Oleh :
ANGGI NURHAFIZHAH ALANG
M1A1 16 146
KEHUTANAN B
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEH
KENDARI
2018
i
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
menyelesaikan tugas ilmiah yang diberikan ini dengan judul ”Konservasi Padang
Savana terhadap invasi Akasia dan pengaruhnya terhadap kesedian pakan fauna di
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Oleh sebab itu,
susun ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penyusun dan umumnya
bagi pembaca.
Penulis
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
vegetasi yang dimiliki oleh Taman Nasional Baluran antara lain hutan payau,
hutan rawa, hutan pantai, savana dan hutan musim. Hutan musim terdiri dari dua
tipe vegetasi yaitu hutan musim alam dan hutan tanaman jati. Hutan musim
dijumpai dari lereng Gunung Baluran sampai mendekati pantai, kawasan hutan
habitat mamalia besar seperti Banteng ( Bos javanicus), Kerbau liar ( Bubalus
merupakan habitat yang penting bagi kehidupan berbagai jenis satwa liar, karena
baik padang rumput maupun savanna ternyata bukan hanya sekedar tempat untuk
meluas di seluruh areal savana. Penyebaran ini juga terjadi di savanna Bekol yang
herbivora didukung pula oleh suksesi sekunder yang berjalan dengan baik akibat
tidak adanya pemutusan pergerakan ini. Kondisi hijauan rumput di savana sangat
dipengaruhi oleh jumlah satwa, persaingan jenis rumput, musim serta perubahan
1
ekosistem yang disebaakan oleh campur tangan manusia ( Setyawati dan Mukhtar
tercipta kelestarian satwa liar dan lingkungannya yang akan dibahas dalam
makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Baluran ?
Nasional Baluran ?
3. Bagaimana usaha tindak lanjut dari masalah daya dukung kesedian pakan
C. Tujuan
3. Untuk mengetahui tindak lanjut dari masalah daya dukung kesedian pakan
2
II. PEMBAHASAN
a. Kondisi fisik
margasatwa atas perintah Direktur kebun raya Bogor ( K.W. Waderman ) pada
tahun 1937, kemudian pada tahun 1982 dengan surat keputusan Menteri
Taman Nasional Baluran terletak di ujung timur Pulau Jawa. Sebelah Utara
dibatasi oleh Selat Madura, sebelah Timur oleh Selat Bali dan bagian Selatan
berturut – turut dibatasi oleh Dusun Pandean Desa Wonorejo, Sungai Bajulmati,
25.000 hektar, yang dalam system pengelolaannya dibagi menjadi beberapa zonasi
yaitu :
- Zona inti
- Zona rimba
- Zona rehabilitasi
3
Dalam kawasan seluas tersebut di atas terdapat bekas HGU atas nama PT Gunung
akan menentukan populasi karnivora. Oleh karena itu untuk melestarikan dan
kawasan Taman Nasional baluran dan merupakan habitat satwa Banteng dan
Kerbau Liar serta berbagai jenis satwa lainnya. Tipe habitat ini merupakan
klimaks kebakaran yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Tipe habitat
ini dapat dibedakan menjadi dua sub tipe yaitu savanna datar dan savanna
batu, sub tipe savanna ini terdapat di bagian Tenggara kawasan, yaitu daerah
sekitar Plalangan dan bekol dengan luasan sekitar 1500 Ha sampai dengan 2000
Ha. Sebagian besar dari populasi banteng, rusa dan kerbau liar menggunakan areal
ini untuk merumput. Kondisi saat ini sebagian besra savanna terutama Bekol,
Kramat Kajang dan sebagian Balanan telah terinvasi Acacia nillotica yang
sebelumnya ditanam ( 1969 ) sebagai sekat baker karena tumbuhan ini tahan api,
namun karena pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh pada daerah yang
4
sengat kering, tumbuhan ini akan menjadi ancaman yang serius bagi keberadaan
c. Kondisi fauna
dibedakan menjadi empat ordo yaitu Mamalia, Aves, Pisces dan Reptilia. Jenis
Mamalia besar yang sering dijumpai anatara lain Banteng (Bos javanicus), Kerbau
Babi hutan (Sus sp.), Macan Tutul (Panthera pardus) dan Ajak atau anjing hutan (
Cuon alpinus).
golongan Aves diperkirakan sebanyak 155 jenis. Jenis endemik Jawa yaitu Tulung
Halcyon cyanoventris). Didaerah ini juga terdapat Ayam Hutan (Gallus sp.) dan
Burung Merak (Pavo muticus). Dari golongan ikan (Pisces) belum banyak
yaitu Bandeng (Chanos chanos), jenis – jenis lainnya adalah Dascylus melampus,
jenis ikan Hiu. Reptilia besar tidak banyak dijumpai di daerah ini, jenis yang
Baluran, 2007).
Pulau Jawa yang mempunyai ciri khas berupa hamparan savana alami dan satwa
5
liar banteng (Bos javanicus D’Alton) sebagai maskot kawasan. Satwa liar
maupun kebudayaan. Manusia memanfaatkan satwa liar dengan bebagai cara yang
atau kawasan untuk mendukung satwa pada suatu periode tertentu dalam
akan menyebabkan terjadinya penurunan populasi satwa. Hal ini sangat mungkin
melimpah yang melampaui daya dukung habitat akan menurunkan kualitas dan
Savana Baluran sebagai salah satu ciri khas dan identitas TN Baluran
atau gangguan terhadap kelestarian ekosistem ini harus ditangani secara sungguh-
ancaman terbesar bagi kelestarian ekosistem ini adalah semakin luasnya invasi
Acacia nilotica, yang semula didatangkan dari Afrika sebagai tumbuhan penyekat
6
mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas savana Baluran, serta merubah
pola perilaku satwa liar herbivore yang salah satu komponen habitatnya adalah
salah satunya daun dan biji A. nilotica. Akan tetapi sebagai sumber pakan utama,
rumput tetap tidak tergantikan. Selain invasi A. nilotica, hal lain yang merupakan
berlangsung lama, akan tetapi dampak dari kegiatan ini banyak mempengaruhi
ini hanya sekitar 150 ha saja yang kondisinya relatif baik, karena daerah ini telah
dibersihkan dari A. nilotica baik tingkat pohon, sapling dan anakan secara berkala.
Sedangkan 270 ha lainnya kondisi sudah sangat buruk akibat terinvasi Hal ini
sumber makan utama bagi rusa dan satwa yang lainnya. Di samping penurunan
2000), saat ini (2006) perkiraan penutupan A. nilotica telah mencapai 80% dari
batang/ha/tahun (Djufri dan Setiadi, 2004; Djufri dkk. 2005). Data di atas
7
menunjukkan bahwa keberadaan (eksistensi) savana Bekol (± 420 ha) sebagai
areal utama kawanan rusa dan satwa lain mencari makan sudah sangat
ancaman dari predator anjing hutan (ajag) dan perburuan liar (Djufri, 2006).
mencegah penggembalaan liar di dalam kawasan, tetapi hingga saat ini belum
untuk merumuskan upaya yang tepat dan efektif dalam penyelesaian masalah
keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dari sistem alam, dimana manusia
kawasan ini.
hewan - hewan yang secara tidak sengaja menjadi polinator. Penanggulangan ini
rutin dari tahun ke tahun melalui kegiatan sensus satwa herbivora, dan juga
8
menjaga kondisi daya dukung kawasan terhadap satwa tersebut dan melindungi
9
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
hektar, yang dalam system pengelolaannya dibagi menjadi beberapa zonasi yaitu -
zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, zona pemanfaatan khusus dan
zona rehabilitasi.
salah satunya daun dan biji A. nilotica. Akan tetapi sebagai sumber pakan utama,
rumput tetap tidak tergantikan. penutupan savana oleh A. nilotica sudah mencapai
± 5000 ha (tahun 2000), saat ini (2006) perkiraan penutupan A. nilotica telah
hewan - hewan yang secara tidak sengaja menjadi polinator. Penanggulangan ini
B. Saran
haruslah kita jaga kelestariannya dari aspek abiotik dan biotiknya, penekanan
10
tumbuhan akasia pun harus dilakukan karena dapat menekan pakan dari fauna
Kawasan Savana.
11
DAFTAR PUSTAKA
Djufri, 2006. Kuliatas Savana Bekol sebagai feeding ground bagi Rusa (Cervus
timorensis) dan Banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional Baluran Jawa
Timur. Vol. 1(1) : 18-26.
Sabarno, M. Y. 2002. Savana Taman Nasional Baluran. Vol. 3(1) : 207-212.
12