Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KONDANG MERAK
Pantai Kondang Merak merupakan salah satu pantai yang terletak di Kecamatan
Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Aris, 2013). Pantai Kondang terletak (8°
23’ 50,56’’ LS dan 112° 31’ 06,89” BT) secara administrasi berada pada Desa Sumber
Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, dan berbatasan
langsung dengan Samudera Hindia. Jarak yang ditempuh untuk menuju ke Kawasan
Pantai Kondang Merak kurang lebih 2,5 jam dan kurang lebih berjarak 63,5 km dari Kota
Malang. Akses jalan menuju Pantai Kondang Merak cukup buruk, yaitu berupa jalan
setapak tanpa aspal sepanjang kurang lebih 4 km. Hal tersebut yang mengakibatkan
daerah Kawasan Pantai Kondang Merak menjadi terisolasi dan memiliki fasilitas yang
sangat minim (Luthfi, 2018).

Gambar 1. Lokasi Pantai Kondang Merak. Sumber: Google Maps

Kawasan Kondang Merak memiliki area pantai yang luas dengan pasir putih
yang bersih, ombak besar, pesisir pantai yang rindang oleh pepohonan, serta batu karang
yang besar (Noor, 2012). Perairan Kondang Merak memiliki struktur pantai yang landai
dengan gelombang laut dan arus yang cukup besar. Terdapat aliran sungai di bagian
timur pantai dengan debit air yang keluar cukup besar. Pantai ini memiliki ekosistem
mangrove, lamun dan terumbu karang serta berada pada kawasan hutan lindung.
Kawasan Wisata Kondang Merak memiliki potensi yang sangat besar mulai dari segi
flora dan fauna, baik yang berada di darat maupun di laut (Luthfi et al, 2016).
Pantai Kondang Merak banyak dikunjungi oleh wisatawan, terutama pada hari
libur, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Wisatawan yang datang
melakukan berbagai aktivitas rekreasi di berbagai tempat di sepanjang pantai. Pantai ini
memiliki reef flat, reef crest, dan fore reef. yang menjadi zona daya tarik wisata bahari
seperti snorkling karena pemandangan bawah air yang indah. Selain aktivitas tersebut,
banyak aktivitas lain yang dilakukan oleh wisatawan seperti memancing, bermain air,
maupun berfoto (Nugraha, 2016).
Pemerintah Kabupaten Malang menyebutkan bahwa selama ini hanya
memaksimalkan Pantai Kondang Merak pada sektor perikanan yang dihasilkan oleh para
nelayan setempat dan keindahan pantainya (Aris, 2013). Kawasan Wisata Kondang
Merak memiliki pantai dan pepohonan yang merupakan habitat dari berbagai burung,
sehingga Kawasan Wisata Kondang Merak ini dapat berpotensi menjadi kawasan
ekowisata dan sebagai sarana edukasi (Rusmendro, 2009). Pantai Kondang Merak
mempunyai pantai yang terlindung, selain itu terdapat muara sungai (estuari) yang
memiliki organisme beranekaragam yang meliputi terumbu karang, lamun, dan
mangrove. Pantai Kondang Merak dapat menghasilkan kontribusi bagi pendapatan daerah
melalui hasil tangkapan ikan walaupun tidak sebanyak pantai lain di sekitar kawasan
Malang (Kusumawijaya, 2011).
Pantai Kondang Merak terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian barat yang
menjadi kawasan wisata dan bagian timur yang merupakan kampung bagi para nelayan.
Kampung nelayan kurang lebih memiliki 30 kepala keluarga. Masyarakat di Kawasan
Wisata Kondang Merak beragama Islam dan Kristen dengan fasilitas ibadah satu gereja
dan satu mushola. Masyarakat yang ada di Pantai Kondang Merak mayoritas pendatang
dari Lumajang. Profesi dari penduduk setempat adalah nelayan dan sebagian berjualan
hasil olahan ikan (Luthfi, 2018).
B. PITFALL TRAP
Serangga permukaan tanah adalah salah satu sumber daya yang berperan dalam
komunitas. Kestabilan suatu komunitas merupakan indikator dalam keanekaragaman.
Serangga tanah termasuk ke dalam makrofauna tanah yang keberadaannya paling
mencolok dibandingkan dengan organisme permukaan tanah lainnya. Serangga tanah
juga paling sering diteliti peranannya berkaitan dengan kesuburan tanah (Kinasih, 2017).
Di dalam tanah, serangga membentuk suatu komunitas yang beranekaragam, baik secara
struktural maupun fungsional. Komunitas ini sangat dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan tanah yang disebabkan oleh alam antara lain suhu, kelembaban, curah hujan
serta faktor lingkungan lainnya (Dindal, 1999).
Metode pitfall trap atau yang biasa disebut dengan perangkap sumuran adalah
metode yang digunakan untuk menangkap serangga yang berada di permukaan tanah
(Hadi, 2012). Pitfall trap dibuat dengan menggunakan gelas plastik air mineral yang
diberi larutan atraktan. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam gelas air mineral sebanyak
1
/ 4 bagian gelas terisi dengan larutan atraktan tersebut (Kinasih, 2017).

Atraktan

Gambar 1. Pemasangan pitfall trap pada tanah. Sumber: (Kinasih, 2017)


Pitfall trap dipasang dengan cara dibenamkan ke dalam tanah dimana bagian
terbuka dari pitfall trap diletakkan sejajar dengan permukaan tanah. Pitfall trap kemudian
dibiarkan selama 24 jam. Apabila sudah 24 jam, sampel dipindahkan dalam botol flakon
yang telah berisi alkohol 70% untuk dibawa ke laboratorium dan diidentifikasi (Kinasih,
2017). Sampel serangga yang telah didapatkan kemudian diidentifikasi dengan
mencocokkan ciri morfologi yang terdapat pada literatur (Sari, 2014).
Analisis data berupa indeks keanekaragaman Shannon-Weaver (H’) menurut
(Magurran, 2004) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
H’ : Indeks Keragaman Shannon-Weaver
pi : Proporsi jumlah individu ke-1 dengan jumlah total individu
ni : Spesies ke-i
N : Jumlah total individu
Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman menurut (Restu, 2002) yaitu untuk hasil
H’ < 1,0 menunjukkan keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah
sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil. Apabila nilai
keanekaragamannya 1,0 < H’ < 3,322 menunjukkan keanekaragaman sedang,
produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang.
Apabila nilai keanekaragamannya H’ > 3,322 menunjukkan keanekaragaman tinggi,
stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis.
Struktur komunitas dihitung nilai indeks kemerataan antar jenis atau indeks
Evennes (E) (Magurran, 1988) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
E : Indeks kemerataan jenis
H’ : Indeks Shannon
S : Jumlah jenis yang ditemukan
ln : Logaritma natural Kemerataan jenis memiliki nilai indikator
E = 1. Apabila nilai E = 1 berarti pada habitat tersebut tidak ada jenis yang mendominasi
Rumus kelimpahan relatif (KR) menurut (Odum, 2005) sebagai berikut:

Keterangan:
KR : Kelimpahan relatif (%)
ni : Jumlah individu dan spesies ke-i
N : Jumlah total individu

DAFTAR RUJUKAN

Aris, S., Aunurohim. 2013. Studi Keanekaragaman Avifauna sebagai Sarana Edukasi Ekowisata
Birdwatching di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang. Surabaya: Jurusan Biologi,
Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Dindal, D. L. 1999. Soil Biology. John Wiley & Sons, Inc, pp 97-136.

Hadi, M., Aminah. 2012. Keragaman Serangga dan Perannya di Ekosistem Sawah. Semarang:
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro.

Kinasih, I., Cahyanto, T., Ardian, Z. R. 2017. Perbedaan Keanekaragaman dan Komposisi dari
Serangga Permukaan Tanah pada Beberapa Zonasi di Hutan Gunung Geulis Sumedang.
Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Kusumawijaya, A. 2011. Proses Pemasangan Automatic Temperature Recorder (Rbr-Tr1060) di


Pantai Kondang Merak, Malang Selatan Jawa Timur. Malang: Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan
Kelautan.

Luthfi, O. M., Alviana, P. Z., Guntur, G., Sunardi, S., Jauhari, A., 2016. Size Distribution of
Massive Porites at Reef Flat in Kondang Merak, Malang, Indonesia. Research Journal of
Life Science, 3(1), pp.23-30.
Luthfi, O. M., Setianingsih, M. 2018. Penerapan Metode Etnografi dalam Upaya Konservasi
Kawasan oleh Lembaga Konservasi dan Pemberdayaan Masyarakat Sahabat Alam di
Pantai Kondang Merak, Kabupaten Malang. Malang: Journal of Economic and Social of
Fisheries and Marine. 2018. 06(01): 14-22.

Magurran, A. E. 2004. Measuring Biological Diversity. USA: Blackwell Science Ltd. 100-130.

Noor, A. S. 2012. Pengembangan Pemanfaatan Peta Digital untuk Mendukung Sistem Informasi
Pariwisata Pantai di Kabupaten Malang. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nugraha, D. A., Sartimbul, A., Luthfi, O. M. 2016. Analisis Sebaran Karang di Perairan
Kondang Merak, Malang Selatan. Malang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Brawijaya.

Odum E. P., Barrett, G. W. 2005. Fundamental of Ecology. Fifth Edition. USA: Thomas
Brooks/Cole. 598.

Restu, I. W. 2002. Kajian Pengembangan Wisata Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai
Wilayah Pesisir Selatan Bali. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rusmendro, H. 2009. Keberadaan Jenis Burung pada Lima Stasiun Pengamata di Sepanjang
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. Jakarta: VIS VITALIS, Vol. 02 No.2.

Sari, M. 2014. Identifikasi Serangga Dekomposer di Permukaan Tanah Hutan Tropis Dataran
Rendah (Studi Kasus di Arboretum dan Komplek Kampus Unilak Dengan Luas 9,2 Ha).
Pekanbaru: Bio Lectura Volume 02, Nomor 01.

Anda mungkin juga menyukai