Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS VEGETASI HUTAN PANTAI DI KAWASAN WISATA

PANTAI BALURAN

Dosen Pengampu :

Baiq Hana Susanti, S,PI, M.Sc

Disusun Oleh:

1. Nurul Hayati (11160161000005)

2. Lina Naimah (11160161000006)

3. Sayid Mufaqih (11160161000018)

4. Sisi Hernanda Pratama (11160161000023)

5. Dea Pusparani (11160161000029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
Abstrak

Penelitian analisis vegetasi hutan pantai di pesisir Baluran, dilaksanakan


pada bulan November 2019. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan
komposisi dan struktur vegetasi dari hutan pantai di pesisir Baluran. Penelitian ini
menggunakan metode plot kuadrat dan peletakkan plot menggunakan metode
systematic sampling. Data yang didapat kemudian dianalisis untuk mengetahui
kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominasi jenis, dominasi relatif, frekuensi jenis
dan frekuensi relatif serta indeks nilai penting dengan menggunakan rumus.

Kata kunci : hutan pantai, vegetasi, indeks nilai penting.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga proposal ini berhasil diselesaikan. Survei lapangan pada penelitian
ini akan dilaksanakan pada bulan November 2019. Adapun untuk penyelesaian
kegiatan penelitian ini hingga tersusun menjadi karya ilmiah membutuhkan waktu
beberapa bulan. Penelitian ini berjudul “Analisis Vegetasi Hutan Pantai di Kawasan
Wisata Pantai Baluran”.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Baiq Hana
Susanti, S.PI, M.Sc., selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi Dasar yang telah
memberikan arahan baik dalam pelaksanaan penelitian maupun penulisan karya
ilmiah. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orang tua beserta keluarga
yang selalu memberikan do’a dan dukungan. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Muhammad Ridhwan, S.Si selaku Laboran
Laboratorium Biologi, dan teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi tahun
angkatan 2016 yang telah memberikan dukungan dan arahan demi terlaksananya
penelitian dan tersusunnya karya ilmiah ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi akademisi
khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Jakarta, 01 Oktober 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan pantai merupakan bagian dari ekosistem pesisir dan laut yang
menyediakan sumberdaya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan,
penghasil obat-obatan yang bernilai ekonomi tinggi, tambang mineral dan
energi, maupun kawasan rekreasi atau pariwisata pantai serta penemuan
produk biochemical. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan
ekonomi masyarakat yang tinggi maka desakan terhadap hutan pantai sangat
mengkhawatirkan. Data menunjukan bahwa luas vegetasi pantai dari tahun
ke tahun cenderung menurun, jika pada tahun 1996 luas vegetasi pantai
mencapai 180.000 ha sampai tahun 2004 hanya tersisa 78.000 ha. Hutan
pantai yang dimaksud disini tidak termasuk hutan mangrove. (Mahfudz,
2012)
Formasi hutan pantai mempunyai keunikan tersendiri di Indonesia.
Hutan pantai juga merupakan bagian dari ekosistem pesisir dan laut yang
menyediakan sumberdaya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan,
tambang mineral maupun energi, media komunikasi dan edukasi maupun
kawasan rekreasi atau pariwisata serta penemuan produk biochemical.
(Mahfudz, 2012).
Sebagian penduduk yng berada di wilayah pesisir merupakan
penduduk yang sering tergolong miskin. Kemiskinan dan ketidakpastian
hidup menyebabkan kacaunya pola pemanfaatan sumber daya alam
tersebut. Pola konsumsi yang tinggi terhadap sumber daya alam akan
mengakibatkan kegagalan kebijakan pengelolaan sumber daya alam akibat
kegiatan ekonomi yang dapat merusak lingkungan. Dengan adanya kegiatan
pembangunan diikuti dengan terbatasnya jalur penghijauan di kawasan
pantai akan berdampak terhadap hilangnya vegetasi tumbuhan pantai.
(Samin, dkk, 2016).
Oleh karena itu penelitian tentang analisis vegetasi hutan pantai ini
perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman
tumbuhan, kondisi keseimbangan komunitas hutan pantai dan komposisi
vegetasi hutan pantai yang terdapat pada kawasan wisata pantai Baluran.

B. Rumusan Masalah

1. Jenis tumbuhan apa saja yang ada di hutan pantai Baluran ?


2. Berapakah frekuaensi dan kerapatan relative tumbuhan di hutan pantai
Baluran?
3. Jenis tumbuhan apa yang paling dominan di hutan pantai Baluran?

C. Tujuan

1. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang ada di hutan pantai Baluran


2. Menganalisis frekuensi dan kerapatan relative tumbuhan di hutan pantai
Baluran
3. Mengetahui jenis tumbuhan yang paling dominan di hutan pantai
Baluran

D. Manfaat Penelitian

1. Akademisi mendapatkan pengetahuan mengenai jenis dan komposisi


tumbuhan yang berada pada hutan pantai Baluran
2. Masyarakat mendapatkan pengetahuan mengenai keanekaragaman
tumbuhan yang berada di hutan pantai Baluran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki panjang garis pantai sekitar


81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2. Oleh karena itu, sekitar 80 persen
kegiatan ekonomi Indonesia terkait dengan wilayah pesisir. Diperkirakan 22%
jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 41 juta jiwa tinggal dan mata
pencahariannya memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di daerah pesisir dan
laut . Menurut data Baluran dalam Angka dari Kabupaten Ciamis tahun 2014,
Kecamatan Baluran berada pada Kabupaten Baluran, Provinsi Jawa Barat. Secara
geografis Kecamatan Baluran memiliki luas wilayah sebesar 52,39 km2.
Kecamatan Baluran merupakan daerah pesisir pantai dengan ketinggian di atas
permukaan laut sekitar 611,25 m. (Ramdhany dan Makalew, 2016)
Taman Nasional Baluran merupakan kawasan Konservasi Sumberdaya
Alam, yang berarti di dalam kawasan Taman Nasional Baluran terdapat
pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana, untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Kawasan TN
Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa
Timur dengan batas-batas wilayah sebelah utara Selat Madura, sebelah timur Selat
Bali, sebelah selatan Sungai Bajulmati, Desa Wonorejo dan sebelah barat Sungai
Klokoran, Desa Sumberanyar.
Luas Wilayah 12.000 Ha, zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha
dan daratan = 4.574 Ha), zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha, zona
pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha.
Sedangkan dari segi pengelolaan kawasan TN Baluran dibagi menjadi dua Seksi
Pengelolaan Taman Nasional, yaitu: Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I
Bekol, meliputi Resort Bama, Lempuyang dan Perengan, Seksi Pengelolaan Taman
Nasional Wilayah II Karangtekok meliputi Resort Watu Numpuk, Labuhan Merak
dan Bitakol. Tujuan pembangunan konservasi sumberdaya alam yaitu
mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta
keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Sumberdaya alam khususnya sumberdaya hutan merupakan salah satu
sumberdaya yang sangat penting dan potensial bagi kehidupan manusia sehingga
perlu dijaga keberadaannya sebagai fungsi penyangga sistem kehidupan. Selain itu
hutan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap keadaan tanah, sumber air,
pemukiman manusia, rekreasi, pelindung marga satwa dan pendidikan. Manurut
Gardner dan Robert (1999), hutan merupakan tempat tinggal bagi spesies tumbuhan
dan hewan, menyediakan lahan untuk pemukiman dan pertanian. seluruh hutan di
Indonesia adalah hutan hujan tropis, salah satunya yaitu utan pantai di Baluran.
Sebagian besar hutan-hutan tropis di Indonesia merupakan masyarakat kompleks,
tempat yang menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Di dalam kanopi iklim
mikro berbeda dengan keadaan sekitarnya; cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat
tinggi, dan temperatur lebih rendah. Pohon-pohon keci berkembang dalam naungan
pohon yang lebih besar di dalam iklim mikro inilah terjadi pertumbuhan. Di dalam
lingkungan pohon-pohon dengan iklim mikro dari kanopi berkembang juga
tumbuhan yang lain seperti pemanjat, epifit, tumbuhan pencekik, parasit dan
saprofit (Cahyanto, dkk. 2014).
Fungsi hutan pantai sebagai sumber daya alam ini sangat ditentukan oleh
vegetasi yang menutupi kawasan tersebut dimana keberadaan vegetasi dapat
digambarkan dengan menganalisis struktur vegetasi. Menurut Dansereau dalam
Dumbois dan Ellenberg (1974) struktur vegetasi dapat didefinisikan sebagai
organisasi individu-individu dalam ruang yang membentuk tegakan dan secara
lebih luas membentuk tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan. Kershaw (1973)
mengemukakan bahwa bentuk vegetasi dibatasi oleh tiga komponen pokok yaitu :
(1) stratifikasi yaitu lapisan penusun vegetasi (strata) yang dapat terdiri dari pohon,
tiang, perdu, serpihan, semai, dan herba. (2) sebaran horizontal dari penyusun
vegatasi tersebut yang menggambarkan kedudukan antar individu. (3) banyaknya
individu (abundance) dari jenis penyusun vegetasi tertentu. (Kainde RP,dkk. 2011).
Analisis vegetasi hutan antara lain ditunjukkan untuk mengetahui komposisi
jenis dan struktur suatu hutan. Data tersebut berguna untuk mengetahui kondisi
kesimbangan komunitas hutan, menjelaskan interaksi di dalam dan antar spesies,
dan memprediksi kecenderungan komposisi tegakan dimasa mendatang (Ismaini L,
dkk. 2015). Vegetasi sebagai komponen dalam ekosistem hutan merupakan hal
yang sangat kompleks sehingga pengkajiannya tidak mudah di lakukan.
Menganalisis suatu vegetasi, dibutuhkan data taksonomi tumbuhan beserta data
biologinya tumbuhan tersebut. Data analisis vegetasi dapat memberikan berbagai
informasi dalam aspek ekologi. (Martiningsih, dkk. 2015)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2019 di kawasan
wisata pantai Baluran, Jawa Timur.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah meteran atau tali, kamera digital, GPS,
karet, gunting tanaman, pancang, alat tulis, kertas koran, spidol, plastik,
label gantung, kalkulator,termometer udara, soilmoisture meter dan pH
meter tanah. Bahan yang dibutuhkan adalah alkohol 70%.

C. Metode Pengambilan Data


Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode
kuadrat dengan terlebih dahulu menentukan letak sempel.
Pengambilan data yang luas arealnya belum diketahui, paling efektif
menggunakan cara transek. Cara ini paling baik untuk mempelajari
perubahan stratifikasi vegetasi menurut topografi dan elevasi. Pada areal
sampling dibuat transek yang terdiri atas petak ukur per transek (Gambar
1). Transek dibuat memanjang memotong topografi dengan jarak antara
transek 100 meter. Setiap transek dibagi dalam petak-petak ukur 20 m x 20
m, selanjutnya petak ukur dibagi dalam empat bagian yang sama besar,
setiap bagian dilakukan pengukuran pada semua tingkatan bentuk
pertumbuhan sebagai berikut :
 Petak contoh berukuran 20 m x 20 m digunakan untuk tingkat pohon
(diameter pohon > 20 cm), liana epifit, parasit, serta pohon inang.
 Petak contoh berukuran 10 m x 10 m digunakan untuk tingkat tiang
(diameter pohon 10-20 cm).
 Petak contoh berukuran 5 m x 5 m digunakan untuk tingkat pancang
(diameter pohon < 10 cm, tinggi > 1,5m).
 Petak contoh berukuran 2 m x 2 m, digunakan untuk tingkat semai
(seedling) untuk tinggi tumbuhan < 1,5 cm) dan tumbuhan bawah
penutup tanah
 Pengukuran diameter batang dilakukan pada ketinggian kira-kira
setinggi dada atau 1,3 m di atas permukaan tanah
 Parameter-parameter yang dicatat adalah nama spesies tumbuhan,
diameter batang, densitas spesies, frekuensi spesies, dan dominasi
spesies. (Febriliani, dkk. 2013)

D. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain:
a. Data Primer
Data yang dikumpulkan pada setiap plot pengamatan ialah
meliputi semua jenis vegetasi, jenis-jenis tanaman, nama lokal, nama
ilmiah, serta diameter batang.
b. Data Sekunder
Data penunjang dalam penelitian ini yang diperoleh dari
kantor/instansi terkait yang meliputi letak, luas wilayah, topografi,
tanah, iklim, jumlah penduduk, agama, dan mata pencaharian serta
mengambil dari beberapa literatur-literatur penunjang dan laporan-
laporan yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. Identifikasi Tumbuhan
Metode identifikasi tumbuhan dalam penelitian ini menggunakan
buku identifikasi tumbuhan.

F. Analisis Data
Data vegetasi yang telah terkumpul kemudian dapat dianalisis untuk
mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominasi jenis, dominasi
relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta indeks nilai penting dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Kerapatan Jenis
Σ Individu suatu jenis x 100 % Luas Petak Contoh
Kerapatan (K) = K Total seluruh jenis

b. Frekuensi
Frekuensi ( F ) = Σ sub petak ditemukan suatu spesies
𝐹 suatu jenis x 100% Σ seluruh petak contoh
(FR) = 𝐹 Total seluruh jenis

c. Dominasi
Dominasi (D) = Luas Bidang Dasar Suatu Spesies dan
𝐷 Suatu jenis x 100 Luas Petak Contoh
(DR) = 𝐷 Total Seluruh Jenis

d. Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi tingkat pohon, tiang dan pancang =
KR + FR + DR
e. Indeks Nilai Penting (INP) untuk semai dan tumbuhan bawah = KR + FR
DAFTAR PUSTAKA

Cahyanto, Tri, dkk. 2104. Analisis Vegetasi Pohon Alam Gunung Malayang
Kabupaten Bandung. Jurnal UIN Sunan Gunung Djati. Vol 8(2).

Febriliani, dkk. 2013. Analisis Vegetassi Habitat Anggrek di Sekitar Danau


Tambing Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Jurnal Warta Rimba.
Vol 1(1).

Ismaini, Lily, dkk. 2015. Analisis Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan di


Gunung Dempo, Sumatera Selatan. Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indo.
Vol 1(6)

Kainde, R.P, dkk. 2011. Analisis vegetasi hutan lindung gunung tumpa. Jurnal
euginea. Vol 17(3)

Kusmana, Cecep, dan Dewi Rahayu Purwa Ningrum. 2016. Tripologi dan Kondisi
Vegetasi Kawasan Mangrove Bulaksetra Kabupaten Baluran Provinsi
Jawa Barat. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 07(2).

Martiningsih, Eka, dkk. 2015. Analisa Vegetasi Hutan Mangrove di Taman Hutan
Raya (Tahura) Bali. Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem.
Vol. 5(9).

Mirmanto, Edi. 2014. Komposisi Floristik dan Struktur Hutan di Pulau Natuna
Besar, Kepulaun Natuna (Forest Structure and Composition of Natuna
Besar Island, Natuna Islands). Jurnal Biologi Indonesia. 10(2): 201-211.

Pitopang, Ramadhanil, dan Moh. Ihsan. 2014. Biodiversitas Tumbuhan di Cagar


Alam Morowali Sulawesi Tengah Indonesia. Online Jurnal of Natural
Science, Vol.3(3): 287 – 296.

Purnomo, Danang Wahyu. 2012 .Desain Koridor Vegetasi untuk Mendukung Nilai
Konservasi di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Bumi Lestari.
Volume 12, No. 2 : 268-282.
Ramdhany, R.R, dan Afra Dn Makalew. 2016. Perencanaan Lanskap Pantai
Baluran Berbasis Mitigasi Bencana Tsunami. E-Jurnal Arsitektur Lansekap.
VOL. 2, NO. 1.

Sadili, Asep, and Kuswata Kartawinata. 2016. A Study of The Undergrowth


Vegetation of Sempu Island, East Java, Indonesia. Jurnal Reinwardtia.
Vol. 15, No. 1.

Samin, A.N, dkk. 2016. Analisis Vegetasi Tumbuhan Pantai pada Kawasan Wisata
Pasir Jambak, Kota Padang. Jurnal Biocelebes. Vol. 10 No. 2.

Storch, David. 2016. The theory of the nested species–area relationship: geometric
foundations of biodiversity scaling. Journal of Vegetation Science. Vol.
27 880–891.

Sutomo, N. K, dkk. 2012. Studi Awal Komposisi dan Dinamika Vegetasi Pohon
Hutan Gunung Pohen Cagar Alam Batukahu Bali. Jurnal Bumi Lestari,
Volume 12 No. 2.

Syarifuddin, Amir. 2011. Identifikasi Plasma Nurfah Vegetasi Hutan Alam Resort
Trisula Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Jurnal Gamma.
Volume 6, Nomor 2.

Wiyanto, D.B, dan Elok Faiqoh. 2015. Analisis vegetasi dan struktur komunitas
Mangrove di Teluk Benoa, Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences.
Vol. 1 No. 1–7.

Anda mungkin juga menyukai