ILMAWATI
A0216346
PRODI KEHUTANAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai lebih dari 8.100
km serta memiliki luas laut sekitar 5,8 km2 dan memiliki lebih dari 17.508 pulau,
sehingga Indonesia dikenal sebagai Negara dengan kekayaan dan keanekaragaman
hayati laut dengan memiliki ekosistem pesisir. Ekosistem pesisir merupakan
wilayah yang dinamis karena merupakan pertemuan antara daratan, lautan dan
udara. Ekosistem pesisir terdiri dari berbagai ekosistem pendukung seperti
terumbu karang, padang lamun dan mangrove yang didalamnya terdapat
keanekaragaman hayati keragaman hasil perikanan seperti ikan, udang, kepiting,
dan kerang (Muryani,2020).
Indonesia sebagai Negara tropis yang mempunyai area mangrove terluas di
dunia, yaitu sekitar 19% total area mangrove dunia (FAO 2007, dalam Saputro et
al.,2009). Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total
mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar 27% dari luas mangrove di dunia
(Dahuri,2003). Namun demikian, keberadaan ekosistem mangrove semakin
berkurang dari tahun ke tahun. Disebutkan bahwa mangrove di Indonesia menurun
sebesar 4,25 juta ha pada tahun 1982 menjadi 3,9 juta ha pada tahun 2000
kemudian berkurang lagi menjadi 3.3 juta ha pada tahun 2009 (Saputro et al.,
2009). Diperkirakan laju kerusakan ekosistem mangrove di Indonesia mencapai
200.000 ha/tahun (Ghufran,2012).
Hutan mangrove pada perkembangannya mengalami suatu proses perluasan
dan degradasi. Proses ini sering diakibatkan baik oleh kondisi alam maupun akibat
faktor manusia. Faktor kondisi alam umumnya karena adanya proses sedimentasi,
ataupun kenaikan permukaan air laut. Proses perluasan dan degradasi hutan
mangrove juga di pengaruhi oleh faktor manusia yaitu aforestari, konvers dan
eksploitasi hutan mangrove yang tidak terkendali dan polusi di perairan, pantai
loasi tumbuhnya mangrove (Kusmana,1997 dalam kustanti 2011).
Hutan mangrove memiliki peranan cukup penting yakni sebagai sumber
mata pencaharian, karena dapat menghasilkan berbagai produk bernilai ekonomi
terutama sebagai penghasil produk kayu, ikan, kepiting, kerang dan lain-lain, serta
sebagai wahana rekreasi dan wisata alam maupun pendidikan. Dewasa ini, peranan
mangrove bagi lingkungan sekitarnya dirasakan semakin besar, oleh karena
adanya berbagai dampak merugikan yang dirasakan diberbagai tempat akibat
hilangnya hutan mangrove, seperti tsunami, intrusi air laut, dan lain-lain.
Hutan mangrove memiliki berbagai fungsi yang sangat penting, beberapa
diantaranya ialah fungsi ekologis, fungsi ekonomis dan fungsi pariwisata.
Indonesia memiliki hutan sebaran hutan mangrove yang sangat luas yaitu sekitar
27% dari total keseluruhan dunia, namun hutan mangrove di Indonesia banyak
yang telah mengalami kerusakan. Untuk menekan angka kerusakan mangrove di
Indonesia, maka banyak pihak baik pemerintah maupun pihak swasta yang
menjadikan hutan mangrove sebagai tempat ekowisata yang berbasis konservasi
dengan tujuan untuk tetap menjaga kelestarian hutan mangrove.
Sebagai sumberdaya alam yang memiliki potensi ekonomi, pemanfaatan
hutan mangrove perlu dilakukan sebaik-baiknya sehingga dapat memberikan
manfaat bagi kesejahteraan dengan tetap memperhatikan kelestarian, sehingga
manfaat yang diperoleh pun dapat berkelanjutan (sustainable). Namun, terkadang
pemanfaatan tersebut tidak memperhatikan batas-batas kemampuan atau daya
dukung lingkungan baik secara biologis, fisik, ekologis maupun secara ekonomis,
sehingga menimbulkan dampak yang merugikan masyarakat. Masalah mendasar
dalam pengelolaan sumberdaya alam menurut Fauzi, A. (2004) adalah upaya
mengelola sumberdaya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi manusia tanpa mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu
sendiri.
Wisata berbasis alam atau ekowisata pada saat ini berkembang pesat. Salah
satu tempat wisata yang berbasis alam dalam hal ini hutan mangrove adalah
ekowisata mangrove Rewataa Pamboang. Hutan mangrove ini sudah lama ada,
namun dulu sedikit orang yang memperhatikan keberadaannya, hingga pada tahun
2018 sudah mulai dilakukan Pengerjaan dan penataan mangrove selama tiga bulan
(17 Juli – 17 Oktober 2018), namun sempat molor enam bulan, dikarnakan
kurangnya material yang dibutuhkan dan juga faktor cuaca karna hujan yg cukup
intens membuat proses pengerjaan terhambat. Pada Sabtu, 02 Maret 2019 secara
resmi dibuka oleh Bupati Majene yang turut disaksikan beberapa pejabat lainnya
sebagai tempat wisata alam mangrove rewata’a.
Untuk mengetahui upaya perkembangan lokasi ekowisata tersebut sangat
penting untuk mengetahui penilaian ekonomi baik dari segi pengembangan jasa
hingga pengelolaan mangrove ataupun yang pantas di kelola di sekitaran
mangrove tanpa merusaknya sedikit pun. Selain nilai ekonomi kita juga akan
mengetahui nilai sosial serta tingkat kunjungan nya baik dalam waktu bulanan
maupun tahunan. Karena wisata hutan mangrove ini belum lama ada. Maka dari
itu, perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang di atas,
maka peneliti tertarik mengambil judul “ANALISIS NILAI EKONOMI DAN
SOSIAL SERTA TINGKAT KUNJUNGAN PADA OBYEK WISATA ALAM
MANGROVE REWATA’A DI DESA LALAMPANUA KEC. PAMBOANG”
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui nilai-nilai ekonomi dan sosial serta seberapa banyak
tingkat kunjungan pada Ekowisata mangrove Rewataa di setiap bulan serta tiap
tahunnya.
1.4 Manfaat
- Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang
perkembangan mangrove terutama pada nilai ekonomi dan sosialnya.
- Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
perkembangan mangrove rewata’a yang ada di Desa Lalampanua kec.
Pamboang maupun di luar Desa Lalampanua itu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Acanthus (Jeruju)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnolyophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Sonneratiaceae
Genus : Acanthus
Spesies : Acanthus sp
Deskripsi :
Jenis-jenis Acanthus yang bermanfaat sebagai obat adalah ilicifolius dan
embracteatus. Ciri khasnya terletak pada daun yang meruncing tajam bagaikan
duri. Jeruju tumbuh mengelompok pada tempat-tempat yang becek dan terbuka,
atau di tepi parit alam di hutan mangrove. Buah ilicifolius yang dihaluskan di
dalam air dapat dipakai untuk menghentikan pendarahan yang keluar dari luka
dan juga untuk mengobati luka karena gigitan ular. Daunnya digunakan sebagai
obat gosok untuk menghilangkan rasa nyeri dan menyembuhkan luka karena
terkena racun. Daun yang direbus dengan kulit kayu manis dapat diminum
untuk menyembuhkan perut kembung. Jenis-jenis Acanthus lainnya dapat pula
digunakan sebagai obat, tetapi harus dicampur dengan tumbuhan bakau lainnya
agar lebih berkhasiat. Semua jenis Acanthus tidak dapat dimakan mentah-
mentah karena beracun, jadi harus diolah terlebih dahulu. Tanaman ini juga
dapat digunakan untuk obat batuk dengan cara merebus biji embracteatus
bersama dengan bunga belimbing, gula dan kayu manis. Selain itu, jika kamu
mengalami bengkak pada tubuh, ambillah bijinya, tumbuk, lalu gosok pada
bagian yang bengkak. Air perasan dari daunnya juga berkhasiat sebagai penguat
rambut.
c. Rhizophora (Bakau)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnolyophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizoporaceae
Genus : Rhizopora
Spesies : Rhizopora sp.
Ada tiga jenis yang tergolong dalam marga ini, yaitu Rhizopora mucronata,
Rhizopora apiculata dan Rhizopora stylosa. Jenis-jenis ini dikenal dengan
nama bakau, dan merupakan jenis yang umum di hutan mangrove. Pohon-
pohon jenis ini mudah dikenal karena bentuk perakarannya yang menyerupai
jangkar, tinggi pohon dewasa dapat mencapai 30 — 40 m, batangnya besar dan
daunnya selalu hijau mengkilap permukaannya. Semua bagian tumbuhan jenis
ini dapat dimanfaatkan sebagai obat dan pangan. Daun, buah dan akar yang
masih muda apabila direbus bersama dengan kulit muda Kandelia candel dapat
digunakan sebagai obat pencuci luka-luka yang mujarab dan dapat mengusir
nyamuk agar tidak mendekati tubuh kita. Air rebusan kulit yang masih muda
dan bagian ujung dari akar jangkar yang masih muda dapat dipakai untuk
mengobati mencret, disentri dan sakit perut lainnya. Buahnya yang muda
biasanya dapat dipakai sebagai campuran minuman penyegar. Nektar dari
bunganya mengandung madu, apabila nektar ini dicampur dengan buah dan
kulit batang muda Kandelia candel berkhasiat untuk obat batuk dan tonikum.
(Giesen, 1993).
d. Sonneratia sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnolyophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Spesies : Sonneratia sp.
Deskripsi :
Pohonnya selalu hijau, kulit kayunya berwarna putih tua hingga coklat,
tangkai bunga pohon ini tumpul, daun mahkota warnanya putih, mudah rontok.
Buahnya seperti bola, ujung bertangkai dan terbungkus kelopak bunga.
Akarnya berbentuk kerucut tumpul. Daunnya berkulit, bentuknya bulat telur
terbalik ujungnya membundar.