Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN


"Sejarah perkembangan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung"

Disusun oleh:
Iin Nirwana
M1A118062
Kehutanan B

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa

pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah

ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda

tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di

akhirat nanti.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga saya dapat membuat sebuah makalah Konservasi Sumber

Daya Hutan dengan  judul "Sejarah perkembangan Taman Nasional

Bantimurung-Bulusaraung". Makalah yang saya susun ini bertujuan untuk

memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Sumber Daya Hutan.

Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritikan

yang membagun sangat saya harapkan, sehingga saya dapat membuat yang lebih

baik lagi dikemudian hari, semoga laporan ini dapat bermanfaat baik untuk

pribadi, teman – teman serta orang lain.

Kendari, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. i

Daftar Isi...................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan....................................................................................... 1

1.1 Latar belakang............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2

1.3 Tujuan........................................................................................ 3

Bab II Pembahasan....................................................................................... 4

2.1 Taman Nasional.......................................................................... 3

2.2 Sejarah kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. . 3

2.3 Letak Geografis dan Luas Kawasan Taman Nasional Bantimurung


Bulusaraung............................................................................... 6
2.4 Iklim dan Topografi Taman Nasional Bantimurung

Bulusaraung............................................................................... 6

2.5 Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem.................................... 7

2.6 Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung......... 8

Bab III Penutup............................................................................................ 13

3.1 Kesimpulan................................................................................ 13

3.2 Saran.................................................................................. 13
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Konservasi berasal dari bahasa Inggris, Conservation yang artinya


pelestarian atau perlindungan. Menurut kamus besar bahasa indonesia konservasi
adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah
kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan; pengawetan; pelestarian.
Konservasi adalah sebuah kegiatan yang melibatkan banyak sektor bidang, bukan
satu sektor saja (seperti pertanian, perikanan, kehutanan dan margasatwa) yang
secara langsung bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya hayati,
konservasi merupakan aspek pengelolaan yang memastikan bahwa pemanfaatan
berkelanjutan serta melindungi proses ekologi dan keragaman genetik yang
penting untuk pemeliharaan sumber daya yang bersangkutan dengan sektor lain
(seperti kesehatan, energi, industri). konservasi adalah aspek pengelolaan yang
memastikan bahwa keuntungan berkelanjutan sepenuhnya berasal dari sumber
daya hayati dan bahwa kegiatan terpusat dan dilakukan agar sumber daya tetap
terjaga (Munro, 1980).
Sumber Daya Alam merupakan unsur yang sangat penting dalam
kehidupan ini,karena tanpa ada sumber daya alam kita mustahil untuk dapat hidup
di dunia ini,misalnya untuk makan maka kita mengambil makanan tersebut dari
alam,untuk membangun rumah kita menggunakan kayu,kayu ter sebut juga
berasal dari sumber daya alam dan masih banyak yang lainnya pokoknya semua
kegiatan di bumi ini pasti tidak terlepas dari sumber daya alam.Di Indonesia ini
terdapat berbagai macam sumber daya alam yang melimpah,namun kitasepertinya
tidak memanfaatkan sumber daya alam tersebut dengan baik dan juga tidak
bijaksana dalam menggunakannya.Mengingat  begitu pentingnya manfaat sumber
daya alam ter sebut maka kita seharusnya melakukan konser vasi atau
melestarikan sumber daya alam tersebutuntuk kelangsungan hidup kita.
Di Indonesia, berdasarkan gaya perundang-undangan, Konservasi adalah
pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana utk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara
dan menambahkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Cagar alam dan suaka
margasatwa merupakan Kawasan Suaka Alam (KSA), sementara taman nasional,
taman hutan hito, dan taman wisata alam merupakan Kawasan Pelestarian Alam
(KPA).
Taman nasional punya ekosistem asli yang dipergunakan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi. Taman hutan raya untuk manfaat koleksi tumbuhan dan satwa yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, kemampuan,
menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan
sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui
kegiatan :
•    Perlindungan sistem penyangga kehidupan
•    Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya
•    Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta
ekosistemnya.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan Taman Nasional


 Sejarah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
 Letak geografis dan luas kawasan Taman Nasional Bantimurung-
Bulusaraung
 Iklim dan Topografi
 Keanekaragaman hayati dan ekosistem
 Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

2
1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Taman Nasional


 Untuk mengetahui Sejarah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
 Untuk mengetahui Letak geografis dan luas kawasan Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung
 Untuk mengetahui Iklim dan Topografi Taman Nasional Bantimurung-
Bulusaraung
 Untuk mengetahui Keanekaragaman hayati dan ekosistem Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung
 Untuk mengetahui Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung-
Bulusaraung

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Taman Nasional

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai


ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi. Taman nasional merupakan salah satu kawasan konservasi yang
mengandung aspek pelestarian dan pemanfaatan.

Pengertian taman nasional berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2016 tentang
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi pada Kawasan Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam pada pasal 1 ayat 1 berbunyi,

Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem


asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Meskipun taman nasional memiliki fungsi utama untuk konservasi atau


pengawetan alam, di berbagai negara memiliki fungsi yang berbeda-beda pula.
Taman Nasional di Indonesia salah satunya diatur dalam Undang-Undang Nomor
5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati.

2.2 Sejarah kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

Penunjukan sebagian kawasan karst Maros-Pangkep dan kawasan hutan


Pegunungan Bulusaraung menjadi taman nasional melalui proses yang cukup
panjang. Proses tersebut dimulai pada tahun 1993 oleh desakan UNESCO kepada
Pemerintah Indonesia untuk segera melindungi ekosistem karst melalui penetapan
kawasan konservasi, untuk selanjutnya diusulkan menjadi Situs Warisan Dunia
(World Heritage Sites). Salah satu kawasan karst di Indonesia yang sudah terkenal

4
di dunia internasional adalah kawasan karst Maros-Pangkep yang berbentuk
menara (tower karst) dan merupakan landskap karst terbesar kedua di dunia.

Balai KSDA Sulawesi Selatan I sebagai pemangku kawasan konservasi di


sebagian wilayah Provinsi Sulawesi Selatan pada saat itu mengelola lima unit
kawasan konservasi yang berada di wilayah Kabupaten Maros dan Pangkep, yaitu
Taman Wisata Alam (TWA) Bantimurung, TWA. Gua Pattunuang, Cagar Alam
(CA) Karaenta, CA. Bantimurung dan CA Bulusaraung. Umumnya kawasan-
kawasan tersebut memiliki jenis keanekaragaman hayati yang hampir mirip serta
tipe ekosistem yang sama karena letaknya yang secara geografis berdekatan.
Kemudian kawasan beserta kawasan yang lain diusulkan menjadi taman nasional,
yang pada saat itu dengan nama Taman Nasional Hasanuddin, mengambil nama
pahlawan nasional terkenal yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1997, Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Hasanuddin
dalam seminar nasionalnya mengangkat kembali pentingnya melindungi kawasan
karst Maros-Pangkep dalam bentuk taman nasional dengan pertimbangan
keunikan kawasan karst serta berbagai jenis keanekaragaman hayati yang hidup di
dalamnya, yang tidak sedikit merupakan jenis-jenis endemik di Sulawesi.
Berdasarkan hal-hal tersebut, Balai KSDA Sulawesi Selatan I pada tahun 1999
kemudian melaksanakan penilaian potensi calon taman nasional Hasanuddin
bekerja sama dengan PSL Universitas Hasanuddin. Hasil penilaian potensi
tersebut merekomendasikan kelayakan kawasan CA. Karaenta dan sekitarnya
diubah fungsi menjadi taman nasional. Dukungan dari masyarakat maupun
kalangan akademisi terhadap pengusulan taman nasional ini semakin bertambah,
baik melalui seminar-seminar, simposium dan lain sebagainya, namun dukungan
dari kalangan pemerintah di daerah belum diperoleh.Barulah pada tahun 2002,
Bupati dan DPRD Kabupaten Maros memberikan rekomendasi pembangunan
Taman Nasional. Pada tahun 2003, Bupati dan DPRD Kabupaten Pangkep juga
memberikan rekomendasi penunjukan taman nasional di wilayahnya dan
kemudian disusul dengan rekomendasi dari Gubernur dan DPRD Sulawesi
Selatan.Pada tahun 2003 pula, dukungan pengusulan kawasan taman nasional
semakin bertambah melalui inisiasi lebih lanjut dari Kementerian Negera
Lingkungan Hidup melalui Asisten Deputi Urusan Wilayah Sulawesi, Maluku dan

5
Papua (Asdep Sumapapua), Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
(Bapedalda) Propinsi Sulawesi Selatan dan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
dan Kehutanan Universitas Hasanuddin.

Sejarah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (Bantimurung


Bulusaraung National Park) dimulai ketika Alfred Russel Wallace melakukan
ekspedisi pada tahun 1857. Beberapa tahun setelahnya, ia mempublikasikan The
Malay Archipelago yang mengundang berbagai penelitian lanjutan. Kawasan ini
telah ditunjuk sebagai wilayah konservasi sejak era 70-an hingga 80-an. Tahun
1989 Kanwil Dephut Sulawesi Selatan mengusulkannya sebagai taman nasional
Hasanuddin. Meskipun begitu, statusnya sebagai calon taman nasional
berlangsung cukup lama. Akhirnya, pada tahun 2004 Menteri Kehutanan
mengeluarkan SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang
perubahan fungsi kawasan hutan pada Kelompok Hutan Bantimurung-
Bulusaraung seluas 43.750 hektar.
2.3 Letak Geografis dan Luas Kawasan Taman Nasional Way Kambas
Secara geografis kawasan TN Babul terletak pada 199°34’17’’ –
119°55’13’’ BT dan 4°42’49’’ – 5°06’42’’ LS. Sementara itu, secara administrasi
berada pada dua kabupaten, yaitu Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep.
Topografi taman nasional Babul adalah datar, berbukit, bergelombang, dan
bergunung.

Berikut adalah batas-batas wilayah TN Babul, yaitu:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep, Barru dan Bone


 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten
Pangkep

2.4 Iklim dan Topografi Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung


Curah hujan di kawasan taman nasional ini cukup beragam, yaitu kawasan
bercurah hujan 2.250 mm dan 2.750 mm yang berada disebelah timur, serta 3.250
mm dan 3.750 mm berada di bagian barat. Di bagian selatan yaitu Bantimurung

6
memiliki iklim tipe D. Sementara itu, di daerah Bengo-Bengo, Labboro, Tonasa,
Minasa Te’ne, Karaenta, dan Bisseang memiliki iklim tipe C, serta pada bagian
utara yaitu di wilayah Camba memiliki ikim tipe B.
Kawasan taman nasional ini memiliki beberapa titik yang menjadi hulu
dari beberapa sungai di Sulawesi Selatan. Misalnya sungai Walanae yang
memiliki hulu di wilayah bagian Timur TN Babul. Sungai Pangkep dan Sungai
Bone di bagian barat. Tidak hanya itu, ada banyak mata air dan sungai kecil yang
dapat ditemukan di celah karst serta aliran di bawah danau.

2.5 Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem

Meskipun kawasan ini populer akan kupu-kupunya, tetapi sebenarnya di


balik keindahan dan panorama alam yang memukau tersimpan begitu banyak jenis
flora dan fauna. Mulai dari jenis yang cukup familiar hingga yang dilindungi oleh
pemerintah. Bahkan, belum semua jenis fauna sudah teridentifikasi.

1. Flora

Hingga tahun 2017, terdapat 711 spesies tumbuhan yang hidup di kawasan
TN Babul yang telah teridentifikasi. Enam diantaranya merupakan tumbuhan yang
dilindungi, yaitu dua spesies palem (Livistona sp dan Livistona chinensis), Ebony
(Diospyros celebica), dan tiga spesies anggrek (Phalaenopsis amboinensis,
Dendrobium macrophyllum, dan Ascocentrum miniatum). Pada area karst yang
mengandung magnesium dan batuan kapur terdapat jenis tumbuhan seperti
Nauclea orientalis, Leea aculata, Eugenia acutangulate, Calophylum sp,
Macaranga sp, Cassia siamea, Mangifera sp, dan sebagainya. meskipun begitu
flora di ekosistem ini cukup terbatas.

Tumbuhan yang dapat ditemukan di hutan hujan, antara lain bitti (Vitex
cofassus), cendrana (Pterocarpus indicus), kemiri (Alleurites mollucana), bayur
(Pterospermum celebicum), nyato (Palaquium obtusifolium), aren (Arenga
pinnata), beringin (Ficus spp), dao (Dracontemelon dao), kenanga (Cananga
odoratum), Zizigium cumini, Buchanania arborescens, ebony (Diospyros
celebica), dan masih banyak lagi. Adapun di wilayah ekosistem hutan pegunungan

7
bawah dapat ditemukan tumbuhan Agathis philippinensis, Litsea sp, Ficus spp,
dan masih banyak lagi jenis tumbuhan lainnya.

2. Fauna

TN Babul memang patut disebut sebagai The Kingdom of Butterfly,


sehingga Alfred Russel Wallace rela menghabiskan waktu yang lama untuk
melakukan penelitian di kawasan ini. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
terdapat sekitar 250 spesies kupu-kupu di taman nasional ini.

Dalam Peraturan Pemerintah No.7/1999 ditetapkan bahwa terdapat paling


sedikit 20 spesies kupu-kupu yang dilindungi. Beberapa jenis tersebut bahkan
hanya bisa ditemukan di Sulawesi Selatan seperti Troides hypolitus, Papilo
adamantius, Troides helena linne, Cethosia myrana, dan Troides haliphorn
boisduval. Sampai tahun 2017 terdapat 735 jenis satwa liar dengan 155 jenis
burung, 17 amfibi, 23 jenis ikan, 33 jenis mamalia, 31 jenis reptil, 41 jenis
gastropodha, 53 jenis enthognata, 6 jenis oligochaeta, 26 jenis maloscostraca, 2
jenis parainsecta, 14 jenis arachnida, dan 334 jenis insecta termasuk kupu-kupu.

Beberapa satwa yang dapat ditemukan adalah monyet hitam sulawesi


(Macaca maura), kelelawar, kuskus (Strigocuscus celebensis dan Ailurops
ursinus), musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii), beberapa jenis
tarsius, rangkong sulawesi (Aceros cassidix), dan masih banyak lagi. Meskipun
begitu, sebenarnya masih ada banyak sekali jenis fauna yang spesiesnya belum
teridentifikasi di TN Babul.

2.6 Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

Kawasan yang secara resmi menjadi Taman Nasional Bantimurung


Bulusaraung pada tahun 2004 ini memang menyimpan begitu banyak kekayaan
alam. Salah satu yang paling menonjol adalah penangkaran kupu-kupu. Tetapi
tidak hanya sebatas itu, taman nasional yang dikelola oleh Balai Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung yang berada di lahan seluas 43 ribu hektar ini juga

8
memiliki berbagai keindahan alam yang menjadikannya sebagai destinasi wisata
yang menarik.

Destinasi tersebut sangat beragam mulai dari keindahan flora fauna hingga
gua alam dan prasejarah yang jumlahnya lebih dari 80 gua.

1. Kawasan Wisata Bantimurung

Kawasan wisata Bantimurung sebenarnya mengambil nama dari alamat


kecamatannya yaitu Bantimurung dan berada di kabupaten Maros. Hal yang
paling menonjol dari kawasan ini adalah kupu-kupu, sehingga Alfred Russel
Wallace menjulukinya sebagai The Kingdom of Butterfly. Sebagai wilayah yang
menjadi surga bagi kupu-kupu akhirnya di kawasan ini dibuat Taman
Penangkaran Kupu-Kupu. Di taman ini pengunjung dapat menikmati berbagai
jenis kupu-kupu dari yang masih kepompong hingga beterbangan ke sana ke mari.
Penangkaran ini juga sekaligus menjadi tempat pendidikan konservasi.

Selain itu, di kawasan wisata Bantimurung juga dijumpai aliran air terjun
yang diapit oleh tebing terjal. Menjelajahi lebih jauh lagi, terdapat danau yang
berdekatan dengan gua batu. Di dalam gua tersebut pengunjung disajikan
pemandangan berupa stalagtit, stalagmit, dan berbagai keindahan gua yang lain.

2. Pegunungan Bulusaraung

Pegunungan Bulusaraung berada di desa Tompobulu, kecamatan Balocci,


kabupaten Pangkep. Destinasi ini mampu memberi terapi pikiran, karena
kondisinya yang masih sangat asri dan terawat. Pengunjung juga dapat menginap
di rumah warga setempat yang dijadikan sebagai homestay. Selain itu, penduduk
di kawasan ini kerap melakukan berbagai kebiasaan dan upacara tradisional. Jika
ingin lebih menguji nyali, pengunjung dapat mendaki puncak gunung
Bulusaraung dengan jalur sepanjang 2 kilometer. Di sepanjang perjalanan dapat
dijumpai satwa seperti musang, kupu-kupu, tarsius, dan burung.

9
3. Kawasan Prasejarah Leang-Leang

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung juga memiliki destinasi wisata


bersejarah. Destinasi tersebut dikenalah sebagai Leang-Leang yang menyimpan
sejarah dan budaya peradaban manusia purba. Beberapa peninggalan bersejarah
yang dapat ditemukan di kawasan Leang-Leang adalah lukisan telapak tangan
milik manusia purba, lukisan babi rusa, serta berbagai jenis artefak sejarah dan
budaya lainnya. Menjelajahi kawasan ini, mata kita akan disuguhi pemandangan
menakjubkan dari gugusan tebing batu yang menjulang. Gugusan tersebut
menghasilkan keindahan khas dinding karst. Meskipun begitu pengunjung
sebaiknya berhati-hati, karena bebatuan di kawasan ini cukup licin.

4. Gua Leang Puteh

Gua Leang Puteh berada di desa Labuaja, kecamatan Cenrana, kabupaten


Maros dan menjadi lokasi paling menguji adrenalin yang berada di TN Babul.
Leang Puteh merupakan gua vertikal yang masuk ke dalam kategori single pitch
terdalam di Indonesia dengan lebar sekitar 50 sampai 80 meter dan kedalaman
mencapai 273 meter. Menyusuri gua ini membutuhkan peralatan standar serta
keahlian khusus, karena kondisinya yang sangat menantang. Dasar gua ini
bersambung dengan gua Dinosaurus yang berada tidak jauh dari mulut gua Leang
Puteh sendiri.

5. Wisata Pattunuang

Masih di kabupaten Maros tepatnya desa Samangki, kecamatan Simbang,


terdapat destinasi wisata yang sangat menarik terutama bagi pengunjung dengan
jiwa petualang. Di kawasan Pattunuang terdapat banyak aktivitas menantang yang
dapat dilakukan. Di antara akitivitas tersebut adalah panjat tebing di dinding kapur
yang terjal, menyusuri gua vertikal dan horizontal, menyusuri sungai berbatu,
menjelajahi hutan, serta mendaki perbukitan karst yang menjulang. Tidak hanya
itu pengunjung juga dapat menikmati sensasi berkemah di alam bebas. Selain
menyuguhkan panorama alam, Pattunuang juga kaya akan flora dan fauna seperti
primata endemik Tarsius fuscus, berbagai jenis burung, dan soa-soa. Hal menarik

10
lain dari kawasan ini adalah legenda Biseang Labboro atau perahu terbalik yang
telah menjadi batu di tepi sungai Pattunuang.

6. Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta

Kawasan pengamatan satwa Karaenta cocok untuk pengunjung yang


mencintai ilmu berpadu dengan pengalaman. Pasalnya kawasan yang berada di
desa Labuaja ini disebut-sebut sebagai laboratorium alam karena memadukan
antara ilmu pengetahuan dan pengalaman. Destinasi Karaenta memiliki beragam
jenis flora dan fauna serta keindahan alam yang memanjakan mata. Di kawasan
ini pula pengunjung dapat menikmati atraksi kera hitam (Macaca maura) dengan
keahlian petugas setempat. Pemandangan semakin diperindah dengan gugusan
kayu Eboni yang berwarna hitam.

7. Pemandian Alam Leang Lonrong

Pemandian Leang Lonrong yang berada di desa Panaikang, kecamatan


Minasatene, kabupaten Pangkep ini merupakan aliran yang berasal dari gua Leang
Lonrong. Di sisi pemandian ini terdapat tebing kapur yang sangat menarik.
Menjelang sore hari biasanya tarsius mulai berkeliaran di celah-celah bebatuan
karst.

8. Helena Sky Bridge

Jembatan Langit di atas kubah penangkaran kupu-kupu taman nasional


batimurung Pada kubah penangkaran kupu-kupu taman nasional Bantimurung,
pengunjung disuguhi dunia kupu-kupu. Mata dibuat terkesima tak henti
menyaksikan kepakan indah sayap kupu-kupu, lincah menari, meliuk-liuk
mengitari pengujung lalu hinggap ke bunga. Pada ruang pamer (display
room, ,sebagian besar kupu-kupu diawetkan lalu dibingkai untuk
dipajang/display. Secara Sederhana terdapat empat tahapan dalam metamorfosis
kupu-kupu. Mulai dari telur menjadi ulat atau larva, selanjutnya kepompong dan
pada akhirnya menjadi kupu-kupu.

11
Wahana Helena Sky Bridge tepat melintas di atas penangkaran kupu-kupu
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Berdiri kokoh tower kembar setinggi
lebih kurang 20 meter, jembatan gantung memiliki panjang 50 meter membentang
di atas area penangkaran seluas 7000 meter persegi. Untuk mencapai Helena Sky
Bridge pengunjung melakukan tracking terlebih dahulu. Setelah itu, perjalanan
dilanjutkan dengan melintasi jembatan gantung sepanjang 50 meter di lereng
tebing dengan ketinggian kurang lebih 100 mdpl. Selain dapat menikmati
keindahan taman nasional dari atas, kita juga bisa melihat aneka kupu-kupu yang
berada di ‘kubah raksasa’. Sisi kanan kiri terdapat jaring-jaring tempat kupu-kupu
leluasa memamerkan keindahan kepakan sayapnya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung memiliki berbagai keunikan,


yaitu: karst, goa-goa dengan stalaknit dan stalakmit yang indah, dan yang paling
dikenal adalah kupu-kupu. Bantimurung oleh Alfred Russel Wallace dijuluki
sebagai The Kingdom of Butterfly (kerajaan kupu-kupu. Taman Nasional ini
merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang menyuguhkan wisata alam
berupa lembah bukit kapur yang curam dengan vegetasi tropis, air terjun, dan gua
yang merupakan habitat beragam spesies [termasuk [kupu-kupu]].

Taman Nasional ini memang menonjolkan kupu-kupu sebagai daya tarik


utamanya. Di tempat ini sedikitnya ada 20 jenis kupu-kupu yang dilindungi
pemerintah dan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 7/1999. Beberapa
spesies unik bahkan hanya terdapat di Sulawesi Selatan, yaitu Troides Helena
Linne, Troides Hypolitus Cramer, Troides Haliphron Boisduval, Papilo
Adamantius, dan Cethosia Myrana. Antara tahun 1856-1857, Alfred Russel
Wallace menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan tersebut untuk meneliti
berbagai jenis kupu-kupu. Wallace menyatakan Bantimurung merupakan The
Kingdom of Butterfly (kerajaan kupu-kupu). Menurutnya di lokasi tersebut
terdapat sedikitnya 250 spesies kupu-kupu.

3.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan untuk Taman Nasional Bantimurung-


Bulusaraung yaitu sebaiknya lebih di tingkatkan lagi publikasinya agar keindahan
alam ini banyak di ketahui oleh orang banya tidak hanya masyarakat lokal, serta
di sediakan juga alternatif lain yang lebih memudahkan pengunjung dalam
menyusuri destinasi wisata Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung.

13
DAFTAR PUSTAKA
https://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/09/taman-nasional-bantimurung-
bulusaraung.html

https://www.nativeindonesia.com/taman-nasional-bantimurung/

https://rimbakita.com/taman-nasional-bantimurung-bulusaraung/

14

Anda mungkin juga menyukai