KELOMPOK 1
. Siti Hajariyah (G1A018064)
. Angelin Fortuna Tamara (G1A018006)
. Nina Nurraudatul Jannah (G1A018046)
. Wiwin Hulfatuzzaini (G1A018076)
. Rizkya Amanda Milenia (G1A018060)
UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat, rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum lapangan Analisis Biodiversitas ini
tepat pada waktunya untuk mengetahui Keanekaragaman hayati alpha,beta dan gamma yang ada di
sekitar kawasan TNGR Air Terjun Jeruk Manis Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur, maka
pembuatan laporan praktikum ini sangat penting adanya dan juga untuk menambah wawasan
khususnya dalam menganalisis dan mengolah data mengenai keanekaragaman hayati
alpha,beta,dan gamma yang terdapat di kawasan ini. Kami sadar bahwa laporan yang kami buat ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat menghargai dan membutuhkan kritik
dan saran dari para pembaca baik dosen maupun asisten pembimbing. Dan terakhir kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan praktikum ini.
Mataram, 21 Juni 2021
DAFTAR ISI
Halaman judul…………………………………………………………………………………………………
Kata Penghantar……………………………………………………………………………………………..
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………………………….
2.2. Tujuan Praktikum……………………………………………………………………………………………
3.3. Manfaat Praktikum…………………………………………………………………………………………
II. METODE………………………………………………………………………………………………………
2.1. WAKTU DAN TEMPAT……………………………………………………………………………….
2.2. ALAT DAN BAHAN……………………………………………………………………………………
2.3. PROSEDUR KEGIATAN……………………………………………………………………………..
2.4. ANALISIS DATA………………………………………………………………………………………….
III. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………………………….
IV. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………………………
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………
3.2. Saran.........................................................................................................................….........
PUSTAKA.......................................................................................................................................
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsep keanekaragaman jenis berawal dari konsep keanekaragaman hayati
(Biodiversity). Keanekaragaman hayati atau Biodiversity merupakan kekayaan hidup di
bumi, jutaan tumbuhan , hewan dan mikroorganisme, genetik yang dikandungnya serta
ekosistem yang dibangunnya hingga menjadi suatu lingkungan hidup. Ada 3 tingkatan
keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis dan
keanekaragaman gen. Keanekaragaman jenis merupakan keanekaragaman dari jenis
organisme yang didalamnya mencakup keragaman karakteristik dan organisasi biologis
dari organisme tersebut yang bersama-sama menempati suatu ekosistem. Dan disisi lain
juga dikenal adanya Keanekaragaman Alpha (a-diversity), Keanekaragaman Beta (b-
diversity) dan Keanekaragaman Gamma (g-diversity).
Keanekaragaman alpha merupakan keanekaragaman di dalam areal tertentu seperti
komunitas dan ekosistem dan biasanya diungkapkan dengan kekayaan jenis pada suatu
areal. Keanekaragaman alpha diukur dengan cara menghitung jumlah taksa (perbedaan
kelompok organisme, misalnya famili, genus, spesies) yang terdapat di dalam ekosistem.
Keanekaragaman alpha sekarang ini lebih umum digunakan untuk menyatakan
keanekaragaman suatu habitat tertentu, terutama untuk areal-areal berukuran sempit
seperti plot berukuran satu hektar. Atau keanekaragaman alpha merupakan
keanekaragaman pada tingkat mikro-habitat atau sampel tertentu yang diambil dari
habitat yang homogen atau keanekaragaman di dalam habitat. Keanekaragaman beta
merupakan ukuran keanekaragaman yang dihitung dengan membandingkan
keanekaragaman spesies antar ekosistem atau berdasarkan gradien lingkungan.
Keanekaragaman beta mencakup pembandingan jumlah taksa yang unik pada setiap
ekosistem. Terdapat kecenderungan adanya perubahan komposisi spesies berdasarkan
habitat atau antar komunitas. Heterogenitas tanah dan gradien ketinggian sering
memberikan pengaruh yang besar terhadap keanekaragaman beta. Hal ini memberikan
ukuran kuantitatif bagi keanekaragaman berdasarkan komunitas yang mengalami
perubahan lingkungan. Ketepatan pengukuran keanekaragaman beta adalah hal yang
sangat penting karena: (a) dapat mengindikasikan derajat sampai sejauh mana habitat
telah terbagi-bagi oleh spesies, (b) nilai keanekaragaman beta dapat digunakan untuk
membandingkan perbedaan keanekaragam-an habitat pada sistem yang diteliti, dan (c)
keanekaragaman alpha dan beta secara bersama-sama merupakan ukuran bagi
keseluruhan keanekaragaman atau heterogenitas biotik pada suatu wilayah.
Keanekaragaman beta dari sekumpulan spesies asli setempat pada umumnya
meningkat seiring dengan peningkatan keanekaragaman habitat sehingga heterogenitas
lingkungan juga meningkat. Dan keanekaragaman gamma merupakan total dari
keanekaragaman hayati pada suatu areal wilayah yang sangat luas. Dengan kata lain
keanekaragaman gamma merupakan produk akhir dari keanekaragaman alpha dan beta.
Wisata air terjun Jeruk Manis merupakan salah satu wisata alam yang berada di dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), yang berlokasi di Desa Jeruk
Manis,Kecamatan Sikur,Kabupaten Lombok Timur. Luas kawasan dari TNGR ini sendiri
kurang lebih memiliki total wilayah seluas 40.000 hektare. Kawasan ini sama dengan
kawasan taman nasional lainnya, memiliki berbagai zona untuk kepentingan
pengelolaan. Contoh zona yang ada di TNGR adalah zona inti, zona rimba, zona
pemanfaatan, zona tradisional dan lain-lain. Selain daya tarik dari air terjun Jeruk Manis,
kawasan ini juga memiliki hutan yang berpotensi memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi mengingat wilayah TNGR berada di sebelah barat garis Wallacea sehingga
menjadi salah satu alasan dilakukannya praktik lapangan untuk menganalisis
keanekaragaman hayati alpha,beta,dan gamma yang ada di kawasan ini.
2.2. Tujuan Praktikum
Mengetahui keanekaragaman hayati Alpha,Beta,dan Gamma di sekitar kawasan TNGR
air terjun Jeruk Manis, Kabupaten Lombok Timur.
II. METODE
2.1. WAKTU DAN TEMPAT
a. Waktu Praktikum
Minggu, 6 Juni 2021
b. Tempat Praktikum
Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani Jeruk Manis, Kembang Kuning, Lombok Timur, Nusa
Tenggara Barat.
2.2. ALAT DAN BAHAN
Alat tulis, clipboard, handcounter, buku identifikasi pohon, worksheet, patok rapia, kamera, GPS.
2.3. PROSEDUR KEGIATAN
Langkah-langkah prosedur kegiatan pada praktikum analisis biodiversitas sebagai berikut.
. Metode yang digunakan adalah metode kombinasi antara metode jalur dan metode garis
berpetak, risalah pohon dilakukan dengan metode jalur 20 m x 20 m untuk pohon dewasa,
pemudaan dengan metode garis berpetak 10 m x 10 m (tiang), 5 m x 5 m (pancang), dan 2 m x 2
m (semai dan tumbuhan bawah). Metode jalur efektif untuk mempelajari perubahan keadaan
vegetasi menurut kondisi tanah dan topografi.
. Plot dibuat pada titik yang sudah ditentukan sebelumnya. Dihitung dan dicatat jumlah dan
keliling pohon pada plot 20 m x 20 m, lalu dihitung jumlah tiang pada plot 10 m x 10 m, dihitung
jumlah pancang pada plot 5 m x 5 m serta dihitung jumlah semai dan tumbuhan rendah pada
plot 1 m x 1 m, plot yang dibuat merepresentasikan daerah di sekitarnya.
. Sample didokumentasikan dan dihitung setiap jenisnya untuk dianalisis keanekaragamannya
dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener, dan rumus indeks similaritas Sorensen untuk
melihat keragaman dan kekayaan spesies (keanekaragaman alpha dan keanekaragaman beta).
2.4. ANALISIS DATA
. Rumus Indeks Keanekaragaman
Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keanekaragaman tingkat alpha adalah kekayaan
spesies dan keragaman spesies. Kekayaan spesies dihitung dari jumlah spesies yang ditemukan
pada setiap unit sample dalam suatu ekosistem. Sedangkan keragaman spesies dihitung dengan
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (α) sebagai berikut.
Keterangan
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Pi = ni/n
ni = jumlah individu ke i
n = jumlah seluruh individu
s = jumlah spesies
Kisaran kategori nilai indeks Shannon-Wiener:
H’ < 1 : keanekaragaman rendah
1 < H’ < 3 : keanekaragaman sedang
H’ > 3 : keanekaragaman tinggi
Keanekaragaman betha (β) dihitung dengan menggunakan rumus indeks similaritas Sorensen
dengan persamaan sebagai berikut.
β : Keanekaragaman betha
S1 : Jumlah spesies yang ditemukan di ekosistem 1
S2 : Jumlah spesies yang ditemukan di ekosistem 2
C : Jumlah spesies yang sama pada dua unit yang dibandingkan
Nilai keanekaragaman betha berkisar antara 0-1, nilai yang lebih rendah menunjukkan tingkat
kemiripan antar ekosistemnya tinggi atau perubahan rendah.
Keanekaragaman gamma (γ) dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
γ : Keanekaragaman gamma
S1 : Jumlah spesies yang ditemukan di ekosistem 1
S2 : Jumlah spesies yang ditemukan di ekosistem 2
C : Jumlah spesies yang sama pada dua unit yang dibandingkan
Nilai keanekaragaman gamma berkisar antara 0-1, nilai yang lebih rendah menunjukkan tingkat
kemiripan antar ekosistemnya tinggi atau perubahan rendah.
. Analisis data
Analisis data keanekaragaman alpha
Analisis data keanekaragaman betha
Disisi lain kita mengenal adanya Keanekaragaman Alpha (a-diversity), Keanekaragaman Beta (b-
diversity) dan Keanekaragaman Gamma (g-diversity).
Keanekaragaman alpha merupakan keanekaragaman di dalam areal tertentu seperti komunitas dan
ekosistem dan biasanya diungkapkan dengan kekayaan jenis pada suatu areal. Keanekaragaman
alpha diukur dengan cara menghitung jumlah taksa (perbedaan kelompok organisme, misalnya
famili, genus, spesies) yang terdapat di dalam ekosistem. Keanekaragaman alpha sekarang ini lebih
umum digunakan untuk menyatakan keanekaragaman suatu habitat tertentu, terutama untuk areal-
areal berukuran sempit seperti plot berukuran satu hektar. Atau keanekaragaman alpha merupakan
keanekaragaman pada tingkat mikro-habitat atau sampel tertentu yang diambil dari habitat yang
homogen atau keanekaragaman di dalam habitat.
Keanekaragaman gamma merupakan total keanekaragaman hayati pada suatu areal wilayah yang
sangat luas. Dengan kata lain keanekaragaman gamma merupakan produk akhir dari
keanekaragaman alpha dan beta. Berdasarkan hasil praktikum lapangan dengan mengukur semai,
pancang, tiang, dan pohon terdapat 13 spesies pada ekosistem set 1 yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l,
m, sedangkan pada ekosistem set 2 terdapat 12 spesies yaitu h, k, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w . Total
spesies yang di ekosistem set 1 dan ekosistem set 2 yaitu 23 spesies karena adanya kesamaan
spesies yaitu h dan k. Semakin beranekaragam komponen biotiknya makan tingkat
keanekaragamannya akan tinggi, sedangkan semakin kurang keragaman kompenen biotiknya maka
keanekaragamannya semakin rendah ( Riberu , 2002). Keanekaragaman alpha pada eksoistem set 1
yaitu 1, 60124 dengan 1 < H’ < 3 maka di katagorikan keanekaragaman sedang dengan penyebaran
jumlah individu setiap jenis kondisi ekosistem yang seimbang dan tekanan ekologis yang sedang.
Sedangkan untuk ekosistem set 1 dengan nilai keanekaragaman alpha 1, 61069 dengan 1 < H’ < 3
maka dapat dikatagorikan keanekaragaman sedang dengan penyebaran jumlah individu setiap jenis
dengan , kondisi ekosistem yang seimbang dan tekanan ekologis yang sedang. Menurut Hidayat (
2017 ) spesies tumbuhan yang mendiami suata kawasan jika semakin jauh dari sumber panas maka
akan beranekaragam. Berdasarkan hasil praktikum dari kedua ekosistem yaitu set 1 dan set 2 dapat
diketahui bahwa terdapat pengaruh suhu, kelembapan, kondisi fisik kimia lainnya. Keanekaragaman
betha dari kedua ekosistem set 1 dan set 2 diperoleh data 0,137931034 sedangkan untuk
keanekaragaman gamma dari keseluruhan spesies adalah 23 spesies.
PUSTAKA
http://staff.unila.ac.id/janter/2012/07/11/keanekaragaman-alpha-beta-dan-gamma/
foresteract.com
Taman Nasional Gunung Rinjani: Letak, Luas, Sejarah Kawasan, dan Danau Segara Anak • foresteract.com
Hidayat,