OLEH :
KELOMPOK 1
ABELA PATRISIA TAMBILA (19040700440)
FIRDAUTIAN AKA HEKU (1904070022)
GALANG R. ELUAMA (1904070059)
HERMAN NOMENI ( 1904070015)
MARIANI G. B. CARVALO (1904070026)
MERLIN HUBERTI MANIPADA (1904070020)
YORIANA MARIA SERAN (1904070007)
Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
bimbingan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Harapan penulis semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca,sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................………………………….i
DAFTAR ISI........................................................................................................…………………………ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................…………………………4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6
2.1 Pengertian Silvikultur………………………………………..................6
2.2 Dasar,Kedudkan serta Tujuan Silvikultur...............................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM....................................................................9
3.1 Kesimpulan...............................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1) Jenis penyakit apa saja yang ditemukan didalam tegakan jati di Petuk 3, Naimata, kota Kupang?
2) Bagaimana Cara Mengatasi Penyakit Yang Ditemukan Dalam Tegakan Jati Di Petuk 3, Naimata, Kota
Kupang?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengidentifikasi jenis penyakit yang ditemukan didalam tegakan jati di petuk 3, naimata, kota
kupang.
2) Mejelaskan cara mengatasi penyakit yang ditemukan dalam tegakan jati di petuk 3, naimata, kota
kupang.
1.4 Manfaat
1) Untuk petani jati : membantu para petani terkhususnya petani jati dalam mengidentifikasi penyakit yang
terdapat dalam tegakan jati, untuk dijadikan sebagai panduan dalam menangani penyakit yang mucul.
2) Untuk ilmu pendidikan: menambah wawasan masyarakat terkhususnya mahasiwa kehutanan dalam
mengategorikan sebuah penyakit hutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Morfologi
Secara Morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30 – 45 m. Dengan pemangkasan,
batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15 – 20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit
kayu kasar, berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas.Percabangan jauh dari batang utama.
Pangkal batang berakar papan pendek dan bercabang sekitar empat.Pohon besar dengan batang yang bulat lurus,
tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam
yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok bengkok. Sementara varian jati blimbing
memiliki batang yang berlekuk atau beralur. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal
dalam alur memanjang batang. Pohon jati (Tectona grandis Linn.F) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun
dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11
meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter ( Steeniss dkk, 2006 ).
2. Curah Hujan
Agar jati tumbuh dengan baik, daerah yang menjadi tempat menanam jati setidaknya harus memiliki
hujan antara 1500 hingga 2500 mm / tahun baik di dataran tinggi ataupun rendah. Jika di daerahmu
curah hujannya rendah, kamu bisa mengakalinya dengan membuat saluran air irigasi.
3. Kelembapan
Meskipun jati juga dapat tumbuh di lahan yang kering, namun untuk mendapatkan kualitas kayu jati
yang baik diperlukan kelembapan udara sebesar 60 hingga 80 persen. Ini dikarenakan agar akar pada
tanaman jati dapat menyerap unsur hara yang tersimpan di dalam tanah sehingga tanaman jati dapat
tumbuh optimal.
4. Intensitas Cahaya
Jati memerlukan internsitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun yaitu sekitar 75 hingga 100
persen. Sinar matahari yang terlalu rendah akan membuat kualitas kayu jati menurun. Iklim tropis
seperti di Indonesia sangat ideal untuk membudidayakan tanaman jati.
5. Media Tanam
Tempat yang baik untuk menanam jati adalah tanah yang berjenis tanah lempung, lempung berpasir
dan liat berpasir. Tapi perlu diperhatikan bahwa jati tidak dapat tumbuh di tanah yang memiliki
tingkat keasaman yang tinggi.
Hal itu dapat membuat jati mati setelah berusia dua atau tiga tahun. Jati adalah jenis tanaman yang
membutuhkan zat kalsium dalam jumlah yang besar.
6. Ketinggian Tempat
Banyak tanaman jati yang dapat tumbuh di daerah rendah atau di hutan pegunungan sekalipun.
Tinggi ideal untuk menanam pohon jati adalah 10 hingga 1000 m di atas permukaan laut.
Hal ini membuktikan bahwa jati merupakan tanaman yang mudah beradaptasi di berbagai kondisi
wilayah. Tapi perlu diingat ya tanaman jati tidak bisa tumbuh di ketinggian 1300 meter di atas
permukaan laut.
B. Penyakit
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang
menempati daerah yang cukup luas. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan
kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis,
rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan
sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil - kecilnya),
serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan (Nandika, 2005)
Pengertian penyakit hutan adalah mikroorganisme (jamur, bakteri, virus), berbagai jenis cacing dan tumbuhan tingkat
tinggi yang menimbulkan kerugian pada sumber daya hutan. Penyebab penyakit disebut patogen.
Pengertian secara umum dari penyakit tumbuhan adalah suatu perubahan atau penyimpangan dari rangkaian proses
fisiologi penggunaan energi yang mengakibatkan hilangnya koordinasi fisiologi di dalam tubuh tumbuhan, termasuk
gangguan aktivitas seluler yang ditunjukan oleh perubahan morfologi dan menimbulkan kerusakan (kerugian). Ilmu
penyakit tanaman hutan mempelajari rangkaian proses penyimpangan (perubahan) fisiologi pada tanaman-tanaman
penyusun hutan dan upaya pengelolaannya. Di dalam profesi kehutanan, mempelajari kerusakan berarti mempelajari ilmu
pengetahuan dan mempelajari pengelolaan berarti mempelajari seni. Sebagai ilmu, penyakit tanaman hutan mempelajari
proses dan sifat-sifat kerusakan tanaman. Sebagai seni, penyakit tanaman hutan merupakan bagian dari ilmu kehutanan
yang mengembangkan prinsip-prinsip dasar pencegahan dan manajemen kerusakan tanamantanaman penyusun hutan.
C. Bentuk-Bentuk Kerusakan
1. Bagian daun : Berlubang, bercak-bercak putih/coklat/hitam, berbintik-bintik, menggulung, melipat, tinggal rangka
daun, keriting, rontok, layu, dan berbintilbintil.
3. Bagian batang dan akar : Berlubang, bengkak, akar putus, dan retak. 4. Bagian buah, biji dan bunga :berlubang,
berubah warna, dan busuk.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 29 Nov 2021, di Petuk 3, Kel. Naimata, Kec. Maulafa, Kota
kupang, yang berlangsung pada 09:00- 11:00.
1. Menentukan tegakan jati yang ada di lokasi penelitian, kemudian memilih luasan dengan ukuran
150m x 100 m.
4.1 Hasil
Bagian Yang
NO Jenis Pohon Nama Penyakit Kesehatan Pohon
Terserang
4.2