OLEH:
Nama : Armindah Musdalifa
Nim : 60800113083
Kelas : C2
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Dampak Pariwisata Terhadap Ekonomi Kota Makassar. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-quran dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Pariwisata di
program studi teknik perencanaan wilayah dan kota Fakultas sains dan teknologi
pada Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
penyusun mengharapkan saran serta kritik demi perbaikan yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 10 Oktober 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan
asli daerah, maka program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan
potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pembangunan ekonomi. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai
multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor
pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994 :
14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek
dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan
mempererat persahabatan antar bangsa. Perkembangan pariwisata juga
mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata
menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya
akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata,
wisatawan berbelanja, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan pasar
barang dan jasa. Selanjutnya wisatawan secara tidak langsung menimbulkan
permintaan akan barang modal dan bahan untuk berproduksi memenuhi
permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi
permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi,
perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen,
industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain (Spillane, 1994 : 20)
Sejalan dengan hal tersebut dampak pariwisata terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen (1984) menjadi delapan
kelompok besar, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak
terhadap pendapatan masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4)
dampak terhadap harga-harga, (5) dampak terhadap distribusi masyarakat atau
keuntungan, (6) dampak terhadap kepemilikan dan control, (7) dampak terhadap
pembangunan pada umumnya dan (8) dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah
wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan
pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan
berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam
yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di
Indonesia. Sebagai negara kepulauan, potensi Indonesia untuk mengembangkan
industri pariwisata sangatlah besar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pariwisata
Sebagai suatu gejolak sosial, pemahaman akan pengertian dari makna
pariwisata memiliki banyak definisi. Pariwisata yang digunakan sebagai suatu
tinjauan pustaka dapat dibatasi pada pengertian: Menurut Kodyat (1983)
pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam
dan ilmu. Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata sebagai
suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek
ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan
kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Sedangkan
Wahab (1985) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang
mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan
lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi
sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata
juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cindera mata,
penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri. Selain
itu pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia
sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan usaha
yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehubungan dengan itu
Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969, menyatakan bahwa .Usaha
pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri
pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan
serta kesejahteraan masyarakat dan negara (Yoet, 1983).
Pengertian ekonomi di bidang pariwisata adalah meningkatkan
perekonomian negara dalam bidang pariwisata. Perkembangan pariwisata di
Indonesia mengalami dinamika perjalanan yang menarik bagi pembangunan
bangsa. Hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi. Dalam
kurun waktu delapan tahun terakhir atau sejak bergulirnya arus demokrasi yang
menyuarakan reformasi, faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah faktor
keamanan. Walaupun demikian, tentunya faktor lain seperti ekonomi global,
politik baik dalam negeri maupun internasional, serta terjadinya fluktuasi nilai
tukar mata uang juga ikut mempengaruhi kondisi pariwisata Indonesia.
Pembangunan kepariwisataan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan
sector kepariwisataan secara nasional yang berkesinambungan. Kesemuanya
meliputi seluruh kegiatan masyarakat, bangsa dan Negara untuk terwujudnya
tujuan pembangunan nasioanal, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah
darah
Indonesia,
memajukan
kesejahteraan
umum,
mencerdaskankehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
akibatnya produk lokal dan masyarakat lokal sebagai produsennya tidak biasa
memasarkan produknya untuk kepentingan pariwisata tersebut.
Besarnya pendapatan dari sektor pariwisata juga diiringi oleh besarnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk melakukan import terhadap produk yang dianggap
berstandar internasional. Penelitian dibeberapa destinasi pada negara berkembang,
membuktikan bahwa tingkat kebocoran terjadi antara 40% hingga 50% terhadap
pendapatan kotor dari sektor pariwisata, sedangkan pada skala perekonomian
yang lebih kecil, kebocoran terjadi antara 10% hingga 20%.
Sedangkan kebocoran export seringkali terjadi pada pembangunan destinasi
wisata khususnya pada negara miskin atau berkembang yang cenderung
memerlukan modal dan investasi yang besar untuk membangun infrastruktur dan
fasilitas wisata lainnya. Kondisi seperti ini, akan mengundang masuknya
penanam modal asing yang memiliki modal yang kuat untuk
membangunresort atau hotel serta fasilitas dan infrastruktur pariwisata, sebagai
imbalannya, keuntungan usaha dan investasi mereka akan mendorong uang
mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa dihalangi, hal inilah yang disebut
dengan leakage kebocoran export.
b. Enclave Tourism
Enclave tourism sering diasosiasikan bahwa sebuah destinasi wisata
dianggap hanya sebagai tempat persinggahan sebagai contohnya, sebuah
perjalanan wisata dari manajemen kapal pesiar dimana mereka hanya singgah
pada sebuah destinasi tanpa melewatkan malam atau menginap di hotel-hotel yang
telah disediakan industri lokal sebagai akibatnya dalam kedatangan wisatawan
kapal pesiar tersebut manfaatnya dianggap sangat rendah atau bahkan tidak
memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat di sebuah destinasi yang
dikunjunginya.
c) Infrastructure Cost
Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor pariwisata yang berstandar
internasional dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah dan akibatnya
cenderung akan dibebankan pada sektor pajak dalam artian untuk membangun
infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak harus ditingkatkan artinya pngutan
pajak terhadap masyarakat harus dinaikkan.
d.) Increase in Prices (Inflation)
Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dari wisatawan akan
menyebabkan meningkatnya harga secara beruntun inflalsi yang pastinya akan
berdampak negative bagi masyarakat lokal yang dalam kenyataannya tidak
mengalami peningkatan pendapatan secara proporsional artinya jikalau
pendapatan masyarakat lokal meningkat namun tidak sebanding dengan
peningkatan harga-harga akan menyebabkan daya beli masyarakat lokal menjadi
rendah.
e) Economic Dependence
Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian menunjukkan
sehatnya sebuah negara, jika ada sebuah negara yang hanya menggantungkan
perekonomiannya pada salah satu sektor tertentu seperti pariwisata misalnya, akan
menjadikan sebuah negara menjadi tergantung pada sektor pariwisata sebagai
akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat beresiko tinggi.
kerja,
standar
hidup
serta
menstimulasi
sektor-sektor
Table 1.1
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone Tahun 2006-2010
Tah
un
Jumlah (Juta
Rp.)
Pertumbuhan(
%)
Jumlah (Juta
Rp.)
Pertumbuhan(
%)
200
6
2.442.711,2
2
5,97
3.860.830,9
5
16,02
200
7
2.589.298,0
0
4.423.743,6
0
14,58
200
8
2.776.659,8
4
7,24
5.348.744,9
9
20,91
200
9
2.985.922,4
0
7,54
6.412.549,4
0
19,89
201
0
3.213.085,0
5
7,61
7.803.369,8
1
21,69
Rat
arat
a
2.801.535,3
0
6,87
5.569.847,7
5
18,61
Jika dilihat dari hasil perhitungan PDRB Kabupaten Bone selain dapat
diketahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi, juga dapat diketahui peranan
masing-masing lapangan usaha terhadap total PDRB Kabupaten Bone. Peranan
dari masing-masing lapangan usaha ini menggambarkan struktur ekonomi
Kabupaten Bone. Semakin besar peranan suatu lapangan usaha maka semakin
besar pula pengaruhnya dalam perkembangan perekonomian di daerah ini.
Table 1.2
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Bone Atas Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 (Juta Rp)
Lapangan
Usaha
2006
2007
2008
2009
2010
1.341.068,
12
1.380.332,
67
1.462.04
9,62
1.550.93
0,62
1.657.34
2,28
9.582,07
12.442,65
15.092,6
0
17.871,9
1
19.172.,6
1
227.872,20
237.915,3
4
246.286,
32
256.289,
04
270.616,
47
18.825,01
18.765,36
20.294,3
4
22.194,9
5
24.230,6
7
Bangunan
112.342,96
144.718,1
8
175.414,
73
208.482,
45
244.826,
70
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
214.614,84
216.803,0
6
235.432,
45
251.041,
22
278.364,
41
Angkutan
Komunikasi
117.701,77
142.097,3
4
154.052,
84
163.989,
91
175.588,
31
Keuangan,
persewahan
dan jasa
perusahaan
110.728,38
126.920,7
2
141.595,
06
161.404,
30
183.022,
52
Pertanian
Pertambangan
dan penggalian
Industry
Pengolahan
Listrik, Gas
dan Air Bersih
Jasa-jasa
Total
289.985,87
309.322,7
7
326.441,
88
353.718,
00
359.920,
05
2.442.711,
22
2.589.298,
04
2.776.65
9,84
2.985.92
2,40
3.213.08
5,05