Disusun Oleh :
AstridaWahyuUmayanti 175080200111045 2017
Dhita Widhiastika 175080200111005 2017
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
2
dan bahan yang tidak ramah lingkungan dan dilarang, seperti bom, potassium sianida, dan
setrum. Mereka tidak peduli terhadap ekosistem dan hanya memikirkan hasil tangkapan yang
maksimal. Ketidakpeduliannya juga terlihat dari hal sepele yaitu membuang sampah di
sungai. Itu merupakan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan di daerah tersebutsehingga
sangat mengganguu keseimbangan ekosistem perairan. Dari perilaku tersebut menyebabkan
ikan di Sungai Brantas menurun sangat drastis dari tahun ke tahun. Menurut Ecoton (2015),
pada tahun 1962 terdapat 120 spesies ikan sedangkan pada tahun 2013 hanya 23 spesies ikan,
pada data tersebut terjadi penurunan sebanyak 80,8 %. Maka populasi ikan di Sungai Brantas
sangat sedikit, bahkan para nelayan sungai sangat sulit untuk mendapatkan ikan. Mereka
terancam tidak memiliki mata pencaharian sehingga lambat laun mulai sadar bahwa ikan
merupakan sumber utama mata pencaharian masyarakat Desa Tawangrejo. Mereka merasa
berdosa pada alam karena sudah merusak ekosistem dan berinisiatif untuk mengembalikan
populasi ikan di Sungai Brantas. Saat ini spesies ikan endemik yang terancam punah adalah
ikan badher bang. Ikan badher bang memiliki sejarah yang sangat menarik yaitu sebagai
makanan istimewa bagi para Raja Blitar dan dijadikan kebanggaan di zaman Kerajaan
Kahuripan yaitu pada masa pemerintahan Airlangga, pusaka Prabu Airlangga bernama
Badher Bang Sisik Kencono.
Nelayan sungai yang sadar terhadap dosa yang telah diperbuat, mereka membentuk
suatu kelompok relawan yang sangat peduli terhadap pelestarian lingkungan dan
perlindungan ikan di Sungai Brantas yang bernama Kelompok Masyarakat Pengawas
(POKMASWAS) Fajar Bengawan. Kelompok tersebut beranggotakan 34 orang dengan
rentang usia 25-50 tahun yang disahkan oleh SK Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Blitar No. 523/22.1/409.114/2014 pada 3 Mei 2014. Upaya yang dilakukan
kelompok tersebut yaitu memberi pakan (pelet) selama 2 tahun dan dan menentukan
kawasan perlindungan sebagai pelarangan penangkapan. Akhirnya upaya yang dilakukan
membuahkan hasil, populasi ikan mulai bertambah secara bertahap. Kawasan perlindungan
tersebut dijadikan kawasan konservasi “Badher Bank”.
3
PEMBAHASAN
4
diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati
dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya
membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam (WWF, 2006).
Menurut (WWF, 2006) beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah :
1. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung
2. Lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism)
3. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)
4. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)
5. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi)
6. Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi
masyarakat dan ekonomi).
Konservasi badher bank sangat cocok untuk dijadikan kawasan ekowisata berbasis
masyarakat. Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata
yangmendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan (WWF
2006). Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat Desa Tawangrejo
memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai
daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak.
Ekowisata badher bank memiliki potensi sumberdaya dan kearifan lokal yang perlu
digali lagi. Daerah ini juga unik dan berkarakteristik karena merupakan daerah konservasi
sungai satu-satunya di Indonesia yang sekarang menjadi ekowisata konservasi. Keunikan
lainnya yaitu ikan liar di sungai tersebut menjadi sangat jinak dan bersahabat dengan
manusia. Untuk itu, sangat disayangkan jika setelah melewati beberapa tahap pemulihan
konservasi apabila perkembangan daerah ekowisata ini stagnan atau bahkan tidak mengalami
perkembangan yang berkelanjutan. Salah satu faktornya yaitu terdapat pada peran
POKMASWAS Fajar Bengawan , masyarakat dan pemuda pada daerah tersebut.
POKMASWAS dan masyarakat masih belum bisa mengembangkan sektor ekowisata agar
lebih tersebar luas dan terekspose masyarakat luar. Selain itu, kurangnya pemanfaatan
potensi lokal dan kurangnya keunikan terhadap kawasan ekowisata. Untuk itu perlu peran
pemuda (mahasiswa) untuk membantu mengembangkan ekowisata tersebut dengan cara
Networking antara pihak POKMASWAS dengan semua lembaga yaitu Fakultas
5
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas
Pariwisata, Dinas Pemerintah dan Kota, Perum Jasa Tirta. Selain itu, mahasiswa juga
menyalurkan ide kreatif dan publikasi.
Seiring dengan perubahan zaman yang semakin modern disertai orang-orang yang
cerdas dan kritis sejatinya trend ekowisata tidak hanya sekedar melepas penat. Makna yang
sebenarnya dalam berekowisata yaitu wisatawan lebih memilih tempat yang unik, bersejarah
atau memiliki nilai histori yang masih jarang dikunjungi kebanyakan wisatawan serta nilai
paling penting yaitu memiliki kesan dan pengalaman yang luar biasa. Apalagi didukung
dengan kearifan lokal di daerah yang menjadi ciri khas dan karakter atau icon daerah
ekowisata konservasi tersebut. Untuk mewujudkan daerah ekowisata tersebut semua elemen
masyarakat harus bersinergi untuk merealisasikannya. Peran pemuda (mahasiswa) sangat
dibutuhkan dalam mengembangkan daerah ekowisata karena mereka memiliki ide-ide kreatif
yang dapat dipertanggungjawabkan. Daerah wisata ini merupakan ekowisata konservasi jadi
harus sesuai aturan atau program agar keasrian dan kelestariannya tetap terjaga, yaitu sebagai
berikut:
1. Pembuatan zonasi pada daerah konservasi
Dalam membuat zonasi langkah awal yaitu membuat peta partisipatif yaitu peta
sederhana yang memuat informasi terkait pembagian zonasi yakni zona inti, zona
penyangga dan zona pemanfaatan:
• zona inti yaitu zona yang mutlak dilindungi, didalamnya tidak diperbolehkan adanya
perubahan apapun oleh aktivitas manusia, kecuali yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan, pendidikan dan penelitian, memiliki luas 300 m
• zona penyangga tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pengambilan biota sungai
seperti halnya pada zona inti kecuali kegiatan wisata alam terbatas, luasnya 500.
• zona pemanfaatan dilakukan kegiatan penangkapan ikan dengan alat tangkap yang
ramah lingkungan serta kegiatan wisata/ rekreasi, memiliki luas 12 km.
2. Sistem kuota (limited tourism)
Dalam ekowisata konservasi harus diterapkan sistem kuota agar lebih tersegmen yaitu
hanya menampung 50 pengunjung setiap harinya dari jam 08.00-17.00 WIB.
Menetapkan pakan ikan berupa pelet sebagai tiket masuk bagi wisatawan dengan harga
yang sangat terjangkau yaitu Rp. 10.000.
6
3. Free plastic
Pengecekan sampah sebelum masuk kawasan ekowisata dan ketika kembali yang
bertujuan untuk meminimalisir sampah plastik agar kawasan ekowisata tetap bersih dan
asri. Bagi wisatawan yang melanggar aturan maka dikenakan denda.
4. Sistem intensif patroli
Terdapat tim yang berperan dalam mengawasi kawasan konservasi agar programnya
benar-benar terencana dengan baik dan sesuai dengan fungsi konservasi. Patroli juga
diterapkan untuk mengawasi wisatawan yang berkunjung dan menjaga kelestarian
ekowisata.
Selain program tersebut, ekowisata konservasi badher bank memiliki paket wisata
dari beberapa objek yang akan ditelusuri untuk menjamu wisatawan dengan dibantu oleh
nature guide. Objek wisata pada ekowisata konservasi badher bank sangat unik dari wisata
lainnya karena mengangkat potensi lokal dan kearifan daerah yang jarang ditemui di
ekowisata lainnya yang didukung dengan keasrian alamnya. Ditambah lagi dari masyarakat
Desa Tawangrejo yang berkarakter sopan dan ramah. Objek wisata yang akan dijelajahi
yaitu sebagai berikut:
1. History Galery badher bank
Di galeri tersebut nature guide akan menjelaskan mengenai sejarah ikan bader bang,
biota yang ada di Sungai Brantas dan kearifan lokal yang ada di Desa Tawangrejo. Selain
itu wisatawan dapat berkreasi sesuai dengan keinginannya yang dapat dituangkan diatas
gantungan kunci berbentuk ikan bader bang.
2. Telusur Sungai
Jalur telusur Sungai Brantas sepanjang 5 km dengan waktu ± 45 menit menggunakan
perahu. Saat telusur sungai wisatawan dapat menikmati keindahan pemandangan yang
menyatu dengan alam.
3. Tubing Track
Wisatawan dapat menikmati objek wisata tubing sepanjang 5 km dalam waktu tempuh ±
2 jam. Wisata tubing track ini sangan unik karena dapat memacu adrenalin para
wisatawan.
4. Awesome Tourism Spot
Spot foto dibuat di tengah sungai menggunakan bambu yang dihias sedemikian rupa
7
yang berbentuk seperti perahu untuk menarik wisatawan. Para wisatawan tentunya
sangat senang dan suka jika terdapat spot foto yang menarik.
5. Gubuk LUNGANLUR (Luwe Yo Mangan Lur)
Terdapat gubuk untuk menjamu para wisatawan memanjakan perut. Makanan yang
disajikan adalah makanan desa khas Tawangrejo yang sangat jarang ditemui di kota-kota.
Contohnya sego jagung, sego tiwul, pecel, urap dan masakan ikan.
6. Handricraft Shopping Spot
Salah potensi alam yang terdapat di Desa Tawangrejo yaitu kayu dan bambu. Para
wisatawan diajak oleh nature giude untuk membuat kerajinan yang berbahan dasar
bonggol kayu menjadi patung hewan atau manusia. Kerajinan ini bisa dijadikan buah
tangan wisatawan dari icon ekowisata daerah.
Dari ide-ide kreatif yang telah terprogram di ekowisata konservasi badher bank akan
segera tereksekusi jika wisatawan mengetahui ekowisata ini. Peran pemuda yang selanjutnya
yaitu membantu mempublikasikan ekowisata konservasi agar lebih dikenal. Caranya yaitu
dengan membuat website yang berisi semua informasi mengenai ekowisata konservasi badher
bank. Dengan adanya peran mahasiswa yang mengenal kecanggihan teknologi digital
merupakan salah satu kontribusi yang efektif untuk mengembangkan ekowisata yang
berkelanjutan. Benar adanya dalam pepatah bahwa pemudalah yang mampu
menggoncangkan dunia dengan berawal dari kreatifitas, niat dan dieksekusi dengan tindakan
yang relevan. Pemuda yang berjaya menjadikan masa depan bangsa yang jaya dan sejahtera.
Kesimpulan
Kelompok masyarakat Fajar Bengawan telah melakukan transformasi mata
pencaharian dari nelayan sungai menjadi pihak penyelenggara konservasi yang berbasis
ekowisata. Upaya tersebut sebagai penebus dosa yang diperbuat pada masa lalu karena telah
merusak ekosistem perairan. Pendapatan masyarakat daerah Tawangrejo tidak lagi berasal
dari nelayan sungai tetapi bersumber dari wisatawan yang berkunjung. Dalam mewujudkan
ekowisata tersebut kontribusi para pemuda yaitu mahasiswa memiliki peran yang besar
seperti networking, menyalurkan ide-ide kreatif dan publikasi sehingga terciptanya ekowisata
di Sungai Brantas yang tidak terhingga nilainya untuk mejaga kawasan tersebut dan
meningkatkan perekonomian masyarakat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Pekerjaan Umum. 2010. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Brantas. Jakarta.
Rachman, M. 2012. Konservasi Nilai dan Warisan Budaya. Indonesian Journal of
Conservation. Vo. 1 (1):30-39.
WWF Indonesia. 2009. Prinsip dan KriteriaEkowisata Berbasis Masyarakat. Kerjasama
Direktorat Produk PariwisataDirektorat Jenderal Pengembangan Destinasi
Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia.
9
10