DISUSUN OLEH:
DIPLOMA 3
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang
terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.
Kata Pengantar.............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
a) Latar belakang..................................................................................................iii
b) Rumusan masalah...........................................................................................iv
c) Tujuan penulisan..............................................................................................v
Bab II Pembahasan
a) Kesimpulan.......................................................................................................xi
b) Saran...............................................................................................................xii
Daftar Pustaka...........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
Akankah, Taman Nasional di Indonesia dapat terjaga kelestariannya. ?
c. Tujuan Penulisan
Taman Nasional di Indonesia banyak yang sudah di alih funggsikan menjadi lahan
terbuka untuk pemukiman, maupun untuk dijadikan lahan pertanian dan perkebunan.
Kami sebagai penerus bangsa dan penerus penjaga Hutan, harus lebih giat
memberitahukan kepada masyarakat luas tentang petingnya hutan bari
keberlangsungan mahluk hidup dan keberlangsungan ekosistem yang ada.
BAB II PEMBAHASAN
a) Sejarah Taman Nasional Betung Kerihun
Nasional yang memiliki Kelebatan Dan Kerapatan Hutan Terbaik Di
indonesia.Taman Nasional Betung Kerihun menjadi salah satu wilayah konservasi
hutan terbaik dengan keragaman ekosistem fauna dan flora di indonesia.Taman
Nasional Betung Kerihun Juga Menjadi kawasan konservasi terluas di Propinsi
Kalimantan Barat, terletak di Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas total area sekitar
800.000 hektar. Topografi berbukit dan bergunung-gunung serta hamparan ratusan
sungai-sungai karakteristik yang menonjol dari Taman Nasional Betung
Kerihun selain potensi keanekaragaman hayatinya yang luar biasa.
dulunya dikenal sebagai Bentuang Karimun dan pertama kali ditetapkan sebagai
cagar alam berdasarkan keputusan menteri pada tahun 1982. Saat itu luasnya sekira
600.000 hektar tetapi sepuluh tahun kemudian pada tahun 1992, luas lahan Taman
Nasional Betung Kerihun diperluas menjadi 800,000 hektar. Statusnya sebagai
kawasan konservasi diubah menjadi taman nasional pada tahun 1995.
Secara topografis, Taman Nasional Betung Kerihun memiliki bentang alam berbukit
dan bergunung yang dikelilingi ratusan sungai. TNBK terbentang dari Pegunungan
Muller yang menghubungkan Gunung Betung dan Gunung Kerihun. Dari kaki-kaki
pegunungan Muller tersebut, mengalir sungai-sungai kecil yang membentuk Daerah
Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Kapuas, Sibau, Mendalam, Bungan, dan Embaloh.
Keempat DAS (kecuali Bungan) menjadi pintu masuk utama kawasan Taman
Nasional Betung Kerihun yang memang hanya dapat dicapai melalui jalur menyusuri
sungai-sungai. Masing-masing pintu masuk (DAS) menawarkan paket wisata yang
berbeda-beda yang disesuaikan dengan karakteristik dan potensi wisatanya masing-
masing.
b) Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Betung Kerihun
Taman nasional betung karihun. Dengan luas total area sekira 800.000 hektar,
Taman Nasional Betung Kerihun menyimpan keanekaragaman hayati yang luar
biasa kaya. Karena keunikan bentang alam dan tingginya keanekaragaman hayati,
Taman Nasional Betung Kerihun sudah sepantasnya menjadi salah satu destinasi
ekowisata yang menawarkan tantangan hutan tropis liar nan eksotis. Berada di
ketinggian 300-1960 m dpl, TNBK adalah habitat alami bagi 1.216 jenis
keanekaraman tumbuhan yang terdiri dari 418 genus dan 110 famili (75% endemik
Kalimantan). Dari jumlah tersebut, terdapat 14 jenis tumbuhan yang merupakan
temuan baru di Indonesia, diantaranya Castanopsis inermis, Musa lawitiensis,
Neouvaria acuminatissima, Lithocarpus philippinensis, Chisocheton cauliflorus,
Syzygium spicata, dan Shorea peltata. Terdapat 13 jenis pohon palem yang
terbilang baru di Kalimantan antara lain Pinanga bifidovariegata dan soka (Ixora sp.).
Dengan luas total area sekira 800.000 hektar, Taman Nasional Betung Kerihun
menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa kaya. Karena keunikan bentang
alam dan tingginya keanekaragaman hayati, TNBK sudah sepantasnya menjadi
salah satu destinasi ekowisata yang menawarkan tantangan hutan tropis liar nan
eksotis. Berada di ketinggian 300-1960 m dpl, Taman Nasional Betung Kerihun
adalah habitat alami bagi 1.216 jenis keanekaraman tumbuhan yang terdiri dari 418
genus dan 110 famili (75% endemik Kalimantan).
taman nasional betung karihunDari jumlah tersebut, terdapat 14 jenis tumbuhan yang
merupakan temuan baru di Indonesia, diantaranya Castanopsis inermis, Musa
lawitiensis, Neouvaria acuminatissima, Lithocarpus philippinensis, Chisocheton
cauliflorus, Syzygium spicata, dan Shorea peltata. Terdapat 13 jenis pohon palem
yang terbilang baru di Kalimantan antara lain Pinanga bifidovariegata dan soka (Ixora
sp.).
Bersama-sama dengan Taman Nasional Danau Sentarum, taman nasional ini telah
dinominasikan ke dalam International Coordinating Council Man and
Biosphere UNESCO yang ke-30 sebagai cagar budaya. Sebagai kelanjutan wacana
ini, pada September 2016 diadakan sosialisasi dari Ditjen KSDAE Kemen LHK dan
Direktur Program MAB – LIPI tentang pengelolaan cagar biosfer dan
manfaatnya. Abang M. Nasir, Bupati Kapuas Hulu, mengeluarkan dukungan
nominasi taman nasional ini pada November 2016. Diharapkan setelah dipromosikan
ini, cagar alam ini akan lebih dikenal di tataran internasional, mendapat perhatian
khusus dalam pengelolaan SDA, pengelolaan ekonomi berkelanjutan, pendidikan,
untuk kesejahteraan masyarakat Kapuas Hulu.
Dari itu, proses kemudian berlanjut. Sidang internasional ICC-MAB kemudian
berlangsung di Palembang, Sumatra Selatan pada 23-28 Juli 2018. Pemerintah
menunjuk Prof. Enny Sudarmonowati, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI
sebagai perwakilan keketuaan Indonesia di sana selama 2 tahun. Di dalam sidang
itu, selain Betung Kerihun, 2 lagi dinominasikan: yakni Taman Nasional Gunung
Rinjani, dan Taman Nasional Berbak Sembilang di Jambi dan Sumatra
Selatan. Maka, setelah sidang tersebut, 3 taman nasional di atas masuk sebagai
cagar biosfer dunia. Keputusan ini dibacakan bupati tepat pukul 16.30 WIB.
c) Ekosistem Taman Nasional Betung Kerihun
Keragaman tipe ekosistem dan karakteristik topografi serta hidrologi yang ada
di Taman Nasional Betung Kerihun sangat mendukung bagi kehidupan berbagai
jenis tumbuhan dan satwa termasuk yang tergolong dilindungi. Jenis-jenis tumbuhan
di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun yang telah berhasil diidentifikasi sampai
saat ini sebanyak 695 jenis dimana 50 jenis diantaranya tergolong tumbuhan yang
hanya ditemukan di Pulau Borneo. Jenis pisang hutan Musa lawitiensis, misalnya,
merupakan jenis tumbuhan yang endemik dari Gunung Lawit yang terletak di DAS
Sibau.
Taman nasional yang memiliki delapan tipe ekosistem hutan dataran rendah,
sekunder tua, dipterocarpus, sub-montana, dan montana, adalah habitat bagi 48
jenis mamalia, 301 jenis burung (151 genus dan 36 famili), 170 jenis insekta, 112
jenis ikan, 52 jenis reptilian, 51 jenis amfibia, 24 jenis endemik Kalimantan, dan 15
jenis burung migran. Orangutan (Pongo satyrus), tangkasi (Tarsius bancanus
borneanus), owa kalimantan (Hylobates muelleri), rusa sambar (Cervus unicolor
brookei), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), lutra (Lutra sumatrana),
kancil (Tragulus napu borneanus), dan klasi (Presbytis rubicunda rubicunda) adalah
beberapa satwa yang dominan menghuni Taman Nasional Betung Kerihun.
b. Palem
Keanekaragaman kelompok palem cukup tinggi dan beberapa diantaranya
merupakan jenis baru. Telah diidentifikasi sebanyak 60 species yang tergolong
dalam 17 marga (Mogea 1998). Terdapat 20 jenis dari marga Calamus dan 15 jenis
dari marga Pinanga. Hal yang menarik adalah ditemukannya 13 jenis record baru
untuk Kalimantan Barat diantaranya adalah Areca insignis var. moorei, Calamus
divaricatus, Daemonorops formicria, Pinanga variegata, Pogonium divaricatum dan
Salacca dransfieldiana. Terdapat dua jenis baru palem yaitu dari marga Calamus
dan Pinanga. Pinanga bifidovariegata Mogea Spec. Nova adalah palem jenis baru
yang tingginya sekitar 75 cm dengan daun bercak-bercak hijau, berbuah merah
cerah yang sangat cocok untuk tanaman hias di dalam ruangan (indoor ornamental
plant).
c. Rheofita dan Tumbuhan Lantai Hutan
Koleksi dari daerah rheophyte yaitu daerah pinggiran sungai yang terpengaruh oleh
pasang surutnya permukaan air adalah Myrmenauclea sp., Pandanus sp., Ficus
sp.,Acorus sp., Schefflera sp.,dan Saurauia sp. Sedangkan jenis yang umum di
pinggir sungai yang bukan tergolong rheophyte adalah Dipterocarpus oblongifolius,
Saraca declinata, Diospyros sp., Aglaia sp., Dillenia sp., dan Sauraia sp. Jenis yang
umum tumbuh pada daerah yang terganggu dan terbuka adalah Macaranga sp.,
Musa sp., Gigantochloa sp., Schizostachyum sp. dan beberapa jenis dari kelompok
Zingiberaceae dan paku-pakuan. Sedangkan jenis yang umum tumbuh di lantai
hutan adalah.
Cyrtandra spp., Begonia spp., Urophyllum spp., Pinanga spp., Calamus spp.,
Pandanus sp. dan beberapa jenis dari suku Euphorbiaceae.
d. Anggrek
Khusus mengenai anggrek telah diidentifikasi 89 jenis yang tergolong dalam 40
marga (Gandawidjaja 1998). Secara garis besar penyebaran anggrek dipengaruhi
oleh ketinggian tempat yang berkorelasi dengan tipe hutan. Jumlah jenis anggrek
epifit lebih banyak dibandingkan dengan anggrek tanah.
Sebagian besar anggrek tumbuh menempel pada pohon besar di pinggir sungai
yang menyiratkan bahwa anggrek memerlukan kelembaban dan sinar matahari yang
cukup sebagai persyaratan hidupnya. Anggrek Dendrochilum lebih banyak
ditemukan di hutan kerangas sedangkan Coelogyne asperata dan Coelogyne
foerstermanii umum dijumpai di segala tipe hutan sebagaimana anggrek marga
Agrostophyllum, Bulbophyllum dan Eria.
e. Epifita
Keanekaragaman jenis pohon di TNBK menghasilkan keanekaragaman epifit yang
tinggi pula. Pohon yang paling banyak ditumpangi epifit adalah Dipterocarpus
oblongifolius yang banyak tumbuh di pinggir sungai. Berbagai jenis anggrek
bergantungan di pohon ini dan diantaranya adalah Agrostophyllum spp.,
Bulbophyllum spp., Coelogyne spp., Cymbidium sp., Dendrobium acuminatissimum,
Eria spp., Flekengiria sp., Gramatophyllum speciosum, dan Pholidota sp. Disamping
itu, jenis lain yang tergolong dalam lumut dan paku-pakuan banyak dijumpai pula.
Jenis pakupakuan yang ditemui diantaranya adalah Asplenium nidus, Athrophyum
sp., Gonioplebium sp., Nephrolepis sp., dan Pyrrosia sp. Sedangkan epifit kelompok
tumbuhan lainnya adalah Ficus deltoidea (Moraceae), Schefflera spp. (Araliaceae),
Nephentes spp. (Nephentaceae), Medinilla spp. (Melastomataceae), Rhododendron
sp. (Theaceae), dan Pandanus epiphyticus (Pandanaceae). Penyebaran tumbuhan
epifit, terutama anggrek makin ke arah darat (menjauh dari pinggir sungai) makin
jarang ditemukan.
f. Jamur dan Briofita
Dari kelompok tumbuhan rendah diidentifikasi sebanyak 12 jenis jamur dan 133 jenis
lumut/Briofita yang tergolong dalam tiga kelas (Sujatmiko 1998). Kelompok lumut
yang masuk kelas Hepaticopsida terdiri atas 19 suku dan 65 jenis, kelas
Anthocerotopsida terdiri satu suku dan dua jenis, dan yang masuk kelas Bryopsida
terdiri atas 19 suku dan 66 jenis. Secara taksonomi, keanekaragaman lumut di
daerah ini komplit sekali karena dapat ditemukan dari lumut yang tergolong masih
sederhana (Blepharostoma sp. Dan Trichocolea sp.) sampai jenis lumut yang sangat
canggih dari kelas Bryopsida. Daerah Gunung Condong yang merupakan daerah
tinggi di Sub DAS Embaloh mempunyai keanekaragaman jenis lumut yang lebih
bervariasi dibandingkan dengan di daerah dataran rendah.
TNBK pun menyediakan habitat yang cocok bagi ikan yang hanya ditemui di pulau
Borneo. Terdapat 13 jenis yang endemik Borneo yaitu ikan Pelekat (Gastromyzon
embalohensis), Neogastromyzon nieuwenhuisi, Neogastromyzon sp1.,
Neogastromyzon sp2., Glaniopsis multiradiata, Glaniopsis sp1., Glaniopsis sp2., ikan
Arungan/Langkung (Hampala bimaculata), Homaloptera stephensoni, Protomyzon
griswoldi, ikan Kemujuk
Beberapa jenis yang intensif dimanfaatkan sebagai makanan adalah ikan Semah
(Tor douronensis, Tor soro, dan Tor tambroides), Kaloi (Osphronemus
seftemfasciatus), Kebali (Osteochilus hasselti), dan Tengadak (Puntius
collingwoodi). Sedangkan yang potensial sebagai ikan hias dintaranya adalah ikan
Batu (Schismatorhynchus heterorhynchus), Ulanguli (Botia macracantha), Pansik
(Botia hymenophysa), Berbaju (Puntius tetrazona dan Puntius everetti), Ikan Pasir
(Acanthopsis dialuzona), Ikan umpan (Puntius binocatus), dan Rasbora dusuniensis.
Ikan Pansik, Ulanguli, dan Berbaju telah umum diketahui sebagai komoditi ekspor
dan yang lebih menarik jenis Osteochilus pleurotenia merupakan spesimen temuan
baru bagi Museum Zoologi Bogor (MZB).
d. Keanekaragaman Herpetofauna
Berdasarkan Iskandar et al. (1998), di TNBK setidaknya terdapat 51 jenis amfibi, 26
jenis kadal, 2 jenis buaya, 3 jenis kura-kura, dan 21 jenis ular. Beberapa jenis kodok
(Bufonidae) dan katak pohon (Rhacophoridae) dari marga Ansonia dan Philautus
juga diketahui sangat potensial sebagai jenis baru, disamping kelompok kadal dari
marga Sphenomorphus, dan marga Calamaria dari kelompok ular. Satu jenis ular
dari Gunung Lawit yang berhasil dikoleksi yaitu Stoliczkia borneensis merupakan
specimen yang ketiga di dunia, selain satu jenis ular baru yakni Leptolalax hamidi.
Banyak jenis dari kelompok Herpetofauna ini merupakan species "new record". Di
TNBK juga diketahui sebagai salah satu kawasan yang potensial sebagai habitat dari
jenis buaya katak atau buaya muara (Crocodilus porosus) dan buaya sumpit
(Tomistoma schlegelii).
e. Keanekaragaman Jenis Serangga
Survei serangga di TNBK baru pertama kali dilakukan dan ternyata keanekaragaman
jenisnya sangat tinggi. Tidak kurang dari 170 jenis yang teridentifikasi terdapat hal-
hal yang menarik bahkan ada jenis baru dari Coleoptera yaitu Niasia bukat Reid
Spec. Nova (Reid 1998), juga temuan marga baru (Reid 1996). Paling sedikit 7
marga dari Chrysomelidae yaitu Apththonoides, Clavicornaltica, Gastrolinoides,
Lipromorpha, Micrantipha, Niasia, dan Pachenephorus. Hal yang lebih menarik lagi
bagi ilmu pengetahuan adalah ditemukannya masing-masing satu genus dari
Dermestidae dan Dryopidae yang belum pernah dideskripsikan sebelumnya.
Sedangkan jenis-jenis baru yang sedang dideskripsikan adalah dari marga
Bruneixellus, Ischalia, dan Psephenoides. Selain itu, TNBK mempunyai 25 jenis
semut yang tergolong dalam marga Hagaiomyrma, Myrma, Myrmhopha dan
Polyrhachis.
https://rimbakita.com/taman-nasional-betung-kerihun/
https://www.nusapedia.com/2014/06/taman-nasional-betung-kerihun.html
http://tnbkds.menlhk.go.id/index.php/profil/sejarah-kawasan/2-uncategorised/5-potensi-
kawasan.html#1-potensi-taman-nasional-betung-kerihun
http://ksdae.menlhk.go.id/berita/1460/kelestarian-habitat-dan-kearifan-tradisional-kunci-
hidup-harmonis-manusia-dan-orang-utan-di-tn-betung-kerihun.html#:~:text=Salah%20satu
%20alasan%20penunjukan%20kawasan,Orangutan%20(Pongo%20pygmaeus
%20pygmaeus).