Disusun oleh:
Iin Nirwana
M1A118062
Kehutanan B
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritikan
yang membagun sangat saya harapkan, sehingga saya dapat membuat yang lebih
baik lagi dikemudian hari, semoga laporan ini dapat bermanfaat baik untuk
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan....................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................ 3
Bab II Pembahasan....................................................................................... 4
Bulusaraung............................................................................... 6
3.1 Kesimpulan................................................................................ 13
3.2 Saran.................................................................................. 13
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
di dunia internasional adalah kawasan karst Maros-Pangkep yang berbentuk
menara (tower karst) dan merupakan landskap karst terbesar kedua di dunia.
5
Papua (Asdep Sumapapua), Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
(Bapedalda) Propinsi Sulawesi Selatan dan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
dan Kehutanan Universitas Hasanuddin.
6
memiliki iklim tipe D. Sementara itu, di daerah Bengo-Bengo, Labboro, Tonasa,
Minasa Te’ne, Karaenta, dan Bisseang memiliki iklim tipe C, serta pada bagian
utara yaitu di wilayah Camba memiliki ikim tipe B.
Kawasan taman nasional ini memiliki beberapa titik yang menjadi hulu
dari beberapa sungai di Sulawesi Selatan. Misalnya sungai Walanae yang
memiliki hulu di wilayah bagian Timur TN Babul. Sungai Pangkep dan Sungai
Bone di bagian barat. Tidak hanya itu, ada banyak mata air dan sungai kecil yang
dapat ditemukan di celah karst serta aliran di bawah danau.
1. Flora
Hingga tahun 2017, terdapat 711 spesies tumbuhan yang hidup di kawasan
TN Babul yang telah teridentifikasi. Enam diantaranya merupakan tumbuhan yang
dilindungi, yaitu dua spesies palem (Livistona sp dan Livistona chinensis), Ebony
(Diospyros celebica), dan tiga spesies anggrek (Phalaenopsis amboinensis,
Dendrobium macrophyllum, dan Ascocentrum miniatum). Pada area karst yang
mengandung magnesium dan batuan kapur terdapat jenis tumbuhan seperti
Nauclea orientalis, Leea aculata, Eugenia acutangulate, Calophylum sp,
Macaranga sp, Cassia siamea, Mangifera sp, dan sebagainya. meskipun begitu
flora di ekosistem ini cukup terbatas.
Tumbuhan yang dapat ditemukan di hutan hujan, antara lain bitti (Vitex
cofassus), cendrana (Pterocarpus indicus), kemiri (Alleurites mollucana), bayur
(Pterospermum celebicum), nyato (Palaquium obtusifolium), aren (Arenga
pinnata), beringin (Ficus spp), dao (Dracontemelon dao), kenanga (Cananga
odoratum), Zizigium cumini, Buchanania arborescens, ebony (Diospyros
celebica), dan masih banyak lagi. Adapun di wilayah ekosistem hutan pegunungan
7
bawah dapat ditemukan tumbuhan Agathis philippinensis, Litsea sp, Ficus spp,
dan masih banyak lagi jenis tumbuhan lainnya.
2. Fauna
8
memiliki berbagai keindahan alam yang menjadikannya sebagai destinasi wisata
yang menarik.
Destinasi tersebut sangat beragam mulai dari keindahan flora fauna hingga
gua alam dan prasejarah yang jumlahnya lebih dari 80 gua.
Selain itu, di kawasan wisata Bantimurung juga dijumpai aliran air terjun
yang diapit oleh tebing terjal. Menjelajahi lebih jauh lagi, terdapat danau yang
berdekatan dengan gua batu. Di dalam gua tersebut pengunjung disajikan
pemandangan berupa stalagtit, stalagmit, dan berbagai keindahan gua yang lain.
2. Pegunungan Bulusaraung
9
3. Kawasan Prasejarah Leang-Leang
5. Wisata Pattunuang
10
lain dari kawasan ini adalah legenda Biseang Labboro atau perahu terbalik yang
telah menjadi batu di tepi sungai Pattunuang.
11
Wahana Helena Sky Bridge tepat melintas di atas penangkaran kupu-kupu
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Berdiri kokoh tower kembar setinggi
lebih kurang 20 meter, jembatan gantung memiliki panjang 50 meter membentang
di atas area penangkaran seluas 7000 meter persegi. Untuk mencapai Helena Sky
Bridge pengunjung melakukan tracking terlebih dahulu. Setelah itu, perjalanan
dilanjutkan dengan melintasi jembatan gantung sepanjang 50 meter di lereng
tebing dengan ketinggian kurang lebih 100 mdpl. Selain dapat menikmati
keindahan taman nasional dari atas, kita juga bisa melihat aneka kupu-kupu yang
berada di ‘kubah raksasa’. Sisi kanan kiri terdapat jaring-jaring tempat kupu-kupu
leluasa memamerkan keindahan kepakan sayapnya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
https://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/09/taman-nasional-bantimurung-
bulusaraung.html
https://www.nativeindonesia.com/taman-nasional-bantimurung/
https://rimbakita.com/taman-nasional-bantimurung-bulusaraung/
14