Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bai Allah Subhanahu wa Ta ala


atas segala nikmat
yang telah diberikan-Nya kepada kita semua termasuk terselesaikannya
makalah GEOGRAFI ini.
Makalah ini mengambil tema FENOMENA GEOSFER, sebagaimana amanat yang
diberikan kepada kami di
dalam memenuhi tugas GEOGRAFI. Sebuah penghargaan bagi kami atas
diberikannya tugas ini,
karena dengan begitu kita akan dapat mengkaji kembali tentang hal -hal
yang berkaitan dengan FENOMENA GEOSFER, yang pasti akan
bermanfaat menambah keilmuan dan pengetahuan
Akademis kita serta modal dalam BELAJAR YANG LEBIH GIAT
DAN RAJIN. Dalam
kesempatan ini perkenankan kami menghaturkan rasa terima kasih tak
terhingga kepada Ibu
Mar atus Sholihah yang telah membimbing kami. Pun begitu, kami
menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu sumbang - saran maupun masukan sangat
kami harapkan. Atas
segala kekurangan tersebut, kami mohon dibukakan pintu maaf seluas-
luasnya. Demi ki an dari
kami , semoga segal a tujuan bai k dengan hadi rnya makal ah i ni dapat
tercapai.
Amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin.

Pekanbaru, Mai 20 14
penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hutan ........................................................................... 6
B. Peran Hutan Terhadap Lingkungan ............................................
1. Peran Hutan ................................................................................ 6
2. Kerusakan Hutan dan Lingkungan .......................................... 9
C. Macam-macam kerusakan hutan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada Bangsa
Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara yang memberikan
manfaat serbaguna bagi umat manusia, cenderung kondisinya semakin menurun.
Hutan juga merupakan salah satu sumber daya alam yang berperan dalam menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dan kesuburan tanah.
Ketersediaan air dan kesuburan tanah merupakan urat nadi kehidupan manusia.

Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keaneka-ragaman
hayati yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia setelah Brazillia.
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Planologi Kehutanan RI tahun
2000 bahwa luas hutan Indonesia adalah 120,3 juta hektar atau 3,1% dari luas
hutan dunia (Suhendang, 2002). Seiring dengan berjalannya waktu dan tingkat
kebutuhan akan kayu semakin meningkat, mendorong masyarakat baik secara
individu maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak
memperhatikan kelestariannya. Eksploitasi hasil hutan tersebut biasanya dilakukan
secara ilegal seperti melakukan pembalakan liar, perambahan, pencurian yang
mengakibatkan kerusakan hutan di Indonesia tidak terkendali (laju kerusakan hutan
Indonesia 2,8 juta hektar per tahun). Akibatnya, kerusakan hutan atau lingkungan
tak terkendali tersebut mengakibatkan luas hutan semakin menurun, lahan kritis
semakin bertambah, dan sering terjadi bencana alam seperti banjir, tanah longsor,
dan lain sebagainya.

Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya terjadi pada hutan alam tetapi juga telah
terjadi pada hutan lindung. Padahal, hutan lindung memiliki fungsi yang spesifik
terutama berkaitan dengan ketersediaan air. Air merupakan sumber kehidupan yang
sangat penting terhadap keberlanjutan kehidupan bagi semua mahluk hidup. Hal ini
seperti telah tertuang dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Ketentuan Pokok Kehutanan yang menjelaskan bahwa hutan lindung merupakan
kawasan hutan karena keadaan sifat alamnya diperuntukkan guna pengaturan tata
air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Oleh karena
itu, hutan lindung perlu perhatian yang serius dari semua pihak agar kelestariannya
tetap terjamin.

Kerusakan hutan yang terus terjadi telah mengakibatkan malapetaka dan bencana
yang menelan korban harta dan jiwa yang tidak sedikit, seperti musibah kebakaran
dan kekeringan pada musim kemarau, banjir dan tanah longsor pada musim hujan dan
lain sebagainya. Hal ini tertentu merupakan tantangan bagi semua pihak untuk
mencari akar permasalahan dan solusi pemecahannya.




B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kerusakan hutan berpengaruh besar terhadap lingkungan di sekitar
kawasan hutan ?
2. Bagaimana cara melibatkan masyarakat dalam proses pemberdayaan kawasan
sekitar hutan ?
3. Upaya-upaya apakah yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjaga kelestarian hutan ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kerusakan hutan berpengaruh besar terhadap lingkungan
di sekitar
kawasan hutan.
2. Dapat menentukan apakah yang dapat dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjaga kelestarian hutan.
3. Agar bisa melibatkan masyarakat dalam proses pemberdayaan kawasan
sekitar hutan
4. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Geografi



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hutan
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang telah ditentukan oleh pemerintah
untuk dilindungi dari segala macam aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan
hutan atau kehilangan fungsi hutan, seperti mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
B. Peran Hutan Terhadap Lingkungan
1. Peran Hutan
Hutan bukanlah warisan nenek moyang, tetapi pinjaman anak cucu kita yang harus
dilestarikan. Jika terjadi bencana, maka dipastikan, biaya recovery jauh lebih
besar ketimbang melakukan pencegahan secara dini. Begitu pentingnya fungsi hutan
sehingga pada 21 Januari 2004 Presiden Megawati merasa perlu mencanangkan
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) yaitu gerakan moral yang
melibatkan semua komponen masyarakat bangsa untuk memperbaiki kondisi hutan
dan lahan kritis. Dengan harapan, agar lahan kritis itu dapat berfungsi optimal, yang
juga pada gilirannya bermanfaat bagi masyarakat sendiri. Tujuan melibatkan
komponen masyarakat, tentu saja, agar mereka menyadari bahwa hutan dan
lingkungan itu sangat penting dijaga kelestariannya.
Hutan memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan manusia diantaranya sebagai
berikut :
a. Pelestarian Plasma Nutfah
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa
depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati.

b. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh
kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan, partikel padat yang
tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon
melalui proses jerapan dan serapan. Partikel yang melayang-layang di permukaan
bumi sebagian akan terjerap pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu
dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke
dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon,
cabang dan ranting. Dengan demikian hutan menyaring udara menjadi lebih bersih
dan sehat.

c. Penyerap Partikel Timbal dan Debu Semen
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di
daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70 % dari partikel timbal di udara
perkotaan berasal dari kendaraan bermotor. Hutan dengan kanekaragaman
tumbuhan yang terkandung di dalamnya mempunyai kemampuan menurunkan
kandungan timbal dari udara.
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat
mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di
udara bebas harus diturunkan kadarnya.
d. Peredam Kebisingan
Pohon dapat meredam suara dan menyerap kebisingan sampai 95% dengan cara
mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang
paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan
daun yang rindang. Berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat
dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang
sumbernya berasal dari bawah.
e. Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses
fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan
beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin
dan gula. Bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses
through fall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar
maupun dari daun jarum.
Hujan yang mengandung H
2
SO
4
atau HNO
3
apabila tiba di permukaan daun akan
mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti
H
2
SO
4
akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO
4

yang bersifat netral. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh
permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan
menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. pH air hujan yang telah
melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak
melewati tajuk pohon.
f. Penyerap Karbon-monoksida
Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam
menyerap gas. Tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara
yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir
mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.
g. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen
Hutan merupakan penyerap gas CO
2
yang cukup penting, selain dari fitoplankton,
ganggang dan rumput laut di samudera. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh
semua tumbuhan baik di hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan lainnya
dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO
2
dan air menjadi
karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi
manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan
beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain
pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan
hewan.
h. Penahan Angin
Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin yang berupa hutan
kota.
i. Penyerap dan Penapis Bau
Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen
mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung,
atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau.
j. Mengatasi Penggenangan
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang
mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang memenuhi
kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak, sehingga
mempunyai stomata yang banyak pula.
k. Mengatasi Intrusi Air Laut dan Abrasi
Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun
terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalam
pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harus
betul-betul diperhatikan. Upaya untuk mengatasi masalah ini yakni membangun
hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman yang mempunyai daya
evapotranspirasi yang rendah.
Hutan berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dan
dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian hutan selain
dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat berperan dalam proses
pembentukan daratan.
l. Produksi Terbatas
Hutan memiliki fungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon mahoni di
hutan kota Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta.
Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat
dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat
meningkatkan taraf gizi dan penghasilan masyarakat.



m. Ameliorasi Iklim
Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah
berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di
perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar
pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal,
gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar
radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena
tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi.
n. Pelestarian Air Tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan
kemampuan menyerap air yang besar maka kadar air tanah hutan akan meningkat.
Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah
yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah dan hanya sedikit yang menjadi
air limpasan. Dengan demikian pelestarian hutan pada daerah resapan air dari kota
yang bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas
yang baik.
o. Penapis Cahaya Silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti
kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-
benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah
depan, akan mengurangi daya pandang pengendara.
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung
pada ukuran dan kerapatannya.
p. Mengurangi Stress, Meningkatkan Pariwisata dan Pencinta Alam
Kehidupan masyarakat di lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan yang sangat
tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri. Petugas lalu
lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan lainnya sering
mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal dan karbon-
monoksida. Oleh sebab itu gejala stress (tekanan psikologis) dan tindakan ugal-
ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha
di kota atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di kota.
Hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan monotonitas.
2. Kerusakan Hutan dan Lingkungan
Ternyata dengan semakin tidak harmonisnya hubungan manusia dengan alam
tumbuhan mengakibatkan keadaan lingkungan di perkotaan menjadi hanya maju
secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Padahal kestabilan kota secara
ekologi sangat penting, sama pentingnya dengan nilai kestabilannya secara ekonomi.
Oleh karena terganggunya kestabilan ekosistem perkotaan, maka alam menunjukkan
reaksinya berupa: meningkatnya suhu udara, penurunan air tanah, banjir, penurunan
permukaan tanah, intrusi air laut, abrasi pantai, pencemaran air berupa air minum
berbau, mengandung logam berat, pencemaran udara seperti meningkatnya kadar
CO
2
, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang
gersang, monoton, bising dan kotor.
Dalam waktu dua tahun terakhir kita merasakan peristiwa alam, seperti bencana
banjir dan longsor. Diawali banjir bandang di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, pada 11
Desember 2002. Tak kurang dari 26 orang meninggal dunia dengan tragis. Di awal
tahun 2003, banjir bandang Jakarta mengakibatkan beberapa penduduk tewas,
puluhan ribu masyarakat harus mengungsi di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Akibat
ikutan lain, adanya banjir di Jakarta ini melumpuhkan kegiatan sektor swasta,
termasuk pengiriman barang-barang ekspor mereka.
Di Mandalawangi, Garut, Jawa Barat pada tanggal 28 Januari 2003 telah terjadi
tanah longsor dengan jumlah korban meninggal 21 orang. Memasuki akhir musim
penghujan tahun 2002/2003 dikejutkan dengan peristiwa hujan lebat dan longsor di
Flores, yang kemudian disusul peristiwa alam yang didominasi oleh kekeringan di
Pantura Pulau Jawa. Pada akhir 2003 terjadi bencana banjir bandang yang sangat
dahsyat di Bukit Lawang; Bahorok, Sumatera Utara pada tanggal 2 November 2003
yang membawa korban tidak kurang dari 134 orang meninggal serta ratusan lainnya
hilang. Pada Desember 2003 beberapa wilayah Jambi terendam banjir sampai
sekitar seminggu. Yang terakhir adalah peristiwa banjir besar di kota Mojokerto 4-
5 Februari 2004.
Peristiwa alam dan lingkungan tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa alam sedang
bergolak menuju keseimbangan baru. Kondisi ini akan terus bergerak menyesuaikan
diri terhadap intervensi manusia yang tidak pernah berhenti mempengaruhinya,
serta kemungkinan perubahan alam itu sendiri yang perlu dicermati. Proses alam
dalam menuju keseimbangan baru ini sering kurang bisa ditangkap maknanya oleh
manusia, sebaliknya manusia seringkali saling menyalahkan bukannya mencari solusi
yang arif.
Bencana alam, seperti banjir, yang terjadi pada tahun 2003 dan yang berlanjut
sampai awal tahun 2004 kalau ditelusuri disebabkan oleh dua kelompok faktor yakni
faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia dan faktor yang dapat dikendalikan
manusia. Curah hujan kecepatan angin, dan geologi merupakan contoh faktor yang
tidak dapat dikendalikan oleh manusia.
Penelusuran faktor-faktor yang berpengaruh pada peristiwa alam yang menimbulkan
bencana dua tahun terakhir ini menunjukkan bahwa ada faktor alamiah yang tidak
bisa dikendalikan manusia, tetapi juga banyak faktor yang sebetulnya berasal dari
intervensi manusia, termasuk arah kebijakan yang tidak tepat. Curah hujan dan
intensitas hujan yang tinggi, angin kencang, gempa bumi, dan letusan gunung berapi
merupakan contoh-contoh faktor alam yang tidak bisa dikendalikan manusia.
Sedangkan masalah invasi spesies eksotik, illegal logging di kawasan hutan,
pemukiman, dan budidaya pertanian di lereng gunung merupakan bentuk intervensi
yang sebetulnya dapat dikendalikan manusia. Semua itu berpengaruh besar terhadap
peristiwa banjir bandang dan tanah longsor. Antara faktor alam dan
faktor manusia sangat sulit dipisahkan karena adanya interaksi timbal balik dalam
suatu ekosistem .

C. Contoh kerusakan hutan
1.


2.







BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hutan lindung sebagai salah satu sumber daya alam yang berperan menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dan kesuburan tanah
merupakan urat nadi kehidupan manusia yang saat ini cenderung menurun
keberadaannya. Perambahan dan pembalakan liar (illegal logging) terjadi di mana-
mana dan menyebabkan kerusakan hutan yang tidak terkendali. Akibatnya bencana
alam seperti banjir, tanah longsor sudah menjadi langganan pada musim hujan tiba
yang tidak jarang menelan korban ratusan jiwa masyarakat yang tidak berdosa.
Ironisnya, banyak pihak termasuk pemerintah selalu menyalahkan dan bahkan
menuduh masyarakat sekitar kawasan hutan sebagai penyebab utama kerusakan
hutan.
Tuduhan ini sangat tidak beralasan, apalagi jika dilihat secara dekat kondisi
kehidupan masyarakat sekitar kawasan hutan, seperti kehidupan masyarakat sekitar
kawasan hutan lindung Rogo Jampi yang sebagian besar (78%) dalam kondisi miskin
dan tidak berdaya. Kondisi inilah perlu dipahami dan dijadikan salah satu
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan perencanaan penyusunan program,
agar setiap kebijakan dan program tentang pengaturan pengelolaan hutan yang
diambil tetap memperhatikan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat sekitar
kawasan hutan lindung.
Paradigma perencanaan pengelolaan hutan dan pemberdayaan masyarakat yang
sentralistik yaitu program dirancang dari atas tanpa melibatkan masyarakat harus
diubah kearah peningkatan partisipasi masyarakat lokal secara optimal.
Anggapan sebagian elit bahwa untuk mencapai efisiensi pembangunan, masyarakat
tidak mempunyai kemampuan menganalisis kondisi dan merumuskan permasalahan,
serta solusi pemecahannya, harus diubah bahwa setiap individu memiliki potensi
yang dapat dikembangkan dan masyarakatlah yang paling mengetahui dan mengenal
potensi dan permasalahan yang mereka hadapi.
Perencanaan sentralistik dan anggapan bahwa masyarakat tidak mampu menganalisis
dan merumuskan permasalahannya, disinyalir merupakan salah satu penyebab
kegagalan program pengelolaan hutan dan pemberdayaan masyarakat secara
berkelanjutan.
B. Saran
Dari penjelasan yang disampaikan pada bab-bab terdahulu maka dapat disarankan
hal-hal sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat sekitar
kawasan hutan lindung dapat segera diidentifikasi oleh pemerintah dan
masyarakat sehingga dapat segera dicarikan solusi untuk proses
pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung .
2. Kepada masyarakat luas agar lebih memperhatikan kelestarian kawasan hutan
lindung agar terhindar dari segala dampak buruk kerusakan hutan.





















TUGAS GEOGRAFI
FENOMENA GEOSFER :
KERUSAKAN HUTAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KHAIRUNNISA
X.5

Anda mungkin juga menyukai