Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

“TAMAN NASIONAL MERBABU”

FIKRI PRIYATNA

41205425118018

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan laporan mengenai “TAMAN NASIONAL MERBABU”.

Penulis tentu menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan saya ucapkan terimakasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................6
PENDAHULUAN............................................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................6
1.2 Tujuan Praktikum.........................................................................................................8
1. Tujuan dari pada praktikum ini adalah :...........................................................................8
2. Menganalisis pengelolaan Taman Nasional di Indonesia.................................................8
3. Menganalisis permasalahan kawasan khususnya Taman Nasional Merbabu....................8
4. Mengidentifikasi kasus-kasus yang terjadi di Taman Nasional........................................8
(Taman Nasional Merbabu)......................................................................................................8
1.3 Gambaran Umum Lokasi..............................................................................................9
1. Letak Geografis............................................................................................................9
2. Tofografi....................................................................................................................11
3. Potensi wisata.............................................................................................................12
1.4 Identifikasi Kasus dan Penyelesaian...........................................................................13
BAB II..........................................................................................................................................17
PEMBAHASAN............................................................................................................................17
BAB III.........................................................................................................................................19
PENUTUP....................................................................................................................................19
1. Kesimpulan....................................................................................................................19
2. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................20

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Sejarah Letusan Gunung Merapi.................................................................... 16

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta Kabupaten Boyolali............................................................................10


Gambar 1. 2 Gunung Merbabu........................................................................................10
Gambar 2. 1 Burung Elang..............................................................................................19

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam
hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya. Bahwa dalam melakukan konservasi sumberdaya
alam hayati, pemerintah menetapkan hutan konservasi. Undang-Undang Nomor 41
tahun 199 tentang Kehutanan menjelaskan bahwa hutan konservasi adalah kawasan
hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Selanjutnya, Hutan
Konservasi terbagi menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan Kawasan Suaka
Alam (KSA).

Hutan Konservasi merupakan benteng terakhir bagi kelestarian hutan.


Kerusakan Hutan Konservasi dapat memberi dampak sangat fatal terhadap
penurunan daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Pemahaman semua
pihak terhadap pentingnya hutan konservasi adalah mutlak. Sehingga dalam
praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami secara mendalam
menganai seluk-beluk hutan konservasi. Pada kesempatan ini, fokus praktikum
adalah Taman Nasional.

Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan hutan. Hampir separuh
wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah berupaya memaksimalkan
fungsi hutan tersebut melalui pengelolaan yang semaksimal mungkin
mendatangkan kemanfaatan bagi rakyat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41
tahun 1999 tentang Kehutanan, yang dimaksud hutan adalah suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya
tidak dapat dipisahkan. Dari pengertian tersebut maka hutan akan memiliki

6
berbagai fungsi.
Berdasarkan fungsinya, hutan dibedakan menjadi hutan konservasi, hutan
lindung dan hutan produksi. Sementara dari sisi potensinya, hutan dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu : hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu dan jasa
ekosistem hutan atau yang lebih dikenal jasa lingkungan hutan (Direktorat
Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Dirjen Perlindungan Hutan dan
konservasi Alam Departemen kehutanan, tahun 2008).

Dalam rangka mengoptimalkan fungsi hutan tersebut salah satu yang saat ini
dikembangkan oleh pemerintah adalah pengelolaan dan peningkatan jasa
lingkungan hutan. Yang dimaksud jasa lingkungan hutan yaitu jasa ekosistem
hutan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dengan bentuk seperti keindahan
dan fenomena alam (yang dikenal dengan wisata alam), keanekaragaman hayati
dan ekosistemnya (tanaman hias dan obat-obatan), fungsi hidrologi (massa air dan
energi/aliran air, energi panas matahari, energi angin) dan penyerapan dan/atau
penyimpanan karbon (dalam rangka menurunkan emisi/udara bersih).

Hal ini menjadi dirasa penting karena saat ini hutan di Indonesia diharapkan
menjadi solusi terhadap kemungkinan terjadinya krisis pangan, krisis air dan energi
dengan kemampuan hutan dalam mengatur siklus air serta potensinya sebagai salah
satu sumber energi baru terbarukan.

Salah satu lokasi yang kaya keanekaragaman hayati adalah vegetasi hutan
alami yang berada dikawasan Taman Nasional Gunung Merbabu terletak pada
ketinggian 1.000-3.142 m di atas permukaan laut. Hutan Gunung Merbabu
merupakan salah satu kawasan hutan alam yang berada di 3 (tiga) kabupaten, yaitu
Kabupaten Semarang), Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali Propinsi
Jawa Tengah. Secara geografis, kawasan Hutan Gunung Merbabu terletak 1100 32’
BT – 1100 48’ BT dan 70 38’ LS – 70 48’ LS. Hutan ini memiliki luas ± 5.725 ha.
Penggunaan lahan pada kawasan Gunung Merbabu yaitu hutan, permukiman,
ladang, perkebunan campuran, padang rumput, semak belukar dan lahan terbuka
(Alkaf, 2014). Selain itu Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki kawasan

7
pelestarian alam baik daratan maupun perairan yang memiliki ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi
(PP RI No. 108 Tahun 2015). Oleh karenanya Hutan Gunung Merbabu memiliki
lingkungan yang subur sehingga banyak tumbuhan yang hidup di hutan ini salah
satunya adalah tumbuhan obat.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Tujuan dari pada praktikum ini adalah :


2. Menganalisis pengelolaan Taman Nasional di Indonesia
3. Menganalisis permasalahan kawasan khususnya Taman Nasional Merbabu
4. Mengidentifikasi kasus-kasus yang terjadi di Taman Nasional
(Taman Nasional Merbabu).

8
1.3 Gambaran Umum Lokasi

1. Letak Geografis

Gambar 1. 1 Peta Kabupaten Boyolali

Sumber : aliamirudin.wordpress.com

Gambar 1. 2 Gunung Merbabu

Sumber : https: id.wikipedia.org

9
Wilayah Kabupaten Boyolali secara geografis berada pada posisi geografis
antara 110022’-110050’ Bujur Timur dan antara 707’-7 036’ Lintang Selatan
mempunyai luas wilayah kurang lebih 101.510,10 hektar yang membentang dari
Barat-Timur sejauh 48 km dan Utara-Selatan sejauh 54 km, dengan batas
administrasi wilayah, sebagai berikut :
1) Sebelah Utara yaitu Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang;
2) Sebelah Timur yaitu Kabupaten Karanganyar, Sragen, dan Sukoharjo;
3) Sebelah Selatan yaitu Kabupaten Klaten dan Provinsi D.I. Yogyakarta;
4) Sebelah Barat yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.
Kabupaten Boyolali secara administratif terbagi dalam 19 (sembilan belas)
kecamatan terdiri 261 (dua ratus enam puluh satu) desa dan 6 (enam) kelurahan.

Kabupaten Boyolali termasuk kawasan Solo Raya (Karesidenan Surakarta)


yang berbatasan dengan beberapa kabupaten, diantaranya Kabupaten Semarang
dan Kabupaten Grobogan di sebelah utara, Kabupaten Sragen, Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta (Solo) di sebelah timur,
Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, serta
Kabupaten Magelang di sebelah barat. Pusat pemerintahan terletak di Kecamatan
Boyolali.Disamping itu ada beberapa kecamatan lainnya seperti Sambi, Ampel,
Banyudono, Sawit, Simo, Karanggede, Andong, Musuk, Cepogo dan Selo.

Boyolali Tersenyum (tertib, elok, rapi, sehat, nyaman untuk


masyarakat).merupakan slogan atau julukan dari Kota Susu atau kota penghasil
susu perah. Adapun visi dan misi Kabupaten Boyolali sebagaimana tertuang
dalam Rencana Strategi Daerah Kabupaten Boyolali ditetapkan sebagai berikut :

a. Visi
“Terwujudnya masyarakat boyolali yang sejahtera lahir batin,mandiri dan
berdaya saing berbasis pada pertanian,industri dan pariwisata”.

10
b. Misi
1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia agar lebih menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, mampu berkompetisi dan professional.
2) Pemberdayaan masyarakat dalam rangka membentuk manusia yang
berbudi luhur, disiplin, mandiri, kreatif, produktif dan demokrasi.
3) Pengembangan industri kecil dan menengah yang berbahan baku lokal,
berpotensi menyerap tenaga kerja, dan memberi nilai tambah serta
didukung dengan pengembangan teknologi tepat guna.
4) Pengembangan sektor pertanian melalui diversifikasi dan intensifikasi
untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
5) Pengembangan pariwisata dan pemberdayaan masyarakat sebagai
6) commit to user
7) Meningkatkan kerjasama pariwisata wilayah Solo, Selo dan Borobudur.
8) Membangun sistem pemerintahan yang bersih dan baik serta berorientasi
pada pelayanan publik.
9) Membangun sarana dan prasarana public yang mendukung kelancaran
perekonomian, pemerataan pembangunan dan memperlancar pelayanan
publik.
Memperluas jaringan kerjasama dalam pembangunan dengan prinsip
saling menguntungkan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

2. Tofografi
Topografi wilayah Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut :

1) Antara 75 – 400m dpl yaitu Kecamatan Teras, Banyudono, Sawit,


Mojosongo,Ngemplak, Simo, Nogosari, Kemusu, Karanggede, dan sebagian
Boyolali;
2) Antara 400 – 700m dpl yaitu Kecamatan Boyolali, Musuk, Mojosongo,
Cepogo,Ampel, dan Karanggede;
3) Antara 700 - 1.000m dpl yaitu sebagian Kecamatan Musuk, Ampel, dan
Cepogo;
4) Antara 1.000 - 1.300m dpl yaitu sebagian Kecamatan Cepogo, Ampel, dan
Selo;
5) Antara 1.300 - 1.500m dpl yaitu Kecamatan Selo.

11
3. Potensi wisata
Boyolali menyimpan banyak potensi yang siap dikembangkan salah satunya
potensi dalam sector pariwisata. Boyolali terkenal dengan kota yang masih
mempunyai tingkat kealamian yang cukup tinggi dari segi tempat wisata ataupun
agrowisata yang dimiliki oleh Boyolali,Khusus nya taman nasional Merbabu
terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif
gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan
Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan, Kabupaten Semarang di
lereng sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah.

Dan Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu ditunjuk berdasarkan


Keputusan Menteri Kehutanan No. 135/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004
tentang perubahan fungsi kawasan hutan lindung dan taman wisata alam pada
kelompok hutan Merbabu seluas 5.725 hektare. Kawasan ini dinilai penting
sebagai sumber mata air bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Selain itu,
kawasan hutan Merbabu juga merupakan habitat flora dan fauna yang dilindungi
dan dilestarikan. Sistem pengelolaan taman nasional yang diterapkan diharapkan
mampu untuk melestarikan dan mengembangkan kawasan konservasi ini
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

12
1.4 Identifikasi Kasus dan Penyelesaian

konservasi Taman Nasional (TN) Gunung Merbabu yang menyebabkan


sengketa lahan seluas kurang lebih 49,05 ha. Perbedaan persepsi mengenai batas
kawasan TN Gunung Merbabu antara pihak pengelola dan masyarakat di dusun
Gesikan dan Tumut desa Jrakah menyebabkan konflik terus terjadi, Desa Jrakah,
Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali merupakan lokasi dimana konflik batas
kawasan terjadi antara masyarakat di dusun Gesikan dan Tumut dengan pihak
pengelola kawasan TN Gunung Merbabu.

 pihak TN Gunung Merbabu mempunyai persepsi bahwa batas kawasan sesuai


dengan peta Perhutani (pengelola sebelumnya) dan peta hasil rekonstruksi batas TN
Gunung Merbabu tahun 2007. Sedangkan batas kawasan dalam persepsi masyarakat
adalah batas alam sejak jaman Belanda yang saat ini masih ada seperti batu besar,
tumpukan batu (entho) dan tanaman bambu cendani. Berkembangnya konflik pada
akhirnya berkaitan dengan kebutuhan masing-masing pihak. Masyarakat
mempunyai ketergantungan terhadap lahan untuk memenuhi kebutuhan dasar
sehari-hari, sedangkan pihak TN Gunung Merbabu membutuhkan kondisi batas
kawasan yang mantap (diakui semua pihak) untuk mendukung optimalisasi
pengelolaan kawasan. Persepsi dan kebutuhan masing-masing pihak menimbulkan
sikap dan perilaku sesuai standard masing-masing. Masyarakat berpegang pada
interpretasi sejarah dan kebijakan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Sedangkan
pihak TN Gunung Merbabu berpedoman pada kebijakan dan aturan konservasi.
Konflik masih terjadi karena belum ada solusi integratif dari kedua belah pihak.
Upaya yang telah dilakukan masih merupakan inisiatif pihak TN Gunung Merbabu.
Perbedaan persepsi tentang batas kawasan belum dapat diklarifikasi secara memadai
dan dapat diterima masyarakat. Sejarah status lahan sengketa yang pada awalnya
merupakan tanah milik pemerintah kasunanan Surakarta yang kemudian demi
hukum berubah menjadi tanah negara (dikelola pemerintah pusat), belum diketahui
dan dipahami kedua belah pihak. Disisi lain berlarutnya penyelesaian konflik
menyebabkan masyarakat semakin tergantung terhadap lahan sengketa. Diperlukan
upaya problem solving yang menghasilkan solusi integratif dan menjadi
kesepakatan bersama. Keterlibatan pihak ketiga (mediator) diperlukan untuk

13
mengupayakan solusi integratif. Upaya pertemuan bina konsensus dengan
melibatkan berbagai pihak terkait dan pihak ketiga dapat membantu melakukan
klarifikasi sejarah kawasan dan menjadi langkah awal upaya pemecahan masalah
yang konstruktif. Sedangkan kebijakan konservasi dapat menjadi alternatif
instrumen penyelesaian konflik yang bersifat solusi integratif dengan adanya
kesepakatan bersama untuk melakukan rekonstruksi batas dan optimalisasi zonasi
secara mufakat dengan keterlibatan pihak ketiga. Kebijakan konservasi yang
mengedepankan aspek ekonomi, sosial budaya dan ekologi, dapat menjembatani
kebutuhan kedua belah pihak dan meningkatkan kepedulian bersama terhadap
pelestarian kawasan TN Gunung Merbabu.

Dan Kabupaten Boyolali mempunyai dua gunung yaitu Merapi dan Merbabu
yang menyebabkan kondisi topografinya menjadi berbukit-bukit dengan ketinggian
rata-rata 700 meter di atas permukaan laut. Titik tertinggi Kabupaten Boyolali
berada pada 1.500 mdpl yaitu di Kecamatan Selo dan terendah pada 75 mdpl di
Kecamatan Banyudono (BPS, Boyolali Dalam Angka: 2015) Kondisi geologis
Kecamatan Selo yang terletak di lereng Gunung Merapi dan Merabu menyebabkan
tingginya ancaman bencana di kecamatan ini. Dua potensi bencana yang sudah
diketahui masyarakat luas adalah erupsi gunung api dan juga gempa bumi vulkanik
yang tidak hanya menyebabkan kerugian material tetapi juga korban jiwa. Terdapat
dua desa di kecamatan Selo yang berada di punggungan gunung Merapi dan
Merbabu. Kedua pemukiman ini hanya berjarak kurang lebih 6 Km dari puncak
gunung Merapi dan Merbabu. Pemukiman terakhir di punggungan gunung Merapi
adalah desa Lencoh yang berjarak hanya 3 Km saja. Sedangkan di punggungan
gunung merbabu pemukiman terakhir berada pada desa Selo yang juga merupakan
jalur pendakian gunung merbabu berjarak hanya 4 Km. Jika ditinjau dari lokasi
pemukiman ini, akan banyak sekali potensi ancaman bencana 2 yang ada di kedua
desa ini. Terlebih lagi status gunung Merapi yang masih aktif yang akan saja bisa
terjadi erupsi. Erupsi Merapi memiliki sejarah yang panjang dan akan berulang,
tercatat erupsi kecil terjadi setiap 2 – 3 tahun dan erupsi besar terjadi sekitar 10 – 15
tahun, dimana erupsi pada tahun 2010 silam termasuk erupsi terbesar dengan
luncuran awan panas mencapai kurang lebih 15 Km. Bahkan pada erupsi tahun 1930

14
telah menghancurkan 13 desa dengan korban jiwa sekitar 1.400 jiwa. Erupsi besar
terakhir yang terjadi pada awal Oktober sampai November 2010 silam menyebabkan
sedikitnya 410.388 warga megungsi, dengan jumlah korban meninggal sebanyak
337 jiwa serta ratusan rumah warga hancur dan rusak parah (Badan Geologi Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana: 2014). Erupsi besar terakhir Gunung Merapi
menyebabkan aktivitas penduduk lumpuh total mulai dari pendidikan, per-
ekonomian, transportasi dan lain-lain. Seluruh penduduk disekitar lereng gunung
Merapi di evakuasi ke tempat yang lebih aman untuk menghindari meningkatnya
jumlah korban yang terkena material erupsi. Karena dalam radius 10 Km sudah
tidak memungkinkan untuk ditinggali. Di sektor pendidikan, kegiatan belajar
mengajar dilakukan secara darurat di tenda-tenda pengungsian. Masing-masing guru
dari sekolah mencari muridnya untuk melakukan kegiatan belajar mengajar,
meskipun semua murid tidak bisa terkumpul karena berada di pengungsian yang
terpisah. Melihat ancaman bencana yang ada di Kecamatan Selo perlu diadakan
upaya peningkatan pengetahuan bencana sejak dini, terutama di bangku sekolah.
Alasan kenapa pengetahuan bencana perlu ditingkatkan melalui bangku sekolah
karena sekolah merupkan jalur formal bagi anak untuk memperoleh informasi. Dan
dilihat dari lingkungan sekolah, lebih efektif dilakukan kegiatan berupa
pembelajaran yang mendukung perubahan seorang anak baik dari segi pengetahuan,
sikap maupun keterampilan. Selain itu di bangku sekolah siswa mengalami proses
pembelajaran yang akan mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana, baik
dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Proses belajar di bangku
sekolah dijalankan berdasarkan kurikulum dan program pembelajaran yang telah
disusun secara sistematis

Melihat permasalahan yang telah diuraikan, maka dipilih SMP Negeri 1 Selo
untuk dilakukan penelitian. SMP Negeri 1 Selo terletak di Jalan Ki Hajar Saloka
Km 1 Desa Gebyog, Selo. Dalam letusan terakhir gunung Merapi pada tahun 2010,
SMP Negeri 1 Selo terkena dampak berupa hujan abu vulkanik yang menyebabkan
kegiatan belajar mengajar dihentikan. Selain itu gemuruh yang berasal dari gunung
Merapi semakin membuat kegiatan belajar mengajar sangat tidak memungkinkan.
Selama erupsi gunung Merapi proses belajar mengajar dilakukan di Boyolali,

15
dikarenakan semua warga dievakuasi ke posko pengungsian. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka judul yang dipilih adalah “Pengembangan Video
Pembelajaran Erupsi Gunung Api untuk Meningkatkan Pengetahuan pada Subtema
Kondisi Alam Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 1 Selo Boyolali”.

Tabel 1. 1 Sejarah Letusan Gunung Merapi

No. Waktu Kejadian Periode Letusan Korban Meninggal


Tahun (Jiwa)
1 4 Agustus 1672 150 3.000
2 17-30 Desember 1822 10 32
3 25 Desember 1832 17 100
4 14-15 September 1849 23 0
5 15-20 April 1872 16 200
6 22 September 1888 16 0
7 30 Januari 1904 16 16
8 12 Oktober 1920 10 35
9 18 Desember 1930 24 1.369
10 18 Januari 1954 7 64
11 5-9 April 1961 8 6
12 7-8 Januari 1969 7 3
13 7-30 November 1976 18 29
14 22 November 1994 3 69
15 17 Januari 1997 1 0
16 19 Juli 1998 3 0
17 10 Februari 2001 5 0
18 14 Juni 2016 4 3
19 26 Oktober -November 4 559
2010
Rata-rata 11 tahun
Sumber : BNPB, Kementerian PU, Kementerian Kesehatan 2011

16
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam kebijakan tata ruang provinsi,Kabupaten Boyolali termasuk dalam ka-wasan


strategis provinsi yang disebut “SUBOSUKA WONOSRATEN” (Sura-karta, Boyolali,
Sukoharjo, Karang-anyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten).Dalam hal ini wilayah
Gunung Merbabumemiliki peranan yang sangat penting,antara lain merupakan: (1)
Kawasan lin-dung untuk perlindungan hidro-orologis;(2) Kawasan konservasi dan
resapan air,termasuk kawasan mata air (Ampel danSelo); (3) Kawasan Pelestarian
Alam,wisata alam (Selo); dan (4) Kawasan ra-wan bencana longsor (BAPPEDA Kabu-
paten Boyolali, 2009

Dalam kebijakan tata ruang provinsi,Kabupaten Boyolali termasuk dalam ka-wasan


strategis provinsi yang disebutSUBOSUKA WONOSRATEN (Sura-karta, Boyolali,
Sukoharjo, Karang-anyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten).Dalam hal ini wilayah
Gunung Merbabumemiliki peranan yang sangat penting,antara lain merupakan: (1)
Kawasan lin-dung untuk perlindungan hidro-orologis;(2) Kawasan konservasi dan
resapan air,termasuk kawasan mata air (Ampel danSelo); (3) Kawasan Pelestarian
Alam,wisata alam (Selo); dan (4) Kawasan ra-wan bencana longsor (BAPPEDA Kabu-
paten Boyolali, 2009

Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM) memiliki fungsi ekologi yang sangat
penting.Sebagai kawasan konservasi keanekaragaman hayati TNGM terdiri atas
beberapa tipehutan yaitu hutan semi-montane memiliki ketingggian antara 1500 - 2000
m dpl (diataspermukaan air laut), hutan pegunungan dengan ketinggian diatas 2000 m
dpl dan hutanalpin pada ketinggian di atas 3000 m dpl. Masing-masing tipe hutan
tersebut memilikiciri-ciri vegetasi tertentu. Di dalam kawasan hutan tersebut terdapat
sumber-sumber airyg dapat langsung diminum. Oleh karena itu keberadaan TNGM
dengan vegetasinyamenjadi sangat penting dlm kelangsungan hidup masyarakat di
Propinsi Jawa Tengah.Berbagai penelitian di TNGM telah dilakukan, namun penelitian
vegetasi belum banyakinformasinya.Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data-data
keanekaragaman jenisanak pohon.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metoda eksplorasi danpetak kuadrat pada lima ketinggian yang berbeda.Hasil analisis
data memperlihatkan antara lain Chisocheton pentandrum, Acacia decurrens,Dodonaea

17
viscosa; Pinusmerkusii dan Casuarina junghuhniana merupakan jenis anak pohon yang
mendominasikawasan hutan Taman Nasional Gunung Merbabu

Potensi fauna yang hidup di wilayah taman nasional ini cukup beragam dari jenis
liar, langka, sampai spesies endemik. Beberapa jenis mamalia diantaranya adalah lutung
hitam (Tracypithecus auratus), lutung kelabu (Presbytis fredericae), kera ekor panjang
(Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak), macan tutul (Panthera pardus),
landak (Histrix sp.), musang (Herpates javanica), dan luwak (Paradoxunus
hermaproditus).

Gambar 2. 1 Burung Elang


https://tngunungmerbabu.org

Sementara jenis burung yang hidup di kawasan merbabu, antara lain elang hitam
(Ichtnaetus malayanesis), pentet (Lavinus eshach), alap-alap sapi (Falco moluccensis),
sepah gunung (Pericrotus leuchopaeus), puter (Streptopelia risoria), dan kutilang
(Pynonotus aurigaster).
Adapun jenis burung endemik, yaitu cekakak jawa (Halcyon cyannoventris), tepus
leher putih (Stachyris thoracica), takur bututut (Megalaima corvina), ciung air jawa
(Macronous flavicollis), dan kipasan ekor merah (Rhipidura phoenicura).

18
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Gunung Merbabu terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 3142m dpl yang
terdiri dari 3 puncak dan 5 kawah yang tidak aktif lagi, selain mempunyai
keindahan juga menantang untuk didaki. Pendakian Gunung Merbabu bisa
melalui 3 jalur alternatif, tetapi setelah sampai di puncak pemandangan
memprihatinkan terlihat. Vegetasi gunung ini sudah tak bagus lagi, tapi
pemandangan dari Gunung Merbabu sungguh indah.

Masyarakat sekitar Gunung Merbabu mayoritas beragama budha dan pada


malam menjelang tanggal 1 Muharam penduduk di sana melakukan upacara
tradisional,Pemerintah sekarang sedang merencanakan pembuatan taman
nasional di sini, tetapi peran masyarakat atas taman nasional ini hanya sekedar
catatan

2. Saran
Adapun saran pada praktikum maupun laporan praktikum (Online) ini penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

"Mountains of the Indonesian Archipelago" Peaklist.org. Retrieved 2012-06-23.


Global Volcanism Program | Merbabu | Summary. Volcano.si.edu. Retrieved on 2010-
11-05.
Troll, Valentin R.; Deegan, Frances M.; Jolis, Ester M.; Budd, David A.; Dahren,
Börje; Schwarzkopf, Lothar M. (2015-03-01). "Ancient oral tradition describes
volcano–earthquake interaction at merapi volcano, indonesia". Geografiska Annaler:
Series A, Physical Geography. 97 (1): 137–166. doi:10.1111/geoa.12099. ISSN 0435-
3676.
http://ksdae.menlhk.go.id/info/5835/manfaat-ekonomi-wisata-pendakian-bagi-
masyarakat-lokal-dan-kelestarian-taman-nasional-gunung-merbabu.html
Wilson, T (2007). "Impacts of the 2006 eruption of Merapi volcano, Indonesia, on
agriculture and infrastructure". GNS Science Report. 07: 69p.
Global Volcanism Program | Merbabu | Eruptive History. Volcano.si.edu. Retrieved on
2010-11-05.
https://tngunungmerbabu.org/
Simkin, T., and Siebert, L., 1994, Volcanoes of the World: Geoscience Press, Tucson,
Arizona, 349 p.
Lestari Hutan Indonesia Archived 2010-04-20 at the Wayback Machine. Retrieved 26
February 2010.

20

Anda mungkin juga menyukai