Anda di halaman 1dari 8

Proceedings International Conference on Teaching and Education (ICoTE) Vol.

2 (2019) ISSN : 2685-1407

ANALISIS DAMPAK ADANYA EKOWISATA MANGROVE


PADA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
DI DESA PASIR KABUPATEN MEMPAWAH
Gita Ramadhani1; Yohanes Bahari2; Izhar Salim3
Program Studi Magister Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia

gitaramadhani01@gmail.com

Abstract
Ecotourism is an alternative form of tourism, which is formed as a reaction to various negative impacts of traditional tourism by
making a trip to a natural or conservation area that supports environmental sustainability. Development of mangrove
ecotourism is very important for humans and mangrove forests itself to prevent the damage of coastal areas. With the existence
of ecotourism, it is expected to encourage the development and preservation of mangrove forests that have high value. The
development of the ecotourism along with the local community can develop tourism objects while preserving mangrove forests.
Mempawah Mangrove Park (MMP) is a tourist site for mangrove forests in Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir,
Kabupaten Mempawah.This study aims to determine the impact of mangrove ecotourism on the socio-economic aspect of Desa
Pasir Mempawah Hilir society. The method that will be used in this research is descriptive. Data collection techniques that will
be used are observation, interview, and documentation. The data collection tools that will be used in this research are the
observation guide, interview guide, and documentation. Data analysis will be data reduction, data display, and verification.
Keywwords: Impact, Mangrove Ecotourism, Society.

1. PENDAHULUAN pesisir dan laut secara berkelanjutan, namun hal tersebut


belum sepenuhnya berjalan dengan lancar karena pola
Proses pembangunan di berbagai sektor pasti akan pemanfaatan yang sifatnya merusak dan mengancam
disertai dengan timbulnya dampak yaitu dapat berupa kelestarian sumberdaya pesisir dan laut masih saja terus
dampak positif dan negatif. Begitu pula dalam berlangsung. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan hidup
pembangunan ekowisata, setiap kegiatan pembangunan seseorang yang semakin lama semakin tinggi. Dengan
kepariwisataan yang dilakukan pasti menimbulkan adanya pengembangan ekowisata dapat menjadi salah
dampak baik positif maupun negatif. satu alternatif pembangunan untuk mengatasi masalah
Dalam pengembangan ekowisata sangat tersebut. Salah satu dari sumber yang mendapat
membutuhkan partisipasi secara langsung dari perhatian di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove.
masyarakat. Selain itu untuk menjadi kawasan ekowisata Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk
harus memenuhi beberapa kriteria serta memiliki konsep tanaman pantai, estuari atau muara sungai, dan delta di
perlidungan lingkungan dalam pengelolaannya, tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis.
ekowisata juga memperhatikan dampak yang akan Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem
ditimbulkan seperti dampak ekologi, ekonomi dan sosial yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada
budaya. kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan
Di dalam pembangunan wilayah pesisir dan laut yang entensif dan produktif. Karena hidupnya didekat
secara berkelanjutan merupakan kebijakan penting pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai,
Departemen Kelautan dan Perikanan. Kebijakan tersebut hutan pasang surut, hutan patau, atau hutan bakau.
didasarkan atas pemikiran bahwa wilayah pesisir dan (Daryanto, 2013: 64)
laut secara ekologis dan ekonomis sangat potensial untuk Fungsi hutan mangrove sebagai tempat penampung
dikembangkan dan dimanfaatkan demi untuk sedimen, sehingga hutan mangrove merupakan
kesejahteraan masyarakat. ekosistem dengan tingkat produktivitas yang tinggi,
Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai selain itu juga memiliki berbagai macam fungsi
upaya untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya ekonomi, sosial, dan lingkungan yang penting. Salah

ICoTE: International Conference on Teaching and Education, 2, 2018 Page 95


satu fungsi sosial hutan mangrove adalah yang mana daerah tersebut sebelumnya adalah daratan
memungkinkannya berfungsi sebagai tujuan wisata, serta pasir setengah abrasi sehingga dalam hal ini salah satu
fungsi ekonomi bagi masyarakat sekitar dalam lembaga yaitu Mempawah Mangrove Conservation
mendapatkan mata pencaharian yang baru. (MMC) memiliki tujuan untuk membuat daratannya
Desa pasir adalah salah satu desa di kecamatan kembali maka dari itulah menanam hutan bakau
Mempawah kabupaten Mempawah. Secara administrasi (Mangrove) menjadi kawasan konservasi. Mempawah
terdapat 33 RT dengan jumlah 1760 Kepala Keluarga. Mangrove Conservation (MMC) menjadikan sebagai
Masyarakat Desa Pasir mayoritas bekerja sebagai ekowisata yang berbasis konservasi dan edukasi yang
nelayan dan petani. Desa Pasir memiliki potensi dinamakan Mempawah Mangrove Park (MMP).
mangrove yang cukup baik dibeberapa titik. Desa Pasir Pengamatan awal pada tanggal 24 Oktober 2018
merupakan salah satu kelurahan yang dijadikan sebagai yang peneliti lakukan di obyek ekowisata Mempawah
kelurahan ekowisata yaitu Mempawah Mangrove Park Mangrove Park (MMP) memperlihatkan bahwa adanya
(MMP) di Kota Mempawah. penanaman tanaman mangrove yang dilakukan oleh
Pembangunan ekowisata mangrove sangat penting ketua pengelola dan masyarakat sekitar serta ada
bagi hutan mangrove dan keberlangsungan hidup beberapa pedagang kaki lima yang berjualan disekitar
manusia serta mencegah meluasnya kerusakan pada ekowisata mangrove. Kondisi ini menunjukkan adanya
daerah pesisir pantai. Dengan adanya ekowisata ini dampak positif bagi masyarakat ataupun pedagang yang
diharapkan dapat mendorong perkembangan dan berjualan disekitar ekowisata Mempawah Mangrove
pelestarian hutan mangrove yang merupakan daerah Park (MMP).
yang memiliki nilai yang tinggi. Pihak pengelola dan Sarana edukasi tentang mangrove juga di sediakan
masyarakat lokal juga dapat mengembangkan objek diantaranya pembangunan rumah mangrove sebagai
wisata sekaligus melestarikan hutan mangrove. sarana belajar dan menjadikannya Mangrove
Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk konsep Information Centre. Beberapa fasilitas juga dibangun
wisata (ekowisata) sejalan dengan pergeseran minat untuk mendukung lokasi ini sebagai taman belajar
wisatawan dari old tourisem yaitu wisatawan yang hanya terbuka hijau. Selain itu hutan mangrove di Desa Pasir
datang melakukan wisata saja tanpa ada unsur juga banyak memiliki tempat spot foto yang menarik
pendidikan dan konservasi menjadi new tourisem yaitu bagi para wisatawan serta adanya penyewaan perahu
wisatawan yang datang untuk melakukan wisata yang di nelayan untuk mengunjungi Pulau Penibung.
dalamnya ada unsur pendidikan dan konservasi. Untuk Keberadaan para wisatawan di Mempawah Mangrove
mengelola dan mencari daerah tujuan ekowisata yang Park juga sangat ramai terlebih pada saat hari libur yang
spesifik alami dan kaya akan keanekaragaman hayati mana jumlah pengunjung atau wisatawan yang datang
serta dapat melestarikan lingkungan hidup. (Rutana, setiap minggunya kira-kira sekitar 500-800 orang.
2011) Penanaman tanaman mangrove dimulai pada tahun 2010
Mempawah Mangrove Park (MMP), sebuah lokasi oleh masyarakat desa pasir atas program pertamina
wisata hutan mangrove yang ada di Kabupaten untuk mencegah abrasi pada daerah tersebut. Namun
Mempawah tepatnya di Desa Pasir, Kecamatan penanaman tersebut tidak berhasil, kemudian
Mempawah Hilir. Sebelum adanya kawasan hutan Mempawah Mangrove Conservation (MMC) masuk
mangrove, pulau Penibung dan lokasi Mempawah pada tahun 2011 untuk melakukan konservasi pada
Mangrove Park ini adalah satu daratan, namum karena daerah tersebut dikarenakan abrasi yang semakin parah.
abrasi menjadikan jalurnya hilang. Sehingga pada tahun Masyarakat di Desa Pasir juga ikut serta dalam
2011, sebuah lembaga yang bernama Mempawah penanaman tanaman mangrove dengan Mempawah
Mangrove Conservation (MMC) bersama dengan Mangrove Conservation (MMC). Pembangunan serta
masyarakat setempat menanam mangrove, setelah 6 pengelolaan ekowisata mangrove juga mengikutsertakan
tahun berjalan sampai saat ini berhasil memanfaatkan masyarakat Desa Pasir yang masyarakatnya sebagaian
lokasi tersebut sebagai kawasan ekowisata. besar bekerja sebagai petani bahkan ada yang tidak
Menurut Daryanto (2013: 64) menyatakan bahwa memiliki pekerjaan atau menganggur. Adanya ekowisata
konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk mangrove juga membuat mata pencaharian baru bagi
melestarikan atau melindungi alam. Konservasi masyarakat sekitar dengan tersedianya lapangan
merupakan pengelolaan sumber daya alam hayati yang pekerjaan bagi mereka dengan berjualan yang bisa
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menghasilkan pendapatan yang meningkat dari
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap sebelumnya.
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman Mempawah Mangrove Park (MMP) merupakan
dan nilainya. sebuah wisata berkonsep edukasi dan konservasi yang
Berdasarkan prariset yang dilakukan oleh peneliti dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir.
pada tanggal 23 Oktober 2018 melakukan wawancara Selain sebagai tempat wisata, hutan mangrove juga dapat
dengan salah ketua pengelola Mempawah Mangrove dijadikan tempat belajar dan semua itu dapat berimbas
Park menyatakan bahwa dibukanya mangrove menjadi meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir. Selama ini
tempat ekowisata di Desa Pasir pada 25 Agustus 2016, masyarakat pesisir hanya mengetahui penggunaan hutan
tujuan berdirinya untuk mengembalikan daratan kembali mangrove digunakan sebagai kayu bakar saja, namun

Page 96 ICoTE: International Conference on Teaching and Education, 2, 2018


dengan adanya Mempawah Mangrove Park ini mencoba wisata yang dikunjunginya. Pendidikan diberikan
merubah mindset tersebut yang mana beberapa melalui pemahaman tentang pentingnya pelestarian
mangrove bisa di manfaatkan buahnya, serta ada manfaat lingkungan, sedangkan pengalaman diberikan
lainnya dari mangrove yaitu untuk konservasi alam dan melalui kegiatan-kegiatan wisata yang kreatif
dapat dibangun sebagai ekowisata. disertai dengan pelayanan yang prima.
Dalam pembangunan ekowisata, disamping sektor 2) Memperkecil dampak negatif yang bisa merusak
ekologi, pariwisata juga mempengaruhi aspek ekonomi karakteristik lingkungan dan kebudayaan pada
yang berkaitan dengan mata pencaharian masyarakat dan daerah yang dikunjungi.
sosial budaya masyarakat sekitar. Datangnya seseorang 3) Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan
atau sekelompok orang yang berasal dari daerah yang dan pelaksanaannya.
berbeda secara otomatis membawa budaya yang baru 4) Memberikan keuntungan ekonomi terutama kepada
dan berbeda, budaya mereka masing-masing yang masyarakat lokal. Oleh karena itu, kegiatan
lambat laun dpat mempengaruhi sistem sosial budaya ekowisata harus bersifat profit (menguntungkan).
asli masyarakat Desa Pasir. 5) Dapat terus bertahan dan berkelanjutan.
Dari uraian yang telah dipaparkan, peneliti
bermaksud meneliti tentang Analisis Dampak Adanya Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas maka
Ekowisata Mangrove Pada Kehidupan Sosial Ekonomi dapat disimpulkan bahwa ekowisata adalah pariwisata
Masyarakat Di Desa Pasir Kabupaten Mempawah. yang mengutamakan kelestarian lingkungan melalui
aktivitas berkaitan dengan alam. Objek wisata yang
berwawasan lingkungan ini menciptakan ketenangan,
2. KAJIAN TEORI kesunyian, memelihara flora dan fauna, serta
terpeliharanya lingkungan hidup sehingga tercipta
2.1 Pariwisata dan Ekowisata keseimbangan antara kehidupan manusia dan alam
Menurut Retnowati (2004 pariwisata adalah sekitarnya.
kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata
dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai alternatif, yang dibentuk sebagai reaksi atas berbagai
suatu aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dampak negatif dari wisata tradisional, yaitu dengan
dari kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian melakukan suatu perjalanan ke daerah yang masih
kecil masyarakat Negara berkembang. alami atau dengan maksud untuk konservasi yang
Menurut Subandra dan Mastiani (2006) mendukung kelestarian lingkungan.
pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan
dan penggerak roda perekonomian yang tidak dapat 2.2 Kondisi Sosial Ekonomi
dilepas kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan Kondisi sosial ekonomi yang dialami oleh
yang telah dicanangkan oleh pemerintah sesuai dengan masyarakat itu berbeda beda dan memiliki tingkatan
tujuan pembangunan nasional. tidak langsung juga yang berbeda, dimulai dari tingkat ekonomi yang
menghasilkan jasajasa lingkungan yang dapat rendah, sedang maupun keadaan sosial ekonomi yang
dimanfaatkan antara lain sebagai objek ekowisata. tinggi. Hal ini dapat di buktikan dengan teorinya
Menurut Fahriansyah dan Yoswaty (2012) Abdulsyani (1994: 45) yang berpendapat bahwa posisi
menyatakan bahwa ekowisata adalah salah satu usaha seorang individu dalam kelompok manusia ditentukan
yang memprioritaskan berbagai produk-produk dari pendapatan, tingkat pendidikan, jabatan, serta
pariwisata berdasarkan sumberdaya alam, pengelolaan jenis rumah tinggal.
ekowisata untuk meminimalkan pengaruh terhadap Selain itu Soerjono Soekanto (2001 : 75)
lingkungan hidup, pendidikan yang berasaskan mengemukakan pendapatnya mengenai sosial ekonomi
lingkungan hidup, sumbangan kepada upaya yang di artikan sebagai keadaan seseorang dalam
konservasi dan meningkatkan kesejahteraan untuk bermasyarakat di lingkungannya baik dari segi
masyarakat lokal. pergaulan, prestasi serta hak-hak dan kewajibannya
Sedangkan menurut Edy dan Setiawan (2014) dalam kaitannya dengan sumber daya.
menyatakan bahwa ekowisata sebagai bentuk
pariwisata yang berguna untuk memelihara lingkungan 2.3 Dampak Sosial Ekonomi Pariwisata
alam selain sebagai tempat rekreasi. Sehingga, dengan Menurut Martin (1998 : 171 dalam Pitana dan
adanya ekowisata dapat menjaga dan memelihara Gayatri, 2005 :116) menyatakan dampak sosial selama
hutan tepatnya hutan mangrove. ini lebih cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi
Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata perubahan sosial akibat kedatangan wisatawan.
Republik Indonesia (2009), ekowisata memiliki banyak Menurut Pitana dan Gayatri (2005: 110)
definisi, yang seluruhnya berprinsip pada pariwisata menyatakan bahwa pembangunan pariwisata pada
yang kegiatannya mengacu pada 5 (lima) elemen suatu daerah mampu memberikan dampak-dampak
penting, yaitu: yang dinilai positif, yaitu dampak peningkatan
1) Memberikan pengalaman dan pendidikan kepada pendapatan masyarakat, peningkatan penerimaan
wisatawan, sehingga dapat meningkatkan devisa, peningkatan kesempatan kerja dan keuntungan
pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan badan usaha milik pemerintah dan sebagainya.

ICoTE: International Conference on Teaching and Education, 2, 2018 Page 97


Menurut Cohen (dalam Pitana dan Gayatri, 2005: 109- 9) Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-
110) menyatakan bahwa dampak ekonomi pariwisata, penyimpangan sosial;
meliputi: 10) Dampak terhadap bidang kesenian dan adat
1) Dampak terhadap penerimaan devisa; istiadat.
2) Dampak terhadap pendapatan masyarakat;
3) Dampak terhadap kesempatan kerja; Berdasarkan pendapat diatas maka dapat
4) Dampak terhadap harga-harga; disimpulkan bahwa dampak sosial yang ditimbulkan
5) Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan; dari adanya pariwisata sangat bermacam-macam yaitu
6) Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol; mencakup kehidupan masyarakat sekitar kawasan
7) Dampak terhadap pembangunan pada umumnya; pariwisata, baik itu yang berkenaan dengan sistem,
8) Dampak terhadap pendapatan pemerintah. stratifikasi, mobilitas sosial maupun kebudayaan
masyarakat sekitar. Selain itu kesenjangan atau
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat ketimpangan masyarakat juga dapat muncul akibat
disimpulkan dampak pariwisata terhadap kondisi pendapatan yang dihasilkan dari pariwisata antara
ekonomi masyarakat berkaitan dengan perubahan taraf masyarakat yang bersentuhan langsung dengan
hidup masyararakat. Pendapatan yang dihasilkan dari pariwisata dan masyarakat yang tidak bersentuhan
adanya pariwisata yang mana pengeluaran dari langsung.
masyarakat non-lokal dapat dijadikan tambahan bagi Sedangkan menurut Travis (dalam Pitana dan
lokal. Lebih jauh lagi mengenai dalam aspek ekonomi Gayatri 2005: 124) menyatakan bahwa dampak sosial
dengan adanya pariwisata juga memiliki hubungan pariwisata dikelompokkan berbagai dalam dampak
pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi di suatau positif dan dampak negatif. Di antara dampak positif
Negara baik dalam jangka panjang maupun dalam adalah pembangunan budaya dan modernisasi,
jangka pendek. pertukaran sosial, perubahan sosial, peningkatan citra
Selain dampak positif dampak ekonomi masyarakat lokal, peningkatan kesehatan masyarakat,
pembangunan pariwisata juga menunjukkan adanya peningkatan fasilitas sosial, pendidikan, pelestarian
berbagai dampak yang tidak diharapkan. Menurut budaya, dan perubahan politik kearah yang lebih baik.
Pitana dan Gayatri (2005: 110) menyatakan bahwa Sedangkan yang termasuk ke dalam dampak negatif
dampak negatif seperti semakian memburuknya adalah kehancuran budaya lokal, ketidakstabilan sosial,
kesenjangan pendapatan antarkelompok masyarakat, konsumerisme, perubahan dalam hukum dan
memburuknya ketimpangan antardaerah, hilangnya keteraturan sosial, komersialisasi hubungan
kontrol masyarakat lokal terhadap sumberdaya antarmanusia, perubahan nilai-nilai tradisional, dan
ekonomi. ketidakstabilan politik.
Ekowisata merupakan salah satu sektor penting
dalam pembangunan. Pengelolaan ekowisata yang baik
akan menghasilkan beberapa keuntungan dalam 3. PENELITIAN TERDAHULU
berbagai aspek. Akan tetapi, apabila tidak dikelola
dengan benar, maka ekowisata dapat berpotensi Penelitian yang relevan dengan penelitian ini
menimbulkan masalah atau dampak negatif.
adalah penelitian yang dilakukan oleh Destaria Lisa
Menurut Cohen (dalam Pitana dan Gayatri, 2005 :
117) dampak sosial budaya pariwisata dapat pada tahun 2013, dalam skripsi yang berjudul “Dampak
dikelompokkan ke dalam sepuluh kelompok besar, Sosial Dan Ekonomi Keberadaan Objek Wisata (Studi
antara lain: Kasus The Unique Part Waterboom) Di Kenagarian
1) Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan Muaro Kalaban Kota Sawahlunto”. Tujuan penelitian ini
antara masyarakat setempat dengan masyarakat adalah untuk mendeskripsikan bagaimana dampak sosial
yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi dan ekonomi setelah adanya objek wisata waterboom di Desa
ketergantungan;
Muaro Kalaban Kecamatan Silungkang Kota
2) Dampak terhadap hubungan interpersonal antar
anggota masyarakat; Sawahlunto. Penelitian ini menggunakan pendekatan
3) Dampak terhadap dasar-dasar organisasi kualitatif dengan tipe deskriptif. Data dikumpulkan
kelembagaan sosial; dengan observasi, wawancara mendalam dan studi
4) Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah dokumen. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
pariwisata; setelah berdirinya objek wisata The Unique Park
5) Dampak terhadap ritme kehidupan sosial Waterboom Muaro Kalaban menimbulkan dampak sosial
masyarakat;
dan ekonomi. Dampak sosial yang ditimbulkan terbagi
6) Dampak terhadap pola pembagian kerja;
7) Dampak terhadap statifikasi dan mobilisasi sosial; atas dua yaitu dampak positif dan dampak negatif.
8) Dampak terhadap distribusi pengaruh dan Dampak negatif yaitu meniru cara berpakaian dan
kekuasaan; prilaku berenang, nilai keagamaan masyarakat mulai
luntur. Sedangkan dampak positif yaitu meningkatnya
Page 98 ICoTE: International Conference on Teaching and Education, 2, 2018
pendidikan dan terjalinnya hubungan interaksi yang
baik. Dampak ekonomi yaitu terciptanya lapangan 3.2 Lokasi Penelitian
pekerjaan, meningkatnya pendapatan masyarakat, Penelitian ini dilaksanakan di lokasi sekitar
kawasan ekowisata Mempawah Mangrove Park yaitu
adanya inisiatif masyarakat untuk membangun ruko-
tepatnya di Dusun Pasir Laut Desa Pasir Kecamatan
ruko, dan meningkatnya sarana-prasarana umum. Mempawah Hilir Kabupaten Mempawah.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
Damanik L Moylora pada tahun 2016, pada skripsi yang 3.3 Instrumen Penelitian
berjudul “Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam
Masyarakat (Studi Pada Daerah Wisata Tuk-Tuk penelitian ini sebagai alat dalam melakukan
Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir)”. pengumpulan data antara lain pedoman wawancara,
pedoman dokumentasi, alat rekam, kamera.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak-
dampak dari kegiatan pariwisata terhadap sosial ekonomi 3.4 Sumber Data
masyarakat di Tuktuk Siadong. Penelitian ini Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.
pendektan kualitatif. Penelitian ini dihasilkan dengan Yang akan diwawancarai sebagai informan dalam
mendapatkan data melalui wawancara mendalam dengan penelitian ini adalah pihak yang mendukung dalam
informan dan hasil observasi peneliti sendiri di lapangan. memenuhi tujuan penelitian ekowisata Mempawah
Mangrove Park yaitu tokoh masyarakat Desa Pasir,
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dampak
Dinas Pariwisata (Pengelola), masyarakat desa pasir,
kegiatan pariwisata di kawasan Tuktuk Siadong sebagai pedagang yang berdagang di kawasan Mempawah
daya tarik wisata sangat berpengaruh pada aspek sosial Mangrove Park (MMP) di dan wisatawan. Data
dan ekonomi. Dampak terhadap aspek ekonomi sekunder yang akan digunakan dalam penelitian
cenderung positif, yaitu angka pengangguran yang merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung,
semakin berkurang,semakin banyak lapangan kerja yang jadi dalam penelitian ini sumber data sekunder diperoleh
dari bahan-bahan dokumentasi yang berkaitan dengan
terbuka dan terjadinya peningkatan pendapatan
dampak adanya ekowisata mangrove pada kehidupan
masyarakat, sehingga masyarakat dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat di Desa Pasir.
kesejahteraan hidupnya. Sedangkan dampak terhadap
kegiatan sosial budaya cenderung negatif karena 3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
terkontaminasinya nilai-nilai budaya setempat dengan Teknik pengumpulan data yang akan digunakan
adanya kedatangan pengaruh budaya luar daerah yang dalam penelitian ini diantaranya adalah wawancara,
dibawa oleh wisatawan yang berkunjung ke Tuktuk observasi dan dokumentasi. Dalam wawancara peneliti
harus mengadakan kontak langsung secara lisan atau
Siadong.
tatap muka dengan sumber data atau informan. Dengan
demikian peneliti akan melakukan wawancara
3. METODOLOGI mendalam, yaitu pengumpulan data atau informasi
dengan melakukan tanya jawab atau berkomunikasi
3.1 Bentuk Penelitian
langsung melalui proses tanya jawab antara informan
Metode penelitian yang akan digunakan adalah
dan peneliti secara langsung. Informan dalam
metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
penelitian ini adalah tokoh masyarakat Desa Pasir,
deskriptif. Menurut Sugiyono (2014:1), penelitian
Dinas Pariwisata (Pengelola), masyarakat desa pasir,
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
pedagang yang berdagang di kawasan Mempawah
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
Mangrove Park (MMP) di dan wisatawan.
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
Dalam observasi, cara mengumpulkan data yang
adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan
akan dilakukan adalah melalui pengamatan secara
data dilakukan secara trianggulasi (gabungan) analisa
langsung, yaitu dengan melakukan pengamatan
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui realita
menekankan makna dari pada generalisasi.
yang ada. Observasi dalam penelitian ini akan
Dengan demikian di dalam penelitian ini, peneliti
dilakukan oleh peneliti di sekitar obyek ekowisata
akan menggambarkan sesuai dengan fakta-fakta secara
Mempawah Mangrove Park di Desa Pasir Kabupaten
nyata mengenai “Dampak Adanya Ekowisata Mangrove
Mempawah dengan mengamati aktivitas dan kegiatan
Pada Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa
warga Desa Pasir untuk mengetahui dan memberikan
Pasir Kabupaten Mempawah”. Pendekatan dalam
data yang akurat mengenai kondisi atau keadaan warga
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena
yang berada disekitar obyek ekowisata Mempawah
membutuhkan penjabaran melalui penyelidikan dan
Mangrove Park Desa Pasir Kabupaten Mempawah.
pengamatan langsung kepada informan, agar dapat
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
melukiskan keadaan yang sebenarnya dan yang
mencari dan mengumpulkan data yang ada hubungan
sesungguhnya terjadi.

ICoTE: International Conference on Teaching and Education, 2, 2018 Page 99


dengan masalah yang akan diteliti melalui catatan yang pengembangan ekowisata akan disertai dengan
berhubungan dengan masalah penelitian. timbulnya dampak yaitu dapat berupa dampak positif
dan negatif. Dampak yang ditimbul dapat berupa
3.6 Teknik Analisis Data dampak ekonomi sosial bagi masyarakat yang berapa
Dalam analisis data yang akan digunakan meliputi diseitar objek ekowisata.
reduksi data, display data, dan verifikasi. Menurut Miles Dampak pariwisata terhadap kondisi ekonomi
dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014: 246) “aktivitas masyarakat berkaitan dengan perubahan taraf hidup
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif masyararakat. Pendapatan yang dihasilkan dari adanya
dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, pariwisata yang mana pengeluaran dari masyarakat non-
sehingga datanya jenuh”. Reduksi data merupakan lokal dapat dijadikan tambahan bagi lokal. Lebih jauh
proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan lagi mengenai dalam aspek ekonomi dengan adanya
keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Data pariwisata juga memiliki hubungan pariwisata dengan
yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, pertumbuhan ekonomi di suatau Negara baik dalam
kompleks dan rumit.Untuk itu maka perlu dicatat secara jangka panjang maupun dalam jangka pendek.
teliti dan rinci. Display data yang dimaksud adalah agar Sedangkan dampak sosial yang ditimbulkan dari
lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat adanya pariwisata sangat bermacam-macam yaitu
gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu mencakup kehidupan masyarakat sekitar kawasan
dari data penelitian.Verifikasi merupakan kegiatan yang pariwisata, baik itu yang berkenaan dengan sistem,
dilakukan selama penelitian berlangsung baik pada awal stratifikasi, mobilitas sosial maupun kebudayaan
memasuki tempat tinggal informan, pengambilan data masyarakat sekitar. Selain itu kesenjangan atau
yang diperoleh dari observasi dan wawancara, hingga ketimpangan masyarakat juga dapat muncul akibat
pada saat penyajian data. Data yang diperoleh pendapatan yang dihasilkan dari pariwisata antara
diverifikasi dari sumber data berupa triangulasi sumber masyarakat yang bersentuhan langsung dengan
yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini. pariwisata dan masyarakat yang tidak bersentuhan
Dalam pengujian keabsahan data akan langsung.
menggunakan teknik kredibilitas, transferbilitas, Konsekuensi suatu destinasi wisata adalah harus
dependabilitas dan konformabilitas”. Menurut Satori siap menerima dampak pariwisata yang terjadi baik dari
(2012 : 100) bahwa keabsahan atas hasil-hasil penelitian aspek sosial budaya maupun ekonomi baik itu dampak
dilakukan melalui meningkatkan kualitas keterlibatan positif maupun negatif. Maka dari itu Diperlukan
penelitian dalam kegiatan dilapangan serta pengamatan kerjasama antara pemerintah daerah, investor, maupun
secara terus-menerus. Triangulasi, baik metode, dan masyarakat sekitar untuk meminimalkan dampak negatif
sumber untuk mencek kebenaran data dengan pariwisata yang akan terjadi.
membandingkannya dengan data yang diperoleh sumber Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak
lain, dilakukan untuk mempertajam tilikan kita terhadap adanya ekowisata mangrove pada kehidupan sosial
hubungan sejumlah data. Pelibatan teman sejawat untuk ekonomi masyarakat di Desa Pasir Kabupaten
berdiskusi, memberikan masukan dan kritik dalam Mempawah. Metode yang akan digunakan dalam
proses penelitian. Menggunakan bahan referensi untuk penelitian ini di adalah deskriptif. Dengan demikian di
meningkatkan nilai kepercayaan akan kebenaran data dalam penelitian ini, peneliti akan menggambarkan
yang diperoleh guna perbaikan dan tambahan dengan sesuai dengan fakta-fakta secara nyata mengenai
kemungkinan kekeliruan atau kesalahan dalam Dampak Adanya Ekowisata Mangrove Pada Kehidupan
memberikan data yang dibutuhkan peneliti. Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Pasir Kabupaten
Dalam transferbilitas, hasil penelitian yang akan Mempawah
diperoleh dapat diaplikasikan oleh pemakai penelitian, Pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian
penelitian ini memperoleh tingkat tinggi bila para ini adalah pendekatan kualitatif karena membutuhkan
pembaca laporan memperoleh gambaran dan penjabaran melalui penyelidikan dan pengamatan
pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus langsung kepada informan, agar dapat melukiskan
penelitian. Dalam dependabilitas dan konformabilitas keadaan yang sebenarnya dan yang sesungguhnya
dilakukan dengan audit trail berupa komunikasi dengan terjadi.
pembimbing dan dengan pakar lain dalam bidangnya Teknik pengumpulan data yang akan digunakan
guna membicarakan permasalahan-permasalahan yang adalah teknik observasi, wawancara, dan studi
dihadapi dalam penelitian berkaitan dengan data yang dokumentasi. Sedangkan alat pengumpul data yang akan
harus dikumpulkan. digunakan adalah panduan observasi, panduan
wawancara, dan dokumentasi.

4. KESIMPULAN Daftar Pustaka

Berdasarkan hal-hal yang telah di bahas dalam Abdulsyani, 1994. Sosiologi (skematika, teori dan terapan),
artikel ini, maka dapat disimpulkan bahwa dalam Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta.
Page 100 ICoTE: International Conference on Teaching and Education, 2, 2018
Damanik, M. L. Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Sumatera Utara: Faktor Ekologis Hutan Mangrove.
Ekonomi Masyarakat (Studi pada Daerah Wisata Jurnal ilmu dan teknologi kelautan tropis. 4 (2) : 346-
Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten 359.
Samosir). Dampak Pariwisata Terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat (Studi pada Daerah Wisata Pitana dan Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata.
Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Yogyakarta: Cv. Andi
Samosir).
Retnowati E. 2004. Ekoturisme di Indonesia: Potensi dan
Daryanto dan Agung Suprihatin. 2013. Pengantar Dampak. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian
Pendidikan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gava Pemanfaatan Jasa Hutan dan Non Kayu Berbasis
Media Masyarakat Sebagai Solusi Peningkatan dan Pelestarian
Hutan. Bogor [ID]: Pusat Litbang Hutan dan
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2009. Panduan Konservasi Alam. Hal 71-79.
Pemasaran Pariwisata Yang Bertanggungjawab
(Responsible Tourism Marketing). Jakarta:Tidak Rutana, F, F. 2011. Studi Kesusaian Ekosistem,
Diterbitkan Manggrove sebagai Objek Ekowisata di Pulau Kapota
Taman Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara.
Destaria, Lisa. 2013. Dampak Sosial Dan Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makasar
Keberadaan Objek Wisata (Studi Kasus The Unique
Part Waterboom) Di Kenagarian Muaro Kalaban Kota Satori, Djam’an dan Komariah Aan. 2012. Metodologi
Sawahlunto. Universitas STKIP PGRI, Sumatera Barat Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Edy SS, Setiawan A. 2014.Potensi Ekowisata Hutan Soerjono, Soekanto. 2001.Sosiologi Suatu Pengantar.
Mangrove di Desa Merak Belantung Kecamatan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kalianda Kabupaten lampung Selatan. Jurnal Sylva
Lestari. 2(2):49-60. Subandra N, Mastiani NN. 2006. Dampak Ekonomi,
Sosial, Budaya, dan Lingkungan Pengembangan Desa
Fahriansyah dan Dessy, Yoswaty. 2012. Pembangunan Wisata Di Jatiluwih Tabanan. Jurnal Manajemen
Ekowisata di Kecamatan Tanjung Balai Asahan, Pariwisata 5(1):47-64.

ICoTE: International Conference on Teaching and Education, 2, 2018 Page 101


Page 102 ICoTE: International Conference on Teaching and Education, 2, 2018

Anda mungkin juga menyukai