Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MARGASATWA

TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN

DISUSUN OLEH:

FRENGKI GUNAWAN / A181500022

DIPLOMA 3

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang
terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.
Kata Pengantar.............................................................................................................i

Daftar Isi.......................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

a) Latar belakang..................................................................................................iii
b) Rumusan masalah...........................................................................................iv
c) Tujuan penulisan..............................................................................................v

Bab II Pembahasan

a) Sejarah taman nasional Betung Kerihun..........................................................vi


b) Keanekaragaman hayati taman nasional Betung Kerihun…………………..…vii
c) Ekosistem taman nasional Betung Kerihun……………………………………..viii
d) Flora dan fauna taman nasional Betung Kerihun………………………………..ix
e) Potensi taman nasional Betung Kerihun……………………………………….…x

Bab III Penutup

a) Kesimpulan.......................................................................................................xi
b) Saran...............................................................................................................xii

Daftar Pustaka...........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,


dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman
nasional merupakan salah satu jenis kawasan konservasi karena dilindungi,
biasanya oleh pemerintah pusat, dari perkembangan manusia dan polusi.
Taman nasional merupakan kawasan yang dilindungi (protected area) oleh World
Conservation Union Kategori II. Taman nasional terbesar adalah Taman Nasional
Greenland Timur Laut, yang didirikan sejak tahun 1974

b. Rumusan Masalah
Akankah, Taman Nasional di Indonesia dapat terjaga kelestariannya. ?

c. Tujuan Penulisan
Taman Nasional di Indonesia banyak yang sudah di alih funggsikan menjadi lahan
terbuka untuk pemukiman, maupun untuk dijadikan lahan pertanian dan perkebunan.
Kami sebagai penerus bangsa dan penerus penjaga Hutan, harus lebih giat
memberitahukan kepada masyarakat luas tentang petingnya hutan bari
keberlangsungan mahluk hidup dan keberlangsungan ekosistem yang ada.
BAB II PEMBAHASAN
a) Sejarah Taman Nasional Betung Kerihun
Nasional yang memiliki Kelebatan Dan Kerapatan Hutan Terbaik Di
indonesia.Taman Nasional Betung Kerihun menjadi salah satu wilayah konservasi
hutan terbaik dengan keragaman ekosistem fauna dan flora di indonesia.Taman
Nasional Betung Kerihun Juga Menjadi kawasan konservasi terluas di Propinsi
Kalimantan Barat, terletak di Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas total area sekitar
800.000 hektar. Topografi berbukit dan bergunung-gunung serta hamparan ratusan
sungai-sungai karakteristik yang menonjol dari Taman Nasional Betung
Kerihun selain potensi keanekaragaman hayatinya yang luar biasa.

dulunya dikenal sebagai Bentuang Karimun dan pertama kali ditetapkan sebagai
cagar alam berdasarkan keputusan menteri pada tahun 1982. Saat itu luasnya sekira
600.000 hektar tetapi sepuluh tahun kemudian pada tahun 1992, luas lahan Taman
Nasional Betung Kerihun diperluas menjadi 800,000 hektar. Statusnya sebagai
kawasan konservasi diubah menjadi taman nasional pada tahun 1995.
Secara topografis, Taman Nasional Betung Kerihun memiliki bentang alam berbukit
dan bergunung yang dikelilingi ratusan sungai. TNBK terbentang dari Pegunungan
Muller yang menghubungkan Gunung Betung dan Gunung Kerihun. Dari kaki-kaki
pegunungan Muller tersebut, mengalir sungai-sungai kecil yang membentuk Daerah
Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Kapuas, Sibau, Mendalam, Bungan, dan Embaloh.
Keempat DAS (kecuali Bungan) menjadi pintu masuk utama kawasan Taman
Nasional Betung Kerihun yang memang hanya dapat dicapai melalui jalur menyusuri
sungai-sungai. Masing-masing pintu masuk (DAS) menawarkan paket wisata yang
berbeda-beda yang disesuaikan dengan karakteristik dan potensi wisatanya masing-
masing.
b) Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Betung Kerihun
Taman nasional betung karihun. Dengan luas total area sekira 800.000 hektar,
Taman Nasional Betung Kerihun menyimpan keanekaragaman hayati yang luar
biasa kaya. Karena keunikan bentang alam dan tingginya keanekaragaman hayati,
Taman Nasional Betung Kerihun sudah sepantasnya menjadi salah satu destinasi
ekowisata yang menawarkan tantangan hutan tropis liar nan eksotis. Berada di
ketinggian 300-1960 m dpl, TNBK adalah habitat alami bagi 1.216 jenis
keanekaraman tumbuhan yang terdiri dari 418 genus dan 110 famili (75% endemik
Kalimantan). Dari jumlah tersebut, terdapat 14 jenis tumbuhan yang merupakan
temuan baru di Indonesia, diantaranya Castanopsis inermis, Musa lawitiensis,
Neouvaria acuminatissima, Lithocarpus philippinensis, Chisocheton cauliflorus,
Syzygium spicata, dan Shorea peltata. Terdapat 13 jenis pohon palem yang
terbilang baru di Kalimantan antara lain Pinanga bifidovariegata dan soka (Ixora sp.).
Dengan luas total area sekira 800.000 hektar, Taman Nasional Betung Kerihun
menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa kaya. Karena keunikan bentang
alam dan tingginya keanekaragaman hayati, TNBK sudah sepantasnya menjadi
salah satu destinasi ekowisata yang menawarkan tantangan hutan tropis liar nan
eksotis. Berada di ketinggian 300-1960 m dpl, Taman Nasional Betung Kerihun
adalah habitat alami bagi 1.216 jenis keanekaraman tumbuhan yang terdiri dari 418
genus dan 110 famili (75% endemik Kalimantan).

taman nasional betung karihunDari jumlah tersebut, terdapat 14 jenis tumbuhan yang
merupakan temuan baru di Indonesia, diantaranya Castanopsis inermis, Musa
lawitiensis, Neouvaria acuminatissima, Lithocarpus philippinensis, Chisocheton
cauliflorus, Syzygium spicata, dan Shorea peltata. Terdapat 13 jenis pohon palem
yang terbilang baru di Kalimantan antara lain Pinanga bifidovariegata dan soka (Ixora
sp.).
Bersama-sama dengan Taman Nasional Danau Sentarum, taman nasional ini telah
dinominasikan ke dalam International Coordinating Council Man and
Biosphere UNESCO yang ke-30 sebagai cagar budaya. Sebagai kelanjutan wacana
ini, pada September 2016 diadakan sosialisasi dari Ditjen KSDAE Kemen LHK dan
Direktur Program MAB – LIPI tentang pengelolaan cagar biosfer dan
manfaatnya. Abang M. Nasir, Bupati Kapuas Hulu, mengeluarkan dukungan
nominasi taman nasional ini pada November 2016. Diharapkan setelah dipromosikan
ini, cagar alam ini akan lebih dikenal di tataran internasional, mendapat perhatian
khusus dalam pengelolaan SDA, pengelolaan ekonomi berkelanjutan, pendidikan,
untuk kesejahteraan masyarakat Kapuas Hulu.
Dari itu, proses kemudian berlanjut. Sidang internasional ICC-MAB kemudian
berlangsung di Palembang, Sumatra Selatan pada 23-28 Juli 2018. Pemerintah
menunjuk Prof. Enny Sudarmonowati, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI
sebagai perwakilan keketuaan Indonesia di sana selama 2 tahun. Di dalam sidang
itu, selain Betung Kerihun, 2 lagi dinominasikan: yakni Taman Nasional Gunung
Rinjani, dan Taman Nasional Berbak Sembilang di Jambi dan Sumatra
Selatan. Maka, setelah sidang tersebut, 3 taman nasional di atas masuk sebagai
cagar biosfer dunia. Keputusan ini dibacakan bupati tepat pukul 16.30 WIB.
c) Ekosistem Taman Nasional Betung Kerihun
Keragaman tipe ekosistem dan karakteristik topografi serta hidrologi yang ada
di Taman Nasional Betung Kerihun sangat mendukung bagi kehidupan berbagai
jenis tumbuhan dan satwa termasuk yang tergolong dilindungi. Jenis-jenis tumbuhan
di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun yang telah berhasil diidentifikasi sampai
saat ini sebanyak 695 jenis dimana 50 jenis diantaranya tergolong tumbuhan yang
hanya ditemukan di Pulau Borneo. Jenis pisang hutan Musa lawitiensis, misalnya,
merupakan jenis tumbuhan yang endemik dari Gunung Lawit yang terletak di DAS
Sibau.

Taman nasional yang memiliki delapan tipe ekosistem hutan dataran rendah,
sekunder tua, dipterocarpus, sub-montana, dan montana, adalah habitat bagi 48
jenis mamalia, 301 jenis burung (151 genus dan 36 famili), 170 jenis insekta, 112
jenis ikan, 52 jenis reptilian, 51 jenis amfibia, 24 jenis endemik Kalimantan, dan 15
jenis burung migran. Orangutan (Pongo satyrus), tangkasi (Tarsius bancanus
borneanus), owa kalimantan (Hylobates muelleri), rusa sambar (Cervus unicolor
brookei), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), lutra (Lutra sumatrana),
kancil (Tragulus napu borneanus), dan klasi (Presbytis rubicunda rubicunda) adalah
beberapa satwa yang dominan menghuni Taman Nasional Betung Kerihun.

d) Flora dan Fauna Taman Nasional Betung Kerihun


1. Keanekaragaman flora taman nasional Betung Kerihun

a. Tumbuhan Tingkat Tinggi (Pepohonan)


Hutan Dipterocarpaceae Dataran Rendah yang merupakan porsi terbesar dari TNBK
mempunyai keanekaragaman jenis pohon yang tinggi dan umumnya dari marga
Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Parashorea, Shorea, dan Vatica. Terdapat 695
jenis pohon yang tergolong dalam 15 marga, dan 63 suku yang 50 jenis diantaranya
merupakan jenis endemik Pulau Borneo (Partomihardjo et al. 1998). Sebagai contoh
adalah jenis Amyxa pluricormis yang merupakan kerabat kayu Gaharu (Aquilaria
spp.) tidak hanya endemik Borneo, namun juga merupakan marga yang tunggal.
Keanekaragaman nabati yang tinggi ini terlihat juga dengan banyaknya jenis di
setiap famili tumbuhan. Suku Dipterocarpaceae misalnya, mempunyai jumlah jenis
terbesar yaitu 121 dari total 267 jenis yang tumbuh di Borneo. Marga Shorea saja
mempunyai jumlah jenis tidak kurang dari 30. Suku tumbuhan lain yang mempunyai
jumlah jenis banyak adalah Euphorbiaceae (73), Clusiaceae (33), Burseraceae (30),
Myristicaceae (28), dan Myrtaceae (28).

b. Palem
Keanekaragaman kelompok palem cukup tinggi dan beberapa diantaranya
merupakan jenis baru. Telah diidentifikasi sebanyak 60 species yang tergolong
dalam 17 marga (Mogea 1998). Terdapat 20 jenis dari marga Calamus dan 15 jenis
dari marga Pinanga. Hal yang menarik adalah ditemukannya 13 jenis record baru
untuk Kalimantan Barat diantaranya adalah Areca insignis var. moorei, Calamus
divaricatus, Daemonorops formicria, Pinanga variegata, Pogonium divaricatum dan
Salacca dransfieldiana. Terdapat dua jenis baru palem yaitu dari marga Calamus
dan Pinanga. Pinanga bifidovariegata Mogea Spec. Nova adalah palem jenis baru
yang tingginya sekitar 75 cm dengan daun bercak-bercak hijau, berbuah merah
cerah yang sangat cocok untuk tanaman hias di dalam ruangan (indoor ornamental
plant).
c. Rheofita dan Tumbuhan Lantai Hutan
Koleksi dari daerah rheophyte yaitu daerah pinggiran sungai yang terpengaruh oleh
pasang surutnya permukaan air adalah Myrmenauclea sp., Pandanus sp., Ficus
sp.,Acorus sp., Schefflera sp.,dan Saurauia sp. Sedangkan jenis yang umum di
pinggir sungai yang bukan tergolong rheophyte adalah Dipterocarpus oblongifolius,
Saraca declinata, Diospyros sp., Aglaia sp., Dillenia sp., dan Sauraia sp. Jenis yang
umum tumbuh pada daerah yang terganggu dan terbuka adalah Macaranga sp.,
Musa sp., Gigantochloa sp., Schizostachyum sp. dan beberapa jenis dari kelompok
Zingiberaceae dan paku-pakuan. Sedangkan jenis yang umum tumbuh di lantai
hutan adalah.

Cyrtandra spp., Begonia spp., Urophyllum spp., Pinanga spp., Calamus spp.,
Pandanus sp. dan beberapa jenis dari suku Euphorbiaceae.

d. Anggrek
Khusus mengenai anggrek telah diidentifikasi 89 jenis yang tergolong dalam 40
marga (Gandawidjaja 1998). Secara garis besar penyebaran anggrek dipengaruhi
oleh ketinggian tempat yang berkorelasi dengan tipe hutan. Jumlah jenis anggrek
epifit lebih banyak dibandingkan dengan anggrek tanah.
Sebagian besar anggrek tumbuh menempel pada pohon besar di pinggir sungai
yang menyiratkan bahwa anggrek memerlukan kelembaban dan sinar matahari yang
cukup sebagai persyaratan hidupnya. Anggrek Dendrochilum lebih banyak
ditemukan di hutan kerangas sedangkan Coelogyne asperata dan Coelogyne
foerstermanii umum dijumpai di segala tipe hutan sebagaimana anggrek marga
Agrostophyllum, Bulbophyllum dan Eria.

e. Epifita
Keanekaragaman jenis pohon di TNBK menghasilkan keanekaragaman epifit yang
tinggi pula. Pohon yang paling banyak ditumpangi epifit adalah Dipterocarpus
oblongifolius yang banyak tumbuh di pinggir sungai. Berbagai jenis anggrek
bergantungan di pohon ini dan diantaranya adalah Agrostophyllum spp.,
Bulbophyllum spp., Coelogyne spp., Cymbidium sp., Dendrobium acuminatissimum,
Eria spp., Flekengiria sp., Gramatophyllum speciosum, dan Pholidota sp. Disamping
itu, jenis lain yang tergolong dalam lumut dan paku-pakuan banyak dijumpai pula.
Jenis pakupakuan yang ditemui diantaranya adalah Asplenium nidus, Athrophyum
sp., Gonioplebium sp., Nephrolepis sp., dan Pyrrosia sp. Sedangkan epifit kelompok
tumbuhan lainnya adalah Ficus deltoidea (Moraceae), Schefflera spp. (Araliaceae),
Nephentes spp. (Nephentaceae), Medinilla spp. (Melastomataceae), Rhododendron
sp. (Theaceae), dan Pandanus epiphyticus (Pandanaceae). Penyebaran tumbuhan
epifit, terutama anggrek makin ke arah darat (menjauh dari pinggir sungai) makin
jarang ditemukan.
f. Jamur dan Briofita
Dari kelompok tumbuhan rendah diidentifikasi sebanyak 12 jenis jamur dan 133 jenis
lumut/Briofita yang tergolong dalam tiga kelas (Sujatmiko 1998). Kelompok lumut
yang masuk kelas Hepaticopsida terdiri atas 19 suku dan 65 jenis, kelas
Anthocerotopsida terdiri satu suku dan dua jenis, dan yang masuk kelas Bryopsida
terdiri atas 19 suku dan 66 jenis. Secara taksonomi, keanekaragaman lumut di
daerah ini komplit sekali karena dapat ditemukan dari lumut yang tergolong masih
sederhana (Blepharostoma sp. Dan Trichocolea sp.) sampai jenis lumut yang sangat
canggih dari kelas Bryopsida. Daerah Gunung Condong yang merupakan daerah
tinggi di Sub DAS Embaloh mempunyai keanekaragaman jenis lumut yang lebih
bervariasi dibandingkan dengan di daerah dataran rendah.

Berdasarkan tempat hidupnya, sebanyak 87 jenis lumut sebagai epifit, 18 tumbuh di


atas tanah, dan 7 jenis tumbuh diatas batu. Keanekaragaman lumut di daerah ini
memang sangat tinggi karena bila dibandingkan dengan hutan tropis di Kilimanjaro,
Afrika hanya mempunyai 20 jenis lumut epifit dan dari kawasan Amerika Latin (Siera
Maestra di Cuba dan Andes di Bolivia) hanya dijumpai 28 jenis.
2. Keanekaragaman jenin fauna di taman nasional Betung Kerihun
Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) memiliki potensi keanekaragaman satwaliar
yang tinggi. Laporan beberapa hasil inventarisasi yang pernah dilakukan
menunjukkan bahwa TNBK memiliki keanekaragaman jenis burung, mamalia, reptilia
dan herpetofauna yang tinggi. Gambaran potensi keanekaragaman jenis satwaliar
untuk masing-masing kelas sebagai berikut :

a. Keanekaragaman Jenis Burung


Pada kelompok burung ini dihasilkan sebanyak 301 jenis yang tergolong dalam 151
marga dan 36 suku (Raharjaningtrah & Prayogo 1998). Jumlah jenis yang menonjol
termasuk dalam suku Muscicapidae, Pycnonotidae dan Timilidae. Sebanyak 6 jenis
merupakan temuan baru untuk Indonesia yaitu Acciper nisus, Dendrcitta
cinerascens, Ficedula parva, Luscinia calliope, Pycnonotus flavescent dan
Rhinomyas brunneata. Sebanyak 24 jenis endemik Borneo diantaranya adalah
Arachnothera everetti, Calyptomena hosei, Calyptomena whiteheadi, Chlorocharis
emiliae, Cyornis superbus, Dicaeum monticolum, Harpactes whiteheadi, Lonchura
fuscans, Lophura bulweri, Malacocincla perspicillata, Megalaima eximia, Megalaima
monticola, Megalaima pulcherrima, Napothera atrigularis, Oculacincta squamifrons,
Pitta baudii, Pityriasis gymnocephala, Ptilocichla leucogrammica, Prionochilus
xanthopygius dan Yuhina everetti. Sebanyak 15 jenis pendatang yang teramati
diantaranya adalah Eudynamis scolopaceae, Ficedula mugimaki, Locustella
certhiolata, Locustella laceolata, Motacilla cinerea, Tringa hypoleucos, dan Egretta
garzeta. Khusus untuk burung pendatang Tringa hypoleucos dan Egretta garzeta
hanya dijumpai di sungai besar Embaloh. Hal yang sama untuk burung Anhinga
melanogaster, hanya dijumpai di Sungai Embaloh dan tidak pernah dijumpai di
sungai-sungai kecil cabang Embaloh. Sebanyak 63 jenis burung yang ditemui di
TNBK merupakan burung yang dilindungi oleh undang-undang, termasuk
didalamnya adalah maskot Provinsi Kalimantan Barat yaitu Enggang Gading
(Buceros vigil).
Keberadaan Enggang Gading ini terkait erat dengan keberadaan pohon-pohon yang
berdiameter besar. Seperti diketahui jenis Enggang ini memerlukan pohon
berdiameter lebih dari satu meter untuk tempat beregenerasi. Keadaan ini hanya
ditemui di hutan dalam kondisi sehat berpohon besar dan tinggi yang bisa
dikategorikan “hutan primer klimaks”. Tanpa interaksi dengan hutan seperti ini,
jaringan siklus hidup Enggang Gading akan terganggu dan dampak panjangnya
adalah punahnya jenis burung yang eksotis ini.

Berdasarkan jenis makanannya, terdapat 102 jenis burung sebagai pemakan


serangga, 10 jenis burung pemangsa (Accipitridae), 4 jenis pemakan ikan
(Alcedinidae), 21 jenis pemakan buah (Cilumbidae, Psittacidae, Bucerotidae dan
Capitonidae), 20 jenis penghisap madu (Nectarinidae, Dicaedia dan Zosteropidae)
dan hanya 3 jenis pemakan bijibijian (Ploceidae). Selain itu, terdapat 17 jenis dari
kelompok Pycnonotidae yang merupakan burung pemakan serangga dan buah-
buahan dan 3 jenis dari Corvidae yang memakan bangkai dan serangga. Bahkan
burung Sengayan tertera dalam "Red Data Book IUCN" yang sangat perlu dilindungi,
disamping burung-burung yang dilindungi oleh peraturan Indonesia seperti
Accipitridae, Alcedinidae, Bucerotidae, Dicaeidae, Nectarinidae, dan Zosteropidae.

b. Keanekaragaman Jenis Mamalia


Potensi keanekaragaman jenis mamalia di TNBK diketahui cukup banyak. Data
tahun 2000 menunjukkan tidak kurang dari 48 jenis mamalia ditemukan di TNBK
(TNBK 2000). Diantara jenis-jenis mamalia yang menjadi potensi kekayaan TNBK
adalah Harimau dahan (Neofelis nebulosa), Kucing hutan (Felis bengalensis),
Beruang madu (Helarctos malayanus), Kijang (Muntiacus muntjak), Kijang emas
(Muntiacus atherodes), Rusa Sambar (Cervus sp.) dan Kancil (Tragulus napu).

Selain jenis-jenis mamalia tersebut di atas, di TNBK juga diketahui memiliki


sedikitnya 18 jenis kelompok kelelawar (Chiroptera) dan 17 jenis kelompok pengerat.
Khusus untuk kelompok kelelawar ternyata masih bisa ditemukan kelelawar
pemakan kumbang (Cheiromeles torquatus) yang di Pulau Jawa telah dinyatakan
punah. Jenis-jenis Bajing (Sciuridae) sebagai satwa yang aktif pada siang hari sering
terlihat di antara tajuk pohon atau pun di lantai hutan. Beberapa jenis yang tercatat
diantaranya adalah Callosciurus prevosii sbsp, Ratufa affinis coturnata, Ratufa affinis
sandakanensis, Nannosciurus melanotis, Glypotes simus, Lariscus insignis,
Sundasciurus lowii, Sundasciurus tenuis, Exillissciurus exilis, Rhinosciurus
laticaudatus, dan Reithrosciurus macrotis. TNBK juga diketahui sebagai salah satu
wilayah sebaran dari beberapa jenis primata. Setidaknya ada 7 jenis primata
ditemukan di TNBK yaitu Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus), Kelampiau
(Hylobates muelleri), Hout (Presbytis frontata), Kelasi (Presbytis rubicunda), Beruk
(Macaca nemestrina), Kera (Macaca fascicularis) dan Tarsius (Tarsius bancanus).

c. Keaneragaman Jenis Ikan


Untuk jenis ikan terdapat 112 jenis yang tergolong dalam 41 marga dan 12 suku
(Rachmatika & Haryono 1998). Satu jenis ikan pelekat baru ditemukan dan diberi
nama Gastromyzon embalohensis Rachmatika Spec. Nova. Suku yang banyak
jenisnya adalah Cyprinidae, Balitoridae dan Cobitidae. Ikan Pelekat
(Neogastromyzon nieuwenhuisi) dan ikan Kulung (Lobocheilus cf bo) adalah ikan
yang jumlahnya cukup banyak, sedangkan ikan yang penyebarannya luas adalah
ikan Kemayur (Nemachilus cf saravacencis), ikan Banta (Osteochilus
microcephalus), dan ikan Seluang (Rasbora bankanensis). Ikan Buntal (Tetraodon
leiurus) pun dapat ditemui di Sungai Embaloh.

TNBK pun menyediakan habitat yang cocok bagi ikan yang hanya ditemui di pulau
Borneo. Terdapat 13 jenis yang endemik Borneo yaitu ikan Pelekat (Gastromyzon
embalohensis), Neogastromyzon nieuwenhuisi, Neogastromyzon sp1.,
Neogastromyzon sp2., Glaniopsis multiradiata, Glaniopsis sp1., Glaniopsis sp2., ikan
Arungan/Langkung (Hampala bimaculata), Homaloptera stephensoni, Protomyzon
griswoldi, ikan Kemujuk

(Paracrossochilus acerus), ikan Tupai/Binkus (Gyrinocheilus pustulotus), dan ikan


Batu (Garra borneensis). Paling tidak ditemukan 3 jenis ikan baru, satu jenis telah
dipastikan penamaannya yaitu Gastromyzon embalohensis, sedangkan 2 jenis lain
dari marga Lobocheilus (ikan Kulung dari Sungai Embaloh) dan Luciosoma (ikan
Kenjuar dari Sungai Tekelan) sedang dalam proses pemastian penamaannya.
Disamping itu, beberapa jenis ikan Pelekat merupakan catatan baru (new record)
untuk Kalimantan dan Indonesia.
Penyebaran fauna ikan ini bervariasi menurut jenisnya. Jenis ikan yang mempunyai
penyebaran luas adalah jenis Seluang (Rasbora spp.), Ikan Pansik (Botia
hymenophysa), Ulanguli (Botia macracantha), dan Banta (Osteochilus waandersi)
yaitu mulai dari sungai terhilir sampai sungai terhulu. Sedangkan jenis ikan yang
penyebarannya agak sempit adalah berbagai jenis ikan Semah (Tor douronensis,
Tor soro, dan Tor tambroides) yang hanya terdapat di sungai yang berair jernih yang
umumnya bagian hulu dengan tipe habitat perairan berarus deras yang bebatuannya
didominasi oleh batu ampar. Demikian pula halnya ikan Kebali (Osteochilus hasselti)
yang umumnya berukuran besar mempunyai sifat penyebaran hanya di sungai
bagian hulu.

Beberapa jenis yang intensif dimanfaatkan sebagai makanan adalah ikan Semah
(Tor douronensis, Tor soro, dan Tor tambroides), Kaloi (Osphronemus
seftemfasciatus), Kebali (Osteochilus hasselti), dan Tengadak (Puntius
collingwoodi). Sedangkan yang potensial sebagai ikan hias dintaranya adalah ikan
Batu (Schismatorhynchus heterorhynchus), Ulanguli (Botia macracantha), Pansik
(Botia hymenophysa), Berbaju (Puntius tetrazona dan Puntius everetti), Ikan Pasir
(Acanthopsis dialuzona), Ikan umpan (Puntius binocatus), dan Rasbora dusuniensis.
Ikan Pansik, Ulanguli, dan Berbaju telah umum diketahui sebagai komoditi ekspor
dan yang lebih menarik jenis Osteochilus pleurotenia merupakan spesimen temuan
baru bagi Museum Zoologi Bogor (MZB).

d. Keanekaragaman Herpetofauna
Berdasarkan Iskandar et al. (1998), di TNBK setidaknya terdapat 51 jenis amfibi, 26
jenis kadal, 2 jenis buaya, 3 jenis kura-kura, dan 21 jenis ular. Beberapa jenis kodok
(Bufonidae) dan katak pohon (Rhacophoridae) dari marga Ansonia dan Philautus
juga diketahui sangat potensial sebagai jenis baru, disamping kelompok kadal dari
marga Sphenomorphus, dan marga Calamaria dari kelompok ular. Satu jenis ular
dari Gunung Lawit yang berhasil dikoleksi yaitu Stoliczkia borneensis merupakan
specimen yang ketiga di dunia, selain satu jenis ular baru yakni Leptolalax hamidi.
Banyak jenis dari kelompok Herpetofauna ini merupakan species "new record". Di
TNBK juga diketahui sebagai salah satu kawasan yang potensial sebagai habitat dari
jenis buaya katak atau buaya muara (Crocodilus porosus) dan buaya sumpit
(Tomistoma schlegelii).
e. Keanekaragaman Jenis Serangga
Survei serangga di TNBK baru pertama kali dilakukan dan ternyata keanekaragaman
jenisnya sangat tinggi. Tidak kurang dari 170 jenis yang teridentifikasi terdapat hal-
hal yang menarik bahkan ada jenis baru dari Coleoptera yaitu Niasia bukat Reid
Spec. Nova (Reid 1998), juga temuan marga baru (Reid 1996). Paling sedikit 7
marga dari Chrysomelidae yaitu Apththonoides, Clavicornaltica, Gastrolinoides,
Lipromorpha, Micrantipha, Niasia, dan Pachenephorus. Hal yang lebih menarik lagi
bagi ilmu pengetahuan adalah ditemukannya masing-masing satu genus dari
Dermestidae dan Dryopidae yang belum pernah dideskripsikan sebelumnya.
Sedangkan jenis-jenis baru yang sedang dideskripsikan adalah dari marga
Bruneixellus, Ischalia, dan Psephenoides. Selain itu, TNBK mempunyai 25 jenis
semut yang tergolong dalam marga Hagaiomyrma, Myrma, Myrmhopha dan
Polyrhachis.

e) Potensi Taman Nasional Betung Kerihun


Selain sebagai destinasi ekowisata, rekreasi alam bebas (kemping), jelajah hutan
tropis liar, dan lain sebagainya, kekayaan yang dimiliki Taman Nasional Betung
Kerihun adalah juga potensial sebagai objek penelitian berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. Selain itu, wisata budaya dapat juga Anda nikmati di sini sebab
masyarakat sekitar Taman Nasional Betung Kerihun adalah masyarakat Suku Dayak
yang masih hidup dengan cara tradisional dan memegang teguh adat dan kebiasaan
warisan nenek moyangnya.
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
Taman nasional Betung kerihun adalh salah satu cagar alam yang ada di Negara
Indonesia, dan menjadi taman nasional yang ada di provinsi Kalimantan barat
karena keberadaannya sangat dijaga oleh petugas dan masyarakat setempat,
maka taman nasional betung kerihun dapat terjaga kelestariannya sampai saat ini.
Dan dapat boleh lestari.
b. Saran
Kiranya makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi banyak orang, dan
dapat pula menjadi contoh untuk saya sebagai penyusunnya dalam pembuatan
tugas akhir nanti.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Betung_Kerihun

https://rimbakita.com/taman-nasional-betung-kerihun/

https://www.nusapedia.com/2014/06/taman-nasional-betung-kerihun.html

http://tnbkds.menlhk.go.id/index.php/profil/sejarah-kawasan/2-uncategorised/5-potensi-
kawasan.html#1-potensi-taman-nasional-betung-kerihun

http://ksdae.menlhk.go.id/berita/1460/kelestarian-habitat-dan-kearifan-tradisional-kunci-
hidup-harmonis-manusia-dan-orang-utan-di-tn-betung-kerihun.html#:~:text=Salah%20satu
%20alasan%20penunjukan%20kawasan,Orangutan%20(Pongo%20pygmaeus
%20pygmaeus).

Anda mungkin juga menyukai