Anda di halaman 1dari 7

Perkembangan Akomodasi Non Hotel (Supplementary

(Supplementary Accomodations
Accomodations)
di Indonesia sebagai Sarana Penunjang Pariwisata

Paper

Tugas 2 - Paper
PK5102 Sistem Infrastruktur dan Transportasi Pariwisata
Program Studi Magister Perencanaan Kepariwisataan ITB 2013

PERKEMBANGAN AKOMODASI NON HOTEL (SUPPLEMENTARY


(SUPPLEMENTARY
ACCOMODATIONS)) DI INDONESIA SEBAGAI SARANA PENUNJANG
PARIWISATA
Siti Fadlina
95713006
Abstrak
Dalam kegiatan
egiatan pariwisata saat ini kebutuhan hidup wisatawan di lokasi wisata tidak hanya
ditampung dalam akomodasi yang berbentuk hotel. Ada akomodasi-akomodasi
akomodasi akomodasi non hotel, seperti
tempat berkemah (camping site), tempat karavan (caravan site), rumah penduduk biasa (homestay),
villa dan sebagainya. Diversifikasi akomodasi itu termasuk perkembangan baru dalam pariwisata
dan sebenarnya merupakan upaya untuk lebih menyempurnakan kebutuhan wisatawan dan jasa
kepariwisataan. Paper yang menggunakan pendekatan kualitatif dan studi literatur ini bertujuan
untuk menemukenali jenis dan bentuk akomodasi non hotel yang berkembang di Indonesia. Penelitian
ini juga melihat bagaimana pengelolaan terhadap akomodasi non hotel tersebut dan pelayanannya
bagi wisatawan. Selain itu dibahas pula dampak perkembangan
perkembangan pembangunan sarana akomodasi non
hotel terhadap pariwisata yang sudah berkembang di beberapa daerah tujuan wisata di Indonesia,
seperti di Bali, Jawa dan daerah tujuan wisata lainnya. Sehingga pada akhirnya dapat dilihat
bagaimana kecenderungan perkembangan
perk
akomodasi non hotel (supplementary accomodations) di
Indonesia sebagai sarana penunjang pariwisata.
Kata Kunci : akomodasi non hotel,
hotel pengelolaan, pelayanan, dampak perkembangan
I.

PENDAHULUAN
Pariwisata telah menjadi salahsatu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama
dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Peranannya dalam peningkatan ekonomi ditujukan
dengan adanya peningkatan secara konsisten. Jumlah kunjungan wisatawan internasional pada tahun
2000 berjumlah 536 juta orang dan pada tahun 2006 mencapai 836 juta orang. Peningkatan jumlah
kunjungan diikuti dengan peningkatan jumlah penerimaan. Pada tahun 2000 penerimaan dari
pariwisata sebesar 264 Milyar dolar AS dan pada tahun 2006 jumlah penerimaan mencapai 733 M
dolar AS (UNWTO, 2007).
Pengembangan pariwisata harus didukung oleh semua aspek dan fasilitas
fasilitas-fasilitas
pendukung pariwisata lainnya seperti: tempat penginapan (sarana akomodasi: misalnya hotel, villa,
dan lain-lain),
lain), restaurant, travel agen, money changer, alat transportasi,
tasi, infrastruktur serta destinasi
pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Selain dihubungkan dengan fasilitas angkutan, obyek
wisata juga harus menyediakan akomodasi. Selama di tempat obyek wisata, para wisatawan juga
mempunyai kebutuhan-kebutuhan
kebutuhan hidup (tourist needs) yang harus disediakan.
Akomodasi atau jasa pelayanan itu yang terpenting ialah fasilitas untuk beristirahat apabila
mereka lelah. Harus
arus tersedia kamar kecil atau toilet untuk melayani keperluan buang air atau untuk
menyegarkan diri serta
rta ada fasilitas untuk makan dan minum. Di samping itu harus diusahakan adanya
penerangan dan petugas keamanan yang diperlukan oleh wisatawan.
Semua fasilitas dan petugas disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Jumlahnya harus
dipertimbangkan berdasarkan jumlah dan lamanya wisatawan tinggal di tempat obyek wisata.
Lamanya wisatawan tinggal dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhannya. Selain itu kualitas
fasilitas dan petugas harus sesuai dengan kebutuhan wisatawan, seperti kualitas toilet yang baik da
dan
penguasaan bahasa inggris dari petugas fasilitas akomodasi tersebut.

Perkembangan Akomodasi Non Hotel (Supplementary Accomodations)


di Indonesia sebagai Sarana Penunjang Pariwisata

Paper

Seiring perkembangan kegiatan pariwisata saat ini, kebutuhan hidup wisatawan di lokasi
wisata tidak hanya ditampung dalam akomodasi yang berbentuk hotel. Ada akomodasi-akomodasi non
hotel, seperti tempat berkemah (camping site), tempat karavan (caravan site), rumah penduduk biasa
(homestay), dan sebagainya. Diversifikasi akomodasi itu termasuk perkembangan baru dalam
pariwisata dan sebenarnya merupakan upaya untuk lebih menyempurnakan kebutuhan wisatawan dan
jasa kepariwisataan.
Bagaimanapun tinggal di hotel berarti harus menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan
dan kebiasaan-kebiasaan yang mengikuti budaya wisata (tourist culture) dan ini akan mengurangi
kebebasan wisatawan untuk menggunakan waktu, berpakaian, bergaul, makan, dan sebagainya
menurut kesenangan sendiri tanpa terikat oleh aturan seperti dalam kehidupan sehari-hari di tempat
kediamannya sendiri. Oleh karena itu, dibandingkan dengan akomodasi klasik dalam pariwisata
seperti hotel dan bentuk-bentuknya yang khusus, akomodasi non hotel itu menunjukkan perbedaanperbedaan berupa kebebasan yang lebih besar.
Berkembangnya akomodasi non hotel adalah usaha penyesuaian jasa akomodasi dengan
kebutuhan wisatawan. Usaha ini harus dinilai sejajar dengan akomodasi perhotelan dan bukan sekedar
pelengkapnya. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana pengelolaan dan pelayanan yang baik bagi
akomodasi non hotel tersebut yang disesuaikan dengan jenis dan bentuknya sehingga diharapkan
akomodasi non hotel masih akan berkembang lagi sejalan dengan perkembangan pariwisata.
Pada saat inipun dan pada waktu-waktu tertentu, lebih banyak wisatawan yang tinggal di
tempat perkemahan, karavan, villa dan homestay daripada tinggal di hotel. Keadaan ini telah banyak
disaksikan di daerah-daerah tujuan wisata di Indonesia seperti di Bali, Jawa, dan daerah lainnya. Salah
satu tantangan lain yang dihadapi adalah berkaitan dengan dampak keberadaannya terhadap pariwisata
dan lingkungan sekitarnya yang berkaitan dengan ancaman kerusakan lingkungan akibat dari operasi
dan keberadaan berbagai fasilitas pariwisata, seperti; hotel, villa, restoran, artshops, biro perjalanan
dan fasilitas penunjang lainnya.
Rumusan masalah pada Paper ini adalah :
1. Bagaimana jenis-jenis akomodasi non hotel yang berkembang di Indonesia.
2. Bagaimana pengelolaan akomodasi non hotel agar dapat berkembang dengan baik.
3. Bagaimana pelayanan akomodasi non hotel yang baik bagi wisatawan.
4. Bagaimana dampak perkembangan akomodasi non hotel sebagai sarana penunjang pariwisata.
Paper ini merupakan penelitian deskriptif (descriptive research), yaitu penelitian yang
bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual dan akurat
(Wardiyanta, 2006). Penelitian deskriptif berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data, dan juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam Paper ini adalah Studi Literatur. Studi
literatur yaitu usaha untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang ada
kaitannya dengan masalah dan variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah teori yang berkaitan dengan
jenis akomodasi wisata non hotel, pengelolaan akomodasi wisata non hotel, pelayanan akomodasi
wisata non hotel dan dampak perkembangan akomodasi wisata non hotel tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Akomodasi
Akomodasi adalah suatu yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya tempat
menginap atau tempat tinggal sementara bagi orang yang bepergian. Dalam kepariwisataan akomodasi
merupakan suatu industri, jadi pengertian industri akomodasi adalah suatu komponen industri
pariwisata, karena akomodasi dapat berupa suatu tempat atau kamar dimana orangorang/pengunjung/wisatawan dapat beristirahat/menginap/tidur, mandi, makan dan minum serta
menikmati jasa pelayanan dan hiburan yang tersedia (http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/
2010/05/jenis-jenis-akomodasi-pariwisata.html).
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, menyatakan bahwa
sarana akomodasi dimasukkan ke dalam salah satu usaha pariwisata yaitu usaha yang menyediakan
barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan, dan penyelenggaraan pariwisata.

Perkembangan Akomodasi Non Hotel (Supplementary Accomodations)


di Indonesia sebagai Sarana Penunjang Pariwisata

Paper

II.2. Jenis-Jenis Akomodasi Pariwisata


Jenisjenis usaha akomodasi pariwisata di Indonesia terdiri dari usaha hotel, bumi
perkemahan, persinggahan karavan, vila, pondok wisata dan akomodasi lain (motel dan sub jenis
lainnya dari jenis usaha akomodasi lain yang ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan/atau Gubernur).
Usaha akomodasi pariwisata tersebut diselenggarakan oleh badan usaha berbentuk perseroan terbatas
atau koperasi, dikecualikan terhadap usaha pondok wisata dan sejenisnya boleh diusahakan oleh
koperasi dan pengusaha perorangan (Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, No :
PM.86/HK.501/MKP/2010 Tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomodasi).
Akomodasi secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) Akomodasi Komersil,
adalah akomodasi yang dibangun dan dioperasikan semata-mata untuk mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya; (2) Akomodasi Semi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan
bukan semata-mata untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk tujuan sosial (masyarakat yang kurang
mampu); (3) Akomodasi Non Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan semata-mata
untuk tujuan non komersil, yaitu tidak mencari keuntungan atau semata-mata untuk tujuan sosial atau
bantuan secara cuma-cuma, namun khusus untuk golongan/kalangan tertentu dan juga untuk tujuan
tertentu (http://pariwisatadanteknologi. blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-akomodasi-pariwisata.html).
II.3. Permintaan (Demand) Pariwisata di Indonesia
Pariwisata Indonesia senantiasa mengalami kemajuan, walaupun ditengah-tengah krisis yang
melanda dunia. Pada tahun 2012, jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara adalah sebanyak 8,04
juta orang atau naik sebesar 5,16 %, dari tahun 2011 yaitu 7,64 juta orang dengan perolehan devisa 9,1
Milyar US$ atau naik sebesar 6,62 % dari tahun 2011 yaitu 8,5 Milyar US$. Pencapaian Rata-rata
kenaikan pergerakan Wisatawan Mancanegara sampai dengan awal tahun 2013 sebesar 6,64%, dengan
pertumbuhan penerimaan devisa sebesar 6,39% (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2013).
Demikian juga, perjalanan dan pengeluaran Wisatawan Nusantara juga menunjukkan
pertumbuhan yang menggembirakan. Jumlah pergerakan Wisnus tahun 2012 adalah sebanyak 245.000
perjalanan dengan pengeluaran mencapai Rp. 171,50 trilyun atau naik sebesar 9,31%, dibanding
tahun 2011 yaitu Rp. 156,89 trilyun. Pencapaian Rata-rata kenaikan pergerakan Wisatawan Nusantara
sampai dengan awal tahun 2013 sebesar 8,60%, dengan pertumbuhan pengeluaran Wisnus sebesar
9,59% (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2013).
Secara akumulatif, pertumbuhan kepariwisataan Indonesia di tahun 2012 tidak hanya dilihat
dari kenaikan jumlah wisman, perjalanan wisnus dan perolehan devisa saja, tetapi terjadi peningkatan
kualitas wisatawan sehingga berdampak pada makin terbukanya usaha pariwisata dan lapangan
pekerjaan. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan akan memberikan efek bertambahnya jumlah
sarana akomodasi pariwisata. Akomodasi pariwisata merupakan kebutuhan primer bagi wisatawan
yang mengunjungi suatu tempat wisata, sebagai tempat beristirahat. Bali Villa Association (BVA)
memprediksi ada 1000 villa yang tersebar di seluruh Bali, dimana sebagian besar villa itu berada di
Kabupaten Badung (www.fbi-fm.com).
Banyak wisatawan yang menjadikan villa sebagai alternatif penginapan, terutama bagi
wisatawan asing lebih memilih villa sebagai tempat peristirahatan daripada menginap di hotel-hotel
mewah. Alasan mereka memilih villa adalah selain menyediakan pelayanan dan service lebih secara
personal, villa juga memberi tingkat kenyamanan dan keamanan yang lebih untuk terhindar dari
ancaman-ancaman teror maupun kriminal yang biasanya menyerang kelompok-kelompok wisatawan
tertentu (Evita, dkk, 2012).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Jenis Akomodasi Wisata Non Hotel yang Berkembang di Indonesia
Sarana akomodasi yang dimaksud dalam Paper ini, adalah jenis akomodasi non hotel yang
bersifat komersil dan semi komersil. Akomodasi berjenis komersil dalam Paper ini adalah cottage,
bungalow dan Inn. Akomodasi berjenis semi komersil yaitu homestay, vila, bumi perkemahan dan
penginapan/pondok yang berkategori melati di Indonesia. Akomodasi tersebut dijadikan sebagai salah
satu sarana penunjang dalam kegiatan wisata di Indonesia, yang menyediakan pelayanan serta fasilitas
lainya, untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, dengan tujuan mencari keuntungan dan juga untuk
tujuan sosial.
3

Perkembangan Akomodasi Non Hotel (Supplementary Accomodations)


di Indonesia sebagai Sarana Penunjang Pariwisata

Paper

Menurut Soekadijo (2000) perkembangan akomodasi non hotel dalam pariwisata di


Indonesia merupakan upaya untuk lebih menyempurnakan kebutuhan wisatawan dan jasa
kepariwisataan. Dibandingkan dengan akomodasi klasik dalam pariwisata seperti hotel dan bentukbentuknya yang khusus, akomodasi non hotel itu menunjukkan perbedaan-perbedaan berupa
kebebasan yang lebih besar. Diantaranya yang terpenting adalah :
Lebih sesuai dengan maksud berlibur;
Memberi kebebasan yang lebih besar dalam pengaturan acara, berpakaian, bergaul dan
sebagainya;
Lebih dekat dengan alam;
Lebih banyak kontak dengan sesama wisatawan, penduduk setempat serta kebudayaannya;
Lebih murah
Pada saat ini dan pada waktu-waktu tertentu, lebih banyak wisatawan yang tinggal di tempat
perkemahan, karavan, vila dan homestay daripada tinggal di hotel. Keadaan ini telah banyak
disaksikan di daerah-daerah tujuan wisata di Indonesia seperti di Bali, Bogor, Kepulauan Seribu, dan
daerah lainnya. Beberapa bentuk akomodasi wisata non hotel yang berkembang di Indonesia, antara
lain yaitu :
a. Pondok wisata adalah penyediaan akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh
pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan dengan memberikan kesempatan kepada
wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya.
b. Vila adalah penyediaan akomodasi berupa keseluruhan bangunan tunggal yang dapat dilengkapi
dengan fasilitas, kegiatan hiburan serta fasilitas lainnya.
c. Bumi perkemahan (camping site) adalah penyediaan akomodasi di alam terbuka dengan
menggunakan tenda. Tempat yang agak luas diperuntukan bagi mereka yang sedang
mengadakan perkemahan dengan tanpa dipungut bayaran. Tempat ini mempunyai sifat
administrasi dengan peraturan-peraturan tertentu untuk menyelesaikan segala sesuatu
mengenai fasilitas-fasiltas serta kebutuhan-kebutuhan bagi mereka yang hendak berkemah.
Di tempat itu lalu didirikan kemahkemah, diatur secara bersama-sama dengan mereka yang
berkemah.
d. Persinggahan karavan adalah penyediaan tempat untuk kendaraan yang dilengkapi fasilitas
menginap di alam terbuka dapat dilengkapi dengan kendaraannya.
e. Homestay adalah suatu jenis akomodasi yang berasal dari rumah-rumah rakyat yang telah
ditingkatkan fasilitas dan sarananya, sehingga memenuhi syarat-syarat kesehatan, yang
disewakan kepada wisatawan.
f. Cotagge, sejenis akomodasi yang berlokasi disekitar pantai atau danau dengan bentuk
bangunannya terpisah-pisah atau berpondok-pondok, serta dilengkapi dengan fasilitas rekreasi
pantai atau laut.
g. Bungalow, sejenis akomodasi yang berbentuk rumah-rumah berlokasi di daerah pegunungan,
yang disewakan untuk keluarga/rombongan karyawan untuk seminar /lokakarya, dan sebagai
tempat peristirahatan pada waktu liburan.
h. Inn, sejenis akomodasi yang berlokasi di daerah peristirahatan menghubungkan dua buah kota,
menyediakan penginapan, makan dan minum, serta pelayanan umum lainnya, serta disewakan
untuk umum bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan dan singgah (beristirahat) untuk
sementara waktu dengan jangka waktu menginap terbatas (kurang dari 24 jam dan jarang sampai
2 atau 3 hari).
III.2. Pengelolaan Akomodasi Wisata Non Hotel
Berkembangnya akomodasi non hotel adalah usaha penyesuaian jasa akomodasi dengan
kebutuhan wisatawan. Usaha ini harus dinilai sejajar dengan akomodasi perhotelan dan bukan sekedar
pelengkapnya. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana pengelolaan yang baik bagi akomodasi non
hotel yang disesuaikan dengan jenis dan bentuknya sejalan dengan perkembangan pariwisata.
Usaha akomodasi pariwisata tersebut diselenggarakan oleh badan usaha berbentuk perseroan
terbatas atau koperasi, dikecualikan terhadap usaha pondok wisata dan sejenisnya boleh diusahakan
oleh koperasi dan pengusaha perseorangan. Menurut peraturan pemerintah RI, pengusaha pariwisata
diwajibkan untuk melakukan pendaftaran usaha penyediaan akomodasinya yang bertujuan untuk :
a. Menjamin kepastian hukum dalam menjalankan usaha pariwisata bagi pengusaha; dan
4

Perkembangan Akomodasi Non Hotel (Supplementary Accomodations)


di Indonesia sebagai Sarana Penunjang Pariwisata

Paper

b. Menyediakan sumber informasi bagi semua pihak yang berkepentingan mengenai hal-hal yang
tercantum dalam Daftar Usaha Pariwisata.
Saat ini pengelolaan fasilitas akomodasi cenderung mengarah pada konsep sustainable
tourism development, yang tercermin pada perhatian para investor dan manajemen pada aspek budaya,
lingkungan, sosial dan ekonomi dimana lebih memperhatikan masyarakat setempat (community based
tourism). Aspek local genuine menjadi pedoman bagi pengelolaan akomodasi. Jumlah kamar tidak
terlalu banyak (puluhan kamar), bahan baku menggunakan produk dari masyarakat setempat, tenaga
kerja juga menggunakan masyarakat setempat, konsep menyatu dengan alam dan masyarakat
setempat.
Pengelolaan yang bersifat rumahan seperti homestay biasanya dikelola oleh satu keluarga
(bapak, ibu dan dibantu oleh anak-anak dan keluarga besarnya). Pengelolaan homestay terkadang lebih
simple dan tidak memerlukan orang khusus dalam kegiatan setiap hari. Fasilitas yang merupakan
perhatian utama bagi tamu yang mau menginap di homestay adalah kamar mandi sehingga harus selalu
dibersihkan. Selain itu kegiatan lainnya meliputi menyiapkan makan pagi, membersihkan kamar
apabila tamu sudah pergi dari kamar, membersihkan lingkungan dan taman.
Harga kamar cenderung lebih murah dibandingkan dengan akomodasi hotel. Harga yang
ditawarkan bisa tergantung pada situasi tingkat hunian kamar saat itu. Apabila tingkat hunian
kamar/tamu sepi maka harga kamar pun menjadi rendah, namun apabila tingkat hunian kamar/tamu
tinggi, harga kamar mencapai harga tertinggi.
III.3. Pelayanan Akomodasi Wisata Non Hotel
Akomodasi wisata non hotel menawarkan pelayanan dan suasana tinggal yang lebih bersifat
privasi. Pada umumnya akomodasi ini dilengkapi dengan fasilitas pendukung layaknya sebuah rumah
keluarga seperti dapur, kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, kolam renang, tempat parkir,
wifi/internet dan lain-lainnya. Lokasinya dipilih pada area yang sepi, berhawa sejuk dan segar seperti
di pegunungan, pantai, atau area perkebunan dan persawahan. Hal inilah yang menyebabkan
akomodasi non hotel lebih diminati oleh para wisatawan yang menginginkan ketenangan dalam
liburan mereka.
Kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengusaha akomodasi kepada tamu (wisatawan)
akan berpengaruh terhadap kepuasan dan niat wisatawan untuk datang dan menginap kembali.
Menurut Tjiptono (2006) yang dikutip dari I Putu Utama, dkk, (2012) terdapat 5 (lima) dimensi dalam
kualitas pelayanan, terdiri atas :
1. Reliabilitas (reliability), yaitu kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat, dan memuaskan;
2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan
memberikan layanan yang tanggap;
3. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan;
4. Empati (emphaty), meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian
pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan;
5. Bukti fisik (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.
Apabila kualitas dan kinerja pelayanan jauh lebih rendah dibandingkan harapan wisatawan,
maka wisatawan akan mengalami ketidakpuasan yang menyebabkan wisatawan tidak mau kembali
tinggal di tempat akomodasi itu lagi. Sedangkan bila kualitas dan kinerja sesuai dengan harapan atau
melebihi harapan, maka wisatawan merasa puas dan merasa amat gembira sehingga akan
menimbulkan hal yang positif, seperti niat untuk menginap dalam jangka waktu yang lama, menginap
kembali, berlangganan, dan merekomendasikan kepada teman.
III.4. Dampak Perkembangan Pembangunan Sarana Akomodasi Non Hotel
Perkembangan industri pariwisata memberikan dampak positif terhadap perekonomian
masyarakat, selain itu juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Lahan hijau mulai
berkurang, bahkan lahan pertanian beralih fungsi untuk lokasi hotel, vila dan bangunan perumahan.
Banyak akomodasi non hotel dibangun mengabaikan peraturan pemerintah yang telah ditentukan.
Sehingga banyak dampak pada lingkungan fisik di lokasi pembangunan dan fasilitas wisata lainnya.
5

Perkembangan Akomodasi Non Hotel (Supplementary Accomodations)


di Indonesia sebagai Sarana Penunjang Pariwisata

Paper

Dengan berkembangnya pariwisata di Indonesia, pembangunan sarana akomodasi ini


berkembang pesat, khususnya di wilayah Bali, Jawa dan pulau lainnnya yang memiliki destinasi
wisata. Sampai saat ini, di Bali, ada lebih dari 35.000 kamar hotel dengan berbagai jenis akomodasi
seperti hotel bintang lima, hotel dan akomodasi non hotel lainnya juga beragam, ada model rumah,
villa, cottage dan hotel butik (pondok). Perkembangan kenaikan jumlah akomodasi ini juga dapat
dilihat dari data pertumbuhan vila di Bali yang diprediksi akan ada 1000 vila (Evita, dkk, 2012).
Dampak yang ditimbulkan baik secara positif maupun negatif yaitu pada aspek ekonomi,
sosial-budaya dan lingkungan. Secara ekonomi, dampak positif yang diperoleh adalah meningkatnya
pendapatan asli daerah (PAD) dengan adanya pembayaran pajak yang diterima pemerintah daerah.
Selain itu, berkembangnya pembangunan sarana akomodasi juga membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitarnya (Evita, dkk, 2012).
Selain itu banyaknya pembangunan vila dan sarana akomodasi lainnya di lahan pertanian
memberikan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat terutama petani yang berada di sekitar
kawasan pembangunan vila. Dengan banyak bangunan vila dan fasilitas wisata lainnya, banyak lahan
produktif untuk pertanian telah diubah menjadi tempat-tempat akomodasi wisata dan aliran air untuk
pertanian dialihkan untuk kebutuhan konstruksi. Sehingga dari tahun ke tahun hasil produksi pertanian
mengalami penurunan maka mengurangi pendapatan bagi petani.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. Kesimpulan
Akomodasi non hotel (Supplementary Accomodation) merupakan bentuk diversifikasi
akomodasi pariwisata yang berkembang sesuai dengan trend perkembangan destinasi pariwisata dan
kebutuhan wisatawan dengan berbagai karakter yang memiliki kebebasan dan privasi yang lebih besar
dibandingkan dengan akomodasi hotel. Jenis akomodasi non hotel dapat bersifat komersil dan semi
komersil. Dalam Paper ini ditemukan beberapa akomodasi non hotel yang telah berkembang di
Indonesia, antara lain : Pondok Wisata, Vila, Bumi Perkemahan (Camping Site), Persinggahan
Karavan, Home Stay, Cottage, Bungalow, dan Inn.
Dilihat dari segi permintaan (demand), pariwisata di Indonesia senantiasa mengalami
kemajuan baik dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun nusantara. Kenaikan
kunjungan wisatawan mancanegara dari tahun 2011 ke tahun 2012 adalah sebesar 400.000 orang
dengan rata-rata kenaikan pergerakan sampai dengan awal tahun 2013 sebesar 6,64% dan
pertumbuhan penerimaan devisa sebesar 6,39%. Sedangkan kunjungan wisatawan nusantara pada
tahun 2012 mengalami kenaikan sebanyak 245.000 perjalanan dengan rata-rata kenaikan pergerakan
wisatawan nusantara sampai dengan awal tahun 2013 sebesar 8,60% dan pertumbuhan pengeluaran
Wisnus sebesar 9,59%. Dapat disimpulkan dengan peningkatan jumlah wisatawan di Indonesia maka
kebutuhan terhadap ketersediaan akomodasi yang merupakan kebutuhan primer bagi wisatawan akan
meningkat pula. Perkembangan kenaikan jumlah akomodasi ini dapat dilihat dari data pertumbuhan
vila di Bali yang diprediksi akan ada 1000 vila.
Dalam memenuhi kebutuhan primer bagi wisatawan sebagai tempat beristirahat di suatu
destinasi wisata maka akomodasi non hotel dinilai sejajar dengan akomodasi perhotelan. Sehingga di
dalam pengelolaannya pemerintah telah membuat suatu peraturan bagi pengusaha pariwisata untuk
mendaftarkan usaha penyediaan akomodasi tersebut untuk menjamin kepastian hukum dan sumber
informasi bagi pihak yang berkepentingan. Pengelola biasanya berbentuk usaha perseroan terbatas,
koperasi dan pengusaha perseorangan dengan pengelolaan yang lebih bersifat simple dan tidak terlalu
memerlukan orang khusus. Selain itu harga kamar cenderung murah dan fleksible tergantung situasi
tingkat hunian kamar.
Banyak wisatawan yang menjadikan vila, homestay dan akomodasi non hotel lain sebagai
alternatif penginapan terutama wisatawan mancanegara karena menyediakan pelayanan dan service
lebih secara personal, serta memberi tingkat kenyamanan dan keamanan yang lebih untuk terhindar
dari ancaman teror dan kriminal yang biasanya menyerang kelompok-kelompok wisatawan tertentu.

IV.2. Saran
Untuk mengakomodasi permintaan wisatawan yang menginginkan ketenangan dan privasi
ekstra, diperlukan strategi khusus dalam menyiapkan pelayanan akomodasi non hotel. Lokasi dengan
6

Perkembangan Akomodasi Non Hotel (Supplementary Accomodations)


di Indonesia sebagai Sarana Penunjang Pariwisata

Paper

fasilitas yang memadai dipadu oleh pelayanan karyawan yang kompeten dikemas menjadi suatu
produk yang berkualitas tinggi. Dalam jangka panjang kepuasan wisatawan dengan pelayanan di
akomodasi tersebut sebagai tamu yang menginap dapat menciptakan niat tamu untuk menginap
kembali, berlangganan, dan merekomendasikan kepada teman.
Untuk mengurangi dampak negatif yang timbul dengan berkembangnya industri pariwisata
khususnya dalam perkembangan pembangunan sarana akomodasi non hotel, perlu adanya kerjasama
antara pemerintah selaku pembuat kebijkan dengan pelaku industri pariwisata serta melibatkan
masyarakat lokal yang berada di daerah pembangunan industri pariwisata terutama yang berkaitan
dengan lingkungan. Selain itu, dampak negatif dapat dikurangi dengan mewujudkan pembangunan
pariwisata berkelanjutan di Indonesia, strategi yang yang dilakukan adalah dengan menerapkan konsep
ekowisata dalam pengembangan pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal/Artikel :
Ida Ayu Sri Puspa Adi, Dkk. 2012 : Pengelolaan Homestay dalam Perspektif Gender (Studi Kasus di
Desa Padang Tegal, Ubud), Jurnal Kepariwisataan volume 11 No.2, September 2012.
I Putu Utama, Dkk. 2012 : Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan dan Niat Menginap
Kembali Tamu pada Villa, Jurnal Kepariwisataan volume 11 No.1, Maret 2012.
Rossi Evita, I Nyoman Sirtha, I Nyoman Sunartha, 2012 : Dampak Perkembangan Pembangunan
Sarana Akomodasi Wisata Terhadap Pariwisata Berkelanjutan Di Bali, Bali : E-Journal
Universitas Udayana
Jessica Ayu Lukito Lioe. 2012 : Pengaruh Tingkat Hunian Kamar terhadap Pendapatan Makanan
dan Minuman di Beji Ubud Resort, Jurnal Bisnis Hospitaliti.
Budhy, Setia : Studi Pengembangan Kepariwisataan Jawa Barat, Suatu Penilaian terhadap KotaKota Pusat Akomodasi Pariwisata.
Mari Elka Pengestu. 2013 : Sambutan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif RI Dalam Rangka
Wisuda STP Bali, Nusa Dua
Jenis-jenis Akomodasi Pariwisata: http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/05/jenis-jenisakomodasi-pariwisata.html
Pengertian dan Jenis-jenis Akomodasi : http://khoirulf.blogspot.com/2011/01/pengertianakomodasi.html
Setiap tahun pembangunan villa di Bali meningkat : www.fbi-fm.com/info/setiap-tahunpembangunan-villa-di-bali-meningkat.html/13Sept2011
Buku :
Soekadijo, R. G. 2000 : Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata sebagai Sistemic Linkage. Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama
A. Hari Karyono, Drs : Buku Usaha dan Pemasaran Perhotelan untuk SMK Pariwisata Jilid I
Tjiptono, F. 2006 : Pemasaran Pelayanan, Malang : Bayumedia Publishing.
Wardiyanta 2006 : Metode Penelitian Pariwisata, Yogyakarta : Andi Offset.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009 : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan, Jakarta : Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 11
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2010 : Peraturan Menteri Kebudayaan dan Parwisata
Nomor:PM.86/HK.501/MKP/2010 Tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan
Akomodasi, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai