan Aban dengan judul

jurnalnya “Pengelolaan Wilayah Gambut Melalui Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Di Provinsi Riau”. Hasil penelitiannya adalah bahwa dalam

pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan ekosistem rawa gambut di

Provinsi Riau telah di lakukan di beberapa kabupaten di Provinsi Riau,

pemanfaatan ekosistem rawa gambut yang dilakukan yaitu berbasis budidaya

pertanian, budidaya perikanan dan sebagainya. Namun dalam pelaksanaan

program pemberdayaan masyarakat masih kurang digencarkan oleh pemerintah

desa maupun pemerintah daerah setempat, disarankan kepada pemerintah

daerah setempat khususnya untuk meningkatkan motivasi, partisipasi dan

kontribusi masyarakat dilahan gambut untuk dampak ekonomi yang

berkelanjutan.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Dio Prama dan

Adnan Aban dalam jurnalnya dengan penelitian yang akan penulis lakukan

yaitu terletak pada lokasi, waktu dan fokus penelitiannya. Penelitian penulis

memfokuskan penelitiannya kepada salah satu program Badan Restorasi

17
Gambut yaitu Program Revitalisasi Ekonomi yang berada di Desa Sungai

Tohor.

Keempat, penelitian Elida Sahni Siregar dengan judul jurnalnya

“Strategi Pengolahan Lahan Gambut Untuk Pengembangan Perekonomian

Masyarakat”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi dalam

pengembangan lahan gambut secara berkelanjutan dapat dilakukan dengan

mensinergikan upaya-upaya dalam pengolahan lahan gambut dengan

meningkatkan produktivitas usaha tani pada lahan gambut yang berkelanjutan

dan juga harus dapat meminimalisir emisi gas karbon yang disumbangkan oleh

lahan gambut sehingga dalam produktivitas pertanian dapat berjalan dengan

baik.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh saudari Elida Sahni Siregar

dalam jurnalnya dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu terletak

pada lokasi, waktu dan fokus permasalahannya, penelitian terdahulu berfokus

pada strategi pengelolaan lahan gambut sehingga bisa menjadi penunjang

perekonomian masyarakat dilahan gambut dan mengelola lahan gambut yang

berkelanjutan demi kepentingan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan penulis

tidak melihat strategi tetapi lebih kepada pelaksanaan dan dampak program.

Kelima, penelitian Febry Yuliana dengan judul jurnalnya “Pelaksanaan

Cannal Blocking Sebagai Upaya Restorasi Gambut di Kabupaten Meranti

Provinsi Riau. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan keberhasilan program

BRG terbukti dengan terjadinya penurunan titik api dibeberapa desa bahkan

ditahun 2016 tidak ditemukan titik api di Desa Sungai Tohor. Selain itu cannal

18
blocking juga memiliki manfaat lain bagi lahan-lahan gambut yang tadinya

kering dan rusak kini sudah membasah dan banyak ditumbuhi tumbuhan liar

dan sagu bekas terbakar juga kembali mulai tumbuh pucuknya, lahan-lahan

gambut ini juga ditata kembali agar dapat berfungsi sesuai kebutuhan

masyarakat lokal yang memanfaatkan lahan gambut dengan kearifan lokal.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh saudari Febry Yuliana dalam

jurnalnya dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu terletak pada

waktu, permasalahan dan fokus penelitiannya. Penelitian terdahulu meneliti

program Rewetting (pembasahan) yang merupakan berfokus pada

pengembalian atau pemulihan lahan gambut yang terbakar sehingga bisa di tata

kembali menjadi lahan gambut yang dikelola oleh masyarakat dengan kearifan

lokal. Sedangkan penelitian penulis hanya berfokus pada program Revitalisasi

Ekonomi yang merupakan program untuk membangkitkan perekonomian

masyarakat dilahan gambut pasca kebakaran sehingga bisa menjadi sumber

pendapatan dan mata pencaharian masyarakat dilahan gambut.

19
2. Kerangka Teori

a. Koordinasi

1. Pengertian Koordinasi

Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu

b. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat

Jim Ife dalam bukunya yang berjudul Community Development,

Creating Community Alternatives Vision, Analisis and Practice (1997),

menjelaskan bahwa definisi pemberdayaan ialah memberikan sumber daya,

kesempatan, pengetahuan dan keterampilan kepada warga untuk

meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa depan mereka

sendiri dan berpartisipasi pada upaya mempengaruhi kehidupan dari

kelompoknya. Menurut Jim Ife, konsep pemberdayaan memiliki hubungan

erat dengan dua konsep power (daya) dan konsep disadvantaged

(ketimpangan). Maka pengertian pemberdayaan dapat dijelaskan

menggunakan 4 perspektif yaitu pluralis, elitis, strukturalis dan post-

strukturalis.

20
Dalam buku Pengembangan Masyarakat karya Zubaedi (2013: 21-22)

penjelaan dari 4 perspektif itu masing – masing adalah sebagai berikut :

1. Perspektif Pluralis melihat pemberdayaan sebagai proses buat menolong

individu maupun kelompok masyarakat yang kurang beruntung, supaya

mereka dapat bersaing lebih efektif. Dalam perspektif ini, pemberdayaan

yang dilakukan adalah menolong masyarakat dengan memberikan

pembelajaran tentang cara menggunakan keahlian dalam melobi,

menggunakan media yang berhubungan dengan tindakan politik dan

memahami bagaimana bekerjanya sistem (aturan main). Jadi,

pemberdayaan dilakukan dengan meningkatkan kapasitas masyarakat agar

dapat bersaing secara wajar sehingga tidak ada yang menang atau kalah.

2. Perspektif Elitis, memandang pemberdayaan sebagai upaya untuk

mempengaruhi kalangan elite, seperti para pemuka atau tokoh masyarakat,

pejabat, orang kaya dengan cara membentuk aliansi dengan mereka, atau

melakukan konfrontasi dan mengupayakan perubahan pada kalangan elite.

Upaya ini dilakukan mengingat masyarakat menjadi tak berdaya karena

adanya power dan kontrol yang kuat dari para elite.

3. Perspektif Strukturalis, memandang pemberdayaan sebagai agenda

perjuangan yang lebih menantang karena tujuannya adalah menghapus

bentuk – bentuk ketimpangan struktural. Dengan kata lain , pemberdayaan

masyarakat adalah suatu proses pembebasan yang harus dibarengi oleh

perubahan struktural secara fundamental serta hilangnya penindasan

struktural.

21
4. Perspektif Post-strukturalis, menilai pemberdayaan sebagai upaya

mengubah diskursus yang menekankan pada aspek intelektualitas

ketimbang aksi atau praksis. Jadi, pemberdayaan masyarakat dipahami

sebagai langkah mengembangkan pemahaman terhadap perkembangan

pemikiran baru dan analitis. Titik tekan pemberdayaan pada aspek

pendidikan kepada masyarakat.

Jim Ife juga mengidentifikasikan 6 jenis kekuatan masyarakat yang

dapat dimanfaatkan dalam proses pemberdayaan mereka, 6 jenis kekuatan itu

adalah:

1. Kemampuan menentukan pilihan pribadi;

2. Kemampuan menentukan kebutuhan sendiri;

3. Kebebasan berekspresi;

4. Kemampuan kelembagaan;

5. Akses pada sumber daya ekonomi;

6. Kebebasan dalam proses reproduksi.

Dengan mengidentifikasikan faktor – faktor kekuatan masyarakat dan

ketimpangan yang membuat mereka terbelakang, terdapat tiga strategi

pemberdayaan yang bisa dilakukan. Ketiga strategi itu adalah:

1. Pemberdayaan melalui perencanaan dan kebijakan yang dilaksanakan

dengan membangun atau mengubah struktur dan lembaga yang bisa

memberikan akses yang sama terhadap sumber daya, pelayanan dan

kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

22
2. Pemberdayaan melalui aksi – aksi sosial dan politik yang dilakukan

perjuangan politik dan gerakan dalam rangka membangun kekuasaan yang

efektif.

3. Pemberdayaan melalui pendidikan dan penumbuhan kesadaran yang

dilakukan dengan proses pendidikan dalam berbagai aspek yang cukup

luas. Upaya ini dilakukan dalam rangka membekali pengetahuan dan

keterampilan bagi masyarakat lapis bawah dan meningkatkan kekuatan

mereka.

Istilah pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya

mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki masyarakat agar menjadi

sebuah sistem yang bisa mengorganisasi diri sendiri secara mandiri. Individu

bukan sebagai objek, melainkan sebagai pelaku yang mampu mengarahkan

diri mereka sendiri kearah yang lebih baik lagi.

Ginandjar Kartasasmita (1996:249) berpendapat bahwa pemberdayaan

ekonomi rakyat adalah “upaya yang merupakan pengerahan sumber daya

untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat untuk meningkatkan

produktivitas rakyat dari segi sumber daya manusia maupun sumber daya

alam di sekitar keberadaan rakyat sehingga dapat ditingkatkan

produktivitasnya”. Kemudian menurut Kindervater dalam Kusnadi, dkk

(2005: 220), pemberdayaan adalah proses peningkatan kemampuan seseorang

baik dalam arti pengetahuan, keterampilan, maupun sikap agar dapat

memperbaiki kedudukannya dalam masyarakat. Pemberdayaan masyarakat

dimaksudkan mengembangkan kemampuan masyarakat agar secara mandiri

berdiri sendiri memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah

23
mereka sendiri dalam bentuk persoalan ekonomi, pendidikan, sosial dan

lainnya (Djohani dalam Kusnadi 2005: 220).

Menurut Sumodiningrat menjelaskan bahwa pemberdayaan tidak

bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk

mandiri, meski dari Jauh dijaga agar tidak jatuh lagi (Sumodiningrat, 2000

dalam Ambar Teguh, 2004: 82). Dari pendapat diatas, pemberdayaan bearti

melalui suatu masa proses belajar hingga mencapai status mandiri, meskipun

demikian dalam rangka mencapai kemandirian tersebut tetap dilakukan

pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus menerus supaya

tidak mengalami kemunduran atau kegagalan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa,

pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah usaha masyarakat untuk

menjadikan ekonomi yang kuat, besar, modern dan berdaya saing tinggi dalam

mekanisme pasar dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi,

pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

agar mampu berdiri sendiri dalam menghadapi masalah mereka sendiri.

2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Upaya pemberdayaan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak,

baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat. Pemberdayaan yang

dilakukan memiliki dampak keberdayaan masyarakat untuk keluar dari

hambatan struktural, sehingga masyarakat yang berdaya ini nantinya mampu

mengaktualisasikan potensi diri dan kapasitasnya untuk menghadapi tantangan

24
eksternal sebagai dampak dari pembangunan. Menurut Agnes Sunartiningsih

(2004: 140), pemberdayaan masyarakat yang dilakukan diharapkan mampu :

a) Menganalisis situasi yang ada dilingkungannya

b) Meningkatkan kualitas hidup anggota

c) Mencari pemecahan masalah berdasarkan kemampuan dan keterbatasan

yang mereka miliki

d) Meningkatkan penghasilan dan perbaikan penghidupan di masyarakat

e) Mengembangkan sistem untuk mengakses sumber daya yang diperlukan

Tujuan pemberdayaan diatas menunjuk pada keadaan atau hasil yang

ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu meningkatkan masyarakat

yang tidak berdaya menjadi berdaya dan memperkuat kekuasaan atau

mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti mempunyai

kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam

melaksanakan tugas kehidupan (Edi Suharto, 2005: 60).

Berdasarkan beberapa kutipan tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa tujuan pemberdayaan masyarakat adalah agar masyarakat mampu atau

berdaya dan mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan

sehari-hari sehingga mampu untuk meningkatkan penghasilan menjadi lebih

baik dan juga bisa memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan sendiri

dan mandiri.

3. Bentuk - Bentuk Pemberdayaan

25
Menurut Ndraha (2003: 132), pemberdayaan ada berbagai macam

bentuk program pemberdayaan yaitu :

a) Pemberdayaan Politik, yang bertujuan untuk meningkatkan daya tawar

(bargaining position) yang diperintah terhadap pemerintah. Maksudnya

adalah agar yang diperintah mendapatkan apa yang menjadi haknya dalam

bentuk barang, jasa, layanan, dan kepedulian tanpa merugikan pihak lain.

b) Pemberdayaan Sosial Budaya, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

sumber daya manusia melalui (human investmen) guna meningkatkan nilai

manusia, penggunaan dan perlakuan yang adil terhadap manusia.

c) Pemberdayaan Lingkungan, dimaksudkan sebagai program perawatan dan

pelestarian lingkungan agar pihak yang diperintah dan lingkungan mampu

beradaptasi secara kondusif dan saling menguntungkan.

d) Pemberdayaan Ekonomi, diperuntukan sebagai upaya meningkatkan

kemampuan yang diperintah sebagai konsumen agar berfungsi sebagai

penanggung diri dampak negatif dari pertumbuhan, pembayaran resiko

salah urus, pemikul beban pembangunan, kegagalan program, dan akibat

kerusakan lingkungan.

4. Indikator - Indikator Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional dapat diketahui

melalui beberapa indikator keberdayaan, khususnya keberdayaan dalam

bidang ekonomi yang dapat menunjukkan seseorang atau masyarakat itu

berdaya atau tidak. Secara umum keberhasilan suatu pemberdayaan ekonomi

masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan mereka sehari-hari. Dijelaskan secara lebih rinci menurut Gunawan

26
Sumodiningrat (2015: 291-292) yang dikutip oleh Mami Suciati, ada beberapa

indikator keberhasilan program pemberdayaan ekonomi, yaitu:

a) Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

b) Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh

penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

c) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya.

d) Meningkatkan kemandiriran kelompok yang ditandai dengan makin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya

permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta

makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di masyarakat.

e) Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapat yang

ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu

memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

E.

27
F. Kerangka Pemikiran

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 Tentang


Badan Restorasi Gambut

Revitalisasi Ekonomi

Program Revitalisasi
Faktor – Faktor Ekonomi Desa Sungai
yang Implementasi Program Tohor
memengaruhi
1. Bantuan Mesin Kilang
Sagu
2. Bantuan Ternak
Kambing
3. Bibit Sagu

Indikator Keberhasilan Pemberdayaan Masyarakat


Sumodiningrat (1999:138)
1. Berkurangnya Jumlah Penduduk Miskin
2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang
dilakukan oleh penduduk miskin.
3. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya
peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di
lingkungannya
4. Meningkatnya kemandirian kelompok.
5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan
pendapatan

Berhasil Gagal

Ekonomi Masyarakat Desa Sungai Tohor

28
G. Definisi Konseptual

Definisi konsep merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur dan

juga untuk menciptakan kesatuan bahasa, makna serta persepsi dan pengertian

dalam mengelola dan menganalisis data. Adapun beberapa definisi konsep yang

penulis sajikan sebagai berikut

1. Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan

yang setengah membusuk, oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi.

Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa

inggris sebagai peet, dan lahan-lahan bergambut dunia dikenal dengan aneka

nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire dan lain-lain.

2. Restorasi Gambut adalah upaya pemulihan ekosistem gambut terdegradasi agar

kondisi hidrologis, struktural dan fungsinya berada pada kondisi pulih. Untuk

itu dilakukan pembasahan kembali (rewetting) material gambut yang

mengering akibat turunnya muka air tanah gambut.

3. Badan Restorasi Gambut adalah lembaga nonstruktural yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Presiden yang dibentuk pada 6 Januari 2016,

melalui peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Badan Restorasi

Gambut. BRG bekerja secara khusus, sistematis, terarah, terpadu dan

menyeluruh untuk mempercepat pemulihan dan pengembalian fungsi

hidrologis gambut yang rusak terutama akibat kebakaran dan pengeringan.

4. Pemberdayaan Masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat

berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi

29
dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila

masyarakat itu sendiri ikut pula berpartisipasi.

5. Pemberdayaan ekonomi adalah salah satu program untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat, yang bertujuan untuk memotivasi agar masyarakat

memiliki kemandirian, kesadaran dan meningkatkan mutu perekonomian

masyarakat.

6. Revitalisasi Ekonomi, revitalisasi sendiri adalah suatu proses atau cara dan

perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya

sehingga revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk menjadi

vital (penting). Jadi revitalisasi ekonomi adalah proses dan perbuatan untuk

menghidupkan kembali perekonomian menjadi suatu hal yang penting.

7. Pengelolaan merupakan sebuah bentuk bekerja dengan orang-orang secara

pribadi dan kelompok demi tercapainya tujuan organisasi lembaga.

30
H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah ( Moleong,

2018 ). Metode ini dianggap cocok pada penelitian penulis karena bertujuan

untuk mengetahui apakah program BRG ( Revitalisasi Ekonomi ) ini

berdampak pada pemberdayaan ekonomi masyarakat di Desa Sungai Tohor.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Deskriptif kualitatif berarti data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa

kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Jenis deskriptif kualitatif juga

memungkinkan semua data yang dikumpulkan menjadi kunci terhadap apa

yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian yang berisi kutipan-

kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data

tersebut mungkin saja berasal dari wawancara, catatan lapangan, foto,

videotape, dokumen pribadi, catatan atau nemo dan dokumen resmi lainnya

yang bersangkutan dengan pembahasan penelitian. (Maleong, 2018)

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Deas Sungai Tohor Kabupaten Kepulauan

Meranti Provinsi Riau. Adapun alasan penulis memilih Desa Sungai Tohor

31
adalah dikarenakan Desa Sungai Tohor memiliki lahan gambut dan

perekonomian masyarakat lokal sangat bergantung pada lahan gambut seperti

perkebunan sagu, karet dan lain-lain. Desa Sungai Tohor juga terpilih sebagai

salah satu desa yang menerima program restorasi gambut dari pemerintah

melalui BRG, program-program yang direalisasikan didesa ini yaitu Rewetting

(Pembasahan), Revegetasi (Penanaman dan Pembibitan) dan Revitalisasi

Ekonomi. Penelitian ini berfokus pada program Revitalisasi Ekonomi

masyarakat di lahan gambut yang mana sangat cocok dengan Desa Sungai

Tohor yang mayoritas mata pencaharian masyarakatnya berada dilahan

gambut. Dan juga Desa Sungai Tohor terpilih sebagai kawasan laboratorium

gambut tropis.

4. Sumber Data

a. Informan Penelitian

Sugiyono (2010:300) dalam bukunya mengatakan bahwa informan

(narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi mengenai

objek penelitian tersebut. Penulis mengambil teknik dalam pemilihan informan

ialah teknik purposive sampling. Teknik tersebut mendasarkan pada

pertimbangan kepada orang yang dianggap paling tahu tentang permasalahan

yang diteliti. Selain itu, hal yang harus ada pada informan tersebut adalah

kedudukannya, dimana dengan infirman yang memiliki kekuasaan dan

kewenangan akan mempermudahkan penulis untuk mendapatkan informasi.

Teknik Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sample sumber data

dengan pertimbangan tertentu.

32
Tabel 2. Informan Penelitian

No Nama Jabatan Jumlah


Tim Restorasi Gambut Daerah Kabupaten Kepulauan
1 1
Meranti
2 Kepala Desa Sungai Tohor 1
3 Masyarakat Desa Sungai Tohor 2
4 Kelompok Masyarakat pengelola program BRG 3

b. Dokumen

Dokumen yang penulis maksudkan sebagai sumber data adalah

dokumen-dokumen yang berupa laporan kegiatan atau dokumen yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian yang dirasakan dibutuhkan penulis sebagai

informasi atau sumber data.

5. Jenis Data

Adapun jenis data dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh penulis

secara langsung dari sumber asli. Dalam hal ini data primer dikumpulkan

melalui teknik pengumpulan data secara langsung pada sumber data. Data

primer akan penulis dapatkan melalui wawancara kepada informan penelitian.

Data primer dengan teknik wawancara penulis peroleh dengan mewawancarai

langsung Kepala Badan Restorasi Gambut Provinsi Riau, Ketua BRG

Kabupaten Kepulauan Meranti, Kepala Desa Sungai Tohor, masyarakat Desa

33
Sungai Tohor, kelompok masyarakat sebagai pengelola program BRG dan

ketua keompok program Revitalisasi Ekonomi.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung

oleh penulis yang mana data sekunder ini bisa penulis dapatkan dengan cara

dari sumber yang telah disediakan. Dalam penelitian ini data sekunder

merupakan dokumen-dokumen terkait penelitian yang didapatkan dari

Website Badan Restorasi Gambut Indonesia dan juga dari Badan Restorasi

Gambut Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti. Data sekunder ini berguna

untuk mendukung informasi data-data primer yang telah diperoleh. Berikut

data sekunder yang penulis maksud yaitu:

- Struktur organisasi, tugas dan fungsi dari Badan Restorasi Gambut

- Program Badan Restorasi Gambut

- Data program BRG yang telah dilakukan di Desa Sungai Tohor

- Data tentang Program Revitalisasi Ekonomi

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpul data untuk penelitian ini dilakukan dengan teknik-teknik

sebagai berikut:

a. Wawancara (interview)

Teknik wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian ini

dimaksudkan agar penulis mendapatkan data atau informasi secara langsung

dari informan yang berkaitan. Esteber (Moleong) menjelaskan bahwa

wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

34
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Terkait jenis wawancara yang digunakan, maka penulis akan

menggunakan wawancara tidak terstruktur atau terbuka. Alasan penulis

memilihnya adalah supaya penulis bisa dengan leluasa menggali informasi

secara lengkap dan mendalam.

Wawancara dilakukan dengan melakukan perjanjian terlebih dahulu

dengan informan. Sehingga kegiatan wawancara nantinya tidak mengganggu

aktivitas dari informan. Berbagai peralatan yang penulis siapkan untuk

melakukan wawancara seperti buku catatan, handphone untuk merekam dan

mengambil gambar dalam kegiatan wawancara berlangsung. Alat-alat tersebut

digunakan untuk merekam dan menyimpan hasil wawancara yang telah penulis

lakukan guna untuk dijadikan sebagai data dalam penelitian.

b. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan dokumen dilakukan dengan mencari dan

menelaah terkait dokumen-dokumen yang penulis anggap menunjang dan

relevan dengan permasalahan penelitian. Dokumen yang dimaksudkan seperti

laporan kegiatan, catatan harian kegiatan, foto dan sebagainya. Dengan adanya

dokumentasi, dapat mendukung dari teknik pengumpulan data sebelumnya.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang dilakukan

setelah penulis mendapatkan data dari sebuah responden ataupun sumber lain

yang penulis dapatkan. Dalam melakukan analisis data, langkah-langkah yang

35
penulis lakukan yaitu berdasarkan menurut Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono, 2019 : 246) yaitu:

a. Redaksi Data (data reduction)

Redaksi data dilakukan setelah data terkumpul. Dengan banyaknya data

yang didapatkan setelah pengumpulan, maka sudah tentu data yang terkumpul

tersebut tidak beraturan serta adanya beberapa informasi yang tidak perlu. Oleh

karena itu, perlu dilakukan analisis data. Analisis data yang berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting,

serta mencari tema dan polanya. Dengan dilakukan reduksi data, data yang

tadinya tidak beraturan, menjadi memiliki gambaran yang cukup mudah

dipahami.

b. Penyajian Data (data display)

Tahap penyajian data, merupakan tahap dimana penulis melakukan dan

mengolah informasi yang sudah penulis reduksi kedalam bentuk teks naratif,

grafik jaringan, tabel ataupun dalam bentuk bagan sesuai dengan kebutuhan

peneliti.

c. Kesimpulan (conclusion)

Langkah terakhirt dalam analisis data menurut teori ini adalah

kesimpulan dan verifikasi. Dalam penarikan kesimpulan ini, diharapkan dapat

menjawab pertanyaan penelitian. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif perlu

dilakukan secara cermat dengan meninjau kembali data-data atau catatan

sebelumnya agar data dapat dibuktikan kebenarannya.

36
I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini, akan disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selanjutnya berupa tinjauan pustaka

yang berisikan penelitian terdahulu dan kerangka teori dalam melakukan

penelitian ini. Selanjutnya terdapat kerangka berfikir, definisi konseptual dan

yang terakhir yaitu metode penelitian.

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan beberapa gambaran yang berkaitan dengan lokasi

penelitian. Adapun gambaran tersebut berupa gambaran umum Kabupaten

Kepulauan Meranti yang merupakan daerah lokasi penelitian dan gambaran

tentang Badan Restorasi Gambut di Provinsi Riau, khususnya Kabupaten

Kepulauan Meranti.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab yang ketiga akan dijelaskan terkait hasil dari penelitian mengenai

program Revitalisasi Ekonomi Badan Restorasi Gambut dalam pemberdayaan

ekonomi masyarakat serta mendeskripsikan terkait faktor-faktor yang

mempengaruhi pemberdayaan ekonomi melalui program Revitalisasi Ekonomi

BRG.

37
BAB IV PENUTUP

Bab penutup berisi uraian kesimpulan penelitian sesuai dengan hasil yang telah

penulis temukan. Dalam bab ini juga berisikan saran yang merupakan masukan

dari penulis kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Ife, Jime. Community Development: Creating Community Alternaves – Vision,
Analysis and Practice, ( Melbourne Longman, 1997,).
Kartasasmitha, G. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan, (Jakarta: PT Pustaka Cisendo, 1996), Hlm 145.
Suciati, M. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Sekolah Perempuan: Studi
Terhadap PNPM Peduli-Lakpesdam NU Bantul, (Yogyakarta : UIN Sunan
Kalijaga, 2014), hlm. 12.
Sumodiningrat, G. Pemberdayaan Masyarakat dan jaring pengaman sosial,
(Jakarta: Gramedia, 1999), hlm. 138.
Taliziduhu, N. Kronologi Ilmu Pemerintahan Baru, (Jakarta: Direksi Cipta, 2003),
hlm. 132.
Zubaedi. Wacana Pembangunan Alternatif: Ragam Perspektif Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Ar Ruzz Media,2007), Hlm 42.
Jurnal
Astika, M. W. (2021). Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Lingkungan Gambut.
Hal. 41-47
Erlina, N., & Yuliani, F. (2017). Analisis Pembangunan Canal Blocking Sebagai
Solusi Pencegahan Kebakaran Lahan Gambut Di Desa Sungaitohor
Kabupaten Kepulauan Meranti (Doctoral dissertation, Riau
University).JOM FISIP. Vol. 4(2). 1-15
Khairiyah, H. (2021). Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Lingkungan
Gambut. Prosiding. 37-40
Siregar, E. S. (2021). Strategi Pengelolaan Lahan Gambut Untuk Pengembangan
Perekonomian Masyarakat. Prosiding. 30-36.
Sutra, D. P., & Aban, A. (2021). Pengelolaan Wilayah Gambut Melalui
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Provinsi Riau. Prosiding. 24-29.
Syafrizal, S., & Resdati, R. (2021). Restorasi Gambut Berbasis Pembedayaan
Masyarakat. In Prosiding Seminar Nasional LPPM UMP.596-601

38
(2020). Partisipasi Masyarakat dalam Restorasi Gambutdi Desa Rimbo
Panjang. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences
(JEHSS), 3(2), 712-720.
.Yuliani, F. (2017). Pelaksanaan Cannal Blocking Sebagai Upaya Restorasi
Gambut Di Kabupaten Meranti Provinsi Riau. Spirit Publik: Jurnal
Administrasi Publik, 12(1), 69-84.
. (2021). Partisipasi Masyarakat Dalam Implemtasi Jejaring Antar
Organisasi (Inter-Organizational Network) Bagi Pengendalian Karhutla
Pada Lahan Gambut. PROSIDING.18-23.

Website
Tim publikasi katadata.Luas Gambut Indonesia Terbesar Kedua di Dunia,29 April
2019. Diakses Pada 5 September 2022, Dari
https://katadata.co.id/timpublikasikatadata/infografik/5e9a519433cb1/luas-
gambut-indonesia-terbesar-kedua-di-dunia
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Presiden Nomor 1 tahun 2016 Tentangg Badan Restorasi Gambut

39

Anda mungkin juga menyukai