Anda di halaman 1dari 9

1.

Pengertian Industri Pariwisata
Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata ( Undang-Undang Pariwisata no 10 tahun 2009)
Industri Pariwisata dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang usaha yang menghasilkan
berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan oleh mereka yang melakukan perjalanan wisata.
Menurut S. Medlik, setiap produk, baik yang nyata maupun maya yang disajikan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu manusia, hendaknya dinilai sebagai produk industri. Jika
sejemput kesatuan produk hadir di antara berbagai perusahaan dan organisasi sedemikian
sehingga memberi ciri pada keseluruhan fungsi mereka serta menentukan tempatnya dalam
kehidupan ekonomi, hendaknya dinilai sebuah industri.
Sebagaimana yang dikemukakan UNWTO (United Nations World Tourism Organiation)
dalam the International Recommendations for Tourism Statistics 2008, Industri
Pariwisata meliputi; Akomodasi untuk pengunjung, Kegiatan layanan makanan dan
minuman, Angkutan penumpang, Agen Perjalanan Wisata dan Kegiatan reservasi lainnya,
Kegiatan Budaya, Kegiatan olahraga dan hiburan. UNWTO merupakan Badan
Kepariwistaan Dunia dibawah naungan PBB. Menurut Undang-Undang Pariwisata no 10
tahun 2009, Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
 
2.Usaha Industri pariwisata
Dalam industri pariwisata terdapat berbagai usaha pariwisata, yaitu usaha yang menyediakan
barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelengaraan pariwisata.
Orang yang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata disebut
pengusaha pariwisata. Usaha pariwisata merupakan kegiatan bisnis yang berhubungan
langsung dengan kegiatan sehingga tanpa keberadaannya, pariwisata tidak dapat berjalan
dengan baik.

Adanya usaha pariwisata tentunya juga didukung oleh usaha-usaha lain, karena industri
pariwisata adalah industri multi sektor. Usaha pariwisata atau sering juga disebut sebagai
fasilitas wisata atau sarana wisata (superstructure), salah satunya adalah penyediaan
akomodasi. Yang dimaksud penyediaan akomodasi adalah usaha yang menyediakan
pelayanan penginapan dan dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lain. Usaha
penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan,
persinggahan, caravan, dan akomodasi lain yang digunakan untuk tujuan pariwisata.
3.Pengakuan atas Pariwisata sebagai “Industri” di Indonesia
Pada akhir dekade 1960-an, Pemerintah DKI Jakarta sudah menggunakan definisi Industri
Pariwisata yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah No. 3, tahun 1969 (yang mungkin sekali
saat ini sudah diubah), yaitu sebagai berikut; Industri Pariwisata, adalah usaha
penyelenggaraan pelayanan untuk lalulintas kepariwisataan dengan maksud mencari
keuntungan di bidang akomodasi/perhotelan, kebudayaan, perestoranan, rekreasi dan
hiburan, atraksi kebudayaan, biro perjalanan, usaha kepramuwisataan (guide business),
usaha-usaha cenderamata (souvenir), usaha-usaha penerbitan kepariwisataan,
penyelenggaraan tour dan perdagangan valuta (money changer).

4.Ruang Lingkup Industri Pariwisata


Ruang lingkup industi pariwisata menyangkut berbagai sektor ekonomi. Adapun aspek-aspek
yang tercakup dalam industri pariwisata antara lain:
 Restoran. Di dalam bidang restoran, perhatian antara lain dapat diarahkan pada
kualitas pelayanan, baik dari jenis makanan maupun teknik pelayanannya. Disamping itu,
dari segi kandungan gizi, kesehatan makanan dan lingkungan restoran serta penemuan
makanan-makanan baru dan tradisional baik resep, bahan maupun penyajiannya yang bias
dikembangkan secara nasional, regional bahkan internasional.
 Penginapan. Penginapan atau home stay, yang terdiri
dari hotel, motel, resort, kondominium, time sharing, wisma-wisma dan bed and breakfast,
merupakan aspekaspek yang dapat diakses dalam pengembangan bidang kepariwisataan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan penginapan ini dapat berupa; strategi
pemasaran, pelayanan saat penginapan, integrasi dan restoran atau biro perjalanan, dan
sebagainya. Penelitian juga dapat diarahkan pada upaya memperkecil limbah dari industry
pariwisata tersebut.
 Palayanan perjalanan. Meliputi biro perjalanan, paket perjalanan (tour wholesalers),
perusahaan incentive travel dan reception service.
 Transportasi. Dapat berupa sarana dan prasarana angkutan wisata seperti mobil/bus,
pesawat udara, kereta api, kapal pesiar, dan sepeda.
 Pengembangan Daerah Tujuan Wisata. Dapat berupa penelitian pasar dan pangsa,
kelayakan kawasan wisatawan, arsitektur bangunan, dan engineering, serta lembaga
keuangan.
 Fasilitas Rekreasi. Meliputi pengembangan dan pemanfaatan taman-taman Negara,
tempat perkemahan (camping ground), ruang konser, teater, dan lain-lain.
 Atraksi wisata. Meliputi taman-taman bertema, museum-museum, hutan
lindung, agrowisata, keajaiban alam, kegiatan seni dan budaya, dan lain sebagainya.

5.Dalam hal ini industri pariwisata dapat dipandang sebagai penentu:


1. Untuk meningkatnya kesejahteraan masyarakat bangsa, maka peran pariwisata antara lain:
 Terbukanya lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung.
 Terkuranginya kemiskinan dan pengangguran.
 Terciptanya keahlian spesialisasi di bidang pariwisata dengan standar kompetensi
internasional.
 Meningkatnya pendapatan masyarakat.
 Meningkatnya pendapatan daerah.
 Meningkatnya devisa negara.
2. Untuk terbentuknya kepribadian bangsa Indonesia, peran pariwisata antara lain:
 Berkembangnya kebudayaan daerah, sehingga dapat menumbuhkan kearifan lokal.
 Berkembangnya kebudayaan nasional, sehingga dapat memperkaya peradaban umat
manusia di dunia.
 Terpeliharanya khazanah sejarah dan budaya, sehingga masyarakat bangsa sadar
terhadap perjuangan dan tanggung jawab masa depannya.
3. Untuk terjaganya dan terpeliharanya keutuhan NKRI, peran pariwisata antara lain:
 Terpeliharanya keasrian tanah air tercinta karena dipandang sebagai bagian dari
halaman rumah kita.
 Terbangunnya dan terlaksananya kegiatan-kegiatan pariwisata di pulau-pulau
terdepan/terluar, sehingga menjadi unsur pertahanan teritorial yang strategis.
 Terpeliharanya keindahan alam dan keberlanjutannya lingkungan hidup, sehingga
kepastian batas wilayah negara terawasi setiap saat.
4. Untuk terjalinnya hubungan antar bangsa-bangsa di dunia secara damai, harmonis dan
berperadaban, maka peran pariwisata antara lain:
 Terlaksananya proses akulturasi secara damai dengan tidak memupus jati diri
bangsanya masing-masing.
 Terjalinnya studi komparatif dari setiap keunggulan budaya bangsa-bangsa.
 Saling menghargai atas keunggulan khazanah sejarah dan budaya, sehingga
bersepakat menempatkannya sebagai puncak peradaban manusia.
5. Untuk terbinanya  industri kreatifitas masyarakat bangsa dalam berbagai segi kehidupan,
maka peran pariwisata antara lain:
 Berkembangnya sanggar-sanggar seni budaya.
 Bermunculannya pusat-pusat kerajinan tangan.
 Berkembangnya dapur-dapur kreatif yang membuat aneka jenis makanan daerah dan
tradisional.
 Terciptanya suasana yang kondusif bagi kreatifitas kaum muda yang kreatif.
 Terbinanya berbagai keahlian yang menopang langsung terhadap perkembangan
pariwisata.
6. Untuk terbangunnya keseimbangan hidup masyarakat bangsa dengan keberlangsungan
kehidupannya, maka peran pariwisata antara lain:
 Terjaganya dan terpeliharanya hutan dengan segala habitatnya.
 Terbinanya alam kehidupan pedesaan.
 Terpeliharanya tatanan kota tua.
 Terjaganya lingkungan udara segar dengan penghijauan perkotaan.
 Terbangunnya sikap hidup budaya bersih.
 Terefleksikannya sikap hidup yang ramah, bersahabat dan suka menolong.
7. Untuk terbangkitkannya spiritualitas masyarakat bangsa, maka peran pariwisata antara
lain:
 Terbangunnya cara pandang bahwa pariwisata merupakan jendela mensyukuri nikmat
Tuhan.
 Pusat-pusat keagamaan dapat menjadi obyek kunjung yang memiliki daya tarik.
 Upacara-upacara keagamaan sebagai atraktif yang dapat mengundang pesona.

6.Jenis Usaha Pariwisata antara lain :


1.USAHA DAYA TARIK WISATA : usaha pengelolaan daya tarik wisata alam, daya tarik 
wisata budaya, dan/atau daya tarik wisata buatan/binaan manusia.
2.USAHA KAWASAN PARIWISATA : usaha pembangunan dan/atau pengelolaan kawasan
untuk memenuhi kebutuhan pariwisata sesuai peraturan perundang-undangan.
3.TRANSPORTASI PARIWISATA : usaha penyediaan angkutan untuk kebutuhan dan
kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi reguler/umum.
4.PERJALANAN WISATA :Biro Perjalanan Wisata adalah usaha penyediaan jasa
perencanaan perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk
penyelenggaraan perjalanan ibadah.

5. MAKANAN DAN MINUMAN : usaha penyediaan makanan dan minuman yang


dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,penyimpana dan/atau
penyajiannya.
Jasa boga adalah usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan
dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penyajian, untuk disajikan di
lokasi yang diinginkan oleh pemesan.Pusat penjualan makanan adalah usaha penyediaan
tempat untuk restoran, rumah makan dan/atau kafe dilengkapi dengan meja dan kursi.
6. USAHA PENYEDIAAN AKOMODASI : usaha penyediaan pelayanan penginapan untuk
wisatawan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya.Hotel adalah
penyediaan akomodasi secara harian berupa kamar-kamar di dalam 1 (satu) bangunan, yang
dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan/atau
fasilitas lainnya.Bumi perkemahan adalah penyediaan akomodasi di alam terbuka dengan
menggunakan tenda.Persinggahan karavan adalah penyediaan tempat untuk kendaraan yang
dilengkapi fasilitas menginap di alam terbuka dapat dilengkapi dengan kendaraannya.Vila
adalah penyediaan akomodasi berupa keseluruhan bangunan tunggal yang dapat dilengkapi
dengan fasilitas, kegiatan hiburan serta fasilitas lainnya.Pondok wisata adalah penyediaan
akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan
sebagian untuk disewakan dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya.
7. USAHA PENYELENGGARAAN KEGIATAN HIBURAN & REKREASI : usaha
penyelenggaraan kegiatan berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, serta
kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata, tetapi tidak termasuk
di dalamnya wisata tirta dan spa.Gelanggang olahraga adalah usaha yang menyediakan
tempat dan fasilitas untuk berolahraga dalam rangka rekreasi dan hiburan.Gelanggang seni
adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk melakukan kegiatan seni atau
menonton karya seni dan/atau pertunjukan seni.
 8. USAHA JASA PENYELENGGARAAN PERTEMUAN, PERJALANAN INSENTIF,
KONFERENSI DAN PAMERAN : pemberian jasa bagi suatu pertemuan sekelompok
orangWisata bahari adalah penyelenggaraan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan
sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut.Wisata
sungai, danau dan waduk adalah penyelenggaraan wisata dan olah raga air, termasuk
penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan
sungai, danau dan waduk.
13. USAHA SPA : usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi
terapi air, terapi aroma, pijat, rempah-rempah, layanan makanan/minuman sehat.
7.   Bentuk-bentuk Pariwisata
Di dalam pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata ini dapat diklasifikasikan
bentuknya ke dalam beberapa kategori berikut ini:
a)     Menurut asal wisatawan
Dilihat dari asal wisatawan, apakah asal wisata itu dari dalam atau luar negeri. Jika dalam
negara berarti bahwa sang wisatawan ini hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan
wilayah negerinya (pariwisata domestik), sedangkan jika ia datang dari luar negeri
dinamakan pariwisata Internasional.
b)     Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran
Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta
asing itu berarti memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negara suatu yang
dikunjungi wisatawan ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga
negara keluar negeri memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri
negaranya ini dinamakan pariwisata aktif
c)     Menurut jangka waktu
Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula menurut
waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan
istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan jangka panjang, yang mana tergantung kepada
ketentuan-ketentuan yang berlaku oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya
waktu yang dimaksud.
d)     Menurut jumlah wisatawan
Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlahnya wisatawan yang datang, apakah sang wisatawan
datang sendiri atau dalam suatu rombongan. Maka timbullah istilahistilah pariwisata tunggal
dan rombongan.
e)     Menurut alat angkut yang dipergunakan
Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan oleh sang wisatawan,
maka katagori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api
dan pariwisata mobil, tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal
laut, kereta api atau mobil.

8.Pengembangan Pariwisata
Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati
pengunjung, yaitu :
a.    Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat
atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus
mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk
berkunjung di obyek tersebut.
b.    Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan
sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas
rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat
tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
c.    Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah
ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti,
1985, p.164).
Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan
terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan
fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi
realistis dan proporsional.
Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik,
maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek
wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari
pengembangan obyek wisata. Menurut Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata
(1985, p.181), mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang
memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat
memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”.
Prasarana tersebut antara lain :
a.    Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.
b.    Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
c.    Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor pos
d.    Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
e.    Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun pos-pos polisi untuk
menjaga keamanan di sekitar obyek wisata
f.     Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata.
g.    Pom bensin
h.    Dan lain-lain. (Yoeti, 1984, p.183)
Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan
kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta
kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti, 1984, p.184)
Sarana kepariwisataan tersebut adalah :
a.    Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow
b.    Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus yang
melayani khusus pariwisata saja.
c.    Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar obyek wisata
dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut.
d.    Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang notabene mendapat
penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek tersebut.
e.    Dan lain-lain. (Yoeti, 1985, p.185-186)
Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus
dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan
untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak
pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas
di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata, yaitu :


a.    Travel Agent.
b.    Perusahaan Angkutan (Transportasi).
c.    Akomodasi perhotelan.
d.    Bar dan Restoran.
e.    Souvenir dan Handicraft.
Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata ( Undang-Undang Pariwisata no 10 tahun 2009)
Elemen Industri Pariwisata
1.    Sumberdaya Pariwisata
a.    Sumberdaya alam
b.    Sumberdaya Manusia
c.    Sumberdaya ciptaan manusia
2.    Fasilitas Hiburan dan Olahraga
a.    Fasilitas rekreasi dan kebudayaan
b.    Fasilitas olahraga
3.    Prasarana umum dan Pariwisata
a.    Alat komnunikasi dan perjalanan
b.    Instalasi social
c.    Instalasi dasar
d.    Telekonunikasi
4.    Pelayanan Penerimaan Pariwisata
a.    Agen dan biro perjalanan
b.    Kantor promosi dan kontor perwakilan
c.    Pelayanan informasi pengunjung
d.    Penyewaan kendaraan
e.    Pramuwisata dan petugas interpretasi
5.    Fasililitas Penerimaan
a.    Hotel, wisma tamu, desa dan kota
b.    Tempat pemukiman lainnya
c.    Pemukiman untuk kebutuhan perorangan
d.    Isntalasi untuk pelayanan makan dan minum

  Kelemahan Industri Pariwisata Indonesia
Kelemahan industri pariwisata Indonesia terutama terletak pada ketersediaan
infrastruktur, citra keamanan/kenyamanan, sistem pemasaran, dan promosi. Ketersediaan
infrastruktur sangat vital untuk membangun konektivitas sektor wisata. Selama ini, masalah
infrastruktur merupakan kelemahan utama negeri ini.
Yang tak kalah pentingnya adalah pembenahan citra negatif tentang Indonesia. Bangsa
ini harus mampu menghapus citra tidak aman. Pemerintah tidak boleh membiarkan kesan
negatif itu melekat berkepanjangan dalam benak bangsa lain.
Meski kisruh sosial dan gejolak politik tidak menggambarkan seutuhnya kondisi negeri
ini, citra tersebut telah merasuki pikiran komunitas pariwisata internasional. Citra buruk itu
tercermin pada peringatan perjalanan (travel warning) dari sejumlah negara. Untuk mengubah
citra itu dibutuhkan langkah kolektif. 
Untuk membenahi kelemahan di bidang promosi dan pemasaran, pemerintah harus serius
melakukan reformasi birokrasi. Selama ini, budaya birokrasi di negeri ini ditengarai menjadi
penghambat gerak pembangunan di berbagai sektor. Bahkan, Komite Ekonomi Nasional
(KEN) menyebutkan masalah birokrasi, korupsi, dan infrastruktur merupakan penghambat
utama pembangunan nasional. 
Selama ini, kultur birokrasi Indonesia menjadi titik lemah pemasaran pariwisata
Indonesia. Aparat birokrasi negeri ini terkesan kaku dan tidak dinamis dalam menyikapi
perkembangan dunia.
Kelemahan itu bukan hanya menyangkut promosi dan pemasaran tapi juga terkait
perencanaan dan implementasi di lapangan. Para pelaku usaha sering merasakan betapa
rumitnya menghadapi kaum birokrat. Padahal, sektor pariwisata seringkali melibatkan
banyak instansi. 
Kerumitan itu kian bertambah karena koordinasi antarinstansi di negeri ini juga sangat
lemah. Bagi pelaku usaha, masalah koordinasi merupakan sesuatu yang mahal di Indonesia.
Lemahnya koordinasi ini membuat promosi pariwisata tidak efektif, tidak fokus, dan sering
berjalan sendiri-sendiri. Alhasil, jumlah kunjungan wisman ke negeri ini tak mampu
mengalahkan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Bila berbagai kelemahan mendasar itu bisa dibenahi, target pemerintah untuk menggaet
20 juta wisman pada di 2025 bisa menjadi kenyataan. Namun, pemerintah benarbenar harus
merangkul dunia usaha, mulai dari pengusaha biro perjalanan, perhotelan, maskapai
penerbangan, dan para pelaku bisnis terkait. Pemerintah harus mampu membuktikan bahwa
pengelolan pariwisata di Indonesia tak kalah dibandingkan negara lain
Tahun 2012 akan menjadi tahun pembuktian. Aparat pemerintah harus bekerja keras
untuk menjawab berbagai tantangan perubahan yang ada. Kita berharap Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mampu melakukan perubahan itu. Sebagam mantan
menteri perdagangan, kita berharap Mari Elka mampu membenahi aspek birokrasi,
melakukan terobosan pemasaran, dan riset industri pariwisata. Kementerian Pariwisata juga
harus bisa membuktikan bahwa destinasi pariwisata Indonesia bisa bersaing di pasar global.

 Dampak Pariwisata Terhaadap Perekonomian Indonesia


Pariwisata menjadi suatu kegiatan yang cukup mendapat perhatian dari pemerintah
karena dampaknya terhadap perekonomian nasional. Dengan kedatangan wisatawan ke suatu
Daerah Tujuan Wisata, terutama wisatawan mancanegara, maka diharapkan akan
mendatangkan devisa bagi DTW tersebut.
Seperti kita ketahui, penerimaan devisa negara dari sektor minyak bumi dan gas akhir-
akhir ini terus menurun, bahkan diperkirakan tahun 2012, karena keterbatasan teknologi,
komoditi migas secara ekonomis dianggap tidak akan efisien lagi sebagai penghasil devisa
negara. Di sisi lain, ketahanan daya saing ekspor non-migas juga tidak dapat diandalkan
karena cara berproduksi masih didominasi oleh teknologi rendah, sehingga kualitas produk
yang dihasilkan tidak mampu bersaing di pasar global. Investor asing tidak berminat
menanamkan modalnya di Indonesia, selain karena keamanan yang labil, terlalu banyak
pungli (pungutan liar) untuk memulai suatu bisnis di Indonesia. Kenaikan upah buruh yang
terus meningkat mengakibatkan harga produk tidak kuat bersaing di pasar internasional.
Berdasarkan hal di atas, maka pemerintah harus mencari alternatif sektor ekonomi yang
dianggap pas untuk mengatasi persoalan tersebut. Salah satu sektor ekonomi yang dianggap
cukup perspektif adalah sektor pariwisata. sektor ini diyakini tidak hanya sekadar mampu
menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk pembangunan,
tetapi juga mampu mengentaskan kemiskinan. Dilihat dari kacamata ekonomi makro, jelas
pariwisata memberikan dampak positif, antara lain :
a)     Dapat menciptakan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan, perlu pelayanan
untuk menyediakan kebutuhan (need), keinginan (want), dan harapan (expectation)
wisatawan.
b)     Dapat meningkatkan kesempatan kerja. Dengan dibangunnya hotel atau restoran, akan
diperlukan tenaga kerja/ karyawan yang cukup banyak.
c)     Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus memercepat pemerataan pendapatan masyarakat.
Sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relatif cukup
besar.
d)     Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah. Setiap wisatawan
berbelanja selalu dikenakan pajak sebesar 10% sesuai Peraturan pemerintah yang berlaku.
e)     Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDB).
f)      Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi
lainnya.
g)     Dapat memperkuat neraca pembayaran. Bila Neraca Pariwisata mengalami surplus, dengan
sendirinya akan memperkuat neraca pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai